Anda di halaman 1dari 38

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH PENERJEMAHAN AL-QUR’AN


OLEH ORIENTALIS MUALLAF
Dosen: Dr. Nur Rofiah, Bil Uzm.

Oleh:
Ahmad Zaelani [192510020]
Hasan Basyrie [192510021]
Gamal Iskandarsyah Abidin [192510019]

PROGRAM MAGISTER STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


INSTITUT PERGURAN TINGGI ILMU AL-QURAN
JAKARTA 2021
BAB I
PENDAHULUAN

Menurut teologi Islam modern, Al-Qur'an adalah wahyu sangat


spesifik dalam bahasa Arab, dan karena itu seharusnya hanya dibacakan dalam
bahasa Arab. Terjemahan ke dalam bahasa lain yang tentu usaha manusia akan
mereduksi atau bahkan tidak lagi memiliki karakter unik suci asli Arab. Karena
terjemahan ini tentu secara halus mengubah makna, sehingga penerjemahan
hanyalah salah satu interpretasi yang mungkin dan tidak bisa disetarakan dari
aslinya. Terjemahan Al-Qur'an selalu menjadi isu bermasalah dan sulit dalam
teologi Islam. Karena umat Islam menghormati Al-Qur'an sebagai mukjizat dan
tak ada bandingannya (i'jaz Al-Qur'an), maka secara umum, umat Islam
berpendapat bahwa teks Al-Qur'an tidak bisa direproduksi dalam bahasa lain.
Hal ini dikarenakan karena banyak faktor, antara lain, sebagaimana Ibrani atau
Aramaik, satu kata dalam bahasa Arab, sangat mungkin memiliki berbagai
makna dan arti tergantung pada konteks.

Al-Qur’an terdiri atas 114 surah, 30 juz dan 6236 ayat menurut
riwayat Hafsh, 6262 ayat menurut riwayat ad-Dur, atau 6214 ayat menurut
riwayat Warsy. Perbedaan jumlah ini bisa disebabkan oleh dihitungnya atau
tidak dihitungnya sebagai ayat apakah bismillaah dan surat yang berawal
dengan huruf muqottho’ah. Surah-surah dalam Al-Qur’an terbagi atas surat
makkiyah (yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah) dan madaniyah (yang
turun setelah Rasulullah SAW hijrah) dan juga tergantung tempat penurunan
surah tersebut.1

1
https://arbaswedan.id/al-qur-an-turun-berangsur-angsur/

Halaman 1
Sebagai kitab terakhir, Al-Qur’an dimaksudkan untuk menjadi
petunjuk bagi seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Bukan cuma
diperuntukkan bagi anggota masyarakat Arab tempat dimana kitab ini
diturunkan, akan tetapi untuk seluruh umat manusia. Di dalamnya terkandung
nilai-nilai yang luhur yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam
berhubungan dengan Tuhan maupun hubungan manusia dengan sesama
manusia lainnya dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya2. Al-Qur’an
diturunkan dalam masa sekitar 22 tahun atau lebih tepatnya dalam masa 22
tahun, 2 bulan dan 22 hari.3 Turunnya ayat Al-Quran secara bertahap
dianggap berdialog dengan umat manusia saat itu, mengomentari keadaan dan
peristiwa-peristiwa yang mereka alami, bahkan menjawab pertanyaan-
pertanyaan mereka. Dampak dari proses turunnya yang berangsur-angsur
sesungguhnya untuk membuat hati Nabi menjadi teguh dan menjadikan dakwah
dan ajaran Islam lebih jelas, mudah dan leluasa untuk diterima dikalangan
masyarakat saat itu.4

Dalam Al-Qur’an, surat Al-Israa/17:106:

‫ْث و َنَز ّلْنَاه ُ تَنْز ِيل ًا‬


ٍ ‫س عَلى مُك‬
ِ ‫و َقُر ْآن ًا ف َر َق ْنَاه ُ لِتَقْر ََأ ه ُ عَلَى النَّا‬
ٰ

Artinya: Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar
kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami
menurunkannya bagian demi bagian.
2
Muhammad Roihan Daulay, “Studi Pendekatan Al-Quran”, dalam Jurnal Thariqah Ilmiah Vol.
01, No. 01 Januari 2014, hal 31.
3
Cahaya Khaeroni, “Sejarah Al-Quran”, dalam Jurnal HISTORIA Volume 5, Nomor 2, Tahun
2017, hal 199.
4
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2019, hal
133.

Halaman 2
Proses turunnya ayat-ayat tersebut sangat disesuaikan dengan
keadaan dan kebutuhan masyarakat kala itu, bahkan sejarah yang diungkapkan
adalah sejarah bangsa-bangsa yang hidup di sekitar Jazirah Arab, peristiwa-
peristiwa yang dibawakan adalah peristiwa-peristiwa mereka, adat-istiadat dan
ciri-ciri masyarakat yang dikecam adalah yang timbul dan yang terdapat dalam
masyarakat tersebut. Kendatipun begitu, bukan berarti bahwa ajaran-ajaran Al-
Qur’an hanya dapat diterapkan dalam masyarakat pada waktu itu saja. Karena
yang demikian itu hanya untuk dijadikan argumentasi dakwah dan peristiwa
dari sejarah umat-umat diungkapkan sebagai pelajaran atau peringatan
bagaimana ketentuan Allah terhadap orang-orang yang mengikuti jejak
mereka.5

5
Cahaya Khaeroni, “Sejarah Al-Quran”, hal 200.

Halaman 3
BAB II
PENAFSIRAN DAN PENERJEMAHAN AL-QUR’AN

2.1 Dinamika Penerjemahan Dan Penafsiran Al-Qur’an


Dinamika dan perkembangan interaksi umat Islam non-arab
dengan Al-Qur’an, pastilah melalui karya tafsir dan terjemah, yang prosesnya
dilalui dengan polemik dan konflik, bukan hanya ketika pembuatannya, bahkan
konflik itu lahr dari sikap dan pemahaman pembaca. Akan tetapi, memang tidak
dapat dipungkiri bahwa mayoritas muslim di dunia akan mengenali makna dan
kandungan Al-Qur’an melalui terjemahannya. Oleh karena itu, terjemah
merupakan gerbang pertama dalam memahami Al-Qur’an tersebut justru
memiliki posisi dan peran yang sangat vital.6
Dalam tradisi penafsiran Al-Qur’an, mayoritas ulama yang
memfokuskan diri pada ‘Ulumul Qur’an, mengklasifikasikan bentuk utama
dalam penafsiran Al-Qur’an menjadi tiga, yaitu7:

1. Bi Al-Ma’tsur: Penafsiran berdasarkan ayat Al-Qur’an, hadits Nabi, dan


perkataan sahabat.

2. Bi Al-Ra’yi: Penafsiran yang lebih berbasis pada akal.

3. Al-Ish’ari: Penafsiran yang condong diilhami dari isyarat ruhiyah dan


terkadang keluar dari makna zohir ayat.

Oleh Abdul Hayy Al-Farmawi, metode penafsiran Al-Qur’an menjadi empat


pokok: Tahlili, Ijmali, Muqoron, dan Maudhu’i. Di era modern, dengan segala
6
Istianah, "Dinamika Penerjemahan Al-Qur’an", dalam Jurnal Maghza, Vol. 1, No. 1, 2016, hal.
42.
7
Zaimul Asroor, Ayat-Ayat Politik: Studi Kritis Penafsiran Muhammad Asad, Tangerang:
Yayasan Pengkajian Hadits El-Bukhori , 2019, hal 32-33.

