Anda di halaman 1dari 20

Metoda pengukuran kekesatan perMukaan perkerasan

jalan dengan alat Mu Meter


LAPORAN PENGKAJIAN

METODA PENGUKURAN KEKESATAN


PEAMUKAAN PERKERASA NJALAN
DENGAN ALAT MU METER

fAtf(AAN
A NGP U
• EK E R JA AN UMUM
BADAN DAN PENGEMBANGAN PU
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN
LA PO RAN

[---,---]
__1_

METODA PENGUKURAN KEKESATAN


PERMUKAAN PERKERASANJALAN
DENGAN ALAT MU METER

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PU
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN
TIM PENELITI
PENELITIAN
METODA PENGUKURAN KEKESATAN
PERMUKAAN JALAN
DENGAN ALAT MU METER

Penanggung Jawab Ir. Burdan Jawad, MSc


Asisten Wayan Dharmayasa, BE
Teknisi 1. Priyono
2. Syamhuri A, BA

Bnndung , Maret 1993


Koordinntor Penelitian/ Penanggungjawah Penelitian
Kepala Hidang Teknik Jalan

Dr.Ir.!l..llermanto Dardak,MEngSc r.Burdan


NIP : 110025773 NIP: 110023176
ABSTRAK

Kekesatan permukaan jalan dapat diukur dengan beberapa alat


pengukur kekesatan antara lain Mu-meter, pendulum dan SCRIM (Side
Coeficient Road Investigation Mechine).

Alat yang sudah sering digunakan di Indonesia adalah Mu-meter,


dimana metoda pengukuran yang dilaksanakan mengikuti prosedur
yang dikembangkan di England (MLA 148 ISSUE 1975) dengan kecepa-
tan standard 60 kmjjam :t 5 kmjjam.

Kenyataan pengukuan kekesatan jalan dengan kecepatan standard


tersebut tidak bisa dilaksanakan di semua kondisi jalan yang ada
di Indonesia. Oleh karena itu Puslitbang Jalan mencoba melaksana-
kan pengkajian pengukuran kekesatan permukaan jalan dengan
berbagai variasi kecepatan dan selanjutnya dikorelasikan dengan
pengukuran dengan kecepatan standard. Uji coba statistik
dilaksanakan dengan regresi sederhana yang menggunakan program
statqraph. Hasil uji statistik menunjukkan adanya korelasi yang
siknificant.
DAFTAR lSI
Ha1aman

I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Bel akang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2. Maksud dan Tujuan .... ................ 2
1 . 3. Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

II. LINGKUP KEGIATAN 3

2. 1 . Penentuan Lekas i .................. . 3


2.2. Pengukuran ........................ . 5
2. 2. 1 . Kekesatan ........................ . 5
2 . 2 . 2 . Tekstur Permukaan ................. . 5

III. EVALUASI DATA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6


3. 1 . Ana 1 i sa Data ...................... . 6
3. 1 . 1. Kekesatan ......................... . 6
3.1.2. Terkstur Permukaan ................ . 7
3. 2. Ana 1 i sa Reg res i ................... . 8
3. 2. 1 . Hubungan. Kekesatan dan Keda1aman
Tekstur pada Seksi 1 .............. . 9
3. 2. 2. Hubungan Kekesatan dan Keda1aman
Tekstur pada Seksi 5 .............. . 9
3. 2. 3. Hubungan Kekesatan dan Keda1aman
Tekstur pada Seksi 8 .............. . 10
3.2.4. Hubungan Kekesatan dan Keda1aman
Tekstur pada Seksi 9 .............. . 10
3. 2. 5. Hubungan Kekesatan dan Keda1aman
Tekstur pada Seksi Gabungan ....... . 10

IV. KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11


I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kekesatan permukaan jalan yang sangat berpengaruh terhadap


keamanan pemakai jalan, dapat diukur dengan alat Mu-meter.
Pendulum dan SCRIM. Dalam pengkajian pengukuran kekesatan
permukaan perkerasan ini dibatasi hanya pada penggunaan alat
Mu-meter. Metoda pengukuran yang di 1 aksanakan mengi kuti
prosedur yang dikembangkan di England (MLA 148 ISSUE 1975),
dimana kecepatan yang dijadikan standar adalah 60 ± 5
km/jam. Dalam kenyataan, kecepatan ini tidak bisa dilaksana-
kan disemua kondisi jalan yang ada di Indonesia, terutama di
daerah tanjakan dan atau kondisi lalu lintasnya. Oleh karena
itu Puslitbang Jalan perlu melakukan pengkajian pengukuran
kekesatan permukaan perkerasan pada beberapa kecepatan di
beberapa 1 okas i di Jawa Barat dengan tujuan agar hasi 1
pengukuran tersebut dapat dikorelasikan terhadap pengukuran
kekesatan pada kecepatan standar. Disamping itu alat penca-
tat angka dan pencatat grafi k kekesatan yang merupakan
bagian dari alat Mu-meter tersebut tidak memberi-
kan nilai kekesatan -yang sesuai. Study ini merupakan kelan-
jutan dari study tahun 1991/1992 dimana masih adanya keku-
rangan data lapangan.

