Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat karunia-Nyalah Laporan yang berjudul “Identifikasi dan Pengelolaan Resiko
Sosial Kegiatan Pertambangan dan Industri Nikel Oleh PT. Sulawesi Cahaya
Mineral” dapat diselesaikan dengan baik.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengidentifikasi dan
pengelolaan resiko sosial di sekitar wilayah kegiatan pertambangan PT. SCM.
Secara khusus, tujuan studi ini adalah untuk mengidentifikasi isu resiko sosial,
analisis stakeholder dalam manajemen resiko sosial dan pengelolaan resiko sosial
meliputi pendekatan manajemen resiko sosial, program atau paket penanganan
resiko sosial dan mekanisme pelaksanaan penanganan dan mitigasi resiko sosial.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah
mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian laporan penelitian
ini, hingga selesainya draf laporan ini.
Sangat disadari, bahwa Laporan Akhir ini masih jauh dari sempurna. Untuk
itu, segala bentuk saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi
kesempurnaannya. Semoga laporan penelitian ini dapat memenuhi tujuan yang
Tim Penyusun
HALAMAN SAMPUL...................................................................................I
KATA PENGANTAR..................................................................................II
DAFTAR ISI...........................................................................................III
DAFTAR TABEL.........................................................................................V
DAFTAR GAMBAR..................................................................................VII
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................VIII
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1. Gambaran Umum Kecamatan Routa.........................................................1
1.2. Tujuan Kajian.........................................................................................1
1.3. Output Kajian.........................................................................................3
BAB II. DESKDRIPSI SINGKAT RENCANA USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN...................................................................................4
2.1. Kegiatan Pertambangan Nikel PT. SCM di Kecamatan Routa......................4
2.2. Kegiatan Industri Nikel PT. IKIP...............................................................8
2.3. Pembangunan Sistem Konveyor Jarak Jauh PT. Cahaya Smelter
Indonesia.............................................................................................11
BAB III. METODOLOGI...........................................................................14
3.1. Lokasi dan Waktu Kajian........................................................................14
3.2. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................14
3.3. Analisis Data Identifikasi Resiko Sosial....................................................18
BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI........................................21
4.1. Gambaran Umum Kecamatan Routa.......................................................21
4.1.1. Luas Wilayah........................................................................21
4.1.2. Jumlah Penduduk.................................................................21
4.1.3. lembaga Masyarakat.............................................................23
4.1.4. Jenis Pekerjaan....................................................................25
4.1.5. Pendidikan...........................................................................31
4.1.6. Fasilitas Kesehatan...............................................................34
4.1.7. Fasilitas Ibadah....................................................................36
4.1.8. Industri................................................................................38
4.1.9. Perdagangan........................................................................40
4.1.10. Keuangan.............................................................................43
4.1.11. Pendapatan Asli Daerah........................................................45
4.1.12. Produk Domestik Regional Bruto............................................46
4.2. Gambaran Umum Kecamatan Bahodopi..................................................49
4.2.1. Luas Wilayah........................................................................51
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Rencana Tata Letak Kawasan Letak Industri oleh PT. IKIP...........10
Gambar 2.2. Peta Lokasi Pembangunan Sistem Konveyor Jarak Jauh
PT. Cahaya Smelter Indonesia...................................................13
Gambar 3.1. Peta Wilayah Kajian Baseline Sosial Ekonomi, Resiko Sosial
dan Desain CSR di Kecamatan Routa..........................................16
Gambar 3.2. Peta Wilayah Kajian Baseline Sosial Ekonomi, Resiko Sosial
dan Desain CSR di Kecamatan Bahodopi.....................................17
Gambar 3.3. Komponen Resiko Sosial (Tamara Bekefi, Beth Jenkins
and Beth Kyle, 2006).................................................................19
Gambar 5.2. Rancangan Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Mitigasi Resiko.......122
Lampiran Halaman
No
Jenis Material Keterangan
.
1 Batu kali Asal lokal
2 Bata Asal lokal
3 Kayu Asal lokal
4 Pasir Asal lokal
5 Sement Asal lokal
6 Split Asal lokal
7 Agregat A Asal lokal
8 Agregat B Asal lokal
Sumber: Dokumen Studi Kelayakan PT SCM, 2020
Kebutuhan material kerja untuk pembangunan infrastruktur penunjang
sebagaimana disajikan pada tabel dapat memberikan peluang usaha bagi
masyarakat sekitar di wilayah Kecamatan Routa, namun juga berpotensi
menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas udara, peningkatan
kebisingan dan gangguan lalu lintas.
Material akan disuplai oleh supplier berizin sehingga dampak yang
timbul dari kegiatan sumber material dan mobilisasi material merupakan
tanggungjawab supplier. Ketika sampai dalam wilayah konsesi PT Sulawesi
Cahaya Mineral akan menjadi tanggungjawab pemrakarsa. Para pekerja
konstruksi akan diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa:
masker, penutup telinga (earplug), sepatu kerja, kacamata dan topi
pengaman. Selain material, juga akan didatangkan peralatan yang akan
digunakan untuk kegiatan konstruksi. Jenis dan jumlah peralatan untuk
kegiatan konstruksi disajikan pada berikut.
No
Alat Jumlah
.
1 Excavator 17
2 Bulldozer 19
3 Dump truck 28
4 Motor grader 2
5 Compactor 1
Luas Lahan
No. Teknologi Kapasitas
(Ha)
Pabrik asam sulfat 8.500.000 ton/ 59,3744
1
tahun
Pabrik Kapur (Slurry Batu 2.500.000 12,9503
2
Kapur dan Lime Milk) ton/tahun
3 Pembangkit listrik (PLTU) 800 MW
4 Pembangkit listrik (PLTD) 50 MW 65,2498
5 Stockpile Batubara - 24,7580
6 Area Kantor - 27,9758
7 Akomodasi Karyawan dan Staf - 53,9048
8 Area Lay Down - 23,8496
9 Laboratorium - 6,5571
10 Area Penimbunan Slag - 49,9743
11 TPA/TPS - 9,6492
12 Instalasi Pengolah Air Limbah - 18,1919
13 Area Penimbunan FABA - 19,6786
Tangki Bahan Bakar 20.000 (BBM) + 9,4560
14
4.000 (solar) m3
15 Tailing Storage Facility 356.000.000 m3 1279
16 TSF Water Plant - 3,6992
17 Area Pengembangan - 1145,4742
18 Ruang Terbuka Hijau - 312,9955
Total 3563
Sumber: Dokumen Studi Kelayakan PT. IKIP, 2020
Pada tahap berikutnya di kawasan industri ini, akan dibangun pabrik dan
fasilitas pengolahan dan pemurnian bijih nikel oleh tenant sesuai kebutuhan
pengembangan ekonomi khususnya daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, dan
umumnya Indonesia. Selain fasilitas-fasilitas yang disebutkan di atas, di waktu
mendatang akan dibangun pula fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan dalam
rangka integrasi fasilitas dan optimasi kawasan. Luas total lahan kawasan
industri yang akan dibangun oleh PT. IKIP yaitu seluas 3.563 Ha. Dari total
Aspek
Item/pertanyaan
Pertanyaan
Atribut Pribadi Nama, Usia satatus, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal
Apa pandangan anda terhadap perusahaan
Persepsi/Opini
Apa yang diharapkan hadirnya perusahaan
Apa saja yang menjadi ancaman/mengganggu bagi Bapak/Ibu
Kekhawatiran hadirnya perusahaan di desa anda?
Masyarakat Bagaimana anda melihat kemungkinann dampak pada kehidupan
masyarakat dan lingkungan kedepan hadirnya perusahaan ini.
Bagaimana pendapat anda terkait kebijakan perusahaan yang
Gambar 3.3. Komponen Resiko Sosial (Tamara Bekefi, Beth Jenkins and Beth Kyle,
2006)
Tabel 4.1. Luas Wilayah Masing-masing Desa di Kecamatan Routa pada tahun
2016-2020
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari tahun 2016 sampai 2020, daerah di
Kecamatan Routa yang memiliki wilayah terluas yaitu Kelurahan Routa dengan
luas wilayah sebesar 544,64 km2. Sedangkan wilayah yang memiliki luas terkecil
adalah Desa Lalomerui yaitu sebesar 37,14 km2. Pada tahun 2020, ada
penambahan pemukiman baru di Desa Parudongka yaitu lokasi transmigrasi UPT
Parudongka dengan luas wilayah 200 km2. Sehingga secara keseluruhan jumlah
keseluruhan luas wilayah dari delapan desa di Kecamatan Routa sebesar 2388,58
km2.
