Anda di halaman 1dari 43

BAHAN KULIAH : SIA – 409 KONSTRUSI JALAN

10. PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH DAN BADAN JALAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL - 2019
KETERKAITAN PEKERJAAN “TIMBUNAN” DENGAN MATA KULIAH LAIN

 Penentuan klasifikasi tanah


 Pengujian CBR
MEKANIKA TANAH  Penentuan sudut geser tanah
 Penentuan tanah ekspansif
 Pengujian kepadatan

 Rencana geometrik jalan :


REKAYASA JALAN  Gambar alinyemen horisontal dan
vertikal
 Potongan melintang
 Elevasi bagian-bagian pekerjaan

 Perbaikan tanah dasar pada


SEKSI 3.2 daerah timbunan, yang berupa
PERBAIKAN TANAH
TIMBUNAN tanah lunak/tanah berdaya
dukung/tanah ekspansif rendah

 Penentuan jenis dan kapasitas


peralatan yang diperlukan
PERALATAN KONST.  Penentuan jumlah peralatan
disesuaikan dengan waktu
pelaksanaan

MANAJEMEN KONST.  Pengelolaan pelaksanaan


pekerjaan

2
PEKERJAAN “TIMBUNAN”
 Timbunan adalah pekerjaan penimbunan tanah dengan
tujuan untuk memperoleh bentuk serta elevasi
permukaan sesuai dengan gambar yang telah
direncanakan
 Pada intinya pekerjaan ini dilakukan untuk
mendapatkan elevasi tanah yang diinginkan atau sesuai
dengan yang telah direncanakan
 Pekerjaan timbunan dapat dilaksanakan apabila
alinyemen vertikal dan horisontal telah pasti (telah
ditetapkan)
 Bahan timbunan disesuaikan dengan kebutuhan dan
persyaratan tertentu
 Timbunan harus dipadatkan dan dikontrol terhadap
pengendalian mutunya

3
BAGAN ALIR KONTROL PEMADATAN

4
DIVISI 3 – PEKERJAAN TANAH

SEKSI 3.1 GALIAN


Pasal 3.1.1 Umum
3.1.2 Persyaratan
3.1.3 Pelaksanaan
3.1.4 Pengendalian Mutu
3.1.5 Pengukuran dan Pembayaran

SEKSI 3.2 TIMBUNAN


Pasal 3.2.1 Umum
3.2.2 Persyaratan
3.2.3 Pelaksanaan
3.2.4 Pengendalian Mutu
3.2.5 Pengukuran dan Pembayaran

SEKSI 3.3 PENYIAPAN BADAN JALAN

SEKSI 3.4 PENGUPASAN PERMUKAAN


PERKERASAN LAMA DAN DICAMPUR
KEMBALI
5
I. PEKERJAAN TIMBUNAN

1. CAKUPAN PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan
berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan,
penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk
timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk
dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan
elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau
disetujui Direksi Pekerjaan.

 JENIS TIMBUNAN
a. Timbunan Biasa (m3)
b. Timbunan Pilihan (m3)
c. Timbunan Pilihan Berbutir (m3)

6
 Timbunan Pilihan
 Harus digunakan untuk
meningkatkan kapasitas daya
dukung tanah dasar pada lapisan
penopang (capping layer) dan
jika diperlukan di daerah galian.
 Dapat digunakan untuk
stabilisasi lereng atau
pekerjaan pelebaran timbunan
yang lebih curam karena
keterbatasan ruangan.
 Untuk pekerjaan timbunan
lainnya, dimana kekuatan
timbunan adalah faktor yang
kritis.
 Digunakan untuk penimbunan
kembali pada abutmen dan
dinding penahan tanah serta
daerah kritis lainnya yang
memiliki jangkauan terbatas
untuk pemadatan dengan alat.
7
 Timbunan Pilihan Berbutir
 Harus digunakan sebagai
lapisan penopang (capping
layer) pada tanah lunak yang
mempunyai CBR lapangan <
2% yang tidak dapat
ditingkatkan dengan
pemadatan atau stabilisasi,
dan di atas tanah rawa,
daerah berair, dan lokasi-
lokasi serupa dimana bahan
timbunan biasa dan pilihan
tidak bisa dipadatkan dengan
memuaskan.
 Digunakan untuk penimbunan
kembali pada abutmen dan
dinding penahan tanah serta
daerah kritis lainnya yang
memiliki jangkauan terbatas
untuk pemadatan dengan alat.

