TEKNIK SURVEI
DAN PEMETAAN
JILID 2
SMK
TEKNIK SURVEI
DAN PEMETAAN
JILID 2
Untuk SMK
Penulis : Iskandar Muda
Diterbitkan oleh
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
PENGANTAR PENULIS
Penulis mengucapkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT karena atas ridho-Nya buku
teks “Teknik Survei dan Pemetaan” dapat diselesaikan dengan baik. Buku teks “Teknik
Survei dan Pemetaan” ini dibuat berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dibuat,
silabus mata kuliah Ilmu Ukur Tanah untuk mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Sipil dan D3
Teknik Sipil FPTK UPI serta referensi-referensi yang dibuat oleh penulis dalam dan luar
negeri.
Tahap-tahap pembangunan dalam bidang teknik sipil dikenal dengan istilah SIDCOM
(survey, investigation, design, construction, operation and mantainance). Ilmu Ukur Tanah
termasuk dalam tahap studi penyuluhan (survey) untuk memperoleh informasi spasial
(keruangan) berupa informasi kerangka dasar horizontal, vertikal dan titik-titik detail yang
produk akhirnya berupa peta situasi.
Buku teks ini dibuat juga sebagai bentuk partisipasi pada Program Hibah Penulisan
Buku Teks 2006 yang dikoordinir oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Penulis mengucapkan terima kasih :
1. Kepada Yth. Prof.Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd, selaku Rektor Universitas
Pendidikan Indonesia di Bandung,
2. Kepada Yth. Drs. Sabri, selaku Dekan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung,
atas perhatian dan bantuannya pada proposal buku teks yang penulis buat.
Sesuai dengan pepatah “Tiada Gading yang Tak Retak”, penulis merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam proposal buku teks ini, baik
substansial maupun redaksional. Oleh sebab itu saran-saran yang membangun sangat
penulis harapkan dari para pembaca agar buku teks yang penulis buat dapat terwujud
dengan lebih baik di masa depan.
Semoga proposal buku teks ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan
penulis khususnya serta memperkaya khasanah buku teks bidang teknik sipil di perguruan
tinggi (akademi dan universitas). Semoga Allah SWT juga mencatat kegiatan ini sebagai
bagian dari ibadah kepada-Nya. Amin.
Penulis,
v
LAMPIRAN
A. Daftar Pustaka
B. Glosarium
C. DAFTAR TABEL
D. DAFTAR GAMBAR
viii
DESKRIPSI
Buku Teknik Survei dan Pemetaan ini menjelaskan ruang lingkup Ilmu ukur
tanah, pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada Ilmu Ukur tanah untuk
kepentingan studi kelayakan, perencanaan, konstruksi dan operasional pekerjaan
teknik sipil. Selain itu, dibahas tentang perkenalan ilmu ukur tanah, aplikasi teori
kesalahan pada pengukuran dan pemetaan, metode pengukuran kerangka dasar
vertikal dan horisontal, metode pengukuran titik detail, perhitungan luas, galian
dan timbunan, pemetaan digital dan sistem informasi geografis.
Buku ini tidak hanya menyajikan teori semata, akan tetapi buku ini
dilengkapi dengan penduan untuk melakukan praktikum pekerjaan dasar survei.
Sehingga, diharapkan peserta diklat mampu mengoperasikan alat ukur waterpass
dan theodolite, dapat melakukan pengukuran sipat datar, polygon dan tachymetry
serta pembuatan peta situasi.
ix
PETA KOMPETENSI
Pembelajaran
No Sub Kompetensi
Pengetahuan Keterampilan
1 Pengantar survei dan a. Memahami ruang lingkup plan Menggambarkan diagram
pemetaan surveying dan geodetic alur ruang lingkup pekerjaan
b. Memahami ruang lingkup survei dan pemetaan
pekerjaan survey dan
pemetaan
c. Memahami pengukuran
kerangka dasar vertikal
d. Memahami Pengukuran
kerangka dasar horisontal
e. Memahami Pengukuran titik-
titik detail
2 Teori Kesalahan a. Mengidentifikasi kesalahan-
kesalahan pada pekerjaan
survey dan pemetaan
b. Mengidentifikasi kesalahan
sistematis (systematic error)
c. Mengidentifikasi Kesalahan
Acak (random error)
d. Mengidentifikasi Kesalahan
Besar (random error)
e. Mengeliminasi Kesalahan
Sistematis
f. Mengeliminasi Kesalahan
Acak
3 Pengukuran kerangka a. Memahami penggunaan sipat Dapat melakukan
dasar vertikal datar kerangka dasar vertikal pengukuran kerangka dasar
b. Memahami penggunaan vertikal dengan
trigonometris menggunakan sipat datar,
c. Memahami penggunaan trigonometris dan
barometris barometris.
4 Pengukuran sipat dasar a. Memahami tujuan dan Dapat melakukan
kerangka dasar vertikal sasaran pengukuran sipat pengukuran kerangka dasar
datar kerangka dasar vertikal vertikal dengan
b. Mempersiapkan peralatan, menggunakan sipat datar
bahan dan formulir kemudian mengolah data
pengukuran sipat datar dan menggambarkannya.
kerangka dasar vertikal
c. Memahami prosedur
pengukuran sipat datar
kerangka dasar vertikal
d. Dapat mengolah data sipat
datar kerangka dasar vertikal
Dapat menggambaran sipat
datar kerangka dasar vertikal
x
Pembelajaran
No Sub Kompetensi
Pengetahuan Keterampilan
5 Proyeksi peta, aturan a. Memahami pengertian Membuat Proyeksi peta
kuadran dan sistem proyeksi peta, aturan kuadran berdasarkan aturan kuadran
koordinat dan sistem koordinat dan sisten koordinat
b. Memahami jenis-jenis
proyeksi peta dan aplikasinya
c. Memahami aturan kuadran
geometrik dan trigonometrik
d. Memahami sistem koordinat
ruang dan bidang
e. Memahami orientasi survei
dan pemetaan serta aturan
kuadran geometrik
6 Macam besaran sudut a. Mengetahui macam besaran Mengaplikasikan besaran
sudut sudut dilapangan untuk
b. Memahami besaran sudut pengolahan data.
dari lapangan
c. Dapat melakukan konversi
besaran sudut
d. Memahami besaran sudut
untuk pengolahan data
7 Jarak, azimuth dan a. Memahami pengertian jarak Mengukur jarak baik dengan
pengikatan kemuka pada survey dan pemetaan alat sederhana maupun
b. Memahami azimuth dan sudut dengan pengikatan ke
jurusan muka.
c. Memahami tujuan pengikatan
ke muka
d. Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengikatan ke muka
e. Memahami pengolahan data
pengikatan ke muka
f. Memahami penggambaran
pengikatan ke muka
Pembelajaran
No Sub Kompetensi
Pengetahuan Keterampilan
10 Pengukuran poligon a. Memahami tujuan Dapat melakukan
kerangka dasar pengukuran poligon pengukuran kerangka dasar
horisontal b. Memahami kerangka dasar horisontal (poligon).
horisontal
c. Mengetahui jenis-jenis poligon
d. Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengukuran poligon
e. Memahami pengolahan data
pengukuran poligon
f. Memahami penggambaran
poligon
11 Pengukuran luas a. Menyebutkan metode-metode Menghitung luas
pengukuran luas bedasarkan hasil dilapangan
b. Memahami prosedur dengan metoda saruss,
pengukuran luas dengan planimeter dan autocad.
metode sarrus
c. Memahami prosedur
pengukuran luas dengan
planimeter
d. Memahami prosedur
pengukuran luas dengan
autocad
12 Pengukuran titik-titik a. Memahami tujuan Melakukan pengukuran titik-
detail pengukuran titik-titik detail titik dtail metode tachymetri.
metode tachymetri
b. Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengukuran tachymetri
c. Memahami pengolahan data
pengukuran tachymetri
d. Memahami penggambaran
hasil pengukuran tachymetri
13 Garis kontur, sifat dan a. Memahami pengertian garis Membuat garis kontur
interpolasinya kontur berdasarkan data yang
b. Menyebutkan sifat-sifat garis diperoleh di lapangan.
kontur
c. Mengetahui cara penarikan
garis kontur
d. Mengetahui prosedur
penggambaran garis kontur
e. Memahami penggunaan
perangkat lunak surfer
Pembelajaran
No Sub Kompetensi
Pengetahuan Keterampilan
15 Pemetaan digital a. Memahami pengertian
pemetaan digital
b. Mengetahui keunggulan
pemetaan digital
dibandingkan pemetaan
konvensional
c. Memahami perangkat keras
dan perangkat lunak
pemetaan digital
d. Memahami pencetakan peta
dengan kaidah kartografi
16 Sisitem informasi a. Memahami pengertian sistem
geografik informasi geografik
b. Memahami keunggulan
sistem informasi geografik
dibandingkan pemetaan
digital perangkat keras dan
perangkat lunak sistem
informasi geografik
c. Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pembangunan sistem
informasi geografik
d. Memahami jenis-jenis analisis
spasial dengan sistem
informasi geografik dan
aplikasinya pada berbagai
sektor pembangunan
145
Pengukuran sudut merupakan salah satu 6.2.1 Sistem besaran sudut seksagesimal
aspek penting dalam pengukuran dan
Sistem besaran sudut seksagesimal
pemetaan horizontal atau vertikal, baik
disajikan dalam besaran derajat, menit dan
untuk pengukuran dan pemetaan kerangka
sekon. Janganlah satuan sudut sekon
maupun titik-titik detail.
disebut detik, karena detik lebih baik
Sistem besaran sudut yang dipakai pada digunakan untuk satuan waktu.
beberapa alat berbeda antara satu dengan
Cara seksagesimal membagi lingkaran
yang lainnya. Sistem besaran sudut pada
dalam 360 bagian yang dinamakan derajat,
pengukuran dan pemetaan dapat terdiri dari:
sehingga satu kuadran ada 90 derajat. Satu
a. Sistem besaran sudut seksagesimal
derajat dibagi dalam 60 menit dan satu
b. Sistem besaran sudut sentisimal
menit dibagi lagi dalam 60 sekon. Dengan
c. Sistem besaran sudut radian
kata lain, satu derajat (1o) sama dengan
Dasar untuk mengukur besaran sudut ialah enam puluh menit (60’), satu menit (1’)
lingkaran yang dibagi dalam empat bagian, sama dengan enam puluh sekon (60”),
yang dinamakan kuadran. dengan demikian satu derajat (1o) sama
Penggunaan nilai sudut yang diolah berbeda dengan tiga ribu enam ratus sekon (3600”).
dengan nilai sudut yang diukur. Nilai sudut
Atau dituliskan sebagai berikut :
yang diolah biasanya digunakan sistem
1o = 60’ 1’ = 60” 1o = 3600”
seksagesimal, terutama jika kita gunakan
alat kalkulator standard. 6.2.2 Sistem besaran sudut sentisimal
Contoh-contoh :
Tabel 9 :
1. D = 137g36c78cc
137g = 123o18’
36c = 00 19’26”,4
cc
78 = 00 00 25”,3
g c cc
137 36 78 = 123o37’51”,7
2. D = 216g41c56cc
Cara 1 : 200g = 180o00’00”
16g = 14o24’00”
41c = 00o22’08”,4
56cc = 00o00’18”,1
216g41c56cc = 194o46’26”,5
3. D = 317g08c39cc
Cara 1 : 200g = 180o00’00”
117g = 105o18’00”
08c = 00o04’19”,2
39cc = 00o00’12”,6
317g08c39cc = 285o22’31”,8
Tabel 9 :
1. D = 148o48’16”
Cara 1 : 148o = 164g,44.444
48’ = 0 ,88.889
16” = 0 ,00.494
o
148 48’16” = 165g,33.827
2. D = 208o17’15”
Cara 1 : 180o = 200g,00.000
28o = 31 ,11.111
17’ = 0 ,31.481
15” = 0 ,00.463
o
208 17’15” = 231g,43.055
3. D = 332o28’09”
Cara 1 : 180o = 200g,00.000
152o = 168 ,88.889
28’ = 0 ,51.852
09” = 0 ,00.278
o
332 28’09” = 369g,41.019
155
Tabel 10:
1. D = 78g,4921
78g = 1,225.211 rad
c
49 = 0,007.697 rad
cc
21 = 0,000.035 rad
g c cc
78 49 21 = 1,232.943 rad
2. D = 116g,1682
100g = 1,570.796 rad
g
16 = 0,251.327 rad
c
16 = 0 002.513 rad
cc
82 = 0,000.129 rad
g c cc
116 16 82 = 1,824.765 rad
3. D = 262g,0856
100g = 1,570.796 rad
g
100 = 1,570.796 rad
g
62 = 0,973.894 rad
c
08 = 0,001.257 rad
56cc = 0,000.008 rad
g c cc
262 08 56 = 4,116.831 rad
Tabel 12 :
D = 1,26.486 rad
1,26 rad = 80g,214.091
0,00.48 rad = 0 ,035.577
0,00.006 rad = 0 ,003.820
1,26.489 rad = 80g,253.488
156
Tabel 13 :
1. D = 67o19’48”
67o = 1,169.370.6 rad
19’ = 0,005.526.9 rad
48” = 0,000.232.7 rad
o
67 19’48” = 1,175.130.2 rad
2. D = 179o21’15”
170o = 2,967.058.7 rad
o
9 = 0,157.079.6 rad
21o = 0,006.108.7 rad
o
15 = 0,000.072.7 rad
o
179 21’15” = 3,130.320.7 rad
3. D = 212o42’26”
200o = 3,490.658.5 rad
12o = 0,209.439.5 rad
42’ = 0,212.317.3 rad
26” = 0,000.126.1 rad
o
212 42’26” = 3,712.441.4 rad
Sebelum menggunakan alat ukur Theodolite perlu diperhatikan agar menjauhkan barang-
barang metal yang dapat mempengaruhi jarum magnet. Sudut jurusan yang didapat adalah
sudut jurusan magnetis.
f. Bila ujung unting-unting belum tepat di atas paku, maka geserkan alat dengan
membuka skrup pengencang alat, sehingga ujung unting-unting tepat di atas paku
pada piket.
g. Gelembung pada nivo kotak kita ketengahkan dengan menyetel ketiga skrup
penyetel, buka pengunci magnit, gerakan kebelakang dan kedepan, setelah magnit
diam, magnit di kunci lagi.
h. Setelah a, b, c, d, e, f, dan g, dikerjakan dengan baik, maka alat T.O. siap untuk
melakukan pengamatan.
k. Dengan menggunakan skrup penggerak halus horizontal dan vertikal, kita tepatkan
target yang dibidik (skrup-skrup pengencang horizontal dan vertikal harus kencang
terlebih dahulu).
Pembacaan puluhan menit/centi grade dan satuannya dilakukan pada tromol mikrometer.
158
10 11 12
-
12 11 10
o
12 46”
Untuk sudut miring negatif pembacaan dilakukan dari
kiri ke kanan.
14 13 12 11 10
+ 9 10 11 12 13
13. Tombol untuk mengubah arah sinar- 5. Sekrup gerak halus naik-turun garis
sinar cahaya. bidik.