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Routa pada Tahun
2016-2020
Jenis Kelamin
No Desa Tahun Jumlah Rasio
Laki-Laki Perempuan
2016 108 71 179 152
2017 111 73 184 152
1 Walandawe 2018 113 74 187 153
2019 129 103 232 125
2020 0 0 0 0
2016 349 297 646 118
2017 358 305 663 117
2 Routa 2018 365 311 676 117
2019 481 412 893 117
2020 0 0 0 0
2016 279 244 523 114
2017 287 250 537 115
3 Tirawonua 2018 292 255 547 115
2019 460 342 802 135
2020 0 0 0 0
2016 155 140 295 111
2017 159 144 303 110
4 Parudongka 2018 162 146 308 111
2019 211 175 386 121
2020 0 0 0 0
2016 35 21 56 167
2017 36 21 57 171
5 Tanggola 2018 50 33 83 152
2019 137 78 215 176
2020 0 0 0 0
6 Puuwiwirano 2016 48 31 79 155
2017 49 32 81 153
2018 36 22 58 164
2019 106 52 158 204
4.1.5. Pendidikan
Jenjang pendidikan di Negara Indonesia, khusus mengenai pendidikan
formal dibagi menjadi tiga jenjang atau tingkatan, yaitu: pendidikan dasar,
Tabel 4.6. menunjukkan bahwa pada tahun 2016 sampai 2020 dari tujuh
desa di Kecamatan Routa, terdapat beberapa jenjang pendidikan Negeri mulai
Tabel 4.7. Jenjang Pendidikan Swasta Menurut Desa di Kecamatan Raouta pada
Tahun 2016-2020
Tabel 4.8. Jenis Fasilitas Kesehatan di Masing-masing Desa di Kecamatan Routa pada
Tahun 2016-2020
Fasilitas Kesehatan
No Desa Tahun Pust Poskesde Jumlah
Puskesmas Posyandu Polindes
u s
2016 0 0 0 0 0 0
1 Walandawe 2017 0 0 1 0 0 1
2018 0 1 0 0 1 2
Tabel 4.9. Fasilitas Ibadah Menurut Desa di Kecamatan Routa pada Tahun 2016-2020
4.1.8. Industri
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), industri atau industri pengolahan
adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang
dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi dan atau barang kurang nilainya menjadi barang
yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Industri
adalah usaha untuk memproduksi barang jadi dengan bahan baku atau bahan
mentah melalui proses produksi penggarapan dalam jumlah besar sehingga
barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan
mutu setinggi-tingginya (I Made Sandi, 1985). Untuk melihat macam-macam jenis
Tabel 4.10. Jenis Industri Menurut Desa di Kecamatan Routa pada tahun 2016-
2020
Jenis Industri
No Desa Tahun Atap Produk Tungku/ Penggilingan Jumlah
Rumbia Kayu Batu Bata Padi
2016 0 0 0 0 0
2017 0 0 0 0 0
1 Walandawe 2018 0 0 0 0 0
2019 0 0 0 0 0
2020 0 0 0 0 0
2016 0 2 0 0 2
2017 0 0 0 0 0
2 Routa 2018 0 0 0 0 0
2019 0 2 1 0 3
2020 0 1 0 0 1
2016 0 2 0 0 2
2017 0 0 0 0 0
3 Tirawonua 2018 0 0 0 1 1
2019 5 4 1 2 12
2020 0 0 0 2 2
2016 0 1 0 0 1
2017 0 0 0 0 0
4 Parudongka 2018 0 1 0 1 2
2019 0 1 0 1 2
2020 0 0 0 1 1
2016 0 0 0 0 0
2017 0 0 0 0 0
5 Tanggola 2018 0 0 0 0 0
2019 0 0 0 0 0
2020 0 0 0 0 0
2016 0 0 0 0 0
2017 0 0 0 0 0
6 Puuwiwirano 2018 0 0 0 0 0
2019 0 0 0 0 0
2020 0 0 0 0 0
2016 0 0 0 0 0
2017 0 0 0 0 0
7 Lalomerui 2018 0 0 0 0 0
2019 0 0 0 0 0
2020 0 0 0 0 0
4.1.9. Perdagangan
Pedagangan merupakan suatu aktivitas atau kegiatan jual dan beli antara
produsen dan konsumen yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan serta
dapat memenuhi kebutuhan bersama. Perdagangan merupakan suatu hal yang
sangat penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Kegiatan
perdagangan atau pertukaran dilakukan oleh penduduk dalam suatu kota memiliki
arti penting dalam kehidupan suatu kota (Boediono 1992). Pada dasarnya,
kegiatan ini muncul karena adanya keinginan dari pihak yang terdapat didalamnya
untuk memperoleh keuntungan tambahan yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
Sehingga motif manusia melakukan perdagangan ialah untuk memperoleh
Perdagangan
No Desa Tahun Toko Warung Pedagang Jumlah
Kios
Kelontong Makan Eceran
2016 0 2 0 0 2
2017 2 0 0 0 2
1 Walandawe 2018 2 0 0 2 4
2019 0 2 0 0 2
2020 0 2 0 0 2
2016 0 15 0 0 15
2017 13 0 0 0 13
2 Routa 2018 13 0 0 13 26
2019 0 10 0 0 10
2020 0 11 0 0 11
2016 0 12 0 0 12
2017 10 0 0 0 10
3 Tirawonua 2018 12 0 0 12 24
2019 0 9 0 0 9
2020 0 23 0 0 23
2016 0 8 0 0 8
2017 8 0 0 0 8
4 Parudongka 2018 5 0 0 7 12
2019 0 10 0 0 10
2020 0 8 0 0 8
2016 0 0 0 0 0
2017 0 0 0 0 0
5 Tanggola 2018 2 0 0 2 4
2019 0 60 0 0 60
2020 0 2 0 0 2
2016 0 1 0 0 1
2017 0 0 0 0 0
Puuwiwiran
6 2018 1 0 0 1 2
o
2019 0 0 1 0 1
2020 0 1 0 0 1
7 Lalomerui 2016 0 5 0 0 5
2017 0 0 0 0 0
2018 5 1 0 6 12
2019 0 8 0 0 8
4.1.10. Keuangan
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
Tabel 4.13. Jenis-jenis Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Konawe Tahun 2016-2020
Tabel 4.13. menunjukkan bahwa pada tahun 2020 belum ada pendapatan
asli daerah (PAD) di Kabupaten Konawe yang terdiri dari pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan dan lain-lain PAD yang sah. Jumlah pendapatan terbesar
untuk pajak daerah yaitu terjadi pada tahun 2018 berjumlah Rp. 15.186.214.758,
sedangkan pendapatan dengan jumlah terkecil terjadi pada tahun 2016 yaitu
berjumlah Rp. 10.304.396. Adapun untuk jumlah keseluruhan pajak daerah mulai
tahun 2016 sampai 2019 berjumlah Rp. 29.040.666.807. Selanjutnya jumlah
pendapatan terbesar untuk retribusi daerah yaitu pada tahun 2018 berjumlah Rp.
13.444.119.720, sedangkan pendapatan dengan jumlah terkecil terjadi pada
tahun 2016 dengan jumlah Rp. 7.325.075. Adapun untuk jumlah keseluruhan
pendapatan dari restribusi daerah pada tahun 2016 sampai 2019 berjumlah Rp.
16.022.878.649. Kemudian jumlah pendapatan terbesar untuk hasil perusahaan
milik daerah yaitu terjadi pada tahun 2017 berjumlah Rp. 4.438.258.301,
sedangkan pendapatan jumlah terkecil terjadi ada tahun 2016 dengan jumla h Rp.
3.909.384. Adapun jumlah keseluruhan pendapatan hasil perusahaan milik daerah
dari tahun 2016 hingga 2019 berjumlah Rp. 8.786.328.773. Dan untuk jumlah
pendapatan terbesar dari aspek lain-lain PAD yang sah yaitu pada tahun 2017
berjumlah Rp. 36.163.323. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah
keseluruhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mulai tahun 2016 sampai 2019 di
Tabel 4.15. Luas Wilayah Masing-masing Desa di Kecamatan Bahodopi pada tahun
2016-2020
Luas Wilayah
No Desa
2016 2017 2018 2019 2020
1 Labota 162,17 162,17 162,17 162,17 162,17
2 Fatufia 119,79 119,79 119,79 119,79 119,79
3 Keurea 102,87 102,87 102,87 102,87 102,87
4 Bahodopi 118,17 118,17 118,17 118,17 118,17
5 Lalampu 103,32 103,32 103,32 103,32 103,32
Jumlah 606,32 606,32 606,32 606,32 606,32
Jenis Kelamin
No Desa Tahun Jumlah Rasio
Laki-laki Perempuan
2016 237 207 444 114
2017 241 211 452 114
1 Labota 2018 244 214 458 114
2019 248 218 466 114
2020 0 0 0 0
2016 451 338 789 133
2017 458 344 802 133
2 Fatufia 2018 465 349 814 133
2019 472 355 827 133
2020 0 0 0 0
2016 356 362 718 98
2017 362 369 731 98
3 Keurea 2018 367 375 742 98
2019 373 381 754 98
2020 0 0 0 0
Berdasarkan tabel 4.18 tersebut dapat dilihat bahwa sumber daya alam
yang terdapat di beberapa Desa di Kecamatan Bahodopi terdiri dari bukit dan
gunung. Adapun jumlah bukit terbanyak mulai tahun 2016 hingga 2020 terdapat
di Desa Fatufia berjumlah 42 bukit dan untuk jumlah bukit terendah terdapat di
Desa Lalampu berjumlah 21 bukit.
