Anda di halaman 1dari 18

20

BAB II

PENGATURAN TENTANG KEWAJIBAN NEGARA

A. Kewajiban Negara Dalam Melindungi Sumber Daya Alam di Laut

Setiap tahun seluruh masyarakat di dunia selalu memperingati hari

lingkungan karena seperti diketahui bahwa lingkungan sangatlah berkaitan

dengan kehidupan manusia dan harus dilindungi dan dilestarikan, menurut Emil

Salim tentang lingkungan hidup sebagai berikut:

“Di mana kita sebagai masyarakat di dunia memperingati Hari Lingkungan


Hidup Sedunia pada tanggal 5 juni 2014 setiap tahunnya. Tema Hari
Lingkungan Hidup Sedunia ditetapkan oleh united nations environment
program (UNEP) yaitu badan lingkungan hidup PBB tahun ini dengan
raise your voicem not sea level. Di Indonesia, menjadi satukan langkah
lindungi ekosistem pesisir dari dampak perubahan iklim.”

Tema di atas anggap relevan dengan negara Indonesia, karena merupakan

negara kepulauan dengan 13.466 pulau dengan panjang pesisir 95.181 km, tempat

bermukim 60% penduduk dan menyambung 6,45% GPD nasional. Selain itu

pesisir mempunyai potensi SDA yang sangat menakjubkan yaitu 14% terumbu

karang dunia 27% mangrove dunia serta 25% ikan dunia, dengan berbagai biota

yang hidup didalamnya. bahkan disebut sebagai marine mega biodiversity terbesar

didunia, karena memiliki 8500 species ikan, 555 species rumput laut dan 950

species biota terumbu karang dan lobster.

Sumber daya alam sangatlah penting bagi manusia secara tidak langsung

sumber daya alam merupakan pelengkap kehidupan manusia yang dimana sumber

daya alam yang berasal adri pada aktivitas manusia. Menurut Prof Hasjim tentang

sumber daya alam adalah sebagai berikut:


21

Sumber daya alam yang ada di Indonesia perlu dikelola secara lebih
konsisten dengan komitmen yang lebih tinggi. Pengelolaan diperlukan untuk
hajat hidup orang banyak yang tidak hanya mempertimbangkan generasi
masa kini, tetapi juga generasi yang akan datang. Pengelolaan lingkungan
hidup akan mendorong pemanfaatan sumber daya alam secara lebih arif”.
Sesuai dengan dampak yang diduga akan terjadi maka ditetapkan secara
pengelolaan yang tepat guna. Teknologi yang akan digunakan, ditetapkan
berdasarkan prinsip efektif, efisien dengan biaya murah agar dapat
ditanggulangi dari hasil proyek. Tanpa harus menderita. Tujuan dari
pengelolaan lingkungan disini terutama mencegah kemunduran populasi
sumber daya alam yang di kelola dan sumber daya alam lainnya yang ada di
sekitarnya1 .

Adapun berbagai kaitannya dengan sumber kekayaan alam di Indonesia

sebagaimana dimaksudkan negara mempunyai berbagai kekuasaan pada bidang

tertentu oleh karena itu Kekuasan pada suatu negara sangatlah luas dan

diperhatikan baik bumi, air, dan udara dan secara tidak langsung semua diatur dan

dilindungi,oleh karena itu kekuasaan negara yang menyeluruh terhadap bumi, air,

udara dan segala yang terkandung didalamnya yang sesuai dengan asas

konstisional, bentuk ulang merefleksikan adanya tanggung jawab yang besar.

Adapun pendapat menurut Mariam Budiardjo tentang kekuasan pada suatru

negara adalah sebagai berikut:

Kekuasaan negara harus pula di ikuti dengan pengaturan perlindungan


lingkungan berisi kepentingan rakyat banyak, pemeliharaan alam dan
lingkungan, pencegahan pencemaran, perlindungan terhadap segala
ancaman yang merusak dan berpotensi merugikan alam dan lingkungan,
serta bertanggung jawab atas hal-hal yang merugikan masyarakat dari
kerusakan alam dan lingkungan termasuk bencana alam.

