Disusun Oleh :
Firmansyah 2112161157
Joviansyah Gunawan 2112161145
Dosen Pembimbing:
Chandra Afriade Siregar, ST. MT.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang dilimpahkan kepada Penyusun sehingga dapat menyelesaikan tugas besar ini. Shalawat
serta salam Penyusun panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad S.A.W dan
keluarganya, sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman. makalah yang Penulis bahas
mengenai “Teknik Pemeliharaan Jalan dan Jembatan” yang merupakan tugas mata kuliah
Teknik Pemeliharaan Jalan dan Jembatan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini tidak sedikit masalah yang dihadapi, oleh karena itu penyusun mengucapkan
banyak terimakasih kepada:
1. Dr. H. Asep Effendi, SE., SE., MSi., PIA, selaku Rektor Universitas Sangga
Buana Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan.
2. Dr. Ir. Bakhtiar Abu Bakar, MT, selaku Dekan Fakultas Teknik.
3. Drs. Tia Sugiri, ST, Mpd., selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil.
4. Chandra Afriade Siregar ST. MT., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan judul untuk tugas besar ini.
5. Bapak/Ibu Dosen di Fakultas Teknik Sipil Universitas Sangga Buana yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penyusun.
6. Bapak, Ibu dan seluruh keluarga tercinta atas dukungan do’a, waktu dan kasih
sayang yang tidak pernah putus.
7. Teman-teman yang penyusun tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah
memberikan semangat dan bantuan hingga bisa menyelesaikan tugas besar ini.
Oleh karena itu Penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas besar ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah khasanah cakrawala pemikiran bagi pembaca. Segala hormat
Penulis sampaikan Terimakasih.
10 November 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
DAFTAR TABEL
Table 1. Kapasitas Jalan Menurut Lebar dan Jumlah Arah .................................................. 22
Table 2. Nilai Kondisi Jalan ................................................................................................. 23
Table 3. Kelas Lalu Lintas Pekerjaan Pemeliharaan ............................................................ 24
Table 4. Nilai Kondisi Sistem Drainase ............................................................................... 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Konfigurasi Beban Gindar yang Diijinkan di Indonesia ....................................... 5
Gambar 2. Retakan Halus ....................................................................................................... 6
Gambar 3. Retak Tipe Buaya ................................................................................................. 7
Gambar 4. Retakan Pinggir .................................................................................................... 7
Gambar 5. Retak Sambungan Bahu ........................................................................................ 8
Gambar 6. Retak Sambungan Pelebaran Jalan ....................................................................... 9
Gambar 7. Retak Reflection (Reflection Cracks) ................................................................... 9
Gambar 8. Retak Susut (Shrinkage Cracks) ......................................................................... 10
Gambar 9. Retak slip (slippage cracks) ............................................................................... 11
Gambar 10. Alur ................................................................................................................... 12
Gambar 11. Keriting ............................................................................................................. 13
Gambar 12. Sungkur ............................................................................................................. 13
Gambar 13. Lubang .............................................................................................................. 14
Gambar 14. Pelepasan Butir ................................................................................................. 15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan zaman tidak dapat terbendung lagi, pembangunan seolah menjadi
perlombaan yang pesertanya kini bukan hanya kota-kota besar, desa kecil pinggiran
kota pun mulai turut bersaing dalam memenangi perlombaan tersebut. Pembangunan
pun tidak focus pada satu sector saja, akan tetapi setiap sector yang belum tersentuh
sebelumnya menjadi target pembangunan jangka pendek, menengah maupun jangka
panjang.
Pertumbuhan penduduk yang sangat signifikanlah yang menjadi pendorong
utama bangsa Ini harus segera merealisasikan pembangunan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam menjalankan kegiatan ekonominya. Tanpa
dukungan infrastruktur yang baik tentu perkembangan perekonomian
masyarakatakan sangat terhambat. Factor infrastrukturlah yang menjadikan
perkembangan perekonomian di luar pulau jawa berjalan lambat.
Akses jalan dan jembatan yang baik yang dapat mengkoneksikan antar daerah
tentu menjadi salah satu syarat pendukung kemajuan perekonomian pada daerah
tersebut. Sehingga dalam praktiknya perhatian terhadap jalan dan jembatan harus
mendapatkan focus yang lebih intens. Pembangunan dan pemeliharaan jalan maupun
jembatan ini harus dikerjakan dengan sebaik mungkin oleh ahlinya.
