TEKNIK SURVEI
DAN PEMETAAN
JILID 2
SMK
TEKNIK SURVEI
DAN PEMETAAN
JILID 2
Untuk SMK
Penulis
: Iskandar Muda
Perancang Kulit
: TIM
Ukuran Buku
MUD
t
17,6 x 25 cm
MUDA, Iskandar.
Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 2 untuk SMK oleh
Iskandar Muda ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
x, 193 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A
Glosarium
: Lampiran. B
Daftar Tabel
: Lampiran. C
Daftar Gambar : Lampiran. D
ISBN
: 978-979-060-151-2
ISBN
: 978-979-060-153-6
Diterbitkan oleh
Tahun 2008
KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi
masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk
mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada
para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan.
ii
PENGANTAR PENULIS
Penulis mengucapkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT karena atas ridho-Nya buku
teks Teknik Survei dan Pemetaan dapat diselesaikan dengan baik. Buku teks Teknik
Survei dan Pemetaan ini dibuat berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dibuat,
silabus mata kuliah Ilmu Ukur Tanah untuk mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Sipil dan D3
Teknik Sipil FPTK UPI serta referensi-referensi yang dibuat oleh penulis dalam dan luar
negeri.
Tahap-tahap pembangunan dalam bidang teknik sipil dikenal dengan istilah SIDCOM
(survey, investigation, design, construction, operation and mantainance). Ilmu Ukur Tanah
termasuk dalam tahap studi penyuluhan (survey) untuk memperoleh informasi spasial
(keruangan) berupa informasi kerangka dasar horizontal, vertikal dan titik-titik detail yang
produk akhirnya berupa peta situasi.
Buku teks ini dibuat juga sebagai bentuk partisipasi pada Program Hibah Penulisan
Buku Teks 2006 yang dikoordinir oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Penulis mengucapkan terima kasih :
1. Kepada Yth. Prof.Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd, selaku Rektor Universitas
Pendidikan Indonesia di Bandung,
2. Kepada Yth. Drs. Sabri, selaku Dekan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung,
atas perhatian dan bantuannya pada proposal buku teks yang penulis buat.
Sesuai dengan pepatah Tiada Gading yang Tak Retak, penulis merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam proposal buku teks ini, baik
substansial maupun redaksional. Oleh sebab itu saran-saran yang membangun sangat
penulis harapkan dari para pembaca agar buku teks yang penulis buat dapat terwujud
dengan lebih baik di masa depan.
Semoga proposal buku teks ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan
penulis khususnya serta memperkaya khasanah buku teks bidang teknik sipil di perguruan
tinggi (akademi dan universitas). Semoga Allah SWT juga mencatat kegiatan ini sebagai
bagian dari ibadah kepada-Nya. Amin.
Penulis,
ii
iii
DAFTAR ISI
JILID 1
Pengantar Direktur Pembinaan SMK
Pengantar Penulis
Daftar Isi
Deskripsi Konsep
Peta Kompetensi
i
ii
iv
xvi
xvii
1
5
6
11
18
25
25
46
50
50
60
3.1. Pengertian
3.2. Pengukuran Sipat Datar Optis
3.3. Pengukuran Trigonometris
3.4. Pengukuran Barometris
60
60
78
81
90
Dasar Vertikal
4.3. Prosedur Pengukuran Sipat Datar
Kerangka Dasar Vertikal
4.4. Pengolahan Data Sipat Datar
Kerangka Dasar Vertikal
4.5. Penggambaran Sipat Datar
Kerangka Dasar Vertikal
91
95
103
104
120
136
137
139
JILID 2
6. Macam Besaran Sudut
6.1. Macam Besaran Sudut
6.2. Besaran Sudut dari Lapangan
6.3. Konversi Besaran Sudut
6.4. Pengukuran Sudut
144
144
144
145
160
189
192
197
199
203
208
210
211
216
228
iv
234
235
240
247
252
252
254
264
272
275
306
JILID 3
12. Pengukuran Titik-titik Detail Metoda
Tachymetri
337
12.1.Tujuan Pengukuran Titik-Titik
Detail Metode Tachymetri
12.2.Peralatan, Bahan dan Prosedur
Pengukuran Tachymetri
337
351
378
378
379
381
382
382
384
386
387
387
388
390
392
393
408
435
435
435
436
440
463
469
469
469
474
479
488
A
B
C
D
vi
DESKRIPSI
Buku Teknik Survei dan Pemetaan ini menjelaskan ruang lingkup Ilmu ukur
tanah, pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada Ilmu Ukur tanah untuk
kepentingan studi kelayakan, perencanaan, konstruksi dan operasional pekerjaan
teknik sipil. Selain itu, dibahas tentang perkenalan ilmu ukur tanah, aplikasi teori
kesalahan pada pengukuran dan pemetaan, metode pengukuran kerangka dasar
vertikal dan horisontal, metode pengukuran titik detail, perhitungan luas, galian
dan timbunan, pemetaan digital dan sistem informasi geografis.
Buku ini tidak hanya menyajikan teori semata, akan tetapi buku ini
dilengkapi dengan penduan untuk melakukan praktikum pekerjaan dasar survei.
Sehingga, diharapkan peserta diklat mampu mengoperasikan alat ukur waterpass
dan theodolite, dapat melakukan pengukuran sipat datar, polygon dan tachymetry
serta pembuatan peta situasi.
vii
PETA KOMPETENSI
Program diklat
Tingkat
Alokasi Waktu
Kompetensi
No
1
:
:
:
:
Sub Kompetensi
Pengantar survei dan
pemetaan
a.
b.
c.
d.
e.
Teori Kesalahan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Pengukuran kerangka
dasar vertikal
a.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
Pembelajaran
Pengetahuan
Keterampilan
Memahami ruang lingkup plan Menggambarkan diagram
surveying dan geodetic
alur ruang lingkup pekerjaan
Memahami ruang lingkup
survei dan pemetaan
pekerjaan survey dan
pemetaan
Memahami pengukuran
kerangka dasar vertikal
Memahami Pengukuran
kerangka dasar horisontal
Memahami Pengukuran titiktitik detail
Mengidentifikasi kesalahankesalahan pada pekerjaan
survey dan pemetaan
Mengidentifikasi kesalahan
sistematis (systematic error)
Mengidentifikasi Kesalahan
Acak (random error)
Mengidentifikasi Kesalahan
Besar (random error)
Mengeliminasi Kesalahan
Sistematis
Mengeliminasi Kesalahan
Acak
Memahami penggunaan sipat
Dapat melakukan
datar kerangka dasar vertikal
pengukuran kerangka dasar
Memahami penggunaan
vertikal dengan
trigonometris
menggunakan sipat datar,
Memahami penggunaan
trigonometris dan
barometris
barometris.
Memahami tujuan dan
Dapat melakukan
sasaran pengukuran sipat
pengukuran kerangka dasar
datar kerangka dasar vertikal
vertikal dengan
Mempersiapkan peralatan,
menggunakan sipat datar
bahan dan formulir
kemudian mengolah data
pengukuran sipat datar
dan menggambarkannya.
kerangka dasar vertikal
Memahami prosedur
pengukuran sipat datar
kerangka dasar vertikal
Dapat mengolah data sipat
datar kerangka dasar vertikal
Dapat menggambaran sipat
datar kerangka dasar vertikal
viii
No
5
Sub Kompetensi
Proyeksi peta, aturan
kuadran dan sistem
koordinat
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
Pembelajaran
Pengetahuan
Keterampilan
Memahami pengertian
Membuat Proyeksi peta
proyeksi peta, aturan kuadran
berdasarkan aturan kuadran
dan sistem koordinat
dan sisten koordinat
Memahami jenis-jenis
proyeksi peta dan aplikasinya
Memahami aturan kuadran
geometrik dan trigonometrik
Memahami sistem koordinat
ruang dan bidang
Memahami orientasi survei
dan pemetaan serta aturan
kuadran geometrik
Mengaplikasikan besaran
Mengetahui macam besaran
sudut dilapangan untuk
sudut
pengolahan data.
Memahami besaran sudut
dari lapangan
Dapat melakukan konversi
besaran sudut
Memahami besaran sudut
untuk pengolahan data
Cara pengikatan ke
belakang metode
collins
a. Tujuan Pengikatan ke
Belakang Metode Collins
b. Peralatan, Bahan dan
Prosedur Pengikatan ke
Belakang Metode Collins
c. Pengolahan Data Pengikatan
ke Belakang Metoda Collins
d. Penggambaran Pengikatan ke
Belakang Metode Collins
Cara pengikatan ke
belakang metode
Cassini
ix
No
10
Sub Kompetensi
Pengukuran poligon
kerangka dasar
horisontal
a.
b.
c.
d.
e.
f.
11
Pengukuran luas
a.
b.
c.
d.
12
Pengukuran titik-titik
detail
a.
b.
c.
d.
Pembelajaran
Pengetahuan
Keterampilan
Memahami tujuan
Dapat melakukan
pengukuran poligon
pengukuran kerangka dasar
Memahami kerangka dasar
horisontal (poligon).
horisontal
Mengetahui jenis-jenis poligon
Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengukuran poligon
Memahami pengolahan data
pengukuran poligon
Memahami penggambaran
poligon
Menghitung luas
Menyebutkan metode-metode
bedasarkan hasil dilapangan
pengukuran luas
dengan metoda saruss,
Memahami prosedur
planimeter dan autocad.
pengukuran luas dengan
metode sarrus
Memahami prosedur
pengukuran luas dengan
planimeter
Memahami prosedur
pengukuran luas dengan
autocad
Memahami tujuan
Melakukan pengukuran titikpengukuran titik-titik detail
titik dtail metode tachymetri.
metode tachymetri
Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengukuran tachymetri
Memahami pengolahan data
pengukuran tachymetri
Memahami penggambaran
hasil pengukuran tachymetri
13
14
a. Memahami tujuan
perhitungan galian dan
timbunan
b. Memahami metode-metode
perhitungan galian dan
timbunan
c. Memahami pengolahan data
galian dan timbunan
d. Mengetahui cara
penggambaran galian dan
timbunan
No
15
Sub Kompetensi
Pemetaan digital
a.
b.
c.
d.
16
Sisitem informasi
geografik
a.
b.
c.
d.
Pembelajaran
Pengetahuan
Memahami pengertian
pemetaan digital
Mengetahui keunggulan
pemetaan digital
dibandingkan pemetaan
konvensional
Memahami perangkat keras
dan perangkat lunak
pemetaan digital
Memahami pencetakan peta
dengan kaidah kartografi
Memahami pengertian sistem
informasi geografik
Memahami keunggulan
sistem informasi geografik
dibandingkan pemetaan
digital perangkat keras dan
perangkat lunak sistem
informasi geografik
Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pembangunan sistem
informasi geografik
Memahami jenis-jenis analisis
spasial dengan sistem
informasi geografik dan
aplikasinya pada berbagai
sektor pembangunan
Keterampilan
144
penting
dalam
pengukuran
dan
Sistem
besaran
sudut
seksagesimal
Janganlah
disebut
detik,
satuan
karena
sudut
detik
lebih
sekon
baik
seksagesimal
membagi
lingkaran
1o = 3600
1 = 60
centigrid.
Jika
kita
menggunakan
bantuan
Cara
sentisimal
membagi
mempunyai
100
bagian
yang
145
1g = 100c
c
cc
1 = 100
g
1 = 10000
Cara
sentisimal
ini
lambat
laun
cara seksagesimal.
Tetapi meskipun demikian, cara sentisimal
Besaran-besaran
ilmu
cara
dan
geografi
lintang
tetap
digunakan
tempat-tempat
di
atas
permukaan bumi.
kita
akan
menggunakan
pengukuran
besaran
sudut
yang
sistem
sudut
radian
dan
suatu
pemetaan
alat
yang
disajikan
2 r = 2 rad.
Maka :
45 4535 x 400
360o
= 45 + 45/60 + 35/3600 x 400g
0
360
1 jam = 15o
= 50,8441358
g
cc
= 50 84 41 ,358
146
Misal :
2 = 360o = 400g
maka :
Maka :
1o = 1g,1111............... 1g = 0o,9
78o4940 x 2
1 = 1c,85185185........
3600
= 78 + 49/60 + 40/3600 x 2
3600
= 1,376358025 rad
cc
Maka :
g
cc
400
58
77,75
= 104 + /100 +
/10000 x 360
400
= 94,1289975
o
94 (0,1289975 x 60)
7 (0,73985 x 60)
44,391
Jadi :
94o 07 44,391
2
c
Misal :
g
1c = 0,54
Atau
o
57 ,295,779..... = 63 ,661,977....
3437,7467....... =
6,366c,1977..
206264,8........ =
636619cc,77..
147
148
149
150
rad = 100 g ;
1 rad = 63,661 977 237 g
Tabel 12.
151
152
Contoh-contoh :
Tabel 9 :
Tabel 9 :
1. = 148o4816
1. = 137g36c78cc
Cara 1 :
137g
= 123o18
36
cc
78
137g36c78cc
00 1926,4
00 00 25,3
= 123o3751,7
148o
= 164g,44.444
48
0 ,88.889
16
0 ,00.494
100o
Cara 2 :
2. = 216g41c56cc
g
Cara 1 :
200
= 180 0000
16
14 2400
41
00 2208,4
56cc
00o0018,1
cc
216 41 56
= 194 4626,5
100g
Cara 2 :
o
o
41
16
0,00.494
= 165g,33.827
28o
31 ,11.111
17
0 ,31.481
15
0 ,00.463
Cara 1 :
00 2208,4
o
00 0018,1
= 231g,43.055
208 1715
Cara 2 :
100o
= 111g,11.111
108o
= 120 ,00.000
= 180 0000
17
0 ,31.481
0 ,00.463
200
c
00 0419,2
39cc
00o0012,6
cc
200
g
17
208 1715
Cara 1 :
= 180 0000
=
15 1800
o
00 0419,2
39cc
00o0012,6
= 285o2231,8
= 231g,43.055
3. = 332o2809
= 90o0000
08
317g08c39cc
08
15
= 105 1800
117
Cara 2
0,88.889
2. = 208o1715
cc
148 4816
3. = 317 08 39
Cara 1 :
48
= 90o0000
216g41c56cc = 194o4626,5
g
53,33.333
= 200g,00.000
56
180o
cc
= 111g,11.111
48o
= 104 2400
116
= 165g,33.827
148 4816
180o
= 200g,00.000
152o
= 168 ,88.889
28
0 ,51.852
09
0 ,00.278
332 2809
= 369g,41.019
153
Cara 2
100o
= 111g,11.111
Tabel 13 :
= 200 ,00.000
1. = 67o1948
180
52o
57 ,77.778
67o
= 1,169.370.6 rad
28
0 ,51.852
19
= 0,005.526.9 rad
09
0 ,00.278
48
= 0,000.232.7 rad
332 2809
= 369 ,41.019
67 1948
= 1,175.130.2 rad
2. = 179o2115
Tabel 10:
1. = 78g,4921
78g
49c
21cc
78g49c21cc
= 2,967.058.7 rad
= 0,157.079.6 rad
= 0,006.108.7 rad
= 0,000.072.7 rad
= 1,225.211 rad
21
= 0,007.697 rad
15
= 0,000.035 rad
o
179 2115
= 1,232.943 rad
= 3,130.320.7 rad
3. = 212o4226
2. = 116g,1682
100g
= 1,570.796 rad
200o
= 3,490.658.5 rad
16g
= 0,251.327 rad
12o
= 0,209.439.5 rad
= 0 002.513 rad
42
= 0,212.317.3 rad
cc
= 0,000.129 rad
26
= 0,000.126.1 rad
16
82
g
170o
cc
116 16 82
212 4226
= 1,824.765 rad
3. = 262g,0856
= 3,712.441.4 rad
= 1,570.796 rad
= 1,570.796 rad
62
= 0,973.894 rad
08c
= 0,001.257 rad
56cc
= 0,000.008 rad
100
100
262g08c56cc
= 4,116.831 rad
Tabel 12 :
Theodolite Boussole
Sebelum menggunakan alat ukur Theodolite
perlu diperhatikan agar menjauhkan barangbarang metal yang dapat mempengaruhi
jarum magnet. Sudut jurusan yang didapat
adalah sudut jurusan magnetis.
I.
= 1,26.486 rad
1,26
rad
= 80g,214.091
0,00.48
rad
0 ,035.577
0,00.006 rad
0 ,003.820
1,26.489 rad
= 80g,253.488
154
c.
j.
sehingga
tidak
titik
mudah
k.
pengencang alat.
f.
dibidik
menggunakan
penggerak
halus
horizontal
dengan
membuka
skrup
skrup
pengunci
menyetel
penyetel,
magnit,
buka
gerakan
siap
dan
ketiga
skrup
horizontal
ketengahkan
dengan
Dengan
untuk
melakukan
pengamatan.
i.
yang
bergerak.
e. Pasanglah unting-unting pada skrup
l.
(skrup-skrup
dan
pengencang
vertikal
harus
akan
pembacaan
terlihat
bergerak;
skala
sementara
bersifat
koinsidensi
mempergunakan
tromol
mikrometer.
Dengan
membuka
skrup
pengencang
lingkaran
horizontal
atau 200gr).
visir
satuannya
secara
skrup-skrup
kasaran,
tersebut
kencangkan kembali.
kemudian
kita
mikrometer.
dilakukan
pada
tromol
155
dapat
melihat
angka-angka
biasa,
pembacaan
kita
putar
(angka
penyetel
angka
pembacaan
dapat
gr
Terlebih
dahulu
ketengahkan
Sistem
pembacaan
dengan
kiri
bawah
dengan
156
benang
tengah
dari
dicatat).
10
11
12
10
11
12
o
12 46
Untuk sudut miring negatif pembacaan dilakukan dari
kiri ke kanan.
12
11
10
12
11
10
13
13
14
kanan ke kiri. 12 43
Gambar 119. Sudut miring
Gambar 120. Cara pembacaan sudut mendatar dan
sudut miring
157
V. Keterangan
1. Pada pembacaan sudut miring perlu
diperhatikan
tanda
positif
atau
tanda
positif
atau
negatif.
2. Pada pembacaan sudut miring di
0
dekat 0
kolom.
5. Sistem
pembacaan
lingkaran
00
dengan
skrup
halus.
mendatar
menggunakan
10
diperhatikan
sistem
10
Sistem
seksagesimal
10
(derajat).
sudut miring
4. Perlu
diperhatikan,
pembacaan
skala
pembacaan
satuan
satuan
centigrid
tromol
bahwa
untuk
menit
atau
ada
yang
158
6. Sekrup
Keterangan
mikrometer
untuk
lingkaran
tegak.
1. Sekrup-sekrup setel.
2. Permukaan nivo pesawat.
4. Sekrup
mikrometer
untuk
mendatar.
5. Jepitan untuk lingkaran tegak.
lingkaran
159
6. Nivo pesawat.
bagian bawah.
Keterangan
1. Nivo teropong.
2. Lensa oculair.
160
skema
sebuah
bola
dengan
dan titik B.
bagian
dalamnya,
maupun
161
penampilannya,
tergantung
dari
horizontal.
d. Pelat-pelat
sekrup
menghorizontalkan
125
secara keseluruhan.
Secara
umum
teodolit
dapat
atas
yang
langsung
yang
secara
vertikal
tegak
lurus
sumbu
datar
untuk
theodolite
untuk
sedikit
menggeser
kedua
pelat
tersebut.