Sedangkan untuk jumlah gunung terbanyak mulai tahun 2016 hingga 2020
terdapat di Desa Lalampu berjumlah 63 gunung dan untuk jumlah gunung
terendah terdapat di Desa Fatufia yang berjumlah masing-masing 41 gunung.
Bukit dan gunung yang berada di desa-desa tersebut saat ini masih menjadi
sumber flora dan fauna yang ada. Kelestarian akan hutan yang tumbuh baik di
bukit maupun di gunung hingga saat ini tetap dijaga sebagai bentuk pelestarian
terhadap lingkungan dan meminimalisir potensi bencana alam. Sebagaimana
diketahui beberapa dari desa yang dimaksud di atas adalah bagian dari kegiatan
pertambangan yang pastinya sangat mempengaruhi kualitas air tanah dan
kualitas udara. Oleh karenanya, dengan adanya hutan tersebut, bisa menjadi
cadangan air tanah untuk tetap digunakan oleh masyarakat sekitar.
No Organisasi Masyarakat
Desa Tahun
Pertiwi PKK Mudes BPD Karang Taruna
2016 0 1 1 1 1
2017 0 1 1 1 1
1 Labota 2018 1 1 1 1 1
2019 1 1 1 1 1
2020 0 0 0 0 0
2016 0 1 1 1 1
2017 0 1 1 1 1
Fatufia 2018 1 1 1 1 1
2
2019 1 1 1 1 1
2020 0 1 1 1 1
2016 0 1 1 1 1
2017 0 1 1 1 1
3 Keurea 2018 1 1 1 1 1
2019 1 1 1 1 1
2020 0 1 1 1 1
2016 0 1 1 1 1
2017 0 1 1 1 1
Bahodop
4 2018 1 1 1 1 1
i
2019 1 1 1 1 1
2020 0 1 1 1 1
2016 0 1 1 1 1
2017 0 1 1 1 1
5 Lalampu 2018 1 1 1 1 1
2019 1 1 1 1 1
2020 0 1 1 1 1
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa mulai tahun 2016 hingga
2020 terdapat beberapa organisasi masyarakat di beberapa Desa di Kecamatan
Bahodopi yang terdiri dari pertiwi, PKK, Mudes, BPD dan Karang Taruna.
Organisasi kemasyarakatan Pertiwi (Perempuan Tangguh Pilihan Jokowi)
mulai dibentuk di Kecamatan Bahodopi pada tahun 2018 dan berjalan hingga
tahun 2019. Namun di tahun 2020 organisasi ini tidak berjalan di semua desa. Hal
ini dipengaruhi banyak oleh pandemic covid 19 yang melanda seluruh dunia,
sehingga banyak kegiatan yang telah dirancang dan telah berjalan kurun waktu 2
tahun harus terhenti sementara. Organisasi Pertiwi ini digagas oleh perempuan-
perempuan hebat yang menginginkan pemberdayaan ekonomi menyentuh hingga
ke akar rumput (Grass Root). Pembangunan ekonomi yang menjadi tujuan utama
dilakukan dengan berbagai kegiatan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan
ibu-ibu rumah tangga dalam memanfaatkan potensi yang bisa digunakan untuk
menghasilkan pendapatan dan membantu keuangan keluarga.
PKK adalah kepanjangan istilah dari Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga. Biasanya diprakarsai oleh Ibu Desa atau perangkat desa yang telah
diberi kewenangan sebelumnya. Kegiatan rutin PKK yang dilakukan di Kecamatan
Bahodopi adalah pertemuan rutin setiap bulan untuk majelis talim, pelatihan
pembuatan pasca panen menjadi produk makanan, pelatihan kerajinan tangan
dan pelatihan penguatan modal social di keluarga. Di Kecamatan Bahodopi semua
desa aktif menggerakan PKK ini. Partisipasi masyarakat sangat tinggi dikarenakan
selain menjadi tempat untuk bertukar informasi juga menjadi tempat bersua
dengan sesama.
Organisasi masyarakat selanjutnya adalah Mudes yaitu musyawarah desa.
Mudes dibentuk oleh aparat desa setempat dengan tujuan sebagai wadah untuk
masyarakat berdiskusi dan menyampaikan pendapat, gagasan, ide untuk
pembangunan dan perkembangan desanya secara aktif dan transparan. Mudes
yang ada di Kecamatan Bahodopi tergolong aktif dengan jadwal rutin pertemuan
yang telah ditetapkan setiap bulannya.
Kemudian selanjutnya adalah BPD (Badan Permusyawaratan Desa) yang
pada dasarnya sama dengan Mudes. BPD juga merupakan bentukan dari aparat
Jenis Pekerjaan
No Desa Tahun Dokte Dukun Buruh Tukang Mekani Jumlah
Hansip Linmas PNS Honorer Bidan Paramedis
r Bayi Kayu cukur k
2016 10 4 0 22 0 1 0 2 10 0 5 54
2017 10 4 0 24 0 1 1 1 10 0 5 56
1 Labota 2018 5 0 7 14 0 1 0 1 5 2 7 42
2019 16 0 0 13 0 1 0 2 12 5 19 68
2020 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
2016 6 4 0 27 0 3 0 1 10 0 4 55
2017 6 4 0 24 0 1 0 1 10 0 4 50
2 Fatufia 2018 5 0 7 30 0 4 0 1 8 10 25 90
2019 5 0 0 26 0 3 0 2 6 10 15 67
2020 5 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 6
2016 8 2 0 46 2 2 6 1 7 1 11 86
2017 8 2 2 46 1 12 1 1 7 1 11 92
3 Keurea 2018 5 0 42 13 2 4 5 1 16 10 26 124
2019 5 0 0 11 2 1 10 0 15 25 29 98
2020 0 5 48 0 2 1 11 3 7 14 21 112
2016 6 4 0 19 0 3 4 1 13 1 5 56
2017 6 4 2 66 0 3 2 1 13 1 5 103
4 Bahodopi 2018 5 0 29 71 0 1 0 1 8 4 9 128
2019 8 0 0 86 0 3 0 1 8 5 8 119
2020 5 0 11 0 0 0 0 1 3 0 0 20
5 Lalampu 2016 5 2 0 11 0 1 0 1 2 0 1 23
2017 5 2 0 11 0 1 0 1 2 0 1 23
2018 2 0 5 14 0 2 0 1 3 0 4 31
2019 2 0 0 15 0 2 0 1 5 0 1 26
4.2.6. Pendidikan
Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan di
Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, non-formal, dan
informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini,
dasar, menengah, dan tinggi.
Pendidikan Negeri
No Desa Tahun
TK SD SMP SMA
2016 0 1 0 0
2017 0 1 0 0
1 Labota 2018 0 1 0 0
2019 0 1 0 0
2020 0 1 0 0
2 Fatufia 2016 0 2 0 0
2017 0 2 0 0
Pendidikan Swasta
No Desa Tahun
Paud TK SD SMP SMA
2016 1 1 0 1 0
2017 1 1 0 1 0
1 Labota 2018 1 1 0 1 0
2019 1 1 0 1 0
2020 1 1 0 1 0
2016 0 1 0 0 0
2017 0 1 0 0 0
2 Fatufia 2018 0 1 0 0 0
2019 0 1 0 0 0
2020 1 2 0 0 0
2016 0 0 0 0 0
2017 0 0 0 0 0
3 Keurea 2018 0 0 0 0 0
2019 1 1 0 0 0
2020 0 0 0 0 0
2016 1 1 0 0 0
2017 1 1 0 0 0
4 Bahodopi 2018 1 1 0 0 0
2019 1 1 0 0 0
2020 1 1 0 0 0
2016 0 0 0 0 0
2017 0 0 0 0 0
5 Lalampu 2018 1 1 0 0 0
2019 1 1 0 0 0
2020 1 1 0 0 0
Sumber: Data Sekunder, BPS 2016-2020
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat beberapa jenjang
pendidikan swasta di beberapa Desa di Kecamatan Bahodopi yaitu Paud, TK, SD,
SMP dan SMA. Untuk jenjang pendidikan Paud diketahui bahwa mulai tahun 2016
hingga 2020 berada di masing-masing desa berjumlah 1 unit. untuk jenjang
pendidikan TK diketahui bahwa masing-masing Desa memiliki 1 unit terkecuali
untuk Desa Fatufia yang terdapat 2 unit jenjang pendidikan TK. Selanjutnya,
diketahui pula bahwa tidak terdapat jenjang pendidikan swasta SD. Sedangkan
untuk jenjang pendidikan SMP diketahui bahwa mulai tahun 2016 hingga 2020
hanya terdapat di Desa Labota berjumlah 1 unit. selain itu, diketahui pula bahwa
Fasilitas Kesehatan
Tahu Tempat
No Desa Toko Jumlah
n Puskesmas Poskesdes Praktek Posyandu Pos KB
Obat
Bidan
2016 0 1 1 1 1 0 4
2017 0 1 1 1 1 0 4
1 Labota 2018 0 1 1 1 1 0 4
2019 0 1 1 1 1 0 4
2020 0 1 1 1 1 0 4
2016 0 1 1 2 1 1 6
2017 0 1 1 2 1 2 7
2 Fatufia 2018 0 1 1 2 1 1 6
2019 0 0 1 2 1 1 5
2020 0 1 1 1 1 0 4
2016 1 0 0 1 1 1 4
2017 1 0 1 1 1 3 7
3 Keurea 2018 1 0 1 1 1 1 5
2019 1 0 1 1 1 1 5
2020 1 0 1 1 1 4 8
2016 0 0 1 1 1 0 2
2017 0 1 1 1 1 0 4
4 Bahodopi 2018 0 1 1 1 1 0 4
2019 0 1 1 1 1 0 4
2020 0 1 1 1 1 0 4
5 Lalampu 2016 0 1 1 1 1 0 4
2017 0 1 1 1 1 0 4
2018 0 1 1 1 1 0 4
2019 0 1 1 1 1 0 4
2020 0 1 1 1 1 0 4
Sumber: Data Sekunder, BPS 2016-2020
Berdasarkan tabel 4.23 tersebut dapat dilihat bahwa terdapat beberapa
fasilitas kesehatan yang menyebar di beberapa Desa di Kecamatan Bahodopi yang
terdiri dari puskesmas, poskesedes, tempat praktik bidan, posyandu, pos Kb dan
toko obat. Untuk fasilitas puskesmas diketahui pada tahun 2016 hingga 2020
hanya terdapat di Desa Keurea berjumlah masing-masing 1 unit.
Kemudian untuk fasilitas poskesdes diketahui bahwa mulai tahun 2016
hingga 2020 berjumlah masing-masing 1 unit untuk Desa Labota, Fatufia,
Bahodopi, dan Lalampu. Selanjutnya, untuk fasilitas tempat praktik bidan
Fasilitas Ibadah
No Desa Tahun Jumlah
Masjid Mushollah Gereja Pura Vihara
1 Labota 2016 1 1 0 0 0 2
4.2.9. Industri
Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunanya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Menurut Kamus Ilmiah Populer, industri adalah kerajinan atau usaha produk
barang suatu perusahaan. Sedangkan menurut Hadi Sasrawan yang mengutip
pendapat para ahli, diantaranya Teguh S. Pambudi mengatakan industri adalah
sekelompok perusahaan yang bisa menghasilkan sebuah produk yang dapat saling
menggantikan antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut Hinsa Sahaan,
industri adalah bagian dari sebuah proses yang mengolah barang mentah menjadi
barang jadi sehingga menjadi sebuah barang baru yang memiliki nilai lebih bagi
kebutuhan masyarakat. Sehingga berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa industri adalah tempat untuk mengelola sebuah usaha baik
barang atau jasa sehingga dapat mendatangkan sebuah keuntungan bagi
pelaksananya. Dala suatu daerah tentunya terdapat beberapa industri baik dalam
skala kecil hingga sampai pada skala besar. Adapun untuk Kecamatan Bahodopi
diketahui terdapat beberapa jenis industri yang diolah oleh masyarakat. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.25 berikut ini:
Jenis Industri
No Desa Tahun Rumah Kerajinan Anyama Jumlah
Makanan
Tangga dari kayu n
1 Labota 2016 2 2 0 0 4
2017 2 2 0 0 4
2018 3 0 0 0 3
4.2.10. Perdagangan
Perdagangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan
perekonomian suatu Negara. Giatnya aktivitas perdagangan suatu Negara menjadi
indikasi tingkat kemakmuran masyarakatnya serta menjadi tolok ukur tingkat
perekomonian itu sendiri. Sehingga bisa dibilang perdagangan merupakan urat
nadi perekonomian suatu Negara. Melalui perdagangan pula suatu Negara bisa
menjalin hubungan diplomatic dengan Negara tetangga secara tidak langsung
perdagangan juga berhubungan erat dengan dunia politik. Undang-undang No. 7
Tahun 2014 tentang Perdagangan mengatur sector perdagangan secara
menyeluruh yang meliputi Perdagangan Dalam Negeri, Perdagangan Luar Negeri,
Perdagangan Perbatasan, Standarnisasi, Perdagangan melalui system elektronik,
Perlindungan dan Pengamanan Perdagangan, Pemberdayaan Koperasi serta usaha
mikro,kecil dan menengah, Pengembangan Ekspor, Kerjasama Perdagangan
Internasional, Sistem informasi perdagangan, Tugas dan wewenang Pemerintah di
bidang perdagangan, Komite perdagangan Nasional, Pengawasan, Penyidikan,
dan jasa yang dapat di perdagangkan.
Perdagangan
No Desa Tahun Rumah Warung/ Jumlah
Pasar Toko Kios
Makanan kedai
1 Labota 2016 0 0 6 0 0 6
2017 0 0 6 0 0 6
2018 0 2 53 1 7 63
4.2.11. Keuangan
Keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan pasal 156 ayat 1
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah
sebagai berikut: “Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang
dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang
dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut” (Pusdiklatwas BPKP, 2007). Sedangkan menurut Mamesah
(dalam halim, 2007;23) menyatakan bahwa : keuangan daerah dapat diartikan
sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula
Tahu
No Desa Penerimaan Jumlah
n
2016 113,848,467.00 113,848,467.00
2017 1,156,719,000.00 1,156,719,000.00
1 Labota 2018 1,208,006,000.00 1,208,006,000.00
2019 1,208,006,000.00 1,208,006,000.00
2020 - -
2016 111,292,263.00 111,292,263.00
2017 1,023,548,000.00 1,023,548,000.00
2 Fatufia 2018 1,127,183,000.00 1,127,183,000.00
2019 1,127,183,000.00 1,127,183,000.00
2020 - -
2016 110,506,443.00 110,506,443.00
2017 1,041,158,000.00 1,041,158,000.00
3 Keurea 2018 1,152,792,000.00 1,152,792,000.00
2019 1,152,792,000.00 1,152,792,000.00
2020 - -
4 Bahodopi 2016 112,764,858.00 112,764,858.00
2017 1,070,041,000.00 1,070,041,000.00
2018 1,170,259,000.00 1,170,259,000.00
Pengeluaran
No Desa Tahun
Rutin Pembangunan Jumlah
2016 34,350,000.00 15,650,000.00 50,000,000.00
2017 618,625,000.00 538,094,000.00 1,156,719,000.00
1 Labota 2018 337,450,000.00 676,837,000.00 1,014,287,000.00
2019 337,450,000.00 676,837,000.00 1,014,287,000.00
2020 337,450,000.00 676,837,000.00 1,014,287,000.00
2016 2,775,000.00 16,225,000.00 49,000,000.00
2017 560,155,600.00 424,352,087.00 984,507,687.00
2 Fatufia 2018 48,040,500.00 601,572,750.00 649,613,250.00
2019 348,040,500.00 601,572,750.00 949,613,250.00
2020 348,040,500.00 601,572,750.00 949,613,250.00
Tabel 4.29. Jenis-jenis Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Morowali Tahun 2016-2020
Pendapatan Asli Daerah
Hasil Perusahaan
N Milik Daerah dan
Tahun Lain-lain PAD yang
o Pajak Daerah Retribusi Daerah Pengelolaan Jumlah
Sah
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
1 2016 27,104,030,117.00 18,125,406,545.00 1,992,751,394.00 25,572,309,034.00 72,794,497,090.00
2 2017 37,878,404.00 101,253,102.00 1,746,736.00 50,693,298.00 190,571,540.00
3 2018 45,496,062.00 74,914,511.00 1,521,872.00 59,300,496.00 181,232,941.00
4 2019 67,145,103.00 103,687,254.00 1,679,958.00 49,444,637.00 221,956,951.00
5 2020 82,812,097.00 168,355,143.00 1,810,921.00 51,086,213.00 304,064,375.00
Sumber: Data Sekunder, BPS 2016-2020
Berdasarkan tabel 4.29 tersebut dapat dilihat bahwa Pendapatan asli
daerah di Kabupaten Morowali terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan dan lain-lain PAD yang sah. Untuk pajak daerah diketahui bahwa
pendapatan terbesar terjadi pada tahun 2016 berjumlah Rp. 27,104,030,117.00
dan untuk pendapatan dengan jumlah terkecil terjadi pada tahun 2017 berjumlah
Tabel. …..Aktor, Jejaring dan Penilaian Kekuatan dan Pengaruh Para Aktor
Level Jejaring
No Nama Alamat Pereferensi Sosial Power Interest
Aktor
Haji Kaddas Pengusaha Kayu, Regional
1. Timampu 3 3
Umar Tokoh Masyarakat
Pengusaha Kayu Routa dan
2. Isal Sugianto Parudongka 2 3
dan Petani Lada Timampu
Eks kepala desa Provinsi
Routa dan
3. Taksir Lalomerui Lalomerui, 3 3
pengusaha (anak
Sukman Unggahi).
