Setelah membaca dan memahami Materi ajar ini saya melihat Berdasarkan pada pandangan ontologis pada
Alquran seperti di atas, maka para penafsir kontemporer memiliki asumsi bahwa
1) Alquran sebagai kitab petunjuk maka ia harus menjadi rahmat bagi seluruh alam,
2) tafsir Alquran adalah sesuatu yang berbeda dengan Alquran, maka tafsir itu bersifat relatif dan tentatif,
3) menafsirkan Alquran sebagai upaya memahami maksud Allah, meniscayakan penggunaan kerangka kerja
hermeneutika
4) tafsir Alquran tidak boleh memihak pada kepentingan mazhab tertentu. Artinya tafsir harus terbuka, kritis
dan ilmiah.
Tafsir kontemporer telah memberikan kontribusi yang sangat banyak terhadap berbagai persoalan ummat di
era modern. Di antaranya memunculkan metode-metode baru dalam penafsiran al-Qur’an yang menghasilkan
berbagai konstruksi pemikiran baru dalam khazanah keilmuan Islam baik dalam bidang aqidah, fiqih
(mu’amalah) maupun akhlak (etika). Lebih dari itu para mufassir kontemporer juga berupaya memunculkan
gagasan-gagasan baru dalam lapangan politik, ekonomi, militer dan sosial masyarakat.
1. Apa pengertian tafsir Tematik ?
Menurut sebgian ulama metode tematik dipandang sebagai yang paling obyektif, tentunya dalam
batas-abatas tertentu. Dikatakan obyektif karena sesuai maknanya, kata al-maudhu' berarti Sesutu
yang ditetapkan di sebuah tempat dan tidak ke manamana Metode ini dikembangkan oleh para
ulama untuk melengkapi kekurangan yang terdapat pada khazanah tafsir klasik yang didominasi
oleh pendekatan tahlili, yaitu menafsirkan ayat demi ayat sesuai dengan susunannya dalam mushaf.
istilah tafsir tematik baru popular pada abad ke 20, tepatnya ketika ditetapan sebagai mata kuliah di
Fakultas Ushuluddin Universitas al-Azhar pada tahun 70-an, tetapi embrio tafsir tematik sudah
lama muncul.
3. beberapa syarat dalam menerapkan metode tafsir Tematik ?
1. Bagaimana menyatukan antara teks al-Quran dan makna hadits yang berkualitas sahih itu.
Hrus dilengkapi dengan pemaparan penafsiran kontekstual para sarjana tafsir generasi setelah mereka.
Dalam hal ini, penafsiran kontekstual at-Thabari (224-310 H.) dan Muhammad Rasyid Ridha (1865-1935) juga
perlu dielaborasi. Tokoh pertama dikenal sebagai sarjana tafsir ulung klasik yang karya tafsirnya Jami’ al-
Bayan ‘an Ta’wil Ayi AlQurandiakui secara luas sebagai induk dan rujukan utama tafsir bi al-ma’tsur dan
mewakili tafsir-tafsir klasik. Sementara itu, tokoh kedua dikenal sebagai sarjana tafsir modern-kontemporer
yang berpengaruh besar dalam pemikiran Islam dewasa ini dan karya tafsirnya Tafsir alManar mendapatkan
apresiasi luar biasa sehingga cukup mewakili tafsir-tafsir modern-kontemporer.
2. Apakah tafsir kontekstual menyalahi kaidah tafsir yang sudah disepakati oleh para ulama Ulum al-Quran.
3. Lalu bagaimana agar tafsir kontemporer dan tafsir kontekstual tidak menyalahi kaidah yang sudah disusun
oleh para Ulama al-Quran.