Disusun oleh:
Siti Jamilah Hasan
NIM 211410073
FAKULTAS USHULUDDIN
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TASFIR
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN (PTIQ) JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023 M
KATA PENGANTAR
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber hukum islam selain Al-Qur’an yaitu hadis yang merupakan sumber hukum
kedua setelah Al-Qur’an. Hadis atau yang biasa disebut dengan sunnah yang berasal dari
bahaa arab حلديثyang artinya perkataan, kabar, baru. Hadis secara istilah adalah segala
perkataan, perbuatan dan ketetapan (taqrir) yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Hadis menjelaskan hukum-hukum yang belum ada dalam Al-Qur’an karena hukum Al-
Qur’an masih bersifat mujmal (global).
Ditinjau dari segi perawinya hadis terbagi menjadi tiga yaitu, Hadis Mutawatir, Hadis
Masyhur dan Hadis ahad Ditinjau dari segi sanadnya, hadis dibagi menjadi tiga macam, yaitu
Hadis sahih (sah, dapat dipakai sebagai landasan hukum) ,Hadis hasan (baik), Hadis daif
(lemah), tidak dapat dijadikan landasan hukum, Hadis maudu , yaitu hadis yang tidak
bersumber kepada Rasulullah saw. atau hadis palsu. Dikatakan hadis padahal sama sekali
bukan hadis. Hadis ini jelas tidak dapat dijadikan landasan hukum, hadis ini tertolak.
Hadis memiliki kedudukan yang urgensi bagi kelangasungan hidup umat islam, selain
merupakan sumber hukum setelah al-Qur’an dan merupakan sumber rujukan bagi para ulama
di era ini. Maka meneliti hadis untuk mengetahui sanadnya bersambung sampai nabi atau
terputus dan juga bagaimana matan dan biografi perawi hadis tesebut menjadi bagian yang
tidak bisa di pisahkan bagi para ulama di era sekarang karena khawatir semakin banyak hadis-
hadis palsu yang tersebar dan meng akibatkan tersesat kan nya umat muslim terutama bagi
orang awam seperti kita.
Menghormati dan mentaati orang tua merupakan kewajiban bagi umat manusia yang
terdapat dalam Al-Qur’an juga pada hadis Nabi Muhammad SAW. Bahkan sampai ada
larangan bagi kita untuk durhaka terhadap Orang tua yang terdapat pada hadis, Murka Allah
berantung pada orang tua .Saat ini telah banyak muncul pertanyaan-pertanyaan dari kalangan
umat islam yang ingin menemukan jati dirinya dan ingin memulainya dengan berbakti kepada
orang tua terutama pada ibu, mengingat hadis yang telah masyhur dikalangan masyarakat
حّْمَُ هلحَ َهْل هد تحِ لحَْمَّ ت
awam hingga sekarang ini yaitu ِا ه له هAl-jannatu tahta aqdaamil ummahaat.
Kemerosotan moral bukan hanya dari kalangan muda tetapi sampai pada kalangan
dewasa dan orang tua. Hingga yang awalnya menghormati orang tua adalah kewajiban, justru
1
sekarang ini yang terpikir dalam benak anak muda di zaman sekarang yaitu orang tua seperti
apa sih yang layak untuk kita hormati. Banyak dikalangan masyarakat sekarang yang orang
tuanya bekerja dengan profesi yang profesi tersebut dilarang oleh agama dan merupakan
pekerjaan yang tercela bahkan bisa disebut sebagai aib. Sehingga berdampak pada anak dan
keturunannya. Oleh sebab itu penulis merujuk pada suatu hadis yang pun banyak di kaji oleh
para ulama yang ingin menerangkan suatu keharusan bagi anak yang memiliki orang tua atau
pun yag orang tuanya sudah wafat, dengan merujuk pada hadis di atas.
Para ulama banyak yang memperselisih kan hadis tersebut yang merupakan hadis
yang dhoif bahkan ada pula ulama yang menyebutkan bahwa hadis itu palsu secara matan dan
sanadnya, Oleh karena itu perlunya kita meneliti hadis Al-jannatu tahta aqdaamil ummahaat
agar tidak ada lagi keraguan yang muncul di kalangan kita dan umat muslim lainnya.
B. Rumusan Masalah
Setelah menimbang latar belakang dari hadis yang akan ditelitian maka
penulis merumuskan tiga hal yaitu:
1) Kitab apakah yang memuat hadis tersebut?
2) Apa kualitas hadis tersebut?