Pensiunan TNI, Provinsi
Yeniayas
4. Kendari Pengusaha, Tokoh 2 3
Latorumo
Masyarakat Mopute
Pedagang, imam Routa-Timampu
5. Iskandar Routa 2 3
mesjid
Tokoh Masyarakat,
6. Nurdin Lalampu Pengusaha, Kepala Lalampu 2 3
Desa Lalampu
Tokoh Masyarakat,
7. Bahri Bahtiar Bahodopi Kepala Desa Bahodopi 2 3
Bahodopi
Tokoh Masyarakat,
8. Abdul Majid Keurea Pengusaha, Kepala Keurea 2 3
Desa Keurea
Pemuka Agama,
Haji
9. Fatufia Petani dan Kepala Fatufia 2 3
Muhammad
Desa Fatufia
Tokoh Masyarakat,
10. Ahmar Labota Labota 2 3
Kepala Desa Labota
Keterangan: 1=Rendah, 2=Sedang, 3=Tinggi.
b. Isal Sugianto
Isal Sugianto alias Pak Tio tercatat sebagai warga Desa Parudongka berusia 57
tahun pernah bekerja pada usaha pembalakan kayu milik Haji Kaddas Umar. Selepas
dari Haji Kaddas Umar, dia lalu berkerja pada usaha pemabalakan kayu milik Taksir
Unggahi. Setelah lama menjadi anak buah Taksir Unggahi, dia kemudian keluar dan
mulai membangun sendiri usaha pembalakan kayu. Usaha kayunya dimulai dengan
c. Taksir Unggahi
Taksir Unggahi lahir di Routa 55 tahun yang lalu tercatat sebagai warga Desa
Lalomerui adalah anak pertama Sukman Unggahi—tokoh yang sangat disegani oleh
penduduk di Routa—pernah menjabat sebagai Kepala Desa Routa periode Tahun 1994-
1999 dan Kepala Desa Lalomerui pada Tahun 2005-2015. Sejumlah usaha yang dia
geluti yaitu jual beli rotan, mengolah kayu rimba campuran, peternakan kerbau dan
sapi.
Selepas menjadi pekerja Haji Kaddas Umar, Taksir Unggahi membangun usahanya
sendiri yaitu mengumpulkan rotan dan membalak kayu rimba campuran. Rotan yang
dikumpul dari perotan di Routa dan kayu olahan dijual kepada Haji Kaddas Umar di
Timampu. Usaha sebagai pengumpul rotan sudah dia jalani ketika masih menjadi anak
buah Haji Kaddas Umar. Sedangkan usaha pembalakan kayu dalam partai besar baru
dirintisnya pada Tahun 1994, ketika dia mulai menjabat sebagai kepala desa hingga
e. Iskandar
Iskandar jebolan sekolah agama Islam yang sejatinya seorang Ustadz dan Imam
Mesjid di Kelurahan Routa lahir 61 tahun lalu di Wawondula adalah pedagang sembako
dengan omzet yang terbilang besar untuk ukuran orang di Routa. Dia adalah orang
Tabel 5.1. Hasil Penilaian Resiko Sosial Usaha Pertambangan, Pembangunan Kawasan
Industri dan Konstruksi serta Operasional Perusahaan Industri di Kecamatan
Routa dan Kecamatan Bahodopi
No
Resiko Sosial L/C
.
Berdasarkan matriks penilaian resiko sosial di atas maka diperoleh hasil sebagai
berikut: 1) Sekuritas sosial, Kerusakan/Kerentanan Situs Warisan Budaya, Kerusakan
Ekosistem, Kelangkaan Sumber Daya dan Pencemaran Lingkungan serta Meningkatnya
Potensi Konflik Sosial Horisontal berada pada kategori critical, dan; 2) Meningkatnya
Praktek Perilaku Menyimpang, Angka Kriminalitas dan Kecelakaan Lalulintas berada
pada kategori Tinggi.
Isu sekuritas sosial dipastikan akan terjadi manakala kawasan hutan dan lahan-
lahan penduduk diambil alih atau dikuasai oleh perusahaan tambang dan perusahaan
kawasan industri (5). Dan ketika peristiwa ini menimpa penduduk di Routa dan
Bahodopi, maka di masa depan akan dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat
berat berupa tidak adanya atau hilangnya cadangan sumber daya yang sewaktu-waktu
bisa dimanfaatkan atau menjadi pelarian penduduk. Situasi ini akan berlangsung sangat
lama bahkan hingga operasional perusahaan tambang dan perusahaan kawasan
industri berakhir (5).
Isu kerusakan/kerentanan situs warisan budaya dipastikan akan terjadi manakala
kawasan hutan dimana situs-situs itu berada—yang saat ini telah menjadi areal
pertambangan dan kawasan industri sungguh-sungguh dieksploitasi (5). Proses
penambangan dan pembangunan kawasan industri tidak hanya sekedar akan merusak
situs warisan budaya tersebut, tetapi juga sekaligus menghilangkan situs-situs tersebut
secara permanen tanpa bekas (5).
Isu kerusakan ekosistem, kelangkaan sumber daya dan pencemaran lingkungan
dipastikan akan terjadi manakala kegiatan penambangan dan pembangunan kawasan
industri dilakukan dengan menyasar kawasan hutan—sebagaimana yang saat ini sudah
sementara berlangsung di daerah Routa dan Bahodopi. Dengan metode penambangan
bijih nikel yang bersifat open pit mining, akan sulit menghindari terjadinya kerusakan
ekosistem hutan secara massif. Tidak hanya terbatas sampai disitu, kerusakan
ekosistem hutan juga akan secara langsung menyebabkan kerusakan sungai-sungai
yang menjadi sumber air bersih bagi penduduk.
Sumber Protokol/aturan
Aktor yang
Penyebab Resiko Resiko Sosial main yang
berperan
Sosial dibutuhkan
Penguasaan lahan Menurunnya/hilangnya Dinas Kehutanan Menetapkan batas
untuk usaha sekuritas sosial Prov. Sultra dan Prov. toleransi alih fungsi
pertambangan, penduduk di Routa Sulteng dan hutan alam untuk
pembangunan dan Bahodopi Perguruan Tinggi. pertambangan dan
kawasan industri kawasan industri.
dan perusahaan BPN Kab. Konawe Menggiatkan program
industri serta dan BPN Kab. sertifikasi tanah-tanah
inprastruktur Morowali. masyarakat secara
pendukungnya gratis dalam kawasan
APL.
Perusahaan atau Melakukan rehabilitasi
Perusahaan Pihak dan reklamasi lahan
Ketiga. pasca tambang
sesegera mungkin.
Program Intensifikasi
Dinas Pertanian, Usaha Pertanian,
Dinas Kelautan dan Peternakan,
Perikanan, Dinas
Perkebunan dan
Koperasi dan UKM,
Perikanan; Bantuan
Perguruan Tinggi dan
LSM. Modal Untuk
Pengembangan Usaha
Ekonomi Mikro.
IV. Menciptakan Sekuritas Sosial Baru Kepada Masyarakat Terdampak Langsung ( Program Intensifikasi
Usaha Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Perikanan; Bantuan Modal Untuk Pengembangan Usaha Ekonomi
Mikro).
Memberikan jaminan Penduduk Melakukan identifikasi Seluruh Kecamatan Dinas Pertanian, Dinas
penghidupan yang layak yang kelompok sasaran masyarakat Routa dan Kelautan dan Perikanan,
bagi penduduk yang terdampak berbasis terdampak Kecamatan Dinas Koperasi dan UKM,
terdampak langsung. langsung desa/kelurahan/ langsung Bahodopi. Perguruan Tinggi dan
kecamatan dan memiliki sumber LSM
kabupaten, pelatihan, daya manusia
bantuan peralatan dan yang memadai,
teknologi, bantuan modal kerja dan
modal kerja dan modal modal usaha dan
usaha serta memiliki
pendampingan usaha. bidang/unit
usaha masing-
masing.
V. Melakukan Inventarisasi Dan Revitalisasi Situs Warisan Budaya Yang Tersebar Di Dalam Kawan Hutan
Routa Dan Bahodopi.