14. Jendela penerangan. 6. Nivo pesawat.
15. Tombol mikrometer. 7. Nonius sudut datar.
16. Tuas untuk mengeratkan busole pada 8. Sekrup gerak halus lingkaran dalam.
bagian bawah. 9. Sekrup pengunci lingkaran dalam.
dengan sumbu horizontal sebagai 125 dinamakan teodolit tipe sumbu ganda
sebuah) niveau tabung dengan teodolit yang tidak mempunyai klem bawah
tegak lurus satu dengan lainnya. karena bagian yang berputar dengan tabung
g. Dua pembacaan graduasi yang sumbu luar dan pelat atas sejajar disatukan.
b. Lingkaran graduasi horizontal sumbu pada bagian dalam dan bagian luar,
vertikal yang dipasangkan tegak yang akan diuraikan kemudian. Akan tetapi
165
A : Sumbu dalam
B : Sumbu luar
Gambar 127. Teodolite (tipe sumbu tunggal)/
Reiterasi
A : Sumbu dalam
bagian-bagiannya yaitu, benang
B : Pelat sejajar atas silang, sistem pembidik dan
C : Sumbu luar (lingkaran graduasi tabung (periksa Gbr. 127).
horizontal)
melingkar atau garis-garis halus lens) dan lensa bidik (eye piece).
Gbr. 130. Posisi benang silang yang kedua lensa harus mempunyai
panjang fokus yang sama serta
168
(n – 1) LM = nLV
c. Lingkaran graduasi dan pembacaan
(n 1) LM LM
I. Lingkaran graduasi: lingkaran ?L M L V LM
n n
graduasi umumnya terbuat dari
Karena itu LM / n adalah unit minimum
bahan baja atau gelas. Akan tetapi
untuk memungkinkan pengukuran
sifat baja yang mudah
dengan vernir. Pecahan-pecahan
berdeformasi, akibat berat sendiri
dapat dibaca dari graduasi vernir,
sehingga tidak dapat digunakan
apabila skala besar dan vernir
untuk teodolit berketelitian tinggi.
berimpit satu dengan lainnya (Gbr.
Sebagai pembacaan pada lingkaran
138). Umpamanya pembacaan
graduasi baja umumnya digunakan
dengan vernir dibutuhkan untuk 20"
vernir atau mikrometer. Dewasa ini
pada interval-interval graduasi
lingkaran graduasi umumnya
minimum pada skala besar 20', 20"=
terbuat dari gelas dengan graduasi
LM/n=20'/60 jadi 59 graduasi pada
yang sangat halus (hanya beberapa
skala besar harus dibagi menjadi 60
mikron saja). Kelebihan dari bahan
bagian yang sama seperti graduasi
gelas ini adalah ringan, transparan,
pada vernir. Vernir tidak langsung
seragam, dan lain-lain sehingga
mempunyai graduasi yang dibuat
sangat cocok untuk perlengkapan
dengan membagi rata panjang
teodolit. Lingkaran graduasi
graduasi ( n - 1 ) pada skala besar
mempunyai skala besar pada vernir:
menjadi n bagian dan gambar
vernir terdiri dari empat tipe yaitu
graduasi pada vernir berlawanan
vernir langsung (direct vernier), vernir
dengan skala besar (Gbr. 139). Ada
mundur (refrograde vernier), vernir
171
III.
2 D = T 2 , 2E T, D E T sehingga
T1 T2 1
T D E (T1 T 2 )
2 2 2
Apabila graduasi yang berhadapan
dibaca untuk masing-masing sasaran
Gambar 153. Kesalahan sumbu horizontal
dan di rata-rata, kesalahan eksentris
lingkaran graduasi dapat ditiadakan.
¦a i sin(iT ci ) ………………(6.9)
1 i 1
Jadi T ( a b)
2 Apabila graduasi dibaca pada sisi
Apabila sudut-sudut yang diukur yang berlawanan dengan 180° dan
dengan teleskop dalam posisi normal kedua harga tersebut dirata-ratakan,
dan posisi kebalikan, kemudian maka
dirata-ratakan, maka besarnya sudut
T dapat diketahui. dT d (T 180 0 )
2
a 2 sin(2T c2 ) a 4 sin(4T c4 ) ..
Bagian-bagian bilangan ganjil pada
persamaan (6.9) dihilangkan. Apabila
hasil-hasil pengukuran di rata-rata
pada T dengan sudut 0°, 45°, 90° dan
135°, maka hanya tinggal bagian ke
Penyetelan theodolite
g.Melakukan observasi yang sama untuk observasi yang teliti tetapi metode
3. Metode arah: metode ini digunakan observasi, sudut ganda dan perbedaan:
apabila observasi dilakukan untuk arah dianjurkan agar mengambil jumlah dari
yang banyak seperti tampak pada Gbr. rangkaian angka-angka observasi yang
162 dan prosedurnya adalah sebagai logis serta sistematis dan tidak
b. Gbr. 165 :
Graduasi 180° m 90° m 0° o 90°
o 180°, posisi teleskop horizontal,
90°.
r= D + S, l = 180° - D S
r l
90 0
2
W = 2 + 180° = r - l.
c. G br . 16 6 :
Graduasi 0° o 90° o 180° o 270°
o 360', posisi teleskop normal,
Gambar 162. Metode arah
horizontal, 90°.
r = 90° - D + S, l = 270° + D+S
186
Gambar 163. Metode sudut. Gambar 164. Koreksi otomatis untuk sudut elevasi
Tabel 15. Metode perhitungan perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi.
Tabel 16. Arti dari perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi.
187
Tabel 16. Arti dari perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi.
Pengukuran Sudut
g, c, cc
o, ', "
phi radian 0,000000
(Grid, Centigrid,
(Derajat, Menit, Second)
Centicentigrid)
Sin, Cos, Tgn (dihitung dalam Sin, Cos, Tgn (dihitung dalam
sistem degree) sistem degree)
Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 2 mengenai teori kesalahan, maka dapat disimpulkan
sebagi berikut:
1. Sistem besaran sudut pada pengukuran dan pemetaan dapat terdiri dari:
a. Sistem besaran sudut seksagesimal
Sistem besaran sudut ini disajikan dalam besaran derajat, menit dan sekon.
b. Sistem besaran sudut sentisimal
Sistem besaran sudut ini disajikan dalam besaran grid, centigrid dan centi-centigrid.
c. Sistem besaran sudut radian
Sistem besaran sudut ini disajikan dalam sudut panjang busur. Sudut pusat di dalam
lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran adalah sebesar satu
radian
d. Sistem waktu (desimal)
Sistem waktu digunakan dalam pengukuran astronomi. Nilai sudut desimal maksimal
adalah 360.
2. Dasar untuk mengukur besaran sudut ialah lingkaran yang dibagi dalam empat bagian, yang
dinamakan kuadran.
a. Cara seksagesimal membagi lingkaran dalam 360 bagian yang dinamakan derajat, sehingga
satu kuadran ada 90 derajat. Satu derajat dibagi dalam 60 menit dan satu menit dibagi lagi
dalam 60 sekon.
1o = 60’ 1’ = 60” 1o = 3600”
b. Cara sentisimal membagi lingkaran dalam 400 bagian, sehingga satu kuadran mempunyai
100 bagian yang dinamakan grid. Satu grid dibagi lagi dalam 100 centigrid dan 1 centigrid
dibagi lagi dalam 100 centi-centigrid.
1g = 100c 1c = 100cc 1g = 10000cc
c. Sudut pusat di dalam lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran
adalah sebesar satu radian.
2 S r = 2S rad.
d. Hubungan antara satuan cara seksagesimal dan satuan cara sentisimal dapat dicari dengan
dibaginya lingkaran dalam 360 bagian cara seksagesimal dan dalam 400 bagian cara
sentisimal, jadi :
3600 = 400g
191
Soal Latihan
1. Diketahui sudut-sudut :
S1 = 78049’40”
S2 = 3150 51’16”
S3 = 177002’08”
Gantilah sudut-sudut ini ke dalam harga sentisimal dan radian!
2. Diketahui sudut-sudut :
S4 = 46g, 2846
S5 = 117g, 0491
S6 = 297g, 2563
Gantilah sudut-sudut ini ke dalam harga seksagesimal dan radian!
3. Sebutkan tahapan-tahapan yang harus ditempuh ketika akan menggunakan alat ukur
theodolite Boussole?
4. Sebutkan fungsi bagian-bagian utama dari theodolite?
5. Sebutkan kesalahan-kesalahan pada instrumen dan cara-cara meniadakannya?
193
7.1 Jarak pada survei dan Cara pengukuran jarak horizontal yang
pemetaan sederhana pada daerah miring adalah
sebagai berikut. Untuk jarak pendek
Mengukur jarak adalah mengukur panjang
dilakukan dengan merentangkan pita dan
penggal garis antar dua buah titik tertentu.
menggunakan waterpass sehingga
Penggal garis ini merupakan sambungan
mendekati horizontal. Untuk jarak yang
penggal-penggal garis lurus yang lebih kecil.
panjang dilakukan secara bertahap. Jarak
Pengukuran jarak adalah penentuan jarak
horizontal A - D adalah d1 + d2 + d3.
antara, dua titik di permukaan bumi,
biasanya yang digunakan adalah jarak Untuk daerah datar, pengukuran jarak tidak
horizontalnya atau pekerjaan pengukuran mengalami masalah. Namun ada kalanya
antara dua buah titik baik secara langsung pada daerah yang datar terdapat hambatan.
maupun tidak langsung yang dilaksanakan Hambatan ini terutama terjadi pada daerah
secara, serentak atau dibagi menjadi datar yang memiliki garis ukur yang
beberapa bagian, yaitu jarak horizontal dan panjang, yaitu adanya obyek penghalang
jarak miring. seperti sungai atau kolam. Membuat garis
tegak lurus terhadap garis ukur pada titik A
Jarak horizontal adalah jarak yang apabila
sehingga diperoleh garis AC. Menempatkan
diukur maka perbedaan tingginya adalah 0.
titik D tepat ditengah-tengah AC. Kemudian
Sedangkan jarak miring adalah hasil
menarik garis dari B ke D hingga di bawah
pengukurannya melibatkan kemiringan.
titik C. Kemudian membuat garis tegak lurus
Perlu Anda ketahui bahwa jarak yang dapat
ke bawah terhadap garis AC dari titik C,
digambarkan secara langsung pada peta
sehingga terjadi perpotongan (titik E).
adalah jarah horizontal, bukan jarak miring.
Jarak antara dua buah titik di bidang datar
Oleh karena itu, jarak horizontal AB yang
(2 dimensi) dapat diketahui dengan cara
akan digambarkan pada peta.
akar dari pertambahan selisih kuadran absis
an
B dengan selisih kuadrat ordinat kedua titik
iring
ke
m tersebut. Tahap-tahap Pengukuran Jarak
arak
J dan Arah Berikut ini, adalah tahap-tahap
.
A B’ yang harus Anda lakukan dalam memetakan
Jarak Horizontal
suatu wilayah dengan alat bantu meteran
Gambar 169. Pengukuran Jarak
dan kompas.
194
Misalnya, kita akan memetakan suatu jalur diproyeksikan terlebih dahulu pada suatu
jalan A – B bidang referensi.
a. Lakukan pengukuran garis-garis ukur
pokok, meliputi ukur pokok ditunjukkan
7.1.1. Pengklasifikasian Pengukuran
oleh garis 1 - 2, 2 - 3, 3 - 4, dan 4 - 5.
Jarak
Azimuth magnetis diukur dari utara
a. Pengukuran jarak langsung
magnetis (UM) ke garis pokok.
Pengukuran jarak langsung biasanya
b. Apabila di sepanjang jalur jalan tersebut
menggunakan instrument atau alat ukur
terdapat obyek, seperti bangunan,
jarak langsung, misalnya pita ukur
pagar, atau aliran sungai, maka objek
langkah, alat ukur jarak elektronik dan
tersebut dapat dipetakan dengan cara
lain-lain. Alat-alat yang digunakan dalam
mengukur jarak tegak lurus dari titik
pengukuran jarak secara langsung
pada garis ukur pokok ke titik yang
diantaranya adalah : Kayu ukur, Rantai
mewakili obyek tersebut. Garis ini
ukur.
disebut offset. Pada contoh di bawah ini,
terdapat obyek rumah di pinggir garis Syarat pengukuran dengan rantai ukur :
b. Pengukuran jarak tidak langsung digunakan adalah pita ukur fiber, pita
Pengukuran ini biasanya menggunakan ukur baja, dan pita ukur invar (invar
instrument ukur jarak tachymetry dan adalah bahan campuran tahan panas
Pengukuran jarak tidak langsung ada Pita Ukur fiber. Yang termasuk tipe ini
beberapa macam diantaranya adalah pita ukur yang terbuat dari serat
pengukuran jarak dengan kira-kira. Cara rami dan diperkuat dengan anyaman
ini dapat menggunakan langkah dan kawat halus, pita ukur yang terbuat dari
menggunakan skala pada peta. campuran serat rami dan serta katun
dan pita ukur yang terbuat dari
Tujuan yang akan dicapai dalam
campuran serat gelas dan kimia.
pengukuranjarak adalah membuat garis
Biasanya pita ukur ini dibungkus dengan
yang benar-benar lurus sehingga
semacam lapisan cat, di atas mana
jaraknya dapat diukur dengan pasti.
angka-angka/tanda-tanda graduasi
ditempatkan. Kelebihan-kelebihan dari
7.1. 2. Bebagai macam instrumen ukur
pita ukur ini adalah sifatnya yang ringan,
jarak dan cara penggunaanya
tidak mudah bengkok serta mudah
a. Langkah. Karena ketelitiannya yang
pemakaiannya terutama pita ukur serat
rendah, dewasa ini langkah (pacing)
gelas. Akan tetapi, kelemahannya yang
hanya digunakan untuk membantu
paling mencolok adalah sangat mudah
penempatan instrumen sipat datar di
memuai dan menyusut, akibat pengaruh
tengah-tengah antara dua buah rambu
kelembaban udara. Dengan demikian,
196
objektif garis bidik yang besamya sama menggunakan kompas maka perlu diberikan
dengan angka pembacaan. Azimuth suatu penjelasan bahwa utara yang digunakan
garis adalah sudut antara garis meridian dari adalah utara magnetis.
garis tersebut, diukur searah dengan jarum
Contoh:
jam, biasanya dari titik antara garis meridian
Azimuth Magnetis AB (Az, AB) = 70°
(dapat pula dari arah selatan). Besarnya
Azimuth Magnetis AC (Az, AC) = 310°
sudut azimuth antara 0 – 360 derajat.
nilainya sama dengan 180 dikurangi berada di kuadran empat yang nilai
sudut tersebut . sudutnya sama dengan 360° dikurang besar
sudut tersebut.
3. Jika selisih absis bernilai negatif dan
selisih ordinat bernilai negatif maka Selain dari jarak informasi yang lain yang
azimuth berada di kuadran III yang dapat diketahui dari dua buah titik yang
nilainya sama dengan 180 ditambah sudah diketahui koordinatnya yaitu Azimuth
sudut tersebut. atau sudut jurusan. Maka sudut jurusan AB
4. Jika selisih absis berniali negatife dan yang didapat dari titik A (Xa,Ya) dan B
selisih ordinat bernilai positif maka (Xb,Yb) dapat dicari dengan persamaan
azimuth berada di kuadran IV yang sebagai berikut:
nilainya sama dengan 360 dikurangi
besar sudut tersebut. Xb Xa
DAB Tan 1
Yb Ya
Penggunaan azimuth
Azimuth dapat diperoleh dengan cara arcus Setelah alat ukur B.T.M diukur, sehingga
tangen dari pembagian selisih absis bagian-bagian yang penting berada di dalam
terhadap selisih ordinat. Besarnya sudut keadaan yang baik dan sebelum alat ukur
jurusan atau azimuth tersebut bergantung apakah yang dibaca pada lingkaran
pada nilai positif atau negatifnya selisih mendatar dan pada lingkaran tegak. Pada
absis atau ordinat. Jika selisih absis bernilai lingkaran tegak diukur sudut-sudut miring
positif dan selisih ordinat bernilai positif yang besarnya sama dengan pembacaan
maka azimuth berada di kuadran satu yang pada skala lingkaran tegak dengan
nilainya sama dengan besar sudut tersebut. menggunakan nonius. Pada lingkaran
Jika selisih absis bernilai positif dan selisih mendatar tidaklah ada nonius untuk
ordinat bernilai negatif maka azimuth berada melakukan pembacaan pada skala lingkaran
di kuadran dua yang nilainya sama dengan mendatar.
