Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TRANSAKSI DALAM BISNIS ISLAM

LOGO

Disusun Oleh :

Nama :

NPP :

Kelas :

JURUSAN

FAKULTAS

UNIVERSITAS

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat tuhan yang maha esa, yang telah
memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Transaksi dalam Bisnis Islam”.

Meskipun banyak hambatan yang saya alami dalam proses pengerjaannya,


tetapi saya berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa
saya sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing saya, yang telah membantu
dan membimbing dalam mengerjakan makalah ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang


juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini. Tentunya ada hal-hal yang ingin saya berikan kepada
masyarakat dari hasil makalah ini.

Karena itu saya berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita bersama. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan.

Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

12 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

1.3. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Definisi Bisnis dalam Islam .......................................................................... 3

2.2 Prinsip-prinsip Bisnis Islam .......................................................................... 4

2.3 Mudarabah dan Musharakah ......................................................................... 5

2.4 Murabahah dan Salam ................................................................................... 7

2.5 Keuntungan dan Tantangan dalam Murabahah dan Salam ........................... 9

2.6 Ijarah dan Istisna ......................................................................................... 11

2.7 Strategi Menghindari Riba .......................................................................... 12

2.8 Etika Bisnis Islam ........................................................................................ 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 17

3.2 Saran ............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi dinamika bisnis global, etika bisnis yang mencerminkan


nilai-nilai dan prinsip-prinsip keagamaan menjadi semakin penting. Dalam konteks
bisnis Islam, implementasi etika bisnis memainkan peran sentral dalam
membimbing perilaku dan keputusan bisnis yang sejalan dengan ajaran Islam. Etika
bisnis Islam mencakup sejumlah prinsip, termasuk transparansi dan keterbukaan,
tanggung jawab sosial, serta etika dalam negosiasi dan kesepakatan.

Transparansi dan keterbukaan dalam transaksi bisnis Islam menciptakan


fondasi kepercayaan yang kokoh di antara pelaku bisnis dan konsumen. Prinsip ini
mendorong pengungkapan informasi dengan jelas dan jujur, menghindari praktik-
praktik yang tidak adil atau penipuan dalam transaksi. Sementara itu, tanggung
jawab sosial dalam bisnis Islam menekankan pentingnya perhatian terhadap
kesejahteraan karyawan, partisipasi dalam inisiatif sosial, dan memberikan manfaat
positif bagi masyarakat. Ini mencerminkan visi bisnis Islam yang berkelanjutan,
tidak hanya dalam aspek keuangan, tetapi juga dalam kontribusinya pada
kesejahteraan sosial. Etika dalam negosiasi dan kesepakatan menjadi dasar dari
setiap transaksi bisnis. Integritas, keadilan, dan prinsip saling menguntungkan
memandu kesepakatan bisnis yang dihasilkan, menciptakan hubungan bisnis yang
kuat dan berkelanjutan. Prinsip ini tidak hanya berlaku dalam aspek keuangan,
tetapi juga mencakup penghargaan terhadap keberlanjutan lingkungan dan
tanggung jawab terhadap dampak sosial (Badroen, Mufraeni, dan BAshori 2015).

Dalam konteks global yang semakin terhubung, kesadaran akan pentingnya


etika bisnis Islam terus berkembang. Pelaku bisnis Islam diharapkan untuk tidak
hanya mencari keuntungan ekonomi, tetapi juga untuk menciptakan dampak positif
pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dalam kerangka ini, penelusuran lebih
lanjut tentang strategi yang dapat memperkuat penerapan etika bisnis Islam menjadi
semakin relevan dan krusial. Oleh karena itu, kajian ini akan mengeksplorasi lebih

1
lanjut prinsip-prinsip etika bisnis Islam dan memberikan saran-saran praktis untuk
memastikan kepatuhan dan penerapan yang efektif di berbagai tingkatan bisnis.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi bisnis dalam islam?


2. Apa saja prinsip-prinsip bisnis islam?
3. Bagaimana mudarabah dan musharakah?
4. Bagaimana murabahah dan salam?
5. Apa keuntungan dan tantangan dalam murabahah dan salam?
6. Bagaimana ijarah dan istisna?
7. Bagaimana strategi menghindari riba?
8. Bagaimana etika bisnis islam?

