KELAS B:
DISUSUN OLEH KELOMPOK 7:
NAMA NIM
ANDI YUSRIADI B1C122065
FERISAL B1C122082
FLORENCIA ANGEL B1C122083
IKA PUTRI WULANDARI B1C122085
KARNIATI MAEDE B1C122091
KHANAYA NUR AZISAH B1C122092
MOH. ATTILA AL-FATH B1C122100
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah tepat waktu. Adapun judul dari
makalah ini adalah “Pertahanan dan keamanan maritim”. Makalah ini dibuat dengan tujuan
memenuhi tugas dari Bapak Fitriaman SE., MSA. dan diharapkan dapat menambah wawasan
penulis serta pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami juga menyadari bahwa makalah ini
masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi.
Oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah wawasan
kemaritiman ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
23 Maret 2023
Kelompok 7
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................ 3
BAB I........................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan................................................................................................................................ 5
BAB II.......................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN........................................................................................................................... 6
BAB III....................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................. 12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 12
3.2 Saran............................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 dinyatakan bahwa “Bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”, sehingga Indonesia berhak mengelola
kekayaan alam sedemikian rupa untuk mencapai kemakmuran rakyat. Batas laut
teritorial Indonesia kemudian berkembang setelah pada tahun 1994 mulai
diberlakukan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS).
UNCLOS mengatur mengenai hak dan tanggung jawab negara dalam pemanfaatan
wilayah perairan laut di dunia, serta menetapkan aturan penggunaan laut untuk
bisnis, pelestarian lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam laut.
Setiap negara memiliki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu wilayah perairan
laut sejauh 200 mil yang ditarik dari garis pantai terluar suatu negara, dimana dalam
zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas kekayaan alam di
dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan bernavigasi,
terbang di atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa. Negara yang
berbatasan laut sehingga ZEE yang dimiliki tidak mencapai 200 mil diatur
pembagiannya dalam hukum internasional.
4
2. Keamanan maritim: Tataran Regional Asia Tenggara dan Tataran Internasional
membahas apa saja!
3. Apa saja strategi maritim Indonesia sebagai poros maritim dunia!
4. Apa saja ancaman yang ada dalam kawasan maritim!
1.3 Tujuan
Sebagai bahan pengamatan mengenai wawasan kemaritiman baik di Indonesia, Asia
Tenggara maupun Internasional, lebih spesifiknya materi ini dipaparkan mengenai
pertahanan dan keamanan maritim. Selain itu juga untuk melengkapi tugas yang telah
diberikan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2 Batas Maritim Indonesia Dan Palau Di Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia sebagai negara kepulauan, perairannya berbatasan langsung dengan 10
negara, yaitu: India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Philipina, Papua nugini, Palau,
Timor leste dan Australia. Batas-batas laut Republik Indonesia dengan negara tetangga,
meliputi: batas laut wilayah (territorial sea), batas laut ZEE dan batas landas kontinen.
Salah satu batas maritim dengan negara tetangga yang belum selesai ditetapkan
adalah batas maritim RI-Palau. Republic Palau berada disebelah Timur Laut Indonesia,
disebelah Utara Papua. Merupakan negara federal, berupa kepulauan dengan jumlah total luas
daratan berkisar 500 km. Republik Palau terdiri dari beberapa pulau, diantaranya adalah pulau
Babelthuap dengan Ibukota Koror.
Di dalam Title 27 Palau Nation Code, Republik Palau telah menetapkan zona perikanan,
bahwa lebar laut territorial adalah 3 mil laut, diukur dari garis pangkal. Pada zona tersebut
pemerintah palau memiliki kedaulatan sebagaimana pada laut territorial. Republic palau juga
memiliki zona perikanan yang diperluas, berada diluar dan berbatasan dengan zona perikanan
eksklusif, yang lebarnya 200 mil laut di ukur dari garis pangkal apabila Republik Palau menarik
garis zona perikanan yang diperluas 200 mil laut sesuai dengan rezim Zona Ekonomi Eksklusif,
maka kemungkinan akan terjadi, tumpeng tindih antara Zona Ekonomi Eksklusif RI dengan
zona perikanan yang diperluas Republik Palau. Dengan demikian perlu diadakan perundingan
antara kedua negara dengan menentukan garis batas Zone Ekonomi Eksklusif agar ada
kepastian hukum bagi kedua negara untuk mengelola perikanan secara optimal dan
berkesinambungan.
Naskah konsep penetapan batas maritim Indonesia dengan Palau, dimaksud untuk
membuat konsep penetapan batas maritim antara Indonesia dengan Palau sehingga diperoleh
batas maritim yang equitable bagi Indonesia dan diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
tambahan referensi yang akan memperkuat posisi pemerintah Indonesia dalam perundingan
batas maritim dengan Palau di Samudera Pasifik.
7
2.3 Keamanan Maritim: Tataran Regional Asia Tenggara
Merujuk uraian Arif Havas Oegroseno (2005), keamanan maritim telah dipandang sebagai
salah satu elemen penting dalam gagasan ASEAN Security Community. Dalam kerangka itu
pula dapat dimengerti jika kemudian organisasi regional ini menciptakan mekanisme ASEAN
Maritime Forum. Namun, seperti halnya dokumen ICP PBB, tidak terdapat definisi tentang apa
yang dimaksud dengan keamanan maritim. Hanya disebutkan bahwa Forum Maritim ASEAN
dirancang sebagai forum ancaman maritim. Ancaman maritim yang disebut adalah:
1. Pembajakan,
2. Perampokan bersenjata,
3. Lingkungan kelautan,
4. Penangkapan ikan yang illegal,
5. Dan, penyelundupan barang, manusia, senjata, dan drug trafficking.
Komponen ancaman seperti ini tentu saja menjadi lebih luas daripada komponen konsep
keamanan maritim yang tengah dibahas karena memasukkan komponen lingkungan kelautan
dan penangkapan ikan yang illegal. Dengan kata lain forum ini telah melakukan sekuritisasi
yang lebih luas dibandingkan dengan ICP PBB. Namun, karena Namanya adalah forum, hampir
dapat dipastikan pula bahwa forum ini masih akan mengalami proses yang Panjang untuk
dilembagakan menjadi suatu ketentuan yang mengikat.
Diluar kerangka Forum Maritim ASEAN itu, pembicaraan tentang keamanan maritim juga
telah diadakan melalui mekanisme kedua yaitu melalui ASEAN Regional Forum.
Beranggotakan sekitar lebih dari 26 negara itu, concept paper ARF menekankan adanya 6 poin
dalam Kerjasama keamanan maritim yaitu:
1. Kerjasama multilateral tentang pencegahan kapal baik yang berlaku untuk kapal
local maupun kapal eksternal.
2. System pemantauan iklim dan permukaan laut
3. Pembentukan ASEAN Relief and Assistance Force dan Unit Keselamatan Maritim
(atau pengintaian) untuk menjaga keselamatan perairan dikawasan.
4. Konvensi-konvensi tentang lingkungan laut (pembuangan zat-zat beracun dan
sumber-sumber polusi kelautan yang berasal dari daratan)
5. Pengintaian maritim
6. Menggali gagasan penelitian ilmiah Bersama tentang kelautan.
8
2.4 Keamanan Maritim: Tataran Internasional
Menurut Till, istilah operasi keamanan maritim adalah suatu frasa baru. Istilah itu
menjadi sesuatu yang fashionable akhir-akhir ini karena adanya pandangan bahwa aspirasi
terhadap maritim kini tidak hanya yang bersifat tradisional seperti keininginan untuk melakukan
pengendalian (sea control) dan pengiriman ekspedisi operasi militer jangka pendek
(expeditionary operations). Di luar dua aspirasi ini, terdapat juga keinginan untuk mewujudkan
apa yang disebutnya sebagai pemeliharaan tatanan di perairan laut (maintaining good order at
sea) karena laut kini tidak hanya sebagai wilayah untuk mengamankan wilayah daratan tetapi
juga sebagai sumber daya alam, medium transportasi dan sebagai suatu aspek yang penting
dari lingkungan hidup.
1. tindakan teroris terhadap pelayaran kapal dan instalasi lepas pantai (terrorist acts
against shipping and offshore installations).
2. pembajakan dan perampokan bersenjata (piracy and armed robbery against ships).
3. lalu lintas obat terlarang dan narkrotik yang ilegal dan zat-zat psikotropik (illicit traffic in
narcotic drugs and psychotropic substances).
