TEKNIK SURVEI
DAN PEMETAAN
Untuk SMK
TEKNIK SURVEI
DAN PEMETAAN
Untuk SMK
…...
MUD MUDA, Iskandar Purwaamijaya ------------------------------------------------------------
… Teknik Survei dan Pemetaan: SMK Kelompok Teknologi dan Industri
/oleh Iskandar Muda Purwaamijaya,, -----------------------------------------------------
Jakarta:Direktorat Pembinaan Sek olah Menengah Kejuruan, Departemen ----
Pendidikan Nasional, 2008.
vi. 519 hlm.
ISBN …..-……-……-…..
1. Teknik Survei dan Pemetaan I. Judul
Diperbanyak oleh….
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia
Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2008, telah melaksanakan
penulisan pembelian hak cipta buku teks pelajaran ini dari penulis untuk
disebarluaskan kepada masyarakat melalui website bagi siswa SMK.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK yang
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2008.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada Departemen
Pendidikan Nasional tersebut, dapat diunduh (download), digandakan,
dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat. Namun untuk
penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan ditayangkannya soft
copy ini akan lebih memudahkan bagi masyarakat untuk mengaksesnya
sehingga peserta didik dan pendidik di seluruh Indonesia maupun sekolah
Indonesia yang berada di luar negeri dapat memanfaatkan sumber belajar
ini.
Jakarta,
Direktur Pembinaan SMK
iii
Kata Pengantar iv
KATA PENGANTAR
Daftar Isi v
DAFTAR TABEL
No Teks Hal
No Teks Hal
No Teks Hal
270 Penempatan Rambu Ukur 271 301 Pembagian luas yang sama
271 Penempatan Unting- Unting 272 dengan garis lurus sejajar
272 salah satu segitiga 327
Pembagian Kertas Seri A 276
302 Pembagian luas yang sama
273 Skala Grafis 277 dengan garis lurus melalui
274 Situasi titik- titik KDH poligon sudut puncak segitiga 328
tertutup metode transit 299 303 Pembagian dengan
275 Situasi titik- titik KDH poligon perbandingan a : b : c 328
tertutup metode bowdith 300 304 Pembagian dengan
276 Situasi lapangan metode transit 301 perbandingan m : n oleh suatu
277 Situasi lapangan metode garis lurus melalui salah satu
Bowditch 302 sudut segiempat 328
278 Model Diagram Alir kerangka 305 Pembagian dengan garis lurus
dasar horizontal metode sejajar dengan trapesium 328
poligon 303 306 Pembagian suatu poligon 329
279 Metode diagonal dan tegak 307 Penentuan garis batas 330
lurus 307
308 Perubahan segi empat menjadi
280 Metode trapesium 308 trapesium 330
281 Offset dengan interval tidak 309 Pengurangan jumlah sisi
tetap 309 polygon tanpa merubah luas 330
282 Offset sentral 309 310 Perubahan garis batas yang
283 Metoda simpson 309 berliku- liku menjadi garis lurus 331
284 Metoda 3/8 simpson 310 311 Perubahan garis batas
285 Garis bujur ganda pada poligon lengkung menjadi garis lurus 331
metode koordinat tegak lurus 311 312 Posisi start yang harus di klik 331
286 Metode koordinat tegak lurus 312 313 Start – all Program – autocad
287 2000 331
Metode kisi- kisi 313 314
288 Worksheet autocad 2000 332
Metode lajur 313 315
289 Open file 332
Planimeter fixed index model 314 316
290 Sliding bar mode dengan skrup Open file 332
penghalus 315 317 Gambar penampang yang
291 Sliding bar mode tanpa skrup akan dihitung Luasnya 332
penghalus 318 Klik poin untuk menghitung
316
292 Pembacaan noneus model 1 luas 333
319 Klik poin untuik menghitung
dan 2 317
luas 333
293 Bacaan roda pengukur 318 320 Diagram alir perhitungan luas 334
294 Penempatan planimeter 321 321 Prinsip tachymetri 339
295 Gambar kerja 321 322 Sipat datar optis luas 341
296 Gambar pengukuran peta
323 Pengukuran sipat datar luas 350
dengan planimeter liding bar
model yang tidak dilengkapi 324 Tripod pengukuran vertikal 350
zero setting (pole weight/diluar 325 Theodolite Topcon 353
kutub) 322 326 Statif 353
297 Hasil bacaan positif 323 327 Unting-unting 353
298 Hasil bacaan negatif 324 328 Jalon di atas patok 354
299 Pengukuran luas peta pole
329 Pita ukur 354
weigh t (pemberat kutup) di
dalam peta 325 330 Rambu ukur 354
300 Pengukuran luas peta pole 331 Payung 354
weight dalam peta 332 Formulir Ukur 354
327
Daftar Gambar xiv
No Teks Hal
No Teks Hal
No Teks Hal
DESKRIPSI
Buku Teknik Surve i dan Pemetaan ini menjelaskan ruang lingkup Ilmu ukur
tanah, pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada Ilmu Ukur tanah untuk
kepentingan studi kelayakan, perencanaan, konstruksi dan operasional pekerjaan
teknik sipil. Selain itu, dibahas tentang perkenalan ilmu ukur tanah, aplikasi teori
kesalahan pada pengukuran dan pemetaan, metode pengukuran kerangka dasar
vertikal dan horisontal, metode pengukuran titik detail, perhitungan luas, galian
dan timbunan, pemetaan digital dan sistem informasi geografis.
Buku ini tidak hanya menyajikan teori semata, akan tetapi buku ini
dilengkapi dengan penduan untuk melakukan praktikum pekerjaan dasar survei.
Sehingga, diharapkan peserta diklat mampu mengoperasikan alat ukur waterpass
dan theodolite, dapat melakukan pengukuran sipat datar, polygon dan tachymetry
serta pembuatan peta situasi.
Peta Kompetensi xviii
PETA KOMPETENSI
Pembelajaran
No Sub Kompetensi
Pengetahuan Keterampilan
5 Proyeksi peta, aturan a. Memahami pengertian Membuat Proyeksi peta
kuadran dan sistem proyeksi peta, aturan kuadran berdasarkan aturan kuadran
koordinat dan sistem koordinat dan sisten koordinat
b. Memahami jenis-jenis
proyeksi peta dan aplikasinya
c. Memahami aturan kuadran
geometrik dan trigonometrik
d. Memahami sistem koordinat
ruang dan bidang
e. Memahami orientasi survei
dan pemetaan serta aturan
kuadran geometrik
6 Macam besaran sudut a. Mengetahui macam besaran Mengaplikasikan besaran
sudut sudut dilapangan untuk
b. Memahami besaran sudut pengolahan data.
dari lapangan
c. Dapat melakukan konversi
besaran sudut
d. Memahami besaran sudut
untuk pengolahan data
7 Jarak, azimuth dan a. Memahami pengertian jarak Mengukur jarak baik dengan
pengikatan kemuka pada survey dan pemetaan alat sederhana maupun
b. Memahami azimuth dan sudut dengan pengikatan ke
jurusan muka.
c. Memahami tujuan pengikatan
ke muka
d. Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengikatan ke muka
e. Memahami pengolahan data
pengikatan ke muka
f. Memahami penggambaran
pengikatan ke muka
Pembelajaran
No Sub Kompetensi
Pengetahuan Keterampilan
10 Pengukuran poligon a. Memaham i tujuan Dapat melakukan
kerangka dasar pengukuran poligon pengukuran kerangka dasar
horisontal b. Memahami kerangka dasar horisontal (poligon).
horisontal
c. Mengetahui jenis-jenis poligon
d. Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengukuran poligon
e. Memahami pengolahan data
pengukuran poligon
f. Memahami penggambaran
poligon
11 Pengukuran luas a. Menyebutkan metode-metode Menghitung luas
pengukuran luas bedasarkan hasil dilapangan
b. Memahami prosedur dengan metoda saruss,
pengukuran luas dengan planimeter dan autocad.
metode sarrus
c. Memahami prosedur
pengukuran luas dengan
planimeter
d. Memahami prosedur
pengukuran luas dengan
autocad
12 Pengukuran titik-titik a. Memahami tujuan Melakukan pengukuran titik-
detail pengukuran titik-titik detail titik dtail metode tachymetri.
metode tachymetri
b. Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengukuran tachymetri
c. Memahami pengolahan data
pengukuran tachymetri
d. Memahami penggambaran
hasil pengukuran tachymetri
13 Garis kontur, sifat dan a. Memahami pengertian garis Membuat garis kontur
interpolasinya kontur berdasarkan data yang
b. Menyebutkan sifat-sifat garis diperoleh di lapangan.
kontur
c. Mengetahui cara penarikan
garis kontur
d. Mengetahui prosedur
penggambaran garis kontur
e. Memahami penggunaan
perangkat lunak surfer
Pembelajaran
No Sub Kompetensi
Pengetahuan Keterampilan
15 Pemetaan digital a. Memahami pengertian
pemetaan digital
b. Mengetahui keunggulan
pemetaan digital
dibandingkan pemetaan
konvensional
c. Memahami perangkat keras
dan perangkat lunak
pemetaan digital
d. Memahami pencetakan peta
dengan kaidah kartografi
16 Sisitem informasi a. Memahami pengertian sistem
geografik informasi geografik
b. Memahami keunggulan
sistem informasi geografik
dibandingkan pemetaan
digital perangkat keras dan
perangkat lunak sistem
informasi geografik
c. Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pembangunan sistem
informasi geografik
d. Memahami jenis-jenis analisis
spasial dengan sistem
informasi geografik dan
aplikasinya pada berbagai
sektor pembangunan
1 Pengantar Survei dan Pemetaan 1
panjangnya jarak lingkaran pada bagian adalah bila daerah mempunyai ukuran
equator di bandingkan dengan jarak pada terbesar tidak melebihi 55 km (kira-kira 10
lingkaran yang melalui kutub utara dan jam jalan).
kutub selatan dan akhirnya para ahli Terbukti, bahwa bentuk bumi itu dapat
memilih Ellipsoidal atau yang dinamakan dianggap sebagai bentuk ruang yang
ellips yang berputar dimana sumbu terjadi dengan memutar suatu ellips
pendeknya adalah suatu sumbu yang dengan sumbu kecilnya sebagai sumbu
menghubungkan kutub utara dan sumbu putar. Bilangan - bilangan yang penting
kutub selat an yang merupakan poros mengenai bentuk bumi yang banyak
perputaran bumi, sedangkan sumbu digunakan dalam ilmu geodesi adalah :
panjangnya adalah sumbu yang
menghubungkan equator dengan equator
yang lain dipermukaan sebaliknya.
Ellipsoid Bumi Internasional yang terakhir bahwa ellipsoide bumi itu mempunyai
Union of Geodesy and Geophysics, dan • b adalah set engah sumbu pendek
2a + b
R rata - rata = = 6.371. Q31, 5Q54 m
3
Keterangan :
Bentuk bumi yang asli tidaklah bulat
0 = pusat bumi (pusat ellipsoide bumi)
sempurna (agak lonjong) namun
Ku = Kutub Utara bumi
pendekatan bumi sebagai bola sempurna
Ks = Kutub selatan bumi
masih cukup relevan untuk sebagian besar
EK = ekuator bumi
kebutuhan, termasuk penentuan
Untuk skala yang lebih luas, asumsi ini kedudukan dengan tingkat presisi yang
tidak dapat diterapkan mengingat pada relatif rendah.
kenyataannya permukaan bumi berbentuk
Pada kenyataannya kita ingin menyajikan
lengkungan bola. Asumsi bumi datar hanya
permukaan bumi dalam bentuk bidang
dapat diterapkan sejauh kesalahan jarak
datar. Oleh sebab itu, bidang bola atau
dan sudut yang terjadi akibat efek
bidang ellipsoide yang akan dikupas pasti
kelengkungan bumi masih dapat diabaikan.
ada distorsi atau ada perubahan bentuk
Lingkar paralel adalah lingkaran yang karena harus ada bagian dari bidang
memotong tegak lurus terhadap sumbu speroid itu yang tersobekan dengan
putar bumi. Lingkaran paralel yang tepat kenyataan tersebut didekati dengan
membagi dua belahan bumi utara-selatan perantara bidang proyeksi. Bidang proyeksi
0
yaitu lingkar paralel 0 disebut lingkaran ini terbagi dalam tiga jenis, yaitu :
equator. Lingkar paralel berharga positif ke
°
• Bidang proyeksi bidang datarnya
utara hingga 90 pada titik kutub utara dan
0
sendiri atau dinamakan perantara
sebaliknya negatif ke selatan hingga -90
azimuthal dan zenithal,
pada titik kutub selatan. Lingkar meridian
• Bidang perantara yang berbentuk
adalah lingkaran yang sejajar dengan
kerucut dinamakan bidang perantara
sumbu bumi dan memotong tegak lurus
conical,
bidang equator. Setengah garis lingkar
• Bidang proyeksi yang menggunakan
meridian yang melalui kota Greenwich di
bidang perantara berbentuk silinder
UK (dari kutub utara ke kutub selatan)
yang dinamakan bidang perantara
disepakati sebagai garis meridian utama,
0 cylindrical.
yaitu longituda 0 . Setengah lingkaran tepat
0
180 di belakang garis meridian utama Dari bidang perantara ini ada aspek
disepakati sebagai garis penanggalan geometric dari permukaan bumi matematis
internasional. Kedua garis ini membagi itu ke bidang datar berhubungan dengan
belahan bumi menjadi belahan barat dan luas, maka dinamakan proyeksi equivalent,
belahan timur. berhubungan dengan jarak (jarak di
1 Pengantar Survei dan Pemetaan 5
diterangkan di atas yaitu ada 3 jenis bidang Vertikal) serta pengukuran titik-titik detail.
geometric maka kita bisa menggunakan 27 rekayasa sipil pada kawasan yang tidak
kombinasi/ variasi/ altematif untuk luas, sehingga bumi masih bisa dianggap
Garis lurus ini ialah tidak lain adalah garis tengah-tengah antara rambu belakang dan
nivo. Maka garis arah nivo yang dapat muka .Alat sifat datar diatur sedemikian rupa
mendatar dapat pula digunakan untuk sehingga teropong sejajar dengan nivo yaitu
mendatarkan garis bidik di dalam suatu dengan mengetengahkan gelembung nivo.
teropong, caranya; tempatkan sebuah nivo Setelah gelembung nivo di ketengahkan
tabung diatas teropong. Supaya garis bidik barulah di baca rambu belakang dan rambu
mendatar, bila garis arah nivo di datarkan muka yang terdiri dari bacaan benang
dengan menempatkan gelembung di tengah- tengah, atas dan bawah. Beda tinggi slag
tengah, perlulah lebih dahulu. tersebut pada dasarnya adalah
pengurangan benang tengah belakang
Garis bidik di dafam teropong, dibuat sejajar
dengan benang tengah muka.
dengan garis arah nivo. Hal inilah yang
menjadi syarat utama untuk semua alat ukur Berikut ini adalah syarat-syarat untuk alat
penyipat datar. Dalam pengukuran Sipat penyipat datar optis :
Datar Optis bisa menggunakan Alat
• Garis arah nivo harus tegak lurus
sederhana dengan spesifikasi alat penyipat
pada sumbu kesatu alat ukur penyipat
datar yang sederhana terdiri atas dua tabung
datar. Bila sekarang teropong di putar
terdiri dari gelas yang berdiri dan di
dengan sumbu kesatu sebagai sumbu
hubungkan dengan pipa logam. Semua ini
putar dan garis bidik di arahkan ke mistar
dipasang diatas statif. Tabung dari gelas dan
kanan, maka sudut a antara garis arah
pipa penghubung dari logam di isi dengan zat
nivo dan sumbu kesatu pindah kearah
cair yang berwarna. Akan tetapi ketelitian
kanan, dan ternyata garis arah nivo dan
membidik kecil, sehingga alat ini tidak
dengan sendirinya garis bidik tidak
digunakan orang lagi. Perbaikan dari alat ini
mendatar, sehingga garis bidik yang
adalah mengganti pipa logam dengan slang
tidak mendatar tidaklah dapat digunakan
dari karet dan dua tabung gelas di beri skala
untuk pembacaan b dengan garis bidik
dalam mm.
yang mendatar, haruslah teropong
Cara menghitung tinggi garis bidik atau dipindahkan keatas, sehingga
benang tengah dari suatu rambu dengan gelembung di tengah-tengah.
menggunakan alat ukur sifat datar • Benang mendatar diagfragma harus
(waterpass). Rambu ukur berjumlah 2 buah tegak lurus pada sumbu kesatu. Pada
masing-masing di dirikan di atas dua patok pengukuran titik tinggi dengan cara
yang merupakan titik ikat jalur pengukuran menyipat datar, yang dicari selalu titik
alat sifat optis kemudian di letakan di potong garis bidik yang mendatar dengan
1 Pengantar Survei dan Pemetaan 9
• Pita Ukur
• Rambu Ukur
• Statif
• Unting – Unting
• Dll
Gambar 9. Statif
1.3.2. Metode pengukuran barometris dalam hal ini misalnya elevasi ± 0,00 meter
permukaan air laut rata-rata.
Pengukuran Barometris pada prinsip-nya
f m.a
adalah mengukur beda tekanan atmosfer. P= = = Phg . g. H
Pengukuran tinggi dengan menggunakan A A
metode barometris dilakukan dengan MV 2
FC = - FC =
menggunakan sebuah barometer sebagai R
alat utama. Keterangan :
p = massa jenis rasa air raksa (hidragirum)
g = gravitasi - 9.8 mJsZ - 10 m/s2
h= tinggi suatu titik dari MSL ( Mean Sea
level )
BT
Inklinasi
Seperti telah di ketahui, Barometer adalah (i)
A dAB
alat pengukur tekanan udara. Di suatu
tempat tertentu tekanan udara sama
Gambar 11. Pengukuran Trigonometris
dengan tekanan udara dengan tebal
d AB = dm . cos i
tertentu pula. Idealny a pencatatan di setiap
∆ HAB =dm. sin i + TA – TB
titik dilakukan dalam kondisi atmosfer yang
sama tetapi pengukuran tunggal hampir Pengukuran kerangka dasar vertikal
tidak mungkin dilakukan karena pencatatan metode trigonometris pada prinsipnya
tekanan dan temperatur udara adalah perolehan beda tinggi melalui jarak
mengandung kesalahan akibat perubahan langsung teropong terhadap beda tinggi
kondisi atmosfir. penentuan beda tinggi dengan memperhitungkan tinggi alat, sudut
dengan cara mengamati tekanan udara di vertikal (zenith atau inklinasi) serta tinggi
suatu tempat lain yang dijadikan referensi garis bidik yang diwakili oleh benang
1 Pengantar Survei dan Pemetaan 11
tengah rambu ukur. Alat theodolite, target data sudut mendatar yang diukur pada
dan rambu ukur semua berada diatas titik skafa fingkaran yang letaknya mendatar.
ikat. Prinsip awal penggunaan alat Bagian-bagian dari pengukuran kerangka
theodolite sama dengan alat sipat datar dasar horizontal adalah :
yaitu kita harus mengetengahkan • Metode Poligon
gelembung nivo terlebih dahulu baru • Metode Triangulasi
kemudian membaca unsur-unsur • Metode Trilaterasi
pengukuran yang lain. Jarak langsung • Metode kuadrilateral
dapat diperoleh melalui bacaan optis • Metode Pengikatan ke muka
benang atas dan benang bawah atau • Metode pengikatan ke belakang cara
menggunakan alat pengukuran jarak Collins dan cassini
elektronis yang sering dikenal dengan
nama EDM (Elektronic Distance 1.4.1 Metode pengukuran poligon
1.4 Pengukuran kerangka dasar penentuan titik yang lain. Untuk daerah
horizontal yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran
cara poligon merupakan pilihan yang sering
Untuk mendapatkan hubungan mendatar di gunakan, karena cara tersebut dapat
titik-titik yang diukur di atas permukaan dengan mudah menyesuaikan diti dengan
bumi maka perlu dilakukan pengukuran keadaan daerah/lapangan. Penentuan
mendatar yang disebut dengan istilah koordinat titik dengan cara poligon ini
pengukuran kerangka dasar Horizontal. membutuhkan,
Jadi untuk hubungan mendatar diperlukan
1 Pengantar Survei dan Pemetaan 12
dan juga berkaitan dengan jarak selang kepulauan Sunda Kecil, Bali dan Lombik
penempatan titik. dengan datum Gunung Genuk, pulau
Bangka dengan datum Gunung Limpuh,
1.4.2 Metode pengukuran triangulasi Sulawesi dengan datum Moncong Lowe,
kepulauan Riau dan Lingga dengan datum
Triangulasi digunakan apabila daerah
Gunung Limpuh dan Kalimantan Tenggara
pengukuran mempunyai ukuran panjang
dengan datum Gunung Segara. Posisi
dan lebar yang sama, maka dibuat jaring
horizontal (X, Y) titik triangulasi dibuat
segitiga. Pada cara ini sudut yang diukur
dalam sistem proyeksi Mercator,
adalah sudut dalam tiap - tiap segitiga.
sedangkan posisi horizontal peta topografi
Metode Triangulasi. Pengadaan kerangka
yang dibuat dengan ikatan dan
dasar horizontal di Indonesia dimulai di
pemeriksaan ke titik triangulasi dibuat
pulau Jawa oleh Belanda pada tahun 1862.
dalam sistem proyeksi Polyeder. Titik
Titik-titik kerangka dasar horizontal buatan
triangulasi buatan Belanda tersebut dibuat
Belanda ini dikenal sebagai titik triangulasi,
berjenjang turun berulang, dari cakupan
karena pengukurannya menggunakan cara
luas paling teliti dengan jarak antar titik 20 -
triangulasi. Hingga tahun 1936, pengadaan
40 km hingga paling kasar pada cakupan
titik triangulasi oleh Belanda ini telah
1 - 3 km.
mencakup pulau Jawa dengan datum
Gunung Genuk, pantai Barat Sumatra
dengan datum Padang, Sumatra Sel atan
dengan datum Gunung Dempo, pantai
Timur Sumatra dengan datum Serati,
Selain posisi horizontal (X Y) dalam sistem dalam sistem geografis (j,I) dan
proyeksi Mercator, titik-titik triangulasi ini ketinggiannya terhadap muka air laut rata-
juga dilengkapi dengan informasi posisinya
1 Pengantar Survei dan Pemetaan 15
rata yang ditentukan dengan cara segitiga yang seluruh jarak jaraknya di ukur
trigonometris. di lapangan.
Triangulasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
• Primer
• Sekunder
• Tersier
• Titik pusat terletak antara 2 titik Pengikatan ke muka adalah suatu metode
yang terjauh dan sering di pengukuran data dari dua buah titik di
perlukan. lapangan tempat berdiri alat untuk
memperoleh suatu titik lain di lapangan
1.4.3 Metode pengukuran trilaterasi tempat berdiri target (rambu ukur, benang,
unting-unting) yang akan diketahui
Trilaterasi digunakan apabila daerah yang
koordinatnya dari titik tersebut. Garis
diukur ukuran salah satunya lebih besar
antara kedua titik yang diketahui
daripada ukuran lainnya, maka dibuat
koordinatnya dinamakan garis absis. Sudut
rangkaian segitiga. Pada cara ini sudut
dalam yang dibentuk absis terhadap target
yang diukur adalah semua sisi segitiga.
di titik B dinamakan sudut beta. Sudut beta
Metode Trilaterasi yaitu serangkaian
dan alfa diperofeh dari tapangan.
1 Pengantar Survei dan Pemetaan 16
Gambar 15. pengukuran pengikatan ke muka alat theodolite ditegakkan di atas titik yang
ingin atau belum diketahui koordinatnya.
1.4.5 Metode pengukuran Collins Misalkan titik itu diberi nama titik P. titik P
dan Cassini
ini akan diukur melalui titik-titik lain yang
koordinatnya sudah diketahui terlebih
Metode pengukuran Collins dan Cassini
dahulu. Misalkan titik lainnya itu titik A, B,
merupakan salah satu metode dalam
dan titik C.
pengukuran kerangka dasar horizontal
untuk menentukan koordinat titik-titik yang Pertama titik P diikatkan pada dua buah
diukur dengan cara mengikat ke belakang titik lain yang telah diketahui koordinatnya,
pada titik tertentu dan yang diukur adalah yaitu diikat pada titik A dan titik B. Ketiga
sudut -sudut yang berada di titik yang akan titik tersebut dihubungkan oleh suatu
ditentukan koordinatnya. Pada era lingkaran dengan jari-jari tertentu, sehingga
mengikat ke belakang ada dua metode titik C berada di luar lingkaran.
hitungan yaitu dengan cara Collins dan
Cassini.
1 Pengantar Survei dan Pemetaan 17
A (Xa,Ya)
melalui titik C dan tegak lurus terhadap
garis BC serta memotong tempat
kedudukan yang melalui B dan C, titik
α B (Xb,Yb) tersebut diberi nama titik S.
P β
A (Xa, Ya)
dab
B (Xb, Yb)
dar
dcb
C (Xc, Yc)
α
R
α β
dcs
β
P
S
Cassini (1679)
Gambar 16. Pengukuran cassini
x1 − x 2 = d 12 sin a12
y 2− y1 = d 12 cos a12
tgna12 = ( x 2 − x1 ) : ( y 2 − y1 )
cot a12 = ( y 2 − y1 ) : ( x 2 − x1 )
Gambar 17. Macam – macam sextant
Metode Cassini dapat digunakan untuk Metode penentuan ini dimaksudkan sebagai
metode penentuan posisi titik acuan dan pegangan dalam pengukuran
menggunakan dua buah sextant. penentuan posisi titik-titik pengukuran di
perairan pantai, sungai, danau dan muara.
Tujuannya untuk menetapkan suatu
Sextant adalah alat pengukur sudut dari dua
penentuan posisi titik perum menggunakan
titik bidik terhadap posisi alat tersebut, posisi
dua buah sextant, termasuk. membahas
titik ukur perum adalah titik-titik yang
tentang ketentuan-ketentuan dan tahapan
mempunyai koordinat berdasarkan hasil
pelaksanaan pengukuran penentuan posisi
pengukuran.
titik perum.
Dalam pengukuran titik-titik detail Gambar 18. Alat pembuat sudut siku cermin
Dari jenis peralatan yang digunakan ini, cara lurus dan jarak miring "direduksi" menjadi
offset biasa digunakan untuk daerah yang jarak horizontal dan jarak vertikal.
relatif datar dan tidak luas, sehingga
Pada gambar, sebuah transit dipasang pada
kerangka dasar untuk pemetaanyapun juga
suatu titik dan rambu dipegang pada titik
dibuat dengan cara offset. Peta yang
tertentu. Dengan benang silang tengah
diperoleh dengan cara offset tidak akan
dibidikkan pada rambu ukur sehingga tinggi t
menyajikan informasi ketinggian rupa bumi
sama dengan tinggi theodolite ke tanah.
yang dipetakan.
Sudut vertikalnya (sudut kemiringan) terbaca
Cara pengukuran titik detil dengan cara offset
sebesar a. Perhatikan bahwa dalam
ada tiga cara:
pekerjaan tachymetri tinggi instrumen adalah
• Cara siku-siku (cara garis tegak lurus),
tinggi garis bidik diukur dari titik yang
• Cara mengikat (cara interpolasi),
diduduki (bukan TI, tinggi di atas datum
• Cara gabungan keduanya.
seperti dalam sipat datar). Metode tachymetri
itu paling bermanfaat dalam penentuan lokasi
1.5.2 Metode pengukuran tachymetri
sejumlah besar detail topografik, baik
Metode tachymetri adalah pengukuran horizontal maupun vetikal, dengan transit
menggunakan alat-alat optis, elektronis, dan atau planset. Di wilayah-wilayah perkotaan,
digital. Pengukuran detail cara tachymetri pembacaan sudut dan jarak dapat dikerjakan
dimulai dengan penyiapan alat ukur di atas lebih cepat dari pada pencatatan pengukuran
titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. dan pembuatan sketsa oleh pencatat.
Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai
Tachymetri "diagram' lainnya pada dasarnya
dengan perekaman data di tempat alat ,
bekerja atas bekerja atas prinsip yang sama
berdiri, pembidikan ke rambu ukur,
sudut vertikal secara otomatis dipapas oleh
pengamatan azimuth dan pencatatan data di
pisahan garis stadia yang beragam. Sebuah
rambu BT, BA, BB serta sudut miring .
tachymetri swa-reduksi memakai sebuah
Metode tachymetri didasarkan pada prinsip
garis horizontal tetap pada sebuah diafragma
bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi
dan garis horizontal lainnya pada diafragma
yang sepihak adalah sebanding.
keduanya dapat bergerak, yang bekerja atas
Kebanyakan pengukuran tachymetri adalah dasar perubahan sudut vertikal. Kebanyakan
dengan garis bidik miring karena adanya alidade planset memakai suatu jenis
keragaman topografi, tetapi perpotongan prosedur reduksi tachymetri.
benang stadia dibaca pada rambu tegak
1 Pengantar Survei dan Pemetaan 21
1
BA
i
Z
Z
BT
i
Z
Z BB
dAB ? H AB
O'
i
Ta
A dABX B
Titik Nadir
Bentuk Bentuk
Bumi Rotasi Bumi
Jeruk Bola
Ilmu, seni dan teknologi untuk menyajikan Ilmu, seni dan teknologi untuk menyajikan
informasi bentuk permukaan bumi baik unsur informasi bentuk permukaan bumi baik unsur
alam maupun buatan manusia di bidang alam maupun buatan manusia di bidang
datar (luas < 55 km x 55 km) atau (< 0,5 lengkung (luas > 55 km x 55 km) atau (> 0,5
derajat x 0,5 derajat) derajat x 0,5 derajat)
Pengikatan ke Muka
(2.1) Pengukuran Titik
Tunggal
Pengikatan ke
(2) Pengukuran Kerangka Dasar
Belakang (Collins &
Horisontal
(2.2) Pengukuran Titik Cassini)
Jamak
Triangulasi,
Trilaterasi,
Poligon Kuadrilateral Triangulaterasi
Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 1 mengenai pengantar survei dan pemetaan, maka
dapat disimpulkan sebagi berikut:
Soal Latihan
2. Teori Kesalahan
2. Setiap pengukuran mengandung galat, jika diantara kesalahan itu terjadi maka
4. Kesalahan yang tepat selalu tidak Kesalahan terjadi karena salah mengerti
diketahui permarsalahan, kelalaian, atau
pertimbangan yang buruk. Kesalahan dapat
2. Teori Kesalahan 26
kesalahan ini disebabkan baik karena rambu A = Pa’ dan pada rambu ∆ =
kekhilapan maupun karena kita manusia Pb’. Perbedaan tinggi adalah Pa’ – Pb’,
memang tidak sempurna dalam dalam hal ini Pa’ – Pb’ akan sama
II
b4
I
b2 m2
b1 m1 b3 m3
B B
A
B
A +1mm +1mm +1mm
A
II
I
II
b4
I
b2 m2
b1 m1 b3 m3
A B
A
A - B = +1 mm B - A = -1 mm A - B = +1 mm
c) Kurang tegak lurusnya rambu matahari sudah tinggi antara jam 11.00 –
jam 14.00, panas matahari pada waktu
Syarat pokok dalam melaksanakan
itu akan menimbulkan adanya
ukur datar ialah bahwa garis bidik
gelombang udara yang dapat terlihat
harus horizontal dan rambu harus
melalui teropong. Dengan demikian,
vertikal. Bila rambu vertikal,
gelombang udara didepan rambu akan
pembacaan rambu = Pa akan tetapi
terlihat sehingga angka pada rambu ikut
bila rambu tidak vertikal pembacaan
bergelombang dan sukar dibaca.
pada rambu adalah Pa’.
pa pa'
Karena itu oleh alat ukur datar dibaca c. Kesalahan karena pengukur
titik A pada rambu sedangkan Kesalahan pengukur ini ada 2 macam :
perbedaan tinggi mengikuti lengkungan
a) Kesalahan kasar kehilapan
bumi, jadi seharusnya dibaca B. Dengan
1. Keslahan kasar dapat diatasi
demikian, maka tiap kali pengukuran
dengan mengukur 2 kali dengan
dibuat kesalahan ∆. Besar ∆ ini dapat
tinggi teropong yang berbeda.
dihitung
Pertama dengan tinggi teropong
R2 + a2 = (R +∆)2; R2 + a2
h1 didapat perbedaan tinggi ∆h 1 =
= R2 + 2R∆ +∆2 Pa – Pb. Pada pengukuran kedua
qb
qa
pb
pa
h2
h1
2. Dapat diatasi pula dengan selain c. Kesalahan yang tak teratur, disebabkan
membaca benang tengah dibaca karena kurang sempurnanya panca
pula benang atas dan benang indera maupun peralatan dan
bawah sebab: kesalahan ini sulit dihindari karena
benang atas + benang bawah / 2 = memang merupakan sifat pengamatan\
benang tengah. ukuran.
kemiringan maksimum. Sedangkan dalam diperoleh beda tinggi pada jalur sama
keadaan dimana sumbu vertikal theodolite menghasilkan angka nol.
miring sebesar v terhadap garis vertikal
Jarak belakang dan muka setiap slag
menghasilkan lintasan c’sd’ dalam arah u’
menjadi suatu variabel yang menentukan
dari kemiringan yang maksimum. Dari dua
bobot kesalahan dan pemberi koreksi.
lintasan ini akan diperoleh segitiga bola scc’
Semakin panjang suatu slag pengukuran
yang sumbu vertikal β dinyatakan dalam
maka bobot kesalahannya menjadi lebih
persamaan berikut :
besar, dan sebaliknya
β = u’ – u
β = v sin u’ ctgn (90 – h) C
C'
β = v sin u’ tgn h u'
u
C'
r
C
u
S u'
r
Karena kesalahan sumbu vertikal tak dapat B'
teropong biasa (vizier teropong pembidik Apabila teleskop dipasang dalam keadaan
berasal diatas teropong) dan pada posisi terbalik, tanda kesalahan menjadi negatip
teropong luas biasa (vizier teropong dan apabila sudut yang dicari dengan
pembidik berasal di bawah teropong) teleskop dalam posisi normal dan kebalikan
dirata–rata maka kesalahan sumbu
Sebelum pengolahan data sipat datar
horizontal dapat hilang.
kerangka dasar vertikal dilakukan, koreksi
sistematis perlu dilakukan terlebih dahulu Sedang koreksi pengukuran kerangka dasar
kedalam pembacaan benang tengah setiap horizontal menggunakan theodolite, koreksi
slang. Kontrol tinggi dilakukan melalui suatu kesalahan sistematis berupa nilai rata–rata
alur tertutup sedemikian rupa sehingga sudut horizontal yang diperoleh melalui
diharapkan diperoleh beda tinggi pada jalur pengukuran target. Pada posisi teropong
tertutup sama dengan nol, jarak belakang biasa dan luar biasa.
dan muka setiap slang menjadi variabel Kesalahan acak pada pengukuran kerangka
yang menentukan bobot kesalahan dan dasar horizontal dilakukan untuk
bobot pemberian koreksi. Semakin panjang memperoleh harga koordinat definitip.
jarak pada suatu slang maka bobot Sebelum pengolahan poligon kerangka
kesalahan dan koreksinya lebih kecil. dasar horizontal dilakukan, koreksi
2.1.2 Kesalahan pada pengukuran KDH sistematis harus dilakukan terlebih dahulu
dalam pembacaan sudut horizontal. Kontrol
Kesalahan yang terjadi akibat sumbu koordinat dilakukan melalui 4 atau 2 buah
horizontal tidak tegak lurus sumbu vertikal titik ikat bergantung pada kontrol sempurna
disebut kesalahan sumbu horizontal. atau sebagian
Kedudukan garis kolimasi dengan teleskop
Jarak datar dan sudut poligon setiap titik
mengarah pada s berputar mengelilingi
poligon merupakan variabel yang
sumbu horizontal adalah csd. Apabila
menentukan untuk memperoleh koordinat
sumbu horizontal miring sebesar i menjadi
definitip tersebut. Syarat yang ditetapkan
a’b’, tempat kedudukan adalah c’sd’. Dalam
dan harus diperhatikan adalah syarat sudut
segitiga bola sdd’, dd’ = α . Merupakan
lalu syarat absis dan ordinat. Bobot koreksi
kesalahan sumbu horizontal, dan apabila
sudut tidak diperhitungkan atau dilakukan
sumbu horizontal miring sebear i maka,
secara sama rata tanpa memperhatikan
Sin α = tgn h / tgn ( 90 – i ). Tgn h. tgn i faktor lain. Sedangkan bobot koreksi absis
Karena a dan I biasanya sangat kecil, dan ordinat diperhitungkan melalui dua
persamaan dapat terjadi α = I tan h metode :
2. Teori Kesalahan 33
Metode ini bobot koreksinya dihitung suatu variabel yang menentukan untuk
tehadap sumbu x dan pada sumbu y. Syarat yang ditetapakan dan harus dipenuhi
Semakin besar jarak langsung terlebih dahulu adalah syarat sudut baru
koreksi bobot absis dan ordinat maka kemudian absis dan ordinat. Bobot koreksi
yang menentukan bobot kesalahan dan kesalahan yang mungkin terjadi pada waktu
jarak pada suatu slang maka bobot kesalahan pengukuran dapat di sebabkan
Koreksi kesalahan acak pada pengukuran a. Karena kesalahan pada alat yang
• Karena masuknya lagi tiga kaki dan pahamnya pembacaan pada mistar. Mistar-
mistar ke dalam tanah. Bila dalam mistar mempunyai tata cara tersendiri dalam
pembuatan skalanya. Kesalahan ini banyak
2. Teori Kesalahan 35
sekali dibuat dalam menentukan banyaknya Kesalahan arah sejajar garis ukur = l sin α
meter dan desimeter angka pembacaan. Kesalahan arah tegak lurus garis ukur = l - l
kerangka dasar horisontal ini adalah Bila skala peta adalah 1 : S, maka akan
pengukuran tachymetri dengan bantuan alat terjadi salah plot sebesar 1/S x kesalahan.
theodolite. Bila kesalahan pengukuran jarak garis ofset
Untuk mengatasi hal itu, angka kesalahan Dibawah ini merupakan distribusi untuk
yang terjadi harus di distribusikan ke setiap survei non magnetic
stasiun. Kesalahan yang terjadi karena
Perataan penyimpangan elevasi
survei magnetic (dengan menggunakan
Berikut ini gambar sket perjalanan tampak
kompas dan survay grade x) menggunakan
samping memanjang
theodolithe, memiliki jenis yang berbeda.
2. Teori Kesalahan 37
Koreksi bousole
Gambar 33. Gambar Kesalahan Hasil Survei pada pembacaan atau pengukuran, supaya
didapat besaran yang betul. Kesalahan
Penyimpangan yang terjadi adalah adalah besaran yang harus dikurangkan dari
penyimpangan absis f(x) dan ordinat f(y) pembacaan atau pengukuran, supaya
koreksi terhadap penyimpangan absis: didapat besaran yang betul.
Absis terkoreksi = absis lama + koreksi. a. Mengukur azimuth suatu garis yang
macam sudut azimuth yang ditunjuk oleh Tinggi h yang telah diberi koreksi refraksi
jarum magnet alat ukur BTM ada α, ini adalah tinggi sebenarnya dari pada
maka karena α adalah besaran yang tepi atas atau tepi bawah matahari.
betul, dapatlah ditulis: Karena yang diperlukan sekarang adalah
tinggi titik pusat matahari dan sudut lihat
α=A+C Dalam rumus C adalah
kedua tepi atas dan tepi bawah matahari
rumus boussole, sehingga C = α-A
ada D = 32’, maka tinggi sebenarnya tadi
b. Mengukur tinggi matahari; Dasar cara harus dikurangi dengan ½ D = 16’, bila di
kedua ini adalah mengukur tinggi suatu ukur tepi bawah mata hari untuk
bintang yang diketahui deklinasinya mendapatkan tinggi sebenarnya dari
pada saat pengukuran bintang itu. pada titik pusat matahari.
Dengan tinggi h, deklinasi δ bintang itu
dan lintang ϕ tempat pengukuran 2.1.3 Kesalahan Pengukuran
I II I
λ1 2 δ2
δ1 b2
1
m2
b1
m1
A turun
turun
turun B
waktu alat pindah ke slag 2, rambu turun Di bawah ini adalah usaha yang bisa
λ1 dan selama pengukuran berlangsung dilakukan untuk memperkecil pengaruh
menentukan beda tinggi (∆h) akibat dimulai pada rambu yang sama
I II I
λ1 δ2 2
1 δ1 b2 m2
b1
m1
A B
§ Pembacaan diulang 2x
I II
1 δ1
b1
m1
m2
b'1
δ2
II
I
II
I b4 m4
b2 m2
b1 m1 b3 m3
2
B
1
A
4
4
3
3
2
2
1
1
0
δ 0
δ
Jadi dapat disimpulkan bahwa beda Hal ini mengakibatkan data hasil
tinggi hasil ukuran antara dua titik tidak pengukuran mengalami kesalahan.
mengandung kesalahan akibat
Besarnya pengaruh dijelaskan dalam
kesalahan letak skala nol rambu, bila
gambar 38.
pengukuran dilakukan dengan
prosedure sbb: Secara sistematis dapat dirumuskan
sebagai berikit:
§ Jumlah slag antara titik-titik yang
diukur harus genap. Misal rambu I muai sebesar δ1m dan
m = L + δ 2 ⋅ m1 = 1 + δ 2 ⋅ m
1
pengukuran temperatur udara adalah t
(lebih besar atau lebih kecil dari t0) L L
u
maka rambu tidak lagi 3m, tetapi 3m ± Maka ∆h = b – m = ∆h + δ1 1 δ 2 1
b + m
L L
α(t - t0) dimana α adalah angka muai
invar.
2. Teori Kesalahan 43
I II
δ1 δ2
1
b m
berada ditengah rambu dalam keadaan yang melalui alat sipat datar bila
miring. Apabila rambu miring baik bidang-bidang nivo dianggap saling
kedepan, kebelakang, kesamping, sejajar. Dengan garis bidik mendatar,
maka bacaan rambu akan terlalu besar. karena kelengkungan bumi tersebut
tidak memberikan beda. Permasalahan
Secara sistematis dapat dirumuskan
di atas dijelaskan dalam gambar 41.
sebagai berikut:
Dari bacaan garis bidik mendatar
Bacaan rambu dalam keadaan miring
1 menghasilkan selisih bacaan (b - m)
adalah b , bacaan seharusnya adalah b.
yang tidak sama dengan selisih (t A - tB).
Bila kemiringan rambu adalah sudut α,
Kesalahn karena kelengkungan bumi
maka:
pada beda tinggi adalah dh
1
b = b Cos α
Dh = (b - tA) – (m - tB)
karena umumnya α kecil:
Sedangkan pada pembacaan rambu
1
b = b (1 – ½ α + ....) masing-masing adalah:
1 1
b = b – ½ α b + .... Rambu belakang : Xb = (b - tA)
Besarnya kesalahan pembacaan adalah Rambu muka : Xm = (m - tB)
1
½ α b . Karena α konstan, besarnya Besarnya X adalah (lihat gambar 42):
kesalahan tergantung tingginya bacaan
2 2 2
1 1 (R + h) + D = {(R + h) + X}
b . Makin tinggi b maka makin besar
2 2 2 2
(R + h) + D = (R + h) + 2 (R + h)X + X
kesalahannya.
2 2
D = 2 (R + h)X + X
Cara pencegahannya yaitu pada saat
Karena h <<< R dan X <<< R dapat
pengukuran periksalah pemasangan
2
Dianggap: (R + h) ≈ R dan X ≈ 0, maka
nivo dan pada waktu pengukuran garis
2
D = 2R.X
bidik tidak terlalu tinggi dari atas
2
permukaan tanah. Atau X = D
2R
f. Kelengkungan bumi
Dengan demikian:
Jarak antara bidang-bidang nivo melalui
Db2
masing-masing titik yang bersangkutan Xb =
2R
disebut beda tinggi antara dua titik.
Dm2
Xm =
Beda tinggi antara dua titik dapat 2R
ditentukan dari ketinggian bidang nivo
2. Teori Kesalahan 45
Berikut contoh besarnya X dan dh. refraksi atmosfir pada pengukuran sipat
h. Getaran udara
Cara pencegahannya yaitu sebelum
Biasanya, bayangan rambu pada pengukuran dimulai, pastikan dulu
teropong nampak bergetar karena bahwa garis bidik sudah sejajar dengan
adanya pemindahan panas dari garis jurusan nivo.
permukaan tanah ke atas.
k. Paralak
Dengan demikian cara pencegahannya
Dalam pengukuran pada saat
yaitu karena pembacaan rambu tidak
pembacaan, gelembung nivo harus
dapat dilakukan dengan teliti, maka
tepat ditengah. Untuk mengetahu
sebaiknya pengukuran dihentikan.
dengan tepat bahwa gelembung nivo
i. Perubahan arah garis jurusan nivo berada ditengah, yaitu dengan cara
Pada alat ukur akan terjadi tegangan menempatkan mata tegak diatas nivo
pada bagian-bagian alat ukur terutama langsung atau bayangan (lewat cermin
mengalami perubahan dan tidak sejajar kedudukan garis bidik belum mendatar
Cara pencegahannya yaitu agar hal ini akan memulai pengukuran maka
tidak terjadi, maka pada saat gelembung nivo diatur dulu hingga
utama alat sipat datar. Apabila tidak yang mungkin terjadi akibat adanya
nivo ditengah garis bidik tidak sistem dapat diakibatkan oleh peralatan dan
Peralatan yang dibuat manusia walaupun Apabila penyebab suatu kesalahan telah di
dibuat dengan canggihnya, akan tetapi ketahui sebelumnya dan apabila pada saat
masih diperlukan suatu prosedur guna pengukuran kondisinya telah pula di ketahui
mengetahui kemungkinan munculnya maka dapat di lakukan koreksi terhadap
kesalahan pada pengukuran baik alat, kesalahan-kesalahan yang timbul dan
maupun data. kesalahan semacam ini di sebut kesalahan
sistematis.
BTb BTm
1 A 2
Arah Pengukuran
Kesalahan seperti ini dapat pula di BTb1 dan BTm2 yang akan di dapat bila
klasifikasikan sebagai kesalahan sisitematis. garis bidik mendatar jadi telah sejajar
Kesalah sistematis dapat terjadi karena dengan garis arah nivo, maka koreksi garis
kesalahan alat yang kita gunakan. bidik untuk diatas sama dengan:
Beda tinggi antara titik A dan titik B sama tidak dapat di lakukan.
dengan t = BTb1-BTm1. Sekarang akan 4. Karena masuknya lagi kaki tiga dan
dicari hubungan antara selisih pembacaan mistar kedalam tanah. Bila dalam
BTb2 dan BTm2 yang di dapatkan garis waktu antara pengukuran satu
bidik miring dengan selisih pembacaan mistar dengan mistar lainya baik
2. Teori Kesalahan 49
kaki tiga maupun mistar kedua 2.2.2 Pengaruh kesalahan nol skala
masuk lagi kedalam tanah maka dan satu satuan skala mistar ukur
pembacan pada mistar kedua akan
Akibat hal–hal tertentu artinya dasar/ ujung
salah bila di gunakan untuk mencari
bawah mistar ukur bahwa mistar ukur dan
beda tinggi antara dua titik yang
tidak samanya satu satuan skala dari
ditempati oleh mistar-mistar itu.
masing–masing mistar ukur yang di
5. Karena perubahan garis arah nivo, gunakan timbul hal – hal sebagai berikut :
karena alat ukur penyipat datar s = Kesalahan yang timbul akibat salah nol
terkena napas sinar matahari maka skala.
akan terjadi tegangan pada bagian- ? = Kesaahan yangtimbul akibat satu–
bagian alat ukur, terutama pada satuan skala.
bagian penting seperti nivo.
Hasil ukuran :
2.2.1 Pengaruh kesalahan garis bidik 0 0 0 0 1 1
? h1 = (b1 + d + ? ) – (m1 + d + ? )
0 0 0 0 1 1
Bila garis bidik sejajar dengan garis arah = (b1 + m1 ) + (d + ? – d – ?
0 0 0 0 1 1
nivo, maka hasil pembacaan tidak benar, ? h2 = (b2 + m2 ) + (d ? + d ? )
§ Dasar/ dihitung kemiringan garis bidik, Dari hal-hal diatas dapat dilihat bahwa,
dan selanjutnya dikoreksikan terhadap akibat dari dua kesalahan yang timbul, hasil
Adalah suatu kesalahan yang objektif yang Kesalahan besar dapat terjadi apabila
mungkin terjadi akibat dari keterbatasan operator atau surveyor melakukan
panca indera manusia. Keterbatasan itu kesalahan yang seharusnya tidak terjadi
dapat berupa kekeliruan, kurang hati-hati, akibat kesalahan pembacaan dan penulisan
kelalaian, ketidakmengertian pada alat, atau nilai yang diambil dari data pengukuran.
belum menguasai sepenuhnya alat. Dengan demikian, jika terjadi kesalahan
Walaupun demikian, pengukur yang yang besar maka pengukuran harus diulang
berpengalaman tidak mutlak pengukurannya dengan rute yang berbeda.
itu benar. Karena itu dalam mempersiapkan
2.4.1 Koreksi kesalahan
dan merencanakan pekerjaan pengukuran
harus diperhatikan hal–hal sebagai berikut: Seluruh pengukuran untuk kepentingan dari
pemetaan maupun aplikasi lain, pada
• Menggunakan metode yang berbeda,
dasarnya memperhatikan kesalahan
• Mengupayakan rute pengukuran yang
sistematis dan acak yang sering terjadi.
berbeda.
Khusus untuk pengukuran kerangka dasar
Kesalahan ini lebih mudah dikoreksi dengan horizontal, koreksi kesalahan sistemtik dan
pendekatan ilmu statistik. Pada fenomena acak mutlak dilakukan. Maka dari itu, kita
pengukuran dan pemetaan suatu syarat mengenal adnya rumus KGB (koreksi
geometrik menjadi kontrol kesalahan garis bidik)
paham menggunakan alat ukur, dan dari persamaan (1) dan (2) dapat
tidak paham menggunakan pembacaan dimengerti bahwa pengaruh
rambu. kesalahan garis bidik sama dengan
nol haruslah diusahakan agar :
2. Kesalahan alat ukur
n
Db = Dm atau ( ? Db-
Kesalahan yang diakibatkan oleh alat 1
ukur antara lain : n
? Dm)….(3)
1
Dijelaskan dalam gambar 24.
Persamaan (1) dapat dijelaskan
a) Garis bidik tidak sejajar dengan sebagai berikut:
garis jurusan nivo. Sehingga h yang benar adalah : h = a – b
mengakibatkan kesalahan 1 1 1
dari ukuran diperoleh: h =a -b
pembacaan pada rambu. Apabila
1
garis jurusan nivo mendatar garis agar h menjadi betul, maka
adanya kesalahan garis nol skala Bila ?Lb dan ?Lm adalah kesalahan
rambu akan betul, apabila jumlah panjang rambu belakang dan muka
seksi antara dua titik dibuat genap Lb dan Lm panjang rambu belakang
dan pemindahan rambu ukur dan muka a dan b adalah
selama pengukuran harus selang pembacaan pada rambu belakang
seling, dan muka yang mempunyai
kesalahan maka beda tinggi yang
c) Untuk menegakan rambu ukur
betul adalah :
digunakan nivo kotak yang
1
diletakan pada rambu. Apabila h=h +{?Lba - ?Lm b}
gelembung nivo ditempatkan Lb Lm
d) Karena masuknya lagi kaki tiga dan Yang mempengaruhi sudut serta
mistar kedalam tanah. Bila dalam pengukuran:
waktu antara pengukuran satu
- Sudut diukur pada satu titik, kedua
mistar dengan mistar lainya baik
titik sebelum dan sesudah titik sudut
kaki tiga maupun mistar kedua
tersebut. Penempatan alat pada titik
masuk lagi kedalam tanah maka
sudut haruslah tepat kalau tidak
pembacan pada mistar kedua akan
demikian maka akan terdapat
salah bila di gunakan untuk
kesalahan sudut. Untuk membantu
mencari beda tinggi antara dua titik
dalam sentrering alat –alat pengukur
yang di tempati oleh mistar-mistar
sudut yang baru dilengkapi dengan
itu.
alat sentering optis. Karena
e) Karena perubahan garis arah nivo, sentrering yang menggunakan
karena alat ukur penyipat datar unting–unting sangat menyusahkan
kena napas sinar matahari maka dilapangan karena unting–unting
akan terjadi tegangan pada bagian- sangat mudah bergoyang bila tertiup
bagian alat ukur, terutama pada angin. Selain titik sudut, yang
bagian penting seperti nivo. penting lainnya adalah titik–titik
arah.
2.4.3 Kesalahan pada ukuran
§ Kesalahan jarak
Disini akan dibicarakan sedikit mengenai
kesalahan pada sudut dan kesalahan pada Kesalahan jarak yang sering dilakukan
jarak: ialah disebabkan para pengukur jarak
merentangkan pita ukurnya kurang
§ Kesalahan sudut
tegang, sehingga terdapat kesalahan
Sudut yang diukur merupakan suatu pengukuran jarak. Satu hal yang sangat
data untuk perhitungan poligon dan penting dan yang kadang – kadang
dengan sendirinya pula ketelitian dilupakan orang ialah mengecek alat
poligon sebagaian tergantung dari pada pengukur jarak. Karena bila tidak
pengukuran sudutnya dengan demikian demikian akan terdapat kesalahan
salah satu cara untuk meninggikan sistematis.
ketelitian poligon pengukuran sudut
harus diukur dengan teliti.
2. Teori Kesalahan 54
Yang dimaksud dengan kesalahan besar Kemungkinan kesalahan besar pada sudut
disini ialah kesalahan sudut atau kesalahan terbagi 2 macam cara :
jarak yang biasanya disebabkan oleh karena
§ Kesalahan besar sudut, dapat
kekeliruan, baik karena kekeliruan membaca
ditemukan bila poligon itu dihitung atau
maupun menulis. Kesalahan besar dalam
digambar secara grafis muka dan
ukuran sudut suatu poligon sudah dapat
belakang. Perpotongan kedua poligon
terlihat pada salah penutup yang terlalu
itu menunjukkan titik poligon dimana
besar. Kesalahan besar dalam ukuran jarak
terdapat kesalahan besar.
suatu poligon terlihat pada salah penutup
koordinat yang jauh lebih besar dari § Kesalahan besar sudut, dapat dicari
toleransi. tempatnya dengan tidak perlu
menghitung atau menggambar poligon
tetapi cukup menghitung satu kali.
mendatar b
b'
α
mendatar
b m
Xb Xm
tb
Bidang
nivo Alat
tA
B Bidang
tA - tB nivo B
A
Bidang
nivo A
D mendatar
bidang nivo
melalui alat
h
Bumi
R
R
Pusat Bumi
t'
Garis pandangan
t Lengkung cahaya
h
Bumi
R
R = jari-jari bumi
Pusat Bumi
Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur Tanah Pertemuan ke-02
Alir
Teori Kesalahan
Teori Kesalahan
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Kesalahan yang
mungkin terjadi Kesalahan Acak Koreksi dengan Hitung Perataan
pada pengukuran (Random Error) dan Ilmu Statistik
dan pemetaan
Titik Kontrol
Komponen-Komponen Koreksi
Planimetris (X dan Y)
Kontrol Sudut
Sistem
Horisontal (Azimuth)
Pembobotan
Koreksi
Rangkuman
1. Bagian yang harus ada saat pengukuran yaitu benda ukur, alat ukur, dan
pengukur/pengamat.
2. Persyaratan kesalahan saat pengukuran yaitu:
a. Pengukuran tidak selalu tepat
b. Setiap pengukuran mengandung galat
c. Harga sebenarnya dari suatu pengukuran tidak pernah diketahui
d. Kesalahan yang tepat selalu tidak diketahui
3. Penyebab kesalahan pengukuran yaitu : alam, alat dan pengukur
4. Factor- factor yang mempengaruhi hasil pengukuran yaitu : keadaan tanah jalur
pengukuran, keadaan/kondisi atmosfer (getaran udara), refraksi atmosfer,
kelengkungan bumi, kesalahan letak skala nol rambu, kesalahan panjang rambu (bukan
rambu standar), kesalahan pembagian skala (scale graduation) rambu, kesalahan
pemasangan nivo rambu, kesalahan garis bidik.
5. Macam-macam kesalahan yaitu : kesalahan sistematis, kesalahan acak, kesalahan
besar.
6. Kesalahan pada ukuran dibagi dua, yaitu : kesalahan sudut dan kesalahan jarak.
2. Teori Kesalahan 59
Soal Latihan
atas air laut ke suatu titik tertentu sepanjang tabung harus di tengah setiap kali akan
garis vertikal. Perbedaan tinggi antara titik- membaca skala rambu.
titik akan dapat ditentukan dengan garis
Karena interval skala rambu umumnya 1
sumbu pada pesawat yang ditunjukan pada
cm, maka agar kita dapat menaksir bacaan
rambu yang vertikal.
skala dalam 1 cm dengan teliti, jarak antara
Tujuan dari pengukuran penyipat datar alat sipat datar dengan rambu tidak lebih
adalah mencari beda tinggi antara dua titik dari 60 meter. Artinya jarak antara dua titik
yang diukur. Misalnya bumi, bumi yang akan diukur beda tingginya tidak boleh
mempunyai permukaan ketinggian yang lebih dari 120 meter dengan alat sipat datar
tidak sama atau mempunyai selisih tinggi. ditempatkan di tengah antar dua titik
Apabila selisih tinggi dari dua buah titik tersebut dan paling dekat 3,00 m.
dapat diketahui maka tinggi titik kedua dan
Beberapa istilah yang digunakan dalam
seterusnya dapat dihitung setelah titik
pengukuran alat sipat datar, diantaranya:
pertama diketahui tingginya.
BTb BTm
1 A 2
Arah Pengukuran
b m m=b m
3 4
1 2
m2
t2
t1
Tb
Ta
A B C
X
bidang referensi
A hAB = ta - b
T
hAB
HA
B
HB
bidang referensi
untuk menghitung tinggi stasion B Bila tinggi stasion A adalah HA, maka
digunakan rumus sbb: tinggi stasion B adalah:
HB = T – b
HB = HA + hAB = HA + a – b = T – b
HB = HA + ta – b
HB = HA + hAB Bila tinggi stasion B adalah HB, maka
tinggi stasion A adalah:
Cara tersebut dinamakan cara tinggi
garis bidik. HA = HB + hBA = HB + b – a = T – a
T
hAB = a - b B hBA = b - a
A
HA HB
bidang referensi
Gambar 48. Cara kedua pesawat di tengah-tengah
tc
C
B
T
h
0
A
HA HB HC
Dari ketiga cara di atas, cara yang datar tepat di tengah-tengah antara
paling teliti adalah cara kedua, karena stasion A dan B (jarak pandang ke A
pembacaan a dan b dapat diusahakan sama dengan jarak pandang ke B).
sama teliti yaitu menempatkan alat sipat
3 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal 66
Pada cara pertama pengukuran ta Yaitu semua titik yang ditempati oleh
kurang teliti dibandingkan dengan rambu ukur tersebut.
pengukuran b, dan pada cara ketiga
Sipat datar memanjang dibedakan
pembacaan a kurang teliti dibandingkan
menjadi:
dengan pembacaan b. Selain itu,
§ Memanjang terbuka,
dengan cara kedua hasil pengukuran
§ Memanjang keliling (tertutup),
akan bebas dari pengaruh kesalahan-
§ Memanjang terbuka terikat
kesalahan garis bidik, refraksi udara
sempurna,
serta kelengkungan bumi.
§ Memanjang pergi pulang,
Jumlah aljabar beda tinggi tiap slag kedua titik tersebut. Seperti pada
Tujuan pengukuran ini umumnya untuk hAB = ½ {(a - b) + (a’ + b’)}. Titik-titk C,
diperlukan sebagai kerangka vertikal Apabila jarak antara A dan B jauh, salah
bagi suatu daerah pemetaan. Hasil satu rambu (rambu jauh) diganti dengan
akhir daripada pekerjaan ini adalah data target dan sipat datar yang digunkan
ketinggian dari pilar-pilar sepanjang adalah tipe jungkit.
jalur pengukuran yang bersangkutan.
3 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal 67
b'
a'
b
a
B D
C A
n0 − n 2
Indek bacaan
Sekrup pengungkit
B = b0 + b1 = b0 + ⋅i berskala
n1 − n 2
Dimana:
Gambar 51. sipat datar tipe jungkit
n0 = bacaan skala pengungkit pada
saat gelombung nivo berada di
tengah.
3 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal 68
C
x D
A
B
§ Tribach
Tribach adalah platform ataupun
penghubung statip dan alat sipat
datar.
§ Teropong
Teropong ini duduk di atas tribach
dan kedudukan mendatarnya diatur
oleh ketiga sekrup penyetel yang
terdapat pada tribach diatas.
3 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal 72
1) Teropong,
2) Nivo reversi (mempunyai dua
permukaan),
3) Skrup koreksi/pengatur nivo
4) Skrup koreksi/pengatur diafragma,
5) Skrup pengunci gerakan horizontal,
7) Tribrach, § Teropong
8) Trivet, Teropong yang terdapat pada alat
9) Kiap, ukur ini sama dengan pada alat ukur
10) Sumbu kesatu (sumbu tegak), dumpy level ataupun teropong pada
11) Tombol focus, umumnya.
12) Pegas,
§ Nivo
13) Skrup pengungkit teropong,
Demikian pula nivo yang terletak di
14) Skrup pemutar,
atas teropong tersebut mempunyai
15) Sumbu mekanis,
fungsi yang sama dengan yang
§ Dudukan alat
Pada bagian alat ini dapat berputar
terhadap sumbu vertikal alat, yaitu
dengan tersedianya bola dan soket
diantara landasan statif dan tribach Gambar 55. Dua macam tilting level
tersebut.
Berbeda dengan tipe reversi, pada tipe
ini teropong dapat diungkit dengan
skrup pengungkit.
3 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal 75
Seperti telah dibahas sebelumnya, beda yang akan ditentukan beda tingginya itu
tinggi antara dua titik dihitung dari besaran jauh, maka bidang nivo dan jalan sinar tidak
sudut tegak dan jarak. Sudut tegak dapat dipandang sebagai bidang datar dan
diperoleh dari pengukuran dengan alat garis lurus, tetapi haruslah dipandang
theodolite sedangkan jarak diperoleh atau sebagai bidang lengkung dan garis
BT
dm
ta H AB
A B
dAB
tingginya sumbu mendatar dari A. apabila beda tinggi dan jarak AB besar dan
Keterangan: 1− k
h AB = D cot z '+t − 1 + ⋅ D2
z’ = sudut zenith ukuran 2R
z = sudut zenith yang betul
Dimana:
m’ = sudut miring ukuran
§ k = koefisien refraksi udara = 0.14
m = sudut miring yang betul
§ R = jari-jari bumi 6370 km
r = sudut refraksi udara
§ Besarnya sudut refraksi udara r
0 = pusat bumi
dapat dihitung dengan rumus:
D = jarak (mendatar)
R = rm . Cp . Ct
Dari gambar 61:
rm = sudut refraksi normal pada
hAB = (TB + BB’) + B’B’’ + B’’B’’’ – TB tekanan udara 760 mmHg,
0
2 temperatur udara 10 C dan
hAB = D tan m + D + t – 1
2R kelembaban nisbi 60%
D2 P
atau h AB = D tan( m'− r ) + + t −1 Cp = ; P = tekanan udara di A
2R 760
D2 dalam mmHg
h AB = D tan(m '−r ) + + t −1
2R 283
Ct = ; t = temperatur udara
1− k 273 + t
atau h AB = D tan m '+ t − 1 + ⋅ D2 0
2R di A dalm mmHg C
3 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal 81
H + HB
h AB = D1 + A tan 12 ( m' 2 − m' 1 )
2 R
dimana:
§ HA dan HB tinggi pendekatan A dan
B (dari peta topografi)
§ m1’ , m2’ sudut miring ukuran di A
dan B
§ t dan 1 dibuat sama tinggi.
3
H2
RT dp
P2 δs = 1.2928 kg/m pada temperatur
h = ∫ dh = H 2 − H1 = − ∫ ⋅ 0
g p 0 C dan tekanan 760 mmHg
H1 P1
gs = 9.80665 N/kg dimuka laut pada
R ⋅T 0
Karena akan merupakan suatu lintang 45
g 0 0
Ts = 0 C = 273 K
konstanta, maka:
Maka :
P2
RT dp p
∫
h=− T
h = −(18402.6)m log( 2 ) ..................8
g P1
p Ts p1
RT Dimana:
h=−
g{ln P2 − ln P1} P2 = tekanan udara pada ketinggian H2
dalam mmHg
RT P
h=− log( 2 ) , M = modulus log. P1 = tekanan udara pada ketinggian H1
M ⋅g P1
dalam mmHg
Brigg = 0.4342945.......................................5
T = temperatur udara rata-rata pada
0
Harga konstanta R dapat ditentukan ketinggian H1 dan H2 dalam K
0
besarnya, apabila kita menentukan harga Ts = temperatur udara standar = 273 K
2
ditentukan beda-beda tingginya.
Ps = 101325 N/m yang sesuai dengan
tekanan 760 mmHg pada Alat ukur yang digunakan satu alat
0 barometer dan satu alat thermometer.
temperatur 0 C dan g = 9.80665
N/kg
3 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal 84
D
B
A C
t4
t6 D
t5 t3
t7 B
t1
A C
t2
2H
H = - [18402.6] (1 + αt) (1 + )
R
p2
(1 + β cos 2ϕ log ( ).......................11
p1
Dimana:
Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur Tanah Pertemuan ke-03
Alir
Penjelasan Metode-Metode Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Orde - 1
Benang Tengah
Rambu Belakang
Benang Tengah
Rambu Muka
Tinggi Alat
Orde - 2
Jarak
langsung
Pengukuran Metode
Daerah Bukit
Kerangka Trigonometris
(15 - 45 %)
Dasar Vertikal
Benang
Tengah
Sudut Vertikal
(Inklinasi/
Zenith)
Tekanan
Udara di
Orde - 3 Titik i
Tekanan
Udara di
Daerah Titik j
Metode
Gunung
Barometris
( > 45 %)
Gravitasi
di Titik i
Massa
Jenis Gravitasi
Cairan di Titik j
Rangkuman
1. Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau
ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan
ketinggian tertentu.
2. Pengukuran tinggi merupakan penentuan beda tinggi antara dua titik. Pengukuran
beda tinggi dapat ditentukan dengan tiga metode, yaitu:
• Metode pengkuran penyipat datar
• Metode trigonometris
• Metode barometris.
3. Pengukran beda tinggi metode sipat datar optis adalah proses penentuan ketinggian
dari sejumlah titik atau pengukuran perbedaan elevasi. Tujuan dari pengukuran
penyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik yang diukur.
Pengkuran sipat datar terdiri dari beberapa macam, yaitu:
• Sipat datar memanjang
• Sipat datar resiprokal
• Sipat datar profil
• Sipat datar luas
6. Tingkat ketelitian yang paling tinggi dari ketiga metode tersebut adalah sipat datar
kemudian trigonometris dan terakhir adalah barometris. Pada prinsipnya ketiga
metode tersebut layak dipakai bergantung pada situasi dan kondisi lapangan.
3 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal 89
Soal Latihan
lebih dikenal dengan beda tinggi (h) dapat vertikal maksudnya adalah pembuatan
serangkaian titik-titik di lapangan yang
4 Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 91
4. Unting-Unting
Unting-unting terbuat dari besi atau
kuningan yang berbentuk kerucut
dengan ujung bawah lancip dan di
ujung atas digantungkan pada seutas
tali. Unting-unting berguna untuk
memproyeksikan suatu titik pada pita
ukur di permukaan tanah atau
sebaliknya.
3. Statif
Gambar 73. Unting-unting
Statif merupakan tempat dudukan alat
dan untuk menstabilkan alat seperti 5. Patok
Sipat datar. Alat ini mempunyai 3 kaki Patok dalam ukur tanah berfungsi
yang sama panjang dan bisa dirubah untuk memberi tanda batas jalon,
ukuran ketinggiannya. Statif saat dimana titik setelah diukur dan akan
didirikan harus rata karena jika tidak diperlukan lagi pada waktu lain. Patok
rata dapat mengakibatkan kesalahan biasanya ditanam didalam tanah dan
saat pengukuran. yang menonjol antara 5 cm - 10 cm,
dengan maksud agar tidak lepas dan
tidak mudah dicabut. Patok terbuat
dari dua macam bahan yaitu kayu dan
besi atau beton.
• Patok Kayu
Patok kayu yang terbuat dari kayu,
berpenampang bujur sangkar dengan
ukuran ± 50mm x 50mm, dan bagian
Gambar 72. Statif atasnya diberi cat.
4 Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 94
10m, 15m, 20m, 25m atau 30m. daerah mana akan melakukan
T=±K D
Gambar 77. Cat dan kuas Dimana :
3. Alat tulis T = toleransi dalam satuan
Alat tulis digunakan untuk milimeter
mencatat hasil pengkuran di K = konstanta yang menunjukan
lapangan. tingkat ketelitian pengukuran
dalam satuan milimeter
4.2.3 Formulir Pengukuran
D = Jarak antara dua titik yang
Formulir pengukuran digunakan
diukur dalam satuan kilometer
untuk mencatat kondisi di lapangan
dan hasil perhitungan-perhitungan/ Berikut ini diberikan contoh harga K untuk
sebelah kiri titik A atau disebelah kanan titik • Pengaruh lengkung bumi.
t = b –a m.
2. Mencari nilai kesalahan garis bidik. slag. Koreksi tinggi setiap slag dengan
demikian diperoleh melalui negatif
3. Menghitung BT koreksi (BTk ) di setiap
kesalahan acak beda tinggi dikalikan
slag.
dengan jarak slag tersebut dan dibagi
4. Menghitung beda tinggi (?H) di setiap dengan total jarak seluruh slag.
slag dari bacaan benang tengah
8. Menghitung tinggi titik-titik pengukuran
koreksi belakang dan muka.
(Ti) dengan cara menjumlahkan tinggi titik
Beda tinggi awal suatu slag diperoleh sebelumnya dengan tinggi titik koreksi
melalui pengurangan benang tengah yang hasilnya akan sama dengan nol.
belakang koreksi dengan benang
tengah muka koreksi. Beda tinggi
4 Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 104
Dimana : digambarkan.
BTb = Benang Tengah Belakang
Dengan penggambaran digital, skala bukan
BTm = Benang Tengah Muka
menjadi masalah tetapi yang dipentingkan
BTbk = Benang Tengah Belakang
adalah masalah koordinat titik-titik dan
BTmk = Benang Tengah Muka
penggunaan koordinat itu untuk
?H = Beda Tinggi
mengintegrasikan berbagai macam peta/
?Hk = Beda tinggi koreksi
gambar yang akan ditetapkan.
?d = Total jarak per-slag
Penggambaran digital lebih menguntungkan
? (?d) = Total Jarak dari penjumlahan ? d
karena pada skala berapa pun peta/gambar
dm = Jarak muka
digital dapat dikeluarkan tidak bergantung
db = Jarak belakang
pada skala serta revisi data dari peta/ gambar
Bobot = Koreksi slag dengan membagi
digital lebih mudah dibandingkan dengan
jarak slag dengan total jarak
peta/ gambar konvensional. Konsep yang
pengukuran
pertama kali mendekati untuk penyajian peta/
Ti = Tinggi titik-titik pengukuran.
4 Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 105
gambar digital adalah konsep CAD mengenai isi gambar. Legenda memiliki
(Computer Aided Design) atau suatu ruang di luar muka peta dan dibatasi oleh
database grafis yang menyimpan garis yang membentuk kotak-kotak.
koordinat-koordinat kemudian disajikan
Tanda-tanda atau simbol-simbol yang
dalam bentuk grafis, kemudian dikenal
digunakan adalah untuk menyatakan
pula istilah GIS (Geographical
bangunan-bangunan yang ada di atas
Information System) yaitu suatu sistem
bumi seperti jalan raya, kereta api,
yang mampu mengaitkan database
sungai, selokan, rawa atau kampung.
dengan database atributnya yang sesuai.
Juga untuk bermacam-macam keadaan
Peta-peta/ gambar dalam bentuk digital dan tanam-tanaman misalnya ladang,
dapat disajikan dalam bentuk hard copy padang rumput, atau alang-alang,
atau cetakan print out dari hasil-hasil file perkebunan seperti: karet, kopi, kelapa,
komputer, soft copy atau dalam bentuk untuk tiap macam pohon diberi tanda
file serta dalam bentuk penyajian peta/ khusus.
gambar digital di layar komputer.
Untuk dapat membayangkan tinggi
Keuntungan-keuntungan dari penyajian rendahnya permukaan bumi, maka
gambar dalam bentuk digital adalah: digunakan garis-garis tinggi atau tranches
1. Proses pembuatannya relatif cepat. atau kontur yang menghubungkan titik-
2. Murah dan akurasinya tinggi. titik yang tingginya sama di atas
3. Tidak dibatasi skala dalam permukaan bumi.
penyajiannya.
Muka peta
4. Jika perlu melakukan revisi mudah
Yaitu ruang yang digunakan untuk
dilakukan dan tidak perlu
menyajikan informasi bentuk permukaan
mengeluarkan banyak biaya.
bumi baik informasi vertikal maupun
5. Dapat melakukan analisis spasial
horizontal. Muka peta sebaiknya memiliki
(keruangan) secara mudah.
ukuran panjang dan lebar yang
Unsur-unsur yang harus ada dalam proporsional agar memenuhi unsur
penggambaran hasil pengukuran dan estetik.
pemetaan adalah :
Skala peta
Legenda Yaitu simbol yang menggambarkan
Yaitu suatu informasi berupa huruf, perbandingan jarak di atas peta dengan
simbol dan gambar yang menjelaskan jarak sesungguhnya di lapangan. Skala
4 Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 106
peta terdiri dari: skala numeris, skala pembesaran dan perkecilan peta serta
perbandingan, dan skala grafis. muai susut bahan peta.
1 0.5 0
yang disajikan akan memberikan
1 2 3 4
informasi mengenai kualifikasi personel
Kilometer yang terlibat.
Ukuran kertas untuk penggambaran hasil Penggambaran sipat datar kerangka dasar
pengukuran dan pemetaan terdiri dari : vertikal akan menyajikan unsur unsur: jarak
mendatar antara titik-titik penggambaran,
Tabel 4. Ukuran kertas untuk penggambaran
hasil pengukuran dan pemetaan tinggi titik-titik dan garis hubung antara satu
Ukuran Panjang Lebar titik ikat dengan titik ikat yang lain.
Kertas (milimeter) (milimeter) Penggambaran secara manual pada sipat
A0 1189 841
datar kerangka dasar vertikal memiliki
A1 841 594
A2 594 420
karakteristik, yaitu : skala jarak mendatar
A3 420 297 kurang dari skala tinggi, karena jangkauan
A4 297 210 jarak mendatar memiliki ukuran yang
A5 210 148
signifikan berbeda dengan jangkauan
tingginya.
Ukuran kertas yang digunakan untuk
pencetakkan peta biasanya Seri A. Dasar Peralatan yang harus disiapkan untuk
ukuran adalah A0 yang luasnya setara menggambar sipat datar kerangka dasar
dengan 1 meter persegi. Setiap angka vertikal meliputi :
setelah huruf A menyatakan setengah 1. Lembaran kertas milimeter dengan
ukuran dari angka sebelumnya. Jadi, A1 ukuran tertentu.
adalah setengah A0, A2 adalah 2. Penggaris 2 buah (segitiga atau lurus).
seperempat dari A0 dan A3 adalah 3. Pensil.
seperdelapan dari A0. Perhitungan yang 4. Penghapus.
lebih besar dari SA0 adalah 2A0 atau dua 5. Tinta.
kali ukuran A0.
Prosedur penggambaran untuk sipat datar
kerangka dasar vertikal secara manual,
A1
sebagai berikut :
4. Membuat tata letak peta, meliputi 10. Membuat keterangan- keterangan nilai
muka peta dan ruang legenda. tinggi dan jarak di dalam muka peta serta
5. Menghitung panjang dan lebar muka. melengkapi informasi legenda, membuat
6. Menetapkan skala jarak horizontal skala, orientasi pengukuran, sumber peta,
dengan membuat perbandingan tim pengukuran, nama instansi dan
panjang muka peta dengan kumulatif simbolnya, menggunakan pensil.
jarak horizontal dalam satuan yang 11. Menjiplak draft penggambaran ke atas
sama. Jika hasil perbandingan tidak bahan yang transparan menggunakan
menghasilkan nilai yang bulat, maka tinta.
nilai skala dibulatkan ke atas dan
Untuk penggambaran sipat datar kerangka
memiliki nilai kelipatan tertentu.
dasar vertikal secara digital dapat
7. membuat skala beda tinggi dengan
menggunakan perangkat lunak lotus, excell
membuat perbandingan lebar muka
atau AutoCad. Penggambaran dengan
peta dengan range beda tinggi dalam
masing-masing perangkat lunak yang
satuan yang sama. Jika hasil
berbeda akan memberikan hasil keluaran
perbandingan tidak menghasilkan nilai
yang berbeda pula. Untuk penggambaran
yang bulat, maka nilai skala
menggunakan lotus atau excell yang harus
dibulatkan ke atas dan memiliki nilai
diperhatikan
kelipatan tertentu.
adalah penggambaran grafik dengan metode
8. Membuat sumbu mendatar dan tegak
scatter, agar gambar yang diperoleh pada
yang titik pusatnya memiliki jarak
arah tertentu (terutama sumbu horizontal)
tertentu terhadap batas muka peta,
memiliki interval sesuai dengan yang
menggunakan pensil.
diinginkan, tidak memiliki interval yang sama.
9. Menggambarkan titik-titik yang
Penggambaran dengan AutoCad walaupun
merupakan posisi tinggi hasil
lebih sulit akan menghasilkan keluaran yang
pengukuran dengan jarak-jarak
lebih sempurna dan sesuai dengan format
tertentu serta menghubungkan titik-
yang diinginkan.
titik tersebut, menggunakan pensil.
4 Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 109
Diketahui, sipat datar Kerangka Dasar Vertikal (KDV) tertutup dengan 8 slag, titik 1
merupakan titik awal dengan ketinggian +905 meter MSL.
• Titik 1 : BTb = 0,891 ; BTm = 1,675 ; db = 11 ; dm = 14
• Titik 2 : BTb = 1,417 ; BTm = 1,385 ; db = 13 ; dm = 13
• Titik 3 : BTb = 1,406 ; BTm = 1,438 ; db = 12 ; dm = 12
• Titik 4 : BTb = 1,491 ; BTm = 0,625 ; db = 15 ; dm = 31
• Titik 5 : BTb = 2,275 ; BTm = 1,387 ; db = 29 ; dm = 26
• Titik 6 : BTb = 1,795 ; BTm = 0,418 ; db = 13 ; dm = 14
• Titik 7 : BTb = 0,863 ; BTm = 1,801 ; db = 8 ; dm = 7
• Titik 8 : BTb = 0,753 ; BTm = 2,155 ; db = 8 ; dm = 12
TITIK 1 4. ?d = db+dm
Diketahui : BTb = 0,891 = 14+11
BTm = 1,675 = 25
db = 11 , dm = 14 Σd
5. Bobot =
Kgb = -0,00116 Σ( Σd )
?(?d) = 238
25
? ?H = 0,02380 =
238
Jawab :
= 0,10504
1. BTbk = BTb - (Kgb . db)
6. ?Hk = ?H-(? ?H.bobot)
= 0,891 -(-0,00116.11)
= -0,78748-(0,02380.
= 0.90376
0,10504)
2. BTmk = BTm-(Kgb.dm)
= -0,78998
= 1,675-(-0,00116.14)
7. Ti = 905
= 1,69124
3. ?H = BTbk-BTmk
= 0.90376 - 1,69124
= - 0,78748
4 Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 110
TITIK 2 TITIK 3
Diketahui : BTb=1,147 Diketahui : BTb=1,406
BTm=1,385 BTm=1,438 ;
db=13 , dm=13 db=12 , dm=12
Kgb=-0,00116 Kgb=-0,00116
?(?d)= 238 ?(?d)= 238
? ?H=0,02380 ? ?H=0,02380
Jawab : Jawab :
8. BTbk = BTb -(Kgb.db) 15. BTbk = BTb -(Kgb.db)
= 1,147 -(-0,00116.13) = 1,406 -(-0,00116.12)
= 1,43208 = 1,41992
9. BTmk = BTm -(Kgb.dm) 16. BTmk = BTm-(Kgb.dm)
= 1,385 -(-0,00116.13) = 1,438 -(-0,00116.12)
= 1,69124 = 1,45192
10. ?H = BTbk-BTmk 17. ?H = BTbk-BTmk
= 1,43208 - 1,69124 = 1,41992 -1,45192
= -0,78748 = - 0,03200
11. ?d = db+dm 18. ?d = db+dm
= 13+13 = 12+12
= 26 = 24
Σd Σd
12. Bobot = 19. Bobot =
Σ( Σd ) Σ( Σd )
26 24
= =
238 238
= 0,10924 = 0,10084
13. ?Hk = ?H - (? ?H.bobot)
= -0,78748- (0,02380. 0,10924) 20. ?Hk = ?H-(? ?H.bobot)
= 0,02940 = - 0,03200-(0,02380.
0,10084)
14. Ti = Ti 1 + ?Hk 1 = -0,03440
= 905 - 0,02940 21. T i = Ti 2+?Hk 2
= 904,21002 = 904,21002-0,03440
= 904,23942
4 Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 111
TITIK 4 TITIK 5
Diketahui : BTb=1,491 Diketahui : BTb=2,275
BTm=0,625 BTm=1,387
db=15 , dm=31 db=29 , dm=26
Kgb=-0,00116 Kgb=-0,00116
?(?d)= 238 ?(?d)= 238
? ?H=0,02380 ? ?H=0,02380
Jawab : Jawab :
22. BTbk = BTb-(Kgb.db) 29. BTbk = BTb-(Kgb.db)
= 1,491-(-0,00116.15) = 2,275-(-0,00116.29)
= 1,50840 = 2,30864
23. BTmk = BTm-(Kgb.dm) 30. BTmk = BTm-(Kgb.dm)
= 0,625-(-0,00116.31) = 1,387-(-0,00116.26)
= 0,66096 = 1,41716
24. ?H = BTbk-BTmk
= 1,50840-0,66096 31. ?H = BTbk-BTmk
= 0,84744 = 2,30864-1,41716
25. ?d = db+dm = 0,89148
= 15 +31 32. ?d = db+dm
= 46 = 29+26
= 55
Σd Σd
26. Bobot = 33. Bobot =
Σ( Σd ) Σ( Σd )
46 55
= =
238 238
= 0,19328 = 0,23109
27. ?Hk = ?H-(? ?H.bobot) 34. ?Hk = ?H-(? ?H.bobot)
= 0,84744-(0,02380 .0,19328) = 0,89148-(0,02380.
= 0,84284 0,23109)
28. Ti = Ti 3+?Hk 4 = 0,88598
= 904,23942+0,84284 35. Ti = Ti 4+?Hk 5
= 904,20502 = 904,20502+0,88598
= 905,04786
4 Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 112
TITIK 6 TITIK 7
Diketahui : BTb=1,795 Diketahui : BTb = 0,863
BTm=0,418 BTm=1,801
db=13 , dm=14 db=8 , dm=7
Kgb=-0,00116 Kgb=-0,00116
?(?d)= 238 ?(?d)= 238
? ?H=0,02380 ? ?H = 0,02380
Jawab : Jawab :
36. BTbk = BTb-(Kgb.db) 43. BTbk = BTb-(Kgb.db)
= 1,795 - (-0,00116.13) = 0,863 -(-0,00116.8)
= 1,81008 = 0,87228
37. BTmk = BTm-(Kgb.dm) 44. BTmk = BTm-(Kgb.dm)
= 0,418 -(-0,00116.14) = 1,801 -(-0,00116.7)
= 0,43424 = 1,80912
38. ?H = BTbk-BTmk 45. ?H = BTbk-BTmk
= 1,81008-0,43424 = 0,87228- 1,80912
= 1,37584 = -0,93684
39. ?d = db+dm 46. ?d = db+dm
= 13+14 = 8+7
=27 = 15
Σd Σd
40. Bobot = 47. Bobot =
Σ( Σd ) Σ( Σd )
27 15
= =
238 238
= 0,11345 = 0,06303
41. ?Hk = ?H - (? ?H.bobot) 48. ?Hk = ?H-(? ?H.bobot)
= 1,37584- (0,02380. = -0,93684-(0,02380.
0,11345) 0,06303)
= 1,37314 = -0,93834
42. Ti = Ti 5+?Hk 6 49. Ti = Ti6+?Hk 7
= 905,04786+1,37314
= 905,93384+(-0,93834)
= 905,93384
= 907,30698
4 Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 113
TITIK 8
Diketahui : BTb=0,793
BTm=2,155
db=8 , dm=12
Kgb=-0,00116
?(?d)= 238
? ?H=0,02380
Jawab :
50. BTbk = BTb-(Kgb.db)
= 0,793-(-0,00116.8)
= 0,80228
51. BTmk = BTm-(Kgb.dm)
= 2,155 -(-0,00116.12)
= 2,16892
52. ?H = BTbk-BTmk
= 0,80228 - 2,16892
= -1,36664
53. ?d = db+dm
= 8+12
= 20
Σd
54. Bobot =
Σ( Σd )
20
=
238
= 0,08403
55. ?Hk = ?H-(? ?H.bobot)
= -1,36664-(0,02380.
