TINJAUAN PUSTAKA
Begitu pula hukum laut, karna hukum pada umumnya adalah rangkaian
masyarakat itu. Laut adalah suatu keluasan air yang meluas diantara berbagai
hukum yang berlaku dalam tiap-tiap negara, selayaknya terhenti berlaku apabila
melewati batas menginjak pada laut. Tetapi bagi manusia yang berdiam di tepi
laut, sejak dahulu kala dirasakan dapat dan berhak menguasai sebagian kecil dari
laut yang terbatas pada pesisir itu. Ini justru didasarkan tidak ada orang lain yang
berhak atas laut selaku suatu keluasan air. Maka ada kecenderungan untuk
sampai meliputi sebagian dari laut yang berada disekitarnya. Adalah hal yang
mungkin menjadi soal terutama apabila tidak jauh dari tanah pesisir itu, ada tanah
24
Wiryono Projodikoro. Hukum Laut bagi Indonesia. Sumur Bandung. Bandung. 1984. hal 8
pesisir dibawa kekuasaan negara lain. Pentingnya laut dalam hubungan antar
Kemudian terkait hukum dan lingkungan, merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan, bahkan dalam kajian yang lebih jauh lagi, hukum lingkungan
telah masuk kedalam sendi-sendi internasional, hal ini terjadi ketika pembangunan
Lingkungan Internasional adalah salah satu ilmu yang mulai berkembang sejak
tahun 1960-an, United Nation Conference on The Human Environment yang lebih
1972 yang merupakan konferensi dengan isu lingkungan hidup internasional yang
konferensi Stockholm melahirkan konsep “Hanya Ada Satu Bumi”( Only One
Earth)
25
Boer Mauna. Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam ra dinamika
Global. Bandung Alumni. Bandung. 2011. Hal 307
and economic development under UN auspices through global
converence” 3
pertengahan dimana pada masyarakat eropa mulai ada ketentuan yang mempunyai
hukuman yang berat. Pada saat yang sama, perkembangan prinsip-prinsip hukum
maupun hukum kebiasaan internasional yang ber objek lingkungan hidup yaitu
pengotoran laut karena minyak atau karna bahan -bahan berbahaya lainya
misalnya bahan-bahan seperti toxic, radio aktif, dan lain-lain. Masalah ini mulai
lebih terasa sejak semakin banyak dibuatnya kapal-kapal yang digerakan oleh
tenaga nuklir atau kapal-kapal yang membawa bahan-bahan atau senjata nuklir.
26
Panda S Chasek. Global Inveronmental Politics Cambridge Westview Press. 2007. 368 et.
al
27
Mochtar Kusumaatmaja. Pengantar Hukum Internasional Buku I. Bima Cpta. Bandung.
1982. Hal 7
Environment impaiment, yakni adanya gangguan, perubahan atau perusakan.
Sejalan dengan itu maka pencemaran laut intinya adalah menurunya kualitas air
laut karna aktivitas manusia baik disengaja maupun tidak sengaja memasukan zat-
zat pencemar dalam jumlah tertentu kedalam lingkungan laut (termasuk muara
sungai) sehingga menimbulkan akibat yang negatif bagi sumber daya hayati dan
nabati dilaut, kesehatan manusia, aktivitas dilaut, dan bagi kelangsungan hidup
disebabkan tumpahan minyak yang berasal dari kapal atau pipa laut atau
yang disebabkan oleh eksploitasi dan eksplorasi dasar laut dan tanah di
28
Juarir Sumardi. Hukum Pencemaran Trans Nasional . Citra Aditia Bakti. Bandung. 1991.
Hal 4
bawahnya, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan terkait yang ada
tentang ganti rugi pencemaran laut oleh tumpaha minyak karena kecelakaan
kapal tenker, tidak termasuk tumpahan minyak yang bukan muatan minyak
dari kapal tenker. Konvensi ini juga berlaku untuk pencemaran lingkungan
rugi pencemaran lingkungan laut, maka prinsip yang dipakai adalah prinsip
tanggungjawab mutlak
“State Shall take all posible step to prevent pollution on the sea by
subtances that that are liable to create hazards to human health, to harm
living resources and marine life, to damage amneties or to interfere with
other legitimate uses on the sea”
13 juga menyebutkan :
atau UNCLOS 1982, merupakan puncak karya dari PBB yang disetujui di
Montego Bay Jamaica tanggal 10 Desember 1982. Konvensi ini secara
Law of the Sea merupakan suatu perjanjian atau konvensi yang melatar
belakangi hak dan obligasi dari suatu negara dan organisasi internasional
secara langsung atau tidak langsung oleh manusia kedalam lingkungan laut
laut.
laut.
yang bila diterjemahkan menyangkut kondisi yang tidak baik atau tidak
distribusi, dan kualitas organisme baik secara langsung atau tidak langsung.
beracun yang berbahaya. Dari pengertian yang ada maka dapat kita
pencemaran dari kapal 1973 sebagaiman diubah oleh protocol 1978. Marpol
oleh minyak dan zat berbahaya lainya dan meminimalkan pembuangan zat-
berikut :
29
Melda Ariadno. Hukum Internasional Hukum Yang Hidup. Diadit Media. Bandung. 2007.