8
 Pekerjaan Yang Tidak
Termasuk Bahan Timbunan

Pekerjaan yang tidak


termasuk bahan timbunan
yaitu bahan yang dipasang
sebagai landasan untuk pipa
atau saluran beton, maupun
bahan drainase porous yang
dipakai untuk drainase
bawah permukaan .

9
2. TOLERANSI DIMENSI
a. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan
tidak lebih tinggi dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm
dari yang ditentukan.
b. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos
harus cukup rata dan harus memiliki kelandaian
yang cukup untuk menjamin berlalunya aliran air
permukaan yang bebas.
c. Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh
bervariasi lebih dari 10 cm dari garis frofil yang
ditentukan.
d. Timbunan selain dari Lapisan Penopang di atas
tanah lunak tidak boleh dihampar dalam lapisan
dengan tebal padat > 20 cm atau dalam lapisan
dengan tebal padat < 10 cm.

10
3. STANDAR RUJUKAN

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


SNI 03-1744-1989 : Metode pengujian CBR laboratorium
SNI 03-2828-1992 : Metode pengujian kepadatan lapangan dengan
Alat Konus Pasir
SNI 03-6371-2000 : Tata cara klasifikasi tanah dengan cara
unifikasi tanah
SNI 03-6795-2002 : Metode pengujian menentukan tanah
ekspansif
SNI 03-6767-2002 : Tata cara Klasifikasi Tanah dan Campuran
Tanah Agregat untuk Konstruksi Jalan
SNI 1966 : 2008 : Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks
Plastis Tanah
SNI 1967 : 2008 : Cara Uji Penentuan Batas Cair untuk Tanah
SNI 1742 : 2008 : Cara Uji Kepadatan Ringan untuk Tanah
SNI 1743 : 2008 : Cara Uji Penentuan Kepadatan Barat untuk
Tanah
SNI 3422 : 2008 : Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah

11
4. BAHAN

1) Timbunan Biasa
a. Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan
biasa harus terdiri dari bahan galian tanah atau
bahan galian batu yang disetujui Direksi.
b. Bahan tidak termasuk tanah yang berplastisitas
tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6
menurut SNI 03-6797-2002 atau sebagai CH
menurut Unified.

Catatan :
1. Klasifikasi A-7-6 (tanah lanau – lempung,> 35%
dari seluruh contoh tanah lolos ayakan No. 200),
tipe material yang paling dominan merupakan
tanah berlempung, serta sifat fraksi yang lolos
ayakan No. 40; LL minimum 41, PI minimum 11.

12
2. CH merupakan tanah berbutir halus, > 50% lolos
ayakan No. 200, berupa lanau dan lempung dengan
LL < 50%. CH merupakan lempung an-organik
dengan plastisitas tinggi, lempung “gemuk” ( fat
clays).

c. Kalau tidak dapat dihindari, tanah berplastisitas


tinggi harus digunakan, hanya pada bagian dasar
timbunan atau timbunan kembali yang tidak
memerlukan daya dukung atau gaya geser yang
tinggi. Tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan
langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau
bahu jalan.

13
d. Timbunan untuk lapisan di bawah bagian dasar
perkerasan atau bahu jalan harus memiliki CBR >
6% (CBR setelah perendaman 4 hari bila
dipadatkan 100% kepadatan kepadatan kering
maksimum).
e. Tanah sangat ekspansif dengan nilai aktif > 1,25
tidak boleh digunakan (nilai aktif = IP / PI dan
prosentasi kadar lempung).
f. Timbunan biasa tidak boleh menggunakan bahan
galian yang mempunyai sifat :
 Tanah yang mengandung organik seperti jenis tanah
OL, OH, dan PT dalam sistem unified.
 Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang
tidak praltis dikeringkan untuk memenuhi toleransi.
 Tanah yang mempunyai kembang susut yang tinggi
dalam klasifikasi Van Der Merwe dengan ciri adanya
retak memanjang sejajar tepi perkerasan jalan.

14
Catatan :

1. OL merupakan lanau – organik dan lempung


berlanau organik dengan plastisitas rendah (LL
< 50%).

2. OH merupakan lempung organik dengan


plastisitas sedang sampai dengan tinggi (LL >
50%).

