ULUMUL QUR’AN II
JUDUL
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya jualah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Solawat serta salam semoga selalu tercurah untuk suri tauladan kita
yakni baginda Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, dan sahabatnya serta
para pengikutnya. Semoga kita semua mendapatkan syafa’at beliau di hari
kiyamat kelak, amin.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada Dosen pengampu mata kuliyah Ulumul Qur’an II
Bapak Dr. H. Ali Imran, M.A. Makalah ini adalah salah satu tugas yang diberikan
agar kami dapat mempelajari bagian-bagian yang sangat penting dalam Ulumul
Qur’an II.
kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
pepatah mengatakan “ Tak ada Gading yang tak retak, tak ada manusia yang
sempurna, tak ada keberhasilan tanpa pengorbanan dan perjuangan, kami
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari teman-teman
sesama mahasiswa (i) atau Dosen pengampu untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga amal dan kebaikan bapak/ibu,
saudara/saudari dibalas oleh Allah SWT. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
B. Tujuan.........................................................................................................3
C. Manfaat ......................................................................................................3
B. Metode-Metode Tafsir.................................................................................6
2. Metode Ijmali................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran adalah sumber ajaran Islam. Laksana samudera yang keajaiban
dan keunikannya tidak pernah sirna di telan masa, sehingga lahirlah bermacam-
macam tafisr dengan metode yang beraneka ragam. Al-Qur’an merupakan satu
diantara empat Kitâbullâh yang diturunkan Allah swt. ke bumi sebagai pedoman
bagi kehidupan ummat manusia, khususnya ummat nabi Muhammad saw yang
bertaqwa2 . Secara harfiah al-Qur’an adalah “bacaan sempurna” merupakan
nama yang dipilihkan Allah untuknya yang sunguh tepat, karena tiada satu
bacaan pun sejak manusia mengenal baca tulis, sejak lima ribu tahun yang lalu,
yang dapat menandingi al-Qur’an al-Karim. Kehadirannya telah memberikan
pengaruh yang sangat luas dan mendalam terhadap jiwa dan tindakan manusia,
oleh kaum muslimin Kitab Suci ini dipandang sebagai wahyu yang diturunkan
Tuhan kepada manusia melalui nabi Muhammad saw.
Di samping itu, ia menjadi satu fenomena yang unik dalam sejarah agama:
satu sisi ia merupakan dokumen historis yang mereflesikan situasi sosio-
ekonomis, religius, dan politik masyarakat Arab abad ke-7 masehi. Pada sisi
yang lain, al-Qur’an juga merupakan sebuah buku petunjuk dan tata aturan
berjuta-juta manusia yang ingin hidup dibawah naungannya dan yang mencari
makna kehidupan mereka di dalamnya. Para ulama telah menulis dan
mempersembahkan karya-karya mereka dibidang tafsir ini, dan menjelaskan
metode-metode yang digunakan oleh masing-masing tokoh penafsir, metode
metode yang dimaksud adalah metode tahliliy, ijmali, muqaran, dan maudhu’i.
Banyak cara pendekatan dan corak tafsir yang mengandalkan nalar,
sehingga akan sangat luas pembahasan apabila kita bermaksud menelusurinya
satu demi satu. Untuk itu, agaknya akan lebih mudah dan efesien, pembahasan
didalam makalah hanya mengambil empat metode tafsir saja
yaitu tahliliy, ijmaliy, muqaran, dan maudhu’i. Pentingnya metode
tafsir tahlili, ijmali, muqaran dan maudhu’i dalam menafsirkan ayat-ayat Al
Quran adalah untuk membantu dan memudahkan bagi orang yang ingin
mempelajari dan memahami ayat Al-Quran itu sendiri. Dan mengingat empat
metode tersebut telah menjadi pilihan banyak mufassir (ulama tafsir) dalam
karyanya. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan membahas lebih jelas
mengenai metode tahliliy, ijmaliy, muqaran, dan maudhu’i.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Metode-Metode Penafsiran Al Quran?
2. Apa saja tafsir yang dipakai para Ulama dalam Menafsirkan Al Quran?
3. Bagaimana para Mufassir mengaplikasikan Metode-Metode Penafsiran Al
Quran dalam menjelaskan Al Quran?
