Anda di halaman 1dari 18

7.

JALAN PENDEKAT

7 JALAN PENDEKAT JEMBATAN (OPRIT)

7.1 Umum

Jalan pendekat atau oprit merupakan segmen yang menghubungkan konstruksi perkerasan
dengan kepala jembatan, serta segmen sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi
tertentu sesuai alinyemen horizontal, vertikal dan besarnya kelandaian melintang. Komponen
dari jalan pendekat jembatan ini bisa terdiri dari timbunan jalan, drainase, lapisan
perkerasan, pelat injak, dan dinding MSE (Mechanically Stabillized Earth).

7.2 Timbunan Jalan

Timbunan Jalan pendekat dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu timbunan tanah
(timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan berbutir) dan timbunan khusus atau
timbunan ringan. Apabila tanah dasar (subgrade) dibawah timbunan oprit merupakan tanah
lunak, maka tanah dasar perlu distabilisasi (diperbaiki) atau diperkuat ataupun digali lapisan
tanah lunaknya dan kemudian ditimbun kembali dengan material yang bagus.

7.2.1 Tanah Timbunan


Timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan berbutir. Berikut merupakan jenis
timbunan tanah berdasarkan spesifikasi umum tahun 2018 :

1) Timbunan biasa adalah timbunan tanah yang sebaiknya tidak termasuk tanah
yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNI-03-
6797-2002 (AASHTO M145-9 (2012)) atau sebagai CH menurut USCS “Unified
atau Casagrande Soil Classification System”. Timbunan biasa tidak boleh tanah
ekspansif yang memiliki nilai aktif > 1.25 atau nilai derajat pengembangan
(swelling) sebagai very high atau extra high. Serta timbunan biasa tidak boleh dari
bahan galian tanah yang mengandung organik (OL,OH dan Pt) dalam sistem
USCS dan kadar air alamiah yang sangat tinggi yang tidak praktis dikeringkan
untuk memenuhi toleransi kadar air pada pemadatan (melampaui Kadar Air
Optimum + 1%);
2) Timbunan Pilihan adalah timbunan tanah yang harus terdiri dari bahan tanah atau
batu yang memenuhi semua ketentuan diatas untuk timbunan biasa dan sebagai
tambahan harus memiliki CBR paling sedikit 10% setelah 4 hari perendaman bila
dipadatkan 100%;
3) Timbunan pilihan berbutir adalah timbunan tanah berupa batu, pasir atau kerikil
atau bahan berbutir bersih lainnya yang memiliki indeks plastisitas maksimum 10
%.

Tabel 7.1 - Gradasi timbunan pilihan berbutir

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos


ASTM (mm) (%)
4" 100 100
No. 4 4,75 25 - 90
No. 200 0,075 0 - 10

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 1


7. JALAN PENDEKAT

a. Pengawasan Pekerjaan Timbunan

MULAI

1 PERSIAPAN

PENYIAPAN TEMPAT
2
KERJA

3 PENGHAMPARAN
TIMBUNAN

PEMADATAN TANAH PEMADATAN TANAH PEMADATAN


4 5 8
BIASA PILIHAN TIMBUNAN BATU

PEMERIKSAAN 6

7
TDK
PERBAIKAN SETUJU ?

YA 9
MEREKOMENDASI
PENGUJIAN

PEMELIHARAAN
10 PERMUKAAN
TIMBUNAN

SELESAI

Gambar 7.1 – Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Timbunan

b. Tata Cara Pada Masing-Masing Langkah Kerja Pengawasan Pekerjaan Timbunan


Verifikasi 1 (Persiapan)
1. Cek ulang lokasi kegiatan sesuai dengan gambar kerja.

