Anda di halaman 1dari 235

TAFSIR TEMATIK AL QUR’AN

Dr. ANDRI NIRWANA. AN, S.TH, M. Ag

Penerbit CV. Pena Persada

1
Judul:
TAFSIR TEMATIK AL QUR’AN

Penulis:
Dr. ANDRI NIRWANA. AN, S.TH, M. Ag

Layout:
Wiwit Kurniawan

Design Cover:
Tri Anggoro Seto

Penerbit CV. Pena Persada


Jl. Gerilya no. 292 RT. 002 RW 002, Kel. Tanjung,
Kec. Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas,
Jawa Tengah
E-mail: penerbitpenapersada@gmail.com

Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang


memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa
seijin dari penerbit.

All rights reserved.

Cetakan pertama: 2019

i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

A lhamdulillah, segala puji bagi Allah swt yang telah


memberikan kekuatan kepada kami, untuk menyelesaikan
buku ini dengan sempurna. Shalawat beserta salam kita
sampaikan kepada Rasulullah Muhammad saw. Yang telah
menjadi pedoman kami dalam menginterpretasikan Kalam
Kalam Allah melalui hadis-hadis nya.

Buku yang di tangan saudara ini berjudul tafsir tematik Al


Qur’an. Kami menghadirkan model tafsir tematik al Qur’an ini ke
hadapan para pembaca semua, disebabkan tinjauan kami selama
ini, bahwa susunan Al Qur’an dalam tema nya tidak selesai dalam
satu surat, Akan tetapi satu tema terkadang terdapat pada surat
surat yang lain dalam Al Qu’an. Sehingga tampilan Al Qur’an yang
sedemikian rupa tidak memberi kebosanan bagi pembaca di
karenakan terdapatnya beraneka ragam tema yang terdapat
dalam satu Surat.

Tafsir Tematik atau yang juga dikenal dengan Tafsir Maudhu’i


merupakan salah satu dari jenis tafsir yang banyak diminati.
Model Penafsiran ini banyak diminati oleh umat Islam, karena di
samping mudah dipahami, juga sangat sesuai dengan kebutuhan
zaman. Hingga kini jenis penafsiran ini terus mengalami
perkembangan, khususnya di kalangan akademisi. Tulisan ini di
samping akan mengkaji secara historis, juga memaparkan aspek
teknis-metodologisnya. Sehingga para pembaca akan memahami
urgensinya dalam memahami kandungan ayat-ayat al-Quran.

Banyak cara yang ditempuh para mufassir al-Quran untuk


menyajikan kandungan dan pesan-pesan firman Allah. Ada yang

ii
menyajikannya sesuai urutan ayat-ayat sebagaimana tertuli s
dalam mushhaf, misalnya dari ayat pertama surat al-Fâtihah
hingga ayat terakhir, kemudian beralih ke ayat pertama surat
kedua (al-Baqarah) hingga berakhir pula, dan seterusnya. Pesan
dan kandungan al-Quran dihidangkan dengan rinci dan luas
mencakup aneka persoalan yang muncul dalam pikiran sang
mufassir, baik yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan ayat yang ditafsirkannya. Cara ini dikenal
dengan sebutan tafsir tahlîli.

Ada juga yang memilih topik tertentu kemudian menghimpun


ayat-ayat yang berkaitan dengan topik tersebut di mana pun
ayat ditemukan. Selanjutnya disajikan kandungan dan pesan -
pesan yang berkaitan dengan topik yang dipilihnya tanpa terikat
dengan urutan ayat dan surat sebagaimana tersebut
dalam mushhaf dan tanpa menjelaskan hal-hal yang tidak
berkaitan dengan topik walau hal yang berkaitan itu secara tegas
dikemukakan oleh ayat dibahasnya. Cara ini dikenal dengan
sebutan tafsir tematik.

Tulisan yang sangat sederhana ini tidak akan mengupas dan


macam cara penafsiran ayat-ayat al-Quran sebagaimana
dikemukakan di atas, tetapi hanya memfokuskan pemaparan
pada cara penafsiran yang kedua saja, yaitu tafsir tematik. Tafsir
tematik ini dalam referensi berbahasa Arab disebut tafsir
maudhû’i.

Buku ini diawali dengan kajian wawasan Tafsir Tematik,


dilanjutkan dengan tema tema dalam Rukun Iman seperti
Risalah, Tauhid, malaikat, Tema tema Sosial seperti Manusia,
Musibah, Gender, Moral dan alam semesta. Dengan harapan para
pembaca dapat mengambil manfaat dari apa yang kami sajikan.

iii
Ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada Orang Tua kami
yaitu Nurlelawati binti Husen (Ibu) dan Almarhum Abdullah
(Ayah) bin Mahmud bin Tunek Ali Basyah bin Ibrahim Ceubrek
Matang Geulumpang dua. Semoga buku ini menjadi amalan
jariyah bagi para pendahulu kami. Amin dan tidak lupa pula
kepada istri kami Yusfa Muliana dan anak anak kami (Azka Zalifa
dan Muhammad raffa) semoga menjadi anak yang Shaleh. amin

Banda Aceh, 24 Januari 2019-01-24


Penulis

Dr. Andri Nirwana.AN, M.Ag

iv
DAFTAR ISI

Kata Pengantar - ii

Wawasan Tafsir Tematik - 1

Ayat-Ayat Tantang Risalah - 13

Ayat-Ayat Manusia - 25

Ayat-Ayat Alam Semesta - 43

Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid -53

Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat -93

Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral -133

Ayat-Ayat Iptek -147

Ayat-Ayat Tentang Musibah -173

Ayat-Ayat Tentang Gender -215

v
1
WAWASAN TAFSIR TEMATIK

Al-Quran selalu aktual, tak pernah tertinggal oleh zaman.


Dengan tumbuhnya kondisi serupa itu, maka umat tertarik
mengamalkan ajaran al-Quran, karena al-Quran mereka rasakan
betul-betul dapat membimbing mereka ke jalan yang benar

Tafsir Tematik Al-Quran

T afsir tematik atau yang juga dikenal dengan tafsir


maudhu’i. Jenis Tafsir ini merupakan salah satu dari jenis
tafsir yang banyak diminati. Model Penafsiran ini banyak
diminati oleh umat Islam, karena di samping mudah dipahami,
juga sangat sesuai dengan kebutuhan zaman. Hingga kini jenis
penafsiran ini terus mengalami perkembangan, khususnya di
kalangan akademisi. Tulisan ini di samping akan mengkaji
secara historis, juga memaparkan aspek teknis-
metodologisnya. Sehingga para pembaca akan memahami
urgensinya dalam memahami kandungan ayat-ayat al-Quran.

Banyak cara yang ditempuh para mufassir al-Quran untuk


menyajikan kandungan dan pesan-pesan firman Allah. Ada yang
menyajikannya sesuai urutan ayat-ayat sebagaimana tertulis
dalam mushhaf, misalnya dari ayat pertama surat al-Fâtihah
Wawasan tafsir Al-Qur’an

hingga ayat terakhir, kemudian beralih ke ayat pertama surat


kedua (al-Baqarah) hingga berakhir pula, dan seterusnya. Pesan
dan kandungan al-Quran dihidangkan dengan rinci dan luas
mencakup aneka persoalan yang muncul dalam pikiran sang
mufassir, baik yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan ayat yang ditafsirkannya. Cara ini dikenal
dengan sebutan tafsir tahlîli.

Ada juga yang memilih topik tertentu kemudian menghimpun


ayat-ayat yang berkaitan dengan topik tersebut di mana pun
ayat ditemukan. Selanjutnya disajikan kandungan dan pesan-
pesan yang berkaitan dengan topik yang dipilihnya tanpa terikat
dengan urutan ayat dan surat sebagaimana tersebut
dalam mushhaf dan tanpa menjelaskan hal-hal yang tidak
berkaitan dengan topik walau hal yang berkaitan itu secara
tegas dikemukakan oleh ayat dibahasnya. Cara ini dikenal
dengan sebutan tafsir tematik.

Tulisan yang sangat sederhana ini tidak akan mengupas dan


macam cara penafsiran ayat-ayat al-Quran sebagaimana
dikemukakan di atas, tetapi hanya memfokuskan pemaparan
pada cara penafsiran yang kedua saja, yaitu tafsir tematik. Tafsir
tematik ini dalam referensi berbahasa Arab disebut tafsir
maudhû’i.

Definisi
Tafsir tematik dalam bahasa Arab disebut tafsir maudhû’i.
Tafsir maudhû’i terdiri dari dua kata, yaitu kata tafsir dan
kata maudhû’i. Kata tafsir termasuk bentuk masdar (kata benda)
yang berarti penjelasan, keterangan, uraian (Ma’lûf, 1927: 613).
Kata maudhû’i dinisbatkan kepada kata maudhû’,
isim maf’ûl dari fi’il madhi wadha’a yang memiliki makna
beraneka ragam, yaitu yang diletakkan, yang diantar, yang

2
Wawasan tafsir Al-Qur’an

ditaruh (al-Marbawi, 1350: 391), atau yang dibuat-buat, yang


dibicarakan/tema/topik (al-Marbawi, 1350: 1004). Makna yang
terakhir ini (tema/topik) yang relevan dengan konteks
pembahasan di sini. Secara harfiah tafsir maudhû’i dapat
diterjemahkan dengan tafsir tematik, yaitu tafsir berdasarkan
tema atau topik tertentu.

Pengertian tafsir tematik (maudhû’i) secara terminologi banyak


dikemukakan oleh para pakar tafsir yang pada prinsipnya
bermuara pada makna yang sama. Salah satu
definisi maudhû’i/tematik yang dapat dipaparkan di sini ialah
definisi yang dikemukakan Abdul Hayyi al-Farmawi sebagai
berikut, yaitu pola penafsiran dengan cara menghimpun ayat-
ayat al-Quran yang mempunyai tujuan yang sama dalam arti
sama-sama membicarakan satu topik dan menyusun
berdasarkan masa turun ayat serta memperhatikan latar
belakang sebab-sebab turunnya, kemudian diberi penjelasan,
uraian, komentar dan pokok-pokok kandungan hukumnya (al-
Farmawi, 1977: 52).

Definisi tafsir maudhû’i ini memberikan indikasi bahwa mufassir


yang menggunakan metode dan pendekatan tematik dituntut
harus mampu memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan topik
yang dibahas, maupun menghadirkan dalam pikiran pengertian
kosa kata ayat dan sinonimnya yang berhubungan dengan tema
yang ditetapkan. Mufassir menyusun runtutan ayat sesuai
dengan masa turunnya dalam upaya mengetahui perkembangan
petunjuk al-Quran menyangkut persoalan yang dibahas,
menguraikan satu kisah atau kejadian membutuhkan runtutan
kronologis peristiwa. Mengetahui dan memahami latar belakang
turun ayat (bila ada) tidak dapat diabaikan, karena hal ini sangat
besar pengaruhnya dalam memahami ayat-ayat al-Quran secara
benar. Untuk mendapatkan keterangan yang lebih luas,

3
Wawasan tafsir Al-Qur’an

penjelasan ayat, dapat ditunjang dari hadis, perkataan para


sahabat, dan lain-lain yang ada relevansinya.

Tafsir tematik memposisikan al-Quran sebagai lawan dialog


dalam mencari kebenaran. Mufassir bertanya, al-Quran
menjawab. Dengan demikian dapat diterapkan apa yang
ّ ْ َ
dianjurkan oleh Ali bin Abi Thalib ‫ ِا ْست ْن ِط ْق ال ُق ْرا َن‬:artinya“ : Ajaklah
al-Quran berdialog ” Konsep yang dibawa mufassir dari hasil
pengalaman manusia dalam realitas eksternal kehidupan yang
mengandung salah dan benar dihadapkan kepada al-Quran. Hal
ini bukan berarti bahwa mufassir berusaha memaksakan
pengalaman manusia kepada al-Quran dengan dengan
memperkosa ayat-ayat untuk mengingkari kehendak manusia,
melainkan untuk menemukan pandangan al-Quran dalam
kapasitasnya sebagai sumber inovasi dan penentu kebenaran
Ilahi yang dikaitkan dengan kenyataan hidup.

Kajian Historis Tafsir Tematik


Bila ditelusuri perkembangan tafsir al-Quran dimulai sejak awal
pertumbuhannya di masa hidup Rasulullah SAW. Dapat
dikatakan bahwa tafsir tematik sudah terwujud, walau hanya
sederhana. Upaya mempertemukan beberapa ayat yang
semakna atau yang berkaitan dengan masalah tertentu sudah
ada dengan munculnya penafsiran ayat al-Quran dengan ayat al-
Quran yang lain. Hal ini dapat dimaklumi, sebab al-Quran dalam
kapasitasnya sebagai pedoman hidup bagi manusia dan
memberi petunjuk tentang ajarannya diturunkan sesuai dengan
situasi dan kondisi yang membutuhkan, sehingga kadang-
kadang diturunkan ayat yang mujmal, muthlaq, dan umum,
tetapi kadang-kadang diturunkan ayat yang terinci, tertentu,
dan khusus.

4
Wawasan tafsir Al-Qur’an

Hal-hal yang diterangkan secara mujmal dalam suatu ayat, lalu


dijelaskan secara terinci dalam ayat yang lain. Demikian pula
petunjuk yang diberikan secara umum dalam suatu ayat,
kadangkala dijelaskan secara khusus dalam ayat yang lain.

Dengan demikian berarti bahwa ayat-ayat al-Quran telah


ditafsirkan dengan sumber dari al-Quran sendiri, sehingga dapat
diketahui maksud firman Allah itu melalui penjelasan dari
firman Allah itu juga dalam ayat yang lain. Karena Allah yang
mempunyai firman itulah yang lebih mengetahui maksud yang
dikehendakinya daripada yang lain (al-Dzahabi, 1961: 37).

Contoh tafsir tematik/maudhû’i pada masa Nabi Muhammad


ُْ
SAW. Ialah beliau menafsirkan kata ‫ ظلم‬dalam QS al-An’âm, 6:
82. Dengan penafsiran Nabi tersebut berarti beliau telah
menanamkan tafsir maudhû’i/tematik dan memberi isyarat
bahwa lafal-lafal yang sukar diketahui maksudnya dalam suatu
ayat perlu dicari penjelasannya pada lafal-lafal yang terdapat
dalam ayat yang lain. Dalam konteks ini, Abdul Hayyi al -
Farmawi mengatakan bahwa semua ayat yang ditafsirkan
dengan ayat al-Quran adalah termasuk tafsir maudhû’i dan
sekaligus merupakan permulaan pertumbuhan tafsir maudhû’i.

Kemudian sesudah itu tumbuh pula bibit-bibit


tafsir maudhû’i dalam beberapa halaman kitab-kitab tafsir yang
besar menafsirkan al-Quran dengan al-Quran, antara lain: al-
Bayân fi Aqsâm al-Qur’ân oleh Ibn al-Qayyim, Mufrâdat al-
Qur’ân oleh al-Râghib, dan Ahkâm al-Qur’ân oleh al-Jashshâs,
dan lain sebagainya.

Kitab-kitab tafsir tersebut belum dimaksudkan secara khusus


sebagai tafsir maudhû’i yang berdiri sendiri, walau demikian
setidak-tidaknya dapat dikatakan bahwa bentuk

5
Wawasan tafsir Al-Qur’an

tafsir maudhû’i ini sudah bukan merupakan bentuk baru. Sebab


yang merupakan hal yang baru adalah perhatian para mufassir
terhadap metode penafsiran tematik yang dapat dibedakan dari
metode penafsiran yang lain, bahkan dapat dipisahkan sebagai
metode tematik yang berdiri sendiri.

Kitab-kitab tafsir yang sudah banyak membahas masalah-


masalah tertentu rupanya masih dianggap belum memadai
untuk menjawab aneka ragam permasalahan dalam masyarakat.
Di sini para mufassir mendapat inspirasi baru dan bermunculan
karya-karya tafsir yang menetapkan satu topik tertentu, dengan
jalan menghimpun beberapa ayat dari beberapa surat yang
berbicara tentang topik tersebut, sehingga pada akhirnya
diambil kesimpulan dari masalah tersebut menurut pandangan
al-Quran. Metode tafsir maudhû’i ini di Mesir pertama kali
dicetuskan oleh.Ahmad Sayyid al-Kumi, Ketua Jurusan Tafsir
pada Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar Kairo sampai
tahun 1981 (Shihab, 1995: 114).

Beberapa kitab tafsir yang menggunakan metode tematik


tersebut antara lain: Pertama, Al-Futûhât al-Rahbâniyah fi al-
Tafsîr al- Maudhû’i li al-Ayât al-Qur’âniyah, karya.al-Husaini Abu
Farhah, dan Al-Bidâyah fi al-Tafsîr al-Maudhû’i, karya.Abdul
Hayyi al-Farmawi.

Prosedur Penafsiran
Prosedur penafsiran yang harus ditempuh oleh para mufasir
dalam tafsir tematik dapat dirinci sebagai berikut:
1. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik).
2. Melacak dan menghimpun masalah yang dibahas tersebut..
3. Menyusun runtutan ayat-ayat al-Quran yang berkaitan
dengan ayat-ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai

6
Wawasan tafsir Al-Qur’an

pengetahuan tentang belakang turun ayat atau asbâb al-


nuzûlnya (bila ada).
4. Memahami korelasi (munâsabah) ayat-ayat tersebut dalam
suratnya masing-masing.
5. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna,
sistematik dan utuh (out-line).
6. Melengkapi penjelasan ayat dengan hadis, riwayat sahabat
dan lain-lain yang relevan bila dipandang perlu sehingga
pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin
jelas.
7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan
jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai
pengertian yang sama, atau mengkompromikan antara
yang ‘âm (umum)
dan khash (khusus), muthlaq dan muqayyad (dibatasi), atau
yang pada lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya
bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau
pemaksaan.

Dalam kaitan ini, menurut hemat penulis bahwa permasalahan


yang diangkat dalam tafsir tematik ini hendaknya
memprioritaskan pada persoalan yang menyentuh masyarakat
dan dirasakan secara langsung oleh mereka, sehingga tema yang
dipilihnya selalu menarih dan tetap aktual. Untuk itu, para
mufassir diharapkan terlebih dahulu mempelajari problem-
problem masyarakat, atau ganjalan-ganjalan pemikiran yang
dirasakan sangat membutuhkan jawaban al-Quran, misalnya
masalah kemiskinan, keterbelakangan, korupsi, kolusi,
kelaparan, kecelakaan, kebakaran, krisis moneter, dan lain
sebagainya.

7
Wawasan tafsir Al-Qur’an

Jenis-jenis Tafsir Tematik


Tafsir tematik bila dilihat dari segi jangkauan temanya ada dua
macam, yaitu: Penafsiran terhadap satu surat secara
menyeluruh dan utuh dengan menjelaskan maksudnya yang
bersifat umum dan khusus, menjelaskan korelasi antara
berbagai masalah yang dikandungnya, sehingga surat itu
tampak dalam bentuknya yang betul-betul utuh dan cermat.

Rumusan tersebut dipertegas oleh al-Syâthibî dalam al-


Muwâfaqât, ia mengatakan: sesungguhnya satu surat meskipun
mengandung masalah, merupakan satu kesatuan yang mengacu
kepada satu tujuan atau melengkapi tujuan itu, kendatipun
mengandung berbagai makna.

Cara kajian tafsir tematik model ini dilakukan oleh Muhammad


Mahmud Hijazi dalam kitab tafsirnya yang berjudul: al-Tafsîr al-
Wâdhih, kemudian diikuti oleh mufassir lain.

Penafsiran dengan cara menghimpun seluruh atau sebagian ayat


dari beberapa surat yang berbicara tentang topik tertentu untuk
dikaitkan yang satu dengan lainnya, lalu diberi penjelasan dari
segala seginya, kemudian diambil kesimpulan menyeluruh
tentang masalah tersebut menurut pandangan al-Quran. Tafsir
tematik semacam inilah yang lazim dikenal dalam tafsir
kontemporer akhir-akhir ini. Contoh tafsir tematik misalnya
memilih topik : “Hukum Minum Khamr dalam al-Quran”. Untuk
masalah ini, sedikitnya terdapat 4 ayat dari 3 surat dalam al -
Quran, yaitu QS al-Baqarah, 2: 219, QS al-Nisâ’, 4: 42, dan QS al-
Mâidah, 5: 90-91.

Bila dikumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan haramnya


minuman khamr dan ditertibkan sesuai dengan masa turunnya
ayat dengan diberi komentar dan penjelasan latar belakang

8
Wawasan tafsir Al-Qur’an

turunnya ayat, dapat disimpulkan bahwa haramnya minuman


khamr dalam 4 ayat tersebut merupakan satu kesatuan yang
sempurna, yaitu minuman khamr diharamkan secara total,
hanya saja tingkat dan proses keharamannya menempuh sistem
periodik (al-Tadrîj). Hal ini dimaksudkan untuk memberi
pendidikan secara bijaksana.

Contoh tafsir tematik yang berkembang dalam masyarakat


antara lain :
1. Al-Mar’ah fî al-Qur’ân al-Karîm, karya Syaikh Abbâs al-
‘Aqqâd.
2. Al-Ribâ fi al-Qur’ân al-Karîm, Abu A’la al-Maudûdi.
3. al-Washâyâ fî Sûrah al-Isrâ’, karya, Abdul Hayyi al-Farmawî.

Apabila diperhatikan secara seksama, sebenarnya tafsir tematik


termasuk tafsîr bi al-ma’tsûr. Sebab bila ditinjau dari segi
sumber penafsirannya diambil dari penjelasan nash-nash al-
Quran. Tafsir menggunakan cara memadukan ayat-ayat al-
Quran yang membahas satu topik dan mengaitkan makna satu
ayat dengan ayat yang lain.

Tafsir ma’tsur merupakan bentuk penafsiran yang paling otentik


dan akurat serta dapat menjamin kebenaran. Karena
penafsirannya dikembalikan kepada “Yang Mempunyai Firman”,
yaitu Allah SWT., dan Allah tentu lebih mengetahui apa yang
dikehendaki dari firman-Nya daripada yang lain.

Mengingat tafsir tematik termasuk tafsîr bi al-ma’tsûr, maka


dapat dijelaskan bahwa tafsir tematik itu
menduduki ranking atau peringkat yang paling tinggi nilainya
dari pada bentuk penafsiran lainnya. Hal ini telah diakui oleh
semua pakar tafsir tentang keistimewaannya. Ibnu Katsir dalam
kitab tafsirnya yang berjudul Tafsîr al-Qur’ân al-

9
Wawasan tafsir Al-Qur’an

Azhîm menyebut-kan: Bila ditanyakan metode tafsir apakah


yang paling baik, maka jawabannya, yang paling baik ialah
menafsirkan al-Quran dengan al-Quran, sebab hal-hal yang
dijelaskan secara global di suatu tempat, kadang-kadang
dijelaskan secara rinci di tempat lain.
Al-Zarkasyi juga memberikan komentar bahwa cara
penafsiran yang paling sahih dan benar ialah menafsirkan al -
Quran dengan al-Quran. Demikian pula Ibnu Taimiyah
berpendapat bahwa yang paling sahih dari metode penafsiran
al-Quran ialah menafsirkan al-Quran dengan al-Quran. Oleh
karena itu, banyak para pakar tafsir akhir-akhir ini cenderung
tertarik menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan menggunakan
pendekatan tafsir tematik.

Urgensi Tafsir Tematik


Orang yang mengamati tafsir tematik dengan seksama, akan
mengetahui bahwa tafsir itu merupakan satu usaha yang amat
berat, tetapi sangat terpuji, karena dapat memudahkan orang
dalam memahami dan menghayati ajaran-ajaran al-Quran, dapat
melayani siapa saja yang menyelesaikan problem-problem yang
dihadapinya, karena pemaparan teks-teks al-Quran diwujudkan
dalam bermacam-macam tema atau masalah.

Menurut pendapat Ahmad Sayid al-Kumi, hidup di zaman


modern sekarang ini sangat membutuhkan kehadiran corak
tafsir tematik. Karena dengan cara kerja yang sedemikian itu
memungkinkan seseorang memahami masalah yang dibahas
dan segera sampai kepada hakikat masalah dengan jalan
singkat, praktis dan mudah.

Tafsir tematik mempunyai nilai kualitas tafsir yang paling tinggi.


Karena seleksi penafsiran harus bermuara kepada kehendak
firman Ilahi. Semua gagasan mufassir yang dihasilkan dari

10
Wawasan tafsir Al-Qur’an

pengalaman kehidupan yang mungkin benar dan salah harus


dikonsultasikan kepada wawasan Qurani.

Tafsir tematik memegang peranan penting di masa sekarang ini,


karena hanya dengan menggunakan metode ini, silabi pelajaran
dan mata kuliah tafsir diberbagai tingkatan sekolah formal, baik
di tingkat Madrasah Tsanawiyah, ‘Aliyah, dan tingkat Perguruan
Tinggi, utamanya Peguruan Tinggi Agama Islam seperti IAIN
(Institut Agama Islam Negeri), STAIN (Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri), PTAIS (Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta)
dapat diwujudkan dan dijabarkan dalam bentuk buku-buku
pelajaran tafsir, diktat-diktat tafsir sesuai dengan berbagai tema
yang diinginkan oleh setiap sekolah dan perguruan tinggi yang
bersangkutan, sehingga dapat memperlancar kegiatan belajar-
mengajar dan sekaligus dapat menunjang pendidikan Nasional
di Negara Republik Indonesia.

Keutamaan-keutamaan Metode Tafsir Tematik


Diantara beberapa keutamaan metode tafsir tematik ini ialah
sebagai berikut. Pertama, menjawab tantangan zaman.
Permasalah dalam kehidupan selalu tumbuh dan berkembang
sesuai dengan perkembangan kehidupan itu sendiri. Semakin
modern kehidupan, permasalahan yang timbul semakin
kompleks dan rumit, serta mempunyai dampak yang luas. Hal
itu dimungkinkan karena apa yang terjadi pada suatu tempat,
pada saat yang bersamaan, dapat disaksikan oleh orang lain di
tempat yang lain pula, bahkan peristiwa yang terjadi di ruang
angkasa pun dapat dipantau dari bumi. Kondisi seperti inilah
yang membuat suatu permasalahan segera merebah ke seluruh
masyarakat dalam wakyu yang relatif singkat.

Untuk menghadapi permasalahan yang demikian, dilihat dari


sudut tafsir al-Quran, tidak dapat ditangani dengan metode-

11
Wawasan tafsir Al-Qur’an

metode penafsiran selain metode tematik. Hal itu dikarenakan


kajian metode tematik ditujukan untuk menyelesaikan
permasalahan.

Kedua, praktis dan sistematik. Tafsir dengan metode tematik


disusun secara praktis dan sistematis dalam memecahkan
permasalahan yang timbul. Kondisi semacam ini amat cocok
dengan kehidupan umat yang semakin modern dengan
mobilitas yang tinggi sehingga mereka seakan-akan tak punya
untuk membaca kitab-kitab tafsir yang besar, pada hal untuk
mendapatkan petunjuk al-Quran mereka harus membacanya.
Dengan adanya tafsir tematik, mereka akan mendapatkan
petunjuk al-Quran secara praktis dan sistematis serta dapat
lebih menghemat waktu, efektif, dan efisien.

Ketiga, membuat pemahaman menjadi utuh. Dengan ditetapkan


judul-judul yang akan dibahas, maka pemahaman ayat-ayat al-
Quran dapat diserap secara utuh. Pemahaman serupa itu sulit
menemukannya di dalam metode tafsir yang lain. Maka dari itu,
metode tafsir tematik ini dapat diandalkan untuk pemecahan
suatu permasalahan secara lebih baik dan tuntas.

Keempat, membuat tafsir menjadi lebih dinamik. Metode tafsir


tematik membuat penafsiran al-Quran selalu dinamis sesuai
dengan tuntutan zaman, sehingga menimbulkan image di dalam
benak pembaca dan pendengarnya bahwa al-Quran senantiasa
mengayomi dan membimbing kehidupan di muka bumi ini pada
semua lapisan dan strata sosial. Dengan demikian, terasa sekali
bahwa al-Quran selalu aktual, tak pernah tertinggal oleh zaman.
Dengan tumbuhnya kondisi serupa itu, maka umat tertarik
mengamalkan ajaran al-Quran, karena al-Quran mereka rasakan
betul-betul dapat membimbing mereka ke jalan yang benar.

12
2
AYAT-AYAT RISALAH

Kita bersyukur dengan adanya risalah dari Allah kita bisa menikmati agama ini
dengan selamat. Dengan adanya Rasul utusannya kita bisa memahami
risalahnya. Dan sebagai penunjuk jalan bagi kita yang ingin mengikuti

Tafsir Tematik Al-Quran

s egala puji bagi Allah Jalla jallaluh yang karna nikmatnya


kebaikan-kebaikan menjadi sempurna yang karena
rahmatnya niat-niat baik hamba dapat terlaksana. Selawat dan
salam kepada kekasih kami Rasul kami Nabi Muhammad
Sallallahu’alaihi wasallam. Agama Islam adalah agama yang
terakhir Allah turunkan setelah dua agama sebelumnya yaitu
Nasrani dan Yahudi, ketiga agama ini pada hakikatnya
menyerukan ummat-ummat pengikutnya kepada tauhid yaitu
mengesakan Allah Jalla jallaluh adapu syariat dari ketiga agama
ini berbeda beda istilahnya (Satu ayah banyak Ibu yaitu: satu
aqidah banyak syariatnya).

Agama ini diajarkan oleh Rasul yang diutus dari kalangan


manusia sendiri, disetiap ummat ada Rasul yang menyampaikan
risalah Allah kepada mereka. Dengan adanya Rasul maka kita
telah mengenal Allah dan mengetahui adanya Allah.
Ayat-Ayat Risalah

Tugas Rasul adalh membawa Risalah kepada ummatnya dan


menggiring mereka kepada jalan kenbenaran tanpa pandang
bulu miskin atau kaya. Namun dalm proses penyampain risalah
ini ada sebgai ummat yang mau beriman dan percaya dan
sebgain lagi mengingkari dengan dengan seingkar-ingkarnya
nauzubillah.

Allah telah menjelaskan sangat beruntung bagi orang mau


mendengar dan beriman kepada risalah yang telah
diamanahkan kepada Rasulnya. Karena dengan adanya risalah
ini kita akan bisa berjalan menuju surga dengan tenang selamat
dunia dan akhirat.

Ayat-ayat dan penjelasannya

An-Nahlu, ayat 36:

     

        



Tejemahnya:
Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka
berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

14
Ayat-Ayat Risalah

Asbabun Nuzul
Dalam Surah An-Nahl ayat 36, ayat ini menghibur Nabi
Muhammad Saw, dalam menghadapi para pembangkang dari
kaum beliau, seakan-akan ayat ini menyatakan: Allah pun telah
mengutusmu, maka ada diantara umatmu yang menerima
ajakanmu dan ada juga yang membangkang. Dalam ayat ini Allah
juga mengingatkan kepada ummat manusia didunia bahwasanya
Allah tidak memaksa hambanya kepada kebaikan ataupun
keburukan Allah telah menciptakan keduanya maka manusia
memilih kemana diakan mengarahkan hidupnya. Dalam
firmannya Allam meyebutkan:

        

Qiraat:
‫أن اعبدوا‬ada yang membaca ‫أن اعبدوا‬dan ini adalah bacaan Abi
Umar, ‘Asim, dan Hamzah. ‫أن اعبدوا‬dan ini adalah bacaan Baqiain.

Balaghatul Quran:
)‫(ماعبدنا من دونه من شيء)(والحرمنا من دونه‬
Diantara keduannya mengulangi dua kali sebuah kalimat
(Itnab).
)‫(من هدى هللا ومنهم من حقت عليه الضلله)(اليهدى من يضل‬
Diantara keduanya adalah berlawanan.

‘Irabul Quran:
‫البلغ‬
Marfu’ dalam bentuk dharaf, dharaf tidak bisa menjadi istifham.
‫يهدى‬
Didalamnya ada dhamir dan berubah menjadi isim.
‫ من‬dan ‫إن‬
Berbari diatas ini adalah sebuah penghargaan: Allah tidak
memberi petunjuk kepada siapa yang disesatkannya. Dan bagi

15
Ayat-Ayat Risalah

yang membaca ‫يُهدَى‬sesungguhnya ‫من‬disini pada posisi marfu’


karena dia adalah na’ibul faa’il. Dalam bentuk ‫يضل‬dhamir yang
kembali atas isim ‫إن‬adalah maf’ul ‫يضل‬dihapus, sesungguhnya
Allah tidak akan memberi petunjuk kepada hamba yang telah
disesatinya.
)‫(إنما قولنا)(أن نقول‬adalah mubtada’ dan khabar.

Hukum-hukumnya:
1. Sesungguhnya telah diutus Rasul dari setiap ummat (umum
dan luas) tujuan dari semuanya adalah menyeru untuk
beribadah kepada Allah. Dan menyuruh kepada kaumnya
untuk meninggalkan agama thagut (yaitu menyembah
kepada selain Allah). Dan menyuruhnya untuk
meninggalakan seluruh ibdahnya selain kepada Allah seperti
kepada syaitan, dukun, dan idola-idolanya dan semuanya
yang mengarahkan kepada kesesatan.
2. Manusia di seruksan oleh Rasulnya kedalam kedua kelompok
kelompok yang dibimbing oleh Allah kepada agamanya dan
ibadahnya. Kelompok yang disesatkan oleh Allah dari
sebelumnya sampai mereka mati didalam kekafiran. Dari
kedua kelompok ini mereka memilih sendiri apa yang
dikehendaknya, Allah mengetahui atas segala sesuatu dan
Allah mengetahui setiap kelompok apa yang ingin mereka
pilih. Apa yang ingin mereka pilih, apa saja yang dikhendaki
sesuai dengan peristiwa. Dan peristiwa Allah tidak pernah
berganti atau meleset, dan sunnatullah lebih tinggi daripada
hambanya, karena Allah menyuruh semua hambanya untuk
beriman dan melarang mereka untuk kufur dan Allah
menumbuhkan iman dalam setiap golongan dan orang kafir
dalam sebuah golongan sebagai pegangan bagi hambanya
untuk mengenal tuhannya.

16
Ayat-Ayat Risalah

3. Akal yang sehat tidak akan mengikuti kepada kelompok yang


sesat dan pembohong seperti mereka mengajak kepada masa
lalu yang membawa petaka dan keruntuhan.
4. Akan sia-sia dan tidak ada faedahnya dari pandangan nabi
atau lainnya atas bimbingan olej seseorang atas usahanya,
untuk menyesatkan kepada selain Allah. Sesungguhnya Allah
ta’ala tidak menyeru mereka untuk melakukan kesesatan
setelah mereka sesat semua sama bagaimana pun bentuknya.
5. Semua bertanya-tanya dengan kebodohan kaum musyrikin
dan jahilnya ketika menebalkan keyakinan mereka
menyatakan sesuatu terhadap Allah sesungguhnya Allah
tidak akan menghidupkan setelah kematian. Itu semua hak
Allah, Allah menegaskan tidak ada keraguan daripadannya,
harus dilihat kebalakang (ummat terdahulu) meskipun
banyak ummat dahulu didalam kebodohan walaupun telah
diutuskan utusan kepadanya.
6. Hikmah dari membangkitkan dan merenofasi dengan jelas
sesungguhnya Allah menampakkan kepada yang haq
diantara kebangkitan dan sebagainya. Dan orang kafir tau
tentang kebangkitan yang menjelaskan bagian (kelompok
yang ingkar) tetapi sesungguhnya mereka berbohong dalam
keyakinan mereka, dan ajaran mereka Allah tidak akan tidak
akan menghidupkan orang yang sudah mati.
7. Kemampuan Allah yang mutlak dan besar sekali, apabila ia
mau membangkitkan sesuatu yang telah mati bukanlah satu
kesukaran baginya, dan dia tidak perlu mendirikan dalam
lingkungannya, dari penciptaan alam semesta ini tiadalah
sukar karena jika ia ingin menciptakan sesuatu ia cukup
mengatakn jadi, maka jadilah.

17
Ayat-Ayat Risalah

Aljumuah ayat: 2:

       

  

Terjemahnya:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya
kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka
kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

‘Irabul Quran:
)‫(رسوال منهم)(منهم‬
Dalam bentuk nasab karena di ada sifat (‫ (ل‬dalam kalimat( ‫)رسول‬

dan seperti firman Allah:  dan seperti itu juga dari

sebagian huruf ‘ataf )‫(وإن كانوا)(إن‬. Ringan dari yang berat, dan
huruf lam menunjukkan atasnya, dan ini duhapus dan apapun
dari mereka.
Boleh dalam bentuk nasab )‫ (وإخرج بن منهم)(وإخرين‬ataupun jar.
Sesungguhnya nasab adalah apabila dalam bentuk ‘ataf atas

)‫(ه‬dan (‫ )م‬dalam ‫ ويعلمهم‬atau dengan makna  atas

makna ‫ يعرفهم أياته‬dan huruf jar dia dalam bentuk ‘ataf firman
Allah ‫ فى األمين‬penghargaan: Rasul diutuskan kepada kaum
yangbuta huruf dan lain-lainnya. Kata )‫ (من‬dalam )‫(منهم‬untuk
penjelasan.

Hukuk-hukumnya:
Manfaatnya didepan akan dijelaskan:

18
Ayat-Ayat Risalah

1. Allah menjadikan mereka mulia dan mengakui dengan


keesaan tuhan dan qudrahnnya (kekuasaannya) kepada
makhluk yang dilangit dan di bumi.
2. Akhir dari ditururunkan Rasul yang bita huruf dalam tiga
urusan dalam tiga urusan, antara lain: mendakwahkan ayat
al-Quran yang didalamnya pentunjuk dan panduan, dan
menjadikan ummatnya menjadi pandai dan hatinya dalam
keimanan, mensucikannya dari noda kekafiran dan dosa
kefasidan jahiliyyah. Menggapai ummatnya al-Quran dan
sunnah dan apa saja kandungannya seperti syariat hukum
hikmah dan rahasianya.
3. Sesungguhnya bangsa arab sebelum datangnya Nabi. Mereka
didalam kerugian, diaspora dan jauh daripada haq yang
disuruh.
4. Tiga faktor yang menyebabkan Nabi yang huruf bersyukur:
a) Persetujuan yang dikirim dengan isyarat-isyarat Nabi-
Nabi.
b) Permasalahan yang serupa tanpa perubahan di kalangan
ummat dekat dengan apa yang telah ditentukan.
c) Tidak adanya kesamaan keraguan diatasnya dalam
mendakwahkan dan pembelajaran apa yang diwahyukan
atasnya dari al-Quran dan rahasia-rahasianya.
5. Risalah Nabi tidak diperuntukkan untuk bangsa Arab saja,
risalah Nabi umum untuk semua ummat pada zamannya, dan
pada zaman-zaman sesudahnya sampai hari kiamat.
6. Sesungguhnya agama Islam diwahyukan melalui Nabi yang
diutus. Karunia Allah yang diberikan kepada yang
dikehendaki dari hambanya. Karunia Allah selalu diberikan
kepada hambanya, diantaranya: seperti harta yang
digunakan dalam ketaatan, kesehatan, bantuan dana
berkesenambungan diriwayat dari Bukhari dan Muslim dari
Abi Hurairah tentang seorang kafir dari kaum Muhajirin,
Rasulullah datang kepadanya: dan berkata: Pergi seorang

19
Ayat-Ayat Risalah

ahli Dutsur (yang derajatnya yang tinggi dan kebahagian


abadi) lalu dia berkata: apa itu; lalu dia menjawab mereka
shalat seperti shalat kita, mereka berpuasa seperti puasa
kita, mereka beramal dan kami tidak beramal seperti
mereka, dan mereka ta’at, kami tidak ta’at seperti mereka.
Dan berkata Rasulullah SAW: Bukankah aku telah mengajari
kalian sesuat agar kamu sadar dari ummat-ummat terdahulu.
Dan ummat terdahulu sebelum kalian, tidak ada satu dari
mereka yang lebih baik daripada kalian, kecuali yang telah
melakukan amal seperti amal kalian: diberkata: sungguh
benar wahai Rasulullah dan diaberkata:bertasbih lah kepada
Allah, membesarkannya, membaca tahmid disetiap shalat
sebanyak 33 kali. Dan orang kufurdari muhajirin itu pulang
dia berkata: Telah kami denr dari saudara kami orang yang
paling kaya apa yang kami lakukan dia juga melakukan
seperti kami, lalu Rasulullah bersabda:

   

Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang


dikehendaki-Nya.

Al-Hajj ayat: 75:

Ayat:

          

Terjemahnya:
Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari Malaikat dan dari
manusia; Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
melihat.

20
Ayat-Ayat Risalah

Qiraat:
‫ يُنً ِّز ُل‬Ibnu katsir dan Abu Umar (‫(يُ ْنزَ ُل‬, ‫س‬
َ ْ‫ َو ِّبئ‬bacaan Warasy,
Sawsawi, mereka menghilangkan hamzah )‫(وبِّيس‬, َ ‫ت ُ ْر َج ُع األ ُ ُم ْو ُر‬
ُ
bacaan Ibnu Umar, Hamzah, Kasai, dan Khalafi, )‫(ت َْر ِّج ُع األ ُم ْور‬.

Balaghtul Quran:
‫ تعرف في وجوهالذين كفرواالمنكر‬daripadanya sebuah kiasan, atau
disimpulkan dari wajah yang dibenci akan menjadi perbuatan
yang buruk seperti saya ketahui di wilayah fulan itu jahat.
‫إن الذين تدعون من دون هللا لن يخلقوا ذبابا‬contoh atau contoh orang kafir
dalam ibadat mereka kepada selain Allah Ta’ala seperti
penyembahan kepada idola-idola mereka yang tidak bisa
mencipatakan satu ekor lalat pun dan apapun yang
menyerupainya )‫ (مثل‬yang menyerupai walaupun hanya sifatnya.

‘Irabul Quran:
)‫قل أفأنبئكم بشر من ذلكم النار (النار‬sesungguhnya khabar muhtada’ dia
makhzhuf yang dimaksud adala kalimat )‫(النار‬dan )‫ (وعدها هللا‬ini
adalah bandingan perkataan dan ini akan menjadi makhzhuf dan
jumlah fi’liyyah )‫(وعدها هللا‬khabar.
‫ولو إجتمعواله‬ini manshub atas hal )‫ (بينت‬ini adalah hal.

Hukum-hukum dari ayat ini:


Dari ayat ini bisa melahirkan hukum diantaranya:
1. Peribadatan yang dipanjatkan kepada idola idolanya seperrti
orang kafir quraiys yang beriman kepada selain Allah
(dewa). Mereka tidak mempunyai dalil baik dalam bentuk
naqli ataupun aqli. Yang memanggil rabnya dengan
perkataan ‫ وما للظلمين من نصير‬setiap kemenangan dan tertentu.
2. Sesungguhnya akar kekafiran yaitu keras kepala yang timbuh
dalam jiwa orang-orang kufur dan menjadikan mereka paling
marah atau cemberut ketika dibacakan dalil al-Quran
kepada mereka, mereka sangat menekukkan menindas

21
Ayat-Ayat Risalah

kepada siapa yang berdalil dengan al-Quran mereka


merendahkan tangan dan lidah mereka dengan buruk.
3. Allah menyuruh kepada Nabi SAW. Untuk menyampaikan
kepada mereka dengan batas apakah memberi khabar apa
saja yang buruk atau keji yang dibenci. Sesungguhnya api
jahannam dan azabnya. Janji Allah kepada orang kafir hari
kiamat dan seburuk-burukya tempat kembali atau jalan yang
membawa mereka kedalam neraka. Ini adalah pesta bagi
mereka dengan suara yang menyeru kepada al-Quran.
4. Allah memukul orang-orang kafir dan berhala-berhala
mereka sesungguhnya argumen Allah Ta’ala atas mereka
kepada pemahaman. Pada hakikatnya bukan sebagai contoh.
Sesungguhnya dalam sifat mereka dan hal kehidupan mereka
yang menkjubkan terkejut. Contohnya: Dianalogikan kepada
sebagi sifat itu seperti yang ada.
Artinya Allah memukul sebagai contoh dan mendengarkan
perkataan mereka sesungguhnyaorang kafir menjadikan
perumpamaan ibadah selain Allah. Seolah-olah dia berkata:
Buatlah kepadaku perumpamaan dalam ibadah, dan
mendengarkan khabar perkataan mereka. Dan orang-orang
kafir melakukan seperti ini.
Atau artinya: Wahai manusia, ini adalah sebuah contoh dari
yang mereka menyembah dewa yang mana dewa tersebut
tidak mampu menciptakan satu lalapun. Apabila kami
mematikan lalat tersebut dan ami suruh dia menghidupkan
kembali sungguh tidak sanggup mereka. Akan tetapi Allah
tidak seperti mereka bayangkan.
Arti yang tepat adalah: Allah ‘Azzawajalla memukul mereka
yang jauh darinya dan membuat yang meyerupainya. Allah
menjelaskan kepada hambanya jangan menyembah apa yang
kamu buat untuk menyeruapai aku, seperti yang telah
disembah oleh penyembah-penyembah.

22
Ayat-Ayat Risalah

5. Perumpamaan: Apa yang kalian sembah selain Allah dan dia


adalah berhala atau idola-idola yang berada berada disekitar
ka’bah yang berjumlah 160 patung berhala, berhala itu tidak
mampu menciptakan satu lalatpun, mereka (berhala) tidak
mampu menjaga dirinya sendiri didepan lalatpun apabila
kamu ingin mengabil manfaat dari dia tidak satu manfaatpun
dari berhala-berhala itu.
6. Apa yang diagung-agungkan oleh kaum Musyriki
sesungguhnya Allah lebih agung. Apa saja yang diagungkan
dari idolanya manfaat dari kesyirikannya. banyak Kahar.
Kekuatan yang terhormat yang tidak dikalahkan dan tidak
bisa melarangnya, siapa saja yang ingin menantang atau
mengalahkannya.
7. Pilihan yang mutlak Allah memilih malaikat sebgai pembawa
wahyu kepada Nabi-Nabi, dan Allah memilih diantara Nabi-
Nabi Rasul-Rasul yang membawa risalahnya kepada
manusia. Maksud dari ayat ini adalah: Allah memilih nabi
Muhammad untuk menyampaikan risalah.Sesungguhnya
Allah mendengar apa saja yang dikatakan oleh ummatnya,
dan melihat siapa saja yng mengikuti risalahnya, Dia adalah
tuhan yang maha segalanya mengetahui apa saja yang
tersembunyi dan apa yng tampak. Dan kepadanya satu-
satuny kita serahkan segala urusan kita, sesungguhnya Dia
akan memberi ganjaran ats setiap ibadah yang kita lakukan.

Kesimpulan
Segala puji bagi Allah Jalla jallaluh yang karna nikmatnya
kebaikan-kebaikan menjadi sempurna yang karena rahmatnya
niat-niat baik hamba dapat terlaksana. Selawat dan salam
kepada kekasih kami Rasul kami Nabi Muhammad
Sallallahu’alaihi wasallam. Kita bersyukur dengan adanya
risalah dari Allah kita bisa menikmati agama ini dengan selamat.
Dengan adanya Rasul utusannya kita bisa memahami risalahnya.

23
Ayat-Ayat Risalah

Dan sebagai penunjuk jalan bagi kita yang ingin mengikuti, dan
sungguh tidak beruntung orang-orang yang tidak mempercayai
orang risalah yang ini na’uzubillah.

24
3
TAFSIR AYAT AYAT TENTANG
MANUSIA

Sebaik-baiknya manusia yaitu memperoleh nikmat yang banyak berupa rizki


dan kehidupan, di antaranya menjadikan kapal berlayar di laut untuk dikendarai
menuju jalan tujuan dan sebagai bentuk tanda syukur untuk mengangkut hasil
perdangangan atas nikmat tersebut dan tidak ada sekutu bagi-Nya dengan
apapun
Tafsir Tematik Al-Quran

Surat At-Tiin: 1-8

             

                

                 

        

1 Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun


2 Dan demi bukit Sinai
3 Dan demi kota (Mekah) ini yang aman
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia

4 Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam


bentuk yang sebaik-baiknya
5 Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-
rendahnya (neraka)
6 Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya
7 Maka Apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari)
pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?
8 Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?

Al-I’rabul Qur’an

ِ ‫)وهَذَا البَلَ ِد األ َ ِمي‬


(‫ْن‬ ِ ‫)األ َ ِمي‬bisa berasal dari kata(‫ )األمن‬yang
َ kata (‫ْن‬
bermakna (‫)اآلمن‬, seperti (‫ )عليم‬dengan makna (‫)عالم‬. Atau dengan
makna (‫)المؤمن‬, sebagaimana firman Allah Swt ( ‫)و َم ْن د َ َخلَه ُ كا َ َن آ ِمنا‬,
َ
seperti kata (‫ ) َح ِكيْم‬dengan makna (‫ ) ُم ْح ِكم‬dan (‫ )سميع‬dengan makna
(‫)مسمع‬.

)‫ )فِي أ َ ْحسَ ِن ت َ ْق ِوي ِم‬kata (‫ )أ َ ْحسَ ِن‬merupakan sifat bagi mausuf yang
dimahdzuf, takdirnya (‫س ِن ت َ ْق ِوي ِم‬ َ ‫) ِفي أ َ ْح‬.

(‫ين‬
ِ ‫الد‬ َ ُ‫) فَ َما يُ َك ِذب‬, huruf (‫ )ما‬adalah huruf istifham yang dirafa’
ِ ِ‫ك بَ ْعد ُ ب‬
karena sebagai mubtada’. (‫ك‬ َ ُ‫ )يُكَ ِذب‬kalimat ini berkedudukan
sebagai khabar.

Al-Balaghatul Qur’an
(‫الز ْيت ُ ْو ِن‬
َّ ‫ْن َو‬ َ jika yang dimaksud adalah tempat kedua buah
ِ ‫)والتِي‬
buah tersebut, yaitu Syam dan Baitul Maqdis, kalimat tersebut
adalah majaz mursal dengan ‘ilaaqah (hubungan) haaliyah, yaitu
dengan menyebutkan haal (sesuatu yang menempati) dan
menginginkan makna maahal (tempat).
Itu sebagaimana halnya firman Allah Swt dalamsurat al- Infithar
ayat 13, (‫ ) اِ َّن األَبْرا َ َر لَفِي نَ ِعيم‬kata (‫ )النَّ ِعيْم‬adalah majaz; ia adalah

26
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia

suatu nonmaterial yang menempati surga dan surge adalah


tempatnya. Kemudian, kata (‫ )النَّ ِعيْم‬tersebut disebutkan
berdasarkan majaz mursal dengan ‘ilaaqah haaliyah.
Kalimat (‫ )أ َ ْحسَ ِن ت َ ْق ِوي ِم‬dan (‫ )أ َ ْسفَ َل ساَفِلِ ْي َن‬merupakan ath-thibaaq
(kalimat pertentangan).
(‫ك‬ َ ُ‫ )فَ َما يُكَ ِذب‬merupakan kalimat iltifaat (peralihan) dari orang
ketiga ke orang kedua, untuk tujuan penekanan dalam
penghinaan dan celaan.
(‫يس هللا بِأ َ ْحكَ ِم ال َحا ِكمي َن‬ َ َ‫ )أَل‬kalimat tanya ini merupakan istifhaam
taqriri. (‫ ) ِبأ َ ْحكَ ِم ال َحا ِكمي َن‬kedua kata dalam kalimat tersebut
merupakan jinaz isytiqaaq.
(‫ْن( )أ َ ْسفَ َل ساَفِلِ ْي َن( ) ِبأ َ ْحكَ ِم ال َحا ِكمي َن‬
ِ ‫ )البَلَ ِد األ َ ِمي‬ketiga kalimat tersebut
merupakan sajak murashsha’

Asbab An Nuzul
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai firman Allah
Swt (‫ )ثُمَّ َردَدْناَه ُ أ َ ْسف َل سَافِلي َن‬dia berkata, “mereka adalah sekelompok
orang yang sudah tua di masa Rasulullah Saw. lantas beliau
ditanya mengenai mereka hinggal akal mereka pun tidak lagi
berfungsi. Kemudian, Allah Swt menurunkan firman-Nya yang
berisi tentang permakluman atas mereka. Mereka akan diberi
pahal dari perbuatan mereka yang dilakukan sebelum akal
mereka tidak berfungsi.

Tafsir dan Penjelasan

 

“demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.” (at-Tiin:1)

Allah Swt bersumpah dengan buah Tin yang dimakan oleh


manusia dan buah Zaitun yang diperas untuk diambil
minyaknya. Maksud dari Tin dan Zaitunadalah kedua buah yang

27
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia

dikenal itu. Ibnu Abbas berkata, “ yang dimaksud dalam ayat itu
adalah buah Tin dan Zaitun yang dikenal ini.

Keduanya juga merupakan kinayah (kiasan) dari negeri-negeri


Baitul Maqdis yang terkenal menumbuhkan buah Tin dan
Zaitun. Allah Swt Bersumpah dengan buah Tin karena buah
tersebut merupakan makanan (nutrisi), buah, dan obat. Ia
dikatakan nutrisi karena merupakan makanan yang lembut,
cepat dicerna, tidak menumpuk di lambung, dapat melembutkan
tabiat, mengurangi air liur, membersikan dua ginjal,
menghilangkan kencing batu, menggemukan badan, serta
membuka lubang hati dan limpa. Tin merupakan buah terbaik
dan paling unggul.

Buah Tin dijadikan sebagai obat karena dapat mengeluarkan


kelebihan-kelebihan yang ada dalam badan. Dalam sebuah Hadis
dengan sanad yang diriwayatkan oleh Ibnu Sinni dan Abu
Nu’aim dari Abu dzar dikatakan, “Buah Tin dapat
menyembuhkan sakit wasir dan encok”. Hadis ini dilemahkan
oleh Suyuthi.

Zaitun juga merupakan buah, rempah-rempah, dan obat. Zaitun


dapat disarikan menjadi minyak yang merupakan kebutuhan
sebagian besar manusia. Zaitun juga banyak digunakan untuk
bahan pengobatan. Allah Swt berfirman,

“ Yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi,


(yaitu) pohon Zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak di
barat.” (an-Nuur:35)

Rasulullah Saw. bersabda sebagaimana yang diriwatkan oleh


Abu Nu’aim dalam ath-Thibb, dari Abu Hurairah r.a – Hadits ini
dhaif.

28
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia

“Makanlah buah zaitun dan berminyaklah


dengannya.karenasesungguhnya dia adalah dari pohon yang
berkah.”
“Demi gunungs sinai (at-Tiin:2)

Sebuah gunung tempat Allah SWT berbicara kepada Nabi Musa


a.s, yakni gunung Tur Sinai.
“Dan demi negeri mekah yang aman ini (at-Tiin: 3)

Mekah al-Mukaramah yang telah dimuliakan oleh Allah SWT


dengan ka’bah yang mulia, kelahiran Nabi Muhammad SAW. dan
pengutusan beliau didalam kota tersebut. Kota tersebut
dikatakan amin karena ia dapat membuat aman orang-orang
yang berada di dalamnya . hal ini sebagaimana firman Allah
SWT,

“Barang siapa yang memasukinya (Baitullah) amanlah dia”. (al-


Imran : 90)

Allah SWT bersumpah dengan ketiga tempat tersebut karena


ketiganya merupakan tempat – tempat turunnya wahyu Allah
SWT kepada para Rasul ‘ulul azmi. Dari ketiga tempat itu juga,
hidayah Allah SWT tersebar keseluruh manusia. Diakhir kitab
Taurat disebutkan ketiga tempat ini, “Allah Swt datang dari Tur
Sina yaitu tempat Allah berbicara dengan Musa bin Imran dan
menyinari dari Sa’ir yaitu gunung Baitul Maqdis tempat Allah
Swt mengutus Isa ,mengutus dari gunung Farun yaitu gunung
Mekkah tempat Allah Swt mengutus Nabi Muhammad Saw.

Allah Swt menyebutkan mereka sesuai urutan zaman mereka.


Berdasarkan ini, Allah Swt bersumpah dengan sesuatu yang
paling mulia, kemudian yang sesuatu lebih mulia dari yang

29
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia

pertama dan setelah itu dengan sesuatu yang lebih utama


daripada keduanya.

Kemudian Allah Swt menyebutkan jawab qasam ( sumpah ),


Allah berfirman

“Sungguh, kami telah menciptakan manusia dengan bentuk yang


sebaik-baiknya. (at-Tin : 4)

Allah bersumpah dengan ketiga hal yang telah disebukan, bahwa


kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik rupa dan
bentuk, perawakan yang seimbang, anggota tubuh yang sesuai,
susunan yang bagus, makan dengan tangannya, yang
membedakan dengan makhluk lainnya dengan ilmu, fikiran,
bicara,perenungan, dan hikmah.dengan hal itu manusia pantas
untuk menjadi pemimipin dimuka bumi sebagaimana
dikehendaki oleh Allah Swt. Kesimpulan, kami telah
menciptakan manusia dengan bentuk yang paling bagus dan
sempurna, sebagaimana telah disebutkan oleh para ahli tafsir.

Al-Qurtubi menyebutkan kisah berikut ini yang menjelaskan


kesempurnaan ciptaan manusia.dia berkata, dikisahkan, isa bin
musa al-hasyimi sangatmencintai istrinya. Pada suatu hari dia
berkata kepada istrinya, kamu tertalak tiga jika tidak lebih
cantik dari rembulan. Lantas si istri bangkit dan menutup
darinya seraya berkata, kamu telah menalakku. Kemudian,isa
tidur malam. Ketika pagi menjelang, dia pergi kerumah khalifah
al-Manshur dia memberitahu mangenai hal itu.

Setelah mendengar hal itu, al-Manshur sangat kaget dan


ketakutan. Akhirnya al-Manshur memanggil para ahli fiqh dan
meminta fatwa kepada mereka. Seluruh ahli fiqh yang hadir saat

30
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia

itu berkata, “Si Istri telah tertalak,”melainkan ada satu orang ahli
fiqh dari pengikut mazhab Hanafi yang diam tidak berbicara.

Kemudian, al-Manshur bertanya kepadanya, “ mengapa kamu


tidak berbicara?” lantas orang tersebut menjawab dengan
membaca surah at-Tiin. Setelah sampai pada ayat Fi Ahsani
Taqwiim dia berhenti dan berkata,”Wahai Amirul Mukminiin,
sesunggunya manusia itu adalah Makhluk terbaik. Tidak ada
makhluk yang lebih baik daripada manusia.”

Kemudian,al-Manshur kerkata kepada Isa bin Musa ,”pemecahan


masalhmuadalah sebagaimana dikatakan oleh orang tersebut.
Datanglah kamu kepada istrimu!” kemudian al-Manshur
mengirim surat kepada istri Isa bin Musa tersebut yang berisi
agar dia menaati dan tidak menyelisihi suaminya karena
suaminya tidak menalaknya.

Kemudian, al-Qurthubi mengomentari hal ini seraya berkata,”


ini menunjukkan kepadamu bahwasanya manusia iu adalah
makhluk Allah yang terbaik secara Batin dan Zahir. Bentuknya
bagus dan susunannya indah; kepala dengan segala isinya, dada
dengan segala talentanya, perut dengan segala yang terkandung
di dalamnya dan kedua tangan dengan segala apa tyang
disentuhnya, serta kedua kaki dengan segala beban yang
dipikulnya. Oleh karena itu, para ahli filsafat
berkata,”sesungguhnya manusia adalah alam semesta yang kecil
karena segala sesuatu yang terkandung di dalam seluruh
makhluk ada di dalam diri manusia.”

Akan tetapi manusia itu lupa dengan potensi-potensi tersebut


dan menelantarkannya. Manusia lebih menuruti hawa nafsu dan
syahwatnya. Oleh karena itu, Allah Swt berfirman,

31
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia

“Kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendah-


rendahnya.”(at-Tiin:5)

Ada yang mengatakan bahwa tempat tersebut adalah neraka


yang paling bawah. Itu jika manusia tidak menaati Allah dan
mengikuti ajaran Rasulullah Saw. akan tetapi pendapat yang
lebih utama adala kami telah kembalikan dia (manusia) ke umur
yang paling rendah, yaitu tua renta dan daya pikirnya sudah
berkurang. Sebelunya, manusia berada dalam masa muda dan
kuat, bagus dalam bebicara, dan cemerlang dalam berfikir.

Pendapat pertama mengatakan, bahwa tempat tersebut adalah


neraka. Hal ini disebabkan kekufuran yang dilakukan oleh
sebagian manusia. Hal ini merupakan pendapat Hasan, Mujahid,
Abu Aliyah, Ibnu Zaid, dan Qatadah. Dengan pendapat ini
pengecualian ayat setelahnya adalah istisna` muttshil
(pengecualian bersambung).

Pendapat kedua mengatakan bahwa maknanya adalah ke


umuryang paling hina, ini merupakanpendapat Ibnu Abbas,
Ikrimah, Dhahhak dan Nakha’i. dengan demikian, istisna
(pengecualian) setelahnya adalah istisna` munqathi`
(pengecualian terputus). Maksud dari hal ini adalah setiap
manusia tidak mengalami hal tersebut, tetapi dalam ranah
pribadi, ada yang mengalaminya, pendapat tersebut dipilih oleh
Ibnu Jarir.

“kemudian orang-orang yang beriman dan mengerjakan


kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidakada
putus-putusnya.” (at-Tiin:6)

Kecuali orang-orang yangberiman kepada Allah, para Rasul-Nya,


hari akhir, dan beramal saleh dengan mengerjakan kewajiban

32
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia

dan ibadah-ibadah lainnya. Mereka akan mendapatkan pahala


terus-menerus dan tidak terputus sebagai balasan atas ibadah
mereka.

Sementara itu, makna yang sesuai dengan penafsiran pertama


dan dengan pengertian istisna`muttashil, kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal saleh dengan mengumpulkan antara
iman dan amal ketika dalam keadaan mampu. Mereka akan
mendapatkan pahala yang banyak. Mereka akan selamat dari
siksa neraka dan akan masuk surga.

Berdasarkan makna penafsiran kedua dan dengan pengertian


istisna`munqathi`, dan itu pendapat yang kuat menurut kami,
orang-orang yang beriman dan bertaqwa sesungguhnya Allah
akan menganugerahi mereka pahala yang permanen dan tidak
terputus. Itu karena kesabaran mereka atas segala apa yang
telah menimpa mereka, berupa usia tua dan terus-menerus
untuk beribadah sesuai kemungkinan, padahal badan sudah
lemah dan anggota tubuh sudah renta. Maksudnya, mereka
(orang-orang beriman) telah dikembalikan ke umur yang paling
lemah sebagaimana orang-orang yang beriman tersebut
mendapatkan pahala besar yang permanen sebagai balasan
perbuatan mereka.

Al-Alusi berkata, “sekilas konteks ayat tersebut menunjukan


keadaan orang kafir pada hari Kiamat bahwa dia akan menjadi
bentuk yang sangat jelek dan menjijikan setelah sebelumnya
berbentuk sangat bagus tidak bersyukur atas kenikmatan yang
telah dikaruniakan kepadanya.

Ahmad, Bukhari, dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari AbuMusa


al-Asy’ari, dia berkata,” Rasulullah Saw. bersabda,

33
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia

“jika seorang hamba sakit ataubepergian, maka Allah Swt akan


menulis pahala baginya seperti yang telah ia lakukan saat tidak
bepergian atau sehat.”

Ath-Thabrani dari shidad bin Aus,dia berkata, “ saya telah


mendengar Rasulullah Saw.bersabda,

“Sesungguhnya Allah Swt berfirman, “jika aku telah menguji


salah seorang hamba-Ku yang beriman. Lantas dia menguji-Ku
atas ujian tersebut, maka kelak dia akan bangkit dari kuburnya
terbebas dari dosa seperti hari dia dilahirkan ibunya.”Allah Swt
juga berfirman (kepada para malaikat), sesengguhnya Aku telah
mengikat hamba-Ku dengan hal ini (sakit) maka catatlah pahala
baginya seperti kalian mencatat pahala baginya sebelum sakit
tersebut.” Ini adalah hadist shahih.

Kemudian Allah Swt menghina orang-orang kafir karena


mendustakan balasan setelah hari kebangkitan. Allah Swt
berfirman,

“Maka apa yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu


(tentang) hari pembalasan setelah (adanya keterangan-
keterangan) itu?”(at-Tiin: 7)

Apa yang membuatmu mendustakan setelah adanya bukti-bukti


dan dalil-dalil kekuasaa Allah Swt ini? Karena mereka telah
mendustakan balasan, dan setiap orang yang mendustakan
kebenaran, dia telah berdusta. Wahai manusia jika kamu telah
mengetahui bahwa Allah Swt telah menciptakanmu
dalambentuk yang paling bagus dan akan memasukanmu ke
neraka karena kekafiran, lantas apa yang membantumu untuk
tetap mendustakan hari kebangkitan dan hari pembalasan?
Kamu telah mengetahui awal penciptakan. Kamu telah

34
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia

mengetahui bahwa zat yang mampu untukmemulai


menciptakan, mampu untuk mengembalikan seperti semula.
Apa yang membuatmu mendustakan akhirat, padahalkamu telah
mengetahui hal ini.

Kemudian Allah Swt menguatkan hal tersebut dengan firman-


Nya,

“Bukankah Allah hakim yang paling adil?” (at-Tiin:8)

Tidaklah Dia adalah hakim yang paling adil dalam memutuskan


perkara? Dia tidak akan melakukan dosa dan bertindak zalim. Di
antara keadilan-Nya adalah menciptakan hari Kiamat sehingga
orang yang dizalimi dapat membalas orang yang telah
menzaliminya.

Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu’ Nabi


Saw. bersabda,

“Jika salah seorang di antara kalian telah membaca surah at-Tiin


hingga akhir, maka hendaknya dia mengucapkan, “ Iya saya
termasuk orang-orang yang bersaksi akan hal itu.”

Hukum yang dapat di ambil pada pembahasan ini antara lain


ialah:
a. Allah Swt bersumpah dengan tiga tempat yang suci,
yaitu tempat tumbuhnya buah Tiin dan Zaitun yang
merupakan tempat para Nabidan turunnya wahyu,
gunung Tur Sinai yang merupakan tempat Allah
berbicara dengan Musa a.s. dan Mekkah bahwa telah
menciptakan manusia dalambentuk yang paling baik.
Kemudian, mengembalikan sebagian manusia ke umur
yang paling jelek, yaitu masa tua setelah mudah, lemah

35
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia

setelah kuat hingga dia kembali lagi seperti anak bayi


yang baru mengurangi kehidupan.
Ibnu Arabi mengatakan, “karena karunia Allah Swt yang
sangat besar bagi buah Tin, ia adalah buah yang dapat
dijadikan makanan pokok dan dapat ditimbun. Oleh
karena itu kami berpendapat bahwa buah tersebut
wajib dikeluarkan zakatnya.”
b. Allah Swt telah mengecualikan orang-orang yang
mengumpulkan antara iman dan amal saleh.
Sesungguhnya akan dicatat kebaikan bagi mereka dan
menghapuskan kejelekan-kejelekan mereka. Bagi
mereka yang telah berusia tua, mereka tidak akan
disiksa dengan apa yang mereka lakukan dimasa tua
mereka.
c. Allah Swt menghina orang kafir karena tidak percaya
dengan balasan setelah hari kebangkitan dan
membantahnya dengan argumen yang maknanya,
“Wahai manusia, jika kamu telah mengetahui
bahwasanya Allah telah menciptakanmu dalam bentuk
yang paling sempurna dan dia akan mengembalikanmu
kepada umur yang paling hina dan memindahkanmu
dari keadaan satu ke keadaan yang lain, lantas apa yang
membuatmu tetap mendustakan hari kebangkitan dan
hari pembalasan, padahal kamu telah dikabari oleh
Muhammad Saw. tentang hal itu?”
d. Tidaklah Allah adalah Zat yang paling ahli dalam
menciptakan segala makhluk yang telah Dia ciptakan.
Dia adalah hakim yang paling adil dalam menghukumi
dengan kebenaran dan adil tehadap seluruh makhluk-
Nya? Dalam hal ini terdapat sebuah penggargaan bagi
orang kafir yang mengakui adanya Zat pencipta yang
Qadiim, yaitu Allah. Itu juga merupakan ancaman bagi

36
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia

orang-orang kafir dan Allah akan member hukuman


yang setimpal kepada mereka.

Surat Al-Israa: 70

              

             

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami


angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.

Tafsir dan Penjelasan


Dari nikmat Allah yang sempurna keutamaannya dan
Rahmatnya memuliakan manusia,sebagaimana dalam firman
Allah,

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,…(Al-


Israa: 70)

Yakni telah Kami muliakan anak-anak Adam, atau telah Kami


jadikan mereka mulia yaitu kemuliaan dan keistimewaan,
dijadikan manusia dengan bentuk dan rupa yang sebaik-
baiknya, memberikan pendengaran. Penglihatan, hati untuk
memahami sesuatu pemahaman, membaguskan dan
memberikan tahapan pemikiran untuk menyadari bahwa hal-
hal yang mana yang benar.

Dan mendedikasikan pertamanan dan perdagangan industry,


mengetahui bahasa-bahasa, dan dapat berpikir tentang
penemuan-penemuan karunia yang ada di Bumi. Manfaat dari

37
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia

energy, memanfaatkan apa yang ada di alam dari tempat yang


tertinggi dan yang terendah. Dan di alam semesta yang beragam
alasan untuk hidup dan pada kehidupan. Perbedaan antara
sesuatu hal yang sifatnya agama maupun duniawiya.

Dan kami jadikan hewan darat sebagai kendaraan di darat yaitu


kuda dan keledai, dan pada saat ini kendaraan yang di gunakan
yaitu kereta api, pesawat dan lainya.

Dan ada juga kendaraan yang di laut yaitu kapal yang besar
maupun yang kecil, dan itu tidak akan selamat manusia tanpa
ada dengan iradah Allah.

Dan kami telah memberikan rezeki yang baik-baik, yaitu dari


makanan, buah-buahan, daging dan susu dari berbagai makanan
yang di inginkan, yang tampak baik-baik, dan dari pakaian yang
dipakainya.

Kesimpulan: yang dimaksud yang baik-baik ialah makanan enak


dan minuman lezat, yang mengenyangkan dan macam-macam
keindahan.

Dan banyak kenikmatan yang kami berikan kepada manusia


dari apa yang dijadikannya, yaitu selain malaikat, atau pada
beragamnya Makhluk dan berbagai jenis hewan dengan adanya
keuntungan dan kerugian, kelebiahan serta adanya dosa dan
pahala.

Pada penafsiran selanjutnya ditunjukan pada ayat al-Qur’an


seperti yang disebutkan oleh Ibnu Katsir terhadap kelebihan
pada jenis yang Nampak (manusia) dan yang Ghaib (malaikat).
Diriwatkan oleh Thabrani dari Abdullah bin Umar, Abdul Razaq
dari Zaid bin Aslam secara mauquf serta dari Ibnu Asakir dari

38
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia

Anas bin Malik secara marfu’, Rasulullah Saw bersabda:


“Malaikat berkata: Yaa Tuhanku, engkau telah memberikan
kepada anak Adam Dunia, makan dari apa yang ada di dunia,
minum dan berpakaian. Dan kami selalu bertasbih kepada-Mu,
kami tidak makan, tidak minum dan tidak bermain, bagi mereka
(manusia) ialah dunia dan untuk kami (malaikat) ialah akhirat.

Hikmah yang terkandung dalam ayat ini ialah:


a. Sebaik-baiknya manusia yaitu memperoleh nikmat yang
banyak berupa rizki dan kehidupan, di antaranya
menjadikan kapal berlayar di laut untuk dikendarai
menuju jalan tujuan dan sebagai bentuk tanda syukur
untuk mengangkut hasil perdangangan atas nikmat
tersebut dan tidak ada sekutu bagi-Nya dengan apapun.
b. Dari nikmat Allah swt serta rahmat-Nya, manusia selamat
dari bahayanya laut dan badai yang menakutkan. Tidak
ada pelindung selain Allah yang melindungi dari bahaya.
c. Dan dari nikmat Allah swt kepada manusia, ada empat
perkara yang mengutamakan manusia:
1. Memuliakan manusia dengan dijadikannya sebaik-
baik bentuk dengan akal dan pikiran.
2. Membawa manusia di darat dengan mengendarai
kuda, keledai, biri-biri dan lain sebagainya, dan
kendaraan di laut adalah kapal atau perahu.
3. Diberikannya rizki yang baik-baik.
4. Manusia lebih diutamakan dari pada makhluk-
makhluk lainnya.

39
4
AYAT-AYAT ALAM SEMESTA

Allah telah menciptakan banyak bukti kebesarannya yang membuktikan


kekuasaan, keagungan, dan kehebatannya. Nikmat yang Allah berikan tidak
dapat dihitung..
Tafsir Tematik Al-Quran

Surah Ali ‘Imran ayat 26 - 27.

                 

                      

                 

            

26. Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan,


Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah
Ayat-Ayat Alam Semesta

segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala


sesuatu.

27. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau


masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup
dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup.
dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab
(batas)".

Sababun nuzul
Dikeluarkan dari Abi Hatim dari Qatadah berkata: diceritakan
kepada kami bahwa Rasulullah SAW berdo’a kepada Allah swt
agar raja Romawi dan Paris menjadi umatnya. Maka Allah

menurunkan ayat       .

Ibnu ‘Abbas dan Anas bin Malik berkata: ketika Rasulullah SAW
menaklukan Kota Mekah, Beliau(Nabi SAW) menjanjikan kepada
umatnya akan kerajaan Persia dan Romawi. Kemudian orang-
orang Munafik dan Yahudi berkata: “Alangkah jauhnya dari
manakah kamu Muhammad akan mendapatkan kerajaan Persia
dan Romawi, sedangkan mereka jauh lebih kuat dan mulia
dibandingkan dengan kemenanganmu(Nabi SAW) ini. Tidak
cukupkah bagi Muhammad Mekah dan Madinah, sampai ia(Nabi
SAW) hendak menaklukkan Persia dan Romawi?”. Kemudian
Allah menurunkan ayat ini.

Qiraat

Lafaz ( ) dibaca:

1. (‫ )الميْت‬berdasarkan qiraat Ibnu Katsir, Abi Umar dan Ibnu


‘Amir.
2. (‫ )ال َميِّت‬berdasarkan qiraat lainnya.

44
Ayat-Ayat Alam Semesta

Balaghatul qur’an

Terdapat pasangan (thabaqah) pada lafaz  (memberikan)

dan  (mencabut), antara lafaz  (memuliakan) dan 

(menghinakan), antara  (malam) dan  (siang), antara

 (hidup) dan  (mati), dan terdapat juga isim jenis

pengurang yang lainnya yaitu ( pemilik) dan lafaz 

(kerajaan).

Pada ayat tersebut juga terdapat apa yang dinamakan dengan


rad al-‘ajz (penyampaian mu’jizat) ke dalam hati yaitu pada

lafaz      dan     .

Dalam ayat tersebut juga terdapat tikrar (pengulangan) yaitu


pada lafaz

      hikmahnya sebagai penegasan ayat.

   

Pada perkataan  terdapat majaz isti’arah untuk

memasukkan           sesuatu ke dalam

sesuatu seperti Allah memasukkan malam ke dalam siang dan

45
Ayat-Ayat Alam Semesta

siang ke dalam malam. Maka malam tidak mengurangi atau


menambah siang dan tidak pula sebaliknya.

Lafaz ‫ الحي من الميت‬merupakan majaz untuk menujukkan


perbandingan antara mukmin dan kafir. Dimana Allah
mentamsilkan mukmin sebagai orang yang hidup dan kafir
sebagai orang yang mati.

I’rabul ayat
Setiap lafaz pada ayat yang pertama merupakan jumlah fi’liyah

yang berada pada mahal nasab merupakan hal dari dhamir .

Namun bisa juga dii’rab sebagai pada mahal rafa’ yaitu sebagai
khabar mubtada’ yang telah dibuang yaitu ‫انت تؤتى الملك من تشاء‬.
Sedangkan pada ayat yang kedua i’rab-nya sama dengan ayat
yang pertama.

Hukum
Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah pemilik kerajaan
secara mutlak, pemilik kekuasaan seluruhnya, pemilik kehendak
yang tinggi. Allah yang telah memasukkan malam ke dalam
siang dan siang ke dalam malam hal tersebut merupakan bukti
bahwa bumi itu bulat dan berotasi. Karena perubah malam
menjadi siang mengakibatkan perubahan waktu, zaman, yang
mengisyaratkan bahwa bumi itu bulat.

Surat Ali ‘Imran ayat 190 - 191

           

                

46
Ayat-Ayat Alam Semesta

                

 

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih


bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa neraka.

Sababun nuzul
Diriwayatkan oleh At-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim yang
bersumber dari Ibnu Abbas: bahwa orang Quraisy datang
kepada orang Yahudi untuk bertanya: “Mukjizat apa yang
dibawa Musa kepada kalian?”. Mereka menjawab: “Tongkat dan
tangannya terlihat putih bercahaya”. Kemudian mereka
bertanya kepada kaum Nashara: “Mukjizat apa yang dibawa Isa
kepada kalian?”. Mereka menjawab: “Ia dapat menyembuhkan
orang buta sejak lahir hingga dapat melihat, menyembuhkan
orang berpenyakit supak dan menghidupkan orang mati”.
Kemudian mereka menghadap Nabi Saw dan berkata: “Hai
Muhammad, coba berdoalah engkau kepada Tuhanmu agar
gunung Shafa ini dijadikan emas”. Lalu Rasulullah Saw berdoa.
Maka turunlah ayat tersebut di atas sebagai petunjuk untuk
memperhatikan apa yang telah ada yang akan lebih besar
manfaatnya bagi orang yang menggunakan akalnya. Ibnu Katsir
berkata: pada ayat ini terdapat perselisihan antara apakah ayat
tersebut makkiyah atau madaniyah.

47
Ayat-Ayat Alam Semesta

Qiraat
Dalam ayat ini tidak dibahas mengenai qiraat ayat tersebut hal
ini berarti bahwa seluruh ulama sepakat membaca ayat tersebut
dengan bacaan yang tertulis di atas.

Balaghtul qur’an.
Lafaz ‫ َربَّنَا‬di ulangi 5 kali hikmahnya untuk menguatkan dalam
merendahkan diri dalam memuji Allah SWT. Lafaz ‫وما للظالمين‬
diletakkan yang dhahir pada tempat yang mudhmar hikmahnya
untuk mengkhususkan kehinaan bagi mereka.

Dalam ayat tersebut juga terdapat lafaz yang memiliki pasangan


(thabaqah) yaitu pada lafaz ‫ السماوات‬dan ‫االرضو‬, antara ‫ الليل‬dan
‫النهار‬, antara ‫ قيا ًما‬dan ‫قعود ًا‬. Dalam ayat tersebut juga terdapat
pembuangan kata antara lafaz ‫ رسلك‬dan ‫ على‬yaitu lafaz ‫لسان‬.

I’rabul qur’an
Lafaz ‫ الذين‬bisa diposisikan dalam bentuk majrur merupakan
shifat atau na’at dari ‫اولى االلباب‬, bisa dalam bantuk rafa’ yaitu
sebagai mubtada dan khabarnya ditaqdir yaitu ‫ يقولون ربنا‬atau
bisa pula menjadi khabar mubtada yang mahzuf atau bisa pula
menjadi maf’ul fi’il yang mahzuf.

Lafaz ‫ قيا ًما‬merupakan hal dari dhamir yang dikandung dalam


lafaz ‫يذكرون‬. Lafaz ‫ وعلى جنوبهم‬merupakan hal dari dhamir ‫يذكرون‬.
ً
Lafaz ‫ يتفكرون‬di’atafkan dari ‫يذكرون‬. Lafaz ‫بطل‬ merupakan maf’ul li
ajlih.

Hukum
Ayat tersebut menunjukkan bahwa:
1. Keharusan bagi manusia untuk melihat, berfikir, dan
merenungi terhadap keajaiban penciptaan langit dan

48
Ayat-Ayat Alam Semesta

bumi hal tersebut hikmahnya untuk membetulkan


imannya.
2. Ulama berkata: disunnahkan bagi orang yang baru
bangun tidur untuk membasuh muka dan membaca 10
ayat tersebut (ayat 190-200 surat Ali ‘Imran) kemudian
ia shalat shubuh berserta sunnah fajar, dan hal tersebut
merupakan sebaik-baik amalan.
3. Orang mukmin diperintahkan Allah untuk
membiasakan diri dengan zikir di setiap saat baik dalam
keadaan duduk maupun berdiri. Allah berfirman:

          

41. Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan


menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.

       

152. karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku


ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku,
dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.

Surat Ibrahim ayat 32 - 34

                 

              

                 

               

     

49
Ayat-Ayat Alam Semesta

32. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan


menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan
dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki
untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya
bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
33. dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan
bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah
menundukkan bagimu malam dan siang.
34. dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan
segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan
sangat mengingkari (nikmat Allah).

Asbabun nuzul
Tidak dijelaskan tentang asbabun nuzul ayat tersebut.

Qiraat
Dalam ayat ini tidak dibahas mengenai qiraat ayat tersebut hal
ini berarti bahwa seluruh ulama sepakat membaca ayat tersebut
dengan bacaan yang tertulis di atas.

Balaghatul qur’an

  merupakan shirat mubalaghat atas wazan ‫فعول وفعال‬

I’rabul qur’an
‫ هللا الذي خلق‬sebagai mubtada’ dan khabar. ‫ ِّر ْزقًا‬dibaca secara
manshub sebagai mashdariyah atau bisa juga sebagai maf’ul dari
‫انزل‬. ‫فاَخرج‬dan ‫ من الثمرات‬merupakan penjelas atau sebagai
hal dari ‫انزل‬.

50
Ayat-Ayat Alam Semesta

‫ دائبين‬merupakan hal dari ‫ الشمس والقمر‬. Biasa disebutkan ‫الشمس‬


‫ والقمر‬hal ini disebabkan karena ‫ القمر‬muzakkar dan ‫الشمس‬
merupakan mu’annas .

Hukum
Hal yang dapat dipetik dari ayat tersebut:
1. Allah telah menciptakan banyak bukti kebesarannya
yang membuktikan kekuasaan, keagungan, dan
kehebatannya. Sebagian dari bukti tersebut ialah telah
dijelaskan dalam 10 ayat ini.
2. Nikmat yang Allah berikan tidak dapat dihitung.

51
Ayat-Ayat Alam Semesta

52
5
PENAFSIRAN AYAT-AYAT
TAUHID

Allah Maha Agung dengan zat-Nya dari segala sesuatu selain diri-Nya. Dia adalah
pemilik langit dan bumi di dunia dan di akhirat. Maha Kuasa atas segala sesuatu,
yakni memberikan nikmat dan membalas.
Tafsir Tematik Al-Quran

Surah al-Hasyr 22-24

                    

                

            

                 

      


Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

22. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui
yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.
23. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha
Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan,
yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa,
yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan.
24. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang
membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih
kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Qira’at
َ‫القرءان‬
Ibnu katsir dan Hamzah membacanya ‫القران‬
I’raab
َ‫َالمصور‬
ّ ‫الباريء‬

‫المصو َر‬
ّ berasal dari kata َ ‫َيصور‬
ّ ‫صور‬
ّ bukan dari kata ‫ صارَيصير‬dan
ia adalah ‫ مصيّر‬, dan dia itu marfu’ karena ia merupakan sifat
setelah sifat, atau khabar setelah khabar, dan dibaca al-
Musawwir (yang dibentuk) dan dia Adam dan keturunannya,
dan maknanya ‫ الخالق‬yang menjadikan atau membuat bentuk,
dan dibaca al-Musawwir dengan baris bawah karena dia ‫ االضافة‬,
seperti perkataan mereka : ‫ الضارب َالرجل‬dengan baris bawah
karena itu membawa dia menyerupai isim fail, seperti contoh :
‫الحسنَالوجه‬.

Fiqih Kehidupan dan Hukum-Hukum


Pelajaran dari ayat ini adalah sebagai berikut :

54
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

1. Allah mengetahui yang tersembunyi dan yang tampak, dan


apa yang telah lalu dan apa yang akan datang, apa yang
tidak diketahui oleh hamba-hambanya maupun para
malaikat, dan apa yang mereka ketahui dan mereka
saksikan dan mengetahui tentang perkara akhirat dan
dunia, dan Dia Maha luas Rahmat-Nya, yang memberi
nikmat dengan nikmat yang banyak setiap saat.
2. Allah adalah Raja diatas para Raja, yang Maha Suci (terlepas
dari kesalahan/kekurangan dan suci dari segala aib. Yang
Maha Selamat (terlepas dari segala kekurangan) Yang Maha
Memberi Keamanan ( yang memberi kepercayaan kepada
para Rasul-Nya dengan menampakkan mu’jizat-Nya dari
tangan mereka, dan memberi kepercayaan kepada orang-
orang mu’min apa yang ia janjikan kepada mereka berupa
pahala, dan memberi ancaman kepada orang-orang kafir
apa yang Allah ancamkan kepada mereka berupa ancaman
atau siksaan. Yang Maha Mengawasi ( yang mengawasi dan
menjaga segala sesuatu) Yang Maha Mulia ( yang
mengalahkan dan Maha Perkasa) Yang Maha Memaksa (
Maha Mulia), Yang Maha Sombong (yaitu yang berhak atas
rububiyah-Nya, dan tidak ada yang serupa dengan-Nya) dan
sifat sombong terhadap Allah itu merupakan pujian
sedangkan pada manusia merupakan kehinaan.

Surah ar-Ruum : 20-25

              

             

                    

55
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

            

           

               

                 

                  

              

20. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia


menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu
(menjadi) manusia yang berkembang biak.
21. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.
22. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan
langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna
kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
23. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di
waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian
dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.
24. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia
memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan)
ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit,

56
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya.


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.
25. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya
langit dan bumi dengan iradat-Nya. kemudian apabila Dia
memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga)
kamu keluar (dari kubur).

Qira’at
‫للعلمين‬
‫ للعالمين‬ini merupakan basaan Hafas
‫ للعالمين‬merupakan bacaan selain dari padanya.

ّ
َ ‫وينز‬
‫ل‬
Bacaan Ibnu Katsir dan Abu Amru adalah ‫وينز ل‬
ِ

I’raab
‫ومنَءايتهَأنَخلقلكم‬
(‫ )أن َخلقلكم‬merupakan bentuk rafa’ (berbaris dhammah), karena
ia permulaan dan merupakan jar majrur sebelumnya adalah
khabar, takdir ayat ini sebenarnya adalah : ‫وخلقكمَمنَترابَمنَأياته‬

‫ ومن َءايته َيريكم َالبرق‬pada ayat ini ada yang dihilangkan, sebenarnya
adalah ‫ ومن َ أياته َأية َيريكم َالبرقَفيها‬, dan telah dihilangkan maushulnya
dan sifat mengambil tempatnya, dan dari segi Nahunya ada yang
menjadikan takdirnya ‫ومن َأياه َأن َيريكم َالبرق‬, seperti dua ayat
sebelumnya (‫ )أنَخلقكم‬dan (‫)أنَخلقَلكم‬

‫ دعوة ً َمن َاالرض‬dia adalah jar mejrur, ia terhubung dengan yang


telah dihapus, bisa jadi sifat-sifat itu untuk nakirah yaitu : َ ‫أي‬
‫ دعاكم َدعوة َكاءينة َمن َاالرض‬ataupun tempatnya sebagai hal dari ‫ك‬

57
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

dan ‫ م‬pada kata ‫دعاكم‬, dan tidak boleh mengaitkannya dengan


‫ تخرجن‬karena setelah ‫ أذا‬tidak bekerja pada sebelumnya.