C. Tujuan
1. Memahami tentang Metode-Metode Penafsiran Al Quran.
2. Mengetahui Metode-Metode Penafsiran apa saja yang dipakai oleh para
Mufassir dalam menafsirkan Al Quran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bahwa penjelasan-penjelasan tersebut tidak semua kita ketahui, sebagai akibat dari
tidak sampainya riwayat-riwayat tentangnya atau karena memang Rasul saw.
sendiri tidak menjelaskan semua kandungan al-Qur’an.
4
c. Metode ini memiliki corak (laun ) dan orientasi ( ittijah ) yang paling
banyak dibandingka metode lain.
d. Melalui metode ini seorang mufassir memungkinkan untuk
memberikan ulasan secara panjang lebar ( itnhab), atau secara ringkas
dan pendek saja ( ijaz)
e. Metode tahlili pembahsann dan ruang lingkupnya yang sangat luas.
Hal ini dapat berbentuk riwayat (ma’sur ) dan juga dapat berbentuk
rasio ( ra’yu )
Sedangkan kekurangan metode tafsir tahliliy adalah:8
a. Metode ini dijadikan para penafsir tidak jarang hanya berusaha
menemukan dalil atau pembenaran pendapatnya dengan ayat-ayat Al-
Quran.
b. Metode ini kurang mampu memberi jawaban tuntas terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, karena pembahsannya
sering tidak tuntas, terutama masalah kontemporer seperti keadilan,
kemanusiaan, sekaligus tidak banyak memberi pagar-pagar
metodologi yang dapat mengurangi subjektivitas mufassirnya.
c. Dapat menghanyutkan seorang mufassir dalam penafsirannya,
8
Asy-Syaikh ‘Utsaimin Muhammad bin Shaleh, Ushul fi at-Tafsir, terj. Abu Abdillah Ibnu
Rasto,, 57-59.
9
Muhammad Gufran dan Rahmawati, Ulumul Qur’an (Yogyakarta, Teras:2013), 183-184.
5
Dalam metode tahliliy yang dimaksud sebagaimana pengertian di atas,
bukanlah dalam suatu penafsiran harus mencakup semua persyaratan metode
tahliliy. Namun dikatakan suatu kitab tafsir menggunakan metode tahliliy jika
dalam penafsirannya yang medominasi adalah sebagaimana syarat dan
ketentuan metode tahliliy.
Secara harfiyah, kata ijmali berasal dari kata ajmala yang berarti
menyebutkan sesuatu secara tidak terperinci. Kata ijmali secara bahasa artinya
ringkasan, ikhtisaran global, dan penjumlahan. Metode Ijmali (global) ialah
menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara ringkas namun mencakup, dengan
bahasa yang populer, mudah dimengerti, dan enak untuk dibaca. Sistematika
pembahasannya sesuai dengan susunan ayat-ayat dalam Mushaf.10 Makna ayat
dalam tafsir Ijmali diungkapkan secara ringkas dan global tetapi cukup jelas.11
Menurut al-Farmawi metode Ijmali adalah peafsiran al-Qur’an berdasarkan
urutan-urutan ayat per ayat dengan suatu uraian yang ringkas dan dengan
bahasa yang sederhana, sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat, baik
masyarakat awam maupun intelek.12
6
sekali ditemukan. Hal ini disebabkan uraiannya yang singkat hanya
mengemukakan tafsir dari kata-kata dalam suatu ayat dengan ringkas
dan padat.
14
Baidan., Penafsiran al-Qur’an., hlm. 24-28
7
3. Metode Muqarran (Komparatif)
15
Usman., Ilmu Tafsir.,hlm. 306.
16
Baidan., Metodologi Penafsiran., hlm. 65.
17
Baidan., Penafsiran al-Qur’an., hlm. 22-24.
18
Bukti kebenaran Al-Qur’an dan kemukjiatannya yang lain adalah : isyarat-isyarat ilmiahnya dan
pemberitaan-pemberitaan gaibnya. Lihat, M. Quraish Shihab,Mukjizat Al-Qur’an, ( Bandung :
Mizan, 1998 ), hlm. 111-212.