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 2


7. JALAN PENDEKAT

2. Cek kesiapan bahan, peralatan, tenaga kerja, metoda kerja.


3. Ada penanggung jawab kegiatan.
4. Cek kecukupan untuk referensi seperti patok-patok ketinggian.
5. Ada petugas pengendalian lalu-lintas.
6. Ada pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
7. Ada kesiapan penanganan lingkungan.
8. Gambar detail penampang melintang sudah disiapkan.
9. Pekerjaan tidak boleh dimulai tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
10. Data-data hasil pengukuran permukaan dan data survey lainnya sudah disiapkan.
11. Perlengkapan P3K harus sedia pada tempat kerja.
12. Penyedia Pekerjaan Konstruksi memperoleh informasi tentang lokasi utilitas bawah
tanah.
13. Data pengujian bahan harus sudah siap.
Verifikasi 2 (Penyiapan Tempat Kerja)
1. Tempat kerja harus sudah bersih dari bahan yang tidak diperlukan.
2. Bagian atas permukaan untuk pekerjaan timbunan harus memenuhi kepadatan
yang disyaratkan.
3. Pada bagian lereng,lereng lama untuk pekerjaan timbunan harus dipotong
bertangga dengan lebar yang cukup untuk alat pemadat.
Verifikasi 3 (Penghamparan Timbunan)
1. Material timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang telah disiapkan.
2. Timbunan yang berlapis, ketebalan setiap lapisan sedapat mungkin dibagi rata.
3. Penghamparan timbunan harus dilakukan pada cuaca cerah.
4. Bahan timbunan diatas bahan drainase porous tidak tercampur.
Verifikasi 4 (Pemadatan Tanah Biasa)
1. Pemadatan tanah harus dilakukan setiap lapis dengan peralatan pemadat yang
memadai.
2. Pemadatan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada
dalam rentang 3 % dibawah kadar air optimum sampai 1 % diatas kadar air
optimum.
3. Timbunan lapisan tanah yang lebih dari 30 cm dibawah elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum.
4. Timbunan lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah
dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum.
5. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan.
Verifikasi 5 (Pemadatan Tanah Pilihan)
1. Sama dengan Verivikasi 4.
Verifikasi 6 (Pemeriksaan)
1. Hasil pemeriksaan kepadatan sesuai yang disyaratkan.
2. Hasil pemadatan akhir memenuhi toleransi.
3. Timbunan terlalu kering untuk pemadatan.
4. Timbunan terlalu basah untuk pemadatan.
Verifikasi 7 (Perbaikan)
1. Apabila hasil pengujian/tes menunjukan kepadatan kurang dari yang disyaratkan
maka Penyedia Pekerjaan Konstruksi harus segera memperbaikinya.
2. Timbunan akhir yang tidak memenuhi toleransi, lapisan permukaannya
digemburkan dan membuang atau menambah bahan dilanjutkan dengan
pembentukan dan pemadatan kembali.
3. Timbunan yang terlalu kering, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut
dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dengan menggunakan motor
grader.
4. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, harus diperbaiki dengan menggaru
bahan tersebut dengan menggunakan motor grader.

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 3


7. JALAN PENDEKAT

Verifikasi 8 (Pemadatan Timbunan Batu)


1. Pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan penggilas
berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi.
2. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang timbunan.
3. Pemadatan dilakukan dari tepi luar bergerak kearah sumbu jalan.
4. Pastikan penggilasan diteruskan sampai tidak ada gerakan dibawah peralatan
berat.
Verifikasi 9 (Merekomendasi Pengujian)
1. Ajukan permintaan pengujian jika pekerjaan memenuhi ketentuan yang
dipersyaratkan.
Verifikasi 10 (Pemeliharaan Permukaan Timbunan)
1. Semua lubang pada pekerjaan akhir akibat pengujian kepadatan atau lainnya harus
secepatnya ditutup kembali dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan
toleransi permukaan yang disyaratkan oleh Spesifikasi.
c. K3 Pekerjaan Timbunan
1. Pengukuran dan Pematokan
Pekerjaan Pengukuran dan Pematokan pada Pekerjaan Timbunan mempunyai
potensi bahaya terhadap tenaga kerja yaitu :
 Gangguan kesehatan akibat kondisi kerja secara umum,
 Terluka akibat kondisi dan penggunaan meteran yang salah,
 Kecelakaan akibat pengaturan lalu lintas kurang baik,
 Kecelakaan akibat jenis dan cara penggunaan peralatan,
 Kecelakaan akibat metode pemasangan patok.
Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan
Pengukuran dan Pematokan pada Pekerjaan Timbunan yaitu :
 Harus menggunakan perlengkapan kerja yang standar,
 Pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan meteran yang sesuai
dengan standar,
 Pengaturan lalu lintas harus sesuai dengan standar,
 Alat dan cara menggunakan harus benar sesuai dengan standar,
 Pemasangan patok harus benar dan sesuai dengan syarat.
2. Pemadatan
Pekerjaan Pemadatan pada Pekerjaan Timbunan mempunyai potensi bahaya
terhadap tenaga kerja yaitu :
 Kecelakaan akibat pengaturan lalu lintas kurang baik,
 Kecelakaan akibat operasional alat berat di tempat lokasi pemadatan,
 Kecelakaan akibat metode penimbunan pada jalan tanjakan.
Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan
Pemadatan pada Pekerjaan Timbunan yaitu :
 Pengaturan lalu lintas harus sesuai dengan standar,
 Pengoperasian alat berat harus dilakukan oleh operator alat berat yang
berpengalaman,
 Pelaksanaan penimbunan pada jalan tanjakan harus dilakukan dengan metode
yang benar.
3. Penyiraman
Pekerjaan Penyiraman pada Pekerjaan Timbunan mempunyai potensi bahaya
terhadap tenaga kerja yaitu :
 Gangguan kesehatan akibat debu yang timbul saat penyiraman.
Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan
Penyiraman pada Pekerjaan Timbunan yaitu :
 Pekerja harus selalu memakai masker dan perlengkapan kerja standar.

