Anda di halaman 1dari 23

KONSEP HUKUM BISNIS DAN

KONSEP HUKUM BISNIS SYARIAH


Dosen pengampu: Satira yusuf, S.E., M.Si.

KELAS B
KELOMPOK 1

SYIFA SALSABILAH AZ ZAHRA (B1C122051)

AGUS SUHERI (B1C122056)

ANAN MA’RUF (B1C122062)

ANISYA RAHMADANI (B1C122067)

CIANG NURHIKMAWATI (B1C122072)

ELISA NUR ASTUTI (B1C122077)

FERISAL (B1C122082)

INDRI SETYA A (B1C122087)

KHANAYA NUR AZISAH (B1C122092)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah tentang "Konsep Hukum Bisnis dan
Konsep Hukum Bisnis Syariah".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Satira Yusuf, S.E., M.Si.
selaku dosen pengampuh mata kuliah Hukum Bisnis dan semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Kendari, Februari 2023

Kelompok 1

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ I

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. II

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3

1. Konsep Hukum Bisnis .......................................................................................................... 3

1.1 Definisi Hukum, Bisnis, Dan Hukum Bisnis ............................................................. 3

1.1.1 Definisi Hukum ............................................................................................... 3

1.1.2 Definisi Bisnis .................................................................................................. 3

1.1.3 Definisi Hukum Bisnis ..................................................................................... 4

1.2 Sumber Sumber Hukum Bisnis.................................................................................. 5

1.2.1 Definisi Sumber Hukum .................................................................................... 5

1.3 Hubungan Ekonomi Dengan Hukum ......................................................................... 7

2. Konsep Hukum Bisnis Syariah ............................................................................................ 8

2.1 Definisi Hukum Bisnis Syariah .................................................................................... 8

2.1.1 Definisi Hukum .................................................................................................. 8

2.1.2 Definisi Bisnis..................................................................................................... 9

2.1.3 Definisi Syariah.................................................................................................. 9

2.1.4 Hukum Bisnis Syariah ...................................................................................... 9

2.2 Prinsip-Prinsip Hukum Bisnis Syariah ..................................................................... 10

2.3 Tujuan, Filosofi, dan Metodologi Hukum Bisnis Islam ........................................... 11

2.3.1 Tujuan Hukum Bisnis Islam ............................................................................. 11

2.3.2 Filosofi Hukum Bisnis Islam ............................................................................. 12


II
2.3.3 Metode Hukum Bisnis Islam ............................................................................. 12

2.4 Sumber Hukum Bisnis Syariah .................................................................................. 13

2.5 Posisi dan Ruang Lingkup Hukum Ekonomi Islam................................................. 14

2.6 Konsep Bisnis Dalam Al-Qur’an................................................................................ 16

2.7 Tujuan Bisnis Dalam Al Qur’an ................................................................................ 16

BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................... 18

A. KESIMPULAN .............................................................................................................. 18

B. SARAN............................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 19

III
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bisnis adalah serangkaian usaha yang dilakukan individu atau kelompok dengan
menawarkan barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan (laba). Arti bisnis juga
bisa didefinisikan sebagai menyediakan barang dan jasa guna untuk kelancaran sistem
perekonomian. Dalam arti luas, pengertian bisnis adalah istilah umum yang
menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa
dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulannya, pengertian bisnis memuat 4 aspek yakni,
menghasilkan barang dan jasa, mendapatkan laba, suatu kegiatan usaha dan memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam sehari-hari.
Secara umum beberapa pakar hukum mengemukakkan bahwa hukum merupakan
seluruh aturan tingkah laku berupa norma/ kaidah baik tertulis maupun tidak tertulis
yang dapat mengatur dan menciptakan tata tertib dalam masyarakat yang harus di taati
oleh setiap anggota masyrakatnya, bersdasarkan keyakinan dan kekuasaan hukum itu.
Hukum bisnis dapat dipahami sebagai hukum yang mengatur kegiatan ekonomi.
Kegiatan tersebut berupa perdagangan, jasa, dan keuangan yang terus menerus
dilakukan untuk mendapatkan keuntungan.Pada Prinsipnya hukum bisnis merupakan
aturan tertulis Oleh pemerintah dimaksudkan untuk mengatur, mengawasi dan
melindungi semua kegiatan usaha, termasuk kegiatan industri, perdagangan dan jasa,
dan segala hal yang berkaitan dengan keuangan dan kegiatan usaha lainnya. Hukum
Bisnis adalah peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatur
perdagangan dalam kegiatan ekonomi guna mewujudkan keamanan dan ketertiban
perekonomian Indonesia.
hukum bisnis syariah merupakan keseluruhan dari peraturan-peraturan dan
ketentuan-ketentuan hukum yang berkaitan dengan praktik bisnis secara syar’i atau
sesuai dengan syariah, guna meningkatkan kesejahteraan dan kemaslahatan
manusia.Dalam hukum bisnis syari’ah juga mengandung makna aturan-aturan yang
terkait dengan hukum-hukum yang berhubungan antara manusia dengan manusia
lainnya, di mana secara khusus dalam fiqh Islam termasuk bagian dari fiqh muamalah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hukum, Bisnis, dan Hukum Bisnis?
2. Apa definisi sumber hukum, dan apa saja sumber sumber hukum?
3. Apa hububungan ekonomi dengan hukum?
4. Apa definifi hukum bisnis syariah?
5. Apa saja prinsip prinsip hukum bisnis syariah?
6. Apa tujuan, filosofi, dan metodologi hukum bisnis islam?
7. Apa sumber hukum bisnis syariah?
8. Apa posisi dan ruang lingkup hukum ekonomi islam?
9. Apa konsep bisnis dalam Al-Quran?
10. Apa tujuan bisnis dalam Al-Quran?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu definisi Hukum, Bisnis, dan Hukum Bisnis?
2. Untuk mengetahui apa itu definisi sumber hukum, dan apa saja sumber sumber
hukum?
3. Untuk mengetahui apa itu hububungan ekonomi dengan hukum?
4. Untuk mengetahui apa itu definifisi hukum bisnis syariah?
5. Untuk mengetahui apa saja prinsip prinsip hukum bisnis syariah?
6. Untuk mengetahui apa tujuan, filosofi, dan metodologi hukum bisnis islam?
7. Untuk mengetahui apa itu sumber hukum bisnis syariah?
8. Untuk mengetahui apa saja posisi dan ruang lingkup hukum ekonomi islam?
9. Untuk mengetahui apa saja konsep bisnis dalam Al-Quran?
10. Untuk mengetahui apa saja tujuan bisnis dalam Al-Quran?