8
lain seorang mufassir dapat melakukan kompromi ( al-Jam’u wa
al-Taufiq ) dari pendapat-pendapat yang bertentangan atau bahkan
men-tarjih salah satu pendapat yang dianggap paling benar
Sedangkan kekurangan atau kelemahan tafsir Muqaran adalah19:
a. Penafsiran yang menggunakan metode muqaran tidak dapat
diberikan kepada pemula, seperti mereka yang belajar tingkat
menengah ke bawah. Hal ini disebabkan pembahasan yang
dikemukakan terlalu luas dan kadang-kadang terlalu ekstrim,
konsekwensinya tentu akan menimbulkan kebingungan bagi
mereka dan bahkan mungkin bias merusak pemahaman mereka
terhadap Islam secara universal
b. Metode tafsir muqaran tidak dapat diandalkan untuk menjawab
problem-problem sosial yang sedang tumbuh di tengah
massyarakat. Hal ini disebabkan metode ini lebih mengutamakan
perbandingan daripada pemecahan masalah.20
c. Metode tafsir muqaran terkesan lebih banyak menelusuri tafsiran-
tafsiran baru. Sebetulnya kesan serupa tidak akan timbul jika
mufassir kreatif, artinya penafsiran tidak hanya sekadar mengutip
tetapi juga dapat mengaitkan dengan kondisi yang dihadapinya,
sehingga menghasilkan sintesis baru yang belum ada sebelumnya.
Adapun kitab-kitab yang menggunakan metode Muqarran diantaranya
adalah: Kitab Durrah Al-Tanzil wa AlGurrah Al-Ta’wil karya Al-Iskafi,
mengkaji perbadingan antara ayat dengan ayat. Jami’ Ahkam Al-Qur’an karya
Al-Qurtubi, kitab ini membandingkan penafsiran para mufassir.
19
Al-Jurjaniy, At-Ta’rifat, ( Jeddah : Ath-Thabaah wa an Nasyr wa At-Tauzi, t.t. ), hlm. 63.
20
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, bagian Muqaddimah, ( Semarang : Toha
Putra, 1989 ), hlm. 32.
9
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik argumen tersebut berasal dari
al-Qur’an, Hadis maupun pemikiran rasional.21
Tafsir tematik memiliki dua bentuk yaitu: pertama, penafsiran
menyangkut satu surah dalam al-Qur’an secara menyeluruh dan utuh, dengan
menjelaskan tujuannya yang bersifat umum dan khusus, menjelasankan
korelasi antar persoalan-persoalan yang beragam dalam surah tersebut sehingga
satu surah tersebut dengan berbagai masalahnya merupakan satu kesatuan yang
utuh.22 Kedua, penafsiran yang bermula dari menghimpun ayat-ayat al-Qur’an
yang membahas satu masalah tertentu dari berbagai ayat dan surah al-Qur’an
yang diurut sesuai dengan urutan turunnya, kemudian menjelaskan pengertian
menyeluruh dari ayat-ayat tersebut untuk menarik petunjuk al-Qur’an secara
utuh tentang masalah yang dibahas.23
21
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, bagian Muqaddimah, ( Semarang : Toha
Putra, 1989 ) hlm. 151.
22
Usman., Ilmju Tafsir, hlm. 311.
23
Usman., Ilmju Tafsir, hlm. 312.
24
Baidan., Penafsiran al-Qur’an., hlm. 165-167.
25
Bukti kebenaran Al-Qur’an dan kemukjiatannya yang lain adalah : isyarat-isyarat ilmiahnya dan
pemberitaan-pemberitaan gaibnya. Lihat, M. Quraish Shihab,Mukjizat Al-Qur’an, ( Bandung :
Mizan, 1998 ), h. 111-212.
10
c. Dinamis, metode ini selalu dinamis sesuai dengan tuntutan
zaman sehingga menimbulkan image di dalam pikiran si
pembaca dan pendengar dan dapat diterima oleh seluruh
lapisan masyarakat, dengan demikian Al-Quran selalu aktual
dan tidak ketinggalan zaman.
11
Karim karya Muhammad Abu Zahrah, Al-Insan fi Al-Qur’an Al-Karim
karya DR. Ibrahim Mahnan, dan Washaya Surat Al-Isra’ karya DR Ab Al-
Hayy Al-Farmawi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Metode penafsiran Al-Qur’an adalah suatu cara atau langkah yang
mudah untuk melakukan penalaran, hasil usaha manusia dan ijtihadnya
untuk mempelajari nilai-nilai yang terkandung didalam Al-Qur’an.
12
2. Metode-metode penafsiran dibagi dalam empat cara (metode) yaitu :
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari
semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada ,1993)
iii