DI SUSUN OLEH
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah swt,karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini
dengan judul Pemikiran Fazlur Rahman menjadi tekad kami sejak awal untuk
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu kami
mengerjakan makalah ini dengan sungguh-sungguh.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I : Pendahuluan 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penulisan 4
BAB II : Pembahasan 5
A. Biografi Fazlur Rahman 5
B. Pemikiran Fazlur Rahman 6
C. Pemikiran dan Karya Intelektual Fazlur Rahman 8
BAB III : Penutup 12
A. Kesimpulan 12
B. Penutup 12
Daftar Pustaka 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah ,yaitu sekitar
pembahasan Pemikiran Fazlur Rahman, Biografi, dan Karya-karyanya.
C. Tujuan Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Fazlur Rahman dilahirkan dari keluarga miskin yang taat pada agama.
Ketika hendak mencapai usia 10 tahun ia sudah hafal al-Qur’an walaupun ia di
besarkan dalam keluarga yang mempunyai pemikiran tradisional akan tetapi ia
tidak seperti pemikir tradisional yang menolak pemikiran modern, bahkan
Ayahnya berkeyakinan bahwa islam harus memandang modernitas sebagai
tantangan dan kesempurnaan.
5
kitab An-Najt, milik filosof muslim kenamaan abad ke-7, setelah di Oxford ia
mengajar bahasa Persia dan Filsafat Islam di Durham University Kanada dari
tahun 1950-1958. ia meninggalkan Inggris untuk menjadi Associate Professor
pada kajian Islam di Institute Of Islamic Studies Mc. Gill University Kanada di
Montreal. Dimana dia menjabat sebagai Associate Professor Of Philosophy.
6
untuk semua pada posisi penerimaan atau penolakan, seorang intelektual pencari
kebenaran sudah tentu akan mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan
dengan pendapat dan pemikiran yang di kemukakan untuk menilai pendapat
Fazlur Rahman, orang harus memahami al-Qur’an sebagai sebuah ajaran yang
utuh lebih dulu, di samping Sunnah, Sejarah Islam dan lain-lain.
7
Karya-karya yang begitu banyak mengajarkan kita segala ilmu
pengetahuan tentang islam yang pertama kali di ajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Sebagaimana cara Fazlur Rahman menjelaskan tentang wahyu dan
perjalanan Nabi Muhammad dalam menyebarkan islam.
Fazlur Rahman juga menjelaskan apa itu al-Qur’an dan segala bentuk
ajaran agama Islam. Serta asal-usul perkembangan tradisi sampai perkembangan
modern juga tentang filsafatnya telah banyak di sampaikan.
8
berlindung di dalam objektivitas ilmiah, sehingga menjadi tidak mampu mencapai
yang esensial dari kebenaran-kebenaran adikodrati iman. Menurut pengakuannya,
minat Rahman dalam mengembangkan pemikiran Islam dan menemukan
bentuknya sejak menempuh pendidikan di perguruan tinggi, dari sinilah babak
kritisismenya semakin teruji. Sebab, pada masa ini Rahman tidak hanya
mempelajari filsafat Islam, tetapi juga mendalami Bahasa-bahasa Barat yang
mana hal itu sangat membantunya dalam menelusuri literatur-literatur keislaman
yang ditulis oleh para orientalis. Yang menarik, meskipun Fazlur Rahman banyak
berguru kepada orientalis, ia tetap kritis terhadap pandangan-pandangan Barat
yang berkaitan dengan Islam dan umat Islam.
9
atau Sunnah yang hidup. Disini, secara tegas Rahman menarik garis yang
membedakan antara Sunnah ideal nabi saw disatu sisi, dengan Sunnah hidup
kaum muslim awal atau ijma’ sahabat di sisi lain. Dengan demikian ijma’ pada
asalnya tidaklah statis, melainkan perkembangan secara demokratis, kreatif dan
berorientasi ke depan. Namun demikian, karena keberhasilan gerakan penulisan
hadith secara besar-besaran menggantikan proses Sunnah-ijtihad-ijma’ tersebut
tejungkir balikkan menjadi ijma’ ijtihad.
Dia juga menolak kualifikasi ganjil mengenai ilmu gaib misterius sebagai
syarat ijtihad; kemudian dia mengajukan perlunya memperluas cakupan ranah
ijtihad klasik. Hasilnya adalah satu kesimpulan Rahman: ijtihad baik secara
teoritas maupun secara praktis senantiasa terbuka dan tidak pernah tertutup.
10
yang lebih penting lagi adalah didasarkan pada pandangannya bahwa seluruh
bagunan syari’ah harus diperiksa di bawah sinaran bukti al-Qur’an:
“…bukan hanya kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah sebagai mana yang
dilakukan pada masa lalu, tetapi suatu pemahaman terhadap keduanyalah yang
akan memberikan pimpinan kepada kita dewasa ini. Kembali ke masa lampau
secara sederhana, tentu saja kembali ke liang kubur. Dan ketika kita kembali
kepada generasi Muslim awa, pasti kita temui pemahaman yang hidup terhadap
al-Qur’an dan Sunnah.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Penutup
12
DAFTAR PUSTAKA
13