Oleh :
Syifauttakarina Rifa’i
1805511052
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTER GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………...iii
BAB I ` PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Batasan Masalah...........................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian..........................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 Volume Lalu Lintas......................................................................................5
2.2 Kapasitas Jalan..............................................................................................5
2.3 Kecepatan Arus Bebas…………………………………………………….9
2.4 Hambatan Samping………………………………………………………13
2.5 Derajat Kejenuhan………………………………………………………..14
2.6 Kecepatan Tempuh……………………………………………………….15
2.7 Tingkat Pelayanan Jalan………………………………………………….15
2.8 Biaya Perjalanan………………………………………………………….16
2.9 Biaya Operasional Kendaraan……………………………………………16
2.10 Nilai Waktu………………………………………………………………25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................26
3.1 Kerangka Penelitian....................................................................................26
3.2 Studi Pendahuluan.......................................................................................28
3.3 Penentuan Lokasi........................................................................................28
3.4 Studi Literatur.............................................................................................28
3.5 Identifikasi Masalah....................................................................................28
3.6 Tujuan Penelitian........................................................................................28
3.7 Pengumpulan Data......................................................................................29
3.8 Pengolahan Data.........................................................................................31
3.9 Analisis Data……………………………………………………………..31
3.10 Hasil Analisis…………………………………………………………….32
i
3.11 Kesimpulan dan Saran……………………………………………………32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
ii
DAFTER GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I `
PENDAHULUAN
Kota Denpasar merupakan ibu kota provinsi Bali yang dilengkapi dengan
berbagai fasilitas kota, sehingga mempunyai berbagai peranan penting. Peranan ini
ditunjukkan oleh fungsinya sebagai pusat pendidikan, pariwisata, dan perekonomian
sehingga tidak lepas dari peningkatan pertumbuhan penduduk. Kota Denpasar
memiliki luas wilayah 127.78 km2 dengan jumlah penduduk 725.314 jiwa.
[ CITATION Bad21 \l 1033 ]. Selain itu pada saat ini kota Denpasar mengalami
perkembangan yang pesat. Hal ini ditandai dengan meningkatnya aktivitas
masyarakat dan bertambahnya volume lalu lintas yang menimbulkan permasalahan
pada lalu lintas tersebut.
Aktivitas pergerakan yang terjadi di samping jalan disebut juga dengan
hambatan samping. Hambatan samping sangatlah berpengaruh terhadap tingkat
pelayanan ruas jalan. Salah satu pengaruh yang cukup jelas adalah dengan
berkurangnya kapasitas dan kinerja suatu ruas jalan. Hal ini secara tidak langsung
akan mempengaruhi kecepatan kendaraan yang melewati jalan tersebut. Hambatan
samping merupakan dampak kinerja lalu lintas dari aktivitas samping segmen
jalan, seperti pejalan kaki, kendaraan masuk dan keluar dari sisi jalan, kendaraan
berhenti, dan kendaraan lambat, aktivitas keluar masuk kendaraan
Jalan Imam Bonjol merupakan salah satu ruas jalan yang terletak di
Kecamatan Denpasar Barat, merupakan jalan dengan fungsi jalan sebagai jalan
kolektor, dengan tipe jalan 2 lajur 2 arah (2/2 UD). Pada sisi jalan Imamm Bonjol
terdapat Pasar Rahayu, sehingga ruas jalan Imam Bonjol memiliki aktivitas
konflik hambatan samping yang tinggi, seperti adanya pejalan kaki yang yang
melintas di badan jalan ataupun menyebrang jalan, kendaraan yang melambat.
Konflik hambatan samping ini menyebabkan terjadinya tundaan pada jalan Imam
Bonjol. Oleh karena itu pada penelitian ini akan membahas mengenai biaya
perjalanan akibat tundaan dikarenakan hambatan samping yang terjadi pada ruas
jalan Imam Bonjol, serta hubungan antara kecepatan kendaraan dengan biaya
perjalanan kendaraan. Berbagai konflik hambatan samping yang terjadi di sisi ruas
1
jalan ini menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan rata-rata lalu lintas,
sehingga akan berdampak pada biaya perjalanan.