3. PT merupakan peat (gambut), dan tanah-tanah


lain dengan kandungan organik tinggi (Tanah –
tanah dengan kandungan organik sangat
tinggi).

15
2) Timbunan Pilihan
a. Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sbg Timbunan
Pilihan atau Timbunan Pilihan Berbutir bila digunakan
pada lokasi atau untuk maksud dimana bahan-bahan ini
telah ditentukan dan Harus memiliki nilai CBR > 10%
setelah 4 hari perendamana bila dipadatkan sampai
100% kepadatan kering maksimum.
b. Bahan timbunan pilihan yg digunakan pada lereng atau
pekerjaan stabilisasi timbunan yang memerlukan kuat
geser yang cukup, maka timbunan pilihan dapat berupa
timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik
atau lempungan pasiran atau lempung berplastisitas
rendah.

3) Timbunan Pilihan Berbutir


Bahan Timbunan Pilihan di atas rawa dan untuk keadaan dimana
penghamparan dalam kondisi jenuh air atau banjir tidak
dapat dihindarkan, haruslah batu, pasir atau kerikil atau
bahan berbutir bersih lainnya dengan Indeks Plastis
maksimum 6%.
16
5. PELAKSANAAN
(1) Penghamparan Timbunan
a. Sebelum penghamparan, c. Timbunan ditempatkan ke
semua bahan yang tidak permukaan yang telah
diperlukan harus di- disiapkan dan disebar
buang. dalam lapisan yang
b. Dasar pondasi timbunan merata yang bila
harus dipadatkan se- dipadatkan akan
luruhnya (termasuk memenuhi toleransi tebal
penggemburan dan lapisan yang disyaratkan.
pengeringan atau Bila timbunan dihampar
pembasahan bila lebih dari satu lapis,
diperlukan) sampai 15 lapisan-lapisan tersebut
cm bagian permukaan harus sama tebalnya.
atas dasar pondasi d. Tanah timbunan diangkut
memenuhi kepadatan langsung dari sumber
yang disyaratkan, bahan ke permukaan yang
kecuali di daerah tanah telah disiapkan pada saat
lunak atau tanah rawa cuaca cerah dan
disebarkan.
17
e. Bila timbunan badan jalan
akan diperlebar, lereng
timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang
seluruh tumbuhan yang
terdapat pada permukaan
lereng, dan harus dibuat
f. Lapisan penopang di atas
bertangga, sehingga
timbunan baru akan terkunci tanah lunak termasuk
pada timbunan lama. tanah rawa harus
Selanjutnya timbunan dihampar sesegera
pelebaran harus dihampar mungkin dan tidak lebih
horizontal lapis demi lapis dari 3 (tiga) hari setelah
sampai elevasi yang persetujuan penggalian.
direncanakan, kemudian Lapisan penopang dapat
segera ditutup dengan lapis dihampar satu lapis atau
pondasi bawah dan atas beberapa lapis dengan
sampai elevasi jalan lama. tebal antara 0,50 – 1,00
m sesuai kondisi lapangan.
18
(2) Pemadatan Timbunan
a. Segera setelah penempat-
an dan penghamparan tim-
bunan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan
pemadat yang memadai
sampai mencapai kepadatan
yang disyaratkan.
b. Pemadatan timbunan harus c. Seluruh timbunan batu
dilaksanakan dengan kadar harus ditutup dengan satu
air bahan < 3% dan > 1% lapisan atau lebih setebal
dari kadar air optimum 20 cm dari bahan
(kadar air optimum = kadar bergradasi menerus dan
air pada kepadatan kering tidak mengandung batu > 5
maksimum yang diperoleh cm, serta mampu mengisi
bila tanah dipadatkan sesuai rongga-rongga pada bagian
SNI 03-1742-1989) atas timbunan batu. Lapis
penutup ini dipadatkan
sampai mencapai kepadatan
yang disyaratkan. A
19
d. Setiap lapisan yang dihampar f. Timbunan pada lokasi yang
harus dipadatkan sesuai yang tidak dapat dicapai dengan
disyaratkan dan harus peralatan pemadat mesin
diterima oleh Direksi gilas, harus dihampar dalam
Pekerjaan, sebelum lapisan lapisan horizontal dengan
berikutnya dihampar. tebal gembur tidak lebih dari
e. Pemadatan timbunan dimulai 10 cm dan dipadatkan dengan
dari tepi luar dan bergerak timbris (tamper) dengan
menuju ke arah sumbu jalan, berat > 10kg. a
sehingga setiap ruas akan
menerima jumlah usaha
pemadatan yang sama.
e. Bahan timbunan pada tempat-
tempat yang sulit dimasuki
alat pemadat normal, harus
dihampar dalam lapisan
mendatar dengan tebal
gembur tidak lebih dari 10
cm dan sekuruhnya
dipadatkan dengan pemadat
mekanis.
20
Makin tebal tanah yang dipadatkan, semakin rendah tingkat
kepadatan rata-rata yang dicapai oleh daya pemadatan tertentu
 Tegangan yang berlebihan pada tanah yang sedang dipadatkan akan terjadi
bila tegangan yang ditimbulkan oleh alat pemadat melebihi kekuatan
gesernya. Terlihat pada waktu memadatkan lapisan pasir
 Kemudahan pemadatan tergantung dari jenis alat pemadat, jenis tanah
dasar, tebal lapisan dan lapisan dasarnya