1.3. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui definisi bisnis dalam islam


2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip bisnis islam
3. Untuk mengetahui mudarabah dan musharakah
4. Untuk mengetahui murabahah dan salam
5. Untuk mengetahui keuntungan dan tantangan dalam murabahah dan salam
6. Untuk mengetahui ijarah dan istisna
7. Untuk mengetahui strategi menghindari riba
8. Untuk mengetahui etika bisnis islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bisnis dalam Islam


Definisi bisnis dalam Islam mencakup aspek ekonomi yang dijalankan sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah, yang merupakan aturan-aturan etika dan moral
dalam Islam. Bisnis Islam berbeda dengan bisnis konvensional karena memiliki
pedoman yang jelas yang diambil dari ajaran agama Islam. Berikut adalah beberapa
elemen utama yang mencirikan definisi bisnis dalam Islam:

1. Ketaatan pada Prinsip-Prinsip Syariah

Bisnis Islam harus beroperasi sesuai dengan ketentuan syariah, yang


mencakup hukum Islam yang berlaku dalam konteks bisnis. Ini termasuk larangan
terhadap riba (bunga), judi, dan aktivitas yang dianggap haram (terlarang) dalam
Islam.

2. Keadilan

Keadilan adalah nilai sentral dalam bisnis Islam. Pengusaha Muslim


diharapkan untuk bersikap adil dalam semua aspek bisnis, termasuk dalam
pembagian keuntungan, kontrak, dan perlakuan terhadap karyawan serta
konsumen.

3. Kejujuran

Bisnis dalam Islam ditekankan untuk beroperasi dengan integritas dan


kejujuran. Menipu, menyembunyikan informasi, atau melakukan tindakan curang
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

4. Larangan Riba

Bisnis Islam dilarang mengambil atau membayar riba. Riba dianggap sebagai
bentuk eksploitasi dan dapat merugikan masyarakat. Sebagai gantinya, bisnis Islam
diharapkan untuk menggunakan mekanisme keuangan yang sesuai dengan prinsip
syariah, seperti pembiayaan berbasis bagi hasil.

3
5. Tujuan Spiritual dan Moral

Tujuan bisnis dalam Islam tidak hanya terbatas pada pencapaian keuntungan
materi, tetapi juga mencakup tujuan spiritual dan moral. Pengusaha Muslim
diharapkan untuk menjadikan bisnis sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada
Allah dan memberikan manfaat positif kepada masyarakat.

6. Keseimbangan Ekonomi

Bisnis Islam bertujuan menciptakan keseimbangan ekonomi dalam


masyarakat. Ini mencakup distribusi kekayaan yang adil, pemenuhan kebutuhan
masyarakat, dan penghindaran ketidaksetaraan ekonomi yang berlebihan.

7. Tanggung Jawab Sosial

Bisnis Islam diharapkan untuk memiliki tanggung jawab sosial terhadap


masyarakat dan lingkungannya. Memberikan zakat (sumbangan amal) dan
berkontribusi pada pembangunan sosial merupakan bagian dari tanggung jawab
sosial bisnis Islam.

Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, bisnis Islam diharapkan dapat


menciptakan lingkungan ekonomi yang adil, berkelanjutan, dan sesuai dengan nilai-
nilai etika Islam (Budiwati 2018).

2.2 Prinsip-prinsip Bisnis Islam


Prinsip-prinsip bisnis Islam mencerminkan nilai-nilai etika dan moral yang
diakui dalam ajaran agama Islam. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang
prinsip-prinsip bisnis Islam:

1. Tawakal (Ketergantungan Penuh kepada Allah)

Tawakal dalam bisnis Islam mengacu pada sikap ketergantungan penuh


kepada Allah. Pengusaha Muslim diharapkan untuk berusaha maksimal, tetapi pada
saat yang sama mempercayai bahwa hasil akhirnya ada di tangan Allah. Ini
mencerminkan konsep bahwa usaha manusia perlu disertai dengan kepercayaan
pada takdir dan kehendak Allah.

