Anda di halaman 1dari 16

PENENTUAN FUNGSI DAN STATUS JARINGAN JALAN DI WILAYAH

KABUPATEN STUDI KASUS KABUPATEN CIANJUR


ILHAM
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Suryakancana Cianjur
ilhamipong@yahoo.co.id
Abstrak
Berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintasnya, fungsi jalan terdiri dari arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan. Fungsi jalan ini terdapat pada sistem jaringan jalan primer dan sekunder.Di wilayah
kabupaten Cianjur terdapat jaringan jalan nasional sepanjang 63,66 km, terdiri dari jalan arteri
primer sepanjang 36,86 km, dan jalan kolektor primer (Kolektor 1) sepanjang 26,80 km, jaringan
jalan provinsi sepajang 178.16 km yang berfungsi sebagai jalan kolektor primer (kolektor 2) dan
status jalan kabupaten sepanjang 823,39 km. Berdasarkan data inventarisasi jaringn jalan Dinas
PU Bina Marga Kabupaten Cianjur, lebih dari 6.423 km panjang jalan terdapat di wilayah
kabupaten Cianjur.Ini berarti terdapat lebih dari 5.358 km panjang jalan yang belum ditetapkan
fungsi dan statusnya.Oleh sebab itu dipandang perlu segera ditentukan fungsi dan status
jaringan jalan di wilayah kabupaten Cianjur tersebut.
Kata Kunci : Klasifikasi fungsi jalan, status jalan, Arteri Primer, Kolektor Primer, Lokal Primer
1. PENDAHULUAN
Jalan adalah prasarana transportasi darat
yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas
permukaan
tanah,
di
bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan
lori, dan jalan kabel.
Jalan sebagai salah satu prasarana
transportasi mempunyai peranan penting
untuk mewujudkan sasaran pembangunan
seperti pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan
perwujudan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Sebagai bagian dari
sistem
transportasi
nasional,
jalan
mempunyai peranan penting terutama
dalam mendukung ekonomi, sosial budaya,
lingkungan,
politik,
serta
pertahanan
keamanan. Dari aspek ekonomi, jalan
berfungsi
untuk
memperlancar
arus
distribusi barang dan jasa serta berperan
dalam peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Dari aspek
sosial budaya, keberadaan jalan membuka
cakrawala masyarakat yang dapat menjadi
wahana perubahan sosial, membangun
JURNAL TEKNIK

toleransi, dan mencairkan sekat budaya.


Dari aspek lingkungan, keberadaan jalan
diperlukan untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan.
Dari
aspek
politik,
keberadaan jalan menghubungkan dan
mengikat antar wilayah, sedangkan dari
aspek pertahanan keamanan, keberadaan
jalan memberikan akses dan mobilitas
dalam penyelenggaraan sistem pertahanan
dan keamanan. Selain daripada itu,
pengembangan prasarana transportasi jalan
juga
ditujukan
untuk
membuka
akses/hubungan antar satu wilayah dengan
wilayah lain.
Di wilayah kabupaten Cianjur terdapat
sekitar 6.000 km panjang jalan yang mana
berdasarkan statusnya, terdiri dari jalan
nasional sepanjang 63,66 km (Keputusan
Menteri
Permukiman
dan
Prasarana
Wilayah Nomor : 376/KPTS/M/2004), jalan
provinsi sepanjang 178,16 km (SK Gubernur
Jawa Barat
Nomor : 620/Kep. 294Sarek/2007),
dan
jalan
kabupaten
sepanjang 829,39 km (SK Gubernur Jawa
Barat Nomor : 620/SK.74-Prny.Prog/98),
sedangkan sisanya lebih dari 5.000 km
belum memiliki status. Jalan yang belum
memiliki status ini menjadi tidak jelas
kewenangan penyelenggaraannya yang
meliputi
pengaturan,
pembinaan,

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

10-23

pembangunan, dan pengawasan. Hal ini


tentunya menjadi permasalahan bagi
pemerintah kabupaten Cianjur karena
jaringan jalan tersebut berada di wilayah
kabupaten Cianjur. Mengingat status jalan
ditetapkan berdasarkan fungsi dari jalan,
sehingga dipandang perlu untuk mengkaji
kembali terhadap fungsi dan status jalan
yang sudah ada, agar kedepannya tidak ada
lagi jaringan jalan yang tidak memiliki status.
2. LANDASAN TEORI
Berdasarkan Undang-undang Nomor 38
Tahun 2004 tentang Jalan, jalan sesuai
dengan peruntukannya terdiri dari jalan
umum dan jalan khusus. Jalan umum
dikelompokkan menurut sistem, fungsi,
status, dan kelas. Jalan khusus bukan
diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam
rangka distribusi barang dan jasa yang
dibutuhkan.
a. Sistem Jaringan Jalan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34
Tahun 2006 tentang Jalan, Sistem jaringan
jalan merupakan satu kesatuan jaringan
jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan
primer dan sistem jaringan jalan sekunder
yang terjalin dalam hubungan hierarki.
1) Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem jaringan jalan primer disusun
berdasarkan rencana tata ruang nasional,
provinsi, kabupten/kota dan pelayanan
distribusi
barang
dan
jasa
untuk
pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua
simpul jasa distribusi yang berwujud pusatpusat kegiatan sebagai berikut :

Menghubungkan secara menerus pusat


kegiatan nasional (PKN), pusat kegiatan
wilayah (PKW), pusat kegiatan lokal
(PKL)
sampai
kepusat
kegiatan
lingkungan (PKLing)
Menghubungkan antra pusat kegiatan
nasional (PKN).

Untuk melayani lalu lintas menerus maka


ruas-ruas jalan dalam sistem jaringan jalan
primer tidak terputus walaupun memasuki
kawasan perkotaan.

JURNAL TEKNIK

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor


26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, sistem perkotaan
nasional terdiri atas :

Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat


Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat
Kegiatan Lokal (PKL).

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah


kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala internasional,
nasional, atau beberapa provinsi.

Pusat Kegiatan Strategis Nasional


(PKSN) adalah kawasan perkotaan yang
ditetapkan
untuk
mendorong
pengembangan kawasan perbatasan
negara.