Mengingat betapa besarnya maslahat yang bisa didatangkan oleh jalan dan
jembatan maka pembangunannya pun harus dengan perencanaan yang matang.
Beberapa factor yang harus dihindari saat proses pembuatan jalan agar hasil
sesuaidengan yang diharapkan, seperti :
menjaga durasi dari bangunan jalan dan jembatan perlu disusun agenda pemeliharaan
rutin jangka pendek, jangka panjang dan tidak menutup kemungkinan untuk
direncanakan pengembangan jalan dan jembatan tersebut.
Jenis-jenis kerusakan pada jalan yang bermacam-macam tentu memerlukan
perlakuan yang berbeda. Penanganan yang kurang tepat pada jenis kerusakan selain
tidak bisa memperbaikij alan dan jembatan dengan efektif juga bisa membuat
kerusakan yang lebih parah. Perlu diketahui oleh para penanggung jawab jenis-jenis
kerusakan jalan agar dapat memberikan penanganan yang tepat, seperti :
a. Retak (cracking)
b. Keriting (corrugation)
c. Sungkur (shoving)
d. Amblas (grade depressions)
e. Jembul (upheaval),dll
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pemeliharaan jalan adalah penanganan jalan yang meliputi perawatan,
rehabilitasi, penunjang dan peningkatan. Pemeliharaan di bagi menjadi 3 kategori
yaitu:
a) Pemeliharaan rutin
Pemilharaan rutin adalah penanganan yang diberikan terhadap lapisan
permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendara (Riding Quality),
tanpa meningkatkan kekuatan struktural dan dilakukan sepanjang tahun.Pada
dasarnya, pemeliharaan rutin bersifat pekerjaan pencegahan dan umumnya terdiri atas
tugas yang berulang-ulang dengan teknik yang sederhana.
b) Pemeliharaan berkala
Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan
pada waktu – waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya
meningkatkan kemampuan struktural. Pemeliharaan berkala mencakup pemeliharaan
yang sudah dapat diperkirakan dan semua perbaikan ringan serta penggantian bagian-
bagian yang berhubungan dengan pekerjaan. Dalam pelaksanaan pemeliharaan
berkala dibagi dalam pemeliharaan berkala yang terencana dan perbaikan ringan.
c) Peningkatan
Peningkatan adalah penanganan jalan guna memperbaiki pelayanan jalan
yang berupa peningkatan struktural dan atau geometrinya agar mencapai tingkat
pelayanan yang direncanakan.
Namun karena selain faktor internal, ada juga faktor eksternal yang menjadi
penyebab kerusakan jalan, bahkan menurut saya menjadi faktor utama kerusakan
jalan diantaranya:
Tanah dasar yang labil.
Air yang berada di jalan, bisa di dalam tanah dan perkerasan maupun di atas
perkerasan aspal seperti banjir dan genangan.
a. Tanah Dasar
b. Air
c. Kelebihan Beban
adalah beban kendaraan. Tiap kendaraan memiliki faktor pengali beban dan jumlah
beban yang berbeda. Beban kendaraan dihitung berdasarkan deretan roda dalam satu
baris atau biasa disebut gandar atau sumbu (Axle).
Untuk kendaraan berat seperti Bus, Truk pengangkut barang, hingga Truk
Trailer memiliki beban kendaraan yang sangat berat dan faktor pengalinya juga paling
berat. Peraturan di Indonesia mengadopsi Peraturan dari luar yakni AASHTO Guide
for Design of Pavement Structure tahun 1993, kemudian dikeluarkanlah Pedoman Pd
T-01-2002-B tentang Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur tahun 2002,
Pedoman Pd T-14-2003 Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Beton Semen tahun
2003 dan Pedoman Pd T-05- 2005 Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan
Lentur dengan Metode Lendutan. Inilah yang menjadi acuan dalam setiap
perencanaan perkerasan jalan di Indonesia. Aturan tersebut hanya membatasi beban
gandar maksimal adalah 10 ton. Itu berarti pada satu baris roda hanya dibolehkan
transfer beban dari muatan sebesar 10 ton saja, tidak boleh lebih.