3) Bagaimana fiqhul hadis dapat diterapkan dalam pandangan ulama?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa dari penelitian ini
kami memiliki tiga tujuan yang akan di teliti yaitu:
1) Untuk mengetahui kitab yang memuat sumber hadis tersebut.
2) Untuk mengetahui kualitas hadis tersebut.
3) Untuk mengetahui fiqhul hadis dalam pandangan ulama.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Redaksi Hadis
Sebagaimana yang telah di sebutkan di atas, hadis yang akan dibahas mengenai Surga
dibawah telapak kaki ibu. Setelah menelusuri hadis yang akan di teliti, penulis menemukan
beberapa kitab yang memuat hadis tersebut diantaranya yaitu kitab yang dikeluarkan oleh
Imam Abu asy-Syaikh al-Ashbahani rahimahullah dalam al-Fawayid li'abi al-Shaykh al-
'Asbahani (58/25)1, al-Qudha-‘i dalam Musnad asy-Syihâb (1/119)2,oleh Abu al-Faraj ibnu al-
Jauzi dalam al-Birru wal Shilah li Ibnu al-Jauzi (8/44) 3 dan beberapa kitab lainnnya dengan
sanad mereka semua dari Manshûr bin al-Muhajir, dari Abu an-Nadhr al-Abbar, dari Anas bin
Mâlik Radhiyallahu anhu , dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun dari kitab
yang memuat hadis ini jika dibandingkan, terdapat perbedaan dari segi lafadz maupun perawi
namun dalam segi pemaknaan hampir tidak ada bedanya.
Kitab al-Fawayid li'abi al-Shaykh al-'Asbahani (58/25)
1
Abu asy-Syaikh al-Ashbahani, “al-Fawayid li'abi al-Shaykh al-'Asbahani”, no. 25 hal. 58.
2
al-Qudha-‘I, “Musnad asy-Syihâb”, no. 119 hal. 1.
3
Abu al-Faraj ibnu al-Jauzi,”al-Birru wal Shilah li Ibnu al-Jauzi”, no. 8 hal.44.
3
صّنى ا يَّيضي رِ يو يِّن يُ» :أ ضْيّنُم يحض ي
َ أيْض يد رأِ وُ نر ِ ْض رْ ُالر ر
أّ ي اُ ْ:ي ي
اُ يُ مِ م ٍْ ،ي ي ْ رِ ضأل نيّ مُ ،يَ ضْ أيَي ر ي
ألّن ض
ضألمنُ يه ر
اِ«
Sebagaimana hadis yang telah disebutkan, Perbedaan hadis di atas yaitu secara
sanad atau perawi namun sama dalam segi lafadz atau matan nya. Dalam tiga kitab
yang telah penulis cantumkan di atas penulis akan menukil hadis yang di keluarkan
oleh al-Qudha-‘i dalam Musnad asy-Syihâb (1/119)4
4
al-Qudha-‘I, “Musnad asy-Syihâb”, no. 119 hal. 1.
4
B. Analisis Hadis
Dalam penelitian hadis ini penulis hanya menukil hadis yang dikeluarkan oleh al-
Qudha-‘i yang tedapat dalam kitab Musnad asy-Syihâb juz/ halaman ke-1, nomer hadis 1195.
Lafadz hadiznya yaitu:
1. Skema Sanad
Berdasarkan hasil penulusuran di atas, penulis membuat skema sanad dari perawi
hadis tersebut adalah sebagai berikut:
5
al-Qudha-‘I, “Musnad asy-Syihâb”, no. 119 hal. 1.
5
2. Biografi Perawi dan Kritik Sanad Hadis
Adapun komposisis sanad hadis yaitu, Anas bin Malik ra, Abu Nadhr al- Abbar,
Manshur bin Muhajir, ‘Ali bin Ibrahim al-Wasithi, ‘Abdun al-Wahid bin Muhtadi billah bin
al-Watsiqi billah, ‘Umar bin Ahmad bin Syahin, Abu ‘Ali al- Hasan bin Khalaf al-Wasith.
6
Raghib as-Sirjani,”Situs Sejarah Islam” kata kunci sahabat Anas bin Malik, thn. 2006.
7
Yusuf bin Abdul Rahman bin Yusuf al-Mazii,“Tahdzib al-Kamal fi 'asma' al-Rijal”. no. 568 juz/hal. 3.
8
Ibn Abd al-Barr,”al-Isti’abi fi Ma’rifat al'ashabi”, tahqiqa: Ali Muhammad al-Bajawi, Dar al-Jil,
Beirut, edisi pertama, 1412 H = 1992 M, 1/109-1111.
حبن ّاجه- حلّسائي- حلتّذي- َبو دحود- ّسلم- روى عن حلبخاري: قال للزي ف تذيب لكامل9
6
Khatab, Abu Qatada al-Ansari, Abu Hurairah, Fatima Al-Zahra, putri Rasulullah, Ummu
Ayman adalah penjaga Nabi,Sampai dengan Ummu Sulaim binti Malhan (ibunya).Dan
memiliki murid yang cukup banyak dan bisa dilihat di Maktabah Shamela. Thabaqat :
Sahabat.
Thabaqat ke: 10 ( اكبر حلخذين عن تبع حْتباعsenior yang mengikuti pengikut). Tinggal
di al-Wasithi, pangkat (rutbahnya) maqbul yaitu dapat di terima, Julukannya
Mansur bin al-Muhajir al-Wasiti. Keturunan al -Wasithi, ـJarh wata’dil: Imam
11
Ibnu Hajar al-Asqalani berkata di dalam tagribya12 Mastur yaitu Tersembunyi atau
terputus.
tahun 274 h.13 dan merupakan thabaqat ke 11 َوساط حلخذين عن تبع حْتباع (diantara
orang yang mengikuti para pengikut) . Jarh wata’dil berkata Imam darqutni yaitu ثقة
(dapat dipercaya). Berguru pada Jarir bin Hazem Al-Azdi, Abdullah bin Al-Samit,
Abu Al-Nadr. Jarh wata’dil yaitu Abu Hatem al Razi, Ibnu Abi Hatim Al-Razi
Menyebutkan Shuduq, Ibn Hajar al-Asqalati mengatakan dalam Al-Taqreeb: Dia
10
Jawami’ul kalim
11
Jawami’ul kallim
12
Jawami’ul kalim
13
Yusuf bin Abdul Rahman al-Mazii,“Tahdzib al-Kamal fi 'asma' al-Rijal”. no.4022 juz/hal.20.
7
dapat dipercaya dan teliti, Al-Daraqutni dan Dhahabi menyebutkan tsiqah yaitu dapat
dipercaya.14
14
Jawamiul Kalim
15
Abdul Rahman bin Muawiyah, Hadis.Islam-db.com, perawi
16
Jawami’ul kalim
17
Jawami’ul kalim
18
Abdul Rahman bin Muawiyah, Hadis.Islam-db.com, perawi
8
7) Abu ‘Ali al- Hasan bin Khalaf al-Wasith
Nama lengkap: Hassan bin Khalaf bin Yaqoub, Julukan: Al-Hassan bin
Khalaf Al-Wasiti, Nama panggilan: Abu Ali, Abu Qasim, Nasab: Al-Baghdadi, Al-
Wasiti, Pangkat (rutbahnya): Tsiqah, Thabaqat ke 18, Menetap di Mesir, Wafat
di Baghdad pada pada tahun 442 h, Guru: Ishaq bin Yusuf al-Azraq, Ismail bin,
Ibrahim al-Tarjumani, Ahmed bin Abdul-Jabbar Al-Atardi, Jarh wata’dil: Abu
Ahmed bin Uday Al-Jarjani: Itu mungkin, dan saya tidak tahu apapun yang tercela
tentang dia, Abu Bakar Al-Bayhaqi: Dilaporkan atas otoritas Al-Daraqutni bahwa dia
dapat dipercaya, Ibrahim bin Saeed Al Habbal: Dia bisa dipercaya, tapi dia diganggu.
ُ نقل عن حلدحرْين َن ثق: َبو بكر حلبيَقي, ول َعلم له شيئا ّّكرح، يتمل: َبو َحد بن عدي حْرجان
َْ أْْ َباس ُِي ا َّهّا، َددّا ُيّون،َددّا أْو ألّيح: يَ ضْ ُوِى ْْ ُّد ْْ َطاء
ر
ي،ٍََّْ أيْض يد رأِ أل نُ يهاِ؛ يُْ شئْ أ
ْوُ ض أ ضْيّنُم يحض ي: »ُِّْاُ ُِوُ ا صّى ا َّيِ وآلِ و: ُْا
Penjelasan mengenai gelar munkir al-hadits bagi Musa bin Muhammad bin ‘Atha’ al-
Maqdisi adalah yasriq al-hadits (menyisipkan satu potong redaksi hadits dan mencampur
adukkan dengan hadits lain). Demikian seperti disebutkan oleh Ibnu ‘Addi yang dikutip oleh
Ibnul Jauzi dalam Ad-Dhu’afā’ wal Matrūkūn.