180° dikurang besar sudut tersebut. Jika
Dilakukan pada ujung utara lingkaran jarum
selisih absis bernilai negatif dan selisih
magnet yang berada di cos D
ordinat bernilai negatif maka azimuth berada
bersama-sama dengan skala lingkaran
di kuadran tiga yang nilai sudutnya sama
mendatar.
dengan 180° ditambah besar sudut tersebut.
dan jika selisih absis bernilai negatif dan Yang dibaca pada lingkaran mendatar
selisih ordinat bernilai positif maka azimuth adalah suatu sudut yang dinamakan
azimuth yaitu suatu sudut yang dimulai dari
199
salah satu ujung jarum magnet da diakhiri menghubungkan dua buah tititk P1 dan P2
pada ujung objektif garis bidik dan besarnya di atas permukaan bumi dinyatakan dengan
sama dengan angka pembacaan. Menurut azimuth. Azimuth diukur degan metode
ketentuan di atas azimuth harus dimulai dari astronomis dengan menggunakan alat-alat
salah satu ujung magnet sedangkan dua seperti jarum magnet, gyrocompas, dll.
ujung dan sudut azimuth dapat diputar dari Pengukuran azimuth diadakan untuk
kiri kekanan atau dari kanan ke kiri, maka menghilangkan kesalahan akumulatif pada
didapatlah 2x2 = 4 macam azimuth yang sudut-sudut terukur dalam jaringan
biasa disebut bearing. triangulasi atau dalam pengukuran jaring-
jaring, penentuan azimuth untuk titik-titik
3 Cara menentukan macam azimuth
kontrol yang tidak terlihat serta dengan
1. Tentukan garis skala yang berimpit
lainnya, penentuan sumbu X untuk kordinat
dengan ujung Utara jarum magnet.
bidang datar pada pekerjaan pengukuran
Angka pada garis skala ini menentukan
yang bersifat lokal.
besarnya suatu busur yang dimulai dari
garis nol skala dan diakhiri pada angka Macam – macam azimuth
itu. 1. Azimuth kompas
2. Tentukan busur yang besarnya Dalam pekerjaan pengukuran yang
dinyatakan oleh angka pembacaan sederhana, maka pengukuran azimuth
3. Carilah suatu sudut yang dimulai dari awal ataupun akhirnya hanya dilakukan
salah satu ujung jarum magnet dan dengan menggunakan alat penunjuk
yang diakhiri pada ujung objektif yang arah Utara (kompas). Umumnya
sama besarnya dengan busur lingkaran azimuth magnetis jenis ini dikenal
yang dinyatakan oleh pembacaan. dengan nama sudut jurusan. Untuk
4. Cara pernutaran sudut itu. merupakan maksud tersebut pengukuran dilakukan
macam azimuth. skala lingkaran hanya pada satu sisi poligon saja
mendatar turut berputar dengan (2 sisi poligon lebih baik). Prosedur
teropong dan jarum magnet tetap pengukuran adalah sebagai berikut :
kearah Utara - Selatan magnetis.
¾ Memasang dan mendatarkan
Mengetahui arah sebuah garis yang theodolite pada salah satu titik
menghubungkan dua buah titik P1 dan P2 di poligon.
atas permukaan bumi adalah hal yang ¾ Menempatkan lingkaran graduasi
0
terpenting dalam pengukuran. Pada pada 0 00’00’’, kemudian klem atas
umumnya arah sebuah garis yang dikencangkan (pada titik B).
200
timur
selatan
utara
barat
kutub selatan
bola langit
dengan berbagai cara, hal ini disebabkan tahun yang bersangkutan dapat
ditentukan dapat ditentukan deklinasi
¾ Mengukur matahari dengan memakai
matahari pad saat terbidik (pencarian
filter khusus pada lensa objektifnya.
dilakukan dengan argumen waktu ( t )
¾ Mengukur tinggi matahari dengan
yang di dapat dari hasil pengkuran.
memakai prisma roelofs.
¾ Carilah nilai lintang dari peta topografi
Dengan memilih salah satu peralatan dan dengan cara melakukan interpolasi.
mengukur waktu pengukran (t), maka dapat ¾ Hitung besarnya azimuth matahari
ditentukan harga deklinasi matahari dari dengan rumus :
tabel matahari yang selalu dikeluarkan cos(90 G ) sin h sin - + cos h
setiap tahun oleh Jawatan Topografi Darat cos cos a
ataupun Jurusan Geodesi ITB dan dapat ¾ Hitung besarnya sudut mendatar
dimiliki olehmu. antara matahari dan target.
Prosedurnya adalah sebagai berikut : Maka azimuth sisi didapat dengan
memakai rumus A = a + s.
¾ Atur kedudukan alat pada titik dari sisi
yang akan ditentukan azimuthnya.
7. 3. Tujuan Pengikatan Ke Muka
¾ Tempatkan filter atau prisma roelofs di
muka lensa objektif apabila
penadahan bayangan yang dilakukan, Pengikatan ke muka adalah suatu metode
maka lakukan pemfokuskan lensa pengukuran data dari dua buah titik di
untuk tak hingga ke arah bukan lapangan tempat berdiri alat untuk
matahari. memperoleh suatu titik lain di lapangan
¾ Setelah matahari dekat sasaran tempat berdiri target (rambu ukur/benang,
(benang silang), persiapkan penunjuk unting–unting) yang akan diketahui
tanda waktu yang telah dibicarakan koordinatnya dari titik tersebut. Garis antara
dengan tanda waktu yang benar . kedua titik yang diketahui koordinatnya
¾ Tepat matahari memasuki benang dinamakan garis absis. Sudut dalam yang
silang, catat : Waktu, Tinggi, Arah dibentuk absis terhadap target di titik B
dinamakan sudut beta. Sudut beta dan alfa
diperoleh dari lapangan.
202
Pada metode ini, pengukuran yang dari azimuth titik A terhadap titik B
dilakukan hanya pengukuran sudut. Bentuk ditambahkan 180 dan ditambahkan
yang digunakan metode ini adalah bentuk terhadap sudut beta. Jarak A terhadap
segitiga. Akibat dari sudut yang diukur target dan B terhadap target diperoleh dari
adalah sudut yang dihadapkan titik yang rumus perbandingan sinus. Jarak A
dicari, maka salah satu sisi segitiga tersebut terhadap target sama dengan perbandingan
harus diketahui untuk menentukan bentuk jarak absis dibagi sudut 1800 dikurang D
dan besar segitiganya. dan E dikalikan dengan sinus E. Jarak B
= Ya + dap cos D ap
dengan mudah diketemukan.
Yp
ǹbp = m sin Į Formulir dibagi dalam dua bagian, bagian
Xp = Xb + dbp sinD bp atas diisi dengan angka-angka sebenarnya
B = Xb = +1091, 36
Į = 56015’16’’
Tabel 18. Daftar Logaritma
205
Empat lajur pertama kedua bagian Kalau yang akan dicari koordinat-koordinat
digunakan untuk menghitung angka-angka titk P sebagai titik nomor 2, maka X2 = Xp
yang diperlukan untuk menghitung dan Y2 = Yp.
koordinat-koordinat, sedangan dua lajur
Dan titik A (Xa,Ya) dan titik B (Xb,Yb)
terakhir digunakan untuk menghitung sudut-
digunakan sebagai titik-titik pengikat, maka
sudut yang diperlukan.
untuk titik A berlaku X1 = Xa dan Y1 = Ya.
Lajur-lajur yang bernomor ganjil menyatakan Dan untuk titik B berlaku X1 = Xb danY1=Yb.
besaran-besaran dengan huruf, sedangkan Maka dengan titik A sebagai titik pengikat
lajur lainnya yang bernomor genap memuat x p xa
terdapat tgD ap
besarnya besaran-besaran itu dengan y p ya
angka.
Dan dengan titik B sebagai titik pengikat
Dari kumpulan rumus terbukti bahwa lebih x p xb
dahulu harus dicari Įab dan dab dengan didapat : tgD bp
y p yb
menggunakan selisih absis dan selisih
Dengan menguraikan kedua persamaan di
ordinat titik-titik A dan B; xb – xa dan yb – ya.
atas, didapat :
maka pada lajur 1 dan lajur 3 bagian atas
ditulis dengan xb dan yb, sekarang tidak ( y p y a )tgD ap X p Xa
ditulis dengan segera di bawahnya xa dan ya ( y p y b )tgD bp X p Xb
untuk dapat mengurangi xb dengan xa atau
y p tgD ap y a tgD ap X p Xa
karena nanti diperlukan untuk mencari
koordinat-koordinat titik P yang dicari dari y p tgD bp y b tgD bp X p Xb
koordinat-koordinat titik B karena. Karena
xp = xb + dbp sin Įbp dan yp = yb + dbp cos Įbp.
Salah satu dari dua anu xp dan yp haruslah
langsung di bawah xb dan yb ditulis dbp sin bp
dihilangkan supaya mendapat satu
dan dbp cosĮbp dan dibawahnya lagi ruang
persamaan dengan satu anu. Maka dengan
untuk xp dan yp.
mengambil 3, 4 kolom hilangkan dengan
mudah xp. 3, 4 memberi satu persamaan
Hitungan dengan kalkulator
dengan satu anu yp = yp
Rumus umum yang akan digunakan Tg Įap – ya tg Įap – yp tg Įbp + yb tg Įbp =
adalah xb – xa
x 2 x1 Atau yp (tg Įap – tg Įbp) = ( xb – xa) + ya
tgD 12
y 2 y1 tg Įap – yb tg Įb
206
menggunakan Įab dari garis AB dengan Įap = Įab - Į dan Įbp = Įab + 180 – ȕ
titik A (xa,ya) dan titik B (xb,yb) untuk titik P terletak di sebelah utara
192 o 48'58"
208
Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-06
Jarak, Azimuth dan Pengikatan Ke Muka
Jarak, Azimuth dan Pengikatan KePurwaamijaya,
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Muka MT
Xc = [ Xc(a) + Xc(b) ] / 2
Yc = [ Yc(a) + Yc(b) ] / 2
Gambar 178. Model Diagram Alir Jarak, Azimuth dan Pengikatan Ke Muka
210
Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 7 mengenai jsrsk, azimuth, dan pengikatan ke muka,
maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Mengukur jarak adalah mengukur panjang penggal garis antar dua buah titik tertentu.
2. Jarak horizontal adalah jarak yang apabila diukur maka perbedaan tingginya adalah 0.
Sedangkan jarak miring adalah hasil pengukurannya melibatkan kemiringan.
3. Klasifikasi pengukuran jarak :
a. Pengukuran jarak langsung
b. Pengukuran jarak tidak langsung
4. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran jarak secara langsung diantaranya adalah :
a. Mistar;
b. Pita ukur metalik;
c. Pita ukur serat-serat gelas;
d. Pita ukur dari baja;
e. Pita ukur invar;
f. Roda ukur; dan
g. Speedometer.
5. Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang
kita tuju, azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam.
6. Back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth.
7. Macam-macam azimuth yaitu :
a. Azimuth Sebenarnya, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya
dengan titik sasaran;
b. Azimuth Magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik
sasaran;
c. Azimuth Peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik
sasaran.
8. 3 (tiga) arah utara yang sering digunakan dalam suatu peta.
Soal Latihan
Data awal yang diperlukan pada pengikatan Pada pengikatan ke belakang, harus
ke muka adalah 2 titik koordinat yang telah terdapat 3 titik awal yang diketahui,
diketahui, misalkan titik tersebut adalah titik misalnya titik-titik tersebut adalah A, B, dan
A dan B , sedangkan titik yang akan dicari C. prosedur pengukuran di lapangan alat
adalah titik P, sehingga alat theodolite theodolite hanya diletakan di titik yang akan
dipasang di dua titik yaitu titik A dan B dicari koordinatnya, misalnya titik tersebut
kemudian diukur berapa besar sudut adalah titik P kemudian diukur sudut-sudut
D yang dibentuk oleh titik P dan B ketika mendatar yang dibentuk oleh 3 titik
berada di titik A begitupula pada sudut E. koordinat yang telah diketahui yaitu sudut
Sudut yang dibentuk ditunjukan pada D dan E seperti pada gambar 182.
gambar 181.
Terdapat 2 macam cara yang dapat dipakai
dalam menentukan titik koordinat dengan
P cara pengikatan ke belakang, yaitu cara
pengikatan ke belakang metode Collins dan
cara pengikatan ke belakang metode
Cassini.
Pada pelaksanaan di lapangan, sebelumnya mendatar yang dibentuk oleh garis AP dan
terdapat 3 titik yang telah diketahui berapa BP serta sudut yang dibentuk oleh garis PB
koordinat masing-masing. Misal titik-titik dan PC.
yang telah diketahui tersebut adalah titik A,
B, dan C.
Akan dicari suatu koordinat titik tambahan
diluar titik A,B, dan C untuk keperluan
tertentu yang sebelumnya tidak diukur,
misalkan titik tersebut adalah titik P, yang
terletak di seberang sungai.
A (Xa,Ya)
Gambar 191. Pemasangan Theodolite di titik P
sehingga terdapat 3 patok dan 2 ruang antar menggunakan pengikatan ke belakang cara
patok yaitu ruang AB dan BC. Baca sudut Collins, data yang diukur di lapangan adalah
219
besarnya sudut Į dan sudut ȕ. Koordinat titik x Bila ujung unting-unting belum tepat di
A, B, dan C telah ditentukan dari atas paku, maka geserkan alat dengan
pengukuran sebelumnya. Sehingga data membuka skrup pengencang alat,
awal yang harus tersedia adalah sebagai sehingga ujung unting-unting tepat di
berikut : atas paku dan piket.
x Gelembung pada nivo kotak kita
a. titik koordinat A ( Xa, Ya )
ketengahkan dengan menyetel ketiga
b. titik koordinat B ( Xb, Yb )
skrup penyetel.
c. titik koordinat C ( Xc, Yc )
d. besar sudut Į, dan x Setelah tahapan di atas telah dilakukan,
terhadap target kemudian di tambahkan dan B diketahui, hingga titik H diikat dengan
dengan ordinat titik B. Nilai koordinat target cara kemuka pada titik-titik A dan B.
peroleh dari titik A dan B. titik P sendiri. Supaya titik P diikat dengan
222
cara ke muka pada titik A dan B, maka Maka koordinat titik H tersebut adalah
haruslah diketahui sudut BAP dan sudut Xh = Xa + dah sinD ah
ABP, ialah sudut-sudut yang ada pada titik Yh = Ya + dah cos D ah
yang telah tentu. Sudut ABP akan dapat di
hitung bila diketahui sudut BAP.
A (Xa,Ya) D ah
A (Xa,Ya)
dah
D B (Xb,Yb)
P E
H C (Xc,Yc) H (Xh,Yh)
Gambar 197. Garis bantu metode Collins Gambar 198. Penentuan koordinat H dari titik A
dbh
A
ȕ dab H (Xh,Yh)
d AB
d AH . sin ^180 D E `
sin D H
yang dicari dari titik A, yang sebetulnya menggunakan perbandingan antara sinus
dapat pula dicari dari titik B, yaitu dengan sudut dengan garis sehadap sudut tersebut.
rumus :
Dari gambar berikut dapat dijelaskan bahwa
Xh = Xb + dbh sin D bh terdapat persamaan :
Yh = Yb + dbh cos D bh d bh d ab
sin E sin D
224
gambar berikut :
ȕ
dab A Įab
Ȗ Įap
B
180o-(ȕ+Į) B
P
Į dbh
Gambar 203. Menentukan rumus dbh mengikuti aturan sudut. Maka besarnya
sudut J sama dengan sudut BHC, seperti
Sehingga
terlihat pada gambar berikut ini
d ab
d bh . sin E
sin D
B
Setelah koordinat titik penolong Collins H
diketahui, selanjutnya menentukan koordinat
titik P, yang dapat dicari dari titik A maupun Įhb Įhc
H Ȗ
B.