Halaman 4
permasalahan kompleks yang ada, baik masalah ekonomi, sosial, politik dan
masalah lainnya, membuat para pengkaji Al-Qur’an mulai mencari metode
baru. Tujuan membuat pendekatan baru ini agar mereka dapat
menkotekstualisasikan pesan Al-Qur’an yang mampu memberikan panduan
dalam kenyataan dunia sekarang. Sehingga lahirlah pendekatan baru, antara
lain: tekstualis, kontekstualis, modernis, sosial-politik, feminis, dan lain-lain.
Salah satu tokoh kontemporer yang cukup serius menganalisa perkembangan
pendekatan penafsiran dan menawarkan pendekatan baru adalah Abdullah
Saeed. Dalam pandangannya, penafsiran selalu dilakukan dalam dua
pendekatan utama, yaitu pendekatan tekstual dan konstekstual. 8 Tekstual berasal
dari kata teks, yaitu yang tertulis. Teks merupakan perwujudan dari wacana,
baik wacana tulis, tetapi juga wacana lisan. Oleh sebab itu, teks merupakan
kesatuan bahasa yang memiliki kesatuan bentuk llisan dan tulisan dari
penyampai pesan kepada penerima pesan. Sedangkan kontekstual berasal dari
kata dasar konteks yang bermakna situasi dimana sesuatu ada atau terjadi.
Konteks merupakan aspek lingkungan yang secara fisik atau sosial kait-
mengkait dalam suatu ujaran atau teks yang muncul. Konteks juga dapat
menjadi sebab atau yang melatarbelakangi suatu dialog. 9 Kelompok tekstual
berkeyakinan bahwa Al-Qur’an yang harus selalu menjadi pegangan umat,
melebihi apa yang disebut kebutuhan modern. Bagi kelompok ini, Al-Qur’an
harus seperti itu adanya dan harus teraplikasikan secara universal. Pendekatan
ini telah menjadi pendekatan utama dalam tafsir, khususnya yang berkaitan
dengan ayat hukum dan etika. Manurut Saeed, golongan utama yang mewakili
pemahaman seperti ini adalah kaum tradisionalis dan salafis. Pendekatan
tekstual cenderung menggunakan analisis yang bergerak dari refleksi (teks) ke

8
Ibid, hal. 34.
9
https://www.linguistikid.com/2016/11/pengertian-dan-hubungan-teks-ko-teks.html

Halaman 5
praksis (konteks) yaitu memfokuskan pembahasan pada gramatikal-tekstual.
Praksis yang menjadi muaranya adalah lebih bersifat kearaban, sehingga
pengalaman sejarah dan budaya di mana penafsir dengan audiennya sama sekali
tidak punya peran. Teori ini didukung oleh argumentasi bahwa Al-Qur’an
sebagai sebuah teks suci telah sempurna pada dirinya sendiri.10 Pendekatan
kontekstual yang dimaksud disini adalah pendekatan yang mencoba
menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan pertimbangan analisis bahasa, latar
belakang sejarah, sosiologi, dan antropologi yang berlaku dalam kehidupan
masyarakat Arab pra-Islam dan selama proses wahyu Al-Qur’an berlangsung.
Selanjutnya, penggalian prinsip-prinsip moral yang terkandung dalam berbagai
pendekatan. Secara substansial, pendekatan kontekstual ini berkaitan dengan
pendekatan hermeneutika, yang merupakan bagian di antara pendekatan
penafsiran teks yang berangkat dari kajian bahasa, sejarah, sosiologi, dan
filosofis.11 Oleh karena itu, kebanyakan dari mereka menjunjung tinggi nilai
kebebasan dan cenderung mengklasifikasikan mana ayat Al-Qur’an yang
maknanya dapat dirubah, dan ayat yang maknanya tidak dapat dirubah. 12 Pada
makalah ini, kita akan membahas karya tafsir dan terjemahan Al-Qur’an oleh
dua orientalis yang menjadi muallaf, yaitu: Muhammad Asad dan Marmaduke
Pickthall.

2.2. The Message Of The Qur’an Karya Muhammad Asad


2.2. 1 Biografi Singkat Asad
Muhammad Asad atau Leopold Weiss, lahir di Lemberg,
Kekaisaran Austria-Hongaria (Sekarang kota itu bernama Lviv - Ukraina), 23
Juli 1900, meninggal di Andalusia, Spanyol, 20 Februari 1992 pada umur 91
10
M. Solahudin, “Pendekatan Tekstual-Kontekstual Dalam Penafsiran Al-Quran”, dalam Jurnal
Al-Bayan, Desember 2016, hal 116-117.
11
M. Solahudin, “Pendekatan Tekstual-Kontekstual Dalam Penafsiran Al-Quran”, hal. 118.
12
Zaimul Asroor, Ayat-Ayat Politik, hal. 37

Halaman 6
tahun. Ia adalah seorang cendekiawan muslim, mantan Duta Besar Pakistan
untuk Perserikatan Bangsa Bangsa, dan penulis beberapa buku tentang Islam
termasuk salah satu tafsir Al Qur'an modern yakni The Message of the Qur'an.
Muhammad Asad terlahir dalam lingkungan keluarga Yahudi. Keluarganya
secara turun-temurun adalah rabi (pemuka agama Yahudi) kecuali ayahnya yang
menjadi seorang pengacara. Pendidikan agama yang ia enyam selama masa
kecil hingga mudanya menjadikan ia familiar dengan bahasa Aram, Kitab
Perjanjian Lama serta teks-teks maupun tafsir dari Talmud, Mishna, Gemara
dan Targum. Pada usia 14 tahun ia lari dari rumah untuk bergabung dengan
tentara Austria dalam Perang Dunia Pertama. Pada usia 19 tahun, ia
meninggalkan studinya di bidang Filsafat dan Sejarah Seni, kemudian menjadi
asisten perintis film, Dr. Murnau, dan genius di bidang teater, Max Reinhardt,di
Berlin. Tahun 1922, ia menjadi reporter harian Frankfurter Zeitung (sebuah
harian terkemuka di Jerman), dan kemudian menjadi korespondennya untuk
negara Timur Dekat.

Gambar 1. Muhammad Asad

Halaman 7
Tahun 1926, berkat kesan mendalam dari hasil pengembaraannya di negara-
negara Islam Timur Tengah (terekam dalam salah satunya bukunya "Road to
Mecca") ia memeluk Islam. Asad menceritakan ketika dalam perjalanannya
naik kereta bawah tanah bersama istrinya, ia melihat hal aneh, misalnya ia
melihat penumpang berpenampilan rapih dan menarik, tetapi di wajah mereka
menyimpan penderitaan yang mendalam. Sebuah kekeringan spiritual. Impresi
wajah orang-orang ini begitu melekat kuat di pikirannya. Hal serupa pula yang
dirasakan olehnya. Hingga dia tiba di rumahnya, dia melihat salinan Al-Qur’an
yang halamannya terbuka. Sebagai jurnalis dia memang membaca Al-Qur’an
itu untuk dia pelajari. Tanpa ada maksud apa-apa, dia hendak menutup Al-
Qur’an itu dan memindahkannya ke tempat lain. Namun sebelum tertutup,
pandangannya jatuh ke sebuah surat, dan dia membacanya:

)٢(َۗ‫) حَت ّٰى ز ُ ْرت ُم ُ الْمَق َاب ِر‬١(ُۙ ‫الت ّك َاث ُر‬
َ ُ ‫اَلْه ٰىكُم‬

)٤(َ‫ْف تَعْلَمُوْن‬ َ ‫) ث َُم ّ ك َلَّا‬٣(َۙ‫ْف تَعْلَمُوْن‬


َ ‫سو‬ َ ‫سو‬
َ ‫ك َلَّا‬

)٦( ّ َ ُ ‫) لَتَرَو‬٥(ِۗ‫ك َلَّا لَو ْ تَعْلَمُوْنَ عِلْم َ الْيَق ِيْن‬


َۙ ‫ن الْ جحَِي ْم‬

ِ َ ‫سـَٔل ُ َنّ يَوْم َِٕىذٍ ع‬


)٨(‫ن النَّعِي ِْم‬ ْ ُ ‫) ث َُم ّ لَت‬٧(ِۙ‫ث َُم ّ لَتَرَو ُ َ ّنهَا عَيْنَ الْيَق ِيْن‬

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke


dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat
perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang
yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan
sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin.

Halaman 8
Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan
(yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS At-Takasur/102:1-8).

Surat ini begitu menggetarkan jiwa Asad, sejalan dengan kehampaan yang dia
alami dan juga orang-orang kaya di Berlin yang dia lihat. Dia berteriak kepada
pacarnya, Elsa, “Bacalah ini. Apakah ini bukan jawaban untuk apa yang kita
lihat (orang-orang kaya Berlin)?” Pada saat itulah Leopold memutuskan untuk
menjadi seorang Muslim. Dia masuk Islam di Berlin di hadapan kepala
komunitas Muslim kecil di kota itu dan mengambil nama Muhammad, untuk
menghormati Nabi, dan Asad – yang berarti “singa” – sebagai pengingat
namanya.13 Ia lantas mengatakan mengenai Islam:" Dalam pandangan saya,
Islam terlihat seperti sebuah hasil arsitektur yang sempurna. Semua elemen
didalamnya secara harmonis dalam saling melengkapi dan mendukung; tidak
ada yang berlebihan dan tidak ada yang kurang; hasilnya adalah sebuah struktur
dengan keseimbangan sempurna dan komposisi yang kuat." Juga dalam
pandangannya, ajaran Islam yang begitu mulia telah dibuat oleh sebagian umat
Islam menjadi ajaran yang mengalami stagnasi dan tidak maju. 14 Ia
mengembara dan menyaksikan dengan kepala sendiri beberapa pergerakan
pembebasan yang muncul pada awal abad 20 untuk membebaskan daerah Islam
dari kaum kolonial. Ia berkunjung ke India di mana ia berjumpa dan
bekerjasama dengan Muhammad Iqbal, filsuf dan penyair yang
menginspirasikan lahirnya negara Pakistan. Bahkan ia menjadi Duta Besar
Pakistan pertama untuk PBB. Mendekati akhir hayatnya ia kemudian pindah ke
Spanyol dan hidup disana bersama istri ke-empatnya Paola Hameeda Asad
hingga wafatnya. Setelah masuk Islam, Asad menjadi penulis yang sangat
produktif. Karya-karyanya antara lain: The Cross Road (1934), Road To Mecca
13
https://ganaislamika.com/perjalanan-rosie-gabrielle-memeluk-islam-21-leopold-weiss-1/
14
Zaimul Asroor, Ayat-Ayat Politik, hal. 62.

Halaman 9
(1954), The Principle of State And Goverment in Islam (1961), The Message of
The Quran (1980), This Law of Ours (1987), dan masih banyak karyanya yang
lain.

2.2.2 The Message Of The Quran


Muhammad Asad dikenal sebagai seorang penerjemah dan
penafsir Al-Qur’an dengan latar belakang keilmuan dan pengalaman yang
beragam. Dia pernah mempelajari bahasa Arab murni bukan hanya dari kamus-
kamus bahasa Arab melainkan langsung kepada masyarakat Suku Badwi. Selain
itu, berlatar belakang sebagai anggota keluarga rabi Yahudi ortodok membuat
Asad juga menguasai dua rumpun bahasa Semitik lainnya, yaitu Aramaik dan
Ibrani. Karena kemampuan bahasanya yang mumpuni, Asad dikenal sebagai
seorang linguis. The Message of the Quran adalah kitab terjemah beserta tafsir
Al-Qur’an karya Muhammad Asad yang telah digunakan oleh banyak sarjana
pengkaji Islam. Kitab ini ditulis pada detik-detik akhir kehidupannya dengan
segala horizon yang didapat dari pengembaraannya selama ia hidup, sehingga
dapat dikatakan bahwa kitab ini ditulis dalam tahap kemapanan pemikiran
Asad. Asad tidak hanya menekuni satu bidang keilmuan dan pekerjaan. Selain
pemikir Islam, ia juga dikenal sebagai wartawan di beberapa surat kabar
ternama di Eropa, penikmat sastra, linguis, peneliti kebudayaan Timur Tengah,
sejarawan, negarawan, dan diplomat. Keberagaman ilmu ini meninggalkan
kesan khusus yang dapat ditemui dalam tafsirnya. Pada ranah spiritual, Asad
telah menjalani berbagai pengalaman. Ia tidak hanya pernah mengenyam
kehidupan di dua agama, Yahudi dan Islam, tetapi juga pernah memiliki
ketertarikan terhadap Taoisme bahkan sempat mengalami fase kebosanan
terhadap agama.15 Selain aspek bahasa, Asad memberikan 2 perhatian khusus
15
Lis Safitri & Muhammad Chirzin, "The Message of The Qur’ān Karya Muhammad Asad:
Kajian Metodologi Terjemah dan Tafsir", dalam Jurnal Maghza, Vol. 4, No. 1, 2019, hal.179-

Halaman 10
yang dijadikan acuan dalam tafsirnya: Pertama, Al-Qur’an tidak boleh
dipandang sebagai sebuah kumpulan nasihat, peringatan dan perintah yang
terpisah, akan tetapi harus dilihat menjadi satu-kesatuan yang utuh, holistik,
bukan parsial. Kedua, Tidak ada bagian dari Al-Qur’an yang harus dilihat dari
sebagai pernyataan yang murni historis, melainkan sebuah ilustrasi dari kondisi
masyarakat saat itu.16 Jadi bila dilihat dari dua prinsip diatas, dapat dikatakan,
tafsir ini bisa dikategorikan sebagai tafsir bercorak Ijmali dengan metode bi al-
ra’yi.
Memang sebuah karya tulis merupakan menifestasi dari
pemikiran seorang penulis, namun seringkali tulisannya tersebut tidak dapat
mewakili maupun menggambarkan pikiran dan perasaannya secara keselurhan
dan sempurna. Perlu ditekankan bahwa sebuah pemahaman atau penafsiran atas
Al-Qur’an bukan sesuatu yang bersifat suci. Tafsir merupakan ijtihad seseorang
dalam memahami Al-Qur’an itu sendiri. Untuk lebih memahami cara fikir
Muhammad Asad, terutama dalam tafsirnya, pemakalah akan mengambil
sembilan tema dalam Al-Qur’an yang cukup populer diserang oleh para
orientalis, kemudian mengambil tafsiran dari The Message Of Al-Quran, serta
memberikan komentar dan catatan untuk tafsirannya tersebut.

2.3. The Meaning of the Glorious Koran Karya Marmaduke


Pickthall
2.3.1 Biografi Singkat Marmaduke Pickthall
Muhammad Marmaduke Pickthall adalah seorang intelektual
Muslim Barat yang terkenal dengan karya terjemahan Alqurannya yang puitis
dan akurat dalam bahasa Inggris. Ia merupakan pemeluk Kristen Anglikan yang

180
16
Zaimul Asroor, Ayat-Ayat Politik, hal. 72.

Halaman 11
kemudian berpindah agama memeluk Islam. Sosoknya juga dikenal sebagai
seorang novelis, jurnalis, kepala sekolah serta pemimpin politik dan agama.17

Gambar 2. Marmaduke William Picktall

Terlahir dengan nama Marmaduke William Pickthall pada tanggal 7 April 1875
di London, Inggris. Dia berasal dari keluarga kelas menengah di Suffolk,
Inggris. Ayahnya Charles Grayson Pickthall adalah seorang Pendeta Anglikan.
Karenanya tak mengherankan jika William tumbuh dan dibesarkan di tengah
keluarga penganut Kristen Anglikan yang taat. Ketika usianya menginjak lima
tahun, sang ayah meninggal. Tak lama berselang keluarganya pun memutuskan
untuk menjual tempat tinggal mereka di Suffolk dan pindah ke kota London.
Kepindahan tersebut sempat membuat William depresi dan sakit-sakitan. Sifat
pemalu yang ada pada dirinya, membuat dia sulit untuk bisa beradaptasi dengan
lingkungan barunya. Terlebih lagi ketika ibunya Mary O'Brien memasukannya
ke Harrow, sebuah sekolah swasta elite khusus bagi murid laki-laki. Satu-
17
Marmaduke Pickthall- Biografi Singkat, Warisan Muslim Inggris . Diakses tanggal 05 Januari
2021. Pada link berikut:
https://translate.googleusercontent.com/translate_c?
client=srp&depth=1&hl=id&prev=search&pto=aue&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl=id&u=http://
www.masud.co.uk/ISLAM/bmh/BMM-AHM-pickthall_bio.htm&usg=ALkJrhisY0ksr7yBtxHTz6_sEWv6zpaCJQ

Halaman 12
satunya yang menjadi teman penghiburnya saat menimba ilmu di Harrow
adalah Winston Churchill.
Saat di Harrow, William mulai menunjukkan ketertarikannya terhadap
ilmu bahasa. Selepas tamat dari Harrow, ia mulai mempelajari sejumlah bahasa,
di antaranya Gaelik (bahasa orang Skotlandia) dan Welsh (bahasa orang Wales).
Karena kemahirannya dalam penguasaan kedua bahasa ini, maka salah seorang
gurunya di Harrow mendaftarkan  William untuk mengikuti ujian seleksi
penerimaan pegawai di Departemen Luar Negeri. Namun ia gagal dalam ujian.
Kegagalan tersebut tidak membuat William patah arang. Ia kemudian
menghabiskan waktunya untuk mempelajari bahasa Arab dengan harapan suatu
saat ia bisa memperoleh pekerjaan sebagai seorang konsuler di Palestina. Di
usianya yang belum genap 18 tahun, ia memutuskan untuk berlayar ke Port
Said, sebuah kota pelabuhan yang berada di kawasan timur laut Mesir.
Perjalanan ke Port Said ini menjadi awal mula petualangannya ke negara-
negara muslim di kawasan Timur Tengah dan Turki. Keahliannya dalam
berbahasa Arab telah memikat penguasa Ottoman (Turki Usmaniyah). Atas
undangan dari pihak Kesultanan Ottoman, William yang kala itu belum menjadi
seorang Muslim, mendapat tawaran untuk belajar mengenai kebudayaan Timur.
Selama masa Perang Dunia I tahun 1914-1918, William banyak menulis
surat dukungan terhadap Turki Usmaniyah. Saat propaganda perang
dikumandangkan tahun 1915 yang mengakibatkan pembantaian di Armenia, dia
secara terang-terangan menentangnya dan menyatakan bahwa kesalahan tidak
bisa ditimpakan kepada pemerintah Turki atas kejadian tersebut. Pada saat
banyak imigran Muslim asal India di London dibujuk oleh Kementerian Luar
Negeri untuk menyediakan bahan-bahan propaganda dukungan terhadap Inggris
dalam perang melawan Turki, ia tidak bergeming. Ia tetap tegas dengan
pendiriannya guna membela saudaranya sesama Muslim. Begitu juga saat