Hal 24-25
Didalam Pasal 207 sampai 212 Undang-Undang No17 tahun 1982,
Hidup
laut seperti yang terdapat dalam pasal (9) yang menyatakan bahwa
“setiap orang atau penanggungjawab usaha dan atau kegiatan dilarang
sebagai berikut: “Setiap penaggung jawab usaha dan atau kegiatan yang
perusakan laut. Pasal 10 ayat (1) dan (2) menjelaskan kewajiban apa
sebagai berikut:
(1) Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang dapat
menyebabkan pencemaran laut, wajib melakukan pencegahan
terjadinya pencemaran laut.
(2) Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang membuang
limbahnya ke laut, wajib memenuhi persyaratan mengenai baku
mutu air laut, baku mutu limbah cair, baku mutu emisi, dan
ketentuan-ketentuan lainya sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku.
undang ini pada pasal 2 ayat (3) dan ayat (4) yang menyatakan bahwa,
(3) Setiap pimpinan unit pengusahaan minyak dan gas bumi atau
penanggungjawab unit kegiatan pengusahaan minyak lepas pantai
wajib menanggulangi terjadinya keaadaan darurat tumpahan
minyak di laut yang bersumber dari usaha dan atau keagiatan serta
melaporkan kejadian tersebut kepada pejabat sebagaimana
dimaksud dalam pasal (8).
(4) Setiap pimpinan atau penanggung jawab kegiatan lain wajib
menanggulangi terjadinya keadaan darurat tumpahan minyak di
laut yang bersumber dari usahadan atau kegiatanya serta
melaporkan kejadian tersebut kepada pejabat sebagaiman dimaksud
dalam pasal (8).
sesuai dengan BAB IV United Convention on the Law of the Sea1982 atau
ketetapan Konvensi Hukum Laut PBB, dengan luas laut yang begitu besar terdiri
dari perairan nusantara 3,1 juta km2, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang
jumlahnya kurang lebih 17.504 (Depdagri 2004) pulau, ditambah dengan luas
kawasan Zona Ekonomi Eksklusif seluas 2,7 juta km2 sehingga luas total
perairanya menjadi sekitar 5,8 km2 ini belum termasuk landas kontinen
(Continental shelf). Panjang garis pantai Indonesia adalah 95.161 km, terpanjang
menyatakan kepada dunia bahwa (laut sekitar, diantara dan di dalam kepulauan
budaya, pertahanan, dan juga keamanan. Dengan adanya wawasan nusantara, ini
memberikan suatu definisi bahwa perairan atau lautan yang ada diantara pulau-
pulau merupakan suatu penghubung bukan suatu pemisah. Pandangan ini adalah
Nusantara yang meliputi seluruh wilayah daratan, lautan, dan ruang angkasa
Dengan posisi silang yang sangat strategis yakni diapit oleh dua benua, Asia
dan Australia dan juga samudra Hindia dan samudra Pasifik tentunya menjadikan
wilayah Indonesia sebagai jalur pelayaran Internasional yang sangat penting bagi
besar menjadi poros maritim dunia. Poros maritim merupakan sebuah gagasan
serta fokus pada keamana maritim. Penegakan kedaulatan wilayah laut NKRI,
30
Andi Ikbal Burhanuddin. The Sleeping Giant, Potensi dan Permasalahan Kelautan. Brilian
Internasional. Surabaya. 2011. Hal 7
biodiversity, serta peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kelautan, merupakan
walaupun negara tersebut mungkin tidak punya banyak laut, tetapi mempunyai
alamnya dan letak yang strategis8. Karena itu, banyak negara kepulauan atau
negara pulau yang tidak atau belum menjadi negara maritim karena belum mampu
pulau dan sepanjang pantai disetiap pulau merupakan hal yang harus dibangun
dan dikembangkan. Jalan antar pulau harus benar-benar dapat direalisasikan untuk
akses di seluruh pelabuhan harus mengikuti prosedur Internasioal. Oleh sebab itu,
maritim. Karena laut akan memberikan manfaat yang sangat vital bagi
khususnya, dan sudah saatnya Indonesia mengubah mind set dari daratan menjadi
maritim. Bahwa ada lima pilar utama yang harus direalisasikan sebagai suatu
tantangan bila Indonesia ingin menjadi poros maritim dunia. Yang pertama
31
Hasyim Jalal. Perjuangan Indonesia Di Bidang Hukum Laut. Bina Cipta Bandung. 1979.
