Anda di halaman 1dari 4

Analisis Tafsir Maudhu’I Perspektif Abu Farhah & Al-Farmawi

Metode tafsir maudhui adalah metode yang membahas ayat-ayat Al-Qur’an dengan tema
atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan dihimpun, dan kemudian dikaji
secara mendalam dan tuntas, dari berbagai aspek yang terkait demganya, seperti asbabu nuzul,
kosa kata dan sebagainya. Semua dijelaskan dengan rinci dan tuntas, serta didukung oleh dalil-
dalil dan fakta-fakta yang dipertanggung jawabkan secara ilmiah, baik argument itu berasal dari
Al-Qur’an, hadits, pemikiran rasional.
Adapun kitab yang menggunakan metode tafsir diatas adalah :
a. Al-Futuhat al-Rahbaniyah fi al-Tafsir al-Maudhu’I li al-Ayat al-Qur’aniyah, karya
Prof. Dr. Al-Husaini Abu Farhah
b. Al-Bidayah fi at-Tafsir al-Maudhu’I, karya Prof. Dr. Abdul Hayi al-Farmawi

Kedua kitab tersebut merupakan kitab yang membahas mengenai cara-cara atau langkah-
langkah dalam menyajikan tafsir maudhui. Dalam pandangan al-Farmawi, tafsir maudhu’I
mempunyai dua macam bentuk kajian, kajian yang pertama ialah pembahasan satu surat secara
menyeluruh dan utuh dengan menjelaskan maksudnya yang bersifat umum dan khusus,
menjelaskan korelasi antara berbagai masalah yang dikandungnya, sehingga surat itu nampak
dalam bentuknya yang betul-betul utuh dan cermat, kedua menhimpun sejumlah ayat dari
berbagai surat yang sama-sama membicarakan satu masalahternteu, ayat-ayat tersebut disusun
sedemikian rupa dan diletakkan dibawah satu tema bahasan, dan elanjutnya ditafsirkan secara
maudhu’i.
Al-Farmawi didalam kitanya memberikan langkah atau prosedur yang harus ditempuh oleh
mufasir dengan metode maudhu’I kurang lebih ada tujuh langkah yang harus ditempuh.1.
Mengenai langkah-langkah yang h arus ditempuh oleh mufasir dalam menggunakan pendekatan
tafsir tematik atau maudhu’I dapat dirinci sebagai berikut :

1. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik)


2. Melacak dan menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah yang
dibahas tersebut
3. Menyusun runtuan ayat-ayat sesuai dengan masa turunya, disertai dengan
pengetahuan tetang latar belakang turunya ayat atau asbab al-Nuzulnya
4. Memahami korelasi munasabah ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing
5. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna, sistematis dan utuh (outline)
6. Melengkapi penjelasan ayat dengan hadits, riwayat sahabat dan lain-lain yang relevan
bila dipandang perlu sehunga pembahasan menjadi semaki semurna dan semaik jelas
7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-
ayat yang mempunyai pengertian yang sama, atau memngompromikan antara yang

1
Abdul Hayy al-Farmawi 2002, Jurnal Iman dan Spiritualitas.
‘am (umum) dan yang khas (khusus), mutlaq dan muqayyad (dibatasi), atau yangpada
lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara tanpa
perbedaan atau pemaksaan.

Dalam kaita ini bahwa permasalahan yang diangkat oleh tafsir tematik ini hendaknya
memprioritaskan pada persoalan yang menyentuh masyarakat dan dirasaka secara
langsung oleh mereka, sehingga tema yang dipilihnya selalu menarik dan tetap actual.

B. Kelebihan dan Kelemahan Metode Maudhu’I Perspektif Al-Farmawi

Metode tafsir maudhu’I dinilai sebagai metode yang paling coock dugunakan diera modern
kontemporer ini, setidaknya inilah yang disebutkan oleh Al-Farmawi dalam kitabnya ( Al-
Bidayah fi at-Tafsir al-Maudhu’I ), alasanya karena bisa menjawab permasalahan
kekinian,sebaimana yang sudah dijelaskan walaupun metode ini termasukrelatif baru, namun
benih-benihnya sudah ada dimasa Nabi SAW dan tatara transisinya sudah dilakukan oleh para
ulama’ klasik. Titik tolak ukur dalam metode tfsir maudhui menurut beliau adalah dengan
nash Al-Qur’an kemudian menganalisis ayat-ayatnya dan akhirnya bisa memberika jawaban
masalah yang ada, masih dalam pendapat beliau, bahwa para ulama masa kinisangatlah
disayangkan karena tidak adanya minat mereka untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an
yang berbicara tentang satu tema tertentu dan menjelaskan keseragaman misinya walaupun
memiliki latar belakang yang berbeda. Beliau mengikuti pernyataan imam As-Syatibi dialam
itab muwafaqatnya dan menyatakan bahwa satu walaupun memiliki hukum dan makna
berbeda, sesungguhnya memiliki tujuan yang sama .
Metode tafsir maudhu’I menurut Farmawi ada dua macam antara lain sebagai berikut :
1. Mengkaji sebuah surah dengan kajian universal yang didalamnya dikemukakan misi
awalnya dan utamnya serta antara kaitan surah dengan yang lain.
2. Menghimpun seluruh ayat Al-Qur’an yang berbicara dengan tema yang sama.

Macam yang pertama ini lebih menitik beratkan pada kajiansuratyang memiliki beberapa
tema dan mengkaji makna iti dari surat tersebut. Sedangkan macam yang kedua, merupakan
kajian tematik ayat yang berusaha mengumpulkan semua ayat yang relevan dengan satu tema
tertentu.
Ugensitas metode ini menurut Farmawi adalah karena fungsi dan manfaatnya yang sesuai
dengan selera, pemikiran, dan kepentingan orang-orang masa kini, serta sejalan dengan
perkembangan zaman. Beberapa keistemawan metode tafsir maudhui juga disebutkan oleh
Farmawi, yaitu seabgai berikut :
1. Metode ini mnghimpun semua ayat yang memiliki kesamaan tema
2. Peneliti dapat melihat keterkaitan antara ayat yang memiliki kesamaan tema
3. Peneliti dapat menangkap ide Al-Qur’an yang sempurna dari ayat-ayat yang memiliki
kesamaan tema
4. Metode ini dapat menyelesaikan ksan kontradisksi antara ayat-ayat yang selama ini
dilontarkan oleh orang-orang yang berniat jelek dan dapat menghilangkan
kontradiktifitas antara ayat Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan
5. Metode ini sesuai dengan tuntutan zaman modern
6. Dapat menungkap tema-tema dalam Al-Qur’an dn dimungkinkan untuk sampai pada
hukum-hukum Allah dengan cara yang jelasdan mendalam serta bisa menghilangkan
kemusykilan yang terdapat pada ayat-ayat Al-Qur’an
7. Metode ini bisa mengantar pelajar secara umum untuk sampai pada petunjuk Al-
Qur’an dengan mudah, tanpa harus menyimak kitab-kitab tafsir yang sangat beragam.

Didalam metode tersebut terdapat juga kelemahan-kelemahan yang dapat kita ketahui
diantaranya adalah :
1. Memnggal ayat Al-Qur’an , yaitu hanya mengambil satu kasus atau satu ayat yang
lebih yang didalamnya mengandung banyak permasalahan.
2. Membatasai permasalahan ayat. Hal ini dikarenakantafsir maudhu’I ini
menetapkan judul yang akan dibahas, sehingga pemahaman mejadi terbatas pada
permasalahan yang dibahas tersebut.
C. Contoh penafsiran metode maudhu’i
Allah menciptakan manusia tidak sekaligus, melainkan secara revolusi (bertahap) dimulai
dari sari pati tanah, nuthfah, darah, daging,kemudian menjadi manusia yang utuh secara fisik,
setelah itu baru ditiupkan ruh. Kesimpulan ini didukung oleh firman Allah swt didala surah Nuh
14 :
“Padahal dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian”
Ayat-ayat itu tidak menyangkut penciptaan Adam selaku manusia pertama, melainkan
pembicaraan penciptaan manusia selanjutya setelah Adam tercipta. Kesan tersbut sebenarya tak
perku timbul jika diperhatikan pada surah Ali-Imran 59 :
Sesungguhnya missal (penciptaan) Isa disisi Allah, adalah seperti prnciptaan adam, Allah
menciptakan Adam dari tanah, Allah berfirman kepadanya: jadilah (seorang manusia), maka
jadilah dia.
Dengan penjelasan ayat 59 surah Ali-Imran itu, maka jelaslah bahwa penciptaan adam tidak
langsung dari tanah liat, sebagaimana difahami oleh sebagian ulama’ melainkan juga melalui
proses.
Dalam kisah ini tampak jelas bahwa Allah menegaskan tentang kesamaan asal-usul Isa melaui
proses yang berbeda karena Isa dinyatakan oleh Allah secara eskplisit mempunyai ibu, sementara
Adam tidak disebut ayah dan ibunya.

Anda mungkin juga menyukai