Halaman 13
komunitas Muslim di Inggris diberikan pilihan apakah setia terhadap sekutu
(Inggris dan Prancis) atau justru mendukung Jerman dan Turki, jawaban yang
diberikan William cukup mengejutkan. Dia  tetap pada pendiriannya tidak akan
mendukung negaranya itu.
Perjalanan ke negara-negara Islam dan Turki ini, telah membuat William
banyak bersentuhan langsung dengan agama Islam. Dari situ kemudian mulai
muncul rasa ketertarikan terhadap ajaran Islam. Maka, di tahun 1917 dia
memutuskan untuk memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi
Muhammad Marmaduke Pickthall. Bahkan sebelumnya William sempat
menjadi pembicara pada diskusi yang diadakan Muslim Literary Society
bertajuk 'Islam and Progress' tanggal 29 Nopember 1917 di Notting Hill,
London Barat. Setelah memeluk Islam, William banyak berkecimpung dalam
berbagai kegiatan yang terkait dengan syiar Islam. Tahun 1919, ia aktif di Biro
Informasi Islam yang berkedudukan di London serta beberapa usaha penerbitan
media Islam lainnya seperti Muslim Outlook. Usai merampungkan novelnya
berjudul Early Hours tahun 1920, dia mendapat penugasan di India sebagai
editor di surat kabar Bombay Chronicle. Kemudian di tahun 1927 William
pindah ke penerbitan jurnal tiga bulanan Islamic Culture selaku editor yang
berkantor di Hyderabad. Ada satu lagi sumbangsihnya selama tinggal di
Hyderabad terkait dengan upaya menegakkan syiar Islam. Tahun 1925,
Pickthall diundang oleh Komite Umat Muslim di Madras untuk memberikan
kuliah umum tentang segala aspek mengenai Islam. Koleksi dari bahan-bahan
kuliahnya ini sudah dipublikasikan tahun 1927 dengan harapan agar kalangan
non-Muslim lainnya dapat mengerti apa itu agama Islam.
Awal 1935 Pickthall kembali ke Inggris. Tahun 1936 ia berpindah ke St
Ives dan meninggal di kota kecil itu pada tanggal 19 Mei 1936. Ia dimakamkan
di pemakaman Muslim di Brookwood, Surrey (dekat Woking, Inggris) empat

Halaman 14
hari kemudian. Oleh kaum Muslim Inggris, Pickthall dijuluki sebagai "pejuang
agama" dan "pelayan Islam sejati".18

2.3.2. The Meaning of the Glorious Quran


Sebenarnya sudah sejak lama saat baru masuk Islam, William
mempunyai obsesi menerjemahkan kitab suci Al-Qur’an ke dalam bahasa
Inggris. Dia merasa adalah tanggung jawab semua umat Muslim untuk
memahami Al-Qur’an dengan sebenar-benarnya. Namun obsesinya ini baru
terealisasi pada tahun 1928, setelah ia berhasil menyelesaikan proyeknya dalam
menerjemahkan Al-Qur’an.
Hasil kerja kerasnya ini kemudian ia terbitkan pada tahun 1930 dan
diberi judul 'The Meaning of the Glorious Koran'. Ribuan umat Muslim pun
segera mendapat manfaat dari karya Muhammad Marmaduke Pickthall yang
lantas dianggap oleh banyak kalangan sebagai karya monumental. Tak hanya
itu, umat Muslim pun kemudian menyadari bahwa The Meaning of Glorious
Koran diselesaikan di kota Nizamate, Hyderabad, sebuah kawasan yang di
Selatan India yang didominasi umat Islam. Seperti ilmuwan Muslim lainnya, ia
tidak menerjemahkan kata Allah SWT dalam Al-Qur’an. Ia menulis dalam kata
pengantarnya, ''Quran tidak bisa diterjemahkan.'' Jadi, terjemahannya tetap
berdampingan dengan teks asli Al-Qur’an dalam bahasa Arab. Dalam kata
pengantar dalam karyanya ini Pickthall juga menulis mengenai keutamaan
Alquran dibandingkan kitab-kitab yang lainnya, "Sebelum memulai
mempelajari Alquran, seseorang haruslah menyadari bahwa tidak seperti bahan
bacaan lain, ini merupakan sebuah buku yang unik dan berasal dari Yang

18
Nidya Zuraya, Muhammad Marmaduke Pickthall Adalah Intelektual Islam Dan Terjemahkan
Alquran, Khazanah, Diakses Pada Link
https://republika.co.id/berita/q65cfd440/muhammad-marmaduke-pickthall-sang-mualaf-
penerjemah-alquran pada hari selasa, 05 januari 2021.

Halaman 15
Mahatinggi, pesan-pesan abadi serta universal. Kandungan isinya tidak merujuk
pada tema atau gaya tertentu, melainkan fondasi dari seluruh sistem kehidupan,
mencakup segala spektrum permasalahan, yang cakupannya mulai dari ayat-
ayat kepercayaan maupun perintah serta sumber pengajaran, kewajiban,
hukuman bagi yang melanggar, hukum umum dan pribadi, serta solusi terhadap
persoalan pribadi maupun sosial kemasyarakatan..cerita kaum di masa lampau
teriring apa-apa yang dapat dipetik pelajaran darinya.''Karya Pickthall ini
menjadi karya pertama penulisan makna Alquran dalam bahasa Inggris oleh
orang Inggris asli. Selain itu, tulisan Pickthall juga menjadi salah satu dari dua
karya terjemahan Alquran dalam bahasa Inggris yang sangat populer. Karya
lainnya ditulis oleh Abdullah Yusuf Ali.19

19
Nidya Zuraya, Muhammad Marmaduke Pickthall Adalah Intelektual Islam...

Halaman 16
BAB III
VIS-A-VIS TERJEMAHAN ASAD DAN PICKTHALL

Terjemahan bukanlah tafsir, dan baik terjemahan maupun tafsir


tidak dapat mewakili dari Al-Qura’an itu sendiri. Dr. Saiful Islam Mubarak,
memberikan perbandingan antara terjamah dan tafsir dalam dunia makanan,
bila terjemah adalah bahan mentah disertai dengan daftar menu yang siap
diolah oleh ahli masak, maka tafsir adalah laksana hidangan yang disajikan. 20
Tentu, dengan pengertian yang diberikan, maka dengan makanan yang disajikan
kita dapat mengetahui keahlian, kecenderungan, dan kepribadian si ahli masak.

Untuk lebih memahami cara berfikir Asad dan Picktall, marilah


kita mengambil beberapa contoh tafsiran dan terjemahannya. Ayat Al-Qur’an
yang diambil, yang biasanya menjadi polemik dan dijadikan masalah oleh kaum
orientalis dan beberapa pandangan Asad dan Picktall. Sebagai acuan, tulisan Al-
Qur’an dan artinya diambil dari Al-Qur’an Kementerian Agama Republik
Indonesia versi Online dengan alamat https://quran.kemenag.go.id/, pencarian
akar kata dan artinya diambil dari situs http://www.rootwordsofquran.com/ atau
https://www.almaany.com/.

3.1 Kepemimpinan Pria Atas Wanita

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

َ َّ‫ل ق َ َّوامُوْنَ عَلَى النِّسَ ۤا ء ِ بِمَا ف َض‬


‫ل الل ّٰه ُ بَعْضَه ُ ْم عَل ٰى بَعْضٍ َّو بِمَٓا اَنْفَقُو ْا م ِنْ اَمْو َالِه ِ ْم‬ ُ ‫اَلر ِ ّج َا‬

20
Saiful Islam Mubarak, Mukjizat Huruf Al-Quran & Tafsir Qiraat, Bandung: Yayasan Maqdis,
2015, hal. 88.

Halaman 17
Artinya: Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari
hartanya. (QS. An-Nisa/4: 34).

