Anda di halaman 1dari 26

No.

Inventaris:

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN JALAN TERHADAP JALAN


ALTERNATIF MENGGUNAKAN METODE PCI
(STUDI KASUS UJONG BLANG KECAMATAN BANDA SAKTI KOTA
LHOKSEUMAWE)

Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh


Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Diusulkan oleh,

DEA PRAMUDITA SARAGIH


200110011

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat


Allah SWT yang telah memberikan Nikmat, Rahmat, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan tepat waktu. Shalawat
beserta salam tak lupa pula dihadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabat beliau sekalian yang mana telah membawa kita ke alam
yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Seiring dengan selesainya penulisan Proposal Skripsi ini penulis sangat
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dosen Pengasuh Mata Kuliah Metode Penelitian dan Presentasi Bapak Dr. Ir.
Wesli, MT
2. Ayah dan Ibu serta seluruh keluarga yang memotivasi penulis
3. Seluruh teman dan pihak yang membantu penulis menyelesaikan proposal
skripsi
Dalam penyusun proposal tugas akhir ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan ketidak-sempurnaan yang penulis lakukan dan kerjakan. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
proposal skripsi ini dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Lhokseumawe, Oktober 2022


Penulis,

Dea Pramudita Saragih


200110011
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................5
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian...................................................5
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN.................................................................6
2.1 Jalan Raya...................................................................................................6
2.1.1 Definisi jalan..............................................................................6
2.2 Klasifikasi Jalan.........................................................................................6
2.2.1 Klasifikasi berdasarkan peran atau fungsi.................................7
2.2.2 Klasifikasi berdasarkan kewenangan pembinaan jalan.............8
2.2.3 Klasifikasi berdasarkan operasional / kelas jalan......................9
2.3 Jaringan Jalan.............................................................................................9
2.4 Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Jalan.............................................11
2.5 Jenis-Jenis Kerusakan Jalan....................................................................11
2.6 Metode PCI (Pavement Condition Index).............................................15
2.6.1 Tingkat kerusakan (severity level)...........................................16
2.6.2 Kerapatan (density)..................................................................16
2.6.3 Nilai pengurangan (deduct value)............................................17
2.6.4 Nilai pengurangan total (total deduct value, TDV)..................17
2.6.5 Nilai pengurangan terkoreksi (corrected deduct value, CDV) 17
2.6.6 Nilai PCI..................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transportasi merupakan prasarana yang sangat penting dalam memperlancar
kegiatan hubungan perekonomian. Dengan adanya transportasi yang baik
merupakan suatu faktor pendukung utama untuk menentukan majunya
pertumbuhan perekonomian suatu daerah atau negara. Tersedianya jalan raya
yang baik akan memberikan pelayanan terhadap kendaraan yang mengangkut
barang-barang kebutuhan dan dapat lewat dengan cepat, aman dan nyaman sampai
ke tujuan. Disamping pembangunan jalan baru, Kerusakan jalan yang terjadi di
jalan menimbulkan kerugian yang sangat besar terutama bagi pengguna jalan
seperti waktu tempuh yang lama, kemacetan, kecelakaan dan lain-lain. Secara
umum, penyebab kerusakan jalan ada berbagai sebab yaitu umur rencana jalan
yang telah dilewati, genangan air pada permukaan jalan. Pengawasan dan
pemeliharaan terhadap jalan-jalan yang sudah ada harus tetap dilaksanakan terus
menerus agar tidak mengalami kerusakan sebelum umur rencana yang
diperhitungkan tercapai.
Jalan Ujong Blang, Kecamatan Banda Sakti merupakan jalan yang terletak
pada Kota Lhokseumawe, jalan ini merupakan salah satu alternatif yang
digunakan oleh masyarakat sebagai sarana pergerakan lalu lintas untuk melakukan
aktifitas atau perpindahan dari suatu daerah ke daerah lain. Pada umumnya jalan
alternatif Ujong Blang, Kecamatan Banda Sakti sudah hampir mencapai kondisi
baik, akan tetapi pada segmen tertentu masih terdapat kondisi jalan yang
mengalami kerusakan-kerusakan yang dapat menggangu aktifitas pengguna jalan
sehingga dapat mempengaruhi waktu tempuh kendaraan menjadi lebih pelan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat dan jenis kerusakan yang
terjadi pada jalan tersebut dan mengetahui pengaruhnya terhadap kecepatan
kendaraan yang melintasi jalan alternatif tersebut (Wirnanda et al., 2018).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat di identifikasi
rumusan masalahnya yaitu seberapa besar faktor-faktor penyebab kerusakan jalan
dan jenis tingkat kerusakan yang ada di Jalan Alternatif Ujong Blang, Kecamatan
Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut, yaitu untuk mengetahui besarnya faktor-faktor
penyebab yang terjadi pada kerusakan jalan dan jenis kerusakan apa yang terjadi
di Jalan Alternatif Ujong Blang, Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka manfaat yang dapat dirangkumkan
adalah sebagai berikut, yaitu dengan mengetahui faktor-faktor kerusakan pada
jalan yang akan diteliti dan jenis tingkat kerusakan jalan maka hasil penelitian ini
dapat menjadi rujukan terhadap pemerintah sebagai bahan pertimbangan untuk
melalukan perbaikan pada jalan Alternatif Ujong Blang, Kecamatan Banda Sakti
Kota Lhokseumawe.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian


Berdasarkan latar belakang objek penelitian di Jalan Alternatif Ujong Blang,
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe.
1. Penelitian ini hanya mengevaluasi faktor-faktor dan jenis kerusakan di
permukaan jalan
2. Waktu penelitian dilakukan kurang lebih 4 minggu
3. Penelitian ini menggunakan metode PCI
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Jalan Raya


Jalan raya adalah suatu lintasan yang digunakan untuk lalu lintas dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Lintasan adalah jalur tanah yang diperkuat atau
diperkeras dan jalur tanpa perkerasan tergantung volume lalu lintas. Lalu lintas
adalah semua benda dan makhluk yang melewati jalan, baik kendaraan bermotor
maupun kendaraan tidak bermotor (Kusmaryono, n.d.)
Menurut Undang-Undang Jalan No. 38/2004, jalan adalah suatu prasarana
transpotasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap
dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Beberapa jenis jalan di dalam Undang-Undang Jalan No. 38/2004, yaitu jalan
umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, jalan khusus
adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan, atau
kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri, jalan tol adalah jalan umum
yang merupakan bagian system jaringan jalan dan sebagai nasional yang
penggunaannya diwajibkan membayar tol (Kusmaryono, n.d.)

2.2 Klasifikasi Jalan


Semakin berkembang pesatnya angkutan darat, terutama bagi kendaraan
bermotor yang meliputi jenis ukuran dan jumlah maka masalah kelancaran arus
lalu lintas keamanan, kenyamanan, dan daya dukung dari perkerasan jalan harus
menjadi perhatian,oleh karena itu perlu adanya pembatasan-pembatasan pada
jalan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 26 jalan-jalan dilingkungan perkotaan
terbagi dalam jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder (Hadihardaja,
1997).
2.2.1 Klasifikasi berdasarkan peran atau fungsi
Secara umum klasifikasi fungsi atau peran jalan dibagi menjadi tiga kelas
utama, yaitu: jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal. Pembagian kelas tersebut
didasarkan atas jarak pelayanan, besarnya volume lalu lintas serta kecepatan gerak
yang dibutuhkan. Untuk itu setiap ruas jalan memiliki kriteria yang berbeda antara
yang satu dengan lainnya, terutama berkaitan dengan mobilitas dan jumlah jalan
masuk (akses) yang dibutuhkan.
A. Jalan arteri
Jalan arteri memiliki fungsi melayani lalu lintas utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan tinggi dengan jumlah jalan masuk atau akses
dibatasi secara efisien.
B. Jalan kolektor
Jalan kolektor berfungsi sebagai pengumpul (collector) dan sebagai distribusi
(distributor) arus lalu lintas ke jalan arteri atau jalan lokal. Cirinya adalah
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang atau jumlah akses dibatasi.
C. Jalan lokal
Jalan lokal berperan melayani arus lalu lintas lokal, dengan ciri-ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rendah dan akses ke jalan lokal tersebut tidak dibatasi.
Klasifikasi fungsional jalan seperti diterapkan dalam Peraturan Pemerintah
nomor 26 tahun 1985 tentang jalan adalah sebagai berikut:
A. Pembina jalan wajib mengusahakan agar jalan dapat mendorong kea rah
terwujudnya keseimbangan antar daerah dalam tingkat pertumbuhannya
dengan mempertimbangkan satuan wilayah pengembangan dan orientasi
geografis pemasaran sesuai dengan struktur pengembangan wilayah tingkat
nasional yang dituju.
B. Dalam usaha mewujudkan pelayanan jasa distribusi yang seimbang. Pembina
jalan wajib memperhatikan bahwa jalan merupakan satu kesatuan sistem
jaringan jalan tersendiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hirarki.
2.2.2 Klasifikasi berdasarkan kewenangan pembinaan jalan
Klasifikasi jalan berdasarkan status dan kewenangan penyelenggaraannya
terbagi menjadi:
A. Wewenang perencanaan teknis
Wewenang perencanaan teknis dan pembangunan jalan untuk masing-masing
klasifikasi jalan adalah sebagai berikut:
1. Jalan arteri pada jaringan primer ada pada Menteri KIMPRASWIL atau
diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara Jalan Tol.
