Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

PERANCANGAN BANGUNAN SIPIL II


“Perencanaan Perkerasan Jalan di Pasar Lalang Kuranji ”

DOSEN :
Armizoprades ST.MT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 B

Yuniken Yordan : 2010003433073


Rifathine Fiola : 2010003433018
Cindy Aurelia Dheana : 2010003433104
Ayricfal Kurniawan : 2010003433038
Alex Praza : 2010003433058

PRODI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK & PERENCANAAN
UNIVERSITAS EKASKTI
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan pratikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran – saran serta tanggapan untuk penyempurnaan laporan ini lebih lanjut.
Disamping itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada :
1. Bapak Armizoprades ST.MT selaku dosen perancangan bangunan sipil II Program Studi
Teknik Sipil Universitas Ekasakti.
2. Pihak – pihak yang ikut membantu memberikan materi pada tugas ini
Atas segala bimbingan yang telah diberikan selama mengajar di kampus sampai
dengan penyelesaian laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT
melimpahkan rahmat dan karunianya atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Akhirnya terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan
ini, semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Padang, 27 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 2
1.4. Batasan Masalah............................................................................................................ 2
1.5. Sistematika Penulisan.................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3
2.1. Umum............................................................................................................................ 3
2.2. Bagian Jalan .................................................................................................................. 3
2.3. Jenis Jenis Jalan............................................................................................................. 5
2.4. Perencanaan Geometrik................................................................................................. 8
2.5. Perencanaan Perkerasan Lentur .................................................................................. 10
2.6. Rencana Anggaran Biaya (RAB) ..................................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................................. 14
2.6. Lokasi Penelitian ......................................................................................................... 14
2.7. Jenis Penelitian ............................................................................................................ 14
2.8. Variabel Penelitian ...................................................................................................... 14
2.9. Teknik pengumpulan Data .......................................................................................... 15
2.9.1. Pengumpulan Data Primer ................................................................................... 15
2.9.2. Pengumpulan Data Sekunder ............................................................................... 16
2.10. Teknik Analisis Data ............................................................................................... 16
2.11. Bagan Alir Penelitian .............................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jalan Jalan merupakan salah satu elemen transportasi darat yang ditujukan untuk
memudahkan pergerakan orang dan atau barang. Penyediaan dan pengelolaan jalan sepenuhnya
dilaksanakan oleh pemerintah, sebagai salah satu kewajibannya dalam penyediaan pelayanan
publik (Oglesby, 1954).
Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama
dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan
melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan
pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional, serta membentuk
struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional (UU No. 38 Tahun
2004 Tentang Jalan).
Sebagai salah satu prasarana transportasi, kedudukan dan peranan jaringan jalan pada
hakikatnya menyangkut hajat hidup orang banyak. Untuk menjaga keberlanjutan dan kualitas
layanan diperlukan pemeliharaan rutin jalan. Kualitas permukaan jalan akan memberikan dampak
terhadap tingkat konsumsi bahan bakar, kebisingan, kenyamanan dalam berkendara dan
keselamatan pengguna jalan (OECD dalam Walton, 2004).
Untuk itu yang menjadi persoalan adalah belum maksimalnya pembangunan jalan di
pasar Lalang, Nagari Kuranji, Kecamatan Kuranji, Kota Padang. Banyak faktor yang
mempengaruhi penyebab lambatnya pembangunan jalan di suatu daerah. seperti pembebasan
lahan, dana yang belum ada, hingga korupsi.
Pembangunan jalan di pasar Lalang ini berdampak positif untuk mobilitas masyarakat,
manfaat yang dirasakan diantaranya menghemat bahan bakar, mengurangi kebisingan kabin,
meningkatkan rasa aman dan nyaman dalam berkendara, serta meningkatkan efisiensi proses
pengiriman barang/produk kekonsumen.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dapat dikaji
lebih lanjut dalam laporan ini terkait dengan pembangunan jalan di pasar Lalang, Kecamatan
Kuranji, Kota Padang, yaitu :
1. Berapa panjang dan volume jalan yang akan dibangun ?
2. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi pekerjaan jalan ?
3. Bagaimana bentuk geometrinya ?
4. Bagaimana tahapan – tahapan pekerjaannya ?