2. Adil dan Jujur dalam Transaksi

4
Prinsip ini menekankan pentingnya keadilan dan kejujuran dalam setiap
transaksi bisnis. Adil dan jujur dalam bertransaksi menciptakan kepercayaan antara
pihak-pihak yang terlibat dan membentuk dasar yang kokoh untuk hubungan bisnis
yang berkelanjutan. Integritas dalam bisnis menjadi landasan untuk mencapai
keberlanjutan dan keberkahan.

3. Riba (Bunga)

Prinsip ini menekankan larangan terhadap riba atau bunga dalam transaksi
bisnis. Islam menganggap riba sebagai bentuk eksploitasi yang tidak adil, dan
larangan tersebut bertujuan untuk menciptakan keadilan dalam distribusi kekayaan.
Sebagai gantinya, bisnis Islam dianjurkan untuk menggunakan mekanisme
keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah, seperti pembiayaan berbasis bagi
hasil.

4. Keberlanjutan dan Keadilan Sosial

Prinsip ini menekankan keberlanjutan bisnis dan keadilan sosial. Dalam


konteks keberlanjutan, bisnis Islam diharapkan untuk mempertimbangkan
dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat. Ini mencakup tanggung jawab
sosial terhadap kesejahteraan masyarakat, perlindungan lingkungan, dan kontribusi
positif terhadap pembangunan sosial.

Prinsip-prinsip ini menciptakan landasan yang kuat untuk bisnis Islam yang
bertujuan lebih dari sekadar mencapai keuntungan materi. Mereka membimbing
pengusaha Muslim untuk menjalankan bisnis mereka dengan penuh integritas,
keadilan, dan tanggung jawab sosial, menciptakan dampak positif dalam
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

2.3 Mudarabah dan Musharakah


Dalam konteks bisnis Islam, Mudarabah dan Musharakah adalah dua bentuk
kemitraan atau kerjasama yang diatur oleh prinsip-prinsip syariah. Kedua konsep
ini memberikan kerangka kerja untuk pengelolaan modal dan risiko, serta
pembagian keuntungan dan kerugian dalam bisnis. Mari kita eksplorasi secara lebih
rinci tentang Mudarabah dan Musharakah.

5
1. Mudarabah
1) Definisi

Mudarabah adalah bentuk kemitraan antara pemilik modal (rab al-mal) dan
manajer atau pengusaha (mudarib). Pemilik modal menyediakan dana, sementara
manajer bertanggung jawab atas pengelolaan bisnis. Pembagian keuntungan
dilakukan sesuai kesepakatan awal, dan pemilik modal menanggung kerugian jika
bisnis mengalami kerugian.

2) Struktur

Dalam Mudarabah, pemilik modal tidak terlibat dalam manajemen harian


bisnis. Sebaliknya, manajer atau mudarib memiliki tanggung jawab penuh atas
operasional bisnis. Bagi hasil atau keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan,
tetapi kerugian ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal.

3) Contoh Transaksi Mudarabah

Contoh penerapan Mudarabah adalah ketika seorang investor menyediakan


modal untuk mendukung bisnis seorang pengusaha. Misalnya, investor
menyumbangkan dana untuk mendirikan sebuah toko atau proyek real estate. Jika
usaha berhasil, keuntungan dibagi sesuai kesepakatan, namun jika usaha mengalami
kerugian, investor menanggung kerugian tersebut.

2. Musharakah
1) Definisi

Musharakah adalah bentuk kemitraan di mana dua pihak atau lebih


menyatukan modal, keterampilan, dan sumber daya untuk mendirikan atau
mengelola bisnis bersama. Semua pihak terlibat aktif dalam manajemen dan berbagi
keuntungan serta kerugian sesuai dengan kesepakatan awal.

2) Struktur

Dalam Musharakah, semua pihak terlibat dalam pengambilan keputusan dan


manajemen bisnis. Masing-masing mitra memiliki hak untuk berpartisipasi dalam
operasional harian dan memberikan kontribusi sesuai dengan peran dan tanggung

6
jawab mereka. Keuntungan dan kerugian dibagi sesuai dengan kesepakatan, dan
risiko dibagikan di antara semua mitra.