2
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Konsep Hukum Bisnis
1.1 Definisi Hukum, Bisnis, Dan Hukum Bisnis
1.1.1 Definisi Hukum
Secara umum beberapa pakar hukum mengemukakan bahwa hukum
merupakan seluruh aturan tingkah laku berupa norma/ kaidah baik tertulis maupun
tidak tertulis yang dapat mengatur dan menciptakan tata tertib, yang harus di taati
oleh setiap anggotanya, menurut keyakinan dan kekuasaan hukum itu.
a. HMN. Poerwosutjipto (1998:1)
Menyatakan sebagai berikut. Hukum adalah keseluruhan norma, yang oleh
penguasa negara atau penguasa masyarakat yang berwenang menetapkan hukum,
dinyatakan atau di anggap sebagai peraturan yang mengikat bagi Sebagian atau
seluruh anggota masyarakat, dengan tujuan mengadakan suatu tatanan yang
dikehendaki oleh penguasa tersebut.
b. Prof. Dr. Soerjono soekanto, S.H., M.A., dan Purnadi purbacaraka, S.H.
(1978:12)
Hukum diartikan sebagai : Ilmu pengetahuan, suatu disiplin, kaidah, tata
hukum, petugas, (law enforcement officer), keputusan penguasa, proses
pemerintahan, sikap tindak ajeg atau perilaku yang teratur dan nilai nilai.

1.1.2 Definisi Bisnis


Bisnis adalah serangkaian usaha yang dilakukan individu atau kelompok
dengan menawarkan barang dan jasa untuk mendapatkan keuntungan (laba). Arti
bisnis juga bisa didefinisikan sebagai menyediakan barang dan jasa guna untuk
kelancaran sistemperekonomian. Dalam arti luas, pengertian bisnis adalah istilah
umum yang menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang memproduksi
barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulannya, pengertian bisnis
memuat 4 aspek yakni, menghasilkan barang dan jasa, mendapatkan laba, suatu
kegiatan usaha dan memenuhikebutuhan masyarakat dalam sehari-hari.

Adapun Menurut para ahli:

a. Peterson

Bisnis Merupakan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan penjualan


ataupun pembelian barang dan jasa secara konsisten.
3
b. Prof.L.R.Dicksee

Bisnis adalah suatu bentuk aktifitas yang utamanya bertujuan untuk


memperoleh keuntungan bagi yang mengusahakan atau yang berkepentingan
dalam terjadinya aktivitas tersebut.

1.1.3 Definisi Hukum Bisnis


Istilah hukum bisnis sebagai terjemahan dari istilah “bussines law” banyak
dipakai dikalangan akademisi maupun kalangan praktisi. Istilah hukum bisnis lebih
popular daripada istilah-istilah lain misalnya istilah hukum dagang dan hukum
perusahaan.

Hukum bisnis lahir karena adanya istilah bisnis. Oleh karena itu, secara luas
kegiatan usaha bisnis diartikan Sebagian kegiatan uasaha yang dijalankan oleh
orang atau badan usaha (perusahaan) secara teratur dan terus menurus, yaitu berupa
kegiatan mengadakan berang-barang atau jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk
diperjual belikan atau disewakan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.

Menurut Munir Fuady, yang dimaksud dengan hukum bisnis adalah suatu
perangkat kaidah hukum yang mengatur tentang cara-cara pelaksanaan urusan atau
kegiatan dagang, industry atau keuangan yang dihubungan dengan produksi atau
pertukaran barang atau jasa dengan menempatkan uang dari para enterpreneur
dalam resiko tertentu dengan usaha tertentu dengan motif dari enterpreneur
tersebut untuk mendapatkan keuntungan tertentu .

Menurut Zaeni Asyhadie, hukum bisnis adalah serangkaian peraturan yang


berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan urusan-urusan
perusahaan dalam menjalankan roda perekonomian.