Hal 20-25
adalah, Indonesia harus membangun kembali budaya maritim yang sempat hilang.
Kedua, Indonesia harus menjaga dan mengelola sumber daya laut, dengan fokus
dengan membangun Tol Laut, deepseaport, logistik dan industri perkapalan, serta
besar. Hal tersebut diperlukan bukan saja untuk menjaga kedaulatan dan kekayaan
maritim, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab Indonesia dalam menjaga
yang luas atau memiliki pulau-pulau yang banyak akan tetapi bagaimana
Hukum Nasional
Res Communis, yang menyatakan bahwa laut itu milik bersama masyarakat
dunia dan karna itu tidak dapat diambil atau dimiliki oleh masing-masing
negara. Konsepsi kedua yaitu Res Nullius, yang menyatakan bahwa laut itu
tidak ada yang memiliki, dan karena itu dapat diambil dan dimiliki oleh
masing-masing negara9.
yang didasarkan atas pendirian bahwa lautan itu bebas dilayari oleh
laut kedalam laut teritorial yang jatuh dibawah kedaulatan penuh suatu
32
Ibid. Hal 1-18
negara pantai dan laut lepas yang bersifat bebas untuk seluruh umat
manusia.
maju hal ini bisa dilihat dalam konfrensi Den Haag tahun 1930 tentang Laut
tahun 1951), klaim-klaim 200 mil, oleh Chile, Ekuador dan Peru hingga
Nation Convention on the Law of the Sea) pada tahun1982 di Montego Bay
UCLOS 1982 ini memuat 320 pasal, 9 buah lampiran serta beberapa
penting bagi dunia internasional, karena Indonesia terletak pada posisi yang
sangat strategis diantara dua benua dan dua samudra yang merupakan jalur
lalu lintas pelayaran internasional sejak dahulu kala sebagai Sea Lanes of
33
Mochtar Kusumaatmaja. Hukum Laut Internasional Bina Cipta Bandung. 1986. Hal 81-
108
Hukum Laut Internasional adalah kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hak dan kewenangan suatu negara atas kawasan laut yang berada di bawah
berikut:
sehingga kapal asing tidak boleh melintas kecuali dalam keadaan yang
dimaksud adalah garis yang ditarik melingkar sejauh 12 mil pada pantai
saat air surut yang dihitung dari pulau terluar. Ada tiga jenis garis
pangkal, yakni:
Teritorial Sea diatur dalam pasal 2-23 UNCLOS 1982. Definisi laut
teritorial adalah laut yang terletak di sisi luar garis pangkal yang tidak
melebihi lebar 12 mil laut diukur dari garis pangkal. Negara pantai
memiliki kedaulatan terbatas atas wilayah laut ini yang meliputi ruang
udara diatas laut teritorial, dasar laut dan tanah dibawahnya (right of the
11
coastal state over the teritorial sea) . Kapal-kapal negara lain pun
memiliki hak lintas damai atau the right of innocent passage (pasal 17-32
pada pantai. Kedaulatan negara pantai terbatas pada wilayah laut ini,
sehingga negara lain dapat menikmati hak lintas damai dan hak lintas
34
J. G. Starke. Pengantar Hukum Internasional Edisi ke 10. Sinar Grafika. Hal 346
kesehatan. Zona tambahan ini tidak boleh melebihi jarak 24 mil dari garis
e. Selat (Straits)
Straits atau selat diatur dalam pasal 34-44 UNCLOS 1982. Wilayah
yang berada di tepi selat juga mempunyai kedaulatan dan yuridiksi penuh
1) Selat yang menghubungkan laut lepas atau ZEE dengan perairan yang
termasuk dalam yuridiksi nasional (laut teritorial) suatu negara.
