Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TEMA-TEMA POKOK AL-QUR’AN MENURUT FAZLUR


RAHMAN

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Qur’an

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Sulalah, M.Ag

Disusun Oleh :

Fitria Dwi Rahmawati (210101220027)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK


IBRAHIM MALANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan firman Allah Swt dan kitab suci umat Islam yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. secara berangsur-angsur dengan
perantara malaikat Jibril a.s dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian
disampaikan pada umat Islam secara mutawatir. Membaca dan mempelajarinya
merupakan suatu ibadah, yang dimulai dengan surat al-Fatihah dan ditutup
dengan surat an-Nas. Tidak hanya itu, al-Qur’an juga merupakan pedoman bagi
umat Islam, yang kehadirannya kekal dan abadi, tidak akan pernah habis untuk
mengkaji dan menggali ilmu darinya, dan hingga saat ini al-Qur’an menjadi
inspirasi bagi manusia.
Proses penafsiran al-Qur’an membutuhkan waktu yang relatif lama, tidak
instan melainkan bertahap, terutama bagi sejarah tafsir itu sendiri. Peristiwa ini
dilakukan sebagai salah satu usaha untuk membumikan pesan-pesan al-Qur’an
pada konteks ruang dan waktu yang merupakan tanggung jawab seorang muslim
dimana pun dia berada dan sesuai dengan keyakinan teologis universalitas Islam.
Sehingga banyak sekali kajian ilmu yang datang dari al-Qur’an, dan
banyak sekali ilmuwan dan ulama muslim mengkaji dan menulis tentang ilmu
yang ada dalam al-Qur’an salah satunya yaitu Fazlur Rahman (1919-1988).
Sudah tiga dekade semenjak beliau menulis buku yang berjudul Tema Pokok Al-
Qur’an masih mendapatkan tanggapan yang antusias dari para pembaca yang
hendak mengelaborasi makna kitab suci Islam ini.
Dengan adanya buku ini, Fazlur Rahman memperkenalkan sebuah
pendekatan yang belum pernah diketahui dan dipakai dalam proses mengkaji al-
Qur’an. Di dalam kitab-kitab tafsir klasik, metode memahami dan membaca al-
Qur’an dilakukan dengan cara ayat demi ayat sesuai dengan urutan mushaf
Utsmani kemudian dilanjutkan dengan memberi penjelasannya. Oleh karena itu,
Fazlur Rahman melahirkan metode cara pandang al-Qur’an dengan terpadu dan
holistik. Melalui bukunya ini, ia memetakan kandungan al-Qur’an yang terdiri
dari 6000 lebih ayat menjadi delapan tema pokok. Tulisan ini berupaya
menjelaskan tentang tema-tema pokok al-Qur’an menurut Fazlur Rahman,
diharapkan mampu memberikan pemahaman dan menambah wawasan
mengenai pemetaan al-Qur’an menurut Fazlur Rahman.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Fazlur Rahman?
2. Bagaimana delapan tema pokok al-Qur’an menurut Fazlur Rahman?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Fazlur Rahman