Mengetahui jumlah, letak Situs warisan Melakukan survey, Dokumen dan Kecamatan Perguruan Tinggi
lokasi, sebaran, nilai budaya eskavasi, dokumentasi Peta Situs Routa dan dengan melibatkan
cagar budaya dan tingkat berupa gua, dan deskripsi. Warisan Budaya. Kecamatan Tenaga Ahli Cagar
kerentanan situs warisan landskap Bahodopi. Budaya yang
budaya. buatan dan
VI. Mengusulkan Situs Warisan Budaya Untuk Ditetapkan Sebagai Benda Cagar Budaya.
Memberikan Situs warisan Mengeluarkan surat Surat Keputusan Kecamatan Dinas Pendidikan
perlindungan hukum budaya yang Rekomendasi dan Menteri Routa dan Kabupaten Konawe dan
yang menjamin berdasarkan usulan ke Menteri Pendidikan dan Kecamatan Morowali
kelsetarian situs warisan hasil Pendidikan dan Kebudayaan Bahodopi.
budaya. inventarisasi Kebudayaan C.q. Dirjen tentang
dianggap Kebudayaan. Penetapan Situs
memiliki nilai Warisan Budaya
cagar budaya. sebagai Benda
Cagar Budaya.
VII. Membuat Enclave Terhadap Setiap Kawasan Dimana Terdapat Situs Warisan Budaya.
Memastikan Situs warisan Melakukan survey, Seluruh situs Kecamatan Perusahaan dengan
terlindungnya situs budaya pengukuran, warisan budaya Routa dan melibatkan Perguruan
warisan budaya dari berupa gua, pemasangan patok berupa gua, Kecamatan Tinggi/Tenaga Ahli
kerusakan akibat landskap batas acuan dan landskap alamiah Bahodopi. Cagar Budaya yang
kegiatan pertambangan. alamiah dan pemasangan papan dan buatan serta tersertifikasi.
buatan serta pengumuman. kawasan ekologi
kawasan tertentu (baik
ekologi yang sudah
tertentu (baik diusulkan dan
yang sudah ditetapkan
diusulkan dan sebagai benda
ditetapkan cagar budaya
sebagai atau belum)
VIII. Melakukan MONEV Secara Reguler dan Periodik Terhadap Pelaksanaan RKL AMDAL
Memastikan ketaatan Setiap Melakukan supervisi, Dokumen hasil Kecamatan Dinas Lingkungan Hidup
pemrakarsa dalam pemrakarsa asistensi dan inspeksi Monev dan Routa dan Kab. Konawe dan
melaksanakan usaha lapangan. Rekomendasi Kecamatan Morowali dengan
rekomendasi Amdal. pertambanga tindak lanjut. Bahodopi. melibatkan Perguruan
n, perusahaan Tinggi.
kawasan
industri dan
perusahaan
industri.
XIV. Meningkatkan Fungsi Babinkamtibmas Dalam Melakukan Pencegahan Dini Potensi Konflik Sosial
Horisontal.
Mencegah terjadinya Seluruh Melakukan penyuluhan Terselenggarany Kecamatan Polres Konawe, Polres
konflik sosial horisontal. masyarakat di keluarga sadar hukum a kegiatan Routa dan Morowali, Kodim
sekitar daerah (kadarkum), intens penyuluhan Kecamatan Kendari, Kodim Morowali
pertambanga melakukan pertemuan kadarkum Bahodopi. dan Kantor Kesbangpol
n dan dan pendekatan disetiap desa Kab. Konawe dan
kawasan kepada tokoh-tokoh secara reguler Morowali serta
industri. ormas dan OKP, tokoh dan periodik melibatkan Perguruan
pemuda, tokoh adat serta Tinggi.
dan keagamaan serta terbangunnya
aktif memfasilitasi komunikasi yang
pihak-pihak yang terus menerus
bertikai. antara
XVI. Meningkatkan Fungsi Babinkamtibmas Dalam Melakukan Pencegahan Dini Potensi Kriminalitas dan
Penegakan Hukum.
Mencegah terjadinya Desa-Desa Menambah petugas Tersedianya data Kecamatan Polres Konawe dan
Risiko dan peluang seringkali merupakan dua sisi mata uang yang sama. Risiko
strategis yang diantisipasi sejak dini dan dimitigasi dengan baik dapat diubah menjadi
keunggulan kompetitif, atau hubungan strategis. Oleh karena itu, program mitigasi
risiko strategis yang berkualitas akan mengadopsi perspektif berwawasan ke depan
yang diarahkan untuk mencegah peluang yang terlewatkan dan juga mencegah
hubungan negative dengan stake holder yang terlibat langsung maupun tidak langsung.
Program mitigasi resiko sosial akan lebih baik dilaksanakan sebelum resiko sosial itu
bersifat aktual. Upaya mencegah sedini mungkin akan lebih efisien dari segi biaya dan
lebih mudah penanganannya.
Kondisi dari ke dua kecamatan wilayah riset (Bahodopi dan Routa). Nampaknya
Kecamatan Bahodopi memiliki peluang munculnya potensi resiko sosial yang lebih
kompleks dengan skala yang lebih luas, sementara Kecamatan Routa nampak lebih
rendah potensi resiko sosial dengan skala seluas di Kecamatan Bahodopi. Kondisi ini
berkaitan dengan aktivitas perusahaan yang juga berbeda di kedua kecamatan
tersebut. Aktivitas kegiatan penambangan perusahaan yang sudah lebih awal
dilaksanakan menyebabkan perubahan bentang alam, laju pergerakan migrasi yang
sangat tinggi terjadi di Kecamatan Bahodopi dibanding dengan Kecamatan Routa.
Tingginya aktivitas perusahaan dan laju migrasi yang sangat tinggi memberi
tekanan terhadap daya dukung dan daya tampung lingkungan di Kecamatan Bahodopi.
Kondisi ini menyebabkan munculnya isu rencana relokasi pemukiman di Kecamatan
Bahodopi. Untuk diperlukan studi lanjut jika harus mempertahankan atau tidak
mempertahankan pemukiman pada lima desa di Bahodopi (Desa Labota, Fatufia,
Keurea, Bahodopi dan Lalampu) meliputi studi DDDTLH (Daya Dukung dan Daya
Tampung Lingkungan Hidup), Keruangan, Indeks Lingkungan dan Indeks Kesehatan
Masyarakat.
Kondisi yang lebih baik dari segi ekologis di Routa perlu dipertahankan dengan
mengambil pelajaran dari apa yang sudah terjadi di Bahodopi. Upaya mempertahankan
beberapa aspek penting dari kondisi lingkungan khususnya penyediaan ketersediaan air
F. Penutup
Beberapa perkembangan terbaru di Routa yang dapat berpengaruh terhadap
dinamika sosial penduduk di Routa, antara lain: telah di bangunnya BTS XL di
Dari sisi infrastruktur desa ini telah memiliki sarana gedung pendidikan SD dan
SMP (namun belum diketahui secara lebih jauh tenaga pengajar dan fasilitas penunjang
lainnya, seperti buku dan sarana belajar mengajar yang lainnya). Sarana peribadatan
yang tersedia adalah mesjid dan gereja (terletak di kawasan perkebunan PT. Mulya
Tani). Namun demikian sarana listrik masih tergantung pada mesin diesel yang
disediakan PT. SCM, sesungguhnya dapat dijajaki untuk memanfaatkan sungai yang
cukup besar untuk membangun mesin listrik mikrohidro seperti yang terjadi di Desa
Walandawe dan Tirawonua, dimana listrik sudah tersedia 24 jam.
Dari sisi sarana transportasi saat ini akses keluar menuju Kabupaten Konawe
utara dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu melalui rakit (Wataraki) dan melalui jalur
lain (Tunundete) yang telah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat saat ini. Sarana
transportasi ini sangat penting bagi masyarakat, mengingat di desa ini belum tersedia
pasar dimana masyarakat bisa memperoleh input pertanian ataupun menjual hasil
pertaniannya. Demikian pula dengan sarana komunikasi (signal telepon).
Pemukiman warga di desa ini berlokasi di tengah-tengah perkebunan sawit milik
PT. Mulya Tani. Praktis rumah warga hanya sekitar 30 rumah. Mata pencaharian warga
B. DESA WALANDAWE
Desa berikutnya setelah Lalomerui adalah Desa Walandawe. Dari Lalomerui
dusun pertama yang dijumpai sebelum Desa Walandawe adalah Tetenggowuna yang
seperti terpisah dari Walandawe. Sebagian besar karena jarak yang agak jauh
dibanding dengan dusun lain dalam wilayah Desa Walandawe.
