Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ULUMUL QUR’AN II

JUDUL

METODE-METODE PENAFSIRAN AL QURAN

Dosen Pengampu: Dr. H. Ali Imran, M.A.

Disusun Oleh Kelompok V:

Muhammad Ulul Azmi : (221310248)


Muhammad Abdul Kholiq : (221310246)
Muhammad Faqih Abdul Haq Arroyyan : (221310227)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PTIQ JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya jualah makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Solawat serta salam semoga selalu tercurah untuk suri tauladan kita
yakni baginda Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, dan sahabatnya serta
para pengikutnya. Semoga kita semua mendapatkan syafa’at beliau di hari
kiyamat kelak, amin.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada Dosen pengampu mata kuliyah Ulumul Qur’an II
Bapak Dr. H. Ali Imran, M.A. Makalah ini adalah salah satu tugas yang diberikan
agar kami dapat mempelajari bagian-bagian yang sangat penting dalam Ulumul
Qur’an II.
kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
pepatah mengatakan “ Tak ada Gading yang tak retak, tak ada manusia yang
sempurna, tak ada keberhasilan tanpa pengorbanan dan perjuangan, kami
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari teman-teman
sesama mahasiswa (i) atau Dosen pengampu untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga amal dan kebaikan bapak/ibu,
saudara/saudari dibalas oleh Allah SWT. Amin.

Jakarta, 30 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................1

B. Tujuan.........................................................................................................3

C. Manfaat ......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................4

A. Pengertian Metode Tafsir ............................................................................4

B. Metode-Metode Tafsir.................................................................................6

1. Metode Tahlily (analisis)..............................................................7

2. Metode Ijmali................................................................................8

3. Metode Muqarran ........................................................................9

4. Metode Maudhu’i (Tematik)........................................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................13

3.1 Kesimpulan ................................................................................................13

3.2 Saran ..........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran adalah sumber ajaran Islam. Laksana samudera yang keajaiban
dan keunikannya tidak pernah sirna di telan masa, sehingga lahirlah bermacam-
macam tafisr dengan metode yang beraneka ragam. Al-Qur’an merupakan satu
diantara empat Kitâbullâh yang diturunkan Allah swt. ke bumi sebagai pedoman
bagi kehidupan ummat manusia, khususnya ummat nabi Muhammad saw yang
bertaqwa2 . Secara harfiah al-Qur’an adalah “bacaan sempurna” merupakan
nama yang dipilihkan Allah untuknya yang sunguh tepat, karena tiada satu
bacaan pun sejak manusia mengenal baca tulis, sejak lima ribu tahun yang lalu,
yang dapat menandingi al-Qur’an al-Karim. Kehadirannya telah memberikan
pengaruh yang sangat luas dan mendalam terhadap jiwa dan tindakan manusia,
oleh kaum muslimin Kitab Suci ini dipandang sebagai wahyu yang diturunkan
Tuhan kepada manusia melalui nabi Muhammad saw.
Di samping itu, ia menjadi satu fenomena yang unik dalam sejarah agama:
satu sisi ia merupakan dokumen historis yang mereflesikan situasi sosio-
ekonomis, religius, dan politik masyarakat Arab abad ke-7 masehi. Pada sisi
yang lain, al-Qur’an juga merupakan sebuah buku petunjuk dan tata aturan
berjuta-juta manusia yang ingin hidup dibawah naungannya dan yang mencari
makna kehidupan mereka di dalamnya. Para ulama telah menulis dan
mempersembahkan karya-karya mereka dibidang tafsir ini, dan menjelaskan
metode-metode yang digunakan oleh masing-masing tokoh penafsir, metode
metode yang dimaksud adalah metode tahliliy, ijmali, muqaran,  dan maudhu’i.
Banyak cara pendekatan dan corak tafsir yang mengandalkan nalar,
sehingga akan sangat luas pembahasan apabila kita bermaksud menelusurinya
satu demi satu. Untuk itu, agaknya akan lebih mudah dan efesien, pembahasan
didalam makalah hanya mengambil empat metode tafsir saja
yaitu tahliliy, ijmaliy, muqaran, dan maudhu’i.  Pentingnya metode
tafsir tahlili, ijmali, muqaran dan maudhu’i dalam menafsirkan ayat-ayat Al
Quran adalah untuk membantu dan memudahkan bagi orang yang ingin
mempelajari dan memahami ayat Al-Quran itu sendiri. Dan mengingat empat
metode tersebut telah menjadi pilihan banyak mufassir (ulama tafsir) dalam
karyanya. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis akan membahas lebih jelas
mengenai metode tahliliy, ijmaliy, muqaran, dan maudhu’i.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Metode-Metode Penafsiran Al Quran?
2. Apa saja tafsir yang dipakai para Ulama dalam Menafsirkan Al Quran?
3. Bagaimana para Mufassir mengaplikasikan Metode-Metode Penafsiran Al
Quran dalam menjelaskan Al Quran?
C. Tujuan
1. Memahami tentang Metode-Metode Penafsiran Al Quran.
2. Mengetahui Metode-Metode Penafsiran apa saja yang dipakai oleh para
Mufassir dalam menafsirkan Al Quran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Tafsir


Kata metode berasal dari bahasa yunani “methodos” yang berarti “cara
atau jalan”. Dalam bahasa Inggris kata ini ditulis “method” dan bahasa Arab
menerjemahkannya dengan “thariqat” dan “manaj”. Dan dalam pemakaian bahasa
indonesia kata tersebut mengandung arti: “cara yang teratur dan berpikir baik-
baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya); cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan”. 1
Kata tafsir berasal dari bahasa Arab, yaitu fassaara, yufassiru, tafsiran yang
berarti penjelasan, pemahaman, dan perincian. Selain itu, tafsir dapat pula
berarti al idlah wa altabiyin, yaitu penjelasan dan keterangan. Menurut Imam al-
Zarqhoni mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas kandungan al-
Quran baik dari segi pemahaman makna atau arti sesuai yang dikehendaki Allah
Swt menurut kadar kesanggupan manusia. Selanjutnya Abu Hayan, sebagaimana
dikutip al-Sayuthi, mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang didalamnya
terdapat pembahasan mengenai cara mengucapkan lafal-lafal al-Quran disertai
makna serta hukum-hukum yang terkandung didalamnya.2 Sedangkan metodologi
tafsir adalah sebuah ilmu yang mengajarkan kepada orang yang mempelajarinya
untuk menggunakan metode tersebut dalam memahami ayat-ayat al-Quran.3
Sejarah mencatat, perjalanan pengkajian Islam, lebih banyak menjelaskan
akan usaha memahami al-Qur’an memiliki perhatian yang tinggi, ini karena objek
yang menjadi kajiannya, al-Qur’an. Dilihat dari segi usianya, penafsiran al-Qur’an
termasuk yang paling tua dibandingkan dengan kegiatan ilmiah lainnya dalam
Islam. Pada saat al-Qur’an diturunkan dalam upaya membimbing umat manusia
menuju ibah kepada Yang Esa, melaksanakan perintahnya dan menjawab
pertanyaan zaman di mana al-Qur’an berinteraksi dengannya sejak lima belas
abad yang lalu, Rasulullah saw. yang berfungsi sebagai mubayyin (penjelas) telah
menjelaskan arti dan kandungan al-Qur’an kepada sahabat-sahabatnya, khususnya
menyangkut ayat-ayat yang tidak dipahami atau sama artinya. Keadaan seperti ini
berlangsung sampai dengan wafatnya Rasulullah saw., walaupun harus diakui
1
Nasaruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Quran,  (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 54.
2
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,  (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011),  h. 209-211.
3
Amin Suma, Pengantar Tafsir Ahkam,  (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002),  h. 171.

3
bahwa penjelasan-penjelasan tersebut tidak semua kita ketahui, sebagai akibat dari
tidak sampainya riwayat-riwayat tentangnya atau karena memang Rasul saw.
sendiri tidak menjelaskan semua kandungan al-Qur’an.

