KABUPATEN ENREKANG
BAB III
PENDEKATAN TEKNIS DAN
METODOLOGI
3.1. UMUM
LAPORAN PENDAHULUAN 32
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 33
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 34
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 35
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 36
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 37
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 38
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 39
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 40
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
C. Status Jalan
Berdasarkan PP No. 34 tahun 2006 Pasal 25 sampai 30, jaringan jalan
yang diklasifikasikan menurut statusnya dibedakan menjadi 5 (lima)
jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Jalan Nasional
Jalan yang diklasifikasikan dalam jalan nasional adalah jalan arteri
primer; jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota
provinsi; jalan tol; serta jalan strategis Nasional.
2) Jalan Provinsi
Jalan yang diklasifikasikan dalam jalan provinsi adalah jalan
kolektor primer yang menghubungkan ibukota Provinsi dengan
ibukota Kabupaten/Kota; jalan kolektor primer yang
menghubungkan antar ibukota Kabupaten/Kota; jalan strategis
provinsi; serta jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali
jalan sebagaimana dimaksud dalam Jalan Nasional.
3) Jalan Kabupaten
Jalan yang diklasifikasikan dalam jalan kabupaten adalah jalan
kolektor primer yang tidak termasuk dalam jalan nasional dan
kelompok jalan provinsi; jalan lokal primer yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat desa, antar ibukota kecamatan, ibukota kecamatan
dengan desa, dan antar desa; jalan sekunder lain, selain
sebagaimana dimaksud sebagai jalan nasional, dan jalan provinsi;
serta jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan
Kabupaten.
4) Jalan Kota
Jalan yang diklasifikasikan dalam jalan provinsi kota adalah jaringan
jalan sekunder di dalam kota. Penjelasan dalam skema diagram
dapat dilihat lebih lanjut pada Gambar E.2
LAPORAN PENDAHULUAN 41
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 42
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 43
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 44
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 45
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 46
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 47
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 48
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 49
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 50
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 51
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
memiliki unjuk kerja yang lebih baik, akan didapatkan juga efisiensi
penggunaan media penyimpanan dan memori;
b) Integritas data lebih terjamin dengan penggunaan SMBD.
Masalah redudansi sering terjadi dalam SMBD. Redudansi adalah
kejadian berulangnya data atau kumpulan data yang sama dalam
sebuah basis data yang mengakibatkan pemborosan media
penyimpanan. Beberapa masalah yang timbul yaitu pertama
kebutuhan untuk update secara logika menjadi berulang-ulang,
kedua adalah ruang penyimpanan yang besar ketika data yang
sama disimpan berulang-ulang. File yang berisi data yang sama,
menjadi tidak konsisten. Meskipun update diaplikasikan ke seluruh
file yang sesuai, data tetap tidak konsisten karena update dilakukan
bebas oleh setiap kelompok user. Dalam pendekatan basis data,
view dari kelompok user yang berbeda diintegrasikan selama desain
basis data. Untuk konsistensi, perlu desain basis data yang
menyimpan setiap item data logika dalam hanya satu lokasi pada
basis data. Dengan redudansi yang terkontrol memungkinkan
kinerja dari query meningkat;
c) Independensi. Perubahan struktur basis data dimungkinkan terjadi
tanpa harus mengubah aplikasi yang mengaksesnya sehingga
pembuatan antarmuka ke dalam data akan lebih mudah dengan
penggunaan SMBD;
d) Sentralisasi. Data yang terpusat akan mempermudah
pengelolaan basis data. kemudahan di dalam melakukan bagi
pakai dengan SMBD dan juga kekonsistenan data yang diakses
secara bersama-sama akan lebih terjamin dari pada data
disimpan dalam bentuk file atau worksheet yang tersebar;
e) Sekuritas. SMBD memiliki sistem keamanan yang lebih fleksibel
daripada pengamanan pada file sistem operasi. Keamanan dalam
SMBD akan memberikan keluwesan dalam pemberian hak akses
kepada pengguna.
LAPORAN PENDAHULUAN 52
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 53
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 54
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 55
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 56
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 57
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 58
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 59
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 60
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
b) Manipulasi Data
Tipe data yang diperlukan oleh suatu bagian SIG mungkin perlu
dimanipulasi agar sesuai dengan sistem yang dipergunakan. Oleh
karena itu SIG mampu melakukan fungsi edit baik untuk data
spasial maupun non-spasial.
c) Manajemen Data
Setelah data spasial dimasukkan maka proses selanjutnya adalah
pengolahan data non- spasial. Pengolaha data non-spasial meliputi
penggunaan DBMS untuk menyimpan data yang memiliki ukuran
besar
LAPORAN PENDAHULUAN 61
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 62
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
g) Visualisasi
Untuk beberapa tipe operasi geografis, hasil akhir terbaik
diwujudkan dalam peta atau grafik. Peta sangatlah efektif untuk
menyimpan dan memberikan informasi geografis.
