Anda di halaman 1dari 13

PEMIKIRAN FAZLUR RAHMAN

DI SUSUN OLEH

 Muhammad Ari Fahrizal (191370011)

ILMU HADIST SEMESTER 2 KELAS A


FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah swt,karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini
dengan judul Pemikiran Fazlur Rahman menjadi tekad kami sejak awal untuk
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu kami
mengerjakan makalah ini dengan sungguh-sungguh.

Makalah ini membahas tentang Pemikiran Fazlur Rahman, Sebagai


makhluk yang lemah dan tak sempurna, Kami mengharapkan bimbingan demi
kemajuan makalah ini. Kami mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan dalam meyelesaikan makalah ini

Serang,18 April 2020

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3

BAB I : Pendahuluan 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4
BAB II : Pembahasan 5
A. Biografi Fazlur Rahman 5
B. Pemikiran Fazlur Rahman 6
C. Pemikiran dan Karya Intelektual Fazlur Rahman 8
BAB III : Penutup 12
A. Kesimpulan 12
B. Penutup 12

Daftar Pustaka 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Fazlur Rahman adalah sosok pemikir intelektual yang tinggi di mana ia


dapat menghasilkan karya-karyanya yang begitu banyak dan bermanfaat penting
bagi ilmu pengetahuan kita. Hasil karyanya yang begitu banyak dapat memperluas
pengetahuan tentang tasawuf dan juga filsafat.Dengan berbagai cara dan jalan
yang di tempuh beliau untuk menyampaikan gagasannya yang bernilai sangat
tinggi sebagai suatu gerakan Islam.

Dalam pengembangan agamanya adalah perjuangan beliau selama


hidup.Karya-karya yang begitu banyak mengajarkan kita segala ilmu pengetahuan
tentang islam yang pertama kali di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana cara Fazlur Rahman menjelaskan tentang wahyu dan perjalanan
Nabi Muhammad dalam menyebarkan islam.Fazlur Rahman juga menjelaskan apa
itu al-Qur’an dan segala bentuk ajaran agama Islam. Serta asal-usul
perkembangan tradisi sampai perkembangan modern juga tentang filsafatnya telah
banyak di sampaikan.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah ,yaitu sekitar
pembahasan Pemikiran Fazlur Rahman, Biografi, dan Karya-karyanya.

C. Tujuan Penulisan

Bedasarkan masalah diatas, maka tujuan ditulisnya makalah ini selain


untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat islam juga untuk memaparkan materi
mengenai Pemikiran-pemikiran Fazlur Rahman, Biografi dan Karya-karyanya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Fazlur Rahman

Fazlur Rahman lahir pada tanggal 21 September 1919 yang letaknya di


Hazara sebelum terpecahnya India, kini merupakan bagian dari Pakistan. Fazlur
Rahman di besarkan dalam madzhab Hanafi. Madzhab Hanafi merupakan
madzhab yang didasari al-Qur’an dan Sunnah, akan tetapi cara berfikirnya lebih
rasional. Dengan demikian tidak dapat di pungkiri Fazlur Rahman juga rasional di
dalam berfikirnya, meskipun ia mendasarkan pemikirannya pada al-Qur’an dan
sunnah.

Fazlur Rahman dilahirkan dari keluarga miskin yang taat pada agama.
Ketika hendak mencapai usia 10 tahun ia sudah hafal al-Qur’an walaupun ia di
besarkan dalam keluarga yang mempunyai pemikiran tradisional akan tetapi ia
tidak seperti pemikir tradisional yang menolak pemikiran modern, bahkan
Ayahnya berkeyakinan bahwa islam harus memandang modernitas sebagai
tantangan dan kesempurnaan.

Ayahnya Maulana Shihabudin adalah alumni dari sekolah menengah


terkemuka di India, Darul Ulum Deoband. Meskipun Fazlur Rahman tidak belajar
di Daril Ulum, ia menguasai kurikulum Dares Nijami yang di tawarkan di
lembaga tersebut dalam kajian privat dengan Ayahnya, ini melengkapi latar
belakangnya dalam memahami islam tradisional dengan perhatian khusus pada
fikih, Ilmu kalam, Hadits, Tafsir, Mantiq, dan Filsafat. Setelah mempelajari ilmu-
ilmu dasar ini, ia melanjutkan ke Punjab University di Lahore dimana ia lulus
dengan penghargaan untuk bahasa Arabnya dan di sana juga ia mendapatkan gelar
MA-nya. Pada tahun 1946 ia pergi ke Oxford dengan mempersiapkan disertasi
dengan Psikologi Ibnu Sina di bawah pengawasan professor Simon Van Den
Berg. Disertasi itu merupakan terjemah kritikan dan kritikan pada bagian dari

5
kitab An-Najt, milik filosof muslim kenamaan abad ke-7, setelah di Oxford ia
mengajar bahasa Persia dan Filsafat Islam di Durham University Kanada dari
tahun 1950-1958. ia meninggalkan Inggris untuk menjadi Associate Professor
pada kajian Islam di Institute Of Islamic Studies Mc. Gill University Kanada di
Montreal. Dimana dia menjabat sebagai Associate Professor Of Philosophy.

Pada awal tahun 60 an Fazlur Rahman kembali ke Pakistan. Pada bulan


Agustus 1946 Fazlur Rahman di tunjuk sebagai Direktur Riset Islam, setelah
sebelumnya menjabat sebagai staf lembaga tersebut. Selain menjabat sebagai
Direktur Lembaga Riset Islam, pada tahun 1964 ia di tunjuk sebagai anggota
dewan penasehat Ideologi Pemerintah Pakistan. Namun usaha Fazlur Rahman
sebagai seorang pemikir modern di tentang keras oleh para ulama tradisional-
findamentalis. Puncak dari segala kontroversialnya memuncak ketika 2 bab karya
momumentalnya, Islam ( 1966 ) di tentang keras karena pernyataan Fazlur
Rahman dalam buku tesebut “ Bahwa Al-Qur’an itu secara keseluruhan adalah
kalam Allah dan dalam pengertian biasa juga seluruhnya merupakan perkataan
Muhammad “ sehingga Fazlur Rahman di anggap orang yang memungkiri Al-
Qur’an kemudian pada 5 September 1986 ia mengundurkan diri dari jabatan
Direktur lembaga Riset Islam yang langsung di kabulkan oleh Ayyub Khan.

Tidak kurang dari 18 tahun lamanya Fazlur Rahman menetap di Chicago


dan mengkomunikasikan gagasan-gagasannya baik lewat lisan maupun tulisan
sampai akhir tahun memanggilnya pulang pada tahun 26 juli 1988 jauh sebelum ia
sudah terkena penyakit diabetes yang kronis dan serangan jantung sehingga ia
harus di operasi. Operasi ini berhasil se tidak-tidaknya untuk beberapa minggu
hingga ajal menjemputnya. Kepergian beliau merupakan suatu kehilangan bagi
dunia Intelektual Islam.

B. Pemikiran Fazlur Rahman

Fazlur Rahman dengan segala kemampuan intelektualnya sudah tentu


tidak bebas dari kekurangan dan kelemahan. Maka adalah hak kita untuk
menerima, menyetujui atau menolak seluruh atau sebagian hasil pemikirannya

6
untuk semua pada posisi penerimaan atau penolakan, seorang intelektual pencari
kebenaran sudah tentu akan mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan
dengan pendapat dan pemikiran yang di kemukakan untuk menilai pendapat
Fazlur Rahman, orang harus memahami al-Qur’an sebagai sebuah ajaran yang
utuh lebih dulu, di samping Sunnah, Sejarah Islam dan lain-lain.

Di antara pemikiran Fazlur Rahman antara lain :

Ia menegaskan bahwa al-Qur’an bukanlah suatu karya misterius atau karya


sulit yang memerlukan manusia berlatih secara teknis untuk memahami dan
menafsirkan perintah-perintahnya, di sini di jelaskan pula prosedur yang benar
untuk memahami al-Qur’an. Seseorang harus mempelajari al-Qur’an dalam Ordo
Histories untuk mengapresiasikan tema-tema dan gagasan-gagasannya.

Seseorang harus mengkajikan dalam konteks latar belakang social


historisnya, hal ini tidak hanya berlaku untuk ayat-ayatnya secara individual tapi
juga untuk al-Qur’an secara keseluruhan. Tanpa memahami latar belakang mikro
dan makronya secara memadai. Menurut Fazlur Rahman, besar kemungkinan
seseorang akan salah tangkap terhadap élan dan maksud al-Qur’an aktifitas Nabi
baik di Mekkah atau di Madinah.

Dalam karyanya Islam and Modernity 1982 Fazlur Rahman menekankan,


akan mutlak perlunya mensistematiskan materi ajaran al-Qur’an. Tanpa usaha ini
bisa terjadi penerapan ayat-ayatnya secara individual dan terpisah berbagai situasi
akan menyesatkan.

Fazlur Rahman adalah sosok pemikir intelektual yang tinggi di mana ia


dapat menghasilkan karya-karyanya yang begitu banyak dan bermanfaat penting
bagi ilmu pengetahuan kita. Hasil karyanya yang begitu banyak dapat memperluas
pengetahuan tentang tasawuf dan juga filsafat. Dengan berbagai cara dan jalan
yang di tempuh beliau untuk menyampaikan gagasannya yang bernilai sangat
tinggi sebagai suatu gerakan Islam. Dalam pengembangan agamanya adalah
perjuangan beliau selama hidup.

7
Karya-karya yang begitu banyak mengajarkan kita segala ilmu
pengetahuan tentang islam yang pertama kali di ajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Sebagaimana cara Fazlur Rahman menjelaskan tentang wahyu dan
perjalanan Nabi Muhammad dalam menyebarkan islam.

Fazlur Rahman juga menjelaskan apa itu al-Qur’an dan segala bentuk
ajaran agama Islam. Serta asal-usul perkembangan tradisi sampai perkembangan
modern juga tentang filsafatnya telah banyak di sampaikan.

Karya-karya Fazlur Rahman :

1. am Is l996.Islamic Methodology in History 1965.


2. Prophecy in Islam.Major Themes of The Qur’an ( 1980 ).
3. The Philosophy of Mulasadra.
4. Islam and Modernity Transformative of on Intelektual Tradition ( 1982 ).

C. Pemikiran dan Karya Intelektual Fazlur Rahman

Pemikiran Fazlur Rahman dalam Wacana Tafsir Kontemporer Fazlur


Rahman adalah salah satu dari banyak pemikir Muslim kontemporer yang
mengakui secara padu pendekatan ilmiah modern dan mempertahankan iman
secara intensif dan mendalam.

Untuk menggabungkan dua sikap ini, ia mengajukan diri untuk


membangun sebuah visi Islam yang murni, dengan menggunakan pemahaman
yang lebih baik terhadap pengalaman Nabi, kondisi-kondisi historis dan politik
yang di dalamnya pengalaman itu terjadi, dan transformasi-transformasi yang
diusahakannya untuk tercipta dalam masyarakat.

