Anda di halaman 1dari 18

SURGA DITELAPAK KAKI IBU

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Hadis


Dosen Pengampu:
Zia ul Haramain Lc, M.Si

Disusun oleh:
Siti Jamilah Hasan
NIM 211410073

FAKULTAS USHULUDDIN
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TASFIR
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN (PTIQ) JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.


Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT
dengan segala rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Tahkrij hadis ini
dengan baik insyaallah. Sholawat serta slama taktula saya haturkan atas junjungan kita Nabi
Muhammad saw yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti pada kesempatan kali ini.Makalah disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Metode Penelitian Hadis. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan tentang bagaimana kita meneliti dan mengetahui hadis tersebut dari sanad hingga
matan hadis dan fiqih hadis tersebut.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu al-Ustadz Ziaul Haramain yang
sangat andil dalam proses pembuatan makalah ini dan juga karna bimbingan beliau dengan
penuh ketelatenan dan kesabarannya seklaku dosen pengampu mata kuliah ini. Serata Saya
ucapkan Terima kasih kepada rekan-rekan sema yang telah suport dan membatu dalam
berlangsungnya saya menyelasaikan makalah takhrij hadis ini. Saya menyadari penulisan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ I


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. II
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. Redaksi Hadis ................................................................................................................ 3
B. Analisis Hadis ................................................................................................................ 5
1. Skema Sanad .......................................................................................................... 5
Berdasarkan hasil penulusuran di atas, penulis membuat skema sanad dari perawi
hadis tersebut adalah sebagai berikut: ........................................................................ 5
2. Biografi Perawi dan Kritik Sanad Hadis ................................................................ 6
C. Fiqhul Hadis dan Pandangan para ‘Ulama .................................................................. 10
BAB III .....................................................................................................................................14
PENUTUP ................................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................15

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber hukum islam selain Al-Qur’an yaitu hadis yang merupakan sumber hukum
kedua setelah Al-Qur’an. Hadis atau yang biasa disebut dengan sunnah yang berasal dari
bahaa arab ‫ حلديث‬yang artinya perkataan, kabar, baru. Hadis secara istilah adalah segala

perkataan, perbuatan dan ketetapan (taqrir) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Hadis menjelaskan hukum-hukum yang belum ada dalam Al-Qur’an karena hukum Al-
Qur’an masih bersifat mujmal (global).
Ditinjau dari segi perawinya hadis terbagi menjadi tiga yaitu, Hadis Mutawatir, Hadis
Masyhur dan Hadis ahad Ditinjau dari segi sanadnya, hadis dibagi menjadi tiga macam, yaitu
Hadis sahih (sah, dapat dipakai sebagai landasan hukum) ,Hadis hasan (baik), Hadis daif
(lemah), tidak dapat dijadikan landasan hukum, Hadis maudu , yaitu hadis yang tidak
bersumber kepada Rasulullah saw. atau hadis palsu. Dikatakan hadis padahal sama sekali
bukan hadis. Hadis ini jelas tidak dapat dijadikan landasan hukum, hadis ini tertolak.
Hadis memiliki kedudukan yang urgensi bagi kelangasungan hidup umat islam, selain
merupakan sumber hukum setelah al-Qur’an dan merupakan sumber rujukan bagi para ulama
di era ini. Maka meneliti hadis untuk mengetahui sanadnya bersambung sampai nabi atau
terputus dan juga bagaimana matan dan biografi perawi hadis tesebut menjadi bagian yang
tidak bisa di pisahkan bagi para ulama di era sekarang karena khawatir semakin banyak hadis-
hadis palsu yang tersebar dan meng akibatkan tersesat kan nya umat muslim terutama bagi
orang awam seperti kita.
Menghormati dan mentaati orang tua merupakan kewajiban bagi umat manusia yang
terdapat dalam Al-Qur’an juga pada hadis Nabi Muhammad SAW. Bahkan sampai ada
larangan bagi kita untuk durhaka terhadap Orang tua yang terdapat pada hadis, Murka Allah
berantung pada orang tua .Saat ini telah banyak muncul pertanyaan-pertanyaan dari kalangan
umat islam yang ingin menemukan jati dirinya dan ingin memulainya dengan berbakti kepada
orang tua terutama pada ibu, mengingat hadis yang telah masyhur dikalangan masyarakat
‫حّْمَُ هلحَ َهْل هد تحِ لحَْمَّ ت‬
awam hingga sekarang ini yaitu ِ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ له ه‬Al-jannatu tahta aqdaamil ummahaat.
Kemerosotan moral bukan hanya dari kalangan muda tetapi sampai pada kalangan
dewasa dan orang tua. Hingga yang awalnya menghormati orang tua adalah kewajiban, justru

1
sekarang ini yang terpikir dalam benak anak muda di zaman sekarang yaitu orang tua seperti
apa sih yang layak untuk kita hormati. Banyak dikalangan masyarakat sekarang yang orang
tuanya bekerja dengan profesi yang profesi tersebut dilarang oleh agama dan merupakan
pekerjaan yang tercela bahkan bisa disebut sebagai aib. Sehingga berdampak pada anak dan
keturunannya. Oleh sebab itu penulis merujuk pada suatu hadis yang pun banyak di kaji oleh
para ulama yang ingin menerangkan suatu keharusan bagi anak yang memiliki orang tua atau
pun yag orang tuanya sudah wafat, dengan merujuk pada hadis di atas.
Para ulama banyak yang memperselisih kan hadis tersebut yang merupakan hadis
yang dhoif bahkan ada pula ulama yang menyebutkan bahwa hadis itu palsu secara matan dan
sanadnya, Oleh karena itu perlunya kita meneliti hadis Al-jannatu tahta aqdaamil ummahaat
agar tidak ada lagi keraguan yang muncul di kalangan kita dan umat muslim lainnya.

