Oleh :
SUBANDRI RUMUAR
NIM : C.111.12.0011
i
ABSTRAK
Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Arti lintasan disini dapat diartikan sebagai tanah yang diperkeras
atau jalan tanah tanpa perkerasan, sedangkan lalu lintas adalah semua benda dan makhluk
hidup yang melewati jalan tersebut baik kendaraan bermotor, tidak bermotor, manusia,
ataupun hewan.Permintaan akan jasa transportasi baru akan ada apabila ada faktor –faktor
yang mendorongnya. Permintaan jasa transportasi tidak berdiri sendiri melainkan tersembunyi
di balik kepentingan yang lain. Permintaan akan jasa angkutan, baru akan timbul apabila ada
hal – hal di balik permintaan itu, misalnya keinginan untuk rekreasi, keinginan untuk ke
sekolah atau untuk berbelanja, keinginan untuk menengok keluarga yang sakit, dan sebagainya
(Nasution,2004).
iii
ABSTRACT
The highway is a path that aims to pass traffic from one place to another. The meaning
of the path here can be interpreted as hardened ground or pavement without pavement,
whereas traffic is all objects and living beings passing through the road either motor vehicle,
non-motorized, human, or animal. The demand for new transportation services will exist if
there are factors - the factors that drive it. The demand for transport services does not stand
alone but is hidden behind other interests. The demand for transport services will only arise
when there are things behind the request, such as the desire for recreation, the desire to go to
school or to shop, the desire to visit a sick family, and so on (Nasution, 2004).
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan karunia,
taufik dan hidayahnya, sehingga Laporan Tugas Akhir PERENCANAAN PELEBARAN
JALAN JATI BARANG SAMPAI KEDUNG PANE dapat diselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah menuntun kita menuju jalan yang benar.
Laporan Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menempuh ujian akhir pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan
pengerjaan Laporan Tugas Akhir ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ir. Supoyo, MT, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Semarang dan
Pembimbing Utama Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan arahannya.
2. Purwanto, ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Semarang.
3. Prof, Ir, Mudjiastuti Handajani M.T selaku Dosen Wali Teknik Sipil Kelas A.
4. Orang Tua, sahabat, orang- orang terdekat dan kepada semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu terselesainya penyusunan
laporanTugas Akhir ini.
Dalam Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis menyadari masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka diharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i
ABSTRACT ........................................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN
1. 3.Tujuan........................................................................................................ 2
2.1.Tinjauan Umum.......................................................................................... 6
vi
2. 2.Klasifikasi Jalan ........................................................................................ 6
2. 6.2. Tikungan................................................................................................ 14
vii
4.4. Perhitungan Alinemen Horisontal ............................................................. 59
5. 2. Rekapitulasi Akhir.................................................................................... 91
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 4. 3. Gambar nomogram 4 ....................................................................................... ..52
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 5. Penentuan lebar jalur dan bahu pada kelas jalan ................................................... 13
Tabel 2. 8. Jari – jari tikungan yang tidak memerlukan lengkung peralihan .......................... 17
Tabel 2. 15. Prosentase kendaraan berat dan yang berhenti serta iklim .................................. 38
xi
Tabel 4. 3. Alinemen Vertikal ................................................................................................. 79
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah Asli Gps ................................................................................................... .....
xiii
DAFTAR NOTASI
A : Koefisien Relatif
a’ : Daerah Tangen
A : Perbedaan Kelandaian (g1 – g2) %
α : Sudut Azimuth
B : Perbukitan
C : Perubahan percepatan
Ci : Koefisien Distribusi
CS : Circle to Spiral, titik perubahan dari lingkaran ke spiral
CT : Circle to Tangen, titik perubahan dari lingkaran ke lurus
d : Jarak
D : Datar
D’ : Tebal lapis perkerasan
Δ : Sudut luar tikungan
Δh : Perbedaan tinggi
Dtjd : Derajat lengkung terjadi
Dmaks: Derajat maksimum
e : Superelevasi
E : Daerah kebebasan samping
Ec : Jarak luar dari PI ke busur lingkaran
Ei : Angka ekivalen beban sumbu kendaraan
em : Superelevasi maksimum
en : Superelevasi normal
Mo : Kebebasan samping minimum
Et : Jarak eksternal PI ke busur lingkaran
Ev : Pergeseran vertical titik tengah busur lingkaran
f : Koefisien gesek memanjang
fm : Koefisien gesek melintang maksimum
Fp : Faktor Penyesuaian
g : Kemiringan tangen ; (+) naik ; (-) turun
xiv
G : Pegunungan
h : Elevasi titik yang dicari
i : Kelandaian melintang
I : Pertumbuhan lalu lintas
ITP : Indeks Tebal Perkerasan
Jm : Jarak pandang mendahului
Jh : Jarak pandang henti
K : Absis dari p pada garis tangen spiral
Lv : Panjang lengkung vertikal
Lc : Panjang busur lingkaran
LEA : Lintas Ekuivalen Akhir
LEP : Lintas Ekuivalen Permulaan
LER : Lintas Ekivalen Rencana
LET : Lintas Ekuivalen Tengah
Ls : Panjang lengkung peralihan
Ls` : Panjang lengkung peralihan fiktif
Lt : Panjang tikungan
O : Titik pusat
P : Pergeseran tangen terhadap spiral
Δc : Sudut busur lingkaran
θs : Sudut lengkung spiral
PI : Point of Intersection, titik potong tangen
PLV : Peralihan lengkung vertical (titik awal lengkung vertikal)
PPV : Titik perpotongan lengkung vertikal
PTV : Peralihan Tangen Vertical (titik akhir lengkung vertikal)
R : Jari-jari lengkung peralihan
Rren : Jari-jari rencana
Rmin : Jari-jari tikungan minimum
xv
SS : Spiral to Spiral, titik tengah lengkung peralihan
S-S : Spiral-Spiral
ST : Spiral to Tangen, titik perubahan spiral ke lurus
T : Waktu tempuh
Tc : Panjang tangen circle
TC : Tangen to Circle, titik perubahan lurus ke lingkaran
TS : Tangen to Spiral, titik perubahan lurus ke spiral
Tt : Panjang tangen
UR : Umur Rencana
Vr : Kecepatan rencana
Xs : Absis titik SC pada garis tangen, jarak lurus lengkung peralihan
Ys : Ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen, jarak tegak luruske titik akhir Xs
Y : Factor penampilan kenyamanan
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Jalan merupakan suatu faktor yang menggerakkan sistem perekonomian di Indonesia.
Mengingat sangat bermanfaat dan strategisnya jalan maka banyak pembangunan yang di
lakukan oleh pemerintah kota maupun pemerintah daerah untuk mendukung berjalannya
perekonomian Indonesia. Mulai dari jalan pelosok desa sampai kota di rencanakan
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk menggerakkan roda kehidupan.
Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Arti lintasan disini dapat diartikan sebagai tanah yang
diperkeras atau jalan tanah tanpa perkerasan, sedangkan lalu lintas adalah semua benda dan
makhluk hidup yang melewati jalan tersebut baik kendaraan bermotor, tidak bermotor,
manusia, ataupun hewan.
Permintaan akan jasa transportasi baru akan ada apabila ada faktor –faktor yang
mendorongnya. Permintaan jasa transportasi tidak berdiri sendiri melainkan tersembunyi di
balik kepentingan yang lain. Permintaan akan jasa angkutan, baru akan timbul apabila ada
hal – hal di balik permintaan itu, misalnya keinginan untuk rekreasi, keinginan untuk ke
sekolah atau untuk berbelanja, keinginan untuk menengok keluarga yang sakit, dan
sebagainya (Nasution,2004).
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang cukup strategis dalam
upaya pengembangan ekonomi nasional yang perlu didukung dengan adanya jalur
pergerakan secara nasional atau internasional baik melalui transportasi darat, laut maupun
udara. Hal ini perlu dilakukan guna mempromosikan dan memasarkan potensi andalan
yang ada, jaminan investasi yang mantap, serta penyediaan sarana dan prasarana
transportasi yang dapat melayani pola pergerakan barang dan/atau orang dengan aman,
nyaman dan lancar.
Khusus di ruas jalan Untung Suropati, Propinsi Jawa Tengah masih banyak yang
belum menyadari akan pentingnya kondisi dari permukaan jalan ini terbukti karena masih
banyaknya jalan – jalan yang kondisinya rusak seperti adanya lobang – lobang dan amblas
pada permukaan jalan tersebut. Untuk itu perlu diadakan perbaikan yang dapat
memperlancar perkembangan lalu lintas.
Dengan demikian maka perlu dilakukan evaluasi pada ruas jalan yang ada, serta
prediksi untuk beberapa tahun mendatang, sehingga didapatkan suatu alternatif pemecahan
1
2
yang selanjutnya untuk menentukan perencanaan sebagai solusi yang dapat menjamin
peningkatan transportasi.
1.2. Rumusan Masalah
Untuk merencanakan suatu perencanaan jalan faktor utama yang harus di perhatikan
adalah evaluasi suatu masalah yang terkait. Dalam hal ini masalah lalu lintas, situasi dan
keadaan daerah yang akan dibangun yang berada di jalan Fatmawatit sampai Tentara
pelajar. alasan diperbaikinya jalan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
1. Melihat kondisi jalan yang kurang memadai dengan meningkatkan lalu lintas dan
keamanan pemakai jalan.
2. Kondisi permukan jalan yang berlubang.
3. Kondsi badan jalan terdapat genangan – genangan air karena air tidak dialirkan dengan
baik sehingga membahayakan pengguna jalan.
4. Meningkatnya volume lalu lintas, pada ruas jalan Untung Suropati yang merupakan
akses jalan utama.
1.3.Tujuan
Tujuan dari perencanaan perbaikan jalan Untung Suropati yaitu sebagai berikut :
1. Merencanakan bentuk geometrik jalan Untung Suropati.
2. Menghitung tebal perkerasan konstruksi jalan lentur untuk umur rencana 7 tahun.
3. Sebagai bahan masukan bagi pemegang kebijakan pemerintah, Propinsi Jawa Tengah
dalam pembangunan jalan raya.
1.4. Batasan Masalah
Agar penulisan ini dapat terarah dengan baik, maka dibuat batasan sebagai berikut :
1. Perencanaan perkerasan jalan dengan menggunakan perkerasan lentur.
2. Perencanaan Drainnase.
3. Data – data yang digunakan adalah :
a. Peta jaringan Jawa Tengah.
b. Peta topografi Jalan Untung Suropati.
c. Asumsi pertambahan lalu lintas pertahun.
d. Data Perhitungan Lalu Lintas.
e. Data perhitungan arus lalu lintas dari Bina Marga Jawa Tengah atau daerah Dinas
PU
1.5. Lokasi Perencanaan
Lokasi pekerjaan terletak di jalan Jati barang-Kedung Pane, Semarang, Jawa Tengah.
3
Alinemen Vertikal adalah bidang tegak yang melalui sambu jalan atau proyeksi
tegak lurus bidang gambar. Profil ini menggambarkan tinggi rendahnya jalan terhadap
muka tanah asli.
1.6.2. Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Penulisan ini membahas tentang perencanaan jalan baru yang menghubungkan dua
daerah. Untuk menentukan tebal perkerasan direncanakan sesuai dengan petunjuk
Perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metode analisis komponen Dinas
Pekerjaan Umum Bina Marga. Satuan perkerasan yang dipakai adalah sebagai berikut :
1. Lapis Permukaan ( Surface course ) : Lapen Mekanis.
2. Lapis Pondasi Atas ( Base Course ) : Batu Pecah Kelas B.
3. Lapis Pondasi Bawah ( Sub Base course ) : Sirtu Kelas B.
1.7. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika pembahasan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir adalah sebagai
berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, Rumusan Masalah,Tujuan Perencanaan,
Batasan Masalah, Lokasi Perencanaan, Teknik perencanaan, Sistematika penulisan
laporan.
BAB II. DASAR TEORI
Tinjauan Pustaka meliputi Tinjauan umum, Klasifikasi jalan, Kendaraan Rencana,
Kecepatan Rencana, Bagian-bagian Jalan, Alinemen Horisontal, Alinemen Vertikal,
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur, Rencana Anggaran Biaya.
BAB III. METODELOGI PERENCANAAN
Bab ini berisi tentang Diagram Alir Perencanaan Geometrik Jalan Raya, Diagram
Alir Perencanaan Tebal Perkerasan, Diagram Alir Perencanaa Rencana Anggaran
Biaya.
BAB IV. PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN
Bab ini menguraikan tentang Perencanaan Geometrik Jalan dan Perencanaan Tebal
Perkerasan.
BAB V. RENCANA ANGGARAN BIAYA
Bab ini menguraikan kegiatan Perhitungan Perkerasan Jalan, Pekerjaan Persiapan
Badan Jalan Baru, Perhitungan Bahu Jalan, Perhitungan Marka Jalan.
BAB VI. RENCANA KERJA DAN SYARAT - SYARAT
5
Bab ini menguraikan tentang syarat – syarat kerja yang sudah di atur dalam pasal –
pasal.
BAB VII. PENUTUP
Bab ini berisi tentang Kesimpulan dan Saran dari penulis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
Sumber : RSNI-14-2004
2.3. Kendaraan Rencana
1. Kendaraan Ringan/ Kecil (LV)
Kendaraan ringan/ kecil adalah kendaraan bermotor ber asa dua dengan empat roda
dan dengan as 2,0 – 3,0 ( meliputi : mobil penumpang, oplet, microbus, pick up, dan
truck kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
2. Kendaraan Sedang (MHV)
Kendaraan bermotor dengan dua gandar, dengan jarak 3,5 -5,0 (termasuk bus kecil,
truck 2 as dengan enam roda, sesuai dengan klasifikasi Bina Marga).
3. Kendaraan Berat/ Besar (LB – LT)
a. Bus Besar (LB)
Bus dengan dua tiga gandar dengan jarak as 5,0 -6,0
b. Truck Besar
Truck tiga gandar dan truck kombinasi tiga, jarak gandar (gandar pertama
kedua) < 3,5 m (sesuai sistem klasifikasi Bina Marga)
4. Sepeda Motor (MC)
Kendaraan bermotor dengan beroda 2 atau 3 (meliputi : sepeda motor, dan kendaraan
roda tiga sesuai klasifikasi Bina Marga).
5. Kendaraan Tak Bermotor
Kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh orang atau hewan ( meliputi : sepeda,
becak, kereta kuda, dan kereta dorong sesuai klasifikasi Bina Marga ).
Catatan : Kendaran tak bermotor tidak dianggap sebagai bagian dari arus lalu lintas
tetapi unsur hambatan samping.
8
Sumber : RSNI-14-2004
2.4. Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana (Vr) pada ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar
perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan – kendaraan bergerak dengan
aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lenggang, dan tanpa
pengaruh samping jalan yang berarti.
Tabel 2.2 Kecepatan Rencana (Vr) sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan
Kecepatan Rencana, Vr, km/jam
Fungsi
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 70 – 120 60 – 80 40 – 70
Kolektor 60 – 90 50 – 60 30 – 50
Lokal 40 – 70 30 – 50 20 – 30
Sumber : RSNI-14-2004
Catatan : Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan
syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/ jam.
2.5. Bagian – bagian jalan
yang utama dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Bagian langsung yang berguna untuk lalu lintas
1. Jalur lalu lintas
Jalur lalu lintas adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperlukan untuk
lalu lintas kendaraan. Jalur lalau lintas terdiri dari beberapa jalur (lane) kendaraan.
9
Lajur kendaraan yaitu bagian dari lajur jalan yang khusus untuk dilewati oleh suatu
rangkaian beroda empat atau lebih dalam satu arah. Jadi jumlah lajur minimal untuk 2
arah adalah 2 dan pada umumnya disebut sebagai jalan 2 lajur 2 arah. Jalur lalu lintas
untuk 1 arah minimal 1 lajur lalu lintas.
2. Lajur lalu lintas
Lebar lajur lalu lintas merupakan bagian yang paling menentukan lebar melintang
jalan secara keseluruhan. Besarnya lebar lalu lintas hanya dapat ditentukan dengan
pengamatan langsung dilapangan karena :
a. Lintasan kendaraan yang satu tidak mungkin akan dapat diikuti oleh lintasan
kendaraan lain dengan cepat.
b. Lajur lalu lintas mungkin tepat sama dengan lebar kendaraan maksimum.
Untuk keamanaan dan kenyamanan setiap pengemudi membutuhkan ruang
gerak antara kendaraan.
c. Lintasan kendaraan tidak mungkin dibuat tetap sejajar sumbu lalu lintas,
karena selama bergerak akan mengalami gaya – gaya samping seperti tidak
ratanya permukaan, gaya sentrifugal ditikungan, dan gaya angin akibat
kendaraan lain yang menyiap.
Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar kendaraan ditambah dengan ruas bebas
antara kendaraan yang besarnya sangat ditentukan oleh keamanaan dan kenyamanan
yang diharapkan. Pada jalan lokal (kecepatan rendah) lebar jalan minimum 5,50 m (2
x 2,75) cukup memadai untuk jalan 2 jalur dengan 2 arah. Dengan pertimbangan biaya
yang tersedia lebar 5 m pun masih diperkenankan. Jalan arteri yang direncanakan
untuk kecepatan tinggi mempunyai lebar lajur lalu lintas lebih besar dari 3,25 m
sebaiknya 4 m.
3. Bahu Jalan
Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang
berfungsi sebagai berikut :
a. Ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau
sekedar berhenti untuk beristirahat.
b. Ruangan untuk menghindarkan diri dari saat – saat darurat, sehingga dapat
mencegah terjadinya kecelakaan.
c. Memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat
meningkatkan kapasitas jalan yang bersangkutan.
10
b. Menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan kering tidak
terendam air.
2. Kemiringan Melintang jalur lalu lintas
Talud jalan umumnya dibuat 2 H : 1 V, tetapi untuk tanah – tanah yang mudah
longsor talud jalan harus dibuat sesuai dengan besarnya landai yang aman.
Berdasarkan keadaan tanah lokasi tersebut, mungkin saja dibuat beronjong, tembok
penahan tanah, bertingkat (brem) atau pun hanya ditutupi rumput saja.
Keterangan :
H = Tinggi Talud
V = Kemiringan Talud
3. Kemiringan melintang bahu.
4. Kemiringan tegak.
c. Bagian pelengkap jalan
1. Kereb
Kereb adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan, yang
terutama dimaksudkan untuk keperluan – keperluan dranenase, mencegah keluarnya
kendaraan dari tepi perkerasan, dan memberikan ketegasan tepi perkerasan.
2. Pengaman tepi
d. Bagian konstruksi jalan
1. Lapisan perkerasan jalan
2. Lapisan pondasi atas
3. Lapisan pondasi bawah
4. Lapisan tanah dasar
e. Daerah manfaat jalan (DAMAJA)
Daerah Manfaat Jalan adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi
dan kedalaman ruang bebas yang diperuntukan bagi median, perkerasan jalan, jalur
pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, dan bangunan
pelengkap jalan, antara lain :
a. Lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan
b. Tinggi 5 meter diatas permukaan perkerasan pada sumbu jalan
c. Kedalaman ruang bebas 1,5 m dibawah muka jalan
12
-3% -3%
Dd = ........................................................................................................ (2)
Sumber : RSNI-14-2004
Untuk kecepatan rencana < 80 km/jam berlaku fmaks = - 0,00065 V + 0,192
80 – 112 km/jam berlaku fmaks = - 0,00125 V + 0,24
b. Lengkung Peralihan (Ls)
Lengkung peralihan adalah lengkung yang berfungsi untuk menstabilkan kendaraan
ketika melewati suatu tikungan simpangan yang tajam, sehingga kendaraan masih dapat
tetap berada pada lajur jalannya ketika melalui tikungan yanga tajam. Bentuk lengkung
peralihan dapat berupa parabola atau spiral. Panjang lengkung peralihan (Ls) ditetapkan
atas pertimbangan sebagai berikut :
1. Lama waktu perjalanan di lengkung peralihan perlu dibatasi untuk menghindari
kesan perubahan Alinemen yang mendadak, ditetapkan 3 detik.
2. Gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan dapat diantisipasi berangsur-angsur
pada lengkung peralihan dengan aman.
3. Tingkat perubahan kelandaian melintang jalan dari bentuk kelandaian normal
kelandaian superelevasi penuh tidak boleh melampaui re-max.
Di sisi lain dengan adanya lengkung peralihan, pengemudi dapat dengan mudah
mengkuti lajur yang telah disediakan untuknya, tanpa melintasi jalur lain yang
berdampingan.
Beberapa keunggulan dari penggunaan lengkung peralihan pada Alinemen horisontal :
a. Memungkinkan mengadakan perubahan dari lereng jalan normal kemiringan
sebesar superelevasi secara berangsur-angsur, sesuai dengan gaya sentrifugal yang
timbul.
b. Memungkinkan mengadakan peralihan pelebaran perkerasan yang diperlukan
jalan lurus kebutuha lebar perkerasan pada tikungan – tikungan yang tajam.
16
Ls = × Vr ............................................................................................ (8)
Keterangan :
T = Waktu tempuh = 3 detik
Rd = Jari-jari busur lingkaran (m)
C = Perubahan percepatan 0,3-1,0 disarankan 0,4 m/det2
re = Tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan, sebagai berikut:
Untuk Vr ≤70 km/jam Untuk Vr ≥80 km/jam
re mak = 0,035 m/m/det re mak = 0,025 m/m/det
e = Superelevasi
em = Superelevasi Maksimum
en = Superelevasi Normal
17
Lc = ......................................................................................................... (12)
18
- Xs = Ls × ( ) .................................................................................. (15)
- Ys = ....................................................................................................... (16)
- Et = ( ⁄ )
– Rr ......................................................................................... (19)
- Lc = ................................................................................................. (21)
Lc = .................................................................................................... (26)
20
Pada kecepatan tertentu super elevasi maksimum dan asumsi dari faktor gesekan
maksimum bersama – sama menirukan jari – jari minimum yang diperoleh beberapa faktor
yaitu :
a. Kondisi cuaca
b. Kondisi lapangan, datar atau pegunungan
c. Tipe dari daerah pedalaman atau kota
d. Sering terhadap kendaraan yang berjalan lambat
Super elevasi maksimum untuk jalan raya terbuka pada umumnya 0,12 dimana
penggunaanya terbatas yang tidak bersalju. Jadi, super elevasi diperlukan untuk menjaga
kestabilan kendaraan saat melewati tikungan.
a) Diagam super elevasi Full-Circle menurut Bina Marga
Ls pada tikungan Full-Cirle ini sebagai Ls bayangan yaitu untuk perubahan kemiringan
secara berangsur-angsur dari kemiringan normal ke maksimum atau minimum.
Ls = .................................................................................. (27)
Sumber : RSNI-14-2004
25
d3 (m) 30 55 75 90
Sumber : RSNI-14-2004
2.6.5. Daerah Bebas Samping di Tikungan
Jarak pandang pengemudi pada lengkung horisontal (di tikungan), adalah pandangan
bebas pengemudi dari halangan benda-benda di sisi jalan. Daerah bebas samping di
tikungan dihitung bedasarkan rumus-rumus sebagai berikut:
1. Jarak pandangan lebih kecil daripada panjang tikungan (Jh < Lt).
2. Jarak pandangan lebih besar dari panjang tikungan (Jh > Lt)
27
Keterangan:
Jh = Jarak pandang henti
Lt = Panjang lengkung total
R = Jari-jari tikungan
R’ = Jari-jari sumbu lajur
2.6.6. Pelebaran Perkerasan
Pelebaran perkerasan dilakukan pada tikungan-tikungan yang tajam, agar kendaraan
tetap dapat mempertahankan lintasannya pada jalur yang telah disediakan. Gambar dari
pelebaran perkerasan pada tikungan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
28
Td =√ – Rd ........................................................................ (41)
ε = B - W ........................................................................................................ (42)
Keterangan:
B = Lebar perkerasan pada tikungan
n = Jumlah jalur lalu lintas
b = Lebar lintasan truk pada jalur lurus
b’ = Lebar lintasan truk pada tikungan
p = Jarak As roda depan dengan roda belakang truk
A = Tonjolan depan sampai bumper
W = Lebar perkerasan
29
g= .............................................................. (43)
–
A = g2 – g1 ...................................................................................................... (44)
Ev = .......................................................................................................... (45)
y= ......................................................................................................... (46)
Landai maksimum % 3 3 4 5 8 9 10 10
Sumber : RSNI-14-2004
b) Kelandaian Minimum
Pada jalan yang menggunakan kerb pada tepi perkerasannya, perlu dibuat kelandaian
minimum 0,5 % untuk keperluan kemiringan saluran samping, karena kemiringan jalan
dengan kerb hanya cukup untuk mengalirkan air kesamping.
c) Panjang kritis suatu kelandaian
Panjang kritis ini diperlukan sebagai batasan panjang kelandaian maksimum agar
pengurangan kecepatan kendaraan tidak lebih dari separuh Vr.
Tabel 2.12 Panjang Kritis (m)
Kecepatan pada awal tanjakan Kelandaian (%)
(km/jam) 4 5 6 7 8 9 10
80 630 460 360 270 230 230 200
60 320 210 160 120 110 90 80
Sumber : RSNI-14-2004
34
n1 = masa konstruksi
n2 = umur rencana
C = koefisien distribusi kendaraan
E = angka ekivalen beban sumbu kendaraan
2.8.2. Koefisien Distribusi Kendaraan
Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewatpada
jalur rencana ditentukan menurut daftar di bawah ini:
Tabel 2.13 Koefisien Distribusi Kendaraan
Keterangan:
*) Berat total < 5 ton, misalnya : Mobil Penumpang, Pick Up, Mobil Hantaran.
**) Berat total ≥ 5 ton, misalnya : Bus, Truk, Traktor, Semi Trailer, Trailer.
Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode
Analisa
Komponen SKBI 2.3.26.1987, Halaman 9
2.8.3. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
Angka Ekivalen (E) masing-masing golongan beban umum (Setiap kendaraan)
ditentukan menurut rumus daftar sebagai berikut:
Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode
Analisa
Komponen SKBI 2.3.26.1987, Halaman 10
2.8.4. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT dan CBR)
Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi DDT dan
CBR.
37
Iklim I
0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 2,5
< 900 mm/tahun
Iklim II
1,5 2,0 – 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5
≥ 900 mm/tahun
Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode
Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987
2.8.6. Indeks Permukaan (IP)
Indeks Permukaan ini menyatakan nilai dari pada kerataan / kehalusan serta
kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu – lintas yang
lewat.
Adapun beberapa nilai IP beserta artinya adalah sebagai berikut :
IP = 1,0 : adalah menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat
sehingga sangat menggangu lalu lintas kendaraan.
IP = 1,5 : adalah tingkat pelayanan rendah yang masih mungkin (jalan tidak
terputus ).
IP = 2,0 : adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang mantap
IP = 2,5 : adalah menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan baik.
Tabel 2.16 Indeks permukaan pada akhir umur rencana ( IPt)
LER= Lintas Ekivalen Klasifikasi Jalan
Rencana *) Lokal Kolektor Arteri Tol
< 10 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 -
10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0 -
39
bahan dengan aspal), kuat tekan untuk (bahan yang distabilisasikan dengan semen atau
kapur) atau CBR (untuk bahan lapis pondasi atau pondasi bawah).
Tabel 2.18 Koefisien Kekuatan Relatif
Koefisien Kekuatan
Kekuatan Relatif Bahan
Jenis Bahan
Kt
a1 a2 a3 Ms (kg) CBR %
kg/cm2
0,4 - - 744 - -
0,35 - - 590 - -
LASTON
0,32 - - 454 - -
0,30 - - 340 - -
0,35 - - 744 - -
0,31 - - 590 - -
LASBUTAG
0,28 - - 454 - -
0,26 - - 340 - -
0,30 - - 340 - - HRA
0,26 - - 340 - - Aspal Macadam
0,25 - - - - - LAPEN (mekanis)
0,20 - - - - - LAPEN (manual)
- 0,28 - 590 - -
- 0,26 - 454 - - LASTON ATAS
- 0,24 - 340 - -
- 0,23 - - - - LAPEN (mekanis)
- 0,19 - - - - LAPEN (manual)
- 0,15 - - 22 -
Stab. Tanah dengan semen
- 0,13 - - 18 -
- 0,15 - - 22 -
Stab. Tanah dengan kapur
- 0,13 - - 18 -
- 0,14 - - - 100 Pondasi Macadam (basah)
- 0,12 - - - 60 Pondasi Macadam
- 0,14 - - - 100 Batu pecah (A)
- 0,13 - - - 80 Batu pecah (B)
41
≥ 10,00 10 Laston
1. Volume Pekerjaan
a. Pekerjaan persiapan
- Peninjauan lokasi
- Pengukuran dan pemasangan patok
- Pembersihan lokasi dan persiapan alat dan bahan untuk pekerjaan
- Pembuatan Bouplank
b. Pekerjaan tanah
- Pengupasan tanah
c. Pekerjaan perkerasan
- Lapis permukaan (Surface Course)
- Lapis pondasi atas (Base Course)
- Lapis pondasi bawah (Sub Base Course)
- Lapis tanah dasar (Sub Grade)
d. Pekerjaan drainase
- Galian saluran
- Pembuatan talud
e. Pekerjaan pelengkap
- Pengecatan marka jalan
2. Analisa Harga Satuan
Analisa harga satuan diambil dari Harga Satuan Dasar Upah Dan Bahan Serta Biaya
Operasi Peralatan Dinas Bina Marga Kota Semarang tahun 2015.
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN
3.1. Diagram Alir Perencanaan Geometrik Jalan
Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan route dari suatu ruas jalan secara
lengkap, meliputi beberapa alinemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data dan data
dasar yang ada atau tersedia dari hasil survai dilapangan dan telah dianalisis, serta
mengacu pada ketentuan yang berlaku.
Perencanaan geometrik secara umum menyangkut aspek-aspek perencanaan bagian-
bagian jalan tersebut baik untuk jalan sendiri maupun untuk pertemuan yang bersangkutan
agar tercipta keserasian sehingga dapat memperlancar lalu lintas. Didalam perencanaan ini
yang menyangkut trase jalan akan dibuat sesuai trase tanah yang ada (tanah asli).
Dalam Perencanaan geometrik jalan raya terbagi menjadi dua yaitu Alinemen
Horisontal dan Alinemen Vertikal. Pada perencanaan alinemen horisontal, umumnya akan
ditemui dua bagian jalan, yaitu : bagian lurus dan bagian lengkung atau umum disebut
tikungan. Pada perencanaan alinemen vertikal terdapat kelandaian positif (tanjakan) dan
kelandaian negatif (turunan), sehingga kombinasinya berupa lengkung cembung dan
lengkung cekung. Disamping kedua lengkung tersebut terdapat pula kelandaian = 0 (datar).
3.2. Diagram Alir Perencanaan Tebal Perkerasan
Konstruksi perkerasan yang lazim pada saat sekarang ini adalah konstruksi
perkerasan yang terdiri dari berberapa lapis bahan dengan kualitas yang berbeda, di mana
bahan yang paling kuat biasanya diletakkan di lapisan yang paling atas.
Bentuk kontruksi perkerasan seperti ini untuk pembangunan jalan-jalan yang ada di
seluruh Indonesia pada umumnya menggunakan apa yang dikenal dengan jenis konstruksi
perkerasan lentur (Flexible Pavement). Perkerasan lentur (Flexible Pavement) merupakan
perkerasan yang menggunakan bahan pengikat aspal dan konstruksinya terdiri dari
beberapa lapisan bahan yang terletak di atas tanah dasar.
Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapisan bahan yaitu Lapisan
permukaan (Surface Course) ,Lapisan pondasi atas (Base Course) ,Lapisan pondasi bawah
(Subbase Course),dan Tanah dasar (Sub Grade) .Lapisan konstruksi tersebut bahan yang
paling kuat biasanya diletakkan di lapisan yang paling atas.
Untuk merencanakan perkerasan diperlukan data sebagai berikut: LHR, Pertumbuhan Lalu
Lintas (i), Kelandaian Rata-rata, Iklim, Umur Rencana (UR), CBR Tanah Dasar, Indeks
Permukaan Awal (IPo).
44
45
Mulai
Mencari Data :
· LHR
-Data Pengukuran
· Pertumbuhan Lalu lintas
(i)
· Kelandaian Rata – rata
· Iklim
· Umur rencana (UR)
Sumber : RSNI-T-14-2004
Catatan : Dari Tabel diatas maka jalan tersebut termasuk jalan raya sekunder kelas 2B
47
48
LHR rata-tara =
= 4376,201
b. Koefisien Distribusi ( C )
Jalur Rencana = 2 Lajur 2 Arah
Daftar Tabel II dipakai C = 0,50
c. Menentukan Ekivalen ( E)
Daftar Tabel III
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan
Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Gambar Koefisien Distribusi Kendaraan,
Halaman 9.
1. Mobil Penumpang 2 ton ( 1 +1) = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004
2. Bus Kecil 5 ton ( 2 + 3 ) = 0,0036 + 0,0183 = 0,0219
3. Truck 2 as 10 ton ( 4 + 6 ) = 0,0577 + 0,2923 = 0,1593
LEP ( Lintasan Ekivalen Permulaan) =LHR2 x C x E
LEA ( Lintasan Ekivalen Akhir) =LHR3 x C x E
49
LET =
= 126,6501
LER = LET x FP
= LET x UR / 10
= 126,6501x 10/10
= 126,6501
4.2.1. Penentuan CBR Desain Tanah Dasar
x= × 100%
1. Daerah A – DI1
x= × 100% = -0,25 %
x= × 100% = 1,87 %
4. Daerah DI3 – B
x= × 100% = -0,24 %
= × 100%
= 10,509% ≤ 30%
Curah hujan berkisar 100 - 400 mm / tahun
Sehingga dikategorikan < 900 mm/ tahun, termasuk pada iklim I
Kelandaian = Kelandaian memanjang rata – rata
= 4% < 6%
Sehingga dikategorikan kelandaian 1
Dengan mencocokan hasil perhitungan tersebut pada SKBI 2.3.26.1987 maka
diperoleh nilai FR = 1,5
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkarasan Lentur Jalan Raya DenganMetode
Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Daftar IV FaktorRegional (FR) hal. 14
3. Indeks Permukaan Awal (IPO)
Direncanakan jenis LAPEN Mekanis dengan Roughness ≤ 3000 mm / tahun, Maka
berdasarkan Buku Petunjuk Perencanaan Tebal perkerasan lentur jalan raya dengan
Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Daftar VI Indeks Permukaan Pada Awal
Umur Rencana (Ipo) maka diperoleh Ipo = 3,9 – 3,5
4. Indeks Permukaan Akhir (IPt).
Dari data klasifikasi manfaat jalan arteri dan hasil perhitungan LER yaitu didapat nilai
LER = 126,6501 maka berdasarkan Buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
jalan raya dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Daftar V Indeks
Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IPt) maka diperoleh IPt = 2.
4.2.5. Mencari harga Indeks tebal pekerasan (ITP)
Ipo = 3,9 – 3,5
52
IPt =2
LER = 126,6501
DDT = 6,1
FR = 1,5
- Lapis Pondasi Bawah ( Sub Base Course ), D3 = ....; a3 = 0,12 ( Sirtu Kelas B CBR
50%)
Dimana :
a1, a2, a3 = Koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan (SKBI 2.3.26.1987)
D1, D2, D3 = Tebal masing-masing lapis permukaan
- ITP = (a1 x D1) + ( a2 x D2 ) + ( a3 x D3 )
- 6,1 = ( 0,30 x 5) + ( 0,13 x 20) + (0,12 x D3)
- 6,1 = 1,5+ 2.6 + 0,12 D3
- D3 =
- D3 = 9,16 cm
Susunan Perkersan
HRA
9,16 cm
10,5
%
Gambar 4.4 Susunan Perkerasan
4.3 Perhitungan Trase Jalan
Trase perencanaan geometrik jalan dibuat sesuai trase tanah yang ada (tanah asli),
dikarenakan belum ada perencanaan sebelumnya. Trase jalan dilakukan dengan
perhitungan – perhitungan azimuth, sudut tikungan, dan jarak antar DI.
4.3.1 Perhitungan Azimuth
A = ( 0441255 ; 9223436 )
DI-1 = ( 0441186 ; 9222253 )
DI-2 = ( 0441148 ; 9221418 )
DI-3 = ( 0441640 ; 9220667 )
B = ( 0441576 ; 9219839 )
α A -1 = ArcTg( ) + 180˚
54
= ArcTg( ) + 180˚
= 180˚00’04”
α 1 - 2 = ArcTg( ) + 180˚
= ArcTg( ) + 180˚
= 182˚60’56”
α 2 - 3 = ArcTg( ) + 180˚
= ArcTg( ) + 180˚
= 147˚17’01”
α 3 - B = ArcTg( ) + 180˚
= ArcTg( ) + 180˚
= 184˚42’38 ”
4.3.2 Perhitungan Sudut PI
ΔDI1 = α A-1 – α 1-2
= 180˚00’04”- 182˚60’56”
= -3˚00’52”
ΔDI2 = α 1-2 – α 2-3
= 182˚60’56”- 147˚17’01”
= 35˚43’55”
ΔDI3 = α 2-3 – α 3-4
= 147˚17’01”- 184˚42’38”
= -37˚25’37”
4.3.3. Penghitungan jarak antar PI
- Menggunakan rumus Phytagoras
d A-1 = √ 2
2
= √( - ) -
` = 1185,010 m
d 1-2 = √ 2
2
= √( - ) -
55
` = 835,864 m
d 2-3 = √ 2
2
= √( - ) -
` = 897,811 m
d B-4 = √ 2
2
= √( - ) -
` = 830,469 m
Σd = d A-1 + d 1-2 + d 2-3 + d 4-B
= 1185,010 + 835,864 + 897,811 + 830,469
= 3749,154 m
= = 3,879 %
Menurut RSNI-T-14-2004 hasil perhitungan kelandaian rata – rata yang didapat adalah
3,879 % maka medan jalan tersebut diklasifikasikan termasuk jenis medan datar.
4.4 Perhitungan Alinemen Horisontal
Data dan klasifikasi desain:
Vr = 60 km/jam fmax = - 0,00065 × Vr + 0,192
emax = 10 % = - 0,00065 × 60 + 0,192
en =2% = 0,153
Lebar perkerasan = 2 × 2 m
(sumber buku TPGJAK tahun 1997)
4.4.1 Tikungan D1
Diketahui :
ΔDI1 = -3˚00’52”
Vr = 60 km/jam ( Berdasarkan TPJGK 1997, Tabel II.16)
Direncanakan Rd = 120 m
fmax = -0,00065 × Vr + 0,192
= -0,00065 × 60 + 0,192
= 0,153
Rmin =
= 112 m
Dmax =
= 12,784
58
Direncanakan Rd = 120 > Rmin = 110 m dengan Rmin untuk FC = 500 > Rd sehingga full
circle tidak dapat digunakan maka di coba spiral-spiral
Dtjd = etjd = +
= = +
= ×3
= 50 m.
Ls = 0,022 × - 2,727 ×
= 0,022 × - 2,727×
= 58,504 m
c. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian:
Ls = × Vr
= 38,095 m
Dipakai nilai Ls yang memenuhi dan efisien yaitu 58,504 m
d) Penghitungan Өs, Δc, dan Lc ( Menggungkan S – C – S )
Өs = Δc = ΔDI1 – (2×θs)
= = 7˚20’18”- (2×2˚33’29”)
= 2˚33’29” = 3˚46’40”
59
Lc =
= = 7,251 m
Xs = Ls – ( ) Ys =
= 58,504– ( ) =
= 57,51 m = 4,754 m
p = Ys – Rd(1-cosθs) K = Ls - - Rd×sinθs
= 3,76 m = 53,271 m
= 61,01 m = 3,998 m
Ltotal = (2 ×Ls)
= (2 × 58,504)
= 117,008 m
Kontrol Perhitungan :
(2Tt) > Ltot
2 × 61,01 = 122,02 > 117,008 OK
Tikungan S -S dapat digunakan
f). Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan DI1
Rumus:
ΔB = {n(b' + c)+ (n -1)Td +Z} - Bn
Dengan:
- Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan
- Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi
60
R = 120 m
- A = 1,2 m (tonjolan depan sampai bumper)
- Bn =6m Lebar perkerasan pada tikungan
- n =2 Jumlah jalur Lintasan
- c = 0,5 m Kebebasan samping
- b = 2,60 m (lebar lintasan kendaraan truck pada jalur lurus)
- p = 6,20 m (jarak as roda depan dan belakang)
Perhitungan :
b’ =b+(R-√ )
= 2,60 + ( 120 - √ )
= 2,76 m
Td =√ -R Z = 0,105 ×
√
=√ = 0,105 ×
√
= 0,068 m = 0,575 m
ΔB ={ n(b’+c) + (n-1) Td + Z} - Bn
={ 2(2,76 + 0,5) + (2-1) 0,068 + 0,575} - 6
= 1,163
Karena ΔB = 1,163 m, maka jalan tersebut perlu dilakukan pelebaran jalan.
Jh minimum, menurut RSNI-T-14-2004 = 75 m
Jd menurut RSNI-T-14-2004 = 350 m
- Penghitungan kebebasan samping pada DI 1
Data-data:
Vr = 60 km/jam
Rd = 120 m
61
W =2x3m=6m
Lc = 7,251 m
Perhitungan :
R = Rd - W
= 120 - 6
= 117 m
Lt = Lc + (2 × Ls)
= 7,251 + (2 × 58,504)
= 124,259 m
- Jarak pandang henti berdasarkan RSNI-T-14-2004:
Jh = 0,694 Vr + 0,004 * +
= 47,4 m ~ 48 m
- Kebebasan samping yang tersedia (Eo):
Eo = 0,5 (lebar daerah pengawasan – lebar perkerasan)
= 0,5 (30 – 6)
= 12 m
- Kebebasan samping yang diperlukan (E).
E = R ×( )
= 120 ×( )
= 2,4 m
Nilai E < Eo (2,4 m < 12 m)
Kesimpulan :
Karena nilai E < Eo maka daerah kebebasan samping yang tersedia mencukupi.
- Berdasarkan jarak pandang menyiap
Dengan rumusan :
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
d1 = 0,278 × T1 × ( )
d2 = 0,278 × Vr × T2
d3 = antara 30-100 m
62
d4 = ⁄ × d2
Dimana : T1 = Waktu dalam (detik)
T2 = Waktu kendaraan berada dijalur lawan, (detik)
a = Percepatan rata-rata km/jm/dtk, (km/jm/dtk)
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan kendaraan
yang disiap, (biasanya diambil 10-15 km/jam)
T1 = 2.12 + 0,026 × Vr
= 2.12 + 0,026 × 60 = 3,68dtk
T2 = 6,56 + 0,048 × Vr
= 6,56 + 0,048 × 60 = 9,44dtk
a = 2,052 + 0,0036 × Vr
= 2,052 + 0,0036 × 60 = 2,268km/jam/dtk
d1 = 0,278 × T1×( )
= 0,278 × 3,68×( )
= 50,3 m
d2 = 0,278 × Vr × T2
= 0,278 × 60 × 9,44
= 157,46 m
d3 = 30 m
d4 = ⁄ × d2
= ⁄ × 157,46
= 104,97 m
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,3 + 157,46 + 30 + 104,97
= 342,73 m
- Hasil perhitungan
Tikungan PI1 menggunakan tipe Spiral – Spiral dengan hasil penghitungan sebagai
berikut:
Δ1 = 7˚20’18” Vr = 60 km/jam
= 10 % = 2%
= 9,9 % Rmin = 110 m
63
Rd = 120 m Ls = 38,095 m
θs = 2˚33’29” Δc = 3˚46’40”
Lc = 7,251 m Xs = 57,512 m
Ys = 4,754 m P = 3,76 m
K = 53,271 m Tt = 61,01 m
Et = 3,998 m
P3
Ts
Ys Es
Sc Cs
Xs Rd Rd
K
ST
TS
Ls Lc Ls
SC CS
e max = 10 % III
III
TS ST
II II
I e=0% I
I II II I
III III
-2 % -2 % -2 % -2 %
I0 % sisi dalam tikungan I
0%
-2 % -2 %
II II
+2 % +2 %
-2 % -2 %
III III
e = +9,9 % e = +9,9 %
-9,9 % -9,9 %
Rmin =
= 112 m
Dmax =
= 12,784
1. Menentukan superelevasi desain:
Dtjd = etjd = +
= = +
= 9,549 = 0,093 = 9 %
2. Penghitungan lengkung peralihan (Ls)
a. Berdasarkan waktu tempuh maximum (3 detik) untuk melintasi lengkung
peralihan, maka panjang lengkung:
Ls = ×T
= ×3
= 50 m.
b. Berdasarkan rumus modifikasi Shortt:
Ls = 0,022 × - 2,727 ×
= 0,022 × - 2,727×
= 38,295 m
c. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian:
Ls = × Vr
= 38,095 m
Dipakai nilai Ls yang memenuhi dan efisien yaitu 50 m
d) Penghitungan Өs, Δc, dan Lc ( Menggungkan S –– S )
Өs = Δc = ΔDI2 – (2×θs)
= = 4˚31’35”- (2×9˚55’41”)
= 9˚55’41” = -15˚20’27”
Lc =
= = -39,780 m
Ls = ΔDI2
Xs = Ls – ( ) Ys =
= 11,312 – ( ) =
= 10,321 m = 0,118m
p = Ys – Rd(1-cosθs) K = Ls - Rd×sinθs
= 0,118 – 150(1-cos2˚46’17”) = 11,312- 150×sin2˚16’17”
= 0,01126 m = 5,6541 m
= 11,31 m = 1,49 m
Ltotal = (2 ×Ls)
= (2 × 11,312)
= 22,62 m
Kontrol Perhitungan :
66
(2Tt) ≥ Ltot
2 × 11,31 = 22,62 ≥ 22,62 OK
Tikungan S -S dapat digunakan
f). Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan DI2
Rumus:
ΔB = {n(b' + c)+ (n -1)Td +Z} - Bn
Dengan:
- Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan
- Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi
Jalan rencana kelas 2B (Sekunder) dengan muatan sumbu terberat
≥10 ton maka kendaraan rencananya menggunakan kendaraan
berat.
- b’ = Lebar lintasan kendaraan truck pada tikungan
- c = Kebebasan Samping
- n = Jumlah Lajur Lintasan.
- Perhitungan Secara Analisis
Vr = 60 ⁄
R = 150 m
- A = 1,2 m (tonjolan depan sampai bumper)
- Bn =6m Lebar perkerasan pada tikungan
- n =2 Jumlah jalur Lintasan
- c = 0,5 m Kebebasan samping
- b = 2,60 m (lebar lintasan kendaraan truck pada jalur lurus)
- p = 6,20 m (jarak as roda depan dan belakang)
Perhitungan :
b’ =b+(R-√ )
= 2,60 + ( 150 - √ )
= 2,728 m
Td =√ -R Z = 0,105 ×
√
=√ = 0,105 ×
√
= 0,054 m = 0,514m
ΔB ={ n(b’+c) + (n-1) Td + Z} - Bn
67
= 150 - 6
= 147 m
Lt = Lc + (2 × Ls)
= -39,780 + (2 × 11,312)
= -17,156 m
- Jarak pandang henti berdasarkan RSNI-T-14-2004:
Jh = 0,694 Vr + 0,004 * +
= 47,4 m ~ 48 m
- Kebebasan samping yang tersedia (Eo):
Eo = 0,5 (lebar daerah pengawasan – lebar perkerasan)
= 0,5 (30 – 6)
= 12 m
- Kebebasan samping yang diperlukan (E).
E = R ×( )
= 150 ×( )
= 1,92 m
Nilai E < Eo (1,92 m < 12 m)
68
Kesimpulan :
Karena nilai E < Eo maka daerah kebebasan samping yang tersedia mencukupi.
- Berdasarkan jarak pandang menyiap
Dengan rumusan :
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
d1 = 0,278 × T1 × ( )
d2 = 0,278 × Vr × T2
d3 = antara 30-100 m
d4 = ⁄ × d2
Dimana : T1 = Waktu dalam (detik)
T2 = Waktu kendaraan berada dijalur lawan, (detik)
a = Percepatan rata-rata km/jm/dtk, (km/jm/dtk)
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan kendaraan
yang disiap, (biasanya diambil 10-15 km/jam)
T1 = 2.12 + 0,026 × Vr
= 2.12 + 0,026 × 60 = 3,68dtk
T2 = 6,56 + 0,048 × Vr
= 6,56 + 0,048 × 60 = 9,44dtk
a = 2,052 + 0,0036 × Vr
= 2,052 + 0,0036 × 60 = 2,268km/jam/dtk
d1 = 0,278 × T1×( )
= 0,278 × 3,68×( )
= 50,3 m
d2 = 0,278 × Vr × T2
= 0,278 × 60 × 9,44
= 157,46 m
d3 = 30 m
d4 = ⁄ × d2
= ⁄ × 157,46
= 104,97 m
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
69
P3
Ts
Ys Es
Sc Cs
Xs Rd Rd
K
ST
TS
Ls Lc Ls
SC CS
e max = 10 % III
III
TS ST
II II
I e=0% I
I II II I
III III
-2 % -2 % -2 % -2 %
I0 % sisi dalam tikungan I
0%
-2 % -2 %
II II
+2 % +2 %
-2 % -2 %
III III
e = +9 % e = +9 %
-9 % -9 %
Rmin =
= 112,041 m
71
Dmax =
= 12,784
1. Menentukan superelevasi desain:
Dtjd = etjd = +
= = +
= ×3
= 50 m
b. Berdasarkan rumus modifikasi Shortt:
Ls = 0,022 × - 2,727 ×
= 0,022 × - 2,727×
= 50,48 m
c. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian:
Ls = × Vr
= 38,095 m
Dipakai nilai Ls yang memenuhi dan efisien yaitu 50 m
d) Penghitungan Өs, Δc, dan Lc ( Menggungkan S – C – S )
Өs = Δc = ΔDI3 – (2×θs)
= = 35˚19’47”- (2×11˚13’38”)
= 11˚13’38” = 13˚33’11”
72
Lc =
= = 30,232
Xs = Ls – ( ) Ys =
= 50,48 – ( ) =
= 49,483 m = 3,267 m
p = Ys – Rd(1-cosθs) K = Ls - - Rd×sinθs
= 0,81 m = 25,1866 m
= 66,75 m = 7,2324 m
Ltotal = (2 ×Ls)
= (2 × 50,48)
= 100,96 m
Kontrol Perhitungan :
(2Tt) > Ltot
2 × 88,567 = 177,134 > 100,96 OK
Tikungan S-C-S dapat digunakan
f). Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan DI3
Rumus:
ΔB = {n(b' + c)+ (n -1)Td +Z} - Bn
Dengan:
- Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan
73
R = 130 m
- A = 1,2 m (tonjolan depan sampai bumper)
- Bn =6m Lebar perkerasan pada tikungan
- n =2 Jumlah jalur Lintasan
- c = 0,5 m Kebebasan samping
- b = 2,60 m (lebar lintasan kendaraan truck pada jalur lurus)
- p = 6,20 m (jarak as roda depan dan belakang)
Perhitungan :
b’ =b+(R-√ )
= 2,60 + ( 130 - √ )
= 2,748 m
Td =√ -R Z = 0,105 ×
√
=√ = 0,105 ×
√
= 0,0628 m = 0,552 m
ΔB ={ n(b’+c) + (n-1) Td + Z} - Bn
={ 2(2,748+ 0,5) + (2-1) 0,0628 + 0,552} - 6
= 1,183 m
Karena ΔB = 1,183 m, maka jalan tersebut perlu dilakukan pelebaran jalan.
Jh minimum, menurut RSNI-T-14-2004 = 75 m
Jd menurut RSNI-T-14-2004 = 350 m
- Penghitungan kebebasan samping pada DI 3
Data-data:
Vr = 60 km/jam
74
Rd = 150 m
W =2x3m=6m
Lc = 30,232 m
Perhitungan :
R = Rd - W
= 150 - 6
= 147 m
Lt = Lc + (2 × Ls)
= 74,185 + (2 × 50,48)
= 175,145 m
- Jarak pandang henti berdasarkan RSNI-T-14-2004:
Jh = 0,694 Vr + 0,004 * +
= 47,4 m ~ 48 m
- Kebebasan samping yang tersedia (Eo):
Eo = 0,5 (lebar daerah pengawasan – lebar perkerasan)
= 0,5 (30 – 6)
= 12 m
- Kebebasan samping yang diperlukan (E).
E = R ×( )
= 147 ×( )
= 1,879 m
Nilai E < Eo (1,879 m < 12 m)
Kesimpulan :
Karena nilai E < Eo maka daerah kebebasan samping yang tersedia mencukupi.
- Berdasarkan jarak pandang menyiap
Dengan rumusan :
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
d1 = 0,278 × T1 × ( )
d2 = 0,278 × Vr × T2
75
d3 = antara 30-100 m
d4 = ⁄ × d2
Dimana : T1 = Waktu dalam (detik)
T2 = Waktu kendaraan berada dijalur lawan, (detik)
a = Percepatan rata-rata km/jm/dtk, (km/jm/dtk)
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan kendaraan
yang disiap, (biasanya diambil 10-15 km/jam)
T1 = 2.12 + 0,026 × Vr
= 2.12 + 0,026 × 60 = 3,68dtk
T2 = 6,56 + 0,048 × Vr
= 6,56 + 0,048 × 60 = 9,44dtk
a = 2,052 + 0,0036 × Vr
= 2,052 + 0,0036 × 60 = 2,268km/jam/dtk
d1 = 0,278 × T1×( )
= 0,278 × 3,68×( )
= 50,3 m
d2 = 0,278 × Vr × T2
= 0,278 × 60 × 9,44
= 157,46 m
d3 = 30 m
d4 = ⁄ × d2
= ⁄ × 157,46
= 104,97 m
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
= 50,3 + 157,46 + 30 + 104,97
= 342,73 m
- Hasil perhitungan
Tikungan PI3 menggunakan tipe Spiral – circle - Spiral dengan hasil penghitungan
sebagai berikut:
Δ3 = -35˚19’49” Vr = 60 km/jam
= 10% = 2%
76
P3
Ts
Ys Es
Sc Cs
Xs Rd Rd
K
ST
TS
Ls Lc Ls
SC CS
e max = 10 % III
III
TS ST
II II
I e=0% I
I II III III II I
-2 % -2 % -2 % -2 %
I0 % sisi dalam tikungan I
0%
-2 % -2 %
II II
+2 % +2 %
-2 % -2 %
III III
e = +9,8 % e = +9,8 %
-9,8 % -9,8 %
= 16,67m/det
Syarat Overlapping
79
a = 3Vren
= 3 × 16,67
= 50 m
d > a1. Kontrol Overlapping A - DI1
d1 = d1 - Tt1
= 1185,01 m – 22,62 m
= 1162,39 m d > a = 50 m . . .OK!
