ABSTRAK
Tafsir maudhu‟i atau tafsir tematik dapat diformulasikan sebagai suatu tafsir
yang berusaha mencari jalan keluar dari masalah-masalah yang timbul seputar Al-
Qur‟an tentang kejadian-kejadian baru dengan jalan penghimpunan ayat yang
berkaitan dengannya, kemudian dianalisis melalui ilmu-ilmu lain yang relevan
dengan masalah yang dibahas, sehingga dapat melahirkan konsep-konsep baru yang
akurat dari Al-Qur‟an tentang masalah yang di bahas.
PENDAHULUAN
Seperti yang telah disebutkan bahwa peranan Al-Qur‟an adalah juga sebagai
aturan yang menjadi penentu dasar sikap hidup manusia, dan membutuhkan
penjelasan-penjelasan yang lebih mendetail, karena pada zaman sekarang banyak
sekali permasalahan komplek yang terjadi, yang tentunya permasalahannya tidaklah
sama dengan permasalahn yang ada pada saat zaman Nabi Muhammad SAW. Maka
karenanya, tafsir Al-Qur‟an dianggap mampu menjadi solusi dari kondisi tersebut.
Adapun tipologi tafsir berkembang terus dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan
dan konteks zaman, dimulai dari tafsir bi al-ma‟tsur yang menggunakan nash dalam
menafsirkan Al-Quran , tafsir bi al-ra‟yi yang lebih mengandalkan ijtihad dengan
akal, dan adapula yang berdasarkan metode yaitu; tafsir tahlili, tafsir maudhu‟i, tafsir
ijtimali, serta tafsir muqaran. Dan tafsir maudhu‟i atau bisa disebut juga tafsir tematik
berperan penting khususnya di zaman sekarang karena tafsir maudhu‟i ini dirasa
sangat sesuai dengan kebutuhan manusia dalam menjawab permasalahan yang ada.
Tafsir tematik dalam bahasa Arab disebut dengan tafsir maudhu‟i.
Tafsir maudhu‟i ini terdiri dari 2 kata, yakni kata tafsir dan kata maudhu‟i.
Kata tafsir termasuk bentuk masdar (kata benda) yang berarti penjelasan, keterangan,
atau uraian. Kata maudhu‟i dinisbatkan kepada kata maudhu„, dimana kata ini adalah
isim maf‟ul dari fi‟il madhi wadha‟a yang memiliki makna beraneka ragam, yaitu;
yang diletakkan, yang diantar, yang ditaruh, yang dibuat-buat, yang dibicarakan
dimana kemudian hal ini diartikan sebagai tema/topik. Dan makna yang terakhir
inilah yang relevan dengan konteks pembahasan di sini. Adapun secara harfiah, tafsir
maudhu‟i dapat diterjemahan dengan tafsir tematik, yaitu tafsir berdasarkan tema
atau topik tertentu. Pengertian atas tafsir tematik (maudhu‟i) ini secara terminologi
banyak dikemukakan oleh para pakar tafsir. Diantaranya seperti yang dikemukakan
oleh Ali Hasan Al-Aridh yang berpendapat bahwa tafsir tematik adalah suatu metode
yang ditempuh oleh seorang mufassir Aisyah, Siginifikansi Tafsir Maudhu‟i Dalam
Perkembangan Penafsiran Al-Qur‟an, dengan jalan menghimpun seluruh ayat-ayat
Al-Qur‟an yang berbicara tentang suatu pokok pembicaraan atau tema yang
mengarah kepada satu pengertian atau tujuan. Adapun menurut Abdul Hayy Al-
Farmawwi, tafsir tematik ini adalah pola penafsiran dengan cara menghimpun ayat-
ayat Al-Qur‟an yang mempunyai tujuan yang sama, dalam artian samasama
membicarakan satu topik dan menyusunnya berdasarkan masa turun ayat serta
memperhatikan latar belakang sebab-sebab turunnya, kemudian diberi penjelasan,
uraian, komentar dan juga pokok-pokok kandungan hukumnya. Selain itu menurut
Baqir Al-Sadr, tafsir tematik adalah suatu metode tafsir yang berupaya menghimpun
ayat-ayat Al-Qur‟an dari berbagai surat dan yang berkaitan pula dengan persoalan
atau tema yang ditetapkan sebelumnya, yang kemudian dibahas dan dianalisa
kandungan ayat-ayat tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.8
Berdasarkan definisi tafsir tematik menurut para ahli yang telah dikemukakan di atas,
dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tafsir tematik (maudhu‟i) ini adalah salah satu
metode penafsiran Al-Qur‟an dengan cara menghimpun ayat-ayat Al-Qur‟an yang
mempunyai maksud yang sama, dalam artian sama-sama membicarakan satu topik
masalah yang sama, dan menyusunnya berdasarkan kepada kronologi serta sebab
turunnya ayat-ayat tersebut, yang kemudian setelahnya penafsir mulai memberikan
keterangan dan penjelasan serta mengambil kesimpulan. Sesuai dengan namanya
yaitu tematik, maka yang menjadi ciri utama dari metode ini adalah menonjolkan
tema, judul, atau topik pembahasan, maka ada beberapa ahli tafsir yang menyebutnya
sebagai metode topikal. Tafsir tematik ini menekankan kepada proses dimana
mufassir mencari tema-tema yang ada di tengah masyarakat yang ada di dalam Al-
Qur‟an ataupun dari yang lainnya. Tema-tema yang dipilih dikaji secara tuntas dari
berbagai aspek sesuai dengan petunjuk dalam ayat-ayat yang akan ditafsirkan, dan
tema yang menjadi objek kajian ini harus dikaji secara tuntas dan menyeluruh agar
didapatkan sebuah solusi dari permasalahan atas tema tersebut. Dasar atau Landasan
Metode Penafsiran Tematik Sebenarnya tadabbur Al-Qur„an maupun tafsirnya
merupakan hal yang sangat dianjurkan, bahkan bisa dikatakan wajib. Permasalahan
tentang penerapan harus tertib tidaknya ketika dalam proses penafsiran bukanlah hal
yang pokok, karena pembacaan Al-Qur‟an secara urut khususnya pada tafsir-tafsir
tahlili (analisis) adalah bukan hal yang paten atau terdapat kewajiban perintah dari
syara„ (tauqifi„) untuk menerapkannya. Ali Hasan Al-Aridh, Sejarah Metodologi