B. Rumusan Masalah

Setelah menimbang latar belakang dari hadis yang akan ditelitian maka
penulis merumuskan tiga hal yaitu:
1) Kitab apakah yang memuat hadis tersebut?
2) Apa kualitas hadis tersebut?
3) Bagaimana fiqhul hadis dapat diterapkan dalam pandangan ulama?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa dari penelitian ini
kami memiliki tiga tujuan yang akan di teliti yaitu:
1) Untuk mengetahui kitab yang memuat sumber hadis tersebut.
2) Untuk mengetahui kualitas hadis tersebut.
3) Untuk mengetahui fiqhul hadis dalam pandangan ulama.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Redaksi Hadis

Sebagaimana yang telah di sebutkan di atas, hadis yang akan dibahas mengenai Surga
dibawah telapak kaki ibu. Setelah menelusuri hadis yang akan di teliti, penulis menemukan
beberapa kitab yang memuat hadis tersebut diantaranya yaitu kitab yang dikeluarkan oleh
Imam Abu asy-Syaikh al-Ashbahani rahimahullah dalam al-Fawayid li'abi al-Shaykh al-
'Asbahani (58/25)1, al-Qudha-‘i dalam Musnad asy-Syihâb (1/119)2,oleh Abu al-Faraj ibnu al-
Jauzi dalam al-Birru wal Shilah li Ibnu al-Jauzi (8/44) 3 dan beberapa kitab lainnnya dengan
sanad mereka semua dari Manshûr bin al-Muhajir, dari Abu an-Nadhr al-Abbar, dari Anas bin
Mâlik Radhiyallahu anhu , dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun dari kitab
yang memuat hadis ini jika dibandingkan, terdapat perbedaan dari segi lafadz maupun perawi
namun dalam segi pemaknaan hampir tidak ada bedanya.
Kitab al-Fawayid li'abi al-Shaykh al-'Asbahani (58/25)

(58/25) ‫ألفوأئد لب شيخ ألصبهان‬

‫ َ ندديَّيا ُ ضُّوُ ْضْ ُ يه ر‬،ٍ ‫اُِ ْْ ُم ر‬


‫ر‬
‫ يَ ضْ أريب ألّن ض‬،ِ‫اِ ر‬
ِ‫ْ ر‬ ‫ يَ ندديَّيا مُي نّ مد ْض مْ يَ ضِ ر ي ي م م م م‬،ٍُ‫و‬
‫ يَ ندديَّيا ألض يَ م ض م ي‬- 25

‫ «أ ضْيّنُم يحض ي‬:ُ‫أّم يَّيضي رِ يو يِّن ي‬


‫َ أيْض يد رأِ ضألمنُ يه ر‬ ‫صّنى ن‬ ‫وُ نر‬ ‫ِ ْض رْ ُالر ر‬
»ِ‫ا‬ ‫أّ ي‬ ‫اُ يُ مِ م‬
‫ ْي ي‬:ُ‫ا‬
‫ٍ ْي ي‬ ‫ يَ ضْ أيَي ر ي‬،ُ‫ضأل نيّ ر‬

Kitab Musnad asy-Syihâb (1/102):

(1/ 119) ‫ُسّد ألشهاٍ ألَْاَي‬

‫ دّا َب مد ألضو ر‬،‫اهن‬


‫أَ رد‬ ‫ر‬ ‫ دّا َم يّ مِ ْض مْ أ ض‬،‫أِ رط يي‬
‫ٍ ألضو ر‬
‫ر‬ ‫ر‬
‫يض ي‬ ‫يمي يد ْض رْ يش ي‬ ‫س مْ ْض مْ يَّي ي‬ ‫أي ضَ يي‬119 -
‫َيَ أيْمو يَّ رّي أ ضحي ي‬
‫ دّا ُ ضُّوُ ْضْ ألضّ يه ر‬،‫أِ رط يي‬ ‫ّ ْ رْ ألضوأدر رِ رّ نر‬
‫ دّا يَّر يي ْْ رَِْ رأهيُ ألضو ر‬،ّ ‫ر‬ ‫ر‬
‫ يَ ضْ أريب‬،ِ‫اِ ر‬ ‫ي م م م م‬ ‫ض م ضي ي ي‬ ‫ْض مْ أل مضّ ضهَيدي رّ ن ض ي‬

1
Abu asy-Syaikh al-Ashbahani, “al-Fawayid li'abi al-Shaykh al-'Asbahani”, no. 25 hal. 58.
2
al-Qudha-‘I, “Musnad asy-Syihâb”, no. 119 hal. 1.
3
Abu al-Faraj ibnu al-Jauzi,”al-Birru wal Shilah li Ibnu al-Jauzi”, no. 8 hal.44.

