Anda di halaman 1dari 39

[Year]

[Type the company


name]

Toshiba

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat diselesaikannya laporan mata kuliah manajemen proyek yang
berjudul “Review Proyek Simpang Susun Semanggi” ini dapat diselesaikan secara optimal dan
tepat waktu. Laporan ini disusun dengan tujuan pemenuhan tugas mata kuliah manajemen
proyek serta untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman terkait proses manajemen
proyek tata ruang maupun penataan ruang terutama yang terjadi di Indonesia.
Dalam penyusunan laporan ini tim penulis memperoleh bantuan serta bimbingan dari
dosen pengampu mata kuliah manajemen proyek sehingga laporan ini dapat diselesaikan
dengan optimal, oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Bapak Farid Nurrahman, S.T., M.Sc.
Tim penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan mata kuliah manajemen proyek
ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami berharap kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca untuk perbaikan dalam pembuatan laporan kedepannya. Demikian
laporan ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak untuk menambah wawasan
terkait kemampuan menganalisis proyek penataan ruang di Indonesia.

Balikpapan, 30 April 2018

TIM PENULIS

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................. 3
1.4 Sasaran ............................................................................................................................ 3
1.5 Ruang Lingkup ................................................................................................................ 3
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi................................................................................. 3
1.5.2 Ruang Lingkup Substansi ........................................................................................ 4
1.6 Sistematika Pembahasan ................................................................................................. 5
BAB II GAMBARAN UMUM ..................................................................................................... 6
2.1 Gambaran Umum Wilayah Studi .................................................................................... 6
2.2 Gambaran Umum Proyek ................................................................................................ 7
BAB III REVIEW PROYEK ....................................................................................................... 14
3.1 Organisasi Proyek ......................................................................................................... 14
3.1.1 Hubungan Kerja antar Unsur Pelaksana ................................................................ 17
3.2 Perencanaan Proyek ...................................................................................................... 23
3.3 Studi Kelayakan ............................................................................................................ 30
3.4 Pengendalian dan Evaluasi ............................................................................................ 31
3.4.1 Pengendalian .......................................................................................................... 31
3.4.2 Evaluasi .................................................................................................................. 31
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................... 32
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 32
4.2 Lesson Learned ............................................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 34

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page ii


DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

TABEL
Tabel 2. 1 Data Teknis Pembangunan Simpang Susun Semanggi .......................................... 13

GAMBAR

Gambar 1. 1 Peta Administrasi Provinsi DKI Jakarta ............. Error! Bookmark not defined.

Gambar 2. 1 Kondisi Eksisting Kemacetan di Sekitar Kawasan Jembatan Semanggi DKI Jakarta
.................................................................................................................................................... 7
Gambar 2. 2 Kondisi Eksisting Simpang Susun Semanggi sebelum di Revitalisasi ................. 9
Gambar 2. 3 Kondisi Simpang Susun Semanggi Sesudah di Revitalisasi ................................. 9
Gambar 2. 4 Alur Simpang Susun Semanggi .......................................................................... 11
Gambar 2. 5 Layout Proyek Pembangunan Simpang Susun Semanggi .................................. 12
Gambar 2. 6 Lokasi Proyek Pembangunan Simpang Susun Semanggi ................................... 13

Gambar 3. 1 Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Simpang Susun Semanggi…………14


Gambar 3. 2 Skema Koordinasi Antar Unsur Pelaksana Proyek……………………………..18

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum, aktifitas manajemen merupakan suatu pengelolaan atau proses menata
organisasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan (Syafaruddin, 2004). Dengan kata lain,
manajemen merupakan proses bekerjasama antara individu dan kelompok serta sumberdaya
lainnya dalam mencapai tujuan organisasi yang merupakan wadah aktifitas manajemen. Terry
(2005) memberikan pengertian manajemen merupakan suatu proses atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok pada tujuan organisasi, sehingga dapat
disimpulkan jika manajemen merupakan suatu usaha yang dilakukan secara bersama – sama
untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dengan menjalankan fungsi perencanaan.
Salah satu kegiatan manajemen yang seringkali dilakukan yaitu manajemen suatu proyek.
Menurut Imam Soeharto (1999) manajemen proyek merupakan suatu kegiatan untuk
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumberdaya perusahaan untuk
mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Dalam suatu manajemen proyek
terdapat pendekatan sistem dan hierarki baik vertical maupun horizontal.
Perkembangan kota yang semakin pesat tentunya membutuhkan sebuah konsep
manajemen yang dapat memenuhi segala kebutuhan penduduk yang mendiami suatu kota serta
beraktivitas di dalam kota tersebut terkait kebutuhan sarana maupun prasarana. Hal
ini tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan segala sumber daya yang dimiliki kota
tersebut. Di Indonesia, penyediaan akan infrastruktur publik terus dilakukan, salah satunya
pembangunan jembatan layang persimpangan di DKI Jakarta yang menghubungkan antara
Grogol ke Senayan dan dari Jalan Jenderal Sudirman menuju Cawang.
Kota Jakarta merupakan Ibukota Republik Indonesia juga sebagai gerbang utama
Indonesia. Kota Jakarta yang menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya dengan berbagai sarana
di bidang pendidikan, budaya, olah raga, dan kesehatan memiliki letak strategis dan
menyediakan layanan angkutan darat, udara, dan laut terbaik di Indonesia.
Secara geografis wilayah DKI Jakarta terletak di antara 106 22’ 42" BT sampai 106 58’ 18" BT
dan -5 19’ 12" LS sampai -6 23’ 54" LS dengan luas wilayah 7.659,02 km2, terdiri dari daratan
seluas 661,52 km2, termasuk 110 pulau di Kepulauan Seribu, dan lautan seluas 6.997,50 km 2.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 1


Dalam penyediaan fasilitas jalan untuk mengurangi kemacetan di DKI Jakarta, maka
Pemerintah menginisiasi adanya sebuah proyek pembangunan infrastruktur berupa Jalan
Layang Non Tol. Wilayah di DKI Jakarta saat ini memiliki 29 Jalan Layang Non Tol yang
telah terbangun dan tersebar di beberapa titik jalan yang mengalami kemacetan DKI Jakarta.
Meskipun sudah ada 29 Jalan Layang Non Tol telah terbangun yang tersebar di wilayah DKI
Jakarta, namun penyediaan fasilitas pengurai kemacetan ini masih kurang dalam penanganan
kemacetan di Jakarta karena menurut data yang dihimpun dari data transportasi Jakarta tahun
2015 disebutkan jika rata – rata jumlah mobil di Jakarta mencapai 389 unit per hari, sedangkan
pertambahan jumlah motor di Jakarta mencapai 1.216 unit per hari.
Untuk itu, maka direncanakan pembangunan baru Jalan Layang Non Tol Simpang Susun
Semanggi yang berlokasi di Jalan. Jenderal Sudirman, Karet Semanggi, Setia Budi, Kota Jakarta
Selatan. Proyek ini digagas oleh Gubernur DKI Jakarta, dengan menggunakan Peraturan
Gubernur DKI Jakarta saat dijabat oleh Bapak Basuki T. Purnama, yang kemudian memberi
syarat kepada sebuah perusahaan swasta untuk membiayai proyek Simpang Susun Semanggi
sebagai kompensasi kenaikan koefisien luas bangunan (KLB) atas pembangunan konstruksi
mereka di Ibu Kota sebagai sumber pendanaan pembangunan Jalan Layang Non Tol (JLNT)
Simpang Susun Semanggi tanpa menggunakan APBD DKI Jakarta. Berdasarkan hal tersebut
selanjutnya akan dilakukan review terkait manajemen proyek Jalan Layang Non Tol Simpang
Susun Semanggi meliputi berbagai aspek serta tahapan yang dilakukan dalam proyek tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkanlah rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran umum proyek pembangunan Jalan Layang Non Tol Simpang
Susun Semanggi;
2. Bagaimana organisasi yang terdapat pada proyek Jalan Layang Non
Tol Simpang Susun Semanggi;
3. Bagaimana perencanaan proyek Jalan Layang Non
Tol Simpang Susun Semanggi;
4. Bagaimana hasil identifikasi studi kelayakan pada proyek Jalan Layang Non
Tol Simpang Susun Semanggi;
5. Bagaimana proses pengendalian dan evaluasi yang dilakukan pada proyek Jalan
Layang Non Tol Simpang Susun Semanggi.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 2


1.3 Tujuan
Berdasarkann rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari dibuatnya laporan review
manajemen proyek pembangunan Jalan Layang Non Tol Simpang Susun Semanggi adalah
untuk mengidentifikasi proses berjalannya proye serta mengidentifikasi tahapan – tahapan yang
dilakukan untuk mendukung keberhasilan proyek tersebut.

1.4 Sasaran
Adapun sasaran dari dibuatnya laporan manajemen proyek ini, antara lain:
1. Mengidentifikasi gambaran umum proyek pembangunan Jalan Layang Non Tol
Simpang Susun Semanggi;
2. Mengidentifikasi organisasi yang terdapat pada proyek Jalan Layang Non Tol
Simpang Susun Semanggi;
3. Mengidentifikasi perencanaan proyek Jalan Layang Non Tol Simpang Susun
Semanggi;
4. Mengidentifikasi studi kelayakan pada proyek Jalan Layang Non Tol Simpang Susun
Semanggi;
5. Mengidentifikasi proses pengendalian dan evaluasi yang dilakukan pada proyek Jalan
Layang Non Tol Simpang Susun Semanggi.