0,08403)
= -1,36864
56. Ti = Ti 7+?Hk 8
= 907,30698+(-1,36864)
= 906,3686
4 Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 114
Bacaan Benang
Jarak Beda Tinggi
Belakang Muka Tinggi
Stand Ket
Atas Atas Titik
Tengah
Bawah
Tengah
Bawah
Belakang Muka Total + -
4 Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 115
Bacaan Benang
Jarak Beda Tinggi
Belakang Muka Tinggi
Stand Ket
Atas Atas Titik
Tengah
Bawah
Tengah
Bawah
Belakang Muka Total + -
1 0.891 0.946 1.675 1.745 11 14 25 0.78748 905
0.836 1.605
2 1.417 1.482 1.385 1.450 13 13 26 0.03200 904.21002
1.352 1.320
3 1.406 1.466 1.438 1.498 12 12 24 0.03200 904.23942
1.346 1.378
4 1.491 1.566 0.625 0.780 15 31 46 0.84744 904.20502
1.416 0.470
5 2.275 2.420 1.387 1.517 29 26 55 0.89148 805.04786
2.130 1.257
6 1.795 1.860 0.418 0.488 13 14 27 1.37584 905.93384
1.730 0.348
7 0.863 0.903 1.801 1.836 8 7 15 0.93684 907.30698
0.823 1.766
8 0.793 0.833 2.155 2.215 8 12 20 1.36664 906.36864
0.753 2.095
238
116
CATATAN
U INSTITUSI
PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL - S1
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN
KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2007
LEGENDA
SIPAT DATAR OPTIS
POHON
BACAAN BENANG
BATAS JALAN
DOSEN
MUDA PURWAAMIJAYA, MT
MATA KULIAH
TS 241
PRAKTIK ILMU UKUR TANAH
JUDUL GAMBAR
PENGUKURAN KERANGKA
DASAR VERTIKAL
PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL LOKASI
GEDUNG OLAH RAGA
4 Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 117
Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur Tanah Pertemuan ke-04
Alir
Pengukuran
Pengukuran SipatDatar
Sipat Datar Kerangka
Kerangka Dasar Vertikal
Dasar Vertikal
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Maksud :
Pembuatan serangkaian titik-titik di lapangan yang diukur
ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan
ketinggian titik-titik lain yang lebih detail dan banyak
Tujuan :
Memperoleh informasi tinggi yang akurat untuk menyajikan informasi
yang lebih kompleks (garis kontur)
Referensi tinggi :
diperoleh dengan cara pengamatan pasut pada selang waktu tertentu
di tepi pantai untuk memperoleh tinggi muka air laut rata-rata atau
mean sea level (MSL)
Pengukuran di lapangan :
Persiapan sketsa/peta jalur pengukuran dan rencana pematokan
dengan jumlah slag genap. Persiapan patok-patok pengukuan. Survei
awal dan pematokan. Rambu ukur didirikan di atas patok-patok
pengukuran. Alat sipat datar didirikan sekitar tengah-tengah slag atau
dibuat jumlah jarak belakang ~ jumlah jarak muka. Pembacaan
rambu ukur belakang dan muka. Pengukuran jarak belakang & muka.
Pengolahan Data :
Koreksi bacaan benang tengah dengan hasil kali koreksi garis bidik dan jarak.
Perhitungan beda tinggi koreksi kesalahan sistematis. Perhitungan bobot koreksi
dari rasio jarak slag terhadap total jarak pengukuran. Perhitungan kesalahan acak.
Distribusi kesalahan acak ke setiap slag dengan bobot koreksi. Perhitungan beda
tinggi dan tinggi definitif yang telah dikoreksi kesalahan acak. Penggambaran
jalur pengukuran dengan skala vertikal > skala horisontal.
Gambar 87. Diagram alir pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal
4 Pengukuran Sipat Datar Kerangka Dasar Vertikal 118
Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 4 mengenai pengukuran sipat datar kerangka dasar
vertikal, maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Pengukuran menggunakan sipat datar optis adalah pengukuran tinggi garis bidik alat
sipat datar di lapangan melalui rambu ukur.
3. Tujuan pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal adalah untuk memperoleh
informasi tinggi yang relatif akurat di lapangan sedemikian rupa sehingga informasi
tinggi pada daerah yang tercakup layak untuk diolah sebagai informasi yang layak
kompleks.
Soal Latihan
1. Jelaskan peralatan dan bahan-bahan apa sajakah yang digunakan pada pengukuran
sipat datar kerangka dasar vertikal!
2. Jelaskan bagaimana prosedur pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal !
3. Apa sajakah keuntungan-keuntungan dari penggambaran dalam bentuk digital !
4. Jelaskan bagaimana prosedur pengolahan data pada pengukuran sipat datar kerangka
dasar vertikal !
5. Diketahui pengukuran sipat datar dengan 4 slag (A, B, C dan D) dan tinggi titik Ti (awal) =
+ 777 meter HSL.
Slag : 1 ( A –B) BTb = 1,568 Slag : 1 db = 25,08
BTm = 1,658 dm = 25,5
Slag : 2 ( B –C) BTb = 1,775 Slag : 1 db = 32,5
BTm = 1,886 dm = 34,5
Slag : 3 ( C –D) BTb = 1,675 Slag : 1 db = 27,5
BTm = 1,558 dm = 26,95
Slag : 4 ( D –A) BTb = 1,890 Slag : 1 db = 26,5
BTm = 1,780 dm = 25,55
5 Proyeksi Peta, Aturan Kuadran dan Sistem Kordinat 120
Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih reference dalam pemetaan nasional.
menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid. Sebelumnya juga dikenal datum Genuk di
Istilah ini sinonim dengan istilah spheroid daerah sekitar Semarang. Untuk pemetaan
bumi. Karena bumi tidak uniform, maka yang sama yaitu WGS-84. S ejak 1995
bentuk bumi yang menyerupai ellipsoid menggunakan datum geodesi absolut DGN-
tetapi dengan bentuk muka yang sangat 95. Dalam sistem datum absolut ini, pusat
matematik geoid, maka dipilih model mereduksi sekecil mungkin distorsi tersebut
Tujuan Sistem Proyeksi Peta dibuat dan Pembagian Sistem Proyeksi Peta
dipilih untuk:
Secara garis besar sistem proyeksi peta
• Menyatakan posisi titik-titik pada bisa dikelompokkan berdasarkan
permukaan bumi ke dalam sistem pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik.
koordinat bidang datar yang nantinya
Pertimbangan Ekstrinsik
bisa digunakan untuk perhitungan jarak
dan arah antar titik. Bidang proyeksi yang digunakan:
Pemilihan sistem proyeksi peta ditentukan • Proyeksi Normal: Sumbu simetri bidang
KELAS
Normal
Transversal
Miring
Tangent Secant
Gambar 88. Jenis bidang proyeksi dan kedudukannya terhadap bidang datum
• Bidang datum adalah bidang yang akan (Gambar dapat dilihat pada Gambar 89).
Gambar 91. Oorthodrome dan loxodrome pada proyeksi gnomonis dan proyeksi mercator
5 Proyeksi Peta, Aturan Kuadran dan Sistem Kordinat 125
Proyeksi Polyeder
Proyeksi ini digunakan untuk daerah 20° x Meridian tergambar sebagai garis lurus yang
20° (37 km x 37 km), sehingga bisa konvergen ke arah kutub, ke arah KU untuk
memperkecil distorsi. Bumi dibagi dalam daerah di sebelah utara ekuator dan ke arah
jalur-jalur yang dibatasi oleh dua garis KS untuk daerah di selatan ekuator. Paralel-
paralel dengan lintang sebesar 20° atau tiap paralel tergambar sebagai lingkaran
konsentris. Untuk jarak-jarak kurang dari 30
jalur selebar 20° diproyeksikan pada kerucut
tersendiri. Bidang kerucut menyinggung km, koreksi jurusan kecil sekali sehingga
pada garis paralel tengah yang merupakan bisa diabaikan. Konvergensi meridian di tepi
Gambar 94. Lembar proyeksi peta polyeder di bagian lintang utara dan lintang selatan
Secara praktis, pada kawasan 20° x 20°, lurus sumbu X di titik tengah bagian
jarak hasil ukuran di muka bumi dan jarak derajatnya. Sehingga titik tengah setiap
lurusnya di bidang proyeksi mendekati sama bagian derajat mempunyai koordinat O.
atau bisa dianggap sama.
Koordinat titik-titik lain seperti titik triangulasi
Proyeksi polyeder di Indonesia digunakan dan titik pojok lembar peta dihitung dari titik
untuk pemetaan topografi dengan cakupan: pusat bagian derajat masing-masing bagian
94° 40’ BT - 141° BT, yang dibagi sama tiap derajat. Koordinat titik-titik sudut (titik pojok)
20° atau menjadi 139 bagian, geografis lembar peta dihitung berdasarkan
11° LS - 6° LU, yang dibagi tiap 20° atau skala peta, misal 1 : 100.000, 1 : 50.000, 1 :
timur: 1, 2, 3,..., 139, dan penomoran dari Pada skala 1 : 50.000, satu bagian derajat
LU ke LS: I, II, III, ..., LI.
proyeksi polyeder (20° x 20°) tergambar
Penerapan Proyeksi Polyeder di Indonesia dalam 4 lembar peta dengan penomoran
lembar A, B, C dan D. Sumbu Y adalah
Sistem penomoran bagian derajat proyeksi
meridian tengah dan sumbu X adalah garis
polyeder
tegak lurus sumbu Y yang melalui
Peta dengan proyeksi polyeder dibuat di perpotongan meridian tengah dan paralel
Indonesia sejak sebelum perang dunia II, tengah. Setiap lembar peta mempunyai
meliputi peta-peta di pulau Jawa, Bali dan sistem sumbu koordinat yang melalui titik
Sulawesi. tengah lembar dan sejajar sumbu (X,Y) dari
Tergantung pada skala peta, tiap lembar Keuntungan proyeksi polyeder: karena
bisa dibagi lagi dalam bagian yang lebih perubahan jarak dan sudut pada satu
Gambar 96. Kedudukan bidang proyeksi silinder terhadap bola bumi pada proyeksi UTM
5 Proyeksi Peta, Aturan Kuadran dan Sistem Kordinat 129
Pada kedua gambar tersebut, ekuator Garis tebal dan garis putus-putus pada
tergambar sebagai garis lurus dan meridian- gambar menunjukkan proyeksi lingkaran-
meridian tergambar sedikit melengkung. lingkaran melalui I, II, III dan IV yang tidak
Karena proyeksi UTM bersifat konform, mengalami distorsi setelah proyeksi.
maka paralel-paralel juga tergambar agak
Konvergensi Meridian
melengkung sehingga perpotongannya
dengan meridian membentuk sudut siku. Ukuran lembar peta dan cara menghitung
Ekuator tergambar sebagai garis lurus dan titik sudut lembar peta UTM
Gambar 99 dan 100 menunjukkan sistem Misalnya, pada tepi zone atau sekitar 300
koordinat dan faktor skala pada setiap km di sebelah barat dan timur meriadian
lembar peta. Perhatikan pada absis antara tengah, untuk jarak 1.000 m pada meridian
320.000 m – 500.000 m dan 680.000 m – tengah akan tergambar 1.000.070 x 1.000 m
500.000 m terjadi pengecilan faktor skala = 1.000.070.000 m, atau terjadi distorsi
dari 1 ke 0,9996. Sedangkan pada selang sekitar 70 cm / 1 000 m.
diluar kedua daerah ini terjadi perbesaran
faktor skala.
Menggunakan cara penomoran seperti itu, Lembar peta UTM skala 1 : 50.000 di
secara global pada proyeksi UTM, wilayah Indonesia
Indonesia di mulai pada zone 46 dengan
a. Ukuran 1 lembar peta skala 1 : 50.000
meridian sentral 93° BT dan berakhir pada
adalah 15° x 15°.
zone 54 dengan meridian sentral 141° BT,
b. Satu lembar peta skala 1 : 100.000
serta 4 satuan arah lintang, yaitu L, M, N
dibagi menjadi 4 bagian lembar peta
dan P dimulai dari 15° LS – 10° LU.
skala 1 : 50.000.
Lembar peta UTM skala 1 : 250.000 di
c. Penomoran menggunakan angka
Indonesia
Romawi I, II, III dan IV dimulai dari pojok
a. Ukuran 1 lembar peta skala 1 : 250.000 kanan atas searah jarum jam.
adalah 1½° x 1°. Sehingga untuk satu
bagian derajat 6° x 8° terbagi dalam 4 x Lembar peta UTM skala 1 : 25.000 di
8 = 32 lembar. Indonesia
Lembar peta UTM skala 1 : 100.000 di kecil a, b, c dan d dimulai dari pojok
1. Peta–peta khusus
2. Peta Dunia
Peta dunia skalanya lebih kecil dari 1 :
1.000.000 yang berisikan pulau dan
benua.
b. Sumbu pertama (Y): Meridian sentral yang lainnya dipergunakan sistem koordinat.
Beberapa ketentuan yang berhubungan • Bujur (longitude - j), bujur barat (0° -
dengan pemodelan bumi sebagai spheroid 180° BB) dan bujur timur (0° - 180° BT).
adalah: • Lintang ( latitude - l ), lintang utara (0° -
90° LU) dan lintang selatan (0° – 90°
• Meridian dan meridian utama.
LS).
• Paralel dan paralel NOL atau ekuator.
Pengukuran tempat titik – titik Ilmu Ukur Sudut dari kanan ke kiri dan pada
Ilmu Geodesi dari kiri ke kanan tapi daerah
• Menggunakan garis lurus
kuadran pada dua ilmu itu menyatakan
Apabila titik – titik tersebut terdapat
daerah yang sama ialah:
pada satu garis lurus, dengan titik dasar
0 0
0 dimana sebelah kanan dari titik nol Kuadran I : 0 – 90
0 0
bertanda positif dan sebelah kiri dari titik Kuadran II : 90 – 180
0 0
nol bertanda negatif. Kuadran III : 180 – 270
0 0
Kuadran IV : 270 – 360
• Menggunakan sumbu koordinat
Segala suatu yang telah dipelajari pada Ilmu
Apabila terdapat dua titik tidak pada
Ukur Sudut mengenai Sinus, Cosinus, dan
satu garis lurus, dengan titik O sebagai
Tangen berfungsi dengan penuh pada Ilmu
pusat dari perpotongan garis mendatar
Geodesi.
X (Absis) dan garis tegak lurus Y
(Ordinat). Dimana pada sumbu X Tabel 8. Aturan kuadran trigonometris
Xb − Xa
tg α =
Yb − Ya
ab
5.4. Menentukan Sudut Jurusan
Dasar–dasar perhitungan ini adalah
Seperti telah dijelaskan sebelumnya sudut
geometri analitik yaitu goniometri-
jurusan adalah sudut yang dibentuk dari
trigonometri adalah sebagai berikut :
arah utara geografis kemudian diputar
x y x
searah jarum jam dan berhenti pada garis Sin α= ; Cos α = ; Tgn α =
r r y
yang telah ditentukan.
Xb − Xa
Meskipun membagi kuadran pada ilmu ukur Tgαab =
sudut dan pada ilmu geodesi, yaitu pada Yb − Ya
5 Proyeksi Peta, Aturan Kuadran dan Sistem Kordinat 140
B(Xb,Yb)
d ab
α ab
C
A(Xa,Ya)
d ab
Dari gambar di atas dapat dicari jarak
menggunakan aturan sinus dan cosinus :
Y Yb − Ya
cos α ab = =
r d ab
Yb − Ya
d ab =
cos α ab
X Xb − Xa
sin α ab = =
r d ab
Xb − X a
d ab = Gambar 111. Aturan kuadran geometris
sin α ab
Metode Sarus
(X1 ⋅ Y2 +X2 ⋅Y3 +X3 ⋅Y1 ) −(Y1 ⋅ X2 +Y2 ⋅ X3 +Y3 ⋅ X1) Gambar 112. Aturan kuadran trigonometris
2
5 Proyeksi Peta, Aturan Kuadran dan Sistem Kordinat 141
Model
Model Diagram Alir IlmuDiagram Alir Pertemuan ke-05
Ukur Tanah
Proyeksi Peta, Aturan
Sistem Koordinat, Kuadran
Proyeksi Petadan
danSistem
Aturan Kordinat
Kuadran
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Gambar 113. Diagram alir Proyeksi Pe ta, Aturan Kuadran dan Sistem Kordinat
5 Proyeksi Peta, Aturan Kuadran dan Sistem Kordinat 142
Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 5 mengenai Proyeksi Peta, Aturan Kuadran dan
Sistem Kordinat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
2. Sistem proyeksi peta dibuat untuk mereduksi sekecil mungkin distorsi. Tujuan Sistem
Proyeksi Peta dibuat dan dipilih untuk menyatakan dan menyajikan secara grafis posisi
titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar.
3. Cara proyeksi peta dapat dilakukan dengan cara proyeksi langsung (direct projection)
dan proyeksi tidak langsung (double projection). Secara garis besar sistem proyeksi peta
bisa dikelompokkan berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik.
4. Bidang datum adalah bidang yang akan digunakan untuk memproyeksikan titik-titik yang
diketahui koordinatnya (j ,l ). Sedangkan bidang proyeksi adalah bidang yang akan
digunakan untuk memproyeksikan titik-titik yang diketahui koordinatnya (X,Y).
6. Sistem proyeksi peta TM-3° adalah sistem proyeksi Universal Tranverse Mercator
dengan ketentuan faktor skala di meridian sentral = 0,9999 dan lebar zone = 3°.
7. Sudut jurusan adalah sudut yang dimulai dari arah utara geografis, maka arah utara
diambil sebagai suatu salib sumbu.
8. Meskipun membagi kuadran pada ilmu ukur sudut dan pada ilmu geodesi berjalan
berlawanan, ialah pada Ilmu Ukur Sudut dari kanan ke kiri dan pada Ilmu Geodesi dari
kiri ke kanan tapi daerah kuadran pada dua ilmu itu menyatakan daerah yang sama.
Oleh karena itu, alat-alat Ilmu Ukur Tanah arahnya dari utara dan searah jarum jam.
Soal Latihan
Pengukuran sudut merupakan salah satu 6.2.1 Sistem besaran sudut seksagesimal
aspek penting dalam pengukuran dan
Sistem besaran sudut seksagesimal
pemetaan horizontal atau vertikal, baik
disajikan dalam besaran derajat, menit dan
untuk pengukuran dan pemetaan kerangka
sekon. Janganlah satuan sudut sekon
maupun titik-titik detail.
disebut detik, karena detik lebih baik
Sistem besaran sudut yang dipakai pada digunakan untuk satuan waktu.
beberapa alat berbeda antara satu dengan
Cara seksagesimal membagi lingkaran
yang lainnya. Sistem besaran sudut pada
dalam 360 bagian yang dinamakan derajat,
pengukuran dan pemetaan dapat terdiri dari:
sehingga satu kuadran ada 90 derajat. Satu
a. Sistem besaran sudut seksagesimal
derajat dibagi dalam 60 menit dan satu
b. Sistem besaran sudut sentisimal
menit dibagi lagi dalam 60 sekon. Dengan
c. Sistem besaran sudut radian o
kata lain, satu derajat (1 ) sama dengan
Dasar untuk mengukur besaran sudut ialah enam puluh menit (60’), satu menit (1’)
lingkaran yang dibagi dalam empat bagian, sama dengan enam puluh sekon (60”),
o
yang dinamakan kuadran. dengan demikian satu derajat (1 ) sama
Penggunaan nilai sudut yang diolah berbeda dengan tiga ribu enam ratus sekon (3600”).
dengan nilai sudut yang diukur. Nilai sudut
Atau dituliskan sebagai berikut :
yang diolah biasanya digunakan sistem o o
1 = 60’ 1’ = 60” 1 = 3600”
seksagesimal, terutama jika kita gunakan
alat kalkulator standard. 6.2.2 Sistem besaran sudut sentisimal
(Personal Computer) maka nilai sudut yang dalam besaran grid, centigrid dan centi-
g c
1 = 100 Hubungan antara satuan cara seksagesimal
c cc
1 = 100 dan satuan cara sentisimal dapat dicari
g cc
1 = 10000 dengan dibaginya lingkaran dalam 360
bagian cara seksagesimal dan dalam 400
Cara sentisimal ini lambat laun
bagian cara sentisimal, jadi :
menyampingkan cara seksagesimal, karena
0 g
360 = 400
untuk pengukuran, apalagi hitungan cara
sentisimal lebih mudah digunakan daripada
6.3 Konversi besaran sudut
cara seksagesimal.
= 78 +
49
/60 +
40
/3600 x 2π Satu radial (disingkat dengan ρ) menjadi :
0 o
360 ρ = 360 = 360 x 60’ = 360 x 60 x 60”
= 1,376358025 rad 2π 2π 2π
g c cc
• Konversi dari grid ke derajat ρ = 400 = 400 x 100 = 400 x 100 x 100
Misal : 2π 2π 2π
g c cc
104 58 77 ,75 = ...........
o Atau
o g
Maka : ρ = 57 ,295,779..... ρ = 63 ,661,977....
c
g c
104 58 77 ,75 x 360
cc o
ρ = 3437’,7467....... ρ = 6,366 ,1977..
g cc
400 ρ = 206264”,8........ ρ = 636619 ,77..
58 77,75
= 104 + /100 + /10000 x 360
g
400
= 94,1289975
o
94 (0,1289975 x 60)
7’ (0,73985 x 60)
44,391”
Jadi :
o
94 07’ 44,391”
Contoh-contoh : Tabel 9 :
o
Tabel 9 : 1. α = 148 48’16”
g c cc o g
1. α = 137 36 78 Cara 1 : 148 = 164 ,44.444
g o
137 = 123 18’ 48’ = 0 ,88.889
c
36 = 00 19’26”,4 16” = 0 ,00.494
cc o g
78 = 00 00 25”,3 148 48’16” = 165 ,33.827
g c cc o
137 36 78 = 123 37’51”,7 o g
Cara 2 : 100 = 111 ,11.111
g c cc o
2. α = 216 41 56 48 = 53,33.333
g o
Cara 1 : 200 = 180 00’00” 48’ = 0,88.889
g o
16 = 14 24’00” 16” = 0,00.494
c o o g
41 = 00 22’08”,4 148 48’16” = 165 ,33.827
cc o
56 = 00 00’18”,1 o
g c cc o
2. α = 208 17’15”
216 41 56 = 194 46’26”,5 o g
Cara 1 : 180 = 200 ,00.000
g o o
Cara 2 : 100 = 90 00’00” 28 = 31 ,11.111
g o
116 = 104 24’00” 17’ = 0 ,31.481
c o
41 = 00 22’08”,4 15” = 0 ,00.463
cc o o g
56 = 00 00’18”,1 208 17’15” = 231 ,43.055
g c cc o
216 41 56 = 194 46’26”,5 o g
Cara 2 : 100 = 111 ,11.111
g c cc o
3. α = 317 08 39 108 = 120 ,00.000
g o
Cara 1 : 200 = 180 00’00” 17’ = 0 ,31.481
g o o
117 = 105 18’00” 15 = 0 ,00.463
c o o g
08 = 00 04’19”,2 208 17’15” = 231 ,43.055
cc o
39 = 00 00’12”,6 o
g c cc o
3. α = 332 28’09”
317 08 39 = 285 22’31”,8 o g
Cara 1 : 180 = 200 ,00.000
g o o
Cara 2 100 = 90 00’00” 152 = 168 ,88.889
g o
200 = 180 00’00” 28’ = 0 ,51.852
g o
17 = 15 18’00” 09” = 0 ,00.278
c o o g
08 = 00 04’19”,2 332 28’09” = 369 ,41.019
cc o
39 = 00 00’12”,6
g c cc o
317 08 39 = 285 22’31”,8
6 Macam Sistem Besaran Sudut
153
o g
Cara 2 100 = 111 ,11.111 Tabel 13 :
o o
180 = 200 ,00.000 1. α = 67 19’48”
o o
52 = 57 ,77.778 67 = 1,169.370.6 rad
28’ = 0 ,51.852 19’ = 0,005.526.9 rad
09” = 0 ,00.278 48” = 0,000.232.7 rad
o g o
332 28’09” = 369 ,41.019 67 19’48” = 1,175.130.2 rad
o
Tabel 10: 2. α = 179 21’15”
g o
1. α = 78 ,4921 170 = 2,967.058.7 rad
g o
78 = 1,225.211 rad 9 = 0,157.079.6 rad
c o
49 = 0,007.697 rad 21 = 0,006.108.7 rad
cc o
21 = 0,000.035 rad 15 = 0,000.072.7 rad
g c cc o
78 49 21 = 1,232.943 rad 179 21’15” = 3,130.320.7 rad
o
2. α = 116 ,1682
g 3. α = 212 42’26”
g 200o = 3,490.658.5 rad
100 = 1,570.796 rad
g 12o = 0,209.439.5 rad
16 = 0,251.327 rad
c 42’ = 0,212.317.3 rad
16 = 0 002.513 rad
cc 26” = 0,000.126.1 rad
82 = 0,000.129 rad
g c cc o
116 16 82 = 1,824.765 rad 212 42’26” = 3,712.441.4 rad
g
3. α = 262 ,0856 Petunjuk singkat pemakaian alat ukur
g
100 = 1,570.796 rad Theodolite Boussole
g
100 = 1,570.796 rad
g Sebelum menggunakan alat ukur Theodolite
62 = 0,973.894 rad
c perlu diperhatikan agar menjauhkan barang-
08 = 0,001.257 rad
cc barang metal yang dapat mempengaruhi
56 = 0,000.008 rad
g c cc jarum magnet. Sudut jurusan yang didapat
262 08 56 = 4,116.831 rad
adalah sudut jurusan magnetis.
Tabel 12 :
I. Urutan pengaturan serta pemakaian.
α = 1,26.486 rad
g (contoh untuk pesawat T.O. wild)
1,26 rad = 80 ,214.091
a. Pasanglah statif dengan dasar atas
0,00.48 rad = 0 ,035.577
tetap di atas piket dan sedatar
0,00.006 rad = 0 ,003.820
g mungkin.
1,26.489 rad = 80 ,253.488
b. Keraskan skrup-skrup kaki statif.
6 Macam Sistem Besaran Sudut
154
titik yang dibidik dengan pertolongan Pembacaan puluhan menit/centi grade dan
visir secara kasaran, kemudian satuannya dilakukan pada tromol
skrup-skrup tersebut kita mikrometer.
kencangkan kembali.
6 Macam Sistem Besaran Sudut
155
Gambar 118. Sudut jurusan dahulu. (tinggi alat harus diukur dan
dicatat).
10 11 12
-
12 11 10
12o46”
Untuk sudut miring negatif pembacaan dilakukan dari
kiri ke kanan.
14 13 12 11 10
+ 9 10 11 12 13
(derajat).
sudut miring
4. Perlu diperhatikan, bahwa
Gambar 121. Arah sudut zenith (sudut miring).
pembacaan skala tromol untuk
pembacaan satuan menit atau
satuan centigrid ada yang
mempunyai harga 1 menit atau 1
6 Macam Sistem Besaran Sudut
158
13. Tombol untuk mengubah arah sinar- 5. Sekrup gerak halus naik-turun garis
sinar cahaya. bidik.
14. Jendela penerangan. 6. Nivo pesawat.
15. Tombol mikrometer. 7. Nonius sudut datar.
16. Tuas untuk mengeratkan busole pada 8. Sekrup gerak halus lingkaran dalam.
bagian bawah. 9. Sekrup pengunci lingkaran dalam.
dengan sumbu horizontal sebagai 125 dinamakan teodolit tipe sumbu ganda
sebuah) niveau tabung dengan teodolit yang tidak mempunyai klem bawah
tegak lurus satu dengan lainnya. karena bagian yang berputar dengan tabung
g. Dua pembacaan graduasi yang sumbu luar dan pelat atas sejajar disatukan.
b. Lingkaran graduasi horizontal sumbu pada bagian dalam dan bagian luar,
vertikal yang dipasangkan tegak yang akan diuraikan kemudian. Akan tetapi
6 Macam Sistem Besaran Sudut
162
A : Sumbu dalam
B : Sumbu luar
Gambar 127. Teodolite (tipe sumbu tunggal)/
Reiterasi
melingkar atau garis -garis halus lens) dan lensa bidik (eye piece).
Gbr. 130. Posisi benang silang yang kedua lensa harus mempunyai
panjang fokus yang sama serta
6 Macam Sistem Besaran Sudut
165
(n – 1) LM = nLV
c. Lingkaran graduasi dan pembacaan
( n − 1) LM LM
I. Lingkaran graduasi: lingkaran ∴L M − L V = L M − =
n n
graduasi umumnya terbuat dari
Karena itu L M / n adalah unit minimum
bahan baja atau gelas. Akan tetapi
untuk memungkinkan pengukuran
sifat baja yang mudah
dengan vernir. Pecahan-pecahan
berdeformasi, akibat berat sendiri
dapat dibaca dari graduasi vernir,
sehingga tidak dapat digunakan
apabila skala besar dan vernir
untuk teodolit berketelitian tinggi.
berimpit satu dengan lainnya (Gbr.
Sebagai pembacaan pada lingkaran
138). Umpamanya pembacaan
graduasi baja umumnya digunakan
dengan vernir dibutuhkan untuk 20"
vernir atau mikrometer. Dewasa ini
pada interval-interval graduas i
lingkaran graduasi umumnya
minimum pada skala besar 20', 20"=
terbuat dari gelas dengan graduasi
LM/n=20'/60 jadi 59 graduasi pada
yang sangat halus (hanya beberapa
skala besar harus dibagi menjadi 60
mikron saja). Kelebihan dari bahan
bagian yang sama seperti graduasi
gelas ini adalah ringan, trans paran,
pada vernir. Vernir tidak langsung
seragam, dan lain-lain sehingga
mempunyai graduasi yang dibuat
sangat cocok untuk perlengkapan
dengan membagi rata panjang
teodolit. Lingkaran graduasi
graduasi ( n - 1 ) pada skala besar
mempunyai skala besar pada vernir:
menjadi n bagian dan gambar
vernir terdiri dari empat tipe yaitu
graduasi pada vernir berlawanan
vernir langsung (direct vernier), vernir
dengan skala besar (Gbr. 139). Ada
mundur (refrograde vernier), vernir
6 Macam Sistem Besaran Sudut
168
IV.
2 α =θ 2 , 2 β = θ , α + β = θ sehingga
θ1 θ 2 1
θ =α + β = + = (θ 1 + θ 2 )
2 2 2
Apabila graduasi yang berhadapan
dibaca untuk masing-masing sasaran
Gambar 153. Kesalahan sumbu horizontal
dan di rata-rata, kesalahan eksentris
lingkaran graduasi dapat ditiadakan.
Penyetelan theodolite
3. Metode arah: metode ini digunakan observasi, sudut ganda dan perbedaan:
apabila observasi dilakukan untuk arah dianjurkan agar mengambil jumlah dari
yang banyak seperti tampak pada Gbr. rangkaian angka-angka obser vasi yang
162 dan prosedurnya adalah sebagai logis serta sistematis dan tidak
b. Gbr. 1 6 5 :
Graduasi 180° ← 90° ← 0° → 90°
→ 180°, posisi teleskop horizontal,
90°.
r= α + S, l = 180° - α +S
r −l
= 90 0 +
2
W = 2 + 180° = r - l.
c. Gbr. 1 6 6 :
Graduasi 0° → 90° → 180° → 270°
→ 360', posisi teleskop normal,
Gambar 162. Metode arah
horizontal, 90°.
r = 90° - α + S, l = 270° + α+S
6 Macam Sistem Besaran Sudut
183
Gambar 163. Metode sudut. Gambar 164. Koreksi otomatis untuk sudut elevasi
Tabel 15. Metode perhitungan perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi.
6 Macam Sistem Besaran Sudut
184
Tabel 16. Arti dari perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi.
Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-09
Macam Sistem Besaran Sudut
Macam
Dosen Penanggung Jawab :Sistem Besaran Sudut
Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Pengukuran Sudut
o, ', " g, c, cc
phi radian 0,000000
(Derajat, Menit, Second) (Grid, Centigrid,
Centicentigrid)
Sin, Cos, Tgn (dihitung dalam Sin, Cos, Tgn (dihitung dalam
sistem degree) sistem degree)
Rangkuman
1. Sistem besaran sudut pada pengukuran dan pemetaan dapat terdiri dari:
a. Sistem besaran sudut seksagesimal
Sistem besaran sudut ini disajikan dalam besaran derajat, menit dan sekon.
b. Sistem besaran sudut sentisimal
Sistem besaran sudut ini disajikan dalam besaran grid, centigrid dan centi-centigrid.
c. Sistem besaran sudut radian
Sistem besaran sudut ini disajikan dalam sudut panjang busur. Sudut pusat di dalam
lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran adalah sebesar
satu radian
d. Sistem waktu (desimal)
Sistem waktu digunakan dalam pengukuran astronomi. Nilai sudut desimal maksimal
adalah 360.
2. Dasar untuk mengukur besaran sudut ialah lingkaran yang dibagi dalam empat bagian,
yang dinamakan kuadran.
a. Cara seksagesimal membagi lingkaran dalam 360 bagian yang dinamakan derajat,
sehingga satu kuadran ada 90 derajat. Satu derajat dibagi dalam 60 menit dan satu
menit dibagi lagi dalam 60 sekon.
o o
1 = 60’ 1’ = 60” 1 = 3600”
b. Cara sentisimal membagi lingkaran dalam 400 bagian, sehingga satu kuadran
mempunyai 100 bagian yang dinamakan grid. Satu grid dibagi lagi dalam 100 centigrid
dan 1 centigrid dibagi lagi dalam 100 centi-centigrid.
g c c cc g cc
1 = 100 1 = 100 1 = 10000
c. Sudut pusat di dalam lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran
adalah sebesar satu radian.
2 π r = 2π rad.
d. Hubungan antara satuan cara seksagesimal dan satuan cara sentisimal dapat dicari
dengan dibaginya lingkaran dalam 360 bagian cara seksagesimal dan dalam 400
bagian cara sentisimal, jadi :
0 g
360 = 400
6 Macam Sistem Besaran Sudut
188
Soal Latihan
1. Diketahui sudut-sudut :
0
S1 = 78 49’40”
0
S2 = 315 51’16”
0
S3 = 177 02’08”
Gantilah sudut-sudut ini ke dalam harga sentisimal dan radian!
2. Diketahui sudut-sudut :
g
S4 = 46 , 2846
g
S5 = 117 , 0491
g
S6 = 297 , 2563
Gantilah sudut-sudut ini ke dalam harga seksagesimal dan radian!
3. Sebutkan tahapan-tahapan yang harus ditempuh ketika akan menggunakan alat ukur
theodolite Boussole?
4. Sebutkan fungsi bagian-bagian utama dari theodolite?
7.1 Jarak pada survei dan Cara pengukuran jarak horizontal yang
pemetaan sederhana pada daerah miring adalah
sebagai berikut. Untuk jarak pendek
Mengukur jarak adalah mengukur panjang
dilakukan dengan merentangkan pita dan
penggal garis antar dua buah titik tertentu.
menggunakan waterpass sehingga
Penggal garis ini merupakan sambungan
mendekati horizontal. Untuk jarak yang
penggal-penggal garis lurus yang lebih kecil.
panjang dilakukan secara bertahap. Jarak
Pengukuran jarak adalah penentuan jarak
horizontal A - D adalah d1 + d2 + d3.
antara, dua titik di permukaan bumi,
biasanya yang digunakan adalah jarak Untuk daerah datar, pengukuran jarak tidak
horizontalnya atau pekerjaan pengukuran mengalami masalah. Namun ada kalanya
antara dua buah titik baik secara langsung pada daerah yang datar terdapat hambatan.
maupun tidak langsung yang dilaksanakan Hambatan ini terutama terjadi pada daerah
secara, serentak atau dibagi menjadi datar yang memiliki garis ukur yang
beberapa bagian, yaitu jarak horizontal dan panjang, yaitu adanya obyek penghalang
jarak miring. seperti sungai atau kolam. Membuat garis
tegak lurus terhadap garis ukur pada titik A
Jarak horizontal adalah jarak yang apabila
sehingga diperoleh garis AC. Menempatkan
diukur maka perbedaan tingginya adalah 0.
titik D tepat ditengah-tengah AC. Kemudian
Sedangkan jarak miring adalah hasil
menarik garis dari B ke D hingga di bawah
pengukurannya melibatkan kemiringan.
titik C. Kemudian membuat garis tegak lurus
Perlu Anda ketahui bahwa jarak yang dapat
ke bawah terhadap garis AC dari titik C,
digambarkan secara langsung pada peta
sehingga terjadi perpotongan (titik E).
adalah jarah horizontal, bukan jarak miring.
Jarak antara dua buah titik di bidang datar
Oleh karena itu, jarak horizontal AB yang
(2 dimensi) dapat diketahui dengan cara
akan digambarkan pada peta.
akar dari pertambahan selisih kuadran absis
Misalnya, kita akan memetakan suatu jalur diproyeksikan terlebih dahulu pada suatu
jalan A – B bidang referensi.
a. Lakukan pengukuran garis-garis ukur
pokok, meliputi ukur pokok ditunjukkan
7.1.1. Pengklasifikasian Pengukuran
oleh garis 1 - 2, 2 - 3, 3 - 4, dan 4 - 5.
Jarak
Azimuth magnetis diukur dari utara
a. Pengukuran jarak langsung
magnetis (UM) ke garis pokok.
Pengukuran jarak langsung biasanya
b. Apabila di sepanjang jalur jalan tersebut
menggunakan instrument atau alat ukur
terdapat obyek, seperti bangunan,
jarak langsung, misalnya pita ukur
pagar, atau aliran sungai, maka objek
langkah, alat ukur jarak elektronik dan
tersebut dapat dipetakan dengan cara
lain-lain. Alat-alat yang digunakan dalam
mengukur jarak tegak lurus dari titik
pengukuran jarak secara langsung
pada garis ukur pokok ke titik yang
diantaranya adalah : Kayu ukur, Rantai
mewakili obyek tersebut. Garis ini
ukur.
disebut offset. Pada contoh di bawah ini,
terdapat obyek rumah di pinggir garis Syarat pengukuran dengan rantai ukur :
dari titik A ke titik A'. panjang offset 02 4 Pita ukur serat-serat gelas,
diukur dari titik a ke titik a', dan seterusnya. 4 Pita ukur dari baja,
4 Pita ukur invar,
Reduksi jarak ukur pada suatu bidang
4 Roda ukur,
referensi. sebelurn digunakan, biasanya
4 Speedometer,
suatu jarak ukur (measured distance),
(umumnya berupa jarak miring)
7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka
191
Pengukuran jarak tidak langsung ada Pita Ukur fiber. Yang termasuk tipe ini
beberapa macam diantaranya adalah pita ukur yang terbuat dari serat
rami dan diperkuat dengan anyaman
pengukuran jarak dengan kira-kira. Cara
kawat halus, pita ukur yang terbuat dari
ini dapat menggunakan langkah dan
campuran serat rami dan serta katun
menggunakan skala pada peta.
dan pita uk ur yang terbuat dari
Tujuan yang akan dicapai dalam
campuran serat gelas dan kimia.
pengukuranjarak adalah membuat garis
Biasanya pita ukur ini dibungkus dengan
yang benar-benar lurus sehingga
semacam lapisan cat, di atas mana
jaraknya dapat diukur dengan pasti.
angka-angka/tanda-tanda graduasi
ditempatkan. Kelebihan-kelebihan dari
7.1. 2. Bebagai macam instrumen ukur
pita ukur ini adalah sifatnya yang ringan,
jarak dan cara penggunaanya
tidak mudah bengkok serta mudah
a. Langkah. Karena ketelitiannya yang
pemakaiannya terutama pita ukur serat
rendah, dewasa ini langkah (pacing)
gelas. Akan tetapi, kelemahannya yang
hanya digunakan untuk membantu
paling mencolok adalah sangat mudah
penempatan instrumen sipat datar di
memuai dan menyusut, akibat pengaruh
tengah-tengah antara dua buah rambu
kelembaban udara. Dengan demikian,
7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka
192
objektif garis bidik yang besamya sama menggunakan kompas maka perlu diberikan
dengan angka pembacaan. Azimuth suatu penjelasan bahwa utara yang digunakan
garis adalah sudut antara garis meridian dari adalah utara magnetis.
garis tersebut, diukur searah dengan jarum
Contoh:
jam, biasanya dari titik antara garis meridian
Azimuth Magnetis AB (Az, AB) = 70°
(dapat pula dari arah selatan). Besarnya
Azimuth Magnetis AC (Az, AC) = 310°
sudut azimuth antara 0 – 360 derajat.
nilainya sama dengan 180 dikurangi berada di kuadran empat yang nilai
sudut tersebut . sudutnya sama dengan 360° dikurang besar
sudut tersebut.
3. Jika selisih absis bernilai negatif dan
selisih ordinat bernilai negatif maka Selain dari jarak informasi yang lain yang
azimuth berada di kuadran III yang dapat diketahui dari dua buah titik yang
nilainya sama dengan 180 ditambah sudah diketahui koordinatnya yaitu Azimuth
sudut tersebut. atau sudut jurusan. Maka sudut jurusan AB
4. Jika selisih absis berniali negatife dan yang didapat dari titik A (Xa,Ya) dan B
selisih ordinat bernilai positif maka (Xb,Yb) dapat dicari dengan persamaan
azimuth berada di kuadran IV yang sebagai berikut:
nilainya sama dengan 360 dikurangi
besar sudut tersebut. Xb − Xa
αAB = Tan −1
Yb − Ya
Penggunaan azimuth
Azimuth dapat diperoleh dengan cara arcus Setelah alat ukur B.T.M diukur, sehingga
tangen dari pembagian selisih absis bagian-bagian yang penting berada di dalam
terhadap selisih ordinat. Besarnya sudut keadaan yang baik dan sebelum alat ukur
jurusan atau azimuth tersebut bergantung apakah yang dibaca pada lingkaran
pada nilai positif atau negatifnya selisih mendatar dan pada lingkaran tegak. Pada
absis atau ordinat. Jika selisih absis bernilai lingkaran tegak diukur sudut-sudut miring
positif dan selisih ordinat bernilai positif yang besarnya sama dengan pembacaan
maka azimuth berada di kuadran satu yang pada skala lingkaran tegak dengan
nilainya sama dengan besar sudut tersebut. menggunakan nonius. Pada lingkaran
Jika selisih absis bernilai positif dan selisih mendatar tidaklah ada nonius untuk
ordinat bernilai negatif maka azimuth berada melakukan pembacaan pada skala lingkaran
di kuadran dua yang nilainya sama dengan mendatar.
180° dikurang besar sudut tersebut. Jika
Dilakukan pada ujung utara lingkaran jarum
selisih absis bernilai negatif dan selisih
magnet yang berada di cos D
ordinat bernilai negatif maka azimuth berada
bersama-sama dengan skala lingkaran
di kuadran tiga yang nilai sudutnya sama
mendatar.
dengan 180° ditambah besar sudut tersebut.
dan jika selisih absis bernilai negatif dan Yang dibaca pada lingkaran mendatar
selisih ordinat bernilai positif maka azimuth adalah suatu sudut yang dinamakan
azimuth yaitu suatu sudut yang dimulai dari
7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka
195
salah satu ujung jarum magnet da diakhiri menghubungkan dua buah tititk P1 dan P2
pada ujung objektif garis bidik dan besarnya di atas permukaan bumi dinyatakan dengan
sama dengan angka pembacaan. Menurut azimuth. Azimuth diukur degan metode
ketentuan di atas azimuth harus dimulai dari astronomis dengan menggunakan alat-alat
salah satu ujung magnet sedangkan dua seperti jarum magnet, gyrocompas, dll.
ujung dan sudut azimuth dapat diputar dari Pengukuran azimuth diadakan untuk
kiri kekanan atau dari kanan ke kiri, maka menghilangkan kesalahan akumulatif pada
didapatlah 2x2 = 4 macam azimuth yang sudut-sudut terukur dalam jaringan
biasa disebut bearing. triangulasi atau dalam pengukuran jaring-
jaring, penentuan azimuth untuk titik-titik
3 Cara menentukan macam azimuth
kontrol yang tidak terlihat serta dengan
1. Tentukan garis skala yang berimpit
lainnya, penentuan sumbu X untuk kordinat
dengan ujung Utara jarum magnet.
bidang datar pada pekerjaan pengukuran
Angka pada garis skala ini menentukan
yang bersifat lokal.
besarnya suatu busur yang dimulai dari
garis nol skala dan diakhiri pada angka Macam – macam azimuth
itu. 1. Azimuth kompas
2. Tentukan busur yang besarnya Dalam pekerjaan pengukuran yang
dinyatakan oleh angka pembacaan sederhana, maka pengukuran azimuth
3. Carilah suatu sudut yang dimulai dari awal ataupun akhirnya hanya dilakukan
salah satu ujung jarum magnet dan dengan menggunakan alat penunjuk
yang diakhiri pada ujung objektif yang arah Utara (kompas). Umumnya
sama besarnya dengan busur lingkaran azimuth magnetis jenis ini dikenal
yang dinyatakan oleh pembacaan. dengan nama sudut jurusan. Untuk
4. Cara pernutaran sudut itu. merupakan maksud tersebut pengukuran dilakukan
macam azimuth. skala lingkaran hanya pada satu sisi poligon saja
mendatar turut berputar dengan (2 sisi poligon lebih baik). Prosedur
teropong dan jarum magnet tetap pengukuran adalah sebagai berikut :
kearah Utara - Selatan magnetis.
Ø Memasang dan mendatarkan
Mengetahui arah sebuah garis yang theodolite pada salah satu titik
menghubungkan dua buah titik P1 dan P2 di poligon.
atas permukaan bumi adalah hal yang Ø Menempatkan lingkaran graduasi
0
terpenting dalam pengukuran. Pada pada 0 00’00’’, kemudian klem atas
umumnya arah sebuah garis yang dikencangkan (pada titik B).
7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka
196
timur
selatan
utara
barat
kutub selatan
bola langit
dengan berbagai cara, hal ini disebabkan tahun yang bersangkutan dapat
ditentukan dapat ditentukan deklinasi
Ø Mengukur matahari dengan memakai
matahari pad saat terbidik (pencarian
filter khusus pada lensa objektifnya.
dilakukan dengan argumen waktu ( t )
Ø Mengukur tinggi matahari dengan
yang di dapat dari hasil pengkuran.
memakai prisma roelofs.
Ø Carilah nilai lintang dari peta topografi
Dengan memilih salah satu peralatan dan dengan cara melakukan interpolasi.
mengukur waktu pengukran (t), maka dapat Ø Hitung besarnya azimuth matahari
ditentukan harga deklinasi matahari dari dengan rumus :
tabel matahari yang selalu dikeluarkan cos( 90 − δ ) = sin h sin ϑ + cos h
setiap tahun oleh Jawatan Topografi Darat cos cos a
ataupun Jurusan Geodesi ITB dan dapat Ø Hitung besarnya sudut mendatar
dimiliki olehmu. antara matahari dan target.
Pada metode ini, pengukuran yang dari azimuth titik A terhadap titik B
dilakukan hanya pengukuran sudut. Bentuk ditambahkan 180 dan ditambahkan
yang digunakan metode ini adalah bentuk terhadap sudut beta. Jarak A terhadap
segitiga. Akibat dari sudut yang diukur target dan B terhadap target diperoleh dari
adalah sudut yang dihadapkan titik yang rumus perbandingan sinus. Jarak A
dicari, maka salah satu sisi segitiga tersebut terhadap target sama dengan perbandingan
harus diketahui untuk menentukan bentuk jarak absis dibagi sudut 180 dikurang
0
α
dan besar segitiganya. dan β dikalikan dengan sinus β . Jarak B
terhadap target sama dengan perbandingan
P 0
jarak basis dibagi sinus sudut 180 dikurang
α dan β dikalikan dengan sudut α.
Ø Mencari koordinat P dari titik A :
Xp = Xa + da . Sin ap
α Yp = Ya + da . Cos ap
A (Xa,Ya) Ø Mencari koordinat C dari titik B:
β
Xp = Xb + dbp . Sin bp
B (Xb,Yb) Yp = Yb + dbp . Cos bp
= Ya + dap cos α ap
dengan mudah diketemukan.
Yp
?bp = m sin a Formulir dibagi dalam dua bagian, bagian
Xp = Xb + dbp sinα bp atas diisi dengan angka-angka sebenarnya
B = Xb = +1091, 36
0 ’ ’’
a = 56 15 16
Tabel 18. Daftar Logaritma
7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka
201
Empat lajur pertama kedua bagian Kalau yang akan dicari koordinat-koordinat
digunakan untuk menghitung angka-angka titk P sebagai titik nomor 2, maka X2 = Xp
yang diperlukan untuk menghitung dan Y2 = Yp.
koordinat-koordinat, sedangan dua lajur
Dan titik A (Xa,Ya) dan titik B (Xb,Yb)
terakhir digunakan untuk menghitung sudut-
digunakan sebagai titik-titik pengikat, maka
sudut yang diperlukan.
untuk titik A berlaku X1 = Xa dan Y1 = Ya.
Lajur-lajur yang bernomor ganjil menyatakan Dan untuk titik B berlaku X1 = Xb danY 1=Yb.
besaran-besaran dengan huruf, sedangkan Maka dengan titik A sebagai titik pengikat
lajur lainnya yang bernomor genap memuat x p − xa
besarnya besaran-besaran itu dengan
terdapat tgα ap =
y p − ya
angka.
Dan dengan titik B sebagai titik pengikat
Dari kumpulan rumus terbukti bahwa lebih x p − xb
didapat : tgα bp =
dahulu harus dicari a ab dan dab dengan y p − yb
menggunakan selisih absis dan selisih
Dengan menguraikan kedua persamaan di
ordinat titik-titik A dan B; xb – x a dan y b – y a.
atas, didapat :
maka pada lajur 1 dan lajur 3 bagian atas
ditulis dengan x b dan y b, sekarang tidak
( y p − y a )tgα ap = X p − X a
ditulis dengan segera di bawahnya x a dan ya ( y p − y b )tgα bp = X p − X b
untuk dapat mengurangi x b dengan x a atau
y p tgα ap − y a tgα ap = X p − X a
karena nanti diperlukan untuk mencari
koordinat-koordinat titik P yang dicari dari y p tgα bp − y b tgα bp = X p − X b
koordinat-koordinat titik B karena. Karena
x p = x b + dbp sin abp dan y p = y b + dbp cos abp.
Salah satu dari dua anu xp dan yp haruslah
langsung di bawah x b dan yb ditulis dbp sin bp
dihilangkan supaya mendapat satu
dan dbp cosabp dan dibawahnya lagi ruang
persamaan dengan satu anu. Maka dengan
untuk x p dan yp.
mengambil 3, 4 kolom hilangkan dengan
mudah x p. 3, 4 memberi satu persamaan
Hitungan dengan kalkulator
dengan satu anu yp = y p
Rumus umum yang akan digunakan Tg a ap – y a tg a ap – y p tg a bp + y b tg a bp =
adalah xb – xa
x2 − x1 Atau yp (tg a ap – tg a bp) = ( xb – xa) + ya
tgα 12 =
y2 − y1 tg a ap – y b tg ab
7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka
202
titik A (xa,ya) dan titik B (x b,y b) untuk titik P terletak di sebelah utara
= 192 o 48'58"
7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka
204
Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-06
Jarak, Azimuth dan Pengikatan Ke Muka
Jarak, Azimuth
Dosen Penanggung dan Pengikatan
Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar KePurwaamijaya,
Muda Muka MT
Xc = [ Xc(a) + Xc(b) ] / 2
Yc = [ Yc(a) + Yc(b) ] / 2
Gambar 178. Model Diagram Alir Jarak, Azimuth dan Pengikatan Ke Muka
7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka
206
Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 7 mengenai jsrsk, azimuth, dan pengikatan ke muka,
maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Mengukur jarak adalah mengukur panjang penggal garis antar dua buah titik tertentu.
2. Jarak horizontal adalah jarak yang apabila diukur maka perbedaan tingginya adalah 0.
Sedangkan jarak miring adalah hasil pengukurannya melibatkan kemiringan.
3. Klasifikasi pengukuran jarak :
a. Pengukuran jarak langsung
b. Pengukuran jarak tidak langsung
4. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran jarak secara langsung diantaranya adalah :
a. Mistar;
b. Pita ukur metalik;
c. Pita ukur serat-serat gelas;
d. Pita ukur dari baja;
e. Pita ukur invar;
f. Roda ukur; dan
g. Speedometer.
5. Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang
kita tuju, azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam.
6. Back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth.
7. Macam-macam azimuth yaitu :
a. Azimuth Sebenarnya, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya
dengan titik sasaran;
b. Azimuth Magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik
sasaran;
c. Azimuth Peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik
sasaran.
8. 3 (tiga) arah utara yang sering digunakan dalam suatu peta.
Soal Latihan
Data awal yang diperlukan pada pengikatan Pada pengikatan ke belakang, harus
ke muka adalah 2 titik koordinat yang telah terdapat 3 titik awal yang diketahui,
diketahui, misalkan titik tersebut adalah titik misalnya titik-titik tersebut adalah A, B, dan
A dan B , sedangkan titik yang akan dicari C. prosedur pengukuran di lapangan alat
adalah titik P, sehingga alat theodolite theodolite hanya diletakan di titik yang akan
dipasang di dua titik yaitu titik A dan B dicari koordinatnya, misalnya titik tersebut
kemudian diukur berapa besar sudut adalah titik P kemudian diukur sudut-sudut
α yang dibentuk oleh titik P dan B ketika mendatar yang dibentuk oleh 3 titik
berada di titik A begitupula pada sudut β. koordinat yang telah diketahui yaitu sudut
Sudut yang dibentuk ditunjukan pada α dan β seperti pada gambar 182.
gambar 181.
Terdapat 2 macam cara yang dapat dipakai
dalam menentukan titik koordinat dengan
P cara pengikatan ke belakang, yaitu cara
pengikatan ke belakang metode Collins dan
cara pengikatan ke belakang metode
Cassini.
Gambar 181. Pengikatan ke muka pada saat ini pada proses perhitungannya
dapat pula dihitung dengan bantuan
kalkulator.
A (Xa,Ya) B (Xb,Yb)
Cara pengikatan ke belakang metode
Cassini muncul pada tahun 1979, pada saat
itu teknologi mesin hitung sudah mulai
C (Xc,Yc)
berkembang, sehingga dalam proses
α β perhitungannya lebih praktis, karena telah
dibantu dengan menggunakan mesin hitung.
P
Cara pengikatan ke belakang metode
Pada pelaksanaan di lapangan, sebelumnya mendatar yang dibentuk oleh garis AP dan
terdapat 3 titik yang telah diketahui berapa BP serta sudut yang dibentuk oleh garis PB
koordinat masing-masing. Misal titik-titik dan PC.
yang telah diketahui tersebut adalah titik A,
B, dan C.
Akan dicari suatu koordinat titik tambahan
diluar titik A,B, dan C untuk keperluan
tertentu yang sebelumnya tidak diukur,
misalkan titik tersebut adalah titik P, yang
terletak di seberang sungai.
A (Xa,Ya)
Gambar 191. Pemasangan Theodolite di titik P
sehingga terdapat 3 patok dan 2 ruang antar menggunakan pengikatan ke belakang cara
patok yaitu ruang AB dan BC. Baca sudut Collins, data yang diukur di lapangan adalah
8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins 214
besarnya sudut a dan sudut ß. Koordinat titik • Bila ujung unting-unting belum tepat di
A, B, dan C telah ditentukan dari atas paku, maka geserkan alat dengan
pengukuran sebelumnya. Sehingga data membuka skrup pengencang alat,
awal yang harus tersedia adalah sebagai sehingga ujung unting-unting tepat di
berikut : atas paku dan piket.
• Gelembung pada nivo kotak kita
a. titik koordinat A ( Xa, Ya )
ketengahkan dengan menyetel ketiga
b. titik koordinat B ( Xb, Yb )
skrup penyetel.
c. titik koordinat C ( Xc , Yc )
d. besar sudut a, dan • Setelah tahapan di atas telah dilakukan,
• Terlebih dahulu kunci boussole atau dalam proses perhitungan, yang pada
kemudian akan terlihat skala C berada di luar lingkaran, tarik garis yang
pembacaan diam, kemudian kunci lagi. perpotongan itu kita sebut sebagai titik
mikrometer berada sebelah kanan. Gambar 195. Penentuan titik penolong Collins
terhadap target kemudian di tambahkan dan B diketahui, hingga titik H diikat dengan
dengan ordinat titik B. Nilai koordinat target cara kemuka pada titik-titik A dan B.
peroleh dari titik A dan B. titik P sendiri. Supaya titik P diikat dengan
8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins 217
cara ke muka pada titik A dan B, maka Maka koordinat titik H tersebut adalah
haruslah diketahui sudut BAP dan sudut Xh = Xa + dah sinα ah
ABP, ialah sudut -sudut yang ada pada titik Yh = Ya + dah cos α ah
yang telah tentu. Sudut ABP akan dapat di
hitung bila diketahui sudut BAP.
A (Xa,Ya) α ah
A (Xa,Ya)
d ah
α B (Xb ,Yb )
P β
Gambar 197. Garis bantu metode Collins Gambar 198. Penentuan koordinat H dari titik A
Masing-masing lingkaran. d ah
d bh
A
ß d ab H (Xh ,Yh )
Sehingga d bh a bh
d AB
d AH = . sin {180 − (α + β )}
sin α H
Sedangkan dab dicari dengan rumus :
Gambar 202. Menentukan sudut abh
(X b − X a )
d ab =
sin α Untuk mencari dbh, diperlukan nilai dab
Perhitungan diatas untuk menentukan titik H sehingga dbh dapat ditentukan dengan
yang dicari dari titik A, yang sebetulnya menggunakan perbandingan antara sinus
dapat pula dicari dari titik B, yaitu dengan sudut dengan garis sehadap sudut tersebut.
rumus :
Dari gambar berikut dapat dijelaskan bahwa
Xh = Xb + dbh sin α bh terdapat persamaan :
Yh = Yb + dbh cos α bh
d bh d
= ab
sin β sin α
8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins 219
gambar berikut :
ß
d ab A a ab
? a ap
B
180o -(ß+a) B
P
d bh
a
Gambar 203. Menentukan rumus dbh mengikuti aturan sudut. Maka besarnya
sudut γ sama dengan sudut BHC, seperti
Sehingga
terlihat pada gambar berikut ini
d
d bh = ab .sin β
sin α
Setelah koordinat titik penolong Collins H B
γ = α hc - α hb
d ap
P (Xp ,Yp ) α hb didapat dari α bh + 180o. Sedangkan
α hc didapat dari rumus berikut :
(x c − x h )
Gambar 204. Penentuan koordinat P dari titik A
tgα hc =
(yc − yh )
α ap dapat dicari dengan rumus :
α ap = α ab + γ seperti terlihat pada
8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins 220
d ap d A
= ab
sin (γ + α ) sin α
Sehingga B a
ab
P a+?
.sin (γ + α )
d ab
d ap =
sin α a bp
o(
180 G+ a )
a
P dbp B
B (Xb ,Yb )
d bp α bp
Gambar 210. Menentukan rumus d bp
P (Xb ,Yb )
8.3.2 Langkah-Langkah Pekerjaan
Gambar 208. Penentuan koordinat P dari titik B
Menentukan α ab dan dab
α bp dapat dicari dengan rumus : α ab adalah sudut-sudut yang di bentuk
α bp = α ab + (α + γ ) seperti terlihat pada oleh garis penarikan titik AB dengan garis
gambar berikut : lurus yang di tarik dari koordinat A menuju
utara, yang di cari dengan rumus :
tg α ab = (x b - x a) : (y b - y a)
8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins 221
dab adalah jarak yang di bentuk oleh dbh : sin β = dab : sin α
dbh = m sin β
penarikan koordinat A terhadap koordinat B
x h = xb + dbh sin α bh
yang dapat di ketahui dengan rumus y h = y b + dbh cos α bh
dab = (x b - x a) : sin α ab = (y b - ya) : cos α ab
a adalah besar sudut yang dibentuk garis
Menentukan koordinat-koordinat titik BA dan PA merupakan komponen yang bisa
penolong mencari koordinat titik P, untuk mencari
Garis H merupakan garis penolong Collins besarnya a harus di ketahui a hc .
cari dari titik A diperlukan aah dan dah. aah Koordinat titik P dapat dicari dengan
merupakan sudut jurusan AH dan dah pengikatan terhadap titik A dan B, dimana
merupakan jarak yang dibentuk oleh garis perhitungan harus dicari terlebih dahulu
A a ah a ab
B
? d a bh
?
a
a ph ß
P
a
d ?
H
C
Gambar 211. Cara Pengikatan ke belakang metode Collins
B : x = + 23.373,83 o
= 180 - 6 31’37,07“
o
C : x = + 24.681,92
(x b - x a )
y = + 90.831,87 dab =
sin α ab
a = 64º47’03’’
ß = 87º11’28’’ (23.373,83 - 23.231,58)
=
sin 173 o 28'22,9“
Jawaban : = 1.251,42
Dengan bantuan mesin hitung Menentukan koordinat H dan P dari titik A
o o
= 260 39’50,9” = - 42 22’39,61“
d ab
dah = sin (α + β )
sin α Menentukan a ap dan dap
1.251,42 α ap = α ab + ?
= sin (64º4703 + 87º1128 ) o o
sin 64º4703 = 173 28’22,9“ - 42 22’39,61“
o
= 649,91 = 131 5’43,29“
sin (α + γ )
Sehingga koordinat H adalah; dab
dap =
x h = x a + dah sin α ah sin α
( )
o
= 23.231,58 + 649,91 sin 260 39’50,9” = 1.251,42 sin 64º4703 − 42 o 2239,61“
= 22.590,28 sin 64º4703
y h = y a + dah cos α
= 527,25252
ah
o Sehingga koordinat P adalah ;
= 91.422,92+ 649,91 cos 260 39’50,9”
= 91.317,48
x p = x a + dap sin α ap
o
= 23.231,58+527,25252 sin131 5’43,29“
Menentukan a hc dan ?
= 23.628,92
y p = y a + dap cos α ap
tg α hc = (x c - x b) : (yc - yh) = 91.422,92+527,25252 cos131 5’43,29“
o
(x c - x b )
α hc = arctg = 91.076,349
(yc - y h )
Menentukan koordinat H dan P dari titik B
(24.681,92 - 22.590,28) Menentukan a bh dan dbh
= arctg
(90.831,87 - 91.317,48) α bh =α ab + (α + β )
o
= - 76 55’45,71” o
=173 28’22,9“ + 89º11’28’’+ 64º47’03’’
o
Berada di kuadran 2 sehingga = 327 26’53,9”
d ab
α hc o
= 180 – a dbh = sin β
o o sin α
= 180 - 76 55’45,71”
1.251,42
sin (87º1128 )
o
= 103 4’14,29“ =
sin 64º4703
? =α hc +180 -α bh = 1.381,567
α bh =α ab + (α + β )
Sehingga koordinat H adalah ;
o
= 173 28’22,9“ +
x h = x b + dbh sin α bh
(64º47’03’’+87º11’28’’) o
= 23.373,83+1.381,567 sin327 26’53,9”
o
= 325 26’53,9“
= 22.630,4636
o o
? = 103 4’14,29“+180 - 325 26’53,9“
y h = y b + dbh cos α bh
8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins 224
o
= 90.179,61+1.381,567 cos327 26’53,9” besarnya besaran-besaran itu dengan
= 91.344,141 angka.
Menentukan a bp dan dbp
Tahap awal yang dilakukan adalah mencari
α bp = α ab + (α +?) nilai-nilai logaritma dari data yang diperlukan
o o
=173 28’22,9“+64º47’03’’+42 22’39,61“
dalam perhitungan, kemudian isi nilai
o
= 195 52’46,2“
tersebut di kolom bagian bawah. seperti nilai
d ab α , log (x b – x a) dan lain sebagainya.
dap = sin γ log sin
sin α
Kolom paling atas didisi nilai sebenarnya
(
= 1.251,42 sin - 42 o 2239,61“
sin 64º4703
) dari besaran yang dihitung. Seperti pada
d ab
sin (α + β )
y = + 4.127,31
dah =
B : x = - 2.168,09 sin α
y = + 2.351,09 1.922,741
= sin (47º16'30" + 41º08'19" )
C : x = + 4.682,09 sin 47º16'30"
y = - 2.375,92 = 2.616,329
a = 47º16’30’’ Sehingga koordinat H adalah ;
ß = 41º08’19’’ x h = x a + dah sin α ah
o
= -2.904,28+2.616,329 sin 198 37’33,8”
Jawaban : = - 3.739,91
Dengan bantuan mesin hitung yh = y a + dah cos α ah
o
Menentukan aab dan dab = 4.127,31+ 2.616,329 cos 198 37’33,8”
tg α ab = (x b - x a) : (y b - y a) = 1.648,016
(x b - x a )
α ab -1
= tg (y - y ) Menentukan a hc dan ?
α hc = (x c - x b) : (yc - yh)
b a
tg
(-2.168,09 + 2.904,28)
(x c - x b )
= arctg (2.351,09 - 4.127,31) α hc = arctg
(yc - y h )
o
= - 22 30’45,15“
(4.682,09 + 3.739,91)
Berada di kuadran 2 sehingga = arctg
(-2.375,92 - 1.648,016)
α ab o
= 180 – a o
o o
= -64 27’43,2”
= 180 - 22 30’45,15“
o Berada di kuadran 2 sehingga
= 157 29’14,8“
(x b - x a ) α hc o
= 180 – a
dab = o o
sin α ab = 180 -64 27’43,2”
o
= 115 32’16,5“
(-2.168,09 - 2.904,28)
=
sin 157 o 29'14,8“ ?= α hc +180 - α bh
= 1.922,741 α bh =α ab + (α + β )
o
= 157 29’14,8“+(47º16’30’’+41º08’19’’)
8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins 227
o
= 245 54’3,8“ = - 3.739,91
o
? = 115 32’16,5“180 - 245 54’3,8“
o
yh = y b + dbh cos α bh
o o
= 49 38’12,7“ =2.351,09+1.721,898 cos 245 54’3,8”
= 1.648,015
Menentukan a ap dan dap
α ap = α ab + ? Menentukan a bp dan dbp
o
= 157 29’14,8“+ 49 38’12,7“
o
α bp = α ab + (α +?)
o o o
= 207 7’27,5“ =157 29’14,8“+47º16’30’’+49 38’12,7“
o
sin (α + γ )
dab = 254 23’57,5“
dap =
sin α d ab
dap = sin γ
(
= 1.922,741 sin 47º16'30" +49 o 38'12,7“ ) sin α
sin 47º16'30"
= 2.598,311
(
= 1.922,741 sin 49 o 38'12,7“
sin 47º16'30"
)
Sehingga koordinat P adalah ; = 1.994,289
xp = xa + dap sin α ap Sehingga koordinat P adalah ;
= -2.904,28+ 2.598,311sin 207 7’27,5“
o
xp = xb + dbp sin α bp
o
= - 4.088,908 = -2.168,09+1.994,289 sin254 23’57,5“
yp = y a + dap cos α ap = - 4.088,908
= y b + dbp cos α
o
= 4.127,31+ 2.598,311cos 207 7’27,5“ yp bp
o
= 1.814,758 = 2.351,09+1.994,289 cos254 23’57,5“
= 1.814,763
Menentukan koordinat H dan P dari titik B
Menentukan a bh dan dbh
α bh =α ab + (α + β )
o
= 157 29’14,8“ + (47º16’30’’+41º08’19’’)
o
= 245 54’3,8”
d ab
dah = sin β
sin α
1.922,741
= sin (41º08'19" )
sin 47º16'30"
= 1.721,898
Sehingga koordinat H adalah ;
x h = x b + dbh sin α bh
o
=-2.168,09+1.721,898 sin245 54’3,8”
8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins 228
ß
Pada A dan B lukiskan sudut β dan sudut B(Xb,Yb
)
– (α + β ). Kedua garis A dan B
o
180 180- (ß + a)
berpotongan di H. hubungkan C – H, ukur
dengan busur derajat sudut γ . kemudian
lukiskan di A sudut γ . Maka garis CH dan
CD akan berpotongan di A, selanjutnya ?
H
bacalah koordinat titik P tersebut.
C(Xc,Yc)
Langkah-langkah pekerjaan, dapat disusun
sebagai berikut :
Gambar 213. Menentukan koordinat titik penolong
1. Menentukan titik A, B dan C, Collins
2. mengukur sudut β di titik A dan sudut
5. Ukur sudut γ di titik A, kemudian tarik
180 – ( α + β ) di titik B.
o
?
B(Xb,Yb
)
Gambar 212. Menentukan besar sudut a dan ß 180- (ß + a)
3. Perpanjang garis yang dibentuk oleh
sudut masing-masing, sehingga garis
tersebut berpotongan, Kita sebut titik
perpotongan itu sebagai titik H. ?
P (Xp,Yp) H
4. Tarik garis yang menghubungkan titik H
dan titik C, kemudian ukur sudut yang C(Xc,Yc)
dibentuk oleh garis CH dan BH. Kita
sebut sebagai sudut γ. Gambar 214. Menentukan titik P
8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins 229
Cara grafis lainnya dapat pula dilakukan 3. Pada kertas transaran lukislah sudut
dengan langkah yang berbeda, yaitu α dan β dari suatu titik.
sediakan 2 macam masing-masing kertas 4. Pasanglah kertas transparan tadi yang
transparan dan kertas grafik. telah dilengkapi lukisan sudut tepat
Pada kertas grafik lukiskan titik A, B dan C, diatas kertas grafik yang telah
sedangkan pada kertas transparan lukiskan ditentukan titik titik A,B dan C.
a
ß
B(Xb,Yb P C
A (Xa,Ya) )
1. Rumus Sinus
2. Segitiga sehadap Alfa ab = Tan^-1 [(Xb-Xa)/(Yb-Ya)]
3. Jumlah sudut dalam segitiga
Alfa ph = Alfa hc
Sudut Delta = Alfa ap - Alfa ab - Beta
Alfa hc = Tan^-1 [(Xc-Xh) / (Yc-Yh)]
dap = (dab/sin Alfa) . sin (180-Alfa-Beta-Delta)
dbp = (dab/sin Alfa} . sin (Beta + Delta) Alfa pb = Alfa ph - Beta
Alfa bp = Alfa pb + 180
Xp = Xa + dap . sin Alfa ap ; Xp = Xb + dbp . sin Alfa bp
Yp = Ya + dap . cos Alfa ap ; Yp = Yb + dbp . cos Alfa bp Alfa pa = Alfa ph + 360 - (Alfa + Beta)
Alfa ap = Alfa pa - 180
Gambar 218. Model Diagram Alir Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins
8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins 231
Rangkuman
4. Theodolite, adalah alat yang digunakan untuk membaca sudut azimuth, sudut vertikal
dan bacaan benang atas, bawah dan tengah dari rambu ukur.
5. Fungsi Theodolite digunakan untuk mengukur besaran sudut datar yang dibentuk dari
titik koordinat yang akan dicari titik-titik lain yang telah diketahui koordinatnya.
6. Rambu ukur, digunakan sebagai patok yang diletakan di titik-titik yang telah diketahui
koordinatnya untuk membantu dalam menentukan besaran sudut yang dibentuk dari
beberapa titik yang telah diketahui koordinatnya, sehingga pada keperluan pengukuran
ini tidak diperlukan data pada rambu ukur seperti benang tengah, benang atas, dan
benang bawah.
Soal Latihan
1. Sebutkan dan Jelaskan fungsi dari peralatan dan bahan yang digunakan pada
pengukuran pengikatan ke belakang dengan cara Metode Collins?
2. Bagaimana cara pengaturan dan pemakaian alat theodolite?
3. Bagaimana cara pembacaan sudut mendatar pada alat theodolite?
4. Jelaskan dan gambarkan cara menentukan titik-titik koordinat pada pengikatan
kebelakang dengan metode Collins?
5. Hitunglah koordinat titik P ( Xp, Yp ) dengan pengikatan ke belakang cara Collins,
dengan data sebagai berikut :
A : x = +23.231,58 B : x = + 23.373,83 C : x = + 24.681,92 a = 64º47’03’’
y = + 91.422,92 y = + 90.179,61 y = + 90.831,87 ß = 87º11’28’’
9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini
233
Seperti terlihat pada gambar-gambar berikut Karena kondisi alam tidak memungkinkan
pada kondisi alam yang sulit baik daerah sehingga diperlukan cara pengikatan ke
tersebut baik titik H maupun titik P dapat Peralatan yang digunakan pada pengukuran
dicari dari titik A maupun B. Atau keduanya pengikatan ke belakang cara Cassini seperti
kemudian hasilnya dirata-ratakan. peralatan yang digunakan pada pengukuran
A (Xa,Ya) pengikatan ke belakang cara Collins, antara
lain sebagai berikut :
a. Theodolite
H
C (Xc,Yc) f. Formulir ukur dan alat tulis
Cassini dibutuhkan dua titik bantu yaitu titik pengikatan ke belakang cara Cassini, antara
titik S dari titik C. Untuk menentukan titik P Theodolite, adalah alat yang digunakan
dapat dicari dari titik R dan S . untuk mengukur besaran sudut datar dari
titik koordinat yang akan dicari terhadap titik-
A B C
titik lain yang telah diketahui koordinatnya,
penggunaan tersebut khususnya pada
pekerjaan pengukuran pengikatan ke
aß belakang.
datar optis yang hanya dapat diputar arah tengah, benang atas dan benang bawah
horizontal saja. yang biasa dibaca dengan theodolite pada
kebanyakan pengukuran.
Keunggulan theodolite selain dapat
digunakan dalam pengukuran kerangka Rambu ukur ini diletakan tepat pada titik-titik
dasar vertikal dapat pula digunakan pada yang telah diketahui koordinantnya, yang
pengukuran kerangka dasar horizontal mana pada pengikatan ke belakang
sehingga dapat digunakan pada daerah dibutuhkan tiga titik yang telah harus
bukit dari permukaan bumi, yaitu pada diketahui koordinantnya.
kemiringan 15 % – 45%.
Pada pelaksanaan pengukuran di lapangan awal yang harus tersedia adalah sebagai
yang datanya akan diolah dengan berikut :
B C
A
a ß
90 o
Dari data yang telah tersedia diantaranya
adalah koordinat titik A, B dan C, serta sudut
E
mendatar a dan ß yang diperoleh dari
pengukuran di lapangan, selanjutnya cara R
0
sama dengan 90 . Karena segitiga BPR Hubungkanlah titik R, titik P dan titik S.
0
sama dengan 90 sehingga segitiga BPS maka titik R, titik P dan titik S tersebut akan
0
sama dengan 90 . terletak pada satu garis lurus, karena sudut
yang dibentuk oleh BPR dan BPS adalah
0
90 . Titik R dan S dinamakan titik-titik
B
penolong Cassini, yang membantu dalam
menentukan koordinat titik P
90o
C
Terlebih dahulu akan dicari koordinat-
ß koordinat titik penolong Cassini R dan S
P
agar dapat dihitung sudut jurusan garis RS
karena PB tegak lurus terhadap RS maka
S
didapat pula sudut jurusan PB. Sudut
jurusan PB digunakan untuk menghitung
koordinat titik P dari koordinat B.
A (Xa, Ya)
d ab
B (Xb, Yb)
dar
dc b
C (Xc, Yc)
α
R
α β
dcs
β
P
S
Cassini (1679)
Gambar 231. Cara pengikatan ke belakang metode Cassini
9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini
240
y 2 – y 1 = ( x2 – x1 ) cotg a12
( x 2 − x1) a ab
tgα 12 = A
( y 2 − y1) 90o
a ar B
9.3 Pengolahan data pengikatan ke
belakang metode Cassini R
= −( xb − xa ) cot gα
menggunakan segitiga BRA yang siku-siku
dititik A, maka dar = dab cotg a dan aar = aab +
o
90 . yr = Ya − (xb − xa ) cot gα
Seperti yang ditunjukan pada gambar 235 Koordinat-koordinat titik S dicari dalam
segitiga ABR untuk menentukan d ar dan segitiga BSC yang siku-siku di titik C, maka
gambar 236 menghitung aar . d cs = d cb cot gβ dan α cs = α bc + 90°
9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini
241
yr − yb = −(yb − y p ) − ( y p − yr )
C
B a bc
90o a cs = − (xb − x p )cot gα pb − (xp − xr )cot gαrp
1 1 B : x = + 23.373,83
y p = yb + nyr + xb − xr : n +
n n y = +90.179,61
C : x = + 24.681,92
9.3.2 Langkah-langkah perhitungan y = + 90.831,87
Koordinat R ß = 87º11’28’’
xs = xc + ( yc − yb ) cot gβ
x r = x a + ( y b − y a ) cot gα
ys = yc + ( xc − xb ) cot gβ
( y b − ya ) = 90.179,61 - 91.422,92
Menentukan n
= - 1.243,31
( x − xr )
n = tgα rs = s Cotg a = Cotg 64º47’03’’
( ys − yr ) = 0,47090
1 1
xr = x 22.646,11
( y c − y b ) cot gβ = 652,26x 0,04906 n - 3.51,531
= - 6.442,14
= 32,00
Xs = 24.681,92+ 32,00 ( yb − y r ) = 90.179,61 - 91.355,93
= 24.713,92 = - 1.176,32
Menentukan y s 1 1
( n + ) = - 3.51,531
Menggunakan rumus : n - 3.51,531
y s = yc + ( xc − x b ) cot gβ 1
nXb + Xr + Yb − Yr = ( - 82.166,26 -
n
( xc − xb ) = 24.681,92- 23.373,83
6.442,14 - 1.176,32) = - 89.784,72
= 1.308,99
- 89.784,72
Cotg ß = Cotg 87º11’28’’ xp = = 23.628,93
- 3.79,978
= 0,04906
1
= 64,17 n y r + y b + xb − x r
yp =
yr = 90.831,87+ 64,17 n
1
= 90.767,70 (n + )
n
Menentukan n
n yr = - 3.51,531 x - 91.355,93
( x − xr )
n = tgα rs = s = - 321.144,41
( ys − yr )
1 1
(24 .713,92 − 22.646 ,11) yb = x 90.179,61
= n - 3.51,531
(90 .767 ,70 − 91.355 ,93 )
= - 25.653,39
= - 3.51,531
( xb − xr ) = 23.373,83 – 22.646,11
9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini
244
= 727,72
Menentukan yp
1 1
( n + ) = - 3.51,531 1
n - 3.51,531 n y s + y b + xb − x s
yp =
n
1 1
nYr + Yb + Xb − Xr = (-321.144,41- (n + )
n n
25.653,39 + 727,72) = - 346.070,08 n yr = - 3.51,531 x - 90.767,70
- 346.070,08 = - 319.0776,6035
yp = = 91.076,35
- 3.79,978 1 1
yb = x 90.179,61
Sehingga dari perhitungan di atas, dapat n - 3.51,531
disimpulkan bahwa koordinat titik P adalah = - 25.653,39
(Xp = 23.628,93 dan Yp= 91.076,35 )
( xb − x s ) = 23.373,83 – 24.713,92
Dicari dari titik S
= -1.340,09
Menentukan Xp
1 1
( n + ) = - 3.51,531
1 n - 3.51,531
n x b + xs + y b − y s
xp =
n
1
1
(n + ) nYs + + Yb + Xb − Xs =
n n
(-319.0776,6035 - 25.653,39 -1.340,09)
n xb = - 3.51,531 x 23.373,83
= - 346.070,08
= - 82.166,26
- 346.070,08
1 1 yp = = 91.076,35
xs = x 24.713,92 - 3.79,978
n - 3.51,531
Sehingga dari perhitungan di atas, dapat
= - 7.030,367
disimpulkan bahwa koordinat titik P adalah
( yb − y s ) = 90.179,61 – 90.767,70 (Xp = 23.628,93 dan Yp= 91.076,35 ) baik
= - 588,09 jika diukur dari koordinat titik R maupuan S.
1 1
( n + ) = - 3.51,531
n - 3.51,531
1
nXb + Xs + Yb − Ys = ( - 82.166,26 -
n
7.030,367 - 588,09) = - 89.784,72
- 89.784,72
xp = = 23.628,93
- 3.79,978
9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini
245
Menentukan xr = 1,14476
Menggunakan rumus :
( y c − y b ) cot gβ = - 4.727,01 x 1,14476
x r = x a + ( y b − y a ) cot gα
= -5.411,307
( y b − ya ) = 2.168,09 – 4.127,31 Xs = 4.682,09 – 5.411,307
= - 1.959,22 = - 729,218
Menentukan n 1
n y r + y b + xb − x r
( x s − xr )
yp =
n
n = tgα rs =
( ys − yr ) 1
(n + )
(−729 ,218 + 4.713,779 )
n
=
(5.465 ,913 − 4 .807 ,41) n yr = 6,0509 x 4.807,41
= 6,0509 = 29.087,157
Dicari dari titik R 1 1
yb = x 2.351,09
Menentukan Xp n 6,0509
1 = 388,552
nXb + Xr + Yb − Yr
Xp = n ( xb − xr ) = - 2.168,09 + 4.713,779
1
n + = 2.545,689
n
1 1
n xb = 6,0509 x -2.168,09 ( n + ) = 6,0509
n 6,0509
= - 13.118,896
= 6,21616
1 1
xr = x -4.713,779 1
n - 3.51,531 nYr + Yb + Xb − Xr = (29.089,157 +
n
= - 779,021
388,552
( yb − y r ) = 2.351,09 – 4.807,41 + 2.545,659)
= - 2.456,32 = 32.623,368
1 1 32.623,368
( n + ) = 6,0509 yp = = 5.151,632
n 6,0509 6,21616
= 6,21616 Sehingga dari perhitungan di atas, dapat
1 1 1
xs = x – 729,218 nYs + Yb + Xb − Xs = (33.073,69 +
n 6,0509 n
= - 120,518 388,552 - 1.438,57 = 32.623,368
( yb − y s ) = 2.351,09 – 5.465,913 32.623,368
yp = = 5.151,632
= - 3.114,822 6,21616
1 1 Sehingga dari perhitungan di atas, dapat
( n + ) = 6,0509 = 6,21616
n 6,0509 disimpulkan bahwa koordinat titik P adalah
(Xp = - 2.630,922 dan Yp = 5.151,632) baik
1
nXb + Xs + Yb − Ys = (- 13.118,896- diukur dari titik penolong R maupun S.
n
3.114,822 9.4. Penggambaran pengikatan ke
- 120,518) belakang metode Cassini
= - 16.354,232
Selain dengan cara hitungan dengan
- 16.354,232
xp = = - 2.630,922 metode Cassini, koordinat titik P dapat pula
- 6,21616
dicari dengan menggunakan metode grafis.
Menentukan yp Secara garis besar dijelaskan sebagai
1 berikut :
nYs + Yb + Xb − Xs
Yp = n (
δ 1 = 90 0 − α )
= (90 − β)
a. Lukis di titik B sudut
1 δ2
n +
0
n
dan,
n y s = 6,0509 x 5.465,913 o
b. Lukis sudut 90 di A dan di C, sehingga
= 33.073,69 garis-garis tersebut akan berpotongan di
1 1 R dan S,
yb = x 2.351,09
n 6,0509 c. Maka garis tegak lurus dari B pada garis
A
Gambar 236. Penentuan koordinat titik A, B dan C.
B C
o
2. lukislah sudut 90 – a pada arah
o
koordinat A dan sudut 90 – ß pada arah
koordinat B. S
R
A
Gambar 239. Penarikan garis dari titik R ke S.
C
B 5. tarik garis dari titik B terhadap garis RS,
o
90 - a 90o - ß sehingga menjadi garis yang membagi
garis RS dengan sudut sama besar yaitu
o
saling tegak lurus 90 .
C
90o B
90o
S
R
9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini
249
Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-08
Cara Pengikatan
Pengikatan KeKe Belakang
Belakang Metode
Metode Cassini Cassini
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Alat Theodolite berdiri di atas Titik P dan Ditarik garis tegak lurus
dibidik ke Benchmark A, B dan C dari AB & BC
Perpotongan lingkaran
dengan
Garis tegak lurus AB &
Sudut Alfa = < APB Sudut Beta = < BPC BC adalah
Titik Penolong R dan S
1. Rumus Sinus
Alfa ab = Tan^-1 [(Xb-Xa)/(Yb-Ya)]
2. Segitiga sehadap
Alfa bc = Tan^-1 [(Xc-Xa)/(Yc-Ya)]
3. Jumlah sudut dalam segitiga
Gambar 241. Model diagram alir cara pengikatan ke belakang metode cassini
9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini
250
Rangkuman
1. Cara pengikatan ke belakang metode Cassini merupakan salah satu model perhitungan
yang berfungsi untuk mengetahui suatu titik koordinat, yang dapat dicari dari titik-titik
koordinat lain yang sudah diketahui.
Soal Latihan
yaitu suatu pengukuran untuk suatu yang terdiri dari beberapa metode
1. Dengan cara mengikat ke muka pada apabila titik-titik yang akan dicari
diukur adalah sudut dalam tiap-tiap dikehendaki), pada suatu poligon perlu
Metode poligon adalah salah satu cara 3. Jumlah seri pengukuran : 4 seri
S=
D Pengukuran poligon dapat ditinjau dari
Ada ketentuan dimana S harus = 1 : bentuk fisik visualnya dan dari
10.000 (tergantung dari kondisi medan geometriknya.
pengukuran)
Tinjauan dari bentuk fisik visualnya terdiri
Pengukuran poligon dilakukan untuk dari :
merapatkan koordinat titik-titik di lapangan
Poligon terbuka (secara geometris
dengan tujuan sebagai dasar untuk
dan matematis), terdiri atas
keperluan pemetaan atau keperluan teknis
serangkaian garis yang berhubungan
lainnya.
tetapi tidak kembali ke titik awal atau
Tujuan Pengukuran Poligon
terikat pada sebuah titik dengan
Untuk menetapkan koordinat titik-titik
ketelitian sama atau lebih tinggi
sudut yang diukur seperti : panjang sisi
ordenya. Titik pertama tidak sama
segi banyak, dan besar sudut-sudutnya.
dengan titik terakhir.
Guna dari pengukuran poligon adalah
- Untuk membuat kerangka daripada
peta
- Pengukuran titik tetap dalam kota
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
255
Poligon Terbuka
Poligon terbuka bermacam-macam, antara
menjadi 3, yaitu: Pada poligon ini tidak ada satu ttitik pun
sembarang, misalkan sudut azimuth awal Poligon terbuka, salah satu ujung terikat
yaitu antara 1 dan 2. Koordinat juga dibuat azimuth.
sembarang, kita misalkan salah satu titik
Pada poligon ini salah satu titik pengukuran
pengukuran memiliki koordinat awal. Tidak
diketahui sudut azimuthnya, baik itu titik
ada koreksi sudut dan koreksi koordinat
awal pengukuran maupun titik akhir
pada pengukuran metode poligon terbuka
pengukuran.
tanpa ikatan,yang ada hanyalah orientasi
lokal dan koordinat lokal.
β1 β3 β5
B β2 β4
1 2 3
D 5
F
4 6
A C E G
β1,2.. = Sudut yang diukur
1, 2,.. = Jarak yang diukur
Α, Β, ... = Tempat pesawat theodolite
= Titik yang diketahui koordinatnya
Sudut Azimuth setiap poligon dapat dihitung Poligon terbuka salah satu ujung terikat
dari azimuth awal yang telah diketahui sudut koordinat.
azimuthnya. Koordinat masih merupakan Pada poligon ini salah satu ujung
koordinat lokal karena tidak ada satu titik pengukuran diketahui koordinatnya
pun yang diketahui koordinatnya. sedangkan titik lainnya tidak diketahui baik
itu koordinat maupun azimuthnya.
αΑ β2 β4 β6
β3 β5
β1 B 2 3
D 5
F
1 4 6
A C E G
β1,2.. = Sudut yang diukur
1, 2,.. = Jarak yang diukur
Α, Β, ... = Tempat pesawat theodolite
αΑ = Azimuth yang diketahui
= Titik yang diketahui koordinatnya
Gambar 248. Poligon terbuka salah satu ujung terikat k oordinat
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
258
Pada poligon ini dapat dilakukan apabila Poligon terbuka salah satu ujung terikat
salah satu ujung poligon diukur azimuthnya azimuth dan koordinat
(dengan kompas atau azimuth matahari),
Pada poligon jenis ini salah satu ujung
dengan diketahuinya azimuth dan koordinat
terikat penuh sedangkan ujung lainnya
pada salah satu titik maka azimuth pada
bebas. Salah satu ujung pada poligon ini
semua sisi dapat dihitung. Tidak ada koreksi
memiliki keterangan yang cukup jelas
sudut, koreksi koordinat pada poligon jenis
karena diketahui koordinat dan azimuth.
ini. Pada dasarnya poligon ini sama saja
dengan jenis poligon terbuka tanpa ikatan.
Relatif sulit dalam pengukuran.
αΑ β2 β4 β6
β3 β5
β1 B 2 3
D 5
F
1 4 6
A C E G
β1,2.. = Sudut yang diukur
1, 2,.. = Jarak yang diukur
Α, Β, ... = Tempat pesawat theodolite
αΑ = Azimuth yang diketahui
= Titik yang diketahui koordinatnya
Gambar 249. Poligon terbuka salah satu ujung terikat azimuth dan koordinat
Sudut azimuth pada setiap titik dapat dan translasi, jadi poligon ini terletak pada
dihitung karena diketahui sudut azimuth satu koordinat yang benar.
awal, begitu juga dengan koordinat,
Poligon terbuka kedua ujung terikat
koordinat akan lebih mudah ditentukan
azimuth
karena koordinat awal sudah diketahui
Kedua ujung pengukuran pada poligon ini
sebelumnya. Dengan demikian tidak ada
terikat oleh sudut azimuth.
koreksi sudut dan koordinat. Orientasi dan
Azimuth awal dan akhir diketahui, maka
koordinat benar atau bukan lokal. Poligon
ada koreksi sudut pada pengukuran ini,
tipe ini jauh lebih baik dibandingkan tipe
syarat :
poligon sebelumnya karena tidak ada rotasi
Σ[β]−{(n-2). 1800 } = α akhir − α awal
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
259
αΑ β2 β4 β6 αG
β3 β5 β7
β1 B 2 3
D 5 F
1 4 6
A C E G
β1,2.. = Sudut yang diukur
1, 2,.. = Jarak yang diukur
Α, Β, ... = Tempat pesawat theodolite
αΑ,αG = Azimuth yang diketahui
Setelah semua sudut diberi koreksi, maka Poligon terbuka, salah satu ujung terikat
semua sisi poligon dapat dihitung juga, azimuth sedangkan sudut lainnya terikat
karena tidak ada satupun titik yang diketahui koordinat
koordinatnya, terpaksa salah satu titik
Dengan diketahuinya α dan β maka semua
dimisalkan sebagai koordinat awal.
sudut azimuth dapat dihitung selisih–selisih
Dengan demikian koordinat poligon adalah absis ( S Sin α) dan selisih-selisih ordinat
koordinat lokal. Pada pengukuran ini ada (S Cos α). Dengan data tersebut dan
koreksi sudut namun tidak terdapat koreksi koordinat G, maka koordinat titik A, B, C,...
koordinat, orientasi benar (global) dapat dihitung walaupun secara mundur.
sedangkan koordinat lokal. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada koreksi
sudut, tidak ada koreksi koordinat, orientasi
benar, dan koordinat benar (bukan lokal).
β2 β4 β6
αΑ
β3 β5
β1 B 2 3
D 5
F
1 4 6
A C E G
β1,2.. = Sudut yang diukur
1, 2,.. = Sudut yang diukur
Α, Β, ... = Sudut yang diukur
αΑ = Azimuth yang diketahui
= Titik yang diketahui koordinatnya
Gambar 251. Poligon terbuka, salah satu ujung terikat azimuth sedangkan sudut lainnya terikat koordinat
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
260
β1 β3 β5
β2 β4
B 2 3
D 5
F
1 4 6
A C E G
β1,2.. = Sudut yang diukur
1, 2,.. = Sudut yang diukur
Α, Β, ... = Sudut yang diukur
= Titik yang diketahui koordinatnya
Gambar 252. Poligon terbuka kedua ujung terikat koordinat
Pada pengukuran ini titik awal dan akhir ordinat yang baru (S Cos α) sebagai Si
pengukuran diketahui koordinatnya.
Cos α i.
Langkah perhitungan sudut pada poligon ini
adalah sebagai berikut : • Hitung (S Sin α??) dan (S Cos α?).
• Misalkan diketahui sudut azimuth pada • Hitung
salah satu titik dengan harga (V∆X) = ( Xq - Xp) - (S Sinα).
sembarang.
(V∆Y) = (Y q - Yp ) - (S Cosα).
• Menghitung azimuth pada setiap titik
Hitung koreksi? setiap
? Si Cos α i
dengan dasar titik sebelumnya yang
ditentukan dengan harga sembarang. sebesar
• Hitung selisih –selisih absis yang baru koreksi koordinat ada, orientasi benar dan
koordinat benar.
(S Sin α), sebagai Si Sin α i dan selisih
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
261
α β2 β4 β6
awal αakhir
B β3 β5 β7
β1
1 2 3
D 5
F
4 6
A C E G
β1,2.. = Sudut yang diukur
1, 2,.. = Jarak yang diukur
Α, Β, ... = Tempat pesawat theodolite
α = Azimuth yang diketahui
= Titik yang diketahui koordinatnya
Gambar 253. Poligon terbuka salah satu ujung terikat koordinat dan azimutk
sedangkan yang lain hanya terikat azimuth
Poligon terbuka, satu ujung terikat azimuth dan koordinat sedangkan ujung lainnya
hanya terikat koordinat.
αawal
β2 β4 β6
β3 β5
β1 B 2 3
D 5
F
1 4 6
A(XA,YA) C E G(XG,YG)
β1,2.. = Sudut yang diukur
1, 2,.. = Jarak yang diukur
Α, Β, ... = Tempat pesawat theodolite
α = Azimuth yang diketahui
= Titik yang diketahui koordinatnya
Gambar 254. Poligon terbuka salah satu ujung terikat azimuth dan koordinat sedangkan
ujung lain hanya terikat koordinat
kesimpulan bahwa pada pengukuran ini α akhir harus sama dengan α akhir yang telah
tidak terdapat koreksi sudut, ada koreksi diketahui sebelumnya, maka dapat ditarik
koordinat, orientasi benar dan koordinat kesimpulan bahwa ada koreksi sudut dan
benar. ada koreksi koordinat, orientasi benar dan
koordinat benar.
Poligon terbuka kedua ujung terikat
azimuth dan koordinat. Poligon Tertutup
G
β2 β4 β6 H
α awal α
akhir
F
β3 β5 β7
β1 B 2 3
D 5 F
1 4 6
I E
A C E G
β1,2.. = Sudut yang diukur
1, 2,.. =Jarak yang diukur
Α, Β, ... =Tempat pesawat theodolite
α =Azimuth yang diketahui A D
= Titik yang diketahui koordinatnya
Gambar 255. poligon terbuka kedua ujung B C
terikat azimuth dan koordinat
Poligon tipe ini merupakan tipe poligon yang Gambar 256. Poligon tertutup
paling baik karena kedua ujung poligon Langkah-langkah hitungan pada poligon ini
terikat penuh. adalah sebagai berikut :
• Menghitung sudut-sudut ukuran a. Jumlahkan semua sudut poligon.
• Menghitung selisih α awal dan α akhir b. Menghitung koreksi sudut :
• Menghitung jumlah koreksi sudut : Vβ?= (n-2).180 – (Σβ)...(sudut β di
(Vβ) = (α akhir - α awal) – (Σβ) +n.1800 dalam)
α56 = α45 +β5 +V5 -1800 lingkaran. Pada tepi lingkaran ini
α67 = α56 +β6 +V6 -1800 dibuat skala lms yang dinamakan
limbus.
α71 = α71 +β7 +V7 -1800
b. Bagian tengah, terdiri atas suatu sumbu
Sebagai kontrol dihitung : yang dimasukkan kedalam tabung
α12 = α71 +β1 +V1 -180 harus sama dengan
0
bagian bawah. Sumbu ini sumbu tegak
α12? yang sudah ?diketahui. Pembahasan atau sumbu kesatu S1. Di atas sumbu
S1 diletakkan lagi suatu pelat yang
yang penting terutama untuk poligon terikat
berbentuk lingkaran dan mempunyai
sempurna baik tertutup maupun terbuka.
jari-jari kurang dari jari-jari pelat bagian
Poligon terikat sempurna yaitu suatu poligon bawah. Pada dua tempat di tepi
yang diikatkan oleh dua buah titik pada awal lingkaran di buat pembaca no yang
pengukuran dan dua buah titik pada akhir berbentuk alat pembaca nonius. Diatas
pengukuran yang masing-masing telah nonius ini ditempatkan dua kaki yang
mempunyai koordinat definitif dari hasil penyangga sumbu mendatar. Suatu
pengukuran sebelumnya. Nilai sudut-sudut nivo diletakkan di atas pelat nonius
dalam atau luar serta jarak mendatar antara untuk membuat sumbu kesatu tegak
titik-titik poligon diperoleh atau diukur dari lurus.
lapangan menggunakan alat pengukur c. Bagian atas, terdiri dari sumbu
sudut dan pengukur jarak yang mempunyai mendatar atau sumbu kedua yang
tingkat ketelitian tinggi. diletakkan diatas kaki penyangga
sumbu kedua S2. Pada sumbu kedua
10. 3 Peralatan, bahan dan
ditempatkan suatu teropong tp yang
prosedur pengukuran
poligon mempunyai diafragma dan dengan
demikian mempunyai garis bidik gb.
10.3.1 Peralatan Yang Digunakan :
Pada sumbu kedua diletakkan pelat
1. Pesawat Theodolite
yang berbentuk lingkaran dilengkapi
Alat pengukur Theodolitee dapat
dengan skala lingkaran tegak ini
mengukur sudut-sudut yang mendatar
ditempatkan dua nonius pada kaki
dan tegak. Alat pengukur sudut
penyangga sumbu kedua.
theodolite dibagi dalam 3 bagian yaitu:
Jika di lihat dari cara pengukuran dan
a. Bagian bawah, terdiri at as tiga sekrup
konstruksinya, bentuk alat ukur Theodolite
penyetel SK yang menyangga suatu
di bagi dalam dua jenis, yaitu :
tabung dan pelat yang berbentuk
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
265
4. Patok
Patok dalam ukur tanah berfungsi untuk
memberi tanda batas jalon, dimana titik
setelah diukur dan akan diperlukan lagi
Gambar 260. Jalon
pada waktu lain. Patok biasanya
ditanam didalam tanah dan yang 5. Rambu Ukur
menonjol antara 5 cm-10 cm, dengan Rambu ukur dapat terbuat dari kayu,
maksud agar tidak lepas dan tidak campuran alumunium yang diberi skala
mudah dicabut. Patok terbuat dari dua pembacaan. Ukuran lebarnya ± 4 cm,
macam bahan yaitu kayu dan besi atau panjang antara 3m-5m pembacaan
beton. dilengkapi dengan angka dari meter,
6. Payung
Payung ini digunakan atau memiliki
Gambar 263. Pita ukur
fungsi sebagai pelindung dari panas dan
hujan untuk alat ukur itu sendiri. Karena 10.1.1 Bahan Yang Digunakan :
bila alat ukur sering kepanasan atau 1. Formulir Ukur
kehujanan, lambat laun alat tersebut Formulir pengukuran digunakan
pasti mudah rusak (seperti; jamuran, untuk mencatat kondisi di
dll). lapangan dan hasil
perhitungan-perhitungan/
pengukuran di lapangan. (Lihat
tabel 24, 25 dan 26)
Alat tulis digunakan untuk mencatat - usahakan dasar alat statif sedatar
menaik turunkan kaki alat dengan - Periksa gelembung nivo kotak jika
bantuan sekrup kaki sehingga unting- berubah atur lagi dan ulangi
unting tepat di atas paku pekerjaan.
- kaki alat diinjak kuat-kuat sehingga
6. Atur nivo tabung dengan 3 sekrup
masuk ke dalam tanah.
penyetel A, B, C.
5. Ketengahkan gelembung nivo kotak
Cara mengaturnya :
dengan bantuan ketiga sekrup penyetel
a. Putar teropong hingga nivo tabung
sekaligus
terletak ejajar dengan 2 sekrup
penyetel A dan B
NIVO KOTAK
C
o
e. Putar teropong 90 , jika gelembung atas patok, berbeda dengan
menggeser ketengahkan dengan sekrup pengukuran sipat datar kerangka dasar
penyetel C. vertikal dengan alat yang berdiri di
f. Maka alat siap untuk digunakan antara 2 buah titik (patok)
pengukuran 2. Target diletakkan di atas patok-patok
yang mengapit tempat alat sipat datar
Catatan :
berdiri. Gelembung nivo tabung
- Dalam melakukan pengukuran sudut
diketengahkan dengan cara memutar
horizontal, nivo vertikal tidak perlu diatur
dua buah sekrup kaki kiap ke arah
- Sekrup repetisi (jika ada), jika tidak
dalam saja atau keluar saja serta
diperlukan agar tetap terkunci
memutar sekrup kaki kiap kearah kanan
yang telah ada yang digunakan pada data poligon dapat diselesaikan dengan
vertikal, dirikan alat theodolite pada titik Pada metode Bowditch, bobot koreksi
• Pada titik-titik poligon yang akan menjadi rumus -rumus terprogram dalam
bentuk digital.
dibidik ditempatkan :
- unting-unting yang ditahan oleh 3 Pengolahan data poligon dikontrol terhadap
buah jalon. sudut-sudut dalam atau luar poligon dan
- dapat pula paku, ujung pensil, dikontrol terhadap koordinat baik absis
sapu lidi yang lurus sebagai maupun ordinat. Pengolahan data poligon
pembantu. dimulai dengan menghitung sudut awal dan
sudut akhir dari titik-titik ikat poligon.
Perhitungan meliputi :
- mengoreksi hasil ukuran
- mereduksi hasil ukuran, misalnya
mereduksi jarak miring menjadi jarak
mendatar dan lain-lain
- menghitung azimuth pengamatan
matahari
Gambar 271. Penempatan unting-unting - menghitung koordinat dan ketinggian
setiap titik
Hasil yang diperoleh dari praktek
Catatan :
pengukuran poligon di lapangan adalah
1. Apabila Kerangka Dasar Horizontal
koordinat titik-titik yang diukur sebagai titik-
akan dihitung pada proyeksi tertentu
titik ikat untuk keperluan penggambaran
misalnya Polyeder atau U.T.M, maka
titik-titik detail dalam pemetaan.
sebelumnya harus dilakukan hitungan
reduksi data ukuran ke dalam proyeksi
10.4 Pengolahan data poligon
peta yang bersangkutan
2. Sesuai dengan bentuk jaringannya,
Pengolahan data dapat dilakukan secara
hitungan koordinat atau ketinggian
manual langsung dikerjakan pada formulir
dapat dilakukan dengan peralatan
ukuran atau secara tabelaris menggunakan
sederhana (bertingkat-tingkat) atau
lembar elektrolis (spreadsheet) di komputer,
dengan perataan kuadarat terkecil.
contohnya : adalah perangkat lunak Lotus
Dasar-dasar perhitungan pengukuran
atau Excell.
poligon adalah sebagai berikut :
Rumus-rumus dasar pengolahan data Menghitung Sudut Jurusan Awal yang
ditransfer dari penyajiannya secara analog telah diketahui koordinatnya
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
273
(XA, YA) dan (XB, YB), maka : poligon terhadap pengurangan sudut
Untuk menghitung koordinatnya, disamping lintang dan bujur geografi ini dapat
sudut dan jarak mendatar diperlukan pula ditentukan koordinat (X , Y) dalam sisitem
minimal satu jurusan awal dan satu titik umum.
yang telah diketahui koordinatnya.
- Bila tidak terdapat titik Triangulasi dan
Untuk jurusan Awal dapat ditentukan tidak dikehendaki koordinat dalam sistem
sebagai berikut : umum, maka salah satu titik kerangka
- Bila di sekitar titik-titik kerangka dasar dasar dapat dipilih sebagai titik awal
terdapat 2 titik Triangulasi, sudut jurusan dengan koordinat sembarang, misalnya :
dihitung dari titik-titik Triangulasi dapat X = 0, Y = 0. Sistem demikian dinamakan
digunakan sebagai jurusan awal Koordinat Setempat (lokal)
Apabila jurusan awal ini yang akan Titik awal tersebut sebaiknya dipilih yang
digunakan, maka jaring titik-titik kerangka terletak di tengah wilayah yang
dasar harus disambungkan ke tiitk dipetakan.
Triangulasi tersebut.
Bila tidak terdapat dari pengamatan
10.5 Penggambaran poligon
astronomi (pengamatan matahari atau
bintang); dari pengukuran menggunakan
Penggambaran poligon kerangka dasar
Theodolite Kompas atau ditentukan
horizontal dapat dilakukan secara manual
sembarang.
atau digital.
Untuk koordinat Awal dapat ditentukan
Penggambaran secara manual harus
sebagai berikut :
memperhatikan ukuran lembar yang
- Bila dikehendaki koordinat dalam sistem
digunakan dan skala gambar, sedangkan
umum (sistem yang berlaku di wilayah
penggambaran secara digital lebih
suatu negara) digunakan tiitk Triangulasi
menekankan kepada sistem koordinat yang
(cukup satu titik saja). Dengan demikian
digunakan serta satuan unit yang akan
kerangka dasar harus diikatkan ke titik
dipakai dalam gambar digital yang
Triangulasi tersebut.
berhubungan dengan keluaran akhir.
- Bila dikehendaki koordinat dalam sistem
Penggambaran poligon kerangka dasar
umum tetapi terdapat tiitk Triangulasi,
hoizontal akan menyajikan unsur-unsur :
maka di salah satu titik kerangka dasar
sumbu absis, sumbu ordinat, dan garis
dilakukan pengukuran astronomi untuk
hubung antara titik-titik poligon.
menentukan lintang dan bujurnya. Dari
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
276
ukuran dari angka sebelumnya. Jadi, A1 bumi seperti jalan raya, kereta api,
adalah setengah A0, A2 adalah seperempat sungai, selokan, rawa atau kampung.
bumi baik informasi vertikal maupun dipengaruhi oleh muai kerut bahan dan
perbandingan jarak di atas peta dengan utara ini dapat terdiri dari : arah utara
jarak sesungguhnya di lapangan. Skala geodetik, arah utara magnetis, dan arah
peta terdiri dari : skala numeris, skala utara grid koordinat proyeksi. Skala
Tim pengukuran yang membuat peta 2. menentukan ukuran kertas yang akan
Untuk mengetahui penanggung jawab dipakai
pengukuran di lapangan dan 3. membuat tata jarak peta, meliputi muka
penyajiannya di atas kertas, personel peta dan ruang legenda
yang disajikan akan memberikan 4. menghitung panjang dan lebar muka
informasi mengenai kualifikasi personel peta
yang terlibat. 5. mendapatkan skala jarak horizontal
Instalasi dan simbol yang memberikan panjang muka peta dengan kumulatif
Instalnsi dan simbol instalnsi ini akan menghasilkan nilai yang bulat maka
PENGOLAHAN DATA
β9 180 53 30 180,89167
Ditanyakan : Koordinat titik P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, dan P9 dengan Metode
Bowditch dan Metode Transit, serta cari luas Poligon Tertutup
dengan Metode Sarrus ?
Jawaban :
I. POLIGON TERTUTUP METODE BOWDITCH
A. Syarat 1
0 = 1,96667 + fß
fß = -1,96667
Mencari β Koreksi :
B. Syarat 2
Σ∆X = Σd Sin α
Σ∆X = (23 . Sin 193,40333) + (11 . Sin 204,28167) + (35 . Sin 195,985) +
(15 . Sin 116,36333) + (31 . Sin 94,66667) + (28 . Sin 2,07833) +
(51 . Sin 7,73167) + (21 . Sin -83,698333) + (12 . Sin -
83,00333)
Σ∆X = -0,20463
Σ∆Y = Σd Cos α
Σ∆Y = (23 . Cos 193,40333) + (11 . Cos 204,28167) + (35 . Cos 195,985)
+ (15 . Sin 116,36333) + (31 . Cos 94,66667) + (28 . Cos 2,07833)
+ (51 . Cos 7,73167) + (21 . Cos -83,698333) + (12 . Cos -
83,00333)
Σ∆Y = -0,29105
Mencari Bobot X
• Bobot X P1 = (∆X12 : Σ∆X) = (-5,32297 : -0,20463) = 26,01208
• Bobot X P2 = (∆X23 : Σ∆X) = (-4,51580 : -0,20463) = 22,06763
• Bobot X P3 = (∆X34 : Σ∆X) = (-9,59999 : -0,20463) = 46,91286
• Bobot X P4 = (∆X45 : Σ∆X) = (13,45009 : -0,20463) = -65,72735
• Bobot X P5 = (∆X56 : Σ∆X) = (30,90198 : -0,20463) = -151,01059
• Bobot X P6 = (∆X67 : Σ∆X) = (0,95141 : -0,20463) = -4,64930
• Bobot X P7 = (∆X78 : Σ∆X) = (6,72628 : -0,20463) = -32,86973
• Bobot X P8 = (∆X89 : Σ∆X) = (-20,88005 : -0,20463) = 102,03579
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
283
Mencari Bobot Y
• Bobot Y P1 = (∆Y12 :Σ ∆Y) = (-22,37557 : -0,29105) = 76,87877
• Bobot Y P2 = (∆Y23 :Σ ∆Y) = (-10,03033 : -0,29105) = 34,46257
• Bobot Y P3 = (∆Y34 :Σ ∆Y) = (-33,65769 : -0,29105) = 115,64230
• Bobot Y P4 = (∆Y45 :Σ ∆Y) = (-6,64042 : -0,29105) = 22,81539
• Bobot Y P5 = (∆Y56 :Σ ∆Y) = (-2,46320 : -0,29105) = 8,46314
• Bobot Y P6 = (∆Y67 :Σ ∆Y) = ( 27,98383 : -0,29105) = -96,14785
• Bobot Y P7 = (∆Y78 :Σ ∆Y) = ( 50,55450 : -0,29105) = -173,69695
• Bobot Y P8 = (∆Y89 :Σ ∆Y) = (-2,24133 : -0,29105) = 7,70084
• Bobot Y P9 = (∆Y91 : Σ∆Y) = (-1,42085 : -0,29105) = 4,88180
TITIK 3
• X3 = X2 + Setelah Koreksi ∆X2 = 786482,68+ -4,51590 = 786478,16
• Y3 = Y2 + Setelah Koreksi ∆Y2 =9240723,62+ -10,03062= 9240713,59
TITIK 4
• X4 = X3 + Setelah Koreksi ∆X3 = 786478,16+-9,60020 = 786468,56
• Y4 = Y3 + Setelah Koreksi ∆Y3 =9240713,59+ -33,65880 = 9240679,94
TITIK 5
• X5 = X4 + Setelah Koreksi ∆X4 = 786468,56+ 13,45039 = 786482,06
• Y5 = Y4 + Setelah Koreksi ∆Y4 = 9240679,94+ -6,64014 = 9240673,30
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
287
TITIK 6
• X6 = X5 + Setelah Koreksi ∆X5 = 786482,06+ 30,90267 = 786512,97
• Y6 = Y5 + Setelah Koreksi ∆Y5 = 9240673,30+-2,46353 = 9240670,83
TITIK 7
• X7 = X6 + Setelah Koreksi ∆X6 = 786512,97+ 0,95143 = 786513,92
• Y7 = Y6 + Setelah Koreksi ∆Y6 = 9240670,83+ 27,98471= 9240698,82
TITIK 8
• X8 = X7 + Setelah Koreksi ∆X7 = 786513,92+ 6,72643 = 786520,64
• Y8 = Y7 + Setelah Koreksi ∆Y7 = 9240698,82+ 50,55603 = 9240749,37
TITIK 9
• X9 = X8 + Setelah Koreksi ∆X8 = 786520,64+-20,88052 = 786499,76
• Y9 = Y8 + Setelah Koreksi ∆Y8 = 9240749,37+ -2,24115 = 9240747,13
CONTROL
• X1 = X9 + Setelah Koreksi ∆X9 = 786499,76+-11,91586 = 786488
• Y1 = Y9 + Setelah Koreksi ∆Y9 = 9240747,13+ -1,42076 = 9240746
0 = 1,96667 + fß
fß = -1,96667
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
288
Mencari β Koreksi :
• β1 = β1 + (fβ : 9) = 96,80000 + (-1,96667 : 9) = 96,58148
• β2 = β2 + (fβ : 9) = 191,07500 + (-1,96667 : 9) = 190,85648
• β3 = β3 + (fβ : 9) = 171,90000 + (-1,96667 : 9) = 171,68148
• β4 = β4 + (fβ : 9) = 100,57500 + (-1,96667 : 9) = 100,35648
• β5 = β5 + (fβ : 9) = 158,50000 + (-1,96667 : 9) = 158,28148
• β6 = β6 + (fβ : 9) = 87,60833 + (-1,96667 : 9) = 87,38981
• β7 = β7 + (fβ : 9) = 185,85000 + (-1,96667 : 9) = 185,63148
• β8 = β8 + (fβ : 9) = 88,76667 + (-1,96667 : 9) = 88,54815
• β9 = β9 + (fβ : 9) = 180,89167 + (-1,96667 : 9) = 180,67315
Mencari α Koreksi :
• α12 = α12 + β1 = 96,80000 + 96,58148 = 193,38148
• α23 = α12 + β2 = 193,38148+ 190,85648 – 180 = 204,23796
• α34 = α23 + β3 = 204,23796+ 171,68148 – 180 = 195,91944
• α45 = α34 + β4 = 195,91944+ 100,35648 – 180 = 116,27593
• α56 = α45 + β5 = 116,2759 + 158,28148 – 180 = -94,55741
• α67 = α56 + β6 = 94,55741 + 87,38981 – 180 = 1,94722
• α78 = α67 + β7 = 1,94722 + 185,63148 – 180 = 7,57870
• α89 = α78 + β8 = 7,57870 + 88,54815 – 180 = -83,87315
• α91 = α89 + β9 = -83,87315 + 180,67315 – 180 = -83,20000
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
289
B. Syarat 2
Σ∆X = Σd Sin α
Σ∆X = (23 . Sin 193,40333) + (11 . Sin 204,28167) + (35 . Sin 195,985) +
(15 . Sin 116,36333) + (31 . Sin 94,66667) + (28 . Sin 2,07833) +
(51 . Sin 7,73167) + (21 . Sin -83,698333) + (12 . Sin -83,00333)
Σ∆X = -0,20463
Σ∆Y = Σd Cos α
= (23 . Cos 193,40333) + (11 . Cos 204,28167) + (35 . Cos 195,985)
+ (15 . Sin 116,36333) + (31 . Cos 94,66667) + (28 . Cos 2,07833)
+ (51 . Cos 7,73167) + (21 . Cos -83,698333) + (12 . Cos -
83,00333)
Σ∆Y = -0,29105
TITIK 6
• X6 = X5 + Setelah Koreksi ∆X5 = 786482,02 + 30,69800 =786512,71
• Y6 = Y5 + Setelah Koreksi ∆Y5 = 9240674,25 +-2,44007 = 9240671,81
TITIK 7
• X7 = X6 + Setelah Koreksi ∆X6 = 786512,71 + 0,94445 =786513,66
• Y7 = Y6 + Setelah Koreksi ∆Y6 = 9240671,81+ 27,69295 =9240699,51
TITIK 8
• X8 = X7 + Setelah Koreksi ∆X7 = 786513,66+ 6,69929 =786520,36
• Y8 = Y7 + Setelah Koreksi ∆Y7 = 9240699,51+ 50,26598 =9240749,77
TITIK 9
• X9 = X8 + Setelah Koreksi ∆X8 = 786520,36+-20,67658 =786499,68
• Y9 = Y8 + Setelah Koreksi ∆Y8 = 9240749,77+ -2,21027 =9240747,56
CONTROL
• X1 = X9 + Setelah Koreksi ∆X9 = 786499,68+-11,71239 =786488
• Y1 = Y9 + Setelah Koreksi ∆Y9 =9240747,56+ -1,38639 =9240746
X2 = 786482,68 Y2 = 9240723,62
X3 = 786478,16 Y3 = 9240713,59
X4 = 786468,56 Y4 = 9240679,94
X5 = 789482,06 Y5 = 9240673,30
X6 = 786512,97 Y6 = 9240670,83
X7 = 786513,92 Y7 = 9240698,82
X8 = 786520,64 Y8 = 9240749,37
X9 = 786499,76 Y9 = 9240747,13
Penyelesaian :
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X1
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y1
= (X1.Y2) + (X2 .Y3) + (X3 .Y4) + (X4 . Y5) + (X5 .Y6) + (X6
.Y7) + (X7.Y8) + (X8.Y9) + (X9.Y1) - (Y1. X2) + (Y2
.X3) + (Y3 . X4) + (Y4 . X5) + (Y5 . X6) + (Y6 . X7) + (Y7.
X8) + (Y8.X9) + (Y9.X1)
= 5693
L123456789 = (5693) / 2
= 2846,5 m2
PENGUKURAN POLIGON
Sketsa :
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
297
PENGUKURAN POLIGON
7 8 B1 88 54 00 51
LB1 88 52 00
7 6 B2 263 18 00 28
LB2 262 46 00
8 9 B1 182 43 00 21
LB1 182 20 00
8 7 B2 271 24 00 51
LB2 271 11 00
9 1 B1 172 29 00 12
LB1 172 40 00
9 8 B2 6 26 30 21
LB2 6 26 30
Sketsa :
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
298
PENGUKURAN POLIGON
2 3 B1 251 45 00 11
LB1 251 49 00
2 1 B2 85 20 00 23
LB2 80 23 00
3 4 B1 263 11 00 35
LB1 263 11 00
3 2 B2 75 5 00 11
LB2 75 5 00
4 5 B1 344 7 00 15
LB1 344 6 00
4 3 B2 84 42 00 35
LB2 84 40 00
5 6 B1 357 14 00 31
LB1 357 12 00
5 4 B2 155 28 00 15
LB2 155 58 00
Sketsa : 28
7
51
6 8
87 185 88
31
21
158
180
5 9
100 191
15 171 96 12
4 1
3 2 23
35 11
N CATATAN
P8
P7 X = 786520.56
Y = 9240749.37
X = 786513.84
Y = 9240698.88 101,4
55,43 INSTITUSI
Luar Biasa 2 = 180°58' Luar Biasa 2 = 263°18' Luar Biasa 2 = 271°11'
Biasa 2 = 180°1' Biasa 2 = 262°46' Biasa 2 = 271°24'
Luar Biasa 1 = 182°20'
Biasa 1 = 182°43'
''
'30
41,6
°36
87
β = 185°51' MATA PELAJARAN
β=
3'30''
Luar Biasa 2 = 354°6'
Biasa 2 = 352°50'
Luar Biasa 1 = 172°40' P9
Biasa 1 = 172°29' X = 786499.70
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
β = 180°5
Y = 9240747.13
8'
Luar Biasa 2=8°
°4
Biasa 2=8°
61,57
96
Luar Biasa 2 = 75°5'
β=
Biasa 2 = 75°5'
23,57
Luar Biasa 2 = 80°23' Luar Biasa 1=271°19'
Biasa 2 = 155°28' DI GAMBAR
Luar Biasa 2 = 155°58' Biasa 2 = 85°20' Biasa 1=271°11'
0''
4'3
β=
1°
19
1
Luar Biasa 1 = 357°12' β= P1
'
58°3
Biasa 1 = 357°14' 54 X = 786488
1° Biasa 1 = 251°45'
0'
17 Y = 9240746
β= Luar Biasa 1 = 251°49'
P5 β= Biasa 1 = 263°11'
X = 786482.02 100 Luar Biasa 1 = 263°11'
45,4
°34
2
Y = 9240673.39 '30
''
29,
P2
56
21,
Luar Biasa 2 = 84°40' X = 786482.68
49
Biasa 2 = 84°42' Y = 9240723.65
Biasa 1 = 357°14' P3
Luar Biasa 1 = 357°12'
Gambar 274. Situasi titik -titik KDH polygon tertutup metode transit
X = 786478.17
Y = 9240713.64
69,4
1
P4
X = 786468.58
Y = 9240680.02
Arah Utara
299
CATATAN
N
P7
X = 786513.92
P8
Y = 9240698.82 X = 786520.64
Y = 9240749.37
101,4
55,43 INSTITUSI
Luar Biasa 2 = 180°58' Luar Biasa 2 = 263°18' Luar Biasa 2 = 271°11'
Biasa 2 = 180°1' Biasa 2 = 262°46' Biasa 2 = 271°24'
Luar Biasa 1 = 182°20'
Biasa 1 = 182°43'
'
0'
41,6
'3
°36
87
β = 185°51'
β=
MATA PELAJARAN
3'30''
Luar Biasa 2 = 354°6'
Biasa 2 = 352°50'
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
β =180°5
Y = 9240747.13
Luar Biasa 2=8°
8'
Biasa 2=8°
°4
61,57
96
Luar Biasa 2 = 75°5' 23,57
β=
Biasa 2 = 75°5' Luar Biasa 1=271°19'
Biasa 2 = 155°28' Luar Biasa 2 = 80°23'
Luar Biasa 2 = 155°58' 0'' Biasa 2 = 85°20' Biasa 1=271°11' DI GAMBAR
4'3
1°
19
β = 15
β=
Luar Biasa 1 = 357°12'
Biasa 1 = 357°14' ' Biasa 1 = 251°45' P1
8°30
54
'
1°
17 Luar Biasa 1 = 251°49' X = 786488
β= Y = 9240746
P5 β= Biasa 1 = 263°11'
X = 786482.06 100
°34 Luar Biasa 1 = 263°11'
45,42
Y = 9240673.30 '30
''
29,
P2
56
21
X = 786482.68
,49
Luar Biasa 2 = 84°40'
Biasa 2 = 84°42' Y = 9240723.62
Biasa 1 = 357°14' P3
Luar Biasa 1 = 357°12'
X = 786478.16
Y = 9240713.59
69,4
1
P4
X = 786468.56
Y = 9240679.94
JUDUL GAMBAR
Gambar 275. Situasi titik -titik KDH polygon tertutup metode bowditch
LEGENDA
SITUASI TITIK-TITIK POLYGON TERTUTUP
Azimuth (METODE BOWDITCH)
Rute Pengukuran
SKALA 1 : 200
Bacaan Sudut DIPERIKSA
Jalan
N
Arah Utara
300
CATATAN
INSTITUSI
P8
P6 P7
MATA PELAJARAN
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
P9
DI GAMBAR
P1
P5 P2
LEGENDA
P3
Atap
Asbes Gelombang
P4
Potongan
Pohon
Gedung PKM
Rumput
SITE PLAN PENGUKURAN KDH POLYGON TERTUTUP DIPERIKSA
Dak Beton (METODE BOWDITCH)
INSTITUSI
P8
P6 P7
MATA PELAJARAN
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
P9
DI GAMBAR
P1
P5 P2
LEGENDA P3
Atap
Asbes Gelombang P4
Potongan
Pohon
Gedung PKM
Model
Model Diagram Alir Ilmu Diagram
Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-10
Pengukuran Kerangka
Pengukuran PoligonDasar Horizontal
Kerangka Metode Poligon
Dasar Horisontal
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Poligon
Terikat Terikat
Terbuka Tertutup Tidak Terikat
Sempurna Sebagian
Terikat :
a. Sudut Terikat Sudut Terikat Absis
b. Absis saja & Ordinat saja
c. Ordinat
Pengukuran di Lapangan :
Azimuth Biasa & Luar Koordinat Titik-Titik Basis
Biasa Sudut Jurusan Awal &
Jarak horisontal (datar) // Sudut Jurusan Akhir
bidang nivo
Kontrol Sudut
| Azimuth Akhir - Azimuth Awal | = Jumlah Sudut Beta - (n-2).180 + fB (total koreksi beta)
fB = |Azimuth Akhir - Azimuth Awal| - Jumlah Sudut Beta + (n-2).180
n = Jumlah Titik Sudut Beta
Kontrol Absis
X Akhir - X Awal = Jumlah (d . sin Azimuth) + fX (total koreksi absis)
fX = X Akhir - X Awal - Jumlah (d. sin Azimuth)
Kontrol Ordinat
Y Akhir - Y Awal = Jumlah (d. cos Azimuth) + fY (total koreksi ordinat)
fY = Y Akhir - Y Awal - Jumlah (d. cos Azimuth)
Gambar 278. Model diagram alir pengukuran kerangka dasar horizontal metode poligon
10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal
304
RANGKUMAN
Berdasarkan uraian materi bab 10 mengenai pengukuran poligon kerangka dasar
horisontal, maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Kerangka dasar horizontal adalah sejumlah titik yang telah diketahui koordinatnya dalam
suatu sistem koordinat tertentu. Tujuan pengukuran ini ialah untuk mendapatkan
hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi.
3. Poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan
dari pengukuran di lapangan. Sedangkan metode poligon adalah salah satu cara
penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan
satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian
titik-titik (poligon).
5. Tujuan Pengukuran poligon yaitu untuk menetapkan koordinat titik-titik sudut yang
diukur.
6. Jenis – jenis pengukuran poligon dapat ditinjau dari bentuk fisik visualnya dan dari
geometriknya.
data dan penggambaran poligon KDH bias dilakukan secara manual atau
digital.
SOAL LATIHAN
5. Diketahui : Data hasil Pengukuran Poligon Tertutup dengan titik Poligon 1 (716,50 ;
826,25) dan α 12 = 81°01∋01∋∋ = 81,016944
β1 73 58 59 73,983056 d1 75,6
β3 88 58 02 88,96722 d3 64,9
Ditanyakan : Koordinat titik P2, P3, P4, P5, dan P6 dengan Metode Bowditch dan Metode
Transit, serta cari luas Poligon Tertutup dengan Metode Sarrus ?
11 Perhitungan Luas
306
Perhitungan dan informasi luas merupakan luas dengan mini komputer. Metode
salah satu informasi yang dibutuhkan pengukuran luas ada dua macam :
perencana dari hasil pengukuran lapangan. a. Diukur pada gambar situasi
Pengukuran luas ini dipergunakan untuk b. Dihitung dengan menggunakan data
berbagai kepentingan, yaitu hukum jarak dan sudut yang langsung
pertanahan, perubahan status hukum tanah, diperoleh dari pengukuran di lapangan.
pajak bumi dan lain sebagainya.
Luas yang diukur pada gambar situasi
disebut pengukuran tak langsung, karena
11.1 Metode-metode luas diperoleh secara tak langsung dengan
pengukuran menggunakan instrumen dan gambar
Luas
situasi.
Luas adalah jumlah area yang terproyeksi
pada bidang horizontal dan dikelilingi oleh Luas yang dihitung dengan menggunakan
garis-garis batas. Pekerjaan pengukuran data jarak dan sudut yang langsung
menjadi pekerjaan studio dan pekerjaan disebut pengukuran langsung, karena luas
koordinat titik-titik potong garis batas. Untuk ketelitiannya bila dibandingkan dengan
mengukur luas terdapat berbagai macam pengukuran tak langsung karena lapangan
instrumen dan akhir-akhir ini dikembangkan besarnya skala gambar, harga yang
metode dimana koordinat -koordinat dari titik diperoleh dari gambar selalu kurang teliti
potong garis batas. Untuk mengukur luas dibandingkan dengan harga dari
akhir-akhir ini dikembangkan metode Selain itu, perhitungan luas dapat dilakukan
dimana koordinat-koordinat dari titik potong secara numeris analog, mekanis planimetris
batas dari gambar dimasukkan dengan dan numeris digital. Perhitungan luas secara
menggunakan plotter x-y untuk menghitung numeris analog menggunakan Metode
11 Perhitungan Luas
307
planimeter ini harus dilengkapi pula dengan adalah proyeksi luas diatas permukaan bumi
skala peta beserta penetapan titik awal pada bidang mendatar yang dikelilingi oleh
dihitung luasnya dengan alat planimetris ini Tergantung dari cara pengukuran dan
harus sudah disajikan dalam bentuk peta ketelitian yang dikehendaki penentuan dapat
dengan skala tertentu dan bentuknya dapat dilakukan dengan cara-cara antara lain :
tidak beraturan. a) Dengan mengunakan angka-angka
menyederhanakannya ditentukan S1 = d1 , i= n
= l ∑ h1
S2 = d1 + d2 , S3 = d2 + d3 , S4 = d3 + d4 , S5
i =1
= d4.
1
A= ( S1 y1 + S 2 y 2 + S 3 y 3 + .......+ S n y n )
2
f. Metoda simpson
Y0 Y1 Y2
d1 = d2 = d3 = d4, jadi :
I I
a b
A = {( y1 + y 2 ) + 2 y 2 + 2 y3 + 2 y 4 }
d 2I
2
D'
O' D
O'
C C F
N' N
B' B
M' M
S H
(A)
N
D
D'
G
C A'
C'
F
B B' B
S'
E (b)
A'
Contoh Soal
S = ( ABB1 A1) + ( BCC1B1 ) + (CDD1C1) − ( AEC1 A1)
Berdasarkan gambar di atas diperoleh data − (EDE1C1).
seperti pada tabel berikut ini.
( x2 − x1 )( y 2 + y1 ) + (x 3 − x2 )( y3 + y 2 )
1
+ (x 4 − x3 )( y 4 + y3 ) − ( x5 − x1)( y5 + y1 )
Tabel 27. Contoh perhitungan garis bujur ganda
S=
2
Garis Garis Simpang Garis Bujur − (x 4 − x5 )( y 4 + y5 )
Pengukuran Lintang (m) Timur (m) Ganda (m)
AB +32,38 +16,28 16,28
1 x 2 y1 − x1 y2 + x3 y2 − x2 y3 + x4 y3 − x3 y4 + x5 y4
BC +8,21 +33,21 65,77
=
CD -16,93 +14,95 113,93 2 − x 4 y5 + x1 y5 − x5 y1
DE -21,12 -6,33 122,55
EF -35,06 -18,75 97,47
1 x1 ( y5 − y2 ) + x 2 ( y1 − y3 ) + x3 ( y 2 − y4 )
FG -11,22 -29,46 49,26
GA +43,74 -9,90 9,90
=
2 + x4 ( y 3 − y5 ) + x5 ( y4 − y1 )
Hitunglah luas daerah tersebut dengan
metoda garis bujur ganda. Apabila garis-garis tegak lurusnya
1 y ( x − x ) + y 2 ( x3 − x1 ) + y3 ( x4 − x2 )
Luas Ganda ( - ) = - 8487,086
S= 1 2 5
Sehingga luas sesungguhnya, 2 + y4 (x5 − x3 ) + y5 ( x1 − x4 )
A = (8487,086 - 1500,144) : 2 = 3493,471 m 2 Persamaan umumnya menjadi :
1
( X n + Yn+1 )(Yn−Yn +1 )
2 n∑
S=
h. Menghitung luas dengan koordinat =1, 2,..
tegak lurus
∑ (Yn+1 − Yn )(X n + X n +1 )
1
atau
2 n=1, 2 ,...
∑ (X n ⋅ Yn +1 − X n+1 ⋅ Yn )
1
atau
2 n=1, 2,...
graduasi vernir). Ada juga planimeter kutub planimeter yang tracer larmnya tidak dapat
ganda yang sering digunakan untuk disetel, juga pembacaan pada tracer arm
menghitung luas potongan melintang dan tidak ada. Konstruksi dari model ini terdiri
kualitasnya agak lebih baik dan pembacaan a. Planimeter yang dilengkapi zero setting.
2
minimum 2 – 5 mm . b. Planimeter yang tidak dilengkapi dengan
zero setting.
Pada alat sliding yang pertama, dilengkapi 9. Fine movement screw (roda pencatat)
dengan pembacaan pada tracer fine 10. Measuring wheel (roda pengukur)
movement screw, sehingga sewaktu 11. Measuring wheel vernier (nonius roda
menyetel bacaan pada tracer arm akan lebih pengukur)
mudah. 12. Zero setting (penyetel roda)
13. Carriage (pembawa)
Planimeter polar kompensasi, terdiri dari
beberapa bagian, antara lain :
b. Sliding bar model tanpa skrup
1. Pole weight (pemberat katup) penghalus
2. Pole arm (batang katup)
Pada alat macam kedua, tracer armnya
3. Tracing magnifier (pembesar penelusur)
langsung saja disetel, jadi alat ini tidak ada
4. Tracing arm (batang penelusur)
fine movement screw.
5. Tracer arm vernier (nonius batang
penelusur) Bagian-bagian dari macam kedua, antara
6. Idler wheel (penahan roda) lain :
7. Clamp screw (skrup pengikat) 1. Pole weight (pemberat katup)
8. Fine movement screw (skrup penggerak 2. Pole arm (batang katup)
halus)
Bacaan ∆= 0.6
Penyetelan dan pembacaan/ nonius pada
trace arm.
1. Alat-alat
a. Planimeter sliding bar model.
b. Buku catatan dan alat-alat tulis.
2. Persiapan
Gambar 292. Pembacaan nonius model 1 dan 2
a. Periksa dan teliti alat yang akan
digunakan. Model 1
b. Perhatikan daftar yang ada dalam Hasil bacaan = 146 + 0,6 (dihitung pada
kotak. garis nonius yang
3. Langkah kerja berimpit)
a. Longgarkan seluruh skrup-skrup Hasil Bacaan = 146 + 0,6 = 146,6
pengikat (skrup pengikat ini ada dua Model 2
atau satu saja). Hasil bacaan = 139 + 0,8 (dihitung pada
b. Setel nonius pada bacaan satuan, garis nonius yang
sesuai dengan daftar dalam box berimpit)
(bacaan dalam box itu disesuaikan Hasil Bacaan = 139 + 0,8 = 139,8
pula nantinya waktu pengerjaan
11 Perhitungan Luas
318
a. Periksa dan teliti alat yang akan merupakaan bacaan yang sebenarnya.
kotak. MWV = 3
1103
3. Langkah kerja
Format daftar penggunaan planimeter.
a. Letakan figure betul-betul datar diatas
4. Gambar kerja
meja.
MEASURING LEVEL RECORDING DIAL (RD)
b. Letakan pemberat/pole weight diluar
figure dan tracing magnifier kira-kira
5
6 4
ditengah figure yang mana tracing arm 3
7 3
0
dan pole weight membuat sudut ± 90 10
2 8 2
5 9 1
c. Garis batas figure dicoba ditelusuri. 0
0
1
d. Tracing magnifier/tracing pen diletakan
pada titik yang ditentukan (titik awal).
Gambar 293. bacaan roda pengukur
e. Tekan zero setting untuk menolkan
bacaan.
f. Telusuri garis batas figure dari titik
yang ditentukan perlahan-lahan
sampai kembali ke titik yang ditentukan
perlahan-lahan sampai kembali ke titik
yang ditentukan itu (gerakan searah
jarum jam).
g. Baca bacaan pada jarum
penunjuk/recording dial dan catat
(misalnya RD = 1000).
11 Perhitungan Luas
319
POLE WEIGHT
POSISI 1
TITIK AWAL
POSISI II
90°
a. Taruhlah peta betul-betul mendatar Kalau dicari luas peta (gambar) maka
diatas meja. luas bacaan x satuan nonius (lihat kolom
b. Setel tractor arm vernier sesuai 5 pada contoh daftar planimeter 1). Luas
dengan skala, misalnya untuk 2
peta = 1821 x 8 mm .
planimeter nomor .... dengan skala 1
: 500 adalah 159,70. C
Keterangan yang harus tercantum dalam Perlu diperhatikan hasil pekerjaan ini
gambar kerja, didapat dua macam hasil bacaan, yaitu :
Skala gambar = .........
1. Hasil bacaan positif
NO Planimeter = .........
Posisi tracer arm = ......... Didapat apabila luas figure lebih besar dari
= 1843 – 1278
= 565 PEMBERAT (POLE WEIGHT)
LINGKARAN DASAR
(BASED CIRCLE)
BATAS FIGURE
TRACING MAGNIFIER
BATAS FIGURE
LINGKARAN DASAR
TRACING MAGNIFIER
Gambar 299. pengukuran luas peta pole weight (pemberat kutup) di dalam peta
11 Perhitungan Luas
326
4. Telusuri figur percobaan, apakah dapat Selisih ini tergantung dari ketelitian pada
terjangkau semua dan lihat gerakan waktu pengukuran dan juga dari planimeter
jarum, disini jarum bergerak dari 0,9, 8, itu sendiri. Oleh karena itu, sebelum
7, jadi ini gerakan negatif. diadakan pengukuran dengan planimeter
5. Tandai titik awal. harus dicheck dahulu dengan cecking bar.
6. Terdapat pen penelusur (tracing
magnifier tepat pada titik awal)
sementara itu nolkan bacaan dengan
penyetel nol.
7. gerakan tracing magnifier perlahan-
lahan searah jarum jam (c lock wise),
sampai kembali tepat pada titik awal.
11 Perhitungan Luas
327
LINGKARAN DASAR A
(BASED CIRCLE)
BATAS FIGURE
TRACING MAGNIFIER
D E
B C
AD = AB
m a. Pembagian luas yang sama
M
m
Apabila ∆ABCD = M dan ∆ABCD = m,
AE = AC
M maka diperoleh dengan persamaan:
titik D dan E dapat dihubungkan. m
BD = .BC
b) Pembagian-pembagian tetap : Agar M
?ADE : DECB = m : n, AD dan AE
dihitung dengan persamaan :
m
AD = AB
m+n
m
AE = AC
m+n
titik D dan E dapat dihubungkan.
11 Perhitungan Luas
328
m 1
Luas ∆CPD = M = PD.CE
m+ n 2
m.AD 2 + n.BC 2
PQ =
m+n
AB ( PQ − BC )
BP =
AD − BC
Dalam suatu daerah segi empat ABCD segi empat ABCD. Apabila titik yang dicari
seperti tampak pada gambar 307 diadakan adalah Q, luas segiempat ABPQ adalah
pengukuran meja lapangan pada skala 1: jumlah luas segitiga ABP dan APQ.
500 dan panjang-panjang diukur pada Sedangkan luas segiempat ABCD adalah
gambar sehingga diperoleh : sama dengan jumlah luas segitiga ABD dan
BCD. Oleh karena itu persamaan berikut ini
AB = 42,4 mm dapat dibentuk.
AE = 28,0 mm AQ xPH AP xBG BD xAE BD xCF
2 + = +
BC = 34,0 mm
2 2 2 2
AP = 47,8 mm 1 BD .(AE + C E )
AQ = − AP xB G
CD = 65,6 mm PH 2
BG = 13,0 mm =
1
{35,0( 280 + 32,0) − ( 51,4 x13,0 )}
51,2
PH = 51,2 mm
1
= (2100 − 668,2) = 28,0mm
Berapa seharusnya panjang garis dari titik A 51,2
sampai Q pada garis AD dilapangan (dalam
meter) agar luas segi empat terbagi dua
11 Perhitungan Luas
330
Gambar 318. klik poin untuik menghitung luas Luas penampang galian tanah pondasi :
2
7. Setelah selesai di-klik tekan enter maka 355,1432 - 103,5217 = 251,6251 m
Informasi Luas
Perangkat Lunak
Metode Sarrus Alat Planimeter AutoCAD
Rangkuman
1. Luas adalah jumlah area yang terproyeksi pada bidang horizontal dan dikelilingi oleh
garis-garis batas.
2. Luas yang diukur pada gambar situasi disebut pengukuran tak langsung.
3. Luas yang dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang langsung
diperoleh dari pengukuran dilapangan disebut pengukuran langsung.
5. Metode pengukuran luas, terdiri dari : Metode diagonal dan tegak lurus, Metode
pembagian segitiga, Metode trapesium, Metode offset, Metode offset pusat, Metode
simpson, Metode jarak meridian ganda, Metode kisi-kisi, Metode lajur, Metode
pengukuran luas dengan planimeter.
6. Planimeter terbagi atas dua macam, yaitu planimeter fixed index model (model
tetap), planimeter sliding bar model (model disetel).
11 Perhitungan Luas
336
Soal Latihan
Pengukuran titik-titik detail dilakukan atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang
diterapkan dalam pengukuran jarak-jarak cara ini diperlukan alat yang dapat
untuk pertandingan atletik – dari sinilah mengukur arah dan sekaligus mengukur
muncul kata “stadium (stadio) ” dalam jarak, yaitu Teodolite Kompas atau BTM
pengertian modern. Kata ini menyatakan (Boussole Tranche Montage). Pada alat-
600 satuan Yunani (sama dengan “feet”), alat tersebut arah-arah garis di lapangan
atau 606 ft 9 in dalam ketentuan Amerika diukur dengan jarum kompas sedangkan
sekarang. untuk jarak digunakan benang silang
diafragma pengukur jarak yang terdapat
Istilah stadia sekarang dipakai untuk benang
pada teropongnya. Salah satu theodolite
silang dan rambu yang dipakai dalam
kompas yang banyak digunakan misalnya
pengukuran, maupun metodenya sendiri.
theodolite WILD TO.
Pembacaan optis (stadia) dapat dilakukan
dengan transit, theodolite, alidade dan alat Tergantung dengan jaraknya, dengan cara
sipat datar. ini titik-titik detail dapat diukur dari titik
Peralatan stasiun kota yang baru, kerangka dasar atau dari titik-titik penolong
menggabungkan theodolite, EDM, dan yang diikatkan pada titik kerangka dasar.
1 in = 100 ft, dan kadang-kadang untuk f = jarak pumpun lensa (sebuah tatapan
skala lebih besar misalnya; 1 in = 50 ft. untuk gabungan lensa objektif
tertentu). Dapat ditentukan dengan
f1 d
f
2
C
c f d
i A
m b'
b
R
a
a' f B
yang sepihak adalah sebanding. Pada mengukur jarak antara pusat lensa
membentuk sepasang segitiga sebangun f1 = jarak bayangan atau jarak dari pusat
AmB dan amb. Dimana ; AB = R adalah (titik simpul) lensa obyektif ke bidang
i. = selang antara benang – benang adalah 4,27 ft, jarak dari instrumen ke
Stadia. rambu adalah 427 + 1 = 428 ft.
f/i .= faktor penggali, biasanya 100 (stadia
Yang telah dijelaskan adalah teropong
interval factor).
pumpunan luar jenis lama, karena dengan
c = jarak dari pusat instrumen (sumbu I)
gambar sederhana dapat ditunjukkan
ke pusat lensa obyektif. Harga c
hubungan-hubungan yang benar. Lensa
sedikit beragam sewaktu lensa
obyektif teropong pumpunan dalam (jenis
obyektif bergerak masuk atau keluar
yang dipakai sekarang pada instrumen ukur
untuk pembidikan berbeda, tetapi
tanah) mempunyai kedudukan terpasang
biasa dianggap tetapan.
tetap sedangkan lensa pumpunan negatif
C = c + f. C disebut tetapan stadia,
dapat digerakkan antara lensa obyektif dan
walaupun sedikit berubah karena c
bidang benang silang untuk mengubah arah
d. = jarak dari titik pumpun di depan
berkas sinar. Hasilnya, tetapan stadia
teropong ke rambu.
menjadi demikian kecil sehingga dapat
D = C + d = jarak dari pusat instrumen ke
dianggap nol.
permukaan rambu
Benang stadia yang menghilang dulu
Dari gambar 321, didapat :
dipakai pada beberapa instrumen lama
d R f untuk menghindari kekacauan dengan
= atau d = R
f i. i benang tengah horizontal. Diafragma dari
kaca yang modern dibuat dengan garis-
f garis stadia pendek dan benang tenaga
dan D = R +C
i yang penuh (gambar 2) memberikan hasil
Benang-benang silang jarak optis tetap yang sama secara lebih berhasil guna.
pada transit, theodolite, alat sipat datar dan Faktor pengali harus ditentukan pada
dengan cermat diatur letaknya oleh pabrik pertama kali instrumen yang dipakai,
instrumennya agar faktor pengali f/i. Sama walaupun harga tepatnya dari pabrik yang
dengan 100. Tetapan stadia C berkisar dari ditempel di sebelah dalam kotak pembawa
kira-kira 0,75 sampai 1,25 ft untuk teropong- tak akan berubah kecuali benang silang,
teropong pumpunan luar yang berbeda, diafragma, atau lensa-lensa diganti atau
tetapi biasanya dianggap sama dengan 1 ft. diatur pada model-model lama.
Kemudian, pada bentuk lain persamaan Pada gambar, sebuah transit dipasang
faktor pengali adalah f/i.= (D-C)/R. pada suatu titik dan rambu dipegang pada
Sebagai contoh: titik tertentu. Dengan benang silang tengah
Pada jarak 300,0 ft interval rambu terbaca dibidikkan pada rambu ukur sehingga tinggi
3,01. Harga-harga untuk f dan c terukur t sama dengan tinggi theodolite ke tanah.
sebesar 0,65 dan 0,45 ft berturut-turut; sudut vertikalnya (sudut kemiringan)
karenanya, C =1,1 ft. Kemudian f/i. = (300,0 terbaca sebesar α. Perhatikan bahwa
–1,1)/ 3,01 = 99,3. Ketelitian dalam dalam pekerjaan tachymetri tinggi
menentukan f/i. Meningkat dengan instrumen adalah tinggi garis bidik diukur
mengambil harga pukul rata dari beberapa dari titik yang diduduki (bukan TI, tinggi di
garis yang jarak terukurnya berkisar dari ± atas datum seperti dalam sipat datar)
100–500 ft dengan kenaikan tiap kali 100 ft.
m = sudut miring.
Tabel-tabel, diagram, mistar hitung khusus, horizontal dan vertikal berturut-turut adalah
dan kalkulator elektronik telah dipakai oleh 99,45 dan 7,42 ft. Selanjutnya…
para juru ukur untuk memperoleh H = (99,45 x 5,28) + 1 = 526 ft
penyelesaiannya. Dalam Apendiks E V =(7,42 x 5,28)-0,08 =39,18+ 0,08 = 39,3 ft
memuat jarak-jarak horizontal dan vertikal Elevasi titik O adalah
untuk perpotongan rambu 1 ft dan sudut- Elevasi O = 268,2 + 5,6 + 39,3 – 5,6
sudut vertikal dari 0 sampai 16°, 74° sampai = 307,5 ft
90°, dan 90° sampai 106° untuk Rumus lengkap untuk menentukan selisih
yang telah diketahui. Sebagai contoh; sudut- sebesar t.i agar terbaca sudut vertikal,
sudut 1, 10 dan 15° dapat dipakai untuk sudah jelas. Karena pembacaan rambu dan
mengecek hasil-hasil memakai tabel. t.i berlawanan tanda, bila harga mutlaknya
sama akan saling menghilangkan dan
Misalnya sebuah sudut vertikal 15°00’
dapat dihapuskan dari hitungan elevasi.
(sudut zenit 75°), perpotongan rambu 1,00 ft
Jika t.i tak dapat terlihat karena terhalang,
dan tetapan stadia 1ft, diperoleh hasil-hasil
sembarang pembacaan rambu dapat dibidik
sebagai berikut.
dan persamaan sebelumnya dapat dipakai.
Dari tabel E-1: Memasang benang silang tengah pada
H = 93,30 x 1,00 +1 = 94,3 atau 94 ft tanda satu foot penuh sedikit di atas atau di
untuk sudut sebesar 4°16’, elevasi M adalah Penentuan beda elevasi dengan tachymetri
268,2 ft ; t.i. = EM = 5,6; perpotongan rambu dapat dibandingkan dengan sipat datar
AB = R = 5,28 ft; sudut vertikal a ke titik D memanjang t.i. sesuai bidikan plus, dan
5,6 ft pada rambu adalah +4°16’; dan C = 1 pembacaan rambu sesuai bidikan minus.
ft. Hitunglah jarak H, beda elevasi V dan Padanya ditindihkan sebuah jarak vertikal
elevasi titik O. yang dapat plus atau minus, tandanya
Penyelesaian : tergantung pada sudut kemiringan. Pada
Untuk sudut 14°16’(sudut zenith 85°44’) dan bidikan-bidikan penting ke arah titik-titik dan
perpotongan rambu 1 ft, jarak-jarak patok-patok kontrol, galat-galat instrumental
akan dikurangi dengan prosedur lapangan
343
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
yang baik menggunakan prinsip timbal balik Rambu-rambu tachymetri biasa berbentuk
yaitu, membaca sudut–sudut vertikal satu batang, lipatan atau potongan-
dengan kedudukan teropong biasa dan luar potongan dengan panjang 10 atau 12 ft.
biasa. kalau dibuat lebih panjang dapat
meningkatkan jarak bidik tetapi makin berat
Pembacaan langsung pada rambu dengan
dan sulit ditangani. Seringkali bagian
garis bidik horizontal (seperti pada sipat
bawah satu atau dua dari rambu 12 ft akan
datar), bukan sudut vertikal, dikerjakan bila
terhalang oleh rumput atau semak, tinggal
keadaan memungkinkan untuk
sepanjang hanya 10 ft yang kelihatan.
menyederhanakan reduksi catatan-catatan.
Panjang bidikan maksimum dengan
Tinjauan pada suatu tabel menunjukkan
demikian adalah kira-ki ra 1000 ft. Pada
bahwa untuk sudut-sudut vertikal di bawah
bidikan yang lebih jauh, setengah interval
kira-kira 4°, selisih antara jarak mirng dan
(perpotongan antara benang tengan
jarak horizontal dapat diabaikan kecuali
dengan benang stadia atas atau bawah)
pada bidikan jauh (dimana galat pembacaan
dapat dibaca dan dilipatgandakan untuk
jarak juga lebih besar).
dipakai dalam persamaan reduksi
Dengan demikian teropong boleh miring tachymetri yang baku. Bila ada benang
beberapa derajat untuk pembacaan jarak perempatan antara benang tengah dengan
optis setelah membuat bidikan depan yang benang stadia atas, secara teoritis dapat
datar untuk memperoleh sudut vertikal. ditaksir jarak sejauh hampir 4000 ft. Pada
bidikan pendek, mungkin sampai 200 ft,
12.1.5 Rambu tachymetri rambu sipat datar biasa seperti jenis
philania sudah cukup memuaskan.
Berbagai jenis tanda dipakai pada rambu
tachymetri tetapi semua mempunyai bentuk- 12.1.6 Busur Beaman
bentuk geometrik yang menyolok dirancang
Busur beaman adalah sebuah alat yang
agar jelas pada jarak jauh. Kebanyakan
ditempatkan pada beberapa transit dan
rambu tachymetri telah dibagi menjadi feet
alidade untuk memudahkan hitungan-
dan persepuluhan (perseratusan diperoleh
hitungan tachymetri. Alat ini dapat
dengan interpolasi), tetapi pembagian skala
merupakan bagian dari lingkaran vertikal
sistem metrik sedang menjadi makin umum.
atau sebuah piringan tersendiri. Skala-skala
Warna-warna berbeda membantu
H dan V busur itu dibagi dalam persen.
membedakan angka-angka dan pembagian
Skala V menunjukkan selisih elevasi tiap
skala.
100 f jarak lereng, sedangakn skala H
344
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Elevasi sebuah titik B yang dibidik dengan gelas kedua yang terpasang tetap,
rumus : lengkung.
Elev B = elev A + t.i. + (pembacaan busur Sebuah tetapan faktor pengali 100 dipakai
– 50) ( perpotongan rambu) – pembacaan untuk jarak horizontal. Faktor 20, 50, atau
Sudut-sudut horizontal juga harus dicek dengan kecermatan biasa dan pembacaan
kesalahan penutupnya. Bila ada kesalahan baik bidikan depan dan bidikan belakang.
Ketelitian dapat lebih baik jika bidikan-
penutup sudut harus diratakan, ∆Y dan ∆ X
bidikan pendek pada poligon panjang
dihitung dan keseksamaan poligon dicek.
dengan prosedur-prosedur khusus. Galat-
12.1.10 Topografi galat dalam pekerjaan tachymetri biasanya
bukan karena sudut-sudut tidak benar tetapi
Metode tachymetri itu paling bermanfaat
karena pembacaan rambu yang kurang
dalam penentuan lokasi sejumlah besar
benar. Galat 1 menit pada pembacaan
detail topografik, baik horizontal maupun
rambu sebuah sudut vertikal tidak
vetikal, dengan transit atau planset. Di
memberikan pengaruh yang berarti pada
wilayah-wilayah perkotaan, pembacaan
jarak horizontal. Galat 1 menit tadi
sudut dan jarak dapat dikerjakan lebih cepat
347
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
menyebabkan selisih elevasi kurang dari 0,1 • Garis bidik transit tidak sejajar garis
ft pada bidikan 300 ft untuk sudut-sudut arah nivo teropong.
vertikal ukuran biasa. b. Galat-galat pribadi
Bila jarak optis ditentukan sampai foot • Rambu tak dipegang tegak (hindari
terdekat (kasus umum), sudut-sudut dengan pemakaian nivo rambu).
horizontal ke titik-titik topografi hanya perlu • Salah pembacaan rambu karena
dibaca sampai batas 5 atau 6 menit untuk bidikan jauh.
memperoleh kesaksamaan yang sebanding • Kelalaian mendatarkan untuk
pada bidikan 300 ft. Jarak optis yang pembacaan busur vertikal.
diberikan sampai foot terdekat dianggap
Kebanyakan galat dalam pekerjaan
benar sampai batas kira-kira ½ ft. Dengan
tachymetri dapat dihilangkan dengan:
galat jarak memanjang ½ ft itu, arahnya
a. Menggunakan instrumen dengan benar
dapat menyimpang sebesar 5 menit (mudah
b. Membatasi panjang bidikan
dihitung dengan 1 menit = 0.00029). Bila
c. Memakai rambu dan nivo yang baik
dipakai transit Amerika, karenanya sudut-
d. Mengambil harga rata-rata pembacaan
sudut dapat dibaca tanpa nonius, hanya
dalam arah ke depan dan ke belakang.
dengan mengira kedudukan penunjuk
nonius. Galat garis bidik tidak dapat dibetulkan
dengan prosedur lapangan instrumen harus
Ketelitian sipat datar trigonometris dengan
diatur.
jarak optis tergantung pada panjang bidikan
dan ukuran sudut vertiak yang diperlukan. 12.1.14 Kesalahan – kesalahan besar
12.1.13 Sumber-sumber galat dalam
Beberapa kesalahan yang biasa terjadi
pekerjaan tachymetri
dalam pekerjaan tachymetri adalah :
Galat-galat yang terjadi pada pekerjaan a. Galat indeks diterapkan dengan tanda
dengan transit dan theodolitee, juga terjadi yang salah.
pada pekerjaan tachymetri. b. Kekacauan tanda plus dan minus pada
a. Alat ukur yang digunakan pada penolong dan atur sehingga alat siap
pengukuran untuk pembuatan peta untuk pengukuran, ukur dan catat tinggi
theodolite berkompas adalah: theodolite b. Dirikan rambu di atas titik bidik dan
berkompas lengkap dengan statif dan tegakkan rambu dengan bantuan nivo
dilengkapi dengan nivo kotak dan pita c. Arahkan teropong ke rambu ukur
b. Data yang harus diamati dari tempat diafragma berimpit dengan garis tengah
benang atas, tengah dan bawah pada d. Kendorkan kunci jarum magnet
rambu yang berdiri di atas titik bidik, sehingga jarum bergerak bebas.
sudut miring, dan tinggi alat ukur di atas Setelah jarum setimbang tidak
b.
A dan B adalah titik kerangka dasar Berdasar skema pada gambar, maka:
Posisi horizontal dan vertikal titik detil diukur a. Hitung koreksi Boussole di K3 = AzG.
dengan cara polar dari titik-titik penolong. K31 - AzM K31
a. Titik K1, K3, K5, K2, K4 dan K6 adalah K42 - AzM K42
Pengukuran poligon kompas K3, H1, H2, H3, e. Hitung koordinat H1, ... H5 dengan cara
menyangga suatu tabung dan pelat Jika dilihat dari cara pengukuran dan
yang berbentuk lingkaran. Pada tepi konstruksinya, bentuk alat ukur Theodolitee
lingkaran ini dibuat skala lms yang di bagi dalam dua jenis, yaitu
dinamakan limbus. a. Theodolitee reiterasi, yaitu jenis
b. Bagian tengah, terdiri atas suatu theodolitee yang pelat lingkaran skala
sumbu yang dimasukkan kedalam mendatar dijadikan satu dengan tabung
tabung bagian bawah. Sumbu ini yang letaknya diatas tiga sekerup. Pelat
sumbu tegak atau sumbu kesatu S1. nonius dan pelat skala mendatar dapat
Diatas sumbu S1 diletakkan lagi diletakkan menjadi satu dengan sekerup
suatu pelat yang berbentuk kl, sedangkan pergeseran kecil dari
lingkaran dan mempunyai jari-jari nonius terhadap skala lingkaran, dapat
kurang dari jari-jari pelat bagian digunakan sekerup fl. Dua sekerup kl
bawah. Pada dua tempat di tepi dan fl merupakan satu pasang ; sekerup
lingkaran di buat pembaca nomor fl dapat menggerakkan pelat nonius bila
yang berbentuk alat pembaca sekerup kl telah dikeraskan.
nonius. b. Theodolitee repetisi, yaitu jenis
Diatas nonius ini ditempatkan dua kaki theodolitee yang pelatnya dengan skala
yang penyangga sumbu mendatar. lingkaran mendatar ditempatkan
Suatu nivo diletakkan di atas pelat sedemikian rupa sehingga pelat dapat
nonius untuk membuat sumbu kesatu berputar sendiri dengan tabung pada
tegak lurus. sekerup penyetel sebagai sumbu putar.
c. Bagian atas, terdiri dari sumbu Perbedaan jenis repetisi dengan
mendatar atau sumbu kedua yang reiterasi adalah jenis repetisi memiliki
diletakkan diatas kaki penyangga sekerup k2 dan f2 yang berguna pada
sumbu kedua S2. Pada sumbu kedua penukuran sudut mendatar dengan cara
ditempatkan suatu teropong tp yang repetisi.
3
7. Payung
Payung ini berfungsi sebagai pelindung
dari panas dan hujan untuk alat ukur itu
Gambar 328. Jalon di atas patok
sendiri. Karena bila alat ukur sering
Rambu ukur dapat terbuat dari kayu, alat tersebut pasti mudah rusak (seperti;
peta. Titik-titik detail dapat berupa unsur vertikal berupa sudut miring atau
alam atau unsur buatan manusia. Unsur sudut zenith pada titik detail
alam misalnya adalah perubahan slope tersebut. Jika sudut vertikal yang
o o
(kemiringan) tanah yang dijadikan titik-titik dibaca relatif kecil antara 0 – 5
tinggi (spot heights) sebagai acuan untuk maka dapat dipastikan sudut
penarikan dan interpolasi garis kontur. tersebut adalah sudut inklinasi
Unsur buatan manusia misalnya adalah (miring) dan jika berada di sekitar
o
pojok-pojok bangunan. sudut 90 maka dapat dipastikan
sudut tersebut adalah sudut zenith.
a. Urutan pengaturan serta pemakaian :
Setelah terbaca semua data
1. Dengan menggunakan patok-patok
tersebut kemudian kita pindahkan
yang telah ada yang digunakan
rambu ukur ke titik detail berikutnya
pada pengukuran sipat datar dan
dan lakukan hal yang sama seperti
pengukuran poligon, dirikan alat
diatas. Dalam membuat titik detail
theodolite pada titik (patok) sebagai
buatlah sebanyak-banyaknya
titik ikat pada awal pengukuran
sedemikian rupa sehingga informasi
(patok pertama).
dari lapangan baik planimetris
2. Ketengahkan gelembung nivo
maupun ketinggian dapat disajikan
dengan prinsip pergerakan 2 sekrup
secara lengkap di atas peta.
kaki kiap ke dalam dan keluar saja
5. Pindahkan alat theodolite ke titik ikat
dan satu sekrup kaki kiap ke kanan
berikutnya, selanjutnya lakukan
atau ke kiri saja.
pengukuran tachymetri ke titik-titik
3. Pada posisi teropong biasa
detail lainnya.
diarahkan teropong titik detail satu
6. Selanjutnya pengolahan data
yang telah didirikan rambu ukur di
tachymetri dipindahkan dengan
atas target tersebut, kemudian baca
pengolahan data pengukuran sipat
benang atas, benang tengah, dan
datar dan pengukuran polygon
benang bawah dari rambu ukur
sedemikian rupa sehingga diperoleh
pada titik detail satu dengan
koordinat dan tinggi titik-titik detail.
bantuan sekrup kasar dan halus
7. Pengukuran tachymetri selesai.
pergerakan vertikal.
Hasil yang diperoleh dari prakek
4. Bacalah sudut horizontal yang
pengukuran tachymetri di lapangan
menunjukan azimuth magnetis dari
adalah koordinat planimetris X,Y,
titik detail satu dan baca pula sudut
dan ketinggian Z titik-titik detail yang
357
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
( BA − BT ) ⋅ COSi = BA'− BT
Gambar 335. Segitiga O BT O’
BA' = ( BA − BT ) ⋅ COSi + BT
O ' BT
7. Sini = = O ' BT = d AB ⋅ Sini
2. BT − BB' ⇒ COSi = BT − BB' d AB
BT − BB
8. ∆HAB = Tinggi alat + O’BT – BT
( BT − BB) ⋅ COSi = BT − BB'
BB' = BT − (BT − BB) ⋅ COSi ∆HAB = Tinggi alat + dAB . Sin i – BT
(BA’ –BB’) = (BA – BT+ BT– BB) . COSi ∆HAB = Tinggi alat + (BA – BB) . Sin 2i
= (BA – BB) . COS i
. ½ i 100 – BT
4. dAbx = dAB . COS i . 100
∆HAB = Tinggi alat + (BA- BB) i Sin 2i i
dAbx = (BA – BB) . COS i . COS i . 100
2 50 – BT
dABx = (BA – BB) . COS i . 100
Jadi :
5. dABx = dAB . COS i . 100 TB = Tinggi alat + ∆HAB
dABx = (BA – BB) . COS i . COS i . 100
Catatan :
2
dABx = (BA – BB) . COS i . 100 Tinggi alat = Hasil pengolahan data
sipat datar
6. Catatan :
XA dan YA = Hasil pengolahan data ∆HAB = Hasil pengolahan data
polygon. Tachymetri
dABx = Hasil pengolahan data
tachymetry.
αAB = Hasil pembacaan sudut
horizontal (azimuth)
theodolitee
359
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
1
BA
i
Z
Z
BT
i
Z
Z BB
dAB ? HAB
O'
i
Ta
A dABX B
Titik Nadir
Data yang diambil dari lapangan semakin Data yang diperoleh dari lapangan harus
banyak semakin baik. Data yang diperoleh di diolah untuk menghilangkan kesalahan
tempat alat berdiri meliputi azimuth magnetis, sistematis dan acak yang terjadi serta
sudut vertikal inklinasi (miring) atau zenith dan membuang kesalahan besar yang
tinggi alat. Data yang diperoleh dari tempat mungkin timbul. Pengolahan data sipat
berdiri rambu atau target adalah bacaan datar kerangka dasar vertical dan polygon
benang diafragma (benang atas, benang kerangka dasar horizontal dapat diolah
tengah, dan benang bawah) atau jarak secara manual dengan bantuan mesin
langsung. Pada alat theodolite dengan fasilitas hitung atau secara tabelaris menggunakan
total station koordinat dan ketinggian tinggi bantuan computer.
titik-titik detail dapat langsung diperoleh dan
direkam ke dalam memori penyimpanan.
360
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Gambar 337.Theodolitee O BT O’
CATATAN
INSTITUSI
MATA PELAJARAN
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
DI GAMBAR
Pohon
Pohon
Tiang Listrik
Titik Detail
JUDUL GAMBAR
Rute Pengukuran
Garis Kontur
Jalan
DIPERIKSA
SITE PLAN PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL
Gedung PKM
TACHYMETRI
SKALA 1 : 100
362
363
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
MATA PELAJARAN
JUDUL GAMBAR
DI GAMBAR
DIPERIKSA
INSTITUSI
CATATAN
INSTITUSI
LEGENDA
Pohon
FPBS Pohon
Tiang Listrik
MATA PELAJARAN
Titik Detail
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Rute Pengukuran
Gedung PKM
DIREKSI KEET
GOR
DIPERIKSA
PKM PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL
TACHYMETRI DENGAN GARIS KONTUR
SKALA 1 : 100
364
CATATAN
N
INSTITUSI
LEGENDA
Titik Detail
Rute Pengukuran
MATA PELAJARAN
Garis Kontur
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
DI GAMBAR
DIPERIKSA
Sketsa :
367
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Sketsa :
2
3
4
1 5
10 6
7
9 8
368
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Sketsa :
10
9
8 1
2
6
3
7 4
5
369
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Sketsa :
2
3
4
5
6
7
10
9 8
370
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Sketsa : 5
4 6
7
8
9
10
1
2
3
371
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
4 5
Sketsa : 3
6
7 8
2
9
1
10
372
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Sketsa : 9 10 1 2
8 3
7 4
5
6
373
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
5
4
Sketsa : 2
3
6
7
1
8
10 9
374
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Sketsa : 7
8
6 9
10
5
1
4
3 2
375
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Theodolite
Elektronis Digital
Optis
Total Station
X, Y, Z
- Azimuth Magnetis (Titik-titik detail)
- Sudut Vertikal (Inklinasi/Zenith)
- Benang Atas, Tengah, Bawah
- Tinggi Alat
Unsur Alam :
Dij = (BA-BA).100.(cos i)^2
Perubahan slope
dHij = Talat + (BA-BB).50.sin 2i-BT
Unsur Buatan :
Xj = Xi + Dij . Sin Aij
Pojok-pojok
Yj = Yi + Dij . Cos Aij
bangunan
Hj = Hi + dHij
Gambar 342. Diagram alir Pengukuran titik -titik detail metode tachymetri
376
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Rangkuman
1. Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran kerangka dasar vertikal
yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan pengukuran kerangka dasar horizontal yang
menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan pengukuran titik-titik detail
untuk menghasilkan titik-titik detail yang tersebar di permukaan bumi yang
menggambarkan situasi daerah pengukuran.
2. Pengukuran titik-titik detail dilakukan sesudah pengukuran kerangka dasar vertikal dan
pengukuran kerangka dasar horizontal dilakukan. Pengukuran titik-titik detail mempunyai
orde ketelitian lebih rendah dibandingkan orde pengukuran kerangka dasar.
3. Pengukuran titik-titik detail dengan metode tachymetri pada dasarnya dilakukan dengan
menggunakan peralatan dengan teknologi lensa optis dan elektronis digital. Pengukuran
titik-titik detail dengan metode Tachymetri ini adalah cara yang paling banyak digunakan
dalam praktek, terutama untuk pemetaan daerah yang luas dan untuk detail-detail yang
bentuknya tidak beraturan.
4. Pengukuran tiitk-titik detail metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah karena yang
diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal (azimuth magnetis),
sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang diperoleh dari pengukuran
tachymetri adalah posisi planimetris X, Y, dan ketinggian Z.
5. Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi
yang sepihak adalah sebanding.
6. Penentuan beda elevasi dengan tachymetri dapat dibandingkan dengan sipat datar
memanjang t.i. sesuai bidikan plus, dan pembacaan rambu sesuai bidikan minus.
7. Menggunakan pengukuran cara tachymetry, selain diperoleh unsur jarak, juga diperoleh
beda tinggi.
8. Pengukuran metode tachymetri menggunakan alat theodolite, baik yang bekerja secara
optis maupun elektronis digital yang sering dinamakan dengan Total Station.
9. Penggambaran hasil pengukuran tachymetri dapat dengan manual ataupun dengan
komputerisasi (AutoCAD).
10. Data yang diambil dari lapangan semakin banyak semakin baik.
377
12 Pengukuran Titik-Titik Detail Metode Tachymetri
Soal Latihan
+ 41 m
+ 40 m
+ 39 m
Kontur ( Khayal )
Gambar 343. Pembentukan garis kontur dengan membuat proyeksi tegak garis perpotongan bidang
mendatar dengan permukaan bumi.
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
379
Garis-garis kontur merupakan cara yang baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk
banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara
permukaan tanah dan ketinggian pada peta, hachures dan shading.
karena memberikan ketelitian yang lebih Bentuk garis kontur dalam 3 dimensi
Alam
Gbr.3 Peta
kontur adalah 1/200 dikalikan dengan l. Garis kontur berharga lebih rendah
nilai skala peta. mengelilingi garis kontur yang lebih
j. Penyajian indeks garis kontur pada tinggi.
daerah datar adalah setiap selisih 3 m. Rangkaian garis kontur yang berbentuk
garis kontur, pada daerah berbukit huruf "U" menandakan punggungan
setiap selisih 4 garis kontur sedangkan gunung.
pada daerah bergunung setiap selisih 5 n. Rangkaian garis kontur yang berbentuk
garis kontur. huruf "V" menandakan suatu
k. Satu garis kontur mewakili satu lembah/jurang
ketinggian tertentu..
Gambar 345. Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai
Gambar 351. Bentuk, luas dan volume daerah genangan berdasarkan garis kontur.
Penarikan garis kontur berdasarkan titik yang sama tinggi. Interpolasi linear bisa
perolehan posisi titik-titik tinggi (spots dilakukan dengan cara : taksiran, hitungan
Penarikan garis kontur diperoleh dengan Titik-titik dengan ketinggian yang sama,
Rumus umum :
n−2 n−2
∑V =
h r= r=
A + A + 4 2 A + 2 2 A ….(i)
3 0 N ∑
r=0
2r+1 ∑
r=0
2r
atau
Garis-garis kontur pada peta topografi dapat Dalam pengerjaan teknik sipil, antara lain
digunakan untuk menghitung volume, baik diperlukan perhitungan volume tanah, baik
volume bahan galian (gunung kapur, bukit, untuk pekerjaan galian maupun pekerjaan
dan lain-lain). timbunan. Dibawah ini secara singkat
diuraikan prinsip dasar yang digunakan
Luas yang dikelilingi oleh masing-masing
untuk bentuk-bentuk tanah yang sederhana.
garis kontur diukur luasnya dengan
Pada dasarnya volume tanah dihitung
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
388
∑ V = 2 {( A + A1 ) + ( A1 + A2 ) }
h
atas dan bawahnya serta dibatasi oleh 0
∑V = 6 ( A + 4 A1 + A2 )
Apabila bidang-bidang datar disekelilingnya
2h
0
sesuai dengan sisi bidang atas atau bawah
∑V = 3{(A + )( )}
h
disebut piramida.
0 A0 .A1 + A1 + A1 + A1.A2 + A2
Volume prisma :
Keterangan :
VR = h ( A0 + 4 Am + A1 )...............................(iv )
6 H : jarak antara dua profil yang berdekatan.
Volume piramida: Ai : diukur dengan planimeter atau dihitung
3
(
VR = h A0 + )
A0 A1 + A1 ...........................(V ) dengan cara koordinat.
Col
13.11 Bentuk-bentuk lembah dan Daerah rendah antara dua buah ketinggian.
pegunungan dalam garis
kontur Saddle
Jalan menuju puncak umumnya berada di Hampir sama dengan col, tetapi daerah
atas punggung (lihat garis titik-titik rendahnya luas dan ketinggian yang
A = deklinasi magnetis pada saat tertentu 1. Hitung sudut dari dua kenampakan
B = deklinasi pada tahun pembuatan peta alam atau lebih yang dapat kita kenali di
3. Buat grafik pada milimeter blok. untuk 5. Pindahkan setiap angka beda tinggi dan
sumbu x dipakai sekala horizontal dan jarak sebenarnya tadi sebanyak-
sumbu y sekala vertikal. banyaknya pada grafik.
4. Ukur pada peta jarak sebenarnya (jarak 6. Hubungkan setiap titik pada grafik (lihat
pada peta x angka penyebut skala peta) gambar).
dan ketinggian (beda tinggi) pada jarak
yang diukur tadi.
Berikut adalah spesifikasi minimal untuk Untuk memulai salah satu lembar kerja
aplikasi Surfer: tersebut dapat dilakukan menggunakan
• Tersedia ruang untuk program minimal menu File - New. Surfer akan menampilkan
4 MB. kotak dialog berikut:
• Menggunakan sistem operasi Windows
9.x atau Windows NT. 3.1 Surface plot
Surface plot adalah lembar kerja yang
• RAM minimal 4 MB.
digunakan untuk membuat peta atau file
• Monitor VGA atau SVGA.
grid. Pada saat awal dibuka, lembar kerja
2. Pemasangan program surfer (i nstal) ini berada pada kondisi yang masih
• Masukkan master program Surfer kosong. Pada lembar plot ini peta
pada CD ROM atau media lain. dibentuk dan diolah untuk selanjutnya
Buka melalui eksplorer dan klik disajikan. Lembar plot digunakan untuk
dobel pada Setup. mengolah dan membentuk peta dalam dua
3.2 Worksheet
Lembar worksheet memiliki antarmuka yang
Worksheet merupakan lembar kerja yang
hampir mirip dengan lembar kerja MS
digunakan untuk melakukan input data XYZ.
