Oleh
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
SEPTEMBER, 2018
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan serta
melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Pengaruh Aktivitas Kawasan Terhadap Sirkulasi Lalu Lintas Di Jalan Reformasi ini.
Penulisan makalah ini merupakan syarat untuk memenuhi tugas untuk UTS pada mata kuliah
Perencanaan Transportasi.
Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali memperoleh bimbingan, masukan
serta petunjuk dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada Bapak Rudi S. Suyono selaku dosen pengampu
mata kuliah Perencanaan Transportasi. Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang
telah turut membantu dalam tahapan wawancara dan juga observasi kami.
Makalah ini berisi tentang perubahan tata guna lahan dan permasalahan lalu lintas yang
terjadi di Jalan Reformasi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan tentunya masih diperlukan perbaikan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan penyusunan makalah ini.
November, 2018
Penulis
II
Daftar Isi
Cover.......................................................................................................................................................I
Kata Pengantar ........................................................................................................................................ II
Daftar Isi ................................................................................................................................................ III
Daftar Gambar ........................................................................................................................................ V
Daftar Tabel ........................................................................................................................................... VI
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 1
1.4. Manfaat Penulisan ................................................................................................................... 2
1.5. Batasan Masalah ..................................................................................................................... 2
BAB 2 LANDASAN TEORI.................................................................................................................. 3
2.1. Pengertian Aktivitas ..................................................................................................................... 3
2.2. Pengertian Kawasan ..................................................................................................................... 3
2.3. Pengertian Tata Guna Lahan ........................................................................................................ 3
2.4. Pengertian Lalu Lintas ................................................................................................................. 5
2.5. Pengertian Pergerakan ................................................................................................................. 5
2.6. Pengertian Sirkulasi ..................................................................................................................... 7
2.7. Pengertian Bangkitan dan Tarikan ............................................................................................... 7
2.8. Aturan Terkait .............................................................................................................................. 8
2.8.1. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan ..................................................... 8
2.8.2. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 4 Tahun 2004...................................................... 8
2.8.3. Satuan Ruang Parkir............................................................................................................ 9
2.8.4. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun 2013 .................................................... 10
BAB 3 PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 11
3.1. Gambaran Wilayah ............................................................................................................... 11
3.1.1. Kota Pontianak .............................................................................................................. 11
3.1.2. Jalan Reformasi Untan .................................................................................................. 16
3.2. Rencana Tata Ruang ............................................................................................................. 20
3.3. Bangkitan dan Tarikan .......................................................................................................... 20
3.4. Permasalahan ........................................................................................................................ 21
3.4.1. Kemacetan menjadi isu strategis perkotaan .................................................................. 21
III
3.4.2. Rendahnya kesadaran masyarakat................................................................................. 22
3.4.3. Meningkatnya pertumbuhan komersil diikuti pertumbuhan kendaraan ....................... 23
3.5. Solusi..................................................................................................................................... 24
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................................................ 26
4.1. Kesimpulan ................................................................................................................................ 26
4.2. Saran .......................................................................................................................................... 27
IV
Daftar Gambar
V
Daftar Tabel
VI
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.4. Manfaat Penulisan
Sejalan dengan tujuan penulisan di atas, manfaat yang ingin di dapatkan dari tugas ini adalah
mengurangi permasalahan yang terjadi pada lokasi amatan dengan perencanaan yang lebih baik
akan kenyamanan perjalanan akan terus terjadi tanpa menghambat keberlanjutan aktivitas yang
ada.
2
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam penataan ruang, kawasan merupakan wilayah dalam batasan fungsional tertentu.
Menurut Undang-undang No. 26 pada tahun 2007 mendefinisikannya sebagai wilayah yang
memiliki fungsi utama lindung atau budidaya. Kawasan lindung adalah kawasan Contoh kawasan
antara lain: Kawasan Lindung-Kawwasan Budidaya dalam suatu wilayah provinsi. Kawasan
Perkotaan-Kawasan Pedesaan dalam suatu wilayah kabupaten; Kawasan Perumahan, Kawasan Pusat
Kota, dan Kawasan Industri dalam suatu kota.