Kuat Geser tidak mencukupi

Lapisan dasar tidak kuat

21
(3) Ketentuan Kepadatan
a. Lapisan tanah yang > 30 cm di bawah elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai 95% dari kepadatan kering
maksimum (ðd max.) yang ditentukan.

b. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm dari elevasi tanah


dasar harus dipadatkan sampai 100% dari kepadatan
kering maksimum (ðd max.) yang ditentukan.

(4) Kriteria Pemadatan untuk Timbunan Batu


Penghamparan dan pemadatan timbunan harus dilaksanakan dengan
menggunakan pemadat getar/vibro.
Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan
batu berdimensi > 10 cm tidak boleh disertakan dalam lapisan
teratas ini.
(5) Kriteria Pemadatan untuk Lapisan Penopang
Timbunan Pilihan Berbutir lapisan penopang di atas tanah lunak
(CBR < 2%) dapat dihampar dalam satu atau beberapa lapis
yang harus dipadatkan dengan persetujuan khusus tergantung
kondisi lapangan. Tingkat pemadatan harus cukup agar dapat
memungkinkan pemadatan sepenuhnya pada timbunan pilihan
lapisan selanjutnya dan lapis perkerasan. 22
(6) Percobaan Pemadatan
a. Penyedia Jasa harus bertanggungjawab dalam memilih
metode dan peralatan untuk mencapai tingkat kepadatan
yang disyaratkan. Bila tidak sanggup mencapai kepadatan
yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut harus
diikuti.
b. Setiap lokasi mempunyai kondisi tanah yang berbeda-
beda, oleh karena itu diperlukan metode pemadatan uji/
percobaan lapangan untuk mengetahui jumlah lintasan alat
penggilas agar dicapai kepadatan yang sesuai spesifikasi.
Untuk memperoleh hasil percobaan pemadatan seteliti
mungkin, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Pemadatan dilakukan pada lapisan atas dengan material
timbunan yang sama.
 Kecepatan alat pemadat ditentukan terlebih dahulu,
misalnya untuk mesin gilas getar pada timbunan batuan
sebesar 4 km/jam.
 Jumlah lintasan yang tepat biasanya 4, 6, 8 kali
lintasan.
 Hasil penggilasan diuji kepadatannya dengan alat sand
cone atau metode lainnya. 23
(7) Alat Pemadat
1. Mesin Gilas Roda Besi Permukaan
Halus
Cocok digunakan untuk meratakan
tanah dasar (sub grade) dan
untuk penggilasan akhir pada
timbunan tanah pasir atau
lempung, dapat memadatkan
100% luasan muka tanah yang
dilalui rodanya, dengan tekanan
310 – 380 kPa.
2. Mesin Gilas Roda Karet
Digunakan pada pemadatan tanah
pasir dan lempung, dgn tekanan
kontak di bawah ban dapat
mencapai 585 – 690 kPa. Roda-
roda tersusun dalam beberapa
baris. Pemadatan dapat dicapai
dari kombinasi tekan dan
peremasan dari sifat ban karet
yang tidak kaku. 24
3. Mesin Gilas Kaki Kambing
Masin gilas ini silindernya
mempunyai kaki-kaki yang
mempunyai luas proyeksi
penampang mencapai 25 – 85
cm2. Sangat efektif digunakan
pada tanah lempung dengan
tekanan kontak di ujung kaki
kambing mencapai 1.380 – 6.900
kPa.
4. Mesin Gilas Getar (Vibro)
Sangat cocok untuk pemadatan
tanah berbutir seperti pasir,
kerikil. Pada prinsipnya getaran
dapat dihasilkan dari berputarnya
suatu beban yang tidak sentris
(eksentris). Alat penggetar dapat
dipasang pada penggilas besi, ban
karet maupun penggilas kaki
kambing untuk menghasilkan
getaran pada tanah.
25
6. Pengukuran Galian untuk Pembayaran
a. Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter
bahan terpadatkan yang diperlukan. Volume yang
diukur harus berdasarkan gambar penampang
melintang profil tanah asli yang disetujui atau
profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan
dan gambar dengan garis, kelandaian dan elevasi
yang disyaratkan atau diterima.
Metode perhitungan haruslah metode luas bidang
ujung dengan menggunakan penampang melintang
pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari
25 m atau dengan jarak 50 m untuk daerah yang
datar.
b. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan
penampang melintang yang disetujui, termasuk
setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai
akibat penggalian bertangga tidak akan dimasukkan
ke dalam volume yang diukur untuk pembayaran.
26
STA.2+675
CL

