SAMARINDA
GOLDEN PRIMA - JALAN DWIKORA KECAMATAN SAMARINDA
SEBERANG KOTA SAMARINDA
STA 6+500 S/D 9+500
OLEH:
ANGGI PANGESTU RAHAYU
15 643 025
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan
Pengukuran Kerja Proyek I daerah PT. Samarinda Golden Prima s.d. Jl. Dwikora,
Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang, Samarinda, Kalimantan
Timur” dapat terselesaikan dengan baik, meski jauh dari kata sempurna.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Laporan Kerja Proyek 1 .......................................................................................... i
Ilmu Pengukuran dan Pemetaan merupakan hal yang penting dalam bidang
teknik sipil, khususnya dalam pembuatan peta situasi. Dalam setiap
perencanaan bangunan hampir semua perencana menggunakan ilmu ini dan
diterapkan sebagai studi awal untuk pembuatan peta situasi dalam memulai
tahap perencanaan.
1
2
Salah satu syarat mata kuliah Kerja Proyek 1 (KP 1) Jurusan Teknik Sipil
Program Studi Rekayasa Jalan dan Jembatan Politeknik Negeri Samarinda
adalah melaksanakan pengukuran topografi. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan data mengenai lahan tersebut yang nantinya akan digunakan
dalam perencanaan geometrik jalan. Lokasi yang dipilih untuk melakukan
praktek KP 1 adalah ruas jalan PT. Samarinda Golden Prima s/d Jl. Dwikora,
Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang, Samarinda, Kalimantan
Timur.
Ilmu ukur tanah adalah suatu cabang dari keilmuan Geodesi yang khusus
mempelajari sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan
pengukuran (surveying) guna mendapatkan hasil akhir yakni sebuah peta.
Pengukuran ini dilakukan terhadap detil-detil alam maupun buatan manusia
meliputi posisi horizontal (x, y) dan posisi secara vertikal (z).
- Merupakan bank data yang meliputi informasi tata guna lahan dan sumber
daya alam untuk pengelolaan lingkungan hidup,
- Menentukan fakta tentang ukuran, bentuk, gaya berat dan medan magnet
bumi, serta
20
17
Semua itu diperlukan pengukuran tanah yang hasilnya berupa peta untuk
perencanaan. Agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan, maka pengukuran
harus dilakukan secara benar, tepat dan akurat.
Survei dapat didefinisikan sebagai sebuah ilmu, seni dan teknologi untuk
menentuan posisi relatif, titik di atas, atau di bawah permukaan bumi. Dalam
arti yang lebih umum, survey didefenisikan sebuah disiplin ilmu yang meliputi
semua metode mengukur dan mengumpulkan informasi tentang fisik bumi dan
lingkungan, pengolahan informasi, dan menyebarluaskan berbagai produk yang
dihasilkan untuk berbagai kebutuhan.
Survei memiliki peran yang sangat penting sejak awal peradaban manusia.
Diawali dengan melakukan pengukuran dan menandai batas-batas pada tanah-
tanah pribadi. Dengan berlalunya waktu, kepentingan akan bidang survei terus
meningkat dengan meningkatnya permintaan untuk berbagai peta dan jenis
spasial terkait informasi lainnya dan memperluas kebutuhan untuk menetapkan
garis yang akurat dan untuk membantu proyek konstruksi.
2.1.2 Poligon
Metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak
titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan
pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik
(poligon). Dapat disimpulkan bahwa poligon adalah serangkaian garis
berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran di
lapangan.
1. Poligon terbuka
Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya
merupakan titik yang berlainan (tidak bertemu pada satu titik). Pengukuran
poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan, sungai, maupun
irigasi.