Bila dicari dari titik A, maka rumusnya
adalah :
Xp = Xa + dap sinD ap
C
Yp = Ya + dap cos D ap
Gambar 206. Menentukan sudut Ȗ
A (Xa,Ya)
Dari gambar diatas besar J dapat disusun
D ap dengan rumus
J = D hc - D hb
dap
P (Xp,Yp) D hb didapat dari D bh + 180o. Sedangkan
D hc didapat dari rumus berikut :
xc x h
Gambar 204. Penentuan koordinat P dari titik A tgD hc
yc yh
D ap dapat dicari dengan rumus :
D ap = D ab + J seperti terlihat pada
225
180o ( ī+ Į )
Į
P dbp B
B (Xb,Yb)
dbp D bp
Gambar 210. Menentukan rumus dbp
P (Xb,Yb)
8.3.2 Langkah-Langkah Pekerjaan
Gambar 208. Penentuan koordinat P dari titik B
Menentukan D ab dan dab
D bp dapat dicari dengan rumus : D ab adalah sudut-sudut yang di bentuk
D bp = D ab + ( D + J ) seperti terlihat pada oleh garis penarikan titik AB dengan garis
gambar berikut : lurus yang di tarik dari koordinat A menuju
utara, yang di cari dengan rumus :
tg D ab = (xb - xa) : (yb - ya)
226
A Įah Įab
B
Ȗ į Įbh
ȗ
Į
Įph ȕ
P
Į
į Ȗ
H
C
Gambar 211. Cara Pengikatan ke belakang metode Collins
sin D J
Sehingga koordinat H adalah; d ab
dap =
xh = xa + dah sin D ah sin D
= 23.231,58 + 649,91 sin 260 o 39’50,9” = 1.251,42 sin 64º4703 42 o 2239,61“
sin 64º4703
= 22.590,28
= 527,25252
yh = ya + dah cos D ah
Sehingga koordinat P adalah ;
= 91.422,92+ 649,91 cos 260 o 39’50,9”
= 91.317,48
xp = xa + dap sin D ap
= 23.231,58+527,25252 sin131o5’43,29“
Menentukan Įhc dan Ȗ
= 23.628,92
yp = ya + dap cos D ap
tg D hc = (xc - xb) : (yc - yh) = 91.422,92+527,25252 cos131o5’43,29“
(x c - x b ) = 91.076,349
D hc = arctg
(yc - y h )
Menentukan koordinat H dan P dari titik B
(24.681,92 - 22.590,28) Menentukan Įbh dan dbh
= arctg
(90.831,87 - 91.317,48) D bh = D ab + ( D + E )
o
= - 76 55’45,71”
=173 o 28’22,9“ + 89º11’28’’+ 64º47’03’’
Berada di kuadran 2 sehingga = 327o 26’53,9”
d ab
D hc = 180o – Į dbh = sin E
sin D
= 180o - 76o55’45,71”
sin 87º1128
= 103 o 4’14,29“
1.251,42
=
sin 64º4703
Ȗ = D hc+180 - D bh = 1.381,567
D bh = D ab + ( D + E )
Sehingga koordinat H adalah ;
= 173 o 28’22,9“ +
xh = xb + dbh sin D bh
(64º47’03’’+87º11’28’’)
= 23.373,83+1.381,567 sin327o26’53,9”
o
= 325 26’53,9“
= 22.630,4636
Ȗ = 103 o 4’14,29“+180 - 325o26’53,9“
yh = yb + dbh cos D bh
229
dap =
d ab
sin J log sin D , log (xb – xa) dan lain sebagainya.
sin D
Kolom paling atas didisi nilai sebenarnya
= 1.251,42 sin - 42 o 2239,61“
sin 64º4703 dari besaran yang dihitung. Seperti pada
= -932,316 baris pertama kolom bagian kiri diisi
Sehingga koordinat P adalah ; pencarian koordinat titik H yang dicari baik
xp = xb + dbp sin D bp dari titik A maupun titik B.
= 23.373,83+(- 932,31 sin195o 52’46,2“) Baris pertama diisi dengan nilai koordinat
= 23.628,92 titik B untuk Xb disamping kiri dan Yb
yp = yb + dbp cos D bp disamping kanan. Selanjutnya diisi nilai dbh
o
= 90.179,61+(- 932,31 cos195 52’46,2“) sin D bh. Kemudian isi nilai koordinat Xh,
= 91.076,348 yang merupakan penambahan anatara nilai
koordinat Xb dengan sin D bh, begitupula
Dengan Bantuan Logaritma
untuk Yb.
Hitungan yang dilakukan dengan cara
Lakukan hal yang sama untuk mencari nilai
logaritmis maka untuk hitungan digunakan
koordinat H yang dihitung dari titik A,
suatu formulir, supaya hitungan tertata
sehingga diperlukan Xa, dan dah sin D ah
dengan rapi dan teratur, sehingga bila
untuk menghitung Xh. Dan diperlukan Ya dan
terdapat kesalahan dapat dengan mudah
dah cos D ah untuk menghitung Yh.
ditemukan dan diperbaiki.
Kolom bagian kiri digunakan untuk
Formulir dibagi dalam dua bagian. bagian
menghitung koordinat titik P, dapat dicari
atas diisi dengan angka-angka sebenarnya
dari titik A maupun B. bila dari titik A
dan bagian bawah yang diisi dengan harga-
diperlukan Xa dan dap sin D ap untuk
harga logaritma angka-angka itu.
menghitung Xp, dan diperlukan Ya dan dap
Lajur-lajur yang bernomor ganjil menyatakan cos D untuk menghitung Yp.
ap
besaran-besaran dengan huruf, sedangkan
lajur lainnya yang bernomor genap memuat
230
(x b - x a ) D hc = 180o – Į
dab = = 180o-64o27’43,2”
sinD ab
= 115 o 32’16,5“
(-2.168,09 - 2.904,28)
=
sin 157 o 29'14,8“ Ȗ= D hc+180 - D bh
= 1.922,741 D bh = D ab + ( D + E )
= 157 o 29’14,8“+(47º16’30’’+41º08’19’’)
232
= 245o54’3,8“ = - 3.739,91
o
Ȗ = 115 32’16,5“180 - 245 54’3,8“ o
yh = yb + dbh cos D bh
o
= 49 38’12,7“ =2.351,09+1.721,898 cos 245o 54’3,8”
= 1.648,015
Menentukan Įap dan dap
D ap = D ab + Ȗ Menentukan Įbp dan dbp
o o
= 157 29’14,8“+ 49 38’12,7“ D bp = D ab + ( D +Ȗ)
o
= 207 7’27,5“ =157o29’14,8“+47º16’30’’+49o 38’12,7“
= 254o 23’57,5“
sin D J
d ab
dap =
sin D d ab
dap = sin J
= 1.922,741 sin 47º16'30"49 o 38'12,7“ sin D
sin 47º16'30"
= 1.922,741 sin 49 o 38'12,7“
= 2.598,311 sin 47º16'30"
Sehingga koordinat P adalah ; = 1.994,289
xp = xa + dap sin D ap Sehingga koordinat P adalah ;
o
= -2.904,28+ 2.598,311sin 207 7’27,5“ xp = xb + dbp sin D bp
= - 4.088,908 = -2.168,09+1.994,289 sin254o23’57,5“
yp = ya + dap cos D ap = - 4.088,908
o
= 4.127,31+ 2.598,311cos 207 7’27,5“ yp = yb + dbp cos D bp
= 1.814,758 = 2.351,09+1.994,289 cos254o23’57,5“
= 1.814,763
Menentukan koordinat H dan P dari titik B
Menentukan Įbh dan dbh
D bh = D ab + ( D + E )
= 157 o 29’14,8“ + (47º16’30’’+41º08’19’’)
= 245o 54’3,8”
d ab
dah = sin E
sin D
sin 41º08'19"
1.922,741
=
sin 47º16'30"
= 1.721,898
Sehingga koordinat H adalah ;
xh = xb + dbh sin D bh
=-2.168,09+1.721,898 sin245o 54’3,8”
233
ȕ
Pada A dan B lukiskan sudut E dan sudut B(Xb,Yb
180- (ȕ + Į) A (Xa,Ya)
Ȗ
B(Xb,Yb
Cara grafis lainnya dapat pula dilakukan 3. Pada kertas transaran lukislah sudut
dengan langkah yang berbeda, yaitu D dan E dari suatu titik.
sediakan 2 macam masing-masing kertas 4. Pasanglah kertas transparan tadi yang
transparan dan kertas grafik. telah dilengkapi lukisan sudut tepat
Pada kertas grafik lukiskan titik A, B dan C, diatas kertas grafik yang telah
sedangkan pada kertas transparan lukiskan ditentukan titik titik A,B dan C.
Į
ȕ
B(Xb,Yb P C
A (Xa,Ya)
1. Rumus Sinus
2. Segitiga sehadap Alfa ab = Tan^-1 [(Xb-Xa)/(Yb-Ya)]
3. Jumlah sudut dalam segitiga
Gambar 218. Model Diagram Alir Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins
236
Rangkuman
4. Theodolite, adalah alat yang digunakan untuk membaca sudut azimuth, sudut vertikal
dan bacaan benang atas, bawah dan tengah dari rambu ukur.
5. Fungsi Theodolite digunakan untuk mengukur besaran sudut datar yang dibentuk dari
titik koordinat yang akan dicari titik-titik lain yang telah diketahui koordinatnya.
6. Rambu ukur, digunakan sebagai patok yang diletakan di titik-titik yang telah diketahui
koordinatnya untuk membantu dalam menentukan besaran sudut yang dibentuk dari
beberapa titik yang telah diketahui koordinatnya, sehingga pada keperluan pengukuran
ini tidak diperlukan data pada rambu ukur seperti benang tengah, benang atas, dan
benang bawah.
Soal Latihan
1. Sebutkan dan Jelaskan fungsi dari peralatan dan bahan yang digunakan pada
pengukuran pengikatan ke belakang dengan cara Metode Collins?
2. Bagaimana cara pengaturan dan pemakaian alat theodolite?
3. Bagaimana cara pembacaan sudut mendatar pada alat theodolite?
4. Jelaskan dan gambarkan cara menentukan titik-titik koordinat pada pengikatan
kebelakang dengan metode Collins?
5. Hitunglah koordinat titik P ( Xp, Yp ) dengan pengikatan ke belakang cara Collins,
dengan data sebagai berikut :
A : x = +23.231,58 B : x = + 23.373,83 C : x = + 24.681,92 Į = 64º47’03’’
y = + 91.422,92 y = + 90.179,61 y = + 90.831,87 ȕ = 87º11’28’’
239
Seperti terlihat pada gambar-gambar berikut Karena kondisi alam tidak memungkinkan
pada kondisi alam yang sulit baik daerah sehingga diperlukan cara pengikatan ke
Cassini dibutuhkan dua titik bantu yaitu titik pengikatan ke belakang cara Cassini, antara
titik S dari titik C. Untuk menentukan titik P Theodolite, adalah alat yang digunakan
dapat dicari dari titik R dan S. untuk mengukur besaran sudut datar dari
titik koordinat yang akan dicari terhadap titik-
A B C
titik lain yang telah diketahui koordinatnya,
penggunaan tersebut khususnya pada
pekerjaan pengukuran pengikatan ke
Įȕ belakang.
datar optis yang hanya dapat diputar arah tengah, benang atas dan benang bawah
horizontal saja. yang biasa dibaca dengan theodolite pada
kebanyakan pengukuran.
Keunggulan theodolite selain dapat
digunakan dalam pengukuran kerangka Rambu ukur ini diletakan tepat pada titik-titik
dasar vertikal dapat pula digunakan pada yang telah diketahui koordinantnya, yang
pengukuran kerangka dasar horizontal mana pada pengikatan ke belakang
sehingga dapat digunakan pada daerah dibutuhkan tiga titik yang telah harus
bukit dari permukaan bumi, yaitu pada diketahui koordinantnya.
kemiringan 15 % – 45%.
B C
A
Į ȕ
90o
Dari data yang telah tersedia diantaranya
adalah koordinat titik A, B dan C, serta sudut E
mendatar Į dan ǃ yang diperoleh dari
pengukuran di lapangan, selanjutnya cara R
sama dengan 900. Karena segitiga BPR Hubungkanlah titik R, titik P dan titik S.
0
sama dengan 90 sehingga segitiga BPS maka titik R, titik P dan titik S tersebut akan
0
sama dengan 90 . terletak pada satu garis lurus, karena sudut
yang dibentuk oleh BPR dan BPS adalah
900. Titik R dan S dinamakan titik-titik
B
penolong Cassini, yang membantu dalam
menentukan koordinat titik P
C
90o Terlebih dahulu akan dicari koordinat-
ȕ koordinat titik penolong Cassini R dan S
P
agar dapat dihitung sudut jurusan garis RS
karena PB tegak lurus terhadap RS maka
A (Xa, Ya)
d ab
B (Xb, Yb)
da r
d cb
C (Xc, Yc)
D
R
D E
dcs
E
P
S
Cassini (1679)
Gambar 231. Cara pengikatan ke belakang metode Cassini
246
y2 – y1 = ( x2 – x1 ) cotg Į12
Įab
( x2 x1 ) A
tgD12
( y2 y1 ) 90o
Įar B
Seperti yang ditunjukan pada gambar 235 Koordinat-koordinat titik S dicari dalam
segitiga ABR untuk menentukan dar dan segitiga BSC yang siku-siku di titik C, maka
gambar 236 menghitung Įar. d cs d cb cot gE dan D cs D bc 90q
247
1 ½ § 1· B : x = + 23.373,83
yp ® yb nyr xb xr ¾ : ¨ n ¸
¯n ¿ © n¹ y = +90.179,61
C : x = + 24.681,92
9.3.2 Langkah-langkah perhitungan y = + 90.831,87
Koordinat R ǃ = 87º11’28’’
y c ( xc xb ) cot gE § 1 ·
ys ¨ nXb Xr Yb Yr ¸ = ( - 82.166,26 -
© n ¹
( xc xb ) = 24.681,92- 23.373,83
6.442,14 - 1.176,32) = - 89.784,72
= 1.308,99
- 89.784,72
Cotg ǃ = Cotg 87º11’28’’ xp = 23.628,93
- 3.79,978
= 0,04906
( xc xb ) cot gE = 1.308,99x 0,04906 Menentukan yp
= 64,17 § 1 ·
¨ n y r y b xb x r ¸
yr = 90.831,87+ 64,17 yp © n ¹
1
= 90.767,70 (n )
n
Menentukan n
n yr = - 3.51,531 x - 91.355,93
( xs xr )
n tgD rs = - 321.144,41
( ys yr )
1 1
(24.713,92 22.646,11) yb = x 90.179,61
n - 3.51,531
(90.767,70 91.355,93)
= - 25.653,39
= - 3.51,531
( xb xr ) = 23.373,83 – 22.646,11
250
= 727,72
Menentukan yp
1 1
(n ) = - 3.51,531 § 1 ·
n - 3.51,531 ¨ n y s y b xb x s ¸
yp © n ¹
§ 1 · 1
¨ nYr Yb Xb Xr ¸ = (-321.144,41- (n )
© n ¹ n
25.653,39 + 727,72) = - 346.070,08 n yr = - 3.51,531 x - 90.767,70
- 346.070,08 = - 319.0776,6035
yp = 91.076,35
- 3.79,978 1 1
yb = x 90.179,61
Sehingga dari perhitungan di atas, dapat n - 3.51,531
disimpulkan bahwa koordinat titik P adalah = - 25.653,39
(Xp = 23.628,93 dan Yp= 91.076,35 )
( xb x s ) = 23.373,83 – 24.713,92
Dicari dari titik S = -1.340,09
Menentukan Xp
1 1
(n ) = - 3.51,531
§ 1 · n - 3.51,531
¨ n xb x s y b y s ¸
© n ¹
xp § 1 ·
1
(n ) ¨ nYs Yb Xb Xs ¸ =
n © n ¹
(-319.0776,6035 - 25.653,39 -1.340,09)
n xb = - 3.51,531 x 23.373,83
= - 346.070,08
= - 82.166,26
- 346.070,08
1 1 yp = 91.076,35
xs = x 24.713,92 - 3.79,978
n - 3.51,531
Sehingga dari perhitungan di atas, dapat
= - 7.030,367
disimpulkan bahwa koordinat titik P adalah
( yb y s ) = 90.179,61 – 90.767,70 (Xp = 23.628,93 dan Yp= 91.076,35 ) baik
= - 588,09 jika diukur dari koordinat titik R maupuan S.
1 1
(n ) = - 3.51,531
n - 3.51,531
§ 1 ·
¨ nXb Xs Yb Ys ¸ = ( - 82.166,26 -
© n ¹
7.030,367 - 588,09) = - 89.784,72
- 89.784,72
xp = 23.628,93
- 3.79,978
251
Menentukan xr = 1,14476
Menggunakan rumus :
( yc yb ) cot gE = - 4.727,01 x 1,14476
xr x a ( y b y a ) cot gD
= -5.411,307
( yb ya ) = 2.168,09 – 4.127,31 Xs = 4.682,09 – 5.411,307
= - 1.959,22 = - 729,218
Menentukan n § 1 ·
¨ n y r y b xb x r ¸
( xs xr ) © n ¹
n tgD rs yp
( ys yr ) 1
(n )
n
(729,218 4.713,779)
(5.465,913 4.807,41) n yr = 6,0509 x 4.807,41
= 6,0509 = 29.087,157
Dicari dari titik R 1 1
yb = x 2.351,09
Menentukan Xp n 6,0509
1 = 388,552
nXb Xr Yb Yr
Xp n ( xb xr ) = - 2.168,09 + 4.713,779
§ 1·
¨n ¸ = 2.545,689
© n¹
1 1
n xb = 6,0509 x -2.168,09 (n ) = 6,0509
n 6,0509
= - 13.118,896
= 6,21616
1 1
xr = x -4.713,779 § 1 ·
n - 3.51,531 ¨ nYr Yb Xb Xr ¸ = (29.089,157 +
© n ¹
= - 779,021
388,552
( yb yr ) = 2.351,09 – 4.807,41 + 2.545,659)
= - 2.456,32 = 32.623,368
1 1 32.623,368
(n ) = 6,0509 yp = 5.151,632
n 6,0509 6,21616
= 6,21616 Sehingga dari perhitungan di atas, dapat
1 1 § 1 ·
xs = x – 729,218 ¨ nYs Yb Xb Xs ¸ = (33.073,69 +
n 6,0509 © n ¹
= - 120,518 388,552 - 1.438,57 = 32.623,368
( yb y s ) = 2.351,09 – 5.465,913 32.623,368
yp = 5.151,632
= - 3.114,822 6,21616
1 1 Sehingga dari perhitungan di atas, dapat
(n ) = 6,0509 = 6,21616
n 6,0509 disimpulkan bahwa koordinat titik P adalah
(Xp = - 2.630,922 dan Yp = 5.151,632) baik
§ 1 ·
¨ nXb Xs Yb Ys ¸ = (- 13.118,896- diukur dari titik penolong R maupun S.
© n ¹
3.114,822 9.4. Penggambaran pengikatan ke
- 120,518) belakang metode Cassini
= - 16.354,232
Selain dengan cara hitungan dengan
- 16.354,232
xp = - 2.630,922 metode Cassini, koordinat titik P dapat pula
- 6,21616
dicari dengan menggunakan metode grafis.
Menentukan yp Secara garis besar dijelaskan sebagai
1 berikut :
nYs Yb Xb Xs
Yp n
a. Lukis di titik B sudut
G1 90 0
D
§ 1·
¨n ¸ G2 90 0
E
© n¹
dan,
n y s = 6,0509 x 5.465,913 b. Lukis sudut 90o di A dan di C, sehingga
= 33.073,69 garis-garis tersebut akan berpotongan di
1 1 R dan S,
yb = x 2.351,09
n 6,0509 c. Maka garis tegak lurus dari B pada garis
A (Xa,Ya)
C (Xc,Yc) tersebut, sehingga kedua titik terdapat
dalam satu garis lurus.
B (Xb,Yb)
A
B C
Gambar 236. Penentuan koordinat titik A, B dan C.
A
Gambar 237. Menentukan sudut 90 – Į dan 90 - ȕ
o o
C
o B
3. lukis sudut 90 di titik A sehingga akan
berpotongan dengan sudut yang
dibentuk oleh sudut 90 o
– Į. Titik 90o 90o
S
perpotongan tersebut kita sebut titik R. R
P (Xp,Yp)
dan lukis sudut 90o di titik B sehingga
Gambar 240. Penentuan titik P
akan berpotongan dengan sudut yang
dibentuk oleh sudut 90o – ǃ. Titik 6. Bacalah koordinat titik P tersebut
perpotongan tersebut kita sebut titik S.
90o C
B
90o
S
R
Gambar 238. Penentuan titik R dan S
255
Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-08
Cara Pengikatan
Pengikatan KeKe Belakang
Belakang Metode
Metode Cassini Cassini
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT
Alat Theodolite berdiri di atas Titik P dan Ditarik garis tegak lurus
dibidik ke Benchmark A, B dan C dari AB & BC
Perpotongan lingkaran
dengan
Garis tegak lurus AB &
Sudut Alfa = < APB Sudut Beta = < BPC BC adalah
Titik Penolong R dan S
1. Rumus Sinus
Alfa ab = Tan^-1 [(Xb-Xa)/(Yb-Ya)]
2. Segitiga sehadap
Alfa bc = Tan^-1 [(Xc-Xa)/(Yc-Ya)]
3. Jumlah sudut dalam segitiga
Gambar 241. Model diagram alir cara pengikatan ke belakang metode cassini
256
Rangkuman
1. Cara pengikatan ke belakang metode Cassini merupakan salah satu model perhitungan
yang berfungsi untuk mengetahui suatu titik koordinat, yang dapat dicari dari titik-titik
koordinat lain yang sudah diketahui.
Soal Latihan
yaitu suatu pengukuran untuk suatu yang terdiri dari beberapa metode
1. Dengan cara mengikat ke muka pada apabila titik-titik yang akan dicari
S
D Pengukuran poligon dapat ditinjau dari
Ada ketentuan dimana S harus 1 : bentuk fisik visualnya dan dari
10.000 (tergantung dari kondisi medan geometriknya.
pengukuran)
Tinjauan dari bentuk fisik visualnya terdiri
Pengukuran poligon dilakukan untuk dari :
merapatkan koordinat titik-titik di lapangan
Poligon terbuka (secara geometris
dengan tujuan sebagai dasar untuk
dan matematis), terdiri atas
keperluan pemetaan atau keperluan teknis
serangkaian garis yang berhubungan
lainnya.
tetapi tidak kembali ke titik awal atau
Tujuan Pengukuran Poligon
terikat pada sebuah titik dengan
Untuk menetapkan koordinat titik-titik
ketelitian sama atau lebih tinggi
sudut yang diukur seperti : panjang sisi
ordenya. Titik pertama tidak sama
segi banyak, dan besar sudut-sudutnya.
dengan titik terakhir.
Guna dari pengukuran poligon adalah
- Untuk membuat kerangka daripada
peta
- Pengukuran titik tetap dalam kota
262
Poligon Terbuka
Poligon terbuka bermacam-macam, antara
sembarang, misalkan sudut azimuth awal Poligon terbuka, salah satu ujung terikat
yaitu antara 1 dan 2. Koordinat juga dibuat azimuth.
sembarang, kita misalkan salah satu titik
Pada poligon ini salah satu titik pengukuran
pengukuran memiliki koordinat awal. Tidak
diketahui sudut azimuthnya, baik itu titik
ada koreksi sudut dan koreksi koordinat
awal pengukuran maupun titik akhir
pada pengukuran metode poligon terbuka
pengukuran.
tanpa ikatan,yang ada hanyalah orientasi
lokal dan koordinat lokal.
E E E
B E E
1 2 3
D 5
F
4 6
A C E G
E Sudut yang diukur
Jarak yang diukur
$% Tempat pesawat theodolite
Titik yang diketahui koordinatnya
Sudut Azimuth setiap poligon dapat dihitung Poligon terbuka salah satu ujung terikat
dari azimuth awal yang telah diketahui sudut koordinat.
azimuthnya. Koordinat masih merupakan Pada poligon ini salah satu ujung
koordinat lokal karena tidak ada satu titik pengukuran diketahui koordinatnya
pun yang diketahui koordinatnya. sedangkan titik lainnya tidak diketahui baik
itu koordinat maupun azimuthnya.
D$ E E E
E E
E B 2 3
D 5
F
1 4 6
A C E G
E Sudut yang diukur
Jarak yang diukur
$% Tempat pesawat theodolite
D$ Azimuth yang diketahui
Titik yang diketahui koordinatnya
Gambar 248. Poligon terbuka salah satu ujung terikat koordinat
265
Pada poligon ini dapat dilakukan apabila Poligon terbuka salah satu ujung terikat
salah satu ujung poligon diukur azimuthnya azimuth dan koordinat
(dengan kompas atau azimuth matahari),
Pada poligon jenis ini salah satu ujung
dengan diketahuinya azimuth dan koordinat
terikat penuh sedangkan ujung lainnya
pada salah satu titik maka azimuth pada
bebas. Salah satu ujung pada poligon ini
semua sisi dapat dihitung. Tidak ada koreksi
memiliki keterangan yang cukup jelas
sudut, koreksi koordinat pada poligon jenis
karena diketahui koordinat dan azimuth.
ini. Pada dasarnya poligon ini sama saja
dengan jenis poligon terbuka tanpa ikatan.
Relatif sulit dalam pengukuran.
D$ E E E
B E E
E
1 2 3
D 5
F
4 6
A C E G
E Sudut yang diukur
Jarak yang diukur
$% Tempat pesawat theodolite
D$ Azimuth yang diketahui
Titik yang diketahui koordinatnya
Gambar 249. Poligon terbuka salah satu ujung terikat azimuth dan koordinat
Sudut azimuth pada setiap titik dapat dan translasi, jadi poligon ini terletak pada
dihitung karena diketahui sudut azimuth satu koordinat yang benar.
awal, begitu juga dengan koordinat,
Poligon terbuka kedua ujung terikat
koordinat akan lebih mudah ditentukan
azimuth
karena koordinat awal sudah diketahui
Kedua ujung pengukuran pada poligon ini
sebelumnya. Dengan demikian tidak ada
terikat oleh sudut azimuth.
koreksi sudut dan koordinat. Orientasi dan
Azimuth awal dan akhir diketahui, maka
koordinat benar atau bukan lokal. Poligon
ada koreksi sudut pada pengukuran ini,
tipe ini jauh lebih baik dibandingkan tipe
syarat :
poligon sebelumnya karena tidak ada rotasi
6>E@^n-2)` DakhirDawal
266
D$ E E E DG
B E E
E
1 2 3
D 5
F E
4 6
A C E G
E Sudut yang diukur
Jarak yang diukur
$% Tempat pesawat theodolite
D$DG Azimuth yang diketahui
Setelah semua sudut diberi koreksi, maka Poligon terbuka, salah satu ujung terikat
semua sisi poligon dapat dihitung juga, azimuth sedangkan sudut lainnya terikat
karena tidak ada satupun titik yang diketahui koordinat
koordinatnya, terpaksa salah satu titik
Dengan diketahuinya Ddan E maka semua
dimisalkan sebagai koordinat awal.
sudut azimuth dapat dihitung selisih–selisih
Dengan demikian koordinat poligon adalah absis ( S Sin D) dan selisih-selisih ordinat
koordinat lokal. Pada pengukuran ini ada (S Cos D). Dengan data tersebut dan
koreksi sudut namun tidak terdapat koreksi koordinat G, maka koordinat titik A, B, C,...
koordinat, orientasi benar (global) dapat dihitung walaupun secara mundur.
sedangkan koordinat lokal. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada koreksi
sudut, tidak ada koreksi koordinat, orientasi
benar, dan koordinat benar (bukan lokal).
D$ E E E
E E
E B 2 3
D 5
F
1 4 6
A C E G
E Sudut yang diukur
Sudut yang diukur
$% Sudut yang diukur
D$ Azimuth yang diketahui
Titik yang diketahui koordinatnya
Gambar 251. Poligon terbuka, salah satu ujung terikat azimuth sedangkan sudut lainnya terikat koordinat
267
E E E
E E
B 2 3
D 5
F
1 4 6
A C E G
E S ud ut yan g d iuku r
S ud ut yan g d iu kur
$ % S u d ut y an g diuku r
T itik ya n g d ike tah ui koo rdin atnya
Gambar 252. Poligon terbuka kedua ujung terikat koordinat
Pada pengukuran ini titik awal dan akhir ordinat yang baru (S Cos D) sebagai Si
pengukuran diketahui koordinatnya.
Cos Di.
Langkah perhitungan sudut pada poligon ini
adalah sebagai berikut : x Hitung (S Sin CDҗҏ) dan (S CosCDҗ).
x Hitung selisih –selisih absis yang baru koreksi koordinat ada, orientasi benar dan
koordinat benar.
(S Sin D), sebagai Si Sin Di dan selisih
268
D E E E
awal D
akhir
E E
E B 2 3
D 5
F E
1 4 6
A C E G
E Sudut yang diukur
Jarak yang diukur
$% Tempat pesawat theodolite
D Azimuth yang diketahui
Titik yang diketahui koordinatnya
Gambar 253. Poligon terbuka salah satu ujung terikat koordinat dan azimutk
sedangkan yang lain hanya terikat azimuth
Poligon terbuka, satu ujung terikat azimuth dan koordinat sedangkan ujung lainnya
hanya terikat koordinat.
Dawal
E E E
E E
E B 2 3
D 5
F
1 4 6
A(XA,YA) C E G(XG,YG)
E Sudut yang diukur
Jarak yang diukur
$% Tempat pesawat theodolite
D Azimuth yang diketahui
Titik yang diketahui koordinatnya
Gambar 254. Poligon terbuka salah satu ujung terikat azimuth dan koordinat sedangkan
ujung lain hanya terikat koordinat
x Hitung selisih absis (H) dan ordinat (K) V'Yi = (Si . V 'Y) / S
Dҏ yang sudah ҏdiketahui. Pembahasan atau sumbu kesatu S1. Di atas sumbu
S1 diletakkan lagi suatu pelat yang
yang penting terutama untuk poligon terikat
berbentuk lingkaran dan mempunyai
sempurna baik tertutup maupun terbuka.
jari-jari kurang dari jari-jari pelat bagian
Poligon terikat sempurna yaitu suatu poligon bawah. Pada dua tempat di tepi
yang diikatkan oleh dua buah titik pada awal lingkaran di buat pembaca no yang
pengukuran dan dua buah titik pada akhir berbentuk alat pembaca nonius. Diatas
pengukuran yang masing-masing telah nonius ini ditempatkan dua kaki yang
mempunyai koordinat definitif dari hasil penyangga sumbu mendatar. Suatu
pengukuran sebelumnya. Nilai sudut-sudut nivo diletakkan di atas pelat nonius
dalam atau luar serta jarak mendatar antara untuk membuat sumbu kesatu tegak
titik-titik poligon diperoleh atau diukur dari lurus.
lapangan menggunakan alat pengukur c. Bagian atas, terdiri dari sumbu
sudut dan pengukur jarak yang mempunyai mendatar atau sumbu kedua yang
tingkat ketelitian tinggi. diletakkan diatas kaki penyangga
sumbu kedua S2. Pada sumbu kedua
10. 3 Peralatan, bahan dan
ditempatkan suatu teropong tp yang
prosedur pengukuran
poligon mempunyai diafragma dan dengan
demikian mempunyai garis bidik gb.