Adapun menurut Johanes Ibrahim dan Lindawaty sewu, hukum bisnis adalah
seperangkat kaidah-kaidah hukum yang diadakan untuk mengatur serta
menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul dalam aktivitas antar manusia

4
khususnya dalam bidang perdagangan.

Contoh hukum bisnis adalah undang- undang perlindungan konsumen (UU


No. 8 tahun 1999). Dalam undang- undang perlindungan konsumen dalam pasal
disebut diatur tentang kewajiban pengusaha mencantumkan lebel halal dan
kadaluarsa pada setiap produk yang ia keluarkan. Dengan kewajiban tersebut
konsumenterlindungi kesehatannya karena ada jaminan perlindungan jika produk
sudah kadaluarsa. Begitu juga dengan konsumen umat islam adanya lebel halal
akan terjamin dari mengkonsumsi produk haram.

1.2 Sumber Sumber Hukum Bisnis


1.2.1 Definisi Sumber Hukum
Sumber hukum ialah segala sesuatu yang dapat menimbulkan aturan hukum
yaitu aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni
aturan aturan yang kalau di langar mengakibatkan sanksi yang tegas dan memaksa.
(CST. Kansil, 1984:46).
a. Sumber hukum materil

Sumber hukum materil adalah factor-faktor yang turut serta menentukan isi
hukum, yaitu pertama, faktor idiil adalah patokan-patokan yang tetap mengenai
keadilan yang harus ditaati oleh para pembentuk undang-undang ataupun para
pembentuk hukum yang lain dalam melaksanakan tugasnya. Kedua, faktor
kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-benar hidup dalam masyarakat dan
tunduk pada aturan-aturan yang berlaku sebagai petunjuk hidup masyarakat yang
bersangkutan dan yang termasuk dalam kategori faktor kemasyarakatan.

b. Sumber hukum formal

Sumber hukum formal adalah sumber dengan bentuk tertentu yang merupakan
dasar berlakunya hukum secara formal. Definisi lain menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan sumber hukum formal adalah sumber hukum yang bersangkut
paut dengan masalah prosedur atau cara pembentukannya. Bentuk sumberhukum
formal ialah sebagai berikut:
1. Undang-Undang

Undang-undang merupakan peraturan negara yang dibentuk oleh alat

5
perlengkapan negara yang berwenang dan mengikat masyarakat. Undang- undang
dapat dibedakan menjadi dua yaitu undang-undang dalam arti materil dan undang-
undang dalam arti formal.

2. Kebiasaan atau hukum tak tertulis

Kebiasaan merupakan perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang


dilakukan secara berulang-ulang dan terhadapnya dipertalikan adanya ide hukum
sehingga perbuatan tersebut diterima dan dilakukan oleh suatumasyarakat.
Menurut Soerjono seoekanto sebagaimana dikutip oleh Ishaq, hukum adat
hakikatnya merupakan hukum kebiasaan, namun kebiasaan yang mempunyai
akibat hukum ( das sein das sollen). Tidak semua kebiasaan dapat menjadi sumber
hukum. Kebiasaan yang dapat menjadi sumber hukum menurut Sudikno
Mertekusumo harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Syarat materiel

Adanya kebiasaan atau tingkah laku yang tetap atau diulang, yaitu suatu
rangkaian perbuatan yang sama, yang berlangsung untuk beberapa waktu lamanya
(longa et invetarata cosuetudo).
b. Syarat intelektual

Kebiasaan itu harus menimbulkan keyakinan umum bahwa perbuatan itu


merupakan kewajiban hukum.
c. Adanya akibat hukum, apabila hukum kebiasaan dilanggar.

3. Yurisprudensi
Yurisprudensi merupakan istilah teknis hukum Indonesia, sama artinya dengan
jurisprudentie dalam Bahasa Belanda dan jurisprudence dalamBahasa Perancis,
yang berarti “peradilan tetap” atau “hukum peradilan”.
Menurut Zainal Asikin, yang dimaksud dengan jurisprudenz (yurisprudensi)
adalah putusan-putusan hakim atau pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap dan dibenarkan oleh Mahkamah Agung sebagai pengadilan kasasi atau
putusan Mahkamah Agung sendiri yang sudah berkekuatan hukum tetap.
Menurut Muhammad Sadi Isa, ada dua jenis yurisprudensi, yaitu sebagai berikut:
a. Yurisprudensi tetap

Yurisprudensi tetap yaitu putusan hakim yang terjadi karena rangkaian putusan
6
yang serupa atau sama, dan dijadikan dasar bagi pengadilan (standard arreisten)
untuk memutuskan suatu perkara.
b. Yurisprudensi tidak tetap

Yuridprudensi tidak tetap yaitu putusan hakim terdahulu yang tidak dijadikan
dasar bagi pengadilan (bukan standard arreisten). Yurisprudensi tidak tetap ini
pada umumnya yurisprudensi yang merupakan undang-undang (hukum materil)
yang tidak pernah digunakan sebagai sumber hukum oleh hakim-hakim berikut
atau di bawahnya.