2. Jalan kolektor pada jaringan jalan primer ada pada Menteri
KIMPRASWIL atau duserahkan kepada Pemerintah Provinsi atau
Pemerintah Kabupaten / Kota
3. Jalan lokal pada jaringan jalan primer diserahkan kepada Pemerintah
Kabupaten / Kota
4. Jalan pada jaringan jalan sekunder ada pada Pemerintah / Kota
5. Jalan khusus ada pada pejabat / instansi di Kimpraswilsat /daerah atau
badan hokum atau perorangan yang bersangkutan.
B. Wewenang pemeliharaan jalan
Pelaksanaan pemeliharaan jalan untuk masing-masing klasifikasi jalan adalah
sebagai berikut:
1. Jalan arteri pada jaringan jalan primer ada pada Menteri KIMPRASWIL
atau dilimpahkan kepada Pemerintah Provinsi atau kepada Badan Usaha
Milik Negara Jalan Tol.
2. Jalan kolektor pada jaringan jalan primer ada pada Menteri
KIMPRASWIL atau dilimpahkan kepada pejabat / instant di daerah atau
Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten / Kota.
3. Jalan lokal pada jaringan jalan primer diserahkan kepada Pemerintah
Kabupaten / Kota
4. Jalan pada jaringan sekunder ada pada Pemerintah Kabupaten / Kota
2.2.3 Klasifikasi berdasarkan operasional / kelas jalan
Di dalam Undang-Undang No. 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993
telah dirumuskan klasifikasi jalan sebagai berikut:
A. Jalan kelas I
yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih
besar dari 10 ton.
B. Jalan kelas II
yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton.
C. Jalan kelas III A
yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500, ukuran panjang
tidak melebihi 18.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8
ton.
D. Jalan kelas III B
yaitu jalan kolektor yang dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 millimeter, ukuran panjang tidak melebihi
12.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
E. Jalan kelas III C
yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 9.000 milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

2.3 Jaringan Jalan


Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang
berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hirarkis. Sistem
Jaringan Jalan menurut peranan perjalanan jasa distribusi diklasifikasikan sebagai
berikut:
A. Sistem jaringan primer
Yaitu sistem jaringan jalan yang berperan sebagai pelayanan jasa distribusi
untuk pengembangan semua wilayah ditingkat Nasional. Sistem jaringan
jalan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur
pengembangan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan simpul-
simpul jasa distribusi sebagai berikut:
1. Dalam satuan wilayah pengembangan menghubungkan secara menerus
kota jenjang kesatu (Pusat Kegiatan Nasional), kota jenjang kedua (Pusat
Kegiatan Wilayah), kota jenjang ketiga (Pusat Kegiatan Lokal), dan kota
jenjang dibawahnya sampai ke persli dalam Satuan Wilayah
Pengembangan.
2. Jalan artikel primer menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak
berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang kedua.
3. Jalan kolektor primer menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang ketiga.
4. Jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau menghubungkan
kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga
dengan kota jenjang dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau
kota dibawah jenjang ketiga sampai persil.
B. Sistem jaringan jalan sekunder
Yaitu sistem jaringan jalan yang berperan sebagai pelayanan jasa distribusi
untuk masyarakat di dalam kota. Sistem jaringan jalan sekunder disusun
mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang yang menghubungkan kawasan-
kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi
sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
Hirarki jalan sekunder yaitu:
1. Jalan artikel sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua.
2. Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder ketiga.
3. Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, menghubungkan kawasan kedua dengan perumahan, kawasan
sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan (Kusmaryono, n.d.)