3
‫صّنى ا يَّيضي رِ يو يِّن يُ» ‪:‬أ ضْيّنُم يحض ي‬
‫َ أيْض يد رأِ‬ ‫وُ نر‬ ‫ِ ْض رْ ُالر ر‬
‫أّ ي‬ ‫اُ ‪ْ:‬ي ي‬
‫اُ يُ مِ م‬ ‫ٍ‪ْ ،‬ي ي‬ ‫ْ رِ ضأل نيّ مُ‪ ،‬يَ ضْ أيَي ر ي‬
‫ألّن ض‬
‫ضألمنُ يه ر‬
‫اِ«‬

‫)‪Kitab al-Birru wal Shilah li Ibnu al-Jauzi (8/44‬‬

‫أْوزي)‪(8/44‬‬ ‫ألَ وألُُّ لْْ‬

‫ي‪ ،‬و يَب مد ألضّ رِ ر‬


‫يد ْض مْ‬ ‫ر‬
‫س رْ ألضبياْ نل رو ي ي ض ي‬ ‫ناٍ ْض مْ أل مضّبي ياُ رٍ‪ْ ،‬ي ي‬
‫اُ‪ :‬أيَضَبيَي أ ض‬
‫يمي مد ْض مْ أ ضحي ي‬
‫[‪ ]44‬أَََ يَ ضب مد أل يضوه ر‬

‫ن أل يضّ يح راُّر يي‪ْ ،‬ثّا أيْمو ْي ضْ رِ‬ ‫يم مد ْْ َب رد نر‬


‫أّ ْض رْ أ ضحمس ض ر‬
‫ي‬ ‫أّ أ ض ي ض م ي ض‬ ‫ي م يض‬
‫وٍ ألضِّ ر‬
‫أغ يي‪ْ ،‬ي يال‪ :‬أيَضَبَي أيْو َب رد نر‬
‫يي‬
‫يضُّ ر‬
‫م‬
‫أِ رط يي‪ْ ،‬ثّا ُ ضُّوُ ْضْ ألضّ يه ر‬
‫اِ رِ‪ْ ،‬ثّا أيْمو ألّن ض‬
‫ْ رِ ضأل نيّ مُ‪ ،‬يَ ضْ‬ ‫شاُر رع يي‪ْ ،‬ثّا مُي نّ مد ْْ ِّييّا ين ألضو ر‬
‫أل ن‬
‫ي م م م م‬ ‫ض م م ضي ي‬
‫َ أيْض يد رأِ ضألمنُ يه ر‬ ‫وُ نر‬ ‫رر‬
‫ٍُر‬ ‫أيَي ر‬
‫اِ "‬ ‫أّ ‪ " :‬أ ضْيّنُم يحض ي‬ ‫اُ يُ مِ م‬
‫اُ‪ْ :‬ي ي‬ ‫ِ يي ن‬
‫أّم يَ ضِّم‪ْ ،‬ي ي‬ ‫ِ ْض رْ يُال ي‬
‫‪Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, “Surga itu berada di‬‬
‫”‪bawah telapak kaki-kaki para ibu.‬‬

‫‪Sebagaimana hadis yang telah disebutkan, Perbedaan hadis di atas yaitu secara‬‬
‫‪sanad atau perawi namun sama dalam segi lafadz atau matan nya. Dalam tiga kitab‬‬
‫‪yang telah penulis cantumkan di atas penulis akan menukil hadis yang di keluarkan‬‬
‫‪oleh al-Qudha-‘i dalam Musnad asy-Syihâb (1/119)4‬‬

‫‪4‬‬
‫‪al-Qudha-‘I, “Musnad asy-Syihâb”, no. 119 hal. 1.‬‬

‫‪4‬‬
B. Analisis Hadis

Dalam penelitian hadis ini penulis hanya menukil hadis yang dikeluarkan oleh al-
Qudha-‘i yang tedapat dalam kitab Musnad asy-Syihâb juz/ halaman ke-1, nomer hadis 1195.
Lafadz hadiznya yaitu:

(1/ 119) ‫ُسّد ألشهاٍ ألَْاَي‬

‫ دّا َب مد ألضو ر‬،‫اهن‬


‫أَ رد‬ ‫ر‬ ‫ دّا َم يّ مِ ْض مْ أ ض‬،‫أِ رط يي‬
‫ٍ ألضو ر‬
‫ر‬ ‫ر‬
‫يض ي‬ ‫يمي يد ْض رْ يش ي‬ ‫أي ضَ يي‬119 -
‫َيَ أيْمو يَّ رّي أ ضحي ي‬
‫س مْ ْض مْ يَّي ي‬
‫ّ ْ رْ ألضوأدر رِ رّ نر‬
‫ دّا يَّر يي ْْ رَِْ رأهيُ ألضو ر‬،ّ
‫ دّا ُ ضُّوُ ْضْ ألضّ يه ر‬،‫أِ رط يي‬ ‫ر‬ ‫ر‬
‫ يَ ضْ أريب‬،ِ‫اِ ر‬ ‫ي م م م م‬ ‫ض م ضي ي ي‬ ‫ْض مْ أل مضّ ضهَيدي رّ ن ض ي‬

‫أ ضْيّنُم يحض ي‬: »ُ‫صّنى ا يَّيضي رِ يو يِّن ي‬


ِ‫َ أيْض يد رأ‬ ‫وُ نر‬ ‫ِ ْض رْ ُالر ر‬
‫أّ ي‬ ‫اُ يُ مِ م‬
‫ْي ي‬: ُ‫ا‬
‫ ْي ي‬،ٍ ‫ يَ ضْ أيَي ر ي‬،ُ‫ْ رِ ضأل نيّ م‬
‫ألّن ض‬
‫ضألمنُ يه ر‬
«ِ‫ا‬
Artinya: telah menceritakan kepada kami Abu Ali al-Hasan bin khalaf al-Wasith, Telah
menceritakan kepada kami ‘Umar bin Ahmad bin Syahin, Telah menceritakan kepada kami
Abdun al-Wahid bin Muhtadi billah bin Al-Watsiqi billah, telah menceritakan kepada kami
‘Ali bin Ibrahim Al-Wasithi, Telah mencderitakan kepada kami Manshûr bin al-Muhajir, dari
Abu an-Nadhr al-Abbar, dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu berkata bahwa Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Surga itu dibawah telapak kaki para ibu”.

1. Skema Sanad

Berdasarkan hasil penulusuran di atas, penulis membuat skema sanad dari perawi
hadis tersebut adalah sebagai berikut:

5
al-Qudha-‘I, “Musnad asy-Syihâb”, no. 119 hal. 1.

5
2. Biografi Perawi dan Kritik Sanad Hadis

Adapun komposisis sanad hadis yaitu, Anas bin Malik ra, Abu Nadhr al- Abbar,
Manshur bin Muhajir, ‘Ali bin Ibrahim al-Wasithi, ‘Abdun al-Wahid bin Muhtadi billah bin
al-Watsiqi billah, ‘Umar bin Ahmad bin Syahin, Abu ‘Ali al- Hasan bin Khalaf al-Wasith.

1) Anas bin Malik ra


Nama lengkapnya: 'Anas bin Malik bin al-Nadr al-Ansari al-Khazraji al-Najjar
dari Bani Uday bin al-Najjar6 bin Damdam bin Zayd bin Haram bin Jandab bin ‘Amir
bin Ghanam bin ‘Adi bin al-Najaar al-'Ansari al-Nujaraa. Dan ibu dari Anas adalah ibu
dari Salim bint Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram. Dia melayani Rasulullah selama
sepuluh tahun selama dia tinggal di Madinah,7 wafat pada 92 H ada pula yang
mengatakan 93 H di Basrah pada usia 103 tahun8 . Anas bin Malik berguru9 langsung
kepada Rasulullah dan beberapa guru berikut: Ubay bin Ka'b, Usaid bin Hudair, Tsabit
bin Qais bin Syammas, Jarir bin Abdullah Al-Bajali, Zaid bin Arqam, Termasuk juga
Zaid bin Thabit, Abi Thalhah Zaid bin Sahl Al-Ansari, Salman Al-Farsi, Umar bin

6
Raghib as-Sirjani,”Situs Sejarah Islam” kata kunci sahabat Anas bin Malik, thn. 2006.
7
Yusuf bin Abdul Rahman bin Yusuf al-Mazii,“Tahdzib al-Kamal fi 'asma' al-Rijal”. no. 568 juz/hal. 3.
8
Ibn Abd al-Barr,”al-Isti’abi fi Ma’rifat al'ashabi”, tahqiqa: Ali Muhammad al-Bajawi, Dar al-Jil,
Beirut, edisi pertama, 1412 H = 1992 M, 1/109-1111.
‫ حبن ّاجه‬- ‫ حلّسائي‬- ‫ حلتّذي‬- ‫ َبو دحود‬- ‫ ّسلم‬- ‫ روى عن حلبخاري‬: ‫قال للزي ف تذيب لكامل‬9

6
Khatab, Abu Qatada al-Ansari, Abu Hurairah, Fatima Al-Zahra, putri Rasulullah, Ummu
Ayman adalah penjaga Nabi,Sampai dengan Ummu Sulaim binti Malhan (ibunya).Dan
memiliki murid yang cukup banyak dan bisa dilihat di Maktabah Shamela. Thabaqat :
Sahabat.

2) Abu Nadhr al- Abbar


Nama lengkapnya: Abu Al-Nadr Al-Basri, nama panggilan: Abu Al-Nadr,
Silsilahnya: di basri, Pangkatnya(ratbahnya) tidak diketahui (majhul hal),
Aktivitas nya yaitu ‫البزاز‬, ‫ البار‬, Thabaqat keenam yaitu sezaman dengan thabaqat
kelima, akan tetapi tidak tetap khobar bahwa mereka pernah bertemu. Jarh waTa’dil
yaitu Abu Nasr Ibn Makula: Dia menyebutkannya di al-Ikmal, dan dia berkata: Dia
meriwayatkan atas perkataan Anas Ibn Malik, dan Mansur Ibn Muhajir meriwayatkan
atas periwayatannya. Al-Dhahabi menyebutkannya dalam Al-Muqtani dalam
Menceritakan Al-Kunya, dan berkata: Mansur bin Muhajir meriwayatkan darinya.10

3) Manshur bin Muhajir


Nama lengkapnya: Mansour bin Al-Muhajir Al-Wasiti, nama panggilan:
Abu Al-Hassan. Menurut Ibn Hajar al-Asqolani yaitu mastur atau tersembunyi.

Thabaqat ke: 10 ‫( اكبر حلخذين عن تبع حْتباع‬senior yang mengikuti pengikut). Tinggal
di al-Wasithi, pangkat (rutbahnya) maqbul yaitu dapat di terima, Julukannya
Mansur bin al-Muhajir al-Wasiti. Keturunan al -Wasithi, ‫ ـ‬Jarh wata’dil: Imam
11

Ibnu Hajar al-Asqalani berkata di dalam tagribya12 Mastur yaitu Tersembunyi atau
terputus.

4) ‘Ali bin Ibrahim al-Wasithi


Nama lengkapnya: Ali bin Ibrahim bin Abd al-Majid al-Shaibani al-
Yashkari, Abu al-Hussein al-Wasiti. Beliau menetap di Baghdad dan wafat pada

tahun 274 h.13 dan merupakan thabaqat ke 11 ‫َوساط حلخذين عن تبع حْتباع‬ (diantara

orang yang mengikuti para pengikut) . Jarh wata’dil berkata Imam darqutni yaitu ‫ثقة‬
(dapat dipercaya). Berguru pada Jarir bin Hazem Al-Azdi, Abdullah bin Al-Samit,
Abu Al-Nadr. Jarh wata’dil yaitu Abu Hatem al Razi, Ibnu Abi Hatim Al-Razi
Menyebutkan Shuduq, Ibn Hajar al-Asqalati mengatakan dalam Al-Taqreeb: Dia

10
Jawami’ul kalim
11
Jawami’ul kallim
12
Jawami’ul kalim
13
Yusuf bin Abdul Rahman al-Mazii,“Tahdzib al-Kamal fi 'asma' al-Rijal”. no.4022 juz/hal.20.

7
dapat dipercaya dan teliti, Al-Daraqutni dan Dhahabi menyebutkan tsiqah yaitu dapat
dipercaya.14

5) ‘Abdun al-Wahid bin Muhtadi billah bin al-Watsiqi billah


Nama lengkapnya: ‘Ubaidullah bin Abdul Samad bin Muhammad bin Al-
Muhtadi Billah bin Harun Al-Wathiq bin Muhammad Al-Mu’tasim bin Harun Al-
Rasyid bin Muhammad Al-Mahdi bin Abdullah Al-Mansur bin Muhammad bin Ali.
Julukan: ‘Ubaidullah bin Abdul Samad Al-Hashemi, Nama Panggilan: Abu
Abdullah. Tinggal di: Damaskus, Mesir, Meninggal pada: 323 M, Silsilah: Al-
Baghdadi, Al-Hashemi, Pangkat (rutbahnya): Tsiqah15‫حلديث حسن صدوق‬ 16
yaitu dapat

dipercaya, Thabaqat ke 13, Jarh wata’dil: Al-Khatib al-Baghdadi dan Muhammad


ibn Ismail al-Warraq berkata bahwa Rahib Bani Hasyim itu saleh, religius, dan
wara’.Berguru: Ali bin Ibrahim Al Shaibani, Muhammad bin Abdul Rahman Al-
Jaafi, Ayoub bin Suleiman Al-Sogdi.17

6) ‘Umar bin Ahmad bin Syahin


Nama lengkapnya: ‘Umar bin Ahmed bin Uthman bin Ahmed bin
Muhammad bin Ayub bin Yazd bin Siraj bin Abdul Rahman, Nama Panggilan: Abu
Hafs atau Ibnu Shaheen, Julukan: Umar bin Shaheen al-Wa’idzh, Pangkat
(rutbahnya): Tsiqah, Menetap di Basrah dan Bagdad, wafat pada 385 h, Nasabnya
al-Baghdadi dan al-Marrouthi, Thabaqat ke 16, Guru: Ahmed bin Saeed Al-Darimi,
Ahmed bin Abi Shuaib, Al-Hassan bin Muhammad Al-Ansari, Jarh wata’dil:
Hamad bin Omar bin Al-Baqaal: Lemah, dan sekali: Ibnu Shaheen berkata: Saya
kembali dari beberapa perjalanan saya dan menemukan buku-buku saya hilang, jadi
saya menulis dari ingatan saya dua puluh ribu hadits atau dia mengatakan tiga puluh
ribu hadits untuk menebus apa telah pergi. Namun Abu Al-Fath bin Abi Al-Fawaris:
Dapat dipercaya, aman, dia mengumpulkan dan mengklasifikasikan apa yang tidak
diklasifikasikan oleh siapa pun. 18

14
Jawamiul Kalim
15
Abdul Rahman bin Muawiyah, Hadis.Islam-db.com, perawi
16
Jawami’ul kalim
17
Jawami’ul kalim
18
Abdul Rahman bin Muawiyah, Hadis.Islam-db.com, perawi

8
7) Abu ‘Ali al- Hasan bin Khalaf al-Wasith
Nama lengkap: Hassan bin Khalaf bin Yaqoub, Julukan: Al-Hassan bin
Khalaf Al-Wasiti, Nama panggilan: Abu Ali, Abu Qasim, Nasab: Al-Baghdadi, Al-
Wasiti, Pangkat (rutbahnya): Tsiqah, Thabaqat ke 18, Menetap di Mesir, Wafat
di Baghdad pada pada tahun 442 h, Guru: Ishaq bin Yusuf al-Azraq, Ismail bin,
Ibrahim al-Tarjumani, Ahmed bin Abdul-Jabbar Al-Atardi, Jarh wata’dil: Abu
Ahmed bin Uday Al-Jarjani: Itu mungkin, dan saya tidak tahu apapun yang tercela
tentang dia, Abu Bakar Al-Bayhaqi: Dilaporkan atas otoritas Al-Daraqutni bahwa dia
dapat dipercaya, Ibrahim bin Saeed Al Habbal: Dia bisa dipercaya, tapi dia diganggu.
ُ‫ نقل عن حلدحرْين َن ثق‬: ‫ َبو بكر حلبيَقي‬,‫ ول َعلم له شيئا ّّكرح‬،‫ يتمل‬: ‫َبو َحد بن عدي حْرجان‬

‫ كان ثقُ لكّه حبتلي‬:‫إبرحهيم بن سعيد حلبال‬,

Setelah mengetahui biografi masing-masing perawi penulis mendapatkan bahwa,


Semua perawi hadis di atas bersambung dalam jalan periwayatannya karena adanya hubungan
guru dan murid secara berkesinambungan. Namun setelah di teliti lebih lanjut yang telah
dipaparkan oleh Hadis berikut:

‫ َْ أْْ َباس ُِي ا َّهّا‬،‫ َددّا ُيّون‬،‫َددّا أْو ألّيح‬: ‫يَ ضْ ُوِى ْْ ُّد ْْ َطاء‬

‫ر‬
‫ ي‬،ٍَّْ‫َ أيْض يد رأِ أل نُ يهاِ؛ يُْ شئْ أ‬
ْ‫وُ ض‬ ‫أ ضْيّنُم يحض ي‬: »ُِّ‫ْاُ ُِوُ ا صّى ا َّيِ وآلِ و‬: ُ‫ْا‬

.‫ُوِى ْْ ُّد ألَدِي ُِّْ أحديث‬: ‫ ْاُ أْْ َدي‬. ِِْ‫رشئْ أ ضَ ي‬


Dari Musa bin Muhammad bin ‘Atha’, Abu Al-Malih, Maimunah, dari Ibnu ‘Abbas
r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Surga itu di bawah telapak kaki-kaki para ibu,
siapa yang mereka kehendaki, maka mereka akan memasukkannya, dan siapa yang mereka
kehendaki, maka mereka akan mengeluarkannya”. Imam Ibnu ‘Addi berkata, Musa bin
Muhammad Al-Maqdisi itu munkarul hadis.19

Penjelasan mengenai gelar munkir al-hadits bagi Musa bin Muhammad bin ‘Atha’ al-
Maqdisi adalah yasriq al-hadits (menyisipkan satu potong redaksi hadits dan mencampur
adukkan dengan hadits lain). Demikian seperti disebutkan oleh Ibnu ‘Addi yang dikutip oleh
Ibnul Jauzi dalam Ad-Dhu’afā’ wal Matrūkūn.

19
Jawami’ul kalim, Abu Ahmad bin Uday al-Jurjani, “‫ “ الكامل في ضعفاء الرجال‬no 64 hal. 8.

9
Ibnu ‘Adi dalam konteks ini hanya sedang mendata riwayat-riwayat yang bersumber
dari para perawi-perawi yang memang dikenal lemah atau bermasalah. Itu sebabnya setelah
mengutip riwayat di atas, ia menyatakan kalau riwayat tersebut bersumber dari sosok bernama
Musa bin Muhammad al-Maqdisi yang dilabeli sebagai seorang munkir al-hadis.20

C. Fiqhul Hadis dan Pandangan para ‘Ulama

Berbakti kepada orangtua Merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Menjalankannya


dengan penuh keikhlasan adalah bernilai pahala di sisi Allah. Perbuatan ini juga menjadi
salah satu amalan yang disukai Rasulullah. Hadis surga di bawah telapak kaki ibu sebenarnya
memiliki makna yang cukup dalam. Hadist ini tidak bisa diartikan begitu saja tanpa
mengetahui penjelasan maknanya.maksud hadist surga di bawah telapak kaki ibu ialah patuh
dan ridhanya seorang Muslim menjadi penyebab masuknya ia ke dalam surga.

1) Penjelasan Para Ulama Mengenai Makna dari Hadis

Al-Aamiri pernah berkata:21"Maksudnya ukuran dalam berbakti dan


khidmah pada para ibu bagaikan debu yang berada dibawah telapak kaki mereka,
dianjurkan mendahulukan kepentingan mereka atas kepentingan sendiri dan memilih
berbakti pada mereka ketimbang pada hamba-hamba Allah lainnya. Ini karena
merekalah yang rela menanggung beban penderitaan kala mengandung, menyusui
serta mendidik anak-anak mereka".

Hal serupa disampaikan oleh Muhammad Taufik dalam bukunya yang


berjudul Malaikat Itu Bernama Ibu. Ia mengatakan bahwa berbakti kepada ibu, tidak
membangkang terhadapnya, tidak menyakitinya, tunduk dan rendah diri di
hadapannya, akan menjadi wasilah penyebab seorang Muslim masuk surga.

20
Muhamad Masrur Irsyadi, Ilmu hadis, “Kajian Hadits Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu.”
islam.nu.or.id. Juli 2021
21
Kumparan.com. “Hadist Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu”. sep 2021

10
Menurutnya, inilah arti sebenarnya dari kalimat "surga di bawah telapak kaki
ibu". Maka, jika kebaikan tersebut mampu menjadi wasilah menuju ke surga, seorang
Muslim hendaknya menghindari perlakuan buruk kepada ibunya yang justru akan
menghartarkan ia menuju neraka.22

Pendapat lain disampaikan sebagian ulama tasawuf yang mengartikan hadist


ini secara dhahir dan batin. Menurut mereka, baginda Nabi Muhammad SAW adalah
ciptaan Allah yang mampu menguasai kesempurnaan bahasa. Sehingga, arti sebuah
hadist tidak bisa dimaknai dari satu sudut pandang saja.

Secara dhahir, para ibu dengan keridhaannya mampu menghantarkan seorang


anak ke dalam surga. Tentunya ini dapat diraih dengan mengamalkan perilaku rendah
hati, patuh, dan hormat kepadanya.

Imam Ali al-Qari rah mengatakan dalam Syarhnya: "Maksudnya yaitu


senantiasalah (engkau) dalam melayani dan memperhatikan urusannya".23 Jadi, kita
senantiasa mentaati ibu dan melayaninya selama perintah tersebut bukan perkara
maksiat.

Sedangkan secara bathin dan hakikatnya, para ibu yang mukmin kelak berada
di tempat tertinggi bersama dengan Nabi Muhammad SAW, sedangkan setiap
makhluk berada di bawahnya. Maka maksud hadist 'surga di bawah telapak kaki ibu'
ialah tentang kedudukan para makhluk di surga yang kelak berada di bawah
telapaknya.

2) Penjelasan mengenai Pengamalan Hadis

Menurut para ulama, istilah munkir al-hadits ditujukan untuk perawi yang
riwayat-riwayat haditsnya banyak menyelisihi riwayat hadits dari orang-orang yang
kuat hafalannya. Dalam hirarki kritik terhadap kualitas rawi (al-jarh wa al-ta’dil),
derajat munkir al-hadits termasuk di satu tingkat sebelum paling parah dalam kritik
terhadap perawi hadits. Hadits-haditsnya masih boleh diriwayatkan namun hanya
sebagai perbandingan (i’tibar) terhadap riwayat-riwayat yang shahih, bukan menjadi
satu-satunya dalil utama.24

22
Muhamad Masrur Irsyadi, Ilmu hadis, “Kajian Hadits Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu.
islam.nu.or.id. Juli 2021
23
Mirqat al-Mafatih, “Syarh Misykat al-Mashabih”. jilid. 4, hlm.. 676

11
Hadis riwayat imam Ibnu Majah, imam An-Nasa’i, imam Ahmad, imam Ath-
Thabarani di dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabir dengan sanad hasan, dishahihkan oleh
imam Al-Hakim, disepakati oleh imam Adz-Dzahabi, dan imam Al-Mundziri dari
sahabat Mu’awiyah bin Jahimah sebagaimana berikut.

ٍ‫ وِئَ أَِشي‬،‫ أٍُِ أن أغزو‬،‫ي ُِوُ ا‬: ُ‫أَِ ِاء ألّب صّى ا َّيِ وآلِ وُِّ َُا‬

‫ ُيرإ نن أ ضْيّنُي يحض ي‬،‫ُيال يضزضُ يها‬: »ُ‫ ْا‬،ُ‫َع‬: ُ‫هل لٍ ُْ أِ؟ «ْا‬: »ُ‫َُا‬
«‫َ رُ ضِّييضَ يها‬

Bahwasannya ia (Mu’awiyah bin Jahimah) datang kepada Nabi saw., lalu ia


berkata, “Wahai Rasulullah, aku ingin berperang, dan aku datang untuk
meminta petunjukmu.” Nabi saw. bersabda, “Apakah engkau memiliki ibu?”,
“Iya” “Menetaplah dengannya, karena sungguh surga di bawah kedua
kakinya.”25

Adapun riwayat imam Ibnu Majah lainnya dari Mu’awiyah bin


Jahimah r.a, ia berkata, “Aku datang kepada Nabi saw., lalu aku berkata,
“Wahai Rasulullah, sungguh aku ingin berjihad bersamamu, aku mengharap
dengannya ridha Allah dan rumah akhirat (surga).” Beliau pun bersabda,
“Celakalah engkau, apakah ibumu masih hidup?” “Iya, wahai Rasulullah.”
Jawabku. “Pulanglah, berbuat baiklah dengannya”. 26

25
Al-Khatib Al-Baghdad, “‫”حلبغدحدي للخييب بغدحد تاريخ‬, no. 302 hal/juz. 1
26
Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah Al-Qazwini, “‫”ّاجه حبن سّن‬, no. 2781 hal/juz 2.

12
Selain hadis-hadis shahih di atas, menghormati orang tua memang
perintah Allah swt. di dalam Al-Qur’an Al-Karim sebagaimana berikut.

‫رم ر م‬
ُ‫مي رْ لل نِرَي‬
‫لّ لل نِ ح‬
‫ْس رُ ن‬

‫يَ مد مميا أ ضيو ار يل مميا ُي يل‬


‫َأي‬‫سا نَ ر نُا ييَبضَّمغي نْ رَ ضّ يد يٍ أل رْ يي‬
‫ٍ أ نيل يَ ضعبم مدوأ ر نل ر نيُم يو رّ يلوألر يديض رْ ر ضَ ي‬
‫ْى يُْي ي‬
‫﴿وْي ي‬
‫ي‬

ّ‫اَ أل يّ رُّ رُ يْ أل نِ ضمي رُ يوْم ضل يُ ر‬


ٍ ّ‫يَ مَ ضل يهم يّا أم ر‬
‫ٍ يويل يَّضَ يه ضِ مميا يوْم ضل يهم يّا ْيَ ضونل يا رِمنا ۞ يوأ ضَ رف ض‬
‫ْ يهم يّا يِّي ي‬

‫ص رغ ن‬
: ]23-24[‫يأ] ﴾ألِِأء‬ ‫ضأُميض مه يّا يا يّا يُْنَيي راِ ي‬

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai
Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku pada waktu kecil.”27

27
QS. Al-Isra’ ayat. 23-24.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

"Maksudnya ukuran dalam berbakti dan khidmah pada para ibu bagaikan debu yang
berada dibawah telapak kaki mereka, dianjurkan mendahulukan kepentingan mereka atas
kepentingan sendiri dan memilih berbakti pada mereka ketimbang pada hamba-hamba Allah
lainnya. Ini karena merekalah yang rela menanggung beban penderitaan kala mengandung,
menyusui serta mendidik anak-anak mereka".

Berbakti kepada orangtua Merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Menjalankannya


dengan penuh keikhlasan adalah bernilai pahala di sisi Allah. Perbuatan ini juga menjadi
salah satu amalan yang disukai Rasulullah. Hadis surga di bawah telapak kaki ibu sebenarnya
memiliki makna yang cukup dalam. Hadist ini tidak bisa diartikan begitu saja tanpa
mengetahui penjelasan maknanya.maksud hadist surga di bawah telapak kaki ibu ialah patuh
dan ridhanya seorang Muslim menjadi penyebab masuknya ia ke dalam surga.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jurjani, Abu Ahmad bin Uday . “‫ “ الكامل في ضعفاء الرجال‬no 64


Al-Ashbahani, Abu asy-Syaikh. “al-Fawayid li'abi al-Shaykh al-'Asbahani”, no. 25
Al-Qudha-‘I, “Musnad asy-Syihâb”, no. 119
Al-Jauzi, Abu al-Faraj ibnu. ”al-Birru wal Shilah li Ibnu al-Jauzi”, no. 8
Al-Mazii,Yusuf bin Abdul Rahman bin Yusuf . “Tahdzib al-Kamal fi 'asma' al-Rijal”. no. 568
Al-Barr, Ibn Abd.”al-Isti’abi fi Ma’rifat al'ashabi”, tahqiqa: Ali Muhammad al-Bajawi, Dar
al-Jil, Beirut, edisi pertama, 1412 H = 1992 M, 1/109-1111.
‫ حبن ّاجه‬- ‫ حلّسائي‬- ‫ حلتّذي‬- ‫ َبو دحود‬- ‫ ّسلم‬- ‫ روى عن حلبخاري‬: ‫قال للزي ف تذيب لكامل‬

Mirqat, al-Mafatih. “Syarh Misykat al-Mashabih”. jilid. 4,


QS. Al-Isra’ ayat. 23-24.
Irsyadi, Muhamad Masrur, Ilmu hadis. “Kajian Hadits Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu.”
islam.nu.or.id. Juli 2021
Kumparan.com. “Hadist Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu”. sep 2021
As-Sirjani, Raghib. ”Situs Sejarah Islam” kata kunci sahabat Anas bin Malik, thn. 2006.
Muawiyah, Abdul Rahman bin. Hadis.Islam-db.com, perawi

15

Anda mungkin juga menyukai