The Message Of The Quran


MEN SHALL take full care of women with the bounties which God has
bestowed more abundantly on the former than on the latter, and with what they
may spend out of their possessions. And the righteous women are the truly
devout ones, who guard the intimacy which God has [ordained to be] guarded.
And as for those women whose ill-will44 you have reason to fear, admonish
them [first]; then leave them alone in bed; then beat them;45 and if thereupon
they pay you heed, do not seek to harm them. Behold, God is indeed most high,
great!

The Meaning Of The Glorious Quran


Men are in charge of women, because Allah hath made the one of them to excel
the other, and because they spend of their property (for the support of women).
So good women are the obedient, guarding in secret that which Allah hath
guarded. As for those from whom ye fear rebellion, admonish them and banish
them to beds apart, and scourge them. Then if they obey you, seek not a way
against them. Lo! Allah is ever High, Exalted, Great.

Al-Qur’an Akar Kata Asad Pictall Kemenag

‫قَام َ ق َ َّوامُوْنَ عَلَى‬


take full care in charge of pelindung
women22
of women21

‫النِّسَ ۤا‬
Get up, Stand up,
Rise, Ascend ,
Depart, Support,
Supply

21
Muhammad Asad, The Message Of Quran, Gibraltar: Dar al-Andalus, 1980, hal 117.
22
Marmaduke Pickthall, The Meaning Of Glorious Quran, hal. 553.

Halaman 18
Dalam catatan kaki dan komentarnya, Asad memberikan analisa bahasa
bagaimana bentuk kata qowwam lebih lengkap dibandingkan dengan qo’im,
yang berarti bertanggung jawab. Sehingga perlu menurutnya untuk diberikan
kata full untuk penekanan dalam terjemahan ayat diatas, sehingga menjadi
“lelaki bertanggung jawab penuh atas wanita” dalam ruang lingkup rumah
tangga.

3.2 Haid Pada Wanita


Ayat Al-Baqarah/2:222 turun sebagaimana dalam riwayat Imam
Muslim, sebagai respon atas fenomena kaum Yahudi yang memperlakukan
wanitanya yang sedang haid dengan tidak manusiawi. Mereka akan
mengusirnya, tidak mau tinggal seatap dan enggan makan bersama-sama
seoalah-olah wanita ketika haid adalah manusia yang menjijikan. Allah
menurunkan ayat ini yang menjelaskan bahwa haid memang darah kotor
sehingga dilarang bagi suami untuk melakukan hubungan badan dengannya
selama ia haid sampai datang masa suci. Nabi SAW juga menegaskan kembali
di dalam sabdanya, “Lakukan apa saja kecuali jimak,” yaitu boleh bagi suami
untuk tetap tinggal seatap dengan istrinya, makan bersama dan melakukan
aktivitas bersama-sama dengan istrinya seperti biasa ketika suci kecuali
berhubungan badan.23

… ‫ض ۗ ق ُلْ ه ُو َ اَذ ًى‬


ِ ْ ‫ن الْمحَِي‬
ِ َ‫ك ع‬
َ َ ‫و َي َ ْسـَٔلُو ْن‬
Artinya: Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid.
Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.”…

23
Imam Jalaludin As-Suyuti, Asbabun Nuzul, Bandung: Jabal, 2020, hal. 31.

Halaman 19
The Message Of The Quran
AND THEY will ask thee about [woman's] monthly courses. Say: "It is a
vulnerable condition. Keep, therefore, aloof from women during their monthly
courses, and do not draw near unto them until they are cleansed; and when they
are cleansed, go in unto them as God has bidden you to do."

The Meaning Of The Glorious Quran


They question thee (O Muhammad) concerning menstruation. Say: It is an
illness, so let women alone at such times and go not in unto them till they are
cleansed. And when they have purified themselves, then go in unto them as
Allah hath enjoined upon you. Truly Allah loveth those who turn unto Him, and
loveth those who have a care for cleanness.

Perbandingan kata dalam tafsir dan terjemahan, adalah sebagai berikut:

Al-Qur’an Akar Kata Asad Pictall Kemenag

ۙ‫َأ ذِ يَ اَذًى‬
vulnerable It is an sesuatu yang
illness25
condition24 kotor

Harm, Suffer,
Trouble

24
Muhammad Asad, The Message Of Quran, hal. 63.
25
Marmaduke Pickthall, The Meaning Of Glorious Quran, hal. 25.

Halaman 20
3.3 Jilbab

Perintah menutup aurat bagi muslimah, salah satunya termaktub dalam


petikan ayat dalam Al-Qur’an An-Nur/24:31 dan Al-Ahzab/33:59:

‫ن زِي ْنَتَه ُنَّ ا َِّلا م َا‬


َ ْ ‫جه ُنَّ وَل َا يُبْدِي‬
َ ‫ن فُر ُ ْو‬ َ َ ‫صارِه ِنَّ و‬
َ ‫يحْف َ ْظ‬ َ ْ ‫ن م ِنْ اَب‬
َ ْ‫ٰت يَغْضُض‬
ِ ‫و َق ُلْ لِّل ْمُْؤم ِن‬

‫َظه َر َ مِنْهَا‬
Artinya: Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka
menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. (QS. An-
Nur/24: 31).

َ ِ ‫ك و َنِس َ ۤا ء ِ الْم ُْؤم ِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْه ِنَّ م ِنْ ج َلَابِيْبِه ِنَّ ۗ ذٰل‬
‫ك‬ َ ِ ‫ك و َبَن ٰت‬ ِ ‫الن ّب ِ ُيّ ق ُلْ لّ ِا َ ْزو َا‬
َ ‫ج‬ َ ‫ٰٓيا ُ َ ّيهَا‬

ِ ‫ن وَك َانَ الل ّٰه ُ غَفُوْر ًا َّر‬


‫حيْم ًا‬ َ ْ ‫اَدْن ٰىٓ ا َ ْن ُي ّعْر َف‬
ۗ َ ْ ‫ن فَلَا يُْؤذَي‬
Artinya: Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu
dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk
dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (QS. Al-Ahzab/33:59)

Dalam tafsir Ibnu Katsir, dikatakan Ibnu Abbas dalam menafsirkan


“janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) terlihat.” dalam
ayat ini dengan wajah dan kedua telapak tangan.26

26
Syaikh Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Juz 18, hal. 45.

Halaman 21
Dalam bukunya, Asad mengatakan perhiasan yang boleh tampak terlihat
itu harus bisa dipahami lebih dari apa yang disampaikan dan dicontohkan pada
saat ayat ini diturunkan, karena “apa yang biasa terlihat” akan berubah seiring
dengan waktu dan moral laki-laki dan kebudayaan yang terjadi.27

The Message Of The Quran


And tell the believing women to lower their gaze and to be mindful of their
chastity, and not to display their charms [in public] beyond what may
[decently] be apparent thereof;

The Meaning Of The Glorious Quran


And tell the believing women to lower their gaze and be modest, and to display
of their adornment only that which is apparent;

Perbandingan pilihan kata dalam ayat-ayat diatas:

Al-Qur’an Akar Kata Asad Pictall Kemenag

ّ‫جه َُن‬
َ ‫ن ف ُر ُ ْو‬ َ ‫حف َِظ‬
َ ‫يحْف َ ْظ‬ َ
mindful of be modest28 memelihara
their chastity
kemaluannya
Protect, Guard

‫ان‬
َ ‫َز‬
Decorate,
Adorn , Beautiful

‫جلب‬
outer cloaks30 jilbab

َّ‫ج َلَابِيْبِه ِن‬


garments29

Bring in, Give


rise to

27
Muhammad Asad, The Message Of Quran, hal. 738.
28
Marmaduke Pickthall, The Meaning Of Glorious Quran, hal. 275.
29
Muhammad Asad, The Message Of Quran, hal. 601.
30
Marmaduke Pickthall, The Meaning Of Glorious Quran, hal. 340.

Halaman 22
‫جِل ْبَاب‬

Garment, Cloth

3.4 Pemimpin, Syuura, dan Demokrasi

Pembahasan mengenai prinsip kepemimpinan dan syura/musyawarah


dapat ditemukan dalam beberapa ayat Al-Quran, antara lain QS
Al-Maidah/5:51, Ali Imran/3:159, As-Syuura/42:38.