2.4 Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Jalan


Menurut (Sukirman, 1999) faktor-faktor kerusakan pada konstruksi
kerusakan jalan dapat disebabkan oleh lalu lintas, dapat berupa peningkatan dan
repetasi beban, air, yang dapat berupa air hujan, sistem drainase yang tidak baik,
naiknya air akibat kapilaritas, material Konstruksi perkerasan, dalam hal ini
disebabkan oleh sifat material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem
pengelolaan bahan yang tidak baik, iklim, Indonesia beriklim tropis dimana suhu
udara dan curah hujan umumnya tinggi, yang merupakan salah satu penyebab
kerusakan jalan, kondisi tanah dasar yang tidak setabil, kemungkinan disebabkan
oleh sistem pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat
tanah yang memang jelek, proses pemadatan lapisan diatas tanah yang kurang
baik.

2.5 Jenis-Jenis Kerusakan Jalan


(Hardiyatmo, 2007) menyatakan bahwa jenis-jenis kerusakan jalan dapat
diklasifikasikan: deformasi, retak (crack), kerusakan di pinggir perkerasan,
kerusakan tekstur permukaan jalan, lubang (potholes), tambalan dan tambalan
galian utilitas (patching and utility cut patching).
A. Deformasi
Deformasi adalah suatu perubahan permukaan jalan dari profil aslinya
(sesudah pembangunan). Mengacu pada AUSTROADS (1987) dan Shahin
(1994), beberapa tipe deformasi perkerasan lentur adalah:
1. Bergelombang (corrugation)
Yaitu kerusakan akibat terjadinya deformasi plastis yang menghasilkan
gelombang-gelombang melintang atau tegak lurus perkerasan aspal
(Hardiatmo, 2007).
2. Alur (rutting)
Yaitu deformasi permukaan perkerasan aspal dalam bentuk turunnya
perkerasan kearah memanjang pada lintasan roda kendaraan. Distorsi
permukaan jalan yang membentuk alur-alur terjadi oleh akibat beban lalu
lintas yang berulang-ulang pada lintasan roda sejajar dengan as jalan.
3. Ambles (depression)
Yaitu penurunan perkerasan yang terjadi pada area terbatas yang mungkin
dapat diikuti dengan retakan. Penurunan ditandai dengan adanya
genangan air pada permukaan perkerasan yang membahayakan lalu lintas
yang lewat.
4. Sungkur (shoving)
Yaitu perpindahan permanen secara lokal dan memanjang dari permukaan
perkerasan yang disebabkan oleh beban lalu lintas. Ketika lalu lintas
mendorong perkerasan, maka mendadak timbul gelombang pendek di
permukaannya.
5. Mengembang (swell)
Yaitu gerakan ke atas lokal dari perkerasan akibat pengembangan (atau
pembekuan air) dari tanah dasar atau dari bagian struktur perkerasan.
6. Benjol dan penurunan (bump and sags)
Yaitu gerakan atau perpindahan ke atas, bersifat lokal dan kecil, dari
permukaan perkerasan aspal. Sedangkan penurunan (sags) yang juga
berukuran kecil, merupakan gerakan ke bawah dari permukaan perkerasan
(Shahin, 1994).
B. Retak (crack)
Menurut (Hardiyatmo, 2007) retak dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Hal
ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor dan melibatkan mekanisme yang
kompleks. Mengacu pada AUSTROADS (1987), retak pada perkerasan lentur
dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu:
1. Retak memanjang (longitudinal crack)
Retak berbentuk memanjang pada perkerasan jalan dapat terjadi dalam
bentuk tunggal atau berderet yang sejajar dan kadang-kadanh sedikit
bercabang.
2. Retak melintang (transverse crack)
Yaitu retak tunggal (tidak bersambungan satu sama lain) yang melintang
perkerasan.
3. Retak diagonal (diagonal crack)
Yaitu retak yang tidak bersambungan satu sama lain yang arahnya
diagonal terhadap perkerasan.
4. Retak berkelok-kelok (meandering)
Yaitu retak yang tidak saling berhubungan, polanya tidak teratur dan
