Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum

Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 447-458 Universitas Diponegoro

Conceptual Article

Kerentanan Pulau Terluar Dalam Menjaga Kedaulatan Negara Dalam Kerangka


Hukum Laut Internasional

Winanda Kusuma*, A. Cery Kurnia


Fakultas Hukum, Universitas Bangka Belitung
*kusuma.winanda@gmail.com

ABSTRACT

Coastal countries and archipelagic countries have challenges over the outer islands which have
distance conditions and the implementation of law enforcement as well as limited supervision. This
limitation escalates potential problems over the implementation of the rule of law. The research method
normatively sees the unclear arrangement of scattered islands which in fact have different characters.
The results of the study show that there needs to be attention and protection of the coastal state over
the outermost island areas with collaborative arrangements within the framework of contemporary
maritime law, the protection of scattered islands requires collaboration between adjacent coastal states
and archipelagic states in border areas. The outermost islands are exposed objects to be exploited with
disadvantages if the supervision of the coastal and archipelagic states is not improved. It is necessary
to rethink the arrangement of islands with the outermost characteristics and offer collaboration options
for the common interest of the outermost islands while still respecting the sovereignty of the country.

Keywords: Sovereignty; Law of The Sea; Outer Island.

ABSTRAK

Negara pantai dan negara kepulauan memiliki tantangan atas pulau terluar yang memiliki kondisi jarak
dan pelaksanaan penegakan hukum juga pengawasan terbatas. Keterbatasan ini mengeskalasi potensi
masalah atas pelaksanaan kedaulatan hukum. Metode penelitian secara normatif melihat masih belum
jelasnya pengaturan pulau yang tersebar yang kenyataannya memiliki karakter berbeda. Hasil
peneltian bahwa, perlu adaya perhatian dan perlindungan negara pantai atas wilayah pulau terluar
dengan pengaturan kolaborasi dalam kerangka peraturan hukum laut kontemporer, perlindungan pulau
tersebar perlu kolaborasi antar negara pantai yang berdekatan dan negara kepulauan di wilayah
perbatasan. Pulau terluar menjadi objek terekspose untuk dimanfaatkan dengan kekurangan bila
pengawasan negara pantai dan negara kepulauan tidak dibenahi. Perlu pemikiran kembali pengaturan
pulau dengan karakteristik terluar dan menawarkan opsi kolaborasi untuk kepentingan bersama atas
pulau terluar dengan tetap penghormatan kedaulatan negara.

Kata Kunci: Kedaulatan; Hukum Laut; Pulau Terluar.

A. PENDAHULUAN dalam hal terjadi pelanggaran hukum


Kriteria yang harus dipenuhi entitas internasional. Kedua, adanya kapasitas untuk
sebagai subjek hukum internasional: pertama, menandatangani perjanjian internasional. Ketiga
adanya kepasitas untuk melakukan gugatan adanya privilege dan imunitas yang lahir dari

447
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 447-458 Universitas Diponegoro

nature jurisdiction (Brownlie, 1999). Kriteria dalam menjaga pulau terluar dari kejahatan.
subjek tersebut bila disandingkan dengan negara, Pergeseran makna gagasan kedaulatan yang
maka melekat kedaulatan. Negara dipandang absolut dapat ditemukan dalam kemunculan
sebagai institusi atau lembaga hukum yang doktrin responsibility to protect (Lombok, 2014).
tersusun dalam suatu tertib hukum (Usman, Doktrin ini dimaknai tanggung jawab semua
2015). Peran dan fungsi penting negara dalam negara untuk saling melindungi.
perlindungan wilayah pulau menjadi bagian dari Wilayah pulau terluar tersebut berukuran
kewajiban negara. lebih kecil dari pulau utama pusat kegiatan, tetapi
Negara akan selalu menjaga wilayah memiliki dampak kedaulatan yang sama dengan
kedaulatan baik di darat, laut dan udara. pulau dengan ukuran lebih besar lainnya.
UNCLOS 1982 Pasal 121 memaknai pulau Penegakan hukum maritim bukan hanya sarana
sebagai wilayah daratan terbentuk secara utama bagi suatu negara untuk menunjukkan
alamiah bukan buatan manusia dan dikelilingi kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksi di
perairan. Wilayah merupakan unsur mutlak yang berbagai zona maritim, tetapi juga sebagai hukum
harus dipenuhi untuk menyatakan entitas sebagai laut modern (Chang, 2022). Perairan dan pulau
negara karena dengan wilayah maka suatu juga menyediakan sumber daya alam yang kaya
negara dapat menggunakan kedaulatannya untuk peningkatan kesejahteraan negara. Pulau
dalam hal penerapan aturan maupuan sanksi juga menjadi kesatuan yang tidak bisa
(Kusumo, 2010). Di satu sisi, negara terpisahkan dalam kesatuan ekosistem laut yang
menggunakan ide dan norma sebagai instrumen utuh. Tantangan kerusakan baik dikarenakan
untuk melegitimasi perilaku dan memaksimalkan faktor alami, pencemaran, hingga gangguan
kekuatan mereka (Zhai, 2021). Wilayah daratan pertahanan harus terlindungi oleh negara pemilik
yang dilindungi tidak hanya yang dekat dengan pulau tersebut.
pusat pemerintahan saja, namun juga meliputi Hukum internasional dalam hal ini hukum
pulau terluar. Argumen hukum alternatifnya laut internasional dalam pengaturan di United
adalah bahwa pulau-pulau itu bukan milik negara Nation Convention on The Law of the Sea 1982
dan dengan demikian terra nullius, menurut (UNCLOS 1982) menjadi dasar utama penetapan
hukum internasional, sampai pendudukan oleh wilayah laut. Polemik wilayah laut tetap tidak
suatu negara bangsa (Kim, 2021). Terra Nullius dapat dihindari tarkait adanya paradigma
dipahami sebagai teori mengenai wilayah tanpa perlindungan wilayah daratan dan adanya
kekuasaan, secara teks memang dipahami pulau daratan dalam hal ini pulau kecil terluar. Selain itu
terluar bagian suatu negara tetapi kekuasaan di polemik batas, perlindungan negara atas pulau,
wilayah pulau terluar tidak dikuasai negara pantai perlindungan ekosistem pulau terluar dan

448
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 447-458 Universitas Diponegoro

sebagainya. Karena konsentrasi dan sumber konsep yang diakui dan menjadi dasar (Riyanto,
daya pertahanan negara terpusat di wilayah 2012).
daratan terdekat dengan ibu kota negara. Berdasarkan uraian tersebut, maka
Ketentuan hukum laut internasional mengatur permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini
bahwa negara-negara pantai menikmati yurisdiksi adalah:
teritorial penuh dan lengkap atas perairan 1. Bagaimana status pulau terluar dalam
pedalaman. Karenanya, fasilitas asing yang kerangka hukum laut internasional?
berada di pelabuhan atau bagian dari perairan 2. Bagaimana perlindungan pulau terluar
pedalaman lainnya, tunduk pada yurisdiksi dilakukan antar negara pantai?
negara pantai (Nugroho, 2019). Beberapa penelitian terdahulu tentang
Penelitian dan tulisan gagasan yang telah pulau terluar dalam kerangka hukum laut
dipublikasikan mengkaji mengenai wilayah laut internasional, misalnya penelitian Ayub Torry
khususnya pulau terluar dengan perlindungan Satriyo Kusumo yang berjudul “Optimalisasi
negara melalui pengaturan UNCLOS 1982 Pengelolaan dan Pemberdayaan Pulau-Pulau
memberikan ruang kerja sama perlindungan Terluar Dalam Kerangka Mempertahankan
khususnya tetapi dalam perlindungan ekosistem keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
saja. Sedangkan Konflik antar negara, Penelitian ini dapat memberikan gambaran
perdagangan obat terlarang, pengungsi dari berupa gagasan untuk pembangunan dan
akibat perang dan sebagainya juga pemberdayaan pulau terluar dengan pendekatan
memanfaatkan ruang laut dan pulau terluar yang kesejahteraan bagi masyarakat (Kusumo, 2010).
lemah dan rentan dari perlindungan dan belum Penulisan lainnya seperti “Diplomasi
terfokus. Pertahanan Dalam Kerja Sama Pertukaran
Tulisan ini bertujuan mengkaji dan Informasi Indonesia-Filipina Menghadapi
mendalami tentang konsep perlindungan pulau Terorisme Di Wilayah Perbatasan Indonesia-
terluar yang rentan merusak kedaulatan negara Filipina”. Penelitian ini hanya membatasi pada
dikarenakan perkembangan permasalahan wilayah Indonesia-Filipina saja, dan memang
hukum laut kontemporer. Pulau terluar tidak beberapa masalah perbatasan kedua negara
hanya mememiliki wilayah kedaulatan tetapi tidak sangat rentang. Kerja sama pertukaran informasi
menutup kemungkinan kaya sumber daya alam sering dimasukkan ke dalam poin perjanjian
dan sebagai titik penting pertahanan dan pertahanan kedua negara (Sutrismo, 2018).
keamanan negara. Menurut Hukum Internasional, Tulisan lainnya berjudul ”Toward Better
kedaulatan negara (state sovereignty) dan Maritime Cooperation A Proposal from the
kesederajatan (equality) antar negara merupakan Chinese Perspective”. Tulisan ini memberikan