1. Retak (Cracking)
Retak yang terjadi pada lapisan permukaan jalan dapat dibedakan atas :
a. Retak halus atau retak garis (hair cracking), lebar celah lebih kecil atau sama
dengan 3 mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah
dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil. Retak
halus ini dapat meresapkan air ke dalam permukaan dan dapat menimbulkan
kerusakan yang lebih parah seperti retak kulit buaya bahkan kerusakan seperti
lubang dan amblas. Retak ini dapat berbentuk melintang dan memanjang,
dimana retak memanjang terjadi pada arah sejajar dengan sumbu jalan,
biasanya pada jalur roda kendaraan atau sepanjang tepi perkerasan atau
pelebaran, sedangkan untuk retak melintang terjadi pada arah memotong
sumbu jalan, dapat terjadi pada sebagian atau seluruh lebar jalan. Metode
pemeliharaan dan perawatan
b. Retak kulit buaya (alligator crack), lebar celah lebih besar atau sama dengan
3 mm. Saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang
menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang
kurang baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan di
bawah lapisan permukaan kurang stabil, atau bahan pelapis pondasi dalam
keadaan jenuh air (air tanah naik). Umumnya daerah dimana terjadi retak kulit
buaya tidak luas. Jika daerah dimana terjadi retak kulit buaya luas, mungkin hal
ini disebabkan oleh repetisi beban lalu lintas yang melampaui beban yang dapat
dipikul oleh lapisan permukaan tersebut. Retak kulit buaya dapat diresapi oleh
air sehingga lama kelamaan akan menimbulkan lubang-lubang akibat
terlepasnya butir-but ir. Untuk retak kulit buaya dilakukan metode perbaikan P2
(laburan aspal setempat) dan P5 (penambalan lubang/patching) sesuai dengan
tingkat kerusakan retak yang terjadi. Perbaikan juga harus disertai dengan
perbaikan drainase disekitarnya, sehingga nantinya air tidak tergenang di badan
jalan yang dapat mempengaruhi umur jalan.
c. Retak pinggir (edge crack), retak memanjang jalan, dengan atau tanpa cabang
yang mengarah ke bahu dan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh
tidak baiknya sokongan dari arah samping, drainase kurang baik, terjadinya
penyusutan tanah, atau terjadinya settlement di bawah daerah tersebut. Akar
tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya
retak pinggir ini. Di lokasi retak, air dapat meresap yang dapat semakin
merusak lapisan permukaan. Retak dapat diperbaiki dengan mengisi celah
dengan campuran aspal cair dan pasir. Perbaikan drainase harus dilakukan,
bahu diperlebar dan dipadatkan. Jika pinggir perkerasan mengalami penurunan,
elevasi dapat diperbaiki dengan mempergunakan hotmix. Retak ini lama
kelamaan akan bertambah besar disertai dengan terjadinya lubanglubang.
d. Retak sambungan bahu dan perkerasan (edge joint crack), retak memanjang,
umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan perkerasan. Retak dapat
disebabkan oleh kondisi drainase di bawah bahu jalan lebih buruk daripada
di bawah perkerasan, terjadinya settlement di bahu jalan, penyusutan material
bahu atau perkerasan jalan, atau akibat lintasan truk / kendaraan berat dibahu
jalan. Perbaikan dapat dilakukan seperti perbaikan retak refleksi.
e. Retak sambungan jalan (lane joint cracks), retak memanjang, yang terjadi pada
sambungan 2 lajur lalu lintas. Hal ini disebabkan tidak baiknya ikatan
sambungan kedua lajur. Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukkan
campuran aspal cair dan pasir ke dalam celah-celah yang terjadi. Jika tidak
diperbaiki, retak dapat berkembang menjadi lebar karena terlepasnya butir-but
ir pada tepi retak dan meresapnya air ke dalam lapisan
celah-celah yang timbul dengan campuran aspal cair dan pasir. Jika tidak
diperbaiki, air dapat meresap masuk ke dalam lapisan perkerasan melalui
celah-celah, butir-butir dapat lepas dan retak dapat bertambah besar.
i. Retak slip (slippage cracks), retak yang bentuknya melengkung seperti bulan
sabit. Hal ini terjadi disebabkan oleh kurang baiknya ikatan antar lapis
permukaan dan lapis dibawahnya. Kurang baiknya ikatan dapat disebabkan
oleh adanya debu, minyak air, atau benda non adhesive lainnya, atau akibat
tidak diberinya tack coat sebagai bahan pengikat antar kedua lapisan. Retak
selip pun dapat terjadi akibat terlalu banyaknya pasir dalam campuran lapisan
permukaan, atau kurang baiknya pemadatan lapisan permukaan. Perbaikan
dapat dilakukan dengan membongkar bagian yang rusak dengan dan
menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.
j. Distorsi (distortion)
Distorsi / perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar,
pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan pemadatan
akibat beban lalu lintas. Sebelum perbaikan dilakukan sewajarnyalah ditentukan
terlebih dahulu jenis dan penyebab distorsi yang terjadi. Dengan demikian dapat
ditentukan jenis penanganan yang tepat. Distorsi dapat dibedaka atas:
1. Alur (ruts), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Alur
dapat merupakan tempat menggenangnya air hujan yang jatuh di atas
permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan, dan akhirnya dapat
timbul retak- retak. Terjadinya alur disebabkan oleh lapis perkerasan
yang kurang padat, dengan demikian terjadi tambahan pemadatan akibat
repetisi beban lalu lintas pada lintasan roda. Campuran aspal dengan
stabilitas rendah dapat pula menimbulkan deformasi plastis.
Perbaikan dapat dilakukan dengan melakukan metode perbaikan
P6 (perataan) untuk kerusakan alur ringan. Untuk kerusakan alur yang
cukup parah dilakukan perbaikan P5 (penambalan lubang).
Permukaan perkerasan tidak rata dan terjadi retak kulit buaya pada beberapa
penampang serta terdapat lubang pada dek dan oprit jembatan. Bila tidak segera
diperbaiki, maka air yang masuk dalam timbunan akan membuat penurunan timbunan
lebih cepat, dan hal ini tentu akan membahayakan abutmen jembatan.
3. Drainase Jembatan
Tidak ada drainase pada jembatan, air turun melalui lubang yang ada pada
perkerasan maupun pada sambungan baja. Air meresap dalam perkerasan,
menyebabkan kerusakan pada perkerasan jalan jembatan.
4. Kondisi Dak Jembatan
Dak jembatan dari kayu mulai mengalami pelapukan akibat dari air yang
meresap melalui perkerasan maupun rembesan dari permukaan perkerasan
5. Kondisi Gelagar
Kondisi gelagar memanjang ataupun melintang mulai berkarat, dan meluas
pada hampir semua luas penampangnya. Kemungkinan penyebabnya sama dengan
rangka atas jembatan.
6. Kondisi Perletakan (Bearing)
Kondisi perletakan tidak sesuai penempatannya dan korosi juga telah
menyerang komponen jembatan ini.
7. Kondisi Abutmen
Kondisi Abutmen tanpa adanya perawatan dan pemeliharaan pada jembatan.
Sampah dan tumbuhan tidak dibersihkan dari sekitar Abutmen.
2.4 Survei Pemeliharaan Jalan
Untuk menentukan kondisi jalan masuk terhadap kriteria pemeliharaan rutin,
berkala atau perlu peningkatan kita memerlukan beberapa survei diantaranya ;
a. Survei Pendahuluan
Survei awal guna mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penentuan langkah
– langkah selanjutnya, seperti : survei geometri, struktur, kondisi jalan, pemanfaatan
jalan, lalu lintas dam sebagainya.
b. Survei Inventarisasi
Survei ini dimaksudkan untuk mendapatkan data – data teknis dan non teknis jalan
kota. Hasil survei ini dipakai sebagai salah satu data masukan dalam menentukan
jenis penanganan yang diperlukan terhadap ruas jalan dan jembatan yang
bersangkutan.
cara ini dilakukan dengan kendaraan contoh yang dikendarai pada arus
lalu lintas dengan mengikuti salah satu dari kondisi operasi sebagai berikut
• Pengemudi membuat kendaraan contoh mengambang pada arus
kendaraan dalam artian mengusahakan agar jumlah kendaraan yang
disiap kendaraan contoh samadengan kendaraan yang menyiapkendaraan
contoh.
• Pengemudi mengatur kecepatan sesuai dengan perkiraan kecepatan arus
kendaraan.
• Kendaraan contoh melaju sesuai dengan kecepatan batas kecuali
terhambat oleh kondisi lalu lintas yang disurvei.
Pada cara ini diperoleh kecepatan perjalanan total dan kecepatan bergerak
serta lokasi hambatan dan lamanya hambatan di sepanjang rute. Rangkuman
statistic dapat dihasilkan pada masing – masing seksi diantara rute yang disurvei
yang mencakup kecepatan dan hambatan yang ada.
Kecepatan total perjalanan dan kecepatan perjalanan bergerak dapat
diperoleh dari persamaan berikut :
60 𝑗𝑗
𝑘𝑘 =
𝑤𝑤
dimana :
k = Kecepatan Perjalanan (kpj)
J = Panjang Rute (km)
W = waktu tempuh (menit)
Kendaraan bergerak dalam arus lalu lintas utuk mengumpulkan data yang
meliputi waktu perjalanan arus lalu lintas baik searah maupun berlawanan arah
dengan kendaraan pengamat. Disamping memperkirakan waktu perjalanan /
kecepatan perjalanan, besarnya volume lalu lintas dapat pula diperkirakan.
𝑋𝑋𝑋𝑋 + 𝑌𝑌𝑌𝑌
𝑄𝑄𝑄𝑄 =
𝑊𝑊𝑊𝑊 + 𝑊𝑊𝑊𝑊
𝑌𝑌𝑌𝑌
𝑊𝑊𝑊𝑊 = 𝑊𝑊𝑊𝑊 −
𝑄𝑄𝑄𝑄
selanjutnya kecepatan rata – rata lalu lintas kearah utara (Ku) didapat dari
:
𝐽𝐽 (𝑋𝑋𝑋𝑋+𝑌𝑌𝑌𝑌)
𝐾𝐾𝐾𝐾 =
𝑋𝑋𝑋𝑋 . 𝑊𝑊𝑊𝑊−𝑌𝑌𝑌𝑌 . 𝑊𝑊𝑊𝑊
Keadaan lalu lintas pada suatu jalan dapat dipergunakan untuk mengevaluasi
apakah jalan tersebut masih mampu melayani lalu lintas, bila setelah di evaluasi
ternyata volume lalu lintas pada jam sibuk lebih besar dari pada kapasitas jalan maka
dapat dikatakan jalan tersebut timbul kemacetan.
Kongesti yang terjadi pada suatu ruas jalan dapat diukur dengan mengetahui
kecepatan kendaraaan atau waktu perjalanan. Makin buruk kongesti yang terjadi
berarti makin lambat kecepatan lalu lintas. Jika kecepatan perjalanan kendaraaan
kurang dari 50 % kecepatan rencana ruas jalan, maka dapat dikatakan jalan tersebut
mulai timbuk kongesti.
Penentuan angka dan nilai untuk masing – masing keadaan dapat dilihat pada
tabel di atas, dengan menjumlahkan nilai – nilai keseluruhan maka didapatkan nilai
kondisi jalan.
Dimana setelah kita dapatkan nilai kondisi jalan maka kita dapat melakukan
urutan prioritas pemeliharaan perkerasan jalan. Urutan prioritas tersebut dapat kita
hitung menggunakan rumus :
Keterangan :
Kelas LHR = kelas lalulintas untuk pekerjaan
Pemeliharaan
Nilai KondisiJalan = Nilai yang diberikan pada kondis
Jalan
Table 3. Kelas Lalu Lintas Pekerjaan Pemeliharaan
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada saat surveu ini adalah
• Saluran samping : ada / tidak ada, tersumbat / tidak tersumbat, teratur
/ tidak teratur, memadai / tidak memadai.
• Sambungan : ada / tidak ada, rata / tidak rata, rusak / baik.
• Bahu : terlalu tinggi / sama tinggi / terlalu rendah, miring / tidak rata,
diperkeras / tidak diperkeras.
• Tepian : ada / tidak ada, rusak / baik.
Dimana masing –masing kondisi mempunyai nilai seperti
diperlihatkan pada tabel 2.4 pada halaman berikut.
Dan hasil dari penilaian tersebut mempengaruhi terhadap kenis
pemeliharaan yang perlu dilkakukan dimana pemeliharaan tersbut ialah ;
• Penilaian > 15
Perlu dilakukan peningkatan terhadap sistem drainase.