1
5. Mengapa perlu dilakukan perkerasan jalan di daerah tersebut ?
6. Apa manfaat jalan tersebut bagi masyarakat disana ?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukan tugas laporan ini adalah :
1. Mengetahui bentuk geometri jalan yang direncanakan
2. Mengetahui perkerasan jenis apa yang di daerah tersebut
3. Dapat menghitung berapa anggaran biaya dari perencanaan jalan tersebut

1.4. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam laporan ini sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di jalan pasa Lalang, nagari kuranji, kecamatan kuranji.
2. Perencanaan anggaran biaya berdasarkan hasil pengukuran di lapangan dengan.
memperhatikan geometrik jalan dan jenis perkerasan apa yang dipakai.
3. Pekerjaan yang dilakukan hanya menghitung geometrik jalan dan perkerasan yang
telah/sedang dilakukan.
4. Perencanaan perkerasan jalan berdasarkan metode AASHTO

1.5. Sistematika Penulisan


BAB I Pendahuluan memuat latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, dan sistematika penulisan

BAB II Tinjauan Pustaka memuat uraian tentang semua variabel penelitian, variable penelitian
didapat dari judul skripsi, penelitian dan pemikiran peneliti sebelumnya yang ada hubungannya
dengan penelitian yang akan dilakukan (penelitian yang relevan), urutan sub bab disesuaikan
dengan sub bab perhitungan di bab iv.

BAB III Metode Penelitian, berisi uraian rinci tentang tempat dan waktu penelitian, jenis
penelitian, variabel, teknik pengumpulan data, metode pengolahan data, bagan alir penelitian.

BAB IV Analisis Hasil dan Pembahasan berisikan tentang analisis hasil dari pengolahan data
dengan membandingkan teori, hasil penelitian terdahulu, dan referensi yang relevan. Pembahasan
dari penelitian tidak hanya sekedar menjelaskan atau menceritakan hasil penelitian saja akan
tetapi menjelaskan mengapa hasil penelitian dapat terjadi seperti itu. Perhitungan yang ditabelkan
harus ada uraiannya

BAB V Kesimpulan dan Saran, menyatakan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah
dilakukan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Umum
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, dibawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (UU RI No. 38
Tahun 2004).
Perencanaan geometrik baru dikenal di Indonesia sekitar pertengahan tahun 1960
kemudian mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak tahun 1980. Dalam buku ini
diuraikan perencanaan geometrik jalan khususnya untuk Jalan Baru Antar Kota (rural road)
sesuai dengan “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota” (Dirjen Bina Marga,
1997). Untuk hal-hal khusus yang belum ada ketentuan dari Dirjen Bina Marga, digunakan
ketentuan AAHSTO dan lainnya.
Jalan umum menurut pasal 19 ayat 2 Undang Undang No.22 tahun 2009 tentang
Lalulintas dan Angkutan Jalan dikelompokkan menjadi beberapa kelas yaitu sebagai berikut:
a) Jalan Kelas I
yaitu jalan yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 ton.
b) Jalan kelas II
yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton.
c) Jalan kelas III
yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000
milimeter, paling tinggi 3.500 milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton.
d) Jalan Kelas Khusus
Jalan Kelas Khusus adalah jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran
lebar melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 milimeter, ukuran paling
tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton.
2.2. Bagian Jalan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, bagian-

3
bagian jalan meliputi tiga ruang, yakni Ruang Manfaat Jalan, Ruang Milik Jalan, dan Ruang
Pengawasan Jalan.
a) Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)
meliputi Badan Jalan, Saluran Tepi Jalan, dan Ambang Pengaman Jalan. Rumaja merupakan
ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang ditetapkan
oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh menteri.
Rumaja hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran
tepi jalan, trotoar (diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki), lereng, ambang pengaman,
timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya.
Badan Jalan hanya diperuntukkan bagi pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan. Dalam
rangka menunjang pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan serta pengamanan konstruksi jalan,
badan jalan dilengkapi dengan ruang bebas. Ruang bebas dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
kedalaman tertentu. Lebar ruang bebas sesuai dengan lebar badan jalan. Tinggi dan kedalaman
ruang bebas ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan
pedoman yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Tinggi ruang bebas bagi jalan arteri dan
jalan kolektor paling rendah 5 (lima) meter. Kedalaman ruang bebas bagi jalan arteri dan jalan
kolektor paling rendah 1,5 (satu koma lima) meter dari permukaan jalan.
Saluran Tepi Jalan hanya diperuntukkan bagi penampungan dan penyaluran air agar badan
jalan bebas dari pengaruh air. Ukuran saluran tepi jalan ditetapkan sesuai dengan lebar permukaan
jalan dan keadaan lingkungan. Saluran tepi jalan dibangun dengan konstruksi yang mudah
dipelihara secara rutin. Dalam hal tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh
penyelenggara jalan, saluran tepi jalan dapat diperuntukkan sebagai saluran lingkungan. Dimensi
dan ketentuan teknis saluran tepi jalan ditentukan berdasarkan pedoman yang ditetapkan dalam
peraturan menteri.
Ambang Pengaman Jalan berupa bidang tanah dan/atau konstruksi bangunan pengaman yang
berada di antara tepi badan jalan dan batas ruang manfaat jalan yang hanya diperuntukkan bagi
pengamanan konstruksi jalan.
b) Ruang Milik Jalan (Rumija)
terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.
Ruang milik jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan
tinggi tertentu.
Ruang milik jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan
penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan
jalan. Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi
sebagai lansekap jalan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan ruang di atas dan/atau di
bawah rumija diatur dalam peraturan menteri.

4
Rumija paling sedikit memiliki lebar sebagai berikut: jalan bebas hambatan 30 (tiga
puluh) meter; jalan raya 25 (dua puluh lima) meter; jalan sedang 15 (lima belas) meter; dan jalan
kecil 11 (sebelas) meter. Rumija diberi tanda batas ruang milik jalan yang ditetapkan oleh
penyelenggara jalan. Ketentuan lebih lanjut mengenai lebar ruang milik jalan dan tanda batas
ruang milik jalan diatur dalam peraturan menteri.
c) Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja)
merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah
pengawasan penyelenggara jalan. Ruwasja diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan
pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan. Ruwasja merupakan ruang
sepanjang jalan di luar ruang milik jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu.
Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang pengawasan jalan ditentukan
dari tepi badan jalan paling sedikit dengan ukuran sebagai berikut: jalan arteri primer 15 (lima
belas) meter; jalan kolektor primer 10 (sepuluh) meter; jalan lokal primer 7 (tujuh) meter; jalan
lingkungan primer 5 (lima) meter; jalan arteri sekunder 15 (lima belas) meter; jalan kolektor
sekunder 5 (lima) meter; jalan lokal sekunder 3 (tiga) meter; jalan lingkungan sekunder 2 (dua)
meter; dan jembatan 100 (seratus) meter ke arah hilir dan hulu.
Dalam pengawasan penggunaan ruang pengawasan jalan, penyelenggara jalan yang
bersangkutan bersama instansi terkait berwenang mengeluarkan larangan terhadap kegiatan
tertentu yang dapat mengganggu pandangan bebas pengemudi dan konstruksi jalan, dan/atau
berwenang melakukan perbuatan tertentu untuk menjamin peruntukan ruang pengawasan jalan.