Di samping itu terdapat pula kesepakatan bahwa skope ancaman terhadap keamanan
maritim bersifat global dan karena itu membutuhkan kerjasama internasional, khususnya dari
negara-negara pantai (costal states) dalam penanganannya. keamanan maritim lebih memuat
konsep keamanan non-tradisional. Namun jika dilihat secara lebih jauh, muatan seperti ini tidak
berarti pula bahwa peranan dari negara khususnya pelibatan sektor militer (Angkatan Laut)
dalam penanganannya menjadi tidak penting.
9
diantaranya merupakan choke point (Septarina, 2014). Berdasarkan tiga substansi pokok
tersebut maka secara konseptual dapat dikatakan bahwa pembangunan strategi maritim
dilakukan dengan memenuhi aspek Hasrat politik seperti kekuatan laut (means) penguasaan
laut dan proyeksi kekuatan di darat (ways), dan basis aset untuk mewujudkan pertahanan
maritim yang kuat (ends), (Salim, 2017).
Laut Indonesia harus aman dari segala macam gangguan yang dapat mengancam
kedaulatan dan keamanan, arena perekonomian suatu bangsa harus sejalan dengan fungsi
pertahanannya. Angkatan laut juga bertugas dalam menanggulangi segala jenis ancaman yang
ada dilaut Indonesia.
10
Contoh kasus, pada masa pandemic Covud-19 saat itu telah menjadi masalah Kesehatan
secara global yang mempengaruhi Kesehatan manusia dan menimbulkan efek riak pada sector
perekonomian, social dan keamanan nasional. Efek pandemic terhadap kondisi perkonomian
dan social masyarakat yaitu pemberhentian hak kerja secara besar-besaran, meningkatkan
jumlah pengangguran yang kemudian bermuara pada peningkatan angka kemiskinan yang
berdampak pada sector keamanan, seperti jumlah pengangguran dan tingkat kejahatan selama
pandemic covid-19, yang mengganggu keamanan dan ketertiban Bersama.
Upaya pertahanan negara dilakukan dengan memperhatikan dinamika jenis ancaman. TNI
meningkatkan rutinitas patrol rutin dan patrol intelijen di perbatasan Indonesia dengan berbagai
negara, khususnya didaerah yang belum memiliki penjagaan yang kerap dijadikan jalur keluar-
masuk Tenaga Kerja Indonesia illegal untuk Kembali keindonesia. Patrol ini bertujuan untuk
mengantisipasi penyebaran virus covid-19 dari luar negeri menuju Indonesia. TNI berhasil
mengamankan 36 TKI Ilegal asal Malaysia di Sungai Nipah.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan banyaknya potensi yang dapat digali dari wilayah perairan Indonesia, maka tentu
saja hal ini akan memberikan dampak yang takterelakkan, yaitu akan munculnya ancaman
terhadap kepentingan nasional Indonesia, khususnya dalam bidang kemaritiman. Ancaman
dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari negara tertentu maupun dari actor non-negara,
dengan intensitas ancaman yang beragam pula.
3.2 Saran
Peningkatan pertahanan dan keamanan pada wilayah maritim sebaiknya lebih diperhatikan
lagi oleh pemerintah, hal tersebut disebabkan karena masih banyaknya terjadi aktivitas illegal
pada area perairan contoh kasusunya adalah penyelundupan narkotika, hal itu terjadi akibat
kurang ketatnya pengamatan oleh pihak yang berwenang.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ampun. A. C. R. A. dan A.O. Purba. 2021. Strategi Pertahanan Maritim Indonesia sebagai
Poros Maritim Dunia. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial 8 (3):323-324.
Keliat, M. 2009. Keamanan Maritim Dan Implikasi Kebijakannya Bagi Indonesia. Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik 13 (1): 114-120.
Kurnia, I. 2021. Batas Maritim Indonesia dan Palau di Zona Ekonomi Eksklusif. Jurnal Muara
Ilmu
Sosial, Humaniora, dan Seni 5 (2): 343-345.
Susilo, D. C. Pertahanan Negara dan Kebijakan Kerja Sama Inernasional Bidang Pertahanan.
Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Kementrian Pertahanan Republik
Indonesia :1-3
13