Sering orang salah persepsi antara penggunaan kata wilayah dengan kata kawasan. Menurut
Nia (2008), kawasan merupakan wilayah yang batasannya bersifat fungsional sering dipergunakan
terminologi lain yang lebih spesifik. Jadi wilayah yang dibatasi oleh batasan fungsional dan
kegunaan, dinamakan kawasan. Contoh penggunaannya, Kawasan Perdagangan, yaitu wilayah yang
berfungsi untuk kegiatan perdagangan. Kawasan Hutan Lindung yaitu wilayah yang berfungsi untuk
hutan yang dilindungi. Kawasan Industri yaitu wilayah yang berfungsi untuk kegiatan industri.
3
penggunaan permukaan bumi di lautan. Tata Guna Lahan menurut Undang-Undang Pokok Agraria
adalah struktur dan pola pemanfaatan tanah, baik yang direncanakan maupun tidak, yang meliputi
persediaan tanah, peruntukan tanah, penggunaan tanah dan pemeliharaannya.
Tata guna lahan merupakan pengaturan pemanfaatan lahan pada lahan yang masih kosong di
suatu lingkup wilayah (baik tingkat nasional, regional, maupun lokal) untuk kegiatan. Biasanya
terdapat interaksi langsung antara jenis dan intensitas tata guna lahan dengan penawaran fasilitas-
fasilitas transportasi yang tersedia. Salah satu tujuan utama perencanaan setiap tata guna lahan dan
sistem transportasi adalah untuk menjamin adanya keseimbangan yang efisien antara aktifitas tata
guna lahan dengan kemampuan transportasi.
Salah satu variabel yang bisa menyatakan bahwa ukuran tingkat kemudahan pencapaian suatu
tata guna lahan dikatakan tinggi atau rendah adalah jarak dua tata guna lahan (dalam Km) dan pola
pengaturan tata guna lahan.
Pola tata guna lahan kota yang sesuai dengan fungsi dan kegiatan penduduk dapat digunakan
untuk mengetahui bentuk, karakter atau profil dari perjalanan penduduk kota. Profil atau karakter
perjalanan penduduk dapat digunakan untuk mengetahui dan memperkirakan kebutuhan akan
transportasi (demand transport). Demand transport merupakan basis (dasar) yang dipakai untuk
menetapkan berapa sarana (armada) angkutan yang harus disediakan di masa yang akan datang dan
moda apa yang sesuai dengan suatu kegiatan tertentu yang harus diadakan.
Bagaimana orang dan barang bergerak dari tempat asal ke tempat tujuan sebenarnya merupakan
suatu pilihan (seseorang bisa saja memilih menggunakan angkutan kota, taksi atau mobil pribadi ke
pusat kota daripada menggunakan bus kota). Keputusan ini dibuat dengan mempertimbangkan
beberapa faktor seperti waktu, jarak, efisiensi, biaya, keamanan, dan kenyamanan.
Ahli geografi mengistilahkan perjalanan (trip) sebagai suatu peristiwa, sedangkan tindakan
berjalan (travel) sebagai suatu proses. Tata guna lahan merupakan salah satu dari penentu utama
pergerakan dan aktifitas. Aktifitas ini dikenal dengan istilah bangkitan perjalanan (trip generation),
yang menentukan fasilitas-fasilitas transportasi ( bus, taksi, angkutan kota atau mobil pribadi) yang
akan dibutuhkan untuk melakukan pergerakan. Ketika fasilitas tambahan didalam sistem telah
tersedia, dengan sendirinya tingkat aksesibilitas akan meningkat.
Perubahan aksesibilitas akan menentukan perubahan nilai lahan, dan perubahan ini akan
mempengaruhi penggunaan lahan tersebut. Jika perubahan seperti ini benar-benar terjadi, maka
tingkat bangkitan perjalanan akan berubah dan akan menghasilkan perubahan pada seluruh siklus.
Perlu dicatat bahwa siklus ini merupakan penyederhanaan dari kenyataan yang sebenarnya, dan
4
kekuatan pasar tidak diperlihatkan. Kendati demikian siklus ini memberikan ilustrasi tentang
hubungan yang fundamental antara Transportasi dan Tata Guna Lahan.
a. Perjalanan
Pergerakan satu arah dari zona asal ke zona tujuan, termasuk pergerakan berjalan kaki.