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah


kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten/kota.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah


kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten/kota
atau beberapa kecamatan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan


Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten, pusat kegiatan di
wilayah kabupaten merupakan simpul
pelayanan
sosial,
budaya,
ekonomi,
dan/atau administrasi masyarakat di wilayah
kabupaten, yang terdiri atas :

Pusat Kegiatan Nasioanal (PKN) yang


berada di wilayah kabupaten;

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang


berada di wilayah kabupaten;

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berada


di wilayah kabupaten;

Pusat Kegiatan Strategis Nasional PKSN


yang berada di wilayah kabupaten; dan

Pusat-pusat lain di dalam wilayah


kabupaten
yang
wewenang
penentuannya ada pada pemerintah
daerah kabupaten.

Pusat-pusat kegiatan di dalam wilayah


kabupaten yang kewenangan penentuannya
oleh pemerintah kabupaten terdiri dari :

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

11-23

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)


merupakan kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa; dan

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)


merupakan pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala
antar desa.

2) Sistem Jaringan Jalan Sekunder


Sistem jaringan jalan sekunder disusun
berdasarkan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota dan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk masyarakat di dalam
kawasan perkotaan yang menghubungkan
secara menerus kawasan yang mempunyai
fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi
sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga,
dan seterusnya sampai ke persil.

tidak terbaurkan. Fungsi primer, fungsi


sekunder kesatu, serta fungsi sekunder
kedua dan seterusnya terikat dalam satu
hubungan hierarki.
b. Fungsi Jalan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34
Tahun 2006 tentang Jalan, berdasarkan sifat
dan pergerakan pada lalu lintas dan
angkutan jalan, fungsi jalan dikelompokkan
ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan
lokal, dan jalan lingkungan.
1) Jalan arteri : merupakan jalan umum
yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara berdaya
guna.

Kawasan yang mempunyai fungsi


primer (F1) adalah kawasan perkotaan
yang mempunyai fungsi pelayanan, baik
untuk kawasan perkotaan maupun untuk
wilayah di luarnya.

2) Jalan kolektor : merupakan jalan umum


yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan ratarata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi.

Kawasan yang mempunyai fungsi


sekunder adalah kawasan perkotaan
yang mempunyai fungsi pelayanan hanya
dalam wilayah kawasan perkotaan yang
bersangkutan.

3) Jalan lokal : merupakan jalan umum


yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Kawasan fungsi sekunder kesatu


(F2.1) adalah kawasan perkotaan yang
mempunyai fungsi pelayanan seluruh
wilayah
kawasan
perkotaan
yang
bersangkutan.

4) Jalan lingkungan : merupakan jalan


umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak
dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Kawasan fungsi sekunder kedua (F2.2)


adalah
kawasan
perkotaan
yang
mempunyai fungsi pelayanan yang
merupakan bagian dari pelayanan
kawasan fungsi sekunder kesatu.
Kawasan fungsi sekunder ketiga (F2.3)
adalah
kawasan
perkotaan
yang
mempunyai fungsi pelayanan yang
merupakan bagian dari pelayanan
kawasan fungsi sekunder kedua.
Persil adalah sebidang tanah dengan
ukuran
tertentu
untuk
keperluan
perumahan atau kegiatan lainnya.

Kawasan yang mempunyai fungsi primer


dan kawasan yang mempunyai fungsi
sekunder harus tersusun secara teratur dan
JURNAL TEKNIK

Fungsi jalan tersebut terdapat pada sistem


jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder.
Jaringan jalan yang terdapat pada sistem
jaringan primer dinyatakan sebagai jalan
arteri primer, jalan kolektor primer, jalan lokal
primer, dan jalan lingkungan primer.
1) Jalan arteri primer
berdaya guna :

adalah

secara

menghubungkan antar-PKN; atau

menghubungkan antara PKN dengan


PKW.

2) Jalan kolektor primer adalah secara


berdaya guna :

menghubungkan antara PKN dengan


PKL;

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

12-23

menghubungkan antar-PKW; atau

menghubungkan antara PKW dengan


PKL.

menghubungkan
kawasan
sekunder
kesatu (F2.1) dengan perumahan;

menghubungkan
kawasan
sekunder
kedua (F2.2) dengan perumahan;

menghubungkan
kawasan
sekunder
ketiga (F2.3) dan seterusnya sampai ke
perumahan.

3) Jalan lokal primer


berdaya guna :

adalah

secara

menghubungkan PKN dengan PKLing;

menghubungkan PKW dengan PKLing;

menghubungkan antar-PKL; atau

menghubungkan PKL dengan PKLing,


serta

menghubungkan antar-PKLing.

4) Jalan lingkungan primer adalah :

menghubungkan antarpusat kegiatan di


dalam kawasan perdesaan (PKKw); dan

jalan di dalam
perdesaan.

lingkungan

kawasan

Berdaya guna dimaksudkan bahwa jalan


yang
digunakan
memerlukan
biaya
perjalanan terendah yang ditunjukkan
dengan dengan waktu tempuh tercepat,
factor hambatan samping kecil, dan kondisi
jalan baik.
Jaringan jalan yang terdapat pada sistem
jaringan sekunder dinyatakan sebagai jalan
arteri sekuner, jalan kolektor sekunder, jalan
lokal sekunder, dan jalan lingkungan
sekunder.

4) Jalan
lingkungan
sekunder
:
menghubungkan
antarpersil
dalam
kawasan perkotaan.
c. Status Jalan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34
Tahun 2006 tentang Jalan, jalan umum
menurut statusnya dikelompokkan ke
dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan
kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
1) Jalan nasional adalah :

jalan arteri primer;

jalan
kolektor
primer
yang
menghubungkan antaribukota provinsi;
dan

jalan strategis nasional, serta jalan tol.

2) Jalan provinsi adalah :

jalan
kolektor
primer
yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan
ibukota kabupaten/kota;

jalan
kolektor
menghubungkan
kabupaten/kota, dan;

jalan strategis provinsi.

1) Jalan arteri sekunder adalah :

menghubungkan kawasan primer (F1)


dengan kawasan sekunder kesatu (F2.1);

menghubungkan
kawasan
sekunder
kesatu (F2.1) dengan kawasan sekunder
kesatu (F2.1);

menghubungkan
kawasan
sekunder
kesatu (F2.1) dengan kawasan sekunder
kedua (F2.2).