Agar
dapat
dipergunakan
untuk
dipasang
niveau
teleskop
dan
teleskop
dan
sekrup
tangennya.
vertikal
pusatnya.
ketelitian
sumbu-sumbunya
dan
e. Lingkaran
f.
sekrup
penyipat
dan
sejajar
graduasi
yang
saling
hanya
rendah.
mempunyai
Terdapat
sumbu
pula
dalam,
berhadapan.
a. Pelat bawah.
b. Lingkaran
yang
graduasi
horizontal
mengelilingi a).
162
untuk
membuat
sedemikian
rupa
sehingga kedua sumbu tersebut sungguhsungguh terpusat, maka theodolit tipe ini
tidak cocok untuk pengukuran teliti.
Theodolit tipe sumbu tunggal kadangkadang disebut instrumen pengukuran satu
arah dan teodolit tipe sumbu ganda
disebut instrumen pengukuran dengan
perulangan.
A : Sumbu dalam
B : Sumbu luar
Gambar
127.
Teodolite
(tipe
sumbu
tunggal)/
Reiterasi
horizontal)
Gambar 126. Teodolite (tipe sumbu ganda)/
Repetisi
163
I. Sistem
lensa
obyektif:
kegunaan
Pada
diameter
tertentu,
arah
meningkatnya
sasaran
(garis
kolimasi).
lensa
obyektif
dengan
semakin
pembesaran
pandangan
terang,
Cahaya
harus
yang
sebagian
menimpa
lensa,
dipantulkan
oleh
cahaya
tersebut
magnesium
tersebut,
dilapisi
fluoride
panjang gelombang
maka
dengan
setebal
cahaya
1/4
yang
berlapis
dapat
setengah
magnesium
disimpangkan
panjang
golombang
secara
bertahap
untuk
cahaya
yang
terpantul
yang
mengandung
bermacam-
Fenomena
ini
dinamakan
berkas
cahaya
sejajar
sumbu
optik,
panjang
fokusnya
lebih
kecil.
lensa.
Terdapat
juga
penyimpangan-penyimpangan
lensa
dihilangkan
dengan
suatu
negatif).
Pada
umumnya
164
digeser-geser
dan
II. Benang
silang:
titik
perpotongan
cara
untuk
pembuatan
benang
atau
sarang
benang
nylon
adalah
kombinasi
dari
pada bingkai
yang
diguratkan
gelas
yang
yang
direntangkan
pada
lempeng
tebalnya kira-kira
dan
untuk
mengurangi
penyimpangan-penyimpangan, maka
kedua
lensa
harus
mempunyai
165
Teleskop
pengfokus
dalam
Gbr. 132).
silang
lensa
ditempatkan
cekung
(lensa
jarak-jarak
yang
amat
bidang
benang
silang.
Teleskop
b.
Niveau
I. Niveau tabung: pengukuran sudut
dimulai dengan menempatkan sumbu
vertikal
teodolit
sedemikian
rupa
horizontal
dan
sudut
permukaannya
dalam
posisi
pengfokus
luar
mana
lensa
obyektif
yang
(circular
adalah
penggeseran
lingkaran
dan
bahwa
selanjutnya
garis
gelas
bubble
pada
dengan
tube).
dinding
arah
axial
Niveau
dalam
yang
166
niveau
tabung
bundar
135).
Kedua
tipe
R =S
dS
d 1
=
atau d =
dS R
R
Apabila
dS
mm,
dan
1
R
d "= 413 x
tersebut
Secara
tertentu
lebih
tinggi,
maka
niveau
internasional
dari
niveau
tersebut,
demikian
yang
lebih
besar,
sedangkan
harga-harga
untuk
d dan
bawah ini:
serasi
Kepekaan (detik)
30 20 10
14 21 41
untuk
dipasang
pada
instrumen-instrumen
akan
diperoleh
persamaan
sebagai berikut:
Gambar 136. Niveau tabung bundar.
167
hubungan berikut:
c.
Lingkaran
graduasi
graduasi:
umumnya
lingkaran
terbuat
dari
baja
yang
mudah
tidak
dapat
digunakan
graduasi
umumnya
Lingkaran
graduasi
(n 1) LM = nLV
L M L V = LM
(n 1) LM LM
=
n
n
memungkinkan
vernir.
pengukuran
Pecahan-pecahan
skala
besar
dan
vernir
Umpamanya
pembacaan
interval-interval
graduasi
membagi
rata
panjang
bagian
dan
gambar
168
pada
kedua
arah
dan
ganda
balik.
menunjukkan
Gbr.
contoh-contoh
pembacaan vernir.
141
Gambar 141. Pembacaan vernir mundur 20,7.
169
graduasi
skala
kecil
dari
satuan
bidang
fokus
dari
lensa
optik:
untuk
340
3204340
Gambar 142. Pembacaan berbagai macam vernir
paralel
dengan
perpindahan
diperbesar
pengukuran
memungkinkan
sudut
pengukuran
graduasi
dengan
180
lainnya.
terpisah
Bayangan-
gelas
prisma.
Pada
saat
agar
dan
yang
mikrometer
yang
bidang
pandangan
170
mekanisme
pembacaan
Gambar 147.
yang
terbuka,
melintasi
maka
pengukuran
udara
pengukuran-
sudut
vertikal
dengan
horizontalnya.
sudut
lingkaran
Karena
vertikal
171
plumbing
device).
menunjukkan
digunakan
sebuah unting-unting.
untuk
sumbu
vertikal
dengan
garis
membuat
teodolit
vertikal.
agar
berhimpit
Tipe
alat
alat
penyipat-datar
terdiri
dari
penyipat-datar
speris
(spherical
tipe
sekrup
(screw
type
Gbr.
potongah
150
melintang
Alat
kecil
ini
adalah
untuk
suatu
melihat
dan
memungkinkan
tipe
tiga
sekrup,
penyetelannya
kemiringan
dikoreksi
mula-mula
dengan
dua
sekrup,
leveling
device)
(fourscrew
tetapi
saat
type
ini
penegak:
alat
penegak
tipe
penegak
optik
(optical
172
vertikal
teodolit
dan
instrumen
sumbu
kolimasi,
sumbu
pada
sudut
siku-siku
horizontal,
ADBE
adalah
(pada Gbr.
seperti
yang
digambarkan
teodolit
horizontal
lurus
di
mana
sumbu
sungguh-sungguh
terhadap
sumbu
tegak
kolimasi,
173
= tan h tan i
Karena C dan
Karena
sangat kecil,
= i tan h
dengan pcrsamaan:
= C = sec h
Apabila
teleskop
ditempatkan
normal
dan
posisi
sumbu
horizontal:
adalah
CSD.
Apabila
adalah kesalahan
sumbu
vertikal:
diperlihatkan
sumbu
vertikal
sumbu
vertikal
teodolit
diperoleh
posisi
lintasan
arah
kemiringan
maximum,
174
sumbu
vertikal
sebesar
vertikal
akan
teodolit
terhadap
miring
arah
garis
dalam
posisi
pengukuran
kebalikan,
haruslah
maka
dilaksanakan
posisi
sebesar
diperoleh
u'
dari
kemiringan
dan
kesalahan
dapat
dari
segitiga
ini
sumbu
vertikal
dinyatakan
dengan
dan
adalah
pusat
terbaca
pada
Apabila
Gambar 153. Kesalahan sumbu horizontal
1
2
, 1
lingkaran
2 = 2 , 2 = ,
= + =
lingkaran
dan
graduasi,
+ = sehingga
graduasi
1
(1 + 2 )
2
yang
berhadapan
sumbu
kesalahan
Gambar 154. Kesalahan sumbu vertikal.
teleskop
sumbu
luar.
vertikal
Pada
ditempatkan
vertikal
sejauh
disebut
Gbr.
155
terpisah
dari
R.
Apabila
dapat
merata-
dengan
ratakan
dihilangkan
dari
dengan
observasi
pembacaannya
adalah
l.
Apabila
175
sasaran
dibidik,
pembacaannya
6. Kesalahan
graduasi:
graduasi
dengan
kebalikan
maka
adalah
b.
Sudut
+ = + b,
Jadi
yang
+ = + a
1
2
deret
dinyatakan
Fourier.
Apabila
d = a1 sin( + c1 ) + a 2 sin(2 + c 2 ) + ..
n
= a i sin(i + ci ) (6.9)
i =1
= (a + b)
Apabila
umumnya
kesalahan
sudut-sudut
diukur
dan
maka
posisi
yang
kebalikan,
kemudian
dapat diketahui.
d + d ( + 180 0 )
2
= a 2 sin(2 + c 2 ) + a 4 sin(4 + c 4 ) + ..
Bagian-bagian
bilangan
ganjil
pada
pengukuran
di
rata-rata
hampir
graduasi
di
biasa.
lapangan
dengan
semua
Dalam
biasanya
merubah
posisi
176
menyimpang,
dengan
posisi
niveau
kecil,
teleskopnya
dalam
persamaan-persamaan
yang
telah
lagi
maka
diatur
diatur
untuk
sedemikian
dengan
sehingga
sekrup-sekrup
penyipat-datar.
angka
yang
besar,
maka
Penyetelan
penyetelan
niveau
ini
menempatkan
pelat:
adalah
agar
sumbu
untuk
tabung
penyipat datar
pada
terhadap
sudut-sudut
sumbu
siku-siku
vertikal.
Apabila
betul-betul
dibidik
vertikal.
Apabila
teodolit
dengan
teleskop
yang
vertikal
sedikit
digerakkan
tengah
sekrup-
yang
benang
dengan
tegak
ditempatkan
mengatur
lurus
pula
pada
terhadapnya
posisi
secara
silang
tidak
tegak
lurus
di
silang
penyesuaian.
Apabila
gelembung
harus
diputar
untuk
177
dengan
C.
Penyetelan
horizontal
(Inklinasi).
benang
silang
untuk
pada
C.
Penempatan
1/4
B 2B1
Gbr. 158.
yang
datar,
sehingga
dapat
jarak
yang
sama
c. Penyetelan
sumbu
setelah
diputar
mengelilingi
horizontal,
sedang
sumbu
menyetel
horizontal:
sumbu
posisi
pusat
diputar
ditandai
pada
B1.
posisi
dan
memutari
berhimpit
maka
benang
silang
permukaan
pelat
kebalikan,
teleskop
dibalik
dangan
sebagai
A
lagi
dibidik
B1,
mengelilingi
vertikal,
sumbu
178
dan
kemudian
dengan
teleskop
Apabila
ternyata
gelembung
menyimpang,
dilakukan
dengan
sekrup
menggunakan
horizontal
untuk
tengah
maka
dengan
penempatan
sekrup
pengatur
harus
diatur
dengan
mengoreksi pembacaan-pembacaan
untuk konstanta ketinggian.
f. Penyetelan
agar
garis
kolimasi
berhimpit
dengan
Setelah
teodolit
sumbu
vertikal:
disipat-datarkan,
kolimasi
sumbu
"metode
sejajar
dengan
pengaturan
patok"
(peg
adjusment method).
berhadapan
graduasi
dengan
garis
dihubungkan
dan
penyetelan
suatu
alat
Pada
dengannya.
teodolit
vertikal:
180
silang
dengan
niveau
konstanta
ketinggian.
penegak
optik
berhimpit
179
sudut
tunggal
dan
Gbr.
160
observasi:
menunjukkan
suatu
contoh
Prosedurnya
adalah
sebagai
berikut:
seri
pengukuran.
Untuk
meningkatkan
penempatan
ketelitiannya,
posisi
lingkaran
sekrup
tangens
horizontal.
d.Membaca
lingkaran
graduasi
hanya
dapat
dilakukan
dengan
mengurangi
Pembacaan permulaan.
pembacaan
dengan
tepat,
B,
observasi
graduasi
B
dibaca
dengan
pengaruh
kesalahan
meskipun
dengan
arah,
cara
ini
akan
teleskop
tepat
kebalikan (lA).
pada
posisi
sedang
180
klem
bawah.
0 .
1 ( 1
dengan
cara
adalah
teleskop
dalam
posisi
atas.
pengukuran
n .
dan
dengan
sama
untuk mengontrol).
yang
sasaran tersebut.
untuk membaca
dalam
posisi
kebalikan.
banyak,
sudut
metode
sudut.
Metode
sudut
tetapi
dengan
tunggal
disebut
(periksa-Gbr.
umumnya
163),
digunakan
logis
serta
berikut:
menggunakan
sistematis
dan
angka-angka
tidak
lainnya
lingkaran
graduasi
181
sehingga
adalah
Prosedur
sebagai
berikut:
apabila
untuk
kesalahan
satu
titik-a
kwadrat
dan
rata-rata
adalah: M
arah
= a +b .
2
observasi
observasi
ke
observasi
satu
sudut
M = 2a 2 + 2b 2 .
kesalahan
kwadrat
adalah
Karena
rata-rata
itu
yang
a +b .
2
Mengenai
kesalahan
d.Menempatkan
niveau
tengah.
e.Mengatur
sekrup
tangens
vertikal
kesalahan
horizontal
sekrup
gelembung
mengulangi
hanya
bidang
dalam
untuk
vertikal
sudut
a.Menyipat-datarkan theodolit.
posisi normal.
kwadrat
saat-saat
pada
Adapun
urutan
lagi
urutan
langkah
langkah-langkah
b)
pengerjaannya
sedikit
agak
182
Konstanta
ketinggian:
perhitungan
sudut
metode
elevasi
dan
(r l )
90 0
2
W = 2S = r+ l = 360.
vertikal
atau
serta
cara
p em as a ngan
lingkaran
p e m as a ng an -
t el es k o p
graduasi
dan
v er t i k a l n y a.
perbedaan
titik
nol
dan
berubah
kecuali
apabila
perbedaan
a.
G br . 164 :
Graduasi 0 90
180 270
tak
harga-harga
disengaja
terutama
yang
dengan
kesalahan
horizontal, 0.
r = 360 -
+S
l = 180+ +S
180 ( r l )
(r l )
= 90
2
2
niveau
sudut
digunakan
sebagai
90 0 90
+ S,
= 90 0 +
l = 180 -
+S
r l
2
W = 2 + 180 = r - l.
c.
G br . 166 :
Graduasi 0
90 180 270
+ S,
l = 270 +
elevasi
+S
dan
G br . 165 :
Graduasi 180
kesalahan
dasar
W = 2S = (r + l) - 540.
b.
pada
pembidikan,
dalam
183
Tabel 15. Metode perhitungan perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi.
184
Tabel 16. Arti dari perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi.
185
186
Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-09
Macam Sistem Besaran Sudut
Macam
Besaran Muda
Sudut
Dosen Penanggung
Jawab :Sistem
Dr.Ir.Drs.H.Iskandar
Purwaamijaya, MT
Pengukuran Sudut
Seksagesimal
(Degree)
Sentisimal
(Grid)
Radian
Desimal
phi radian
0,000000
g, c, cc
o, ', "
(Derajat, Menit, Second)
(Grid, Centigrid,
Centicentigrid)
1 putaran =
2.phi.radian =
2 . 22/7 . radian
1 putaran = 360
Konversi Sudut
x derajat/y grid = 360 / 400
x derajat = 360 / 400 . y grid
y grid = 400 / 360 . x derajat
Konversi Sudut
x radian/y desimal = 2.phi / 360
x radian = 2.phi / 360 . y desimal
y desimal = 360 / 2.phi. x radian
187
Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 2 mengenai teori kesalahan, maka dapat
disimpulkan sebagi berikut:
1. Sistem besaran sudut pada pengukuran dan pemetaan dapat terdiri dari:
a. Sistem besaran sudut seksagesimal
Sistem besaran sudut ini disajikan dalam besaran derajat, menit dan sekon.
b.
c.
d.
2. Dasar untuk mengukur besaran sudut ialah lingkaran yang dibagi dalam empat bagian,
yang dinamakan kuadran.
a. Cara seksagesimal membagi lingkaran dalam 360 bagian yang dinamakan derajat,
sehingga satu kuadran ada 90 derajat. Satu derajat dibagi dalam 60 menit dan satu
menit dibagi lagi dalam 60 sekon.
1o = 60
1 = 60
dalam
1o = 3600
400 bagian, sehingga satu kuadran
mempunyai 100 bagian yang dinamakan grid. Satu grid dibagi lagi dalam 100 centigrid
dan 1 centigrid dibagi lagi dalam 100 centi-centigrid.
1g = 100c 1c = 100cc 1g = 10000cc
c. Sudut pusat di dalam lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran
adalah sebesar satu radian.
2 r = 2 rad.
d. Hubungan antara satuan cara seksagesimal dan satuan cara sentisimal dapat dicari
dengan dibaginya lingkaran dalam 360 bagian cara seksagesimal dan dalam 400
bagian cara sentisimal, jadi :
3600 = 400g
188
Soal Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini !
1. Diketahui sudut-sudut :
S1 = 7804940
S2 = 3150 5116
S3 = 17700208
Gantilah sudut-sudut ini ke dalam harga sentisimal dan radian!
2. Diketahui sudut-sudut :
S4 = 46g, 2846
S5 = 117g, 0491
S6 = 297g, 2563
Gantilah sudut-sudut ini ke dalam harga seksagesimal dan radian!
3. Sebutkan tahapan-tahapan yang harus ditempuh ketika akan menggunakan alat ukur
theodolite Boussole?
4. Sebutkan fungsi bagian-bagian utama dari theodolite?
189
pemetaan
sederhana
dua
titik
di
permukaan
bumi,
sebagai
pada
daerah
miring
adalah
berikut.
Untuk
jarak
pendek
waterpass
sehingga
secara,
datar
serentak
atau
dibagi
menjadi
yang
memiliki
garis
ukur
yang
jarak miring.
jarak
pengukurannya
miring
adalah
melibatkan
hasil
kemiringan.
ak
Jar
an
iring
m
ke
Jarak Horizontal
dari titik C,
190
jalan A B
bidang referensi.
a.
b.
obyek,
seperti
bangunan,
obyek
tersebut.
Garis
ini
7.1.1.
Pengklasifikasian
Pengukuran
Jarak
a.
langsung,
misalnya
pita
ukur
jarak
secara
langsung
rantai
daerah-daerah
menjangkau
yang
penting
lainnya.
3. Titik yang diukur saling terlibat.
Gambar 170. Lokasi Patok
4 Mistar,
panjang offset 02
jarak
(umumnya
ukur
(measured
berupa
jarak
distance),
miring)
191
pada
pekerjaan
hakekatnya
sipat
datar.
Pada
sangatlah
sukar
untuk
yang
berpengalamann
membuat
kesalahan
pun
sampai
beberapa meter.
Gambar 171. Spedometer
b.
4 Curvimeter dan,
4 Pedometer
jarak
metode optic.
beberapa
diantaranya
macam
dan
Tujuan
yang
akan
dicapai
dalam
benar-benar
lurus
sehingga
biasa.
Tipe
yang
pita
ukur
yang
campuran
serat
gelas
banyak
terbuat
dan
dari
kimia.
graduasi
digunakan
untuk
membantu
192
tidak
dapat
digunakan
untuk
d. Instrumen
yang
menggunakan
gelombang-gelombang elektromagnetik
dengan
graduasi
mm
lebar
pitaumumnya 16 mm.
Pita ukur baja umumnya mempunyai
ketelitian yang lebih tinggi dari pita ukur
fiber dan ketahannyapun cukup lama.
Karenanya
pita
ukur
tipe
ini
pengukuran
pelaksanaan
untuk
konstruksi
dan
cat
metalik
atau
cat-cat
berwarna
lainnya.
c.
pengukuran
jarak
yang
dan
diarahkan
pada
instrumen
titik
tersebut
sasaran
yang
titik sasaran;
c) Azimuth Peta, yaitu besar sudut yang
dibentuk antara utara peta dengan titik
sasaran.
Back
Azimuth
adalah
besar
sudut
193
Contoh:
Utara
magnetis,
yaitu
utara
yang
dari
pembagian
selisih
absis
terhadap
ordinat.
dengan
pertolongan
1.
kompas
194
3.
4.
berada
sudut tersebut .
di
kuadran
empat
yang
nilai
sudut tersebut.
sudut tersebut.
sebagai berikut:
AB = Tan 1
Penggunaan azimuth
Xb Xa
Yb Ya
tangen
absis
apakah
pada
menggunakan
mendatar
mendatar.
dari
pembagian
selisih
yang
skala
dibaca
pada
lingkaran
tegak
nonius.
tidaklah
lingkaran
Pada
ada
dengan
lingkaran
nonius
untuk
yang
bersama-sama
berada
dengan
di
cos
skala
lingkaran
lingkaran
mendatar
mendatar.
Yang
adalah
dibaca
suatu
pada
sudut
yang
dinamakan
195
Pengukuran
sudut-sudut
2.
3.
terukur
diadakan
dalam
itu.
1. Azimuth kompas
busur
yang
jaringan
untuk
azimuth
besarnya
Dalam
pekerjaan
pengukuran
yang
arah
azimuth
azimuth.
skala
turut
berputar
mendatar
teropong
dan
jarum
arah
sebuah
terpenting
dalam
umumnya
arah
jenis
ini
dikenal
dengan
magnet
tetap
garis
yang
magnetis
Umumnya
garis
Memasang
dan
mendatarkan
(kompas).
lingkaran
Utara
poligon.
Menempatkan lingkaran
0
graduasi
Pada
yang
196
kearah
utara
bantuan
kompas
2. Azimuth matahari
dengan
yang
Pada
prinsipinya
pengukuran
tinggi
telah
atas dibuka.
Mengukur
pada
pada
terhadap
titik
A.
Cara
dalam
melengkapi
sudut
ini
pengukuran
dengan
segala
dengan
mengukur
tinggi
matahari.
tinggi
selembar
saat
matahari
kertas.
tertentu
akan
cos(90 0 ) = sin h
cosa
Apabila
pendekatan
Dari
didapatkan
sin +cosh
cos
diketahui
secara
lintang
(umumnya
cukup
deklinasi
matahari
dapat
hasil
dicari
tabel
harga
azimuth
matahri
(a).
equator
timur
selatan
utara
barat
hubungan
kutub utara
bola langit
dengan
kutub selatan
197
mendatar matahari,
A=a+s
Mengukur
tinggi
matahari
dapat
bersangkutan
dengan
yang
Arah mendatar
dari
cos cos a
Hitung
besarnya
sudut
mendatar
dimiliki olehmu.
lensa
objektif
memakai rumus A = a + s.
7. 3. Tujuan Pengikatan Ke Muka
apabila
lapangan
matahari.
Setelah
matahari
dekat
sasaran
tempat
berdiri
alat
untuk
untingunting)
yang
akan
diketahui
198
Pada
metode
ini,
pengukuran
yang
dari
azimuth
titik
terhadap
titik
ditambahkan
rumus
dan
180
dan
perbandingan
ditambahkan
sinus.
Jarak
Jarak B
dan
Xp = Xa + da . Sin ap
Yp = Ya + da . Cos ap
A (Xa,Ya)
B (Xb,Yb)
Yp = Yb + dbp . Cos bp
Koordinat target dapat diperoleh dari titik A
azimuth
penjumlahan
selisih
absis
dan
selisih
terhadap
target
kemudian
ordinat.
dikalikan
dengan
terhadap
target
Xb Xa
AB =
Yb Ya
cosinus
kemudian
azimuth
ditambahkan
target
kemudian
ditambahkan
199
= (Yb-Ya) : cos ab
yang
dengan
menggunakan
ap dan dap
koordinat-
Atau
dap=
d ab
sin = m sin
sin( + )
Bila
d ab
=m
sin( + )
Xp
dan Yp
dicari
dari
titik B,
berselisih
dapat
dilihat
1800,
dari
bp
Yp = Yb + dbp cos bp
Xp = Xb + dbp sin
200
d. Hitungan
dilakukan
berturut-turut
Ya = + 963, 84
dengan rumus-rumus :
Yb = - 144,23
Tg
= 6203842
dab
ap
= dab : sin ( + )
dap
= m sin
Xp
= Xa + dap sin
Yp
ap
= Ya + dap cos ap
bp
= m sin
= Xb + dbp sin
Xp
Yp
bp
= Yb + dbp cos bp
Contoh : A = Xa = - 1. 246, 78
B = Xb = +1091, 36
0
= 56 15 16
201
Empat
lajur
pertama
bagian
yang
dan Y2 = Yp.
diperlukan
koordinat-koordinat,
kedua
untuk
menghitung
sedangan
dua
lajur
besaran-besaran
itu
dengan
angka.
terdapat tg ap =
x p xa
y p ya
didapat : tg bp =
x p xb
y p yb
( y p y a )tg ap = X p X a
( y p y b )tg bp = X p X b
y p tg ap y a tg ap = X p X a
y p tg bp y b tg bp = X p X b
untuk
bp
supaya
mendapat
satu
Tg ap ya tg ap yp tg bp + yb tg bp =
adalah
xb xa
tg 12 =
x 2 x1
y 2 y1
202
Atau
Yp =
( xb x a ) + y a tg ap y b tg bp
tg ap tg bp
ap = ab + dan bp = ab + 180
(yp ya) tg ap = xp xa
bp
ditentukan
dengan
ab =
Xb Xa
sudut ab diketahui.
Yb Ya
Tentukan ap bp adalah :
ap = ab - dan bp = ab + 180
Maka tg ab
garis AB
tg ab =
xb x a
yb y a
Yp =
( X b X a ) + Ya tg ap Yb tg bp
tg ap tg bp
X p = X a + (Y p Ya )tg ap
203
A : Xa = - 2206, 91
bp = 180 o
Ya = + 1563, 58
B : Xb = + 3148, 26
= 243o 29'28"
Yb = -4309,31
0
= 55 10 34
o
= 74 0856
yp =
x a xb + y a tg ap y b tg bp
tg ap tg ap tg bp
tg ab =
X 2 X1
Y 2 Y1
+ 3.148,26 (2.206,91)
4.309,31 1563,58
+ 5.355,17
= 0,91184
5.872,89
ab = 137 o 38'24"
ap = ab + = 137 o 38'24" + 55 o10'34"
= 192 o 48'58"
= - 8073,86
x p = x a + y p tg ap y a tg ap
= -2.206,91 + (-8.073,86)(0,22749)(1563,58)(0,22749)
= - 4.399,33
204
205
Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-06
Jarak, Azimuth dan Pengikatan Ke Muka
Jarak, Azimuth
dan Pengikatan
KePurwaamijaya,
Muka
Dosen Penanggung
Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar
Muda
MT
Xc = [ Xc(a) + Xc(b) ] / 2
Yc = [ Yc(a) + Yc(b) ] / 2
Gambar 178. Model Diagram Alir Jarak, Azimuth dan Pengikatan Ke Muka
206
Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 7 mengenai jsrsk, azimuth, dan pengikatan ke muka,
maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Mengukur jarak adalah mengukur panjang penggal garis antar dua buah titik tertentu.
2. Jarak horizontal adalah jarak yang apabila diukur maka perbedaan tingginya adalah 0.
Sedangkan jarak miring adalah hasil pengukurannya melibatkan kemiringan.
3. Klasifikasi pengukuran jarak :
a. Pengukuran jarak langsung
b. Pengukuran jarak tidak langsung
4. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran jarak secara langsung diantaranya adalah :
a. Mistar;
b. Pita ukur metalik;
c.
g. Speedometer.
5. Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang
kita tuju, azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam.
6. Back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth.
7. Macam-macam azimuth yaitu :
a. Azimuth Sebenarnya, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya
dengan titik sasaran;
b. Azimuth Magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik
sasaran;
c.
Azimuth Peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik
sasaran.
Utara grid, yaitu utara yang berupa garis tegak lurus pada garis horizontal di peta.
207
Soal Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !
1. Jelaskan pengertian jarak !
2. Mengapa pengukuran jarak dengan menggunakan langkah kurang efektif ? Jelaskan !
3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam dari azimuth !
4. Sebutkan dan jelaskan tujuan dari metode pengikatan ke muka !
5. Carilah koordinat titik P ditinjau dari titik A dan titik B dengan menggunakan
perhitungan secara logaritmis dan kalkulator dengan data-data di bawah ini :
A:
Xa = - 2206, 91
Ya = + 1563, 58
B:
Xb = + 3148, 26
Yb = -4309,31
= 5501034
= 74o0856
208
mengenai
cara
dengan
selanjutnya
sistem
menentukan
pengikatan
titik
ke
koordinat
dan
koordinat
muka.
Bab
datar,
sehingga
keadaan
180
menggunakan
pengikatan
ke
muka
pengukuran
karena
cara
theodolite
adanya
rintangan
berupa
sehingga
ke
diperlukan
belakang,
apabila
cara
akan
209
Pada
terdapat
kemudian
yang
diukur
berapa
besar
sudut
yang
dibentuk
ditunjukan
pada
gambar 181.
pengikatan
3
mendatar
titik
yang
ke
belakang,
awal
yang
dibentuk
harus
diketahui,
oleh
titik
dan
pengikatan
ke
belakang
metode
ke
belakang
metode
Cassini.
Cara
pengikatan
Collins
A (Xa,Ya)
merupakan
cara
perhitungan
B (Xb,Yb)
pada
saat
munculnya
teori
ini
belum
dapat
dihitung
dengan
bantuan
belakang
metode
kalkulator.
B (Xb,Yb)
A (Xa,Ya)
pula
Cara
pengikatan
ke
C (Xc,Yc)
P
Gambar 182. Pengikatan ke belakang
sehingga
dalam
proses
pengikatan
ke
belakang
metode
210
Cara
Collins
pengikatan
ke
merupakan
perhitungan
yang
belakang
salah
satu
berfungsi
metode
model
untuk
berkembang
menggunakan
Oleh
sehingga
karena
itu
cara
pengikatan
ke
dibantu
dengan
mesin
dapat
menggunakan
cara
dapat
logaritma
dihitung
atau
dengan
kalkulator,
bantuan
sehingga
permukaan
bumi
yang
tidak
pada
permukaan
bumi.
211
pada
pengikatan
ke
untuk
dan
pada
saat
pengukuran
membaca
tengah
sudut
dari
azimuth,
rambu
ukur.
sudut
Pada
koordinatnya.
di
yang
digunakan
pada
umumnya
dalam
pekerjaan
diletakan
di
titik-titik
yang
telah
b. Rambu ukur,
c. Statif,
diketahui
d. Unting-unting,
e. Benang,
koordinatnya,
sehingga
pada
212
alat
theodolite,
sehingga
dengan
orang
yang
akan
Dimisalkan
terdapat
suatu
lokasi
213
koordinat
dan PC.
masing-masing.
Misal titik-titik
A (Xa,Ya)
B (Xb,Yb)
P(Xp,Yp)
A (Xa,Ya)
Alat theodolite dipasang tepat diatas titik P
yang akan dicari koordinatnya, dengan cara
dipasang pada bagian atas statif dan
digantungkan unting-unting yang diikatkan
dengan
benang
pada
bagian
P(Xp,Yp)
B (Xb,Yb)
bawah
C (Xc,Yc)
Pasang
pada
titik
yang
telah
diketahui
214
B,
dan
telah
ditentukan
dari
membuka
berikut :
Gelembung
pada
pengencang
nivo
alat,
kotak
kita
skrup
skrup penyetel.
e. besar sudut
pengamatan.
Cara pengaturan dan pemakaian alat
theodolite :
pertolongan
visir
secara
kasaran,
kembali.
skrup
yang
pengencang alat.
pengatur
dibidik
benang
dengan
diafragma
menggeser-
215
horizontal
dan
vertikal,
kita
pengencang
horizontal
dan
maka
pengukuran
dapat
dimulai.
dalam
pengencang
magnet
lepaskan,
kemudian
akan
skala
sementara
pembacaan
bergerak
kita
terlihat
bergerak;
tunggu
sampai
skala
proses
perhitungan,
yang
pada
(Berarti
pembacaan
dilakukan
A (Xa,Ya)
pada
B (Xb,Yb)
Untuk
pembacaan
biasa,
penyetel
angka
pembacaan
biasa/
luar
biasa
C (Xc,Yc)
trombol
dengan
diketahui
azimuth-azimuth
lain
216
selanjutnya
di peroleh
melalui
A (Xa,Ya)
B (Xb,Yb)
terhadap
target
kemudian
C (Xc,Yc)
dikalikan
dengan
cosinus
azimuth
sudut BAH =
+ ) dengan
dikalikan
dengan
cosinus
azimuth
217
ah
Yh = Ya + dah cos ah
Xh = Xa + dah sin
A (Xa,Ya)
ah
A (Xa,Ya)
dah
B (Xb,Yb)
H (Xh,Yh)
C (Xc,Yc)
ah
ab
gambar berikut :
A
ah
ab
Masing-masing lingkaran.
Melalui titik A, C dan P serta melalui titik B,
C dan P dengan data pada segitiga ABH
dapat dihitung.
Gambar 199. Menentukan sudut ah
titik
dengan rumus :
H.
Apabila jarak
kedua koordinat
ah.
tg ab =
( xb x a )
( yb y a )
ab sendiri dicari
218
dah
dapat
ditentukan
dengan
B (Xb,Yb)
bh
dab
H (Xh,Yh)
B
dah
180 -(+)
gambar berikut :
B
ab
d ah
d
= ab
sin {180 ( + )} sin
+
dbh
Sehingga
d AH =
d AB
. sin {180 ( + )}
sin
d ab =
(X b X a )
bh
H
Gambar 202. Menentukan sudut bh
sin
rumus :
Xh = Xb + dbh sin
bh
Yh = Yb + dbh cos
bh
d bh
d
= ab
sin sin
219
gambar berikut :
A
A ab
dab
B
180o-(+)
dbh
sudut
Sehingga
d bh =
ap
d ab
. sin
sin
B.
hc
ap
Yp = Ya + dap cos ap
Xp = Xa + dap sin
C
Gambar 206. Menentukan sudut
A (Xa,Ya)
ap
P (Xp,Yp)
dapat disusun
dengan rumus
dap
hc - hb
pada
tg hc =
(xc x h )
( yc yh )
Sedangkan
220
d ap
d
= ab
sin ( + ) sin
Sehingga
d ap =
d ab
. sin ( + )
sin
+
bp
dab
dap
B
ab
180 + )
B
d bp
sin
d ab
sin
Sehingga
d bp =
d ab
. sin
sin
bp
Yp = Yb + dbp cos bp
Xp = Xb + dbp sin
P
dbp
B (Xb,Yb)
dab
180o ( + )
dbp
bp
Gambar 210. Menentukan rumus dbp
P (Xb,Yb)
8.3.2 Langkah-Langkah Pekerjaan
Gambar 208. Penentuan koordinat P dari titik B
Menentukan
ab
pada
ab dan dab
221
Menentukan
ab =
koordinat-koordinat
ab
titik
= dab : sin
dbh = m sin
xh = xb + dbh sin bh
yh = yb + dbh cos bh
dbh : sin
penolong
yang
Menentukan
terbentuk
dari
perpotongan
garis
tg
dengan dicarinya
besarnya
dengan 2 cara :
ah
hc dan
hc.
hc - hb = hc ( bh - 1800) =
hc + 1800 - bh
dan dah.
Koordinat
ah - ab +
)} = dab : sin
)
xh = xa + dah sin ah
yh = ya + dah cos ah
bila m = dab : sin
bh = ab + (
ap
titik
ab
dapat
dicari
dengan
d ap
sin 180 0 ( + )
)=
dap = m sin ( +
d ab
sin
ap
yp = ya + dap cos ap
xp = xa + dap sin
bp
d bp
sin
ab (
d ab
sin
dbp = m sin
bp
yp = yb + dbp cos bp
xp = xb + dbp sin
bp dan dbp
222
ah
ab
bh
ph
H
C
(x b - x a )
ab = tg-1 (y - y )
b
(23.373,83 - 23.231,58)
= arctg (90.179,61 - 91.422,92)
= - 6o3137,07
Berada di kuadran 2 sehingga
ab = 180o
B : x = + 23.373,83
= 180o - 6o3137,07
y = +90.179,61
= 173 o 2822,9
C : x = + 24.681,92
y = + 90.831,87
dab =
= 644703
(x b - x a )
sin ab
(23.373,83 - 23.231,58)
sin 173 o 28'22,9
= 871128
Jawaban :
= 1.251,42
tg
= 260 o 3950,9
d ab
sin ( + )
sin
dah =
1.251,42
sin (644703 + 871128 )
sin 644703
ah
ah
hc = arctg
= arctg
= - 42 o 2239,61
Menentukan ap dan dap
ap = ab +
= 173 o 2822,9 - 42 o 2239,61
= 131 o 543,29
= 649,91
xh = xa + dah sin
223
(x c - x b )
(yc - y h )
(24.681,92 - 22.590,28)
(90.831,87 - 91.317,48)
= - 76o5545,71
Berada di kuadran 2 sehingga
hc = 180o
dap =
hc+180 - bh
bh = ab + ( + )
= 173 o 2822,9 +
(644703+871128)
o
= 325 2653,9
ap
= 23.231,58+527,25252 sin131o543,29
= 23.628,92
ap
yp = ya + dap cos
bh = ab + ( + )
=173 o 2822,9 + 891128+ 644703
= 327o 2653,9
dbh =
= 180o - 76o5545,71
= 103 o 414,29
d ab
sin ( + )
sin
d ab
sin
sin
1.251,42
sin (871128 )
sin 644703
= 1.381,567
Sehingga koordinat H adalah ;
xh = xb + dbh sin
bh
= 23.373,83+1.381,567 sin327o2653,9
= 22.630,4636
yh = yb + dbh cos
bh
224
= 90.179,61+1.381,567 cos327o2653,9
besarnya
= 91.344,141
angka.
itu
dengan
bp = ab + ( +)
=173o2822,9+644703+42o2239,61
= 195o 5246,2
perhitungan,
kemudian
isi
nilai
d ab
sin
dap =
sin
log sin
= -932,316
pertama
kolom
bagian
kiri
diisi
besaran-besaran
bp
= 23.628,92
yp = yb + dbp cos
bp
sin
bh.
bh,
begitupula
untuk Yb.
