Anda di halaman 1dari 36

PENGUKURAN TOPOGRAFI RUAS JALAN PT.

SAMARINDA
GOLDEN PRIMA - JALAN DWIKORA KECAMATAN SAMARINDA
SEBERANG KOTA SAMARINDA
STA 6+500 S/D 9+500

LAPORAN KERJA PROYEK I

OLEH:
ANGGI PANGESTU RAHAYU
15 643 025

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI REKAYASA JALAN DAN JEMBATAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan
Pengukuran Kerja Proyek I daerah PT. Samarinda Golden Prima s.d. Jl. Dwikora,
Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang, Samarinda, Kalimantan
Timur” dapat terselesaikan dengan baik, meski jauh dari kata sempurna.

Laporan ini telah penulis selesaikan dengan sebaik mungkin berkat


kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa masih banyak kekurangan dalam


penulisan laporan ini. Oleh sebab itu, saya mengharapkan masukan-masukan dan
kritik yang membangun sebagai bahan evaluasi guna memperbaiki laporan ini.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan membantu


pembaca dalam mencari referensi tentang pengukuran topografi.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan ini menambah


ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas,
khususnya mahasiswa jurusan teknik sipil maupun yang sebidang.

Samarinda, April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Laporan Kerja Proyek 1 .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1


1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
BAB II DASAR TEORI ....................................................................................... 16

2.1 Pengertian Umum ................................................................................... 16


2.1.1 Survey dan Pemetaan ...................................................................... 17
2.1.2 Poligon ............................................................................................ 18
2.1.3 Peta .................................................................................................. 20
2.1.4 Topografi ......................................................................................... 22
2.1.5 Kontur ............................................................................................. 23
2.2 Metode Pemetaan Topografi .................................................................. 24
2.3 Koordinat ................................................................................................ 25
2.4 Pengujian Dynamic Cone Penetration ................................................... 26
2.5 Alat-Alat yang digunakan ...................................................................... 26
2.6 Rumus Perhitungan ................................................................................ 27
2.7 Langkah Kerja ........................................................................................ 30
BAB III DATA DAN PERHITUNGAN .............................................................. 32

3.1 Data Pengukuran DCP (Dynamic Cone Penetration) ............................ 32


3.2 Contoh Perhitungan DCP (Dynamic Cone Penetration) ........................ 33
3.3 Data Pengukuran Poligon Terbuka ......................................................... 34
3.4 Contoh Perhitungan Poligon Terbuka .................................................... 41
BAB IV PENGGAMBARAN PETA TOPOGRAFI ............................................ 31

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 46

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 46


5.2 Saran ....................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ vi
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital


untuk mempercepat proses pembangunan di Indonesia. Infrastruktur juga
memegang peranan yang penting sebagai penggerak ekonomi di Indonesia. Ini
mengingatkan gerak laju dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak dapat
dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi,
sanitasi, dan energi. Oleh karena itu pembangunan di sektor ini, menjadi fondasi
dari pembangunan infrasruktur di Indonesia.

Pembangunan transportasi juga memerlukan ilmu pengukuran dan


pemetaan, ketersediaan peta menjadi suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan,
terlebih untuk pembangunan fisik. Sebagaimana kemajuan di bidang ilmu
teknologi yang demikian pesat, teknik pemetaan pun sudah sedemikian
berkembang, baik dalam hal teknik pengumpulan data maupun proses
pengolahan dan penyajian baik secara spasial maupun sistem informasi
kebumian lainnya.

Ilmu Pengukuran dan Pemetaan merupakan hal yang penting dalam bidang
teknik sipil, khususnya dalam pembuatan peta situasi. Dalam setiap
perencanaan bangunan hampir semua perencana menggunakan ilmu ini dan
diterapkan sebagai studi awal untuk pembuatan peta situasi dalam memulai
tahap perencanaan.

Dalam pengukuran di lapangan menggunakan peralatan pengukuran,


seperti: teodolit, rambu ukur, pita ukur, dan lain lain. Agar pengukuran dapat
diwujudkan dalam bentuk peta, setelah semua data dihitung, meliputi
perhitungan koordinat (x, y), titik-titik kerangka pemetaan (poligon),
perhitungan ketinggian titik-titik poligon (z), sudut arah dan jarak titik-titik

1
2

detail serta ketinggiannya. Langkah selanjutnya penggambaran dengan garis


kontur.

Salah satu syarat mata kuliah Kerja Proyek 1 (KP 1) Jurusan Teknik Sipil
Program Studi Rekayasa Jalan dan Jembatan Politeknik Negeri Samarinda
adalah melaksanakan pengukuran topografi. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan data mengenai lahan tersebut yang nantinya akan digunakan
dalam perencanaan geometrik jalan. Lokasi yang dipilih untuk melakukan
praktek KP 1 adalah ruas jalan PT. Samarinda Golden Prima s/d Jl. Dwikora,
Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang, Samarinda, Kalimantan
Timur.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pengukuran topografi adalah untuk mendapatkan gambaran


dari keadaan di lapangan sehingga dapat menentukan letak atau kedudukan
suatu tempat (unsur, jarak, sudut) di atas permukaan bumi dalam suatu sistem
koordinat.

Tujuan dari pengukuran topografi adalah sebagai berikut:

a. Mengukur beda tinggi di lapangan

b. Membuat kontur atau peta topografi terbaru dari keadaan permukaan


lahan atau hasil pengukuran di lapangan

c. Menggambarkan profil memanjang (long section) dan profil melintang


(cross section) dari peta topografi sebagai parameter dalam pembuatan
trase jalan dan perhitungan galian dan timbunan.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum

Ilmu ukur tanah adalah suatu cabang dari keilmuan Geodesi yang khusus
mempelajari sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan
pengukuran (surveying) guna mendapatkan hasil akhir yakni sebuah peta.
Pengukuran ini dilakukan terhadap detil-detil alam maupun buatan manusia
meliputi posisi horizontal (x, y) dan posisi secara vertikal (z).

Sedangkan geodesi sendiri mencakup kajian dan pengukuran yang jauh


lebih luas. Bukan hanya sekedar pemetaan dan penentuan posisi di darat namun
juga di udara dan laut untuk berbagai keperluan. Termasuk analisis dan
pengambilan keputusan serta perhitungan perhitungan secara statistik dan
lainnya adalah sedikit dari ranah geodesi dalam pengukuran dan pemetaan.