2.00 3.50 3.50 2.00

DMJ

DMJ

5.00

5.00
5.00
5.00

GORONG-GORONG
3 X 3 Meter

DATUM +831.000
0.63

9.78 12.91 12.72 8.47 2.00 9.19 10.65 7.69


1.00

JARAK 2.48 1.76

ELEVASI EXISTING

ELEVASI RENCANA

27
3) Dasar Pembayaran
Kuantitas timbunan yang diukur seperti di uraikan di atas,
dalam jarak angkut berapapun yang diperlukan, harus
dibayar untuk per-satuan pengukuran dari masing-masing
harga yang dimaksukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga
untuk mata pembayaran yang terdaftar di bawah ini,
dimana harga dan pembayaran tersebut merupakan
kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan,
penghamparan, pemadatan, penyelesaian dan pengujian
bahan sebagaimana diuraikan dalam Seksi ini.

Nomor Mata Satuan


URAIAN Pengukuran
Pembayaran

3.2.1 Timbunan Biasa Meter Kubik

3.2.2 Timbunan Pilihan Meter Kubik

3.2.3 Timbunan Pilihan Berbutir Meter Kubik


II. PENYIAPAN BADAN JALAN

1. PENGERTIAN DAN CAKUPAN PEKERJAAN


a. Badan Jalan adalah suatu jalur tanah, dapat berupa
galian atau timbunan yang dibentuk sedemikian rupa,
hingga siap untuk diletakkan di atasnya lapisan-
lapisan pondasi jalan (lapisan perkerasan jalan).
b. Fungsi Badan Jalan :
c. Struktural, menerima beban lalu-lintas setelah disebar
melalui lapisan-lapisan perkerasan jalan.
b. Geometrik, pembentuk utama dari geometrik suatu jalan
c. Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan
Pemadatan permukaan tanah dasar atau permukaan
jalan kerikil lama untuk penghamparan Lapis Pondasi
Agregat, Lapis Pondasi Jalan tanpa Penutup Aspal,
Lapis Pondasi Semen Tanah atau Lapis Pondasi
Beraspal di daerah jalur lalu-lintas.
d. Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat pula mencakup
perataan berat dengan motor grader untuk
perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan
tanpa penambahan bahan baru.
e. Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan
serta pekerjaan timbunan minor yang diikuti dengan
pembentukan, pemadatan, pengujian tanah atau
bahan berbutir dan pemeliharaan permukaan yang
disiapkan sampai bahan perkerasan ditempatkan di
atasnya.

