Toshiba
TIM PENULIS
TABEL
Tabel 2. 1 Data Teknis Pembangunan Simpang Susun Semanggi .......................................... 13
GAMBAR
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Provinsi DKI Jakarta ............. Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. 1 Kondisi Eksisting Kemacetan di Sekitar Kawasan Jembatan Semanggi DKI Jakarta
.................................................................................................................................................... 7
Gambar 2. 2 Kondisi Eksisting Simpang Susun Semanggi sebelum di Revitalisasi ................. 9
Gambar 2. 3 Kondisi Simpang Susun Semanggi Sesudah di Revitalisasi ................................. 9
Gambar 2. 4 Alur Simpang Susun Semanggi .......................................................................... 11
Gambar 2. 5 Layout Proyek Pembangunan Simpang Susun Semanggi .................................. 12
Gambar 2. 6 Lokasi Proyek Pembangunan Simpang Susun Semanggi ................................... 13
Secara umum, aktifitas manajemen merupakan suatu pengelolaan atau proses menata
organisasi dalam mencapai tujuan yang diinginkan (Syafaruddin, 2004). Dengan kata lain,
manajemen merupakan proses bekerjasama antara individu dan kelompok serta sumberdaya
lainnya dalam mencapai tujuan organisasi yang merupakan wadah aktifitas manajemen. Terry
(2005) memberikan pengertian manajemen merupakan suatu proses atau kerangka kerja yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok pada tujuan organisasi, sehingga dapat
disimpulkan jika manajemen merupakan suatu usaha yang dilakukan secara bersama – sama
untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dengan menjalankan fungsi perencanaan.
Salah satu kegiatan manajemen yang seringkali dilakukan yaitu manajemen suatu proyek.
Menurut Imam Soeharto (1999) manajemen proyek merupakan suatu kegiatan untuk
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan sumberdaya perusahaan untuk
mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Dalam suatu manajemen proyek
terdapat pendekatan sistem dan hierarki baik vertical maupun horizontal.
Perkembangan kota yang semakin pesat tentunya membutuhkan sebuah konsep
manajemen yang dapat memenuhi segala kebutuhan penduduk yang mendiami suatu kota serta
beraktivitas di dalam kota tersebut terkait kebutuhan sarana maupun prasarana. Hal
ini tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan segala sumber daya yang dimiliki kota
tersebut. Di Indonesia, penyediaan akan infrastruktur publik terus dilakukan, salah satunya
pembangunan jembatan layang persimpangan di DKI Jakarta yang menghubungkan antara
Grogol ke Senayan dan dari Jalan Jenderal Sudirman menuju Cawang.
Kota Jakarta merupakan Ibukota Republik Indonesia juga sebagai gerbang utama
Indonesia. Kota Jakarta yang menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya dengan berbagai sarana
di bidang pendidikan, budaya, olah raga, dan kesehatan memiliki letak strategis dan
menyediakan layanan angkutan darat, udara, dan laut terbaik di Indonesia.
Secara geografis wilayah DKI Jakarta terletak di antara 106 22’ 42" BT sampai 106 58’ 18" BT
dan -5 19’ 12" LS sampai -6 23’ 54" LS dengan luas wilayah 7.659,02 km2, terdiri dari daratan
seluas 661,52 km2, termasuk 110 pulau di Kepulauan Seribu, dan lautan seluas 6.997,50 km 2.
1. Bagaimana gambaran umum proyek pembangunan Jalan Layang Non Tol Simpang
Susun Semanggi;
2. Bagaimana organisasi yang terdapat pada proyek Jalan Layang Non
Tol Simpang Susun Semanggi;
3. Bagaimana perencanaan proyek Jalan Layang Non
Tol Simpang Susun Semanggi;
4. Bagaimana hasil identifikasi studi kelayakan pada proyek Jalan Layang Non
Tol Simpang Susun Semanggi;
5. Bagaimana proses pengendalian dan evaluasi yang dilakukan pada proyek Jalan
Layang Non Tol Simpang Susun Semanggi.
1.4 Sasaran
Adapun sasaran dari dibuatnya laporan manajemen proyek ini, antara lain:
1. Mengidentifikasi gambaran umum proyek pembangunan Jalan Layang Non Tol
Simpang Susun Semanggi;
2. Mengidentifikasi organisasi yang terdapat pada proyek Jalan Layang Non Tol
Simpang Susun Semanggi;
3. Mengidentifikasi perencanaan proyek Jalan Layang Non Tol Simpang Susun
Semanggi;
4. Mengidentifikasi studi kelayakan pada proyek Jalan Layang Non Tol Simpang Susun
Semanggi;
5. Mengidentifikasi proses pengendalian dan evaluasi yang dilakukan pada proyek Jalan
Layang Non Tol Simpang Susun Semanggi.