2) Selat yang dipergunakan bagi pelayaran internasional yang
menghubungkan suatu laut lepas atau ZEE dengan laut lepas atau ZEE
lainya
Landas kontinen suatu negara meliputi dasar laut dan tanah dan
pinggiran laut tepi kontinen atau hingga berjarak 200 mil laut dari garis
pangkal. Wilayah laut ini memiliki sumber daya alam yang banyak
dengan laut teritorial, yang luasnya tidak boleh melebihi 200 nautica
miles dari garis pangkal yang dipakai untuk mengatur laut teritorial. ZEE
instalasi dan bangunan. ZEE diatur pada pasal (55-57 UNCLOS 1982 )
Laut lepas pada pasal 2 Konvensi Jenewa tahun 1958 menyatakan bahwa
laut lepas adalah terbuka untuk semua negara, tidak ada satupun negara
terbang diatas laut lepas. Dikenal juga kebebasan dan aturan-aturan kapal
dilaut bebas ( interference with ships on the high seas) yang meliputi
35
Mirza Satria Buana. Hukum Internasional Teori dan Praktek. Nusa Media. Bandung.2007.
Hal 74
(TZMKO 1939) tercantum dalam Staatsblad 1939 No 442 dan mulai berlaku
menyatakan bahwa13:
Lebar laut wilayah Indonesia adalah 3 mil laut, diukur dari garis air rendah
dari pulau-pulau yang termasuk dalam daerah Indonesia.
Ketentuan dari jaman penjajahan ini masih tetap di pakai sampai tahun
Penentuan batas laut yang demikian sudah terasa tidak cocok dengan
berlakunya konsepsi laut teritorial 12 mil adalah pada konsepsi hukum laut
ditetapkan sampai mil dari garis air surut pantai. Di Indonesia sendiri
ketentuan laut teritorial 12 mil berlaku sejak adanya Deklarasi Juanda yang
36
Boer Mauna. Hukum Internasional Pengertian Fungsi dan Peranan dala Era dinamika
Global. Bandung Alumni. Bandung. 2003. Hal 338
dan dengan demikian merupakan bagian perairan nasional yang berada
dibawah kedaulatan mutlak dari negara Republik Indonesia”.
Lalu lintas damai di perairan pedalaman ini bagi kapal asing terjamin
selama dan sekedar tidak bertentangan dengan kedaulatan dan keselamatan
negara Indonesia. Penentuan batas laut teritorial yang lebarnya 12 mil yang
diukur dari garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang terluar dari
pulau-pulau negra Republik Indonesia akan ditentukan dengan Undang-
Undang
“Bahwa laut tertorial lebarnya 12 mil diukur dari garis pangkal lurus
(Straiggt base) dan bahwa semua kepualuan dan laut yang terletak
diatas dan mencabut pasal 1 ayat (1) angka 1-4 dari Staatsblad 1939 No 442
37
Wiryono Projodikoro. Hukum Laut Bagi Indonesia. Sumur Bandung. Bandung. 1970. Hal
16
(3) Perairan pedalaman Indonesia ialah semua perairan yang terletak pada
sisi dalam dari garis dasar sebagai yang dimaksud pada ayat (2)
(4) Mil laut ialah seperenam puluh derajat lintang
Pemerintah Indonesia terhadap status tersebut telah diatur dalam pasal 46-53
UNCLOS 1982. Indonesia dapat menentukan alur laut untuk lintas kapal
dan pesawat udara bagi negara asing yang akan melewati secara terus
menerus dan langsung, serta secepat mungkin melalui atau diatas perairan
negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih kepulauan dan dapat
38
Budiman A (Kolonel CTP). Pembinaan Wilayah Negara Untuk kepentingan Pertahanan.
(Departemen Pertahanan) http ://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp
lain-lain wujud alamiah yang hubunganya satu sama lain demikian eratnya
kepulauan yang dilalui oleh kapal atau pesawat udara asing diatas alur laut
normal semata-mata untuk transit dan terus menerus, langsung dan secepat
mungkin serta tidak terhalang melalui atau diatas perairan kepulauan dan
teritorial yang berdampingan antara satu bagian lepas atau Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia dan bagian laut lepas atau ZEE Indonesia lainya
negara kepulauan yang memiliki wilayah perairan yang lebih besar dari
pada daratan dengan hak penuh untuk memanfaatkan segala potensi yang
Sampai saat ini Indonesia telah membuka dan menetapkan jalur ALKI
Laut Flores-dan Selat Lombok Sedangkan ALKI III yang dibagian selatan
Alur Laut Kepulauan Indonesia, dan ketiga alur laut tersebut dilalui
39
Karim M. Eksistensi Pulau-pulau Kecil di Kawasan Perbatasan Negara.
http://buletinpenataanruang.net/index
meningkat menjadi 35 ribu miliar ton 2010 dan 41 ribu milyar ton tahun
ribu kapal dagang yang melintasi jalur lalulintas perairan Indonesia setiap
tahunya.