449
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 447-458 Universitas Diponegoro

ajuan terkait kerja sama bidang laut internasional Pendekatan tulisan tersebut bukan mengenai
dengan perspektif historis jalur sutra. Pendekatan status hukum pulau terluar ataupun menjaga
kerja sama kawasan maritim keamanan laut secara terpadu.
tradisional/nontradisional yang mengabadikan Permasalahan yang diangkat dalam tulisan
fakta kurangnya rasa saling percaya (Chang, ini adalah ingin menghadirkan solusi atas
2022). Pendekatan yang dijelaskan hanya penyelesaian pulau yang ada baik untuk negara
sebatas kerja sama jalur sutra tanpa melihat pantai atau negara kepulauan. Pulau yang
karakter kerentanan pulau terluar. tersebar tidak semua mampu dijaga oleh
Tulisan lain tentang “Beberapa Dasar negaranya, tetapi potensi konflik bukan hanya
Tentang Perbatasan Negara”. Uraian subtansinya mengenai perbatasan tetapi juga mengenai
berkaitan dengan masalah perbatasan negara kedaulatan karena adanya tindakan kejahatan
yang selalu aktual, karena setiap waktu memanfaatkan rendahnya penjagaan atas pulau
diperlukan kembali untuk semua peristiwa yang terluar yang tersebar.
terjadi di laut (Sumardiman, 2004). Kesenjangan pengaturan UNCLOS 1982
Penelitian lainnya yang masih terkait saat ini memandang seluruh pulau yang ada di
seperti ”Relevant Coasts and Relevant Area in laut mempunyai kesamaan karakteristik.
the Maritime Delimitation of the EEZ and Kenyataannya menulis karakter pulau terluar
Continental Shelf”. Tulisan ini menjelaskan yang tersebar tidak bisa disamakan khususnya
beberapa permasalahan peradilan internasional mengenai gangguan dan kejahatan atas
tentang daerah pesisir secara otomatis wilayah kedaulatan dan pertahanan negara. Diperlukan
pulau dalam pertentangan dengan prinsip suatu solusi bagi negara pantai untuk mampu
penetapan adil. Kurangnya definisi yang normatif menjaga dan menegakkan kedaulatan atas pulau
atas keberagaman karakter pulau dalam praktik di terluar yang tersebar tetapi tidak menambah
peradilan internasional (Ishii, 2020). konflik antar negara yang berbatasan.
Terakhir sebagai pembanding dengan Kebaharuan tulisan ini adalah negara
beberapa tulisan terdahulu, tulisan berjudul ”More pantai maupun negara kepulauan dalam menjaga
or Less Integrated Ocean Management: Multiple sebaran pulau terluar. Berkaitan dengan Negara
Integrated Approaches and Two Norms”. Artikel kepulauan, Bab IV UNCLOS 1982 memberikan
tulisan ini membahas pengelolaan laut secara dasar berbeda dengan definisi negara yang
terpadu dan terintegrasi dengan mengidentifikasi geografi berbentuk kepulauan (Nugroho, 2019).
dan membahas konsep integratif pemeliharaan Belum adanya perhatian atas pulau tersebar di
laut dan mengintegrasikan kepedulian laut negara pantai dan terletak menjadi pulau terluar.
ekonomi dan sosial (Schøning, 2019). Ketentuan UNCLOS 1982 mengatur negara

450
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 447-458 Universitas Diponegoro

pantai dan negara kepulauan mempunyai hingga batas akhir terluar sejauh tidak lebih dari
anggapan bahwa laut mampu menyatukan, tetapi 12 mil laut. Hal ini bisa dilihat dalam Bab II Pasal
realita wilayah pulau terluar tidak dapat dijaga 3 hingga Pasal 5 UNCLOS 1982. Eksistensi
keamanan bahkan menjadi lokasi kejahatan. setiap negara pantai (Coastal State) dan negara
Objek penelitian fokus pada UNCLOS 1982. kepulauan (Archipelagic State) terhadap pulau
terluar memiliki perbedaan. Berkaitan dengan
B. PEMBAHASAN Negara kepulauan disebutkan dalam Pasal 46
1. Status Pulau Terluar Dalam Hukum Laut dan Pasal 47 UNCLOS 1982 bahwa kepulauan
Internasional sebagai satu gugusan pulau.
Hukum laut internasional dalam hal ini Gugusan pulau ini bila dimanfaatkan untuk
UNCLOS 1982 sebagai payung hukum mengatur kepentingan negara memiliki banyak dampak
dan menyepakati wilayah laut, penarikan garis positif. Potensi ini juga dapat kontraproduktif
batas hingga kerja sama antar entitas dalam khususnya wilayah perbatasan. Konflik wilayah
pemanfaatan dan kelestarian laut. Laut dan pulau laut dari tahun 1980 hingga 1990 terdapat 35
terluar hingga rangkaian pulau yang tidak dapat sengketa terkait wilayah laut (International Court
dipisahkan dikarenakan kesatuan ekosistem of Justice, 2022). Dominasi sengketa
menjadi isu strategis perlu diperhatikan. Rejim internasional pengaturan pra hingga pasca
laut dalam UNCLOS 1982 mengatur adanya UNCLOS 1982. Banyak Pulau terluar tanpa
negara pantai, negara kepulauan dan negara penghuni dan menjadi kelemahan pengawasan
tidak berpantai dengan segala dinamika negara. Kelemahan ini dikarenakan tidak adanya
perbatasan. Apalagi salah satu negara yang masyarakat yang aktif berkegiatan dan menjaga
berhadapan, merupakan suatu negara kepulauan pulau terluar dari kejahatan sebagai wilayah
yang berhak atas "baselines" yang relatif panjang kehidupan mereka. Perlindungan tidak maksimal
yang dapat rnenutup suatu perairan kepulauan mampu menghilangkan eksistensi wilayah
yang luas, sedangkan negara yang lain bukan negara.
suatu bentuk negara kepulauan (Sumardiman, Wilayah pulau perbatasan dalam putusan
2004). Aspek titik batas antar negara, aspek konflik Indonesia dengan Malaysia dalam
ekonomi, aspek potensi sumber daya alam kepemilikan pulau Sipadan dan Ligitan diputus
hingga terkini aspek pertahanan dan keamanan. berdasarkan pada prinsip effective occupation.
Pengaturan UNCLOS 1982 terkait wilayah Effective occupation berdasar adanya kehendak
laut memiliki beberapa rezim status pengaturan. dan kemauan untuk bertindak sebagai negara
Setiap daratan akan diberikan wilayah laut dan tindakan nyata atas kewenangan negara
teritorial, dimulai dari garis pangkal (baseline) (Juwana, 2003). Wilayah daratan pulau

451
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 447-458 Universitas Diponegoro

merupakan bagian pemanfaatan sebagai area dipakai oleh tentara Inggris sebagai pangkalan
pemukiman masyarakat. Walaupun belum ada militer dalam Perang Dunia II, kemudian Australia
pemukiman, negara pantai harus mengatur dan sebagai suksesor Inggris mendapatkan hak
mendaftarkan pulau tersebut dengan ketentuan kepemilikan atas pulau tersebut. Saat ini Pulau
internasional. Hal ini untuk mengurangi konflik Christmas dimanfaatkan oleh Australia sebagai
dan penghormatan batas wilayah. pengamanan pertama bagi serbuan pencari
Konflik wilayah laut terkini mengenai pulau suaka sebelum memasuki pulau Australia.
terluar antara Cina dengan Filipina, Vietnam, Potensi konflik tersebut berakibat dengan
Malaysia, Brunei Darusalam, seperti klaim Indonesia sebagai negara berbatasan dengan
Republik Rakyat Cina dengan pengakuan sepihak Australia. Negara memiliki kewenangan
nine dash line. Pengakuan sepihak ini dilakukan mendeportasi bila UNHCR menolak memberikan
berdasarkan klaim historis. Cina mengklaim status refugee (Ilmih, 2017). Permasalahan
wilayah sengketa berdasarkan kepemilikan pencari suaka melintasi wilayah Indonesia dan
bangsa Cina atas kawasan laut dan dua gugusan proses pengembalian pencari suaka yang tidak
kepulauan Paracel dan Spratly. Sengketa diterima juga akan melalui wilayah Indonesia,
terdahulu terkait antara negara Indonesia dengan sedangkan Indonesai bukan negara tujuan.
Malaysia terkait pulau Sipadan dan Ligitan. Montevideo Convention on the Right and
Gugusan pulau tersebut termasuk pulau terluar duties of States 1933 dalam Pasal 1 mengatur
Indonesia yang memiliki jarak cukup jauh dari ibu negara sebagai subjek hukum internasional
kota yang akhirnya diputus dengan prinsip dengan persyaratan tertentu, salah satunya
effectives occupation oleh Mahkamah wilayah. Pemahaman wilayah perlu
Internasional. Pendapat Mahkamah Internasional pengembangan kerangka struktur negara yang
bahwa Inggris sebagai penjajah Malaysia sekaligus mempunyai keabsahan kultural selain
effectivites ketimbang Belanda sebagai penjajah mampu menangani seluruh masalah terkait
Indonesia bahkan Indonesia setelah merdeka dinamika kompenen konstituen negara, rakyat,
(Muhar, 2018). Pendapat Mahkamah wilayah dan pemerintahan (Bahar, 2007).
Internasional mensyaratkan klaim negara pantai Menurut penulis pendekatan lampau
bisa diakui dengan adanya penguasaan secara mendahulukan kedaulatan (sovereignty first)
efektif. menjadi prinsip utama negara menjaga eksistensi
Kondisi pulau terluar yang menarik lainnya dan pertahanan wilayah negara.
seperti pulau Christmas merupakan bagian dari Perkembangan hukum internasional dalam
wilayah negara Australia seluas 135 m2 relasi antar negara khususnya perlindungan pulau
(Encyclopedia British, 2020). Sejarah pulau ini terluar perlu didiskusikan kembali. Konflik

452
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 447-458 Universitas Diponegoro

terhadap isu strategis pulau terluar tidak dapat Kondisi geografis laut yang berbentuk
hanya diselesaikan oleh negara pantai. kepulauan memiliki keterbukaan akses bebas
Keterbatasan sumber daya dan lokasi gugusan sehingga tidak dapat menutup entitas manapun
pulau dalam konsep negara kepulauan untuk dapat memiliki wilayah negara tersebut. Hal
khususnya secara nyata memerlukan kerja sama ini diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UNCLOS 1982.
antar negara. Batas terluar dari pulau terluar negara diukur dari
Wilayah Pulau Miangas dengan luas 3,2 km2 klaim garis penarikan batas yang diatur dalam
terletak berbatasan langsung dengan pulau Bab 2 UNCLOS 1982. Faktor tersebut
Mindanao Filipina (Direktori Pulau-Pulau Kecil memudahkan dan mempersulit untuk melindungi
Indonesia, 2012). Kegiatan pemenuhan pulau terluar atas kejahatan lintas negara.
kebutuhan Masyarakat Miangas yang Kejahatan lintas negara dan kelemahan
berwarganegara Indonesia dalam kegiatan pengawasan tersebut akan membuat akses
ekonomi dengan menggunakan mata uang eksploitasi atas wilayah pulau terluar semakin
Filipina (Ikanubun, 2017). Kondisi ini tentu dapat besar.
menggerus kedaulatan nyata Indonesia. Potensi Permasalahan yang perlu mendapatkan
penyelundupan hingga potensi terorisme perhatian lebih, dalam rangka membatasi
dikarenakan pusat konflik Filipina dan kelompok mobilitas manusia yang semakin besar dengan
Filipina Selatan terpusat di sekitar Mindanao berbagai motif kepentingan dan sebagai upaya
Filipina. Masalah yang dihadapi seperti untuk mencegah terjadinya penyelundupan
pembajakan kapal, penyelundupan senjata api ke orang. Pengaturan khusus terkait pulau terluar
Indonesia di daerah Marawi Pulau Mindanao belum dinormakan dalam UNCLOS 1982, konflik
(Sutrismo, 2018). negara di wilayah laut, kejahatan internasional
Pulau dalam UNCLOS 1982 memuat dan gangguan ideologi wilayah perbatasan
subtansi tentang cara penarikan batas pangkal harusnya menjadi suatu ius constituendum dalam
terhadap antara pulau atau fitur maritim dalam menjaga wilayah laut semakin aman.
kondisi tertentu. Pembahasan tentang pulau
mulai dari Bab 4 hingga Bab 17. UNCLOS 1982 2. Perlindungan Pulau Terluar Yang
tidak mengatur secara khusus fitur maritim, Dilakukan Antara Negara
namun hanya mengatur fitur maritim dalam Berdasarkan hukum internasional,
memiliki relasi atas pengakuan pulau. Ketentuan kedaulatan negara dilaksanakan oleh
utama terkait pulau hanya terkonsetrasi dalam pemerintahan yang memiliki kewenangan meliputi
Pasal 121 UNCLOS 1982 (Triatmodjo, 2022). wilayah teritorial yurisdiksinya. Hal terpenting
dalam unsur negara adalah kepemilikan. Wilayah

453
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 447-458 Universitas Diponegoro

negara dalam hukum internasional meliputi entitas kriminal terorganisir yang belum diatur.
seluruh wilayah pulau yang dikelilingi oleh lautan, Konflik tersebut terjadi di wilayah pulau terluar
wilayah ini termasuk ruang udara. Maknanya yang memiliki jarak yang jauh dengan daratan ibu
negara berkewajiban melaksanakan kota bahkan memerlukan suatu intervensi subjek
kewenangannya dan kekuasaannya di hukum internasional. Hal ini dilakukan demi
wilayahnya secara nyata. Penguasaan negara menjaga keamanan laut tetapi tindakan intervensi
atas wilayah dimaknai sebagai tidak adanya ini berpotensi pelanggaran kedaulatan, juga
pengecualian atas kurang kemampuan untuk belum diatur oleh hukum internasional. Dialektika
menjalankan tugas dan kewenangan negara antara kedaulatan dan penyelesaian konflik
dalam kedaulatan maupun hak berdaulat. Kondisi wilayah laut suatu negara karena adanya
perbatasan dalam lingkup yuridiksi negara dalam ketergantungan atas tingkat sumber daya.
teritorial pulau dan perairan laut merupakan Keseriusan negara dalam mengawasi,
kondisi penting yang tidak boleh diremehkan penguasaan aktif atas wilayah laut. UNCLOS
dalam pelaksanaan prinsip kedaulatan. 1982 rejim laut teritorial mendasari yurisdiksi
Sistematika hukum laut internasional dalam negara atas kedaulatan mobilitas orang,
UNCLOS 1982 mengenal negara pantai dan perbuatan dan benda. Prinsip kedaulatan
negara kepulauan. Penelitian ini berkaitan memberikan hak negara pantai bertanggung
dengan pengaturan dan kondisi wilayah yang jawab atas semua pergerakan entitas dalam
berhadapan atau bertetangga dengan negara lain wilayah yuridiksi negara sesuai hukum
sesuai ketentuan rejim wilayah hukum laut internasional yang berlaku pada negara pantai
teritorial negara pantai dan negara kepulauan. dan negara kepulauan. Pembeda rejim laut ini
Wilayah laut luas menunjukkan bahwa tidak negara kepulauan dan negara pantai dengan
masuk akal untuk menerima kategori kedaulatan prinsip kadaulatan dan hak berdaulat, sejauh
pulau yang dapat menopang kehidupan ekonomi pelaksanaan kedaulatan negara pantai dan
jika pulau-pulau juga tidak dapat menopang negara kepulauan itu dibatasi oleh hukum laut
tempat tinggal manusia (Gjentnet, 2002). internasional dalam seluruh kondisi.
Wilayah perbatasan negara berdasarkan Alternatif yang dimiliki dalam menjaga
perjanjian antar negara. Rejim kedaulatan pulau terluar dari gangguan kedaulatan seperti
kontemporer memiliki tantangan baru, Joint Development Agreement memiliki prinsip
memungkinkan adanya konflik negara. Interaksi equitable sharing, yang nilai manfaatnya dihitung
subjek internasional tidak bisa dibatasi batas secara murni menggunakan ukuran ekonomi.
konvensional. pelanggaran wilayah batas Sedangkan negara sebagai subjek hukum dalam
dilakukan individu seperti para pencari suaka dan melakukan okupasi dalam rangka kebijakan

454
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 447-458 Universitas Diponegoro

ekspansi negara tidak hanya memiliki motif tujuan Kondisi terdepan ini tentu menjadikan wilayah
ekonomi, melainkan juga mencakup kepentingan berhadapan dan bertetangga negara merupakan
Negara (Andaru, 2020). Hal ini mendapatkan wilayah yang mudah diakses entitas dan negara-
gambaran secara aturan hukum laut yang berlaku negara dalam limitasi perbatasan langusung.
perlu adanya kolaborasi antara negara pantai Perlu adanya kolaborasi antar negara. kolaborasi
atau negeri kepulauan atas kejadian pada pulau ini tidak mengurangi penghargaan terhadap
terluar dengan mengkondisikan jarak dan kedaulatan wilayah negara melainkan bertujuan
penyelesaian terbaik dalam mencegah dan agar pulau terluar tidak menjadi wilayah rentan
penegakan hukum internasional atas dasar untuk dimanfaatkan oleh entitas kejahatan dan
kewajiban melindungi. pelanggar hukum internasional. Menjaga wilayah
Pulau terluar sebagai bagian dari negara pulau terluarnya, memperkuat isu kerentanan
menjadi perspektif yang menarik dari kajian di efek dari konflik sehingga tidak menganggu
atas. Wilayah laut dengan pengaturan UNCLOS kedaulatan negara tetangga. Hal ini perlu menjadi
1982 tanpa membedakan dengan pulau utama pemikiran dalam perumusan kebaruan hukum
dekat dengan ibukota. Kerentanan pulau terluar laut internasional saat ini.
ini menjadi perlu adanya perlindungan. UNCLOS
1982 dengan rejim laut teritorial mengsyaratkan C. SIMPULAN
pelaksanaan prinsip kedaulatan. Membandingkan Wilayah pulau terluar dalam bentuk
kerentanan atas pertahanan dan pelaksanaan gugusan pulau atau daratan yang terletak
kedaulatan dalam mengawasi tidak maksimal berjarak dari wilayah daratan utama tidak memiliki
perlu disadari. Fakta bahwa pengawasan negara perbedaan status rezim kedaulatan. Konflik di
pantai tidak mampu memberikan pengaman wilayah pulau terluar atau sekitar pulau terluar
pulau terluar. Pulau terluar memiliki jarak lebih memberikan dampak atas pelaksanaan
dekat dengan negara tetangga didominasi kedaulatan seluruh wilyah negara. Konflik wilayah
interaksi dan kegiatan lain pada negara tetangga. pulau terluar tidak bisa dianggap permasalahan
Prinisp kedaulatan kontemporer yang masih biasa, belum lagi bila perkembangan dunia
digunakan menjadi kurang efektif. Perlu menjadikan konflik menjadi lebih kompleks.
pengaturan hukum laut interasional terkait Kejahatan transnasional seperti imigran gelap,
pengawasan lebih efektif dengan kolaboras penyelundupan senjata, narkotika hingga
antara negara pantai. kejahatan ideologis memanfaatkan kerentanan
Wilayah perbatasan langsung dengan kedaulatan pulau terluar.
wilayah laut merupakan wilayah terdepan dari Perlindungan negara pantai dan negara
wilayah negara pantai dan negara kepulauan. kepulauan ternyata memiliki keterbatasan. Pola

455
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 447-458 Universitas Diponegoro

kolaborasi perlindungan negara pantai dan Gjentnet, M. (2002).The Spartlys: Are They Rocks
negara kepuluaan di wilayah perbatasan pulau or Island?. Ocean Development and
terluar dengan berkerja sama dan memiliki International Law, Vol.32, (No.2), p.194.
pemahaman keamanan yang sama perlu menjadi https://doi.org/10.1080/0090832015110032
opsi. Pelaksanaan kolaborasi ini tetap 5
menghormati kedaulatan tiap negara tetapi Ilmih. A. (2017). Analisis Kebijakan Keimigrasian
berdasarkan kewajiban untuk melindungi laut dari dalam UpayaPencegahan Penyelundupan
pemanfaatan kejahatan dan meminimalisir konflik Orang dan Imigran Gelap di Indonesia.
di wilayah perbatasan. Law Research Review Quarterly, Vol.3,
(No.2), p.141. https://doi.org/10.15294/snh.
DAFTAR PUSTAKA v3i1.20931
JURNAL Ishii,Y. (2020). Relevant Coasts and Relevant
Andaru, Djarot Dimas A. (2020). Joint Area in the Maritime Delimitation of the
Development Agreement Sebagai Solusi EEZ and Continental Shelf. Ocean
Penyelesaian Sengketa Wilayah Zona Development & International Law, Vol. 51,
Ekonomi Eksklusif Laut Natuna. Masalah- (No.4),p.16 https://doi.org/10.1080/0090
Masalah Hukum, Vol.48, (No.4), p.352. 8320.2020.1805166
https://doi.org/10.14710/mmh.49.4.2020.34 Juwana, H. (2003). Putusan MI atas Pulau
5-358 Sipadan dan Ligitan. Journal of
Bahar, S. (2007). Konvensi Montevideo 1933 International Law, Vol.1, (No.1), p.180.
Sebagai Rujukan Struktural Bagi Proses https://doi.org/10.17304/ijil.vol1.1.510
Nation And State Building di Indonesia. Kim, Suk K. (2021). The Senkaku Islands Dispute
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol.12, (No.2), Between Japan and China: A Note on
pp.39-63.https://doi.org/10.22146/jkn. Recent Trends. Ocean Development and
22120 International Law, Vol.52, (No.3), p.263.
Chang, Yen-Chiang. (2022). Toward Better https://doi.org/10.1080/00908320.2021.195
Maritime Cooperation—A Proposal from 7242
the Chinese Perspective. Ocean Kusumo, Ayub Torry S. (2010). Optimalisasi
Development and International Law. May Pengelolaan dan Pemberdayaan Pulau-
2022,p.5.https://doi.org/10.1080/00908320. Pulau Terluar Dalam Kerangka
2022.2068704 Mempertahankan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Jurnal
Dinamika Hukum, Vol.10, (No.3),

456
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 447-458 Universitas Diponegoro

p.330.http://dx.doi.org/10.20884/1.jdh.2010 Sutrismo. (2018). Diplomasi Pertahanan Dalam


.10.3.102 Kerja Sama Pertukaran Informasi
Lombok, L. (2014). Kedaulatan Negara vis a vis Indonesia-Filipina Menghadapi Terorisme
Keistimewaan dan Kekebalan Hukum Di Wilayah Perbatasan Indonesia-Filipina.
Organisasi Internasional Dalam Sebuah Jurnal Prodi Diplomasi Pertahanan, Vol.3,
Intervensi Kemanusiaan. Pandecta, Vol.9, (No.1),p.42.http://jurnalprodi.idu.ac.id/
(No.1),p.330. https://doi.org/10.15294/pan index.php/DP/article/view/245/225
decta.v9i1.2853 Usman. (2015). Negara dan Fungsinya (Telaah
Muhar. J. (2018). Sengketa Wilayah Maritim di Atas Pemikiran Politik). Al daulah, Vol.4,
Laut Tiongkok Selatan. Jurnal Penelitian (No.1), p.133. https://doi.org/10.24252/ad.
Hukum De Jure, Vol.18, (No.2), p.220. v6i1.4867
http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2018.V18. Zhai, Y. (2021). Discourse power: sovereignty
219-240 claims over the Diaoyu/Senkaku Islands.
Nugroho, Sigit S. (2019). Implementasi Ketentuan Territory, Politics, Governance, Vol.9.
Pasal 50 Unclos Di Wilayah Negara (No.2),p.205. https://doi.org/10.1080/2162
Kepulauan. Jurnal rechtsvinding, Vol.8, 2671.2019.1687324
(No.2), p.295. http://dx.doi.org/10.33331/
rechtsvinding.v8i2.314 BUKU
Riyanto. S. (2012). Kedaulatan Negara Dalam Triatmodjo, Marsudi., Merdekawati, Agustina.,
Kerangka Hukum Internasional Pratama, Nugroho Adhi., Rahma, Nahda
Kontemporer. Yustisia, Vol.1, (No.3), p.7. Anisa., Agung, I Gusti Putu., & Asyah,
https://doi.org/10.20961/yustisia.v1i3.10074 Aqshal Muhammad (2022). Pulau,
Schøning, L. (2019). More or Less Integrated Kepulauan dan Negara Kepulauan.
Ocean Management: Multiple Integrated Yogyakarta: Gadjah Mada Press
Approaches and Two Norms. Ocean Brownlie, I, (1999), Principles of International
Development & International Law, Vol 51, Law, ed.IV. Oxfard: Clarendon Press.
(No.2),p.4.https://doi.org/10.1080/0090832
0.2019.1655619 SUMBER ONLINE
Sumardiman, A. (2004). Beberapa Dasar Tentang Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia. (2012).
Perbatasan Negara. Indonesian Journal for Miangas. Retrieved from http://www.ppk-
International Law, Vol.1, (No.3), p.513. kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/
https://doi.org/10.17304/ijil. vol1.3.560 public_c/pulau_info/306

457
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Magister Hukum, Fakultas Hukum
Volume 4, Nomor 3, Tahun 2022, halaman 447-458 Universitas Diponegoro

International Court of Justice. Judgments,


Advisory Opinions and Orders. (2022).
Retrieved from https://www.icj-
cij.org/en/decisions/all/1980/1990/desc
Encyclopedia British. (2020). Christmas Island.
Retrieved from https://www.britannica.com/
place/Christmas-Island
Ikanubun, Y. (2017). Rupiah Belum Berdaulat di
Wilayah Perbatasan Dekat Filipina.
Retrieved from https://www.liputan6.com/
regional/read/2829238/rupiah-belum-
berdaulat-di-wilayah-perbatasan-dekat-
filipina

458

Anda mungkin juga menyukai