Tabel 1. Data Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis
Kemiskinan 2010-2016 ............................................................................. 31
Tabel 2. Indeks Keterjangkauan ............................................................................. 35
Tabel 3. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat/PNPM Mandiri dan Penerima Manfaatnya .......................... 58
Tabel 4. Jenis Kegiatan BSPS .................................................................................. 70
Deskripsi
Modul Pengantar Penyelenggaraan Rumah Swadaya ini terdiri dari tiga kegiatan
belajar mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas tentang konsep dan
pengertian rumah dan perumahan swadaya dengan sub materi konsep
pembangunan perumahan swadaya, definisi rumah dan perumahan swadaya,
perkembangan perumahan swadaya, dan potensi dan tantangan perumahan
swadaya. Kegiatan belajar kedua membahas tentang kebijakan pembangunan
perumahan, dengan sub materi perkembangan kebijakan pembangunan
perumahan, pengadaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),
dan peran pemerintah dalam pengadaan perumahan bagi MBR. Kegiatan
pembelajaran ketiga membahas tentang program pembangunan perumahan
swadaya dengan sub materi P2BPK, PNPM Perkim, BSPS, Arisan Rumah, dan
kesimpulan.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini sangat diperlukan karena materi ini
menjadi dasar pemahaman sebelum mengikuti pembelajaran modul-modul
berikutnya. Hal ini diperlukan karena masing-masing modul saling berkaitan. Setiap
kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi. Latihan atau evaluasi ini
menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi
dalam modul ini.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini peserta pelatihan dilengkapi dengan skema, gambar,
table, dan lembar kerja yang difungsikan untuk mempermudah peserta latih agar
lebih memahami materi modul.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran modul ini, metode yang digunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh pemberi materi (narasumber), adanya
kesempatan Tanya jawab, curah pendapat, diskusi, serta games dan simulasi
sederhana.
Latar Belakang
Rumah Swadaya merupakan salah satu kegiatan terbesar di Indonesia yang
dilakukan oleh masyarakat di berbagai lokasi. Masyarakat tentu saja merupakan
aktor utama dalam penyelenggaraan rumah swadaya. Rumah-rumah yang
dibangun secara individual tersebut kemudian dapat membentuk permukiman yang
tumbuh dan berkembang secara inkremental dengan pola pertumbuhan yang tidak
teratur. Keterbatasan kemampuan sosial ekonomi masyarakat mengakibatkan
semakin bertumbuhnya jumlah rumah tidak layak huni. Program bantuan stimulan
dari pemerintah bagi penyelenggaraan rumah swadaya sekarang ini merupakan
salah satu kegiatan yang bertujuan mengantisipasi masalah perumahan.
Proses pendampingan kepada masyarakat penerima bantuan untuk pembangunan
dan peningkatan kualitas rumah oleh SKPD Kab/Kota merupakan proses yang sangat
penting dalam mendorong partisipasi masyarakat demi keberhasilan program
pemerintah untuk memberikan rumah yang layak huni bagi masyarakat.
Dalam melakukan pendampingan kepada masyarakat, tenaga pendamping
masyarakat perlu memiliki beberapa pemahaman dan kemampuan, antara lain
tentang penyelenggaraan rumah swadaya secara umum beserta aspek-aspek yang
mempengaruhi kegiatan penyeleggaraan rumah swadaya tersebut, termasuk
pembelajaran terhadap program-program bantuan pemerintah bagi masyarakat
yang sudah pernah dan sedang dilaksanakan.
Deskripsi Singkat
Modul Pengantar Penyelenggaraan Rumah Swadaya ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman kepada peserta pelatihan tentang penyelenggaraan
rumah swadaya, melalui konsep dan pengertian rumah dan perumahan swadaya,
kebijakan pembangunan perumahan, serta sejarah program bantuan perumahan
swadaya. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui ceramah interaktif, tanya jawab
dan diskusi, latihan soal, serta games.