Berhenti secara kebetulan tidak dianggap sebagai tujuan perjalanan, meskipun perubahan
rute terpaksa dilakukan.
5
c. Pergerakan berbasisi bukan rumah
Pergerakan yang baik asal maupun tujuan pergerakan adalah bukan rumah.
d. Tahapan bangkitan pergerakan
Menetapkan besarnya bangkitan perjalanan yang dihasilkan oleh rumah tangga (baik untuk
perjalanan berbasis bukan rumah) pada selang waktu tertentu (perjam perhari).
Ada beberapa macam pergerakan menurut beberapa ahli. Menurut Hutchinson (1974) membagi
dua kelompok pergerakan yaitu yang berbasis rumah dan pergerakan yang berbasis bukan rumah.
a. Pergerakan yang berbasis rumah
Merupakan perjalanan yang berasal dari rumah ketempat tujuan yang diinginkan, misalnya
belanja, bekerja dan sekolah.
b. Pergerakan yang berbasis bukan rumah
Merupakan perjalanan yang berasal dari tempat selain rumah, misalnya tempat kerja, toko
maupun pergerakan bisnis antara dua tempat kerja.
6
2. Tingkap pemilikan kendaraan, biasanya terdapat empat tingkat : 0, 1, 2 dan lebih dari
2 (2+) kendaraan per rumah tangga.
3. Ukuran dan struktur rumah tangga.
7
Gambar 2. Ilustrasi bangkitan dan tarikan
Bangkitan dan tarikan lalu lintas tergantung pada dua aspek tata guna lahan :
a) Jenis tata guna lahan (jenis penggunaan lahan);
b) Jumlah aktivitas dan intensitas pada tata guna lahan tersebut.
Jenis tata guna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan, dan komersial) mempunyai ciri
bangkitan lalu lintas yang berbeda dalam beberapa aspek, yaitu :
c) Lalu lintas pada waktu tertentu (kantor menghasilkan lalu lintas pada pagi dan sore,
pertokoan menghasilkan arus lalu lintas sepanjang hari).
2.8.1. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4444).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, yang dimaksud
dengan jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Penyelenggaraan
jalan umum dilakukan dengan mengutamakan pembangunan jaringan jalan di pusat-pusat
produksi serta jalan-jalan yang menghubungkan pusat-pusat produksi dengan daerah
pemasaran. Penyelenggara jalan umum diwajibkan agar jalan dapat digunakan sebesar-besar
kemakmuran rakyat, terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dengan
mengusahakan agar biaya umum perjalanan menjadi serendah-rendahnya.
Selain itu juga, wajib mendorong ke arah terwujudnya keseimbangan antar daerah, dalam
hal pertumbuhannya mempertimbangkan satuan wilayah pengembangan dan mendukung
pertumbuhan ekonomi di wilayah yang sudah berkembang agar pertumbuhannya tidak
terhambat oleh kurang memadainya prasarana transportasi jalan, yang disusun dengan
mempertimbangkan pelayanan kegiatan perkotaan.
2.8.2. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Dan
Penyelenggaraan Tempat Parkir
8
Berdasarkan Perda Kota Pontianak Nomor 4 Tahun 2004, parkir adalah keadaan tidak
bergerak suatu kendaraan bermotor dan tidak bermotor yang bersifat sementara, tempat parkir
adalah tempat yang disediakan untuk parkir kendaraan bermotor atau kendaraan tidak
bermotor, tempat khusus parkir adalah Tempat Khusus Parkir adalah tempat yang secara
khusus disediakan atau dikelola Pemerintah Daerah maupun Badan yang meliputi taman
parkir dan gedung parkir. Tempat parkir yang ada harus sesuai dengan pengunjung yang akan
datang dan tidak menggangu sirkulasi jalan di sekitar lingkungan parkir. Ruang parkir yang
ada harus beracuan pada Standar Ruang Parkir yang telah di tetapkan.
9
Ukuran lebar bukaan pintu merupakan fungsi karakteristik pemakai kendaraan yang
memakai fasilitas parkir. Hal ini di butuhkan agar saat pengambilan kendaraan saat
selesai parkir tidak ada kesulitan yang berarti dan tidak ada kerusakan kendaraan di
bagian samping.
2.8.4. Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Pontianak Tahun 2013-2033
10
BAB 3
PEMBAHASAN
11
Kota Pontianak perlu sejak awal meyiapkan diri dengan serangkaian langkah-langkah
strategi makro yang tepat.
12
Jumlah Penduduk Kota Pontianak
700.000
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
0
1990 2000 2010 2015 2016 2017 2018
Sesuai hasil SWOT, isu pokok pengembangan, visi dan misi pengembangan, serta
fungsi-fungsi wilayah yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan strategi
pengembangan Kota Pontianak di masa yang akan datang yang berdasarkan 3
kebijaksanaan pokok sebagai berikut:
1. Pengembangan Berorientasi ke Luar (Outward Looking)
2. Pengembangan Berorientasi ke Wilayah Belakang (Inland Looking)
3. Pengembangan Berorientasi ke Dalam (Internal Looking)
C. Rencana Strategis Tata Ruang Wilayah
Rencana strategis pengembangan struktur tata ruang Pontianak didasari oleh beberapa
pertimbangan, diantaranya :
1. Kesesuaian dengan rencana struktur tata ruang yang lebih luas;
2. Memacu pertumbuhan dan mewujudkan pemerataan pembangunan kota ke seluruh
wilayah Kota Pontianak melalui penyebaran pusat dan sub pusat pelayanan kota
secara berjenjang dengan pola multiple nuclei;
3. Mendayagunakan sarana pelayanan kota yang penyebarannya dilakukan secara
berjenjang sesuai kebutuhan dan tingkat pelayanan; dan
4. Menciptakan interaksi yang kuat antara pusat dan sub pusat pelayanan kota melalui
pengaturan sistem jaringan transportasi.
13
D. Penggunaan Lahan
a. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung Berdasarkan RTRW Kota Pontianak 2013-2033, jenis kawasan
lindung yang terdapat di Kota Pontianak meliputi kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan
pelestarian alam dan kawasan cagar budaya. Kawasan lindung di Kota Pontianak yang
direncanakan adalah:
1. Kawasan Lindung Gambut
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya adalah
kawasan bergambut. Yang dimaksud dengan kawasan bergambut adalah Kawasan
yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang
tertimbun dalam waktu lama. Kriteria kawasan bergambut adalah mempunyai
kedalaman gambut lebih dari 4 meter penetapannya dilakukan berdasarkan Keppres
No 32 Tahun 1990. Adapun lokasi keberadaan gambut di Kota Pontianak sebagian
kecil terdapat di Kecamatan Pontianak Tenggara dan sebagian besar terdapat di
Kecamatan Pontianak Utara dengan luas keseluruhan lebih kurang sebesar 1.607 Ha
atau sekitar 14,9 Persen dari luas kota secara keseluruhan. Kawasan bergambut
dengan ketebalan 4 meter atau lebih merupakan kawasan lindung yang terkategori
sebagai perlindungan kawasan bawahannya. Peraturan zonasi untuk kawasan
bergambut disusun dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
• Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
• Pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi merubah tata air dan ekosistem
unik;
• Pengendalian material sedimen yang masuk ke kawasan bergambut melalui
badan air.
b. Kebijakan Pengembangan Sistem Transportasi Kota Pontianak
Kebijakan sistem transportasi yang dikembangkan di Kota Pontianak didasarkan
pada bentuk dan struktur kota. Kebijakan pengembangan ini bertujuan untuk
mengintregasikan antar bagian wilayah kotanya serta antara Kota Pontianak dengan
kota-kota sekitarnya. Dengan demikian kebijakan mengenai pengembangan sistem
transportasi ini tidak hanya menyangkut transportasi darat saja, tetapi juga
transportasi laut dan transportasi udara, yang ketiganya harus saling terintegrasi
menjadi satu kesatuan yang saling menunjang bagi pengembangan Kota Pontianak.
c. Kebijakan Pengembangan Sistem Jaringan Jalan Kota Pontianak
1. Pelayanan Angkutan Jalan
Pelayanan angkutan jalan yang merupakan salah satu jenis pelayanan dasar pada
Dinas Perhubungan Kota Pontianak, yang terdiri dari :
14
a) Jaringan Pelayanan Angkutan Jalan.
Jaringan pelayanan angkutan jalan yang ditangani oleh Dinas Perhubungan
Kota Pontianak adalah pelayanan dalam hal penyediaan jaringan/trayek
angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan.
Dari 90 jaringan jalan kota yang layak baru 34 jaringan jalan kota yang telah
terlayani trayek angkutan umum atau baru 37,78 %. Permasalahan trayek di
Kota Pontianak memang merupakan dilema, disatu sisi perkembangan
peningkatan jaringan jalan dan pertumbuhan serta perkembangan kawasan
permukiman begitu pesat, disisi lain jumlah angkutan umum penumpang
justru semakin menurun. Untuk itu Dinas Perhubungan Kota Pontianak
membuat kajian jenis, pola serta mekanisme pengelolaannya terhadap
transportasi angkutan umum yang dapat memberikan kenyamanan, keamanan
dan kelancaran bagi masyarakat pengguna angkutan umum.
15
Tabel 4. Halte di Pontianak
16
Jalan Reformasi Untan terletak di Kelurahan Bansir Barat, Kecamatan Pontianak
Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Lebar jalan kini 1x3 meter s/d 6 meter dengan
panjang jalan dari pertigaan hingga bundaran sekitar 5 km.
Pada tahun 2015 jalan ini masih berbentuk jalan tanah dan baru ada beberapa bangunan
yang bersifat permukiman. Sekitar tahun 2017 awal jalan mulai diperbaiki, setelah selesai
kafe-kafe mulai berdiri di jalan ini. Hal ini kemudian menyebabkan kawasan ini semakin
ramai pengunjung dengan tujuan ke kafe dan membuat sirkulasi jalan semakin padat. Di lain
hal, jalan ini juga menjadi jalan penghubung masyarakat dari maupun ke arah Ayani
MegaMall. Di bawah ini adalah perubahan kondisi Jalan Reformasi dari tahun 2003 hingga
2018.
Pada tahun 2003 Jalan Reformasi masih berupa lahan hijau yang sama sekali belum
tersentuh oleh pembangunan. Dapat dilihat pada gambar, nuansa hijau masih sangat
mendominasi Jalan Reformasi kala itu.
17
Dapat dilihat pada gambar bahwa pada bagian timur laut wilayah amatan sudah terdapat
beberapa bangunan bersifat permukiman, sedangkan pada wilayah amatan ada beberapa
bangunan yang berbentuk permukiman pula.
Pada tahun 2014, jalan yang awalnya masih jalan lingkungan mulai dilakukan pelebaran.
Jumlah rumah juga semakin bertambah. Bundaran juga mulai dibentuk sebagai penanda
bagian tengah jadi Jalan Reformasi.
Dengan dibukanya akses berupa jalan di Jalan Reformasi, perumahan semakin bertambah. Hal
ini memperlihatkan bahwa adanya jalan dapat membuat pertumbuhan di suatu kawasan.
Meskipun pada saat itu, jalan masih berupa jalan tanah.
18
Gambar 10 Jalan Reformasi pada Tahun 2016
Sumber : Google Earth
Pada tahun 2016, perbaikan jalan mulai dilakukan untuk mempermudah aksesibilitas.
Pada tahun 2017 hingga saat ini, perumahan semakin bertambah dan diikuti dengan
munculnya kafe-kafe. Hal ini dikarenakan letak reformasi yang dekat dengan beberapa pusat
pendidikan sehingga banyak masyarakat dari kalangan pelajar dan mahasiswa yang merasa
kawasan ini merupakan lokasi yang strategis.
19
3.2. Rencana Tata Ruang
Dalam RTRW Kota Pontianak pada tahun 2013-2033, Jalan Reformasi merupakan jalan
yang berada pada kawasan pendidikan dan permukiman. Selain itu, Jalan reformasi juga berada
dekat dengan kawasan yang direncanakan sebagai kawasan strategis dalam sudut kepentingan
SDA dan Teknologi, karena berada dekat dengan Universitas Tanjungpura.
Menurut RTRW Kota Pontianak, Jalan Reformasi termasuk ke dalam jalan lokal sekunder.
Jalan lokal sekunder merupakan jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan
seterusnya sampai ke perumahan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 19
Tahun 2011, bahwa jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana palingrendah
10 (sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima)
meter.
Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa tukang parkir yang bekerja pada kafe-kafe
di Jalan reformasi, jumlah kendaraan berupa motor yang datang setiap harinya mencapai 300-
400 sepeda motor. Pengunjung mulai ramai pada pukul 10.00. Pada pukul 14.00-18.00
parkiran untuk kendaraan bermotor hampir dan/atau full. Apabila parkiran kafe sudah penuh,
lokasi parkir akan di alihkan pada bagian depan maupun samping kafe. Dalam hal ini, pihak
kafe maupun tukang parkir tidak menampung pengunjung yang menggunakan mobil. Bagi
pengunjung yang membawa mobil, mobil akan di parkirkan pada bagian seberang kafe yang
akan memakan badan jalan cukup besar.
Pada pukul 18.00-24.00 pengunjung mulai meninggalkan tempat. Akan tetapi pada jam-
jam pulang kantor sekitar pukul 16.00-18.00, pada Jalan Reformasi terjadi penundaan karena
adanya pengunjung yang pulang ataupun datang dan banyaknya pengguna jalan di Jalan
20
Reformasi pada jam-jam tesebut. Belum lagi di tambah dengan beberapa kendaraan (mobil)
yang terparkir di badan jalan yang tentunya memperkecil luasan jalan yang dapat di lalui.
Luas lahan parkir yang tersedia pada kafe-kafe di Jalan Reformasi rata-rata berukuran
15x10 meter persegi. Pola pakiran pada seluruh kafe yang ada berbentuk 90° dengan lebar
gang sekitar 1-1,5 meter. Apabila di bandingkan dengan jumlah kendaraan yang masuk,
khususnya pada jam ramai, tempat parkir ini tidak akan mencukupi kebutuhan parkir yang
ada. Kebutuhan ruang parkir dapat di hitung menggunakan rumus :
KRP = Vp x SRP
Keterangan : KRP : Kebutuhan ruang parkir
Vp : Volume puncak parkir kendaraan
SRP : Satuan Ruang Parkir (0,5x2,00 untuk sepeda motor, 2,3x5,0 untuk
mobil golongan I)
3.4. Permasalahan
Kota ini harus secara sukarela dan bertahap merelokasi kawasan-kawasan komersial
yang padat kendaraan ke luar Kota Pontianak. Pembangunan hypermarket serta mal-mal perlu
dibatasi agar tidak memadati Pontianak dan diusahakan penyebarannya ke luar kota.
Persoalan kemacetan lalu lintas di kota Pontianak tidak terlepas dari kondisi dan
perkembangan tata ruang wilayah Kota Pontianak ini. Transportasi dan tata ruang merupakan
dua aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, bila tata ruang suatu kota tidak
direncanakan dan ditata dengan baik tentu akan menimbulkan gangguan-gangguan yang akan
berdampak negatif pada masyarakat. Banyak negara-negara lain yang memliki kepadatan
trasportasi yang tinggi tetapi tidak mengalami kemacetan lalu lintas, hal tersebut dipengaruhi
oleh tata ruang negara tersebut yang teratur dan terorganisir. Tentunya negara-negara tersebut
dapat kita contoh agar kota Pontianak dapat menjadi kota yang bebas dari kemacetan.
Perencanaan tata ruang mencakup segala aspek dan periode waktunya diatas 20 tahun.
jadi rencana tata ruang bukan kepentingan sesaat. seharusnya semua kepala daerah dalam
melaksanakan tugas mengikuti rencana tata ruang. Rencana tata ruang mencakup
21
infrastruktur, seperti : jalan, listrik, air minum, persampahan, air limbah, listrik, telepon,
perumahan, perdagangan, dan semua aspek fisik diatur dalam rencana tata ruang, sehingga
terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Dalam rencana tata ruang
semuanya diatur, terrmasuk permukiman, tempat usaha, mal, dan industri.
Untuk kawasan di Jalan Reformasi, kemacetan terjadi disebabkan oleh tata ruang yang
tidak sesuai. Menurut RTRW Kota Pontianak yang membahas terkait pola ruang Kota
Pontianak, untuk kawasan di Jalan Reformasi peruntukkan utamanya adalah masih dalam
kawasan pendidikan dan pemukiman. Pada kenyataanyan, saat ini kawasan Jalan Reformasi
banyak dipenuhi perdagangan seperti café-café. Oleh karena itu Jalan Reformasi dipadati oleh
orang orang yang datang maupun pulang dari café-café tersebut. Selain itu juga Jalan
Reformasi merupakan jalan sekunder yang menjadi alternative dari Jalan Ahmad Yani. Jalan
Reformasi dibangun untuk mengurangi kepadatan di Jalan Ahmad Yani. Namun karena
adanya perdagangan di kawasan tersebut, membuat sirkulasi di Jalan Reformasi menjadi
macet dan padat.
3.4.2. Rendahnya kesadaran masyarakat pemakai jalan dalam menjaga dan mematuhi ketentuan
berlalu lintas.
Kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan untuk menjaga ketertiban lalu lintas.
Permasalahan yang terjadi di Kawasan Jalan Reformasi yang berhubungan dengan masalah
kesadaran masyarakat adalah masyarakat masih parkir di badan jalan yang secara tidak
langsung menghambat sirkulasi di Jalan Reformasi. Parkir pada badan jalan mempunyai
dampak fungsional dari jalan.
Dampak utama dari adanya parkir pada badan jalan adalah berkurangnya kapasitas
jalan akibat pemanfaatan sebagian badan jalan untuk lahan parkir. Menurut survey kami
pada setiap café di kawasan Jalan Reformasi memiliki luas lahan parkir 10 meter x 5 meter.
Berdasarkan luas tersebut bisa di gunakan untuk kurang lebih 50-100 kendaraan roda 2.
Berdasarkan wawancara kami dengan tukang parkir di setiap café mereka layani
22
menyatakan bahwa untuk akumulasi parkir di kawasan tersebut bervarisai. Untuk kepadatan
parkir puncaknya terjadi di jam 11.00-12.00. Oleh karena itu terkadang tukang parkir
mengalokasikan parkir kendaraan roda 2 ke badan jalan.
Untuk kendaraan roda 4 sendiri yaitu mobil, pada kenyataannya tidak tersedia ruang
parkir yang cukup untuk memarkirka kendaraan roda 4. Tampak banyak kendaraan roda 4
yang memenuhi badan jalan. Untuk lebar Jalan reformasi sendiri memiliki lebar kurang
lebih 3-6 meter. Dengan luas mobil kurang lebih 2-3 meter yang hamper memenuhi ½ ruas
jalan reformasi tersebut.
Pada awalnya Jalan Reformasi berfungsi untuk menjadi alternative Jalan Ahmad Yani,
namun sejak munculnya banyak café dan pusat perdagangan lainnya yang berdampak pada
kepadatan di Jalan Reformasi. Menurut hasil dari survey kami di Jalan Reformasi pada
setiap waktu yang berbeda, kami menyimpulkan bahwa puncak kemacetan dan kepadatan di
Jalan Reformasi terjadi pada jam berangkat anak sekolah yaitu jam 06.30-7.30, jam istirahat
23
dan pulang anak sekolah yaitu jam 12.00-14.00, dan pada jam pulang kerja 15.00-16.00.
Pada jam-jam tersebut, Jalan Reformasi dipenuhi oleh kendaraan roda 2 maupun roda 4.
Selain itu juga permasalahan kepadatan dan kemacetan disebabkan oleh meningkatnya
pertumbuhan kendaraan di Kota Pontianak. Menurut data dari BPS, pada tahun 2017
terakhir tercatat jumlah kendaraan di Kota Pontianak yaitu sebanya 1.023.464. Kendaraan
tersebut terdiri dari, 921.885 kendaraan roda dua, 62.015 kendaraan ringan (Roda empat),
2.580 Bus dan 36.984 kendaraan (angkut) Cargo
3.5. Solusi
Dari masalah-masalah yang ada, kami merumuskan beberapa solusi yang mungkin dapat
di gunakan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
1. Kemacetan lalu lintas di perkotaan menjadi isu strategis. Penanganan kemacetan lalu
lintas perlu pendekatan kebijakan multi facet ( level macro = tata ruang, Level Mezzo =
transport demand, dan Level Micro = Street level), serta dinamika Kota Pontianak
semakin berkembang dan merupakan Ibukota Propinsi Kalimantan Barat sehingga tidak
terlepas dari lonjakan pertambahan jumlah kendaraan setiap hari/bulan/tahun serta
pengguna jalan yang semakin meningkat. Untuk di kawasan Jalan Reformasi untuk
mengatasi kemacetan dapat dilakukan dengan menyediakan ruang parkir baik vertical
maupun horizontal yang dapat menampung kendaraan-kendaraan yang akan menuju
café-café di sekitar Jalan Reformasi tersebut;
24
5. Strategi alternatif yang tepat yaitu menghilangkan/meniadakan on street parking di
jalan Reformasi sehingga volume lalu lintas yang terjadi dapat ditampung oleh
kapasitas jalan yang telah direncanakan dan kelancaran berlalu lintaspun dapat tercapai;
6. Perlu dilakukan pengendalian terhadap perubahan tata guna lahan yang terjadi, seperti
perubahan tata guna lahan pendidikan dan permukiman menjadi lahan perdagangan dan
jasa terutama di Kawasan Jalan Reformasi. Salah satu bentuk pengendalian tersebut
antara lain : penerapan Perda dan sanksi yang tegas apabila ada pemanfaatan lahan
yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah;
7. Untuk mengatasi permasalahan tingginya arus bolak balik atau komuter setiap hari di
sepanjang Jalan Reformasi, perlu dibangun pusat kegiatan baru yang salah satu
fungsinya mengurangi intensitas kegiatan di kawasan Jalan Reformasi; dan
8. Pembangunan jalan baru sebagai jalan alternative yang mengurangi kepadatan dan
kemacetan di Jalan Reformasi.
25
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Jalan Reformasi Untan terletak di Kelurahan Bansir Barat, Kecamatan Pontianak
Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Merupakan jalan baru yang sangat penting bagi
transportasi di Kota Pontianak. Memiliki lebar 1x3 meter s/d 6 meter dengan panjang jalan dari
pertigaan hingga bundaran sekitar 5 km.
Dalam RTRW Kota Pontianak Tahun 2013-2033 Jalan Reformasi merupakan jalan yang
berada pada kawasan pendidikan dan permukiman. Selain itu, Jalan reformasi juga berada dekat
dengan kawasan yang direncanakan sebagai kawasan strategis dalam sudut kepentingan SDA
dan Teknologi, karena berada dekat dengan Universitas Tanjungpura. Menurut RTRW tersebut,
Jalan Reformasi termasuk ke dalam jalan lokal sekunder.
Dengan dibukanya jalan ini, aktivitas di kawasan tersebut dapat berjalan dengan lebih
baik. Akan tetapi, besarnya tarikan dan bangkitan dari kawasan ini dan kurangnya lahan parkir
membuat lahan parkir yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan lahan parkir yang
seharusnya telah di perkirakan oleh pemilik tempat komersil.
Selain itu, terjadi kesalahan dalam penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang yang ada, jalan reformasi yang seharusnya termasuk dalam kawasan pendidikan dan
permukiman kini menjadi kawasan komersial dengan banyak pengunjung setiap harinya. Hal
ini selanjutnya memunculkan beberapa permasalahan yakni kemacetan, rendahnya kesadaran
masyarakat pemakai jalan dalam menjaga dan mematuhi ketentuan berlalu lintas, dan
peningkatan pertumbuhan usaha jasa dan perdagangan diiringi meningkatnya pertumbuhan
kendaraan yang keluar masuk.
26
4.2. Saran
Permasalahan yang timbul mengisyaratkan betapa pentingnya perencanaan dalam segala
hal, khususnya dalam hal pembangunan di suatu wilayah. Untuk kedepannya, diharapkan
adanya perencanaan yang lebih baik dan matang dalam pembangunan, penataan, pengawasan
suatu kawasan maupun wilayah. Hal ini dimaksudkan agar masalah dapat diminimalisir dan
manfaat yang di dapatkan lebih maksimal.
27