10.3.1 Peralatan Yang Digunakan :
Pada sumbu kedua diletakkan pelat
1. Pesawat Theodolite
yang berbentuk lingkaran dilengkapi
Alat pengukur Theodolitee dapat
dengan skala lingkaran tegak ini
mengukur sudut-sudut yang mendatar
ditempatkan dua nonius pada kaki
dan tegak. Alat pengukur sudut
penyangga sumbu kedua.
theodolite dibagi dalam 3 bagian yaitu:
Jika di lihat dari cara pengukuran dan
a. Bagian bawah, terdiri atas tiga sekrup
konstruksinya, bentuk alat ukur Theodolite
penyetel SK yang menyangga suatu
di bagi dalam dua jenis, yaitu :
tabung dan pelat yang berbentuk
272
4. Patok
Patok dalam ukur tanah berfungsi untuk
memberi tanda batas jalon, dimana titik
setelah diukur dan akan diperlukan lagi Gambar 260. Jalon
pada waktu lain. Patok biasanya
ditanam didalam tanah dan yang 5. Rambu Ukur
menonjol antara 5 cm-10 cm, dengan Rambu ukur dapat terbuat dari kayu,
maksud agar tidak lepas dan tidak campuran alumunium yang diberi skala
mudah dicabut. Patok terbuat dari dua pembacaan. Ukuran lebarnya r 4 cm,
macam bahan yaitu kayu dan besi atau panjang antara 3m-5m pembacaan
beton. dilengkapi dengan angka dari meter,
x Patok Kayu desimeter, sentimeter, dan milimeter.
Patok kayu yang terbuat dari kayu,
berpenampang bujur sangkar dengan
ukuran r 50 mm x 50 mm, dan bagian
atasnya diberi cat.
274
6. Payung
Payung ini digunakan atau memiliki
Gambar 263. Pita ukur
fungsi sebagai pelindung dari panas dan
hujan untuk alat ukur itu sendiri. Karena 10.1.1 Bahan Yang Digunakan :
bila alat ukur sering kepanasan atau 1. Formulir Ukur
kehujanan, lambat laun alat tersebut Formulir pengukuran digunakan
pasti mudah rusak (seperti; jamuran, untuk mencatat kondisi di
dll). lapangan dan hasil
perhitungan-perhitungan/
pengukuran di lapangan. (Lihat
tabel 24, 25 dan 26)
Alat tulis digunakan untuk mencatat - usahakan dasar alat statif sedatar
menaik turunkan kaki alat dengan - Periksa gelembung nivo kotak jika
bantuan sekrup kaki sehingga unting- berubah atur lagi dan ulangi
unting tepat di atas paku pekerjaan.
- kaki alat diinjak kuat-kuat sehingga
6. Atur nivo tabung dengan 3 sekrup
masuk ke dalam tanah.
penyetel A, B, C.
5. Ketengahkan gelembung nivo kotak
Cara mengaturnya :
dengan bantuan ketiga sekrup penyetel
a. Putar teropong hingga nivo tabung
sekaligus
terletak ejajar dengan 2 sekrup
penyetel A dan B
NIVO KOTAK
C
yang telah ada yang digunakan pada data poligon dapat diselesaikan dengan
vertikal, dirikan alat theodolite pada titik Pada metode Bowditch, bobot koreksi
Perhitungan meliputi :
- mengoreksi hasil ukuran
- mereduksi hasil ukuran, misalnya
mereduksi jarak miring menjadi jarak
mendatar dan lain-lain
- menghitung azimuth pengamatan
matahari
Gambar 271. Penempatan unting-unting
- menghitung koordinat dan ketinggian
setiap titik
Hasil yang diperoleh dari praktek
Catatan :
pengukuran poligon di lapangan adalah
1. Apabila Kerangka Dasar Horizontal
koordinat titik-titik yang diukur sebagai titik-
akan dihitung pada proyeksi tertentu
titik ikat untuk keperluan penggambaran
misalnya Polyeder atau U.T.M, maka
titik-titik detail dalam pemetaan.
sebelumnya harus dilakukan hitungan
(XA, YA) dan (XB, YB), maka : poligon terhadap pengurangan sudut
Untuk menghitung koordinatnya, disamping lintang dan bujur geografi ini dapat
sudut dan jarak mendatar diperlukan pula ditentukan koordinat (X , Y) dalam sisitem
minimal satu jurusan awal dan satu titik umum.
yang telah diketahui koordinatnya.
- Bila tidak terdapat titik Triangulasi dan
Untuk jurusan Awal dapat ditentukan tidak dikehendaki koordinat dalam sistem
sebagai berikut : umum, maka salah satu titik kerangka
- Bila di sekitar titik-titik kerangka dasar dasar dapat dipilih sebagai titik awal
terdapat 2 titik Triangulasi, sudut jurusan dengan koordinat sembarang, misalnya :
dihitung dari titik-titik Triangulasi dapat X = 0, Y = 0. Sistem demikian dinamakan
digunakan sebagai jurusan awal Koordinat Setempat (lokal)
Apabila jurusan awal ini yang akan Titik awal tersebut sebaiknya dipilih yang
digunakan, maka jaring titik-titik kerangka terletak di tengah wilayah yang
dasar harus disambungkan ke tiitk dipetakan.
Triangulasi tersebut.
Bila tidak terdapat dari pengamatan
10.5 Penggambaran poligon
astronomi (pengamatan matahari atau
bintang); dari pengukuran menggunakan
Penggambaran poligon kerangka dasar
Theodolite Kompas atau ditentukan
horizontal dapat dilakukan secara manual
sembarang.
atau digital.
Untuk koordinat Awal dapat ditentukan
Penggambaran secara manual harus
sebagai berikut :
memperhatikan ukuran lembar yang
- Bila dikehendaki koordinat dalam sistem digunakan dan skala gambar, sedangkan
umum (sistem yang berlaku di wilayah penggambaran secara digital lebih
suatu negara) digunakan tiitk Triangulasi menekankan kepada sistem koordinat yang
(cukup satu titik saja). Dengan demikian digunakan serta satuan unit yang akan
kerangka dasar harus diikatkan ke titik dipakai dalam gambar digital yang
Triangulasi tersebut. berhubungan dengan keluaran akhir.
- Bila dikehendaki koordinat dalam sistem Penggambaran poligon kerangka dasar
umum tetapi terdapat tiitk Triangulasi, hoizontal akan menyajikan unsur-unsur :
maka di salah satu titik kerangka dasar sumbu absis, sumbu ordinat, dan garis
dilakukan pengukuran astronomi untuk hubung antara titik-titik poligon.
menentukan lintang dan bujurnya. Dari
283
bumi baik informasi vertikal maupun dipengaruhi oleh muai kerut bahan dan
perbandingan jarak di atas peta dengan utara ini dapat terdiri dari : arah utara
jarak sesungguhnya di lapangan. Skala geodetik, arah utara magnetis, dan arah
peta terdiri dari : skala numeris, skala utara grid koordinat proyeksi. Skala
Tim pengukuran yang membuat peta 2. menentukan ukuran kertas yang akan
Untuk mengetahui penanggung jawab dipakai
pengukuran di lapangan dan 3. membuat tata jarak peta, meliputi muka
penyajiannya di atas kertas, personel peta dan ruang legenda
yang disajikan akan memberikan 4. menghitung panjang dan lebar muka
informasi mengenai kualifikasi personel peta
yang terlibat. 5. mendapatkan skala jarak horizontal
Instalasi dan simbol yang memberikan panjang muka peta dengan kumulatif
Instalnsi dan simbol instalnsi ini akan menghasilkan nilai yang bulat maka
PENGOLAHAN DATA
Desimal
d2 11
D12 = E1 96 48 0 96,80000
d3 35
E2 191 4 30 191,07500
d4 15
E3 171 54 0 171,90000
d5 31
E4 100 34 30 100,57500
d6 28
E5 158 30 0 158,50000
51
d7
E6 87 36 30 87,60833
d8 21
E7 185 51 0 185,85000 d9 12
E8 88 46 0 88,76667 6d 227
E9 180 53 30 180,89167
Ditanyakan : Koordinat titik P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, dan P9 dengan Metode
Bowditch dan Metode Transit, serta cari luas Poligon Tertutup
dengan Metode Sarrus ?
Jawaban :
I. POLIGON TERTUTUP METODE BOWDITCH
A. Syarat 1
0 = 1,96667 + fȕ
fȕ = -1,96667
Mencari E Koreksi :
B. Syarat 2
6'X = 6d Sin D
6'X = (23 . Sin 193,40333) + (11 . Sin 204,28167) + (35 . Sin 195,985) +
(15 . Sin 116,36333) + (31 . Sin 94,66667) + (28 . Sin 2,07833) +
(51 . Sin 7,73167) + (21 . Sin -83,698333) + (12 . Sin -
83,00333)
6'X = -0,20463
6'Y = 6d Cos D
6'Y = (23 . Cos 193,40333) + (11 . Cos 204,28167) + (35 . Cos 195,985)
+ (15 . Sin 116,36333) + (31 . Cos 94,66667) + (28 . Cos 2,07833)
+ (51 . Cos 7,73167) + (21 . Cos -83,698333) + (12 . Cos -
83,00333)
6'Y = -0,29105
Mencari Bobot X
x Bobot X P1 = ('X12 : 6'X) = (-5,32297 : -0,20463) = 26,01208
x Bobot X P2 = ('X23 : 6'X) = (-4,51580 : -0,20463) = 22,06763
x Bobot X P3 = ('X34 : 6'X) = (-9,59999 : -0,20463) = 46,91286
x Bobot X P4 = ('X45 : 6'X) = (13,45009 : -0,20463) = -65,72735
x Bobot X P5 = ('X56 : 6'X) = (30,90198 : -0,20463) = -151,01059
x Bobot X P6 = ('X67 : 6'X) = (0,95141 : -0,20463) = -4,64930
x Bobot X P7 = ('X78 : 6'X) = (6,72628 : -0,20463) = -32,86973
x Bobot X P8 = ('X89 : 6'X) = (-20,88005 : -0,20463) = 102,03579
290
Mencari Bobot Y
x Bobot Y P1 = ('Y12 :6 'Y) = (-22,37557 : -0,29105) = 76,87877
x Bobot Y P2 = ('Y23 :6 'Y) = (-10,03033 : -0,29105) = 34,46257
x Bobot Y P3 = ('Y34 :6 'Y) = (-33,65769 : -0,29105) = 115,64230
x Bobot Y P4 = ('Y45 :6 'Y) = (-6,64042 : -0,29105) = 22,81539
x Bobot Y P5 = ('Y56 :6 'Y) = (-2,46320 : -0,29105) = 8,46314
x Bobot Y P6 = ('Y67 :6 'Y) = ( 27,98383 : -0,29105) = -96,14785
x Bobot Y P7 = ('Y78:6 'Y) = ( 50,55450 : -0,29105) = -173,69695
x Bobot Y P8 = ('Y89 :6 'Y) = (-2,24133 : -0,29105) = 7,70084
x Bobot Y P9 = ('Y91 : 6'Y) = (-1,42085 : -0,29105) = 4,88180
TITIK 3
x X3 = X2+ Setelah Koreksi 'X2 = 786482,68+ -4,51590 = 786478,16
x Y3 = Y2+ Setelah Koreksi 'Y2 =9240723,62+ -10,03062= 9240713,59
TITIK 4
x X4 = X3+ Setelah Koreksi 'X3 = 786478,16+-9,60020 = 786468,56
x Y4 = Y3+ Setelah Koreksi 'Y3=9240713,59+ -33,65880 = 9240679,94
TITIK 5
x X5 = X4+ Setelah Koreksi 'X4 = 786468,56+ 13,45039 = 786482,06
x Y5 = Y4+ Setelah Koreksi 'Y4 = 9240679,94+ -6,64014 = 9240673,30
294
TITIK 6
x X6 = X5+ Setelah Koreksi 'X5 = 786482,06+ 30,90267 = 786512,97
x Y6 = Y5+ Setelah Koreksi 'Y5 = 9240673,30+-2,46353 = 9240670,83
TITIK 7
x X7 = X6+ Setelah Koreksi 'X6 = 786512,97+ 0,95143 = 786513,92
x Y7 = Y6+ Setelah Koreksi 'Y6 = 9240670,83+ 27,98471= 9240698,82
TITIK 8
x X8 = X7+ Setelah Koreksi 'X7 = 786513,92+ 6,72643 = 786520,64
x Y8 = Y7+ Setelah Koreksi 'Y7 = 9240698,82+ 50,55603 = 9240749,37
TITIK 9
x X9 = X8+ Setelah Koreksi 'X8 = 786520,64+-20,88052 = 786499,76
x Y9 = Y8+ Setelah Koreksi 'Y8 = 9240749,37+ -2,24115 = 9240747,13
CONTROL
x X1 = X9+ Setelah Koreksi 'X9 = 786499,76+-11,91586 = 786488
x Y1 = Y9+ Setelah Koreksi 'Y9 = 9240747,13+ -1,42076 = 9240746
0 = 1,96667 + fȕ
fȕ = -1,96667
295
Mencari E Koreksi :
x E1 = E1 + (fE : 9) = 96,80000 + (-1,96667 : 9) = 96,58148
x E2 = E2 + (fE : 9) = 191,07500 + (-1,96667 : 9) = 190,85648
x E3 = E3 + (fE : 9) = 171,90000 + (-1,96667 : 9) = 171,68148
x E4 = E4 + (fE : 9) = 100,57500 + (-1,96667 : 9) = 100,35648
x E5 = E5 + (fE : 9) = 158,50000 + (-1,96667 : 9) = 158,28148
x E6 = E6 + (fE : 9) = 87,60833 + (-1,96667 : 9) = 87,38981
x E7 = E7 + (fE : 9) = 185,85000 + (-1,96667 : 9) = 185,63148
x E8 = E8 + (fE : 9) = 88,76667 + (-1,96667 : 9) = 88,54815
x E9 = E9 + (fE : 9) = 180,89167 + (-1,96667 : 9) = 180,67315
Mencari D Koreksi :
B. Syarat 2
6'X = 6d Sin D
6'X = (23 . Sin 193,40333) + (11 . Sin 204,28167) + (35 . Sin 195,985) +
(15 . Sin 116,36333) + (31 . Sin 94,66667) + (28 . Sin 2,07833) +
(51 . Sin 7,73167) + (21 . Sin -83,698333) + (12 . Sin -83,00333)
6'X = -0,20463
6'Y = 6d Cos D
= (23 . Cos 193,40333) + (11 . Cos 204,28167) + (35 . Cos 195,985)
+ (15 . Sin 116,36333) + (31 . Cos 94,66667) + (28 . Cos 2,07833)
+ (51 . Cos 7,73167) + (21 . Cos -83,698333) + (12 . Cos -
83,00333)
6'Y = -0,29105
TITIK 6
x X6 = X5+ Setelah Koreksi 'X5 = 786482,02 + 30,69800 =786512,71
x Y6 = Y5+ Setelah Koreksi 'Y5 = 9240674,25 +-2,44007 = 9240671,81
TITIK 7
x X7 = X6+ Setelah Koreksi 'X6 = 786512,71 + 0,94445 =786513,66
x Y7 = Y6+ Setelah Koreksi 'Y6 = 9240671,81+ 27,69295 =9240699,51
TITIK 8
x X8 = X7+ Setelah Koreksi 'X7 = 786513,66+ 6,69929 =786520,36
x Y8 = Y7+ Setelah Koreksi 'Y7 = 9240699,51+ 50,26598 =9240749,77
TITIK 9
x X9 = X8+ Setelah Koreksi 'X8 = 786520,36+-20,67658 =786499,68
x Y9 = Y8+ Setelah Koreksi 'Y8 = 9240749,77+ -2,21027 =9240747,56
CONTROL
x X1 = X9+ Setelah Koreksi 'X9 = 786499,68+-11,71239 =786488
x Y1 = Y9+ Setelah Koreksi 'Y9 =9240747,56+ -1,38639 =9240746
Penyelesaian :
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X1
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y1
2L123456789 = Xn . Yn+1 - Xn . Yn+1
= (X1.Y2) + (X2 .Y3) + (X3 .Y4) + (X4 . Y5) + (X5 .Y6) + (X6
.Y7) + (X7.Y8) + (X8.Y9) + (X9.Y1) - (Y1. X2) + (Y2
.X3) + (Y3 . X4) + (Y4 . X5) + (Y5 . X6) + (Y6 . X7) + (Y7.