Pengetahuan tentang momen-momen pertama Islam, dengan demikian


menurut Rahman mempunyai peran besar. Sebenarnya yang dimaksudkan adalah
suatu jenis pengetahuan yang sangat khas, yang berusaha untuk menghindari dua
jalan ekstrem yang sama-sama merusak: jalan ekstrem menutup diri dalam
lingkaran ortodoksi tertutup, yang luput menanggap yang esensial, dan jalan

8
berlindung di dalam objektivitas ilmiah, sehingga menjadi tidak mampu mencapai
yang esensial dari kebenaran-kebenaran adikodrati iman. Menurut pengakuannya,
minat Rahman dalam mengembangkan pemikiran Islam dan menemukan
bentuknya sejak menempuh pendidikan di perguruan tinggi, dari sinilah babak
kritisismenya semakin teruji. Sebab, pada masa ini Rahman tidak hanya
mempelajari filsafat Islam, tetapi juga mendalami Bahasa-bahasa Barat yang
mana hal itu sangat membantunya dalam menelusuri literatur-literatur keislaman
yang ditulis oleh para orientalis. Yang menarik, meskipun Fazlur Rahman banyak
berguru kepada orientalis, ia tetap kritis terhadap pandangan-pandangan Barat
yang berkaitan dengan Islam dan umat Islam.

Sebagai contoh adalah kritiknya terhadap para orientalis yang tidak


mengakui adanya hadits dan bahkan mereka juga meragukan al-Qur’an. Bagi
Rahman, sebagai seorang figur utama, kata-kata dan prilaku Nabi tidak mungkin
tidak terekam oleh para pengikutnya. Sebab, seorang kepala suku saja pada waktu
itu biasa dikutip kata-katanya, apalagi Nabi sebagai pemimpin umat. Rahman juga
menegaskan bahwa otentisitas al-Qur’an sudah final dan tidak perlu lagi
dipersoalkan. Adapun yang perlu dikritis ulang hanyalah pemahaman para
mufassir atas al-Qur’an itu sendiri.

Titik tolak pemikiran Rahman tentang perlunya metodologi baru dalam


memahami teks al-Qur’an dimulai dengan penelitian historisnya mengenai evolusi
perkembangan empat prinsip dasar (al-Qur’an, Sunnah, Ijtihad dan Ijma’) yang
diungkapkannya dalam buku Islamic Mrthodology in History (1965). Pandangan
Rahman ini dilatar belakangi oleh pergumulannya dalam upaya pembaruan
(hukum) Islam di Pakistan, yang kemudian mengantarkan pada agenda yang lebih
penting lagi; yaitu, perumusan kembali penafsiran al-Qur’an yang merupakan
titik-pusat ijtihadnya.

Dalam kajian historisnya ini, Rahman menemukan adanya hubungan


organis antara Sunnah ideal Nabi saw. dan aktivitas ijtihad-ijma’. Bagi Rahman,
Sunnah kaum muslim awal merupakan hasil ijtihad personal, melalui instrument
qiyas terhadap Sunnah ideal nabi saw.; yang kemudian menjelma menjadi ijma’

9
atau Sunnah yang hidup. Disini, secara tegas Rahman menarik garis yang
membedakan antara Sunnah ideal nabi saw disatu sisi, dengan Sunnah hidup
kaum muslim awal atau ijma’ sahabat di sisi lain. Dengan demikian ijma’ pada
asalnya tidaklah statis, melainkan perkembangan secara demokratis, kreatif dan
berorientasi ke depan. Namun demikian, karena keberhasilan gerakan penulisan
hadith secara besar-besaran menggantikan proses Sunnah-ijtihad-ijma’ tersebut
tejungkir balikkan menjadi ijma’ ijtihad.

Akibatnya, ijma’ yang tadinya berorientasi ke depan menjadi statis dan


mundur ke belakang: mengunci rapat kesepakatan masa lampau. Puncak dari
proses reifikasi (proses pembedaan, pembakuan), ini adalah tertutupnya pintu
ijtihad, sebagai abad ke empat hijrah atau sepuluh masehi.

Dari hasil kajian historisnya ini, Rahman kemudian menolak doktrin


tertutupnya pintu ijtihad, ataupun pemilahannya ke dalam ijtihad mutlak, ijtihad fi
al-Masail Dn ijtihad fi al-Mazhab. Rahman mengkritik doktrin ini, yang
menurutnya “ijtihad bukanlah hak privilege eksklusif golongan tertentu dalam
masyarakat Muslim”.