D. DESA TIRAWONUA
Desa Tirawonua merupakan desa yang terletak setelah Kelurahan Routa. Desa
Tirawonua merupakan salah satu desa tertua di Kecamatan Routa. Menurut penuturan
penduduk setempat yang diperkuat oleh beberapa orang tua baik di Kelurahan Routa
maupun di Desa Tirawonua sendiri. Awalnya penduduk Routa bermukim di Desa
Tirawonua. Sekitar tahun 1950an, penduduk di Desa Tirawonua yang dahulunya
bernama Routa di ungsikan ke desa Tadoloyo saat ini (berada di wilayah Kabupaten
Konawe Utara. Setelah sekitar lima tahun di daerah pengungsian, penduduk kembali ke
Tirawonua, namun sebagian diantaranya (umumnya suku Tolaki memilih untuk
menetap di wilayah Kelurahan Routa saat ini. Salah satu bukti cerita ini adalah nama SD
di Tirawonua adalah SDN Routa hingga saat ini.
Penduduk di Desa Tirawonua didominasi oleh etnis dari wilayah Sulawesi Selatan
yaitu Bugis dan Toraja. Di Desa ini juga terdapat areal persawahan tertua di wilayah
kecamatan Routa. Hingga saat ini sawah tersebut masih tersu diusahakan oleh warga
D. DESA PARUDONGKA
Desa Parudongka merupakan desa terakhir yang memanjang dari wilayah
perbatasan dengan Kabupaten Konawe Utara dan wilayah Propinsi Sulawesi Selatan di
Danau Towuti. Penduduk di daerah ini juga didominasi oleh migran yang berasal dari
G. DESA PUUWIWIRANO
Desa Puuwiwirano, merupakan desa yang akan ditemui setelah Desa Tanggola
jika kita mengakses wilayah ini dari Desa Tirawonua. Namun jika diakses melalui Desa
Walandawe, maka yang akan di jumpai terlebih dahulu adalah Desa Puuwiwirano.
Meskipun menurut penuturan beberapa tokoh masyarakat, khususnya yang berasal dari
suku Tolaki. Desa ini dahulu menjadi salah satu pusat aktivitas dan menjadi salah satu
asal muasal penduduk Routa. Sesuai dengan namanya “Puu” yang berarti pokok atau
asal muasal.
1. Perbaikan sarana transportasi. Kondisi akses transpotasi darat yang sangat minim
terjadi pada hampir semua wilayah Kecamatan Routa. Hal ini berimplikasi pada
tingginya biaya transportasi dan sulitnya masyarakat mendapatkan supply yang
memadai berbagai kebutuhan sehari-hari, maupun untuk memenuhi kebutuhan
input sarana produksi, demikian pula untuk memasarkan hasil-hasil pertanian
mereka. Akibatnya ekonomi biaya tinggi tidak dapat dihindari ketika masyarakat
mengembangkan aktivitas ekonominya.
2. Seperti halnya sarana transportasi, sarana komunikasi juga masih sangat terbatas.
Hal ini tentunya menghambat masyarakat dalam memperoleh informasi terkini
menyangkut berbagai upaya atau inovasi baru dalam mengembangkan pertanian
sebagai mata pencaharian utama penduduk di wilayah ini.
DAFTAR INFORMAN:
4. Rende (penduduk desa Walandawe/ kakak dari Rsiman,Kepala Desa Walandawe saat
ini)
A. Pengantar
Kehadiran industri pengolahan bijih nikel di Morowali telah membuka daerah itu
yang sebelumnya terisolir dan tertinggal menjadi daerah industri dan tujuan utama bagi
banyak orang. Situasi ini menyebabkan perubahan sosial dan lingkungan yang drastis
dan massif disana yang tidak saja memberikan dampak yang baik, tetapi juga dengan
sejumlah dampak yang buruk.
Hingga saat ini tercatat ada 20 perusahaan industri yang beroperasi dalam
perusahaan kawasan industri IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park) di Bahodopi,
tidak kurang 40 perusahaan kontraktor dan sub kontraktor serta 15 perusahaan
pertambangan nikel yang beroperasi di daerah sekitar kawasan IMIP. Dari keseluruhan
perusahaan-perusahaan tersebut, menguasai lahan seluas ....hektar dan
mempekerjakan tidak kurang sekitar 60000 hingga 70000 pekerja yang terdiri dari
antara 10000 hingga 20000 pekerja lokal dari Morowali dan selebihnya adalah pekerja
dari luar daerah Morowali, Sulawesi Tengah dan Indonesia. Pekerja dari luar indonesia
ini seluruhnya berasal dari negeri Cina.
Sejumlah dampak yang baik dari kehadiran kawasan IMIP tersebut antara lain
meningkatkan nilai tambah potensi sumber daya alam, membuka lapangan kerja serta
meningkatkan pendapatan masyarakat dan memacu pertumbuhan ekonomi lokal,
regional dan nasional, disatu sisi. Namun, di sisi lain tidak dapat juga dipungkiri
kehadiran kawasan IMIP telah menyebabkan sejumlah dampak sosial dan lingkungan
yang tidak pernah terjadi dan terkira sebelumnya, antara lain: migrasi dan ledakan
penduduk, praktek-praktek penyimpangan sosial, kerusakan hutan dan kelangkaan
lahan, kerusakan sungai dan krisis air bersih, kerusakan lingkungan pesisir dan
pencemaran lingkungan laut, tumbuhnya kawasan kumuh (slum area), dan pencemaran
lingkungan.
Kajian ini diarahkan untuk mengungkap fenomena sosial dan lingkungan ekologi
yang terjadi dan sedang berlangsung saat ini serta sejumlah isu yang mengemuka
seiring dengan kehadiran kawasan IMIP di Morowali tersebut. Kajian ini dilakukan
dengan menggunakan pendekatan ekologi politik—suatu pendekatan yang melihat
2. Dinamika Sosial
Dinamika penduduk di Bahodopi cukup tinggi khususnya dalam rentang waktu 10
tahun terakhir ini. Banyak pekerja Cina yang sekarang tinggal disana serta banyak pula
3. Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat terhadap keberadaan kawasan IMIP di Bahodopi cukup
baik, Masyarakat disana mengakui bahwa berkat kehadiran IMIP daerah mereka bisa
maju ekonominya seperti saat ini dan menjadi perhatian tidak saja di Indonesia, tetapi
juga menjadi perhatian masyarakat dunia. Jika selama ini orang banyak tidak mengenal
Bahodopi, dan kalaupun ada yang mengenalnya hanya sebatas bahwa Bahodopi adalah
daerah tempat tinggal orang Bungku bekas wilayah Kesultanan Ternate dan salah satu
kecamatan di Kabupaten Morowali. Namun saat ini, Bahodopi dikenal sebagai pusat
industri nikel terkemuka di Indonesia dan Dunia.
Segala kejelekan yang dilakukan secara langsung oleh IMIP serta segala dampak
sosial seperti dominasi orang asing terhadap orang lokal, ekonomi antara lain distribusi
pendapatan yang tidak merata antara orang lokal dan orang asing dan lingkungan yakni
kerusakan lahan dan hutan, seolah dipermaklumkan oleh penduduk disana. Mereka
terkesan tidak menganggap penting segal ikhwal jelek itu dari kehadiran IMIP tersebut.
9. Kawasan Industri
Pada awalnya kawasan industri berpusat di Desa Fatufia dimana kantor dan
smelter IMIP berdiri. Seiring dengan pengembangan kawasan IMIP tersebut, sejumlah
fasilitas pendukung telah pula dibangun di desa-desa lainnya seperti pembangunan
bandara IMIP di Desa Leurea, pembangunan PLTU di Desa Labota serta pembangunan
tungku-tungku baru di Desa Fatufia dan Labota. Pembangunan tungku-tungku baru dan
PLTU tersebut mengambil lokasi di daerah pegunungan, oleh karenanya gunung-
gunung tersebut dibonsai ratakan oleh perusahaan.
Selain perluasan wilayah di darat, IMIP juga melakukan perluasan wilayah di laut
dengan melakukan reklamasi di sepanjang pesisir pantai Keurea, Fatufia dan Labota
guna pembangunan terminal khusus. Hal ini dilakukan sejalan dengan peningkatan
aktifitas bongkar muat barang dalam kurun 3 tahun terakhir ini. di Desa Fatufia
dilakukan reklamasi untuk pembangunan fasilitas pendukung pelabuhan antara lain
g. Pencemaran lingkungan
Ada tiga sumber pencemaran utama lingkungan di Bahodopi yaitu pencemaran
udara dari cerobong pabrik, pencemaran udara dan kebisingan dari asap dan bunyi
kendaraan bermotor serta sampah buangan penduduk yang menumpuk ditepi jalan dan
tidak terangkut.
Pabrik yang beroperasi selama 24 jam telah menghasilkan asap tebal yang
terkonsentrasi di atas lokasi pabrik dan daerah permukiman penduduk. Begitu pula
dengan asap kendaraan roda dua dan roda empat termasuk kendaraan-kendaraan
berat milik IMIP telah mengasapi daerah sepanjang jalan yang dilalui tanpa putus-
putus. Selain asap, lalu lang kendaraan ini juga menimbulkan suara kebisingan yang
memekakan telinga. Kondisi ini turut pula diperparah dengan jarak antara rumah
penduduk dan jalan raya.