Hitungan
yang
dilakukan
dengan
cara
ah
Kolom
bagian
kiri
digunakan
untuk
Xa
dan
dap
sin
ap
untuk
ap
225
226
Contoh 2
ah = ab +
A : x = - 2.904,28
= 198 o 3733,8
y = + 4.127,31
B : x = - 2.168,09
y = + 2.351,09
C : x = + 4.682,09
dah =
=
d ab
sin ( + )
sin
1.922,741
sin (4716'30"+4108'19")
sin 4716'30"
= 2.616,329
y = - 2.375,92
= 471630
= 410819
xh = xa + dah sin
ah
o
= - 3.739,91
yh
= ya + dah cos
tg
(-2.168,09 + 2.904,28)
= arctg (2.351,09 - 4.127,31)
= 1.648,016
Menentukan hc dan
tg
hc = arctg
= - 22o3045,15
= arctg
ab = 180o
(x b - x a )
dab =
sin ab
(x c - x b )
(yc - y h )
(4.682,09 + 3.739,91)
(-2.375,92 - 1.648,016)
= -64 2743,2
= 180o - 22o3045,15
= 157 o 2914,8
ah
hc = 180o
= 180o-64o2743,2
= 115 o 3216,5
(-2.168,09 - 2.904,28)
=
sin 157 o 29'14,8
= 1.922,741
bh = ab + ( + )
hc+180 - bh
= 157 o 2914,8+(471630+410819)
227
= 245o543,8
= - 3.739,91
yh
= 1.648,015
ap = ab +
bp = ab + ( +)
=157o2914,8+471630+49o 3812,7
= 207 727,5
= 254o 2357,5
d ab
sin ( + )
sin
dap =
= 1.994,289
ap
xp
= xb + dbp sin
= ya + dap cos
ap
= - 4.088,908
o
yp
= yb + dbp cos
= 1.814,763
bh = ab + ( + )
= 157 o 2914,8 + (471630+410819)
= 245o 543,8
d ab
sin
sin
1.922,741
sin (4108'19")
sin 4716'30"
= 1.721,898
Sehingga koordinat H adalah ;
xh = xb + dbh sin
bp
= 2.351,09+1.994,289 cos254o2357,5
= 1.814,758
dah =
bp
= -2.168,09+1.994,289 sin254o2357,5
= - 4.088,908
yp
d ab
sin
sin
= 2.598,311
xp
bh
= 49 3812,7
dap =
= yb + dbh cos
bh
180
228
A (Xa,Ya)
dan sudut
B(Xb,Yb
180- ( + )
kemudian
C(Xc,Yc)
180o ( + ) di titik B.
5. Ukur sudut
garis
yang
berpotongan
A (Xa,Ya)
sehingga
perpanjangan
B(Xb,Yb
180- ( + )
B(Xb,Yb
180- ( + )
P (Xp,Yp)
C(Xc,Yc)
229
langkah
yang
berbeda,
yaitu
dan
diatas
sudut
kertas
grafik
yang
telah
sebagai berikut:
1. Sediakan
kertas
grafik
dan
kertas
garis-garis
pada
transparan
transparan
2. Pada kertas grafik lukislah titik A,B dan
koordinat masing-masing
B)
A (Xa,Ya)
B(Xb,Yb
C(Xc,Yc)
kertas grafik
tepat
230
Dengan Prinsip :
1. Rumus Sinus
2. Segitiga sehadap
3. Jumlah sudut dalam segitiga
Gambar 218. Model Diagram Alir Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins
231
Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 8 mengenai cara pengikatan kebelakang metode
collins, maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Perbedaan pengikatan ke muka dan ke belakang dalam menentukan suatu titik
koordinat adalah data awal yang tersedia, prosedur pengukuran di lapangan serta
keadaan lapangan yang menentukan cara mana yang cocok digunakan.
2. Pengikatan ke muka dapat dilakukan apabila kondisi lapangan memungkinkan untuk
berpindah posisi pengukuran yaitu pada daerah-daerah yang mudah seperti pada
dataran rendah yang mempunyai permukaan datar, sehingga keadaan lapangan
tersebut dapat memungkinkan dilakukan pengikatan ke muka.
3. Pengikatan ke belakang, dilakukan pada saat kondisi lapangan tidak memungkinkan
menggunakan pengukuran pengikatan ke muka, dikarenakan alat theodolite tidak
mudah untuk berpindah-pindah posisi, dan kondisi lapangan yang terdapat rintangan.
4. Theodolite, adalah alat yang digunakan untuk membaca sudut azimuth, sudut vertikal
dan bacaan benang atas, bawah dan tengah dari rambu ukur.
5. Fungsi Theodolite digunakan untuk mengukur besaran sudut datar yang dibentuk dari
titik koordinat yang akan dicari titik-titik lain yang telah diketahui koordinatnya.
6.
Rambu ukur, digunakan sebagai patok yang diletakan di titik-titik yang telah diketahui
koordinatnya untuk membantu dalam menentukan besaran sudut yang dibentuk dari
beberapa titik yang telah diketahui koordinatnya, sehingga pada keperluan pengukuran
ini tidak diperlukan data pada rambu ukur seperti benang tengah, benang atas, dan
benang bawah.
232
Soal Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !
1. Sebutkan dan Jelaskan fungsi dari peralatan dan bahan yang digunakan pada
pengukuran pengikatan ke belakang dengan cara Metode Collins?
2. Bagaimana cara pengaturan dan pemakaian alat theodolite?
3. Bagaimana cara pembacaan sudut mendatar pada alat theodolite?
4. Jelaskan dan gambarkan cara menentukan titik-titik koordinat pada pengikatan
kebelakang dengan metode Collins?
5. Hitunglah koordinat titik P ( Xp, Yp ) dengan pengikatan ke belakang cara Collins,
dengan data sebagai berikut :
A : x = +23.231,58
B : x = + 23.373,83
C : x = + 24.681,92
= 644703
y = + 91.422,92
y = + 90.179,61
y = + 90.831,87
= 871128
233
kedudukan
yang
belum
di
dapat
diartikan
sebagai
dengan
cara
pengikatan
ke
oleh
jurang,
sungai
dan
lain
sebagainya.
Seperti terlihat pada gambar-gambar berikut
dilakukan
pengukuran
seperti
biasanya,
234
pengikatan
Cassini
ke
merupakan
perhitungan
belakang
salah
yang
metode
satu
berfungsi
surveyor
dalam
pelaksanaan
pengukuran
di
teknis
lapangan,
model
untuk
keperluan,
perhitungannya
sehingga
pada
dengan
mesin
dibantu
metode
Cassini
dibahas
sebelumnya
seperti
bertujuan
telah
untuk
Yang
pengikatan
alat
patok-patok
ke
muka.
yang
Sehingga
telah
diketahui
koordinatnya,
Biasanya cara ini dilakukan ketika akan
membedakan
metode
Cassini
Pengolahan
data
metode
Cassini
235
Pada
pengikatan
ke
belakang
metode
A (Xa,Ya)
b. Rambu ukur
c. Statif
d. Unting-unting
e. Benang
H
C (Xc,Yc)
Pada
pengikatan
ke
belakang
metode
khususnya
pada
lain:
titik koordinat yang akan dicari terhadap titiktitik lain yang telah diketahui koordinatnya,
penggunaan
pekerjaan
khususnya
pengukuran
pada
pengikatan
ke
belakang.
Fungsi
lain
dari
theodolite
adalah
Cassini
tersebut
hanya
dapat
digerakan
secara
236
horizontal saja.
Keunggulan
digunakan
theodolite
dalam
selain
pengukuran
dapat
kebanyakan pengukuran.
kerangka
pengukuran
mana
kerangka
dasar
horizontal
pada
pengikatan
ke
belakang
diketahui koordinantnya.
kemiringan 15 % 45%.
untuk
membantu
dalam
sudutnya.
Sehingga
pada
237
dengan
orang
yang
akan
akan
dicari
bantuan statif.
koordinatnya
dengan
A,
B,
dan
telah
ditentukan
dari
yang
berikut :
datanya
akan
diolah
dengan
d. besar sudut
e. besar sudut
Terdapat
Misalkan
titik
titik-titik
koordinat
yang
yang
telah
diketahui
238
P
Gambar 228. Pengukuran sudut dan di lapangan.
A
90o
A dan B di titik R.
BR
lingkaran,
pula.
menjadi
garis
tengah
239
S.
sama dengan 90 .
90o
Terlebih
dahulu
akan
dicari
koordinat-
A (Xa, Ya)
d ab
dar
B (Xb, Yb)
d cb
C (Xc, Yc)
R
dcs
Cassini (1679)
Gambar 231. Cara pengikatan ke belakang metode Cassini
240
x2 x1 = d12 sin 12
y2 y1 = d12 cos 12
d12 =
( x2 x1 )
sin 12
d12 =
( y2 y1 )
cos 12
dab
90o
dar
R
Gambar 232. Menentukan dar
x2 x1 = ( y2 y1 ) tg 12
y2 y1 = ( x2 x1 ) cotg 12
(x x )
tg12 = 2 1
( y2 y1 )
ab
A
90o
ar
R
Gambar 233. Menentukan ar
Selanjutnya adalah :
x r x a = d ar sin ar
= d ab cos ab cot g
= ( yb ya ) cot g
xr = xa + ( yb ya )cot g
y r y a = d ar cos ar
= d ab sin ab cot g
= (xb xa ) cot g
yr = Ya (xb xa )cot g
dan
d cs = d cb cot g dan cs = bc + 90
241
dbc
C
90o
dcs
tg rs = ( xs xr ) : ( ys yr ) dan misalkan
bc
cs
90o
S
yr yb = ( yb y p ) ( y p yr )
pb = rs 90 dan rs , maka
dapatlah ditulis :
Gambar 235. Menentukan as
jadi berlakulah :
x s x c = d cs sin cs
= (xb x p )n (x p xr )
= ( yc yb ) cot g
= nxb +
xs = xc + ( yc yb )cot g .
y s y c = d cs cos cs
1
n
1
1
xr n + xp atau,
n
n
1
1
x p = nxb + xr + yb yr : n +
n
n
xt xb = (xb x p ) (x p xr )
= ( yb y p )tg pb ( yb yr )tg rp
= ( yb y p )cot g rs ( y p yr )tg rs
1
= ( yb y p ) ( y p yr )n
n
1
1
yb + nyr n + y p
n
n
242
B : x = + 23.373,83
1
1
y p = yb + nyr + xb xr : n +
n
n
y = +90.179,61
C : x = + 24.681,92
y = + 90.831,87
= 644703
Koordinat R
= 871128
Jawaban :
xr = xa + ( yb ya ) cot g
yr = ya + ( xb xa ) cot g
Menentukan xr
Koordinat S
Menggunakan rumus :
xs = xc + ( yc yb ) cot g
x r = x a + ( y b y a ) cot g
ys = yc + ( xc xb ) cot g
( yb ya ) = 90.179,61 - 91.422,92
Menentukan n
= - 1.243,31
( x xr )
n = tg rs = s
( y s yr )
Cotg
= 0,47090
Menentukan koordinat P
= - 585,47
n xb + xr + yb yr
n
xp =
1
(n + )
n
Xr
Menentukan yr
Menggunakan rumus :
y r = y a + ( xb x a ) cot g
( xb xa ) = 23.373,83 - 23.231,58
= 142,25
Contoh Soal
Cotg
Contoh Soal 1
ke
= Cotg 644703
= 0,47090
= 23.231,58 - 585,47
= 22.646,11
n yr + yb + xb xr
n
yp =
1
(n + )
n
9.3.3
= Cotg 644703
belakang
cara
Cassini
= 91.422,92 + 66,99
=91.355,93
243
Menentukan xs
Menentukan Xp
Menggunakan rumus :
n xb + x r + y b y r
n
xp =
1
(n + )
n
x s = xc + ( y c y b ) cot g
( yc yb ) = 90.831,87- 90.179,61
= 652,26
Cotg
= Cotg 871128
n xb = - 3.51,531 x 23.373,83
= - 82.166,26
= 0,04906
= 24.681,92+ 32,00
1
1
x 22.646,11
xr =
- 3.51,531
n
= - 6.442,14
( yb yr ) = 90.179,61 - 91.355,93
= 24.713,92
Menentukan ys
Menggunakan rumus :
y s = y c + ( xc xb ) cot g
( xc xb ) = 24.681,92- 23.373,83
= - 1.176,32
1
1
(n + ) = - 3.51,531
- 3.51,531
n
1
nXb + Xr + Yb Yr = ( - 82.166,26 n
= 1.308,99
Cotg
= Cotg 871128
= 0,04906
= 90.831,87+ 64,17
= 90.767,70
Menentukan n
( x xr )
n = tg rs = s
( ys yr )
(24.713,92 22.646,11)
=
(90.767,70 91.355,93)
= - 3.51,531
xp =
- 89.784,72
= 23.628,93
- 3.79,978
Menentukan yp
n y r + y b + xb x r
n
yp =
1
(n + )
n
n yr = - 3.51,531 x - 91.355,93
= - 321.144,41
1
1
yb =
x 90.179,61
n
- 3.51,531
= - 25.653,39
( xb xr ) = 23.373,83 22.646,11
244
= 727,72
1
1
(n + ) = - 3.51,531
n
- 3.51,531
Menentukan yp
nYr + Yb + Xb Xr = (-321.144,41n
n y s + y b + xb x s
n
yp =
1
(n + )
n
n yr = - 3.51,531 x - 90.767,70
yp =
- 346.070,08
= 91.076,35
- 3.79,978
= - 319.0776,6035
1
1
x 90.179,61
yb =
- 3.51,531
n
= - 25.653,39
( xb x s ) = 23.373,83 24.713,92
n xb + x s + y b y s
n
xp =
1
(n + )
n
n xb = - 3.51,531 x 23.373,83
= -1.340,09
1
1
(n + ) = - 3.51,531
- 3.51,531
n
1
nYs + + Yb + Xb Xs =
n
= - 82.166,26
1
1
x 24.713,92
xs =
- 3.51,531
n
= - 7.030,367
( y b y s ) = 90.179,61 90.767,70
= - 588,09
1
1
(n + ) = - 3.51,531
- 3.51,531
n
1
nXb + Xs + Yb Ys = ( - 82.166,26 n
xp =
- 89.784,72
= 23.628,93
- 3.79,978
yp =
- 346.070,08
= 91.076,35
- 3.79,978
245
Contoh Soal 2
Cotg
ke
belakang
cara
Cassini
= Cotg 471630
= 0.9238
= 680,10439
yr
A : x = - 2.904,28
= 4.127,31 + 680,10439
=4.807,41
y = + 4.127,31
B : x = - 2.168,09
y = +2.351,09
Menentukan xs
C : x = + 4.682,09
Menggunakan rumus :
y = - 2.375,92
x s = xc + ( y c y b ) cot g
= 471630
= 410819
( yc yb ) = - 2.375,92 2.351,09
Jawaban :
= - 4.727,01
Cotg
= Cotg 410819
= 1,14476
Menentukan xr
Menggunakan rumus :
x r = x a + ( y b y a ) cot g
( yb ya ) = 2.168,09 4.127,31
Xs
= - 729,218
= - 1.959,22
Cotg
= Cotg 471630
Menentukan ys
= 0.9238
Menggunakan rumus :
= 4.682,09 5.411,307
= -2.904,28 1.809,499
y s = y c + ( xc xb ) cot g
( xc xb ) = 4.682,09 2.168,09
= 6.850,18
= -4.713,779
Menentukan yr
Cotg
= 1,1448
Menggunakan rumus :
y r = y a + ( xb x a ) cot g
( xb xa ) = -2.168,09 2.904,28
= 736,19
= Cotg 410819
= -2.375,92 + .841.833
= 5.465,913
246
Menentukan n
( x xr )
n = tg rs = s
( ys yr )
=
( 729,218 + 4.713,779)
(5.465,913 4.807,41)
n y r + y b + xb x r
n
yp =
1
(n + )
n
n yr = 6,0509 x 4.807,41
= 29.087,157
= 6,0509
1
1
yb =
x 2.351,09
n
6,0509
Menentukan Xp
Xp =
nXb +
1
Xr + Yb Yr
n
1
n +
n
n xb = 6,0509 x -2.168,09
= 388,552
( xb xr ) = - 2.168,09 + 4.713,779
= 2.545,689
1
1
(n + ) = 6,0509
n
6,0509
= - 13.118,896
1
1
xr =
x -4.713,779
n
- 3.51,531
= - 779,021
( yb yr ) = 2.351,09 4.807,41
= 6,21616
nYr + Yb + Xb Xr = (29.089,157 +
n
388,552
+ 2.545,659)
= 32.623,368
= - 2.456,32
1
1
(n + ) = 6,0509
n
6,0509
yp =
32.623,368
= 5.151,632
6,21616
= 6,21616
nXb + Xr + Yb Yr = (- 13.118,896n
779,021
xp =
- 16.354,232
= - 2.630,922
- 6,21616
Menentukan yp
Menentukan Xp
n xb + x s + y b y s
n
xp =
1
(n + )
n
n xb = 6,0509 x -2.168,09
= - 13.118,896
247
1
1
x 729,218
xs =
n
6,0509
= - 120,518
nYs + Yb + Xb Xs = (33.073,69 +
n
( y b y s ) = 2.351,09 5.465,913
= - 3.114,822
1
1
= 6,21616
(n + ) = 6,0509
6,0509
n
1
nXb + Xs + Yb Ys = (- 13.118,896n
3.114,822
- 120,518)
= - 16.354,232
- 16.354,232
xp =
= - 2.630,922
- 6,21616
yp =
32.623,368
= 5.151,632
6,21616
dengan
cara
hitungan
dengan
Menentukan yp
Secara garis
1
nYs + Yb + Xb Xs
n
Yp =
1
n +
n
berikut :
n y s = 6,0509 x 5.465,913
= 388,552
( xb x s ) = - 2.168,09 + 729,218
= - 1.438,872
1
1
(n + ) = 6,0509
n
6,0509
= 6,21616
1 = (90 0 )
2 = (90 0 )
dan,
= 33.073,69
1
1
x 2.351,09
yb =
6,0509
n
Langkah-langkah pekerjaan :
1. menentukan titik A, B dan C yang telah
disesuaikan dengan koordinat masingmasing baik absis maupun ordinatnya
ke dalam kertas grafik.
248
C (Xc,Yc)
A (Xa,Ya)
B (Xb,Yb)
A
Gambar 236. Penentuan koordinat titik A, B dan C.
koordinat B.
R
A
90 -
o
90 -
o
dengan
sudut
yang
. Titik
90o
C
90o
S
90o
P (Xp,Yp)
249
Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-08
Pengikatan Ke
Belakang
Metode
Cassini Cassini
Cara Pengikatan
Ke
Belakang
Metode
2 Lingkaran melalui
Benchmark A, B, C
dan titik P
Dengan Prinsip :
1. Rumus Sinus
2. Segitiga sehadap
3. Jumlah sudut dalam segitiga
Alfa ar = Alfa ab + 90
Alfa cs = Alfa cb - 90
dar = (dab/sinus Alfa) . sinus Gamma
dcs = (dbc/sinus Beta) . sinus Delta
Alfa rs = Tan^-1 (Xs-Xr)/(Ys-Yr)
Alfa ps = Alfa rs ; Alfa pr = Alfa rs - 180
Xp(a) = Xa + dap . sin Alfa ap
Yp(a) = Ya + dap . cos Alfa ap
Xp(b) = Xb + dbp . sin Alfa bp
Yp(b) = Yb + dbp . cos Alfa bp
Xp(c) = Xc + dcp . sin Alfa cp
Yp(c) = Yc + dcp . cos Alfa cp
Gambar 241. Model diagram alir cara pengikatan ke belakang metode cassini
250
Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 9 mengenai pengikatan kebelakang metode cassini,
maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Cara pengikatan ke belakang metode Cassini merupakan salah satu model perhitungan
yang berfungsi untuk mengetahui suatu titik koordinat, yang dapat dicari dari titik-titik
koordinat lain yang sudah diketahui.