3) Contoh Transaksi Musharakah

Sebagai contoh, dua pengusaha dapat menyatukan modal dan keterampilan


mereka untuk mendirikan sebuah perusahaan bersama. Mereka mungkin membuka
toko, usaha pertanian, atau proyek konstruksi. Keuntungan dan kerugian dibagi
sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya, dan semua mitra aktif
terlibat dalam pengelolaan bisnis.

Mudarabah dan Musharakah adalah instrumen keuangan yang


menggambarkan prinsip kemitraan dalam bisnis Islam. Sementara Mudarabah lebih
bersifat pasif bagi pemilik modal, Musharakah menekankan keterlibatan aktif dan
tanggung jawab bersama. Dengan memahami perbedaan dan karakteristik
keduanya, praktisi bisnis Islam dapat memilih struktur kemitraan yang sesuai
dengan kebutuhan dan nilai-nilai syariah. Dalam kedua kasus, tujuan utama adalah
menciptakan bisnis yang adil, berkelanjutan, dan sesuai dengan prinsip-prinsip
etika Islam.

2.4 Murabahah dan Salam


Murabahah dalam bisnis Islam melibatkan penjual yang mengungkapkan
biaya dan keuntungan, dengan pembeli menyetujui harga dan membayar secara
dicicil atau sekaligus. Contohnya adalah pembeli setuju dengan harga yang
ditentukan oleh penjual untuk barang yang disediakan.

Sementara itu, Salam adalah transaksi di mana pembeli membayar di muka


untuk barang yang akan diterima di masa mendatang, dengan harga dan spesifikasi
yang jelas ditentukan sejak awal (Pujiyanti dan Wahdi 2020). Sebagai contoh,
seorang petani menjual hasil panennya dengan pembayaran di muka dan
pengiriman barang di masa yang akan datang.

1. Murabahah
1) Definisi

Murabahah adalah bentuk transaksi jual beli dalam bisnis Islam di mana
penjual mengungkapkan biaya dan keuntungan secara terbuka kepada pembeli.

7
Harga jual termasuk biaya produksi, laba yang diumumkan, dan pembayaran dicicil
atau sekaligus oleh pembeli. Transaksi ini umumnya digunakan untuk pembiayaan
pembelian barang, seperti kendaraan, peralatan, atau properti.

2) Struktur
1 Permintaan Pembelian

Pembeli menyatakan keinginan untuk membeli suatu barang tertentu kepada


penjual.

2 Perjanjian Harga dan Pembayaran

Penjual mengumumkan biaya dan laba terbuka kepada pembeli. Pembeli


menyetujui harga yang telah ditentukan dan membayar secara dicicil atau sekaligus.

3 Pembayaran dan Penyerahan Barang

Pembeli membayar sesuai dengan kesepakatan. Penjual menyampaikan


barang kepada pembeli sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.

3) Contoh Transaksi Murabahah

Misalnya, seorang konsumen ingin membeli mobil. Dalam transaksi


Murabahah, penjual (mungkin bank atau lembaga keuangan Islam) mengumumkan
biaya produksi mobil, menambahkan laba yang diumumkan secara terbuka kepada
konsumen. Konsumen setuju dengan harga tersebut dan membayar sesuai dengan
kesepakatan, baik secara dicicil atau sekaligus.

2. Salam
1) Definisi

Salam adalah transaksi di mana pembeli membayar di muka untuk barang


yang akan diterima di masa mendatang. Harga dan spesifikasi barang telah
ditentukan secara jelas sejak awal. Transaksi Salam digunakan untuk mendukung
petani atau produsen dalam menghasilkan barang atau hasil pertanian dengan
memberikan pembiayaan di muka.

2) Struktur
1 Permintaan Penjualan

8
Produsen atau petani menyatakan keinginan untuk menjual produk atau hasil
pertanian mereka di masa mendatang.

2 Perjanjian Harga dan Pembayaran di Muka

Pembeli setuju untuk membayar di muka, dan harga serta spesifikasi barang
ditetapkan secara jelas. Pembeli membayar sejumlah tertentu di muka sebagai
bentuk pembiayaan.

3 Pengiriman Barang di Masa Mendatang

Produsen atau petani menghasilkan atau menanam produk sesuai dengan


kesepakatan. Barang dikirim kepada pembeli di masa mendatang sesuai dengan
perjanjian.