• Penilaian 10 – 5
Perlu dilakukan perbaikan – perbaikan yang berarti pada
komponen sistem drainase dengan memasukan ke dalam program
pemeliharaan berkala.
• Penilaian < 10
Diperlukan pemeliharaan rutin terhadap komponen –
komponen drainase.
i. penambalan lubang;
j. Untuk jalan tidak berpenutup aspal/ beton semen dapat dilakukan
penggarukan, penambahan, dan pencampuran kembali material (ripping and
reworking existing layers) pada saat pembentukan kembali permukaan;
danpemeliharaan/pembersihan rumaja.
2.9.3 Rehabilitasi
2.9.4 Peningkatan
Hasil akhir dari suatu pekerjaan pemeliharaan rutin jalan perlu dicatat dan
dievaluasi serta dilaporkan secara periodik; harian, mingguan, bulanan, triwulanan,
dan final/akhir. Kuantitas hasil akhir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
b. Kepadatan; pada lapisan perkerasan telah dicapai tingkat kepadatan yang sesuai
dengan peran dan fungsinya dalam struktur.
c. Bentuk; hasil akhir sesuai dengan bentuk yang telah direncanakan (gambar
rencana/kerja).
d. Fungsi; setelah dilakukan pemeliharaan/perbaikan, dapat berfungsi secara baik
dan benar, misal kelancaran air pada saluran tepi / tidak tersumbat.
e. Toleransi; perbedaan/selisih dari hasil akhir pekerjaan masih dalam batas-batas
atau koridor yang disyaratkan (tidak berpotensi menimbulkan kerusakan).
f. Jumlah; kuantitas hasil akhir pekerjaan sesuai dengan kuantitas yang telah
direncanakan dalam pemeliharaan/perbaikan.
2.10.4 Waktu
2.10.5 Tempat/Lokasi
a. Lokasi kerusakan:
• Harus diketahui dengan jelas agar dapat segera dilakukan pengiriman
petugas pemeliharaan dan kelengkapannya untuk melakukan perbaikan.
• Setiap lokasi kerusakan sudah diberi tanda (misal; cat semprot), dan
dicatat untuk bahan laporan/inventarisasi.
b. Jenis kerusakan;
• Jenis kerusakan yang terjadi perlu diketahui untuk memastikan upaya
perbaikannya yang menyangkut masalah teknologi konstruksi.
• Setiap jenis kerusakan perlu diinventarisasi untuk keperluan laporan
evaluasi selanjutnya.
c. Dimensi kerusakan;
• Dimensi kerusakan yang terjadi perlu diketahui guna memastikan tingkat
kerusakan dan volume kerusakan yang terjadi sehingga dapat
dipersiapkan tenaga pekerja, bahan, alat, metode/cara, dan biaya yang
sesuai.
• Setiap dimensi kerusakan diinventarisasi untuk keperluan laporan dan
analisa perhitungan selanjutnya, khususnya dalam mempersiapkan
rencana anggaran biaya yang diperlukan.
2.10.6 Tuntutan
a. Juru Jalan.
b. Pengamat.
c. Petugas Dinas Bina Marga/Praswil/PU/UPR.
d. Kepala Satuan Kerja Sementara/Pemimpin Proyek/Bagian Proyek
e. Unsur-unsur terkait dengan perencanaan / pemrograman, penganggaran,
pemantauan, pemeliharaan rutin jalan dan jembatan Nasional dan Propinsi.
a. Juru jalan;
• Mutu pelaksanaan yang dikerjakan oleh regu-regu pekerja.
• Mutu pelaksanaan yang dikerjakan oleh unsur-unsur dinas.
• Ketepatan laporan kondisi jalan serta waktu penyampaiannya (akurasi
laporan) kepada Pengamat.
b. Pengamat;
• Mutu pelaksanaan yang dilakukan Juru Jalan.
• Rencana pelaksanaan/sumber daya (sesuai program).
• Jadwal pengaturan bahan dan alat.
• Laporan kerusakan jalan; perlunya penanganan sesegera mungkin.
c. Petugas Dinas Bina Marga/Praswil/UPR
• Penyiapan dan penyediaan peralatan/perlengkapan untuk kegiatan
pemeliharaan rutin.
• Pengaturan/penjadualan kegiatan pemeliharaan rutin.
d. Kepala Satuan Kerja Sementara /Pemimpin Proyek /Bagian Proyek;
• Rencana, program, anggaran dan pantauan pemeliharaan rutin di
wilayahnya.
• Ketepatan waktu pengerahan peralatan pemeliharaan rutin.
• Ketersediaan bahan dan dukungan logistik untuk kegiatan
pemeliharaan rutin.
e. Unsur-unsur terkait lainnya;
• Perencanaan/pemrograman pemeliharaan jalan.
• Penganggaran biaya untuk keperluan pemeliharaan jalan.
• Pemantauan kemajuan/kelancaran (progres) pemeliharaan jalan.
• Evaluasi hasil-hasil yang dicapai kegiatan pemeliharaan jalan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari materi makalah ini dapat di ambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Responsivitas, responsibiltas, akuntabilitas terdapat dua indikator yang kurang
baik dalam hal pemeliharaan jalan dan jembatan yaitu indikator reponsivitas dan
akuntabilitas. Hal ini disebabkan karena kurangnya sarana dan prasarana serta
msih banyak kekurangan dalam hal pemantauan kondisi. Dalam akuntabilitas
belum dilaksanakan pemeliharaan rutin dikarenakan masih kurangnya sarana
yang dapat digunakan untuk pemeriksaan rutin.
2. Untuk melakukan pemeliharaan yang bersifat pencegahan seperti menutup
sambungan atau retak-retak dan memperbaiki kerusakan-kerusakan, yang timbul
dan menemukan penyebab-penyebabnya dengan melakukan pemeriksaan
(inspeksi) secara rutin. Adapun penyebab-penyebab kerusakan perkerasan jalan
adalah karena pengaruh bahan perkerasan jalan yang tidak memenuhi spesifikasi
yang seharusnya di gunakan saat melakukan pekerjaan konstruksi jalan, Jalan
mengalami kelebihan beban volume lalu lintas yang berulang-ulang, Sistem
drainase yang kurang baik, Keadaan topografi dan faktor alam seperti cuaca yang
buruk
3. Konstruksi jembatan mempunyai kekhususan, karena pada umumnya tidak
terlindung atau berhubungan langsung dengan lingkungan, hingga menyebabkan
kerusakan. Baik dari sifat bahan yang dipakai sendiri, dari faktor lingkungan,
kondisi perletakan tidak sesuai penempatannya, dll. Maka karena itu
pemeliharaannya sangat membantu dalam menjaga ketahan kontruksi tersebut
4. Dalam pemeliharaan jalan dan jembatan diperlukan survei untuk menentukan
kondisi jalan masuk terhadap kriteria pemeliharaan rutin, berkala atau perlu
peningkatan. Setelahnya baru di pakai beberapa metode dalam penangannya
namun harus sesuai dengan ketentuan dan persyaratan yang ada. Setelah semua
selesai barulah memulai jenis pemiliharaan yang akan dipakai selanjutnya.
5.
3.2 Saran
Untuk pemeliharaan jalan dan jembatan diperlukan sebelum terjadi
kerusakan. Karena jika sudah terjadi kerusakan akan berbeda dalam
pemeliharaannya. Sebaiknya pemeliharaan dilakukan sejak dini saat pembuatan
jalan dan jembatan tersebut agar lebih efektif dalam pemeliharaan akan datangnya.
Dari makalah ini mungkin akan lebih baik jika pembuatan makalah disertai
dengan penelitian bersama dosen sehingga mahasiswa dapat memahami materi
melalui studi lapangan dan langsung di tuangkan melalui makalah.
DAFTAR PUSTAKA
https://andalalin.files.wordpress.com/2014/07/panduan-survay-perhit-perjalanan-
lalu lintas.pdf
http://pu.go.id/uploads/services/service20130717115240.pdf
http://lpjkjatim.com/awal/view.php?idArtikel=274
http://seko751974.blogspot.co.id/2014/09/pemeliharaan-jembatan.html
http://pustaka-sipil.blogspot.co.id/2014/01/jenis-jenis-kerusakan-pada-jalan-
raya.html
https://statercivilcitizen.wordpress.com/2014/06/09/28/