2.3. Jenis Jenis Jalan


Klasifikasi tentang jalan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 34 Tahun 2006 tentang
Jalan. Berikut ini klasifikasi jalan berdasarkan fungsi, status dan kelasnya sesuai PP tersebut.
2.3.1. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsi
a) Jalan arteri
 Jalan Arteri Primer
Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Jalan arteri primer didesain untuk
kendaraan yang melintas dengan kecepatan rencana paling rendah 60 kilometer per jam
dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 meter.
 Jalan Arteri Sekunder
Jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan
sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua. Jalan arteri sekunder didesain untuk kendaraan yang melintas
dengan kecepatan rencana paling rendah 30 kilometer per jam dengan lebar badan jalan
paling sedikit 11 meter.
b) Jalan kolekor

5
 Jalan kolektor primer
Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lokal. Jalan kolektor primer didesain untuk kendaraan yang melintas dengan
kecepatan rencana paling rendah 40 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit
9 meter.
 Jalan kolektor sekunder
Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Jalan kolektor sekunder
didesain untuk kendaraan yang melintas dengan kecepatan rencana paling rendah 20
kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 meter.
c) Jalan lokal
 Jalan lokal primer
Jalan lokal primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat
kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat
kegiatan lingkungan. Jalan lokal primer didesain untuk kendaraan yang melintas dengan
kecepatan rencana paling rendah 20 kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit
7,5 meter.
 Jalan lokal sekunder
Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Jalan lokal sekunder
didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 kilometer per jam dengan lebar
badan jalan paling sedikit 7,5 meter.
2.3.2. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Status
a) Jalan nasional
Jalan Nasional terdiri atas:
 Jalan arteri primer;
 Jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota provinsi;
 Jalan tol;
 Jalan strategis nasional
b) Jalan provinsi
Jalan provinsi terdiri atas:
 Jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten atau
kota;
 Jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota kabupaten atau kota;

6
 Jalan strategis provinsi;
 Jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta kecuali jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26.
c) Jalan kabupaten
Jalan kabupaten terdiri atas:
 Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 huruf b dan jalan provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27;
 Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
ibukota kabupaten dengan pusat desa, antaribukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan
desa, dan antardesa;
 Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
huruf d dan jalan sekunder dalam kota;
 Jalan strategis kabupaten.
2.3.3. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kelas
a) Jalan bebas hambatan
Jalan bebas hambatan meliputi pengendalian jalan masuk secara penuh, tidak ada persimpangan
sebidang, dilengkapi pagar ruang milik jalan, dilengkapi dengan median, paling sedikit
mempunyai 2 lajur setiap arah, dan lebar lajur paling sedikit 3,5 meter.
b) Jalan raya
Jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas secara menerus dengan pengendalian jalan masuk
secara terbatas dan dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 lajur setiap arah, lebar lajur paling
sedikit 3,5 meter.
c) Jalan Sedang
Jalan Sedang dalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk
tidak dibatasi, paling sedikit 2 lajur untuk 2 arah dengan lebar jalur paling sedikit 7 meter.
d) Jalan Kecil
Jalan Kecil adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2 lajur untuk 2
arah dengan lebar jalur paling sedikit 5,5 meter
2.3.4. Klasifikasi Menurut Medan Jalan

7
Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebahagian besar medan yang di ukur tegak
lurus garis kontur. Klasifikasi menurut medan jalan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

2.4. Perencanaan Geometrik


Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik
beratkan pada perencanaan bentuk fisik jalan raya. Tujuan dari perencanaan geometrik jalan
adalah untuk memenuhi fungsi dasar jalan, yaitu memberikan pelayanan kepada pergerakan arus
lalu lintas (kendaraan) secara optimum. Sasaran perencanaan geometrik jalan adalah untuk
menghasilkan design infrastruktur jalan raya yang aman, efisien dalam pelayanan arus lalu
lintas dan memaksimumkan ratio tingkat pengunaan/ biaya pelaksanaan.
Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat, gerakan, dan ukuran kendaraan,
sifat pengemudi dalam mengendalikan kendaraannya, dan karakteristik arus lalu lintas. Hal – hal
tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran
jalan, serta gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dankeamanan yang diharapkan.
Elemen dari perencanaan geometrik jalan adalah :
 Alinyemen horizontal / trase jalan, terutama dititik beratkan pada perancanaan sumbu
jalan.
Pada perencanaan alinyemen horizontal akan terlihat apakah jalan tersebut merupakan jalan lurus,
menikung ke kiri, atau ke kanan. Sumbu jalan terdiri dari serangkaian garis lurus, lengkung
berbentuk lingkaran dan lengkung peralihan dari bentuk garis lurus ke bentuk busur lingkaran.
 Alinyemen vertikal / penampang memanjang jalan
Pada perencanaan alinyemen vertikal akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian,
mendaki atau menurun. Pada perencanaan alinemen vertikal ini dipertimbangkan bagaimana
meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan memperhatikan sifat operasi kendaraan,
keamanan jarak pandang, dan fungsi jalan. Pemilihan alinyemen vertikal berkaitan pula dengan
pekerjaan tanah yang mungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan yang harus dilakukan.
 Penampang melintang jalan
Bagian – bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau tidaknya median, drainase
permukaan, kelandaian lereng tebing galian dan timbunan, serta bangunan pelengkap lainnya.
Jenis-Jenis Tikungan

8
 Full Circle
Full Circle adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian suatu lingkaran
saja. Tikungan full circle hanya bisa digunakan ketika R (jari-jari) besar saja agar tidak
terjari patahan, karena dengan jari-jari kecil diperlukan superelevasi yang besar. Terdapat
persyaratan yang harus dipenuhi untuk menggunakan lengkung full circle dalan
perencanaan suatu jalan. Karena hanya terdiri dari lengkung sederhana saja, maka perlu
adanya lengkung peralihan fiktif (Ls`) untuk mengakomodir perubahan superelevasi
secara bertahap. Bina marga menempatkan ¾ Ls` pada bagian lurus dan ¼ Ls` pada
bagian lengkung • AASHTO menmpatkan 2/3 Ls` pada bagian lurus dan 1/3 Ls` pada
bagian lengkung Persyaratan dalam penggunaan lengkung full circle disajikan pada
Adapun ilustrasi lengkung full circle dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1.2 Full Circle (FC)


Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga (1997.

 Spiral – Circle – Spiral


Spiral – Circle – Spiral (S-C-S) merupakan jenis tikungan yang digunakan sebagai peralihan
dari alinyemen lurus ke alinyemen lingkaran pada tikungan. Tikungan jenis ini mampu
menetralisir gaya sentrifugal secara perlahan sebelum masuk ke jalan yang lurus dan
memberikan jarak pandang yang cukup kepada pengemudi pada saat memasuki tikungan.
Hal ini dapat terjadi karena pada tipe tikungan ini mempunyai dua buah lengkung
tikungan yaitu lengkung peralihan (spiral) dan lengkung circle (Alamsyah 2006). Lc untuk
lengkung type S – C – S sebaiknya ≥ 20 meter. Ilustrasi lengkung spiral-circle-spiral
disajikan pada gambar dibawah ini

9
Gambar 2.1 Spiral – Circle – Spiral
Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga (1997)

 Spiral-Spiral
Spiral-Spiral (S-S) merupakan jenis tikungan yang digunakan untuk peralihan dari alinyemen
lurus alinyemen lurus pada tikungan. Menurut Sukirman (1992), lengkung horizontal
berbentuk spiral-spiral adalah lengkung tanpa busur lingkaran sehingga titik SC berimpit
dengan titik CS. Rc yang dipilih harus sedemikian rupa sehingga Ls yang diperlukan dari Ls
berdasarkan landai relatif lebih besar daripada Ls berdasarkan modifikasi SHORT serta Ls
berdasarkan panjang perjalanan selama 3 detik (Bina Marga) atau selama 2 detik (AASHTO).
Ilustrasi lengkung spiral-spiral disajikan pada gambar dibawa ini

Gambar 2.3 Spiral – Spiral (SS)


Sumber: Direktorat Jendral Bina Marga (1997)

2.5. Perencanaan Perkerasan Lentur


A. Pengertian
Perkerasan lentur atau flexible pavement adalah suatu jenis peikerasan yang menggunakan
aspal sebagai bahan pengikat, dimana lapisan-lapisan perkerasannya sendiri bersifat memikul dan
menyebarkan beban lalu-lintas sampai ke tanah dasar.
B. Jenis – jenis lapisan perkerasan
Lapisan konstniksi perkerasan terdiri dari tiga bagian penting, yaitu :
a) Lapisan permukaan (surface course)