Permasalahan mengenai hambatan samping pernah dilakukan oleh Saputra
(2020), yang telah menganalisis mengenai kinerja ruas jalan dan analisis biaya
perjalanan di Jalan Raya Puputan Denpasar. Mendapatkan hasil penelitian berupa
derajat kejenuhan pada jam puncak sebesar 0,70. Tingkat pelayanan jalan F
dengan kecepatan perjalanan 22,44 km/jam. Biaya tundaan sebersa Rp. 387.341
per jam atau Rp. 6.198.902 per tahun. Penelitian yang lain dilakukan oleh Wijaya
(2019), mengenai kinerja ruas jalan dan analisis biaya perjalanan di Jalan Hang
Tuah Denpasar. Mendapatkan hasil penelitian berupa kinerja jalan pada jam
puncak memiliki derajat kejenuhan sebesar 0,85. Kecepatan perjalanan sebesar
17,78 km/jam. Dengan tingkat pelayanan jalan F. Dan besarnya biaya tundaan
sebesar Rp 791.245 per jam atau Rp. 4.620.870.800 per tahun. Penelitian lainnya
dilakukan oleh Indranata (2019), mengenai penambahan biaya perjalanan, akibat
pengalihan arus lalu lintas pada Jalan Raya Batubulan Gianyar. Hasil penelitian
yang didapat adalah biaya perjalanan dengan adanya pengalihan arus sebesar Rp.
2.799.543 per hari atau Rp. 1.021.833.076 per tahun. Sedangkan biaya perjlaanan
tanpa adanya pengalihan arus didapatkan sebesar Rp. 1.026.537 atau Rp.
374.686.204 pertahun. Dan terjadi penambahan biaya perjalanan sebesar Rp.
1.773.005 per hari atau Rp. 674.146.871 per tahun.
Pada Jalan Imam Bonjol ini perlu dilakukan analisis biaya perjalanan
dikarenakan tingginya hambatan samping yang terjadi akibat aktivitas pasar
rahayu. Sejauh ini belum pernah dilakukan analisis biaya perjalanan pada ruas
jalan imam bonjol ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui besarnya penambahan biaya perjalanan akibat hambatan samping di
Jalan Imam Bonjol karena aktivitas pasar.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diambil rumusan masalah yaitu:
2
2. Berapakah biaya perjalanan yang disebabkan dengan adanya tundaan
hambatan samping pada Jalan Imam Bonjol akibat aktivitas pasar rahayu?
3. Berapakah biaya perjalanan jikalau tanpa adanya hambatan samping pada
jalan Imam Bonjol ?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Kapasitas dasar merupakan jumlah kendaraan atau orang maksimum yang
dapat melintasi suatu penampang jalan tertentu selama satu jam pada kondisi jalan
dan lalu lintas yang ideal. Kapasitas dasar merupakan kapasitas pada kondisi ideal
[ CITATION Dep97 \l 1033 ]. Nilai kapasitas dasar dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Nilai kapasitas dasar
Tipe Jalan Kapasitas Dasar Catatan
(smp/jam)
Empat lajur terbagi (4/2D) 1650 Per lajur
atau jalan satu arah (2/1)
Empat lajur tak terbagi (4/2 1500 Per lajur
UD)
Dua lajur tak terbagi (2/2UD) 2900 Total dua arah
Sumber: Departemen PU, (1997)
2.2.2 Faktor Penyesuaian Lebar Jalur Lalu Lintas Jalan Perkotaan (FCw)
Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas jalan (FCw) merupakan koreksi
kapasitas dasar akibat lebar jalan lalu lintas.