1.5 Ruang Lingkup

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi

DKI Jakarta meupakan ibukota negara Indonesia yang terletak di 5o 19’ 12” – 6o
23’ 54” LS dan 106o 22’ 42” – 106o 58’ 18” BT. Luas wilayah DKI Jakarta menurut SK
Gubernur Nomor 171 tahun 2007 adalah sebesar 662,33 km2 untuk daratan dan 6.977,5
km2 untuk lautan termasuk wilayah daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di teluk
Jakarta. Sedangkan secara administratif, wilayah administratif Provinsi DKI Jakarta
terbagi menjadi lima wilayah kota administratif dan satu kabupaten administratif yaitu
Kota administratif Jakarta Selatan, Kota administratif Jakarta Timur, Kota administratif
Jakarta Pusat, Kota administratif Jakarta Barat, Kota administratif Jakarta Utara dan
Kabupaten administratif Kepulauan Seribu. Daerah dengan wilayah terluas adalah Kota
Jakarta Timur dengan luas wilayah 188,03 km 2. Hingga tahun 2015, Badan Pusat Statistik

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 3


Provinsi DKI mencatat terdapat sekitar 10.177.924 jiwa penduduk yang tinggal di 5 kota
administratif Jakarta. Adapun batas wilayah administratif DKI Jakarta, antara lain:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Provinsi Jawa Barat
Sebelah Barat : Provinsi Banten
Sebelah Selatan : Kota Depok
Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan peta lokasi studi DKI Jakarta pada Gambar 1.1
sebagai berikut.

Gambar 1. 1 Peta Administrasi Provinsi DKI Jakarta


Sumber: Peta Tematik Indo, 2013

1.5.2 Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi pada penulisan laporan ini yaitu identifikasi gambaran
umum serta perencanaan proyek pembangunan Jalan Layang Non Tol Simpang Susun
Semanggi serta melakukan review terhadap proyek yang meliputi organisasi proyek, studi
kelayakan serta pengendalian dan evaluasi yang dilakukan terhadap proyek tersebut.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 4


1.6 Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan laporan terdapat sistematika penulisan untuk menjabarkan secara
deskriptif bab yang terdapat pada laporan, meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, ruang lingkup serta
sistematika penulisan dalam laporan.
BAB II GAMBARAN UMUM
Bab ini berisi gambaran umum lokasi studi dan gambaran umum proyek yang
diidentifikasi.
BAB III REVIEW PROYEK
Bab ini berisi identifikasi terhadap proyek meliputi organisasi proyek, perencanaan
proyek, studi kelayakan serta pengendalian dan evaluasi.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan serta lesson learned yang didapatkan dari manajemen proyek
yang dilakukan pada proyek Jalan Layang Non Tol Simpang Susun Semanggi.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 5


BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Gambaran Umum Wilayah Studi


Berdasarkan administrasi, Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota
administrasi, meliputi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara dengan luas 142,20
km2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km 2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km 2, dan
Jakarta Timur seluas 18,73 km2, serta satu Kabupaten administrasi, yakni Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2. Menurut Perda No 1 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007-2012 keadaan Kota
Jakarta umumnya beriklim panas dengan suhu udara maksimum berkisar 32,7°C - 34,°C pada
siang hari, dan suhu udara minimum berkisar 23,8°C -25,4°C pada malam hari. Rata-rata curah
hujan sepanjang tahun 237,96 mm, selama periode 2002-2006 curah hujan terendah sebesar
122,0 mm terjadi pada tahun 2002 dan tertinggi sebesar 267,4 mm terjadi pada tahun 2005,
dengan tingkat kelembaban udara mencapai 73,0 - 78,0 persen dan kecepatan angin rata-rata
mencapai 2,2 m/detik - 2,5 m/detik.

Menurut data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta tahun 2017,
disebutkan jika jumlah penduduk di wilayah Provinsi DKI Jakarta tahun 2010 berjumlah
9.608.000 jiwa, sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 10.277.628 jiwa. Meningkatnya jumlah
penduduk yang terjadi, menyebabkan kebutuhan penduduk ikut meningkat, khususnya
kebutuhan terhadap kendaraan bermotor. Dikarenakan jumlah kebutuhan kendaraan bermotor
bertambah, menyebabkan volume kendaraan bermotor di Kota Jakarta ini pun ikut bertambah.
Namun disayangkan, pertambahan volume kendaraan ini tidak diikuti dengan pertambahan
luasan ruas jalan, sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas di setiap ruas jalan di Kota
Jakarta. Salah satu pusat kemacetan ibukota terletak di daerah Jakarta Inner Ring Road RT. 2/
RW. 4, Kelurahan Karet Semanggi, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, khususnya di sekitar
kawasan Jembatan Semanggi. Adapun kondisi eksisting kemacetan dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 6


.

Gambar 2. 1 Kondisi Eksisting Kemacetan di Sekitar Kawasan Jembatan Semanggi DKI Jakarta
Sumber: Okezone.com, 2017

Untuk mengatasi permasalahan kemacetan yang terjadi, Pemerintah DKI Jakarta


melakukan revitalisasi Jembatan Semanggi menjadi Simpang Susun Semanggi.
Pembangunan Simpang Susun Semanggi diharapkan mampu mengurangi kemacetan lalu
lintas di sekitar kawasan tersebut. Karena nantinya, kendaraan bermotor dari Jalan Gatot
Subroto tidak akan lagi bertemu dengan kendaraan dari Jalan Sudirman di kolong jembatan
yang sering kali membuat lalu lintas tersendat.

2.2 Gambaran Umum Proyek

Berikut disajikan data terkait proyek pembangunan Simpang Susun Semanggi:

1. Nama Proyek : Proyek Pembangunan Simpang Susun Semanggi


2. Lokasi Proyek : Jalan Gatot Subroto / Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta
3. Pemrakarsa Proyek : PT. Mitra Panca Persada
4. Konsultan Perencana : PT.Cipta Graha Abadi
5. Konsultan Pengawas dan : PT. Bina Karya (Persero)
6. Kontraktor : PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk.
7. Penerima Aset : Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi DKI
Jakarta
8. Sistem Kontrak : Lump Sum Fixed Price – Design and Build

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 7


9. Waktu Total : 540 hari kalender
10. Nilai Kontrak : Rp 345.067.000.000 (Termasuk PPN)
11. Sistem Pembayaran : Monthly Progress
12. Masa Pemeliharaan : 365 Hari Kalender

Jembatan Semanggi mulai dibangun pada tahun 1961. Pada awalnya ide pembangunan
jembatan ini digagas oleh Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Ir.Soekarno dan
dirancang oleh Ir. Sutami yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum. Jembatan
Semanggi dibangun sebagai salah satu infrastruktur yang mendukung kegiatan Asian Games
pada tahun 1962.
Pada awalnya, lokasi berdirinya Jembatan Semanggi merupakan daerah bekas rawa
yang banyak ditumbuhi oleh tanaman semanggi, yang mana daun semanggi mempunyai nilai
filosofis sebagai simbol persatuan bangsa. Empat bagian daun pada daun semanggi diartikan
sebagai perbedaan yang ada di Indonesia baik suku, ras ataupun agama, yang kemudian
disatukan dengan tangkai daun semanggi menjadi satu kesatuan bagian yang utuh. Filosofi
Simpang susun Semanggi ini juga disama artikan dengan fungsi “Suh” oleh Presiden
Soekarno, yang dalam bahasa Jawa berarti pengikat sapu lidi, yang berfungsi untuk
menyatukan batang-batang lidi menjadi sapu yang kokoh dan kuat.
Jembatan Semanggi mempunyai nilai sejarah yang sangat penting bagi bangsa
Indonesia. Hal itu dikarenakan simpang susun ini tidak hanya mampu mengurai kemacetan
yang ada di persimpangan antara dua jalan besar ibukota, yaitu jalan Jendral Sudirman dan
Jalan Gatot Subroto, akan tetapi jembatan ini juga merupakan salah satu bentuk kebanggaan
bangsa Indonesia yang nyata hasil pemikiran anak bangsa. Kini jembatan tersebut telah
mengalami penambahan berupa pembangunan Simpang Susun Semanggi yang juga berfungsi
sebagai infrastruktur pendukung pesta olahraga Asian Games ke-18 yang akan diadakan pada
tahun 2018 mendatang, dengan Indonesia sebagai tuan rumah. Adapun kondisi eksisting
sebelum dan sesudah direvitalisasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 8


Gambar 2. 2 Kondisi Eksisting Simpang Susun Semanggi sebelum di Revitalisasi
Sumber: Kompas.com, 2017

Gambar 2. 3 Kondisi Simpang Susun Semanggi Sesudah di Revitalisasi


Sumber: Kompas.com, 2017

Simpang Susun Semanggi diyakini mampu mengurangi 30-40 persen kemacetan di


DKI Jakarta. Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Yusmada Faizal Samad menjelaskan
lalu lintas di Simpang Susun Semanggi macet karena kondisi weaving (pertemuan antara jalur
cepat dan lambat) sehingga kendaraan yang ke kiri dan kanan saling berbenturan. Pertemuan
ruas yang dipisahkan dengan jalan layang itu adalah arus dari ruas Jalan Gatot Subroto dan
Jalan Sudirman di kolong bundaran simpang susun semanggi. Weaving menjadi masalah saat
volume kendaraan meningkat. Sebab, weaving terjadi jarak antar kendaraan harus terjaga
agar tak terjadi kemacetan. Dengan pembangunan Simpang Susun Semanggi menjadi solusi
pemisahan arus pertemuan jalur cepat dan jalur lambat. Pembuatan jalur langsung (direct
ramp) arah Bundaran HI-Cawang untuk menghilangkan weaving arah timur-selatan dan arah
blok M-Slipi untuk menghilangkan weaving arah utara-selatan. Selain fungsi utamanya
mengurangi macet, Simpang Susun Semanggi juga diharapkan menjadi ikon baru Kota
Jakarta, sehingga faktor estetika Simpang Susun Semanggi menjadi perhatian Pemprov DKI
Jakarta.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 9


