Anda di halaman 1dari 44

PERANCANGAN ARSITEKTUR IV

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH


SUSUN DI TANJUNG SELOR DENGAN
PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN

DISUSUN OLEH

YOSHUA ENRICO VICTORY


NPM 201611012

DOSEN PENGAMPU
EKO WAHYUDI, S.T, M.T.

UNIVERSITAS KALTARA TANJUNG SELOR

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN ARSITEKTUR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan kelancaran sehingga proses penyusunan Perancangan ini dapat saya
selesaikan dengan baik.

Adapun Tujuan Perancangan yang saya beri judul Perencanaan dan


Perancangan Rumah Susun di Tanjung Selor dengan pendekatan Arsitektur
Modern ini untuk memenuhi tugas besar yang diberikan dosen kepada Saya.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak terutama Bapak
Eko Wahyudi, S.T, M.T sebagai dosen mata kuliah Perancangan Arsitektur IV
yang telah membantu dalam pembuatan serta penyusunan Perancangan ini, Saya
harapkan Perancangan ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan Arsitektur dan
bisa menjadi bahan pembelajaran di dunia pendidikan Arsitektur.

Pada akhirnya, saya menyadari sepenuhnya bahwa Perancangan ini masih


jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari banyak pihak
sangat saya harapkan untuk menyempurnakan perancangan saya kedepannya.

Tanjung Selor, Januari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Pengertian Judul ....................................................................... 1
1.2 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.3 Identifikasi Masalah ................................................................. 2
1.4 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.5 Tujuan ..................................................................................... 2
1.6 Sasaran ..................................................................................... 2
1.7 Batasan Perancangan ................................................................ 2

BAB II STUDI PUSTAKA .......................................................................... 4


2.1 Pengertian Rumah Susun dan Klarifkasinya ............................... 4
2.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum ........................................ 14
2.3 Arsitektur Modern .................................................................... 15

BAB III DATA DAN ANALISA ................................................................. 22

3.1 Data .......................................................................................... 22


3.1.1 Data Eksternal................................................................ 22
3.1.2 Data Internal .................................................................. 25
3.2 Analisa Eksternal ..................................................................... 27
3.2.1 Site ................................................................................. 27
3.2.2 Tata Zona ....................................................................... 31
3.3 Analisa Internal ........................................................................ 32
3.3.1 Besaran Ruang .............................................................. 32

ii
BAB IV KONSEP PERANCANGAN ........................................................ 33

4.1 Konsep Bentukan .................................................................... 33


4.2 Konsep Struktur Bangunan ..................................................... 35

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 37

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 37

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Indonesia ............................................................................. 22


Gambar 3.2 Peta Kalimantan utara ................................................................. 22
Gambar 3.3 Peta Kabupaten Bulungan........................................................... 23
Gambar 3.4 Lokasi Site .................................................................................. 24
Gambar 3.5 Analisa Orientasi Matahari ......................................................... 27
Gambar 3.6 Analisa Kebisingan ..................................................................... 28
Gambar 3.7 Analisa View .............................................................................. 29
Gambar 3.8 Analisa Tata Zona ....................................................................... 31
Gambar 4.1 Gambaran Massa Bangunan ....................................................... 34
Gambar 4.2 Konsep Struktur Rigid Frame ..................................................... 35
Gambar 4.3 Konsep Struktur Rigid Frame ..................................................... 36

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Batasan Perancangan ....................................................................... 3


Tabel 2.1 Klasifikasi Rumah Susun ................................................................ 6
Tabel 2.2 Rumah Menurut Golongan .............................................................. 7
Tabel 3.1 Data Aktifitas Pelaku Perzona ......................................................... 26
Tabel 3.2 Analisa Orientasi Matahari .............................................................. 28
Tabel 3.3 Analisa Kebisingan.......................................................................... 29
Tabel 3.4 Analisa View ................................................................................... 30
Tabel 3.5 Besaran Ruang................................................................................. 32

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Judul

Rumah Susun Merupakan bangunan gedung bertingkat yang dibangun


dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan
secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal, dan merupakan
satuan- satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,
yang nantinya akan digunakan sebagai fasilitas untuk tempat tempat hunian, yang
dilengkapi dengan bangunan bersama dan tanah bersama (Sumber : UURS, No.4
tahun 1993)

1.2 Latar Belakang


Tanjung selor merupakan ibu kota yang saat ini sudah sangat banyak
dikunjungi oleh pendatang dari berbagai penjuru kota. Entah itu mencari
pekerjaan ataupun menetap. Seiring berjalannya waktu, harga tanah maupun
tempat/wadah hunian yang ada di ibu kota tanjung selor saat ini belum bisa
menjadi pilihan terbaik bagi mereka yang ingin mendapatkan hunian yang dapat
mewadahi kegiatan hidup mereka.
Oleh karena itu Rumah Susun sangat diperlukan untuk menunjang
kelancaran pembangunan ibu kota tanjung selor dalam hal Hunian. Sejalan dengan
itu, Saya akan mencoba merancang Rumah Susun.
Perancangan Rumah Susun ini dilatar belakangi oleh Tugas dari salah satu
mata kuliah yang ada,yaitu Perancangan Arsitektur 4 yang merupakan mata kuliah
lanjutan dari perancangan arsitektur 3.
Selain itu,rasa perihatin terhadap tempat-tempat hunian yang disediakan
namun masih memiliki kinerja yang tidak optimal sehingga menimbulkan rasa
ingin membantu memberikan desain Rumah Susun agar bisa menjadi ibukota
yang lebih baik lagi.

1
1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang dapat di


identifikasi adalah :
A. Bertambahnya jumlah penduduk berpenghasilan rendah yang pindah ke ibu
kota tanjung selor.
B. Perlu direncanakan rumah susun yang dapat menjadi wadah tempat tinggal
penduduk berpenghasilan rendah yang ada di ibukota tanjung selor.

1.4 Rumusan Masalah

A. Bagaimana merancangan Rumah Susun dengan menerapkan konsep


Arsitektur modern?

1.5 Tujuan

 Merencanakan dan merancang rumah susun sederhana sewa dengan

pendekatan Arsitektur Modern di Tanjung Selor.

1.6 Sasaran

 Merancang rumah susun sederhana sewa dengan pendekatan Arsitektur


Modern yang lebih ditekan kan pada fasade bangunan.

1.7 Batasan Perancangan

a. Bangunan 8 Lantai
b. Perancangan Rumah Susun Komersil
c. Bangunan yang mengusung konsep Arsitektur Modern yang di
tekankan pada fasade bangunan.
d. Rusun yang berfungsi sebagai hunian/tempat tinggal
e. Luas lahan 1 hektar
f. KDB ≤ 60%
g. GSB 15 Meter Dari As Jalan

2
h. Potensi site Site ini terletak pada jalur
utama menuju kota
Site ini terletak pada daerah
Strategis/berkembang
Site ini berada pada jalur
mayoritas-listrik
PLN,TELKOM dan PDAM

Tabel 1.1
Batasan Perancangan
Sumber : Penulis.2018

3
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Pengertian Rumah Susun dan Klarifikasinya

Menurut Undang – Undang RI No.20 Tahun 2011 pengertian Rumah


Susun, Rumah Susun Umum, Rumah Susun Khusus, Rumah Susun Negara, dan
Rumah susun Komersial adalah sebagai berikut:

- Rumah Susun Umum adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-
satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,
terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama.

- Rumah Susun Umum adalah Rumah susun umum adalah rumah susun yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat
berpenghasilan rendah.

- Rumah Susun Khusus adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk


memenuhi kebutuhan khusus.

- Rumah Susun Negara adalah rumah susun yang dimiliki negara dan berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian, sarana pembinaan keluarga, serta penunjang
pelaksanaan tugas pejabat dan/atau pegawai negeri.

- Rumah Susun Komersial adalah rumah susun yang diselenggarakan untuk


mendapatkan keuntungan.

Adapun di dalam Undang – Undang yang sama tercantum pula pengertian


Satuan Rumah Susun, Tanah bersama, Bagian bersama, dan Benda Bersama
dengan pengertian sebagai berikut :

4
- Satuan Rumah Susun yang selanjutnya di sebut dengan sarusun adalah unit
rumah susun yang tujuan utamanya digunakan secara terpisah dengan fungsi
utama sebagai tempat hunian dan mempunyai sarana penghubung ke jalan umum.

- Tanah Bersama adalah sebidang tanah hak atau tanah sewa untuk bangunan yang
digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri
rumah susun dan ditetapkan batasnya dalam persyaratan izin mendirikan
bangunan.

- Bagian Bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah
untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuan-satuan rumah
susun.

- Benda bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun
melainkan bagian yang dimiliki bersama secara tidak terpisah untuk pemakaian
bersama.

Di dalam sebuah rumah susun selain bangunan juga terdiri dari Pemilik,
Penghuni, Pengelola, Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Sarusun dengan
pengertian sebagai berikut :

- Pemilik adalah setiap orang yang memiliki sarusun.

- Penghuni adalah orang yang menempati sarusun, baik sebagai pemilik maupun
bukan pemilik. - Pengelola adalah suatu badan hukum yang bertugas untuk
mengelola rumah susun.

- Perhimpunan pemilik dan penghuni sarusun yang selanjutnya disebut PPPSRS


adalah badan hukum yang beranggotakan para pemilik atau penghuni sarusun.

5
2.1.1 Rumah Susun Menurut peruntukan

Di dalam menentukan peruntukkan rumah susun untuk berbagai golongan


masyarakat , ada tiga pedoman / pegangan untuk dapat mengklasifikasikan
menurut peruntukkannya, terutama untuk golongan masyarakat ekonomi
menengah ke bawah (rumah susun sederhana dan rumah susun sangat sederhana),
yaitu :

Rumah susun memiliki karakteristik yang berbeda dengan hunian horisontal.


Rumah susun mengandung dualisme sistem kepemilikan perseorangan dan
bersama baik dalam bentuk ruang maupun benda. Sistem kepemilikan bersama
yang terdiri dari bagian-bagian yang di kenal dengan istilah condominium.

6
Menurut Surat keputusan menteri Negara Perumahan Rakyat No. 02/KPTS/1993 ,
Rumah Susun Sederhana yaitu dengan tipe : T-12, T-15, T-18 , T-21. Berdasarkan
pada golongan pendapatan penghuni serta luasan satuan unit rumah susun, rumah
susun di Indonesia dibagi menjadi (Kantor menneg Perumahan Rakyat , 1986):

a) Rumah susun sederhana , yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan


sederhana atau rendah . Luas satuan rumah antara 21-36 m2 , tanpa perlengkapan
mekanikal dan elektrikal .

b) Rumah susun menengah , rumah susun dengan luas satuan 36-54 m2. Kadang
dilengkapi dengan perlengkapan mekanikal dan elektrikal tergantung dari konsep
dan tujuan pembangunannya . rumah susun ini diperuntukkan bagi mayarakat
golongan bepenghasilan menengah .

c) Rumah Susun mewah , rumah susun bagi golongan berpenghasilan atas.Luas


ruang , kualitas bangunan , perlengkapan bangunan tergantung dari konsep dan
tujuan pembangunannya . dengan beberapa fasilitas lengkap dan status
kepemilikan tertentu.

2.1.2 Rumah susun menurut ketinggian bangunan

Menurut John Mascai dalam “Housing” (1980, hal 225-226), Rumah susun
dibedakan menjadi :

7
a. Rumah susun dengan ketinggian sampai dengan 4 lantai (low rise) . Rumah
susun ini menggunakan tangga konvensional sebagai alat transportasi vertikal .

b. Rumah susun dengan ketinggian 5-8 lantai (medium rise). Rumah susun ini
sudah menggunakan escalator sebagai alat transportasi vertical .

c. Rumah susun dengan ketinggian lebih dari 8 lantai (high rise). Rumah susun ini
menggunakan elevator sebagai alat transportasi vertikal.

2.1.3 Rumah susun menurut kepemilikan

Rumah susun dibedakan menjadi :

a) Rumah susun yang dijual (Rusunami) Unit satuan menjadi milik penghuni
dengan sertifikat hak milik.

b) Rumah susun yang disewakan (Rusunawa) Unit satuan hanya untuk disewakan.
Penghuni dapat kontrak untuk bebrapa tahun, setelah masa kontrak habis dapat
diperpanjang atau tidak. Sistem pembayaran bisa perbulan atau pertahun sesuai
perjanjian.

c) Rumah susun jual – beli. Biasanya pada peremajaan pemukiman kumuh.


Pemilik tanah yang lama akan mengganti rugi tanah yang satu, dua atau lebih unit
satuan rumah sesuai dengan tanahnya. Itupun masih diberi subsidi oleh
pemerintah.

d) Rumah susun sewa beli. Penghuni bisa membeli dengan membayar sewa
bulanan sampai sejumlah harga jual.

e) Rumah susun beli kecil. Penghuni dapat membeli dapat mencicil perbulan
hingga lunas.

8
2.1.4 Rumah susun menurut bentukannya

Rumah susun dapat dibedakan menjadi :

a) Memanjang/linear (slab). Jumlah tipe unit hunian perlantainya banyak.

b) Vertikal. Tipe unit hunian perlantainya hanya bebrapa unit (tebatas).


Banguanan cenderung berbentuk tower. Untuk rumah susun yang ada di Indonesia
paling tinggi 12 lantai dengan transportasi vertikal berupa lift.

c) Gabungan antara slab dan memanjang secara vertikal. Bentuk ini ada dua
macam, yaitu bentuk slab yang digabung dengan bentuk tower dan bentuk terrace.

2.1.5 Kritera umum rumah susun

Penyelenggaraan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi kriteria umum


perencanaan sebagai berikut:

a. Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus memenuhi persyaratan fungsional,


andal, efisien, terjangkau, sederhana namun dapat mendukung peningkatan
kualitas lingkungan di sekitarnya dan peningkatan produktivitas kerja.

b. Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada kemewahan material,


tetapi pada kemampuan mengadakan sublimasi antara fungai teknik dan fungsi
sosial bangunan gedung dengan lingkungannya.

c. Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan sepanjang umurnya diusahakan


serendah mungkin.

d. Desain bangunan rusuna bertingkat tinggi dibuat sedemikian rupa sehinggaan


dapat dilaksana dalam waktu pendek dan dapat dimanfaatkan secepatnya.

e. Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus diselenggarakan oleh pengembang


atau penyedia jasa konstruksi yang memiliki surat keteranan ahli sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan.

9
2.1.6 Kriteria khusus rumah susun

a. Rusuna bertingkat tinggi yang direncanakan harus mempertimbangkan


indentitas setempat pada wujud arsitektur bangunan tersebut.

b. Masa bangunan simetri ganda, rasio panjang lebar (L/B) < 3, hindari bentuk
denah yang mengakibatkan puntiran pada bangunan.

c. Jika terpaksa denah terlalu panjang atai tidak simetris, pasang dilatasi bila
dianggap perlu.

d. Lantai dasar dipergunakan untuk fasilitas sosial (fasos) Fasek, Fasum, antara
lain : Ruang Unit Usaha, ruang Pengelola, ruang bersama, ruang penitipan anak,
ruang mekanikan elektrikal, prasarana dan sarana lannya antara lain penampungan
sampah / kotoran.

e. Lantai satu dan lantai berikutnya diperuntukkan sebagai hunian yang satu
huniannya terdiri atas 1 ruang duduk, 2 kamar tidur, 1 km/wc dan ruang service
(dapur dan cuci) dengan total luas per unit 30 m2

f. Luas sirkulasi, utilitas dan ruang2 bersama maksimum 30% dari total luas lantai
bangunan.

g. Denah unit rusuna bertingkat tinggi harus fungsional, efisien dengan sedapat
mungkin tidak menggunakan balok anak, dan memenuhi persyaratan penghawaan
dan pencahayaan.

h. Struktur utama bangunan termasuk komponen penahan gempa (dinding geser


atau rangka perimetral) harus kokoh, stabil dan efisien terhadap beban gempa.

i. Setiap 3 lantai bangunan rusuna bertingkat tinggi harus disediakan ruang


bersama yang dapat berfungsi sebagai fasilitas bersosialisasi antar penghuni.

j. Sistem konstruksi rusuna bertingkat tinggi harus lebih baik, dari segi kualitas,
kecepatan, dan ekonomis (seperti sistem formwork, dan sistem pracetak)
dibanding sistem konvensional.

10
k. Dinding luar rusuna bertingkat tinggi menggunakan beton pracetak sedangkan
dinding pembatas antar unit/sarusun menggunakan beton ringan, sehingga beban
struktur dapat lebih ringan dan menghemat biaya pembangunan.

l. Lebar dan tinggi anak tangga harus diperhitungkan untuk memenuhi


keselamatan dan kenyamanan, dengan lebar tangga minimal 110 cm;

m. Railling/pegangan rambat balkon dan selasar harus mempertimbangkan faktor


privasi dan keselamatan dengan memperhatikan estetika sehingga tidak
menimbulkan kesan masif/kaku, dilengkapi dengan balustrade dan railling

n. Penutup lantai tangga dan selasar menggunakan keramik, sedangkan penutup


lantai unit hunian menggunakan plester dan acian tanpa keramik kecuali KM/WC
o. Penutup dinding KM/WC menggunakan pasangan keramik dengan tinggi
maksimum adalah 1.80 meter dari level lantai

p. Penutup meja dapur dan dinding meja dapur menggunakan keramik. Tinggi
maksimum pasangan keramik dinding meja dapur adalah 0.60 meter dari level
meja dapur

q. Elevasi KM/WC dinaikkan terhadap elevasi ruang unit hunian, hal ini berkaitan
dengan mekanikal-elektrikal untuk menghindari sparing air bekas dan kotor
menembus pelat lantai

r. Material kusen pintu dan jendela menggunakan bahan allumunium ukuran 3x7
cm, kusen harus tahan bocor dan diperhitungkan agar tahan terhadap tekanan
angin. Pemasangan kusen mengacu pada sisi dinding luar, khusus untuk kusen
yang terkena langsung air hujan harus ditambahkan detail mengenai penggunaan
sealant

s. Plafond memanfaatkan struktur pelat lantai tanpa penutup (exposed)

t. Seluruh instalasi utilitas harus melalui shaft, perencanaan shaft harus


memperhitungkan estetika dan kemudahan perawatan;

11
u. Ruang-ruang mekanikal dan elektrikal harus dirancang secara terintegrasi dan
efisien, dengan sistem yang dibuat seefektif mungkin (misalnya : sistem plumbing
dibuat dengan sistem positive suction untuk menjamin efektivitas sistem).

v. Penggunaan lift direncanakan untuk lantai 6 keatas, bila diperlukan dapat


digunakan sistem pemberhentian lif di lantai genap/ganjil

2.1.7 Fasilitas rumah susun

A. Fasilitas Lingkungan

fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan


kehidupan ekonomi, sosial dan budaya, yang antara lain dapat berupa bangunan
perniagaan atau perbelanjaan (aspek ekonomi), lapangan terbuka, pendidikan,
kesehatan, peribadatan, fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum, pertamanan
serta pemakaman (lokasi diluar lingkungan rumah susun atau sesuai rencana tata
ruang kota).

1. memberi rasa aman, ketenangan hidup, kenyamanan dan sesuai dengan budaya
setempat;

2. menumbuhkan rasa memiliki dan merubah kebiasaan yang tidak sesuai dengan
gaya hidup di rumah susun;

3. mengurangi kecenderungan untuk memanfaatkan atau menggunakan fasilitas


lingkungan bagi kepentingan pribadi dan kelompok tertentu;

4. menunjang fungsi-fungsi aktivitas menghuni yang paling pokok baik dan segi
besaran maupun jenisnya sesuai dengan keadaan lingkungan yang ada;

5. menampung fungsi-fungsi yang berkaitan dengan penyelenggaraan dan


pengembangan aspek-aspek ekonomi dan sosial budaya;

12
B. Fasilitas Niaga

sarana penunjang yang memungkinkan penyelenggaraan dan pengembangan


kehidupan ekonomi yang berupa bangunan atau pelataran usaha untuk pelayanan
perbelanjaan dan niaga serta tempat kerja.

C. Fasilitas Pendidikan

fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan pengetahuan keterampilan


dan sikap secara optimal, sesuai dengan strategi belajar-mengajar berdasarkan
kurikulum yang berlaku

D. Fasilitas Kesehatan

fasilitas yang dimaksud untuk menunjang kesehatan penduduk dan berfungsi pula
untuk mengendalikan perkembangan atau pertumbuhan penduduk.

E. Fasilitas Peribadatan

fasilitas yang dipergunakan untuk menampung segala aktivitas peribadatan dan


aktivitas penunjang.

F. Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum

fasilitas yang dapat dipergunakan untuk kepentingan pelayanan umum, yaitu pos
hansip, balai pertemuan, kantor RT dan RW, pos polisi, pos pemadam kebakaran,
kantor pos pembantu, gedung serba guna, kantor kelurahan.

G. Fasilitas Ruang Terbuka

ruang terbuka yang direncanakan dengan suatu tujuan atau maksud tertentu,
mencakup kualitas ruang yang dikehendaki dan fungsi ruang yang dikehendaki.
Dalam hal ini tidak termasuk ruang terbuka sebagai sisa ruang dan kelompok
bangunan yang direncanakan.

13
H. Fasilitas Di Ruang terbuka

setiap macam ruang dan penggunaan ruang di luar bangunan, seperti taman, jalan,
pedestarian, jalur hijau, lapangan bermain, lapangan olah raga dan parkir.

2.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 06/PRT/M/2007

a. Aturan - Aturan Dasar :

1. Seluruh aturan yang wajib diikuti, dengan kewenangan pemberlakuan pada


jenjang tertinggi seperti Gubernur/Walikota/Bupati adalah :
a. Peruntukan Lahan
b. Luas Lahan dan Batas Lahan
c. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
d. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
e. Ketinggian Maksimum Bangunan
f. Transfer KLB >10%
g. Standar Perencanaan Kota

2. Seluruh aturan yang wajib diikuti, dengan kewenangan pemberlakuan dapat pada
jenjang Kepala Dinas Tata teknis setempat adalah:
a. Garis Sempadan Bangunan (GSB)
b. Jarak Bebas
c. Transfer KLB <10% di dalam satu blok
d. GSB pada site ini tergantung lebar jalan yang berada di depan site tersebut
e. Buillding Covering ≤ 60%

14
2.3 Arsitektur Modern

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, arsitektur modern dapat


dipisahkan mejadi dua kata yaitu “arsitektur” yang berarti seni dan ilmu
merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan dan sebagainya serta
“modern” yang berarti terbaru atau mutakhir. Maka secara harafiah, arsitektur
modern dapat diartikan sebagai seni dan ilmu merancang serta membuat
konstruksi bangunan yang terbaru atau termutakhir.

Arsitektur modern juga memiliki beberapa pengertian lain, diantaranya :

1. Pengertian sebagai sebuah sesi dalam perkembangan arsitektur dimana ruang


menjadi objek utama untuk diolah.

2. Hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup yang lebih manusiawi yang
diterapkan pada bangunan.

3. Totalitas daya, upaya dan karya dalam bidang arsitektur yg dihasilkan dari alam
pemikiran modern yang dicirikan dengan sikap mental yang selalu menyisipkan
hal-hal baru, progresif, hebat dan kontemporer sebagai pengganti dari tradisi dan
segala bentuk pranatanya.

4. Asitektur yang ilmiah sekaligus artistik dan estetik, atau arsitektur yang artistik
& estetik yang dapat dipertanggungkan secara ilmiah.

Pada masa sebelumnya arsitektur lebih memikirkan bagaimana cara mengolah


fasad, ornamen, dan aspek-aspek lain yang sifatnya kualitas fisik. Pada masa
arsitektur modern, kualitas non- fisik lebih dipentingkan, seperti gagasangagasan
ruang yang diolah sehingga membentuk penyusunan elemen-elemen ruang secara
nyata.
Menurut Rayner Banham pada bukunya yang berjudul “Age of The Master: A
Personal View of Modern Architecture”, 1978, perkembanagan arsitektur modern
menekankan pada kesederhanaan suatu desain. Arsitektur modern merupakan
Internasional Style yang menganut Form Follows Function (bentuk mengikuti

15
fungsi). Bentukan platonic solid yang serba kotak, tak berdekorasi dan perulangan
yang monoton merupakan ciri arsitektur modern.

2.3.1 Ciri-Ciri Dan Karakterstik Arsitektur Modern

Menurut Tanudjaja, 1997, Arsitektur modern memiliki ciri-ciri serta


karakteristik yang berkembang seturut berjalannya periode ini. Ciri- ciri dari
arsitektur modern antara lain :

1. Terlihat memiliki keseragaman dalam penggunaan skala manusia.

2. Bangunan bersifat fungsional, yaitu sebuah bangunan dapat mencapai tujuan


semaksimal mungkin, bila dipergunakan sesuai dengan fungsinya.

3. Bentuk bangunan sederhana dan bersih yang berasal aliran kubisme dan abstrak
yang terdiri dari bentuk-bentuk aneh, akan tetapi memiliki bentuk dasar segi
empat.

4. Memperlihatkan konstruksi.

5. Pemakaian bahan pabrik atau industrial yang diperlihatkan secara jujur dan
tidak diberi ornamen.

6. Interior dan eksterior bangunan terdiri dari garis-garis vertikal dan horizontal.

7. Konsep open plan, yaitu konsep yang membagi dalam bentuk elemen-elemen
struktur primer dan sekunder. Open plan bertujuan untuk mendapatkan
fleksibilitas dan variasi di dalam bangunan.(Tanudjaja, 1997)

Selain itu, arsitektur modern juga memiliki 3 karakteristik yaitu ideologi, langgam
serta gagasan desain. Karakteristik ideologi dari arsitektur modern antara lain:

1. Gaya tunggal yang berlaku internasional atau tanpa gaya.

2. Idealisme utopia dan idealis.

3. Tradisi keagungan jiwa jaman.

4. Bentuk-bentuk yang deterministik maupun fungsional.

16
5. Pemecahan problema secara holistik dan upaya pengembangan desain yang

komprehensif.

6. Pelayanan arsitek dengan sikap elitis namun tanpa batas kelas.

7. Arsitek merupakan seorang nabi/penyembuh.

8. Arsitek seakan-akan juru selamat/penyembuh.(Tanudjaja, 1997)

Karakteristik langgam pada arsitektur modern terdiri dari beberapa hal, antara
lain:

1. Bentuk yang abstrak tidak selalu menimbulkan teka-teki.

2. Memiliki elemen bentuk yang puris atau bentuk yang diulang.

3. Tampilan bangunan menunjukkan ekspresi kejujuran.

4. Anti simbolik dan anti terhadap prinsip metafora.

5. Bentuk desainnya sederhana.

6. Anti penggunaan ornamen.

7. Nilai estetika terdiri dari estetika mesin, sirkulasi, mekanikal, teknologi dan

struktur.

8. Memiliki ruang yang isotropik.

9. Logikanya anti reprsentasi.

10. Anti kenangan sejarah dan anti lelucon.(Tanudjaja, 1997)

Karakteristik gagasan desain pada arsitektur modern juga terdiri dari beberapa hal,
antara lain:

1. Tata ruang kota menggambarkan kota dalam taman.

2. Pemilihan fungsional.

3. Susunan ruang berupa karya seni yang utuh.

4. Susunan masa yang berintegrasi harmonis.

17
5. Komposisi asimetris dan regularitas.

6. Mementingkan volume daripada massa.

7. Gubahan masa slab dan point block.

8. Mengolah kulit dan rangka bangunan.

9. Dinding transparansi.(Tanudjaja, 1997)

2.3.2 Konsep Arsitektur Modern

Pada era arsitektur modern, fungsionalisme merupakan dasar pemikiran


utama. Fungsionalisme dimaksudkan sebagai penghambat penggunaan yang tidak
tepat dari bentuk yang penuh gaya akan tetapi tidak cocok dengan maksud
bangunannya. Semboyan “Form Follow Function” yang diungkapkan oleh Louis
Sullvian memberi pandangan bahwa bentuk merupakan turunan dari fungsi dan
fungsi menciptakan serta mengorganisir bentuk.(Wahid & Alamsyah, 2013)

Sebuah bangunan modern harus setia pada dirinya sendiri, dalam bentuk
yang tembus pandang dan bersih dari hal-hal yang tidak diperlukan sehingga
dapat menyesuaikan dengan dunia mekanis dan pengangkutan yang cepat.(Wahid
& Alamsyah, 2013) Semboyan “Machine for Living” yang ditegaskan oleh Le
Corbusier memberikan pandangan bahwa dunia bangunan harus memiliki sifat
yang efisiensi, rendemen, ekonomi dan harus mencapai semaksimum mungkin
seperti dalam perekayasaan setiap mesin.

Le Corbusier juga memberikan pandangannya terhadap tipologi pada


arsitektur modern yang menjelaskan bahwa tipologi berupa objek produksi masal
yang melihat bahwa elemen dari kolom rumah sampai dengan kota sebagai sebuah
analogis karena rasionalisme ilmu pengetahuan dan sistem produksi teknologi
adalah wujud nyata daripada bentuk yang paling progresif. (Wahid & Alamsyah,
2013) Pada masa ini, paradigma rasionalisme juga memberikan pengaruh yang
cukup besar. Perancangan modern mendasarkan pada pemikiran perancangnya
pada paradigma rasionalisme dengan mempertimbangan perancangan pada logika

18
dan rasio, menggunakan teknologi baru dan aspek struktur serta fungsi yang
dominan. Nilai estetika mendapat interpretasi atau pandangan baru dengan
mengutamakan ekspresi sistem bangunan, struktur dan fungsi bangunan tersebut.

Arsitektur modern juga menonjolkan hubungan antara sisi-sisi suatu


segiempat dan isinya, rasio atau perbandingan bagian-bagian di dalamnya sebagai
suatu komposisi.(Smithies, 1982) Selain itu, hubungan antara bahan bangunan
padat dan rongga dari jendela-jendela atau bukaan lainnya dari bagian dalam juga
memberi pengaruh terhadap ruang-ruang yang terbentuk oleh penataan
bahanbahan padat yang mengelilingi disekitarnya. Aspek-aspek kesatuan dalam
arsitektur modern juga menjadi hal yang cukup dominan. Pada karya Le Corbusier
“Falling Water”, elemen-elemen horizontal sangat dominan dan menciptakan efek
rongga dengan perpaduan material padat. Penonjolan sangan kuat pada elemen-
elemen horizontal berupa katilever dari material yang padat. Pada karya Le
Corbusier yang lainnya “Sainte Marie de La Tourrete”, tercipta sebuah bentuk
sederhana berupa blok serta menampilkan sesuatu yang logis. Penekanan yang
sangat menonjol adalah elemen-elemen horizontal. Selain itu, pada salah satu
karya Frank Lloyd Wright, perpaduan antara elemen vertikan dan horizontal
menciptakan kontras pada setiap elemennya. Elemen horizontal memberikan efek
padat sedangkan elemen vertikal memberikan efek ringan. (Smithies, 1982)

2.3.3 Konsep Tata Ruang

Ruang merupakan sebuah wadah kegiatan manusia dan sangat erat


kaitannya dengan sebuah sistem. Ruang merupakan sistem lingkungan binaan
terkecil yang sangat penting karena sebagian besar waktu manusia modern saat ini
banyak dihabiskan di dalam ruang. Fungsi dari sebuah ruang juga ditentukan oleh
fungsi yang lebih besar yaitu bangunan. Ruang juga dirancang untuk memenuhi
kebutuhan tertentu dan fungsi yang lebih fleksibel.(Haryadi & Setiawan, 2010)

Arsitektur modern memberikan pandangan yang jujur dan sederhana


termasuk dalam pengolahan ruang. Ruang merupakan wujud dari volume dan
bukan masa. Ruang juga merupakan sebuah bentuk dan berdasarkan konsep

19
arsitektur modern, bentuk mengikuti fungsi yang ada di dalamnya. Ruang-ruang
yang bersih serta didominasi elemen tembus pandang meruapakan salah satu
perwujudan dari konsep arsitektur modern.

Ruang yang terbentuk dari sisi-sisi berbentuk geometris akan menujukkan


komposisi yang lebih nyaman. Material serta rongga yang akan membentuk ruang
akan emberi pengaruh pada suasana pada ruang tersebut. Dengan demikian,
pengolahan ruang pada arsitektur modern akan menciptakan keadaan yang efisien,
sederhana namun tegas serta menyatukan antara hubungan ruang luar dan ruang
dalam melalui elemen transparan sehingga terjadi interaksi antara objek yang
berada di luar dengan objek yang berada di dalam.

2.3.4 Konsep bentuk dan Penampilan

Secara psikologis, manusia secara alami akan menyederhanakan


lingkungan visualnya untuk memudahkan pengertian dan pemahaman. Semakin
sederhana dan teraturnya suatu wujud, maka semakin mudah diterima dan
dimengerti.

Bentuk dan penampilan pada arsitektur modern merupakan bentuk-bentuk


yang geometris dan mudah dikenal. Kesederhanaan,kemurnian, kerapian dan
ketelitian dari bentuk serta penampilan tersebut merupakan karakteristik serta
konsep dari arsitektur modern. Walapun dalam bentuk yang abstrak, bentuk
tersebut akan menunjukkan ekspresi kejujuran. Elemen-elemen dari bentuk pada
arsitektur modern bersifat puris atau bentuk yang selalu diulang. Kesederhanan
pada bentuk dan tampilan merupakan ekspresi kejujuran serta nilai estetika pada
arsitektur modern.(Tanudjaja, 1997)

Fasad atau penampilan bangunan dengan pengunaan garis-garis linier dan


bentuk kotak atau segiempat melahirkan sebuah konsep yang universal. Bentuk
asimetris, kubis atau semua sisi dalam komposisi dan dan kesatuan bentuk serta
elemen bangunan menyatu dalam sebuah komposisi bangunan. Bentuk-bentuk
berupa elemen-elemen horizontal dan vertikal dipadukan dengan kontras atau

20
komposisi yang seimbang antara kepadatan serta rongga dan padat maupun ringan
melalui palikasi penataan dan penggunaan material.

Konsep hakikat pada arsitektur modern juga menunjukkan bahwa bentuk


dan penampilan dapat diartikan sebagai sebuah persoalan sehingga persoalan yang
rumit dapat diubah menjadi keterangan-keterangan gamblang yang ringkas. Hal
ini menunjukkan nilai-nilai kejujuran dan kesederhanaan pada arsitektur modern.
Bentuk dan penampilan bangunan dapat menciptakan sebuah gaya sebagai sebuah
ekspresi keprihatinan yang lebih umum daripada yang dihasilkan dari program
dan biasanya dapat menciptakan kesan pada bangunan dan artinya. Nilai
konfigurasi meberikan pandangan pada bentuk serta penampilan sebagai pikiran
untuk meyederhanakan lingkungan visual agar dapat dipahami. (Snyder &
Catanese, 1997)

2.3.5 Konsep Warna

Penggunaan warna merupakan salah satu penonjolan nilai kontras dan


keselarasan pada arsitektur modern. Warna akan menyeimbangkan komposisi
bentuk serta elemen yang ada pada suatu bangunan. Penggunaan warna-warna
natural seperti putih, abu-abu, hitam dan warna – warna tajam atau cerah serta
material yang mengkilap merupakan karakter dari arsitektur modern. Keterangan
cahaya warna, kepadatan dan kejernihan warna dapat memperluas kemungkinan
keselarasan serta keragaman komposisi. (Alison & Smithson, 1981)

21
BAB III
DATA DAN ANALISA

3.1 Data
3.1.1 Data Eksternal
A. Peta Lokasi

Gambar 3.1
Peta Indonesia
Sumber : Searching Google.2018

Gambar 3.2
Peta Kalimantan Utara
Sumber : Searching Google.2018

22
Gambar 3.3
Peta Kabupaten Bulungan
Sumber : Searching Google.2018

B. Data Site
Kawasan terpilih untuk pembangunan Rumah Susun di Kabupaten Bulungan
terletak di kecamatan Tanjung Selor. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bulungan.
Untuk menentukan lokasi tapak, kriteria yang digunakan ialah pembagian wilayah
tata guna lahan. Dari pembagian lahan tersebut ditemukan site yang terletak di
Poros jalan Bumi rahayu km 9 dengan batas – batas sebagai berikut :

23
U

Gambar 3.4
Lokasi site
Sumber : Penyusun.2018

1. Lokasi Site : Jalan Poros bumi rahayu


2. Luas Site : 10.000 M²
3. KDB 60 % = Luas bangunan maksimal 6.000 M²
4. Topografi : Tanah Berkontur / Tanah Pasir
5. Vegetasi : Semak belukar (sedang) / Pohon Buah / pohon liar
6. Orientasi : Menghadap Utara
7. Sanitasi Buatan (Parit) : Dinamis
8. GSB 15 Meter dari As Jalan
9. Batasan Orientasi
 Sebelah Utara : KAPOLDA Kalimantan Utara
 Sebelah Selatan : Perumahan Penduduk
 Sebelah Timur : Perumahan Penduduk
 Sebelah Barat : Semak Belukar

24
3.1.2 Data Internal
A. Data Pengguna

Jenis pengguna pada Rusunawa ini dapat digolongkan menjadi:


1. Pengguna tetap: Penyewa Rusunawa (penghuni rusunawa), pedagang penyewa
ruang komersial dan badan pengelola Rusunawa.
2. Pengguna tidak tetap: pengunjung Rusunawa (Tamu).

Untuk mengakomodasi seluruh kegiatan dari masing-masing pelaku, dibutuhkan


ruang-ruang. Ruang-ruang tersebut dikelompokan berdasarkan analisis pembagian
zona. Zona fungsi terbagi menjadi 4 bagian yaitu zona hunian, zona pengelola dan
service, zona kegiatan publik , dan zona parkir.

A. ZONA HUNIAN
Aktifitas
1. Beristirahat
2. berkumpul dengan keluarga
3. Aktivitas mencuci
4. Aktivitas Jemur
5. Memasak
6. Makan
B. ZONA PENGELOLA
1. Pengelolaan
2. Pemeliharaan
3. Peralatan
4. Keamanan dan parkir
5. Service
6. Menyiapkan peralatan
7. Memasak
8. Mencuci piring

25
9. transaksi
10. memilih barang
11. makan/minum
12. Pembayaran
C. ZONA KEGIATAN PUBLIK
1. Bermain
2. Olahraga
3. Duduk bersantai
4. Bertamu sesama Penghuni
5. Berkumpul dengan tetangga
6. Arisan, syukuran, ddl
7. Bertamu dengan penghuni rusun
D. ZONA PARKIR
1. Parkir Penghuni
2. Parkir Pengelola
3. Parkir Tamu

Tabel 3.1
Data Aktifitas Pelaku Perzona
Sumber : Hasil Survey.2018

26
3.2 Analisa Eksternal
3.2.1 Site
A. Orientasi Matahari

Kondisi tapak yang menghadap utara menyebabkan sisi kanan dan sisi kiri
bangunan nantinya akan terkena biasan matahari yang cukup banyak. Dapat
disimpulkan potensi serta kendala yang terdapat pada site :

Gambar 3.5
Analisa Orientasi Matahari
Sumber : Penyusun.2018

Potensi :
1. Terdapat banyak ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan
2. Banyak terdapat vegetasi pada site

Kendala :

1. Belum ada unsur penghalang biasan matahari


2. Vegetasi eksisting belum tertata dengan baik

27
No Alternatif Desain
1. Menempatkan ruangan yang bersifat servce pada sisi kiri dan kanan
bangununan,yang berpotensi terkena biasan matahari langsung
2. Menanam vegetasi sebagai upaya pembayangan sinar matahari agar tidak
langsung terbias ke pada badan bangunan
3. Menerapkan sunshading pada jendela yang berpotensi mendapatkan biasan
matahari langsung
Tabel 3.2
Analisa Orientasi Matahari
Sumber : Hasil Analisa.2018

B. Kebisingan

Pada kondisi eksisting, tapak dikelilingi oleh :


1. Jalan Raya
2. Hutan
3. Rumah warga

Gambar 3.6
Analisa Kebisingan
Sumber : Penyusun.2018

28
Yang memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi,berasal dari bunyi yang
dihasilkan oleh mobil dan motor yang melewati site ini. Dari pertimbangan
tersebut, dapat diputuskan beberapa alternatif dari analisa :

No Alternatif
1. Menanam vegetasi sebagai peredam kebisingan

2. Sebisa mungkin meletakan ruangan yang bersifat private jauh dari sumber
kebisingan

Tabel 3.3
Analisa Kebisingan
Sumber : Hasil Analisa.2018

C. View

Kondisi tapak dikelilingi oleh :


1. Perumahan Penduduk
2. Jalan Raya
3. Kapolda Kal-tara

Gambar 3.7
Analisa View
Sumber : Penyusun.2018

29
Jadi, tapak ini memiliki arah peningkatan mutu view yaitu sebelah utara, timur
dan barat tapak,rumah penduduk dan jalan.

Dari beberapa pertimbangan diatas, dapat diputuskan beberapa alternatif dari


analisa :

No Alternatif
1. Menanam vegetasi sebagai penghias agar memandang kedalam dan keluar
tapak terasa nyaman
2. Memberi sentuhan air sebagai unsur pelembut pada tapak

Tabel 3.4
Analisa View
Sumber : Hasil Analisa.2018

30
3.2.2 Tata Zona

Setelah site tersebut di analisa dengan memperhatikan lingkungan, orientasi


matahari, kebisingan, serta view. Didapat hasil tata zona bangunan :

Gambar 3.8
Analisa Tata Zona
Sumber : Penyusun.2018

31
3.3 Analisa Internal
3.3.1 Besaran Ruang

No Zona Ruang Jumlah Luasan Lantai


1. Hunian Unit tipe 36 80 unit 6x6 Tipikal
Unit tipe 64 71 unit 8x8 Tipikal
Ruang Bersama 7 8x6 Tipikal
2. Pengelola Lobby / Hall 1 - 1
dan service
R. serbaguna 1 8x6 1
R. kepala rusun 1 4x4 1
R. administrasi, 1 8x6 1
bendahara, dan
sekretaris
R. cleaning service 1 2x4 1
Musholla 1 8x6 1
Pos security 2 2x2 1
3. Kegiatan Taman - - -
Publik
Lap. Volley 1 8 x 16 -
Lap. Futsal 1 25 x 15 -
Lap. Basket 1 28 x 15 -
4. Parkir Parkir umum 1 - 1
Parkir khusus 1 - 1
Tabel 3.5
Besaran Ruang
Sumber : Hasil Analisa.2018

32
BAB IV
KONSEP PERANCANGAN

4.1 Konsep Massa Bangunan

Massa bangunan diadaptasi oleh bentukan persegi panjang yang selanjutnya akan
di lakukan pengurangan pada massa ini. Bentukan ini mungkin simple akan tetapi
sesuai dengan konsep Modern yang mengutamakan fungsi daripada bentukan.

 Pengurangan massa pertama dilakukan pemotongan pada keempat sudut


massa bangunan.
< Garis potongan

 Sehingga membentuk massa yang nantinya setiap bentuk memiliki fungsi

33
 Pengurangan massa kedua dilakukan pemotongan pada dua sisi pada
bagian tengah massa bangunan

 Sehingga dapat disimpulkan bentuk massa bangunan

 Gambaran Massa Bangunan

Gambar 4.1
Gambaran Massa Bangunan
Sumber : Penyusun.2018

34
4.2 Konsep Struktur Bangunan

Penggunaan sistem struktur pada bangunan high rise adalah sistem kombinasi
rangka kaku (rigid frame) dengan penataan kolom dan balok secara grid atau
sesuai bentukan rancangan denah.

Struktur rangka kaku merupakan struktur yang dibentuk dengan cara meletakkan
elemen kaku horizontal diatas elemen kaku vertikal. Elemen kaku horizontal
(balok) sering disebut juga elemen lentur, yaitu memikul beban yang bekerja
secara transveral dari panjang nya dan mentranfser bebam tersebut ke kolom
vertikal yang menumpunya.

Gambar 4.2
Konsep Struktur Rigid Frame
Sumber : Penyusun.2018

Kolom di bebani secara aksial oleh balok, kemudian mentransfer beban tersebut
ke tanah. Kolom yang memikul balok tidak melentur atau melendut karena kolom
pada umumnya mengalami gaya tekan aksial saja.

35
Gambar 4.3
Konsep Struktur Rigid Frame
Sumber : Penyusun.2018

Rigid frame secara umum memilik struktur rangka yang terdiri dari perpaduan
antara kolom dan balok yang saling mengunci. Pada bangunan tinggi, inti
bangunan atau biasa disebut core merupakan inti bangunan itu sendiri. Core yang
didalamnya meliputi utilitas bangunan seperti lift, tangga darurat dan utilitas
lainnya.

36
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perancangan Rumah Susun ini merupakan tugas besar dari mata kuliah
Perancangan Arsitektur IV. Yang merupakan mata kuliah lanjutan dari
Perancangan Arsitektur III. Dalam perancangan ini, diminta untuk merancang
Rumah susun dengan batasan minimal 8 (delapan) lantai, serta berbagai macam
alur/pola sebagai konsep perancangan. Antara lain :

1. Survey
2. Pengumpulan Data
3. Studi Lapangan
4. Analisa
5. Pra-Desain
6. Desain Akhir

Berdasarkan konsep yang telah dibuat dari awal hingga akhir, maka penulis
dapat mengambil keputusan/kesimpulan bahwa Perancangan Rumah Susun ini
merupakan upaya pembelajaran di dunia Pendidikan Arsitektur serta sebagai
syarat tugas besar Perancangan Arsitektur IV.

Dalam Perancangan Arsitektur IV yang diberi judul “Perancangan Rumah


Susun dengan pendekatan Arsitektur Modern” menghasilkan output desain
meliputi :

1. Bangunan yang mengadopsi gaya Arsitektur Modern yang di tekan kan


pada Fasade
2. Bangunan yang terbentuk dari beberapa alur konsep yang telah
dipertimbangkan dengan baik
3. Detail Engineering Desain yang bisa dipertanggung jawabkan.

37
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, Vfal (2015), “Karakteristik Arsitektur Modern” (Online), (http://e-


journal.uajy.ac.id/8458/5/TA413475.pdf)

Fajri, Khairul (2015), “Pengertian Rumah Susun” (Online),


(http://eprints.undip.ac.id/45023/2/07_Khairul_Fajri_21020110141006_BAB_
2.pdf )

Rumah Susun, (2012), “Pengertian Rumah Susun” (Online),


http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00647-sp%202.pdf

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 06/PRT/M/2007

38

Anda mungkin juga menyukai