10
Merupakan lapisan yang terletak paling atas dan berfungsi sebagai:
- Lapisan peikerasan penahan bd)an roda, sdiingga hendaknya lapisan memiliki stabilitas
tinggi untuk menahan beban roda selama umur pelayanan.
- Lapisan kedap air, sehingga air yang jatuh di atasnya tidak meresap ke liq)isan-lapisan
di bawahnya dan meiemahkan kq)isan-iapisan tersebut.
- Lapisan aus (wearing course), merupakan lapisan yang langsung menderita gesekan
akibat rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
- Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan bawah.
Guna memenuhi fiingsi tersd)ut di atas, pada umunmya Ij^isan permukaan dibuat dengan
menggunakan bahan pengikat aspal, sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan
stabilitas tinggi dengan daya tahan yang cukup lama. Jenis lapisan permukaan yang sering
dipergunakan di Indonesia dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
- Lapisan nonstniktural Lapisan ini berfimgsi sebagai lapisan aus dan kedap air.Walaupun
bersifat nonstniktural, jenis lapisan permukaan di atas dapat menambah daya tahan
perkerasan terhadap penurunan mutu, sehingga dapat menambah masa pelayanan dari
konstruksi peri^erasan. Jenis perkerasan ini terutama digunakan untuk pemeliharaan
jalan.
- Lapisan struktural Lapisan struktural ini beriimgsi sebagai lapisan yang menahan serta
menyebaikan beban roda, salah satunya adalah Laston (lapis aspal beton), merupakan
lapisan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi
menerus, dicampur, dihanq)ar dan dipadatkan pada suhu tertentu.
b) Lapisan perkerasan yang terdiri dari ;
- Lapisan pondasi atas (base course)

yang terletak antara lapisan pondasi bawah dan lapisan permukaan. Fungsi lapisan pondasi
atas : -

 Merupakan bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.
 Sebagai lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah
 Bantalan terhadap lapisan permukaan. Material yang dipergunakan untuk lapisan ini
haruslah cukup kuat dengan nilai CBR Id)Ui besar dari 50% Jenis lapisan pondasi atas
yang sering dipergunakan di Indonesia antara lain batu pecah kelas A, kelas B dan kelas
C. Kriteria dari masing-masing jenis batu pecah di atas dapat diperoleh dari spesiHkasi
yang diberikan, s^agai contoh diberikan persyaratan gradasi lapisan pondasi atas dengan
batu pecah kelas A.
- Lapisan pondasi bawah (subbase course)

11
Merupakan lapisan perkerasan yang terletak antara lapisan pondasi atas dan lapisan tanah
dasar. Lapisan pondasi bawah ini berfungsi sebagai:
 Bagian dari konstruksi pekerasan yang menyebarkan beban roda ke tanah dasar. Lapisan
ini hams mempunyai nilai CBR yang lebih besar dari 2 0 %
 Material pondasi bawah relatip lebih murah dibandingkan lapisan perkerasan di atasnya,
sehingga teijadi etfisiensi penggunaan material.
 Mengurangi tebal Iintasan atas yang lebih mahal.
 Sebagai lapisan pertama, agar pelaksanaan pembangunan jalan dapat beijalan lancar,
mengingat lemahnya kondisi tanah dasar dalam menahan roda-roda alat-alat berat. –
 Lapisan pencegah masuknya partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan
pondasi atas. Jenis lapisan pondasi bawah yang umum dipo'gunakan di Indonesia antara
lain sirtu kelas A, kelas B dan kelas C.
c) Lapisan tanah dasar (subgrade)
Tanah dasar adalah bagian yang terpenting dari konstruksi jalan, karena lapisan inilah
yang mendukung seluruh konstruksi jalan beserta muatan lalu-lintas di atasnya. Dari bermacam-
macam cara pemeriksaan untuk menentukan kekuatan tanah dasar yang umum dipakai adalah
dengan cara CBR, dimana pada grafik 3.1 harga CBR tersebut dapat dikorelasikan terhadap daya
Dukung tanah Dasar (DDT). Sifat-sitat dan daya dukung lapisan tanah dasar dapat mempengaruhi
kekuatan, keawetan dan mahal atau tidaknya pembangunan jalan tersebut, karena kekuatan tanah
dasar akan menentukan tebal tipisnya lapisan perkerasan. Bila tanah dasar jelek sekali maka tidak
ada jalan lain selain mengganti tanah dasar tersebut dengan tanah lain atau pasir dengan syarat
CBR lebih besar dari 6% Bila dipandang terlalu mahal, maka cara terakhir adalah memindahkan
trace jalan ke tempat lain yang mempunyai daya dukung tanah dasar yang lebih baik.