X8) + (Y8.X9) + (Y9.X1)
= 5693
L123456789 = (5693) / 2
= 2846,5 m2
PENGUKURAN POLIGON
Sketsa :
304
PENGUKURAN POLIGON
7 8 B1 88 54 00 51
LB1 88 52 00
7 6 B2 263 18 00 28
LB2 262 46 00
8 9 B1 182 43 00 21
LB1 182 20 00
8 7 B2 271 24 00 51
LB2 271 11 00
9 1 B1 172 29 00 12
LB1 172 40 00
9 8 B2 6 26 30 21
LB2 6 26 30
Sketsa :
305
PENGUKURAN POLIGON
2 3 B1 251 45 00 11
LB1 251 49 00
2 1 B2 85 20 00 23
LB2 80 23 00
3 4 B1 263 11 00 35
LB1 263 11 00
3 2 B2 75 5 00 11
LB2 75 5 00
4 5 B1 344 7 00 15
LB1 344 6 00
4 3 B2 84 42 00 35
LB2 84 40 00
5 6 B1 357 14 00 31
LB1 357 12 00
5 4 B2 155 28 00 15
LB2 155 58 00
Sketsa : 28
7 51
6 8
87 185 88
31
21
158
180
5 9
100 191
15 171 96 12
4 1
3 11
2 23
35
CATATAN
306
P8
P7 X = 786520.56
Y = 9240749.37
X = 786513.84
Y = 9240698.88 101,4
55,43 INSTITUSI
Luar Biasa 2 = 180°58' Luar Biasa 2 = 263°18' Luar Biasa 2 = 271°11'
Biasa 2 = 262°46' Biasa 2 = 271°24'
Biasa 2 = 180°1'
Luar Biasa 1 = 182°20'
Biasa 1 = 182°43'
''
41,6
'
q
''
MATA PELAJARAN
30
E 185°51'
E
Luar Biasa 2 = 354°6'
Biasa 2 = 352°50'
Luar Biasa 1 = 172°40'
P9
Biasa 1 = 172°29' X = 786499.70
E 180°53'
Y = 9240747.13
8'
Luar Biasa 2=8°
°4
Biasa 2=8°
96
61,57
Luar Biasa 2 = 75°5'
E
Biasa 2 = 75°5'
23,57
Luar Biasa 2 = 80°23' Luar Biasa 1=271°19'
Biasa 2 = 155°28' DI GAMBAR
Luar Biasa 2 = 155°58' '' Biasa 1=271°11'
30 Biasa 2 = 85°20'
4'
9 1°
1
E 1
Luar Biasa 1 = 357°12' E P1
58
'
54 X = 786488
Biasa 1 = 357°14' 1° Biasa 1 = 251°45'
°30'
1 7 Y = 9240746
E Luar Biasa 1 = 251°49'
P5 E Biasa 1 = 263°11'
X = 786482.02
10 Luar Biasa 1 = 263°11'
45,4
0°3 2
Y = 9240673.39 4'3
0''
29
21 P2
,56
Luar Biasa 2 = 84°40' X = 786482.68
,49
Arah Utara
CATATAN
N
P7
X = 786513.92
P8
Y = 9240698.82 X = 786520.64
Y = 9240749.37
101,4
55,43 INSTITUSI
Luar Biasa 2 = 180°58' Luar Biasa 2 = 263°18' Luar Biasa 2 = 271°11'
Biasa 2 = 262°46' Biasa 2 = 271°24'
Biasa 2 = 180°1'
Luar Biasa 1 = 182°20'
Biasa 1 = 182°43'
''
'
41,6
q
''
E 185°51'
E
'30
MATA PELAJARAN
Luar Biasa 2 = 354°6'
Biasa 2 = 352°50'
Luar Biasa 1 = 172°40' P9
Biasa 1 = 172°29' X = 786499.76
E 180°53
Y = 9240747.13
8'
Luar Biasa 2=8°
°4
Biasa 2=8°
61,57
96
Luar Biasa 2 = 75°5' 23,57
E
Biasa 2 = 75°5' Luar Biasa 1=271°19'
Biasa 2 = 155°28' Luar Biasa 2 = 80°23'
Luar Biasa 2 = 155°58' 0'' Biasa 2 = 85°20' Biasa 1=271°11' DI GAMBAR
4'3
1°
19
E 1
E
Luar Biasa 1 = 357°12'
58
' P1
Biasa 1 = 357°14' 54 Biasa 1 = 251°45'
1°
°30'
17 Luar Biasa 1 = 251°49' X = 786488
E Y = 9240746
P5 E Biasa 1 = 263°11'
X = 786482.06 10
Luar Biasa 1 = 263°11'
45,4
0°3 2
Y = 9240673.30 4'3
0''
29
P2
,56
21
Luar Biasa 2 = 84°40' X = 786482.68
,49
JUDUL GAMBAR
Arah Utara
307
308
CATATAN
INSTITUSI
P8
P6 P7
MATA PELAJARAN
P9
DI GAMBAR
P1
P5 P2
LEGENDA
P3
Atap
Asbes Gelombang
P4
Potongan
Pohon
Gedung PKM
Rumput
SITE PLAN PENGUKURAN KDH POLYGON TERTUTUP DIPERIKSA
Dak Beton (METODE BOWDITCH)
INSTITUSI
P8
P6 P7
MATA PELAJARAN
P9
DI GAMBAR
P1
P5 P2
LEGENDA P3
Atap
Asbes Gelombang P4
Potongan
Pohon
Gedung PKM
Poligon
Terikat Terikat
Terbuka Tertutup Tidak Terikat
Sempurna Sebagian
Terikat :
a. Sudut Terikat Sudut Terikat Absis
b. Absis saja & Ordinat saja
c. Ordinat
Pengukuran di Lapangan :
Azimuth Biasa & Luar Koordinat Titik-Titik Basis
Biasa Sudut Jurusan Awal &
Jarak horisontal (datar) // Sudut Jurusan Akhir
bidang nivo
Kontrol Sudut
| Azimuth Akhir - Azimuth Awal | = Jumlah Sudut Beta - (n-2).180 + fB (total koreksi beta)
fB = |Azimuth Akhir - Azimuth Awal| - Jumlah Sudut Beta + (n-2).180
n = Jumlah Titik Sudut Beta
Kontrol Absis
X Akhir - X Awal = Jumlah (d . sin Azimuth) + fX (total koreksi absis)
fX = X Akhir - X Awal - Jumlah (d. sin Azimuth)
Kontrol Ordinat
Y Akhir - Y Awal = Jumlah (d. cos Azimuth) + fY (total koreksi ordinat)
fY = Y Akhir - Y Awal - Jumlah (d. cos Azimuth)
Gambar 278. Model diagram alir pengukuran kerangka dasar horizontal metode poligon
311
RANGKUMAN
Berdasarkan uraian materi bab 10 mengenai pengukuran poligon kerangka dasar
horisontal, maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Kerangka dasar horizontal adalah sejumlah titik yang telah diketahui koordinatnya dalam
suatu sistem koordinat tertentu. Tujuan pengukuran ini ialah untuk mendapatkan
hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi.
3. Poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan
dari pengukuran di lapangan. Sedangkan metode poligon adalah salah satu cara
penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan
satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian
titik-titik (poligon).
5. Tujuan Pengukuran poligon yaitu untuk menetapkan koordinat titik-titik sudut yang
diukur.
6. Jenis – jenis pengukuran poligon dapat ditinjau dari bentuk fisik visualnya dan dari
geometriknya.
data dan penggambaran poligon KDH bias dilakukan secara manual atau
digital.
SOAL LATIHAN
5. Diketahui : Data hasil Pengukuran Poligon Tertutup dengan titik Poligon 1 (716,50 ;
826,25) dan D12 = 81q01
01
= 81,016944
Desimal
E1 73 58 59 73,983056 d1 75,6
E3 88 58 02 88,96722 d3 64,9
Ditanyakan : Koordinat titik P2, P3, P4, P5, dan P6 dengan Metode Bowditch dan Metode
Transit, serta cari luas Poligon Tertutup dengan Metode Sarrus ?
313
Perhitungan dan informasi luas merupakan luas dengan mini komputer. Metode
salah satu informasi yang dibutuhkan pengukuran luas ada dua macam :
perencana dari hasil pengukuran lapangan. a. Diukur pada gambar situasi
Pengukuran luas ini dipergunakan untuk b. Dihitung dengan menggunakan data
berbagai kepentingan, yaitu hukum jarak dan sudut yang langsung
pertanahan, perubahan status hukum tanah, diperoleh dari pengukuran di lapangan.
pajak bumi dan lain sebagainya.
Luas yang diukur pada gambar situasi
disebut pengukuran tak langsung, karena
11.1 Metode-metode luas diperoleh secara tak langsung dengan
pengukuran
menggunakan instrumen dan gambar
situasi.
Luas adalah jumlah area yang terproyeksi
pada bidang horizontal dan dikelilingi oleh Luas yang dihitung dengan menggunakan
garis-garis batas. Pekerjaan pengukuran data jarak dan sudut yang langsung
menjadi pekerjaan studio dan pekerjaan disebut pengukuran langsung, karena luas
koordinat titik-titik potong garis batas. Untuk ketelitiannya bila dibandingkan dengan
mengukur luas terdapat berbagai macam pengukuran tak langsung karena lapangan
instrumen dan akhir-akhir ini dikembangkan besarnya skala gambar, harga yang
metode dimana koordinat-koordinat dari titik diperoleh dari gambar selalu kurang teliti
potong garis batas. Untuk mengukur luas dibandingkan dengan harga dari
akhir-akhir ini dikembangkan metode Selain itu, perhitungan luas dapat dilakukan
dimana koordinat-koordinat dari titik potong secara numeris analog, mekanis planimetris
batas dari gambar dimasukkan dengan dan numeris digital. Perhitungan luas secara
menggunakan plotter x-y untuk menghitung numeris analog menggunakan Metode
314
planimeter ini harus dilengkapi pula dengan adalah proyeksi luas diatas permukaan bumi
skala peta beserta penetapan titik awal pada bidang mendatar yang dikelilingi oleh
dihitung luasnya dengan alat planimetris ini Tergantung dari cara pengukuran dan
harus sudah disajikan dalam bentuk peta ketelitian yang dikehendaki penentuan dapat
dengan skala tertentu dan bentuknya dapat dilakukan dengan cara-cara antara lain :
tidak beraturan. a) Dengan mengunakan angka-angka
menyederhanakannya ditentukan S1 = d1 , i n
S2 = d1 + d2 , S3 = d2 + d3 , S4 = d3 + d4 , S5
= l ¦h
i 1
1
= d4.
f. Metoda simpson
Y0 Y1 Y2
d1 = d2 = d3 = d4, jadi :
I I
a b
A
d
^ y1 y 2 2 y 2 2 y 3 2 y 4 ` 2I
2
1^4 y 0 y 3 5 y1 y 2 y 0 y 3 `
3
8
1 y 0 3 y 2 y 3
3
8
318
D'
O' D
O'
C C F
N' N
B' B
M' M
S H
(A)
N
D
D'
G
C A'
C'
F
B B' B
S'
E (b)
A'
Contoh Soal
S ABB1 A1 BCC1B1 CDD1C1 AEC1 A1
Berdasarkan gambar di atas diperoleh data EDE1C1 .
seperti pada tabel berikut ini.
x2 x1 y2 y1 x3 x2 y3 y2 ½
1° °
® x4 x3 y4 y3 x5 x1 y5 y1 ¾
Tabel 27. Contoh perhitungan garis bujur ganda
S
2° °
Garis Garis Simpang Garis Bujur ¯ x4 x5 y4 y5 ¿
Pengukuran Lintang (m) Timur (m) Ganda (m)
AB +32,38 +16,28 16,28
BC +8,21 +33,21 65,77 1 § x2 y1 x1 y2 x3 y2 x2 y3 x4 y3 x3 y4 x5 y4 ·
¨ ¸¸
CD -16,93 +14,95 113,93 2 ¨© x4 y5 x1 y5 x5 y1 ¹
DE -21,12 -6,33 122,55
EF -35,06 -18,75 97,47
FG -11,22 -29,46 49,26
GA +43,74 -9,90 9,90 1 x1 y5 y2 x2 y1 y3 x3 y2 y4 ½
® ¾
2 ¯ x4 y3 y5 x5 y4 y1 ¿
Hitunglah luas daerah tersebut dengan
metoda garis bujur ganda. Apabila garis-garis tegak lurusnya
Penyelesaian : digambarkan terhadap sumbu y dari
Luas Ganda ( + ) = 1500,144 masing-masing titik pengukuran, maka :
¦ X n Yn1 YnYn1
1
S
h. Menghitung luas dengan koordinat 2 n 1, 2,..
tegak lurus
¦ Yn1 Yn X n X n1
1
atau
2 n 1, 2,...
¦ X n Yn1 X n1 Yn
1
atau
2 n 1, 2,...
graduasi vernir). Ada juga planimeter kutub planimeter yang tracer larmnya tidak dapat
ganda yang sering digunakan untuk disetel, juga pembacaan pada tracer arm
menghitung luas potongan melintang dan tidak ada. Konstruksi dari model ini terdiri
kualitasnya agak lebih baik dan pembacaan a. Planimeter yang dilengkapi zero setting.
2
minimum 2 – 5 mm . b. Planimeter yang tidak dilengkapi dengan
zero setting.
Pada alat sliding yang pertama, dilengkapi 9. Fine movement screw (roda pencatat)
dengan pembacaan pada tracer fine 10. Measuring wheel (roda pengukur)
movement screw, sehingga sewaktu 11. Measuring wheel vernier (nonius roda
menyetel bacaan pada tracer arm akan lebih pengukur)
mudah. 12. Zero setting (penyetel roda)
13. Carriage (pembawa)
Planimeter polar kompensasi, terdiri dari
beberapa bagian, antara lain :
b. Sliding bar model tanpa skrup
1. Pole weight (pemberat katup) penghalus
2. Pole arm (batang katup)
Pada alat macam kedua, tracer armnya
3. Tracing magnifier (pembesar penelusur)
langsung saja disetel, jadi alat ini tidak ada
4. Tracing arm (batang penelusur)
fine movement screw.