2. Kontrol Overlapping DI1 - DI2
d2 = Sta TS DI2 - Sta ST DI1
= 1+ 935,858 m – 1+ 145.234m
= 790,624 m d > a = 50 m . . .OK!
3. Kontrol Overlapping DI2 – DI3
d3 = Sta TS DI3 - Sta ST DI2
= 2+798,696 m - 1+ 918,702 m
= 879,994 m d > a = 50 m . . .OK!
4.5. Perhitungan Alinemen Vertikal
Untuk merencanakan alinemen vertikal pada perencanaan ini trace jalan digunakan sesuai
dengan elevasi tanah asli.
Tabel4.4. Tabel Alinemen Vertikal
No STA Elevasi Lebar Pot Melintang (L) Kelandaian Melintang Klasifikasi
(m) (Δh/l) × 100% Medan
g1 =
= -0,02 = -2%
Tabel 4.5. Tabel kelandaian memanjang
No. Titik STA Elevasi (m) Jarak Datar (m) Kelandaian Memanjang (%)
1 A 0+000 m 53
690,9045
2 DI1 1+185,010 m 54 g1 = -0,023%
770,6795
g2 = 0,020 %
3 DI2 0+835,864 m 64
1067,4964
g3= -0,039 %
4 DI3 0+897,813 m 71
194,6158
g4= 0,041 %
6 B 0+830,469 m 68
Jh = 0,694 Vr + 0,004 * +
= 47,4 m ~ 48 m
= 60² ×
= 0,03 m
Diambil nilai Lv : 50 m
b. Perhitungan Ev
83
Ev =
= 0,00018 m
Y = × x²
= × 3²
= 0,0000027 m
c. Perhitungan Stationing
= (1+185,010) – (½ x 50)
= 1+160,01
= (1+185,010) – (¼ x 50)
= 1+172,51
= 1+185,010
= (1+185,010) + (¼ x 50)
= 1+197,51
= (1+185,010) + (½ x 50)
= 1+210,01
d. Perhitungan Elevasi
= 53 + (½ 50 x -0,023 %)
= 53,575 m
84
= 53 + ( ¼ 50 x -0,023% ) + (0,0000027)
= 53,287 m
= 53+ (0,00018)
= 53,00018 m
= 53 + ( ½ 50 x 0,020 % )
= 53,5 m
DLV 2
1
DDV 2
g2 = 0,020%
DTV 2
g3 =-
0,039%
Data – data :
Stationing DVI 2 = 1+461,584 m
Elevasi DVI 2 = 350 m
Vr = 60 km/jam
g 2 = 0,020%
85
g 3 = -0,039%
A = [g3 – g2]
= [-0,039%- 0,020%)]
= -0,059 % (Lv cembung)
Jh = 0,694 Vr + 0,004 * +
= 47,4 m ~ 48 m
= 60² ×
= 0,59 m
Diambil nilai Lv : 50 m
b. Perhitungan Ev
Ev =
= -0,003 m
86
Y = × x²
= × 3²
= -0,000053 m
c. Perhitungan Stationing
STA a = STA DI2 – ½ Lv
= (0+835,864) – (½ x 50)
= 0+810,864
STA b = STA DI2 – ¼ Lv
= (0+835,864) – (¼ x 50)
= 0+823,364
STA c = STA DI2
= 0+835,864
STA d = STA DI2 + ¼ Lv
= (0+835,864) + (¼ x 50)
= 0+848,364
STA e = STA DI2 + ½ Lv
= (0+835,864) + (½ x 50)
= 0+860,864
d. Perhitungan Elevasi
Elevasi A = Elevasi DI2 + ( ½Lv x g2 )
= 64 + (½ 50 x 0,02%)
= 64,5 m
Elevasi B = Elevasi DI2 + ( ¼ Lv x g2) + y
= 64+ ( ¼ 50 x 0,02%) + (-0,000053)
= 64,250 m
Elevasi C = Elevasi DI2+ Ev
= 64 + (-0,003)
= 64 m
Elevasi D = Elevasi DI2 + ( ¼ Lv x g3) + y
= 64 + ( ¼ 50 x -0,039% )+ (-0,000053)
= 64,48 m
Elevasi E = Elevasi DI2 + ( ½Lv x g3)
87
= 64 + ( ½ 50 x -0,039%)
= 64,97 m
g4 = 0,041%
A = [g4 – g3]
= [0,041%- (-0,039%)
= 0,08 % (Lv cekung)
Jh = 0,694 Vr + 0,004 * +
= 47,4 m ~ 48 m
a. Mencari panjang lengkung vertikal
1.) Berdasarkan syarat kenyamanan pengemudi
Lv =V×t
= 60 km/jam × 3 detik
= 50 m
88
= 60² ×
= 0,8 m
Diambil nilai Lv : 50 m
b. Perhitungan Ev
Ev =
= 0,005 m
Y = × x²
= × 3²
= 0,000072 m
c. Perhitungan Stationing
STA a = STA DI3 – ½ Lv
= (0+897,813) – (½ x 50)
= 0+885,313
STA b = STA DI3– ¼ Lv
= (0+897,813) – (¼ x 50)
= 0+885,313
STA c = STA DI3
= 0+897,813
STA d = STA DI3 + ¼ Lv
=(0+897,813)+ (¼ x 50)
89
= 0+910,313
STA e = STA DI3 + ½ Lv
= (0+897,813)+ (½ x 50)
= 0+922,813
d. Perhitungan Elevasi
Elevasi A = Elevasi DI3 + ( ½Lv x g3 )
= 71 + (½ 50 x -0,039%)
= 71,975 m
Elevasi B = Elevasi DI3 + ( ¼ Lv x g3) + y
= 71+ ( ¼ 50 x -0,039%) + (0,000072)
= 71,487 m
Elevasi C = Elevasi DI3+ Ev
= 71+ (0,005)
= 71,005 m
Elevasi D = Elevasi DI3 + ( ¼ Lv x g4) + y
= 71 + ( ¼ 50 x 0,041 %) + (0,000072)
= 71,515 m
Elevasi E = Elevasi DI3 + ( ½Lv x g4)
= 71 + ( ½ 50 x 0,041 %)
= 71,025m
Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Alinemen Vertikal
DVI1 DVI2 DVI3
0,003 -0,039 0,08
A(%)
(Lv cekung) (Lv cembung) (Lv cekung)
Lv (m) 50 50 50
Ev (m) 0,00018 -0,003 0,005
Y (m) 0,0000027 -0,000053 0,000072
Sta (m)
a 1+160,010 0+810,864 0+885,313
b 1+172,510 0+823,364 0+855,813
c 1+185,010 0+835,364 0+897,813
d 1+197,510 0+848,864 0+910,313
e 1+210,010 0+860,864 0+922,813
90
Elevasi (m)
a 56,575 78,5 66,975
b 56,287 78,250 66,487
c 56,00018 78 66,005
d 56,25 78,48 66,515
e 56,5 78,97 67,025
BAB V
5.1 Rekapitulasi AWAL
REKAPITULASI AWAL
RENCANA ANGGARAN PELAKSANAAN
PELEBARAN JALAN JATIBARNG- JALAN KEDUNG PANE
STA 0+000 -STA 4+700
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1.1 Papan Nama Proyek buah 2.00 175,059.00 350,118.00
1.2 Direksi Keet LS 1.00 8,500,000.00 8,500,000.00
1.3 Pengukuran m' 56,400 2,152.00 121,372,800.00
1.4 Penyediaan Air dan Penerangan LS 1.00 5,000,000.00 5,000,000.00
1.5 Dokumentasi LS 1.00 2,500,000.00 2,500,000.00
1.6 Pengujian Lapangan dan Labolatorium LS 1.00 7,500,000 7,500,000.00
1.7 Asuransi dan Administrasi LS 1.00 15,000,000 15,000,000.00
1.8 Penebangan Pohon ɵ 30-50 cm bh 37.00 243,719 9,017,603.00
1.9 Penebangan Pohon ɵ 50-70 cm bh 25.00 395,218 9,880,450.00
Jumlah 179,120,971.00
REKAPITULASI AKHIR
RENCANA ANGGARAN PELAKSANAAN
PELEBARAN JALAN JATIBARANG - JALAN KEDUNG PANE
STA 0+000 -STA 4+700
JUMLAH Rp 16,207,135,093.33
(PPN) = 10% Rp 1,620,713,509.33
JUMLAH TOTAL HARGA Rp 17,827,848,602.66
DIBULATKAN Rp 17,827,800,000.00
TUJUH BELAS MILYAR DELAPAN RATUS DUA PULUH TUJUH JUTA DELAPAN RATUS RIBU RUPIAH
DAFTAR HARGA SATUAN PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN
PEMERINTAH KOTA SEMARANG
SEMESTER I TAHUN 2017
(Belum termasuk PPN)
URAIAN PEKERJAAN
HARGA SATUAN
NO SATUAN KETERANGAN HAL.
(Rp.)
ANALISA
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pengukuran dan pemasangan bouwplank m¹ 175,059.00 Hal. 1
2. Pembersihan rumput dan tanaman di bahu jalan (dengan buruh) m² 915.00 Hal. 1
3. Pengupasan tanah dan pembersihan semak pada damija (dengan alat) m² 1,496.00 Hal. 1
4. Pengupasan tanah dan pembersihan semak pada damija (dengan buruh) m² 2,152.00 Hal. 1
5. Pembersihan dan pembongkaran tanaman Ø <30 cm m² 107,300.00 Hal. 2
6. Penebangan pohon Ø 30-50 cm batang 243,719.00 Hal. 2
7. Penebangan pohon Ø 50-75 cm batang 395,218.00 Hal. 2
8. Penebangan pohon Ø >75 cm batang 782,303.00 Hal. 2
B. PEKERJAAN TANAH
1. Penyiapan Badan Jalan m² 1,204.00 Hal. 3
2. Galian struktur 0-2 m (dengan alat) m³ 13,726.00 Hal. 3
3. Galian struktur 2-4 m (dengan alat) m³ 33,375.00 Hal. 3
4. Galian struktur 4-6 m (dengan alat) m³ 42,147.00 Hal. 3
5. Galian tanah biasa 0-1 m (tanpa alat) m³ 38,912.00 Hal. 3
6. Galian tanah biasa 1-2 m (tanpa alat) m³ 47,767.00 Hal. 4
7. Galian tanah biasa 2-3 m (tanpa alat) m³ 56,765.00 Hal. 4
8. Galian tanah keras 0-1 m (tanpa alat) m³ 51,788.00 Hal. 4
9. Galian tanah berbatu 0-1 m (tanpa alat) m³ 78,540.00 Hal. 5
10. Galian tanah lumpur 0-1 m (tanpa alat) m³ 62,617.00 Hal. 5
11. Galian tanah biasa dibuang di sekitar lokasi proyek (dengan alat) m³ 4,545.00 Hal. 5
12. Galian tanah biasa dibuang di sekitar lokasi proyek (tanpa alat) m³ 32,037.00 Hal. 6
13. Galian tanah biasa dibuang ke luar lokasi proyek (dengan alat) m³ 29,982.00 Hal. 6
14. Galian tanah biasa dibuang ke luar lokasi proyek (tanpa alat) m³ 79,247.00 Hal. 6
15. Galian tanah keras dibuang di sekitar lokasi proyek (dengan alat) m³ 9,170.00 Hal. 7
16. Galian tanah keras dibuang di sekitar lokasi proyek (tanpa alat) m³ 41,329.00 Hal. 7
17. Galian tanah keras dibuang ke luar lokasi proyek (dengan alat) m³ 51,286.00 Hal. 7
18. Galian tanah keras dibuang ke luar lokasi proyek (tanpa alat) m³ 83,408.00 Hal. 8
19. Galian tanah berbatu dibuang di sekitar lokasi proyek (dengan alat) m³ 10,170.00 Hal. 8
20. Galian tanah berbatu dibuang di sekitar lokasi proyek (tanpa alat) m³ 40,882.00 Hal. 8
21. Galian tanah berbatu dibuang ke luar lokasi proyek (dengan alat) m³ 56,054.00 Hal. 9
22. Galian tanah berbatu dibuang ke luar lokasi proyek (tanpa alat) m³ 93,345.00 Hal. 9
23. Galian tanah berlumpur dibuang di sekitar lokasi proyek (dengan alat) m³ 11,635.00 Hal. 9
24. Galian tanah berlumpur dibuang di sekitar proyek (tanpa alat) m³ 65,851.00 Hal. 10
25. Galian tanah berlumpur dibuang ke luar lokasi proyek (dengan alat) m³ 58,723.00 Hal. 10
26. Galian tanah berlumpur dibuang ke luar lokasi proyek (tanpa alat) m³ 98,635.00 Hal. 10
27. Galian untuk drainase dibuang di sekitar lokasi proyek m³ 5,247.00 Hal. 11
28. Galian untuk drainase dibuang ke luar lokasi proyek m³ 36,781.00 Hal. 11
29. Galian perkerasan beraspal sepanjang jalan dibuang ke luar lokasi proyek m³ 101,043.00 Hal. 11
30. Galian perkerasan beraspal setempat dibuang ke luar lokasi proyek (dengan alat) m³ 212,080.00 Hal. 12
31. Galian perkerasan beraspal setempat dibuang ke luar lokasi proyek (tanpa alat) m³ 149,916.00 Hal. 12
32. Peninggian elevasi dengan tanah bekas galian sepanjang jalan m³ 80,748.00 Hal. 12
33. Urugan setempat tanah bekas galian m³ 74,199.00 Hal. 13
34. Peninggian elevasi dengan tanah biasa sepanjang jalan m³ 175,990.00 Hal. 13
35. Urugan setempat tanah biasa m³ 186,697.00 Hal. 13
36. Peninggian elevasi dengan tanah padas sepanjang jalan m³ 180,390.00 Hal. 14
37. Urugan setempat tanah padas m³ 191,096.00 Hal. 14
C. PEKERJAAN LAPIS BERBUTIR
1. Peninggian elevasi dengan pasir urug sepanjang jalan m³ 175,498.00 Hal. 15
2. Urugan setempat pasir urug m³ 177,340.00 Hal. 15
3. Peninggian elevasi dengan sirtu sepanjang jalan m³ 181,548.00 Hal. 15
4. Urugan setempat sirtu m³ 179,059.00 Hal. 16
5. Telford (Sub Base Batu Belah) m² 309,790.00 Hal. 16
6. Produksi agregat kasar m³ 204,881.00 Hal. 16
7. Produksi agregat halus m³ 204,881.00 Hal. 17
8. Produksi pasir halus m³ 204,881.00 Hal. 17
9. Produksi batu pecah 00-05 mm m³ 204,881.00 Hal. 17
10. Produksi batu pecah 05-15 mm m³ 204,881.00 Hal. 18
11. Produksi batu pecah 05-20 mm m³ 204,881.00 Hal. 18
12. Produksi batu pecah 20-30 mm m³ 204,881.00 Hal. 18
13. Produksi batu pecah 50-70 mm m³ 204,881.00 Hal. 19
14. Produksi agregat kasar terkirim ke lokasi proyek m³ 286,943.00 Hal. 19
15. Produksi LPB (lapis pondasi agregat kelas B) m³ 191,098.00 Hal. 19
16. Produksi LPB (lapis pondasi agregat kelas B) terkirim ke lokasi proyek m³ 311,961.00 Hal. 20
17. Penghamparan LPB (lapis pondasi agregat kelas B) sepanjang jalan m³ 355,124.00 Hal. 20
18. Pelebaran / bahu jalan keras dengan LPB (lapis pondasi agregat kelas B) m³ 375,987.00 Hal. 20
19. Penambalan setempat / jalan lingkungan dengan LPB (lapis pondasi agregat kelas B) m³ 381,822.00 Hal. 21
20. Produksi LPA (lapis pondasi agregat kelas A) m³ 228,328.00 Hal. 21
21. Produksi LPA (lapis pondasi agregat kelas A) terkirim ke lokasi proyek m³ 349,192.00 Hal. 21
22. Penghamparan LPA (lapis pondasi agregat kelas A) sepanjang jalan m³ 401,983.00 Hal. 22
23. Pelebaran / bahu jalan keras dengan LPA (lapis pondasi agregat kelas A) m³ 414,502.00 Hal. 22
24. Penambalan setempat / jalan lingkungan dengan LPA (lapis pondasi agregat kelas A) m³ 417,446.00 Hal. 22
7. Penebangan pohon Ø 50-75 cm batang 395,218.00 Hal. 2
8. Penebangan pohon Ø >75 cm batang 782,303.00 Hal. 2
B. PEKERJAAN TANAH
1. Penyiapan Badan Jalan m² 1,204.00 Hal. 3
D. PEKERJAAN BERASPAL
1. Lapis resap pengikat (prime coat) - aspal cair sepanjang jalan liter 13,718.00 Hal. 23
2. Lapis resap pengikat (prime coat) - aspal cair setempat liter 14,655.00 Hal. 23
3. Lapis resap pengikat - aspal emulsi liter 12,212.00 Hal. 23
4. Lapis perekat (tack coat) - aspal cair sepanjang jalan liter 13,430.00 Hal. 24
5. Lapis perekat (tack coat) - aspal cair setempat liter 14,368.00 Hal. 24
6. Lapis perekat - aspal emulsi liter 8,013.00 Hal. 24
7. Produksi HRS-WC (hot roller sheet wearing course) ton 1,268,660.00 Hal. 24
8. Produksi HRS-WC (hot roller sheet wearing course) terkirim ke lokasi proyek ton 1,352,317.00 Hal. 25
9. Penghamparan HRS-WC (hot roller sheet wearing course) tebal 3,0 cm m² 92,935.00 Hal. 25
10. Perataan jalan dengan HRS-WCL (hot roller sheet wearing course levelling) ton 1,397,061.00 Hal. 25
11. Produksi HRS-base (hot roller sheet base) ton 1,235,569.00 Hal. 25
12. Produksi HRS-base (hot roller sheet base) terkirim ke lokasi proyek ton 1,319,226.00 Hal. 26
13. Penghamparan HRS-base (hot roller sheet base) tebal 3,5 cm m³ 2,996,908.00 Hal. 26
14. Perataan jalan dengan HRS-base-L (hot roller sheet base levelling) ton 1,361,312.00 Hal. 26
15. Produksi AC-WC (Asphalt concrete wearing course) ton 1,187,132.00 Hal. 26
16. Produksi AC-WC (Asphalt concrete wearing course) terkirim ke lokasi proyek ton 1,270,788.00 Hal. 27
17. Penghamparan AC-WC (Asphalt concrete wearing course) tebal 4,0 cm m² 120,183.00 Hal. 27
18. Perataan jalan dengan AC-WCL (Asphalt concrete wearing course levelling) ton 1,306,791.00 Hal. 27
19. Produksi AC-BC (asphalt concrete binder course) ton 1,093,385.00 Hal. 27
20. Produksi AC-BC (asphalt concrete binder course) terkirim ke lokasi proyek ton 1,177,042.00 Hal. 28
21. Penghamparan Lapen Mekanis tebal 5,0 cm m³ 168,411.00 Hal. 28
22. Perataan jalan dengan AC-BCL (asphalt concrete binder course levelling) ton 1,206,699.00 Hal. 28
23. Produksi AC-Base (asphalt concrete base) ton 1,047,154.00 Hal. 28
24. Produksi AC-Base (asphalt concrete base) terkirim ke lokasi proyek ton 1,130,811.00 Hal. 28
25. Penghamparan AC-Base (asphalt concrete base) tebal 6,0 cm m³ 2,526,307.00 Hal. 29
26. Perataan jalan dengan AC-Base-L (asphalt concrete base levelling) ton 1,156,187.00 Hal. 29
27. Produksi ATB (asphalt treated base) ton 1,276,944.00 Hal. 30
28. Produksi ATB (asphalt treated base) terkirim ke lokasi ton 1,360,601.00 Hal. 30
29. Penambalan jalan dengan ATB (asphalt treated base) m³ 3,069,238.00 Hal. 30
30. Perataan jalan dengan ATBL (asphalt treated base levelling) ton 1,373,346.00 Hal. 30
31. Penghamparan Latasir Kelas A (SS-A) tebal 15 mm m2 59,967.00 Hal. 31
32. Penghamparan Latasir Kelas B (SS-B) tebal 20 mm m2 24,479.00 Hal. 31
E. PEKERJAAN PAVING BLOCK
1. Pasang paving block abu² trotoar, K-200 t=6 cm m² 104,510.00 Hal. 32
2. Pasang paving block warna trotoar, K-200 t=6 cm m² 110,010.00 Hal. 32
3. Pasang paving block lama trotoar m² 50,500.00 Hal. 32
4. Pasang paving block abu² jalan lingkungan, K-300 t=6 cm m² 110,808.00 Hal. 33
5. Pasang paving block warna jalan lingkungan, K-300 t=6 cm m² 127,308.00 Hal. 33
6. Pasang paving block lama jalan lingkungan m² 50,500.00 Hal. 33
7. Pasang paving block abu² jalan lokal, K-300 t=8 cm m² 141,485.00 Hal. 34
8. Pasang paving block warna jalan lokal, K-300 t=8 cm m² 157,985.00 Hal. 34
9. Pasang paving block lama jalan lokal m² 58,985.00 Hal. 34
10. Pasang paving block abu² jalan kolektor, K-400 t=8 cm m² 156,025.00 Hal. 35
11. Pasang paving block warna jalan kolektor, K-400 t=8 cm m² 172,525.00 Hal. 35
12. Pasang paving block lama jalan kolektor m² 60,600.00 Hal. 35
13. Bongkar paving block m² 19,442.00 Hal. 36
14. Pasang kerb tipe A (13/16x30x50) m¹ 89,279.00 Hal. 36
15. Pasang kerb tipe A (13/16x30x50) lama m¹ 11,179.00 Hal. 36
16. Pasang kerb tipe B (18/21x30x50) m¹ 116,796.00 Hal. 37
17. Pasang kerb tipe B (18/21x30x50) lama m¹ 12,296.00 Hal. 37
18. Pasang kanstin K-200, 10x20x50 cm m¹ 52,880.00 Hal. 37
19. Pasang kanstin K-200, 10x20x50 cm lama m¹ 23,730.00 Hal. 37
20. Bongkar kerb / kanstin m¹ 5,214.00 Hal. 38
21. Pemasangan batu sikat tebal 3 cm m2 138,205.00 Hal. 38
F. PEKERJAAN BETON
1. Beton K-100 tanpa alat m³ 834,364.00 Hal. 40
2. Beton K-125 tanpa alat m³ 871,163.00 Hal. 40
3. Beton K-150 tanpa alat m³ 899,868.00 Hal. 41
4. Beton K-175 tanpa alat m³ 933,986.00 Hal. 41
5. Beton K-125 sitemix m³ 937,821.00 Hal. 42
6. Beton K-175 sitemix m³ 1,052,658.00 Hal. 43
7. Beton K-250 sitemix m³ 1,153,913.00 Hal. 43
8. Beton K-300 sitemix m³ 1,213,713.00 Hal. 44
9. Beton K-100 readymix m³ 797,281.00 Hal. 44
10. Beton K-175 readymix m³ 826,431.00 Hal. 45
11. Beton K-225 readymix m³ 878,901.00 Hal. 45
12. Beton K-250 readymix m³ 908,051.00 Hal. 46
13. Beton K-300 readymix m³ 991,840.00 Hal. 46
14. Beton K-350 readymix m³ 1,058,144.00 Hal. 47
15. Beton K-400 readymix m³ 1,124,450.00 Hal. 47
16. Beton K-500 readymix m³ 1,286,951.00 Hal. 48
17. Lantai kerja beton K-100 tanpa alat m³ 786,789.00 Hal. 48
18. Beton siklop K-175 m³ 856,894.00 Hal. 49
19. Beton diafragma K-350 termasuk penegangan setelah pengecoran (post tension) m³ 2,227,482.00 Hal. 49
20. Kanstin beton Profil 40x40 cm,K-250, cetak langsung di lokasi pekerjaan m' 197,933.00 Hal. 50
21. Baja tulangan polos U-24 atau ulir U-32 kg. 10,586.00 Hal. 50
22. Baja tulangan U39 ulir kg. 14,240.00 Hal. 51
23. Baja tulangan U48 ulir kg. 14,379.00 Hal. 51
24. Baja tulangan dowel kg. 18,930.00 Hal. 52
25. Baja tulangan tie bar kg. 18,509.00 Hal. 52
26. Bekisting untuk pondasi m² 117,276.00 Hal. 53
27. Bekisting untuk sloof m² 126,901.00 Hal. 53
28. Bekisting untuk kolom m² 267,421.00 Hal. 54
29. Bekisting untuk balok tidak termasuk perancah m² 233,761.00 Hal. 54
30. Bekisting untuk plat lantai tidak termasuk perancah m² 222,211.00 Hal. 55
31. Bekisting untuk plat dinding tidak termasuk perancah m² 250,159.00 Hal. 55
32. Bekisting untuk tangga tidak termasuk perancah m² 202,163.00 Hal. 56
33. Bekisting untuk buis beton m² 144,221.00 Hal. 56
7. Penebangan pohon Ø 50-75 cm batang 395,218.00 Hal. 2
8. Penebangan pohon Ø >75 cm batang 782,303.00 Hal. 2
B. PEKERJAAN TANAH
1. Penyiapan Badan Jalan m² 1,204.00 Hal. 3
34. Bekisting untuk dinding sumuran m² 144,221.00 Hal. 57
35. Perancah untuk beton dengan ketinggian s.d 5 m m³ 1,749,330.00 Hal. 57
36. Perancah beton ketinggian > 5 m tiap 5 m m³ 1,891,175.00 Hal. 58
37. Perkerasan jalan beton K-250 untuk beban ringan termasuk bekisting m³ 1,303,149.00 Hal. 58
38. Perkerasan jalan beton K-250 untuk beban sedang termasuk bekisting m³ 1,118,675.00 Hal. 58
40. Perkerasan jalan beton K-350 untuk beban berat,t=25 cm, termasuk bekisting m³ 1,147,871.00 Hal. 59
41. Pembongkaran Beton (dengan alat) m³ 430,965.00 Hal. 59
42. Pembongkaran Beton (tanpa alat) m³ 315,816.00 Hal. 60
43. Memasang Jaring Kawat Baja/Wiremesh dia. 6 mm, jarak 15 x 15 cm m² 33,688.00 Hal. 60
44. Pasang mur/baut/angkur baja Kg. 25,705.00 Hal. 60
7. Penebangan pohon Ø 50-75 cm batang 395,218.00 Hal. 2
8. Penebangan pohon Ø >75 cm batang 782,303.00 Hal. 2
B. PEKERJAAN TANAH
1. Penyiapan Badan Jalan m² 1,204.00 Hal. 3
G. PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA
1. Pasang baja siku kg. 21,107.00 Hal. 60
2. Pasang konstruksi baja kg. 22,974.00 Hal. 61
3. Pasang mur/baut/angkur baja kg. 25,705.00 Hal. 61
4. Pembongkaran rangka baja dengan alat m² 298,389.00 Hal. 61
5. Pembongkaran balok baja dengan alat m¹ 323,147.00 Hal. 61
H. PEKERJAAN PASANGAN
1. Pasangan batu belah 1 : 6 m³ 665,512.00 Hal. 62
2. Pasangan batu belah 1 : 5 m³ 686,939.00 Hal. 62
3. Pasangan batu belah 1 : 4 m³ 716,926.00 Hal. 62
4. Pasangan batu belah 1 : 3 m³ 784,231.00 Hal. 63
5. Pasangan batu kosong m³ 299,535.00 Hal. 63
6. Pembongkaran pasangan batu (dengan alat) m³ 253,187.00 Hal. 63
7. Pembongkaran pasangan batu (tanpa alat) m³ 280,892.00 Hal. 64
8. Pasangan batu bata 1 : 6 m³ 754,236.00 Hal. 64
9. Pasangan batu bata 1 : 4 m³ 797,402.00 Hal. 64
10. Pasangan batu bata 1 : 3 m³ 834,092.00 Hal. 65