19
Dengan :
1, 2, . . . , 6 = titik tetap
β 1, β 2, β 3, β 4 = sudut
2. Poligon tertutup
Dengan :
Β = besarnya sudut
1, 2, . . . , 5 = titik tetap
2.1.3 Peta
Peta adalah gambaran dari detail yang ada di permukaan bumi yang
dipresentasikan di atas bidang datar. Jenis peta dapat di golongkan atas dasar
skala dan maksud penggunaannya.
d. Peta teknis maupun peta topografi sangat penting artinya bagi keperluan
perencanaan (rekayasa) terutama di bidang teknik sipil dan planologi
maupun Arsitektur.
a. Peta Geologi
c. Peta Iklim
d. Peta Hidrografi
f. Peta Kependudukan
j. Peta Kadaster
2.1.4 Topografi
Sifat-sifat garis kontur pada peta topografi antara lain sebagai berikut:
Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara
umum menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan
garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan
juga termasuk bagian dari objek studi ini.
23
2.1.5 Kontur
Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi
tentang tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan
variasi ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis
kontur (contour-line). Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-
titik dengan ketinggian sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches,
garis tinggi dan garis lengkung horisontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis
kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m
terhadap referensi tinggi tertentu.
- Metode Terestris
Pada dasamya pemetaan topografi ini terbagi atas tiga macam pekerjaan,
yaitu pengukuran topografi, pengolahan data hasil pengukuran dan penyajian
data. Dalam metode terestris ini, semua pekerjaan pegukuran topografi
dilakukan dilapangan dengan menggunakan peralatan ukur seperti: Theodolit,
waterpass, alat ukur jarak, serta peralatan modem lainnya (GPS, total station
dan lainya). Didalam pemetaan, titik-titik di muka bumi dikelompokkan
menjadi dua kelompok, yaitu titik-titik kerangka dasar (titik utama) dan
kelompok titik detil, sehingga dapat digambarkan diatas bidang datar dalam
skala tertentu. Titik-titik kerangka dasar adalah sejumlah titik yang di buat dan
di pasang di lapangan (dengan tanda pengenal patok kayu) yang merupakan
kerangka dasar pemetaan dengan fungsi sebagai titik pengikat pengukuran
titik-titik detail, serta pengontrol pengukuran titik-titik lainnya. Titik-titik detail
adalah titik-titik yang ada di lapangan yang merupakan antara lain titik-titik
pojok bangunan, titik-titik batas tanah, titik-titik sepanjang pinggiran jalan
serta titik-titik lain yang letak dan kerapatannya ditentukan untuk
menggambarkan bentuk dari permukaan tanah.
terhadap target atau objek yang terletak di permukaan bumi. Proses pembuatan
peta secara umum dengan metode terestris bisa dikelompokkan menjadi tiga
proses utama, yaitu:
1. Pengukuran topografi
3. Penyajian data
Penyajian data yaitu menjadikan data yang sudah diolah bisa digunakan
untuk sumber informasi maupun pengambilan keputusan. Data yang sudah
diolah digambar pada software seperti AutoCAD Land Desktop 2009.
2.3 Koordinat
Pengukuran koordinat dimulai pada titik awal atau patok awal (P1) yang
berada di Simpang PT. Samarinda Golden Prima – Proyek Jalan Tol Seksi IV.
- X : 100
- Y : 100
- Z : 100
26
DCP adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya dukung tanah dasar
jalan yang dilakukan langung di tempat. Perhitungan pengolahan hasil
pengujian DCP dilapangan dilakukan dengan cara mengukur seberapa dalam
(mm) ujung konus masuk ke dalam tanah dasar, setelah mendapat tumbukan
palu geser pada landasan batang utamanya.
Koreksi antara banyaknya tumbukan dan penetrasi ujung konus dari alat
DCP kedalaman tanah akan memberi gambaran kekuatan tanah dasar pada titik-
titik tertentu. Makin dalam konus yang masuk untuk tiap tumbukan, artinya
makin lunak tanah dasar tersebut. Pengujian dengan menggunakan alat DCP
akan menghasilkan data yang setelah diolah akan mengasilkan CBR lapangan
tanah pada titik yang ditinjau.