Dia juga menolak kualifikasi ganjil mengenai ilmu gaib misterius sebagai
syarat ijtihad; kemudian dia mengajukan perlunya memperluas cakupan ranah
ijtihad klasik. Hasilnya adalah satu kesimpulan Rahman: ijtihad baik secara
teoritas maupun secara praktis senantiasa terbuka dan tidak pernah tertutup.

Sementara itu untuk mengantisipasi pertumbuhan ijtihad yang liar,


sewenang-wenang, serampangan dan tidak bertanggung jawab, Rahman
mengajukan metodologi tafsirnya. Metodologi tafsir Rahman inilah yang
dipandang sebagai “the correct procedure for understanding the Qur’an” atau “the
correct method of interpreteting The Qur’an” memainkan peran sentral dalalm
seluruh bangunan pemikirannya.

Metodologi tafsir Rahman merupakan jantung ijtihadnya sendiri. Hal ini


selain didasarkan pada fakta bahwa al-Qur’an sebagai sumber pokok ijtihad, juga

10
yang lebih penting lagi adalah didasarkan pada pandangannya bahwa seluruh
bagunan syari’ah harus diperiksa di bawah sinaran bukti al-Qur’an:

“Seluruh kandungan syari’ah mesti menjadi sasaran penilikan yang segar


dalam sinar bukti al-Qur’an. Suatu penafsiran al-Qur’an yang sistematis dan
berani harus dilakukan”Akan tetapi, persoalannya terletak pada kemampuan kaum
Muslim untuk mengkonsepsi al-Qur’an secara benar, Rahman menegaskan:

“…bukan hanya kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah sebagai mana yang
dilakukan pada masa lalu, tetapi suatu pemahaman terhadap keduanyalah yang
akan memberikan pimpinan kepada kita dewasa ini. Kembali ke masa lampau
secara sederhana, tentu saja kembali ke liang kubur. Dan ketika kita kembali
kepada generasi Muslim awa, pasti kita temui pemahaman yang hidup terhadap
al-Qur’an dan Sunnah.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fazlur Rahman adalah seorang intelektual yang tinggi, ia banyak


memberikan warisan yang bermanfaat bagi manusia dari zaman ke zaman. Ia juga
meninggalkan sejarah kehidupan pribadinya yang dapat menjadi suatu dokumen
penting bagi kita. Segala bentuk pemikiran filsafat Fazlur Rahman sangatlah
penting dan menjadi suatu arahan pengetahuan yang mengajarkan tentang islam,
filsafat, Muhammad al-Qur’an dan sebagainya yang bermanfaat bagi kita semua,

B. Penutup

Dengan ini penulis meminta kepada seluruh pembaca beribu-ribu maaf


jika pembaca menemukan kesalahan-kesalahan yang ada di dalam rangka karya
tulis ini karna masih minimnya pengalaman penulis yang masih sangat
mengharapkan nasihat-nasihat dan perbaikan dari para pembaca yang berbentuk
saran, kritik, motivasi-motivasi atau nasihat-nasihat yang dapat membangun
kepercayaan diri penulis sehingga penulis mampu berkarya lebih baik lagi dari
sebelumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ali Safyan, Skripsi Kritik Fazlur Rahman Terhadap Uzlah, Semarang,


Fakulatas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang,2001

Fatah Rosihan Affandi, Skripsi Study Analisis Fazlur Rahman


Tentang Manusia, Semarang, Fakultas Ushuluddin IAIN
Walisongo Semarang, 2002

Fazlur Rahman Dalam Islam, PT. Raja Grafindo, Persada, 2001,


Gelombang Perubahan

Rivay Siregar, Tasawuf dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme, Jakarta,


PT. Raja Grafindo Persada, 1999

13

Anda mungkin juga menyukai