11. Pembongkaran pasangan bata (dengan alat) m³ 217,647.00 Hal. 65
12. Pembongkaran pasangan bata (tanpa alat) m³ 245,933.00 Hal. 65
13. Pasangan bronjong penahan kawat galvanis Ø 3 mm m³ 499,779.00 Hal. 66
14. Pasangan bronjong penahan kawat galvanis Ø 4 mm m³ 693,379.00 Hal. 66
15. Pasangan bronjong penahan kawat galvanis Ø 5 mm m³ 929,879.00 Hal. 66
16. Memasang lantai granit unpolish m² 303,290.00 Hal. 67
17. Memasang Lantai Guilding Block m² 91,515.00 Hal. 67
18. Memasang Batu Candi m² 173,231.00 Hal. 67
I. PEKERJAAN PLESTERAN
1. Plesteran 1 : 7 tebal 15 mm m² 37,040.00 Hal. 69
2. Plesteran 1 : 6 tebal 15 mm m² 37,565.00 Hal. 69
3. Plesteran 1 : 5 tebal 15 mm m² 38,502.00 Hal. 69
4. Plesteran 1 : 4 tebal 15 mm m² 39,690.00 Hal. 70
5. Plesteran 1 : 3 tebal 15 mm m² 41,725.00 Hal. 70
6. Plesteran 1 : 2 tebal 15 mm m² 44,741.00 Hal. 70
7. Plesteran 1 : 1 tebal 15 mm m² 51,647.00 Hal. 70
8. Plesteran 1 : 6 tebal 20 mm m² 42,657.00 Hal. 71
9. Plesteran 1 : 5 tebal 20 mm m² 43,960.00 Hal. 71
10. Plesteran 1 : 4 tebal 20 mm m² 45,489.00 Hal. 71
11. Plesteran 1 : 3 tebal 20 mm m² 48,257.00 Hal. 72
12. Plesteran 1 : 2 tebal 20 mm m² 52,279.00 Hal. 72
13. Plesteran skoning 1 : 2 lebar 10 mm m¹ 33,645.00 Hal. 72
14. Plesteran ciprat 1 : 2 m² 27,765.00 Hal. 73
15. Siar batu bata m² 17,561.00 Hal. 73
16. Siar batu kali 1 : 2 m² 37,165.00 Hal. 73
17. Acian m² 22,577.00 Hal. 73
J. PEKERJAAN PONDASI
1. Pengadaan tiang pancang beton pratekan pracetak spun piles Ø 300 mm m¹ 322,998.00 setara WIKA Hal. 68
2. Pengadaan tiang pancang beton pratekan pracetak spun piles Ø 350 mm m¹ 400,562.00 setara WIKA Hal. 68
3. Pengadaan tiang pancang beton pratekan pracetak spun piles Ø 400 mm m¹ 510,494.00 setara WIKA Hal. 68
4. Pengadaan tiang pancang beton pratekan pracetak spun piles Ø 450 mm m¹ 595,443.00 setara WIKA Hal. 69
5. Pengadaan tiang pancang beton pratekan pracetak spun piles Ø 500 mm m¹ 743,063.00 setara WIKA Hal. 69
6. Pengadaan tiang pancang beton pratekan pracetak spun piles Ø 600 mm m¹ 961,477.00 setara WIKA Hal. 69
7. Pengadaan tiang pancang beton pratekan pracetak square piles 250x250 mm m¹ 292,381.00 setara WIKA Hal. 70
8. Pengadaan tiang pancang beton pratekan pracetak square piles 300x300 mm m¹ 35,813.00 setara WIKA Hal. 70
9. Pengadaan tiang pancang beton pratekan pracetak square piles 350x350 mm m¹ 497,727.00 setara WIKA Hal. 70
10. Pengadaan tiang pancang beton pratekan pracetak square piles 400x400 mm m¹ 618,066.00 setara WIKA Hal. 70
11. Pengadaan tiang pancang beton pratekan pracetak square piles 450x450 mm m¹ 784,025.00 setara WIKA Hal. 71
12. Pengadaan tiang pancang beton pratekan pracetak square piles 500x500 mm m¹ 936,485.00 setara WIKA Hal. 71
13. Pengadaan tiang pancang beton pratekan pracetak spun square piles 400x400 mm m¹ 618,066.00 setara WIKA Hal. 71
14. Pengadaan tiang pancang beton pratekan pracetak spun square piles 450x450 mm m¹ 784,025.00 setara WIKA Hal. 72
15. Pemancangan tiang pancang beton pratekan pracetak m¹ 304,156.00 setara WIKA Hal. 72
16. Tiang bor beton Ø 600 mm m¹ 1,060,517.00 Hal. 72
17. Tiang bor beton Ø 800 mm m¹ 1,567,085.00 Hal. 73
18. Tiang bor beton Ø 1000 mm m¹ 2,218,046.00 Hal. 73
19. Tiang bor beton Ø 1200 mm m¹ 3,013,820.00 Hal. 73
20. Tiang bor beton Ø 1500 mm m¹ 4,478,524.00 Hal. 73
21. Penyediaan dinding sumuran beton K-250 silinder Ø 100 cm m¹ 1,323,572.00 Hal. 74
22. Penyediaan dinding sumuran beton K-250 silinder Ø 150 cm m¹ 2,294,483.00 Hal. 74
23. Penyediaan dinding sumuran beton K-250 silinder Ø 200 cm m¹ 3,468,496.00 Hal. 74
24. Penyediaan dinding sumuran beton K-250 silinder Ø 250 cm m¹ 4,847,479.00 Hal. 75
25. Penyediaan dinding sumuran beton K-250 silinder Ø 300 cm m¹ 6,430,531.00 Hal. 75
26. Penyediaan dinding sumuran beton K-250 silinder Ø 350 cm m¹ 8,216,605.00 Hal. 76
27. Penyediaan dinding sumuran beton K-250 silinder Ø 400 cm m¹ 10,207,636.00 Hal. 76
28. Penurunan dinding sumuran silinder Ø 100 cm m¹ 331,259.00 Hal. 77
29. Penurunan dinding sumuran silinder Ø 150 cm m¹ 400,015.00 Hal. 77
30. Penurunan dinding sumuran silinder Ø 200 cm m¹ 496,500.00 Hal. 78
31. Penurunan dinding sumuran silinder Ø 250 cm m¹ 620,671.00 Hal. 78
32. Penurunan dinding sumuran silinder Ø 300 cm m¹ 772,320.00 Hal. 78
33. Penurunan dinding sumuran silinder Ø 350 cm m¹ 951,583.00 Hal. 79
34. Penurunan dinding sumuran silinder Ø 400 cm m¹ 1,158,323.00 Hal. 79
35. Cerucuk kayu dolken Ø 10 cm m¹ 39,095.00 Hal. 79
36. Cerucuk bambu Ø 10 cm m¹ 20,059.00 Hal. 80
37. Cerucuk bambu Ø 15 cm m¹ 25,961.00 Hal. 80
K. PEKERJAAN JEMBATAN
1. Pengadaan dan Pemasangan unit pracetak gelagar tipe I ; L=16; H=0,90; K-500 buah 60,799,965.00 setara WIKA Hal. 81
2. Pengadaan dan Pemasangan unit pracetak gelagar tipe I ; L=20; H=1,25; K-500 buah 83,294,898.00 setara WIKA Hal. 81
3. Pengadaan dan Pemasangan unit pracetak gelagar tipe I ; L=22; H=1,60; K-500 buah 117,975,369.00 setara WIKA Hal. 81
4. Pengadaan dan Pemasangan unit pracetak gelagar tipe I ; L=30; H=1,70; K-500 buah 209,409,608.00 setara WIKA Hal. 82
5. Pengadaan dan Pemasangan unit pracetak gelagar tipe I ; L=31; H=1,70; K-500 buah 219,228,503.00 setara WIKA Hal. 82
6. Pengadaan dan Pemasangan unit pracetak gelagar tipe I ; L=35; H=2,10; K-500 buah 263,357,358.00 setara WIKA Hal. 82
7. Pengadaan dan Pemasangan unit pracetak gelagar tipe I ; L=40; H=2,10; K-500 buah 319,673,318.00 setara WIKA Hal. 83
7. Penebangan pohon Ø 50-75 cm batang 395,218.00 Hal. 2
8. Penebangan pohon Ø >75 cm batang 782,303.00 Hal. 2
B. PEKERJAAN TANAH
1. Penyiapan Badan Jalan m² 1,204.00 Hal. 3
8. Jembatan batang kelapa/glugu m³ 4,389,687.00 Hal. 83
9. Pasang lantai jembatan kayu jati tebal 6 cm m2 1,676,468.00 Hal. 84
10. Pasang lantai jembatan kayu bengkirai tebal 6 cm m2 718,148.00 Hal. 84
11. Sambungan siar muai tipe tertutup tipe asphaltic plug m¹ 1,251,929.00 Hal. 84
12. Sambungan siar muai tipe tertutup tipe rubber m¹ 657,929.00 Hal. 85
13. Pemasangan elastomeric bearings jenis 1 (300x350x36) buah 727,833.00 Hal. 86
14. Pemasangan elastomeric bearings jenis 2 (350 x 400 x 39) buah 1,002,833.00 Hal. 86
15. Pemasangan elastomeric bearings jenis 3 (400 x 450 x 45) buah 1,476,383.00 Hal. 86
16. Pemasangan bearing pad dm³ 265,833.00 Hal. 87
17. Pemasangan sandaran galvanis pipa galvanis medium B Ø 3" tiang beton m¹ 1,091,756.00 Hal. 65
18. Pemasangan sandaran galvanis pipa galvanis medium B Ø 2" tiang beton m¹ 782,766.00 Hal. 65
19. Pemasangan sandaran galvanis pipa galvanis medium B Ø 3" tiang besi tinggi 1,0 m m¹ 1,024,926.00 Hal. 87
20. Pemasangan sandaran galvanis pipa galvanis medium B Ø 3" tiang besi tinggi 0,5 m m¹ 952,532.00 Hal. 87
7. Penebangan pohon Ø 50-75 cm batang 395,218.00 Hal. 2
8. Penebangan pohon Ø >75 cm batang 782,303.00 Hal. 2
B. PEKERJAAN TANAH
1. Penyiapan Badan Jalan m² 1,204.00 Hal. 3
L. PEKERJAAN DRAINASE
1. Gorong² pipa beton bertulang Ø 50 cm tebal 6,5 cm m¹ 492,584.00 Hal. 88
2. Gorong² pipa beton bertulang Ø 60 cm tebal 6,5 cm m¹ 573,808.00 Hal. 88
3. Gorong² pipa beton bertulang Ø 70 cm tebal 7 cm m¹ 691,027.00 Hal. 89
4. Gorong² pipa beton bertulang Ø 80 cm tebal 7,5 cm m¹ 820,593.00 Hal. 89
5. Gorong² pipa beton bertulang Ø 90 cm tebal 8 cm m¹ 1,051,971.00 Hal. 89
6. Gorong² pipa beton bertulang Ø 100 cm tebal 8,5 cm m¹ 1,216,129.00 Hal. 90
9. Pasang buis beton Ø 30 cm m¹ 257,876.00 Hal. 91
10. Pasang buis beton Ø 40 cm m¹ 325,136.00 Hal. 91
11. Pasang buis beton Ø 60 cm m¹ 466,432.00 Hal. 91
12. Pasang buis beton Ø 80 cm m¹ 675,051.00 Hal. 92
13. Kistdam kedalaman 1-2 m m¹ 326,480.00 Hal. 92
14. Kistdam kedalaman 2-3 m m¹ 447,021.00 Hal. 92
M. PEKERJAAN MINOR
1. Marka jalan termoplastik m² 181,979.00 Hal. 93
2. Marka jalan non termoplastik m² 195,900.00 Hal. 93
3. Rambu papan nama jalan buah 479,205.00 Hal. 94
4. Rambu lalulintas standar tunggal dengan permukaan pemantul engineering grade buah 551,766.00 Hal. 94
5. Rambu lalulintas standar ganda dengan permukaan pemantul engineering grade buah 728,077.00 Hal. 94
6. Rambu lalulintas standar tunggal dengan permukaan pemantul high intensity grade buah 1,338,266.00 Hal. 95
10. Patok hektometer buah 362,397.00 Hal. 96
11. Pengecatan jembatan m² 19,180.00 Hal. 96
12. Pengecatan kerb dengan cat genteng m² 24,015.00 Hal. 97
13. Pengecatan Kerb dengan cat besi m² 24,372.00 Hal. 97
14. Stablisasi tanah dengan tanaman m² 15,171.00 Hal. 97
15. Bongkar kayu (loteng, dinding luar, jembatan) dipakai lagi m² 15,334.00 Hal. 97
16. Bongkar kayu (loteng, dinding luar, jembatan) tdk dipakai lagi m² 5,005.00 Hal. 98
17. Bongkar kayu balok (loteng, kuda², jembatan) dipakai lagi m³ 684,200.00 Hal. 98
18. Mengangkut material sejauh 30 m m³ 17,050.00 Hal. 98
19. Mengangkut material secara vertikal setinggi 1 m m³ 7,961.00 Hal. 98
20. Upah meletakkan bahan tiap berat 100 kg kwintal 33,137.00 Hal. 99
21. Suling-suling m¹ 14,184.00 Hal. 99
N. PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Inlet Drain (side entry pit) uk. 28 x 39 cm buah 179,782.00 setara dusaspun Hal. 99
2. Pelapisan batu alam dengan cat coating m² 31,017.00 Hal. 99
3. Pemasangan bollard pengaman pedestrian buah 737,199.00 Hal. 100
4. Sewa Scaffolding m3 ruang 11,240.00 Hal. 100
5. Pemasangan platik cor m2 540.00 Hal. 100
6. Konstruksi Baja Tahan Karat (Stainless Steel) Kg 119,718.00 Hal. 101
WALIKOTA SEMARANG
HENDRAR PRIHADI
5.3 Calculation Sheet
Multipleks
100 cm
10 cm
Papan 2/20 20 cm
Beton 1:2:3
50 cm
30 cm 30 cm
Kebutuhan Bahan :
a. Multipleks
Luas 1 buah multiplex = 2,4 x 1,2
= 2,880 m2
Luas = (1,00 x 1,20) x 2
= 2,4 m2
Jumlah Bahan = 2,4/2,88 = 0,833 Lembar Lembar 1.000
b. Kayu Meranti 2/20
1 batang kayu meranti =4m
pajang = 1,20 x 2 = 2,4 m
Jumlah Bahan = 2,4/4 = 0,6 batang batang 1.000
c. Kayu Meranti 5/7
1 batang kayu meranti =4m
Panjang = (2,6 x 2) x 2
= 10,4 m'
Jumlah Bahan = 10,4/4 = 2,6 batang batang 3.000
d. Beton K.175
Volume = (0,30 x 0,30 x 0,50) x 4
Jumlah Bahan = 0,180 m3 m3 0.180
e. Cat Kg 2.00
f. Paku Kg 1.00
2. Penebangan Pohon ɵ 30-50 cm buah 37.00
Penebangan Pohon ɵ 50-70 cm buah 25.00
No Uraian Satuan Volume
3. Pengukuran
10
4700
- Panjang = 4700m
=Luas = 4700 x 10
56400 m 56,400.000
Kebutuhan Bahan :
a. Kayu Meranti 5/7
Patok dipasang tiap jarak 100 m,
Jumlah patok (n) = (5200 x 2)/100 = 75 buah
volume patok (v) =(0,05*0,07*0,5)*75
0.131 m3 0.131
b. Cat meni Kg 5.00
c. Minyak cat Liter 2.00
d. Paku Kg 2.00
10
4700
Panjang = 4700 m
Lebar = 10 m
Luas = 4700 x 10
47000
Volume = 47000 x 0,098
4606 m3 4,606.00
20 cm
9,16 cm
Lebar jalan = ( 2 x 5) = 10 m
Badan jalan = 2x1 =2m
Panjang jalan = 4700 m m = 4700 m
0,75
0.5m
1m
1,5m
30 30
50
25
30
25 100 25
30 30
50
25
30
25 100 25
D. Talud
30 PLESTERAN 1:3
12
50
60
12 cm
Marka 1
Marka 2
Marka 1
Panjang = 4700 m
Lebar = 0,12 m
Luas = (4700 x 0,12) x 3
1692
Marka 2
Panjang = 150cm
Lebar = 0,12 m
Luas = 1,50 x 0,12
0.18
Jumlah marka =4700/1,5/2*0,12
Luas marka 2 jalur =150*2=224
300 m2 300.00
Luas total marka =1872+300
1,992.00 1,992.00
2. Patok Kilometer
Terbuat dari beton K.175
Jumlah 4 buah Buah 50
28
Grobogan
1
20
Tampak Depan
No Uraian Satuan Volume
4 Ø 10
15 Beugel Ø 6 - 15
15
15
10 15 10
Plat ukuran 60 x 60
Pipa galvanis Ø
265
50
40
ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN (SNI 2013)
PROYEK PERENCANAAN PELEBARAN JALAN JATIBARANG - JALAN KEDUNG PANE
STA 0+000 -STA 4700
5.4 ANALISA HARGA SATUAN
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
2. Jenis Pekerjaan : Pengupasan tanah dan pembersihan semak pada damija (dengan buruh)
Satuan Pekerjaan : m²
Satua Harga Satuan Jumlah
Uraian Kode Koefisien
n (Rp.) (Rp.)
A. Upah Tenaga
1. Pekerja L.01 OH 0.0400 45,000.00 1,800.00
2. Mandor L.04 OH 0.0011 65,000.00 71.50
Jumlah Harga Upah Tenaga 1,871.50
B. B a h a n
Jumlah Harga Bahan -
C. Peralatan
1. Alat bantu E.45 set 0.0017 50,000.00 85.00
Jumlah Harga Peralatan 85.00
D Jumlah (A+B+C) 1,956.50
E Overhead & Profit 10% x D 195.65
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 2,152.00
B. PEKERJAAN TANAH
1. Jenis Pekerjaan : Galian tanah biasa dibuang di sekitar lokasi proyek (dengan alat)
Satuan Pekerjaan : m³
Satua Harga Satuan Jumlah
Uraian Kode Koefisien
n (Rp.) (Rp.)
A. Upah Tenaga
1. Pekerja L.01 OH 0.0029 45,000.00 130.50
2. Mandor L.04 OH 0.0007 65,000.00 45.50
Jumlah Harga Upah Tenaga 176.00
B. B a h a n
Jumlah Harga Bahan -
C. Peralatan
1. Excavator 80-140 HP E.23 jam 0.0052 664,724.00 3,456.56
2. Alat bantu E.45 set 0.0100 50,000.00 500.00
Jumlah Harga Peralatan 3,956.56
D Jumlah (A+B+C) 4,132.56
E Overhead & Profit 10% x D 413.26
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 4,545.00
2. Jenis Pekerjaan : Produksi LPB (lapis pondasi agregat kelas B) terkirim ke lokasi proyek
Satuan Pekerjaan : m³
Satua Harga Satuan Jumlah
Uraian Kode Koefisien
n (Rp.) (Rp.)
A. B a h a n
1. Produksi batu pecah 20-30 mm m³ 0.2265 186.256,28 #VALUE!
2. Produksi batu pecah 05-20 mm m³ 0.2265 186.256,28 #VALUE!
3. Sirtu (quarry - base camp) M.17 m³ 0.8055 93,700.00 75,475.35
Jumlah Harga Upah Tenaga #VALUE!
B. B a h a n
Jumlah Harga Bahan -
C. Peralatan
1. Wheel loader 1,0-1,6 m³ E.40 jam 0.0094 372,340.00 3,500.00
2. Blending equipment E.5 jam 0.0402 258,110.00 10,376.02
3. Dump truck 7,5 ton E.22 jam 0.3518 312,326.00 109,876.29
Jumlah Harga Peralatan 123,752.30
D Jumlah (A+B+C) #VALUE!
E Overhead & Profit 10% x D #VALUE!
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) #VALUE!
D. PEKERJAAN BERASPAL
1. Jenis Pekerjaan : Lapis resap pengikat (prime coat) - aspal cair sepanjang jalan
Satuan Pekerjaan : liter
Satua Harga Satuan Jumlah
Uraian Kode Koefisien
n (Rp.) (Rp.)
A. Upah Tenaga
1. Pekerja L.01 OH 0.0003 45,000.00 13.50
2. Mandor L.04 OH 0.0001 65,000.00 6.50
Jumlah Harga Upah Tenaga 20.00
B. B a h a n
1. Aspal drum kg 0.6790 11,177.00 7,589.18
2. Minyak tanah M.600 liter 0.3708 13,000.00 4,820.40
Jumlah Harga Bahan 12,409.58
C. Peralatan
1. Asphalt distributor 4000 ℓ E.1 jam 0.0002 24,687.50 4.94
2. Compressor 4000-6500 ℓ\m E.10 jam 0.0002 185,401.00 37.08
Jumlah Harga Peralatan 42.02
D Jumlah (A+B+C) 12,471.60
E Overhead & Profit 10% x D 1,247.16
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 13,718.00
2. Jenis Pekerjaan : Penghamparan AC-BC (asphalt concrete binder course) tebal 5,0 cm
Satuan Pekerjaan : m³
Satua Harga Satuan Jumlah
Uraian Kode Koefisien
n (Rp.) (Rp.)
A. Upah Tenaga
1. Pekerja L.01 OH 0.0921 45,000.00 4,144.50
2. Mandor L.04 OH 0.0184 65,000.00 1,196.00
Jumlah Harga Upah Tenaga 5,340.50
B. B a h a n
1. Produksi batu pecah 05-20 mm m³ 0.8903 186,256.28 165,823.96
2. Produksi batu pecah 00-05 mm m³ 0.6330 186,256.28 117,900.22
3. Portland cement M.483 kg 46.2840 1,300.00 60,169.20
4. Aspal curah kg 129.0384 10,510.00 1,356,193.58
Jumlah Harga Bahan 1,700,086.97
C. Peralatan
1. Wheel loader 1,0-1,6 m³ E.40 jam 0.0218 372,340.00 8,117.01
2. Asphalt Mixing Plant E.3 jam 0.0644 8,670,442.00 558,376.46
3. Generator set 135 KVA E.25 jam 0.0644 466,499.00 30,042.54
4. Dump truck 20 ton E.21 jam 0.2420 621,699.00 150,451.16
5. Asphalt Finisher E.2 jam 0.0255 684,138.00 17,445.52
6. Tandem roller 6-8 ton E.32 jam 0.0651 427,957.00 27,860.00
7. Pneumatic tire roller 8-10 ton E.30 jam 0.0194 463,144.00 8,984.99
8. Alat bantu E.45 set 0.1000 50,000.00 5,000.00
Jumlah Harga Peralatan 806,277.68
D Jumlah (A+B+C) 2,511,705.16
E Overhead & Profit 10% x D 251,170.52
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 2,762,875.00
E. PEKERJAAN PASANGAN
F. PEKERJAAN PLESTERAN
G. PEKERJAAN MINOR
2. Jenis Pekerjaan : Rambu lalulintas standar tunggal dengan permukaan pemantul engineering grade
Satuan Pekerjaan : buah
Kode Satua Koefisien Harga Satuan Jumlah
Uraian
A. Upah Tenaga
1. Pekerja L.01 OH 0.1106 45,000.00 4,977.00
2. Tukang besi L.02c OH 0.0664 60,000.00 3,984.00
3. Mandor L.04 OH 0.0221 65,000.00 1,436.50
Jumlah Harga Upah Tenaga 10,397.50
B. B a h a n
1. Plat rambu 60x60 cm/Ø60cm engineering grade M.815 buah 1.0000 137,500.00 137,500.00
2. Pipa galvanis medium B Ø 2" panjang 6 m M.143 batang 0.5000 235,000.00 117,500.00
3
3. Beton K-175 tanpa alat m 0.0538 117,276.00 6,309.45
4. Bekisting untuk pondasi m2 0.6000 8,438.00 5,062.80
5. Besi siku M.164 kg 3.6000 8,438.00 30,376.80
Jumlah Harga Bahan 296,749.05
C. Peralatan
1. Flat bed truck 3-4 m³ E.24 jam 0.1549 517,869.00 80,217.91
2. Alat bantu E.45 set 0.1000 50,000.00 5,000.00
Jumlah Harga Peralatan 85,217.91
D Jumlah (A+B+C) 392,364.46
E Overhead & Profit 10% x D 39,236.45
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 431,600.00
3. Jenis Pekerjaan : Patok kilometer
Satuan Pekerjaan : buah
Kode Satua Koefisien Harga Satuan Jumlah
Uraian
A. Upah Tenaga
1. Pekerja L.01 OH 0.0749 45,000.00 3,370.50
2. Tukang batu L.02a OH 0.0300 60,000.00 1,800.00
3. Mandor L.04 OH 0.0150 65,000.00 975.00
Jumlah Harga Upah Tenaga 6,145.50
B. B a h a n
1. Beton K-175 tanpa alat m3 0.1512 933,986.00 141,218.68
2. Baja tulangan polos U-24 atau ulir U-32 M.160 kg 18.9000 8,179.00 154,583.10
2
3. Bekisting untuk pondasi m 1.9200 117,276.00 225,169.92
Jumlah Harga Bahan 520,971.70
C. Peralatan
1. Flat bed truck 3-4 m³ E.24 jam 0.1049 517,869.00 54,324.46
2. Alat bantu E.45 set 0.1000 50,000.00 5,000.00
Jumlah Harga Peralatan 59,324.46
D Jumlah (A+B+C) 586,441.66
E Overhead & Profit 10% x D 58,644.17
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 645,085.00
109
110
6.2.Syarat-syarat Administrasi
Pasal 1
Istilah
Yang dmaksud dengan:
1. Pemilik adalah Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Departemen
Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga Jawa Tengah.
2. Pemimpin Proyek adalah pejabat yang ditunjuk oleh pemilik dan bertindak
untuk dan atas nama pemilik, memberi dan mengatur penyelenggaraan
pekerjaan.
3. Direksi/ Pengawas adalah instansi atau badan hukum yang diberi kekuasan
penuh oleh Pemimpin Proyek untuk mengawasi dan mengarahkan pelaksanaan
pekerjaan agar dapat tercapai hasil kerja sesuai dalam kontrak dan atau
berdasarkan petunjuk-petunjuknya.
4. Pemborong/ Kontraktor pada pekerjaan ini adalah perorangan, badan usaha atau
instansi yang menang dalam pelelangan pekerjaan ini.
5. Pemeriksaan (opname) adalah kegiatan memeriksa, menilai hasil/ kemajuan dan
atau keadaan mutu bahan di lapangan.
6. Pengujian (testing) adalah kegiatan memeriksa, meneliti hasil dan atau menguji
mutu hasil pekerjaan/ bahan.
7. Pematokan (uizet, stake out) adalah penjabaran gambar-gambar berupa tanda-
tanda duga yang menggambarkan arah dan jarak ketinggian lapangan.
8. Pengukuran (measurement) adalah kegiatan mengukur panjang, lebar, tinggi,
luas atau hasil pekerjaan.
9. Spesifikasi adalah spesifikasi yang dimaksud di dalam dokumen rencana kerja
dan syarat-syarat dan setiap perubahan/ modifikasi dan atau tambahan yang
harus terlebih dahulu disetujui secara tertulis oleh Direksi/ Pengawas.
10. Gambar rencana adalah gambar-gambar yang dimaksud dalam spesifikasi dan
tiap perubahan atau tambahan gambar dan gambar-gambar lain yang disetujui
secara tertulis oleh Direksi/ Pengawas.
11. Persetujuan atau disetujui adalah pernyataan tertulis dari Direksi (Pengawas
Lapangan) atau Pemimpin Proyek meliputi tulisan atau catatan dalam Buku
Direksi atau dalam bentuk surat khusus.
114
Pasal 2
Kontrak dan Dokumen Kontrak
Kontrak meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan, penyelesaian pekerjaan
dan kecuali apabila disebutkan lain dalam kontrak meliputi juga pengarahan segala
sesuatu hal yang untuk pelaksanaan pekerjaan sebagai mana yang tercantum dalam
kontrak.
Pasal 3
Gambar-gambar dan Ukuran
Gambar-gambar yang digunakan dalam peleksanaan pekerjaan adalah:
1. Gambar yang termasuk dalam dokumen lelang.
2. Gambar perubahan yang disetujui Direksi/ Pengawas.
3. Gambar lain yang disediakan dan disetujui Direksi/ Pengawas.
Pasal 4
Pengalihan Tugas dan Subkontraktor
Setiap penyerahan sebagaian pekerjaan kepada Sub Kontraktor harus
mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Pemimpin Proyek.
Pasal 5
Tugas dan Wewenang Pemimpin Proyek
Tugas dan wewenang pemimpin Proyek diatur sesuai dengan keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 16 Tahun 1994 dan apabila masih diperlukan
pengaturan lebih lanjut akan ditetapkan di dalam dokumen kontrak.
Pasal 6
Tugas Umum Direksi/ Pengawas
1. Tugas Direksi/ Pengawas adalah mengawasi pekerjaan menguji setiap bahan
yang akan dipergunakan dan atau setiap cara kerja yang akan dipergunakan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Direksi/ Pengawas tidak berwenang membebaskan kontraktor dari tugas-tugas
yang mengakibatkan keterlambatan pekerjaan atau tambahan pekerjaan oleh
pemilik, kecuali diperintah oleh pemimpin Proyek.
115
Pasal 7
Kewajiban Umum Kontraktor
Kontraktor berkewajiban melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan
dalam dokumen kontrak secara sungguh-sungguh dengan penuh perhatian dan
ketelitian.
Pasal 8
Pembuatan Kontrak
Sebagai tindak lanjut dari pembukaan penilaian dari Direksi/ Pemimpin
Proyek akan menerbitkan dan mengirimkan surat penunjukan pemenang kepada
kontraktor yang menang ke alamat yang terdaftar secara langsung, untuk selanjutnya
mengadakan suatu kontrak guna melaksanakan pekerjaan menurut dokumen lelang
berikut perubahan-perubahannya.
Pasal 9
Jaminan Pelaksanaan
1. Kontraktor wajib menyerahkan surat jaminan pelaksanaan dalam waktu paling
lambat 10 hari setelah menerima surat penunjukan pemenang/ sebelum kontrak
ditandatangani.
2. Besar jaminan pelaksanaan 5% dari nilai kontrak dan harus dikeluarkan oleh
Bank Pemerintah atau Lembaga Keuangan lainnya yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
Pasal 10
Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan
Kontrak harus melaksanakan, menyelesaikan, dan memelihara pekerjaan
sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam dokumen kontrak sehingga
memuaskan dan disetujui oleh Direksi/ Pengawas dan harus melaksanakan perintah-
perintah tertulis dari Direksi/ Pengawas Lapangan tentang segala sesuatu yang
langsung berhubungan dengan pelaksanakan pekerjaan.
Pasal 11
Program Kerja
1. Dalam jangka waktu 3 hari setelah menandatangani kontrak, kontraktor harus
mengirimkan rencana kerja secara terperinci dalam bentuk kurva S yang
menunjukkan urutan pelaksanaan bagian-bagian pekerjaan untuk mendapatkan
persetujuan Direksi/ Pengawas.
116
penunjang dan dalam hal terjadi kerusakan atau kerugian atas pekerjaan, permanen,
dan pekerjaan penunjangnya, maka kontraktor harus memperbaiki dan memulihkan
kembali seperti semula sesuai dengan syarat-syarat dalam kontrak dan perintah
Direksi, kecuali dalam keadaan memaksa (Force Majeure).
Pasal 16
Tuntutan Pihak Ketiga
Kontraktor harus membebaskan Pemilik, Pemimpin Proyek, dan Direksi dari
tuntutan pihak ketiga karena kecelakaan dan kerusakan yang timbul sebagai akibat
pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Pasal 17
Lalu lintas Luar Biasa
Kontraktor harus mengusahakan dengan segala jalan untuk mencegah agar
jalan atau jembatan yang menghubungkan dengan atau yang terletak pada jalan yang
menuju ke tempat pekerjaan tidak menjadi rusak atau dirugikan oleh setiap lalu lintas
pihak kontaktor.
Pasal 18
Gangguan Terhadap Lingkungan Lalu lintas
Semua kegiatan untuk pelaksanaan termasuk pekerjaan penunjangnya yang
tercantum dalam kontrak harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga tidak
menimbulkan gangguan yang berarti bagi kepentingan umum, tidak mengurangi
kapasitas jalan yang sedang dikerjakan dan jalan-jalan lainnya yang dipergunakan
bagi kepentingan umum termasuk jalan rusak yang menuju ke dalam batas daerah
pekerjaan dan tanah berdampingan.
Pasal 19
Kesempatan Bekerja Bagi Kontraktor Lain
Sesuai dengan permintaan Direksi, Kontraktor harus memberikan kesempatan
bekerja secukupnya kepada:
- Kontraktor lain yang dipekerjakan oleh Pemimpin Proyek termasuk pekerja-
pekerjanya.
- Pegawai-pegawai Pemimpin Proyek.
- Pekerja-pekerja dari lain Instansi yang bekerja pada atau dekat lapangan, untuk
melaksanakan suatu pekerjaan yang tidak termasuk dalam kontrak.
118
Pasal 20
Kesempatan Pada Peraturan/ Perundang-undangan
Kontraktor harus memperhatikan serta membayar yang diwajibkan oleh
undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan daerah, atau peraturan dari Instansi
lain yang sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan penunjangnya, kontraktor harus
memperhatikan peraturan hukum yang berkaitan dengan gangguan atas hak atau
harta orang lain selama pelaksanaan pekerjaan atau pekerjaan penunjangnya.
Pasal 21
Keselamatan Kerja
Atas persetujuan Direksi:
1. Kontraktor wajib mempersiapkan pengamatan yang diperlukan untuk
melindungi keselamatan para pekerja di tempat pekerjaan.
2. Kontraktor wajib menyediakan tempat tinggal sementara bagi pekerja yang
menginap di tempat pekerjaan dan menyediakan sarana pengobatan serta
kelengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai ketentuan yang
disebut dalam dokumen kontrak.
Pasal 22
Keselamatan atau Kerugian yang menimpa Pekerja
Pemimpin Proyek atau Direksi tidak bertanggung jawab khusus setiap
kerugian atau ganti rugi yang sah yang harus dibayar sebagai konsekuensi dari setiap
kecelakaan atau kerugian yang menimpa setiap pekerja atau orang lain yang
dipekerjakan oleh kontraktor.
Pasal 23
Tenaga Kerja Kontraktor
Kontraktor harus mengusahakan sendiri pengadaan tenaga kerja yang berlaku
mengatur, antara lain: transportasi, perumahan, pengupahan, jaminan kesejahteraan,
kecuali apabila di dalam kontrak ditentukan lain.
Pasal 24
Pengadaan Peralatan Konstruksi dan Bahan
Kecuali ditentukan lain, kontraktor harus mengadakan sendiri semua
peralatan konstruksi dan bahan untuk pelaksanaan pekerjaan dan pemeliharaan
pekerjaan.
119
Pasal 25
Lahan untuk kegiatan Kerja Kontraktor
Kontraktor harus memilih dan menyediakan sendiri serta menanggung
seluruh biaya pengadaan lahan yang diperlukan untuk jalan kerja, lokasi kantor,
bangunan khusus lainnya, tempat penampungan peralatan konstruksi, bahan, dan
sebagainya bagi pelaksanaan pekerjaan.
Pasal 26
Mutu Bahan, Hasil Kerja, dan Pengujian
Semua bahan dan hasil kerja harus memenuhi uraian dan ketentuan dalam
dokumen kontrak dan sesuai perintah Direksi, setiap saat dapat diuji di tempat
pembuatan atau di lapangan atas perintah Direksi.
Pasal 27
Memasuki Lapangan
Direksi atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu dapat
memasuki tempat pekerjaan, atau semua bahan, atau barang-barang yang dibuat atau
mesin-mesin yang diperoleh untuk keperluaan pekerjaan dan kontraktor harus
memberikan fasilitas dan membantu untuk memasuki tempat-tempat tersebut.
Pasal 28
Pemeriksaan Pekerjaan Sebelum Ditutup
Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapat persetujuan direksi dan kontraktor harus memberikan kesempatan
sepenuhnya kepda direksi untuk memeriksa serta mengukur pekerjaan yang akan
ditutup atau tidak terlihat.
Pasal 29
Mengeluarkan Bahan yang Tidak Memenuhi Syarat
Selama pekerjaan berlangsung direksi mempunyai wewenang memerintahkan
kontraktor secara tertulis untuk mengeluarkan dari lapangan semua bahan yang
menurut pendapat direksi tidak sesuai dengan dokumen kontrak dalam jangka waktu
yang ditentukan dalam perintah tersebut.
Pasal 30
Penundaan Pekerjaan
Pemimpin Proyek dibebaskan dari setiap tuntutan ganti rugi oleh kontraktor
akibat penundaan pekerjaan yang diperintahkan oleh direksi/ Pemimpin Proyek.
120
Pasal 31
Pengawasan Kekayaan Negara
Kontraktor wajib memelihara dan menjaga kondisi kekayaan milik negara
yang dipinjamkan atau diserahkan kepada kontraktor oleh pemilik proyek dan segala
pembiayaan atau penggunaan kekayaan milik negara tersebut dibebani kepada
kontraktor.
Pasal 32
Pengutamaan Jasa dan Produksi Dalam Negeri
Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, atau pelaksanaan penyelesaian dan
pemeliharaan pekerjaan, kontraktor harus mengutamakan jasa produksi dalam negeri
meskipun tetap harus memperhatikan syarat-syarat mutu bahan dan jasa yang
bersangkutan, sesuai dengan petunjuk dan persetujuan direksi.
Pasal 33
Penyerahan Lapangan
Paling lambat setelah 7 hari ditanda tangani kontrak, pemimpin proyek
menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), setelah diterbitkannya SPMK
maka pemimpin proyek dalam jangka waktu 5 hari menyerahkan lapangan kepada
kontraktor dengan menerbitkan Surat Penyerahan lapangan (SPL). Kontraktor harus
memulai pekerjaan di lapangan setelah diterbitkannya SPL.
Pasal 34
Waktu Pelaksanaan
Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan dalam jangka waktu yang
ditetapkan dalam kontrak, yaitu selama 730 hari kalender, dihitung dari tanggal
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) atau ditandatanganinya kontrak.
Pasal 35
Perpanjangan Waktu Untuk Penyelesaian
Apabila jumlah pekerjaan tambahan atau keadaan khusus yang mungkin
terjadi sehingga dipandang wajar oleh kontraktor minta perpanjangan waktu, maka
direksi harus mempertimbangkan, kemudian menetapkan jumlah perpanjangan
waktu.
121
Pasal 36
Ikhtisar Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan, maksud dari kontrak ini adalah untuk
melaksanakan pekerjaan yang selengkapnya diidentifikasikan dalam gambar dan
diuraikan dalam dokumen kontrak yang bersangkutan, yang sepenuhnya sesuai
dengan ketentuan spesifikasi ini.
Pasal 37
Tata Cara Pelaksanaan Pembayaran
Tata cara pelaksanaan pembayaran untuk pekerjaan.
1. Kontraktor berhak meminta uang muka sebesar 20% dari harga borongan,
setelah kontraktor menyerahkan jaminan uang muka.
2. Pembayaran kembali uang muka dilakukan dengan pemotongan dari setiap
Monthly Certificate (MC), dimulai dari tagihan pertama dan harus lunas
seluruhnya pada saat progress fisik pekerjaan 70%.
3. Pembayaran untuk hasil pelaksanaan pekerjaan, dilakukan berdasarkan jumlah
prestasi pekerjaan yang tercantum dalam Monthly Certificate (MC).
4. Pembayaran tersebut dilakukan berdasarkan permintaan pembayaran oleh
kontraktor kepada pemilik proyek disertai berita acara hasil pemeriksaan
prestasi pekerjaan.
5. Pemilik proyek akan menahan setiap pembayaran teresbut sebesar 10% sebagai
retensi.
6. Setengah dari retensi akan dibayar pemilik proyek kepada kontraktor setelah
penyerahan pertama pekerjaan, dan setengahnya lagi ditetapkan selama masa
pemeliharaan (setelah penyerahan kedua pekerjaan).
7. Uang rentensi dalam masa pemeliharaan tersebut bisa dibayarkan pemilik
proyek kepada kontraktor apabila kontraktor mengganti dengan jaminan
pemeliharaan sebesar 5%.
Pasal 38
Perubahan, Penambahan, dan Pengurangan Pekerjaan
Pemimpin Proyek dapat melakukan suatu perubahan terhadap mutu atau
volume pekerjaan atau suatu bagian pekerjaan yang dianggap perlu atau dianggap
lebih baik dan pemimpin proyek mengusulkan wewenang menetapkan kepada
kontraktor harus mengusulkan hal-hal sebagai berikut:
122
2. Dalam jangka waktu 10 hari setelah menerima surat tersebut dalam ayat 1
direksi akan meneliti dan memberitahu kepada pemimpin proyek tentang
tanggal penyelesaian seluruh pekerjaan.
3. Dalam jangka waktu 10 hari setelah menerima surat pemberitahuan tersebut
ayat 2 pemimpin proyek memberitahukan kepada kontraktor nama wakil-wakil
pemimpin proyek yang akan mengikuti serah terima pertama.
Pasal 43
Denda Keterlambatan
Jika kontraktor tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang
ditentukan dalam kontrak atau dalam waktu yang disetujui untuk diperpanjang, maka
kontraktor dikenakan denda sebasar 1 per mil dari nilai kontrak untuk setiap hari
keterlambatan dengan setinggi-tingginya 10% dari nilai kontrak.
Pasal 44
Pemeliharaan Kerusakan dan Cacat
Masa pemeliharaan adalah jangka waktu yang dicantumkan dalam kontrak,
yaitu selama 90 hari kalender dihitung dari tanggal penyerahan pekerjaan yang
tercantum dalam berita acara penyerahan pertama pekerjaan. Segera setelah
berakhirnya masa pemeliharaan kontraktor harus segera menyerahkan pekerjaan
kepada pemilik dalam keadaan baik dan sempurna, kecuali kerusakan-kerusakan
kecil/ wajar yang disetujui pengawas sampai diterima oleh pengawas.
Pasal 45
Penyerahan Terakhir
Pada masa akhir pemeliharaan, pemimpin proyek menunjukkan wakil-
wakilnya dan meminta kepada kontraktor untuk menetapkan wakil-wakil kontraktor
di dalam panitia yang akan melakukan serah terima pekerjaan tersebut.
Pasal 46
Penyelesaian Perselisihan
Setiap perselisihan atau sengketa yang timbul dari atau yang berhubungan
dengan kontrak, diutamakan penyelesaiannya melalui musyawarah untuk
memperoleh mufakat. Apabila perselisihan/ persengketaan masih belum dapat
diselesaikan melalui musyawarah maka penyelesaian diselesaikan melalui panitia
Arbritrasi.
124
Pasal 6
Peralatan
1. Kontaktor harus mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang akan
digunakan disertai data-data kemampuan alat-alat tersebut
2. Kontraktor wajib mendatangkan alat-alat tersebut tepat pada waktunya akan
dipergunakan
3. Kerusakan alat-alat tersebut segera diperbaiki/diganti dan tidak dapat dipakai
sebagai alasan kelambatan pekerjaan
Pasal 7
Pembersihan dan Pembongkaran
Kecuali ditentukan lain, maka seluruh pohon-pohon, semak-semak, dan akar-
akar pohon dalam daerah batas pekerjaan termasuk juga pohon-pohon di luar batas
pekerjaan yang diperkirakan dapat menghalangi pekerjaan harus
dibersihkan/ditebang.
Pasal 8
Galian Tanah Biasa
1. Galian tanah biasa terdiri dari semua galian yang tidak diklasifikasikan sebagai
galian batu.
2. Galian batu akan terdiri dari galian batu bola besar yang mempunyai volume
1,000 m3 atau lebih besar dari semua batuan atau bahan kertas lainnya, yang
oleh direksi dianggap kurang praktis untuk menggali tanpa menggunakan alat
tekanan udara. Pada umumnya peledakan tidak akan diperkenankan.
Pasal 9
Timbunan Tanah
Syarat-syarat pelaksanaan, pemborong harus mengajukan yang berikut pada
direksi sebelum suatu persetujuan untuk memulai pekerjaan dapat diberikan oleh
direksi
a. Gambar melintang terinci yang menunjukkan permukan yang dipersiapkan
dimana timbunan akan ditempatkan.
b. Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan pemadatan yang memadai, dari
permkaan yang dipersiapkan dimana timbunan itu akan ditempatkan.
126
Pasal 10
Rambu Lalu Lintas
1. Selama pelaksanaan pekerjaan kontraktor diwajibkan memasang rambu-rambu
atau tanda-tanda lalu lintas, mengenai macam rambu atau tanda, bentuk ukuran
serta warna supaya menghubungi pihak DLLAJR.
Pasal 11
Sub Base Course
A. Umum
1. Uraian
Pekerjaan sub base ini meliputi pengadaan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat (batu pecah) yang
berdegradasi baik di atas permukaan urugan pilihan yang telah selesai sesuai
dengan yang disyaratkan. Pemprosesan meliputi pemecahan, pengayakan,
pemisahan, pencampuran dan operasi lain yang diperlukan untuk mendapatkan
bahan yang memenuhi persyaratan dari spesifikasi.
2. Toleransi dimensi
a. Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan gambar dan tidak lebih rendah
dari 2 cm dengan yang telah disyaratkan.
b.Permukaan lapis pondasi bawah harus rata agar tidak menampung air dan
semua punggung permukaan harus sesuai dengan gambar dan rencana.
3. Standar rujukan
T-89 – 81 : Penentuan batas cair dari tanah
T-90 – 81 : Penentuan batas elastis dan indeks plastis tanah
T-87 – 80 : Ketahanan terhadap abrasi dari agregat menggunakan media
Los Angeles
T-112 – 78 : Bongkahan lempung dan partikel yang dapat hancur dalam
agregat
T-180 – 74 : Hubungan kepadatan dengan kelembaban dari tanah
menggunakan palu 4,54 kg dan tinggi jatuh 457 m
T-99 – 81 : Kepadatan tanah di tempat dengan menggunakan metode
kerucut pasir
T-193 – 91 : The California Bearing Ratio
4. Pembatasan cuaca
127
Pondasi agregat untuk sub base tidak dihampar atau dipadatkan waktu turun
hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan setelah hujan atau bila kadar air
dari bahan tidak berada dalam rentang yang disyaratkan.
5. Perbaikan dari pondasi sub base yang tidak memuaskan
i. Kerataan permukaan yang tidak memuaskan seperti seperti yang telah
disyaratkan, atau permukaannya berkembang menjadi tidak rata baik
selama konstruksi atau setelh konstruksi harus diperbaiki dengan
menggaru permukaan dan membuang atau menambah bahan yang
diperlukan selanjutnya dipadatkan kembali.
ii. Lapisan pondasi agregat yang terlalu kering batas kadar airnya sesuai
dengan yang telah disyaratkan, untuk pemadatannya harus diperbaiki
dengan menggaru bahan tersebut dan selanjutnya dengan penyiraman
sejumlah air yang cukup dan mencampurnya dengan baik.
iii. Perbaikan lapis sub base yang telah memenuhi kepadatan yang
dibutuhkan dalam spesifikasi, dapat meliputi pemadatan tambahan,
penggaruan yang dilanjutkan oleh pengaturan kadar air dan pemadatan
kembali.
iv. Lapis pondasi yang terlalu basah, untuk pemadatan diperbaiki dengan
menggaru bahan tersebut berulang-ulang dengan selang waktu istirahat
dalam cuaca kering atau jika perlu buang dan ganti dengan bahan kering
yang memenuhi syarat.
6. Pengembalian bentuk menyusul pengujian hasil kerja seluruh lubang pada
pekerjaan akhir yang dibuat untuk pengujian kepadatan, dan harus diurug
kembali dengan bahan yang sama dan dipadatkan.
B. Material
a. Sumber material
- Material untuk lapis sub base harus dipilih dan memenuhi spesifikasi serta
standar yang berlaku
- Ukuran, kebutuhan, tipe dan mutu disesuaikan dengan yang disarankan
- Seluruh produk harus baru
b. Kelas lapis pondasi agregat
Lapis pondasi untuk sub base digunakan agregat kelas B
c. Fraksi agregat kasar
128
Agregat kasar yang tertahan ayakan 4.75 mm harus terdiri dari partikel yang
keras, awet atau pecahan dari pada atau keikil. Bahan yang pecah bila berulang-
ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.
d. Fraksi agregat halus
Agregat halus yang lolos dari saringan 4.75 mm harus terdiri dari partikel alami
atau pasir pecah
e. Sifat material yang disyaratkan
Lapisan sub base harus bebas dari benda organis dan gumpalan lempung dan
harus memenuhi kebutuhan gradasi setelah dipadatkan juga sifat yang
diberikan.
Tabel 4.1. Gradasi Lapis Pondasi Agregat Untuk Sub Base
Macam ayakan % berat lolos kelas B
63 100
37.5 67 – 100
19 40 – 100
9,5 25 – 80
4,75 16 – 66
2,36 10 – 55
1,18 6 – 45
0,425 3 – 33
0,075 0 – 20
Tabel 4.2. Sifat Lapis Pondasi Agregat Untuk Sub Base
Sifat Kelas B
(%)
- Abrasi dari agregat kasar (AASHTO T.96 –77) 0 – 50
- Indeks plastisitas (AASHTO T.90 – 81) 4 – 10
- Batas cair (AASHTO T.89 – 81) -
- Bagian yang lunak (AASHTO T.112 –81) -
- Hasil kali IP dengan prosentase lolos 75 35 min
micron
- CBR (AASHTO T.193 – 81)
- Rongga dalam agregat mineral pada kepadatan 10 min
maksimum
f. Pencampuran material
129
Seluruh lapis base course harus bebas dari benda-benda organis dan gumpalan
lempung atau benda yang tidak berguna harus memenuhi kebutuhan gradasi
yang disyaratkan.
Tabel 4.3. Sifat Lapis Pondasi Agregat Untuk Base Course
Sifat Kelas A (%)
Laston MS 340 15
134
4. Penghamparan
- Permukaan yang akan dihampar dibersihkan dahulu dari semua kotoran
- Diberi lapisan prime coat dengan jumlah yang telah ditentukan
- Jika permukaan yang akan dilapisi tidak rata atau ada yang rusak,
sebelumnya harus diperbaiki terlebih dahulu
- Alat Bantu lain telah dipasang sebelum campuran aspal dilakukan
- Campuran dihampar sesuai dengan kelandaian serta bentuk melintang
yang disyaratkan
- Kecepatan mesin pnghampar diatur agar tidak terjadi retaknya permukaan
- Jika terjadi segregasi, penghamparan dihentikan terlebih dahulu,
diperbaiki penyebabnya baru dilanjutkan
- Hamparan jangan sampai terkumpul dan mendingin pada tepi atau tempat
lain di mesin
- Penghamparan dapat dilakukan sebagian dahulu dari lebar jalan yang ada
5. Pemadatan
136
- Pengilasan awal dan akhir dilakukan dengan mesin gilas roda baja
- Penggilasan dilakukan dengan mesin gilas roda karet
- Penggilasan antara dilakukan sewaktu campuran masih berada dalam
temperatur yang menghasilkan kepdatan maksimum
- Penggilasan akhir dilakukan dalam kondisi yang masih dapat dikerjakan
untuk menghilangkan tanda-tanda penggilasan
- Sambungan melintang digilas kearah melintang dengan menggunakan
papan (di tepi perkerasan) dengan ketebalan yang diperlukan
- Sambungan memanjang dimulai dari tepi luar dan sejajar dengan sumbu
jalan, demikian juga disebelahnya
- Pada superelevasi harus dimulai dari tempat yang rendah perlahan-lahan
ke tempat yang tinggi
- Material yang tidak terjangkau oleh roda mesin gilas dapat dilakukan
pemadatandengan menggunakan alat timbres
Pasal 14
Pekerjaan Pengecatan
1. Pekerjaan dalam pasal ini mencakup pengadaan dan pengecatan marka jalan
maupun pengecatan pada bagan-bagian lain sesuai petunjuk direksi
2. Sebelum pekerjaan ini dimulai terlebih dahulu kontraktor harus mengajukan
contoh cat yang dipergunakan, untuk mendapatkan persetujuan dari direksi
3. Cat dingin yang dipakai di lapangan harus diaduk dahulu agar zat warna merata
dalam campuran dan harus mengikuti persyaratan yang dibuat oleh pabrik
pembuat
137
(a) Ketinggian akhir dari dasar selokan harus tidak boleh berbeda dari 1 cm dari
yang dipersyaratkan atau disetujui pada setiap titik, dan harus cukup halus dan
merata untuk menjamin aliran yang bebas dari air tanpa tergenang pada saat
aliran yang kecil.
(b) Kedudukan akhir alinyemen dan profil penampang melintang tidak boleh
berbeda denagan apa yang dipersyaratkan atau dari yang telah disetujui pada
setiap titik melebihi 5 cm.
(5) Pelaporan
Kontraktor harus memberitahukan Direksi Teknik setelah selesainya
pembuatan formasi seluruh selokan dan bahan tidak boleh dipasang sampai Direksi
Teknik menyetujui formasi tersebut
(6) Jadwal Kerja
(a) Kontraktor harus menjamin pembuatan drainase yang baik dengan
merencanakan pekerjaan selokan sedemikian rupa agar drainase berfungsi sebelum
pekerjaan pada timbunan (urugan) dan struktur perkerasan dimulai.
(b) Selokan harus pertama–tama dipotong sedikit lebih kecil dari penampang
melintang yang disetujui, dan pemotongan akhir termasuk perbaikan dari setiap
kerusakan yang terjadi selama pekerjaan, harus dilaksanakan kembali setelah
terselesaikannya seluruh pekerjaan yang berdekatan ataupun yang bersebelahan.
(7) Kondisi Lapangan
Ketentuan yang tercantum pada bab ini, menyangkut cara mengeringkan
lapangan dan pemeliharaan sanitasi lapangan, harus berlaku.
(8) Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak Memuaskan
(a) Pekerjaan pengukuran profil yang ada atau yang dibangun kalau dianggap
perlu harus diulang untuk mendapatkan catatan yang teliti dari keadaan fisik,
sampai disetujui pihak Direksi Teknik.
(b) Pekerjaan pelaksanaan selokan yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
diberikan, harus diperbaiki oleh Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik.
Pekerjaan–pekerjaan dapat meliputi :
Penggalian atau penimbunan kembali, termasuk jika pertama – tama perlu
penimbunan kembali pekerjaan dan kemudian digali kembali hingga
memenuhi arah yang ditentukan.
139
ada, maka saluran air tersebut harus dipindahkan agar tidak mengganggu aliran
air yang melalui pekerjaan tersebut pada ketinggian air banjir yang normal.
(b) Pemindahan aliran air tersebut harus mempertahankan kelandaian dasar kanal
yang ada dan harus sedemikian arahnya agar tidak menyebabkan gerusan baik
pada pekerjaan atau pada tanah disekitarnya.
6.4.1.4 Pengukuran dan Pembayaran
(1) Pengukuran dan Pembayaran Galian
Pekerjaan galian selokan dan saluran air harus diukur untuk pembayaran
dalam meter kubik sebagai volume material yang benar–benar dipindahkan dan
disetujui Direksi Teknik, yang dianggap perlu untuk pembentukan atau
pembentukan kembali selokan dan saluran air yang memuaskan pada arah tinggi
dan profil yang benar seperti yang diperlihatkan pada gambar atau yang
diperintahkan oleh Direksi Teknik secara memuaskan. Penggalian yang melebihi
seperti yang diperlihatkan pada gambar atau diperintahkan Direksi Teknik, tidak
boleh diukur untuk pembayaran.
(2) Pengukuran dan Pembayaran dari Urugan
Urugan yang digunakan untuk pekerjaan selokan dan saluran air harus
diukur dan di bayar sebagai timbunan dalam persyaratan ini.
(3) Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang disebutkan diatas akan dibayar berdasarkan harga
kontrak persatuan pengukuran untuk masing–masing mata pembayaran seperti
tercantum di bawah ini dan tercantum dalam harga penawaran. Harga dan
pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan semua
buruh, peralatan untuk galian selokan, drainase, dan saluran air dan semua biaya
yang perlu atau biasanya diperlukan untuk penyelesaian secara sempurna serta
sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam sub bab ini. Mata pembayaran
untuk pekerjaan ini dalam meter kubik.
6.5. Pekerjaan Tanah
6.5.1 Galian
6.5.1.1 Umum
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan pembuangan, atau
pembuatan stok dari tanah atau padas atau material lain dari badan jalan atau
141
sekitarnya yang perlu untuk penyelesaian yang memuaskan dari pekerjaan dalam
kontrak ini.
(b) Pekerjaan ini umumnya digunakan untuk pembuatan selokan dan saluran air,
untuk pembuatan formasi dari galian atau pondasi pipa, gorong–gorong, saluran
atau struktur lainnya, untuk pembuangan material tak terpakai atau humus, untuk
pekerjaan stabilisasi atau pembersihan longsoran, untuk bahan galian konstruksi
atau pembuangan material sisa dan untuk pembentukan secara umum dari tempat
kerja sesuai dengan spesifikasi ini dan yang memenuhi garis, ketinggian dan
penampang melintang yang ditunjukkan dalam gambar atau yang diperintahkan
oleh Direksi Teknik.
(c) Kecuali untuk kepentingan pembayaran, ketentuan dari sub bab ini berlaku untuk
seluruh pekerjaan galain yang dilakukan sehubungan dengan kontrak, dan seluruh
galian dapat merupakan salah satu dari :
Galian Biasa
Pandangan Direksi Teknik adalah tidak praktis menggali tanpa
menggunakan alat bertekanan udara, atau pemboran, dan peledakan. Galian ini
tidak termasuk bahan yang menurut Direksi Teknik dapat dilepaskan dengan
penggaru yang ditarik oleh traktor dengan berat minimal 15 dan tenaga kuda netto
sebesar 180 TK.
(2) Toleransi Dimensi
(a) Kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh bervariasi dari
yang ditentukan lebih dari 2 cm dari setiap titik.
(b) Permukaan galian yang telah selesai yang terbuka terhadap aliran air permukaan
harus cukup rata dan harus cukup memiliki kemiringan untuk menjamin drainase
yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.
(b) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik gambar perincian dari
seluruh struktur sementara yang diusulkannya atau yang diperintahkan untuk
digunakan, seperti sekop, turap, dan tembok penahan dan harus memperoleh
persetujuan dari Direksi Teknik dari gambar tersebut sebelum melaksanakan
pekerjaan galian yang dimaksudkan akan dilindungi oleh struktur yang diusulkan
tersebut.
(c) Setelah masing–masing galian untuk tanah dasar, formasi atau pondasi selesai,
Kontraktor harus memberi tahu Direksi Teknik, dan bahan landasan atau material
lain tidak boleh dipasang sebelum disetujui oleh Direksi Teknik untuk kedalaman
dari galian, dan sifat, dan mutu dari material pondasi
(4) Jaminan Keselamatan Pekerjaan Galian
(a) Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin
keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian seta penduduk sekitar.
(b) Selama masa pekerjaan galian, suatu lereng yang stabil yang mampu menahan
pekerjaan di sekitarnya, struktur atau mesin harus dipertahankan sepanjang
waktu, dan skor serta turap yang memadai harus dipasang, jika permukaan tepi
galian yang sewaktu–waktu tidak dilindungi akan berbahaya/tidak stabil.
Kontraktor harus menahan atau menyangga struktur disekitarnya yang jika tidak
dilakukan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian itu.
(c) Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak
boleh didijinkan berada atau beroperasi lebih dekat dari 1,5 cm dari tepi galian
terbuka atau tepi galian pondasi, terkecuali bila pipa atau struktur lainnya telah
dipasang dan ditutup demngan paling sedikit 60 cm urugan yang telah
dipadatkan.
(d) Pada setiap saat sewaktu pekerja atau yang lainnya berada dalam galian yang
mengharuskan kepala mereka berada di bawah permukaan tanah, Kontraktor
harus menempatkan pengawas pengamanan pada tempat kerja yang tugasnya
hanya memonitor kemajuan dan keamanan. Pada setiap saat peralatan galian
cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada
tempat kerja galian.
(e) Seluruh galian terbuka harus diberi penghalang yang cukup untuk mencegah
pekerja atau orang lainnya terjatuh kedalamnya, dan setiap galian terbuka pada
badan jalan atau bahu jalan harus ditambah dengan rambu pada malam hari
143
dengan drum dicat putih (atau yang serupa) dan merah atau lampu kuning sesuai
dengan ketetapan Direksi Teknik.
(f) Pemeliharaan arus lalu lintas harus diterapkan pada seluruh galian dalam daerah
milik jalan.
(5) Jadwal Kerja
(a) Luas suatu galian yang terbuat pada suatu operasi harus dibatasi sepadan
pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang baik, dengan
mempertimbangkan akibat dari pengeringan, pembasahan akibat hujan dan
gangguan dari operasi pekerjaan berikutnya.
(b) Galian saluran atau galian lainnya yang melintang jalan harus dilakukan
menggunakan konstruksi setengah badan jalan sehingga jalan tetap dapat terbuka
bagi lalu lintas pada setiap saat.
(6) Kondisi Tempat Kerja
(a) Seluruh galian harus dijaga dan bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan
seluruh material yang diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk pengeringan
(pompa) pengalihan saluran air dan pembangunan saluran sementara, tembok
ujung dan cofferdam. Pompa agar siap di tempat kerja pada setiap saat untuk
menjamin tidak ada gangguan dalam prosedur pengeringan dengan pompa.
(b) Bila pekerjaan sedang dilakukan pada saluran yamg ada atau tempat l ain
dimana aliran bawah tanah mungkin tercemari, Kontraktor harus menyediakan
pada tempat kerja sejumlah air minum yang untuk digunakan para pekerja untuk
mencuci, bersama dengan sejumlah sabun dan disinfektan.
(7) Perbaikan dari pekerjaan galian yang tidak memuaskan.
Pekerjaan Galian yang tidak memenuhi toleransi harus diperbaiki oleh
Kontraktor sebagai berikut
(i) Material yang berlebih harus dibuang dengan penggalian lebih lanjut.
(ii) Daerah dimana telah tergali lebih dahulu, atau daerah retak atau lepas, harus
diurug kembali dengan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat seperti
diperintahkan Direksi Teknik.
(8) Penggunaan dan Pembuangan Material Galian
(a) Seluruh material yang dapat dipakai yang digali dalam batas–batas dan cakupan
dimana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan
atau urugan kembali.
144
(b) Material galian yang mengandung tanah organis tinggi, sejumlah besar akar atau
benda tetumbuhan lain dan tanah yang kompresif yang menurut pendapat
Direksi Teknik akan menyulitkan pemadatan material pelapisan atau
mengakibatkan terjadi kerusakan atau penurunan yang tidak dikehendaki, harus
diklasifikasikan tidak memenuhi untuk digunakan sebagai timbunan dalam
pekerjaan permanen.
(c) Setiap material galian yang berlebih untuk kebutuhan timbunan, atau tiap
material yang tidak disetujui oleh Direksi Teknik sebagai bahan timbunan harus
dibuang dan diratakan dalam lapis yang tipis oleh Kontraktor diluar daerah milik
jalan seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(d) Kontraktor harus bertanggung jawab untuk seluruh pengaturan dan biaya untuk
pembuangan material yang berlebih atau tidak memenuhi syarat, termasuk
penggangkutan dan perolehan ijin dari pemilik tanah dimana pembuangan
dilakukan.
6.5.1.2 Prosedur Penggalian
(1) Prosedur Umum
(a) Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang
ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Teknik dan harus
mencakup pembuatan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah, padas, batu bata, batu, beton, tembok dan pekerasan lama.
(b) Pekerjaan galian harus dilakukan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap
material dibawah dan diluar batas galian.
(c) Dimana material yang terbuka pada garis formasi atau permukaan lapis tanah
dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau tanah gambut atau material lainnya
yang tak memenuhi dalam pendapat Direksi Teknik, maka material tersebut
harus dipadatkan dengan benar atau seluruhnya dibuang dan diganti dengan
timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana diperintahkan Direksi Teknik.
(2) Penggalian untuk sumber material
(a) Sumber galian, apakah dalam daerah milik jalan atau ditempat lain, harus digali
sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi ini.
(b) Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan yang lama
harus diperoleh dari Direksi Teknik secara tertulis sebelum operasi penggalian
dimulai.
145
(c) Sumber galian tidak boleh diijinkan pada tanah yang mungkin diperlukan untuk
rencana pelebaran jalan atau keperluan Pemerintah lainnya.
(d) Pembuatan lubang galian harus dilarang atau dibatasi jika ia dapat mengganggu
drainase alam atau rancangan.
(e) Pada bagian atas jalan, pembuatan lubang galian harus dibentuk sedemikian rupa
sehingga seluruh air permukaan ke gorong-gorong berikutnya tanpa genangan.
6.5.1.3 Pengukuran dan Pembayaran.
(1) Persiapan Tempat Kerja
Sebagian besar dari pekerjaan galian dalam kontrak tidak akan diukur atau dibayar
menurut sub bab ini, pekerjaan dipandang dimasukkan kedalam harga penawaran untuk
beberapa macam material yang akan dipasang pada galian akhir, seperti urugan porous,
pekerjaan beton, pasangan batu, gorong–gorong pipa dan lain–lain. Tipe dari galian
yang secara spesifik tidak dimasukkan dari pengukuran sub bab ini adalah.
(a) Galian diluar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang melintang
yang disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur pembayaran
kecuali dimana :
(i) Penggalian berlebih diperlukan untuk membuang material yang lunak atau
tidak memenuhi syarat.
(b) Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, tidak akan diukur untuk
pembayaran menurut bab ini. Pengukuran dan Pembayaran harus dilaksanakan
menurut spesifikasi ini.
(c) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pondasi struktur atau untuk
pemasangan pipa, gorong–gorong atau saluran beton, drainase berpori tidak akan
diukur untuk pembayaran, biaya dari pekerjaan ini dipandang telah dimasukkan
kedalam harga satuan yang ditawar untuk masing– masing material tersebut.
(d) Galian untuk bahu jalan dan pekerjaan minor lainnya, tidak akan dibayar
menurut sub bab ini.
(e) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk memperoleh material untuk
konstruksi dari sumber material atau sumber lainnya diluar daerah konstruksi
tidak boleh diukur untuk pembayaran, biaya dari pekerjaan ini dipandang
dimasukkan kedalam harga satuan yang ditawarkan ntuk timbunan atau material
perkerasan.
(2) Pengukuran Galian untuk Pembayaran
146
(a) Pekerjaan galian yang tidak dikeluarkan seperti diatas harus diukur untuk
pembayaran sebagai volume ditempat dalam meter kubik material yang
dipindahkan. Dasar dari perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang
yang disetujui dari tanah yang digali. Dan garis yang dipersyaratkan dan
diterima dari akhir galian. Metode perhitungan haruslah metode luas ujung rata–
rata, menggunakan penampang melintang dari pekerjaan yang berselang jarak
tidak lebih dari 25 m.
(b) Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan pembayaran
dalam pasal ini akan tetap dibayar sebagai galian meskipun galian material
tersebut disetujui untuk digunakan sebagai material konstruksi dan diukur serta
dibayar dalam sub bab lain dari spesifikasi ini.
(3) Dasar Pembayaran
Kuantitas dari galian, diukur menurut ketentuan di atas, akan di bayar persatuan
pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam jadwal penawaran untuk mata
pembayaran yang terdaftar dibawah, yang merupakan kompensasi untuk seluruh
pekerjaan dan biaya yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian yang
diperlukan sebagaimana diuraikan dalam sub bab ini. Satuan pengukuran untuk mata
pembayaran galian biasa adalah dalam meter kubik.
6.5.2 Urugan (timbunan)
6.5.2.1 Umum
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk konstruksi urugan,
untuk urugan kembali galian atau galian pipa atau struktur dan untuk urugan
umum yang diperlukan untuk membuat dimensi timbunan antara lain ketinggian
yang sesuai persyaratan atau penampang melintangnya.
(b) Urugan yang dicakup oleh ketentuan dalam bab ini harus dibagi menjadi dua
jenis, yairu urugan biasa dan urugan pilihan. Urugan pilihan akan digunakan di
daerah berawa, saluran air dan lokasi serupa dimana material sulit untuk
dipadatkan dengan baik. Urugan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi
lereng atau pekerjaan pelebaran jika diperlukan lereng yang curam karena
keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan urugan lainnya dimana kekuatan
urugan adalah faktor yang kritis.
147
(c) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan urugan yaitu material yang dipasang
sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, juga tidak termasuk material
drainase berpori yang dipakai untuk maksud drainase bawah permukan atau
untuk mencegah hanyutnya butir halus karena filtrasi.
(2) Toleransi Dimensi
(a) Permukaan dan ketinggian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau
lebih rendah 2 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
(b) Seluruh permukaan akhir yang terbuka harus cukup rata dan harus memiliki
kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran yang bebas dari air permukaan.
(c) Permukaan akhir lereng timbunan harus tidak bervariasi lebih dari 10 cm dari
profil yang ditentukan.
(d) Urugan tidak boleh dipasang dalam lapisan yang lebih dari 20 cm tebal padat
juga tidak dalam lapis yang kurang dari 10 cm tebal padat.
(3) Jadwal Kerja
(a) Bagian yang baru dari timbunan badan jalan harus dibangun dengan
menggunakan setengah konstruksi lebar jalan sehingga setiap saat jalan tetap
terbuka untuk lalu lintas.
(b) Untuk mencegah gangguan pada konstruksi tembok kepala, Kontraktor
diharuskan, pada titik–titik yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, menunda
sebagian pekerjaan urugan untuk pembentukan jalan pendekat (oprit) ke struktur
tersebut hingga penanganan struktur lancar tanpa adanya gangguan atau resiko
sebagai akibat pelaksanaan dari opritan.
(4) Kondisi Tempat Kerja
(a) Kontraktor harus menjamin pekerjaan tetap kering sebelum dan selama
pekerjaan pemasangan dan pemadatan berlangsung, untuk itu bahan urugan
selama konstruksi harus memiliki kemiringan yang cukup untuk membantu
drainase dari air hujan dan harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai
drainase yang baik. Bilamana mungkin, air dari tempat kerja harus dibuang
kedalam sistem drainase permanen.
(b) Kontraktor harus menjamin di tempat kerja tersedia air yang cukup untuk
pengendalian kelembaban timbunan selama operasi pemasangan dan
pemadatan.
(5) Perbaikan dari Pekerjaan Galian
148
(a) Urugan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan
atau disetujui atau toleransi permukaan harus diperbaiki atau menggaru
permukaan dan membuang atau menambah material sebagaimana diperlukan
dan dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan kembali.
(b) Urugan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal kadar airnya tidak
memenuhi persyaratan seperti yang diperintahkan Direksi Teknik, maka harus
diperbaiki dengan menggaru material, disusul dengan penyraman air
secukupnya dan dicampur dengan menggunakan motor grader atau peralatan
lain yang disetujui.
(c) Urugan yang terlalu basah untuk pemadatan dimana kadar airnya melampaui,
harus diperbaiki ulang dengan menggaru material, disusul dengan penggunaan
motor grader berulang–ulang atau alat lainnya dengan selang waktu istirahat
ketika penanganan, dalam cuaca yang kering. Cara lain, atau jika pengeringan
tak dapat dicapai dengan cara mengaduk atau membiarkan bahan gembur
tersebut, Direksi Teknik dapat memerintahkan untuk mengeluarkan bahan
tersebut dari pekerjaan dan menggantikannya dengan bahan kering yang lebih
cocok.
(d) Urugan yang menjadi penuh akibat air hujan atau banjir atau hal lain setelah
dipadatkan dalam batasan persyaratan ini biasanya tidak memerlukan pekerjaan
perbaikan asal sifat material dan kerataan permukaan masih memenuhi
persyaratan spesifikasi ini.
(e) Pekerjaan dari urugan yang tidak memenuhi kepadatan atau persyaratan material
dari spesifikasi ini harus seperti yang diperintahkan Direksi Teknik dan dapat
meliputi tambahan pemadatan, penggaruan yang disusul dengan penambahan
kadar air dan pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian material.
(6) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Menyusul Pengujian
Seluruh lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat dengan pengujian kepadatan
atau yang lainnya harus diurug kembali oleh Kontraktor secepatnya dan dipadatkan
hingga mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan oleh spesifikasi
ini.
6.5.2.2 Material
(1) Sumber Material
Bahan urugan harus dipilih dari sumber yang disetujui Bahan dan Penyimpananya.
149
Dalam hal pembentukan drainase vertikal, pemisahan yang jelas harus diberikan
kepada kedua bahan dapat dijamin oleh pengguna acuan sementara dari pelat baja
tipis yang sedikit demi sedikit ditarik sewaktu pengisian urugan dan drainase
porous dilaksanakan.
(3) Pemadatan dari urugan
(a) Langsung setelah pemasangan dan penghamparan urugan, masing–masing lapis
harus dipadati benar–benar dengan alat pemadat yang memadai yang disetujui
Direksi Teknik hingga mencapai kepadatan yang ditentukan.
(b) Pemadatan dari urugan tanah harus dilaksanakan hanya bila kadar air dari material
berada dalam rentang kurang dari 3% sampai lebih dari 1% dari kadar air optimum.
Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering
maksimum bila tanah dipadatkan sesuai dengan AASHTO T–99.
(c) Seluruh urugan padas harus ditutup dengan satu atau lebih lapisan setebal 20 cm
dari bahan bergradasi baik yang mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm dan
sanggup mengisi rongga–rongga pada bagian atas urugan. Lapis penutup ini akan
dibanguan sampai kepadatan yang disyaratkan untuk urugan tanah.
(d) Masing–masing lapis dari urugan yang dipasang harus dipadatkan seperti yang
ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima Direksi Teknik sebelum lapis
berikutnya dipasang.
(e) Timbunan harus dipadatkan mulai tepi luar dan berlanjut kearah sumbu jalan
sedemikian sehingga masing–masing bagian menerima jumlah usaha pemadatan
yang sama. Bilamana mungkin, lalu lintas alat konstruksi dilewatkan diatas urugan
dan arahnya terus berubah–ubah untuk menyebarkan usaha pemadatan dari lalu
lintas tersebut.
(f) Bila bahan urugan akan dipasang pada kedua sisi dari pipa atau saluran beton atau
struktur, maka operasi harus dilakukan agar urugan kira–kira sama tingginya pada
kedua sisi struktur.
(g) Bila bahan urugan dapat ditimbun pada satu sisi dari tembok kepala atau tembok
penahan atau tembok kepala gorong–gorong, harus diperhatikan agar tempat
bersebelahan dengan struktur jangan dipadatkan sedemikian sehingga
menyebabkan pergeseran struktur atau timbul tekanan yang berlebih pada struktur.
(h) Urugan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan mesin pemadat mesin
gilas konstruksi, harus dipasang pada lapisan horisontal tidak lebih dari 15 cm tebal
151
gembur dan secara menyeluruh dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau
timbres (tamper) minimum seberat 10 kg. Harus diperhatikan secara khusus untuk
menjamin pemadatan yang memuaskan dibawah dan tepi pipa untuk mencegah
rongga dan menjamin pipa betul–betul terdukung.
6.5.2.4 Jaminan Mutu
(1) Pengendalian Mutu Bahan
(a) Jumlah dari data pendukung hasil uji yang diperlukan untuk persetujuan awal dari
mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Teknik, tetapi akan mencakup seluruh
pengujian paling sedikit tiga contoh yang mewakili dari sumber bahan yang
diusulkan, yang dipilih mewakili rentangan mutu yang cenderung dijumpai dari
sumber.
(b) Menyusul persetujuan dari mutu bahan yang diusulkan, pengujian mutu bahan
selanjutnya akan diulangi atas dasar pertimbangan Direksi Teknik, dalam hal
diamati perubahan dalam bahan atau dalam sumbernya.
(c) Program untuk pengendalian pengujian bahan secara rutin akan dilakukan untuk
mengendalikan perubahan yang ada dalam bahan yang dibawa ke tempat kerja.
Cakupan dari pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik tetapi
untuk setiap 1000 meter kubik bahan urugan dari setiap sumber paling sedikit harus
dilakukan satu penentuan dari aktivitas.
(2) Persyaratan Kepadatan untuk Urugan Tanah
(a) Lapis yang lebih dalam dari 30 cm dibawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan
sampai 95% dari kepadatan kering maksimum yang mengandung sesuai dengan
AASHTO T–99. Untuk tanah yang mengandung 10% bahan yang tertahan pada
saringan ¾ inci, kapadatan kering maksimum yang diperoleh harus diadakan
penyesuaian untuk bahan yang terlalu besar tersebut sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Teknik.
(b) Lapis pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan
sampai 100% dari kepadatan kering maksimum yang ditetapkan sesuai dengan
AASHTO T-99.
(c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada masing–masing lapis dari urugan yang
dipadatkan Sesuai dengan AASHTO T-191dan jika hasil dari suatu pengujian
ditunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus
memperbaiki pekerjaan. Pengujian dilakukan sampai kedalaman dari lapis tersebut
152
pada lokasi yang telah ditetapkan Direksi Teknik, tetapi harus tidak berselang lebih
dari 200 m. Untuk urugan kembali di sekitar struktur, atau pada galian gorong–
gorong, paling sedikit harus dilakukan pengujian untuk satu lapis urugan yang
dipasang. Dalam timbunan paling sedikit satu pengujian harus dilakukan dalam
1000 meter kubik urugan yang dipasang.
(4) Percobaan Pemadatan
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan dan metode untuk
mencapai tingkat kepadatan yang ditentukan. Dalam hal bahwa Kontraktor tidak
mencapai kepadatan yang disyaratkan prosedur pemadatan berikut ini dapat diikuti :
Percobaan harus dilakukan dengan jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar
air diubah–ubah sehingga kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga memuaskan
Direksi Teknik. Hasil dari percoban ini selanjutnya harus digunakan untuk
menetapkan jumlah lintasan, tipe dari peralatan pemadat dan kadar air pemadatan
tersebut.
6.5.2.5 Pengukuran dan Pembayaran
(1) Pengukuran Urugan
(a) Urugan harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari bahan yang padat yang
diperlukan, selesai ditempat dan diterima. Volume yang diukur harus didasarkan
pada gambar penampang melintang yang disetujui dari profil tanah atau profil
galian sebelum urugan ditempatkan pada garis dan ketinggian yang disyaratkan dan
diterima dari pekerjaan urugan akhir. Metode untuk menghitung volume material
haruslah metode yang luas bidang ujung, dengan menggunakan penampang
melintang yang berselang jarak tidak lebih dari 50 m.
(b) Urugan yang digunakan dimana saja diluar batas kontrak untuk pekerjaan, atau
untuk menguubur bahan sisa yang tak terpakai, atau untuk menutup sumber alam,
tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran urugan.
(c) Pekerjaan urugan yang memenihi syarat untuk pengukuran dan pembayaran dalam
bab ini akan tetap di bayar bahkan bila bahan urugan yang diperoleh dari pekerjaan
yang dibayar dalam bab lain dalam spesifikasi ini.
(2) Pembayaran
Kuantitas dari pekerjaan yang diukur seperti diuraikan diatas dalam jarak angkut
yang diperlukan, harus dibayar untuk satu satuan pengukuran dari harga yang
dimasukkan dalam masing–masing harga penawaran untuk mata pembayaran terdaftar
153
dibawah, dimana harga tersebut sudah harus merupakan kompensasi penuh untuk
pengolahan, pengadaan, penempatan, pemadatan, penyelesaian dan pengujian dari
bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biasa untuk penyelesaian yang tepat dari
pekerjaan yang diuraikan dalam bab ini.
6.5.3 Penyiapan Badan Jalan
6.5.3.1 Umum
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini mencakup penyiapan tanah dasar atau permukaan jalan kerikil
(grade) yang ada untuk pasangan lapis pondasi agregat, Pondasi jalan tanpa
penutup, pondasi tanah semen atau ATB pada badan jalan (termasuk jalur tempat
berhenti dan penyimpangan) yang tidak ditetapkan sebagai pemeliharan rutin.
Menurut sub bab spesifikasi ini pembayaran tidak boleh dilakukan terhadap bahu
jalan, perbaikan tepi, perbaikan lubang atau penambalan perkerasan.
(b) Dalam hal jalan kerikil pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan
motor grader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa
penambahan material baru.
(c) Pekerjaan meliputi penggalian minor atau penggaruan serta urugan yang disusul
dengan pembentukan, pemadatan dan pengujian dari tanah atau bahan berbutir, dan
memelihara permukaan yang disiapkan sampai material perkerasan ditempatkan
diatasnya, yang semuanya sesuai dengan gambar dan spesifikasi ini atau
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(2) Toleransi Dimensi
(a) Ketinggian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih dari 1 cm lebih tinggi atau
lebih rendah dari yang ditentukan atau disetujui.
(b) Seluruh permukaan akhir harus cukup rata dan memiliki kelandaian cukup, untuk
menjamin aliran bebas dari air permukaan.
(3) Jadwal Kerja
Bila dipersiapkan terlalu awal dalam hubungan dengan pemasangan lapis
pondasi bawah, permukaan tanah dasar dapat rusak. Karenanya jumlah dari pekerjaan
penyiapan tanah dasar yang tidak ditutup harus dibatasi pada suatu saat hanya untuk
daerah yang terbatas yang dapat dipelihara dengan peralatan yang ada dan Kontraktor
harus mengatur penyiapan tanah dasar dan penempatan bahan perkerasan menyusul
satu dengan lainnya dengan cukup rapat.
154
terdaftar di bawah ini, dimana harga pembayarannya sudah mencakup seluruh biaya–
biaya untuk pekerjaan dan biaya–biaya lainnya yang telah dimasukkan untuk keperluan
pembentukan pekerjaan penyiapan tanah dasar seperti telah diuraikan dalam sub bab
ini.
6.6. Pekerjaan Bahu Jalan
6.6.1 Umum
(1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan, pengangkutan, pemasangan dan
pemadatan bahan untuk bahu pada tanah dasar yang telah disiapkan atau permukaan
lainnya yang disetujui dan pelaburan bila diperlukan dimana suatu bahu jalan baru
diperlukan sesuai dengan arah dan kelandaian yang ditunjukkan pada gambar atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik.
(2) Toleransi dari Dimensi
(a) Untuk bahu jalan tanpa penutup, permukaan padat akhir tidak boleh bervariasi 1,5
cm di bawah atau di atas ketinggian rencana, pada setiap titik.
(b) Permukaan akhir dari bahu, termasuk tiap pekerjaan permukaan atau perkerasan
lainnya yang akan dipasang di atasnya, tidak boleh lebih rendah 1,0 cm terhadap
tepi jalur lalu lintas berbatasan.
6.6.1.2 Material
(a) Umumnya agregat kelas A harus digunakan di bawah bahu yang dilabur atau
diaspal. Agregat kasar yang digunakan untuk bahu harus batu pecah yang
dihasilkan dari mesin pemecah batu, dengan ukuran dan gradasi sesuai dengan
ketentuan.
6.6.1.3 Pemasangan dan Pemadatan Bahu Jalan
(a) Penyiapan lapangan untuk pemasangan bahan-bahan bahu jalan, termasuk galian
dari bahan-bahan yang ada, pencampuran bahan-bahan baru dan lama (dimana hal
ini sebelumnya telah disetujui oleh Direksi Teknik), pemotongan tepi perkerasan
dari jalur lalu lintas lama, dan penyiapan formasi sebelum bahan-bahan dipasang
semuanya harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan.
(b) Pemasangan dan pemadatan bahu jalan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
masing-masing untuk Lapis Pondasi Agregat, Pondasi Jalan Tanpa Penutup, Lapis
Resap Pengikat, Laburan Permukaan dan Campuran Aspal Panas.
156
(c) Tebal total minimal untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A tidak boleh kurang dari
tebal yang disyaratkan kurang satu sentimeter.
(d) Untuk permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk lapisan resap pengikat atau
pelaburan permukaan, apabila semua bahan yang terlepas dibuang dengan penyikat
keras, deviasi maksimum yang diijinkan untuk kerataan permukaan harus satu
sentimeter dengan mistar penyipat berukuran tiga meter, diletakkan paralel atau
melintang as jalan.
(3) Pelaporan
(a) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik hal-hal sebagai berikut
paling sedikit 21 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk penggunaan yang
pertama kalinya dari material yang diusulkan untuk digunakan sebagai Lapis
Pondasi Agregat :
(i) Dua contoh masing-masing 50 kg dari bahan, satu ditahan oleh Direksi teknik
sebagai rujukan selama masa kontrak.
(ii) Pernyataan perihal asal dan komposisi dari bahan yang diusulkan, bersama
dengan hasil pengujian laboratorium yang membuktikan bahwa sifat bahan
terpenuhi.
(b) Kontraktor harus mengirim hal berikut dalam bentuk tertulis kepada Direksi Teknik
segera setelah selesainya bagian dari pekerjaan sebelum persetujuan dapat diberikan
untuk penempatan bahan lain di atas Lapis Pondasi Agregat :
(i) Hasil dari pengujian kepadatan
(ii) Hasil dari pengujian pengukuran permukaan dan data survei yang memeriksa
bahwa toleransi yang disyaratkan dipenuhi.
(4) Pembatasan oleh cuaca
Lapis Pondasi Agregat tidak boleh dipasang, dihampar atau dipadatkan sewaktu
turun hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan setelah hujan atau bila kadar air
terlalu tinggi.
(5) Perbaikan dari Lapis Pondasi Agregat yang tak memuaskan toleransi yang
disyaratkan, atau permukaannya berkembang menjadi tidak rata baik selama
konstruksi atau setelah konstruksi, harus diperbaiki dengan menggaru permukaan dan
membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan, yang selanjutnya dibentuk
dan dipadatkan kembali.
158
(a) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan harus diperbaiki
dengan menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan dengan penyiraman sejumlah air
yang cukup dan mencampurnya dengan baik.
(b) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan harus diperbaiki dengan
menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan dengan pengerjaan berulang-ulang
peralatan yang disetujui, dengan selang waktu istirahat dalam cuaca kering. Cara
lain bila pengeringan yang memadai tidak dapat diperoleh dengan cara tersebut di
atas, Direksi Teknik dapat memerintahkan bahan tersebut dibuang atau diganti
seperti bahan kering yang memenuhi.
(c) Perbaikan dari Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi kepadatan atau sifat
bahan yang dibutuhkan dalam spesifikasi ini harus seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik dan dapat meliputi pemadatan tambahan, penggaruan yang
dilanjutkan oleh pengaturan kadar air dan pemadatan kembali, pemindahan dan
penggantian bahan, atau menambah tebal bahan itu.
(b) Masing-masing lapisan harus dihampar pada satu operasi pada tingkat yang merata
yang akan menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang
disyaratkan. Bila lebih dari satu lapis akan dipasang, lapis-lapis tersebut harus
diusahakan sama tebalnya.
(c) Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metoda yang
disetujui yang tidak menyebabkan segregasi dari partikel agregat kasar dan partikel
agregat halus. Material yang tersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti
dengan bahan yang bergradasi baik.
(d) Tebal minimum lapisan gembur untuk setiap lapis konstruksi harus dua kali lipat
ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal maksimum lapisan gembur tidak boleh
melebihi 15 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik.
(3) Pemadatan
(a) Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, masing-masing lapisan harus
dipadatkan menyeluruh dengan peralatan pemadat yang cocok dan memadai yang
disetujui oleh Direksi Teknik, hingga kepadatan paling sedikit 100% dari kepadatan
kering maksimum.
(b) Direksi teknik boleh memerintahkan bahwa mesin gilas beroda karet digunakan
untuk pemadatan lapisan akhir, bila mesin gilas statik beroda baja dianggap
mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari pondasi agregat.
(c) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang
3% kurang dari kadar air optimum sampai 1% lebih dari kadar air optimum.
(d) Operasi penggilasan harus dimulai sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit
ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang ber-super elevasi,
penggilasan harus dimulai pada bagian rendah dan bergerak sedikit demi sedikit kea
rah bagian yang tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas
mesin gilas menjadi tak tampak dan lapis tersebut terpadatkan merata.
(4) Pengujian
(a) Jumlah dari data pendukung pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal dari
bahan akan diuji, paling sedikit contoh yang mewakili dari sumber yang diusulkan,
yang dipilih mewakili umur rentang/sebarab dari bahan yang cenderung akan
diperoleh dari sumber tersebut.
(b) Menyusul persetujuan mengenai mutu dari bahan Lapis Pondasi Agregat yang
diusulkan, seluruh rentang pengujian bahan yang dilakukan selanjutnya harus
162
diulangi atas pertimbangan Direksi teknik, dalam hal tampak perubahan dalam
bahan atau dari sumbernya, atau dalam metode produksinya.
(c) Kepadatan dan kadar air dari bahan yang dipadatkan harus secara rutin ditentukan.
Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman menyeluruh dari lapis tersebut pada
lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Teknik, tetapi tidak boleh berselang lebih dari
200 meter.
6.7.1.4 Pengukuran dan Pembayaran
(1) Cara Pengukuran
(a) Pondasi agregat harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari bahan yang
dibutuhkan dalam keadaan padat, lengkap ditempat dan diterima. Volume yang
diukur harus didasarkan atas penampang melintang yang ditunjukkan pada gambar
bila tebal yang diperlukan merata, dan pada penampang melintang yang disetujui
Direksi Teknik bila tebal yang diperlukan tidak merata, panjangnya diukur secara
mendatar sepanjang sumbu jalan.
(b) Pekerjaan penyiapan dan pemeliharaan tanah dasar yang baru atau pekerjaan yang
ada dan bahu jalan dimana Lapis Pondasi Agregat harus dipasang tidak diukur atau
dibayar menurut ini, tetapi harus dibayar terpisah dari penawaran yang sesuai untuk
penyiapan permukaan jalan dan Pengembalian Kondisi Perkerasan atau Bahu yang
ada.
(2) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan, sebagaiman diuraikan di atas, harus dibayar pada
Harga Satuan Kontrak per satuan pengukuran masing-masing Mata Pembayaran yang
terdaftar di bawah ini dan termasuk dalam Daftar Penawaran, yang harganya serta
pembayarannya harus merupakan kompensasi penuh untuk pembuatan, pengadaan,
penempatan, pemadatan, pengadaan lapis permukaan sementara dan pemeliharaan
permukaan untuk lalu lintas, dan biaya lain yang diperlukan atau lazim untuk
penyelesaian pekerjaan yang benar dari pekerjaan yang diuraikan dalam Sub bab ini.
Satuan Pembayaran untuk Lapis pondasi agregat kelas A dan B adalah dalam meter
kubik.
6.8. Perkerasan Aspal
6.8.1 Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat
6.8.1.1 Umum
(1) Uraian
163
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan pemasangan material aspal pada
permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk penghamparan Pelaburan Aspal
atau Lapisan Campuran Aspal. Pada umumnya Lapis Resap Pengikat harus digunakan
pada permukaan yang bukan beraspal (misalnya lapis pondasi agregat/batu pecahan),
sedangkan lapis perekat harus digunakan pada permukaan yang beraspal.
(2) Pembatasan oleh Cuaca dan Musim
Lapisan Resap Pengikat harus dipasang hanya pada permukaan yang kering atau
sedikit lembab, dan lapis perekat harus dipasang hanya pada permukaan yang benar-
benar kering. Pemasangan Lapis Pengikat atau Lapis Perekat harus tidak dilaksanakan
waktu angina kencang, hujan atau akan turun hujan. Kecuali mendapat persetujuan lain
dari Direksi teknik pekerjaan pemasangan Lapisan Resap Pengikat harus dilakukan
selama musim kering.
(3) Kualitas Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak Memuaskan
Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapis
dan tampak merata, tanpa lokasi yang tidak tertutup atau beralur atau berlebihan
aspalnya.
Dalam hal Lapis Perekat Permukaan harus mempunyai daya lekat yang cukup pada
pengerjaan pelapisan ulang. Untuk penampilan yang kelihatan bintik-bintik dari bahan
pengikat yang didistribusi sebagai butir-butir tersendiri boleh diterima untuk Lapis
Perekat yang lebih ringan asalkan penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan
takaran pemakaiannya benar.
Dalam hal Lapis Resap Pengikat, setelah pengeringan selama empat hingga enam jam,
bahan pengikat harus meresap ke dalam lapis pondasi, meninggalkan sebagian bahan
pengikat untuk menunjukkan bahwa permukaannya berwarna hitam atau abu-abu tua
yang merata dan tidak porous. Tekstur untuk permukaan lapis pondasi agregat harus
tidak ada genangan atau lapisan tipis bahan pengikat atau bahan pengikat yang
bercampur dengan agregat halus yang cukup tebal harus dikikis dengan pisau.
(6) Pelaporan
Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan berikut ini kepada Direksi teknik:
(a) Lima meter contoh dari setiap bahan bitumen yang diusulkan oleh Kontraktor
untuk digunakan dalam pekerjaan dilengkapi dengan sertifikat dari pabrik
pembuatnya, diserahkan sebelum konstruksi dimulai. Sertifikat tersebut harus
menjelaskan bahwa bahan pengikat untuk Lapis Resap Pengikat atau lapis Perekat.
164
(b) Harus disiapkan catatan yang memuaskan untuk sertifikat kalibrasi dari semua
instrumen dan meteran pengukur dan tongkat celup ukur untuk distributor aspal,
dan diserahkan tidak boleh kurang dari 30 hari sebelum pelaksanaan dimulai.
Tongkat celup ukur, alat instrument dan meteran ukur harus dikalibrasikan dengan
toleransi ketelitian dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak melebihi tiga
tahun sebelum pelaksanaan dimulai.
(c) Diagram semprot yang memenuhi ketentuan diserahkan sebelum konstruksi
dimulai, supaya pemeriksaan peralatan dapat dilaksanakan.
(d) Catatan-catatan harian untuk pekerjaan pelaburan yang telah dilakukan dan
takaran-takaran pemakaian bahan harus memenuhi ketentuan.
(7) Kondisi Pekerjaan
(a) Pekerjaan yang harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga memberi
ketidaknyamanan yang minimum bagi lalu lintas dan membolehkan lalu lintas satu
arah tanpa merusak pekerjaan yang sedang ditangani.
(b) Permukaan-permukaan dari struktur atau pepohonan atau harta benda disamping
tempat-tempat kerja harus dilindungi dari kekotoran karena percikan.
(c) Bahan bitumen tidak boleh dibuang ke dalam sembarang selokan atau saluran air.
(d) Kontraktor harus menyediakan dan tindakan pencegahan dan pengendalian
kebakaran yang memadai, dan juga pengadaan serta fasilitas pertolongan pertama
pada tempat pemanasan.
6.8.1.2 Material
(1) Bahan Lapis Resap Pengikat
(a) Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat harus dari jenis Aspal Semen AC-10
(yang kurang lebih ekivalen Aspal Pen 18/100) atau jenis AC-20 (yang kurang
lebih ekivalen dengan Aspal Pen 60/70), mematuhi AASHTO M 226-80, dicairkan
untuk minyak tanah. Perbandingan Kerosene pengencer yang digunakan harus
sesuai dengan Petunjuk Direksi Teknik. Kecuali diperintah lain oleh direksi teknik,
perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus 80 bagian
minyak tanah per 100 bagian aspal semen (80 pph-kurang lebih ekivalen dengan
viskositas aspal cutback hasil kilang jenis MC-30).
(b) Agregat penutup untuk lapis resap pengikat harus dari hasil penyaringan kerikil
atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran lemah atau lunak, bahan kohesi atau
bahan organik.
165
(f) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari
permukaan memakai penggaruk baja atau dengan cara lainnya yang telah disetujui
atau sesuai dengan perintah Direksi Teknik dan bagian yang telah digaruk tersebut
harus dicuci dengan air dan disapu.
(g) Untuk pelaksanaan lapis resap pengikat di atas lapis pondasi agregat kelas A,
permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik agregat kasar dan
halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan diterima.
(2) Takaran dan Temperatur Pemakaian dari Material Aspal
(a) Kontraktor harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan Direksi
Teknik untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat dan percobaan tersebut akan
diulangi, sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, bila tipe dari permukaan
yang akan dilapisi, atau jenis dari material aspal berubah. Biasanya takaran
pemakaian yang akan berada dalam batas-batas sebagai berikut :
- Lapis Resap Pengikat: 0,4 sampai 1,3 liter per meter persegi untuk pondasi kelas
A, 0,2 sampai 1,0 liter per meter persegi untuk pondasi tanah semen.
- Lapis Perekat: sesuai dengan jenis permukaan yang akan menerima pelapisan
dan jenis bahan pengikat yang akan dipakai.
(b) Jumlah pemanasan yang berlebihan dari yang dibutuhkan atau pemanasan yang
berkelanjutan pada temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap material yang
menurut pendapat Direksi Teknik telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus
ditolak dan harus diganti atas biaya Kontraktor.
TINGKAT PEMAKAIAN LAPIS ASPAL PELEKAT
yang akan diaspal. Aliran aspal ke nosel harus dimulai dan dihentikan pada saat
memasuki batas pelindung, dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan baik
pada sepanjang bidang jalan yang akan dilapisi. Lebar kertas pelindung harus
sedemikian rupa sehingga sasaran tersebut di atas dapat dicapai.
(e) Harus dipersiapkan cadangan aspal pengikat sebesar 10 persen, atau sesuai dengan
yang ditetapkan oleh Direksi teknik, dalam tangki aspal distributor untuk setiap
semprotan lari, hal ini dimaksudkan untuk mencegah udara yang terperangkap
dalam sistem penyemprotan dan sebagai cadangan untuk pemakaian aspal.
(f) Jumlah pemakaian bahan pengikat (aspal) pada setiap semprotan lari harus segera
diukur memakai meteran tongkat celup ke dalam tangki distributor dan
dilaksanakan sebelum dan sesudah penyemprotan.
(g) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan
peralatan semprot pada saat beroperasi dan penyemprotan ulangan sama sekali
tidak diperkenankan sebelum diadakan perbaikan alat.
(h) Setelah pelaksanaan penyemprotan bahan resap pengikat, setiap daerah yabg
tergenangi bahan pengikat yang berlebihan harus secara menerus didistribusi ulang
melintang di atas permukaan yang telah disemprot Untuk tujuan ini boleh dipakai
mesin giling roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet.
6.8.1.5 Pemeliharaan dan Pembukaan bagi Lalu Lintas
(1) Pemeliharaan dari Lapis Resap Pengikat
(a) Kontraktor harus memelihara permukaan yang telah diberi lapis Aspal Resap
Pengikat atau Perekat sesuai standar yang ditetapkan dalam sampai lapisan
berikutnya dipasang. Lapisan berikut tersebut hanya dapat dipasang setelah lapisan
pertama dibiarkan untuk beberapa waktu untuk memberi kesempatan terserap dan
mengeras secara penuh, hal ini untuk mencegah terjadinya aliran aspal ke
permukaan dan pelunakan pada lapis berikutnya.
(b) Lalu lintas harus tidak diijinkan melintasi permukaan sampai bahan aspal telah
meresap dan mengering, dan tidak akan melekat di bawah beban lalu lintas. Dalam
keadaan khusus dimana perlu untuk megijinkan lau lintas melintasinya sebelum
waktu tersebut, tetapi dalam segala keadaan tidak boleh lebih awal dari empat jam
setelah pemasangan bahan aspal tersebut. Agregat penutup harus disebar dari truk
sedemikian agar tidak ada roda yang melindas material aspal basah yang tidak
tertutup. Bila pemasangan agregat penutup pada jalur yang sedang dikerjakan yang
170
bersebelahan dengan jalur yang dikerjakan, sebuah alur yang lebarnya paling
sedikit 20 cm sepanjang tepi sambungan harus dibiarkan terbuka, atau jika tertutup
harus dibuka bila jalur kedua sedang dipersiapkan untuk ditangani, agar
memungkinkan tumpang tindih bahan aspal.
(2) Pemeliharaan dari Lapis Perekat
Lapis perekat harus dipasang hanya sebentar sebelum pemasangan lapis aspal
berikut diatasnya untuk memperoleh kondisi yang tepat dan kelengketannya lapisan
aspal berikut tersebut harus dipasang sebelum lapis pengikat hilang kelengketannya
melalui pengeringan yang berlebih, oksidasi, debu yang tertiup atau lainnya. Sewaktu
lapis pengikat dalam keadaan tidak tertutup, Kontraktor harus melindunginya dari
kerusakan dan mencegah berkontak dengan lalu lintas.
6.8.1.6 Pengendalian Mutu dan Pengujian di Lapangan
(a) Dua liter contoh bahan pengikat leburan permukaan yang telah tercampur harus
diambil dari distributor, mulai dari permulaan dan dekat bagian akhir pekerjaan
yang dilaksanakan tiap hari.
(b) Aspal distributor harus diperiksa dan diuji sebagai berikut :
(i) Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyemprotan pada kontrak tersebut,
(ii) Setiap 6 bulan atau setiap 150.000 liter dari bahan pengikat yang telah
disemprotkan oleh distributor, dipilih yang paling sering,
(iii)Apabila distributor mengalami kerusakan atau modifikasi, atau kejadian apa
saja yang menurut pendapat Direksi Teknik perlu dilakukan pemeriksaan ulang
distributor tersebut.
(c) Hasil percobaan ayakan basah dari agregat penutup yang diusulkan untuk dipakai
harus dilaporkan kepada Direksi Teknik untuk mendapatkan persetujuan sebelum
agregat tersebut digunakan.
6.8.1.7 Pengukuran dan Pembayaran
(a) Kuantitas material aspal yang diukur untuk pembayaran haruslah jumlah liter pada
150C diperlukan untuk memenuhi Spesifikasi dan persyaratan Direksi Teknik, atau
haruslah jumlah liter yang sesungguhnya pada 150C yang digunakan dan diterima,
yang mana lebih sedikit. Pengukuran volume harus diambil ketika material berada
pada temperatur yang merata dalam keseluruhan volume dan bebas dari gelembung
udara, kuantitas dari aspal yang digunakan harus ditentukan setelah setiap lintasan
penyemprotan.
171
(b) Setiap agregat penutup yang digunakan harus dianggap termasuk pelengkap dalam
pekerjaan untuk memperoleh lapis penyerap yang memuaskan dan harus tidak
diukur atau dibayar secara terpisah.
(c) Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan dan pemeliharaan permukaan
Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang telah selesai, harus dianggap
berhubungan dengan pekerjaan untuk pencapaian suatu Lapis Resap Pengikat atau
Lapis Perekat yang memuaskan dan tidak boleh diukur atau dibayar secara terpisah.
(d) Dasar Pembayaran Kuantitas sebagaimana ditetapkan di atas harus di bayar seperti
ditunjukkan di bawah ini, dimana pembayaran tersebut harus merupakan
kompensasdi penuh untuk pengadaan dan pemasangan seluruh material, termasuk
agregat penutup dan juga termasuk seluruh buruh, perlengkapan dan perkakas dan
pelengkap lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan dan memelihara pekerjaan
yang diuraikan dalam Pasal ini.
6.8.2 Campuran-campuran Aspal Panas
6.8.2.1 Umum
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis perata padat yang awet, pondasi atas
lapisan atas pelindung aspal dicampuri pusat pencampur, serta menghampar dan
memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan yang telah
disiapkan sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai gambar dalam
hal ketinggian, penampang memanjang dan melintangnya.
(b) Beberapa campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan di
dalam Spesifikasi ini, untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang berkenaan
dengan kadar bitumen efektif minimum, ronggga udara, stabilitas, fleksibilitas dan
ketebalan film aspal benar-benar terpenuhi. Dalam hal ini penting diingat bahwa,
dalam pembuatan campuran Lataston dan ATB, metode konvensional dalam
merancang aspal beton, yang dimulai mendapatkan kepadatan agregat maksimum
yang mungkin, tidak boleh digunakan karena pendekatan cara ini pada umumnya
tidak akan menghasilkan campuran yang memenyhi Spesifikasi ini.
(2) Jenis Campuran Beraspal
(a) Laston (AC)
Laston yang digunakan menurut spesifikasi ini setara dengan Laston (Spesifikasi
Bina Marga 13/PT/B 1983) dan digunakan untuk jalan-jalan dengan lalu lintas
172
tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan
untuk perbaikan.
(7) Pengembalian bentuk Perkerasan setelah Pengujian
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya
harus segera ditutup kembali dengan material Campuran Aspal oleh Kontraktor dan
dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang
diperkenankan yang dipersyaratkan dalam Pasal ini.
6.8.2.2 Material
(1) Umum
(a) Agregat yang digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran
aspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus campuran kerja, akan memiliki
kekuatan sisa yang tidak kurang dari 75% bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat
pengaruh air.
(b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Teknik.
(c) Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus sudah menimbun paling sedikit 40%
dari jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk campuran aspal dan selanjutnya
timbunan persediaan harus dipertahankan paling sedikit 40% dari sisa
kebutuhannya.
(d) Tiap-tiap agregat harus diangkut ke pusat pencampuran lewat Cold Bin yang
terpisah. Pencampuran lebih dulu agregat dari jenis atau sumber agregat yang
berbeda, tidak diperbolehkan.
(2) Agregat Kasar untuk Campuran Aspal
(a) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi gradasi yang disyaratkan seperti di
bawah dan harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah atau campuran yang
memadai dari batu pecah dengan kerikil besi, kecuali fraksi agregat kasar untuk
Latasir Kelas A atau B boleh bukan batu pecah. Agregat kasar yang digunakan
untuk setiap jenis campuran dapat diterima oleh Direksi Teknik hanya bila bahan
tersebut diperagakan dengan pengujian laboratorium. dan semua ketentuan sifat
campuran dalam tabel di bawah ini.
175
ayakan tertentu menyimpang dari satu batas atau batas terdekat, ke satu batas atau batas
terdekat lainnya.
Tabel 4.12 Batas-batas Gradasi untuk Kombinasi Agregat dan Bahan Pengisi pada
Campuran AC
Ukuran ayakan Persentase Lolos
25 100
19 100
12,7 75-100
9,5 60-85
4,75 38-55
2,36 27-40
600 14-24
300 9-18
150 5-12
75 2-8
Sumber : RKS dan Spesifikasi DPU Bina Marga
(4) Pemeriksaan Variasi Kadar aspal
Suatu campuran yang mengandung agregat bergradasi terpilih harus diperiksa
dengan tidak kurang dari 5 variasi kadar aspal. Variasi kadar aspal harus dipilih dengan
penambahan 0,5% menurut berat, sekurang-kurangnya harus terdapat dua variasi di
atas dan dua variasi di bawah kadar aspal yang diperkirakan. Benda uji harus diperiksa
untuk stabilitas Marshall, Marshall Flow, Berat Satuan dan Kadar Rongga Udara
Pemeriksaan berikut harus digambarkan :
- Stabilitas terhadap kadar aspal
- Flow terhadap kadar aspal
- Berat satuan terhadap kadar aspal
- Kadar rongga terhadap kadar aspal
- Kadar rongga pada agregat terhadap kadar aspal
(5) Penentuan Kadar Aspal Optimum Sementara
179
Kadar aspal optimum sementara adalah rata-rata dari nilai-nilai berikut yang
ditentukan dari penggambaran data.
- Kadar aspal yang memberikan stabilitas maksimum,
- Kadar aspal yang memberikan berat satuan maksimal,
- Kadar aspal yang memberikan kadar rongga udara 4,5%.
Campuran yang dipilih dengan cara ini disebut campuran kerja sementara.
(6) Penyesuaian Sifat campuran
Campuran kerja sementara harus diperiksa untuk meyakinkan bahwa campuran
tersebut memenuhi semua sifat yang ditentukan. Jika campuran menyimpang dari
setiap sifat yang ditentukan, variasi garadasi agregat, kadar bahan yang mengisi atau
jenis dan kadar bahan tambahan harus diselidiki secara sistematis hingga diperoleh
suatu campuran yang ekonomis dam memenuhi syarat.
(7) Evaluasi terhadap Batas-batas Penyimpangan Produksi
Direksi Teknik akan menyiapkan, atau akan memerintahkan kepada Kontraktor
untuk menyiapkan, benda uji tambahan untuk menilai kerentanan campuran kerja
sementara terhadap penyimpangan gradasi kombinasi dan kadar aspal yang
memungkinkan terjadi selama produksi campuran. Untuk keperluan ini harus disiapkan
tiga benda uji tambahan untuk setiap penyimpangan berikut terhadap campuran kerja
sementara :
- Rancangan gradasi kombinasi agregat/bahan pengisi ditambah penyimpangan
maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal ditambah penyimpangan
maksimum yang diperbolehkan.
- Rancangan gradasi kombinasi agregat/bahan pengisi dikurangi penyimpangan
maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal dikurangi
penyimpangan maksimum yang diperbolehkan.
- Rancangan gradasi kombinasi agregat/bahan pengisi ditambah penyimpangan
maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal dikurangi
penyimpangan maksimum yang diperbolehkan.
- Rancangan gradasi kombinasi agregat/bahan pengisi dikurangi penyimpangan
maksimum yang diperbolehkan dan rancangan kadar aspal ditambah penyimpangan
maksimum yang diperbolehkan.
- Sifat-sifat dari setiap variasi campuran ini harus memenuhi semua batas sifat yang
disyaratkan. Jika campuran kerja sementara tidak dapat memenuhi ketentuan ini,
180
tetap pada nilai atau nilai-nilai yang diterapkan untuk campuran nominal. Variasi-
variasi campuran berikut yang harus diselidiki :
(i) Variasi Campuran Agregat
Abu Batu, Paling tidak tiga perbandingan agregat kasar yang terpisah, demikian
pula paling tidak tiga campuran yang berbeda dari perbandingan pasir alam dan
agregat pecah. Perbandingan campuran pasir terhadap abu batu harus dicoba
dengan perbandingan kira-kira 2:1 hingga 1:2. salah satu perbandingan agregat
kasar dan perbandingan pasir terhadap abu batu yang dipilih harus merupakan
nilai yang sesuai dengan campuran nominal, sedangkan nilai-nilai lainnya harus
dipilih, sehingga kebutuhan batas-batas variasi tercakup dengan baik dan
dengan interval yang sama. Untuk semua variasi test agregat ini, perbandingan
campuran dan penambahan filler (bila ada) harus dipegang pada nilai campuran
nominal tertentu.
(ii) Variasi kadar aspal
Nilai-nilai kadar aspal sebesar 1% dan 2% (dari total campuran aspal) di bawah
kadar aspal dari campuran nominal harus dicoba, dan juga nilai-nilai 1% dan
2% di atasnya.
(iii)Variasi kadar bahan pengisi (filler) yang ditambahkan sebesar 2% dan 4% di
atas nilai campuran nominal harus dicoba, begitu juga nol apabila nilai
nominalnya belum juga mencapai nol.
(e) Apabila proses optimisasi campuran yang diuraikan di atas memerlukan interpolasi
yang cukup besar terhadap data pengujian, sehingga resep akhir yang dipilih tidak
sama dengan setiap resep yang sebenarnya selama percobaan-percobaan tersebut,
Direksi Teknik bisa memerintahkan agar disiapkan satu percobaan campuran lagi
dan diuji untuk memastikan sifat-sifat dari campuran optimum yang sudah dipilih.
Dengan membandingkan hasil-hasil dari tes pemastian percobaan tunggal ini
dengan hasil-hasil yang diperoleh dari serangkaian campuran percobaan,maka
selanjutnya penyesuaian kecil dari resep campuran yang dipilih mungkin masih
diperlukan. Dengan cara yang sama, selama pengontrolan berturut-turut atas
kualitas campuran tersebut, modifikasi-modifikasi kecil dari resep campuran dapat
didasarkan secara mudah dengan hanya satu perbandingan terhadap hasil-hasil
pengujian tunggal (setiap pengujian memerlukan paling sedikit tiga benda uji)
dengan perluasan-perluasan (trends) parameter campuran yang diperoleh dari
182
memadai untuk menjamin sirkulasi yang tepat serta menerus selama periode operasi.
Suatu cara yang tepat harus disediakan baik dengan selimut uap (steam jackets)
ataupun cara isolasi lainnya, untuk mempertahankan temperatur yang dipersyaratkan
dari material aspal di dalam saluran-saluran pipa, meteran, ember penimbang, batang
penyemprot dan tempat-tempat lainnya dari saluran pengaliran. Dengan persetujuan
tertulis dari Direksi Teknik, material aspal dapat dipanaskan dahulu di dalam tangki
dan kemudian temperatur dinaikkan sampai temperatur yang dipersyaratkan dengan
menggunakan alat pemanas booster (penguat) yang berada diantara tangki dan
pengadukan. Kemampuan penyimpanan tangki harus 30.000 liter dan paling sedikit
dua tangki berkapasitas sama harus disediakan. Tangki-tangki tersebut harus
dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa sehingga masing-masing tangki dapat
diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke pengadukan.
(4) Pemasok untuk Mesin Pengering (Feeder for Drier)
Harus disiapkan pemasok untuk masing-masing agregat yang akan dipakai pada
pencampuran. Pemasok untuk agregat halus harus dari tipe ban (belt conveyor). Atas
persetujuan Direksi teknik diperkenankan memakai tipe lain, hanya jika alat tersebut
hanya dapat mengangkut/menyalurkan bahan basah pada kecepatan tetap tanpa
menyebabkan terjadinya penyumbatan. Seluruh pemasok (feeder) harus dikalibrasi dan
demikian pula untuk bukaan pintu dan pengatur kecepatan, untuk setiap campuran
kerja yang disetujui, dan harus jelas ditunjukkan pada pintu-pintu dan pada panel mesin
pengendali. Sekali ditetapkan, kedudukan dari pemasok tidak boleh diubah sama sekali
tanpa persetujuan dari Direksi Teknik.
(5) Alat Pengering (Drier)
Alat pengering yang berputar dengan rancangan yang baik unyuk pengeringan
dan pemanasan agregat harus disediakan. Alat pengering tersebut harus mampu
mengeringkan dan memanaskan agregat mineral sampai ke temperatur yang
disyaratkan.
(6) Ayakan
Ayakan yang mampu menyaring seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi
yang dipersyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit di atas kapasitas penuh dari
pencampur, harus disediakan. Alat penyaring tersebut harus memiliki efisiensi
pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga agregat yang tertampung dalam setiap
186
penampung (bin) tidak boleh mengandung lebih dari 10% material yang berukuran
terlampau besar atau terlampau kecil.
(7) Penampung (Bin)
Perlengkapan harus termasuk penampung-penampung (bins) yang berkapasitas
cukup untuk melayani pencampur sewaktu beroperasi pada kapasitas penuh.
Penampang harus dibagi paling sedikit dalam tiga bagian (ruang) dan harus diatur
untuk menjamin penyimpanan yang terpisah serta memadai untuk masing-masing
fraksi agregat, tidak termasuk bahan pengisi. Masing-masing bagian (ruang) harus
dilengkapi dengan pipa pengeluar yang sedemikian rupa agar baik ukuran maupun
lokasinya dapat mencegah masuknya material ke dalam penampung lainnya.
Penampung harus dikonstruksi sedemikian rupa agar baik ukuran maupun lokasinya
dapat mencegah masuknya material ke dalam penampung lainnya. Penampung harus
dikonstruksi sedemikian rupa agar contoh (sampel) dapat diperoleh dengan mudah.
(8) Unit Pengontrol Aspal
(a) Harus disediakan suatu cara yang memuaskan, baik dengan menimbang atau
mengukur aliran, untuk memperoleh jumlah yang tepat dari material aspal di dalam
campuran dalam batas toleransi yang dipersyaratkan untuk campuran kerja itu.
(b) Perangkat pengukur aliran untuk material aspal haruslah tipe pompa meteran aspal
dengan sistem dengan pemindahan secara putar dan positif. Dengan susunan
penyemprot pada pencampur yang baik. Untuk unit pencampur dengan takaran,
harus dapat menyediakan kuantitas aspal yang direncanakan untuk setiap takaran
campuran. Untuk pusat pencampur menerus, kecepatan operasi dari pompa harus
disinkronkan dengan aliran dari agregat ke dalam pencampur dengan pengendalian
pencucian otomatis, dan perangkat ini harus dapat disetel dengan mudah dan tepat.
Cara untuk memeriksa kuantitas atau kecepatan aliran dari material aspal ke dalam
pencampur harus disediakan.
(9) Perlengkapan Pengukur Panas
(a) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 1000C sampai 2000C harus
dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat yang tepat dekat katup
pengeluaran (discharge) pada unit pencampur.
(b) Unit harus juga dilengkapi dengan termometer dengan skala cakram tipe air raksa
(mercury actuated), pyrometer listrik atau perlengkapan pengukur panas lainnya
yang disetujui, yang dipasang pada corong pengeluaran dari alat pengering untuk
187
bagian bergerak lainnya yang berbahaya harus selalu dipagar dan dilindungi dengan
baik.
(b) Lorong yang cukup dan tidak terhalang harus selalu disediakan pada dan sekitar
tempat pemuatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari jatuhan dari
platform pencampur.
(14) Persyaratan Khusus untuk Unit Pencampur Menerus (Continuous Mixing Plant)
(a) Unit Pengontrol Gradasi
Unit harus memiliki suatu alat untuk mengatur proporsi secara teliti masing-masing
penampung dengan ukuran agregat tertentu baik dengan penimbangan atau dengan
pengukuran volume. Bila pengontrol gradasi dengan volume, unit ini harus
mempunyai sebuah pemasok (feeder) yang dipasang di bawah ruang penampung.
Masing-masing penampung harus memiliki pintu bukaan tersendiri yang dikontrol
secara teliti untuk membentuk lubang guna mengukur volume material yang keluar
dari masing-masing ruang/bidang penampung. Lubang tersebut harus persegi, kira-
kira berukuran 20x255 cm, dengan salah satu dimensinya dapat disetel dengancara
mekanis yang positif dan dilengkapi denganpengunci. Petunjuk/indikator harus
disediakan untuk masing-masing lubang untuk menunjukkan bukaan dalam
centimeter.
(b) Kalibrasi dari berat pemasukan agregat
Unit ini harus mencakup perlengkapan untuk kalibrasi dari bukaan lubang dengan
cara pengujian penimbangan berat contoh sehingga masing-masing material yang
mengalir keluar dari penampung melalui bukaan dapat dilewatkan secara
memuaskan ke kotak-kotak penguji yang cocok, masing-masing penampung
material dibatasi secara terpisah. Unit harus dapat menangani contoh uji seberat
150 kg atau lebih, berupa gabungan contoh-contoh dari seluruh penampung, dan
tidak kurang dari 50 kg untuk setiap contoh dari satu penampung. Sebuah
timbangan landasan (platform) yang tepat yang berkapasitas 150 kg atau lebih
harus disediakan.
(c) Sinkronisasi pemasukan agregat dan aspal
Suatu cara yang memuaskan harus disediakan yang mampu melaksanakan kontrol
saling mengunci antara aliran agregat dari penampung dengan aliran aspal dari
meteran atau sumber pengatur lainnya. Kontrol ini harus disertai dengan cara
penguncian mekanis atau metode positif lainnya yang memuaskan Direksi Teknik.
189
Mesin gilas harus mampu menimbulkan beban tekanan pada roda belakang tidak
kurang dari 400 kg per 0,1 m selebar minimum roda 0,5 m. Paling sedikit satu dari
mesin gilasnya mampu menimbulkan tekanan gilas sebesar 600 kg per 0,1 m lebar.
Mesin gilas harus bebas dari permukaan yang datar (flat) penyok, robek-robek atau
tonjolan yang akan merusak permukaan perkerasan.
6.8.2.8 Pembuatan dan Produksi Campuran
(1) Kemajuan Pekerjaan
Tidak ada pencampuran takaran yang boleh dilakukan bila tidak cukup tersedia
peralatan pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau buruh yang cukup,
untuk menjamin kemajuan dengan kecepatan tidak kurang dari 60% kapasitas alat
pencampur.
(2) Penyiapan material aspal
Material aspal harus dipanaskan sampai temperatur antara 1400C dan 1600C
di dalam tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya
pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara berkesinambungan
pada temperatur yang merata setiap saat, ke alat pencampur. Sebelum operasi
pencampuran dimulai setiap hari, harus paling sedikit ada 30.000 liter aspal panas yang
siap untuk dialirkan ke pencampur.
(3) Penyiapan Agregat
(a) Agregat untuk campuran harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering
sebelum dimasukkan ke dalam alat pencampur. Api yang digunakan untuk
pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat untuk mencegah rusaknya
agregat dan mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat.
(b) Bila dicampur dengan material aspal, agregat tersebut harus kering dan pada
rentang temperatur yang dipersyaratkan untuk material aspal, tetapi tidak lebih dari
140C di atas material aspal.
(c) Bahan pengisi tambahan (filler), jika diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
gradasi, harus ditakar secara terpisah dari penampung kecil yang dipasang tepat di
atas pencampur. Menaburkan bahan pengisi di atas tumpukan agregat atau
menumpahkannya ke dalam penampung pada alat pemecah batu tidak diijinkan.
(4) Penyiapan campuran.
(a) Agregat kering yang disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus digabung di
unit pengolah dalam proporsi yang menghasilkan fraksi agregat rancangan sesuai
192
dengan yang disyaratkan dalam rumusan campuran kerja. Proporsi takaran ini harus
ditentukan dari penyaringan basah pada contoh yang diambil dari penampung panas
(hot bin) segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada selang waktu
tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknik, untuk menjamin
mutu dari penakaran campuran. Material aspal harus ditimbang atau diukur dan
dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan oleh Direksi
Teknik. Bila digunakan alat pencampur batch, agregat harus dicampur secara
menyeluruh dalam keadaan kering, baru sesudah itu aspal dengan jumlah yang
tepat ditambahkan ke dalam agregat tersebut dan keseluruhannya diaduk selama
paling sedikit 45 detik, atau lebih lama lagi jika diperlukan, untuk menghasilkan
campuran yang merata dan seluruh butir agregat tersebut terselaput secara merata.
Total waktu pencampuran harus ditetapkan oleh Direksi Teknik dan diatur dengan
alat pengatur waktu yang sesuai. Untuk unit pencampur menerus, waktu
pencampuran yang dibutuhkan harus juga paling sedikit 45 detik dan dapat diatur
dengan menetapkan alat pengukur minimum dalam unit pencampur dan atau
dengan setelan unit pencampur lainnya.
(5) Pengangkutan dan penyerahan di tempat kerja
(a) Masing-masing kendaraan yang telah dimuati harus ditimbang di tempat
pencampuran, dan harus dibuat catatan yang menyangkut berat kotor, berat kosong,
berat netto dari tiap muatan. Muatan tidak boleh dikirim terlalu sore agar
penyelesaian penghamparan dan pemadatan campuran sewaktu hari masih terang
terkecuali tersedia penerangan memuaskan.
Tabel 4.13 Persyaratan Batas untuk Viskositas Aspal dan Suhu Campuran Aspal
Pencampuran benda uji Marshall 170+20 155 145
arah bagian yang tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling menutupi dengan
ppaling sedikit setengah dari lebar roda dan lintasan harus tidak berakhir pada titik
yang berjarak kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya. Usaha penggilasan
harus diutamakan pada tepi luar dari lebar yang dihampar.
(g) Ketika menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemecah harus terlebih
dahulu pindah ke jalur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari
15 cm dari roda penggerak akan menggilas tepi yang belum dipadatkan. Mesin
gilas harus meneruskannya sepanjang jalur ini, dengan menggeser posisinya sedikit
demi sedikit melewati sambungan dengan beberapa lintasan, sampai tercapai
sambungan yang terpadatkan dengan rapi.
(h) kecepatan dari mesin gilas tidak melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 15 km/jam
untuk ban angin dan kecepatannya harus selalu cukup rendah sehingga tidak
mengakibatkan tergesernya campuran panas tersebut. Arah dari penggilasan harus
tidak berubah secara tiba-tiba begitu pula arah dari penggilasan harus tidak terbalik
secara tiba-tiba, yang akan menyebabkan tersorongnya campuran.
(i) Penggilasan harus berlangsung secara menerus sebagaimana diperlukan untuk
memperoleh pemedatan yang merata sewaktu campuran masih dalam kondisi yang
dapat dikerjakan dan hingga seluruh bekas tanda gilasan dan ketidakrataan hilang.
(j) Untuk mencegah pelekatan campuran ke roda mesin gilas, roda tersebut harus
dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan tidak diijinkan.
6.8.2.10 Pengendalian dan Pengujian Mutu di Lapangan
(1) Pengujian permukaan dari perkerasan
(a) Permukaan harus diuji dengan mistar penyipat yang panjangnya 3 m, yang
disediakan oleh Kontraktor, diletakkan masing-masing secara tegak lurus dan
sejajar dengan sumbu jalan. Kontraktor harus menugaskan beberapa pegawainya
untuk menggunakan mistar untuk memeriksa seluruh permukaan.
(b) Pengujian-pengujian untuk memeriksa apakah bentuk permukaan telah memenuhi
ketinggian yang dipersyaratkan harus dilakukan segera setelah pemadatan awal,
dan perbedaan harus diperbaiki dengan membuang atau menambah material
sebagaimana diperlukan. Selanjutnya penggilasan akhir, kehalusan dari lapisan
harus diperiksa kembali dan setiap ketidakrataan dari permukaan yang melewati
batas toleransi yang disebutkan di atas, serta lokasi-lokasi yang mempunyai
kerusakan tekstur, kepadatan atau komposisi harus diperbaiki.
196
(a) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran Campuran Aspal haruslah didasarkan
pada beberapa pengaturan di bawah ini :
(i) Untuk bahan lapisan permukaan (AC) jumlah meter persegi dari material yang
dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian dari panjang
penampang diukur dan lebar yang diterima.
(ii) Untuk bahan lapisan perkuatan (misalnya ATB) jumlah meter kubik dari
material yang telah dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil
perkalian dari luas bagian yang diukur dan tebal nominal rancangan.
(b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran harus tidak meliputi lokasi-lokasi
dimana tebal dari Campuran Aspal kurang dari tebal minimum yang dapat diterima
atau setiap bagian yang terkelupas, belah, retak atau menyempit (tapered) di
sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya. Lokasi-lokasi yang materialnya
memiliki kadar aspal di bawah kebutuhan yang disetujui tidak akan diterima untuk
pembayaran.
(c) Lebar hamparan campuran aspal yang akan dibayar harus seperti yang ditunjukkan
dalam gambar rencana atau yang disetujui Direksi Teknik dan harus ditetapkan
dengan menggunakan pita ukur yang dilakukan Kontraktor di bawah pengawasan
Direksi Teknik dan harus ditetapkan dengan menggunakan pita ukur yang
dilakukan Kontraktor di bawah pengawasan Direksi Teknik. Pengukuran harus
dilakukan tegak lurus dengan sumbu jalan dan harus tidak termasuk tiap bagian
hamparan material yang tipis atau tidak memuaskan sepanjang tepi dari hamparan
campuran aspal. Selang jarak pengukuran memanjang harus seperti yang
diperintahkan Direksi Teknik tetapi harus selalu berjarak sama dan tidak kurang
dari 20 m. Lebar yang akan digunakan dalam hitungan luas untuk keperluan
pembayaran untuk setiap bagian perkerasan yang diukur, harus merupakan angka
rata-rata dari ukuran lebar yang akan diukur dan disetujui.
(d) Panjang jalan (arah memanjang), yang menggunakan lapisan perkerasan Campuran
Aspal harus ditentukan dari pengukuran sepanjang sumbu jalan, dengan
menggunakan prosedur pengukuran teknik standar.
(e) Kadar aspal rata-rata dari Campuran Kerja, seperti yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan ekstraksi di laboratorium, harus sama dengan atau lebih besar dari
kadar aspal yang ditetapkan dalam formula campuran kerja untuk semua campuran
aspal yang akan diperhitungkan dalam pengukuran untuk pembayaran.
198
Dari pipa baja digalvanisir secara panas, sesuai persyaratan ASTM A 120
dengan diameer minimum 40 mm.
(5) Perangkat keras, Sekrup, Mur, Baut dan Cincin
Dari bahan alumunium atau baja tahan karat untuk baja berkuwalitas tinggi
untuk tiang rambu dan pengaman yang digalvanisir.
(6) Cat utuk perlengkapan Jalan
Seluruh bahan cat dasar, cat dan bahan cat mengkilap yang akan digunakan
pada persiapan rambu – rambu, tiang – tiang dan perlengkapannya harus dari bahan
mutu baik.
Cat untuk bahan baja harus dari oksida seng kadar tinggi mengandung minimal 7
oksida send (acivular type) per 100 liter cat.Disarankan untuk keseragaman cat maka
sebaiknya dipakai cat dasar, cat pelebur dan cat untuk pengecatan akhir dari pabrik
yang sama.
(7) Cat untuk Perlengkapan Jalan
Harus dengan rancangan yang disetujui sesuai sampel yang diserahkan dan
harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
- Jenis : tidak memantul
- Kepala : 10 cm Persegi
- Kaki : panjang, penampang melintang dan bentuk harus sedemikian rupa
untuk menjamin penguncian yang kokoh terhadap perkerasan jalan.
Bahan dari logam cor atau tempaan.
- Permukaan : bagian muka kepala dengan satin 100.
6.9.3 Pelaksanaan
(1) Pemasangan Patok, Marka
Jumlah, jenis dan lokasi setiap marka jalan, patok pengarah,patok kilometer
harus menurut petunjuk Direksi Teknik.
(2) Pengecatan Patok - patok
Semua patok kilometer dan patok pengarah harus dicat dengan satu kali cat
dasar, sekali dengan cat bawah dan terakhir dengan cat mengkilap sesuai petunjuk
Gambar Rencana.
(3) Pengecatan Plat Rambu Jalan
Semua pengecatan pada plat rambu jalan harus dilaksanakan dengan cara
semprotan diatas permukaan plat yang kering dan telah disiakan.
201
(a) Kuantitas yang akan dihitung untuk marka jalan, patok pengarah dan patok
kilometer harus didasarkanjumlah nyata dari marka jalan (termasuk patok tiang),
patok pengarah ddan patok kilometer yang telah selesai dan dipasang serta diterima
oleh Direksi Teknik sesuai Gambar Rencana.
(b) Kuantitas marka jalan yang dibayar harus merupakan jumlah meter persegi
pengecatan jalan yang dilaksanakan pada permukaan jalan sesuai Gambar Rencana.
(2) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diukur seperti tersebut diatas, harus dibayar dengan harga satuan
Kontrak per satuan pengukuran untuk mata pengamatan Pembayaran yang tertera
dibawah dan diberikan dalam jadwal penawaran, dimana pengadaan material, pekerja,
mesin-mesin peralatan dan keperluan insidental intuk pelaksanaan pekerjaaan yang
memuaskan seperti dalam sub bab dari spesifikasi ini.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Pada awal proyek pembuatan jalan, pembebasan lahan penduduk harus diutamakan
demi kelancaran proyek.
2. Jalan jatibarang – kedungpane merupakan jalan Sekunder kelas 2B, lebar
perkerasan 2 x 5 m, dengan kecepatan rencana 60 Km/Jam.
Pada DI-1 direncanakan jenis tikungan Spiral-Spiral dengan jari-jari Lengkung
120 m.
Sedangkan pada DI-2 dan DI-3 direncanakan jenis tikungan Spiral- Circle -
Spiral dengan jari-jari 150 m.
3. Perkerasan jalan raya Salatiga-Muncul menggunakan jenis perkerasan berdasarkan
volume LHR yang ada dengan :
a. Jenis bahan yang dipakai
1. Surface Course : Lapen Mekanis
2. Base Course : Batu Pecah Kelas B, CBR 80%
3. Sub Base Course : Sirtu Kelas B, CBR 50%
b. Dengan perhitungan didapat dimensi dengan tebal dari masing-masing lapisan :
1. Surface Course : 10 cm
2. Base Course : 20 cm
3. Sub Base Course : 12,42 cm
7.2 Saran
Dalam perencanaan Geometrik Jalan perlu diperhatikan seluruh kaidah- kaidah yang
berlaku baik dalam penentuan data perencanaan geometrik, perencanaan trase jalan,
penentuan galian dan timbunan, dan dalam perencanaan variabel data lainnya agar
perencanaan yang dilakukan dapat menghasilkan jalan yang nyaman dilalui oleh
pengemudi juga efisien dipandang dari segi ekonomi.
203
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
No.13/1970, Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya, BadanPenerbit
Pekerjaan Umum. Jakarta: 1970.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga No.01/PD/BM/1983,
Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya, Badan Penerbit Pekerjaan
Umum. Jakarta: 1983.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga SKBI – 2.3.26. 1987,
Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa
Komponen
Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta: 1987
Departemen Pekerjaan Umum, Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan
Raya dengan Metode Analisa Komponen, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Jakarta: 1987.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga Jalan No.038/T/BM/1997,
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Badan Penerbit Pekerjaan
Umum. Jakarta: 1997.
Muslim.Somad,. Studi Kelayakan Pelebaran Jalan,ITS, Surabaya: 2009.
Yusri.Yuanita,.Perencanaan Jalan Raya Cemorosewu-Desa Pancalan,Universitas Sebelas
Maret. Surakarta: 2009.
Yusri.Yuanita,. Evaluasi perancangan Geometrik Dan Tebal Perkerasan Jalan Medan-
Belawan, Medan: 2014.
Shirley L. Hendarsin,. Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya, Politeknik
Negeri Bandung Jurusan Teknik Sipil. Bandung: 2000.
204
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN JALAN
PELEBARAN JALAN
JATI BARANG SAMPE
KEDUNG PANE
POTONGAN
1 : 2000
MELINTANG
1m 1m
10 m DIPERIKSA
DOSEN PEMBIMBING
UTAMA
Ir. SUPOYO, MT
DIKETAHUI
DOSEN PENDAMPING
Ir. Supoyo, MT
PENANGGUNG
NAMA
JAWAB
Trotoar =1,5 m AS JALAN
HRA = 5cm
SUBANDRI RUMUAR
Batu Pecah Kelas B = 20cm DIGAMBAR C.111.12.0011
ACHMAD AGUNG
-2 % -2 % Sirtu CBR (50%) = 12,42 cm C.11.12.0109
KETERANGAN
1m 1m
10 m
PERENCANAAN JALAN
PELEBARAN JALAN
JATI BARANG SAMPE
KEDUNG PANE
POTONGAN
1 : 2000
MELINTANG
1m 1m
10 m DIPERIKSA
DOSEN PEMBIMBING
UTAMA
Ir. SUPOYO, MT
DIKETAHUI
DOSEN PENDAMPING
Ir. Supoyo, MT
PENANGGUNG
NAMA
JAWAB
Trotoar =1,5 m AS JALAN
HRA = 5cm
SUBANDRI RUMUAR
Batu Pecah Kelas B = 20cm DIGAMBAR C.111.12.0011
ACHMAD AGUNG
-2 % -2 % Sirtu CBR (50%) = 12,42 cm C.11.12.0109
KETERANGAN
1m 1m
10 m
PERENCANAAN JALAN
PELEBARAN JALAN
JATI BARANG SAMPE
Trotoar = 1,5m KEDUNG PANE
DIPERIKSA
1m 10 m
DOSEN PEMBIMBING
UTAMA
Ir. SUPOYO, MT
DIKETAHUI
DOSEN PENDAMPING
Ir. Supoyo, MT
PENANGGUNG
NAMA
JAWAB
Trotoar =1,5 m AS JALAN
HRA = 5cm
SUBANDRI RUMUAR
Batu Pecah Kelas B = 20cm DIGAMBAR C.111.12.0011
ACHMAD AGUNG
-2 % -2 % Sirtu CBR (50%) = 12,42 cm C.11.12.0109
KETERANGAN
1m 1m
10 m
PERENCANAAN JALAN
PELEBARAN JALAN
JATI BARANG SAMPE
Trotoar = 1,5m KEDUNG PANE
DIPERIKSA
1m 10 m
DOSEN PEMBIMBING
UTAMA
Ir. SUPOYO, MT
DIKETAHUI
DOSEN PENDAMPING
Ir. Supoyo, MT
PENANGGUNG
NAMA
JAWAB
Trotoar =1,5 m AS JALAN
HRA = 5cm
SUBANDRI RUMUAR
Batu Pecah Kelas B = 20cm DIGAMBAR C.111.12.0011
ACHMAD AGUNG
-2 % -2 % Sirtu CBR (50%) = 12,42 cm C.11.12.0109
KETERANGAN
1m 1m
10 m