Excel. Worksheet pada Surfer terdiri dari
Data XYZ adalah modal utama dalam
sel-sel yang merupakan perpotongan
pembuatan peta pada surfer. Dari data XYZ
baris dan kolom. Data yang dimasukkan
ini dibentuk file grid yang selanjutnya
dari worksheet ini akan disimpan dalam file
diinterpolasikan menjadi peta-peta kontur
.dat.
atau peta tiga dimensi.
Jendela editor juga digunakan untuk serta teks. Simbolisasi yang ada pada
menangkap hasil perhitungan volume. peta ini memungkinkan peta yang
Sekelompok teks hasil perhitungan volume dihasilkan s urfer dapat dengan mudah
file grid akan ditampilkan dalam sebuah dibaca dan lebih komunikatif.
jendela editor. Jendela tersebut dapat 6. Editing peta kontur
disimpan menjadi sebuah file ASCII dengan
Editing peta kontur dimaksudkan untuk
ekstensi .txt.
mendapatkan bentuk peta kontur yang
4. GS Scripter sesuai dengan syarat-syarat pemetaan
GS Scripter adalah makro yang dapat tertentu ataupun sesuai dengan keinginan
digunakan untuk membuat sistem pembuat peta. Beberapa hal yang
otomasi dalam surfer. Dengan berkaitan dengan hal ini misalnya adalah
menggunakan GS Scripter ini tugas-tugas penetapan nilai kontur interval (Interval
yang dilakukan secara manual dapat Contour), labelling garis indeks, kerapatan
diringkas menjadi sebuah makro. Makro dari label, pengubahan warna garis indeks,
GS Scripter ini mirip dengan interpreter pengaturan blok warna kelas ketinggian
bahasa BASIC. Makro disimpan dalam lahan, dan lain-lain.
ekstensi .bas.
Gambar berikut adalah contoh penggunaan
5. Simbolisasi peta kontur interval yang berbeda dari sebuah
Dan bagan di atas dapat diketahui bahwa Desktop di atas adalah antarmuka
sebuah data pengukuran lapangan akan pertama kali saat masuk pada program
terlebih dahulu dimasukkan menjadi data Surfer. Pada saat masuk pertama kali, kita
XYZ. Selanjutnya melalui proses gridding akan menemukan lembar plot kosong.
data tersebut dapat diinterpolasi menjadi
Obyek-obyek tertentu seperti lingkaran, segi
peta kontur ataupun model tiga dimensional.
empat, titik, dan berbagai simbol dapat
Dalam proses analisis, kedua bentuk hasil
dibuat secara langsung pada lembar plot
interpolasi, yaitu peta kontur dan model tiga
tersebut. Digitasi secara langsung tersebut
dimensi, dapat dianalisis secara terpisah
menggunakan fasilitas ikon-ikon yang
ataupun bersama-sama melalui proses
tersedia pada baris toolbar (gambar 382).
overlay.
Garis Kontur
Tujuan :
Untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah
Input : Input :
Posisi Spot Heights * Tinggi Spot
(Titik-Titik Tinggi) Heights
* Jarak antar
spot heights di
Interpolasi Garis Kontur atas kertas
(Prinsip Segitiga Sebangun)
dj = di ( Tj - To) / ( Ti - To)
Gambar 383. Model diagram alir garis kontur, sifat dan interpolasinya
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
406
Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 13 mengenai garis kontur, sifat, dan interpolasinya,
maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Garis kontur adalah garis khayal yang mengubungkan titik – titik dengan ketinggian yang
sama. Tujuan pembuatan garis kontur di atas peta adalah untuk memperlihatkan naik –
turunnya keadaan permukaan tanah.
2. Aplikasi dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope ( kemiringan tanah
rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur
proyek ( bangunan ) dan perhitungan galian serta timbunan ( cut and fill ).
4. Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan dan
merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Interpolasi garis kontur
menggunakan prinsip segitiga sebangun yaitu :dj = di (Tj – To ) / ( Ti – To )
13 Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya
407
Soal latihan
Galian dan timbunan atau yang lebih di letak permukaan tanah asli dan permukaan
kenal oleh orang-orang lapangan adalah Cut tanah rencana yang disebabkan topografi
and Fill dimana pekerjaan ini sangat penting daerah yang berbeda-beda.
baik pada pekerjaan pembuatan jalan,
Sekalipun permukaan tanah asli sama
bendungan, bangunan, dan reklamasi.
dengan permukaan tanah rencana, akan
Galian dan timbunan dapat diperoleh dari tetapi tanah asli tersebut belum tentu
peta situas i yang dilengkapi dengan garis - memenuhi syarat daya dukung tanah.
garis kontur atau diperoleh langsung dari Dalam hal ini galian dan timbunan perlu
lapangan melalui pengukuran sipat datar diperhitungkan secara seksama sehingga
profil melintang sepanjang koridor jalur biaya pekerjaan konstruksi dapat dibuat
proyek atau bangunan. lebih ekonomis.
Fee t kubik, yard kubik dan meter kubik Adapun Tujuan lain dari perhitungan galian
dipakai dalam hitungan pengukuran tanah, dan timbunan sebagai berikut :
walaupun yard kubik adalah satuan yang
1. Meminimalkan penggunaan volume
paling umum dalam pekerjaan tanah 1yd³ =
galian dan timbunan pada tanah,
27 ft³, 1 m³ = 35,315 ft³. Namum biasanya di
sehingga pekerjaan pemindahan tanah
indonesia di gunakan meter kubik sebagai
dan pekerjaan stabilitas tanah dasar
satuan dalam menentukan jumlah volume.
dapat dikurangi, waktu penyelesaian
Pada suatu proyek konstruksi, pekerjaan
proyek dapat dipercepat, dan biaya
galian dan timbunan tanah (cut and fill)
pembangunan dapat se-efisien
hampir tidak pernah dapat dihindarkan. Hal
mungkin.
tersebut diakibatkan adanya perbedaan.
14 Perhitungan Galian dan Timbunan 409
2. Untuk menentukan peralatan (alat- alat informasi grafis beserta luas dan nilai galian
berat) yang digunakan pada pekerjaan timbunannya.
galian maupun timbunan, dengan
mempertimbangkan kemampuan daya 14.3 Metode-metode perhitungan
operasional alat tersebut. galian dan timbunan
m
5
Pengukuran penampang bisa dilakukan
dengan mode teristris, fotografis ataupun
ekstra teristris. Tergantung pada jenis
pekerjaan dan kondisi medannya,
cm
10
cm
10
pengukuran penampang bisa dilakukan
cm
10
dengan cara langsung ataupun tidak
langsung menggunakan alat sipat datar,
theodolite atau alat sounding untuk
Gambar 385. Tongkat sounding
pengukuran pada daerah berair yang dalam.
d
Penampang memanjang
Gam bar penampang melintang secara rinci sungai bisa dipahami bahwa sumbu sungai
menyajikan unsur alamiah dan unsur tidak selalu merupakan bagian terdalam
rancangan sehingga digunakan sebagai sungai. Data lain yang harus disajikan pada
Prosedur pematokan:
Gambar 390. Pesawat theodolite EDM Gambar 393. Stake out pada bidang datar
14 Perhitungan Galian dan Timbunan 414
Gambar 395. Stake out beberapa titik sekaligus lokasi dimana perubahan lereng terjadi
untuk menentukan dengan teliti profil tanah.
3. Hitung ketinggian garis bidik dan hitung
Pekerjaan ini dapat dilaksanakan di
bacaan rambu pada suatu titik rencana.
lapangan memakai sebuah alat sipat datar,
4. Pasang tanda ketinggian pada patok
rambu sipat datar dan pita ukur tanah.
pengikat sumbu di kanan dan kiri rute
sesuai rencana. a. Metode potongan melintang rata-rata
A + A2
V = 1 L
2
Keterangan :
V = Volume
A1 = Luas penampang kesatu
A2 = Luas penampang kedua
L = Panjang dari luas tampang ke satu
ke luas tampang dua
L1 + L2
V = A = AL
2
V =
h
3
(A1 + A1 A2 + A2 )
V = A/3(h1 + 2S h2 + 3S h3 + 4S h4 + 5S
h5 + 6S h 6 + 7S h 7 + 8S h 8)
.
V = A/4( h1 + 2 S h2 + 3 S h 3 + 4 S h4)
Dimana :
h1 = ketinggian titik-titik yang digunakan i
kali dalam hitungan volume Gambar 401. Volume cara dasar sama– segitiga
14 Perhitungan Galian dan Timbunan 417
r pada 2S Ar berselang ;
1 <= r <= n - 1,
Untuk n = 1 diperoleh :
V = h/3 {Ao + A1 + (A0 A1)1/2}
= h/3 { Ao + (A0 A1)1/2 + A1 }
Untuk n = 1 diperoleh :
V = h/2 ( Ao + A1 )
Gambar 402. Volume cara kontur
Jenis-jenis irisan tampang melintang,
Cara garis kontur dengan rumus prisma Jenis-jenis irisan tampang melintang yang
V = h/3{ Ao + An + 4SA2r+1 + 2S A2r } biasa dipakai pada pengukuran jalur lintas
0 <= r <= 1/2( n - 2) datar irisan (tampang) datar (a) adalah yang
sesuai. Tampang tiga tingkat (b) biasanya
r pada 2r berselang ;
yang dipakai dimana keadaan tanah biasa.
0 <= r <= 1/2( n - 2).
Topografi yang bergelombang mungkin
Untuk n = 2 diperoleh r = 0, sehingga : memerlukan tampang lima tingkat (c), atau
V = h/3(Ao + A2 + 4 A1) lebih praktis sebuah tampang tak beraturan
= h/3( Ao + 4 A1 + A2). (d), tampang transisi (e), dan tampang
lereng bukit (f), terjadi dalam perubahan dari
Bila n adalah ganjil, bagian yang terakhir
galian ke timbunan pada lokasi lereng bukit.
dihitung dengan cara piramida kotak atau
cara rerata luas penampang awal dan akhir. a. Luas ujung dengan koordinat
Metode koordinat untuk menghitung luas
Cara garis kontur dengan rumus piramida
kotak : ujung dapat dipakai untuk sembarang
14 Perhitungan Galian dan Timbunan 418
volume semua benda pejal geometris besar, dibuat diagram massa. Ini adalah
yang dapat dian ggap prismoidal . penggambaran volume komulatif untuk
3. Metode luas garis tinggi (contour area Yang kedua umumnya diberikan bidang
method) persamaan, yaitu hasil desain pada satu
rancang bangun konstruksi diatas ketinggian
Volume berdasarkan garis tinggi dapat
yang tertentu, sehingga dengan demikian
diperoleh dari peta garis tinggi dengan
mungkin terjadi galian dan timbunan. Galian
pengukuran luas memakai planimeter
terjadi apabila bidang persamaanya lebih
terhadap wilayah yang dibatasi masing -
tinggi dari profil yang ada. Timbunan yang
masing garis tinggi dan mengalikan luas
lebih rendah dari profil yang ada,
perata garis tinggi yang berdampingan
sedangkan tim bunan yang terjadi apabila
dengan interval garis tinggi.
bidang persamaan lebih tinggi daripada
Selain metode-metode di atas volume dapat profil yang ada. Apabila luas semua
dicari dengan menggunakan rumus integral potongan melintang tersebut telah dihitung,
simpson, prisma, dan sebagainya. maka dengan sendirinya volume pekerjaan
a. Hitungan isi cara Simpson tersebut akan segera pula didapat yaitu
dengan metode Simpson.
Dari keempat bentuk yang memanfaatkan
potongan melintang, baik untuk bentuk b. Hitungan isi cara prisma
sederhana, seksi tiga level, kemudian seksi Sebuah prisma didefinisikan sebagai
dengan kemiringan diketahui, dan akhirnya sebuah bentuk padat (solid) yang
sisi kemiringan bukit, maka selanjutnya hasil mempunyai dua bidang paralel, baik dalam
hitungan luas (volume). Hal ini dapat ukuran tertentu atau tak tentu bentuknya.
dilakukan baik dengan menggunakan rumus Kedua permukaan ini dihubungkan oleh
Simpson ataupun rumus prisma. permukaan bidang ataupun lengkungan
Perhitungan volume dengan metode yang dari satu ujung kelainnya, misalnya
dahulu luas M yaitu potongan melintang Kontur pertama, kedua, dan ketiga,
tengah dari bentuk prisma tersebut. Patut merupakan suatu set perhitungan yang
diperhatikan bahwa luas M belum tentu akan menghasilkan volume kedua
merupakan harga rata-rata dari luas lapisan tersebut, yaitu dibatasi oleh
potongan awal dan akhir. lapisan pertama tersebut, yaitu dibatasi
oleh lapisan pertama dan ketiga. Maka
Volume pekerjaan besar
kita dapatkan untuk kedua lapisan
Hitungan dapat dilakukan dengan tersebut:
perhitungan titik-titik ketinggian atau
Volume = (2H/6) x (A1 + 4A2 + A3)
perhitungan melalui kontur. Sehingga perlu
Kalau naik lagi selanjutnya didapatkan
dilakukan pekerjaan sipat datar luas, baik
persamaan lain, yaitu :
secara langsung ataupun tak langsung.
Volume = (2H/6) x (A3 + 4A4 + A5)
1. Volume dari titik tinggi
Dalam cara A yaitu volume dengan Kalau dijumlahkan, kedua volume
menghitung titik ketinggian, maka lapisan kontur ini akan didapatkan
pengukuran yang dilakukan adalah bahwa penjumlahannya Volume total :
ukuran sipat datar luas, yaitu sipat datar
(H/3) x {A1 + A5 + 2A3 + 4 x (A2 + A4)}
luas tak langsung membuat patok-patok
Rumus di atas sangat mirip dengan
persil serta mengukur ketinggian titik
rumus Simpson yang umum, yaitu luas
sudut setiap persil.
potongan awal ditambah dua kali
2. Volume garis kontur potongan ganjil ditambah jumlah empat
Cara untuk menghitung da erah yang
kali potongan genap. Sehingga yang
luas ini adalah dengan menggunakan mudah kita dapat menghitung volume
kontur. Setelah diperhatikan ternyata
tersebut.
bentuk kontur tersebut mirip dengan
bentuk prisma. Sehingga andaikan Sumber-sumber galat
bahwa bidang yang dibentuk oleh Beberapa Galat yang biasa ada pada
sepasang kontur merupakan potongan - penentuan luas tampang dan volume
potongan yang ada dalam perhitungan pekerjaan tanah adalah:
di muka. Sehing ga volume suatu daerah 1. Membuat Galat dalam pengukuran
dapat dihitung dengan menggunakan tampang melintang
rumus prisma dengan mengambil 3 2. Kelalaian memakai rumus prismoidal
bidang kontur. dimana dibenarkan.
14 Perhitungan Galian dan Timbunan 421
14.4 Pengolahan data g alian dan Gambar 403. Penampang melintang jalan ragam 1
timbunan
berat jenis tanah. Pengembangan volume ini Atau volume tanah keadaan asli = load
dinyatakan dengan swell factor factor x volume tanah gembur.
Sw =
(B − L ) × 100 % untuk membuat badan jalan, tanggul,
L bendunga n dan lai n-lain, dengan demikian
akan terjadi perubahan volume. Volume ini
Dimana : SW = Swelling factor.
sering disebut volume penyusutan
(shringkage)
14 Perhitungan Galian dan Timbunan 424
Tabel 41. Daftar load factor dan procentage swell dan berat dari berbagai bahan
Load factor
MATERIAL Lb/BCY % Selt Lb/LCY (%)
Bauksit 3200 33 2400 75
Caliche 3800 82 2100 55
Cinders 1450 52 950 66
Karnotit, Bijih Uranium 3700 35 2750 74
Lempung, Tanah Liat Asli 3400 22 2800 82
Kering untuk digali 3100 11 2500 81
Tabel 42. Daftar load factor dan procentage swell dan berat dari berbagai bahan
b 2A = xn Xn+1 – yn xn+1
B C
atau dapat juga dinyatakan sebagai berikut:
h2
1
A m b + 2mh2 y1 y 2 y 3 y 4 y1
/ / / /
h1 x1 x 2 x 3 x 4 x1
3/12
2,5/8
2/0
1,5/10
A1 A2
6 6
0 0 3 2,5 2 0
/ / / / /
0 6 12 8 0 0
0 0 1,5 2 0
/ / / /
0 6 10 80 0
Luas 2 A2 = 0 + 9 + 20+ 0 – (0 + 0 + 0 + 0)
= 29 – 0
= 29 m 2
1
A= ( 40 + 29) = 34,50 m 2
2
14 Perhitungan Galian dan Timbunan 429
2
1,5/9
A1 A2
2,5/11 2,5/3
2/2
C
3/4
2,5/9
1,5/4
6 cm 6 cm
0/7
0/0
0/5
2/6
3/13
Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur Tanah
AlirPertemuan ke-14
Perhitungan Galian dan Timbunan
Perhitungan Galian dan Timbunan
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Pengukuran
Peta Situasi Sipat Datar Profil
dengan Garis- Galian dan Timbunan Memanjang dan
Garis Kontur Melintang di
Lapangan
meter
kubik
Total Station
Rangkuman
1. Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi dengan garis-
garis kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui pengukuran sipat datar profil
melintang sepanjang koridor jalur proyek atau bangunan.
2. Adapun Tujuan lain dari perhitungan galian dan timbunan sebagai berikut :
5. Beberapa kesalahan khas yang dibuat dalam hitungan pekerjaan tanah adalah:
a. Mengacaukan tanda-tanda aljabar dalam hitungan luas ujung memakai metode
koordinat.
b. Memakai persamaan untuk hitungan volume stasiun angka bulat padahal yang ada
adalah stasiun angka pecahan.
c. Memakai volume luas ujung untuk bentuk pyramidal atau bentuk paju
(wedgeshaped). Mencampur adukkan kuantitas galian dan timbunan.
14 Perhitungan Galian dan Timbunan 434
Soal Latihan
1. Sebutkan beberapa kesalahan khas yang dibuat dalam hitungan pekerjaan tanah?
2. Penggambaran galian dan timbunanan dilakukan pada setiap titik irisan penampang
melintang. Berikan beberapa contoh penggambaran galian dan timbunan?
3. Apa tujuan lain dari perhitungan galian dan timbunan?
4. Sebelum memulai perhitungan galian dan timbunan, pekerjaan diawali dengan
pematokan. Apa tujuan dari pematokan? Serta sebutkan cara dan prosedur-prosedur
pematokan?
5. Materi yang terdapat di alam berada dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan
baik, sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau terisi udara di antara butir-
butirnya. Apa yang terjadi jika material tersebut digali? Bagaimana cara menghitung
vulume galian dan timbunan, serta berikan contoh dan gambarnya?
435
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
1. Raster
15.1 Pengertian pemetaan digital
Merupakan format data dengan satuan pixel
(resolusi/kerapatan) ditentukan dalam
Peta adalah sarana informasi (spasial)
satuan ppi (pixel per inch). Tipe format ini
mengenai lingkungan. Pekerjaan –
tidak bagus digunakan untuk pembuatan
pekerjaan teknik sipil dan perencanaan,
peta digital, karena akan terjadi korupsi data
dasarnya membutuhkan peta-peta dengan
ketika dilakukan pembesaran atau
berbagai macam jenis tema dan berbagai
pengecilan. Contoh format data raster :
macam jenis skala
bitmap (seperti tiff, targa, bmp), jpeg, gif,
Pemetaan adalah suatu proses penyajian dan terbaru PNG.
informasi muka bumi yang fakta (dunia
2. Vektor
nyata), baik bentuk permukaan buminya
Merupakan format data yang dinyatakan
maupun sumbu alamnya, berdasarkan skala
oleh satuan koordinat (titik dan garis
peta, system proyeksi peta, serta symbol -
termasuk polygon) format ini yang dipakai
symbol dari unsur muka bumi yang
untuk pembuatan peta digital atau sketsa.
disajikan. Kemajuan di bidang teknologi
Contoh format ini : dxf (autocad), fix (xfig),
khususnya di bidang computer
tgif (tgif), dan ps/eps (postscrift).
mengakibatkan suatu peta bukan hanya
dalam bentuk nyata (pada selembar kertas,
15.2 Keunggulan pemetaan
real maps, atau hardcopy), tetapi juga dapat d igital dibanding pemetaan
disimpan dalam bentuk digital, sehingga konvensional
dapat disajikan pada layar monitor yang
Tabel 43. Keunggulan dan kekurangan pemetaan
dikenal dengan peta maya (Virtualmaps
digital dengan konvensional
atau softcopy).
Pemetaan digital Pemetaan Konvensional
Pemetaan digital adalah suatu proses Penyimpanan Skala dan standar
berbeda
pekerjaan pembuatan peta dalam format
Pemanggilan Kembali Cek manual
digital yang dapat disimpan dan dicetak
Pemutahiran Mahal dan memakan
sesuai keinginan pembuatnya baik dalam waktu
jumlah atau skala peta yang dihasilkan. Analisa Overlay Memakan waktu dan
a. Peralatan pemasukan data, misalnya lahan, data geometris dan data -data
(scanner), keyboard, disket dan lain -lain. 2. Data grafis atau peta terdiri dari peta-
b. Peralatan penyimpanan dan pengolahan peta topografi dan peta -peta tematik.
15.3 .2.2 Sistem pengubah peta analog yang relatif kecil serta kekurangan dalam
Media pemasukan ini dipilih berdasarkan berbentuk kaset, hard disk, compact disk,
informasi atribut dimasukkan kedalam tanah untuk menprediksi sifat dan ciri tanah
komputer dan dihubungkan terhadap keseluruhan area survai dalam Sistem
penyajian -penyajian grafis yang bersesuaian Informasi Geografis. Dengan kata lain PTD
dengan suatu penghubung yang unik baik adalah proses kartografi tanah secara
berupa koordinat atau identifier. Informasi digital.
atribut dan informasi grafis yang telah
Namun PTD bukan berarti
dihubungkan tersebut melalui media
mentransformasikan peta-peta tanah
perangkat lunak dan perangkat keras yang
konvensionil menjadi digital. Proses PTD
ada diharapkan lebih dapat mengoptimalkan
menggunakan informasi-informasi dari
perencanaan jaringan irigasi.
survei tanah lapangan digabungkan dengan
informasi tanah secara digital, seperti citra
15.4 Peralatan, bahan dan (image) remote sensing dan digital elevation
prosedur pemetaan d igital model. Dibandingkan dengan peta tanah
konvensional, dimana batas-batas tanah
15.4.1 Pemetaan tanah digital (disingkat
digambar secara manual berdasarkan
PTD) atau digital soil mapping pengalaman surveyor yang subyektif.
Era informasi ditandai dengan pemanfaatan Namun dalam PTD teknik-teknik automatis
teknologi komputer, teknologi komunikasi dalam Sistem Informasi Geografis
dan teknologi proses secara terintegrasi, digunakan untuk menproses informasi-
untuk mewujudkan masyarakat yang informasi tanah dengan lingkungannya.
semakin nyaman dan sejahtera. PTD dapat
a. Data spasial
didefenisikan sebagai penciptaan dan
pengisian sistem informasi tanah dengan Data spasial adalah data yang memiliki
menggunakan metode-metode observasi referensi ruang kebumian (georeference) di
lapangan dan laboratorium yang mana berbagai data atribut terletak dalam
digabungkan dengan pengolahan data berbagai unit spasial. Sekarang ini data
secara spatial ataupun non -spatial . Metode spasial menjadi media penting untuk
PTD menggunakan variabel-variable perencanaan pembangunan dan
pembentuk tanah yang dapat diperoleh pengelolaan sumber daya alam yang
secara digital (misalnya remote sensing, berkelanjutan pada cakupan wilayah
digital elevation model, peta-peta tanah) nasional, regional maupun lokal.
untuk mengoptimasi survai tanah di Pemanfaatan data spasial semakin
lapangan. Tujuan PTD adalah meningkat setelah adanya teknologii
menggunakan variabel-variabel pembentuk pemetaan digital dan pemanfaatannya pada
441
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
fasilitas untuk penampilan data grafis. terjadi reduksi tahapan proses produksi
Gambar 418. Beberapa hasil pemetaan digital, yang dilakukan oleh Bakosurtanal
sudah dapat dimanfaatkan untuk aplikasi 4. 1.662 lembar peta skala 1:25.000
SIG sebagai masukan data dasar, atau dalam bentuk cetakan dengan 5
peta-peta khusus, misalnya peta jaringan 5. Peta dalam format digital (pada
Gambar 420. Hasil Foto Udara yang dilakukan di daerah Nangroe Aceh Darussalam yang dilakukan
pasca Tsunami, untuk keperluan Infrastruktur Rehabilitasi dan Konstruksi
445
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
Gambar 421. Hasil foto udara yang dilakukan di daerah nangroe aceh darussalam yang dilakukan
pasca tsunami, untuk keperluan infrastruktur rehabilitasi dan konstruksi
Digital Elevation Model (DEM) dengan permudah dengan bantuan komputer mulai
kerapatan informasi ketinggian pada 100 x dari pembacaan data di lapangan yang
10 meter. dapat langsung di download ke komputer
untuk pelaksanaan perhitungan poligon,
I. Upaya pengamanan data pemetaan
perataan penghitungan (koreksi) dan lain-
digital
lain, bahkan sampai pada proses
Perkembangan teknologi komputer yang
pembuatan pemisahan warna secara digital
semakin cepat, canggih dan berkemampuan
sebagai bagian dari proses pencetakan
tinggi meliputi: kapasitas memori yang
peta.
semakin besar, proses data yang semakin
cepat dan fungsi yang sangat majemuk Perkembangan lainnya adalah dapatnya
(multi fungsi) serta semakin mudahnya peta -peta yang telah ada melalui proses
komputer dioperasikan melalui beberapa digitasi baik secara manual menggunakan
paket program, berdampak pula pada digitizer/mouse maupun dengan
proses pembuatan peta. Pembuatan peta menggunakan scanner menyebabkan data
secara konvensional secara te ori tis dapat di dalam peta dapat ditransfer dari peta analog
446
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
ke peta digital dan data dapat di perbaharui mengamankan data pemetaan digital
(ditambah maupun dikurangi dan lain-lain) khususnya yang menyangkut daerah rawan,
sesuai kebutuhan pengguna. obyek vital di wilayah Republik Indonesia.
selain ada peta seperti halnya peta biasa (menggunakan modem), sehingga untuk
disertai data yang telah tersimpan dalam kepentingan taktis maupun strategis
media perekam seperti magnetik tape, pihak lawan/musuh dapat sewaktu-waktu
disket, compact disc, flashdisk, hardisk, dan dimonitor di/dari tempat lain. Tentunya
lain-lain sehingga sewaktu-waktu dapat hal ini akan sangat merugikan bagi
diedit dan dicetak kembali sesuai bidang pertahanan keamanan/militer
kebutuhan. Dengan kemudahan pengolahan negara kita.
dan pemindahan dari media komputer ke
media penyimpan data seperti tersebut di c. Penggunaan peta digital yang
pihak yang tidak seharusnya boleh teknologi satelit navigasi yang sangat
tanpa mendapatkan ijin dari pemerintah teknologi satelit justru negara lain seperti
alam, dislokasi militer dan segala dan lain-lain, sehingga mereka dengan
rahasia negara. Hal ini disebabkan citra satelitnya baik untuk kepentingan
dengan berbagai teknik interpretasi citra dalam negerinya sendiri maupun untuk
dan lain-lain maka semua yang ada baik negara-negara lain. Demikian pula
ditransfer secara langsung dan secara peta tersebut. Sesuai dengan hal -hal
3. Penggunaan data peta digital tersebut permatra ataupun perbidang seperti matra
telah mendapatkan ijin dari instansi yang darat (DittopTNI-AD),matra laut (Dishidros
berwenang dan mengawasi TNI-AL),matra udara (Dissurpotrud TNI-AU),
penggunaannya. Mabes TNI (PUSSURTA TNI), Dephan
4. Penggunaan data peta digital haruslah (Ditwilhan), Bakosurtanal dan instansi
terkoordinir dengan baik, baik pemerintah lainnya, sedikit banyak telah
dilingkungan instansi pemerintah sendiri menetapkan lembaga/instansi yang
maupun pada lembaga-lembaga/perusa- berwenang dan berkompeten
haan swasta yang membutuhkannya. mengatur/mengadakan pekerjaan survei
5. Penjualan data peta digital kepada dan pemetaan. Ketentuan yang berlaku
pengguna swasta juga harus atas seijin dalam perundangan yang ada dapat
lembaga atau instansi yang berwenang diterapkan terhadap pembuatan dan
dan mengawasi data tersebut. Dalam hal prosedur untuk memperoleh, menyimpan
ini term asuk diberlakukan ketentuan maupun menggunakan data peta digital. Bila
seperti halnya larangan untuk melakukan perundangan Surta secara nasional dapat
duplikasi (copy) atau pembajakan data diberlakukan diharapkan akan berdampak
peta digital dengan pengawasan yang positif terhadap kegiatan survei pemetaan
ketat disertai sanksi hukum yang berat. wilayah nasional RI termasuk terhadap
pemetaan digital tersebut
d. Faktor yang berpengaruh terhadap
pelaksanaan pengamanan. f. Sumber daya manusia.
Dalam rangka mewujudkan kondisi Tenaga ahli yang memahami dan me-
pembuatan maupun penggunaan data nguasai tentang seluk beluk kegiatan survei
pemetaan digital seperti yang diharapkan, dan pemetaan termasuk pemetaan digital di
tidak terlepas dari kendala yang ada berupa Indonesia merupakan potensi yang
adanya faktor-faktor baik yang mendukung mendukung pelaksanaan pembuatan
maupun yang menghambat. Faktor-faktor maupun penggunaan data pemetaan digital
yang mendukung antara lain terdiri atas : seperti yang diharapkan. Terhadap mereka
perlu diberikan masukan tentang pentingnya
e. Perundang-undangan survei dan
langkah-langkah pengamanan terhadap
pemetaan yang ada.
data pemetaan digital, sebab orientasi
Walaupun perundangan Surta (Survei
mereka terutama terhadap aspek
Tanah) yang ada masih bersifat mengatur
pemanfaatan data (terutama peta) secara
kegiatan dan wewenang serta tanggung
optimal, sehingga mereka mengabaikan
jawab masing-masing lembaga/instansi,
451
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
tentang klasifikasi tersebut. Disamping itu 3. Terhadap peta -peta tematik digital yang
perlu juga dipertimbangkan untuk tidak bertemakan data militer dapat
mengadakan pengkriteriaan tertentu dipergunakan langsung oleh pihak
terhadap peta-peta yang benar -benar umum. Pada umumnya banyak juga
tergolong berklasifikasi rahasia. Selain itu peta tematik yang dibuat secara digitasi.
perlu juga dilakukan pengklasifikasian 4. Diadakan pembedaan yang jelas antara
penggunaan peta antara lain sebagai berikut peta yang hanya digunakan oleh pihak
militer dan peta mana yang boleh
1. Penetapan bahwa peta digital yang
digunakan oleh pihak lain (sipil dan
diklasifikasikan rahasia berupa hasil
swasta). Hal ini agar tidak menimbulkan
modifikasi peta topografi atau hasil
kerancuan tentang peta mana yang
pemetaan dari citra satelit dengan
tergolong rahasia dan mana yang
penonjolan data militer misalnya untuk
bukan.
kedar 1:25.000 sampai 1:100.000,
5. Dengan tersedianya tenaga/sumber
penggunaannya terbatas untuk
daya manusia yang berkwalitas dalam
lingkungan TNI dan Dephan.
penanganan pemetaan digital
2. Peta-peta lain berbagai ka dar tanpa
merupakan modal utama dalam proses
penonjolan data militer dapat
pengamanannya.
dipergunakan juga oleh instansi sipil dan
swasta sesuai prosedur yang berlaku,
dengan tingkat klasifikasi sesuai dengan
ka darnya.
453
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
BW
BV
AZ BU
BT KABUPATEN PURWAKARTA PETA DAERAH PENGAIRAN
BS
Ci
bino
ng
KABUPATEN BANDUNG
BR
PROPINSI JAWA BARAT
BQ
U
AY B P
BO
BN CIPENDEY CIKALONG WETAN
WADUK CIRATA
BM
REPEH RAPIH KERTA RAHARJA SKALA 1 : 100000
BL 5 3 1 0 1 3 5Km
AX BK
BJ
BI
KABUPATEN SUBANG
BH
BG CISARUA
AWB F C
im
al
a
PARONGPONG
BE NGAMPRAH LEMBANG
BD
BC
BB KABUPATEN CIANJUR PADALARANG
AV BA CIMAHIUTARA
AZ
AY CIMENYAN
CIMAHI TENGAH
AX CILENGKRANG
AW
AU AV
AU BATUJAJAR CIMAHISELATAN
AT KODYA BANDUNG KABUPATEN SUMEDANG
AS WADUK SAGULING
CILENYI
AR MARGAASIH
AT AQ
AP CIPONGKOR CILILIN
AO MARGAHAYU RANCAEKEK
DAYEUHKOLOT
AN
CICALENGKA
AM BOJONGSOANG
Ci tar
AS AL SINDANGKERTA
ik
ey
id
C iw
AK KATAPANG
Ciatrum CIKANCUNG
AJ
AI GUNUNGHALU
PAMENGPEUK BALEENDAH
AH
AR AG SOREANG CIPARAY
AF
AE BANUARAN MAJALAYA PASEH
AD ARUMSARI
AC
guk
Ciin
AQ AB
AA ajung
PASARJAMBU
Cik
Z CIWIDEY EBUN
Y PACET
X
AP W KABUPATEN CIANJUR
KABUPATEN GARUT
V
U
T
S
SITU PATENGAN
AO R
Q PANGALENGAN
KETERANGAN
P KERTASARI
I
SUN
Jalan Tol
AT
Rencana Tol
AM H
SEL
DKI
JalanNegara
G JalanPronpinsi
JalanKabupaten
F JalanDesa
Jalan Kereta Api SUMBER PETA RUPA BUMI BAKUSURTANAL TAHUN 2004
E
D JAWA TENGAH
AL C S A M U D R A H I N D I A
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
B Kabupaten Bandung
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung
A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1314 15 1617 18 19 20 21 22 2324 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 3839 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 7879 80 8182 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
BW
BV
AZ BU
BT KABUPATEN PURWAKARTA PETA TEKSTUR TANAH
BS
Ci
bi no
ng
KABUPATEN BANDUNG
BR
BQ
PROPINSI JAWA BARAT
U
AY BP
BO
BN WADUK CIRATA CIPENDEY
CIKALONG WETAN
AX BK
BJ
BI
KABUPATEN SUBANG
BH
CISARUA
BG
AW BF
im
al
a
C PARONGPONG
BE NGAMPRAH LEMBANG
BD
BC
BB KABUPATEN CIANJUR PADALARANG
AV BA CIMAHIUTARA
AZ
AY CIMAHITENGAH
CIMENYAN
AX CILENGKRANG
AW
A U AV
AU BATUJAJAR CIMAHISELATAN
AT KODYA BANDUNG KABUPATEN SUMEDANG
AS WADUKSAGULING
CILENYI
AR MARGAASIH
AT AQ
AP CIPONGKOR CILILIN
AO MARGAHAYU
RANCAEKEK
DAYEUH KOLOT
AN
CICALENGKA
AM BOJONGSOANG
Citar
AS AL SINDANGKERTA
ik
dey
Ciwi
KATAPANG
AK Ciatrum CIKANCUNG
AJ
GUNUNG HALU
AI
PAMENGPEUK BALEENDAH
AH
A R AG SOREANG CIPARAY
AF
PASEH
AE BANUARAN MAJALAYA
ARUM SARI
AD
AC
guk
Ciin
AQ AB
PASARJAMBU
AA Cik
ajung
Z CIWIDEY EBUN
PACET
Y
X
AP W KABUPATEN CIANJUR KABUPATEN GARUT
V
U
T
S
AO R
PANGALENGAN
Q
KETERANGAN
P KERTASARI
O Waduk
Halus
N 1
Sungai
2
Sedang
AN M
Batas a. Kabupaten
L b. Kecamatan Kasar
I JalanTol
SELA
RencanaTol
AM H D K I
Jalan Negara
JalanPronpinsi
G
JalanKabupaten
F Jalan Desa
JalanKeretaApi SUMBER PETA RUPA BUMI BAKOSURTANAL TAHUN 2004
E
D JAWA TENGAH
AL C S A M U D R A H I N D I A
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
B
Kabupaten Bandung
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung
A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 17 1 8 1 9 2 0 21 2 2 2 3 24 2 5 2 6 2 7 28 2 9 3 0 3 1 3 2 3 3 34 3 5 3 6 3 7 38 3 9 4 0 4 1 4 2 4 3 4 4 45 4 6 4 7 48 4 9 5 0 5 1 5 2 5 3 5 4 55 5 6 5 7 58 5 9 6 0 6 1 6 2 6 3 6 4 65 6 6 6 7 68 6 9 7 0 7 1 72 7 3 7 4 75 7 6 7 7 7 8 7 9 8 0 8 1 82 8 3 8 4 85 8 6 8 7 8 8 8 9 9 0 9 1 92
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Dibagian atas ada sederetan menu “pull 15.4 .4.3 Menyiapkan digitizer
Digitizer yang baru umumnya dilengkapi 3. Persis di bawahnya ada dua tombol opsi
dengan Wintab dri ver yang dapat dikenali yang akan aktif begitu kita memilih
oleh Windows. Jika digitizer telah dapat Wintab Digitizer, yakni opsi "Digitizer
digunakan pada sistem operasi Windows, only" dan "Digitizer and mouse". Pilihan
AutoCAD otomatis dapat membaca peranti pertama akan menonaktifkan mouse dan
digitizer tersebut. pointer yang berlaku hanya digitizer.
Sementara pada pilihan kedua, baik
Digitizer dalam hal ini dapat kita pasang
mouse maupun digitizer akan sama-
bersama-sama dengan mouse yang sudah
sama dapat digunakan. Apa pun yang
ada. Jika mouse pada COMl, digitizer dapat
kita pilih, tidak menjadi masalah. Namun
kita pasang pada COM2.
jika pada saat kalibrasi tablet kita
Setelah digitizer terbaca oleh sistem operasi mengalami kesulitan karena kendali
Windows, pada AutoCAD ikuti langkah kursor berpindah-pindah terlalu dinamis
instalasi berikut. antara mouse dan digitizer, pilihlah
1. Klik Tools > Option > System, akan terlebih dahulu "Digitizer only".Klik OK
muncul kotak dialog yang salah satu untuk mengakhiri sesi ini.
kita beri koordinat A(0,0), B(3000,0), Jika perlu dengan operator yang berbeda,
sehingga kita dapat melakukan analisis
C(3000,2000), dan D(0,2000). Oleh karena
jarak AB pada kertas adalah 30 cm, gambar statistik. Makin banyak data, alias makin
banyak sample, akan semakin memperkuat
tersebut berskala 1:1000.
Tempatkan grid tersebut di atas meja validitas pengujian.
Tabel 44. Contoh keteranga n warna gambar Langkah pertama, kita buat terlebih dahulu
No. Nama Warna Jenis bingkai luar petanya dengan langkah-
Layer Garis langkah berikut.
1. Bingkai Black Continuous 1. Aktifkan layer "Bingkai" (jadikan current
2. Grid Black Continuous layer).
3. Jalan_Arteri Red Continuous 2. Klik menu Draw > Line. Kita gunakan
4. Jalan_Kolektor Magenta Continuous line agar tiap sisi peta menjadi satu
Dengan langkah 1 hingga 4 di atas, kita 2. Klik menu Draw > Polyline atau (Line).
sudah membuat bingkai peta, yang dalam 3. Pada perintah "Specify start point":,
hal ini kebetulan bukan berbentuk persegi. dengan mouse (atau digitizer) klik di
Pada peta rupa bumi Bakosurtanal, garis - sembarang tempat pada layar.
garis yang digambarkan secara penuh 4. Berikutnya, pada perintah "To point:"
adalah garis gratikul, yakni garis lintang dan ketikkan @375<0 lalu Enter, dan sekali
bujur (pada peta tergambar sebagai garis lagi akhiri dengan Enter.
tipis warna biru), tergambar ti ap jarak 1 5. Lakukan hal yang sama sekali lagi.
menit. Jika kita menggunakan garis -garis ini Namun pada langkah ketiga, ketikkan
sebagai referensi kalibrasi digitizer, kita @375<90.
harus menghitung terlebih dahulu 6. Geser (dengan perintah Move) salah
koordinatnya dalam sistem UTM dengan satu garis tersebut ke garis lainnya
hitungan transformasi koordinat. sedemikian hingga titik tengah kedua
garis bertemu. Gunakan alat bantu
Grid dengan koordinat metrik (UTM)
osnap "mid".
diinformasikan hanya sebagai tik (sepotong
7. Gunakan perintah Block, jadikan tanda
garis kecil) pada sisi-sisi peta, tiap jarak
silang tersebut sebagai block dengan
1000 m. Pada peta tik ini digambar dengan
nama GRID .
garis hitam. Angka-angka absis ditampilkan
pada sisi bawah, sedangkan angka-angka
ordinat pada sisi kanan.
menggambarkan grid-grid ini tidak dalam 1. Gunakan perintah Insert > Block.
garis penuh, melainkan dalam bentuk cross 2. Pada kotak dialog pilihlah nama blok
grid (tanda plus). Caranya seperti langkah- GR ID, dan pada kotak insertion point
langkah berikut. nonaktiflcan kotak specify on screen,
1. Aktifl kan layer GRID.
460
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
atas. Oleh karena itu, jumlah rows "menjiplak" semua detail peta satu per satu
dengan 13 dan columns dengan 14. ke layar monitor. Inilah proses digitasi.
Gambar 431. Digitasi jalan arteri dan jalan lokal, (a) peta asli, (b) hasil digitasi
jalan, kotak kecil adalah vertex (tampil saat objek terpilih).
Untuk detail garis, seperti sungai, jalan, 1. Klik menu Modify > Offset.
batas vegetasi, batas perkampungan, garis 2. Pada pilihan "Specify offset distance or
pantai dan sebagainya, kita harus [Through]" pilih Through dengan
melakukan tracing garis-garis tersebut. mengetikkan T lalu Enter atau cukup
Misal : tekan Enter karena posisi standard
1. Aktifkan layer "Jalan_Arteri". pilihannya adalah Through.
2. Kita akan mendigitasi garis jalan dengan 3. Pilih objek garis jalan pada saat muncul
polyline 2D. Oleh karena itu, klik menu "Select object to offset".
Draw > Polyline. 4. Pada prompt "Specify through point",
3. Pada perintah "Specify start point", tempatkan pointer digitizer tepat pada
tempatkan pointer pada titik awal salah sisi kid j alan, lalu klik OK.
satu sisi jalan arteri, klik tombol OK 5. Tepat di posisi tersebut mestinya akan
pointer. tergambar sisi kiri jalan yang paralel
4. Selanjutnya pindahkan ke titik 2, 3, dan dengan sisi kanannya. Untuk mengakhiri
seterusnya, klik OK pada setiap titik . perintah offset, tekanlah Enter.
Setelah langkah-langkah di atas, di layar
Dua sisi jalan telah tergambar. Sekarang
akan tergambar ruas jalan yang baru saja
akan kita coba untuk menggambar ruas
didigitasi (jalan arteri sisi kanan jalan). Oleh
jalan lokal yang menyambung ke jalan arteri
karena kedua sisi jalan paralel, untuk sisi
tersebut. Caranya:
lainnya dapat di-offset dari sisi yang baru
digambar.
462
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
1. Muka peta dan Informasi tepi menggunakan sistem koordinat terten tu.
Satu lembar peta terdiri atas muka peta Di Indonesia, sistem proyeksi peta yang
dan informasi tepi. Muka peta adalah pernah digunakan adalah LCO (
area, pada umumnya persegi, yang Lambert Connical Orthomorphic)
memuat detail peta, sedangkan misalnya pada peta-peta zaman
informasi tepi adalah segala bentuk penjajahan Belanda, UTM (Universal
informasi yang ditampilkan di luar muka Transverse Mercator) misalnya peta
peta Topografi/ Peta Dasar Nasional skala
kecil dan Bakosurtanal (Badan
Informasi tepi lazimnya terdiri atas judul
Koordinasi Survei dan Pemetaan
peta, lokasi daerah pemetaan, nomor
Nasional), dan TM3 (Transverse
lembar peta, skala peta, petunjuk arah
Mercator 3º) yakni pada peta-peta skala
utara peta, indeks lembar, legenda,
besar dari BPN (Badan Pertahanan
keterangan dan catatan, serta koordinat
Nasional).
peta.
4. Penyajian Detail
2. Skala Peta
Penyajian detail merupakan hal penting
Informasi skala peta dapat ditampilkan
yang menyangkut teknik dan seni
secara numeris (angka perbandingan
menyampaikan informasi, selain tentu
jarak di peta dengan jarak dilapangan)
saja harus memperhatikan akurasinya.
dan atau dalam bentuk skala grafis,
Sajian detail yang banyak tidak selalu
yakni skala yang digambarkan dengan
berkonotasi baik, karena peta akan
penggalan garis dan nilai panjang
nampak terlalu padat dan tidak
sebenarnya di lapangan. Skala numeris
informatif. Pada peta digital,
lebih mudah dibaca (tanpa harus
pengelolaan informasi ini dapat dikelola
mengukur) namun jika peta diperkecil
lebih baik, karena setiap kelompok
atau diperbesar ( misalnya dengan
informasi dapat disimpan pada layer
fotocopy), informasi skalanya menjadi
berbeda dan secara instan dapat di
tidak benar. Hal tersebut berbeda
atur informasi mana yang harus
dengan skala grafis, yang informasinya
ditampilkan dan mana yang harus
tetap benar saat peta diperkecil maupun
“disembunyikan”. Dalam teknik
diperbesar.
penyajian, ini dikenal beberapa kaidah
3. Proyeksi Peta dan Sistem Koordinat berikut ini .
Sistem koordinat yang digunakan dapat
berupa koordinat lokal atau
465
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
Model
Model Diagram Diagram
Alir Ilmu Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-15
Pemetaan
Pemetaan Digital
Digital (Digital Mapping)
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Peta Geologi, Peta Hidrologi, Peta Topografi, Peta Situasi, Peta Gempa, Peta Tata Guna
Lahan, Peta Jaringan Prasarana dan Sarana
Peta-Peta
Peta-Peta Pekerjaan Teknik Sipil Berbagai Macam
Tematik
Skala
Demand :
Sistem Pemetaan yang cepat, tepat, murah dan mudah untuk revisi
Pemetaan Digital
Proses Konversi
Peta Analog Peta Digital
(Digitalisasi)
Keyboard
Scanner
Numerical Processor
Processing System
Random Acces
Memory
Hardware
Hard Disk
Flash Disk
Softcopy
Screen
Otomatisasi Peta
Features
Pemetaan Digital
Skala peta tidak berperan
Absolute Coordinate Input
CAD
Relative Coordinate Input Software
Software
Computer
Programmer Engineer
Brainware
System Analyst
Geodetic Engineer
Rangkuman
1. Peta adalah sarana informasi (spasial) mengenai lingkungan. Pemetaan adalah suatu
proses penyajian informasi muka bumi yang fakta (dunia nyata), baik bentuk permukaan
buminya maupun sumbu alamnya, berdasarkan skala peta, system proyeksi peta, serta
symbol -symbol dari unsur muka bumi yang disajikan.
2. Pemetaan digital adalah suatu proses pekerjaan pembuatan peta dalam format digital
yang dapat disimpan dan dicetak sesuai keinginan pembuatnya baik dalam jumlah atau
skala peta yang dihasilkan. Format digital terdiri dari 2 macam, yaitu:
a. Raster
b. Vektor
3. Di bawah ini terdapat beberapa keunggulan dan kekurangan pemetaan digital dengan
konvensional , yaitu:
4. Pemetaan digital terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, tenaga kerja, dan
perangkat intelegensia. Terdapat beberapa tahapan dalam pemetaan digital, yaitu:
a. Membangun basis geografi,
- Resolusi peta dan akurasi yang tersaji pada basis lahan geografi
- Tampilan untuk topografi kajian.
b. Informasi sistem geologi terdiri dari batas batuan, nama batuan, sesar, kekar, dan
morfologi,
c. seluruh data yang dibutuhkan dimasukkan kedalam bentuk digital.
469
15.Pemetaan Digital (Digital Mapping)
Soal Latihan
Jadi SIG atau GIS merupakan suatu sistem manipulasi data yang bereferensi geografi
Garis (arc) bila dua titik saling dihubungkan (updating) yang efisien, menganalisis hasil
membentuk objek linear. Setiap garis yang dikeluarkan untuk kegunaan yang
mempunyai awal node dan akhir node,dan diinginkan dan merencanakan aplikasi.
luasan (poligon) bila suatu garis tertutup
Beberapa contoh pembaruan peta di daerah
yang berawal dan berakhir pada node yang
Nangroe Aceh Darussalam sebelum
sama, dalam bentuk vector ataupun raster
bencana Tsunami
yang mewakili geometri topologi, ukuran,
bentuk, posisi dan arah.
tersebut sehingga mengarah kebentuk SIG. cukup besar dari pada pengadaan
Komponen piranti lunak baik dari sisi macam perangkat keras dan lunak.
dan kemampuannya sering berbeda satu
Untuk menyusun suatu basis data awal
sama lain, tergantung selera masing -masing
yang lengkap akan dibutuhkan waktu
pembuatnya, yang terpenting bagi
yang lama, terutama didaerah yang luas
pengguna harus dapat memilih sesuai
dan masalahnya sangat kompleks akan
dengan kebutuhan. Hal ini akan ditentukan
membutuhkan waktu beberapa bulan
oleh bentuk data dan sumbernya serta
hingga kemungkinan beberapa tahun.
kemampuan analisis yang diinginkan.
Tingkat kekomplekskan permasalahan
Bentuk dan sumber data perlu mendapat
akan sangat mempengaruhi jumlah
perhatian yang serius, karena biaya dalam
waktu yang diperlukan, oleh karena itu
SIG sering didominasi oleh proses
bila waktu yang tersedia relatif singkat
pemasukan data.
maka tujuan SIG harus di buat
a. Persiapan dan Pemasukan Data sederhana. Hal yang penting mendapat
perhatian bahwa agar SIG dapat
Bentuk kegiatan persiapan mencakup
bermanfaat secara langsung, sesuai
dua unsur utama (a). Konversi data
produk yang di rancang maka suatu
kedalam format yang diminta perangkat
proyek SIG harus menyediakan biaya
lunak, baik dari data analog maupun dari
mulai dari persiapan awal untuk
data digital lain, dan (b) Identifikasi dan
pengumpulan data hingga proses akhir
spesifikasi lokasi obyek dalam data
untuk dapat menghasilkan produk
sumber. Tahap ini bertujuan
berbentuk tampilan informasi sesuai
mengkonversi data dari bentuk yang ada
yang di inginkan.
menjadi bentuk yang dapat dipakai
dalam SIG. Namun pemasukan data Dengan berbagai alasan yang di uraikan
sering merupakan masalah yang khusus diatas, metode pemasukan data dan
dan kadang -kadang merupakan kualitas data baku sebaiknya
penghalang utama dalam penerapan dipertimbangkan secara hati -hati sejak
suatu SIG. Dengan alasan-alasan seperti awal. Sebelum data dimasukan
mahalnya pembelian perangkat keras sebaiknya dievaluasi beberapa hal yang
dan lunak, tetapi dalam kenyataannya berkaitan dengan data tersebut, seperti
sering terjadi bahwa pembentukan basis pengolahan yang akan dilakukan, tingkat
data (database) memerlukan biaya yang keakuratan, dan bentuk keluaran data
yang diinginkan. Hal diatas menunjukan
16 Sistem Informasi Geografis 477
Gambar 456. GPS type NL 14 fixed adapter Struktur data yang telah ada dalam suatu
SIG perlu mendapat perhatian, terutama
pada saat akan menggabungkan data baru
yang berasal dari sumber lain. Perbedaan
format data antara yang sudah ada dalam
komputer dengan yang akan dimasukan
akan menjadi masalah. Untuk
mempersamakan format data diperlukan
kesepakatan, atau koordinasikan.
1. Dengan digitasi manual atau semi- Pertimbangan lain adalah orientasi kursor,
misalnya tidak ada garis atau simbol ; gelap secara manual, misalnya untuk mencari
atau putih). sungai yang tidak terlihat pada peta.
Dengan menyiam peta dan selanjutnya
Proses penyiaman walaupun cepat, juga
ditumpang -tidihkan dengan inderaja maka
mempunyai kelemahan khus usnya untuk
kenampakan sungai pada peta dapat
data-data yang kompleks sehingga
dilengkapi.
membutuhkan persiapan yang menyeluruh,
diantaranya peta harus bersih, tidak boleh 6. Pemasukan data dengan konversi data
ada obyek yang meragukan . untuk digital lain
keperluan tersebut sering juga peta harus Data yang sudah terdapat dalam bentuk
digambar kembali. digital merupakan salah satu sumber utama
data digital di masa yang akan datang
Dikenal dua macam penyiam yaitu penyiam
seperti data penginderaan jauh dan data
type datar (flat-bed scanner ) yang terdiri dari
hasil penyiaman. Umumnya setiap piranti
bebarapa model antara lain type datar
lunak SIG dapat mengkonversi data tersebut
(flatbed), dan type yang dapat dipegang
minimal kedalam bentuk data baku yang
(handheld scanner ), dan penyiam type
dikenali hampir semua piranti lunak
tabung (drum-scanner type) terdiri atas
misalnya data dalam format BMP, TIFF.
model type sheetfed salah satunya.
7. Pemasukan data m elalui papan ketik
5. Pemasukan Data dengan digitasi layar
Komputer (Screen -digitizing) Pemasukan data dengan cara
menggunakan papan ketik (key-board)
Pemasukan data melal ui layar ini mirip
relative mirip dengan prosedur koordinat
dengan pendekatan pemasukan koordinat
geometri, hanya saja dalam prosedur ini
geometri karena konsepnya didasarkan
lebih ditekankan pada pemasukan data
perhitungan matematis. Beberapa SIG yang
atribur (data non-garfik) dan anotasi peta.
ada sekarang mempunyai kemampuan
Data ini langsung diterima komputer
digitasi layar tersebut. Prosedur kerja ini
sebagai bagian dari SIG. data ini juga dapat
memberikan kemudahan yang
dimasukan belakangan ke dalam basis data
menguntungkan bila digunakan pada data
SIG setelah di edit sesuai dengan
penginderaan jauh, karena dapat dilakukan
keperluan SIG. anotasi peta biasanya
delineasi di atas l ayar secara langsung.
dimasukan dengan bentuk ketikan (key
Penerapan metoda digitasi layar ini dalam entry) dan diletakan pada citra (gambar) di
penginderaan jauh, dapat diguna kan untuk komputer melalui perintah -perintah yang
mendeteksi kenampakan obyek tertentu bersifat interaktif. Perkembangan
16 Sistem Informasi Geografis 485
pemasukan data melalui papan ketik ini - Ketelitian tidak bergantung pada skala
pada periode pertengahan 1990-an sudah peta
mulai berkurang khususnya dengan - Kemampuan untuk mendigitasi objek-
semakin berkembangnya penggunaan objek di lapangan yang berukuran kecil
mouse. yang umumnya tidak nampak pada
peta, atau tidak dapat diidentifikasi
8. Pemasukan data dari GPS (Global
pada foto udara atau citra satelit
Positioning System)
spesifik. Informasi yang terekam biasanya membutuhkan ruang terbuka dan tidak
disajikan dalam bentuk koordinat lokasi dan boleh ada penghalang untuk penerima
berbentuk titik biasanya diolah dengan - Data yang direkam pada daerah
bentu k segmen seperti data kontur atau yang berbukit, akan menghasilkan
Tabel 47. Pendigitasian Konvensional di banding Kendala utama pada GPS adalah ketidak
pendigitasian GPS
mudahan dalam pemrosesannya.
Konvensinal GPS
Walaupun penangkapan dan pengumpulan
- Ketelitian -Ketelitian tidak
tergantung skala bergantung skala data relatif mudah tetapi jika hasil analisis
yang diinginkan berkualitas tinggi maka
proses perhitungannya juga sulit, sehingga
- Cocok untuk - Cocok untuk
operator yang dibutuhkan harus
pengkoleksian pengkoleksian dat
mempunyai pengetahuan yang lebih dari
data secara besar- secara selektif
besaran pada sekedar operator biasa.
(peta) dalam jumlah besar, maka biaya sederhana, dan tidak mempunyai informasi
total proses penggambaran kembali ini ekstra seperti: simbol-simbol grafik atau
tidak akan membebani biaya total digitasi, teks. Peta yang terdiri dari bermacam-
dalam hal ini ada 3 alasan utama, yaitu: macam garis berwarna dan mempunyai
jumlah garis yang banyak, selain
1. Penggambaran kembali secara manual
pengerjaannya rumit juga akan
di lakukan oleh juru gambar tingkat
membutuhkan memori komputer yang lebih
bawah, sehingga pembiayaannya akan
besar. Selain itu dalam pekerjaan ini akan
rendah karena tidak membutuhkan
diperlukan proses perbesaran kelompok
keahlian khusus.
obyek tertentu (terutama jiak ditentukan
2. Pelaksanaan digitasi akan dilakukan
resolusi yang diperlukan) sehingga volume
lebih cepat jika peta telah bersih dan
produksi juga akan berpengaruh dalam
konsisten. Berdasarkan pengalaman,
proses ini. Umumnya jika terdapat
dibutuhkan waktu yang banyak untuk
pekerjaan dalam jumlah besar maka biaya
melakukan pengeditan atau perbaikan
peralatan juga mudah diperhitungkan.
digitasi peta yang rumit.
Sehingga pemanfaatan penyiam juga dapat
3. Jika peta yang akan didigitasi lebih
efektif jika volume data yang dihasilkan
sederhana dari informasi yang tersedia
besar.
dalam bentuk peta maka
penggambaran objek diperlukan Digitasi secara manual cenderung lebih
(dilakukan pemilihan data ), karena hal mahal bila peta yang digunakan mempunyai
ini lebih efisien dibandingkan jumlah unit (polygon) sediki t dan tidak
pengeditan dilakukan bersamaan dalam bentuk yang mudah di siam. Peta-
dengan proses digitasi peta yang mengandung banyak informasi
tambahan, yang memerlukan interprestasi
Karena sistem penyiaman bersifat otomatis,
atau yang memerlukan penyesuaian saat
maka akan dibutuhkan staf ahli yang
pengkodean, atau mengandung sedikit
khusus. Hal ini disebabkan untuk perawatan
obyek, umumnya tidak terlalu penting untuk
alatnya yang relatif kompleks dan juga
disiam, karena tidak efisien.
karena piranti lunaknya lebih canggih, dan
lebih banyak tahapan yang perlu diketahui. Dengan kenyataannya bahwa kedua pilihan
Peralatan juga pada umumnya lebih mahal pemasukan data yang masing-masing
di bandingkan meja digitizer biasa. masih mengandung masalah, teknik
Penyiaman dapat bekerja dengan baik jika pemasukan data yang lain sebagai alternatif
peta-peta yang dipakai sangat bersih, sangat diperlukan. Dari sisi teknik
16 Sistem Informasi Geografis 488
Walaupun SIG dapat bekerja dengan SIG dari peta adalah dalam mendekati
sesuai dengan tujuan spesifikasi dari tiga, karena SIG dapat menampilkan
penggunaan suatu SIG, maka macam data gabungan berbagai data sedemikian rupa
yang utama adalah data berbentuk sehingga mirip keadaan sebenarnya yang
• Titik mata air, sungai, dan danau berbeda, tetapi terdapat pada lokasi yang
Adakalanya data yang ada pada setiap seperti penggunaan lahan, daya dukung
wilayah, pencemaran lingkungan dan lain
lapisan dipisahkan berdasarkan bentuknya
seperti: titik, garis, dan area atau dengan sebagainya. Pelapisan berdasarkan tema
juga dapat dilakukan berdasarkan tingkat
memberikan identitas yang berbeda pada
satu lapisan yang sama. Pembagian tema prioritasnya. Pembuatan peta dengan
klasifikasi tingkat prioritas ini diperlukan
dapat juga dilakukan berdasarkan waktu.
khususnya untuk produk analisis sehingga
Misalnya untuk data penggunaan lahan
tahun 2000, tahun 2005 dan tahun 2007. memudahkan pengambilan keputusan
BW
BV
AZ BU
BT KABUPATEN PURWAKARTA PETA CURAH HUJAN
BS
Ci
bi
no
ng
KABUPATEN BANDUNG
BR PROPINSI JAWA BARAT
BQ
U
AY BP
BO
BN CIPENDEY CIKALONG WETAN
WADUKCIRATA
BM
REPEH RAPIH KERTA RAHARJA SKALA 1 : 100000
BL 5 3 1 0 1 3 5Km
AX BK
BJ
BI
BH KABUPATENSUBANG
CISARUA
BG
AWBF im
al
a
PARONGPONG
C
BE NGAMPRAH LEMBANG
BD
BC
BB KABUPATEN CIANJUR PADALARANG
AV BA CIMAHI UTARA
AZ
AY CIMENYAN
CIMAHI TENGAH
CILENGKRANG
AX
AW
AU AV
AU BATUJAJAR CIMAHI SELATAN
AT KODYA BANDUNG KABUPATEN SUMEDANG
AS WADUK SAGULING CILENYI
AR MARGAASIH
AT AQ
AP CIPONGKOR
CILILIN
AO MARGAHAYU RANCAEKEK
DAYEUHKOLOT
AN
CICALENGKA
AM BOJONGSOANG
Cita
AS AL rik
ey
SINDANGKERTA
id
C iw
AK KATAPANG
CIKANCUNG
Ciatrum
AJ
GUNUNG HALU
AI
PAMENGPEUK BALEENDAH
AH
AR AG SOREANG
CIPARAY
AF
PASEH
AE BANUARAN MAJALAYA
ARUM SARI
AD
AC
guk
Ciin
AQ AB
ng
AA Cik
aju PASARJAMBU
Z CIWIDEY
EBUN
PACET
Y
X
AP W KABUPATEN CIANJUR KABUPATEN GARUT
V
U
T
S
SITUPATENGAN
AO R
PANGALENGAN
Q KETERANGAN
KERTASARI
P
Waduk < 1500 mm/thn
O
SITU CILENCA
N 1
2 Sungai (1500 - 2000) mm/thn
AN M
Batas
a. Kabupaten (2000 - 2500) mm/thn
L b. Kecamatan
DKI
(3500 - 4000) mm/thn
Jalan Negara
G Jalan Pronpinsi
> 4000 mm/thn
Jalan Kabupaten
F JalanDesa
Jalan Kereta Api
SUMBER PETA RUPA BUMI BAKUSURTANAL TAHUN 2004
E
D JAWA TENGAH
AL C S A M U D R A H I N D I A
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
B Kabupaten Bandung
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung
A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 12 13 1 4 1 5 1 6 17 1 8 1 9 20 2 1 2 2 2 3 24 25 2 6 2 7 2 8 29 30 3 1 3 2 33 34 3 5 3 6 37 38 3 9 4 0 41 42 4 3 4 4 4 5 46 47 4 8 4 9 5 0 51 5 2 5 3 5 4 55 56 5 7 5 8 59 60 6 1 6 2 63 64 6 5 6 6 6 7 68 69 7 0 71 72 73 7 4 7 5 76 77 7 8 7 9 8 0 81 82 8 3 8 4 85 86 8 7 8 8 89 90 9 1 9 2
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Gambar 463. Peta kedalaman tanah efektif di daerah jawa barat Bandung
BW
BV
A Z BU
BT KABUPATEN PURWAKARTA PETA CURAH HUJAN
BS Ci
bi no
ng
KABUPATEN BANDUNG
BR PROPINSI JAWA BARAT
BQ
U
AY BP
BO
BN WADUK CIRATA CIPENDEY
CIKALONGWETAN
AX BK
BJ
BI
BH KABUPATEN SUBANG
CISARUA
BG
AWBF la
Cima PARONGPONG
BE NGAMPRAH LEMBANG
BD
BC
BB KABUPATEN CIANJUR PADALARANG
AV BA CIMAHIUTARA
AZ
CIMENYAN
AY CIMAHITENGAH
CILENGKRANG
AX
AW
AU AV
AU BATUJAJAR CIMAHI SELATAN
AT KODYA BANDUNG KABUPATEN SUMEDANG
AS WADUK SAGULING
CILENYI
AR MARGAASIH
A T AQ
AP CIPONGKOR CILILIN
AO MARGAHAYU RANCAEKEK
DAYEUH KOLOT
AN
CICALENGKA
AM BOJONGSOANG
Cit
AS AL SINDANGKERTA
ari k
ey
wid
AK KATAPANG
Ci
Ciatrum CIKANCUNG
AJ
GUNUNG HALU
AI
PAMENGPEUK BALEENDAH
AH
AR AG SOREANG CIPARAY
AF
PASEH
AE BANUARAN MAJALAYA
AD ARUM SARI
AC
guk
Ciin
AQ AB
AA aju
ng PASAR JAMBU
Cik
Z CIWIDEY
EBUN
Y PACET
X
AP W KABUPATEN CIANJUR KABUPATEN GARUT
V
U
T
S
AO R SITU PATENGAN
PANGALENGAN
Q KETERANGAN
KERTASARI
P
Waduk <1500mm/thn
O SITU CILENCA
N 1
- -
(1500 - 2000) mm/thn
2 Sungai
AN M
Batas a.Kabupaten (2000 - 2500) mm/thn
L b. Kecamatan
Jalan Tol
T S
- AM H
- Rencana Tol
SELA
D
K
I
(3500 - 4000) mm/thn
Jalan Negara
G Jalan Pronpinsi
> 4000 mm/thn
JalanKabupaten
F Jalan Desa
Jalan Kereta Api
E SUMBER PETA RUPA BUMI BAKUSURTANAL TAHUN 2004
D JAWA TENGAH
5 6 7
A M U D R A H I N D I A
-
8 9 1 0 11 1 2 1 3 14 1 5 1 6 17 1 8 1 9 20 2 1 2 2 23 2 4 2 5 26 2 7 2 8 29 30 3 1 3 2 3 3 3 4 3 5 36 3 7 3 8 39 4 0 41 42 4 3 4 4 45 4 6 4 7 48 4 9 5 0 51 5 2 5 3 54 5 5 5 6 57 58 5 9 6 0 6 1 6 2 63 64 6 5 6 6 67 6 8 6 9 70 7 1 7 2 73 7 4 7 5 76 7 7 7 8 79 8 0 8 1 82 8 3 8 4 85 86 8 7 88 89 9 0 91 92
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung
53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
- -
Gambar 464. Peta curah hujan di daerah Jawa Barat-Bandung
- -
16 Sistem Informasi Geografis 491
Gambar 465. Peta pemisahan data vertikal dipakai untuk penunjukan kawasan hutan dan perairan Indonesia
- Secara umum batas tile ditentukan sudah ada, yang biasanya berukuran kertas
sehingga dapat menghasilakan system A1 (± 60 x 80 cm ), dapat dipakai sebagai
basis-data yang stabil dan patokan
meningkatkan penggunaan dan kinerja
Dalam beberapa sistem, pemakai harus
system. Pada umumnya batas-batas
membuat dan mengatur tile -tile sebagai
grid dipakai dalam pemecahan.
cakupan area yang terpisah, dan
Adakalanya pembagian secara
menggabungkan tile-tile tersebut untuk
horizontal dibuat berdasarkan
16 Sistem Informasi Geografis 492
ke dalam SIG dan telah mendapatkan - Konversi data p eta menjadi data
- Fungsi pengolahan dan analisis data Tidak semua SIG mempunyai fungsi-fungsi
atribut atau spasial di atas. Adakalanya suatu piranti lunak
- Fungsi integrasi analisis data spasial mengembangkan kekuatannya di bagian
atau atribut tertentu saja misalnya dalam analisis atau
Cara suatu fungsi SIG diimplementasikan hanya pada disain produk, dan lain-lain.
seperti model data (data raster dan data kelompok analisis ini, Aranoff (1993)
untuk lebih jelasnya 4 kelompok di atas kawasan hutan ideal, yang diolah dan
diuraikan supaya lebih jelas selanjutnya dibandingkan
Operasi ini termasuk memilih, mencari, Dalam suatu analisis peta kelas-kelas baru
memanipulasi dan menghasilkan data tanpa dapat di buat dari kelas -kelas yang telah
perlu memodifikasi lokasi geografik obyek ada sebelumnya dan dipakai untuk
atau membuat identitas spasial baru keperluan analisis lebih lanjut. Prosedur
Operasi ini hanya bekerja dengan data yang untuk mengidentifikasi obyek menjadi
telah dimasukan ke dalam bank data (basis - anggota kelompok obyek berdasarkan
data). Pembuatan peta tertentu dengan kriteria tertentu atau sebagai klasifikasi.
tema terbatas dari peta yang telah ada Beberapa bentuk fungsi klas ifikasi di
dalam arsip sebelumnya, merupakan sediakan dalam setiap SIG. Dalam kasus
contoh operasi ini. Misalnya melihat peta lapisan data tunggal, klasifikasi termasuk
16 Sistem Informasi Geografis 495
bagian standar dari semua paket pera ngkat Unsur-unsur target dan unsur-unsur
lunak SIG. Setiap tipe operasi mempunyai tetangga umumnya disimpan dalam
kelebihan dan kekurangan tertentu karena satu lapisan atau lebih
dalam pelaksanaannya operasi tersebut
berkaitan dengan tipe variabel yang dipakai
(nominal, ordinal, interval dan r asio)
16 Sistem Informasi Geografis 497
Tabel 48. Beberapa fungsi tetangga sederhana Untuk memberikan gambaran yang lebih
menyeluruh, dapat dinyatakan bahwa setiap
No Fungsi Uraian Aplikasi
bentuk data geografis harus mempunyai
1 Rata-rata Nilai rata-rata Kerapatan
atau dari tetangga kejahata informasi yang terdiri dari 4 komponen yaitu:
kerapatan n,tingkat
- Posisi Geografis
2 Diversitas Nilai standar pendapat
an, Suatu bentuk data keruangan atau lebih
deviasi
3 Mayoritas/ Nilai yang paling kerapatan dikenal sebagai data spasial, posisi ini dapat
spesies
minoritas sering muncul disajikan dalam berbagai bentuk antara lain:
atau paling dalam koordinat kartesian atau azimuth,
jarang Dominasi
spesies dalam hubungan identifikasi ketetangga,
4 Maksimum/ Nilai maksimum
Minimum atau minimum dalam suatu hubungan lokasi linier, dalam
flora, dll
dari lingkungan suatu ruang tertentu, dalam kode nama
5 Lebih Nilai tempat tertentu, atau ber eferensi ke obyek
besar/kecil perbandingan
tertentu
dengan
tetangga Suatu SIG memerlukan sistem koordinat
6 Total Hasil yang berlaku bersama untuk suatu set data,
(penjumlah penjumlahan terutama untuk data yang akan digunakan
an) pada beberapa
bersama. Untuk daerah studi yang sempit,
lokasi tetangga
sistem koordiant yang dipakai dapat bersifat
lokal saja atau dalam hal ini koordinatnya
bersifat relatif, tetapi untuk daerah yang
Data Geografis luas, maka harus dipakai suatu sistem
Obyek geografis mempunyai jumlah dimensi koordinat yang berlaku secara nasional atau
berbeda-beda, tergantung dari obyek yang internasional. Untuk daerah yang luas ini
bersangkutan. Cara penyajian obyek posisi standar atau posisi absolut seperti
geografik dalam bentuk peta, penyajiannya sistem koordinat UTM (Universal Transverse
berdimensi dua dalam bentuk utama titik, Mercator) biasanya menggunakan skala 1:
garis, area yang diikatkan dengan koordinat. 50.000 atau lebih besar . Pada posisi ini
Geografis tertentu biasanya berupa peta posisi geografis yang absolut sudah direkam
ditampilkan dalam media dua dimensi cetak dengan bantuan satelit yang mampu
seperti kertas atau transfaransi yang merekam posisi secara global seperti GPS
dilengkapi legenda (Global Positioning System). Begitupun
pada pemakaian peta dengan skala peta
16 Sistem Informasi Geografis 498
atau resolusi spasial dari peta. Secara menandai bahwa pada data terdapat
umum dapat dikatakan bahwa dari segi harkat atau ranking seperti pertama,
ketepatan lokasi maupun kedetailan, peta kedua yang bersifat berurutan.Dan
yang berskala lebih besar harus lebih teliti dalam pengoperasiannya dapat
dari skala yang lebih kecil melakukan perhitungan median,
persentil walaupun belum mampu
- Atribut Geografis
memungkinkan operasi matematis.
Berfungsi menjelaskan keberadaan
c. Data interval mengacu keobyek alam
berbagai obyek sebagai data spasial, cirinya
yang mempunyai selang (minimum dan
skala bersifat dimensi jamak, disebabkan
maksimum) tertentu dan adanya interval
suatu obyek memerlukan banyak identitas.
baku tertentu, dimana interval tidak
Data ini sering dikategorikan sebagai data
mempunyai makna yang mengikat.
non spasial, karena peranannya tidak
Contoh suhu 15ºC adalah lebih dingin
menunjukan posisinya akan tetapi lebih
dibanding suhu 30ºC dan seterusnya.
bersifat penjelasan mengenai obyek atau
d. Data Ratio mempunyai ciri sama dengan
bersifat identitas, maka dari data ini sering
interval tetapi mempunyai nilai awal
muncul ketidak tepatan yang tidak dapat
mutlak (nilai nol). Semua operasi
dihindarkan . Data atribut dinyatakan menjadi
matematik angka riil dapat dioperasikan
4 bentuk yaitu:
menggunakan data bentuk ini.
a. Nominal karakter dari data ini hanya
- Waktu
bersifat membedakan antara satu
Pengetahuan mengenai keadaan
dengan yang lainnya, tanpa adanya
sebenarnya pada waktu data diperoleh akan
urutan berdasarkan harkat, akan tetapi
memberikan peluang yang sangat besar
hanya bersifat membedakan atau
terhadap peningkatan kualitas pemanfaatan
keterangan identitas dengan kata-kat
data secara benar. Hal ini berkaitan dengan
seperti pinus, hutan, kebun dan
adanya kecenderungan data berubah
lainnya.Operai yang dapat dilakukan
dengan waktu yang disebut decay rate.
dalam data ini hanya yang bersifat
Dalam hal ini pengguna an data berisiko
frekuensi, agregat namun tidak dapat
bahwa data yang digunakan sebenarnya
megoperasikan matematik (menjumlah
sudah berubah, hal ini penting karena waktu
atau mengalikan)
merupakan faktor penentu dinamika alam
b. Bentuk data ordinal setingkat lebih
sendiri terutama bila faktor manusia sudah
spesifik dari yang pertama, karena
ikut terlibat. Oleh karena itu data yang
selain bersifat membedakan biasanya
16 Sistem Informasi Geografis 499
a. Ukuran lama, yang mengacu ke selang dalam bentuk sistem pengelolaan basisdata
b. Resolusi, selang waktu dikumpulkan atau dan diakses melalui jalur tersebut.
agregasi waktu pengumpulan data, dan Keuntungan basis data dan sistem
c. Frekuensi dan kecepatan waktu pengelolaan basisdata dibandingkan
pengumpulan data . Dari pengertian yang basisdata dengan perpustakaan data secara
berbeda ini maka fungsi waktu dalam tradisional antara lain adalah:
SIG dapat juga dikaitkan dengan
- Data disimpan disuatu tempat
pen dataan, analisis, penyajian dan
- Data dapat diverifikasi dan dimasuki
pembaharuan data, dan pengontrolan
dengan cepat
kualitas.
- Data terstrukturkan, terstandarisasikan
Tabel 49. Perbandingan bentuk data raster dan dan memungkinkan penggabungan data
vektor
dari sumber yang berbeda
No Analisis Raster Vektor
- Data tersedia bagi banyak pengguna
1 Pengumpulan Cepat Lambat
Data
- Data dapat dipakai untuk berbagai
- Tambah field baru melalui menu bahwa informasi terbaik untuk lokasi yang
pulldown Edit I Add Field. Isi filed tanpa pengamatan adalah nilai dari lokasi
name dengan nama area, terdekat dari titik tersebut. Poligon thiessen
tipe”number”, width16, dan decimal umumnya dipakai untuk analisis data iklim,
place-nya 3.Kemudian tekan button seperti data curah hujan. Jika data
Ok pengamatan lokal tidak ada, maka data
- Klik menu pulldown Field I calculate stasiun terdekat akan dipakai.
sehingga muncul kotak dialog ‘ Field Poligon Thiessen dibangun disekeliling
calculator’. Pada item edit box [Area] sekelompok titik sehingga batas-batas
= ketikan [shape]. Return Area, poligon berjarak sam a ke titik-titik tetangga.
kemudian tekan button Ok. Maka Dengan kata lain, setiap lokasi dalam suatu
komputer akan menghitung sekaligus poligon adalah lebih dekat ke titik yang ada
mengisi nilai field Area. dalam poligon tersebut di banding ketitik lain
- Untuk membuat field Perimeter kli k
Poligon Thiessen, dapat digunakan dalam
menu pulldown Edit I Add Field. Isi
hubungan mendapat nilai-nilai sekeliling titik
field nama dengan perimeter, tipe
dengan pengamatan suatu individu titik,
‘number’, width 16, dan decimal
metode ini mempunyai beberapa
place-nya 3. tekan button Ok.
kelemahan, yang akan diuraikan
- Klik menu pulldown Field I calculate
diantaranya:
sehingga muncul kotak dialog ‘Field
Calculator’. Pada item edit box 1. Pembagian suatu wilayah menjadi
length kemudian tekan button Ok. poligon thiessen sangat tergantung dari
ID (Identifier) di
Informasi
Posisi X, Y Centroid / di
lain (z, ...)
dalam poligon
Struktur
Struktur Struktur
Data
Data Raster Data Vektor
Network
Struktur
Data Hirarki
* Kompleksitas Data
- Raster : Simpel
- Vektor : Rumit Struktur Data
* Data Capture Relasional
- Raster : Cepat (Modus)
- Vektor : Lambat
* Akurasi
- Raster : Kurang
- Vektor : Baik Implementasi Sistem Umpan Balik Revisi
* Resolusi (7) (8) (9)
- Raster : Terbatas
- Vektor : Detail
* Memori
- Raster : Besar Pemrograman Pembuatan Mode Fungsional
- Vektor : Kecil (6) (5)
Kategorisasi Data:
- Jenis Data Pembuatan Model Konseptual
- Tingkat Ketelitian (4)
(3)
Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 16 mengenai sistem informasi geografis , maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. SIG atau GIS merupakan suatu sistem berbasis komputer yang mampu mengaitkan
data base grafis (dalam hal ini adalah peta) dengan data base atributnya yang sesuai.
Sistem Informasi Geogafis merupakan suatu kemajuan baru dari kelanjutan pengguna
Komputer grafik Auto CAD (Computer Aided Design). Sistem Informasi Geogafis
merupakan kombinasi antara CAD dengan data base yang dikaitkan dengan suatu
pengenal unik yang sering dinamakan identifier (ID) tertentu.
5. Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software) dan prosedur untuk penyusunan pemasukkan data, pengolahan, analisis,
pemodelan (modelling ), dan penayangan data geospatial.
16 Sistem Informasi Geografis 510
Soal Latihan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1983). Ukur Tanah 2. Jurusan Hasanudin, M. dan kawan -kawan. 2004.
Teknik Sipil PEDC. Bandung Survai dengan GPS. Pradnya Paramita.
Jakarta.
Barus, B dan U.S. Wiradisastra. 2000.
Sistem Informasi dan Geografis. Hendriatiningsih, S. 1990. Engineering
Bogor. Survey. Teknik geodesi FPTS ITB.
Bandung.
Budiono, M. dan kawan-kawan. 1999. Ilmu
Ukur Tanah. Angkasa. Bandung. Hayati, S. 2003. Aplikasi Geographical
Information System untuk Zonasi
Darmaji, A. 2006. Aplikasi Pemetaan Digital Kesesuaian Lahan Perumahan di
dan Rekayasa Teknik Sipil dengan Kabupaten Bandung. Lembaga
Autocad Development. ITB. Bandung. Penelitian UPI. Bandung.
Gunarta, I.G.W.S. dan A.B. Sailendra. 2003. Marina, R. 2002. Aplikasi Geographical
Penanganan Masalah Jalan Tembus Information System untuk Evaluasi
Hutan secara Terintegrasi : Kajian Kemampuan Lahan di Kabupaten
terhadap Kebutuhan Kelembagaan Sumedang.
Stakeholders. Jurnal Litbang Jalan
Volume 20 No.3 Oktober. Departemen Masri, RM. 2007. Kajian Perubahan
Pekerjaan Umum. Bandung. Lingkungan Zona Buruk untuk
Perumahan. SPS IPB. Bogor.
Gunarso, P. dan kawan-kawan. 2004. Modul
Pelatihan SIG. Pemkab Malinau Mira, S. 1988. Poligon. Teknik Geodesi
FTSP ITB. Bandung.
Daftar Pustaka 512
Mira, S. R.M. 1988. Ukuran Tinggi Teliti . Bandung Jawa Barat). Sekolah
Teknik Geodesi FTSP ITB. Bandung. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
Melani, D. 2004. Aplikasi Geographical A Pengukuran Tinggi. Teknik Geodesi
Information System untuk Zonasi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kesesuaian Lahan Perumahan di Institut Teknologi Bandung.
Kabupaten Sumedang. Jurusan
Pendidikan Teknik Bangunan FPTK Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
UPI. Bandung. B Pengukuran Horisontal. Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan
Mulyani, S.Y.R dan Lanalyawati. 2004. Perencanaan Institut Teknologi
Kajian Kebijakan dalam Pengelolaan Bandung.
Lingkungan Jalan di Kawasan Sensitif.
Jurnal Litbang Jalan Volume 21 No.1 Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
Maret. Departemen Pekerjaan Umum. C Pemetaan Topografi. Teknik Geodesi
Bandung. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Bandung.
Parhasta, E. 2002. Tutorial Arcview SIG
Informatika. Bandung. Purworaharjo,U. 1982. Hitung proyeksi
Geodesi (Proyeksi Peta). Teknik
Purwaamijaya, I.M. 2006. Ilmu Ukur Tanah Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan
untuk Teknik Sipil. FPTK UPI. Bandung. Perencanaan Institut Teknologi
Bandung.
Purwaamijaya, I.M. 2005a. Analisis
Kemampuan Lahan di Kecamatan- Staf Ukur Tanah. 1982. Petunjuk
Kecamatan yang Dilalui Jalan Penggunaan Planimeter. Pusat
Soekarno-Hatta di Kota Bandung Jawa Pengembangan Pena taran Guru
Barat. Jurnal Permukiman ISSN : 0215- Teknologi. Bandung.
0778 Volume 21 No.3 Desember 2005.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Supratman, A.. 2002. Geometrik Jalan
Penelitian dan Pengembangan. Raya. FPTK IKIP. Bandung.
Bandung.
Supratman, A.,dan I.M Purwaamijaya . 1992.
Purwaamijaya, I.M. 2005b. Analisis Pengukuran Horizontal. Bandung.:
Kemampuan Lahan sebagai Acuan FPTK IKIP.
Penyimpangan Gejala Konversi Lahan
Sawah Beririgasi Menjadi Lahan Supratman, A.,dan I.M Purwaamijaya.
Perumahan di Koridor Jalan Soekarno- (1992). Modul Ilmu Ukur Tanah. FPTK
Hatta Kota Bandung. Jurnal Informasi IKIP . Bandung.
Teknik ISSN : 0215-1928 No.28 – 2005.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Susanto dan kawan-kawan. (1994). Modul :
Penelitian dan Pengembangan. Pemindahan Tanah Mekanis. FPTK
Penelitian dan Pengembangan IKIP. Bandung.
Sumberdaya Air. Balai Irigasi. Bekasi.
Wongsotjitro. 1980 . Ilmu Ukur Tanah.
Purwaamijaya, I.M. 2005c. Pola Perubahan Kanisius .Yogyakarta.
Lingkungan yang Disebabkan oleh
Prasarana dan Sarana Jalan (Studi Yulianto, W. 2004. Aplikasi AUTOCAD 2002
Kasus : Jalan Soekarno-Hatta di Kota untuk Pemetaan dan SIG. Gramedia.
Jakarta.
Glosarium 513
GLOSARIUM
Trivet : Bagian terbawah dari alat sipat datar dan theodolite yang dapat
dikuncikan pada
statif.
Unting-unting : Bentuk silinder-kerucut terbua t dari kuningan yang digantung di
bawah alat waterpass atau theodolite sebagai penunjuk arah titik
nadir atau pusat bumi yang mewakili titik patok.
UTM : Universal Transverse Mercator. Sistem proyeksi peta global yang
memiliki lebar zona 6 o sehingga jum lah zona UTM seluruh dunia
adalah 60 zona. Bidang perantara yang digunakan adalah silinder
dengan posisi transversal (sumbu putar bumi tegak lurus
terhadap garis normal silinder) , informasi geometrik yang
dipertahankan sama adalah sudut (konform) dan secant.
Vektor : Penyajian peta atau gambar secara digital menggunakan garis,
titik dan kurva. Ketelitian unit-unit terkecil dinamakan dengan
resolusi.
Vertikal : Garis atau bidang yang menjauhi pusat bumi.
Visual : Penglihatan kasat mata.
Waterpass : Alat atau metode yang digunakan untuk mengukur tinggi
garis bidik di atas permukaan bumi yang berkategori bermedan
datar (slope < 8 %).
WGS-84 : World Geodetic System tahun 1984, adalah ellipsoid terbaik yang
Memiliki penyimpangan terkecil terhadap geoid (lihat istilah
geoid).
Zenith : Titik atau garis yang menjauhi pusat bumi dari permukaan bumi.
Zone : Kurva yang dibatasi oleh batas -batas dengan kriteria tertentu.