Anda di halaman 1dari 14

PERSPEKTIF HUKUM ATAS KEMARITIMAN, GALA, PERIZINAN, DAN

PENEGAKAN HUKUM BIDANG LINGKUNGAN

Vera Nur Apdillah

vnurapdillah@gmail.com

Abstrak

Indonesia dengan kondisi geografis dan potensi sumber daya alamnya diakui sebagai
negara kepulauan dan negara maritim. Ini juga menempatkan Indonesia sebagai centre of
gravity and the global supply chain system. Kondisi ini menyebabkan Indonesia mengalami
ancaman, gangguan, dan kendala yang berimplikasi pada keamanan maritim negara.
Kedudukan ini harus didukung dengan sistem pertahanan dan keamanan yang tangguh dan
mengubah pola pembangunan nasional yang tidak hanya berorientasi pada matra darat tetapi
juga berorientasi pada matra laut. Untuk itu, telah ditetapkan beberapa kebijakan dan regulasi,
namun sampai saat ini regulasi tersebut masih bersifat sektoral sehingga timbul disharmoni dan
tumpang tindih peraturan dan kewenangan dalam keamanan laut. Ini juga berlaku bagi sistem
penegakan hukum dan kedaulatan negara di laut yang dipengaruhi oleh peraturan perundang-
undangan tersebut. Atas dasar itu, maka keamanan maritim dari aspek regulasi dan penegakan
hukum perlu dilakukan harmonisasi sistem hukum dan peraturan perundang-undangan, segera
menyelesaikan dan menentukan batas wilayah negara baik di darat, laut, dan udara, serta
menunjuk TNI AL yang paling bertanggung jawab terhadap keamanan maritim dan berfungsi
sebagai penanggung jawab sektor.

Fungsi hukum sebagai pelindungan berbagai kepentingan manusia harus harus


dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat dilakukan pada kondisi normal, damai bahkan karena
terjadinya pelanggaran hukum. Kondisi lingkungan yang setiap hari mengalami penurunan
kualitasnya sebagai akibat kegiatan pengelolaan sumber daya alam yang ada. Degradasi dari
kualitas lingkungan ini selalu dialaskan pada tujuan negara demi kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia. Permasalahan yang timbul adalah menuntut penegakan hukum lingkungan dan
tantangan revolusi 4.0. Penegakan hukum (law enforcement) mencakup kegiatan untuk
melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap setiap
pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum, baik melalui
prosedur peradilan ataupun melalui prosedur arbitrase dan mekanisme penyelesaian sengketa
lainnya.

Kata Kunci: maritim, penegakan, hukum, kedaulatan

Indonesia with the geographical conditions and the potential for natural resources is
recognized as an archipelagic state and a maritime country. This also puts Indonesia as the
centre of gravity and the global supply chain system. This condition causes the Indonesian
suffer threats, harassment, and constraints as a consequence of the condition that has
implications for maritime security of the country. This position must be supported with security
and defense system strong and changing patterns of national development that is not only
oriented dimension of land but also oriented to naval. For it has been established several
policies and regulations, but to date these regulations are still sectoral causing disharmony and
overlapping rules and authority in maritime security. This also applies to the system of law
enforcement and state sovereignty in the sea which are affected by the legislation. On that basis,
the regulatory aspects of maritime security and law enforcement needs to be done
harmonization of legal systems and legislation, promptly resolve and determine the state
borders both on land, sea, and air, and pointed to the Navy’s most responsible for maritime
security and serves as a leading sector.

The function of law as a protection for human interests must be carried out. Law
enforcement can be carried out under normal, peaceful conditions even due to violations of
law. Environmental conditions that decreas in quality every day as a result of existing natural
resource management activities. The degradation of the quality of this environment is always
based on the goals of the country for the welfare of all the people of Indonesia. The problem
that arises is demanding enforcement of environmental law and the challenge of revolution 4.0.
Law enforcement includes activities to implement and apply the law and take legal actions
against any violations or legal irregularities committed by legal subjects, either through judicial
procedures or through arbitration procedures and other dispute resolution mechanisms.