4. Traktat (Treaty)

Traktat adalah perjanjian yang dilakukan oleh kedua negara atau lebih.
Perjanjian yang dilakukan oleh dua negara disebut traktat bilateral, sedangkan
perjanjian yang dilakukan oleh lebih dari dua negara disebut traktat multilateral.
Selain itu, juga ada yang disebut sebagai traktat kolektif, yaitu perjanjian antara
beberapa negara dan kemudian terbuka bagi negara- negara lain untuk
meningkatkan diri dari perjanjian tersebut.

5. Doktrin

Doktrin adalah pendapat para sarjana hukum terkemuka yang besar


pengaruhnya terhadap perkembangan hukum pada umumnya dan secara khusus
kepada hakim dalam mengambil keputusannya.

1.3 Hubungan Ekonomi Dengan Hukum


Hukum ekonomi lahir disebabkan karena semakin pesatnya pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi nasional maupun internasional. Seluruh negara di dunia ini
menjadikan hukum sebagai alat untuk mengatur dan membatasi kegiatan-kegiatan
ekonomi, dengan tujuan agar perkembangan perekonomian tersebut tidak merugikan
hak-hak dan kepentingan masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hukum
itu tidak hanya berupa pengaturan terhadap aktivitas ekonomi, tetapi juga bagaimana
pengaruh ekonomi terhadap hukum.

Hubungan hukum dengan ekonomi bukan hubungan satu arah, tetapi hubungan
timbal balik dan saling mempengaruhi. Kegiatan ekonomi yang tidak didukung oleh
7
hukum akan mengakibatkan terjadi kekacauan, sebab apabila para pelaku ekonomi
dalam mengejar keuntungan tidak dilandasi dengan normahukum maka akan
menimbulkan kerugian salah satu pihak dalam melakukan kegiatan ekonomi.
Sementara ada ahli hukum mengatakan bahwa hukum selalu berada dibelakang
kegiatan ekonomi, setiap kegiatan ekonomi dilakukan oleh seseorang pasti kegiatan itu
diikuti oleh norma hukum yang menjadi rambu pelaksananya. Hukum yang mengikuti
kegiatan ekonomi ini merupakan seperangkat norma yang mengatur hubungan kegiatan
ekonomi dan ini selalu dipengaruhi oleh system ekonomi yang dianut oleh suatu negara.
Untuk Indonesia dasar kegiatan hukum ekonomi itu terletak pada pasal 33 UUD 1945
dan beberapa peraturan deviratif lainnya.

Hukum dan ekonomi ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan dan
saling melengkapi. Di negara-negara maju (seperti Singapura) sebelum produk-produk
ekonomi diterjunkan ke pasar bebas, terlebih dahulu dibuat aturan hukum untuk
melindungi penggunaa produk-produk ekonomi tersebut oleh masyarakat. Misalnya
dalam bidang produk handphone, masyarakat dilarang keras mempergunakan
handphone ditempat-tempat umum yang memerlukan ketenangan seperti di
perpustakaan, di rumah sakit dan juga dilarang mempergunaan handphone dikala
menyetir kendaraan. Apabila hal tersebut dilakukan maka dihukum dengan hukuman
berat. Di Indonesia, hal ini belum banyak dilakukan, banyak produk-produk ekonomi
telah diluncurkan, hukum belum dibuat menyertai produk ekonomi tersebut. Orang-
orang bebas mempergunakan handphone semaunya, disembarang tempat dan situasi.
Demikian juga dengan produk-produk ekonomi lain, seperti computer dan penggunaan
alat-alat elektronik dalam bidang ekonomi, sebahagian besar produk-produk itu belum
ada hukum yang mengaturnya untuk menuju kepada ketertiban dan kedamaian.

2. Konsep Hukum Bisnis Syariah


2.1 Definisi Hukum Bisnis Syariah
2.1.1 Definisi Hukum
Hukum sendiri berasal dari Bahasa Arab hakama-yahkumu-hukman
(masdar) yang dalam kamus Bahasa Arab-Indonesia Mahmud Junus diartikan
dengan menghukum dan memerintah. Hukum juga diartikan dengan memutuskan,
menetapkan, dan menyelesaikan setiap permasalahan.

Hukum adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah


Swt, dan sunnah rasul mengenai tingkah laku mukallah (orang yang sudah dapat
8
dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini yang mengikat bagi semua
pemeluknya. Dan hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh rasul untuk
melaksanakannya secara tetap.

Dalam ilmu ushul fiqih di kenal beberapa istilah yang berkaitan dengan
hukum,yaitu hukum hakim, mahkoum fihi, dan mahkoum alaih, dalam Bahasa,
hukum berarti man’u yang berarti mencegah, hukum juga berarti qadla yang berarti
keputusan. Adapun secara istilah,pengertian hukum menurut para ulama ushul
adalah alamat jalan yang berhubungan dengan fungsi debitur, murid atau pilihan dan
keadaan.

Dapat di simpulkan bahwa hukum berarti suatu ketentuan atau peraturan


yang harus di laksanakan dan siapa yang melanggarnya akan mendapat hukuman
atau sangsi sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan.

2.1.2 Definisi Bisnis


Bisnis adalah segala usaha manusia delam memenuhi kehidupan hidup
berupa aktifitas produksi, distribusi, konsumsi dan perdagangan baik berupa barang
maupun jasa yang sesuai dengan aturan aturan dan hukum hukum Allah Swt., yang
terdapat dalam al’quran dan as’sunnah.