2. Pengikatan ke belakang metode Cassini bertujuan untuk mengukur atau menentukan
koordinat titik jika kondisi alam tidak memungkinkan dalam pengukuran biasa atau
dengan pengukuran pengikatan ke muka. Sehingga alat theodolite hanya ditempatkan
pada satu titik, yaitu tepat diatas titik yang akan dicari koordinatnya, kemudian diarahkan
pada patok-patok yang telah diketahui koordinatnya, Yang
Cassini
membedakan
metode
lukis sudut 90o di titik A sehingga akan berpotongan dengan sudut yang dibentuk
oleh sudut
90o .
d. hubungkan titik koordinat R dan S tersebut, sehingga kedua titik terdapat dalam satu
garis lurus.
e. tarik garis dari titik B terhadap garis RS, sehingga menjadi garis yang membagi garis
RS dengan sudut sama besar yaitu saling tegak lurus 90o.
f.
251
Soal Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini !
1. Apa yang dimaksud pengukuran pengikatan ke belakang ? Mengapa dilakukan
pengukuran pengikatan ke belakang ?
2. Jelaskan pengertian dan tujuan pengikatan ke belakang metode Cassini?
3. Jelaskan persamaan dan perbedaan metode Collins dan Cassini?
4. Diketahui koordinat X1 = 19.268,27 Y1 =86.785,42 , X2 = 26.578.33 Y2 =95.423,13
sudut yang dibentuk adalah 43o. Berapa jarak koordinat 1 dan 2 (d12).
5. Hitunglah koordinat titik P ( Xp, Yp ) dengan pengikatan ke belakang cara Cassini
dengan data sebagai berikut :
A : x = - 3.587,17
B : x = - 3.255,33
C : x = + 6.147,23
= 523150
y = + 6.356,26
y = +2.963,45
y = - 3.346.37
= 322413
252
yang
disebut
dengan
istilah
Pengikatan
dimana
bidang
datarnya
pengukuran
pada
ke
belakang
dilakukan
kerangka
prinsipnya
dasar
b. Cassini
adalah
pembantu.
sebagai berikut :
1. Cara
poligon
yaitu
digunakan
253
dan
banyak (poligon)
pengukuran di lapangan.
daerah
pengukuran
arahnya
telah
ditentukan
dari
segitiga.
3. Cara
trilaterasi
yaitu
digunakan
ukuran
lainnya,
maka
dibuat
sisi segitiga.
segiempat
beraturan
dan
panjang
diagonal,
tak
yang
dan
pemetaan
poligon
penutup
sudut
antara
pengamatan matahari
8. Salah penutup koordinat dan lain-lain
: 0.1 km 2 km
Misal : WILD T2
dimana
5. Pengamatan matahari
titik
dihubungkan
pengukuran
satu
satu
sudut
dengan
sama
dan
lain
jarak
lainnya
dengan
sehingga
: 4 seri
254
- Pengukuran-pengukuran
pengamatan matahari : 10
antara
dua
pengamatan
matahari.
Salah penutup koordinat artinya adalah
Bila S adalah salah penutup koordinat,
fx adalah salah penutup absis, fy adalah
salah penutup ordinat dan D adalah
jarak (jumlah jarak) anatara titik awal
dan titik akhir, maka yang diartikan
dengan salah penutup koordinat adalah
2
fx + f y
S=
- Pengukuran-pengukuran
saluran air
EDM
ukur
langsung,
(Electronic
Distance
alat-alat
yang
menggunakan cahaya.
geometriknya.
pengukuran)
fisik
visualnya
dan
dari
poligon
dilakukan
untuk
jarak
dengan
rencana
Pengukuran
rencana
sebagai
dasar
untuk
dari :
Poligon terbuka (secara geometris
dan
matematis),
terdiri
atas
pada
ketelitian
sebuah
sama
atau
titik
lebih
dengan
tinggi
255
untuk :
Saluran irigasi.
Kabel TELKOM.
Waduk.
Bendungan.
Kampus UPI.
Pemukiman.
Jembatan
Poligon tertutup
Pada poligon tertutup :
Berakhir
di
stasiun
lain
yang
(karena
diisolir
tempat).
Kepemilikan tanah.
Topografi kerangka.
Poligon bercabang
tertutup
memberikan
suatu
pertimbangan
yang
sangat penting.
Titik sudut yang pertama = titik sudut
yang terakhir
dari
256
Poligon kombinasi
jarak.
Sedangkan
tidak
diketahui koordinatnya.
Poligon Terbuka
Poligon terbuka bermacam-macam, antara
lain :
Dilihat
dari
geometris,
poligon
terbagi
menjadi 3, yaitu:
yang
apabila :
Sudut
awal
dan
sudut
akhir
antara
sudut
4
4
sebagian,
apabila :
Hanya diikat oleh koordinat saja
atau sudut saja
C
1,2..
1, 2,..
, , ...
diketahui.
poligon
koordinatnya
Dikatakan
itu
awal
atau akhir
baik
diketahui
metode
ini
dihitung
257
azimuth.
awal
pengukuran
maupun
titik
akhir
pengukuran.
2
3
A
1,2..
1, 2,..
, , ...
koordinat.
Pada
pengukuran
poligon
ini
salah
diketahui
satu
koordinatnya
3
3
5
4
1,2..
1, 2,..
, , ...
ujung
258
Pada
memiliki
keterangan
yang
cukup
jelas
3
3
1,2..
1, 2,..
, , ...
awal,
begitu
juga
dengan
koordinat,
259
3
3
G
7
6
1,2..
1, 2,..
, , ...
,G
koordinat
koordinatnya,
terpaksa
salah
satu
titik
koordinat,
orientasi
benar
(global)
3
3
5
4
A
1,2..
1, 2,..
, , ...
260
3
2
A
1,2..
1, 2,..
, , ...
=
=
=
=
koordinat
pengukuran
Cos i.
diketahui
koordinatnya.
Hitung
satu
titik
dengan
harga
sembarang.
Hitung
koreksi
setiap
ordinat (S Cos ).
(S)
= jarak
Si
= jarak
Beri
koreksi
Hitung koordinat
titik A, B, C,
menggunakan :
setiap
sudut
azimuth
Cosi
sebesar
Si
( ).
koreksi
koordinat benar.
sudut,yang
ada
hanya
rotasi,
261
awal
3
3
5
4
1,2..
1, 2,..
, , ...
akhir
7
6
BC = Si Cos BC
i,
dapat dihitung :
XB = XA + AB
A-B= awal +1
YB = YA + AB
B-C= AB + 2 1800
XC = XB + BC
YC = YB + BC
dengan
panjang poligon :
AB = Si Sin AB
AB = Si Cos AB
BC = Si Sin BC
data
azimuth
dan
262
Poligon terbuka, satu ujung terikat azimuth dan koordinat sedangkan ujung lainnya
hanya terikat koordinat.
awal
3
3
A(XA,YA)
1,2..
1, 2,..
, , ...
G(XG,YG)
AB = awal +
BC = +2 180
VXi = (Si . V X) / S
VYi = (Si . V Y) / S
YB = YA+YAB
XC = XB+XBC
BC = SBC Sin BC
AB = SAB Sin AB
YC = YB+YBC
XD = XC+XCD
YD = YC+YCD
XE = XD+XDE
).
YE = YD+YEF
Harga-harga ini harus sama dengan harga
XG
dan
YG
yang
sudah
diketahui
263
benar.
koordinat benar.
Poligon Tertutup
awal
3
3
5
4
1,2..
1, 2,..
, , ...
=Azimuthyang diketahui
akhir
7
6
terikat penuh.
V= (n-2).180 ()...(sudut di
0
dalam)
c.
Membagi
koreksi
semua sudut :
Vi =
AB = awal + +V
BC = AB + 2 +V2
d.
tersebut
VB
n
CD = CD + 3 +V3
EF = DE + 4 +V4
23 = 12+2+V2-1800
akhir = FG + 6 +V6
kepada
34 = 23+3+V3-1800
45= 23+4+V4-1800
264
56 = 45+5+V5-1800
67 = 56+6+V6-1800
71 = 71+7+V7-1800
yang
dimasukkan
kedalam
tabung
bawah.
pengukuran
telah
lurus.
lapangan
yang
masing-masing
menggunakan
alat
pengukur
c.
Bagian
Pada
atas,
dua
tempat
terdiri
dari
di
tepi
sumbu
diletakkan
dapat
tegak.
Alat
pengukur
tp yang
mempunyai
dengan
diafragma
dan
1. Pesawat Theodolite
Theodolitee
penyangga
kaki
Alat
diatas
sudut
skala
lingkaran
tegak
ini
265
- Pembacaan Sudut
: 1/5
- Internal Memory
: 24.000 Points
- Display
: 2 Muka
tiga sekerup.
a. Theodolite
reiterasi,
yaitu
jenis
repetisi,
yaitu
jenis
mendatar
jenis
repetisi
dengan
menggunakan
poligon
ditempatkan
Statif
Statif merupakan tempat dudukan
alat dan untuk menstabilkan alat
seperti
Sipat
mempunyai
Keterangan
Dasar
mengakibatkan
pengukuran
: 3
- Ketelitian Jarak
: - (2mm+2ppmxD)
yang
ini
sama
kaki
Alat
Negara Asal
datar.
Theodolite,
Kerangka
2.
kesalahan
saat
266
3. Unting-Unting
Unting-unting terbuat dari besi atau
kuningan
yang
berbentuk
kerucut
yang
lain.
Unting-unting
berguna
untuk
di
permukaan
tanah
atau
sebaliknya.
4. Patok
Patok dalam ukur tanah berfungsi untuk
memberi tanda batas jalon, dimana titik
setelah diukur dan akan diperlukan lagi
pada
waktu
ditanam
lain.
didalam
Patok
tanah
biasanya
dan
yang
5. Rambu Ukur
panjang
beton.
Patok Kayu
antara
3m-5m
pembacaan
267
6. Payung
Payung ini digunakan atau memiliki
fungsi sebagai pelindung dari panas dan
1. Formulir Ukur
untuk
dll).
lapangan
mencatat
kondisi
dan
di
hasil
perhitungan-perhitungan/
pengukuran di lapangan. (Lihat
tabel 24, 25 dan 26)
268
6. Paku
Paku terbuat dari baja (besi) dengan
daerah
mana
akan
melakukan
pengukuran
dikarenakan
rute
(jalan)
yang
poligon
diukur ulang.
4. Alat tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat
memudahkan
5. Benang
datar
mungkin
b. menentukan
meluruskan plesteran
d. menggantungkan unting-unting
3. Pasang
unting-unting
pada
sekrup
269
menaik
turunkan
kaki
alat
dengan
berubah
pekerjaan.
atur
lagi
dan
ulangi
penyetel A, B, C.
Cara mengaturnya :
sekaligus
Catatan :
Jika alat mempunyai sentering optis T.2
Lepaskan unting-unting
di
longgarkan
tengah-tengah
paku,
sekrup-sekrup
kencangkan
kembali
d. Pekerjaan
(a),
berulang-ulang
(b),
(c)
dilakukan
sehingga
teropong
270
f.
berbeda
dengan
penyetel C.
Maka
alat
siap
untuk
digunakan
Catatan :
Dalam melakukan pengukuran sudut
horizontal, nivo vertikal tidak perlu diatur
-
patok,
pengukuran
atas
berdiri.
Gelembung
harus
tabung
nivo
dilaksanakan
dan
horizontalnya
dibaca
pada
sudut
posisi
biasa.
ditetapkan sebelumnya.
target
antara
dua
titik,
sekurang-
dibaca
pula
sudut
muka
astronomi
(azimuth),
pengukuran
poligon
kerangka
dengan
1. Dengan
patok-patok
(patok)
absis
menggunakan
awal
pengukuran.
Pada
menggunakan
dan
ordinat
bantuan
diperoleh
dari
271
total
jarak
pengukuran
poligon,
a.
b.
horizontal selesai.
titik
poligon
yang
terhalang
ditempatkan :
a.
b.
272
dibidik ditempatkan :
bentuk digital.
buah jalon.
pembantu.
hasil
ukuran,
misalnya
azimuth
pengamatan
matahari
Gambar 271. Penempatan unting-unting
- menghitung
koordinat
dan
ketinggian
setiap titik
Hasil
yang
diperoleh
dari
praktek
Catatan :
1. Apabila Kerangka Dasar Horizontal
akan dihitung pada proyeksi tertentu
misalnya Polyeder atau U.T.M, maka
sebelumnya harus dilakukan hitungan
reduksi data ukuran ke dalam proyeksi
koordinat
dilakukan
sederhana
atau
dengan
ketinggian
peralatan
(bertingkat-tingkat)
atau
perhitungan
pengukuran
pengolahan
data
273
(X B X A)
(YB Y A )
akhir
dengan
sudut
awal
poligon.
XB XA
YB YA
lapangan.
Menghitung
titik-titik poligon :
X D XC
YD YC
CD = arc Tgn
Koreksi
Sudut-sudut
terhadap
Penutup
Sudut
maka :
A1 = AB + 0k
- Jika putaran sudut-sudut melebihi 1
Jurusan
koreksi
Jika
putaran
sudut-sudut
tidak
tidak
Sudut-Sudut
dilakukan
sudut-sudut
A1 = AB + 0k - 360o
nk = n + (k / n)
dahulu
putaran
...........
Menghitung
Jika
1k = 1 + (k / n)*
berikutnya
0k = 0 + (k / n)
...... .....
poligon
poligon
titik
titik
jurusan
yaitu
untuk
sudut
poligon
274
awal
Transit.
Koreksi
metode
Bowditch
dikurangi
serta
dibandingkan
dengan
mempertimbangkan
bobot
Untuk
sebagai berikut :
Syarat Absis :
1. Toleransi Sudut
menghitung
Jika
berdasarkan
Toleransi
digunakan
adalah
alat
Theodolite
estimasi
maximum
ditentukan bahwa
Syarat Ordinat :
Y akhir Y awal = d . cos + ky
Menghitung
Koordinat
Koordinat
koordinat
koordinat
koordinat
berbeda
dengan
Maka : f harus i n
dimana : n adalah banyak titik sudut
2. Toleransi Jarak
Jika digunakan pita ukur, ditentukan
toleransi ketelitian jarak linier =
Salah Linier = L =
1
2500
fx 2 + fy 2
Maka :
Toleransi salah linier harus memenuhi :
fx + fy 2
1
( d )
2500
275
umum.
jurusan
Awal
dapat
ditentukan
sebagai berikut :
terletak
dasar
dipetakan.
harus
disambungkan
ke
tiitk
di
tengah
wilayah
yang
Triangulasi tersebut.
Bila
tidak
terdapat
dari
pengamatan
Kompas
atau
ditentukan
sembarang.
Penggambaran
secara
manual
harus
memperhatikan
ukuran
lembar
yang
penggambaran
dipakai
Triangulasi tersebut.
dalam
secara
gambar
digital
digital
lebih
yang
276
A1
yang sama.
A2
A4
Unsur-Unsur
yang
harus
ada
dalam
Ukuran
Panjang
Lebar
Kertas
(milimeter)
(milimeter)
A0
1189
841
A1
841
594
Legenda
A2
594
420
A3
420
297
A4
297
210
A5
210
148
Ukuran
kertas
yang
digunakan
penggambaran
hasil
pengukuran
dan
pemetaan adalah :
setelah
setengah
padang
huruf
menyatakan
rumput,
perkebunan
atau
seperti
alang-alang,
karet,
kopi,
277
Untuk
dapat
membayangkan
tinggi
rendahnya
permukaan
bumi,
maka
digunakan
garis-garis
tinggi
atau
tranches
atau
kontur
0.5
0
1
Kilometer
yang
Muka Peta
Skala
horizontal.
Muka
peta
sebaiknya
grafis
memiliki
proporsional
Yaitu
agar
memenuhi
unsur
simbol
berupa
kelebihan
panah
yang
estetis.
Skala Peta
Yaitu
Skala
simbol
yang
numeris
yaitu
skala
yang
perbandingan
mengantisipasi
adanya
untuk
pembesaran
peta
akan
memberikakan
278
di
lapangan
dan
disajikan
akan
memberikan
yang terlibat.
Instalnsi dan simbol
dengan
pengukuran
peta.
memberikan
dan
pembuatan
informasi
mengenai
karakteristik
tema
yang
diperlukan
bagi
instalnsi
biasanya
yang
Peralatan
yang
harus
disiapkan
untuk
kertas
milimeter
dengan
ukuran tertentu
2. Penggaris 2 buah (segitiga atau lurus)
3. Pinsil
pusatnya
memiliki
menggunakan pinsil
7. menggambarkan
merupakan
titik-titik
posisi
tinggi
serta
melengkapi
legenda,
pengukuran,
sumber
pengukuran,
nama
untuk
poligon
hasil
peta
penggambaran
yang
5. Tinta
Prosedur
jarak
8. membuat
4. Penghapus
perbandingan
bersangkutan.
membuat
membuat
informasi
skala,
orientasi
peta,
tim
instnasi
dan
279
Prosedur
penggambaran
untuk
poligon
range
nilai
range
ordinat
absis
pengukuran
keterangan keterangan
serta
legenda,
melengkapi
membuat
informasi
skala,
pengukuran,
sumber
pengukuran,
nama
orientasi
peta,
tim
instansi
dan
horizontal
menggunakan
secara
digital
dapat
perangkat
lunak
Lotus,
7. menetapkan
skala
peta
dengan
3. membandingkan
titik
pusatnya
memiliki
jarak
posisi
titik-titik
koordinat
yang
hasil
grafik
dengan
metode
interval
sesuai
dengan
yang
280
PENGOLAHAN DATA
Diketahui : Data hasil Pengukuran Poligon Tertutup dengan titik Poligon 1
(786488 ; 9240746).
Tabel 22. Bacaan sudut
Sudut
Bacaan Sudut
Bacaan
Sudut
Jarak
d1
23
d2
11
d3
35
d4
15
d5
31
d6
28
d7
51
d8
21
185,85000
d9
12
88,76667
227
30
180,89167
356 120
1261,96667
'
''
Desimal
12 = 1
96
48
96,80000
191
30
191,07500
171
54
171,90000
100
34
30
100,57500
158
30
158,50000
87
36
30
87,60833
185
51
88
46
180
53
1256
281
Ditanyakan : Koordinat titik P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, dan P9 dengan Metode
Bowditch dan Metode Transit, serta cari luas Poligon Tertutup
dengan Metode Sarrus ?
Jawaban
lakhir - awall
= - (n-2) . 180 + f
l96,8 96,8l
= 1261,96667 (9 2) . 180 + f
= 1,96667 + f
= -1,96667
Mencari Koreksi :
1 = 1 + (f : 9) = 96,80000 + (-1,96667 : 9)
= 96,58148
2 = 2 + (f : 9) = 191,07500 + (-1,96667 : 9)
= 190,85648
3 = 3 + (f : 9) = 171,90000 + (-1,96667 : 9)
= 171,68148
4 = 4 + (f : 9) = 100,57500 + (-1,96667 : 9)
= 100,35648
5 = 5 + (f : 9) = 158,50000 + (-1,96667 : 9)
= 158,28148
6 = 6 + (f : 9) = 87,60833 + (-1,96667 : 9)
= 87,38981
7 = 7 + (f : 9) = 185,85000 + (-1,96667 : 9)
= 185,63148
8 = 8 + (f : 9) = 88,76667 + (-1,96667 : 9)
= 88,54815
9 = 9 + (f : 9) = 180,89167 + (-1,96667 : 9)
= 180,67315
Mencari Koreksi :
= 193,38148
282
67 = 56 + 6 = 94,55741 + 87,38981
78 = 67 + 7 = 1,94722
89 = 78 + 8 = 7,57870
+ 88,54815
180 = 1,94722
180 = -83,87315
B. Syarat 2
X = d Sin
X = (23 . Sin 193,40333) + (11 . Sin 204,28167) + (35 . Sin 195,985) +
(15 . Sin 116,36333) + (31 . Sin 94,66667) + (28 . Sin 2,07833) +
(51 . Sin 7,73167) + (21 . Sin -83,698333) + (12 .
Sin -
83,00333)
X
= -0,20463
d Cos
+ (15 . Sin 116,36333) + (31 . Cos 94,66667) + (28 . Cos 2,07833)
+ (51 . Cos 7,73167) + (21 . Cos -83,698333) + (12 . Cos 83,00333)
Y = -0,29105
Mencari Bobot X
283
Mencari Bobot Y
= 22,81539
= 8,46314
= 7,70084
= 4,88180
= -0,000118
= -0,000101
= 0,000024
= 0,000147
284
= -0,000270
= 0,000685
= -0,000290
= 0,000276
= -0,000334
= 0,000182
= 0,000091
285
= 6,72643
= 0,95143
= 30,90267
= 13,45039
= -9,60020
= -4,51590
= -5,32309
= -20,88052
= -11,91586
= -22,37488
= -10,03062
= -33,65880
286
= 50,55603
= 27,98471
= -2,46353
= -6,64014
= -2,24115
= -1,42076
TITIK 3
TITIK 4
TITIK 5
287
TITIK 6
TITIK 7
TITIK 8
TITIK 9
CONTROL
lakhir - awall
= - (n-2) . 180 + f
l96,8 96,8l
= 1261,96667 (9 2) . 180 + f
= 1,96667 + f
= -1,96667
288
Mencari Koreksi :
1 = 1 + (f : 9) = 96,80000 + (-1,96667 : 9)
= 96,58148
2 = 2 + (f : 9) = 191,07500 + (-1,96667 : 9)
= 190,85648
3 = 3 + (f : 9) = 171,90000 + (-1,96667 : 9)
= 171,68148
4 = 4 + (f : 9) = 100,57500 + (-1,96667 : 9)
= 100,35648
5 = 5 + (f : 9) = 158,50000 + (-1,96667 : 9)
= 158,28148
6 = 6 + (f : 9) = 87,60833 + (-1,96667 : 9)
= 87,38981
7 = 7 + (f : 9) = 185,85000 + (-1,96667 : 9)
= 185,63148
8 = 8 + (f : 9) = 88,76667 + (-1,96667 : 9)
= 88,54815
9 = 9 + (f : 9) = 180,89167 + (-1,96667 : 9)
= 180,67315
Mencari Koreksi :
12 = 12 + 1 = 96,80000 + 96,58148
67 = 56 + 6 = 94,55741 + 87,38981
78 = 67 + 7 = 1,94722
89 = 78 + 8 = 7,57870
+ 88,54815
= 193,38148
180 = 1,94722
180 = -83,87315
289
B. Syarat 2
= d Sin
Sin 195,985) +
= -0,20463
= d Cos
= (23 . Cos 193,40333) + (11 . Cos 204,28167) + (35 . Cos 195,985)
+ (15 . Sin 116,36333) + (31 . Cos 94,66667) + (28 . Cos 2,07833)
+ (51 . Cos 7,73167) + (21 . Cos -83,698333) + (12 . Cos 83,00333)
= -0,29105
Koreksi X1 = (X12 . X) : d1
= (-9,59999 . -0,20463): 23
Koreksi X2 = (X23 . X) : d2
= (6,38807 . -0,09514) : 11
= -0,20399
Koreksi X6 = (X67 . X) : d6
= (0,95141 . -0,20463) : 28
= -0,18349
Koreksi X5 = (X56 . X) : d5
= (30,90198 . -0,20463) : 31
= 0,05613
Koreksi X4 = (X45 . X) : d4
= (13,45009 . -0,20463) : 15
= 0,08401
Koreksi X3 = (X34 . X) : d3
= (-9,59999 . -0,20463) : 35
= 0,04736
Koreksi X7 = (X78 . X) : d7
= -0,00695
290
= (6,72628 . -0,20463) : 51
Koreksi X8 = (X89 . X) : d8
= (-20,88005 . -0,20463) : 21
= -0,02699
= 0,20347
Koreksi X9 = (X91 . X) : d9
= (-11,91559 . -0,20463) : 12
= 0,20320
Koreksi Y1 = (Y12 . Y) : d1
= (-22,37557 . -0,29105) : 23
Koreksi Y2 = (Y23 . Y) : d2
= (-10,03033 . -0,29105) : 11
= -0,28851
Koreksi Y8 = (Y89 . Y) : d8
= (-2,24133 . -0,29105) : 21
= -0,29089
Koreksi Y7 = (Y78 . Y) : d7
= (50,55450 . -0,29105) : 51
= 0,02313
Koreksi Y6 = (Y67 . Y) : d6
= (27,98383 . -0,29105) : 28
= 0,12885
Koreksi Y5 = (Y56 . Y) : d5
= (-2,46320 . -0,29105) : 31
= 0,27989
Koreksi Y4 = (Y45 . Y) : d4
= (-6,64042 . -0,29105) : 15
= 0,26540
Koreksi Y3 = (Y34 . Y) : d3
= (-33,65769 . -0,29105) : 35
= 0,28315
= 0.03106
Koreksi Y9 = (Y91 . Y) : d9
= (-1,42085 . -0,29105) : 12
= 0,03446
291
= 6,69929
= 0,94445
= 30,69800
= 13,26660
= -9,54386
= -4,43179
= -5,27561
= -20,67658
= -11,71239
= -22,09241
= -9,76493
= -33,37780
292
= 50,26598
= 27,69295
= -2,44007
= -6,51157
= -2,21027
= -1,38639
TITIK 3
TITIK 4
TITIK 5
293
TITIK 6
TITIK 7
TITIK 8
TITIK 9
CONTROL
Y1 = 9240746
X2 = 786482,68
Y2 = 9240723,62
X3 = 786478,16
Y3 = 9240713,59
X4 = 786468,56
Y4 = 9240679,94
X5 = 789482,06
Y5 = 9240673,30
X6 = 786512,97
Y6 = 9240670,83
X7 = 786513,92
Y7 = 9240698,82
X8 = 786520,64
Y8 = 9240749,37
X9 = 786499,76
Y9 = 9240747,13
X1 = 786488
Y1 = 9240746
294
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X1
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y1
2L123456789 =
=
Xn . Yn+1
Xn . Yn+1
(X1.Y2) + (X2 .Y3) + (X3 .Y4) + (X4 . Y5) + (X5 .Y6) + (X6
.Y7) + (X7.Y8) + (X8.Y9) + (X9.Y1)
.X3) + (Y3 . X4) + (Y4 . X5) + (Y5 . X6) + (Y6 . X7) + (Y7.
(9240746 . 786482,68) +
5693
L123456789 = (5693) / 2
= 2846,5 m2
Jadi Luas poligon tersebut adalah 2846,5 m2
295
296
No.Lembar
Pengukuran
Poligon Tertutup
Cuaca
Mendung
Alat Ukur
T.0 Wild
Lokasi
Diukur Oleh
Biasa
/ luar
Biasa
Titik
Ukur
Dari
Ke
Sketsa :
Tanggal
Kelompok 8
Tinggi
Alat/
Patok
Bacaan Sudut
Horizontal
o
'
''
dari
Instruktur
Benang
Benang
Benang
Tengah
Jarak
(m)
Ket
Atas
Bawah
'
''
Miring
Datar
297
No.Lembar
Pengukuran
Poligon Tertutup
Cuaca
Mendung
Alat Ukur
T.0 Wild
Lokasi
Diukur Oleh
Biasa
/ luar
Biasa
Titik
Ukur
Dari
6
Ke
7
7
7
8
8
9
9
8
6
9
7
1
8
Sketsa :
Tanggal
Kelompok 8
Tinggi
Alat/
Patok
Bacaan Sudut
Horizontal
o
'
''
92
54
00
LB1
92
52
00
B2
180
00
LB2
180
58
00
B1
B1
88
54
00
LB1
88
52
00
B2
263
18
00
LB2
262
46
00
B1
182
43
00
LB1
182
20
00
B2
271
24
00
LB2
271
11
00
B1
172
29
00
LB1
172
40
00
B2
26
30
LB2
26
30
dari
Instruktur
Benang
Tengah
Benang
Benang
Jarak
(m)
Ket
Atas
Bawah
'
''
Miring
28
31
51
28
21
51
12
21
Datar
298
No.Lembar
Pengukuran
Poligon Tertutup
Cuaca
Mendung
Alat Ukur
T.0 Wild
Lokasi
Diukur Oleh
Biasa
/ luar
Biasa
Titik
Ukur
Dari
1
Ke
2
2
2
3
3
4
4
5
5
3
1
4
2
5
3
6
4
Tanggal
Kelompok 8
Tinggi
Alat/
Patok
Instruktur
Benang
Bacaan Sudut
Horizontal
o
'
''
B1
268
11
00
LB1
268
13
00
B2
00
00
LB2
00
00
B1
251
45
00
LB1
251
49
00
B2
85
20
00
LB2
80
23
00
B1
263
11
00
LB1
263
11
00
B2
75
00
LB2
75
00
B1
344
00
LB1
344
00
B2
84
42
00
LB2
84
40
00
B1
357
14
00
LB1
357
12
00
B2
155
28
00
LB2
155
58
00
Sketsa :
Benang
Benang
o
Bawah
'
''
12
11
23
35
11
15
35
31
15
51
185
88
31
21
158
180
100
15
Miring
23
28
Jarak
(m)
191
171
4
35
Ket
Atas
Tengah
6
87
dari
11
96
12
1
23
Datar
X = 786512.89
Y = 9240670.93
Arah Utara
Jalan
Bacaan Sudut
Rute Pengukuran
10
03
4'3
0''
X = 786468.58
Y = 9240680.02
P4
= 18551'
'
54
1
17
=8
8
46
'6
X = 786478.17
Y = 9240713.64
P3
Biasa 1 = 25145'
Luar Biasa 1 = 25149'
X = 786482.68
Y = 9240723.65
P2
Biasa 1 = 26311'
Luar Biasa 1 = 26311'
Biasa 1 = 18243'
X = 786488
Y = 9240746
P1
SKALA 1 : 200
X = 786499.70
Y = 9240747.13
P9
Biasa 1 = 8854'
Luar Biasa 1 = 8852'
P8
X = 786520.56
Y = 9240749.37
23,57
Azimuth
LEGENDA
X = 786482.02
Y = 9240673.39
P5
Biasa 2 = 15528'
Luar Biasa 2 = 15558'
Biasa 1 = 9254'
Biasa 2 = 1801'
0''
'3
3
6
87
=
'30''
P7
=18053
8'
P6
,56
29
1
69,4
830'
,49
21
= 15
2
45,4
55,43
61,57
=9
41,6
6
4
101,4
X = 786513.84
Y = 9240698.88
DIPERIKSA
JUDUL GAMBAR
DI GAMBAR
MATA PELAJARAN
INSTITUSI
CATATAN
299
X = 786482.06
Y = 9240673.30
P5
LEGENDA
Arah Utara
Jalan
Bacaan Sudut
Rute Pengukuran
Azimuth
X = 786512.92
Y = 9240670.83
30
'
P4
10
03
X = 786468.56
Y = 9240679.94
1
17
'
54
91
'30
4
''
X = 786478.16
Y = 9240713.59
P3
8
46
'6
=8
Biasa 1 = 25145'
Luar Biasa 1 = 25149'
Biasa 2 = 8520'
X = 786482.68
Y = 9240723.62
P2
Biasa 1 = 26311'
Luar Biasa 1 = 26311'
1
=
Biasa 1 = 8854'
Luar Biasa 1 = 8852'
P8
SKALA 1 : 200
23,57
X = 786488
Y = 9240746
P1
P9
X = 786499.76
Y = 9240747.13
Biasa 1 = 18243'
X = 786520.64
Y = 9240749.37
= 18551'
4'3
0''
Biasa 2 = 15528'
Luar Biasa 2 = 15558'
Biasa 1 = 9254'
Biasa 2 = 1801'
'
87
3
6'
=
'30''
P7
=18053
'
6
48
=9
P6
,56
29
1
69,4
830'
,49
= 15
21
55,43
61,57
41,6
2
45,4
101,4
X = 786513.92
Y = 9240698.82
DIPERIKSA
JUDUL GAMBAR
DI GAMBAR
MATA PELAJARAN
INSTITUSI
CATATAN
300
Dak Beton
Rumput
Gedung PKM
Pohon
Rute Pengukuran
Jalan
Potongan
Asbes Gelombang
Atap
LEGENDA
P5
P6
P4
P3
P2
P1
P9
SKALA 1 : 195
P7
P8
DIPERIKSA
JUDUL GAMBAR
DI GAMBAR
MATA PELAJARAN
INSTITUSI
CATATAN
301
Dak Beton
Rumput
Gedung PKM
Pohon
Rute Pengukuran
Jalan
Potongan
Asbes Gelombang
Atap
LEGENDA
P5
P6
P4
P3
P2
P1
P9
SKALA 1 : 195
P7
P8
DIPERIKSA
JUDUL GAMBAR
DI GAMBAR
MATA PELAJARAN
INSTITUSI
CATATAN
302
303
Poligon
Tinjauan Visual
Terbuka
Tinjauan Geometris
Terikat
Sempurna
Tertutup
Terikat :
a. Sudut
b. Absis
c. Ordinat
Pengukuran di Lapangan :
Azimuth Biasa & Luar
Biasa
Jarak horisontal (datar) //
bidang nivo
Terikat
Sebagian
Terikat Sudut
saja
Tidak Terikat
Terikat Absis
& Ordinat saja
Kontrol Sudut
| Azimuth Akhir - Azimuth Awal | = Jumlah Sudut Beta - (n-2).180 + fB (total koreksi beta)
fB = |Azimuth Akhir - Azimuth Awal| - Jumlah Sudut Beta + (n-2).180
n = Jumlah Titik Sudut Beta
Kontrol Absis
X Akhir - X Awal = Jumlah (d . sin Azimuth) + fX (total koreksi absis)
fX = X Akhir - X Awal - Jumlah (d. sin Azimuth)
Kontrol Ordinat
Y Akhir - Y Awal = Jumlah (d. cos Azimuth) + fY (total koreksi ordinat)
fY = Y Akhir - Y Awal - Jumlah (d. cos Azimuth)
Gambar 278. Model diagram alir pengukuran kerangka dasar horizontal metode poligon
304
RANGKUMAN
Berdasarkan uraian materi bab 10 mengenai pengukuran poligon kerangka dasar
horisontal, maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Kerangka dasar horizontal adalah sejumlah titik yang telah diketahui koordinatnya dalam
suatu sistem koordinat tertentu. Tujuan pengukuran ini ialah untuk mendapatkan
hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi.
2. Cara menentukan koordinat titik-titik KDH yang diukur :
a. Menentukan koordinat satu titik yaitu suatu pengukuran untuk suatu wilayah yang
sempit, cara ini terbagi menjadi dua metode yaitu : pengikatan kemuka dan
pengikatan kebelakang.
b. Menentukan koordinat beberapa titik yang terdiri dari beberapa metode, yaitu : Cara
poligon, Cara triangulasi, Cara trilaterasi dan Cara Kwadrilateral.
3. Poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan
dari pengukuran di lapangan. Sedangkan metode poligon adalah salah satu cara
penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan
satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian
titik-titik (poligon).
4. Syarat pengukuran poligon adalah :
a) Mempunyai koordinat awal dan akhir,
b) Mempunyai azimuth awal dan akhir
5. Tujuan Pengukuran poligon yaitu untuk menetapkan koordinat titik-titik sudut yang
diukur.
6. Jenis jenis pengukuran poligon dapat ditinjau dari bentuk fisik visualnya dan dari
geometriknya.
7. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran poligon : Pesawat Theodolite, Statif,
Unting-Unting, Patok, Rambu Ukur, Payung, Meja lapangan (meja dada),Pita Ukur
(meteran). Bahan yang digunakan dalam pengukuran poligon: Formulir Ukur, Peta
wilayah study, Cat dan koas, Alat tulis, Benang dan Paku.
8. Sebelum melakukan pengukuran, sebaiknya prosedur penggunaan alat,
305
data dan penggambaran poligon KDH bias dilakukan secara manual atau
digital.
SOAL LATIHAN
Bacaan Sudut
Jarak (m)
Sudut
'
''
Desimal
73
58
59
73,983056
d1
75,6
198
01
198,00027
d2
69,2
88
58
02
88,96722
d3
64,9
121
01
59
121,03306
d4
79,7
128
59
01
128,98361
d5
80,6
108
58
108,01611
d6
100,3
Ditanyakan : Koordinat titik P2, P3, P4, P5, dan P6 dengan Metode Bowditch dan Metode
Transit, serta cari luas Poligon Tertutup dengan Metode Sarrus ?
306
11 Perhitungan Luas
luas
salah
satu
informasi
yang
dibutuhkan
dengan
mini
komputer.
Metode
berbagai
kepentingan,
yaitu
jarak
hukum
sudut
yang
langsung
dan
11.1 Metode-metode
pengukuran
instrumen
dan
gambar
situasi.
data
diperoleh
lapangan.
jarak
dengan
dan
sudut
dari
pengukuran
melakukan
dibutuhkan
yang
untuk
langsung
dilapangan
pengukuran
yang
menghitung
luas
dilapangan.
ketelitiannya
besarnya
dibandingkan
pengukuran dilapangan.
akhir-akhir
metode
numeris
ini
dikembangkan
bila
skala
analog
dibandingkan
gambar,
dengan
harga
harga
menggunakan
dengan
yang
dari
Metode
307
11 Perhitungan Luas
Sarrus,
yaitu
menggunakan
koordinat-
luas.
Bentuk
daerah
yang
ini
haruslah
beraturan
dengan
luas
lebih
disukai
dan
lebih
unggul
secara
mekanis
numeris
digital
merupakan
salah
satu
garis-garis batas.
Tergantung
bergerak.
Perhitungan
luas
tidak beraturan.
CAD
cara
pengukuran
bantuan
(Computer
perangkat
Aided
lunak
Design)
dan
koordinat.
b) Dengan cara grafis.
c) Dengan cara setengah grafis.
akan
dihitung
luasnya
harus
sudah
ketik
dan
dari
(keyboard),
digitizer
(alat
a
h
dapat
jumlah
berbentuk
segmen
beraturan
terbatas
atau
dengan
tidak
308
11 Perhitungan Luas
= 4,226
s=
= 2,1131
= 129,76 m2
1
cb
2
s=
Log s
c. Metode trapesium
Bila batas atas dan batas bawah trapesium
1
ch sin A
2
luasnya adalah :
s = s ( s a )( s b)( s c) ,dimana
Metode
pembagian
segitiga
garis
lurus
yang
1
(a + b + c)
2
panjang
s=
dan
1
S = 1 b1 h + 1 b2 h = h(b1 + b2 ) = bh
2
2
2
Dimana b =
b1 + b2
2
digunakan
d. Metode offset
Contoh Soal
Metode
1
( a + b + c) = 26,5 m
2
s=
dibatasi
ini
sering
digunakan
masing-masing
offset
baik
di
dihitung
s a = 6,5m
s b = 11,5m
sebagai trapesium.
s c = 8,5m
309
11 Perhitungan Luas
menyederhanakannya ditentukan S1 = d1 ,
S2 = d1 + d2 , S3 = d2 + d3 , S4 = d3 + d4 ,
= l
S5
i=n
h
i =1
= d4.
Hal ini bisa ditulis sebagai persamaan
umum berikut :
A=
1
( S1 y1 + S 2 y 2 + S 3 y 3 + ....... + S n y n )
2
Gambar 282. offset sentral
f.
Metoda simpson
ini
sering
digunakan
untuk
A1
Y0
d1 = d2 = d3 = d4, jadi :
Y1
A = d 1
+ y 2 + y 3 .......... + y n 1
2
d
A = {( y1 + y 2 ) + 2 y 2 + 2 y 3 + 2 y 4 }
2
y + y2
A = d 1
+ y2 + y3 + y4
Y2
b
2I
Offset
ditempatkan
pada
interval
yang
310
11 Perhitungan Luas
y + y2
y + y1 2
= 21x 0
+ y1 0
x 21
2
2 3
1
= {3( y 0 + y 2 ) + 4 y1 2 y 0 2 y 2 }
3
1
= ( y 0 + 4 y1 + y 2 )
3
terakhir
dihitung
dengan
cara
tengah
masing-masing
garis
Sehingga
luas
Ai
dapat
diperoleh
y + y 3 3 y1 + y 2 y 0 + y 3
= 31x 0
31
+
2 4 2
2
3
= 1{4( y 0 + y 3 ) + 5( y1 + y 2 y 0 y 3 )}
8
3
= 1( y 0 + 3 y 2 + y 3 )
8
311
11 Perhitungan Luas
D'
O'
O'
D
F
N'
B'
B
M
M'
A
S
(A)
N
D
G
C
D'
A'
C'
F
B
E
A'
Gambar 285. garis bujur ganda pada polig+on
metode koordinat tegak lurus
B'
S'
B
(b)
312
11 Perhitungan Luas
Contoh Soal
Berdasarkan gambar di atas diperoleh data
Garis
Lintang (m)
+32,38
+8,21
-16,93
-21,12
-35,06
-11,22
+43,74
Simpang
Timur (m)
+16,28
+33,21
+14,95
-6,33
-18,75
-29,46
-9,90
( x2 x1 )( y2 + y1 ) + ( x3 x2 )( y3 + y2 )
1
+ (x4 x3 )( y4 + y3 ) ( x5 x1 )( y5 + y1 )
2
(x4 x5 )( y4 + y5 )
S=
Garis Bujur
Ganda (m)
16,28
65,77
113,93
122,55
97,47
49,26
9,90
1 x2 y1 x1 y2 + x3 y2 x2 y3 + x4 y3 x3 y4 + x5 y4
2 x4 y5 + x1 y5 x5 y1
1 x1 ( y5 y2 ) + x2 ( y1 y3 ) + x3 ( y2 y4 )
2 + x4 ( y3 y5 ) + x5 ( y4 y1 )
Apabila
Penyelesaian :
digambarkan
S=
Sehingga luas sesungguhnya,
A = (8487,086 - 1500,144) : 2 = 3493,471 m2
garis-garis
tegak
terhadap
lurusnya
sumbu
dari
1 y1 ( x2 x5 ) + y2 ( x3 x1 ) + y3 ( x4 x2 )
2 + y4 ( x5 x3 ) + y5 (x1 x4 )
S=
tegak lurus
1
( X n + Yn+1 )(YnYn+1 )
2 n=1, 2,..
atau
1
(Yn+1 Yn )( X n + X n+1 )
2 n=1, 2,...
atau
1
( X n Yn+1 X n+1 Yn )
2 n=1, 2,...
lurus
digambarkan
dari
masing-
koordinat
masing-masing
titik
i.
Metode kisi-kisi
digambarkan
garis-garis
313
11 Perhitungan Luas
maka
bagian-bagiannya
harus
k. Metode
pengukuran
luas
dengan
planimeter
Planimeter adalah instrumen pengukuran
luas yang dilengkapi dengan ujung pelacak
untuk mengukur luas suatu areal pada peta.
Adapun caranya adalah dengan menelusuri
garis batas areal tersebut dengan ujung
pelacak instrumen tersebut. Pada instrumen
tersebut terdapat sebuah roda yang dapat
berputar bersamaan dengan gerakan dari
ujung pelacak. Dari jumlah putaran yang
diperoleh
j.
tertentu,
Metode lajur
maka
dengan
dengan
konstanta
mudah
dapat
dikalikan
tertentu
dan
kemudian
ujung
pelacak
yang
berfungsi
bergerak
lambat
dengan
dikendorkan
akan
314
11 Perhitungan Luas
ujung
roda
yang
terjauh
dan
sesuai
dengan
gerakan
ujung
pelacak.
Harga planimeter kutub relatif murah dan
kebanyakan mencakup 5 sampai 10 mm2
Macam-macam Planimeter,
Planimeter di lapangan terbagi atas dua
macam, yaitu : (1) Planimeter Fixed Index
Model (Model Tetap), (2) Planimeter Sliding
Bar Model (Model disetel).
1. Planimeter Fixed Index Model (Model
Tetap).
(1
ganda
untuk
dari :
minimum 2 5 mm2.
dengan
pembacaan
yang
sering
minimum
satu
digunakan
zero setting.
Bagian-bagian dari Planimeter fixed index
model, terdiri dari :
315
11 Perhitungan Luas
Nama-nama Bagian :
1. Pole weight (pemberat katup)
2. Pole arm (batang katup)
3. Tracer arm (batang penelusur)
4. Tracer magnifier (lensa penelusur)
5. Zero seitting (penyetel nol)
6. Recording dial (roda pencatat)
7. Measuring wheel (nonius roda
pembaca)
2. Planimeter Sliding Bar Model (Model
disetel)
Planimeter
sliding
planimeter
yang
bar
model
dilengkapi
adalah
dengan
Seandainya
daftar
tersebut
tidak
ada,
gambar/figure.
Sama
halnya
dengan
316
11 Perhitungan Luas
dengan
pembacaan
movement
screw,
pada
tracer
sehingga
fine
sewaktu
pengukur)
12. Zero setting (penyetel roda)
penghalus
vernier
(nonius
5. Tracer
batang
penelusur)
lain :
halus)
317
11 Perhitungan Luas
pengukuran
dengan
skala
pada
peta/figure).
c. Keraskan skrup pengikat/ clamp screw.
pin
penelusur))
4. Hasil pengamatan
Bacaan = 0.6
Model 1
digunakan.
b. Perhatikan daftar yang ada dalam
kotak.
garis
3. Langkah kerja
a. Longgarkan
nonius
yang
berimpit)
seluruh
skrup-skrup
Model 2
dengan
daftar
dalam
box
nantinya
waktu
pengerjaan
garis
nonius
berimpit)
Hasil Bacaan = 139 + 0,8 = 139,8
yang
318
11 Perhitungan Luas
pembacaan
roda
pengukuran
1. Alat-alat
Bacaan
measuring
(misalnya MW = 100).
2. Persiapan
a. Periksa dan teliti alat yang akan
digunakan.
MW
= 1000
= 100
MWV =
kotak.
3
1103
3. Langkah kerja
a. Letakan figure betul-betul datar diatas
meja.
b. Letakan pemberat/pole weight diluar
R ECO R D IN G D IA L (R D )
10
2
9
5
0
ditentukan
perlahan-lahan
wheel
bacaan
penunjuk/recording
pada
dial
(misalnya RD = 1000).
dan
jarum
catat
319
11 Perhitungan Luas
Planimeter
Type : 30115
No. 142739
Scales
Setting of
1:M
tracer arm
1 : 100
200.00
10 m
1 : 500
159.70
2m
1 : 2500
127,40
Relative
Absolute
V1 : M
V1 : 1
10 mm
23853
Area of circle
of test ruler
10002 mm
8 mm
6,4 m
40 m
1 : 2000
99,20
20 m
1 : 5000
79,00
100 m
Keterangan :
constanta
5m
4m
mencari
luas
lokasi
melalui
gambar di kertas.
Scales
Position of vernier
on the tracer arm
1 : 1000
148,6
1 : 200
1 : 1500
130,1
1 : 1500
1 : 250
1 : 400
1 : 1000
1 : 500
115,2
86,0
65,1
47,9
constanta
23077
23577
24236
320
11 Perhitungan Luas
2. Langkah Kerja
Keterangan :
1. Untuk skala1 : 1000 dan 1 : 200 posisi
tracer arm adalah sama yaitu = 14,8
hanya satuan nonius yang tidak sama.
= 10 m (kolom 3)
(kolom 3)
2. Untuk skala 1 : 1000 posisi tracer arm
= 148,6 dapat juga di setel = 65,1 (lihat
baris 7).
Jika skala 1 : 1000 dengan posisi
m2.
kolom
lainnya
sama
peta
(figure)
bar
figure.
f. Telusuri batas figure perlahan-lahan
searah jarum jam, sampai kembali
dengan
planimeter
sliding
model
yang
dilengkapi
diluar figure).
RD = 1000
Measuring wheel
MW = 740
= 1749
h. Satuan nonius = 10 mm2
i. Luas dengan plancimeter = 1749 x 10
m2 =17490 m2.
Jika
ingin
dibuktikan
ketelitian
dari
Luas =
150 + 200
x 100 x 1 m2 = 17500 m2
2
321
11 Perhitungan Luas
tergantung dari :
2. Pengukuran
dua
atau
tiga
kali
Dalam
karena
pengukuran
bentuk
luas
yang
sebenarnya,
diukur
tidak
P OS IS I II
90
melakukan
bacaan
masukan
pengamatan,
dalam
gambar
hasil
kerja
Contoh Soal
Hasil bacaan
= 1749
322
11 Perhitungan Luas
Pengukuran
peta
(figure)
dengan
dilengkapi
zero
setting
(pole
weight/diluar kutub).
awal.
satuan
nonius
pada
box
planimeter, misalnya = 2, 55 m .
2. Langkah Kerja
a. Taruhlah peta betul-betul mendatar
diatas meja.
tractor
sebenarnya.
k. Lihat
b. Peta (figure).
dengan
lain,
1. Alat-alat
b. Setel
arm
skala,
vernier
sesuai
misalnya
untuk
tempat
96 m
sebagai
4 0 ,5
awal
titik
33
e. Tandai
,9
awal.
g. Catat hasil bacaan kedua, misalnya
1424 ... (bacaan I).
323
11 Perhitungan Luas
Perlu
gambar kerja,
Skala gambar
= .........
NO Planimeter
= .........
diperhatikan
hasil
pekerjaan
ini
Satuan nonius
= .........
BAT AS F IGURE
LINGKARAN DAS AR
= 1843 1278
= 565
Penggunaan
planimeter
dengan
pole
Langkah kerja,
bagian-bagian
kecil.
masing-masing
Kemudian
bagian
itu
didapat
waktu
pen
penelusur
1, 2, ,3 ,
akan ditelusuri.
c.
324
11 Perhitungan Luas
f.
x satuan nonius
bacaan
dan
jarum
pengukur.bila
keadaan
planimeter
sudah
planimeter
dan
dengan
matematika.
LINGKARAN DASAR
(BASED CIRCLE)
BATAS FIGURE
PEMBERAT (POLE WEIGHT)
TRACING MAGNIFIER
c.
325
11 Perhitungan Luas
Penyelesaian :
7. Tempatkan
magnifier)
pen
penelusur
tepat
pada
(tracing
titik
awal,
menghitung luas.
penyetel nol.
8. Gerakan tracing magnifer perlahan-
Planimeter No.142705
Harga konstan 23844
Skala 1 : 1000
Harga konstan
= 10 m
Hasil bacaan
10. Luas peta = 25001 x 10 m
4. Tempatkan
planimeter
= 25001
2
= 250010 m2
= 23844
peta.
5. Telusuri peta percobaan, apakah batas
peta dapat ditelusuri semua, dan lihat
gerakan jarum (terutama pada waktu
akan kembali ke titik awal) disini
gerakan dari 0,1,2,3,4 dan seterusnya,
jadi gerakannya adalah positif.
Keterangan :
Bila dicari luas peta sesungguhnya (luas
gambar), maka luas peta sesungguhnya :
Luas
LINGKARAN DASAR
TRACING MAGNIFIER
Gambar 299. pengukuran luas peta pole weight (pemberat kutup) di dalam peta
326
11 Perhitungan Luas
Keterangan :
7167.
Contoh Soal
bacaan
planimeter
dan
dengan
Keterangan :
Penyelesaian,
= 450 x 450 x 1 m2
= 202500 m2
Selisih luas
= 202500 202440
= 60 m2
tengah figure.
4. Telusuri figur percobaan, apakah dapat
itu
pen
tepat
sendiri.
Oleh
karena
itu,
sebelum
titik
(tracing
awal)
327
11 Perhitungan Luas
LINGKARAN DASAR
(BASED CIRCLE)
BATAS FIGURE
PEMBERAT (POLE WEIGHT)
TRACING MAGNIFIER
segitiga
Luas
Pembagian daerah kebanyakan diadakan
BQ =
AB.BC
n
x
BP
m+n
Apabila m = n, maka :
BQ =
AE
dapat
AD
= AB
m
M
AE
= AC
m
M
dihitung
dari
DECB = m : n, AD dan AE
m
m+n
AE = AC
m
m+n
1 AB.BC
2 BP
BD =
m
.BC
M
328
11 Perhitungan Luas
Luas CPD =
m
1
M = PD.CE
m+n
2
BP = BC
a
a+b+c
BQ = BC
b
a+b+c
c
QC = BC
a+b+c
5. Pembagian
garis
sejajar
dasar
trapesium
Pembagian dengan perbandingan m:n, PQ
dan BP dapat dihitung dengan rumusrumus:
PQ =
BP =
m. AD 2 + n.BC 2
m+n
AB ( PQ BC )
AD BC
329
11 Perhitungan Luas
garis lurus
daripada BC ?
PQ
B
F
A
h1
1
A = <> ABFP = ( AB + FP ) h1
2
h2
PFQ = M A =
1
PF .h2
2
yang diinginkan.
Contoh Soal
jumlah
500
dan
panjang-panjang
diukur
pada
AB = 42,4 mm
AE = 28,0 mm
BC = 34,0 mm
AP = 47,8 mm
CD = 65,6 mm
BG = 13,0 mm
luas
ABP
dan
APQ.
AQ =
1
PH
BD xAE BD xCF
=
+
2
2
BD .( AE + CE )
AP xBG
1
{35,0(280 + 32,0) (51,4 x13,0)}
51,2
1
(2100 668,2) = 28,0mm
51,2
PH = 51,2 mm
Berapa seharusnya panjang garis dari titik A
segitiga
330
11 Perhitungan Luas
segiempat
menjadi
trapesium
dengan
EM =
BC EG EF
AD
persamaan
trapesium
331
11 Perhitungan Luas
lokasi
lainnya
adalah
dengan
gambar
sembarangan
berikut,
PA
dan
ditarik
garis
offset-offset
C dan P
332
11 Perhitungan Luas
3. Tunggu
sampai
muncul
worksheet
Autocad.
dahulu
atur
skala
gambar
pondasi
setempat.
Volume
4. Buka
gambar
yang
telah
di
scan
6. Untuk
menghitung
luas
digunakan
kemudian enter.
Kemudian akan muncul specify next
corner point or press ENTER for total, klik
batas daerah yang akan dihitung luasnya.
Setelah di klik dari pointer satu ke point
lainnya, akhir point harus kembali ke titik
semula.
333
11 Perhitungan Luas
8. Ulangi
perhitungan
galian
untuk
= 103,5217 m2
Perimeter = 115,0470 m
9. Maka luas galian tanah pondasi dapat
diperoleh dari selisih luas galian tanah
pondasi dengan luas pondasi telapak.
Gambar 318. klik poin untuik menghitung luas
volume
galian
tanah
pondasi
sebagai berikut :
251,6251 m2 x 10 m = 2516,251 m3.
Gambar 319. klik poin untuk menghitung luas
334
11 Perhitungan Luas
Informasi Luas
Kepastian Hukum
Penguasaan Lahan
Teknis
Daerah Kajian
Pajak
Ekonomi SDA
Komoditas Bisnis
Numeris Analog
Mekanis Planimetris
Numeris Digital
Metode Sarrus
Alat Planimeter
Perangkat Lunak
AutoCAD
Koordinat-Koordinat
Titik-Titik Batas Area
Area Beraturan
Segmen Garis Jelas
Batas Area
Dapat Tidak Beraturan
Harus Ada Skala Peta
Komputasi Elektronis
Batas Area Digital
335
11 Perhitungan Luas
Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 11 mengenai perhitungan luas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Luas adalah jumlah area yang terproyeksi pada bidang horizontal dan dikelilingi oleh
garis-garis batas.
2. Luas yang diukur pada gambar situasi disebut pengukuran tak langsung.
3. Luas yang dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang langsung
diperoleh dari pengukuran dilapangan disebut pengukuran langsung.
4. Metode Sarrus, yaitu menggunakan koordinat-koordinat titik batas sebagai masukan
untuk perhitungan luas.
5. Metode pengukuran luas, terdiri dari : Metode diagonal dan tegak lurus, Metode
pembagian segitiga, Metode trapesium, Metode offset, Metode offset pusat, Metode
simpson, Metode jarak meridian ganda, Metode kisi-kisi, Metode lajur, Metode
pengukuran luas dengan planimeter.
6. Planimeter terbagi atas dua macam, yaitu planimeter fixed index model (model
tetap), planimeter sliding bar model (model disetel).
336
11 Perhitungan Luas
Soal Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !
1. Apa yang dimaksud dengan luas ?
2. Sebutkan cara-cara pengukuran dan ketelitian yang dikehendaki ?
3. Sebutkan macam-macam metode pengukuran luas ? Jelaskan !
4. Sebutkan macam-macam planimeter ? Jelaskan !
5. Sebutkan tipe-tipe dasar penyesuaian garis batas ?
Lampiran : A
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1983). Ukur Tanah 2. Jurusan
Teknik Sipil PEDC. Bandung
Barus, B dan U.S. Wiradisastra. 2000.
Sistem Informasi dan Geografis.
Bogor.
Budiono, M. dan kawan-kawan. 1999. Ilmu
Ukur Tanah. Angkasa. Bandung.
Darmaji, A. 2006. Aplikasi Pemetaan Digital
dan Rekayasa Teknik Sipil dengan
Autocad Development. ITB. Bandung.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
1999. Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan. Depdikbud. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2003.
Standar Kompetensi Nasional Bidang
SURVEYING. Bagian Proyek Sistem
Pengembangan. Jakarta.