2) Jalan kolektor sekunder adalah :

menghubungkan
kawasan
sekunder
kedua (F2.2) dengan kawasan sekunder
kedua (F2.2);
menghubungkan
kawasan
sekunder
kedua (F2.2) dengan kawasan sekunder
ketiga (F2.3).

primer
yang
antaribukota

3) Jalan kabupaten adalah :

jalan kolektor primer yang bukan


merupakan jalan nasional dan jalan
provinsi;

jalan lokal primer yang menghubungkan


ibukota kabupaten dengan ibukota
kecamatan;

jalan lokal primer yang menghubungkan


ibukota kabupaten dengan pusat desa;

jalan lokal primer yang menghubungkan


antar-ibukota kecamatan;

jalan lokal primer yang menghubungkan


ibukota kecamatan dengan desa;

3) Jalan lokal sekunder adalah :


JURNAL TEKNIK

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

13-23

jalan lokal primer yang menghubungkan


antar-desa;

jalan sekunder dalam wilayah kabupaten,


dan jalan strategis kabupaten.

4) Jalan kota : adalah jalan umum dalam


sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan
dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan
dengan
persil,
menghubungkan
antarpersil,
serta
menghubungkan antarpusat permukiman
yang berada di dalam kota.
5) Jalan desa adalah :

jalan lingkungan primer dan jalan lokal


primer yang tidak termasuk jalan
kabupaten di dalam kawasan perdesaan;

jalan umum yang menghubungkan


kawasan dan/atau antar-permukiman di
dalam desa.

d. Penetapan Sistem Jaringan


Fungsi Jalan, dan Status Jalan

Jalan,

1) Penetapan Sistem Jaringan Jalan


Menurut Pasal 60 Peraturan Pemerintah
Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, sistem
jaringan jalan sebagai sistem jaringan jalan
primer ditetapkan dengan keputusan Menteri
dengan memperhatikan pendapat menteri
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang transportasi.
2) Penetapan Fungsi Jalan
Menurut Pasal 61 Peraturan Pemerintah
Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan :
a) Penetapan ruas-ruas jalan menurut
fungsinya sebagai jalan arteri primer dan
jalan
kolektor
primer
yang
menghubungkan antar ibukota provinsi
dilakukan
secara
berkala
dengan
keputusan Menteri.
b) Penetapan ruas-ruas jalan menurut
fungsinya dalam sistem jaringan jalan
sekunder, jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer selain dimaksud
pada huruf a), jalan lokal dalam sistem
jaringan jalan primer, serta jalan
lingkungan dalam sistem jaringan jalan
primer dilakukan secara berkala dengan
Keputusan Gubernur, berdasarkan usul
Bupati/wali kota yang bersangkutan
JURNAL TEKNIK

dengan
memperhatikan
keputusan
menteri sebagaimana dimaksud pada
huruf a) dan berdasarkan pedoman yang
ditetapkan menteri.
3) Penetapan Status Jalan
Menurut Pasal 62 Peraturan Pemerintah
Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan :
a) Penetapan status ruas jalan sebagai jalan
nasional dilakukan secara berkala
dengan keputusan Menteri dengan
memperhatikan fungsi jalan yang telah
ditetapkan.
b) Penetapan status ruas jalan sebagai jalan
provinsi dilakukan dengan Keputusan
Gubernur yang bersangkutan, dengan
memperhatikan
keputusan
Menteri
sebagaimana dimaksud pada huruf a)
dan fungsi jalan yang telah ditetapkan.
c) Penetapan status ruas jalan sebagai jalan
kabupaten dilakukan dengan keputusan
bupati yang bersangkutan.
d) Penetapan status ruas jalan sebagai jalan
kota dilakukan
dengan keputusan
walikota yang bersangkutan.
e) Penetapan status suatu ruas jalan
sebagai jalan desa dilakukan dengan
keputusan bupati yang bersangkutan.
f)

Penetapan ruas-ruas jalan menurut


statusnya dilakukan secara berkala dan
dengan memperhatikan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri.

3. FORMULASI
HUBUNGAN
ANTAR
PUSAT
KEGIATAN
DENGAN
JARINGAN JALAN
Dari penjelasan mengenai sistem, fungsi
dan status dari jaringan jalan serta
mengenai fungsi kawasana perkotaan yang
dihubungkan oleh jaringan jalan, maka
hubungan antara sistem, fungsi dan status
jaringan jalan dengan fungsi kawasan
perkotaan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Hubungan Struktur Hirarki Kawasan
Perkotaan dan Sistem Jaringan Jalan
Primer
Matrik hubungan antara hirarki kawasan
perkotaan dengan peranan ruas jalan

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

14-23

penghubungnya dalam sistem jaringan jalan


primer diperlihatkan pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Hubungan Antara Hirarki Kota Dengan Peranan Ruas Jalan
Penghubungnya Dalam Sistem Jaringan Jalan Primer
PERKOTAAN

PKN

PKW

PKL

PPK

PPL

PERSIL

PKN

Arteti

Arteri

Kolektor

Lokal

Lokal

Lokal

PKW

Arteri

Kolektor

Kolektor

Lokal

Lokal

Lokal

PKL

Kolektor

Kolektor

Lokal

Lokal

Lokal

Lokal

PPK

Lokal

Lokal

Lokal

Lokal

Lokal

Lokal

PPL

Lokal

Lokal

Lokal

Lokal

Lokal

Lokal

PERSIL

Lokal

Lokal

Lokal

Lokal

Lokal

Lingkungan

b. Hubungan Struktur Hirarki Kawasan


Perkotaan dan Sistem Jaringan Jalan
Sekunder

penghu
jalan
Tabel 2

c. Matriks hubungan antara kawasan


perkotaan dengan peranan ruas jalan

d.

e.
f.

Tabel 2. Hubungan Antara Hirarki Di Dalam Kawasan


Perkotaan Dengan Peranan Ruas Jalan Penghubungnya Dalam
Sistem Jaringan Jalan Sekunder

av.
aw.
4. ANALISIS FUNGSI DAN STATUS
JARINGAN JALAN DI KABUPATEN
CIANJUR
a.

