Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PRINSIP 5 JENIS USAHA DALAM DUNIA MARKETING

Disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah : Marketing Revolution

Dosen Pengampu : Ilmi Hidayati, M.S.I.

DisusunOleh :
Moh Dani Andriyanto (2140310070)
Maulida Syahrotul Akhiriyah (2140310081)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
MANAJEMEN DAKWAH
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua berupa ilmu dan amal. Berkat rahmat
dan karunia-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan pula makalah yang berjudul
Prinsip 5 Jenis Usaha dalam Dunia Marketing .

Terimakasih penulis ucapkan kepada bu Ilmi Hidayati, M.S.I. selaku


pengampu Mata Kuliah Marketing Revolution. Yang telah memberikan arahan
terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau, mungkin penulis tidak
akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai format yang telah ditentukan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah
untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi peneliti dan
pembaca.

Penulis

Kudus, 07 November 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................3

BAB I PEMDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.......................................................................................5

C. Tujuan.........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Prinsip Usaha............................................................................6


B. Prinsip Usaha Menurut Para Ahli...............................................................6
C. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam..............................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar orang beranggapan bahwa dalam menjalankan bisnis seorang
pebisnis tidak perlu mengindahkan aturan-aturan, prinsip-prinsip serta nilai moral
yang berlaku dalam bisnis karena bisnis merupakan suatu persaingan, sehingga
pelaku bisnis harus memfokuskan diri untuk berusaha dengan berbagai macam cara
dan upaya agar bisa menang dalam persaingan bisnis yang ketat.
Dalam bisnis terdapat aturan yang penuh dengan persaingan dan tentunya
aturan-aturan tersebut berbeda dengan aturan moral dan sosial yang biasa diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Seorang pebisnis yang ingin mematuhi atau
menerapkan aturan moral atau etika akan berada pada posisi yang tidak
menguntungkan.
Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar karena ternyata beberapa
perusahaan dapat berhasil karena memegang teguh kode etis dan komitmen moral
tertentu. Bisnis merupakan aktivitas yang penting dari masyarakat, sehingga norma
dan nilai moral yang dianggap baik dan berlaku di masyarakat dibawa dan diterapkan
ke dalam kegiatan bisnis.
Sebuah perusahaan yang unggul sebaiknya tidak hanya tergantung pada kinerja
yang baik, pengaturan manejerial dan financial yang baik , keunggulan teknologi
yang dimiliki, sarana dan prasarana yang dimiliki melainkan juga harus didasari
dengan etis dan etos bisnis yang baik. Dengan memperhatikan etos dan etis bisnis
yang baik maka kepercayaan konsumen terhadap perusahaan tetap terjaga. Hal ini
tentunya membantu perusahaan dalam menciptakan citra bisnis yang baik dan etis.
Para filsuf telah didedikasikan untuk penelitian etika perilaku selama berabad-
abad. Ide, konsep dan prinsip-prinsip yang telah dikembangkan sudah lama dikenali
sebagai ujian untuk penilaian aktivitas korporat dan personel. Saat ini, dapat
dipahami bahwa etikalitas strategi-strategi dan tindakan-tindakan korporasi dan
individual tidak diberikan kesempatan. Konsekuensinya, para direktur, eksekutif, dan
akuntan profesional memerlukan kewaspadaan terhadap parameter etika yang
diharapkan, dan harus menggabungkan ke dalam budaya organisasi mereka.
mengingat beragamnya sifat individu yang saat ini membetuk perusahaan kita dan
tantangan global yang mereka hadapi, bukanlah sesuatu yang dapat dipertahankan
untuk membiarkan etika perilaku pada keterlibatan individual. Organisasi harus

4
memilih untuk mempekerjakan individu yang waspada secara etika, dan memberi
mereka pemahaman tentang prinsip-prinsip etika yang memicu tindakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Prinsip Usaha?
2. Bagaimana Prinsip Usaha Menurut Para Ahli?
3. Bagaimana Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Prinsip Usaha?
2. Untuk Mengetahui Prinsip Usaha Menurut Para Ahli?
3. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Prinsip Usaha