3) Contoh Transaksi Salam

Sebagai contoh, seorang petani yang membutuhkan modal untuk menanam


padi dapat menjual hasil panennya melalui transaksi Salam. Pembeli membayar
sejumlah tertentu di muka, dan petani menjanjikan untuk memberikan sejumlah
padi di masa mendatang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan sejak awal.

2.5 Keuntungan dan Tantangan dalam Murabahah dan Salam


1. Keuntungan
1) Kepastian Harga
1. Murabahah

Harga barang sudah ditentukan di awal transaksi, memberikan kepastian


kepada pembeli dan penjual. Ini mengurangi risiko fluktuasi harga pasar yang dapat
memengaruhi keuntungan atau kerugian di kemudian hari.

2. Salam

Harga dan spesifikasi barang sudah ditentukan sejak awal, memberikan


kejelasan kepada pembeli tentang apa yang akan diterimanya di masa mendatang.

2) Kemudahan Finansial
1 Murabahah

9
Memungkinkan pembiayaan untuk kebutuhan sekarang dengan pembayaran
dicicil atau sekaligus. Ini memberikan kemudahan finansial bagi pembeli yang
mungkin tidak mampu membayar sekaligus.

2 Salam

Pembayaran di muka dalam transaksi Salam memberikan kemudahan


finansial kepada penjual atau produsen untuk mendapatkan modal di awal proses
produksi.

2. Tantangan
1) Risiko Harga
1 Murabahah

Meskipun harga sudah ditentukan di awal, perubahan harga pasar bisa


menjadi tantangan. Jika harga turun setelah kesepakatan, penjual mungkin
menghadapi kerugian potensial.

2 Salam

Risiko harga juga berlaku dalam Salam, terutama jika harga pasar berubah
secara signifikan setelah kesepakatan, yang dapat memengaruhi keuntungan atau
kerugian di pihak penjual.

2) Tantangan Logistik
1 Murabahah

Logistik tidak menjadi tantangan signifikan dalam Murabahah karena barang


dikirim setelah pembayaran selesai.

2 Salam

Dalam Salam, penjual harus memenuhi kewajiban pengiriman di masa


mendatang. Tantangan logistik mungkin timbul, terutama jika ada kendala produksi
atau pengiriman yang dapat memengaruhi waktu dan kualitas barang yang akan
dikirim.

Keuntungan dan tantangan dalam Murabahah dan Salam mencerminkan


dinamika bisnis Islam yang berfokus pada prinsip-prinsip keadilan dan

10
transparansi. Kepastian harga dan kemudahan finansial adalah keuntungan utama
dari kedua transaksi ini, memungkinkan pihak yang terlibat untuk memiliki
visibilitas yang jelas terhadap transaksi. Namun, risiko harga dan tantangan logistik
tetap merupakan aspek yang perlu diatasi. Manajemen risiko yang baik dan
pemahaman mendalam tentang pasar serta logistik dapat membantu memitigasi
tantangan ini dan meningkatkan efektivitas kedua instrumen keuangan tersebut
dalam mendukung kegiatan ekonomi yang sesuai dengan prinsip syariah.

2.6 Ijarah dan Istisna


1. Ijarah
1) Definisi

Ijarah adalah konsep sewa atau leasing dalam bisnis Islam (Azizah 2020).
Dalam transaksi ini, pemilik aset menyewakannya kepada pihak lain dengan
pembayaran sewa yang disepakati. Aset yang dapat disewakan mencakup properti,
kendaraan, atau peralatan. Contoh penerapan Ijarah adalah ketika perusahaan
menyewa gedung kantor untuk keperluan bisnisnya.

2) Struktur
1 Penyewaan Aset

Pemilik aset menyewakan properti atau barang kepada pihak lain.

2 Kesepakatan Sewa

Pihak penyewa dan pemilik aset sepakat mengenai pembayaran sewa dan
periode sewa.

3 Pembayaran Sewa

Pihak penyewa membayar sewa sesuai dengan kesepakatan.

4 Pengembalian Aset

Setelah masa sewa berakhir, aset dikembalikan kepada pemilik.