B. METODE METODE TAFSIR


1. Metode Tahliliy
Kata tahliliy adalah bahasa Arab yang berasal Hallala Yuhallilu
Tahlilan yang berarti menganalisa atau mengurai.4 Tafsir tahliliy ialah
menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan susunan ayat dan surah yang terdapat
dalam mushaf. Seorang mufassir, dengan menggunakan metode ini
menganalisis setiap kosa kata atau lafal dari aspek bahasa dan makna. Analisis
dari aspek bahasa meliputi keindahan susunan kalimat ijasz, badi’, ma’ani,
bayan, haqiat, majaz, kinayah, isti’arah. Dan dari aspek makna meliputi sasaran
yang dituju oleh ayat, hukum, aqidah, moral, perintah larangan, relevansi
sebelum dan sesudahnya, hikmah dan lain sebagainya.5 Selanjutnya metode
tahliliy merupakan metode tafsir Al-Qur’an yang dalam menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur’an yang dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dilakukan dengan cara
urut dan tertib ayat dan surah sesuai dengan uurutan yang terdapat dalam
mushaf, yakni dimulai dari surat Al-Fatihah, Al-Baqarah, Al-Imran dan
seterusnya hingga surat An-Naas.6

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode tafsir tahliliy


merupakan penafsiran ayat Al-Qur’an dengan cara beruntun sesuai urutan
surah yang ada pada Al-Qur’an, dengan cara menganalisis dari semua aspek,
baik dari segi kosa kata, lafal dari aspek bahasa, serta makna.
Tafsir tahliliy sebagai salah satu metode tafsir yang banyak digunakan
oleh para mufasir, tidak luput dari adanya kelebihan dan kekurangan atau
ketebatasan. Adapun kelebihan metode tafsir tahliliy adalah:7
a. Metode tahlili adalah merupakan metode tertua dalam sejarah Al-
Quran karena metode ini telah digunakan sejak masa Nabi
Muhammad SAW.
b. Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan oleh para
mufassir.
4
Ahmad Darbi,Ulum Al-Qur’an, (Pekan Baru: Suska Press, 2011), hlm. 41
5
Kadar Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta, Amzah, 2010), hlm. 143-144
6
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulum Qur’an II, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm 67
7
Asy-Syaikh ‘Utsaimin Muhammad bin Shaleh,  Ushul  fi at-Tafsir, terj. Abu Abdillah  Ibnu
Rasto, ( Solo: Pustaka Ar-Rayyan, 2008 ), hlm 54-57

4
c.  Metode ini memiliki corak (laun ) dan orientasi ( ittijah ) yang paling
banyak dibandingka metode lain.
d.  Melalui metode  ini seorang mufassir memungkinkan untuk
memberikan ulasan secara panjang lebar ( itnhab), atau secara ringkas
dan pendek saja ( ijaz)
e. Metode tahlili pembahsann dan ruang lingkupnya yang sangat luas.
Hal ini dapat berbentuk riwayat (ma’sur ) dan juga dapat berbentuk
rasio ( ra’yu )
Sedangkan   kekurangan metode tafsir tahliliy adalah:8
a. Metode ini dijadikan para penafsir tidak jarang hanya berusaha
menemukan dalil atau pembenaran pendapatnya dengan ayat-ayat Al-
Quran.
b. Metode ini kurang mampu memberi jawaban tuntas terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat, karena pembahsannya
sering tidak tuntas, terutama masalah kontemporer seperti keadilan,
kemanusiaan, sekaligus tidak banyak memberi pagar-pagar
metodologi yang dapat mengurangi subjektivitas mufassirnya.
c. Dapat menghanyutkan seorang mufassir dalam penafsirannya,
  

sehingga keluar dari suasana ayat yang dibahas.


d. Metode ini sangat subjetif.
Dengan metode Tahliliy (analisis) seorang Mufassir berupaya
menafsirkan Al-Qur’an dengan cara:9
1. Menerangkan munasabah al-Qur’an.

2. Menerangkan Asbab al-Nuzul.

3. Menganalisa kosa kata Arab dari sudut pandang bahasa Arab.

4. Memaparkan kandungan ayat secara umum.

Diantara kitab-kitab yang menggunakan tafsir tahliliy yaitu : Tafsir Al-


Quran Al-‘Azhim karya Ibn Katsir, Ma’alim Al-Tanzil karya Al-Baghawi,
Tafssir Al-Khazin karya Al-Khazin, dan Anwar Al-Tanzil wa Asrar Al-Ta’wil
karya Al-Baidhawy)

8
Asy-Syaikh ‘Utsaimin Muhammad bin Shaleh,  Ushul  fi at-Tafsir, terj. Abu Abdillah  Ibnu
Rasto,, 57-59.
9
Muhammad Gufran dan Rahmawati, Ulumul Qur’an (Yogyakarta, Teras:2013), 183-184.