Jika ditelaah lebih jauh lagi, Simpang Susun Semanggi ini didesain oleh Jodi
Frimasyah, ahli jembatan dari ITB yang juga merancang Jembatan Barelang, ikon Pulau
Batam. Jalanan melengkung ini juga akan menjadi ikon kedua setelah Monas. Tak hanya
menggunakan teknologi canggih, jalan melengkung sepanjang 1,6 km ini juga akan dihiasi
oleh pencahayaan lampu warna-warni yang juga bisa dioperasikan dari Balai Kota. Adapun
motif yang dipilih pada pagar flyover yaitu motif daun semanggi di sisi luarnya, sedangkan
sisi dalam akan bermotif gigi balang seperti rumah adat Betawi.
Proyek yang dimulai pada 2016 lalu ini memang merupakan gagasan dari Gubernur
DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama saat itu. Pada 28 Juli hingga 5 Agustus 2017 lalu,
Simpang Susun Semanggi juga telah diuji coba. Ketika proyek ini telah terealisasi, nantinya
para pengendara mobil dari arah Cawang dapat langsung belok di Semanggi menuju arah
Bundaran HI dan dari arah Slipi dapat langsung belok di Semanggi apabila ingin menuju ke
arah Blok M.
Simpang Susun Semanggi merupakan salah satu contoh dari persimpangan tidak
sebidang yang ada di Indonesia. Sejak tahun 1962, simpang susun Semanggi dianggap telah
mampu mengatasi kemacetan Jalan Jenderal Gatot Subroto yang berada melintang di atas
Jalan Jenderal Sudirman. Namun seiring dengan berjalannya waktu, volume lalu lintas yang
melintas simpang susun ini terus bertambah sehingga menyebabkan kemacetan parah pada
jam-jam puncak terutama di bagian jalan melingkar yang memiliki lebar lebih sempit
dibandingkan jalan utama. Dengan adanya Peraturan Gubernur Nomor 175 tahun 2015
tentang Pengenaan Kompensasi Terhadap Pelampauan Nilai Koefisien Lantai Bangunan,
pemerintah provinsi DKI Jakarta menyerahkan proyek Pembangunan Simpang Susun
Semanggi ini kepada PT. Mitra Panca Persada sebagai kompensasi atas pengajuan izin
penambahan koefisien lantai bangunan gedung Wisma Sudirman, miliknya, yang mana
kemudian PT. Mitra Panca Persada menyerahkan pelaksanaan proyek Pembangunan Simpang
Susun Semanggi kepada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Berikut disajikan gambar arah
tujuan Simpang Susun Semanggi yang telah ditentukan oleh Dinas Perhubungan Provinsi
DKI Jakarta seperti pada Gambar 2.4 sebagai berikut

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 10


Gambar 2. 4 Alur Simpang Susun Semanggi

Sumber: detiknews.com

Berdasarkan Gambar 2.4 di atas dapat diketahui bahwa para pengendara mobil dari
arah Cawang jika ingin menuju ke arah Bundaran HI maka mereka harus belok melewati
Simpang Susun Semanggi (pada gambar ikuti garis berwarna kuning). Dari arah Slipi,
pengendara bermotor dapat langsung belok melewati Simpang Susun Semanggi bila ingin
menuju ke arah blok M. Sedangkan untuk arah putar balik dari arah Slipi ataupun dari arah
Cawang dapat melalui jalur Kupingan Semanggi (yang berbentuk melengkung seperti daun
semanggi).
Selanjutnya disajikan pula gambar penunjang terkait proyek pembangunan Simpang
Susun Semanggi sebagai berikut.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 11


Gambar 2. 5 Layout Proyek Pembangunan Simpang Susun Semanggi

Sumber: Yogie, 2017

Ramp yang dimaksud pada gambar di atas yaitu suatu segmen jalan yang berperan
sebagai penghubung antara ruas jalan, segmen jalan masuk ke jalur utama disebut on ramp
dan segmen jalan keluar dari jalur utama disebut off ramp. Berdasarkan gambar di atas dapat
diketahui jika jembatan ini terbagi menjadi dua buah ruas dimana ramp satu (1)
diperuntukkan bagi kendaraan dari arah Cawang menuju ke Bundaran Hotel Indonesia
sehingga kendaraan dari arah Grogol yang mengarah ke Blok M tidak perlu berbelok
melewati kolong Semanggi tetapi dapat langsung melalui Simpang Susun yang mengarah ke
Blok M. Sedangkan Ramp dua (2) diperuntukkan bagi kendaraan dari arah Cawang menuju
Thamrin dan satu ruas lainnya diperuntukkan bagi kendaraan dari arah Slipi menuju Blok M
sehingga pengendara tidak perlu berbelok melewati kolong, karena pengendara dapat
langsung naik ke Ramp dua (2) Simpang Susun yang mengarah ke Thamrin. Dengan begitu,
tidak lagi terjadi pertemuan antara pengendara jalan dari Jalan Gatot Subroto dan dari Jalan
Sudirman di kolong jembatan yang kerap membuat lalu lintas tersendat. Panjang Ramp 1
pada proyek ini adalah 796 meter dan Ramp 2 memiliki panjang 826 meter.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 12


Gambar 2. 6 Lokasi Proyek Pembangunan Simpang Susun Semanggi

Sumber: Yogie, 2017

Selanjutnya, proyek Simpang Susun Semanggi juga memiliki data teknis pembangunan
seperti yang disajikan pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2. 1 Data Teknis Pembangunan Simpang Susun Semanggi

Jenis Ramp 1 Ramp 2


Panjang Total 796 m 826 m
Tinggi Pier Minimal 6,30 m 6,90 m
Tinggi Pier Maksimal 13,43 m (P6) 12,55 m (P6)
Bentang Terpendek 38 m 29 m
Bentang Terpanjang 80 m 80 m
Lebar Jalan 8 m/jalur 8 m/jalur
Jenis Girder Segmental Box Girder Segmental Box Girder
Jenis Fondasi Bore Pile (Ø 1,2 m; 0,8 m; 0,6 m) Bore Pile (Ø 1,2 m; 0,8 m; 0,6 m)
Kedalaman Fondasi ± 30 m & ± 20 m ± 30 m & ± 20 m
Perkerasan Jalan Surfacing by Asphalt Concrete Surfacing by Asphalt Concrete
Sumber: Yogie, 2017

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jika jalan Simpang Susun Semanggi pada tahap
pertama sepanjang 796 m dan pada tahap akhir sepanjang 826 m dengan lebar jalan 8 m per
jalurnya. Dengan tinggi jalan mencapai 11 m pada tahap 1, pada tahap 2 tinggi jalan
mencapai 11,45 m.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 13


BAB III
REVIEW PROYEK

3.1 Organisasi Proyek

Dalam pelaksanaan proyek diperlukan adanya suatu organisasi yang merupakan tata
kerja untuk menunjang keberhasilan proyek yang akan dikerjakan. Organisasi dalam arti
badan dapat didefinisikan sebagai kelompok kerja orang yang bekerja sama dalam suatu
kelompok-kelompok kerja yang saling terkait, bertanggung jawab dan bekerja sama secara
harmonis untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok-kelompok kerja tersebut terdiri atas;
pemberi tugas, konsultan perencana, kontraktor pelaksana, konsultan pengawas/konsultan
manajemen konstruksi (MK). Unsur-unsur pelaksana yang terlibat dalam proyek
Pembangunan Simpang Susun Semanggi dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.

Pemilik Aset
Pemberi Tugas
Pemerintah Provinsi DKI
PT.MItra Panca Persada
Jakarta

Kontraktor Pelaksana
Konsultan Perencana Konsultan Pengawas/MK
PT. Wijaya Karya
PT. Arkorin PT. Bina Karya (Persero)
(Persero) Tbk.

Sub-Kontraktor

Gambar 3. 1 Struktur Organisasi Proyek Pembangunan Simpang Susun Semanggi

Berdasarkan struktur organisasi pada organigram di atas, maka dapat diketahui jika
berbagai unsur yang terdapat dalam organisasi tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab
masing - masing, berikut merupakan uraian tugas serta tanggung jawab dari masing-masing
unsur-unsur tersebut.
1. Pemberi Tugas

Pemberi tugas adalah seseorang atau badan hukum atau instansi yang memiliki
proyek dan menyediakan dana guna merealisasikan proyek tersebut. Pada proyek ini,

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 14


yang bertindak sebagai pemberi tugas adalah PT Mitra Panca Persada. Tugas dan
wewenang pemberi tugas adalah sebagai berikut:
1. Membayar sejumlah biaya perencanaan dan pelaksanaan proyek sesuai dengan
nilai kontrak yang telah disetuju;
2. Mengendalikan proyek secara keseluruhan untuk mencapai target pekerjaan sesuai
rencana baik dari segi mutu, biaya maupun waktu;
3. Mengadakan kontrak dengan kontraktor yang memuat tentang tugas dan
kewajiban sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan;
4. Menandatangani surat perintah kerja dan dokumen penting lainnya;
5. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan;
6. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah direncanakan.
2. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah badan yang menyusun program kerja, rencana kegiatan
dan pelaporan serta keterlaksanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bertindak
sebagai perencana pada proyek ini ialah PT Arkonin, tugas dan wewenangnya adalah
sebagai berikut:
1. Membuat perencanaan lengkap, meliputi gambar detail, rencana kerja dan syarat
(RKS), detail perhitungan struktur, hingga perencanaan anggaran biaya;
2. Penyiapan dokumen lelang;
3. Membantu penjelasan rencana proyek serta membuat berita acara penjelasan dalam
pelelangan proyek;
4. Memberikan usulan, saran, dan pertimbangan kepada pemberi tugas dalam
pengambilan keputusan terkait perubahan pekerjaan;
5. Memberikan penjelasan kepada kontraktor terkait kejelasan detail gambar dan
RKS.
3. Konsultan Pengawas/MK
Konsultan pengawas merupakan badan yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan proyek pembangunan.
Konsultan pengawas harus mampu bekerja sama dengan konsultan perencana dalam suatu
proyek. Dalam proyek ini, PT Bina Karya (Persero) berperan sebagai konsultan pengawas
dan memiliki tugas serta wewenang sebagai berikut:

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 15


1. Melakukan pengawasan berkala serta memberikan pengarahan, petunjuk, dan
penjelasan kepada pelaksana konstruksi dan meneliti hasil-hasil yang telah
dikerjakan;
2. Memberikan rekomendasi progress report pekerjaan pelaksana untuk meminta
dana kepada pemberi tugas guna membiayai pelaksanaan pekerjaan selanjutnya;
3. Memberikan teguran dan atau peringatan kepada pelaksana konstruksi apabila
dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi penyimpangan dari spesifikasi dan gambar-
gambar teknis;
4. Mempersiapkan, mengawasi dan melaporkan hasil pelaksanaan proyek kepada
pemberi tugas.
4. Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana merupakan sebuah badan yang diberikan tugas oleh pemberi
tugas untuk melaksanakan pembangunan sesuai prosedur pelelangan maupun penunjukan
langsung. Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati oleh pihak
terkait. Dalam proyek ini PT Wijaya Karya (Persero) Tbk bertindak sebagai kontraktor
pelaksana yang memiliki tugas dan kewajiban sebagai berikut:

1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan syarat dan peraturan yang tertuang dalam
dokumen kontrak;
2. Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum melaksanakan pekerjaan di
lapangan;
3. Membuat berita acara dilengkapi dengan dokumentasi setiap pekerjaan di
lapangan;
4. Melakukan perbaikan atas kerusakan dan/atau kekurangan pekerjaan yang
diakibatkan oleh kesalahan pihak pelaksana proyek tanpa biaya tambahan;
5. Membuat dokumen tagihan bulanan sesuai dengan volume pekerjaan yang telah
disetujui dan dilaksanakan di lapangan;
6. Menyerahkan hasil pekerjaan kepada owner setelah proyek benar-benar selesai
dan disetujui oleh semua pihak.

Dalam pekerjaannya, pihak kontraktor pelaksana dapat meminta bantuan kepada sub
kontraktor sesuai perjanjian antar pihak pelaksana dan sub kontraktor terkait. Unsur-unsur
pelaksana yang terlibat dalam proyek Pembangunan Simpang Susun Semanggi memiliki
struktur organisasi dimana dalam organisasi tersebut Pemberi Tugas berada pada tempat
tertinggi. Pemberi tugas adalah seseorang atau badan hukum atau instansi yang memiliki

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 16


proyek dan menyediakan dana guna merealisasikan proyek tersebut. Dalam proyek ini yang
bertindak sebagai pemberi tugas adalah PT Mitra Panca Persada. Selanjutnya adalah Pemilik
Aset, dimana pemilik asset ini berkoordinasi langsung dengan Pemberi Tugas. Pemilik asset
dalam proyek ini adalah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Dibawah Pemberi tugas ada konsultan perencana, konsultan pelaksana dan konsultan
pengawas/MK. Konsultan perencana adalah badan yang menyusun program kerja, rencana
kegiatan dan pelaporan serta keterlaksanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bertindak
sebagai perencana pada proyek ini ialah PT Arkonim, Konsultan pengawas merupakan badan
yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan proyek pembangunan. Konsultan pengawas dengan konsultan perencana harus
bisa bekerja sama dalam suatu proyek. PT Bina Karya (Persero) berperan sebagai konsultan
pengawas. Dan selanjutnya ada kontraktor pelaksana yang merupakan sebuah badan yang
diberikan tugas oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pembangunan sesuai prosedur
pelelangan maupun penunjukan langsung. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk bertindak sebagai
kontraktor pelaksana.

3.1.1 Hubungan Kerja antar Unsur Pelaksana


Dalam penyelenggaraan pelaksanaan suatu proyek, semua unsur pelaksana
harus mengikuti dan berpedoman pada ketentuan, persyaratan dan peraturan yang telah
disepakati baik dari segi teknis maupun administratif. Selain itu, semua unsur harus
mempunyai arahan maupun koordinasi dengan unsur pelaksana lainnya dalam suatu proyek.
Pada proyek pembangunan Simpang Susun Semanggi, unsur-unsur pelaksana proyek serta
hubungan antar unsur tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2 sebagai berikut,

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 17


General Seprintendent
I Ketut Pasek Senjaya Putra

Deputy General Seprintendent


Dani Widiatmoko

Technical Support
Manajerk K3L
Designer : Jodi Firmansyah
Andri Herminda
IPC & CES : Yew Wah Leung

Manajer Konstruksi Area Manajer Konstruksi Area Manajer Administrasi


Manajer Teknik & QA/QC
1 2 Keuangan
Septianto Ganda Nugraha
Muhammad Faizal Yasin Bayu Budi P Eko Setiawan
Staff Teknik Pelaksana Pelaksana Staff KEU & HC
Staff QA & QC

Manajer Komersial
Agung Usada
Staff KOM &
ADKON

Manajer Pengadaan &


Peralatan
Galuh Nurbianto ----- Garis Koordinasi
Staff DANLAT ___ Garis Komando

Gambar 3. 2 Skema Koordinasi Antar Unsur Pelaksana Proyek

Sumber: Yogie, 2017

Berbagai unsur tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, berikut
merupakan uraian tugas serta tanggung jawab dari masing - masing unsur pada proyek
tersebut.

1. General Superintendent dan Deputy General Superintendent

General Superintendent adalah penanggung jawab utama yang dalam hal ini
menjamin bahwa setiap persyaratan yang ditetapkan dalam “Project quality plan”
yang mungkin diisyaratkan sesuai dengan syarat-syarat mutu untuk proyek. Tugas
General Superintendent yaitu:

1. Mengkoordinasi seluruh pelaksanaan pekerjaan di lapangan;


2. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan proyek dari awal sampai selesai;
3. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan mutlak;

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 18


4. Memotivasi seluruh stafnya agar bekerja sesuai dengan ketentuan dan sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
Sedangkan tugas dari Deputy General Superintendent yaitu:
a. Bertanggung jawab kepada General Superintendent;
b. Mengambil keputusan yang berkenaan dengan proyek atas
persetujuan General Superintendent;
c. Membantu General Superintendent dalam mengkoordinasi
pelaksanaan proyek dari awal sampai selesai.
1. Tim Ahli
Tim Ahli merupakan institusi independen yang direkrut oleh kontraktor
pelaksana untuk membantu melaksanakan pekerjaan kontraktor. Dalam
proyek ini yang bertindak sebagai Tim Ahli Perencana (designer) adalah
PT. Cipta Graha Abadi. Tugas dari designer dalam proyek Pembangunan
Simpang Susun Semanggi antara lain:
a. Penyusunan basic design dan melakukan perhitungan teknis untuk
keperluan tender;
b. Penyusunan Detail Engineering Design (DED) pada saat pelaksanaan
proyek;
c. Supervisi pada saat pelaksanaan atas desain dan menerbitkan
justifikasi teknis terkait dengan perubahan structural Selain itu
terdapat pula YWL Engineering Pte. Ltd.

Pada Tim Ahli yang berperan sebagai Independent Proof Checker (IPC) dan
Construction Engineering Service (CES) dan bertanggung jawab atas:

a. Advisor pada tahap penyiapan basic design terkait dengan evaluasi


atas metode kerja dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan
proyek;
b. Independent Proof Checker (IPC) untuk Detail Engineering Design
(DED) dari konsultan perencana;
c. Contruction Engineering Service (CES) dan geometry control untuk
fabrikasi dan pemasangan segmen;
d. Supervisi untuk fabrikasi segmen, lifter dan segment moulding;
e. Perencana temporary works untuk bagian jembatan yang melengkung.
2. Manajer Teknik & QA/QC

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 19


Manajer Teknik merupakan orang yang bertanggung jawab dalam
serangkaian gambar-gambar teknis dan metode pelaksanaan yang
digunakan untuk melaksanakan suatu proyek. Dalam melaksanakan
tugasnya Manajer Teknik dibantu orang-orang diposisi seperti:
a. Staf Teknik;
b. Staf Quality Assurance;
c. Staf Quality Control;
d. Surveyor;
e. Drafter.
3. Manajer Komersial
Manajer komersial merupakan orang yang menyiapkan rencana
kebutuhan sumber daya dan jadwal kegiatan konstruksi, menetapkan target
kegiatan konstruksi, melaksanakan pengukuran kinerja biaya dan waktu
serta mengevaluasi biaya dan waktu pengerjaan suatu proyek. Dalam
melaksanakan tugasnya Manajer Komersial dibantu orang-orang diposisi
seperti:
a. Quantinty Engineer;
b. Estimator;
c. Staf komersial.
4. Manajer Pengadaan dan Peralatan
Manajer Pengadaan dan Peralatan bertanggungjawab langsung kepada
pimpinan di dalam menyelenggarakan kegiatan penyediaan perbekalan dan
peralatan untuk proyek. Dalam melaksanakan tugasnya Manajer Pengadaan
dan Peralatan dibantu orang-orang diposisi seperti:
a. Gudang/Logistik;
b. Staf Pengadaan.
5. Manajer Administrasi dan Keuangan
Sebuah proyek konstruksi akan berjalan dengan baik jika didukung oleh
seorang administrasi dan keuangan proyek dengan berbagai macam
tugasnya. Peran administrasi proyek dimulai dari masa persiapan
pelaksanaan pembangunan sampai dengan pemeliharaan dan penutupan
kontrak kerja. Dalam melaksanakan tugasnya Manajer Administrasi dan
Keuangan dibantu orang-orang diposisi seperti:
a. Kasir;
MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 20
b. Akuntansi;
c. Sekretaris;
d. Staf personalia;
e. Keamanan;
f. Umum.
6. Manajer K3L
Manajer K3L bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Lingkungan (K3L) di lingkungan proyek seperti alat-alat
perlengkapan dasar dapat berfungsi sebagaimana yang dibutuhkan ketika
ada benda-benda yang terjatuh. Selain itu Manajer K3L juga bertugas untuk
mempersiapkan lingkungan kerja yang aman dan memberikan briefing
kepada pembantu pelaksana, mandor, dan subkontraktor. Dalam
melaksanakan tugasnya Manajer K3L dibantu oleh orang-orang diposisi
seperti:
a. Safety Officer;
b. Safety Man.
7. Manajer Konstruksi
Manajer konstruksi berperan dalam pencapaian tujuan proyek dengan
melakukan apa yang menjadi tahapan-tahapan proses project management.
Tahapan-tahapan itu antara lain yaitu:
a. Pengendalian Waktu;
b. Pengendalian Biaya;
c. Pengendalian Mutu

Dalam melaksanakan tugasnya Manajer Konstruksi dibantu oleh orangorang diposisi


seperti:
1. Pelaksana Pekerjaan Tanah;
2. Pelaksana Pekerjaan Tanah;
3. Pelaksana Pekerjaan Struktur;
4. Pelaksana Perkerasan Jalan;
5. Pelaksana Perlengkapan Jalan;
6. Administrasi Lapangan.

Pada proyek pembangunan Simpang Susun Semanggi, unsur-unsur pelaksana proyek


serta hubungan antar unsur tersebut memiliki struktur organisasi dimana dalam organisasi

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 21


tersebut dimana General seprintendent berada pada tempat tertinggi. General Superintendent
adalah penanggung jawab utama. Dibawah General Superintendent terdapat Deputy General
Superintendent, dimana tugas dari Deputy General Suprentendent membantu General
Superintendent dalam mengkoordinasi pelaksanaan proyek dari awal sampai selesai.
Dibawah Deputy General Superintenden terdapat Technical support dan Manajer K3L.
Technical support atau Tim ahli merupakan institusi independen yang direkrut oleh
kontraktor pelaksana untuk membantu melaksanakan pekerjaan kontraktor. Dalam proyek ini
yang bertindak sebagai Tim Ahli Perencana (designer) adalah PT. Cipta Graha Abadi. Pada
Tim Ahli yang berperan sebagai Independent Proof Checker (IPC) dan Construction
Engineering Service (CES) adalah Yew Wah Leung. Sedangkan Manajer K3L bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan (K3L) di
lingkungan proyek seperti alat-alat perlengkapan dasar dapat berfungsi sebagaimana yang
dibutuhkan ketika ada benda-benda yang terjatuh. Selain itu Manajer K3L juga bertugas
untuk mempersiapkan lingkungan kerja yang aman dan memberikan briefing kepada
pembantu pelaksana, mandor, dan subkontraktor. Dibawah Technical support dan Manajer
K3L terdapat Manajer Teknik & QA/QC, Manajer Konstruksi Area 1 dan 2 serta Manajer
Administrasi Keuangan. Manajer Teknik merupakan orang yang bertanggung jawab dalam
serangkaian gambar-gambar teknis dan metode pelaksanaan yang digunakan untuk
melaksanakan suatu proyek sedangkan Dalam melaksanakan tugasnya Manajer Teknik
dibantu orang-orang diposisi seperti staff teknik, staff Quality Assurance (QA), staff Quality
Control, (QC), surveyor, drafter. Selanjutnya ada Manajer konstruksi yang berperan dalam
pencapaian tujuan proyek dengan melakukan apa yang menjadi tahapan-tahapan proses
project management. Manajer Administrasi dan Keuangan berperan sebagai pengatur
keuangan dan administrasi dalam sebuah proyek. Peran administrasi proyek dimulai dari
masa persiapan pelaksanaan pembangunan sampai dengan pemeliharaan dan penutupan
kontrak kerja. Dibawah Manajer Teknik & QA/QC terdapat manajer Komersial dimana
manajer komersial merupakan orang yang menyiapkan rencana kebutuhan sumber daya dan
jadwal kegiatan konstruksi, menetapkan target kegiatan konstruksi, melaksanakan
pengukuran kinerja biaya dan waktu serta mengevaluasi biaya dan waktu pengerjaan suatu
proyek. Dibawah manajer komersial terdapat Manajer Pengadaan dan Peralatan. Manajer
Pengadaan dan Peralatan bertanggungjawab langsung kepada pimpinan di dalam
menyelenggarakan kegiatan penyediaan perbekalan dan peralatan untuk proyek. Dalam
melaksanakan tugasnya Manajer Pengadaan dan Peralatan dibantu orang-orang diposisi
seperti gudang/logistik dan staff Pengadaan
MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 22
3.2 Perencanaan Proyek

Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Jakarta Tahun


2013-2017 disebutkan bahwa Proyek pembangunan Simpang Susun Semanggi ini merupakan
salah satu proyek yang dibahas dalam RPJMD DKI Jakarta, dimana termasuk dalam
kebijakan yang meliputi pembangunan dan peningkatkan kapasitas ruas jalan, peningkatan
kapasitas simpang (dengan pembangunan flyover dan underpass), penyelesaian jalan tol
lingkar luar, jalan layang, pembangunan beberapa ruas missing link serta pembangunan Area
Traffic Control System (ATCS) dan Intelligence Transportation System (ITS) yang
merupakan integrasi antara sistem informasi, teknologi komunikasi dan pengguna jalan yang
membantu sistem transportasi secara keseluruhan untuk bekerja secara efektif dan efisien.

Simpang Susun Semanggi dirasa dapat menjawab isu strategis Kota Jakarta dalam
pembangunan transportasi karena sistem transportasi merupakan kebutuhan utama yang perlu
diperhatikan dalam pembangunan daerah. Hal ini juga didukung kondisi Kota Jakarta yang
merupakan salah satu kota megapolitan di dunia, sehingga Jakarta menghadapi berbagai
permasalahan transportasi akibat meningkatnya aktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Oleh
karena itu, perlu pembangunan sistem transportasi terpadu untuk memperlancar kegiatan
produksi, distribusi barang dan jasa serta peningkatan aksesibilitas bagi manusia ataupun
barang dan jasa.

Terbentuknya isu strategis pembangunan transportasi yang dianggap sangat perlu


dibangun didasarkan pada analisis pendahuluan sesuai dengan RPJMD DKI Jakarta yang
menyatakan bahwa pembangunan transportasi di DKI Jakarta masih dihadapkan pada
berbagai permasalahan antara lain, kapasitas jalan yang tidak mencukupi, terbatasnya
ketersediaan dan pelayanan angkutan umum, tidak terintegrasinya sistem dan jaringan
transportasi multimoda, ketersediaan dan akses prasarana jalan untuk mendukung pelabuhan
dan bandar udara, transportasi laut ke wilayah Kepulauan Seribu dan kedisiplinan masyarakat
dalam berlalu lintas. Kapasitas jalan sudah tidak mencukupi untuk memenuhi pergerakan
orang dan barang yang terus meningkat dari dalam kota maupun dari luar kota Jakarta.
Penambahan ruas jalan yang hanya sekitar 1 (satu) persen per tahun tidak sebanding dengan
pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai sekitar 11 persen per tahun. Kondisi ini
menyebabkan terganggunya kelancaran lalu lintas dan menimbulkan titik-titik kemacetan.
Hampir semua ruas jalan arteri di Jakarta sudah mengalami kemacetan.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 23


Terbatasnya ketersediaan dan pelayanan angkutan umum menyebabkan masih
tingginya penggunaan kendaraan pribadi. Kapasitas angkutan umum hanya mampu melayani
sekitra 19 persen dari jumlah permintaan perjalanan. Pertambahan kendaraan bermotor terus
meningkat setiap waktu. Data tahun 2015 menunjukkan bahwa penambahan jumlah
kendaraan roda empat setiap hari mencapai 380 unit dan kendaraan roda dua 1.216 unit per
hari. Sistem dan jaringan transportasi multimoda belum terintegrasi dengan baik
menyebabkan tidak efisien dan efektifnya mobilitas penduduk. Sistem transportasi angkutan
jalan raya tidak terhubung dengan baik dengan sistem dan jaringan transportasi berbasis rel.
Begitu pula sistem dan jaringan angkutan bus massal (busway) belum terintegrasi dengan
system angkutan feeder yang melayani permukiman masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut maka muncullah inisiasi pembangunan Simpang Susun


Semanggi yang sebagai bentuk realisasi dari RPJMD DKI Jakarta dimana proyek
pembangunan ini mengutamakan pada sistem angkutan umum massal yang bersinergi dengan
angkutan darat, sungai dan udara diharapkan mampu meningkatkan mobilitas penduduk serta
barang dan jasa di DKI Jakarta serta dapat memfasilitasi pergerakan manusia dan barang dari
dan ke wilayah Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi yang juga semakin meningkat Misi
yang diemban proyek Simpang Susun Semanggi salah satunya adalah “Mewujudkan Jakarta
sebagai kota modern yang tertata rapi serta konsisten dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.”
Pada hakikatnya proyek ini merupakan pelaksanaan pilar ekonomi dalam pembangunan
perekonomian kota yang difokuskan pada penataan ruang ekonomi, infrastruktur ekonomi
dan sistem distribusi logistik yang pada gilirannya akan mendukung peningkatan
perekonomian kota dengan penjelasan:

1. Lingkup penataan ruang ekonomi meliputi penataan ruang dengan memperbesar


lahan untuk kawasan ekonomi perdagangan dan jasa serta meminimalisir kawasan
industri yang tidak bersifat industri teknologi tinggi (hi-tech);
2. Lingkup infrastruktur ekonomi meliputi pembangunan jalan, jembatan, angkutan
umum, bandara, pelabuhan, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Transit Oriented
Development (TOD), pembangunan sistem pengendalian banjir dan drainase,
pembangunan sistem air minum beserta sumber air bakunya, pengelolaan air
limbah, pemanfaatan air tanah, permukiman dan energi;
3. Lingkup sistem distribusi logistik meliputi pembangunan Terminal Agro, terminal
beras dan bahan pokok lainnya.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 24


Proyek Simpang Susun Semanggi merupakan proyek warisan dari Gubenur DKI
Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama pada Jumat, 08 April 2016 yang melakukan groundbreaking
atau peresmian pembangunan Simpang Susun Semanggi dan melakukan pengeboran pertama.
Pekerjaan proyek Simpang Susun Semanggi ini mulai dikerjakan pada Sabtu, 09 April 2016
dan proyek ini diresmikan pada 17 Agustus 2017 bertepatan dengan memperingati
kemerdekaan Republik Indonesia. Pekerjaan proyek ini dilakukan oleh PT Mitra Panca
Persada yang bekerjasama dengan PT Wijaya Karya, dengan menggunakan dana kompensasi
KLB tanpa menggunakan dana APBD.
Secara konstruksi, dalam perencanaannya proyek Simpang Susun Semanggi dibagi
menjadi 4 bentang jalan layang, dimana setiap 2 bentang jalan layang membentuk 1 lintasan
jalan layang berbentuk setengah lingkaran. Lintasan pertama memiliki panjang 796 m dengan
menghubungkan Jalan Gatot Soebroto disisi markas Polda Metro Jaya dengan Jalan Raya
Jendral Sudrimanan arah bundaran HI, dan lintasan kedua memiliki panjang 826 m dengan
menghubungkan Jalan Gatot Soebroto disisi Wisma Mulia dengan Jalan Raya Jendral
Sudirman arah Bundaran Senayan. Pembangunan atau proses kontruksi utama Simpang
Susun Semanggi selesai pada Jumat, 28 Juli 2017 atau 3 bulan setelah proses perencanaannya
rampung dan dilanjutkan dengan penyerahan Sertifikat Layak Fungsi (SFL) dari meteri
PUPR kepada Gebenur DKI Jakarta. Pembangunan Simpang Susun Semanggi memiliki
proses pembangunan yang direncanakan akan berlangsung selama 540 hari kerja dengan
waktu perencanaan 60 hari kalender, waktu pelaksanaan 480 hari kalender, dan masa
pemeliharaan 365 hari.
Dalam pembangunan proyek ini Dinas Pekerjaan Umum menggandeng PT. Wijaya
Karya selaku mitra dan kontraktor dalam pembangunan proyek tersebut. Dalam hal ini
bentuk kerja sama antara Dinas PU dan PT.Wijaya Karya adalah service contract dan
management contract dimana PT.Wijaya Karya bertanggung jawab membangun dan
mengelola proyek ini dalam jangka waktu tertentu setelah terbangun. Kemudian Pemerintah
DKI Jakarta selaku pengawas pembanguna proyek tersebut dan pemberi kebijakan terkait
masalah pembiayaan. Proyek pembangunan Simpang Susun Semanggi merupakan salah satu
proyek yang dicanangkan oleh Pemerintah DKI Jakarta sebagai alternatif dalam mengurai
arus kendaraan di daerah tersebut, dari hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa perencanaan
pembangunan proyek Simpang Susun Semanggi sudah sesuai dari tujuan pembangunannya
karena dengan adanya proyek tersebut kemacetan yang ada di sekitarnya dapat berkurang
hingga 30-40 % (persen). Untuk kesesuaian pendaan proyek tersebut sudah sangat sesuai dari
perkiraan biaya yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp. 579 miliar, namun
MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 25
kontraktor PT. Wijaya Karya yang membangun proyek Simpang Susun Semanggi hanya
menghabiskan biaya sebesar Rp 365 miliar (data berdasarkan harian Kompas.com) dan untuk
kelebihan perkiraan biaya tersebut sebesar Rp. 214 miliar dialihkan untuk melebarkan trotoar
dan penerangan jalan umum di Jalan Sudirman dan Jalan M.H Thamrin.
Kesesuaian perencanaan Pembangunan Simpang Susun Semanggi ini pun bila mengacu
pada RPJMD DKI Jakarta tahun 2013-2017 telah sesuai. Untuk skema pembiayaan proyek
Simpang Susun Semanggi ini memiliki sumber pembiayaan dari dana kompensasi atas
kelebihan koefisien luas bangunan (KLB) oleh PT Mitra Panca Persada, anak perusahaan asal
Jepang, Mori Building Company. KLB merupakan instrumen penataan ruang yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Menurut Undang -
Undang ini pengembang hanya bisa membangun dengan luas dan tinggi bangunan sesuai
ketentuan yang tertuang dalam izin yang diberikan. Apabila ada kelebihan luas bangunan,
maka pengembang yang bersangkutan wajib membayar kompensasi atau semacam denda.
Proyek Simpang Susun Semanggi bernilai Rp. 345 miliar merupakan kewajiban dari
pihak PT Mitra Panca Persada yang mengajukan izin koefisien lantai bangunan.
Pembangunan Jalan Layang Semanggi tidak menggunakan dana Anggara Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta. Dana pembangunan PT Mitra Panca Persada
diserahkan ke PT Wijaya Karya (Persero) selaku kontraktor, dalam prospectus perusahaan
persero nilai kontrak mencapai Rp. 313.698.401 yang masa pekerjaannya mulai pada tanggal
16 Maret 2016 sampai dengan 17 September 2017 sesuai jangka waktu perjanjian, namun
Gubernur DKI Jakarta saat itu menginginkan proyek selesai pada 17 Agustus 2017 sehingga
lebih cepat daripada target yang ada. PT Wijaya Karya (Persero) berkerja sama dengan
konsultan asing, yaitu YWL Engineering Pte Ltd, Singapura. Nilai kontraknya berjumlah
Rp.345.067.000.000,- termasuk pajak pertambahan nilai (PPN) 10 persen.
Pada proyek pembangunan Simpang Susun Semanggi yang di-review, muatan utama
manajemen proyek yaitu proses perencanaan yang terkoordinasi dengan baik. Dalam proyek
pembangunan ini, diketahui proses manajemen proyek memiliki fungsi – fungsi manajemen
seperti :
a. Fungsi perencanaan, dimana sejak melakukan kontrak, kontraktor telah melakukan
analisa atau studi kelayakan terhadap kendala dan risiko yang mungkin terjadi secara
keseluruhan pada proyek Simpang Susun Semanggi. Selanjutnya, kontraktor juga
menentukan metode maupun aspek – aspek teknik yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan proyek dengan melakukan analisa kualitatif maupun kuantitatif serta

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 26


menyumbangkan strategi dan prosedur operasi yang tepat agar risiko yang kemungkinan
besar akan dihadapi baik secara keseluruhan maupun sebagian rencana dapat diatasi.
b. Fungsi Organisasi, adanya penyusunan lingkup penugasan melalui kontrak sejak awal
penyetujuan proyek, struktur kegiatan serta mengetahui kemampuan masing – masing
sumberdaya yang ada dan penempatannya dalam proyek melalui analisa lebih lanjut
berdasarkan pengalaman empiris pelaksana proyek, kompleksitas pekerja dan tingkat
kemampuan atau pengalaman kontraktor.
c. Fungsi pelaksanaan, adanya koordinasi pelaksanaan sejak awal sesuai dengan
kapasitas masing – masing pekerja dan adanya distribusi atau wewenang serta tanggung
jawab baik dari pihak Pemerintah maupun kontraktor untuk bersama – sama
meminimalisir kerugian yang mungkin akan timbul.
Namun, pada proyek pembangunan ini belum ditemukan adanya fungsi pengendalian
dikarenakan tahapan – tahapan manajemen yang dilakukan baru memasuki tahap awal
dengan fokus utama menganalisis risiko yang kemungkinan akan dihadapi sehingga proses
pengendalian seperti pengukuran kualitas hasil kerja, evaluasi penyimpangan serta
penyusunan dokumen – dokumen atau laporan untuk menilai kemajuan kinerja sumberdaya
belum dapat dilakukan. Dalam proyek pembangunan Simpang Susun Semanggi terdapat pula
muatan – muatan manajemen proyek, seperti tahapan – tahapan pengerjaan proyek antara
lain:
1. Tahap Perencanaan, tahap ini merupakan suatu kegiatan untuk menetapkan maksud
dan tujuan proyek, meramalkan, mengacarakan, menyusun tata waktu, anggaran serta
mengembangkan kebijakan dan prosedur proyek. Dalam proyek ini tahapan
perencanaan dibagi menjadi 3 yaitu: proses perijinan (meliputi tanggapan publik,
kematangan perencanaan dan perijinan proyek), proses analisis kesesuaian dengan
RPJMD DKI Jakarta, serta proses desain struktur, desain arsitektur, gambar kerja,
HPS, jadwal (meliputi tipe proyek, kompleksitas pengerjaan proyek, tekologI yang
digunakan dan dampak terhadap lingkungan).
2. Tahap Lelang, tahap ini merupakan suatu kegiatan untuk menawarkan proyek melalui
beberapa proses yang bertujuan untuk menyeleksi, mendapatkan, menetapkan serta
menunjuk perusahaan mana yang paling pantas dan layak mengerjakan proyek tersebut
(Malik, 2010). Dalam jurnal ini tahapan proses lelang dan kontrak kerja dibagi
menjadi 5 yaitu : proses pengambilan dokumen lelang (meliputi : kejelasan dan
kelengkapan dokumen tender dan prosedur tender), penghitungan BOQ atau Bill of
Quantity atau Rencana Anggaran Bangunan (meliputi kejelasan dan kelengkapan
MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 27
dokumen tender seperti gambar dan BOQ Owner dan pengalaman membaca gambar),
penghitungan RAB (meliputi harga perkiraan sementara dari owner, nilai proyek,
jadwal pelaksanaan, sistem kontrak yang digunakan, hubungan proyek dengan proyek
lain, estimasi harga pasar, pengalaman membuat RAB dan sistem pembayaran),
pemasukan penawaran (meliputi kelengkapan dokumen penawaran) dan lelang
(meliputi keamanan pemasukan penawaran).
3. Tahap Pelaksanaan Konstruksi, merupakan serangkaian tahapan pengerjaan proyek
mencakup seluruh aspek serta aturan – aturan yang membatasinya. Dalam proyek
pembangunan Simpang Susun Semanggi tahap pelaksanaan konstruksi meliputi
alokasi pekerja, tingkat kemampuan pekerja, ketersediaan logistik alat dan material,
sub kontraktor, asuransi bagi pekerja atau jamsostek, pengaturan lalu lintas kendaraan
proyek, perlengkapan K3, dampak terhadap lingkungan, lokasi proyek dan tanggapan
publik.
4. Tahap Operasional Keseluruhan Proyek, merupakan tahapan akhir setelah proyek
selesai meliputi maintenance pasca proyek, pembayaran termin dan konsistensi
proyek.
5. Tahap Pembiayaan, merupakan tahap penaksiran atau perhitungan anggaran biaya
suatu proyek beserta upah dan biaya lainnya melalui proses perhitungan untuk
menafsir biaya total yang diperlukan (Soeharto, 1995). Dalam proyek ini, tahap
pembiayaan menggunakan metode progress payment. Progress Payment merupakan
pembayaran yang dilakukan berdasarkan persentase kemajuan fisik proyek yang
dilakukan terhadap penyedia jasa atas prestasi atau kemajuan fisik proyek yang telah
dicapai sesuai dengan ketentuan dalam kontrak awal (Aguswandi, 2016). Pembayaran
progress payment dianggap lebih berisiko dibandingkan dengan sistem pembayaran
monthly payment karena pada umumnya sistem pembayaran progress payment
dilakukan pada progres pekerjaan mencapai 50 % dan 100 %, sehingga berisiko cukup
besar apabila kontraktor tidak memiliki modal yang besar karena pencapaian tahap
termin cukup berat, akan tetapi dalam proyek ini pemerintah mengalokasikan dana
yang cukup besar sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak.
Proyek pembangunan Simpang Susun Semanggi ditimbulkan karena adanya rencana
pemerintah yang melalui tahapan, seperti:
1. Tahapan inisiasi, dimana Gubernur DKI Jakarta menginginkan adanya realisasi dalam
RPJMD untuk mengurai tingkat kemacetan di DKI Jakarta serta mengurangi kapasitas
kendaraan pada satu titik melalui pembangunan Simpang Susun Semanggi
MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 28
2. Tahapan perencanaan, dimana dilakukan proses perencanaan yang terkoordinir
dengan membentuk tujuan dan sasaran pengerjaan proyek, adanya constraint yang
jelas meliputi penyediaan anggaran biaya, waktu, sumber daya, dan kualitas serta
dilakukan analisis risiko untuk meminimalisir dampak yang akan dihasilkan
3. Tahapan eksekusi, dimana pengerjaan proyek dilakukan setelah melalui analisis
kelayakan dan kesesuaian terhadap RPJMD yang dimulai pada Sabtu, 09 Juli 2016
4. Tahap penutupan, dimana pembangunan atau proses kontruksi utama Simpang Susun
Semanggi selesai dan pada Jumat, 28 Juli 2017 atau 3 bulan setelah proses
perencanaannya rampung dan dilanjutkan dengan penyerahan Sertifikat Layak Fungsi
(SFL) dari meteri PUPR kepada Gebenur DKI Jakarta.
5. Organisasi proyek, adanya struktur koordinasi yang jelas antar pihak untuk
menjalankan tugas dan fungsinya masing – masing.

Secara garis besar kegiatan proses perencanaan yang terdapat pada proyek
pembangunan Simpang Susun Semanggi telah mencakup hakikat perencanaan seperti adanya
kegiatan menetapkan maksud dan tujuan direalisasikannya proyek tersebut yaitu untuk
mengurangi tingkat kemacetan di Kota Jakarta, adanya proses penyusunan tata waktu,
penyusunan anggaran serta menetapkan prosedur pengerjaan yang juga disetujui oleh
konsultan.

Pada manajemen tahapan perencanaan proyek terdapat pula:


1. Proyek rencana yang menguraikan kegiatan, tugas, dan jangka waktu yang harus
ditaati oleh setiap komponen yang terlibat pada proyek Simpang Susun Semanggi,
salah satunya melalui organigram proyek;
2. Adanya sumber daya rencana yang didalamnya memuat daftar tenaga kerja serta
peralatan dan bahan yang diperlukan sehingga pemerintah dapat menganggarkan
biaya yang diperlukan;
3. Adanya rencana keuangan yang memadai pada proyek ini sehingga mengurangi
hambatan - hambatan yang disebabkan oleh biaya proyek;
4. Adanya kualitas rencana atau jaminan target yang diberikan oleh kontraktor
sehingga proyek ini dapat langsung dikerjakan;
5. Adanya analisis risiko maupun potensi dari proyek sebelum dilakukan pengerjaan
untuk meminimalisir dampak – dampak negatif baik dalam pengerjaannya maupun
ketika proyek Simpang Susun Semanggi telah selesai.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 29


3.3 Studi Kelayakan

Dalam proyek Simpang Susun Semanggi dilakukan analisis kelayakan proyek berupa
studi kelayakan berdasarkan ekonomi dan lalu lintas yang dalam referensi laporan yang
diangkat pada pembahasan proyek ini mempengaruhi berjalannya pembangunan proyek

3.3.1 Analisa Aspek Ekonomi

Berdasarkan analisa oleh wijanarko, dkk (2018) digunakan analisis kelayakan


ekonomi, dimana dalam anailisis ini menggunakan analisa kelayakan dengan melihan
nilai dari NPV (Net Present Value) dan BCR (Benefit Cost Ratio) selama umur rencana.
Perhitungan Saving BOK yang diperoleh dari selisih nilai BOK sebelum dan setelah
adanya proyek. Perhitungan Saving nilai waktu yang didapatkan dari selisih nilai waktu
sebelum dan sesudah adanya proyek. Dari hasil analisa yang dilakukan oleh wijanarko,
dkk (2018) diketahui bahwa Analisis Benefit Cost Ratio (BCR) dan Net Present Value
(NPV) dari aspek ekonomi nilai keuntungan masih lebih besar dari nilai investasi
sehingga apabila diketahui nilainya lebih besar maka dapat disimpulkan bahwa proyek
layak untuk dijalankan secara ekonomi

3.3.2 Analisa Aspek Lalu Lintas

Dalam kelayakan proyek analisis lalu lintas digunakan penurunan derajat


kejenuhan sebagai acuan apakah proyek tersebut membuat perubahan pada kondisi jalan
eksisting yang macet atau tidak. Berikut adalah hasil penurunan derajat kejenuhan di
setiap ruas jalan eksisting. Perhitungan analisa dilakukan dibeberapa lokasi jalan yaitu
Jalan Jendral Sudirman arah Blok M – HI, Jalan Jendral Sudirman arah HI – Blok M,
Jalan Gatot Subroto arah Cawang – Slipi dan Jalan Gatot Subroto arah Slipi – Cawang.
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan oleh penulis didapatkan penurunan derajat
kejenuhan yang lebih dari 30% sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa proyek Simpang
Susun Semanggi dianggap layak berdasarkan aspek lalu lintas

Berdasarkan hasil analisa oleh wijanarko, dkk (2018) dapat diambil kesimpulan dari dua hasil
analisa yang dilakukan oleh penulis bahwa dalam pembangunan proyek Simpang Susun
Semanggi dari hasil analisa ekonomi menggunankan analisis Benefit Cost Ratio (BCR) dan
Net Present Value (NPV) dari aspek ekonomi nilai keuntungan masih lebih besar dari nilai
investasi sehingga apabila diketahui nilainya lebih besar dan berdasarkan hasil analisa aspek

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 30


lalu lintas yang dilakukan oleh penulis didapatkan penurunan derajat kejenuhan yang lebih
dari 30% sehingga dapat diimpulkan bahwa proyek yang berjalan dinyatakan layak.

3.4 Pengendalian dan Evaluasi

3.4.1 Pengendalian

Pengendalian dalam suatu proyek berfungsi untuk menentukan standar yang sesuai
dengan sasaran perencaana dan menmbandikang pelaksanaan dengan standar kemudian
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan agar dapat ekeftif dan efisien dalam
mencapai sasara. Dalam tahap pengendalian proyek terdapat beberapa metode yang bisa
dilakukan untuk mengendalikan proses berjalannya proyek, dengan proyek Simpang
Susun Semanggi yang telah selesai, terdapat beberapa pengendalian yang telah dilakukan
oleh pihak pembangun proyek yaitu pengendalian biaya, instalasi dan material yang
sebelumnya ditargetkan oleh pemerintah menghabiskan biaya sebesar Rp 579 namun
kontraktor PT. Wijaya Karya yang membangun proyek Simpang Susun Semanggi hanya
menghabiskan biaya sebesar Rp 365 miliar. Kemudian pengendalian jadwal yang telah
sesuai dengan. Kemudain pengendalian jadwal yang sesuai dari perencanaan yaitu
direncanakan akan berlangsung selama 540 hari kerja dengan waktu perencanaan 60 hari
kalender, waktu pelaksanaan 480 hari kalender, dan masa pemeliharaan 365 hari.

3.4.2 Evaluasi

Evaluasi proyek berguna untuk mengetahui hasil dari pembangunan proyek untuk
mengevaluasi dapat dengan mnegevaluasi kemajuan proyek yang dilakukan dengan cara
membandingkan kemajuan yang dicapai berdasarkan hasil pemantauan dengan standar
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Hasil evaluasi berguna untuk pengambilan
keputusan terhadap masalah yang timbul dan dapat digunakan untuk menindaklanjuti
koreksi pelaksanaan pekerjaan secara tepat. Dalam pembangunan proyek Simpang Susun
Semanggi evaluasi dapat dilakukan dengan melihat dari kontruksi dan pengaruh hasil
pembangunan proyek. Pada pengaruh pembangunan proyek berdasarkan hasil analisa
wijanarko, dkk (2018) didapatkan penurunan derajat kejenuhan yang lebih dari 30% pada
titik – titik jalan yang terhubung dengan proyek Simpang Susun Semanggi sehingga
evaluasi bisa dikatakan memiliki nilai positif karena berhasil mengurangi nilai kemacetan.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 31


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari laporan review proyek pembangunan Simpang Susun
Semanggi ini yaitu biaya, mutu dan waktu proyek merupakan komponen penting untuk
menjadwal dan mengendalikan pelaksanaan proyek agar berjalan sesuai dengan perencanaan
yang telah ditetapkan di awal sehingga kendala – kendala dapat diminimalisir sejak awal.
Masing - masing dari bagian struktur organisasi harus berfungsi dengan baik agar pekerjaan
konstruksi dapat selesai dengan tepat waktu, efisien serta dengan kualitas yang memuaskan.
Anggaran biaya merupakan bagian terpenting dalam suatu proyek untuk melakukan
penaksiran dan perkiraan harga dari suatu barang, bangunan atau benda. Dalam pelaksanaan
proyek Simpang Susun Semanggi ini memiliki organisasi proyek yang sangat terkoordinasi
baik dari pihak pemerintah maupun konsultan sehingga pekerjaan saling terintegrasi dan
menimbulkan suatu sistem kerjasama yang baik. Dari sistem perencanaan proyek juga
terdapat muatan – muatan manajemen proyek yang baik sehingga team project, dalam proyek
ini, tugas staf atau tim proyek yang sangat jelas terlihat yaitu pada kontraktor yang
melakukan analisis awal terkait kontrak dan metode pembiayaan proyek melakukan tugasnya
dengan sangat baik sehingga proyek dapat diselesaikan sebelum masa perjanjian yang telah
ditentukan.
4.2 Lesson Learned
Berdasarkan proyek yang di-review pada laporan ini, yaitu proyek pembangunan
Simpang Susun Semanggi maka dapat diambil sebuah pelajaran jika perencanaan atau
manajemen yang baik pada suatu proyek dapat membantu kelancaran pengerjaan suatu
proyek. Dari dilakukannya review ini maka dapat diketahui jika manajemen proyek yang baik
meliputi cara perencanaan, pengorganisasian terhadap sumber daya organisasi untuk
membuat sistem atau peralatan yang sudah ditetapkan sebelumnya dan tidak bersifat rutin
atau dikerjakan dengan kurun waktu tertentu, selain itu perlu dilakukan analisis risiko dan
potensi serta analisis studi kelayakan terhadap beberapa aspek sebelum memulai proyek
untuk meminimalisir hambatan yang akan dihadapi baik pada saat pengerjaan maupun ketika
proyek sudah selesai. Dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada secara efisien dan
efektif dan menerapkan fungsi manajemen proyek konstruksi seperti perencanaan,
pelaksanaan, dan penerapan secara sistematis, maka suatu proyek akan berjalan dengan benar
atau sesuai dengan materi teknis dan kebijakan yang telah disusun sejak awal.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 32


Keberhasilan suatu proyek konstruksi sangat dipengaruhi oleh kejelian perencanaan
proyek dalam menjadwal pelaksanaan suatu proyek konstruksi. Disamping itu penyusunan
RAB suatu proyek yang tidak jauh dari perkiraan juga merupakan salah satu keberhasilan
suatu proyek. Oleh karena itu, di dalam sebuah proyek dibutuhkan sebuah organisasi yang
baik sehingga masing - masing personel atau pihak yang terlibat pada proyek dapat
melaksanakan pekerjaanya dengan baik sesuai tanggung jawabnya tanpa mendapat tekanan
dari atasan.Untuk proyek - proyek besar seperti proyek Simpang Susun Semanggi pemilik
proyek dapat memberikan kepercayaan kepada manajemen konstruksi (MK) yang bertindak
dan atas nama pemilik sebagai manajer, serta diperlukan koordinasi yang baik antara
pemerintah sebagai pihak pengatur kebijakan dengan pihak kontraktor sebagai pihak
pelaksana.

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 33


DAFTAR PUSTAKA

Aguswandi. 2016. Analisa Perbandingan Sistem Monthly Payment dan Progress Payment
Terhadap Keuntungan Kontraktor : Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nagan Raya. Skripsi. Sarjana Teknik Strata Satu
Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar Alue Peunyareng – Meulaboh
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. 2017. Jakarta Dalam Angka 2016. Jakarta:
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta
Carina, Jessi. 2017. Diakses pada http://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/17/
21545781/djarot--simpang-susunsemanggi-bermula-dari-keberanian-dan-keputusan
pada tanggal 2 Mei 2018
Iqbal, Muhammad. 2017. Anggaran Proyek Simpang Susun Semanggi. Jakarta
Malik, 2010. “Pengantar Jasa Konstruksi”. Diakses melalui https://media.
neliti.com/media/publications/99367-ID-analisis-faktor-keterlambatan-penyelesai.pdf
pada 5 Mei 2018
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Tahun 2007-2012. Diakses melalui http://www.bphn.go.id
/data/documents/111a06a51d691122d65006f834d504b59a86655b1.pdf pada 1 Mei
2018
Soeharto, Iman. 1999. Manajemen Proyek : Dari Koseptual Sampai Operasional.” Diakses
melalui http://library.binus.ac.id/eColls /eThesisdoc/Bab2/2014-1-00467-
MN%20Bab2001.pdf pada tanggal 1 Mei 2018
Syafaruddin. 2004. “Kajian Teoritis Manajemen”. Diakses melalui
http://repository.uinsu.ac.id/705/4/BAB_II.pdf pada tanggal 1 Mei 2018
Terry, George. 2005. “Dasar – Dasar Manajemen”. Jakarta. Diakses melalui
http://eprints.walisongo.ac.id/3534/3/101311010_Bab2.pdf pada tanggal 03 Mei 2018
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Penataan Ruang. Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4725. Jakarta

MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 34


MANAJEMEN PROYEK 2018 Page 35

Anda mungkin juga menyukai