Di dalam prinsip usaha terdapat etika bisnis dimana Prinsip etika bisnis atau
yang juga disebut prinsip bisnis yang merupakan seperangkat tata cara ideal
mengenai pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas. Pemenuhan
komponen prinsip bisnis pun akan membentuk budaya kerja yang baik, hubungan
antarkaryawan bahkan dengan konsumen menjadi apik, hingga membantu sebuah
bisnis mencapai tujuannya dengan cara yang efektif.
Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Semua ini mencakup bagaimana
kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak
tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis
lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang
lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan 
bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan
hukum.
Adapun beberapa hal yang mendasari perlunya etika dalam kegiatan bisnis
adalah sebagai berikut :
1. Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga
mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di
dalamnya.
2. Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat.
3. Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman
bagi pihak – pihak yang melakukannya.
B. Prinsip Usaha Menurut Para Ahli
Di dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para
pelaku bisnis. Menurut Sonny Keraf, prinsip dimaksud adalah :
1. Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung
jawab secara moral atas keputusan yang diambil.

6
2. Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan
kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (misal,
kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran
dalam hubungan kerja dan lain-lain).
3. Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan
yang sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh
dirugikan haknya.
4. Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
5. Prinsip Integritas Moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana
para pelaku bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama
baik perusahaan agar tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.
Selain di samping 5 prinsip diatas, dalam menciptakan etika bisnis ada beberapa hal
yang juga perlu diperhatikan, antara lain adalah:
1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan
golongan pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif
yang berupa peraturan perundang-undangan

Penerapan etika bisnis sangat penting terutama dalam menghadapi era pasar
bebas dimana perusahaan-perusahaan harus dapat bersaing berhadapan dengan
kekuatan perusahaan asing. Perusahaan asing ini biasanya memiliki kekuatan yang
lebih terutama mengenai bidang SDM, Manajemen, Modal dan Teknologi.

7
Muslich (2004) mengungkapkan bahwa etika bisnis dapat diartikan sebagai
pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang   
memperhatikan   norma  dan   moralitas   yang   berlaku   secara universal dan secara
ekonomi/sosial, dan pengetrapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan
tujuan kegiatan bisnis. Pada dasarnya, etika bisnis digalakkan karena memiliki
maksud dan tujuan tertentu dalam dunia bisnis. Tujuan dari adanya etika bisnis
adalah untuk menjalankan dan menciptakan sebuah bisnis seadil mungkin serta
menyesuaikan hukum yang sudah dibuat. Selain itu, juga dimaksudkan untuk
menghilangkan ketergantungan pada sebuah kedudukan individu ataupun
perusahaan.

Etika Bisnis dapat menjadi standar bagi seluruh karyawan termasuk manajemen
dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari
dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang bertujuan memberikan acuan cara yang
harus ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. Muslich (2004)
menyatakan bahwa prinsip-prinsip etika bisnis dapat meliputi:

1. Prinsip ekonomi
Perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang
dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya dalam
menetapkan kebijakan perusahaan harus diarahkan pada upaya pengembangan
visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran, kesejahteraan
para pekerja, komunitas yang dihadapinya.
2. Prinsip kejujuran
Kejujuran menjadi nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan
kinerja perusahaan. Dalam hubungannya dengan lingkungan bisnis, kejujuran
diorientasikan kepada seluruh pihak yang terkait dengan aktivitas bisnis. Dengan
kejujuran yang dimiliki oleh suatu perusahaan maka masyarakat yang ada di
sekitar lingkungan perusahaan akan menaruh kepercayaan yang tinggi bagi
perusahaan tersebut.
3. Prinsip niat baik dan tidak berniat jahat
Prinsip ini terkait erat dengan kejujuran. Tindakan jahat tentu tidak membantu
perusahaan dalam membangun kepercayaan masyarakat, justru kejahatan dalam
berbisnis akan menghancurkan perusahaan itu sendiri. Niatan dari suatu tujuan