Fazlur Rahman adalah seorang ilmuwan muslim modern yang lahir pada
tanggal 21 September 1919 di sebuah desa bernama Hazara, tepatnya di Barat
Laut Pakistan. Keluarganya merupakan orang yang taat dalam menjalankan
ajaran agama sehingga ia mengetahui ajaran Islam sejak ia kecil sampai hijrah
ke Barat. Ayahnya bernama Maulana Syahabuddin, seorang tokoh agama yang
mengikuti mazhab Hanafi dan pernah mengenyam pendidikan di Deoband.
Sejak Rahman kecil, ayahnya telah mendidiknya dengan pendidikan tradisional
yaitu dengan mengkaji teks-teks ajaran Islam.
Ketika Rahman berusia 14 tahun, keluarganya pindah ke Lahore. Lahore
merupakan salah satu kota yang maju dalam bidang pendidikan sehingga
Rahman bisa mendapatkan pendidikan modern. Setelah menjalani masa sekolah,
pada tahun 1940 ia mampu menyelesaikan Sarjana Muda (B.A) di Universitas
Punjab dalam bidang bahasa Arab tidak hanya itu, tahun 1942 ia juga
menyelesaikan gelar Master of Art (MA) di Universitas yang sama. Kemudian
pada tahun 1949 ia menyelesaikan Doktornya (Ph.D) di Universitas Oxford,
dalam bidang Filsafat Islam, ia menyelesaikannya dalam 3 tahun (1946-1949).
Pada tahun 1950-1958 ia sempat mengajar di Universitas Durham,
Inggris dengan mengampu mata kuliah tentang budaya Persia dan Filsafat Islam,
ia juga melakukan penelitian tentang sejarah kenabian dalam Islam. Hasil
penelitian tersebut kemudian di publikasikan menjadi sebuah buku yang
berjudul Prophecy in Islam: Philosophy and Ortodoxy. Sebelum ia kembali ke
daerah asalnya, tahun 1958-1961 Rahman menjadi salah satu tenaga pengajar di
Institute of Islamic Studies, McGill University, Monteral, Kanada.
Pada tahun 1960 Rahman kembali ke Pakistan, kemudian ia ditunjuk
sebagai Direktur Lembaga Riset Islam di tahun 1962. Selama memimpin
lembaga ini, ia berhasil menerbitka dua jurnal ilmiah yaitu “Islamic Studies”
dan “Fikru Nazhr”. Rahman telah banyak mengeluarkan karya-karyanya dalam
bentuk artikel dan buku. Kotribusi Rahman dalam dunia pendidikan dan
akademis sangat luar biasa, sehingga menghasilkan ratusan karya ilmiah yang
sangat bermutu dan bebrbobot. Karena kekontribusiannya itu, pada tahun 1983
Rahman mendapatkan penghargaan “Giorgio the Levi Della” dari Pusat Kajian
Timur Dekat (Near Eastern Studies) di University of California, Los Angels,
Amerika Serikat. Rahman merupakan seorang pemikir kesembilan dan menjadi
sarjana Muslim pertama yang mendapat penghargaan bergengsi tersebut.
Rahman juga memiliki perhatian yang lebih dalam menanggapi dan studi
ilmu-ilmu keislaman. Hampir seluruh bidang ilmu keislaman ia bahas dan kaji
walaupun hanya sekilas dalam beberapa karyanya, seperti kajian al-Qur’an,
Hadits, Hukum Islam (Fikih), Ilmu Kalam (Teologi), Tasawuf (Sufisme),
Pendidikan, Gerakan Pembaruan dalam Islam dan masih banyak lagi. Ia telah
merekontruksi suatu metode tafsir dalam memahami al-Qur’an dan cara
melaksanakan ajaran-ajarannya.1
B. Delapan Tema-Tema Pokok Al-Qur’an menurut Fazlur Rahman
Tema adalah pokok permasalahan dari sebuah cerita, gagasan, atau dasar
cerita. Sedangkan pengertian al-Qur’an secara bahasa yang berasal dari bahasa
Arab yaitu “qara’a- yaqra’u- qur’anan” yang artinya bacaan. Tetapi dilihat
secara terminologi, al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan pada nabi
Muhammad Saw, dan merupakan pedoman untuk umat Islam dalam kehidupan
di dunia maupun di akhirat. Jadi dapat disimpulkan bahwa tema pokok al-Qur’an
yaitu gagasan yang terdapat dalam al-Qur’an untuk dikaji dan dipahami.
Menurut Fazlur Rahman ada delapan tema pokok dalam al-Qur’an,
diantaranya yaitu:
1. Tuhan
Rahman mempertanyakan mengenai rasionalitas manusia dalam
mempercayai adanya wujud. Dalam pandangannya, sesungguhnya al-
Qur’an itu tidak membuktikan bahwa adanya Tuhan melainkan
menunjukkan cara untuk mengenal Tuhan dengan melalui alam semesta

1
Muhammad Anshori, Tema-Tema Kajian Al-Qur’an di Barat Perpektif Fazlur
Rahman (1919-1988), (Yogyakarta: 2020, QOF: Jurnal Al-Qur’an dan Tafsir) Vol. 4 No. 2
yang telah ada dan diciptakan. Bukti bahwa eksitensi Tuhan itu benar
adanya dan bisa dirasakan oleh siapa saja yaitu bersedia melakukan refleksi
sehingga ia tidak hanya berhenti menjadi keyakinan yang “irasional” atau
“tidak masuk akal” tetapi menjadi Kebenaran yang Tertinggi. Inilah misi al-
Qur’an, jika misi tersebut tercapai, maka segalanya akan tercapai. Tetapi
jika tidak, maka tidak ada satu pun yang tercapai.
Menurut Rahman, Tuhan itu memang dekat, namun bisa juga
dipandang jauh. Lebih lanjut katanya bahwa yang menjadi masalah
bukanlah bagaimana membuat manusia beriman dengan mengemukakan
bukti-bukti teologis yang panjang lebar tentang eksistensi Tuhan, tetapi
bagaimana membuatnya beriman dengan mengalihkan perhatiannya kepada
berbagai fakta yang jelas dan mengubah fakta-fakta ini menjadi hal-hal yang
mengingatkan manusia kepada eksistensi Tuhan. Seperti dalam QS. Al-
A’raf : 54 :