Pengukuran tanah sangat diperlukan dalam kehidupan modern, terutama


oleh karena hasil-hasilnya dipakai untuk:

- Memetakan bumi (daratan dan perairan),

- Menyiapkan peta navigasi perhubungan darat, laut dan udara,

- Memetakan batas-batas pemilikan tanah baik perorangan maupun


perusahaan dan tanah negara,

- Merupakan bank data yang meliputi informasi tata guna lahan dan sumber
daya alam untuk pengelolaan lingkungan hidup,

- Menentukan fakta tentang ukuran, bentuk, gaya berat dan medan magnet
bumi, serta

- Mempersiapkan peta bulan, planet dan benda angkasa lainnya.

20
17

Didalam bidang teknik sipil sangat memerlukan data pengukuran yang


akurat untuk pembangunan jalan, jembatan, saluran irigasi, lapangan udara,
perhubungan cepat, sistem penyediaan air bersih pengkaplingan tanah
perkotaan, jalur pipa, penambangan, maupun terowongan.

Semua itu diperlukan pengukuran tanah yang hasilnya berupa peta untuk
perencanaan. Agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan, maka pengukuran
harus dilakukan secara benar, tepat dan akurat.

2.1.1 Survey dan Pemetaan

Survei dapat didefinisikan sebagai sebuah ilmu, seni dan teknologi untuk
menentuan posisi relatif, titik di atas, atau di bawah permukaan bumi. Dalam
arti yang lebih umum, survey didefenisikan sebuah disiplin ilmu yang meliputi
semua metode mengukur dan mengumpulkan informasi tentang fisik bumi dan
lingkungan, pengolahan informasi, dan menyebarluaskan berbagai produk yang
dihasilkan untuk berbagai kebutuhan.

Survei memiliki peran yang sangat penting sejak awal peradaban manusia.
Diawali dengan melakukan pengukuran dan menandai batas-batas pada tanah-
tanah pribadi. Dengan berlalunya waktu, kepentingan akan bidang survei terus
meningkat dengan meningkatnya permintaan untuk berbagai peta dan jenis
spasial terkait informasi lainnya dan memperluas kebutuhan untuk menetapkan
garis yang akurat dan untuk membantu proyek konstruksi.

Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran


permukaan bumi (terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau
metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy
peta yang berbentuk vektor maupun raster.
18

2.1.2 Poligon

Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode


pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal untuk memperoleh
koordinat planimetris (X, Y) titik-titik ikat pada suatu pengukuran.

Metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak
titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan
pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik
(poligon). Dapat disimpulkan bahwa poligon adalah serangkaian garis
berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran di
lapangan.

Pengukuran poligon sendiri mempunyai maksud dan tujuan untuk


menentukan letak titik di atas permukaan bumi serta posisi relatif dari titik
lainnya terhadap suatu sistem koordinat tertentu yang dilakukan melalui
pengukuran sudut dan jarak dan dihitung terhadap referensi koordinat tertentu.
Pada penentuan posisi horisontal dengan metode ini, posisi titik yang belum
diketahui koordinatnya ditentukan dari titik yang sudah diketahui koordinatnya
dengan mengukur semua jarak dan sudut dalam poligon.

Berdasar bentuk, poligon dibagi menjadi 2 macam :

1. Poligon terbuka

Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya
merupakan titik yang berlainan (tidak bertemu pada satu titik). Pengukuran
poligon terbuka biasa digunakan untuk mengukur jalan, sungai, maupun
irigasi.
19

Dengan :

1, 2, . . . , 6 = titik tetap

D1-2, . . . , d5-6 = titik yang akan ditentukan koordinatnya

β 1, β 2, β 3, β 4 = sudut

α 1, α 6 = azimuth awal, azimuth akhir

2. Poligon tertutup

Poligon tertutup merupakan metode pengukuran dimana titik akhir


kembali pada titik awal, hingga membentuk segi banyak yang tertutup
secara matematis dan geometris agar memberi ketelitian yang sama atau
dari ketelitian awal. Poligon tertutup memberikan pengecekan pada sudut-
sudut dan jarak-jarak. Poligon tertutup dipakai secaraluas dalam
pengukuran-pengukuran titik kontrol, konstruksi, pemilikan tanah dan
topografi.
20

Dengan :

Β = besarnya sudut

D1-2, . . . , d4-5 = titik yang akan ditentukan koordinatnya

1, 2, . . . , 5 = titik tetap

α 1, α 5 = azimuth awal, azimuth akhir

Pada pengukuran kerja proyek I ini, untuk merencanakan jalan metode


poligon yang digunakan adalah poligon terbuka.

2.1.3 Peta

Peta adalah gambaran dari detail yang ada di permukaan bumi yang
dipresentasikan di atas bidang datar. Jenis peta dapat di golongkan atas dasar
skala dan maksud penggunaannya.

Menurut skalanya peta dapat di bedakan antara lain:

a. Peta Teknis dengan skala kurang dari 1: 10.000


21

b. Peta Topografi dengan skala antara 1: 10.000 s.d. 1: 250.000

c. Peta Geografi dengan skala lebih dari 1: 250.000

d. Peta teknis maupun peta topografi sangat penting artinya bagi keperluan
perencanaan (rekayasa) terutama di bidang teknik sipil dan planologi
maupun Arsitektur.

Menurut tema nya peta dapat di bedakan menjadi:

a. Peta Geologi

b. Peta Satuan Lahan

c. Peta Iklim

d. Peta Hidrografi

e. Peta Pelayaran (Nautical Chart)

f. Peta Kependudukan

g. Peta Tata Guna Hutan

h. Peta Jaringan jalan

i. Peta cadangan barang tambang dan Bahan Galian

j. Peta Kadaster

k. Peta Administrasi Pemerintah Dll

Penggunaan peta-peta tersebut sangat berkaitan dengan bidang-bidang


tertentu, baik sebagai alat orientasi maupun analisis. Oleh karena itu peranan
peta sangat menentukan produk akhir bagi pekerjaan perencanaan maupun
analisis suatu masalah.
22

2.1.4 Topografi

Topografi merupakan faktor penting dalam pembentukan lokasi jalan raya.