5
Dalam metode tahliliy yang dimaksud sebagaimana pengertian di atas,
bukanlah dalam suatu penafsiran harus mencakup semua persyaratan metode
tahliliy. Namun dikatakan suatu kitab tafsir menggunakan metode tahliliy jika
dalam penafsirannya yang medominasi adalah sebagaimana syarat dan
ketentuan metode tahliliy.

2. Metode Ijmali (Global)

Secara harfiyah, kata ijmali berasal dari kata ajmala yang berarti
menyebutkan sesuatu secara tidak terperinci. Kata ijmali secara bahasa artinya
ringkasan, ikhtisaran global, dan penjumlahan. Metode Ijmali (global) ialah
menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara ringkas namun mencakup, dengan
bahasa yang populer, mudah dimengerti, dan enak untuk dibaca. Sistematika
pembahasannya sesuai dengan susunan ayat-ayat dalam Mushaf.10 Makna ayat
dalam tafsir Ijmali diungkapkan secara ringkas dan global tetapi cukup jelas.11
Menurut al-Farmawi metode Ijmali adalah peafsiran al-Qur’an berdasarkan
urutan-urutan ayat per ayat dengan suatu uraian yang ringkas dan dengan
bahasa yang sederhana, sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat, baik
masyarakat awam maupun intelek.12

Sebagai salah satu metode penafsiran Al-Qur’an, metode ijmali


memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh tafsir-tafsir lainnya,
diantara kelebihan  ini adalah:13

a. Jelas  dan Mudah di pahami.

Sesuai dengan sebutannya, tafsir ijmali ini merupakan


penafsiran yang dalam menafsirkan suatu ayat tidak berbelit-belit,
ringkas, jelas  dan mudah dipahami oleh pembacanya. Selain itu juga
pesan-pesan yang terkandung dalam tafsir ini, sangat mudah ditangkap
oleh pembaca.

b. Bebas dari penafsiran Israiliyat.

Peluang masuknya penafsiran Israiliyat dalam metode


penafsiran ini dapat dihindarkan, bahkan dapat dikatakan sangat jarang
10
Baidan., Penafsiran al-Qur’an., hlm. 13.
11
Nur Efendi dan Muhammad Fathurrohman, Studi Al-qur'an : memahami wahyu Allah secara
lebih integral dan komprehensif (Yogyakarta, Kalimedia:2016) hlm. 314.
12
Usman,Ilmu Tafsir (Yogyakarta, Teras:2009) hlm. 304-305
13
Baidan., Penafsiran al-Qur’an., hlm. 22-24.

6
sekali ditemukan. Hal ini disebabkan uraiannya yang singkat hanya
mengemukakan tafsir dari kata-kata dalam suatu ayat dengan ringkas
dan padat.

c. Akrab dengan bahasa Al-Quran

Uraiannya yang singkat dan padat mengakibatkan tidak


dijumpainya penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang keluar dari kosa kata
ayat tersebut. Metode ini lebih mengedepankan makna sinonim dari
kata-kata yang bersangkutan, sehingga bagi pembacanya merasa dirinya
sedang membaca Alquran dan bukan membaca suatu tafsir.

Adapun kelemahan yang dimiliki metode penafsiran ini diantaranya


adalah:14
a. Menjadikan petunjuk Al-Qur’an tidak utuh.
Penafsiran yang ringkas dan pendek membuat pesan Al-Qur’an
tersebut tidak utuh dan terpecah-pecah. Padahal Al-Qur’an, menurut
Subhi As-Shaleh  mempunyai keistimewaan dalam hal kecermatan dan
cakupannya yang menyeluruh. Setiap kita menemukan ayat yang
bersifat umum yang memerlukan makna lebih lanjut, kita pasti
menemukan pada bagian lain, baik yang bersifat membatasi maupun
memperjelas secara rinci.
b. Penafsiran dangkal atau tidak mendalam.
Metode tafsir ini tidak menyediakan ruangan untuk memberikan
uraian atau pembahasan yang mendalam dan  memuaskan pembacanya
berkenaan dengan pemahaman suatu ayat. Ini boleh disebut suatu
kelemahan yang harus disadari para mufassir yang akan menggunakan
metode ijmali ini. Akan tetapi, kelemahan yang dimaksud di sini 
tidaklah bersifat negatif melainkan hanyalah merupakan karakteristik
atau ciri-ciri metode penafsiran ini.
Adapun beberapa kitab-kitab tafsir dengan metode ijmali adalah : Tafsir
Al-Jalalain karya Jalal Al-Din Al Sayuthi adn Jajal Al-Din Al-Mahalli.
Shofwah Al-Bayan Lima’ani Al-Qur’an karya Sheikh Husnain Muhammad
Mukhlaut, dan Tafsir Al-Qur’an Azhim karya Ustadz Muhammad Farid
Majdy.

14
Baidan., Penafsiran al-Qur’an., hlm. 24-28

7
3. Metode Muqarran (Komparatif)

Kata muqaran  merupakan mashdar dari kata ‫ مقارنة‬-‫ يق ارن‬-‫ق ارن‬  yang

berarti perbandingan (komparatif). Sebagaimana yang dikutip oleh Usman dari


ungkapan Al-Farmawi “Tafsir Muqarran adalah menafsirkan sekelompok ayat-
ayat al-Qur’an atau sesuatu surah tertentu dengan cara membandingkan antara
ayat dengan ayat, atau antara ayat dengan Hadis, atau antara pendapat para
ulama’ tafsir dengan menonjolkan aspek-aspek perbedaan tertentu dari objek
yang dibandingkan tersebut.15 Metode Muqarran mempunyai cakupan :

a. Membandingkan teks ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki persamaan


atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, dan atau memiliki
redaksi yang berbeda bagi satu kasus yang sama.

b. Membandingkan ayat-ayat al-Qur’an dengan hadis yang pada lahirnya


terlihat bertentangan, dan

c. Membandingkan berbagai pendapat ulama’ tafsir dalam menafsirkan


ayat al-Qur’an.16

Dan diantara keunggulan tafsir muqaran dari metode yang lainnya


adalah:17
a. Memberikan wawasan relatif lebih luas.18
b. Membuka pintu untuk bersikap toleran.
c. Mengungkapkan ke-i’jaz-an dan keotentikan Al-Quran
d. Membuktikan bahwa ayat-ayat Al-Quran sebenarnya tidak ada
kontradiktif.
e. Dapat mengungkapkan orisinalitas dan objektifitas mufassir.
f. Dapat mengungkapkan sumber-sumber perbedaan di kalangan
mufassir atau perbedaan pendapat di antara kelompok umat Islam,
yang di dalamnya termasuk masing-masing mufassir
g. Dapat menjadi sarana pendekatan (taqrib)  di antara berbagai aliran
tafsir dan dapat juga mengungkapkan kekeliruan mufassir sekaligus
mencari pandangan yang paling mendekati kebenaran. Dengan kata

15
Usman., Ilmu Tafsir.,hlm. 306.
16
Baidan., Metodologi Penafsiran., hlm. 65.
17
Baidan., Penafsiran al-Qur’an., hlm. 22-24.
18
Bukti kebenaran Al-Qur’an dan kemukjiatannya yang lain adalah : isyarat-isyarat ilmiahnya dan
pemberitaan-pemberitaan gaibnya. Lihat, M. Quraish Shihab,Mukjizat Al-Qur’an,  ( Bandung :
Mizan, 1998 ), hlm. 111-212.

8
lain seorang mufassir dapat melakukan kompromi ( al-Jam’u wa
al-Taufiq ) dari pendapat-pendapat yang bertentangan atau bahkan
men-tarjih salah satu pendapat yang dianggap paling benar
Sedangkan kekurangan atau kelemahan  tafsir Muqaran  adalah19:
a.  Penafsiran yang menggunakan metode muqaran  tidak dapat
diberikan kepada pemula, seperti mereka yang belajar tingkat
menengah ke bawah. Hal ini disebabkan pembahasan yang
dikemukakan terlalu luas dan kadang-kadang terlalu ekstrim,
konsekwensinya tentu akan menimbulkan kebingungan bagi
mereka dan bahkan mungkin bias merusak pemahaman mereka
terhadap Islam secara universal
b. Metode tafsir muqaran tidak dapat diandalkan untuk menjawab
problem-problem sosial yang sedang tumbuh di tengah
massyarakat. Hal ini disebabkan metode ini lebih mengutamakan
perbandingan daripada pemecahan masalah.20
c. Metode tafsir muqaran terkesan lebih banyak menelusuri tafsiran-
tafsiran baru. Sebetulnya kesan serupa tidak akan timbul jika
mufassir kreatif, artinya penafsiran tidak hanya sekadar mengutip
tetapi juga dapat mengaitkan dengan kondisi yang dihadapinya,
sehingga menghasilkan sintesis baru yang belum ada sebelumnya.
Adapun kitab-kitab yang menggunakan metode Muqarran diantaranya
adalah: Kitab Durrah Al-Tanzil wa AlGurrah Al-Ta’wil karya Al-Iskafi,
mengkaji perbadingan antara ayat dengan ayat. Jami’ Ahkam Al-Qur’an karya
Al-Qurtubi, kitab ini membandingkan penafsiran para mufassir.