Key words: maritime, enforcement, law, sovereignty


A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara maritim sudah terkenal sejak masa Kerajaan Majapahit dan
Kerajaan Sriwijaya. Selain kedua kerajaan besar tersebut, Indonesia juga mempunyai sejarah
maritim pada era berjayanya Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM, 1888-1960),
mempunyai armada cobatage terbesar di dunia, armada samudera Jakarta Lloyd yang hadir di
berbagai pelabuhan dunia 1.

Laut bagi Indonesia merupakan pusat geostrategis yang berpotensi mempersatukan dan
juga berpotensi menjadi sumber konflik antardaerah/negara. Indonesia mempunyai wilayah
seluas 80% berupa laut, yang luasnya mencapai 5.800.000 km2 dengan garis pantai sepanjang
80.791 km, dan 17.504 pulau yang satu sama lain saling terhubung dengan laut. Selain itu,
Indonesia secara geografis mempunyai letak yang strategis antara persilangan dua samudera
dengan dua benua, sehingga wilayah laut Indonesia menjadi alur laut yang sangat penting bagi
jalur perdagangan dunia dan lalu lintas pelayaran nasional maupun internasional. Ini berarti
Indonesia berfungsi sebagai the global supply chain system dengan posisi geografis tersebut2.

Gala (Gadai Tradisional) merupakan praktik yang banyak ditemukan dalam kalangan
masyarakat Aceh, pola Gala terjadi di aceh secara umum merupakan tradisi yang telah turun-
temurun dilakukan mulai dari abad ke 18 sampai hari ini sehingga dalam praktiknya pun Gala
telah menjadi solusi dalam menjawab segala persoaalan kemiskinan rakyat yang ada di Aceh,
dalam kehidupan masyarakat Aceh.

Delik izin lingkungan dalam Pasal 109 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan bahwa setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 ayat (1) akan dipidana.

Penegakan hukum (law enforcement) dalam arti luas mencakup kegiatan untuk
melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap setiap
pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum, baik melalui
prosedur peradilan ataupun melalui prosedur arbitrase dan mekanisme penyelesaian sengketa
lainnya3.

1
Robert Mangindaan, Indonesia dan Keamanan Maritim: Apa Arti Pentingnya?, http://www.fkpmaritim.org/
indonesia-dan-keamanan-maritim-apa-arti-pentingnya/, diakses tanggal 26 Agustus 2014.
2
Rokhmin Dahuri, Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, Media Indonesia, tanggal 9 September 2014.
3
Jimmly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, Op.Cit, hlm. 22
Pegelolaan lingkungan hidup di Indonesia telah memiliki dasar hukum yang kuat dan
bersifat menyeluruh serta dilandasi oleh prinsipprinsip hukum lingkungan, sebagaimana yang
dituangkan dalam UU No.4 Tahun 1982, UU No.23 Tahun 1997 serta UU No.32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ketentuan-ketentuan yang
tertuang dalam undangundang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup masih
memerlukan penjabaran lebih lanjut secara ilmiah melalui analisis hukum lingkungan yang
dapat menunjang keiatan penyususnan peraturan perundang-undangan lingkungan agar
tercipta peraturan pelaksana yang benar-benar efektif 4.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan merupakan penelitian hukum normatif yang
bersumber dari bahan Pustaka dengan pedoman Udang-Undang yang berkaitan dengan hukum
lingkungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pendekatan penelitian yang digunakan ialah
menggunakan bahan hukum primer dan sekunder, bahan hukum primer sendiri merupakan
bahan hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, sedangkan bahan hukum
sekunder yang akan digunakan pada penulisan ini berupa buku mengenai hukum terkait,
maupun jurnal-jurnal hukum. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dan bahan-
bahan hukum dalam penulisan ini didapat dengan cara studi kepustakaan dengan menganalisis
buku-buku hukm, peraturan perundang-undangan maupun jurnal-jurnal hukum.