2.1.3 Definisi Syariah


Secara Etimologis atau Bahasa, Syariah adalah jalan ketempat pengairan,
atau jalan yang harus diikuti, atau tempat lalu air sungai. Pengertian syariah menurut
pakar hukum Islam adalah “Segala titah Allah yang berhubungan dengan tingkah
laku manusia diluar yang mengenai akhlak” (Amir Syarifuddin; 1999:1). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa syariah adalah ketentuan-ketentuan Allah Swt.,
yang wajib dipatuhi baik terkait dengan masalah akidah (Tauhid), ibadah
(Hubungan dengan Allah), dan Muamalah (Hubungan sesama manusia).

2.1.4 Hukum Bisnis Syariah


Bisnis syariah adalah merupakan keseluruhan dari peraturan peraturan dan
ketentuan ketentuan hukum yang berkaitan dengan peraktik bisnis secara syar’i atau
sesuai dengan syariah, guna meningkatkan kesejahteraan dan kemaslahatan

9
manusia.dalam hukum bisnis syariah juga menggandung makna aturan aturan yang
terkait dengan hukum hukum yang berhubungan antara manusia dengan manusia
lainnya,di mana secara khusus dalam fiqih islam termasuk bagian dari fiqih
muamalah.

2.2 Prinsip-Prinsip Hukum Bisnis Syariah


Secara umum, prinsip-prinsip hukum bisnis syariah adalah sebagai berikut:

1. Prinsip tauhid, islam melandaskan kegiatan ekonomi sebagai suatu usaha untuk
bekal ibadah kepada Allah Swt., sehingga tujuan usaha bukan semata mata
mencari keuntungan atau kepuasan materi dan kepentingan pribadi melainkan
mencari keridhaan Allah Swt., dan kepuasan spiritual dan social.

2. Prinsip keadilan, keadilan adalah suatu prinsip yang sangat penting dalam
mekanisme perekonomian islam.bersikap adil dalam ekonomi tidak hanya di
dasarkan pada ayat ayat Al-qur’an dan sunnah nabi tetapi juga di dasarkan pada
pertimbangan hukum alam. Alam diciptakan berdasarkan atas prinsip
keseimbangan dan keadilan. Adil dalam ekonomi bisa di terapkan dalam
penentuan harga, kualitas, produksi, perlakuan terhadap pekerja, dan dampak
yang timbul dari berbagi kebijakan ekonomi yang di keluarkan.

3. Prinsip perwakilan (khalifah), manusia adalah khalifah (wakil) tuhan di muka


bumi. manusia telah dibekali dengan semua karakteristik mental dan spiritual
serta materi untuk memungkinkan hidup mengemban misinya secara efektif.

4. Prinsip kenabian, membuah atau kita lebih familiar dengan isitilah kenabian. Di
era sekarang memang sudah tidak ada nabi seperti halnya Rosulullah Saw.,
paling tidak perangai dan ahlak nabi di jadikan sebagai contoh atau teladan
dalam menjalankan prodak perekonomian.

5. Prinsip ma’ad atau hasil, jika diartikan, ma’ad dalam perekonomian disebut
dengan laba. Laba yang di peroleh harusnya di dapatkan dengan cara yang baik,
tidak dengan cara kurang. Dalam menjalankan perekonomian, ridak dapat di
pungkiri jika banyak cara cara curang demi mendapatkan hasil yang banyak.

Banyak pula yang mementingkan orang lain, demi kepentingan pribadi. Hal hal
seperti inilah yang perluh di hindari. Karna hasil yang tidak baik akan
mempengaruhi penilaian tuhan kepada sikap. Secara ahlak pun juga tidaklah di
10
sarankan.

Dari kelima prinsip ekonomi islam maka erat kaitannya dengan dukungan
kepemilikan multi jenis, kebabasan bertindak atau berusaha dengan karean serta
keadilan social. Di mana ketiga pembangun tersebut yang kemudian di sebut dengan
prinsip derivative.

2.3 Tujuan, Filosofi, dan Metodologi Hukum Bisnis Islam


2.3.1 Tujuan Hukum Bisnis Islam
Tujuan akhir ekonomi islam adalah sebagaimana tujuan dari syariat islam itu
sendiri (maqashid asy syariah), yaitu mencapai kebahagian di dunia dan akhirat
(falah) melalui suatu taat kehidupan yang baik dan terhormat (Hayyah thayyibah).

Memelihara hak milik atau harta merupakan kewajiban dalam rangka


memelihara dan menjaga harta benda dengan baik. Berbagai kegiatan bisnis, serta
perjanjian pada perdagangan, barter, bagi yang akan terjadi, serta sebagainya
dianjurkan oleh agama islam tujuannya melindungi harta seorang muslim supaya
bisa melangsungkan kehidupan agar memperoleh kesejahteraan. Agama islam
melarang hingga mengharamkan dalam hal pencurian, menipu, penimbunan dan
segala aktifitas yang berkaitan dengan riba, karena dalam mendapatkan harta harus
dilakukan dengan proses atau usaha usaha yang dibolehkan dalam islam. Contohnya
berdagang dan mengolah industry.