Berdasarkan Keputusan Menteri


Permukiman dan Prasarana Wilayah
Nomor : 375/KPTS/M/2004 tentang
Penetapan Ruas-ruas Jalan Primer
Menurut Peranannya Sebagai Jalan
Arteri, Jalan Kolektor 1, Jalan Kolektor 2,
dan Jalan Kolektor 3, dan Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah Nomor : 376/KPTS/M/2004

ax. tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan


Menurut Statusnya Sebagai Jalan
Nasional, di wilayah kabupaten Cianjur
terdapat Jalan Nasional sepanjang 63,66
km, dengan fungsinya terdiri dari jalan
arteri primer (Arteri) sepanjang 36,86 km,
dan jalan kolektor primer (Kolektor 1)
sepanjang
26,80
km
yang
menghubungkan antar kota Jakarta dan
kota Bandung. Ruas-ruas jalan nasional
tersebut sebagaimana terlihat pada Tabel
3 berikut.
ay.

JURNAL TEKNIK

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

15-23

az.
ba.

Tabel 3. Ruas Jalan Nasional di Kabupaten Cianjur

bi.
bh. 20,62
bl.

bm.
2,08

bp.

bq.
3,10

bt.

bu.
1,00

by.
bx. 13,65
cc.
cb.

4,63

cf. cg.
12,58
cj. ck.
0,72
co.
cn.

3,11
cs.

cy.
dc.

cz.

cr.

0,99

cv.

cw.
1,18
da.
63,66

Panjang Jalan Nasional

(Sumber : Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor :


Nomor : 376/KPTS/M/2004).

db.

375/KPTS/M/2004 dan

dd.

b.

Berdasarkan
Keputusan
Gubernur Jawa Barat Nomor : 620/Kep.
294-Sarek/2007
tentang
Penetapan
Ruas-ruas Jalan Menurut Statusnya
Sebagai Jalan Provinsi Jawa Barat, di
wilayah kabupaten Cianjur terdapat Jalan
Provinsi sepanjang 178,16 km, dengan

fungsinya terdiri dari jalan Kolektor primer


yang menghubungkan ibu kota Provinsi
dengan
ibu
kota
Kabupaten/Kota
(Kolektor 2) dan jalan strategis provinsi.
Ruas
jalan
provinsi
tersebut
sebagaimana terlihat pada Tabel 4 berikut
:

c.
d. Tabel 4. Ruas Jalan Provinsi di Kabupaten Cianjur
g.
e.
NO

f.

NAMA RUAS JALAN


h.

j.

n.

k.

SP3. PERINTIS KEMERDEKAAN(PASIR HAYAM )


CIBEBER

o.

JL. RAYA CIBEBER (CIBEBER)

JURNAL TEKNIK

PA
NJ
AN
G
(km
)

l.

1
0.56

p.

2
.62

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

i.
F

m.
K
q.
K

16-23

r.

v.

z.

ad.

s.

CIBEBER SUKANAGARA

w.

JL. RAYA SUKANAGARA (SUKANAGARA)

aa. SUKANAGARA SINDANGBARANG

ae. JL. RAYA SUKANAGARA (SINDANGBARANG)

t.

2
6.12

x.

2
.07

ab.

6
2.46

af.

1
.26

ah.

ai. SELAJAMBE - CIBOGO - CIBEET (LEWAT JL


BARU)

aj.

2
8.70

al.

am. CIDAUN - NARINGGUL - BTS.


CIANJUR/BANDUNG

an.

4
0.31

ar.

4
,06

av.

1
78,16

ap.
aq. CITARUM CIANJUR
at.

au.

Panjang Jalan Provinsi

u.
K
y.
K
ac.
K
ag.
K
ak.
K
ao.
K
as.
K
aw.

ax.
(Sumber : SK Gubernur Jawa Barat Nomor : 620/Kep.293-Sarek/2007 dan Nomor : 620/Kep. 294Sarek/2007)

ay.
az. Berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat
I Jawa Barat Nomor : 620/SK. 74
PENY. PROG/98 tentang
Penetapan Status Ruas-ruas
Jalan Sebagai Jalan Kabupaten /
Kotamadya,
status
Jalan
Kabupaten Cianjur sebanyak 160
ruas dengan panjang 828,390
km,
dengan
fungsinya
merupakan jalan lokal dalam
sistem jaringan jalan primer.
Ruas jalan tersebut adalah ruas
ruas jalan di luar jalan nasional
dan jalan provinsi, yaitu terdiri
dari :
1) Ruas-ruas jalan yang menghubungkan
kota Cianjur dengan ibu kota kecamatan
di dalam wilayah kabupaten Cianjur;
2) Ruas-ruas jalan yang menghubungkan
antar ibukota kecamatan di wilayah
kabupaten Cianjur;
3) Ruas-ruas jalan yang menghubungkan
kota Cianjur dengan pusat kegiatan lokal
di dalam wilayah kabupaten Cianjur;

JURNAL TEKNIK

4) Ruas-ruas jalan yang menghubungkan


antar pusat kegiatan lokal di dalam
wilayah kabupaten Cianjur;
5) serta ruas-ruas jalan strategis kabupaten
Cianjur, yaitu ruas-ruas jalan yang
diprioritaskan
untuk
melayani
kepentingan kabupaten berdasarkan
pertimbangan untuk membangkitkan
pertumbuhnan
ekonomi,
dan
kesejahteraan masyarakat kabupaten
Cianjur. Dari hasil analisis terhadap
Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana
Wilayah
Nomor
:
376/KPTS/M/2004 tentang Penetapan
Ruas-ruas Jalan Menurut Statusnya
Sebagai Jalan Nasional dan Keputusan
Gubernur Jawa Barat Nomor : 620/Kep.
294-Sarek/2007
tentang
Penetapan
Ruas-ruas Jalan Menurut Statusnya
Sebagai Jalan Provinsi Jawa Barat, serta
Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor :
620/SK. 74 PENY. PROG/98 tentang
Penetapan Status Ruas-ruas Jalan
Sebagai Jalan Kabupaten / Kotamadya,
terdapat 1.065,21 km yang telah
ditetapkan statusnya, yaitu terdiri dari :
jalan nasional panjang 63,66 km, jalan
provinsi panjang 178,16 km dan Jalan
Kabupaten
panajang
823,39
km.