1
https://kewajiban-negara.ac.id, diakses pada tanggal 2 juni 2023, pukul 13:50 WIT
22

Bila mendasarkan aspek kekuasaan yang berlandaskan dan bersumber dari

instrument hukum yang kuat dan jelas yakni UUD 1945 dan UU nomor 32 Tahun

2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, adapun menurut

SF. Marbun tentang aspek pada kekuasaan pada negara sebagai berikut :

Sebagaimana mana pada dasarnya negara pun sebenarnya harus


bertanggung jawab pula yuridis atas semua hal yang menjadi objek
penguasaannya. Setiap penyusunan peraturan perundang-undangan pada
tingkat nasional dan daerah wajib memperhatikan perlindungan fungsi
lingkungan hidup dan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sesuai dengan ketentuan diatur undang-undang Nomor 32 Tahun
2009.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 menggeriskan bahwa model

pembangunan Indonesia adalah pembangunan berkelanjutan, yaitu upaya sadar

dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke

dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup. Serta

keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi sekarang dan


2
generasi selanjutnya.

Konvensi hukum laut yang di mana berbicara tentang hak dan tanggung

jawab suatu negara dalam wilayah laut. Adapun menurut Wilson tentang konvensi

hukum laut sebagai berikut:

Berdasarkan Pasal 56 konvensi hukum laut 1982 ”Bahwa negara pantai


memiliki hak berdaulat atas sumber daya alam, baik hayati maupun
nonhayati, dalam yuridiksi. Selanjutnya, berdasarkan Prinsip 21 deklarasi
Stockholm dan Prinsip 2 Rio De Jainero 1992, negara memiliki hak
berdaulat untuk mengekloitasikan sumber daya alamnya sesuai dengan
kebijakan lingkungannya. Ketentuan tersebut melaksanakan konservasi atas
sumber daya hayati serta menjaga lingkungannya”.

2
Ateeng Syarifudin,Memantapkan Pemerintah Yang Bersih Kuat dan
Berwibawah,Tarsito,Bandung,1982, hal 15.
23

Hak dan kewajiban negara pantai adalah untuk menjaga dan melestarikan

sumber daya baik yang hidup atau tidak, yang mulai dari perairan hingga ke dasar

laut sampai lapisan pada dasar laut dan adapun, Menurut Irawati, Oentoeng

Wahjoe tentang pelaksanaan hak dan kewajiban negara sebagai berikut:

Pelaksanaan hak dan kewajiban negara pantai untuk menjaga dan


melestarikan sumber daya alam dan lingkungannya tidak mudah, karena
masi banyak ditemukan penangkan illegal. Di samping negara berkewajiban
menjaga sumber daya alam dan lingkungannya, konvensi juga menegaskan
bahwa negara pantai berkewajibaan mengakomodasikan hak-hak negara lain
yang sah menurut hukum internasional. Negara kepulauan berkewajiban
meng-hormati hak-hak dan juga kegiatan lain yang sah dari negara tetangga
yang langsung berdekatan di bagian-bagian tertentu diperairan kepulauan.3

B. United Nations Convention On The Law Of The Sea (UNCLOS 1982)

Instrument hukum internasional merupakan bagian dari konvensi hukum

laut dan perjanjian antara bangsa-bangsa dengan pengaturan. Pendapat yang

dikemukakan oleh Hikmahanto Juwano tentang instrument hukum internasional

sebagai berikut:

Instrument hukum internasional yang berlaku saat ini di bidang kelautan


adalah, konvensi hukum PBB tahun 1982 (united nations convention on the
law of the sea/UNCLOS 1982). UNCLOS 1982 memiliki pengaturan yang
cukup luas mulai dari zona maritime yang dapat diklaim oleh suatu negara,
tentang riset kelautan, polusi, hingga prosedur penyelesaian sengketa
diantara negara-negara. Luas dan mendasarnya pengaturan UNCLOS 1982,
telah membuat UNCLOS dijuluki sebagai Constitution of the oceans oleh
beberapa ahli hukum internasional dunia.

3
Irawati,Oentoeng Wahjoe,Tanggung Jawab Dalam Melindungi Hak Nelayan Indonesia,
Sinar Gratika, Bandung,2011, hal 5.
24

Namun demikian, perjuangan jauh dari selesai. Deklarasi unilateral

Indonesia tersebut tidak serta merta diterima masyarakat internasional negara-

negara maritime besar yang secara tradisional sudah biasa menggunakan laut

bebas pulau-pulau Indonesia. Menurut Wahyu Adin Nugroho tentang deklarasi

Indonesia sebagai berikut:

Merupakan jalur laut pelayaran angkatan lautnya secara menyatakan


semenjak konferensi hukum laut PBB Ⅰ di Jenewa tahun 1958, konferensi
hukum laut PBB Ⅱ tahun 1960, hingga konferensi hukum laut PBB Ⅲ
tahun 1973-1982 untuk memperjuang diterimanya prinsip deklarasi djuanda,
yang kemudian dikenal dengan istilah prinsip negara kepulauan, oleh
masyarakat Indonesia.

