Anda di halaman 1dari 223

Iskandar Muda

TEKNIK SURVEI
DAN PEMETAAN
JILID 2
SMK

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah


Departemen Pendidikan Nasional

Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional


Dilindungi Undang-undang

TEKNIK SURVEI
DAN PEMETAAN
JILID 2

Untuk SMK
Penulis

: Iskandar Muda

Perancang Kulit

: TIM

Ukuran Buku

MUD
t

17,6 x 25 cm

MUDA, Iskandar.
Teknik Survei dan Pemetaan Jilid 2 untuk SMK oleh
Iskandar Muda ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
x, 193 hlm
Daftar Pustaka : Lampiran. A
Glosarium
: Lampiran. B
Daftar Tabel
: Lampiran. C
Daftar Gambar : Lampiran. D
ISBN
: 978-979-060-151-2
ISBN
: 978-979-060-153-6

Diterbitkan oleh

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah


Departemen Pendidikan Nasional

Tahun 2008

KATA SAMBUTAN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan
kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan
pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran.
Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah
dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses
pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45
Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008.
Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya
kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas
oleh para pendidik dan peserta didik SMK.
Buku teks pelajaran yang telah dialihkan hak ciptanya kepada
Departemen Pendidikan Nasional ini, dapat diunduh (download),
digandakan, dicetak, dialihmediakan, atau difotokopi oleh masyarakat.
Namun untuk penggandaan yang bersifat komersial harga penjualannya
harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan
ditayangkan soft copy ini diharapkan akan lebih memudahkan bagi
masyarakat khsusnya para pendidik dan peserta didik SMK di seluruh
Indonesia maupun sekolah Indonesia yang berada di luar negeri untuk
mengakses dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
Kami berharap, semua pihak dapat mendukung kebijakan ini. Kepada
para peserta didik kami ucapkan selamat belajar dan semoga dapat
memanfaatkan buku ini sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa buku ini
masih perlu ditingkatkan mutunya. Oleh karena itu, saran dan kritik
sangat kami harapkan.

Jakarta, 17 Agustus 2008


Direktur Pembinaan SMK

ii

PENGANTAR PENULIS
Penulis mengucapkan puji syukur ke Hadirat Allah SWT karena atas ridho-Nya buku
teks Teknik Survei dan Pemetaan dapat diselesaikan dengan baik. Buku teks Teknik
Survei dan Pemetaan ini dibuat berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dibuat,
silabus mata kuliah Ilmu Ukur Tanah untuk mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Sipil dan D3
Teknik Sipil FPTK UPI serta referensi-referensi yang dibuat oleh penulis dalam dan luar
negeri.
Tahap-tahap pembangunan dalam bidang teknik sipil dikenal dengan istilah SIDCOM
(survey, investigation, design, construction, operation and mantainance). Ilmu Ukur Tanah
termasuk dalam tahap studi penyuluhan (survey) untuk memperoleh informasi spasial
(keruangan) berupa informasi kerangka dasar horizontal, vertikal dan titik-titik detail yang
produk akhirnya berupa peta situasi.
Buku teks ini dibuat juga sebagai bentuk partisipasi pada Program Hibah Penulisan
Buku Teks 2006 yang dikoordinir oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Penulis mengucapkan terima kasih :
1. Kepada Yth. Prof.Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd, selaku Rektor Universitas
Pendidikan Indonesia di Bandung,
2. Kepada Yth. Drs. Sabri, selaku Dekan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung,
atas perhatian dan bantuannya pada proposal buku teks yang penulis buat.
Sesuai dengan pepatah Tiada Gading yang Tak Retak, penulis merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam proposal buku teks ini, baik
substansial maupun redaksional. Oleh sebab itu saran-saran yang membangun sangat
penulis harapkan dari para pembaca agar buku teks yang penulis buat dapat terwujud
dengan lebih baik di masa depan.
Semoga proposal buku teks ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan
penulis khususnya serta memperkaya khasanah buku teks bidang teknik sipil di perguruan
tinggi (akademi dan universitas). Semoga Allah SWT juga mencatat kegiatan ini sebagai
bagian dari ibadah kepada-Nya. Amin.

Penulis,

ii

iii

DAFTAR ISI
JILID 1
Pengantar Direktur Pembinaan SMK
Pengantar Penulis
Daftar Isi
Deskripsi Konsep
Peta Kompetensi

1. Pengantar Survei dan Pemetaan


1.1. Plan Surveying dan Geodetic
Surveying
1.2. Pekerjaan Survei dan Pemetaan
1.3. Pengukuran Kerangka Dasar
Vertikal
1.4. Pengukuran Kerangka Dasar
Horizontal
1.5. Pengukuran Titik-Titik Detail
2. Macam-Macam Kesalahan dan
Cara Mengatasinya
2.1. Kesalahan-Kesalahan pada
Survei dan Pemetaan
2.2. Kesalahan Sistematis
2.3. Kesalahan Acak
2.4. Kesalahan Besar

i
ii
iv
xvi
xvii

1
5
6
11
18
25

25
46
50
50

3. Pengukuran Kerangka Dasar


Vertikal

60

3.1. Pengertian
3.2. Pengukuran Sipat Datar Optis
3.3. Pengukuran Trigonometris
3.4. Pengukuran Barometris

60
60
78
81

4. Pengukuran Sipat Datar Kerangka


Dasar Vertikal
90
4.1. Tujuan dan Sasaran Pengukuran
Sipat Datar Kerangka Dasar
Vertikal
4.2. Peralatan, Bahan dan Formulir
Ukuran Sipat Datar Kerangka

90

Dasar Vertikal
4.3. Prosedur Pengukuran Sipat Datar
Kerangka Dasar Vertikal
4.4. Pengolahan Data Sipat Datar
Kerangka Dasar Vertikal
4.5. Penggambaran Sipat Datar
Kerangka Dasar Vertikal

91
95
103
104

5. Proyeksi Peta, Aturan Kuadran dan


Sistem Kordinat
120
5.1. Proyeksi Peta
5.2. Aturan Kuadran
5.3. Sistem Koordinat
5.4. Menentukan Sudut Jurusan

120
136
137
139

JILID 2
6. Macam Besaran Sudut
6.1. Macam Besaran Sudut
6.2. Besaran Sudut dari Lapangan
6.3. Konversi Besaran Sudut
6.4. Pengukuran Sudut

144
144
144
145
160

7. Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke


Muka
189
7.1. Mengukur Jarak dengan Alat
Sederhana
7.2. Pengertian Azimuth
7.3. Tujuan Pengikatan ke Muka
7.4. Prosedur Pengikatan Ke muka
7.5. Pengolahan Data Pengikatan
Kemuka
8. Cara Pengikatan ke Belakang
Metoda Collins
8.1. Tujuan Cara Pengikatan ke
Belakang Metode Collins
8.2. Peralatan, Bahan dan Prosedur
Pengikatan ke Belakang Metode
Collins
8.3. Pengolahan Data Pengikatan ke
Belakang Metode Collins
8.4. Penggambaran Pengikatan ke
Belakang Metode Collins

189
192
197
199
203

208

210
211
216
228

iv

9. Cara Pengikatan ke Belakang Metoda


Cassini
233
9.1. Tujuan Pengikatan ke Belakang
Metode Cassini
9.2. Peralatan, Bahan dan Prosedur
Pengikatan ke Belakang Metode
Cassini
9.3. Pengolahan Data Pengikatan ke
Belakang Metode Cassini
9.4. Penggambaran Pengikatan ke
Belakang Metode Cassini
10. Pengukuran Poligon Kerangka
Dasar Horisontal
10.1. Tujuan Pengukuran Poligon
Kerangka Dasar Horizontal
10.2. Jenis-Jenis Poligon
10.3. Peralatan, Bahan dan Prosedur
Pengukuran Poligon
10.4. Pengolahan Data Pengukuran
Poligon
10.5. Penggambaran Poligon
11. Pengukuran Luas

234
235
240
247

252

252
254
264
272
275
306

11.1. Metode-Metode Pengukuran Luas 306


11.2. Prosedur Pengukuran Luas
dengan Perangkat Lunak
AutoCAD
331

JILID 3
12. Pengukuran Titik-titik Detail Metoda
Tachymetri
337
12.1.Tujuan Pengukuran Titik-Titik
Detail Metode Tachymetri
12.2.Peralatan, Bahan dan Prosedur
Pengukuran Tachymetri

337
351

12.3. Pengolahan Data Pengukuran


Tachymetri
359
12.4. Penggambaran Hasil Pengukuran
Tachymetri
360

13. Garis Kontur, Sifat dan


Interpolasinya

378

13.1. Pengertian Garis Kontur


13.2. Sifat Garis Kontur
13.3. Interval Kontur dan Indeks Kontur
13.4. Kemiringan Tanah dan Kontur
Gradient
13.5. Kegunaan Garis Kontur
13.6. Penentuan dan Pengukuran Titik
Detail untuk Pembuatan Garis
Kontur
13.7. Interpolasi Garis Kontur
13.8. Perhitungan Garis Kontur
13.9. Prinsip Dasar Penentuan Volume
13.10. Perubahan Letak Garis Kontur
di Tepi Pantai
13.11. Bentuk-Bentuk Lembah dan
Pegunungan dalam Garis Kontur
13.12.Cara Menentukan Posisi, Cross
Bearing dan Metode
Penggambaran
13.13 Pengenalan Surfer
14. Perhitungan Galian dan
Timbunan

378
379
381
382
382
384
386
387
387
388
390
392
393

408

14.1. Tujuan Perhitungan Galian dan


Timbunan
408
14.2. Galian dan Timbunan
409
14.3. Metode-Metode Perhitungan
Galian dan Timbunan
409
14.4. Pengolahan Data Galian dan
Timbunan
421
14.5. Perhitungan Galian dan Timbunan 422
14.6. Penggambaran Galian dan
Timbunan
430
15. Pemetaan Digital
15.1. Pengertian Pemetaan Digital
15.2. Keunggulan Pemetaan Digital
Dibandingkan Pemetaan
Konvensional
15.3. Bagian-Bagian Pemetaan Digital
15.4. Peralatan, Bahan dan Prosedur
Pemetaan Digital
15.5. Pencetakan Peta dengan Kaidah
Kartografi

435
435
435
436
440
463

16. Sistem Informasi Geografis


16.1. Pengertian Dasar Sistem
Informasi Geografis
16.2. Keuntungan SIG
16.3. Komponen Utama SIG
16.4. Peralatan, Bahan dan Prosedur
Pembangunan SIG
16.5. Jenis-Jenis Analisis Spasial
dengan Sistem Informasi
Geografis dan Aplikasinya pada
Berbagai Sektor Pembangunan
Lampiran
Daftar Pustaka
...........
Glosarium ...............................
Daftar Tabel ............................
Daftar Gambar ........................

469

469
469
474
479

488
A
B
C
D

vi

DESKRIPSI
Buku Teknik Survei dan Pemetaan ini menjelaskan ruang lingkup Ilmu ukur
tanah, pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada Ilmu Ukur tanah untuk
kepentingan studi kelayakan, perencanaan, konstruksi dan operasional pekerjaan
teknik sipil. Selain itu, dibahas tentang perkenalan ilmu ukur tanah, aplikasi teori
kesalahan pada pengukuran dan pemetaan, metode pengukuran kerangka dasar
vertikal dan horisontal, metode pengukuran titik detail, perhitungan luas, galian
dan timbunan, pemetaan digital dan sistem informasi geografis.
Buku ini tidak hanya menyajikan teori semata, akan tetapi buku ini
dilengkapi dengan penduan untuk melakukan praktikum pekerjaan dasar survei.
Sehingga, diharapkan peserta diklat mampu mengoperasikan alat ukur waterpass
dan theodolite, dapat melakukan pengukuran sipat datar, polygon dan tachymetry
serta pembuatan peta situasi.

vii

PETA KOMPETENSI
Program diklat
Tingkat
Alokasi Waktu
Kompetensi

No
1

:
:
:
:

Pekerjaan Dasar Survei


x (sepuluh)
120 Jam pelajaran
Melaksanakan Dasar-dasar Pekerjaan Survei

Sub Kompetensi
Pengantar survei dan
pemetaan

a.
b.
c.
d.
e.

Teori Kesalahan

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pengukuran kerangka
dasar vertikal

a.
b.
c.

Pengukuran sipat dasar


kerangka dasar vertikal

a.
b.

c.
d.

Pembelajaran
Pengetahuan
Keterampilan
Memahami ruang lingkup plan Menggambarkan diagram
surveying dan geodetic
alur ruang lingkup pekerjaan
Memahami ruang lingkup
survei dan pemetaan
pekerjaan survey dan
pemetaan
Memahami pengukuran
kerangka dasar vertikal
Memahami Pengukuran
kerangka dasar horisontal
Memahami Pengukuran titiktitik detail
Mengidentifikasi kesalahankesalahan pada pekerjaan
survey dan pemetaan
Mengidentifikasi kesalahan
sistematis (systematic error)
Mengidentifikasi Kesalahan
Acak (random error)
Mengidentifikasi Kesalahan
Besar (random error)
Mengeliminasi Kesalahan
Sistematis
Mengeliminasi Kesalahan
Acak
Memahami penggunaan sipat
Dapat melakukan
datar kerangka dasar vertikal
pengukuran kerangka dasar
Memahami penggunaan
vertikal dengan
trigonometris
menggunakan sipat datar,
Memahami penggunaan
trigonometris dan
barometris
barometris.
Memahami tujuan dan
Dapat melakukan
sasaran pengukuran sipat
pengukuran kerangka dasar
datar kerangka dasar vertikal
vertikal dengan
Mempersiapkan peralatan,
menggunakan sipat datar
bahan dan formulir
kemudian mengolah data
pengukuran sipat datar
dan menggambarkannya.
kerangka dasar vertikal
Memahami prosedur
pengukuran sipat datar
kerangka dasar vertikal
Dapat mengolah data sipat
datar kerangka dasar vertikal
Dapat menggambaran sipat
datar kerangka dasar vertikal

viii

No
5

Sub Kompetensi
Proyeksi peta, aturan
kuadran dan sistem
koordinat

a.
b.
c.
d.
e.

Macam besaran sudut

a.
b.
c.
d.

Pembelajaran
Pengetahuan
Keterampilan
Memahami pengertian
Membuat Proyeksi peta
proyeksi peta, aturan kuadran
berdasarkan aturan kuadran
dan sistem koordinat
dan sisten koordinat
Memahami jenis-jenis
proyeksi peta dan aplikasinya
Memahami aturan kuadran
geometrik dan trigonometrik
Memahami sistem koordinat
ruang dan bidang
Memahami orientasi survei
dan pemetaan serta aturan
kuadran geometrik
Mengaplikasikan besaran
Mengetahui macam besaran
sudut dilapangan untuk
sudut
pengolahan data.
Memahami besaran sudut
dari lapangan
Dapat melakukan konversi
besaran sudut
Memahami besaran sudut
untuk pengolahan data

Jarak, azimuth dan


pengikatan kemuka

a. Memahami pengertian jarak


pada survey dan pemetaan
b. Memahami azimuth dan sudut
jurusan
c. Memahami tujuan pengikatan
ke muka
d. Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengikatan ke muka
e. Memahami pengolahan data
pengikatan ke muka
f. Memahami penggambaran
pengikatan ke muka

Mengukur jarak baik dengan


alat sederhana maupun
dengan pengikatan ke
muka.

Cara pengikatan ke
belakang metode
collins

a. Tujuan Pengikatan ke
Belakang Metode Collins
b. Peralatan, Bahan dan
Prosedur Pengikatan ke
Belakang Metode Collins
c. Pengolahan Data Pengikatan
ke Belakang Metoda Collins
d. Penggambaran Pengikatan ke
Belakang Metode Collins

Mencari koordinat dengan


metode Collins.

Cara pengikatan ke
belakang metode
Cassini

a. Memahami tujuan pengikatan


ke belakang metode cassini
b. Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengikatan ke belakang
metode cassini
c. Memahami pengolahan data
pengikatan ke belakang
metoda cassini
d. Memahami penggambaran
pengikatan ke belakang
metode cassini

Mencari koordinat dengan


metode Cassini.

ix

No
10

Sub Kompetensi
Pengukuran poligon
kerangka dasar
horisontal

a.
b.
c.
d.
e.
f.

11

Pengukuran luas

a.
b.
c.
d.

12

Pengukuran titik-titik
detail

a.
b.
c.
d.

Pembelajaran
Pengetahuan
Keterampilan
Memahami tujuan
Dapat melakukan
pengukuran poligon
pengukuran kerangka dasar
Memahami kerangka dasar
horisontal (poligon).
horisontal
Mengetahui jenis-jenis poligon
Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengukuran poligon
Memahami pengolahan data
pengukuran poligon
Memahami penggambaran
poligon
Menghitung luas
Menyebutkan metode-metode
bedasarkan hasil dilapangan
pengukuran luas
dengan metoda saruss,
Memahami prosedur
planimeter dan autocad.
pengukuran luas dengan
metode sarrus
Memahami prosedur
pengukuran luas dengan
planimeter
Memahami prosedur
pengukuran luas dengan
autocad
Memahami tujuan
Melakukan pengukuran titikpengukuran titik-titik detail
titik dtail metode tachymetri.
metode tachymetri
Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pengukuran tachymetri
Memahami pengolahan data
pengukuran tachymetri
Memahami penggambaran
hasil pengukuran tachymetri

13

Garis kontur, sifat dan


interpolasinya

a. Memahami pengertian garis


kontur
b. Menyebutkan sifat-sifat garis
kontur
c. Mengetahui cara penarikan
garis kontur
d. Mengetahui prosedur
penggambaran garis kontur
e. Memahami penggunaan
perangkat lunak surfer

Membuat garis kontur


berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan.

14

Perhitungan galian dan


timbunan

a. Memahami tujuan
perhitungan galian dan
timbunan
b. Memahami metode-metode
perhitungan galian dan
timbunan
c. Memahami pengolahan data
galian dan timbunan
d. Mengetahui cara
penggambaran galian dan
timbunan

Menghitung galian dan


timbunan.

No
15

Sub Kompetensi
Pemetaan digital

a.
b.

c.
d.
16

Sisitem informasi
geografik

a.
b.

c.

d.

Pembelajaran
Pengetahuan
Memahami pengertian
pemetaan digital
Mengetahui keunggulan
pemetaan digital
dibandingkan pemetaan
konvensional
Memahami perangkat keras
dan perangkat lunak
pemetaan digital
Memahami pencetakan peta
dengan kaidah kartografi
Memahami pengertian sistem
informasi geografik
Memahami keunggulan
sistem informasi geografik
dibandingkan pemetaan
digital perangkat keras dan
perangkat lunak sistem
informasi geografik
Mempersiapkan peralatan,
bahan dan prosedur
pembangunan sistem
informasi geografik
Memahami jenis-jenis analisis
spasial dengan sistem
informasi geografik dan
aplikasinya pada berbagai
sektor pembangunan

Keterampilan

144

6 Macam Sistem Besaran Sudut

6. Macam Sistem Besaran Sudut


6.2 Besaran sudut dari lapangan

6.1 Macam besaran sudut


Pengukuran sudut merupakan salah satu
aspek

penting

dalam

pengukuran

dan

pemetaan horizontal atau vertikal, baik


untuk pengukuran dan pemetaan kerangka
maupun titik-titik detail.
Sistem besaran sudut yang dipakai pada
beberapa alat berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Sistem besaran sudut pada
pengukuran dan pemetaan dapat terdiri dari:
a. Sistem besaran sudut seksagesimal

Sistem

besaran

sudut

seksagesimal

disajikan dalam besaran derajat, menit dan


sekon.

Janganlah

disebut

detik,

satuan

karena

sudut

detik

lebih

sekon
baik

digunakan untuk satuan waktu.


Cara

seksagesimal

membagi

lingkaran

dalam 360 bagian yang dinamakan derajat,


sehingga satu kuadran ada 90 derajat. Satu
derajat dibagi dalam 60 menit dan satu

b. Sistem besaran sudut sentisimal


c.

6.2.1 Sistem besaran sudut seksagesimal

menit dibagi lagi dalam 60 sekon. Dengan

Sistem besaran sudut radian

kata lain, satu derajat (1o) sama dengan

Dasar untuk mengukur besaran sudut ialah

enam puluh menit (60), satu menit (1)

lingkaran yang dibagi dalam empat bagian,

sama dengan enam puluh sekon (60),

yang dinamakan kuadran.

dengan demikian satu derajat (1o) sama

Penggunaan nilai sudut yang diolah berbeda

dengan tiga ribu enam ratus sekon (3600).

dengan nilai sudut yang diukur. Nilai sudut


yang diolah biasanya digunakan sistem

Atau dituliskan sebagai berikut :


1o = 60

1o = 3600

1 = 60

seksagesimal, terutama jika kita gunakan


6.2.2 Sistem besaran sudut sentisimal

alat kalkulator standard.


PC

Sistem besaran sudut sentisimal disajikan

(Personal Computer) maka nilai sudut yang

dalam besaran grid, centigrid dan centi-

digunakan biasanya adalah sistem radian.

centigrid.

Jika

kita

menggunakan

bantuan

Cara

sentisimal

membagi

lingkaran dalam 400 bagian, sehingga satu


kuadran

mempunyai

100

bagian

yang

dinamakan grid. Satu grid dibagi lagi dalam


100 centigrid dan 1 centigrid dibagi lagi
dalam 100 centi-centigrid. Dapat dituliskan
sebagai berikut :

145

6 Macam Sistem Besaran Sudut

1g = 100c
c

Hubungan antara satuan cara seksagesimal

cc

1 = 100
g

dan satuan cara sentisimal dapat dicari


cc

dengan dibaginya lingkaran dalam 360

1 = 10000
Cara

sentisimal

ini

lambat

laun

menyampingkan cara seksagesimal, karena

bagian cara seksagesimal dan dalam 400


bagian cara sentisimal, jadi :
3600 = 400g

untuk pengukuran, apalagi hitungan cara


sentisimal lebih mudah digunakan daripada

6.3 Konversi besaran sudut

cara seksagesimal.
Tetapi meskipun demikian, cara sentisimal

Besaran-besaran

tidaklah dapat mengganti cara seksagesimal

berbeda dapat dikonversikan dari satu

seluruhnya, karena pada ilmu astronomi,

sistem ke sistem lain. Pendekatan untuk

ilmu

cara

menkonversinya adalah nilai sudut dalam

seksagesimal untuk penentuan waktu, bujur

satu putaran. Dalam satu putaran nilai sudut

dan

adalah sama dengan 360 derajat atau 400

geografi
lintang

tetap

digunakan

tempat-tempat

di

atas

permukaan bumi.

kita

akan

menggunakan

pengukuran
besaran

sudut

yang

grid atau 2 radian. Dengan demikian jika

6.2.3 Sistem besaran sudut radian


Sistem

sistem

sudut

radian

dan

suatu

pemetaan

alat
yang

disajikan

mempunyai pengukur sudut, baik horizontal

dalam sudut panjang busur. Sudut pusat di

maupun vertikal, maka kita harus teliti

dalam lingkaran yang mempunyai busur

terlebih dahulu sistem sudut yang kita

sama dengan jari-jari lingkaran adalah

gunakan untuk alat yang kita pakai.

sebesar satu radian.

Hubungan antara ketiga satuan tersebut

Karena keliling lingkaran ada

adalah sebagai berikut:

2 r = 2 rad.

6.2.4 Sistem waktu (desimal)

Konversi dari derajat ke grid


Misal :
45o4535 = .............g

Sistem waktu digunakan dalam pengukuran

Maka :

astronomi. Nilai sudut desimal maksimal

45 4535 x 400

adalah 360. Atau :


360o = 24 jam

360o
= 45 + 45/60 + 35/3600 x 400g
0

360

1 jam = 15o

= 50,8441358
g

cc

= 50 84 41 ,358

146

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Konversi dari derajat ke radian

Atau dengan perhitungan sebagai berikut:

Misal :

2 = 360o = 400g

78o4940 = .............. rad

maka :

Maka :

1o = 1g,1111............... 1g = 0o,9

78o4940 x 2

1 = 1c,85185185........

1 = 3cc,08641975...... 1cc = 0,324

3600
= 78 + 49/60 + 40/3600 x 2

Satu radial (disingkat dengan ) menjadi :

3600

= 360o = 360 x 60 = 360 x 60 x 60

= 1,376358025 rad

Konversi dari grid ke derajat


c

cc

Maka :
g

cc

104 58 77 ,75 x 360


g

400
58

77,75

= 104 + /100 +

/10000 x 360

400
= 94,1289975
o

94 (0,1289975 x 60)
7 (0,73985 x 60)
44,391
Jadi :
94o 07 44,391

Konversi dari grid ke radian


Misal :
120g28c10cc = ................. rad
Maka:
120g28c10cc x 2
400g
= 120 + 28/100 + 10/10000 x 2
400
= 1,89013 rad

2
c

= 400 = 400 x 100 = 400 x 100 x 100cc


2

104 58 77 ,75 = ...........

Misal :
g

1c = 0,54

Atau
o

57 ,295,779..... = 63 ,661,977....

3437,7467....... =

6,366c,1977..

206264,8........ =

636619cc,77..

147

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Perhitungan Cara Tabel (Daftar)


Daftar I : Dari cara sentisimal ke cara seksagesimal

Tabel 9. Cara Sentisimal ke cara seksagesimal

148

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Daftar II : Dari cara sentisimal ke cara radian


Tabel 10. Cara Sentisimal ke cara radian

149

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Daftar III : Dari cara seksagesimal ke cara


radian
Tabel 11. Cara seksagesimal ke cara radian

150

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Daftra IV : Dari cara radian ke cara


sentisimal

rad = 100 g ;
1 rad = 63,661 977 237 g

Tabel 12.

Cara radian ke cara sentisimal

151

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Daftar V : Dari cara seksagesimal ke cara


radian
Tabel 13. Cara seksagesimal ke cara radian

152

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Contoh-contoh :

Tabel 9 :

Tabel 9 :

1. = 148o4816

1. = 137g36c78cc

Cara 1 :

137g

= 123o18

36

cc

78

137g36c78cc

00 1926,4
00 00 25,3

= 123o3751,7

148o

= 164g,44.444

48

0 ,88.889

16

0 ,00.494

100o

Cara 2 :

2. = 216g41c56cc
g

Cara 1 :

200

= 180 0000

16

14 2400

41

00 2208,4

56cc

00o0018,1

cc

216 41 56

= 194 4626,5

100g

Cara 2 :

o
o

41

16

0,00.494

= 165g,33.827

28o

31 ,11.111

17

0 ,31.481

15

0 ,00.463

Cara 1 :

00 2208,4
o

00 0018,1

= 231g,43.055

208 1715
Cara 2 :

100o

= 111g,11.111

108o

= 120 ,00.000

= 180 0000

17

0 ,31.481

0 ,00.463

200
c

00 0419,2

39cc

00o0012,6

cc

317 08 39 = 285 2231,8


100g
g

200
g

17

208 1715

Cara 1 :

= 180 0000
=

15 1800
o

00 0419,2

39cc

00o0012,6

= 285o2231,8

= 231g,43.055

3. = 332o2809

= 90o0000

08

317g08c39cc

08

15

= 105 1800

117

Cara 2

0,88.889

2. = 208o1715

cc

148 4816

3. = 317 08 39
Cara 1 :

48

= 90o0000

216g41c56cc = 194o4626,5
g

53,33.333

= 200g,00.000

56

180o

cc

= 111g,11.111

48o

= 104 2400

116

= 165g,33.827

148 4816

180o

= 200g,00.000

152o

= 168 ,88.889

28

0 ,51.852

09

0 ,00.278

332 2809

= 369g,41.019

153

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Cara 2

100o

= 111g,11.111

Tabel 13 :

= 200 ,00.000

1. = 67o1948

180

52o

57 ,77.778

67o

= 1,169.370.6 rad

28

0 ,51.852

19

= 0,005.526.9 rad

09

0 ,00.278

48

= 0,000.232.7 rad

332 2809

= 369 ,41.019

67 1948

= 1,175.130.2 rad

2. = 179o2115

Tabel 10:
1. = 78g,4921
78g
49c
21cc
78g49c21cc

= 2,967.058.7 rad

= 0,157.079.6 rad

= 0,006.108.7 rad

= 0,000.072.7 rad

= 1,225.211 rad

21

= 0,007.697 rad

15

= 0,000.035 rad
o

179 2115

= 1,232.943 rad

= 3,130.320.7 rad

3. = 212o4226

2. = 116g,1682
100g

= 1,570.796 rad

200o

= 3,490.658.5 rad

16g

= 0,251.327 rad

12o

= 0,209.439.5 rad

= 0 002.513 rad

42

= 0,212.317.3 rad

cc

= 0,000.129 rad

26

= 0,000.126.1 rad

16

82
g

170o

cc

116 16 82

212 4226

= 1,824.765 rad

3. = 262g,0856

= 3,712.441.4 rad

Petunjuk singkat pemakaian alat ukur


g

= 1,570.796 rad

= 1,570.796 rad

62

= 0,973.894 rad

08c

= 0,001.257 rad

56cc

= 0,000.008 rad

100

100

262g08c56cc

= 4,116.831 rad

Tabel 12 :

Theodolite Boussole
Sebelum menggunakan alat ukur Theodolite
perlu diperhatikan agar menjauhkan barangbarang metal yang dapat mempengaruhi
jarum magnet. Sudut jurusan yang didapat
adalah sudut jurusan magnetis.
I.

= 1,26.486 rad
1,26

rad

= 80g,214.091

0,00.48

rad

0 ,035.577

0,00.006 rad

0 ,003.820

1,26.489 rad

= 80g,253.488

Urutan pengaturan serta pemakaian.


(contoh untuk pesawat T.O. wild)
a. Pasanglah statif dengan dasar atas
tetap di atas piket dan sedatar
mungkin.
b. Keraskan skrup-skrup kaki statif.

154

6 Macam Sistem Besaran Sudut

c.

Letakkan alat T.O. di atasnya lalu

j.

skrup pengatur benang diafragma

keraskan skrup pengencang alat.

kemudian jelaskan bayangan dari

d. Tancapkan statif dalam-dalam pada


tanah,

sehingga

tidak

titik

mudah
k.

pengencang alat.
f.

dibidik

menggunakan

penggerak

halus

horizontal

dengan

kencang terlebih dahulu).

membuka

skrup

unting-unting tepat di atas paku


pada piket.
g. Gelembung pada nivo kotak kita
dengan

skrup

pengunci

menyetel

penyetel,

magnit,

buka
gerakan

kebelakang dan kedepan, setelah


magnit diam, magnit di kunci lagi.
h. Setelah a, b, c, d, e, f, dan g,
dikerjakan dengan baik, maka alat
T.O.

siap

dan

vertikal, kita tepatkan target yang


dibidik

ketiga

skrup

horizontal

di atas paku, maka geserkan alat

ketengahkan

dengan

Dengan

Bila ujung unting-unting belum tepat

pengencang alat, sehingga ujung

untuk

melakukan

pengamatan.
i.

yang

menggeser-geserkan lensa oculair.

bergerak.
e. Pasanglah unting-unting pada skrup

Jelaskan benang diafragma dengan

l.

(skrup-skrup
dan

pengencang

vertikal

harus

Setelah i, j, k, dilakukan, maka


pengukuran dapat dimulai.

II. Pembacaan sudut mendatar


1. Terlebih dahulu kunci boussole atau
pengencang magnet kita lepaskan,
kemudian

akan

pembacaan

terlihat

bergerak;

skala

sementara

bergerak kita tunggu sampai skala


pembacaan diam, kemudian kita
kunci lagi.
2. Pembacaan
dengan

bersifat

koinsidensi

mempergunakan

tromol

mikrometer.

Dengan

membuka

skrup

(Berarti pembacaan dilakukan pada

pengencang

lingkaran

horizontal

angka-angka yang berselisih 1800

dan vertikal arahkan teropong ke

atau 200gr).

titik yang dibidik dengan pertolongan

Pembacaan puluhan menit/centi grade dan

visir

satuannya

secara

skrup-skrup

kasaran,
tersebut

kencangkan kembali.

kemudian
kita

mikrometer.

dilakukan

pada

tromol

155

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Untuk pembacaan biasa, tromol mikrometer


berada sebelah kanan. Untuk pembacaan
luar biasa; tromol berada di sebelah kiri.
Untuk

dapat

melihat

angka-angka

pembacaan pada keadaan biasa maupun


luar

biasa,

pembacaan

kita

putar

(angka

penyetel

angka

pembacaan

dapat

diputar baik menurut biasa/ luar biasa


0

gr

dengan berselisih 180 atau 200 ).

Tiap kolom mempunyai satuan 1 menit


o
Pembacaan seluruhnya 48 17.3
Gambar 116. Pembacaan menit

Puluhan/ ratusan derajat


o
(lihat angka bawah yang berselisih 180 dengan
o
angka di atasnya = 40 )
Satuan derajat
(Berapa kolom yang ada antara angka di atas =
o
80 48)

Gambar 117. Pembacaan centigrade

Gambar 114. Pembacan derajat

III. Pembacaan sudut miring / jurusan


1.

Terlebih

dahulu

ketengahkan

gelembung skala vertikal dengan


menggunakan skrup collimator.
2.

Sistem

pembacaan

dengan

menggunakan angka yang sama/


sebelah

kiri

bawah

dengan

sebelah kanan atas.


Bagian skala antara angka yang
Puluhan/ ratusan grade
gr
(lihat angka bawah yang berselisih 200 dengan
gr
angka di atasnya = 400 )
Satuan derajat
(Berapa kolom yang ada antara angka di atas =
gr
g
8 48 )
Gambar 115. Pembacaan grade

sama mempunyai satuan puluhan


menit.

156

6 Macam Sistem Besaran Sudut

IV. Pembacaan rambu


1. Untuk pembacaan jarak, benang
atas kita tepatkan di 1 m atau 2 m
pada satuan meter dari rambu.
Kemudian baca benang bawah dan
tengah.
2. Untuk pembacaan sudut miring,
arahkan

benang

tengah

dari

teropong ke tinggi alatnya, sebelum


pembacaan dilakukan, gelembung
nivo vertikal harus diketengahkan
dahulu. (tinggi alat harus diukur dan

Gambar 118. Sudut jurusan

dicatat).
10

11

12

10

11

12
o

12 46
Untuk sudut miring negatif pembacaan dilakukan dari
kiri ke kanan.

12

11

10

12

11

10

13

13

14

Kalau sudut miring positif pembacaan dilakukan dari


o

kanan ke kiri. 12 43
Gambar 119. Sudut miring
Gambar 120. Cara pembacaan sudut mendatar dan
sudut miring

157

6 Macam Sistem Besaran Sudut

centigrid per kolom, atau ada yang

V. Keterangan
1. Pada pembacaan sudut miring perlu
diperhatikan

tanda

positif

atau

negatif, sebab tidak setiap angka


mempunyai

tanda

positif

atau

negatif.
2. Pada pembacaan sudut miring di
0

dekat 0

perlu diperhatikan tanda

positif atau negatif, sebab tandanya


tidak terlihat, sehingga meragukan
sipembaca.

kolom.
5. Sistem

pembacaan

lingkaran

vertikal ada 2 macam yaitu:

Sistem sudut zenith.

Sistem sudut miring.

6. Sudut miring yang harganya negatif,


pembacaan dilakukan dari kanan ke
kiri, sedangkan untuk harga positif
pembacaan dari kiri ke kanan.

Sebaiknya teropong di stel pada


posisi

mempunyai harga 2 menit (2c) per

00

dengan

skrup

halus.

mendatar

menggunakan

7. Perlu diyakinkan harga sudut miring


positif atau negatif.

Kemudian teropong kita arahkan


lagi ke titik yang ditinjau, dan
setelah diputar kita melihat tanda +

110 = sudut zenith

pada skala bawah : apabila angka


nol di atas berada di sebelah kanan,

10

menunjukkan bahwa harga sudut


sudut miring = 90 zenith
110 = 10
i = 90

miring tersebut positif.


3. Perlu

diperhatikan

sistem

pembacaan dari pada pos alat ukur


tersebut :

10

Sistem centesimal (grid).

Sistem

seksagesimal

10

(derajat).
sudut miring

4. Perlu

diperhatikan,

pembacaan

skala

pembacaan

satuan

satuan

centigrid

tromol

bahwa
untuk

menit

atau

ada

yang

mempunyai harga 1 menit atau 1

Gambar 121. Arah sudut zenith (sudut miring).

158

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Gambar 122. Theodolite T0 Wild

6. Sekrup

Keterangan

mikrometer

untuk

lingkaran

tegak.

1. Sekrup-sekrup setel.
2. Permukaan nivo pesawat.

7. Tombol untuk memainkan permukaan 8.

3. Jepitan untuk lingkaran mendatar.

8. Permukaan untuk pinggiran tegak.

4. Sekrup

9. Okuler dari teropong arah.

mikrometer

untuk

mendatar.
5. Jepitan untuk lingkaran tegak.

lingkaran

10. Cincin untuk pengatur diafragma.


11. Mikroskop untuk pinggiran tegak.
12. Okuler untuk pinggiran busole.

159

6 Macam Sistem Besaran Sudut

13. Tombol untuk mengubah arah sinarsinar cahaya.

5. Sekrup gerak halus naik-turun garis


bidik.

14. Jendela penerangan.

6. Nivo pesawat.

15. Tombol mikrometer.

7. Nonius sudut datar.

16. Tuas untuk mengeratkan busole pada

8. Sekrup gerak halus lingkaran dalam.

bagian bawah.

9. Sekrup pengunci lingkaran dalam.

Gambar 123. Theodolite

Keterangan

10. Sekrup pengunci piringan dasar.

1. Nivo teropong.

11. Sekrup penyetel peasawat.

2. Lensa oculair.

12. Nivo pesawat.

3. Sekrup pengunci teropong.

13. Sekrup pengunci magnit.

4. Skrup pengatur diafragma.

14. Sekrup gerak halus lingkaran luar.


15. Sekrup pengunci lingkaran luar.

160

6 Macam Sistem Besaran Sudut

16. Nivius sudut tegak.


17. Lensa pembidik titik polygon.
18. Utara magnit.

6.4. Pengukuran sudut

6.4.1 Arti pengukuran sudut


Pengukuran sudut berarti mengukur suatu
sudut yang terbentuk antara suatu titik dan
dua titik lainnya. Pada pengukuran ini
diukur arah dari pada dua titik atau lebih
yang dibidik dari satu titik kontrol dan jarak
antara titik-titik diabaikan. Pada Gbr. 123
terlihat

skema

sebuah

bola

Gambar 124. Metode untuk menentukan arah titik A.

dengan

panjang jari-jari yang tak terbatas. Dengan


titik pusat bola 0 sebagai titik referensi,
garis kolimasi OA dari 0 ke A memotong
permukaan bola tersebut pada titik A'. OXY
adalah bidang horizontal dan OZ adalah
sumbu tegak lurus pada bidang itu jadi
dapat dianggap sebagai sumbu vertikal.
Lingkaran besar yang melintasi 0' dan A'
memotong bidang OXY pada titik A".
Sudut A" OA' disebut sudut elevasi.
Selanjutnya, jika diambil sebagai contoh, di
mana terdapat dua titik sasaran A dan B

Gambar 125. Metode untuk menentukan arah titik A

seperti yang tertera pada Gbr. 124 maka

dan titik B.

sudut A" OB" disebut sudut horizontal dari


A ke B.

6.4.2 Instrumen pengukuran sudut


1. Bagian umum theodolite: Sampai
pada tingkat-tingkat tertentu, berbagai
macam teodolit mempunyai perbedaan
baik

bagian

dalamnya,

maupun

161

6 Macam Sistem Besaran Sudut

penampilannya,

tergantung

lurus terhadap lingkaran graduasi

dari

pengerjaannya, pabrik pembuatannya

horizontal.

dan lain-lain, akan tetapi secara umum

d. Pelat-pelat

mempunyai prinsip mekanisme yang

sekrup

sama seperti yang tertera pada Gbr.

menghorizontalkan

125

secara keseluruhan.

Secara

umum

teodolit

dapat

dipisahkan menjadi bagian atas dan


bagian bawah.

atas

yang

langsung

yang

secara

vertikal

dipasangkan pada a).


c. Sumbu horizontal didukung oleh
a) dan b).
d. Teleskop

tegak

lurus

sumbu

horizontal dan dapat berputar


mengelilingi sumbunya.

datar

untuk

theodolite

Pelat atas dan pelat bawah dapat berputar

untuk

sedikit

menggeser

kedua

pelat

tersebut.
Agar

dapat

dipergunakan

untuk

pengukuran sudut vertikal, maka pada


teodolit

dipasang

niveau

teleskop

dan

dilengkapi pula dengan sekrup klem untuk


mengencangkan

teleskop

dan

sekrup

tangennya.

vertikal

Theodolit seperti yang tertera pada Gbr.

dengan sumbu horizontal sebagai

125 dinamakan teodolit tipe sumbu ganda

pusatnya.

dan digunakan untuk pengukuran dengan

Dua buah (kadang-kadang hanya

ketelitian

sebuah) niveau tabung dengan

teodolit yang tidak mempunyai klem bawah

sumbu-sumbunya

dan

e. Lingkaran

f.

sekrup

di mana terdapat sekrup-sekrup tangens

dipasangkan pada sumbu vertikal.


b. Standar

penyipat

dan

mengelilingi sumbu vertikal dengan bebas

Bagian atas terdiri dari :


a. Pelat

sejajar

graduasi

yang

saling

tegak lurus satu dengan lainnya.


g. Dua pembacaan graduasi yang

hanya

rendah.

mempunyai

Terdapat
sumbu

pula

dalam,

karena bagian yang berputar dengan tabung


sumbu luar dan pelat atas sejajar disatukan.
Tipe ini disebut theodolit tipe sumbu tunggal

berhadapan.

(periksa Gbr. 126).

Bagian bawah terdiri dari :

Theodolit tipe ganda mempunyai dua buah

a. Pelat bawah.
b. Lingkaran

yang

graduasi

horizontal

mengelilingi a).

sumbu pada bagian dalam dan bagian luar,


sehingga memungkinkan pengukuran sudut

c. Tabung sumbu luar dari sumbu

dengan pengulangan (repetition) tertentu,

vertikal yang dipasangkan tegak

yang akan diuraikan kemudian. Akan tetapi

162

6 Macam Sistem Besaran Sudut

dalam pembuatannya di pabrik amatlah


sulit

untuk

membuat

sedemikian

rupa

sehingga kedua sumbu tersebut sungguhsungguh terpusat, maka theodolit tipe ini
tidak cocok untuk pengukuran teliti.
Theodolit tipe sumbu tunggal kadangkadang disebut instrumen pengukuran satu
arah dan teodolit tipe sumbu ganda
disebut instrumen pengukuran dengan
perulangan.

A : Sumbu dalam
B : Sumbu luar
Gambar

127.

Teodolite

(tipe

sumbu

tunggal)/

Reiterasi

2. Bagian-bagian utama theodolit : bagianbagian utama theodolit terdiri dari


teleskop, niveau, lingkaran graduasi &
pembacaan, perlengkapan pengukur
sudut vertikal, perlengkapan pengukur
sipat-datar dan alat penegak.
a.
A : Sumbu dalam

Teleskop. Teleskop terdiri dari


bagian-bagiannya yaitu, benang

B : Pelat sejajar atas

silang, sistem pembidik dan

C : Sumbu luar (lingkaran graduasi

tabung (periksa Gbr. 127).

horizontal)
Gambar 126. Teodolite (tipe sumbu ganda)/
Repetisi

Gambar 128. Sistem lensa teleskop

163

6 Macam Sistem Besaran Sudut

I. Sistem

lensa

obyektif:

kegunaan

Pada

diameter

teleskop adalah untuk mengetahui

tertentu,

arah

meningkatnya

sasaran

(garis

kolimasi).

lensa

obyektif

dengan

semakin
pembesaran

Karena itu disyaratkan agar bidang

bayangan, maka bidang pandangan

pandangan

terang,

akan semakin buram. Karenanya,

pembesaran harus cukup memadai

apabila cahaya yang melalui lensa

dan bayangan harus nyata. Bagian

diteliti, semakin pendek gelombang

ini direncana sesuai dengan daya

cahaya tersebut, maka cahaya yang

penglihatan mata (kira-kira 60 detik),

terpantul akan semakin banyak pula

graduasi dengan pembacaan yang

(Gbr. 128). Karena sinar putih terdiri

teliti dan lain sebagainya.

dari kombinasi dari berbagai cahaya

Cahaya

harus

yang

sebagian

menimpa

lensa,

dipantulkan

oleh

permukaan lensa. Untuk mengurangi


pantulan
lensa

cahaya

tersebut

magnesium

tersebut,
dilapisi

fluoride

panjang gelombang

maka
dengan

setebal
cahaya

1/4
yang

menimpa lensa tersebut sehingga


berkas cahaya yang dipantulkan dari
permukaan
fluoride

berlapis
dapat

setengah

magnesium
disimpangkan

panjang

golombang

pantulan cahaya dari permukaan


gelas

secara

bertahap

untuk

mengurangi jumlah pantulan cahaya.


Pada sistem 5 lensa tanpa lapisan,
bagian

cahaya

yang

terpantul

kembali adalah 20%, sedang sistem


lensa dengan lapisan hanya 6% yang
terpantul kembali yang berarti suatu
perbaikan yang cukup besar juga.

yang

mengandung

bermacam-

macam panjang gelombang, maka


bayangan yang diperoleh menjadi
buram.

Fenomena

ini

dinamakan

penyimpangan kromatik (chromatic).


Apabila

berkas

cahaya

sejajar

menimpa sebuah lensa (Gbr. 129),


berkas cahaya yang berada dekat
dengan

sumbu

optik,

panjang

fokusnya lebih besar, sedang yang


berada lebih jauh dari sumbu optik,
panjang

fokusnya

lebih

kecil.

Fenomena ini disebut penyimpangan


speris

lensa.

Terdapat

juga

penyimpangan-penyimpangan

lensa

lainnya dan pengaruh-pengaruh ini


dapat

dihilangkan

dengan

suatu

kombinasi lensa pembalik pantulan


(lensa

negatif).

Pada

umumnya

sistem lensa obyektif teleskop untuk


pengukuran terdiri dari dua atau lebih
kombinasi lensa.

164

6 Macam Sistem Besaran Sudut

berarti pula posisi garis kolimasi


dapat

digeser-geser

dan

disesuaikan dengan empat buah


sekrup. Tipe benang silang dapat
dilihat pada Gbr. 131.

Gambar 129. Penyimpangan kromatik

Gambar 131. Diafragma (benang silang)


Gambar 130. Penyimpangan speris

II. Benang

silang:

titik

perpotongan

benang silang (cross-hair) adalah


untuk menempatkan sasaran pada
titik tertentu dalam teleskop. Garis
lurus yang menghubungkan pusat
optik obyektif dengan titik tersebut
dinamakan garis kolimasi. Berbagai
macam

cara

untuk

pembuatan

Gambar 132. Tipe benang silang

benang silang, antara lain dengan


menggunakan
labah-labah,

benang
atau

sarang

benang

nylon

III. Sistem pembidik: pada dasarnya


pembidik

adalah

kombinasi

dari

pada bingkai

sebuah lensa pandang (field view

melingkar atau garis-garis halus

lens) dan lensa bidik (eye piece).

yang

diguratkan

Umumnya digunakan tipe Ramsden,

gelas

yang

yang

direntangkan

pada

lempeng

tebalnya kira-kira

dan

untuk

mengurangi

sampai 3 seperti yang tertera pada

penyimpangan-penyimpangan, maka

Gbr. 130. Posisi benang silang yang

kedua

lensa

harus

mempunyai

panjang fokus yang sama serta

165

6 Macam Sistem Besaran Sudut

penempatan jarak kedua lensa sama

Teleskop

pengfokus

dalam

dengan 3/4 panjang fokusnya (periksa

(internal focussing telescope) di

Gbr. 132).

mana di antara obyektif dan


benang
sistem

silang
lensa

ditempatkan
cekung

(lensa

fokus) (periksa Gbr. 133).

Gambar 133. Pembidik Ramsden

IV. Tombol fokus: Sasaran yang diukur


meliputi

jarak-jarak

yang

amat

pendek sampai puluhan kilometer


dan karenanya apabila jarak antara
sistem obyektif dan benang silang
sudah tertentu, maka bayangan yang
jelas dari sasaran tak selalu muncul
pada

bidang

benang

silang.

Karenanya pada teleskop terdapat


tombol penyetel agar bayangan dari
sasaran dapat terlihat jelas pada
bidang benang silang. Ditinjau dari
cara pengfokusannya, maka terdapat
2 tipe teleskop yaitu:

Teleskop

Gambar 134. Teleskop pengfokus dalam

b.

Niveau
I. Niveau tabung: pengukuran sudut
dimulai dengan menempatkan sumbu
vertikal

teodolit

sedemikian

rupa

sehingga berimpit dengan vertikal


dan kemudian dilakukan pembacaan
sudut

horizontal

dan

sudut

vertikalnya. Pengukuran ini dilakukan


dengan pertolongan niveau. Niveau
bekerja pada prinsip bahwa cairan
akan berada dalam keadaan tenang,
jika

permukaannya

dalam

posisi

vertikal terhadap arah gaya tarik

pengfokus

luar

bumi. Terdapat dua tipe niveau, yaitu

(external focussing telescope) di

niveau tabung batangan (bar bubble

mana

tube) dan niveau tabung bundar

lensa

obyektif

yang

digeser-geser dan kelemahannya

(circular

adalah

penggeseran

tabung batangan (periksa Gbr. 134)

obyektif, mengakibatkan mudah

dibuat dengan membentuk busur

bergesernya titik pusat teleskop

lingkaran

dan

(inside surface) bagian atas tabung

bahwa

selanjutnya

garis

koliminasinya bergeser pula.

gelas

bubble

pada

dengan

tube).

dinding
arah

axial

Niveau

dalam
yang

166

6 Macam Sistem Besaran Sudut

kemudian sebagian diisi dengan


campuran alkohol dan ether, serta
sebagian lagi masih terisi udara.
Sedang

niveau

tabung

bundar

dibuat dengan mengasah dinding


dalam bagian atas tabung sehingga
berbentuk speris dan kemudian diisi
cairan seperti tipe pertama (periksa
Gbr.

135).

Kedua

tipe

R =S

dS
d 1
=
atau d =
dS R
R

Apabila

dS

mm,

dan

dinyatakan dalam detik, maka akan


diperoleh:

1
R

d "= 413 x

tersebut

mempunyai prinsip kerja yang sama

Secara

tetapi niveau tabung bundar lebih

menentukan kepekaan niveau tabung

baik karena kemiringannya ke segala

telah disepakati dengan kemiringan

arah dapat diketahui dengan segera.

tertentu

Sebaliknya untuk kepekaan yang

sehingga menyebabkan pergeseran

lebih

gelembung sebesar 2 mm. Dengan

tinggi,

maka

niveau

internasional

dari

niveau

tersebut,

memerlukan tabung dengan ukuran

demikian

yang

disesuaikan seperti pada tabel di

lebih

besar,

sedangkan

harga-harga

untuk

d dan

tabung ukuran besar tidaklah akan

bawah ini:

serasi

Kepekaan (detik)

30 20 10

Jari-Jari lengkung (m)

14 21 41

untuk

dipasang

pada

instrumen pengukuran, karena itu


hanya diproduksi niveau tabung
dengan kepekaan yang rendah yang
digunakan untuk instrumen-instrumen
pengukuran berketelitian rendah atau
untuk alat penyipat-datar pertama
pada

instrumen-instrumen

Gambar 135. Niveau tabung batangan

pengukuran berketelitian tinggi.


II. Kepekaan niveau tabung: apabila
kemiringan niveau tabung adalah
(periksa Gbr. 136), maka gelembung
niveau bergerak dari titik A ke titik B
dan

akan

diperoleh

persamaan

sebagai berikut:
Gambar 136. Niveau tabung bundar.

167

6 Macam Sistem Besaran Sudut

ganda dan vernir lipat ganda (double


folded v e r n i e r ) .
Seperti yang tertera pada Gbr. 137,
untuk vernir langsung graduasinya
adalah panjang dari pembagian ( n 1 ) skala besar, dibagi lagi dengan n
bagian sama panjang. Apabila satu
interval graduasi dari pada skala
besar adalah LM, maka akan terjadi

Gambar 137. Hubungan antara gerakan

hubungan berikut:

gelembung dan inklinasi.

c.

Lingkaran graduasi dan pembacaan


I.

Lingkaran
graduasi

graduasi:

umumnya

lingkaran

terbuat

dari

bahan baja atau gelas. Akan tetapi


sifat

baja

yang

mudah

berdeformasi, akibat berat sendiri


sehingga

tidak

dapat

digunakan

untuk teodolit berketelitian tinggi.


Sebagai pembacaan pada lingkaran
graduasi baja umumnya digunakan
vernir atau mikrometer. Dewasa ini
lingkaran

graduasi

umumnya

terbuat dari gelas dengan graduasi


yang sangat halus (hanya beberapa
mikron saja). Kelebihan dari bahan
gelas ini adalah ringan, transparan,
seragam, dan lain-lain sehingga
sangat cocok untuk perlengkapan
teodolit.

Lingkaran

graduasi

mempunyai skala besar pada vernir:


vernir terdiri dari empat tipe yaitu
vernir langsung (direct vernier), vernir
mundur (refrograde vernier), vernir

(n 1) LM = nLV

L M L V = LM

(n 1) LM LM
=
n
n

Karena itu LM / n adalah unit minimum


untuk
dengan

memungkinkan
vernir.

pengukuran

Pecahan-pecahan

dapat dibaca dari graduasi vernir,


apabila

skala

besar

dan

vernir

berimpit satu dengan lainnya (Gbr.


138).

Umpamanya

pembacaan

dengan vernir dibutuhkan untuk 20"


pada

interval-interval

graduasi

minimum pada skala besar 20', 20"=


LM/n=20'/60 jadi 59 graduasi pada
skala besar harus dibagi menjadi 60
bagian yang sama seperti graduasi
pada vernir. Vernir tidak langsung
mempunyai graduasi yang dibuat
dengan

membagi

rata

panjang

graduasi ( n - 1 ) pada skala besar


menjadi

bagian

dan

gambar

graduasi pada vernir berlawanan


dengan skala besar (Gbr. 139). Ada

168

6 Macam Sistem Besaran Sudut

juga teodolit yang mempunyai dua


graduasi

pada

kedua

arah

dan

karenanya terdapat vernir dengan


graduasi pada kedua sisinya dengan
0 sebagai pusatnya yang disebut

Gambar 140. Pembacaan vernir langsung

vernir ganda. Karena vernir ganda


tersebut umumnya panjang, terdapat
vernir dengan dua graduasi dalam
dua arah dan tipe ini dinamakan
vernir

ganda

balik.

menunjukkan

Gbr.

contoh-contoh

pembacaan vernir.

Gambar 138. Berbagai macam lingkaran


graduasi.

Gambar 139. Vernir langsung.

141
Gambar 141. Pembacaan vernir mundur 20,7.

169

6 Macam Sistem Besaran Sudut

graduasi

skala

kecil

dari

satuan

graduasi skala besar, ditempatkan


pada

bidang

fokus

dari

lensa

obyektif (Gbr. 142).


III. Mikrometer

optik:

untuk

menghilangkan kesalahan eksentris


lingkaran graduasi, haruslah dibaca

Pembacaan Skala besar 32040


Pembacaan vernir

suatu graduasi 180 yang terpisah

340

3204340
Gambar 142. Pembacaan berbagai macam vernir

pada lingkaran graduasi tersebut.


Wild menemukan cara di mana arah
masuk berkas cahaya dipindahkan
secara

paralel

dengan

menggunakan lempeng gelas datar


sejajar dan pergeseran mikrodial
akibat

perpindahan

diperbesar

untuk pengukuran. Cara ini amat


mempermudah
dan

pengukuran

memungkinkan

sudut

pengukuran

sampai 0, 1". Prinsip ini ditunjukkan


Gambar 143. Sistem optis theodolite untuk
mikrometer skala

pada Gbr. 143 A dan B menunjukkan


bayangan
satu

graduasi

dengan

180

lainnya.

terpisah

Bayangan-

bayangan graduasi dapat terlihat


melalui lempeng gelas sejajar dan
sistim

gelas

prisma.

Pada

saat

pelaksanaan pengukuran, mikrodial


digeser

agar

dan

yang

berlawanan dapat berhimpit. Dial


atau piringan tempat angka-angka
Gambar 144. Pembacaan mikrometer skala

II. Mikrometer skala: mikrometer skala


adalah

mikrometer

yang

mempunyai lempeng gelas dengan

mempunyai graduasi berputar yang


halus dan graduasi ini juga masuk
dalam

bidang

pandangan

mikrometer sehingga dapat dibaca

170

6 Macam Sistem Besaran Sudut

bersama skala besar. Dewasa ini


penggunaan lempeng gelas sejajar
untuk

mekanisme

pembacaan

instrumen pengukuran sudah sangat


populer.
IV.

Gambar 147.

pembacaan tipe berhimpit.

Gambar 145. Sistem optis mikrometer


tipe berhimpit.

Sistem optis theodolite dengan

d. Instrumen pengukuran sudut vertikal.


Akibat dari terjadinya ayunan berkas
cahaya

yang

terbuka,

melintasi

maka

pengukuran

udara

pengukuran-

sudut

vertikal

menghasilkan ketelitian yang rendah,


sehingga dimensi lingkaran graduasi
vertikal umumnya dibuat lebih kecil
dibandingkan
graduasi
pengukuran

dengan

horizontalnya.
sudut

lingkaran
Karena
vertikal

dilaksanakan sesuai dengan arah


vertikal, teodolit dilengkapi dengan
Gambar 146. Contoh pembacaan mikrometer tipe
berhimpit.

alat penyipat-datar yang mempunyai


ketelitian relatif tinggi dari kelas 10"
sampai 20" atau tabung libel silang
khusus.

171

6 Macam Sistem Besaran Sudut

e. Alat penyipat datar: alat penyipat-

plumbing

device).

datar (leveling device) pada teodolit

menunjukkan

digunakan

sebuah unting-unting.

untuk

sumbu

vertikal

dengan

garis

membuat
teodolit

vertikal.

agar

berhimpit
Tipe

alat
alat

penyipat-datar

terdiri

dari

penyipat-datar

speris

(spherical

leveling device) dan alat penyipatdatar

tipe

sekrup

(screw

type

leveling device). Alat penyipat-datar


speris digunakan pada instrumeninstrumen berketelitian rendah (Gbr.

Gbr.

potongah

150

melintang

Gbr. 150 menunjukkan alat penegak


optik yang banyak digunakan pada
teodolit.
teleskop

Alat
kecil

ini

adalah
untuk

suatu
melihat

permukaan tanah dari sumbu vertikal


teodolit

dan

memungkinkan

penempatan sentris teodolit pada


sebuah stasion.

147). Gbr. 148 menunjukkan alat


penyipat-datar

tipe

tiga

sekrup,

(three screw type leveling device).


Untuk

penyetelannya

kemiringan

dikoreksi

mula-mula
dengan

dua

sekrup penyetel sambil mengamati


suatu niveau yang ditempatkan pada
posisi sejajar dengan garis hubung
antara dua sekrup tadi. Kemudian
kemiringan disetel dengan sebuah
sekrup penyetel yang tegak lurus

Gambar 148. Alat penyipat datar speris.

dengan arah tadi sambil mengamati


niveau yang dipasang pada arah ini.
Ada juga alat penyipat-datar tipe
empat

sekrup,

leveling

device)

(fourscrew
tetapi

saat

type
ini

sudah tidak banyak digunakan lagi.


f. Alat

penegak:

alat

penegak

(flumbing device) umumnya terdiri


dari tipe unting-unting (plumb bob)
dan

tipe

penegak

optik

(optical

Gambar 149. Alat penyipat datar dengan


sentral bulat.

172

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Alat ini adalah suatu teleskop kecil


untuk melihat permukaan tanah dari
sumbu

vertikal

teodolit

dan

memungkinkan penempatan sentris


teodolit pada sebuah stasion.
6.4.2 Kesalahan-kesalahan

instrumen

dan cara-cara meniadakannya


Gambar 150. Unting-unting

1. Kesalahan sudut kolimasi: titik di


mana

sumbu

kolimasi,

sumbu

horizontal dan vertikal suatu teodolit


bertemu

pada

sudut

siku-siku

dianggap sebagai titik 0 dan dianggap


adanya satuan speris di sekitar titik
tersebut. Pada Gbr. 151, AOB adalah
sumbu

horizontal,

ADBE

adalah

lingkaran graduasi dan CD adalah


tempat kedudukan sumbu kolimasi
yang berputar mengelilingi sumbu
Gambar 151. Alat penegak optis.

horizontal. Apabila sasaran S dibidik


dengan teodolit pada kemiringan garis
kolimasi sebesar sudut

(pada Gbr.

152 tempat kedudukan garis kolimasi


adalah

seperti

yang

digambarkan

dengan garis terputus-putus). Dengan


maksud untuk membidik sasaran S
dengan

teodolit

horizontal
lurus

di

mana

sumbu

sungguh-sungguh

terhadap

sumbu

tegak

kolimasi,

teleskop diputar sebesar sudut

disebut kesalahan sumbu kolimasi.


Apabila SH adalah busur yang tegak
lurus terhadap CD, maka SH = .
Gambar 152. Kesalahan sumbu kolimasi.

Apabila sudut elevasi sasaran = h,

173

6 Macam Sistem Besaran Sudut

maka dari rumus segitiga bola


sin

sin = tan h / tan(90 0 i )

= sin C sin (90 - h)

= tan h tan i

sin C = sin sec h

Karena C dan

Karena
sangat kecil,

dan i biasanya sangat

kecil, persamaan dapat menjadi

kesalahan sumbu kolimasi dihitung

= i tan h

dengan pcrsamaan:

= C = sec h
Apabila

Apabila teleskop dipasang dalam

teleskop

ditempatkan

dalam posisi kebalikan, kesalahan


sumbu kolimasi menjadi dan
karenanya dengan merata-ratakan
nilai-nilai yang diperoleh dari posisi
teleskop

normal

dan

posisi

kebalikan, maka kesalahan sumbu

sumbu

horizontal:

kesalahan yang terjadi akibat sumbu


horizontal tidak tegak lurus sumbu
vertikal disebut kesalahan sumbu
horizontal. Pada Gbr. 6.27, apabila
tidak terdapat kesalahan sumbu,
tempat kedudukan garis kolimasi
dengan

teleskop yang mengarah

pada S berputar mengelilingi sumbu


horizontal

adalah

CSD.

Apabila

sumbu horizontal miring sebesar i


menjadi A'B', tempat kedudukannya
adalah C'SD'. Dalam segitiga bola
SDD', DD =

adalah kesalahan

sumbu horizontal, apabila sumbu


horizontal miring sebesar i. Dari
rumus segitiga bola,

menjadi negatif dan apabila sudut


yang dicari dengan teleskop dalam
posisi-posisi normal dan kebalikan di
rata-rata maka kesalahan sumbu
horizontal dapat dihilangkan.
3. Kesalahan

sumbu

vertikal:

kesalahan yang timbul akibat tidak

kolimasi dapat ditiadakan.


2. Kesalahan

posisi kebalikan, tanda kesalahan

berhimpitnya sumbu vertikal teodolit


dengan arah garis vertikal disebut
kesalahan sumbu vertikal. Pada Gbr.
153,

diperlihatkan

sumbu

vertikal

teodolit X' miring membentuk sudut v


terhadap arah garis vertikal X. AB
adalah arah kemiringan maximum
lingkaran graduasi horizontal. Apabila
teleskop berputar mengelilingi sumbu
horizontal dengan sasaran S pada
sudut elevasi h dalam keadaan di
mana

sumbu

vertikal

teodolit

berhimpit dengan arah garis vertikal


akan

diperoleh

posisi

lintasan

teleskop CSD dalam arah sebesar u


dari

arah

kemiringan

maximum,

sedang dalam keadaan di mana

174

6 Macam Sistem Besaran Sudut

sumbu

vertikal

sebesar

vertikal

akan

teodolit

terhadap

miring

arah

garis

dalam

posisi

pengukuran

kebalikan,

haruslah

maka

dilaksanakan

posisi

dengan hati-hati, terutama pada saat

lintasan teleskop C'SD' dalam arah

pengukuran untuk sasaran dengan

sebesar

sudut elevasi yang besar.

diperoleh

u'

dari

kemiringan

maximumnya. Dari kedua macam


lintasan teleskop tersebut, maka
akan diperoleh gambar segitiga bola
SCC'

dan

kesalahan
dapat

dari

segitiga

ini

sumbu

vertikal

dinyatakan

dengan

4. Kesalahan eksentris: kesalahan yang


timbul apabila sumbu vertikal teodolit
tidak berhimpit dengan pusat lingkaran
graduasi horizontal disebut kesalahan
eksentris (eccentric error). Pada Gbr.
154, 0' adalah pusat sumbu vertikal

persamaan sebagai berikut:

dan

= u 'u = v sin u ' cot(90 h)

graduasi. Meskipun sudut sasaran A

adalah

pusat

dan B pada 0' adalah

= v sin u ' tan h

terbaca

pada

Apabila
Gambar 153. Kesalahan sumbu horizontal

1
2

, 1

lingkaran

2 = 2 , 2 = ,

= + =

lingkaran

dan

graduasi,

+ = sehingga

graduasi

1
(1 + 2 )
2

yang

berhadapan

dibaca untuk masing-masing sasaran


dan di rata-rata, kesalahan eksentris
lingkaran graduasi dapat ditiadakan.
5. Kesalahan luar: kesalahan yang timbul
akibat sumbu kolimasi teleskop tidak
melewati

sumbu

kesalahan
Gambar 154. Kesalahan sumbu vertikal.

teleskop
sumbu

luar.

vertikal
Pada

ditempatkan
vertikal

sejauh

disebut

Gbr.

155

terpisah

dari

R.

Apabila

Karena kesalahan sumbu vertikal tak

sasaran A dibidik dengan teleskop

dapat

merata-

pada posisi normal, pembacaannya

dengan

adalah r dan pada posisi kebalikan,

ratakan

dihilangkan
dari

dengan

observasi

teleskop dalam posisi normal dan

pembacaannya

adalah

l.

Apabila

175

6 Macam Sistem Besaran Sudut

sasaran

dibidik,

pembacaannya

6. Kesalahan

graduasi:

masing-masing adalah r' dan l, Sudut

graduasi

yang diperoleh dengan teleskop pada

dengan

posisi normal adalah a dan pada posisi

kesalahan graduasi sudut adalah d:

kebalikan

maka

adalah

b.

Sudut

dibentuk oleh A dan B adalah

+ = + b,
Jadi

yang

+ = + a

1
2

deret

dinyatakan

Fourier.

Apabila

d = a1 sin( + c1 ) + a 2 sin(2 + c 2 ) + ..
n

= a i sin(i + ci ) (6.9)
i =1

= (a + b)

Apabila

umumnya

kesalahan

Apabila graduasi dibaca pada sisi

sudut-sudut

diukur

yang berlawanan dengan 180 dan

dengan teleskop dalam posisi normal

kedua harga tersebut dirata-ratakan,

dan

maka

posisi

yang

kebalikan,

kemudian

dirata-ratakan, maka besarnya sudut

dapat diketahui.

d + d ( + 180 0 )
2

= a 2 sin(2 + c 2 ) + a 4 sin(4 + c 4 ) + ..
Bagian-bagian

bilangan

ganjil

pada

persamaan (6.9) dihilangkan. Apabila


hasil-hasil
pada

pengukuran

di

rata-rata

dengan sudut 0, 45, 90 dan

135, maka hanya tinggal bagian ke


Gambar 155. Kesalahan eksentris.

delapan ke atas yang memungkinkan


penghapusan
kesalahan
praktek
dilakukan

hampir

graduasi
di

biasa.

lapangan

dengan

semua
Dalam
biasanya

merubah

posisi

lingkaran graduasi seperti misalnya 0


dan 90 atau 0, 60 dan 120.
Penyetelan theodolite
Pada bab sebelumnya telah diuraikan
bahwa kesalahan-kesalahan instrumen
Gambar 156. Kesalahan luar.

umumnya dapat dihilangkan dengan

176

6 Macam Sistem Besaran Sudut

observasi-observasi melalui theodolit

menyimpang,

dengan

posisi

menempatkan teodolit pada posisi yang

normal dan dalam posisi kebalikan.

dikehendaki, dengan sekrup pengatur

Untuk angka kesalahan sumbu yang

niveau

kecil,

setengah simpangan dan setengahnya

teleskopnya

dalam

bagian berpangkat dua dari

persamaan-persamaan

yang

telah

diterangkan terdahulu dapat diabaikan,

lagi

maka

diatur

diatur

untuk

sedemikian
dengan

sehingga

sekrup-sekrup

penyipat-datar.

akan tetapi pada kesalahan sumbu


dengan

angka

yang

besar,

maka

bagian yang berpangkat dua tersebut


harus diperhitungkan.
1.

Penyetelan

penyetelan

niveau
ini

menempatkan

pelat:

adalah

agar

sumbu

untuk

Gambar 157. Penyetelan sekrup-sekrup

tabung

penyipat datar

gelembung dari pada niveau pelat


berada

pada

terhadap

sudut-sudut

sumbu

siku-siku

vertikal.

2. Penyetelan benang silang :

Apabila

a. Penyetelan agar garis bujur benang

syarat ini terpenuhi sumbu vertikal

silang tegak lurus sumbu vertikal :

dapat ditempatkan pada posisi yang

Titik sasaran sejauh kira-kira 50 meter

betul-betul

dibidik

vertikal.

Apabila

teodolit

dengan

teleskop

yang

vertikal

sedikit

telah dipasang, gelembung niveau pelat

digerakkan

ditempatkan pada posisi di tengah-

demi sedikit dengan hanya memutar

tengah

sekrup-

sekrup tangens vertikal dan semua

sekrup penyipat datar A dan B (Gbr.

sekrup-sekrup masing-masing bagian

157). Selanjutnya gelembung niveau

dikencangkan. Apabila garis bujur

yang

benang

dengan

tegak

ditempatkan

mengatur

lurus
pula

pada

terhadapnya
posisi

secara

silang

tidak

tegak

lurus

di

sumbu horizontal, tempat kedudukan

tengah-tengah dengan sekrup C. Pelat

sasaran tidak akan berhimpit dengan

atas teodolit diputar 180 dan posisi

garis bujur benang silang (Gbr. 158).

gelembung pada niveau dibaca. Apabila

Pada keadaan ini, bingkai benang

gelembung niveau tetap berada di

silang

tengah-tengah berarti sumbu niveau

penyesuaian.

sudah tegak lurus terhadap sumbu


vertikal.

Apabila

gelembung

harus

diputar

untuk

177

6 Macam Sistem Besaran Sudut

tidak berhimpit, posisi pusat benang


silang ditandai dengan B2. B1 dan B2
dihubungkan menjadi satu garis lurus
dan titik pada 1/4 B2B1 dari B2 ke B1
ditandai

dengan

C.

Penyetelan

dilakukan dengan sekrup pengatur

Gambar 158. Penyetelan benang silang

horizontal

(Inklinasi).

benang

silang

untuk

menempatkan pusat benang silang


b. Penyetelan agar garis kolimasi tegak

pada

C.

Penempatan

1/4

B 2B1

lurus sumbu horizontal: theodolite

dilakukan seperti yang tertera pada

ditempatkan pada sebuah lapangan

Gbr. 158.

yang

datar,

sehingga

dapat

diletakkan sasaran-sasaran masingmasing 50 m dari kedua sisinya.


Sebuah sasaran ditempatkan pada
sebuah sisi di titik A dan pada sisi
yang lain ditempatkan sebuah pelat
di titik B, tetapi titik A dan titik B
mempunyai

jarak

yang

sama

Gambar 159. Penyetelan benang silang


(Penyetelan garis longitudinal).

terhadap teodolit tersebut. Mulamula A dibidik dengan teleskop

c. Penyetelan

sumbu

dalam posisi normal dan dengan

setelah

teleskop dalam posisi kebalikan

suatu titik yang jelas pada tempat

diputar

mengelilingi

yang tinggi dibidik dan teleskop

horizontal,

sedang

sumbu

menyetel

horizontal:

sumbu

posisi

pusat

diputar

ditandai

pada

horizontal untuk membidik tanah.

B1.

Posisi pusat benang silang ditandai

Kemudian dengan teleskop dalam

dengan titik A. Dengan membalik

posisi

dan

teleskop, P dibidik lagi. Kemudian

memutari

teleskop diputar untuk membidik titik

sumbu horizontal mencapai posisi

tanah B dan apabila titik B berhimpit

normal. Apabila pusat benang silang

dengan A maka tidak diperlukan

berhimpit

maka

penyetelan. Apabila tidak berhimpit,

penyetelan tidak diperlukan. Apabila

titik C sebagai titik tengah AB dibidik

benang

silang

permukaan

pelat

kebalikan,

teleskop

dibalik

dangan

sebagai
A
lagi

dibidik

B1,

mengelilingi

vertikal,

sumbu

178

6 Macam Sistem Besaran Sudut

dan

kemudian

dengan

teleskop

Apabila

ternyata

gelembung

diarahkan ke P, sedang penyetelan

menyimpang,

dilakukan

gelembung agar berada di tengah-

dengan

sekrup

menggunakan

horizontal

untuk

tengah

maka

dengan

penempatan

sekrup

pengatur

menempatkan pusat benang silang

niveau. Apabila niveau ketinggian

berhimpit dengan P (Gbr.160).

tidak terdapat pada teodolit, posisi


vernir

harus

diatur

dengan

mengoreksi pembacaan-pembacaan
untuk konstanta ketinggian.
f. Penyetelan

agar

garis

kolimasi

teleskop pada alat penegak optik

Gambar 160. Penyetelan sumbu horizontal.

berhimpit

dengan

Setelah

teodolit

sumbu

vertikal:

disipat-datarkan,

alat ini diputar mangelilingi sumbu


vertikal setiap 90 untuk menggeser

d. Penyetelan sipat datar teleskop:

alat penegak optik dan posisi-posisi

penyetelan ini diadakan agar sumbu

sentris dari pada benang

kolimasi

sumbu

ditandai pada selembar kertas yang

niveau dan harus sesuai dengan

diletakkan di atas tanah di tengah-

"metode

tengah statif. Setiap dua titik yang

sejajar

dengan

pengaturan

patok"

(peg

adjusment method).

berhadapan

e. Penyetelan posisi vernir duri pada


lingkaran

graduasi

dengan

garis

dihubungkan

dan

penyetelan

suatu

dilakukan agar pusat benang silang

sasaran tertentu diobservasi dengan

teleskop terletak pada titik potong.

teleskop dalam posisi normal dan

Apabila alat penegak optik tidak

posisi kebalikan untuk memperoleh

dapat digerakkan mengitari sumbu

kesalahan duga (fiducial error) atau

vertikal digantungkan unting-unting

konstanta garis ketinggian (periksa

dan diatur agar pusat benang silang

metode observasi sudut vertikal).

alat

Pada

dengannya.

teodolit

vertikal:

180

silang

dengan

niveau

ketinggian, maka pengaturan harus


diadakan dengan sekrup tangens
tabung tersebut untuk mengoreksi
pembacaan

konstanta

ketinggian.

penegak

optik

berhimpit

179

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Metode-metode observasi sudut horizontal


1. Pengukuran
jumlah

sudut

tunggal

dan

Gbr.

160

observasi:

menunjukkan

suatu

contoh

pengukuran sebuah sudut 0 dengan


membidik A dan B dari titik observasi
0

Prosedurnya

adalah

sebagai

berikut:

Contoh pencatatan ke dalam buku


lapangan dapat dilihat pada Tabel 11
Pengukuran r A , r B , lB dan lA disebut
satu

seri

pengukuran.

Untuk

menambah jumlah seri pengukuran


guna

meningkatkan

penempatan

ketelitiannya,

posisi

lingkaran

graduasi harus sesuai dengan tabel


15.

a.Memasang dan menyipat-datarkan


teodolit pada titik O.
b.Membidik sasaran A dengan tepat
dan mengencangkan sekrup klem.
Menyetel lingkaran graduasi pada
kira-kira angka 0.
c. Menempatkan sasaran pada pusat
benang silang teleskop dengan
memutar

sekrup

tangens

horizontal.

Gambar 161. Pengukuran sudut tunggal.

2. Pengukuran sudut dengan repetisi :


Pengukuran sudut dengan repetisi

d.Membaca

lingkaran

graduasi

hanya

dapat

dilakukan

dengan

horizontal ... observasi A dengan

teodolit tipe sumbu ganda dan dapat

teleskop dalam posisi normal (rA) ...

mengurangi

Pembacaan permulaan.

pembacaan

e.Kendorkan sekrup klem dan bidik


sasaran

dengan

tepat,

Kencangkan kembali sekrup klem.


f. Teleskop dibalik dan bidikan kea
rah

B,

observasi

graduasi
B

dibaca

dengan

pengaruh

kesalahan

meskipun

dengan

teodolit bergraduasi horizontal yang


kasar. Untuk mengukur sudut dalam
berbagai

arah,

cara

ini

akan

membutuhkan waktu yang lama, jadi

hanya efektif untuk pengukuran sudut

teleskop

tunggal seperti misalnya pengukuran

dalam posisi kebalikan (lB)


g.Teleskop diputar ke arah A, bidik
dan baca graduasinya ... observasi

jaring-jaring. Prosedur repetisi sudut


n kali adalah sebagai berikut:
a. Menempatkan lingkaran graduasi

A dengan teleskop dalam posisi

tepat

kebalikan (lA).

teleskop dalam posisi normal.

pada

posisi

sedang

180

6 Macam Sistem Besaran Sudut

b. Mengencangkan klem atas dan


mengendorkan

klem

bawah.

Membidik A dengan memutar pelat


bawah untuk membaca

0 .

mengendorkan klem atas membidik


B dengan memutar pelat atas

1 ( 1

dengan

cara

adalah

d. Mengendorkan pelat bawah dan


memutar pelat atas yang sudah
kencang untuk membidik A lagi.
e. Dengan pelat bawah dikencangkan,

d.Kemudian membidik E, D, C, B dan A


dengan

teleskop

dalam

posisi

kebalikan dan membaca graduasinya.


Rangkaian observasi di atas dinamakan
jumlah seri observasi dapat ditambah.
Dan Tabel 15 menunjukkan contoh
pencatatan metode arah tersebut.
4. Metode sudut: observasi untuk arah
yang

atas.

pengukuran

f. Mengulangi pekerjaan d) dan e) n

n .

g. Melakukan observasi yang sama


teleskop

dan

membaca graduasi masing-masing

membidik B dengan memutar pelat

dengan

sama

satu seri observasi. Di mana perlu,

untuk mengontrol).

kali untuk membaca

yang

sasaran tersebut.

c. Mengencangkan pelat bawah dan

untuk membaca

c. Membidik berturut-turut C, D dan E

dalam

posisi

kebalikan.

banyak,
sudut

metode

sudut.

Metode

sudut

tetapi

dengan

tunggal

disebut

(periksa-Gbr.
umumnya

163),

digunakan

untuk observasi yang teliti tetapi metode


ini dianggap tidak efisien.
5. Limitasi penggunaan angka-angka hasil

3. Metode arah: metode ini digunakan


apabila observasi dilakukan untuk arah
yang banyak seperti tampak pada Gbr.

observasi, sudut ganda dan perbedaan:


dianjurkan agar mengambil jumlah dari
rangkaian angka-angka observasi yang

162 dan prosedurnya adalah sebagai

logis

serta

berikut:

menggunakan

sistematis

dan

angka-angka

tidak
lainnya

dengan kesalahan tak disengaja yang


a.Membidik A dengan tepat dengan
teleskop dalam posisi normal dan
tempatkan

lingkaran

graduasi

mendekati angka 00, dan membaca


graduasinya.
b.Membidik ke arah B dan membaca
graduasinya.

terlalu besar. Dalam pengukuran sudut


horizontal, perbedaan sudut ganda dan
perbedaan observasi ditentukan dan
dihitung seperti yang tertera pada
Tabel 16.

181

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Yang dimaksud dengan perbedaan

sehingga

sudut ganda dan perbedaan observasi

tersebut haruslah tidak dilaksanakan.

adalah

Prosedur

sebagai

berikut:

apabila

kesalahan kwadrat rata-rata dari pada


pembidikan

untuk

kesalahan

satu

titik-a

kwadrat

dan

rata-rata

pembacaan skala-b, maka kesalahan


kwadrat rata-rata M untuk observasi
satu

adalah: M

arah

= a +b .
2

observasi
observasi

sekrup vertikal dan mengarahkan


sasaran

ke

observasi

satu

sudut

M = 2a 2 + 2b 2 .
kesalahan

kwadrat

adalah

Karena
rata-rata

itu
yang

termasuk dalam sudut ganda dan


perbedaan bidikan/pembacaan adalah

a +b .
2

Mengenai

kesalahan

sistimatis telah diuraikan pada point


6.4.3. Hal-hal tersebut di atas dapat

d.Menempatkan

niveau

tengah.
e.Mengatur

sekrup

tangens

vertikal

untuk menempatkan sasaran pada


garis h or i z on t a l b e n a ng s i l a n g .
f. Membaca graduasi dengan vernir
vertikal.
g.Membalikkan teleskop dan kemudian
tersebut di atas.

kesalahan

horizontal

observasi sudut vertikal di tengah-

Tabel 6.6. Karena perbedaan sudut


meliputi

sekrup
gelembung

mengulangi

hanya

bidang

dan sekrup vertikal.

disusun seperti yang tertera pada


ganda

dalam

pandangan dengan teleskop dalam


c. Mengencangkan

untuk

vertikal

b.Mengendorkan sekrup horizontal dan

arah untuk pengukuran satu sudut,


rata-rata

sudut

a.Menyipat-datarkan theodolit.

posisi normal.

kwadrat

saat-saat

adalah sebagai berikut:

Karena observasi diadakan dalam dua


kesalahan

pada

Adapun

urutan

lagi

urutan

langkah

langkah-langkah

b)

graduasi, maka limitasinya lebih sedikit

sampai dengan g) adalah merupakan

dari pada perbedaan observasi.

satu seri observasi. Dewasa ini, telah

6. Metode observasi sudut vertikal dan


konstanta-konstanta ketinggian
- Metode obervasi sudut vertikal: pada
umumnya sulit untuk mengukur sudut
vertikal dengan sasaran yang jauh,
karena kondisi udara yang tidak stabil,
terutama pada pagi dan malam hari,

mulai dipasarkan alat koreksi otomatis


untuk posisi pembuat tanda indeks
seperti yang tertera pada Gbr. 163 dan
cara

pengerjaannya

sedikit

agak

berbeda. Tabel 17 menunjukkan contoh


pencatatan data-data hasil pengukuran.

182

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Konstanta

ketinggian:

perhitungan

sudut

metode

elevasi

dan

konstanta ketinggian W tergantung dari

(r l )
90 0
2

W = 2S = r+ l = 360.

pembagian skala lingkaran graduasi

W = 2S disebut konstanta ketinggian

vertikal

atau

serta

cara

p em as a ngan
lingkaran

p e m as a ng an -

t el es k o p

graduasi

dan

v er t i k a l n y a.

perbedaan

titik

nol

dan

senantiasa tetap konstan walaupun


sasaran

berubah

kecuali

apabila

B e r ik ut i ni adalah contoh pembacaan

instrumen diatur kembali. Karenanya

r dan l dengan teleskop dalam posisi

perbedaan

normal dan posisi k ebal ikan.

diperoleh dari pembacaan r dan l

a.

menunjukkan variasi kesalahan yang

G br . 164 :

Graduasi 0 90

180 270

tak

harga-harga

disengaja

terutama

yang

dengan

360, posisi teleskop normal,

kesalahan

horizontal, 0.

pembacaan dan kesalahan sentris dari

r = 360 -

+S

l = 180+ +S

180 ( r l )
(r l )
= 90
2
2

niveau

sudut

digunakan

sebagai

90 0 90

180, posisi teleskop horizontal,


90.
r=

+ S,

= 90 0 +

l = 180 -

+S

r l
2

W = 2 + 180 = r - l.
c.

G br . 166 :

Graduasi 0

90 180 270

360', posisi teleskop normal,


horizontal, 90.
r = 90 -

+ S,

l = 270 +

elevasi

+S

dan

perbedaan harga-harga W tersebut

G br . 165 :

Graduasi 180

kesalahan

dasar

penentuan angka-angka ukur.

W = 2S = (r + l) - 540.
b.

pada

pembidikan,

Gambar 162. Metode arah

dalam

183

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Gambar 163. Metode sudut.

Gambar 164. Koreksi otomatis untuk sudut elevasi

Tabel 14. Buku lapangan untuk pengukuran sudut dengan repitisi.

Tabel 15. Metode perhitungan perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi.

184

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Tabel 16. Arti dari perbedaan sudut ganda dan perbedaan observasi.

Tabel 17. Buku lapangan sudut vertikal.

Gambar 164. Koreksi otomatis untuk sudut elevasi

6 Macam Sistem Besaran Sudut

185

Gambar 165. Metode pengukuran sudut vertikal (1).


Gambar 167. Metode observasi sudut vertika (3)l

Gambar 166. Metode observasi sudut vertikal (2)

186

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-09
Macam Sistem Besaran Sudut
Macam
Besaran Muda
Sudut
Dosen Penanggung
Jawab :Sistem
Dr.Ir.Drs.H.Iskandar
Purwaamijaya, MT

Pengukuran Sudut

Pengukuran & Pemetaan Horisontal


Poligon, Tachymetri

Pengukuran & Pemetaan Vertikal


Trigonometris

Pengukuran & Pemetaan Kerangka


Pengikatan Ke Muka, Pengikatan ke
Belakang, Poligon

Pengukuran & Pemetaan Titik-Titik


Detail
Tachymetri

Sistem Besaran Sudut

Seksagesimal
(Degree)

Sentisimal
(Grid)

Radian

Desimal

phi radian

0,000000

g, c, cc

o, ', "
(Derajat, Menit, Second)

(Grid, Centigrid,
Centicentigrid)

1 putaran = 360 derajat


1 derajat = 60 menit
1 menit = 60 second

1 putaran = 400 grid


1 grid = 100 centigrid
1 centigrid = 100
centicentigrid

1 putaran =
2.phi.radian =
2 . 22/7 . radian

1 putaran = 360

Konversi Sudut
x derajat/y grid = 360 / 400
x derajat = 360 / 400 . y grid
y grid = 400 / 360 . x derajat

Konversi Sudut
x radian/y desimal = 2.phi / 360
x radian = 2.phi / 360 . y desimal
y desimal = 360 / 2.phi. x radian

Sin, Cos, Tgn (dihitung dalam


sistem degree)

Sin, Cos, Tgn (dihitung dalam


sistem degree)

Gambar 168. Diagram alir macam sistem besaran sudut

187

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 2 mengenai teori kesalahan, maka dapat
disimpulkan sebagi berikut:
1. Sistem besaran sudut pada pengukuran dan pemetaan dapat terdiri dari:
a. Sistem besaran sudut seksagesimal
Sistem besaran sudut ini disajikan dalam besaran derajat, menit dan sekon.
b.

Sistem besaran sudut sentisimal


Sistem besaran sudut ini disajikan dalam besaran grid, centigrid dan centi-centigrid.

c.

Sistem besaran sudut radian


Sistem besaran sudut ini disajikan dalam sudut panjang busur. Sudut pusat di dalam
lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran adalah sebesar
satu radian

d.

Sistem waktu (desimal)


Sistem waktu digunakan dalam pengukuran astronomi. Nilai sudut desimal maksimal
adalah 360.

2. Dasar untuk mengukur besaran sudut ialah lingkaran yang dibagi dalam empat bagian,
yang dinamakan kuadran.
a. Cara seksagesimal membagi lingkaran dalam 360 bagian yang dinamakan derajat,
sehingga satu kuadran ada 90 derajat. Satu derajat dibagi dalam 60 menit dan satu
menit dibagi lagi dalam 60 sekon.
1o = 60

1 = 60

b. Cara sentisimal membagi lingkaran

dalam

1o = 3600
400 bagian, sehingga satu kuadran

mempunyai 100 bagian yang dinamakan grid. Satu grid dibagi lagi dalam 100 centigrid
dan 1 centigrid dibagi lagi dalam 100 centi-centigrid.
1g = 100c 1c = 100cc 1g = 10000cc
c. Sudut pusat di dalam lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran
adalah sebesar satu radian.
2 r = 2 rad.
d. Hubungan antara satuan cara seksagesimal dan satuan cara sentisimal dapat dicari
dengan dibaginya lingkaran dalam 360 bagian cara seksagesimal dan dalam 400
bagian cara sentisimal, jadi :
3600 = 400g

188

6 Macam Sistem Besaran Sudut

Soal Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini !
1. Diketahui sudut-sudut :
S1 = 7804940
S2 = 3150 5116
S3 = 17700208
Gantilah sudut-sudut ini ke dalam harga sentisimal dan radian!
2. Diketahui sudut-sudut :
S4 = 46g, 2846
S5 = 117g, 0491
S6 = 297g, 2563
Gantilah sudut-sudut ini ke dalam harga seksagesimal dan radian!
3. Sebutkan tahapan-tahapan yang harus ditempuh ketika akan menggunakan alat ukur
theodolite Boussole?
4. Sebutkan fungsi bagian-bagian utama dari theodolite?

5. Sebutkan kesalahan-kesalahan pada instrumen dan cara-cara meniadakannya?

189

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

7. Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka


7.1 Jarak pada survei dan

Cara pengukuran jarak horizontal yang

pemetaan

sederhana

Mengukur jarak adalah mengukur panjang


penggal garis antar dua buah titik tertentu.
Penggal garis ini merupakan sambungan
penggal-penggal garis lurus yang lebih kecil.
Pengukuran jarak adalah penentuan jarak
antara,

dua

titik

di

permukaan

bumi,

sebagai

pada

daerah

miring

adalah

berikut.

Untuk

jarak

pendek

dilakukan dengan merentangkan pita dan


menggunakan

waterpass

sehingga

mendekati horizontal. Untuk jarak yang


panjang dilakukan secara bertahap. Jarak
horizontal A - D adalah d1 + d2 + d3.

biasanya yang digunakan adalah jarak

Untuk daerah datar, pengukuran jarak tidak

horizontalnya atau pekerjaan pengukuran

mengalami masalah. Namun ada kalanya

antara dua buah titik baik secara langsung

pada daerah yang datar terdapat hambatan.

maupun tidak langsung yang dilaksanakan

Hambatan ini terutama terjadi pada daerah

secara,

datar

serentak

atau

dibagi

menjadi

yang

memiliki

garis

ukur

yang

beberapa bagian, yaitu jarak horizontal dan

panjang, yaitu adanya obyek penghalang

jarak miring.

seperti sungai atau kolam. Membuat garis

Jarak horizontal adalah jarak yang apabila


diukur maka perbedaan tingginya adalah 0.
Sedangkan

jarak

pengukurannya

miring

adalah

melibatkan

hasil

kemiringan.

Perlu Anda ketahui bahwa jarak yang dapat


digambarkan secara langsung pada peta
adalah jarah horizontal, bukan jarak miring.
Oleh karena itu, jarak horizontal AB yang
akan digambarkan pada peta.

ak
Jar

an
iring
m
ke

Jarak Horizontal

tegak lurus terhadap garis ukur pada titik A


sehingga diperoleh garis AC. Menempatkan
titik D tepat ditengah-tengah AC. Kemudian
menarik garis dari B ke D hingga di bawah
titik C. Kemudian membuat garis tegak lurus
ke bawah terhadap garis AC

dari titik C,

sehingga terjadi perpotongan (titik E).


Jarak antara dua buah titik di bidang datar
(2 dimensi) dapat diketahui dengan cara
akar dari pertambahan selisih kuadran absis

dengan selisih kuadrat ordinat kedua titik


tersebut. Tahap-tahap Pengukuran Jarak
dan Arah Berikut ini, adalah tahap-tahap

Gambar 169. Pengukuran Jarak

yang harus Anda lakukan dalam memetakan


suatu wilayah dengan alat bantu meteran
dan kompas.

190

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

Misalnya, kita akan memetakan suatu jalur

diproyeksikan terlebih dahulu pada suatu

jalan A B

bidang referensi.

a.

Lakukan pengukuran garis-garis ukur


pokok, meliputi ukur pokok ditunjukkan
oleh garis 1 - 2, 2 - 3, 3 - 4, dan 4 - 5.
Azimuth magnetis diukur dari utara
magnetis (UM) ke garis pokok.

b.

Apabila di sepanjang jalur jalan tersebut


terdapat

obyek,

seperti

bangunan,

pagar, atau aliran sungai, maka objek


tersebut dapat dipetakan dengan cara
mengukur jarak tegak lurus dari titik
pada garis ukur pokok ke titik yang
mewakili

obyek

tersebut.

Garis

ini

disebut offset. Pada contoh di bawah ini,

7.1.1.

Pengklasifikasian

Pengukuran

Jarak
a.

Pengukuran jarak langsung


Pengukuran jarak langsung biasanya
menggunakan instrument atau alat ukur
jarak

langsung,

misalnya

pita

ukur

langkah, alat ukur jarak elektronik dan


lain-lain. Alat-alat yang digunakan dalam
pengukuran

jarak

secara

langsung

diantaranya adalah : Kayu ukur, Rantai


ukur.

terdapat obyek rumah di pinggir garis

Syarat pengukuran dengan rantai ukur :

ukur pokok 1 - 2. Lihat gambar.

1. Jika panjang satu jalur melebihi


panjang rantai, maka jalan rantai
tersebut ditandai dengan batang
penentu yang berwarna terang
2. Jalur-jalur

rantai

daerah-daerah

menjangkau

yang

penting

lainnya.
3. Titik yang diukur saling terlibat.
Gambar 170. Lokasi Patok

4. Tim minimum 2 orang

Pada gambar 171 offset 01, 02, 03, 04 dan

4 Mistar,

05 dibuat tegak lurus terhadap garis ukur

4 Pita ukur metalik,

dari titik A ke titik A'.

4 Pita ukur serat-serat gelas,

panjang offset 02

diukur dari titik a ke titik a', dan seterusnya.


Reduksi jarak ukur pada suatu bidang
referensi. sebelurn digunakan, biasanya
suatu

jarak

(umumnya

ukur

(measured

berupa

jarak

distance),
miring)

4 Pita ukur dari baja,


4 Pita ukur invar,
4 Roda ukur,
4 Speedometer,

191

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

pada

pekerjaan

hakekatnya

sipat

datar.

Pada

sangatlah

sukar

untuk

mempertahankan jarak langkah yang


tetap dan pengalaman menunjukkan
bahwa untuk jarak ukur 100 m seorang
petugas
dapat

yang

berpengalamann

membuat

kesalahan

pun

sampai

beberapa meter.
Gambar 171. Spedometer

b.

b. Pita Ukur. Dewasa ini pita ukur (tapes)

4 Curvimeter dan,

digunakan dalam pekerjaan pengukuran

4 Pedometer

jarak

Pengukuran jarak tidak langsung

digunakan adalah pita ukur fiber, pita

Pengukuran ini biasanya menggunakan

ukur baja, dan pita ukur invar (invar

instrument ukur jarak tachymetry dan

adalah bahan campuran tahan panas

metode optic.

terdiri dari baja dan nikel).

Pengukuran jarak tidak langsung ada

Pita Ukur fiber. Yang termasuk tipe ini

beberapa

diantaranya

adalah pita ukur yang terbuat dari serat

pengukuran jarak dengan kira-kira. Cara

rami dan diperkuat dengan anyaman

ini dapat menggunakan langkah dan

kawat halus, pita ukur yang terbuat dari

menggunakan skala pada peta.

campuran serat rami dan serta katun

macam

dan
Tujuan

yang

akan

dicapai

dalam

pengukuranjarak adalah membuat garis


yang

benar-benar

lurus

sehingga

jaraknya dapat diukur dengan pasti.

biasa.

Tipe

yang

pita

ukur

yang

campuran

serat

gelas

banyak

terbuat
dan

dari
kimia.

Biasanya pita ukur ini dibungkus dengan


semacam lapisan cat, di atas mana
angka-angka/tanda-tanda

graduasi

ditempatkan. Kelebihan-kelebihan dari


7.1. 2. Bebagai macam instrumen ukur
jarak dan cara penggunaanya

tidak mudah bengkok serta mudah

a. Langkah. Karena ketelitiannya yang


rendah, dewasa ini langkah (pacing)
hanya

digunakan

untuk

pita ukur ini adalah sifatnya yang ringan,

membantu

penempatan instrumen sipat datar di


tengah-tengah antara dua buah rambu

pemakaiannya terutama pita ukur serat


gelas. Akan tetapi, kelemahannya yang
paling mencolok adalah sangat mudah
memuai dan menyusut, akibat pengaruh
kelembaban udara. Dengan demikian,

192

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

tidak

dapat

digunakan

untuk

d. Instrumen

yang

menggunakan

pengukuran teliti. Dimensi pita ukur

gelombang-gelombang elektromagnetik

biasanya adalah dengan panjang 10 m,

Instrumen pengukuran jarak elektronik

20 m, 30 m, 50 m dan seterusnya dan

saat ini telah digunakan untuk mengukur

dengan

jarak langsung dengan tepat.

graduasi

mm

lebar

pitaumumnya 16 mm.
Pita ukur baja umumnya mempunyai
ketelitian yang lebih tinggi dari pita ukur
fiber dan ketahannyapun cukup lama.
Karenanya

pita

ukur

tipe

ini

dipergunakan untuk pengukuran teliti,


misalnya

pengukuran

pelaksanaan

untuk

konstruksi

dan

Azimuth ialah besar sudut antara utara


magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran
yang kita tuju, azimuth juga sering disebut
sudut kompas, perhitungan searah jarum
jam. Ada tiga macam azimuth yaitu :

penempatan titik-titik kontrol. Pita ini

a) Azimuth Sebenarnya, yaitu besar sudut

terbuat dari baja karbon atau baja anti

yang dibentuk antara utara sebenarnya

karat yang dibungkus dengan cat putih,

dengan titik sasaran;

cat

metalik

atau

cat-cat

berwarna

lainnya.

untuk mengukur garis basis dimana


kesalahan relatif yang diizinkan hanya
sebesar 1/500.000 1/1.000.000.
Instrumen

b) Azimuth Magnetis, yaitu sudut yang


dibentuk antara utara kompas dengan

Pita ukur invar biasanya digunakan

c.

7. 2. Azimuth dan Sudut Jurusan

pengukuran

jarak

yang

didasarkan pada metode optik. Metode


dimana suatu jarak antara dua buah titik
diukur secara tidak langsung disebut
Tachymetri. Pada prinsipnya metode ini
dilakukan dengan penempatan sebuah
instrumen ukur jarak pada ujung titik
permulaan

dan

diarahkan

pada

instrumen
titik

tersebut

sasaran

ditempatkan pada ujung lainnya.

yang

titik sasaran;
c) Azimuth Peta, yaitu besar sudut yang
dibentuk antara utara peta dengan titik
sasaran.
Back

Azimuth

adalah

besar

sudut

kebalikan/kebelakang dari azimuth. Cara


menghitungnya adalah bila sudut azimuth
lebih dari 180 derajat maka sudut azimuth
dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth
kurang dari 180 derajat maka sudut azimuth
dikurangi 180 derajat, bila sudut azimuth =
180 derajat maka back azimuthnya adalah 0
derajat atau 360 derajat. Azimuth adalah
suatu sudut yang dimulai dari salah satu
ujung jarum magnet dan diakhiri pada ujung

193

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

objektif garis bidik yang besamya sama

menggunakan kompas maka perlu diberikan

dengan angka pembacaan. Azimuth suatu

penjelasan bahwa utara yang digunakan

garis adalah sudut antara garis meridian dari

adalah utara magnetis.

garis tersebut, diukur searah dengan jarum

Contoh:

jam, biasanya dari titik antara garis meridian

Azimuth Magnetis AB (Az, AB) = 70

(dapat pula dari arah selatan). Besarnya

Azimuth Magnetis AC (Az, AC) = 310

sudut azimuth antara 0 360 derajat.


Arah orientasi merupakan salah satu unsur
utama dalam proses pengukuran untuk
membuat peta, khususnya peta umum.
Pada umumnya setiap peta merniliki arah
utama yang ditunjukkan ke arah atas
(utara). Terdapat 3 (tiga) arah utara yang
sering digunakan dalam suatu peta.
a.

Utara

magnetis,

yaitu

utara

yang

menunjukkan kutub magnetis.


b. Utara sebenarnya (utara geografis), atau
utara arah meridian.
C. Utara grid, yaitu utara yang berupa garis
tegak lurus pada garis horizontal di
peta.

Gambar 172. Pembagian kuadran azimuth

Azimuth dapat diperoleh dengan cara arcus


tangent

dari

pembagian

selisih

absis

Ketiga macam arah utara itu dapat berbeda

terhadap

pada setiap tempat. Perbedaan ketiga arah

azimuth tersebut berrgantung dari nilai

utara ini perlu diketahui sehingga tidak

positif atau negatifnya selisih absis atau

terjadi kesalahan dalam pembacaan arah

ordinat.

pada peta. Arah utara magnetis merupakan


arah utara yang paling mudah ditetapkan,
yaitu

dengan

pertolongan

1.

azimuth berada di kuadran I yang

magnetik. Perbedaan sudut antara utara


tempat obyek lain searah jarum jam disebut
sudut arah atau sering disebut azimuth
magnetis. Pada peta yang dibuat dengan

Jika selisih absis bernilai positif dan


selisih ordinatnya bernilai positif maka

kompas

magnetis dengan arah dari suatu obyek ke

selisih ordinat. Besarnya sudut

nilainya sama dengan sudut tersebut.


2.

Jika selisih absis bernilai positif dan


selisih ordinat bernilai negatif maka
azimuth berada di kuadran II yang

194

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

3.

4.

nilainya sama dengan 180 dikurangi

berada

sudut tersebut .

sudutnya sama dengan 360 dikurang besar

Jika selisih absis bernilai negatif dan

di

kuadran

empat

yang

nilai

sudut tersebut.

selisih ordinat bernilai negatif maka

Selain dari jarak informasi yang lain yang

azimuth berada di kuadran III yang

dapat diketahui dari dua buah titik yang

nilainya sama dengan 180 ditambah

sudah diketahui koordinatnya yaitu Azimuth

sudut tersebut.

atau sudut jurusan. Maka sudut jurusan AB

Jika selisih absis berniali negatife dan

yang didapat dari titik A (Xa,Ya) dan B

selisih ordinat bernilai positif maka

(Xb,Yb) dapat dicari dengan persamaan

azimuth berada di kuadran IV yang

sebagai berikut:

nilainya sama dengan 360 dikurangi


besar sudut tersebut.

AB = Tan 1

Penggunaan azimuth

Xb Xa
Yb Ya

Azimuth dapat diperoleh dengan cara arcus

Setelah alat ukur B.T.M diukur, sehingga

tangen

absis

bagian-bagian yang penting berada di dalam

terhadap selisih ordinat. Besarnya sudut

keadaan yang baik dan sebelum alat ukur

jurusan atau azimuth tersebut bergantung

apakah

pada nilai positif

atau negatifnya selisih

mendatar dan pada lingkaran tegak. Pada

absis atau ordinat. Jika selisih absis bernilai

lingkaran tegak diukur sudut-sudut miring

positif dan selisih ordinat bernilai positif

yang besarnya sama dengan pembacaan

maka azimuth berada di kuadran satu yang

pada

nilainya sama dengan besar sudut tersebut.

menggunakan

Jika selisih absis bernilai positif dan selisih

mendatar

ordinat bernilai negatif maka azimuth berada

melakukan pembacaan pada skala lingkaran

di kuadran dua yang nilainya sama dengan

mendatar.

dari

pembagian

selisih

180 dikurang besar sudut tersebut. Jika


selisih absis bernilai negatif dan selisih
ordinat bernilai negatif maka azimuth berada
di kuadran tiga yang nilai sudutnya sama
dengan 180 ditambah besar sudut tersebut.

yang

skala

dibaca

pada

lingkaran

tegak

nonius.

tidaklah

lingkaran

Pada

ada

dengan
lingkaran

nonius

untuk

Dilakukan pada ujung utara lingkaran jarum


magnet

yang

bersama-sama

berada
dengan

di

cos

skala

lingkaran

lingkaran

mendatar

mendatar.

dan jika selisih absis bernilai negatif dan

Yang

selisih ordinat bernilai positif maka azimuth

adalah

dibaca
suatu

pada
sudut

yang

dinamakan

azimuth yaitu suatu sudut yang dimulai dari

195

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

salah satu ujung jarum magnet da diakhiri

menghubungkan dua buah tititk P1 dan P2

pada ujung objektif garis bidik dan besarnya

di atas permukaan bumi dinyatakan dengan

sama dengan angka pembacaan. Menurut

azimuth. Azimuth diukur degan metode

ketentuan di atas azimuth harus dimulai dari

astronomis dengan menggunakan alat-alat

salah satu ujung magnet sedangkan dua

seperti jarum magnet, gyrocompas, dll.

ujung dan sudut azimuth dapat diputar dari

Pengukuran

kiri kekanan atau dari kanan ke kiri, maka

menghilangkan kesalahan akumulatif pada

didapatlah 2x2 = 4 macam azimuth yang

sudut-sudut

biasa disebut bearing.

triangulasi atau dalam pengukuran jaring-

Tentukan garis skala yang berimpit


dengan ujung Utara jarum magnet.
Angka pada garis skala ini menentukan
besarnya suatu busur yang dimulai dari

2.
3.

terukur

diadakan
dalam

lainnya, penentuan sumbu X untuk kordinat


bidang datar pada pekerjaan pengukuran
yang bersifat lokal.
Macam macam azimuth

itu.

1. Azimuth kompas
busur

yang

jaringan

kontrol yang tidak terlihat serta dengan

garis nol skala dan diakhiri pada angka


Tentukan

untuk

jaring, penentuan azimuth untuk titik-titik

3 Cara menentukan macam azimuth


1.

azimuth

besarnya

Dalam

pekerjaan

pengukuran

yang

dinyatakan oleh angka pembacaan

sederhana, maka pengukuran azimuth

Carilah suatu sudut yang dimulai dari

awal ataupun akhirnya hanya dilakukan

salah satu ujung jarum magnet dan

dengan menggunakan alat penunjuk

yang diakhiri pada ujung objektif yang

arah

sama besarnya dengan busur lingkaran

azimuth

yang dinyatakan oleh pembacaan.

dengan nama sudut jurusan. Untuk

4. Cara pernutaran sudut itu. merupakan


macam

azimuth.

skala

turut

berputar

mendatar
teropong

dan

jarum

arah

sebuah

terpenting

dalam

umumnya

arah

jenis

ini

dikenal

hanya pada satu sisi poligon saja

dengan

(2 sisi poligon lebih baik). Prosedur

magnet

tetap

garis

pengukuran adalah sebagai berikut :

yang

bumi adalah hal yang


pengukuran.
sebuah

magnetis

Umumnya

maksud tersebut pengukuran dilakukan

garis

Memasang

dan

mendatarkan

theodolite pada salah satu titik

menghubungkan dua buah titik P1 dan P2 di


atas permukaan

(kompas).

lingkaran

kearah Utara - Selatan magnetis.


Mengetahui

Utara

poligon.

Menempatkan lingkaran
0

graduasi

Pada

pada 0 0000, kemudian klem atas

yang

dikencangkan (pada titik B).

196

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

Klem bawah dibuka, maka arahkan


teropong

kearah

utara

bantuan

kompas

2. Azimuth matahari

dengan

yang

Pada

prinsipinya

pengukuran

tinggi

telah

matahari yang dilakukan adalah untuk

diletakkan pada sisi teodolite, lalu

menentukan azimuth matahari ( a ) pada

klem bawah dikencangkan dan klem

saat pembidikan tinggi ( t ) dilakukan

atas dibuka.

Mengukur

Bidikan teropong diarahkan ke salah

melakukan penadahan bayangan matahari

satu titik poligon lain yang satu sisi

pada

dengan tempat berdiri alat, misal A

segitiga diatas, kutub utara dan matahri

dan catat lingkaran graduasinya.

pada

Maka diperoleh azimuth di titik B

hubungan matematis di atas permukaan

terhadap

bola langit sebagai berikut:

titik

A.

Cara

dalam

menentukan azimuth tadi, dapat


pula dilakukan dengan cara Repetisi
agar diperoleh hasil yang teliti.
Untuk

melengkapi

sudut

ini

pengukuran

dengan

segala

kelengkapannya, maka selanjutnya


akan diturunkan penentuan azimuth
kontrol

dengan

mengukur

tinggi

matahari.

tinggi

selembar
saat

matahari

kertas.

tertentu

akan

cos(90 0 ) = sin h
cosa

Apabila

pendekatan

Dari

didapatkan

sin +cosh

cos

diketahui

secara

lintang
(umumnya

cukup

deklinasi

matahari

dapat

hasil

dicari

tabel

matahari, maka dengan mudah segera akan


didapatkan

harga

azimuth

matahri

(a).

Dengan mempunyai harga sudut mendatar

equator
timur
selatan

utara

barat

Gambar 173. Azimuth Matahari

hubungan

interpolasi dari peta topografi) dan harga

kutub utara

bola langit

dengan

kutub selatan

197

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

antara matahari dan target , maka :

mendatar matahari,

A=a+s

ke target di ujung sisi lainnya.

Prosedur pengukurannya dapat dilakukan

Mengukur

tinggi

matahari

yang di dapat dari hasil pengkuran.


Carilah nilai lintang dari peta topografi
dengan cara melakukan interpolasi.

Dengan memilih salah satu peralatan dan


ditentukan harga deklinasi matahari

dapat

dilakukan dengan argumen waktu ( t )

mengukur waktu pengukran (t), maka dapat

bersangkutan

matahari pad saat terbidik (pencarian

dengan

memakai prisma roelofs.

yang

ditentukan dapat ditentukan deklinasi

Mengukur matahari dengan memakai


filter khusus pada lensa objektifnya.

Dari tabel deklinasi matahari untuk


tahun

dengan berbagai cara, hal ini disebabkan

Arah mendatar

Hitung besarnya azimuth matahari


dengan rumus :

dari

tabel matahari yang selalu dikeluarkan

cos(90 ) = sin h sin + cos h

setiap tahun oleh Jawatan Topografi Darat

cos cos a

ataupun Jurusan Geodesi ITB dan dapat

Hitung

besarnya

sudut

mendatar

dimiliki olehmu.

antara matahari dan target.

Prosedurnya adalah sebagai berikut :

Maka azimuth sisi didapat dengan

Atur kedudukan alat pada titik dari sisi


yang akan ditentukan azimuthnya.

Tempatkan filter atau prisma roelofs di


muka

lensa

objektif

memakai rumus A = a + s.
7. 3. Tujuan Pengikatan Ke Muka

apabila

penadahan bayangan yang dilakukan,

Pengikatan ke muka adalah suatu metode

maka lakukan pemfokuskan lensa

pengukuran data dari dua buah titik di

untuk tak hingga ke arah bukan

lapangan

matahari.

memperoleh suatu titik lain di lapangan

Setelah

matahari

dekat

sasaran

tempat

berdiri

alat

untuk

tempat berdiri target (rambu ukur/benang,

(benang silang), persiapkan penunjuk

untingunting)

yang

akan

diketahui

tanda waktu yang telah dibicarakan

koordinatnya dari titik tersebut. Garis antara

dengan tanda waktu yang benar .

kedua titik yang diketahui koordinatnya

Tepat matahari memasuki benang

dinamakan garis absis. Sudut dalam yang

silang, catat : Waktu, Tinggi, Arah

dibentuk absis terhadap target di titik B


dinamakan sudut beta. Sudut beta dan alfa
diperoleh dari lapangan.

198

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

Pada

metode

ini,

pengukuran

yang

dari

azimuth

titik

terhadap

titik

dilakukan hanya pengukuran sudut. Bentuk

ditambahkan

yang digunakan metode ini adalah bentuk

terhadap sudut beta. Jarak A terhadap

segitiga. Akibat dari sudut yang diukur

target dan B terhadap target diperoleh dari

adalah sudut yang dihadapkan titik yang

rumus

dicari, maka salah satu sisi segitiga tersebut

terhadap target sama dengan perbandingan

harus diketahui untuk menentukan bentuk

jarak absis dibagi sudut 1800 dikurang

dan besar segitiganya.

dan

180

dan

perbandingan

ditambahkan

sinus.

Jarak

dikalikan dengan sinus

Jarak B

terhadap target sama dengan perbandingan

jarak basis dibagi sinus sudut 1800 dikurang

dan

Mencari koordinat P dari titik A :

dikalikan dengan sudut

Xp = Xa + da . Sin ap

Yp = Ya + da . Cos ap

A (Xa,Ya)

Mencari koordinat C dari titik B:


Xp = Xb + dbp . Sin bp

B (Xb,Yb)

Yp = Yb + dbp . Cos bp
Koordinat target dapat diperoleh dari titik A

Gambar 174. Pengikatan Kemuka

dan B. Absis target sama dengan jarak A


Pada pengolahan data, kita mencari terlebih

terhadap target dikalikan dengan sinus

dahulu jarak dengan rumus akar dan

azimuth

penjumlahan

ditambahkan dengan absis titik A. Ordinat

selisih

absis

dan

selisih

terhadap

target

kemudian

ordinat.

target sama dengan jarak A terhadap target

dab = ( xb xa) 2 +( yb ya) 2

dikalikan

dengan

terhadap

target

Azimuth titik A terhadap B kita cari dengan


rumus arcus tangen pembagian selisih absis
dan ordinat .
Tgn -1

Xb Xa
AB =
Yb Ya

Azimuth titik A terhadap target kita peroleh


dari azimuth basis dikurang sudut alfa.
Azimuth titik B terhadap target kita peroleh

cosinus
kemudian

azimuth

ditambahkan

dengan ordinat titik A. Absis target sama


dengan jarak B terhadap target dikalikan
dengan sinus azimuth B terhadap target
kemudian ditambahkan dengan absis titik B
terhadap

target

kemudian

ditambahkan

dengan ordinat titik B. Nilai koordinat target


merupakan nilai koordinat yang diperoleh
dari titik A dan B.

199

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

7. 4. Prosedur Pengikatan Ke Muka

Hitungan dengan logaritma


a. Mencari sudut jurusan
Diketahui bahwa :

Titik P diikat pada titik A (Xa, Ya) dan B(Xb,

Tg ab= (Xb Xa) : (Yb - Ya)

Yb), diukur sudut-sudut alfa dan beta yang

= (Xb Xa) : sin ab

terletak pada titik A dan titik B. Dicari absis

= (Yb-Ya) : cos ab

X dan ordinat Y titik P. Carilah selalu lebih


dahulu sudut jurusan dan jarak

yang

b. Xp dan Yp dicari dari titik A :


diperlukan

diperlukan. Koordinat-koordinat titik P akan


dicari

dengan

menggunakan

ap dan dap

dap : sin = dab : sin {(1800 ( + )}

koordinat-

Atau

koordniat titik-titik A dan B sehingga akan


didapat dua pasang X dan Y yang harus

dap=

d ab
sin = m sin
sin( + )

Bila

d ab
=m
sin( + )

sama besarnya, kecuali perbedaan kecil


antara dua hasil hitungan. Diperlukan lebih
dahulu sudut jurusan dan jarak yang tentu
sebagai dasar hitungan.

Setelah ap dan dap diketahui, maka


Xp = Xa + dap sin ap
Yp = Ya + dap cos ap
c.

Xp

dan Yp

dicari

dari

titik B,

diperlukan bp dan dbp


Diketahui bahwa ba = ab + 1800
karena sudut jurusan dan arah yang
berlawanan
selanjutnya

berselisih
dapat

dilihat

1800,
dari

gambar bahwa bp = (ba + ) 3600


= bp = (ab + ) 1800. Dengan
rumus sinus di dalam segitiga ABP
didapat :
dbp : sin = dab : sin {1800 (+)}
Gambar 175. Pengikatan ke muka

atau dbp = m sin


Mka didapatlah :

bp
Yp = Yb + dbp cos bp
Xp = Xb + dbp sin

200

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

d. Hitungan

dilakukan

berturut-turut

Ya = + 963, 84

dengan rumus-rumus :

Yb = - 144,23

Tg

= 6203842

ab = (Xb Xa) : (Yb Ya)

dab

ap

= (Xb Xa) : sin ab

Catatan pada contoh :

= (Yb Ya) : cos ab


= ab -

Hitungan dilakukan dengan cara logaritmis

= dab : sin ( + )

dan untuk hitungan digunakan suatu formulir

dap

= m sin

supaya hitungan berjalan dengan rapi dan

Xp

= Xa + dap sin

teratur dan bila ada kesalahan dapat

Yp

ap
= Ya + dap cos ap

bp

= m sin

Formulir dibagi dalam dua bagian, bagian

= Xb + dbp sin

atas diisi dengan angka-angka sebenarnya

Xp
Yp

dengan mudah diketemukan.

bp
= Yb + dbp cos bp

dan bagian bawah diisi dengan harga-harga

Contoh : A = Xa = - 1. 246, 78

logaritma angka-angka itu.

B = Xb = +1091, 36
0

= 56 15 16

Tabel 18. Daftar Logaritma

201

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

Empat

lajur

pertama

bagian

Kalau yang akan dicari koordinat-koordinat

digunakan untuk menghitung angka-angka

titk P sebagai titik nomor 2, maka X2 = Xp

yang

dan Y2 = Yp.

diperlukan

koordinat-koordinat,

kedua

untuk

menghitung

sedangan

dua

lajur

terakhir digunakan untuk menghitung sudutsudut yang diperlukan.

Dan titik A (Xa,Ya) dan titik B (Xb,Yb)


digunakan sebagai titik-titik pengikat, maka
untuk titik A berlaku X1 = Xa dan Y1 = Ya.

Lajur-lajur yang bernomor ganjil menyatakan

Dan untuk titik B berlaku X1 = Xb danY1=Yb.

besaran-besaran dengan huruf, sedangkan

Maka dengan titik A sebagai titik pengikat

lajur lainnya yang bernomor genap memuat


besarnya

besaran-besaran

itu

dengan

angka.

terdapat tg ap =

x p xa
y p ya

Dan dengan titik B sebagai titik pengikat

Dari kumpulan rumus terbukti bahwa lebih


dahulu harus dicari ab dan dab dengan
menggunakan selisih absis dan selisih
ordinat titik-titik A dan B; xb xa dan yb ya.
maka pada lajur 1 dan lajur 3 bagian atas

didapat : tg bp =

x p xb
y p yb

Dengan menguraikan kedua persamaan di


atas, didapat :

ditulis dengan xb dan yb, sekarang tidak

( y p y a )tg ap = X p X a

ditulis dengan segera di bawahnya xa dan ya

( y p y b )tg bp = X p X b

untuk dapat mengurangi xb dengan xa atau


mencari

y p tg ap y a tg ap = X p X a

koordinat-koordinat titik P yang dicari dari

y p tg bp y b tg bp = X p X b

karena nanti diperlukan

untuk

koordinat-koordinat titik B karena. Karena


xp = xb + dbp sin bp dan yp = yb + dbp cos bp.
langsung di bawah xb dan yb ditulis dbp sin

bp

Salah satu dari dua anu xp dan yp haruslah


dihilangkan

supaya

mendapat

satu

dan dbp cosbp dan dibawahnya lagi ruang

persamaan dengan satu anu. Maka dengan

untuk xp dan yp.

mengambil 3, 4 kolom hilangkan dengan

Hitungan dengan kalkulator

mudah xp. 3, 4 memberi satu persamaan


dengan satu anu yp = yp

Rumus umum yang akan digunakan

Tg ap ya tg ap yp tg bp + yb tg bp =

adalah

xb xa

tg 12 =

x 2 x1
y 2 y1

Atau yp (tg ap tg bp) = ( xb xa) + ya


tg ap yb tg b

202

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

Atau

Yp =

Dengan mudah dapat ditentukan untuk P

( xb x a ) + y a tg ap y b tg bp

terletak di sebelah selatan garis AB :

tg ap tg bp

ap = ab + dan bp = ab + 180

Setelah yp diketahui, maka dari 1


didapat;

Sudut-sudut dan adalah sudut-sudut


yang berada di titik-titik pengikat A (Xa,,Ya)
dan B (Xb,Yb).

(yp ya) tg ap = xp xa

Hitungan berjalan sebagai berikut :

Atau xp = xa + (yp ya) tg ap


Tinggal dua besaran yang harus dicari

kolom ialah ap dan bp.


dan

bp

ditentukan

dengan

ab =

Xb Xa
sudut ab diketahui.
Yb Ya

untuk menghitung xp dan yp dari 6 dan 5


ap

Tentukan dengan rumus tg

Tentukan ap bp adalah :

menggunakan ab dari garis AB dengan

ap = ab - dan bp = ab + 180

titik A (xa,ya) dan titik B (xb,yb)

untuk titik P terletak di sebelah utara

Maka tg ab

garis AB

tg ab =

xb x a
yb y a

Untuk titik P terletak di sebelah utara garis


AB maka ab = ab - dan bp = ab + 180 +

Gambar 176. Pengikatan ke Muka

Tentukan Yp dengan rumus :

Yp =

( X b X a ) + Ya tg ap Yb tg bp
tg ap tg bp

X p = X a + (Y p Ya )tg ap

203

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

7. 5. Pengolahan Data Pengikatan Ke


Muka

Gambar 177. Pengikatan ke Muka

A : Xa = - 2206, 91

bp = 180 o

Ya = + 1563, 58

= 137 o 38'24" + 180 o 74 o10'34"

B : Xb = + 3148, 26

= 243o 29'28"

Yb = -4309,31
0

= 55 10 34
o

= 74 0856

yp =

x a xb + y a tg ap y b tg bp
tg ap tg ap tg bp

Hitungan dengan kalkulator

tg ab =

X 2 X1
Y 2 Y1

+ 3.148,26 (2.206,91)
4.309,31 1563,58

+ 5.355,17
= 0,91184
5.872,89

ab = 137 o 38'24"
ap = ab + = 137 o 38'24" + 55 o10'34"
= 192 o 48'58"

3148,26 2206,91 + (1563,58)(0,227 ) (4309,31)(+2,00491)


(0,22749 ) ( 2,00491)

= - 8073,86

x p = x a + y p tg ap y a tg ap
= -2.206,91 + (-8.073,86)(0,22749)(1563,58)(0,22749)
= - 4.399,33

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

Tabel 19. Hitungan dengan cara logaritma

204

205

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-06
Jarak, Azimuth dan Pengikatan Ke Muka
Jarak, Azimuth
dan Pengikatan
KePurwaamijaya,
Muka
Dosen Penanggung
Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar
Muda
MT

Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal


Titik Tunggal

Diikat oleh 2 Titik Ikat


(Benchmark)
A (Xa, Ya) ; B (Xb, Yb)

Menggunakan Alat Theodolite

Pengukuran Pengikatan Ke Muka

Alat Theodolite berdiri di atas


Benchmark A dan B dan dibidik ke titik C

Sudut Alfa dan Beta

dab (Jarak ab) = [(Xb-Xa)^2+(Yb-Ya)^2]^0.5

Alfa ac = fungsi (Alfa ab ; Alfa)


= Alfa ab - Alfa
Alfa bc = fungsi (Alfa ba ; Beta)
= Alfa ba + Beta - 360

Alfa ab = Tan^-1 [(Xb-Xa)/(Yb-Ya)]

dbc = dab/sinus(180-Alfa-Beta).sinus Alfa


dac = dab/sinus(180-Alfa-Beta).sinus Beta

Xc(b) = Xb + dbc . sin Alfa bc


Yc(b) = Yb + dbc . cos Alfa bc

Xc(a) = Xa + dac . sin Alfa ac


Yc(a) = Ya + dac . cos Alfa ac

Xc = [ Xc(a) + Xc(b) ] / 2
Yc = [ Yc(a) + Yc(b) ] / 2

Gambar 178. Model Diagram Alir Jarak, Azimuth dan Pengikatan Ke Muka

206

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 7 mengenai jsrsk, azimuth, dan pengikatan ke muka,
maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Mengukur jarak adalah mengukur panjang penggal garis antar dua buah titik tertentu.
2. Jarak horizontal adalah jarak yang apabila diukur maka perbedaan tingginya adalah 0.
Sedangkan jarak miring adalah hasil pengukurannya melibatkan kemiringan.
3. Klasifikasi pengukuran jarak :
a. Pengukuran jarak langsung
b. Pengukuran jarak tidak langsung
4. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran jarak secara langsung diantaranya adalah :
a. Mistar;
b. Pita ukur metalik;
c.

Pita ukur serat-serat gelas;

d. Pita ukur dari baja;


e. Pita ukur invar;
f.

Roda ukur; dan

g. Speedometer.
5. Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang
kita tuju, azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam.
6. Back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth.
7. Macam-macam azimuth yaitu :
a. Azimuth Sebenarnya, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya
dengan titik sasaran;
b. Azimuth Magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik
sasaran;
c.

Azimuth Peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik
sasaran.

8. 3 (tiga) arah utara yang sering digunakan dalam suatu peta.


a. Utara magnetis, yaitu utara yang menunjukkan kutub magnetis.
b. Utara sebenarnya (utara geografis), atau utara arah meridian.
c.

Utara grid, yaitu utara yang berupa garis tegak lurus pada garis horizontal di peta.

207

7 Jarak, Azimuth dan Pengikatan ke Muka

Soal Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !
1. Jelaskan pengertian jarak !
2. Mengapa pengukuran jarak dengan menggunakan langkah kurang efektif ? Jelaskan !
3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam dari azimuth !
4. Sebutkan dan jelaskan tujuan dari metode pengikatan ke muka !
5. Carilah koordinat titik P ditinjau dari titik A dan titik B dengan menggunakan
perhitungan secara logaritmis dan kalkulator dengan data-data di bawah ini :
A:

Xa = - 2206, 91
Ya = + 1563, 58

B:

Xb = + 3148, 26
Yb = -4309,31
= 5501034
= 74o0856

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

208

8. Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins


Pada materi sebelumnya telah dibahas

Pengikatan ke belakang, dilakukan pada

mengenai

cara

saat kondisi lapangan tidak memungkinkan

dengan

menggunakan pengukuran pengikatan ke

selanjutnya

muka, dikarenakan alat theodolite tidak

membahas mengenai cara menentukan titik

mudah untuk berpindah-pindah posisi, dan

koordinat dengan pengikatan ke belakang.

kondisi lapangan yang terdapat rintangan.

sistem

menentukan
pengikatan

titik
ke

koordinat

dan

koordinat

muka.

Bab

Perbedaan cara pengikatan ke muka dan ke


belakang dalam menentukan suatu titik
koordinat adalah data awal yang tersedia,
prosedur pengukuran di lapangan serta
keadaan lapangan yang menentukan cara
mana yang cocok digunakan.
Pada pengikatan ke muka dapat dilakukan
apabila kondisi lapangan memungkinkan
untuk berpindah posisi pengukuran yaitu
pada daerah-daerah yang mudah seperti

Gambar 180. Kondisi alam yang dapat dilakukan


cara pengikatan ke belakang

pada dataran rendah yang mempunyai


permukaan

datar,

sehingga

keadaan

lapangan tersebut dapat memungkinkan


dilakukan pengikatan ke muka.

Terdapat perbedaan pada gambar 179 dan


180, yaitu kondisi lapangan yang menjadi
lokasi pengukuran. Pada gambar

180

menunjukan daerah dataran yang lebih


cocok

menggunakan

pengikatan

ke

muka

pengukuran
karena

cara

theodolite

dengan mudah dapat berpindah-pindah dari


titik satu ke titik yang lain. Gambar 180
menunjukan

adanya

rintangan

berupa

sungai yang menyulitkan dalam pekerjaan


pengukuran,
pengikatan
Gambar 179. Kondisi alam yang dapat dilakukan
cara pengikatan ke muka

sehingga
ke

diperlukan

belakang,

apabila

cara
akan

mengukur titik yang terpisah rintangan


tersebut.

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

209

Data awal yang diperlukan pada pengikatan

Pada

ke muka adalah 2 titik koordinat yang telah

terdapat

diketahui, misalkan titik tersebut adalah titik

misalnya titik-titik tersebut adalah A, B, dan

A dan B , sedangkan titik yang akan dicari

C. prosedur pengukuran di lapangan alat

adalah titik P, sehingga alat theodolite

theodolite hanya diletakan di titik yang akan

dipasang di dua titik yaitu titik A dan B

dicari koordinatnya, misalnya titik tersebut

kemudian

adalah titik P kemudian diukur sudut-sudut

yang

diukur

berapa

besar

sudut

dibentuk oleh titik P dan B ketika

berada di titik A begitupula pada sudut


Sudut

yang

dibentuk

ditunjukan

pada

gambar 181.

pengikatan
3

mendatar

titik

yang

ke

belakang,

awal

yang

dibentuk

harus

diketahui,

oleh

titik

koordinat yang telah diketahui yaitu sudut

dan

seperti pada gambar 182.

Terdapat 2 macam cara yang dapat dipakai


dalam menentukan titik koordinat dengan

cara pengikatan ke belakang, yaitu cara


pengikatan ke belakang metode Collins dan
cara

pengikatan

ke

belakang

metode

ke

belakang

metode

Cassini.
Cara

pengikatan

Collins

A (Xa,Ya)

merupakan

cara

perhitungan

dengan menggunakan logaritma, karena

B (Xb,Yb)

pada

saat

munculnya

teori

ini

belum

terdapat mesin hitung atau kalkulator tetapi


pada saat ini pada proses perhitungannya

Gambar 181. Pengikatan ke muka

dapat

dihitung

dengan

bantuan

belakang

metode

kalkulator.

B (Xb,Yb)

A (Xa,Ya)

pula

Cara

pengikatan

ke

Cassini muncul pada tahun 1979, pada saat

C (Xc,Yc)


P
Gambar 182. Pengikatan ke belakang

itu teknologi mesin hitung sudah mulai


berkembang,

sehingga

dalam

proses

perhitungannya lebih praktis, karena telah


dibantu dengan menggunakan mesin hitung.
Cara

pengikatan

ke

belakang

metode

Cassini dibahas lebih lanjut pada bab 9.

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

210

apa yang dapat dipakai sesuai dengan

8.1.Tujuan cara pengikatan ke


belakang metode Collins

Cara
Collins

pengikatan

ke

merupakan

perhitungan

yang

belakang
salah

satu

berfungsi

kondisi alam tersebut.

metode
model
untuk

menentukan suatu titik koordinat, yang


dapat dicari dari titik-titik koordinat lain yang
sudah diketahui, dengan cara pengikatan ke
belakang.
Metode ini di temukan oleh Mr.Collins tahun

Gambar 183. tampak atas permukaan bumi

1671. Pada saat itu alat hitung masih belum

Seperti dalam menentukan koordinat pada

berkembang

menggunakan

tempat yang terpisah oleh jurang atau

bantuan logaritma dalam perhitungannya.

sungai yang lebar, dimana titik koordinat di

Oleh

seberangnya telah diketahui.

sehingga

karena

itu

cara

pengikatan

ke

belakang yang dibuat oleh Collins dikenal


dengan nama metode logaritma. Akan tetapi
pada pengolahan data perhitungan pada
saat ini, dapat
hitung

dibantu

dengan

mesin

atau kalkulator, sehingga lebih

mudah dalam pengolahannya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, seorang


surveior

dapat

menggunakan

cara

pengikatan ke belakang metode Collins


yang

dapat

logaritma

dihitung

atau

dengan

kalkulator,

bantuan
sehingga

koordinat dari titik yang terpisah oleh sungai

Dalam pelaksanaan pekerjaan survei atau

atau jurang tersebut dapat ditentukan.

pengukuran tanah di lapangan biasanya


terdapat kendala-kendala yang dihadapi,
diantaranya adalah keadaan alam dan
kontur

permukaan

bumi

yang

tidak

beraturan. Bentuk permukaan bumi seperti


ditunjukan pada gambar 183.
Terdapat berbagai kondisi alam seperti
bukit, lembah, sungai, gunung dan lain
sebagainya

pada

permukaan

bumi.

sehingga dapat ditentukan jenis pengukuran

Gambar 184. Pengukuran yang terpisah sungai

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

211

Setiap peralatan dan bahan yang digunakan

8.2. Peralatan, bahan dan


prosedur pengikatan ke
belakang metode Collins

mempunyai fungsi masing-masing dalam


pemanfaatannya

pada

pengikatan

ke

belakang cara Collins, antara lain :


Dalam pelaksanaan pekerjaan pengukuran

Theodolite, adalah alat yang digunakan

tanah dan pengolahan data, diperlukan

untuk

sejumlah prosedur yang harus dipenuhi dan

vertikal dan bacaan benang atas, bawah

apa saja yang harus dipersiapkan, hal

dan

tersebut perlu dilakukan sehingga setiap

penentuan koordinat cara Collins alat ini

tahapan menjadi lebih terarah dan jelas.

digunakan untuk mengukur besaran sudut

Begitupula pada pekerjaan penentuan titik

datar yang dibentuk dari titik koordinat yang

koordinat cara pengikatan ke belakang.

akan dicari titik-titik lain yang telah diketahui

Terdapat peralatan dan perlengkapan yang


diperlukan

pada

saat

pengukuran

membaca
tengah

sudut

dari

azimuth,

rambu

ukur.

sudut
Pada

koordinatnya.

di

lapangan. dan langkah pengolahan data


hasil pengukuran di lapangan. Peralatan,
bahan dan prosedur dalam penentuan titik
cara pengikatan ke belakang metode Collins
dijelaskan sebagai berikut :
8.2.1. Peralatan dan bahan
Peralatan

yang

digunakan

pada

pengukuran pengikatan ke belakang cara


Collins seperti peralatan yang digunakan
pada

umumnya

dalam

pekerjaan

pengukuran dan pemetaan, antara lain


sebagai berikut :

Gambar 185. Alat Theodolite

Rambu ukur, digunakan sebagai patok


yang

diletakan

di

titik-titik

yang

telah

diketahui koordinatnya untuk membantu


a. Theodolite,

dalam menentukan besaran sudut yang

b. Rambu ukur,

dibentuk dari beberapa titik yang telah

c. Statif,

diketahui

d. Unting-unting,

keperluan pengukuran ini tidak diperlukan

e. Benang,

data pada rambu ukur seperti benang

f. Formulir ukur dan alat tulis.

tengah, benang atas, dan benang bawah.

koordinatnya,

sehingga

pada

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

212

Unting-unting, dipasang tepat di bagian


bawah

alat

theodolite,

sehingga

penempatan alat theodolite tepat berada di


atas permukaan titik yang akan dicari
koordinatnya. Terdapat berbagai bentuk
yang tetapi memiliki fungsi yang sama.

Gambar 186. Rambu ukur

Statif, digunakan sebagai penopang dan


tempat diletakannya theodolite. Ketinggian
statif dapat diatur dengan cara mengatur

Gambar 188. Unting-unting

skrup yang ada di bagian bawah setiap kaki

8.2.2 Pengukuran di Lapangan

statif, setelah disesuaikan tingginya yang


disesuaikan

dengan

orang

yang

akan

menggunakan alat theodolite, putar skrup


sehingga kaki statif terkunci.

Dimisalkan

terdapat

suatu

lokasi

pengukuran tanah, seperti terlihat pada


gambar. akan ditentukan koordinat suatu
titik yang terpisah oleh sungai, titik tersebut
berada di bagian kiri sungai. sedangkan
beberapa titik di bagian kanan sungai telah
diketahui koordinatnya.

Gambar 187. Satitf

Gambar 189. Contoh lokasi pengukuran

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

213

Pada pelaksanaan di lapangan, sebelumnya

mendatar yang dibentuk oleh garis AP dan

terdapat 3 titik yang telah diketahui berapa

BP serta sudut yang dibentuk oleh garis PB

koordinat

dan PC.

masing-masing.

Misal titik-titik

yang telah diketahui tersebut adalah titik A,


B, dan C.
Akan dicari suatu koordinat titik tambahan
diluar titik A,B, dan C untuk keperluan
tertentu yang sebelumnya tidak diukur,
misalkan titik tersebut adalah titik P, yang
terletak di seberang sungai.

A (Xa,Ya)

Gambar 191. Pemasangan Theodolite di titik P

B (Xb,Yb)

Sudut yang dibentuk oleh garis PA dan PB


kita sebut sebagai sudut alfa () sedangkan
sudut yang dibentuk oleh garis PB dan PC

P(Xp,Yp)

kita sebut sudut beta ().


C (Xc,Yc)
Gambar 190. Penentuan titik A,B,C dan P

A (Xa,Ya)
Alat theodolite dipasang tepat diatas titik P
yang akan dicari koordinatnya, dengan cara
dipasang pada bagian atas statif dan
digantungkan unting-unting yang diikatkan
dengan

benang

pada

bagian

P(Xp,Yp)

B (Xb,Yb)

bawah
C (Xc,Yc)

theodolite, sehingga penempatan theodolite


benar-benar tepat di atas titik P.

Pasang

rambu ukur yang berfungsi sebagai patok


tepat

pada

titik

yang

telah

Gambar 192. Penentuan sudut mendatar

diketahui

koordinatnya yaitu titik A, B, dan C,

Untuk menghitung titik koordinat dengan

sehingga terdapat 3 patok dan 2 ruang antar

menggunakan pengikatan ke belakang cara

patok yaitu ruang AB dan BC. Baca sudut

Collins, data yang diukur di lapangan adalah

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

214

besarnya sudut dan sudut . Koordinat titik


A,

B,

dan

telah

ditentukan

dari

Bila ujung unting-unting belum tepat di


atas paku, maka geserkan alat dengan

pengukuran sebelumnya. Sehingga data

membuka

awal yang harus tersedia adalah sebagai

sehingga ujung unting-unting tepat di

berikut :

atas paku dan piket.

a. titik koordinat A ( Xa, Ya )

d. besar sudut , dan

Gelembung

pada

pengencang

nivo

alat,

kotak

kita

ketengahkan dengan menyetel ketiga

b. titik koordinat B ( Xb, Yb )


c. titik koordinat C ( Xc, Yc )

skrup

skrup penyetel.

Setelah tahapan di atas telah dilakukan,


alat theodolite siap untuk melakukan

e. besar sudut

pengamatan.
Cara pengaturan dan pemakaian alat
theodolite :

Dengan membuka skrup pengencang


lingkaran horizontal dan vertikal arahkan

Pasang statif dengan dasar atas tetap di

teropong ke titik yang dibidik dengan

atas piket dan sedatar mungkin

pertolongan

visir

secara

kasaran,

Keraskan skrup kaki statif

kemudian skrup-skrup kita kencangkan

Letakan alat theodolite diatasnya lalu

kembali.

keraskan skrup pengencang alat

Jelaskan benang diafragma dengan

Tancapkan statif dalam-dalam pada

skrup

tanah, sehingga tidak mudah bergerak

kemudian jelaskan bayangan dari titik

Pasanglah unting-unting pada skrup

yang

pengencang alat.

geserkan lensa oculair.

Gambar 193. Pemasangan statif

pengatur
dibidik

benang
dengan

diafragma
menggeser-

Gambar 194. Pengaturan pembidikan theodolite

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

215

Dengan menggunakan skrup penggerak


halus

horizontal

dan

vertikal,

kita

tepatkan target yang dibidik (skrupskrup

pengencang

horizontal

dan

vertikal harus kencang terlebih dahulu).

Setelah seluruh tahapan akhir telah


dilakukan,

maka

pengukuran

dapat

dimulai.

8.2.3 Prosedur pengikatan ke belakang


metode Collins
Dari data yang telah tersedia diantaranya
adalah koordinat titik A,B dan C, serta sudut
dan yang diperoleh dari pengukuran di
lapangan, selanjutnya menentukan daerah
lingkaran yang melalui titik A, B dan P
dengan jari-jari tertentu, lingkaran tersebut

Pembacaan sudut mendatar

merupakan suatu cara yang membantu

Terlebih dahulu kunci boussole atau

dalam

pengencang

magnet

lepaskan,

kenyataanya tidak terdapat di lapangan. titilk

kemudian

akan

skala

C berada di luar lingkaran, tarik garis yang

sementara

menghubungkan titik P terhadap titik C.

pembacaan
bergerak

kita
terlihat

bergerak;
tunggu

sampai

skala

proses

perhitungan,

yang

pada

Sehingga garis PC memotong lingkaran, titik

pembacaan diam, kemudian kunci lagi.

perpotongan itu kita

sebut sebagai titik

Pembacaan bersifat koinsidensi dengan

penolong Collins yaitu titik H.

mempergunakan trombol mikrometer.

(Berarti

pembacaan

dilakukan

A (Xa,Ya)

pada

angka-angka yang berselisih 180o atau


200gr)

Pembacaan puluhan menit/ Centi grade

B (Xb,Yb)

dan satuannya dilakukan pada trombol


mikrometer.

Untuk

pembacaan

biasa,

mikrometer berada sebelah kanan.

Untuk pembacaan luar biasa ; trombol


berada di sebelah kiri. Untuk dapat
melihat angka-angka pembacaan pada
keadaan biasa maupun luar biasa, kita
putar

penyetel

angka

pembacaan

(angka pembacaan dapat diputar baik


menurut

biasa/

luar

biasa

berselisih 180o atau 200gr )

C (Xc,Yc)

trombol

dengan

Gambar 195. Penentuan titik penolong Collins

Titik P kemudian kita cari dengan metode


pengikatan ke muka melalui basis AB.
Perhitungan diawali terlebih dahulu dengan
menghitung koordinat titik penolong H.
Setelah

diketahui

azimuth-azimuth

lain

maka kita akan memperoleh sudut bantu .


Dari rumus tersebut maka akan diperoleh

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

216

azimuth AP dan BP. Jarak dap dan dbp di


peroleh melalui persamaan sinus sudut
terhadap jarak.
Titik P

selanjutnya

di peroleh

melalui

8.3. Pengolahan data pengikatan


ke belakang metode Collins
8.3.1 Cara Perhitungan Secara Detail

pengikatan ke muka dari A dan B. dengan

Titik P diikat dengan cara ke belakang pada

demikian hitungan Collins untuk mengikat

titik A, B, dan C. Buatlah sekarang suatu

cara ke belakang di kembalikan ke hitungan

lingkaran sebagai tempat kedudukan melalui

dengan cara ke muka yang harus di lakukan

titik-titk A, B dan P hubungkanlah titik P

dua kali. Yaitu satu kali untuk mencari

dengan titik C maka garis CP dimisalkan

koordinat-koordinat titik penolong Collins H

memotong lingkaran tadi di titik H yang di

dan satu kali lagi untuk mencari koordinat-

namakan titik penolong Collins.

koordinat titik P sendiri. Untuk menentukan


titik penolong Collins H dan titik yang akan

A (Xa,Ya)

dicari yaitu titik P, dapat dicari baik dari titik


A atau titik B.
Koordinat target dapat di peroleh dari titik A

B (Xb,Yb)

dan B. Absis target sama dengan jarak A


terhadap target dikalikan dengan sinus
azimuth

terhadap

target

kemudian

C (Xc,Yc)

ditambahkan dengan absis titik A. Ordinat


target sama dengan jarak A terhadap target

Gambar 196. Besar sudut dan

dikalikan

Untuk menentukan koordinat-koordinat titik

terhadap target ditambahkan dengan ordinat

H yang telah di gabungkan dengan titik

titik A. Absis target sama dengan jarak B

tertentu C, tariklah garis AH dan BH. Maka

dengan

cosinus

azimuth

terhadap target dikalikan dengan sinus


azimuth B terhadap target kemudian di
tambahkan dengan absis titik B. Ordinat
target sama dengan jarak B terhadap target

sudut BAH =

dan sudut ABH sebagai

sudut segiempat tali busur dalam lingkaran


sama dengan 1800 - (

+ ) dengan

demikian sudut-sudut pada titik pengikat A

terhadap target kemudian di tambahkan

dan B diketahui, hingga titik H diikat dengan

dengan ordinat titik B. Nilai koordinat target

cara kemuka pada titik-titik A dan B.

merupakan nilai koordinat rata-rata yang di

Sekarang akan dicari koordinat-koordinat

peroleh dari titik A dan B.

titik P sendiri. Supaya titik P diikat dengan

dikalikan

dengan

cosinus

azimuth

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

cara ke muka pada titik A dan B, maka


haruslah diketahui sudut BAP dan sudut
ABP, ialah sudut-sudut yang ada pada titik

217

Maka koordinat titik H tersebut adalah

ah
Yh = Ya + dah cos ah

Xh = Xa + dah sin

yang telah tentu. Sudut ABP akan dapat di


hitung bila diketahui sudut BAP.

A (Xa,Ya)

ah

A (Xa,Ya)

dah

B (Xb,Yb)

H (Xh,Yh)

C (Xc,Yc)

Gambar 197. Garis bantu metode Collins

Gambar 198. Penentuan koordinat H dari titik A

Untuk menentukan koordinat P dari A, B dan

ah dapat dicari dengan rumus :

C dipergunakan metoda perpotongan ke

ah

belakang secara numeris Collins dan cara


grafis
Lingkaran melalui A, B dan P memotong
garis PC di H, yang selanjutnya disebut titik

ab

seperti terlihat pada

gambar berikut :
A
ah

ab

penolong Collins. Titik penolong Collins ini

dapat pula terletak pada garis PB atau PA.


dah

Masing-masing lingkaran.
Melalui titik A, C dan P serta melalui titik B,
C dan P dengan data pada segitiga ABH

dapat dihitung.
Gambar 199. Menentukan sudut ah

Titik A telah diketahui koordinatnya yaitu


( Xa,Ya ). Selanjutnya akan dicari koordinat

Sedangkan sudut jurusan

titik

dengan rumus :

H.

Apabila jarak

kedua koordinat

tersebut adalah dah, dan sudut jurusan yang


dibentuk oleh kedua titik tersebut adalah

ah.

tg ab =

( xb x a )
( yb y a )

ab sendiri dicari

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

218

Untuk mencari dah, diperlukan nilai dab


sehingga

dah

dapat

ditentukan

dengan

B (Xb,Yb)

menggunakan perbandingan antara sinus

bh

sudut dengan garis sehadap sudut tersebut.


dbh
A

dab

H (Xh,Yh)
B

dah

Gambar 201. Penentuan koordinat H dari titik B

180 -(+)

bh dapat dicari dengan rumus :


bh = ab + ( +

) seperti terlihat pada

gambar berikut :

Gambar 200. Menentukan rumus dah

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa


terdapat persamaan sebagai berikut :

B
ab

d ah
d
= ab
sin {180 ( + )} sin

+
dbh

Sehingga

d AH =

d AB
. sin {180 ( + )}
sin

Sedangkan dab dicari dengan rumus :

d ab =

(X b X a )

bh

H
Gambar 202. Menentukan sudut bh

Untuk mencari dbh, diperlukan nilai dab

sin

Perhitungan diatas untuk menentukan titik H

sehingga dbh dapat ditentukan dengan

yang dicari dari titik A, yang sebetulnya

menggunakan perbandingan antara sinus

dapat pula dicari dari titik B, yaitu dengan

sudut dengan garis sehadap sudut tersebut.

rumus :
Xh = Xb + dbh sin

bh

Yh = Yb + dbh cos

bh

Dari gambar berikut dapat dijelaskan bahwa


terdapat persamaan :

d bh
d
= ab
sin sin

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

219

gambar berikut :
A

A ab

dab
B
180o-(+)

dbh

Gambar 205. Menentukan sudut ap

mengikuti aturan sudut. Maka besarnya

Gambar 203. Menentukan rumus dbh

sudut

Sehingga

d bh =

ap

sama dengan sudut BHC, seperti

terlihat pada gambar berikut ini

d ab
. sin
sin

Setelah koordinat titik penolong Collins H


diketahui, selanjutnya menentukan koordinat
hb

titik P, yang dapat dicari dari titik A maupun


H

B.

hc

Bila dicari dari titik A, maka rumusnya


adalah :

ap
Yp = Ya + dap cos ap
Xp = Xa + dap sin

C
Gambar 206. Menentukan sudut

Dari gambar diatas besar

A (Xa,Ya)

ap

P (Xp,Yp)

dapat disusun

dengan rumus

dap

hc - hb

hb didapat dari bh + 180o.


hc didapat dari rumus berikut :

Gambar 204. Penentuan koordinat P dari titik A

ap dapat dicari dengan rumus :


ap = ab + seperti terlihat

pada

tg hc =

(xc x h )
( yc yh )

Sedangkan

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

220

Kembali pada segitiga ABP, dap dapat


ditentukan dengan rumus
A

d ap

d
= ab
sin ( + ) sin
Sehingga

d ap =

d ab
. sin ( + )
sin

+
bp

Gambar 209. Menentukan sudut bp

dab

dap

dbp dapat ditentukan dengan rumus


o(

B
ab

180 + )
B

d bp

sin

d ab
sin

Gambar 207. Menentukan rumus dap

Sehingga

Bila menentukan koordinat titik P dari titik B,

d bp =

mempunyai rumus sebagai berikut

d ab
. sin
sin

bp
Yp = Yb + dbp cos bp
Xp = Xb + dbp sin

P
dbp

B (Xb,Yb)

dab
180o ( + )
dbp

bp
Gambar 210. Menentukan rumus dbp

P (Xb,Yb)
8.3.2 Langkah-Langkah Pekerjaan
Gambar 208. Penentuan koordinat P dari titik B

bp dapat dicari dengan rumus :


bp = ab + ( + ) seperti terlihat
gambar berikut :

Menentukan

ab
pada

ab dan dab

adalah sudut-sudut yang di bentuk

oleh garis penarikan titik AB dengan garis


lurus yang di tarik dari koordinat A menuju
utara, yang di cari dengan rumus :
tg

ab = (xb - xa) : (yb - ya)

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

221

yang dapat di ketahui dengan rumus

Menentukan

ab =

(yb - ya) : cos

koordinat-koordinat

ab
titik

= dab : sin

dbh = m sin
xh = xb + dbh sin bh
yh = yb + dbh cos bh

penarikan koordinat A terhadap koordinat B


dab = (xb - xa) : sin

dbh : sin

dab adalah jarak yang di bentuk oleh

adalah besar sudut yang dibentuk garis


BA dan PA merupakan komponen yang bisa

penolong

mencari koordinat titik P, untuk mencari

Garis H merupakan garis penolong Collins

besarnya harus di ketahui hc.

yang

Menentukan

terbentuk

dari

perpotongan

garis

penarikan titik P terhadap titik C pada


lingkaran yang dibentuk oleh titik P, A dan B

tg

hc = (xc - xb) : (yc - yh)

dengan dicarinya

Untuk mencari titik koordinat H dapat dicari

besarnya

dengan 2 cara :

H dicari dari titik A diperlukan

ah

hc dan
hc.

Maka dapat di hitung

hc - hb = hc ( bh - 1800) =

hc + 1800 - bh

dan dah.

Untuk mengihitung koordinat titik H yang di

Menentukan koordinat titik P

cari dari titik A diperlukan ah dan dah. ah

Koordinat

merupakan sudut jurusan AH dan dah

pengikatan terhadap titik A dan B, dimana

merupakan jarak yang dibentuk oleh garis

perhitungan harus dicari terlebih dahulu

AH dicari dengan rumus:

sudut-sudut yang terkait didalamnya.

ah - ab +

Dicari dari titik A diperlukan ap dan bp

dah : sin { 1800 ( +


dah = m sin ( +

)} = dab : sin
)

xh = xa + dah sin ah
yh = ya + dah cos ah
bila m = dab : sin

Untuk mengihitung koordinat titik H yang di


cari dari titik B diperlukan bh dan dbh. ah
merupakan sudut jurusan BH dan dah
merupakan jarak yang dibentuk oleh garis
BH dicari dengan rumus:

bh = ab + (

ap

titik

ab

dapat

dicari

dengan

d ap

sin 180 0 ( + )

)=

dap = m sin ( +

d ab
sin

ap
yp = ya + dap cos ap

xp = xa + dap sin

Dicari dari titik B diperlukan

bp
d bp
sin

ab (

d ab
sin

dbp = m sin

bp
yp = yb + dbp cos bp
xp = xb + dbp sin

bp dan dbp

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

222

ah

ab
bh

ph

H
C

Gambar 211. Cara Pengikatan ke belakang metode Collins

8.3.3 Contoh Soal


Contoh 1

(x b - x a )
ab = tg-1 (y - y )
b

Hitunglah koordinat titik P ( Xp, Yp ) dengan

(23.373,83 - 23.231,58)
= arctg (90.179,61 - 91.422,92)

pengikatan ke belakang cara Collins,


dengan data sebagai berikut :
A : x = +23.231,58
y = + 91.422,92

= - 6o3137,07
Berada di kuadran 2 sehingga

ab = 180o

B : x = + 23.373,83

= 180o - 6o3137,07

y = +90.179,61

= 173 o 2822,9

C : x = + 24.681,92
y = + 90.831,87

dab =

= 644703

(x b - x a )
sin ab

(23.373,83 - 23.231,58)
sin 173 o 28'22,9

= 871128

Jawaban :

= 1.251,42

Dengan bantuan mesin hitung

Menentukan koordinat H dan P dari titik A

Menentukan ab dan dab

Menentukan ah dan dah

tg

ab = (xb - xa) : (yb - ya)

ah = ab + = 173 o 2822,9 + 871128

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

= 260 o 3950,9

d ab
sin ( + )
sin

dah =

1.251,42
sin (644703 + 871128 )
sin 644703

Sehingga koordinat H adalah;

ah

= 23.231,58 + 649,91 sin 260 o 3950,9


= 22.590,28
yh = ya + dah cos

ah

= 91.422,92+ 649,91 cos 260 o 3950,9


= 91.317,48
Menentukan hc dan
tg

hc = (xc - xb) : (yc - yh)

hc = arctg
= arctg

= - 42 o 2239,61
Menentukan ap dan dap

ap = ab +
= 173 o 2822,9 - 42 o 2239,61
= 131 o 543,29

= 649,91
xh = xa + dah sin

223

(x c - x b )
(yc - y h )
(24.681,92 - 22.590,28)
(90.831,87 - 91.317,48)

= - 76o5545,71
Berada di kuadran 2 sehingga

hc = 180o

dap =

= 1.251,42 sin (644703 42 o 2239,61 )


sin 644703
= 527,25252
Sehingga koordinat P adalah ;
xp = xa + dap sin

hc+180 - bh

bh = ab + ( + )
= 173 o 2822,9 +
(644703+871128)
o

= 325 2653,9

= 103 o 414,29+180 - 325o2653,9

ap

= 23.231,58+527,25252 sin131o543,29
= 23.628,92

ap

yp = ya + dap cos

= 91.422,92+527,25252 cos131 543,29


= 91.076,349
Menentukan koordinat H dan P dari titik B

Menentukan bh dan dbh

bh = ab + ( + )
=173 o 2822,9 + 891128+ 644703
= 327o 2653,9
dbh =

= 180o - 76o5545,71
= 103 o 414,29

d ab
sin ( + )
sin

d ab
sin
sin
1.251,42
sin (871128 )
sin 644703

= 1.381,567
Sehingga koordinat H adalah ;
xh = xb + dbh sin

bh

= 23.373,83+1.381,567 sin327o2653,9
= 22.630,4636
yh = yb + dbh cos

bh

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

224

= 90.179,61+1.381,567 cos327o2653,9

besarnya

= 91.344,141

angka.

Menentukan bp dan dbp

itu

dengan

Tahap awal yang dilakukan adalah mencari

bp = ab + ( +)
=173o2822,9+644703+42o2239,61
= 195o 5246,2

nilai-nilai logaritma dari data yang diperlukan


dalam

perhitungan,

kemudian

isi

nilai

tersebut di kolom bagian bawah. seperti nilai

d ab
sin
dap =
sin

log sin

, log (xb xa) dan lain sebagainya.

Kolom paling atas didisi nilai sebenarnya

= 1.251,42 sin (- 42 o 2239,61 )


sin 644703

dari besaran yang dihitung. Seperti pada


baris

= -932,316

pertama

kolom

bagian

kiri

diisi

pencarian koordinat titik H yang dicari baik

Sehingga koordinat P adalah ;


xp = xb + dbp sin

besaran-besaran

bp

dari titik A maupun titik B.


o

= 23.373,83+(- 932,31 sin195 5246,2)

Baris pertama diisi dengan nilai koordinat

= 23.628,92

titik B untuk Xb disamping kiri dan Yb

yp = yb + dbp cos

bp

disamping kanan. Selanjutnya diisi nilai dbh


o

= 90.179,61+(- 932,31 cos195 5246,2)


= 91.076,348

sin

bh.

Kemudian isi nilai koordinat Xh,

yang merupakan penambahan anatara nilai


koordinat Xb dengan sin

Dengan Bantuan Logaritma

bh,

begitupula

untuk Yb.
Hitungan

yang

dilakukan

dengan

cara

logaritmis maka untuk hitungan digunakan


suatu formulir, supaya hitungan tertata
dengan rapi dan teratur, sehingga bila
terdapat kesalahan dapat dengan mudah
ditemukan dan diperbaiki.
Formulir dibagi dalam dua bagian. bagian
atas diisi dengan angka-angka sebenarnya
dan bagian bawah yang diisi dengan hargaharga logaritma angka-angka itu.
Lajur-lajur yang bernomor ganjil menyatakan
besaran-besaran dengan huruf, sedangkan
lajur lainnya yang bernomor genap memuat

Lakukan hal yang sama untuk mencari nilai


koordinat H yang dihitung dari titik A,
sehingga diperlukan Xa, dan dah sin

ah

untuk menghitung Xh. Dan diperlukan Ya dan


dah cos

ah untuk menghitung Yh.

Kolom

bagian

kiri

digunakan

untuk

menghitung koordinat titik P, dapat dicari


dari titik A maupun B. bila dari titik A
diperlukan

Xa

dan

dap

sin

ap

untuk

menghitung Xp, dan diperlukan Ya dan dap


cos

ap

untuk menghitung Yp.

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

Tabel 20. Hitungan cara logaritma

225

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

226

Contoh 2

Menentukan koordinat H dan P dari titik A

Hitunglah koordinat titik P ( Xp, Yp ) dengan

Menentukan ah dan dah

pengikatan ke belakang cara Collins,

ah = ab +

dengan data sebagai berikut :

= 157 o 2914,8 + 410819

A : x = - 2.904,28

= 198 o 3733,8

y = + 4.127,31
B : x = - 2.168,09
y = + 2.351,09
C : x = + 4.682,09

dah =
=

d ab
sin ( + )
sin

1.922,741
sin (4716'30"+4108'19")
sin 4716'30"
= 2.616,329

y = - 2.375,92
= 471630

Sehingga koordinat H adalah ;

= 410819

xh = xa + dah sin

ah
o

= -2.904,28+2.616,329 sin 198 3733,8


Jawaban :
Dengan bantuan mesin hitung

= - 3.739,91
yh

= ya + dah cos

= 4.127,31+ 2.616,329 cos 198o3733,8

Menentukan ab dan dab

ab = (xb - xa) : (yb - ya)


(x b - x a )
ab = tg-1 (y - y )
b
a

tg

(-2.168,09 + 2.904,28)
= arctg (2.351,09 - 4.127,31)

= 1.648,016
Menentukan hc dan
tg

hc = (xc - xb) : (yc - yh)

hc = arctg

= - 22o3045,15
= arctg

Berada di kuadran 2 sehingga

ab = 180o

(x b - x a )
dab =
sin ab

(x c - x b )
(yc - y h )
(4.682,09 + 3.739,91)
(-2.375,92 - 1.648,016)

= -64 2743,2

= 180o - 22o3045,15
= 157 o 2914,8

ah

Berada di kuadran 2 sehingga

hc = 180o
= 180o-64o2743,2
= 115 o 3216,5

(-2.168,09 - 2.904,28)
=
sin 157 o 29'14,8

= 1.922,741

bh = ab + ( + )

hc+180 - bh
= 157 o 2914,8+(471630+410819)

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

227

= 245o543,8

= - 3.739,91

= 115 3216,5180 - 245 543,8

yh

= 1.648,015

Menentukan ap dan dap

ap = ab +

Menentukan bp dan dbp

bp = ab + ( +)

= 157 2914,8+ 49 3812,7


o

=157o2914,8+471630+49o 3812,7

= 207 727,5

= 254o 2357,5

d ab
sin ( + )
sin

= 1.922,741 sin (4716'30"+49 o 38'12,7 )


sin 4716'30"

dap =

Sehingga koordinat P adalah ;


= xa + dap sin

= 1.994,289

ap

Sehingga koordinat P adalah ;


o

= -2.904,28+ 2.598,311sin 207 727,5

xp

= xb + dbp sin

= ya + dap cos

ap

= - 4.088,908
o

= 4.127,31+ 2.598,311cos 207 727,5

yp

= yb + dbp cos
= 1.814,763

Menentukan koordinat H dan P dari titik B

Menentukan bh dan dbh

bh = ab + ( + )
= 157 o 2914,8 + (471630+410819)
= 245o 543,8

d ab
sin
sin
1.922,741
sin (4108'19")
sin 4716'30"

= 1.721,898
Sehingga koordinat H adalah ;
xh = xb + dbh sin

bp

= 2.351,09+1.994,289 cos254o2357,5

= 1.814,758

dah =

bp

= -2.168,09+1.994,289 sin254o2357,5

= - 4.088,908
yp

d ab
sin
sin

= 1.922,741 sin (49 o 38'12,7 )


sin 4716'30"

= 2.598,311
xp

bh

=2.351,09+1.721,898 cos 245o 543,8

= 49 3812,7

dap =

= yb + dbh cos

bh

=-2.168,09+1.721,898 sin245o 543,8

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

8.4. Penggambaran pengikatan


kebelakang metode Collins
Pada A dan B lukiskan sudut
o

180

228

A (Xa,Ya)

dan sudut

B(Xb,Yb

( + ). Kedua garis A dan B

180- ( + )

berpotongan di H. hubungkan C H, ukur


dengan busur derajat sudut
lukiskan di A sudut

kemudian

Maka garis CH dan

CD akan berpotongan di A, selanjutnya


bacalah koordinat titik P tersebut.

C(Xc,Yc)

Langkah-langkah pekerjaan, dapat disusun


sebagai berikut :
1. Menentukan titik A, B dan C,
2. mengukur sudut

di titik A dan sudut

180o ( + ) di titik B.

Gambar 213. Menentukan koordinat titik penolong


Collins

5. Ukur sudut
garis

yang

berpotongan
A (Xa,Ya)

di titik A, kemudian tarik


dibentuk
dengan

sehingga

perpanjangan

garis CH. Titik perpotongan tersebut kita


sebut sebagai titik P

B(Xb,Yb
180- ( + )

6. Baca koordinat titik P tersebut


A (Xa,Ya)

B(Xb,Yb
180- ( + )

Gambar 212. Menentukan besar sudut dan

3. Perpanjang garis yang dibentuk oleh


sudut masing-masing, sehingga garis
tersebut berpotongan, Kita sebut titik
perpotongan itu sebagai titik H.
4. Tarik garis yang menghubungkan titik H

P (Xp,Yp)

dan titik C, kemudian ukur sudut yang

C(Xc,Yc)

dibentuk oleh garis CH dan BH. Kita


sebut sebagai sudut

Gambar 214. Menentukan titik P

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

229

Cara grafis lainnya dapat pula dilakukan


dengan

langkah

yang

berbeda,

yaitu

sediakan 2 macam masing-masing kertas

3. Pada kertas transaran lukislah sudut

dan

dari suatu titik.

4. Pasanglah kertas transparan tadi yang

transparan dan kertas grafik.

telah dilengkapi lukisan sudut tepat

Pada kertas grafik lukiskan titik A, B dan C,

diatas

sedangkan pada kertas transparan lukiskan

ditentukan titik titik A,B dan C.

sudut

kertas

grafik

yang

telah

dan . Letakkan kertas transparan

di atas kertas grafik, atur sedemikian rupa


agar jurusan garis PA, PB dan PC tetap di

titik A,B dan C.

Bila tujuan tersebut tercapai, tusuklah titik P


sehingga membekas pada kertas grafik
kemudian bacalah koordinat titik P tersebut.

Gambar 216. Garis yang dibentuk sudut dan

Cara diatas dapat disusun langkah kerjanya,


5. Sesuaikan kertas transparan, sehingga

sebagai berikut:
1. Sediakan

kertas

grafik

dan

kertas

garis-garis

pada

transparan

melewati semua titik.

transparan
2. Pada kertas grafik lukislah titik A,B dan

6. Baca koordinat titik P tersebut.

C yang telah disesuaikan dengan letak

koordinat masing-masing

B)

A (Xa,Ya)

B(Xb,Yb

Gambar 217. Pemasangan transparansi pada

C(Xc,Yc)

Gambar 215. Menentukan koordinat titik A,B dan C


pada kertas grafik

kertas grafik

tepat

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

230

Model Diagram Alir Ilmu Ukur Tanah Pertemuan ke-07


Model Diagram Alir
Pengikatan Ke Belakang Metode Collins
Pengikatan
Ke Belakang Metode
Collins MT
DosenCara
Penanggung
Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar
Muda Purwaamijaya,

Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal


Titik Tunggal

Disusun dari 3 Titik Ikat


Benchmark A (Xa, Ya) dan B
(Xb, Yb) -> Basis
Benchmark C (Xc, Yc)

Menggunakan Alat Theodolite

Pengukuran Pengikatan Ke Belakang


Metode Collins (Logaritmis)
Lingkaran melalui
Benchmark A & B
serta titik P
Alat Theodolite berdiri di atas Titik P dan
dibidik ke Benchmark A, B dan C

Sudut Alfa = < APB

Dengan Prinsip :

Ditarik garis dari P ke C


Perpotongan lingkaran
dengan
Garis PC adalah titik
penolong H

Sudut Beta = < BPC

dab (Jarak ab) = [(Xb-Xa)^2+(Yb-Ya)^2]^0.5

1. Rumus Sinus
2. Segitiga sehadap
3. Jumlah sudut dalam segitiga

Alfa ah = fungsi (Alfa ab ; Beta)


= Alfa ab + Beta
Alfa bh = fungsi (Alfa ba ; 180-Alfa-Beta)
= Alfa ba - (180-Alfa-Beta)
dah = (dab/sinus Alfa) . sinus (180-Alfa-Beta)
dbh = (dab/sinus Alfa) . sinus Beta

Sudut Delta = Alfa ap - Alfa ab - Beta


dap = (dab/sin Alfa) . sin (180-Alfa-Beta-Delta)
dbp = (dab/sin Alfa} . sin (Beta + Delta)
Xp = Xa + dap . sin Alfa ap ; Xp = Xb + dbp . sin Alfa bp
Yp = Ya + dap . cos Alfa ap ; Yp = Yb + dbp . cos Alfa bp

Alfa ab = Tan^-1 [(Xb-Xa)/(Yb-Ya)]

Xh(a) = Xa + dah . sin Alfa ah


Yh(a) = Ya + dah . cos Alfa ah
Xh(b) = Xb + dbh . sin Alfa bh
Yh(b) = Yb + dbh . cos Alfa bh
Xh = [ Xh(a) + Xh(b) ] / 2
Yh = [ Yh(a) + Yh(b) ] / 2
Alfa ph = Alfa hc
Alfa hc = Tan^-1 [(Xc-Xh) / (Yc-Yh)]
Alfa pb = Alfa ph - Beta
Alfa bp = Alfa pb + 180
Alfa pa = Alfa ph + 360 - (Alfa + Beta)
Alfa ap = Alfa pa - 180

Gambar 218. Model Diagram Alir Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

231

Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 8 mengenai cara pengikatan kebelakang metode
collins, maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Perbedaan pengikatan ke muka dan ke belakang dalam menentukan suatu titik
koordinat adalah data awal yang tersedia, prosedur pengukuran di lapangan serta
keadaan lapangan yang menentukan cara mana yang cocok digunakan.
2. Pengikatan ke muka dapat dilakukan apabila kondisi lapangan memungkinkan untuk
berpindah posisi pengukuran yaitu pada daerah-daerah yang mudah seperti pada
dataran rendah yang mempunyai permukaan datar, sehingga keadaan lapangan
tersebut dapat memungkinkan dilakukan pengikatan ke muka.
3. Pengikatan ke belakang, dilakukan pada saat kondisi lapangan tidak memungkinkan
menggunakan pengukuran pengikatan ke muka, dikarenakan alat theodolite tidak
mudah untuk berpindah-pindah posisi, dan kondisi lapangan yang terdapat rintangan.
4. Theodolite, adalah alat yang digunakan untuk membaca sudut azimuth, sudut vertikal
dan bacaan benang atas, bawah dan tengah dari rambu ukur.
5. Fungsi Theodolite digunakan untuk mengukur besaran sudut datar yang dibentuk dari
titik koordinat yang akan dicari titik-titik lain yang telah diketahui koordinatnya.
6.

Rambu ukur, digunakan sebagai patok yang diletakan di titik-titik yang telah diketahui
koordinatnya untuk membantu dalam menentukan besaran sudut yang dibentuk dari
beberapa titik yang telah diketahui koordinatnya, sehingga pada keperluan pengukuran
ini tidak diperlukan data pada rambu ukur seperti benang tengah, benang atas, dan
benang bawah.

7. Statif, digunakan sebagai penopang dan tempat diletakannya theodolite.


8. Unting-unting digunakan agar penempatan alat theodolite tepat berada di atas
permukaan titik yang akan dicari koordinatnya.
9. Untuk menghitung titik koordinat dengan menggunakan pengikatan ke belakang cara
Collins, data yang diukur di lapangan adalah besarnya sudut dan sudut .

8 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Collins

232

Soal Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !
1. Sebutkan dan Jelaskan fungsi dari peralatan dan bahan yang digunakan pada
pengukuran pengikatan ke belakang dengan cara Metode Collins?
2. Bagaimana cara pengaturan dan pemakaian alat theodolite?
3. Bagaimana cara pembacaan sudut mendatar pada alat theodolite?
4. Jelaskan dan gambarkan cara menentukan titik-titik koordinat pada pengikatan
kebelakang dengan metode Collins?
5. Hitunglah koordinat titik P ( Xp, Yp ) dengan pengikatan ke belakang cara Collins,
dengan data sebagai berikut :
A : x = +23.231,58

B : x = + 23.373,83

C : x = + 24.681,92

= 644703

y = + 91.422,92

y = + 90.179,61

y = + 90.831,87

= 871128

233

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

9. Cara pengikatan ke belakang metode Cassini

Pengikatan ke belakang adalah sebuah


metode orientasi yang dipakai jika planset
menempati

kedudukan

yang

belum

di

tentukan lokasinya oleh peta. Pengikatan ke


belakang

dapat

diartikan

sebagai

pengukuran ke rambu yang ditegakkan di


stasion (titik dimana theodolite diletakkan)
yang diketahui ketinggiannya. Secara umum
rambunya disebut rambu belakang.
Pada bab delapan telah dibahas cara
pengikatan ke belakang metode Collins,
yang menjelaskan secara umum pada saat

Gambar 219. Pengukuran di daerah tebing

kapan menggunakan cara pengikatan ke


belakang, yaitu pada saat akan menentukan
koordinat dari suatu titik, yang dihitung dari
titik koordinat lain yang telah diketahui
koordinantnya.
Pengukuran tersebut tidak dilakukan dengan
cara pengikatan ke muka, karena tidak
seluruh kondisi alam dapat mendukung cara
tersebut. Khususnya pada kondisi alam
yang terpisah oleh rintangan, maka dapat
dilakukan

dengan

cara

pengikatan

ke

belakang. Seperti pada pengukuran yang


terpisah

oleh

jurang,

sungai

dan

lain

Gambar 220. Pengukuran di daerah jurang

sebagainya.
Seperti terlihat pada gambar-gambar berikut

Karena kondisi alam tidak memungkinkan

adalah contoh pengukuran yang dilakukan

dilakukan

pada kondisi alam yang sulit baik daerah

sehingga diperlukan cara pengikatan ke

jurang maupun daerah tebing.

belakang cara Collins maupun Cassini.

pengukuran

seperti

biasanya,

234

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

9.1. Tujuan pengikatan ke belakang


Metode Cassini
Cara

pengikatan

Cassini

ke

merupakan

perhitungan

belakang
salah

yang

metode

satu

berfungsi

Dengan adanya metode pengolahan data ini


memudahkan

surveyor

dalam

pelaksanaan

pengukuran

di

teknis

lapangan,

khususnya pada kondisi alam yang sulit.

model
untuk

mengetahui suatu titik koordinat, yang dapat


dicari dari titik-titik koordinat lain yang sudah
diketahui.
Metode ini dikembangkan pada saat alat
hitung sudah mulai ramai digunakan dalam
berbagai

keperluan,

perhitungannya

sehingga

pada

dengan

mesin

dibantu

hitung. Oleh karena itu cara pengikatan ke


belakang yang dibuat oleh Cassini dikenal
dengan nama metode mesin hitung.
Pengikatan ke belakang metode Collins
ataupun

metode

Cassini

dibahas

sebelumnya

seperti

bertujuan

telah
untuk

mengukur atau menentukan koordinat titik


jika kondisi alam tidak memungkinkan dalam

Gambar 221. Pengukuran terpisah jurang

pengukuran biasa atau dengan pengukuran

Yang

pengikatan

alat

dengan metode Collins adalah asumsi dan

theodolite hanya ditempatkan pada satu titik,

pengolahan data perhitungan. Sedangkan

yaitu tepat diatas titik yang akan dicari

pada proses pelaksanaan pengukuran di

koordinatnya, kemudian diarahkan pada

lapangan kedua metode tersebut sama,

patok-patok

yang diukur adalah jarak mendatar yang

ke

muka.

yang

Sehingga

telah

diketahui

koordinatnya,
Biasanya cara ini dilakukan ketika akan

membedakan

metode

Cassini

dibentuk antara patok titik koordinat yang


sudah diketahui.

mengukur suatu titik yang terpisah jurang

Pengolahan

atau sungai dengan bantuan titik-titik lain

diasumsikan titik koordinat berada pada dua

yang telah diketahui koordinantnya.

buah lingkaran dengan dua titik penolong.

data

metode

Cassini

235

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

Pada

pengikatan

ke

belakang

metode

Collins diperlukan cukup satu titik penolong


Collins yaitu titik H, yang dicari sehingga
didapatkan sudut

9.2. Peralatan, bahan dan prosedur


pengikatan ke belakang
metode Cassini

, yang digunakan dalam

langkah menentukan titik P. Kedua titik

9.2.1. Peralatan dan bahan

tersebut baik titik H maupun titik P dapat

Peralatan yang digunakan pada pengukuran

dicari dari titik A maupun B. Atau keduanya

pengikatan ke belakang cara Cassini seperti

kemudian hasilnya dirata-ratakan.

peralatan yang digunakan pada pengukuran


pengikatan ke belakang cara Collins, antara

A (Xa,Ya)

lain sebagai berikut :


a. Theodolite
B (Xb,Yb)

b. Rambu ukur
c. Statif

d. Unting-unting
e. Benang
H

C (Xc,Yc)

Gambar 222. Pengikatan ke belakang metode


Collins

Pada

pengikatan

ke

belakang

metode

f. Formulir ukur dan alat tulis


Setiap peralatan dan bahan yang digunakan
mempunyai fungsi masing-masing dalam
pemanfaatannya

khususnya

pada

Cassini dibutuhkan dua titik bantu yaitu titik

pengikatan ke belakang cara Cassini, antara

R dan S. Titik R dicari dari titik A sedangkan

lain:

titik S dari titik C. Untuk menentukan titik P

Theodolite, adalah alat yang digunakan

dapat dicari dari titik R dan S.

untuk mengukur besaran sudut datar dari

titik koordinat yang akan dicari terhadap titiktitik lain yang telah diketahui koordinatnya,
penggunaan
pekerjaan

khususnya

pengukuran

pada

pengikatan

ke

belakang.

Fungsi

Gambar 223. Pengikatan ke belakang metode

lain

dari

theodolite

adalah

menentukan besaran sudut vertikal, karena


tidak

Cassini

tersebut

hanya

dapat

digerakan

secara

horizontal saja, tetapi dapat pula diputar ke


arah vertikal. lain halnya pada alat sipat

236

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

datar optis yang hanya dapat diputar arah

tengah, benang atas dan benang bawah

horizontal saja.

yang biasa dibaca dengan theodolite pada

Keunggulan
digunakan

theodolite
dalam

selain

pengukuran

dapat

kebanyakan pengukuran.

kerangka

Rambu ukur ini diletakan tepat pada titik-titik

dasar vertikal dapat pula digunakan pada

yang telah diketahui koordinantnya, yang

pengukuran

mana

kerangka

dasar

horizontal

pada

pengikatan

ke

belakang

sehingga dapat digunakan pada daerah

dibutuhkan tiga titik yang telah harus

bukit dari permukaan bumi, yaitu pada

diketahui koordinantnya.

kemiringan 15 % 45%.

Gambar 225. Rambu ukur

Gambar 224. Theodolite

Rambu ukur, digunakan sebagai patok yang


diletakan di titik-titik yang telah diketahui
koordinatnya

untuk

membantu

dalam

menentukan dari titik mana yang akan dicari


besaran

sudutnya.

Sehingga

pada

keperluan pengukuran ini tidak diperlukan


angka pada rambu ukur seperti benang

Gambar 226. Statif

237

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

Statif, digunakan sebagai penopang dan


tempat diletakannya theodolite. Ketinggian
statif dapat diatur menurut kebutuhan yang
disesuaikan

dengan

orang

yang

akan

menggunakan alat theodolite.

tersebut adalah A, B dan C.


Akan dicari suatu koordinat titik tambahan
diluar titik A,B, dan C untuk keperluan
tertentu yang sebelumnya tidak diukur,
misalkan titik tersebut adalah titik P.

Unting-unting, dipasang tepat di bawah alat


theodolite dengan menggunakan benang,
sehingga penempatan alat theodolite tepat
berada di atas permukaan titik yang akan
dicari koordinatnya.

Alat theodolite dipasang tepat diatas titik P


yang

akan

dicari

bantuan statif.

koordinatnya

dengan

Pasang rambu ukur yang

berfungsi sebagai patok tepat pada titik yang


telah diketahui yaitu titik A, B, dan C,
sehingga terdapat 3 patok dan 2 ruang antar
patok yaitu ruang AB dan BC. Baca sudut
mendatar yang dibentuk oleh titik A, B dan
titik B, C.
Sudut yang dibentuk oleh titik A dan B kita
sebut sebagai sudut alfa () sedangkan
sudut yang dibentuk oleh titik B dan C kita
sebut sudut beta ().
Untuk menghitung titik koordinat dengan
menggunakan pengikatan ke belakang cara
Collins data yang diukur di lapangan adalah
besarnya sudut dan sudut . Koordinat titik

Gambar 227. Unting-unting

A,

9.2.2 Pengukuran di lapangan

B,

dan

telah

ditentukan

dari

pengukuran sebelumnya. Sehingga data

Pada pelaksanaan pengukuran di lapangan

awal yang harus tersedia adalah sebagai

yang

berikut :

datanya

akan

diolah

dengan

menggunakan metode Cassini sama halnya

a. titik koordinat A ( Xa, Ya )

pada praktek pengukuran metode Collins,

b. titik koordinat B ( Xb, Yb )

yaitu sebagai berikut.

c. titik koordinat C ( Xc, Yc )


telah

d. besar sudut

diketahui berapa koordinat masing-masing.

e. besar sudut

Terdapat
Misalkan

titik

titik-titik

koordinat
yang

yang

telah

diketahui

238

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

P
Gambar 228. Pengukuran sudut dan di lapangan.

9.2.3 Prosedur pengikatan ke belakang


metode Cassini

A
90o

Dari data yang telah tersedia diantaranya


adalah koordinat titik A, B dan C, serta sudut

mendatar dan yang diperoleh dari


pengukuran di lapangan, selanjutnya cara

hitungan Cassini diperlukan dua tempat

kedudukan sebagai titik bantu, misalkan

kedua titik tersebut adalah titik R dan titik S.


Cassini membuat garis yang melalui titik A
dibuat tegak lurus pada AB dan garis ini
memotong tempat kedudukan yang melalui

Gambar 229. Lingkaran yang menghubungkan titik


A, B, R dan P.

A dan B di titik R.

Demikian pula dibuat garis lurus melalui titik

Karena segitiga BAR adalah 900 maka garis

C tegak lurus pada BC dan garis ini

BR

lingkaran,

memotong tempat kedudukan yang melalui

sehingga segitiga BPR menjadi menjadi 900

titik B dan C di titik S. BS pun merupakan

pula.

garis tengah lingkaran, jadi segitiga BPS

menjadi

garis

tengah

239

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

sama dengan 900. Karena segitiga BPR

Hubungkanlah titik R, titik P dan titik

S.

maka titik R, titik P dan titik S tersebut akan

sama dengan 90 .

terletak pada satu garis lurus, karena sudut

sama dengan 90 sehingga segitiga BPS


0

yang dibentuk oleh BPR dan BPS adalah


900. Titik R dan S dinamakan titik-titik

penolong Cassini, yang membantu dalam


menentukan koordinat titik P
C

90o

Terlebih

dahulu

akan

dicari

koordinat-

koordinat titik penolong Cassini R dan S


agar dapat dihitung sudut jurusan garis RS
karena PB tegak lurus terhadap RS maka
didapat pula sudut jurusan PB. Sudut

jurusan PB digunakan untuk menghitung


koordinat titik P dari koordinat B.
Gambar 230. Lingkaran yang menghubungkan titik
B, C, S dan P.

A (Xa, Ya)

d ab
dar

B (Xb, Yb)
d cb

C (Xc, Yc)

R
dcs

Cassini (1679)
Gambar 231. Cara pengikatan ke belakang metode Cassini

240

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

Rumus umum yang akan digunakan adalah :

x2 x1 = d12 sin 12
y2 y1 = d12 cos 12

d12 =

( x2 x1 )
sin 12

d12 =

( y2 y1 )
cos 12

dab

90o

dar

R
Gambar 232. Menentukan dar

x2 x1 = ( y2 y1 ) tg 12
y2 y1 = ( x2 x1 ) cotg 12

(x x )
tg12 = 2 1
( y2 y1 )

ab

A
90o

9.3 Pengolahan data pengikatan ke


belakang metode Cassini

ar

R
Gambar 233. Menentukan ar

9.3.1 Cara perhitungan secara detail


Bila P letaknya tertentu, maka melalui titiktitik A, B, P dan B, C, P dapat dibuat

Selanjutnya adalah :

x r x a = d ar sin ar

lingkaran dengan m1 dan m2 sebagai pusat.

= d ab cot g sin ( ab + 90)

Jika di A ditarik garis AB dan C ditarik garis

= d ab cos ab cot g

tegak lurus BC, maka garis-garis tersebut


akan memotong lingkaran m1 dan m2 masing
masing di R dan S. Titik R dan S ini disebut
titik Penolong Cassini. Maka dapat terbukti
bahwa R, P dan S terletak dalam satu garis

= ( yb ya ) cot g
xr = xa + ( yb ya )cot g
y r y a = d ar cos ar

lurus dan PB tegak lurus terhadap RS.

= d ab cot g cos( ab + 90)

Koordinat-koordinat titik R dicari dengan

= d ab sin ab cot g

menggunakan segitiga BRA yang siku-siku

= (xb xa ) cot g

dititik A, maka dar = dab cotg dan ar = ab +


90o.

yr = Ya (xb xa )cot g

Seperti yang ditunjukan pada gambar 235

Koordinat-koordinat titik S dicari dalam

dan

segitiga BSC yang siku-siku di titik C, maka

segitiga ABR untuk menentukan dar


gambar 236 menghitung ar.

d cs = d cb cot g dan cs = bc + 90

241

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

diakui, yaitu koordinat-koordinat titik A, B

dbc

C
90o

dan C dan sudut-sudut dan yang diukur.


Sekarang dapatlah ditentukan sudut jurusan
garis RS dengan rumus,

dcs

tg rs = ( xs xr ) : ( ys yr ) dan misalkan

tg rs = n, maka cotg rs==1:n.

Gambar 234. Menentukan das

Selanjutnya Cassini menulis untuk

bc

cs

90o
S

memasukkan koordinat-koordinat titik P ;

yr yb = ( yb y p ) ( y p yr )

= (xb x p )cot g pb (x p xr )cot g rp


Karena

pb = rs 90 dan rs , maka

dapatlah ditulis :
Gambar 235. Menentukan as

jadi berlakulah :

yr yb = (xb x p )cot g ( rs 90 ) (x p xr )cot g rs

= + (xb x p )tg rs (x p xr )cot g rs

x s x c = d cs sin cs

= d bc cot g sin ( cb + 90)


= d bc cos bc cot g

= (xb x p )n (x p xr )

= ( yc yb ) cot g

= nxb +

xs = xc + ( yc yb )cot g .
y s y c = d cs cos cs

= d bc cot g cos( bc + 90)


= d bc sin bc cot g
ys = yc ( xc xb )cot g .
= (xc xb ) cot g
Dari uraian diatas dan dari rumus-rumus
untuk xr, yr, xs dan ys dapat dilihat, bahwa
besaran-besaran ini dapat dihitung dengan
segera dari besaran-besaran yang telah

1
n

1
1

xr n + xp atau,
n
n

1
1


x p = nxb + xr + yb yr : n +
n
n

xt xb = (xb x p ) (x p xr )

= ( yb y p )tg pb ( yb yr )tg rp

= ( yb y p )tg ( rs 90) ( y p yr )tg rs

= ( yb y p )cot g rs ( y p yr )tg rs
1
= ( yb y p ) ( y p yr )n
n

1
1

yb + nyr n + y p
n
n

242

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

B : x = + 23.373,83

1
1

y p = yb + nyr + xb xr : n +
n
n

y = +90.179,61
C : x = + 24.681,92

9.3.2 Langkah-langkah perhitungan

y = + 90.831,87

Menentukan koordinat penolong R dan S

= 644703

Koordinat R

= 871128

Rumus yang digunakan :

Jawaban :

xr = xa + ( yb ya ) cot g

Menentukan koordinat titik R

yr = ya + ( xb xa ) cot g

Menentukan xr

Koordinat S

Menggunakan rumus :

xs = xc + ( yc yb ) cot g

x r = x a + ( y b y a ) cot g

ys = yc + ( xc xb ) cot g

( yb ya ) = 90.179,61 - 91.422,92

Menentukan n

= - 1.243,31

( x xr )
n = tg rs = s
( y s yr )

Cotg

= 0,47090

( yb ya ) cot g = -1.243,31 x 0,47090

Menentukan koordinat P

= - 585,47

n xb + xr + yb yr
n

xp =
1
(n + )
n

Xr

Menentukan yr
Menggunakan rumus :

y r = y a + ( xb x a ) cot g
( xb xa ) = 23.373,83 - 23.231,58
= 142,25

Contoh Soal
Cotg

Contoh Soal 1
ke

= Cotg 644703
= 0,47090

Hitunglah koordinat titik P ( Xp, Yp ) dengan


pengikatan

= 23.231,58 - 585,47
= 22.646,11

n yr + yb + xb xr
n

yp =
1
(n + )
n
9.3.3

= Cotg 644703

belakang

dengan data sebagai berikut :


A : x = +23.231,58
y = + 91.422,92

cara

Cassini

( xb xa ) cot g = 142,25 x 0,47090


= 66,99
yr

= 91.422,92 + 66,99
=91.355,93

243

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

Menentukan koordinat titik s

Dicari dari titik R

Menentukan xs

Menentukan Xp

Menggunakan rumus :

n xb + x r + y b y r
n

xp =
1
(n + )
n

x s = xc + ( y c y b ) cot g
( yc yb ) = 90.831,87- 90.179,61
= 652,26
Cotg

= Cotg 871128

n xb = - 3.51,531 x 23.373,83
= - 82.166,26

= 0,04906

( yc yb ) cot g = 652,26x 0,04906


= 32,00
Xs

= 24.681,92+ 32,00

1
1
x 22.646,11
xr =
- 3.51,531
n
= - 6.442,14
( yb yr ) = 90.179,61 - 91.355,93

= 24.713,92

Menentukan ys
Menggunakan rumus :

y s = y c + ( xc xb ) cot g
( xc xb ) = 24.681,92- 23.373,83

= - 1.176,32

1
1
(n + ) = - 3.51,531
- 3.51,531
n
1

nXb + Xr + Yb Yr = ( - 82.166,26 n

6.442,14 - 1.176,32) = - 89.784,72

= 1.308,99
Cotg

= Cotg 871128
= 0,04906

( xc xb ) cot g = 1.308,99x 0,04906


= 64,17
yr

= 90.831,87+ 64,17
= 90.767,70

Menentukan n

( x xr )
n = tg rs = s
( ys yr )
(24.713,92 22.646,11)
=
(90.767,70 91.355,93)
= - 3.51,531

xp =

- 89.784,72
= 23.628,93
- 3.79,978

Menentukan yp

n y r + y b + xb x r
n

yp =
1
(n + )
n
n yr = - 3.51,531 x - 91.355,93
= - 321.144,41

1
1
yb =
x 90.179,61
n
- 3.51,531
= - 25.653,39
( xb xr ) = 23.373,83 22.646,11

244

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

= 727,72

1
1
(n + ) = - 3.51,531
n
- 3.51,531

Menentukan yp

nYr + Yb + Xb Xr = (-321.144,41n

n y s + y b + xb x s
n

yp =
1
(n + )
n

25.653,39 + 727,72) = - 346.070,08

n yr = - 3.51,531 x - 90.767,70

yp =

- 346.070,08
= 91.076,35
- 3.79,978

Sehingga dari perhitungan di atas, dapat

= - 319.0776,6035

1
1
x 90.179,61
yb =
- 3.51,531
n

disimpulkan bahwa koordinat titik P adalah


(Xp = 23.628,93 dan Yp= 91.076,35 )

= - 25.653,39
( xb x s ) = 23.373,83 24.713,92

Dicari dari titik S


Menentukan Xp

n xb + x s + y b y s
n

xp =
1
(n + )
n
n xb = - 3.51,531 x 23.373,83

= -1.340,09

1
1
(n + ) = - 3.51,531
- 3.51,531
n
1

nYs + + Yb + Xb Xs =
n

(-319.0776,6035 - 25.653,39 -1.340,09)


= - 346.070,08

= - 82.166,26

1
1
x 24.713,92
xs =
- 3.51,531
n
= - 7.030,367
( y b y s ) = 90.179,61 90.767,70
= - 588,09

1
1
(n + ) = - 3.51,531
- 3.51,531
n
1

nXb + Xs + Yb Ys = ( - 82.166,26 n

7.030,367 - 588,09) = - 89.784,72

xp =

- 89.784,72
= 23.628,93
- 3.79,978

yp =

- 346.070,08
= 91.076,35
- 3.79,978

Sehingga dari perhitungan di atas, dapat


disimpulkan bahwa koordinat titik P adalah
(Xp = 23.628,93 dan Yp= 91.076,35 ) baik
jika diukur dari koordinat titik R maupuan S.

245

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

Contoh Soal 2

Cotg

Hitunglah koordinat titik P ( Xp, Yp ) dengan


pengikatan

ke

belakang

cara

Cassini

= Cotg 471630
= 0.9238

( xb xa ) cot g = 736,19 x 0.9238

dengan data sebagai berikut :

= 680,10439
yr

A : x = - 2.904,28

= 4.127,31 + 680,10439
=4.807,41

y = + 4.127,31
B : x = - 2.168,09

Menentukan koordinat titik s

y = +2.351,09

Menentukan xs

C : x = + 4.682,09

Menggunakan rumus :

y = - 2.375,92

x s = xc + ( y c y b ) cot g

= 471630
= 410819

( yc yb ) = - 2.375,92 2.351,09

Jawaban :

= - 4.727,01

Menentukan koordinat titik R

Cotg

= Cotg 410819
= 1,14476

Menentukan xr
Menggunakan rumus :

x r = x a + ( y b y a ) cot g

( yc yb ) cot g = - 4.727,01 x 1,14476


= -5.411,307

( yb ya ) = 2.168,09 4.127,31

Xs

= - 729,218

= - 1.959,22
Cotg

= Cotg 471630

Menentukan ys

= 0.9238

Menggunakan rumus :

( yb ya ) cot g = - 1.959,22x 0.9238


= - 1.809,499
Xr

= 4.682,09 5.411,307

= -2.904,28 1.809,499

y s = y c + ( xc xb ) cot g
( xc xb ) = 4.682,09 2.168,09
= 6.850,18

= -4.713,779

Menentukan yr

Cotg

= 1,1448

Menggunakan rumus :

y r = y a + ( xb x a ) cot g
( xb xa ) = -2.168,09 2.904,28
= 736,19

= Cotg 410819

( xc xb ) cot g = 6.850,18 x 1,1448


= 7.841.833
yr

= -2.375,92 + .841.833
= 5.465,913

246

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

Menentukan n

( x xr )
n = tg rs = s
( ys yr )
=

( 729,218 + 4.713,779)
(5.465,913 4.807,41)

n y r + y b + xb x r
n

yp =
1
(n + )
n
n yr = 6,0509 x 4.807,41
= 29.087,157

= 6,0509

1
1
yb =
x 2.351,09
n
6,0509

Dicari dari titik R

Menentukan Xp

Xp =

nXb +

1
Xr + Yb Yr
n
1

n +
n

n xb = 6,0509 x -2.168,09

= 388,552
( xb xr ) = - 2.168,09 + 4.713,779
= 2.545,689

1
1
(n + ) = 6,0509
n
6,0509

= - 13.118,896

1
1
xr =
x -4.713,779
n
- 3.51,531
= - 779,021
( yb yr ) = 2.351,09 4.807,41

= 6,21616

nYr + Yb + Xb Xr = (29.089,157 +
n

388,552
+ 2.545,659)
= 32.623,368

= - 2.456,32

1
1
(n + ) = 6,0509
n
6,0509

yp =

32.623,368
= 5.151,632
6,21616

Sehingga dari perhitungan di atas, dapat

= 6,21616

nXb + Xr + Yb Yr = (- 13.118,896n

disimpulkan bahwa koordinat titik P adalah

779,021

Dicari dari titik R


- 2.456,32)
= - 16.354,232

xp =

- 16.354,232
= - 2.630,922
- 6,21616

Menentukan yp

(Xp = - 2.630,922 dan Yp = 5.151,632)

Menentukan Xp

n xb + x s + y b y s
n

xp =
1
(n + )
n

n xb = 6,0509 x -2.168,09
= - 13.118,896

247

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

1
1
x 729,218
xs =
n
6,0509
= - 120,518

nYs + Yb + Xb Xs = (33.073,69 +
n

388,552 - 1.438,57 = 32.623,368

( y b y s ) = 2.351,09 5.465,913
= - 3.114,822

1
1
= 6,21616
(n + ) = 6,0509
6,0509
n
1

nXb + Xs + Yb Ys = (- 13.118,896n

3.114,822
- 120,518)
= - 16.354,232

- 16.354,232
xp =
= - 2.630,922
- 6,21616

yp =

32.623,368
= 5.151,632
6,21616

Sehingga dari perhitungan di atas, dapat


disimpulkan bahwa koordinat titik P adalah
(Xp = - 2.630,922 dan Yp = 5.151,632) baik
diukur dari titik penolong R maupun S.
9.4. Penggambaran pengikatan ke
belakang metode Cassini
Selain

dengan

cara

hitungan

dengan

metode Cassini, koordinat titik P dapat pula


dicari dengan menggunakan metode grafis.

Menentukan yp

Secara garis

1
nYs + Yb + Xb Xs
n
Yp =
1

n +
n

berikut :

n y s = 6,0509 x 5.465,913

b. Lukis sudut 90o di A dan di C, sehingga

a. Lukis di titik B sudut

= 388,552
( xb x s ) = - 2.168,09 + 729,218
= - 1.438,872

1
1
(n + ) = 6,0509
n
6,0509
= 6,21616

1 = (90 0 )

2 = (90 0 )

dan,

= 33.073,69

1
1
x 2.351,09
yb =
6,0509
n

besar dijelaskan sebagai

garis-garis tersebut akan berpotongan di


R dan S,
c.

Maka garis tegak lurus dari B pada garis


RS akan memberikan titik P yang dicari.

Langkah-langkah pekerjaan :
1. menentukan titik A, B dan C yang telah
disesuaikan dengan koordinat masingmasing baik absis maupun ordinatnya
ke dalam kertas grafik.

248

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

Gambar 238. Penentuan titik R dan S

C (Xc,Yc)

A (Xa,Ya)

4. hubungkan titik koordinat R dan S


tersebut, sehingga kedua titik terdapat
dalam satu garis lurus.

B (Xb,Yb)

A
Gambar 236. Penentuan koordinat titik A, B dan C.

2. lukislah sudut 90o pada arah


o

koordinat A dan sudut 90 pada arah


S

koordinat B.
R
A

Gambar 239. Penarikan garis dari titik R ke S.

90 -
o

5. tarik garis dari titik B terhadap garis RS,

90 -
o

sehingga menjadi garis yang membagi


garis RS dengan sudut sama besar yaitu
saling tegak lurus 90o.
A

Gambar 237. Menentukan sudut 90o dan 90o -

3. lukis sudut 90o di titik A sehingga akan


berpotongan

dengan

sudut

dibentuk oleh sudut 90

yang

. Titik

90o

perpotongan tersebut kita sebut titik R.


o

dan lukis sudut 90 di titik B sehingga


akan berpotongan dengan sudut yang
dibentuk oleh sudut 90o . Titik
perpotongan tersebut kita sebut titik S.
A
90o

C
90o
S

90o

P (Xp,Yp)

Gambar 240. Penentuan titik P

6. Bacalah koordinat titik P tersebut

249

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

Model DiagramModel
Alir IlmuDiagram
Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-08
Pengikatan Ke
Belakang
Metode
Cassini Cassini
Cara Pengikatan
Ke
Belakang
Metode

Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT

Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal


Titik Tunggal
Disusun dari 3 Titik Ikat
Benchmark A (Xa, Ya) dan
B (Xb, Yb) -> Basis
Benchmark B (Xb, Yb) dan
C (Xc, Yc) -> Basis

Menggunakan Alat Theodolite

Pengukuran Pengikatan Ke Belakang


Metode Cassini (Mesin Hitung)

2 Lingkaran melalui
Benchmark A, B, C
dan titik P

Alat Theodolite berdiri di atas Titik P dan


dibidik ke Benchmark A, B dan C

Sudut Alfa = < APB

Dengan Prinsip :
1. Rumus Sinus
2. Segitiga sehadap
3. Jumlah sudut dalam segitiga

Alfa ar = Alfa ab + 90
Alfa cs = Alfa cb - 90
dar = (dab/sinus Alfa) . sinus Gamma
dcs = (dbc/sinus Beta) . sinus Delta
Alfa rs = Tan^-1 (Xs-Xr)/(Ys-Yr)
Alfa ps = Alfa rs ; Alfa pr = Alfa rs - 180
Xp(a) = Xa + dap . sin Alfa ap
Yp(a) = Ya + dap . cos Alfa ap
Xp(b) = Xb + dbp . sin Alfa bp
Yp(b) = Yb + dbp . cos Alfa bp
Xp(c) = Xc + dcp . sin Alfa cp
Yp(c) = Yc + dcp . cos Alfa cp

Sudut Beta = < BPC

Ditarik garis tegak lurus


dari AB & BC
Perpotongan lingkaran
dengan
Garis tegak lurus AB &
BC adalah
Titik Penolong R dan S

dab (Jarak ab) = [(Xb-Xa)^2+(Yb-Ya)^2]^0.5


dbc (Jarak bc) = [(Xc-Xb)^2+(Yc-Yb)^2]^0.5

Alfa ab = Tan^-1 [(Xb-Xa)/(Yb-Ya)]


Alfa bc = Tan^-1 [(Xc-Xa)/(Yc-Ya)]
Xr = Xa + dar . sin Alfa ar
Yr = Ya + dar . cos Alfa ar
Xs = Xc + dcs . sin Alfa dcs
Ys = Yc + dcs . cos Alfa dcs

Kappa = Alfa rs - Alfa rb


Epsilon = Alfa sb - Alfa sr
Alfa pb = Alfa ps + 270
Alfa pa = Alfa ps + 270 - Alfa
Alfa pc = Alfa ps + 270 + Beta
dpb = (dbr/sin 90) . sin Kappa
dpa = (dab/sin Alfa) . sin (Alfa+Kappa)
dpc = (dbc/sin Beta). sin (Beta+Epsilon)

Gambar 241. Model diagram alir cara pengikatan ke belakang metode cassini

250

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 9 mengenai pengikatan kebelakang metode cassini,
maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Cara pengikatan ke belakang metode Cassini merupakan salah satu model perhitungan
yang berfungsi untuk mengetahui suatu titik koordinat, yang dapat dicari dari titik-titik
koordinat lain yang sudah diketahui.
2. Pengikatan ke belakang metode Cassini bertujuan untuk mengukur atau menentukan
koordinat titik jika kondisi alam tidak memungkinkan dalam pengukuran biasa atau
dengan pengukuran pengikatan ke muka. Sehingga alat theodolite hanya ditempatkan
pada satu titik, yaitu tepat diatas titik yang akan dicari koordinatnya, kemudian diarahkan
pada patok-patok yang telah diketahui koordinatnya, Yang
Cassini

membedakan

metode

dengan metode Collins adalah asumsi dan pengolahan data perhitungan.

Sedangkan pada proses pelaksanaan pengukuran di lapangan kedua metode tersebut


sama, yang diukur adalah jarak mendatar yang dibentuk antara patok titik koordinat
yang sudah diketahui.
3. Peralatan yang digunakan pada pengukuran pengikatan ke belakang cara Cassini,
antara lain sebagai berikut :Theodolite, Rambu ukur, Statif, Unting-unting, Benang,
Formulir ukur dan alat tulis.
4. Langkah-langkah penggambaran Pengikatan ke belakang metode Cassini :
a. menentukan titik A, B dan C yang telah disesuaikan dengan koordinat masingmasing baik absis maupun ordinatnya ke dalam kertas grafik.
b. lukislah sudut 90o pada arah koordinat A dan sudut 90o pada arah koordinat
B.
c.

lukis sudut 90o di titik A sehingga akan berpotongan dengan sudut yang dibentuk
oleh sudut
90o .

d. hubungkan titik koordinat R dan S tersebut, sehingga kedua titik terdapat dalam satu
garis lurus.
e. tarik garis dari titik B terhadap garis RS, sehingga menjadi garis yang membagi garis
RS dengan sudut sama besar yaitu saling tegak lurus 90o.
f.

Bacalah koordinat titik P tersebut

251

9 Cara Pengikatan ke Belakang Metode Cassini

Soal Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini !
1. Apa yang dimaksud pengukuran pengikatan ke belakang ? Mengapa dilakukan
pengukuran pengikatan ke belakang ?
2. Jelaskan pengertian dan tujuan pengikatan ke belakang metode Cassini?
3. Jelaskan persamaan dan perbedaan metode Collins dan Cassini?
4. Diketahui koordinat X1 = 19.268,27 Y1 =86.785,42 , X2 = 26.578.33 Y2 =95.423,13
sudut yang dibentuk adalah 43o. Berapa jarak koordinat 1 dan 2 (d12).
5. Hitunglah koordinat titik P ( Xp, Yp ) dengan pengikatan ke belakang cara Cassini
dengan data sebagai berikut :
A : x = - 3.587,17

B : x = - 3.255,33

C : x = + 6.147,23

= 523150

y = + 6.356,26

y = +2.963,45

y = - 3.346.37

= 322413

252

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

10. Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horizontal

Pengikatan ke muka dilakukan dengan

10.1 Tujuan pengukuran


kerangka dasar horizontal

cara Theodolite berdiri di atas titik/patok


yang telah diketahui koordinatnya dan

Untuk mendapatkan hubungan mendatar


titik-titik yang diukur di atas permukaan
bumi, maka perlu dilakukan pengukuran
mendatar

yang

disebut

dengan

istilah

Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal.

rambu ukur diletakkan di atas titik yang


ingin diketahui koordinatnya.
2. Dengan cara mengikat ke belakang
pada titik tertentu dan yang diukur
adalah sudut-sudut yang berada dititik
yang akan ditentukan koordinatnya.

Jadi, untuk hubungan mendatar diperlukan

Pengikatan

data sudut mendatar yang diukur pada skala

dengan : Theodolite berdiri di titik yang

lingkaran yang letaknya mendatar.

belum diketahui koordinatnya, target/

Kerangka dasar horizontal adalah sejumlah


titik yang telah diketahui koordinatnya dalam
suatu sistem koordinat tertentu. Sistem
koordinat disini adalah sistem koordinat
kartesian

dimana

bidang

datarnya

merupakan sebagian kecil dari permukaan


ellipsoida bumi.
Dalam
horizontal

pengukuran
pada

ke

belakang

dilakukan

rambu ukur didirikan di atas patok yang


telah diketahui koordinatnya.
Pada cara mengikat ke belakang ada
dua metode hitungan yaitu cara :
a. Collins
Metode yang menggunakan satu
lingkaran sebagai bentuk geometrik
pembantu

kerangka
prinsipnya

dasar

b. Cassini

adalah

Metode yang menggunakan dua

menentukan koordinat titik-titik yang diukur,

lingkaran sebagai bentuk geometrik

yang terbagi dalam dua cara yaitu :

pembantu.

Cara menentukan koordinat satu titik

Menentukan koordinat beberapa titik

yaitu suatu pengukuran untuk suatu

yang terdiri dari beberapa metode

wilayah yang sempit, cara ini terbagi

sebagai berikut :

menjadi dua metode yaitu :

1. Cara

poligon

yaitu

digunakan

1. Dengan cara mengikat ke muka pada

apabila titik-titik yang akan dicari

titik tertentu dan yang diukur adalah

koordinatnya terletak memanjang/

sudut-sudut yang ada di titik pengikat.

253

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

menutup sehingga membentuk segi

dan

banyak (poligon)

pengukuran di lapangan.

2. Cara triangulasi yaitu digunakan


apabila

daerah

pengukuran

mempunyai ukuran panjang dan


lebar yang sama, maka dibuat jaring

arahnya

telah

ditentukan

dari

Syarat pengukuran poligon adalah :


1. Mempunyai koordinat awal dan akhir
2. Mempunyai azimuth awal dan akhir

segitiga. Pada cara ini sudut yang

Untuk mencapai ketelitian tertentu (yang

diukur adalah sudut dalam tiap-tiap

dikehendaki), pada suatu poligon perlu

segitiga.

ditetapkan hal-hal sebagai berikut :

3. Cara

trilaterasi

yaitu

digunakan

1. Jarak antara titik-titik poligon

apabila daerah yang diukur ukuran

2. Alat ukur sudut yang digunakan

salah satunya lebih besar daripada

3. Alat ukur jarak yang digunakan

ukuran

4. Jumlah seri pengukuran sudut

lainnya,

maka

dibuat

rangkaian segitiga. Pada cara ini

5. Ketelitian pengukuran jarak

sudut yang diukur adalah semua

6. Pengamatan matahari, meliputi :

sisi segitiga.

- Alat ukur yang digunakan

4. Cara Kwadrilateral yaitu sebuah


bentuk

segiempat

beraturan

dan

panjang

diagonal,

tak
yang

seluruh sudut dan jaraknya diukur.


Pengukuran

dan

pemetaan

poligon

- Jumlah seri pengamatan


- Tempat-tempat pengamatan
7. Salah

penutup

sudut

antara

pengamatan matahari
8. Salah penutup koordinat dan lain-lain

merupakan salah satu metode pengukuran

Ketetapan untuk poligon :

dan pemetaan kerangka dasar horizontal

1. Jarak antara titik

untuk memperoleh koordinat planimetris (X,

2. Alat pengukur sudut : Theodolite1 sekon

Y) titik-titik ikat pengukuran.

: 0.1 km 2 km

Misal : WILD T2

Metode poligon adalah salah satu cara

3. Jumlah seri pengukuran

penentuan posisi horizontal banyak titik

4. Ketelitian pengukuran jarak : 1 : 60.000

dimana

5. Pengamatan matahari

titik

dihubungkan
pengukuran

satu
satu

sudut

dengan
sama

dan

lain
jarak

lainnya
dengan
sehingga

membentuk rangkaian titik-titik (poligon).


Dapat disimpulkan bahwa poligon adalah
serangkaian garis berurutan yang panjang

: 4 seri

- Alat ukur yang digunakan :


Theodolite 1 sekon
- Jumlah seri pengamatan : 8
- Tempat pengamatan
selang 20 - 25 detik

254

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

6. Salah penutup sudut antara dua

- Pengukuran-pengukuran

pengamatan matahari : 10

jalan raya / kereta api

7. Salah penutup koordinat 1 : 10.000


Keterangan :
N menyatakan jumlah titik tiap sudut
poligon

antara

dua

pengamatan

matahari.
Salah penutup koordinat artinya adalah
Bila S adalah salah penutup koordinat,
fx adalah salah penutup absis, fy adalah
salah penutup ordinat dan D adalah
jarak (jumlah jarak) anatara titik awal
dan titik akhir, maka yang diartikan
dengan salah penutup koordinat adalah
2

fx + f y

S=

- Pengukuran-pengukuran
saluran air

Poligon digunakan untuk daerah yang


besarnya sedang (tidak terlalu besar atau
terlalu kecil) karena dalam pengukuran
mempergunakan
seperti:

EDM

ukur

langsung,

(Electronic

Distance

Measure). Untuk pengukuran jarak jauh


mempergunakan

alat-alat

yang

menggunakan cahaya.

10.2 Jenis-jenis poligon


Pengukuran poligon dapat ditinjau dari
bentuk

10.000 (tergantung dari kondisi medan

geometriknya.

pengukuran)

fisik

visualnya

dan

dari

Tinjauan dari bentuk fisik visualnya terdiri

poligon

dilakukan

untuk

merapatkan koordinat titik-titik di lapangan


tujuan

jarak

seperti : pita ukur, atau jarak tidak langsung

Ada ketentuan dimana S harus 1 :

dengan

rencana

Pengukuran

rencana

sebagai

dasar

untuk

keperluan pemetaan atau keperluan teknis


lainnya.
Tujuan Pengukuran Poligon
Untuk menetapkan koordinat titik-titik
sudut yang diukur seperti : panjang sisi
segi banyak, dan besar sudut-sudutnya.
Guna dari pengukuran poligon adalah
- Untuk membuat kerangka daripada
peta
- Pengukuran titik tetap dalam kota

dari :
Poligon terbuka (secara geometris
dan

matematis),

terdiri

atas

serangkaian garis yang berhubungan


tetapi tidak kembali ke titik awal atau
terikat

pada

ketelitian

sebuah

sama

atau

titik
lebih

dengan
tinggi

ordenya. Titik pertama tidak sama


dengan titik terakhir.

255

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Gambar 242. Poligon terbuka

Gambar 243. Poligon tertutup

Poligon terbuka biasanya digunakan untuk :

Poligon tertutup biasanya dipergunakan

Jalur lintas / jalan raya.

untuk :

Saluran irigasi.

Pengukuran titik kontur.

Kabel listrik tegangan tinggi.

Bangunan sipil terpusat.

Kabel TELKOM.

Waduk.

Jalan kereta api.

Bendungan.

Kampus UPI.

Pemukiman.

Jembatan

Poligon tertutup
Pada poligon tertutup :

Garis-garis kembali ke titik awal,


jadi membentuk segi banyak.

Berakhir

di

stasiun

lain

yang

mempunyai ketelitian letak sama


atau lebih besar daripada ketelitian

(karena

diisolir

tempat).

Kepemilikan tanah.

Topografi kerangka.
Poligon bercabang

letak titik awal.


Poligon

tertutup

memberikan

pengecekan pada sudut-sudut dan jarak


tertentu,

suatu

pertimbangan

yang

sangat penting.
Titik sudut yang pertama = titik sudut
yang terakhir

Gambar244. Poligon bercabang

dari

256

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Poligon kombinasi

Terikat sudut dengan koordinat


akhir tidak diketahui

Poligon tidak terikat


Dikatakan poligon tidak terikat, apabila :

Hanya ada titik awal, azimuth awal,


dan

jarak.

Sedangkan

tidak

diketahui koordinatnya.

Tidak terikat koordinat dan tidak


terikat sudut.

Poligon Terbuka
Poligon terbuka bermacam-macam, antara
lain :

Gambar 245. Poligon kombinasi

Dilihat

dari

geometris,

poligon

terbagi

menjadi 3, yaitu:

Poligon terbuka tanpa ikatan


Pada poligon ini tidak ada satu ttitik pun

Poligon terikat sempurna

yang

Dikatakan poligon terikat sempurna,

maupun sudut azimuthnya.

apabila :

Pengukuran ini terjadi pada daerah yang

Sudut

awal

dan

sudut

akhir

diketahui besarnya sehingga terjadi


hubungan

antara

sudut

Poligon terikat sebagian.


terikat

4
4

= Sudut yang diukur


= Jarak yang diukur
= Tempat pesawat theodolite

Gambar 246. Poligon terbuka tanpa ikatan

sebagian,

apabila :
Hanya diikat oleh koordinat saja
atau sudut saja

C
1,2..
1, 2,..
, , ...

diketahui.

Koordinat awal dan koordinat akhir

poligon

koordinatnya

melakukan pengamatan astronomis.

Adanya absis dan ordinat titik awal

Dikatakan

itu

awal

atau akhir

baik

tidak memiliki titik tetap dan sulit untuk

dengan sudut akhir.

diketahui

Pengukuran poligon terbuka tanpa ikatan


biasanya terjadi pada daerah terpencil dan
berhutan lebat.
Pengukuran

metode

ini

dihitung

berdasarkan orientasi lokal, azimuth dibuat

257

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

sembarang, misalkan sudut azimuth awal

Poligon terbuka, salah satu ujung terikat

yaitu antara 1 dan 2. Koordinat juga dibuat

azimuth.

sembarang, kita misalkan salah satu titik

Pada poligon ini salah satu titik pengukuran

pengukuran memiliki koordinat awal. Tidak

diketahui sudut azimuthnya, baik itu titik

ada koreksi sudut dan koreksi koordinat

awal

pada pengukuran metode poligon terbuka

pengukuran

maupun

titik

akhir

pengukuran.

tanpa ikatan,yang ada hanyalah orientasi


lokal dan koordinat lokal.
1

2
3

A
1,2..
1, 2,..
, , ...

= Sudut yang diukur


= Jarak yang diukur
= Tempat pesawat theodolite
= Titik yang diketahui koordinatnya

Gambar 247. Poligon terbuka salah satu ujung terikat azimuth

Sudut Azimuth setiap poligon dapat dihitung

Poligon terbuka salah satu ujung terikat

dari azimuth awal yang telah diketahui sudut

koordinat.

azimuthnya. Koordinat masih merupakan

Pada

koordinat lokal karena tidak ada satu titik

pengukuran

pun yang diketahui koordinatnya.

sedangkan titik lainnya tidak diketahui baik

poligon

ini

salah

diketahui

satu

koordinatnya

itu koordinat maupun azimuthnya.

3
3

5
4

1,2..
1, 2,..
, , ...

= Sudut yang diukur


= Jarak yang diukur
= Tempat pesawat theodolite

= Azimuth yang diketahui

= Titik yang diketahui koordinatnya


Gambar 248. Poligon terbuka salah satu ujung terikat koordinat

ujung

258

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Pada poligon ini dapat dilakukan apabila

Poligon terbuka salah satu ujung terikat

salah satu ujung poligon diukur azimuthnya

azimuth dan koordinat

(dengan kompas atau azimuth matahari),

Pada

dengan diketahuinya azimuth dan koordinat

poligon jenis ini salah satu ujung

terikat penuh sedangkan ujung lainnya

pada salah satu titik maka azimuth pada

bebas. Salah satu ujung pada poligon ini

semua sisi dapat dihitung. Tidak ada koreksi

memiliki

sudut, koreksi koordinat pada poligon jenis

keterangan

yang

cukup

jelas

karena diketahui koordinat dan azimuth.

ini. Pada dasarnya poligon ini sama saja


dengan jenis poligon terbuka tanpa ikatan.
Relatif sulit dalam pengukuran.

3
3

1,2..
1, 2,..
, , ...

= Sudut yang diukur


= Jarak yang diukur
= Tempat pesawat theodolite

= Azimuth yang diketahui

= Titik yang diketahui koordinatnya


Gambar 249. Poligon terbuka salah satu ujung terikat azimuth dan koordinat

Sudut azimuth pada setiap titik dapat

dan translasi, jadi poligon ini terletak pada

dihitung karena diketahui sudut azimuth

satu koordinat yang benar.

awal,

begitu

juga

dengan

koordinat,

koordinat akan lebih mudah ditentukan


karena koordinat awal sudah diketahui
sebelumnya. Dengan demikian tidak ada
koreksi sudut dan koordinat. Orientasi dan
koordinat benar atau bukan lokal. Poligon
tipe ini jauh lebih baik dibandingkan tipe
poligon sebelumnya karena tidak ada rotasi

Poligon terbuka kedua ujung terikat


azimuth
Kedua ujung pengukuran pada poligon ini
terikat oleh sudut azimuth.
Azimuth awal dan akhir diketahui, maka
ada koreksi sudut pada pengukuran ini,
syarat :

[]{(n-2). 1800} = akhir awal

259

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

3
3

G
7
6

1,2..
1, 2,..
, , ...

= Sudut yang diukur


= Jarak yang diukur
= Tempat pesawat theodolite

,G

= Azimuth yang diketahui

Gambar 250. Poligon terbuka kedua ujung terikat azimuth

Setelah semua sudut diberi koreksi, maka

Poligon terbuka, salah satu ujung terikat

semua sisi poligon dapat dihitung juga,

azimuth sedangkan sudut lainnya terikat

karena tidak ada satupun titik yang diketahui

koordinat

koordinatnya,

terpaksa

salah

satu

titik

Dengan diketahuinya dan maka semua

dimisalkan sebagai koordinat awal.

sudut azimuth dapat dihitung selisihselisih

Dengan demikian koordinat poligon adalah

absis ( S Sin ) dan selisih-selisih ordinat

koordinat lokal. Pada pengukuran ini ada

(S Cos ). Dengan data tersebut dan

koreksi sudut namun tidak terdapat koreksi

koordinat G, maka koordinat titik A, B, C,...

koordinat,

dapat dihitung walaupun secara mundur.

orientasi

benar

(global)

sedangkan koordinat lokal.

Dapat disimpulkan bahwa tidak ada koreksi


sudut, tidak ada koreksi koordinat, orientasi
benar, dan koordinat benar (bukan lokal).

3
3

5
4

A
1,2..
1, 2,..
, , ...

= Sudut yang diukur


= Sudut yang diukur
= Sudut yang diukur
= Azimuth yang diketahui

= Titik yang diketahui koordinatnya


Gambar 251. Poligon terbuka, salah satu ujung terikat azimuth sedangkan sudut lainnya terikat koordinat

260

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Poligon terbuka, kedua ujung terikat


koordinat.
1

3
2

A
1,2..
1, 2,..
, , ...

=
=
=
=

S udut yang diukur


S udut yang diukur
S udut yang diukur
T itik yang dike tahui koordinatnya

Gambar 252. Poligon terbuka kedua ujung terikat

koordinat

Pada pengukuran ini titik awal dan akhir

ordinat yang baru (S Cos ) sebagai Si

pengukuran

Cos i.

diketahui

koordinatnya.

Langkah perhitungan sudut pada poligon ini


adalah sebagai berikut :

Hitung (S Sin ) dan (S Cos).

Hitung

Misalkan diketahui sudut azimuth pada


salah

satu

titik

dengan

(VX) = (Xq - Xp) - (S Sin).

harga

sembarang.

(VY) = (Yq - Yp) - (S Cos).

Menghitung azimuth pada setiap titik

Hitung

dengan dasar titik sebelumnya yang

koreksi

setiap

Menghitung selisih absis (S Sin ) dan

VXi = Si (VX) / (S)

ordinat (S Cos ).

VYi = Si (VY) / (S)

Hitung (S Sin ) dan (S Cos ).

(S)

= jarak

`=arc tan (S Sin ) / (S Cos ).

Si

= jarak

=arc tan (Xq-Xp) / (Yq-Yp).

Beri

koreksi

Hitung koordinat

titik A, B, C,

menggunakan :
setiap

sudut

azimuth

poligon sebesar sehingga diperoleh


n

Cosi

sebesar

ditentukan dengan harga sembarang.

Si

(Si Sini + VXi) , (Si Cos `ai + VYi)


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pada pengukuran poligon tipe ini tidak ada

( ).

koreksi

Hitung selisih selisih absis yang baru

koreksi koordinat ada, orientasi benar dan

(S Sin ), sebagai Si Sin i dan selisih

koordinat benar.

sudut,yang

ada

hanya

rotasi,

261

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Poligon terbuka, salah satu ujung terikat


koordinat dan azimuth sedangkan ujung
lainnya hanya terikat azimuth.

awal

3
3

5
4

1,2..
1, 2,..
, , ...

= Sudut yang diukur


= Jarak yang diukur
= Tempat pesawat theodolite

= Azimuth yang diketahui

akhir

7
6

= Titik yang diketahui koordinatnya


Gambar 253. Poligon terbuka salah satu ujung terikat koordinat dan azimutk
sedangkan yang lain hanya terikat azimuth

BC = Si Cos BC

Langkah perhitungan poligon tipe ini :

Menghitung koreksi setiap sudut

Vi ={(awal -akhir)()+ n.1800}/ n


i = + vi

Dengan selisih absis () dan selisih


ordinat () serta koordinat titik A (XA,
YA) maka koordinat titik B, C, D,...

Menghitung azimuth setiap titik poligon


berdasarkan awal dan

i,

dapat dihitung :

XB = XA + AB

A-B= awal +1

YB = YA + AB

B-C= AB + 2 1800

XC = XB + BC

C-D= BC + 3 1800, dst.

YC = YB + BC

Menghitung selisih absis dan selisih


ordinat

dengan

panjang poligon :

AB = Si Sin AB
AB = Si Cos AB
BC = Si Sin BC

data

azimuth

dan

Dapat disimpulkan bahwa tidak ada koreksi


koordinat, ada koreksi sudut, orientasi
benar dan koordinat benar.

262

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Poligon terbuka, satu ujung terikat azimuth dan koordinat sedangkan ujung lainnya
hanya terikat koordinat.

awal

3
3

A(XA,YA)

1,2..
1, 2,..
, , ...

= Sudut yang diukur


= Jarak yang diukur
= Tempat pesawat theodolite

= Azimuth yang diketahui

G(XG,YG)

= Titik yang diketahui koordinatnya


Gambar 254. Poligon terbuka salah satu ujung terikat azimuth dan koordinat sedangkan
ujung lain hanya terikat koordinat

(VX) = (XG - XA ) (X)

Semua sisi poligon dihitung azimuthnya

Jumlah koreksi ordinat

dengan data awal dan sebagai


berikut :

AB = awal +
BC = +2 180

(VY) = (YG - YA ) (Y)


absis dan koreksi ordinat :

VXi = (Si . V X) / S
VYi = (Si . V Y) / S

Hitung selisih absis () dan ordinat ()


dengan data data sebagai berikut :

YB = YA+YAB

AB= SAB Cos AB

XC = XB+XBC

BC = SBC Sin BC

Menghitung koordinat titik B, C, D, .


XB = XA+XAB

AB = SAB Sin AB

Menghitung masing masing koreksi

YC = YB+YBC

BC= SBC Cos BC

XD = XC+XCD

Selisih absis (S Sin ) dijumlahkan,

YD = YC+YCD

demikian pula dengan ordinat (S Cos

XE = XD+XDE

).

YE = YD+YEF
Harga-harga ini harus sama dengan harga

Dari koordinat titik A (XA, YA) dan G (XG,

XG

YG), maka dapat dihitung :

sebelumnya. Bila tidak sama, tentu ada

Jumlah koreksi absis

kesalahan pada hitungan. Dapat ditarik

dan

YG

yang

sudah

diketahui

263

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

kesimpulan bahwa pada pengukuran ini

akhir harus sama dengan akhir yang telah

tidak terdapat koreksi sudut, ada koreksi

diketahui sebelumnya, maka dapat ditarik

koordinat, orientasi benar dan koordinat

kesimpulan bahwa ada koreksi sudut dan

benar.

ada koreksi koordinat, orientasi benar dan

Poligon terbuka kedua ujung terikat

koordinat benar.

Poligon Tertutup

azimuth dan koordinat.

awal

3
3

5
4

1,2..
1, 2,..
, , ...

=Sudut yang diukur


=Jarak yangdiukur
=Tempat pesawat theodolite

=Azimuthyang diketahui

akhir

7
6

Gambar 255. poligon terbuka kedua ujung


terikat azimuth dan koordinat

Poligon tipe ini merupakan tipe poligon yang

Gambar 256. Poligon tertutup

paling baik karena kedua ujung poligon

Langkah-langkah hitungan pada poligon ini

terikat penuh.

adalah sebagai berikut :

Menghitung sudut-sudut ukuran

a. Jumlahkan semua sudut poligon.

Menghitung selisih awal dan akhir

b. Menghitung koreksi sudut :

Menghitung jumlah koreksi sudut :

V= (n-2).180 ()...(sudut di
0

(V) = (akhir - awal) () +n.180

Membagi jumlah koreksi sudut kepada

dalam)
c.

Membagi

koreksi

setiap sudut yang diukur Vn

semua sudut :

Menghitung azimuth setiap sisi poligon

Vi =

AB = awal + +V
BC = AB + 2 +V2

d.

tersebut

VB
n

Bila salah satu sisi poligon itu diketahui


misal 12, maka azimuth sisi yang lain

CD = CD + 3 +V3

dapat dihitung sbb:

EF = DE + 4 +V4

23 = 12+2+V2-1800

akhir = FG + 6 +V6

kepada

34 = 23+3+V3-1800
45= 23+4+V4-1800

264

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

56 = 45+5+V5-1800

lingkaran. Pada tepi lingkaran ini

67 = 56+6+V6-1800

dibuat skala lms yang dinamakan


limbus.

71 = 71+7+V7-1800

b. Bagian tengah, terdiri atas suatu sumbu

Sebagai kontrol dihitung :

yang

dimasukkan

kedalam

tabung

12 = 71+1+V1-180 harus sama dengan

bagian bawah. Sumbu ini sumbu tegak

12 yang sudah diketahui. Pembahasan

atau sumbu kesatu S1. Di atas sumbu


S1 diletakkan lagi suatu pelat yang

yang penting terutama untuk poligon terikat

berbentuk lingkaran dan mempunyai

sempurna baik tertutup maupun terbuka.

jari-jari kurang dari jari-jari pelat bagian

Poligon terikat sempurna yaitu suatu poligon

bawah.

yang diikatkan oleh dua buah titik pada awal

lingkaran di buat pembaca no yang

pengukuran dan dua buah titik pada akhir

berbentuk alat pembaca nonius. Diatas

pengukuran

telah

nonius ini ditempatkan dua kaki yang

mempunyai koordinat definitif dari hasil

penyangga sumbu mendatar. Suatu

pengukuran sebelumnya. Nilai sudut-sudut

nivo diletakkan di atas pelat nonius

dalam atau luar serta jarak mendatar antara

untuk membuat sumbu kesatu tegak

titik-titik poligon diperoleh atau diukur dari

lurus.

lapangan

yang

masing-masing

menggunakan

alat

pengukur

c.

Bagian

Pada

atas,

dua

tempat

terdiri

dari

di

tepi

sumbu

sudut dan pengukur jarak yang mempunyai

mendatar atau sumbu kedua yang

tingkat ketelitian tinggi.

diletakkan

dapat

mengukur sudut-sudut yang mendatar


dan

tegak.

Alat

pengukur

ditempatkan suatu teropong

tp yang

mempunyai

dengan

diafragma

dan

Pada sumbu kedua diletakkan pelat

1. Pesawat Theodolite
Theodolitee

penyangga

demikian mempunyai garis bidik gb.

10.3.1 Peralatan Yang Digunakan :


pengukur

kaki

sumbu kedua S2. Pada sumbu kedua

10. 3 Peralatan, bahan dan


prosedur pengukuran
poligon

Alat

diatas

sudut

theodolite dibagi dalam 3 bagian yaitu:


a. Bagian bawah, terdiri atas tiga sekrup
penyetel SK yang menyangga suatu
tabung dan pelat yang berbentuk

yang berbentuk lingkaran dilengkapi


dengan

skala

lingkaran

tegak

ini

ditempatkan dua nonius pada kaki


penyangga sumbu kedua.
Jika di lihat dari cara pengukuran dan
konstruksinya, bentuk alat ukur Theodolite
di bagi dalam dua jenis, yaitu :

265

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

- Pembacaan Sudut

: 1/5

Theodolite yang pelat lingkaran skala

- Internal Memory

: 24.000 Points

mendatar dijadikan satu dengan tabung

- Display

: 2 Muka

yang letaknya di atas

tiga sekerup.

- Jarak ukur 1 Prisma : 3.000 M

Pelat nonius dan pelat skala mendatar

- Jarak ukur 3 Prisma : 4.000 M

a. Theodolite

reiterasi,

yaitu

jenis

dapat diletakkan menjadi satu dengan


sekrup kl, sedangkan pergeseran kecil
dari nonius terhadap skala lingkaran,
dapat digunakan sekrup fl. Dua sekrup
kl dan fl merupakan satu pasang ;
sekerup fl

dapat menggerakkan pelat

nonius bila sekerup kl telah dikeraskan.


b. Theodolite

repetisi,

yaitu

jenis

Theodolite yang pelatnya dengan skala


lingkaran

mendatar

sedemikian rupa sehingga pelat dapat


berputar sendiri dengan tabung pada
sekrup penyetel sebagai sumbu putar.
Perbedaan

jenis

repetisi

dengan

reiterasi adalah jenis repetisi memiliki


sekrup k2 dan f2 yang berguna pada
pengukuran sudut mendatar dengan
cara repetisi. (Gambar Terlampir)
Selain
pengukuran

menggunakan
poligon

Gambar 257. Topcon total station-233N

ditempatkan

Statif
Statif merupakan tempat dudukan
alat dan untuk menstabilkan alat
seperti

Sipat

mempunyai

Keterangan

Dasar

mengakibatkan
pengukuran

Topcon Total Station GTS-233N


- Ketelitian Sudut

: 3

- Ketelitian Jarak

: - (2mm+2ppmxD)

- Pembesaran Lensa : 30x

yang

ini
sama

ketinggiannya. Statif saat didirikan

Alat Pengukur Sudut (Topcon)


: Jepang

kaki

Alat

panjang dan bisa dirubah ukuran

Horizontal dapat menggunakan Topcon.

Negara Asal

datar.

harus rata karena jika tidak rata dapat

Theodolite,

Kerangka

2.

Gambar 258. Statif

kesalahan

saat

266

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Patok Beton atau Besi

3. Unting-Unting
Unting-unting terbuat dari besi atau

Patok yang terbuat dari beton atau

kuningan

besi biasanya merupakan patok tetap

yang

berbentuk

kerucut

dengan ujung bawah lancip dan di ujung

yang

atas digantungkan pada seutas tali.

lain.

Unting-unting

berguna

akan masih dipakai diwaktu

untuk

memproyeksikan suatu titik pada pita


ukur

di

permukaan

tanah

atau

sebaliknya.

Gambar 259. Unting-unting

4. Patok
Patok dalam ukur tanah berfungsi untuk
memberi tanda batas jalon, dimana titik
setelah diukur dan akan diperlukan lagi
pada

waktu

ditanam

lain.

didalam

Patok
tanah

Gambar 260. Jalon

biasanya
dan

yang

5. Rambu Ukur

menonjol antara 5 cm-10 cm, dengan

Rambu ukur dapat terbuat dari kayu,

maksud agar tidak lepas dan tidak

campuran alumunium yang diberi skala

mudah dicabut. Patok terbuat dari dua

pembacaan. Ukuran lebarnya 4 cm,

macam bahan yaitu kayu dan besi atau

panjang

beton.

dilengkapi dengan angka dari meter,

Patok Kayu

desimeter, sentimeter, dan milimeter.

Patok kayu yang terbuat dari kayu,


berpenampang bujur sangkar dengan
ukuran 50 mm x 50 mm, dan bagian
atasnya diberi cat.

antara

3m-5m

pembacaan

267

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

7. Meja lapangan (meja dada)


8. Pita Ukur (meteran)
Pita ukur linen bisa berlapis plastik atau
tidak, dan kadang-kadang diperkuat
dengan benang serat. Pita ini tersedia
dalam ukuran panjang 10 m, 15 m, 20
m, 25 m atau 30 m.Kelebihan dari alat
ini adalah bisa digulung dan ditarik
kembali, dan kekurangannya adalah
kalau ditarik akan memanjang, lekas
rusak dan mudah putus, tidak tahan air.

Gambar 260. Rambu Ukur

6. Payung
Payung ini digunakan atau memiliki
fungsi sebagai pelindung dari panas dan

Gambar 263. Pita ukur

hujan untuk alat ukur itu sendiri. Karena

10.1.1 Bahan Yang Digunakan :

bila alat ukur sering kepanasan atau

1. Formulir Ukur

kehujanan, lambat laun alat tersebut

Formulir pengukuran digunakan

pasti mudah rusak (seperti; jamuran,

untuk

dll).

lapangan

mencatat

kondisi

dan

di

hasil

perhitungan-perhitungan/
pengukuran di lapangan. (Lihat
tabel 24, 25 dan 26)

Gambar 262. Payung

268

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Gambar 265. Benang


Gambar 264. Formulir dan alat tulis

6. Paku
Paku terbuat dari baja (besi) dengan

2. Peta wilayah study


Peta digunakan agar mengetahui di

ukuran 10 mm. Digunakan sebagai

daerah

tanda apabila cat mudah hilang dan

mana

akan

melakukan

patok kayu tidak dapat digunakan,

pengukuran

dikarenakan

3. Cat dan koas


Alat ini murah dan sederhana akan

rute

(jalan)

yang

digunakan terbuat dari aspal.

tetapi peranannya sangat penting sekali


ketika di lapangan, yaitu digunakan

10.3.3 Prosedur Pemakaian Alat Pada


Poligon

untuk menandai dimana kita mengukur


dan dimana pula kita meletakan rambu
ukur. Tanda ini tidak boleh hilang

Cara mengatur dan sentering alat theodolite


adalah sebagai berikut :

sebelum perhitungan selesai karena


kemungkinan salah ukur dan harus

poligon

diukur ulang.
4. Alat tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat

keraskan sekrup-sekrup statif

usahakan dasar alat statif sedatar


untuk

memudahkan

mengatur nivo mendatar

5. Benang

2. Pasang alat theodolite di atas statif,

Benang berfungsi sebagai:

keraskan sekrup pengencang alat

a. menentukan garis lurus


garis

datar

menentukan pasangan yang lurus


c.

mungkin

hasil pengukuran di lapangan.

b. menentukan

1. Pasang statif alat kira-kira diatas titik

meluruskan plesteran

d. menggantungkan unting-unting

3. Pasang

unting-unting

pada

sekrup

pengencang di bawah alat.


4. Jika ujung-ujung belum tepat di atas
paku aturlah dengan menggeser atau

269

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

menaik

turunkan

kaki

alat

dengan

Periksa gelembung nivo kotak jika

bantuan sekrup kaki sehingga unting-

berubah

unting tepat di atas paku

pekerjaan.

- kaki alat diinjak kuat-kuat sehingga

atur

lagi

dan

ulangi

6. Atur nivo tabung dengan 3 sekrup

masuk ke dalam tanah.

penyetel A, B, C.

5. Ketengahkan gelembung nivo kotak

Cara mengaturnya :

dengan bantuan ketiga sekrup penyetel

a. Putar teropong hingga nivo tabung

sekaligus

terletak ejajar dengan 2 sekrup


penyetel A dan B
NIVO KOTAK

Gambar 266. Nivo kotak

Gambar 267. Nivo tabung

Catatan :
Jika alat mempunyai sentering optis T.2

Sokisha, Topcon, Th3 Zeis dll, maka


cara melakukan sentering optis adalah
sebagai berikut :
-

Lepaskan unting-unting

Lihat melalui teropong sentering


optis

Gambar 268. Nivo tabung

Jika benang silang optis belum


tepat

di

longgarkan

tengah-tengah

b. Ketengahkan gelembung dengan salah

paku,

sekrup-sekrup

satu sekrup penyetel A atau B


c.

Putar teropong 180o jika gelembung

pengencang, geserkan alat translasi

menggeser n skala, maka kembalikan n

sehingga benang silang tepat di

n dengan salah satu sekrup penyetel

atas paku (tengah-tengah paku)


kemudian
sekrup

kencangkan

kembali

d. Pekerjaan

(a),

berulang-ulang

(b),

(c)

dilakukan

sehingga

teropong

sebelum dan sesudah diputar 180o


gelembung tetap di tengah.

270

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

e. Putar teropong 90o, jika gelembung

f.

berbeda

dengan

pengukuran sipat datar kerangka dasar

penyetel C.

vertikal dengan alat yang berdiri di

Maka

alat

siap

untuk

digunakan

antara 2 buah titik (patok)


2. Target diletakkan di atas patok-patok
yang mengapit tempat alat sipat datar

Catatan :
Dalam melakukan pengukuran sudut
horizontal, nivo vertikal tidak perlu diatur
-

patok,

menggeser ketengahkan dengan sekrup

pengukuran

atas

Sekrup repetisi (jika ada), jika tidak


diperlukan agar tetap terkunci

berdiri.

Gelembung

diketengahkan dengan cara memutar


dua buah sekrup kaki kiap ke arah
dalam saja atau keluar saja serta
atau kiri. Teropong diarahkan ke target
belakang

harus

tabung

memutar sekrup kaki kiap kearah kanan

10.3.4 Prosedur pengukuran poligon


Pengukuran

nivo

dilaksanakan

dan

horizontalnya

dibaca

pada

sudut

posisi

biasa.

berdasarkan ketentuan ketentuan yang

Teropong kemudian diputar ke arah

ditetapkan sebelumnya.

target

Ketentuan-ketentuan pengukuran Kerangka

horizontalnya pada posisi biasa.

dasar Horizontal adalah sebagai berikut :


a. Jarak

antara

dua

titik,

sekurang-

kurangnya diukur 2 kali.


diukur 2 seri
Pengukuran

dibaca

pula

sudut

3. Teropong diubah posisinya menjadi luar


biasa dan diarahkan ke target muka
serta dibaca sudut horizontalnya.

b. Sudut mendatar, sekurang-kurangnya


c.

muka

4. Alat theodolite dipindahkan ke patok


selanjutnya dan dilakukan hal yang

astronomi

(azimuth),

sama seperti pada patok sebelumnya.

sekurang-kurangnya di ukur 4 seri

Pengukuran dilanjutkan sampai seluruh

masing-masing untuk pengukuran pagi

patok didirikan alat theodolite.

dan sore hari.


Prosedur

5. Data diperoleh dari lapangan kemudian

pengukuran

poligon

kerangka

diolah secara manual atau tabelaris

dasar horizontal adalah sebagai berikut :

dengan

1. Dengan

patok-patok

teknologi digital komputer. Pengolahan

yang telah ada yang digunakan pada

data poligon dapat diselesaikan dengan

pengukuran sipat datar kerangka dasar

metode Bowditch atau Transit.

vertikal, dirikan alat theodolite pada titik

Pada metode Bowditch, bobot koreksi

(patok)

absis

menggunakan

awal

pengukuran.

Pada

pengukuran poligon, alat didirikan di

menggunakan

dan

ordinat

bantuan

diperoleh

dari

perbandingan jarak resultante dengan

271

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

total

jarak

pengukuran

poligon,

sedangkan pada metode Transit bobot

10.3.5 Cara pembidikan titik sudut

koreksi absis / ordinat diperoleh jarak

untuk daerah yang terbuka

pada arah absis dibandingkan dengan

a.

mengincar pada titik poligon.

total jarak pada arah absis / ordinat.


6. Pengukuran poligon kerangka dasar

Garis bidik diusahakan harus tepat

b.

Benang tengah harus tepat di atas titik


poligon

horizontal selesai.

Gambar 269. Jalon di atas patok

Untuk daerah yang terhalang


Pada

titik

poligon

yang

terhalang

ditempatkan :
a.

Rambu ukur dengan garis tengah


rambu ukur tepat di atas titik pusat
poligon.

b.

Unting-unting yang ditahan oleh 3 buah


jalon.

Garis bidik diarahkan pada garis


tengah rambu ukuran atau pada
benang unting- unting.
Gambar 270. Penempatan rambu ukur

272

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Pada titik-titik poligon yang akan

menjadi rumus-rumus terprogram dalam

dibidik ditempatkan :

bentuk digital.

- unting-unting yang ditahan oleh 3

Pengolahan data poligon dikontrol terhadap

buah jalon.

sudut-sudut dalam atau luar poligon dan

- dapat pula paku, ujung pensil,

dikontrol terhadap koordinat baik absis

sapu lidi yang lurus sebagai

maupun ordinat. Pengolahan data poligon

pembantu.

dimulai dengan menghitung sudut awal dan


sudut akhir dari titik-titik ikat poligon.
Perhitungan meliputi :
- mengoreksi hasil ukuran
- mereduksi

hasil

ukuran,

misalnya

mereduksi jarak miring menjadi jarak


mendatar dan lain-lain
- menghitung

azimuth

pengamatan

matahari
Gambar 271. Penempatan unting-unting

- menghitung

koordinat

dan

ketinggian

setiap titik
Hasil

yang

diperoleh

dari

praktek

pengukuran poligon di lapangan adalah


koordinat titik-titik yang diukur sebagai titiktitik ikat untuk keperluan penggambaran
titik-titik detail dalam pemetaan.

Catatan :
1. Apabila Kerangka Dasar Horizontal
akan dihitung pada proyeksi tertentu
misalnya Polyeder atau U.T.M, maka
sebelumnya harus dilakukan hitungan
reduksi data ukuran ke dalam proyeksi

10.4 Pengolahan data poligon

peta yang bersangkutan


Pengolahan data dapat dilakukan secara
manual langsung dikerjakan pada formulir
ukuran atau secara tabelaris menggunakan
lembar elektrolis (spreadsheet) di komputer,
contohnya : adalah perangkat lunak Lotus
atau Excell.
Rumus-rumus

2. Sesuai dengan bentuk jaringannya,


hitungan
dapat

koordinat

dilakukan

sederhana

atau
dengan

ketinggian
peralatan

(bertingkat-tingkat)

atau

dengan perataan kuadarat terkecil.


Dasar-dasar

perhitungan

pengukuran

poligon adalah sebagai berikut :


dasar

pengolahan

data

ditransfer dari penyajiannya secara analog

Menghitung Sudut Jurusan Awal yang


telah diketahui koordinatnya

273

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

poligon terhadap pengurangan sudut

(XA, YA) dan (XB, YB), maka :


AB = arctan

(X B X A)
(YB Y A )

akhir

dengan

sudut

awal

poligon.

Koreksi sudut poligon yang diperoleh


kemudian dibagi secara merata tanpa

XB XA
YB YA

bobot terhadap sudut-sudut poligon


hasil pengukuran dan pengamatan di

Menghitung Sudut Jurusan Akhir yang

lapangan.

telah diketahui koordinatnya


Menghitung Sudut-sudut jurusan antara

(XC, YC) dan (XD, YD), maka :

Menghitung

titik-titik poligon :

X D XC
YD YC

CD = arc Tgn

Koreksi

Sudut-sudut
terhadap

Penutup

Sudut

melalui syarat penutup sudut dengan :


adalah sudut-sudut dalam / luar
poligon hasil pengukuran dari lapangan
dan n adalah jumlah titik-titik poligon
yang diukur sudut-sudutnya, maka
akhir - awal = - (n 2) . 180+k

Untuk perhitungan awal dapat dihitung,


yaitu:
-

maka :

A1 = AB + 0k
- Jika putaran sudut-sudut melebihi 1

Jurusan

antara titik-titik poligon

koreksi

Jika

putaran

sudut-sudut

tidak

melebihi 1 putaran atau sudut 360o,


maka :
12 = A1 + 180o + 1k

Kontrol sudut poligon diawali terlebih


memperoleh

tidak

Untuk selanjutnya dapat dihitung, yaitu :

Sudut-Sudut

dilakukan

sudut-sudut

A1 = AB + 0k - 360o

nk = n + (k / n)

dahulu

putaran

putaran atau sudut 360o, maka :

...........

Menghitung

Jika

melebihi 1 putaran atau sudut 360o,

1k = 1 + (k / n)*

berikutnya

yang telah dikoreksi.

0k = 0 + (k / n)
...... .....

poligon

poligon

dijumlahkan terhadap sudut poligon

Menghitung Sudut-sudut Dalam / Luar


Kesalahan Penutup Sudut :

titik

titik

mengacu terhadap sudut awal poligon

k = akhir - awal - + (n 2). 180

Poligon yang telah dikoreksi terhadap

jurusan

yaitu

untuk

sudut

poligon

dengan cara mengontrol jumlah sudut

- Jika putaran sudut-sudut melebihi 1


putaran atau sudut 360o, maka :
12 = A1 + 180o + 1k - 360o
12 = A1 + 1k - 180o

274

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Menghitung Koreksi Absis dan Ordinat

awal

Koreksi absis dan ordinat ini dapat

terhadap jumlah proyeksinya terhadap

didekati melalui metode Bowditch dan

absis dan ordinat. Koreksi absis dan

Transit.

ordinat akan diperoleh dan dibagikan

Koreksi

metode

Bowditch

dikurangi

serta

dibandingkan

meninjau bobot jarak dari proyeksi pada

dengan

absis dan ordinat sedangkan koreksi

kepada masing-masing titik poligon.

metode Transit meninjau bobot jarak

Bobot koreksi didekati dengan cara

dari resultante jarak absis dan ordinat.

perbandingan jarak pada suatu ruas

Mengkoreksi absis dan ordinat melalui


syarat absis dan ordinat, dengan d

mempertimbangkan

bobot

garis terhadap jarak total poligon dari


awal sampai akhir pengukuran.

adalah jarak datar / sejajar bidang nivo

Untuk

dan adalah sudut jurusan:

sebagai berikut :

Syarat Absis :

1. Toleransi Sudut

menghitung

X akhir X awal = d . sin + kx

Jika

Kx = X akhir X awal - d . sin

berdasarkan

Toleransi

digunakan

adalah

alat

Theodolite

estimasi

maximum

ditentukan bahwa

Syarat Ordinat :
Y akhir Y awal = d . cos + ky

salah penutup sudut poligon = K = i n

Ky = Y akhir Y awal - d . cos

i = ketelitian dalam satuan detik (sekon)

Menghitung

Koordinat

Koordinat

Definitif titik-titik poligon dengan Metode


Bowditch :
X1 = XA + dA1 . sin A1 + kx (dA1 / d)
Y1 = YA + dA1 . cos A1 + ky (dA1 / d)
Menghitung

koordinat

koordinat

definitif titik-titik poligon dengan metode


transit :
X1 = XA + dA1 . sin A1 + kx (dA1 . sin A1 /
d . sin )
Y1 = YA + dA1 . cos A1 + ky (dA1 . cos A1
/ d . cos )
Kontrol

koordinat

berbeda

dengan

kontrol sudut yaitu koordinat akhir dan

Maka : f harus i n
dimana : n adalah banyak titik sudut
2. Toleransi Jarak
Jika digunakan pita ukur, ditentukan
toleransi ketelitian jarak linier =
Salah Linier = L =

1
2500

fx 2 + fy 2

Maka :
Toleransi salah linier harus memenuhi :

fx + fy 2
1

( d )
2500

275

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Untuk menghitung koordinatnya, disamping

lintang dan bujur geografi ini dapat

sudut dan jarak mendatar diperlukan pula

ditentukan koordinat (X , Y) dalam sisitem

minimal satu jurusan awal dan satu titik

umum.

yang telah diketahui koordinatnya.


Untuk

jurusan

Awal

dapat

- Bila tidak terdapat titik Triangulasi dan

ditentukan

tidak dikehendaki koordinat dalam sistem

sebagai berikut :

umum, maka salah satu titik kerangka

- Bila di sekitar titik-titik kerangka dasar

dasar dapat dipilih sebagai titik awal

terdapat 2 titik Triangulasi, sudut jurusan

dengan koordinat sembarang, misalnya :

dihitung dari titik-titik Triangulasi dapat

X = 0, Y = 0. Sistem demikian dinamakan

digunakan sebagai jurusan awal

Koordinat Setempat (lokal)

Apabila jurusan awal ini yang akan

Titik awal tersebut sebaiknya dipilih yang

digunakan, maka jaring titik-titik kerangka

terletak

dasar

dipetakan.

harus

disambungkan

ke

tiitk

di

tengah

wilayah

yang

Triangulasi tersebut.
Bila

tidak

terdapat

dari

pengamatan

astronomi (pengamatan matahari atau

10.5 Penggambaran poligon

bintang); dari pengukuran menggunakan


Theodolite

Kompas

atau

ditentukan

sembarang.

Penggambaran poligon kerangka dasar


horizontal dapat dilakukan secara manual
atau digital.

Untuk koordinat Awal dapat ditentukan


sebagai berikut :
- Bila dikehendaki koordinat dalam sistem

Penggambaran

secara

manual

harus

memperhatikan

ukuran

lembar

yang

digunakan dan skala gambar, sedangkan

umum (sistem yang berlaku di wilayah

penggambaran

suatu negara) digunakan tiitk Triangulasi

menekankan kepada sistem koordinat yang

(cukup satu titik saja). Dengan demikian

digunakan serta satuan unit yang akan

kerangka dasar harus diikatkan ke titik

dipakai

Triangulasi tersebut.

berhubungan dengan keluaran akhir.

dalam

secara

gambar

digital

digital

lebih

yang

- Bila dikehendaki koordinat dalam sistem

Penggambaran poligon kerangka dasar

umum tetapi terdapat tiitk Triangulasi,

hoizontal akan menyajikan unsur-unsur :

maka di salah satu titik kerangka dasar

sumbu absis, sumbu ordinat, dan garis

dilakukan pengukuran astronomi untuk

hubung antara titik-titik poligon.

menentukan lintang dan bujurnya. Dari

276

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Penggambaran secara manual pada poligon


kerangka dasar horizontal memiliki skala

A1

yang sama pada arah sumbu absis dan


sumbu ordinat

karena jangkauan arah

sumbu absis dan ordinat memiliki ukuran


A3

yang sama.

A2

Informasi ukuran kertas yang demikian

A4

menjadi hal utama yang harus diperhatikan.


Ukuran kertas untuk penggambaran hasil

Pembagian Kertas Seri A

pengukuran dan pemetaan terdiri dari :

Gambar 272. Pembagian kertas seri A

Tabel 21. Ukuran kertas seri A

Unsur-Unsur

yang

harus

ada

dalam

Ukuran

Panjang

Lebar

Kertas

(milimeter)

(milimeter)

A0

1189

841

A1

841

594

Legenda

A2

594

420

Yaitu suatu informasi berupa huruf,

A3

420

297

A4

297

210

simbol dan gambar yang menjelaskan

A5

210

148

Ukuran

kertas

yang

digunakan

penggambaran

hasil

pengukuran

dan

pemetaan adalah :

mengenai isi gambar. Legenda memiliki


ruang di luar muka peta dan dibatasi
untuk

pencetakkan peta biasanya Seri A. Dasar

oleh garis yang membentuk kotakkotak.

ukuran adalah A0 yang luasnya setara

Tanda-tanda atau simbol-simbol yang

dengan 1 meter persegi. Setiap angka

digunakan adalah untuk menyatakan

setelah

setengah

bangunan-bangunan yang ada di atas

ukuran dari angka sebelumnya. Jadi, A1

bumi seperti jalan raya, kereta api,

adalah setengah A0, A2 adalah seperempat

sungai, selokan, rawa atau kampung.

dari A0 dan A3 adalah seperdelapan dari

Juga untuk bermacam-macam keadaan

A0. Perhitungan yang lebih besar dari SAO

dan tanam-tanaman misalnya ladang,

adalah 2A0 atau dua kali ukuran A0.

padang

huruf

menyatakan

rumput,

perkebunan

atau

seperti

alang-alang,
karet,

kopi,

kelapa, untuk tiap macam pohon diberi


tanda khusus.