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 4


7. JALAN PENDEKAT

7.2.2 Timbungan Ringan


Timbunan ringan ini merupakan teknologi terbaru yang bisa diaplikasikan sebagai timbunan
jalan atau fondasi jalan, yang memiliki karakteristik seperti beton namun sangat ringan.
Timbuan ringan ini merupakan campuran pasir, semen, air dan busa (foam) dengan
komposisi tertentu. Berikut merupakan ketentuan bahan-bahan dalam pembuatan timbunan
ringan berdasarkan Surat Edaran Menteri PUPR No. 46/SE/M/2015.

1) Semen yang digunakan harus sesuai SNI 15-2049-2004, SNI 15-7064-2004 dan
SNI 15-0302-2004.
2) Agregat halus yaitu pasir yang digunakan harus memenuhi spesifikasi Tabel 10.2
dan Gambar 10.1. Agregat pasir tidak boleh mengandung lumpur, tanah liat dan
material-material gembur/mudah hancur (clay lumps and friable particles) lebih
dari 4% (SNI 03-6819-2002). Agregat pasir harus bebas dari arang, benda-benda
dari kayu serta kotoran-kotoran lainnya yang tidak dikehendaki
3) Cairan busa (foam agent), yang digunakan harus dapat menghasilkan
gelembung dengan nilai berat isi sebesar 0,075 – 0,085 t/m3 bila bercampur
dengan air menggunakan alat pembangkit busa (foam generator). Cairan busa ini
akan menghasilkan material ringan mortar-busa bila dicampur dengan pasir,
semen dan air sesuai komposisi desain campuran.
4) Air untuk mencampur material ringan mortar – busa harus sesuai spesifikasi SNI
7974:2013.

a. Pengawasan Pekerjaan Timbunan Ringan

MULAI

1 PERSIAPAN

2 PEMANCANGAN
BEKISTING

3 PEMASANGAN
JARINGAN KAWAT

4 PENGHAMPARAN

SELESAI

Gambar 7.2 – Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Timbunan Ringan

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 5


7. JALAN PENDEKAT

b. Tata Cara Pada Masing-Masing Langkah Kerja Pengawasan Pekerjaan Timbunan


Ringan
Verifikasi 1 (Persiapan)
1. Melakukan percobaan campuran material ringan mortar-busa.
2. Bahan sesuai ketentuan spesifikasi khusus
Verifikasi 2 (Pemancangan Bekisting)
1. Sesuai dengan bentuk timbunan oprit yang telah direncanakan.
Verifikasi 3 (Pemasangan Jaring Kawat (wire mesh)
1. Ditempatkan diatas lantai kerja.
Verifikasi 4 (Penghamparan)
1. Dilakukan pada saat cuaca cerah (sni 03-3976-1955)

7.3 Drainase

Drainase yang digunakan pada timbunan jalan pendekat pada umumnya berjenis porous.
Drainase Porous landasan drainase beton atau pipa atau untuk drainase bawah tanah atau
untuk mencegah butiran tanah halus terhanyut atau tergerus oleh rembesan air bawah
tanah. Juga untuk pipa berlubang banyak (perforated pipe) yang terbuat dari tanah liat dan
anyaman penyaring (filter) tanah bilamana bahan ini diperlukan.
a. Pengawasan Pekerjaan Drainase Porous

MULAI

1 PERSIAPAN

2 3 4 5
PEMASANGAN PEMASANGAN PEMASANGAN PIPA PEMBUATAN
BAHAN POROUS ANYAMAN BERLUBANG LUBANG
PENYARING BANYAK SULINGAN
(FILTER) PLASTIK (PERFORATED PIPE)

PEMERIKSAAN 6

7
TDK
PERBAIKAN SESUAI ?

YA

SELESAI

Gambar 7.3 – Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Drainase Porous

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 6


7. JALAN PENDEKAT

b. Tata Cara Pada Masing-Masing Langkah Kerja Pengawasan Pekerjaan Timbunan


Verifikasi 1 (Persiapan)
1. Cek ulang lokasi kegiatan sesuai dengan gambar kerja.
2. Cek kesiapan bahan, peralatan, tenaga kerja, metoda kerja.
3. Ada penanggung jawab kegiatan.
4. Cek kecukupan untuk referensi seperti patok-patok ketinggian.
5. Ada petugas pengendalian lalu-lintas.
6. Ada pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
7. Ada kesiapan penanganan lingkungan.
8. Ada data pengujiannya.
9. Pekerjaan tidak boleh dimulai tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
Verifikasi 2 (Pemasangan Bahan Porous)
1. Material yang tidak terpakai harus dibuang.
2. Material ditempatkan di sekeliling pipa atau saluran atau di belakang struktur.
3. Penimbunan kembali dilakukan minimal 14 hari setelah pemasangan adukan
padasambungan pipa atau pemasangan struktur.
4. Bahan porous harus dipadatkan lapis demi lapis.
5. Sebelum bahan porous ditutup oleh bahan lain, bahan porous harus dilindungi dari
gangguan lalu-lintas ataupun pejalan kaki.
6. Bahan porous yang ditimbun kembali tidak terkontaminasi dengan tanah
disekitarnya.
Verifikasi 3 (Pemasangan Anyaman Penyaring Plastik (Plastic Filter Mesh))
1. Pemasangan sesuai dengan prosedur yang direkomendasi pabrik pembuatnya.
Verifikasi 4 (Pemasangan Pipa Berlubang Banyak (Perforated Pipe))
1. Landasan pipa berlubang banyak menggunakan bahan porous.
2. Perforated Pipe diletakan sesuai dengan alinyemen dan kelandaiannya.
3. Celah antara sambungan pipa 1 – 5 mm.
4. Sambungan dibungkus dengan anyaman penyaring (filter fabric) yang akan
melewatkan air.
5. Setelah pipa terpasang, bahan poros dipasang dan dipadatkan.
Verifikasi 5 (Pembuatan Lubang Sulingan)
1. Pembuatan lobang sulingan harus dibuat standar.
2. Seluruh acuan lubang sulingan yang tidak awet harus dibuang saat struktur selesai
dikerjakan.
3. Lubang sulingan harus dibuat mendatar.
4. Pipa sebagai lubang sulingan atau sebagai acuan lubang sulingan harus diikat kuat
selama pengecoran beton.
5. Lubang sulingan dipasang dengan interval masing-masing untuk horisontal
danvertikal tidak lebih dari 2 m dan 1 m.
6. Kantung penyaring diperlukan di belakang lubang sulingan.
Verifikasi 6 (Pemeriksaan)
1. Cek kesesuaian verifikasi no. 2 s/d verifikasi no. 5.
Verifikasi 7 (Perbaikan)
1. Dilakukan perbaikan apabila terjadi kekurangan atau ketidak sesuaian pada
verifikasi 6 (pemeriksaan).

7.4 Lapisan Perkerasan

7.4.1 Perkerasan Kaku


Suatu struktur perkerasan yang umumnya terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi bawah dan
lapis beton semen dengan atau tanpa tulangan.

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 7


7. JALAN PENDEKAT

a. Pengawasan Pekerjaan Perkerasan Beton Semen (Rigid Pavement)

MULAI

PERSIAPAN 1

PEMASANGAN
ACUAN DAN ALAT 2
PENGENDALI
3 ELEVASI
PERBAIKAN

Tdk SESUAI?