Menurut Mangisi Simanjuntak tentang konferensi hukum laut PBB Ⅲ

sebagai berikut, Indonesia mengajak negara-negara sepemikiran, negara-negara

menyerupai Indonesia, kepulauan seperti Filiphina, Fiji, Mauritius dan papua

nugini, untuk menagajak menerima prinsip negara kepulauan dalam UNCLOS


4
1982. Dengan diterimanya prinsip negara kepulauan dalam UNCLOS 1982,

secara resmi menurut hukum internasional, wilayah kedaulatan Indonesia

bertambah empat kali lipat tanpa harus menambakan sebutir pelurupan, wilayah

kedaulatan Indonesia yang luar biasa.

UNCLOS 1982 memanglah bukan salah satu instrument hukum

internasional yang sempurna. UNCLOS 1982 tetaplah merupakan suatu

instrument hukum internasional hasil negosiasi negara-negara sepanjang 9 tahun

selama konferensi hukum laut PBB Ⅲ tahun 1973-1982, sehingga cukup banyak

4
Mangisi Simanjuntak,Konvensi PBB 1982 Tentang Hukum Luat,Mitra Wacana
Media,Jakarta,2018, hal 34.
25

defenisi dan terminology dalam UNCLOS1982 yang relative ambigu dan fleksibel

dan cukup membingungkan serta merupakan hasil quid pro quo, tawar menawar

proses negosiasi multilateral. Diterimanya prinsip negara kepulauan pun

merupakan salah satu contoh nyata hasil quid pro quo dengan ketentuan terkait

alur laut kepulauan.

Adapun berdasarkan pasal 56 dan pasal 69 UNCLOS maka prinsip hukum

keadilan merupakan prinsip hukum yang berlaku di ZEE yang dimaksudkan hal

tersebut adalah bahwa eksklusivitas yang utama dari zona ekonomi eksklusif di

berikan kepada negara pantai, untuk melakukan kegiatan eksplorasi dan

eksploitasi di ZEE sesuai dengan pasal 56 UNCLOS. Selain itu eksklusif yang

kedua diberikan kepada negara lain, dengan hak partisipatif bagi negara tak

berpantai dan negara lain untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber

daya alam hayati, dengan terlebih dulu melakukan perjanjian kerja sama

pemanfaatan ZEE tersebut dengan negara pantai. Disebutkan dalam pasal 69

UNCLOS bahwa:

1. Negara yang tidak berpantai mempunyai hak untuk berpartisipasi, atas dasar
kesetaraan, dalam eksploitasi bagian yang sesuai dari kelebihan sumber
kekayaan hayati di zona ekonomi eksklusif. Negara pantai dalam subregion
atau region yang sama, dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan
geografi yang relevan semua negara yang berpentingan dan sesuai dengan
kententuan pasal ini dan pasal-pasal 61 dan 62.

2. Syarat dan ketentuan partisipasi tersebut akan ditentukan oleh negara-negara


yang berkepentingan melalui perjanjian bilateral, sub-regional atau regional
dengan memperhatikan, inter alia:
(a) Kebutuhan untuk menghindari akibat yang merugikan bagi masyarakat
nelayan atau industri perikanan negara pantai.

(b) Sampai sejauh mana suatu Negara tak berpantai, berdasarkan ketentuan
pasal ini, berhak untuk berpartisipasi serta berdasarkan perjanjian
26

bilateral, sub-regional atau regional yang ada dalam eksploitasi sumber


daya hayati dari zona ekonomi eksklusif negara-negara pantai lainnya.

(c) Sejauh mana negara-negara tak berpantai dan yang secara geografis
tidak beruntung terlibat dalam eksploitasi sumber kekayaan hayati di
zona ekonomi eksklusif negara pantai tersebut dan kebutuhan yang
timbul karenanya untuk menghindari suatu beban khusus bagi suatu
negara itu.

(d) Kebutuhan gizi penduduk masing-masing negara.

3. Apabila kemampuan penangkapa ikan suatu negara pantai telah mencapai


suatu titik yang memungkinkannya untuk menagkap semua sumber
kekayaan hayati yang di izinkan unutk ditangkap dalam zona ekonomi
eksklusifnya, negara pantai dan negara-negara lain yang berkepentingan
harus berkerja sama dalam menetapkan pengaturan yang adil atas dasar
bilateral, sub-regional atau regional untuk memperbolehkan peran serta
negara-negara berkembang tak berpantai di sub-region atau region yang
sama dalam suatu eksploitasi sumber daya hayati di zona ekonomi eksklusif.