3. Rambu Ukur
4. Rol Meter
5. Payung
27
9. Palu
3. Perhitungan CBR
3
Ʃ ℎ3 √𝐶𝐵𝑅
Nilai CBR Titik Pengamatan = [Ʃ 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑃𝑅]
28
- BB = Benang Bawah
-α = Sudut Vertikal
Beda Tinggi = Tinggi Alat + (Jarak Optis × tan ((90 ̊ - α) / 180 × π)) – BT
-α = Sudut Vertikal
4. Perhitungan Azimut
5. Perhitungan Ordinat
6. Koordinat X
7. Koordinat Y
3. Memberi keterangan STA sesuai urutan pada patok yang telah dipasang
misalnya P1 STA 0+000, P2 STA 0+050, P3 STA 0+100 dan seterusnya.
7. Pada titik awal (P1), mencari arah utara dengan kompas yang didirikan di
atas alat theodolite, kemudian memberi tanda pada arah utara dan
melakukan set 0 pada arah utara
8. Memutar alat searah jarum jam lalu membidik ke titik selanjutnya (P2)
untuk mendapat sudut horizontal azimuth.
9. Kemudian mendirikan rambu ukur pada titik tersebut dengan tegak lurus
11. Membuka kunci sekrup penggerak halus horizontal dan vertikal, kemudian
mendirikan rambu di tempat yang dianggap perlu untuk pengambilan titik-
titik detail sejauh ±50m kanan dan kiri dari tempat alat berdiri (daerah yang
31
12. Membuat sket yang menggambarkan letak alat dan letak titik detail yang
diambil beserta keterangan-keterangan lain sesuai kenyataan di lapangan
13. Memindahkan alat ke titik kedua (P2), kemudian meenyetel alat dan
mengukur tinggi alat di titik P2
14. Melakukan set 0 pada titik belakang (P1) sebagai backsight, kemudian
membidik ke titik muka (P3), mendirikan rambu ukur pada titik tersebut
dengan tegak lurus
16. Membuka kunci sekrup penggerak halus horizontal dan vertical, kemudian
mendirikan rambu di tempat yang dianggap perlu untuk pengambilan titik-
titik detail sejauh ±50m kanan dan kiri dari tempat alat berdiri (daerah yang
memiliki beda tinggi yang terlihat), kemudian membidik ke rambu lalu
membaca bacaan benang atas, benang tengah, benang bawah, sudut vertikal
dan sudut horizontal
17. Membuat sket yang menggambarkan letak alat dan letak titik detail yang
diambil beserta keterangan-keterangan lain sesuai kenyataan di lapangan
18. Melakukan pengukuran dengan cara yang sama hingga titik-titik berikutnya
pada titik P3 dan seterusnya (STA 10+500)