Berfungsi untuk menggambarkan bentuk permukaan bumi melalui garis-garis
ketinggian dan dipakai untuk perencanaan pengembangan wilayah. Hasil
pengukuran topografi menghasilkan data-data pembentuk garis kontur. Data-
data yang dihasilkan dari pengukuran topografi adalah koordinat (x,y) dan
elevasi. Garis kontur yaitu garis pada peta yang menghubungkan tempat-
tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.

Sifat-sifat garis kontur pada peta topografi antara lain sebagai berikut:

- Semakin rapat jarak antargaris kontur, menunjukan semakin curam


daerah tersebut. Begitu juga sebaliknya, bila jarak antargaris
konturnya jarang, maka tempat tersebut adalah landai.

- Bila ditemukan ada garis kontur yang bergigi, hal tersebut


menunjukkan di daerah tersebut terdapat depresi atau lembah.

Pada kerja proyek 1, pengukuran topografi dilakukan menggunakan


theodolit. Theodolit adalah alat yang digunakan untuk pengukuran sudut
mendatar maupun sudut horizontal. Sudut - sudut tersebut berguna untuk
menentukan jarak datar di lapangan.

Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara
umum menunjuk pada koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan
garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan
juga termasuk bagian dari objek studi ini.
23

2.1.5 Kontur

Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi
tentang tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan
variasi ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis
kontur (contour-line). Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-
titik dengan ketinggian sama. Nama lain garis kontur adalah garis tranches,
garis tinggi dan garis lengkung horisontal. Garis kontur + 25 m, artinya garis
kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m
terhadap referensi tinggi tertentu.

Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis


perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar
peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis
kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta. Dengan
memahami bentuk-bentuk tampilan garis kontur pada peta, maka dapat
diketahui bentuk ketinggian permukaan tanah, yang selanjutnya dengan
bantuan pengetahuan lainnya bisa diinterpretasikan pula informasi tentang
bumi lainnya.

Selain menunjukkan bentuk ketinggian permukaan tanah, garis kontur juga


dapat digunakan untuk:

a. Menentukan potongan memanjang (profile, longitudinal sections) antara


dua tempat.

b. Menghitung luas daerah genangan dan volume suatu bendungan.

c. Menentukan route / trace dengan kelandaian tertentu.

d. Menentukan kemungkinan dua titik di langan sama tinggi dan saling


terlihat
24

2.2 Metode Pemetaan Topografi

Peta topografi adalah peta yang menggambarkan keadaan topografi


permukaan bumi, baik mengenai unsur alami maupun unsur buatan manusia.
Penyajian data tersebut sangat tergantung pada skala peta, semakin besar skala
peta tersebut akan semakin rinci data yang dapat di sajikan, dan sebaliknya
semakin kecil skala peta yang dibuat maka semakin kurang rinci pula data yang
disajikannya. Secara garis besar pemetaan dapat dilakukan dengan metode
sebagai berikut:

- Metode Terestris

Pada dasamya pemetaan topografi ini terbagi atas tiga macam pekerjaan,
yaitu pengukuran topografi, pengolahan data hasil pengukuran dan penyajian
data. Dalam metode terestris ini, semua pekerjaan pegukuran topografi
dilakukan dilapangan dengan menggunakan peralatan ukur seperti: Theodolit,
waterpass, alat ukur jarak, serta peralatan modem lainnya (GPS, total station
dan lainya). Didalam pemetaan, titik-titik di muka bumi dikelompokkan
menjadi dua kelompok, yaitu titik-titik kerangka dasar (titik utama) dan
kelompok titik detil, sehingga dapat digambarkan diatas bidang datar dalam
skala tertentu. Titik-titik kerangka dasar adalah sejumlah titik yang di buat dan
di pasang di lapangan (dengan tanda pengenal patok kayu) yang merupakan
kerangka dasar pemetaan dengan fungsi sebagai titik pengikat pengukuran
titik-titik detail, serta pengontrol pengukuran titik-titik lainnya. Titik-titik detail
adalah titik-titik yang ada di lapangan yang merupakan antara lain titik-titik
pojok bangunan, titik-titik batas tanah, titik-titik sepanjang pinggiran jalan
serta titik-titik lain yang letak dan kerapatannya ditentukan untuk
menggambarkan bentuk dari permukaan tanah.

Pada saat melakukan pengukuran topografi di lapangan, pengukuran


dilakukan dengan menggunakan metode terestris poligon terbuka. Pada metode
terestris penentuan posisi titik dilakukan dengan melakukan pengamatan
25

terhadap target atau objek yang terletak di permukaan bumi. Proses pembuatan
peta secara umum dengan metode terestris bisa dikelompokkan menjadi tiga
proses utama, yaitu:

1. Pengukuran topografi

Proses ini dilakukan dengan cara pengukuran langsung di lapangan


maupun secara jarak jauh. Pengukuran dilakukan menggunakan theodolit.

2. Pengolahan data hasil pengukuran

Pengolahan data yaitu mengubah data-data hasil pengukuran menjadi


data-data yang reliable atau diperlukan dalam penyajian data. Misalnya dari
data sudut dan jarak bisa didapatkan data koordinat. Pengolahan data
dilakukan secara digital (menggunakan kalkulator atau Microsoft Excel).

3. Penyajian data

Penyajian data yaitu menjadikan data yang sudah diolah bisa digunakan
untuk sumber informasi maupun pengambilan keputusan. Data yang sudah
diolah digambar pada software seperti AutoCAD Land Desktop 2009.

2.3 Koordinat

Pengukuran koordinat dimulai pada titik awal atau patok awal (P1) yang
berada di Simpang PT. Samarinda Golden Prima – Proyek Jalan Tol Seksi IV.

Point Existing yang digunakan:

- X : 100

- Y : 100

- Z : 100
26

2.4 Pengujian Dynamic Cone Penetration

Pengujian DCP (Dynamic Cone Penetration) dilakukan untuk mendapatkan


daya dukung tanah yang dinyatakan dengan nilai CBR asli di lapangan dengan
satuan persen (%) di lapangan pada kedalaman tertentu menggunakan alat DCP.