Artinya: Sungguh, Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit


dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia
menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia
ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah,
Tuhan seluruh alam.
Dari ayat diatas membuktikkan bahwa Tuhan itu memang ada
dengan melihat ciptaan-Nya.
2. Manusia sebagai Individu
Dalam pandangan Rahman, asal usul manusia jelas beda dengan
makhluk lainnya. Karena di dalam diri manusia ada unsur ruh yang
ditiupkan oleh Allah Swt. Dalam Q.S Al-Hijr: 29
Artinya: Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya,
dan Aku telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah
kamu kepadanya denga bersujud. Q.S Al-Hijr:29
Dalam kehidupan dunia, manusia diperintahkan untuk melakukan
perjuangan moral tanpa henti. Menurut Fazlur Rahman, al-Qur’an tidak
mendukung teori dualisme jiwa raga secara radikal, karena dua entetitas itu
dalam satu perpaduan dan tidak dapat dipisahkan.
3. Manusia dalam Masyrakat
Tujuan utama al-Qur’an yaitu membangun tata sosial di dunia sesuai
dengan keadilan dan keadaban dibarengi dengan kecaman keras atas
ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat.
Tidak ada individu yang tak bermasyarakat, karena pada hakikatnya
manusia itu membutuhkan satu sama lain. Dan Allah juga perintah untuk
hablum minannas.
4. Alam Semesta
Mengenai kosmogoni di dalam al-Qur’an terhitung sangatlah
sedikit. Berkaitan dengan metafisika penciptaan, al-Qur’an secara
sederhana menyatakan bahwa alam semesta dan apa pun yang Allah
kehendaki maka akan terwujud dengan perintah-Nya: “Jadilah”. Oleh sebab
itu, Allah adalah penggerak alam semesta secara mutlak dan Maha Pemberi
perintah yang tak terbantahkan, sebagaimana Dia adalah Maha Pelindung
lagi Maha Pengasih.
5. Kenabian dan Wahyu
Para nabi adalah orang-orang terpilih yang mempunyai kepribadian
yang jernih, kuat, serta kegigihannya dalam berdakwah risalah Allah, yang
dapat membangunkan, mengguncangkan kesadaran manusia dari kelesuan,
dan kerendahan moral menjadi tercerahkan sehingga mereka secara jelas
melihat Tuhan sebagai Tuhan dan setan sebagai setan.
6. Eskatologi
Eksatologi dalam al-Qur’an merupakan gambaran standar mengenai
nikmat surga dan neraka. Al-Qur’an sering membicarakan hal-hal tersebut,
mengenai ganjaran dan hukuman secara umum, termasuk keridhaan dan
kemurkaan Allah. Sesuatu yang akan dielaborasi secara terperinci namun,
gagasan pokok yang menggarisbawahi ajaran al-Qur’an mengenai hari
kiamat adalah bahwa akan datang suatu peristiwa “Kiamat”
7. Setan dan Kejahatan
Kejahatan merupakan lawan dari kebaikan, dan sebagai tindakan
yang dilakukan manusia. Prinsip kejahatan yang dipersonifikasi oleh al-
Qur’an sebagai iblis atau setan, meskipun personifikasi kedua jauh lebih
lemah daripada yang pertama. Di dalam al-Qur’an khususnya dalam surat-
surat Makkiyah, berkali-kali menyebut setan dalam bentuk jamaknya
“syayathin” yang terkadang secara metaforis merujuk kepada manusia.
Dalam Q.S Al-Baqarah ayat 14:

Artinya: Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman,


mereka berkata, “Kami telah beriman”. Tetapi apabila mereka kembali
kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata,
“Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok”.
8. Kelahiran Masyarakat Muslim
Dalam catatan sejarah, bahwa pembentukan bangunan umat Muslim
meliputi penerimaan semua nabi terdahulu yang menyampaikan pesan yang
sama, tetapi mengakui Islam sebagai agama terakhir yang sempurna. Umat
Yahudi dan Kristen disebut sebagai Ahlu Al-Kitab, tetapi dipandang
sebagai umat yang tidak sempurna dalam doktrin monoteismenya. Tetapi
al-Qur’an mengakui keberadaan orang-orang baik di kalangan komuntias
Yahudi, Kristen dan Shabiin, sebagaimana mengakui orang-orang yang
beriman dalam Islam.2

Kesimpulan

Fazlur Rahman merupakan ilmuwan muslim modern yang kesembilan, ia


memetakan tema-tema pokok al-Qur’an menjadi delapan bagian, yaitu Tuhan,
manusia sebagai individu, manusia sebagai msyarakat, alam semesta, kenabian dan
wahyu, eskatologi, setan dan kejahatan, dan kelahiran masyarakat muslim.

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Muhammad. 2020. Tema-Tema Kajian Al-Qur’an di Barat Perpektif


Fazlur Rahman (1919-1988). Yogyakarta: QOF: Jurnal Al-Qur’an dan Tafsir Vol.
4 No. 2

Rahman, Fazlur. 2017. Tema-Tema Pokok Al-Qur’an. Bandung: PT. Mizan Pustaka

2
Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok Al-Qur’an, (PT. Mizan Pustaka: Bandung: 2017)

Anda mungkin juga menyukai