8
terlihat cukup transparan misi, visi dan tujuan yang ingin dicapai dari suatu
perusahaan.
4. Prinsip adil
Prinsip ini menganjurkan perusahaan untuk bersikap dan berperilaku  adil 
kepada  pihak-pihak  bisnis  yang  terkait  dengan sistem bisnis tersebut.
5. Prinsip hormat pada diri sendiri
Prinsip hormat pada diri sendiri adalah cermin penghargaan yang positif pada diri
sendiri. Hal ini dimulai dengan penghargaan terhadap orang lain. Menjaga nama
baik merupakan pengakuan atas keberadaan perusahaan tersebut.
C. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam
Adapun prinsip-prinsip etika bisnis Islam yang harus diterapkan dalam menjalankan
kegitan bisnis, yaitu :
1. Unity (Tauhid)
Menurut Dzakfar (2020) menyatakan, konsep tauhid (dimensi vertikal) berarti
Allah SWT telah menentukan batasan tertentu terhadap perbuatan manusia
sebagai khalifah, agar memberikan manfaat pada seseorang tanpa harus
mengorbankan hak-hak individu lainnya. Dengan mengintegrasikan aspek
religius dengan aspek kehidupan lainnya, seperti ekonomi, akan timbul perasaan
di diri manusia bahwa ia akan selalu merasa direkam dalam setiap aktivitas
kehidupannya. Termasuk aktivitas berekonomi sehingga dalam melaksanakan
kegiatan bisnis tidak akan gampang menyimpang dari ketentuan yang telah
ditetapkan-Nya. Maka perlu diperhatikan kebutuhan etika dan disupport oleh
tauhid untuk memperbaiki kesadaran manusia terhadap insting altruistic, baik
kepada sesama manusia ataupun lingkungannya. Ini berarti, konsep tauhid
mempunyai pengaruh paling dalam terhadap diri seorang muslim.
2. Equilibrium (keseimbangan)
Menurut Susminingsih (2020) menyatakan, interaksi antar manusia bisa
dikatakan sesuai dengan harkat martabat jika dari hubungan interaksi mampu
mengaktualisasikan sifat-sifat mulia Allah SWT dalam kehidupannya, dalam
konteks ini manusia mampu berbuat adil pada diri sendiri dan memperlakukan
pula orang lain secara adil dalam berinteraksi. Kesempurnaan dalam berbisnis
bukan hanya untuk mencari dan memperkaya keuntungan semata sehingga
mengabaikan kepentingan orang lain seperti konsumen. Akan tetapi bagaimana

9
memjaga keseimbangan pada setiap pihak yang terlibat agar merasa diperhatikan
dan dianggap penting.
3. Free will (kehendak bebas)
Kebebasan adalah hal penting dalam etika bisnis Islam, tapi jangan sampai
kebebasan ini mengganggu dan merugikan kepentingan bersama atau orang lain.
Islam memperbolehkan umatnya berinovasi dalam bermuamalah terkhusus dalam
aktivitas bisnis, tetapi islam melarang umatnya dalam melakukan hal yang
diharamkan oleh syariatnya. Konsep Islam mengartikan bahwa institusi ekonomi
seperti pasar mampu mencapai target dalam aktivitas perekonomian. Hal ini
berlaku jika tidak ada intervensi dari pihak manapun. Dalam Islam prinip
kehendak bebas memiliki tempat tersendiri, karena potensi kebebasan tersebut
sudah ada dari manusia dilahirkan di dunia ini. Namun sekali lagi perlu
ditegaskan bahwa kebebasan yang tertanam dalam diri manusia bersifat khusus,
sedangkan kebebasan yang bersifat tidak khusus hanya milik Allah SWT. Oleh
sebab itu umat muslim harus menyadari, bahwa disituasi apapun itu harus
didasarkan pada ketentuan tuhan, dibimbing oleh aturan-aturan dalam syariat
Islam yang telah dicontohkan oleh Rasul-Nya. (Juliyani 2016).
4. Responsibility (tanggung jawab)
Dalam Islam, tanggung jawab mempunyai dimensi yang majemuk, yang berarti
tanggung jawab kepada Allah SWT, tanggung jawab terhadap diri sendiri, serta
tanggung jawab terhadap lingkungan dan orang yang disekitarnya (Susminingsih,
2020) Dalam dunia bisnis tanggung jawab sangat berlaku. Setelah melakukan
semua kegiatan bisnis dengan beragam bentuk kebebasan, namun bukan berarti
semuanya selesai saat tujuan yang dikehendakinya berhasil, atau ketika sudah
memperoleh laba. Semuanya perlu pertanggung jawaban terhadap apa yang
dilakukan oleh pembisnis tersebut, baik pertanggung jawaban ketika pembisnis
memproduksi barang, melakukan transaksi jual beli dan melakukan perjanjian.
5. Benevolence (Ihsan)
Ihsan artinya melakukan perbutan terpuji yang memberi manfaat bagi orang lain.,
tanpa ada kewajiban yang mengharuskan perbuatan tersebut atau dengan kata
lain beribadah dan berbuat kebaikan seakan-akan melihat Allah, jika tidak
sanggup, maka yakin bahwa Allah melihat. (Juliyani, 2016)
Dalam (Juliyani, 2016) menggarisbawahi beberapa perbuatan yang dapat
mendukung pelaksanaan aksioma Ihsan dalam bisnis, yaitu :

10
a. Kemurahan hati (leniency)
b. Motif pelayanan (service motive)
c. Kesadaran bahwa adanya Allah dan aturan Allah yang berhubungan dengan
pelaksanaan yang menjadi prioritas.

Prinsip Ihsan atau kebaikan yang berhubungan dengan sikap pedagang dalam
melayani dan memperlakukan konsumen. Sikap sopan, ramah, murah hati dan
sabar yang dimiliki pedagang terhadap konsumennya akan menjadikan daya tarik
yang terkesan akan memberikan hal positif, tetapi jika sebaliknya sikap yang
tidak sopan, tidak ramah, tidak sabar dan membedakan perlakuannya terhadap
konsumen maka akan terlihat dan terkesan negatif bagi pedagang tersebut
(Haryanti dan Wijaya)

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Prinsip etika bisnis atau yang juga disebut prinsip bisnis yang merupakan
seperangkat tata cara ideal mengenai pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma
dan moralitas, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,
perusahaan, industri dan juga masyarakat sesuai dengan hukum yang berlaku, dan
tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal
ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah
abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Dalam etika bisnis berlaku prinsip-prinsip yang seharusnya dipatuhi oleh para
pelaku bisnis. Prinsip dimaksud adalah : Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan
mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadaran tentang apa yang baik
untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang
diambil. Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak
berlandaskan kejujuran karena kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis
(misal, kejujuran dalam pelaksanaan kontrak, kejujuran terhadap konsumen,
kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain).
Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan
yang sesuai dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan
haknya. Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling
menguntungkan, demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif. Prinsip Integritas
Moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku bisnis dalam
menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap
dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik. 
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini kami berharap agar pembaca dapat mengambil
sedikit hikmah dan kandungan yang ada di dalamnya. Setiap karya pasti indah
namun disetiap keindahan itu belum tentu menjadi yang terbaik. Maka penulis
memohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam penulisan ataupun kandungan
pokok bahasan. Kritik dan saran akan kami terima guna memperbaiki makalah
selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Leonard J dkk, 2007. Etika Bisnis & Profesi (Untuk Direktur, Eksekutif,
dan Akuntan). Jakarta: Salemba Empat.
Djakfar, Muhammad. (2012). Etika Bisnis Menangkap Spirit Ajaran Langit dan
Pesan Moral Ajaran.
Juliyani, E. (2016). Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Jurnal Ummul Quro, 7(1),
63-74.
Keraf, A Sonny, 1998. Etika Bisnis (Tuntutan Dan Relevansinya). Yogyakarta:
Kanisius.
Velasquez, Manuel G. (2005). Etika Bisnis, konsep dan kasus – edisi 5.
Diterjemahkan: Ana Purwaningsih, Kurniato dan Totok Budisantoso. ANDI,
Yogyakarta

13

Anda mungkin juga menyukai