277

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Untuk

dapat

membayangkan

tinggi

rendahnya

permukaan

bumi,

maka

digunakan

garis-garis

tinggi

atau

tranches

atau

kontur

0.5

0
1

Kilometer

yang

menghubungkan titik-titik yang tingginya


sama di atas permukaan bumi.

Gambar 273. Skala grafis

Muka Peta

Skala

Yaitu ruang yang digunakan untuk

dibandingkan dengan skala numeris

menyajikan informasi bentuk permukaan

dan skala perbandingan karena tidak

bumi baik informasi vertikal maupun

dipengaruhi oleh muai kerut bahan dan

horizontal.

perubahan ukuran penyajian peta.

Muka

peta

sebaiknya

grafis

memiliki

memiliki ukuran panjang dan lebar yang

Orientasi arah utara

proporsional

Yaitu

agar

memenuhi

unsur

simbol

berupa

kelebihan

panah

yang

estetis.

biasanya mengarah ke arah sumbu Y

Skala Peta

positif muka peta dan menunjukkan


menggambarkan

orientasi arah utara. Orientasi arah

perbandingan jarak di atas peta dengan

utara ini dapat terdiri dari : arah utara

jarak sesungguhnya di lapangan. Skala

geodetik, arah utara magnetis, dan arah

peta terdiri dari : skala numeris, skala

utara grid koordinat proyeksi. Skala

perbandingan, dan skala grafis.

peta grafis biasanya selalu disajikan

Yaitu

Skala

simbol

yang

numeris

yaitu

skala

yang

menyatakan perbandingan perkecilan


yang ditulis dengan angka, misalnya :
skala 1 : 25.000 atau skala 1 : 50.000.
Skala grafis yaitu skala yang digunakan

untuk melengkapi skala numeris atau


skala

perbandingan

mengantisipasi

adanya

untuk
pembesaran

dan perkecilan peta serta muai susut


bahan peta.

untuk menyatakan panjang garis di peta

Sumber gambar yang dipetakan

dan jarak yang diwakilinya di lapangan

Untuk mengetahui secara terperinci

melalui informasi grafis.

proses dan prosedur pembuatan peta,


sumber

peta

akan

memberikakan

tingkat akurasi dan kualitas peta yang


dibuat.

278

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Tim pengukuran yang membuat peta


Untuk mengetahui penanggung jawab
pengukuran

di

lapangan

dan

penyajiannya di atas kertas, personel


yang

disajikan

akan

memberikan

informasi mengenai kualifikasi personel

2. menentukan ukuran kertas yang akan


dipakai
3. membuat tata jarak peta, meliputi muka
peta dan ruang legenda
4. menghitung panjang dan lebar muka
peta
5. mendapatkan skala jarak horizontal

yang terlibat.
Instalnsi dan simbol

dengan

Instalasi dan simbol yang memberikan

panjang muka peta dengan kumulatif

pekerjaan dan melaksanakan pekerjaan

jarak horizontal dalam satuan yang

pengukuran

peta.

sama. Jika hasil perbandingan tidak

Instalnsi dan simbol instalnsi ini akan

menghasilkan nilai yang bulat maka

memberikan

nilai skala dibulatkan ke atas dan

dan

pembuatan

informasi

mengenai

karakteristik

tema

yang

diperlukan

bagi

instalnsi

biasanya
yang

Peralatan

yang

harus

disiapkan

untuk

menggambar sipat datar kerangka dasar


vertikal meliputi :
1. Lembaran

kertas

milimeter

dengan

ukuran tertentu
2. Penggaris 2 buah (segitiga atau lurus)
3. Pinsil

6. membuat sumbu mendatar dan tegak


titik

pusatnya

memiliki

menggunakan pinsil
7. menggambarkan
merupakan

titik-titik

posisi

tinggi

serta menghubungkan titik-titik tersebut,


menggunakan pinsil
keterangan keterangan

serta

melengkapi

Prosedur penggambaran untuk poligon

legenda,

kerangka dasar horizontal

pengukuran,

sumber

pengukuran,

nama

untuk

poligon

kerangka dasar horizontal adalah sebagai


berikut :
1. menghitung kumulatif jarak horizontal
pengukuran poligon

hasil

pengukuran dengan jarak-jarak tertentu

peta

penggambaran

yang

nilai tinggi dan jarak di dalam muka

5. Tinta

Prosedur

jarak

tertentu terhadap batas muka peta,

8. membuat

4. Penghapus

perbandingan

memiliki nilai kelipatan tertentu


yang

bersangkutan.

membuat

membuat

informasi

skala,

orientasi

peta,

tim

instnasi

dan

simbolnya, menggunakan pinsil


9. menjiplak draft penggambaran ke atas
bahan transparan, menggunakan tinta.

279

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Prosedur

penggambaran

untuk

poligon

kerangka dasar horizontal secara manual,

1. menghitung range absis pengukuran


poligon kerangka dasar horizontal
2. menghitung range ordinat pengukuran
poligon kerangka dasar horizontal
dengan

range

nilai

range

ordinat

absis

pengukuran

poligon kerangka dasar horizontal. Nilai


range yang lebih besar merupakan nilai
untuk menetapkan skala peta.
4. menentukan ukuran kertas yang akan
dipakai
peta dan ruang legenda

keterangan keterangan

nilai tinggi dan jarak di dalam muka


peta

serta

legenda,

melengkapi

membuat

informasi

skala,

pengukuran,

sumber

pengukuran,

nama

orientasi

peta,

tim

instansi

dan

simbolnya, menggunakan pinsil


11. menjiplak draft penggambaran ke atas
bahan yang tansparan menggunakan
tinta.
Untuk penggambaran poligon kerangka
dasar

5. membuat tata letak peta, meliputi muka

horizontal

menggunakan

secara

digital

dapat

perangkat

lunak

Lotus,

Exceell, atau AutoCAD. Penggambaran

6. menghitung panjang dan lebar muka


peta

dengan masing-masing perangkat lunak


yang berbeda akan memberikan hasil

7. menetapkan

skala

peta

dengan

membuat perbandingan panjang muka


peta dengan nilai range absis dan
ordinat yang lebih besar dalam satuan
yang sama. Jika hasil perbandingan
tidak menghasilkan nilai yang bulat
maka nilai skala dibulatkan ke atas dan
memiliki nilai kelipatan tertentu
8. membuat sumbu mendatar dan tegak
yang

titik tersebut, menggunakan pinsil


10. membuat

adalah sebagai berikut :

3. membandingkan

horizontal serta menghubungkan titik-

titik

pusatnya

memiliki

jarak

tertentu terhadap batas muka peta,


menggunakan pinsil
9. menggambarkan
merupakan

posisi

titik-titik
koordinat

yang
hasil

pengukuran poligon kerangka dasar

keluaran yang berbeda pula.


Untuk penggambaran menggunakan Lotus
atau Excell yang harus diperhatikan adalah
penggambaran

grafik

dengan

metode

Scatter, agar gambar yang diperoleh pada


arah tertentu (terutama sumbu horizontal)
memiliki

interval

sesuai

dengan

yang

diinginkan, tidak memiliki interval yang


sama. Penggambaran dengan AutoCAD
walaupun lebih sulit akan menghasilkan
keluaran yang lebih sempurna dan sesuai
dengan format yang diiinginkan.

280

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Contoh hasil pengukuran poligon kerangka dasar horizontal

Dari lapangan didapat ;

PENGOLAHAN DATA
Diketahui : Data hasil Pengukuran Poligon Tertutup dengan titik Poligon 1
(786488 ; 9240746).
Tabel 22. Bacaan sudut

Sudut

Bacaan Sudut

Tabel 23. Jarak

Bacaan
Sudut

Jarak

d1

23

d2

11

d3

35

d4

15

d5

31

d6

28

d7

51

d8

21

185,85000

d9

12

88,76667

227

30

180,89167

356 120

1261,96667

'

''

Desimal

12 = 1

96

48

96,80000

191

30

191,07500

171

54

171,90000

100

34

30

100,57500

158

30

158,50000

87

36

30

87,60833

185

51

88

46

180

53

1256

281

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Ditanyakan : Koordinat titik P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, dan P9 dengan Metode
Bowditch dan Metode Transit, serta cari luas Poligon Tertutup
dengan Metode Sarrus ?
Jawaban

I. POLIGON TERTUTUP METODE BOWDITCH


A. Syarat 1

lakhir - awall

= - (n-2) . 180 + f

l96,8 96,8l

= 1261,96667 (9 2) . 180 + f

= 1,96667 + f

= -1,96667

Mencari Koreksi :

1 = 1 + (f : 9) = 96,80000 + (-1,96667 : 9)

= 96,58148

2 = 2 + (f : 9) = 191,07500 + (-1,96667 : 9)

= 190,85648

3 = 3 + (f : 9) = 171,90000 + (-1,96667 : 9)

= 171,68148

4 = 4 + (f : 9) = 100,57500 + (-1,96667 : 9)

= 100,35648

5 = 5 + (f : 9) = 158,50000 + (-1,96667 : 9)

= 158,28148

6 = 6 + (f : 9) = 87,60833 + (-1,96667 : 9)

= 87,38981

7 = 7 + (f : 9) = 185,85000 + (-1,96667 : 9)

= 185,63148

8 = 8 + (f : 9) = 88,76667 + (-1,96667 : 9)

= 88,54815

9 = 9 + (f : 9) = 180,89167 + (-1,96667 : 9)

= 180,67315

Mencari Koreksi :

12 = awwal + 1 = 96,80000 + 96,58148

23 = 12 + 2 = 193,38148+ 190,85648 180 = 204,23796

34 = 23 + 3 = 204,23796+ 171,68148 180 = 195,91944

45 = 34 + 4 = 195,91944+ 100,35648 180 = 116,27593

56 = 45 + 5 = 116,2759 + 158,28148 180 = -94,55741

= 193,38148

282

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

67 = 56 + 6 = 94,55741 + 87,38981

78 = 67 + 7 = 1,94722

+ 185,63148 180 = 7,57870

89 = 78 + 8 = 7,57870

+ 88,54815

91 = 89 + 9 = -83,87315 + 180,67315 180 = -83,20000

180 = 1,94722

180 = -83,87315

B. Syarat 2

X = d Sin
X = (23 . Sin 193,40333) + (11 . Sin 204,28167) + (35 . Sin 195,985) +
(15 . Sin 116,36333) + (31 . Sin 94,66667) + (28 . Sin 2,07833) +
(51 . Sin 7,73167) + (21 . Sin -83,698333) + (12 .

Sin -

83,00333)
X

= -0,20463

= (23 . Cos 193,40333) + (11 . Cos 204,28167) + (35 . Cos 195,985)

d Cos
+ (15 . Sin 116,36333) + (31 . Cos 94,66667) + (28 . Cos 2,07833)
+ (51 . Cos 7,73167) + (21 . Cos -83,698333) + (12 . Cos 83,00333)

Y = -0,29105
Mencari Bobot X

Bobot X P1 = (X12 : X) = (-5,32297 : -0,20463) = 26,01208

Bobot X P2 = (X23 : X) = (-4,51580 : -0,20463) = 22,06763

Bobot X P3 = (X34 : X) = (-9,59999 : -0,20463) = 46,91286

Bobot X P4 = (X45 : X) = (13,45009 : -0,20463) = -65,72735

Bobot X P5 = (X56 : X) = (30,90198 : -0,20463) = -151,01059

Bobot X P6 = (X67 : X) = (0,95141 : -0,20463) = -4,64930

Bobot X P7 = (X78 : X) = (6,72628 : -0,20463) = -32,86973

Bobot X P8 = (X89 : X) = (-20,88005 : -0,20463) = 102,03579

283

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Bobot X P9 = (X91 : X) = (-11,91559 : -0,20463) = 58,22861

Mencari Bobot Y

Bobot Y P1 = (Y12 : Y) = (-22,37557 : -0,29105) = 76,87877

Bobot Y P2 = (Y23 : Y) = (-10,03033 : -0,29105) = 34,46257

Bobot Y P3 = (Y34 : Y) = (-33,65769 : -0,29105) = 115,64230

Bobot Y P4 = (Y45 : Y) = (-6,64042 : -0,29105)

= 22,81539

Bobot Y P5 = (Y56 : Y) = (-2,46320 : -0,29105)

= 8,46314

Bobot Y P6 = (Y67 : Y) = ( 27,98383 : -0,29105) = -96,14785

Bobot Y P7 = (Y78: Y) = ( 50,55450 : -0,29105) = -173,69695

Bobot Y P8 = (Y89 : Y) = (-2,24133 : -0,29105)

= 7,70084

Bobot Y P9 = (Y91 : Y) = (-1,42085 : -0,29105)

= 4,88180

Mencari Nilai Koreksi X

Koreksi X1 = X12 - (X . Bobot X P1)

= -5,32297 (-0,20463 . 26,01208)

Koreksi X2 = X23 - (X . Bobot X P2)

= -4,51580 - (-0,20463 . 22,06763)

= -0,000118
= -0,000101

Koreksi X3 = X34 - (X . Bobot X P3)

= -9,59999 (-0,20463 . 46,91286) = -0,000211

Koreksi X4 = X45 - (X . Bobot X P4)

= 13,45009 (-0,20463 . -65,72735) = 0,000302

Koreksi X5 = X56 - (X . Bobot X P5)

= 30,90198 (-0,20463 . -151,01059) = 0,000683

Koreksi X6 = X67 - (X . Bobot X P6)

= 0,95141 - (-0,20463 . -4,64930)

= 0,000024

Koreksi X7 = X78 - (X . Bobot X P7)

= 6,72628 - (-0,20463 . -32,86973)

= 0,000147

284

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Koreksi X8 = X89 - (X . Bobot X P8)

= -20,88005 - (-0,20463 . 102,03579) = -0,000466

Koreksi X9 = X91 - (X . Bobot X P9)

= -11,91559 - (-0,20463 . 58,22861)

= -0,000270

Mencari Nilai Koreksi Y

Koreksi Y1 = Y12 - (Y . Bobot Y P1)

= -22,37557 - (-0,29105 . 76,87877)

Koreksi Y2 = Y23 - (Y . Bobot Y P2)

= -10,03033 - (-0,29105 . 34,46257)

= 0,000685
= -0,000290

Koreksi Y3 = Y34 - (Y . Bobot Y P3)

= -33,65769 - -(0,29105 . 115,64230) = -0,001106

Koreksi Y4 = Y45 - (Y . Bobot Y P4)

= -6,64042 - (-0,29105 . 22,81539)

Koreksi Y5 = Y56 - (Y . Bobot Y P5)

= -2,46320 - (-0,29105 . 8,46314)

= 0,000276
= -0,000334

Koreksi Y6 = Y67 - (Y . Bobot Y P6)

= 27,98383 - (-0,29105 . -96,14785) = 0,000882

Koreksi Y7 = Y78 - (Y . Bobot Y P7)

= 50,55450 - (-0,29105 . -173,69695) = 0,001537

Koreksi Y8 = Y89 - (Y . Bobot Y P8)

= -2,24133 - (-0,29105 . 7,700840)

= 0,000182

Koreksi Y9 = Y91 - (Y . Bobot Y P9)

= -1,42085 - (-0,29105 . 4,88180)

= 0,000091

285

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Mencari Nilai Setelah Koreksi X

Setelah Koreksi X1 = X12 + Koreksi X1


= -22,37557 + 0,000685

Setelah Koreksi X2 = X23 + Koreksi X2


= -4,51580 + -0,000101

= 6,72643

Setelah Koreksi X8 = X89 + Koreksi X8


= -20,88005 + -0,000466

= 0,95143

Setelah Koreksi X7 = X78 + Koreksi X7


= 6,72628 + 0,000147

= 30,90267

Setelah Koreksi X6 = X67 + Koreksi X6


= 0,95141 + 0,000024

= 13,45039

Setelah Koreksi X5 = X56 + Koreksi X5


= 30,90198 + 0,000683

= -9,60020

Setelah Koreksi X4 = X45 + Koreksi X4


= 13,45009 + 0,000302

= -4,51590

Setelah Koreksi X3 = X34 + Koreksi X3


= -9,59999 + -0,000211

= -5,32309

= -20,88052

Setelah Koreksi X9 = X91 + Koreksi X9


= -11,91559 + -0,000270

= -11,91586

Mencari Nilai Setelah Koreksi Y

Setelah Koreksi Y1 = Y12 + Koreksi Y1


= -22,37557 + 0,000685

Setelah Koreksi Y2 = Y23 + Koreksi Y2


= -10,03033 + -0,000290

= -22,37488
= -10,03062

Setelah Koreksi Y3 = Y34 + Koreksi Y3


= -33,65769 + -0,001106

= -33,65880

286

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Setelah Koreksi Y4 = Y45 + Koreksi Y4


= -6,64042 + 0,000276

Setelah Koreksi Y5 = Y56 + Koreksi Y5


= -2,46320 + -0,000334

= 50,55603

Setelah Koreksi Y8 = Y89 + Koreksi Y8


= -2,24133 + 0,000182

= 27,98471

Setelah Koreksi Y7 = Y78 + Koreksi Y7


= 50,55450 + 0,001537

= -2,46353

Setelah Koreksi Y6 = Y67 + Koreksi Y6


= 27,98383 + 0,000882

= -6,64014

= -2,24115

Setelah Koreksi Y9 = Y91 + Koreksi Y9


=-1,42085 + 0,000091

= -1,42076

C. Mencari Koordinat Dengan Metode Bowditch


TITIK 2

X2 = X1 + Setelah Koreksi X1 = 786488 + -5,32309 = 786482,68

Y2 = Y1 + Setelah Koreksi Y1 = 9240746 + -22,37488 = 9240723,62

TITIK 3

X3 = X2+ Setelah Koreksi X2 = 786482,68+ -4,51590 = 786478,16

Y3 = Y2+ Setelah Koreksi Y2 =9240723,62+ -10,03062= 9240713,59

TITIK 4

X4 = X3+ Setelah Koreksi X3 = 786478,16+-9,60020 = 786468,56

Y4 = Y3+ Setelah Koreksi Y3=9240713,59+ -33,65880 = 9240679,94

TITIK 5

X5 = X4+ Setelah Koreksi X4 = 786468,56+ 13,45039 = 786482,06

Y5 = Y4+ Setelah Koreksi Y4 = 9240679,94+ -6,64014 = 9240673,30

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

287

TITIK 6

X6 = X5+ Setelah Koreksi X5 = 786482,06+ 30,90267 = 786512,97

Y6 = Y5+ Setelah Koreksi Y5 = 9240673,30+-2,46353 = 9240670,83

TITIK 7

X7 = X6+ Setelah Koreksi X6 = 786512,97+ 0,95143 = 786513,92

Y7 = Y6+ Setelah Koreksi Y6 = 9240670,83+ 27,98471= 9240698,82

TITIK 8

X8 = X7+ Setelah Koreksi X7 = 786513,92+ 6,72643 = 786520,64

Y8 = Y7+ Setelah Koreksi Y7 = 9240698,82+ 50,55603 = 9240749,37

TITIK 9

X9 = X8+ Setelah Koreksi X8 = 786520,64+-20,88052 = 786499,76

Y9 = Y8+ Setelah Koreksi Y8 = 9240749,37+ -2,24115 = 9240747,13

CONTROL

X1 = X9+ Setelah Koreksi X9 = 786499,76+-11,91586 = 786488

Y1 = Y9+ Setelah Koreksi Y9 = 9240747,13+ -1,42076 = 9240746

II. POLIGON TERTUTUP METODE TRANSIT


A. Syarat 1

lakhir - awall

= - (n-2) . 180 + f

l96,8 96,8l

= 1261,96667 (9 2) . 180 + f

= 1,96667 + f

= -1,96667

288

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Mencari Koreksi :

1 = 1 + (f : 9) = 96,80000 + (-1,96667 : 9)

= 96,58148

2 = 2 + (f : 9) = 191,07500 + (-1,96667 : 9)

= 190,85648

3 = 3 + (f : 9) = 171,90000 + (-1,96667 : 9)

= 171,68148

4 = 4 + (f : 9) = 100,57500 + (-1,96667 : 9)

= 100,35648

5 = 5 + (f : 9) = 158,50000 + (-1,96667 : 9)

= 158,28148

6 = 6 + (f : 9) = 87,60833 + (-1,96667 : 9)

= 87,38981

7 = 7 + (f : 9) = 185,85000 + (-1,96667 : 9)

= 185,63148

8 = 8 + (f : 9) = 88,76667 + (-1,96667 : 9)

= 88,54815

9 = 9 + (f : 9) = 180,89167 + (-1,96667 : 9)

= 180,67315

Mencari Koreksi :

12 = 12 + 1 = 96,80000 + 96,58148

23 = 12 + 2 = 193,38148+ 190,85648 180 = 204,23796

34 = 23 + 3 = 204,23796+ 171,68148 180 = 195,91944

45 = 34 + 4 = 195,91944+ 100,35648 180 = 116,27593

56 = 45 + 5 = 116,2759 + 158,28148 180 = -94,55741

67 = 56 + 6 = 94,55741 + 87,38981

78 = 67 + 7 = 1,94722

+ 185,63148 180 = 7,57870

89 = 78 + 8 = 7,57870

+ 88,54815

91 = 89 + 9 = -83,87315 + 180,67315 180 = -83,20000

= 193,38148

180 = 1,94722

180 = -83,87315

289

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

B. Syarat 2

= d Sin

X = (23 . Sin 193,40333) + (11 . Sin 204,28167) + (35 .

Sin 195,985) +

(15 . Sin 116,36333) + (31 . Sin 94,66667) + (28 . Sin 2,07833) +


(51 . Sin 7,73167) + (21 . Sin -83,698333) + (12 . Sin -83,00333)
X

= -0,20463

= d Cos
= (23 . Cos 193,40333) + (11 . Cos 204,28167) + (35 . Cos 195,985)
+ (15 . Sin 116,36333) + (31 . Cos 94,66667) + (28 . Cos 2,07833)
+ (51 . Cos 7,73167) + (21 . Cos -83,698333) + (12 . Cos 83,00333)

= -0,29105

Mencari Nilai Koreksi X

Koreksi X1 = (X12 . X) : d1
= (-9,59999 . -0,20463): 23

Koreksi X2 = (X23 . X) : d2
= (6,38807 . -0,09514) : 11

= -0,20399

Koreksi X6 = (X67 . X) : d6
= (0,95141 . -0,20463) : 28

= -0,18349

Koreksi X5 = (X56 . X) : d5
= (30,90198 . -0,20463) : 31

= 0,05613

Koreksi X4 = (X45 . X) : d4
= (13,45009 . -0,20463) : 15

= 0,08401

Koreksi X3 = (X34 . X) : d3
= (-9,59999 . -0,20463) : 35

= 0,04736

Koreksi X7 = (X78 . X) : d7

= -0,00695

290

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

= (6,72628 . -0,20463) : 51

Koreksi X8 = (X89 . X) : d8
= (-20,88005 . -0,20463) : 21

= -0,02699
= 0,20347

Koreksi X9 = (X91 . X) : d9
= (-11,91559 . -0,20463) : 12

= 0,20320

Mencari Nilai Koreksi Y

Koreksi Y1 = (Y12 . Y) : d1
= (-22,37557 . -0,29105) : 23

Koreksi Y2 = (Y23 . Y) : d2
= (-10,03033 . -0,29105) : 11

= -0,28851

Koreksi Y8 = (Y89 . Y) : d8
= (-2,24133 . -0,29105) : 21

= -0,29089

Koreksi Y7 = (Y78 . Y) : d7
= (50,55450 . -0,29105) : 51

= 0,02313

Koreksi Y6 = (Y67 . Y) : d6
= (27,98383 . -0,29105) : 28

= 0,12885

Koreksi Y5 = (Y56 . Y) : d5
= (-2,46320 . -0,29105) : 31

= 0,27989

Koreksi Y4 = (Y45 . Y) : d4
= (-6,64042 . -0,29105) : 15

= 0,26540

Koreksi Y3 = (Y34 . Y) : d3
= (-33,65769 . -0,29105) : 35

= 0,28315

= 0.03106

Koreksi Y9 = (Y91 . Y) : d9
= (-1,42085 . -0,29105) : 12

= 0,03446

291

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Mencari Nilai Setelah Koreksi X

Setelah Koreksi X1 = X12 + Koreksi X1


= -9,59999 + 0,04736

Setelah Koreksi X2 = X23 + Koreksi X2


= 6,38807 + 0,08401

= 6,69929

Setelah Koreksi X8 = X89 + Koreksi X8


= -20,88005 + 0,20347

= 0,94445

Setelah Koreksi X7 = X78 + Koreksi X7


= 6,72628 + -0,02699

= 30,69800

Setelah Koreksi X6 = X67 + Koreksi X6


= 0,95141 + -0,00695

= 13,26660

Setelah Koreksi X5 = X56 + Koreksi X5


= 30,90198 + -0,20399

= -9,54386

Setelah Koreksi X4 = X45 + Koreksi X4


= 13,45009 + -0,18349

= -4,43179

Setelah Koreksi X3 = X34 + Koreksi X3


= -9,59999 + 0,05613

= -5,27561

= -20,67658

Setelah Koreksi X9 = X91 + Koreksi X9


= -11,91559 + 0,20320

= -11,71239

Mencari Nilai Setelah Koreksi Y

Setelah Koreksi Y1 = Y12 + Koreksi Y1


= -22,37557 + 0,28315

Setelah Koreksi Y2 = Y23 + Koreksi Y2


= -10,03033 + 0,26540

= -22,09241
= -9,76493

Setelah Koreksi Y3 = Y34 + Koreksi Y3


= -33,65769 + 0,27989

= -33,37780

292

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Setelah Koreksi Y4 = Y45 + Koreksi Y4


= -6,64042 + 0,12885

Setelah Koreksi Y5 = Y56 + Koreksi Y5


= -2,46320 + 0,02313

= 50,26598

Setelah Koreksi Y8 = Y89 + Koreksi Y8


= -2,24133 + 0.03106

= 27,69295

Setelah Koreksi Y7 = Y78 + Koreksi Y7


= 50,55450 + -0,28851

= -2,44007

Setelah Koreksi Y6 = Y67 + Koreksi Y6


= 27,98383 + -0,29089

= -6,51157

= -2,21027

Setelah Koreksi Y9 = Y91 + Koreksi Y9


= -1,42085 + 0,03446

= -1,38639

C. Mencari Koordinat Dengan Metode Transit


TITIK 2

X2 = X1 + Setelah Koreksi X1 = 786488 + -5,27561 = 786482,22

Y2 = Y1 + Setelah Koreksi Y1 = 9240746 + -22,09241 = 9240723,91

TITIK 3

X3 = X2+ Setelah Koreksi X2 = 786482,22 + -4,43179 = 786472,29

Y3 = Y2+ Setelah Koreksi Y2 = 9240723,91 + -9,76493 =9240714,14

TITIK 4

X4 = X3+ Setelah Koreksi X3 = 786472,29 + -9,54386 = 786468,75

Y4 = Y3+ Setelah Koreksi Y3 = 9240714,14+ -33,37780= 9240680,76

TITIK 5

X5 = X4+ Setelah Koreksi X4 = 786468,75 + 13,26660 =786482,02

Y5 = Y4+ Setelah Koreksi Y4 = 9240680,76 + -6,51157 =9240674,25

293

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

TITIK 6

X6 = X5+ Setelah Koreksi X5 = 786482,02 + 30,69800 =786512,71

Y6 = Y5+ Setelah Koreksi Y5 = 9240674,25 +-2,44007 = 9240671,81

TITIK 7

X7 = X6+ Setelah Koreksi X6 = 786512,71 + 0,94445 =786513,66

Y7 = Y6+ Setelah Koreksi Y6 = 9240671,81+ 27,69295 =9240699,51

TITIK 8

X8 = X7+ Setelah Koreksi X7 = 786513,66+ 6,69929 =786520,36

Y8 = Y7+ Setelah Koreksi Y7 = 9240699,51+ 50,26598 =9240749,77

TITIK 9

X9 = X8+ Setelah Koreksi X8 = 786520,36+-20,67658 =786499,68

Y9 = Y8+ Setelah Koreksi Y8 = 9240749,77+ -2,21027 =9240747,56

CONTROL

X1 = X9+ Setelah Koreksi X9 = 786499,68+-11,71239 =786488

Y1 = Y9+ Setelah Koreksi Y9 =9240747,56+ -1,38639 =9240746

III. LUAS POLIGON TERTUTUP METODE SARRUS


Diketahui : X1 = 786488

Y1 = 9240746

X2 = 786482,68

Y2 = 9240723,62

X3 = 786478,16

Y3 = 9240713,59

X4 = 786468,56

Y4 = 9240679,94

X5 = 789482,06

Y5 = 9240673,30

X6 = 786512,97

Y6 = 9240670,83

X7 = 786513,92

Y7 = 9240698,82

X8 = 786520,64

Y8 = 9240749,37

X9 = 786499,76

Y9 = 9240747,13

X1 = 786488

Y1 = 9240746

294

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Ditanyakan : Luas Poligon Tertutup ?


Penyelesaian :

X1

X2

X3

X4

X5

X6

X7

X8

X9

X1

Y1

Y2

Y3

Y4

Y5

Y6

Y7

Y8

Y9

Y1

2L123456789 =
=

Xn . Yn+1

Xn . Yn+1

(X1.Y2) + (X2 .Y3) + (X3 .Y4) + (X4 . Y5) + (X5 .Y6) + (X6
.Y7) + (X7.Y8) + (X8.Y9) + (X9.Y1)

(Y1. X2) + (Y2

.X3) + (Y3 . X4) + (Y4 . X5) + (Y5 . X6) + (Y6 . X7) + (Y7.

X8) + (Y8.X9) + (Y9.X1)


=

(786488 . 9240723,62) + (786482,68 . 9240713,59) +


(786478,16 . 9240679,94) + (786468,56 . 9240673,30) +
(786482,06 . 9240670,83) + (786512,97 . 9240698,82) +
(786513,92 . 9240749,37) + (786520,64 . 9240747,13) +
(786499,76 . 9240746)

(9240746 . 786482,68) +

(9240723,62 . 786478,16) + (9240713,59 . 786468,56) +


(9240679,94 . 786482,06) + (9240673,30 . 786512,97) +
(9240670,83 . 786513,92) + (9240698,82 . 786520,64) +
(9240749,37 . 786499,76) + (9240747,13 . 786488)
=

7,26772 . 1012 + 7,26766 . 1012 + 7,26759 . 1012 + 7,26749 .


1012 + 7,26762 . 1012 + 7,26793 . 1012 + 7,26798 . 1012 +
7,26804 . 1012 + 7,26784 . 1012 - 7,26769 . 1012 + 7,26763 .
1012 + 7,26753 . 1012 + 7,26763 . 1012 + 7,26791 . 1012 +
7,26792 . 1012 + 7,26800 . 1012 + 7,26785 . 1012 + 7,26774 .
1012

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

1,3082169 . 1013 - 1,3082168994307 . 1013

5693

L123456789 = (5693) / 2
= 2846,5 m2
Jadi Luas poligon tersebut adalah 2846,5 m2

295

296

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Tabel 24. Formulir pengukuran poligon 1


PENGUKURAN POLIGON
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan

No.Lembar

Pengukuran

Poligon Tertutup

Cuaca

Mendung

Gedung Olah Raga

Alat Ukur

T.0 Wild

Lokasi
Diukur Oleh
Biasa
/ luar
Biasa

Titik
Ukur
Dari

Ke

Sketsa :

Tanggal

Kelompok 8
Tinggi
Alat/
Patok

Bacaan Sudut
Horizontal
o

'

''

dari

Instruktur
Benang
Benang

Benang

Tengah

Jarak
(m)

Ket

Atas
Bawah

'

''

Miring

Datar

297

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Tabel 25. Formulir pengukuran poligon 2


PENGUKURAN POLIGON
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan

No.Lembar

Pengukuran

Poligon Tertutup

Cuaca

Mendung

Gedung Olah Raga

Alat Ukur

T.0 Wild

Lokasi
Diukur Oleh
Biasa
/ luar
Biasa

Titik
Ukur
Dari
6

Ke
7

7
7

8
8

9
9

8
6

9
7

1
8

Sketsa :

Tanggal

Kelompok 8
Tinggi
Alat/
Patok

Bacaan Sudut
Horizontal
o

'

''

92

54

00

LB1

92

52

00

B2

180

00

LB2

180

58

00

B1

B1

88

54

00

LB1

88

52

00

B2

263

18

00

LB2

262

46

00

B1

182

43

00

LB1

182

20

00

B2

271

24

00

LB2

271

11

00

B1

172

29

00

LB1

172

40

00

B2

26

30

LB2

26

30

dari

Instruktur
Benang

Tengah

Benang
Benang

Jarak
(m)

Ket

Atas
Bawah

'

''

Miring
28
31

51
28

21
51

12
21

Datar

298

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Tabel 26. Formulir pengukuran polygon 3


PENGUKURAN POLIGON
Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Bangunan

No.Lembar

Pengukuran

Poligon Tertutup

Cuaca

Mendung

Gedung Olah Raga

Alat Ukur

T.0 Wild

Lokasi
Diukur Oleh
Biasa
/ luar
Biasa

Titik
Ukur
Dari
1

Ke
2

2
2

3
3

4
4

5
5

3
1

4
2

5
3

6
4

Tanggal

Kelompok 8
Tinggi
Alat/
Patok

Instruktur
Benang

Bacaan Sudut
Horizontal
o

'

''

B1

268

11

00

LB1

268

13

00

B2

00

00

LB2

00

00

B1

251

45

00

LB1

251

49

00

B2

85

20

00

LB2

80

23

00

B1

263

11

00

LB1

263

11

00

B2

75

00

LB2

75

00

B1

344

00

LB1

344

00

B2

84

42

00

LB2

84

40

00

B1

357

14

00

LB1

357

12

00

B2

155

28

00

LB2

155

58

00

Sketsa :

Benang
Benang
o

Bawah

'

''

12

11
23

35
11

15
35

31
15

51

185

88

31
21

158

180
100

15

Miring
23

28

Jarak
(m)

191

171

4
35

Ket

Atas

Tengah

6
87

dari

11

96

12

1
23

Datar

X = 786512.89
Y = 9240670.93

Gambar 274. Situasi titik-titik KDH polygon tertutup metode transit

Arah Utara

Jalan

Bacaan Sudut

Rute Pengukuran

Luar Biasa 2 = 8440'


Biasa 2 = 8442'
Biasa 1 = 35714'
Luar Biasa 1 = 35712'

10
03
4'3
0''

X = 786468.58
Y = 9240680.02

P4

= 18551'

'
54
1
17

=8
8
46
'6

X = 786478.17
Y = 9240713.64

P3

Biasa 1 = 25145'
Luar Biasa 1 = 25149'

X = 786482.68
Y = 9240723.65

P2

Biasa 1 = 26311'
Luar Biasa 1 = 26311'

Biasa 1 = 18243'

X = 786488
Y = 9240746

P1

Luar Biasa 1=27119'


Biasa 1=27111'

Luar Biasa 2=8


Biasa 2=8

Luar Biasa 2 = 3546'


Biasa 2 = 35250'
Luar Biasa 1 = 17240'
Biasa 1 = 17229'

SKALA 1 : 200

X = 786499.70
Y = 9240747.13

P9

Luar Biasa 2 = 27111'


Biasa 2 = 27124'
Luar Biasa 1 = 18220'

SITUASI TITIK-TITIK KDH POLYGON TERTUTUP


(METODE TRANSIT)

Luar Biasa 2 = 755'


Biasa 2 = 755'
Luar Biasa 2 = 8023'
0''
Biasa 2 = 8520'
4'3
1
9
=1

Biasa 1 = 8854'
Luar Biasa 1 = 8852'

Luar Biasa 2 = 26318'


Biasa 2 = 26246'

P8
X = 786520.56
Y = 9240749.37

23,57

Azimuth

LEGENDA

X = 786482.02
Y = 9240673.39

P5

Luar Biasa 1 = 35712'


Biasa 1 = 35714'

Biasa 2 = 15528'
Luar Biasa 2 = 15558'

Biasa 1 = 9254'

Luar Biasa 1 = 9252'

Biasa 2 = 1801'

0''
'3

3
6
87
=

Luar Biasa 2 = 18058'

'30''

P7

=18053
8'

P6

,56
29
1
69,4

830'

,49
21

= 15

2
45,4

55,43

61,57

=9

41,6

6
4

101,4

X = 786513.84
Y = 9240698.88

DIPERIKSA

JUDUL GAMBAR

DI GAMBAR

MATA PELAJARAN

INSTITUSI

CATATAN

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

299

Gambar 275. Situasi titik-titik KDH polygon tertutup metode bowditch


N

X = 786482.06
Y = 9240673.30

P5

Luar Biasa 1 = 35712'


Biasa 1 = 35714'

LEGENDA

Arah Utara

Jalan

Bacaan Sudut

Rute Pengukuran

Azimuth

X = 786512.92
Y = 9240670.83

30
'

P4

10
03

X = 786468.56
Y = 9240679.94

1
17

'
54

91

'30
4

''

X = 786478.16
Y = 9240713.59

P3

8
46
'6

=8

Biasa 1 = 25145'
Luar Biasa 1 = 25149'

Biasa 2 = 8520'

Luar Biasa 2 = 8023'

X = 786482.68
Y = 9240723.62

P2

Biasa 1 = 26311'
Luar Biasa 1 = 26311'

1
=

Luar Biasa 2 = 755'


Biasa 2 = 755'

Biasa 1 = 8854'
Luar Biasa 1 = 8852'

Luar Biasa 2 = 26318'


Biasa 2 = 26246'

P8

SKALA 1 : 200

23,57

X = 786488
Y = 9240746

P1

Luar Biasa 1=27119'


Biasa 1=27111'

Luar Biasa 2=8


Biasa 2=8

Luar Biasa 2 = 3546'


Biasa 2 = 35250'
Luar Biasa 1 = 17240'
Biasa 1 = 17229'

P9
X = 786499.76
Y = 9240747.13

Biasa 1 = 18243'

Luar Biasa 2 = 27111'


Biasa 2 = 27124'
Luar Biasa 1 = 18220'

X = 786520.64
Y = 9240749.37

SITUASI TITIK-TITIK POLYGON TERTUTUP


(METODE BOWDITCH)

= 18551'

Luar Biasa 2 = 8440'


Biasa 2 = 8442'
Biasa 1 = 35714'
Luar Biasa 1 = 35712'

4'3
0''

Biasa 2 = 15528'
Luar Biasa 2 = 15558'

Biasa 1 = 9254'

Luar Biasa 1 = 9252'

Biasa 2 = 1801'

'

87
3
6'
=

Luar Biasa 2 = 18058'

'30''

P7

=18053
'
6
48

=9

P6

,56
29
1
69,4

830'

,49

= 15

21

55,43

61,57

41,6

2
45,4

101,4

X = 786513.92
Y = 9240698.82

DIPERIKSA

JUDUL GAMBAR

DI GAMBAR

MATA PELAJARAN

INSTITUSI

CATATAN

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

300

Gambar 276. Situasi lapangan metode transit


Paving Block

Dak Beton

Rumput

Gedung PKM

Pohon

Rute Pengukuran

Jalan

Potongan

Asbes Gelombang

Atap

LEGENDA

P5

P6

P4

P3

P2

P1

P9

SKALA 1 : 195

SITE PLAN PENGUKURAN KDH POLYGON TERTUTUP


(METODE BOWDITCH)

P7

P8

DIPERIKSA

JUDUL GAMBAR

DI GAMBAR

MATA PELAJARAN

INSTITUSI

CATATAN

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

301

Gambar 277. Situasi lapangan metode bowditch


Paving Block

Dak Beton

Rumput

Gedung PKM

Pohon

Rute Pengukuran

Jalan

Potongan

Asbes Gelombang

Atap

LEGENDA

P5

P6

P4

P3

P2

P1

P9

SKALA 1 : 195

SITE PLAN PENGUKURAN KDH POLYGON TERTUTUP


(METODE BOWDITCH)

P7

P8

DIPERIKSA

JUDUL GAMBAR

DI GAMBAR

MATA PELAJARAN

INSTITUSI

CATATAN

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

302

303

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

Model Diagram Model


Alir Ilmu Diagram
Ukur TanahAlir
Pertemuan ke-10
Pengukuran
Poligon
Kerangka
Dasar Horisontal
Pengukuran
Kerangka
Dasar
Horizontal
Metode Poligon

Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT

Poligon

Tinjauan Visual

Terbuka

Tinjauan Geometris

Terikat
Sempurna

Tertutup

Terikat :
a. Sudut
b. Absis
c. Ordinat
Pengukuran di Lapangan :
Azimuth Biasa & Luar
Biasa
Jarak horisontal (datar) //
bidang nivo

Terikat
Sebagian

Terikat Sudut
saja

Tidak Terikat

Terikat Absis
& Ordinat saja

Koordinat Titik-Titik Basis


Sudut Jurusan Awal &
Sudut Jurusan Akhir

Kontrol Sudut
| Azimuth Akhir - Azimuth Awal | = Jumlah Sudut Beta - (n-2).180 + fB (total koreksi beta)
fB = |Azimuth Akhir - Azimuth Awal| - Jumlah Sudut Beta + (n-2).180
n = Jumlah Titik Sudut Beta

Beta Koreksi = Beta + (fB/n)


Azimuth ij = Jurusan Awal + Bo (+/- 360)
Azimuth jk = Azimuth ij + 180 (+/- 360)

Kontrol Absis
X Akhir - X Awal = Jumlah (d . sin Azimuth) + fX (total koreksi absis)
fX = X Akhir - X Awal - Jumlah (d. sin Azimuth)
Kontrol Ordinat
Y Akhir - Y Awal = Jumlah (d. cos Azimuth) + fY (total koreksi ordinat)
fY = Y Akhir - Y Awal - Jumlah (d. cos Azimuth)

Koreksi Metode Bowditch :


Xj = X i + dij.sin Aij + fX.(dij/Jumlah (d))
Yj = Yi + dij.cos Aij + fY.(dij/Jumlah (d))

Koreksi Metode Transit


Xj = X i + dij.sin Aij + fX.(dij.sin Aij/Jumlah(d.sin A))
Yj = Yi + dij.cos Aij + fY.(dij.cos Aij/Jumlah(d.cos A))

Gambar 278. Model diagram alir pengukuran kerangka dasar horizontal metode poligon

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

304

RANGKUMAN
Berdasarkan uraian materi bab 10 mengenai pengukuran poligon kerangka dasar
horisontal, maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Kerangka dasar horizontal adalah sejumlah titik yang telah diketahui koordinatnya dalam
suatu sistem koordinat tertentu. Tujuan pengukuran ini ialah untuk mendapatkan
hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi.
2. Cara menentukan koordinat titik-titik KDH yang diukur :
a. Menentukan koordinat satu titik yaitu suatu pengukuran untuk suatu wilayah yang
sempit, cara ini terbagi menjadi dua metode yaitu : pengikatan kemuka dan
pengikatan kebelakang.
b. Menentukan koordinat beberapa titik yang terdiri dari beberapa metode, yaitu : Cara
poligon, Cara triangulasi, Cara trilaterasi dan Cara Kwadrilateral.
3. Poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan
dari pengukuran di lapangan. Sedangkan metode poligon adalah salah satu cara
penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan
satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian
titik-titik (poligon).
4. Syarat pengukuran poligon adalah :
a) Mempunyai koordinat awal dan akhir,
b) Mempunyai azimuth awal dan akhir
5. Tujuan Pengukuran poligon yaitu untuk menetapkan koordinat titik-titik sudut yang
diukur.
6. Jenis jenis pengukuran poligon dapat ditinjau dari bentuk fisik visualnya dan dari
geometriknya.
7. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran poligon : Pesawat Theodolite, Statif,
Unting-Unting, Patok, Rambu Ukur, Payung, Meja lapangan (meja dada),Pita Ukur
(meteran). Bahan yang digunakan dalam pengukuran poligon: Formulir Ukur, Peta
wilayah study, Cat dan koas, Alat tulis, Benang dan Paku.
8. Sebelum melakukan pengukuran, sebaiknya prosedur penggunaan alat,

dan prosedur pengukuran dipahami terlebih dahulu. Dalam pengolahan

305

10 Pengukuran Poligon Kerangka Dasar Horisontal

data dan penggambaran poligon KDH bias dilakukan secara manual atau
digital.

SOAL LATIHAN

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini !


1. Jelaskan pengertian dan tujuan pengukuran poligom kerangka dasar horizontal!
2. Apa kegunaan dari pengukuran poligon?
3. Apa yag dimaksud dengan theodolit reiterasi dan theodolite repetisi dan apa
perbedaannya?
4. Bagaimana cara mengatur nivo tabung agar ketengah?
5. Diketahui

: Data hasil Pengukuran Poligon Tertutup dengan titik Poligon 1 (716,50 ;

826,25) dan 12 = 8101'01'' = 81,016944


Bacaan Sudut

Bacaan Sudut

Jarak (m)

Sudut

'

''

Desimal

73

58

59

73,983056

d1

75,6

198

01

198,00027

d2

69,2

88

58

02

88,96722

d3

64,9

121

01

59

121,03306

d4

79,7

128

59

01

128,98361

d5

80,6

108

58

108,01611

d6

100,3

Ditanyakan : Koordinat titik P2, P3, P4, P5, dan P6 dengan Metode Bowditch dan Metode
Transit, serta cari luas Poligon Tertutup dengan Metode Sarrus ?

306

11 Perhitungan Luas

11. Perhitungan Luas


Perhitungan dan informasi luas merupakan

luas

salah

pengukuran luas ada dua macam :

satu

informasi

yang

dibutuhkan

dengan

mini

komputer.

Metode

perencana dari hasil pengukuran lapangan.

a. Diukur pada gambar situasi

Pengukuran luas ini dipergunakan untuk

b. Dihitung dengan menggunakan data

berbagai

kepentingan,

yaitu

jarak

hukum

sudut

yang

langsung

diperoleh dari pengukuran di lapangan.

pertanahan, perubahan status hukum tanah,


pajak bumi dan lain sebagainya.

dan

Luas yang diukur pada gambar situasi


disebut pengukuran tak langsung, karena

11.1 Metode-metode
pengukuran

luas diperoleh secara tak langsung dengan


menggunakan

Luas adalah jumlah area yang terproyeksi

instrumen

dan

gambar

situasi.

pada bidang horizontal dan dikelilingi oleh

Luas yang dihitung dengan menggunakan

garis-garis batas. Pekerjaan pengukuran

data

luas secara kasaran dapat diklasifikasikan

diperoleh

menjadi pekerjaan studio dan pekerjaan

disebut pengukuran langsung, karena luas

lapangan.

diperoleh secara langsung tanpa gambar

Suatu luas dapat dihitung dengan mengukur


kertas hasil penggambaran dengan garisgaris batas yang diukur dilapangan atau

jarak

dengan

dan

sudut

dari

pengukuran

melakukan

dibutuhkan

yang

untuk

langsung
dilapangan

pengukuran

yang

menghitung

luas

dilapangan.

dapat juga diketahui dengan perhitungan

Metode pengukuran langsung lebih tinggi

koordinat titik-titik potong garis batas. Untuk

ketelitiannya

mengukur luas terdapat berbagai macam

pengukuran tak langsung karena lapangan

instrumen dan akhir-akhir ini dikembangkan

besarnya

metode dimana koordinat-koordinat dari titik

diperoleh dari gambar selalu kurang teliti

potong garis batas. Untuk mengukur luas

dibandingkan

terdapat berbagai macam instrumen dan

pengukuran dilapangan.

akhir-akhir

metode

Selain itu, perhitungan luas dapat dilakukan

dimana koordinat-koordinat dari titik potong

secara numeris analog, mekanis planimetris

batas dari gambar dimasukkan dengan

dan numeris digital. Perhitungan luas secara

menggunakan plotter x-y untuk menghitung

numeris

ini

dikembangkan

bila

skala

analog

dibandingkan
gambar,

dengan

harga
harga

menggunakan

dengan
yang
dari

Metode

307

11 Perhitungan Luas

Sarrus,

yaitu

menggunakan

koordinat-

koordinat titik batas sebagai masukan untuk


perhitungan

luas.

Bentuk

daerah

yang

dihitung luas daerahnya dengan metode


sarrus

ini

haruslah

beraturan

dengan

segmen garis yang jelas.


Perhitungan

luas

beraturan dengan jumlah segmen banyak


serta berjarak kecil-kecil.
Perhitungan luas metode numeris digital
relatif

lebih

disukai

dan

lebih

unggul

dibandingkan metode numeris analog dan


metode mekanis planimetris. Tingkat akurasi

secara

mekanis

dan keamanan penyimpanan data pada

planimetris menggunakan suatu alat serupa

numeris

digital

merupakan

salah

satu

pantograph (dibentuk dari dua buah mistar

keunggulan dibandingkan metode numeris

penggaris) yang dinamakan alat planimeter.

analog dan metode planimetris.

Alat planimeter ini dilengkapi dengan suatu


alat penunjuk angka yang dapat berputar

11.1.1 Penentuan luas

ketika posisi mistar-mistar planimeter ini


dengan

Yang dimaksud luas suatu daerah disini

planimeter ini harus dilengkapi pula dengan

adalah proyeksi luas diatas permukaan bumi

skala peta beserta penetapan titik awal

pada bidang mendatar yang dikelilingi oleh

perhitungan luas. Bentuk daerah yang akan

garis-garis batas.

dihitung luasnya dengan alat planimetris ini

Tergantung

harus sudah disajikan dalam bentuk peta

ketelitian yang dikehendaki penentuan dapat

dengan skala tertentu dan bentuknya dapat

dilakukan dengan cara-cara antara lain :

bergerak.

Perhitungan

luas

tidak beraturan.

CAD

cara

pengukuran

bantuan

(Computer

perangkat

Aided

lunak

Design)

dan

koordinat.
b) Dengan cara grafis.
c) Dengan cara setengah grafis.

perangkat keras komputer. Daerah yang

11.1.2 Metode pengukuran luas

akan

a. Metode diagonal dan tegak lurus

dihitung

luasnya

harus

sudah

dimasukan ke dalam bentuk digital melalui


papan

ketik

dan

a) Dengan mengunakan angka-angka

Perhitungan luas secara numeris digital


menggunakan

dari

(keyboard),

digitizer

(alat

digitasi) atau scanner. Koordinat batas-

a
h

batas daerah yang akan masuk ke dalam


memori komputer dan diolah secara digital
ini

dapat

jumlah

berbentuk

segmen

beraturan

terbatas

atau

dengan
tidak

Gambar 279. metode diagonal dan tegak lurus

308

11 Perhitungan Luas

= 4,226

Bila pada suatu segitiga dasarnya = c,


tingginya = h dan luasnya = s, maka

s=

= 2,1131
= 129,76 m2

1
cb
2

Apabila sudut A antara sisi b dan c


diketahui, maka :

s=

Log s

c. Metode trapesium
Bila batas atas dan batas bawah trapesium

1
ch sin A
2

masing-masing adalah b1 dan b2 tingginya


(h)

luasnya adalah :

s = s ( s a )( s b)( s c) ,dimana

Metode

pembagian

segitiga

garis

lurus

yang

maka luasnya adalah :

Bila sisi suatu segitiga adalah a, b, c maka

1
(a + b + c)
2

panjang

menghubungkan titik tengah kedua sisi (b1),

b. Metode pembagian segitiga

s=

dan

1
S = 1 b1 h + 1 b2 h = h(b1 + b2 ) = bh
2
2
2
Dimana b =

b1 + b2
2

digunakan

sebagai metode lapangan dan dalam hal ini


sering digunakan perhitungan logaritmis
sebagai berikut :
2 log s = log s + log (s-a) + log (s-b)
+ log (s-c)

Gambar 280. metode trapesium

d. Metode offset

Contoh Soal

Metode

Bila pada suatu segitiga panjang sisi-sisinya

lapangan maupun di studio. Dalam metode

adalah 20, 15 dan 18, maka:

ini, panjang-panjang offset dari suatu garis

1
( a + b + c) = 26,5 m
2

lurus tertentu diukur dan areal-areal yang

s=

dibatasi

ini

sering

digunakan

masing-masing

offset

baik

di

dihitung

s a = 6,5m
s b = 11,5m

sebagai trapesium.

s c = 8,5m

Pada gambar berikut terdapat offset-offset

2 log s = 1,432+ 0,8129+ 1,0607+ 0,9294

Offset dengan intervalnya tidak tetap :


y1, y2, y3, y4 dan y5 dan intervalnya masingmasing adalah d1, d2, d3 dan d4. Untuk

309

11 Perhitungan Luas

menyederhanakannya ditentukan S1 = d1 ,
S2 = d1 + d2 , S3 = d2 + d3 , S4 = d3 + d4 ,

= l

S5

i=n

h
i =1

= d4.
Hal ini bisa ditulis sebagai persamaan
umum berikut :

A=

1
( S1 y1 + S 2 y 2 + S 3 y 3 + ....... + S n y n )
2
Gambar 282. offset sentral

f.

Metoda simpson

Metoda simpson digunakan dalam keadaan


apabila batasnya merupakan lengkung yang
merata.
Gambar 281. offset dengan interval tidak tetap
e

Offset dengan interval yang sama :


Metode

ini

sering

digunakan

untuk

mengukur panjang sisi pada gambar. Disini

A1
Y0

d1 = d2 = d3 = d4, jadi :

Y1

Persamaan umumnya menjadi :


y + y2

A = d 1
+ y 2 + y 3 .......... + y n 1
2

e. Metode offset pusat

d
A = {( y1 + y 2 ) + 2 y 2 + 2 y 3 + 2 y 4 }
2

y + y2
A = d 1
+ y2 + y3 + y4

Y2

b
2I

Gambar 283. metoda simpson

Offset

ditempatkan

pada

interval

yang

sama. Biasanya perhitungan dibuat dengan


menganggap lengkung sebagai parabola.
Dengan anggapan ini terdapat cara-cara
sebagai berikut :

Seperti yang tertera pada gambar berikut,


apabila offset dapat ditempatkan pada titiktitik pusat, perhitungannya menjadi mudah.

A = lh1 + lh2 + lh3 + lh4 ....... + lh9


= l (h1 + h2 + h3 ...... + h9

Cara 1/3 Simpson,


Maksud dari 1/3 simpson adalah 2 bagian
yang dianggap 1 set.
Luas A1 = (trapesium abcd + parabola cde)

310

11 Perhitungan Luas

y + y2
y + y1 2
= 21x 0
+ y1 0
x 21
2
2 3
1
= {3( y 0 + y 2 ) + 4 y1 2 y 0 2 y 2 }
3
1
= ( y 0 + 4 y1 + y 2 )
3

Apabila terdapat banyak offset, secara


umum luas total A adalah
1
{y0 + yn + 4( y2 + y4 + y6...+ yn1) + 2( y3 + y5...+ yn2 )}
3

Apabila n bukan merupakan kelipatan,


bagian

terakhir

dihitung

dengan

cara

pertama Simpson atau dengan metode


trapesium.
g. Metode jarak meridian ganda
Untuk mengetahui luas bentuk jaring-jaring
polygon (jaring-jaring tertutup), digunakan
dua kali panjang garis-garis tegak lurus dari
titik

tengah

masing-masing

garis

Cara 3/8 Simpson,

pengukuran ke garis batas (axis ordinat)

Maksud dari 3/8 simpson adalah tiga bagian

yaitu garis bujur ganda. Metode inilah yang

dianggap satu set.

dinamakan metode jarak meridian ganda.

Pada gambar berikut ini, luas A1 adalah :

Luas polygon merupakan {(garis lintang

A1 = (trapesium abcd) + (parabola cdf)

tiap garis pengukuran) x (garis bujur garis


pengukuran)}.
merupakan jumlah aljabar harga-harga
perkalian garis lintang dan garis bujur garis
pengukuran dengan tanda yang diubah.
Untuk mempermudah perhitungan, maka
bagian kiri dan kanan dari persamaan
tersebut dikali dua.
Luas ganda polygon = {(garis lintang tiap
garis pengukuran) x (garis bujur ganda garis

Gambar 284. metoda 3/8 simpson

Sehingga

luas

Ai

dapat

diperoleh

pengukuran)}. Dalam hal ini biasanya garis


melalui

penurunan persamaan berikut ini :

y + y 3 3 y1 + y 2 y 0 + y 3

= 31x 0
31
+
2 4 2
2

3
= 1{4( y 0 + y 3 ) + 5( y1 + y 2 y 0 y 3 )}
8
3
= 1( y 0 + 3 y 2 + y 3 )
8

lintang ke arah N dihitung dengan tanda


plus dan ke arah S dengan tanda minus.

311

11 Perhitungan Luas

D'
O'

O'

D
F

N'

B'

B
M

M'
A

S
(A)

N
D
G
C

D'
A'
C'

F
B
E
A'
Gambar 285. garis bujur ganda pada polig+on
metode koordinat tegak lurus

B'
S'

B
(b)

312

11 Perhitungan Luas

Contoh Soal
Berdasarkan gambar di atas diperoleh data

S = ( ABB1 A1 ) + (BCC1B1 ) + (CDD1C1 ) ( AEC1 A1 )


(EDE1C1 ).

seperti pada tabel berikut ini.


Tabel 27. Contoh perhitungan garis bujur ganda
Garis
Pengukuran
AB
BC
CD
DE
EF
FG
GA

Garis
Lintang (m)
+32,38
+8,21
-16,93
-21,12
-35,06
-11,22
+43,74

Simpang
Timur (m)
+16,28
+33,21
+14,95
-6,33
-18,75
-29,46
-9,90

( x2 x1 )( y2 + y1 ) + ( x3 x2 )( y3 + y2 )
1

+ (x4 x3 )( y4 + y3 ) ( x5 x1 )( y5 + y1 )
2

(x4 x5 )( y4 + y5 )

S=

Garis Bujur
Ganda (m)
16,28
65,77
113,93
122,55
97,47
49,26
9,90

1 x2 y1 x1 y2 + x3 y2 x2 y3 + x4 y3 x3 y4 + x5 y4

2 x4 y5 + x1 y5 x5 y1

1 x1 ( y5 y2 ) + x2 ( y1 y3 ) + x3 ( y2 y4 )

2 + x4 ( y3 y5 ) + x5 ( y4 y1 )

Hitunglah luas daerah tersebut dengan


metoda garis bujur ganda.

Apabila

Penyelesaian :

digambarkan

Luas Ganda ( + ) = 1500,144

masing-masing titik pengukuran, maka :

Luas Ganda ( - ) = - 8487,086

S=
Sehingga luas sesungguhnya,
A = (8487,086 - 1500,144) : 2 = 3493,471 m2

garis-garis

tegak

terhadap

lurusnya

sumbu

dari

1 y1 ( x2 x5 ) + y2 ( x3 x1 ) + y3 ( x4 x2 )

2 + y4 ( x5 x3 ) + y5 (x1 x4 )

Persamaan umumnya menjadi :

h. Menghitung luas dengan koordinat

S=

tegak lurus

1
( X n + Yn+1 )(YnYn+1 )
2 n=1, 2,..

atau

1
(Yn+1 Yn )( X n + X n+1 )
2 n=1, 2,...

atau

1
( X n Yn+1 X n+1 Yn )
2 n=1, 2,...

Persamaan manapun dapat dipakai dan


karena luas suatu areal itu selalu positif,
apabila hasilnya ternyata negatif dapat
dianggap sebagai positif (jadi diambil harga
mutlaknya).
Gambar 286. metode koordinat tegak lurus

Seperti tertera pada gambar 286, garis-garis


tegak

lurus

digambarkan

dari

masing-

masing titik pengukuran ke sumbu X.


Apabila

koordinat

masing-masing

titik

diketahui (lihat gambar), luas total S adalah :

i.

Metode kisi-kisi

Pada lembar kertas kalkir atau plastik


transparan

digambarkan

garis-garis

memanjang dan melintang (kisi-kisi) pada


interval tertentu dan ditempatkan di atas

313

11 Perhitungan Luas

gambar untuk menghitung jumlah petakan


yang berada di dalam garis-garis batas.
Apabila garis batas memotong petakanpetakan

maka

bagian-bagiannya

harus

dibaca secara proposional.

k. Metode

pengukuran

luas

dengan

planimeter
Planimeter adalah instrumen pengukuran
luas yang dilengkapi dengan ujung pelacak
untuk mengukur luas suatu areal pada peta.
Adapun caranya adalah dengan menelusuri
garis batas areal tersebut dengan ujung
pelacak instrumen tersebut. Pada instrumen
tersebut terdapat sebuah roda yang dapat
berputar bersamaan dengan gerakan dari
ujung pelacak. Dari jumlah putaran yang
diperoleh

Gambar 287. metode kisi-kisi

j.

tertentu,

Metode lajur

maka

dengan

dengan

konstanta

mudah

dapat

diketahui luas areal tersebut.

Pada lembar kertas kalkir atau plastik


transparan digambarkan garis-garis dengan
interval

dikalikan

tertentu

dan

kemudian

ditempatkan di atas gambar yang diukur


luasnya untuk menghitung panjang garis
tengah (l) dari pada masing-masing lajur
yang dikelilingi garis-garis batas. Luas tiap
jalur adalah dl, jadi luas total adalah jumlah
dari masing-masing luas.

Planimeter yang pada saat ini banyak


digunakan adalah planimeter tipe kutub.
Instrumen tipe ini mempunyai ujung jarum
tetap dan tangkai pelacak yang dilengkapi
dengan

ujung

pelacak

yang

berfungsi

memindahkan gerakan ujung pelacak ke


sebuah roda di ujung lainnya. Gerakannya
dibaca pada suatu cakra dan gerakan halus
yang lebih kecil dari satu graduasi roda

dibaca pada suatu vernir (V1). Roda dapat


diusahakan
d

bergerak

lambat

dengan

menggunakan sekrup gerak lambat. Apabila


klem-klemnya

dikendorkan

akan

menggelincir pada tangkai pelacak dan


dapat dicocokan ke posisi yang diinginkan.
Posisi vernir lainnya (V2) ditentukan sesuai
dengan skala gambar, guna menentukan
Gambar 288. metode lajur

konstanta pengali untuk satu putaran roda.

314

11 Perhitungan Luas

Ujung lain dari tangkai jarum dengan ujung


jarum tetap dihubungkan oleh suatu poros
dengan

ujung

roda

yang

terjauh

dan

membentuk ujung tetap yang dapat berputar


bebas

sesuai

dengan

gerakan

ujung

pelacak.
Harga planimeter kutub relatif murah dan
kebanyakan mencakup 5 sampai 10 mm2

Macam-macam Planimeter,
Planimeter di lapangan terbagi atas dua
macam, yaitu : (1) Planimeter Fixed Index
Model (Model Tetap), (2) Planimeter Sliding
Bar Model (Model disetel).
1. Planimeter Fixed Index Model (Model
Tetap).

(1

Planimeter fixed index model merupakan

graduasi vernir). Ada juga planimeter kutub

planimeter yang tracer larmnya tidak dapat

ganda

untuk

disetel, juga pembacaan pada tracer arm

menghitung luas potongan melintang dan

tidak ada. Konstruksi dari model ini terdiri

planimeter tepi piringan yang mahal yang

dari :

kualitasnya agak lebih baik dan pembacaan

a. Planimeter yang dilengkapi zero setting.

minimum 2 5 mm2.

b. Planimeter yang tidak dilengkapi dengan

dengan

pembacaan
yang

sering

minimum

satu

digunakan

zero setting.
Bagian-bagian dari Planimeter fixed index
model, terdiri dari :

Gambar 289. planimeter fixed index model

315

11 Perhitungan Luas

Nama-nama Bagian :
1. Pole weight (pemberat katup)
2. Pole arm (batang katup)
3. Tracer arm (batang penelusur)
4. Tracer magnifier (lensa penelusur)
5. Zero seitting (penyetel nol)
6. Recording dial (roda pencatat)
7. Measuring wheel (nonius roda
pembaca)
2. Planimeter Sliding Bar Model (Model
disetel)

a. Trace arm yang dilengkapi dengan zero


setting
b. Trace arm yang tidak dilengkapi zero
setting
Pada tempat penyimpanan alat ini, terdapat
satu daftar. Daftar ini sangat penting sekali
jika kita akan menggunakan alat ini untuk
pekerjaan menentukan luas. Daftar tersebut
setiap planimeter berlainan.

Planimeter

sliding

planimeter

yang

bar

model

dilengkapi

adalah
dengan

pembacaan pada trace arm.

Seandainya

daftar

tersebut

tidak

ada,

terlebih dahulu kita tentu akan membuatnya


terlebih dahulu. Menurut bentuknya dan

Trace arm dapat disetel sesuai dengan

konstruksinya planimeter sliding bar model

penggunaannya yang tergantung pada skala

ini terbagi atas dua macam.

gambar/figure.

Sama

halnya

dengan

planimeter fixed index model, sliding bar


model ini konstruksinya terbagi dua macam,
yaitu :

Gambar 290. sliding bar mode dengan skrup


Penghalus

a. Sliding bar mode dengan skrup


penghalus

316

11 Perhitungan Luas

Pada alat sliding yang pertama, dilengkapi

9. Fine movement screw (roda pencatat)

dengan

10. Measuring wheel (roda pengukur)

pembacaan

movement

screw,

pada

tracer

sehingga

fine

sewaktu

menyetel bacaan pada tracer arm akan lebih


mudah.

pengukur)
12. Zero setting (penyetel roda)

Planimeter polar kompensasi, terdiri dari


beberapa bagian, antara lain :

penghalus

2. Pole arm (batang katup)


3. Tracing magnifier (pembesar penelusur)
4. Tracing arm (batang penelusur)
arm

vernier

(nonius

13. Carriage (pembawa)


b. Sliding bar model tanpa skrup

1. Pole weight (pemberat katup)

5. Tracer

11. Measuring wheel vernier (nonius roda

batang

penelusur)

Pada alat macam kedua, tracer armnya


langsung saja disetel, jadi alat ini tidak ada
fine movement screw.
Bagian-bagian dari macam kedua, antara

6. Idler wheel (penahan roda)

lain :

7. Clamp screw (skrup pengikat)

1. Pole weight (pemberat katup)

8. Fine movement screw (skrup penggerak

2. Pole arm (batang katup)

halus)

Gambar 291. sliding bar mode tanpa skrup


penghalus

317

11 Perhitungan Luas

pengukuran

3. Tracing magnifier (pembesar


penelusur), dapat diganti dengan tracing

dengan

skala

pada

peta/figure).
c. Keraskan skrup pengikat/ clamp screw.

pin

d. Tepatkan bacaan dengan memutar

4. Tracing arm (batang penelusur)

fine movement screw.

5. Tracer arm vernier (nonius batang

e. Keraskan skrup pengikat.

penelusur))

f. Baca dan catat hasil bacaan.

6. Clamp screw (skrup pengikat)


7. Recording dial (alat pencatat)

4. Hasil pengamatan

8. Measuring wheel (roda pengukur)


9. Measuring wheel vernier (nonius roda
pengukur)
10. Zero setting (penyetel roda)

Bacaan = 0.6

Penyetelan dan pembacaan/ nonius pada


trace arm.
Prosedur penyetelan dan pembacaan pada
trace arm adalah sebagai berikut :
1. Alat-alat
a. Planimeter sliding bar model.
b. Buku catatan dan alat-alat tulis.
2. Persiapan
a. Periksa dan teliti alat yang akan

Gambar 292. Pembacaan nonius model 1 dan 2

Model 1

digunakan.
b. Perhatikan daftar yang ada dalam

Hasil bacaan = 146 + 0,6 (dihitung pada

kotak.

garis

3. Langkah kerja
a. Longgarkan

nonius

yang

berimpit)
seluruh

skrup-skrup

Hasil Bacaan = 146 + 0,6 = 146,6

pengikat (skrup pengikat ini ada dua

Model 2

atau satu saja).

Hasil bacaan = 139 + 0,8 (dihitung pada

b. Setel nonius pada bacaan satuan,


sesuai

dengan

daftar

dalam

box

(bacaan dalam box itu disesuaikan


pula

nantinya

waktu

pengerjaan

garis

nonius

berimpit)
Hasil Bacaan = 139 + 0,8 = 139,8

yang

318

11 Perhitungan Luas

Pembacaan roda pengukur,


Prosedur

pembacaan

h. Baca bacaan pada roda pengukur.

roda

pengukuran

dapat sebagai berikut :

Bacaan disini terdapat dua bacaan,


yaitu :
-

1. Alat-alat

Bacaan

measuring

(misalnya MW = 100).

a. Planimeter sliding bar model.

b. Buku catatan dan alat tulis.

Bacaan measuring wheel vernier


(misalnya MWV = 3).

i. Jumlahkan hasil bacaan. Hasil tersebut

2. Persiapan
a. Periksa dan teliti alat yang akan

merupakaan bacaan yang sebenarnya.


Misalnya : BD

digunakan.

MW

b. Perhatikan daftar yang ada dalam

= 1000
= 100

MWV =

kotak.

3
1103

3. Langkah kerja
a. Letakan figure betul-betul datar diatas
meja.
b. Letakan pemberat/pole weight diluar

Format daftar penggunaan planimeter.


4. Gambar kerja
M EA SU R IN G L EV EL

R ECO R D IN G D IA L (R D )

figure dan tracing magnifier kira-kira


ditengah figure yang mana tracing arm
dan pole weight membuat sudut 900
c. Garis batas figure dicoba ditelusuri.
d. Tracing magnifier/tracing pen diletakan

10

2
9

5
0

pada titik yang ditentukan (titik awal).


e. Tekan zero setting untuk menolkan
bacaan.
f. Telusuri garis batas figure dari titik
yang

ditentukan

perlahan-lahan

sampai kembali ke titik yang ditentukan


perlahan-lahan sampai kembali ke titik
yang ditentukan itu (gerakan searah
jarum jam).
g. Baca

wheel

bacaan

penunjuk/recording

pada
dial

(misalnya RD = 1000).

dan

jarum
catat

Gambar 293. bacaan roda pengukur

319

11 Perhitungan Luas

Tabel 28. format daftar planimeter tipe 1

Planimeter
Type : 30115
No. 142739

Value of vernier unit

Scales

Setting of

1:M

tracer arm

1 : 100

200.00

10 m

1 : 500

159.70

2m

1 : 2500

127,40

Relative

Absolute

V1 : M

V1 : 1

10 mm

23853

Area of circle
of test ruler
10002 mm

8 mm

6,4 m

40 m

1 : 2000

99,20

20 m

1 : 5000

79,00

100 m

Keterangan :

constanta

5m

4m

4. Konstanta = 23853 (kolom 6),ini untuk

Misalnya skala peta yang dicari luasnya

mencari luas peta/figure, harga konstan

skala 1 : 500 (kolom 2).

berlaku untuk setiap skala.

1. Posisi tracer arm (batang penelusur)


= 159,70 (kolom 3)

checking bar (batang pengecek)


2

2. Satuan nonius = 2 m (kolom 4), ini


untuk

mencari

luas

5. Luas lingkaran dari test ruler atau

lokasi

melalui

gambar di kertas.

10002 m , ini untuk mengecek ketelitian


planimeter dan juga untuk mencari
satuan nonius.

3. Kalau diperlukan untuk mencari luas


figura/peta di dalam gambar saja, maka
satuan nonius = 8 m2 (kolom 5).
Tabel 29. format daftar planimeter tipe 2

Scales

Position of vernier
on the tracer arm

1 : 1000
148,6
1 : 200
1 : 1500

130,1

1 : 1500
1 : 250
1 : 400
1 : 1000
1 : 500

115,2
86,0
65,1
47,9

Value of the vernier


unit on the measuring
roler
2
10 mm
10
2
m
2
0,4
10 mm
2
m
2
8,8 mm
20
2
m
2
2
2m
8 mm
2
8 mm
0,5
2
m
2
2
1m
6,25 mm
2
2
5m
5 mm
2
2
1m
4 mm

constanta

23077
23577
24236

320

11 Perhitungan Luas

2. Langkah Kerja

Keterangan :
1. Untuk skala1 : 1000 dan 1 : 200 posisi
tracer arm adalah sama yaitu = 14,8
hanya satuan nonius yang tidak sama.

a. Siapkan peta dan letakkan betul-betul


rata diatas meja/ papan.
b. Setel tracer arm sesuai dengan skala

Untuk 1 : 1000 satuan nonius (vernier)


2

= 10 m (kolom 3)

peta dan tabel dalam kotak planimeter.


Misalnya skala peta = 1 : 1000

Untuk 1 : 200 satuan nonius = 0,4 m

Posisi tracer arm

= 200 (ini pada

setiap planimeter berlainan).

(kolom 3)
2. Untuk skala 1 : 1000 posisi tracer arm
= 148,6 dapat juga di setel = 65,1 (lihat

c. Check ketelitian planimeter dengan


checking bar.
d. Letakkan pemberat (pole weight) di

baris 7).
Jika skala 1 : 1000 dengan posisi

luar figure (dan antara pole arm

tracer arm = 148,6 satuan nonius = 10

dengan tracer arm berbentuk 900).

m2.

e. Tandai titik permulaan (awal) dimana

Jika skala 1 : 1000 dengan posisi


2

tracer arm= 65,1 satuan nonius = 5 m .


3. Penggunaan

kolom

lainnya

sama

peta

(figure)
bar

figure.
f. Telusuri batas figure perlahan-lahan
searah jarum jam, sampai kembali

seperti pada contoh I.


Pengukuran

tracler magnifer akan mulai menelusuri

dengan

planimeter

sliding

model

yang

dilengkapi

zero setting (pole weight

diluar figure).

tepat pada titik awal.


g. Baca dan catat hasil bacaan, misalnya:
Recording dial

RD = 1000

Measuring wheel

MW = 740

Measuring Wheel Vernier =

Prosedur pengukuran peta (figure) dengan


planimeter sliding bar model yang dilengkapi
zero setting (pole weight diluar figure),
sebagai berikut :
1. Alat-alat
a. Planimeter sliding model dengan zero
setting.
b. Figure dengan skala tertentu.
c. Meja/ papan datar.

= 1749
h. Satuan nonius = 10 mm2
i. Luas dengan plancimeter = 1749 x 10
m2 =17490 m2.
Jika

ingin

dibuktikan

ketelitian

dari

pengukuran luasnya dengan matematika.

Luas =

150 + 200
x 100 x 1 m2 = 17500 m2
2

Selisih 17500 m2 17400 m2 = 10 m2

321

11 Perhitungan Luas

Dalam pengamatan ini ketelitian sangat

1. Mengecek ketelitian planimeter dengan


checking bar.

tergantung dari :

2. Pengukuran

1. Keampuhan alat tersebut.


2. Ketelitian pengoperasian planimeter.

dua

atau

tiga

kali

kemudian hasilnya dirata-rata.


3. Mengecek keadaan planimeter,sekrup-

Dalam
karena

pengukuran
bentuk

luas

yang

sebenarnya,
diukur

tidak

sekrup dan sebagainya.


4. Meja benar-benar mendatar.

beraturan, maka tidaklah dicari luasnya


dengan matematika cukup dengan :
P OLE WEIGHT
P OS IS I 1
T IT IK AWAL

P OS IS I II

90

Gambar 294. penempatan planimeter

Jika luas peta dicari,


Setelah

melakukan

bacaan

masukan

pengamatan,

dalam

gambar

hasil

= 1749 x 10 mm2 = 17490 mm2

kerja

dengan memuat hal-hal berikut :


1. No.Planimeter
2. Skala Gambar
3. Satuan nonius (untuk luas persil)
4. Satuan nonius (untuk luas peta)
Gambar 295. gambar kerja

Contoh Soal
Hasil bacaan

= 1749

Luas persil (tanah),


= 1749 x 10 m2 = 17490 m2

322

11 Perhitungan Luas

Pengukuran

peta

(figure)

dengan

h. Gerakan tracer magnifer perlahan-

planimeter sliding bar model yang tidak

lahan searah jarum jam menelusuri

dilengkapi

batas figure sampai kembali ke titik

zero

setting

(pole

weight/diluar kutub).

awal.

Prosedur pengukuran peta (figure) dengan


planimeter sliding bar model yang tidak
dilengkapi zero setting (pole weight/diluar
kutub), adalah sebagai berikut :

j. Hasil bacaan yang sebenarnya adalah


: 3245 - 1424 = 1821 atau dengan kata
bacaan II Bacaan I = hasil bacaan

a. Planimeter sliding bar model tanpa


zero setting.

satuan

nonius

pada

box

planimeter, misalnya = 2, 55 m .

c. Meja kerja datar.

l. Luas situasi (daerah) = 1821 x 2,55 m2

d. Catatan + alat tulis.

atau luas = (bacaan II Bacaan I) x


satuan nonius.

2. Langkah Kerja
a. Taruhlah peta betul-betul mendatar
diatas meja.
tractor

sebenarnya.
k. Lihat

b. Peta (figure).

dengan

3245 ... (bacaan II).

lain,

1. Alat-alat

b. Setel

i. Catat hasil bacaan kedua,misalnya :

Kalau dicari luas peta (gambar) maka


luas bacaan x satuan nonius (lihat kolom

arm

skala,

vernier

sesuai

misalnya

untuk

planimeter nomor .... dengan skala

5 pada contoh daftar planimeter 1). Luas


peta = 1821 x 8 mm2.

: 500 adalah 159,70.

c. Tempatkan planimeter, dimana pole


weight berada diluar figure.
69

tempat

tracing magnifer mulai bergerak.

96 m

sebagai

4 0 ,5

awal

titik

33

e. Tandai

,9

d. Coba telusuri grafis batas figure.

f. Tempatkan tracer magnifer perlahanlahan searah jarum jam menelusuri


batas figure sampai kembali ke titik

awal.
g. Catat hasil bacaan kedua, misalnya
1424 ... (bacaan I).

Gambar 296. gambar pengukuran peta dengan


planimeter sliding bar model yang tidak dilengkapi zero
setting (pole weight/diluar kutub).

323

11 Perhitungan Luas

Keterangan yang harus tercantum dalam

Perlu

gambar kerja,

didapat dua macam hasil bacaan, yaitu :

Skala gambar

= .........

NO Planimeter

= .........

diperhatikan

hasil

pekerjaan

ini

1. Hasil bacaan positif

Posisi tracer arm = .........

Didapat apabila luas figure lebih besar dari

Satuan nonius

lingkaran dasar/konstanta. Gerakan jarum

= .........

dari 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan seterusnya.

Bacaan awal (I) = 1278


Bacaan akhir (II) = 1843

BAT AS F IGURE

Hasil bacaan = bacaan II bacaan I

LINGKARAN DAS AR

= 1843 1278
= 565

P E MBE RAT ( P OLE WE IGHT )

Luas = hasil bacaan x satuan nonius


= 565 x 2 m2 = 1130 m2
T RACING MAGNIF IE R

Penggunaan

planimeter

dengan

pole

weight berada didalam figure.

Gambar 297. hasil bacaan positif

Langkah kerja,

Pekerjaan ini dilakukan apabila luas peta

a. Telusuri terlebih dahulu pinggiran figure


dan lihat jarum pengukur, bila gerakan

yang akan dicari luasnya itu mempunyai

jarum pengukur mulai dari

ukuran besar. Sebenarnya dapat juga diukur

4, 5 dan seterusnya, maka bacaannnya

dengan cara membagi-bagi peta tersebut


menjadi
hasilnya

bagian-bagian

kecil.

masing-masing

adalah bacaan positif dan gerakan

Kemudian

bagian

itu

dijumlahkan. Tetapi dalam pekerjaan ini

dinamakan gerakan positif.


b. Letakan tracing magnifier pada titik yang
ditandai pada pinggiran figure yang

diperlukan harga konstan. Yang dimaksud


dengan harga konstan adalah lingkaran
dasar dengan jari-jari batang kutub lingkaran
tersebut

didapat

waktu

pen

penelusur

menelususri pinggiran figur yang diukur.


Konstanta dinyatakan dengan nonious yang
dapat dilihat dalam kotak planimeter bagian
konstanta (ditetapkan oleh pabrik).

1, 2, ,3 ,

akan ditelusuri.
c.

Bacaan pada roda pengukur dinolkan.

d. Telusuri pinggiran figure perlahan-lahan


sampai kembali ke titik awal.
e. Baca dan catat hasil bacaan pada roda
pengukur.
f.

Bacaan akhir = konstanta + bacaan

324

11 Perhitungan Luas

g. Luas figure = (konstanta + bacaan)

f.

x satuan nonius

bacaan

Didapat apabila luas figure lebih kecil dari


lingkaran dasar/konstanta. Gerakan jarum
dari 0, 9, 8, 7, 6, 5 dan seterusnya.
Langkah kerja,

h. Luas figure (konstanta hasil bacaan ) x


satuan nonius.
Pada langkah kerja yang diuraikan
diatas,

a. Coba dahulu telusuri pinggiran figure


perhatikan

Hasil bacaan = 10.000 bacaan.

g. Bacaan akhir = konstanta hasil

2. Hasil bacaan negatif

dan

e. Baca dan catat hasil bacaan.

jarum

pengukur.bila

gerakan jarum pengukur mulai dari 0, 9,


8, 7, 6, 5 dan seterusnya,maka bacaan
yang didapat adalah bacaan negatif dan
gerakannya dikatakan negatif.
b. Letakan tracing magnifer pada titik yang
telah ditandai pada pinggiran figure
yang akan ditelusuri.

keadaan

planimeter

sudah

keadaan siap untuk digunakan (nonius


pada tracer arm sudah disetel sesuai
dengan skala).
Contoh Soal
Suatu peta (figure) bentuk bujur sangkar
berukuran 500 x 500 m dengan skala 1 :
1000. Hitunglah luas figure (peta) dengan
menggunakan

planimeter

dan

dengan

matematika.

LINGKARAN DASAR
(BASED CIRCLE)
BATAS FIGURE
PEMBERAT (POLE WEIGHT)
TRACING MAGNIFIER

Gambar 298. hasil bacaan negatif

c.

Bacaan jarum pengukur dinolkan.

d. Telusuri pinggiran figure perlahan-lahan


sampai kembali ketitik awal.

325

11 Perhitungan Luas

Penyelesaian :

6. Tandai titik awal.

Langkah kerja menggunakan planimeter :

7. Tempatkan

1. Sebelum pengukuran catat dari daftar,

magnifier)

pen

penelusur

tepat

pada

(tracing

titik

awal,

halhal yang perlu dipergunakan untuk

sementara itu nolkan bacaan dengan

menghitung luas.

penyetel nol.
8. Gerakan tracing magnifer perlahan-

Planimeter No.142705
Harga konstan 23844

lahan searah jarum jam (clock wise)

Skala 1 : 1000

sampai kembali ke titik awal.


9. Baca pada unit pengukur = 1157

Posisi tracer arm = 200.00


Satuan nonius

Harga konstan

= 10 m

2. Tempatkan peta pada tempat (papan)


benar-benar rata-rata.

Hasil bacaan
10. Luas peta = 25001 x 10 m

4. Tempatkan

planimeter

= 25001
2

= 250010 m2

3. Setel batang penelusur (tracer arm)


sesuai tabel = 200.00

= 23844

11. Luas berdasarkan matematika


dengan

pemberat katup (pole weight) di dalam

L = 500 x 500 = 250000 m2


12. Selisih luas = 250010 250000
= 10 m2

peta.
5. Telusuri peta percobaan, apakah batas
peta dapat ditelusuri semua, dan lihat
gerakan jarum (terutama pada waktu
akan kembali ke titik awal) disini
gerakan dari 0,1,2,3,4 dan seterusnya,
jadi gerakannya adalah positif.

Keterangan :
Bila dicari luas peta sesungguhnya (luas
gambar), maka luas peta sesungguhnya :
Luas

= Hasil bacaan x satuan nonius


(mm2)
= 25001 x 10 mm2 = 250010 mm2
BATAS FIGURE

LINGKARAN DASAR

PEMBERAT (POLE WEIGHT)

TRACING MAGNIFIER

Gambar 299. pengukuran luas peta pole weight (pemberat kutup) di dalam peta

326

11 Perhitungan Luas

8. Baca pada unit pengukur misalnya =

Keterangan :

7167.

Harga lingkaran dasar (based circle) sama


dengan constante dapat dilihat pada tabel

9. Karena gerakan (hasil) negatif, maka :

dan harga konstan setiap planimeter tidak

10. Bacaan = 10.000 7167 = 2833.

sama, tergantung dari pengecekan pabrik.

11. Harga konstan pada daftar 23077


12. Hasil bacaan = harga konstan

Contoh Soal

bacaan

Suatu peta (figure) bentuk bujur sangkar

13. Satuan nonius pada daftar untuk skala


1 : 1000 = 10 m2

berukuran 450 x 450 m dengan skala 1 :


1000. hitunglah luas figure (peta) dengan
menggunakan

planimeter

dan

14. Luas peta = 20224 x 10 m2


= 202440 m2

dengan

matematika (sebagai koreksi).

Keterangan :

Penyelesaian,

Untuk menghasilkan bacaan yang teliti

Langkah kerja menggunakan planimeter :

maka pengukuran dapat dilakukan dua atau

1. Tempatkan figure pada papan/meja

tiga kali, kemudian hasilnya dirata-rata.

yang betul-betul rata, dengan selotape.


2. Stel batang penelusur sesuai daftar,
untuk planimeter no. 54722, dengan

Perhitungan dengan matematika,


Luas peta

= 450 x 450 x 1 m2
= 202500 m2

skala 1 : 1000 adalah = 148,6.


3. Tempatkan planimeter (pole weight) di

Selisih luas

= 202500 202440
= 60 m2

tengah figure.
4. Telusuri figur percobaan, apakah dapat

Selisih ini tergantung dari ketelitian pada

terjangkau semua dan lihat gerakan

waktu pengukuran dan juga dari planimeter

jarum, disini jarum bergerak dari 0,9, 8,

itu

7, jadi ini gerakan negatif.

diadakan pengukuran dengan planimeter

5. Tandai titik awal.


6. Terdapat
magnifier

pen
tepat

sendiri.

Oleh

karena

itu,

sebelum

harus dicheck dahulu dengan cecking bar.


penelusur
pada

titik

(tracing
awal)

sementara itu nolkan bacaan dengan


penyetel nol.
7. gerakan tracing magnifier perlahanlahan searah jarum jam (clock wise),
sampai kembali tepat pada titik awal.

327

11 Perhitungan Luas

LINGKARAN DASAR
(BASED CIRCLE)

BATAS FIGURE
PEMBERAT (POLE WEIGHT)
TRACING MAGNIFIER

Gambar 301. pembagian luas yang sama dengan


Gambar 300. pengukuran luas peta pole weight

garis lurus sejajar salah satu segitiga

(pemberat kutup) di dalam peta

segitiga

2. Pembagian garis lurus dengan titik

11.1.3 Pembagian dan Penyesuaian

tertentu pada segitiga

Luas
Pembagian daerah kebanyakan diadakan

Agar perbandingan BPQ : ACPQ = m : n,

dengan menggunakan ilmu ukur bidang.

BQ dapat dihitung dengan persamaan

Tipe-tipe dasar umum pembagian daerah


adalah sebagai berikut :
1. Pembagian dengan garis lurus sejajar
pada segitiga

BQ =

AB.BC
n
x
BP
m+n

Apabila m = n, maka :

BQ =

a) Pembagian luas yang sama : Apabila

ABC = M dan ADE = m, gbr. 301 AD


dan

AE

dapat

AD

= AB

m
M

AE

= AC

m
M

dihitung

dari

titik D dan E dapat dihubungkan.


b) Pembagian-pembagian tetap : Agar
ADE :

DECB = m : n, AD dan AE

dihitung dengan persamaan :


AD = AB

m
m+n

AE = AC

m
m+n

titik D dan E dapat dihubungkan.

1 AB.BC
2 BP

3. Pembagian dengan garis lurus melalui


sudut puncak
a. Pembagian luas yang sama
Apabila ABCD = M dan ABCD = m,
maka diperoleh dengan persamaan:

BD =

m
.BC
M

328

11 Perhitungan Luas

4. Pembagian garis lurus melalui sudut


segi empat
Apabila <> ABCD = M, <> ABCP = n dan
CPD = m, maka :

Luas CPD =

m
1
M = PD.CE
m+n
2

Gambar 302. pembagian luas yang sama dengan


garis lurus melalui sudut puncak segitiga

b. Pembagian dengan perbandingan a:b:c


sesuai dengan skema gambar 303,
maka PQ dan QC dihitung dengan
persamaan-persamaan berikut:

BP = BC

a
a+b+c

BQ = BC

b
a+b+c

c
QC = BC
a+b+c

Gambar 304. pembagian dengan perbandingan


m : n oleh suatu garis lurus melalui salah
satu sudut segiempat

5. Pembagian

garis

sejajar

dasar

trapesium
Pembagian dengan perbandingan m:n, PQ
dan BP dapat dihitung dengan rumusrumus:

PQ =

BP =

m. AD 2 + n.BC 2
m+n

AB ( PQ BC )
AD BC

Gambar 303. pembagian dengan perbandingan


a:b:c

Gambar 305. pembagian dengan garis lurus sejajar


dengan trapesium

329

11 Perhitungan Luas

6. Pembagian suatu polygon

garis lurus

Pembagian diadakan dengan garis lurus

daripada BC ?

PQ

yang melalui titik P

melalui titik P dan luas M diperoleh. Tarik


garis dari P ke F sejajar sisi AB Luas <>
ABFP adalah :

B
F

A
h1

1
A = <> ABFP = ( AB + FP ) h1
2

h2

Apabila titik yang dicari adalah Q

PFQ = M A =

1
PF .h2
2

Jadi, apabila Q adalah titik potong antara


garis yang sejajar PF dan memisahkan h 2
dengan garis

BC maka PQ adalah garis

Gambar 306. pembagian suatu poligon

Penyelesaian (lihat gambar 307):

yang diinginkan.

Panjang Q harus ditentukan agar dua kali

Contoh Soal

luas segiempat ABPQ sama dengan luas

Dalam suatu daerah segi empat ABCD

segi empat ABCD. Apabila titik yang dicari

seperti tampak pada gambar 307 diadakan

adalah Q, luas segiempat ABPQ adalah

pengukuran meja lapangan pada skala 1:

jumlah

500

Sedangkan luas segiempat ABCD adalah

dan

panjang-panjang

diukur

pada

gambar sehingga diperoleh :

AB = 42,4 mm
AE = 28,0 mm
BC = 34,0 mm
AP = 47,8 mm
CD = 65,6 mm
BG = 13,0 mm

luas

sampai Q pada garis AD dilapangan (dalam


meter) agar luas segi empat terbagi dua

ABP

dan

APQ.

sama dengan jumlah luas segitiga ABD dan


BCD. Oleh karena itu persamaan berikut ini
dapat dibentuk.
AQ xPH AP xBG
2
+
2
2

AQ =

1
PH

BD xAE BD xCF
=
+

2
2

BD .( AE + CE )

AP xBG

1
{35,0(280 + 32,0) (51,4 x13,0)}
51,2

1
(2100 668,2) = 28,0mm
51,2

PH = 51,2 mm
Berapa seharusnya panjang garis dari titik A

segitiga

330

11 Perhitungan Luas

Panjang di lapangan adalah 28 mm x 500 =


14,0 mm. Jadi, Q dapat ditempatkan 14 m
dari titik A pada garis AD .
11.1.4 Penyesuaian Garis Batas
Tipe-tipe dasar penyesuaian garis batas
adalah sebagai berikut :
1. Perubahan

segiempat

menjadi

trapesium

Gambar 308. perubahan segiempat menjadi

Pada gambar berikut, AB dan DC


diperpanjang hingga berpotongan di E
(lihat gambar 308), maka EM dapat
dihitung

dengan

EM =

BC EG EF
AD

persamaan

dimana, EG < BC dan EF < AD.

trapesium

2. Pengurangan jumlah sisi polygon


tanpa merubah luas
Pada gambar 309, BD sejajar AC dan D
ditempatkan pada persilangan antara BD
dan EC, Jadi ABCD dirubah menjadi ACDB.

Selanjutnya, jika garis PR ditarik melalui


M sejajar AD, maka garis PQ adalah
garis batas yang dicari.

Gambar 309. pengurangan jumlah sisi polygon


tanpa merubah luas

3. Perubahan garis batas yang berliku


menjadi lurus
Gambar 307. penentuan garis batas

Untuk menentukan garis batas baru (AP)


melalui A, yang ditarik dengan mata dan
kemudian dilakukan pengukuran luas untuk
a, b, c, d, dan e. Selanjutnya dilakukan
perhitungan (a+c+e) - (b+d) = s.

331

11 Perhitungan Luas

Agar s = 0, maka P digeser sejauh 2s/AP


= h dan AP adalah garis yang diminta.

11.2 Prosedur pengukuran


luas dengan prangkat
lunak autocad

Salah satu cara mengukur luas suatu


daerah/

lokasi

lainnya

adalah

dengan

menggunakan perangkat lunak AutoCAD.


Gambar 310. perubahan garis batas yang berlikuliku menjadi garis lurus

dengan perangkat lunak AutoCAD, sebagai

4. Perubahan garis lengkung menjadi


garis lurus
Pada

gambar

sembarangan

Secara praktis prosedur perhitungan luas


berikut :
1. Pastikan softwere AutoCAD yang akan

berikut,
PA

dan

ditarik

garis

offset-offset

digambarkan terhadap garis lengkung untuk

digunakan telah terinstal di komputer.


2. Klik Start All Program Folder Autocad
2002 s/d Autocad 2006.

mengukur luas a, b, dan, c dan jika (a = c)


b = s, maka diperoleh h = 2s/AP agar AC <
AP dan AC < h, titik-titik

C dan P

dihubungkan. PQ merupakan garis batas

Gambar 312. posisi start yang harus di klik

yang baru setelah didapat perpotongan


antara garis AQ dan garis CQ yang sejajar
AP.

Gambar 311. perubahan garis batas lengkung


menjadi garis lurus
Gambar 313. start all Program autocad 2000

332

11 Perhitungan Luas

3. Tunggu

sampai

muncul

worksheet

Autocad.

Khusus untuk gambar yang di scan


terlebih

dahulu

atur

skala

gambar

sesungguhnya dengan skala di autocad.


Gunakan perintah scale.
5. Misalkan akan dihitung volume galian
untuk

pondasi

setempat.

Volume

merupakan luas penampang dikalikan


dengan satu satuan panjang.

Gambar 314. worksheet autocad 2000

4. Buka

gambar

yang

telah

di

scan

sebelumnya atau gambar yang digambar


langsung di autocad.

Gambar 317. gambar penampang yang akan


dihitung Luasnya

6. Untuk

menghitung

luas

digunakan

perintah AREA. Pada kasus seperti ini


pertama menghitung luas galian pondasi
seluruhnya. Pada Command ketik AREA
Gambar 315. open file

kemudian enter.
Kemudian akan muncul specify next
corner point or press ENTER for total, klik
batas daerah yang akan dihitung luasnya.
Setelah di klik dari pointer satu ke point
lainnya, akhir point harus kembali ke titik
semula.

Gambar 316. open file

333

11 Perhitungan Luas

8. Ulangi

perhitungan

galian

untuk

menghitung luas pondasi. Diperoleh hasil


sebagai berikut :
Area

= 103,5217 m2

Perimeter = 115,0470 m
9. Maka luas galian tanah pondasi dapat
diperoleh dari selisih luas galian tanah
pondasi dengan luas pondasi telapak.
Gambar 318. klik poin untuik menghitung luas

7. Setelah selesai di-klik tekan enter maka


akan muncul tampilan berikut.

Luas penampang galian tanah pondasi :


355,1432 - 103,5217 = 251,6251 m2
Misalkan panjang galian pondasi 10 m,
Maka

volume

galian

tanah

pondasi

sebagai berikut :
251,6251 m2 x 10 m = 2516,251 m3.
Gambar 319. klik poin untuk menghitung luas

Hasil perhitungan sebagai berikut :


Area/luas penampang galian = 355,1432
m2
Perimeter/ keliling = 95,0845 m

334

11 Perhitungan Luas

Model Diagram Alir


Ilmu Diagram
Ukur Tanah
Pertemuan ke-11
Model
Alir
Metode Perhitungan Luas
Perhitungan Luas
Dosen Penanggung Jawab : Dr.Ir.Drs.H.Iskandar Muda Purwaamijaya, MT

Informasi Luas

Kepastian Hukum
Penguasaan Lahan

Teknis
Daerah Kajian

Pajak
Ekonomi SDA

Komoditas Bisnis

Metode Perhitungan Luas

Numeris Analog

Mekanis Planimetris

Numeris Digital

Metode Sarrus

Alat Planimeter

Perangkat Lunak
AutoCAD

Koordinat-Koordinat
Titik-Titik Batas Area

Area Beraturan
Segmen Garis Jelas

Penelusuran Batas Area


oleh Pointer Planimeter

Batas Area
Dapat Tidak Beraturan
Harus Ada Skala Peta

Luas = | Jumlah Xn.Yn+1 - Jumlah Yn.Xn+1| . 1/2

Komputasi Elektronis
Batas Area Digital

Batas Area sudah


di Input menjadi
Data Digital

Command : polyline (enter)


Command : area (enter)

Penelusuran bentuk area sederhana bujur sangkar menggunakan pointer planimeter


Pencatatan nilai counter awal dan akhir bujur sangkar
Perhitungan luas area bujur sangkar dari selisih counter dan skala peta
Penelusuran bentuk area yang ingin diketahui luasnya
Luas area = (selisih counter area/bujur sangkar).luas bujur sangkar.skala peta

Gambar 320. Diagram alir perhitungan luas

335

11 Perhitungan Luas

Rangkuman
Berdasarkan uraian materi bab 11 mengenai perhitungan luas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Luas adalah jumlah area yang terproyeksi pada bidang horizontal dan dikelilingi oleh
garis-garis batas.
2. Luas yang diukur pada gambar situasi disebut pengukuran tak langsung.
3. Luas yang dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang langsung
diperoleh dari pengukuran dilapangan disebut pengukuran langsung.
4. Metode Sarrus, yaitu menggunakan koordinat-koordinat titik batas sebagai masukan
untuk perhitungan luas.
5. Metode pengukuran luas, terdiri dari : Metode diagonal dan tegak lurus, Metode
pembagian segitiga, Metode trapesium, Metode offset, Metode offset pusat, Metode
simpson, Metode jarak meridian ganda, Metode kisi-kisi, Metode lajur, Metode
pengukuran luas dengan planimeter.
6. Planimeter terbagi atas dua macam, yaitu planimeter fixed index model (model
tetap), planimeter sliding bar model (model disetel).

336

11 Perhitungan Luas

Soal Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !
1. Apa yang dimaksud dengan luas ?
2. Sebutkan cara-cara pengukuran dan ketelitian yang dikehendaki ?
3. Sebutkan macam-macam metode pengukuran luas ? Jelaskan !
4. Sebutkan macam-macam planimeter ? Jelaskan !
5. Sebutkan tipe-tipe dasar penyesuaian garis batas ?

Lampiran : A

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1983). Ukur Tanah 2. Jurusan
Teknik Sipil PEDC. Bandung
Barus, B dan U.S. Wiradisastra. 2000.
Sistem Informasi dan Geografis.
Bogor.
Budiono, M. dan kawan-kawan. 1999. Ilmu
Ukur Tanah. Angkasa. Bandung.
Darmaji, A. 2006. Aplikasi Pemetaan Digital
dan Rekayasa Teknik Sipil dengan
Autocad Development. ITB. Bandung.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
1999. Kurikulum Sekolah Menengah
Kejuruan. Depdikbud. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2003.
Standar Kompetensi Nasional Bidang
SURVEYING. Bagian Proyek Sistem
Pengembangan. Jakarta.
Gayo, Yusuf., dan kawan-kawan. 2005.
Pengukuran Topografi dan Teknik
Pemetaan. PT. Pradjna Paramita.
Jakarta.
Gumilar, I. 2003. Penggunaan Computer
Aided Design (CAD) pada Biro Arsitek.
Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan
FPTK UPI. Bandung.
Gunarta, I.G.W.S. dan A.B. Sailendra. 2003.
Penanganan Masalah Jalan Tembus
Hutan secara Terintegrasi : Kajian
terhadap
Kebutuhan
Kelembagaan
Stakeholders. Jurnal Litbang Jalan
Volume 20 No.3 Oktober. Departemen
Pekerjaan Umum. Bandung.
Gunarso, P. dan kawan-kawan. 2004. Modul
Pelatihan SIG. Pemkab Malinau

Hasanudin, M. dan kawan-kawan. 2004.


Survai dengan GPS. Pradnya Paramita.
Jakarta.
Hendriatiningsih, S. 1990. Engineering
Survey. Teknik geodesi FPTS ITB.
Bandung.
Hayati, S. 2003. Aplikasi Geographical
Information System untuk Zonasi
Kesesuaian Lahan Perumahan di
Kabupaten
Bandung.
Lembaga
Penelitian UPI. Bandung.
Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan.
2005. Struktur Kurikulum Program Studi
Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI.
Jurusan
Diktekbang
FPTK
UPI.
Bandung.
Kusminingrum, N. dan G. Gunawan. 2003.
Evaluasi dan Strategi Pengendalian
Pencemaran Udara di Kota-Kota Besar
di Indonesia. Jurnal Litbang Jalan
Volume 20 No.1 Departemen Pekerjaan
Umum. Bandung.
Lanalyawati. 2004. Pengkajian Pengelolaan
Lingkungan Jalan di Kawasan Hutan
Lindung (Bedugul Bali). Jurnal Litbang
Jalan Volume 21 No.2 Juli. Departemen
Pekerjaan Umum. Bandung.
Marina, R. 2002. Aplikasi Geographical
Information System untuk Evaluasi
Kemampuan Lahan di Kabupaten
Sumedang.
Masri, RM. 2007. Kajian Perubahan
Lingkungan
Zona
Buruk
untuk
Perumahan. SPS IPB. Bogor.
Mira, S. 1988. Poligon. Teknik Geodesi
FTSP ITB. Bandung.

A-1

Lampiran : A

Mira, S. R.M. 1988. Ukuran Tinggi Teliti.


Teknik Geodesi FTSP ITB. Bandung.
Melani, D. 2004. Aplikasi Geographical
Information System untuk Zonasi
Kesesuaian Lahan Perumahan di
Kabupaten
Sumedang.
Jurusan
Pendidikan Teknik Bangunan FPTK
UPI. Bandung.
Mulyani, S.Y.R dan Lanalyawati. 2004.
Kajian Kebijakan dalam Pengelolaan
Lingkungan Jalan di Kawasan Sensitif.
Jurnal Litbang Jalan Volume 21 No.1
Maret. Departemen Pekerjaan Umum.
Bandung.
Parhasta, E. 2002. Tutorial Arcview SIG
Informatika. Bandung.
Purwaamijaya, I.M. 2006. Ilmu Ukur Tanah
untuk Teknik Sipil. FPTK UPI. Bandung.
Purwaamijaya,
I.M.
2005a.
Analisis
Kemampuan Lahan di KecamatanKecamatan
yang
Dilalui
Jalan
Soekarno-Hatta di Kota Bandung Jawa
Barat. Jurnal Permukiman ISSN : 02150778 Volume 21 No.3 Desember 2005.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan
Penelitian
dan
Pengembangan.
Bandung.
Purwaamijaya,
I.M.
2005b.
Analisis
Kemampuan Lahan sebagai Acuan
Penyimpangan Gejala Konversi Lahan
Sawah Beririgasi
Menjadi
Lahan
Perumahan di Koridor Jalan SoekarnoHatta Kota Bandung. Jurnal Informasi
Teknik ISSN : 0215-1928 No.28 2005.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan
Penelitian
dan
Pengembangan.
Penelitian
dan
Pengembangan
Sumberdaya Air. Balai Irigasi. Bekasi.
Purwaamijaya, I.M. 2005c. Pola Perubahan
Lingkungan yang Disebabkan oleh
Prasarana dan Sarana Jalan (Studi
Kasus : Jalan Soekarno-Hatta di Kota

Bandung
Jawa
Barat).
Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
A Pengukuran Tinggi. Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Bandung.
Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
B Pengukuran Horisontal. Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan
Institut
Teknologi
Bandung.
Purworaharjo,U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri
C Pemetaan Topografi. Teknik Geodesi
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Bandung.
Purworaharjo,U. 1982. Hitung proyeksi
Geodesi
(Proyeksi
Peta).
Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan
Institut
Teknologi
Bandung.
Staf

Ukur
Tanah.
1982.
Petunjuk
Penggunaan
Planimeter.
Pusat
Pengembangan Penataran Guru
Teknologi. Bandung.

Supratman, A.. 2002. Geometrik Jalan


Raya. FPTK IKIP. Bandung.
Supratman, A.,dan I.M Purwaamijaya. 1992.
Pengukuran Horizontal. Bandung.:
FPTK IKIP.
Supratman, A.,dan I.M Purwaamijaya.
(1992). Modul Ilmu Ukur Tanah. FPTK
IKIP. Bandung.
Susanto dan kawan-kawan. (1994). Modul :
Pemindahan Tanah Mekanis. FPTK
IKIP. Bandung.
Wongsotjitro. 1980. Ilmu
Kanisius .Yogyakarta.

Ukur

Tanah.

Yulianto, W. 2004. Aplikasi AUTOCAD 2002


untuk Pemetaan dan SIG. Gramedia.
Jakarta.

A-2

Lampiran : B

GLOSARIUM
Absis

Analog
Astronomis

:
:

Automatic level

Azimuth

Barometri

Benchmark

Bowditch

BPN
CAD

:
:

Cassini

Collins

Coordinate Set

Cosinus

Cross hair

Cross Section

Datum

Digital

Posisi titik yang diproyeksikan terhadap sumbu X yang arahnya


horizontal pada bidang datar.
Sistem penyajian peta secara manual.
Ilmu yang mempelajari posisi relatif benda-benda langit terhadap
benda-benda langit lainnya.
Sipat datar optis yang mirip dengan tipe kekar tetapi dilengkapi
dengan alat kompensator untuk membuat garis bidik mendatar
dengan sendirinya.
Sudut yang dibentuk dari garis arah utara terhadap garis arah
suatu titik yang besarnya diukur searah jarum jam.
Alat atau metode untuk mengukur tekanan udara yang
diaplikasikan untuk menghitung beda tinggi antara beberapa
titik di atas permukaan bumi yang berkategori gunung (slope >
40 %).
Titik ikat di lapangan yang ditandai oleh patok yang dibuat dari
beton dan besi dan telah diketahui koordinatnya hasil
pengukuran sebelumnya.
Metode koreksi absis dan ordinat pada pengukuran polygon yang
bobotnya adalah perbandingan antara jarak resultante terhadap
total jarak resultante.
Badan Pertanahan Nasional (Kantor Agraria / Pertanahan).
Computer Aided Design. Penyajian gambar secara digital
menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak komputer.
Metode pengikatan ke belakang (alat berdiri di atas titik yang
ingin diketahui koordinatnya) yang menggunakan bantuan 2 titik
penolong dan dua buah lingkaran.
Metode pengikatan ke belakang (alat berdiri di atas titik yang
ingin diketahui koordinatnya) yang menggunakan bantuan 1 titik
penolong dan satu buah lingkaran.
Pengaturan koordinat peta analog agar sesuai dengan koordinat
pada sistem koordinat peta digital yang titik-titik ikat acuannya
adalah titik-titik di peta analog yang memiliki nilai-nilai
koordinat.
Besar sudut yang dihitung dari perbandingan sisi datar
terhadap sisi miring.
Benang silang diafragma yang tampak pada lensa objektif
teropong sebagai acuan untuk membaca ketinggian garis bidik
pada rambu ukur.
Profil melintang. Penampang pada arah lebar yang
menggambarkan turun naiknya permukaan suatu bentuk objek.
Titik perpotongan antara ellipsoid referensi dengan geoid (datum
relatif). Pusat ellipsoid referensi berimpit dengan pusat bumi
(datum absolut).
Sistem penyajian informasi (grafis atau teks) secara biner
elektronis.

B-1

Lampiran : B

Digitizer

Distorsi

DGN
Dumpy level

:
:

Ellipsoid

Equator

Flattening

Fokus

Fotogrametri

Geodesi

Geodesic

Geoid

Geometri

Gradien

Grafis
Greenwich

:
:

Grid

Hexagesimal

Higragirum

Horisontal

Indeks

Alat yang digunakan untuk mengubah peta-peta analog menjadi


peta-peta digital dengan menelusuri detail-detail peta satu
persatu.
Perubahan bentuk atau perubahan informasi geometrik yang
disajikan pada bidang lengkung (bola/ellipsoidal) terhadap
bentuk atau informasi geometrik yang disajikan pada bidang
datar.
Datum Geodesi Nasional, datum sistem koordinat nasional.
Sipat datar optis tipe kekar, sumbu tegak menjadi satu dengan
teropong.
Bentuk 3 dimensi dari ellips yang diputar pada sumbu pendeknya
dan merupakan bentuk matematis bumi. Spheroid persamaan
kata ellipsoid.
Garis khatulistiwa yaitu garis yang membagi bumi bagian utara
dan bumi bagian selatan sama besar.
Kegepengan. Nilai yang diperoleh dari pembagian selisih radius
terpendek dengan radius terpanjang ellipsoida terhadap radius
terpendek.
Ketajaman penampakan objek pada teropong dan dapat diatur
dengan tombol fokus.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari mengenai
geometris foto-foto udara yang diperoleh dari pemotretan
menggunakan pesawat terbang.
Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempelajari dan
menyajikan informasi bentuk permukaan bumi dengan
memperhatikan kelengkungan bumi.
Kurva terpendek yang menghubungkan dua titik pada permukaan
ellipsoida.
Bentuk tidak beraturan yang mewakili permukaan air laut di
bumi dan memiliki energi potensial yang sama.
Ilmu yang mempelajari bentuk matematis di atas permukaan
bumi.
Besarnya nilai perbandingan sisi muka terhadap sisi samping
yang membentuk sudut tegak lurus (90o)
Penyajian hasil pengukuran dengan gambar.
Kota di Inggris yang dilewati oleh garis meridian
(longitude/bujur) 0o.
Bentuk empat persegi panjang yang merupakan referensi posisi
absis dan ordinat yang diletakkan di muka peta yang panjang dan
lebarnya bergantung pada unit posisi X dan Y yang ditetapkan oleh
pembuat peta berdasarkan kaidah kartografi (pemetaan).
Sistem besaran sudut yang menyajikan sudut dengan sebutan
derajat, menit, second. Satu putaran = 360o. 1o=60. 1=60.
Hg, air raksa yang dipakai sebagai cairan penunjuk nilai tekanan
udara pada alat barometer.
Garis atau bidang yang tegak lurus terhadap garis atau bidang
yang menjauhi pusat bumi.
Garis kontur yang penyajiannya lebih tebal atau lebih ditonjolkan
dibandingkan garis-garis kontur lain setiap selang ketinggian
tertentu.

B-2

Lampiran : B

Interpolasi

Intersection

Galat
GIS

:
:

GPS

Gravitasi

GRS-1980

Hardcopy

Hardware

Informasi
Inklinasi

:
:

Interpolasi

Jalon

Jurusan

Kalibrasi

Kartesian
Kompas

:
:

Kontrol

Kontur

Konvergensi
Konversi

:
:

Koordinat

Metode perhitungan ketinggian suatu titik di antara dua titik


yang dihubungkan oleh garis lurus.
Nama lain dari pengikatan ke muka, yaitu pengukuran titik
tunggal dari dua buah titik yang telah diketahui koordinatnya
dengan menempatkan alat theodolite di atas titik-titik yang telah
diketahui koordinatnya.
Selisih antara nilai pengamatan dengan nilai sesungguhnya.
Geographical Information System. Suatu sistem informasi yang
mampu mengaitkan database grafis dengan data base tekstualnya
yang sesuai.
Global Positioning System. Sistem penentuan posisi global
menggunakan satelit buatan Angkatan Laut Amerika Serikat.
Gaya tarik bumi yang mengarah ke pusat bumi dengan nilai +
9,8 m2/detik.
GeodeticReference System tahun 1984, adalah ellipsoid terbaik
yang memiliki penyimpangan terkecil terhadap geoid (lihat
istilah geoid).
Dokumentasi peta-peta digital dalam bentuk lembaran-lembaran
peta yang dicetak dengan printer atau plotter.
Perangkat keras computer yang terdiri CPU (Central Processing
Unit), keyboard (papan ketik), printer, mouse.
Sesuatu yang memiliki makna atau manfaat.
Sudut vertical yang dibentuk dari garis bidik (dinamakan juga
sudut miring).
Suatu rumusan untuk mencari ketinggian suatu titik yang diapit
oleh dua titik lain dengan konsep segitiga sebangun.
Batang besi seperti lembing berwarna merah dan putih dengan
panjang + 1,5 meter sebagai target bidikan arah horizontal.
Sudut yang dihitung dari selisih absis dan ordinat dengan acuan
sudut nolnya arah sumbu Y positif searah jarum jam.
Suatu prosedur untuk mengeliminasi kesalahan sistematis pada
peralatan pengukuran dengan menyetel ulang komponenkomponen dalam peralatan.
Sistem koordinar siku-siku.
Alat yang digunakan untuk menunjukkan arah suatu garis
terhadap utara magnet yang dipengaruhi magnet bumi.
Upaya mengendalikan data hasil pengukuran di lapangan agar
Memenuhi syarat geometrik tertentu sehingga kesalahan hasil
pengukuran di lapangan dapat memenuhi syarat yang ditetapkan
dan kesalahan-kesalahan acaknya telah dikoreksi.
Garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan titik-titik
dengan ketinggian yang sama dari permukaan air laut rata-rata
(MSL). Garis di atas peta yang menghubungkan titik-titik dengan
ketinggian yang sama dari permukaan air laut rata-rata dan
kerapatannya bergantung pada ukuran lembar penyajian (skala
peta).
Serangkaian garis searah yang menuju suatu titik pertemuan.
Proses mengubah suatu besaran (sudut/jarak) dari suatu sistem
menjadi sistem yang lain.
Posisi titik yang dihitung dari posisi nol sumbu X dan posisi nol
sumbu Y.

B-3

Lampiran : B

Koreksi

Kuadran

Kuadrilateral

Latitude

Leveling head
Logaritma
Longitude

:
:
:

Long Section

Loxodrome

Mapinfo

MSL

Mistar

Meridian

Nivo

Normal

Oblique

Offset

Ordinat

Orientasi

Orthodrome
Overlay

:
:

Nilai yang dijumlahkan terhadap nilai pengamatan sehingga


diperoleh nilai yang dianggap benar. Nilai koreksi = - kesalahan.
Ruang-ruang yang membagi sudut satu putaran menjadi 4
ruang yang pusat pembagiannya adalah titik 0.
Bentuk segiempat dan diagonalnya yang diukur sudut-sudut dan
jarak-jaraknya untuk menentukan koordinat titik di lapangan.
Nama lain garis parallel. Garis-garis khayal yang tegak lurus
garis meridian dan melingkari bumi. Paralel nol berada di
equator atau garis khatulistiwa.
Bagian yang terdiri dari tribach dan trivet, disebut juga kiap.
Nilai yang diperoleh dari kebalikan fungsi pangkat.
Nama lain garis meridian. Garis-garis khayal di permukaan bumi
yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan bumi.
Meridian nol berada di Kota Greenwich, Inggris.
Profil memanjang. Penampang pada arah memanjang yang
menggambarkan turun naiknya permukaan suatu bentuk objek.
Nama lain adalah Rhumbline. Garis (kurva) yang
menghubungkan titik-titik dengan azimuth yang tetap.
Desktop Mapping Software. Perangkat lunak yang digunakan
untuk pembuatan peta digital berinformasi yang dibuat dengan
spesifikasi teknis perangkat keras untuk pemakai tunggal dan
dibuat oleh perusahaan Mapinfo Corporation yang berdomisili di
Kota New York Amerika Serikat.
Mean Sea Level (permukaan air laut rata-rata yang diamati
selama periode tertentu di pinggir pantai). Sebagai acuan titik nol
pengukuran tinggi di darat.
Papan penggaris berukuran 3 meter yang dapat dilipat dua
sebagai target pembacaan diafragma teropong untuk mengukur
tinggi garis bidik (benang atas, benang tengah, benang bawah).
Garis-garis khayal di permukaan bumi yang menghubungkan
kutub utara dan kutub selatan bumi. Meridian nol berada di Kota
Greenwich, Inggris.
Gelembung udara dan cairan yang berada pada tempat berbentuk
bola atau silinder sebagai penunjuk bahwa teropong sipat datar
atau theodolite telah sejajar dengan bidang yang memiliki energi
potensial yang sama.
Proyeksi peta yang sumbu putar buminya berimpit dengan garis
normal bidang perantara (datar, kerucut, silinder).
Proyeksi peta yang sumbu putar buminya membentuk sudut
tajam (< 90o) dengan garis normal bidang perantara (datar,
kerucut, silinder).
Metode pengukuran menggunakan alat-alat sederhana (prisma,
pita ukur, jalon).
Posisi titik yang diproyeksikan terhadap sumbu Y yang arahnya
vertical pada bidang datar.
Pengukuran untuk mengetahui posisi absolute dan posisi relative
Objek-objek di atas permukaan bumi.
Proyeksi garis geodesic pada bidang proyeksi.
Suatu fungsi pada analisis pemetaan digital dan GIS yang
Menumpangtindihkan tema-tema dengan jenis pengelompokkan
yang berbeda.

B-4

Lampiran : B

Pantograph

Paralel

Pegas

Pesawat
Phytagoras

:
:

Planimeter
Planimetris
Point Set

:
:
:

Polar
Polyeder

:
:

Polygon

Profil

Proyeksi peta

Radian

RAM

Raster

Remote Sensing

Resiprocal

Reversible level

Rotasi

Alat yang digunakan untuk memperbesar atau memperkecil


objek gambar.
Garis-garis khayal yang tegak lurus garis meridian dan
melingkari bumi. Paralel nol berada di equator atau garis
khatulistiwa.
Gulungan kawat berbentuk spiral yang dapat memanjang dan
memendek karena gaya tekan atau tarik yang digunakan pada
alat sipat datar.
Istilah untuk alat ukur optis waterpass atau theodolite.
Ilmuwan yang menemukan rumusan kuadrat garis terpanjang di
suatu segitiga dengan salah satu sudutnya 90o adalah sama
dengan perjumlahan kuadrat 2 sisi yang lain.
Alat untuk menghitung koordinat secara konvensional.
Bidang datar (2 dimensi) yang dinyatakan dalam sumbu X dan Y
Pengaturan koordinat peta analog agar sesuai dengan koordinat
pada sistem koordinat peta digital yang titik-titik ikat acuannya
adalah titik-titik di peta analog yang identik dengan titik-titik di
peta digital yang telah ada.
Sistem koordinat kutub (sudut dan jarak).
Sistem proyeksi dengan bidang perantara kerucut, sumbu putar
bumi berimpit dengan garis normal kerucut, informasi geometric
yang dipertahankan sama adalah sudut (conform) dan tangent.
Serangkaian garis-garis yang membentuk kurva terbuka atau
Tertutup untuk menentukan koordinat titik-titik di atas
permukaan bumi.
Potongan gambaran turun dan naiknya permukaan tanah baik
memanjang atau melintang.
Proses memindahkan informasi geometrik dari bidang lengkung
(bola/ellipsoidal) ke bidang datar melalui bidang perantara
(bidang datar, kerucut, silinder).
Sistem besaran sudut yang menyajikan sudut satu putaran =
2 radian. = 22/7 = 3,14
Random Acces Memory. Bagian dalam komputer yang
digunakan sebagai tempat menyimpan dan memroses fungsifungsi matematis untuk sementara waktu.
Penyajian peta atau gambar secara digital menggunakan unit-unit
terkecil berbentuk bujur sangkar. Ketelitian unit-unit terkecil
dinamakan dengan resolusi.
Penginderaan jauh. Pemetaan bentuk permukaan bumi
menggunakan satelit buatan dengan ketinggian tertentu yang
direkam secara digital dengan ukuran-ukuran kotak tertentu yang
dinamakan pixel.
Salah satu metode pengukuran beda tinggi dengan menggunakan
2 alat sipat datar dan rambunya yang dipisahkan oleh halangan
alam berupa sungai atau lembah dan dilakukan bolak-balik untuk
meningkatkan ketelitian hasil pengukuran.
Sipat datar optis tipe reversi yang teropongnya dapat diputar
pada sumbu mekanis dan disangga oleh bagian tengah yang
mempunyai sumbu tegak.
Perubahan posisi suatu objek karena diputar pada suatu sumbu
putar tertentu.

B-5

Lampiran : B

Sarrus

Scanner

Sentisimal

Simetris
Sinus

:
:

Skala

Softcopy
Software
Stadia

:
:
:

Statif
Tachymetri

:
:

Tangen

Tilting level

TM-3

Topografi

Total Station

Trace

Transit

Transversal

Triangulasi

Triangulaterasi

Tribach
Trigonometri

:
:

Trilaterasi

Orang yang menemukan rumusan perhitungan luas dengan nilainilai koordinat batas kurva.
Alat yang mengubah gambar-gambar atau peta-peta analog
Menjadi gambar-gambar/peta-peta digital dengan cara
mengkilas.
Sistem besaran sudut yang menyajikan sudut dengan sebutan grid,
centigrid, centicentigrid. Satu putaran = 400g, 1g=100c, 1c=100cc.
Bagian yang dibagi sama besar oleh suatu garis diagonal.
Besar sudut yang dihitung dari perbandingan sisi muka terhadap
sisi miring.
Nilai perbandingan besaran jarak atau luas di atas kertas terhadap
jarak dan luas di lapangan.
Dokumentasi peta-peta digital dalam bentuk file-file digital.
Perangkat lunak computer untuk berbagai macam kepentingan.
Benang tipis berwarna hitam yang tampak di dalam teropong
alat.
Kaki tiga untuk menyangga alat waterpass atau theodolite optis.
Metode pengukuran titik-titik detail menggunakan alat theodolite
yang diikatkan pada pengukuran kerangka dasar vertikal dan
horisontal.
Besar sudut yang dihitung dari perbandingan sisi muka terhadap
sisi miring.
Sipat datar optis tipe jungkit yang sumbu tegak dan teropong
Dihubungkan dengan engsel dan sekrup pengungkit.
Sistem proyeksi Universal Transverse Mercator dengan faktor
o
Skala di meridian sentral adalah 0,9999 dan lebar zone = 3 .
Peta yang menyajikan informasi di atas permukaan bumi baik
unsur alam maupun unsur buatan manusia dengan skala sedang
dan kecil.
Alat ukur theodolite yang dilengkapi dengan perangkat elekronis
untuk menentukan koordinat dan ketinggian titik detail secara
otomatis digital menggunakan gelombang elektromagnetis.
Serangkaian garis yang merupakan garis tengah suatu bangunan
(jalan, saluran, jalur lintasan).
Metode koreksi absis dan ordinat pada pengukuran polygon yang
bobotnya adalah perbandingan antara jarak proyeksi pada sumbu
X atau Y terhadap total jarak proyeksi pada sumbu X atau Y.
Proyeksi peta yang sumbu putar buminya tegak lurus
(membentuk sudut 90o) dengan garis normal bidang perantara
(datar, kerucut, silinder).
Serangkaian segitiga yang diukur sudut-sudutnya untuk
Menentukan koordinat titik-titik di lapangan.
Serangkaian segitiga yang diukur sudut-sudut dan jarak-jaraknya di
lapangan untuk menentukan koordinat titik-titik di lapangan.
Penyangga sumbu kesatu dan teropong.
Bagian dari ilmu matematika yang diaplikasikan untuk
Menghitung beda tinggi antara beberapa titik di atas permukaan
bumi yang berkategori bermedan bukit (8%< slope < 40 %).
Serangkaian segitiga yang diukur jarak-jaraknya untuk
Menentukan koordinat titik-titik di lapangan.

B-6

Lampiran : B

Trivet

Unting-unting

UTM

Vektor

Vertikal
Visual
Waterpass

:
:
:

WGS-84

Zenith
Zone

:
:

Bagian terbawah dari alat sipat datar dan theodolite yang dapat
dikuncikan pada
statif.
Bentuk silinder-kerucut terbuat dari kuningan yang digantung di
bawah alat waterpass atau theodolite sebagai penunjuk arah titik
nadir atau pusat bumi yang mewakili titik patok.
Universal Transverse Mercator. Sistem proyeksi peta global yang
memiliki lebar zona 6o sehingga jumlah zona UTM seluruh dunia
adalah 60 zona. Bidang perantara yang digunakan adalah silinder
dengan posisi transversal (sumbu putar bumi tegak lurus
terhadap garis normal silinder), informasi geometrik yang
dipertahankan sama adalah sudut (konform) dan secant.
Penyajian peta atau gambar secara digital menggunakan garis,
titik dan kurva. Ketelitian unit-unit terkecil dinamakan dengan
resolusi.
Garis atau bidang yang menjauhi pusat bumi.
Penglihatan kasat mata.
Alat atau metode yang digunakan untuk mengukur tinggi
garis bidik di atas permukaan bumi yang berkategori bermedan
datar (slope < 8 %).
World Geodetic System tahun 1984, adalah ellipsoid terbaik yang
Memiliki penyimpangan terkecil terhadap geoid (lihat istilah
geoid).
Titik atau garis yang menjauhi pusat bumi dari permukaan bumi.
Kurva yang dibatasi oleh batas-batas dengan kriteria tertentu.

B-7

Lampiran : C

DAFTAR TABEL
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Teks
Ketelitian posisi horizontal (x,y)
titik triangulasi
Tingkat Ketelitian Pengukuran
Sipat Datar
Tingkat Ketelitian Pengukuran
Sipat Datar
Ukuran kertas untuk
penggambaran hasil
pengukuran dan pemetaan
Formulir pengukuran sipat
datar
Formulir pengukuran sipat
datar
Kelas proyeksi peta
Aturan kuadran trigonometris
Cara Sentisimal ke cara
seksagesimal
Cara Sentisimal ke cara radian
Cara seksagesimal ke cara
radian
Cara radian ke cara sentisimal
Cara seksagesimal ke cara
radian
Buku lapangan untuk
pengukuran sudut dengan
repitisi.
Metode perhitungan perbedaan
sudut ganda dan perbedaan
observasi
Arti dari perbedaan sudut
ganda dan perbedaan
observasi.
Buku lapangan sudut vertikal.
Daftar Logaritma
Hitungan dengan cara
logaritma
Hitungan cara logaritma
Ukuran Kertas Seri A
Bacaan sudut
Jarak
Formulir pengukuran poligon 1
Formulir pengukuran poligon 2
Formulir pengukuran poligon 3
Contoh perhitungan garis bujur
ganda
format daftar planimeter tipe 1
format daftar planimeter tipe 2

Hal

No

Teks

14

30
31

60

32

95

33

Formulir pengukuran titik detail


Formulir pengukuran titik detail
posisi 1
Formulir pengukuran titik detail
posisi 2
Formulir pengukuran titik detail
posisi 3
Formulir pengukuran titik detail
posisi 4
Formulir pengukuran titik detail
posisi 5
Formulir pengukuran titik detail
posisi 6
Formulir pengukuran titik detail
posisi 7
Formulir pengukuran titik detail
posisi 8
Bentuk muka tanah dan
interval kontur.
Tabel perhitungan galian dan
timbunan
Daftar load factor dan
procentage swell dan berat dari
berbagai bahan
Daftar load factor dan
procentage swell dan berat dari
berbagai bahan
Keunggulan dan kekurangan
pemetaan digital dengan
konvensional
Contoh keterangan warna
gambar
Keterangan koordinat
Kelebihan dan kekurangan
pekerjaan GIS dengan
manual/pemetaan Digital
Pendigitasian Konvensional di
banding pendigitasian GPS
Beberapa fungsi tetangga
sederhana
Perbandingan Bentuk Data
Raster dan Vektor

107
114
115
122
139
147
148
149
150

34
35
36
37
38
39
40
41

151
42
183
43
183
44
184
184
200

45
46

204
225
276
280
280
296
297
298

47
48
49

Hal
366
367
368
369
370
371
372
373
374
382
422
424
425
435
458
458
470
486
497
499

312
319
319

C-1

Lampiran : D

DAFTAR GAMBAR
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Teks
Anggapan bumi
Ellipsoidal bumi
Aplikasi pekerjaan
pemetaan pada
bidang teknik sipil
Staking out
Pengukuran sipat datar optis
Alat sipat datar
Pita ukur
Rambu ukur
Statif
Barometris
Pengukuran Trigonometris
Pengukuran poligon
Jaring-jaring segitiga
Pengukuran pengikatan ke
muka
Pengukuran collins
Pengukuran cassini
Macam macam sextant
Alat pembuat sudut siku cermin
Prisma bauernfiend
Jalon
Pita ukur
Pengukuran titik detail
tachymetri
Diagram alir pengantar survei
dan pemetaan
Kesalahan pembacaan rambu
Pengukuran sipat datar
Prosedur Pemindahan Rambu
Kesalahan Kemiringan Rambu
Pengaruh kelengkungan bumi
Kesalahan kasar sipat datar
Kesalahan Sumbu Vertikal
Pengaruh kesalahan kompas
theodolite
Sket perjalanan
Gambar Kesalahan Hasil
Survei
Kesalahan karena penurunan
alat
Pembacaan pada rambu I
Pembacaan pada rambu II

Hal
2
3
6
6
7
9
9
9
9
10
10
12
15
16
17
18
18
19
19
19
19
21
22
26
27
27
28
29
30
31
36
37
37
39
40
41

No

Teks

Hal

37
38
39
40
41
42
43
44

Kesalahan Skala Nol Rambu


Bukan rambu standar
Sipat Datar di Suatu Slag
Rambu miring
Kelengkungan bumi
Kelengkungan bumi
Refraksi atmosfir
Model diagram alir teori
kesalahan
Pengukuran sipat datar optis
Keterangan pengukuran sipat
datar
Cara tinggi garis bidik
Cara kedua pesawat di tengahtengah
Keterangan cara ketiga
Cotoh pengukuran resiprokal
Sipat datar tipe jungkit
Contoh pengukuran resiprokal
Dumpy level
Tipe reversi
Dua macam tilting level
Bagian-bagian dari tilting level
Instrumen sipat datar otomatis
Bagian-bagian dari sipat datar
otomatis
Rambu ukur
Contoh pengukuran
trigonometris
Gambar koreksi trigonometris
Bagian-bagian barometer
Barometer
Pengukuran tunggal
Pengukuran simultan
Model diagram alir pengukuran
kerangka dasar vertikal
Proses pengukuran
Arah pengukuran
Alat sipat datar
Rambu ukur
Cara menggunakan rambu
ukur di lapangan
Statif
Unting-unting
Patok kayu dan beton/ besi
Pita ukur
Payung

42
43
47
54
55
55
56

45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76

57
61
63
63
65
65
67
67
68
72
73
74
75
76
76
78
79
80
81
82
84
85
87
91
91
92
92
93
93
93
94
94
94

D-1

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

Hal

77
78
79

Cat dan kuas


Pengukuran sipat datar
Pengukuran sipat datar rambu
ganda
Pengukuran sipat datar di luar
slag rambu
Pengukuran sipat datar dua
rambu
Pengukuran sipat datar
menurun
Pengukuran sipat datar menaik
Pengukuran sipat datar tinggi
bangunan
Pembagian kertas seri A
Pengukuran kerangka dasar
vertikal
Diagram alir pengukuran sipat
datar kerangka dasar vertikal
Jenis bidang proyeksi dan
kedudukannya terhadap
bidang datum
Geometri elipsoid.
Rhumbline atau loxodrome
menghubungkan titik-titik
Oorthodrome dan loxodrome
pada proyeksi gnomonis dan
proyeksi mercator.
Proyeksi kerucut: bidang datum
dan bidang proyeksi.
Proyeksi polyeder: bidang
datum dan bidang proyeksi.
Lembar proyeksi peta polyeder
di bagian lintang utara dan
lintang selatan
Konvergensi meridian pada
proyeksi polyeder.
Kedudukan bidang proyeksi
silinder terhadap bola bumi
pada proyeksi UTM
Proyeksi dari bidang datum ke
bidang proyeksi.
Pembagian zone global pada
proyeksi UTM.
Konvergensi meridian pada
proyeksi UTM
Sistem koordinat proyeksi peta
UTM.
Grafik faktor skala proyeksi
peta UTM
Peta kota Bandung
Peta Geologi

95
98

104
105
106
107
108
109
110
111
112
113

Peta statistik
Peta sungai
Peta jaringan
Peta dunia
Sistem koordinat geografis
Bumi sebagai spheroid.
Sudut jurusan
Aturan kuadran geometris
Aturan kuadran trigonometris
Model diagram alir sistem
koordinat proyeksi peta dan
aturan kuadran
Pembacan derajat
Pembacaan grade
Pembacaan menit
Pembacaan centigrade
Sudut jurusan
Sudut miring
Cara pembacaan sudut
mendatar dan sudut miring
Arah sudut zenith (sudut
miring).
Theodolite T0 Wild
Theodolite
Metode untuk menentukan
arah titik A.
Metode untuk menentukan
arah titik A dan titik B.
Theodolite (tipe sumbu ganda)
Theodolite (tipe sumbu
tunggal)
Sistem lensa teleskop
Penyimpangan kromatik
Penyimpangan speris
Diafragma (benang silang)
Tipe benang silang
Pembidik Ramsden
Teleskop pengfokus dalam
Niveau tabung batangan
Niveau tabung bundar.
Hubungan antara gerakan
gelembung dan inklinasi.
Berbagai macam lingkaran
graduasi.
Vernir langsung.
Pembacaan vernir langsung
Pembacaan vernir mundur
20,7.

134
134
135
135
138
138
140
140
140

80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103

99
100
101
101
102
102
107
116
117
123
124
124
124
125
125

114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127

126
126
128
129
129
130
131
131
133
133

128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141

141
155
155
155
155
156
156
156
157
158
159
160
160
162
162
162
164
164
164
164
165
165
166
166
167
168
168
168
168

D-2

Lampiran : D

No

Teks

142

Pembacaan berbagai macam


vernir.
Sistem optis theodolite untuk
mikrometer skala.
Pembacaan mikrometer skala
Sistem optis mikrometer tipe
berhimpit.
Contoh pembacaan mikrometer
tipe berhimpit.
Sistem optis theodolite dengan
pembacaan tipe berhimpit
Alat penyipat datar speris.
Alat penyipat datar dengan
sentral bulat.
Unting-unting
Alat penegak optis
Kesalahan sumbu kolimasi.
Kesalahan sumbu horizontal
Kesalahan sumbu vertikal.
Kesalahan eksentris.
Kesalahan luar.
Penyetelan sekrup-sekrup
penyipat datar
Penyetelan benang silang
(Inklinasi).
Penyetelan benang silang
(Penyetelan garis longitudinal).
Penyetelan sumbu horizontal.
Pengukuran sudut tunggal.
Metode arah
Metode sudut.
Koreksi otomatis untuk sudut
elevasi
Metode pengukuran sudut
vertikal (1).
Metode observasi sudut
vertikal (2).
Metode observasi sudut
vertikal (3).
Diagram alir macam sistem
besaran sudut
Pengukuran Jarak
Lokasi Patok
Spedometer
Pembagian kuadran azimuth
Azimuth Matahari
Pengikatan Kemuka
Pengikatan ke muka

143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175

Hal

No

Teks

Hal

169

176
177
178

Pengikatan ke muka
Pengikatan ke muka
Model Diagram Alir Jarak,
Azimuth dan Pengikatan Ke
Muka
Kondisi alam yang dapat
dilakukan cara pengikatan
ke muka
Kondisi alam yang dapat
dilakukan cara pengikatan ke
belakang
Pengikatan ke muka
Pengikatan ke belakang
Tampak atas permukaan bumi
Pengukuran yang terpisah
sungai
Alat Theodolite
Rambu ukur
Statif
Unting-unting
Contoh lokasi pengukuran
Penentuan titik A,B,C dan P
Pemasangan Theodolite di titik
P
Penentuan sudut mendatar
Pemasangan statif
Pengaturan pembidikan
theodolite
Penentuan titik penolong
Collins
Besar sudut dan
Garis bantu metode Collins
Penentuan koordinat H dari titik
A
Menentukan sudut ah
Menentukan rumus dah
Penentuan koordinat H dari titik
B
Menentukan sudut bh

202
203

169
169

179
170
170
170
171
171
172
172
172
174
174
175
175
176
177
177
178
179
182
183
183
185
185
185
186
189
190
191
193
196
198
199

180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208

Menentukan rumus dbh


Penentuan koordinat P dari titik
A
Menentukan sudut ap
Menentukan sudut
Menentukan rumus dap
Penentuan koordinat P dari titik
B

205
208
208
209
209
210
210
211
212
212
212
212
213
213
213
214
214
215
216
217
217
217
218
218
218
219
219
219
219
220
220

D-3

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

Hal

209
210
211

Menentukan sudut bp
Menentukan rumus dbp
Cara Pengikatan ke belakang
metode Collins
Menentukan besar sudut dan

Menentukan koordinat titik


penolong Collins
Menentukan titik P
Menentukan koordinat titik A,B
dan C pada kertas grafik
Garis yang dibentuk sudut
dan
Pemasangan transparansi
pada kertas grafik
Model diagram alir cara
pengikatan ke belakang
metode collins
Pengukuran di daerah tebing
Pengukuran di daerah jurang
Pengukuran terpisah jurang
Pengikatan ke belakang
metode Collins
Pengikatan ke belakang
metode Cassini
Theodolite
Rambu ukur
Statif
Unting-unting
Pengukuran sudut dan di
lapangan.
Lingkaran yang
menghubungkan titik A, B, R
dan P.
Lingkaran yang
menghubungkan titik B, C, S
dan P.
Cara pengikatan ke belakang
metode Cassini
Menentukan dar
Menentukan ar
Menentukan das
Menentukan as
Penentuan koordinat titik A, B
dan C.
Menentukan sudut 900 dan
0
90 -
Penentuan titik R dan S
Penarikan garis dari titik R ke S

220
220

240
241

Penentuan titik P
Model diagram alir cara
pengikatan ke belakang
metode cassini
Poligon terbuka
Poligon tertutup
Poligon bercabang
Poligon kombinasi
Poligon terbuka tanpa ikatan
Poligon Terbuka Salah Satu
Ujung terikat Azimuth
Poligon Terbuka Salah Satu
Ujung Terikat Koordinat
Poligon Terbuka Salah Satu
UjungTerikat Azimuth dan
Koordinat
Poligon Terbuka Kedua Ujung
Terikat Azimuth
Poligon terbuka, salah satu
ujung terikat azimuth
sedangkan sudut lainnya
terikat koordinat
Poligon Terbuka Kedua Ujung
Terikat Koordinat
Poligon Terbuka Salah Satu
Ujung Terikat Koordinat dan
Azimutk Sedangkan Yang Lain
Hanya Terikat Azimuth
Poligon Terbuka Salah Satu
Ujung Terikat Azimuth dan
Koordinat Sedangkan Ujung
Lain Hanya Terikat Koordinat
Poligon Terbuka Kedua Ujung
Terikat Azimuth dan Koordinat
Poligon Tertutup
Topcon Total Station-233N
Statif
Unting-Unting
Patok Beton atau Besi
Rambu Ukur
Payung
Pita Ukur
Formulir dan alat tulis
Benang
Nivo Kotak
Nivo tabung
Nivo tabung
Jalon Di Atas Patok

248

212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239

222

229

242
243
244
245
246
247

229

248

229

249

230
233
233
234

250

235

252

235
236
236
236
237

253

228
228
228

251

254

238
255
238
239
239
240
240
241
241
248
248
248
248

256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269

249
255
255
255
256
256
257
257
258
259

259
260

261

262
263
263
265
265
266
266
267
267
267
268
268
269
269
269
271

D-4

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

270
271
272
273
274

Penempatan Rambu Ukur


Penempatan Unting-Unting
Pembagian Kertas Seri A
Skala Grafis
Situasi titik-titik KDH poligon
tertutup metode transit
Situasi titik-titik KDH poligon
tertutup metode bowdith
Situasi lapangan metode transit
Situasi lapangan metode
Bowditch
Model Diagram Alir kerangka
dasar horizontal metode
poligon
Metode diagonal dan tegak
lurus
Metode trapesium
Offset dengan interval tidak
tetap
Offset sentral
Metoda simpson
Metoda 3/8 simpson
Garis bujur ganda pada poligon
metode koordinat tegak lurus
Metode koordinat tegak lurus
Metode kisi-kisi
Metode lajur
Planimeter fixed index model
Sliding bar mode dengan skrup
penghalus
Sliding bar mode tanpa skrup
penghalus
Pembacaan noneus model 1
dan 2
Bacaan roda pengukur
Penempatan planimeter
Gambar kerja
Gambar pengukuran peta
dengan planimeter liding bar
model yang tidak dilengkapi
zero setting (pole weight/diluar
kutub)
Hasil bacaan positif
Hasil bacaan negatif
Pengukuran luas peta pole
weight (pemberat kutup) di
dalam peta
Pengukuran luas peta pole
weight dalam peta

271
272
276
277

301

299

303

300
301

304

Pembagian luas yang sama


dengan garis lurus sejajar
salah satu segitiga
Pembagian luas yang sama
dengan garis lurus melalui
sudut puncak segitiga
Pembagian dengan
perbandingan a : b : c
Pembagian dengan
perbandingan m : n oleh suatu
garis lurus melalui salah satu
sudut segiempat
Pembagian dengan garis lurus
sejajar dengan trapesium
Pembagian suatu poligon
Penentuan garis batas
Perubahan segi empat menjadi
trapesium
Pengurangan jumlah sisi
polygon tanpa merubah luas
Perubahan garis batas yang
berliku-liku menjadi garis lurus
Perubahan garis batas
lengkung menjadi garis lurus
Posisi start yang harus di klik
Start all Program autocad
2000
Worksheet autocad 2000
Open file
Open file
Gambar penampang yang
akan dihitung Luasnya
Klik poin untuk menghitung
luas
Klik poin untuik menghitung
luas
Diagram alir perhitungan luas
Prinsip tachymetri
Sipat datar optis luas
Pengukuran sipat datar luas
Tripod pengukuran vertikal
Theodolite Topcon
Statif
Unting-unting
Jalon di atas patok
Pita ukur
Rambu ukur
Payung
Formulir Ukur

275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296

297
298
299
300

302

302
305
303
307
308
309
309
309
310
311
312
313
313
314

306
307
308
309
310
311
312
313

315

314
315
316
317

316

318

317
318
321
321

319

322
323
324
325
327

320
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332

Hal

327
328
328

328
328
329
330
330
330
331
331
331
331
332
332
332
332
333
333
334
339
341
350
350
353
353
353
354
354
354
354
354

D-5

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

333
334
335
336

Cat dan Kuas


Benang
Segitiga O BT O
Pengukuran titik detail
tachymetri
Theodolit T0 wild
Siteplan pengukuran titik detail
tachymetri
Kontur tempat pengukuran titik
detail tachymetri
Pengukuran titik detail
tachymetri dengan garis kontur
1
Pengukuran titik detail
tachymetri dengan garis kontur
2
Diagram alir Pengukuran titiktitik detail metode tachymetri
Pembentukan garis kontur
dengan membuat proyeksi
tegak garis perpotongan
bidang mendatar dengan
permukaan bumi.
Penggambaran kontur
Kerapatan garis kontur pada
daerah curam dan daerah
landai
Garis kontur pada daerah
sangat curam.
Garis kontur pada curah dan
punggung bukit.
Garis kontur pada bukit dan
cekungan
Kemiringan tanah dan kontur
gradient
Potongan memanjang dari
potongan garis kontur
Bentuk, luas dan volume
daerah genangan berdasarkan
garis kontur.
Rute dengan kelandaian
tertentu.
Titik ketinggian sama
berdasarkan garis kontur
Garis kontur dan titik ketinggian
Pengukuran kontur pola spot
level dan pola grid.
Pengukuran kontur pola radial.
Pengukuran kontur cara
langsung
Interpolasi kontur cara taksiran

355
355
358

359

Letak garis pantai dan garis


kontur 1m
Perubahan garis pantai dan
garis kontur sesudah kenaikan
muka air laut.
Garis kontur lembah,
punggungan dan perbukitan
yang memanjang.
Plateau
Saddle
Pass
Menggambar penampang
Kotak dialog persiapan Surfer
Peta tiga dimensi
Peta kontur dalam bentuk dua
dimensi.
Lembar worksheet.
Data XYZ dalam koordinat
kartesian
Data XYZ dalam koordinat
decimal degrees.
Jendela editor menampilkan
hasil perhitungan volume.
Jendela GS scripter
Simbolisasi pada peta kontur
dalam surfer.
Peta kontur dengan kontur
interval I.
Peta kontur dengan interval 3
Gambar peta kontur dan model
3D.
Overlay peta kontur dengan
model 3D
Base map foto udara.
Alur garis besar pekerjaan
pada surfer.
Lembar plot surfer.
Obyek melalui digitasi.
Model diagram alir garis kontur,
sifat dan interpolasinya
Sipat datar melintang
Tongkat sounding
Potongan tipikal jalan
Contoh penampang galian dan
timbunan
Meteran gulung
Pesawat theodolit
Jalon

337
338
339
340
341
342
343

344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358

359
361
362
363
364
365
375

360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371

378
379
380
380

372
373
374
375

381

376
377

381

378

382

379
380

383
383
383
384
384
385
385
386
387

381
382
383
384
385
387
388
389
390
391

Hal

389
389
390
391
391
391
393
394
395
395
396
396
397
397
398
399
399
400
401
401
402
402
403
404
405
410
410
411
412
413
413
413

D-6

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

392
393
394

Rambu ukur
Stake out pada bidang datar
Stake out pada bidang yang
berbeda ketinggian
Stake out beberapa titik
sekaligus
Volume cara potongan
melintang rata-rata
Volume cara jarak rata-rata
Volume cara prisma
Volume cara piramida kotak
Volume cara dasar sama bujur
sangkar
Volume cara dasar sama
segitiga
volume cara kontur
Penampang melintang jalan
ragam 1
Penampang melintang jalan
ragam 2
Penampang melintang jalan
ragam 3
Penampang trapesium
Penampang timbunan
Koordinat luas penampang
Volume trapesium
Penampang galian
Penampang timbunan
Penampang galian dan
timbunan
Penampang melintang galian
dan timbunan
Diagram alir perhitungan galian
dan timbunan
Perangkat keras
Perangkat keras Scanner
Peta lokasi
Beberapa hasil pemetaan
digital, yang dilakukan oleh
Bakosurtanal
Salah satu alat yang dipakai
dalam GPS type NJ 13
Hasil Foto Udara yang
dilakukan di daerah Nangroe
Aceh Darussalam yang
dilakukan pasca Tsunami,
untuk keperluan Infrastruktur
Rehabilitasi dan Konstruksi

413
413

421

Hasil Foto Udara yang


dilakukan di daerah Nangroe
Aceh Darussalam yang
dilakukan pasca Tsunami,
untuk keperluan Infrastruktur
Rehabilitasi dan Konstruksi
Contoh Hasil pemetaan Digital
Menggunakan AutoCAD
Contoh : Hasil pemetaan
Digital Menggunakan AutoCAD
Hasil pemetaan Digital
Menggunakan AutoCAD
Hasil pemetaan Digital
Menggunakan AutoCAD
Tampilan auto cad
Current pointing device
Grid untuk pengujian digitizer
Grid untuk peta skala 1:25.000.
Bingkai peta dan grid UTM per
1000 m
Digitasi jalan arteri dan jalan
lokal, (a) peta asli, (b) hasil
digitasi jalan, kotak kecil adalah
vertex (tampil saat objek
terpilih).
Perbesaran dan perkecilan
Model Digram Alir Pemetaan
Digital
Contoh : Penggunaan
Komputer dalam Pembuatan
Peta
Contoh : Penggunaan
Komputer dalam Pembuatan
Peta
Komputer sebagai fasilitas
pembuat peta
Foto udara suatu kawasan
Contoh : Peta udara Daerah
Propinsi Aceh
Data grafis mempunyai tiga
elemen : titik (node), garis (arc)
dan luasan (poligon)
Peta pemuktahiran pasca
bencana tsunami
Komponen utama SIG
Perangkat keras
Perangkat keras keyboard
Perangkat keras CPU
Perangkat keras Scanner

395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
416
417
418
419
420

414
414
415
415
416
416
416
416
417
421
421
422
425
426
426
427
428
429
430

422
423
424
425
426
427
428
429
430
431

432
433
434
435

431
432
436
436
441

436
437
438
439

442
443

444

440
441
442
443
444
445

Hal

445
453
453
454
454
455
456
457
459
460

461
462
466
470
470
471
471
471
472
472
474
474
475
475
475

D-7

Lampiran : D

No

Teks

Hal

No

Teks

Hal

446
447
448

Perangkat keras monitor


Perangkat keras mouse
Peta arahan pengembangan
komoditas pertanian kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat
Peta Citra radar Tanjung
Perak, Surabaya
Peta hasil foto udara daerah
Nangroe Aceh Darussalam
Pasca Tsunami
NPS360 for robotic Total
Station
NK10 Set Holder dan Prisma
Canister
NK12 Set Holder dan Prisma
NK19 Set
GPS type NL 10
GPS type NL 14 fixed adapter
GPS type NJ 10 with optical
plummet
GPS type NK 12 Croth single
prism Holder Offset : 0 mm
GPS type CPH 1 A Leica
Single Prism Holder Offset : 0
mm
Peta digitasi kota Bandung
tentang perkiraan daerah
rawan banjir
Peta hasil analisa SPM
(Suspended Particular Matter)
Peta prakiraan awal musim
kemarau tahun 2007 di daerah
Jawa
Peta kedalaman tanah efektif di
daerah jawa barat Bandung
Peta Curah hujan di daerah
Jawa Barat-Bandung
Peta Pemisahan Data vertikal
dipakai untuk penunjukan
kawasan hutan dan perairan
Indonesia

475
475

466

Peta Vegetasi Indonesia


(Tahun 2004)
Peta perubahan penutupan
lahan pulau Kalimantan
Peta infrastruktur di daerah
Nangreo Aceh Darussalam
Garis interpolasi hasil program
Surfer
Garis kontur hasil interpolasi
Interpolasi Kontur cara taksiran
Mapinfo GIS
Model Diagram Alir Sistem
Informasi Geografis

492

449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461
462
463
464
465

467

478

468

478

469

479
479
479
479
479
480
480

470
471
472
473

492
494
505
505
506
507
508

480
480
480
481
481
481
490
490

491

D-8

Anda mungkin juga menyukai