arahnya bervariasi biasanya sendiri-sendiri.
5. Retak reflektif sambungan (joint reflective crack)
Kerusakan ini umumnya terjadi pada permukaan perkerasan aspal yang
telah dihamparkan di atas perkerasan beton semen Portland (Portland
Cement Concrete, PCC).
6. Retak blok (block crack)
Retak blok ini berbentuk blok-blok besar yang saling bersambungan
dengan ukuran sisi blok 0,2 – 3 meter dan dapat membentuk sudut atau
pojok yang tajam.
7. Retak kulit buaya (alligator crack)
Yaitu retak yang berbentuk sebuah jaringan dari bidang bersegi
menyerupai kulit buaya, dengan lebar celah lebih besar atau sama dengan
3 mm.
8. Retak slip (slippage crack) atau retak bentuk bulan sabit (crescent shape
crack)
Retak slip atau retak berbentuk bulan sabit diakibatkan oleh gaya
horizontal yang berasal dari kendaraan. Retakan ini sering terjadi pada
tempat kendaraan mengerem yaitu pada saat turun dari bukit.
C. Kerusakan di pinggir perkerasan
Kerusakan di pinggir perkerasan adalah retak yang terjadi di sepanjang
pertemuan antara permukaan perkerasan aspal dan bahu jalan, lebihlebih bila
bahu jalan tertutup (unsealed). Kerusakan ini terjadi secara lokal atau bahkan
bisa memanjang di sepanjang jalan, dan sering terjadi di salah satu bagian
jalan atau sudut. Mengacu pada AUSTROADS (1987), kerusakan di pinggir
perkerasan aspal dapat dibedakan menjadi:
1. Retak pinggir (edge eracking) pinggir pecah (edge breaks)
Retak pinggir biasanya terjadi sejajar dengan pinggir perkerasan dan
berjarak 0,3 – 0,6 m dari pinggir. Pinggir turun (edge drop-off).
Merupakan beda evalasi antara pinggir perkerasan dan bahu jalan.
2. Pinggir turun (edge drop-off)
Merupakan beda evalasi antara pinggir perkerasan dan bahu jalan.
D. Kerusakan tekstur permukaan jalan
Beberapa kerusakan yang tidak di perbaiki dapat mengakibatkan
berkurangnya kualitas sruktur perkerasan. Kerusakan tektur permukaan aspal
dapat di bedakan menjadi:
1. Butiran lepas (raveling)
Yaitu disintegrasi permukaan perkerasan aspal melalui pelepasan partikel
agregrat yang berkelanjutan, berawal dari permukaan perkerasan menuju
ke bawah atau dari pinggir ke dalam.
2. Kegemukan (bleeding)
Yaitu hasil dari aspal pengikat yang berlebihan, yang bermigrasi ke atas
permukaan perkerasan. Kelebihan kadar aspal atau terlalu rendahnya
kadar udara dalam campuran dapat mengakibatkan kegemukan.
3. Agregat licin (polished aggregate)
Yaitu licinnya permukaan pada bagian atas perkerasan akibat ausnya
agregat di permukaan.
4. Terkelupas (delamination)
Kerusakan permukaan terjadi akibat terkelupasnya lapisan aus dari
permukaan perkerasan. Adapun cara perbaikan kerusakan ini adalah
dengan penghamparan lapis tambahan (overlay).
5. Stripping
Stripping adalah suatu kondisi hilangnya agregat kasar dari bahan penutup
yang disemprotkan, yang menyebabkan bahan pengikat dalam kontak
langsung dengan ban. Perbaikan kerusakan jenis ini dapat dilakukan
dengan cara penghamparan lapis tambahan (overlay) tipis (Hardiyatmo,
2007).
E. Lubang (potholes)
Menurut (Hardiyatmo, 2007) lubang adalah lekukan permukaan perkerasan
akibat hilangnya lapisan aus dan material lapis pondasi (base). Shahin (1994)
pertumbuhan kerusakan lubang tersebut akan dipercepat berkumpulnya air
dalam lubang.
F. Tambalan dan Tambalan Galian Ultilitas (patching dan utility cut patching)
Menurut Hardiyatmo (2007) tambalan (patching) yaitu penutupan bagian
perkerasan yang mengalami perbaikan. Tambalan kerusakan dapat
tidak/diikuti oleh hilangnya kenyamanan kendaraan (kegagalan fungsional)
atau rusaknya sruktur perkerasan.