Gayo, Yusuf., dan kawan-kawan. 2005.
Pengukuran Topografi dan Teknik
Pemetaan. PT. Pradjna Paramita.
Jakarta.
Gumilar, I. 2003. Penggunaan Computer
Aided Design (CAD) pada Biro Arsitek.
Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan
FPTK UPI. Bandung.
Gunarta, I.G.W.S. dan A.B. Sailendra. 2003.
Penanganan Masalah Jalan Tembus
Hutan secara Terintegrasi : Kajian
terhadap
Kebutuhan
Kelembagaan
Stakeholders. Jurnal Litbang Jalan
Volume 20 No.3 Oktober. Departemen
Pekerjaan Umum. Bandung.
Gunarso, P. dan kawan-kawan. 2004. Modul
Pelatihan SIG. Pemkab Malinau
A-1
Lampiran : A
Bandung
Jawa
Barat).
Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
A Pengukuran Tinggi. Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Bandung.
Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
B Pengukuran Horisontal. Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan
Institut
Teknologi
Bandung.
Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
C Pemetaan Topografi. Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Bandung.
Purworaharjo,U. 1982. Hitung proyeksi
Geodesi
(Proyeksi
Peta).
Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan
Institut
Teknologi
Bandung.
Staf
Ukur
Tanah.
1982.
Petunjuk
Penggunaan
Planimeter.
Pusat
Pengembangan Penataran Guru
Teknologi. Bandung.
Ukur
Tanah.
A-2
Lampiran : B
GLOSARIUM
Absis
Analog
Astronomis
:
:
Automatic level
Azimuth
Barometri
Benchmark
Bowditch
BPN
CAD
:
:
Cassini
Collins
Coordinate Set
Cosinus
Cross hair
Cross Section
Datum
Digital
B-1
Lampiran : B
Digitizer
Distorsi
DGN
Dumpy level
:
:
Ellipsoid
Equator
Flattening
Fokus
Fotogrametri
Geodesi
Geodesic
Geoid
Geometri
Gradien
Grafis
Greenwich
:
:
Grid
Hexagesimal
Higragirum
Horisontal
Indeks
B-2
Lampiran : B
Interpolasi
Intersection
Galat
GIS
:
:
GPS
Gravitasi
GRS-1980
Hardcopy
Hardware
Informasi
Inklinasi
:
:
Interpolasi
Jalon
Jurusan
Kalibrasi
Kartesian
Kompas
:
:
Kontrol
Kontur
Konvergensi
Konversi
:
:
Koordinat
B-3
Lampiran : B
Koreksi
Kuadran
Kuadrilateral
Latitude
Leveling head
Logaritma
Longitude
:
:
:
Long Section
Loxodrome
Mapinfo
MSL
Mistar
Meridian
Nivo
Normal
Oblique
Offset
Ordinat
Orientasi
Orthodrome
Overlay
:
:
B-4
Lampiran : B
Pantograph
Paralel
Pegas
Pesawat
Phytagoras
:
:
Planimeter
Planimetris
Point Set
:
:
:
Polar
Polyeder
:
:
Polygon
Profil
Proyeksi peta
Radian
RAM
Raster
Remote Sensing
Resiprocal
Reversible level
Rotasi
B-5
Lampiran : B
Sarrus
Scanner
Sentisimal
Simetris
Sinus
:
:
Skala
Softcopy
Software
Stadia
:
:
:
Statif
Tachymetri
:
:
Tangen
Tilting level
TM-3
Topografi
Total Station
Trace
Transit
Transversal
Triangulasi
Triangulaterasi
Tribach
Trigonometri
:
:
Trilaterasi
Orang yang menemukan rumusan perhitungan luas dengan nilainilai koordinat batas kurva.
Alat yang mengubah gambar-gambar atau peta-peta analog
Menjadi gambar-gambar/peta-peta digital dengan cara
mengkilas.
Sistem besaran sudut yang menyajikan sudut dengan sebutan grid,
centigrid, centicentigrid. Satu putaran = 400g, 1g=100c, 1c=100cc.
Bagian yang dibagi sama besar oleh suatu garis diagonal.
Besar sudut yang dihitung dari perbandingan sisi muka terhadap
sisi miring.
Nilai perbandingan besaran jarak atau luas di atas kertas terhadap
jarak dan luas di lapangan.
Dokumentasi peta-peta digital dalam bentuk file-file digital.
Perangkat lunak computer untuk berbagai macam kepentingan.
Benang tipis berwarna hitam yang tampak di dalam teropong
alat.
Kaki tiga untuk menyangga alat waterpass atau theodolite optis.
Metode pengukuran titik-titik detail menggunakan alat theodolite
yang diikatkan pada pengukuran kerangka dasar vertikal dan
horisontal.
Besar sudut yang dihitung dari perbandingan sisi muka terhadap
sisi miring.
Sipat datar optis tipe jungkit yang sumbu tegak dan teropong
Dihubungkan dengan engsel dan sekrup pengungkit.
Sistem proyeksi Universal Transverse Mercator dengan faktor
o
Skala di meridian sentral adalah 0,9999 dan lebar zone = 3 .
Peta yang menyajikan informasi di atas permukaan bumi baik
unsur alam maupun unsur buatan manusia dengan skala sedang
dan kecil.
Alat ukur theodolite yang dilengkapi dengan perangkat elekronis
untuk menentukan koordinat dan ketinggian titik detail secara
otomatis digital menggunakan gelombang elektromagnetis.
Serangkaian garis yang merupakan garis tengah suatu bangunan
(jalan, saluran, jalur lintasan).
Metode koreksi absis dan ordinat pada pengukuran polygon yang
bobotnya adalah perbandingan antara jarak proyeksi pada sumbu
X atau Y terhadap total jarak proyeksi pada sumbu X atau Y.
Proyeksi peta yang sumbu putar buminya tegak lurus
(membentuk sudut 90o) dengan garis normal bidang perantara
(datar, kerucut, silinder).
Serangkaian segitiga yang diukur sudut-sudutnya untuk
Menentukan koordinat titik-titik di lapangan.
Serangkaian segitiga yang diukur sudut-sudut dan jarak-jaraknya di
lapangan untuk menentukan koordinat titik-titik di lapangan.
Penyangga sumbu kesatu dan teropong.
Bagian dari ilmu matematika yang diaplikasikan untuk
Menghitung beda tinggi antara beberapa titik di atas permukaan
bumi yang berkategori bermedan bukit (8%< slope < 40 %).
Serangkaian segitiga yang diukur jarak-jaraknya untuk
Menentukan koordinat titik-titik di lapangan.
B-6
Lampiran : B
Trivet
Unting-unting
UTM
Vektor
Vertikal
Visual
Waterpass
:
:
:
WGS-84
Zenith
Zone
:
:
Bagian terbawah dari alat sipat datar dan theodolite yang dapat
dikuncikan pada
statif.
Bentuk silinder-kerucut terbuat dari kuningan yang digantung di
bawah alat waterpass atau theodolite sebagai penunjuk arah titik
nadir atau pusat bumi yang mewakili titik patok.
Universal Transverse Mercator. Sistem proyeksi peta global yang
memiliki lebar zona 6o sehingga jumlah zona UTM seluruh dunia
adalah 60 zona. Bidang perantara yang digunakan adalah silinder
dengan posisi transversal (sumbu putar bumi tegak lurus
terhadap garis normal silinder), informasi geometrik yang
dipertahankan sama adalah sudut (konform) dan secant.
Penyajian peta atau gambar secara digital menggunakan garis,
titik dan kurva. Ketelitian unit-unit terkecil dinamakan dengan
resolusi.
Garis atau bidang yang menjauhi pusat bumi.
Penglihatan kasat mata.
Alat atau metode yang digunakan untuk mengukur tinggi
garis bidik di atas permukaan bumi yang berkategori bermedan
datar (slope < 8 %).
World Geodetic System tahun 1984, adalah ellipsoid terbaik yang
Memiliki penyimpangan terkecil terhadap geoid (lihat istilah
geoid).
Titik atau garis yang menjauhi pusat bumi dari permukaan bumi.
Kurva yang dibatasi oleh batas-batas dengan kriteria tertentu.
B-7
Lampiran : C
DAFTAR TABEL
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Teks
Ketelitian posisi horizontal (x,y)
titik triangulasi
Tingkat Ketelitian Pengukuran
Sipat Datar
Tingkat Ketelitian Pengukuran
Sipat Datar
Ukuran kertas untuk
penggambaran hasil
pengukuran dan pemetaan
Formulir pengukuran sipat
datar
Formulir pengukuran sipat
datar
Kelas proyeksi peta
Aturan kuadran trigonometris
Cara Sentisimal ke cara
seksagesimal
Cara Sentisimal ke cara radian
Cara seksagesimal ke cara
radian
Cara radian ke cara sentisimal
Cara seksagesimal ke cara
radian
Buku lapangan untuk
pengukuran sudut dengan
repitisi.
Metode perhitungan perbedaan
sudut ganda dan perbedaan
observasi
Arti dari perbedaan sudut
ganda dan perbedaan
observasi.
Buku lapangan sudut vertikal.
Daftar Logaritma
Hitungan dengan cara
logaritma
Hitungan cara logaritma
Ukuran Kertas Seri A
Bacaan sudut
Jarak
Formulir pengukuran poligon 1
Formulir pengukuran poligon 2
Formulir pengukuran poligon 3
Contoh perhitungan garis bujur
ganda
format daftar planimeter tipe 1
format daftar planimeter tipe 2
Hal
No
Teks
14
30
31
60
32
95
33
107
114
115
122
139
147
148
149
150
34
35
36
37
38
39
40
41
151
42
183
43
183
44
184
184
200
45
46
204
225
276
280
280
296
297
298
47
48
49
Hal
366
367
368
369
370
371
372
373
374
382
422
424
425
435
458
458
470
486
497
499
312
319
319
C-1
Lampiran : D
DAFTAR GAMBAR
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Teks
Anggapan bumi
Ellipsoidal bumi
Aplikasi pekerjaan
pemetaan pada
bidang teknik sipil
Staking out
Pengukuran sipat datar optis
Alat sipat datar
Pita ukur
Rambu ukur
Statif
Barometris
Pengukuran Trigonometris
Pengukuran poligon
Jaring-jaring segitiga
Pengukuran pengikatan ke
muka
Pengukuran collins
Pengukuran cassini
Macam macam sextant
Alat pembuat sudut siku cermin
Prisma bauernfiend
Jalon
Pita ukur
Pengukuran titik detail
tachymetri
Diagram alir pengantar survei
dan pemetaan
Kesalahan pembacaan rambu
Pengukuran sipat datar
Prosedur Pemindahan Rambu
Kesalahan Kemiringan Rambu
Pengaruh kelengkungan bumi
Kesalahan kasar sipat datar
Kesalahan Sumbu Vertikal
Pengaruh kesalahan kompas
theodolite
Sket perjalanan
Gambar Kesalahan Hasil
Survei
Kesalahan karena penurunan
alat
Pembacaan pada rambu I
Pembacaan pada rambu II
Hal
2
3
6
6
7
9
9
9
9
10
10
12
15
16
17
18
18
19
19
19
19
21
22
26
27
27
28
29
30
31
36
37
37
39
40
41
No
Teks
Hal
37
38
39
40
41
42
43
44
42
43
47
54
55
55
56
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
57
61
63
63
65
65
67
67
68
72
73
74
75
76
76
78
79
80
81
82
84
85
87
91
91
92
92
93
93
93
94
94
94
D-1
Lampiran : D
No
Teks
Hal
No
Teks
Hal
77
78
79
95
98
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
Peta statistik
Peta sungai
Peta jaringan
Peta dunia
Sistem koordinat geografis
Bumi sebagai spheroid.
Sudut jurusan
Aturan kuadran geometris
Aturan kuadran trigonometris
Model diagram alir sistem
koordinat proyeksi peta dan
aturan kuadran
Pembacan derajat
Pembacaan grade
Pembacaan menit
Pembacaan centigrade
Sudut jurusan
Sudut miring
Cara pembacaan sudut
mendatar dan sudut miring
Arah sudut zenith (sudut
miring).
Theodolite T0 Wild
Theodolite
Metode untuk menentukan
arah titik A.
Metode untuk menentukan
arah titik A dan titik B.
Theodolite (tipe sumbu ganda)
Theodolite (tipe sumbu
tunggal)
Sistem lensa teleskop
Penyimpangan kromatik
Penyimpangan speris
Diafragma (benang silang)
Tipe benang silang
Pembidik Ramsden
Teleskop pengfokus dalam
Niveau tabung batangan
Niveau tabung bundar.
Hubungan antara gerakan
gelembung dan inklinasi.
Berbagai macam lingkaran
graduasi.
Vernir langsung.
Pembacaan vernir langsung
Pembacaan vernir mundur
20,7.
134
134
135
135
138
138
140
140
140
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
99
100
101
101
102
102
107
116
117
123
124
124
124
125
125
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
126
126
128
129
129
130
131
131
133
133
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
141
155
155
155
155
156
156
156
157
158
159
160
160
162
162
162
164
164
164
164
165
165
166
166
167
168
168
168
168
D-2
Lampiran : D
No
Teks
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
Hal
No
Teks
Hal
169
176
177
178
Pengikatan ke muka
Pengikatan ke muka
Model Diagram Alir Jarak,
Azimuth dan Pengikatan Ke
Muka
Kondisi alam yang dapat
dilakukan cara pengikatan
ke muka
Kondisi alam yang dapat
dilakukan cara pengikatan ke
belakang
Pengikatan ke muka
Pengikatan ke belakang
Tampak atas permukaan bumi
Pengukuran yang terpisah
sungai
Alat Theodolite
Rambu ukur
Statif
Unting-unting
Contoh lokasi pengukuran
Penentuan titik A,B,C dan P
Pemasangan Theodolite di titik
P
Penentuan sudut mendatar
Pemasangan statif
Pengaturan pembidikan
theodolite
Penentuan titik penolong
Collins
Besar sudut dan
Garis bantu metode Collins
Penentuan koordinat H dari titik
A
Menentukan sudut ah
Menentukan rumus dah
Penentuan koordinat H dari titik
B
Menentukan sudut bh
202
203
169
169
179
170
170
170
171
171
172
172
172
174
174
175
175
176
177
177
178
179
182
183
183
185
185
185
186
189
190
191
193
196
198
199
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
205
208
208
209
209
210
210
211
212
212
212
212
213
213
213
214
214
215
216
217
217
217
218
218
218
219
219
219
219
220
220
D-3
Lampiran : D
No
Teks
Hal
No
Teks
Hal
209
210
211
Menentukan sudut bp
Menentukan rumus dbp
Cara Pengikatan ke belakang
metode Collins
Menentukan besar sudut dan
220
220
240
241
Penentuan titik P
Model diagram alir cara
pengikatan ke belakang
metode cassini
Poligon terbuka
Poligon tertutup
Poligon bercabang
Poligon kombinasi
Poligon terbuka tanpa ikatan
Poligon Terbuka Salah Satu
Ujung terikat Azimuth
Poligon Terbuka Salah Satu
Ujung Terikat Koordinat
Poligon Terbuka Salah Satu
UjungTerikat Azimuth dan
Koordinat
Poligon Terbuka Kedua Ujung
Terikat Azimuth
Poligon terbuka, salah satu
ujung terikat azimuth
sedangkan sudut lainnya
terikat koordinat
Poligon Terbuka Kedua Ujung
Terikat Koordinat
Poligon Terbuka Salah Satu
Ujung Terikat Koordinat dan
Azimutk Sedangkan Yang Lain
Hanya Terikat Azimuth
Poligon Terbuka Salah Satu
Ujung Terikat Azimuth dan
Koordinat Sedangkan Ujung
Lain Hanya Terikat Koordinat
Poligon Terbuka Kedua Ujung
Terikat Azimuth dan Koordinat
Poligon Tertutup
Topcon Total Station-233N
Statif
Unting-Unting
Patok Beton atau Besi
Rambu Ukur
Payung
Pita Ukur
Formulir dan alat tulis
Benang
Nivo Kotak
Nivo tabung
Nivo tabung
Jalon Di Atas Patok
248
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
222
229
242
243
244
245
246
247
229
248
229
249
230
233
233
234
250
235
252
235
236
236
236
237
253
228
228
228
251
254
238
255
238
239
239
240
240
241
241
248
248
248
248
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
249
255
255
255
256
256
257
257
258
259
259
260
261
262
263
263
265
265
266
266
267
267
267
268
268
269
269
269
271
D-4
Lampiran : D
No
Teks
Hal
No
Teks
270
271
272
273
274
271
272
276
277
301
299
303
300
301
304
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
302
302
305
303
307
308
309
309
309
310
311
312
313
313
314
306
307
308
309
310
311
312
313
315
314
315
316
317
316
318
317
318
321
321
319
322
323
324
325
327
320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
Hal
327
328
328
328
328
329
330
330
330
331
331
331
331
332
332
332
332
333
333
334
339
341
350
350
353
353
353
354
354
354
354
354
D-5
Lampiran : D
No
Teks
Hal
No
Teks
333
334
335
336
355
355
358
359
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
361
362
363
364
365
375
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
378
379
380
380
372
373
374
375
381
376
377
381
378
382
379
380
383
383
383
384
384
385
385
386
387
381
382
383
384
385
387
388
389
390
391
Hal
389
389
390
391
391
391
393
394
395
395
396
396
397
397
398
399
399
400
401
401
402
402
403
404
405
410
410
411
412
413
413
413
D-6
Lampiran : D
No
Teks
Hal
No
Teks
392
393
394
Rambu ukur
Stake out pada bidang datar
Stake out pada bidang yang
berbeda ketinggian
Stake out beberapa titik
sekaligus
Volume cara potongan
melintang rata-rata
Volume cara jarak rata-rata
Volume cara prisma
Volume cara piramida kotak
Volume cara dasar sama bujur
sangkar
Volume cara dasar sama
segitiga
volume cara kontur
Penampang melintang jalan
ragam 1
Penampang melintang jalan
ragam 2
Penampang melintang jalan
ragam 3
Penampang trapesium
Penampang timbunan
Koordinat luas penampang
Volume trapesium
Penampang galian
Penampang timbunan
Penampang galian dan
timbunan
Penampang melintang galian
dan timbunan
Diagram alir perhitungan galian
dan timbunan
Perangkat keras
Perangkat keras Scanner
Peta lokasi
Beberapa hasil pemetaan
digital, yang dilakukan oleh
Bakosurtanal
Salah satu alat yang dipakai
dalam GPS type NJ 13
Hasil Foto Udara yang
dilakukan di daerah Nangroe
Aceh Darussalam yang
dilakukan pasca Tsunami,
untuk keperluan Infrastruktur
Rehabilitasi dan Konstruksi
413
413
421
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420
414
414
415
415
416
416
416
416
417
421
421
422
425
426
426
427
428
429
430
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
431
432
436
436
441
436
437
438
439
442
443
444
440
441
442
443
444
445
Hal
445
453
453
454
454
455
456
457
459
460
461
462
466
470
470
471
471
471
472
472
474
474
475
475
475
D-7
Lampiran : D
No
Teks
Hal
No
Teks
Hal
446
447
448
475
475
466
492
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461
462
463
464
465
467
478
468
478
469
479
479
479
479
479
480
480
470
471
472
473
492
494
505
505
506
507
508
480
480
480
481
481
481
490
490
491
D-8