2. Istisna'
1) Definisi

11
Istisna' adalah konsep pembuatan barang sesuai pesanan dalam bisnis Islam.
Dalam transaksi ini, pemesan memesan barang kepada produsen dengan
menentukan spesifikasi dan harga. Pembayaran dapat dilakukan sekaligus atau
dicicil sesuai kesepakatan. Contoh penerapan Istisna' adalah ketika seorang pembeli
memesan peralatan khusus dan membayar sesuai kesepakatan.

2) Struktur
1 Pemesanan Barang:

Pemesan memesan barang dengan menentukan spesifikasi yang diinginkan.

2 Kesepakatan Harga dan Pembayaran:

Pihak pemesan dan produsen sepakat mengenai harga dan pembayaran.

3 Produksi Barang:

Produsen memproduksi barang sesuai dengan spesifikasi yang telah


ditentukan.

4 Pengiriman dan Pembayaran:

Setelah produksi selesai, barang dikirim kepada pemesan, dan pembayaran


dilakukan sesuai kesepakatan.

2.7 Strategi Menghindari Riba


Dampak Riba dalam Bisnis Islam:

1. Ketidaksetaraan Ekonomi

Pihak yang Memiliki Modal Lebih Banyak Mendapat Keuntungan Lebih


Besar. Dengan praktik riba, pihak yang sudah memiliki modal lebih banyak dapat
memperoleh keuntungan tambahan dari transaksi keuangan, sementara pihak yang
kurang memiliki modal mungkin menghadapi beban tambahan.

2. Ketidakadilan Sosial

Praktik riba dapat merugikan masyarakat yang lebih rentan dan tidak
memiliki akses ke modal:

12
Merugikan Pihak yang Rentan: Pihak yang tidak memiliki akses ke modal
atau memiliki kondisi ekonomi yang lemah dapat terjerat dalam praktik riba, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan.

Ijarah dan Istisna' adalah dua konsep dalam bisnis Islam yang mencerminkan
prinsip-prinsip keadilan dan transparansi. Ijarah memberikan solusi bagi kebutuhan
sewa atau leasing, sementara Istisna' mendukung pembuatan barang sesuai pesanan.
Dalam konteks bisnis Islam, peran keduanya penting untuk menciptakan transaksi
yang adil dan sesuai dengan prinsip syariah. Sementara itu, larangan riba dalam
Islam memiliki dampak yang signifikan terutama terkait ketidaksetaraan ekonomi
dan ketidakadilan sosial, yang perlu dihindari dalam praktik bisnis Islam yang
sejalan dengan nilai-nilai agama. Strategi Menghindari Riba dalam Bisnis Islam:

1. Penerapan Prinsip Syariah

Bisnis harus mematuhi prinsip-prinsip syariah Islam yang melarang riba.


Hal ini melibatkan ketaatan penuh terhadap aturan-aturan etika dan moral dalam
Islam yang mencakup larangan terhadap riba. Setiap transaksi dan kebijakan bisnis
harus dijalankan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip ini.

2. Pilihan Alternatif Keuangan

Menggunakan instrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah


adalah langkah penting untuk menghindari riba. Beberapa alternatif keuangan yang
dapat digunakan melibatkan prinsip-prinsip seperti mudarabah, ijarah, dan salam.
Mudarabah mengikuti prinsip bagi hasil, ijarah mengacu pada sewa atau leasing,
dan salam adalah transaksi jual beli dengan pembayaran di muka.

3. Pendidikan dan Kesadaran

Menyelenggarakan program edukasi dan meningkatkan kesadaran tentang


bahaya riba di kalangan pelaku bisnis dan masyarakat adalah langkah proaktif.
Pelaku bisnis dan masyarakat perlu diberikan pemahaman yang baik tentang konsep
riba, konsekuensinya, serta alternatif-alternatif yang sesuai dengan prinsip syariah.
Ini dapat dilakukan melalui seminar, workshop, atau kampanye sosial (Fauzia
2018).

13
4. Kebijakan Bisnis yang Jelas

Bisnis perlu menyusun kebijakan yang jelas terkait dengan penerapan prinsip
syariah dan penghindaran riba. Kebijakan ini harus mencakup setiap aspek bisnis,
termasuk keuangan, investasi, dan pembiayaan. Pihak manajemen harus komitmen
untuk menjalankan bisnis sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

5. Audit dan Pengawasan Internal

Melakukan audit dan pengawasan internal secara rutin adalah strategi yang
penting. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap transaksi dan kebijakan
bisnis mematuhi prinsip syariah dan tidak melibatkan unsur riba. Pengawasan yang
ketat dapat membantu mencegah praktik-praktik yang tidak sesuai dengan prinsip
syariah.

