PROPOSAL PENELITIAN
Disusun oleh:
RIDWAN FEBRIYANSYAH
120210024
LAMPUNG SELATAN
2022
ANALISA KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL METODE
MKJI (STUDI KASUS : JALAN KASWARI – JALAN LAPAS
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN)
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan kelulusan mata kuliah metode penelitian
Disusun oleh:
RIDWAN FEBRIYANSYAH
120210024
LAMPUNG SELATAN
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaiakan Proposal
Penelitian dengan judul “Analisa Kinerja Simpang Tak Bersinyal Metode MKJI
(Studi Kasus : Jalan Kaswari – Jalan Lapas Kabupaten Lampung Selatan).”
Penulis dalam menyelesaikan Proposal Penelitian ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Kedua Orang Tua beserta seluruh anggota keluarga tercinta atas doa dan
dukungannya kepada penulis.
2. Arif Rohman, S.T., M.T., Ph.D., sebagai ketua Jurusan Teknologi Infrastruktur
dan Kewilayahan Institut Teknologi Sumatera.
3. Syahidus Syuhada, S.T., M.T., selaku ketua Program Studi Teknik Sipil Institut
Teknologi Sumatera.
4. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A.., selaku dosen pengampu yang telah
memberikan bimbingan hingga selesainya laporan Proposal Penelitian ini.
5. M. Gilang Indra Mardika, S.T., M.T., selaku dosen pengampu yang telah
memberikan bimbingan hingga selesainya laporan Proposal Penelitian ini.
6. Seluruh teman – teman Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi
Sumatera.
7. Seluruh teman – teman Himpunan Mahasiswa Sipil Institut Teknologi
Sumatera.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Jalan merupakan prasarana lalu lintas yang sangat penting bagi mobilitas
masyarakat. Salah satu bagian dari prasarana jalan adalah simpang yang merupakan
simpul pertemuan setiap ruas jalan sehingga kinerja suatu simpang akan
mempengaruhi kinerja ruas jalan secara keseluruhan. Optimalisasi fungsi simpang
perlu dilakukan jika ingin meningkatkan kinerja simpang dan jaringan jalan secara
keseluruhan.
Kampus ITERA merupakan salah satu kampus negeri yang terletak pada Provinsi
Lampung, Kabupaten Lampung Selatan yang memiliki jumlah mahasiswa
meningkat setiap tahunnya. Rata-rata mahasiswa baru kampus ITERA memilih
untuk tinggal di dekat kampus itu sendiri, dimana jalan di dekat kampus ITERA
memiliki simpang yang berada pada Jalan Kaswari yang menghubungkan Jalan
Lapas dan Gang Masjid. Beberapa hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah
dengan meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi ini menyebabkan tingkat
mobilisasi dan kebutuhan sarana transportasi meninggi, hal ini menjadi salah
satu penyebab yang memicu permasalahan pada lalu-lintas. Seperti contohnya
pada persimpangan ini, kerap terjadi kemacetan yang disebabkan oleh berbagai
macam faktor seperti hambatan samping, tingginya populasi kendaraan yang tidak
di imbangi dengan ketersediaan infrastruktur (prasarana) jalan yang memadai.
Kondisi di atas menyebabkan yang sering terjadinya kemacetan pada persimpangan
ini berarti terjadinya tundaan pada kendaraan, yang berakibat bertambahnya biaya
operasional dan waktu tempuh kendaraan. Masalah ini sangat terasa pada jam-jam
sibuk, sehingga perlu dianalisis untuk kemudian dicari pemecahannya. Melihat
permasalahan yang terjadi pada simpang tersebut, maka dinilai perlu mengadakan
analisis kinerja pada persimpangan tersebut.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
1. Sebagai sarana referensi untuk adik tingkat atau para penulis lain dalam
mengetahui tingkat pelayanan simpang.
2. Sebagai syarat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah metode penelitian.
Laporan Penelitian Proposal Penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan secara singkat latar belakang, perumusan masalah, tujuan,
ruang lingkup, serta sistematika penulisan laporan Proposal Penelitian.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Membahas tentang kajian atau teori-teori dari berbagai sumber yang
dibutuhkan dan dijadikan sebuah acuan menganalisis penelitian.
3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan secara umum metodologi, percobaan, dan interpretasi
data.
4. BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN
Bab ini menyajikan hasil penelitian dan diskusi terhadap hasil yang diperoleh.
Hasil penelitian dapat disajikan dalam bentuk grafik/gambar/tabel.
5. BAB V PENUTUP
Pada bagian ini berisi kesimpulan dan saran pada tugas besar ini.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Persimpangan merupakan bagian terpenting dari suatu jaringan jalan yang secara
umum kapasitas persimpangan dapat dikontrol dengan mengendalikan alus lalu
lintas dalam sistem jaringan jalan tersebut. Menurut Hobbs (1995), persimpangan
adalah simpul pada jaringan jalan yang bertemu dan berpotongan dimana terjadi
pergerakan lalu lintas yang menerus, membelok dan memotong yang
mengakibatkan konflik yang menyebabkan permasalahan pada persimpangan.
Tingkat kelancaran atau kinerja suatu persimpangan dapat ditinjau dari beberapa
elemen, yaitu kapasitas, tundaan, panjang antrian, angka henti, dan derajat
kejenuhan.
Pada tahun 2012, Hadjoh melakukan penelitian untuk mengetahui Evaluasi Kinerja
Simpang Empat Bersinyal Ringroad Utara – Affandi – Angga Jaya, Sleman,
Yogyakarta menggunakan metode MKJI 1997. Dari hasil penelitian, diperoleh
panjang antrian rata-rata sebesar 41,59 meter, lama tundaan rata-rata 57,064
detik/smp, dan termasuk tingkat pelayanan dengan kategori E. Berdasarkan hasil
penelitian, solusi perbaikan yang paling cocok untuk persimpangan bersinyal
tersebut adalah desain geometri jalan disertai desain waktu hijau optimasi.
Lalu pada tahun 2015, Novriyadi Rorong melakukan penelitian untuk mengetahui
Analisa Kinerja Simpang Tidak Bersinyal Di Ruas Jalan S.Parman Dan Jalan
Di.Panjaitan menggunakan metode yang sama yaitu MKJI 1997 dan didapatkan
hasil output penelitian hasil perhitungan di dapat jumlah arus total 2050 smp/jam,
nilai kapasitas (C) = 2140 smp/jam dan derajat kejenuhan (DS) = 0,958. Hal ini
melebihi batas kejenuhan yaitu > 0,75, tundaan simpang sebesar 13 detik/smp.
Berdasarkan nilai tundaan simpang tingkat pelayanan simpang eksisting bernilai B.
Selanjutnya pada tahun 2019, Novi Listiana dan Tri Sudibyo melakukan penelitian
untuk mengetahui Analisis Kinerja Simpang Tak Bersinyal Jalan Raya Dramaga-
Bubulak Bogor, Jawa Barat menggunakan metode MKJI 1997. Dari hasil
12
penelitian, diperoleh kapasitas simpang sebesar 4472 smp/jam, derajat kejenuhan
sebesar 0.85, tundaan simpang sebesar 14 detik/smp. Berdasarkan nilai tundaan
simpang tingkat pelayanan simpang eksisting bernilai B
Pengembangan lalu lintas yang ditata dalam satu kesatuan sistem dilakukan dengan
mengintegrasikan dan mendominasikan unsurnya yang terdiri dari jaringan
transportasi jalan kendaraan beserta dengan pengemudinya, peraturan- peraturan
dan metode sedemikian rupa sehingga terwujud suatu totalitas yang utuh,
berdayaguna, dan berhasil. Lalu lintas dan angkutan jalan perlu diselenggarakan
secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas daya jangkau dan
pelayanan kepada masyarakat dengan memperhatikan sebesar- besarnya
kepentingan umum dan kemampuan/kebutuhan masyarakat, kelestarian
lingkungan, koordinasi antara wewenang pusat dan daerah serta unsur instansi
sektor, dan antar unsur terkait serta terciptanya keamanan dan ketertiban
masyarakat dalam penyelesaian lalu lintas dan angkutan jalan, serta sekaligus dalam
rangka mewujudkan sistem transportasi nasional yang andal dan terpadu.
2.2.1. Persimpangan
Persimpangan adalah tempat pertemuan antara dua jalan atau lebih, dimana
pertemuan tersebut akan menimbulkan titik konflik akibat arus lalu lintas pada
persimpangan. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (Bina Marga, 1997),
persimpangan adalah pertemuan dua buah jalan atau lebih yang saling berpotongan
atau bersilangan. Sedangkan menurut AASHTO (dalam Khisty dan Lall, 2005)
Persimpangan jalan dapat didefinisikan sebagai daerah umum dimana dua jalan
atau lebih bergabung. Dalam penentuan tipe simpang, sebaiknya
mempertimbangkan pengaruh laju pertumbuhan lalu lintas, keselamatan lalu lintas,
kebutuhan arus lalu lintas (kapasitas), pengaruh lingkungan, dan ekonomi.
Berdasarkan MKJI 1997, konflik terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Konflik utama, merupakan konflik yang muncul dari gerakan lurus lalu lintas
yang datang dari jalan yang saling berpotongan.
2. Konflik kedua, merupakan konflik yang muncul dari gerakan membelok dari lalu
lintas lurus melawan atau gerakan lalu lintas membelok dari pejalan atau
13
bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalu lintas di
dalamnya.
Arus Lalu Lintas (Q) Arus lalu lintas dihitung berdasarkan per satuan jam untuk
satu atau lebih periode, misalnya didasarkan pada kondisi arus lalu lintas pada jam
puncak pagi, siang, dan sore. Arus lalu lintas untuk setiap kendaraan dari kendaraan
per jam dikonversi menjadi satuan mobil penumpang (smp) per jam dengan
menggunakan ekuivalen kendaraan penumpang (emp) untuk masing-masing
pendekat terlindung dan pendekat terlawan (MKJI 1997).
14
Tabel 2.1. Nilai emp Tiap Kendaraan
emp
Jenis Kendaraan
Pendekat Terlindung Pendekat Terlawan
15
Keterangan:
PLT = Rasio kendaraan belok kiri.
QLT = Arus kendaraan belok kiri
QTOT = Volume arus lalu lintas pada persimpangan.
PRT = Rasio kendaraan belok kanan.
QRT = Arus kendaraan belok kanan
7. Perhitungan rasio antara arus kendaraan tak bermotor dengan kendaraan
bermotor dinyatakan dalam kendaraan/jam.
FUM = QUM/QTOT
(2.9)
Keterangan:
PUM = Rasio kendaraan tak bermotor
QUM = Arus kendaraan tak bermotor
QTOT = Volume arus lalu lintas pada persimpangan.
Derajat kejenuhan adalah hasil arus lalu lintas terhadap kapasitas biasanya
dihitung per jam. Nilai derajat kejenuhan bisa dijadikan acuan penentuan tingkat
kinerja simpang, karena nilai derajat kejenuhan bisa menunjukan apakah sebuah
simpang memiliki permasalahan kapasitas atau tidak. Derajat kejenuhan dihitung
dengan menggunakan rumus berikut.
DS = Qtot / C (2.14)
Keterangan:
DS = Derajat kejenuhan.
Qtot = Total arus aktual (smp/jam).
C = Kapasitas aktual.
Kinerja simpang dapat dikatakan layak apabila nilai derajat kejenuhan (DS) yang
didapatkan bernilai <0,85, nilai derajat kejenuhan yang melebihi angka 1
menunjukan bahwa arus yang ada sudah melebihi kapasitas maksimum yang
dapat menampung arus, sehingga dapat dikatakan bahwa arus pada persimpangan
tersebut sudah melebihi batasnya (over capacity), apabila hal tersebut terjadi,
maka diperlukan adanya rekayasa dan manajemen lalu lintas pada persimpangan
16
tersebut, agar nilai DS menjadi <0,85 dan kinerja persimpangan tersebut dapat
dikatakan layak untuk menampung arus kendaraan yang ada.
Kapasitas adalah kemampuan suatu ruas jalan melewatkan arus lalu lintas secara
maksimum. Kapasitas total untuk seluruh pendekat simpang adalah hasil perkalian
antara kapasitas dasar (Co) untuk kondisi tertentu (ideal) dan
faktor – faktor penyesuaian (F), dengan memperhitungkan pengaruh kondisi
sesungguhnya terhadap kapasitas.
Kapasitas dihitung dari rumus berikut:
C = Co x Fw x Fm x Fcs x FRSU x FLT x FRT x FMI (2.10)
Keterangan:
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Nilai Kapasitas Dasar (smp/jam)
Fw = Faktor koreksi lebar masuk
Fm = Faktor koreksi median jalan utama
Fcs = Faktor koreksi ukuran kota
FRSU = Faktor koreksi tipe lingkungan dan hambatan samping
FLT = Faktor koreksi persentase belok kiri
FRT = Faktor koreksi persentase belok kanan
FMI = Faktor koreksi rasio arus jalan minor
17
A. Tipe Simpang dan Lebar Pendekat
Persimpangan yang ada pada suatu jaringan jalan memiliki beberapa tipe yang
diklasifikasikan sesuai jumlah lajur jalan dan jumlah lengan persimpangan yang
ada pada suatu persimpangan. Ilustrasi tipe simpang tak bersinyal yang
diklasifikasikan MKJI 1997.
18
Perhitungan lebar pendekat rata – rata adalah jumlah lebar pendekat pada
persimpangan. Lebar rata–rata pendekatan minor dan utama WC, WBC dan lebar
rata–rata pendekat WI (Simpang tiga lengan).
1. Perhitungan lebar rata – rata pendekat pada jalan minor dan jalan utama
WAC = (WA + WC) / 2 (2.11)
WBD = (WB+WD) / 2 (2.12)
Keterangan:
WC = Lebar pendekat jalan minor.
WBD = Lebar pendekat jalan mayor.
WI = Lebar pendekat jalan rata – rata.
2. Perhitungan lebar rata– rata pendekat.
WI = (WA + WC + WB + WD) / jumlah lengan simpang (2.13)
19
B. Kapasitas dasar persimpangan
Nilai kapasitas dasar sesuai dengan tipe simpang yang sudah diklasifikasikan oleh
MKJI 1997.
Tabel 2. 3. Nilai Kapasitas Dasar Simpang
Tipe Simpang Kapasitas Dasar (smp/jam)
322 2.700
342 2.900
324 atau 344 3.200
422 2.900
424 atau 444 3.400
Sumber: MKJI 1997
20
Tabel 2.4. Faktor penyesuaian median jalan Utama
Uraian Tipe Median Faktor Penyesuaian Median (FM)
Tidak ada median jalan utama Tidak ada 1,00
(CS) (juta)
21
Tabel 2.6. Faktor Penyesuaian Tipe Lingkungan Jalan dan Hambatan Samping
Kelas
Kelas Tipe
Hambatan
Lingkungan Rasio kendaraan tak bermotor
Samping
Jalan (RE)
(SF)
≥
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20
0,25
Tinggi
Akses
Terbatas
Sedang 1,00 0,95 0,90 0, 85 0,80 0,75
Rendah
Sumber: MKJI 1997
22
Gambar 2.4. Faktor Penyesuaian Belok Kiri
Sumber: MKJI 1997
23
Tabel 2.7. Faktor Penyesuaian Arus Jalan Minor
IT FMI PMI
424 16,6 x PM - 33,3 x PM + 25,3 x PMI² - 8,6 X PMI + 1,95 0,1 – 0,3
324 16,6 x PM – 33,3 x PM + 25,3 x PMI² - 8,6 x PMI + 1,95 0,1 – 0,3
2.2.7. Tundaan
Tundaan (D) merupakan waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melewati
suatu simpang dibandingkan terhadap situasi tanpa simpang, berikut ini merupakan
jenis dari tundaan
24
Gambar 2.6. Kurva Tundaan Lalu Lintas Simpang
Sumber: MKJI 1997
25
C. Penentuan tundaan lalu lintas jalan minor (DTMI)
Tundaan lalu-lintas jalan minor rata-rata, ditentukan berdasarkan tundaan simpang
rata-rata dan tundaan jalan utama rata-rata.
26
2.2.8. Peluang Antrian
Peluang antrian dinyatakan pada range nilai yang didapat dari kurva hubungan
antara peluang antrian (QP%) dengan derajat jenuh (DS), yang merupakan peluang
antrian dengan lebih dari dua kendaraan di daerah pendekat yang mana saja, pada
simpang tak bersinyal.
27
Cara yang paling cepat untuk menilai hasil adalah dengan melihat derajat kejenuhan
(DS) untuk kondisi yang diamati, dan membandingkannya dengan pertumbuhan
lalu-lintas tahunan dan "umur" fungsional yang diinginkan dari simpang tersebut.
Jika nilai DS yang diperoleh terlalu tinggi (>0,85), pengguna manual mungkin ingin
merubah anggapan yang berkaitan dengan lebar pendekat dan sebagainya, dan
membuat perhitungan yang baru.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
29
3.2. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu jenis penelitian dengan
analisis data kuantitatif. Hasil analisis yang didapat dari penelitian ini di evaluasi,
sehingga bisa menilai jalan yang diteliti apakah baik atau tidak.
3.3. Lokasi
Lokasi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah persimpangan jalan tak
bersinyal yang menghubungkan Jalan Kaswari dan Jalan Lapas di Kecamatan Way
Huwi, Kabupaten Lampung Selatan.
30
2. Kendaraan berat (heavy vehicle) Terdiri dari kendaraan bermotor yang
mempunyai lebih dari 4 roda termasuk bus truk 2 gandar dan kombinasi truk
lainya.
3. Sepeda motor (motor cycle) Terdiri dari kendaraan bermotor beroda 2 atau 3
termasuk sepeda motor dan kendaraan roda 3 lainnya.
Data yang akan diambil di lapangan dengan interval 15 menit. Pengamatan akan
dilaksanakan pada titik tinjau pada jam sibuk pagi, siang dan sore hari, yaitu di pagi
hari pada pukul 06:00 – 08:00 WIB, di siang hari pada pukul 11.30 – 13.30 di sore
hari pada pukul 16:00 – 18:00 WIB. Pengamatan akan dilakukan sebanyak 3 (tiga)
hari, yaitu pada hari senin, kamis dan hari sabtu.
Data geometrik simpang, data geometrik simpang dilakukan dengan mencatat
jumlah lajur dan arah, menentuka kode pendekat (barat, timur dan selatan) dan tipe
pendekat, ada tidaknya median jalan, mengukur lebar pendekat, lebar lajur, lebar
bahu dan median jalan, lebar masuk dan keluar pendekat. Pengukuran dilakukan
pada subuh hari agar tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas. Melalui
pengukuran secara langsung karakteristik ruas jalan yang di amati, adapun data
geometrik yang diperlukan untuk perhitungan kinerja lalu lintas (kapasitas Jalan)
dalam penelitian ini :
1. Panjang Jalan (m)
2. Lebar Jalan (m)
3. Lebar Kerb Jalan (m)
4. Tipe Jalan
Pada penelitian ini, data primer didapat dengan cara survey lalu lintas dengan
melakukan perhitungan volume lalu lintas (traffic counting), sketsa simpang,
kondisi geometrik simpang, perilaku fase, dan perhitungan waktu sinyal.
Pengambilan data primer dilakukan oleh pengamat di pada simpang tersebut
dengan menggunakan bantuan kamera handphone.
31
3.3.2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diambil dari instansi terkait yaitu Dinas Perhubungan
Provinsi Lampung untuk data survey simpang tahun terdahulu, dan Badan Pusat
Statistik (BPS) untuk mengetahui jumlah penduduk kabupaten Lampung Selatan.
Dari data yang telah didapatkan sebelumnya, selanjutnya dilakukan analisis data
terkait kinerja persimpangan yang ditinjau. Adapun metode analisis data penelitian
yang dilakukan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI 1997).
Dari data masukan yang ada, perhitungan kinerja suatu persimpangan tak bersinyal
dapat dilihat dari beberapa parameter persimpangan yang disebutkan sebagai
berikut:
1. Kapasitas (C) Kapasitas total bundaran adalah hasil perkalian antara kapasitas
dasar atau kapasitas pada kondisi ideal (Co) dengan faktor penyesuaian (F), dengan
memperhitungkan pengaruh kondisi lapangan terhadap kapasitas.
2. Derajat Kejenuhan (DS) Perhitungan derajat kejenuhan untuk bundaran
merupakan rasio arus lalu lintas (Q) terhadap kapasitas jalan (C).
3. Peluang Antrian Menurut MKJI 1997, peluang antrian ditentukan dari kurva
antrian empiris dengan derajat kejenuhan sebagai variabel masukan.
4. Tundaan (DT) Besar tundaan pada bundaran terjadi karena tundaan lalu lintas
akibat interaksi lalu lintas dengan gerakan yang lain dan tundaan geometrik akibat
perlambatan dan percepatan lalu lintas (MKJI 1997).
32
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI).
Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.
Hobbs, F.D. 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Penerbit Gadjah Mada
University Press.
Rorong, Novriyadi, J.E. 2015. Analisa Kinerja Simpang Tidak Bersinyal di Ruas
Jalan S. Parman dan Jalan DI. Panjaitan. Manado: Jurnal Sipil Statik Vol.3
No.11 November 2015 (747-758) ISSN: 2337-6732
Listiana, Novi dan Sudibyo, Tri. 2019. Analsis Kinerja Simpang Tak Bersinyal
Jalan Raya Dramaga-Bubulak Bogor, Jawa Barat. Bogor: Jurnal Teknik
Sipil Dan Lingkungan Vol. 04 No. 01.
Elvis, Imanuel Shorinji Hadjoh. 2012. Evaluasi Kinerja Simpang Empat Bersinyal
Ringroad Utara – Affandi – Angga Jaya Sleman, Yogyakarta. Yogyakarta:
Laporan Tugas Akhir Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
33