ۗ ٍ ‫خذ ُوا الْيَهُوْد َ و ََالن ّص ٰ ٰٓرى اَوْلِي َ ۤا ء َ ۘ بَعْضُه ُ ْم اَوْلِي َ ۤا ء ُ بَع‬


ْ‫ْض وَم َن‬ َ ْ ‫ٰٓيا ُ َ ّيهَا ال َ ّذِي‬
ِ ‫ن اٰم َنُو ْا ل َا ت ََّت‬

ّٰ ‫َّيت َو ََّله ُ ْم مِّنْك ُ ْم فَاِن َّه ٗ مِنْه ُ ْم ۗ ا ِ َّن الل ّٰه َ ل َا يَهْدِى الْقَوْم َ ال‬
َ‫ظل ِمِيْن‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang
Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling
melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia,
maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (QS Al-Maidah/5:51).

ۖ‫ك‬ َ ْ‫ْب ل َانْف َُضّ و ْا م ِن‬


َ ِ ‫حو ْل‬ ِ ‫ظا غَلِي َْظ الْق َل‬ ُ ْ ‫ن الل ّٰه ِ لِن ْتَ لَه ُ ْم ۚ و َلَو‬
ّ ً َ ‫كن ْتَ ف‬ َ ِ ّ‫فَبِم َا رَحْمَة ٍ م‬

ِ ِ
َ ‫ْف عَنْه ُ ْم و َاسْ تَغْفِر ْ لَه ُ ْم وَشَاوِرْه ُ ْم فِى الْا َ ْم ۚر ِ فَاِذ َا ع ََزمْتَ فَت َو َ َّكلْ عَلَى الل ّٰه ۗ ا َّن الل ّٰه‬
ُ ‫فَاع‬

ّ ُ ‫يح‬
َ‫ِب الْم ُت َوَكِّلِيْن‬ ُ
Artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan

Halaman 23
mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal
(QS Ali Imran/3:159).

‫ن‬
َ ْ ‫م وَمِمَّا رَز َقْنٰه ُ ْم يُنْفِقُو‬ ُ ‫ن اسْ ت َجَابُو ْا ل ِر َ ّبِه ِ ْم و َاَقَام ُوا الصَّ ل ٰو ۖة َ و َاَمْرُه ُ ْم‬
ۖ ْ ُ ‫شوْرٰى بَيْنَه‬ َ ْ ‫و َال َ ّذ ِي‬

Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan
melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka (QS Asy-Syuura/42:38).
Tiga ayat Al-Quran diatas merupakan contoh ayat yang pesan utamanya
kepemimpinan dan demokrasi. Dalam terjemahan Al-Quran versi kemenag,

kata َ ‫ اَوْلِي َ ۤا ء‬diartikan sebagai teman setia, pada terjemahan tafsir Ibnu Katsir

diartikan sebagai teman setia dengan kisah: Khalifah Umar pernah mendapat
pengaduan bahwa Abu Musa Al-Asyari yang menjabat sebagai Gubernur
Kuffah telah mengangkat sesorang yang beragama nasrani menjadi
sekretarisnya saat itu, sehingga akhirnya Umar Bin Khattab RA menyuruh Abu
Musa untuk memecatnya beralasan dengan ayat ini.31

Untuk ayat ini, dalam tafsirnya, Asad menyetujui kebanyakan mufassir


(secara spesifik untuk ayat ini diberikan pendapat At-Tabari), dengan diberikan

komentar maksud kata َ ‫اَوْلِي َ ۤا ء‬ adalah “moral alliance”, atau

teman/kolega/sahabat yang sangat dekat, yang dapat mempengaruhi sendi


kehidupan seorang muslim.32 Dua ayat berikutnya yang pesan utamanya terkait
31
Syaikh Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Juz 6, hal 506.
32
Muhammad Asad, The Message Of Quran, hal. 225.

Halaman 24
dengan arti penting dari musyawarah atau syura. Di sisi lain, ayat di atas pula
yang sampai sekarang masih menjadi sumber perdebatan antara mereka yang
menolak demokrasi dan yang menerima demokrasi. Di sini lah letak pentingnya
penafsiran Muhammad Asad, sebagai tokoh yang hidupnya mewakili segala
generasi kontemporer. Ia tidak hanya mengerti sejarah politik Islam klasik,
namun juga mengetahui perdebatan tentang ideologi yang berkembang di Barat,
dan termasuk di antaranya adalah gagasan tentang demokrasi. Dalam bukunya
State and Government, Asad menjelaskan bahwa sejarah Islam menyebutkan
bahwa istilah dewan musyawarah ini dikenal dengan Majlis Syura, yang mana
harus mewakili semua komunitas (whole community) baik laki-laki maupun
perempuan. Asad pun menjelaskan bahwa karena syariat tidak mengatur secara
jelas terkait metode atau cara pemilihan Majlis Syura ini, maka hal ini
diserahkan kepada masyarakat. Adapun otoritas seorang amir—dalam bahasa
Asad—apakah ia harus mengambil pertimbangan dari Majlis Syura atau tidak,
dalam hal ini ia jelaskan dalam tafsirnya bahwa meskipun seorang pemimpin
boleh mengambil atau menolak masukan dari Majlis Syura, ia tetap tidak boleh
sembarangan dalam memutuskan sesuatu. Sembari menukil sebuah hadist yang
diriwayatkan Ali, Asad menjelaskan bahwa Nabi saja dalam beberapa hal
meminta pertimbangan kepada para sahabatnya.33 Tapi secara tegas Asad
melarang non-muslim menjabat sebagai kepala negara.34

Al-Qur’an Akar Kata Asad Pictall Kemenag

‫و َلِي َ اَوْلِي َ ۤا ء‬
Allies; moral friends35 teman setia
ُ alliance

33
Zaimul Asroor, "Tekstualitas Vis-À-Vis Kontekstualitas", dalam Jurnal Ilmu Ushuluddin, Vol.
18, No. 2, 2019, hal. 162.
34
Zaimul Asroor, Ayat-Ayat Politik, hal. 118.
35
Meaning Of Glorious Quran hal. 81.

Halaman 25
Govern, Rule,
Supporter,
Friend,
Associate,
Entrusted

‫شَور وَشَاوِ ْر‬


consultation counsel36 musyawarah

Council , Advise

َ ‫ قَام َ و َاَقَام ُوا الصَّ ل ٰو ۖة‬Get up,


constant in establish melaksanakan
worship
prayer salat
Stand up, Rise

‫ صلو‬Pray,
Worship

3.5 Jin

Mengapa pemakalah perlu untuk memberikan perbandingan tafsiran Jin


pada Tafsir Asad, ini membuktikan bahwa memang pengalaman berbeda akan
memberikan tafsir yang berbeda pula. Disanalah letak kesempurnaan ilmu
seseorang, dan disana pula kebijaksanaan para penuntut ilmu diukur. Dalam
surat An-Nas/114: 4-6 dituliskan sebagai berikut:

ِ ‫ن الْج َِّنة ِ و َالنَّا‬


‫س‬ َ ِ‫س م‬
ۙ ِ ‫صد ُ ْورِ الن َّا‬
ُ ‫ِس ف ِ ْي‬ ْ ‫س ال َ ّذ‬
ُ ‫ِي يُو َسْ و‬ ۖ ِ ‫س الْخنَ َّا‬
ِ ‫م ِنْ شَر ِّ ال ْو َسْ وَا‬

36
Meaning Of Glorious Quran hal. 396.

Halaman 26
Artinya: Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan
(kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia (QS An-
Nas/114:4-6).

Dalam tafsir Ibnu Katsir, banyak diberikan kisah, hingga kita


dapat memberikan kesimpulan bahwasanya Jin merupakan suatu makhluk
dengan entitas tersendiri selain manusia.37

Dalam tafsirnya, Asad menggunakan istilah elusive tempter dan


mysterious forces of nature to which man's psyche is exposed untuk
menterjemahkan kata Jin (ِ‫)الْ ِجنَّة‬, seolah-olah ia mengatakan kata Jinnah tersebut
adalah suatu keadaan psikologis manusia yang menghalangi akan jalan
kebaikan.38
Al-Qur’an Akar Kata Asad Pictall Kemenag

ِ ‫جَنَّ الْج َِن ّة‬


elusive jinn39 Jin
tempter

Conceal, Shield,
Protect

3.6 Keselamatan Agama Lain

Dalam membahas bagaimana keadaan oarang yang memeluk agama


selain Islam, dapat diambil dua ayat sebagai berikut:

37
Syaikh Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Juz 30, hal. 580-583.
38
Muhammad Asad, The Message Of Quran, hal. 1317.
39
Marmaduke Pickthall, The Meaning Of Glorious Quran, hal. 553.

Halaman 27
ُ ‫شدِيْد ٌ ۗو َالل ّٰه‬ ٌ ‫كف َرُوْا ب ِاٰي ِٰت الل ّٰه ِ لَه ُ ْم عَذ‬
َ ‫َاب‬ َ ‫ن‬ ّ َ ِ ‫ل الْفُر ْقَانَ ا‬
َ ْ ‫ن ال َ ّذ ِي‬ َ َ ‫س و َاَنْز‬
ِ ‫ل هُدًى لِّلنَّا‬
ُ ْ ‫م ِنْ قَب‬

ۗ‫عَز ِ يْز ٌ ذ ُو ان ْتِق َا ٍم‬


Artinya: sebelumnya, sebagai petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al-
Furqan. Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah akan
memperoleh azab yang berat. Allah Mahaperkasa lagi mempunyai hukuman.
(QS. Ali-Imron/3: 4).

‫ل‬ ِ ٰ ‫ن ب ِالل ّٰه ِ و َال ْيَو ْ ِم الْا‬


َ ِ ‫خر ِ و َعَم‬ َ َ ‫ن ه َادُوْا و ََالن ّصٰرٰى و َالصَّ اب ِِٕــيْنَ م َنْ اٰم‬ َ ْ ‫ا ِ َّن ال َ ّذ ِي‬
َ ْ ‫ن اٰم َنُو ْا و َال َ ّذ ِي‬

َ‫يح ْزَنُوْن‬
َ ‫ْف عَلَيْه ِ ْم وَل َا ه ُ ْم‬
ٌ ‫خو‬
َ ‫م وَل َا‬
ۚ ْ ِ ‫جر ُه ُ ْم عِنْد َ ر َ ّبِه‬
ْ َ ‫صَالِ حا ً فَلَه ُ ْم ا‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-
orang Nasrani dan orang-orang sabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka
mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka
tidak bersedih hati (QS. Al-Baqarah/2: 62).
Dua ayat ini, seolah-olah merupakan ayat yang saling bertolak
belakang. Dalam Tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa ayat ini turun ketika
Salman Al-Farisi bertanya kepada Nabi Muhammad SAW mengenai temannya
yang sholat dan beribadah dengan cara nenek moyangya. Kemudian turunlah
ayat ini. Dikatakan oleh Ibnu Abbas, bahwa tidak ada jalan keselamatan kecuali
melalui syariat Nabi Muhammad SAW setelah beliau diutus, dan mengikuti
syariat Nabi mereka pada zamannya.40
Dalam tafsiran Al-Baqarah/2:62, Asad mengatakan bahwa dalam
ayat ini mengandung dasar doktrin Islam, dimana keselamatan manusia akan
bergantung hanya pada tiga elemen ini: Beriman kepada Allah SWT, beriman
40
Syaikh Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Juz 1, Jakarta: Pustaka Imam Syafi'i, 2005, hal. 148.

Halaman 28
kepada hari akhir, dan berbuat benar dalam kehidupan. 41 Dalam tafsiran Ali
Imran/3: 3, Asad justru memberikan komentar bahwa “kitab-kitab terdahulu”
yang dimaksud, bukanlah yang ada Injil maupun Taurat yang pada saat ini,
melainkan ketika kitab tersebut diturunkan dan masih terjaga.42
Al-Qur’an Akar Kata Asad Pictall Kemenag

ۗ‫نَقَم َ ان ْتِق َا ٍم‬


an avenger of Able to mempunyai
evil Requite (the
hukuman
wrong)43
Revenge , Hostile

‫حَزَنَ وَل َا ه ُ ْم‬


neither shall neither shall dan mereka
44
they grieve they grieve
tidak bersedih

َ‫يح ْزَنُوْن‬
َ
hati
Sad , Grieved ,
Tragedy

3.7 Maryam Sebagai Saudara Nabi Harun AS

Nabi Isa AS hingga kini adalah manusia yang menjadi salah satu titik
temu ajaran Islam yang dirisalahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan agama
Nasrani. Begitu banyak pertentangan yang diberikan oleh pihak Nasrani agar
titik temu ini menjadi hilang. Misalnya saja, ada anggapan kalau Maryam yang
diakatakn dalam Al-Qur’an, bukanlah Maryam Ibunda Nabi Isa AS.

‫سو ْء ٍ َوّم َا ك َان َْت ا ُمّكِ بَغ ِيًّا‬


َ َ ‫ك امْرَا‬
ِ ْ ‫ٰٓياُخْ تَ ه ٰر ُ ْونَ م َا ك َانَ اَبُو‬

41
Muhammad Asad, The Message Of Quran, hal 40.
42
Muhammad Asad, The Message Of Quran, hal.109.
43
Marmaduke Pickthall, The Meaning Of Glorious Quran, Global Grey Ebooks: London, 2018,
hal. 275.
44
Marmaduke Pickthall, The Meaning Of Glorious Quran, hal. 7.

Halaman 29
Artinya: Hai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang
yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina. (QS.
Maryam/19:28).

Diceritakan dalam Tafsir Ibnu Katsir bahwa ketika Maryam membawa


Nabi Isa AS dalam gendongannya, kaumnya sangat terkejut. Keterkejutan ini
dikontekstualisasikan dalam peninggian keturunan dari Maryam itu sendiri.

Penggunaan frasa panggilan َ‫ ٰٓياُخْ تَ ه ٰر ُ ْون‬adalah untuk menyatakan bahwa

Maryam adalah dari keturunan mulia, keturunan pendeta pemuka agama, yaitu
turunan Harun AS. Hal ini adalah sangat lazim untuk bangsa arab, sebagaimana
orang-orang keturunan Tamimi dipanggil dengan panggilan “Hai Saudara
Tamim” dan orang-orang keturunan Mudhorri dipanggil dengan seruan “Hai
Saudara Mudhorr”. Hal inipun sangat lumrah bagi bangsa yahudi. Tertulis
dalam Kitab Perjanjian Baru, Matius Pasal 1 ayat 1: “Inilah silsilah Yesus
Kristus, anak Daud, anak Abraham”.45 Terlihat dalam ayat Bible ini bahwa
untuk memuliakan Yesus, dikatakanlah bahwa Yesus sebagai ada Daud dan
anak Abraham.

Senada dengan hal tersebut, Asad dalam tafsirnya menuliskan pada


bahasa Semit Kuno, nama seseorang seringkali dikaitkan dengan keturunannya
untuk memperkuat tali kesukuan/keturunan.46

Al-Qur’an Akar Kata Asad Pictall Kemenag

‫بغي بَغ ِيًّا‬


a loose harlot47 pezina

45
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Perjanjian Baru Injil Matius, Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2020, hal. 1.
46
Muhammad Asad, The Message Of Quran, hal. 632.
47
Marmaduke Pickthall, The Meaning Of Glorious Quran, hal. 232.

Halaman 30
woman
transgression,
trespass

3.8 Islam Membolehkan Mempunyai 4 Istri

Ini juga tema bahasan yang sering menjadi kontroversi dan kerap
digunakan untuk menyerang ajaran Islam. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT
berfirman:

َ‫ن النِّسَ ۤا ء ِ مَثْن ٰى و َثلُ ٰث‬


َ ِ ّ‫حو ْا م َا طَابَ لَك ُ ْم م‬
ُ ‫ك‬
ِ ْ ‫سطُو ْا فِى ال ْيَتٰمٰى فَان‬ ِ ‫و َا ِ ْن‬
ِ ‫خفْتُم ْ ا ََّلا ت ُ ْق‬

‫ك اَدْن ٰٓى ا ََّلا تَعُو ْلُو ْا‬


َ ِ ‫َت اَيْمَانُك ُ ْم ۗ ذٰل‬ ِ ‫خفْتُم ْ ا ََّلا تَعْدِلُو ْا ف َوَا‬
ْ ‫حدَة ً ا َ ْو م َا مَلَك‬ ِ ‫وَر ُب ٰ َع ۚ فَا ِ ْن‬

Artinya: Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah
perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu
khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau
hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar
kamu tidak berbuat zalim (QS. An-Nisa/4:3).

Dalam tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Abbas dan Imam Syafi’i mengatakan
bahwa ini adalah hukum pemilihan dan pembatasan jumlah wanita yang

Halaman 31
diinginkan yang dibolehkan untuk dinikahi oleh seorang muslim, yaitu hingga 4
wanita.48

Dalam tafsirnya, Asad menyetujui ayat ini, tapi memberikan


penekankan secara serius bagaimana perlakuan seorang laki-laki terhadap
wanita-wanita yang akan atau telah dinikahinya, yaitu: adil dan memberikan
hak pernikahannya secara baik dan benar.49

Al-Qur’an Akar Kata Asad Pictall Kemenag


َ ‫َعد‬
ْ ‫تَعْدِلُو‬
‫َل‬ equitably justice50 adil

Justice, Fairness,
Equal, Honesty,
Deviate

3.9 Nubuwah Nabi Muhammad

Dalam Al-Qur’an, surat Al-A’raf/7: 157, Allah SWT menyatakan dalam


firmannya bahwa nama Nabi Muhammad SAW termaktub dalam taurat dan
injil. Ayat ini juga merupakan indikator penerimaan yang sangat baik apabila
seseorang yang tadinya nasrani/yahudi, kemudian bersyahadat menjadi muslim.

48
Syaikh Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Juz 4, hal 232.
49
Muhammad Asad, The Message Of Quran, hal. 156.
50
Marmaduke Pickthall, The Meaning Of Glorious Quran, hal. 55.

Halaman 32
‫ل‬ َ ‫يجِدُوْنَه ٗ مَكْتُو ْب ًا عِنْد َه ُ ْم فِى‬
ِ ْ ‫الت ّوْرٰىة ِ و َالْا ِنْ جِي‬ ْ ‫الن ّب ِ َيّ الْا ُ ِم ّ َّي ال َ ّذ‬
َ ‫ِي‬ َ ‫ل‬ َ ْ ‫سو‬
ُ ‫الر‬ َ ْ ‫ال َ ّذ ِي‬
َّ َ‫ن يَت َّب ِعُوْن‬

َ‫ٰت و َيُح َرِ ّم ُ عَلَيْهِم ُ الْخ ۤبَ ٰ ِٕىث‬


ِ ‫طي ِّب‬ ّ ُ ِ ‫يح‬
ّ َ ‫ل لَهُم ُ ال‬ ُ َ ‫ن الْمُن ْك َر ِ و‬
ِ َ ‫ْف و َي َ ْنه ٰىه ُ ْم ع‬
ِ ‫ي َْأ م ُرُه ُ ْم ب ِالْمَعْرُو‬

َ ْ ‫م فَال َ ّذ ِي‬
ُ ‫ن اٰم َنُو ْا ب ِ ٖه وَع َ َّزر ُ ْوه ُ و َنَصَر ُ ْوه‬ َ ٰ ‫ض ُع عَنْه ُ ْم ا ِصْر َه ُ ْم و َالْاَغ ْل‬
ۗ ْ ِ ‫ل َّالت ِ ْي ك َان َْت عَلَيْه‬ َ َ ‫و َي‬

َ‫حوْن‬ َ ‫َعَه ٗ ۙاُول ۤ ِٕ ٰى‬


ُ ِ ‫ك هُم ُ الْمُفْل‬ ٓ ‫لم‬ ُ ‫و َا َّتب َع ُوا‬
َ ِ ‫الن ّوْر َ ال َ ّذ ِْٓي اُنْز‬

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak
bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil
yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan
mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi
mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan
beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-
orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah
orang-orang beruntung.

Dalam The Message of The Quran, Asad menuliskan betapa pentingnya


kata Ummi/unlettered, tidak dapat membaca dan menulis. Dengan adanya
keadaan ummi ini, maka dengan jelas dapat dikatakan kalau pengetahuan Nabi
Muhammad SAW terhadap segala sesuatunya, terutama pengetahuan/kisah para
nabi terdahulu, hanyalah bersumber dari Allah SWT, tidak bersumber dari yang
lain.51 Asad melanjutkan dengan mereferensikan Bible:

1. Perjanjian Lama, Buku Deuteronomy/Ulangan Pasal 18 ayat 15:

51
Muhammad Asad, The Message Of Quran, hal. 220-221

Halaman 33
“Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu,
sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu;
dialah yang harus kamu dengarkan”.52

2. Perjanjian Lama, Buku Deutreonomy/Ulangan Pasal 18 ayat 18:

“Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara


mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam
mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang
Kuperintahkan kepadanya”.53

3. Perjanjian Baru, Buku John/Yohanes Pasal 16 ayat 7-8:

“Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna


bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu
tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan
mengutus Dia kepadamu”.54

“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran


dan penghakiman”

Al-Qur’an Akar Kata Asad Pictall Kemenag


‫ااْلُ ِّم َّي‬
ّ‫ُأ م‬
unlettered neither read Tidak bisa
nor write55
baca tulis

origin; mother

52
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Perjanjian Lama, hal. 247.
53
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Perjanjian Lama, hal. 247
54
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Perjanjian Baru, hal. 155.
55
Marmaduke Pickthall, The Meaning Of Glorious Quran, hal. 121.

Halaman 34
BAB IV

KESIMPULAN

Dari pembahasan yang sudah dilakukan diatas, maka pemakalah dapat


menuliskan beberapa kesimpulan, antara lain:

1. Muhammad Asad atau Leopold Weiss kelahiran Ukraina, merupakan


cendikiawan muslim yang awalnya beragama Yahudi. Perpindahan
keyakinannya kepada Islam secara kaffah, membuatnya cinta dan peduli
kepada Umat, sehingga melahirkan banyak karya yang luar biasa yang
diniatkan untuk mendidik umat Islam itu sendiri.

2. The Message Of The Quran, tafsirnya yang bercorak Ijmali-Bil Ra’yi,


adalah salah satu karyanya yang fenomenal, hasil dari perenungan dan

Halaman 35
belajarnya dia terhadap Al-Qur’an dan keislaman dengan harapan
mengeluarkannya umat dari keterpurukan.

3. Muhammad Marmaduke Pickthall adalah mualaf dari agama Kristen


seorang, merupakan sarjana Islam Inggris yang terkenal dengan karya
terjemahan Al-Quran dalam bahasa Inggris tahun 1930-an ,yang
disebut The Meaning of the Glorious Alquran.
4. Pickthall adalah seorang novelis, dihormati oleh DH Lawrence , HG
Wells , dan EM Forster , serta seorang jurnalis, kepala sekolah,
dan pemimpin politik dan agama.
5. Terlepas terdapat pro-kontra, tafsir dan terjemahan dari dua tokoh
terkemuka ini, karya mereka merupakan ijtihad terbaik dirinya, patut
dihargai karena banyak memberikan khazanah baru dalam penafsiran
dan keilmuan Al-Qur’an.

Daftar Pustaka

Asad, Muhammad, The Message Of Quran, Gibraltar: Dar al-Andalus, 1980.


Asroor, Zaimul, "Tekstualitas Vis-À-Vis Kontekstualitas", dalam Jurnal Ilmu
Ushuluddin, Vol. 18, No. 2, 2019.
Asroor, Zaimul, Ayat-Ayat Politik: Studi Kritis Penafsiran Muhammad Asad,
Tangerang: Yayasan Pengkajian Hadits El-Bukhori , 2019.
Daulay, Muhammad Roihan, “Studi Pendekatan Al-Quran”, dalam Jurnal
Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 01 Januari 2014.
Hebrew – English Interlinear ESV Old Testament, Crossway: Illinois, 2014.
http://www.rootwordsofquran.com/

Halaman 36
https://arbaswedan.id/al-qur-an-turun-berangsur-angsur/
https://ganaislamika.com/perjalanan-rosie-gabrielle-memeluk-islam-21-
leopold-weiss-1/
https://quran.kemenag.go.id/
https://www.almaany.com/

https://www.linguistikid.com/2016/11/pengertian-dan-hubungan-teks-ko-
teks.html

Ibnu Katsir, Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Imam Syafi'i, 2005.
Khaeroni, Cahaya, “Sejarah Al-Quran”, dalam Jurnal Historia Volume 5,
Nomor 2, Tahun 2017, hal 199.
Konferensi Wali Gereja Indonesia, Perjanjian Baru Injil Matius, Jakarta:
Lembaga Alkitab Indonesia, 2020.
Lis Safitri & Muhammad Chirzin, "The Message of The Qur’ān Karya
Muhammad Asad: Kajian Metodologi Terjemah dan Tafsir", dalam
Jurnal Maghza, Vol. 4, No. 1, 2019.
Mubarak, Saiful Islam, Mukjizat Huruf Al-Quran & Tafsir Qiraat, Bandung:
Yayasan Maqdis, 2015.
Al-Qaththan, Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2019.
Solahudin, M, “Pendekatan Tekstual-Kontekstual Dalam Penafsiran Al-Quran”,
dalam Jurnal Al-Bayan, 2016.
As-Suyuti, Imam Jalaludin, Asbabun Nuzul, Bandung: Jabal, 2020.

Halaman 37

Anda mungkin juga menyukai