2.6 Metode PCI (Pavement Condition Index)


Menurut Shahin (1994) dan (Hardiyatmo, 2007), indeks kondisi perkerasan
adalah tingkatan dari kondisi permukaan perkerasan dan ukuran yang ditinjau
mengacu pada kondisi dan kerusakan di permukaan perkerasan yang terjadi. PCI
(Pavement Condition Index) ini merupakan indeks numerik yang nilainya berkisar
antara 0-100. Penilaian kondisi perkerasan diperlukan untuk mengetahui nilai
Pavement Condition Index (PCI), ada beberapa parameter metode Pavement
Condition Index (PCI) untuk menentukan nilai agar mengetahui bagaimana
keadaan perkerasan jalan yang diamati Nilai PCI dapat dilihat pada Tabel 2.1
berikut ini:
Tabel 2.1 Nilai PCI (Pavement Condition Index)
Nilai PCI Kondisi

0-10 Gagal (Failed)


11-25 Sangat buruk (Very poor)
26-40 Buruk (Poor)
41-55 Sedang (Fair)
56-70 Baik (Good)
71-85 Sangat baik (Very good)

86-100 Sempurna (Excellent)

Sumber : Shahin (1994)

2.6.1 Tingkat kerusakan (severity level)


Menurut Hardiyatmo (2007), severity level adalah tingkat kerusakan pada
tiap-tiap jenis kerusakan. Tingkat kerusakan yang digunakan dalam perhitungan
PCI adalah low severity level (L), medium severity level (M), dan high severity
level (H).

2.6.2 Kerapatan (density)


Menurut (Hardiyatmo, 2007) kerapatan merupakan persentse luas atau
panjang total dari satu jenis kerusakan terhadap luas atau panjang total bagian
jalan yang diukur untuk dijadikan sampel. Kerapatan dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut:

Ad
Density= ×100 % ..............................................................................(2.1)
As
Ld
Density= × 100 %..............................................................................(2.2)
As

di mana:
Ad = Luas total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m²)
Ld = Panjang total jenis kerusakan untuk tiap tingkat kerusakan (m)
As = Luas total unit segmen (m²)
2.6.3 Nilai pengurangan (deduct value)
Nilai pengurangan DV (deduct value) adalah suatu nilai pengurangan untuk
setiap jenis kerusakan yang diperoleh dari kurva hubungan kerapatan (density)
dan tingkat keparahan kerusakan (severity level) (Hardiyatmo, 2007).

2.6.4 Nilai pengurangan total (total deduct value, TDV)


Menurut (Hardiyatmo, 2007) nilai pengurangan total adalah jumlah total
dari nilai pengurangan pada masing-masing unit sampel atau nilai total dari
individual deduct value untuk tiap jenis kerusakan dan tingkat kerusakan yang ada
pada suatu unit segmen.

2.6.5 Nilai pengurangan terkoreksi (corrected deduct value, CDV)


Menurut (Hardiyatmo, 2007) Corrected deduct value (CDV) diperoleh dari
kurva hubungan antara nilai TDV dengan nilai CDV dengan pemilihan lengkung
kurva sesuai dengan jumlah nilai individual deduct value yang mempunyai nilai
lebih besar dari 2.

2.6.6 Nilai PCI


Menurut (Hardiyatmo, 2007) setelah nilai CDV diperoleh maka nilai PCI
untuk setiap unit sampel dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

PCI ( s )=100 – CDV .................................................................................(2.3)


Σ PCI (s)
PCI= ........................................................................................(2.4)
N

di mana:
PCI (s) = Pavement Condition Index untuk setiap unit sampel.
CDV = Corrected Deduct Value dari setiap unit sampel.
PCI = nilai PCI rata-rata dari keseluruhan area penelitian.
PCI (s) = nilai PCI untuk setiap unit sampel
N         = jumlah unit s
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian


Tahapan pelaksanaan penelitian merupakan kegiatan sebelum memulai
pengumpulan data dan pengelolahannya. Kegiatan yang dilakukan diantaranya
persiapan jenis data yang akan diambil di lokasi penelitian, penandaan setiap
segmen yang akan di teliti ± 200 m. Pengambilan data ini dilakukan dengan
observasi langsung di lokasi penelitian. Langkah- langkah yang akan dilakukan
dalam menganalisis data untuk menentukan nilai PCI adalah menghitung density
yang merupakan presentase luasan kerusakan terhadap, menghitung nilai
pengurangan (deduct value) untuk masing-masing unit penelitian,menghitung
nilai total pengurangan (total deduct value/TDV) untuk masing-masing unit
penelitian, menghitung koreksi nilai pengurangan (corrected deduct value/ CDV)
untuk masing-masing unit penelitian, menghitung nilai PCI (pavement condition
index) untuk masing-masing unit penelitian, kemudian menghitung rata-rata nilai
PCI dari semua unit penelitian pada suatu jalan yang diteliti untuk mendapatkan
nilai PCI dari jalan tersebut. Dalam tahap ini disusun hal-hal penting untuk
mengefektifkan waktu dan kegiatan yang akan ditentukan. Adapun tahapan
tersebut antara lain: Studi literatur diperlukan sebagai acuan penelitian yang
berhubungan dengan permasalahn kerusakan jalan dengan menggunakan Metode
PCI. Persiapan survei lapangan: survei kondisi kerusakan jalan dilakukan dengan
berjalan kaki sepanjang jalan, setiap segmen diperiksa tipe kerusakan dan tingkat
keparahannya dicatat, pemeriksaan dilakukan dengan mengukur luasan serta
kedalaman kerusakan, Untuk setiap tipe dan luas kerusakan dicatat dalam from
yang tersedia, melalukan dokumentasi pada saat pengumpulan data, mengambil
data lalu lintas harian berupa jenis kendaraan dan volume kendaraan. Data ini
diperlukan untuk menghitung volume lalu lintas harian rata-rata sehingga dapat
diketahui jenis dan kelas jalan. Menganalisis data yang nantinya akan diubah
untuk menjadi sebuah informasi, data tersebut menjadi mudah untuk dipahami
dan dapat digunakan sebagai solusi dari suatu permasalahan.
Untuk melakukan analisa kerusakan jalan perlu dipersiapkan beberapa
peralatan yaitu kamera yang akan digunakan untuk mengambil dokumentasi
kerusakan jalan yang ada di lokasi penelitian, buku catatan dan pena digunakan
untuk mencatat hasil data kerusakan perkerasan jalan yang ada di lokasi
penelitian, dan terakhir meteran digunakan untuk mengukur panjang kerusakan
disetiap segmen penelitian.

3.2 Lokasi  dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian yang menjadi studi kasus adalah Jalan Ujong Blang
Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe yang digunakan sebagai jalan
alternatif dimana jalan ini merupakan salah satu akses yang menghubungkan jalan
ke kota Lhokseumawe.

Gambar 3.1 lokasi penelitian

Waktu kegiatan penelitian dimulai selama 4 minggu. Dalam penelitian ini


waktu dan pelaksanaan pengambilan data harus disusun secara baik, agar pada
saat pelaksanaan penelitian data diperoleh sesuai keadaan dilapangan.
Pelaksanaan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 – 17.00 WIB.

3.3 Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis data
yang berbeda yaitu data primer dan data sekunder. Berikut di bawah ini
merupakan penjelasan dari data primer dan data sekunder.
3.3.1 Data primer
Data primer adalah data mentah atau data yang belum diolah, paada
penelitian ini data primer didapat dan diperoleh langsung dari hasil kegiatan
pengujian yang dilakukan saat survei di lapangan. Untuk data primer yang
digunakan diperlihatkan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Data Primer


No Jenis Data Parameter Cara Sumber Fungsi
Perolehan
1. Geometrik Survey Untuk
Jalan Lapangan Memaksimalkan
Tingkat
Pelayanan Arus
Lalu Lintas

2. Tingkat Ditinjau Survei Untuk


Kerusakan Langsung di Lapangan Mengetahui
Lapangan Tingkat
Kerusakan Jalan

3. Luas L Survei Survei Untuk


Kerusakan Kondisi Lapangan Menghitung
Perkerasan Luas Pada
dan cara Kondisi
pengolahan Kerusakan Jalan