1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1) Untuk mendapatkan korelasi ni lai kekesatan dari suatu

kecepatan ke kecepatan standar, sehi ngga dengan adanya

angka korelasi ini, diharapkan pengukuran bisa dilaksana-

kan di berbagai lokasi walaupun kecepatan standar tidak

tercapa i.

2) Untuk mendapatkan korelasi antara nilai kekesatan berda-

sarkan grafik dengan hasi 1 perhitungan sehingga koreksi

penyimpangan dari perhitungan dapat ditentukan.

3) Membuat graf i k hubungan an tara kekesatan permukaan

perkerasan dengan keda 1 aman tekstur yang di ukur dengan

metoda lingkaran pasir.

Tujuan pertama dan kedua telah dilaksanakan dan dilaporkan

pada study pengkajian tahun 1991/1992 dimana hasil uji

statistik kedua hubungan grafik tersebut diatas sangat

signifikan.

1.3 SASARAN

Membuat suatu pedoman/tata cara pemeriksaan kekesatan dengan

alat Mu-meter yang sesuai dengan kondisi di Indonesia.


II. LINGKUP KEGIATAN

2.1 PENENTUAN LOKASI

Mencari beberapa lokasi yang dijadikan obyek untuk pengumpu-


lan data, dimana lokasi tersebut mempunyai tekstur permukaan
yang bervariasi, mulai dari permukaan halus hingga kasar,
yang ditetapkan secara manual dan dalam menentukan variasi
kekesatan sementara dengan alat pendulum.
Hasi 1 dari pengamatan tekstur secara manual dan kekesatan
dengan alat pendulum, beberapa lokasi yang dijadikan obyek
pengumpulan data diperoleh yaitu sebagai berikut :

3
Tabel
Lokasi Pengumpulan Data

No. L 0 k a s i Km - Km Panjang
( m)
1 Tanjungsari - Sumedang 28. 100 - 28.500 400

2 Kadipaten - Palimanan 76.700 - 76.900 200

3 Cirebon - Kuningan 7.500 - 8.000 500

4 Ci rebon - Kuningan 14.000 - 14.500 400

5 Cirebon - Losari 20.000 - 20.000 500

6 Cirebon - Losari 29.200 - 29.700 500

7 Bandung - Sumedang 16.000 - 16.500 500

8 Soreang - Rancabali 19.400 - 18.900 500

9 Cianjur - Sukabumi 81 . 800 - 82.200 400

10 Ciawi - Cianjur 85.000 - 84.600 ·400

11 Ciawi - Cianjur 77.600 - 77. 100 500

12 Ciawi - Cianjur 69.300 - 68.300 1000

13 Subang - sadang 122.200 - 122.320 120

14 Subang - Sadang 122.620 - 122.920 300

15 Subang - Sadang 122.920 - 122.570 350

Pada lokasi tersebut di atas pada awal dan akhir km diberi


tanda dengan cat; yang merupakan batas suatu 1okas i. Pad a
setiap tahap selanjutnya pemilihan lokasi diperoleh sebagai
berikut :

4
2.2 PENGUKURAN

2.2.1 Kekesatan

Sebe1um pengukuran kekesatan dimu1ai, a1at MU-meter

se1a1u dika1ibrasi dengan chek bord, dimana ni1ai kekesa-

tan yang te rcantum da 1 am g raf i k harus menunj ukkan pad a

angka berkisar 0,77 ± 0,03. Pemberian air dari tangki

besar ketangk i yang ada pada mobi 1 penari k Mu-meter

d i 1 akukan secara rutin set i ap ± km pemer i ksaan. Pad a

awa1 dan ujung dari setiap 1okasi diberi traffic cone,

untuk memudahkan da1am me1ihat batas 1okasi yang akan

diukur. Pengukuran kekesatan disemua 1okasi di atas

dengan a1at Mu-meter dan kecepatan pengukuran bervariasi

mu1ai dari (30, 40, 60, 70 dan 80 km/jam). Tiap kecepatan

pengukuran di 1aksanakan tiga ka1 i. Pengukuran kekesatan

dengan Mu-meter hanya di 1aksanakan pada kondisi basah,

dimana air yang digunakan 5 ga1on/menit.

Hasi1 pengukuran dari a1at Mu-meter ini berupa grafik dan

angka (counter) kekesatan permukaan perkerasan.

2.2.2 Tekstur permukaan

Pengukuran keda1aman tekstur permukaan di1aksanakan

setiap 50 m pada permukaan yang terukur o1eh MU-meter.

Sedangkan pada 1okasi yang diambi1 pada Tabe1 2, penguku-

_,
L
ran kedalaman tekstur dilakukan setiap 5 m. Pengukuran
dilaksanakan dengan sand patch dimana pasir yang diguna-
kan ukuran lolos saringan no. 80 dan tertahan sarinngan
no. 100, dan silinder dengan volume 25,25 ml. Pengukuran
kedalaman tekstur yaitu dengan menaburkan pasir diatas
permukaan jalan yang telah dibersihkan (bebas dari keto-
ran) sebanyak volume dari silinder yang digunakan (25,25
ml), Pasir yang ditaburkan diratakan dengan alat pengrata
hingga ronga-ronga pada permukaan jalan dapat terisi,
bentuk taburan pasir diusahakan mebentuk suatu lingkaran,
sehingga jari-jari (R) lingkaran penyebaran pasir terse-
but dapat diukur.

III. EVALUASI DATA

3.1 Analisa Data

3.1.1 Kekesatan

Pada dasarnya hasil dari pengukuran kekesatan dengan alat


MU-meter ada dua hasil yaitu :

a. Berupa grafik yang bisa menggambarkan nilai kekesatan


dari setiap titik yang diukur.

6
b. Nilai rata-rata yang diukur selama satu kali penguku-
ran.

Nilai rata-rata ini dihitung dengan rumus

A2 - A1
u =
82 - 81
dimana u = Nilai kekesatan

A2 A1 = Jumlah kekesatan sejarak 82 - 81


82 - 81 = Jarak pengukuran

Untuk memudahkan da 1 am mengeva 1 uas i suatu data 1 maka

grafik hasil pengukuran dengan alat Mu-meter dirubah


menjadi angka yang menyatakan nilai kekesatan dari titik
yang ditinjau pada permukaan jalan. Data-data ini pada

masing-masing lokasi dibuat nilai wakil yang mempunyai

tingkat kepercayaan 95%.


Ni lai rata-rata berdasarkan hitungan dengan ni lai waki 1

dari suatu grafik dapat dilihat pada lampiran 2.

3. 1 . 2 permukaan

v
t = 1 dimana t = kedalaman tekstur (em)
A
V = volume pasir yang ditaburkan (ml)
A = luas penyebaran pasir (em)

kedalaman tekstur pada masing-masing lokasi dibuat rata-


rata (nilai kedalaman tekstur pada lampiran 3.

7
3.2 Analisa Regresi

Untuk mendapatkan grafik hubungan antara kekesatan permukaan


perkerasan dan kedalaman tekstur yang "Best fit" dari data
yang telah disusun seperti di atas, digunakan teknil regresi
sederhana. Hal ini dikerjakan dengan perangkat lunak
Statgraphic (Statisticcal. Corporation, 1988). Beberapa model
regresi yang dipilih antara lain :

linier (Y = a + bx)
multiplikatif (Y = ax'b)
- exponensial {Y = exp (a + bx)}
- resiprokal {1/Y = a+ b x}

dimana a = constanta
b = kemiringan grafik (slope)

Dalam kasus ini yang dinyatakan variabel bebas (Y) adalah


kedalaman tekstur yang diukur dengan lingkaran pasir sedang-
kan yang dinyatakan variabel tidak bebas (x) adalah nilai
kekesatan permukaan jalan yang diukur dengan alat Mu-meter.
antara kekesatan dan kedalaman tekstur.
Hasil analisa-regresinya dapat dilihat pada Tabel 11 2, 3, 4
dan 5 masing-masing untuk seksi 1, 2, 3, 4, 5 dan seksi
gabungan. Tingginya nilai coefiesien korelasi/coefisien
determinan menunjukkan kuatnya hubungan antara variabel

8
bebas dan variabel tidak bebas. Nilai t uji statistik yang

significant menunj ukkan hi potesa no 1 pads a t i ngkat keper-

cayaan 95% ditolak.

