Oleh Kelompok 8:
Assalaamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah Wawasan Kemaritiman yang berjudul “Pertahanan dan
Keamanan Maritim” dan berkat rahmat-Nya juga yang telah memberikan ilmu
pengetahuannya, serta shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada
Rasulullah S.A.W. Penulis menuliskan dengan mengambil dari beberapa sumber
buku maupun internet dan membuat gagasan dari beberapa sumber media
informasi lainnya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan salah satu
negara kepulauan terbesar didunia dengan garis pantai sepanjang 99.93 km,
menjadikan Indonesia sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua
didunia setelah kanada. Konsepsi pertahanan dan keamanan maritime bagi
NKRI, tidak akan sama dengan pihak manapun didunia, sehingga tidak perlu
ragu untuk merumuskan batasan tersendiri yang mengangkat kekhasan
tersebut dan tentunya denga landasan hukum yang kuat.
Karakter yang khas tersebut menyangkut tiga poin, yaitu (i) negara
kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.480 pulau, memiliki coast line
dan life lines yang sangat panjang, (ii) kedudukan pada jalan silang dunia,
yang ‘wajib’ hukumnya untuk mengakomodasikan kepentingan pihak lain,
apakah dalam bentuk innocent passage, transit passage, archipelagic sea lanes
passage dan atau masih ada juga dalam tuntutan lalu-lintas tradisional, (iii)
ada laut di dalam laut wilayah, berikut kekayaan fauna flora yang
mempertemukan dua samudera di daerah tropis.
Perlu dipahami dengan sebaik-baiknya bahwa ketiga karakter tersebut
adalah modal politik, ekonomi, dan militer, untuk membangun bangsa dan
negara dan memampukan untuk berbicara di panggung kawasan Asia
Tenggara, bahkan di Asia Pasifik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pertahanan dan keamanan maritim ?
2. Dimana saja batas maritim Negara Republic Indonesia ?
3. Apa fungsi alur laut ?
4. Apa saja sengketa laut yang terajadi di Indonesia dan bagaiman cara
menyelesaikannya ?
5. Kenapa ALKI menjadi sebuah peluang dan ancaman ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pertahanan dan keamanan maritim
2. Untuk mengetahui batas-batas maritim Negara Republic Indonesia
3. Untuk mengetahui fungsi alur laut
4. Untuk mengungkap sengeketa laut yang terjadi di Indonesia dan cara
menyelesaikannya
5. Untuk mengetahui mengapa ALKI menjadi sebuah peluang dan ancaman
BAB II
PEMBAHASAN
D. Sengketa Laut
Pada awal pembentukan konsepsi nusantara sudah menjadi rencana
Pemerintah Indonesia untuk dibawa ke forum internasional. Adapun
maksudnya supaya tindakan-tindakan sepihak (unilateral) Indonesia untuk
mewujudkan suatu konsepsi perairan nasional yang baru mendapat
pengakuan untuk menjamin pelaksanaan konsepsi yang berisi keutuhan
teritorial termasuk untuk melindungi kekayaan negara Indonesia diperlukan
pengaturan secara internasional.
Namun tindakan yang telah direncanakan oleh Indonesia pada saat
diadakannya Konferensi Hukum Laut PBB yang pertama belum dapat
diterima oleh negara-negara maritim besar, sehingga dalam konferensi hukum
laut PBB tersebut mengenai hak-hak atas lautan yang diadakan dalam bulan
Februari 1958 di Jenewa belum mendapatkan pengaturan. Lebih lanjut dalam
memperjuangkan konsepsi negara kepulauan ke forum internasional,
Indonesia tidak hanya berhenti sampai disini.
Dalam konferensi hukum laut PBB 1960 diajukan kembali untuk yang
ke dua kalinya. Bahkan pada saat pengajuan dalam konferensi 1960, yaitu
pada tanggal 18 Februari 1960 Deklarasi Djuanda sudah ditingkatkan menjadi
Undang-Undang Nomor 4 Prp Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia.
Namun dalam konferensi yang ke dua ini pun konsep Negara kepulauan
masih belum dapat diterima.
Negosiasi merupakan cara penyelesaian sengketa yang paling penting
dan banyak ditempuh serta efektif dalam menyelesaikan sengketa
internasional. Praktik negara-negara menunjukkan bahwa mereka lebih
cenderung untuk menggunakan sarana negosiasi sebagai langkah awal untuk
menyelesaikan sengketanya. Negosiasi adalah perundingan yang dilakukan
secara langsung antara para pihak dengan tujuan untuk mencari penyelesaian
melalui dialog tanpa melibatkan pihak ketiga.
Menurut Fleischhauer, dengan tidak adanya keikutsertaan pihak
ketiga, penyelesaian sengketa masyarakat internasional telah menjadikan
negosiasi sebagai langkah pertama dalam penyelesaian sengketa. Dalam
melakukan negosiasi, biasanya negara mengutus perwakilannya bisa oleh
menteri-menteri luar negeri, duta-duta besar atau wakil khusus ditunjuk
negara-negara bersengketa untuk berunding dalam kerangka diplomasi.
Dalam penyelesaian sengketa Indonesia dan Malaysia langkah awal
penyelesaian secara damai yang harus dilakukan adalah dengan melakukan
pertemuan antar menteri luar negeri masing-masing untuk menyepakati
bahwa kedua belah pihak akan membentuk tim teknis yang akan melakukan
perundingan ke arah penyelesaian sengketa. Hikmanto Juwana berpendapat
bahwa dalam pembentukan tim teknis yang melakukan perundingan atau
disebut anggota tim perundingan, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan.
Di antaranya adalah anggota tim perundingan harus memiliki
keterampilan (skill) bernegosiasi, keterampilan tidak cukup dengan
kepiawaian berbahasa Inggris atau memahami terminologi hukum dalam
bahasa Inggris saja, tetapi juga keterampilan lain yaitu keterampilan untuk
“meyakinkan” dengan argumentasi , dasar hukum yang dapat dipercaya.
Selanjutnya para perunding harus memiliki keterampilan untuk
menelusuri berbagai instrumen hukum internasional, khususnya mengenai
kasus-kasus yang pernah diputus terkait dengan penyelesaian sengketa
wilayah beserta pemaparan bukti-buktinya. Hal terakhir yang harus
diperhatikan adalah tim perunding tidak sekadar ditunjuk ataupun jabatan
dalam instansi. Tim perunding harus dibentuk secara ad hoc berdasarkan
kriteria ketersediaan waktu, keahlian, dan tenaga untuk mengumpulkan
amunisi dan berargumentasi di meja perundingan. Bila perlu senioritas
individu tidak menjadi pertimbangan.
Penyelesaian melalui negosiasi akan terdiri dari dua fase. Fase
pertama adalah pembicaraan untuk mengeksplorasi dan mengetahui posisi
masing-masing negara atas klaimnya terhadap suatu wilayah tertentu. Pada
fase ini apabila diperoleh titik temu dimana para pihak mengetahui posisi
masing-masing, menyadari dan menerima siapa yang berhak dan siapa yang
tidak berhak atas kepemilikan suatu wilayah tertentu yang diperebutkan,
maka inilah yang diharapkan. Artinya, akan ada kata akhir terhadap sengketa
ini. Akan tetapi apabila yang terjadi adalah sebaliknya, maka perundingan
akan memasuki fase kedua. Fase kedua dalam penyelesaian damai adalah
bagaimana kedua negara dapat menyepakati jalan keluar dari tumpang tindih
(overlapping) atas wilayah yang diperebutkan. Dalam menyepakati jalan
keluar dapat dirujuk pengalaman beberapa negara sebagai alternatif bagi
solusi sengketa Indonesia dan Malaysia.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertahan dan keamanan maritim sangat berperan penting dalam
mempertahankan dan mengamankan keutuhan sebuah Negara. Apalagi
Negara tersebut adalah Negara kepulauan dan Negara pantai. Seperti halnya
bangsa Indonesia yang terdiri dari 5 pulau besar dan ribuan pulau kecil
dimana lautnya lebih luas dari pada daratannya. Lautnya yang kaya akan
sumber daya baik itu dari segi perikanan diperkirakan jumlah spesies ikan
yang hidup di perairan Indonesia sekitar 45% dari jumlah spesies ikan di
dunia . karena jumlahnya yang cukup besar itu, tak heran jika negara tetangga
seperti Malaysia dan Vietnam selalu mencuri ikan diperaian Indonesia.
Karena wilayah Indonesia yang sangat strategis yang membuat bangsa
Indonesia menjadi salah satu jalur perdagangan internasional. Oleh karena itu
pertahanan dan keamanan maritim indonesia harus di jaga.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangannya
dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan rujukan . Penulis banyak berharap para pembaca yang
budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan.
DAFTAR PUSTAKA