3.2.7. Form Survey
Didalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan, untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang akan diintegrasikan dengan data spasial yang
ada. Maka disusunlah form survey yang digunakan oleh surveyor untuk
diisi berdasarkan hasil pengukuran, dokumentasi, dan pengamatan.
1) TABEL E.1 NAMA JALAN/RUAS
LAPORAN PENDAHULUAN 63
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 64
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 65
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 66
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 67
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 68
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
ESC/BACK
ENTER
NAVIGATOR
ZOOM IN/ZOOM OUT
POWER/LIG
HT
MENU
MARKING
Pada saat posisi akan menandai “mark”, diamkan gps beberapa
saat agar penangkapan satelit lebih bagus. Untuk lebih akurat,
masuk ke halaman (page) SATELITE. Tampilan yang muncul
adalah pada kiri atas : informasi letak (koordinat), kanan atas :
akurasi GPS, semakin kecil nilai maka akurasi semakin bagus.
Bagian bawah bar penangkapan satelit. Semakin banyak satelit
didapatkan maka semakin akurat datanya.
Lalu tekan tombol ENTER + Tahan, kemudian kita bisa
mengganti symbol, nama dan Note (catatan), kemudian pilih
Done. Untuk memastikan Point tersebut, masuk ke page Map.
Terlihat nama point yang telah diMARKing. Atau masuk ke Menu
> pilih Waypoint Manager .
LAPORAN PENDAHULUAN 69
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
TRACKING
Pada saat memulai tracking, aktifkan track log. Pada menu pilih
Setup > pilih Tracks kemudian pada Track Log pilih Record.
Show On Map.
Setelah merekam jejak, simpan Track tersebut dengan cara
masuk ke Menu > Track Manager > Current Track (jejak
sekarang), lalu pilih Save Track, lalu pilih Done. Setelah itu
muncul peringatan, artinya jejak sdh tersimpan apakah anda
ingin membersihkan jejak sekarang, pilih saja NO agar track
sebelumnya yang kita lewati bisa kita lihat kembali.
LAPORAN PENDAHULUAN 70
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 71
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 72
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
Setelah perhitungan SDI dari setiap jenis kerusakan didapat nilai total
keseluruhan SDI dengan mengambil nilai yang terbesar dari SDI1, SDI2, SDI3
dan SDI4. Keunggulannya pemilihan nilai yang terbesar adalah untuk
memperoleh nilai keamanan tertinggi, sedangkan kelemahannya adalah
biaya yang keluar lebih besar.
LAPORAN PENDAHULUAN 73
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 74
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 75
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
1. Colokkan kabel data ke GPS melalui kabel USB, tunggu beberapa saat
sampe komplit 100%.
Setelah itu, pilih tool transfer > receive from device, seperti :
Jika type GPS devices belum terbaca (aktif) klik Find Device, centang
waypoint dan Track, kemudian klik Receive.
LAPORAN PENDAHULUAN 76
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
Setelah itu kita Save, file ke dalam bentuk gdb atau gpx.
Catatan : jika waypoint tidak muncul, Pada GARMIN e-trex 10, Mapsource
hanya bisa digunakan untuk membackup (download) data Track sedangkan
waypoint dan route tidak dapat diunduh menggunakan mapsource. Hal ini
dikarenakan ketika dikonekan dengan komputer maka secara otomatis GPS
berubah menjadi data storage, dimana menyimpan datanya (waypoints,
routes, and tracks) dalam format file berextensi GPX. Map source dapat
membuka file GPX ini tetapi hanya satu buah file GPX saja, sehingga kita
LAPORAN PENDAHULUAN 77
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
harus memilih file GPX mana yang akan dibuka (dari data storage/GPS).
Tetapi kalo secara otomatis biasanya yang dibuka adalah file GPX saat ini
(terakhir). Dengan demikian route, waypoints maupun track dapat dibuka
menggunakan Mapsource, tetapi sebaiknya untuk backup yang lebih baik bisa
menggunakan software BASE CAMP yang juga merupakan produk dari
garmin.