3. 2. 1 Hubungan kekesatan dan kedalaman tekstur pada seksi 1

Hasil analisa regresi dari ke 4 (empat) model, yang terdiri

dari linear, multiplikatif eksponesial dan reksiprokal yang

hubungannya paling kuat adalah (y = a x Ab) dimana model

tersebut mempunyai nilai coefisien korelasi (r 2 ) yang

paling tinggi (r = 0,67), r2 = 44,83 diantara nilai-nilai r2

yang lainnya. Kuatnya hubungan tersebut juga ditunjukkan

oleh nilai t uji statistik yang significant dimana penolakan

hipotesa 0 dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasi 1 anal isa

regresi dapat dilihat pada Tabel 3.2.1.

3.2.2 Seksi 5

Dari empat model regresi yaitu l.m.ex dan reksi prokal yang

diuji coba tidak menunjukkan kuatnya hubungan antara nilai

kekesatan (y) dan kedalaman teksatur (x) R 2 pada ukumnya

sangat kecil (< 30%), disamping iru nila_i t- uji -statistik

juga dibawah nilai t kritis, yang menunjukkan anggapan 0

pada parameter a dan b diterima, menunjukkan tidak adanya

korelasi antara y dan x. Hasil analisa regresi dapat dilihat

pada Tabel 3.2.2.


3.2.3 Seksi 8

Hasil hasil uji coba statisik keempat model regresi tersebut

d i at as, yang menunj ukkan adanya kecenderungan hubungan

antara kekesatan dan kedalaman tekstur adalah model

multiplikatif (y = y = axAb) dengan nilai r2 = 48,31%.

Walaupun nilai r 2 tersebut relatif kecil, tetapi dilihat

dari hasil t uji cukup signifikan dimana t uji > dari t


kritis, ini berarti anggapan nol dari parameter (a) dan (b)

ditolak dengan kepercayaan 95%. Hasil analisa regresi dapat

dilihat pada Tabel 3.2.3.

3.2.4 Seksi 9

Dari empat model regresi yang diuji coba statistik tidak

satupun model regresi sederhana yang menunjukkan adanya

hubungan antara kekesatan (y) dan kedalaman tekstur (x). Hal

ini dapat dilihat dari nilai r 2 yang relatif kecil (r 2 <

30%) dengan nilai t uji lebih kecil t kritis. Hasil analisa

dapat dilihat pada Tabel 3.2.4.

3.2.5 Seksi Gabungan

Setelah analisa regresi untuk masing-masing seksi dilaksana-

kan, selanjutnya dilaksanakan analisa regresi untuk seluruh

iO
data yang terdiri dari keempat seksi tersebut di atas. Dari
keempat model regresi tersebut di atas yang diuji statistik
yang cenderung menunjukkan adanya hubungan antara kekesatan
(y) dan kedalaman tekstur (x) adalah model linear (y =a+

bx) dimana nilai r 2 = 34,85. Selanjutnya uji untuk parameter


b > t kritis berarti hipotesa 0 untuk parameter tersebut
ditolak. Tetapi lain dengan parameter a, t uji < t kritis
berarti hipotesa 0 untuk parameter tersebut diterima dengan
kepercayaan 95 %. Hasil analisa regresi dapat dilihat pada
Tabel 3.2.5.
Grafik hubungan antara kekesatan dan kedalaman tekstur tiap
seksi dan seksi gabungan dapat dilihat pada Gambar 1,2,3,4
dan 5.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Dar i empat seks i dan seks i gabungan te 1 ah d i 1 akukan uj i


analisa regresi. Hasil analisa regresi tersebut di atas,

dari semua seksi yang ditinjau mempunyai nilai R2 < 50% dan
3 seksi dari 5 seksi mempunyai r:1ilai t uji > kritis. Hal ini
menunjukkan adanya kecenderungan pengaruh kedalaman tekstur
terhadap kekesatan permukaan jalan.
Ditinjau dari hasil uji stastistik hubungan antara kedalaman
tekstur dan kekesatan tersebut diatas tidak begitu
memuaskan, hal ini kemungkinan besar masih fakor-

J I.
faktor 1a in yang mempengaruh i kekesatan antara 1a in mi kro
teksture batuan ·yang digunakan sebagai lapis permukaan,

kecepatan dan pola ban kendaran.


Selanjutnya perlu diadakan penelitian pengaruh faktor-fakto r
tersebut di atas terhadap kekesatan jalan.

l2
TGL. PINJM-' PARIJS KP1BALI

Anda mungkin juga menyukai