Ya

PENGECORAN BETON

SATU LAPIS DUA LAPIS

PENGECORAN PENGECORAN
4 BETON BETON LAPIS 5
PERTAMA

PEMASANGAN
BAJA TULANGAN 6

PENGECORAN
BETON LAPIS 7
KEDUA

PEMADATAN PENYELESAIAN

8.a DENGAN MESIN DENGAN TANGAN 8.b

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 8


7. JALAN PENDEKAT

PENGHALUSAN

9.a DENGAN METODE MEKANIK DENGAN METODE MANUAL 9.b

Tdk
SESUAI? PERBAIKAN 10

Ya

PEMBENTUKAN ALUR
SAMBUNGAN
11
MELINTANG

SELESAI

Gambar 7.4 – Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Perkerasan Kaku


b. Tata Cara Pada Masing-Masing Langkah Kerja Pekerjaan Perkerasan Beton Semen
(Rigid Pavement)
Verifikasi 1 (Persiapan)
1. Cek ulang lokasi kegiatan sesuai dengan gambar kerja.
2. Detail Gambar untuk pelaksanaan Pekerjaan pengecoran perkerasan jalan beton
tersedia.
3. Bahan yang akan digunakan harus sesuai yang disyaratkan Spesifikasi.
4. Ada penanggung jawab dari Penyedia Jasa.
5. Ada pengendalian keselamatan kerja (K3).
6. Ada kesiapan pengendalian lalu-lintas.
7. Cek ulang kesiapan alat.
8. Cek ulang kesiapan tenaga kerja.
9. Cek kemiringan melintang badan jalan.
10. Cek elevasi badan jalan.
11. Badan jalan harus bersih dari lumpur dan bahan lainnya.
12. Membran kedap air harus ditempatkan pada lokasi yang telah diperiksa.
13. Batang pengikat (Tie bar) tegak lurus sambungan memanjang.
Verifikasi 2 (Pemasangan Acuan dan Alat Pengendali Elevasi)
1. Acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang dimuka bagian perkerasan.
2. Acuan harus dipasang dengan menggunakan minimum 3 paku penjepit untuk setiap
3 m.
3. 1 (satu) paku dipasang pada setiap ujung sambungan.
4. Acuan harus kokoh.

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 9


7. JALAN PENDEKAT

5. Perbedaan permukaan acuan kurang dari 5 mm.


6. Acuan harus bersih dan dilapisi pelumas.
Verifikasi 3 (Perbaikan)
1. Acuan harus diperbaiki apabila acuan berubah posisinya atau kelandaiannya.
Verifikasi 4 (Pengecoran Beton)
1. Beton harus dicor dengan ketebalan tertentu.
2. Penghamparan tidak segregasi.
3. Penghamparan dilakukan secara menerus.
4. Penghamparan secara manual harus dilakukan dengan memakai skop.
5. Pekerja tidak menginjak hamparan beton yang masih baru.
6. Beton harus dipadatkan secara merata pada tepi sepanjang acuan.
7. Pemadatan tersebut menggunakan vibrator.
Verifikasi 5 (Pengecoran Beton Lapis Pertama)
1. Beton harus dibentuk memenuhi penampang melintang, sesuai Gambar.
2. Lapis pertama dipadatkan dengan menggunakan vibrator (alat penggetar).
Verifikasi 6 (Pemasangan Baja Tulangan)
1. Baja tulangan harus dihampar diatas beton lapis pertama.
2. Sambungan antara anyaman kawat baja dibuat tumpang tindih (overlap), minimal
45 cm.
3. Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak dan karet.
Verifikasi 7 (Pengecoran Beton Lapis Kedua)
1. Beton dihampar setelah baja tulangan dipasang diatas hampar beton sebelumnya.
2. Hamparan beton pertama yang dituang lebih dari 30 menit tanpa penghamparan
lepis kedua harus dibongkar.
3. Beton yang dibongkar harus segera diganti dengan beton yang baru.
Verifikasi 8 (Pemadatan Penyelesaian)
1. Pemadatan dilakukan dengan salah satu alat pemadat.
Verifikasi 8.a (Pemadatan Penyelesaian Dengan Mesin)
1. Beton harus disebar sesegera mungkin.
2. Mesin harus melintas setiap bagian permukaan jalan.
3. Pemadatan menghasilkan tekstur permukaan yang rata.
4. Gerakan mesin diatas acuan stabil / tidak goyah.
Verifikasi 8.b (Pemadatan Penyelesaian Dengan Tangan)
1. Beton yang dipadatkan dengan balok vibrator, harus digetar sampai level tertentu.
2. Balok digerakan maju sedikit demi sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar balok.
3. Pemadatan diulang lagi setelah setiap 1,5 m panjang perkerasan.
Verifikasi 9 (Penghalusan)
1. Beton diperhalus / diperbaiki dan dipadatkan lagi dengan alat-alat penyetrika.
Verifikasi 9.a (Penghalusan Dengan Metode Mekanik)
1. Penghalusan disesuaikan dengan mesin penyelesaian melintang.
2. Lubang-lubang pada permukaan beton dihaluskan menggunakan penghalus
dengan tangkai yang panjang.
3. Setiap kelebihan air dan sisa beton dipermukaan beton harus dibuang.
Verifikasi 9.b (Penghalusan Dengan Metode Manual)
1. Penghalusan dilakukan diatas jembatan yang membentang dikedua sisi acuan.
2. Penghalusan harus selalu sejajar dengan garis sumbu jalan.
3. Gerakan maju penghalusan harus dilakukan sedikit demi sedikit.
4. Setiap kelebihan air dan sisa beton dipermukaan beton harus dibuang.
Verifikasi 10 (Perbaikan)
1. Bagian yang ambles harus segera diisi dengan baton baru (beton masih keadaan
plastis).
2. Lokasi yang menonjol harus dipotong.
3. Hasil perbaikan tidak boleh melebihi toleransi.