4. Metode Maudu’i (Tematik)

Metode Maudu’i (tematik) ialah cara membahas ayat al-Qur’an sesuai


dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan
dihimpun kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek
yang terkait dengannya. Seperti Asbabu al-Nuzul, kosa kata dan lainnya.
Semua dijelaskan dengan tuntas serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta yang

19
Al-Jurjaniy, At-Ta’rifat, (  Jeddah : Ath-Thabaah wa an Nasyr wa At-Tauzi, t.t. ), hlm. 63.
20
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, bagian Muqaddimah, ( Semarang : Toha
Putra, 1989 ),  hlm. 32.

9
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik argumen tersebut berasal dari
al-Qur’an, Hadis maupun pemikiran rasional.21
Tafsir tematik memiliki dua bentuk yaitu: pertama, penafsiran
menyangkut satu surah dalam al-Qur’an secara menyeluruh dan utuh, dengan
menjelaskan tujuannya yang bersifat umum dan khusus, menjelasankan
korelasi antar persoalan-persoalan yang beragam dalam surah tersebut sehingga
satu surah tersebut dengan berbagai masalahnya merupakan satu kesatuan yang
utuh.22 Kedua, penafsiran yang bermula dari menghimpun ayat-ayat al-Qur’an
yang membahas satu masalah tertentu dari berbagai ayat dan surah al-Qur’an
yang diurut sesuai dengan urutan turunnya, kemudian menjelaskan pengertian
menyeluruh dari ayat-ayat tersebut untuk menarik petunjuk al-Qur’an secara
utuh tentang masalah yang dibahas.23

Diatara kelebihan metode tafsir Maudhu’iy adalah:24

a. Menjawab tantangan zaman25, artinya metode ini mampu


mengatasi perkembangan zaman yang selalau berubah dan
berkembang, sehingga setiap permasalahan yang ada di alam
ini dapat dilihat melalui tafsir Al-Quran yang dapat ditangani
melalui metode penafsiran tematik ini. Dengan arti kata titik
tolak keberangkatan permasalhan ini berdasarkan kenyataan
yang ada dalam masyarakat dan berarkhir pada Al-Quran untuk
mencari jawaban.

b. Praktis dan sistamatis, tafsir dengan metode tematik ini disusun


secara praktis dan tematis dalam memecahkan suatu
permasalahan, metode ini sangat cocok dengan kahidupan
masyarakat modern saat ini dengan menjelaskan satu sub
pembahasan secara lengkap dan sempurna, di samping
itumetode ini dapat menghemat waktu mengefektifkannya dan
mengefesienkannya.

21
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, bagian Muqaddimah, ( Semarang : Toha
Putra, 1989 ) hlm. 151.
22
Usman., Ilmju Tafsir, hlm. 311.
23
Usman., Ilmju Tafsir, hlm. 312.
24
Baidan., Penafsiran al-Qur’an., hlm. 165-167.
25
Bukti kebenaran Al-Qur’an dan kemukjiatannya yang lain adalah : isyarat-isyarat ilmiahnya dan
pemberitaan-pemberitaan gaibnya. Lihat, M. Quraish Shihab,Mukjizat Al-Qur’an,  ( Bandung :
Mizan, 1998 ), h. 111-212.

10
c. Dinamis, metode ini selalu dinamis sesuai dengan tuntutan
zaman sehingga menimbulkan image di dalam pikiran si
pembaca dan pendengar dan dapat diterima oleh seluruh
lapisan masyarakat, dengan demikian Al-Quran selalu aktual
dan tidak ketinggalan zaman.

d.  Membuat pemahaman menjadi utuh. Dengan ditetapkannya


judul-judul pembahasan yang akan dibahas, membuat
pembahasan itu menjadi utuh dan sempurna. Maksudnya
penampilan tema suatu permasalahan secara utuh tidak bercerai
berai bias menjadi tolak ukur untuk mengetahui pandangan-
pandangan Al-Quran terhdap suatu masalah.

