Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
BAB 10
JALAN PENDEKAT JEMBATAN (OPRIT)
10.1 UMUM
Bab ini menjelaskan beberapa aspek-aspek dari jalan pendekat jembatan (Oprit).
Jalan pendekat ini merupakan segmen yang menghubungkan konstruksi perkerasan
dengan kepala jembatan, serta segmen sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar,
tinggi tertentu sesuai alinyemen horizontal, vertical dan besarnya kelandaian
melintang. Komponen dari jalan pendekat jembatan ini dapat dari timbunan jalan,
drainase, lapisan perkerasan, pelat injak dan dinidng penagan tanah.
1
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
system USCS dan kadar air alami yang sangat tinggi yang tidak praktis
dikeringkan untuk memenuhi toleransi kadar air pada pemadatan (melampaui
Kadar Air Optimum +1%).
2. Timbunan Pilihan adalah timbunan tanah yang harus terdiri dari bahan tanah
atau batu yang memenuhi semua ketentuan diatas untuk timbunan biasa dan
sebagai tambahan harus memiliki CBR paling sedikit 10% setelah 4 hari
perendaman bila dipadatkan 100%.
3. Timbunan pilihan berbutir adalah timbunan tanah berupa batu, pasir atau
kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya yang memiliki indeks plastisitas
maksimum 10 %.
Tabel Error! No text of specified style in document..1 Gradasi timbunan Pilihan berbutir
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) (%)
4" 100 100
No. 4 4,75 25 - 90
No. 200 0,075 0 - 10
sepanjang timbunan. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus
dan seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan batu.
Ukuran batu tidak boleh > 10cm.
Tabel Error! No text of specified style in document..2 Gradasi agregat pasir alam berdasarkan
ukuran saringan
Ukuran Saringan % Berat Lolos Saringan
Inci / No mm Minimum Maksimum
1
No 1/2” 12,7 100 100
2 3/8” 9,51 98 100
3 1/4” 6,35 96 100
4 4 4,76 96 100
5 8 2,36 80 100
6 16 1,19 50 85
7 30 0,595 25 60
8 50 0,297 11 33
9 100 0,149 4 15
10 200 0,075 0 3
3
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Gambar Error! No text of specified style in document..1 Grafik gradasi agregat pasir untuk
mortar-busa
Pelaksanaan jalan pendekat (oprit) dengan timbunan ringan adalah sebagai berikut :
1. Persiapan, sebelum memulai percobaan campuran material ringan mortar-busa
untuk mendapatkan komposisi yang optimal untuk mendapatkan nilai persyaratan
4
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
flow, densitas dan kuat tekan bebas. Semua bahan–bahan harus sesuai ketentuan
spesifikasi khusus material ringan mortar busa.
2. Pemasangan Bekisting, yang sesuai dengan bentuk timbunan oprit yang telah
direncanakan. Segala ketentuan pemasangan bekisting harus sesuai dengan
spesifikasi.
3. Pemasangan jaring kawat (wire mesh) ditempatkan diatas lantai kerja, yang
selanjutnya anyaman baja ditempatkan minimum 1 m diatas lapisan material
ringan. Dan sesuai dengan spesifikasi material ringan mortar busa.
4. Penghamparan harus dilakukan pada saat cuaca cerah, tata cara pencampuran
sesuai dengan pengadukan dan penghamparan beton (SNI 03-3976-1995). Dan
tidak perlu dipadatkan dengan vibrator. Atau sesuai dengan spesifikasi material
ringan mortar busa.
Dalam pelaksanaan timbunan dengan material ringan mortar busa dapat mengacu
sepenuhnya berdasarkan spesifikasi khusus material ringan mortar busa.
10.3 Drainase
Drainase yang digunakan pada timbunan jalan pendekat pada umumnya berjenis
porous. Pelaksanaan pekerjaan drainase porous ini mengacu pada AASHTO LRFD
Bridge Construction Specification div 7 ”Earth-Retaining System”. Berikut ini toleransi
yang perlu dipenuhi dalam pelaksanaan pekerjaan dari drainase porous:
1. Profil akhir untuk timbunan berbutir pada drainase porous tidak boleh
berbeda lebih dari 2 cm dari profil yang telah ditentukan dan disetujui.
2. Elevasi dan kelandaian akhir untuk bahan landasan pipa dan saluran yang
dilapisi beton tidak berbeda lebih dari 1 cm dari yang telah disetujui atau
ditentukan.
3. Toleransi dimensi untuk bentuk, diameter, panjang dan tebal dinding dari pipa
berlubang banyak (perforated pipes) harus sesuai dengan yang diisyaratkan
dalam AASHTO 178 M/M178-07(2012).
5
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
4. Celah maksimum antara lidah dan alur sambungan pipa berlubang banyak
(perforated pipes) pada waktu dipasang harus 5 mm.
5. Kemiringan lereng drainase yang dibuat dengan menggunakan pipa berlubang
banyak (perforated pipes) minimum harus 1 : 1000.
6. Permukaan fondasi untuk penimbunan kembali bahan porous yang digunakan
sebagai selimut drainase (drainage blankets) haruslah rata dan teratur
dengan kemiringan lereng yang merata untuk mencegah terjadinya genangan.
Lereng untuk permukaan tersebut minimum harus 1 : 200.
6
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
beban roda kendaraan ke tanah timbunan. Metode pelaksanaan pelat injak bisa
dilakukan secara cor ditempat (cast in situ) dan pracetak (precast).
7
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
8
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Facing kabel yang dilas, baik yang bersifat sementara ataupun permanen, harus
dibengkokkan dengan sudut 90 derajat dari perkuatan tanah. Bagian vertikal
dari perkuatan tanah yang membentuk dinding (facing) dihubungkan ke bagian
atas dari perkuatan tanah.
Perkuatan dengan sistem steel strip harus dicetak sesuai dengan bentuk dan
dimensinya. Baja yang digunakan harus sesuai dengan ASTM A572/A572M,
kelas 65 (kelas 450), kecuali jika tidak ditentukan dalam dokumen kontrak.
9
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
Perkuatan dengan sistem kabel las pabrikasi harus dibuat dari kabel yang ditarik
secara dingin (cool-drawn) sesuai dengan ukuran dan spasi yang ditentukan
dalam dokumen kontrak atau pada gambar kerja yang disetujui. Kabel baja
harus sesuai dengan persyaratan AASHTO M 32M / M 32 (ASTM A82) dan
sistem pabrikasinya harus sesuai dengan persyaratan AASHTO M 55M / M 55
(ASTM A185).
Perkuatan denang sistem polimerik harus dari jenis dan ukuran yang ditentukan
dalam dokumen kontrak atau pada gambar kerja yang disetujui dan harus
sesuai dengan yang ditentukan persyaratan material dan manufaktur. Konektor
harus sesuai dengan dokumen kontrak atau gambar kerja yang disetujui.
3) Pelaksanaan
Beton bertulang pracetak atau beton yang dicor ditempat harus disediakan
pada setiap tingkat panel pondasi. Sebelum menempatkan bantalan leveling,
material pondasi harus sesuai dengan persyaratan dalam AASHTO 2010 divisi 2
bagian 7.
Panel beton pracetak dan facing kabel las yang dipabrikasi harus ditempatkan
dan ditahan sehingga posisi akhirnya dijaga agar tegak seperti yang ditunjukan
pada dokumen kontrak atau sesuai dengan gambar kerja yang telah disetujui.
Joint filler, bantalan, dan material penutup sendi harus dipasang bersamaan
dengan pemasangan panel dinding.
Material timbunan harus sesuai dengan persyaratan dalam AASHTO 2010 divisi
2 bagian 7 harus ditempatkan dan dipadatkan secara bersamaan dengan
penempatan perkuatan dinding dan tanah. Penempatan dan pemadatan harus
dilakukan tanpa distorsi atau perpindahan dari perkuatan dinding atau tanah.
Alat pemadat jenis sheep foot atau grid-type roller tidak boleh digunakan untuk
memadatkan timbunan dalam batas perkuatan tanah. Pada setiap tingkat
perkuatan tanah, material timbunan harus secara kasar diratakan ke elevasi
sekitar 30 cm di atas tingkat sambungan pada dinding sebelum pemasangan
10
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
2) Pengoperasian alat berat harus dilakukan oleh operator alat berat yang
berpengalaman,
3) Pelaksanaan penimbunan pada jalan tanjakan harus dilakukan dengan
metode yang benar.
c. Penyiraman
Pekerjaan Penyiraman pada Pekerjaan Timbunan mempunyai potensi
bahaya terhadap tenaga kerja yaitu:
1) Gangguan kesehatan akibat debu yang timbul saat penyiraman.
Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan
Penyiraman pada Pekerjaan Timbunan yaitu :
1) Pekerja harus selalu memakai masker dan perlengkapan kerja standar.
12
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
13
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
14
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
6) Terjadi kecelakaan atau terluka akibat jarak antar pekerja terlalu dekat.
Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan
Penghamparan pada Pekerjaan Lapis Aus Aspal Beton (AC-WC) yaitu :
1) Petugas pembakar harus mengenakan pakaian dan perlengkapan (sepatu
boot, sarung tangan dan masker) yang sesuai dengan standar,
2) Menggunakan kacamata dan masker untuk mencegah iritasi mata dan paru-
paru akibat asap dan panas dari api pembakaran dan aspal,
3) Menjaga agar tidak ada orang luar maupun pekerja lain berada di tempat
penghamparan ketika mesin penghampar aspal (Finisher) bekerja
menghampar Hotmix di lokasi pekerjaan,
4) Menjaga agar tidak ada orang luar maupun pekerja lain berada di tempat
dimana Dump Truck sedang menuangkan Hotmix ke dalam Finisher di lokasi
pekerjaan,
5) Memasang rambu-rambu sementara dan mengatur lalu lintas agar tetap
berjalan dengan lancar dengan cara mengerjakan pekerjaan ½ bagian
terlebih dahulu,
6) Menjaga dan mempertahankan jarak yang aman antara pekerja yang satu
dengan
yang lain.
e. Pemadatan
Pekerjaan Pemadatan pada Pekerjaan Lapis Aus Aspal Beton (AC-WC)
mempunyai potensi bahaya terhadap tenaga kerja yaitu :
1) Terluka oleh percikan aspal panas,
2) Terjadi iritasi terhadap mata, kulit dan paru-paru akibat uap dan panas dari
aspal,
3) Terluka oleh mesin pemadat aspal (Tandem Roller dan Pneumatic Tire
Roller),
4) Terjadi kecelakaan atau terluka akibat jarak antar pekerja terlalu dekat,
5) Terjadi gangguan lalu lintas.
17
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
18
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
21
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
22
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
23
DRAFT PANDUAN PELAKSANAAN JEMBATAN
Pemutakhiran Panduan Teknik Pelaksanaan Dan Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93)
24