Materi Pokok
Materi dan sub materi pokok yang akan dibahas dalam modul ini antara lain :
1. Pengertian Rumah dan Perumahan Swadaya
a. Konsep Pembangunan Rumah dan Perumahan Swadaya
b. Definisi Rumah dan Perumahan Swadaya
c. Perkembangan Perumahan Swadaya
d. Potensi dan Tantangan Perumahan Swadaya
2. Kebijakan Pembangunan Perumahan
a. Perkembangan Kebijakan Pembangunan Perumahan
b. Pengadaan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
c. Peran Pemerintah dalam Pengadaan Perumahan bagi MBR
3. Program Bantuan Perumahan Swadaya
a. Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok (P2BPK)
Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
Modul Pengantar Penyelenggaraan Rumah Swadaya ini adalah 6 (enam) jam
pelajaran (JP) @ 45 menit (270 menit), termasuk dengan Sharing dan Diskusi.
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan memahami dan
menjelaskan tentang konsep dan pengertian rumah dan perumahan swadaya
Potensi masyarakat.
Permukiman yang disebut kampung jelas merupakan produk swadaya, merupakan
perumahan yang dibangun dan dikembangkan oleh nasyarakat sendiri. Ada
diantaranya yang tersentuh oleh pemerintah melalui program perbaikan kampung,
tetapi banyak yang sesungguhnya merupakan produk keswadayaan masyarakat
sepenuhnya. Jaringan prasarana di kampung bukan hasil perencanaan teknis dan
maupun pengaturan oleh pemerintah. Persil tempat membangun yang
beranekaragam bentuk dan ukuranny adalah produk fragmentasi hak atas tanah
yang mengecil tanpa ada pengaturan batas minimunya adalah produk proses sosial
dan bukan hasil pengaturan institusi. Bagimanapun kampung ini merupakan solusi
bagi penyediaan tempat tinggal masyarakat penjual barang dan jasa lapisan bawah.
Kini di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan sebagainya kampung juga
menawarkan tempat tinggal bagi lapisan menengah. Di dibelakang gedung
perkantoran atau gedung mal, kampung telah berkembang menjadi tempat
penyewaan, pengontrakan dan indekos lapisan menengah yang banyak diantaranya
juga bermobil. Selama apartemen tetap tidak terjangkau oleh lapisan menengah,
apa yang ditawarkan oleh kampung ini merupakan solusi untuk megatasi beban
transportasi dan jarak tempuh kota yang terus melebar. Walaupun demikian lapisan
bawah toh tidak sepenuhnya tersingkir dari kampung, sehingga dengan sendirinya
terciptalah komunitas multi strata dan inklusifitas yang menjadi cita-cita kebijakan
pembangunan lingkungan hunian berimbang.
Tantangan.
Berulangkali diungkapkan dan kenyataan juga menunjukkan bahwa perumahan
produk keswadayaan telah mendominasi wajah pemukiman di Indonesia. Disatu sisi
ini merupakan potensi tetapi disisi lain ini juga dapat dianggap hanya sebagai produk
keterpaksaan oleh keterbatasan pemerintah dalam menangani perumahan. Perlu
dipahami bersama bahwa menangani perumahan tidak harus dalam arti membiayai
tetapi juga magatur dan menata kondisi serta perkembangannya. Perhatian yang
terfokus pada pembiayaan sering menyebabkan dilupakannya peranan penting
pemerintah sebagai regulator. Hal ini terjadi mungkin juga karena regulasi yang
telah banyak dibuat pemerintah tidak mempunyai efek nyata karena memang tidak
dapat diimplementasikan atau implementasinya lemah.
Bagaimana pemerintah harus bertindak menghadapi perumahan yang terlanjur
tumbuh acak dan tidak layak, merupakan tantangan yang jauh lebih berat katimbang
Catatan penutup
Dalam Peraturan Presiden No.7/2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah memuat banyak pernyataan yang secara eksplisit maupun implisit
menunjukkan keberpihakan pemerintah pada pandangan rumah sebagai hak.
Dalam Bab 16 butir 5 secara eksplisit dinyatakan bahwa: untuk memenuhi hak
masyarakat miskin dapat menempati atau menghuni perumahan yang layak dan
sehat dilakukan melalui program: pengembangan perumahan dan pemberdayaan
komunitas perumahan. Walaupun demikian dalam Bab 33 butir 4.1.3 tentang
program pembangunan perumahan tampak adanya pandangan mendua.
Disebutkan disitu bahwa: program ini bertujuan mendorong pemenuhan kebutuhan
rumah yang layak, sehat, aman dan terjangkau dengan menitik beratkan kepada
masyarakat miskin dan berpendapatan rendah, melalui pemberdayaan dan
peningkatan kinerja pasar primer dan seterusnya.
