Anda di halaman 1dari 280

KRITIK HADIS

TA’LI>M AL-MUTA’ALLIM

SURAHMAT, M. Hum.

i
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN ................................................... 1


A. Latar Belakang.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................ 6
C. Signifikansi Penelitian .................................................. 7
D. Telaah Pustaka .............................................................. 8
E. Kerangka Teori ........................................................... 10
F. Metode Penelitian ....................................................... 23
BAB II : AL-ZARNUJI DAN TA’LI>M AL-
MUTA’AALLIM ...................................................... 26
A. Kelahiran al-Zarnuji ................................................... 26
B. Pendidikan Masa al-Zarnuji Situasi ........................... 31
C. Situasi Sosial Politik Perkembangan Zarnuji ............. 36
D. Abstraksi Kitab Ta’līm al-Muta’allim ....................... 50
E. Perjalanan Kitab Ta’li>m al-Muta’allim ...................... 60
F. Kitab Ta’li>m al-Muta’allim di Indonesia ................... 62
G. Kajian Kritis atas Kitab Ta’li>m al-Muta’allim…...... 65

BAB III :KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS-


HADIS TA’LI>M AL-MUTA’ALLIM ....................... 74
1. Hadis mencari ilmu....................................................74
2. Hadis tentang niat......................................................81
3. Hadis tentang niat kedua............................................90
4. Hadis tentang fitrah....................................................91
5. Hadis tentang gambar dan anjing...............................95
6. Hadis tentang agama teguh........................................98
7. Hadis tentang nafsu...................................................102
ii
8. Hadis tentang perkara yang luhur..............................103
9. Hadis tentang tiga hal yang dibenci Allah................104
10. Hadis keistimewaan hari rabu....................................106
11. Hadis tentang hikmah...............................................106
12. Hadis tentang mengenal jati diri...............................111
13. Hadis tentang bakhil..................................................112
14. Hadis tentang menghinakan diri................................117
15. Hadis tama’................................................................122
16. Hadis fakir..................................................................126
17. Hadis rizki bagi orang yang mencari ilmu ................128
18. Hadis mencari kecukupan hidup................................132
19. Hadis Tentang Berbaik Sangka.................................133
20. Hadis menulis ilmu....................................................134
21. Hadis tentang wara’...................................................138
22. Hadis keutamaan membaca al-Qur’an.......................139
23. Hadis tentang qodar...................................................139
24. Hadis tentang sedekah...............................................143
BAB IV : KESIMPULAN.........................................................269
Daftar Pustaka
Biografi Penulis

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah swt, shalawat serta salam


senantiasa tercurah kepada Rasulullah saw yang niscaya
memberikan syafa'at kepada segenap umat. Hadis yang
merupakan segala yang disandarkan kepada baginda Nabi,
baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat serta
tingkah laku kehidupan sehari-harinya telah banyak
mendapatkan interpretasi/penjelasan dari berbagai kalangan
ulama'. Ulama salaf yang dominan cenderung melakukan
penelitian "terkungkung" kepada kajian sanad sehingga ulama'
yang datang belakangan mengkonfir kajian-kajian sebelumnya,
yakni dengan kajian matan. Penelitian terhadap hadis tidak
harus dimulai dengan kritik terhadap sanad, akan tetapi dapat
dimulai dengan penelitian terhadap matan. Hal ini dapat
dilihat dari kajian yang telah banyak dilakukan oleh ulama'
yang mencukupkan kajian sanad dan mengambil matan-matan
yang masyhur dari Rasulullah saw. Syaikh al-Zarnuji
merupakan satu diantara sekian banyak 'ulama yang
menerapkannya dalam kitab Ta'lim al-Muta'allim. Buku ini
ditelaah secara komprehensif oleh akhina fillah, Surahmat, M.
Hum, dosen IAIN Kediri berusaha mengulas secara lugas

iv
tentang keberadaan makna-makna hadis sekaligus relevansi
hadis-hadis di dalam kitab Ta'lim al-Muta'allim
Da'i ternama di Jakarta: KH Zainuddin sering kali
menyampaikan di akhir pidatonya ketika mengkaji ayat
dengan kalimat Wallahu A'lam bi al-Showab. Hal ini
merupakan keniscayaan dikarenakan yang mengetahui secara
pasti isi ayat-ayat yang terkadung di dalam kitab suci
hanyalah Allah swt. Kebenaran manusia bersifat relatif
sedangkan kebenaran Allah swt adalah mutlak, sebab Dia
adalah Al-Haq/Maha Benar. Demikian pula dilakukan oleh KH
Zainuddin di akhir mengutip hadis seringkali menggunakan
kalimat Aw Kama Qoola Rasulullah. Hujjatul Islam;Imam al-
Ghozali menyampaikan bahwa hadis-hadis yang dicantumkan
telah konfirmasi kepada Nabi Muhammad saw di dalam
karyanya yang monumental kitab Ihya' 'Ulumuddin, Imam
Ibnu Arobi ketika menulis kitab Futuhat al-Makiyah, tangan
yang beliau gunakan untuk menulis bergerak dengan
sendirinya. Demikian halnya dengan Syaikh al-Zarnuji. Hal ini
adalah pengalaman spiritual para 'ulama yang bersifat supra-
rasional atau karomat yang tidak bisa diilmiahkan. Karya
salafus solih mendapatkan respon yang luar biasa, karya
mereka dikaji sepanjang masa. Hal ini disebabkan keikhasan

v
dan kesunguhan yang dilakukan. Semoga karya ini memberi
manfaat, baik siswa, mahasiswa, santri, dosen, kiai, civitas
akademisi. Amiin.

Prof. Dr. Habib Said Agil Husin al-Munawwar, M. A.

vi
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الحمد الذي بنعمته تتم الصالحات و بذكره وذكر اولياءه تتنزل الرحمات‬
‫والبركات الصالة والسالم على خير البريات سيدنا محمد وعلى اله و صحبه‬
‫اجمعين‬
Segala puji milik Allah, shalawat dan salam senantiasa
terlimpah kepada baginda Rasulillah Muhammad bin Abdillah,
dengan bacaan Allahumma sholli wa sallim ala sayidina
Muhammad wa anzilhu al-Maq'ada al-Muqorroba 'indaka
yaumal qiyamah wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in. Dengan
rahmat-Nya, kajian kritis atas hadis-hadis di dalam kitab
Ta’li>m al-Muta’allim sebagai salah satu upaya untuk
menentukan orisinalitas hadis, selain itu ditujukan untuk
mengukuhkan sekaligus mengkomparasikan substansi dari
riwayat-riwayat yang dikutip dengan pesan moril yang
terdapat di dalam al-Qur’an, hadis shahih yang setema dan
argumentasi dari ulama. Natijah yang didapat bahwa tidak
semua riwayat yang dikutip memiliki landasan/sanad yang
kuat, akan tetapi kandungannya adalah sebagai reward dan
punishment/targhib wa tarhib (anjuran dan ancaman) agar
setiap orang yang menempuh pendidikan mendapat ilmu yang
bermanfaat. Metode pembacaan yang handaknya didahulukan

vii
untuk diterapkan adalah qiro’ah tanaqqud (kritis) setelah
qiro’ah tabarruk (mencari berkah).
Penulis sampaikan terimakasih kepada banyak pihak
sehingga buku ini diterbitkan, atas jasa dan berkat do’a dari
orang tua (robbighfirlii wa liwaalidayya wahamhuma kama
robbayaanii shogiro) istri, guru penulis: KH. Ihsan Asyhari
(rohimahullah) wa ahli baitihi (Kauman Nanggulan), KH
Toifur Mawardi (Purworejo), Prof DR KH. Suryadi
(rohimahullah), Prof. DR KH Abdul Mustaqim dan rekan di
IAIN Kediri; Mohammad Asy’ari, M.H.I, Imam Masrur, M.
Th.I dan seluruh pihak yang tidak bisa disebut satu persatu.
Robbi fanfa’naa bi barkatihim wahdinal husna bihurmatihim
wa amitnaa fi thoriqotihim wa mu’afatin minal fitani.
Rodhiyallahu anhum, ajma’in. Amiin.
Karya ini tidaklah sempurna, sehingga menerima saran dan
krtitik yang bersifat konstruktif. Semoga Allah swt
memberikan anugrah ikhlas dalam beramal sehingga
menjadikan karya ini sebagai ilmu yang bermanfaat serta amal
jariyah yang diterima. Amiin. ‫ربنا تقبل منا انك انت السميع العليم‬

Kediri, 29 Desember 2019

Surahmat, S.Th.I, M. Hum.


viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian terhadap hadis1 di dunia Islam bisa dikatakan
kurang dibandingkan dengan kajian dalam bidang pemikiran
tafsir al-Qur’an, fikih, kalam, tasawuf, maupun filsafat,
sehingga kajian terhadap hadis urgen untuk dikedepankan.
Meskipun demikian, studi hadis dari waktu ke waktu
menunjukkan perkembangan yang signifikan, baik dari kajian
sanad, matan maupun metode dan pendekatan yang
ditawarkan oleh ahli hadis sebagai upaya menggali dan
menemukan makna yang dikandung dari hadis-hadis Nabi
saw.2 Sebagai sumber ajaran Islam kedua, hadis berbeda
dengan al-Qur’an yang semua ayatnya diterima secara

1
Definisi hadis Nabi yang dipegangi di sini adalah definisi yang
dipegang oleh Jumhur Ulama hadis, yaitu segala apa yang disandarkan
kepada Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat yang
berhubungan dengan fisik, dan sifat yang berhubungan dengan akhlak.
Lihat: Muhammad ‘Ajja>j al-Khati>b, Us}u>l al-H}adi>s ‘Ulu>muhu> wa
Mus}t}aluhu> (Beiru>t: Dar al-fikr, 1989), hlm. 17.
2
Mereka antara lain: Yusuf al-Qara>d}a>wi>, Muhammad al-Gaza>li
dari Mesir, M. al-A’zami dari India, Fazlur Rahman dari Indo Pakistan,
sedangkan dari Indonesia seperti: M. Syuhudi Isma’il, Ali Mustafa Ya’qub,
M. Zuhri, Suryadi, Musadi Ham dalam karya-karyanya masing-masing.
Lihat: Abdul Mustaqim, dkk, Paradigma Integrasi-Interkoneksi dalam
Memahami Hadis (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. v; Abdurrahman Wahid,
dkk, Nurul Huda Ma’arif (ed.), MM Azami Pembela Eksistensi Hadis
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), hlm. 79-80.
1
mutawatir. Hadis sebagian periwayatannya berlangsung secara
mutawatir dan sebagian lagi secara a>h}ad.3
Dalam kitab-kitab klasik yang membahas beragam
macam ilmu4 seringkali mencantumkan hadis-hadis sebagai
penguat argumentasi dan penjelasannya, di antara kitab yang
masyhur/familier dikalangan berbagai pesantren5, terutama
pada kajian etika guru dan murid adalah kitab Ta’li>m al-
Muta’aallim sebagai karya emas6 dari syekh Zarnuji, seorang
ulama bermaz}hab H}anafi,
Kitab ini menjadi populer disebabkan ajaran etikanya
(al-Akhla>q al-Mah{mu>dah) yang sangat monumental. Kitab ini
diangkat sebagai fokus penelitian karena penulis berasumsi
bahwa kitab ini telah tersebar luas di dunia pendidikan,
terutama di pondok pesantren, selain belum terdapat
penelitian yang komprehensif membahas kajian tentang hadis-

3
Suryadi, Metodologi Ilmu Rijalil Hadis (Yogyakarta: Madani
Pustaka Hikmah, 2003), hlm. 1.
4
Ilmu agama maupun ilmu pengetahuan secara umum.
5
Hal ini disebabkan adanya asumsi dari kalangan kiai yang
mengatakan: seorang santri yang mengamalkan isi kitab Ta’li>m al-
Muta’allim, niscaya mendapat ilmu yang bermanfaat. Argumentasi lainnya
adalah: al-Adab fauqo al-‘Ilmi. Budi pekerti lebih diutamakan daripada
ilmu pengetahuan. Oleh karenanya kitab ini menjadi “buku wajib” bagi
setiap santri.
6
Ibnu zamanihi//Zarnuji termasuk seorang yang memiliki himmah
aliyah (potensi yang hebat di waktu mudanya).
2
hadisnya khususnya terhadap pemahaman serta relevansi hadis
di era milenial.
Hadis yang dikutip diantaranya; Malaikat tidak akan
masuk ke dalam rumah yang ada anjing maupun gambar.7 Bagi
penulis untuk mendapatkan pemahaman hadis yang lebih
komprehensif alangkah baiknya untuk membuka syarah hadis
atau perbandingan dengan berbagai macam bacaan.
Pertanyaan kritis yang perlu dikemukakan: Apakah semua
anjing dan gambar yang menyebabkan malaikat tidak masuk
ke dalam rumah seseorang? Dapatkah dianalogkan kepada
seorang yang sedang mencari ilmu, (baca: t}a>li>b al-Ilmi),
dimana jiwanya belum bersih dari sifat-sifat hewan (terutama
sifat-sifat anjing) maka malaikat sulit memberikan ilmu
kepadanya.
Selain itu, terdapat riwayat masyhur yang bercorak
sufistik seperti:
8
‫من عرف نفسه فقد عرف ربه‬

Orang yang mengenal dirinya, maka sungguh dia akan


mengenal Tuhannya.

Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m al-Muta’allim (Beirut: Dar al-


7

Kutub al-Islami, t.t) hal 20. Matan hadisnya:


‫ال تدخل املالئكة بيتا فيه كلب أو صورة‬
8
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 32.
3
Dalam karyanya Syaikh Zarnuji menyebutkan Qa>la
Rasulullah. Padahal sudah banyak kajian bahwa perkataan di
atas tidak termasuk hadis. Akan tetapi yang menarik adalah
beliau sudah melakukan pamahaman terhadap matan hadis,
yakni apabila seseorang mengetahui kelemahan dirinya maka
akan mengakui kekuasaan Allah.9
Dalam pembahasan tentang sifat wara' dikutip:
‫ أو‬،‫ إما أن يميته فى شبابه‬:‫من لم يتورع فى تعلمه ابتاله هللا تعالى بأحد ثالثة أشياء‬
‫ أو يبتليه بخدمة السلطان‬،‫يوقعه فى الرساتيق‬
Orang yang tidak berbuat wara’ ketika belajar, maka
Allah akan memberinya cobaan salah satu dari tiga macam:
dia meninggal pada usia muda, ditempatkan di tengah
komunitas orang bodoh, atau dijadikan abdi penguasa”.10
Sebetulnya ini sebagai tarhi>b (ancaman) bagi orang
yang tidak bersikap wara’, akan tetapi apakah setiap orang
yang meninggal pada usia muda ketika mencari ilmu
disebabkan dia tidak wara’? Hemat penulis perlu adanya
kajian kritis terhadap kualitas sanad dan pemahaman atas teks
sehingga mendapatkan hasil yang "lebih mendekati kepada
kebenaran".

9
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 32.
10
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 39.
4
Dalam pemahaman hadis, realitas lain yang urgen
adalah keberadaan Rasulullah saw dalam berbagai fungsi dan
posisinya, adakalanya beliau berperan sebagai kepala Negara,
sebagai pribadi, sebagai suami, sebagai utusan Allah swt,
sebagai pemimpin masyarakat, sebagai panglima perang atau
sebagai hakim. Keberadaan Rasulullah ini dapat menjadi
acuan bahwa untuk memahami hadis perlu memasukkan
pertimbangan dari peran beliau sehingga urgen mendudukkan
pemahaman hadis secara proporsional, yakni adakalanya hadis
harus dipahami secara tekstual, kontekstual, universal,
temporal, situasional maupun lokal.11
Pentingnya memahami hadis secara proporsional akan
banyak membantu dalam mengatasi pemahaman yang kaku.
Karena, pemahaman yang kaku, radikal dan statis sama
artinya menutup keberadaan Islam yang s}a>lih} li kulli zama>n
wa maka>n. Itulah sebabnya, Fazlur Rahman menyebut hadis
Nabi sebagai Sunnah yang hidup, formalisasi Sunnah atau
Verbalisasi Sunnah yang bersifat dinamis. Hadis harus

11
M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual
(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1994), hlm. 6-7.
5
ditafsirkan secara situasional dan diadaptasikan ke dalam
situasi dewasa ini.12
Berangkat tentang pemaparan akan pentingnya kajian
kritik terhadap hadis13, penulis ingin melakukan penelitian
kritis dengan fokus kajian kritik terhadap kritik hadis dalam
kitab Ta’li>m al-Muta’allim serta relevansinya di era kekinian.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka untuk lebih mempertajam
penelitian ini, dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan
yang menjadi tujuan penelitian dalam karya ilmiah ini sebagai
berikut :
1. Bagaimana kualitas hadis-hadis kitab Ta’li>m al-
Muta’allim ?
2. Bagaimana relevansi hadis-hadis dalam kitab
Ta’li>m al-Muta’allim di era kekinian ?

12
Fazlur Rahman, Membuka Pintu Ijtihad, terj. Anas Mahyudin
(Bandung: Pustaka, 1984), hlm. 38. Sebagaimana dikutip oleh Suryadi,
Rekonstruksi Metodologis Pemahaman Hadis Nabi, Lihat: Fazlur Rahman,
dkk, Wacana Studi Hadis Kontemporer (Yogyakarta: PT Tiara Wacana,
2002), hlm. 140.
13
Kritik hadis mencakup kritik sanad dan matan.
6
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya rumusan masalah di atas, maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui kualitas hadis-hadis dalam kitab
Ta’li>m al-Muta’allim
b. Menjelaskan relevansi hadis-hadis dalam kitab
Ta’li>m al-Muta’allim di era kekinian.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara akademik, penelitian ini diharapkan bisa
memberikan sumbangan khazanah ilmu
pengetahuan Islam, terutama tentang kualiatas
hadis-hadis dalam kitab Ta’li>m al-Muta’allim,
serta relevansinya di era kekinian.
b. Secara sosial, penelitian ini diharapkan bisa
dijadikan motivasi bagi seluruh kalangan, baik
santri, mahasiswa, dosen dan kiai agar bersikap
selektif dan kritis terhadap teks hadis.
c. Memberikan kontribusi serta referensi sebagai
literatur di bidang hadis dan memperluas
cakrawala berpikir dalam kajian kritik hadis.

7
D. Telaah Pustaka
Kajian pustaka dimaksudkan sebagai salah satu
kebutuhan ilmiah yang berguna memberikan kejelasan dan
batasan tentang informasi yang digunakan melalui khazanah
pustaka, terutama yang berkaitan dengan tema yang dibahas.
Fathu Lillah dari pesantren Lerboyo menulis: Ta'lim
Muta'allim Dilengkapi Dengan Tanya Jawab14 yang cenderung
membahas tentang contennya bukan terhadap kritik hadis.
Penulis dalam penelitian ini menggunakan kitab 9 hadis/kutub
tis'ah sebagai kitab induk untuk menelaah, selain kitab Ta'li>m
al-Muta'allim karya Syaikh Zarnuji sebagai bahan primer.
Imam Ghazali Sa'id telah melakukan tahqiq15 terhadap
kitabTa'lim Muta'allim untuk meraih gelar Magister, akan
tetapi beliau tidak menyebutkan secara spesifik dan detail
akan penjabaran perawisanad hadis-hadis dalam kitab Ta'lim
Muta'allim. Demikian halnya Marwan Qobbani mentahqiq16
untuk meraih gelar Doktornya di Al-Azhar, Mesir, kampus
tertua di dunia.

14
M. Fathu Lillah, Kajian dan Analisis Ta'lim Muta'allim
Dilengkapi Dengan Tanya Jawab (Kediri: Santri Salaf Press, 2015).
15
Kitab ini diterbitkan di Wonocolo Surabaya, dengan penerbit
Turast al-Ma'ahid al-Islamiyah, tahun 1997.
16
Lihat:Ta’li>m al-Muta’allim Toriiq al-Ta'allum, karya Syaikh
Burhan al-Islam al-Zarnuji dengan pentahqiq Syaikh Marwan Qubbani,
dari Jami'ah Al-Azhar (Beirut, al-Maktab al-Islami, 1981).
8
Kitab Ada>bul ‘A>lim wa al-Muta’allim karya Hasyim
Asy’ari dengan penerjemah Mohamad Kholil, Etika
pendidikan Islam, kajian ini menjelaskan beberapa macam
etika baik bagi seorang penuntut ilmu pengetahuan terhadap
seorang ulama atau guru, ilmu, maupun kitab, serta etika bagi
ulama atau guru terhadap anak didiknya. Serta dikemukakan
hadis-hadis sebagai fad}ilah atau keutamaan ilmu pengetahuan
dan lainnya.17
Muhammad Qowim menulis Self Actualization in
Learning by al-Zarnuji in His Book Ta’li>m al-Muta’allim,18 di
dalamnya dijelaskan tentang aktualisasi diri dalam belajar
perspektif al-Zarnuji yang meliputi aktivitas belajar,
karakteristik, dan indikator dalam belajar. Nurhamid menulis
dengan judul Konsep Belajar Menurut al-Zarnuji dalam Kitab
Ta’li>m al-Muta’allim,19 yang hanya fokus terhadap konsep
belajar menurut al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim,
telaah kritis konsep belajar tersebut.

Hasyim Asy’ari, Ada>b al-‘A>lim wa al-Muta’allim: Etika


17

Pendidikan Islam, terj. Mohamad Kholil (Yogyakarta Titian Wacana,


2007).
18
Muhammad Qowim, “Self Actualization in Learning by al-
Zarnuji in His Book Ta’li>m al-Muta’allim”, UIN Sunan Kalijaga, 2001.
19
Nurhamid, “Konsep Belajar Menurut al-Zarnuji dalam Kitab
Ta’li>m al-Muta’allim”, UIN Sunan Kalijaga, 1996.
9
E. Kerangka Teori
Dalam ilmu hadis, istilah kritik berkonotasi positif.
Kata kritik dalam literatur Arab diambil dari term naqd. Kritik
hadis dalam konteks ilmu hadis, tidak sinonim dengan istilah
kritik yang dikemukakan oleh orientalis. Dalam perspektif
orientalis, kritik dimaksudkan sebagai upaya ”kecaman”
sehingga menimbulkan pelecehan terhadap hadis.20
Pemahaman yang demikian dimaksudkan oleh orientalis agar
umat Islam meragukan otentisitas hadis yang bersumber dari
Nabi saw. Dengan demikian, istilah kritik dalam terminologi
versi orientalis selalu berkonotasi negatif.21
Dengan demikian kritik matan hadis bukan
dimaksudkan untuk mengoreksi atau menggoyahkan dasar
ajaran Islam dengan mencari kelemahan sabda Nabi saw, akan
tetapi diarahkan kepada telaah redaksi dan makna guna
menetapkan keabsahan suatu hadis. Karena itu kritik matan
merupakan salah satu upaya positif dalam rangka menjaga
kemurnian matan hadis disamping untuk mengantarkan

20
Umi Sumbulah, Kritik Hadis: Pendekatan Historis Metodologis
(Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 25.
21
Umi Sumbulah, Kritik Hadis, hlm. 26.
10
kepada pemahaman yang lebih tepat terhadap hadis Nabi
saw.22
Telaah dalam kamus besar berarti penyelidikan, kajian,
pemeriksaan, atau penelitian tentang sesuatu.23 Sedangkan
kata kajian berasal dari kata kaji yang mempunyai arti sama
(sinonim) dengan kata telaah, pelajari, analisa, teliti, dan
selidik.24 Kemudian yang dimaksud dengan telaah di sini
adalah kajian atau penelitian tentang matan hadis dalam kitab
Ta'li>m al-Muta'allim.
Kritik hadis mencakup penelitian sanad atau al-Naqd
al-Kha>riji> atau kritik ekstern atau naqd al-Sanad25, dan
penelitian matan atau al-Naqd al-Da>khili> atau kritik intern
atau naqd al-Matn.26 Muh}ammad T}ah> ir al-Jawabi membuat

22
Umi Sumbulah, Kritik Hadis, hlm. 94.
23
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 431.
24
Pius A Partanto, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arloka,
1994), hlm. 295.
25
Dalam mengkaji otentisitas sanad, ada lima kriteria otentisitas
hadis yang digunakan: (1) ‘adil, memiliki kredibilitas ketakwaan serta
menjaga harga diri. (2) d}abit, memiliki kredibilitas intelektual, kuat
ingatan dan pemahaman. (3) muttas}il, bersabung, menerima langsung dari
rawi lain yang menyampaikannya. (4) gair syaz, tidak mengandung
kejanggalan (5) gair ’illah. Lihat Muhammad Syuhudi Ismail, Kaidah
Kesahihan, hlm. 131-158\; Nurun Najwah “Rekonsepsi Terhadap Studi
Otentisitas Hadis” dalam Jurnal Hermenia: Jurnal Kajian Islam
Interdisipliner, Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember 2008. hlm. 358-359.
26
Sedangkan dalam aspek kritik matan, menurut mayoritas ulama
hadis mencakup kriteria: (1) gair syaz. (2) gair ’illah yang terangkum
11
kaidah kritik matan dalam dua hal yakni: (1) Kritik untuk
menentukan benar tidaknya matan hadis, (2) Kritik matan
dalam rangka mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai
kandungan yang terdapat dalam sebuah matan hadis. Kedua
unsur ini tidak dapat dipisahkan dalam studi matan hadis. 27

Karena sebagai upaya mengetahui otentisitas matan hadis,


harus diketahui kandungan matan hadis. Dengan demikian
pemahaman hadis merupakan bagian dari kritik matan, dan
kritik matan termasuk bagian dari kritik hadis.28
Bagi ulama hadis sebagai para pembela sunnah yang
berada di barisan depan, upaya melestarikan sunnah baik
dengan penelitian atau kritik hadis merupakan kegiatan
penting yang harus mereka lakukan. Minimal ada empat alasan
yang melatar belakangi pentingnya kegiatan penelitian hadis
yakni29:
a. Hadis merupakan salah satu sumber ajaran Islam.

dalam kategori tidak bertentangan dengan al-qur’an, hadis shahih, logika,


ilmu pengetahuan dan sejarah. Lihat: Suryadi, Metode Kontemporer
Memahami Hadis Nabi: Perspektif Muhammad al-Ghazali dan Yusuf al-
Qaradhawi (Yogyakarta: Teras, 2008), hlm. 14-15.
27
Suryadi, Metode Kontemporer, hlm. 15.
28
Suryadi, Metode Kontemporer, hlm. 15.
29
M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Menurut Pembela, Pengingkar
dan Pemalsunya (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 42-43.
12
b. Seluruh hadis tidak tertulis secara resmi pada zaman
Nabi Muhammad saw.
c. Dalam sejarah telah terjadi kegiatan pemalsuan hadis
yang dilakukan banyak pihak dengan berbagai tujuan.
d. Proses penghimpunan hadis telah memakan waktu
yang lama dan terjadi setelah Nabi Muhammad saw
wafat.
Dari latar belakang ini dapat diketahui bahwa budaya
kritik dan sikap kritis memang perlu dihidupkan, karena
budaya yang satu ini memiliki ragam fungsi. Dalam ilmu ia
berfungsi menghidupkan, yakni dalam kerangka menguji
validitas suatu ilmu, dan dalam budaya ia bisa memunculkan
suatu fenomena baru yang mencerminkan suatu kebudayaan
yang maju dan dinamis.30 Sedangkan dalam ilmu hadis, tujuan
utama kritik terhadap hadis pada dasarnya adalah untuk
mengetahui dengan pasti otentisitas suatu riwayat.31
Hadis yang termuat dalam kitab-kitab mu’tabar tidak
hanya memuat matannya saja, tetapi sanadnya. Pencatuman
matan dan sanad tersebut menunjukkan sikap ilmiah yang
tinggi dari penghimpun hadis. Dengan menyajikan pemuatan

30
Badri Khaeruman, Otentisitas Hadis: Studi Kritis Atas Kajian
Hadis Kontemporer (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. iii.
31
Badri Khaeruman, Otentisitas Hadis, hlm. vi.
13
matan dan sanad, secara implisit ulama hadis meminta kepada
siapa saja yang memperhatikan hadis untuk meneliti dan
mengkritik hadis yang telah diriwayatkan dan dihimpun
sampai kepada yang telah terkodifikasi. Permasalahan tentang
kodifikasi hadis sendiri yang resmi baru dirintis pada masa
khalifah ‘Umar bin Abdul Aziz (w. 110 H/720 M) melalui
usaha keras ulama Muhammad bin Muslim bin Syihab al-
Zuhri (w. 124 H/742 M). 32
Dalam kajian hadis, apabila diperhatikan secara
seksama, maka dapat dilihat bahwa tidak semua ulama
mencantumkan sanad. Menurut ahli hadis, seperti Ibnu al-
Muba>rak, beliau mengatakan bahwa: “Sanad adalah bagian
dari agama, dan seandainya tidak terdapat sanad, tentu orang
berkata sekehendak hatinya. Sedangkan menurut Asy-Syauri,
dikatakan bahwa “Sanad adalah pusaka perang mu’min”.33
Namun, dalam perjalanan kajian ilmu hadis, ulama-
ulama Mutaqaddimi>n telah banyak berjasa dalam
permasalahan sanad, mereka telah meluangkan waktu berharga
mereka untuk meneliti permasalahan keotentikan hadis dari

32
M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah
Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan
Bintang, 1995), hlm. 4.
33
Mahmud al-Tahhan, Metode Hadis dan Penelitian Sanad Hadis,
terj. Ridan Nasir (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995), hlm. 9.
14
segi sanad. Mengingat hal tersebut, penulis beranggapan
bahwa penelitian hadis dari segi sanad sudah dirasa cukup, dan
apabila bertemu dengan sebuah riwayat tentang sanad, penulis
akan merujuk langsung kepada penilaian ulama-ulama
terdahulu tentang kualitas sanad riwayat tersebut.
Permasalahan yang akan penulis teliti dalam penelitian ini
lebih kearah kajian matan, karena penulis merasa bahwa kajian
sanad telah terselesaikan berkat jasa ulama Mutaqaddimi>n.
S{ala>h{ al-Di>n al-Adlabi> menyatakan bahwa ada empat
tolak ukur penelitian matan yaitu: (1) Tidak bertentangan
dengan petunjuk al-Qur’an, (2) Tidak bertentangan dengan
hadis dan sirah Nabi saw, (3) Tidak bertentangan dengan akal
yang sehat, panca indera atau fakta sejarah, (4) Susunan
pernyataannya menunjukkan ciri-ciri sabda kenabian.34
Berbeda dengan Muhammad al-Ghazali yang tidak
menjelaskan secara konkrit terhadap tahapan-tahapan dalam
memahami hadis Nabi saw. Namun, beliau menyimpulkan
tentang kriteria dalam melakukan kritik terhadap matan hadis
yakni (1) pengujian dengan ayat-ayat al-Qur’an, (2) pengujian

34
S}ala>h{ al-Di>n ibn Ah}mad al-Adlabi, Manhaj Naqd al-H}adi>s
(Beiru>t: Da>r al-Afa>q al-Jadi>dah, 1983), hlm. 230.
15
dengan hadis, (3) pengujian dengan fakta historis, dan (4)
pengujian dengan kebenaran ilmiah.35
Dari berbagai kaidah atau tolok ukur yang telah
dirumuskan oleh ulama hadis untuk menerima matan hadis,
termasuk pemahaman hadis, dapat diambil garis besar yakni
(1) pengujian dengan ayat-ayat al-Qur’an, (2) pengujian
dengan hadis yang lebih s}ah}i>h}, (3) pengujian dengan rasio dan
logika yang sehat, dan (4) pengujian dengan fakta historis
yang diketahui oleh umum.36
Oleh karenanya, ilmu-ilmu hadis sangat berharga untuk
memelihara kemurnian Islam. Studi kritis terhadap sejarah
Nabi saw akan disambut oleh setiap Muslim yang mencintai
kebenaran sekaligus dibenci oleh orang-orang yang mau
mencemari Islam. Dalam hal ini, penelitian terhadap hadis
harus dilanjutkan dalam rangka mempraktekkan prinsip
qawlan sadidan.37 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
teori yang telah dirumuskan oleh S{ala>h{ al-Di>n al-Adlabi>.

35
Muhammad al-Ghazali, al-Sunnah al-Nabawiyyah baina Ahl al-
Fiqh wa Ahl al-Hadis (Kairo: Dar al-Syuruq, 1996)\; Suryadi, Metode
Kontemporer, hlm. 82-86.
36
Suryadi, Metode Kontemporer, hlm. 20-21\; Hamzah Abu al-
Fatah, Manhaj al-Ilmi li al- Ta’a>mul ma al- Sunnah al-Nabawiyyah (Ordan:
Dar al-Nafa>is, 1999), hlm. 92-102.
37
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual: Refleksi Seorang
Cendikiawan Muslim (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 81.
16
Hemat penulis, teori yang telah dirumuskan oleh beliau
merupakan rumusan-rumusan secara umum yang konprehensif
(mencakup secara keseluruhan) dalam penelitian terhadap
kritik matan hadis (al-Naqd al-Da>khili> atau kritik intern).
Sebagian ulama berpendapat jika suatu sanad
mempunyai kualitas yang tinggi (s}ah}i>h}), di mana kredibilitas
para perawi hadisnya dalam setiap tingkatan dapat
dipertanggungjawabkan, maka secara otomatis matan hadis
tersebut pasti dapat dijamin validitasnya.38 Kondisi yang
demikian mengakibatkan terjadinya perkembangan yang tidak
seimbang antara dua wilayah kajian hadis, yaitu: sanad dan
matan.
Menurut ulama hadis bagaimana mungkin dapat
dikatakan hadis apabila tidak ada silsilah yang
menghubungkan kita sampai kepada Rasulillah saw. Kalimat
yang baik susunan katanya dan kandungannya sejalan dengan
ajaran agama Islam, belum dapat dikatakan sebagai hadis,

38
Sebagian ulama hadis merasa tidak perlu memperhatikan
kesalahan-kesalahan matan ketika sanadnya s}ah}i>h}, sedangkan argumentasi
demikian tidak dapat diterapkan dalam era sekarang. Jika kajian sanad dan
matan disatukan, maka kemungkinan hasil penelitian hadis Nabi saw dapat
menjadi empat macam, yaitu: (1) sanad-nya s{ah{i>h} matn-nya maqbu>l,
(2)sanad-nya da’i>f matn-nya maqbu>l, (3) sanad-nya s{ah{i>h{ matn-nya
mardu>d, (4) sanad-nya da’i>f matn-nya mardu>d. Lihat Suryadi, dkk,
Metodologi Penelitian Hadis (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga, 2006), hlm. 148.
17
apabila tidak ditemukan rangkaian perawi yang sampai kepada
Rasulillah saw. Sebaliknya tidaklah bernilai sanad hadis yang
baik apabila matannya tidak dapat dipertanggungjawabkan
keabsahannya.39
Dalam perkembangannya, dimana kritk sanad lebih
banyak mendapat perhatian oleh ahli hadis, S{ala>h{ al-Di>n al-
Adlabi mengemukakan dua alasan utama40 minimnya kajian
yang terkait dengan studi kritik matan (teks) hadis, yaitu:
1. Studi kritik sanad memerlukan keahlian khusus,
kesabaran luar bisa yang hanya dapat dilakukan
oleh orang-orang yang mempunyai hafalan kuat.
Banyak elaborasi yang telah dilakukan para ahli
dalam wilayah ini, mereka khawatir bahwa kritik
ini akan terlupakan oleh generasi belakangan.
2. Jika ktitik matan lebih diproritaskan (ditekankan),
maka ada dampak negatif dalam bentuk
penerimaan sebagian hadis s}ah}i>h} yang diriwayatkan
secara makna. Padahal, kes}ah}i>h}an suatu hadis
tidaklah cukup dengan penilaian s}ah}i>h} terhadap
matannya, melainkan harus s}ah}i>h} dari aspek
39
Hasjim Abbas, Kritik Matan Hadis: Versi Muhaddisin dan
Fuqaha (Yogyakarta: Teras, 2004), hlm. 59-60.
40
S{ala>h{ al-Di>n bin Ah}mad al-Adlabi, Manhaj Naqd al-H}adi>s}
(Beiru>t: Da>r al-Afa>q al-Jadi>dah, 1983), hlm. 190-191.
18
sanadnya. Sehingga pertama harus dilakukan kajian
yang berkaitan dengan sanad termasuk acuan-acuan
yang digunakan, kemudian dikembangkan dengan
kajian yang berkaitan dengan studi kritik matan
hadis.
Sedangkan urgensi obyek studi kritik matan
menurut S}ala>h{ al-Di>n al-Adlabi adalah41>:
1. Menghindari sikap kurang tepat dan berlebihan dalam
meriwayatkan suatu hadis karena adanya ukuran-
ukuran tertentu dalam metodologi kritik matan.
2. Menghadapi kemungkinan adanya kesalahan diri pada
periwayat hadis.
3. Menghadapi musuh-musuh Islam yang memalsukan
hadis dengan menggunakan sanad hadis tetapi
matannya tidak s}ah}i>h.}
4. Menghadapi kemungkinan terjadinya kontradiksi
antara beberapa periwayat hadis.
Menurut S}ala>h{ al-Di>n al-Adlabi ada beberapa kesulitan
dalam melakukan penelitian terhadap obyek studi kritik

S}ala>h{ al-Di>n bin Ah}mad al-Adlabi, Metodologi Kritik Matan


41

Hadis, terj. Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Meia
Pratama, 2004), hlm. 7-10. Selanjutnya ditulis al-Adlabi.
19
matan42, yaitu:
1. Minimnya pembicaraan mengenai kritik matan dan
metodenya.
2. Terpisahnya pembahasan mengenai kritik matan.
3. Kekhawatiran terbuangnya sebuah hadis.
Seandainya matan hadis diyakini bersumber dari
Rasulullah saw, maka penelitian terhadap sanad dan matan
tidak diperlukan. Matan hadis yang dibukukan berkaitan erat
dengan sanad masih memerlukan penelitian secara cermat,
tidak jarang ulama berbeda pendapat dalam menilai kualitas
suatu riwayat, sehingga keadaan matan perlu diteliti secara
cermat.
Secara garis besar bagian dari matan yang harus diteliti
secara cermat adalah kandungan berita yang termuat dalam
matan hadis. Meneliti kandungan matan tidak mudah
dilakukan, karena harus digunakan pendekatan yang tepat,
yaitu apakah dengan pendekatan al-Qur’an, hadis yang lebih
kuat, rasio, historis, dan sebagainya. Dengan demikian
penelitian matan hadis memang memerlukan kecermatan yang
tinggi serta teliti.

42
Al-Adlabi, Metodologi Kritik, hlm.11-13.
20
Upaya terhadap pemahaman matan hadis bersifat
relatif, sesuai keluasan pengetahuan dan kemampuan yang
melakukan pemahaman, termasuk dalam menentukan
kontradiktif hadis. Upaya pemahaman hadis merupakan
wilayah ijtiha>d yang bisa ditentukan oleh asumsi dan metode
yang berbeda. Oleh karenanya, makna hadis tidak lagi bersifat
absolut dan tunggal. Sebaliknya, makna yang mungkin diambil
dari teks hadis adalah bersifat ganda dan relatif. Sebab,
kesepakatan dalam makna tunggal sangat sulit uuntuk dicapai.
Menurut Amin Abdullah, yang sejalan dengan
Muhammad Quraish Shihab, terdapat dua tipologi ulama
dalam memahami hadis: tekstual dan kontekstual. Pertama,
pemahaman yang tekstual adalah memahami hadis tanpa
memperhatikan proses sejarahnya. Kedua, pemahaman yang
bersifat kritis konstruktif dengan mempertimbangkan asal-
usul hadis tersebut. Kecenderungan yang di dominasi oleh Ahl
al-Sunnah wa al-Jama>’ah adalah yang pertama. Sebab model
yang pertama diperlukan untuk mempertahankan kekuatan
ortodoksi.43

Yunahar Ilyas dan M. Mas’udi (ed.), Pengembangan Pemikiran


43

terhadap Hadis (Yogyakarta: LLPI Universitas Muhammadiyah


Yogyakarta, 1996), hlm. 208-209.
21
Hal ini diperkuat oleh Said Agil Husin Munawwar,
menurutnya, mayoritas umat Islam memahami hadis dengan
pendekatan tekstual dan baru sedikit yang
mengembangkannya melalui pendekatan kontekstual, baik
konteks historis maupun antropologis.44 Berangkat dari
pemaran di atas, penulis mendapatkan inspirasi akan urgennya
memahami hadis secara kritis, yang dilakukan dengan
pembacaan terhadap teks dan apa yang berada di belakang
teks.

F. Metode Penelitian
Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan
ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.45 Setiap
kegiatan ilmiah untuk lebih terarah dan rasional diperlukan
metode yang sesuai dengan obyek yang dikaji, karena metode
itu sendiri berfungsi sebagai pedoman dalam mengerjakan
penelitian agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Pengumpulan data merupakan proses pengolahan data, baik
data primer maupun data sekunder. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library
44
Yunahar Ilyas dan M. Mas’udi (ed.), Pengembangan Pemikiran,
hlm. 164.
45
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), hlm. 1.
22
research). Sumber yang dijadikan data diantaranya buku,
majalah, jurnal, artikel, maupun website adalah data sekunder.
Semua data perpustakaan tersebut dipilih yang relevan dan
sesuai dengan objek bahasan. Sedangkan sumber primer yang
penulis gunakan adalah kitab Ta’li>m al-Muta’allim, kitab-
kitab hadis termasuk kutub tis’ah, selain itu kitab-kitab tafsir
sebagai pelengkap.
Dalam penelitian46 ini, pertama penulis menjelaskan
auto-biografi Syaikh al-Zarnuji, setelah itu penulis melakukan
takhri>j al-H}adi>s47, yaitu mengumpulkan hadis-hadis yang
setema dengan menelusuri kitab-kitab mu’tabar maupun
menggunakan Maktabah Syamilah. Dalam kritik terhadap
nash atau dokumen, terdapat beberapa metode, tetapi semua
metode masuk dalam kategori muqobalah atau perbandingan.
Dengan mengumpulkan semua hadis yang berkaitan,
membandingkannya dengan cermat satu sama lain. Untuk
menilai matan hadis yang s}ah}i>h}, penulis menggunakan teori
yang telah disusun oleh al-Adlabi, yaitu: membandingkannya
dengan ayat al-Qur’an serta hadis shahih yang setema,

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini untuk


46

menganalisis data-data adalah deskriptif-analitik, yaitu menganalisis dan


menyajikan data-data yang sudah terkumpul secara sistematik sehingga
memperoleh kesimpulan yang jelas.

23
analisis kesejarahan dan akal sehat. Setelah itu penulis tinjau
relevansi hadis-hadis yang telah dikritisi matannya di era
kontemporer disertai penjelasan beberapa hadis yang dha’if
dan tidak jelas sumbernya, akan tetapi substansinya termasuk
dalam ajaran Islam.

24
BAB II
AL-ZARNUJI DAN TA’LI>M AL-MUTA’AALLIM
A. Kelahiran al-Zarnuji
Ta’lim Muta’allim merupakan karya monumental dari
tangan seorang ulama Syaikh Zarnuji. Karya ini sangat
masyhu>r dikalangan santri pondok pesantren. Kebiasaan
santri, masyarakat, lebih sering menyebut nama kitab-nya
tanpa menyebut nama pengarangnya. Hal inilah yang
menjadikan nama kitab beliau lebih dikenal daripada nama
beliau sendiri.48
Kata Syaikh adalah panggilan kehormatan untuk
pengarang kitab Ta’li>m al-Muta’allim. Sedang al-Zarnuji
adalah nama marga yang diambil dari kota tempat beliau
berada, yaitu kota Zarnuj. Diantara dua kata itu ada yang
menuliskan gelar Burha>nuddi>n (bukti kebenaran agama,
sehingga menjadi Syaikh Burha>nuddi>n al-Zarnuji. Adapun
nama personnya, sampai sekarang belum ditemukan adanya
literatur yang membahas masalah tersebut. Awalnya Zarnuj
merupakan daerah yang termasuk ke dalam kawasan Irak. Tapi
boleh jadi kota Zarnuj dalam peta sekarang masuk dalam
wilayah Turkistan (kini Afganistan karena ia berada di dekat

Al-Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim: Bimbingan Bagi Penuntut


48

Ilmu Pengatahuan, terj. Aliy As’ad (Kudus: Menara Kudus, 2007), hlm. i.
25
kota Khoujanda).49 Ada sebagian peniliti yang mengatakan,
beliau berasal dari Zaradj, sebuah kota di Persia. Mochtar
Effendi berkomentar “it is a city in Persia which was formally
a capital and city of Sidjistan to the south of Heart (now
Afghanistan)”.50
Perlu diketahui bahwa tidak banyak buku, kitab,
ataupun karangan yang membahas biografi al-Zarnuji,
kalaupun ada hanya sekelumit dan tidak memiliki informasi
yang konprehensif. Meskipun demikian, untuk mengetahui
kapan kira-kira al-Zarnuji menjalani hidupnya, maka dapat
dilihat secara historical-comparatif, yang dalam hal ini dapat
dibandingkan dengan Imam al-Gazali dan Ibnu Rusd. Al-
Zarnuji hidup jauh pasca al-Gazali. Hal ini dapat dilihat bahwa
al-Gazali hidup pada tahun 1058-1111 M, sedangkan karya al-
Zarnuji terbit pada tahun 1203 M, artinya setelah 92 tahun
karya al-Zarnuji baru muncul. Sementara apabila dibandingkan
dengan masa hidup Ibnu Rusd, dimana beliau lahir pasca al-
Gazali atau kurang lebih 11 tahun setelah al-Gazali wafat,
yaitu sekitar tahun 1121 M dan wafat tahun 1193, sedangkan
al-Zarnuji lahir sekitar tahun 1160 M, maka umur al-Zarnuji

49
Al-Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim, hlm. ii.
50
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2003), hlm. 104.
26
mendapati separuh akhir umur Ibnu Rusd.51 Selanjutnya, jika
mengacu kepada perbandingan masa hidup antara masa hidup
al-Zarnuji dengan Ibnu Rusd, berarti pada masa itu merupakan
masa pembelaan yang hebat antara akal dan filsafat
sebagaimana ia dijuluki sebagai filosof-pemikiran di kalangan
kaum Muslim. Hal ini berarti merupakan masa pengambilan
kebebasan berfikir dan berfilsafat.52
Al-Zarnuji terkenal sebagai seorang sastrawan dari
Bukhoro.53 Beliau merupakan ulama abad ke 7 H54 atau sekitar
abad 12-13 M yang bertepatan dengan pada masa kemunduran
Daulah Abbasiyah. Zaman ini disebut periode kedua Daulah
Abbasiyah sekitar tahun 292-658 H.55 Dengan demikian, untuk
memahami al-Zarnuji sebagai pemikir tokoh Islam, dapat
diketahui bahwa pada zaman Abbasiyah menghasilkan banyak

51
Lihat: Ahmad Mustakim, “Keberhasilan Belajar Menurut
Konsep al-Zarnuji dalam Kitab Ta’li>m al-Muta’allim, UIN Sunan Kalijaga,
1995. hlm. 14; Lutfi Malihah, “Konsep Akhlak Guru dan Siswa Dalam
Pendidikan Islam (Telaah Pemikiran Syekh al-Zarnuji dalam kitab Ta’li>m
al-Muta’allim), UIN Sunan Kalijaga, 2005. hlm. 30.
52
Ahmad Mustaqim, Keberhasilan Belajar, hlm. 15.
53
Munjid Lois Ma’lu>f, Munjid fi al-Lugah wa al-‘A’lam, (Beiru>t:
Da>r al-Masyrik, 1975), hlm. 337.
54
Ahmad ‘At}iyatullah, Kamus Islami (Mesir: Maktabah Nahd}ah
Misriyah, 1970), hlm. 58.
55
Busyairi Madjidi, Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim
(Yogyakarta: Press, 1997), hlm. 10.
27
pemikir ensiklopedi yang sulit untuk ditandingi oleh pemikir
yang datang kemudian.56
Abad ke-11 sampai ke-12 M merupakan abad kejayaan
Islam di tangan Dinasti Abbasiyah yang berpusat di Baghdad.
Namun pada masa itu dimulailah awal kehancuran Islam
yakni zaman kemunduran Islam, khususnya di wilayah timur.57
Berhubungan dengan masa kehidupan Zarnuji, Grunebaum dan
Abel mengatakan “toward the end of 13ͭ ͪ and beginning of 12ͭ ͪ
century A.D.”58
Pada masa Daulah Abbasiyah ini, banyak berkembang
lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah
(sekolah-sekolah) yang terkenal di waktu itu. Situasi seperti
inilah yang menyebabkan banyak banyak bermunculan ulama
Islam yang memberikan perhatian khusus dalam bidang
pendidikan. Mereka menuangkan pemikirannya dalam bentuk
tulisan berupa buku pendidikan dan pengajaran yang tersebar
luas dan dikaji secara mendalam.59

56
Lutfi Malihah, Konsep Akhlak, hlm. 32.
57
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana,
2008), hlm. 231.
58
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, hlm.
103.
59
A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2009),
hlm. 30.
28
Nama lengkap al-Zarnuji adalah Burhanuddin al-lslam
al-Zarnuji, di kalangan ulama dinyatakan bahwa belum ada
kepastian mengenai tanggal kelahirannya. Adapun mengenai
tahun wafatanya, setidaknya ada tiga pendapat yang dapat
dikernukakan di sini. Pendapat pertama adalah yang
mengatakan bahwa Burhanuddin al-Zarnuji wafat pada tahun
591 H. Sedangkan pendapat yang kedua mengatakan bahwa
al-Zarnuji wafat pada tahun 593 H. Sementara itu, ada pula
yang mengatakan bahwa Burhanuddin al-Zarnuji wafat tahun
597 H.60 Literatur lain menyebutkan, kewafatan beliau ada
tiga pendapat. Pertama, beliau wafat tahun 591 H/ 1195 M.
Kedua, beliau wafat 840 H/ 1243 M. Ketiga, Zarnuji hidup
semasa dengan Rida al-Di>n al-Naisabury yakni tahun 500-600
H.61 Demikian pula mengenai daerah tempat kelahirannya
tidak terdapat keterangan yang pasti, namun jika dilihat dari
nisbahnya, yaitu al-Zarnuji, maka beliau berasal dari
Afganistan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas.
Dikarenakan pola pikir dari seseorang sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti diantaranya latar
belakang pendidikan, faktor situasi sosial dan perkembangan

60
Al-Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim, hlm. iii.
61
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, hlm.
104.
29
masyarakat, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk
memahami Burhanuddin al-Zarnuji pada bagian berikut ini
akan dijelaskan situasi pendidikan pada masa di mana al-
Zarnuji hidup.

B. Pendidikan Masa al-Zarnuji Situasi


Dalam catatan sejarah, periode tahun 750-1250 ini
merupakan zaman puncak keemasan atau kemajuan peradaban
Islam pada umumnya dan pendidikan Islam khususnya. Hasan
Langgulung mengatakan bahwa zaman keemasan Islam ini
mengenal dua pusat, yaitu kerajaan Abbasiyah yang berpusat
di Baghdad yang berlangsung kurang lebih lima abad (750-
1258 M) dan kerajaan Umayyah di Spanyol yang berlangsung
kurang lebih delapan abad (711-1492 M.). Kemajuan
peradaban dan kebudayaan Islam yang berkembang dengan
pesat yang ditandai dengan bermunculannya lembaga-lembaga
pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan
tinggi. Di antara lembaga-lembaga tersebut adalah madrasah
Nizamiyah, yang didirikan oleh perdana menteri Nizām al-
Mulk, seorang pembesar dari pemerintahan Bani Saljuq. Pada
tiap-tiap kota, Nizām al-Mulk mendirikan satu madrasah yang
besar, seperti madrasah yang berada di Baghdad yang

30
dibangun pada tahun 457 H/1063 M, demikian di Balkh,
Naisabur, Herat, Asfahan, Bashrah, Marw dan lain-lain. Di
samping itu, ada madrasah al-Nuriyah al-Kubra yang
didirikan oleh Nuruddin Mahmud Zanki pada tahun
563H/1167 M di Damaskus yang memiliki cabang yang
banyak di hampir seluruh pelosok kota Damaskus. Demikian
dengan madrasah al-Muntasiriyyah yang didirikan oleh
khalifah Abbasiyah, al-Muntasir Billah di Baghdad pada tahun
681H/1234 M. Dengan memperhatikan informasi tersebut,
nampak jelas bahwa al-Zarnuji hidup pada masa ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam tengah mencapai puncak
keemasan dan kejayaannya, yaitu pada akhir masa khalifah
Abbasiyah yang ditandai dengan munculnya pemikir-pemikir
Islam ensiklopedik yang sukar ditandingi oleh orang-orang
kemudian. Kondisi pertumbuhan dan perkembangan tersebut
sangatlah menguntungkan bagi pembentukan dan
pertumbuhan pola pikir al-Zarnuji sebagai seorang ilmuan atau
ulama yang luas pengetahuannya. Atas dasar ini, Hasan
Langgulung menilai bahwa al-Zarnuji termasuk seorang filosof
yang memiliki sistem pemikiran tersendiri dan dapat

31
disejajarkan dengan tokoh-tokoh filosof lainnya seperti Ibnu
Sina, al-Ghazali dan lain-lainnya.62
Pada masa Dinasti Abbasiyah, manajemen pendidikan
diorganisir menjadi tujuh bagian yang menguatkan
menguatkan sendi-sendi pendidikan. Hasan Abdul A’la
mengatakan, tujuh bagian tersebut:
1. Lembaga pendidikan dasar (al-kutta>b);
2. Lembaga pendidikan Masjid (al-masjid);
3. Took-toko kitab (al-Bawa>nit al-wara>qi>n);
4. Tempat singgah para sarjana (Mana>zil al-Ulama);
5. Sanggar seni dan sastra (al-Shalunat al-Adabiyyah);
6. Perpustakaan (Da>r al-Kuttab wa Da>r al-Ilmi);
7. Lembaga pendidikan Islam/ sekolah (al-Madrasah).63
Secara umum, pendidikan pada masa itu dibagi
menjadi tiga tahapan. Pertama, tingkat rendah (kuttab, pasar,
rumah, toko). Kedua, tingkat menengah (masjid dan sanggar
seni). Ketiga, perguruan tinggi (masjid, madrasah, dan
perpustakaan).64

62
Http://prodibpi.wordpress.com/2010/08/05/aspek pendidikan-
tasawuf-kitab Ta’li>m al-Muta’alli>m-karya al-Zarnuji. Diakses tanggal 11
April 2018.
63
Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Raja
Grafindo, 2004), hlm. 20.
64
Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, hlm. 21.
32
Syaikh al-Zarnuji belajar kepada beberapa ulama besar
yang ada pada waktu itu, diantaranya, seperti disebutkan
dalam terjemah kitab Ta’li>m al-Muta’allim65, yakni:
a. Burhanuddin Ali bin Abu Bakar al-Marghinani,
seorang ulama besar bermaz}hab H}anafi yang
mengarang kitab Al-Hidayah, yakni suatu kitab fiqih
rujukan utama dalam mazhabnya. Beliau wafat tahun
593H/ 1197M.
b. Ruknul Islam Muhammad bin Abu Bakar, atau lebih
populer dengan gelar Khowahir Zadeh atau Imam
Zadeh. Beliau merupakan ulama besar yang ahli dalam
bidang fiqih, dan bermaz}hab H}anafi, seorang pujangga
sekaligus penyair, beliau pun pernah menjadi mufti di
Bukhara dan beberapa fatwa-fatwanya cukup masyhur.
Beliau wafat tahun 573 H/ 1177 M.
c. Syaikh Hammad bin Ibrahim, seorang ulama yang
merupakan ahli fiqih bermaz}hab H}anafi, dan sastrawan
serta ahli kalam. Wafat tahun 576 H/1180M.
d. Syaikh Fakhruddin al-Kasyani, bernama lengkap Abu
Bakar bin Mas’al-Kasyani pengarang kitab Bada>i’us
S}ana>i’. Wafat tahun 587H/ 1191M.

65
Al-Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim, hlm. iii.
33
e. Syaikh Fakhruddin Qadhi Khan al-Quzjandi, yang
merupakan seorang mujtahid bermaz}hab H}anafi yang
banyak karangannya. Wafat tahun 592 H/ 1196 M.
f. Ruknuddin al-Farghani yang digelari al-Adib al-
Mukhtar (sastrawan pujangga pilihan), seorang ulama
ahli fiqih, sekaligus penyair. Wafat tahun 594H/
1198M.
Selain guru-guru Zarnuji yang telah disebutkan di atas,
seorang peneliti yang bernama Djudi menyebutkan guru lain
dari Zarnuji yakni Syamsuddin Abdul Wajdi Muhammad ibn
Muhammad ibn al-Sattar al-Amidiy dan guru-guru lainnya.66
Dari pendapat ini, Zarnuji tidak hanya berguru pada guru-guru
yang telah disebutkan di atas, namun berguru pada guru-guru
lain yang belum terekam dengan jelas.

C. Situasi Sosial Politik Perkembangan Zarnuji


Zarnuji hidup pada masa Dinasti Abbasiyah. Bila
Zarnuj adalah wilayah dari Persia, dengan adanya sistem
politik Dinasti yang dijalankan Dinasti Abbasiyah di bawah
ini, ia berada pada situasi yang menguntungkan:

66
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, hlm.
104.
34
1. Khalifah haruslah orang Arab murni. Menteri, gubernur,
panglima dan pegawai lainnya diangkat dari golongan
mawali keturunan Persia;
2. Pusat kegiatan ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan
berpusat di Baghdad sebagai ibu kota Negara;
3. Pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat penting dan
mulia. Oleh karena itu para khalifah membuka peluang
yang seluas-luasnya untuk perkembangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan;
4. Kebebasan berfikir;
5. Para menteri keturunan Persia diberikan hak penuh untuk
menjalankan pemerintahan.67
Masa hidup Zarnuji diprediksi pada abad ke-6-7 H (12-
13 M) sebagaimana yang telah dijelaskan pada sub bab
kelahiran Zarnuji. Pada masa ini merupakan masa Daulah
Abbasiyah yang kedua. Pada masa ini secara geopolitics
Dinasti Abbasiyah mengalami kemunduran, yang berkisar
pada tahun 292-656 H.68

67
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak
Sejarah Era Rasulullah Sampai di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada
Group, 2013), hlm. 67.
68
Busyairi Madjidi, Konsep Pendidikan Para Filosuf Muslim
(Yogyakarta: Al-Amin Press, 2007), hlm. 101.
35
Mencermati dari sisi keamanan Negara dan situasi
Negara Islam, bila perkiraan lahirnya Zarnuji adalah tahun
1106 M, dan terbitnya Ta’lim Muta’allim pada tahun 1203 M,
maka Zarnuji lahir dan berkembang pada masa kekhalifahan
Islam menghadapi berkecamuknya perang Salib yang terjadi
selama tiga periode.69
Philip K. Hitti menjelaskan, perang Salib yang
berlangsung mulai tahun 1095-1291 terbagi menjadi tiga
periode, yaitu periode penaklukan, periode timbulnya reaksi
umat Islam dan periode perang saudara kecil-kecilan yang
berakhir dengan hilangnya pijakan tentara Salib di Siria.
Perang ini dimulai ketika Paus Urbanus II di Clearmont
Perancis berpidato atas permintaan kaisar Bizantyum Alexius
Comnesus yang daerah-daerahnya banyak direbut oleh dinasti
Seljuk. Menurut Philip K. Hitti, pidato Paus ini sangat efektif
dan berhasil memberikan semangat pada orang-orang Kristen
Eropa untuk mengunjungi Yerussalem dan merebutnya dari
kekuasaan Islam.70

69
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 77.
70
Ada yang membagi perang Salib ini menjadi delapan atau
sembilan. Akan tetapi yang lebih tepat adalah pembagian Philip K. Hitti,
karena pada masa pertikaian Barat dan Timur tersebut terjadi berkali-kali
tanpa batas yang jelas. Misalnya, pada masa penaklukan telah terjadi empat
perang Salib di Edessa, Antiokia, Tripoli dan Yerussalem. Setelah itu
36
1. Periode Penaklukan (1096-1144 M)
Sebelum terjadinya penyerangan ke Timur, kondisi
di Barat rakyat Prancis, Lorraine, Itali, dan Sisilia sedang
berada di bawah tekanan ekonomi dan sosial,71 serta telah
terjadi perpecahan antara gereja Yunani dengan gereja
Roma sejak tahun 1009 hingga 1054.72 Waktu itu
Byzantium sebagian wilayahnya mulai digerogoti oleh
Dinasti Seljuk. Karena itulah kaisar Alexius meminta
kepada Paus Urbanus untuk membantunya memukul
mundur tentara Seljuk. Berawal dari itu, Paus
mengkhotbahkan untuk melakukan perang suci merebut
Yerussalem di Clearmont dengan memberikan surat
penebusan dosa bagi yang ikut perang Salib dan jaminan

terjadi perluasan ke daerah lain sekitar Yerussalem yang terdapat


peperangan antara tentara Salib dengan Islam. Sedangkan pendapat yang
mengatakan sembilan adalah team Wikipedia. Kiranya pendapat dari
Wikipedia ini belum bisa digunakan karena artikel yang mereka tulis
ternyata hanya sebatas tujuh dan kolom berikutnya kosong. Adapun yang
mengatakan delapan adalah Muhammad Fadhil. Beliau menyatakan perang
Salib terakhir, yakni kedelapan, adalah pada masa Lois ke-9 ketika kontak
dengan al-Shalah Najamuddin. Akan tetapi terbukti setelah Shalah
Najamuddin ternyata masih terjadi perang antara tentara Salib dengan
tentara Muslim masa Mamluk Aibak kemudian Baybar, kemudian
Qallawun dan berikutnya al-Asyraf. Bandingkan: K. Hitty, History of The
Arab, terj. Cecep Lukman Yasin & Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi,
2008), hlm. 812-813; http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Salib_Pertama;
Muhammad Fadhil an-Nadwi, Tarikh al-Khurub al-Salibiyyah (Tuban:
Pesantren Langitan, Tt), hlm. 5-15.
71
Philip K. Hitti, History, hlm. 812.
72
Philip K. Hitti, History, hlm. 811.
37
masuk surga. Karena kuatnya persuasi dan adanya
kepentingan-kepentingan terselubung, akhirnya orang
Barat melakukan penaklukan ke Timur.
Pada periode ini ada dua ekspedisi, pertama,
dibawah kepemimpinan Pierre L Ermite, pasukan Salib
terdiri dari orang Kristen yang secara spontan menyambut
seruan Paus. Mereka adalah gerombolan rakyat jelata yang
tidak disiplin dan tanap persiapan, dimana sepanjang jalan
menuju Konstantinopel sering berbuat keonaran, yang
kemudian dapat ditaklukkan oleh tentara Seljuk.
Kedua, di bawah pimpinan Godfrey,73 Bahemond,74
dan Raymond.75 Setelah mendengarkan pidato Paus
Urbanus di Clearmont mereka berkumpul di
Konstantinopel dengan kekuatan pasukan 150.000 orang
yang terdiri dari bangsa Franka, Norman, dan rakyat biasa.
Mereka membagi kekuatan mereka untuk menggempur
tiga tempat utama yaitu Edessa dipimpin Baldwin,76
Antiokia dipimpin Bahemond dan Yerussalem yang

73
Godfray adalah salah satu raja di Barat yang berkuasa di
Burgundia.
74
Bahemond adalah raja di Barat yang berkuasa di Nurmandia dan
Itali utara.
75
Raymond adalah raja di Barat yang berkuasa di Toulouse.
76
Baldwin adalah saudara Godfray yang nantinya akan
menggantikan Godfray di Yerussalem ketika beliau meninggal.
38
merupakan bidikan utama dipimpin Godfray dan
Raymond.
Baldwin memimpin pasukannya menyebrang ke
Asia kecil yang pada waktu itu dikuasai oleh Qillij
Arselan. Dalam waktu satu bulan (juni 1097) Asia kecil ini
dapat dikuasai oleh Baldwin. Selanjutnya mereka
melanjutkan perjalanannya menuju Edessa dan berhasil
mereka kuasai pada tahun 1098. Di sinilah kerajaan latin
pertama di Timur didirikan dengan nama kerajaan Latin I
dengan Baldwin diangkat sebagai rajanya. Bahemond
memimpin tentaranya menuju Antiokia yang pada waktu
itu dikuasai oleh Dinasti Seljuk tepatnya yaitu wali kota
Yaghi Siyan dan tempat ini berhasil mereka kuasai pada
tahun 1098. Kemudian mereka menambah wilayah
kekuasaannya ke Karbuga yang dijadikan ibu kota
kerajaan kedua yang berhasil mereka rebut. Dan di sinilah
didirikan kerajaan Latin II dengan Bahemond sebagai
rajanya. Adapun Raymond bergerak menguasai Ma’arat
an-Nukman menduduki benteng Akrad, menyerang Arqah
dan menduduki Antartus.77

77
Philip K. Hitti, History, hlm. 813-814; Muhammad Fadhil an-
Nadwi, Tarikh al-Khurub, hlm. 5.
39
Tidak puas dengan itu, Raymond dan Godfray
menyatukan tentaranya menjadi satu menuju Yerussalem.
Dalam perjalanannya mereka melewati Ramalah yang
pada waktu itu tidak ada penguasanya, akhirnya mereka
kuasai dan dijadikan landasan utama untuk menyerang
Yerussalem. Pada 7 juli 1099 Yerussalem dikepung selama
satu bulan dengan 40.000 tentara Salib dan jatuhlah
Yerussalem ke tangan mereka. Di Yerussalem inilah
Godfrey dinobatkan menjadi raja Latin III.78
Setelah menaklukkan Yerussalem, terlihatlah
gelagat-gelagat sebenarnya dari para raja ini yang
menginginkan kekuasaan, perpolitikan dan perekenomian.
Bila demi Yesus mereka melakukan perang suci dengan
merebut Yerussalem, tentunya setelah merebut Yerussalem
selesailah tugas mereka. Akan tetapi mereka faktanya terus
melakukan perluasan kekuasaannya ke Akka, Haifa,
Yordania dan Nabulus. Menguasai Askolon untuk
mengamankan posisi Yerussalem. Kemudian setelah
Godfray wafat dan digantikan oleh Baldwin, mereka
memperluas kekuasaannya ke Aqabah, perairan laut merah
dan Beirut. Kemudian pada masa genjatan senjata yang

78
M Yahya Harun, Perang Salib dan Pengaruh Islam di Eropa
(Yogyakarta: Bina Usaha, 1987), hlm. 12-14.
40
pendek itu setelah penaklukan Yerussalem, wilayah Arsuf,
Akka dan Caesarea memberikan upeti kepada
pemerintahan Yerussalem. Demikian mereka bekerjasama
dengan kapal Italia yang membangun pasar kota yang baru
dan pelabuhan bebas bagi barang dagangan mereka.79 Dan
ternyata pada perang Salib ini diikuti oleh para saudagar
dari Pisa, Genoa dan Venesia.80 Data lain menyebutkan,
setelah membantai semua penduduk tanpa membedakan
usia dan jenis kelamin kurang lebih 70.000 jiwa hingga
tumpukan kepala, tangan, kaki disaksikan diseluruh
jalanan dan alun-alun kota mereka mengambil emas dan
perak yang tak terhitung jumlahnya.81 Sementara
Raymond menguasai Tripoli dimana disitu merupakan
pelabuhan yang paling ramai.82
2. Periode Reaksi Umat Islam
Periode ini dimulai pada saat pemerintahan
Imaduddin Zangi sampai puncak kejayaan Salahuddin al-
Ayyubi.

79
Philip K. Hitti, History, hlm. 816-817.
80
Philip K. Hitti menyebutkan secara tegas bahwa para saudagar ini
mengikuti perang Salib karena didukung oleh kepentinga komersial.
Demikian Bahemond, dia mengikuti perang karena ingin mendapatkan
kekuasaan.
81
Muhammad Fadhil an-Nadwi, Tarikh al-Khurub, hlm. 5-6.
82
Philip K. Hitti, History, hlm. 818.
41
Jatuhnya Siria dan Palestina ke tangan pasukan
Salib, menumbuhkan kesadaran untuk merebut kembali
tanah tersebut. Tahun 1144 M muncul seorang pelopor
yang memusuhi tentara Salib yang bernama Imad al-Din
Zangi83 penguasa Mosul dan Irak. Beliau berhasil merebut
kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa yang pada waktu
itu dikuasai oleh Joscelin II. Kekalahan ini membuat Paus
Eugenius III menyerukan perang suci dengan dukungan
raja Louis VII dari Perancis dan Conrad III dari Jerman.84
Pasukan Salib berusaha merebut kembali daerah yang
diambil alih oleh pasukan Islam. Namun mereka gagal
untuk memasuki kota Damaskus dan dapat dikalahkan
oleh Nur al-Din Zangi. Kedua raja tersebut melarikan diri
pulang kenegerinya. Pada tahun 1149 M perlawanan
kepada tentara Salib diteruskan oleh anaknya bernama Nur

83
Imaduddin Zanki berasal dari Mosul. Lahir dari seorang budak
Malik Syah dari Turki. Beliau adalah pendiri Dinasti Zangi (1127-1262).
84
Paus memerintahkan Bernard untuk mengkhotbahkan Perang
Salib Kedua dan memberikan indulgensi yang sama untuk itu sebagaimana
diberikan oleh Paus Urbanus II untuk Perang Salib Pertama. Parlemen
diundang di Vézelay, Burgundia tahun 1146, dan Bernard berkhotbah
dihadapan dewan. Louis VII dari Perancis, istri Louis Aliénor dari
Aquitania, pangeran dan pemimpin-pemimpin hadir dan tiarap dibawah
kaki Bernard untuk menerima salib peziarah. Conrad III dari Jerman dan
keponakannya Frederick Barbarossa, menerima salib dari tangan Bernard.
Lihat: Jonathan Riley Smith, Atlas of the Crusades (New York: Facts on
File, 1991), hlm. 48.
42
al-din Zangi. Di bawah kepimpinannya Antokia (1149)
dan seluruh Edessa dapat dikuasai (1151).85
Pada masa pemerintahan Nuruddin Zangi, beliau
mempunyai pimpinan militer yang bernama Syirkuh yang
taat pada komando beliau. Syirkuh di utus ke Mesir, dan
karena keahlian beliau berdiplomasi akhirnya beliau
diangkat menjadi menteri di bawah khalifah al-Adid,
khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah. Hal ini menjadikan
Syawar86 merasa tergeser dan memanggil Almaric I,
saudara Baldwin III untuk melawan Syirkuh. Tak lama
setelah pelantikannya beliau meninggal dan kemudian
digantikan oleh keponakannya Shalahuddin al-Ayyubi.
Pada masa Shalahuddin, beliau merebut Suriah
yang waktu itu dikuasai oleh Ismail yakni penerus Nur al-
Zangi yang wafat pada tahun 1174 M. setelah
menguasainya, Salahuddin meminta kepada khalifah
Abbasiyah untuk menobatkan dirinya sebagai penguasa
Mesir, Maroko, Nubia, Arab Barat, Palestina dan Suriah
tengah. Selama pengendalian perang ada ditangan
Shalahuddin al-Ayyubi, pendiri dinasti Ayyubiyah (1175

85
Abd al-Rahman Tajuddin, Dirasat fi al-Tarikh al-Islam (Kairo:
Maktabah al-Sunnah al-Muhammadiyah, 1953), hlm. 148.
86
Syawar adalah salah satu pejabat pada masa kekhalifahan
Fatimiyah. Dia ingin berkuasa pada Dinasti Fatimiyyah.
43
M), beliau pada tahun 1178 M dapat melumpuhkan
benteng Paneas di pinggir sungai Yordan sebagai
pertahanan kota Yerussalem. Pada tahun 1183 M Aleppo
dikuasai, disusul tahun 1187 M menguasai Tribias dan
Hittin, dan akhirnya tanggal 2 oktober 1187 Yerussalem
dapat direbut kembali. Kabar jatuhnya Yerussalem telah
menggemparkan Eropa, sehingga membangkitkan
semangat untuk mengirimkan pasukan untuk merebut
kembali kota suci tersebut. Maka terjadilah perang Salib
ketiga (1189 – 1192 M) dengan pimpinan raja Jerman
Frederick Barbarosa, raja Perancis Philip August dan raja
Inggris Richard The Lion Heart. Dalam peperangan ini
mereka tidak mengalahkan pasukan Shalah al-Din al-
Ayyubi, mereka hanya bisa mempertahankan daerah-
daerah pantai dan merebut Akka yang dijadikan
ibukotanya.87 Pada saat Shalahuddin dipukul mundur oleh
Ricard, beliau mengharapkan bantuan dari khalifah
Abbasiyah, akan tetapi bantuan itu tidak pernah datang,
seakan-akan pertempuran ini adalah perang warga sekitar
di bawah pimpinan Salahuddin merebut kembali daerah
yang ditaklukan oleh Barat. Dengan demikian perang ini
bukan atas nama Islam dengan pusat pemerintahan di
87
Philip K. Hitti, History, hlm. 825-831.
44
Baghdad pada waktu itu, akan tetapi lebih cenderung
perebutan wilayah kekuasaan antara Barat dengan
penduduk lokal.
Data lain menguatkan bahwa peperangan ini
merupakan perebutan kekuasaan adalah adanya perjanjian
tanggal 2 november 1192 yang ditanda tangani Shalah al-
Din dan Ricard setelah pasukan Shalahuddin merasa tidak
berdaya. Inti perjanjian itu adalah:
1. Daerah pedalaman menjadi milik orang Islam;
2. Jama’ah Kristen yang naik haji ke Bait al-Maqdis tidak
boleh diganggu;
3. Daerah pantai menjadi milik orang Kristen.
Perjanjian di atas kemudian dikenal dengan nama
Shulh al-Ramlah.88 Pembagian kekuasaan ini tidak
berdasar pada awal mula niatan perang suci, yakni merebut
Yerussalem saja. Akan tetapi merambah ke wilayah-
wilayah lain yang memiliki aset besar terhadap
perekonomian seperti Tripoli, yang disana terdapat
pelabuhan yang sangat ramai, Antiokia yang merupakan
kota yang strategis.

88
Abd al-Rahman Tajuddin, Dirasat fi al-Tarikh, hlm. 153. Data ini
diperkuat oleh Philip K. Hitti, Historty, hlm. 831.
45
3. Periode Perang Saudara Kecil-kecilan
Setelah Salahuddin meninggal, beliau mewariskan
sisa wilayah kekuasaannya kepada anaknya: al-Aziz
menguasai Cairo, Malik al-Afdhal menguasai Damaskus,
dan al-Dhahir menguasai Aleppo. Akan tetapi mereka
sering terjadi perselisihan yang menjadikan Malik al-
Adil89 mengambil peluang ini untuk mengambil alih
kekuasaan untuk kepentingan dirinya sendiri.
Pada masa al-Adil (1199-1218), beliau menjaga
perdamaian dengan orang Franka. Beliau mengizinkan
orang Venesia untuk mendirikan pasar khusus dan
penginapan di Iskandariyah. Dan setelah beliau wafat,
digantikan oleh anaknya al-Malik al-Kamil (1218-1238).
Pada masa al-Kamil, Dimyat yang menjadi tempat
tinggal beliau diserang oleh Frederick II. Penyerangan ini
memimbulkan perjanjian yang merugikan pihak al-Kamil.
Adapun isi perjanjiannya sebagai berikut:90

89
Malik al-Adil adalah saudara Salahuddin al-Ayubi yang beliau
nikahkan dengan saudara perempuan Ricard waktu mereka menjalin
perdamaian. Hadiah pernikahan mereka adalah tanah Yerussalem. Dan dari
pernikahan inilah muncul percampuran ras. Lihat: Philip K. Hitti, History,
hlm. 831.
90
Taufiqurrahman, Sejarah Peradaban Islam (Surabaya: Pustaka
Islamica, 2003), hlm. 199; Philip K. Hitti menyatakan pada waktu itu ada
perjanjian. Lihat: Philip K. Hitti, History, hlm. 835.
46
1. Al-Malik al-Kamil bersedia melepaskan Bait al-
Maqdis kepada raja Frederick II sebagai ganti kota
Dimyat;
2. Raja Frederick II memperlakukan secara wajar,
memperhatikan kesejahteraan umat Islam di Palestina;
3. Frederick II berjanji tidak akan mengirim bantuan
kepada kaum Kristen di Siria.
Perjanjian ini membawa Konsekwensi kembalinya
Bait al-Maqdis ketangan pasukan Salib. Dan setelah
perjuangan panjang oleh kaum Muslimin, Bait al-Maqdis
dapat kembali pada pangkuan Islam melalui kekuasaan al-
Malik al-Shalih Najm al-Din tahun 1244 M, dan pada
tahun 1247 M Damaskus, Tabrias dan Askalan dapat
direbut kembali. Ketika dinasti Mamelik berkuasa tahun
1263 M, merebut kota Kerak, Kaisariyah, Yaffa dan
Antokia setelah terlebih dahulu memukul mundur tentara
Salib di sepanjang pantai laut tengah, pasukan Islam
dipimpin oleh Qallawun91 dan Baibar92. Akhirnya pasukan

91
Qallawun adalah penerus dari Baibar yang berkuasa pada tahun
1279-1290.
92
Baibar adalah khalifah ke-4 danasti Mamluk. Dia merupakan
penguasa yang ingin seperti Salahuddin. Dai berhasil menguasai banyak
kota, seperti Antiokia, Caesarea, Arsuf, Syafawi, Jaffa, Benteng Akrad.
Philip K. Hitti, History, hlm. 837-839.
47
Salib meminta di adakan genjatan senjata.93 Pada masa
berikutnya, setelah Qallawun meninggal, ia digantikan
anaknya al-Asyraf. Dia berhasil merebut Akka (mei 1291)
Tyre (1290-1293), Sidon, Beirut dan Antartus. Dan pada
masa ini, berahirlah masa perang kecil-kecilan.94
Melihat situasi perang Salib dan model kekhalifahan
Islam yang pola komandonya terpusat (Dinasti Abbasiyah),
tentu bila ada tantangan dari non-Islam dalam hal ini perang
Salib, seorang khalifah akan mengumpulkan segenap
kekuatannya dari segala penjuru kota, dan tidak menutup
kemungkinan kota yang disinggahi Zarnuji terlibat.
Dari data di atas, reaksi perlawanan Islam yang pertama
kali terhadap tentara Salib dipelopori oleh Imamuddin Zangi
seorang penguasa Mosul dan Irak. Bila Zarnuj ini benar bagian
dari Irak (sesuai data di sub A), maka jelas kota ini dalam
keadaan sibuk menyiapkan perlawanan perang terhadap tentara
Salib.

D. Abstraksi Kitab Ta’līm al-Muta’allim


Kitab Ta’li>m aI-Muta’allim, disusun oleh al-Zarnuji
ketika beliau melihat banyak penuntut ilmu pada waktu itu

93
Abd al-Rahman Tajuddin, Dirasat fi al-Tarikh, hlm. 622.
94
Philip K. Hitti, History, hlm. 840.
48
sangat tekun belajar, akan tetapi mereka tidak berhasil
menggapai manfaat dan buahnya, yaitu aplikasi (amal) dari
ilmu dan pengembangannya. Hal ini disebabkan karena mereka
salah dalam menempuh jalan dan mengabaikan persyaratan
dalam mencari ilmu. Padahal siapa yang salah dalam
menempuh jalan, tentu akan tersesat dan gagal untuk
mencapai tujuan, kecil maupun besar. Maka dengan senang
hati, beliau bermaksud menjelaskan metode belajar (t}ariqah
ta’allum) sesuai dengan apa yang beliau baca dari berbagai
kitab dan dari apa yang diperoleh dari guru-gurunya, sebelum
menyusun kitab, al-Zarnuji melakukan s}alat istikharah
terlebih dahulu.95
Kitab Ta’li>m aI-Muta’allim karya al-Zarnuji diakui
sebagai suatu hasil karya yang monumental, serta
keberadaannya sangat diperhitungkan. Kitab tersebut banyak
dijadikan bahan penetitian dan rujukan dalam penulisan-
penulisan karya ilmiah, terutama dalam bidang pendidikan.
Keistimewaan dari kitab ini terletak pada materi yang
dikandungnya. Sekalipun kecil dan dengan judul yang seakan-
akan hanya membicarakan tentang metode belajar, namun
sebenarnya isi kitab ini sangat padat, karena di dalamnya

95
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m al-Muta’allim, hlm. 3-4.
49
meliputi tujuan belajar, prinsip-prinsip belajar, strategi
pembelajaran dan lain sebagainya, yang semuanya bercorak
pada moral-religius. Menurut perhitungan penulis kitab ini
mencakup 24 hadis96 dengan kualitas yang bervariatif, dimana
hadis-hadisnya hanya bersifat Fad}ai> l al-A’ma>l (keutamaan
amal).
Kitab Ta’li>m al-Muta’allim besar jasanya dalam
membentuk pengaruh rasionalisme, dimana terbukti terdapat
banyak akses pada masanya. Kitab ini hadir sebagai alternatif
untuk mengatasi akses rasionalisme. Menurut teori Barat, ilmu
adalah power (kekuasaan), sedangkan dalam kitab Ta’li>m al-
Muta’allim ilmu adalah ibadah.97 Sehingga Mahmud Yunus
mengatakan: Kitab Ta’li>m al-Muta’allim mengutip berbagai

96
Hadis pertama berkualitas h}asan ; kedua s}ah}ih }; ketiga tidak
ditemukan, akan tetapi maknanya s}ah}ih }; keempat s}ah}ih }; kelima h}asan
s}ah}ih }; keenam da’i>f ; ketujuh tidak ditemukan, hanya ditemukan hadis
yang semakna ; kedelapan da’i>f ; kesembilan tidak ditemukan, akan tetapi
maknanya tidak bertentangan dengan al-Qur’an maupun hadis-hadis s}ah}ih} ;
kesepuluh tidak ditemukan sumbernya; kesebelas da’i>f, kedua belas da’i>f
(bukan perkataan Rasul saw); ketiga belas s}ah}ih} ; keempat belas s}ah}ih} ;
kelima belas ada yang menda’i>f kan dan ada yang mens}ah}ih}kan (mud}a’af) ;
keenam belas tidak ditemukan sumbernya ; ketujuh belas belum ditemukan
penilaian ulama ; kedelapan belas maud}u>’ ; kesembilan belas tidak
ditemukan, hanya saja terdapat hadis yang semakna ; kedua puluh tidak
ditemukan ; kedua puluh satu maud}u>’ ; kedua puluh dua da’i>f ; kedua puluh
tiga s}ah}ih} ; kedua puluh empat da’i>f.
97
A. Mudjab Mahali dan Mujawazah Mahali, Kode Etik Kaum
Santri (Bandung: Mizan, 1993), hlm. 6.
50
pendapat ahli pendidik agama Islam dan dikuatkannya secara
khusus pendapat Imam al-Gazali. Kitab ini khusus dalam ilmu
pendidikan dan sangat berpengaruh dalam alam Islam sebagai
pegangan guru untuk mendidik anak-anak.98
Kitab Ta’li>m al-Muta’allim mempunyai nilai
popularitas yang diduga sebagai satu-satunya kitab karya dari
al-Zarnuji yang telah tersebar ke seluruh penjuru dunia. Kitab
ini merupakan formulasi dari berbagai visi pendidikan ulama
bermaz}hab H}anafi karena al-Zarnuji adalah “loyalitas”
bermaz}hab H}anafi. Kitab ini telah di cetak, diterjemahkan dan
dikaji di berbagai negara, baik di Timur maupun di Barat.
Khusus di Indonesia, kitab Ta’līm al-Muta’allim tersebut
dikaji dan dipelajari hampir di setiap lembaga pendidikan
Islam, terutama di lembaga pendidikan Islam klasik tradisional
seperti pondok pesantren.
Dari kitab tersebut dapat diketahui bagaimana al-
Zarnuji membahas permasalahan yang berkenaan dengan
konsep pendidikan Islam, al-Zarnuji secara umum
memberikan pemaparan tentang konsep tersebut ke dalam tiga
belas bab atau fasal yang singkat, yaitu:

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidakarya


98

Agung, 1990), hlm. 155.


51
1) Pengertian ilmu, fiqih dan keutamaannya. Pada bab
ini, al-Zarnuji menjelaskan adanya spesialisai ilmu.
Menurutnya, pelajar tidak diwajibkan untuk mempelajari
semua ilmu pengetahuan, akan tetapi harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan minatnya. Ilmu yang wajib dipelajari
dalam pandangan beliau adalah ilmu hal, yakni ilmu tingkah
laku dan keadaan. Yang dimaksudnya adalah pengetahuan
yang selalu diperlukan setiap saat, dan mencakup pula ilmu
gerak hati (manajemen qalbu), seperti tawakkal, takwa, dan
rela hati. Al-Zarnuji mengemukakan tentang kemuliaan ilmu,
bahwa ilmu hanya dimiliki oleh manusia. Masih menurut
pandangan beliau, ilmu akhlak termasuk salah satu ilmu yang
wajib dipelajari bagi seorang Muslim. Ilmu akhlak yang
dimaksud di sini antara lain adalah dermawan, sopan santun,
yang harus dijauhi seperti kikir, penakut, sombong, melewati
batas, terlalu irit, dan sebagainya. Selain itu, ilmu yang
dijatuhi hukum fard}u kifayah menurut al-Zarnuji adalah ilmu
yang apabila ilmu tersebut hanya diperlukan pada saat-saat
tertentu, maksudnya disini apabila dalam suatu wilayah sudah
terdapat orang yang menguasai ilmu tersebut di suatu wilayah,
maka orang lain tidak diwajibkan untuk mengetahuinya.
Selanjutnya masih mengenai ilmu, beliau menjatuhi hukum

52
haram apabila ilmu yang dipelajari dapat membahayakan dan
tidak berguna bagi orang lain, seperti ilmu sihir, ilmu untuk
meramal orang sakit, dan sebagainya.
2) Niat atau tujuan dalam belajar. Niat yang benar
adalah untuk mencapai rid}a Allah swt, menghilangkan
kebodohan, menghidupkan agama Islam, karena dengan niat
yang benar maka hasil yang diperoleh akan menjadi benar.
Sebab inilah yang menjadikan al-Zarnuji berpendapat bahwa
orang yang mencari ilmu diharuskan memiliki sifat tawad}u’
(sikap tengah-tengah antara sombong dan kecil hati), berbuat
iffah (menjaga diri), kesemuanya itu diperlukan untuk
menjadikan pekerjaan yang dilakukan berasal dari niat yang
baik.
3) Memilih ilmu, guru dan teman serta ketabahan
dalam belajar. Dalam permasalahan memilih guru, al-Zarnuji
menganjurkan agar memilih yang lebih tua dan wara’
(menjaga diri dari hal-hal haram), karena dalam pandangan
beliau, seseorang yang sudah tua dan wara’ yang tentunya
sudah mempunyai jam terbang yang lebih tinggi (lebih banyak
pengalaman) daripada murid. Kemudian dalam permasalahan
persahabatan, al-Zarnuji memberikan saran untuk memilih
teman yang memiliki kepribadian yang baik seperti jujur,

53
tekun, serta mudah memahami pelajaran, selain itu al-Zarnuji
menganjurkan agar menghindari persahabatan atau setidaknya
menghindari dari teman yang memiliki kepribadian negatif,
seperti malas, penganggur, banyak bicara (tidak berfaidah),
suka berbuat tenar (seperti fitnah), dan sebagainya. Al-Zarnuji
menambahkan dalam bab tiga pada kitab Ta’li>m al-Muta’allim
dengan menyebutkan bahwa seorang pelajar atau penuntut
ilmu hendaknya tabah dan sabar dalam menghadapi berbagai
macam bahaya dan ujian mental yang akan datang ketika
mencari ilmu.
4) Penghormatan terhadap ilmu dan ulama. Untuk
masalah ini al-Zarnuji mengajarkan tentang bagaimana
penghormatan terhadap guru, sebab hal ini akan menimbulkan
dampak positif secara psikologis, dengan alasan bahwa guru
akan merasa tidak diperlakukan rendah oleh si-murid,
sedangkan murid akan berlaku hormat kepada guru, hal ini
disebabkan ilmunya yang jauh lebih matang dari pada dirinya.
Kemudian dalam masalah penghormatan terhadap ilmu, al-
Zarnuji menerangkan bahwa yang dimaksud dengan
penghormatan terhadap ilmu itu diantaranya adalah
mentelaah, membacanya dan memegang kitab dalam keadaan

54
suci (berwud}u), tidak memanjangkan kaki pada kitab, dan
memperindah tulisan.
5) Ketekunan, kontiunitas dan cita-cita yang luhur
(minat). Dalam bab ini, al-Zarnuji menganjurkan bagi seorang
pelajar, hendaknya dirinya senantiasa menguatkan niat, tidak
mudah berputus asa, dan terus belajar dimanapun dan sampai
kapanpun berada. Hal ini ditujukan agar pelajar benar-benar
memahami dan senantiasa mengaplikasikan atau
mengamalkan ilmunya.
6) Permulaan dan intensitas belajar serta tata tertibnya,
dijelaskan bahwa maksud dari permulaan mengaji dan
aturannya adalah terdapatnya hari baik dalam memulai
sesuatu, al-Zarnuji menjelaskan bahwa hari baik tersebut
adalah hari rabu. Menurutnya hari rabu merupakan hari
dimana cahaya diciptakan pertama kali, selain itu hari rabu
merupakan hari sial bagi orang kafir, sehingga dapat dikatakan
sebaliknya, bahwa hari rabu itu adalah hari berkah bagi orang
Muslim.
7) Tawakkal. Maksud dari al-Zarnuji mencantumkan
pembahasan ini adalah karena dalam menuntut ilmu
membutuhkan usaha keras, selain itu menuntut ilmu
membutuhkan waktu yang lama, dan biaya yang tidak sedikit,

55
sedangkan kemampuan pelajar tentulah hanya terbatas dengan
berbagai faktor. Oleh karenanya berdo’a, berusaha, dan
tawakkal adalah metode yang tepat untuk memperoleh hasil
sesuai yang diinginkan.
8) Waktu keberhasilan (menjelaskan masa pendidikan),
dalam bab ini al-Zarnuji menyebutkan suatu riwayat yang
menyatakan bahwa proses belajar dimulai dari buaian sampai
ke liang lahat. Selanjutnya, kembali menurut al-Zarnuji,
diantara masa-masa manusia, masa yang paling cemerlang
adalah permulaan masa muda. Sebab ada pepatah mengatakan:
menuntut ilmu di waktu muda bagaikan mengukir di atas batu,
sedangkan menuntut ilmu di waktu tua bagaikan mengukir di
atas air. Al-Zarnuji menambahkan bahwa waktu yang baik
untuk digunakan belajar adalah waktu antara magrib dan isya’,
waktu sahur. Namun, beliau tidak mengabaikan bahwa ada hal
yang lebih dari itu yakni, apabila setiap waktu digunakan
untuk belajar.
9) Kasih sayang dan nasehat, bab ini menjelaskan sikap
santun terhadap keluarga guru, sebab mereka mempunyai
“bara>kah”. Nasehat-nasehat yang di anjurkan adalah agar
pelajar menghindari sifat dengki, permusuhan, buruk sangka,

56
karena semua itu hanya menghabiskan atau menyia-nyiakan
waktu.
10) Mengambil pelajaran, dengan cara mencatat apa
yang didengar. Hal ini sesuai dengan teori pendidikan modern
yakni mencatat agar tidak mudah lupa. Mengambil pelajaran
dari orang yang lebih tua, dikarenakan mereka lebih
berpengalaman. Menurut al-Zarnuji seorang pelajar harus
prihatin, karena ilmu bisa mulia apabila dicampur dengan hina,
maksudnya sebuah ilmu tidak akan menjadi sebuah hal yang
mulia, tanpa adanya upaya untuk menghinakan diri99.
11) Senantiasa bersifat wara’ (menjaga diri dari yang
haram dan syubhat) ketika belajar. Menurut al-Zarnuji, ilmu
akan lebih berarti dan bermanfaat apabila seseorang yang
sedang belajar tersebut mampu menjaga diri dari hal yang
dinilai haram bahkan lebih jauh lagi, pelajar tersebut mampu
menjaga diri dari hal-hal yang berbau syubhat. Disamping itu,
belajar pun akan mendapatkan kemudahan dan faidah yang
lebih dari sikap wara’nya tersebut. Pelajar diharapkan tidak

99
Menghinakan diri yang dimaksud disini bukanlah seperti
pandangan umumnya, yakni hina adalah perbuatan kotor, melainkan hina
disini berarti bersikap rendah diri ataupun merendah kepada guru, teman
ataupun sahabat yang sama-sama berstatus pelajar, dengan kata lain
memandang guru dengan penuh penghormatan, memuliakannya dan
menganggap diri ini tidak memiliki apapun tanpa adanya berkah daripada
ilmu dan kasih sayang dari seorang guru.
57
meninggalkan amal-amal yang bersifat sunnah dan sopan
santun.
12) Penyebab-penyebab hafal dan lupa. Dalam
pandangan al-Zarnuji hal yang paling kuat agar seorang pelajar
mudah hafal pelajaran-pelajaran yang telah diterima adalah
dengan jalan kesungguhan, kontinuitas, mengurangi makan,
membaca al-Qur’an dan s}alat malam.
13) Sumber dan penghambat rizki, penambah dan
pemotong usia seseorang. Dalam bab ini al-Zarnuji mengutip
hadis-hadis yang memiliki substansi setiap hal
yangtermasukdalamkategori “baik” dan meningkatkan takwa
dapat memudahkan rizki.

E. Perjalanan Kitab Ta’li>m al-Muta’allim


Pertama kali diketahui, naskah kitab ini dicetak di
Jerman tahun 1709 M oleh Ralandus, kemudian percetakkan
ulang pun terjadi pula di Lasbak Lisbik tahun 1838M oleh
Kaspari namun disertai dengan tambahan muqaddimah oleh
Plassner, selain itu, naskah ini pun diterbitkan pula di
Marsadabad tahun 1265 H, di Qazan tahun 1898 M dan sekitar
tahun 1901 M, kitab ini mengalami revisi dengan adanya
tambahan halaman menjadi 32 halaman, dan disertai pula

58
dengan tambahan sedikit penjelasan atau syarah di bagian
belakang. Kemudian, naskah ini dicetak di Tunisia tahun 1286
H, dan kembali mengalami tambahan halaman menjadi 40
halaman, penambahan pun terjadi ketika naskah ini ditulis di
Tunisia Astanah tahun 1292 H, tambahannya berupa 46 hal,
dan tahun 1307H menjadi 24 hal. Tidak berbeda dengan
pencetakan naskah di tempat lain, pencetakkan naskah di
Mesir tahun 1300 H pun mengalami tambahan halaman yakni
menjadi 40 hal, kemudian pada tahun 1307H menjadi 52 hal.
Sementara, di wilayah Indonesia, kitab dalam wujud naskah
tulisan berharakat (musyakallah), dapat ditemukan dari
penerbit Al-Miftah, Surabaya.100
Kitab Ta’li>m al-Muta’allim telah disyarah menjadi
satu kitab baru oleh Syaikh Ibrahim bin Isma’il dan selesai
ditulis pada tahun 996 H. Menurutnya, kitab tersebut banyak
penggemarnya dan mendapat tempat di lingkungan pelajar
maupun para guru. Terutama di masa pemerintahan Murad
Khan bin Salim Khan, berarti abad ke 16 Masehi. Untuk
selanjutnya di Indonesia, kitab syarah inilah yang beredar luas
dari para penerbit Indonesia sendiri. Perlu dicatat di sini,
bahwa kitab Ta’li>m al-Muta’allim telah disadur dalam bentuk

Al-Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim, hlm. iv.


100

59
naz}am (puisi, pantun) yang digubah dengan Bah}ar Rajaz
menjadi 269 bait oleh Ustadz Ahmad Zaini, Solo jawa Tengah.
Naskahnya pernah ditrebitkan oleh Maktabah Nabhaniyah
Kubro, Surabaya Jawa Timur, atas nama penerbit Musthafa
Babil Halabi, Mesir, di bawah tashih Ahmad Saad Ali, seorang
ulama Al-Azhar dan ketua Lajnah tashih.101
Penerjemahan ke dalam bahasa asing telah banyak
dilakukan. Terjemahan dalam bahasa Turki dilakukan oleh
Abdul Majid bin Nashuh bin Israel, dengan judul baru yaitu
Irsyad al-T}alibi>n fi Ta’li>m al-Muta’allimi>n. Hamman
Nashiruddin, Grabag Magelang, telah menerjemahkan ke
dalam bahasa Jawa, dengan system Italic atau yang dikenal
dengan istilah makna jenggot.102

101
Al-Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim, hlm. iv-v.
102
Makna jenggot adalah memberikan penjelasan secara
mufrodat/vocabularies; setiap kata, sesuai kedudukan gramatikalnya,
dituliskan makna berderet miring ke bawah arah kiri dengan letter arab.
Cara tersebut lazim dilakukan di Pondok Pesantren, bahkan telah menjadi
metode spesifik pesantren. Upaya untuk bisa membuat makna jengggot ini
memerlukan ilmu Nahwu, S}araf dan penguasaan Matn al-Lughah. Metode
ini sangat efektif dan akurat. Kiai-kiai yang ada sekarang didominasi
menggunakan metode ini dalam mempelajari dan mengajarkan kitab-kitab
berbahasa Arab kepada para santri.
60
F. Kitab Ta’li>m al-Muta’allim di Indonesia
Belum pernah diketahui secara pasti, kapan kitab
Ta’li>m al-Muta’allim pertama kali masuk ke negeri kita. Jika
diasumsikan dibawa oleh para Wali Songo, maka kitab
tersebut telah diajarkan di Indonesia mulai abad 14 Masehi.
Tapi jika diasumsikan bahwa dia masuk bersamaan periode
kitab-kitab karangan Imam Nawawi Banten, maka Ta’li>m al-
Muta’allim baru masuk ke Indonesia pada akhir abad 19
Masehi. Jika diasumsikan pada perspektif maz}hab, dimana
kaum muslimin Indonesia mayoritas bermaz}hab Syafi’,
sedangkan Ta’li>m al-Muta’allim bermaz}hab Hanafi, maka
kitab itu masuk lebih belakangan lagi. Berdasar tiga asumsi di
atas, maka kitab tersebut diajarkan di Indonesia pertama kali
tidak di sekolah-sekolah, karena waktu itu masih dalam era
kolonial dan mereka tidak pernah mendirikan sekolah agama
Islam. Satu-satunya kemungkinan yang representatif yaitu
diajarkan pertama kali di Pondok Pesantren.103
Kenyataan yang ada sampai sekarang adalah kitab
Ta’li>m al-Muta’allim sangat populer di pesantren. Sedang
madrasah diluar pesantren, terlebih di sekolah negeri, kitab
tersebut tidak pernah dikenal, dan baru sebagian kecil mulai

103
Al-Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim, hlm. ix.
61
mengenalnya semenjak diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Hipotesa ini diperkuat dengan adanya perbedaan
sikap moral keilmuan yang dimiliki oleh para alumni pesantren
dengan alumni sekolah non pesantren. Sikap keilmuan para
alumni pesantren rata-rata lebih moralis dibanding yang non
pesantren. Keilmuan alumni pesantren sarat dengan nilai
moral spiritual sebagaimana yang diajarkan dalam Ta’li>m al-
Muta’allim, sementara yang non pesantren relatif kecil atau
bahkan hampa dari nilai-nilai tersebut.
Hal demikian, karena Ta’li>m al-Muta’allim sebagai
metode belajar, seperti dikemukakan di depan, yaitu
meletakkan akhlak sebagai paradigma dasarnya. Karena itu di
pesantren tidak pernah terjadi unjuk rasa santri kepada Kiai,
sedang demo para siswa atau mahasiswa kepada pimpinan
sekolah atau universitasnya di sekolah non pesantren adalah
suatu hal yang biasa dan mudah dilihat. Hal ini logis, karena
t}ariqah ta’allumnya berbeda. Para santri akrab dengan ta’zi>m
al-Ilmi wa ahlihi, barakat al-Ilmi wa ahlihi yang diperkenalkan
dalam kitab Ta’li>m al-Muta’allim, sedangkan sebagian yang
tidak pernah menjadi santri asing dengan istilah tersebut.104

Al-Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim, hlm. x.


104

62
Walaupun demikian, tidak berarti pesantren lebih
sempurna dibandingkan dengan sekolah non pesantren. Hal ini
dikarenakan minimnya fasilitas yang ada disebagian pesantren.
Sehingga antara pesantren dan non pesantren memiliki
keunggulan masing-masing yang perlu dipadukan, sehingga
dengan adanya perpeduan tersebut, diharapkan akan mencetak
kader-kader insan yang pintar dan benar/insan kamil
mukammil/proses menjadi seorang yang sempurna dan
menyempurnakan.105

G. Kajian Kritis atas Kitab Ta’li>m al-Muta’allim


Dalam kaijan ini, penulis tidak mengkaji semua bab
yang terdapat dalam ktiab Ta’li>m al-Muta’allim, akan tetapi
penulis fokuskan pada hubungan antara guru dangan murid.
Al-Zarnuji mengutip pendapat Sayidina Ali106: Saya
adalah hamba bagi orang yang mengajarkanku satu huruf,

105
Orang seperti di atas termasuk sulit dicari, bisa dikatakan seribu
satu dari sekian banyak populasi manusia yang terlahir di muka bumi,
dalam kaidah kitab Alfiyah karya Ibnu Malik disebutkan; wa fi Ladunni
Ladunni Qolla wa fi/sangat sedikit orang yang mendapat ilmu ladunni
sehingga dia bisa mencapai maqom tersebut.
106

‫اسرتق‬
ّ ‫اان عبد من علّمين حرفا واحدا ان شاء ابع وان شاء وان شاء اعتق وان شاء‬
63
apabila dia mau, dia menjualku, atau memerdekakanku, atau
tetap memjadikan aku sebagai hamba).107
Al-Zarnuji mengemukakan beberapa cara menghormati
guru, diantaranya adalah tidak berjalan dihadapan guru, tidak
duduk di tempat duduknya, tidak mendahului berbicara tanpa
izinnya, tidak banyak berbicara dengannya, tidak bertanya
akan sesuatu yang membuatnya menjadi jenuh, dan tidak
mengetuk pintu rumahnya, akan tetapi bersabar menunggu
sampai guru keluar dengan kehendaknya. Semua hal ini tidak
lain dalam rangka mencari rid}anya, menghindarkan murkanya,
serta menjunjung tinggi perintahnya selama tidak melanggar
ajaran-ajaran agama.108
Hal-hal di atas adalah konteks pada masa terhadulu,
sebagaimana adanya delman atau dolkar sebagai alat
transportasi tradisional. Untuk sekarang sudah tersedia
kendaraan bermotor, baik angkutan umum maupun angkutan
pribadi. Sebagaimana orang terdahulu berkomunikasi dengan
jarak jauh hanya dapat menggunakan surat, orang sekarang
sudah ada handpone, e-mail, sehingga dapat mempermudah
komunikasi dari jarak jauh.

Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 16.


107

Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 17.


108

64
Pendapat-pendapat al-Zarnuji seperti di atas sangat
kental di pondok pesantren salaf. Hemat penulis hal yang
terpenting dalam era sekarang adalah tetap menjaga sopan
santun terhadap guru, sebab suatu tradisi dapat berubah sesuai
dengan perkembangan pemahaman masyarakat terhadap
tradisi tersebut. Sebagai contoh biasanya santri menundukkan
kepala apabila lewat di depan Kiai, hal ini masih tetap
menjaga etika, sedangkan larangan berjalan di depan guru
apabila adanya kebutuhan-kebutuhan mendesak maka
termasuk ke dalam hukum doruri. Demikian apabila dilarang
berbicara atau bertanya terlebih dahulu yang mungkin
menyinggung guru, sebab, adanya kemungkinan seorang guru
menjadi tersinggung (tidak rela) apabila muridnya berbeda
pendapat dengannya. Hal ini berbeda dengan kajian diskusi di
berbagai perguruan tinggi, sebagai dosen akan senang dan
bangga serta mendorong mahasiswanya mengajukan pendapat
selama hal itu menjaga etika dan argumen atau dalil yang
kuat.
Ibnu Syihab al-Zuhri mempopulerkan: Ilmu laksana
gudang dan kuncinya adalah bertanya.109

Muhammad Fuad Syakir, Laisa Min Qoul al-Nabi, hlm. 29.


109

Redakasinya adalah:
‫العلم خزاءن ومفتاحها السؤال‬
65
Ilmu diibaratkan lautan yang luas. Seorang pencari
ilmu tidak akan sampai ke dasar lautan ilmu kecuali ia banyak
bertanya, baik kepada teman maupun gurunya, agar ia
mengetahui apa yang belum diketahui dan dipahaminya.
Dengan demikian, bertanya yang sesuai dengan etika
merupakan salah satu metode pembelajaran yang baik dalam
kegiatan belajar mengajar. Hal ini sebagaimana menjadi salah
satu metode tarbiyah Rasulullah saw kepada sahabatnya, yakni
beliau mengajukan suatu pertanyaan dan sahabat memberikan
sanggahan atas pertanyaan tersebut.
Diskusi, dialog serta mengadakan sesi tanya jawab
membantu merangsang proses berpikir dan kecepatan belajar.
Allah swt telah memerintahkan manusia agar bertanya kepada
orang-orang yang ahli110 sebagai sarana yang penting untuk
meraih ilmu.111 Rasulullah saw mengajar para sahabat dengan
memberi pertanyaan kepada mereka tentang tema-tema
tertentu untuk merangsang pikiran mereka dalam mencari
jawabannya. Kemudian setelah mereka mencari jawaban dan
memikirkan pertanyaan tersebut, beliau memberikan mereka
jawaban yang benar dan menambahkan hal-hal yang beliau
110
Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Anbiya’ ayat 7:
Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu jika kalian
tidak mengetahui.
111
Utsman Najati, al-Hadis al-Nabawi, hlm. 222.
66
ingin ajarkan kepada mereka. Sebagai contoh hadis yang
diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori dengan perawi Ibnu Umar:
Sesungguhnya di antara pepohonan ada sebuah pohon
yang daunnya tidak mudah jatuh. Pohon itu adalah
perumpamaan orang Muslim. Coba ceritakan padaku pohon
apa itu ? Ia berkata: Lalu orang-orang mengira bahwa itu
adalah pohon gurun. Abdullah berkata: Aku mengira, itu
adalah pohon kurma tapi aku malu (mengungkapkannya).
Kemudian mereka berkata: Beritahukanlah kepada kami pohon
apa itu ya Rasulallah? Beliau menjawab: pohon kurma.
Kemudian beliau menjelaskan: Seorang Muslim seperti pohon
kurma, aqidahnya kuat, teguh dan dalam seperti akar pohon
kurma, ia kuat seperti kuatnya pohon kurma, lurus perilakunya
seperti pohon kurma, amal-amal s}alihnya berbuah banyak dan
baik seperti pohon kurma.112
Dalam hal penghormatan terhadap guru, disatu sisi
memiliki dampak positif secara psikologis, akan tetapi di sisi
lain membuat adanya jarak antara guru dengan murid,
sehingga diskusi atau komunikasi tidak akan terjadi (seperti
dijelaskan di atas, murid tidak boleh bertanya terlebih dahulu
kepada guru atau Kiai), termasuk penghormatan pada figur

Utsman Najati, al-Hadis al-Nabawi, hlm. 222-223.


112

67
seorang guru secara berlebihan seperti menganggapnya sosok
yang suci yang akan berdampak negatif. Hal ini disebabkan
tidak adanya orang yang “ma’s}um
> ” selain para Nabi dan Rasul
(perspektif Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah). Dari sini terlihat,
bahwa dalam proses pembelajaran murid cenderung pasif di
bawah otoritas guru, sehingga menjadi salah satu sebab
pendidikan yang tidak tidak dinamis. Sikap kritis yang perlu
dikembangkan adalah bagaimana siswa, mahasiswa maupun
santri menjadi aktif dan kreatif dalam belajar dengan tetap
menjunjung tinggi hak dan martabat seorang guru.
Dalam hal hafalan,113 sebagaimana diwajibkan dalam
proses pendidikan bertolak belakang dengan konsep
pendidikan modern yang menekankan pemahaman,
kelemahannya adalah, bahwa teknik menghafal berada pada
kadar keaktifan mental yang rendah, di sisi lain teknik
mengamati adalah taraf keaktifan mental yang tinggi.
Pembelajaran di era kekinian seyogyanya pada pengenalan,
membedakan, membandingkan, mengklasifikasikan,
mendeskripsikan obyek maupun situasi kemudian dipahami
dan diinterpretasikan menjadi kesimpulan yang mudah untuk
diaplikasikan di dalam kehidupan. Dengan demikian,

Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 40.


113

68
pendidikan diharapkan dapat mencari alternatif pelajaran yang
dapat merangsang imajinasi dan kreativitas seorang pelajar.114
Hemat penulis apabila seorang yang mencari ilmu
dapat menghafal, memahami, serta dapat berkreasi sesuai
dengan minatnya, maka hal ini akan lebih utama. Sebagaimana
orang yang tidak hafal al-Qur’an akan tetapi mengetahui
artinya, maupun tafsirnya akan lebih baik daripada orang yang
sekedar hafal al-Qur’an tetapi tidak mengetahui isinya,
sehingga yang lebih utama adalah hafal al-Qur’an sekaligus
memahami tafsirnya, akan tetapi “tidak banyak” ditemukan
orang seperti ini. Hal ini disebabkan kapasitas intelektual
seorang pelajar berbeda-beda, sebagian Allah swt anugrahkan
kuat hafalannya, sebagian diberi kekuatan dalam menganalisis.
Al-Zarnuji mengatakan bahwa Imam Abu H}anifah
memilih Ha}mma>d bin Abi> Sulaima>n sebagai gurunya,
dikarenakan dia lebih tua dan lebih wara’ (menjaga dari hal
haram).115 Dalam pandangan beliau, seseorang yang sudah tua
dan wara’ tentunya sudah mempunyai jam terbang yang lebih
tinggi (lebih banyak pengalaman atau yang dalam istilah jawa
disebut lebih banyak makan garam) daripada murid. Dalam hal
114
Myrna Ratna M, “Teknik Menghafal Tidak Sesuai dengan Anak
Didik”, dalam Shinta Rahmawati (ed), Mencetakak Anak Cerdas dan
Kreatif (Jakarta: Kompas, 2001), hlm. 24.
115
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm, 13.
69
memilih guru yang lebih tua, hemat penulis yang diperlukan
sekarang adalah profesionalisme guru, baik muda atau tua,
yang menjadi catatan adalah guru tetap memegang nilai-nilai
moral (al-Qur’an dan norma-norma kehidupan) serta
berkompetensi dalam bidangnya.
Riwayat tentang memulai pelajaran di hari rabu, yang
tidak ditemukan sumbernya, hemat penulis hanya sebatas
anjuran. Hal ini penulis jelaskan pada bab selanjutnya.
Demikian riwayat tentang menulis ilmu, yang tidak ditemukan
sumbernya, akan tetapi kandungannya merupakan salah satu
metode belajar agar seorang pelajar dapat mengikuti pelajaran
dengan baik.
Riwayat tentang wara’ sebagaimana dinyatakan sebagai
hadis yang tidak otentik adalah sebagai anjuran yang harus
diperhatikan oleh pelajar, karena perbuatan yang tidak menjaga
agama (perbuatan dosa) dapat menyebabkan dampak negatif
terhadap diri maupun lingkungannya. Rasulullah saw
mengingatkan: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.116
Maksudanya adalah apabila seorang pelajar menjadi
orang yang taat kepada Allah, dengan melaksanakan perintah

116

‫احفظ هللا حيفظك‬

70
dan menjauhi larangan-Nya niscaya akan menjadi orang yang
bahagia dan beruntung di dunia sampai di akhirat.117
Natijah dari uraian di atas adalah bagaimana seorang
pelajar menyesuaikan antara keberadaaan teks dengan konteks
dan hal yang perlu dicamkan adalah karya syaikh al-Zarnuji
yang monumental sekian abad silam adalah hasil upaya
kesungguhannya dalam belajar dan mengajar yang ikhlas.

Ibnu Daqiq al-Ied, Syarah al-Arba’in, hlm. 99.


117

71
BAB III
KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS-HADIS TA’LI>M
AL-MUTA’ALLIM
Dalam kitab Ta’li>m al-Muta’allim, menurut
perhitungan penulis ada dua puluh empat, dimana hadis-
hadisnya hanya menyebutkan matan tanpa menyebutkan
sanad, hemat penulis sangat urgen untuk memaparkan hadis-
hadis dalam Ta'lim dengan disertai sumbernya, yakni kualitas
sanad dan relevansi matan di era kekinian. Hal ini disebabkan
adanya kajian kritis yang dilakukan oleh “orang-orang
sekarang”, yang bertanya mana hadisnya (dalilnya), riwayat
imam siapa, dan sebagainya.
Metodologi penelitian hadis, baik dari segi sanad dan
matan dilakukan melalui tahap-tahap yang bersifat sistematis
dan ilmiah. Sebagai langkah awal dalam kegiatan penelitian
hadis adalah dengan takhri>j al-H}adi>s118. Dalam melakukan

118
Takhri>j al-H}adi>s yang secara termiologis yakni menunjukkan
atau mengemukakan letak asal hadis pada sumbernya yang asli berupa
kitab-kitab yang didalamnya termuat hadisnya secara lengkap, yaitu sanad
dan matan, kemudian dijelaskan kualitas hadis yang bersangkutan untuk
kepentingan penelitian. Lihat : Mah}mu>d al-T}ah}h}a>n, Us}u>l al-Takhri>j wa
Dira>sat al-Asa>nid (Halb: al-Maktabah al-Arba’ah, 1987), hlm. 9.; Suryadi,
dkk, Metodologi Penelitian Hadis (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN,
2006), hlm. 32. Untuk kepentingan penelitian hadis, ada lima tawaran yang
digunakan untuk mentakhrij hadis yaitu pertama: takhri>j al-H{adi>s bi al-
Alfa>z} (melalui lafaz} matan pertama hadis), kedua: takhri>j al-H{adi>s bi al-
72
penelitian untuk mencari sumber hadis, penulis menggunakan
kitab-kitab primer, sekunder, termasuk Maktabah Syamilah.

Maud}u>’ (melalui tema-tema hadis). Kitab kamus yang dapat digunakan


sebagai rujukan untuk takhri>j dengan menggunakan lafaz} hadis adalah
kitab susunan A.J. Wensinck dan kawan-kawan yang telah diterjemahkan
oleh Muhammad Fuad 'Abdul Baqi, dengan judul al-M'ujam al-Mufahras li
Alfa>z} al-H{adi>s al-Nabawi>, sedangkan kitab kamus yang digunakan untuk
takhri>j berdasarkan tema adalah Mifta>h Kunu>z al-Sunnah, karya A.J.
Wensinck dan kawan-kawan. Metode ketiga dalam melakukan takhri>j al-
h}adi>s adalah dengan ma'rifah rawi al-H}adi>s min al-S}ah}a>bah (menggunakan
nama rawi pertama hadis/sanad terakkhir), yaitu melalui kitab-kitab
Musnad, kitab-kitab Mu'jam dan kitab-kitab At}ra>f, yang umumnya
memuat nama s}ah}a>bat / tabi'i>n dengan menyebut semua hadis yang
diriwayatkannya. Selanjutnya metode keempat adalah ma'rifah awwali
lafz}i min matn hadis (menggunakan awal atau kata-kata dalam lafaz} hadis),
yaitu melalui kitab-kitab yang disusun secara alfabetis, diantaranya adalah
kitab-kitab hadis yang masyhur di masyarakat, seperti al-Taz}kirah fi al-
Ah}a>di>s al-Musytahirah karya Badruddin Muhammad bin Abdullah al-
Zakarsyi, kitab Kasyfu al-Khafa’ wa Munzil al-Ilbas ‘amma isytahara min
Ah}a>di>s al-Alsinat al-Na>s karangan Isma’il bin Muhammad al-Ajluni.
Kemudian kelima adalah metode al-Naz}ru fi al-Ha>l al-H}adi>s (mengetahui
ciri-ciri tertentu dalam sanad dan matan atau dengan mengetahui status
hadis). Kitab yang digunakan adalah al-Maud}u>'at al-S}ugra>, karya Ali al-
Qari, atau yang berkaitan dengan hadis mutawatir dalam kitab al-Azha>r al-
Mutanasirat fi al-Akhba>r al-Mutawa>tirah karangan Imam Suyuti. Lihat: M.
Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi (Jakarta: Bulan
Bintang, 1992), hlm. 46-49; Bandingkan : Suryadi, dkk, Metodologi
Penelitian, hlm. 36-47. Adapun manfaat dari takhri>j al-H{adi>s yang dikutip
dari Ah}mad H}usnan, antara lain: Dapat diketahui banyak sedikitnya jalur
periwayatan suatu hadis yang sedang menjadi topik kajin, dapat diketahui
kuat dan tidaknya periwayatan. Makin banyak jalur periwayatan akan
menambah kekuatan riwayat. Sebaliknya tanpa dukungan periwayatan lain,
berarti kekuatan periwayatan tidak bertambah, sehingga dengan takhri>j
akan dapat ditemukan status hadis. Lihat: Ahmad Husnan, Kajian Hadis
Metode Takhrij (Jakarta: Pustaka Kautsar, 1993), hlm. 107.
73
1. Hadis mencari ilmu
119
‫طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة‬
Menuntut ilmu hukumnya fard}u (wajib) bagi setiap
muslim laki-laki dan perempuan.
Hadis ini diriwayatkan dalam kitab Sunan Ibnu Ma>jah
no 224120 dengan redaksi hadis secara lengkap sebagai berikut:

‫ص ب ُن ُسلَي َما َن َحدَّثَنَا َكثِريُ ب ُن ِشن ِظ ٍري َعن‬ ِ


ُ ‫َحدَّثَنَا ه َش ُام ب ُن َع َّما ٍر َحدَّثَنَا َحف‬
َِّ ‫ول‬ ٍ ِ‫س ب ِن مال‬
ِ َ‫ين َعن أَن‬ِِ ِ
‫صلى هللا عليه‬- ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ال ق‬
َ َ‫ك ق‬ َ َ ‫ُُمَ َّمد ب ِن سري‬
‫اض ُع العِل ِم عِن َد َغ ِري أَهلِ ِه‬
ِ ‫يضةٌ علَى ُك ِل مسلٍِم وو‬
ََ ُ ّ
ِ
َ َ ‫ب العل ِم فَ ِر‬
ُ َ‫ طَل‬-‫وسلم‬
‫ب‬ َّ ‫َك ُم َقلِّ ِد اْلَنَا ِزي ِر اْلَوَهر َواللُّؤلَُؤ َو‬
َ ‫الذ َه‬ َ
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Baihaqiy dalam kitab
Syu’ab al-Ima>n no 1612.121 Diriwayatkan oleh Ibnu Ma>jah
dalam Kita>b al-Muqaddimah Ba>b Fad}l al-‘Ulama> wa al-H{ith

Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m al-Muta’allim, hal. 4.


119

Abi Abdillah Muhammad bin Zaid al-Qozwini>, Sunan Ibnu


120

Ma>jah (Mesir: Da>r al-Hais}am, 2005), juz 1, hlm. 85-86. Tah}qi>q: Ya>sir
Rama>d}an dan Muhammad Abdullah. Selanjutnya ditulis Ibnu Majah; al-
Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim: Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu
Pengatahuan, terj. Aliy As’ad (Kudus: Menara Kudus, 2007), hlm. vii-viii.
121
Abu Bakar Ah}mad bin H}usain al-Baihaqi, Syuab al-I>ma>n
(Beirut, Da>r al-Kutub al-Ilmiah, t.t.), juz 4 hlm 174. Hadis lain riwayat al-
Baihaqi no 1613, 1614, 1615, 1616, 1663, 1664 dan 1672. Selanjutnya
ditulis dengan al-Baihaqi.
74
‘ala> Thalab al-‘Ilm. Ibn majah meriwayatkan dari (dengan
simbol h}addathana>) Hisha>m bin ‘Amma>r dari (dengan simbol
h}addathana>) H{afs} bin Sulaima>n dari (dengan h}addathana>)
Kathi>r bin Shindhi>r dari (dengan simbol ‘an) Muh}ammad bin
Si>ri>n dari (dengan simbol ‘an) Anas bin Ma>lik. Informasi
terkait para periwayatnya dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Hisha>m bin ‘Amma>r bin Nas}r bin Maisarah bin Aba>n
al-Sulamiyberkunyah Abu> al-Wali>d al-Dimashqiy.
Meriwayatkan hadis dari Ibra>hi>m bin A’yun, Isma>’i>l.
Baqiyyah bin al-Wali>d, al-Jarra>h} bin Mali>h} al-
Bahra>niy, H{a>tim bin Isma>’i>l al-Madaniy dan berberapa
periwayat termasuk H{afs} bin ‘Umar al-Bazza>z dan al-
Hakam bin Hisha>m al-Thaqafiy. Banyak ahli hadis
yang meriwayatkan hadis darinya, seperti al-Bukha>riy,
Abu> Da>wu>d, al-Nasa>-iy dan Ibnu Ma>jah.122
Mayoritas ahli jarh} wa ta’di>l memberi penilaian positif
terhadap Hisha>m. Muh}ammad bin Sa’d
memasukkannya dalam tabaqah ke tujuh dari ahl al-
Sha>m. Mu’awiyah bin S{a>lih} dan Ibra>hi>m bin al-Junaid
dari Yah}ya> bin Ma’i>n menyatakan bahwa Hisha>m

122
Abu> al-H{ajja>j Yu>suf bin ‘Abdurrah}ma>n al-Mizziy, Tahz}i>b al-
Kama>l fi> Asma> al-Rija>l (Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2004) j. 10,
hlm. 439-441
75
termasuk perawayat yang thiqah (terpercaya). Abu>
H{a>tim dari Yah}ya> bin Ma’i>n menilainya kayyis
(cerdas). Al-‘Ijliy menilainya thiqah, pada kesempatan
lain al-Ijliy menilainya s}adu>q. Ah}mad bin Kha>lid al-
Khalla>l dari Yah{ya> bin Ma’i>n menyebut Hisha>m laysa
bi al-kaz}u>b (bukan pembohong). Al-Nasa>’i menilainya
la> ba’sa bih (tidak ada masalah). Al-Da>ruqut}niy
menilainya s}adu>q kabi>r al-Mah}al. Abu> H{a>tim
berdasarkan penuturan putranya mengemukakan bahwa
Hisha>m mengalami perubahan kad}abit}an pada usia
tuanya, tapi dia adalah periwayat yang s}adu>q.123
Ada perbedaan pendapat terkait tahun wafatnya. Abu
Bakr Ah}mad bin al-Ma’la> bin Yazi>d al-Qa>d}i
menyatakan bahwa Hisha>m bin ‘Ammar wafat tahun
244 H dalam usia 91 tahun. Al-Bukha>riy berpendapat
bahwa Hisha>m wafat di Damaskus bertepatan dengan
akhir Muh}arram tahun 245 H. Pendapat tersebut
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Abu> Bakr
Muh}ammad bin Khari>m, Abu> Zar’ah al-Dimashqiy, al-

Al-Mizziy, Tahz}i>b al-Kama>l fi> Asma> al-Rija>l, 10/442


123

76
H{asan bin Muh}ammad bin Buka>r bin Bila>l, ‘Amr bin
Dah}i>mK, Muh}ammad bin S{a>lih} bin Abi> ‘Is}mah.124
2. H{afs} bin Sulaima>n al-Asadiy merupakan periwayat dari
Kufah berkunyah Abu> ‘Umar al-Bazza>z. Meriwayatkan
dari Isma>’il bin ‘Abdirrah}ma>n, Ayyu>b al-Sakhtiya>niy,
Tha>bit al-Bana>niy, H{amma>d bin Abi> Sulaima>n, Qais
bin Muslim, termasuk Kathi>r bin Za>z}a>n dan Kathi>r bin
Shindhi>r. Yang meriwayatkan darinya antara lain
Ah}mad bin ‘Abdah al-D{abbiy, A<dam bin Abi> Iya>s, Abu>
Ibra>hi>m Isma>’i>l, Ja’far bin H{umaid al-Ku>fi, al-H{asan
bin Muh}ammad bin A’yun, H{afsh bin Ghiya>th dan
Hisha>m bin ‘Amma>r al-Dimashqiy.
Terkait penilain atas dirinya, ada beberapa ulama yang
memberi penilaian negatif (jarh), misalnya
‘Abdurrah}ma>n bin Abi> H{a>tim dari ‘Abdulla>h bin
Ahmad menilainya matru>k al-hadi>th. Demikian ‘Umar
bin Muh}ammad bin Shu’aib al-S{a>bu>niy dari H{anbal bin
Ish}aq> dari Ah}mad bin H{anbal. Abu> Quda>mah al-Sarakh
siy dan Uthma>n bin Sa’i>d al-Da>rimiy dari Yah}ya bin
Ma’i>n menilainya laisa bi thiqah (tidak terpercaya).
‘Ali al-Madini menilainya d}a’i>f al-h}adi>th. Al-Bukha>riy

Al-Mizziy, Tahz}i>b al-Kama>l fi> Asma> al-Rija>l, 10/445


124

77
dan Muslim menyatakan bahwa banyak ulama yang
tidak menerima periwayatan H{afs}. Al-Nasa-i
menilainya laisa bi thiqah.
Kendati demikian, ada beberapa ulama yang memberi
penilaian positif (ta’di>l). Seperti Muh}ammad bin Sa’d
al-‘Aufiy menilai H{afs} sebagai tokoh yang memiliki
pemahaman yang baik dan ilmu yang luas. Abu> ‘Aliy
bin al-S{awa>f dari ‘Abdilla>h bin Ah}mad bin H{anbal dari
ayah menilai Hafs} s}a>lih}. ‘Ali bin al-H{usain bin H{ibba>n
dari ayahnya dari Yah}ya> bin Ma’i>n dari Ayyu>b bin
Mutawakkil menilainya sebagai al-muqri yang
bacaannya lebih bagus dibandingkan Abu> Bakr bin
‘Iya>sh, kendati Abu> Bakr lebih thiqah dibandingkan
H{afs.}125 Ah}mad bin ‘Adi dari al-Sa>ji> dari Ah}mad bin
Muh}ammad al-Baghda>diy dari Yah}ya> bin Ma’i>n
memberi penilaian positif terhadap H{afs}, khususnya
dalam hal qiraah riwayat ‘A<s}im. Bahkan menurut
Waki>’ bin al-Jarra>h}, Abu> ‘Amr merupakan orang yang
thiqah, al-Tirmidhiy dan al-Nasa>-i meriwayatkan
darinya. Abu> ‘Amr wafat tahun 180 H.126

Al-Mizziy, Tahz}i>b al-Kama>l fi> Asma> al-Rija>l, 3/5—6.


125

Al-Mizziy, Tahz}i>b al-Kama>l fi> Asma> al-Rija>l, 3/7.


126

78
3. Kathi>r bin Shindhi>r al-Ma>ziniy atau al-Azdiy
berkunyah Abu> Qurrah al-Bas}riy. Meriwayatkan hadis
dari sahabat Anas bin Si>ri>n, al-H{asan al-Bas}riy, ‘At}a>’
bin Abi> Raba>h}, Muja>hid, Muh}ammad bin Si>rin dan
Yu>suf bin Abi> al-H{akam. Murid-muridnya antara lain
Aba>n bin T{ar> iq, Aba>n bin Yazi>d al-‘At}a>r, al-Aswad bin
S{aiba>n al-H{a>rith bin Nabha>n, termasuk H{afs} bin
Sulaima>n al-Asadiy.
Abdullah bin Ah}mad bin H{anbal pernah bertanya
kepada ayahnya tentang Kathi>r bin Shindhi>r, ayahnya
menjawab bahwa Kathi>r adalah s}a>lih} atau s}a>lih} al-
h}adi>th. Demikian Ish}a>q bin Mans}u>r dari Yah}ya> bin
Ma’i>n menilainya s}a>lih}. Berbeda dengan dua tokoh
tersebut, ‘Abba>s al-Dauriy dari Yah}ya> bin Ma’i>n
menilainya laisa bi shai’. Abu> Zar’ah menilainya
layyin. Al-Nasa>iy menilainya laisa bi al-
qawiy.127Terkait periwayatan Kathi>r dari Muh{ammad
bin Si>ri>n dari Anas bin Ma>lik terkait hadis tersebut, al-
Mizziy menilainya dengan kualitas yang tinggi karena
jalur periwayatnya banyak.128

Al-Mizziy, Tahz}i>b al-Kama>l fi> Asma> al-Rija>l, 8//423.


127

Lihat Al-Mizziy, Tahz}i>b al-Kama>l fi> Asma> al-Rija>l, 8//425.


128

79
4. Muh}ammad bin Si>ri>n al-Ans}a>riy atau Abu> Bakr bin
Abi> ‘Umrah al-Bas}riy wafat tahun 110 H. Beliau
merupakan saudara dari Anas bin Si>ri>n, Ma’bad bin
Si>ri>n, H{afs}ah binti Si>ri>n dan Kari>mah binti Si>ri>n.129
Meriwayatkan hadis dari Anas bin Ma>lik, Abu>
Hurairah, H{uz}aifah bin al-Yama>n, al-H{asan bin ‘Ali
bin Abi> T{a>lib, dan tidak sedikit dari para perawi di
tingkat sahabat. Sedangkan para tokoh yang
meriwayatkan hadis darinya antara lain Ash’ath bin
Abdilla>h bin Ja>bir, Ayyu>b al-Sakhtiya>niy, al-H{asan bin
Z{akwa>n, termasuk Kathi>r bin Shindhi>r.
Mayoritas ulama memberi penilaian positif terhadap
Muh}ammad bin Si>ri>n. ‘Aliy al-Madi>niy
mengemukakan bahwa Muh}ammad bin Si>ri>n termasuk
diantara enam sahabat Abu> Hurairah. Abu> Qila>bah
menyebutnya sebagai ahli wira’i, Mu’tamir bin
Sulaima>n mengemukakan bahwa Muh}ammad bin Si>rin
merupakan orang yang sangat dibuthkan oleh manusia
kara kepakaran dan kewira’iannya. Mu’a>z} bin Mu’a>z}
menyebutnya sebagai satu diantara tiga orang yang
sangat istimewa, yakni Muh}ammad bin Si>ri>n di Irak,

Al-Mizziy, Tahz}i>b al-Kama>l fi> Asma> al-Rija>l, 9/24.


129

80
al-Qa>sim bin Muh}ammad di H{ija>z dan Raja>’ bin H{ayu>h
di Sha>m.130
5. Anas bin Ma>lik kalangan sahabat Rasu>lulla>h yang
disepakati kemaqbulannya131
Imam Suyut}i berkata ketika Imam Nawawi ditanya
tentang hadis di atas mengatakan: Riwayat ini sanad-nya
da’i>f, akan tetapi matan-nya s}ah}i>h} dan masyhur. Jamal al-Din
al-Mizzi132, sebagai murid (Imam Nawawi) berkata: Hadis ini
didukung oleh banyak jalur (sekitar lima puluh) periwayatan,
sehingga mencapai derajat yang tinggi.133

2. Hadis tentang niat

130
Enam sahabat tersebut adalah Sa’i>d bin al-Musayyab, Abu>
Salamah, al-A’raj, Abu> S{a>lih}, Muh}ammad bin Si>ri>n dan T{a>wu>s.
131
lihat Al-Mizziy, Tahz}i>b al-Kama>l fi> Asma> al-Rija>l, 1/571.
132
Mushonnif kitab jarh wa ta'dil: Tahdzib al-Kamal.
133
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Ma>jah, hlm. 86; Lihat Badruddi>n Abi
Abdillah Muhammad bin Abdillah al-Zarkasyi, al-La>ali> al-Mansyu>rah Fi
al-Ah}a>di>s al-Masyhu>rah (Beiru>t, Da<r al-Kutub al-Ilmiyah, t,t.), hlm.
hlm.42. Selanjutnya ditulis dengan al-Zarkasyi. Sebagian ulama
menyatakan shahihnya hadis di atas, sedangkan kalimat "wa muslimatin"
adalah laa ashla lahu, yakni tidak ada dasar shahihnya. Dari percetakan
Islam dijelaskan bahwa kalimat muslim sudah mencakup muslimat. Wallah
a'lam. Lihat:Ta’li>m al-Muta’allim Toriiq al-Ta'allum, karya Syaikh Burhan
al-Islam al-Zarnuji dengan pentahqiq Syaikh Marwan Qubbani, dari
Jami'ah Al-Azhar (Beirut, al-Maktab al-Islami, 1981), hal. 59. Bandingkan
dengan Ta’li>m al-Muta’allim yang di tahqiq oleh Imam Ghazali
Sa'id/Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur, Wonocolo, (Surabaya:
Diyantama, 1997), hal. 26.
81
Ada dua hadis tentang niat. Hadis pertama:
134
‫إمنا األعمال ابلنيات‬
Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.
Hadis ini diriwayatkan dalam S}ah}i>h} al-Bukha>ri kita>b
bad-i al-wahyi ba>b bad-i al-wahyi no 1135 dengan redaksi sanad
dan matan lengkap sebagai berikut.

‫حدثنا احلميدي عبد هللا بن الزبري قال حدثنا سفيان قال حدثنا حيىي بن‬

‫سعيد األنصاري قال أخربين ُممد بن إبراهيم التيمي أنه مسع علقمة بن‬

‫وقاص الليثي يقول مسعت عمر بن اْلطاب رضي هللا عنه على املنرب قال‬

‫مسعت رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يقول إمنا األعمال ابلنيات وإمنا لكل‬

‫امرئ ما نوى فمن كانت هجرته إىل دنيا يصيبها أو إىل امرأة ينكحها‬

‫فهجرته إىل ما هاجر إليه‬

134
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 10.
135
Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibra>him bin Mugi>rah
al-Bukha>ri>, S}ah}i>h} al-Bukha>ri> bi H}a>syiyah al-Sindi> (Beiru>t: Da>r al-Fikr,
2006), juz 1, hlm. 3-4. Hadis lainnya riwayat al-Bukhari no: 54, 2529,
3898, 5070, 6689, 6953. Selanjutnya ditulis dengan al-Bukha>ri>.
82
Hadis tersebut didukung oleh banyak riwayat. Imam
Al-Bukha>riy sendiri meriwayatkan dengan beberapa jalur
periwayatan
1. Al-H{umaidiy ‘Abdullah bin al-Zubair dari (dengan
simbol h}addathana>) Sufya>n dari (dengan simbol
h}addathana>) Yah}ya> bin Sa’i>d al-Ans}a>riy dari (dengan
simbol akhbarani>) Muh}ammad bin Ibra>hi>m al-Taimiy
dari (dengan simbol annahu> sami’a) ‘Alqamah bin
Waqqa>s} al-Laithiy dari (dengan simbol sami’tu) ‘Umar
bin Khat}t}a>b dengan redaksi sebagaimana disebutkan di
atas.
2. ‘Abdulla>h bin Maslamah dari (dengan simbol
akhbarana>) Ma>lik dari (dengan simbol ‘an) Yah}ya> bin
Sa’i>d dari (dengan simbol ‘an) Muh}ammad bin Ibra>hi>m
dari (dengan simbol ‘an) ‘Alqamah bin Waqqa>s} dari
(dengan simbol ‘an) ‘Umar dengan redaksi matan
sebagai berikut.

83
‫إمنا األعمال ابلنيات وإمنا لكل امرئ ما نوى فمن كانت هجرته‬

‫إىل هللا ورسوله فهجرته إىل هللا ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا‬
136
‫يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إىل ما هاجر إليه‬
3. Qutaibah bin Sa’i>d dari (dengan simbol h}addathana>)
‘Abdul Wahha>b dari (dengan simbol sami’tu) Yah}ya>
bin Sa’i>d dari (dengan simbol akhbarani>) Muh}ammad
bin Ibra>hi>m dia mendengar dari ‘Alqamah bin Waqqa>s}
al-Laithiy dari (dengan simbol sami’tu) ‘Umar dengan
redaksi sebagai berikut

‫إمنا األعمال ابلنيات وإمنا المرئ ما نوى فمن كانت هجرته إىل‬

‫هللا ورسوله فهجرته إىل هللا ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا‬
137
‫يصيبها أو امرأة يتزوجها فهجرته إىل ما هاجر إليه‬
4. Abu> al-Nu’ma>n dari (dengan simbol h}addathana>)
H{amma>d bin Zaid dari (dengan simbol ‘an) Yah}ya> bin
Sa’i>d dari (dengan simbol ‘an) Muh}ammad bin Ibra>hi>m

136
Lihat Sah}i>h al-Bukha>riy Kita>b al-I<ma>n Ba>b Ma> Ja>-a Inna al-
A’ma>l bi al-Niyyah wa al-H{isbah wa Likulli Imri-in ma> nawa.>
137
Lihat Sah}i>h al-Bukha>riy Kita>b al-I<ma>n wa al-Nuz}u>r Ba>b al-
Niyyah fi> al-I<ma>n.
84
dari (dengan simbol ‘an) ‘Alqamah bin Waqqa>s} dari
(dengan simbol sami’tu) ‘Umar dengan lafal matan
sebagai berikut.

‫اي أيها الناس إمنا األعمال ابلنية وإمنا المرئ ما نوى فمن كانت‬

‫هجرته إىل هللا ورسوله فهجرته إىل هللا ورسوله ومن هاجر إىل دنيا‬
138
‫يصيبها أو امرأة يتزوجها فهجرته إىل ما هاجر إليه‬
Selain al-Bukha>riy, Muslim mendokumentasikan hadis
tersebut dalam sahihnya pada kitab al-Ima>rah bab qauluhu>
s}alla> Alla>h ‘alaihi wa sallama Innama al-A’ma>l bi al-
Niyyah.139 Muslim meriwayatkan dari (dengan simbol
h}addathana>) ‘Abdulla>n bin Maslamah bin Qa’nab dari (dengan
simbol h}addathana>) Ma>lik dari (dengan simbol ‘an) Yah}ya> bin
Sa’i>d dari (dengan simbol ‘an) Muh}ammad bin Ibra>hi>m dari
(dengan simbol ‘an) ‘Alqamah bin Waqqa>s} dari (dengan
simbol ‘an) ‘Umar dengan redaksi matan sebagai berikut.

138
Lihat Sah}i>h al-Bukha>riy Kita>b al-H{ail Ba>b fi> Tarki al-H{ail wa
Anna likulli Imri-in Ma> Nawa> fi> al-I<ma>n wa ghairiha.
139
Muslim bin H}ajja>j Abu al-H}usain al-Qusyairi al-Naisa>bu>ri>,
S}ahi>h} Muslim (Beiru>t: Da>r Ih}ya al-Tura>s} al-Arabi, t.t.), juz 3, hlm 1515.
85
‫إمنا األعمال ابلنية وإمنا المرئ ما نوى فمن كانت هجرته إىل هللا ورسوله‬

‫فهجرته إىل هللا ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة يتزوجها‬

‫فهجرته إىل ما هاجر إليه‬


Dengan jalur sanad masing-masing, hadis tersebut
diriwayatkan oleh Abu> Da>wu>d, al-Tirmidhiy, al-Nasa>-iy, Ibn
Ma>jah dan Ah}mad. Akan tetapi, semua bermuara pada Yah}ya>
bin Sa’i>d dari Muh}ammad bin Ibra>hi>m dari ‘Alqamah dari
‘Umar bin al-Khat}t}a>b. Hal itu menunjukkan bahwa hadis
tersebut masuk kategori ghari>b, karena hanya memiliki satu
jalur periwayatan. Kendati demikian, posisi hadis tersebut
menempati posisi mu’tamad, karena lolos verifikasi kesahihan
oleh al-Bukha>riy dan Muslim didukung para ahli hadis yang
lain.
Terkait kualitas para periwayatnya (dari Yah}ya> sampai
‘Umar) dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Yah}ya> bin Sa’i>d al-Ans}a>riy memiliki nama lengkap
Yah}ya> bin Sa’i>d bin Qais bin ‘Amr bin Sahl bin
Tha’labah bin al-H{a>rith bin Zaid bin Tha’labah bin
Ghanam bin Ma>lik bin al-Najja>r. Disebut dengan
Yah}ya> bin Sa’i>d bin Qais bin Qahd al-Ans}a>riy al-

86
Najja>riy. Dia termasuk periwayat t}abaqah keempat
atau kelima kategori tabi’in junior (s}igha>r al-ta>bi’i>n)
dan wafat tahun 144 atau 146 H.
Beberapa gurunya antara lain, Ish}aq> bin ‘Abdilla>h bin
Abi> T{alh}ah, Anas bin Ma>lik, Bashi>r bin Yasa>r, Ja’far
bin Muh}ammad al-S{a>diq dan Muh}ammad bin Ibra>hi>m
bin al-H{a>rith al-Taimiy. Sedangkan murid-muridnya
antara lain Aba>n bin Yazi>d, Ibra>hi>m bin Adham,
Isma>’i>l bin ‘Iya>sh, Ja’far bin ‘Aun, Sufya>n al-thauriy,
Sufya>n bin ‘Uyaynah, H{amma>d bin Zaid, H{amma>d bin
Usa>mah, Sa>lim bin Ghaila>n, ‘Abdulla>h bin al-Muba>rak,
‘Abdurrah}ma>n bin ‘Amr al-Auza>’iy, ‘Abdul Wahha>b
al-Thaqafiy, al-Laith bin Sa’d, Ma>lik bin Anas,
Muh}ammad bin Ish}aq> bin Yasa>r dan Yah}ya> bin Sa’i>d
al-Umawiy.
Diriwayatkan dari al-Bukha>riy dari ‘Aliy al-Madi>niy
bahwa Yah}ya> meriwayatkan sekitar tiga ratus hadis.
Mayoritas ulama memeberinya penilaian positif dan
periwayatannya diterima. Hal itu, selain atas dasar
kualitas dirinya yang sangat baik, karena dia berjumpa
dengan generasi sahabat tabiin. Muh}ammad bin Sa'd
m’nilainya thiqah, kathi>r al-h}adi>th, h}ujjah thabat. Jari>r

87
bin ‘Abdil H{umaid dan al-H{asan bin ‘I<sa> menyatakan
bahwa Yah}ya> termasuk Muh}addithi>n yang sangat
cerdas. Al-Laith bin Sa’d dari Sa’i>d bin ‘Abdirrah}ma>n
al-Jumah}iy mendeskripsikan sosok Yah}ya> sebagai
orang yang mirip dengan Ibn Shiha>b al-Zuhriy140
2. Muh}ammad bin Ibra>hi>m bin al-H{a>rith bin Kha>lid bin
S{akhr bin ‘A<mir bin Ka’b bin Sa’d bin Taim bin
Murrah al-Quras}iy al-Taimiy. Termasuk periwayat
t}abaqah ketiga. Memiliki kunyah Abu> ‘Abdilla>h al-
Madaniy. Menerima periwayatan dari beberapa sahabat
seperti Usa>mah bin Zaid bin H{a>rithah, Anas bin Ma>lik,
Ja>bir bin ‘Abdilla>h, Kha>lid bin Ma’da>n, ‘Abdulla>h bin
‘Abba>s, ‘Abdulla>h bin ‘Umar bin al-Khat}t}a>b,
‘Abdurrah}ma>n bin ‘Uthma>n al-Taimiy, ‘Urwah bin al-
Zubair, ‘At}a>’ bin Yasa>r dan ‘Alqamah bin Waqqa>s} al-
Laithiy. Meriwayatkan darinya Usa>mah bin Zaid al-
Laithiy, Thaubah al-‘Anbariy, Sa’d bin Sa’i>d al-
Ans{a>riy, ‘Abdullah bin T{aw
> u>s dan Yah}ya> bin Sa’i>d al-
Ans}a>riy.
Terkait penilaian atas kredibilitasnya, Yah}ya> bin
Ma’i>n, Abu> H{a>tim dan al-Nasa>-iy menyatakan thiqah.

Al-Mizzi, Tahz}i>b al-Kama>l, 10/688-694.


140

88
Demikian al-Mizziy menilainya thiqah. Ada perbedaan
pendapat tentang tahun wafatnya. Abu> ‘Ubaid al-
Qa>sim bin Sala>m dan Abu> H{isa>n al-Ziya>diy
menyebutnya wafat tahun 119. Muh}ammad bin ‘Umar
–dan ini pendapat yang dipilih oleh al-Mizziy-
menyatakan bahwa Muh}ammad bin Ibra>hi>m wafat
tahun 120 H pada masah khila>fah Hisha>m bin ‘Abdul
Malik.141
3. ‘Alqamah bin Waqqa>s} bin Muhs}in bin Kildah al-
Laythiy. Meriwayatkan hadis dari sahabat, seperti
Bila>l bin al-H{a>rith al-Muzaniy, ‘Abdulla>h bin ‘Umar
bin al-Khat}t}a>b, ‘Umar bin al-Khat}t}a>b, ‘Amr bin al-‘As},
Mu’a>wiyah bin Abi> Sufya>n dan ‘A<ishah istri Nabi.
Orang-orang yang menerima periwayatan darinya
antara lain dua putranya, yakni ‘Abdulla>h bin
‘Alqamah dan ‘Amr bin ‘Alqamah, Muh}ammad bin
Ibra>hi>m bin al-H{a>rith al-Taimiy, Muh}ammad bin
Muslim bin Shiha>b al-Zuhriy dan Yah}ya> bin al-Nad}ar
al-Ans}a>riy

Al-Mizzi, Tahz}i>b al-Kama>l, 8/494-495.


141

89
Al-Nasa>-iy menilainya thiqah, dan menjadi sumber
periwayatan jama>’ah, walaupun menurut Muh}ammad
bin Sa’d, ‘Alqamah termasuk kategori periwayat yang
sedikit meriwayatkan hadis. al-Mizziy menilainya
thiqah thabat, termasuk periwayat t}abaqah kedua, lahir
pada masa Rasu>lulla>h dan wafat pada masa
kekhalifahan ‘Abdul Malik bin Marwa>n142
4. ‘Umar bin al-Khat}t}a>b termasuk sahabat mulia, khali>fah
kedua dari khulafa> al-ra>shidi>n.143

3. Hadis tentang niat kedua:

‫ مث يصري حبسن النية من أعمال‬،‫كم من عمل يتصور بصورة عمل الدنيا‬

‫ وكم من عمل يتصور بصورة عمل اآلخرة مث يصري من أعمال الدنيا‬،‫اآلخرة‬


144
‫بسوء النية‬
Banyak amal perbuatan yang bentuknya duniawi,
kemudian menjadi amal ukhrawi karena bagusnya niat, dan
tidak sedikit amal perbuatan yang bentuknya amal ukhrawi,
kemudian menjadi perbuatan duniawi sebab niat yang buruk.

142
Al-Mizzi, Tahz}i>b al-Kama>l, 7/243.
143
Lihat Al-Mizzi, Tahz}i>b al-Kama>l, 7/467.
144
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 10.
90
Sejauh penelitian penulis, hadis ini tidak ditemukan
sumbernya, akan tetapi maknanya tidak bertentangan dengan
hadis lainnya yang berkualitas s}ah}i>h}. Keumuman maknanya
bisa dikembalikan kepada hadis kedua bahwa setiap amal
bergantung pada niat pelakunya.

4. Hadis tentang fitrah

‫كل مولود يولد على فطرة اإلسالم اال ان ابويه يهودانه او ينصرانه او‬
145
‫ميجسانه‬
Setiap anak terlahirkan dalam keadaan fitrah, kedua
orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.
Al-Bukha>riy meriwayatkan hadis tersebut melalui
beberapa jalur periwayatn.
1. Dari (dengan simbol h}addathana>) A<dam dari (dengan
simbol h}addathana>) Ibn Abi> Di’b dari (dengan simbol
‘an) al-Zuhriy dari (dengan simbol ‘an) Abu> Salamah
bin ‘Abdirrah}ma>n dari (dengan simbol ‘an) Abu>

145
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 16.
91
Hurairah dari Rasu>lulla>h146 dengan redaksi matan
sebagai berikut.

‫صَرانِِه أَو‬
ِ ِِ ِ ٍ
ّ َ‫ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِّوَدانه أَو يُن‬، ‫ُك ُّل َمولُود يُولَ ُد َعلَى الفطَرِة‬
ِ ِ ِ ‫ َكمثَ ِل الب ِه‬، ‫ميَُ ِجسانِِه‬
َ‫ َهل تَ َرى ف َيها َجد َعاء‬، َ‫يمة‬
َ ‫يمة تُن تَ ُج البَه‬
َ َ َ َّ
2. Dari (dengan simbol h}addathana> ) ‘Abda>n dari (dengan
simbol akhbarana>) ‘Abdulla>h dari (dengan simbol
akhbarana>) Yu>nus dari (dengan simbol ‘an) al-Zuhriy
dari (dengan simbol akhbarani>) Abu> Salamah bin
‘Abdirrah}ma>n dari Abu> Hurairah dari Rasu>lulla>h147
dengan redaksi matan sebagai berikut.

‫صَرانِِه أَو ميَُ ِّج َسانِِه‬


ِ ِِ ِ ٍ
ّ َ‫ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِّوَدانه أَو يُن‬، ‫ُك ُّل َمولُود يُولَ ُد َعلَى الفطَرِة‬
‫يم ِة هبيمةً مجعاءَ هل حتسون فيها من جدعاء مث‬ ِ
َ ‫كما تنتج البَه‬،
‫يقول فطرة هللا اليت فطر الناس عليها ال تبديل ْللق هللا ذلك الدين‬

.‫القيم‬

146
Lihat Sah}i>h} al-Bukha>riy Kita>b al-Jana>-iz Ba>b Ma> Qi>la fi> Aula>di
al-Mushriki>n.
147
Lihat S{ah}i>h} al-Bukha>riy kita>b Tafsi>r al-Qur’a>n b>b La> Tabdi>la li
Khalqi Alla>h.
92
3. Dari (dengan simbol h}addathani>) Ish}aq> bin Ibra>hi>m
dari (dengan simbol akhbarana>) ‘Abdurrazza>q dari
(dengan simbol akhbarana>) Ma’mar dari (dengan
simbol ‘an) Hamma>m dari (dengan simbol ‘an) Abu>
Hurairah dari Rasululla>h148 dengan redaksi matan
sebagai berikut

‫صَرانِِه كما‬
ِ ِِ ِ ٍ
ّ َ‫ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِّوَدانه ويُن‬، ِ‫ما من َمولُود إال يُولَ ُد َعلَى الفطَرة‬
‫تُنتِ ُجون البهيمة هل جتدون فيها من جدعاءَ حىت تكونوا أنتم‬

‫جتدعوهنا قالوا اي رسول هللا أفرأيت من ميوت وهو صغري قال هللا‬

‫أعلم مبا كانوا عاملني‬


Seperti halnya al-Bukha>riy, Muslim meriwayatkan
melalui beberapa jalur periwayatan.
1. Dari (dengan simbol h}addathana>) H{a>jib bin al-Wali>d
dari (dengan simbol h}addathana>) Muh}ammad bin H{arb
dari (dengan simbol ‘an) al-Zibaidiy dari (dengan
simbol ‘an) al-Zuhriy dari (dengan simbol akhbarani>)
Sa’i>d bin al-Musayyab (dengan simbol ‘an) Abu>

148
Lihat S{ah}i>h} al-Bukha>riy kita>b al-Qadar ba>b Alla>h A’lamu bima>
Ka>nu> ‘A<mili>n
93
Hurairah dari Rasu>lulla>h149 dengan lafal matan sebagai
berikut.

‫صَرانِِه‬
ِ ِِ ِ ٍ
ّ َ‫ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِّوَدانه ويُن‬، ‫ما من َمولُود إال يُولَ ُد َعلَى الفطَرِة‬
‫وميجسانه كم تنتج البهيمة هبيمة مجعاء هل حتسون فيها من جدعاء‬
2. Dari (dengan simbol h}addathana>) Zuhair bin H{arb dari
dari (dengan simbol h}addathana>) Jari>r dari (dengan
simbol ‘an) Abi> S{a>lih} dari (dengan simbol ‘an) Abu>
Hurairah dari Rasu>lulla>h150 dengan lafal matan sebagai
berikut.

‫ما من مولود إال يولد على الفطرة فأبواه يهودانه وينصرانه ويشركانه‬

‫فقال رجل اي رسول هللا أرأيت لو مات قبل ذلك قال هللا أعلم مبا‬

‫كانو عاملني‬
Selain dari S{ah}i>h} al-Bukha>riy dan S{ah}i>h} Muslim, hadis
tersebut diriwayatkan oleh para mukharrij lain, seperti Abu>
Da>wu>d,151 al-Tirmidhiy,152Ah}mad bin H{anbal153 dan Muwat}t}a

149
Lihat S{ah}i>h} Muslim kita>b al-Qadar ba>b Ma’na> Kullu Maulu>d
Yu>ladu ‘ala> al-Fit}rah wa H{ukmu Maut At}fa>l al-Kuffa>r.
150
Lihat S{ah}i>h} Muslim pada pasal dan bab yang sama dengan hadis
sebelumnya.
151
Lihat Sunan Abi> Da>wu>d kita>b al-Sunnah ba>b fi> dhira>ri> al-
Mushriki>n.
94
Ma>lik.154 Semua jalur periwayatan dari para mukharrij
tersebut jika dikumpulkan, maka akan bermuara pada sahabat
Abu> Hurairah sebagai mada>r al-isna>d (pusat penyebaran
sanad). Adanya perbedaan redaksi matan menunjukkan bahwa
hadis tersebut diriwayatkan secara makna. Akan tetapi, tidak
mengurangi kesahihannya, karena perbedaan lafal yang ada
tidak mengisyaratkan pertentangan makna.

5. Hadis tentang gambar dan anjing


155
‫ال تدخل املال ءكة بيتا فيه صورة او كلب‬
Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang ada
gambar dan anjing.
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukha>riy dari (dengan
simbol h}addathana>) ‘Ali bin ‘Abdilla>h dari (dengan simbol
h}addathana>) Sufya>n yang menerima dan menghafalkan
redaksinya dari al-Zuhriy dari (dengan simbol akhbarana>)

152
Lihat Sunan al-Tirmidhiy kita>b al-Qadar ‘an Rasu>lilla>h ba>b Ma>
Ja>-a fi> Kull Maulu>d Yu>ladu ‘ala> al-Fit}rah.
153
Lihat pada bagian Musnad Abi> Hurairah.
154
Lihat Muwat}t}a Ma>lik kita>b al-Jana>-iz ba>b Anna ‘A<ishah Qa>lat
Qa>la Rasu>lulla>h Ma> min Nabiyy Yamutu H{atta>...
155
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 20.
95
Ubaidulla>h dari (‘an) Ibn ‘Abba>s dari (‘an) Abi> T{alh}ah} rad}iya
Alla>h ‘anhum dengan redaksi matan sebagai berikut.156
157
‫ال تدخل املالئكة بيتا فيه كلب وال صورة‬
Lafal matan tersebut sama dengan riwayat Muslim dari
(h}addathana>) Yah}ya> bi Yah}ya> dan Abu> bakr bin Abi> Shaibah
dan ‘Amr al-Na>qid dan Ish}aq> bin Ibra>him. Yah}ya> dan Ish}aq>
dari (akhbarana>) Sufya>n bin ‘Uyainah, demikian Abu> Bakr bin
Abi> Shaibah dan ‘Amr al-Na>qid dari (h}addathana>) Sufya>n.
Semua periwayatan bermuara pada Sufya>n dari al-Zuhriy dari
‘Ubaidulla>h dari Ibn ‘Abba>s dari Abi> T{alh}ah dari Nabi.158
Diriwayatkan oleh al-Bukha>riy dari (h}addathana>)
Yah}ya> bin Sulaima>n dari (h}addathani>) Ibn Wahb dari
(akhbarani>) ‘Amr dia berkata bahwa Bukair meriwayatkan dari
(haddathahu>) Kuraib dari (‘an) Ibn ‘Abba>s. Dalam riwayat ini,
Ibn ‘Abba>s menceritakan bahwa Rasu>lulla>h s}alla> Alla>h ‘alaih
wa sallama masuk ke sebuah rumah, kemudian beliau
menemukan gambar Ibrahim dan Maryam ada dalam rumah
tersebut. Kemudian beliau bersabda

156
Al-Bukha>ri>, S}ah}i>h} al-Bukha>ri>, juz 2, hlm. 246. Hadis lainnya
riwayat al-Bukha>ri> no 3226, 3322, 4002, 5949, 5958.
157
Lihat S}ah}i>h al-Bukha>riy kita>b bad-i al-wahyi ba>b al-dhuba>b fi>
shara>bi ah}adikum.
158
Lihat S{ah}i>h} Muslim kita>b al-Liba>s wa al-Zi>nah ba>b Tah}ri>m
Tas}wi>r S{u>rat al-Hayawa>n wa Tah}ri>m Ittikha>dh Ma> Fi>hi S{u>rah.
96
‫مصور فما‬
ّ ‫أما هلم فقد مسعوا أن املالئكة ال تدخل بيتا فيه صورة هذا إبراهيم‬
‫له يستقيم‬
Al-Bukha>riy meriwayatkan dari (h}addathana>) Muqa>til
dari (akhbarana>) ‘Abdulla>h dari (akhbarana> ) Ma’mar dari
(‘an) al-Zuhriy dari (‘an) ‘Ubaidilla>h bin ‘Abdilla>h dia
mendengar (annahu sami’a) Ibn ‘Abba>s dari (sami’tu) Abu>
T{alh}ah dari (sami’tu) Rasu>lulla>h s}alla> Alla>h ‘alaihi wa sallama
bersabda (dengan redaksi sebagai berikut).

‫يل‬ِ ِِ ِ
َ ‫ورةُ َتََاث‬
َ‫ص‬ ُ َ‫ب َوال‬
ٌ ‫الَ تَد ُخ ُل ال َمالَئ َكةُ بَي تًا فيه َكل‬
Teks Hadis ini bisa ditemukan dalam Sunan Abi> Da>ud
no 4155.159 Sunan al-Tirmiz}i no 2804, 2805.160 Sunan Ibnu
Ma>jah no. 3649, 3650.161 Abu ‘Isa> al-Tirmiz}i menilai hadis ini
h}asan s}ah}i>h}.162

159
Abi> Da>wud, Sunan Abi> Da>wud, Juz 2, hlm. 324.
160
Abi> ‘Isa> Muhammad bin ‘I>sa> bin Saurah al-Tirmiz}i>, Sunan al-
Tirmiz}i> (Beiru>t: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 2008), juz 1, hlm. 655.
161
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Ma>jah, juz 4, hlm. 92.
162
Jalaluddin al-Suyu>t}i mengisyaratkan, bahwa istilah ganda
(h}asan s}ah}i>h}) ini digunakan oleh Ali bin al-Madini dan Ya’qub bin Syaibah
sebelum Imam al-Tirmiz}i menggunakannya. Menurut Ibn al-S}alah, seperti
dinukil Muhammad ‘Abdurrahman al-Mubarakfuri, Imam al-Bukha>ri>
pernah menggunakan terma ini. Para ulama hadis yang melakukan analisis
untuk menguak maksud terma ini, telah menemukan hasil yang berbeda.
Menurut Ibnu H}ajar al-Asqala>ni, sebagaimana dinukil oleh Mah}mu>d al-
T}ah}h}a>n sebagai analisis yang paling baik dan popular, salah satu diantara
97
6. Hadis tentang agama teguh

‫اال ان هذا الدين متني فا وغلو فيه برفق وال تبغض على نفسك عبا دة هللا‬
163
‫تعا ىل فان املنبت ال ارضا قطع وال ظهرا ابقى‬
Sadarlah, bahwa agama Islam adalah agama yang
kokoh, maka perlakukanlah dirimu dengan santun dan jangan
kamu memaksakan beribadah kepada Allah sehingga
menyengsarakan dirimu, karena orang munbit164 (loyo dan

keduanya memungkinkan maksud dari terma itu. Pertama, bila hadis yang
bersangkutan memiliki dua sanad atau lebih, maka hadis itu berkualitas
h}asan versi satu sanad dan s}ah}i>h} versi sanad lainnya. Kedua, bila hadis
yang bersangkutan memiliki satu sanad, maka hadis itu h}asan menurut
suatu kaum dan s}ah}i>h} menurut kaum yang lain. Kemudian, menurut Ibnu
H}ajar dan disetujui oleh Jalaluddin al-Suyu>t}i>, hadis hasan s}ah}i>h} menempati
posisi lebih tinggi daripada yang hanya disebut s}ah}i>h}. Sebab, bila sebuah
hadis memiliki banyak sanad, satu sama lain akan saling menguatkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dibaca: Nurul Huda, “Imam al-Tirmiz}i>, al-Ja>mi’
dan Beberapa Inovasinya” dalam Jurnal al-Insan, Hadis Nabi, Otentisitas
dan Upaya Destruksinya, Depok: Lembaga Kajian dan Pengembangan al-
Insan, 2005, hlm. 67-79. Ima>duddin Ismail bin Kasi>r berpendapat bahwa
hadis h}asan s}ah}i>h} adalah hadis h}asan yang derajatnya s}ah}i>h} dan lebih tinggi
derajatnya dibandingkan dengan hadis yang berkualitas h}asan. Lihat:
Hasan Muhammad Maqbu>li al-Ahdal, Mus}talah al-Hadis wa Rija>lihi
(Shan’a>: Maktabah al-Jail al-Jadid, 1993), hlm. 115; Nuruddin Itr, al-Imam
al-Tirmiz}i> wa al-Muwa>zanah Baina al-S}ah}ih}ain (Misr: Lajnah al-Ta’lif wa
al-Tarjamah wa al-Nasyr, 1970), hlm. 187-188.
163
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 23.
164
Kata Munbitt adalah bentuk isim fa’il dari kata inbatta, makna
harfiahnya adalah orang yang patah tulang punggungnya. Sehingga yang
dimaksud adalah orang yang tenaganya telah habis atau orang lemah yang
tidak memiliki kendaraan. Lihat: Ibrahim bin Isma’il, Syarah Ta’li>m, hlm.
23.
98
ditinggal kendaraan) tidak sanggup lagi menerjang bumi dan
kendaraannya.
Hadis ini diriwayatkan dalam Sunan al-Kubra>
karya al-Baihaqi no 4931165 dengan redaksi secara lengkap
sebagai berikut:

ُ ِ‫اَّللِ احلَاف‬
‫ ُُمَ َّم ُد ب ُن أَْحَ َد ب ِن احلَ َس ِن ب ِن‬: ‫ظ َوأَبُو احلَ َس ِن‬ َّ ‫أَخ َربََان أَبُو َعب ِد‬

َ ‫اَّللِ ب ُن ُُمَ َّم ِد ب ِن إِس َح‬


‫اق‬ َّ ‫ َعب ُد‬: ‫اق البَ َّز ُاز بِبَغ َد َاد قَاالَ َحدَّثَنَا أَبُو ُُمَ َّم ٍد‬
َ ‫إِس َح‬

‫ال َفاكِ ِه ُّى َحدَّثَنَا أَبُو َحي َىي ب ُن أَِِب َم َسَّرةَ َحدَّثَنَا َخالَّ ُد ب ُن َحي َىي َحدَّثَنَا أَبُو عُ َقي ٍل‬

‫ َحي َىي ب ُن ال ُمتَ َوّكِ ِل َعن ُُمَ َّم ِد ب ِن ُسوقَةَ َعن ُُمَ َّم ِد ب ِن ال ُمن َك ِد ِر َعن َجابِ ِر ب ِن‬:
ِ ‫ إِ َّن ه َذا ال ِّد‬: ‫ال‬ ِ َِّ ‫َعب ِد‬
‫ني‬
ٌ ‫ين َمت‬
َ َ ِّ ِ‫اَّلل َعن الن‬
َ َ‫ أَنَّهُ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّب‬

‫ضا‬ َِّ ‫ والَ تُب غِّض إِ َىل نَف ِسك عِباد َة‬، ‫فَأَوغِل فِ ِيه بِ ِرف ٍق‬
َّ َ‫ فَِإ َّن ال ُمن ب‬، ‫اَّلل‬
ً ‫ت الَ أَر‬ ََ َ َ َ
‫ َوالَ ظَهًرا أَب َقى‬، ‫قَطَ َع‬
Al-Bukha>ri menilai hadis ini sebagai hadis mursal 166

atau mauqu>f 167


Akan tetapi, jika kita perhatikan saksama

Abu Bakar Ah}mad bin H}usain bin Ali al-Baihaqi, Sunan al-
165

Baihaqi (Mesir: Majlis Da>’irah al-Ma’a>rif al-Niz}a>miyyah, t,t.), juz 2, hlm.


378.
Al-Munawi, Faid} al-Qadi>r (Ya’su>b: t.p, t.t), juz 2, hlm. 690.
166

Program al-Maktabah al-Syamilah. Kehujahan hadis mursal diperselisihkan


99
rangkaian sanad hadis tersebut, tampak bahwa sanadnya
marfu>’168 sampai ke Rasu>lulla>h. Dalam Ba>qi> Musnad al-
Mukthiri>n bab Musnad Anas bin Ma>lik, Ah}mad bin H{anbal
mengemukakan rangkaian sanad yang marfu>’, yakni dari
‘Abdulla>h al-H{a>fidz yang meriwayatkan secara wija>dah169 dari
ayahnya dari (h}addathana>) Zaid bin al-H{uba>b dari (qa>la
akhbarani>) ‘Amr bin H{amzah dari (h}addathana>) H{alaf Abu> al-
Rabi>’ dari (h}addathana>) Anas bin Ma>lik dari Rasu>lulla>h –
beliau bersabda- dengan redaksi sebagai berikut.

‫إن هذا الدين متني فأوغلوا فيه برفق‬

oleh ulama. Abu Hanifah, Ah}mad bin H}ambal dan Malik bin Anas
menerima hadis mursal dengan catatan orang-orangnya terpercaya.
Sedangkan mayoritas/jumh>ur ahli hadis, fuqaha, dan penyusun us}u>l
menolaknya dan memandangnya sebagai hadis da’i>f, yang tidak dapat
dijadikan hujjah dalam beramal. Hal ini diterangkan oleh Imam Nawawi
dalam al-Taqri>b. Hadis mursal ditolak karena tidak diketahui keadaan
perawi yang tidak disebut namanya. Lihat: Muhammad Hasbi ash-
Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2009), hlm. 159-160; Mah}mu>d al-T}ah}h}a>n, Taisi>r al-Mus}t}alah al-
H}adi>s (Surabaya: al-Hidayah, t.t.), hlm. 71-74.
167
Ahli hadis mengatakan bahwa mauqu>f berarti tindakan sahabat,
baik perkataan maupun perbuatan yang tidak diterangkan oleh Nabi saw.
Lihat: Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar, hlm. 149.
168
Marfu>’ maksudnya adalah hadis yang disandarkan kepada Nabi
saw, baik bersambung sanadnya atau tidak muttas}il, yaitu sanad ada yang
terputus, yang disebut munqat}i’ (jika putus pada suatu tempat atau lebih
dan tidak beriringan, dan disebut mu’d}al (jika putus pada suatu tempat
secara tidak beriringan). Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Sejarah dan
Pengantar, hlm. 149.
169
‘Abdulla>h mendapatkan kitab milik ayahnya, di dalamnya ada
tulisan ayahnya sendiri tentang hadis tersebut.
100
Dalam Sunan al-Kubra> kita>b al-H{aid} ba>b Jumma>’
Abwa>b al-Khushu>’ fi> al-S{ala>h wa al-Iqba>l, al-Baihaqiy
mengemukakan sanad yang marfu>’ dari (akhbarana>) Abu>
‘Abdilla>h al-H{a>fidz dari (thana>) Muh}ammad bin al-Muammil
bin al-H{asan bin ‘I<sa> dari (al-Fad}l) bin Muh}ammad al-
Sha’ra>niy dari (thana>) Abu> S{a>lih} dari (thana>) al-Laith dari
(‘an) Ibn ‘Ijla>n dari Maula> ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azi>z dari (‘an)
‘Abdulla>h bin ‘Amr bin al-‘A<s} dari (‘an) Rasu>lulla>h (beliau
bersabda) dengan redaksi sebagai berikut.

‫إن هذا الدين متني فأوغل فيه برفق وال تبغّض إىل نفسك عبادة ربك فإن‬

‫املنبت ال سفرا قطع وال ظهرا أبقى فاعمل عمل امرئ يظن أن لن ميوت أبدا‬

‫واحذر حذرا خيشى أن ميوت غدا‬


Para periwayat yang ada dalam rangkaian sanad
tersebut mayoritas dinilai positif oleh para ahli al-jarh} wa al-
ta’di>l. Abu> ‘Abdilla>h (w. 405 H) thiqah h}a>fidz, Muh}ammad
bin al-Muammil (w. 350 H) thiqah, al-Fad}l bin Muh}ammad bin
al-Musayyab al-Sha’ra>niy (w. 282 H) s}adu>q, ‘Abdulla>h bin
S{a>lih bin Muh}ammad bin Muslim (w. 222 H) maqbu>l, al-Laith
bin Sa’d bin ‘Abdirrah}ma>n (w. 175 H) thiqah thabat,
Muh}ammad bin ‘Ijla>n (148 H) s}adu>q h}asan al-h}adi>th. Hanya

101
saja, maula> dari ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azi>z yang masuk kategori
mubham. Selanjutnya, ‘Abdulla>h bin ‘Amr bin al-‘A<s} (w. 63
H) adalah termasuk s}ah}a>biy yang disepakati keadilannya.
Para ulama menggunakan hadis ini sebagai larangan
bertakalluf (tidak bersikap proporsional atau memforsir diri
sehingga sengsara) dalam beribadah, sehingga dihukumi
makru>h.170

7. Hadis tentang nafsu


171
‫نفسك مطيتك فارفق هبا‬
Nafsumu adalah kendaraanmu, maka bersikap
lembutlah terhadapnya.
Tidak ditemukan hadis dengan redaksi diatas, akan
tetapi ada hadis yang memiliki substansi sama seperti
diriwayatkan dalam kitab Syu’ab al-I>man no 4743172:

‫أخربان احلسن بن أْحد بن إبراهيم بن شاذان ببغداد ان ْحزة بن ُممد بن‬

‫العباس ان العباس بن ُممد الدوري ثنا أبو الفضل العباس بن الفضل األزرق‬

‫ دخلنا على هشام بن‬: ‫البصري ثنا سعيد بن زيد أخو ْحاد بن زيد قال‬
170
Al-Munawi, Faid} al-Qadi>r, hlm. 690.
171
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 23.
172
Al-Baihaqi, Syuab al-I>ma>n, juz 4 hlm 183.
102
‫حسان فقال ‪ :‬إن دجاجة كان من أصحاب علي بن أيب طالب و أنه قال ‪:‬‬

‫اختذ أبو الدرداء ظلة يقيل فيها فقيل له يف ذلك فقال ‪ :‬إن نفسي مطييت فإن‬

‫مل أرفق هبا مل تبلغين‬

‫‪8. Hadis tentang perkara yang luhur‬‬


‫‪173‬‬
‫إن هللا حيب معايل األمور وأشرافها ويكره سفسافها‬

‫‪Sesungguhnya Allah menyukai perkara yang luhur dan‬‬


‫‪tidak menyukai perkara yang hina.‬‬
‫‪Hadis ini diriwayatkan dalam Mu’jam al-Kabi>r no‬‬
‫‪2894174 dengan redaksi:‬‬

‫حدثنا علي بن عبد العزيز ثنا القعنيب ثنا خالد بن إلياس عن ُممد‬

‫بن عبد هللا بن عمرو بن عثمان عن فاطمة بنت احلسني ‪ :‬عن‬

‫حسني بن علي قال قال رسول صلى هللا عليه و سلم إن هللا حيب‬

‫معايل األمور وأشرافها ويكره سفسافها‬

‫‪Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 24.‬‬


‫‪173‬‬

‫‪Sulaiman bin Ah}mad bin Ayyub al-T}abra>ni, al-Mu’jam al-Kabi>r‬‬


‫‪174‬‬

‫‪(Musil: Maktabah Ulum wa al-Hikam, 1983), juz 3, hlm. 131.‬‬


‫‪103‬‬
Riwayat lainnya dalam Mu’jam al-Tabrani no 2826.
Imam al-Bukha>ri, Ah}mad bin H}ambal, Ibnu Ma’i>n dan al-
Nasa>’i menda’i>f kan hadis ini.175

9. Hadis tentang tiga hal yang dibenci Allah


176
‫ األكول والبخيل واملتكرب‬:‫ثالثة يبغضهم هللا تعاىل من غري جرم‬

Ada tiga orang yang Allah murkai bukan disebabkan


dosa: Orang yang banyak makan (pelahap makan), orang
bakhil (kikir), dan orang yang sombong.
Tidak ditemukan riwayat hadis seperti redaksi di atas.
Akan tetapi, terdapat keterangan dari ayat-ayat al-Qur’an
maupun hadis-hadis s}ah}i>h} yang keumuman maknanya
berkaitan dengan larangan banyak makan, kikir dan sombong.
Terkait larangan makan banyak, misalnya hadis
riwayat al-Bukha>riy dalam kita>b al-At}’imah ba>b al-Mu’min
Ya’kulu fi> Mi’a> Wa>hid, dari (h}addathana>) ‘Aliy bin ‘Abdilla>h
dari (h}addathana>) Sufya>n dari (‘an) ‘Amr menceritakan bahwa
Abu> Nahi>k termasuk orang yang banyak makan, kemudian Ibn
‘Umar menyatakan bahwa Rasu>lulla>h s}alla> Alla>h ‘alayh wa
sallama bersabda: “sesungguhnya orang kafir itu makan
175
Al-Hais}ami, Majma’ al-Zawa>id wa Manba’ al-Fawa>id (Beiru>t:
Da>r al-Fikr, 1992), juz 8, hlm. 117, no 13688.
176
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 27.
104
dengan tujuh usus”. Kemudian dia menjawab: “Maka aku
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya”. Dengan makna yang
sama hadis tersebut diriwayatkan oleh Muslim, al-Tirmidhiy,
Ibn Ma>jah, Ah}mad bin H{anbal dan para muh}addith yang lain.
Terkait dengan larangan kikir, Rasu>lulla>h mengajarkan
sebuah doa memohon perlindungan dari gelisah, sedih, lemah,
malas, kikir, pengecut dan terlilit hutang. Secara tersirat,
Rasu>lulla>h mengisyaratkan bahwa kikir merupakan hal yang
harus kita jauhi dan memohon kepada Allah agar dijauhkan
dari sifat tersebut. Hadis tentang doa tersebut bisa dilihat pada
S{ah}i>h} al-Bukha>riy kita>b al-Jiha>d wa al-Sair ba>b Man Ghaza>
bishabiyy li al-Khidmah.
Terkait dengan larangan takabbur, misalnya hadis
riwayat al-Bukhari (dalam kita>b Tafsi>r al-Qur’a>n ba>b ‘Utullin
Ba’da Dha>lika Zani>m ) dari (h}addathana>) Abu> Nu’aim dari
(h}addathana>) Sufya>n dari (‘an) Ma’bad bin Kha>lid dari
(sami’tu) H{a>rithah bin Wahb al-Khuza>’iy dari (sami’tu) Nabi
s}alla> Alla>h ‘alaihi wa sallama bersabda

‫أال أخربكم أبهل اْلنة كل ضعيف متضعف لو أقسم على هللا ألبره أال‬

‫أخربكم أبهل النار كل عتل جواظ مستكرب‬

105
“Maukah kalian aku beritahu tentang penghuni surga?
Yaitu setiap orang lemah dan ditindas, sekiranya dai
bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah mengabulkannya.
Dan maukah kalian aku beritahu tentang penghuni neraka?
Yaitu setiap yang keras hati, congkak lagi sombong”.

Hadis tersebut diperkuat oleh riwayat Muslim, al-


Tirmidhiy, Ibn Ma>jah dan Ah}mad.

10. Hadis keistimewaan hari rabu

ّ‫ما من شيئ بدئ يوم األربعاء إال وقد ت‬


177

Tidaklah suatu perkara dimulai pada hari rabu kecuali


ia sungguh sempurna.

Hadis di atas tidak ditemukan sumbernya.

11. Hadis tentang hikmah


178
‫احلكمة ضالة املؤمن اينما وجدها اخذها‬

Hikmah adalah barang hilangnya orang mu’min,


dimanapun ia menemukannya maka dialah yang lebih berhak
mengambilnya.

Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 28.


177

Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 31.


178

106
Hadis ini didokumentasikan oleh al-Tirmidhiy179 dalam
kita>b al-‘ilm ‘an Rasu>lilla>h ba>b ma> ja>-a fi> Fad}li al-Fiqh ‘ala> al-
‘Iba>dah. Al-Tirmidhiy meriwayatkan dari (h}addathana>)
Muh}ammad bin ‘Umar bin al-Wali>d al-Kindiy dari
(h}addathana>) ‘Abdulla>h bin Numair dari (‘an) Ibra>hi>m bin al-
Fad}l dari (‘an) Sa’i>d al-Maqburiy dari (‘an) Abi> Hurairah dari
(qa>la) Rasu>lulla>h180 dengan redaksi matan sebagai berikut

‫َح ُّق ِهبَا‬ ُ ‫ضالَّةُ ال ُمؤِم ِن فَ َحي‬ ِ ِ


َ ‫ث َو َج َد َها فَ ُه َو أ‬ َ ُ‫ال َكل َمةُ احلك َمة‬
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Ma>jah -dalam kita>b al-
Zuhd ba>b al-H{ikmah- dari (h}addathana>) ‘Abdurrah}ma>n bin
‘Abdi al-Wahha>b dari (h}addathana>) ‘Abdulla>h bin Numair dari
(‘an) Ibra>hi>m bin al-Fad}l dari Sa’i>d al-Maqburiy dari (‘an) Abi>
Hurairah dari (qa>la) Rasu>lulla>h s}alla> Alla>h ‘alaihi wa
sallama181dengan redaksi yang hampir sama.

179
Al-Tirmidhiy menilai hadis ini sebagai hadis gharib, karena
hanya ditemukan satu jalur periwayatan yakni dari ‘Abdulla>h bin Numair
dari Ibrahim bin al-Fad}l dari Sa’i>d al-Maqburiy dari Abi> Hurairah dari
Rasu>lulla>h. Ibra>hi>m bin al-Fad}l al-Madaniy al-Makhzu>miy dinilai d}a’i>f dari
sisi hafalannya.
180
Abu Isa berkata: Hadis ini gari>b, kami tidak mengenalnya
kecuali dari sanad ini, sebab ada Ibrahim bin al-Fadl al-Madani didha’ifkan
dalam hadis ini dari segi hafalannnyya. Lihat: Abu Bakar Muhammad bin
Abdillah bin Muhammad bin Abdillah, A>rid}at al-Ah}waz}i> Syarah S}ah}ih al-
Tirmiz}i> (Beirut, Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 1997), juz 10, hlm. 114; al-
Tirmiz}i, Sunan al-Tirmiz}i, juz 1, hlm 632.
181
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Ma>jah, juz 4, hlm. 236.
107
‫َح ُّق ِهبَا‬ ِ ِ ِ
َ ‫ضالَّةُ ال ُمؤم ِن فَ َحي ثُما َو َج َد َها فَ ُه َو أ‬
َ ُ‫ال َكل َمةُ احلك َمة‬
Dari dua riwayat tersebut, dapat diketahui bahwa hadis
ini hanya memiliki satu jalur utama periwayatan, yakni
‘Abdulla>h bin Numair dari Ibra>hi>m bin al-Fad}l dari Sa’i>d al-
Maqburiy dari Abi> Hurairah dari Rasululla>h. Karena itu, al-
Tirmidhiy menilainya ghari>b dari sisi kuantitas sanad. Pusat
persebaran sanad ada pada ‘Abdulla>h bin Numair yang
meriwayatkan kepada dua orang murid, yakni Muh}ammad bin
‘Umar bin al-Wali>d al-Kindiy yang kemudian meriwayatkan
kepada al-Tirmidhiy dan ‘Abdurrah}ma>n bin ‘Abdi al-Wahha>b
yang kemudian meriwayatkan kepada Ibn Ma>jah.
Dari sisi kualitas, keduanya, baik Muh}ammad bin
‘Umar maupun ‘Abdurrah}ma>n bin ‘Abdi al-Wahha>b termasuk
kategori thiqah.182 Sedangkan empat periwayat intinya, dapat
diuraikan sebagai berikut.
1. ‘Abdulla>h bin Numair al-Hamada>niy merupakan
periwayat yang disepakati kethiqahannya. Lahir tahun
115 H dan wafat tahun 199 H. Beberapa gurunya dalam
periwayatan hadis antara lain Hisha>m bin ‘Urwah, al-
A’mash, Ash’ath bin Suwa>r, Isma>’i>l bin Abi Kha>lid,

182
Lihat Ibn H{ajar al-‘Asqala>niy, Tahdhi>b al-Tahdhi>b (Muassasat
al-Risa>lah, tt.) 3/659.
108
Zakaria bin Abi> Za>idah, Yazi>d bin Abi> Ziya>d,
‘Ubaidilla>h bin ‘Umar al-‘Umriy dan Ibra>him bin al-
Fad}l al-Makhzu>miy. Sedangkan murid-muridnya antara
lain Ah}mad bin H{anbal, Yah}ya> bin Ma’i>n, Ah}mad bin
Fura>t, ‘Aliy bin Harb, al-H{asan bin ‘Aliy bin ‘Affa>n,
Abu> ‘Ubaidah bin Abi> al-Safar, Muh}ammad bin ‘Umar
bin al-Wali>d al-Kindiy dan ‘Abdurrah}ma>n bin ‘Abdi al-
Wahha>b.183
2. Ibra>hi>m bin al-Fad}l al-Makhzu>miy dinilai oleh al-
Tirmidhiy sebagai periwayat yang d}a’i>f. Sejalan
dengan penilaian al-Tirmidhiy, Abu> Zar’ah menilainya
d}a’i>f, Abu> H{a>tim menilainya d}a’i>f al-h}adi>th dan
munkar al-h}adi>th. Demikian al-Bukha>riy dan al-Nasa>-
iy menilainya munkar al-h}adi>th dan al-‘Asqala>niy
menilainya matru>k. Kendati demikian, Ibra>hi>m
meriwayatkan hadis dari para sahabat, seperti Abu>
Hurairah dan Ja’far bin Abi> T{al> ib. Selain itu, banyak
periwayat thiqah yang mengambil periwayatan dari
Ibra>hi>m bin al-Fad}l. Seperti Isra>-i>l bin Yunus bin Abi>
Ish}aq> , Sufya>n bin Sai>d bin Masru>q, ‘Abdurrah}ma>n bin
Muh}ammad bin Ziya>d, ‘Abdul Malik bin ‘Amr, ‘I<sa> bin

183
Shamsuddi>n Muh}ammad bin Ah}mad bin ‘Uthma>n al-Dhahabiy,
Siyar A’la>m al-Nubala> (Muassasat al-Risa>lah, 2001) 7/244.
109
Yu>nus bin ‘Amr bin ‘Abdilla>h, Muh}ammad bin
Kha>zim, Makhlad bin Yazi>d, Waki>’ bin al-Jarra>h,
‘Abdulla>h bin H{arb, termasuk yang meriwayatkan
hadis tentang hikmah tersebut, yakni ‘Abdulla>h bin
Numair.184
3. Sa’i>d al-Maqburiy (berkunyah Abu> Sa’d) nama
lengkapnya adalah Sa’i>d bin Abi> Sa’i>d Ki>sa>n al-
Laithiy. Berdomisili di Maqbarah Baqi>’. Wafat tahun
125 H pada usia ke-90. Meriwayatkan hadis dari
banyak sahabat periwayat hadis, seperti ayahnya (Abu>
Sa’i>d Ki>sa>n), ‘A<ishah, Abu> Hurairah, Sa’d bin Abi>
Waqqa>s,} Ummu Salamah, Ibn ‘Umar, Abu> Shuraih} al-
Khuza’iy dan Abu> Sa’i>d al-Khudriy. Yang
meriwayatkan hadis darinya antara lain kedua putranya
(‘Abdulla>h dan Sa’d), Ibn Abi> Dhi’b, Isma>’i>l bin
Umayyah, Zaid bin Abi> Ani>sah, ‘Ubaidilla>h bin ‘Umar,
Ma>lik bin Anas, Ibra>him bin T{uhma>n dan al-Laith bin
Sa’d. Abu> H{a>tim menilainya s}adu>q, ‘Abdurrah}ma>n bin
H{arra>s menilainya thiqah, demikian Ibn Sa’d
menilainya thiqah.185

184
Lihat al-Mizziy, Tahdhi>b al-Kama>l, 2/165 dan al-‘Asqala>niy,
Taqri> al-Tahdhi>b, 1/92.
185
Lihat al-Dhahabiy, Siyar 5/216.
110
4. Abu> Hurairah termasuk s}ah}ab> iy yang disepekati
keterpercayaannya.

12. Hadis tentang mengenal jati diri


186
‫من عرف نفسه فقد عرف ربه‬
Siapa yang telah mengenal dirinya, maka ia sungguh
mengenal Tuhannya.
Imam Nawawi berkata: hadis ini tidaklah kuat, Imam
Abu Mud}far bin al-Sam’a>ni dalam al-Qawa>mi’ berkata hadis
ini tidak pasti dari Nabi, akan tetapi ini adalah perkataan
(lafadz) Yahya bin Mu’a>z} al-Ra>zi. Akan tetapi Syaikh Ibnu
Arabi dan ulama sufi lainnya dalam Kasy al-Khafa’
menyatakan bahwa walaupun hadis ini tidak s}ah}ih} dari segi
riwayat, akan tetapi hadis ini s}ah}ih} dari segi kasyf.187
Riwayat shahih yang mendukung conten dari
penjelasan di atas adalah:

186
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 32.
187
Al-Zarkasyi, al-La>ali> al-Mansyu>rah, hlm. 129. Kasf secara
bahasa berarti membuka/menyingkap tabir. Sementara makna kasf
perspektif kaum sufi adalah pancaran Tuhan, yakni pengetahuan yang
diberikan Allah swt kepada seseorang sehingga ia bisa mengetahui sesuatu
tanpa proses pembelajaran (ta’allum) dan penelitian (istiqra’). Akan tetapi
menurut ulama hadis kes}ah}i>h}an secara kasyf tidak dapat diterima. Lihat:
Ali Mustafa Ya’qub, Hadis-Hadis Bermasalah (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2007), hlm. 79.
111
‫إن هللا ال ينظر إىل صوركم وإمنا ينظر إىل قلوبكم فالقلب هو ُمل نظر احلق‬

‫فال عربة حبسن الظاهر وزخرف اللسان مع خبث اْلنان‬


Sesungguhnya Allah swt tidak memperhatikan s}uwar
(fisik) setiap insan, akan tetapi Allah memperhatikan aspek
bathin/quluub/hati setiap insan. Hati sebagai tempat melihat
perkara yang haq/ghaib, sehingga tidak ada ibroh/manfaat bagi
seorang insan yang bagus dzahirnya dengan pembicaraan yang
keluar dari lisannya sering terbungkus secara indah sedangkan
hatinya kotor.188

13. Hadis tentang bakhil


189
‫وأي داء أدوأ من البخل‬
Penyakit mana yang lebih berbahaya daripada
kikir (bakhil)?
Hadis ini diriwayatkan dalam S}ah}ih} al-Bukha>ri kita>b
al-Magha>i> ba>b Qis}s}ah ‘Amma>n wa al-Bah}rain.190 Al-Bukha>riy
meriwayatkan dari (h}addathana>) Qutaibah bin Sa’i>d dari

188
Al-Manawi, Faidhul Qodir, juz 1, hlm. 120.
189
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 32.
190
Al-Bukha>ri>, S}ah}i>h} al-Bukha>ri>, juz 3, hlm. 79. Hadis lain no
2296.
112
‫>‪(h}addathana>) Sufya>n dari (‘an) Ibn al-Munkadir dari (annahu‬‬
‫‪sami’a) Ja>bir bin ‘Abdilla>h dari (qa>la li>) Rasu>lulla>h s}alla> Alla>h‬‬
‫‪‘alaihi wa sallama.‬‬

‫حدثنا قتيبة بن سعيد حدثنا سفيان مسع ابن املنكدر جابر بن عبد هللا رضي‬

‫هللا عنهما يقول ‪ :‬قال يل رسول هللا صلى هللا عليه و سلم لو قد جاء مال‬

‫البحرين لقد أعطيتك هكذا وهكذا‪ .‬ثالاث فلم يقدم مال البحرين حىت قبض‬

‫رسول هللا صلى هللا عليه و سلم فلما قدم على أيب بكر أمر مناداي فنادى من‬

‫كان له عند النيب صلى هللا عليه و سلم دين أو عدة فليأتين قال جابر‬

‫فجئت أ اب بكر فأخربته أن النيب صلى هللا عليه و سلم قال لو جاء مال‬

‫البحرين أعطيتك هكذا وهكذا‪ .‬ثالاث قال فأعطاين ‪ .‬قال جابر فلقيت أاب‬

‫بكر بعد ذلك فسألته فلم يعطين مث أتيته فلم يعطين مث أتيته الثالثة فلم يعطين‬

‫فقلت له قدأتيتك فلم تعطين مث أتيتك فلم تعطين مث أتيتك فلم تعطين فإما أن‬

‫تعطيين وإما أن تبخل عين ‪ .‬فقال أقلت تبخل عين ؟ وأي داء أدوأ من‬

‫البخل قاهلا ثالاث ما منعتك من مرة إال وأان أريد أن أعطيك وعن عمرو عن‬

‫‪113‬‬
‫ُممد بن علي مسعت جابر بن عبد هللا يقول جئته فقال يل أبو بكر عدها‬

‫ فوجدهتا مخسمائة فقال خذ مثلها مرتني‬. ‫فعددهتا‬


Terkait dengan pertanyaan bagaimana kualitas para
periwayat yang berada dalam rangkaian sanad tersebut, dapat
diuraikan sebagai berikut.
1. Qutaibah ibn Sa’id ibn Jami>l ibn T{ari>f al-Tsaqafi.
Lahir tahun 150 H dan wafat tahun 240 H. Yahya ibn
Ma’ain dan Abu Hatim mengatakan beliau adalah
tsiqah. Al-Nasa’i megatakan beliau tsiqah, shadu>q, Ibn
Hajar mengatakan tsiqah tsabat. Beliau memiliki
hubungan sebagai guru dari Imam al-Bukhari.191
2. Sufyan bin 'Uyainah bin Abi 'Imran Maimun. Kalangan
Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan. Kuniyah: Abu
Muhammad. Negeri semasa hidup: Kufah. Wafat: 198
H. Ibn Hibban berpendapat beliau hafidz mutqin; al-
Ajli berpendapat tsiqah tsabat; Al-Dzahabi
berpendapat tsiqah tsabat. Beliau memiliki hubungan
sebagai guru dari Qutaibah ibn Sa’id.192

191
Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
Kama>l, VIII, hlm. 335-341.
192
Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
Kama>l, IV, hlm. 264-275.
114
3. Muhammad bin Al Munkadir bin 'Abdullah bin Al
Hudair. Kalangan: Tabi'in kalangan pertengahan.
Kuniyah: Abu 'Abdullah. Negeri semasa hidup:
Madinah Wafat: 131 H. Abu Hatim dan Yahya ibn
Ma’ain berpendapat beliau tsiqah; Ya’qub ibn Syaibah
berpendapat shahihul hadis; Ibn Hajar mengatakan
tsiqah; al-Dzahabi mengatakan imam. Beliau memiliki
hubungan sebagai guru dari Sufyan ibn ‘Uyainah.193
4. Jabir bin 'Abdullah bin 'Amru bin Haram. Kalangan :
Shahabat. Kuniyah : Abu 'Abdullah. Negeri semasa
hidup : Madinah. Wafat : 78 H. Beliau memiliki
hubungan sebagai guru dari Muhammad bin Al
Munkadir.194
Jika diperhatikan dari hubungan guru-murid dari sanad
perawi, jarh wa ta’dil dan simbol al-tahammul wa al-ada’
berupa ‫ حدثنا‬dan ‫ سمع‬dapat disimpulkan hadis di atas
berkualitas shahi>h al-isna>d.
Selain dari Qutaibah, dengan substansi matan yang
sama, Al-Bukha>riy meriwayatkan dari (h}addathana>) ‘Aliy dari

Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-


193

Kama>l, IX, hlm. 359-362.


Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
194

Kama>l, II, hlm. 193-198.


115
(h}addathana>) Sufya>n dari (h}addathana>) Muh}ammad bin al-
Munkadir dari (sami’a) Jabir rad}iya Alla>h ‘anhu dari (qa>la)
Rasu>lulla>h s}alla> Alla>h ‘alaihi wa sallama.195
Muslim meriwayatkan makna yang sama dengan jalur
sanad dari (h}addathana>) ‘Amr al-Na>qid dari (h}addathana>)
Sufya>n bin ‘Uyainah dari (‘an) Ibn al-Munkadir dari (annahu>
sami’a) Ja>bir bin ‘Abdilla>h. Muslim meriwayatkan dari
(h}addathana>) Ish}a>q dari (akhbarana>) Sufya>n dari (‘an) Ibn al-
Munkadir dari (‘an) Ja>bir dari Rasu>lulla>h.
Selain al-Bukha>riy dan Muslim, Ah}mad bin H{anbal
meriwayatkan hadis tersebut dari (h}addathana>) Sufya>n dari
(‘an) Ibn al-Munkadir dari (sami’a) Ja>bir dari (qa>la)
Rasu>lulla>h.
Jika semua jalur periwayatan tersebut dikumpulkan,
baik dari al-Bukha>ri>, Muslim maupun Ah}mad bin H{anbal,
maka dapat disimpulkan bahwa sanad hadis tersebut bermuara
pada Sufya>n bin ‘Uyainah dari Muh}ammad bin al-Munkadir
dari sahabat Ja>bir bin ‘Abdilla>h dari Rasu>lulla>h. Dari sisi
kualitas, Sufya>n (w. 198 H)196, Ibn al-Munkadir (w. 130/131

195
Lihat S{ah}i>h} al-Bukha>riy kita>b Fard} al-Khumus ba>b wa Min al-
Dali>l ‘ala> anna al-Khumus li Nawa>ib al-Muslimi>n.
196
Lihat al-Dhahabiy, Siyar, 8/455.
116
H)197 termasuk periwayat yang terpercaya. Sedangkan J>a>bir
(w. 77/78 H)198 termasuk s}ah}ab> iy yang disepakati keadilannya.

14. Hadis tentang menghinakan diri


199
‫ليس للمؤ من ان يذل نغسه‬

Tidak ada alasan bagi seorang mu’min untuk


mencemarkan/menghinakan dirinya.
Secara makna, hadis ini berkaitan dengan hadis pada
poin ke tujuh, yakni terkait dengan larangan memberatkan diri
dengan beban yang melebihi kemampuan. Diriwayatkan oleh
al-Tirmidhiy dalam kita>b al-Fitan ba>b Ma> Ja>-a fi> al-Nahyi ‘an
Sabbi al-Riya>h}, dan penilaian terhadap hadis ini adalah h}asan
gari>b.200 Sedangkan Muhammad Nas}iruddin al-Alba>ni> menilai
hadis ini s}ah}ih}.201 Redaksi hadisnya adalah:

197
Lihat al-Dhahabiy, Siyar, 5/354.
198
Lihat al-Dhahabiy, Siyar, 3/190—194.
199
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 33.
200
Al-Tirmiz}i, Sunan al-Tirmiz}i, juz 1, hlm. 542. Hadis dinamakan
gari>b karena riwayat tersebut hanya diriwayatkan oleh satu rangkaian
sanad. Lihat: Nuruddin Itr, al-Imam al-Tirmiz}i>, hlm. 196-197.
201
Muhammad Nas}iruddin al-Alba>ni>, Silsilah Ah}a>di>s} al-S}ahi>h}ah
(Riya>d}: Maktabah al-Ma>’ari>f, t.t.), juz 2, hlm. 170. No 613.
117
‫اد ب ُن َسلَ َمةَ َعن َعلِ ِّى ب ِن َزي ٍد‬ ِ
ُ َّ‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد ب ُن بَشَّا ٍر َحدَّثَنَا َعم ُرو ب ُن َعاص ٍم َحدَّثَنَا َْح‬

َ‫ ال‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫اَّلل‬


َّ ‫ول‬ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ال ق‬ ٍ ‫َع ِن احلس ِن َعن جن ُد‬
َ َ‫ب َعن ُح َذي َفةَ ق‬ ُ ََ
َّ ِ ِ ِ ِ
ّ ‫يَن بَغى لل ُمؤم ِن أَن يُذل نَف َسه قالوا وكيف يذل نفسه؟ قال‬
‫يتعرض من البالء ملا ال يطيق‬

Berdasarkan rangkaian sanad yang dikemukakan oleh


al-Tirmidhiy tersebut, keberadaan para periwayatnya dapat
diuraikan sebagai berikut.
1. Muhammad bin Basysyar bin 'Utsman. Kalangan:
Tabi'ul Atba' kalangan tua. Kuniyah: Abu Bakar. Negeri
semasa hidup: Bashrah. Wafat: 252 H. Abu Hatim
mengatakan beliau Shaduuq; An Nasa'i mengatakan
beliau Shalih, la ba`sa bih; Ibnu Hibban menjelaskan
beliau disebutkan dalam 'ats tsiqaat; Ibnu Hajar al
'Asqalani mengatakan tsiqah; Adz Dzahabi mengatakan
hafizh. Beliau memiliki hubungan sebagai guru dari
Imam Tirmidzi.202
2. Amru bin 'Ashim bin 'Ubaidillah bin Al Wazi'.
Kalangan: Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa. Kuniyah:
Abu 'Utsman. Negeri semasa hidup: Bashrah. Wafat:
213 H. Yahya bin Ma'in menyebutnya shalih; An Nasa'i

202
Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
Kama>l, VIII, hlm. 585-587.
118
menyebutnya laisa bihi ba's; Ibnu Hibban mengatakan
beliau disebutkan dalam 'ats tsiqaat; Ibnu Hajar al
'Asqalani berkomentar shaduq, dalam hafalannya ada
sesuatu; Adz Dzahabi berkomentar hafizh. Beliau
memiliki hubungan sebagai guru dari Muhammad bin
Basysyar bin 'Utsman.203
3. Hammad bin Salamah bin Dinar. Kalangan: tabi'ut
tabi'in kalangan pertengahan. Kuniyah: Abu Salamah.
Negeri semasa hidup: Bashrah. Wafat: 167 H. An
Nasa'i, Yahya bin Ma'in, Al 'Ajli, Muhammad bin Sa'd
mengatakannya tsiqah. Beliau memiliki hubungan
sebagai guru dari Amru bin 'Ashim bin 'Ubaidillah bin
Al Wazi'.204
4. Ali bin Zaid bin 'Abdullah bin Jud'an. Kalangan: tabi'in
kalangan biasa. Kuniyah: Abu Al Hasan. Negeri semasa
hidup: Bashrah. Wafat: 131 H. Ahmad bin Hambal, Al
'Ajli, Abu Zur'ah, mengatakannya laisa bi qawi; An
Nasa'i, Yahya bin Ma'in, Muawiyah ibn Shalih, Ibnu
Hajar mengatakannya dla'if. Ya’qub ibn Syaibah
mengatakannya tsiqqah, shalihul hadis. Beliau

Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-


203

Kama>l, VII, hlm. 617-618.


Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
204

Kama>l, III, hlm. 110-117.


119
memiliki hubungan sebagai guru dari Hammad bin
Salamah bin Dinar.205
5. Al Hasan bin Abi Al Hasan Yasar. Kalangan: Tabi'in
kalangan pertengahan. Kuniyah: Abu Sa'id. Negeri
semasa hidup: Bashrah. Wafat: 110 H. Dzamrah ibn
Rabi’ah mengatakannya tsiqqah; Muhammad bin Sa'd
mengatakannya tsiqah ma`mun; Al 'Ajli
mengatakannya tsiqah; Musa ibn Ismail
mengatakannya hasan syaikh ahli Basyrah; Ibnu
Hibban mengatakan beliau disebutkan dalam 'ats
tsiqaat, yudallis. Beliau memiliki hubungan sebagai
guru dari Ali bin Zaid bin 'Abdullah bin Jud'an dan
murid dari Jundub ibn Abdullah ibn Sufyan.206
6. Jundub bin 'Abdullah bin Sufyan. Kalangan: Shahabat.
Kuniyah: Abu 'Abdullah. Negeri semasa hidup: Kufah.
Wafat: 64 H.207
Dilihat dari hubungan guru-murid dari sanad perawi,
jarh wa ta’dil dan simbol tahammul wa al-ada’ ditemukan
perawi Ali bin Zaid bin 'Abdullah bin Jud'an. Mayoritas

Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-


205

Kama>l, VII, hlm. 299-303.


Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
206

Kama>l, II, hlm. 530-545.


Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
207

Kama>l, II, hlm. 303.


120
kritikus hadis menilainya dhaif atau laisa bil qawi. Oleh karena
itu hadis ini dinilai berkwalitas hasan oleh al-Tirmidhiy.
Walaupun demikian, ada Ya’qub ibn Syaibah yang
mengatakannya sebagai tsiqqah, shalihul hadis. Bila mengacu
pada qaidah al-ta’dil muqaddim ‘ala al-jarh maka
dimenangkan pujian ini daripada kritiki negatifnya. Bila
dilihat dari pendapat kedua ini, maka hadis tersebut
berkualitas shahih al-isnad.
Dalam kita>b al-Fitan ba>b Qauluhu> Ta’a>la> Ya> Ayyuha
al-Ladhi>na A<manu> ‘alaikum Anfusakum, Ibn Ma>jah
meriwayatkan dengan jalur periwayatan dari (h}addathana>)
Muh}ammad bin Bashsha>r dari (h}addathana>) ‘Amr bin ‘A<s{im
dari (h}addathana>) H{amma>d bin Salamah dari (‘an) ‘Aliy bin
Zaid dari (‘an) al-H{asan dari (‘an) Jundub dari (‘an) H{udhaifah
dari (qa>la) Rasu>lulla>h s}alla> Alla>h ‘alaihi wa sallama.
َّ ِ ِ ِ ِ
ّ ‫الَ يَن بَغى لل ُمؤم ِن أَن يُذل نَف َسه قالوا وكيف يذل نفسه؟ قال‬
‫يتعرض من‬

‫البالء ملا ال يطيقه‬


Dalam bab Musnad H{udhaifah bin al-Yama>n, Ah}mad
bin H{anbal meriwayatkan dari (h}addathana>) ‘Amr bin ‘A<s}im

121
dari (‘an) H{amma>d bin Salamah dari (‘an) ‘Aliy bin Zaid dan
seterusnya208 dengan redaksi sebagai berikut.

‫ال ينبغي ملسلم أن يذل نفسه قيل وكيف يذل نفسه؟ قال يتعرض من البالء‬

‫ملا ال يطيق‬
15. Hadis tama’
209
‫إايك والطمع فإنه فقر حاضر‬

Hindarilah sikap t}ama’, karena dengan t}ama’ berarti


kefakiran yang hadir.
Nas}iruddin al-Alba>ni> menilai hadis ini da’i>f.210
Tampaknya kedaifannya didasarkan pada penilaian atas
kualitas sanad berikut.

) ‫حديث ( إايك وما يعتذر منه‬

‫العسكري يف األمثال من طريق القعنيب حدثنا ُممد بن أيب ْحيد حدثين‬

‫إمساعيل األنصاري هو ابن ُممد بن سعد بن أيب وقاص عن أبيه عن جده‬

208
Maksudnya adalah seperti halnya silsilah sanad al-Tirmidhiy
dan Ibn Ma>jah, yakni dari al-H{asan dari Jundub dari H{udhaifah dari Nabi.
209
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 33.
210
Nas}iruddin al-Alba>ni>, Da’i>f al-Targi>b wa al-Tarhi>b (Riya>d}:
Maktabah al-Ma>’ari>f, t.t.), juz 1, hlm. 126. No 499.
122
‫أن رجال قال اي رسول هللا أوصين وأوجز فقال ( عليك ابليأس مما يف أيدي‬

‫الناس فإنه الغىن وإايك والطمع فإنه الفقر احلاضر وصل صالتك وأنت مودع‬
211
) ‫وإايك وما يعتذر منه‬
1. Muhammad ibn Abi Humaid atau Abu Ibrahim al-
Madani. Ia kalangan kubbaru atba’ tabi’in. Dalam
Tahdzib al-Kama>l, Imam Bukhari dan Abu Hatim
mengatakan ia adalah munkarul hadis; al-Nasa’i
mengatakan laisa bi tsiqqah; Abu Zur’ah mengatakan
dha’iful hadis. Tidak ditemukan satu ulama kritikus
hadis yang menilainya positif.212
2. Ismail ibn Muhammad ibn Sa’ad ibn Abi Waqqash.
Wafat tahun 134 H. Ia kalangan tali al-wustha al-
tabi’in. Dalam Tahdzib al-Kama>l, Sa’ad ibn Sa’ad ibn
Abi Maryam berkomentar ia adalah tsiqqah, hujjah; al-

Abdurrahman al-Syakhawi, Maqa>sidu al-Hasanah fi Baya>ni


211

Katsi>ri mina al-Hadi>tsi al-Masyhu>rah ‘Ala al-Sinah, juz 1, hlm. 225. No:
275.
Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
212

Kama>l, VIII, hlm. 656-657.


123
Ajiliy, Abu Hatim, al-Nasa’i, Abdurrahman ibn Yusuf
menyatakan ia adalah tsiqqah.213
3. Muhammad ibn Sa’ad ibn Abi Waqqash. Wafat setelah
tahun 80 H. Ia kalangan al-wustha mina al-ta>bi’in.
Dalam Tahdzib al-Kama>l, Zubair ibn Bakar
mengatakan ia tsiqah; Ibn Hibban memasukkannya
dalam kitab al-Tsiqa>t. Dalam tahdzib al-Tahdzib al-
Ajiliy mengatakan ia tsiqqah. Ibn Hajar berpendapat
tsiqqah.214
4. Sa’ad ibn Abi Waqqash. Dalam Tahdzib al-Kama>l
disebutkan, beliau adalah kalangan sahabat yang
bergelar fa>risul Islam. Wafat tahun 55 H.215
Melihat para perawinya ditemukan Muhammad ibn Abi
Humaid atau Abu Ibrahim al-Madani yang dinilai sebagai
munkarul hadis. Dengan demikian hadis ini berkualitas dhaif,
akan tetapi Imam al-Hais}ami dalam Majma’ al-Zawa>id
menilai bahwa hadis ini s{ah}i>h} melalui jalur periwayatan al-
T}abra>ni dengan sedikit perbedaan pada lafal matan hadis.216

213
Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
Kama>l, I, hlm. 503-504.
214
Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
Kama>l, VIII, hlm. 709-710.
215
Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
Kama>l, IV, hlm. 79-81.
216
Al-Hais}ami, Majma’ al-Zawa>id, juz 4, hlm. 257. No: 7129:
124
Demikian Al-H{a>kim al-Naisa>bu>riy menilainya s}ah}i>h
al-isna>d, disebutkan dalam al-Mustadrak, diriwayatkan dari
(h}addathana>) Abu> Bakr Muh}ammad bin Da>wu>d bin Sulaima>n
al-Za>hid dari (h}addathana>) al-H{asan bin Ah}mad bin al-Laith
dari (h}addathana>) ‘Amr bin ‘Uthma>m al-Sawa>q dari
(h}addathana>) Abu> ‘A<mir al-‘Aqdiy dari (h}addathana>)
Muh}ammad bin Abi> H{umaid dari (‘an) Isma>’i>l bin Muh}ammad
bin Sa’d bin Abi> Waqqa>s} dari (‘an) ayahnya (Sa’d) dari (‘an)
kakeknya (Abi> Waqqa>s)} dengan redaksi matan sebagai berikut.

‫ اي رسول هللا أوصين‬:‫جاء رجل إىل النيب صلى هللا عليه وآله وسلم فقال‬

‫ عليك ابإلايس مما يف أيدي‬:‫ فقال له النيب صلى هللا عليه وسلم‬،‫وأوجز‬

‫ وإايك‬،‫وصل صالتك وأنت مودع‬


ّ ،‫ وإايك والطمع فإنه الفقر احلاضر‬،‫الناس‬
"‫وما تعتذر منه‬

‫إذا أردت أن تصلي فأحسن وضوءك مث صل صالة ال ترى أنك تصلى بعدها وإايك‬
‫والطمع فإنه فقر حاضر وعليك ابإلايس فإنه الغىن وإايك وما يعتذر إليه من العمل‬
‫والقول واعمل ما بدا لك‬
125
16. Hadis fakir
217
‫الناس كلهم ىف الفقر خمافة الفقر‬
Karena khawatir fakir (melarat), maka semua manusia
telah menjadi fakir.
Hadis ini tidak ditemukan sumbernya. Akan tetapi,
terkait dengan larangan takut atau khawatir terhadap
kefakiran, ada hadis riwayat Ibn Ma>jah dari (akhbarana>)
‘Abdah dari (anba-ana>) Yazi>d218 dari (anba-ana>) Shu’bah dari
(‘an) ‘A<s}im dari (‘an) Abu> Wa>-il dari (‘an) ‘Abdulla>h dia
bertanya kepada Rasu>lulla>h tentang dosa yang paling besar.
Kemudian Rasu>lulla>h menjawab sebagai berikut.219

‫الشرك أن جتعل هلل ندا وأن تزاين حبليلة جارك وأن تقتل ولدك خمافة‬

‫الفقر أن أيكل معك‬


Syirik, yaitu engkau membuat tandingan bagi Allah,
Engkau berbuat zina dengan istri tetanggamu dan engkau
membunuh anakmu karena takut fakir, takut dia makan
bersamamu

217
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 33.
218
Ibn Ma>jah menyatakan bahwa penyebutan nama Yazid itu
keliru. Yang benar adalah Wa>s}il.
219
Lihat Sunan Ibn Ma>jah kita>b Tah}ri>m al-Damm ba>b Dhikr
A’dzami al-Dhanbi.
126
Dengan redaksi berbeda, namun substansi yang sama,
hadis ini diriwayatkan oleh banyak ulama hadis. Misalnya al-
Tirmidhiy dari (h}addathana>) ‘Abd bin H{umaid dari
(h}addathana>) Sa’i>d bin al-Rabi>’ Abu> Zaid dari (h}addathana>)
Shu’bah dari (‘an) Wa>s}il al-Ah}dab dari (‘an) Abu> Wa>-il dari
‘Abdulla>h dia bertanya kepada Rasu>lullah tentang dosa yang
paling besar. Rasu>lulla>h kemudian menjawab.220

‫أن جتعل هلل ندا وهو خلقك وأن تقتل ولدك من أجل أن أيكل معك أو‬

.‫من طعامك وأن تزين حبليلة جارك‬


Selanjutnya, Rasu>lulla>h membacakan ayat 68 dari
Surat al-Furqa>n
Ah}mad bin H{anbal meriwayatkan hadis yang semakna
dalam Musnad ‘Abdulla>h bin Mas’u>d Radiya Alla>h ‘alaihi wa
sallama. Diriwayatkan dari (h}addathana>) Muh}ammad bin
Ja’far dari (h}addathana>) Shu’bah dari (‘an) Wa>s}il al-Ah}dab
dari (‘an) Abu> Wa>-il dari (‘an) ‘Abdulla>h dia bertanya kepada
Rasu>lulla>h tentang doa yang paling besar kemudian beliau
menjawab.221

220
Lihat Sunan al-Tirmidhiy kita>b Tafsi>r al-Qur’a>n ‘an Rasu>lilla>h
ba>b wa min Su>rat al-Furqa>n.
221
Lihat dalam Musnad Ahmad bin H{anbal Musnad al-Mukthiri>n
min al-S{ah}a>bah Musnad ‘Abdulla>h bin Mas’u>d Radiya Alla>h Ta’a>la ‘Anhu.
127
‫أن جتعل هلل ندا وهو خلقك وأن تزاين حبليلة جارك وأن تقتل ولدك أجل أن‬

.‫أيكل معك أو أيكل طعامك‬


Dengan substansi yang sama, al-Bukha>riy, Muslim,
Abu> Da>wu>d, dan al-Nasa>-iy meriwayatkan hadis tersebut
dengan rangkaian sanad yang berujung pada sahabat ‘Abdulla>h
bin Mas’ud.

17. Hadis rizki bagi orang yang mencari ilmu


222
‫من تفقه ىف دين هللا كفاه هللا مهه ورزقه من حيث ال حيتسب‬
Seseorang yang mempelajari agama Allah swt, niscaya
akan dicukupi kebutuhannya dan diberikan rizki dari hal yang
tiada terduga.
Hadis ini diriwayatkan dalam Syarah Musnad Abu
Hanifah, dimana dalam kitab tersebut nama sahabat perawi ini
bukan Abdullah bin H}asan, tetapi Abdullah bin H}aris. Imam
Abu Hanifah mendengar langsung hadis ini dari Ibn al-H}aris di
dalam Masjidil Haram tahun 96 H.223

222
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 34.
223
Al-Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim, hlm. 100; Jala>luddi>n al-
Suyu>t}i>, Jam’ al-Jawa>mi’ (t.p: Multaqa Ahl al-H}adi>s,} t.t.), juz 1, hlm.
22448. No 4547.
128
‫عبد هللا بن جعفر الرازي أبوعلي اإلمام من أصحاب ُممد بن مساعة روى‬

‫عن أيب يوسف مسعت أاب حنيفة يقول حججت مع أيب سنة ثالث وتسعني‬

‫ويل ست عشرة سنة فإذا شيخ قد اجتمع عليه الناس فقلت أليب من هذا‬

‫الشيخ فقال هذا رجل قد صحب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقال له‬

‫عبد هللا بن احلارث بن جزء قلت أليب فأي شيء عنده قال أحاديث مسعها‬

‫من رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فقلت أليب قدمين إليه حىت امسع منه‬

‫فتقدمت بني يديه وجعل يفرج الناس حىت دنوت منه فسمعته يقول قال‬

‫رسول هللا صلى هللا عليه وآله وسلم من تفقه ىف دين هللا كفاه هللا مهه ورزقه‬

‫من ح يث ال حيتسب فقال أبو عمر بن عبد الرب أخربت عن أيب يعقوب‬

‫يوسف بن أْحد الصيدالين املكي حدثنا أبو جعفر ُممد بن عمرو بن موسى‬

‫العقيلي حدثنا أبو علي عبد هللا بن جعفر الرازي فذكره وقال أبو عمر ذكر‬

‫ُممد بن سعد كاتب الواقدي أن أاب حنيفة رأي أنس بن مالك وعبد هللا بن‬

‫احلارث بن جزء الزبيدي هكذا ذكره وسكت عنه‬

‫‪129‬‬
Para periwayatnya dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Al-Qadzi Abu Yusuf Ya’qub ibn Ibrahim al-Anshari.
Dalam kitab Siyaru A’alami al-Nubala dijelaskan
bahwa beliau adalah al-imam, al-mujtahid, al-
muhaddits, al-alla>mah, qa>dhi al-qudha>h.224
2. Al-Nu’man ibn Tsabit al-Taimiy Abu Hanifah. Ia
kalangan asghar al-tabi’in. lahir 80 H, dan wafat 150 H
di Baghdad. Dalam Tahdzi>b al-Kama>l, Muhammad ibn
Sa’ad al-Aufi mengatakan beliau adalah tsiqqatul
hadis; Shalih Muhammad al-Asadi al-Hafidz dari
Yahya ibn Ma’in mengatakan ia tsiqqah fil hadis;
Ahmad ibn Muhammad ibn Qasim dari Yahya ibn
Ma’ain mengatakan ka>na Abu Hani>fah la ba’sa bih.
Beliau memiliki hubungan sebagai guru dari Al-Qadzi
Abu Yusuf Ya’qub ibn Ibrahim al-Anshari.225
3. Abdullah ibn Ha>rits ibn Juz’in ibn Abdullah ibn
Ma’diy Kurab al-Zabidiy. Dalam Tahdzib al-Kamal,

224
Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad ibn Ahmad ibn Utsman
ibn Qaumaz al-Dzahabi, Siyaru ‘Alam al-Nubala (Beirut: Muassisah al-
Risa>lah, 1985), VIII. hlm. 535.
225
Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
Kama>l, X, hlm. 309-322.
130
disebutkan ia adalah kalangan sahabat. Wafat tahun
85/ 86/ 87/ 88 di Mesir.226
Melihat hadis di atas, Al-Qadzi Abu Yusuf mendengar
langsung dari Abu Hanifah. Abu Hanifah mendengar langsung
dari Abdullah ibn Harits. Ketiga perawi ini para kritikus hadis
tidak menyatakan cacat pada mereka. Dari segi hubungan
guru-murid, dalam tahdzibul kamal tidak disebutkan bahwa
Abu Hanifah adalah murid Abdullah ibn Harits, dan demikian
sebaliknya, Abu Hanifah dinyatakan tidak meriwayatkan hadis
dari Abdullah ibn Harits.
Hal ini memang karena waktu itu Abu Hanifah hanya
mendengarkan ketika sekumpulan orang sedang mendengarkan
hadis dari Abdullah ibn Harits waktu haji. Namun bila diteliti
dari sisi jarh wa ta’dil, tidak mungkin Abu Hanifah berbohong
dengan apa yang disampaikannya. Dari analisa tahammul wal
ada, simbol yang digunakan adalah ‫مسع‬, yang menandakan

adanya persambungan sanad. Dengan demikian hadis ini bisa


dikategorikan shahihul isnad.

Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-


226

Kama>l, V, hlm. 291-292.


131
18. Hadis mencari kecukupan hidup
227
‫إن من الذنوب ذنواب ال يكفرها اال هم املعيشة‬

Sesungguhnya ada di antara dosa-dosa yang tidak


dapat dilebur kecuali dengan keprihatinan dalam mencari
nafkah.
Hadis ini diriwayatkan dalam Mu’jam al-Ausat} karya
al-T{abra>niy (w. 360 H) ba>b al-Alif- Man Ismuhu> Ah}mad
nomor hadis 102.228 Diriwayatkan dari (h}addathana>) Ah}mad
bin Yah}ya> bin Kha>lid dari (na>) Muh}ammad bin Sala>m al-
Mis}riy dari (na>) Yah}ya> bin ‘Abdilla>h bin Bukair dari (‘na>)
Ma>lik bin Anas dari (na>) Muh}ammad bin ‘Amr dari (‘an) Abi>
Salamah dari (‘an) Abu> Hurairah dari (qa>la) Rasu>lulla>h s}alla>
Alla>h ‘alaihi wa sallama.

‫إن من الذنوب ذنواب ال يكفرها الصالة وال الصيام وال احلج وال العمرة قالوا‬

‫فما يكفرها اي رسول هللا قال اهلموم يف طلب املعيشة‬


Dalam rangkaian sanad tersebut Ah}mad bin Yah}ya>
disebut oleh al-Mizziy dengan majhu>l al-h}a>l (tidak diketahui
keadaannya). Muh}ammad bin Sala>m dinilai dengan munkar al-

Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 35.


227

Abu al-Qa>sim Sulaiman bin Ah}mad al-T}abra>ni>, Mujam al-


228

Ausat} (al-Qa>hirah: Da>r al-Haramain, t.t.), juz 1, hlm. 38.


132
h}adi>th. Yah}ya> bin ‘Abdilla>h dinilai yuktabu h}adi>thuhu wa la>
yuhtajju bihi (hadisnya ditulis, tapi tidak dijadikan hujjah), al-
Nasa>-iy menilainya d}a’i>f atau laisa bi thiqah, tetapi Ibn
H{ibba>n menilainya thiqah.229
Sedangkan Ma>lik bin Anas dan Mu}hammad bin ‘Amr
dan Abu> Salamah merupakan para periwayat yang terpercaya.
Demikian Abu> Hurairah, termasuk s}ah}ab> iy yang disepakati
keadilannya. Dari sisi sanad, banyak yang
mempermasalahkannya, sehingga menurut al-Iraqi dalam al-
Mughni> sanad hadis ini da’i>f.230 Lebih dari itu, al-Hais}ami
dalam Majma’ al-Zawa>id menilai hadis ini maud}u>’231.

19. Hadis Tentang Berbaik Sangka


232
‫ظنوا ابملؤمنني خريا‬
Berprasangka baiklah terhadap orang-orang mu’min.
Redaksi hadis seperti di atas tidak ditemukan. Akan
tetapi dari sisi maknanya, berkaitan dengan Al-Qur’an Surat
al-Fath ayat 12, tentang ancaman kebinasaan untuk orang-

229
Lihat al-Mizziy, Tahdhi>b al-Kama>l, 10/712.
230
Al-Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim, hlm. 102.
231
Al-Hais}ami, Majma’ al-Zawa>id, juz 4, hlm. 75. No. 6239;
Jalaluddin al-Suyut}i, Jam’ al-Jawa>mi’, juz 1, hlm. 8041. No 1828.
232
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 37.
133
orang yang berprasangka buruk kepada Rasu>lulla>h dan orang-
orang beriman. Makna hadis tersebut berkaitan dengan hadis-
hadis tentang perintah menjauhi prasangka, karena prasangka
merupakan ucapan yang paling dusta.233

‫اد ب ُن َسلَ َمةَ َعن ُُمَ َّم ِد ب ِن َو ِاس ٍع َعن ُشتَ ِري ب ِن َهنَا ٍر‬
ُ َّ‫ال َحدَّثَنَا َْح‬
َ َ‫َحدَّثَنَا َعفَّا ُن ق‬

‫ال ُحس ُن الظَّ ِّن ِمن ُحس ِن‬


َ َ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ َّ ‫َعن أَِيب ُهَري َرةَ أ‬
َ ‫اَّلل‬ َ ‫َن َر ُس‬
234ِ
‫العِبَ َادة‬
Telah menceritakan kepada kami 'Affan telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari
Muhammad bin Wasi' dari Syutair bin Nahar dari Abu
Hurairah, dia berkata; Sesungguhnya Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Berbaik sangka merupakan
bentuk ibadah yang baik."
Secara rinci, keberadaan para periwayatnya dapat
diuraikan sebagai berikut.