2. TOLERANSI DIMENSI
a. Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh
lebih tinggi 2 cm atau lebih rendah 3 cm dari yang
disyaratkan atau yang diseujui.
b. Seluruh permukaan akhir timbunan harus cukup
halus dan rata, serta memiliki kelandaian yang
cukup untuk menjamin berlalunya akiran air bebas
dari air permukaan.
3. PELAKSANAAN
(1) Persiapan Permukaan
Badan Jalan :
a. Kegiatan ini adalah
mempersiapkan permu-
kaan badan jalan
c. Bila badan jalan dibentuk
sedemikian rupa,
pada galian tanah biasa,
sehingga di atasnya
maka tanah harus digali
siap untuk ditempat
sampai mencapai elevasi
kan lapisan pondasi.
permukaan badan jalan
b. Persiapan Permukaan sesuai rencana. Setelah
Badan Jalan dapat permukaan diratakan,
dibedakan menjadi 3 kemudian dipadatkan
jenis tergantung jenis dengan peralatan yang
material yang sesuai. Harus diperhati-
membentuk badan kan kadar air optimum,
jalan tersebut, yaitu : dengan menyiram kalau
- Pada galian tanah terlalu rendah dan
- Pada galian batuan mengeringkan bila terlalu
- Pada timbunan tinggi.
d. Bila ternyata material tanah
pada elevasi rencana
memiliki CBR yang terlalu
rendah, maka lapisan tanah
tersebut harus dibuang
minimal 30 cm dan diganti c. Dalam hal badan jalan
dengan material yang lebih terbentuk dari timbunan,
baik (improvement sub maka, sebaiknya pekerja
grade), kemudian dipadat- –an timbunan dihentikan
kan sebagaimana diuraikan pada saat telah mencapai
di atas. elevasi 30 cm di bawah
e. Bila badan jalan dibentuk permukaan badan jalan
pada galian batu, maka rencana. Pada saat
galian harus dilaksanakan pekerjaan persiapan
sampai mencapai elevasi badan jalan akan dimulai,
permukaan badan jalan maka permukaan
rencana. Kemudian permuka timbunan diratakan dan
-an badan diratakan dan dibentuk kembali,
dipadatkan. kemudian di atasnya
dihampar material yang
lebih baik.
(2) Cara Blue Top :
a. Salah satu cara yang
digunakan dalam pelak
– sanaan persiapan
badan jalan adalah
cara Blue Top. c. Berpedoman pada patok2
b. Dari penampang me- dimaksud, maka material
lintang yang dibuat pd pembentuk badan jalan
tiap 25 m untuk badan diratakan, sampai seluruh
jalan diketahui elevasi patok tenggelam tepat di
dari 5 titik, 2 buah permukaan badan jalan,
pd tepi bahu jalan, 2 kemudian dipadatkan.
buah pada tepi d. Cara pekerjaan persiapan
perkerasan aspal, dan dengan sistem ini dapat
1 buah pada as jalan. dilaksanakan pula pada
Pada titik2 tersebut di persiapan permukaan lapis
atas badan jalan di pondasi.
pasang patok-patok e. Untuk pelaksanaan peker -
bambu yang tingginya jaan ini diperlukan operator
sama dengan elevasi grader dan surveyor yang
masing-masing titik. berpengalaman.
 Selalu meninggalkan
(3) Drainase Permukaan pada pekerjaan dalam keada –
saat pelaksanaan : an rapi, jangan nunggu
a. Untuk menghindari ter sampai hujan turun.
jadinya kerusakan  Membuat kemiringan
pada pekerjaan yg melintang yang cukup.
sudah diselesaikan, Misalnya 10% pada saat
maka harus melindungi pelaksanaan, dan pada
hasil yang telah saat penyelesaian sesuai
dicapai dari hal-hal yg dengan yang
dapat menimbulkan disyaratkan.
kerusakan.  Membuat parit-parit
b. Salah satu penyebab memanjang disepanjang
terjadinya kerusakan tepi galian dengan
pada permukaan badan kemiringan yang cukup
jalan adalah AIR. untuk pembuangan air.
 Badan jalan yang telah
c. Untuk mencegah
selesai dipersiapkan,
kemungkinan rusaknya
sebaiknya segera ditutup
badan jalan air hujan
dengan lapisan di
adalah :
atasnya (lapis pondasi).
4. Dasar Pembayaran
Kuantitas dari Pekerjaan Penyiapan Badan Jalan,
akan dibayar menurut satuan pengukuran sesuai
dengan harga yang dimaksukkan dalam Daftar
kuantitas dan Harga untuk mata pembayaran yang
terdaftar di bawah ini, dimana harga dan pembayaran
tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
pekerjaan dan biaya lainnya yang telah dimasukkan
untuk keperluan pembentukan penyiapan tanah dasar
seperti telah diuraikan dalam Seksi ini.

Nomor Mata Satuan


Pembayaran URAIAN Pengukuran

3.3 Penyiapan Badan Jalan Meter Persegi


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai