PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia telah dikenal dunia sebagai negara kepulauan terbesar yang
memiliki kondisi konstelasi geografis yang sangat strategis. Indonesia terletak
pada posisi silang dunia yaitu diantara dua benua dan dua samudera, sehingga
dengan posisi tersebut menyebabkan laut di antara pulau-pulau menjadi alur
laut yang sangat penting artinya bagi lalu lintas pelayaran nasional maupun
internasional. Disamping itu Indonesia memiliki 17.499 pulau, dengan luas
perairan laut mencapai 5,9 juta km2 dan garis pantai sepanjang kurang lebih
81 ribu km2. Kondisi tersebut menjadikan indonesia sebagai center of gravity
kawan Asia Pasifik.
Tidak dapat dipungkiri hal itu menarik keinginan negara asing untuk
masuk ke perairan Indonesia. Salah satu keputusan terpenting bagi indonesia
yaitu pengakuan terhadap bentuk Negara kepulauan dengan pengaturan dan
hak kewajibanya. Pengakuan tersebut resmi diterima oleh 117 negara dalam
sidang terakhir di Montego Bay Jamaica tanggal 10 desember 1982 dan oleh
Indonesia ditindaklanjutin dengan diterbitkanya undang undang hukum laut.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud kami memilih judul Pertahanan dan Keamanan Daerah Maritim
di Indonesia adalah untuk menjelaskan masih lemahnya pertahanan dan
keamanan Negara kita di daerah laut sehingga sangat mudah untuk direbut
oleh Negara tetangga. Lembaga pertahanan pun masih sangat minim di
daerah perbatasan Indonesia. Maka kami ingin melampirkan masalah
perebutan daerah yang telah terjadi di Negara kita. Dan kami pun
memaparkan saran kami sebagai warga Indonesia yang cinta akan tanah
kami.
Tujuan kami adalah ingin mengetahui masalah-masalah yang terjadi di
perairan Indonesia yang mengakibatkan wilayah Indonesia sendiri direbut
dan dirampas oleh negara lain.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Pertahanan Keamanan
2.1.1.1 Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala
usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah sebuah negara dan keselamatan segenap bangsa dari
ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
2.1.1.2 Pertahanan Negara adalah segala usaha untuk mempertahankan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan
segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara. Pertahanan negara pada hakikatnya
merupakan segala upaya pertahanan yang bersifat semesta, yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran akan hak dan
kewajiban seluruh warga negara serta keyakinan akan kekuatan
sendiri untuk kelangsungan hidup bangsa dan Negara Indonesia
yang merdeka dan berdaulat (survival of the nation and survival
of the state).
2.1.1.3 Pertahanan Keamanan Negara adalah pertahanan keamanan
negara
Republik
Indonesia
sebagai
salah
satu
fungsi
merupakan
negara yg luas.
perairan,
maksudnya
besar
adalah
lautnya.
2.2.1 Indonesia-Malaysia
Garis batas laut wilayah antara Indonesia dengan Malaysia adalah
garis yang menghubungkan titik-titik koordinat yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan bersama di Kuala Lumpur, pada 17 Maret
1977.
Berdasarkan UU No 4 Prp tahun 1960, Indonesia telah menentukan
titik dasar batas wilayah lautnya sejauh 12 mil. Sebagai implementasi
dari UU tersebut, beberapa bagian perairan Indonesia yang jaraknya
kurang dari 12 mil laut, menjadi laut wilayah Indonesia. Termasuk
wilayah perairan yang ada di Selat Malaka.
Pada Agustus 1969, Malaysia juga mengumumkan bahwa lebar laut
wilayahnya menjadi 12 mil laut, diukur dari garis dasar yang ditetapkan
menurut ketentuan-ketentuan konvensi Jenewa 1958 (mengenai Laut
Wilayah dan Contigous Zone). Sehingga timbul persoalan, yaitu letak
garis batas laut wilayah masing-masing negara di Selat Malaka (di
bagian yang sempit) atau kurang dari 24 mil laut.
Adapun batas Landas Kontinen antara Indonesia dan Malaysia
ditentukan berdasarkan garis lurus yang ditarik dari titik bersama ke
titik koordinat yang disepakati bersama pada 27 Oktober 1969. Atas
pertimbangan tersebut, dilaksanakan perundingan (Februari-Maret
1970) yang menghasilkan perjanjian tentang penetapan garis Batas Laut
Wilayah kedua negara di Selat Malaka. Penentuan titik koordinat
tersebut ditetapkan berdasarkan Garis Pangkal masing-masing negara.
Dengan diberlakukannya Konvensi Hukum Laut Internasional
1982, maka penentuan titik dasar dan garis pangkal dari tiap-tiap negara
perlu diratifikasi berdasarkan aturan badan internasional yang baru.
Selama ini penarikan batas Landas Kontinen Indonesia dengan
Malaysia di Perairan Selat Malaka berpedoman pada Konvensi Hukum
Laut 1958.
MoU RI dengan Malaysia yang ditandatangani pada 27 Oktober
1969 yang menetapkan Pulau Jara dan Pulau Perak sebagai acuan titik
8
Pada
peraturan
dan
perundangan-undangan
Dewan
Indonesia
Philipina,
Indonesia
Papuanugini,
10
penghilangan
tanda
bukti
batas
perbatasan,
2008-2009,
pelanggaran
perbatasan
nagara
Menko
11
sebutnya.
wilayah
lain
yang
juga
mengalami
12
(JBC)
Indonesia-Papua
Nugini.
Dan
untuk
Kelautan
dan
Perikanan
Indonesia
Fadel
13
14
belum
ada,
perlu
dirancang
untuk
kepastian
15
satwa
burung,
pungutan
pajak
terhadap
Malaysia
tidak
menjadi
pertimbangan,
serta
bersama,
statussebagai
Negara
Negara
Indonesia
kepulauan
atau
sudah
diberikan
ARCHIPELAGE
Dengan
ketentuan-ketentuan
tersebut
diatas,
maka
18
19
atau
musibah
pelayaran
yang
teradi
di
2.2.2 Indonesia-Singapura
20
masalah
di
masa
mendatang.
Singapura
akan
21
22
23
24
lebarnya 200 mil laut diukur dari garis pangkal. Hal itu menyebabkan
tumpang tindih antara ZEE Indonesia dengan Zona Perikanan yang
diperluas Republik Palau. Sehingga, perlu dilakukan perundingan
antara kedua negara agar terjadi kesepakatan mengenai garis batas ZEE.
2.2.9 Indonesia-Timor Leste
Berdirinya
negara
Timor
Leste
sebagai
negara
merdeka,
Territorial Sea
Remar
ks
25
Australia-Indonesia NR
Yes Yes
Australia-East
No
NR
No
Timor
Joint
Zone
Brunei-Malaysia
No
No
No
Indonesia-East
No
No
No
Indonesia-Malaysia Yes
No
Yes
Indonesia-Singapore Yes
No
NR
Indonesia-Thailand NR
No
Yes
Indonesia-
No
No
No
Indonesia-India
NR
No
Yes
Indonesia-Vietnam
NR
Yes Yes
Indonesia-China
NR
No
No
Malaysia-Singapore No
No
NR
Malaysia-Thailand
No
Yes
Timor
Philippines
No
Joint
zone
Malaysia-Philippines No
No
No
Malaysia-Vietnam
No
No
NR
Joint
Zone
Myanmar-
No
No
No
No
No
No
Myanmar-Thailand No
No
No
Bangladesh
Myanmar-India
26
Cambodia-Thailand No
No
No
Cambodia-Vietnam No
No
No
Joint
zone
Thailand-India
NR
No
Yes
Thailand-Vietnam
NR
Yes Yes
China-Vietnam
Yes
No
No
Philippines-China
NR
No
No
Philippines-Palau
NR
No
No
titik-titik dan
27
2.3.3 Menyelesaikan dan menyempurnakan berbagai ketentuan perundangundangan Indonesia di wbidang kewilayahan dan kewenangannya di
laut,
termasuk
batas-batas
maritim,
sepertipenentuan
perairan
Indonesia
untuk
membantu
alat-alat
Negara
dalam
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peningkatan kerja sama dengan negar tetangga dalam menentukan batas
Negara,dapat dilakukan pertama dengan mengusahakan dan merundingkan
batas-batas Negara secara jelas. Sepanjang perbatasan laut, mengingat sudah
ada perjanjian-perjanjian di zaman colonial, maka usaha uang perlu dilakukan
adalah melakukan survei memetakan, dan menetapkan batas-batas dengan
patok-patok perbatasan yang jelas di daaerah perbatasan laut melalui
perundinagn
dan
kerjasama
dengan
Negara-negara
tetangga
yang
bersangkutan.
29
berdasarkan
persetujuan
dengan
Negara-negara
tetangga,
30
kehidupan
3.2 Saran
Dengan kondisi keterbatasan dan kekurangan dalam ketahanan dan
keamanan maritim di Indonesia tentu pemerintah perlu segera bertindak. Oleh
karena itu kami menyarankan pemerintah melakukan beberapa hal:
1. Pemerintah perlu yakin bahwa TNI sebagai bagian dari komunitas
pertahanan negara, harus selalu berada dalam kondisi kesiapsiagaan yang
tinggi
agar
dapat
melaksanakan
tugas
pokok
terutama
dalam
31
dan
efisiensi
untuk
meningkatkan
kualitas
persenjataan
dalam
wilayah
untuk
mencegah
munculnya
aksi
yang
33
3.4 Lampiran
3.4.1 Potensi Konflik di Natuna Lebih Berbahaya ketimbang Ambalat
34
Surabaya
Menteri
Pertahanan
Purnomo
36