233
Lihat dalam S{ah}i>h} al-Bukha>riy kita>b al-Fara>-id} ba>b Ta’li>m al-
Fara>-id}; S{ah}i>h} Muslim kita>b al-Birr wa al-S{illah wa al-Adab ba>b Tah}ri>m
al-Dzann wa al-Tajassus wa al-Tana>fus wa al-Tana>jush wa Nah}wi>ha;
Sunan Abi> Da>wu>d kita>b al-Adab ba>b fi> al-Dzann; Sunan al-Tirmidhiy kita>b
al-Birr wa al-S{illah ba>b Ma> Ja>-a fi Dzann al-Sau>’; Musnad Ah}mad kita>b
Ba>qi> Musnad al-Mukthiri>n ba>b Musnad Abi> Hurairah: Muwat}t}a Ma>lik
kita>b al-Ja>mi’ ba>b Ma> Ja>-a fi> al-Muha>jarah.
234
Ahmad ibn Hanbal, Musnad Imam Ahmad ibn Hanbal (Turki:
Muassisah al-Risalah, 2001), XV, hlm. 160.
134
1. Affan bin Muslim bin 'Abdullah. Kalangan: tabi'ul
atba' kalangan tua. Kuniyah: Abu 'Utsman. Negeri
semasa hidup: Baghdad. Wafat: 219 H. al-Ajily
mengatakannya tsiqqah, tsabat, shahibu al-sunnah;
Ibnu Hajar mengatakannya tsiqah tsabat; Adz Dzahabi
mengatakannya hafizh; Ibnu Sa’ad berkomentar tsiqah.
Beliau memiliki hubungan sebagai guru dari Ahmad
ibn Hanbal.235
2. Hammad bin Salamah bin Dinar. Kalangan: tabi'ut
tabi'in kalangan pertengahan. Kuniyah: Abu Salamah.
Negeri semasa hidup: Bashrah. Wafat: 167 H. An
Nasa'i, Yahya bin Ma'in, Al 'Ajli, Muhammad bin Sa'd
mengatakan beliau tsiqqah. Beliau memiliki hubungan
sebagai guru dari Affan bin Muslim bin 'Abdullah.236
3. Muhammad bin Wasi' bin Jabir bin Al Akhnas.
Kalangan: tabi'in (tidak jumpa Shahabat). Kuniyah:
Abu Bakar. Negeri semasa hidup: Bashrah. Wafat: 123
H. Al 'Ajli, Ad Daruquthni mengatakan ia tsiqah ahli
ibadah; Ibnu Hibban mengatakannya disebutkan dalam

Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-


235

Kama>l, VII, hlm. 177-183.


Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
236

Kama>l, III, hlm. 110-117.


135
'ats tsiqaat; Ibnu Hajar al 'Asqalani, Adz Dzahabi
mengatakannya tsiqah. Beliau memiliki hubungan
sebagai guru dari Hammad bin Salamah bin Dinar.237
4. Syutair bin Nahar. Kalangan: tabi'in kalangan
pertengahan. Negeri semasa hidup: Bashrah. Ibn
Hibban berpendapat ia tsiqqah. Beliau memiliki
hubungan sebagai guru dari Muhammad bin Wasi' bin
Jabir bin Al Akhnas.238
Abdur Rahman bin Shakhr. Kalangan: Shahabat.
Kuniyah: Abu Hurairah. Negeri semasa hidup:
Madinah. Wafat: 57 H. Beliau memiliki hubungan
sebagai guru dari Syutair bin Nahar.239
Hadis ini hanya ada satu jalur dari Syutair dari Abu
Hurairah. Imam Bukhari dari Muhammad ibn Bassar, dari
Abdurrahman ibn Mahdi mengatakan, tidak ada seorangpun
yang menyebutkan Syutair ibn Nahar kecuali Hammad ibn
Salamah.

Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-


237

Kama>l, VII, hlm. 391-393.


Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
238

Kama>l, IV, hlm. 540.


Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
239

Kama>l, XI, hlm. 577-581.


136
‫‪Ada redaksi dari Sunan Abi> Da>wud kita>b al-Adab ba>b‬‬
‫‪fi> H{usni al-Dzann, dengan redaksi sanad dan matan sebagai‬‬
‫‪berikut240‬‬

‫َعن ُم َهنَّا‬ ‫اد ح َو َحدَّثَنَا نَص ُر ب ُن َعلِ ٍّى‬


‫يل َحدَّثَنَا َْحَّ ٌ‬ ‫ِ ِ‬
‫وسى ب ُن إمسَاع َ‬
‫َحدَّثَنَا ُم َ‬
‫ال أَبُو َد ُاوَد َوَمل أَف َهمهُ ِمنهُ َجيِّ ًدا َعن َْحَّ ِاد ب ِن َسلَ َمةَ َعن ُُمَ َّم ِد ب ِن‬
‫أَِِب ِشب ٍل قَ َ‬
‫ال نَصر َعن رس ِ‬
‫ول‬ ‫َُ‬ ‫َو ِاس ٍع َعن ُشتَ ٍري قَ َ‬
‫ال نَصٌر ‪ :‬اب ِن َهنَّا ٍر َعن أَِِب ُهَري َرَة قَ َ ٌ‬
‫ال ُحس ُن الظَّ ِّن ِمن ُحس ِن العِبَ َاد ِة‬
‫اَّللِ صلى هللا عليه وسلم قَ َ‬
‫َّ‬
‫‪Berbaik sangka termasuk bagian‬‬ ‫‪dari‬‬
‫‪bagusnya ibadah.‬‬

‫‪20. Hadis menulis ilmu‬‬

‫ومسعت عن شيخ اإلمام األديب األستاذ زين اإلسالم املعروف ابألديب‬

‫املختار يقول‪ :‬قال هالل بن يسار‪ :‬رأيت النب صلى هللا عليه وسلم يقول‬

‫ألصحابه شيئا من العلم واحلكمة‪ ،‬فقلت اي رسول هللا أعد ىل ما قلت هلم‪،‬‬

‫‪240‬‬
‫‪Abi> Da>wud, Sunan Abi> Da>wud, juz 2, hlm 487.‬‬
‫‪137‬‬
:‫ فقال النب عليه السالم‬،‫ ما معى ُمربة‬:‫ هل معك ُمربة؟ فقلت‬:‫فقال ىل‬
241
‫ايهالل ال تفارق احملربة ألن اْلري فيها وىف أهلها إىل يوم القيامة‬
Ya Hila>l, jangan pernah kamu berpisah dari bolpoin,
karena sampai hari kiamat kebaikan selalu terletak pada
bolpoin dan orang yang membawanya.
Redaksi hadis seperti di atas tidak ditemukan.

21. Hadis tentang wara’

‫ من مل يتورع ىف تعلمه ابتاله هللا‬:‫عن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أنه قال‬

‫ أو يبتليه‬،‫ أو يوقعه ىف الرساتيق‬،‫ إما أن مييته ىف شبابه‬:‫أبحد ثالثة أشياء‬


242
‫خبدمة السلطان‬
Seorang yang tidak berbuat wara’ ketika belajar, maka
Allah akan memberinya cobaan salah satu dari tiga macam:
dimatikan dalam usia muda, ditempatkan di tengah komunitas
orang bodoh, atau dijadikan abdi penguasa.
Hadis ini tidak ditemukan asalnya. Hadis ini belum
jelas berasal dari Rasulullah saw, sebab jika diteliti dari

Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 38.


241

brahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 39.


242

138
susunan bahasanya hadis ini tidaklah sesuai dengan perkataan
Nabi saw yang memiliki Jawa>mi’ al-Kalim.

22. Hadis keutamaan membaca al-Qur’an


243
‫افضل عبادة أمىت قراءة القرآن نظرا‬
Amal ibadah umatku yang paling utama adalah
membaca al-Qur’an dengan cara menyimak.
Hadis ini diriwayatkan dalam Ja>mi’ al-S}agi>r. Menurut
Muhammad Nas}iruddin al-Alba>ni> hadis ini berkualitas da’i>f.244

23. Hadis tentang qodar

‫ال يرد القدر إال الدعاء وال يزيد يف العمر إال الرب فإن الرجل ليحرم‬
245
‫الرزق ابلذنب يصيبه‬

243
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 41.
244
Muhammad Nas}iruddin al-Alba>ni>, S}ah}i>h} wa D}a’i>f al-Ja>mi’ al-
S}a>gi>r wa Ziya>datuh (t.k. al-Maktab al-Isla>mi>, t.t.), juz 1, hlm. 298.
Program al-Maktabah al-Syamilah. Hadis ini diriwayatkan oleh Makhul
dari Ubadah bin S}a>mit. Imam al-Nawawi menyatakan bahwa membaca al-
Qur’a>n dengan cara menyimak lebih utama dibanding dengan hafalan
diluar kepala (Lihat karya Imam al-Nawawi, dalam kitab al-Tibya>n dan al-
Az}ka>r), demikian pendapat masyhur dari ulama salaf dan kalangan ulama
bermaz}hab Syafi’i. Lihat al-Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim, hlm. 129;
Zainuddin Abdurra’u>f al-Mana>wi>, Taisi>r bi Syarh} al-Ja>mi’ al-S}a>gi>r (Riya>d}:
Maktabah al-Imam al-Syafi’i, 1988), juz 1, hlm. 380.
245
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 43.
139
Tidak ada yang dapat merubah takdir kecuali do’a,
tidak ada yang dapat menambah umur selain berbuat bakti,
dan sesungguhnya rizki seseorang menjadi tertutup karena
dosa yang dilakukannya.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Hakim no
1768246 dengan redaksi:

‫ ثنا أبو حات ُممد بن‬، ‫ هبمدان‬، ‫أخربان عبد الرْحن بن ْحدان اْلالب‬

‫ وأخربان أبو بكر بن أيب نصر الدرابردي‬، ‫ ثنا قبيصة بن عقبة‬، ‫إدريس الرازي‬

‫ عن‬، ‫ ثنا سفيان الثوري‬: ‫ قاال‬، ‫ ثنا أبو حذيفة‬، ‫ ثنا ُممد بن غالب‬، ‫مبرو‬

‫ عن ثوابن رضي هللا عنه‬، ‫ عن عبد هللا بن أيب اْلعد‬، ‫عبد هللا بن عيسى‬

‫ ال يرد القدر إال الدعاء وال يزيد‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫قال‬

‫يف العمر إال الرب وإن الرجل ليحرم الرزق ابلذنب يصيبه‬
Hadis ini bisa dikategorikan s}ah}i>h} al-isna>d. Secara
rinci, hasil penelitian sanad dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Abdur Razzaq bin Hammam bin Nafi'. Kalangan: Tabi'ut
Tabi'in kalangan biasa. Kuniyah: Abu Bakar. Negeri

246Abu ‘Abdillah al-H}a>kim al-Naisa>bu>ri, al-Mustadrak ‘ala al-


S}ah}ih}ain li al-H}a>kim (Ja>mi’ al-H}adi>s: t.p, t.t.), juz 4, hlm. 361. Hadis ini
berkualitas s}ah}i>h}.
140
semasa hidup: Yaman. Wafat: 211 H. Abu Daud, Al 'Ajli,
Ibnu Hibban mengatakan ia tsiqah; An Nasa'i mengatakan
tsabat; Ya'kub bin Syaibah mengatakan tsiqah tsabat.
Beliau memiliki hubungan sebagai guru dari Ahmad ibn
Hanbal.247
2. Sufyan bin Sa'id bin Masruq. Kalangan : Tabi'ut Tabi'in
kalangan tua. Kuniyah : Abu 'Abdullah. Negeri semasa
hidup : Kufah. Wafat : 161 H. Syu’bah, Sufyan ibn
Uyainah, Abu ‘Ashim al-Nabil, Yahya ibn Ma’in
mengatakannya amirul mukminin fil hadis. Malik bin anas,
Yahya bin Ma'in mengatakan tsiqah; Ibnu Hajar al
'Asqalani tsiqah hafidz faqih; Ibnu Hibban termasuk dari
para huffad mutqin. Beliau memiliki hubungan sebagai
guru dari Abdur Razzaq bin Hammam bin Nafi' dan
sebagai murid dari Abdullah ibn ‘Isa ibn Abdurrahman ibn
Abi Laila.248
3. Abdullah bin 'Isa bin 'Abdur Rahman bin Abi Laila.
Kalangan: tabi'in (tidak jumpa Shahabat). Kuniyah: Abu
Muhammad. Negeri semasa hidup: Kufah. Wafat: 135 H.
Yahya bin Ma'in, Ibnu Hibban, Al 'Ajli, Ibnu Hajar, Adz

Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-


247

Kama>l, VI, hlm. 323-327.


Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
248

Kama>l, IV, hlm. 253-261.


141
Dzahabi tsiqah; Abu Hatim shalih; An Nasa'i tsiqah
tsabat.249
4. Abdullah bin Abi Al Ja'di. Kalangan: tabi'in kalangan
biasa. Ibnu Hibban menyatakan disebutkan dalam 'ats
tsiqaat. Beliau memiliki hubungan sebagai guru dari
Abdullah bin 'Isa bin 'Abdur Rahman bin Abi Laila dan
sebagai murid dari Tsauban bin Bajdad.250
5. Tsauban bin Bajdad. Kalangan: Shahabat. Kuniyah: Abu
'Abdullah. Negeri semasa hidup: antara Makkah dan
Yaman. Ada yang mengatakan beliau dari Humair. Wafat:
44 H.251
Melihat hubungan guru-murid dari sanad perawi, jarh
wa ta’dil dan simbol tahammul wa al-ada’ berupa ‫ حدثنا‬dan ‫عن‬

yang disandarkan pada perawi tsiqqah, dapat disimpulkan


hadis di atas berkualitas shahi>h al-isna>d.

Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-


249

Kama>l, V, hlm. 533-534.


Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
250

Kama>l, V, hlm. 279-280.


Jamaluddin Yusuf ibn Abdurrahman al-Mi>ziy, Tahdzi>bu al-
251

Kama>l, II, hlm. 178-179.


142
24. Hadis tentang sedekah
252
‫استنزلوا الرزق ابلصدقة‬

Datangkanlah rizki dengan sedekah.


Hadis ini terdapat dalam Jam’ al-Jawa>mi’ no 91. al-
Z}ahabi dalam al-D}u’afa>’ menilai sulaiman bin Amr al-Nakha’i
sebagai perawi yang terkenal dusta.253 Hadis ini dinilai da’i>f
oleh al-Alba>ni>.254 Dalam kitab Dzahiratu al-Huffa>dz
disebutkan:
‫ عن‬، ‫ عن ابن شهاب‬، ‫ عن مالك‬: ‫ رواه حبيب كاتب مالك‬. ‫استنزلوا الرزق ابلصدقة‬
255
‫ وحبيب كذاب‬. ‫ عن أبيه‬، ‫ُممد بن جبري بن مطعم‬

252
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 44.
253
Jalaluddin al-Suyut}i, Jam’ al-Jawa>mi’, juz 1, hlm. 3635.
254
Muhammad Nas}iruddin al-Alba>ni>, S}ah}i>h} wa D}a’i>f al-Ja>mi’ al-
S}a>gi>r, juz 5, hlm. 289. No1842.
255
Muhammad ibn Thahir al-Maqdisi, Dzahiratu al-Huffa>dz
(Riyadh: Da>r al-Salaf, 1996), I, hlm. 399.
143
BAB IV
RELEVANSI HADIS-HADIS TA'LIM AL-MUTA'ALLIM
DI ERA KEKINIAN
Dalam penelitian terhadap hadis, sering kali
ditemukan hadis yang berkualitas s}ah}i>h{ dengan pemahaman
tekstual yang tidak dapat ditemukan contennya, sehingga
harus digunakan pendekatan kontekstual, sehingga untuk era
millenial seperti saat ini bagi penulis relevansi suatu hadis
perlu ditinjau secara komprehensif sebagaimana kajian-kajian
hadis yang telah dilakukan oleh ulama muta'akhirin/kholaf256
yang menekankan kepada kajian matan.
1. Hadis tentang kewajiban mencari ilmu
Ilmu yang diwajibkan dicari bagi setiap muslim adalah
asas yang sangat penting di dalam kehidupan. Hal ini
sebagaimana pepatah yang berbunyi: “Hidup dengan ilmu
akan menjadi mudah, hidup dengan seni akan menjadi indah,
hidup dengan agama akan menjadi terarah dan berkah.”
Apabila seorang memasak tanpa mengatahui resep, maka
rasanya akan kurang sedap. Orang berkendaraan demikian,
apabila belum menguasai teori serta aplikasinya, medan, maka

256
Ulama' mutaqoddimin/salaf cenderung menghabiskan waktu
mereka untuk meneliti sanad hadis.
144
kendaraannya akan sering ke bengkel atau berpotensi
mengalami kecelakaan.
Dalam hadis terdapat kata fari>d}atun, ada tambahan
huruf ta’ marbut}ah yang dalam kaidah gramatika bahasa arab
(baca: Ilmu Nah}wu) memiliki arti muba>lagah (sangat).
Allah swt berfirman dalam surat al-Taubah ayat 122:
ِ ِ ٍِ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫َوَما َكا َن ال ُمؤمنُو َن ليَ نف ُروا َكافَّةً فَلَوَال نَ َفَر من ُك ِّل فرقَة من ُهم طَائ َفةٌ ليَ تَ َفق‬
‫َّهوا‬

‫ِيف ال ِّدي ِن َولِيُ ن ِذ ُروا قَوَم ُهم إِذَا َر َجعُوا إِلَي ِهم لَ َعلَّ ُهم َحي َذ ُرو َن‬
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya
(ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa mendalami agama
atau tafaqquh fi al-Di>n (belajar agama secara komprehensif
dan detail, seperti di Pondok Pesantren atau di Sekolah,
Madrasah sampai di Institusi Agama Islam) hukumnya fard}u
kifayah.257

Yunahar Ilyas, Cakrawala al-Qur’an: Tafsir Tematis tentang


257

Berbagai Aspek Kehidupan (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2009), hlm. 24.


145
Asbaab al-Nuzul ayat di atas adalah pada saat
berperang. Akan tetapi ayat tersebut berlaku universal258
untuk umat Islam. Sedangkan mencari ilmu astronomi, untuk
perkiraan gerhana, baik bulan maupun matahari, untuk
menetapkan hari raya adalah kewajiban bagi sebagian

258
Al-Qur'an Sholihun li kulli zaman wa makan; al-Qur'an
senantiasa relevan pada setiap waktu dan tempat. Hadis demikian adanya,
senantiasa relevan disetiap kesempatan. Pertanyaannya kenapa terkadang
seakan" beberapa" hadis seakan musykil? Sedangkan Rasulullah saw adalah
seorang Nabi yang tidak berkata kecuali dari wahyu yang diwahyukan
kepadanya sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Najm ayat 3-4:
ِ
َ ُ‫َوَما يَنط ُق َع ِن اهلََوى إِن ُه َو إَِّال َوح ٌي ي‬
‫وحى‬
Rasulullah sungguh telah diberikan anugrah yang monumental oleh Allah
swt, diantaranya yakni jawaami' al-Kalam; perkataan yang singkat, tepat
dan padat, sehingga "sebagian" yang tidak secara cermat, teliti, mendetail
serta komprehensif (hanya secara parsial) atau tidak menggunakan berbagai
macam pendekatan (konteks sosio historis/asbaab al-Nuzul, gramatikal
arab/nahwu sharaf, sosiologis, antropologis, lokal, temporal, tekstual dan
kontekstual serta berbagai metode lainnya, yakni dengan
muqobalah/comparative) untuk memahami perkataan beliau niscaya
memahaminya dengan pemaknaan yang tidak sesuai dengan yang
dikehendaki oleh rasulullah saw. Oleh karenanya sering ditemukan
"sebagian" muslimin yang cenderung mengatakan bahwa pendapat dia
adalah yang paling benar, selain pendapatnya adalah salah sehingga jika
berbeda tempatnya adalah neraka dan halal darahnya. Wal-Iyyadzu billah.
Ini bukanlah akhlak salafus sholih. Imam Syafi'i ketika selesai berziarah ke
makam Imam Abu Hanifah/Nu'man bin Tsabit dan menjadi imam shalat
subuh tidak menggunakan qunut karena menghormati Imam Abu Hanifah.
Konsep dari ulama yang simple adalah apabila semakin tinggi ilmu seorang
Muslin, niscaya dia akan semakin menghargai adanya perbedaan pendapat.
Hal ini disampaikan oleh guru besar penulis: Prof. DR. KH. Suryadi, M. Ag
(rohimahullah) dan Prof. DR. KH. Abdul Mustaqim, M. Ag dalam
perkuliahan baik ketika menempuh pendidikan S1 dan S2 di UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Nafa'anaallah bi 'uluumihim wa bi barokaatihim,
amin.
146
Muslim. Demikian untuk menempuh jenjang pendidikan prodi
Dokter adalah wajib bagi sebagian Muslim. Hal yang sama
berlaku pada ilmu agama, dalam mempelajari ilmu agama
merupakan kewajiban yang hanya diperuntukkan bagi
sebagian Muslim, dikarenakan ulama atau kiai atau figur
agama akan senantiasa dibutuhkan oleh masyarakat, dimana
peran mereka adalah memberikan siraman rohani atau
mengobati hati.
Hal yang wajib bagi seorang Muslim adalah
mempelajari ilmu agama yang bersifat dasar, yakni ilmu
tauhid, ilmu tata cara s}alat, puasa, zakat, membaca al-Qur’an
sesuai tajwid, dan sebagainya. Sedangkan ilmu-ilmu
keagamaan yang mendetail seperti mempelajari rangkaian
sanad dan matan hadis, mempelajari rangkaian susunan makna
kata atau substansi di dalam al-Qur’an itu hanyalah wajib bagi
sebagian orang. Hal ini dikarenakan bahwa untuk mengetahui
al-Qur’an dan hadis, seorang Muslim harus menguasai
berbagai dimensi ilmu, seperti Bahasa Arab, ‘Ulum al-Qur’an,
‘Ulum al-Hadis, Us}ul al-Fiqh, dan lain sebagainya. Sedangkan
suatu upaya "memaksakan diri" untuk memahami Islam
langsung dari sumbernya tanpa penguasaan ilmu-ilmu alat

147
seperti di atas dapat menimbulkan pemahaman yang salah
bahkan sesat dan menyesatkan.259
Meskiipun demikian sebagaimana pemaparan di atas,
ulama' sepakat bahwa awwalu waajibin 'ala kulli mukallafin
ma'rifatul Ilaah; perkara yang harus dipelajari oleh seorang
mukallaf (orang yang berkewajiban untuk menjalankan
kewajiban syari'at) adalah ma'rifat/mengenal Allah swt. Hal
ini sebagaimana telah diajarkan oleh baginda rasulillah saw
ketika memulai ajaran keimanan sebelum belajar al-Qur'an
sehingga ketika dibacakan ayat-ayat al-Qur'an niscaya
bertambah keimanan para sahabat Rasulullah saw.260

Yunahar Ilyas, Cakrawala al-Qur’an, hlm. 25. Hal tersebut telah


259

dipaparkan kepada Rasulullah pada saat beliau isra' mi'raj, yakni beliau
melihat sekelompok komunitas yang dipotong lidahnya kemudian Allah
kembalikan lidah mereka seperti sediakala, mereka adalah orang-orang
yang ahli pidato, mereka sering memerintahkan kebaikan, akan tetapi
mereka tidak menjalankan dan mereka seringkali melarang keburukan, akan
tetapi tidak mereka kerjakan Hal ini telah dijelaskan bahwa di akhir zaman
didominasi oleh khutoba' bukan 'ulama. Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali
menyebut komunitas tersebut sebagai 'ulama su'/ulama fitnah, yakni orang-
orang yang dalam dakwahnya senantiasa menjual agama dengan harta
dunia, selain mendiskreditkan kelompok lain dengan tuduhan tidak ada
dalilnya, bid'ah, sesat, kafir (al-Mukaffirun). Sehingga disebutkan keadaan
mereka di akhirat kelak: laa yamutu fiiha wa laa yahya; mereka tidak hidup
dan tidak mati di dalam api neraka.
260
Diriwayatkan dalam Sunan al-Baihaqi No hadis 5498:
‫يع‬ِ ٍ
ٌ ‫ني ب ُن ُحَريث َحدَّثَنَا َوك‬
ُ ‫وب أَخ َربََان احلُ َس‬ َ ‫ظ أَخ َربََان أَبُو بَك ِر ب ُن إِس َح‬
َ ُّ‫اق أَخ َربََان ُُمَ َّم ُد ب ُن أَي‬ ُ ِ‫اَّللِ احلَاف‬
َّ ‫أَخ َربََان ُُمَ َّم ُد ب ُن عَب ِد‬
-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اَّلل‬ َِّ ‫ول‬
ِ ‫اان حزا ِورةً مع رس‬ ِ ٍ ‫يح َعن أَِِب ِعمرا َن اْلوِِن َعن جن ُد‬ ِ ‫عن َْح‬
ٍ ‫َّاد ب ِن ََِن‬
ُ َ َ َ َ َ َ ً ‫ ُكنَّا غل َم‬: ‫ال‬ َ َ‫ب ق‬ ُ ّ َ َ َ
ِ َ‫اان وإِنَّ ُكم الي وم تَعلَّمو َن ال ُقرآ َن قَبل ا ِإلمي‬
.‫ان‬ ‫مي‬ِ
‫إ‬ ِ
‫ه‬ ِ
‫ب‬ ‫ان‬‫د‬ ‫د‬‫از‬ ‫ف‬ ، ‫ن‬ ‫آ‬
‫ر‬ ‫ق‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫م‬ َّ
‫ل‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫مث‬
َُّ ، ِ
‫آن‬ ‫ر‬ ‫ق‬ ِ
ُ َ َ َ َ َ َ َ ََ‫ف‬
‫ال‬ ‫ل‬ ‫ب‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫مي‬‫إل‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫م‬ َّ
‫ل‬ ‫ع‬ ‫ت‬
َ ُ َ َ َ ُ َ ً َ َ َ َ َ ُ ََ َ َ
148
Muhammad Quraish Shihab berpendapat atas
penyempitan pemahaman masyarakat yang mengutamakan
ilmu agama (ada yang beranggapan bahwa menjadi ulama
cukup dengan menguasai ilmu-ilmu agama saja, tanpa
mempelajari ilmu-ilmu umum, seperti terlihat di sebagian
lembaga pendidikan dan sebagian masyarakat hanya
mempelajari ilmu umum tanpa mengaitkannya dengan agama.
Mereka menganggap bahwa ilmu “umum” bukan berasal dari
Allah)261.
Kesimpulan di atas perlu diluruskan, karena al-Qur’an
menyebut orang ‘alim adalah orang yang pengetahuannya
menimbulkan sifat khasyyah (takut) kepada Allah. Hakikat
ilmu bukanlah sekadar pengetahuan atau kepandaian yang
dapat dipakai untuk memperoleh sesuatu, tetapi ilmu
merupakan cahaya (nur) yang dapat menerangi jiwa untuk

Jundub berkata: Kami adalah pemuda yang bersandingan dengan baginda


Rasulillah saw, kemudian kami belajar iman sebelum belajar al-Qur'an,
sehingga keimanan kami bertambah setelah belajar al-Qur'an. Sedangkan
sungguh kalian sekarang berada di zaman yang lebih sering belajar al-
Qur'an sebelum belajar iman. Hemat penulis, hal yang mendasar dan
signifikan kenapa terjadi perbedaan konsep di atas adalah disebabkan
"sebagian" manusia pada umumnya terlahir dalam keluarga serta
lingkungan yang sudah beragama Islam sehingga hal ini yang seringkali
mendominasi mereka untuk tidak semangat dalam belajar secara mendetail
tentang agama Islam secara komprehensif.
261
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran
Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 384.

149
berbuat dan berperilaku secara baik (menurut Allah dan
menurut manusia). Oleh karenanya, tidak terdapat perbedaan
antara ilmu agama dengan ilmu umum, Fiqih tidak lebih
utama daripada sejarah atau matematika, selama ilmu-ilmu
tersebut menuju khasyyah kepada Allah.262
Bagi penulis yang lebih ditekankan adalah ilmu-ilmu
agama terlebih dahulu untuk dikuasai, kemudian baru
takhasshus/memperdalam ilmu-ilmu lainnya sesuai dengan
kecenderungan atau keahlian seseorang, sehingga ulama yang
mengatakan:
263
‫فساد كبري عامل متهتك و اكرب منه جاهل متنسك‬

Kerusakan besar bagi seorang alim yang suka berbuat


kerusakan, akan tetapi yang lebih besar dari itu adalah orang
bodoh yang rajin beribadah.
264
‫وكل من بغري علم يعمل اعماله مردودة ال تقبل‬

Setiap orang yang beramal tanpa ilmu, niscaya


amalnya tertolak, tidak diterima.

262
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, hlm. 384.
263
Syi'ir kitab Ala Laa Tanaalul Ilma illa bi Sittain yang diajarkan
di pondok pesantern salaf. (Seorang tidak akan mendapatkan ilmu kecuali
dengan enam perkara; cerdas, semangat, banyak bersabar, bekal yang
cukup, petunjuk guru, waktu yang lama).
264
Disadur dari nadzam kitab Zubad karya Imam Ibnu Ruslan.
150
Pada dekade terakhir ini telah terjadi banyak
pembodohan, seperti adanya orang-orang yang mengaku
sebagai Nabi265, Malailat, bahkan Tuhan, ternyata
pengikutnya tidaklah sedikit. Setelah ditelusuri, para

265
Prof. Al-Makin, salah satu dosen di UIN Sunan Kalijaga menulis
tentang Nabi-Nabi Nusantara. Hal ini disebabkan begitu banyaknya " Nabi"
di era belakangan ini, diantaranya Lia Eden, Musoddiq, Gus Jari, Sutikno
yang mengaku sebagai Tuhan semesta alam dan lain sebagainya. Ulama
menjelaskan kenapa pada saat umat Islam begitu banyak dari segi kuantitas
ternyata tidak sedikit yang menjadi pengikut mereka, sebagian dari
kalangan awam, sebagian lain yang mendominanasi dari kalangan
akademisi yang notabenenya cumlaude. Hal ini disebabkan al-Jahlu qod
intasyar; kebodohan telah merajalela, terutama semakin lemahnya kualitas
akidah/iman seorang insan di akhir zaman. Nau'dzubillah min dzalik. Dalam
riwayat Imam Tirmidzi No hadis 2145 disebutkan:
ِ ِ ِ ِ َّ ‫اَّللِ صلَّى‬
ُ‫ني َو َح َّىت يَعبُ ُدوا األَو َاث َن َوإِنَّه‬
َ ‫الساعَةُ َح َّىت تَل َح َق قَبَائ ُل من أ َُّم ِيت ِابل ُمش ِرك‬
َّ ‫وم‬ُ ‫اَّللُ عَلَيه َو َسلَّ َم َال تَ ُق‬ َ َّ ‫ول‬ ُ ‫ق َال َر ُس‬
‫يب بَع ِدي‬ِ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ني‬ ِ
‫ي‬ ِ
َّ َ َ َ ّ َُ َ َ َ ‫َسيَ ُكو ُن ِيف َّ ََ ُ َ َ ُ َ ُ ُ َ ُ ُ ُ َ ي‬
‫ب‬َّ
‫ن‬‫ال‬ ‫ات‬ ‫خ‬ ‫َان‬
‫أ‬‫و‬ ِ
‫يب‬ ‫ن‬ ‫َّه‬
‫ن‬َ‫أ‬ ‫م‬‫ع‬ ‫ز‬ ‫ي‬ ‫م‬ ‫ه‬ ُّ
‫ل‬ ‫ك‬ ‫ن‬‫و‬ ‫اب‬ َّ
‫ذ‬ ‫ك‬ ‫ن‬‫و‬‫ث‬ ‫ال‬ ‫ث‬ ِ
‫يت‬ ‫ُم‬
‫أ‬
‫يح‬ ِ ‫يث حسن‬ ِ ِ َ َ‫ق‬
ٌ ‫صح‬ َ ٌ َ َ ٌ ‫يسى َه َذا َحد‬ َ ‫ال أَبُو ع‬
Rasulullah saw bersabda: Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga
qobilah-qobilah dari umatku berjumpa dengan orang-orang musyrik dan
sehingga mereka menyembah berhala dan sungguh akan datang pada umat
saya tiga puluh orang yang "ahli berdusta", setiap mereka mengatakan
saya adalah seorang Nabi, padahal tidak ada Nabi sesudah saya dan saya
adalah Nabi yang terakhir diantara para Nabi. Imam Tirmidzi (Abu 'Isa)
menilai bahwa riwayat di atas berkualitas hasan shahih. Padahal dalam satu
abad terakhir sudah lebih dari tiga puluh orang "Nabi palsu", terlebih jika
dihitung sejak zaman Abu Bakar al-Siddiq, yakni; Museilimah al-Kadzzab.
Hal ini disebabkan orang arab sudah terbiasa menggunakan hitungan tujuh
sampai tujuh puluh sebagai hitungan untuk bilangan yang tidak terhingga,
sebagaimana dibuat pengandaian kepada Rasulullah saw untuk memintakan
ampun atas dosa-dosa orang kafir (yang telah meningal) walaupun sebanyak
tujuh puluh kali, niscaya Allah swt tidak akan (imposible) memberikan
ampun kepada mereka; falan yaghfiraallahu lahum. Rasulullah saw
mendoakan mereka ketika masih hidup dengan doa yang masyhur:
Allahummahdi qoumii fainnahum laa ya'lamuun: Ya Allah berikanlah
hidayah kepada kaumku karena mereka tidak mengetahui.
151
pengikutnya sebagian besar adalah orang yang tidak
berpendidikan agama secara kaffah dan orang-orang
berpendidikan tinggi yang tidak mendalami agama. Bahkan
termasuk “cuci otak” sehingga terjadinya bom bunuh diri yang
telah dilakukan oleh orang-orang yang salah dalam memahami
makna konsep jiha>d.
Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali mengutip pendapat
Abu Darda' yang menarik tentang konsep jihad sebagaimana di
tulis dalam bab ilmu kitab Ihya 'Uluumuddin:
‫من راى ان الغدو لطلب العلم ليس جبهاد فقد نقص يف رايه و عقله‬

Seorang yang berpendapat bahwa berada di pagi hari


(maupun pada setiap kesempatan) untuk belajar mencari ilmu
bukanlah termasuk jihad, maka sungguh kurang argumentasi
dan akalnya.266
Oleh karena itu mencari ilmu memang hal yang urgen,
sehingga tidak salah apabila pondok pesantren didirikan secara
bersamaan dengan universitas yang bermuara pada kemajuan
peradaban agama dan dunia.267 Apapun ilmunya, yang

266
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya
'Uluumiddin (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2004), hal 17.
267
Al-Tawazun bainal 'ilmi wal 'amal (keseimbangan antara ilmu
dan amal) salah satu metode untuk menuju mencapai derajat insan kamil.
Bagaimana tidak, di dalam sejarah disebutkan banyak tokoh diantaranya
Ibnu Sina, Ibnu Rusy, Imam Ghozali dan lain sebagainya dimana mereka
152
melakukan kolaborasi, yakni perpaduan belajar antara ilmu agama dan
umumnya untuk mewujudkan khosyatullah: takut kepada Allah swt
sebagaimana ayat: Innamaa yakhsyaallaha min 'ibaadihi al-Ulama';
(Sesungguhnya yang takut kepada Allah swt diantara hamba-hambaNya
adalah 'ulama). Tujuan utama belajar dan mengajar adalah menumbuhkan
rasa khosyah (takut) terhadap Allah swt, "takut" terhadap Allah swt tidak
sama dengan takutnya seorang insan terhadap orang tua, atasan, jin, syaiton
wa junuudih, akan tetapi rasa takut kepada Allah swt endingnya lebih baik
dalam menjalankan perbuatan ta'at, menjauhi larangan dan beribadah
seakan-akan melihat Allah swt, jika seorang insan tidak bisa melihatNya
(dengan mata hatinya/bashiroh), maka yakinlah bahwa Allah swt Maha
Melihat; Innahu sami'un bashir. Ini adalah konsep ihsan yang telah
diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad saw. Sehingga puncak daripada
suluk (proses berjalan menuju Alah swt, yang disebutkan fafirruu ilallahi;
berlari menuju Allah swt) adalah ma'rifat kepada Allah swt. Sehingga
ulama' mengajarkan doa:
‫اللهم انت مقصودي و رضا ك مطلويب اعطين ُمبتك و معرفتك امني‬
Ya Allah, Engkau adalah tujuan hidup saya dan ridha-Mu yang senantiasa
saya cari, oleh karenanya berilah saya cinta dan ma'rifat kepada-Mu.
Amin. Doa yang telah diajarkan oleh ulama di atas, berdasarkan doa dari
baginda Rasulullah saw yang telah diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
dengan kualitas hasan No hadis 3412:
‫ك َوال َع َم َل الَّ ِذي يُبَلِّغُِين‬ َ ُّ‫ب َمن ُِحيب‬َّ ‫ك َو ُح‬
َ َّ‫ك ُحب‬ ُ ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم َكا َن ِمن ُد َع ِاء َد ُاوَد يَ ُق‬
َ ُ‫ول اللَّ ُه َّم إِِّين أَسأَل‬ َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ق‬
‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا ذَ َكَر‬ ِ ِ ِ ِ
َ َ‫يل ِمن نَف ِسي َوأَهلي َوِمن ال َماء البَا ِرد ق‬
َّ ‫صلَّى‬ َ ‫اَّلل‬
َّ ‫ول‬ ُ ‫ال َوَكا َن َر ُس‬ ََّ ِ‫ب إ‬ َّ ‫َح‬
َ‫كأ‬ َ َّ‫ك اللَّ ُه َّم اج َعل ُحب‬
َ َّ‫ُحب‬
‫ال َكا َن أَعبَ َد البَ َش ِر‬ َ َ‫ث َعنهُ ق‬ ِ
ُ ‫َد ُاوَد ُحيَ ّد‬
Rasulullah saw bersabda: Nabi Daud as sering berdoa dengan: Ya Allah
saya mohon cinta-Mu, cinta orang yang mencintai-Mu dan amal yang
mendatangkan cinta-Mu kepada saya, Ya Allah, jadikan saya lebih cinta
kepada-Mu daripada cinta terhadap diri saya sendiri, keluarga saya dan
air yang dingin. Ketika Rasulullah saw bercerita tentang pribadi Nabi
Daud as, beliau sering berkata; Nabi Daud as adalah seorang hamba yang
paling rajin beribadah kepada Allah swt. Rasulullah saw seringkali memuji
Nabi Daud as dalam sabdanya, yakni yang masyhur diantaranya; Sebaik-
baik puasa adalah puasa Nabi Daud as, sebaik-baik shalat adalah shalat
beliau.
‫فقد كانت الطيور تقف على رأس داود عليه السالم لسماع صوته‬
Maka sungguh burung-burung bersandar di atas kepala Nabiyullah Daud
untuk mendengarkan suaranya yang indah.
153
digunakan untuk kemas}lahatan atau kebaikan umat manusia
akan senantiasa wajib untuk dipelajari. Sehingga sabda Nabi
akan tetap relevan sepanjang zaman. Selain itu, diperjelas
dengan mahfudzah (maqolah arobiyyah/kalimat hikmah
mufidah) yang sudah cukup populer dikalangan umat Islam
yakni anjuran agar senantiasa mencari ilmu; tholabul ilmi min
al-Mahdi ila al-Lah}d (mulai buaian hingga ke liang lahat).
Sedemikian berkahnya ilmu yang Allah swt berikan
terhadap hambanya, Hasan al-Bashri sebagai sayyidut tabi'in
(senior tabi'in yang terbaik) menjelaskan dalam salah satu
statementnya:
268
‫مداد العلماء أفضل من دم الشهداء‬