Tabel 2.2 Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas jalan perkotaan
Tipe Jalan Lebar jallur lalu lintas FCw
efektif (m)
Empat lajur terbagi Perlajur
(4/2D) atau jalan satu 3,00 0,92
arah (2/1) 3,25 0,96
3,50 1,00
3,75 1,04
4,00 1,08
Empat lajur tak terbagi Perlajur
(4/2 UD) 3,00 0,91
3,25 0,95
3,50 1,00
3,75 1,05
4,00 1,09
Dua lajur tak terbagi Total dua arah
(2/2UD) 5 0,56
6 0,87
5
7 1,00
8 1,14
9 1,25
10 1,29
11 1,34
Sumber: Departemen PU, (1997)
2.2.3 Faktor Penyesuaian Pemisah Arah (FCsp)
Penentuan penyesuaian pemisah arah (FCsp) pada jalan dua lajur dua arah
(2/2)dan empat lajur dua arah (4/2)tak terbagi ditemtukan dengan memasukkan
presentase arus pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Faktor penyesuaian pemisah arah
Pemisah arah Sp %-% 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30 100-0
Dua lajur 2/2 1,00 0,94 0,88 0,82 0,76 0,70
FCsp
Empat lajur 4/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,85 0,85
Sumber: Departemen PU, (1997)
Pada jalan terbagi dan jalan satu arah, faktor penyesuaian kapasitas untuk
pemisahan arah bernilai 1,0
2.2.4 Faktor Penyesuaian hambatan Samping dan Bahu Jalan/Kreb (FCsf)
Faktor penyesuaian hambatan samping merupakan faktor penyesuaian
untuk kapasitas dasar akibat hambatan samping, yang terbagi menjadi 2 bagian
antara lain:
2.2.4.1 Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan Lebar Bahu
Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu pada jalan perkotaan
dapat dilihat pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Faktor Penyesuaian hambatan samping dan lebar bahu
Faktor penyesuaian untuk
Hambatan Sambing dan
Tipe Jalan Kelas Hambatan Samping
Lebar Bahu (FCsf)
Lebar Bahu Jalan (m)
≤0,5 1,0 1,5 ≥2,0
4/2 terbagi Sangat rendah 0,96 0,98 0,01 1,03
Rendah 0,94 0,97 1,02 1,02
Sedang 0,92 0,95 0,98 1,00
Tinggi 0,88 0,92 0,95 0,98
6
Sangat Tinggi 0,84 0,88 0,92 0,96
Sangat rendah 0,96 0,99 1,01 1,03
Rendah 0,94 0,97 1,00 1,02
4/2 terbagi Sedang 0,92 0,95 0,98 1,00
Tinggi 0,87 0,91 0,94 0,98
Sangat Tinggi 0,80 0,86 0,90 0,95
Sangat rendah 0,94 0,96 0,99 1,01
2/2 tak terbagi Rendah 0,92 0,94 0,97 1,00
atau jalan satu Sedang 0,89 0,92 0,95 0,98
arah Tinggi 0,82 0,86 0,90 0,95
Sangat Tinggi 0,73 0,79 0,85 0,91
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum,1997
7
Rendah 0,90 0,92 0,95 0,97
atau jalan satu Sedang 0,86 0,88 0,91 0,94
arah Tinggi 0,78 0,81 0,84 0,88
Sangat Tinggi 0,68 0,72 0,77 0,82
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum,1997
8
Kendaraan Kendaraa Sepeda Semua
ringan n berat mpotor kendaraan
(KR) (KB) (SM) (rata-rata)
6/2 terbagi atau tiga lajur 61 52 48 57
satu arah
4/2 terbagi atau dua lajur 57 50 47 55
satu arah
4/2 tak terbagi 53 46 43 51
2/2 tak terbagi 44 40 40 42
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum,1997
9
10,00 6
11,00 7
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum,1997
Tabel 2.10 Faktor penyesuaian hambatan samping dan jarak kereb ke penghalang
pada kecepatan arus bebas kendaraan ringan untuk jalan perkotaan
Tipe Jalan Kelas Hambatan Samping Faktor penyesuaian untuk
Hambatan Sambing dan
10
Lebar Bahu (FCsf)
Lebar Bahu Ws (m)
≤0,5 1,0 1,5 ≥2,0
Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,02
Rendah 0,97 0,98 0,99 1,00
4/2 terbagi Sedang 0,93 0,95 0,97 0,99
Tinggi 0,87 0,90 0,93 0,96
Sangat Tinggi 0,81 0,85 0,88 0,92
Sangat rendah 1,00 1,01 1,01 1,02
Rendah 0,96 0,98 0,99 1,00
4/2 terbagi Sedang 0,91 0,93 0,95 0,98
Tinggi 0,84 0,87 0,90 0,94
Sangat Tinggi 0,77 0,81 0,85 0,90
Sangat rendah 0,98 0,99 0,99 1,00
2/2 tak terbagi Rendah 0,93 0,95 0,96 0,98
atau jalan satu Sedang 0,87 0,89 0,92 0,95
arah Tinggi 0,78 0,81 0,84 0,88
Sangat Tinggi 0,68 0,72 0,77 0,82
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum,1997
11
Tundaan lalu lintas di jalan sering terjadi Ketika ruas jalan tersebut sudah
mulai tidak mampu menerima arus kendaraan yang masuk ke ruas jalan tersebut
secara lancer. Hal ini disebabkan pengaruh hambatan samping yang tinggi
sehingga menyebabkan penyempitan ruas jalan. Adapun terhadap kapasitas dan
kinerja jalan perkotaan, adalah antara lain (Departemen PU, 1997)
1. Pejalan kaki
2. Angkutan umum dan endaraan lain berhenti
3. Kendaraan tak bermotor
4. Kendaraan yang keluar masuk simpang jalan
Tabel 2.12 Kelas hambatan samping pada jalan perkotaan
Kelas Jumlah Berbobot
Kejadian per 200
Hambatan Kode Kondisi Khusus
m Per Jam (dua
Samping
sisi)
Sangat rendah VL <100 Daerah
(Very low) pemukiman, jalan
samping tersedia
Rendah (Low) L 100-299 Daerah
pemukiman,
beberapa angkutan
umum, dsb.
Sedang (Medium) M 300-499 Daerah industry,
beberapa took sisi
jalan
Tinggi (High) H 500-899 Daerah komersil,
aktivitas sisi jalan
Sangat tinngi VH >900 Daerah komersil,
(Very high) aktivitas pasar sisi
jalan
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum,1997
12
Persamaan derajat kejenuhan adalah:
Q
DS= ………………………………………………………………………. (2.4)
C
Dimana:
DS = Derajat kejenuhan
Q = Arus lalu lintas (smp/jam)
C = Kapasitas ruas jalan (smp/jam)
Derajat kejenuhan digunakan untuk menganalisis perilaku lalu lintas berupa
kecepatan. Derajat kejenuhan dihitung menggunakan arus dan kapasitas yang
dinyatakan dengan smp/jam.
13
c. Kecepatan
Tabel 2.13 Hubungan tingkat pelayanan, kondisi lapangan, dan rasio Q/C
Tingkat Pelayanan Kondisi Lapangan Rasio Q/C
Arus bebas dengan
kecepatan tinggi,
A pengemudi dapat memilih 0,00-0,19
kecepatan yang diinginkan
tanpa tundaan
Arus stabil, kecepatan
mulai dibatasi oleh kondisi
lalu lintas, pengemudi
B 0,20-0,44
memiliki kebebasan yang
cukup untuk memilih
keceptananya
Arus stabil, tetapi kecepatan
dan gerak kendaraan oleh
C kondisi lalu lintas, 0,45-0,74
pengemudi dibatasi
memilih keceptan
Arus mendekati tidak stabil,
kecepatan dikendalikan
D oleh kondisi lalu lintas, 0,75-0,84
rasio Q/C masih bisa
ditoleransi
Volume lalu lintas
mendekati kapasitas, arus
E 0,85-1,00
tidak stabil, kecepatan
terkadang terhenti
Arus lalu lintas macet,
kecepatan rendah, antrian
F >1,00
Panjang serta
hambatan/tundaan besar
Sumber: Transportation Research Board, 1994
14
Biaya perjalanan disebut juga dengan biaya gabungan, dimana dapat
dinyatakan dalam bentuk uang, waktu tempuh, jarak, ataupun kombinasi dari
ketiganya. Sehingga dapat diartikan bahwa total biaya perjalanan sepanjang rute
tertentu merupakan jumlah terhadap biaya setiap ruas yang telah dilalui
[ CITATION Ofy00 \l 1033 ]
2.9. Biaya operasioan Kendaraan
Menurut Departmen Perhubungan (2004), biaya operasioanl kendaraan
merupakan biaya yang secara ekonomis terjadi Ketika kendaraan dioperasikan
pada kondisi normal untuk suatu tujuan tertentu
2.9.1 Metode Departemen Pekerjaan Umum (2005)
Metode Departemen Pekerjaan Umum pada Tahun 2005 merupakan pedoman
yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan adaptasi dari
beberapa persamaan HDM IV tahun 2000. Berikut merupakan beberapa
perhitungan komponen BOK yang telah disesuaikan dengan kondisi Indonesia,
sehingga dapat dijadikan pedoman dalam perhitungan BOK.
A. Komponen-komponen Biaya Operasional Kendaraan
1. Biaya tidak tetap (variable cost)
a. Konsumsi bahan bakar
b. Konsumsi minyak pelumas
c. Konsumsi suku cadang
d. Upah tenaga pemeliharaan
e. Konsumsi ban
2. Biaya tetap (fixed cost)
a. Depresiasi kendaraan
b. Bunga modal
c. Overhead
B. Ketentuan umum
1. Jenis kendaraan
2. Biaya tidak tetap
3. Jenis bahan bakar
4. Berat kendaraan total
15
Berikut meruoakan Batasan berat kendaraan total (dalam ton) yang terlihat
pada tabel 2.14
Tabel 2.14 Berat kendaraan total
Jenis kendaraan Nilai minimum (ton) Nilai maksimum m
(ton)
Sedan 1,3 1,5
Utiliti 1,5 2,0
Bus kecil 5,0 4,0
Bus besar 3,0 12,0
Truk ringan 9,0 6,0
Truk sedang 10,0 15,0
Truk berat 15,0 25,0
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum,2005
5. Kecepatan kendaraan
Batasan kecepatan rata-rata kendaraan terdapat pada tabel 2.15
Tabel 2.15 kecepatan rata-rata kendaraan
Jenis kendaraan Nilai minimum Nilai maksimum
(km/jam) (km/jam)
Sedan 5,0 100,0
Utiliti 5,0 100,0
Bus kecil 5,0 100,0
Bus besar 5,0 100,0
Truk ringan 5,0 100,0
Truk sedang 5,0 100,0
Truk berat 5,0 100,0
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum,2005
C. Ketentuan teknis
1. Biaya konsumsi bahan bakar
a. Kecepatan rata-rata lalu lintas
16
Data kecepatan lalu lintas dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran
langsung dengan metode moving cara observer dan dihitung dengan
kecepatan rata-eata ruang
b. Percepatan rata-rata
Percepatan rata=rata lalu lintas dapat dihitung dengan persamaan berikut:
AR = 0,0128 x (V/C)……………………………………………………2.6
Dimana:
AR = percepatan rata-rata
17
e. Konsumsi bahan bakar minyal (KBBM)
KBBMi = (α+β1/VR+ β2/VR2+ β3/RR+ β4/FR+ β5/FR2+ β6/DTR+ β7/AR+
β8/SA+ β9/BK+ β10/BK xAR+ β11xBKxSA)/100………………………2.8
Dimana:
KBBMi = Konsumsi bahan bakar minyak untuk jenis kendaraan
(liter/km)
α = konstanta
β1- β11 = koefisen parameter
VR = kecepatan rata-rata
FR = tanjakan rata-rata
DTR = derajat tikungan rata-rata
AR = percepatan rata-rata
Jenis B
I/ VR VR2 RR FR FR2 DTR AR SA BK
Kendaraa a x
n β1 β2 β3 β4 β5 β6 β7 β8 β9 β
Sedan 23,78 1181,2 0,0037 1,265 0,634 -0,638 36,21
Utiliti 29,61 1256,8 0,0059 1,765 1,197 132,2 42,84
Bus kecil 94,35 1058,9 0,0094 1,607 1,488 166,1 49,58
Bus besar 129,60 1912,2 0,0092 7,231 2,790 266,4 13,86
Truk
70,00 524,6 0,0020 1,732 0,945 124,4
ringan
Truk
97,70 - 0,00135 0,7365 5,706 0,0378 -0,858 6,661 36
sedang
Truk berat 190,30 3829,7 0,0196 14,536 7,225 11
Tabel 2.18 Nilai konstanta dan koefisien parameter model konsumsi BBM
18
KOi = OHKi + OHOi x KBBMi……………………………………………3.0
Dimana:
Dimana:
Dimana:
19
i = jenis kendaraan
Pi = (φ+γ1xIRI)(KJTi/100000)γ2…………………………………………3.3
Dimana:
Φ = Konstanta
i = jenis kendaraan
Koefisien parameter
Jenis kendaraan
φ γ1 γ2
Sedan -0,69 0,42 0,10
Utiliti -0,69 0,42 0,10
Bis kecil -0,73 0,43 0,10
Bis besar -0,15 0,13 0,10
Truk ringan -0,64 0,27 0,20
Truk sedang -1,26 0,46 0,10
Truk berat -0,86 0,32 0,40
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum,2005
Dimana:
20
Pi = Konsumsi suku cadag kendaraan jenis I
a0, ai – konstanta
Jenis kendaraan a0 ai
Sedan 77,14 0,547
Utiliti 77,14 0,547
Bis kecil 242,03 0,519
Bis besar 293,44 0,517
Truk ringan 242,03 0,519
Truk sedang 242,03 0,517
Truk berat 301,46 0,519
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum,2005
Dimana:
λ = konstanta
21
Kendaraan δ1 δ2 δ3
Sedan -0,01471 0,01489
Utiliti 0,01905 0,01489
Bis kecil 0,02400 0,02500 0,003500 0,000670
Bis besar 0,10153 0,000963 0,000244
Truk ringan 0,02400 0,02500 0,003500 0,000670
Truk sedang 0,095835 0,001738 0,000184
Truk berat 0,158350 0,002560 0,000280
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum,2005
Dimana:
Dimana:
a = konstanta (24)
22
2.10. Nilai Waktu
Nilai waktu merupakan sejumlah uang yang disediakan seseorang untuk
atau dihemat untuk menghemat satu unit perjalanan[ CITATION Ofy00 \l 1033 ].
Metode yang digunakan dalam menghitung nilai waktu adalah dengan metode
pendapatan (income approach). Metode ini menggunakan duat faktor yaitu PDRB
per orang dan jumlah waktu kerja dalam setahun per orang
PDRB /orang
λ= …………………………………………………………
waktu kerja tahunan
3.10
Dimana:
PDRB = produk domestic regional bruto Berdasarkan hasil studi dari PTS-BUIP
Pemerintah Provinsi Bali yang menetapkan bahwa nilai waktu rata-rata untuk
perjlanan bisnis adalah 50% dari pendapatan, sedangkan untuk perjalanan non
bisnis 25% dari nilai perjalanan bisnis
Yang diasumsikan:
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Studi Pendahuluan
Penentuan Lokasi
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
24
A
Pengolahan Data
Biaya operasional Waktu akibat adanya Biaya operasional Waktu tempuh tanpa
kendaraan hambatan samping kendaraan adanya hambatan
samping
Hasil Analisis
Perbandingan biaya
perjalanan
25
III.2 Studi Pendahulaun
26
III.7 Pengumpulan Data
27
4. Kamera
5. Formulir survei
C. Waktu Pelaksanaan
Survei dilakukan pada hari kerja. Penelitian ini dilaksanakan pada jam-
jam sibuk, yaitu pada pagi hari pukul 06.30-08.30, siang hari pukul
12.30-14.30, dan sore hari pukul 15.30-17.30
2. Kecepatan
Pengolahan data ini dilakukan untuk mengetahui data kecepatan sesaat,
perjalanan dan bergerak kendaraan pada ruas jalan
A. Metode
Metode yang digunakan dalam melakukan pengolahan data ini adalah
dengan manual dengan mengukur waktu tempuh kendaraan pada dua
titik tertentu yang telah diketahui jaraknya. Data yang akan diamati
yaitu:
1. Waktu tempuh kendaraan per detik sepangjang segmen 50 meter
2. Jenis kendaraan
B. Alat survei
Alat yang digunakan dalam survei ini adalah:
1. Alat tulis
2. Meteran
3. Stopwatch
4. Formulir survei
C. Waktu pelaksanaan
Survei dilakukan pada hari kerja. Penelitian ini dilaksanakan pada jam-
jam sibuk, yaitu pada pagi hari pukul 06.30-08.30, siang hari pukul
12.30-14.30, dan sore hari pukul 15.30-17.30
3. Hambatan samping
Pengolahan data ini dilaksankan guna mengetahui dampak kinerja lalu
lintas dari aktivitas pasar seperti kendaraan yang berhenti, kendaraan
masuk dan keluar sisi jalan, kendaraan lambat, dan pejalan kaki
A. Metode
28
Metode dilakukan dengan observasi semi mekanis dan manual dengan
mengamati data kelas hambatan samping dan mencatat pada formular
B. Alat survei
Alat yang digunakan dalam melakukan pengolahan data adalah:
1. Alat tulis
2. Formulir survei
C. Waktu pelaksanaan
Survei dilakukan pada hari kerja. Penelitian ini dilaksanakan pada jam-
jam sibuk, yaitu pada pagi hari pukul 06.30-08.30, siang hari pukul
12.30-14.30, dan sore hari pukul 15.30-17.30
III.8 Pengolahan Data
Analisis data dilakukan dengan menghitung kinerja ruas jalan dengan dan
tanpa adanya hambatan samping. Untuk kecepatan kendaran dengan adanya
hambatan samping didapat melalui hasil survei, sedangkan kecepatan tanpa
29
adanya hambatan samping diperoleh melalui grafik. Hal ini akan berpengaruh
terhadap biaya operasional kendaraan dan nilai waktu, sehingga akan
menyebabkan adanya perbedaan biaya perjalanan dengan dan adanya hambatan
samping. Dimana perhitungan biaya operasional kendaraan untuk mobil
menggunakan metode Departemen Pekerjaan Umum tahun 2005 tentang Pedoman
Perhitungan Biaya Operasioanl Kendaraan untuk biaya tidak tetap. Sedangkan
perhitungan biaya operasioanl kendaraan untuk sepeda motor menggunakan
metode DLLAJ Provinsi Bali-Konsultan PTS 1999.
III.10 Hasil Analisis
Tahapan akhir pada penelitian ini adalah dengan menarik kesimpulan dan
saran. Kesimpulan merupakan akhir dari pembahasan yang dibahas dalam suatu
penelitian. Kesimpulan pada penelitian ini disasarkan pada perolehan biaya
perjalanan yang dibandingkan dengan dan tanpa adanya hambatan samping.
Setelah mendapatkan kesimpulan, maka diberikan saran yang relevan
terhadap penelitian yang telah dilakukan. Saran merupakan solusi untuk
menyelesaikan permasalahan yang diteliti
30
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. (2021, Juli 13). Retrieved from bali.bps:
https://bali.bps.go.id/statictable/2021/07/13/180/jumlah-penduduk-
menurut-kecamatan-di-provinsi-bali-hasil-sensus-penduduk-2020.html
31