Untuk itu buka file gpx yang tersimpan di GPS, dengan cara klik Menu > Open
Buka drive garmin e-trex (F) > folder garmin > folder gpx > pilih filenya.
Setelah itu buka Mapsource (tab baru) jadi ada 2 program mapsource terbuka.
Yang pertama yakni file yang telah kita simpan dalam bentuk gdb atau gpx
yang telah menampilkan track tadi. Tab kedua yakni file gpx untuk
menampilkan waypoint.
Copy waypoint ini ke tab mapsource sebelah, seperti ini :
LAPORAN PENDAHULUAN 78
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 79
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
MENGEDIT WAYPOINT
Point yang telah kita marking di lokasi akan membentuk titik (waypoint),
seperti gambar di bawah ini :
Nama Point
Simbol
Info tambahan
Link ke alamat
file/URL
LAPORAN PENDAHULUAN 80
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
Cara link ke foto, yakni dengan cara klik browse lalu arahkan folder foto yang
telah kita simpan.
Kemudian Open
LAPORAN PENDAHULUAN 81
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
Dalam hal ini, kita bisa menambahkan atau menghapus waypoint. Waypoint
dapat dihapus dengan cara klik kanan pada waypoint tersebut lalu klik delete
waypoint.
Setelah itu ubahlah nama, symbol ataupun comment yang tertera. Contoh
nama kampung, sekolah, kantor-kantor, dll.
Mengolah TRACK
Track merupakan jejak yang kita lewati terekam ke dalam GPS berupa garis.
Selama GPS dalam keadaan menyala dan mendapatkan sinyal satelit maka
akan terekam. Untuk itu perlu ada pengolahan data tracking untuk
memudahkan dalam pengolahan data survey kita.
Contoh dalam Survey Jalan ini, data track sangat diperlukan utama data-data
ruas jalan. Kita dapat mengolah data tracking jalan kita di program ini.
LAPORAN PENDAHULUAN 82
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
Memotong Track
Data tracking jalan dapat kita potong, misalkan berdasarkan ruas jalan. Dari
keseluruhan track yang tersimpan dalam 1 track, dapat kita memilah-milah ke
beberapa track.
LAPORAN PENDAHULUAN 83
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
Pilih Track
Divided
Setelah itu select garis yang telah dipotong tadi, maka garis yg deselect
berwarna kuning. Inilah hasil pemotongan/pemisahan track tadi. Lalu ubahlah
nama (rename) agar lebih mudah diidentifikasi ruas-ruas jalan yang ada.
LAPORAN PENDAHULUAN 84
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 85
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 86
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 87
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
PYTHON PROGRAMMING
Python merupakan bahasa pemrograman yang freeware atau perangkat
bebas dalam arti sebenarnya, tidak ada batasan dalam penyalinannya
atau mendistribusikannya. Lengkap dengan source codenya, debugger
dan profiler, antarmuka yang terkandung di dalamnya untuk pelayanan
antarmuka, fungsi sistem, GUI (antarmuka pengguna grafis), dan basis
LAPORAN PENDAHULUAN 88
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
METODE,
Metode ini merupakan model klasik yang bersifat sistematis dan mudah
dipahami karena berurutan dalam tahapan membangun software.
Waterfall Model menurut referensi Roger S. Pressman dapat
digambarkan sebagai berikut :
LAPORAN PENDAHULUAN 89
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 90
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 91
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
Dalam tahap ini juga berdasarkan informasi yang didapat pada tahap
eksternal, maka dapat ditentukan semua rules (enterprise rule) yang
berlaku pada enterprise yang bersangkutan. Rule ini akan sangat
berperan dalam menetukan relasi-relasi yang terdapat dalam model
konseptual, yang pada akhirnya akan menetukan table-tabel basis
datanya pada saat implementasi.
Secara sederhana, tahap konseptual terdiri atas 2 tahap kegiatan yaitu;
1) Model konseptual, mulai dari mengorganisasikan data, memilih,
mengelompokkan, menyederhanakana, menetapkan, enterprise rule
dan membuat Entity Relationship (E-R) diagram.
2) Model logical, mulai membuat E-R data secara terpadu,
menetapkan key dan membuat table skeleton jalan secara
terstruktur.
LAPORAN PENDAHULUAN 92
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 93
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 94
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 95
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 96
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 97
Survey Kondisi Jalan
KABUPATEN ENREKANG
LAPORAN PENDAHULUAN 98