4. Berdasarkan ketentuan pasal ini, negara maju tak berpantai berhak untuk
mengeksploitasi sumber daya alam hayati hanya di zona ekonomi eksklusif
negara pantai yang maju dalam subregion atau region yang sama, sejauh
yang disediakan negara pantai. Dalam memberikan peluang lain bagi negara
untuk mengeksploitasi sumber kekayaan hayati di zona ekonomi eksklusif.

5. Ketentuan di atas tidak membatasi pengaturan yang disepakati di setiap sub-


region atau region, di mana negara pantai dapat memberikan hak yang sama
atau prioritas untuk mengeksploitasi sumber daya alam hayati dalam zona
ekonomi eksklusif kepada negara-negara yang tak berpantai dalam sub-
region dan region yang sama hak-hak yang sama.5

Menurut konvensi Hukum Laut 1982 yaitu UNCLOS Ⅲ, article 58 ayat (1),

(2), dan article 59, Indonesia sebagai negara pantai mempunyaihak-hak dan

kewajiban adalah sebagai berikut:

1. Semua negara bebas dalam pelayaran, penerbangan, peletakan kabel dan


pipa di bawah laut dan kebebasan-kebebasan internasional lain yang
berhubungan dengan pengoprasian kapal-kapal, pesawat terbang, dan kabel
serta pipa di bawah laut. Ketentuan tersebut berlaku bagi semua negara

5
Koesrianti, et,al.,Kedaulatan Negara Menurut Hukum Internasional,Airlangga University
Press,Surabaya,2021, hal 44.
27

dalam melaksanakan hak dan kewajiban di ZEE Indonesia harus


menghormati hak dan kewajiban negara Indonesia dalam bidang-bidang
yang diatur oleh Konvensi Hukum Laut 1982 atau Hukum Internasional
lainnya.

2. Jika terjadi perselisihan antara negara Indonesia dengan negara-negara lain


di ZEE Indonesia harus diselesaikan atas dasar keadilan (eqitabel
salutation) dengan semua keadaan yang bersangkutan.

3. Dalam hal di mana konvensi ini tidak memberikan hak-hak atau yuridiksi
kepada negara pantai atau kepada negara lain di zona ekonomi eksklusif,
dan timbul sengketa antara kepentingan-kepentingan negara pantai dan
negara lain atau negara-negara lain manapun, maka sengketa itu harus
diselesaikan berdasarkan keadilan dan pertimbangan segala keadaan yang
relevan, dengan memperhatikan masing-masing keutamaan kepentingan
yang terlibat bagi para pihak manapun bagi masyarakat internasional secara
keseluruhan.6

Namun demikian, UNCLOS 1982 tetaplah merupakan instrument hukum

internasional terbaik yang dimiliki masyarakat internasional saat ini yang

mengatur dibidang kelautan. Berbagai ketentuan dalam UNCLOS 1982 sudah

dianggap hukum kebiasaan internasional bagi negara-negara yang belum atau

tidak menjadi pihak dalam UNCLOS 1982. Adapun menurut A Syofyan tentang

instrument hukum internasional sebagai berikut:

Indonesia menjadi posisi dasar untuk selalu menjaga keutamaan nilai


UNCLOS 1982 dalam berbagai for a internasional. Dalam berbagai
negosiasi batas maritime yang dilakukan Indonesia, Indonesia selalu
menggunakan UNCLOS 1982 sebagai dasar bernegosiasi. Dalam upaya
menyelesaikan berbagai isu dan persoalan di bidang kelautan, Indonesia
selalu menggunakan UNCLOS 1982 sebagai dasar hukumnya 7

C. Sumber Kekayaan Alam Laut

6
Andriana Wahyuningtyas Novitasari,op,cit.,hal 924.
7
www.lbhpengayoman.unpar.ac.id, diakses pada tanggal 2 mei 2023, pikul 23:00 WIT
28

Sumber kekayaan alam laut merupakan kekayaan alam laut yang dapat

menghasilkan kehidupan bagi manusia yang di mana sumber kekayaan alam laut

tersebut yang sangat beranekaragam. Pendapat yang dikemukakan oleh

Suryanegara tentang sumber kekayaan alam laut sebagai berikut:

sumber kekayaan alam laut adalah meliputi ruang lingkup yang luas yang
mencangkup kehidupan laut (flora dan fauna mulai dari organisme
mikroskopis hingga paus pembunuh dan habitat laut) mulai dari perairan
dalam sampai ke daerah pasang surut di pantai dengan lingkungan dan
daerah muara yang luas. Berbagai orang memanfaatkan dan berinteraksi
dengan lingkungan laut mulai dari pelaut, nelayaan komersial, pemanen
kerang, ilmuan dan lain-lain. Dan di gunakan untuk berbagai kegiatan
rekreasi, penelitian, industri dan kegiatan lain yang bersifat komersial.8

