Anda di halaman 1dari 3

WARTA FKMTSI

Wilayah Jawa Barat mengusulkan sejumlah perubahan pada Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga FKMTSI. Perubahan-perubahan yang diusulkan dimaksud untuk
mengaktifkan kegiatan FKMTSI di wilayah masing-masing. Wilayah Jabar mengeluh
penarikan uang iuran sangat sulit dilakukan konon lagi untuk mengadakan pertemuan rutin.
Maka Wilayah Jabarmengusulkan pembenahan penarikan uang iuran anggota. Usulan-usulan
yang diajukan oleh wilayah Jabar tampaknya telah disiapkan secara matang. Seluruh usulan
itu tertuang dalam transparansi yang rapi dan tersetruktur. Walaupun demikian usulan-usulan
tersebut mentah, karena hampir semua delegasi menolaknya.
Penolakan tersebut didasarkan kekhawatiran akan berubahnya bentuk dan setruktur
organisasi. Karena dengan aturan-aturan tambahan yang lebih mengikat sifatnya., sama saja
artinya dengan mengingkari bentuk lembaga yang Forum Komunikasi. Tampaknya bentuk
organisasi ini telah menimbulkan interpretasi yang berbeda di kalangan peserta kongres. Satu
pihak tetap menginginkan status quo, artinya keadaan seperti sekarang sudah cukup baik,
kalau ada hal yang dianggap kurang maka penyelesaiannya hanya soal mekanisme kerja dan
kegiatan saja. Ibaratnya nembak tikus tak perlu pakai meriam. Dipihak lain ada yang
mencoba menyamakan FKMTSI dengan Forum Komunikasi yang lain yaitu FKPPI. FKPPI
memiliki perangkat organisasi yang lengkap dan memiliki rutinitas yang baik Cukup punya
nama dan pengaruh dalam kancah peta perpolitikan Nasional. Dengan begitu, FKKPI bisa
solid, kompak dan berpengaruh mengapa FKMTSI tidak? Pertanyaan ini penting untuk
dijawab, karena optimalisasi peran dan dinamisasi kegiatan FKMTSI merupakan tuntutan
yang mau tak mau harus dienuhi di masa depan. Walaupun mungkin tidak relevan untuk
membandingkan kedua Forum Komunikasi ini. Terlalu banyak faktor internal dan eksternal
yang ikut mempengaruhi pertumbuhan FKPPI. Faktor-faktor itu tak dimiliki oleh FKMTSI.
Akhirnya peserta kongres sepakat untuk tetap melanjutkan kegiatan yang lazim
dilakukan selama ini. Kegiatan FKMTSI tetap merupakan sebuah kegiatan tahunan yang
berupa Temu Wicara. Dan pada setiap pertemuan tahunan, diharapkan kegiatan yang bersifat
ilmiah lebih ditonjolkan. Ini dilakukan untuk memacu kreativitas keilmuan sesuai dengan
disiplin ilmu teknik sipil.
Kegiatan yang bersifat ilmiah itu di manifestasikan pada program kerja FKMTSI
tahun 1992/1993, dimana Wilayah Yogyakarta bertindak sebagai Koordinator Umum. Agenda
kegiatan untuk Temu Wicara VI didominasi oleh kegiatan ilmiah seperti, seminar mahasiswa,
lomba-lomba inovatif, demonstrasi teknologi, kunjungan ilmiah, dan sebagainya. Dengan ini
diharapkan sisi-sisi ilmiah dari TW mendapatkan perhatian yang lebih besar dari anggota
FKMTSI, Hingga saat TW berlangsung semangat peserta bukan hanya semangat berkonggres
melainkan juga semangat untuk lebih mengilmiahkan diri.
MEDIA INFORMASI

Hal lain yang cukup menarik kala kongres ini berlangsung adalah masalah
komunikasi antar anggota. Sambung rasa seakan hanya sekali setahun, itupun hanya beberapa
hari saja. Sehingga peran warta FKMTSI coba diketengahkan. Selama ini majalah anda
(Clapeyron) yang dianggap sebagai media Pusat Informasi Mahasiswa Teknik Sipil
Indonesia. Dalam setiap penerbitannya Clapeyron mencoba mengetengahkan berita seputar
kegiatan-kegiatan yang dilakukan institusi anggota FKMTSI dalam rubric Warta FKMTSI.
Kegiatan itu misalnya seminar, lomba karya ilmiah, dan sebagainya. Dengan kegiatan-
kegiatan institusi anggota FKMTSI dapat diketahui oleh institusi yang lain, yang akhirnya
bermuara pada saling tukar informasi. Tapi sayang dalam setiap penerbitannya Clapeyron
tidak mampu memuat seluruh informasi kegiatan anggota FKMTSI. Penyebabnya adalah
kemampuan gerak reporter Clapeyron yang terbatas. Jadi disini diharapkan peran aktif dari
pengurus masing-masing Himpunan Mahasiswa untuk mengirimkan tulisan yang berisikan
informasi kegiatan di institusinya. Nantinya para pengurus Capeyron akan menyeleksi
kegiatan-kegiatan yang akan diekspos di majalah.
Informasi yang didapat dari sebuah media cetak rupanya belum memenuhi ke butuhan
informasi anggota FKMTSI. Maka sekarang Clapeyron mendapat rekan baru yang sama-
sama bertindak sebagai Media Informasi Mahasiswa Teknik Sipil Indonesia. Rekan baru
yang dikelola oleh Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang ini, bernama Transitek. Tidak
sebagaimana biasanya, Transitek ini berujud sebuah, kaset video yang tentu saja hanya bisa
dinikmati apabila kita mempunyai peralatan audio visual. Berita yang ada pada Transitek ini
berisikan tentang perkembangan terbaru teknologi ketekniksipilan. Sehingga kita tidak cuma
tahu dari membaca tapi dapat langsung melihat bagaimana teknologi yang baru dikerjakan.
Seluruh anggota FKMTSI nantinya akan mendapat Transitek secara cuma-cuma, dengan
syarat harus sudah punya televisi dan video.
LAGU DAN REGENERASI

Kesepakatan lain yang cukup penting adalah telah disepakatinya lagu mars FKMTSI.
Lagu ini terpilih dari empat lagu yang masuk nominasi. Penciptanya adalah Sabarudin dari
Universitas Hasanudin Ujung Pandang, yang juga pernah menjadi pemenang Lomba Cipta
Lagu Lingkungan Hidup Tingkat Nasional.
Suasana perdebatan pada sidang pleno yang cenderung semerawut, menimbulkan kritik dari
peserta Jawa Barat. Kesemrawutan sidang ini dianggap karena sebagian peserta sidang
adalah muka baru, sehingga tidak begitu menguasai perihal anatomi FKMTSI dan kongres.
Bahkan salah satu calon pimpinan sidang pleno pada waktu acara Welcome Party, masih
menanyakan apa itu kongres FKMTSI. Tudingan ditujukan kepada para pendahulu di masing-
masing institusi yang tidak menularkan ilmu kepada para penerusnya. Untuk waktu
mendatang peserta kongres setidaknya pernah sekali ikut kongres baik sebagai peserta atau
peninjau. Dengan demikian kongres dapat berlangsung lebih lancar serta efektif. Atau
setidaknya, sebelum datang ke kongres peserta yang sama sekali belum pernah ikut kongres,
memiliki bekal pengetahuan tentang FKMTSI dan kongres itu sendiri. Di sini masalah
regenerasi di masing-masing institusi menjadi penting. Seiring dengan pergantian pengurus
Himpunan Mahasiswa, seharusnya secara otomatis pula pengetahuan tentang FKMTSI
berpindah dari pengurus lama ke pengurus baru. Dan di waktu Temu Wicara nanti tidak terjadi lagi
ada peserta yang menanyakan apa itu FKMTSI.

SUMATERA BARAT TUAN RUMAH

Acara terakhir dari kongres adalah pemilihan badan pengontrol sekaligus tuan rumah Temu
Wicara VII tahun 1994. Kali ini untuk menjadi tuan rumah syaratnya adalah wilayah yang minimal
telah dua kali ikut Temu Wicara. Bursa tuan rumah cukup ramai. Kemudian hanya dua wilayah yang
menjadi kandidat kuat, yaitu wilayah Bali dan Nusa Tenggara, serta Sumatra Barat. Masing-masing
wilayah diwaktu kampanye menawarkan kepada para peserta keindahan daerahnya masing-masing
untuk dikunjungi. Setelah diadakan pemungutan suara, Sumatera Barat akhirnya terpilih menjadi tuan
rumah TW VII. Dengan selesainya penetuan tuan rumah tersebut, berakhir pula seluruh rangkaian
kegiatan Temu Wicara kali ini. Seyogyanya para peserta akan melepas lelah dengan pergi ke
Batu. Tapi dikarenakan waktu yang telah larut, peserta melepas lelah cukup dengan tidur di
bis yang ke Surabaya.
Beberapa catatan khusus dari kongres ini adalah kesigapan panitia dalam menghadapi
kerewelan peserta. Panitia tampak sepenuhnya berusaha memberikan servis yang baik.
Penginapan yang bersih, serta makanan yang baik hanya salah satu contoh. Keramahan
panitia juga patut diacungi jempol. Semua ini tak terlepas dari dukungan penuh Ketua
Jurusan Teknik Sipil Unbraw. Seperti yang diungkapkan oleh ketua panitia Kongres
Ramadhana Agus Hirawan. Soal dana kami tak terlalu pusing, karena pesan Ketua Jurusan
adalah melayani peserta kongres sebaik-baiknya. Soal biaya tak usah dipikirkan.
Beruntunglah mahasiswa Universitas Brawijaya. Mampukah Wilayah Yogyakarata
menyelenggarakan Temu Wicara sebaik di Jawa Timur? Kita tunggu jawabannya bulan
Oktober 1993. Sampai jumpa lagi di Yogyakarta !

Anda mungkin juga menyukai