Disintegrasi berasal dari kata dis = tidak dan integrasi = menyatu/ penyatuan, Disintegrasi adalah
keadaan tidak bersatu padu; keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan.
Dalam hal ini kaitannya antara sistem transportasi dan pemanfaatan lahan, seperti yang terjadi di
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, sebagai kawasan pendidikan yang awalnya pada tahun 1949
berdiri di pinggiran kota Yogyakarta, seiring dengan berkembangya kota Yogyakarta dan pusat-pusat
kegiatan ekonomi lain disekitarnya, maka kini posisi kawasan pendidikan Universitas Gadjahmada
Perkembangan kawasan Kota Yogyakarta yang begitu pesat memang sudah tidak dapat lagi
ditampung oleh luasan administrasi kota, meluas hingga Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.
Aglomerasi ini sayangnya tidak diimbangi dengan perencanaan wilayah yang matang. Perkembangan
kota yang tidak terencana seperti yang terjadi di Kota Yogyakarta, sangat berpotensi untuk menjadikan
tata guna lahan di kawasan sekitarnya menjadi tidak terkendali. Hal ini terlihat dari indikasi banyaknya
lahan pertanian yang semakin berkurang karena sebagian berubah menjadi daerah pemukiman.
Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan, sehingga banyak calon mahasiswa dari luar kota
tertarik untuk menuntut ilmu di kota ini. Aglomerasi yang terjadi di Yogyakarta juga berlaku pada
ketersediaan fasilitas pendidikan ini, khususnya pendidikan tinggi. Berbagai perguruan tinggi yang ada
Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Islam Negeri (IAIN Sunan
Kalijaga) Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Universitas
kebutuhan akan transportasi jalan yang lebih baik dan sistem transportasi yang terpadu. Idealnya, suatu
kawasan pendidikan ditunjang dengan sarana dan prasarana transportasi yang baik, seperti ketersediaan
angkutan publik, serta jalan akses yang memadai. Akan tetapi, fasilitas transportasi yang memadai itu
tidak tersedia pada beberapa universitas yang secara administratif berlokasi di Kecamatan Depok.
Salah satunya adalah Universitas Gadjah Mada, kawasan pendidikan yang memiliki 18 fakultas
dan tersebar di Bulaksumur Kecamatan Depok Kabupaten Sleman dengan luas lahan 183,36 hektar,
tepatnya berada disisi jalan Kaliurang, jalan ini merupakan jalan penghubung kawasan pemukiman
(Utara) dan kawasan perkantoran (Selatan) dengan volume pergerakan komuter yang cukup tinggi
Menurut Master Plan UGM yang dibuat pada tahun 1984, kawasan UGM terbagi menjadi 11
zone, yaitu zone pusat (13,07 ha), zone sosial humaniora (11,56 ha), zone pertanian (28,6 ha), zone
kedokteran (1,71 ha), zone teknik dan MIPA (39,70 ha), zone pelayanan sosial (10,70 ha), zone
perumahan timur (10,67 ha), zone perumahan barat (1,57 ha), zone olah raga (11,6 ha), zone rumah sakit
a. Lokasi UGM dilalui oleh jalan Kaliurang yang merupakan penghubung antara Kawasan Utara dan
Selatan, secara aksesibilitas sangat menguntungkan, namun ada dampak negatifnya diantaranya
kebisingan dari lalulintas kendaraan, polusi udara dan tercampurnya pergerakan arus lokal aktifitas
kampus (kecepatan rendah) dengan arus lalulintas menerus (kecepatan sedang / tinggi) yang
b. Saat ini sudah terdapat beberapa jalur angkutan umum dan Trans Jogja yang melewati jalan
Kaliurang, namun untuk mengakses kekawasan kampus UGM belum tersedia angkutan penghubung
c. Pertumbuhan sepeda motor di Kabupaten Sleman pada tahun 2007 mencapai 11,12% dibandingkan
tahun sebelumnya atau sejumlah 358.151 kendaraan, hal ini merupakan dampak dari tidak
tersedianya transportasi umum penghubung / feeder, sehingga masyarakat atau mahasiswa lebih
d. Selayaknya daerah kawasan pendidikan lainnya, di kawasan pendidikan UGM juga banyak
bertumbuhan toko-toko, rumah makan, serta penyedia fasilitas lainnya di sepanjang jalan akses dan
jalan utama, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan hambatan samping pada jalan tersebut dan
kemacetan pada jam jam sibuk pun tidak dapat dihindari, Perubahan fungsi lahan ini menyebabkan
Universitas Gadjah Mada tentu juga memiliki beberapa alternatif program yang masih dijalani untuk
mengatasi permasalahan pergerakan lalulintas local antar fakultas di kawasan pendidikan tersebut,
peminjaman sepeda gratis untuk mahasiswa dan karyawan UGM yang dapat digunakan disekitar
kawasan pendidikan UGM, saat ini terdapat sekitar 128 sepeda hijau yang tersebar di 32 unit, seperti
Namun hal ini akan menjadi kurang lengkap apabila tidak dilengkapi dengan prasarana jalur
sepeda yang menunjang, apalagi kawasan pendidikan UGM dilintasi oleh jalan utama yang memiliki
arus lalulintas padat, yang akan menyebabkan tingkat konflik pesepeda dan pengendara kendaraan
Selain itu belum terkoneksinya antara satu pos peminjaman dengan pos yang lain juga
menyebabkan kurangnya minat pengguna untuk memanfaatkan fasilitas sepeda gratis ini, karena
sistem yang bekerja sekarang sepeda harus dikembalikan ketempat pos peminjaman awal, apabila
sudah terkoneksi dan dapat mengembalikan pada pos manapun yang terdekat dengan tujuan
Pendirian portal dan KIK diharapkan dapat membatasi akses dari publik yang tidak
berkepentingan dengan UGM sehingga menjaga ketenangan proses pembelajaran dan menekan
potensi kecelakaan lalu lintas, polusi udara, polusi suara, dan pelanggaran hukum di kawasan
kampus.
Oleh karena itu ketidakterpaduan antara pemanfaatan lahan sebagai kawasan pendidikan dengan
sistem transportasi harus ditangani sebaik mungkin, agar dampak yang ditimbulkan tidak semakin
kompleks. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasi disintegrasi yang ditimbulkan adalah
sebagai berikut:
Sistem lalu-lintas di kawasan pendidikan UGM dapat ditingkatkan dengan manajemen lalu-lintas,
pemberlakuan jalan searah, pengaturan lahan parkir, dan sebagainya. Manajemen lalu-lintas ini
berdampak setempat dan tidak memerlukan pembangunan prasarana transportasi baru, sehingga
Pengaturan sistem pergerakan dapat ditempuh dengan menutup kawasan tersebut sebagai jalan
umum yang dapat diakses secara bebas oleh kendaraan pribadi kecuali bagi penduduk sekitar. Sistem
ini tentunya ditunjang dengan penyediaan sarana angkutan publik yang memadai, pembangunan
halte/shelter, pelebaran jalan, pengaturan arus lalu-lintas, serta prasarana jalan akses alternatif bagi
pengalihan arus lalu-lintas yang tidak dapat melewati kawasan tersebut. Pengaturan sistem
3. Pengaturan Aktivitas
Pengaturan aktivitas ini paling ekstrim dibanding dua sistem pengaturan sebelumnya. Idealnya,
kawasan pendidikan terpisah dari kawasan pemukiman. Pengaturan aktivitas ini merealisasikan
prinsip tersebut, dengan pemindahan kawasan pendidikan. Solusi ini bersifat antisipatif, serta
Belajar dari hal tersebut, dalam membangun sebuah kawasan baru dengan fungsi tertentu di suatu
wilayah, hendaknya dilakukan perencanaan yang matang dan jauh ke depan (melalui rencana tata ruang
wilayah). Dengan begitu, akan terjadi sinkronisasi antara kawasan baru dengan kawasan lama yang sudah
ada serta keterpaduan dengan sistem transportasi, sehingga terdapat keseimbangan yang efisien antara