Anda di halaman 1dari 3

TUGAS UTS QOWAID TAFSIR

REVIIEW JURNAL

Judul Jurnal: Kaidah – Kaidah Tentang Penafsiran AlQuran

Penulis : Muhammad Aqsho

Publikasi : Jurnal Ilmiah Warta Dharmawangsa

Link Jurnal : http://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/juwarta/article/view/160/155

Diakses : 31/05/2021

Reviewer : Nada Mauila (19201773)

Latar Belakang :
Mustahil bagi orang yang ingin mempelajari ilmu dari beberapa ilmu dapat menghasilkan ilmu yang
dapat dipertanggung jawabkan kecuali telah mengetahui kaidah-kaidahnya, dan dasar yang dibangun
darinya masalah-masalah.Harus bagi setiap manusia (penuntut ilmu) mengetahui kaidah secara umum
sebagai rujukan kepada bagian-bagian ilmu tersebut agar dapat berbicara dengan benar dan adil,
apabila dia tidak mengetahui dengan baik, maka dia akan berada dalam kebohongan dan
ketidaktahuan pada bagian-bagian ilmu tersebut, sehingga menyebabkan  kesalahan yang besar.

Terdapat satu pandangan teologis dalam Islam bahwa al-Qur’an shalihun li kulli zaman wa makan.
Sebagian umat Islam memandang keyakinan tersebut sebagai doktrin kebenaran yang bersifat pasti.
Akibatnya muncul respon reaktif terhadap setiap perkembangan situasi yang terjadi dalam perjalanan
sejarah peradaban manusia. Misalnya dengan pernyataan bahwa semua ilmu pengetahuan yang ada
sekarang ini dan pada masa yang akan datang sudah ada semuanya dalam al-Qur’an. Respon ini
tentunya tidak produktif. Sebab jika ada penemuan baru berdasarkan metodologi ilmu pengetahuan
kontemporer yang kontradiktif dengan al-Qur’an muncul respon defensif yang seringkali
menempatkan informasi-informasi dalam teks al-Qur’an pada dataran mistik. Ada semacam
pemaksaan teologis dalam rangka menyelamatkan keshahihan al-Qur’an tersebut. Padahal upaya ini
justru akan memposisikan al-Qur’an secara sempit. Pemahaman al-Qur’an hanya terbatas pada ruang
dan waktu ketika al-Qur’an itu turun, atau paling tidak sampai pada waktu ulama-ulama klasik saja.

Karenanya diperlukan upaya yang lebih produktif dalam rangka mempertahankan pandangan teologis
di atas. Salah satunya adalah pengembangkan tafsir kontemporer dengan menggunakan metodologi
baru yang sesuai dengan perkembangan situasi sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan perkembangan
peradaban manusia. Persoalannya adalah bagaimana merumuskan sebuah metode tafsir yang mampu
menjadi alat untuk menafsirkan al-Qur’an secara baik, dialektis, reformatif, komunikatif serta mampu
menjawab perubahan dan perkembangan problem kontemporer yang dihadapi umat manusia.

Tujuan :
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui prosedur kerja para ulama tafsir dalam menafsirkan al-
Qur’an sehingga penafsiran tersebut dapat digunakan secara fungsional oleh masyarakat Islam dalam
menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Kaidah-kaidah ini kemudian dapat digunakan sebagai
referensi bagi pemikir Islam kontemporer untuk mengembangkan kaidah penafsiran yang sesuai
dengan perkembangan zaman.
Akan tetapi kaidah-kaidah penafsiran di sini tidak berperan sebagai alat justifikasi benar-salah
terhadap suatu penafsiran al-Qur’an. Kaidah-kaidah ini lebih berfungsi sebagai pengawal metodologis
agar tafsir yang dihasilkan bersifat obyektif dan ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan. Sebab
produk tafsir pada dasarnya adalah produk pemikiran manusia yang dibatasi oleh ruang dan
waktu.Dan perkembangan ini terus berjalan hingga meluaslah ilmu-ilmu yang melahirkan bagian-
bagian baru dari ilmu tersebut. Sehingga para ulama meletakkan dasar ataupun landasan sebagai
tempat kembali bagian-bagian ilmu baru tersebut,serta membantu untuk menjaga menyebarnya, dan
akan banyak menyingkat waktu dan tenaga.

Sampel : Berdasarkan pengolahan sumber dan data dari beberapa buku-buku karya para ahli dibidang
agama , khususnya tafsir dan ushuluddin.