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 10


7. JALAN PENDEKAT

Verifikasi 11 (Pembentukan Alur Sambungan Melintang)


1. Membuat alur dengan menekankan perlengkapan kedalam beton yang masih
plastis.
2. Perlengkapan tersebut harus tetap ditempat sekurang-kurangnya sapai beton
mencapai tahap pengerasan awal.
3. Perlengkapan harus dilepas tanpa merusak beton didekatnya.

7.4.2 Perkerasan Lentur

a. Pengawasan Pekerjaan Perkerasan Lentur

MULAI

1 PERSIAPAN

PENGANGKUTAN
2

PENGHAMPARAN
3

4 PEMADATAN AWAL

5
PEMERIKSAAN
6
KERATAAN
MELAKUKAN
PERBAIKAN

SETUJU ?
TDK
YA

PEMADATAN
7
ANTARA

8 PEMADATAN AKHIR

9 PEMERIKSAAN
10
KERATAAN
MELAKUKAN
PERBAIKAN

SETUJU ?

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 11


7. JALAN PENDEKAT

TDK
YA

SELESAI

Gambar 7.5 – Bagan Alir Pengawasan Perkerasan Lentur


b. Tata Cara Pada Masing-Masing Langkah Kerja Pekerjaan Perkerasan Lentur
Verifikasi 1 (Persiapan)
1. Cek ulang lokasi kegiatan dan data pendukungnya, sesuai gambar kerja.
2. Cek ulang ketersediaan material, pastikan tidak ada perubahan.
3. Cek dan amati ulang kesiapan alat, pastikan tidak ada perubahan dari kesiapan
yang telah dilakukan.
4. Cek ulang kesiapan tenaga kerja, jumlah dan kualifikasinya pastikan tidak ada
perubahan dari kesiapan yang telah dilakukan.
5. Ada penanggung jawab dari penyedia jasa untuk mengatasi kondisi khusus.
6. Ada pengendalian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
7. Ada kesiapan pengendalian lalu lintas.
8. Ada kesiapan penanganan lingkungan.
9. Cek kesiapan lapangan.
10. Cek pengendalian lalu lintas.
11. Cuaca memenuhi persyaratan.
12. Ada data Percobaan Pemadatan yang valid.
Verifikasi 2 (Pengangkutan)
1. Setiap muatan truck harus di tutup terpal.
2. Tiket pengiriman, untuk mengetahui berat campuran, temperatur serta jam
berangkat dari AMP.
3. Pada saat memulai penghamparan jumlah minimal truck 3 (tiga) unit.
4. Cek dan pastikan suhu campuran aspal panas diatas truck memenuhi persyaratan.
5. Cek dan periksa secara visual kondisi campuran aspal panas.
Verifikasi 3 (Penghamparan)
1. Dumping paver tidak mendorong dump truk.
2. Dumping dilakukan tahap demi tahap.
3. Sebelum penghamparan Screed harus dipanaskan.
4. Vibrasi pada tamper dipastikan berfungsi baik.
5. Pemasangan balok kayu atau material lain yang disetujui pada sisi hamparan.
6. Lakukan penghamparan dengan mendahulukan sisi terendah.
7. Amati apakah tekstur merata, secara visual memuaskan.
8. Cek dan periksa suhu campuran yang dihampar (minimal 1x pada jarak 50 meter).
9. Hoper tidak boleh kosong.
10. Cek tebal gembur hamparan (sesuai TrialmCompaction).
11. Kecepatan alat penghampar sesuai dan konstan (sesuai Trial Compaction).
12. Amati mekanisme kerja alat penghampar (Finisher)
Verifikasi 4 (Pemadatan Awal)
1. Alat pemadat Penggilas Roda Baja.
2. Pemeriksaan kerataan permukaan hamparan.
3. Periksa dan catat temperatur hamparanm(125º C - 145º C).
4. Kecepatan alat pemadat maksimum 4 km/jam.
5. Jumlah lintasan pemadat minimal 2 (dua) lintasan (passing).
6. Sistem pembasahan roda pemadat berfungsi.
7. Metode pemadatan sesuai.
Verifikasi 5 (Pemeriksaan Kerataan)
1. Pemeriksaan kerataan dilakukan segera setelah pemadatan awal.