12
2.6. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan estimasi biaya yang diperlukan
untuk membangun suatu ruas jalan sesuai dengan hasil perencanaan teknik dengan
ketentuan spesifikasi yang telah disusun. Pada umumnya, estimasi biaya tidak
mencakup biaya pengadaan atau pembebasan lahan. Penyusunan rencana
anggaran biaya ini dihitung berdasarkan volume dan harga satuan dari masing-
masing jenis pekerjaan. Berdasarkan perhitungan anggaran biaya ini dapat
diperkirakan besarnya biaya yang dibutuhkan secara keseluruhan.
Perhitungan rencana anggaran biaya pada proyek akhir ini mengacu pada
HSPK wilayah setempat. Volume pada tiap komponen gambar detail akan
dihitung agar dapat menentukan rencana anggaran biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan rencana jalan jalur selatan ini.
Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan perhitungan banyaknya biaya
yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan proyek pembangunan. Secara umum perhitungan RAB dapat
dirumuskan sebagai berikut:
RAB = Σ ( Volume x Harga Satuan Pekerjaan )
Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda- beda di masing-
masing daerah, hal ini disebabkan perbedaan harga satuan bahan dan upah tenaga
kerja. Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan anggaran biaya
suatu bangunan yaitu faktor teknis dan non teknis. Faktor teknis antara lain berupa
ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan
pembangunan serta gambargambar kontruksi bangunan. Sedangkan faktor non
teknis berupa harga-harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja. Dalam
melakukan anggaran biaya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu anggaran biaya
kasar atau taksiran dan anggaran biaya teliti. (Adminstrasi Kontrak dan Anggaran
Borongan).

13
BAB III
METODE PENELITIAN

2.6. Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian merupakan objek penelitian diamana kegiatan penelitian dilakukan.
Penentuan lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah atau memperjelas lokasi yang
menjadi sasaran dalam penelitian. Adapun lokasi penelitian ialah di kuranji, kecamatan kuranji,
kota padang. Penelitian dilakukan pada bulan oktober 2023

2.7. Jenis Penelitian


Metode penyelesaian masalah, tahapan dan data cara penyelesaian beserta data-
data yang telah didapat oleh peneliti. Jalan pasar lalang menggunakan perkerasan
lentur, sehingga dalam evaluasi ini dilakukan perencanaan perkerasan lentur
menggunakan spesifikasi umum 2018 untuk pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan
(revisi 2) . Dalam perencanaan perkerasan jalan yang baru, digunakan data-data
perencanaan seperti data lalu lintas, daya dukung tanah (CBR) dan data geometrik
jalan eksisting berdasarkan peninjauan langsung di lapangan. Karena terbatasnya data-
data yang berhubungan dengan evaluasi dan perencanaan ulang jalan ini, maka
digunakan asumsi perencanaan yang dianggap sama dengan perencanaan jalan ini
sebelumnya.