Balaghah

(ًَ‫ )يعيده( )يبذؤا( )وطمعاًَ( )خوفا‬diantara semuanya ini terdapat (‫)طباق‬


yang maknanya yaitu kata yang berlawanan dalam satu ayat.
ً ‫ دعاكم َدعو َة‬diantara keduanya terdapat janaasa (kemiripan dua
kata)

Fiqih Kehidupan dan Hukum-Hukum


Didalam ayat diatas terdapat 6 dalil tentang Rububiyah Allah
dan Keesaan-Nya, dan hasilnya sebagai berikut :

1. Dalil pertama
Penciptaan awal manusia itu dari tanah dan cabangnya
seperti asalnya, maka sungguh
Ketika Allah menciptakan manusia tidak menciptakannya
terlebih dahulu dengan wujud hewan baru kemudian
berevolusi menjadi manusia. Kemudian Allah memberikan
bekal kepada manusia dengan kemampuan berfikir berupa
ilmu dan dapat memahami sesuatu dengan perantara akal,
setelah itu baru ia menjadi orang yang bisa berfikir
sempurna, yang berbicara untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Allah tidak menciptakan mereka dengan sia-sia,
tetapi sesungguhnya untuk hikmah menyampaikan risalah,
dan disebutkan disini untuk menjadikan ia ahli ibadah dan
yang senantiasa bertasbih kepada Allah.

2. Dalil kedua
Dari ayat ini Allah menjelaskan bahwa Allah telah
menciptakan Hawa dari badannya Adam sebagaimana
dikatakan oleh sebagian orang, tetapi yang shahih adalah

58
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

sebagaimana dikatakan oleh ar-Razi “sesungguhnya yang


dimaksud dari ayat ini adalah diciptakan dari jenis kamu”.
3. Dalil ketiga
Ayat ini merupakan kejelasan tentang dalil penciptaan
semesta, dan yang terpenting adalah tentang penciptaan
langit dan bumi, kemudian beraga,nya bahasa di alam ini
dan juga beragamnya warna kulit, dan perbedaan logat atau
cara berbicara serta wajah dan bentuk kulit dan sebagainya.
4. Dalil keempat dan kelima
Pemaparan dari kebiasaan manusia, seperti tidur dimalam
hari dan mencari rezeki di siang hari, dan dinampakkannya
petir dan kilat yang membuat manusia takut dengan
suaranya yang menggelegar, dan mereka juga dapat
menikmati hujan yang bermanfaat. Dan penurunan hujan
itu dari awan untuk menumbuhkan pertanian dan pohon,
juga menumbuhkan biji dan tempat air lainnya.
5. Dalil keenam
Berdirinya langit dan bumi yang mana Allah menahan
keduanya dengan kuasa-Nya dan pengaturannya serta
hikmah-Nya.

Surah al-Mulk : 1-5

                

              

               

                   

59
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

            

       

1. Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan


Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
2. yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun,
3. yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-
ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?
4. kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan
kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itupun dalam Keadaan payah.
5. Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat
pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka
yang menyala-nyala.

Qiraa’at
‫تفاوت‬Imam Hamzah dan Kisa’i membaca ‫تفوت‬

I’raab

 kata  adalah sifat dari ‫سبع‬. Kata

 bisa berupa jamak (bentuk plural) dari kata ‫ طبق‬seperti ‫جمل‬

dan ‫جمل‬, ِ Kata ً ‫طباقَا‬


ِ atau jamak dari kata ‫ طبقة‬seperti ‫ رحبه‬dan َ‫رحاب‬.
boleh juga menjadi masdhdar atau haal.

60
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

  

lafal  dibaca nashab dalam posisi sebagai mashdar. Seakan-

akan al-Qur’an berfirman ‫فارجع َالبصر َرجعتين‬. Tatsniyyah (bentuk


ganda) disini dimaksudkan untuk makna al-katsrah (banyak),
bukan makna hakiki tatsniyyah (ganda-dobel), dengan dalil
firman Allah ‫ ينقلب َإليك َالبصر َخاسيأ َوهو َحسير‬pandangan tidak
berbalik menjadi lemah dan payah hanya karena memandang
dua kali. Lemah dan payahnya pandangan hanya terjadi dengan
pengulangan yang banyak.

Balaaghah
Redaksi ‫( بيده َالملك‬ditangan-Nya lah segala kerajaan) berstatus
sebagai isti’arah tamtsiiliyyah. Atau lafal al-Yad (tangan) sebagai
majas, sementara firman-Nya al-Mulku bermakna hakiki.

Redaksi ‫( ليبلوكم‬Dia mengujimu) berstatus sebagai isti’aarah


tamtsiiliyyah. Maksudnya menyerupakan perlakuan Allah
kepada hamba-hamba-Nya dengan ujian dan tes.

Terdapat hubungan ath-Thibaaq dalam lafal ‫ الموت‬mati dan ‫الحياه‬


hidup.

‫ الذي َبيده َالملك‬isim maushul ‫ الذي‬disini digunakan untuk


menunjukkan makna penghebatan dan pengangungan. Artinya,
Dia mempunyai kekuasaan dan pengaturan yang mutlak.

Ayat َ ‫َكرتين‬
ّ ‫ثم َارجع َالبصر‬, )‫ )فارجع َالبصر‬adalah bentuk ithnaab
karena ada pengulangan kalimat (‫ ) ارجع َالبصر‬dua kali untuk
menambah peringatan dan pengingatan.

61
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

Kata ( ‫ ) قدير( ) حسير( ) السعير‬berbentuk sajak murashsha’ (kata-


kata bersajak sama yang diletakkan untuk menjaga kesesuaian
rima akhir kalimat). Demikian juga firman Allah ( ‫) الغفور ( )َفطور‬.

Fiqih kehidupan dan Hukum-Hukum


Dari ayat-ayat ini bisa diambil pengertian sebagaimana berikut :
Allah Maha Agung dengan zat-Nya dari segala sesuatu selain
diri-Nya. Dia adalah pemilik langit dan bumi di dunia dan di
akhirat. Maha Kuasa atas segala sesuatu, yakni memberikan
nikmat dan membalas.

Allah adalah yang mewujudkan mati dan hidup agar Dia


memperlakukan hamba-hamba-Nya sebagaimana perlakuan
orang yang menguji dan menetapkan bukti atas mereka, mana
yang paling taat dan paling ikhlas kepada Allah. Allah Yang Maha
Kuat, menang dalam membalas orang-orang yang melakukan
maksiat kepada Nya, serta Maha Ampun kepada orang yang
bertaubat.

Ibnu Umar mengatakan, “Nabi Muhammad membaca ayat َ ‫تبا َرك‬


‫ الذي َبيده َالملك‬sampai ‫ ايكمَأحسنَعمل‬lalu bersabda, maksudnya adalah
“siapa yang paling wara’ dari keharaman-keharaman Allah dan
paling cepat dalam taat kepada Allah”. Pengujian adalah
percobaan dan tes sehingga dapat diketahui apakah orang itu
taat atau maksiat.

Allah juga yang mewujudkan langit tujuh berlapis-lapis. Kamu


tidak melihat dalam penciptaan itu ada kebengkokan dan
keretakan, tidak ada kontradiksi atau ketidakseimbangan. Ia
lurus dan seimbang, yang menunjukkan kebesaran Sang
Penciptanya, dan tidak ada aib atau kerusakan didalamnya.

62
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

Jika manusia mengulang-ngulang untuk memandang langit


berkali-kali, dia tidak akan melihat didalamnya ada aib. Justru
dia akan bingung (terkesima) karena melihatnya. Pandangannya
akan kemabali kepadanya dalam keadaan tunduk,kecil,dan jauh
sekali untuk bisa melihat sedikit kerusakan. Sementara dia telah
sangat lelah.

Allah ta’ala menghiasi langit dunia, yaitu langit yang dekat


dengan manusia, dengan planet-planet yang bercahaya, karena
pancarannya. Dari planet-planey itu , Allah menjadikan meteor
untuk memukul setan-setan yang membangkang. Allah
menyiapkan api yang sangat panas untuk setan-setan karena
kekufuran,kesesatan, dan kerusakan mereka. Ayat-ayat itu
menunjukkan kesempurnaan atas kekuasaan dan ilmu Allah
ta’ala.

Surah Al-Baqarah ayat 213

               

                

                  

                  

  

213. manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul


perselisihan), Maka Allah mengutus Para Nabi, sebagai pemberi
peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang
benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang

63
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada


mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-
keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri.
Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman
kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu
dengan kehendak-Nya. dan Allah selalu memberi petunjuk
orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.

Qira’at

Lafazh Nafi’ membacanya dengan ‫النبيئين‬

Lafazh Qunbul membacanya dengan‫سراط‬

I’rab

dinasabkan diatas hal.

Balaghah

 padanya ijazu bilhazfi, artinya ada ia di atas

agama yang satu, dan dia nya itu adalah iman, dan berpegang
pada kebenaran, dengan bahwa iman itu setengah, dan
kekufuran itu setengah.

Mufradat Lughah
Dalam Alquran, lafazh ummah terdiri dari beberapa makna
• Al-Jama’ah : Yang dihimpun dalam himpunan yang satu,
seperti firman Allah dalam surat al-A’raf ayat 181 dan
surat Ali Imran ayat 110 :

      

64
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

  

Al-Millah : artinya Aqidah, dan asal-asal penetapan


hukum, seperti firman Allah dalam surat Al-Anbiya’
ayat 92, dan surat Al-mu’minun ayat 52:

 

 

• Az-Zamanu : seperti firman Allah dalam surat Hud ayat 8,


dan surat Yusuf ayat 45 :

    

 

• Al-Imam : seperti firman Allah dalam surat An-Nahl ayat


120

 

Artinya lelaki yang selalu menghimpun bagi kebaikan

Maksud dari padanya disini pada banyak pendapat para


mufassir : al-millah : artinya bahwa seluruh Nabi dan Rasul di
atas agama yang satu, dan pendapat yang lain menyebutkan,
bahwa makna ummah pada ayat ini adalah jama’ah.

)‫ (مبشّرين‬orang-orang mu’min yang di surga. (‫(منذرين‬orang-orang


kafir yang di neraka. )‫ (الكتىب‬artinya kitab-kitab. (َ‫ )البيّىنت‬alasan
yang jelas atas ketauhidan. (‫ )من َنعد‬yang berhubungan dangan
perbedaan, bermula dianya itu dan apa-apa yang ada

65
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

sesudahnya itu terdahulu di atas pengecualian pada makna. ( ‫)نغيًا‬


ّ ‫ )منَالح‬dari penjelasan. (‫)بإذنه‬dengan izinNya.
pebuatan keji. (َ‫ق‬

Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul ayat ini tidak ada dalam kitab al-Munir.

Munasabah
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kaum mu’min untuk masuk
islam secara sempurna, dan menjadikan islam sebagai
pedomannya, tanpa mencampur adukkan antara islam dengan
yang lainnya, dan mejadikan kedua ayat ini kebutuhan kepada
Rasul, dan bahwa sesungguhnya menunjuk dengan petunjuk
mereka itu membawa kemudaratan bagi alam. Dan barang siapa
yang percaya (beriman) dengan petunjuk para Nabi sungguh
telah dijauhkan dari siksaan yang pedih, dan bala, maka
diatasnya dengan bersabar sehingga Allah mengizinkan dengan
kelapangan dan pertolongan, desakan mereka atas kekafiran
mereka adalah sebab mereka cinta dunia.

Tafsir dan Bayan


Adalah manusia (anak-anak adam) pada dasarnya
membutuhkankepada hidayah ketuhanan, maka Allah memberi
nikmat kepada mereka dengan mengutus Rasul kepada orang-
orang mu’min dan orang-orang kafir yang mengeluarkan
mereka dari kegelapan ke terang-benderang. Dan diturunkan
pada sebagian Rasul itu kitab yang membawa mereka kepada
kebenaran.

Apa ketetapan yang ada sebelum Nabi dan Rasul diutus?

Pendapat para jumhur ulama : adalah ummat itu diatas petunjuk


agama yang satu, dan agama yang bersatu, aqidah yang satu, dan
hukum yang satu, dan dianya adalah agama islam, maka

66
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

berselahan atau berselisih di antara mereka, maka Allah


mengutus para Nabi kepada orang-orang mu’min dan orang-
orang kafir. Dan Abu Daud meriwayatkan sebuah hadits dari
Ibnu Abbas, berkata ia : ((adalah di antara Nabi Nuh dan Nabi
Adam itu jaraknya 10 abad, kesemua mereka itu diatas syari’ah
yang benar, maka mereka berselisih paham, kemudian Allah
mengutus para Nabi untuk mereka)) berkata ia : dan yang
demikian itu pada bacaan Abdullah Ibnu Mas’ud : (( adalah
manusia itu umat yang satu, kemudian mereka berselisih
paham/berpecah belah)). Dan memberi dalil juga atas
membenarkan pendapat mereka : bahwa sesungguhnya
Adam’Alaihi Salam adalah seorang Nabi, dan adapun anak-
anaknya itu atas agama yang menunjuki orang-orang yang diberi
petunjuk, sehingga timbul rasa iri dan dengki di antara anak-
anaknya, dan saling membunuh satu sama lain.

Dan pendapat yang lain ( Ibnu Abbas, ‘Atha’, Hasan Basri) :


bahwa sesungguhnya ummat ini adalah ummat yang sesat yang
tidak diberi petunjuk dengan kebenaran, mereka tidak berhenti
pada perbuatan sesatnya pada batasan syari’ah, dan dalil mereka
: apa apa yang ditetapkan pada mengutus rasul, untuk
menampakan kepentingan mereka yang masuk akal, dan untuk
menghukum perselisihanyang muncul di antara mereka pada
rusaknya aqidah, dan mengikuti keinginan berbuar sesat, kecuali
belum ada keperluan akan rasul.

Berkata Abu Muslim Al-Ashfahani dan qadhi Abu Bakar Al-


Baqilani : Makna : sudah fitrah nya manusia itu mengambil apa-
apa yang menunjuki kepaadanya aqal pada ‘itiqad dan
perbuatan, akan tetapi manusia membenarkan aqal nya dengan
tanpa petunjuk Tuhan, dari pada barang yang tidak
menimbulkan perselisiha, maka banyak dari mereka pusing
dengan apa yang mereka pikirkan karena tidak adanya asal

67
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

dengan apa yang mereka maksud dari pada aqidah-aqidah, dan


hukum-hukum.

Pengarang tafsir al-Manar memilih makna yang lain yaitu :


sesungguhnya manusia bermasyarakat dengan akhlak, artinya
Allah menciptakan manusia sebagai ummat yang satu, artinya
dalam satu ikatan antara satu dan lainnya dalam kehidupan,
tidak mudah bagi seseorang untuk hidup di dunia ini dengan
qadar yang sudah ditetapkan oleh Allah, saling tolong menolong,
dan tidak mungkin bahwa ia memperkaya sebagiannya kepada
sebagian yang lain. Maka tidak boleh tidak dari pada mengikuti
kuat yang lain kepada kuat nya, dan ini seperti apa yang
di’ibaratkan dari padanya dengan perkataan mereka “ orang-
orang kota itu dengan salib”. Dan adalah makna bahwa manusia
itu diciptakan dan mereka mempunyai sifat berkumpul dan
mngumpulkan, dan yang emikian itu menunjuki kepada
perseingan, perselisihan, dan perbedaan, maka adalah mengutus
seorang rasul itu untuk mencegah perselisihan di antara
manusia, dan menunjuki kepada kebenaran dan kebaikan, dan
mejelaskan kesesatan dan keburukan.

Jumlah Nabi pada keseluruhan adalah 124.000, dan Rasul 313,


dan yang disebutkan di dalam Alquran dengan nama itu 18,
Rasul yang pertama itu Adam, menurut pendapat pada hadits
dari Abi Dzar, dan pendapat yang lain dikatakan : Nuh, pada
perkataan perantaraan yang dikatakan baginya manusia
padanya : kamu Rasul yang pertama, dan pendapat yang lain
mengatakan Idris.

Kemudian Allah menurun kitab (‫)الكتاب‬: dan dianya itu ism jenis
dengan makna kitab (‫ )الكتب‬dan Thabariy berkata : alif dan lam
pada kata kitab untuk zaman, dan yang dimaksud adalah Taurat.

68
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

Dan pentingnya kata kitab dalam bentuk masdar untuk syariat,


hukum, dan pemisah di antara manusia dalam perbedaan, dan
menunjuki manusia kepada yang sebenar-benar aqidah, berbudi
pekerti luhur, dan beramal shalih. Dan menghindari mereka dari
pada perbuatan buruk, dan merusak. Dan menjauhkan mereka
dari keinginan berbuat kebathilan, maka bermula dianya itu
yang berpakaian kebenaran selamanya. Dan ini sejalan dengan
apa yang dibaratkan pada ayat yang lainnya yang membicarakan
tentang kebenaran dalam surat Al-Hatsiyah ayat 29

  dan yang menjelaskan di dalam

Alquranpada surat Al-Isra’ ayat 9 :

  maka adalah kitab-

kitab samawi itu benar, dan hukum yang mimisahkan antara


urusan dunia dan urusan agama. Dan mengi’tibarkan dengan
kitab-kitab dari pada kitab para Nabi-Nabi, dan bahwa
banyaknya bilangan bagi isyarat bahwa sesungguhnya zatnya
kitab itu satu, dan mengandung atas syari’at yang satu pada
ushul (asal).

Kemudian Allah ta’ala menyebutkan bahwa sebagian ahli kitab


menjadikan kitab-kitab mereka sebagai sandaran untuk
perselisihan, berkelahi, dan bemusuh-musuhan pada kebenaran,
maka berkata : sungguh telah berselisih ketua-ketua, penasehat-
penasehat, dan ulama-ulama agama pada kitab yang diturunkan
oleh Allah bagi kebenaran, setelah didatangkan kepada mereka
peringatan yang jelas dan dalil di atas kesejahteraan kitab dan
mencegahnya dari pada efeknya perselisihan dan bahwa
sungguhnya ia untuk memperstukan manusia, tidak untuk
menjauhkan dam memisahkan di antara mereka, dan tidak
adalah perselisihan itu disebabkan oleh ahli ilmu yang
berpegang teguh atas agama yang menjaganya kitab ssetelah

69
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

Rasul dan menuntut dengan pengakuan apa apa yang ada


padanya kecuali perbuatan keji, dan mungkar dari pada mereka,
dan melanggar bagi batasan agama yang telah mendirikan
hambatan bagi manusia. Akan tetapi kejahatan ini dari pada
ketua-ketua mereka di atas diri mereka sendiri dan manusia
tidak memfitnah pada petunjuk kitab yang benar, maka bukan
aib padanya, dan sesungguhnya yang berdiri di atas mereka.

Fiqih Kehidupan atau Hukum-Hukum


Kebutuhan akan Nabi dan Rasul dan kitab-kitab samawi akan
tetap ada dan kuat pada setiap zaman dan tempat, karena
mereka menunjuki kepada agama yang benar, i’tiqad yang
benar, dan menjelaskan kepada manusia jalan kehidupan yang
benar, dan cara yang mulia di dunia dan akhirat, dan meletakkan
batasan yang jelas antara yang haq dan bathil, dan memisahkan
dengan adil pada pertikaian manusia.

Dan tidak cocok fitrah atau tabi’at dengan baru saja untuk
hidayah dan petunjuk, karna bahwa sungguhnya ia yang jahil,
dan tidak tahu, dan tiada teratur, sebagaimana barang yang
tidak membenarkan akal manusia untuk mejalani kehidupan,
maka bermula dianya itu derajat atau kedudukan, kadang-
kadang sulit, lemah, dan susah dari pada menerima kebenaran,
dan apabila akal mampu menerima sebagian hukum jalan
kebenaran dan membicarakan hikmah, maka yang demikian itu
terbatas pada katagori yang sedikit dari pada manusia, dan titap
tetap pendirian pada perkataan atau menampakkan kebenaran
yang terlihat diakui alam kecuali setelah berlalulah pengalaman
yang panjang, dan pembahasan yang panjang, pelajaran,
renungan, dan pemikiran, maka mendatangkan mudharat bagi
manusia yang menuggu hasil kebenaran perkataan atau hikmah
hingga waktu yang lama atau yang pendek, dan manakala
manusia terpengaruh dengan keinginan dan syahwat atau

70
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

dengan manfaat dan kemaslahatan yang khusus, maka dia tidak


menulis bagi pendapat yang diterima, lagi di yang lulus.

Adapun hikmah dari Allah ta’ala fadhilahNya dan rahmatNya


mengutus para Nabi dan Rasul bagi menetapkan fitrah dan akal
manusia kepada apa yang baik bagi dunia dan akhirat, sebelum
berlalu waktu dan jatuh dalam perangkap, dan menunggu apa
yang ditafsirkan dari padanya pengalaman dan teori, dan
mendukung yang benar dan yang adil, tanpa terpengaruh
kepedulian yang khusus.

Sungguh Allah telah membenarkan kesalahpahaman dan


menjelaskan atau menerangkan pendapat yang salah pada
pemikirang yang tepat, dari pada ilmu yang diberikan kepada
mereka dan bisa menjelaskan (dalil-dalil di atas kesucian kitab-
kitab dari pada adanya perselisihan) dan dianya apa-apa yang

telah diterangkan dalam ayat ( ) dan mengingkari

perbuatan sendiri : bahwasanya naluri manusia sendirinya,


bukan mengarahkan cara perbuatan mereka hingga apa-apa
yang dapat menyelamatkan mereka, maka harus bagi mereka
bersepakat mempelajari petunjuk yang lain beserta k ekuatan
yang unggul bagi umpama mereka, dianya itu kekuatan berpikir
dan mencari, demikian petunjuk yang dipelajari itu petunjuk
rasul dari pada mereka, dan kitab yang diturunkan Allah di atas
mereka, beserta dalil yang kuat di atas ketiadaan Rasul dari
pada berbohong, dan kitab dari pada kesalahan, maka di atas
manusia bahwa menggunakan akal mereka pada memahami
dalil-dalil atas kerasulan dan kebersihan dahulu, dan apabila
pemahamannya dipersiapkan semata-mata untuk
membenarkan dakwah Rasul. Dan apabila beriman dengan
dakwah tersebut, dan mengakalkan apa-apa yang didatangkan

71
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

dengannya rasul, wajib atas mereka bahwa mengikutinya, dan


tidak menyesuaikan dari padanya.

Surah Al-Ikhlash

                 

   

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.


2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

Qira’at

 Hafs membaca dengan waw sedangkan para imam yang

lain membaca dengan hamzah‫كفؤا‬.

I’rab

(   ) () adalah dhamirsya’n dan hadits yang

berkedudukan sebagai mubdata’, (  ) : mubtada’ kedua, ( )

khabarbagi mubtada’ yang kedua, dan kalimat dari pada


keduanya itu khabarmubtada’ yang pertama, dan tidak
membuthkan tempat kembali yang kembali atas mubtada’ yang
pertama, karna bahwa sungguhnya dhamir sya’n apabila
menjadi mubtada’ niscaya tidak kembali dari pada jumlah yang

72
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

menjadi khabar dari pada nya dhamir, karena bahwa


sungguhnya jumlah setelahnya itu menjadi penjelas baginya
dhamir.

(  ) bentuk mubtada’ dan khabar.

( ) (  ) asal katanya

(َ‫)ي ْولِد‬maka dibuang huruf waw karna jatuhnya huruf waw di


antara huruf ya dan baris kasrah seperti kata ‫يعد‬dan ‫يزن‬yang

asalnya ‫ يوعد‬dan ‫ يوزن‬dan tidak dibuang ini pada kata ( )

karena jatuhnya waw di antara huruf ya dan baris fath. Dan kata

( ) isem dari ( ) dan (  ) adalah khabarnya dan ()

yang brtkaitan dengan ( ) dan didahulukan di atasnya

untuk lebih memperhatikannya, karna padanya terdapat dhamir


ketuhanan, dan kira-kira kalimatnya seperti : (‫)ولم َيكن َأحد َكفوا ً َله‬
artinya yang setara dengannya, maka dianya pada makna maf’ul

itu yang bersangkutan dengan ( ) dan diakhirkan kata

() untuk menjaga keselarasan akhir kalimat.

Balaghah

( ) penyebutan nama Allah dengan dhamir sya’n untuk

mengagungkan dan memuliakan.

( ) keduanya bentuk ma’rifah bagi faedah untuk

mengkhususkan.

73
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

( ) jinas naqish, karena adanya perubahan bentuk

dan sebagian huruf.

() menetapkan penafian sekutu dan anak, dan firman

Allah (  ) pengkhususan setelah yang umum,

melebihkan pada penegasan dan penjelasan, terhadap apa yang


dinamakan tajrid atau tafrid.

(), (), (), () adalah sajak murashsha’.

Mufradat Lughah

() satu dalam zatNya, tidak tersusu dari berbagai partikel

materi dan tidak pula dari selain materi. Kata itu juga

penyifatan keesaan dan penafian sekutu. () tempat

bergantung dalam segala kebutuhan secara permanen. ( )

tidak beranak karena dia tidak membutuhkan sesuatu untuk


menolongNya. Dia juga bebeda dengan jenis selainNya dan ini
merupakan penafian sesuatu yang menyerupai atau sejenis

denganNya. () dan tidak diperanakkan, karna Dia Maha

Terdahulu, bukan sesuatu yang baru. Segala sifat baru tidak ada

padaNya. Dan disifati dengan qidam dan awwaliyah. ( )

sekutu atau serupa. Maksudnya adalah tiada seorang pun yang


menyerupaiNya.

74
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

Asbabun Nuzul
Ahmad, Tarmidzi, dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ubay bin
ka’ab bahwasanya kaum musyrikin berkata kepada Nabi saw.
“wahai Muhammad, sifati Tuhanmu kepada kami!” lantas Allah
SWT menurunkan surah al-ikhlash”.

Ibnu Jarir dan Tarmidzi berkata () zat tempat bergantung

yang tidak beranank dan tipula diperanakkan. Tidak ada sesuatu


yang dilahirkan melainkan dia akan mati dan tidak ada seusatu
yang mati melainkan diwarisi. Sesungguhnya Allah SWT tidak
akan mati dan tidak akan diwarisi. Tiada sekutu baginya.

Qatadah, Dhahhak, dan Muqatil berkata “ada sekelompok orang


yahudi datang kepada rasul dan berkata, sifati Tuhanmu kepada
kami. Sesungguhnya Allah menurunkan sifatNya dalam Taurat.
Dia memberitahu kami dari mana Dia berasal dan dari apa Dia
dibuat? Apakan dari emas timah, atau perak? Apakah Dia makan
dan minum? Dari siapa Dia mewarisi dunia dan siapa yang
mewariskannya?” lantas Allah SWT menurunkan surah ini.
Surah ini adalah sifat khusus bagi Allah SWT.

Munasabah
Kesesuaian ayat ini dengan ayat sebelumnya sangat jelas. Surah
al-Kafirun betujuan untuk membebaskan hamba dari segala
macam kekufuran dan kesyirikan, sedangkan surah ini
menetapkan ketauhidan kepada Allah SWT yang memiliki sifat-
sifat sempurna dan senantiasa menjadi tujuan serta tidak
mempunyai sekutu dan tandingan. Oleh karena itu, kedua surah
ni sering dibaca bersamaan ketika shalat, seperti dua rakaat

75
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

shalat Fajar dan Thawaf, Dhuha, sunnah Maghrib, dan shalat


Musafir.

Tafsir dan Bayan

() artinya katakanlah wahai Rasul bagi siapa yang

menanyakan kamu tentang sifat Tuhanmu dan sensbahNya :


Dialah Allah yang Maha Esa, artinya Esa pada sifat dan zatNya,
tiada sekutu bagiNya. Dan ini disifatkan dengan ketauhidan dan
kenafian sekutu. Maknanya adalah Dialah Allah yang kalian
ketahui dan yakini bahwa Dia adalah pencipta langit, bumi, dan
menciptakan kamu. Dia Maha Esa dengan sifat ketuhananNya
dan tiada sekutu bagiNya dalam ketuhanan. Ini menafikan
berbilang zat.

( ) zat yang dibuat bergantung dalam segala kebuthan

karna Dialah yang mampu untuk mewujudkannya. Makanya


Allah adalah zat tempat bergantung seluruh makhluk, tiada
seorang pun yang tidak membutuhkanNya, sedangkan Dia tidak
membutuhkan mereka. Ini merupakan bantahan atas keyakinan
kaum musyrikin Arab dan orang-orang semisal mereka akan
adanya perantara dan zat selain Allah yang memberikan
pertolongan.

Ibnu Abbas berkata mengenai tafsiran dari kata (), “yaitu

Dialah yang dituju oleh seluruh makhluk dalam memenuhi


kbutuhan dan permintaan mereka.” Dia adalah Tuan yang telah
sempurna kekuasaanNya, zat Maha Mulia yang sempurna
kemuliaanNya, zat Maha Agung yang sempurna keagunganNya,
zat Maha Lembut yang sempurna kelembutanNya, zat Maha
Mengetahui yang sempurna ilmuNya dan zat Maha Bijaksana

76
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

yang sempurna kebijaksanaanNya. Demikian juga Dialah zat


yang telah sempurna dalam segala kemuliaan dan
kekuasaanNya, Dialah Allah SWT. Maha Suci Allah yang Maha
Esa dan Maha Menaklukkan.

( ) tidak ada anak yang lahir dariNya dan Dia tidak

lahir dari apa pun. Dia tidak sejenis dengan apa pun. Dia Maha
Terdahulu tidak sesuatu yang baru. Tidak ada permulaan
bagiNya dan Dia bukan merupakan jisim. Ini merupakan
penafian terhadap sekutu dan jenis, serta penyifatan qadim dan
awaliyah serta menafikan huduts. Dalam kalimat pertama
merupaka penafian adanya anak bagi Allah SWT dan
bantahankepada kaum musyrikin yang menyangka bahwa para
malaikat adalah putra-putri Allah. Bantahan juga terhadap
orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa Uzair adalah putra
Allah dan terhadap orang-orang Nasrani yang mengatakan
bahwa al-Masih adalah putra Allah. Sementara itu, pada kalimat
kedua terdapat penafian adanya orang tua bagi Allah dan
penafian bahwa Allah SWT bermula dari ketiadaan.

(  ) tiada seorangpun yang menyamaiNya, dan

tiada seorangpun yang semisalNya. Ini merupakan penafian


terhadap adanya istri bagi Allah SWT dan bantahan terhadap
kaum musyrikin Arab yang meyakini bahwa Allah SWT
mempunyai tandingan dalam perbuatan-perbuatanNya, di mana
mereka (kaum musyrikin) menjadikan para malaikat sebagai
sekut-sekutu Allah, dan berhala-berhala serta patung-patung
sebagai tandingan bagi Allah SWT. Surah ini mempunyai
kesamaan di dalam ayat-ayat yang lain, seperti firman Allah
SWT dalam surah al-An’am ayat 101, Maryam 92-95, dan surah
al-Anbiya’ 26-27.

77
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

             

          

26. dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah telah


mengambil (mempunyai) anak", Maha suci Allah. sebenarnya
(malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang
dimuliakan[957],
27. mereka itu tidak mendahului-Nya dengan Perkataan dan
mereka mengerjakan perintah-perintahNya.

[957] Ayat ini diturunkan untuk membantah tuduhan-tuduhan


orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa malaikat-
malaikat itu anak Allah.

Dan firmanNya dalam Shaih Bukhari disebutkan “tidak ada yang


paling sabar atas ucapan yang menyakitkan yang melebihi
kesabaran Allah. Mereka mengatakan bahwa Allah mempunyai
anak, tetapi Allah tetap memberikan rizki dan memaafkan
mereka. Dan Bukhari merwayatkan pula dan Abdul Razak dari
Abu Hurairah Nabi saw bersabda : “Allah ‘azza wa jalla
berfirman, “Anak Adam mendustakanKu dan seharusnya tidak
demikian. Dia juga mencelaKu, dan seharusnya tidak demikian.
Adapun pendustaannya kepadaKu adalah perkataannya bahwa
Aku tidak akan mampu mengembalikan (makhluk) seperti sedia
kala. Dan menciptakan tidak lebih mudah dari pada
mengembalikan. Adapun celaannya kepadaKu adalah
pernyataannya bahwa Allah menjadikan seorang anak, padahal
Aku adalah Maha Esa dan tempat bergantung, tidak beranak,
dan tidak diperanakkan. Dan tiada seorangpun menjadi sekutu
bagiKu.

78
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

Fiqh kehidupan atau Hukum-Hukum


Surah pendek ini mengandung penetapan dan penafian
sekaligus. Surah ini telah mejelaskan bahwa Allah Esa dalam zay
dan hakikatNya, terbebas dari segala bentauk takrib. Surah ini
menafikan segala bentuk keterbilangan dari zat Allah SWT
dengan firmanNya ( ).

Surah ini menjelaskan bahwa Allah SWT Maha Kaya dengan


zatNya lagi mulia dan penyayang. Seluruh makhluk
membutuhkanNya dalam memenuhi kebutuhan mereka. Dia
memiliki seluruh sifat kemuliaan dan kesempurnaan. Dia tidak
membutuhkan apa pun kepada yang lain dengan firmanNya (

 )

Surah ini juga menetapkan bahwa Allah adlah Maha Esa, tidak
ada sesuatu apa pun yang sejenis denganNya, tidak melahirkan
seorangpun dan tidak ada sekutu bagiNya. Surah ini juga
menafikan dari Allah akan adanya jenis dan sekutu, denga

firmanNya ( ).

Demikian pula Dia adalah zat yang Maha Terdahulu, paling awal
di zaman azali tidak didahului dengan ketiadaan, tiada yang
melahirkan dan mendahuluiNya. Surah ini juga menafikan sifat

huduts dari Allah SWT denga firmanNya ().

Allah SWT tidak mempunyai tandingan dalam wujudNya, tidak

ada sekutu dan istri, dengan firmanNya (  ).

79
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

Segala hal yang ditetapkan dalam surah ini merupakan


penetapak aqidah islam yang berdiri tegak di atas tauhis, tanzih,
dan taqdis. Segala hal yang dinafikan dalam surah ini adlah
bantahan terhadap orang-orang yang memiliki aqidah sesat,
seperti kaum pagan yang mengatakan bahwa ada dua tuhan di
alam ini, yaitu tuhan cahaya dan tuhan kegelapan. Kaum Nasrani
yang mengatakan adanya trinitas, kaum sha’ibah yang
menyembah tata surya dan bintang-bintang, kaum yahudi yang
mengatakan bahwa Uzair adalah anak Allah dan kaum
Musyrikin yang mengatakan bahwa para malaikat adalah putra-
putri Allah, semua dibantah oleh surah ini.

Firman Allah () merupakan bantahan terhadap kaum pagan,

firmanNya ( ) membantah keyakinan orang yang

menetapkan pencipta selain Allah. Jika ada pencipta selain Allah,


pastilah ia berhak untuk jadi tempat bergantung untuk

memenuhi segala kebutuhan. firmanNya ( ) bantahan

terhadap kaum Yahudi atas keyakinan mereka terhadap Uzair


dan kaum Nasrani atas keyakina mereka terhadap al-Masih,
serta kaum musyrikan atas keyakinan mereka bahwa malaikat
adalah putra-putri Allah.

FirmanNya (  ) merupakan bantahan

terhadap kaum Musyrikin yang menjadikan berhala-berhala


sebagai tandingan dan sekutu bagi Allah.

Para ulama berkata, “surah ini dalam hak Allah SWT seperti
surah al-Kautsar dalam hak Rasulullah saw.. Akan tetapi celaan

80
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

dalam hak Rasulullah saw. disebabkan mereka berkata bahwa


beliau terputus tidak punya anak. Dalam surah ini, celaan
mereka disebabkan mereka menetapkan anak bagi Allah. Tidak
mempunyai anak dalam konteks manusia merupakan aib dan
adanya anak dalam konteks Allah SWT merupakan aib juga. Oleh

karena itu, Allah SWT berfirman dalam surah ini () untuk

membela hak Allah, sedangkan di surah al-Kautsar, Allah tidak

berfirman (), tetapi Allah berfirman secara langsung Allah

membela Rasulullah SAW.

Surah Al-Maidah ayat 44-45

              

             

               

             

            

                 

        

44. Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di


dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang
dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh
nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang

81
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka


diperintahkan memelihara Kitab-Kitab Allah dan mereka
menjadi saksi terhadapnya. karena itu janganlah kamu takut
kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah
kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit.
Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir.
45. dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At
Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan
mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan
gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang
melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi)
penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah
orang-orang yang zalim.

Qiraat

Nafi’ membaca  dengan hamzah ‫النبيئون‬

 ada

beberapa bacaan :
• Dengan nasab, atas sepakat pada kerja huruf (‫)إن‬adalah
bacaan Nafi’, Hamzah, dan ‘Ashim.
• Dengan rafa’, dari pada seperti meng’athafjumlah di
atas jumlah adalah bacaan Kisa’iy.

• Dengan menasabkan (), (), (), (),

dan merafa’kan ( ), adalah bacaan Imam yang

lain.

82
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

Nafi’ membaca dengan mensukunkan kedua

huruf ‫ذ‬

I’rab

() : () sifat bagi kata Nabiyyuna atas jalan

pujian, bukan dengan makna yang masuk untuk membedakan di


antara yang disifatkan dan selainnya, karena sesungguhnya

tidak mengihtimalkan bahwa adalah () selain muslimin.

() dinasabkan dengan ‘athaf atas isem(َ‫)أن‬dianya

adalah pada kata (‫)النفس‬. Dan dibaca dengan rafa’ adalah dianya

mubtada’ dan khabarnya () atau ma’thuf atas dhamir

marfu’ pada kata (َ‫)باِلن ْف ِس‬artinya kata nafsmaqtulah dengan nafs.

(   ) yang dinasabkan secara ‘athaf atas manshub

dengan (َ‫)أن‬seperti bahwa sungguhnya berkata :َ‫و َأ ّن َالجروح َقصاص‬,


qari yang membaca dengan rafa’ bahwa adalah ianya itu sebagai

mubtada’ dan khabarnya ( ). (  )dhamir

yang kembali kepada kata qishash ( ) artinya mempercayai.

83
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

Balaghah

( ) perkataan bagi ulama yang menunjuki dengan

jalan memperhatikan dari pada yang gaib : () kepada

perkataan.

Mufradat Lughah

( ) kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa () dari

pada kesesatan dengan pejelasan hukum-hukum dan

pembebanan hukum () pejelasan bagi asal-asal ketauhidan

Allah dan urusan kenabian ( ) dari pada Bani

Israil. () yang berserah diri kepada Allah ()

orang-orang yahudi () mereka itu ulama’, hukama’, yang

mengurus urusan manusia dan kehidupan, yang ingin mencapai


kepada Tuhan, Dialah pencipta yang mengatur segala urusan
raja yang memerintah, yang mendidik menusia dengan ilmu.

() ahli fiqih yang bertaqwa lagi yang shalih, kata

() jamak dari pada kata (‫)حبر‬: dianya itu yang

mengetahui gaya bahasa yang bagus ( ) dengan apa

yang diperintahkan kepada mereka untuk menjaganya dari

kitab Allah dari orang-orang yang merubahnya (  ) yang

84
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

mengawal, menjaga, dan menyaksikan bahwa sungguhnya kitab


Allah itu benar.

() wahai orang-orang yahudi pada menampakkan

apa-apa yang di sisi kamu dari pada sifat Nabi Muhammad SAW

dan melaknat dan selain keduanya () pada

menyembunyikan rahasianya ( ) mengganti

() dari pada dunia yang mengambilnya di atas

merahasiakannya () kami wajibkan () pada Taurat

dianya qishash dan ini hukum jika diwajibkan di atas mereka

dianya itu ditetapkan pada syari’at kami ( )

artinya qishash, dengan bahwa ketetapan dari darinya(

    ) dengannya, dianya itu

qishash dan selainnya () yang menyampaikan kepada

yang dhalim dan yang mendekatkan kepada perselisihan dalam

syariat Allah (  ) yang keluar dari pada keimanan, dan

ta’at kepada Allah, dan melanggar hukum-hukum agama.

85
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

Asbabun Nuzul

Diturunkan ayat (  ) pada kaum Yahudi yang

mengganti hukum taurat pada rajam, maka mereka menjadikan


tempatnya sebagaimana yang terdahulu cambuk dan taskhim.
Meriwayatkan Muslin dari Bara’ bin ‘Azib dari Nabi saw
bahwa sungguh dia megrajam orang Yahudi yang laki-laki dan
perempuan, kemudian beliau besabda (Barangsiapa yang tidak
memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka
itu adalah orang-orang yang kafir) (Barangsiapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka
mereka itu adalah orang-orang yang zalim) (Barangsiapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka
mereka itu adalah orang-orang yang fasik) ia berkata :
diturunkan semua nya kepada orang-orang kafir.

Munasabah
Setelah bahwa Allah ta’ala menhukum orang Yahudi yang
berpaling dari hukum Taurat dengan rajam, dan meminta
diringankan dan dimudahkan hukum kepda Nabi saw,
disebutkan apa-apa isi Taurat dari pada petunjuk kepad Bani
Israil dan pejelasan hukum-hukum agama. Maka pada ayat ini
Allah memperingatkan oran Yahudi yang inkar dari isi kitab-
kitab mereka dari pada mengrajam penzina dan qishash dari
pada membunuh, dan mereka menyetujui di atas perselisihan
ahli fiqih yang terdahulu dan para Nabi yang diutus kepada
memreka.

Tafsir dan Bayan


Sesungguhnya kami turunkan taurat kepada musa itu lengkap,
yang menunjuki kepada pertunjuk : penjelas hukum-hukum dan
taklif , dan cahaya : asal-asal ‘itiqad dari pada ketauhidan kepada
Allah dan urusan kenabian dan akhirat, kami menurunkannya

86
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

secara syari’ah dan hukum yang mneghukum dengan para Nabi


yang telah berserah diri kepada Allah orang-orang yang ikhlas
padanya agama, yang Allah mengutus mereka setelah Musa
kepada Bani Israil sampai Isa a.s.

Berkata Ibnu al-Anbari : kata ( ) : itu sifat bagi para

Nabi yang bermakna pujian, bukan pada makna sifat yang


tamyizmaushuf dari pada selainnya. Karena bahwa sungguhnya

tidak mengihtimalkan bahwa adalah () itu selain orang

muslim. Dan ini memalingkan kaum Yahudi dan Nasrani dan


menetapkan bahwa sesungguhnya para Nabi itu adalah apa yang
disifatkannya dengan kaum Yahudi dan bukan dengan kaum
Nasrani sebagaimana mereka berdalih, tetapi adalah orang
Muslim itu yang mengikuti hukum-hukum Allah.

Kata ( ) : artinya para Nabi menghukum dangan dengan

kitab Taurat yang diturunkan kepada Yahudi dan pada barang


yang di antara mereka, dianya itu syariat yang khusus kepada
mereka bukan umum, dan adalah Nabi Daud, Sulaiman, dan
Musa menghukumkan dengannya.

Dan menghukum dengan nya rabbaniyyun dan ahbar mereka itu


orang yang shalih dari pada anak Harun, dan yang di maksud
dengan awwalin : adalah ulama’, hukama’ dan bashra’ dengan
hukum manusiadan menjaga urusan mereka dan kemashlahatan
mereka, dan arti kata ahbar adalah ulama-ulama yang bertaqwa
lagi yang shalih, yang menghukum dengan Taurat pada masa-
masa sebelum ada Nabi-Nabi, atau bersamaan dengan Nabi atas
izin Nabi, dengan sebab mereka menjaga kitab Allah, yaitu
dengan sebab apa yang mereka puji dari pekerjaannya, dan

87
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

sungguh Allah telah memenuhi janji atas ulama yang memjaga


kitabNya pada dua pendapat : bahwa menjaganya pada hatinya
dan mengajarkannya, dan tidak bahwa memreka menaruh
hukum-hukumNya dan tidak membawa syari’at-syari’atNya.

Thabari berpendapat kata : () : bentuk jamak dari kata

(‫)ربّاني‬dan mereka itu ulama’, hukama’, dan bashra’ dengan


hukum manusia dan menjaga urusan mereka, dan menegakkan

dengan kemaslahatan mereka. Dan kata () mereka itu

ulama, jamak dari kata (‫)حبر‬: dianya itu orang-orang yang


mengetahui yang dihukumkan bagi segala sesuatu.

(    ) artinya dan adalah ulama yang shalih yang

menyaksikan di atas kitab Allah dan pengawal yang mengawal


dari pada merubah dan menambahkan huruf, dan orang-orang
yang bersaksi bahwasanya kitab itu benar dari Allah, seumpama
Abdullah bin Salam yang bersaksi dengan hukum rajam pada
Taurat dan menyembunyikan rahasia dari sifat Nabi saw. dan
isyarat dengannya.

Kemudian Allah berbucara dengan pemuka Yahudi yang semasa


pada zaman pemwahyuan Alquran yang diubah dan diganti,
sesudah bahwa ditegakkan di atas mereka syuhada dari pada
salah satu mereka, maka Allah berfirman

()artinya apabila terjadi sebagaimana yang

disebutkan, janganlah kamu takut kepada manusia wahai ahbar ,


maka tegakkanlah kebenaran, dari pada sifat Nabi dan
isyaratnya,mendesak kepentingan dunia secara tamak, dan

88
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

takutlah kepada Allah maka jangan kamu ubah kitabKu,


ketakutan dari pada manusia dan pemimpin, maka jatuhlah dari
pada mereka batas kewajiban di atas mereka. dan manakala
adalah dampak dari pada ketakutan yang bersangatan dari pada
tamak mendahului Allah mengingatnya, maka Allah berfirman

()

Kemudia menyebutkan urusan tamak dan keinginan pada

kepentingan, maka Allah berfirman ( )

artinya jangan kamu mengubah ayatKu dan hukum-hukumKu


untuk mendesak kepentingan yang kamu ambil dari manusia
dari pada menyuap dan tamak pada harta atau kehormatan atau
peminpin yang bohong atau kepuasan yang lain, ketahuilah
bahwa kehidupa dunia itu hanya sesaat, dan penyuapan yang
kamu ambil keharaman yang tetap baginya, maka janganlah
kamu letakkan dengannya agama dan perhargaan yang
permanen, jadi bagaimanakah kamu mengambil sedikit
kehilangan dengan banyak permanen?

Semua yang tidak menghkum dengan apa-apa yang diturunkan


Allah, seumpama menjadikan hukum jilid dan tayamum sabgai
ganti hukum rajam, dan merahasiakan sifat Nabi saw. dan
mentakwilkannya di atas selainnya, dan menetapkan pada
sebagian hukum membunuh dengan diyat yang sempurna dan
pada sebagian mereka dengan setengah diyat, dan
meninggalkan bagi mereka itu hukum qishash, maka mereka itu
orang-orang kafir yang menyembunyikan kebenaran, orang-
orang dhalim yang berlaku tidak adil, dan orang-orang fasiq
yang keluar dari ketetapan Allah, yang demikian itulah
gambaran mereka, digambarkan mereka-mereka itu pada
kekufurannya ketika mendhalimi ayat Allah dengan penghinaan,

89
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

dan memaksa bahwa menghukum dengan selainnya hukum


Allah, hadits dari Ibnu Abbas radhiyaaalhu ‘anhuma
sesungguhnya orang-orang kafir, orang-orang dhalim dan
orang-orang fasiq itu adalah ahli kitab. Dan ini adalah
peringatan yang keras maksud dari padanya itu ancaman
kepada kaum Yahudi yang merubah hukum taurat pada
perzinaan dan qishash pad pembunuhan, maka jadilah mereka
itu orang kafir selain mukmin tidak dengan Nabi Musa dan
Taurat dan tidak pula dengan Nabi Muhammad dan Alquran.

Mentakhrijkan Ibnu Jarir ath-Thabariy dari pada Abi Shalih, ia


berkata : ada tiga tanda yang terdapat dalam surat al-Maidah

(  )‫إلخ‬adalah bukan dari pada golongan orang

islam, dianya itu adalah orang kafir. Ar-Razi berkata : ini


adalahdha’if. Karena mengi’tibarkan dengan keumuman lafazh
bukan dengan khusus sebab. Kemudian dinukilkan dari

‘Akramah : firman Allah (   )manakala ia

sedang mengingkari dengan hatinya dan benci dengan


perkataannya, adapun orang yang mengetahui dengan hatinya
tanda hukum Allah dan mengakui dengan perkataannya tanda
hukum Allah, kecuali bahwa sungguh ia datang dengan apa yang
bertentangan dengannya, maka bermula dianya itu orang yang
menghukum dengan apa-apa yang diturunkan oleh Allah Ta’ala,
akan tetapi ia meninggalkan baginya, maka ia tidak termasuk
pada ayat yang dimaksud. Ar-Razi berkata : dan bermula ini
adalah jawaban yang benar, dan Allah yang lebih mengetahui (
waAllahu a’alam ).

Ringksan : bahwa sesungguhnya orang kafir itu adalah orang


yang memperbolehkan hukum selain apa-apa yang diturunkan
oleh Allah, dan mengingkari denga hati, membenci dengan

90
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

perkataan, maka ini dia kafir. Dan ada pun orang yang tidak
menghukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah, dia adalah
orang yang bersalah dan berdosa, maka dia adalah orang fasiq,
yang diambil atas kepuasannya menghukum denga selain apa
yang Allah turunkan.

Manakala orang Yahudi menjadikan hukum diyat orang Nasrani


kebanyakan diyat peminjaman, dan dilarang membunuh
dengannya yaitu mengkishash dari padanya, orang-orang yang
bertentangan dengan hukum Taurat dan hukum Rasulullah saw.
tatkala ia bertanya kepadanya, diturunkannya ayat ini untuk

menjelaskan hukum qishash().

Maksudnya kami wajibkan pada Taurat itu kesamaan dan


persamaan pada hukum qishash, maka menbunuh jiwa dibalas
dengan jiwa, menyolok mata dibalas dengan mata, memotong
hidung dibalas dengan hidung, memotong telinga dibalas
dengan telinga, mencabut gigi dibalas dengan gigi, dan
menjalankan hukum qishash pada luka, artinya mengibaratkan
kesamaan pada kadar kesanggupan.

Maka ayat yang menunjuki pada pelaksanaan hukum qishash


pada tiap-tiap yang disebutkan, sungguh telah berpendapat Abu
Hanifah : sesungguhnya orang muslim itu membunuh dengan
dzimiy. Dan berpendapat jumhur : tidak membunuh orang
muslim itu dengan dzimiy, karean bahwa sungguhnya ayat itu
disyariatkan dari pada sebelum kita, dan dianya bukan syariat
bagi kita pada pendapat syafi’iyah. Dan pada sabda Nabi saw.
yang diriwayatkan oleh Ahmad, Tarmidzi, dan Ibnu Majah dari
Abdullah bin Umar (tidak membunuh orang muslim denga
kafir). Dan maksud dari pada firman Allah

91
Penafsiran Ayat-Ayat Tauhid

()penambahan apa-apa yang dimisalkan perbuatan

pidana padanya, tanpa kesengajaanpadanya, maka mengambil


mata sebelah kanan dibalas dengan mata sebelah kanan jikalau
ada, dan tidak mata sebelah kiri dibalas dengan mata sebelah
kanan dan jika meridhai si muqtash dari padanya. Dan yang
demikian itu perbuatan yang disengaja, adapun pada perbuatan
kesalahan (tidak disengaja) pada satu mata maka hukumnya
setengah diyat, dan pada kedua belah mata itu hukumnya diyat
yang sempurna.

Apabila meledak menatap mata kanan, maka di atasnya itu


berlaku hukum qishash pada pendapat Abu Hanifah dan Imam
Syafi’i, diambil dengam umumnya firman Allah Ta’ala

() berkata Ibnu ‘Arabi : dan berpendapat dengan

umum Alquran itu lebih utama, maka sesungguhnya iya telah


islam di sisi Allah Ta’ala. Dan berkata Imam Malik : jika
berkehedak maka qishash dan jika tidak maka mengambil diyat
yang sempurna(‫ )ديةعين َاألعور‬karena sesungguhnya dalil bagi
barang yang bertentangan sebaik korban atasnya.

92
6
TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG
MALAIKAT

Allah telah menciptakan banyak bukti kebesarannya yang membuktikan


kekuasaan, keagungan, dan kehebatannya. Nikmat yang Allah berikan tidak
dapat dihitung..
Tafsir Tematik Al-Quran

Surah Fathir ayat 1

               

                    

1. segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang


menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus
berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-
masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan
pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

I’raab (menerangkan posisi ayat)

  (pencipta langit),   digunakan untuk nama Allah

atau disebut juga pengganti.

   (yang menjadikan malaikat sebagai utusan-

utusan),  objek dari kata kerja: bermaksud dengan hal

atau sesuatu yang akan datang, karena ketika itu ia dijadikan


sebagai subjek, adapun yang diinginkan di sini adalah sesuatu

yang telah lalu.  manshub yang ditentukan oleh fi’il.

      (yang mempunyai sayap masing-

masing dua, tiga dan empat),     bermakna sifat

dari  yang berarti mamnu’min as-sharfi yang berlaku sifat

adil, dan terhitung dari lafaz dua, tiga dan empat.

Kosa kata bahasa

   (pencipta langit dan bumi) Allah

menciptakan keduanya selain dari yang telah diciptakan


sebelumnya, maksud dari ciptaan bermakna perpecahan yang

menyebabkan adanya langit dan bumi,    

(menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan) kepada nabi-nabi,


maksudnya menjadi perantara antara Allah swt dengan nabi-
nabi-Nya untuk menyampaikan risalah dengan wahyu-Nya, para

94
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

malaikat itu adalah: malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan malaikat

maut,   (yang mempunyai sayap) seperti sayap burung,

dan di antaranya ada yang memiliki dua sayap, ada yang tiga
dan ada yang empat, mereka turun dengan sayapnya dari langit
ke bumi, kemudian naik lagi dari bumi ke langit dengan

sayapnya pula,     (terdiri dari dua, tiga dan empat)

yang terhitung dari dua, tiga dan empat,     (Allah

menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya)


seperti penciptaan malaikat dan yang lainnya. Hal ini bertujuan
untuk menyampaikan hikmah dan kemauan-Nya dalam
berkehendak         (sungguh Allah Mahakuasa

atas segala sesuatu) maka dengan kehendak-Nya Ia


menambahkan segala sesuatu.

Tafsir dan penjelasan

     (segala puji bagi Allah pencipta

langit dan bumi) artinya hanya kepada Allah kita bersyukur atas
nikmat dan kuasa-Nya, dan Dia yang menciptakan langit dan
bumi beserta seluruh isinya, seperti yang telah disebutkan yaitu
untuk mengokohkan peraturan-Nya. Maksud dari ayat adalah:
sesungguhnya Allah ta’ala memuji diri-Nya akan keagungan
kuasa-Nya, pengetahuan-Nya dan hikmah-Nya yang menjadi
saksi tentang permulaan penciptaan langit dan bumi dari
ketiadaan, dan menciptakan keduanya selain dari yang telah
ada. Abu Sufyan berkata dengan sanad dari Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu’anhuma ia berkata: ((aku tidak tahu apa arti dari
kata fathir as-samaawaati wa al-ardh sampai aku melewati

95
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

suatu kaum yang sedang berselisih tentang sumur, berkata salah


satu dari keduanya,”ini adalah sumurku dan aku yang
membuatnya”)) artinya menciptakannya atau memulainya.

Maksud dari yang disebutkan di atas adalah kehendak-Nya


menciptakan sesuatu merupakan keagungan sang pencipta, dan
Dialah yang berkuasa mengembalikan sesuatu.

         (yang menjadikan

malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap yaitu


dua, tiga dan empat) artinya Allah ta’ala menjadikan malaikat
sebagai perantara antara Allah dan nabi-nabi-Nya untuk
menyampaikan risalah dan lain sebagainya, mereka adalah
malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan malaikat maut. Mereka
mempunyai sayap yang banyak, di antaranya ada yang memiliki
dua sayap, tiga sayap, empat sayap dan ada yang lebih banyak
dari itu. Para malaikat turun dari langit ke bumi dengan
sayapnya dan naik kembali dari bumi ke langit dengan
sayapnya. Dalam hadis shahih dari Muslim dari Ibnu Mas’ud
((sesungguhnya Rasulullah saw melihat Jibril ‘alaihi salam, dan
ia memiliki 600 sayap, jarak antara kesemua sayap itu seperti
jarak antara timur dan barat.

           (Allah menambahkan

pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya dan sungguh Allah


Mahakuasa atas segala sesuatu) maksudnya yaitu
menambahkan sayap pada penciptaan malaikat sesuai dengan
kehendak-Nya, dan menambahkan sesuatu yang lain pada
ciptaan-Nya dengan kehendak-Nya. Baik itu dari keindahan
mata, hidung yang bagus, bibir yang manis dan keindahan suara.
Sesungguhnya Allah Mahasempurna kehendak-Nya dalam

96
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

ciptaan-Nya dari segi jasmani dan rohani atau segi lahir dan
batin, dan tidak lemah atas segala sesuatu, serta dengan
kehendak-Nya Ia menambahkan segala sesuatu.

Az-Zahri dan Ibnu Juraij berpendapat tentang ayat   

 yaitu suara yang bagus.

Pelajaran dan penilaian hidup

Ayat ini memberi petunjuk bahwa:


1) Allah swt yang berhak dipuji dan dikasihi atas segala
kehendak-Nya, nikmat-Nya serta hikmah-Nya. Dan
seperti yang telah disebutkan bahwa surah ini –seperti
yang disebutkan oleh ar-Razi- merupakan salah satu
dari empat surah dalam al-Qur’an yang dimulai dengan
puji-pujian. Yaitu surah al-An’am diisyaratkan dengan
pujian kepada nikmat dunia yang berupa sesuatu yang
baik, surah al-Kahfi yang diisyaratkan dengan
pemeliharaan, dan surah Saba` yang diisyaratkan
dengan himpunan. Semua surah ini diisyaratkan dengan
puji-pujian kepada nikmat yang kekal di akhirat.

Dengan dalil Allah ta’ala    (menjadikan

malaikat-malaikat sebagai utusan) artinya Allah


menjadikan utusan untuk berjumpa dengan hamba-
Nya.
2) Allah swt mengadakan langit dan bumi selain dari
ciptaan yang telah ada, seperti menjadikan malaikat
memiliki sayap baik dua, tiga, empat atau lebih banyak
untuk terbang di udara naik turun di antara langit dan
bumi, dan menjadikannya utusan bagi para nabi atau

97
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

kepada hamba-Nya untuk menyampaikan rahmat dan


siksa di dunia serta mempertemukan hamba dengan
tuhan-Nya.
3) Allah swt menambahkan segala sesuatu pada makhluk-
Nya dengan kehendak-Nya, sama halnya seperti
penciptaan malaikat dengan sayap yang banyak, atau
menambahkan sesuatu dari segi rohani dan jasmani
pada penciptaan manusia, seperti kelebihan pada
macam-macam keindahan yang berbeda-beda seperti
mata,hidung, mulut dan sebagainya. Serta suara yang
bagus dengan tulisan dan penuturan yang baik.
4) Allah ‘azza wa jalla memiliki kehendak yang sempurna
atas segala sesuatu dengan mengurangi dan
melebihkan, mengadakan dan membinasakan dan lain
sebagainya.

Zamakhsyari berkata tentang ayat     :

ayat ini meliputi tentang semua kelebihan disetiap


makhluk dari postur tubuh yang tinggi, keseimbangan
penampilan, kesempurnaan anggota tubuh, kekuatan
dalam mengahancurkan, berfikir baik dengan akal,
berhati-hati dalam berpendapat, berani dengan hati,
dermawan dalam kepribadian, menggunakan bahasa
yang sederhana, bijaksana dalam berkata-kata dan baik
perangainya dalam menyelesaikan suatu perkara.
5) Allah ‘azza wa jalla melakukan perkara dengan baik
sesuai dengan kehendak dan perintah-Nya. Jika Ia
member nikmat pada seseorang, maka tidak ada
seorang pun yang dapat menghalangi kuasa-Nya. Dan
apabila Ia mengharamkan nikmat, maka tidak seorang
pun yang bisa menolongnya. Sesungguhnya Rasul
membawa rahmat-Nya kepada manusia, dan itu tidak
akan terjadi tanpa kehendak Allah yang mengutusnya.

98
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

6) Manusia harus bersyukur atas nikmat yang diberikan


Allah, dengan menjaga perilaku baik dengan hati
maupun lisan. Setiap yang diberi nikmat, hendaklah ia
memuji-Nya dengan ketaatan dan ibadah. Menghindari
hal-hal yang berkaitan dengan berhala dan penyembah
berhala untuk menjadikannya sekutu bagi Allah, dan ini
merupakan kebathilan yang tidak didasari dengan akal
fikiran.
7) Tidak ada seorang pun yang dapat memastikan
datangnya rezeki. Maka Allah swt memberikan rezeki-
Nya dari langit dengan menurunkan hujan dan dari
bumi dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
8) Diwajibkan atas semua ciptaan-Nya untuk
mentauhidkan Allah. Keesaan-Nya tertulis dalam kertas,
penyebutan dan wujud-Nya, kehendak-Nya, dan yang
memajukan akal sebagai alat pertimbangan.
9) Jika akal tidak berkembang untuk member keterangan
tentang ayat al-Qur’an dan wujud tuhan, maka
bagaimana dengan orang-orang Anshar yang
membenarkan kabar gembira tentang kenyataan ini,
dan bagaimana mereka bersekutu dengan sesuatu yang
mereka miliki?!
10) Penetapan tauhid secara berturut-turut dapat
menetapkan risalah serta membenarkan kenabian nabi
saw dengan mukjizat yang nyata dengan
meninggikannya serta mengekalkannya dalam al-
Qur’an al-‘adhim.
Apabila sebagian manusia terdahulu berbohong
akan riwayat kenabian, maka orang-orang yang
berbohong tentang kenabian adalah golongan orang
kafir, dan ini kenyataan yang jelas. Tidak ada sesuatu
yang ada pada Rasul dan pengikutnya kecuali
kesabaran.

99
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Surah Ali Imran ayat 124-125

              

               

         

124. (ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang


mukmin: "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu
dengan tiga ribu Malaikat yang diturunkan (dari langit)?"
125. Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan
mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga,
niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang
memakai tanda.

Qira`at

 dibaca: (1) ‫ ُم َلنزِني‬dengan huruf ‫ ز‬dibaca tanpa tasydid, ini

adalah bacaan mayoritas Imam Qira`ah. (2) ‫ ُمنَزلِني‬dengan huruf ‫ز‬


dibaca dengan tasydid, ini adalah bacaan Ibnu ‘Amir.

 dibaca: (1)  dengan ‫ و‬dibaca kasrah, ini

merupakan bacaan Abu ‘Amr, Ibnu Katsir dan ‘Ashim. (2) ‫س َّومِني‬
َ ‫ُم‬
dengan huruf ‫ و‬di baca fathah, ini adalah bacaan Imam yang lain.
I’raab (menerangkan posisi ayat)

100
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

   (ketika engkau mengatakan) kata  berkaitan dengan

firman Allah ‫ص َرُك ٌم هللاُ بِبَدر‬


َ َ‫( َو لَ َقد ن‬dan sungguh Allah telah menolong
kamu dalam Perang Badar) pada ayat 123 atau bisa dijadikan
sebagai badal dari kata ‫إِذ ََهَّت‬, namun tidak boleh dijadikan badal
dari kata ‫ص َرُك ٌم‬
َ َ‫ن‬, karena ‫صر‬
ٌ َ‫ الن‬ini ditujukan pada Perang Badar,
sedangkan kata ‫ إِذ ََهَّت‬ditujukan pada Perang Uhud. Atau bisa
juga dikaitkan dengan fi’il yang dikehendaki yaitu ‫اذكرو‬.

     (apakah tidak cukup bagimu bahwa Allah

membantu kamu) kata  dan kata kerja sesudahnya dibentuk

sebagai mashdar muawwal yang menjadi fa’il atau subjek dari

kata kerja  .

Balaghah (keindahan bahasa)

   menggunakan bentuk kata kerja yang sedang terjadi

untuk menceritakan sesuatu yang terjadi pada masa lalu. Hal ini
memiliki arti menghadirkan gambaran kejadian tersebut di
dalam hati dan fikiran.

   menyebutkan dengan kata ‫ رب‬dan menyandarkan

kepada kata ganti orang kedua banyak. Hal ini bertujuan untuk
memberikan isyarat bahwa tingginya perhatian Allah swt
kepada mereka.

Kosa kata bahasa

101
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

  dari kata al-kifaayah, yang berarti suatu keadaan cukup

atau terpenuhinya kebutuhan, namun tidak sampai pada


tingktatan al-Ghinaa (kaya atau lebih dari cukup).

 membantu dan menolong kalian, al-Imdaad adalah

member sesuatu secara berkesinambungan.


  kata jawab seperti ‫نعم‬. Akan tetapi   digunakan dalam

susunan kata negative yang berfungsi menetapkan apa yang


jatuh setelah kata negative atau dengan kata lain sesuatu yang

dinafiikan. Jadi maksud ayat ini adalah ‫ ذالك‬  ‫ نعم‬yang berarti

benar, itu mencukupi bagi kalian. Lalu pertama-tama Allah swt


mengirim kepada mereka bantuan berupa pasukan malaikat
yang berjumlah seribu, kemudian meningkat menjadi tiga ribu
kemudian ditambah lagi hingga mencapai lima ribu.

   jika kalian bersabar di dalam berperang melawan

musuh

  bertakwa dan takut kepada Allah swt untuk melakukan

pelanggaran dan pembangkangan.

 dan mereka datang kepada kalian, yang dimaksud

mereka di sini adalah orang-orang musyrik.

 seketika itu

 dengan ‫ و‬dibaca kasrah berarti mereka memberikan

tanda pengenal kepada diri mereka atau kuda mereka. Namun


jika dibaca fathah, maka berarti mereka diberi tanda pengenal

102
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

yang membedakan mereka dengan prajurit lainnya. Karena


mereka tabah dan sabar, maka Allah swt benar-benar menepati
janji-Nya, berupa pengiriman bantuan pasukan malaikat
berkuda yang berperang bersama mereka sambil mengenakan
sorban kuning atau putih yang mereka kalungkan di antara
kedua bahu.

Tafsir dan penjelasan


Dan sebutkan juga wahai Muhammad, tatkala kamu berkata
kepada kaum Mukminin pada Perang Badar untuk
menenangkan dan meyakinkan mereka, karena mereka merasa
takut menghadapi musuh karena jumlah mereka yang banyak,
tidaklah cukup bagi kalian pertolongan dan bantuan Allah swt
yang diberikan kepada kalian berupa bala tentara malaikat yang
diturunkan untuk ikut berperang bersama kalian menghadapi
kaum kafir. Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Mundzir dan yang lainnya
meriwayatkan dari as-Sya’bi, ia berkata,”Pada Perang Badar,
telah sampai kepada Rasulullah saw dan para sahabat sebuah
berita, bahwa Kurz bin Jabir al-Muharibi berniat mengirimkan
bantuan tentara kepada kaum musyrik, sehingga membuat
Rasulullah saw dan kaum muslimin merasa sedih dan khawatir.
Lalu Allah swt menurunkan ayat 124 dan 125 surah Ali ‘Imran.
Kemudian berita kekalahan keummusyrik sampai ke telinga
Kurz bin Jabir, sehingga ia mengurungkan niatnya untuk
mengirimkan tentara bantuan kepada kaum musyrik dan
kembali pulang. Begitu juga Allah swt akhirnya tidak jadi
menurunkan bantuan tentara malaikat dalam jumlah 5.000,
akan tetapi hanya seribu tentara malaikat saja.

Qatadah berkata,”pertolongan Allah swt kepada kaum muslimin


pada perang Badar berupa tentara malaikat, pada mulanya
berjumlah seribu malaikat, lalu ditambah menjadi tiga ribu

103
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

kemudian ditambah lagi menjadi lima ribu. Ini lah maksud ayat
yang terdapat dalam surah al-Anfal ayat 9

           

 

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu,


lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya aku akan
mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu
Malaikat yang datang berturut-turut"

Lalu pada Perang Badar, kaum muslimin tabah, sabar dan


bertakwa kepada Allah swt sehingga akhirnya, Allah swt
menurunkan bala bantuan berupatentara ,alaikat yang
berjumlah lima ribu sesuai dengan apa yang dijanjikan-Nya
kepada mereka.

Bantuan ini memang benar-benar berupa bantuan yang bersifat


nyata, yaitu berupa bantuan tentara malaikat yang melebihi
jumlah kaum musyrik dan ikut terjun langsung dalam medan
perang bersama-sama kaum muslimin. Ibnu Abbas ra. dan
Mujahid berkata,”Para malaikat tidak ikut berperang secara
langsung kecuali pada Perang Badar. Sedangkan pada perang-
perang yang lain, para malaikat tersebut hanya datang untuk
menyaksikan dan memberi semangat kepada mereka, tidak ikut
berperang.”

Di dalam kitab tafsirnya, al-Kabiir Fakhrur Razi berkata, “Ulama


tafsir dan sirah sepakat bahwa pada perang Badar Allah swt
menurunkan bala tentara bentuan berupa malaikat dan mereka
ikut berperang secara langsung menghadapi orang-orang kafir.

104
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Hal ini merupakan sebuah pemberitahuan kepada Nabi


Muhammad saw dan umat Islam bahwa sesungguhnya segala
urusan semuanya milik Allah swt. Semua yang ada tunduk pada-
Nya, tidak ada perbedaan dalam hal ini antara malaikat yang
didekatkan kepada Tuhan atau seorang Nabi atau seorang
manusia biasa kecuali orang yang dijadikan oleh-Nya untuk
sebuah tujuan atau Allah swt memberinya izin untuk member
syafaat. Semua ini sesuai dengan sunnatullah atau hukum alam,
sesuai dengan kehendakn Tuhan yang mutlak dan untuk sebuah
hikmah yang mungkin kita tidak akan mengetahuinya kecuali
pada hari kiamat.

Pelajaran hidup dan hukum-hukum

Inti dari apa yang ditujukan oleh ayat-ayat ini adalah sebagai
berikut:
1. Manusia dalam segala hal mutlak harus melakukan ikhtiar
dan usaha serta menjalankankewajiban dan tugas-tugas
yang memang sudah menjadi sebuah keharusan bagi
mereka, baik dalam keadaan aman maupun ketika dalam
keadaan berperang.

2. Di antara hal yang masuk kategori al-Akhdzu bi al-Asbaab


adalah taat kepada perintah-perintah Allah swt dan patuh
kepada pemimpin.

3. Peraihan kemenangan digantungkan kepada kesediaan


untuk menolong Allah swt dan menolong agama-Nya.
Semua perkara tidak lain adalah milik Allah swt, kepunyaan
Allah swt apa yang ada di langit dan di bumi.

105
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Surah al-Haqqah ayat 17

                   

Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. dan


pada hari itu delapan orang Malaikat menjunjung 'Arsy
Tuhanmu di atas (kepala) mereka.

Kosa kata bahasa

 adalah malaikat. Yang dimaksud di sini adalah jenis

malaikat.

  sisi-sisi langit dan sudut-sudutnya. Bentuk jamak

dari  yang artinya sisi.

  di atas para malaikat yang mana mereka ada di cakrawala.

  delapan malaikat.

Tafsir dan penjelasan

“Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. dan


pada hari itu delapan orang Malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu
di atas (kepala) mereka.”

Para malaikat di sisi-sisi langit dan pinggir-pinggirnya siap sedia


untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepada
mereka. ‘Arsy Tuhanmu dijunjung di atas kepala malaikat yang
mana mereka ada cakrawala-cakrawala sebanyak delapan

106
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

malaikat. Ada yang mengatakan delapan baris malaikat yang


tidak diketahui jumlahnya, kecuali oleh Allah swt. ‘Arsy adalah
makhluk yang paling besar. Kalimat ‘menjunjung ‘Arsy’ adalah
bentuk majaz sebab menjunjung Tuhan adalah mustahil. Oleh
karena itu, harus ditakwilkan. Yakni bahwa Allah swt, berfirman
kepada mereka dengan firman yang sudah mereka kenal, juga
sebagai bentuk penunjukan, seperti pengadaan Kab’bah,
menjadikan para malaikat sebagai penjaga untuk para hamba.
Ini bukan untuk suatu pengertian bahwa Tuhan bertempat di
rumah itu, tidak pula karena adanya kemungkinan lupa pada
diri Tuhan.

Pelajaran hidup dan hukum-hukum

Ayat-ayat tersebut menunjukkan hal-hal berikut:

1) Di antara pendahuluan hari kiamat adalah tiupan


sangkakala oleh Israfil. Yang dimaksud adalah tiupan
yang pertama. Ibnu Abbas mengatakan itu adalah
tiupan pertama untuk menunjukkan terjadinya Kiamat.
Tidak seorang yang hidup, semuanya mati.
2) Di antara kegentingan kiamat dan hal-hal yang
menakutkannya adalah bumi dan gunung-gunung
seperti satu bentuk yang terberai dan terpecah-belah.
3) Setelah tiupan pertama, terberainya bumi dan gunung-
gunung saat Kiamat terjadi. Langit retak dan terbelah.
Dan semuanya hancur begitu saja setelah sebelumnya
sangat kokoh.
4) Ketika langit terbelah, para malaikat ada di ujung-ujung
langit. Selama ini, langit menjadi tempat mereka. Ketika
langit terbelah, mereka ada di ujung-ujung langit,
menanti apa yang diperintahkan terkait dengan
penduduk neraka, yakni menggiring mereka menuju

107
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

neraka itu. Sementara itu, mengenai penduduk surge


adalah penghormatan dan kemuliaan.
5) Di atas para malaikat itu, ada delapan malaikat atau
delapan baris malaikat yang tiadk diketahui jumlah
mereka, kecuali oleh Allah. Mereka memikul ‘Arsy yang
mana Allah menghendakinya dengan firman-Nya:
“(malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy .” (QS. Al-
Mukmin: 7)
6) Pada hari kiamat, para hamba dihadapkan pada Allah
swt untuk melakukan perhitungan dan balasan.
Ini bukanlah penunjukkan amal perbuatan yang
dengannya bisa diketahui. Akan tetapi, maknanya
adalah perhitungan dan penetapan amal mereka untuk
pembalasan. Bagi Allah, keadaan mereka tidak samar
sama sekali. Allah mengetahui segala sesuatu dari amal
mereka. Masing-masing dari kata ‘memikul’ dan
‘penunjukkan amal’ tidak berarti tasybih dengan
makhluk. Namun, hanya untuk penggambaran,
simbolisasi dan mendekatkan pemahaman.

Surah ar-Ra’du ayat 23

         

         

23. (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya


bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-
bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-
malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;

108
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Kosa kata bahasa

  membangun tempat tinggal.

       yaitu orang yang hidup

dengan damai, dan tidak berhasil jika tidak berusaha dan


mereka berada dalam golongan orang-orang yang memohon.
Hal ini membuktikan bahwa golongan itu diberi syafaat. Suatu
kebaikan yang dibatasi dengan nasab keturunan maka ia tidak
bermanfaat.

   dari segala pintu-pintu surge mereka masuk dengan

ucapan selamat. ‫ سالم‬kata mereka: Salamu’alaikum, setiap waktu


dalam keselamatan.

Munasabah
Ayat ini berhubungan dengan ayat sebelumnya, dan
mengingatkan sifat terpuji pada Ulul al-Baab sebagaimana sifat
yang telah disebutkan dalam firman Allah swt:

…          

“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang


diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar…”

Dan barang siapa yang memiliki sifat seperti yang telah


disebutkan maka ia mendapat pertolongan di dunia dan akhirat.

Tafsir dan penjelasan


Setelah Allah swt member sifat dan akal kepada orang mukmin
dengan sifat yang terpuji, Allah memberikan pahala sesuai

109
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

dengan firman-Nya pada ayat 22 yang artinya “orang-orang


itulah yang mendapat tempat terbaik” artinya mereka itu adalah
orang yang memiliki sifat tersebut maka mereka akan mendapat
ganjaran yang baik dan pertolongan di dunia dan akhirat,
pertolongan dunia berupa pertolongan dari musuh dan
pertolongan akhirat yaitu mendapatkan surga.

Kemudian ganjaran atau pahala itu dijelaskan dengan firman

Allah swt:   yang berarti ganjaran itu adalah surga-

surga yang di dalamnya terdapat kekekalan. Yang masuk di


dalamnya adalah orang-orang yang shaleh dan mukmin dari
pasangan-pasangan, golongan-golongan dari mereka. Hal ini
membuktikan bahwa golongan ini akan ditinggikan derajatnya
dengan syafaat. Dan kebaikan yang dibatasi dengan nasab
keturunan tidaklah bermanfaat, dan nasab keturunan juga tidak
bermanfaat apabila tidak disertai dengan pekerjaan yang baik
sebagaimana dalam firman Allah swt dalam surah al-Mukminun
ayat 101:
             

101. apabila sangkakala ditiup Maka tidaklah ada lagi


pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada
pula mereka saling bertanya

Dan firman-Nya:

                

88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak


berguna,
89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati
yang bersih

110
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Diriwayatkan oleh Tirmidzi ketika Nabi saw menderita sakit,


Rasulullah bersabda kepada Fatimah: “Hai Fatimah binti
Muhammad, hiburlah aku dengan apa yang kupunya,
sesungguhnya tiada yang lebih kaya dari kamu kecuali dengan
kehendak-Nya.

Dan para malaikat berkata kepada mereka: mereka didatangi


malaikat saat memasuki pintu surga yang berbeda-beda dan
memberi salam yaitu “salam bagimu dengan kesabaran” artinya
keselamatan selalu menyertai mereka, dan dengan rahmat-Nya,
maka nikmat yang diperoleh adalah surga.

Pelajaran hidup dan hukum-hukum


Ayat ini menunjukkan akan ketentuan-ketentuan berikut:
1. Takut akan perhitungan siksa
2. Sabar dan ikhlas lillahita’ala, sabar dari dosa, dari
musibah dan bencana serta sabar dari kecelakaan dan
cobaan.
3. Menghindari keburukan dengan kebaikan, seperti
berperilaku dengan baik setip bertemu dengan sesama
manusia, bijak dalam menghadapi kebodohan, sabar
dalam menghadapi bahaya, dan membalas kejahatan
dengan kebaikan.
4. Sebagai sarana untuk mendorong kesadaran akan
konsekuensi yang diterima di akhirat, baik itu surga
ataupun neraka. Surge yaitu tempat kembali orang-orang
yang ta’at dan neraka tempat kembali orang-orang yang
berdosa.
Surga ‘Adn merupakan surga pertengahan, di dalamnya
terdapat singgasana rahman. Disebutkan dalam shahih
Bukhari,”jika engkau diberi permintaan oleh Allah, maka
mintalah surga firdaus, ia terletak di surga yang tertinggi

111
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

dan di atasnya ada singgasana rahman dan ia


memancarkan cahaya maka itulah surga.”

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG MALAIKAT

Surah al-Baqarah: 285

Dalam tafsir al-Munir ayat ini dimasukkan ke dalam


kategori tema “Beriman Kepada Rasul dan Implementasi dengan
Sesuai Kemampuan.” Wahbah Zuhaili menafsirkan ayat ini
bersamaan dengan ayat 286 dari surah al-Baqarah. Namun
dalam pembahasan ini, hanya diuraikan penafsiran dari surah
al-Baqarah: 285.

                 

                

       

285. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan


kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang
beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan
mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka
berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali."

112
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Qiraat al-Quran
)‫ )كتبه‬dikumpulkan di atas Qiraat Saba’ah: yaitu selain Hamzah
wal Kisa’i.
( ‫ ) كتابه‬di atas tauhid dia Qirrat Hamzah wal Kisa’i.

I’rab al-Quran
Kata ) ‫)وا ُمؤْ ِمنُ ْون‬
َ bisa jadi sebagai ma’thuf (kata yang sama
posisinya) kepada ( ‫)الرسُ ْو ُل‬
َّ
seakan-akan artinya: telah beriman rasul dan orang-orang
mukmin. bisa juga sebagai mubtada (awal kalimat). Dan kata (
‫ ( كُ ل‬adalah mubtada tsani (awal kata dari kalimat kedua), dan ( ‫ءَا‬
ِ‫) َم َن ِباهلل‬ adalah khabar (kata pelengkapnya), dan gabungan
kalimat dari mubtada dan khabar: adalah pelengkap dari awal
kata kalimat yang pertama. Sedangkan kata ganti dari jumlah
kalimat itu terhapus, dan posisi/maksudnya: mereka semua
telah beriman. Dan Allah mengatakan ( ‫ ) ءَا َم َن‬dengan kata yang
menunjukkan satu orang saja (plural atau tunggal), tidak
mengatakan "amanu” untuk orang banyak, karena sudah
termaksud dari kata ”kullun” (semua). Kata (‫ ) بَ ْي َن‬dan ( ‫ )أ َ َحد‬di
idhafahkan (dikaitkan) karena maksudnya disini adalah
bilangan/ jumlah yang banyak, karena kata ( ً ‫ ) أحدا‬jika posisinya
sebagai an-nafyi (pengingkaran/ penyangkalan) berarti
menunjukkan jumlah yang banyak, sebagaimana firman Allah:
”wama yu’allimani min ahadin” (sedang keduanya tidak
mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun) kemudian Allah
mengatakan ”fa yata’allamuna min huma” (Maka mereka
mempelajari dari kedua malaikat itu). Walaupun sebenarnya
tidak bisa di kaitkan antara kalimat ( ‫( ) بَ ْي َن‬antara) kepada yang
jumlahnya satu/ sebuah.

Kata ( ‫ك‬َ َ‫غ ْف َران‬


ُ ) adalah mansub (berbaris atas) terhadap masdar
(kata dasar) dengan fi’il (kata perbuatan) yang dihapus, yang
makna sebenarnya: ampuni/ beri kami (suatu) ampunanmu,

113
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

atau kami meminta ampunanmu, makna ini dihapus karena


sudah hal ini difahami dengan adanya hal yang menunjukkan
pada makna itu sendiri

Balaghah al-Quran
Adanya tibaq (penggunaan yang sesuai) antara kata ( ‫ت‬ ْ َ‫) كَسَب‬
dalam kebaikan dan kata ) ‫ت‬ ََ ‫ ) ا ْكت‬dalam keburukan. Dan adanya
ْ َ‫سب‬
Jinaas isytiqoq (etimologi) antara kata ( ‫ ) ءَا َم َن‬dan kata (
‫) َوا ُمؤْ ِمنُ ْون‬. dan disana ada pula ithnab (kata yang berlebihan/
hiperbola) pada kata " la nufarriqu baina ahadin mir rusulih”.
Dan boleh juga dihapus, dalam firman-Nya: ) ‫ ( َوا ُمؤْ ِمنُ ْون‬artinya
berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.

Makna Kosa Kata


) ‫الرسُو ُل‬ َّ ‫ ( ءا َم َن‬membenarkan dan mengimani Rasulullah saw. ( (
‫ بِ َمآ أ ُ ْن ِز َل إلَيهِ ِمن َّربَّه‬apa-apa yang di wahyukan dari al -Quran, (
ِ‫ ) َو َرسُولِه‬mereka berkata:
ُ ‫ق َب ْي َن أ َ َحد ِمن ُّر‬
)‫س ِل ِه‬ ُ ‫ ) الَنُفَ ِر‬yaitu dalam risalah dan syariat, dan tidak
menngutamakan antara yang satu dengan yang lain dalam hal
itu, atau beriman sebagian dan mengingkari sebagian yang
lainnya, ( ‫ ( سَ ِم ْعنَا‬kami telah mendengar apa yang di perintahkan
kepada kami dan menerimanya. ( ‫صيْر‬ ِ ‫ )ال َم‬yaitu, tempat kembali.

Asbab an-Nuzul
Asbab an- Nuzul ayat ini telah di jelaskan sebelum nya dalam
hadis yang di jelaskan oleh Imam Muslim dan Ahmad dari Abu
Hurairah dalam bab hukum kandungan ayat.

Diriwayatkan oleh Muslim dan lain-lainnya yang bersumber dari


Abu Hurairah. Begitu juga diriwayatkan oleh Muslim dan
lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas: “Wa in tubdu ma fi
anfusikum au tukhfuhu yuhasibkum bihillah” (al-Baqarah: 284),
para sahabat merasa berkeberatan, sehingga datang kepada

114
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Rasulullah sambil berlutut memohon keringanan dengan


berkata: “Kami tidak mampu mengikuti ayat ini.” Nabi Saw
bersabda: “Apakah kalian akan berkata sami’na wa
‘ashaina’ seperti yang diucapkan oleh dua ahli kitab (Yahudi dan
Nasrani) yang sebelum kamu? Ucapkanlah sami’na wa atha’na
ghufranaka rabbana wa-ilaikal mashir. Setelah dibacakannya
kepada para sahabat dan terbiasakan lidahnya, turunlah (al -
Baqarah: 285) tersebut, dan turunlah ayat selanjutnya (al-
Baqarah: 286).

Munasabah Ayat
Allah Swt memulai pembicaraan dalam surah ini tentang al-
Quran dan orang orang yang beriman, dan perbedaan mereka
dengan orang orang kafir serta tentang orang orang Yahudi,
kemudian Allah Swt juga menjelaskan tentang hukum hukum
syariat seperti puasa, haji, dan thalaq, serta keadaan orang
orang yang sesat, lalu Allah Swt menutup surah ini dengan
pembahasan tentang iman kepada Nabi Muhammad Saw, dan
iman kepada kitab kitab Samawiyah lainnya, serta iman kepada
para rasul sebelumnya tanpa membedakan syariat dan risalah di
antara mereka, kemudian dalam penutup surah ini Allah Swt
juga mewajibkan untuk berpegang teguh pada syariat yang
mulia ini yang mana di dalamnya terdapat kemaslahatan dan
kebaikan.

Keutamaan Dua Ayat ini


Banyak di riwayatkan dalam hadits -hadits Nabi Saw, yang
menjelaskan tentang keutamaan dua ayat ini (dalam tafsir al-
Munir, Wahbah Zuhaili memasukkan surah al-Baqarah ayat 285-
286 dalam satu tema penafsiran), diantaranya:

Hadis yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Masu’ud


ia berkata, “berkata, Rasulullah Saw, barang siapa yang

115
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

membaca 2 ayat terkhir dari surah al- Baqarah pada satu malam
maka 2 ayat ini mencukupinya.”

Lalu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abu


Masu’ud al-Anshari dengan lafazd,”barang siapa yang membaca
dua ayat ini akhir dari surah al-Baqarah pada satu malam maka
2 ayat ini mencukupinya.”

Kemudian juga hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari


Abu Zhar berkata. Rasulullah Saw bersabda, “Aku telah
diberikan peayat penutup dari surah al-Baqarah dari
pembendaharaan di bawah arsy, yang belum pernah di berikan
kepada nabi sebelumku.” Dan hadits dari Ibnu Mardawaih dari
Ali ra, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Aku tidak melihat
seorang muslim berakal tidur sampai ia membaca ayat kursi,
dan penutup surah al-Baqarah, karena ia adalah
pembendaharaan yang di berikan kepada nabi kalian Saw, dari
bawah arsy.”

Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Ibnu Abbas, ia


berkata, “Pada saat Jibril duduk bersama Nabi Saw. Tiba-tiba
beliau mendengar suara gemuruh dari atas beliau, maka beliau
pun menengadahkan kepalanya ke atas. Jibril berkata, “Itu
adalah suara pintu dari langit. Hari ini pintu tersebut dibuka dan
pintu itu tidak pernah dibuka sama sekali kecuali pada hari ini.
Kemudian turunlah malaikat dari langit. Jibril berkata, “ini
adalah malaikat yang turun ke bumi, dan ia tidak pernah turun
sama sekali kecuali pada hari ini.” Selanjutnya malaikat itu
memberi salam dan berkata, “Bergembiralah dengan dua cahaya
yang diberikan kepadamu, dan dua cahaya itu tidak pernah
diberikan kepada Nabi sebelum kamu. Dua cahaya itu adalah
surat al -Fatihah dan ayat-ayat terakhir dari surat al-Baqarah.

116
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Tidak satupun huruf yang engkau baca darinya melainkan akan


dikabulkan (permintaan yang terkandung padanya).”

Tafsir dan Penjelasan Ayat


Allah Swt menjelaskan kepada Rasulullah Saw dan kaum
mukminin untuk beriman dengan ushul aqidah, Allah
mengatakan, membenarkan Rasulullah saw dan mengimani
risalah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dari
Rabnya, dari aqidah dan hukum dengan sebenar -benar
keimanan dan keyakinan. Diriwayatkan dari al- Hakim dalam
kitabnya Mustadrak, berkata Rasulullah Saw, ketika diturunkan
kepadanya ayat ini, “kewajiban kita beriman kepadanya.”

Beriman kepada Allah dan ke-Esaan-Nya serta kesempurnaan


kebijaksaan-Nya dan kesempurnaan penciptaan-Nya, kemudian
juga beriman kepada malaikat-Nya yang memiliki tugas penting
di antaranya menyampaikan wahyu kepada rasul -Nya,
kemudian juga beriman kepada rasul-rasul yang mulia, yang
diturunkan kepada mereka kitab dan shuhuf untuk memberikan
hidayah kepada manusia, semuanya mengatakan, “kami tidak
membedakan antara para rasul dalam risalah dan syariatnya,
karena seruan dakwah mereka adalah satu yaitu kepada
ketauhidan dan ke-Esaan Allah Swt serta akhlak yang mulia.
Adapun perincian antara para rasul dalam ayat sebelumnya.
“tilkarrusulu faddalna bakdhu hum ala bakh”, bukanlah dalam
hal risalah dan syariat akan tetapi hanya pada kelebihan masing
masing. Inilah isyarat yang menunjukkan keutamaan orang
orang yang beriman dengan ahli kitab yang mana ahli kitab
beriman kepada sebagian para rasul dan mengingkari sebagian
yang lainnya.

Dan orang-orang beriman mengatakan, Rasulullah Saw telah


menyampaikan wahyu kepada kami, dan kami telah mendengar,

117
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

memahami, mentadabburi, serta menerimanya, lalu kami


mentaati perintah-perintahnya, karena kami menyakni bahwa
di setiap perintah dan larangannya terdapat kemaslahatan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dan mereka berdoa kepada Allah ampunan dan kebahagiaan di


dunia dan akhirat, jibril berkata, “Allah telah mendengar
pujianmu Muhammad dan pujian ummatmu maka berdoalah
niscaya akan di kabulkan-Nya”.

Hukum yang Terkandung dalam Ayat Ini

a) Iman yang teguh. Setiap mukmin wajib beriman atas


segala yang Allah wahyukan kepadanya, dan seorang
mukmin hendaknya beriman dengan ketauhidan Allah Swt,
dia zhat yang esa dan kepada-Nyalah tempat bergantung
segala sesuatu, tiada Rabb dan tuhan yang berhak di
sembah kecuali Allah, kemudian hendaklah seorang
mukmin beriman kepada seluruh para Nabi dan Rasul serta
kitab-kitab yang di turunkan kepada mereka, serta tidak
membedakan antara satu dan yang lain di antara mereka,
atau beriman sebagian dan mengingkari sebagian yang
lainnya, akan tetapi hendaknya mengimani secara
keseluruhan yang menunjukkan jalan kebahagiaan. Bukan
orang-orang yang beriman seperti orang-orang Yahudi dan
Nasrani di mana mereka mengimani sebagian nabi dan rasul
dan mengingkari sebagian yang lain.
b) Iman diaplikasikan dengan ketaatan. Seorang mukmin
hendaknya beriman kepada Allah Swt dan meyakini bahwa
suatu saat ia akan berjumpa dengan Allah Swt, kemudian
hendaknya ia mendengar dan menaati perintah-perintah-
Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya, dan tidak

118
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

meninggalkan kewajiban-Nya, apa lagi jatuh dalam


kemaksiatan karena hal itu bertentangan dengan iman.

Intisari Hukum dari Surah al-Baqarah atau yang dikenal


dengan Surah Setengah al-Quran.

a) Menyeru menusia untuk beribadah kepada Allah Swt.


b) Mengharamkan ibadah kepada selain Allah Swt.
c) Penetapan wahyu dan risalah dengan al-Quran, serta
tantangan kepada manusia jika mereka ragu dengan ayat-
ayat Allah untuk mendatangkan surah yang semisalnya.
d) Pokok-pokok agama: bertauhid kepada Allah Swt, dan
mengimani hari kebangkitan (kiamat) dimana banyak
orang kafir yang mengingkarinya.

Hukum-Hukum Bermuamalah

a) Dibolehkan memakan dari hal-hal yang baik.


b) Menjaga atas haq kehidupan yaitu hukum qishas.
c) Hukum rukun Islam, mendirikan salat dan menunaikan
zakat, berpuasa, serta haji dan umrah.
d) Menginfakkan harta di jalan Allah Swt sebagai unsur
solidaritas sosial dalam Islam.
e) Mengharamkan khamar dan riba.
f) Antusias kepada anak yatim dan membantu ekonomi
mereka.
g) Hukum -hukum nikah, thalaq, radha’ah (menyusui),
masa ‘iddah istri dan nafqah.
h) Wasiat yang dianjurkan.
i) Pembukuan atas hutang piutang dan persaksian dan lain
sebagainya.
j) Menyampaikan amanah.
k) Bacaan doa yang disyariatkan.

119
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Surah an-Nisa’: 136

Dalam penafsirannya di kitab Tafsir al-Munir, Wahbah Zuhaili,


memasukkan ayat ini ke dalam tema “adil dalam menghukum,
kesaksiaan dengan benar dan iman kepada Allah, Rasul dan
kitab-kitab suci.” Beliau menafsirkan surah an-Nisa’: 136
bersamaan dengan surah an-Nisa’: 135. Adapun pembahasan
selanjutnya, hanya diuraikan penafsiran tentang surah an-Nisa’:
136.

             

                 

        

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada


Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan
kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka
Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.” (Q.S. an-
Nisa’: 136)

Qiraat

( ‫أنزل‬, ‫ ) نز ل‬qiraat Ibnu Katsir dan Abi Umar. Dan ibnu ‘Amir.
( ‫ أ َ ْنزَ َل‬, ‫ ) ن ََّز َل‬qiraat imam lainnya.

120
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Retorika bahasa (Balaghah)


) ْ‫) َءا َمنُوآ َءا ِمنُوا‬, Allah menggunakan kata yang hampir sama
bacaannya, namun berbeda pengertiannya. Dalam ilmu
balaghah ini disebut Jinaas yang berfungsi membedakan bentuk
kalimat.
(‫ ( ضَ َّل ضَلآل‬, Dalam ilmu balaghah ini disebut jinaas yang
asing (maghayiir).

Tafsir dan Penjelasan Ayat


Setelah menjelaskan penafsiran pada ayat sebelumnya yaitu
surah an-Nisa’: 135. Kemudian Wahbah Zuhaili menjelaskan
ayat sesudahnya. ia berkata: Allah kemudian memerintahkan
untuk beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya dan juga
kepada kitab-kitab yang diturunkan-Nya, adapun jika ayat ini
merupakan Khitab atau pernyataan perintah untuk orang-orang
mukmin maka perintah itu berarti “tetapkanlah hati kamu
dalam keadaan yang demikian, selalu dan berkesinambungan
pada keadaan tersebut, ini sebagaimana yang dibaca seorang
mukmin dalam setiap sholatnya: (Ihdinasshirotolmustaqim)
tunjukilah kami kepada jalan yang lurus (QS. al-Fatihah: 6), yaitu
tunjukkanlah kami padanya, anugerahkanlah hidayah kepada
kami dan tetapkanlah hati kami atasnya. Dan seperti apa yang
diperintahkan oleh Allah: (Hai orang-orang yang beriman
bertaqwalah kamu kapada Allah dan berimanlah kamu kepada
Rasul-Nya) (QS. al-Hadid: 28). Ini adalah pendapat Ibnu Katsir
dan al-Qurtubi. 1 Kemudian firman Allah: (dan kitab yang
diturunkan kepada Rasul-Nya)” maksudnya adalah al-Quran,
(dan kitab yang diturunkan sebelumnya)” ini adalah mencakup
seluruh kitab suci terdahulu.

121
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Adapun jika ayat ini merupakan pernyataan atau perintah untuk


orang yang beriman dari ahli kitab maka maksudnya adalah
perintah beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan kepada al-
Quran, sebagaimana beriman kepada para nabi sebelumnya dan
kepada kitab-kitab yang diturunkan sebelum al-Quran. Dan
diriwayatkan juga bahwa perintah ini untuk orang-orang
beriman dari golongan Yahudi. Ibnu Abbas dan al-Kalabi
mengatakan: “sesungguhnya ayat ini diturunkan untuk
”Abdullah bin Salam, Asad dan Asid putra Ka’ab, Sa’labah bin
Qais, Salam bin Ukhti Abdullah dan Yamin bin Yamin, ketika
mereka datang kepada Rasulullah SAW dan mengatakan: “kami
beriman kepadamu dan kepada kitabmu, dan juga kepada Musa
dan Taurat yang mulia, dan kami menolak kitab-kitab dan rasul-
rasul selain dari kedua hal itu, maka Rasululah SAW
mengatakan: tidak, berimanlah kalian kepada Allah dan rasul -
Nya serta kitab-Nya al-Quran dan seluruh kitab suci
sebelumnya. Mereka mengatakan: kami tidak mau
melakukannya, maka turunlah ayat tersebut. dia berkata: maka
mereka semua pun beriman.

Dan Allah mengatakan dalam al-Quran: ”nazzala”(diturunkan)


karena al-Quran itu diturunkan berangsur-angsur atau tidak
sekaligus untuk kejadian-kejadian tertentu, sesuai dengan
kebutuhan para hamba dalam kehidupan mereka. Sedangkan
kitab-kitab sebelumnya diturunkan langsung dalam satu kitab
yang lengkap. Karena itulah Allah menggunakan kata ”anzala”
pada ayat ”walkitaab allazi anzala min qobl”.

Kemudian Allah mengancam kepada siapa saja yang ingkar


setelah perintah beriman dengan menyebutkan: siapa yang
ingkar kepada Allah atau kepada Malaikat-Nya, dan ingkar
kepada kitab-kitab dan rasul-rasul-Nya” atau hari akhir, maka

122
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

dia telah sesat, artinya telah keluar dari petunjuk dan jalan yang
benar, dan jauh dari apa yang diminta oleh setiap hamba.

Dan siapa saja yang membeda-bedakan antara kitab-kitab dan


Rasul-rasul-Nya, yaitu dengan beriman kepada sebagiannya dan
mengingkari yang lainnya seperti Yahudi dan Nasrani maka
imannya tersebut dianggap tidak ada dan tidak pula diakui
karena ingkar terhadap satu kitab atau seorang Rasul saja sama
dengan ingkar kepada semuanya, walaupun dia beriman dengan
keimanan yang benar terhadap nabinya dan kitabnya tadi,
sebagaimana orang yang telah ingkar kepada Muhammad
sebagai pembawa berita gembira terhadap mereka.

Hukum yang Terkandung dalam Ayat Ini


Ayat di atas, yaitu surah an-Nisa’: 136, mengandung tentang
dasar-dasar agama dan keimanan yang benar dengan
membenarkan seluruh nabi-nabi Allah dan rasul-Nya yang
mulia, tanpa membedakan antara satu Rasul Allah dengan yang
lainnya.

Wahbah Zuhaili berkata: adapun ayat yang kedua (yaitu ayat


136), “ya ayyuhallazina aamanu aminu…” pada hakikatnya ayat
ini turun pada seluruh orang mukmin, artinya: wahai orang-
orang yang beriman barbuat benarlah dan berdirilah di atas
kebenaran kalian tersebut serta teguhlah padanya, dan
benarkanlah al-Quran dan semua kitab yang telah diturunkan
kepada para Nabi.

Dikatakan: sesungguhnya pernyataan itu untuk orang-orang


yang munafik, maka dalam hal ini berarti: wahai orang-orang
yang beriman berbuat ikhlaslah kalian hanya untuk Allah.

123
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Dikatakan: arti dan tujuan ayat disini adalah orang-orang


musyrik, dalam hal ini berarti: wahai orang-orang yang beriman
kepada Laata dan Uzza dan thaghut, berimanlah kalian hanya
kepada Allah, yaitu benarkanlah Allah dan kitab-kitabnya.

Dikatakan: ayat ini diturunkan kepada siapa saja yang beriman


kepada orang yang telah mendahului Muhammad Saw, yaitu
kepada Nabi-Nabi terdahulu (‘alaihimussalam).

Keterangan
I’rab al-Quran: Pada surah an-Nisa’: 136, dalam pembahasan
ini, tidak ada kata yang di I’rab oleh Wahbah Zuhaili, kata-kata
yang di I’rab adalah kata-kata pada ayat sebelumnya yaitu
(135).

Asbab an-Nuzul: Pada point asbab an-Nuzul, Wahbah Zuhaili


hanya mencantumkan asbab an-Nuzul dari ayat 135. Sedangkan
asbab an-Nuzul ayat 136 terdapat di dalam tafsir dan penjelasan
ayatnya. Dan begitu juga mufradat dan munasabahnya, hanya
diuraikan dan dijelaskan munasabah ayat 135.

Surah asy-Syu’ara: 5
Dalam penafsirannya di kitab Tafsir al-Munir, Wahbah Zuhaili,
memasukkan ayat ini ke dalam tema “Kebohongan Kaum
Musyrikin Terhadap al-Quran dan Kabar Buruk Mereka serta
Penegasan Ke-Esaan Allah Swt.” beliau mencantumkan 9 ayat
sekaligus yang terkait dengan tema tersebut. Namun pada
pembahasan selanjutnya hanya diuraikan penafsiran dari surah
asy-Syu’ara: 5.

            

124
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

" Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan


baru dari Tuhan yang Maha pemurah, melainkan mereka selalu
berpaling daripadanya.” (Q.S. asy-Syu’ara: 5)

Makna Kosa Kata Bahasa Arab


Kata ( ‫ ) ِذ ْكر‬artinya adalah peringatan dan nasihat yaitu al-
Quran. Kata ( ‫الر ْحمن‬ َّ ‫( ) ِم َن‬dari Allah yang maha pemurah)
dengan wahyu-Nya kepada Nabi-Nya. kata ( ‫ ) ُم ْحدَث‬artinya
pembaharuan turunnya kitab untuk mempertegas peringatan
dan memperluas keterangan (tentang agama). ( ُ ‫ع ْنه‬ َ ‫إال َّ كا َ نُوا‬
ِ ‫) ُم ْع ِر‬, (melainkan mereka selalu berpaling daripadanya)
‫ضيْن‬
artinya melainkan mereka memperbaharui pula keberpalingan
mereka terhadapnya dan bertahan terhadap pendapat mereka
sebelumnya. Kemudian kata ( ِ‫( ) فَقَدْ كَذَّبُوا بِه‬mereka telah
berbohong dengannya) yaitu ingat kembali setelah mereka
berpaling.

Tafsir dan Penjelasan Ayat


Maka Allah berfirman: “Dan sekali-kali tidak datang kepada
mereka suatu peringatan baru dari Tuhan Yang Maha Pemurah,
melainkan mereka selalu berpaling daripadanya” artinya setiap
kali datang kepada mereka kitab dari langit (kitab suci yang
dibawa para nabi) mayoritas mereka berpaling, dan tidaklah
tujuan dari pembaruan turunnya kitab-kitab Allah itu melainkan
untuk mempertegas peringatan, dan memperluas penjelasan,
untuk di renungkan dan difikiran, dan juga sebagai hidayah dan
perbaikan, namun setiap kali Allah memperbarui hal itu untuk
mereka sebagai nasihat dan peringatan, setiap kali itu pula
mereka memperbarui keberpalingan mereka dan
kebohongannya.

Hukum yang Terkandung dalam Ayat tersebut


Ayat ini menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:

125
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

1. Wahai nabi, engkau tidak perlu sedih berlebihan dan tidak


pula takut atas kebohongan dan keberpalingan mereka
dengan risalah (ajaran) mu, dan tidak pula takut atas
keingkaran mereka terhadap al-Quran dan da’wah Islam.
2. Berdasarkan pembaharuan nasihat-nasihat dan
peringatan-peringatan tersebut, sesungguhnya orang-
orang musyrik itu telah perpaling dari petunjuk tersebut,
dan mendustakan apa yang diturunkan kepada para nabi.
Maka sungguh akan datang kepada mereka akibat dari
apa yang mereka dustakan tersebut dan dari apa yang
selalu mereka perolok-olokkan. dan ayat ini menjelaskan
bahwa Allah mensifati orang-orang kafir dengan beberapa
hal: pertama dengan kata berpaling dari al-Quran yang
diturunkan”, kedua " pendusta’ dan ketiga "ingkar sampai
tingkat memperolok-olokkan”.
3. Golongan Mu’tazilah beralasan dengan firman Allah:
" suatu peringatan baru dari Tuhan Yang Maha Pemurah,”
maksudnya terhadap penciptaan al-Quran, mereka
mengatakan: peringatan yang dimaksud adalah al-Quran,
sebagaimana firman Allah: "Dan Al Quran ini adalah suatu
kitab (peringatan) yang mempunyai berkah” (QS. al-
Anbiya’ :50) dan menjelaskan pada ayat ini bahwa
sesungguhnya peringatan itu di perbaharui, maka
seharusnyalah al-Quran juga di perbaharui. Maka jawaban
dari perkataan mereka adalah: sesungguhnya kata
"pembaruan atau yang berubah” adalah kata-kata yag
dibaca terhadap wahyu saja, sedangkan asal al-Quran
yaitu perkataan Allah, hal itu kekal atau tidak berubah
karna Allah telah mengekalkannya.

126
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Keterangan
Asbab an-Nuzul: tidak terdapat asbab an-Nuzul pada ayat
tersebut.

Qira’at: wahbah Zuhaili, hanya menguraikan Qira’at pada kata-


kata yang terdapat pada ayat ke 4 dari surah asy-Syu’ara.

Balaghah al-Quran: semua kata-kata yang mengandung


balaghah hanya terdapat pada ayat 4 dan 6. Tidak terdapat pada
ayat 5.

I’rab al-Quran: tidak ada kata atau kalimat yang di i’rab dari
ayat 5 oleh Wahbah Zuhaili dalam kitab tafsirnya. Hanya
terdapat pada ayat-ayat selain ayat 5. Yaitu ayat 4 dan 6.

Surah ar-Ra’du: 23

Dalam Tafsir al-Munir, ayat ini termasuk ke dalam kelompok


tema: “ Sifat-sifat Ulul-albab yang Bahagia dan Balasan Kebaikan
Mereka.” Wahbah Zuhaili, mencantumkan 5 ayat sekaligus yang
terkait dengan tema tersebut, di dalamnya termasuk ayat 23
dari surah ar-Ra’du. adapun pembahasan selanjutnya, hanya
diuraikan penafsiran dari surah ar-Ra’du: 23.

           

        

“ (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-


sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya,
isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat

127
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu” (Q.S. ar-


Ra’du: 23)

I’rab al-Quran
Kalimat ( ‫صلَ َح‬ َ ‫ ) َو َم ْن‬marfu’ dengan a’taf dari kata ganti kalimat (
ُ
‫ ) يَدْ ُخلوا نَهَا‬yang juga marfu’, dan a’taf disini baik karena adanya
perantara dengan kata ganti penderita. Dan boleh juga nasab
karena dia juga maf’ul ma’ahu. Tapi tidak boleh a’taf nya itu
dengan jarr atas kalimat ( ‫ ) لَهُم عُ ْقبَى‬karena a’taf terhadap kata
ganti yang majrur hanya ada pada pengulangan huruf jar,
sedangkan kaum kuffah membolehkannya jika tanpa
pengulangan huruf khafadh. Kalimat ( ‫ت عَدْن‬ ُ ‫) َجن‬, adalah badal
ْ
/pengganti dari kata ( ‫) عُقبَى الد َّار‬, atau mubtada yang khabarnya
adalah kata (‫( يَدْ ُخلُوا نَهَا‬.

Makna Kosa Kata Bahasa Arab


( ‫“ ) عُ ْقبى الد َّار‬Tempat kembali (yang baik)” yaitu balasan yang baik
di akhirat, ialah ( ‫عدْن‬ ُ ‫ " ) َجن‬surga-surga ’Adn" yang mereka
َ ‫ت‬
berada di dalamnya.

ِ ‫“ ( َو َم ْن صَلَ َح ِم ْن ءَآبائِ ِه ْم َوأ َ ْز‬bersama-sama dengan


) ‫واج ِه ْم َوذ ُ ِريَّاتِ ِه ْم‬
orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan
anak cucunya”, yaitu siapa yang berbuat kebaikan, dan jika
mereka belum melakukan tugasnya maka derajat mereka hanya
sebagai kehormatan/ampunan bagi mereka, hal ini
menunjukkan bahwa derajat itu bisa tinggi karena adanya
syafaat, sedangkan membatasi suatu kebaikan menunjukkan
bahwa itu tidak bermanfaat bagi seseorang. ( ‫“ ) ِم ْن كُ ِل بَاب‬dari
semua pintu” yaitu dari pintu-pintu surga atau dari pintu-pintu
rumah di surga, awal mula masuknya mereka adalah untuk
ucapan selamat.

128
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Tafsir dan Penjelasan Ayat


Setelah Allah menyifati orang-orang mukmin yang berfikir
dengan sifat-sifat yang baik, kemudian menyebutkan balasan
mereka dengan firmannya: "orang-orang itulah yang mendapat
tempat kembali (yang baik)” yaitu orang-orang yang disifati
tersebut dengan menyebutkan: bagi mereka balasan yang baik
dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, adapun balasan di
dunia adalah pertolongan terhadap musuh, sedangkan diakhirat
adalah surga.

Dan Allah memperjelas balasan itu dengan mengatakan: ( ‫ت‬ ُ ‫َجن‬


‫ ( عَدْن‬yakni balasan itu ialah surga yang mereka kekal di
dalamnya. Mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang
mukmin yang sh‫ش‬leh dan keluarga mereka, serta anak dan cucu
mereka, ini menunjukkan bahwa kemuliaan derajat adalah
dengan syafaat, maka tidak lah bermanfaat hanya sebagai
seorang manusia saja, dan tidak bermanfaat sesuatupun bagi
manusia jika dia belum berbuat baik, sebagaimana firman-Nya:
"Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian
nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka
saling bertanya” (QS. al-Mukminun: 101) dan firman Allah
Swt:" (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna "
Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih, (Q.S. asy-Syu’ara: 88-89) Dan Nabi Saw pernah perkata
kepada putrinya Fathimah ketika beliau sakit sebelum wafatnya,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Turmudzi: “Wahai
Fathimah binti Muhammad, tanyakanlah padaku sesukamu
tentang hartaku, sedikitpun aku tidak kaya denganmu daripada
Allah Swt.

129
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

Hukum yang Terkandung dalam Ayat tersebut


Ayat-ayat ini menunjukkan atas beberapa hukum sebagai
berikut:
1. Bagi orang-orang yang berbahagia dan yang taat balasan
di akhirat yaitu surga, bukan neraka, karena nanti hanya
ada dua tempat yaitu: surga bagi orang yang ta’at dan
neraka bagi orang yang berbuat maksiat. Sedangkan surga
’Adn adalah surga yang paling sesuai (pertengahan) yang
atapnya adalah ’Arsy Allah. Diriwayatkan dalam shahih
Bukhari: " jika kalian berdoa pada Allah maka mintalah
surga Firdaus, karna ia adalah surga yang paling sesuai
dan paling tinggi, diatasnya adalah ’Ars Allah dan dari
surga tersebut memancar sungai-sungai surga.”
2. Mereka masuk ke surga bersama orang mukmin yang
shalih dari orang tua mereka dan istri-istri mereka dan
juga anak-anak mereka jika mereka membenarkan
(ajaran Muhammad) dan beramal shalih, namun jika
mereka belum melakukan apa yang diperintahkan, maka
penentuan syarat a’mal di sini sama dengan penentuan
syarat iman, tetapi karena anugerah Allah dan kemuliaan
seorang mukmin dan pahala orang yang taat yaitu
dengan kebahagiaannya dan kumpul bersama kerabatnya
di surga, dan ia bersama keluarganya di dalamnya,
memang dari sisi keadilan, setiap manusia masuk surga
karena perbuatannya sendiri, namun dari sisi keutamaan/
kehormatan adalah karena rahmat Allah Swt.
3. Pembatasan kebaikan, sebagaimana firman-Nya: “dan
siapa saja yang berbuat baik dari orang-tua mereka ....”
menunjukkan bahwa tidaklah bermanfaat jika hanya
menjadi seorang manusia saja, dan tidak bermanfaat
sesuatupun bagi manusia jika dia belum berbuat baik.
4. Sekumpulan malaikat akan masuk ke dalam surga dari
pintu-pintu yang berbeda untuk memberikan ucapan

130
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

selamat kepada orang-orang mukmin, dan memberikan


kabar gembira kepada mereka tentang kesejahteraan
disana dengan mengucapkan “salamun ‘alaikum bima
sobartum, fani’ma uqba ad-dar” (selamat sejahtera bagi
kalian terhadap kesabaran kalian, Maka alangkah baiknya
tempat kembali itu).
5. Dengan ayat ini sebagian ulama berpendapat bahwa para
malaikat lebih baik dari pada manusia, dengan
mengatakan: sesungguhnya Allah Swt telah mengakhiri
tingkatan kebahagiaan manusia dengan masuknya para
malaikat kepada mereka sebagai kemuliaan dan
penghormatan dan keagungan, maka martabat para
malaikat itu lebih mulia dari manusia, karena jika
martabat mereka lebih rendah dari manusia tentunya
mereka tidaklah diperintahkan masuk untuk
mengucapkan selamat dan kehormatan kepada mereka.
ini menunjukkan tinggi dan mulianya derajat atau
martabat mereka (para malaikat).

Keterangan
Balaghah al-Quran: Wahbah Zuhaili tidak mencantumkan
kalimat balaghah dari ayat 23. Tetapi kalimat balaghah terdapat
pada ayat 22 dari surah ar-Ra’du.

Qiraat: Wahbah Zuhaili tidak mencantumkan Qira’at.

Asbab an-Nuzul: Wahbah Zuhaili juga tidak mencantumkan


asbab an-Nuzul pada ayat ini.

131
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Malaikat

132
7
TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG
MORAL

Hamba Allah yang selalu ikhlas terhadapnya akan selalu mendapatkan ganjaran
yang baik dari Tuhan mereka, yaitu mereka yang berjalan dengan tenang dan
sopan.
Tafsir Tematik Al-Quran

Surah ash-Shaff : 4

                  

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan -


Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh.”

I’rab al-Quran:

  : manshub karena mashdar pada hal.     :

dinasabkan karena keadaan (hal) dari waw (‫)واو‬,   :


Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral

yaitu berperang disini serupa, atau sama dengan suatu


bangunan yang tersusun kokoh.

Balaghah al-Quran

      : perumpamaannya adalah utusan yang

khusus, dihapus darinya wajah yang diserupakan, yaitu


dalam daya tahan tubuhnya dan kesembuhan.

Kosa kata

 : ridha, mulia, dan pertolongan.   : berbaris-baris.

 : padat, dari selain celah, atau saling bersentuhan.

Penafsiran dan Penjelasan

                 :

Sesungguhnya Allah ridha dengan peperangan, dan diberikan


pahala-pahala yang banyak jika berperang dijalan Allah,
berbaris diantara mereka orang-orang yang ada dibarisan
pertama. Dan ini adalah ajaran Allah bagi orang yang percaya
bagaimana ketika berperang dengan musuh, dan dia mendesak
Jihad dengan cara lain, inilah bukti kekuatan dan kebutuhan
mereka pada perintah Allah, tanpa longgar sedikitpun, dan
petunjuk kepada hukum perintah berperang, dan melakukan
tugas Jihad dengan sempurna dan akurat, dan memiliki
solidaritas yang satu, dan tidak ada ketentuan dalam hal ini, dan
di dalamnya ada keberanian yang tidak ada keraguan, dan
menghadapi musuh dengan tegas dan tidak takut dengan
kematian, dengan demikian negara yang kuat akan tercapai, dan

134
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral

membuktikan kemenangan dan kepribadian diri, dan diajarkan


untuk menghormati orang lain.

Surah al-Hasyr : 9

             

             

             

“Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan


Telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka
(Muhajirin), mereka (Anshar) 'mencintai' orang yang berhijrah
kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshar) tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan
kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-
orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka
dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.”

Asbabun nuzul surah


Diriwayatkan oleh Sa’id ibn Mansur, Bukhari dan Muslim dari
Sa’id ibn Jabir, berkata: Aku berkata kepada Ibnu Abbas :
Mengenai surah al-Hasyr ? beliau berkata : Surah ini diturunkan
di Bani Nadhir, dan dalam riwayat lain : dinamakan surah Bani
Nadhir.

Ibnu Abbas, Mujahid dan Zuhri dan yang lain berkata : ketika
Rasulullah saw. kembali ke Madinah, beliau berdamai dengan
mereka dan memberi mereka perjanjian dan tanggung jawab
untuk tidak membunuh mereka dan mereka juga tidak
membunuh Rasulullah, mereka mengingkari janji antara mereka
dan beliau (Rasul), maka Allah menghalalkan kepada mereka

135
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral

(orang-orang Islam) kekuatan-Nya, yaitu yang tidak melanggar


batas kepada-Nya, dan diturunkan kepada mereka keputusan-
Nya yang tidak dapat dibantah, maka Nabi saw. menyatakan
kepada mereka, dan mengeluarkan mereka dari kekuasaan
mereka yang kuat, yaitu yang tidak ada pada orang-orang
Muslim, dan mereka mengira bahwasanya mereka mampu
menghalangi mereka dari kekuasaan Allah, maka tidak
bermanfaat apapun kepada mereka sesuatu dari Allah, dan Allah
mendatangkan kepada mereka apa-apa yang belum ada dalam
pikiran mereka, dan Rasulullah saw. menjalankan rencananya
dan menyatakan kepada mereka dari Madinah yang pada saat
itu mereka tinggal di Thaif pergi kepada utusan dari petinggi
Syam, dan Thaif itu adalah negara yang terkenal dan
berkembang, dan orang-orang Thaif itu mau diajak kepada
kebaikan, dan diperintahkan kepada mereka untuk tidak
membawa unta-unta mereka, dan mereka melenyapkan semua
apa yang ada di rumah mereka yang berharga yang tidak
mungkin dibawa bersama mereka, seperti dalam firman Allah
swt: yaitu tentang memikirkan akibat dari menentang apa yang
diperintahkan Allah, dan menentang Rasul-Nya, dan
mendustakan Kitab-Nya, sebagaimana menghalalkan kepadanya
dari kekuasaannya yang hina di dunia dan dihinakan oleh Allah
di akhirat dengan azab yang pedih.

Asbabun nuzul ayat 9

(   ) : Riwayat dari Ibnu Munzhir, dari Zaid al-Ushami:

sesungguhnya kaum Anshar mengatakan: wahai Rasulullah,


bagikanlah diantara kami dengan saudara-saudara kami (orang-
orang Muhajirin) 2 bagian dari tanah kami. Kemudian
Rasulullah mengatakan, tidak. Akan tetapi cukupkanlah kepada
mereka makanan pokok (beras) dan bagikan kepada mereka
dari hasil kebun kalian. Dan tanah ini tanah kalian, lalu mereka

136
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral

(kaum Anshar) mengatakan: kami ridha. Maka Allah


menurunkan ayat ini:

(  )

Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim, Dari Abu Hurairah


berkata: bahwa suatu ketika ada seorang tamu datang kepada
Nabi SAW dan berkata: wahai Rasulullah, seluruh istri beliau
tidak memiliki apa-apa, kecuali hanya air. Maka Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Barang siapa di antara
kalian yang mau menjamu tamu ini, maka Allah akan
merahmatinya.” Seorang laki-laki kaum Anshar berdiri dan
berkata, “Saya akan menjamunya wahai Rasulullah.” Maka
diajaknya tamu tersebut ke rumahnya. Sesampai di rumah dia
berkata kepada istrinya, “Apakah engkau masih memiliki
sesuatu? Sang istri menyahut, “Tidak, selain sedikit jatah buat
anak kita.” Maka ia pun berkata kepada istrinya, “Bujuk dan
iming-imingi anak-anak dengan sesuatu, kemudian apabila tamu
kita masuk rumah matikanlah lampu dan buatlah kesan, bahwa
kita juga sedang makan. Apabila nanti tamu sudah siap makan,
maka kamu segera mematikan lampu tersebut. Lalu pada pagi
harinya orang tersebut datang kepada Rasulullah Shalallaahu
alaihi wasalam, Nabi bersabda, “Allah heran dengan tingkah
kalian berdua terhadap tamu kalian tadi malam,” maka Allah
menurunkan ayat:
(.‫) ويؤثرون على أنفسهم ولو كان بهم خصاصة‬

Dan diriwayatkan oleh Musaddid dalam musnadnya dan Ibnu


Munzhir dari Abu Mutawakkil an-Najiy, seseorang dari kaum
muslimin, disebutkan seperti ini: bahwa sesungguhnya
seseorang yang menjamu, adalah Tsabit bin Qais bin Syammas,
maka turunlah kepadanya ayat ini.

137
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral

Dan diriwayatkan oleh al-Wahidi dari Abdullah bin Umar


mengatakan: berikanlah (hadiahkan) kepada seseorang dari
sahabat Rasulullah kepala kambing. Maka dia berkata: sungguh
saudaraku Fulan dan tanggungannya dengan kebutuhan yang
besar dari apa yang kita berikan. Maka diutuskan kepadanya.
Lalu kepala kambing itu ia kirimkan kepada si fulan yang
dimaksud. Orang yang dikiriminya itu pun memberikan apa
yang diterimanya itu kepada orang lain yang lebih
membutuhkannya, sehingga kepala kambing itu sempat
berkeliling ke tujuh rumah, hingga kepala kambing itu kembali
kepada penerima yang pertama. Maka turunlah ayat ini, yaitu
firman-Nya:

 
 
 
 
   
     
  
 
  
  
     

I’rab al-Quran

(   ) kata (): dalam bentuk

jar, dikarenakan ia diperikutkan kepada (   ). Dan kata

(): manshub yang ditakdirkan kepada fi’il, dengan

takdirnya adalah: dan telah dikabulkan iman mereka. Dan kata

( ) kata kerja dalam bentuk dinashab kepada keadaan (hal)

dari ( ). Dan boleh di jadikan kata ( ) dalam bentuk rafa’,

hal ini jika dijadikan kata () sebagai mubtada`, dan kata

( ) sebagai khabarnya.

138
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral

Balaghah al-Quran

Kalimat (  ) adalah isti’arah (peminjaman),

diumpamakan seperti Iman (kepercayaan) yang ditetapkan


dalam jiwa mereka manusia, setelah diturunkannya
(kepercayaan) dan ditanamkannya bagi manusia.

Kosa Kata

(   ) atau yang telah menetap di

madinah sudah selazimnya mereka beriman. Artinya lazimnya


bagi mereka menetapkan diri mereka dengan keimanan. Dan

yang dimaksud dengan () adalah kaum pada masa

(tingkatan) hijrah (perpindahan), yaitu kaum Anshar. Kalimat

( ) yaitu sebelum orang Muhajirin berhijrah.

( ) adalah dalam jiwa mereka. ( ) yaitu

sesuatu itu sendiri seperti: sakit dalam hati, iri hati dengki, dan

amarah. () yaitu dari apa yang diberikan kepada kaum

Muhajirin dari harta rampasan dan selainnya, yang tidak

diberikan bagi kaum Anshar. (  ) dan mereka

mengutamakan bagi kaum Muhajirin (orang lain) atas diri


mereka sendiri, dari kebutuhan. Yaitu mereka orang–orang
Anshar mengutamakan orang yang memerlukan (dari kalangan
Muhajirin) atas kebutuhan diri mereka sendiri, sekalipun
berpaling dari urusan dunia. () keinginan yang

menjadikan perhatian lebih bagi mereka, artinya mereka

139
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral

membutuhkannya. (  ) dan sesiapa yang

memelihara dirinya dari kekikiran yaitu dengan mencintai harta

dan selalu terjaga dari infak atas sedekah, dan : kikir lagi

rakus. )‫ن‬  ( yaitu mereka termasuk dalam

orang-orang yang menang dengan pujian dan pahala yang


datang dengan cepat dan besar.

Munasabah
Setelah apa yang telah dijelaskan kepada Bani Nadhir di dunia
dari perusakan rumah-rumah mereka, dan pembakaran kebun-
kebun mereka, kemudian mereka di evakuasi ke negeri Syam,
kemudian diberitakan akan hukuman-hukuman mereka di
akhirat. Allah telah mengingatkan akan hukum harta yang
diambil dari mereka, inilah harta rampasan. Kemudian Allah
mengingatkan akan hukum harta rampasan dengan sifat yang
umum. Untuk menjelaskan perbedaan antara harta rampasan
(ghanimah) yang di ambil dari peperangan, dan harta rampasan
(al-fiiu) yang diambil tanpa peperangan.

Akan tetapi diingatkan harta yang diambil dari Bani Nadhir


tanpa melalui peperangan, meskipun dengan pengepungan
terhadap mereka, dikarenakan pada hari itu belum banyak kuda
dan unta kepada kaum muslimin. Dan belum terputus baginya
jarak yang jauh. Akan tetapi hanya 2 mil dari Madinah. Maka
mereka berjalan kepada mereka (Bani Nadhir), dan tidak
seorangpun yang naik kendaraan kecuali Rasulullah, dan yang
tumpangi Rasulullah adalah unta. dan belum banyak orang yang
berperang, dan belum ada kuda dan juga unta. Maka Allah
menjaga perjalanan mereka sehingga tidak terjadi peperangan
sama sekali. Dan terkhususkan kepada Rasulullah harta

140
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral

tersebut, dan Rasulullah membagikan harta tersebut dengan


kaum Muhajirin dan tidak dibagikan kepada kaum Anshar
sesuatu apapun kecuali hanya kepada 3 orang saja yang sangat
membutuhkan. Dan mereka adalah Abu Dujanah, dan Sahal bin
Hunaif, dan Harits bin Tsummih.

Penafsiran dan Penjelasan


Atau yang tinggal di Madinah pada masa hijrah, dan di dalam
hati mereka tetap beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW,
sebelum kaum Muhajirin berhijrah, dan mereka kaum Anshar,
mencintai orang-orang Muhajirin, dan merelakan mereka
dengan harta mereka, dan tidak sekalipun mereka memiliki sifat
iri dengki, amarah, atau sakit hati di dalam jiwa mereka
(Anshar) kepada kaum Muhajirin atas apa yang diberikan
kepada kaum Muhajirin dari harta rampasan tersebut. Akan
tetapi mereka terobati jiwa mereka itu, seperti mereka bersama
orang-orang Anshar. Dan orang-orang Muhajirin telah
mendahului mereka dalam mencari keuntungan dunia
(merubah nasib), walaupun mereka ingin dan berkehendak. Dia
berpendapat, bahwa setiap apa yang didapatkan dalam hati
manusia adalah kebutuhan atau sesuatu yang diinginkan
(hajat). Dan (‫ )االيثار‬keinginan: adalah mengedepankan
kebahagiaan bagi orang lain, dan keinginan dalam urusan
kebahagiaan duniawi.

         

Barang siapa yang telah dicukupkan Allah dengan kedengkian


hati dan jiwa, kikir, dan menjaganya dari itu, maka haruslah
untuk menunaikan apa yang telah diwajibkan oleh syariat atas
hartanya untuk berzakat dan memberi yang hak, maka sungguh
ia telah lulus dan menang, dan telah mendapatkan keinginan
yang dicapai.

141
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral

Hukum yang dapat diambil dalam ayat ini


Imam Malik memberikan dalil dengan mengutamakan kota
Madinah dibanding penjuru kota lain. Dalam firman Allah :

         

Dan dia (Imam Malik) berkata: sesungguhnya posisi penduduk


kota Madinah lebih terbuka dalam mempercayai orang-orang
yang berhijrah, dibandingkan dari kota (atau pedesaan lain)
yang menerima (orang yang berhijrah) dengan pedang.

Surah al-Furqaan : 63

             

    

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)


orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan
apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”

I’rab al-Quran

  : mubtada’, dan khabarnya :   . Pada

kata   : mansub pada mashdar yaitu ( ‫) تسليما‬, damai

atau perdamaian.

142
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral

Balaghah al-Quran

  : idhafah untuk menghormati dan kehormatan.

Kosa Kata

 : lembut dan kasih sayang, dan mereka ingin berjalan,

dengan tenang ditempatkan di Waqar, tidak tumbuh tanpa

memaksa.   : bodoh.  : yaitu damai tanpa

kebaikan atau keburukan, atau terikat untuk perkataan


kenakalan atau kejahatan.

Penafsiran dan Penjelasan


Inilah sifat hamba Allah yang beriman dan yang dikasihi, yang
mendapatkan derajat yang tinggi di dalam syurga, yaitu ada 9
sifat tersebut:
1. Merendahkan diri:

(  ) atau hamba Allah yang

selalu ikhlas terhadapnya akan selalu mendapatkan ganjaran


yang baik dari Tuhan mereka, yaitu mereka yang berjalan
dengan tenang dan sopan. Dengan tidak angkuh dan sombong.
Berjalan di bumi ini dengan ramah. Dan manusia mengerjakan
pekerjaan dengan lembut. Tidak menginginkan sesuatu yang
membuat mereka angkuh dan perusak, seperti fiman Allah
dalam wasiat Luqman kepada anaknya: Q.S. Luqman/18:

               

     

143
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral

Dan bukanlah yang dimaksud disini berjalan dalam keadaan


sakit yang dibuat-buat, dan ria. Akan tetapi dengan kesopanan
dan kelembutan yang menggambarkan orang mukmin yang
selalu patuh kepada Allah yang satu. Seperti Rasulullah SAW
adalah tuan, kemudian lahirlah Adam, ini seperti berjalan dari
atas kemudian turun kebawah. Dan seperti bumi ini
menyembunyikannya.

Sebagian orang salaf membenci orang yang berjalan dengan


pura-pura lemah. Sehingga diriwayatkan dari Umar,
sesungguhnya dia melihat seorang anak muda berjalan dengan
perlahan-lahan, dan beliau mengatakan kepadanya: kenapa
kamu, apakah kamu sakit ? lalu dia berkata: tidak, wahai amirul
mukminin. Maka spontan beliau menolaknya, dan menyuruhnya
untuk berjalan dengan kekuatan.

Adapun yang dimaksud dengan ‫ هون‬disini adalah: tenang dan


sopan (berwibawa). Seperti sabda Rasulullah dalam shahihain
dari Abu Hurairah: Apabila kamu hendak mendatangi Shalat,
maka janganlah kamu datangi dengan terburu-buru, datangilah
dengan tenang, shalatlah dalam kondisi apapun yang kamu
dapati, dan sempurnakan apa yang engkau tidak dapati.

Diriwayatkan juga oleh Umar radhiallahu ‘anhu, pernah melihat


seorang pemuda yang berjalan dengan sombong. Lalu Umar
berkomentar: sungguh, berjalan seperti ini dibenci kecuali
ketika berperang. Dan Allah memuji kaum (dalam al-Quran)
Umar membacakan ayat:

(    ).

144
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral

“Dan hamba-hamba tuhan yang maha pengasih itu adalah orang-


orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati” Maka
sederhanalah dalam berjalan.

Dan ayat yang sebanding dalam firman Allah:

                  



Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong


karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi
dan tidak akan mampu menjulang setinggi langit. (Q.S Al-Isra’:
37)

2. Kesantunan atau bahasa yang baik. ( ‫واذا خاطبهم الجاهلون‬


‫ )قالوا سالما‬atau apabila orang-orang bodoh menyapa mereka
(dengan kata-kata yang menghina), maka mereka tidak
menerimanya seperti sifatnya, akan tetapi mereka saling
memaafkan dan saling bergandengan tangan. Mereka tidak akan
berbicara kecuali dengan yang baik, seperti Rasulullah SAW,
tidak pernah menambah kejahilan bagi dirinya kecuali dengan
sopan santun yang beliau tunjuk. Seperti firman Allah:

          

      

An-Nuhas berkata: kata (‫ )سالما‬disini bukan bermakna (‫)تسليم‬


yang diartikan penghormatan. Akan tetapi dia bermakna (‫)تسلُم‬
yang berarti terlepas. Ketika orang Arab mengatakan: (‫)سالما‬,

145
Tafsir Ayat-Ayat Tentang Moral

maka artinya (‫ )سالما منك‬yang bermakna berlepas darimu ( ‫براءة‬


‫)منك‬.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Nu’man bin Muqarrin al-


Muzni, berkata: Rasulullah SAW bersabda: ketika seseorang
mencela orang yang lain, lalu orang yang dicela mengucapkan,
‫ – عليك السالم‬beliau bersabda: sesungguhnya malaikat
menolongmu. Ketika dia mencelamu, malaikat berkata kepada
orang yang mencela, “bahkan celaan itu untukmu, dan engkau
lebih berhak atas celaan itu.” Lalu ketika engkau (orang yang
dicela) mengatakan, ‫ عليك السالم‬. Malaikat berucap, “tidak” bahkan
salam itu untuk engkau, engkau lebih berhak.

Dan firmannya: (‫ )قالوا سالما‬berarti selalu berkata benar, atau


mereka selalu berkata dengan perkataan yang ma’ruf. Hasan al-
Bashri berkomentar: mereka berkata: ‫سالم عليكم‬, bahwa jangan
kembali membodohi mereka, berkata dan berperilakulah
dengan lemah lembut kepada mereka.

Inilah kedua sifat dan kualitas antara mereka dan manusia,


kedua mereka meninggalkan kekerasan dan membawa bahaya.
Kemudian Allah SWT menyebutkan sifat-sifat mereka antara dia
dan mereka: Berlanjut ke ayat-ayat berikutnya.

Hukum yang dapat diambil dalam ayat ini


Ini adalah sifat hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih, dan ia
adalah 11 macam sifat, untuknya bernilai derajat yang tinggi di
surga Jinan.

146
8
AYAT-AYAT IPTEK

Allah yang telah menjadikan hidup dan mati hikmahnya untuk mengajari
manusia tentang pekerjaan Allah

Tafsir Tematik Al-Quran

Allah SWT berfirman dalam Surat Al ‘Alaq 1-5 yaitu:

              

             

1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang


Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan


perantaraan tulis baca.
Ayat-Ayat IPTEK

Asbabun Nuzul
Permulaan surah ini merupakan ayat-ayat pertama dari Al
Qur’an yang diturunkan oleh Allah SWT. Sisa ayat-ayat surah ini
turunnya belakangan setelah tersebarnya dakwah Rasulullah
saw. di kalangan kaum Quraisy dan berbagai macam gangguan
mereka kepada beliau.

Ahmad, Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah r.a dia


berkata, “Wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah saw.
adalah mimpi yang benar. Beliau tidak bermimpi melainkan
mimpi tersebut datang seperti fajar shubuh.Kemudian beliau
senang menyendiri.Beliau sering mendatangi Gua Hira’ untuk
beribadah dalam beberapa malam.Beliau membawa perbekalan
untuk melakukan hal itu.Kemudian beliau kembali ke Khadijah
dan berbekal lagi seperti semula.Sampai pada akhirnya, beliau
didatangi wahyu ketika sedang berada di Gua Hira’.

Seorang malaikat mendatangi beliau dan berkata,


“Bacalah!”Beliau menjawab, “Aku tidak bisa membaca”.
Rasulullah saw. bersabda “kemudian, malaikat tersebut
mendakapku hingga aku merasa sesak, lantas melepasku
kembali dan berkata, “Bacalah!” Rasulullah saw. menjawab,
“Aku tidak bisa membaca”. Kemudian, dia mendakapku untuk
kedua kalinya hingga terasa sesak, lantas melepasku kembali
dan berkata, “Bacalah!” Rasulullah saw. menjawab, “Aku tidak
bisa membaca”. Lantas dia mendakapku ketiga kalinya hingga
terasa sesak, lantas melepasku kembali.Lantas membaca ayat
surah al A’laq ayat 1-5.

Kemudian dia berkata, “Rasulullah saw. kembali dengan


membawa wahyu tersebut dengan gemetar hingga sampai di
rumah Khadijah, beliau bersada, “Selimuti aku selimuti aku!”
Khadijah meyelimuti beliau hingga ketakutan beliau

148
Ayat-Ayat IPTEK

hilang.Kemudian beliau bersabda, “Wahai Khadijah, ada apa


denganku?” Kemudian beliau memberitahu Khadijah mengenai
apa yang telah terjadi dan bersabda, “Aku mengkhawatirkan
diriku.”

Lantas Khadijah berkata, “Tidak, bergembiralah. Demi Allah


tidak akan meragukanmu selamanya. Karena sesungguhnya
kamu senantiasa bersilaturrahim, senantiasa berkata benar,
membantu orang lemah, menjamu tamu dan membantu orang-
orang yang tegak di atas kebenaran”. Kemudian Khadijah pergi
bersama beliau untuk menemui Waraqah bin Naufal bin Asad
bin Abdul Uzza bin Qusyai, dia adalah anak paman Khadijah dari
ayah. Di masa jahiliyyah Waraqah beragam Nasrani.Dia menulis
kitab Injil dengan menggunakan bahasa Arab.Dan merupakan
sosok tua dan buta.

Khadijah berkata. “Wahai anak pamanku, dengarkanlah


perkataan anak saudaramu!.” Waraqah berkata, “Wahai anak
saudaraku, apa yang telah kamu lihat?” Kemudian Rasulullah
saw. menceritakan dengan apa yang telah beliau lihat. Waraqah
berkata, “Ini adalah Jibril yang juga pernah turun kepada
Musa.Andai saja aku masih muda belia, andai saja aku masih
hidup ketika kaummu mengusirmu.” Rasulullah saw. bertanya,
“Apakah merekan akan mngusirku?” Waraqah menjawab “Iya,
tidak ada seorang pun yang mengimani ajaranmu melainkan dia
akan dihalang-halangi.Jika aku mendapati masa dakwahmu, aku
akan membantumu sekuat tenaga.” Kemudian tidak lama dari
itu, Waraqah meninggal dunia dan wahyu tidak turun hingga
Rasulullah saw. sangat sedih. Beliau sering pergi untuk
menjatuhkan diri dari puncak gunung, setiap kali beliau hendak
menjatuhkan diri dari puncak gunung, Jibril memperlihatkan
diri dan berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya kamu
adalah benar-benar utusan Allah.”Dengan hal itu jiwa beliau

149
Ayat-Ayat IPTEK

menjadi tenang dan tenteram, lanta beliau pulang ke rumah.Jika


wahyu lama tidak turun, beliau melakukan hal itu lagi, ketika
sudah berada di puncak gunung, Jibril menampakkan diri dan
berkata seperti itu juga.

I’ raab
“ Iqra’ Wa rabbuka al akram”

Ayat ini merupakan jumlah ismiyyah yang dinashabkan karena


menjadi haal dari dhamir kata “Iqra’.

Kata “Allama” berkedudukan sebagai badal isytimaal (


pengganti ) dari “allama bi al qalam”, yaitu mengajarkan dengan
dan tanpa pena hal-hal yang universal dan detail, serta yang
jelas dan samar.

Balaghah
Ayat 1 dan 2 merupakan sajak murashsha’.Perkataan “Iqra’bismi
rabbika” dan “Iqra’ wa rabbuka al akram” dalam kalimat ini
terdapat ithnaab dengan mengulang fi’il yang bertujuan untuk
menambah perhatian terhadap urgensi membaca dan ilmu.
Antara kata “Khalaqa” dan kata “alaqa” terdapat jinas
naqish.Antara kalimat “allama al insana” dan “malam ya’alam”
terdapat thibaaq salb.

Hukum Yang Dapat Diambil


1. Penjelasan kekuasaan Allah SWT tentang penciptaan karena
Allah adalah sang pencipta. Selain itu, penjelasan permulaan
penciptaan dari segumpal darah beku yang tidak kering.
Ayat-ayat yang mulia ini merupakan ayat-ayat pertama yang
diturunkan dari Al Qur’an. Ayat-ayat tersebut merupakan
rahmat pertama dari Allah bagi hamba-hamba-Nya dan
nikmat-Nya yang dikaruniakan kepada mereka.

150
Ayat-Ayat IPTEK

2. Allah SWT memerintahkan Rasulullah saw. untuk membaca


Al Qur’an dengan nama tuhannya yang telah menciptakan
dan dengan nama Zat yang telah mengajarkan manusia
mengenai apa yang belum dia ketahui.

3. Allah SWT juga memerintahkan untuk belajar membaca dan


menulis karena keduanya merupakan alat untuk
mengetahui ilmu-ilmu agama dan wahyu, menetapkan ilmu-
ilmu sam’iyyat serta menyebarkannya kepada manusia.
Keduanya juga merupakan asas kemajuan
ilmu,pengetahuan,etika dan kebudayaan, serta kemajuan
peradaban.

4. Termasuk kemuliaan dan keutamaan yang diberikan oleh


Allah adalah manusia yang sebelumnya tidak mempunyai
ilmu, tenggelam dalam gelapnya kebodohan hingga Allah
memindahkannya menuju cahaya ilmu. Allah SWT sungguh
telah memuliakan manusia dengan ilmu. Dengan itulah Nabi
Adam a.s memiliki perbedaan dengan para malaikat. Ilmu
dapat dihasilkan dengan akal pikiran, lisan dan tulisan.
Qatadah berkata, “Pena merupakan nikmat Allah SWT yang
agung. Seandainya tidak ada pena, agama tidak akan berdiri
tegak dan kehidupan tidak akan menjadi baik.

Surah Al Mujaadilah : Ayat 11

151
Ayat-Ayat IPTEK

              

              

         

11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan


kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.

Qira’ at



Riwayat imam Al kisa’iy membaca dengan isymam ( muncung )


pada huruf Qaf antara kasrah dan dhammah. Sisa imam qira’at
yang lain membaca dengan kasrah seperti biasa.

 

Riwayat imam A’shim membaca   , dan sisa imam lain

membaca dengan hazaf ( buang ) alif dan sukun pada huruf


“jim.”



152
Ayat-Ayat IPTEK

1. Ini adalah bacaan imam nafi,’ imam Ibnu Amir dan


imam hafs.
2. Sisa imam yang lain membaca dengan kasrah pada
huruf “shin.”

Balaghah

                

Ayat yang terakhir ( dari segi nahwunya ) adalah ataf khas ke


atas yang am. Ia bermaksud kemuliaan orang-orang yang
berilmu serta dimaksudkannya adalah mereka yang berilmu itu
termasuk dalam golongan orang-orang yang beriman.

Asbabun Nuzul
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir At Thabari daripada Qatadah
bahwa beliau berkata : mereka yang dinasihatkan dengan ayat
Al Qur’an itu ketika mana mereka Nampak orang yang dating
kepada mereka dari depan, mereka tetap dengan tempat duduk
mereka ( tidak meluaskan tempat duduk untuk orang yang baru
datang ) di sisi Rasulullah saw.

Diriwayatkan oleh Ibnu abi Hatim dari Muqatil bahwa Muqatil


berkata, “sesungguhnya ayat itu diturunkan pada hari jumaat,
pada masa itu manusia dari Badar, Masa itu tempat sempit dan
mereka ( yang ada dalam majlis itu ) tidak meluaskan tempat
duduk mereka bagi mereka ( ahli Badar ). Maka mereka berdiri
di atas kaki mereka sendiri..Sejurus itu, Rasulullah saw.
menyuruh satu kelompok manusia ( yang duduk ) menjarakkan
mereka dari tempat duduk mereka tetapi mereka tetap duduk di
tempat mereka maka Rasulullah saw. memarahi mereka.
Hukum Yang Dapat Diambil

153
Ayat-Ayat IPTEK

1. Berlapang pada setiap majlis yang ada kebaikan


yang berkumpulnya di dalamnya orang muslimin,
ia merupakan perkara yang dituntut oleh syara.’ Ia
juga adalah satu adab yang baik sama ada majlis
nabi pada zamannya, atau majlis seorang yang alim
sesudah ( zaman nabi ), atau dalam majlis
perdebatan, atau zikir atau musyawarah ( rapat ),
atau majlis hari jumaat ( khutbah dan shalat jumaat
), atau perayaan, atau majlis ilmu dan sebagainya.
Melapangkan tempat duduk untuk orang lain itu
bukanlah sesuatu yang wajib, tetapi adalah suatu
tuntutan sunat di sisi syara.’ Sesungguhnya
seseorang itu lebih layak untuk duduk di tempat dia
duduk dahulu padanya. Berdasarkan sabda Nabi
saw, “ Barangsiapa yang sampai dahulu di tempat
yang tidak ada orang padanya, maka dia lebih
berhak untuk duduk di situ.” Tetapi dia bole
melapangkan sedikit untuk saudaranya selagi mana
dia tidak tersinggung supaya saudaranya tidak lagi
merasa sempit di tempatnya.
Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Umar r.a seperti mana yang terdahulu, dari nabi
saw. baginda bersabda, “ seseorang itu tidak boleh
meminta saudaranya untuk bangun dari satu majlis,
kemudian dia pula duduk di tempat saudaranya
tadi.” Dan juga hadits yang lain dari Ibnu Umar r.a
seperti yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dari
Nabi saw, Bahwa nabi melarang seseorang
membangunkan saudaranya dari tempat duduk nya
kemudian dia duduk di situ, akan tetapi berlapang-
lapanglah dan anjak-anjaklah”. Dan adalah Ibnu
Umar membenci perbuatan seseorang itu

154
Ayat-Ayat IPTEK

membangunkan saudaranya kemudian dia duduk di


tempat itu.

2. Jika seseorang itu duduk di bagian tempat daripada


dalam masjid itu, tidaklah harus membangunkan
dia sehingga dia duduk di tempatnya. Adapun
diriwayatkan dari Muslim dari Jabir tentang nabi
bersabda, “Jangan bangun seorang pun saudaranya
pada hari jumaat, kemudian bersalahan pada
kedudukannya, maka duduk padanya, tetapi
berkatalah, lapangkanlah.
Dan jika suruhan manusia memajukan ke masjid,
maka mengambil tempat duduk padanya, tidak
membencinya, maka apabila disuruh bangun dari
keduduka, contoh seperti menghantar permaidani,
atau sajadah untuk memudahkannya pada
kedudukan dalam masjid.Dan duduk berkenaan
dengan kedudukannya pada dibiarkan akhirnya.
Adapun riwayat Muslim tentang Abi Hurairah r.a
nabi berkata, “Apabila bangun salah seorang
daripada kamu atau siapa yang bangun dari
majlisnya kemudian kembali padanya ( tempatnya )
maka dia berhak padanya.

3. Sesungguhnya berlapang di dalam majlis mendapat


ganjaran pahala, dalam firman Allah : “Yafsihillahu
lakum” yang diartikan allah akan luaskan
tempatnya di dunia dan akhirat.

4. Jika dikatakan: bangunlah untuk shalat dan


berjihadlah dan beramallah amalan kebaikan. Maka
diwajibkan turuti. Apabila seseorang mengajak
kepada majlis nabi saw. wajib untuk hadiri, karena

155
Ayat-Ayat IPTEK

nabi saw. dapat memberi kesan kepada seseorang


dalam tugasan beliau di dalam dakwahnya.
Jika berkata orang di dalam majlis itu kepada orang
lain yang duduk di tempatnya “ bangunlah”
seharusnya dia bangun dan tunaikan hajat orang itu
yaitu jika tidak tersusun padanya tempat-tempat
yang rusak maka muliakanlah dia.

5. Allah SWT angkat derajat orang mukmin dan


ulama’ yaitu diberikan pahala di akhirat, Dan
kemuliaan di dunia, dan diangkat derajat orang
mukmin ke atas orang yang tidak beriman, dan
diangkat derajat orang alim ke atas derajat orang
yang tidak alim. Kata ibnu Mas’ud, “Allah telah
memuji ulama’ dengan ayat ini.”
Ayat “walladzina utul ilma” menunjukkan tentang
ketinggian derajat di sisi Allah orang yang berilmu
dan beriman, yaitu tidak mendahului orang dalam
majlis ilmu duduk ditempatnya. Allah mengangkat
derajat orang mukmin dengan iman nya pada
permulaan dan Allah angkatkan derajat lagi dengan
memberi ilmu. Telah banyak hadits-hadits nabi
yang menyebut kelebihan ulama’ Antaranya hadits
dari Abi Nu”aim bin Muaz, padanya dha’if :-
“Kelebihan orang alim berbanding dengan orang
beribadah adalah seperti bulan purnama di
sekeliling bintang.Di antaranya hadits hasan
riwayat dari Ibnu Majah dari Utsman r.a : “Akan
memberi syafaat pada hari kiamat ada tiga : Nabi-
nabi, kemudian ulama’ dan kemudian para
syuhada.” Maka mulianya kedudukan orang alim
adalah di antara nabi-nabi dan para syuhada.’ Dari
Ibnu Abbas r.a : Nabi sulaiman a.s telah diberi

156
Ayat-Ayat IPTEK

pilihan untuk memilih di antara ilmu, harta dan


kerajaan, maka dipilih olehnya adalah ilmu. Maka
nabi Sulaiman dapat harta dan kerajaan sekali
bersamanya.

Surah Az Zumar : Ayat 9

                  

             



9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung)


ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan
sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama
orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran.

Qira’ at

 

Imam Nafi,’ dan Ibnu Katsir, dan Hamzah hazafkan (


menghilangkan ) tasydid.

157
Ayat-Ayat IPTEK

I’ raab

  dengan tasydid : dengan memasukkan (“am”) dengan makna

(“bal”) dan hamzah ke atas (“man”) dengan makna (“alladzi”),


dan tidak diartikan dengan istifham; kerana “am” menunjukkan
makna istifham , maka tidak masuk makna ke dalamnya dengan
istifham. Dan dalam kalam ini di buang takdirnya :apakah
beruntung mereka menderhaka kepada tuhan mereka atau
orang yang beribadat kepada tuhan mereka, dan ini telah di
hazafkan juga :

         

Dan di baca dengan lembut atau ringan ke atas terjadinya


hamzah kepada istifham dengan diartikan perhatian, dan terjadi
di dalam kalam ini menghazafkan takdirnya : ataukah ia
beribadat itu adalah satu perbuatan yang demikian
sebagaimana ke atas yang berselisihan itu. Ini telah di masukkan
ke atas perkataan yang hilang : “qul hal yastawi” atau terjadi
hamzah nida’ dan takdirnya : wahai orang yang beribadat, bagi
kamu berita gembira kerana sesungguhnya kamu daripada ahli
surga; karena sebelumnya menunjukkan kepadanya.

Balaghah
“Yahzaru” “Wayarju” kedua tabaqat (mengikut ).

        

Dengan menghapus perumpamaannya, yang berarti seperti


orang kafir.

Asbabun Nuzul

158
Ayat-Ayat IPTEK

“Amman huwa qanitun” diriwayatkan ibnu Abi Hatim dari Ibnu


Umar r.a pada firman tadi, telah berkata : di turunkan pada
Utsman bin Affan, dan diriwayatkan dari Ibnu sa’id dari Ibnu
Abbas telah berkata : diturunkan pada Amar bin Yasir. Dan
diriwayatkan Jubair dari Ibnu Abbas telah berkata : diturunkan
pada Ibnu Mas’ud dan Amar bin Yasir dan Salim maula Abi
Huzaifah.

Hukum Yang Dapat Diambil


Ayat ini menunjukkan kepada wujud dua perbedaan yang
bertentangan di antara kelompok manusia yaitu kelompok kafir
dan kelompok orang-orang beriman.

Adapun kafir : yaitu golongan yang ingkar, melihat mereka


memohon kepada Allah akan kembali kepadanya hal keadaan
dalam menipu kepada apabila ditimpa dengan kesakitan, atau
kefakiran, atau ketakutan yang bersangatan, untuk
menghilangkan kepayahan daripada itu, maka jika selamat, dan
Berjaya dan sihat, maka pada ketika itu jadi ketenangan dan
kebiasaan, dengan kelebihan dari Allah yang esa, melupakan
tuhannya yang mereka memohon kepadanya sebelum
menghilangkan bahaya daripada mereka.

Dan tiada berkurang perintahnya atas kesenangan melupakan


perintahnya dan berhijrah atau meninggalkannya, dan
sesungguhnya boleh yang demikian itu berpegang dengan
menyekutukan Allah, dan mengambil oleh mereka itu akan
berhala-berhala sebagai penyekutu bagi Allah.

Bahkan tidak berkurang yang demikian itu atas menyeseatkan


dirinya sendiri, bahkan menyesatkan orang lain dengan
perbuatannya, atau kata-katanya dan mengajak kepada

159
Ayat-Ayat IPTEK

menyekutukan Allah yang demikian itu maka bertambah-


tambalah dosanya.
Karena ini bisa diartikan bahwa melayani kepadanya dengan
keras / tekanan dan khabar buruk / celaka apabila mereka
bersenang-senang di dalam kekufuran mereka dalam hal
keadaan waktu yang sedikit, maka sesungguhnya tempat
kembali akhiranya ke neraka.

Dan adapun orang beriman : yaitu selain daripada ingkar (


berlawanan ), jalan yang tida bermasalah, teguh berpegang
kepada agamany tanpa ragu-ragu, mensabitkan pada seluruh
hal-hal nya kepada hal yang satu ( kepada Allah ), dan iman yang
sangat teguh kepada Allah, istiqamah ke atas perintah Allah,
maka menurut di sini bukan seperti orang kafir yang telah di
sebutkan.

Melihat akan orang-orang yang shalat khusyu’ kepada tuhannya


pada malam hari dalam kepekatan malam, dan ketika manusia
sedang tidur, memohon kepada tuhannya, melengkapi antara
takut-takut dan terharap-harap.

Kemudian Allah ta’ala menyatakan perbedaan antara kelompok


orang beriman dan orang kafir dengan qarinah antara orang
alim dan jahil, sebagaiman barang tidak sama orang-orang yang
mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui, yang
demikian itu tidak sama orang yang ta’at dan orang yang
maksiat. Kemudian sesungguhnya orang-orang yang
mengetahui adalah orang yang manfaatkan ilmu mereka dan
beramal dengannya. Adapun orang yang tidak manfaatkan
ilmunya maka dia tidak beramal dengan ilmunya, maka dia itu
seperti orang yang tiada mengetahui ( jahil ), dan ini
menunjukkan bahwa sesungguhnya kafir,atau musyrik atau
a’syi ( maksiat ) itu adalah jahil dan jika ia mengetahui ilmu

160
Ayat-Ayat IPTEK

tentang dunia, maka sesungguhnya disebutkan, dan


diiktibarkan, dan di ambil pengajaran dengan qarinah ini orang-
orang yang berakal dari orang-orang beriman.

Dan mengambil perhatian tertib pada bilangan kualitas orang


beriman, bermula padanya dengan menyebut perbuatan pada
sifatnya dengan keadaan beribadat bersujud berdiri kemudian
ditutupinya dengan menyebut ilmu pada firmannya : “hal yastil
ladzina ya’lamuna wa alladzina la ya;lamun” ini menunjukkan
bahwa sesungguhnya kesempurnaan manusia tertumpu kepada
amal dan ilmu, mak ilmu itu permulaan dan amal itu adalah
pengakhiran.

Kemudian Allah menyifatkan bahwa orang yang manfaatkan


ilmu dengan mengamalkannya adalah yang berwawasan,
sesungguhnya terhasil kegigihan ke atas amalannya, maka jika
ibadat itu ibarat laki-laki yang berdiri selamanya dengan apa
yang diwajibkan ke atasnya daripada ketaatan.

Dan firman Allah taala : “qul hal yastawil ladzina ya’lamuna”


amaran besar kepada kelebihan ilmu dan kelebihan para ulama.’

Dan firman-Nya lagi :“innama yatazakkaru ulul albab”


menunjukkan mendapatkan perbedaan antara ulama’ dan jahil
dan pengetahuannya tidak terjadi melainkan dari orang-orang
yang berpikir, artinya akal yang sehat.

Telah berkata sebagian ulama’ :sesungguhnya mereka berkata :


ilmu itu lebih afdhal dari harta kemudian melihat oleh ulama’
berkumpul mereka itu di sisi pintu-pintu pemerintah, dan tiada
melihat akan pemerintah di sisi pintu-pintu ulama? Maka jawab
orang alim sesungguhnya ini pula ditunjuki di atas kelebihan
ilmu karena sesungguhnya ulama’ itu mengetahui sesuatu pada

161
Ayat-Ayat IPTEK

harta daripada manfaat maka menuntut ia dan si jahil tidak


mengetahui apa pada ilmu daripada manfaatnya maka tiada
mempersalahkan meninggalkan dia.

Surah al-Qalam Ayat 1-4

                   

           

1. Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,


2. berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-
kali bukan orang gila.
3. dan Sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala
yang besar yang tidak putus-putusnya.
4. dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung.

Sebab Turunnya Ayat


Ayat (2)
,‫ كانوا يقولون للنبي صلى هللا عليه وسلم انه مجنون‬:‫أخرج ابن المنذر عن ابن جريج قال‬
)‫ (ما انت بنعمة ربك بمجنون‬:‫ فنزلت‬.‫ثم شيطان‬
Ibnu Munzir meriwayatkan dari Ibnu Juraij, dia berkata,
“Mereka berkata kepada Nabi Muhammad Saw, bahwa beliau
gila, setan. Lalu turunlah ayat ini
Ayat (4)
:‫ الست تقرأ القراءن‬,‫ كان خلقه القراءن‬:‫ فقالت‬,‫سئلت عائشة رضي هللا عنهما عن خلقه‬
.‫(قد افلح المؤمنون) الى عشر ايات‬
Aisyah r.a ditanya mengenai pekerti Nabi Muhammad Saw, lalu
dia berkata, “Pekertinya adalah al-Qur’an. Bukankah kamu
membaca ayat-ayat al-Qur’an “benar-benar beruntung orang-

162
Ayat-Ayat IPTEK

orang yang beriman.” (samapai ayat ke sepeluh) (al-Mukminun


1-10).

Balaghah

Lafal () dan () jinas naaqish (jinas yang tidak

utuh) di antara keduanya karena perbedaan huruf kedua (jim


dan nun).

Lafal (  ) () () adalah wa’id (ancaman)

dan intimidasi. Pembuangan maf’ul adalah untuk pembesaran


kejadian.

I’raab
Kata (‫ )ن‬Nun dalam posisi nashab. Bisa dengan mentaqdirkan
(memperkirakan) kalimat (‫)اقرأ نون‬ [bacalah surah nun] atau
mentaqdirkan kalimat (‫[ )اقسم بنون‬Aku bersumpah dengan surah
nun]. Kemudian huruf qasam dibuang, fi’il (‫ )اقسم‬bersambung
dengan huruf tersebut [tanpa ada huruf ‫]ب‬, lalu
menasbahkannya. Berdasrkan hal ini, kalimat ( ‫ما انت بنعمة ربك‬
‫ )بمجنون‬menjadi jawab qasam. Abu Hayyan mengatakan bahwa
(‫ )ن‬termasuk huruf-huruf mu’jam (asing) seperti (‫)ص‬ dan (‫)ق‬
huruf (‫ )ن‬tidak mu’rab (tidak terkena I’raab) seperti sebagian
huruf awaamil yang datang bersama huruf-huruf lain dalam
bentuk muhmal (tidak mempunyai makna). Menghukumi lafal
tersebut dalam posisi bisa dii’raab adalah perkara rekaan.

Hukum-hukumnya
Ayat-ayat di atas menunjukkan hal-hal sebagai berikut.
1. Sumpah dengan pena dan yang tertulis dengan pena
adalah petunjuk akan pentingnya dua hal tersebut,

163
Ayat-Ayat IPTEK

besarnya pengaruh dan manfaat keduannya di bidang


ilmu, pengetahuan, kemajuan, dan budaya.
2. Allah memberikan hidayah dan mengancam orang-
orang kafir bahwa mereka akan mengetahui ketika
kebenaran dan kebatilan di dunia dan akhirat telah
menjadi jelas sebenarnya siapa orang yang
mendapatkan cobaan gila, siapa yang jelas-jelas unggul
akalnya, keselamatan jalan hidupnya, agama dan aqidah
yang benar?
Itu ditegaskan bahwa Allah maha mengetahui orang
yang menyimpang dari agamanya, oranag-orang yang
berada dalam hidayah, kebenaran dan hak, masing-
masing dari kita akan dibalas sesuai amalanya pada hari
kiamat.

Surah An-Nisa’ Ayat 162

               

                 

      

“Tetapi orang-orang yang teguh serta mendalam ilmu


pengetahuannya di antara mereka dan orang-orang yang
beriman, sekaliannya beriman dengan apa yang telah
diturunkan kepadamu (al-Quran), dan kepada apa yang telah
diturunkan dahulu daripadamu, - khasnya orang-orang yang
mendirikan sembahyang, dan orang-orang yang menunaikan
zakat, serta yang beriman kepada Allah dan hari akhirat; mereka
itulah yang kami akan berikan kepadanya pahala (balasan) yang
amat besar.”

164
Ayat-Ayat IPTEK

Sebab Turunnya Ayat


Tidak semua ahli kitab mengerjakan keburukan-keburukan
tersebut itu. Ada pula di antara mereka orang-orang yang
mendalam ilmunya, dan orang orang yang sungguh-sungguh
beriman kepada Alquran yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw, dan yang diturunkan kepada Rasul-rasul
sebelumnya. Di antara mereka ada pula yang dengan penuh
keyakinan mengikuti ajaran Islam dengan tulus ikhlas.

Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Abbas bahwa ayat ini


diturunkan berhubung dengan orang-orang Yahudi yang dengan
penuh kesadaran masuk Islam seperti Abdullah bin Salam dan
kawan-kawannya. Mereka rajin shalat lima waktu dan
menunaikan zakat, beriman kepada Allah dan Rasul-rasul Nya
tanpa membedakan di antara Rasul yang satu dengan Rasul
yang lain. Mereka ini telah sampai kepada tingkat keimanan dan
keislaman yang tinggi dan Allah Swt, menjanjikan kepada
mereka pahala yang besar di akhirat nanti.

Hukum-hukumnya
Pahala yang besar bagi mukmin yang beriman kepada 5 rukun
iman dan mengerjakan shalat.

Surah Al-Ankabut Ayat 49

               

 

“(Al-Quran tetap datangnya dari Allah dengan tidak syak lagi)


bahkan ia ayat-ayat keterangan yang jelas nyata, yang
terpelihara di dalam dada orang-orang yang berilmu, dan

165
Ayat-Ayat IPTEK

tiadalah yang mengingkari ayat-ayat keterangan kami


melainkan orang-orang yang zalim.”
I’raab
Kata (‫ )بَ ل‬ini masuk dalam kelompok kata sambung
(penghubung) maupun kata depan. Kata ( ‫هُ َو‬, ‫آيَات‬, ‫ )بَيِّنَات‬termasuk
dalam jenis kata benda. Adapun yang dimaksud dengan kata
benda meliputi kata yang menerangkan tempat, barang, nama,
waktu, kondisi serta kata yang menerangkan sifat seperti
kesenangan. Kata benda ini bentuk dan formatnya tidak
dipengaruhi oleh waktu, baik waktu yang lalu, waktu sekarang
atau waktu yang akan datang. Kata (‫فِّي‬, ‫ )إِل ا‬ini masuk dalam
kelompok kata sambung (penghubung) maupun kata depan kata
(‫فِّي‬, ‫ )إِل ا‬ini tidak dapat berdiri sendiri tanpa diikuti oleh kata
lainnya. Kata (‫ )أُوتُوا‬merupakan bentuk kata kerja dalam bahasa
arab kata kerja dibedakan bentuk lampau, bentuk sedang atau
akan terjadi dan bentuk perintah. jadi kata kerja ini bentuk dan
formatnya tergantung dari waktu kejadiannya selain itu dalam
bahasa arab kata kerja ini bentuk dan formatnya tergantung
juga pada pelakunya. Kata (‫)و َما‬ َ ini masuk dalam kelompok kata
sambung (penghubung) maupun kata depan. Kata (‫)و َما‬ َ ini tidak
dapat berdiri sendiri tanpa diikuti oleh kata lainnya.

                  

        

“Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang


dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang
menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.”

166
Ayat-Ayat IPTEK

Sababun nuzul
Tidak dijelaskan sababun nuzul ayat tersebut.

Qira’at

Lafaz   , Ibnu ‘Amir, Hamzah, dan Half membaca ‫الم تروا‬

Balaghatul
Tidak dijelaskan balaghatul qur’an tentang ayat ini.

I’rabu
‫ الم‬merupakan istifham, ‫ يرو الى الطير‬merupakan jumlah fi’liyah,
‫ مسخرات فى جو السماء ما يمسكهن اال هللا‬dibaca manshub dan
merupakan hal dari ‫الطير‬.

Hukum
Ayat ini menunjukkan kepada hal-hal berikut:
1. Sesungguhnya ‘ilmu tentang langit dan bumi hanya ada
pada Allah. Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya,
kecuali orang yang diberikan ilmu. Dan sesungguhnya Allah
maha mengetahui dengan yang ghaib-ghaib. Allah jua yang
telah menunjuki yang halal dan yang haram.
2. Sesungguhnya terjadinya sa’ah(hari kiamat) setelah
munculnya tanda-tanda yang dijelaskan merupakan
kekuasaan Allah secara sempurna. Maha suci Allah lagi
maha kuasa di atas segala sesuatu.
3. Sesungguhnya sebagian dari nikmat dan qudrah Allah ialah
Allah menjadikan manusia di dalam rahim ibunya, tiada
ilmu baginya, kemudian manusia menambahnya dengan
pertanyaan untuk pengenalan dan ilmu pengetahuan. Yaitu
dengan memanfaatkan pendengaran, pengelihatan dan hati
maka dengan nikmat Allah tersebutlah manusia dapat
belajar dan dapat berfikir. Pendengaran seharusnya

167
Ayat-Ayat IPTEK

digunakan untuk mendengar perintah dan larangan Allah.


Pengelihatan seharusnya digunakan untuk melihat ciptaan
Allah. Sedangkan hati digunakan untuk sebagai washilah
untuk mengenal Allah. Semua itu fungsinya ialah sebagai
syukur kita terhadap nikmat yang telah Allah berikan
kepada kita.
4. Sebagian dari kekuasaan dan keesaan Allah lainya ialah
Allah menciptakan burung yang bisa terbang di udara. Tiada
yang menerbangkannya melainkan Allah ta’ala, itulah bukti
dan tanda kebersaran Allah bagi orang yang beriman
kepada Allah dan kepada apa yang dibawa oleh rasul
(risalah). Maka jika Allah tidak menciptakan burung maka
tidak ada yang mampu menirunya(terbang) hingga saat ini.

Surat an-Namlu ayat 88

              

         

“ dan kamu Lihat gunung-gunung itu, kamu sangka Dia tetap di


tempatnya, Padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.
(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap -
tiap sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”

Sababun nuzul
Tidak dijelaskan sababun nuzul ayat tersebut.

Qiraat
Lafaz ‫ تحسبها‬Ibnu ‘Amir, ‘Ashim, dan Hamzah membacanya ‫ت َحسَبُهَا‬
sedangkan yang lainnya membacanya ‫تح ِّسبُها‬. Lafaz ‫تفعلون‬

168
Ayat-Ayat IPTEK

Ibnu Katsir dan Ibnu ‘Umar membacanya ‫ يفعلون‬sedangkan yang


lainnya membacanya.

Balaghatul

   merupakan tasybih baligh, yang mana dalam ayat

tersebut menyerupakan kecepatan gunung sama dengan awan.

I’rabul
Lafaz ‫ صن َع هللا‬berbentuk manshubyaitu sebagai mashdar, karena
sebelumnya dijelaskan bahwa Allah menjadikan hal tersebut.
Seolah-olah Allah mengatakan bahwa “sesungguhnya Allah telah
menciptakannya”, kemudian diidhafahkan mashdar tersebut
kepada fa’il.

Hukum
Ayat tersebut menunjukkan kepada beberapa hal berikut:
“Sesungguhnya maksud tiupan sangkakala ‫ نفخة فى الصور‬dalam
ayat sebelumnya ialah tiupan yang pertama. Maksud ‫نفخة الصعف‬
ialah tiupan sangkakala yang mana semua makhluk akan ditarik
nyawanya kecuali yang dikehendaki Allah. “

Surat al-Mulk 1-5

                

               

               

169
Ayat-Ayat IPTEK

                 

              

    

1. Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala


kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
2. yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.
dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
3. yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.
kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan
yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat
sesuatu yang tidak seimbang?
4. kemudian pandanglah sekali lagi niscaya
penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak
menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun
dalam Keadaan payah.
5. Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat
dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-
bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami
sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.

Sababun nuzul
Tidak dijelaskan sababun nuzul ayat tersebut.

Qiraat

Lafaz   Hamzah dan Ibnu al-Kasa’i ‫تَفَ َّوت‬

170
Ayat-Ayat IPTEK

Balaghatul
‫ ِّب َي ِّد ِّه ال ُملك‬merupakan isti’arah tamtsiliyah. Lafaz ‫ اليد‬juga bisa
merupakan majaz sedangkan lafaz ‫ الملك‬merupakan haqiqah.
‫ ليَبلُ َوكُم‬merupakan isti’arah tamtsiliyah, yaitu penyerupaan
perkerjaan Allah dengan perkerjaan hambanya, dalam hal
memberi bala dan memberi khabar. ‫ت وال َحيَوة‬ َ ‫ ال َمو‬kedua lafas
tersebut merupakan thabaq.

I’rabul
Ayat ‫ خلق سبع سماوات طباقًا‬. Lafaz ‫ طباقًا‬merupakan sifat dari ‫سبع‬.
Adapun lafaz ‫ طباق‬merupakan jama’ dari lafaz ‫ طبق‬seperti ‫جمل‬
dengan ‫ جمال‬dan ‫ رحبة‬dengan ‫رحاب‬. Lafaz ‫ طباقا‬juga bisa dii’rab
sebagai hal atau bisa juga sebagai mashdar.
Ayat ‫ ثم ارجع البصر كرتين‬. Lafaz ‫ كرتين‬dibaca manshub pada posisi
mashdar. Seolah-olah mengatakan ‫ فارجع البصر رجعتين‬. Penyebutan
lafaz tasniyah di sini dimaksudkan sebagai jama’ bukan sebagai
tasniyah semata-mata. Sebagai dalilnya ialah ayat
‫ص ُر خَا ِّسئا ً َوهُ َو َح ِّسير‬ َ ‫ َينقَ ِّلب اِّلَي‬.
َ ‫ك ال َب‬

Hukum
Adapun hal yang dapat diistinbatkan dari ayat ini ialah sebagai
berikut:
1. Maha Agung Allah dengan zat-Nya dibandingkan yang
lainnya. Allah lah pemilik bumi dan langit baik di dunia
maupun di akhirat.
2. Allah yang telah menjadikan hidup dan mati hikmahnya
untuk mengajari manusia tentang pekerjaan Allah.

171
Ayat-Ayat IPTEK

172
9
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Balasan Allah akan diberikan kepada manusia yang lulus dalam menghadapi
musibah adalah memperoleh kasih sayang, rahmat dan hidayah Allah SWT

Tafsir Tematik Al-Quran

M usibah, adalah bagian dari takdir Allah SWT yang akan


menimpa makhluk ciptaannya yang sudah tertulis di
dalam lauh mahudz (al-Hadid : 2), juga terjadinya tentu atas izin
Allah (al-Taghabun : 11), Baik musibah tersebut berupa sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan
(al-Baqarah : 155), yang justru dengan ada dan datangnya
musibah tersebut, bisa mendatangkan barakah, rahmat dan
hidayah Allah SWT, yaitu bagi orang-orang yang sabar atas
musibah yang menimpanya (al-Baqarah : 157). Dengan
muhasabah atas apa yang menimpanya maka manusia akan
sadar, bahwa musibah yang menimpanya adalah karena
perbuatan dirinya sendiri (Ali Imran : 165 dan al-Syura : 30),
akan muncul penyesalan atas apa yang telah dilakukan (al-Nisa’
: 62)

Dari rangkaian penjelasan diatas, manusia tidak akan lepas dari


bagian rangkaian diatas, yang pada intinya adalah, manusia
Ayat-Ayat Tentang Musibah

tidak akan akan lepas dari musibah yang diujikan Allah SWT.
Musibah tidak hanya menimpa manusia, akan tetapi semua
makhluk yang diciptakan Allah akan merasakannya. Hanya saja
dalam teks-Nya, Allah sering berfirman dengan teks musibah
yang menimpa manusia.

Negeri kita pernah mengalami musibah dan juga negara negara


lain. Mulai dari Tsunami di Aceh, jebolnya tanggul situ gintung di
Tangerang dan Gempa bumi yang menimpa saudara-saudara
kita Padang Sumatera Barat, Banjir Bandang, Tsunami dijepang,
Gempa di Haiti dan masih banyak musibah yang lain

Atas terjadinya musibah yang terjadi di Negeri ini, kita bertanya


dalam hati kita. Apakah Allah murka dengan Negeri ini? Kalau
memang terjadinya karena izin Allah. Atau karena maksiat yang
dilakukan rakyat Negeri ini? Kalau memang terjadinya karena
ulah manusia sendiri. Dan apa yang harus dilakukan dengan
musibah yang menimpa?

Berdasarkan wacana di atas, pemakalah ingin mendiskusikan


sebuah pemahaman akan sebuah musibah yang ditinjau dari sisi
Al Qur’an, sehingga pada akhir dari makalah ini, penulis akan
mendapatkan jalan keluar dari permasalahn ini.

Makalah ini hanya membatasi pada kata Musibah, adapun kata-


kata yang lain yang mempunya makna atau arti yang sama
dengan musibah seperti kata Bala, Fitnah, Cobaan, tidak dibahas
dalam makalah ini, agar makalah ini bisa terfokus pada kata
musibah dalam Al Qur’an saja.

Pengertian Musibah
Secara etimologi, kata musibah merupakan kata yang berasal
dari bahasa Arab. Menurut Ahmad ibn Yahya sebagaimana

174
Ayat-Ayat Tentang Musibah

dikutip oleh ibnu Manzhur bahwa kata ‫ مصيبة‬itu berasal dari kata
‫مصويبة‬.1

Sementara menurut Raghib al Isfahani, kata Musibah berasal


dari kata melempar kemudian kata musibah dikhusus sebagai
pengganti, seperti firman Allah ‫اصابتهم مصيبة‬ kata musibah
itu berasal dari ‫ اصاب‬seperti firman Allah swt ‫وما اصابكم يوم الثقى‬
‫الجمعان‬.2

Selanjutnya Al asfahani menjelaskan kata ‫ اصاب‬itu bisa berarti


menimpa dengan kebaikan seperti turunnya hujan dan bisa juga
berarti menimpa dengan keburukan seperti terkena panah. 3

Senada dengan al Ashfahani, Abu Hayan al Andalusi memahami


kata musibah sebagai isim Fa’il dari ‫ اصابت‬sehingga menjadi
khusus maknanya tentang sesuatu yang tidak disenangi atau
benci, maka musibah bisa diartikan sebagai kinayah terhadap
bala atau bencana, demikian Abu Hayyan menjelaskan dalam
tafsirnya al Bahrul Muhith fi Tafsir. 4Ketika menafsirkan ayat
‫ وأصابتهم مصيبة‬Abu Hayyan menjelaskan bahwa kata musibah
merupakan bagian dari satu jenis yang berubah (Isim dan Fa’il). 5
Di dalam al Qur’an terdapat beberapa ayat yang berasal dari
satu jenis dan berubah menjadi isim dan fa’il, diantaranya ayat
Al Qur’an ‫ اذا وقعت الواقعة‬dan6 ‫أزفت االزفة‬

1 Ibnu Manzhur Jamaludin muhammad ibn Mukarram al Anshari,


Lisanul Arab, (Mesir: al Mu’asarah al Misriyaahal ‘ammah li ta’lif
wan naba wan nashr, tt, Juz II hal 23
2 Al Ashfahani, Mu’jam Mufradat al fazh al Qur’an, hal 296
3 Al Ashfahani, Mu’jam Mufradat al fazh al Qur’an, hal 296
4 Muhammad ibn Yusuf al Syahir bi al Hayyan al Andalusi, al Bahr al

Muhith fi al Tafsir, (Beirut: Dar al Fikr, tt) Juz 21, hal 56


5 Abu Hayyan al Andalusi, al Bahr al Muhith fi al Tafsir,.... hal 57
6 QS. Al Najm: 57

175
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Di dalam al Qur’an setiap kata mempunyai matan sendiri. Makna


itu pada mulanya dipahami dari akar setiap kata, akan tetapi
makna itu kemudian dapat berkembang melalui pengertian
kiasan (majazi), pengertian dalam pemakaian sehari-hari (‘Urf)
atau pengertian dalam istilah (Syar’i), berbagai pengertian itu
bisa mempersempit atau memperluas makna.

Secara spesifik Abu Hayyan mendefinisikan musibah adalah


segala sesuatu yang menyakitkan mu’min baik terhadap dirinya
sendiri, harta atau keluarganya, sesuatu yang menyakitkan itu
kecil atau besar. 7 Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
musibah diartikan sebagai kejadian atau peristiwa
menyedihkan, malapetaka atau bencana. 8

Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa pengertian musibah


secara terminologi adalah segala sesuatu yang menimpa pada
perorangan maupun komunitas baik secara tiba-tiba atau
bertahap baik yang bersifat positif maupun negatif.

Di dalam Mu’jam al Mufahras li alfazh al Qur’an disebutkan


bahwa kata musibah dalam bentuk-bentuknya sebanyak 77 kali,
34 kali dalam bentuk fi’il Madhi yaitu 33 bentuk ashaba dan 1
bentuk Shayyib. 31 dalam bentuk fi’il mudhari’ yushibu, 1 kali
bentuk masdar shawwaba, 1 kali dalam bentuk isim maf’ul
mushibuha dan 10 kali dalam bentuk isim Fa’il yaitu Mushibah.
Dalam makalah ini, penulis hanya membahas kata mushibah
yang berjumlah sepuluh ayat dalam Al Qur’an.

7Abu Hayyan al Andalusi, al Bahr al Muhith fi al Tafsir,.... hal 57


8Team Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), hal 602

176
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Ayat-ayat yang menggunakan kata-kata musibah yang


disusun menurut Asbab al Nuzul

No Konversi Kedudukan Ayat Al Qur’an dan Terjemahan


01 Al Qashash: Makkiyah
         
47

         

     

47. Dan agar mereka tidak mengatakan


ketika azab menimpa mereka
disebabkan apa yang mereka kerjakan:
"Ya Tuhan kami, Mengapa Engkau tidak
mengutus seorang Rasul kepada kami,
lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau
dan jadilah kami termasuk orang-orang
mukmin".
02. Al Syura: 30 Makkiyah
        

       

30. Dan apa saja musibah yang


menimpa kamu Maka adalah disebabkan
oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).
03. Al Baqarah: Makkiyah
             
156

   

156. (yaitu) orang-orang yang apabila


ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"

177
Ayat-Ayat Tentang Musibah

04. Ali Imran: 165 Madaniyah


          

             

   

165. Dan Mengapa ketika kamu ditimpa


musibah (pada peperangan Uhud),
padahal kamu Telah menimpakan
kekalahan dua kali lipat kepada musuh -
musuhmu (pada peperangan Badar),
kamu berkata: "Darimana datangnya
(kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari
(kesalahan) dirimu sendiri".
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.
05. Al Nisa: 62 Madaniyah
            

          

 

62. Maka bagaimanakah halnya apabila


mereka (orang-orang munafik) ditimpa
sesuatu musibah disebabkan perbuatan
tangan mereka sendiri, Kemudian
mereka datang kepadamu sambil
bersumpah: "Demi Allah, kami sekali-
kali tidak menghendaki selain
penyelesaian yang baik dan perdamaian
yang sempurna".

06. Al Nisa: 72 Madaniyah


            

             

72. Dan Sesungguhnya di antara kamu


ada orang yang sangat berlambat-lambat
(ke medan pertempuran)[315]. Maka
jika kamu ditimpa musibah ia berkata:
"Sesungguhnya Tuhan Telah
menganugerahkan nikmat kepada saya

178
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Karena saya tidak ikut berperang


bersama mereka.

07. Al Hadid: 22 Madaniyah


          

             

   

22. Tiada suatu bencanapun yang


menimpa di bumi dan (Tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan Telah tertulis
dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum
kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.
08. Al Taghabun: Madaniyah
           
11

         

11. Tidak ada suatu musibah pun yang


menimpa seseorang kecuali dengan ijin
Allah; dan barangsiapa yang beriman
kepada Allah niscaya dia akan memberi
petunjuk kepada hatinya. dan Allah
Maha mengetahui segala sesuatu.
09. Al maidah: Madaniyah
            
106

         

               

        

179
Ayat-Ayat Tentang Musibah

         

            

        

106. Hai orang-orang yang beriman,


apabila salah seorang kamu menghadapi
kematian, sedang dia akan berwasiat,
Maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan
oleh dua orang yang adil di antara kamu,
atau dua orang yang berlainan agama
dengan kamu[454], jika kamu dalam
perjalanan dimuka bumi lalu kamu
ditimpa bahaya kematian. kamu tahan
kedua saksi itu sesudah sembahyang
(untuk bersumpah), lalu mereka
keduanya bersumpah dengan nama
Allah, jika kamu ragu-ragu: "(Demi
Allah) kami tidak akan membeli dengan
sumpah Ini harga yang sedikit (untuk
kepentingan seseorang), walaupun dia
karib kerabat, dan tidak (pula) kami
menyembunyikan persaksian Allah;
Sesungguhnya kami kalau demikian
tentulah termasuk orang-orang yang
berdosa".
10. Al Taubah: 50 Madaniyah
             

            

  

50. Jika kamu mendapat suatu kebaikan,


mereka menjadi tidak senang
karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh
sesuatu bencana, mereka berkata:
"Sesungguhnya kami sebelumnya Telah
memperhatikan urusan kami (Tidak
pergi perang)" dan mereka berpaling
dengan rasa gembira.

180
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Munasabah ayat ayat tentang musibah


Di dalam al Qur’an terdapat sepuluh ayat yang menggunakan
bentuk kata Musibah. Berikut ini ayat ayat tersebut berdasarkan
tertib turunnya ayat.

Surah al Qashash:47

                  

       

47. Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa


mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan: "Ya Tuhan kami,
Mengapa Engkau tidak mengutus seorang Rasul kepada kami,
lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan jadilah kami
termasuk orang-orang mukmin"

Al Maraghi memaknai musibah pada ayat di atas dengan Adzab


baik di dunia maupun di akhirat. Menurut al Maraghi, ayat di
atas menjelaskan tentang pengutusan Rasulullah saw kepada
orang-orang kafir bahwa hal itu antara lain untuk mematahkan
alasan mereka, sehingga apabila siksaan Allah datang, mereka
tidak akan mendapatkan hujjah lagi. Sebelum Allah swt
mengutus Nabi saw, orang orang kafir ketika ditimpa adzab
berdalih: Ya tuhan mengapa engkau tidak mengutus seorang
rasul kepada kami sebelum engkau menimpakan kemurkaan
dan adzabmu kepada kami, sehingga kami mengikuti semua
dalilmu dan orang orang yang beriman kepada ketuhananMu
dan membenarkan Rasulmu, niscaya kami sudah menimpakan
siksaan kepada mereka sebagai pemberi peringatan akan siksa
kami, sebagaimana telah menjadi Sunnatullah terhadap orang-
orang seperti mereka, sebagaimana ditegaskan pada QS al Nisa:
165, “Agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah
sesudah diutusnya para rasul itu”.

181
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Kesimpulan dari penafsiran al Maraghi terhadap ayat di atas


adalah Allah telah menghapus segala dalil dan
menyempurnakan penjelasan tentang diutusnya Nabi kepada
manusia dan Allah tidak menyiksa seorang hamba pun kecuali
setelah Allah menyempurnakan penjelasan dan hujjah serta
mengutus para rasul. 9

Adapun Ibnu Kastir menafsirkan ayat di atas bahwa Allah swt


berfirman untuk menerangkan salah satu bukti bagi kebenaran
risalah Muhammad saw bahwasanya beliau dapat menceritakan
hal hal yang ghaib dan membawa kisah kisah umat umat yang
terdahulu, padahal beliau tidak pernah meninggalkan jazirah
Arab dan menyaksikan dengan langsung apa yang beliau
ceritakan dan kabarkan, disamping itu beliau seorang ummi
yang tidak dapat menulis dan membaca, lahir dibesarkan di
tengah tengah bangsa yang demikian keadaanya. Allah
berfirman “Dan tidaklah engkau hai Muhammad berada disisi
yang sebelah barat lembah suci “Tsuwa” ketika kami
menyampaikan perintah kepada musa dan tidak pula engkau
termasuk orang orang yang menyaksikan peristiwa itu, dan juga
engkau tidak berada di dekat gunung Tsur ketika kami menyeru
musa dan bercakap-cakap dengan dia dan tidak juga engkau
tinggal bersama penduduk Madyan membacakan ayat ayat kami
kepada mereka, tetapi kami beritahukan itu semuanya
kepadamu sebagai rahmat dari tuhanmu supaya engkau
memberi peringatan kepada qaum Quraisy yang sekali kali
belum pernah mereka didatangi seorang rasul pemberi
peringatan. 10

9 Al Maraghi, Tafsir al Maraghi, Jilid 7, hal 176


10 Ibnu Katsir, Tafsir al Qur anul ‘azhim, Juz 3, hal 405

182
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Menurut Quraisy Shihab, kata musibah dapat mencakup


musibah duniawi dan ukhrawi, sedangkan kalimat bima
qaddamat aidihim/disebabkan apa yang mereka kerjakan, dapat
mencakup amal batin seperti keyakinan yang bathil atau
penyakit-penyakit hati lainnya seperti iri hati, takabur dan lain-
lain dan dapat juga mencakup amal amal lahiriah berupa aneka
kedurhakaan seperti permusuhan, korupsi, perzinahan dan lain-
lain.11

Para ulama menurut Quraisy Syihab memahami kata musibah


pada ayat ini dalam arti siksa duniawi. Mempersekutukan Allah
misalnya menjadikan perhatian tertuju kepada sekian sumber
yang berbeda beda dan ini mengakibatkan jiwa tidak tenang,
sehingga tidak dapat berkonsentrasi dalam usaha bahkan
menggagalkannya. Disisi lain, kedurhakaan mengakibatkan
kekacauan dan permusuhan dan ini adalah salah satu bentuk
bencana. Sebaliknya ketaatan kepada Allah, keimanan dan
ketakwaan mengantar kepada kebahagian hidup, bahkan
turunnya keberkatan dari langit dan bumi sebagaimana
ditegaskan dalam QS. Al A’raf: 96. 12

Ayat ini menurut Ibnu ‘Asyur sebagaimana dikutip Quraish


Shihab adalah bagaikan menyatakan musibah duniawi berupa
kebinasaan total akan jatuh seandainya Allah tidak mengutus
Rasul saw. Oleh karena itu kaum Musrikin Makkah wajar
mendapat siksa duniawi walau tidak datang kepada mereka
rasul. Bukankah keyakinan tentang keesaannya telah tertancap
dalam jiwa setiap insan? namun demikian, Allah masih
merahmati mereka dan tidak menyiksa mereka dengan siksa
duniawi sampai datang Rasul saw.

11 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah, vol 10, hal 360


12 M. Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah, Vol 10, hal 360

183
Ayat-Ayat Tentang Musibah

QS. Asy Syura: 30

              

30. Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

Al Maraghi menafsirkan ayat di atas bahwa musibah-musibah di


dunia yang menimpa manusia tidak lain sebagai hukuman atas
dosa-dosa yang telah mereka lakukan, kejahatan-kejahatan serta
kemaksiatan-kemaksiatan yang mereka kerjakan dan Allah
memafkan manusia atas kejahatan-kejahatan yang telah banyak
mereka lakukan yakni dia tidak menghukum atas semua
kejahatan-kejahatan tersebut.

Jadi menurut al Maraghi, Allah menjadikan dosa-dosa sebagai


sebab-sebab yang menghasilkan akibat. Misalnya Peminum
khamar akan ditimpa banyak penyakit jasmani maupun akal
didunia, yang penyakit penyakit itu merupakan itu merupakan
salah satu bekas dari dosa yang ia lakukan, dan masih banyak
contoh lainya. Tetapi menurut al Maraghi, hukuman yang
menimpa individu-individu di dunia ini tidaklah bersifat umum.
Karena sering sekali didapatkan bahwa seorang pemabuk yang
telah kecanduan, dia ternyata tidak ditimpa satu penyakit pun
akibat perbuatannya dan sering juga didapatkan seorang
pedagang yang berkhianat, ternyata tidak ditimpa kerugian
dalam perdagangannya. Dalam keadaan demikian, maka
hukuman bagi masing masing dari keduanya ditangguhkan
sampai hari hisab.

Al Maraghi selanjutnya menafsirkan ayat di atas dengan


mengutip salah satu hadis Nabi saw. Menurut satu riwayat Nabi
saw bersabda kepada Ali ibn Abi Thalib, dan aku akan tafsirkan

184
Ayat-Ayat Tentang Musibah

ayat ini (QS. Asy Syura: 30) kepadamu wahai Ali: Apapun yang
menimpamu, baik itu penyakit, suatu hukuman atau suatu
bencana di dunia, maka adalah dikarenakan perbuatan yang
telah dilakukan oleh tangan-tanganmu. Sedang Allah terlalu
mulia untuk mengulangi hukuman terhadapmu di akhirat.
Sedangkan apa yang telah dimaafkan oleh Allah di dunia ini,
maka Allah terlalu mulia untuk mengulangi setelah dia
memaafkan. 13

Sementara Ibnu Kasir menafsirkan ayat di atas bahwa musibah


dan bala yang menimpa manusia adalah akibat dari ulah tangan
manusia sendiri dan Allah memaafkan sebagian besar
kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat. 14

Adapun Imam Ar Razi mengatakan bahwa yang dimaksud


musibah pada ayat di atas adalah semua kejadian yang tidak
disukai seperti sakit, sakit demam, panceklik karena tidak turun
hujan, banjir, kesusahan dan lain sebagainya. 15 Menurut Ar Razi
para ulama berbeda pendapat tentang musibah manusia, apakah
musibah yang terjadi di dunia akibat perbuatan dosa-dosa yang
telah lalu?

Kelompok pertama mengatakan bahwa Allah akan membalas


amal perbuatan manusia pada Yaum al Jaza atau hari
pembalasan, sebagaimana firman Allah ‫اليوم تجزى كل نفس بما كسبت‬
dan ‫ مالك يوم الدين‬dengan demikian menurut kelompok ini berarti
musibah yang menimpa manusia di dunia ini bukan akibat dosa
dosa manusia yang telah lalu, kelompok kedua berpendapat
musibah yng terjadi di dunia ini menimpa kepada siapa saja baik

13 Al Maraghi, Tafsir al Maraghi, Jilid 9, hal 38-40


14 Ibnu Katsir, Tafsir al Qur anul ‘azhim, Juz 4, hal 116
15 Al Razi, Tafsir Ar Razi, Juz 27, hal 173

185
Ayat-Ayat Tentang Musibah

orang orang Zindiq yang tidak percaya tuhan atau orang orang
yang telah berbuat baik, bukan menurut kelompok ini terkadang
orang orang shaleh dan bertaqwa lebih banyak terkena
musibah dibandingkan orang orang yang berdosa, oleh sebab itu
Nabi saw bersabda; cobaan dan ujian itu bagi para Nabi, para
wali dan para shiddiqun dan orang orang shaleh. Dengan
demikian kelompok kedua ini sependapat dengan kelompok
yang pertama bahwa musibah yang terjadi di dunia bukan
akibat perbuatan dosa dosa di masa lalu dan bukan dikatakan
sebagai siksaan di dunia. Sedangkan kelompok ketiga
berpendapat bahwa dunia sebagai tempat pembebanan (Dar al
Taklif) dan juga pembalasan ( Dar al Jaza’). Namun ketika ada
yang mengatakan bahwa musibah di dunia ini sebagai
pembalasan akibat dosa dosa yang telah lalu, maka hal ini
berdasarkan hadis Nabi saw “Tidak akan ditimpa musibah
seseorang kecuali karena berdosa” Jadi musibah yang menimpa
bagi para nabi dan para wali itu bukan berarti siksaan
melainkan ujian dari Allah swt. Dengan demikian menurut Al
Razi, musibah itu hanya menimpa manusia yang sudah dewasa,
tidak termasuk binatang atau anak kecil karena mereka tidak
kena beban syari’at (Taklif). 16

Sedangkan menurut al Zamakhsyari, ayat di atas dikhususkan


bagi orang orang yang berdosa, terjadinya musibah akibat dari
perbuatan orang-orang yang berdosa. Adapun orang yang tidak
berdosa seperti para nabi, anak-anak dan bayi yang masih
dalam kandungan, apabila mereka tertimpa musibah maka hal
itu sebagai pengganti dari ke-maha pemaafNya Allah dan
kemaslahan bagi mereka. 17

16Al Razi, Tafsir Ar Razi, Juz 27, hal 173)


17Zamakhsyari, Tafsir al Kasyaf, (Beirut: Dar al Kutub al Alamiyah,
1995), Jilid IV, hal 219

186
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Sementara Quraisy Shihab mengatakan bahwa ayat ini seakan


akan menyatakan bahwa Allah yang telah menciptakan manusia,
memberi rizki dan mengendalikan urusan manusia setelah
menyebarluaskannya di bumi ini. Tidak ada nikmat kecuali yang
bersumber dari padaNya dan tidak ada pula musibah kecuali
atas izinnya. Dengan demikian Allah sebagai Wali yang
mengurus manusia. Nikmat apa pun yang di rasakan manusia
adalah bersumber dari padanya dan atas kemurahanannya, dan
apa Yakni musibah yang menimpa kamu-kapan dan dimana pun
terjadinya-maka itu adalah disebabkan oleh perbuatan tangan
kamu sendiri yakni dosa dan kemaksiatan yang telah dilakukan,
paling tidak disebabkan oleh kecerobohan atau ketidak hati
hatian manusia. Musibah yang di alami manusia itu hanyalah
akibat sebagian kesalahan manusia, karena Allah tetap
melimpahkan rahmatnya kepada manusia dan Allah memaafkan
banyak dari kesalahan-kesalahan manusia, sehingga kesalahan-
kesalahan itu tidak mengakibatkan musibah atas diri manusia.
Seandainya pemaafan itu tidak dilakukanNya, maka pastilah
kamu semua binasa bahkan tidak akan ada satu binatang melata
pun di muka bumi ini. 18

Menurut Quraisy Shihab, ayat di atas walaupundari segi


konteksnya tertujupada kaum musyrik Makkah, tetapi ia dari
segi kandungannya tertuju kepada seluruh manusia baik
perorangan maupun kolektif, kapan dan dimana pun dan baik
mukmin atau pun kafir. 19 Lebih lanjut Quraisy Shihab
mengatakan bahwa ayat ini menggaris bawahi adanya musibah
atau hal hal yang negatif yang dijatuhkan Allah menimpa
manusia dalam kehidupan dunia ini yang sebagai sanksi atas
pelanggaran mereka. Namun demikian hal ini tidak selalu, bisa

18 M. Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah,..hal 503


19 M. Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah,..hal 504

187
Ayat-Ayat Tentang Musibah

saja ada pelanggaran yang ditangguhkan sanksinya di akhirat


nanti, sebagaimana ada juga yang dicukupkan di dunia ini dan
ada lagi yang panjarnya mereka terima di dunia sebagai
muqaddimah dari sanksi Ukhrawi. Banyak ayat Al Qur’an yang
menegaskan hakikat ini, di antaranya QS. Ar Rum 41;
‫ظهر الفسد فى البر و البحر بما كسبث ايدي الناس ليديقهم بعض الدي عملوا لعلهم‬
‫يرجعون‬

Telah nampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan karena


perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebagian dari (akibat)perbuatan mereka, agar mereka
kembali (kejalan yang benar).

Di akhir ayat di atas, Allah berfirman ‫ ويعفو عن كتير‬berarti Allah


memaafkan banyak kedurhakaan sehingga dia tidak
menjatuhkan sanksi duniawi. Pemaafan ini berkaitan dengan
kehidupan duniawi.Itu sebabnya sekian banyak yang melakukan
pelanggaran masih hidup nyaman dan terlihat bahagia.
Merekaitulah yang dimaafkan, yakni yang ditangguhkanAllah
siksanya dalam kehidupan dunia ini. Bisa juga pemaafan ini
mencakup pemaafan duniawi dan ukhrawi. 20

Surat Al Baqarah:156

               

156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka


mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"

Menurut al Maraghi musibah adalah semua peristiwa yang


menyedihkan seperti meninggalkan seseorang yang dikasihi,

20 M. Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah, Hal 505-505

188
Ayat-Ayat Tentang Musibah

kehilangan harta benda atau penyakit yang menimpa baik


ringan atau berat.

Sebelum Allah menjelaskan tentang musibah pada ayat


sebelumnya (QS Al baqarah: 155) Allah menjelaskan tentang
ujian bagi manusia. Sesungguhnya Allah akan menguji manusia
dengan aneka ragam cobaan, yaitu rasa takut, kelaparan,
kehilangan harta benda, kematian dan kehilangan penghasilan
atau buah buahan.

Ketika ditimpa cobaan oleh Allah hendaklah kita bersabar dan


sampaikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar
yakni orang orang yang mengatakan perkataan tersebut sebagai
ungkapan rasa iman dengan kodrat kepastian Allah. Berita
gembira tersebut adalah keberhasilan yang akan dicapai oleh
orang orang sesuai dengan sunnatullah terhadap makhlukNya.
Sabar bukannya bertentangan dengan perasaan sedih ketika
datang suatu musibah. Sebabnya perasaan sedih ini merupakan
perasaan halus yang ada secara fitri pada diri manusia normal. 21

Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat di atas, ia mengutip


beberapa hadis Nabi saw. Hadis pertama diriwayatkan oleh
Ummu Salamah berkata “ Pada suatu hari Abu Salamah pulang
ke rumah dari majlis Rasulullah saw dan berkata “Aku
mendengar Rasulullah saw bersabda yang sangat
menyenangkan hatiku:

Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah, kemudian ia


membaca “ Inna Lillahi wa inna ilaihi Rajiun” (sesungguhnya
kami hamba milik Allah dan kepadaNya kami kembali), lalu
membaca “ Ya Allah berilah pahala bagiku dalam musibahku ini

21 Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, Jilid I, hal.206-207

189
Ayat-Ayat Tentang Musibah

dan gantikanlah untukku dari musibah yang lebih baik dari


padanya, melainkan akan diganti oleh Allah. 22

Menurut Al Razi makna ‫ انا ّلله‬pada ayat di atas adalah adanya


keikhlasan menerima segala sesuatu yang diturunkan oleh Allah
dari semua cobaan dan ujian sedangkan makna. ‫اليه رجعون وانا‬
adalah adanya keihklasan menerima segala sesuatu berupa
cobaan dan ujian yang akan terjadi kemudian dengan harapan
mendapatkan pahala dari Allah swt. 23

Dalam Tafsirnya Ar Razi mengutip beberapa hadis Nabi dalam


menafsirkan ayat di atas, hadis hadis tersebut adalah dari Nabi
saw bersabda “Barang siapa mengembalikan kepasrahan ketika
terkena musibah, maka Allah akan menggantinya, menjadikanya
baik akibatnya dan menjadikan orang yang shaleh yang diridhai
Allah.

Suatu ketika lampu yang ada di hadapan Rasulullah saw padam,


seketika itu Rasulullah mengucapkan “Inna Lillahi Wa inna ilaihi
rajiun, maka para sahabat bertanya: apakah ini termasuk
musibah, Rasulullah bersabda “Ya, segala sesuatu yang tidak
mengenakkan bagi orang mukmin adalah musibah”

Ibnu Abbas berkata Allah memberi kabar bahwa sesungguhnya


orang mukmin ketika melaksanakan perintah Allah dan
mengharapkan perlindungan Allah ketika terkena musibah,
maka Allah akan memberikan tiga perkara kepadanya yaitu
kasih sayang, rahmat dan hidayah dari Allah.

22 Ibnu Kasir, Tafsir Alqur’anul ‘Azhim, hal 8


23 Al Razi, Tafsir Al Razi, Juz 4, hal 2

190
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Kami milik Allah jika demikian, dia melaksanakan apa saja


sesuai dengan kehendakNya. Tetapi Allah maha bijaksana,
segala tindakanya pasti benar dan baik, tentunya ada hikmah
dibalik ujian atau pun musibah. Kalimat ini hanya kepada Nabi
Muhammad dan umatnya yang diajarkan oleh Allah swt.

Surat Ali Imran: 165

              

           

165. Dan Mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada


peperangan Uhud), padahal kamu Telah menimpakan kekalahan
dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan
Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?"
Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Umar ibn Khattab


berkata: menderitanya orang orang dalam perang Uhud akibat
perbuatan mereka mengambil Fida’ diperang Badar. Pada waktu
perang uhud itu ada 70 sahabat yang mati syahid, sebahagian
lari kabur, terdesak, bercerai berai bahkan gigi Rasulullah yang
keempat patah, topi besinya pecah, sehingga berlumuran darah
di mukanya. Allah menurunkan ayat tersebut di atas sebagai
peringatan bahwa penderitaan tersebut akibat perbuatan
mereka sendiri. 24

24 Abi
Hasan Ali ibn Ahmad al wahidi, Asbab al Nuzul, (Beirut: al
Maktabah al Saqafiyah, 1989), hal 73, lihat juga Nurcholish,
Asbabun Nuzul,( Surabaya: Pustaka Anda, 1997), hal 119

191
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Musibah yang dimaksud pada ayat di atas adalah kekalahan


pasukan muslimin dalam perang uhud yang membawa korban
70 orang gugur sebagai syuhada disamping yang diderita oleh
Rasulullah berupa luka-luka pada pipi dan kepalanya serta
giginya Patah. Musibah itu merupakan imbalan bagi kekalahan
pasukan musyrikin dalam perang Badar yaitu 70 orang
terbunuh dan 70 orang tertawan. Allah menerangkan bahwa
mereka tidak perlu mencari sebab-sebab kekalahan itu, karena
itu semuanya disebabkan kesalahan mereka sendiri yang telah
dilakukan oleh regu pemanah dengan meninggalkan pos
strategisnya walaupun diperintahkan oleh Rasulullah untuk
tetap bertahan di tempat meski dalam keadaan bagaiamana pun.

Menurut Zamaksyari bahwa yang dimaksud kata musibah pada


ayat di atas adalah terjadinya kekalahan kaum muslimin dengan
terbunuhnya 70 pasukan Islam dalam perang uhud. Dalam
menafsirkan ayat di atas, Zamaksyari mengutip QS. Ali
Imran:152 yang menjelaskan pula tentang sebab-sebab
terjadinya kekalahan dalam perang Uhud bahwa Allah
memenuhi janjinya ketika kaum muslimin membunuh orang-
orang kafir sampai dengan kaum muslimin mendurhakai
perintah Rasulullah sehingga terjadi kekalahan dalam
peperangan. Ada pun Firman Allah ‫ قل هو من عند أنفسكم‬maksudnya
bahwa terjadinya musibah berupa kekalahan dalam perang
Uhud itu disebabkan kesalahan kaum muslimin sendiri dengan
meninggalkan pos yangditugaskan oleh Rasulullah saw. 25

25 Al Zamakhsyari, Tafsir Kasyaf, Jilid I, hal 427

192
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Surah Al Nisa:62

                  

     

62. Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang


munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan
tangan mereka sendiri, Kemudian mereka datang kepadamu
sambil bersumpah: "Demi Allah, kami sekali-kali tidak
menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian
yang sempurna".

Menurut Riwayat al Tabrani dari Abu Zaid Ahmad ibn Yazid dari
Abu al Yaman dari Safwan bin Umar dari Ikrimah dari Ibnu
Abbas, bahwa Asbabun Nuzul ayat ini adalah karena adanya
seseorang yang bernama Abu Barzah al Aslami pendeta Yahudi
yang menjadi hakim bagi mereka, memberi keputusan hal-hal
yang dipersengketakan, didatangi pula oleh orang-orang
musyrikin untuk menyelesaikan masalah masalah yang menjadi
persengketaan, maka turunlah ayat ini. 26

Al Maraghi menafsirkan bahwa ayat di atas menggambarkan


bagaimana keadaan orang munafiq yang menjadikan hakim
selain Rasulullah dengan alasan untuk menghendaki kebaikan di
dalam Mu’amalah dan tercapainya kesepakatan antara mereka
dengan musuh-musuhnya dengan cara mengambil manfaat dan
ketika mereka tertimpa musibah, mereka kembali menjadikan
Rasulullah sebagai hakim mereka padahal mereka hanya
menipu. 27

26 Ibnu Katsir, Tafsir Al Quranul Azhim, Juz I, hal 519


27 Al Maraghi,Tafsir al Maraghi, Jilid II, hal 77

193
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Ibnu Katsir lebih tegas mengatakan bahwa Allah mencela orang-


orang munafiq, bagaimana jika mereka terpaksa datang
kepadamu, disebabkan musibah yang menimpa mereka, akibat
dosa-dosa mereka dan mereka bersumpah untuk membenarkan
tindakan mereka berhakim kepada Thaghut, bahwa mereka
sebenarnya melakukan itu bukan dari hati mereka dan bukan
karena percaya akan kebenaran hakim-hakim, tetapi hanya
sekedar berpura-pura. 28

Sedangkan menurut Quraisy Shihab bahwa ayat ini merupakan


gambaran tentang sifat buruk yang lain dari orang munafiq,
yaitu ketika mereka ditimpa musibah dan dapat juga dipahami
dalam arti ancaman terhadap mereka saat bencana menimpa. 29

Surat Al Nisa: 72

                   

   

Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat


berlambat-lambat (ke medan pertempuran). Maka jika kamu
ditimpa musibah ia berkata” sesungguhnya Tuhan telah
menganugerahkan nikmat kepada saya karena saya tidak ikut
berperang bersama mereka (QS. An Nisa: 72)

Menurut pemakalah kata Musibah pada ayat di atas


mengandung pengertian kekalahan atau terbunuh (dikeranakan
konteks ayat sesuai dengan keadaan peperangan). Menurut Ibnu
katsir bahwa Allah menggambarkan sikap orang-orang Munafiq
yang enggan ikut berperang dan bila terjadi musibah dan

28 Ibnu Katsir, Tafsir Al Quranul Azhim, Juz I, hal 519


29 M. Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah, hal 467

194
Ayat-Ayat Tentang Musibah

kerugian seperti jatuhnya korban dan kekalahan dalam perang


yang mereka tidak ikut, mereka berkata bahwa Allah telah
memberi karunia kepada mereka dengan tidak ikut berperang,
padahal mereka tidak tahu bahwa orang Islam yang wafat di
medan perang adalah Syuhada dan disediakan bagi mereka
pahala yang besar atas kesabaran dan pengorbanan mereka.
Akan tetapi jika Kaum muslimin menang dan memperoleh
Ghanimah (harta rampasan perang) mereka berkata “Alangkah
beruntungnya andaikata kami bersama-sama, niscaya kami akan
mendapat bahagian dari kemenangan dan ghanimah yang
diperoleh itu. 30

Quraisy Shihab mengatakan bahwa ayat di atas menggambarkan


sikap orang munafiq saat panggilan untuk berjihad
dikumandangkan, mereka melambat-lambatkan bahkan berat
hati jika diajak ke medan perang. Bahkan mereka mendorong
orang lain untuk ikut jejak mereka tidak ikut berjuang karena
kelemahan iman mereka. Menurut Quraisy Shihab lebih lanjut
mengatakan bahwa ayat ini merupakan kecaman, sekaligus
menggambarkan sikap aneh dari orang-orang munafiq, pada
saat orang beriman gagal, mereka bersyukur pada saat kaum
muslimin berhasil, mereka sedih. Ketika itu mereka
mengucapkan kata-kata yang sebenarnya sungguh aneh,
keadaan mereka dan ucapan itu sama dengan ucapan orang
yang tidak pernah ada hubungan pergaulan-yang mestinya
akrab, harmonis dan penuh kasih sayang- dengan orang-orang
yang beriman. 31

30 Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’anul Azhim, Juz I, hal 524


31 M Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah, Vol 2, hal. 482

195
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Surat Al Hadid: 22

                  

          

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi ini dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(lauh Mahfudz) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah (QS. Al Hadid: 22)

Ibnu Kasir mengutip riwayat dari Ibnu Jarir ath Tahbari dari
Ya’qub dari Ibnu ‘Aliyah dari Manshur bin Abdurrahman, dia
berkata saya duduk bersama Hasan, ketika Hasan ditanya oleh
seseorang tentang ayat di atas, maka Hasan menjawab, bahwa
siapakah yang ragu tentang hal ini, bahwa tiap kejadian musibah
yang terjadi diantara langit dan bumi semua telah ditentukan
sebelumnya oleh Allah. Apakah musibah itu berupa kekurangan
hasil makanan, tanaman atau yang menimpa manusia pada
dirinya dan keluarganya. Di dalam hadis diterangkan “Tiada
seseorang yang ditimpa musibah terkena duri, terkilir kaki, atau
sakit di dalam urat melainkan semua itu disebabkan oleh dosa
yang dilakukannya, sedang yang dimaafkan oleh Allah jauh lebih
banyak. 32

Al Maraghi menafsirkan ayat di atas bahwa setelah Allah swt


menerangkan bahwa kenikmatan dunia ini akan sirna dan
binasa dan bahwa kebaikan maupun keburukan yang ada
padanya tidaklah kekal, maka dilanjutkan dengan menyatakan
remehnya musibah-musibah yang menimpa orang-orang
mukmin. Karena musibah-musibah itu merupakan kebahagiaan

32 Ibnu Katsir, Tafsir al Qur’anul Azhim, Juz 4, hal 313-314

196
Ayat-Ayat Tentang Musibah

dan ketentraman jiwa mereka. Tanpa musibah-musibah


tersebut, maka mereka akan mengalami kesengsaraan dan
penderitaan. Oleh karena itu tidak sepatutnya mereka bersedih
atas apapun yang luput dari mereka dan tidk perlu bersenang-
senang dengan kelezatan dunia yang fana ini. 33

Menurut Quraisy Shihab, ayat di atas mengingatkan agar


manusia jangan terlalu risau dengan apa yang mungkin
dibisikan syetan menyangkut dampak negatif dari berinfaq dan
berjuang. Kata Musibah menurut Quraish Shihab sebenarnya
mencakup segala sesuatu yang terjadi, baik positif maupun
negatif, baik anugerah maupun bencana. Tetapi kata tersebut
populer digunakan untuk makna bencana. Bahkan Quraisy
Shihab mengatakan ayat diatas bisa saja dipahami dalam
pengertian umum-Yakni selain bencana- karena memang Allah
maha mengetahui segala sesuatu.34

Surat At Taghabun: 11

                     

 

Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang


kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa yang beriman
kepada Allah, niscaya dia akan memberi petunjuk kepada
hatinya dan Allah mengetahui segala sesuatu (QS.At
Taghabun:11)

Menurut Al Maraghi musibah adalah sesuatu yang mengenai dan


menimpa manusia berupa kebaikan dan keburukan. Dan

33 Al Maraghi, Tafsir al Maraghi, Jilid 9, Hal.438


34 M Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah, Vol 14, Hal 43

197
Ayat-Ayat Tentang Musibah

diharapkan bagi manusia untuk bersungguh-sungguh dan


bekerja, kemudian ia tidak usah menghiraukan apa yang
dilakukan terhadap dirinya karena dia tahu bahwa yang
demikian itu di luar kesanggupannya, tidak akan menyulitkan
dan tidak akan menyusahkannya. Orang mukmin mempunyai
dua kewajiban, pertama berusaha dan mencurahkan tenaga
untuk mendatangkan kebaikan dan menolak bencana semampu-
mampunya, kedua, bertawakkal kepada Allah sesudah itu,
karena dia yakin bahwa segala sesuatu itu terjadi menurut
qadha dan QadarNya, sehingga ia tidak bersedih dan susah jika
terjadi keburukan dan tidak pula berkepanjangan dalam
kesenangan jika terjadi kebaikan. 35

Dalam ayat ini Ibnu Katsir berpendapat bahwa Allah


menyatakan tiada sesuatu yang terjadi di alam ini melainkan
dengan kehendak dan kekuasaan Allah, sedang siapa yang
beriman kepada Allah pasti ia akan rela pada putusan Allah,
sedang siapa yang beriman kepada Allah pasti ia akan rela pada
putusan Allah, Qadha dan QadarNya, dengan iman itulah hati
akan mendapatkan ketenangan, karena ia telah yakin bahwa
yang dikehendaki tidak akan terjadi. 36

Dalam salah satu Hadis Rasulullah saw bersabda: Rasulullah


saw bersabda: sungguh mengagumkan keadaan mukmin itu
karena semuanya mengandung kebaikan, apabila ia mendapat
kenikmatan maka ia bersyukur dan hal itu baik baginya dan

35 Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, Jilid 10, hal 126-127


36 Ibnu Katsir, Tafsir al Qur’anul Azhim, Juz 4, hal 375

198
Ayat-Ayat Tentang Musibah

apabila ditimpa kesengsaraan maka ia bersabar dan itu baik


pula baginya, (HR. Muslim). 37

Dalam Tafsir Ar Razi ada beberapa pendapat para ulama tentang


Tafsir dari Lafaz‫ قلبه يهد‬pada ayat tersebut. Ibnu Abbas misalkan
menafsiri potongan ayat tersebut dengan menyelamatkan
karena perintah Allah swt. Para ulama Ahl al Ma’ani
mengartikannya dengan bersyukur ketika mendapatkan
kelapangan dan bersabar ketika terkena musibah. Sedangkan al
Zujaj memaknainya dengan ketenangan. 38

Pendapat lain mengatakan makna‫( قلبه يهد‬Yahdi Qalbahu) adalah


Istirja’ kepada Allah ketika ditimpa musibah, sedangkan
menurut Mujahid adalah dengan bersabar. 39

Sebelum ayat diatas, Allah berfirman mengancam kaum kafir


dengan siksa di neraka, menurut Quraisy Shihab, para ulama
berpendapat bahwa ketika itu kaum musyrikin berkata”kalau
memang kaum muslimin berada dalam kebenaran tentu Allah
tidak akan menjatuhkan bencana atas mereka, termasuk
bencana yang terjadi melalui upaya kaum musyrikin. Untuk
menyingkirkan keresahan itu ayat di atas menyatakan “Tidak
menimpa seseorang satu musibah pun”berkaitan urusan dunia
atau agama kecuali atas izin Allah melalui system yang telah
ditetapkan dan selalu di bawah control dan pengawasanNya.
Siapa yang kufur kepada Allah, maka dia akan membiarkan
hatinya dalam kesesatan dan siapa yang beriman kepada Allah
dan percaya bahwa tidak ada yang terjadi kecuali atas izinNya

37 Abu Husain Muslim bin Hajjaj al Qusyairi An Nisaburi, Shahih


Muslim, (Ttp: Dar Al Ihya Wa al Kutub al Arabiyah,tt), Juz 4, hal
2295
38 Al Razi, Tafsir al Razi, Juz 30, hal 27
39 Az Zamakhsyari,Tafsir Al Kasyaf, Jilid 4, Hal 537

199
Ayat-Ayat Tentang Musibah

“niscaya Dia akan memberi petunjuk hatinya” sehingga dari saat


ke saat ia akan semakin percaya, serta tabah dan rela atas
musibah yang menimpanya sambil mencari sebab-sebabnya dan
semakin meningkat pula amal-amalnya baiknya. Allah
menyangkut segala sesuatu maha kuasa dan Allah menyangkut
segala sesuatu maha mengetahui. Karena itu sabarlah
menghadapi aneka cobaan serta lakukanlah introspeksi dan
taatlah kepada Allah di setiap tempat dan waktu dan taatlah
kepada Rasul dalam segala hal yang diperintahkan. 40

Surat al Maidah: 106

             

               

               

                  



Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu


menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat, maka
hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil
diantara kamu atau dua orang yang berlainan agama dengan
kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu
ditimpa bahaya kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah
sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya

40 M. Quraisy Shihab, Tarsir al Misbah, Vol 14, hal 274-275

200
Ayat-Ayat Tentang Musibah

bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu:”(Demi


Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harga yang
sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib
kerabat dan tidak (pula) kami menyembunyikan persaksian
Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk
orang-orang yang berdosa”(QS. Al Maidah:106)

Dalam satu riwayat dikemukakan bahwa Asbab al Nuzul ayat di


atas adalah karena dua orang nasrani yang bernama Tamim al
Dairi dan ‘Adi bin Bada sering berpulang pergi ke Syam
berdagang sebelum mereka masuk Islam. Ikut bersama mereka
seorang Maula dari Bani Salim yang bernama Badil bin Abi
Maryam yang juga membawa dagangan serta membawa bejana
yang dibuat dari perak. Di perjalanan Badil bin Abi Maryam sakit
dan ia berwasiat kepada kedua orang itu agar harta pusakanya
disampaikan kepada ahli warisnya. Berkatalah Tamim;”ketika ia
mati kami ambil bejana perak dan kami jual dengan harga seribu
dirham, dan uangnya kami bagi dua bersama Adi bin Bada.
Setelah kami sampaikan amanat warisan itu kepada ahli
warisnya, mereka kehilangan bejana perak dan bertanya kepada
kami dan kami katakan bahwa Badil tidak meninggalkan selain
yang telah kami serahkan”.

Setelah Tamim masuk Islam, ia merasa berdosa dari perbuatan


itu kemudian mendatangi ahli waris Badil dan mengaku terus
terang serta menyerahkan uang sebanyak lima ratus dirham dan
sisanya lima ratus dirham ada pada kawannya (Adi bin Bada).
Maka berangkatlah ahli warisnya itu beserta Adi menghadap
Rasulullah saw. Rasulullah saw minta bukti-bukti tuduhan
teradap Adi itu, tetapi mereka tidak dapat memenuhinya.

201
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Kemudian Rasulullah menyuruh mereka menyumpah Adi dan ia


pun bersumpah, maka turunlah ayat ini. 41

Dalam ayat sebelumnya, Allah mengingatkan bahwa tempat


kembali sesudah mati adalah Allah dan bahwa pada hari kiamat
kelak akan ada penghisaban/perhitungan dan pembalasan atas
amal. Di dalam ayat ini Allah memberikan petunjuk supaya kita
berwasiat sebelum meninggal dan bahwa harus diadakan
persaksian terhadap wasiat itu, sehingga tidak hilang dari orang
yang berhak menerimanya.

Kesaksian yang disyari’atkan dalam hal ini ialah kesaksian dua


orang laki-laki diantara kalian dari orang-orang yang adil dan
istiqamah (lurus). Kedua saksi itu dimintai kesaksiannya oleh
orang yang berwasiat atas wasiatnya, sehingga kedua saksi itu
akan memberikan kesaksianya di waktu dibutuhkan. Kata-kata
Minkum pada ayat di atas menurut al Maraghi berari diantar
kaum Mukminin atau kesaksian dua orang lainnya bukan dari
kaum muslimin, jika kalian dalam keadaan bepergian, lalu
terkena bahaya dan melihat tanda-tanda kematian kalian,
sedang kalian ingin berwasiat. Tidak diragukan lagi, di dalam
ayat ini tersirat anjuran untuk menguatkan wasiat dan
memberikan kesaksian terhadapnya. 42

Ayat ini mengandung hukum yang sangat berharga, ada


pendapat bahwa hukum ayat ini Mansukh, tetapi kebanyakan
ulama berpendapat bahwa hukum ini tetap Muhkam, karena jika
itu ada yang berpendapat Mansukh harus menjelaskan buktinya,
demikian pendapat Ibnu Jarir.43

41 Nurcholis, Asbab al Nuzul, Hal 221-222


42 Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, Jilid 3, hal 39-40
43 Ibnu Kasir, Tafsir al Qur’anul Azim, Juz 2, hal 113

202
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Ibnu Zaid sebagaimana dikutip oleh Ibnu Kasir mengatakan,


bahwa ayat ini diturunkan berkaitan dengan adanya seseorang
yang akan meninggal dunia sementara disampingnya tidak ada
orang Islam, hal ini terjadi pada permulaan Islam ketika masih
terjadi perang antara muslim dengan kafir, juga orang-orang
menerima warisnya dengan wasiat, kemudian di mansukhkan
kewajiban wasiat dengan ayat pembagian waris dilakukan oleh
semua orang. Sementara Ibnu Mas’ud ketika ditanya mengenai
ayat ini mengatakan bahwa ayat itu mengenai seorang musafir
membawa hartanya tiba-tiba akan mati, maka jika mendapatkan
dua orang muslim, diserahkan kepadanya hartanya dan
dipersaksikan oleh kedua orang yang adil dari kaum muslimin. 44

Surah al Taubah: 50

               

    

Jika kamu mendapatkan sesuatu kebaikan, mereka menjadi


tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu
bencana, mereka berkata:”Sesungguhnya kami sebelumnya
telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi berperang) dan
mereka berpaling dengan rasa gembira. (QS. Taubah: 50)

Menurut al Maraghi kebaikan adalah sesuatu yang apabila


tercapai akan menyenangkan jiwa, seperti harta rampasan
perang, kemenangan dan lain sebagainya. Yakni segala apa yang
membuat hati gembira seperti kemenangan dan harta rampasan
perang, sebagaimana yang diperoleh dalam perang Badar akan

44 Ibnu Kasir, Tafsir Al Qur’an al Azhim, Juz 2,113

203
Ayat-Ayat Tentang Musibah

membuat orang-orang kafir berduka cita, karena sangat dengki


dan bencinya mereka kepada umat Islam.

Jika kamu ditimpa kesusahan seperti bercerai-berainya pasukan


sebagaimana terjadi dalam perang Uhud, maka dengan
membanggakan buah pikiran dan memuji perbuatannya-
mereka berkata “Kami telah mendapatkan kepentingan kami
dengan memerintahkan supaya berhati-hati, yang merupakan
kebiasaan kami ketika kami tidak turut berperang dan tidak
menjerumuskan diri ke dalam kebinasaan” Mereka
meninggalkan tempat ketika kata kata itu dilontarkan, dengan
rasa gembira di atas penderitaan orang lain. 45

Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim dari Jabir ibn Abdullah bahwa
kaum munafiq yang menyelusup ke Madinah menyebarkan
berita buruk tentang Nabi saw dan para sahabatnya. Mereka
mengatakan bahkan kaum mukminin mendapatkan kesusahan
dalam perjalanannya dan binasa. Namun kemudian sampai
berita tentang kedustaan berita mereka dan selamatnya Nabi
saw beserta para sahabatnya. Akhirnya mereka menerima
akibat yag buruk, lalu Allah menurunkan ayat ini. 46

Allah swt memberitahu Nabi Muhammad saw tentang rasa


dengki dan permusuhan orang orang munafiq terhadap dirinya,
sehingga bila beliau mendapat kebaikan dan karunia seperti
kemenangan dalam suatu peperangan, maka mereka tidak
senang dan merasa jengkel. Tetapi sebaliknya bila beliau
ditimpa musibah dan hal hal yang buruk seperti kekalahan
dalam suatu peperangan, mereka menyambut peristiwa itu
dengan suka ria dan gembira seraya berkata “kami telah

45 Al Maraghi, Tafsir al Maraghi, Jilid 4, hal 110


46 Al Maraghi, Tafsir al Maraghi, Jilid 4, hal 110

204
Ayat-Ayat Tentang Musibah

mengirakan sebelumnya bahwa hal itu akan terjadi, karenanya


kami engggan berangkat turut berperang” maka Allah telah
memberi petunjuk kepada beliau begaimana menghadapi sikap
kaum munafiq itu dan memerintahkan agar beliau menjawab
pertanyaan-pertanyaan mereka itu dengan mengatakan “Sekali-
kali tidak ada sesuatu yang akan menimpa diri kami selain apa
yang telah ditetapkan dan ditakdirkan oleh Allah. Dialah
pelindung kami dan hanyalah kepada-Nya kami dan orang-
orang mukmin bertawakal. 47

Quraisy Shihab menafsirkan ayat di atas dengan mengutip


pendapat al Biqa’i bahwa ayat ini dapat merupakan penjelasan
mengapa nerakan jahannam telah meliputi mereka. Apapun
hubungan yang dipilih yang jelas adalah hati kecil mereka tidak
senang jika Nabi Muhammad saw menang dalam peperangan
bahkan “Jika suatu kebaikan menimpamu wahai Muhammad,
mereka tidak senang karena adanya kedengkian dalam jiwa
mereka”Dan jika suatu bencana menimpamu” walau kecil
seperti ketika terjadi perang Uhud, mereka berkata
sesungguhnya kami, sebelum jatuhnya musibah ini telah
mengambil ancang-ancang yang menyangkut urusan kami
sehingga kami tidak taat kepadanya dan tidak mengikutinya
pergi berperang” dan mereka terus menerus berpaling menuju
tempat mereka “Dalam keadaan mereka amat gembira” akibat
musibah yang menimpamu itu serta keterhindaran mereka.
Katakanlah: kami tidak akan berucap seperti ucapan kalian
karena kami yakin bahwa siapa pun tidak mampu
mendatangkan manfaat atau menampik kemudharatan kecuali
atas izin dan restu Allah swt, tetapi kami akan berucap bahwa
“sekali-kali tidak akan” ada yang “menimpa kami”positif atau

47 Ibnu Katsir, Tafsir al Qur’an al Azhim, Juz 2, hal 370

205
Ayat-Ayat Tentang Musibah

negatif pada lahirnya “Melainkan apa yang telah ditetapkan oleh


Allah bagi kami”.48

Beberapa contoh musibah dalam al Qur’an

Banjir besar yang dialami Nabi Nuh dan umatnya


Allah swt berfirman dalam QS. Al Ankabut 14-15

                

             

     

Dan sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada umatnya,


maka ia tinggal diantara mereka seribu tahun kurang lima puluh
tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar,dan mereka adalah
orang-orang yang zhalim, maka kami selamatkan Nuh dan
penumpang-penumpang bahtera itu dan kami jadikan peristiwa
itu pelajaran bagi semua umat manusia. (QS. Al Ankabut:14-15)

Dalam ayat tersebut Allah menyebut bencana itu sebagai banjir


besar dan seluruh orang kafir pada waktu itu ditenggelamkan.
Besarnya banjir pada waktu itu ditandai oleh beberapa kejadian,
diantaranya adalah gelombang yang menggunung (QS. Hud:42-
43) yang kedua digambarkan Kan’an lari ke puncak gunung,
yang ketiga nabi Nuh diperintahkan untuk membawa serta
binatang berpasang-pasangan artinya bukan hanya manusia
yang mengalami kebinasaan pada waktu itu melainkan juga
binatang-binatang dalam wilayah yang sangat luas, sehingga
dikhawatirkan tidak ada kehidupan yang tersisa (QS. Hud: 40).

48 M.Quraisy Shihab, Tafsir al Misbah, vol 5, hal 583

206
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Musibah Angin yang menimpa nabi Hud dan kaum ‘Ad


Nabi Hud diutus Allah untuk menjadi Rasul di kalangan kaum
‘Ad disebuah wilayah jazirah Arab, antara Oman dan
Hadramaut. Negerinya makmur, maju, peradabannya tinggi,
banyak gedung-gedung yang menjulang, harta benda melimpah
serta binatang ternak maupun hasil buminya memberikan
kesejahteraan kepada kaum Ad. 49 Kaum Ad adalah kaum yang
berperadaban maju, belum ada kaum yang semaju itu
sebelumnya sehingga dengan sombong mereka mengatakan
bahwa mereka adalah bangsa yang hebat dan kuat. Tidak ada
yang lebih hebat dari mereka. 50kesombongan itulah yang
mengantarkan kaum Ad kepada kehancurannya. Allah mengutus
Hud yang merupakan saudara mereka untuk memperingati
mereka, apa pun yang ditunjukan oleh Nabi Hud, tetap saja
mereka tak mau menerima dan tetap pada kekafiran. Maka tidak
ada pilihan lain, jika sudah diperingatkan berkali-kali dan tetap
juga kufur maka Allah mengirimkan angin yang membinasakan
dengan petir yang bersahut-sahutan serta suhu yang sangat
dingin dan keadaan seperti ini berlangsung selama 8 hari dan 7
malam. Maka tumbanglah kaum Ad begitu juga dengan
bangunan mereka.

Petir yang menimpa Nabi Shaleh dan kaum Tsamud


Nabi Shaleh diutus kepada kaum Tsamud untuk memperbaiki
akhlak dan ketauhidan. Akan tetapi mereka menolak dengan
penuh kesombongan, bahkan mengirimkan sembilan orang
terkuatnya untuk membunuh nabi Shaleh dan unta betina yang
menjadi Mukjizatnya. Maka Allah pun menimpakan bencana

49 Lihat QS. Al Fajr: 6-8


50 Lihat QS al Fushilat: 15

207
Ayat-Ayat Tentang Musibah

dahsyat berupa gempa dan petir yang menghancurkan kota


mereka. 51

Musibah hujan batu untuk kamu Luth


Nabi luth diutus oleh Allah untuk meluruskan perbuatan keji
kaumnya yaitu kebiasaan melakukan hubungan seksual antara
sesama laki-laki. Suatu perbuatan yang belum pernah dilakukan
oleh umat-umat sebelumnya. Nabi Luth sangat membenci
perbuatan itu karena Allah tidak meridhainya. 52 Dan berdoa
agar terhindar dari perbuatan keji itu yang akan mendatangkan
bencana. Nabi Luth telah menyampaikan hal itu kepada
umatnya akan tetapi mereka tidak percaya, bahkan semakin
menjadi-jadi.

Dua malaikat (yang menyerupai pemuda) menyuruh Luth dan


kaum beriman agar meninggalkan kota itu di waktu subuh
karena kota itu akan dihancurkan. 53kota mereka dihujani batu
dari langit, istilah Al Qur’an adalah batu dari tanah yang
terbakar. 54

Penyakit yang menimpa Nabi Ayyub


Menurut para Mufassir dan sejarahwan nabi Ayyub adalah
seorang yang kaya, ia memiliki tanah yang luas, unta, lembu dan
kambing yang banyak pula serta berbagai hewan ternak lainya.
Ia juga memiliki banyak hamba sahaya dan berasal dari
kalangan besar dan terpandang. Kemudian Allah mengambil
semua itu lalu menguji dan mencobanya dengan penyakit kulit
di seluruh tubuhnya, kecuali hati dan lisannya. Penyakit Nabi

51 Lihat QS. Al Taubah: 70 dan Al A’raf: 74


52 Lihat QS. Al Syu’ara: 168-169
53 Lihat Hud: 81-82
54 Lihat al Qamar: 34

208
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Ayyub berkepanjangan hingga seluruh orang menjauhinya


bahkan ia diasingkan keluar kota, tinggallah istrinya yang setia
merawatnya selama kurang lebih 18 tahun, walaupun sang istri
pernah berkata kepada Ayyub “Kalau engkau memohon kepada
tuhanmu niscaya dia akan menyembuhkanmu” Ayyub
menjawab “ saya telah hidup selama 70 tahun dalam keadaan
sehat dan masih kurang dibanding sakitku yang kurang dari 70
tahun, namun demikian Ayyub tetap sabar dan tabah dengan
hatidan lisannya ia berdo’a. 55

Allah kemudian mengabulkan doa Ayyub dan melepaskannya


dari ujian dan cobaan yang buruk yang sangat panjang. Harta
dan kekayaan kemudian diperoleh kembaliseperti dahulu,
badanya berangsur sehat, sehingga istrinya sendiri hampir tak
mengenalnya. Itulah balasan dari Allah atas kesabaranya di
dunia, belum lagi di akhirat. 56

Kelebihan dan balasan bagi yang mendapatkan musibah


Menurut Muhammad Yusuf ada lima kelebihan bagi orang yang
ditimpa musibah yaitu;diangkatnya derajat manusia,
menghapus keburukan, menanamkan jiwa yang ikhlas,
mendidik muslim supaya gigih dalam berdakwah dan
mendapatkan syurga. 57

Dalil-dalil yang menyebutkan tentang diangkatnya derajat


manusia yaitu: QS. Al An’am: 165, Allah berfirman:

55 Lihat al Ambiya: 83-84


56 Ibnu Katsir, Tafsir al Quran al Azhim, (Madinah: Maktabah al
‘Ulum wa al Hikam, 1993), hal 183, lihat juga Ibnu Katsir, Qashash
al Ambiya, hal 242-247
57 Muhammad Yusuf, al Insan Baina al Sarra Wa al dharra fi Taswir

al Qur’an al Karim, (Kairo: Dar al Salam, 2002M), hal 127-128

209
Ayat-Ayat Tentang Musibah

            

                 

Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi


dan dia meninggikan kamu sebahagian kamu atas sebahagian
(yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikanNya kepadamu. Sesungguhnya tuhanmu amat
cepat siksaanNya dan sesungguhnya dia maha pengampun lagi
maha penyayang. (QS. Al An’am: 165)

Ar Razi menafsirkan lafazh ‫ درجات بعض فوق بعضكم رفع‬yaitu Allah


meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain,
dimaknai dengan kemuliaan, akal, harta, jabatan dan rizki.
Kesemuanya itu tidak ada gunanya jika manusia lemah, bodoh
dan pelit karena pada intinya apa yang dianugerahkan Allah itu
merupakan ujian bagi manusia. 58

Rasulullah saw bersabda tentang hal ini sebagaimana


diriwayatkan oleh Aisyah:
‫ ما يصيب المؤمن من شوكة فما فوقها االرفعه هللا بها‬: ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫درجة وحط عنه بها خطيءة‬
Rasulullah saw bersabda: Tidak ada yang menimpa seorang
mukmin yang tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali
dinaikan derajatnya oleh Allah dan dihapus kesalahan-
kesalahannya. 59

58Al Razi, Tafsir al Razi, Juz 7, hal 31


59Imam Muslim, Shahih Muslim, Kitab al Bir wa al Shilah wa al
Adab, Bab Tsubut al Mu’min, Juz 2 hal. 427

210
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Kelebihan lainnya yaitu menghapus keburukan manusia, hal ini


sesuai dengan sabda Nabi saw
‫ ما يصيب المسلمين من نصب وال وصب وال هم وال‬: ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫ حتى الشوكة اال كفر هللا بها من خطاياه‬, ‫حزن وال أذى‬
Rasulullah saw bersabda: tidak ada satu cobaan yang menimpa
muslim, seperti sakit, kesusahan, kesedihan, kecemasan,
sekalipun musibah itu hanya tertusuk duri, melainkan Allah
menghapus dosa-dosanya. 60

Kelebihan yang lainnya adalah merupakan penyebab masuk


Syurga, berdasarkan dalil Firman Allah:

              

                  

       

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Syurga,


padahal belum datang kepadamu cobaan, sebagaimana halnya
orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh
mala petaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan), sehinga berkatalah rasul dan orang-
orang yang beriman bersamanya:”Bilakah datangnya
pertolongan Allah?” Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah
itu amat dekat.(QS. Al Baqarah: 214)

Balasan Allah akan diberikan kepada manusia yang lulus dalam


menghadapi musibah adalah memperoleh kasih sayang, rahmat
dan hidayah Allah swt. Hal ini Allah jelaskan melalui firmanNya

60 Imam Muslim, Shahih Muslim,..., Hal 428

211
Ayat-Ayat Tentang Musibah

              

               

 

               

155. Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan


sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-
buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar.
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" 61
157. Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang Sempurna
dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang
yang mendapat petunjuk.

Kesimpulan
Kata musibah merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab
yang sudah diindonesiakan menjadi musibah yang mempunyai
arti sesuatu yang dibenci atau tidak disenangi, sedangkan
menurut istilah, musibah adalah sesuatu yang menimpa pada
perorangan maupun komunitas baik secara tiba-tiba atau
bertahap yang bersifat positif maupun negatif. Sebab-sebab
terjadinya musibah adalah sebagai sunnatullah atau fenomena

61artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepa da -Nya -


lah kami kembali. kalimat Ini dinamakan kalimat istirjaa
(pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya
waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.

212
Ayat-Ayat Tentang Musibah

alam dan musibah karena kesalahan moral manusia sendiri.


Tujuan ditimpanya musibah adalah untuk revitalisasi alam
(tajdid al ‘alam) dan untuk memperbaiki moral manusia. Sikap
yang harus digunakan ketika menghadapi musibah ialah sikap
Istirja’ (yaitu mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah
swt), bersabar atau tabah hati dan bertawaqqal (yaitu
menyerahkan segala perkara dan usaha kepada Allah untuk
mengambil manfaat atau menolak yang mudharat).

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Manzhur Jamaludin muhammad ibn Mukarram al Anshari,


Lisanul Arab, Mesir: al Mu’asarah al Misriyaahal
‘ammah li ta’lif wan naba wan nashr, tt, Juz II

Raghib Al Ashfahani, Mu’jam Mufradat al fazh al Qur’an, Beirut:


Dar al Fikr, tt

Muhammad ibn Yusuf al Syahir bi al Hayyan al Andalusi, al Bahr


al Muhith fi al Tafsir, Beirut: Dar al Fikr, tt, Juz 21
Team Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1988

Ahmad Mustofa al Maraghi, Tafsir al Maraghi, Beirut: Dar Ihya al


Turats al Arabi, 1985 Jilid 7,9
Ibnu Katsir, Tafsir al Qur anul ‘azhim, Madinah: Maktabah al
Ulum wal Hikam, 1993, Juz 3,

M. Quraisy Shihab, Tafsir Al Misbah, Jakarta: Lentera Hati,2002,


vol 10,

213
Ayat-Ayat Tentang Musibah

Muhammad Fakhruddin Al Razi, Tafsir Ar Razi, Beirut: Dar al


Fikr, tt, Juz 27,

Zamakhsyari, Tafsir al Kasyaf, Beirut: Dar al Kutub al Alamiyah,


1995, Jilid IV,

Abi Hasan Ali ibn Ahmad al wahidi, Asbab al Nuzul, Beirut: al


Maktabah al Saqafiyah, 1989

Nurcholish, Asbabun Nuzul,Surabaya: Pustaka Anda, 1997


Abu Husain Muslim bin Hajjaj al Qusyairi An Nisaburi, Shahih
Muslim, Ttp: Dar Al Ihya Wa al Kutub al Arabiyah,tt,
Juz 4,
Muhammad Yusuf, al Insan Baina al Sarra Wa al dharra fi Taswir
al Qur’an al Karim, Kairo: Dar al Salam, 2002 M
Euis Nurasiah Jamil, Musibah dalam Perspektif Al Qur’an
(pendekatan Tafsir Maudhu’i) dalam Tesis,
Jakarta:IIQ, 2008

214
10
TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG
GENDER

Laki-laki terhadapnya perempuan menjadi pelindung dan penjaga dan


kepadanya laki-laki juga jihad dianjurkan.

Tafsir Tematik Al-Quran

Surah Al-Hujarat ayat 13

             

            

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Ayat-Ayat Tentang Gender

Qiraat : al-Bazzy membaca   dengan mentasydidkan

huruf ta’ ‫ارفُوا‬


َ ‫ ِلت َّ َع‬.
I’rab : ‫ لتعارفوا‬bentuk asalnya adalah ‫( لتتعارفوا‬menghilangkan
daripadanya satu dari dua huruf ta’).

Asbabun Nuzul
Dikeluarkan (diriwayatkan) oleh Ibnu Abi Hatim dari Abi
Mulaikah, ia berkata : “Pada saat terjadinya penaklukan (Fathu
Makkah), Bilal naik ke atas Ka’bah dan mengumandangkan azan,
maka berkata sebagian orang “Apakah pantas budak hitam ini
adzan diatas Ka’bah ?”, maka berkata yang lainnya “Sungguh jika
Allah membenci orang ini, pasti Allah menghendaki selainnya”,
maka Allah menurunkan ayat ‫ يأيهاالناس انا خلقناكم من ذكر و أنثى‬.

Sebagai cegahan bagi mereka dari membanggakan nasab,


memperbanyak atau mengunggulkan harta dan menghina fakir
miskin.

Ibnu Asakir dalam kitab Mubhamatnya mengatakan, “Aku telah


menemukan di dalam manuskrip yang ditulis oleh Ibnu
Basykuwal bahwa Abu Bakar bin Abu Daud mengeluarkan
sebuah hadits dalam tafsirnya bahwa ayat ini turun berkenaan
dengan Abu Hindin. Rasulullah memerintahkan Bani Bayadhah
untuk menikahkan Abu Hindin dengan gadis-gadis di kalangan
mereka. Mereka berkata, “Ya Rasulullah, apakah patut kami
menikahkan gadis kami dengan budak-budak ?”, maka turunlah
ayat ini. Az-Zuhri berkata ayat ini diturunkan khusus terhadap
peristiwa Abu Hindin.

Penjelasan Tafsirnya (Persamaan hak diantara manusia dan


Perbedaan derajat taqwa)

216
Ayat-Ayat Tentang Gender

‫ يأيهاالناس‬merupakan seruan awal bagi ahlul Makkah agar mereka


terdidik dengan akhlak atau moral yang selayaknya.. Diseru
dengan sifat manusia karena ia merupakan nama dari setiap
jenis manusia (laki maupun perempuan), kemudian untuk
mendapatkan keserasian penjelasan yang diinginkan serta
menguatkan apa yang dilarang pada ayat sebelumnya.
Khitabnya meliputi seluruh manusia agar terhindar dari
penghinaan (sarkasme) dan fitnah, maka dimulailah ayat ini
‫ يأيهاالناس‬.

Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu


semuanya dari satu silsilah keturunan, dari jiwa yang satu, dari
Adam dan Hawa, maka kalian adalah sama (dalam hal
kedudukan dari segi nasabnya), oleh karena itu janganlah
memposisikan diri dengan membanggakan keturunan. Dan
tidak dibenarkan memperolok-olok dan menyebarkan fitnah
antara satu dan lainnya, karena kita semua adalah saudara.

Dan kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa (ummat yang


besar yang terhimpun dalam berbagai suku), dijadikan bersuku-
suku untuk saling mengenal bukan untuk tidak menghargai dan
saling bersekutu. Maksud Allah menciptakan kamu adalah untuk
mengenal (memahami satu sama lain), bukan untuk
mebanggakan nasab masing-masing.

Dan sesungguhnya perbedaan diantara kamu hanyalah pada


kadar ketakwaan. Maka barangsiapa yang tergolong di
dalamnya, ia menjadi mulia, ditinggikan derajatnya dan
memperoleh keutamaan-keutamaan. Tinggalkanlah
kesombongan, sungguh Allah Maha mengetahui hal ihwal apa
yang kamu kerjakan, yang tersembunyi dalam dirimu (batin),
serta umurmu.

217
Ayat-Ayat Tentang Gender

Maliki menjadikan ayat ini sebagai dalil bagi orang-orang yang


tidak menetapkan atau mensyaratkan kafaah di dalam
pernikahan, kecuali agama (prioritas utama dalam kualifikasi
mazhab maliki ini adalah segi agama), karena Allah ta’ala
berfirman : ‫ إن اكرمكم عندهللا اتقاكم‬.

Diriwayatkan oleh ath-Thabari di dalam Adab an-Nufus, ia


berkata, “Rasulullah saw berkhutbah di Mina pada pertengahan
hari tasyrik seddang beliau berada di atas unta seraya bersabda:
“Wahai manusia, ingatlah bahwa sesungguhnya Tuhan kalian
satu, bapak kalian satu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas
orang non-Arab (‘ajam), orang non Arab atas orang Arab, tidak
pula orang berkulit putih atas orang berkulit hitam, orang
berkulit hitam atas orang berkulit putih kecuali dengan
ketaqwaan. Apakah saya telah menyampaikan ? Mereka berkata,
“ya”. Bersabda nabi “Maka sampaikanlah bagi yang tidak
menyaksikan”.

Diriwayatkan dari Abi Hatim dan at-Tirmidzi dari Ibnu Umar


radhiyallahu ‘anhuma Rasulullah bersabda : “ Wahai manusia,
Sesungguhnya Allah telah melenyapkan dari kalian
kesombongan Jahiliyah dan saling berbangga karena nenek
moyang. Manusia itu ada dua kelompok. Ada yang shalih,
bertakwa, dan mulia di hadapan Allah, ada pula yang celaka dan
hina di hadapan Allah SWT. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
berfirman : .....‫ يأيهاالناس انا خلقناكم من ذكر و أنثى‬, kemudian Nabi
berkata “Aku mengatakan perkataan ini dan aku mohon ampun
kepada Allah untukku dan untukmu sekalian”.

Disebutkan hadits yang dikeluarkan oleh Muslim dan Ibnu


Majah dari Abu Hurairah ra, Rasul bersabda “Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan harta kalian, akan
tetapi Allah melihat kepada hati kalian dan perbuatan kalian”. Di

218
Ayat-Ayat Tentang Gender

lain riwayat yang dinukil oleh ath-Thabrani dari Abi Malik al-
Asy’ari, ia berkata “Berkata Rasulullah saw : Sesungguhnya Allah
tidak melihat pada nasab kalian, tidak kepada anggota tubuh
kalian dan tidak pada harta kalian, tetapi Allah melihat kepada
hati kalian, maka barangsiapa yang hatinya baik maka
mengasihi Allah terhadapnya”.
‫فقه الحياة أو األحكام‬

Ayat di atas mengingatkan kita pada tiga perkara yaitu :


Musawah (persamaan hak), saling mengenal dalam membina
hubungan dengan masyarakat dan yang membedakan satu dan
lainnya adalah dengan taqwa dan amal shalih.

Adapun dalam hal persamaan dan kesetaraan, manusia itu


diberi posisi yang sama dan setara yang diibaratkan seperti gigi
sisir. Maka mereka berasal dari ayah dan ibu yang satu, dan
begitu pula dalam pemenuhan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban dalam melaksanakan hukum (hukum tasyri’), dan ini
merupakan asal atau awal dari tatanan demokrasi yang benar
(tidak ada diskriminatif).

Dan Allah menjelaskan bahwa Dia menciptakan makhluk dari


seorang laki-laki perempuan, dan jikalau ia menghendaki untuk
menciptakannya dari selain keduanya seperti menciptakan
Adam, atau tanpa adanya laki-laki seperti menciptakan Nabi Isa
as, atau tanpa adanya perempuan seperti menciptakan Hawa,
Allah lah yang memiliki kekuasaan dalam segala hal.

Adapun dalam konteks ta’aruf Allah menciptakan makhluknya


bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal,
saling berhubungan dan saling tolong menolong. Jangan saling
menimbulkan perpecahan dan ketimpangan, menanam rasa
benci, fitnah, saling menghina, ghibah yang menyebabkan

219
Ayat-Ayat Tentang Gender

munculnya permusuhan. Dan janganlah membanggakan


keturunan, ras dan asal. Semua ini merupakan point-point
penting yang menjadi inti permasalahan manusia. Adapun
taqwa ia merupakan ukuran atau timbangan perbedaan
diantara manusia, maka ia menjadi mulia disisi Allah,
mendapatkan tempat yang tinggi di dunia dan diakhirat. Orang
yang paling bertakwa memberikan kebaikan tidak hanya bagi
dirinya tetapi juga untuk orang lain.

Berpebpadat Imam Maliki dengan ayat ‫ إناخاقناكم من ذكروأنثى‬atas


dalil bahwa kafaah dalam pernikahan itu tidak dijadikan syarat
kecuali agama. Seperti yang dicontohkan oleh pernikahan bilal
yang menikahi adik Abdurrahman bin ‘Auf, pernikahan Zaid
ibnu Haritsah dengan Zainab yang memandang kafaah dalam
agama saja. Berkata di dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Ahmad dan lainnya di dalam kutub at-sittah, berkata nabi saw :
“Wanita dinikahi karena hartanya, karena kedudukannya,
kecantikannya dan karena agamanya. Maka perhatikan dan
pilihlah karena agamanya (sebab kalau tidak), niscaya kamu
celaka”.

Surah An-Nisa ayat 32

                

                

     

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan


Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian
yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada

220
Ayat-Ayat Tentang Gender

apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada
bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada
Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.”

Qiraat : Ibnu Katsir, al-Kisa’y dan Khalaf membaca ‫وسئلوهللا‬


dengan ‫ ( وسلوهللا‬tidak membaca atau menghilangkan hamzah).

I’rab : ‫ وسئلوهللا من فضله‬maf’ulnya mahzhuf (yang dibuang atau


dihapus) untuk penggunaan general. Jadinya mintalah kamu
kepada Allah apa yang dikehendaki dari kebaikannya dan
kenikmatannya yang banyak.

Balaghah : Maujud ithnab didalam kalimat ‫ نصيب م ّما اكتسبوا‬dan


‫ نصيب م ّما اكتسبن‬. ‫ م ّما اكتسبوا‬di dalamnya ada isti’arah taba’iyah
(isti’arah yang lafaznya berupa isim musytaq atau fi’il). Asal dari
lafaz ‫ اكتسبوا‬: ‫ االكتساب‬, dan ini merupakan pendapat Ibnu Abbas
yang menjelaskan maksud yang demikian itu adalah hak waris.

Mufradat Lughawiyah :
‫ وال تتمنوا‬: ‫( التمنى‬hasrat keinginan atau harapan).
‫ ما فضل هللا به بعضكم على بعض‬: Jangan iri terhadap apa yang telah
dikaruniakan Allah dalam hal dunia maupun agama, karena hal
itu bisa mengarahkan kepada rasa dengki (iri) dan kebencian.
‫ للرجال نصيب‬: keuntungan (fortune) dan takdir (destiny) .
‫ مما اكتسبوا‬: Dengan sebab apa yang dia hasilkan dari jihad atau
selainnya.
‫ وللنسآء نصيب م ّما اكتسبن‬: oleh sebab ketaatan kepada suami
(pasangannya) dan menjaga kemaluan mereka.
‫ من فضله‬: yaitu kebaikan dan nikmatnya. Maka apabila kamu
meminta sesuatu yang anda butuhkan kepadanya, dia mentaati
kamu.

221
Ayat-Ayat Tentang Gender

‫ إن هللا كان بكل شيئ عليما‬: Dan daripada-Nya lah segala keutamaan
dan tempat kita berharap (memohon sesuatu).

Asbabun Nuzul
Diriwayatkan dari at-Tirmidzi dan Hakim dari Ummu Salamah,
ia berkata : “Kaum lelaki ikut berperang, sementara kaum
wanita tidak, dan kami hanya mendapat separuh dari kaum
lelaki dalam hak waris. Maka Allah menurunkan ‫وال تتمنوا ما فضل هللا‬
‫ به‬dan ‫ إن المسلمين والمسلمات‬.

Ibnu Abi Hatim juga mengeluarkan sebuah riwayat dari Ibnu


Abbas, ia berkata : “Seorang istri Nabi saw datang kepadanya,
lalu berkata “Wahai Nabi Allah, bagian seorang lelaki sama
dengan bagian dua orang wanita dan kesaksian dua orang
wanita sebanding dengan seorang lelaki. Apakah kami dalam
beramal begitu juga ? yaitu amalan baik seorang wanita dicatat
baginya separuh kebaikan ? Maka Allah menurunkan ‫وال تتمنوا ما‬
‫ … فضل هللا به‬hingga akhir ayat.

Penjelasan ayat dan Fiqh ahkam


Allah melarang orang-orang mukmin dari rasa dengki dan
hasrat dari apa yang diberikan Allah kepada sebagian kamu atas
sebagian yang lain dari segi keunggulan maupun harta. Karena
itu merupakan bagian yang Allah takdirkan kepada hambanya
disertai hikmah, tadbir dan pembelajaran bagi hambanya (agar
tidak melampaui batas) atau maksudnya sesuatu bagian
keuntungan yang diberikan Allah dalam kelapangan rizki,
seperti firman Allah :

                     

     

222
Ayat-Ayat Tentang Gender

Dan Jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya


tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi
Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran.
Sesungguhnya Dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-
Nya lagi Maha melihat.

Maka diharapkan bagi setiap orang agar ridha dengan


bagiannya, menggunakannya untuk kemaslahatan bukan untuk
membuat kerusakan, maka dari itu tidak boleh bagi kita iri
dengki kepada saudaranya dari hasil keberuntungan yang
dicapainya. Dan dhahir ayat ini menunjukkan bahwa tidaklah
dengan angan-angan sesorang mencapai atau menguasai
sesuatu baik berupa kekayaan maupun harta, tetapi setiap
proses di dalamnya itu ada persaingan. Sebagaimana firman
Allah :

                

             

      

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami


telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam
kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”

Berkata Ibnu Abbas : Janganlah diantara kamu sekalian


mengatakan, “Seandainya saja aku diberikan harta dan nikmat
dan wanita yang baik seperti si Fulan menjadi milikku, maka itu
merupakan perasaan dengki, akan tetapi katakanlah ‫الله ّم أعطني‬

223
Ayat-Ayat Tentang Gender

‫”مثله‬. Sebagian yang lain mengatakan, “janganlah iri hati


terhadap apa yang Allah karunia yang telah dilebihkan Allah
kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain, karena
sesungguhnya tidaklah dimaksudkan disini ia menuntut
kehilangan harta dari lainnya, tetapi menuntut dan meminta
nikmat yang khusus menjadi miliknya. Inilah yang memicu
tumbuhnya rasa dengki. Maka janganlah manusia mengatakan “
Ya Allah berikanlah kepadaku kedudukan seperti kedudukan si
Fulan, tetapi katakanlah “ya Allah berikanlah kepadaku apa yang
baik untukku di dalam agamaku dan duniaku dan mata
pencaharianku”.

Maka berkata, “‫ ”وسئلوهللا من فضله‬yaitu mintalah kepada Allah apa


yang kamu kehendaki dari kebaikan dan kenikmatan, karena
Allah akan memberikannya jika Ia berkehendak, jangan iri
terhadap milik orang lain karena hasrat angan-angan tidak
mendapatkan apa-apa. Tirmidzi dan Ibnu Mardawaih
meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata : Rasulullah
saw bersabda “Mohonlah kalian kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya, karena sesungguhnya Allah suka bila diminta. Dan
sesungguhnya ibadah yang paling utama adalah orang yang suka
menunggu jalan keluar”. Dan dikeluarkan oleh Ibnu Majah dari
Abu Hurairah rasul berkata, “Barangsiapa yang tidak meminta
kepada Allah, maka Ia marah kepadanya”.

Dan makna firman-Nya : ‫ إن هللا كان بكل شيئ عليما‬, Allah mengetahui
terhadap orang yang berhak memperoleh dunia, lalu dia
memberikan dunia sebagian dari duniawi, juga terhadap orang
yang berhak mendapat kemiskinan, lalu Dia membuatnya
miskin. Dia mengetahui terhadap orang yang berhak mendapat
pahala akhirat, lalu dia memberikannya taufik untuk
mengamalkannya, Mengetahui terhadap orang yang berhak

224
Ayat-Ayat Tentang Gender

memperoleh kehinaan, lalu Dia membuatnya hina hingga tidak


dapat melakukan kebaikan dan penyebab-penyebabnya.

Allah melarang orang mukmin untuk berandai-andai, karena


akan menjadikan manusia lupa diri dan ajalnya. Tetapi
dibolehkan iri pada dua hal seperti yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan lainnya bahwa Nabi saw bersabda : Tidak boleh
seseorang iri terhadap orang lain kecuali dalam dua hal yaitu
seseorang yang diberi pengertian al-Qur’an lalu ia
mempergunakannya sebagai pedoman amalnya siang dan
malam dan seseorang yang diberi oleh Allah kekayaan harta lalu
ia membelanjakannya siang dan malam untuk segala amal
kebaikan”. Maksud ‫ ال حسد‬disini yaitu jangan kita merasa bahagia
terhadap dua keagungan dan keutamaan dari dua hal ini yang
disebutkan (berusahalah memperoleh hal demikian juga).
Berkata Bukhari ini seperti gambaran bab dari hadits ini yaitu
‫باب االعتباط فى العلم والحكمة‬. Intinya adapun jika iri terhadap
perbuatan yang shalih maka dibolehkan.

Dijelaskan juga bahwa berangan-angan merupaka tabiat atau


kebiasaan orang malas, tidaklah berangan-angan melainkan ia
lemah cita-cita dan lemah keimananya. Dan hasrat yang tidak
tercapai dalam ayat ini adalah hasad. Dan dia adalah orang-
orang yang Allah rendahkan atau hinakan di dalam firman-Nya :

             

“Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad)


lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?..”

Dalam ayat ini juga menjelaskan adanya kesetaraan hak antara


laki-laki dan perempuan dari hasil yang dikerjakan. Laki-laki
memperoleh haknya dalam warisan, begitu pula perempuan.
Maka bagi perempuan ia memperoleh balasan dalam kebaikan

225
Ayat-Ayat Tentang Gender

‫ بعشر أمثالها‬, sebagaimana laki-laki juga memperoleh haknya


dalam warisan lebih dari hak perempuan karena tanggungan
nafkahnya.

Perintah untuk memohon kepada Allah adalah wajib. Sungguh


meminta kepada Allah dari karunia-Nya di dalam agama dan
dunia adalan perintah wajib. Berkata Abu Sufyan bin Uyainah
“Tidaklah diperintahkan untuk meminta kecuali akan diberikan
kepadanya.

Surah An-Nisa ayat 34

                   

                   

        

             

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh


karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)
atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-
laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu
Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah
telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu
khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya
Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.

226
Ayat-Ayat Tentang Gender

I’rab : ‫ بما حفظ هللا‬, disebut dalam bentuk masdar , maksudnya


mereka dipelihara oleh Allah, sesuatu yang dijaga oleh Allah.

Balaghah :
‫ واهجروهن في المضاجع‬: Kinayah (kiasan) terhadap jima’.
‫ الرجال قوامون‬: Sighat Mubalaghah, dalam bentuk jumlah ismiyah
untuk maksud (sesuatu ketetapan yang tidak bisa diubah). Dan
terdapat ‫( جناس اشتقاق‬dasar kesamaan bunyi kata) didalam kata
‫ حفظت‬dan ‫بما حفظ‬.

Munasabah : Allah ta’ala mengingatkan disini tentang


keutamaan laki-laki atas perempuan, setelah pada ayat
sebelumnya dijelaskan perolehan warisan tergantung kepada
tanggung jawab yang diembannya. Dan melarang berangan-
angan atau iri hati baik laki-laki maupun perempuan terhadap
apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu terhadap
sebagian yang lain.

Asbabun Nuzul :
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Hasan Basri, ia berkata :
“Seorang wanita mendatangi Nabi saw dan mengadukan bahwa
suaminya telah menamparnya. Rasulullah bersabda “Qishas
(balaslah sebagai qishasnya)”, Maka Allah menurunkan ayat
“‫”الرجال قوامون على النساء‬, maka wanita itu pulang tanpa meng-
qishasnya.

Berkata Muqatil : Ayat ini turun berkenaan dengan peristiwa


Sa’ad bin ar-Rabi’ dan istrinya Habibah binti Zaid bin Abu
Hurairah, keduanya dari kaum Anshar. Dan ketika Habibah
membangkang kepada suaminya (menolah perintah suami),
maka suami menamparnya. Nabi berkata : “Balaslah suaminya
dengan setimpal, keduanya kembali menemui Sa’ad untuk
membalas. Maka Nabi saw berkata “Kembalilah, Jibril datang

227
Ayat-Ayat Tentang Gender

menyampaikan wahyu al-Qur’ân ini” .Lalu Allah menurunkan


ayat ini. Kemudian Rasulullah mengatakan “aku menghendaki
ini tetapi Allah menghendaki yang lain, kehendak Allah tentu
lebih baik”

Penjelasan ayat :
Bahwa laki-laki adalah penanggung jawab, penjaga, dan
pemimpin, hakim sekaligus pendidik perempuan. Laki-laki
terhadapnya perempuan menjadi pelindung dan penjaga dan
kepadanya laki-laki juga jihad dianjurkan. Karena itulah ia
mendapatkan double hak waris ketimbang perempuan karena
tanggungan nafkah atasnya. Pendapat ini berlandaskan kepada
dua hal; pertama, kekuatan fisik laki-laki adalah ciptaan
sempurna, memiliki nalar dan pemahaman yang kuat. Oleh
karena itu. Laki-laki memiliki tugas yang tidak diamanahkan
kepada perempuan yaitu risalah kenabian, imam, menegakkan
syiar antara lain azan, iqamah, menetapkan thalak, dibolehkan
kepada mereka berbilang istri, memadai kesaksia mereka dalam
jinayat dan hudud serta memperoleh lebih banyak dalam hak
waris dan lainnya. Kedua, laki-laki berkewajiban memberikan
nafkah kepada keluarga dan kaum kerabat, serta memberikan
mahar kepada istrinya sebagai penghormatan terhadapnya.

Ayat ini mengandung beberapa hukum diantaranya :


Itsbat kepemimpinan laki-laki dalam rumah tangga dan
keutamaan laki-laki atas perempuan dalam urusan rumah
tangga.

Laki-laki berhak memberikan pendidikan kepadanya istrinya


jika mereka melakukan penyimpangan. Berdasarkan firman
Allah :

               

228
Ayat-Ayat Tentang Gender

Wajib bagi istri mentaati suami selama mereka tidak bermaksiat


kepada Allah. Suami pemimpin terhadap hartanya dan istrinya
sendiri dan menjaga diri dari ghibah. Sebagaimana Sabda Rasul
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah : “Kalaulah
aku diperintahkan untuk bersujud terhadap seseorang selain
Allah, sungguh aku kan memerintahkan perempuan untuk
bersujud kepada suaminya”.

Haram bagi suami mengambil mahar yang telah diberikan


kepada istrinya kecuali istrinya mengizinkannya. Karena Allah
ta’ala menjadikannya pemimpin atasnya (istri)- dengan sighat
mubalaghah.

Wajib bagi suami untuk member nafkah kepada istrinya.


Ketidakmampuan suami dalam memberikan nafkah sebagai
Pembina rumah tangga, memberikan hak perempuan untuk
mengajukan persetujuan fasakh. Karena ini menghilangkan
syarat yang diwajibkan dalam pernikahan. Atas dasar ayat : ‫و بمآ‬
‫انفقوا من أموالهم‬. Dan ayat ini juga sekaligus menjadi dalalah (dalil)
yang jelas membolehkan fasakh dalam pernikahan ketika suami
tidak mampu member nafkah dan pakaian.

Syariat dan petunjuk bagi mereka (suami-istri) jika terjadi suatu


perselisihan. Maksudnya memberi peljaran kepada isteri yang
dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula diberi
nasehat, bila nasehat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari
tempat tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah
dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak
meninggalkan bekas. Bila cara pertama telah ada manfaatnya
janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.

Menahan diri dari berbuat dhalim. Menunjuki pada firman Allah


‫ فان اطعناكم‬yaitu meninggalkan nusyuz ‫ فال تبغوا عليهن سبيال‬atas

229
Ayat-Ayat Tentang Gender

pengharaman berlaku dhalim dari laki-laki terhadap


perempuan, jangan menyakitinya dengan perkataan dan
perbuatan.

230

Anda mungkin juga menyukai