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 12


7. JALAN PENDEKAT

Verifikasi 6 (Melakukan Perbaikan)


1. Hasil pemeriksaan kerataan, sesuai?
2. Jika ”Tidak”, pastikan dilakukan perbaikan.
Verifikasi 7 (Pemadatan Antara)
1. Alat pemadat Penggilas Roda Karet
2. Temperatur hamparan masih dalam rentang persyaratan. (100º C - 125º C)
3. Kecepatan alat pemadat maksimum 10 km/jam
4. Jumlah lintasan pemadat minimal sesuai dengan jumlah lintasan pada Percobaan
Pemadatan (Trial Compaction).
5. Sistem pembasahan roda pemadat berfungsi.
6. Metode pemadatan sesuai.
Verifikasi 8 (Pemadatan Akhir)
1. Alat pemadat Penggilas Roda Baja.
2. Temperatur hamparan masih dalam rentang persyaratan (90º C - 125º C).
3. Kecepatan alat pemadat maksimum 4 km/jam.
4. Jumlah lintasan sesuai dengan percobaan pemadatan.
5. Sistem pembasahan roda pemadat berfungsi.
Verifikasi 9 (Pemeriksaan Kerataan)
1. Setelah penggilasan akhir harus segera dilakukan kembali pemeriksaan kerataan.
2. Pemeriksaan kerataan permukaan memakai mistar lurus sepanjang 3 m yang
dilaksanakan tegak lurus sumbu jalan dan sejajar sumbu jalan.
3. Setelah pekerjaan selesai pemeriksaan kerataan memakai alat NAASRA-meter.
4. Pembacaan kerataan dilakukan setiap interval 100 m.
Verifikasi 10 (Melakukan Perbaikan)
1. Apabila terjadi ketidaksesuaian, maka direkomendasikan untuk diperbaiki.

7.5 Pelat Injak

Pelat injak adalah konstruksi beton bertulang yang berada di bawah permukaan jalan dan
berada di belakang kepala jembatan yang memiliki fungsi untuk menyebarkan beban roda
kendaraan ke tanah timbunan. Metode pelaksanaan pelat injak bisa dilakukan secara cor
ditempat (cast in situ) dan pracetak (precast).

Pelat Injak

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 13


7. JALAN PENDEKAT

Gambar 7.6 - Contoh sketsa pelat injak jembatan

7.5.1 Pelat Injak Cor Ditempat (Cast In Situ)

a. Pengawasan Pekerjaan Pelat Injak Cor Ditempat (Cast In Situ)

MULAI

1 PERSIAPAN

2 PERAKITAN

PENEMPATAN PADA
3 PELAT INJAK

4 PENGECORAN

PERLINDUNGAN
5
BETON

6 PELEPASAN
BEKISTING

SELESAI

Gambar 7.7 – Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Pelat Injak Cor Ditempat (Cast In
Situ)
b. Tata Cara Pada Masing-Masing Langkah Kerja Pekerjaan Pelat Injak Cor Ditempat
(Cast In Situ)
Verifikasi 1 (Persiapan)
1. Timbunan dan pemadatan jalan pendekat (oprit), dilaksanakan.
2. Stabilitas tanah asli dan tanah timbunan, dipastikan agar tidak terjadi penurunan.
Verifikasi 2 (Perakitan)
1. Perakitan bekisting pelat, dilaksanakan.
2. Perakitan baja tulangan, dilaksanakan.

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 14


7. JALAN PENDEKAT

Verifikasi 3 (Penempatan Pada Pelat Injak)


1. Baja tulangan dipasangi dengan spacer beton.
2. Instalasi baja tulangan pabriksasi, sesuai gambar rencana.
Verifikasi 4 (Pengecoran)
1. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan bantuan pompa beton / pipa tremi.
2. Setelah pengecoran selesai dilakukan maka beton dipadatkan dengan
menggunakan alat penggetar (vibator)

Verifikasi 5 (Melindungi Beton)


1. Beton dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas dan gangguan
mekanis.
2. Perawatan dengan cara menggunakan (curing coumpound) atau dengan
membungkus bahan penyerap air dan dibasahi terus menerus selama minimal 3
hari.
Verifikasi 6 (Melepaskan Bekisting)
1. Bekisting dapat dilepas setelah mendapat persetujuan pengawas pekerjaan.

7.5.2 Pelat Injak Pracetak (Precast)

a. Pengawasan Pekerjaan Pelat Injak Cor Ditempat (Precast)

MULAI

1 PERSIAPAN

2 PEMBUATAN PELAT

PEMBUATAN PANEL
3 BETON PRACETAK

4 PEMASANGAN
PANEL BETON
PRACETAK

SELESAI

Gambar 7.8 – Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan Pelat Injak Pracetak (Precast)
b. Tata Cara Pada Masing-Masing Langkah Kerja Pelat Injak Cor Ditempat (Precast)
Verifikasi 1 (Persiapan)
1. Memastikan pekerjaan timbunan dan pemadatan jalan pendekat (oprit) selesai
dilaksanakan.
2. Memastikan stabilitas tanah asli dan tanah timbunan agar ketika dilaksanakan
pekerjaan pelat injak tidak terjadi penurunan.

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 15


7. JALAN PENDEKAT

Verifikasi 2 (Pembuatan Pelat)


1. Pembuatan pelat dari beton pracetak harus sesuai dengan yang disyaratkan dalam
sub bab Material Jembatan mengenai “Beton Pracetak”.
Verifikasi 3 (Pembuatan Panel Beton Pracetak)
1. Setelah pembuatan panel beton pracetak selesai dilakukan maka tahapan
selanjutnya adalah mobilisasi panel beton menuju lokasi pekerjaan.
Verifikasi 4 (Pemasangan Panel Beton Pracetak)
1. Panel beton pracetak dipasang secara segmental seluas area pelat injak

7.6 MSE (Mechanically Stabilize Earth)

Dinding MSE terdiri atas dinding muka/penutup muka dan perkuatan baja atau geosintetik
yang diikatkan pada dinding dan dipasang secara berlapis di dalam timbunan tanah berbutir
yang mudah mengalirkan air (free draining material). Kombinasi perkuatan dan timbunan
tanah berbutir menghasilkan struktur komposit yang stabil secara internal. Contoh tipikal
dinding MSE ditunjukan pada Gambar 3 berikut ini. Pelaksanaan pekerjaan dinding MSE
dapat merujuk pada AASHTO LRFD Bridge Construction Specification 4th 2017 mengenai
“Mechanically Stabilized Earth Walls”

Gambar 7.9 - Contoh sketsa dinding MSE

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 16


7. JALAN PENDEKAT

a. Pengawasan Pekerjaan MSE (Mechanically Stabilize Earth)

MULAI

1 PERSIAPAN

2 PEKERJAAN GALIAN

PEMBUATAN LANTAI
3 KERJA

PEMBUATAN
4
BANTALAN / ALAS
BETON

PEMASANGAN
5
PANEL BETON

6 PENIMBUNAN

PEMASANGAN
7
PERKUATAN

SELESAI

Gambar 7.10 – Bagan Alir Pengawasan Pekerjaan MSE (Mechanically Stabilize


Earth)
b. Tata Cara Pada Masing-Masing Langkah Kerja MSE (Mechanically Stabilize Earth)
Verifikasi 1 (Persiapan)
1. Cek ulang kesiapan material.

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 17


7. JALAN PENDEKAT

2. Cek ulang kesiapan alat.


3. Dilakukan pengukuran.
4. Dilakukan pemasangan patok pekerjaan.
Verifikasi 2 (Pekerjaan Galian)
1. Kedalaman dan lebar galian, sesuai dengan gambar rencana.
2. Penggalian dilakukan dengan alat penggali.
Verifikasi 3 (Pembuatan Lantai Kerja)
1. Lantai kerja terbuat dari urugan pasir / lean concrete (beton kurus).
Verifikasi 4 (Pembuatan Bantalan / Alas Beton bagian Kaki dari Panel Dinding)
1. Ukuran alas beton harus sesuai dengan gambar rencana.
Verifikasi 5 (Pemasangan Panel Beton)
1. Panel beton dijaga ketagakannya.
Verifikasi 6 (Penimbunan)
1. Penimbunan secara bertahap sesuai gambar rencana.
2. Pemadatan dengan stamper / roller.
Verifikasi 7 (Pemasangan Perkuatan)
1. Perkuatan dipasang dan diikatkan pada panel dinding beton dengan cara dimur.

Pemutakhiran Panduan Pengawasan Jembatan (BMS – 93) 18

Anda mungkin juga menyukai