1. Desa Lalampu
2. Desa Bahodopi
3. Desa Keurea
4. Desa Fatufia dan
5. Desa Labota
Penataan pemukiman dan aktivitas perniagaan yang belum tertata dengan baik
juga menyebabkan berbagai jenis kerawanan misalnya lokasi penjualan bahan
bakar/bensin yang tersebar dan menyatu dengan kios-kios milik masyarakat
menimbulkan kerawanan bahaya kebakaran.
Dampak positif lainnya yang juga terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas
pertambangan adalah meningkatnya jumlah dan kualitas fasilitas pelayanan umum
yang dapat dinikmati masyarakat seperti gambar berikut.
A. Desa Lalampu
Desa Lalampu merupakan desa yang terletak paling dekat dengan titik awal
rencana pembangunan conveyor (berbatasan dengan site PT. SCM di Kecamatan
Routa). Situasi desa ini terletak paling jauh dari pusat aktivitas PT. IMIP (dibanding ke 4
desa lainnya). Meskipun demikian kepadatan arus lalulintas juga terjadi di desa ini
sampai malam tiba. Beberapa pemukiman baru tumbuh di daerah ini dan tidak lagi
terkonsentrasi di sepanjang pinggir jalan utama (agak menjorok kedalam dari jalan
utama), namun demikian akses dari jalan utama ke lokasi pemukiman baru umumnya
ini masih jauh dari memadai (umumnya masih berupa jalan tanah yang bergelombang).
Seperti halnya warga masyarakat di desa-desa lainnya, warga di desa ini dapat
dikatakan tidak ada lagi yang mengandalkan mata pencaharian dari sektor pertanian.
B. Desa Keurea
Desa Keurea diapit oleh desa Bahodopi dan Desa Fatufia. Pertemuan FGD
dilaksanakan pada Aula kantor Desa Keurea pada tanggal 5 Februari dimulai pada
C. Desa Bahodopi
FGD di desa Bahodopi dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2022, dimulai pada
sekitar pukul 14.00 bertempat di Balai desa Bahodopi. Pertemuan di buka oleh Kepala
Desa, juga dihadiri oleh Wakil ketua BPD, Ketua Bumdes, Tokoh Masyarakat dan
beberapa mahasiswa yang kebetulan berada di Desa Bahodopi pada saat FGD
dilakukan.
D. Desa Fatufia
Lokasi smelter dan kantor pusat PT.IMIP berlokasi di desa ini. Demikian pula
beberapa pelabuhan pengangkutan hasil olahan nikel maupun batu bara sebagai
sumber bahan bakar utama proses pengolahan nikel, juga berlokasi di desa ini. FGD
dilakukan di desa ini pada hari senin tanggal 07 Februari 2022 bertempat di Balai Desa
Fatufia. Pertemuan di buka oleh Kepala Desa Fatufia dan dihadiri oleh Sekdes Fatufia
(Salim Abdullah), Babinsa, Babinkamtibmas, Kaur Kesra, Kaur Keuangan, Sekretaris
PKK, beberapa Kepala Dusun dan Tokoh Masyarakat.
Sebelum pertemuan FGD di mulai, sempat dilakukan diskusi dengan Kepala Desa
(Bp. H. Muhammad M. Ali) bertempat di ruang kerja beliau yang cukup nyaman
(dilengkapi dengan AC). Beberapa informasi yang dapat dikumpulkan dari diskusi
tersebut meliputi:
E. Desa Labota
Selain Desa Fatufia, Desa Labota merupakan desa yang berlokasi paling dekat
dengan kegiatan pengolahan nikel yang dilakukan oleh PT. IMIP dan berdasarkan peta
rencana pembangunan conveyor Desa Labota juga akan dilalui conveyor PT. SCM.
Akibatnya peningkatan aktivitas masyarakat juga meningkat cukup tinggi di wilayah ini.
Akibatnya permasalahan yang timbul seperti, pengelolaan sampah, sanitasi lingkungan,
penyediaan air bersih, penataan permukiman penduduk agar tidak menyatu denga
aktivitas perdagangan dan jasa juga dirasakan mendesak untuk dilakukan di daerah
ini.
III. PENUTUP
Lampiran 3. Rekap Data Hasil FGD Tentang Isu-Isu Sosial dan Usulan Program CSR
Masyarakat di Kecamatan Routa dan Kecamatan Bahodopi
REKAP DATA HASIL FGD TENTANG ISU-ISU SOSIAL DAN USULAN PROGRAM
CSR MASYARAKAT DI KECAMATAN ROUTA
A. Desa Lalomerui
B. Desa Walandawe
Nama
No Jabatan Masukan
Pengusul
1 Mandiri Tokoh 1. Perekrutan tenaga kerja menguutamakan
masyrakat tenaga kerja lokal yang menjadi persoalan
keterbatasan ijazah karna kurangnya
C. Kelurahan Routa
D. Desa Tirawonua
No Nama Jabatan Alamat Masukan
Pengusul
1 Hasrudi mahasiswa Tirawonu 1. Budget CSR?
a
2 Baharuddin Masyarakat Tirawonu 1. Penjelasan tata kelola CSR
a 2. Mekanisme CSR
3. Sector pertanian : permasalahan
hama karena adanya perubahan
komuditi kakao menjadi merica
4. Perikanan seyogyanya terjadi
kolaborasi antara pihak bumdes
dan pihak perusahaan
5. Pengadaan pupuk dan benih
padi
E. Desa Parudongka
F. Desa Tanggola
No Nama Jabatan Masukan
Pengusul
1 Supardi Kades Tenaga kerja loka
Pemberdayaan masyarakat
Pendidikan beasiswa dari jenjang SD
sampai Perguruan tinggi
Bantuan guru honor
Pertanian bantuan pupuk kandang, dan
npk bibit merica
Pembangunan balai desa
Balai desa direhabilitasi
Alat – alat pertanian (traktor jhondhere)
Pembangunan rumah layak huni
Sarana olahraga
Mobil yang layak untuk orang sakit
(ambulans)
Pembangunan pustu
2. Basran Ketua BPD Akses jalan dari tanggola ke tirawonua
Jembatan penghubung
Kesehatan
Alkes medis
Tenaga medis
Insentif
Bangunan kesehatan
3 Said Tokoh Perbaikan masjid atau tempat ibadah
G. Desa Puuwiwirano
No Bidang Masukan
1 Infrastruktur
Jalan dan jembatan
2 Kesehatan
Sarana dan prasarana
Insentif bai tenaga kesehatan
Kendaraan operasional
Air bersih
3 Pendidikan
Sarana dan prasarana
Insentif
beasiswa
4 Pertanian
pupuk,bibit (lada,buah-buahan dan
sayuran)
hand tractor
percetakan sawah
bendungan dan irigasi
5 Peternakan bibit sapi , kambing, ayam
petelur/potong
dan kandang ternak
6 Perikanan bibit ikan air tawar
pembuatan tambak ikan
7 Pemberdayaan mesin jahit (pelatihan menjahhit)
bibit sayuran dan hortikultura teknik
budidaya
8 Pemerintahan sarana dan prasarana (komputer)
insentif (honor)
kendaraan operasional desa (motor)
REKAP DATA HASIL FGD TENTANG ISU-ISU SOSIAL DAN USULAN PROGRAM
CSR MASYARAKAT DI KECAMATAN BAHUDOPI
A. Desa Lalampu
B. Desa Bahodopi
Pertanian
Petani sudah beralih kepedagang
5. Pemberdayaan Nelayan) dan penyediaan gae
kapal yang lebih besar
6. Isu lingkungan
Kurangnya armada
Kurangnya SDM untuk mengelolah sampah
Menyediakan armada sampah dan
C. Desa Keurea
No Nama Jabatan Masukan
Pengusul
1 Amruddin Sekdes 1. Tali Asih (janji tahun 2019) dari PT. SCM
berupa nominalnya dan siapa saja yang
sudah menerima
2. Air berih (sumber dan perpipaan)
3. Sanitasi (sampah) dan alat pengangkutan
sampah dan TPS
4. Kesejahteraan aparat desa
2 Halim Masyarakat 5. SCM ngambang! Belum jelas janji januari
sampai saat ini tidak dating
3 Kasmun Toma Tokoh 1. Pengadaan mobil Ambulans untuk Desa
masyarakat 2. Pendidikan (nerasiswa)
3. Pembuatan Dranase
4. Perlu transparan pengelolaan dana CSR
D. Desa Fatufia
No Nama Jabatan Masukan
Pengusul
1 Kades kades 1. Agar perusahaan dibangun sarana dan
prasarana
2. Sumber air bersih (PDAM)
3. Sarana kesehatan (bagun