Inilah kebahagiaan hakiki yang di inginkan oleh setiap manusia, bukan


kebahagiaan semu yang sering kali pada akhirnya justru melahirkan penderitaan dan
kesengsaraan. Dalam konteks ekonomi tujuan falah yang ingin dicapai oleh
ekonomi islam meliputi aspek mikro ataupun makro, mencakup horison waktu dunia
ataupun akhirat.

Mashlahah harus di wujudkan sesuai dengan car acara yang sesuai dengan
syariat islam sehingga akan terbentuk suatu peradaban yang luhur. Peradaban Islam
adalah peradaban yang mengedepankan aspek budi pekerti atau akhlak, baik
manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia, makhluk lain di alam semesta
ini dan hubungannya dengan Tuhan.

Upaya pencapaian mashlahah dan keadilan harus dilakukan dengan dasar


akhlak Islam sehingga tidak memperuncing konflik sosial. Mashlahah sebagai

11
insentif ekonomi, konsep dan pemahaman mengenai kepemilikan harta membawa
implilkasi kepada motivasi dan insentif setiap individu.

2.3.2 Filosofi Hukum Bisnis Islam


Al-Quran memandang kehidupan manusia sebagai sebuah proses yang
berkelanjutan. Dalam pandangan Al-Quran, kehidupan manusia itu di mulai sejak
kelahirannya namun tidak berhenti saat kematiannya. Hidup setelah mati, adalah
sebuah rukun iman yang sangat penting dan esensial. Dia berada di bawah satu
timgkat setelah keimanan kepada Allah SWT. Tanpa keimanan pada hal yang sangat
vital ini, semua struktur dan system keimanan Al-Quran akan rusak dan berantakan.

Manusia harus bekerja bukan hanya meraih sukses di dunia ini namun juga
kesuksesan di akhirat. Semua kerja sesseorang akan mengalami efek yang demikian
besar pada diri seseorang, baik efek positif dan konstruktif maupun efek negatif dan
destruktif. Dia harus bertanggung jawab dan harus memikul semua kuensekuensi
dan transaksinya selama didunia ini pada saatnya nanti di akhirat yang kemudian di
kenal dengan yaumul hisab sebagaimana hari itu juga disebut sebagai yaum al-diin.

2.3.3 Metode Hukum Bisnis Islam


Menurut Hassan (1998) ada dua pendekatan metodologi yang digunakan
dalam membangun ilmu ekonomi. Pertama, all-or-nothing approach yaitu
pendekatan yang berpegang pada prinsip “syariah total atau tidak syariah sama
sekali” maksudnya adalah seluruh teori dan konsep ekonomi konvensional
dinegasikan dan diruntuhkan, kemudian dibangunlah ilmu ekonomi Islam dengan
definisi dan konseptualisasinya sendiri.

Akan tetapi, kelemahan pendekatan ini seringkali tidak aplikatif dan sulit di
realisasikan. Kedua, step by step approach yaitu pendekatan gradual maksudnya
pendekatan ini terjadi proses filterisasi ilmu ekonomi konvensional dengan
mengeliminasi komponen-komponen yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Namun kelemahan pendekatan ini adalah munculnya kritik bahwa ekonomi Islam
hanya “mengekor” ekonomi konvensional semata, sehingga original keilmuannya
sering dipertanyakan (Beik 2016).

Metodologi ekonomi Islam akan menjelaskan kriteria ilmiah untuk

12
melahirkan teori ekonomi Islam yang sesuai dengan sumber pengetahuan yang
diakui dalam epistemologi Islam. Dalam hal ini menurut Al-Attas (1993) yang
menjadi tantangan adalah bagaimana melahirkan metodologi yang tepat sehingga
kita dapat melahirkan ilmu yang benar dan menghindari kecacatan atau kesalahan
dalam proses ilmiah dalam timbangan epistemologi Islam sebagaimana yang terjadi
dalam tradisi ilmiah Barat akibat sekularisasi dan reduksi dalam metodologi ilmiah
mereka (Furqani 2018, 32).

2.4 Sumber Hukum Bisnis Syariah


Sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan pedoman atau yang
menjadi sumber ajaran Islam. Sumber hukum Islam ada yang disepakati para ulama
(muttafaq) dan ada yang masih diperselisihkan (mukhtalaf). Sumber hukum Islam
yang disepakati jumhur ulama adalah al-Qur’an, al-Sunnah (al-Hadits), dan ijma’.

Al-qur’an telah tegas menyatakan kepada manusia untuk berbisnis dalam


mencari sebagian rezeki yang telah disediakan oleh Allah untuk mencukupi
kebutuhan hidup manusia didunia. Sesuai dengan firman Allah yang terdapat dalam
QS. Al-Jumu’ah/62: 10.

Berdasarkan tuntunan kitab suci al-qur’an dan hadis, kegiatan bisnis yang
dilakukan oleh setiap muslim dapat menunjang perekonomian masyarakat dan
merupakan salah satu kewajiban setiap muslim supaya menjadi manusia yang
produktif dan melalui cara yang baik dan halal. Oleh karena itu, setiap muslim
dilarang untuk menjadi pengangguran dan sangat dianjurkan untuk bekerja keras.
Setiap muslim dilarang untuk meminta-minta, karena termasuk salah satu perbuatan
yang merendahkan martabatnya sendiri.