DCP adalah alat yang digunakan untuk mengukur daya dukung tanah dasar
jalan yang dilakukan langung di tempat. Perhitungan pengolahan hasil
pengujian DCP dilapangan dilakukan dengan cara mengukur seberapa dalam
(mm) ujung konus masuk ke dalam tanah dasar, setelah mendapat tumbukan
palu geser pada landasan batang utamanya.

Koreksi antara banyaknya tumbukan dan penetrasi ujung konus dari alat
DCP kedalaman tanah akan memberi gambaran kekuatan tanah dasar pada titik-
titik tertentu. Makin dalam konus yang masuk untuk tiap tumbukan, artinya
makin lunak tanah dasar tersebut. Pengujian dengan menggunakan alat DCP
akan menghasilkan data yang setelah diolah akan mengasilkan CBR lapangan
tanah pada titik yang ditinjau.

2.5 Alat-Alat yang digunakan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pengukuran topografi adalah


sebagai berikut:

1. 1 Set Alat DCP (Dynamic Cone Penetration)

2. 1 Set Alat Theodolit

3. Rambu Ukur

4. Rol Meter

5. Payung
27

6. 1 Set Alat Tulis

7. Kertas dan Alat Hitung

8. Patok dan Paku Payung

9. Palu

2.6 Rumus Perhitungan

Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam pengujian DCP (Dynamic


Cone Penetration) adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan Penurunan (PR)

Penurunan = Bacaan Mistar Sesudah – Bacaan Mistar

2. Perhitungan Log CBR

Log CBR = 2,2 – 0,71 x (Log PR)1,5

3. Perhitungan CBR

CBR = 10 Log CBR

4. h 3 CBR = Penurunan (PR) x CBR1/3

5. Perhitungan Nilai CBR Titik Pengamatan

3
Ʃ ℎ3 √𝐶𝐵𝑅
Nilai CBR Titik Pengamatan = [Ʃ 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑃𝑅]
28

Adapun rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan pengukuran


poligon terbuka ini adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan Jarak Optis

Jarak Optis = (BA - BB) x 100 x cos ((90 ̊ - α) / 180 × π)²

→ untuk sudut α < 90 ̊

= (BA - BB) x 100 x cos ((α - 90 ̊ ) / 180 × π)²

→ untuk sudut α > 90 ̊

Dimana: - BA = Benang Atas

- BB = Benang Bawah

-α = Sudut Vertikal

- 180 × π → Nilai konversi dari Radian ke Derajat (°)

2. Perhitungan Beda Tinggi

Beda Tinggi = Tinggi Alat + (Jarak Optis × tan ((90 ̊ - α) / 180 × π)) – BT

→ untuk sudut α < 90°

= Tinggi Alat + (Jarak Optis × tan ((α - 90 ̊) / 180 × π)) – BT

→ untuk sudut α > 90 ̊

Dimana: - BT = Benang Tengah

-α = Sudut Vertikal

- 180 × π → Nilai konversi dari Radian ke Derajat (°)

3. Perhitungan Ketinggian (Z)

Ketinggian = Ketinggian Sebelum + Beda Tinggi


29

4. Perhitungan Azimut

Azimuth = Azimuth Sebelumnya – (180 ̊ - Sudut Horizontal Terkoreksi)

5. Perhitungan Ordinat

Ordinat (X) = Jarak Optis x sin (Azimuth / 180 × π)

Ordinat (Y) = Jarak Optis x cos (Azimuth / 180 × π)

Dimana: - 180 × π → Nilai konversi dari Radian ke Derajat (°)

6. Koordinat X

Koordinat X = Koordinat Sebelum + Ordinat (X)

7. Koordinat Y

Koordinat Y = Koordinat Sebelum + Ordinat (Y)


30

2.7 Langkah Kerja

Adapun langkah kerja yang harus dilakukan dalam pengukuran topografi


adalah:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Patok-patok ditancapkan sebagai titik-titik pengukuran di kiri jalan sebagai


poligon

3. Memberi keterangan STA sesuai urutan pada patok yang telah dipasang
misalnya P1 STA 0+000, P2 STA 0+050, P3 STA 0+100 dan seterusnya.

4. Melakukan pengujian DCP (Dynamic Cone Penetration) disetiap 25m

5. Memasang paku payung di atas patok

6. Mendirikan alat theodolit di titik pengukuran/poligon awal (P1), kemudian


melakukan centering alat theodolit terhadap paku payung, centering nivo
alas bawah dan nivo tabung, setelah itu mengukur tinggi alat

7. Pada titik awal (P1), mencari arah utara dengan kompas yang didirikan di
atas alat theodolite, kemudian memberi tanda pada arah utara dan
melakukan set 0 pada arah utara

8. Memutar alat searah jarum jam lalu membidik ke titik selanjutnya (P2)
untuk mendapat sudut horizontal azimuth.

9. Kemudian mendirikan rambu ukur pada titik tersebut dengan tegak lurus

10. Mengunci sekrup penggerak halus horizontal dan vertikal, kemudian


membaca bacaan benang atas, benang tengah, benang bawah, sudut vertikal
dan sudut horizontal, data-data tersebut dicatat

11. Membuka kunci sekrup penggerak halus horizontal dan vertikal, kemudian
mendirikan rambu di tempat yang dianggap perlu untuk pengambilan titik-
titik detail sejauh ±50m kanan dan kiri dari tempat alat berdiri (daerah yang
31

memiliki beda tinggi yang terlihat), kemudian membidik ke rambu lalu


membaca bacaan benang atas, benang tengah, benang bawah, sudut vertikal
dan sudut horizontal

12. Membuat sket yang menggambarkan letak alat dan letak titik detail yang
diambil beserta keterangan-keterangan lain sesuai kenyataan di lapangan

13. Memindahkan alat ke titik kedua (P2), kemudian meenyetel alat dan
mengukur tinggi alat di titik P2

14. Melakukan set 0 pada titik belakang (P1) sebagai backsight, kemudian
membidik ke titik muka (P3), mendirikan rambu ukur pada titik tersebut
dengan tegak lurus

15. Mengunci sekrup penggerak halus horizontal dan vertikal, kemudian


membaca bacaan benang atas, benang tengah, benang bawah, sudut vertikal
dan sudut horizontal, data-data tersebut dicatat

16. Membuka kunci sekrup penggerak halus horizontal dan vertical, kemudian
mendirikan rambu di tempat yang dianggap perlu untuk pengambilan titik-
titik detail sejauh ±50m kanan dan kiri dari tempat alat berdiri (daerah yang
memiliki beda tinggi yang terlihat), kemudian membidik ke rambu lalu
membaca bacaan benang atas, benang tengah, benang bawah, sudut vertikal
dan sudut horizontal

17. Membuat sket yang menggambarkan letak alat dan letak titik detail yang
diambil beserta keterangan-keterangan lain sesuai kenyataan di lapangan

18. Melakukan pengukuran dengan cara yang sama hingga titik-titik berikutnya
pada titik P3 dan seterusnya (STA 10+500)

19. Membersihkan alat-alat dan mengembalikkan pada tempatnya

20. Melakukan pengolahan hasil data pengukuran di lapangan

21. Menggambar peta topografi dari hasil perhitungan yang telah dilakukan.
32

BAB III
DATA DAN PERHITUNGAN

3.1 Data Pengukuran DCP (Dynamic Cone Penetration)

DYNAMIC CONE PENETROMETER (DCP)

Proyek : KP 1 Titik : 1

Pekerjaan : Jalan Tgl Uji : 13 April 2018

Lokasi : Jl. Dwikora Diuji oleh : Kelompok Jalan 1


Anggi Pangestu
STA : 0+000 Dihitung :
Rahayu
DATA LAPANGAN PERHITUNGAN
Penurunan Nilai CBR
Tumbukan Bacaan Mistar
(PR) Log
(N) (mm) CBR
mm/blow CBR
0 0.00 0 0 0 0
1 62.00 62 0.50 3.14 90.74
2 85.00 23 1.07 11.80 52.36
3 96.00 11 1.45 27.89 33.36
4 112.00 16 1.26 18.28 42.14
5 127.00 15 1.29 19.70 40.51
6 140.00 13 1.37 23.19 37.07
7 162.00 22 1.10 12.46 51.01
8 180.00 18 1.20 15.90 45.26
9 191.00 11 1.45 27.89 33.36
10 208.00 17 1.23 17.02 43.73
11 220.00 12 1.40 25.35 35.25
12 235.00 15 1.29 19.70 40.51
13 253.00 18 1.20 15.90 45.26
14 275.00 22 1.10 12.46 51.01
15 302.00 27 0.98 9.64 57.47
16 324.00 22 1.10 12.46 51.01
17 360.00 36 0.82 6.63 67.63
18 383.00 23 1.07 11.80 52.36
19 400.00 17 1.23 17.02 43.73
20 408.00 8 1.59 38.96 27.12
21 412.00 4 1.87 73.84 16.78
22 415.00 3 1.97 92.47 13.57
23 418.00 3 1.97 92.47 13.57
Jumlah = 418.00 984.81
33

Log CBR = 2.20-0.71 (Log PR)1.5

Nilai CBR titik pengamatan =

Jadi besar Nilai CBR = 13.08 %

3.2 Contoh Perhitungan DCP (Dynamic Cone Penetration)


Bacaan Mistar = T.0 = 0mm

= T.1 = 62mm

1. Perhitungan Penurunan (PR)


Penurunan = Bacaan Mistar Sesudah – Bacaan Mistar

= 62 – 0

= 62 mm

2. Perhitungan Log CBR

Log CBR = 2,2 – 0,71 x (Log PR)1,5

= 2,20 – 0,71 (Log 62)1,5

= 0,50

3. Perhitungan CBR

CBR = 10 Log CBR

= 100,5

= 3,14
34

4. h3√ CBR = Penurunan (PR) x CBR1/3

= 62 x 3,141/3

= 90,74

5. Perhitungan Nilai CBR Titik Pengamatan

3
Ʃ ℎ3 √𝐶𝐵𝑅
Nilai CBR Titik Pengamatan = [Ʃ 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑃𝑅]

984,81 3
= [418,00]

= 13,08 %

3.3 Data Pengukuran Poligon Terbuka


Data Pengukuran STA 0+000 – 3+000

TPSW SudutSudut
Bacaan Benang Keterangan
Tinggi Target Vertikal
Horizontal
Alat Atas Tengah Bawah ° ° ' ' " "
P1 U 0 0 0 Backsight
1,487 P2 1,510 1,270 1,010 89 59 40 70 31 0 Azimuth
A 1,460 1,350 1,240 89 59 40 160 31 0
B 1,030 0,940 0,840 89 59 40 350 31 0
P2 P1 0 0 0 Backsight
1,45 P3 3,150 2,630 2,110 91 52 0 171 2 5
A 2,130 2,030 1,930 87 58 0 261 2 5
B 1,350 1,270 1,170 87 58 0 81 2 5
P3 P2 0 0 0 Backsight
1,53 P4 1,880 1,530 1,280 93 18 40 163 34 5
A 3,910 3,770 3,640 85 11 35 253 35 5
B 1,480 1,300 1,120 86 37 0 73 34 5
P4 P3 0 0 0 Backsight
1,44 P5 2,880 2,670 2,380 90 16 25 189 51 55
A 2,780 2,670 2,560 84 27 55 279 51 55
B 2,340 2,140 1,950 85 51 15 99 51 55
35