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

17-23

Sementara
berdasarkan
data
inventarisasi jaringan jalan yang dimiliki
oleh Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
kabupaten Cianjur, lebih dari 6.423 km
panjang jalan yang terdapat di wilayah
kabupaten Cianjur (tidak termasuk jalan
Nasional dan Jalan Provinsi). Ini berarti
terdapat lebih dari 5.358 km panjang
jalan yang belum ditetapkan fungsi dan
statusnya (non status).
ba.
5. EVALUASI FUNGSI DAN STATUS
JARINGAN JALAN DI KABUPATEN
CIANJUR
bb. Dari hasil analisis yang dilakukan
terhadap status jalan di wilayah
kabupaten Cianjur, ternyata lebih
dari 5.358 km yang belum
memiliki status. Hal ini tentunya
menimbulkan
permasalahan
dalam
hal
menentukan
pemerintah pada tingkatan mana
yang bertanggungjawab dalam
hal
penyelenggaraan
jalan
nonstatus tersebut yang meliputi
pengaturan,
pembinaan,
pembangunan
dan
pengawasannya. Kondisi seperti
ini merupakan masalah yang
sangat krusial bagi pemerintah
Kabupaten Cianjur terkait dengan
tuntutan masyarakat terhadap
kondisi
jalan
yang
perlu
penanganan.
Disatu
pihak
masyarakat
membutuhkan
tersedianya prasarana jaringan
jalan yang baik untuk memenuhi
kebutuhannya, sementara di lain
pihak
pemerintah
yang
bertanggungjawab
terhadap
jaringan jalan tersebut tidak ada.
Kondisi seperti ini harus segera
di atasi agar permasalahan
penyelenggaraan jalan yang
belum berstatus tersebut menjadi
jelas.
bc. Berdasarkan
permasalahan
tersebut diatas, untuk itu perlu
dikaji kembali status jalan yang
berada di Kabupaten Cianjur,
terutama dengan mengevaluasi
status Jalan Kabupaten Cianjur
JURNAL TEKNIK

yang
sudah
ada,
yaitu
berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur Jawa Barat No.
620/SK.4-PENYPROG/98
tentang Penetapan Status Ruasruas
jalan
sebagai
jalan
Kabupaten/Kotamadya,
agar
jaringan jalan yang belum
memiliki statu menjadi jelas
statusnya,
sehingga
dengan
demikian akan mudah bagi setiap
tingkatan pemerintahan untuk
melakukan
manajemen
penyeleng-garaannya.
bd. Apabila
dilihat
dari
data
inventarisasi jalan yang dimiliki
Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga kabupaten Cianjur, ruasruas jalan sepanjang 5.358 km
yang belum memiliki status
tersebut, berdasarkan riwayatnya
pengerjaannya, sebagian besar
berasal dari jalan-jalan desa
bedasarkan
Undang-undang
Jalan Nomor 13 Tahun 1980
tentang Jalan, yang sekarang
telah dicabut dan diganti dengan
Undang-Undang
Nomor
38
Tahun 2004 tentang Jalan,
kemudian ada juga ruas jalan
tersebut berasal dari jalan-jalan
perkebunan dan jalan-jalan yang
dibangun
oleh
Pemerintah
Kabupaten Cianjur serta oleh
Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Ruas jalan yang dibangun oleh
Pemerintah
Pusat
dan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat
tersebut memiliki panjang 96,602
km membentang di sepanjang
pantai selatan kabupaten Cianjur.
Jaringan
jalan
tersebut
menghubungkan
wilayah
kabupaten
Cianjur
Selatan
dengan kabupaten Sukabumi dan
kabupaten Garut. Ruas jalan
tersebut diantaranya adalah ruas
jalan
Sindangbarang

Tegalbuleud panjang 52,303 km,


ruas jalan Sindangbarang
Cidaun panjang 26,049 km dan
ruas jalan Cidaun Cisela
Cilaki panjang 18,250 km.

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

18-23

be. Jika dilihat dari perannya dalam


melayani lalu lintas distribusi
barang dan jasa, ruas jalan
tersebut memiliki peran sebagai
jalan
primer
yang
menghubungkan antara pusatkegiatan yang berada di wilayah
selatan Jawa Barat.
bf. Agar ruas jalan sepanjang 5.358
km yang belum memiliki status
tersebut
dapat
ditetapkan
statusnya, terlebih dahulu harus
ditetapkan fungsi dari masingmasing ruas jalan tersebut,
sehingga berdasarkan dari fungsi
masing-masing
ruas
jalan
tersebut
dapat
ditentukan
statusnya.
bg. Oleh sebab itu dipandang perlu
untuk dilakukannya peninjauan
kembali
Surat
Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat
I Jawa Barat Nomor : 620/SK. 74
PENY. PROG/98 tentang
Penetapan Status Ruas-ruas
Jalan Sebagai Jalan Kabupaten/
Kotamadya, karena pada Surat
Keputusan Gubernur tersebut
status Jalan Kabupaten Cianjur
hanya sebanyak 160 ruas
dengan panjang 828,390 km,
sementara dari data inventarisasi
jalan
yang
dimiliki
Dinas
Pekerjaan Umum Bina Marga
Kabupaten Cianjur lebih dari
6.423 km panjang jalan terdapat
di wilayah kabupaten Cianjur
(tidak termasuk jalan Nasional
dan Jalan Provinsi).

2)
Pahami kriteria klasifikasi fungsi jalan
arteri, kolektor, lokal dan lingkungan di
dalam sistem jaringan jalan primer dan
sekunder.
3)
Gunakan RTRW Nasional, RTRW
Provinsi Jawa Barat, dan Rencana
Struktur Ruang Kabupaten Cianjur pada
RTRW Kabupaten Cianjur tahun 2011
2031 untuk mengindikasikan hirarki kotakota atau pusat-pusat kegiatan di wilayah
kabupaten Cianjur
yang berfungsi
sebagai PKWp, PKL, PPK, dan PPL.
4)
bi.

b) PKL Perkotaan Sindangbarang


c) PKLp Perkotaan Cipanas,
d) PKL Perdesaan Sukanagara
e) PPK Pacet, PPK Ciranjang, PPK
Warungkondang, PPK Pagelaran,
dan PPK Cidaun
f)

PPL
Cikalongkulon,
PPL
Bojongpicung, PPL Takokak, PPL
Campakamulya, PPL Cibinong, PPL
Naringgul dan PPL Agrabinta.