Rangkuman
Perumahan dan permukiman swadaya ini adalah perumahan atau pemukiman yang
tumbuh secara bertahap diwujudkan dengan adanya pembangunan rumah-rumah
yang dilakukan secara swadaya oleh perorangan, keluarga-keluarga atau kelompok
baik untuk keperluan sendiri maupun keperluan lainnya. (dengan atau tanpa
pendampingan/bantuan terknis dari pihak lain). Pola pembangunan secara swadaya
ini biasanya dilakukan dalam periode waktu yang singkat (instant), dan dicirikan oleh
adanya upaya pengadaan komponen-komponen produksi, misalnya: lahan, bahan
bangunan, pembiayaan, tenaga kerja, rancang-bangun dan lain-lain yang dilakukan
sendiri oleh masyarakat baik secara individu mapun secara berkelompok dan
diperoleh melalui mekanisme pasar.
Konsep pembangunan perumahan swadaya ini menjadi penting karena
pembangunan perumahan ini juga ditujukan sebagai upaya memperbaiki kondisi
sebagian masyarakat yang memiliki keterbatasan akses dan pembangunan rumah
yang layak dapat dilakukan dengan terjangkau sesuai kemampuan masyarakat.
Lebih jauh lagi konsep ini ditujukan untuk mengurangi kemiskinan. Dalam jangka
panjangnya konsep ini bertujuan untuk mendorong suatu gerakan pembangunan
perumahan dan permukiman secara mandiri, yang lebih terorganisasi dan
melembaga.
UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, menyebutkan bahwa
rumah swadaya diselenggarakan atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara
sendiri maupun berkelompok. Secara prinsip, perumahan swadaya adalah salah satu
instrumen penting dalam pemberdayaan masyarakat. Jika pendekatan individual
lebih diarahkan pada perbaikan rumah-rumah yang tidak layak huni, maka
pendekatan berkelompok pada dasarnya lebih diarahkan pada upaya-upaya
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan dapat
menjelaskan tentang kegiatan pengadaan perumahan bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR).
Sumber: www.bps.go.id
Berdasarkan tabel di atas, pada Maret 2016 terdapat 28,01 juta penduduk miskin di
seluruh Indonesia. Persentase penduduk miskin (kota+desa) Maret 2016 mengalami
penurunan cukup signifikan, sebesar 1,36 persen dibandingkan Persentase penduduk
miskin (kota+desa) Maret 2015. Secara jumlah, penduduk miskin menurun sebesar
0,58 juta orang (jumlah penduduk miskin (kota+desa) Maret 2016 − jumlah penduduk
miskin (kota+desa) Maret 2015).
Penduduk miskin sebanyak 28,01 juta orang tidak sepenuhnya menggambarkan
jumlah MBR yang belum mempunyai rumah atau hunian yang layak pada tahun
2016. Namun merupakan gambaran secara umum masyarakat berpenghasilan
Sama sekali tidak terjangkau Lebih besar atau sama dengan 5,1
Sedangkan kriteria rumah yang dapat dijangkau menurut Peraturan Menteri Negara
Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor: 22/Permen/M/2008 adalah:
1. Harga rumah dikatagorikan terjangkau apabila mempunyai median multiple
sebesar 3 atau kurang
DAYA BELI
BIAYA PERUMAHAN YANG TERBATAS
YANG TINGGI
HARGA MATERIAL
Pasar Infromal
Pasar Formal (Self-help)
Perumahan
Perumahan
Pekerja Jarah
Pasar Sosial
(Squaters)
Perumahan
M embangun dgn
Slum Sharing M aterial Bekas
Sewa Kamar
Dikerjakan
Sendiri
Pemb. Inkremental
& Gradual
Penyediaan
perumahan
Rumah/Perumahan Rumah/Perumahan
tidak bersusun bersusun
Kebijakan oleh
Pemerintah
- Kebijakan dan
perencanaan Pelaksanaan
- Peraturan dan per UU Pembangunan oleh
- Kelembagaan Pemerintah
- Program - Organisasi
- Pendanaan
- Kapling dan Prasarana
- Pembanguanan Rumah
Penggunaan oleh
Perumahan
Masyarakat
Kebijaksanaan oleh
Pemerintah
- Kebijaksanaan dan
perencanaan Pelaksanaan
Pihak lain yang
- Peraturan dan per UU Pembangunan oleh
membatu
- Kelembagaan Masyarakat
- Program Pemerintah - Organisasi
- Pendanaan
- Kapling dan Prasarana
- Pembanguanan Rumah
Perumahan Pengguna
Di sisi lain upaya pemerintah dalam penanganan masalah rumah tidak layak huni
dan kepemilikan rumah bagi masayarakat berpenghasilan rendah diwujudkan dalam
bentuk-bentuk beberapa program, antara lain:
d. Pemberian Fasilitasi Pra Sertifikasi dan Paskah Sertifikasi Hak Atas Tanah
untuk MBR
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 05 Tahun
2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Fasilitas Pra dan Paska Sertifikasi Hak
Atas Tanah Untuk Memberdayakan Masyarakat Berpeghasilan Rendah.