3.3.2 Data sekunder


Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai referensi
seperti buku dan jurnal yang sangat berhubungan dengan teknik/prosedur
pelaksanaan pengerjaan dalam metode PCI. Data sekunder yang digunakan
diperlihatkan pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Data Sekunder
No Jenis Data Cara Sumber Fungsi
Perolehan
1. Kelas Jalan Studi Spesifikasi Umum Untuk Mengetahui
Literatur PCI dan Menghitung
Kelas Jalan
2. Banyak nya Studi Untuk menghitng
Pengendara Literatur volume yang
Yang melintasi jalan
Melintasi Jalan
3. Jenis Studi Buku Kerusakan Untuk Mengetahui
kerusakan Literatur Jalan Jenis-Jenis Kerusakan
Jalan Jalan

3.4 Analisis Data


Analisa data merupakan pekerjaan yang terintegrasi setelah data didapatkan,
kemudian dikumpulkan dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan. Dalam
metode dan perhitungan analisa data yang diperoleh dari hasil survei serta data
primer dan data sekunder yang didapat, akan dianalisa kedalam metode PCI
(Pavement Condition Index) yang telah diuraikan dalam Bab II (Tinjauan
Pustaka).

3.4.1 Menentukan tingkat kerusakan jalan


Setelah dilakukan analisis di lapangan, ruas jalan tersebut banyak
mengalami kerusakan, baik tingkat kerusakan ringan, kerusakan sedang, maupun
kerusakan berat, sehingga kerusakan-kerusakan tersebut sangat mengganggu
kenyamanan aktivitas pengguna jalan, terutama masyarakat disekitarnya. Tingkat
kerusakan yang terjadi pada ruas jalan ± 200 meter tersebut dibagi kedalam tiga
kategori yaitu: kerusakan ringan (low), kerusakan sedang (medium), kerusakan
berat (high).
3.4.2 Geometrik jalan
Ruas jalan ini merupakan jalan dengan satu jalur dua arah, dengan lebar
perkerasan ± 5 meter pada keadaan jalan yang padat, sehingga sebagian besar
badan jalan mudah mengalami kerusakan yang mengakibatkan kinerja jalan
kurang maksimal, dan sebagian besar drainase jalan tidak berfungsi dengan baik,
bahkan banyak drainase yang mengalami kerusakan yang mengakibatkan tidak
lancarnya pembuangan air hujan atau air yang masuk ke badan jalan yang
mengakibatkan genangan. Sehingga air menyerap kedalam struktur perkerasan
dan menyebabkan lemahnya struktur perkerasan jalan yang mengakibatkan
kerusakan.

3.5 Penelusuran Penelitian Terdahulu


Menurut (Yunardhi, 2019)

Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu


No Nama Penulis dan Spesifikasi Hasil
Judul Penelitian
1. (Yunardhi, 2019)
Analisan
Kerusakan Jalan
Dengan Metode
PCI dan Alternatif
Penyelesaiannya
(Studi Kasus: Ruas
Jalan D.I Panjaitan)
DAFTAR PUSTAKA

Hadihardaja, J., 1997. Rekayasa Jalan Raya. Jakarta: Gunadarma.


Hardiatmo, H., n.d. C, 2007, Pemeliharaan Jalan Raya, Edisi pertama.
Hardiyatmo, H.C., 2007. Pemeliharaan Jalan Raya, Edisi Pertama. Gadja Mada
Universitisy Press. Yogyakarta.
Kusmaryono, I., n.d. Buku Ajar Rekayasa Jalan Raya 1.
Kusmaryono, I., n.d. Buku Ajar Rekayasa Jalan Raya 1.
Shahin, M.Y., 1994. Pavement management for airports, roads, and parking lots.
Sukirman, S., 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya.’’Bandung: Penerbit Nova.
Suryadharma, H., & Susanto, B., Cetakan Pertama (1999), Rekayasa Jalan
Raya.
Wirnanda, I., Anggraini, R., Isya, M., 2018. Analisis Tingkat Kerusakan Jalan
Dan Pengarunya Terhadap Kecepatan Kendaraan (Studi Kasus: Jalan
Blang Bintang Lama Dan Jalan Teungku Hasan Dibakoi). Jurnal Teknik
Sipil 1, 617–626.
Yunardhi, H., 2019. Analisa Kerusakan Jalan Dengan Metode PCI dan Alternatif
Penyelesaiannya (Studi Kasus: Ruas Jalan di Panjaitan). Teknologi Sipil 2.

Anda mungkin juga menyukai