Sumber kekayaan alam laut yang sangat berlimpah merupakan bagian dari

kehidupan manusia yang seperti diketahui bahwa kekayaan alam laut merupakan

sumber mata pencaharian bagi manusia tetapi perlu diketahui juga bahwa harus di

lindungi dan dilestarikan agar sumber kekayaan alam laut tersebut tetap terjaga.

Adapun menurut Rut Helga Sumber kekayaan alam laut sebagai berikut:

merupakan salah satu sumber daya alam yang terbesar di bumi dan
mengandung banyak hal yang hebat yang dapat digunakan orang untuk di
mengukumpulkan, memanen, dan menambang. Ini termasuk makanan yang
berasal dari laut, berbagai mineral, dan produk minyak bumi dari berbagai
sumber. Jumlah sumber daya alam yang diambil dari laut adalah ratusan
miliar per-tahun, tetapi kita bahkan belum mulai mengeksploitasi beberapa
sumber daya yang ada di lautan. Sejak peradaban paling awal, laut telah
digunakan terutama untuk transportasi, untuk kekuatan militer dan sebagai
sumber makanan. Setelah revolusi industri, dasar ini telah diperluas dan
sekarang termasuk minyak bumi, mineral, dan energi. 9

8
www.dosenpendidikan//Contoh-sumber-daya.co.id.,diakses pada tanggal 23 april 2023,
pukul 17:45 WIT
9
www.123dok.pengertian-sumber-daya-laut.co m.,diakses pada tanggal 23 april 2023,
pukul 18:50 WIT
29

Sumber daya kelautan adalah sumber daya laut, baik yang dapat

diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui yang memiliki keunggulan

komparatif dan kompetitif serta dapat dipertahankan dalam jangka panjang.

Sumber daya alam laut yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat

banyak, pengelompokannya dapat dibedakan menjadi dua jenis:

1. Hayati
2. Non hayati

Pengembangan sumber daya alam hayati di perairan Indonesia terdiri dari

dua komponen yang tidak dapat dipisakan, yaitu:

a. pengembangan, peningkatan produksi yang ditujukan untuk:


1. perbaikan mutu gizi
2. perbaikan konsumsi protein hewani.

Dan bagi pemerintah untuk peningkatan pendapat melalui ekspor perikanan

b. Pengelolaan (management) yang dilakukan dengan sasaran:


1. melakukan prinsip sustainable yeild.
2. peningkatan pendapatan nelayan.
3. merangsang penanaman modal di sektor perikanan, baik melalui modal
dalam negeri maupun modal asing.

Secara umum, sumber daya alam laut terdiri atas sumber daya yang dapat

diperbaarui, sumber daya yang tidak dapat diperbaarui, dan jasa lingkungan laut.

Sumber daya yang dapat dimakan meliputi berbagai jenis ikan, udang, dan rumput

laut, termasuk kegiatan budidaya pesisir dan laut. Sumber daya alam yang tidak

dapat dipulihkan meliputi mineral, minyak dan gas. Jasa lingkungan laut meliputi

pariwisata dan transportasi. Upaya kami hingga saat ini berfokus pada penglolaan

sumber daya terrestrial, yang hanya mencakup sepertiga wilayah negara, sehingga

potensi sumber daya laut kami kurang dimanfaatkan.


30

a. Sumber Daya Yang Dapat Diperbarui

Indonesia dikaruniai lautan luas dan sumber daya alam yang beragam.

Perlindungan ikan laut sebesar 6,2 juta ton, meliputi ikan pelagis besar (975,05

ribu ton), ikan pelagis kegil (3.235,50 ribu ton) dan ikan demersal (1.786,35 ribu

ton). ikan karang konsumsi (63,99 ribu ton), udang peneid (74,00 ribu ton),

lobster (4,80 ribu ton) dan cumi-cumi (28,25 ribu ton). Kemungkinan stok ikan ini

terbagi menjadi Sembilan daerah perlakuan. Selat Malaka, Laut Cina Selatan,

Laut Jawa, Selat Makassar dan Laut Flores, Laut Banda, Laut Seram hingga Teluk

Tomini, Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, Laut Arafura, dan Samudera

Hindia.

Jika dikelola secara serius, potensi perikanan laut ini diperkirakan mencapai

devisa sebesar US$ 10 milyar per tahun pada tahun 2003. Pada tahun 1998,

produksi perikanan laut Indonesia hanya mencapai 3.616.140 ton, yaitu sekitar

58,5 persen dari seluruh sumber daya alam yang ada. Perikanan laut yang

berkelanjutan. Sumber daya perikanan laut kita. Artinya, 41 persen potensi masih

belum termanfaatkan, yaitu sekitar 26,6 juta ton per tahun. Kemungkinan

pengembangan perikanan baik skala kecil (perairan pulau) maupun skala besar

(ZEEI dan kelautan) dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang, marlin, tongkol, mackerel dan
hiu banyak ditangkap di wilayah nusantara dan lautan terutama di perairan
Laut Banda, Laut Seram sampai Teluk Tomini, Laut Arafura dan
Samudera Hindia lainnya. sekitar 321.766 ton per tahun dengan potensi
pembangunan berkelanjutan.

2. Ikan pelagis kecil seperti ikanterbang, cerar, tembang, lemur, dan ikan
kembung dapat ditangkap di perairan kepulauan antara lain di Laut Cina
Selatan, Selat Makassar dan Laut Flores, Laut Banda, Laut Seram hingga
31

Teluk Tomini, Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, Laut Arafura dan
Samudera Hindia. Peluang untuk mengembangkan perikanan laut dalam
skala kecil secara berkelanjutan.

3. Ikan karang layak konsumsi seperti kerapu, kakap, lankum, rangkong dan
ekor kuning berpeluang berkembang di perairan Selat Makassar dan Laut
Flores, Laut Banda, dan Laut Seram sampai Teluk Tomini dengan daya
dukung sekitar 31.355 ton per tahun.

4. Benting lobster seperti udang karang dan barong berpeluang berkembang


di perairan sejauh Teluk Tomini di Laut Cina Selatan, Laut Banda, dan
Laut Seram, dengan potensi sekitar 2.400 ton per tahun. 10

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan memiliki kawasan

pantai sehingga Indonesia memiliki banyak potensi dalam hal budidaya serta

dapat melestarikan sumber kekayaan pada laut Indonesia. Menurut Dedy Supriadi

tentang kawasan pesisir dan laut Indonesia adalah merupakan wilayah pesisir dan

maritim Indonesia dengan iklim tropis yang penuh dengan hutan bakau, terumbuh

karang, dan rumput laut (seaweed). Dengan kondisi pantai yang landai, kawasan

pesisir Indonesia memiliki potensi budidaya pantai (tambak) sekitar 830.200 ha

yang tersebar di seluruh wilayah tanah air dan baru dimanfaatkan untuk budidaya

(ikan bandeng dan udang windu) sekitar 356.308’ Jika kita dapat mengusahakan

tambak seluas 500.000 ha dengan target produksi 4 ton per ha per tahun, maka

dapat diproduksi udang sebesar 2 juta ton per tahun. Dengan harga ekspor yang

berlaku saat ini (US$ 10 per kilogram) maka didapatkan devisa sebesar 20 milyar

dolar per tahun.

Dengan ini perairan Indonesia sangatlah bagus untuk dijadikan sebagai

tempat budidaya berbagai biota laut dengan adanya berbagai pulau-pulau dan

jenis perairan yang cocok untuk melestarikan biota-biota tersebut, dengan

10
www.sumber-daya-alam-laut.co.id., diakses pada tanggal 25 april 2023, pukul 12:45 WIT
32

terlindung dari pulau dan teluk, perairan yang tenang dan jernih menawarkan

potensi untuk pengembangan budidaya laut berbagai jenis ikan (kerapu, kakap,

baronang, kerang dan alga). 1 juta hektar, 971.000 hektar dan 26.700 hektar,

dengan potensi produksi 46.000 ton pertahun dan 482.400 ton pertahun untuk

budidaya ikan dan alga sejauh ini, baru sekitar 35 persen dari total potensi

budidaya laut yang dimanfaatkan.

Dengan adanya keselarasan antara manusia dengan memperhatikan dan

melestarikan sumber daya hayati sehingga manusia dapat menikmati dan

memelihara keanekaragaman hayati tersebut adapun. Menurut Aca Sugandhy

yang dimaksud dengan potensi sumber daya keanekaragaman hayati laut

(perikanan) lainnya yang dapat dikembangkan antara lain “fisiologi, mikroalga

(fitoplankton), makroalga (algea), mikroorganisme, invertebrate, squalene,

omega-3, phycochoroids, biopolymers, dan lain-lain senyawa aktif (hasil alam)

dapat diperoleh sesuai untuk kebutuhan. Faktanya, pada tahun 1994, negara ini

memperoleh devisa sebesar $40 dari industry bioteknologi kelautannya

dibandingkan dengan Amerika Serikat, yang memiliki potensi keanekaragaman

hayati laut yang jauh lebih kecil dari pada miliaran dolar Indonesia. (Bank dunia

dan Cida 1995).

b. Sumber Daya Tidak Dapat Diperbarui

Sumber daya lautan kita penuh dengan berbagai jenis mineral, minyak, gas,

dan zat alami lainnya. Menurut sekretaris Badan Pelaksanaan pembangunan dan

kekayaan Alam (BPPT), sekitar 70% persen dari 60 ladang minyak Indonesia di
33

lingkungan alam, atau sekitar 40, berada di laut. Dari 40 kolam, 10 telah dipelajari

secara ekstensif, 11 hanya dipelajari sebagian, dan 29 tetap tidak tersentuh. Ke-40

cekungan tersebut diperkirakan berpotensi menghasilkan 106,2 milyar barel setara

minyak, namun hanya 16,7 milyar barel yang diketahui secara pasti, 7,5 milyar di

antaranya sedang digunakan. Sedangkan sisanya 89,5 milyar barel berupa

kekayaan alam.

Diperkirakan ada 57,3 milyar barel cadangan minyak yang belum

dimanfaatkan di lepas pantai, di mana lebih dari setengahnya, sekitar 32,8 milyar

barel, berada di perairan dalam. Energi nonkonvensional merupakan sumber daya

laut abiotik, namun dapat diperbarui dan juga dapat dimanfaatkan di wilayah

pesisir dan laut Indonesia. Di masa mendatang ketika energi dari BBM (minyak

tanah) langkah keberadaan kemungkinan ini menjadi semakin penting. Jenis

energi yang dimanfaatkan adalah konfersi energi termal laut. (OTEC), energi

kinetik dari gelombang, pasang surut serta arus, dan konversi energi dari

perbedaan salinitas. Perairan Indonesia merupakan perairan yang ideal untuk

pengembangan sumber energi OTEC. Hal ini dimungkinkan karena salah satu

persyaratan OTEC adalah perbedaan suhu air (permukaan dan substart) minimal

20°C dan kekuatan gelombang laut yang sangat rendah dibandingkan dengan

perairan tropis lainnya.

Dari berbagai sumber oseanografis, kami berhasil memetahkan sebagian

perairan Indonesia yang berpotensi menjadi lokasi pengembangan OTEC. Hal ini

terlihat dari banyak perairan dalam, teluk dan selat di Indonesia memiliki potensi

besar untuk pengembangan OTEC. Salah satu pilot plant OTEC akan dibangun di
34

pantai utara Bali. Sumber energi nonkonvensional lainnya dari laut, seperti energi

dari perbedaan pasang surut, dan energi dari gelombang. Kedua jenis energi

tersebut memiliki potensi pengembangan yang besar di Indonesia. Kajian sumber

energi ini dilakukan BPPT bekerjasama dengan Norwegia di Pantai Baron,

Yogyakarta. Hasil dari kegiatan ini merupakan masukan penting dan pelajaran

yang berguna bagi upaya Indonesia dalam mengembangkan sumber daya manusia

untuk pemanfaatan energi nonkonvensional. Di sisi lain, setidaknya dua lokasi di

Indonesia, yakni Bagan-Siapi-Api dan Merauke, memiliki perbedaan padang surut

hingga 6 meter sehingga berpotensi untuk pengembangan sumber energi pasang

surut.11

c. Jasa Lingkungan Laut

Wisata bahari telah menjadi salah satu produk wisata yang diminati

masyarakat internasional. Pengembangan wisata bahari pada hakekatnya mengacu

pada keidahan sumber daya alam (pantai) yang ada di pesisir dan lautan indonesi,

serta terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias. Jumlah mereka diperkirakan

sekitar 263 spesies.