Pra sertifikasi adalah kegiatan identifikasi dan inventarisasi data administrasi
yang diperlukan untuk permohonan sertifikasi hak atas tanah. Paska
sertifikasi adalah kegiatan mengakses sumber-sumber pembiayaan dalam
rangka pembangunan atau perbaikan rumah swadaya.
Tujuan fasilitasi pra sertipikasi hak atas tanah adalah memberi kemudahan
kepada MBR dalam rangka permohonan sertipikat hak atas tanah, sedangkan
tujuan fasilitasi paska sertipikasi hak atas tanah adalah memberi kemudahan
kepada MBR mengakses sumber pembiayaan dalam rangka penyediaan
sebagian biaya membangun atau memperbaiki rumah.
Latihan Soal
1. Bandingkan pengertian masyarakat berpenghasilan rendah menurut Asian
Development Bank, dan menurut UU No. 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan
permukiman.
2. Sebutkan tiga segmen MBR berdasarkan kemampuan mengakses kepemilikan
rumah.
3. Sebutkan tiga tingkat prioritas kebutuhan perumahan Bagi masyarakat golongan
berpenghasilan rendah.
4. Affordability dapat dihitung dengan mempertimbangkan faktor-faktor apa saja?
5. Affordability dihitung untuk menentukan harga rumah maksimum yang dapat
dijangkau dan mengetahui mampu atau tidaknya si keluarga membeli rumah.
Jelaskan bagaimana cara menghitung affordability?
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan peran pemerintah dalam pengadaan rumah
sebagai provider.
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan peran pemerintah dalam pengadaan rumah
sebagai enabler.
Rangkuman
Berdasarkan berbagai pengertian dan definisi yang ada, secara umum, Masyarakat
berpenghasilan rendah diartikan sebagai masyarakat yang tidak memiliki akses
dalam menentukan keputusan yang menyangkut kehidupan mereka; memiliki
keterbatasan daya beli, sehingga kualitas hidupnya cenderung masih rendah.
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan memiliki
kompetensi mampu menjelaskan tentang mekanisme program-program bantuan
rumah swadaya yang sudah pernah dilaksanakan beserta keunggulan dan
kekurangannya.
Kegiatan P2BPK ini dapat dibedakan menjadi tiga kelompok kegiatan sebagai berikut:
1) Kelompok kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan peluang-peluang yang
mampu dimanfaatkan oleh masyarakat banyak. Kelompok kegiatan ini
mencakup upaya-upaya menciptakan iklim pembangunan rumah dan
lingkungan dengan cara :
Meninjau kembali/mengkaji ulang upaya-upaya pembangunan yang
sudah/sedang berlangsung.
Pengenalan P2BPK
Pengumpulan Dana Mitra Pengajuan Proposal
Survei Lokasi
Penyepakatan dan Simpanan Lain ke Bank
Pelaksanaan P2BPK
Proses di Bank
Pembentukan Organisasi Penyepakatan Lokasi (Wawancara dll.)
(Jika Belum Ada)
Penandatanganan
Penyusunan Aturan Main Pembebasan Tanah Akad Kredit
No Program Sasaran
Sumber: http://www.tnp2k.go.id
spesifikasi dan harga satuan bahan bangunan yang tidak melebihi harga
satuan yang ditetapkan oleh pemda setempat;
jenis, volume dan harga bahan bangunan yang akan dikirim dalam
bentuk DRPB2;
Arisan Rumah
Mekanisme pelaksanaan arisan rumah tidak jauh berbeda dengan praktik arisan
pada umumnya, yaitu kelompok orang yang mengumpul uang secara teratur pada
tiap-tiap periode tertentu. Setelah uang terkumpul, salah satu dari anggota
kelompok akan keluar sebagai pemenang. Namun yang berbeda adalah uang yang
terkumpul akan digunakan sebagai biaya pembangunan rumah.
Arisan rumah merupakan salah satu alternatif terbaik yang ditawarkan kepada para
peserta arisan yang berkepentingan untuk memiliki rumah tinggal pribadi maupun
berinvestasi dalam kepemilikan objek properti berupa rumah. Pada saat ini
masyarakat yang berhasrat untuk memiliki sebuah rumah idaman umumnya
menggunakan jasa perbankan (KPR) yang membebankan bunga relatif tinggi dan
cenderung membebani masyarakat atau dengan cara menabung secara mandiri,
namun membutuhkan konsistensi yang sangat besar.
Oleh karena itu, arisan rumah ditawarkan sebagai solusi atas permasalahan di atas.
Dengan arisan rumah, para peserta dapat memiliki rumah yang diinginkan tanpa
harus membayar bunga yang tinggi atau menunggu sampai tabungannya mencukupi
budget yang diinginkan. Hal ini menjadi semakin menarik karena pembangunan
rumah untuk peserta dilakukan dengan konsep tolong menolong, dimana masing-
Memperoleh rumah baru atau uang cash senilai total iuran seluruh
peserta yang dilakukan melalui mekanisme undian atau lelang.
Pada arisan rumah di wilayah perdesaan, biasanya aturan yang diterapkan dalam
kelompok lebih bersifat musyawarah yang dilakukan melalui rembug warga, tanpa
aturan yang mengingkat seperti arisan rumah di kota. Dalam kelompok arisan
rumah di wilayah perdesaan, biasanya warga akan menentukan secara musyawarah
rumah yang lebih dahulu memperoleh kesempatan untuk dibangun melalui arisan
rumah. Umumnya yang didahulukan adalah rumah warga yang dianggap paling
prioritas untuk mendapat perbaikan atau pembangunan baru.
Penawar tertinggi
(Dapatkan pemenang lelang) Peserta lelang melakukan
check fisik bangunan
Kesimpulan
Dari berbagai program bantuan perumahan yang dijabarkan di atas, dapat diambil
beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Program P2BPK memiliki beberapa keunggulan karena program ini bisa
dikatakan ‘paket lengkap’, karena memiliki program yang terpadu, dimana
program ini tidak hanya membantu masyarakat, khususnya yang
Latihan Soal
1. Jelaskan persamaan dan perbedaan setiap program bantuan perumahan dan
permukiman di Indonesia yang telah diperkenalkan di atas (P2BPK, PNPM
Perkim, BSPS, dan Arisan rumah).
2. Jelaskan Keunggulan, serta kelemahan setiap program bantuan perumahan
dan permukiman yang telah dibahas dalam bab ini, serta berikan
rekomendasi anda bentuk program bantuan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah yang paling sesuai dengan kondisi dan kebijakan yang ada saat ini.
Rangkuman
Pada saat ini upaya penanganan perumahan ditekankan pada pengadaan perumahan
sebanyak-banyaknya dengan harga yang terjangkau. Terdapat beberapa program
pembangunan rumah swadaya yang bertumpu pada masyarakat yang pernah dan
sedang dilaksanakan, antara lain:
Simpulan
Masyarakat cenderung memilih untuk membangun rumahnya secara swadaya
karena pengadaan rumah secara swadaya dapat dilakukan dengan biaya yang lebih
rendah dari perumahan yang disediakan oleh sektor formal. Masyarakat dapat
melakukan pembangunan secara bertahap disesuaikan dengan kemampuan yang
dimiliki, serta dapat memilih sendiri bahan bangunan dan mekanisme
pembangunan rumah yang dikehendaki. Namun dalam pelaksanaannya, pengadaan
rumah bukanlah hal yang mudah, terutama bagi masyarakat berpenghasilan
rendah. Hal ini menuntut tanggung jawab pemerintah daerah untuk melakukan
reorientasi kebijakan pembangunannya dan melakukan pemberdayaan masyarakat
serta peningkatan kemampuan (capacity building) dari semua pelaku-pelaku kunci
yang berkepentingan (stakeholders).