P5 P4 0 0 0 Backsight
1,37 P6 1,870 1,630 1,390 92 1 20 170 47 15
A 3,650 3,580 3,520 90 16 15 260 47 15
B 2,460 2,310 2,165 84 5 15 80 47 15
P6 P5 0 0 0 Backsight
1,49 P7 2,370 2,240 2,100 91 52 10 100 31 25
A 2,910 2,820 2,740 87 9 55 161 31 25
B 1,000 0,870 0,750 93 30 30 341 31 25
P7 P6 0 0 0 Backsight
1,49 P8 1,980 1,750 1,520 90 39 0 185 29 0
A 2,980 2,860 2,770 86 39 45 275 29 0
B 1,940 1,840 1,740 88 52 50 95 29 0
P8 P7 0 0 0 Backsight
1,399 P9 2,900 2,650 2,400 88 59 30 181 59 5
A 1,400 1,290 1,180 90 23 5 271 59 5
B 2,490 2,360 2,220 87 54 40 91 59 5
P9 P8 0 0 0 Backsight
1,59 P10 1,830 1,700 1,580 89 1 25 253 48 20
A 1,380 1,250 1,030 87 58 20 343 48 20
B 2,590 2,480 2,370 90 14 0 163 48 20
P10 P9 0 0 0 Backsight
1,395 P11 3,820 3,565 3,320 87 14 55 137 6 15
A 2,390 2,280 2,170 87 14 55 227 6 15
B 2,470 2,360 2,250 86 29 40 47 6 15
P11 P10 0 0 0 Backsight
1,41 P12 1,610 1,365 1,120 90 23 40 149 14 0
A 2,860 2,770 2,680 87 54 20 239 14 0
B 2,620 2,540 2,460 88 14 20 59 14 0
P12 P11 0 0 0 Backsight
1,49 P13 1,460 1,340 1,220 89 55 15 163 10 0
A 1,740 1,660 1,570 89 41 25 253 10 0
B 1,730 1,570 1,400 90 7 35 73 10 0
P13 P12 0 0 0 Backsight
1,477 P14 1,100 0,850 0,600 90 14 55 230 55 55
A 2,300 2,190 2,080 89 34 0 320 53 55
B 1,750 1,650 1,560 90 56 35 140 55 55
P14 P13 0 0 0 Backsight
1,46 P15 1,540 1,420 1,290 89 58 25 231 39 5
A 2,430 2,240 2,060 89 58 25 321 39 5
B 2,600 2,500 2,400 86 24 5 141 39 5
36

P15 P14 0 0 0 Backsight


1,452 P16 1,000 0,750 0,500 91 13 10 239 59 0
A 0,980 0,830 0,690 91 13 10 329 59 0
B 2,030 1,900 1,800 90 20 15 59 59 0
P16 P15 0 0 0 Backsight
1,432 P17 1,540 1,290 1,040 90 26 10 184 23 55
A 2,910 2,770 2,630 85 0 0 274 23 55
B 2,420 2,355 2,300 90 5 15 94 23 55
P17 P16 0 0 0 Backsight
1,39 P18 1,740 1,610 1,490 88 34 25 174 0 45
A 1,720 1,210 1,110 87 50 55 265 0 45
B 2,470 2,350 2,240 87 6 45 84 0 45
P18 P17 0 0 0 Backsight
1,488 P19 1,060 0,940 0,820 89 22 10 179 52 10
A 1,690 1,570 1,440 90 7 55 269 52 10
B 1,470 1,360 1,225 90 7 55 89 52 10
P19 P18 0 0 0 Backsight
1,42 P20 1,970 1,850 1,720 85 51 45 183 37 5
A 1,810 1,710 1,620 89 36 15 273 37 5
B 2,320 2,230 2,130 88 42 35 93 37 5
P20 P19 0 0 0 Backsight
1,41 P21 0,860 0,740 0,610 89 58 45 192 8 15
A 1,665 1,570 1,470 93 7 20 282 8 15
B 1,430 1,290 1,140 89 31 40 102 8 15
P21 P20 0 0 0 Backsight
1,405 P22 1,460 1,330 1,210 90 51 45 185 53 20
A 2,160 2,050 1,950 93 25 35 275 53 20
B 1,530 1,440 1,350 79 54 10 95 53 20
P22 P21 0 0 0 Backsight
1,39 P23 3,290 3,040 2,790 90 40 55 184 28 0
A 2,560 2,440 2,310 90 1 0 274 28 0
B 1,050 0,940 0,820 90 1 0 94 28 0
P23 P22 0 0 0 Backsight
1,38 P24 2,260 2,010 1,755 90 1 10 178 35 15
A 1,870 1,710 1,560 92 8 20 269 35 15
B 1,940 1,840 1,770 85 12 55 89 35 15
P24 P23 0 0 0 Backsight
1,38 P25 1,680 1,430 1,180 89 42 40 200 58 15
A 2,540 2,490 2,438 85 57 45 290 58 15
B 2,710 2,600 2,510 86 2 20 110 58 15
37

P25 P24 0 0 0 Backsight


1,372 P26 2,665 2,410 2,160 90 39 30 184 12 40
A 2,730 2,600 2,470 88 32 40 274 12 40
B 2,640 2,550 2,480 92 58 15 94 12 40
P26 P25 0 0 0 Backsight
1,48 P27 1,810 1,560 1,310 89 33 15 145 43 45
A 1,780 1,680 1,500 90 3 50 235 43 45
B 2,640 2,580 2,510 88 13 40 55 43 45
P27 P26 0 0 0 Backsight
1,5 P28 1,530 1,280 1,020 90 2 50 195 33 15
A 1,950 1,822 1,689 93 37 15 285 33 15
B 1,910 1,790 1,670 88 25 55 105 33 15
P28 P27 0 0 0 Backsight
1,47 P29 1,900 1,700 1,450 88 52 25 194 14 55
A 1,910 1,770 1,630 91 4 55 284 14 55
B 2,970 2,852 2,732 88 6 50 104 14 55
P29 P28 0 0 0 Backsight
1,48 P30 1,860 1,590 1,320 89 43 30 184 31 55
A 2,650 2,570 2,480 88 3 30 274 31 55
B 1,860 1,747 1,635 90 11 50 94 31 55
P30 P29 0 0 0 Backsight
1,5 P31 1,240 1,025 0,810 90 0 10 175 0 45
A 1,650 1,592 1,533 87 52 10 265 0 45
B 1,840 1,722 1,601 90 27 45 85 0 45
P31 P30 0 0 0 Backsight
1,362 P32 1,990 1,740 1,480 89 1 55 174 17 0
A 1,200 1,072 0,943 93 11 10 264 17 0
B 2,130 1,992 1,852 89 2 20 84 17 0
P32 P31 0 0 0 Backsight
1,354 P33 3,180 2,880 2,570 90 40 45 186 7 30
A 3,400 3,320 3,240 84 32 25 276 7 30
B 1,470 1,330 1,180 89 27 20 96 7 30
P33 P32 0 0 0 Backsight
1,32 P34 1,810 1,460 1,120 90 46 50 182 45 5
A 2,010 1,905 1,802 89 4 45 272 45 5
B 2,330 2,223 2,120 92 15 35 92 45 5
P34 P33 0 0 0 Backsight
1,4 P35 1,060 0,850 0,650 90 24 50 189 7 10
A 2,240 2,182 2,120 86 7 20 279 7 10
B 3,100 2,980 2,870 88 18 25 99 7 10
38