C. Hasil Dan Pembahasan


1. Hukum Maritim

Negara merupakan sebuah tatanan hukum, yang syarat berdirinya ditentukan oleh
paling tidak tiga unsur utama, yaitu territorial, rakyat, dan kekuasaan atau pemerintahan
negara. Berkaitan dengan unsur utama tersebut, territorial suatu negara meliputi ruang
darat, udara, dan laut. Segala hal yang berkaitan dengan ruang laut sering disebut dengan
maritim. Maritim dipahami oleh banyak pihak sebatas pada bidang pelayaran dan industri
pendukungnya, yang merujuk pada tiga poin, yaitu relating to adjacent to sea, relating to
marine shipping or navigation, and resembling a mariner5.

4
Siti Sundari Rangkuti, Siti Sundari rangkuti, Hukum Lingkungan dan kebijakan Lingkungan nasional,
Airlangga University, press, Surabaya, 1996, hal.10-11
5
Robert Mangindaan, Indonesia dan Keamanan Maritim: Apa Arti Pentingnya?, Ibid
Ketiga poin tersebut tidak dapat dipisahkan dari asas hukum laut, yaitu res nullius
dan res communis. Menurut Hasyim Djalal, terdapat pertarungan di antara kedua asas
hukum laut itu, yaitu: 6

a. Asas res nullius mengatakan bahwa laut itu tidak ada yang memilikinya, oleh karena
itu dapat dimiliki oleh setiap negara yang menginginkannya; sedangkan
b. Asas res communis mengatakan bahwa laut itu milik bersama masyarakat dunia, oleh
karena itu tidak dapat dimiliki oleh setiap negara.

Kedua asas hukum laut ini dapat dipakai dalam menentukan wilayah suatu
negara.Suatu wilayah yang telah dikukuhkan sebagai wilayah kedaulatan negara
mempunyai konsekuensi negara tersebut berdaulat sepenuhnya untuk mendiami dan
mengelola wilayah tersebut7.

Kedaulatan negara ini merupakan salah satu ketentuan penting dari Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hukum laut Tahun 1982 (United Nations Convention
of the Law of the Sea/UNCLOS 1982)8. Konvensi ini mengakomodasi konsepsi negara
kepulauan. Negara kepulauan menurut konvensi ini adalah suatu negara yang seluruhnya
terdiri dari satu atau lebih gugusan kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain,

Sedangkan yang dimaksud dengan gugusan kepulauan berarti suatu gugusan pulau-
pulau termasuk bagian pulau, perairan di antara gugusan pulau-pulau tersebut, dan lain-
lain wujud alamiah yang hubungannya satu sama lainnya demikian eratnya sehingga
gugusan pulau-pulau, perairan dan wujud alamiah lainnya tersebut merupakan suatu
kesatuan geografi dan politik yang hakiki, atau secara historis telah dianggap sebagai satu
kesatuan.

Ivan Shearer yang menyatakan bahwa untuk melaksanakan kedaulatan diperlukan


yurisdiksi, yaitu kewenangan hukum negara untuk membuat peraturan perundang-
undangan yang mengatur hubungan hukum yang dilakukan oleh orang baik warga negara
atau warga negara asing dan harta benda yang berada di wilayahnya dan mencakup pula
kewenangan negara untuk memaksakan agar subyek hukum menaati peraturan (hukum).9

6
Syamsumar Dar, Politik Kelautan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, hal. 12
7
Suryo Sakti Hadiwijoyo, Batas-batas Wilayah Negara Indonesia, Dimensi, Permasalahan, dan Strategi
Penanganan (Sebuah Tinjauan Empiris dan Yuridis), Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2009, hal. 6.
8
Penjelasan atas UU No. 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the Law of The Sea
(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut
9
Dikdik Mohamad Sodik, Hukum Laut Internasional dan Pengaturannya di Indonesia, Ibid.
Ini berarti pengertian negara tidak dapat dipisahkan dari konsep dasar negara sebagai
suatu kesatuan geografis dengan kedaulatan dan yurisdiksinya10.Indonesia mengatur
wilayah negara ini dalam Undang-Undang Dasar Negara Repulik Indonesia Tahun 1945
(UUD 1945), yaitu Pasal 25A Bab IXA tentang Wilayah Negara yang menyatakan bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang bercirikan
nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-
undang. Wilayah negara ini diatur lebih lanjut dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun
2008 tentang Wilayah Negara (UU Wilayah Negara).

2. Pengertian Gala

Gala (Gadai tradisional) merupakan suatu praktik ekonomi tradisional yang mana
di wilayah Indonesia ada di wilayah Aceh telah lama melakukan praktik gala, semua
wilayah aceh telah mengenal Gala bahkan sebelum kemerdekaan di Indonesia, jauh
sebelum berkembangya sistem ekonomi modern yang kita kenal sekarang, masyarakat
aceh telah lama menerapkan suatu sistem ekonomi yang berlandaskan keadilan, tolong
menolong kesetaraan transparansi religi saling percaya antara dua individu dalam
mengadakan suatu perikatan yang saling menguntungkan diantara dua pihak.

Gala merupakan praktik yang dilakukan antara dua pihak yang mana satu pihak
memiliki sebidang sawah produktif yang siap untuk ditanami namun pihak pertama ini
membutuhkan sejumlah dana dengan berbagai alasan tentunya, sawah tersebut kemudian
digadaikan kepihak kedua yang kelebihan dana, kesepakatan terjadi jika kedua pihak
bersedia untuk mengadakan suatu perikatan gala. Kontrak bisa di lakukan antara dua pihak
saja, atau juga melibatkan pihak lain sebagai saksi, biasanya gala yang dilakukan oleh dua
pihak yang memiliki suatu ikatan keluarga tidak membutuhkan saksi lain.

Gala tradisional yang terjadi di Aceh pada Kecamatan Manggeng dan Kecamatan
Kuala Bate memiliki ragam motif hal ini menjadikan gala sebagai icon bisnis masa lalu
dan masa sekarang yang sampai akhir zaman pun tidak akan pernah hilang ditengah-tengan
kehidupan sosial dan budaya yang ada di Aceh, praktik gala ini akan terus menjadi
peradaban bagi masyarakat aceh selama masih ada penduduk miskin sehingga dalam hal
ini peran Pemerintah sangat diperlu untuk menjadikan gala sebagai instrument ekonomi

10
Ibid., hal. 19.
kerakyatan yang mudah diterima oleh masyarakat Aceh baik dalam bentuk pembiyaan
pada sektor pemerintahan dan bank pembangunan daerah.

Hal ini tentu akan sangat mudah untuk diwujudkan apabila pemerintah peduli
terhadap kondisi ekonomi masyarakatnya sehingga pemerintah dapat melahirkan
kebijakan berupa regulasi untuk menjadikan gala sebagai prodak pembiyaan yang sah
dalam sektor pemerintahan dan perbankan. Praktik gala yang dikenal semenjak sebelum
kemerdekaan Indonesia ini telah memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat Aceh
bahwa gala merupakan solusi alternatif dalam menjawab segala masalah ekonomi yang
bersifat mikro pada masyarakat baik masyarakat pedalaman dan masyarakat perkotaan
yang ada di Aceh.

3. Delik Izin Lingkungan

Delik izin lingkungan mempunyai esensi dasar yang sama dengan delik lainnya
pada hukum pidana di mana dalam hal ini hanya khusus mengenai delik kaitannya dengan
izin lingkungan yang bersumber pada UUPPLH.

Delik ialah perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum dan barang siapa yang
melanggar larangan tersebut dikenakan sanksi pidana11. Delik yang dilakukan di sini
adalah tidak melakukan izin lingkungan. Konsep izin oleh Spelt & ten Berge sebagaimana
dikutip oleh Akib, mengemukakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengendalikan
tingkah laku warga12.

Secara sederhana, perizinan diberikan makna sebagai tindakan pemerintah berupa


perizinan. Motif atau tujuan perizinan lebih diarahkan pada perlindungan objek perizinan.
Motif atau tujuan perizinan juga berkaitan dengan perlindungan subjek atau pihak yang
menerima perizinan sebagi bagian dari produk hukum, perizinan tentunya juga
memberikan jaminan kepastian hukum bagi pihak yang menjadi subjek atau penerima
suatu perizinan berkenaan dengan keberlangsungan kegiatan atau usaha yang menjadi
objek perizinan dari gangguan pihak lain.

Mengenai izin lingkungan, dinyatakan oleh Drupsteen dikutip oleh Akib bahwa
izin lingkungan merupakan alat untuk menstimulasi perilaku yang baik untuk

11
Soeharto, 1993, hal. 22
12
Akib, 2014, hal. 113
lingkungan13.Jadi, segala aktivitas terhadap suatu objek tertentu yang pada dasarnya
dilarang jika tidak mendapatkan izin dari pemerintah/ pemerintah daerah yang
mengikatkan perannya dalam kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau pihak yang
bersangkutan. Van Der Pot, izin dalam arti yang luas merupakan keputusan yang
memperkenankan dilakukan perbuatan apa saja yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh
pembuat.

Delik izin lingkungan juga tidak terlepas dari asas legalitas yang berarti pembuat
pidana hanya akan dipidana, jika ia mempunyai kesalahan dalam melakukan tindak pidana
tersebut sehingga yang bersangkutan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Jadi
seseorang dimintai pertanggungjawaban pidana jika sebelumnya terbukti melakukan
perbuatan yang dilarang dalam peraturan perundangundangan14

Berikut ini akan dikutip delik materiil dan delik formil yang ditegaskan dalam
UUPPLH adalah, yang termasuk delik materiil yaitu pada Pasal 98 dan Pasal 99 UUPPLH
Tahun 2009 merumuskan delik lingkungan “perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
atau karena kelalaiannya yang mengakibatkan baku mutu udara ambien, baku mutu air,
baku mutu air laut atau kriteria baku mutu lingkungan hidup.”

4. Permasalahan Yang Terjadi Pada Kemaritiman,Gala,Perizinan Terhadap Hukum


Lingkungan

Indonesia sebagai negara kepulauan dan negara maritim mempunyai posisi


strategis dalam the global supply chain system dan the centre of gravity dengan potensi
sumber daya alam yang melimpah di laut Indonesia. Dengan kedudukannya tersebut,
Indonesia menghadapi banyak ancaman faktual dan potensi ancaman, baik yang berasal
dari dalam maupun luar. Kondisi tersebut kurang didukung dengan sarana dan prasarana
sehingga mengakibatkan wilayah yurisdiksi Indonesia rawan terhadap berbagai
pelanggaran dan kejahatan di laut. Ini menggambarkan bahwa sektor kelautan negara ini
secara geopolitik dan geostrategik merupakan elemen penting di bidang pertahanan dan
keamanan, namun masih banyak menghadapi persoalan.

Pemerintah telah membuat instrumen hukum untuk menjaga kedaulatan negara dan
keamanan maritim di wilayah yurisdiksi nasional, namun hingga saat ini Indonesia masih

13
Akib, 2013, hal. 151
14
(Ali & Elvany), 2014, hal. 23
menghadapi ancaman terhadap keamanan maritim di wilayahnya. Atas dasar itu,
permasalahan hukum yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah bagaimana pengaturan
mengenai pengelolaan dan pengamanan wilayah maritim negara dalam peraturan
perundang-undangan dan bagaimana penegakan hukum bidang kelautan di wilayah
perairan laut Indonesia.

Praktik gala ini akan terus menjadi peradaban bagi masyarakat aceh selama masih
ada penduduk miskin sehingga dalam hal ini peran Pemerintah sangat diperlu untuk
menjadikan gala sebagai instrument ekonomi kerakyatan yang mudah diterima oleh
masyarakat Aceh baik dalam bentuk pembiyaan pada sektor pemerintahan dan bank
pembangunan daerah, hal ini tentu akan sangat mudah untuk diwujudkan apabila
pemerintah peduli terhadap kondisi ekonomi masyarakatnya sehingga pemerintah dapat
melahirkan kebijakan berupa regulasi untuk menjadikan gala sebagai prodak pembiyaan
yang sah dalam sektor pemerintahan dan perbankan.

Ada enam motif perilaku masyarakat melakukan aktivitas gala berdasarkan amatan
serta penelitian mendalam yang telah peneliti kaji :

1. Kesulitan Ekonomi
2. Tambahan Modal Usaha
3. Untuk acara pernikahan dan kematian
4. Pendidikan Anak
5. Terlibat Hutang
6. Untuk Pengobatan

Berdasarkan bukti di persidangan bahwa izin usaha yang dikeluarkan Departemen


Perdagangan dengan Tanda Daftar Perusahaan Nomor 18025101774 tertanggal 28 Januari
1989 berakhir tanggal 28 Januari 1994 dengan ketentuan tanda daftar perusahaan berlaku
hanya lima tahun dan selambat-lambatnya tiga bulan sebelum masa berlaku berakhir wajib
diperbaharui. Sesuai dengan ihwal tuntutan, bahwa sampai perkara ini diajukan yaitu tahun
2010 terdakwa tidak memperbaharuinya, demikian juga dengan izin dari Departemen
Perindustrian Republik Indonesia Direktorat Jenderal Industri Kecil dalam Surat Tanda
Pedaftaran Industri Kecil Nomor 71-I/Kandep.02/Iz.00.01/X/1993 tanggal 21 Oktober
1993, dengan ketentuan pemegang surat tanda pendaftaran industri kecil ini agar
menyampaikan informasi industri dengan mengisi formulir Pdf.III.IK pada setiap tahun
paling lambat tanggal 31 Januari tahun berikutnya, dan hal ini juga terdakwa tidak
dilakukan.

Kasus di atas dirasa sangat kontroversi karena hakim mulai judex facti dan judex
juris telah membebaskan terdakwa dengan telah mengabaikan delik izin lingkungan
sebagaimana yang menjadi tuntutan bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 36 ayat (1) UUPPLH yang menentukan bahwa: “Setiap
usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) wajib memiliki izin lingkungan,
sehingga putusan hakim tersebut telah bertentangan dengan akses keadilan dalam
memenuhi hak masyarakat akan lingkungan yang bersih dan sehat.

5. Upaya Penegakan Hukum Kemaritiman,Gala,Perizinan Terhadap Hukum


Lingkungan

Penegakan hukum (law enforcement) dalam arti luas mencakup kegiatan untuk
melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap setiap
pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum, baik melalui
prosedur peradilan ataupun melalui prosedur arbitrase dan mekanisme penyelesaian
sengketa lainnya15.

Laut memiliki arti penting bagi bangsa dan negara Indonesia, yaitu laut sebagai
sarana pemersatu wilayah NKRI, laut sebagai sarana transportasi dan komunikasi, laut
sebagai sumber daya alam untuk pembangunan ekonomi, laut sebagai kekuatan pertahanan
dan keamanan negara. Ini berarti bahwa Indonesia memiliki kepentingan menjaga dan
memelihara keamanan maritim untuk menciptakan kondisi perairan Indonesia yang aman
dari ancaman pelanggaran wilayah, aman dari bahaya navigasi pelayaran, aman dari
eksploitasi dan eksplorasi ilegal terhadap sumber daya alam yang menjadi potensi kelautan
Indonesia dan pencemaran lingkungan hidup, serta aman dari kejahatan dan pelanggaran
hukum, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Penegakan hukum di laut ini tidak dapat dilepaskan dari penegakan kedaulatan
negara di laut. Penegakan kedaulatan di laut dapat dilaksanakan dalam lingkup negara dan
menjaring keluar batas negara, sedangkan penegakan hukum di laut adalah suatu proses
kegiatan penangkapan dan penyidikan suatu kasus yang timbul sebagai akibat terjadinya

15
Jimmly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, Op.Cit, hlm. 22
pelanggaran hukum internasional maupun hukum nasional, sehingga dalam
pelaksanaannya penegakan kedaulatan dan penegakan hukum di laut dilakukan secara
serentak.