Adapun berbagai kunjungan dari wisatawan ke Indonesia dikarenakan

Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dengan kekayaan alam laut ini dan

menjadi sorotan untuk dijadikan tempat wisata bahari, dengan berbagai jumlah

kunjungan wisman ke Indonesia pada tahun 1997 mencapai 5.185.243, meningkat

150.771 (2,99%) dibanding tahun 1996 atau 5,034.472 wisman. Pada tahun 1998

11
https//sumberdayalaut/co,id. Diakses pada tanggal 27 april 2023, pukul 15:30 WIT
35

jumlahnya 4.606.416, menurun 11, 16% dibandingkan tahun 1997. Di sisi lain,

penerimaan devisa wisman yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 1998

diperkirakan sebesar US$4.332,09 juta, turun 18,6% dibandingkan tahun 1997.

$5.321,46 juta. Diperlukan strategi yang tepat dan langkah kreatif untuk

menghasilkan devisa dari sector pariwisata. Hal ini dicapai dengan melakukan

diverifikasi produk wisata seperti ekowisata bahari dan fasilitas wisata.

Produk wisata tersebut antara lain bertujuan untuk menjadikan Indonesia

sebagai base atau tujuan wisata bahari di dunia, khususnya untuk kapal pesiar

(cruise ship) dan pesawat amfibi sumber daya wisata ini memerlukan dukungan

fasilitas wisata seperti fasilitas akomodasi, tempat makan dan perbelanjaa.

Pengembangan ekowisata bahari dengan melibatkan masyarakat sekitar objek

wisata mulai berkembang di bidang akamodasi juga. Ini adalah pondok-pondok

wisata dan kelompok masyarakat di sekitar hotel besar yang menawarkan

berbagai produk.

Perlu juga peningkatan keterlibatan masyarakat di bidang transportasi

manusia, khususnya kapal tradiosinal. Optimalisasi partisipasi masyarakat

memerlukan dorongan dan peningkatan kualitas partisipasi masyarakat, baik

melalui penyuluhan maupun pelatihan. Potensi jasa lingkungan lingkungan laut

lainnya yang masih memerlukan pemanfaatan secara professional untuk

memaksimalkan potensinya adalah jasa angkutan laut (maritim transport).

Mengapa tidak? sebagai negara maritim, ternyata pangsa pasar angkutan laut antar

pulau dan antar negara masih didominasi oleh kapal niaga berbendera asing.

Menurut catatan Dewan Maritim Nasional tentang jasa lingkungan kelautan


36

sebagai berikut merupakan kemampuan daya angkut armada niaga nasional untuk

muatan dalam negeri baru mencapai 54,5 persen, sedangkan untuk ekspor baru

mencapai 4 persen, sisanya dikuasai oleh armada niaga asing, oleh karena itu

harus ada perhatian khusus agar tidak terjadi penguasan dari armada asing agar

pihak dari masyarakat yang telah mengikuti perkembangan pada wisata ini dapat

menjalankan tugas dengan baik seturut dengan pelatihan yang telah diikuti.

Adapun Pemanfaatan Sumber Daya Laut sebagai berikut; Laut termasuk memiliki

berbagai sumber yang bisa digunakan atau dimanfaatkan oleh manusia,

diantaranya seperti:

1. Sebagai Sumber Daya Mineral

a. Garam digunakan untuk bahan masakan.

b. Karbonat diperoleh dari lumut (Kalium).

c. Fosfat diperoleh dari tulang ikan dan kotoran burung dan ikan
dapat digunakan sebagai pupuk.
d. Sumber minyak lepas pantai telah ditemukan di perairan Jawa,
Sumatera dan Malaka. Laut Sulawesi dan Laut Cina Selatan.

2. Sebagai Sumber Tanaman

a. Rumput laut yang dibudidayakan dapat membuat agar-agar


menggunakan alga yang tumbuh di laut dangkal.

b. Tumbuhan laut sebagai makanan ikan: plankton, nekton,


phytoplankton dan organisme bentik. Kehidupan laut tidak berbeda
jauh dengan situasinya.12

3. Terumbu karang

a. Menjadi habitat biota laut.

b. Sumber makanan dan obat-obatan.

12
www.sumber-daya-alam.co.id., diakses pada tanggal 28 april 2023, pukul 13:30 WIT
37

c. Daya Tarik parawisata.

d. Komondasi ekspor.

e. Juga sebagai pelindung pantai dari ombak.

4. Tanaman mangrove

a. Sebagai habitat fauna.

b. Pengendali naiknya batas antara permukaan air tanah.

c. Pelindung dari terjadinya abrasi.

5. Padang lamun

a. Membantu mengurangi dampak dari gelombang air laut.

6. Parawisata

a. Wisata laut banyak digemari oleh wisatawan macanegara maupun


lokal.

7. Energi

Dapat dijadikan sebagai pembangkit listrik tenaga gelombang laut.

Anda mungkin juga menyukai