Dan diantara kekurang metode ini adalah:26

a. Memenggal ayat Al-Quran, maksudnya adalah metode ini


mengambil kasus di dalam satu ayat atau lebih yang
mengandung berbagai macam permasalahan seperti masalah
puasa, zakat, haji dan lain sebagainya. Menurut sebagian ulama
(kaum konterkstual) cara seperti ini dipandang kurang sopan
terhadap ayat-ayat Al-Quran, namun jika tidak membawa
kerusakan atau kesalahan di dalam penafsiran hal seperti ini
tidak menjadi masalah.

b. Membatasi pemahaman ayat, dengan adanya penetapan judul di


dalam penafsiran, maka dengan sendirinya berarti membuat
suatu permasalahan menjadi terbatas (sesuai dengan topic itu
saja), padahal jika dilihat pada ketentuan Al-Quran, tidak
mungkin ayat-ayat yang ada padanya mempunyai keterbatasan
denga arti kata keterbatasan ini tidak mencakup keseluruhannya
makna yang dimaksud.

Dan diantara kitab-kitab tafsir dengan metode maudhu’I yaitu: Al-


Maret’ah fi Al-Qur’an Al-Karim karya Abbas Al Aqqadi, Ar-Riba fi Al-
Qur’an Al-Karim karya Abu A’la Al-Maududi, Al-Aqidah fi Al-Qur’an Al-
26
Bukti kebenaran Al-Qur’an dan kemukjiatannya yang lain adalah : isyarat-isyarat ilmiahnya dan
pemberitaan-pemberitaan gaibnya. Lihat, M. Quraish Shihab,Mukjizat Al-Qur’an,  ( Bandung :
Mizan, 1998 ), 167-168.

11
Karim karya Muhammad Abu Zahrah, Al-Insan fi Al-Qur’an Al-Karim
karya DR. Ibrahim Mahnan, dan Washaya Surat Al-Isra’ karya DR Ab Al-
Hayy Al-Farmawi.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Metode penafsiran Al-Qur’an adalah suatu cara atau langkah yang
mudah untuk melakukan penalaran, hasil usaha manusia dan ijtihadnya
untuk mempelajari nilai-nilai yang terkandung didalam Al-Qur’an.

12
2. Metode-metode penafsiran dibagi dalam empat cara (metode) yaitu :

a. Metode Tahliliy (Analisis) adalah menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an


dengan memaparkan segala aspek yang terkandung didalam ayat-
ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang
tercakup didalamnya, sesuai dengan keahlian dan kecenderungan
mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut.

b. Metode Ijmali (Global) adalah suatu metode tafsir yang


menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan
makna global.

c. Metode Muqarran (Komparatif/Perbandingan) adalah menjelaskan


ayat-ayat Al-Qur’an dengan merujuk pada penjelasan-penjelasan
para mufassir.

d. Metode Maudhu’iy (Tematik) adalah membahas ayat-ayat Al-


Qur’an sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan.

3. Semua metode penafsiran Al-Qur’an memiliki kelebihan dan


kekurangan.

3.2. Saran
 Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari
semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jurjaniy.  At-Ta’rifat. ( Jeddah : Ath-Thabaah wa an Nasyr wa At-Tauzi, t.t. ).

as-Suyuti, Jalaluddin. Tafsir Jalalain. (haramain: 2007).

Baidan, Nashruddin. Metodologi Penafsiran al-Qur’an.( Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2005).

Gufran , Muhammad dan Rahmawati. Ulumul Qur’an. (Yogyakarta,


Teras:2013).

Muhammad Ali al-Shabui, Al- Tibyan Fi Ulum Al Qur;An, (Damsyiq: Maktabah


al –Ghazali)

RI, Departemen Agama. Al-Quran dan Terjemahnya. Bagian Muqaddimah.


(Semarang : Toha Putra, 1989 ).

Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada ,1993)

Yusuf, Kadar. Studi Al-Qur’an. (Jakarta, Amzah, 2010).

iii

Anda mungkin juga menyukai