Tujuan penegakan hukum laut untuk mencapai tujuan negara sebagaimana yang
ditetapkan dalam konstitusi, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mewujudkan itu, salah satu upaya
yang dilakukan melalui pembentukan instrumen hukum, baik berupa kelembagaan
maupun produk hukum. Instrumen hukum ini harus memperhatikan aspek law and rule
making dan law enforcement

Mengenai izin lingkungan setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan yang
wajib amdal atau UKL UPLwajib memiliki izin lingkungan, sebagaimana diatur dalam
UUPPLH Pasal 36 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang
wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan. Ketentuan dalam
Pasal 109 UUPPLH menentukan dapat dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp.1.000.000.000,-
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp.3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah) yang bisa
disebut telah melakukan tindak pidana izin lingkungan.

Lebih lanjut disebutkan bahwa kegiatan penegakan hukum mencakup pula segala
aktivitas yang dimaksudkan agar hukum sebagai perangkat kaidah normatif yang mengatur
dan mengikat para subjek hukum dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan
bernegara benar-benar ditaati dan sungguh-sungguh dijalankan. Dalam arti sempit
penegakan hukum menyangkut kegiatan penindakan terhadap setiap pelanggaran atau
penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan.

Pandangan yang keliru pada masa lalu bahwa penegakan hukum lingkungan hanya
dapat dilakukan melalui proses pengadilan. Kondisi ini sejalan dengan penegakan hukum
hukum lingkungan yang lebih refresif, yaitu setelah terjadi pencemaran atau perusakan
lingkungan baru diselesaikan melalui jalur pengadilan, baik dari segi pidana maupun
perdata.16

16
Koesnadi Hardjosoemantri dikutip Dalam Harry Supriyono, Desertasi, Op.Cit. Hlm.64
Penegakan hukum dapat digolongkan sebagai penerapan serangkaian alat-alat
hukum, baik formal maupun tidak formal, yang dirancang untuk menekan sanksi-sanksi
untuk tujuan memastikan ketaatan dengan serangkaian persyaratan yang didefinisikan.17

Fungsi hukum sebagai pelindung berbagai kepentingan manusia yang harus


dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat dilakukan pada kondisi normal, damai bahkan
karena terjadinya pelanggaran hukum. Hukum yang telah dilanggar inilah wajib
ditegakkan kembali. Melalaui penegakan hukum ini maka hukum akan menjadi nyata18.

Menurut Jimmly Asshiddiqqi, penegak hukum dapat dilihat sebagai: pertama,


orang atau unsur manusia dengan kualitas, kualifikasi dan kultur kerjanya masing-masing,
kedua, penegak hukum dapat pula dilihat sebagai institus, badan atau organisasi dengan
kualitas birokrasinya sendiri-sendiri. Lebih lanjut disebutkan bahwa penegakan hukum
dari kacamata kelembagaan yang pada kenyataannya belum terinstitusional secara rasional
dan impersonal (institutionalized), dengan demikian masih perlu dilihat secara
komprhensif keterkaitannya dengan berbagai faktor dan elemen hukum sebagai sistem
yang rasional.

Pegelolaan lingkungan hidup di Indonesia telah memiliki dasar hukum yang kuat
dan bersifat menyeluruh serta dilandasi oleh prinsip-prinsip hukum lingkungan,
sebagaimana yang dituangkan dalam UU No.4 Tahun 1982, UU No.23 Tahun 1997 serta
UU No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

D. Kesimpulan

Setiap kebijakan yang diambil pemerintah harus didasarkan atas kewenangan yang sah.
Kewenangan pejabat pemerintahan dalam menerbitkan keputusan TUN dibidang Lingkungan
Hidup merupakan delegasi kewenangan yang diperoleh melalui peraturan perundang-
undangan.Kewajiban pemerintah dalam mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum
dalam alenia ke empat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang
mewajibkan negara dan pemerintah untuk mengatur dan mengelola perekonomian, cabang-
cabang produksi, dan kekayaan alam dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan sosial, dan
Kewajiban-kewajiban yang dimiliki itu mengharuskan pemerintah beserta jajarannya baik

17
Wasserman C, dikutip dalam Harry Supriyono, Ibid
18
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cahaya Atma Pustaka, Edisi Revisi, Yogyakarta,
2010, Hlm. 207
ditingkat pusat maupun daerah memiliki tugas dan wewenang serta konstitusional untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan atau intervensi dalam kehidupan warga negara.

Seperti yang tertuang dalam Pasal 36 ayat (4) UUPPLH, Izin lingkungan diterbitkan
oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Hal ini sesuai
dengan asas wetmatigheid van bestuur, yang mengandung prinsip bahwa tindakan pemerintah
dalam menerbitkan suatu keputusan hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki
kewenangan itu. pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa:

i. Peran Pemerintah untuk melaksanakan Norma Hukum lingkungan dalam segala aspek
pemanfaatan lingkungan dan peran kontroling/pengawasan merupakan tantangan
dalam revolusi industri 4.0
ii. Pemberian Sanksi Administratif adalah perangkat sarana hukum administrasi yang
dapat dilakukan pemerintah bersifat pembebanan kewajiban/perintah yang dikenakan
kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas dasar ketidaktaatan terhadap
peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup, khususnya UU no. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
iii. KLHK pada era revolusi industri 4.0 terhadap isu lingkungan hidup dan kehutanan
antara lain dengan menyiapkan SDM yang cakap dan mumpuni dalam mengelola
tantangan di era digital.
iv. Keterlibatan masyarakat jadi kunci hukum di era reformasi ini. "Masyarakat perlu aktif
melapor” secara online dengan data yang dilindungi oleh negara
DAFTAR PUSTAKA

Affila, A., Afnila, A., & Rafiqoh, R. (2019) Penegakan Hukum Lingkungan dan Tantangan
Revolusi Industri 4.0. Proceeding Seminar.

Akib, M. (2014). Hukum lingkungan perspektif global & nasional. Jakarta: Rajawali Pers.

Ali, M., & Elvany, A. I. (2014). Hukum pidana lingkungan sistem pemidanaan berbasis
konservasi lingkungan hidup. Yogyakarta: UII Press.

Fajri, I., Muksal, M., Gunawan, E., & Kesuma, T. M. (2017, October). GALA (GADAI
TRADISIONAL) SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF PENGENTASAN
KEMISKINAN. In Prosiding Seminar Nasional USM (Vol. 1, No. 1).

Indonesia. Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU No.


32, LN No. 109 tahun 2009. TLN No. 5058.

K., Wahyuno S. Indonesia Negara Maritim. Jakarta: Penerbit Teraju, 2009.

Kartika, S. D. (2016). Keamanan Maritim Dari Aspek Regulasi Dan Penegakan Hukum
(Maritime Security From The Aspects Of Regulation And Law Enforcement). Negara
Hukum: Membangun Hukum untuk Keadilan dan Kesejahteraan, 5(2), 143-167.

Nasional, Badan Pembinaan Hukum. Laporan Penelitian tentang Penegakan Hukum di


Perairan Indonesia dan Zona Tambahan. Jakarta, 2006.

Paonganan, Y., R.M. Zulkipli, dan Kirana Agustina. 9 Perspektif Menuju Masa Depan Maritim
Indonesia. Jakarta:

Rahayu, D. P. (2015). Delik Izin Lingkungan Yang Terabaikan. Jurnal Yudisial, 8(2), 209-228.

Soeharto. (1993). Hukum pidana materiil. Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai