Anda di halaman 1dari 5

OUTLINE JURNAL

USULAN PENELITIAN
(TUGAS PRAKTIK DAN UAS KTI)

KAJIAN TAFSIR TEMATIK DALAM MENGANALISIS PERMASALAHAN


DAN DINAMIKA KEHIDUPAN DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
(METODE MAUDHU’I)
SITI JAMILAH HASAN
Institut PTIQ Jakarta
Sjamilahhasan@gmail.com
Abstrak:
Metode tafsir tematik (metode Maudhu’i) adalah metode tafsir yang mencari jawaban
atas permasalahan dalam kehidupan, Maupun itu tentang hokum dan aspek-aspek
lainnya dengan cara mengumpulkan ayat-ayat yang berhubungan dengan
permasalahahan yang ingin di bahas. Setelah dikumpulkan ayat-ayat tersebut
kemudian di selaraskan sesuai dengan masa turunnya dan sebab turunny ayat
tersebut. Setelah dikumpulkan ayat-ayatnya kemudian diperhatikan dan diperjelas
dengan ketarangan dan hubungannya dengan ayat lain. Dan dianalisis dengan ilmu
atau teori-teori bantu yang relevan dengan permasalahan yang ingin di bahas dan
berkaitan dengan ayat dan sebab ayat itu turun. Metode yang dianggap aktual dalam
penafsiran Al-Qur’an dan relative baru ini yaitu membahas masalah yang bermula
dari satu kesatuang yang logi yang saling berhubungan dengan yang lain, agar tidak
terjadi kontradiksi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Semakin jelas pula hal ini
sebagaimana yang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an itu sendiri.
Kata Kunci:  Al-Qur’an, Metode, Tafsir Maudhu’i, Permasalahan Kehidupan

Abstract:
The thematic interpretation method (Maudhu'i method) is a method of interpretation
that seeks answers to problems in life, whether it's about law and other aspects by
collecting verses related to the problems you want to discuss. After collecting the
verses, they are then aligned according to the time of their revelation and the reason
for the revelation of the verse. After collecting the verses, they are then considered
and clarified with descriptions and their relationship to other verses. And analyzed
with science or auxiliary theories that are relevant to the problem you want to discuss
and related to the verse and the reason the verse came down. The method that is
considered actual in the interpretation of the Qur'an and is relatively new is to discuss

1
problems that start from a logical unit that is interconnected with others, so that there
are no contradictions to the verses of the Qur'an. This is increasingly clear as has been
confirmed in the Qur'an itself.
Keywords: Al-Qur'an, Method, Maudhu'i Tafsir, Life Problems

Pendahuluan
Al-Quran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna" merupakan suatu
nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia
mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al Qur'an Al-
Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu. Tiada bacaan semacam Al-Quran yang dibaca
oleh ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis
dengan aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja, dan
anak-anak. Tiada bacaan melebihi Al-Quran dalam perhatian yang diperolehnya,
bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat demi ayat, baik dari segi masa,
musim, maupun saat turunnya, sampai kepada sebab-sebab serta waktu-waktu
turunnya. Tiada bacaan seperti Al-Quran yang dipelajari bukan hanya susunan
redaksi dan pemilihan kosakatanya, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat
bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan dalam jutaan
jilid buku, generasi demi generasi. Kemudian apa yang dituang kan dari sumber yang
tak pernah kering itu, berbeda-beda se suai dengan perbedaan kemampuan dan
kecenderungan me reka, namun semua mengandung kebenaran. Al-Quran layaknya
sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda beda sesuai dengan sudut
pandang masing-masing. Tiada bacaan seperti Al-Quran yang diatur tatacara
membacanya, mana yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal atau diperhalus
ucapannya, di mana tempat yang terlarang, atau boleh, atau harus memulai dan
berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya. Sampai kepada etika membacanya. 1
Kemampuan setiap orang dalam memahami lafadz dan ungkapan Al Qur'an
tidaklah sama, meskipun sebenarnya penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-
ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaan daya nalar diantara manusia ini adalah suatu
hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-
makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global, sedangkan kalangan
cendekiawan dan terpelajar akan dapat memahaminya dari pandangan makna-makna
yang menarik. Bahkan diantara cendikiawan ini pun terdapat aneka ragam dan tingkat
pemahaman. Maka tidaklah mengherangkan jika Al-Qur'an mendapatkan perhatian
besar dari umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan
kata kata garib (aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib (susunankalimat) dan
menterjemahkannya ke dalam bahasa yang mudah dipahami. Cikal bakal Ilmu tafsir
1
M. Shihab Quraish, “Tafsir tematik atas berbagi persoalan umat.” dalam buku Wawasan AL-Qur’an,
Tebitan Mizan.com

2
sudah ada sejak Nabi Muhammad SAW. Tipologi tafsir berkembang sedemikian
pesat dari waktu ke waktu sesuai dengan tuntutan dan konteks. Dasar tipologi atau
pengelompokkan terhadap tafsir pun berbeda beda. Di antara pengelompokan tersebut
dan sudah dikenal sejak masa Nabi Muhammad SAW adalah tafsir bi al-atsar, atau
ada yang menyebutnya tafsir bi al-ma'tsûr atau tafsir bi al-riwayah. Corak tafsir lain
adalah tafsir bi al-ray. Tafsir bi al Ma'tsur adalah tafsir yang menggunakan nash
dalam menafsirkan, baik al-Qur'an dengan al-Qur'an maupun al Qur'an dengan
sunnah. Jadi, tafsir bi al-ma'tsur adalah tafsir antar nash. Sementara tafsir bi al-ra'y
atau dikenal juga dengan tafsir dirayah adalah tafsir yang lebih mengandalkan pada
ijtihad yang shahih. Di zaman sekarang, dengan masalah yang sangat kompleks, umat
Islam merindukan fatwa-fatwa bersumber Al-Quran untuk dapat menyelesaikan
segala permasalahan yang ada. Dengan begitu Al-Quran dapat teraplikasi ke dalam
kehidupan dengan pemahaman yang benar. Itulah tafsir mauhdu'i atau tematik. Kajian
Tafsir tematik inilah yang dapat digunakan dalam menganalisis permasalahan dan
dinamika kehidupan dari perspektif Al-Quran, secara konseptual dan komprehensif,
sehingga mudah untuk dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Penulis
buku ini sudah mengkaji banyak tema dan masalah yang sangat urgen dalam
mengkaji banyak tema dan masalah yang sangat urgen dalam kehidupan kita sebagai
muslim, yakni tentang Sabar, Pendidikan, Qital, Khalifah, Hidayah, Musibah,
Munkar, Toleransi dan Nifaq dalam AL-Qur’an.2
Metode tafsir Tematik (Metode Maudhu’i) adalah metode tafsir yang berusaha
mencari jawaban Al-Qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang
mempunyai tujuan yang satu, yang bersama-sama membahas topik atau judul tertentu
dan menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab
turunnya, kemudian memerhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan penjelasan,
keterangan-keterangan, dan hubungan-hubungannya dengan ayat ayat yang lain.
Kemudian dianalisis melalui ilmu-ilmu bantu yang relevan dengan masalah-masalah
yang dibahas3.Asumsi dasar ini berkaitan dengan prinsip yang sangan masyhur di
kalangan mufassir, yaitu bahwa sebagian ayat al-qur’an dapat ditafsirkan dengan ayat
yang lain. Sedangkan analisis tentang kelebihan dan kekurangan tafsir maudhu’i
adalah sebagai berikut: kelebihan tafsir maudhu’I adalah dapat menjawab tantangan
zaman, lebih praktis, sistematis, dinamis dan mudah dipahami secara utuh.
Sedangkan kelemahan dari tafsir maudhu’i biasanya adalah memenggal ayat al-
qur’an dar rangkaiannya dan membatasi pemahamannya sesuai dengan pokok
bahasannnya.4
Kebutuhan akan penafsiran dirasa semakin mendesak sebab kesempurnaan
kehidupan harus sejalan dengan tuntunan syara' sehingga dibutuhkan pema haman
2
Bustaman. Risman,” Tafsir Maudhu’I,” dalam buku karya Syofrianisda, Ed. 1, Cet. 1 tahun 2015, hal.
3
Muh. Tulus Yamani, “Memahami Al-Qur’an denngan Metode Tafsir Maudhu’I,” dalam Jurna
Pendidikan Agama Islam, Vol.I No. 2 Tahun 2015
4
Muslimin. Muslimin, “Konstribusi tafsir maudhu’I dalam memahami AL-Qur’an,” dalam jurnal
Pemikiran Keislaman(jurnal trisakti), vol. 30 No. 1 tahun 2019.

3
yang komprehensif terhadap Kitäbullah. Hal ini membawa konsekuensi munculnya
masalah-masalah baru yang jauh lebih kompleks.5 Muhammad Baqir al-Sadr
beranggapan bahwa kebutuhan akan pemahaman dan penafsiran al-Qur'an dalam
memberikan jawaban dan arahan terhadap masalah-masalah yang terus berkembang
menjadi kebutuhan yang nyata dan tidak bisa ditawar tawar lagi. Maka dibutuhkan
suatu metode penafsiran al-Qur'an yang mampu mengantisipasi peradaban manusia.
Metode tersebut adalah maudhui (tematik). Metode ini mencoba mengangkat
berbagai isu dan konsep al-Qur'an yang pada akhirnya akan sampai pada pemahaman
yang mengacu kepada kesatuan pandangan terhadap alam dan kehidupan." 6
Salah satu obyek kajian yang perlu diangkat melalui metode penafsiran
tematik adalah pengertian fitnah yang terdapat dalam beberapa ayat al-Qur'an. Kata
fitnah sering didengar orang bahkan sering digunakan ketika menyatakan sesuatu
yang berkonotasi buruk atau jelek. Dalam kamus Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa
fitnah adalah: 1) Perkataan yang bermaksud menjelekkan orang [menodai nama baik
dan merugikan kehormatan]. 2) Perkataan atau pembicaraan yang sengaja disebarkan
untuk menjelekkan orang agar orang lain punya kesan buruk terhadap orang yang
difitnah. 3) Perkataan, tuduhan, cerita dan lain sebagainya yang diada-adakan untuk
menjelekkan orang lain.7
Penelitian ini diawali dengan pembahasan definisi konsep dan metode.
Pembahasan ini di butuhkan untuk menegaskan konsep metode yang dimaksud dalam
penelitian ini, sehingga apa yang dimunculkan pada pembahaan sselanjutnya tidak
menjadi bias atau memunculkan yang tidak seharusnya. Konsep tafsir tematik ini
sanagt penting dalam menetapkan metode tafsir tematik. Sehingga tafsir tematik tidak
hanya di sebut sebagai sebuah sistematika kajian saja, Namun juga metode untok
menafsirkan Al-Qur’an.

Kajian Teori
Makna Permasalaha dan dinamika kehidupan dalam AL-Qur’an
Ayat-ayat tentang Permasalahan dalam Kehidupan
Pemahaman tentang ayat-ayat Permasalahan Kehidupan

5
Muslim. Nurdin (dkk), Moral dan Kognisi Islam, hal. 57
6
Muhammad. Al sadr Baqir, Tafsir Modrn (Jakarta: Penerbit Risalah Misa, 1995), hal. 14
7
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar Bahasa Indonesia (JBandung: Pustaka,
1989), hal. 242

4
Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
Muh. Tulus Yamani, “Memahami Al-Qur’an denngan Metode Tafsir Maudhu’I,”
dalam Jurna Pendidikan Agama Islam, Vol.I No. 2 Tahun 2015

Muslimin. Muslimin, “Konstribusi tafsir maudhu’I dalam memahami AL-Qur’an,”


dalam jurnal Pemikiran Keislaman(jurnal trisakti), vol. 30 No. 1 tahun 2019.

M. Shihab Quraish, “Tafsir tematik atas berbagi persoalan umat.” dalam buku
Wawasan AL-Qur’an, Tebitan Mizan.com

Bustaman. Risman,” Tafsir Maudhu’I,” dalam buku karya Syofrianisda, Ed. 1, Cet. 1
tahun 2015

Muslim. Nurdin (dkk), Moral dan Kognisi Islam

Muhammad. Al sadr Baqir, Tafsir Modrn (Jakarta: Penerbit Risalah Misa, 1995)

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar Bahasa Indonesia (JBandung:


Pustaka, 1989)

Anda mungkin juga menyukai