6. Konsultasi dengan Ahli Syariah

Bisnis dapat menggandeng ahli syariah atau konsultan keuangan yang


memiliki pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip syariah. Dengan
mendapatkan nasihat dari ahli yang kompeten, bisnis dapat memastikan bahwa
setiap langkah yang diambil sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

7. Berkomitmen pada Tanggung Jawab Sosial

Membangun komitmen pada tanggung jawab sosial bisnis juga dapat


membantu menghindari riba. Melalui kontribusi pada kegiatan amal, pendidikan,
dan pembangunan masyarakat, bisnis dapat memainkan peran positif dalam
menciptakan lingkungan ekonomi yang adil dan berkelanjutan.

Menghindari riba dalam bisnis Islam membutuhkan pendekatan holistik yang


mencakup pemahaman mendalam tentang prinsip syariah, pilihan alternatif
keuangan yang sesuai, pendidikan dan kesadaran masyarakat, serta kebijakan bisnis
yang jelas dan berkomitmen. Dengan menerapkan strategi-strategi ini, bisnis dapat
memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil sejalan dengan nilai-nilai Islam,
menciptakan lingkungan bisnis yang etis dan berkelanjutan.

2.8 Etika Bisnis Islam


1. Transparansi dan Keterbukaan:

14
Transparansi dan keterbukaan dalam transaksi adalah prinsip dasar dalam
etika bisnis Islam. Ini melibatkan pengungkapan informasi dengan jelas dan jujur
dalam setiap tahap transaksi. Bisnis Islam dianjurkan untuk memberikan informasi
yang lengkap dan jelas kepada semua pihak yang terlibat dalam transaksi. Ini
menciptakan kepercayaan antara pelaku bisnis dan konsumen. Transparansi
mendukung keadilan, menghindari penipuan, dan membangun hubungan positif
dalam dunia bisnis.

2. Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis

Tanggung jawab sosial dalam bisnis Islam mencakup perhatian terhadap


kesejahteraan karyawan, inisiatif sosial, dan memberikan manfaat positif bagi
masyarakat secara umum. Bisnis Islam diharapkan untuk memberikan kontribusi
positif pada masyarakat, baik melalui kebijakan kesejahteraan karyawan, inisiatif
sosial seperti amal, pendidikan, atau lingkungan, serta menciptakan produk atau
layanan yang memberikan manfaat bagi masyarakat. Tanggung jawab sosial tidak
hanya tentang keuntungan finansial, tetapi juga tentang kontribusi positif untuk
masyarakat secara luas.

3. Etika dalam Negosiasi dan Kesepakatan

Etika dalam negosiasi dan kesepakatan bisnis Islam melibatkan integritas,


keadilan, dan saling menguntungkan. Prinsip ini menjadi dasar bagi segala bentuk
kesepakatan bisnis. Dalam negosiasi, kejujuran dan integritas diutamakan.
Kesepakatan bisnis harus adil dan memberikan keuntungan yang seimbang bagi
semua pihak yang terlibat. Saling menguntungkan menjadi landasan untuk
menciptakan hubungan bisnis yang kuat dan berkelanjutan.

Manfaat dan Implikasi:

1. Kepercayaan dan Keadilan

Dengan menerapkan transparansi dan keterbukaan, bisnis menciptakan


kepercayaan yang lebih besar di antara pelaku bisnis dan konsumen. Ini juga
mendukung terciptanya lingkungan bisnis yang lebih adil.

2. Visi Berkelanjutan

15
Tanggung jawab sosial dalam bisnis Islam membantu menciptakan visi bisnis
yang berkelanjutan. Fokus pada kesejahteraan karyawan, inisiatif sosial, dan
dampak positif pada masyarakat membantu bisnis menjadi lebih berarti.

3. Hubungan Bisnis yang Kuat

Etika dalam negosiasi dan kesepakatan menciptakan dasar yang kuat untuk
hubungan bisnis. Integritas dan keadilan membangun kepercayaan jangka panjang
dan membentuk hubungan yang saling menguntungkan.

Etika bisnis Islam mencakup nilai-nilai seperti transparansi, tanggung jawab


sosial, dan integritas dalam setiap aspek bisnis. Melalui penerapan prinsip-prinsip
ini, bisnis Islam bukan hanya mencari keuntungan finansial, tetapi juga
berkomitmen untuk menciptakan dampak positif pada masyarakat dan lingkungan
sekitarnya. Etika bisnis ini memainkan peran penting dalam membangun hubungan
bisnis yang berkelanjutan dan menciptakan nilai yang lebih tinggi dalam konteks
keuangan dan sosial.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara keseluruhan, etika bisnis dalam konteks Islam mencakup prinsip-


prinsip fundamental yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang
adil, berkelanjutan, dan bermakna. Tiga pilar utama etika bisnis Islam yang telah
dijelaskan melibatkan transparansi dan keterbukaan, tanggung jawab sosial dalam
bisnis, serta etika dalam negosiasi dan kesepakatan.

Transparansi dan keterbukaan di dalam transaksi menjadi dasar kepercayaan


yang esensial dalam hubungan bisnis. Keterbukaan dalam memberikan informasi
menciptakan keadilan dan mendukung hubungan positif antara pelaku bisnis dan
konsumen. Tanggung jawab sosial dalam bisnis mencakup perhatian terhadap
kesejahteraan karyawan, partisipasi dalam inisiatif sosial, dan memberikan manfaat
positif bagi masyarakat, menggambarkan visi bisnis yang berkelanjutan dan
bertanggung jawab. Etika dalam negosiasi dan kesepakatan menempatkan
integritas, keadilan, dan keuntungan bersama sebagai dasar bagi segala bentuk
kesepakatan bisnis, menciptakan hubungan yang kuat dan saling menguntungkan.

Manfaat dari penerapan etika bisnis Islam mencakup terciptanya


kepercayaan, terwujudnya visi berkelanjutan dalam bisnis, dan pembentukan
hubungan bisnis yang kokoh. Keseluruhan, etika bisnis Islam bukan hanya
memandang aspek finansial semata, tetapi juga menekankan kontribusi positif
terhadap masyarakat dan lingkungan. Dalam wawasan ini, etika bisnis menjadi pilar
yang vital dalam memandu perilaku dan keputusan bisnis, memastikan bahwa
setiap langkah yang diambil sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran Islam. Etika bisnis
Islam tidak hanya menciptakan bisnis yang berhasil secara ekonomi, tetapi juga
menciptakan dampak yang positif dalam menjawab tuntutan moral dan sosial
masyarakat.

17
3.2 Saran

Mendorong inovasi yang berkelanjutan dengan tetap mematuhi prinsip-


prinsip etika Islam. Inovasi dapat menciptakan nilai tambah bagi bisnis sambil tetap
memperhatikan dampak sosial dan lingkungan. Mengembangkan kemitraan dan
kolaborasi dengan lembaga keuangan dan lembaga syariah untuk mendukung bisnis
yang mematuhi prinsip syariah. Ini dapat mencakup solusi pembiayaan dan
investasi syariah yang sesuai.

18
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Mabarroh. 2020. “Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Transaksi Jual Beli
Daring Di Toko Online Shopee.” Humani (Hukum dan
Masyarakat Madani) 10(1):83–96.

Badroen, Faisal, M. Arief Mufraeni, dan Ahmad D. BAshori. 2015. “Etika bisnis
dalam Islam.”

Budiwati, Septarina. 2018. “Akad Sebagai Bingkai Transaksi Bisnis Syariah.”


Jurnal Jurisprudence 7(2):152–59.

Fauzia, Ika Yunia. 2018. Etika bisnis dalam Islam. Prenada Media.

Pujiyanti, Siti Dwi, dan Anis Wahdi. 2020. “Transaksi Bisnis Online Dalam
Perspektif Islam.” SERAMBI: Jurnal Ekonomi Manajemen Dan
Bisnis Islam 2(2):91–102.

19

Anda mungkin juga menyukai