Pendampingan merupakan kegiatan yang diyakini mampu mendorong terjadinya
pemberdayaan masyarakat berpenghasilan rendah secara optimal. Perlunya
pendampingan dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan pemahaman di antara
pihak yang memberikan bantuan dengan sasaran penerima bantuan. Kesenjangan
dapat disebabkan oleh berbagai perbedaan dan keterbatasan kondisi sosial, budaya
dan ekonomi. Dalam melaksanakan tugasnya, para pendamping memposisikan
dirinya sebagai perencana, pembimbing, pemberi informasi, motivator,
penghubung, fasilitator, dan sekaligus evaluator.
Materi mengenai Pengantar Penyelenggaraan Rumah Swadaya ini disampaikan
dengan harapan agar peserta pelatihan sebagai fasilitator penyelenggaraan rumah
swadaya dapat memahami prinsip-prinsip penyelenggaraan rumah swadaya dan
pemberdayaan masyarakat yang memiliki peran mendasar dalam penyelenggaraan
rumah swadaya. Keberadaan pendamping/fasilitator sebagai unsur penggerak
tercapainya keswadayaan dan kemandirian masyarakat mempunyai posisi yang
strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan. Seperti telah
dijelaskan di atas bahwa suatu gerakan pemberdayaan berangkat dari kondisi
ketidakberdayaan masyarakat untuk memperjuangkan hidupnya ke atah yang lebih
baik. Oleh karenanya dibutuhkan pendamping baik berasal dari “luar” masyarakat
ataupun pendamping yang berasal dari masyarakat itu sendiri.
Di bawah ini akan diberikan beberapa alternatif games untuk perkenalan maupun
icebreaking, mengingat modul ini disampaikan di awal pelatihan, sehingga games
perkenalan untuk peserta dimungkinkan untuk memberikan kesempatan kepada
peserta untuk saling berkenalan satu dengan yang lain.
ALTERNATIF - 1
Siapa Nama Anda?
Garis besar permainan ini merupakan icebreaker yang dirancang untuk memberikan
kesempatan kepada peserta pelatihan, juga instruktur dalam mengingat nama
setiap orang.
Tujuan permainan
1. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengingat nama setiap orang.
2. Memberikan kesempatan kepada fasilitator untuk mengingat nama setiap orang.
Bahan diskusi
1. Dapatkah setiap orang mengingat nama seluruh peserta?
2. Di kehidupan sehari-hari kita memiliki kesulitan dalam menghafalkan nama?
Teknik ini dapat dicoba, namun peserta mungkin akan berpikir terlebih dahulu
tentang hal-hal yang tidak umum mengenai diri mereka.
Variasi
1. Sebaiknya Instruktur memulai terlebih dulu. Kemudian peserta dapat
memahami apa yang harus mereka lakukan.
Instruktur bisa mengambil giliran terakhir, supaya memastikan bahwa semua
peserta memiliki motivasi untuk mengingat semua nama.
Garis besar permainan ini adalah peserta menulis hal-hal tentang mereka untuk
dilihat oleh anggota kelompok lainnya. Icebreaker ini dapat digunakan di awal
pelatihan dimana para peserta tidak saling mengenal.
Tujuan Permainan
1. Mendorong partisipasi peserta.
2. Agar peserta saling mengenal satu sama lain.
Langkah-langkah
1. Bagikan pulpen dan kertas dengan peniti/double tape bertuliskan ‘Nama Saya
adalah ….., 10 hal yang saya sukai dari diri saya adalah ………….‘ untuk masing-
masing peserta.
2. Beritahukan kepada peserta mereka memiliki waktu 10 menit untuk menulis 10
jawaban pertanyaan tersebut.
3. Setelah waktu persiapan habis, mintalah peserta untuk memasang kertas
tersebut di depan kaos atau baju mereka kemudian berjalan mengelilingi
ruangan sambil membaca kertas peserta lainnya. Tahap ini dilakukan tanpa
bersuara.
Bahan diskusi
1. Apakah ada seseorang yang menemukan orang dengan jawaban yang sama
dengannya?
2. Apakah orang merasa terancam menuliskan informasi tersebut dikarenakan
orang lain akan membacanya?
Variasi
1. Kalimat pada kertas dapat diganti dengan kalimat lain seperti ‗Saya ingin
menjadi …‘, atau ‘10 hal tentang saya adalah …‘ dapat digunakan.
2. Langkah 3 bisa dihilangkan.