2.8. Variabel Penelitian


Analisis tingkat pelayanan jalan pasar Lalang, kecamatan kuranji, kota padang
Berikut variabelnya ;
- Kapasitas ruas jalan
- Tingkat pelayanan ruas jalan
- Dan presepsi masyarakat

14
2.9. Teknik pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam perencanaan struktur perkerasan lentur adalah data
primer dan data sekunder. Dikarenakan terbatasnya data-data perencanaan, seperti data
CBR tanah dasar, maka digunakan asumsi CBR tanah perencanaan teknis Jalan Cibadak
– Cikidang – Pelabuhan Ratu untuk evaluasi ruas jalan yang dikaji. Pengumpulan data
sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi terkait, untuk mendapatkan data-data
mengenai parameter-parameter struktur perkerasan kaku. Data-data sekunder tersebut
antara lain :

a. Nilai CBR (berdasarkan rekomendasi dosen pembimbing, dengan asumsi nilai CBR
jalan yang dievaluasi memiliki nilai yang sama dengan CBR tanah dasar perencanaan
teknis Jalan pasar lalang
b. Data status & panjang jalan
c. Peta lokasi jalan
d. Curah Hujan
Selain data-data sekunder yang telah didapatkan dari beberapa instansi yang terkait,
dilakukan juga survey langsung ke lapangan untuk mendapatkan data primer. Data
primer yang didapatkan dari survey langsung ke lapangan antara lain adalah :
 Data Geometrik Jalan
 Data Volume Lalu Lintas
 Survey Perhitungan Lalu Lintas

Setelah data-data primer dan sekunder didapatkan, maka dilakukan studi literatur
untuk mencari data atau keterangan lain yang dibutuhkan dari buku-buku atau teori dari
materi-materi perkuliahan yang telah diberikan. Untuk mendapatkan masukan pemecahan
masalah, dilakukan diskusi antar mahasiswa dan dosen lainnya yang berkompeten dalam bidang
perencanaan jalan.

2.9.1.Pengumpulan Data Primer


Pada tahapan ini, penulis melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari survey
dan pengamatan langsung di lapangan. Beberapa ruang lingkup yang akan dibahas
antara lain :
 pengamatan sendiri mengenai jeni kendaraan yang melewati ruas jalan tersebut dan
juga material yang diangkut oleh kendaraan tersebut.
 Foto visual mengenai geometrik jalan yang ada.

15
2.9.2.Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang terlah tersusun dalam arsip (data dokumentasi)
yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan

Berikut ini adalah data-data sekunder yang didapat dari beberapa instansi yang berkaitan dengan
perencanaan jalan tersebut, antara lain :
- Data Lintas Harian Rata-rata (LHR) yang melintas ruas jalan lalang
- Peta kontur ruas Jalan lalang
- Data daya dukung tanah berupa data CBR (California Bearing Ratio) yang didapat dari
perencanaan teknis Jalan lalang

2.10. Teknik Analisis Data


Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mendapatkan performa dari ruas jalan
dalam melayani lalu lintas yang ada, meliputi :

 Kecepatan arus bebas


 Kapasitas jalan
 Derajat kejenuhan
 Kecepatan tempuh
Adapun Rumus – rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut :
a. Kecepatan Arus Bebas
FV = (FV0 + FVw) x FFVsf x FFVcs
b. Kapasitas Jalan
Dalam MKJI (1997), kapasitas ruas jalan dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut ini :
C = Co × FCw × FCsp × FCsf ×
FCcs
c. Derajat Kejenuhan
Rumus umum derajat kejenuhan:
DS : Q/C

d. Kecepatan Tempuh

Rumus yang digunakan dalam

menghitung waktu tempuh :

V = L / TT

16
2.11. Bagan Alir Penelitian

mulai

Studi literatur

Pengumpulan data

Data primer Data sekunder


1 Data Geometrik Jalan 1 Nilai CBR
2 Data Volume Lalu Lintas 2 Data status & panjang
3 Survey Perhitungan Lalu jalan
3 Peta lokasi jalan
Lintas
4 Curah Hujan
4 Dokumentasi

Metode berdasarkan
spesifikasi umum 2018 untuk
pekerjaan konstruksi jalan
dan jembatan (revisi 2)

Analisis dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

selesai

17

Anda mungkin juga menyukai