19
Jawami’ul kalim, Abu Ahmad bin Uday al-Jurjani, “ “ الكامل في ضعفاء الرجالno 64 hal. 8.
9
Ibnu ‘Adi dalam konteks ini hanya sedang mendata riwayat-riwayat yang bersumber
dari para perawi-perawi yang memang dikenal lemah atau bermasalah. Itu sebabnya setelah
mengutip riwayat di atas, ia menyatakan kalau riwayat tersebut bersumber dari sosok bernama
Musa bin Muhammad al-Maqdisi yang dilabeli sebagai seorang munkir al-hadis.20
20
Muhamad Masrur Irsyadi, Ilmu hadis, “Kajian Hadits Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu.”
islam.nu.or.id. Juli 2021
21
Kumparan.com. “Hadist Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu”. sep 2021
10
Menurutnya, inilah arti sebenarnya dari kalimat "surga di bawah telapak kaki
ibu". Maka, jika kebaikan tersebut mampu menjadi wasilah menuju ke surga, seorang
Muslim hendaknya menghindari perlakuan buruk kepada ibunya yang justru akan
menghartarkan ia menuju neraka.22
Sedangkan secara bathin dan hakikatnya, para ibu yang mukmin kelak berada
di tempat tertinggi bersama dengan Nabi Muhammad SAW, sedangkan setiap
makhluk berada di bawahnya. Maka maksud hadist 'surga di bawah telapak kaki ibu'
ialah tentang kedudukan para makhluk di surga yang kelak berada di bawah
telapaknya.
Menurut para ulama, istilah munkir al-hadits ditujukan untuk perawi yang
riwayat-riwayat haditsnya banyak menyelisihi riwayat hadits dari orang-orang yang
kuat hafalannya. Dalam hirarki kritik terhadap kualitas rawi (al-jarh wa al-ta’dil),
derajat munkir al-hadits termasuk di satu tingkat sebelum paling parah dalam kritik
terhadap perawi hadits. Hadits-haditsnya masih boleh diriwayatkan namun hanya
sebagai perbandingan (i’tibar) terhadap riwayat-riwayat yang shahih, bukan menjadi
satu-satunya dalil utama.24
22
Muhamad Masrur Irsyadi, Ilmu hadis, “Kajian Hadits Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu.
islam.nu.or.id. Juli 2021
23
Mirqat al-Mafatih, “Syarh Misykat al-Mashabih”. jilid. 4, hlm.. 676
11
Hadis riwayat imam Ibnu Majah, imam An-Nasa’i, imam Ahmad, imam Ath-
Thabarani di dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabir dengan sanad hasan, dishahihkan oleh
imam Al-Hakim, disepakati oleh imam Adz-Dzahabi, dan imam Al-Mundziri dari
sahabat Mu’awiyah bin Jahimah sebagaimana berikut.
ٍ وِئَ أَِشي، أٍُِ أن أغزو،ي ُِوُ ا: ُأَِ ِاء ألّب صّى ا َّيِ وآلِ وُِّ َُا
ُيرإ نن أ ضْيّنُي يحض ي،ُيال يضزضُ يها: »ُ ْا،َُع: ُهل لٍ ُْ أِ؟ «ْا: »َُُا
«َ رُ ضِّييضَ يها
25
Al-Khatib Al-Baghdad, “”حلبغدحدي للخييب بغدحد تاريخ, no. 302 hal/juz. 1
26
Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah Al-Qazwini, “”ّاجه حبن سّن, no. 2781 hal/juz 2.
12
Selain hadis-hadis shahih di atas, menghormati orang tua memang
perintah Allah swt. di dalam Al-Qur’an Al-Karim sebagaimana berikut.
رم ر م
ُمي رْ لل نِرَي
لّ لل نِ ح
ْس رُ ن
ص رغ ن
: ]23-24[يأ] ﴾ألِِأء ضأُميض مه يّا يا يّا يُْنَيي راِ ي
27
QS. Al-Isra’ ayat. 23-24.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
"Maksudnya ukuran dalam berbakti dan khidmah pada para ibu bagaikan debu yang
berada dibawah telapak kaki mereka, dianjurkan mendahulukan kepentingan mereka atas
kepentingan sendiri dan memilih berbakti pada mereka ketimbang pada hamba-hamba Allah
lainnya. Ini karena merekalah yang rela menanggung beban penderitaan kala mengandung,
menyusui serta mendidik anak-anak mereka".
14
DAFTAR PUSTAKA
15