P35 P34 0 0 0 Backsight


1,465 P36 1,190 0,920 0,660 90 21 45 201 49 45
A 1,760 1,647 1,535 90 41 35 291 49 45
B 1,500 1,389 1,273 90 41 35 111 49 45
P36 P35 0 0 0 Backsight
1,46 P37 2,655 2,440 2,210 88 54 20 176 50 25
A 1,720 1,608 1,496 88 54 20 266 50 25
B 1,650 1,538 1,427 87 17 25 86 50 25
P37 P36 0 0 0 Backsight
1,492 P38 0,850 0,640 0,430 90 32 30 190 58 30
A 2,070 1,956 1,842 89 96 10 280 58 30
B 1,880 1,750 1,620 90 4 0 100 58 30
P38 P37 0 0 0 Backsight
1,438 P39 1,575 1,375 1,165 87 8 10 185 16 50
A 2,140 2,020 1,900 87 6 25 275 16 50
B 3,210 3,070 2,930 85 38 55 95 16 50
P39 P38 0 0 0 Backsight
1,5 P40 3,320 2,970 2,620 89 34 25 112 44 45
A 1,640 1,505 1,375 86 41 30 202 44 45
B 2,840 2,660 2,480 90 56 40 22 44 45
P40 P39 0 0 0 Backsight
1,41 P41 2,220 1,880 1,540 89 20 60 192 10 30
A 1,550 1,450 1,360 88 1 20 282 10 30
B 1,300 1,150 1,000 92 12 15 102 10 30
P41 P40 0 0 0 Backsight
1,38 P42 2,920 2,575 2,230 89 56 0 166 59 15
A 1,470 1,280 1,090 89 35 25 256 59 15
B 1,410 1,260 1,120 92 10 20 76 59 15
P42 P41 0 0 0 Backsight
1,45 P43 1,790 1,500 1,210 88 11 45 186 36 30
A 2,500 2,400 2,290 83 59 40 276 36 30
B 1,110 0,960 0,810 92 40 5 96 36 30
P43 P42 0 0 0 Backsight
1,5 P44 1,190 0,090 0,780 84 51 55 242 19 5
A 2,070 1,930 1,780 91 16 15 332 19 5
B 1,300 1,155 1,010 91 46 10 132 19 5
P44 P43 0 0 0 Backsight
1,49 P45 1,475 1,180 0,910 91 11 45 208 8 10
A 2,550 2,420 2,270 95 16 5 298 8 10
B 1,850 1,700 1,630 93 8 0 118 8 10
39

P45 P44 0 0 0 Backsight


1,47 P46 1,340 1,100 0,860 88 56 25 164 0 20
A 2,830 2,730 2,630 86 27 50 254 0 20
B 2,380 2,250 2,120 90 47 0 74 0 20
P46 P45 0 0 0 Backsight
1,46 P47 1,310 1,120 0,940 88 13 35 172 26 10
A 1,080 0,990 0,800 90 55 45 262 26 10
B 2,360 2,240 2,120 88 53 15 82 26 10
P47 P46 0 0 0 Backsight
1,48 P48 1,780 1,530 1,280 89 13 25 169 36 0
A 2,975 2,863 2,749 86 46 10 259 36 0
B 2,520 2,409 2,296 88 57 40 79 36 0
P48 P47 0 0 0 Backsight
1,49 P49 1,410 1,160 0,910 90 24 35 173 39 5
A 1,700 1,589 1,477 90 22 0 263 39 5
B 2,520 2,408 2,294 89 36 40 83 39 5
P49 P48 0 0 0 Backsight
1,39 P50 2,530 2,220 1,900 88 22 40 178 43 10
A 2,350 2,239 2,124 91 31 35 268 43 10
B 1,635 1,524 1,410 89 7 45 88 43 10
P50 P49 0 0 0 Backsight
1,5 P51 0,930 0,700 0,470 89 56 15 194 15 30
A 1,640 1,536 1,433 90 13 30 284 15 30
B 2,120 2,020 1,921 86 21 25 104 15 30
P51 P50 0 0 0 Backsight
1,48 P52 1,280 1,070 0,860 90 0 10 172 38 15
A 2,100 1,988 1,877 91 20 55 262 38 15
B 1,890 1,759 1,629 88 59 30 82 38 15
P52 P51 0 0 0 Backsight
1,38 P53 2,380 2,140 1,895 88 53 0 176 6 40
A 1,620 1,540 1,450 93 21 5 266 6 40
B 1,670 1,585 1,501 89 36 40 86 6 40
P53 P52 0 0 0 Backsight
1,43 P54 2,610 2,350 2,090 88 49 5 153 55 20
A 1,480 1,370 1,260 90 51 30 243 55 20
B 1,350 1,239 1,129 90 8 30 63 55 29
P54 P53 0 0 0 Backsight
1,51 P55 1,720 1,490 1,260 89 43 35 149 33 35
A 2,220 2,106 1,993 86 35 55 239 33 35
B 1,800 1,671 1,542 90 24 55 59 33 35
40

P55 P54 0 0 0 Backsight


1,5 P56 1,360 1,110 0,860 90 2 30 157 40 30
A 1,450 1,351 1,253 91 2 50 247 40 30
B 1,760 1,579 1,398 91 2 50 67 40 30
P56 P55 0 0 0 Backsight
1,435 P57 1,200 0,950 0,700 88 9 0 170 5 30
A 1,465 1,435 1,405 89 27 35 260 5 30
B 2,050 1,975 1,900 91 45 35 80 5 30
P57 P56 0 0 0 Backsight
1,48 P58 1,130 0,880 0,630 89 26 5 203 50 5
A 1,470 1,400 1,325 91 29 30 293 50 5
B 2,150 2,085 2,020 82 42 45 113 5 5
P58 P57 0 0 0 Backsight
1,48 P59 1,77 1,51 1,26 88 29 15 190 4 30
A 2,85 2,76 2,67 85 58 15 280 4 30
B 2,29 2,21 2,14 81 58 15 100 4 30
P59 P58 0 0 0 Backsight
1,49 P60 1,4 1,155 0,92 86 2 15 183 21 5
A 1,9 1,83 1,775 86 43 5 273 21 5
B 1,9 1,82 1,765 83 20 30 93 21 5
P60 P59 0 0 0 Backsight
1,46 P61 1,55 1,26 0,97 89 1 25 202 54 20
A 2,25 2,17 2,09 88 35 16 292 54 20
B 1,71 1,59 1,47 87 35 30 112 54 20
P61 P60 0 0 0 Backsight
1,47 P62 1,61 1,4 1,19 89 17 15 191 5 40
A 1,48 1,5 1,315 88 17 5 281 5 40
B 1,88 1,77 1,67 91 18 40 111 5 40
P62 P61 0 0 0 Backsight
1,485 P63 1,49 1,2 0,91 88 55 30 160 38 15
A 1,91 1,83 1,755 84 24 25 250 38 15
B 1,84 1,75 1,67 90 36 20 70 38 15
P63 P62 0 0 0 Backsight
1,49 0 1,8 1,44 1,08 90 34 50 183 37 15
A 1,72 1,675 1,64 79 13 80 273 37 15
B 1,725 1,6 1,48 94 45 0 93 37 15
41

3.4 Contoh Perhitungan Poligon Terbuka

Data-data P2 ke P3:

a. Koordinat X : 166,167

b. Koordinat Y : 238,481

c. Elevasi Z : 95,656

d. Bacaan Benang Atas : 3,150

e. Bacaan Benang Tengah : 2,630

f. Bacaan Benang Bawah : 2,110

g. Sudut Vertikal : 91 ̊ 52’ 00”

h. Sudut Horizontal : 171 ̊ 02’ 05” → 171,034722 (Desimal)

i. Tinggi Alat : 1,45 m

1. Perhitungan Jarak Optis

Jarak Optis = (BA - BB) x 100 x cos ((90 ̊ - α) / 180 × π)²

= (3,150 – 2,110) x 100 x cos ((90 ̊ - 91 ̊ 52’ 00”) / 180 × π)²

= 103,890 m

2. Perhitungan Beda Tinggi

Beda Tinggi = T. Alat + (Jarak Optis × tan ((90 ̊ - α) / 180 × π)) – BT

= 1,45 + (103,890 x tan (90 ̊ - 91 ̊ 52’ 00”) / 180 × π) – 2,630

= -4,566 m
42

3. Perhitungan Kedalaman (Z)

Ketinggian = Ketinggian Sebelum + Beda Tinggi

= 100,222 + (-4,566)

= 95,656 m

4. Perhitungan Azimut

Azimuth = Nilai Azimuth Sebelumnya – (180 ̊ - Sudut Horizontal)

= 70,517 – (180 – 171,034722)

= 61,551

5. Perhitungan Ordinat

Ordinat (X) = Jarak Optis x sin (Azimuth / 180 × π)

= 103,890 x sin (61,551/ 180 × π)

= 91,344

Ordinat (Y) = Jarak Optis x cos (Azimuth / 180 × π)

= 103,890 x cos (61,551/ 180 × π)

= 49,490
43

6. Koordinat X

Koordinat X = Koordinat Sebelum + Ordinat (X)

= 147,137 + 91,344

= 238,481

7. Koordinat Y

Koordinat Y = Koordinat Sebelum + Ordinat (Y)

= 116,677 + 49,490

= 16,167
BAB IV
PENGGAMBARAN PETA TOPOGRAFI

31
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran topografi yang telah dilakukan, maka dapat


ditarik kesimpulan yaitu mengetahui beda tinggi di lapangan, bentuk
penampang kontur, potongan memanjang (long section) dan potongan
melintang (cross section), sebagai acuan awal untuk merencanakan trase jalan,
galian dan timbunan.

5.2 Saran

Dalam melaksanakan pengukuran di lapangan harusnya pengukuran


menggunakan GPS (Global Positioning System) sehingga mendapatkan
koordinat yang sesuai dengan peta regional sehingga ketika mencari lokasi
pengukuran dalam peta menjadi lebih detail sesuai dengan lokasi di lapangan.

46
vi

DAFTAR PUSTAKA

Apa itu Ilmu Ukur Tanah?. 2016. Anonim. https://www.jasaukurtanah.com/apa-


itu-ilmu-ukur-tanah.html . 22 Maret 2018.

ILMU UKUR TANAH DAN KARTOGRAFI. 2011. Anonim.


https://handiri.wordpress.com/ilmu-ukur-tanah-dan-kartografi/ 25 Maret 2018

ILMU UKUR TANAH. 2015. Anonim. http://dekadisingaraja.blogspot.co.id/ 22


Maret 2018

ILMU UKUR TANAH. 2010. Anonim. http://belajar-teknik-


sipil.blogspot.co.id/2010/03/ilmu-ukur-tanah.html 11 Maret 2018

Topografi. 2018. Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Topografi 22 Maret


2018

Pengertian Pemetaan dan Penggambaran dalam Kepurbakalaan. 2015. Anonim.


https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/2015/07/02/pengertian-pemetaan-
dan-penggambaran-dalam-kepurbakalaan/ 22 Maret 2018
Pengertian Survey Pemetaan. 2014. Anonim
http://ratamasky.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-survey-pemetaancontoh.html
25 Maret 2018

Pengukuran Poligon. 2009. Anonim.


http://thexandwi.blogspot.co.id/2009/11/pengukuran-poligon.html 13 Maret 2018
28 Maret 2018

Pengukuran Poligon. 2012. Anonim. https://www.ilmutekniksipil.com/ilmu-ukur-


tanah/pengukuran-poligon 28 Maret 2018

Pemetaan Terestris. 2009. Anonim.


http://edygeotechs.blogspot.co.id/2009/11/pemetaan-terestris.html 5 April 2018

Pengertian Survey dan Pemetaan. 2014. Gelar Surya Putra


http://gelarsuryaputra10tsp2smkn5bandung.blogspot.co.id/2014/08/pengertian-
survey-dan-pemetaan.html 5 April 2018

Anda mungkin juga menyukai