Banyak hadis yang membahas tentang anjuran berbisnis supaya manusia


memperoleh rezeki halal yang sesuai dengan tuntunan Islam. Berikut ini hadis yang
membahas tentang perintah berbisnis, yaitu:

“Tidak ada seorang yang memakan satu makanan pun yang lebih baik dari
makanan hasil usaha tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud AS
memakan makanan dari hasil usahanya sendiri”

“Dari Rifa’ah Ibn Rafi’ ra., sesungguhnya Nabi saw pernah ditanya oleh seorang
pemuda tentang usaha apakah yang paling baik? Beliau bersabda:

13
“Ialah usaha atau pekerjaan dengan menggunakan tangannya sendiri dan setiap
jual beli yang baik”. (HR. Baihaqi).

Hadis diatas menjelaskan kepada kita bahwa usaha yang paling baik adalah usaha
yang dikerjakan oleh tangan sendiri, karena itu lebih baik manfaatnya. Karena
aktivitas bisnis dapat menunjang perekonomian masyarakat, dan Islam telah
menganjurkan setiap diri seorang muslim tertanam tentang pentingnya berbisnis.

Ijma’ seringkali tidak disebut sebagai sumber hukum Islam yang ketiga karena
ijma’ merupakan sumber hukum naqliyah “tambahan”. Ijma’ termasuk sumber
hukum naqliyah sebab ia ditransmisikan melalui kabar atau periwayatan dari satu
orang ke orang lain, dari satu generasi ke generasi berikutnya dan kualitas
periwayatannya pun harus mutawatir.

2.5 Posisi dan Ruang Lingkup Hukum Ekonomi Islam


Secara garis besar systematika hukum islam dapat di kelompokkan menjadi 3
bagian, yaitu:

1. Hukum I’tiqodiyah

Hukum I’tiqodiyah merupakan hukum tentang jiwa atau rohani manusia


dengan Tuhannya, serta apapum yang menyangkut keimanan manusia tersebut
terhadap Tuhan yang disembah.

Hukum I’tiqodiyah yaitu mengatur Hubungan Rohaniyah antara manusian


dengan tuhan dan hal-hal dalam keimanan. Hukum dalam bidang ini kemudian
berkembang menjadi ilmu ilmu, ilmu kalam.

Hukum I’tiqodiyah membahas keyakinan yang semestinya harus di pegang


teguh oleh setiap muslim. Bagian ini adalah bagian pokok dari agama. Di
dalamnya berbicara perihal:

1) Iman kepada Allah

2) Iman kepada malaikat

3) Iman kepada kitab kitab Allah

4) Iman kepada Rasul

5) Iman kepada hari kiamat

14
6) Iman kepada qada dan qadar Allah

2. Hukum khuluqiyah

Hukum ini mengatur sebagaimana semestinya manusia beretika. Hukum


ini berisi tentang:

1. Tatakrama kepada allah

2. Tatakrama kepada diri sendiri

3. Tatakrama kepada orang lain

4. Tatakrama kepada lingkungan

5. Tatakrama kepada alam

6. Tatakrama kepada negara, atau bahkan terhadap jin

3. Hukum Amaliyah

Hukum ini menitikberatkan pada perbuatan. Mengatur sebagaimana mestinya


manusia bertindak, mencurahkan penghambaannya kepada Sang pencipta, serta
menunaikan segala kewajibannya sebagai makhluk individu dan social.

Dengan adanya hukum ini. Diharapkan ketentraman hidup manusia dapat


terwujud. Hukum syariah amaliyah dibagi menjadi dua yaitu:

1. Ibadah

Mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya. Meski demikian dalam


pelaksanaannya melibatkan sisi social tertentu. Manusia dituntut melaksanakan
perintah allah sebagai implementasi kehambaan kepada Allah SWT.

2. Muamalah

Hukum ini mengatur hubungan antara manusia (makhluk). Menyangkut


dengan kepentingan individu, kelompok, atau masyarakat secara umum.

Hukum amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tatacara amal.
Seperti sholat, zakat, puasa, dan seluruh hukum-hukum amaliyah. Bagian ini
disebut far’iyah (cabang agama), karena ia dibangun diatas i’tiqodiyah. Benar

15
dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar dan rusaknya I’tiqodiyah. Maka
aqidah yang benar adalah fundament bagi bangunan agama serta merupakan
syarat sahnya amal.

2.6 Konsep Bisnis Dalam Al-Qur’an


Al-Qur’an menekankan bahwa sebuah bisnis yang kecil lewat jalan halal dan
thayyib (baik), jauh lebih baik dari pada bisnis besar yang dilakukan dengan cara
yang haram dan khabits (jelek). Perilaku bisnis yang benar menurut al qur’an
adalah menepati janji dan kesepakatan, menjaga Amanah dan janji, adil dan
moderat dalam berhubungan dengan sesama, memiliki masa depan yang tajam
untuk mengatur dan menyimpan sesuatu guna menghadapi masa-masa sulit, serta
selalu ingat Allah dengan membayar zakat dan menunaikan sholat.

Al-Qur’an memperingatkan dengan jelas bahwa seluruh aksi dan transaksi,


bahkan niat dan delibrasi dari setiap manusia, selalu di sorot dan di monitor
dengan cara yang akurat, karena allah itu maha melihat, maha mendengar, dan
maha tahu terhadap semua yang dilakukan dan di transaksikan dengan manusia.
Namun lebih dari pada itu, banyak ayat-ayat al qur’an mengatakan dengan
adanya catatan dan buku amal yang dengan teliti dan seksama telah dipersiapkan
untuk diserahkan kepada manusia pada hari akhir nanti.

Dengan pembahasan singkat diatas, dapat kita Tarik kesimpulan bahwa


konsep al-qur’an tentang bisnis sangat komperhensif dan parameter yang
digunakan menyangkut urusan dunia dan akhirat. Bisnis yang sukses menurut al
qur’an adalah bisnis yang membawa keuntungan pada pelakunya dalam dua fase
kehidupan, yakni dunia dan akhirat, sehingga saat terjadi konflik diantara
keduanya maka Tindakan yang bijak sangat di butuhkan, yakni dengan
meninggalkan keuntungan yang cepat namun fana, demi memperoleh
keuntungan yang abadi untuk yaumil akhir nanti.

2.7 Tujuan Bisnis Dalam Al Qur’an


Menurut Veithzal Rifai, bisnis dalam islam bertujuan untuk mencapai empat
hal, yaitu sebagai berikut:

1. Target hasil: profit materi dan benefit nonmateri

16
Tujuan bisnis tidak selalu mencari profit (qimah madiyah atau nilai materi),
tetapi harus dapat memperoleh dan memberikan (benefit) keuntungan dam
manfaat nonmateri, baik bagi si pelaku bisnis sendiri maupun pada lingkungan
yang lebih luas, seperti terciptanya suasana persaudaraan, kepedulian social dan
sebagainya.

2. Pertumbuhan

Jika profit materi dan benefit nonmateri telah diraih, maka diupayakan
pertumbuhan akan kenaikan terus menerus meningkat setiap tahunnya dari profit
dan benefit tersebut. Upaya pertumbuhan ini tentu dalam koridor syariah.

3. Keberlangsungan

Pencapaian target hasil dan pertumbuhan harus terus diupayakan


keberlangsungannya (waktu) yang cukup lama dan dalam menjaga
keberlangsungan itu pada koridor syariat islam.

4. Keberkahan

Para pengelola bisnis harus mematok orientasi keberkahan ini menjadi visi
bisnisnya, agar senantiasa dalam kegiatan bisnis selalu berada dalam kendali
syariat dan di raihnya keridhaan Allah.

Tujuan bisnis tidak semata-mata untuk mencari profit atau nilai materi, tetapi
harus dapat memperolah dan memberikan keuntungan atau manfaat nonmateri
bagi pelaku bisnis itu sendiri maupun lingkup yang lebih luas seperti tercipatanya
suasana persaudaraan, kepedulian sosial, dan sebagainya.

17
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mempelajari hukum bisnis tentulah amat penting bagi meningkatnya
perekonomian suatu negara, tudak hanya mendapatkan keuntungan secara nyata,
kita juga dapat mereih keuntungan di dunia maupun di akhirat asalkan sesuai
dengan syariat-syariat Islam yang talah ditetapkan.
Baik mempelajari hukum bisnis maupun hukum bisnis syariah, keduanya
sangat bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain yang mau melakukan
bisnis atau berbisnis. Hukum dan bisnis tidak dapat dipisahkan, karena
keduanya saling melengkapi agar terciptanya kegiatan bisnis yang lebih adil dan
efisien.

B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam pembuatan makalah. Tentang makalah di atas dengan
sumber sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk
saran bisa berupa kritik atau saran yang membangun terhadap penulisan juga bisauntuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahan makalah yang telah dijelaskan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Imaniyati, Neni Sri. Dan Putra, Panji Adam Agus. 2017. Hukum Bisnis. Hal 4-31. Bandung
Refika Aditama.
Tambunan, Toman Sony. Dan Tambunan, Wilson RG. 2019. Hukum Bisnis. Volume 4.
Bandung: Prenada Media.
Santoso, Edi. 2018. Pengaruh Era Globalisasi Terhadap Hukum Bisnis Di Indonesia. Volume 2.
Bandung: Prenada Media.
Simanjuntak, Augustinus. 2018. Hukum Bisnis: sebuah pemahaman intergratif antara hukum
dan praktik bisnis. Rajawali Pers.
Adnan, Indra Muchlis, Sufian Hamim, Dan Tiar Ramon. 2016. Hukum Bisnis. Hal 1-4.
Yogyakarta: Trussmedua Grafika.
Heryanto, Trisna Yuli. 2018. “Apa saja kelebihan dan kekurangan dari penggunaan sistem
ekonomi syariah”. https://www.dictio.id/t/apa-saja-kelebihan-dan-kekurangan-dari-
penggunaan-sistem-ekonomi-syariah/26364/2. Diakses pada tanggal 24 february
2023.
Pabbu, Amiruddin, dan Rahman syamsuddin. 2014. Pengantar ilmu hukum. Jakarta: Mitra
wacana media.
Asyhadie. Zaeni. 2016. Hukum bisnis: Prinsip dan pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta:
PT. Rajagrafindo persada.

19

Anda mungkin juga menyukai