Metode : Penulis menggunakan metode penelitian penulisan dengan pendekatan Kualitatif. Metode
Kualitatif adalah suatu metode yang sifatnya berupa pemahaman dan juga materi yang menggunakan
kata – kata untuk mencari data. Jurnal ini menggunakan data yang berbentuk kata bersifat
mendeskripsikan atau menggambarkan sesuatu sesuai dengan aspek yang dipilih oleh sang peneliti.
Aspek tersebut ditinjau untuk mendapatkan data kualitatif, semakin banyak aspek tersebut, maka akan
semakin banyak data yang harus diteliti. Sehingga, data yang diperoleh dari hasil penelitian kualitatif
tidak bisa diukur dengan angka. Biasanya data ini dapat berupa motivasi masyarakat, alasan atau
pendapat dari sebuah penelitian tersebut yang akan disimpulkan dalam bentuk hipotesis atau teori.

Hasil :
Pembahasan dan pembicaraan tentang alat bantu yang digunakan dalam memahami ayat-ayat al-
Qur’an tersebut selama ini terangkum dalam lingkup pembahsan Ilmu Tafsir, yang tercakup dalam
kaidah tafsir. Jika Tafsir al-Qur’an adalah penjelasan tentang maksud firman-firman Allah sesuai
dengan kemampuan manusia, maka Kaiidah Tafsir bisa diartikan sebagai ketetapan – ketepan yang
membantu seorang penafsir untuk menarik makna atau pesan – pesan al-Quran dan menjelaskan apa
yang musykil dari kandungan ayat-ayatnya.

Dengan menguasai bahasa Arab,atau merasa paham terhadap arti sejumlah ayat-ayat al-Qur’an , atau
memahami tema-tema tertentu yang dibicarakan dalam al-Qur’an , sebagain dari manusia mungkin
menganggap dirinya sudah layak menafsirkan al-Qur’an. Memang telah dijelaskan dalam surah al-
Qomar (54):17 bahwa Allah telah bersumpah bahwa al-Qur’an mudah untuk menjadi pelajaran
(dipelajari) , Namun bukan berarti setiap orang dengan mudah dapat memahami secara benar
kandungan dan pesan-pesan al-Qur’an, Karena pada ayat lain (QS. Ali Imran (3):7) Allah telah
mengingatkan kepada siapa saja yang ingin memahami makna al-Qur’an agar berhati-hati dan
mempersiapkan diri, karena disamping yang muhkam , ada juga ayat-ayat yang mutasyabbih. Dan al-
Qur’an tidak menunjukkan mana yang muhkam dan mana yang mutasyabbih. Untuk itu, diperlukan
alat bantu agar pesan-pesanNya bisa dipahami secara benar sesuai konteks dan maksud ayat. Be

Diketahui bahwa penafsiran merupakan suatu aktivitas yang senantiasa berkembang, sesuai dengan
perkembangan sosial, ilmu pengetahuan dan bahasa, kaidah kaidah penafsiran akan lebih tepat jika
dilihat sebagai suatu prosedur kerja. Dengan pengertian ini, kaidah tersebut tidak mengikat kepada
mufasir lain agar menggunakan prosedur kerja yang sama. Setiap mufasir berhak menggunakan
prosedur yang berbeda, asalkan memiliki kerangka metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penerapan kaidah tafsir bergantung pada kaidah yang digunakan oleh para mufasir. Dari berbagai
kaidah tersebut dapat dibagi menjadi tiga, yakni kaidah dasar, kaidah umum dan kaidah khusus.
Masing-masing kaidah diterapkan sesuai dengan metode penafsirannya masing-masing Pada era
kontemporer kaidah tafsir semakin berkembang seiring dengan perkembangan intelektualitas para
pemikir muslim dan juga sesuai dengan perkembangan intelektualitas global. Para pemikir muslim
mengembangkan kaidah dan metode penafsiran sesuai dengan situasi sosio-historis yang dihadapinya
masing-masing.

Kritik : Segala aspek penulisan dalan artkel jurnal ini sudah bagus , namun sangat disayangkan
penulis tidak menjabarkan tentang kaidah-kaidah tafsir secara rinci atau tematik mendalam.
Penjabaran hanya dipaparkan secara global/ijmal. Sebaiknya beberapa ayat al-Quran juga dituangkan
dalam jumlah yang banyak karena kita membhas ayat –ayat al-Quran yang dihubungkan dengan
qaidah cara menafsirkannaya sebagai contoh dan penjelsan lebih lanjut. Pembahasan tentang macam-
macam qaidah yang ditulis pun terlalu singkat dan sedikit. Penulis juga tidak mencamtumkan abstrak
dalam bahasa inggris sebgai terjemahan pada bagian abstrak sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai