Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM

MODEL-MODEL STUDI AL-QUR’AN


Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Syamsul Bakri, S.Ag, M.Ag

Disusun oleh:
Septian Ardiyanto 231121027
Inayatul Badriyah 231121028
Muhammad Taufiq Ilyas 231121029
Wafiq Azizah 231121030
Kiagus Achmad Fauzan 231121031

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2023
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai orang muslim, kita harus mempercayai islam sebagai agama yang sempurna
yang berpedoman kepada Al-Qur’an sebagai kitabnya. Setiap muslim wajib untuk
mempelajari serta memahami kajian dari Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an merupakan
kitab suci yang diturunkan sebagai petunjuk dan rahmat untuk seluruh umat manusia.
Keberadaan, sebagaimana pernyataan Al-Qur’an sendiri bahwa ia fleksibel diantara
waktu dan tempat. Yang berarti ajaran-ajaran islam pasti mampu menembus luasnya
ruang dan berjalan bersama aliran waktu.

Untuk bisa mempelajari dan memahami lebih dalam apa yang dikaji dalam Al-
Qur’an, tentu bukan hal yang mudah. Oleh sebab itu, para ulama membentuk suatu
metodologi sebagai upaya untuk mengkaji Al-Qur’an.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja metode yang bisa digunakan untuk mengkaji Al-Qur’an ?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mempelajari metode-metode mengkaji Al-Qur’an

PEMBAHASAN

A. STUDI AL-QUR’AN
Secara etimologis, kata Al-Qur'an berasal dari kata qara'a, yang berarti
membaca atau mengumpulkan, dan kata "ulum" adalah jamak dari kata Al-'alim, yang
berarti ilmu, dan "ulum" berarti ilmu-ilmu. Makna kedua ini memiliki arti yang
sama : membaca berarti juga mengumpulkan, karena orang yang membaca berusaha
mengumpulkan ide-ide atau gagasan yang ada dalam apa yang mereka baca. Dengan
demikian, perintah membaca dalam Al-Qur'an, seperti yang terlihat di awal Surah
Al-'Alaq, menunjukkan bahwa Allah memerintahkan umat Islam untuk
mengumpulkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang ada di alam raya atau di mana pun
mereka berada, dengan tujuan agar mereka dapat memanfaatkan ide-idenya.
Secara istilah Al - Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Melalui malaikat Jibril dan akan dinilai sebagai ibadah bagi
siapa aja yang membacanya. Al-Qur’an merupakan sumber utama umat Islam dalam
mempengaruhi kehidupan ini sesuai dengan aturan dan perintah dari Allah. Al-Qur’an
merupakan mu’jizat terbesar Nabi Muhammad SAW dan berlaku sebagai kitab suci
umat Islam yang dijadikan pedoman dalam kehidupan.
Studi al qur’an sendiri memiliki arti bahwa ilmu yang membahas tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan al qur an.al qur an sendiri berpungsi sebagai kitab suci
umat islam sepanjang masa yang tidak pernah selesai dibahas. inilah yang
membuktikan kemukjizatan al qur’an dengan kitab lainnya.al qur an selain sebagai
sumber utama ajaran agama islam juga sebagai petunjuk tentang hubungan manusia
dengan tuhan (hablum minaalloh ) dan juga hubungan manusia dengan manusia
(hablum minna-nas) serta juga hubungan manusia dengan alam semesta.
Al Qur'an berfungsi sebagai pedoman hidup bagi umat Islam dan mengandung
banyak ajaran penting yang membantu manusia menjalani kehidupan
mereka.Mempelajari tentang Pelajaran utama dalam Al Qur'an biasanya dikaitkan
dengan posisi surah al-Fatihah. Ia juga disebut al-Kitab, karena itu adalah bagian dari
surah al-Fatihah mengakomodasi semua isi Al Qur'an,lebih tepatnya, 1) keyakinan
tauhid yang disebutkan dalam ayat kedua dan ayat keenam dari surat al-fatihah
menunjukkan bahwa hanya Allah yang berhak menerima semua pujian dan terima
kasih, karena pada dasarnya semua Allah memberikan nikmat kepada
manusia.Menurut Ayat keenam, hanya Tuhan (Allah)yang disembah dan dimintai
bantuan; 2) komitmen dan ancaman, yang disebutkan dalam ayat keempat yang
menyatakan bahwa kekuasaan Allah pada Hari pembalasan.
B. HERMENEUTIK
Hermeneutika secara harfiah diartikan sebagai “tafsir”. Sedangkan pengertian
secara etimologi hermeneutika berasal dari bahasa Yunani hermeneurin yang berarti
menafisrkan. Hermeneutika kemudian berkembang menjadi metodologi penafsiran
Bibel yang kemudian dikembangkan para teolog dan filosof sebagai metode
penafsiran secara uum dalam ilmu sosial dan humaniora. Hermeneutika seperti yang
ditulis oleh The Encyclopedia Britannica adalah studi prinsip-prinsip general tentang
interpretasi bibel yang bertujuan untuk menemukan kebenaran dan nilai-nilai dalam
Bibel. Seiring dengan berjalannya waktu, hermeneutika berkembang sebagai disiplin
keilmuan yang secara berturut-turut akan nampak berkaitan dengan perkembangan
hermeneutika secara definitif maupun historis.
Pada hermeneutika Al-Qur’an klasik, muncul upaya-upaya metodologis dalam
menafsirkan Al-Qur’an. Dalam perjalanannya, perkembangan hermeneutika klasik
Al-Qur’an tidak sesederhana yang dipaparkan, sebab apa yang diupayakan tokoh-
tokoh pada masa itu baru sebatas pada pengungkapan karateristik kesustraan dalam
Al-Qur’an dan belum mengarah kepada perumusan aturan atau prinsip penafsiran.
Dalam hermeneutika kontemporer, secara metodologis para pemikir islam
kontemporer dalam mengembangkan hermeneutika Al-Qur-an dibedakan menjadi dua
kategori metodologis yang berbeda.
Mereka yang berangkat dengan titik tekan lebih pada sisi pertama penafsiran, yakni
berupa penjelasan makna teks yang kurang lebih objektif dan baru setelahnya berali
pada realitas kekinian untuk melakukan kontekstualisasi.
Berangkat dari realitas kontemporer umat Islam menuju pemahaman yang sesuai
dengan ajaran yang mungkin diperoleh dari penafsiran Al-Qur’an.
Bersandar pada kerangka analisis Josef Bleicher, dua tipologi diatas dapat
dianggap mempresentasikan pandangan hermeneutika Al-Qur’an yang bersifat teoritis
dan yang bersifat filosofis. Hermeneutika berurusan dengan refleksi atas fenomena
penafsiran sebelum berurusan dengan metode dan penafsiran apapun. Pendekatan
filosofis dalam hermeneutika sangat menghargai unsur subyektifitas dan relativitas
konteks penafsiran dan bukan menolaknya.
Akan tetapi, dengan menggunakan hermeneutika, hukum Islam menjadi tidak
ada yang pasti, hal ini dapat membahayakan dikarenakan berpotensi besar
membubarkan ajaran Islam yang sudah final. Selain itu, penggunaan hermeneutika
yang berpaham relativisme ini juga dapat menghacurkan bangunan ilmu pengetahuan
Islam yang lahir dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul serta dapat menempatkan Islam
sebagai agama sejarah yang selalu berubah mengikuti zaman.
C. TAFSIR TEMATIK
Tafsir tematik yang dalam bahasa Arab disebut dengan al-tafsir al-maudhu'iy.
Kata maudhu'i dinisbatkan pada kata al-maudhu’, yang berarti topik atau materi suatu
pembicaraan atau pembahasan. Dalam kamus al-Munawir dijelaskan bahwa kata
maudhu’ adalah berasal dari kata wadha’a yang berkedudukan sebagai isim maf’ul
yang berarti masalah. Secara semantik, tafsir maudhu'iy berarti penafsiran Al-Quran
menurut tema atau topik tertentu. Dalam bahasa Indonesia biasa diterjemahkan
dengan tafsir tematik. Tematik adalah salah satu model penafsiran yang diperkenalkan
para ulama tafsir untuk memberikan jawaban terhadap problem-problem baru dalam
masyarakat melalui petunjuk-petunjuk Al-Quran.
Jadi, tafsir tematik yaitu menghimpun ayat-ayat Al-Quran yang mempunyai
maksud yang sama, dalam arti, sama-sama membicarakan satu topik masalah dan
menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat tersebut. Kemudian
penafsir mulai memberikan keterangan dan penjelasan serta mengambil kesimpulan..
Tafsir tematik bertujuan menyelesaikan permasalahan yang diangkat secara
tuntas sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang dapat dijadikan pegangan baik bagi
mufassir sendiri, maupun bagi pembaca dan pendengar bahkan oleh umat seara
keseluruhan. Karena tujuannya untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang
dialami oleh umat itu, maka diabad modern ini para ulama lebih gandrung
menggunakan metode tematik dari pada metode-metode yang lain.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang penafsir yang
menggunakan metode ini ialah:
1. Untuk sampai pada kesimpulan yang lebih mendekati kebenaran, hendaklah
menyadari bahwa tidak bermaksud menafsirkan Al-Qur’an dalam pengertian biasa.
Tugas utamanya ialah menari dan menemukan hubungan antara ayat-ayat untuk
mendapatkan kesimpulan sesuai dengan ayat tersebut.
2. Penafsir harus menyadari bahwa ia hanya memiliki satu tujuan, dimana ia tidak
boleh menyimpang dari tujuan tersebut. semua aspek dari permasalah itu harus
dibahas dan semua rahasianya harus digali. Jika tidak demikian, ia tidak akan
merasakan kedalaman Al-Qur’an, yaitu keindahan dan hubungan yang harmonis
diantara susunan ayat-ayat dan bagian-bagian dari Al-Qur’an.
3. Memahami bahwa Al-Qur’an dalam menetapkan hukumnya seara berangsur-
angsur. dengan memperhatikan sebab diturunkannya ayat disamping persyaratan lain,
maka seorang penafsir akan terhindar dari kekeliruan, dibandingkan !ika ia hanya
melihat lafalnya saja.
4. Penafsir hendaknya mengikuti aturan-aturan (kaidah) dan langkah-langkah yang
sesuai dengan petunjuk.
D. TAFSIR SEMIOTIK
Tafsir semiotik dalam konteks Al-Qur'an adalah sebuah pendekatan yang
mengkaji teks Al-Qur'an dengan menggunakan prinsip-prinsip semiotik, yang
berfokus pada analisis tanda-tanda dan makna dalam teks suci Islam tersebut. Ini
adalah sebuah pendekatan interpretatif yang melibatkan analisis mendalam tentang
bagaimana tanda-tanda dalam Al-Qur'an dapat mengungkapkan makna yang lebih
dalam dan tersembunyi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tafsir semiotik
Al-Qur'an adalah:

1. Tanda-tanda Al-Qur'an: Tafsir semiotik Al-Qur'an akan memeriksa tanda-tanda


linguistik dalam Al-Qur'an, seperti kata-kata, ayat, dan konstruksi kalimat. Ini
mencakup pemahaman tentang bagaimana tanda-tanda tersebut digunakan dan
diorganisir dalam teks.

2. Kode-kode Al-Qur'an: Analisis semiotik akan memperhatikan kode-kode atau


konvensi yang digunakan dalam Al-Qur'an. Ini mencakup penggunaan bahasa Arab
klasik, struktur retorika, dan perulangan motif dan simbol dalam teks.

3. Konteks Budaya: Tafsir semiotik Al-Qur'an juga akan mempertimbangkan konteks


budaya dan sejarah di mana Al-Qur'an diwahyukan. Ini penting untuk memahami
makna yang terkandung dalam teks dan bagaimana tanda-tanda Al-Qur'an terhubung
dengan budaya dan sejarah saat itu.

4. Makna Konotatif: Pendekatan semiotik akan berusaha untuk menggali makna


konotatif dalam Al-Qur'an, yaitu makna yang mungkin tersembunyi atau tersirat
dalam teks. Ini dapat mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang pesan
moral dan spiritual dalam Al-Qur'an.

5. Intertekstualitas: Seperti dalam tafsir semiotik umum, intertekstualitas akan


diperhatikan dalam hubungan Al-Qur'an dengan dirinya sendiri dan dengan teks-teks
lain dalam tradisi Islam, seperti hadis dan tafsir.

Pendekatan semiotik terhadap Al-Qur'an dapat membantu para penafsir dan


cendekiawan Islam dalam memahami teks suci ini dari perspektif yang lebih
mendalam dan mencari makna yang lebih dalam daripada makna harfiahnya. Ini
merupakan salah satu dari berbagai pendekatan interpretatif yang digunakan untuk
memahami dan merenungkan isi Al-Qur'an, yang memegang peran sentral dalam
kehidupan dan keyakinan umat Islam.

KESIMPULAN
Studi Al-Qur’an merupakan ilmu yang pokok bagi seseorang untuk bisa memahami ayat-ayat
Al-Qur’anul Karim. Karena dengan ilmu ini, seseorang bisa mengetahui dan menjelaskan
hikmah-hikmah yang terkandung dalam ayat ayat al qur an tersebut. Studi Al-Qur’an
merupakan suatu kajian yang sebagai petunjuk tentang hubungan manusia dengan tuhan
(hablum minaalloh ) dan juga hubungan manusia dengan manusia (hablum minna-nas) serta
juga hubungan manusia dengan alam semesta. Terdapat beberapa model dalam studi Al-
Quran ini, diantaranya, pertama, hermeneutika yang kemudian berkembang menjadi
metodologi penafsiran Bibel yang kemudian dikembangkan para teolog dan filosof sebagai
metode penafsiran secara uum dalam ilmu sosial dan humaniora. Kedua, tafsir tematik yaitu
menghimpun ayat-ayat Al-Quran yang mempunyai maksud yang sama, dalam arti, sama-
sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab
turunnya ayat-ayat tersebut. Ketiga, Tafsir semiotik dalam konteks Al-Qur'an adalah sebuah
pendekatan yang mengkaji teks Al-Qur'an dengan menggunakan prinsip-prinsip semiotik,
yang berfokus pada analisis tanda-tanda dan makna dalam teks suci Islam tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Adian Husaini, Abdurrahman al-Baghdadi. (2007). Hermeneutika & Tafsir Al-Qur'an .
Depok: Gema Insani .
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, Jakarta: Amzah, 2009
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2008
Rizki Putra, 2002
Said Agil Husain Al Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki,
Jakarta:Ciputat Press, 2003
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Semarang: PT. Pustaka
Wahid, H. M. (2005). Studi Al-Qur'an Kontemporer Perspektif Islam dan Barat. Bandung:
CV Pustaka Setia .
BIBLIOGRAPHY Zaenudin. (2020). Analisis Hermeneutika dan Tekstualisme Al-Qur'an. al-
Afkar, Journal for Islamic Studies.

Anda mungkin juga menyukai