5)
Gunakan peta jaringan jalan yang
memiliki informasi seluruh jaringan jalan
yang menghubungkan kota-kota yang
memiliki fungsi sebagaimana yang telah
diindikasikan tersebut di atas serta peta
tata guna lahan baik untuk keadaan
sekarang
maupun
rencana
perkembangan-nya di masa mendatang.
6)
Identifikasikan jaringan jalan yang
menghubungkan
kota-kota
yang
mempunyai fungsi sebagai pusat-pusat
kegiatan sebagaimana yang telah
ditentukan tersebut di atas, yaitu sebagai
jaringan jalan primer.

6. PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI


JALAN DI WILAYAH KABUPATEN
CIANJUR

7)
Selanjutnya dengan memperhatikan
hirarki fungsi kota, identifikasikan jaringan
jalan yang berfungsi sebagai jalan arteri
primer, jalan kolektor primer, jalan lokal
primer, dan jalan lingkungan primer.

a. Tahapan Penentuan Klasifikasi Fungsi


Jalan pada Sistem Primer di Wilayah
Kabupaten Cianjur :

JURNAL TEKNIK

dari :

a) PKWp Cianjur,

bh.

1)
Pelajari pengertian sistem dan
klasifikasi fungsi jalan berdasarkan
Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004
tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah
Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan.

Kota-kota tersebut diantaranya terdiri

a) Jalan arteri primer, yaitu :

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PKWp Cianjur dengan PKN
Bandung;

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

19-23

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPK Ciranjang dengan desa
disekitarnya;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PKWp Cianjur dengan PKL
Sukanegara dan PKL Sindangbarang;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPK Warungkondang dengan PPL
Takokak;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PKL Sukanegara dengan PKW
Sukabumi;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPK Warungkondang dengan
desa sekitarnya;

Jaringan
jalan yang menghubungkan
antara PKL Sukanegara dengan PKN
Bandung;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPK Pagelaran dengan kota
Kadupandak;

Jaringan
jalan yang menghubungkan
antara PKL Sindangbarang dengan PKW
Pelabuhan Ratu;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPK Pagelaran dengan desa
selitarnya;

Jaringan
jalan yang menghubungkan
antara PKL Sindangbarang dengan PKW
Garut;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPK Cidaun dengan desa
sekitarnya.

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPL Cikalongkulon dengan desa
sekitranya;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPL Bojongpicung dengan desa
sekitranya;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPL Takokak dengan Kecamatan
Kadupandak;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPL Takokak dengan desa
sekitranya;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPL Campakamulya dengan desa
sekitarnya;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPL Cibinong dengan desa
sekitarnya;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPL Naringgul dengan desa
sekitarnya;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPL Agrabinta dengan desa
sekitarnya;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara Kecamatan Kadupandak dengan
desa sekitarnya.

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PKWp Cianjur dengan PKN
Jakarta melalui PKW Sukabumi.

b) Jalan kolektor primer, yaitu :

c) Jalan lokal primer, yaitu :

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PKWp Cianjur dengan desa
disekitarnya;

Jaringan jalan yang menghubungkan


PKLp Cipanas dengan desa disekitarnya;

Jaringan jalan yang menghubungkan PKL


Sukanagara dengan desa disekitarnya;

Jaringan jalan yang menghubungkan PKL


Sindangbarang
dengan
desa
disekitarnya;

Jaringan
jalan yang menghubungkan
antara PPK Pacet dengan PPK
Warungkondang;

Jaringan
jalan yang menghubungkan
antara PPK Pacet dengan PPL
Cikalongkulon;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPK Pacet dengan desa
disekitarnya;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPK Ciranjang dengan PPL
Cikalongkulon;

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara PPK Ciranjang dengan PPL
Bojongpicung;

JURNAL TEKNIK

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

20-23

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara kecamatan Gegbrong dengan
desa sekitarnya;

d) Jalan lingkungan primer, yaitu jalan-jalan


di dalam kawasan perdesaan yang
menghubungkan antara persil.

Jaringan jalan yang menghubungkan


antara kecamatan Cikadu dengan desa
sekitarnya.

8)
Skema Rencana Struktur Ruang
Kabupaten Cianjur sebagaimana terlihat
pada gambar 3 sebagai berikut :

9)

10)
12)

11) Sumber : RTRW Kabupaten Cianjur 2011 - 2031

Gambar 3 :Rencana Struktur Ruang Kabupaten Cianjur


13)

b. Tahapan Penentuan Klasifikasi Fungsi


Jalan pada Sistem Sekunder di
kawasan perkotaan kabupaten
c.

Cianjur :

1)
Gunakan RTRW Kabupaten Cianjur
tahun 2011 2031 dan RDTR kota
Cianjur dan wilayah perkotaan lainnya
untuk
mengindikasikan
pusat-pusat
kegiatan masyarakat dan hirarki masingmasing fungsi kawasan perkotaan
sebagai fungsi kawasan primer (F1);
kawasan sekunder satu (F2,1); kawasan
sekunder dua (F2,2); kawasan sekunder
tiga (F2,3); dan kawasan perumahan.
2)
Review kondisi perkotaan Cianjur
dan kawasan perkotaan lainnya pada
saat ini dan kemungkinan perkembangan
pada masa yang akan datang (sampai 20
tahun ke depan).
3)
Perkirakan
rencana
perubahan
pusat-pusat kegiatan masyarakat di masa
yang akan datang berdasarkan potensi
kawasan yang ada.
JURNAL TEKNIK

4)
Identifikasikan jaringan jalan yang
menghubungkan fungsi-fungsi kawasan
perkotaan tersebut sebagai jaringan jalan
sekunder.
5)
Dengan diketahuinya hirarki fungsi
kawasan perkotaan, maka berdasarkan
pengertian klasifikasi fungsi jalan yang
terdapat pada sistem jaringan sekunder,
maka dapat diidentifikasi klasifikasi fungsi
jalan yang ada yaitu terdiri dari arteri
sekunder, kolektor sekunder, lokal
sekunder dan lingkungan sekunder.
d.
7. SARAN
DAN
REKOMENDASI
PENETAPAN KLASIFIKASI FUNGSI
JALAN
a. Setelah dilakukan identifikasi
terhadap ruas-ruas jalan yang
menghubungkan
kota-kota
yang
berfungsi
sebagai
pusat-pusat kegiatan serta
ruas-ruas
jalan
yang
menghubungkan
fungsi-

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

21-23

fungsi kawasan di dalam


setiap kawasan perkotaan,
selanjutnya
dengan
memperhatikan hirarki dari
pusat-pusat kegiatan serta
fungsi-fungsi
kawasan
perkotaan,
maka
dapat
ditentukan salah satu ruas
jalan dari beberapa alternatif
ruas jalan yang ada untuk
ditentukan klasifikasi fungsi
jalannya, dimana dipilih ruas
jalan yang mendekati kriteria
klasifikasi fungsi jalan yang
telah ditetapkan. Untuk itu
perlu dilakukan identifikasi di
lapangan untuk penilaian
terhadap kesesuaian dengan
kriteria penentuan klasifikasi
fungsi jalan.
b. Secara garis besar langkahlangkah yang harus dilakukan
pada
saat
melakukan
identifikasi
di
lapangan
adalah sebagai berikut :
1) Lakukan pengamatan di lapangan
berdasarkan indikasi dalam RTRW
Kabupaten Cianjur tahun 2011 2031
dan RDTR kota Cianjur dan wilayah
perkotaan lainnya yang sudah ada;
2) Bila dalam indikasi hubungan antar hirarki
kota atau kawasan terdapat lebih dari
satu alternatif jalan, maka indikasikan
rute-rute alternatif tersebut dan lakukan
pengecekan di lapangan;
3) Cek kondisi geometri masing-masing rute
alternatif;
4) Amati kondisi atau karakteristik lalu-lintas
yang lewat pada jalan tersebut;
5) Survei kondisi fisik jalannya.
6) Pilih atau tentukan jalan alternatif yang
paling mendekati kriteria klasifikasi fungsi
jalan yang telah ditetapkan, berdasarkan
hasil pengecekan di lapangan.
c. Dari hasil pengamatan di
lapangan dan hirarki kota dan
fungsi
kawasan
dalam
perkotaan,
maka
perlu
dilakukan
penilaian
kesesuaian
penentuan
klasifikasi
fungsi
jalan.
JURNAL TEKNIK

Beberapa aspek yang perlu


dikaji dan dipahami adalah
sebagai berikut :
1) Karakteristik jaringan jalan, dengan
mempelajari jaringan jalan yang ada dan
kesesuaian kriteria dan fungsi jalannya,
maka dapat dikatagorikan klasifikasi
fungsi jalan yang sesuai;
2) Karakteristik lalu-lintas yang melewati
dan yang diperkirakan akan lewat jalan
tersebut
dapat
membantu
dalam
menentukan
dalam
menentukan
klasifikasi fungsi jalannya;
3) Karakteristik fisik dan geometri jalan,
berdasarkan
kondisi
fisik
dan
geometrinya, maka dapat ditentukan
fungsi jalan tersebut.
d. Dengan telah ditentukannya
klasifikasi fungsi jaringan
jalan pada sistem jaringan
primer dan pada sistem
jaringan
sekunder,
selanjutnya
direkomendasikan
kepada
instansi yang berwenang
sebagai
masukan
dalam
penetapan klasifikasi fungsi
jalan
sesuai
dengan
perundang-undangan
yang
berlaku, yaitu berdasarkan
Pasal
61
Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun
2006 tentang Jalan :
1) untuk jalan arteari dan jalan kolektor
primer yang menghubungkan antar
ibukota provinsi dalam sistem jaringan
jalan primer, ditetapkan oleh Menteri.
2) Untuk fungsi jalan dalam sistem jaringan
sekunder, jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer selain yang
ditetapkan menteri, jalan lokal dalam
sistem jaringan jalan primer, serta jalan
lingkungan dalam sistem jaringan jalan
primer ditetapkan oleh Gubernur.
e.
8. SARAN
DAN
REKOMENDASI
PENETAPAN
STATUS
JALAN
KABUPATEN DAN JALAN DESA
a. Penentuan
status
Jalan
Kabupaten dan Jalan Desa
berdasarkan pada fungsi

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

22-23

jaringan jalan yang telah


ditetapkan oleh instansi yang
berwenang. Mengingat Pasal
62 Peraturan Pemerintah
Nomor 34 Tahun 2006
tentang
Jalan,
bahwa
kewenangan
penetapan
status Jalan Nasional adalah
Menteri, penetapan status
Jalan
Provinsi
adalah
Gubernur dan penetapan
status Jalan Kabupaten serta
Jalan Desa adalah Bupati,
maka
perlu
dilakukan
pemisahan antara jaringan
jalan yang memiliki fungsi
sesuai dengan kriteria untuk
ditetapkan
sebagai
jalan
nasioanal
dan
provinsi
dengan jaringan jalan sesuai
dengan
kriteria
untuk
ditetapkan
sebagai
jalan
kabupaten dan jalan desa.
b. Adapun tahapan yang harus
dilakukan untuk penetapan
status jalan kabupaten dan
jalan desa adalah sebagai
berikut :
1) Identifikasikan jaringan jalan di wilayah
kabupaten Cianjur yang mempunyai
status sebagai Jalan Nasional, yaitu
sebagaimana yang telah ditetapkan
melalui Keputusan Menteri Permukiman
dan Prasarana Wilayah Nomor :
376/KPTS/M/2004 tentang Penetapan
Ruas-ruas Jalan Menurut Statusnya
Sebagai Jalan Nasional.
2) Identifikasi jaringan jalan di wilayah
kabupaten Cianjur yang mempunyai
status sebagai jalan Provinsi, yaitu
sebagaimana yang telah ditetapkan
melalui Keputusan Gubernur Jawa Barat
Nomor : 620/Kep. 294-Sarek/2007
tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan
Menurut Statusnya Sebagai Jalan
Provinsi Jawa Barat,
3) Dengan memanfaatkan data invetarisasi
jaringan jalan yang dimiliki Dinas
Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten
Cianjur, identifikasikan jaringan jalan
yang mempunyai fungsi strategis bagi
provinsi
untuk
direkomendasikan
statusnya sebagai jalan provinsi
JURNAL TEKNIK

4) Pisahkan jaringan jalan yang mempunyai


klasifikasi fungsi sebagai jalan sekunder
dan yang mempunyai fungsi sebagai
jalan lokal primer dari jaringan jalan yang
mempunyai
fungsi
sebagai
jalan
lingkungan primer dan jalan umum yang
menghubungkan
kawasan
dan/atau
antar-permukiman di dalam desa.
5) Jaringan
jalan
yang
mempunyai
klasifikasi fungsi sebagai jalan sekunder
dan yang mempunyai fungsi sebagai
jalan lokal primer tersebut, apabila
setelah
ditetapkan
statusnya
oleh
Gubernur, selanjutnya direkomendasikan
kepada instansi yang berwenang untuk
ditetapkan statusnya sebagai Jalan
Kabupaten.
6) Jaringan jalan yang mempunyai fungsi
sebagai jalan lingkungan primer dan jalan
umum yang menghubungkan kawasan
dan/atau antar-permukiman di dalam
desa,
apabila
setelah
ditetapkan
statusnya oleh Gubernur, selanjutnya
direkomendasikan kepada instansi yang
berwenang untuk ditetapkan statusnya
sebagai Jalan Desa.
c.
9. KESIMPULAN DAN SARAN
1) Terdapat lebih dari 5.358 km panjang
jalan di wilayah kabupaten Cianjur yang
belum ditetapkan fungsi dan statusnya.
2) Perlu dilakukannya peninjauan kembali
Surat Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor :
620/SK. 74 PENY. PROG/98 tentang
Penetapan Status Ruas-ruas Jalan
Sebagai Jalan Kabupaten/Kotamadya,
karena pada Surat Keputusan Gubernur
tersebut status Jalan Kabupaten Cianjur
hanya sebanyak 160 ruas dengan
panjang 828,390 km, sementara dari
data inventarisasi jalan yang dimiliki
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
Kabupaten Cianjur lebih dari 6.423 km
panjang jalan terdapat di wilayah
kabupaten Cianjur (tidak termasuk jalan
Nasional dan Jalan Provinsi).
3) Perlu ditetapkan fungsi-fungsi ruas jalan
yang berada di wilayah kabupaten
Cianjur melalui Keputusan Gubernur
Jawa Barat di luar ruas-ruas jalan yang

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

23-23

telah ditetapkan fungsinya melalui


keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana
Wilayah
Nomor
:
375/KPTS/M/2004 tentang Penetapan
Ruas-ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan
Primer Menurut Peranannya Sebagai
Jalan Arteri, Jalan Kolektor 1, Jalan
Kolektor 2, dan Jalan Kolektor 3, dan
Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor :
620/Kep.
293-Sarek/2007
tentang
Penetapan Ruas-ruas Jalan Dalam
Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya
Sebagai Jalan Kolektor 2, dan Jalan
Kolektor 3.
4) Perlu ditetapkan kembali status jalan
Kabupaten
Cianjur
oleh
Bupati
berdasarkan fungsi jalan yang ditetakan
oleh Gubernur Jawa Barat sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun
2006 tentang Jalan.
a.
b. DAFTAR PUSTAKA
c. Republik Indonesia Undang-undang
Republik Indonesia Nomor : 38 tahun
2004 tentang Jalan.
d. Republik Indonesia Undang-undang
Republik Indonesia Nomor : 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruang.
e. Republik
Indonesia
Peraturan
Pemerintan Republik Indonesia Nomor :
34 tahun 2006 tentang Jalan".
f. Republik
Indonesia
Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor :
26 tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional.
g. Kementerian
Pekerjaan
Umum
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor
:
16/PRT/M/2009
tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten.
h. Kementerian
Pekerjaan
Umum
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor
:
20/PRT/M/2011
tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Detail
Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota.
i. Kementerian
Pekerjaan
Umum
Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana
Wilayah
Nomor
:
375/KPTS/M/2004 tentang Penetapan
Ruas-ruas Jalan

JURNAL TEKNIK

j. Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut


Peranannya Sebagai Jalan Arteri, Jalan
Kolektor 1, Jalan Kolektor 2, dan Jalan
Kolektor 3.
k. Kementerian
Pekerjaan
Umum
Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana
Wilayah
Nomor
:
376/KPTS/M/2004 tentang Penetapan
Ruas-ruas Jalan Menurut Statusnya
Sebagai Jalan Nasional.
l. Kementerian
Pekerjaan
Umum
Pedoman Penentuan Klasifikasi Fungsi
Jalan di Kawasan Perkotaan Pd T-182004-B.
m.
n.
o.
Ruas-ruas Jalan Sebagai Jalan
Kabupaten/Kotamadya.
p. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
Kabupaten Cianjur Daftar Inventarisasi
Jaringan Jalan di Kabupaten Cianjur.
q. Propinsi
Jawa
Barat
Keputusan
Gubernur Jawa Barat Nomor : 620/Kep.
293-Sarek/2007
tentang
Penetapan
Ruas-ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan
Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan
Kolektor 2, dan Jalan Kolektor 3.
r. Propinsi
Jawa
Barat
Keputusan
Gubernur Jawa Barat Nomor : 620/Kep.
294-Sarek/2007
tentang
Penetapan
Ruas-ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan
Primer Menurut Statusnya Sebagai Jalan
Provinsi.
s. Propinsi Jawa Barat Surat Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa
Barat Nomor : 620/SK. 74 Peny.
Prog/1998 tentang Penetapan Status
t.
u.
v.
w.
x.
y.
z.
aa.
ab.
ac.
ad.
ae.
af.
ag.
ah.
ai.
aj.

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

24-23

ak.
al.
am.
an.

ao.
ap.
aq.

ar.

JURNAL TEKNIK

SIPIL VOLUME 01 No.02 ,MEI 2013

25-23

Anda mungkin juga menyukai