21. Menggambar peta topografi dari hasil perhitungan yang telah dilakukan.
32
BAB III
DATA DAN PERHITUNGAN
Proyek : KP 1 Titik : 1
= T.1 = 62mm
= 62 – 0
= 62 mm
= 0,50
3. Perhitungan CBR
= 100,5
= 3,14
34
= 62 x 3,141/3
= 90,74
3
Ʃ ℎ3 √𝐶𝐵𝑅
Nilai CBR Titik Pengamatan = [Ʃ 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑃𝑅]
984,81 3
= [418,00]
= 13,08 %
TPSW SudutSudut
Bacaan Benang Keterangan
Tinggi Target Vertikal
Horizontal
Alat Atas Tengah Bawah ° ° ' ' " "
P1 U 0 0 0 Backsight
1,487 P2 1,510 1,270 1,010 89 59 40 70 31 0 Azimuth
A 1,460 1,350 1,240 89 59 40 160 31 0
B 1,030 0,940 0,840 89 59 40 350 31 0
P2 P1 0 0 0 Backsight
1,45 P3 3,150 2,630 2,110 91 52 0 171 2 5
A 2,130 2,030 1,930 87 58 0 261 2 5
B 1,350 1,270 1,170 87 58 0 81 2 5
P3 P2 0 0 0 Backsight
1,53 P4 1,880 1,530 1,280 93 18 40 163 34 5
A 3,910 3,770 3,640 85 11 35 253 35 5
B 1,480 1,300 1,120 86 37 0 73 34 5
P4 P3 0 0 0 Backsight
1,44 P5 2,880 2,670 2,380 90 16 25 189 51 55
A 2,780 2,670 2,560 84 27 55 279 51 55
B 2,340 2,140 1,950 85 51 15 99 51 55
35
P5 P4 0 0 0 Backsight
1,37 P6 1,870 1,630 1,390 92 1 20 170 47 15
A 3,650 3,580 3,520 90 16 15 260 47 15
B 2,460 2,310 2,165 84 5 15 80 47 15
P6 P5 0 0 0 Backsight
1,49 P7 2,370 2,240 2,100 91 52 10 100 31 25
A 2,910 2,820 2,740 87 9 55 161 31 25
B 1,000 0,870 0,750 93 30 30 341 31 25
P7 P6 0 0 0 Backsight
1,49 P8 1,980 1,750 1,520 90 39 0 185 29 0
A 2,980 2,860 2,770 86 39 45 275 29 0
B 1,940 1,840 1,740 88 52 50 95 29 0
P8 P7 0 0 0 Backsight
1,399 P9 2,900 2,650 2,400 88 59 30 181 59 5
A 1,400 1,290 1,180 90 23 5 271 59 5
B 2,490 2,360 2,220 87 54 40 91 59 5
P9 P8 0 0 0 Backsight
1,59 P10 1,830 1,700 1,580 89 1 25 253 48 20
A 1,380 1,250 1,030 87 58 20 343 48 20
B 2,590 2,480 2,370 90 14 0 163 48 20
P10 P9 0 0 0 Backsight
1,395 P11 3,820 3,565 3,320 87 14 55 137 6 15
A 2,390 2,280 2,170 87 14 55 227 6 15
B 2,470 2,360 2,250 86 29 40 47 6 15
P11 P10 0 0 0 Backsight
1,41 P12 1,610 1,365 1,120 90 23 40 149 14 0
A 2,860 2,770 2,680 87 54 20 239 14 0
B 2,620 2,540 2,460 88 14 20 59 14 0
P12 P11 0 0 0 Backsight
1,49 P13 1,460 1,340 1,220 89 55 15 163 10 0
A 1,740 1,660 1,570 89 41 25 253 10 0
B 1,730 1,570 1,400 90 7 35 73 10 0
P13 P12 0 0 0 Backsight
1,477 P14 1,100 0,850 0,600 90 14 55 230 55 55
A 2,300 2,190 2,080 89 34 0 320 53 55
B 1,750 1,650 1,560 90 56 35 140 55 55
P14 P13 0 0 0 Backsight
1,46 P15 1,540 1,420 1,290 89 58 25 231 39 5
A 2,430 2,240 2,060 89 58 25 321 39 5
B 2,600 2,500 2,400 86 24 5 141 39 5
36
Data-data P2 ke P3:
a. Koordinat X : 166,167
b. Koordinat Y : 238,481
c. Elevasi Z : 95,656
= 103,890 m
= -4,566 m
42
= 100,222 + (-4,566)
= 95,656 m
4. Perhitungan Azimut
= 61,551
5. Perhitungan Ordinat
= 91,344
= 49,490
43
6. Koordinat X
= 147,137 + 91,344
= 238,481
7. Koordinat Y
= 116,677 + 49,490
= 16,167
BAB IV
PENGGAMBARAN PETA TOPOGRAFI
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
46
vi
DAFTAR PUSTAKA