DKI Jakarta meupakan ibukota negara Indonesia yang terletak di 5o 19’ 12” – 6o
23’ 54” LS dan 106o 22’ 42” – 106o 58’ 18” BT. Luas wilayah DKI Jakarta menurut SK
Gubernur Nomor 171 tahun 2007 adalah sebesar 662,33 km2 untuk daratan dan 6.977,5
km2 untuk lautan termasuk wilayah daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di teluk
Jakarta. Sedangkan secara administratif, wilayah administratif Provinsi DKI Jakarta
terbagi menjadi lima wilayah kota administratif dan satu kabupaten administratif yaitu
Kota administratif Jakarta Selatan, Kota administratif Jakarta Timur, Kota administratif
Jakarta Pusat, Kota administratif Jakarta Barat, Kota administratif Jakarta Utara dan
Kabupaten administratif Kepulauan Seribu. Daerah dengan wilayah terluas adalah Kota
Jakarta Timur dengan luas wilayah 188,03 km 2. Hingga tahun 2015, Badan Pusat Statistik
Ruang lingkup substansi pada penulisan laporan ini yaitu identifikasi gambaran
umum serta perencanaan proyek pembangunan Jalan Layang Non Tol Simpang Susun
Semanggi serta melakukan review terhadap proyek yang meliputi organisasi proyek, studi
kelayakan serta pengendalian dan evaluasi yang dilakukan terhadap proyek tersebut.
Menurut data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta tahun 2017,
disebutkan jika jumlah penduduk di wilayah Provinsi DKI Jakarta tahun 2010 berjumlah
9.608.000 jiwa, sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 10.277.628 jiwa. Meningkatnya jumlah
penduduk yang terjadi, menyebabkan kebutuhan penduduk ikut meningkat, khususnya
kebutuhan terhadap kendaraan bermotor. Dikarenakan jumlah kebutuhan kendaraan bermotor
bertambah, menyebabkan volume kendaraan bermotor di Kota Jakarta ini pun ikut bertambah.
Namun disayangkan, pertambahan volume kendaraan ini tidak diikuti dengan pertambahan
luasan ruas jalan, sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas di setiap ruas jalan di Kota
Jakarta. Salah satu pusat kemacetan ibukota terletak di daerah Jakarta Inner Ring Road RT. 2/
RW. 4, Kelurahan Karet Semanggi, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, khususnya di sekitar
kawasan Jembatan Semanggi. Adapun kondisi eksisting kemacetan dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 2. 1 Kondisi Eksisting Kemacetan di Sekitar Kawasan Jembatan Semanggi DKI Jakarta
Sumber: Okezone.com, 2017
Jembatan Semanggi mulai dibangun pada tahun 1961. Pada awalnya ide pembangunan
jembatan ini digagas oleh Presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Ir.Soekarno dan
dirancang oleh Ir. Sutami yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum. Jembatan
Semanggi dibangun sebagai salah satu infrastruktur yang mendukung kegiatan Asian Games
pada tahun 1962.
Pada awalnya, lokasi berdirinya Jembatan Semanggi merupakan daerah bekas rawa
yang banyak ditumbuhi oleh tanaman semanggi, yang mana daun semanggi mempunyai nilai
filosofis sebagai simbol persatuan bangsa. Empat bagian daun pada daun semanggi diartikan
sebagai perbedaan yang ada di Indonesia baik suku, ras ataupun agama, yang kemudian
disatukan dengan tangkai daun semanggi menjadi satu kesatuan bagian yang utuh. Filosofi
Simpang susun Semanggi ini juga disama artikan dengan fungsi “Suh” oleh Presiden
Soekarno, yang dalam bahasa Jawa berarti pengikat sapu lidi, yang berfungsi untuk
menyatukan batang-batang lidi menjadi sapu yang kokoh dan kuat.
Jembatan Semanggi mempunyai nilai sejarah yang sangat penting bagi bangsa
Indonesia. Hal itu dikarenakan simpang susun ini tidak hanya mampu mengurai kemacetan
yang ada di persimpangan antara dua jalan besar ibukota, yaitu jalan Jendral Sudirman dan
Jalan Gatot Subroto, akan tetapi jembatan ini juga merupakan salah satu bentuk kebanggaan
bangsa Indonesia yang nyata hasil pemikiran anak bangsa. Kini jembatan tersebut telah
mengalami penambahan berupa pembangunan Simpang Susun Semanggi yang juga berfungsi
sebagai infrastruktur pendukung pesta olahraga Asian Games ke-18 yang akan diadakan pada
tahun 2018 mendatang, dengan Indonesia sebagai tuan rumah. Adapun kondisi eksisting
sebelum dan sesudah direvitalisasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Sumber: detiknews.com
Berdasarkan Gambar 2.4 di atas dapat diketahui bahwa para pengendara mobil dari
arah Cawang jika ingin menuju ke arah Bundaran HI maka mereka harus belok melewati
Simpang Susun Semanggi (pada gambar ikuti garis berwarna kuning). Dari arah Slipi,
pengendara bermotor dapat langsung belok melewati Simpang Susun Semanggi bila ingin
menuju ke arah blok M. Sedangkan untuk arah putar balik dari arah Slipi ataupun dari arah
Cawang dapat melalui jalur Kupingan Semanggi (yang berbentuk melengkung seperti daun
semanggi).
Selanjutnya disajikan pula gambar penunjang terkait proyek pembangunan Simpang
Susun Semanggi sebagai berikut.
Ramp yang dimaksud pada gambar di atas yaitu suatu segmen jalan yang berperan
sebagai penghubung antara ruas jalan, segmen jalan masuk ke jalur utama disebut on ramp
dan segmen jalan keluar dari jalur utama disebut off ramp. Berdasarkan gambar di atas dapat
diketahui jika jembatan ini terbagi menjadi dua buah ruas dimana ramp satu (1)
diperuntukkan bagi kendaraan dari arah Cawang menuju ke Bundaran Hotel Indonesia
sehingga kendaraan dari arah Grogol yang mengarah ke Blok M tidak perlu berbelok
melewati kolong Semanggi tetapi dapat langsung melalui Simpang Susun yang mengarah ke
Blok M. Sedangkan Ramp dua (2) diperuntukkan bagi kendaraan dari arah Cawang menuju
Thamrin dan satu ruas lainnya diperuntukkan bagi kendaraan dari arah Slipi menuju Blok M
sehingga pengendara tidak perlu berbelok melewati kolong, karena pengendara dapat
langsung naik ke Ramp dua (2) Simpang Susun yang mengarah ke Thamrin. Dengan begitu,
tidak lagi terjadi pertemuan antara pengendara jalan dari Jalan Gatot Subroto dan dari Jalan
Sudirman di kolong jembatan yang kerap membuat lalu lintas tersendat. Panjang Ramp 1
pada proyek ini adalah 796 meter dan Ramp 2 memiliki panjang 826 meter.
Selanjutnya, proyek Simpang Susun Semanggi juga memiliki data teknis pembangunan
seperti yang disajikan pada Tabel 2.1 berikut.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jika jalan Simpang Susun Semanggi pada tahap
pertama sepanjang 796 m dan pada tahap akhir sepanjang 826 m dengan lebar jalan 8 m per
jalurnya. Dengan tinggi jalan mencapai 11 m pada tahap 1, pada tahap 2 tinggi jalan
mencapai 11,45 m.
Dalam pelaksanaan proyek diperlukan adanya suatu organisasi yang merupakan tata
kerja untuk menunjang keberhasilan proyek yang akan dikerjakan. Organisasi dalam arti
badan dapat didefinisikan sebagai kelompok kerja orang yang bekerja sama dalam suatu
kelompok-kelompok kerja yang saling terkait, bertanggung jawab dan bekerja sama secara
harmonis untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok-kelompok kerja tersebut terdiri atas;
pemberi tugas, konsultan perencana, kontraktor pelaksana, konsultan pengawas/konsultan
manajemen konstruksi (MK). Unsur-unsur pelaksana yang terlibat dalam proyek
Pembangunan Simpang Susun Semanggi dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.
Pemilik Aset
Pemberi Tugas
Pemerintah Provinsi DKI
PT.MItra Panca Persada
Jakarta
Kontraktor Pelaksana
Konsultan Perencana Konsultan Pengawas/MK
PT. Wijaya Karya
PT. Arkorin PT. Bina Karya (Persero)
(Persero) Tbk.
Sub-Kontraktor
Berdasarkan struktur organisasi pada organigram di atas, maka dapat diketahui jika
berbagai unsur yang terdapat dalam organisasi tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab
masing - masing, berikut merupakan uraian tugas serta tanggung jawab dari masing-masing
unsur-unsur tersebut.
1. Pemberi Tugas
Pemberi tugas adalah seseorang atau badan hukum atau instansi yang memiliki
proyek dan menyediakan dana guna merealisasikan proyek tersebut. Pada proyek ini,
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan syarat dan peraturan yang tertuang dalam
dokumen kontrak;
2. Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum melaksanakan pekerjaan di
lapangan;
3. Membuat berita acara dilengkapi dengan dokumentasi setiap pekerjaan di
lapangan;
4. Melakukan perbaikan atas kerusakan dan/atau kekurangan pekerjaan yang
diakibatkan oleh kesalahan pihak pelaksana proyek tanpa biaya tambahan;
5. Membuat dokumen tagihan bulanan sesuai dengan volume pekerjaan yang telah
disetujui dan dilaksanakan di lapangan;
6. Menyerahkan hasil pekerjaan kepada owner setelah proyek benar-benar selesai
dan disetujui oleh semua pihak.
Dalam pekerjaannya, pihak kontraktor pelaksana dapat meminta bantuan kepada sub
kontraktor sesuai perjanjian antar pihak pelaksana dan sub kontraktor terkait. Unsur-unsur
pelaksana yang terlibat dalam proyek Pembangunan Simpang Susun Semanggi memiliki
struktur organisasi dimana dalam organisasi tersebut Pemberi Tugas berada pada tempat
tertinggi. Pemberi tugas adalah seseorang atau badan hukum atau instansi yang memiliki
Dibawah Pemberi tugas ada konsultan perencana, konsultan pelaksana dan konsultan
pengawas/MK. Konsultan perencana adalah badan yang menyusun program kerja, rencana
kegiatan dan pelaporan serta keterlaksanaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bertindak
sebagai perencana pada proyek ini ialah PT Arkonim, Konsultan pengawas merupakan badan
yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan proyek pembangunan. Konsultan pengawas dengan konsultan perencana harus
bisa bekerja sama dalam suatu proyek. PT Bina Karya (Persero) berperan sebagai konsultan
pengawas. Dan selanjutnya ada kontraktor pelaksana yang merupakan sebuah badan yang
diberikan tugas oleh pemberi tugas untuk melaksanakan pembangunan sesuai prosedur
pelelangan maupun penunjukan langsung. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk bertindak sebagai
kontraktor pelaksana.
Technical Support
Manajerk K3L
Designer : Jodi Firmansyah
Andri Herminda
IPC & CES : Yew Wah Leung
Manajer Komersial
Agung Usada
Staff KOM &
ADKON
Berbagai unsur tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, berikut
merupakan uraian tugas serta tanggung jawab dari masing - masing unsur pada proyek
tersebut.
General Superintendent adalah penanggung jawab utama yang dalam hal ini
menjamin bahwa setiap persyaratan yang ditetapkan dalam “Project quality plan”
yang mungkin diisyaratkan sesuai dengan syarat-syarat mutu untuk proyek. Tugas
General Superintendent yaitu:
Pada Tim Ahli yang berperan sebagai Independent Proof Checker (IPC) dan
Construction Engineering Service (CES) dan bertanggung jawab atas:
Simpang Susun Semanggi dirasa dapat menjawab isu strategis Kota Jakarta dalam
pembangunan transportasi karena sistem transportasi merupakan kebutuhan utama yang perlu
diperhatikan dalam pembangunan daerah. Hal ini juga didukung kondisi Kota Jakarta yang
merupakan salah satu kota megapolitan di dunia, sehingga Jakarta menghadapi berbagai
permasalahan transportasi akibat meningkatnya aktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Oleh
karena itu, perlu pembangunan sistem transportasi terpadu untuk memperlancar kegiatan
produksi, distribusi barang dan jasa serta peningkatan aksesibilitas bagi manusia ataupun
barang dan jasa.
Secara garis besar kegiatan proses perencanaan yang terdapat pada proyek
pembangunan Simpang Susun Semanggi telah mencakup hakikat perencanaan seperti adanya
kegiatan menetapkan maksud dan tujuan direalisasikannya proyek tersebut yaitu untuk
mengurangi tingkat kemacetan di Kota Jakarta, adanya proses penyusunan tata waktu,
penyusunan anggaran serta menetapkan prosedur pengerjaan yang juga disetujui oleh
konsultan.
Dalam proyek Simpang Susun Semanggi dilakukan analisis kelayakan proyek berupa
studi kelayakan berdasarkan ekonomi dan lalu lintas yang dalam referensi laporan yang
diangkat pada pembahasan proyek ini mempengaruhi berjalannya pembangunan proyek
Berdasarkan hasil analisa oleh wijanarko, dkk (2018) dapat diambil kesimpulan dari dua hasil
analisa yang dilakukan oleh penulis bahwa dalam pembangunan proyek Simpang Susun
Semanggi dari hasil analisa ekonomi menggunankan analisis Benefit Cost Ratio (BCR) dan
Net Present Value (NPV) dari aspek ekonomi nilai keuntungan masih lebih besar dari nilai
investasi sehingga apabila diketahui nilainya lebih besar dan berdasarkan hasil analisa aspek
3.4.1 Pengendalian
Pengendalian dalam suatu proyek berfungsi untuk menentukan standar yang sesuai
dengan sasaran perencaana dan menmbandikang pelaksanaan dengan standar kemudian
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan agar dapat ekeftif dan efisien dalam
mencapai sasara. Dalam tahap pengendalian proyek terdapat beberapa metode yang bisa
dilakukan untuk mengendalikan proses berjalannya proyek, dengan proyek Simpang
Susun Semanggi yang telah selesai, terdapat beberapa pengendalian yang telah dilakukan
oleh pihak pembangun proyek yaitu pengendalian biaya, instalasi dan material yang
sebelumnya ditargetkan oleh pemerintah menghabiskan biaya sebesar Rp 579 namun
kontraktor PT. Wijaya Karya yang membangun proyek Simpang Susun Semanggi hanya
menghabiskan biaya sebesar Rp 365 miliar. Kemudian pengendalian jadwal yang telah
sesuai dengan. Kemudain pengendalian jadwal yang sesuai dari perencanaan yaitu
direncanakan akan berlangsung selama 540 hari kerja dengan waktu perencanaan 60 hari
kalender, waktu pelaksanaan 480 hari kalender, dan masa pemeliharaan 365 hari.
3.4.2 Evaluasi
Evaluasi proyek berguna untuk mengetahui hasil dari pembangunan proyek untuk
mengevaluasi dapat dengan mnegevaluasi kemajuan proyek yang dilakukan dengan cara
membandingkan kemajuan yang dicapai berdasarkan hasil pemantauan dengan standar
perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Hasil evaluasi berguna untuk pengambilan
keputusan terhadap masalah yang timbul dan dapat digunakan untuk menindaklanjuti
koreksi pelaksanaan pekerjaan secara tepat. Dalam pembangunan proyek Simpang Susun
Semanggi evaluasi dapat dilakukan dengan melihat dari kontruksi dan pengaruh hasil
pembangunan proyek. Pada pengaruh pembangunan proyek berdasarkan hasil analisa
wijanarko, dkk (2018) didapatkan penurunan derajat kejenuhan yang lebih dari 30% pada
titik – titik jalan yang terhubung dengan proyek Simpang Susun Semanggi sehingga
evaluasi bisa dikatakan memiliki nilai positif karena berhasil mengurangi nilai kemacetan.
Aguswandi. 2016. Analisa Perbandingan Sistem Monthly Payment dan Progress Payment
Terhadap Keuntungan Kontraktor : Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Nagan Raya. Skripsi. Sarjana Teknik Strata Satu
Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar Alue Peunyareng – Meulaboh
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. 2017. Jakarta Dalam Angka 2016. Jakarta:
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta
Carina, Jessi. 2017. Diakses pada http://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/17/
21545781/djarot--simpang-susunsemanggi-bermula-dari-keberanian-dan-keputusan
pada tanggal 2 Mei 2018
Iqbal, Muhammad. 2017. Anggaran Proyek Simpang Susun Semanggi. Jakarta
Malik, 2010. “Pengantar Jasa Konstruksi”. Diakses melalui https://media.
neliti.com/media/publications/99367-ID-analisis-faktor-keterlambatan-penyelesai.pdf
pada 5 Mei 2018
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Tahun 2007-2012. Diakses melalui http://www.bphn.go.id
/data/documents/111a06a51d691122d65006f834d504b59a86655b1.pdf pada 1 Mei
2018
Soeharto, Iman. 1999. Manajemen Proyek : Dari Koseptual Sampai Operasional.” Diakses
melalui http://library.binus.ac.id/eColls /eThesisdoc/Bab2/2014-1-00467-
MN%20Bab2001.pdf pada tanggal 1 Mei 2018
Syafaruddin. 2004. “Kajian Teoritis Manajemen”. Diakses melalui
http://repository.uinsu.ac.id/705/4/BAB_II.pdf pada tanggal 1 Mei 2018
Terry, George. 2005. “Dasar – Dasar Manajemen”. Jakarta. Diakses melalui
http://eprints.walisongo.ac.id/3534/3/101311010_Bab2.pdf pada tanggal 03 Mei 2018
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Penataan Ruang. Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4725. Jakarta