5. Tracer arm vernier (nonius batang
penelusur) Bagian-bagian dari macam kedua, antara
6. Idler wheel (penahan roda) lain :
7. Clamp screw (skrup pengikat) 1. Pole weight (pemberat katup)
8. Fine movement screw (skrup penggerak 2. Pole arm (batang katup)
halus)
1. Alat-alat
a. Planimeter sliding bar model.
b. Buku catatan dan alat-alat tulis.
2. Persiapan
Gambar 292. Pembacaan nonius model 1 dan 2
a. Periksa dan teliti alat yang akan
digunakan. Model 1
b. Perhatikan daftar yang ada dalam Hasil bacaan = 146 + 0,6 (dihitung pada
kotak. garis nonius yang
3. Langkah kerja berimpit)
a. Longgarkan seluruh skrup-skrup Hasil Bacaan = 146 + 0,6 = 146,6
pengikat (skrup pengikat ini ada dua Model 2
atau satu saja). Hasil bacaan = 139 + 0,8 (dihitung pada
b. Setel nonius pada bacaan satuan, garis nonius yang
sesuai dengan daftar dalam box berimpit)
(bacaan dalam box itu disesuaikan Hasil Bacaan = 139 + 0,8 = 139,8
pula nantinya waktu pengerjaan
325
a. Periksa dan teliti alat yang akan merupakaan bacaan yang sebenarnya.
kotak. MWV = 3
1103
3. Langkah kerja
Format daftar penggunaan planimeter.
a. Letakan figure betul-betul datar diatas
4. Gambar kerja
meja.
M EA SU R IN G L EV EL R ECO R D IN G D IA L (R D )
b. Letakan pemberat/pole weight diluar
figure dan tracing magnifier kira-kira
5
6 4
ditengah figure yang mana tracing arm 3
7 3
dan pole weight membuat sudut ± 900 10
2 8 2
5 9 1
c. Garis batas figure dicoba ditelusuri. 0
0
1
d. Tracing magnifier/tracing pen diletakan
pada titik yang ditentukan (titik awal).
Gambar 293. bacaan roda pengukur
e. Tekan zero setting untuk menolkan
bacaan.
f. Telusuri garis batas figure dari titik
yang ditentukan perlahan-lahan
sampai kembali ke titik yang ditentukan
perlahan-lahan sampai kembali ke titik
yang ditentukan itu (gerakan searah
jarum jam).
g. Baca bacaan pada jarum
penunjuk/recording dial dan catat
(misalnya RD = 1000).
326
P OLE WEIGHT
P OS IS I 1
T IT IK AWAL
P OS IS I II
90°
a. Taruhlah peta betul-betul mendatar Kalau dicari luas peta (gambar) maka
diatas meja. luas bacaan x satuan nonius (lihat kolom
b. Setel tractor arm vernier sesuai 5 pada contoh daftar planimeter 1). Luas
dengan skala, misalnya untuk peta = 1821 x 8 mm2.
planimeter nomor .... dengan skala 1
: 500 adalah 159,70. C
Keterangan yang harus tercantum dalam Perlu diperhatikan hasil pekerjaan ini
gambar kerja, didapat dua macam hasil bacaan, yaitu :
Skala gambar = .........
1. Hasil bacaan positif
NO Planimeter = .........
Posisi tracer arm = ......... Didapat apabila luas figure lebih besar dari
= 1843 – 1278
= 565 P E MBE RAT ( P OLE WE IGHT )
LINGKARAN DASAR
(BASED CIRCLE)
BATAS FIGURE
TRACING MAGNIFIER
BATAS FIGURE
LINGKARAN DAS AR
TRACING MAGNIFIER
Gambar 299. pengukuran luas peta pole weight (pemberat kutup) di dalam peta
333
tengah figure. = 60 m2
4. Telusuri figur percobaan, apakah dapat Selisih ini tergantung dari ketelitian pada
terjangkau semua dan lihat gerakan waktu pengukuran dan juga dari planimeter
jarum, disini jarum bergerak dari 0,9, 8, itu sendiri. Oleh karena itu, sebelum
7, jadi ini gerakan negatif. diadakan pengukuran dengan planimeter
5. Tandai titik awal. harus dicheck dahulu dengan cecking bar.
6. Terdapat pen penelusur (tracing
magnifier tepat pada titik awal)
sementara itu nolkan bacaan dengan
penyetel nol.
7. gerakan tracing magnifier perlahan-
lahan searah jarum jam (clock wise),
sampai kembali tepat pada titik awal.
334
LINGKARAN DASAR A
(BASED CIRCLE)
BATAS FIGURE
TRACING MAGNIFIER
D E
B C
AD AB
m a. Pembagian luas yang sama
M
Apabila 'ABCD = M dan 'ABCD = m,
m
AE AC
M maka diperoleh dengan persamaan:
titik D dan E dapat dihubungkan. m
BD .BC
b) Pembagian-pembagian tetap : Agar M
¨ADE : DECB = m : n, AD dan AE
dihitung dengan persamaan :
m
AD AB
mn
m
AE AC
mn
titik D dan E dapat dihubungkan.
335
m. AD 2 n.BC 2
PQ
mn
AB ( PQ BC )
BP
AD BC
AP 47,8 mm 1 BD .( AE CE ) ½
AQ ® AP xBG ¾
CD 65,6 mm PH ¯ 2 ¿
BG 13,0 mm 1
^35,0(280 32,0) (51,4 x13,0)`
51,2
PH 51,2 mm
1
(2100 668,2) 28,0mm
Berapa seharusnya panjang garis dari titik A 51,2
sampai Q pada garis AD dilapangan (dalam
meter) agar luas segi empat terbagi dua
337
Gambar 318. klik poin untuik menghitung luas Luas penampang galian tanah pondasi :
Informasi Luas
Perangkat Lunak
Metode Sarrus Alat Planimeter AutoCAD
Rangkuman
1. Luas adalah jumlah area yang terproyeksi pada bidang horizontal dan dikelilingi oleh
garis-garis batas.
2. Luas yang diukur pada gambar situasi disebut pengukuran tak langsung.
3. Luas yang dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang langsung
diperoleh dari pengukuran dilapangan disebut pengukuran langsung.
5. Metode pengukuran luas, terdiri dari : Metode diagonal dan tegak lurus, Metode
pembagian segitiga, Metode trapesium, Metode offset, Metode offset pusat, Metode
simpson, Metode jarak meridian ganda, Metode kisi-kisi, Metode lajur, Metode
pengukuran luas dengan planimeter.
6. Planimeter terbagi atas dua macam, yaitu planimeter fixed index model (model
tetap), planimeter sliding bar model (model disetel).
343
Soal Latihan
DAFTAR PUSTAKA
Gunarta, I.G.W.S. dan A.B. Sailendra. 2003. Marina, R. 2002. Aplikasi Geographical
Penanganan Masalah Jalan Tembus Information System untuk Evaluasi
Hutan secara Terintegrasi : Kajian Kemampuan Lahan di Kabupaten
terhadap Kebutuhan Kelembagaan Sumedang.
Stakeholders. Jurnal Litbang Jalan
Volume 20 No.3 Oktober. Departemen Masri, RM. 2007. Kajian Perubahan
Pekerjaan Umum. Bandung. Lingkungan Zona Buruk untuk
Perumahan. SPS IPB. Bogor.
Gunarso, P. dan kawan-kawan. 2004. Modul
Pelatihan SIG. Pemkab Malinau Mira, S. 1988. Poligon. Teknik Geodesi
FTSP ITB. Bandung.
LAMPIRAN A. 2
Mira, S. R.M. 1988. Ukuran Tinggi Teliti. Bandung Jawa Barat). Sekolah
Teknik Geodesi FTSP ITB. Bandung. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
Melani, D. 2004. Aplikasi Geographical A Pengukuran Tinggi. Teknik Geodesi
Information System untuk Zonasi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Kesesuaian Lahan Perumahan di Institut Teknologi Bandung.
Kabupaten Sumedang. Jurusan
Pendidikan Teknik Bangunan FPTK Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
UPI. Bandung. B Pengukuran Horisontal. Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan
Mulyani, S.Y.R dan Lanalyawati. 2004. Perencanaan Institut Teknologi
Kajian Kebijakan dalam Pengelolaan Bandung.
Lingkungan Jalan di Kawasan Sensitif.
Jurnal Litbang Jalan Volume 21 No.1 Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
Maret. Departemen Pekerjaan Umum. C Pemetaan Topografi. Teknik Geodesi
Bandung. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Bandung.
Parhasta, E. 2002. Tutorial Arcview SIG
Informatika. Bandung. Purworaharjo,U. 1982. Hitung proyeksi
Geodesi (Proyeksi Peta). Teknik
Purwaamijaya, I.M. 2006. Ilmu Ukur Tanah Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan
untuk Teknik Sipil. FPTK UPI. Bandung. Perencanaan Institut Teknologi
Bandung.
Purwaamijaya, I.M. 2005a. Analisis
Kemampuan Lahan di Kecamatan- Staf Ukur Tanah. 1982. Petunjuk
Kecamatan yang Dilalui Jalan Penggunaan Planimeter. Pusat
Soekarno-Hatta di Kota Bandung Jawa Pengembangan Penataran Guru
Barat. Jurnal Permukiman ISSN : 0215- Teknologi. Bandung.
0778 Volume 21 No.3 Desember 2005.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Supratman, A.. 2002. Geometrik Jalan
Penelitian dan Pengembangan. Raya. FPTK IKIP. Bandung.
Bandung.
Supratman, A.,dan I.M Purwaamijaya. 1992.
Purwaamijaya, I.M. 2005b. Analisis Pengukuran Horizontal. Bandung.:
Kemampuan Lahan sebagai Acuan FPTK IKIP.
Penyimpangan Gejala Konversi Lahan
Sawah Beririgasi Menjadi Lahan Supratman, A.,dan I.M Purwaamijaya.
Perumahan di Koridor Jalan Soekarno- (1992). Modul Ilmu Ukur Tanah. FPTK
Hatta Kota Bandung. Jurnal Informasi IKIP. Bandung.
Teknik ISSN : 0215-1928 No.28 – 2005.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Susanto dan kawan-kawan. (1994). Modul :
Penelitian dan Pengembangan. Pemindahan Tanah Mekanis. FPTK
Penelitian dan Pengembangan IKIP. Bandung.
Sumberdaya Air. Balai Irigasi. Bekasi.
Wongsotjitro. 1980. Ilmu Ukur Tanah.
Purwaamijaya, I.M. 2005c. Pola Perubahan Kanisius .Yogyakarta.
Lingkungan yang Disebabkan oleh
Prasarana dan Sarana Jalan (Studi Yulianto, W. 2004. Aplikasi AUTOCAD 2002
Kasus : Jalan Soekarno-Hatta di Kota untuk Pemetaan dan SIG. Gramedia.
Jakarta.
LAMPIRAN B.1
GLOSARIUM
Trivet : Bagian terbawah dari alat sipat datar dan theodolite yang dapat
dikuncikan pada
statif.
Unting-unting : Bentuk silinder-kerucut terbuat dari kuningan yang digantung di
bawah alat waterpass atau theodolite sebagai penunjuk arah titik
nadir atau pusat bumi yang mewakili titik patok.
UTM : Universal Transverse Mercator. Sistem proyeksi peta global yang
memiliki lebar zona 6o sehingga jumlah zona UTM seluruh dunia
adalah 60 zona. Bidang perantara yang digunakan adalah silinder
dengan posisi transversal (sumbu putar bumi tegak lurus
terhadap garis normal silinder), informasi geometrik yang
dipertahankan sama adalah sudut (konform) dan secant.
Vektor : Penyajian peta atau gambar secara digital menggunakan garis,
titik dan kurva. Ketelitian unit-unit terkecil dinamakan dengan
resolusi.
Vertikal : Garis atau bidang yang menjauhi pusat bumi.
Visual : Penglihatan kasat mata.
Waterpass : Alat atau metode yang digunakan untuk mengukur tinggi
garis bidik di atas permukaan bumi yang berkategori bermedan
datar (slope < 8 %).
WGS-84 : World Geodetic System tahun 1984, adalah ellipsoid terbaik yang
Memiliki penyimpangan terkecil terhadap geoid (lihat istilah
geoid).
Zenith : Titik atau garis yang menjauhi pusat bumi dari permukaan bumi.
Zone : Kurva yang dibatasi oleh batas-batas dengan kriteria tertentu.
LAMPIRAN C.1
DAFTAR TABEL
No Teks Hal
No Teks Hal
No Teks Hal
270 Penempatan Rambu Ukur 278 301 Pembagian luas yang sama
271 Penempatan Unting-Unting 279 dengan garis lurus sejajar
272 salah satu segitiga 334
Pembagian Kertas Seri A 283
302 Pembagian luas yang sama
273 Skala Grafis 284 dengan garis lurus melalui
274 Situasi titik-titik KDH poligon sudut puncak segitiga 335
tertutup metode transit 306 303 Pembagian dengan
275 Situasi titik-titik KDH poligon perbandingan a : b : c 335
tertutup metode bowdith 307 304 Pembagian dengan
276 Situasi lapangan metode transit 308 perbandingan m : n oleh suatu
277 Situasi lapangan metode garis lurus melalui salah satu
Bowditch 309 sudut segiempat 335
278 Model Diagram Alir kerangka 305 Pembagian dengan garis lurus
dasar horizontal metode sejajar dengan trapesium 335
poligon 310 306 Pembagian suatu poligon 336
279 Metode diagonal dan tegak 307 Penentuan garis batas 337
lurus 314
308 Perubahan segi empat menjadi
280 Metode trapesium 315 trapesium 337
281 Offset dengan interval tidak 309 Pengurangan jumlah sisi
tetap 316 polygon tanpa merubah luas 337
282 Offset sentral 316 310 Perubahan garis batas yang
283 Metoda simpson 316 berliku-liku menjadi garis lurus 338
284 Metoda 3/8 simpson 317 311 Perubahan garis batas
285 Garis bujur ganda pada poligon lengkung menjadi garis lurus 338
metode koordinat tegak lurus 318 312 Posisi start yang harus di klik 338
286 Metode koordinat tegak lurus 319 313 Start – all Program – autocad
287 2000 338
Metode kisi-kisi 320 314
288 Worksheet autocad 2000 339
Metode lajur 320 315
289 Open file 339
Planimeter fixed index model 321 316
290 Sliding bar mode dengan skrup Open file 339
penghalus 322 317 Gambar penampang yang
291 Sliding bar mode tanpa skrup akan dihitung Luasnya 339
penghalus 323 318 Klik poin untuk menghitung
292 Pembacaan noneus model 1 luas 340
dan 2 324 319 Klik poin untuik menghitung
293 luas 340
Bacaan roda pengukur 325 320
294 Diagram alir perhitungan luas 341
Penempatan planimeter 328 321
295 Prinsip tachymetri 347
Gambar kerja 328 322
296 Gambar pengukuran peta Sipat datar optis luas 349
dengan planimeter liding bar 323 Pengukuran sipat datar luas 358
model yang tidak dilengkapi 324 Tripod pengukuran vertikal 358
zero setting (pole weight/diluar 325 Theodolite Topcon 361
kutub) 329 326 Statif 361
297 Hasil bacaan positif 330 327 Unting-unting 361
298 Hasil bacaan negatif 331 328 Jalon di atas patok 362
299 Pengukuran luas peta pole
329 Pita ukur 362
weight (pemberat kutup) di
dalam peta 332 330 Rambu ukur 362
300 Pengukuran luas peta pole 331 Payung 362
weight dalam peta 332 Formulir Ukur 362
334
LAMPIRAN D.6
No Teks Hal
No Teks Hal
No Teks Hal