Pada hari kiamat akan ditimbang berat kebaikan


antara tinta 'ulama dengan darahnya para pejuang/ mujahid fi
sabilillah sehingga tinta 'ulama lebih utama.
‫وأعظم ما عند اجملاهد دمه وأهون ما عند العامل مداده فما ظنك أبشرف ما عند العامل‬
269
‫من املعارف والتفكر يف آالء هللا وحتقيق احلق وبيان األحكام وهداية اْللق‬

Hal yang paling agung bagi seorang yang berjihad


adalah darahnya, sedangkan hal yang paling rendah bagi
268
Muhammad Fuad Syakir, Laisa Min Qoul al-Nabi: Awas Hadis
Palsu, terj. Ahmad Mufid (Yogyakarta: Leutika, 2009), hlm. 49.
269
Faidhul Qodir, juz 6, hal. 469.
154
seorang alim adalah tintanya, bagaimana dapat dilukiskan
betapa agungnya kedudukan seorang alim akan
pengetahuannya, tafakur dalam nikmat/kebesaran Allah swt,
menjelaskan kebenaran serta hukum-hukum agama dan
menjadi jalan hidayah bagi makhluk Allah swt.
Orang yang mencari ilmu senantiasa berada di jalan
Allah (berjihad fi sabiilillah) sampai kembali ke rumahnya270,
apabila meninggal dunia, Allah swt yang menjamin pahalanya,
hal ini ditegasakan dalam firman Allah swt surat an-Nisa' ayat
100.271 Rasulullah saw memberikan motivasi yang
menakjubkan bagi yang telah belajar dan mengamalkan
kemudian mengamalkan, maka disebut sebagai kabiirun fi al-
Samaa' (orang masyhur di langit)272, sehingga seluruh makhluk

270
Dalam hadis dengan kualitas hasan gharib yang diriwayatkan
oleh Imam Tirmidzi No hadis 2571:
‫اَّللِ َح َّىت يَرِج َع‬
َّ ‫ب العِل ِم َكا َن ِيف َسبِ ِيل‬
ِ َ‫اَّللُ عَلَي ِه َو َسلَّم َمن َخر َج ِيف طَل‬
َ َ َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ق‬
‫ض ُهم فَلَم يَرفَع ُه‬ ِ ِ ِ
ُ َ ُ َ َ َ ٌ َ ٌ َ َ ٌ َ َ َ َ ُ َ َ‫ق‬
‫ع‬ ‫ب‬ ‫اه‬
‫و‬ ‫ر‬‫و‬ ‫يب‬‫ر‬ ‫غ‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫ح‬ ‫يث‬ ‫د‬ ‫ح‬ ‫ا‬‫ذ‬‫ه‬ ‫ى‬ ‫يس‬ ‫ع‬ ‫و‬ ‫َب‬
‫أ‬ ‫ال‬
271

ِ ‫اَّلل غَ ُف‬ َِّ ‫اَّللِ ورسولِِه ُمثَّ يد ِركه الموت فَ َقد وقَع أَجره علَى‬ ِ ِِ ِ
‫يما‬
ً ‫ورا َرح‬
ً َُّ ‫اَّلل َوَكا َن‬ َ ُُ َ َ ُ َ ُ ُ ُ َ َ َّ ‫َوَمن َخي ُرج من بَيته ُم َهاجًرا إِ َىل‬
Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk berhijrah kepada Allah swt
dan rasul-Nya, kemudian dia berjumpa dengan kematian, niscaya
pahalanya ditanggung oleh Allah swt. Allah swt adalah Zat Yang Maha
Pengampun dan Maha Penyayang.
272
Uwais al-Qorni merupakan salah seorang sahabat Rasululah saw
yang majhul fil Ardh masyhur fi al-Samaa'; sabahat yang ternama bagi
penduduk yang ada di langit, akan tetapi tidak dikenal di muka bumi,
sehingga Rasulullah saw katakan kepada Umar bin Khottob dan Abu Bakar
155
sampai hewan yang ada di bumi ikut serta mendoakan orang
tersebut. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam al-Darimi dalam Sunannya juz 1, hal.
384, No hadis 352:
‫ش َعن ِِش ِر ب ِن َع ِطيَّةَ َعن‬ ِ َ ‫أَخ ََربَان ُُمَ َّم ُد ب ُن عُيَ ي نَةَ َعن أَِِب إِس َح‬
ّ ‫اق ال َفَزا ِر‬
ِ ‫ى َع ِن األَع َم‬

‫وت ِىف‬ ٍ ِ ِ ِ ِ‫سع‬


ُ ُ‫ ُم َعلّ ُم اْلَ ِري يَستَ غفُر لَهُ ُك ُّل َشىء َح َّىت احل‬: ‫اس قَ َال‬
ٍ َّ‫يد ب ِن ُجبَ ٍري َع ِن اب ِن َعب‬ َ
.‫البَح ِر‬

Seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan


ampunan (dari berbagai salah,khilaf serta dosa-dosanya) oleh
segala sesuatu sampai ikan di laut.
Selain ikan, Tuhan semesta alam, Allah swt mendoakan
seorang yang mengajarkan kebaikan, hal ini telah disampaikan
oleh baginda Rasulullah saw dalam salah satu sabdanya yang
diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, No hadis 2609.
Rasulullah saw memberikan motivasi; reward/targhib
yang begitu menarik kepada setiap orang yang membutuhkan
makanan rohani agar senantiasa datang ke dalam taman

al-Shiddiq; fathlubaa minhu al-Dua', hendaklah kalian berdua meminta doa'


dari Uwais al-Qorni.
156
surga273. Hal ini sebagimana disampaikan oleh beliau dalam
hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, No hadis 2609:

َّ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم فَض ُل ال َع ِامل َعلَى ال َعابِ ِد َك َفضلِي َعلَى أَد َان ُكم ُمث‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ ‫فَ َق‬
ِ ِ َّ ‫اَّلل وم َالئِ َكتَه وأَهل‬ ِ َّ ِ َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
‫ني َح َّىت‬
َ ‫الس َم َوات َواأل ََرض‬ َ َ ُ َ َ ََّ ‫اَّللُ َعلَيه َو َسل َم إ َّن‬ َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ق‬

ِ ‫صلُّو َن َعلَى ُم َعلِِّم الن‬


‫َّاس اْلَ َري‬ َ ُ‫النَّملَةَ ِيف ُجح ِرَها َو َح َّىت احل‬
َ ُ‫وت لَي‬
Rasulullah saw bersabda: Keutamaan orang alim/ahli
ilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan saya terhadap
yang paling rendah diantara kalian, kemudian beliau bersabda:
Sesungguhnya Allah swt, malaikat-malaikatNya, penduduk
langit dan penduduk bumi sampai semut yang berada di lubang
273
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi No hadis 3432
‫ « جمالس الذكر و جمالس العلم‬: ‫وأين رايض اْلنة اي رسول هللا ؟ قال‬
Ketika sahabat bertanya; Ya Rasulallah saw dimana taman surga? Beliau
menjawab: di setiap majlis dzikir dan majlis ilmu. Adakalanya kubur
menjadi roudhoh; taman diantara taman/perkebunan surga atau menjadi
hufroh/tempat sempit untuk muqoddimah azab api neraka sebagaimana
dalam Mu'jam al-Ausath No hadis 8852:
‫ أو حفرة من حفر النار‬، ‫ القرب روضة من رايض اْلنة‬: ‫قال النيب صلى هللا عليه وسلم‬
Adakalanya tempat diantara rumah dan mimbar Rasulullah saw disebut
dengan roudhoh sebagimana dalam riwayat Imam Bukhori No hadis 1120:
‫ ما بني منربي وبييت روضة من رايض اْلنة‬: ‫قال النيب صلى هللا عليه وسلم‬
Dalam riwayat Imam Tirmidzi No hadis 3431; Rasulullah saw menyebut
masjid sebagai roudhoh dan sebagai jaumuan makan (ruhani) yang
dihidangkan adalah ahabbul kalam ilaallah; perkataan yang paling dicintai
oleh Allah, yakni subhanallah, walhamdulillah, wa laa Ilaha illaalah wa
Allah akbar:
ِ َ َ‫ض اْلَن َِّة ق‬ َِّ ‫ول‬ ِ ِ ‫اَّلل علَي ِه وسلَّم إِ َذا مررُت بِ ِراي‬ َِّ ‫ول‬
‫ت‬
ُ ‫ال ال َم َساج ُد قُل‬ ُ ‫اَّلل َوَما ِرَاي‬ َ ‫ت َاي َر ُس‬ ُ ‫ض اْلَنَّة فَارتَعُوا قُل‬ َ َ َ َ َ َ َ َُّ ‫صلَّى‬ َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ق‬
‫اَّللُ أَك َُرب‬
َّ ‫اَّللُ َو‬ ِ ِ ِ
َّ ‫اَّلل َواحلَم ُد ََّّلل َوَال إِلَهَ إَِّال‬
َّ ‫ال ُسب َحا َن‬ ِ
َ َ‫اَّلل ق‬
َّ ‫ول‬ َ ‫االرت ُع َاي َر ُس‬
َّ ‫َوَم‬
157
dan ikan yang berada di laut senantiasa bersholawat/
mendoakan orang yang mengajarkan manusia kebaikan.

2. Hadis tentang keutamaan niat (1)


Imam hadis ternama, Imam Bukhori mengutip hadis
tentang niat di awal sebelum hadis-hadis di dalam al-Jami' al-
Shahih pada Kitab Bad'il Wahyi yang bercerita tentang
turunnya wahyu kepada baginda Rasulullah saw, hemat
penulis hadis tentang niat di letakkan di awal karena
niat/motifasi yang dimiliki oleh setiap insan memiliki dampak
yang sangat signifikan di dalam kehidupan. Oleh sebab itu
Rasulullah saw bersabda:
‫ فإذا عمل‬،‫نية املؤمن خري من عمله وعمل املنافق خري من نيته وكل يعمل على نيته‬

‫املؤمن عمال انر يف قلبه نور‬

Niat seorang mukmin lebih baik daripada amalnya,


sedangkan amalnya seorang munafik lebih baik daripada
niatnya. Setiap orang beramal sesuai niatnya, ketika seorang
mu'min beramal, niscaya cahaya menerangi hatinya. 274

274
Diriwayatkan oleh Imam Thobroni dalam Mu'jam al-Kabir, No
hadis 5942. Demikian dari sahabat Anas bin Malik dalam Kanzul 'Ummal fi
Sunan al-Aqwal wa al-Af'al, No 7236.
158
Maqolah275 (perkataan) Nabi Muhammad saw tentang
niat akan selalu menjadi inspirasi di setiap zaman276. Dapat
dibedakan antara seorang yang mencari ilmu secara
bersungguh-sungguh (mujtahid) dengan orang yang tidak
bersungguh-sungguh (ghar mujtahid/kaslan;pemalas). Pepatah
mengatakan:

‫من ج ّد وجد‬

275
Hadis riwayat Imam al-Thobroni dalam Mu'jam al-Awsath, No
hadis 7481:
‫ رحم هللا من سمع مقالتي هذه فحفظها حتى يبلغها غيره‬: ‫قال النبي صلى هللا عليه وسلم‬
Rasulullah saw bersabda: Semoga Allah swt melimpahkan rahmat-Nya
kepada soseorang yang mendengar perkataan saya, kemudian dia
menghafalnya dan menyampaikan kepada selainnya (sebagaimana dia
telah mendengarnya). Riwayat Imam al-Tirmidzi, No 2582 menggunakan
redaksi Naddhoro; ‫( نضر هللا‬semoga Allah swt memberikan cahaya kepada
hati orang yang menghafal perkataan Rasulullah dan menyampaikannya).
276
Asbaabul wurud (konteks sosio historis) yang menyebabkan
Rasulullah saw mengatakan hal tersebut adalah disebabkan niat yang salah
dari beberapa sahabat yang ketika akan berangkat hijrah bersama beliau,
terdapat sebagian sahabat yang hijrahnya li dunya yushibuha, yakni untuk
meraih himar/keledai sebagai harta yang diperolehnya di Madinah al-
Munawwarah. Sebagian sahabat mencari imro'atin yankihuha, yakni
mencari janda yang cantik dan kaya. Oleh karena itu Rasulullah
memberikan peringatan keras atas "khilaf" yang dikhawatirkan memberikan
dampak yang signifikan. Hadis tersebut walaupun memiliki sebab yang
khusus, akan tetapi mengandung makna yang general/umum, sehingga
ulama menjelasan kaidah: al-Ibroh bi umum al-Lafdzi Laa bi khusus al-
Sabab; pelajaran yang didapatkan dari upaya untuk memahami suatu teks,
bukan di ambil dari khususnya sebab, akan tetapi dari keumuman suatu teks
ayat maupun hadis.
159
Seorang yang bersungguh-sungguh, niscaya ia akan
menemukannya.277
Umat Islam di era belakngan telah menggunakan
bebagai macam atribut yang tidak pernah digunakan oleh
Rasulullah saw dan para sahabat. Akan tetapi tidak sedikit
yang mempermasalahkan tentang pakaian, seperti isbal.278
Padahal Rasulullah saw telah memberikan isyarat bahwa yang
di neraka adalah karena sombong279 atau sesuai niatnya.

277
Muhammad Fuad Syakir, Laisa Min Qoul al-Nabi, hal.36.
278
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, No hadis
5342:
‫اَّللُ يَوَم ال ِقيَ َام ِة إِ َىل َمن َجَّر إَِز َارهُ بَطًَرا‬
َّ ‫َال يَنظُُر‬
Allah swt tidak akan melihat (dengan pandangan kasih sayang) kepada
seseorang yang memanjangkan pakaian/sarungnya karena
kesombongan/congkak. Riwayat Imam Bukhori No hadis 3392
menggunakan redaksi:
‫ال أَبُو بَك ٍر إِ َّن أَ َح َد ِشقَّي ثَوِيب‬ َ ‫اَّللُ إِلَي ِه يَوَم ال ِقيَ َام ِة فَ َق‬
َّ ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم َمن َجَّر ثَوبَهُ ُخيَ َالءَ َمل يَنظُر‬ َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ق‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ‫ك ُخيَ َالء‬ َ ‫ت تَصنَ ُع ذَل‬ َ ‫َّك لَس‬َ ‫اَّللُ َعلَيه َو َسلَّ َم إِن‬
َّ ‫صلَّى‬
َ ‫اَّلل‬
َّ ‫ول‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ ‫ك منهُ فَ َق‬ َ ‫اه َد ذَل‬ َ ‫يَس َرتخي إَِّال أَن أَتَ َع‬
Sahabat Abu Bakar berkata; Ya Rasulallah, sungguh salah satu dari kain
saya melebihi batas mata kaki, apakah saya termasuk yang engkau ancam?
Rasulullah saw memberikan klarifikasi bahwa Abu Bakar tidak termasuk
orang yang menjulurkan celana di bawah matakaki dikarenakan riya'.
279
Dalam riwayat Imam Muslim juz 1, hal. 274, No hadis 131.
ِ َّ ‫ال َر ُج ٌل إِ َّن‬َ َ‫ال ذَ َّرةٍ ِمن كِ ٍرب ق‬ ُ ‫ال َال يَد ُخ ُل اْلَنَّةَ َمن َكا َن ِيف قَلبِ ِه ِمث َق‬ َ َ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫صلَّى‬
‫ب أَن يَ ُكو َن‬
ُّ ُ َ ُ ‫الر‬
‫حي‬ ‫ل‬ ‫ج‬ َ ‫َّيب‬ِّ ِ‫َعن الن‬
ِ ‫ط الن‬
‫َّاس‬ ِ
ُ ‫ال الك ُرب بَطَُر احلَِّق َوغَم‬ َ ‫ب اْلَ َم‬ ِ
ُّ ‫يل ُحي‬ ِ َّ ‫ال إِ َّن‬
ٌ ‫اَّللَ َمج‬ َ َ‫ثَوبُهُ َح َسنًا َونَعلُهُ َح َسنَةً ق‬
Diriwayatkan dari Rasulullah saw, beliau bersabda: Tidak akan masuk
surga (pada geolongan pertama) orang yang di dalam hatinya terdapat
sifat sombong. Salah seorang sahabat berkata; Ya Rasulallah, kami suka
menggunakan pakaian, sandal dan semua atribut yang baik, maka beliau
menjawab; Allah swt adalah zat yang Maha Indah (Sifat-Sifat-Nya), Allah
swt cinta akan keindahan.
160
Adapun larangan menyerupai orang-orang kafir280, yang
dimaksudkan adalah dengan menyerupai ciri khas mereka yang
dapat membedakan antara mereka dengan penganut agama
lain. Misalnya memakai kalung salib, sebab hal itu merupakan
ciri khas mereka, atau mengenakan pakaian khusus para
pendeta, ikut serta dalam perayaan hari-hari besar keagamaan
mereka. Dalam hal mengucapkan selamat natal kepada
mereka, ulama berbeda pendapat terhadapnya. Sebab hal ini
merupakan bentuk muamalah dengan non-Muslim. Al-Qur’an
al-Karim hanya menjelaskan larangan mendo’akan atau
mens}alatkan orang yang mati dalam keadaan musyrik atau

280
Abu Jahal/Amr bin Hiyam berpakaian seperti Rasulullah saw,
yakni gamis, jubah, berjenggot panjang sampai fasih berbicara bahasa arab,
yang membedakan adalah visi misinya, niatnya, disamping wajahnya.
Rasulullah saw ketika melihat Abu Jahal selalu berharap agar dia masuk
agama Islam, sedangkan Abu Jahal ketika melihat rasulullah selalu berharap
agar Rasulullah saw meninggalkan agama Islam. Sahabat
memvisualisasikan bahwa:
‫كان النيب صلى هللا عليه وسلم اكثر الناس تبسما اىل وجوه اصحابه‬
Rasulullah saw adalah orang yang paling banyak tersenyum kepada wajah
para sahabat. Jadi adakalanya seorang Muslim hanya sekedar
menggunakan "atribut Abu Jahal" akan tetapi tidak berakhlak seperti akhlak
Rasulullah saw. Hal ini yang memprihatinkan di zaman sekarang. Islam
bukan hanya cassing, tapi kontennya (akhlak al-Karimah) tidak
ditunjukkan, sehingga jangan meninggalkan salah satu do'a yang pernah
dibaca oleh Rasulullah saw sebagai tarbiyah; Ya Allah baguskanlah akhlak
saya sebagaimana Engkau telah membaguskan penciptaan saya.
َ ‫ اللهم حسنت خلقي فحسن خلقي او اللَّ ُه َّم َك َما َح َّسن‬: ‫كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬
‫ت‬
‫َخل ِقي فَ َح ِّسن ُخلُ ِقي‬
161
non-Muslim, sehingga mendo’akan orang non-Muslim selama
dia masih hidup agar dia mendapatkan hidayah adalah perkara
yang dianjurkan.
Yusuf al-Qarad}awi sebagaimana Ibnu Taimiyah
memberi komentar terhadap hal-hal di atas, yaitu kembali
kepada pada niatnya masing-masing. Seorang yang bermaksud
menyerupai orang-orang kafir seraya menyadari bahwa mereka
adalah orang-orang yang berlawanan dengan agamanya, maka
hal ini diperbolehkan, dan siapa yang tidak terlintas dalam
hatinya untuk menyerupakan diri dengan mereka, akan tetapi
sekedar mengikuti lingkungan tempat ia dibesarkan, atau
hanya ingin lebih mudah atau lebih praktis seperti tukang atau
karyawan yang memakai pakaian kerja yang khusus untuk itu,
di pabrik atau bengkel tempat kerjanya, maka tiada kesalahan
atasnya.281 Dalam masalah yang lain, seperti orang yang
merahasiakan identitas keimananya sehingga mengaku dirinya
non-Muslim apabila mendesak/darurat atau dalam keadaan
ingin dibunuh, sedangkan ia tetap yakin akan kekuasaan Allah
swt (mempertahankan tauhid/keimanannya) maka hal ini
diperbolehkan dalam Islam. Andaikan dia berusaha untuk

281
Yusuf al-Qara>d}a>wi>, al-S}ahwah al-Islamiyah bain al-Juh}u>d wa
al-Tat}arruf: Membedah Islam Ekstrem, terj. Alwi. A.M (Bandung: Mizan,
2001), hlm. 154.
162
melawan sehingga terbunuh282, baik dikarenakan
mempertahankan diri, harta dan keluaraga serta agamanya
niscaya dia akan memperoleh derajat syahid.283

282
Imam Muslim meriwayatkan No hadis 3182, Imma an yakuna
al-Qotil wa al-Maqtul fi al-Nar; (‫ول ِيف النَّار‬ ُ ُ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم ال َقاتِ ُل َوال َمقت‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫(ق‬
Imam Bukhori meriwayatkan dengan No hadis 30:
‫ال إِنَّهُ َكا َن‬ ِ ُ‫اَّللِ َه َذا ال َقاتِل فَما اب ُل المقت‬ ُ ُ‫ان بِ َسي َفي ِه َما فَال َقاتِ ُل َوال َمقت‬ ِ ‫(إِذَا التَ َقى المسلِم‬
َ َ‫ول ق‬ َ َ َ ُ َّ ‫ول‬ ُ ‫ول ِيف النَّا ِر فَ ُقل‬
َ ‫ت َاي َر ُس‬ َ ُ
)‫احبِ ِه‬
ِ ‫ح ِريصا علَى قَت ِل ص‬
َ َ ً َ
Adakalanya orang yang membunuh dan yang dibunuh masuk ke dalam
neraka, ketika ditanya oleh sahabat, Rasulullah saw menjawab: karena
keduanya mempunyai niat untuk saling membunuh. Imam al-Nasa'i
meriwayatkan No hadis 37, Wa Imma an yakuna al-Qotil wa al-Maqtul fi
al-Jannah ) ‫ ; (اجتماع القاتل والمقتول في سبيل هللا في الجنة‬dan adakalanya orang
yang membunuh serta yang dibunuh masuk ke dalam surga. Hal ini
disebabkan orang yang terbunuh adalah mujahid syahadah fi sabilillah
(orang yang terbunuh mempertahakan Islam yang berakhir dengan
mendapat predikat husnul khotimah, yakni mati sebagai salah seorang
syuhada'), sedangkan orang yang membunuh akhirnya menyesal (al-Nadmu
min al-Taubah) dan bertaubat nashuha sehingga diterima Allah swt.
Seorang yang membunuh tanpa hak, sama dengan membunuh seluruh
manusia sebagaimana disebutkan; fakaannamaa qotala al-Naasa jami'an.
Akan tetapi sebesar apapun dosa seorang hamba, ampunan Allah swt jauh
lebih luas, inna rohmataka ausa'u min dzunuubinaa. Sehingga dikisahkan
oleh Rasulullah saw dalam hadisnya yang mulia sebagaimana dikutip oleh
Imam al-Nawawi dalam Riyadhus Sholihin min Kalam Sayyidil Mursalin;
seorang dikalangan Bani Isra'il yang telah membunuh 99 orang dan
bertanya kepada pendeta, apakah dosanya diampuni Allah swt, dijawab
tidak, sehingga dibunuh pendeta tersebut dan genap telah membunuh 100
orang, yang pada endingnya dia mendapatkan ampunan Allah swt
dikarenakan ingin hijrah kepada kehidupan yang penuh dengan ibadah.
Allah swt hanya tidak akan mengampuni dosa syirik "yang dibawa mati"
oleh pelakunya karena: Innallaha yaghfiru al-Dzunuuba jami'an (Allah swt
mengampuni semua dosa).
283
Hadis ini diriwayatkan oleh banyak jalur, diantaranya
diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, No hadis 4142, yang menyebutkan
163
3. Hadis tentang keutamaan niat ke dua
Hadis ke dua tentang niat yang dikutip oleh Syaikh al-
Zarnuji adalah:
‫ وكم‬،‫ مث يصري حبسن النية من أعمال اآلخرة‬،‫كم من عمل يتصور بصورة عمل الدنيا‬
284
‫من عمل يتصور بصورة عمل اآلخرة مث يصري من أعمال الدنيا بسوء النية‬

Nabi Muhammad saw menjelaskan bahwa dengan


"wasilah285" menggunakan pakaian, bahkan setelah

bahwa seorang yang mempertahan diri, harta, keluarga niscaya mendapat


predikat syahid.
‫ال َمن قُتِ َل ُدو َن َمالِِه فَ ُه َو َش ِهي ٌد َوَمن قُتِ َل ُدو َن أَهلِ ِه أَو ُدو َن َد ِم ِه أَو ُدو َن ِدينِ ِه فَ ُه َو َش ِهي ٌد‬
َ َ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫صلَّى‬ ِّ ِ‫َعن الن‬
َ ‫َّيب‬
284
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 10.
285
Wasilah yang dimaksud disini adalah sebagai perantara.
Sedangkan wasilah wal fadhilah yang dimaksud dalam doa azan adalah
tempat istimewa di surga Allah swt sebagaimana telah dijelaskan oleh
Rasulullah saw baik dalam jalur hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhori No hadis 579 maupun Imam Muslim No hadis 577:
‫إذا مسعتم املؤذن فقولوا مثل ما يقول مث صلوا علي فإنه من صلى علي صالة صلى هللا عليه هبا عشرا مث‬
‫سلوا هللا يل الوسيلة فإهنا منزلة يف اْلنة ال تنبغي إال لعبد من عباد هللا وأرجو أن أكون أان هو فمن‬
‫سأل يل الوسيلة حلت له الشفاعة ( الوسيلة ) قد فسرها صلى هللا عليه و سلم أبهنا منزلة يف اْلنة‬
‫قال أهل اللغة الوسيلة املنزلة عند امللك‬
Apabila kalian mendengar suara adzan, maka katakanlah seperti yang
dikatankan oleh mu'adzin, kemudian bacalah sholawat kepada saya, hal ini
disebabkan seorang yang bersholawat kepada saya satu kali, niscaya Allah
swt memberikan limpahan rahmat sebanyak sepuluh kali, kemudian
mohonkan kepada Allah swt untuk saya agar meraih wasilah wal fadhilah,
karena sungguh wasilah wal fadhilah adalah manzilah/tempat istimewa (di
surga/di sisi Allah al-Malik/Yang Maha Raja) yang tidak pantas bagi
siapapun diantara hamba-hamba Allah swt.
164
mengkonsumsi makanan dan minuman yang setiap hari
dikerjakan akan menjadi sabab diampuni dosa-dosanya yang
telah berlalu286 dan lebih urgen daripada hal tersebut adalah
didapatkan ridha Allah287 swt, kholiqu kulli syain (Zat Yang
Maha Menciptakan segala sesuatu).

Dari riwayat di atas, disunnahkan membaca sholawat kepada Rasulullah


saw sebelum membaca doa adzan. Ulama' mengatakan boleh dengan
redaksi sholawat manapun, walaupun di Mekkah membaca shalawat
Ibrohimiyah, karena sholawat tersebut adalah afdhol al-Sholah (sebaik-baik
shalawat).
286
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dalam al-
Mustadrok, juz 1 hal 507. No hadis 1869:

‫ َو َرزَ قَنِي ِه مِ ْن‬، ‫طعَ َمنِي َهذَا‬ ْ َ‫لِل الذِي أ‬ِ ِ ‫ ْال َح ْمده‬: ‫طعَا ًما فَقَا َل‬ َ ‫ َم ْن أَ َك َل‬: ‫سل َم َقا َل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ‫صلى ّللاه‬ َ ‫أَن النبِي‬
‫سانِي َهذَا‬ َ ‫لِل الذِي َك‬ ْ
ِ ِ ‫ ال َح ْمده‬: ‫س ثَ ْوبًا فَقَا َل‬ َ ‫ َو َم ْن لَ ِب‬، ‫غف َِر لَهه َما تَقَد َم مِ ْن ذَ ْنبِ ِه‬ ‫ ه‬، ‫غي ِْر َح ْول مِ نِي َولَ قهوة‬ َ
‫ َولَ قهوة ه‬، ‫غي ِْر َح ْول مِ نِي‬
.‫غف َِر لَهه َما تَقَد َم مِ ْن ذَ ْنبِ ِه‬ َ ‫مِ ْن‬
Rasulullah saw sungguh telah bersabda: Seorang yang memakan makanan
dan memakai pakaian kemudian berdo'a dengan do'a (seperti di atas),
niscaya dosa-dosanya (yakni dosa-dosa kecil) diampunkan oleh Allah swt.
Dalam riwayat No1871:
‫لِل ِإل َوقَدْ أَدى‬ ِ ِ ‫ ْال َح ْمده‬: ‫عبْد مِ ْن نِ ْع َمة فَقَا َل‬ َ ‫علَى‬ َ ‫ َما أَ ْن َع َم ّللاه‬: ‫علَ ْي ِه َو َسل َم‬ َ ‫صلى ّللاه‬ َ ‫هللا‬ ِ ‫قَا َل َرسهو هل‬
.‫غف ََر ّللاه لَهه ذهنهوبَهه‬
َ َ‫ فَإِ ْن قَالَ َها الثا ِلثَة‬، ‫ فَإِ ْن قَالَ َها الثانِيَةَ َجددَ ّللاه َلهه ثَ َوا َب َها‬، ‫ش ْك َرهَا‬ ‫ه‬
Rasulullah saw bersabda: Tidaklah Allah swt memberikan nikmat atas
seorang hamba dan dia membaca alhamdulillah, maka sungguh dia telah
menunaikan syukur atas nikmat tersebut, jika dia mengucapkan
alahamdulillah yang ke dua kalinya, maka Allah swt akan memperbaharui
pahalanya, jika dia mengucapkan alhamdulillah yang ke tiga, maka Allah
swt akan mengampuni dosa-dosanya.
287
Dalam riwayat Imam Muslim, No hadis 4915:
‫ب‬ َ َ َ ْ َ َ ‫ع ْن ْال َع ْب ِد أَ ْن َيأ ْ هك َل ْاْل َ ْكلَةَ َف َيحْ َمدَهه‬
‫ر‬ ‫ش‬ْ ‫ي‬ ‫و‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬‫ع‬ َ ‫ضى‬ َ ْ‫ّللا لَيَر‬
َ ‫سل َم ِإن‬ َ ‫ع َل ْي ِه َو‬
َ ‫صلى ّللاه‬ َ ‫ّللا‬ِ ‫قَا َل َرسهو هل‬
َ ‫الشرْ بَةَ َفيَحْ َمدَهه‬
‫علَ ْي َها‬
Rasulullah saw bersabda:Allah swt sungguh ridha dari seorang hamba,
apabila telah mengkonsumsi makanan dan minuman, dia membaca
tahmid/memuji Allah swt dengan membaca alhamdulillah.
165
4. Hadis tentang bayi terlahir atas dasar fitrah
Hadis tentang fitah berkaitan dengan surat al-Ru>m
ayat 30 yang artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan
Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Fitrah Allah yang dimaksud adalah ciptaan Allah.
Manusia yang diciptakan Allah mempunyai naluri beragama
yaitu agama tauhid, bila ada manusia tidak memiliki tauhid,
maka diantara penyebabnya adalah pengaruh lingkungan.
Hakikatnya adalah man yahdillahu falaa mudhilla lahu wa man
yudhlil falaa haadiya lahu/seorang yang diberikan hidayah
oleh Allah swt tidak bisa disesatkan, sedangkan orang yang
disesatkan Allah swt tidak aka nada seorangpun yang bisa
memberinya hidayah.
Hadis tentang fitah berkaiatan dengan surat al-A’ra>f:
172 yang artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab:

Sebagaimana dikutip dalam riwayat di atas sebagai doa pelengkap dari


tahmid.
166
"Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Ayat di atas menjelaskan adanya fitrah sebagai
kelanjutan dari perjanjian Allah swt dengan manusia ketika
berada dalam alam ruhani, sehingga perjanjian tersebut dikenal
dengan perjanjian Azali>, perjanjian di masa yang tidak
terhingga di masa lalu from all eternity.288
Di era sekarang, sering muncul pernyataan “anak
haram”. Pada dasarnya yang haram bukanlah anak tersebut,
akan tetapi hubungan yang belum direstui agama yang
terlarang, sehingga imbasnya anak yang terkena implikasinya,
sehingga sebagian berargumen bahwa anak hasil perzinaan
tidak akan masuk ke dalam surga sampai tujuh keturunan.
Subhanallah, informasi tersebut merupakan suatu kebatilan
disebabkan diambil dari riwayat yang maudhu' (palsu).
Rasulullah saw menjelaskan dalam hadis bahwa setiap
bayi289 yang baru dilahirkan niscaya dipegang oleh syaiton,

Nurcholis Majid, Pesan-Pesan Takwa: Kumpulan Khutbah


288

Jum’at di Paramadina (Jakarta: Paramadina, 2005), hlm. 223.


289
Dalam sirah Subul al-Hadi wa al-Rasyad, juz 1, hal. 349:
‫قال الحافظ في الفتح وفي سير الواقدي أن النبي صلى هللا عليه وسلم تكلم في المهد أوائل ما ولد‬
‫وذكر ابن سبع رحمه هللا تعالى في الخصائص أن مهده صلى هللا عليه وسلم كان يتحرك بتحريك‬
167
kecuali Maryam dan anaknya, Nabi Isa as.290 Dalam perspektif
medis apabila bayi yang dilahirkan dalam keadaan menangis
maka terlahir dalam keadaan sehat, apabila terlahir dalam
keadaan tidak menangis, maka bayi tersebut adakalanya
meminum air ketuban. Rasulullah saw mengajarkan291 kepada
umatnya agar segera azan di telinga sebelah kanan bayi yang
baru dilahirkan dan iqomah di telinga sebelah kiri bayi.

‫ تكلم في المهد‬:‫ " هللا أكبر كبيرا والحمد هلل كثيرا فائدة‬:‫المالئكة له وأن أول كالم تكلم به أن قال‬
‫ تكلم في المهد النبي محمد‬:‫جماعة نظم شيخنا رحمه هللا تعالى أسماءهم في كتابه قالئد الفوائد فقال‬
‫وموسى وعيسى والخليل ومريم ومبرئ جريج ثم شاهد يوسف وطفل لدى اْلخدود يرويه مسلم‬
‫وطفل عليه مر باْلمة التي يقال لها تزني ول تتكلم وماشطة في عهد فرعون طفلها وفي زمن‬
‫الهادي المبارك يختم وهللا سبحانه وتعالى أعلم بالصواب‬
Al-Hafiz Imam Ibnu Hajar al-Asqolani mengutip riwayat bayi-bayi yang
bisa berbicara, diantaranya adalah: Rasulullah saw (perkataan beliau
pertama kali di masa bayi adalah Allah akbar kabiro walhamdulillah
katsiro), Nabi Musa as, Nabi Isa as, Nabi Ibrahim as, Sayidah Maryam,
Bayi yang belepas diri dari Juraij, Bayi yang menjadi saksi Nabi Yusuf as,
Bayi yang menyaksikan orang-orang yang terbunuh dalam kelompok ashab
al-Ukhdud yang diriwayatkan Imam Muslim, Bayi yang meliwati wanita
yang dituduh berzina dan pria ahli ibadah karena riya'sebagaimana
riwayat Imam Bukhori, Bayi Masyithoh (tukang sisir yang menyembunyikan
keimanannya) pada zaman Fir'aun, Bayi yang dibuang ke jurang pada
masa Rasulullah saw sedang haji wada' sehingga ke dua orang tuanya
masuk agama Islam.
290
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, No hadis. 6211:
‫ إِالَّ َمرَيَ َواب نَ َها‬، ُ‫آد َم ميََ ُّسهُ الشَّيطَا ُن يَوَم َولَ َدتهُ أ ُُّمه‬
َ ‫ُك ُّل بَِين‬
291
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, No hadis 4441:
ِ‫لص َالة‬ ِ َ‫اَّلل علَي ِه وسلَّم أَذَّ َن ِيف أُذُ ِن احلس ِن ب ِن علِ ٍي ِحني ولَ َدته ف‬
َّ ‫اط َمةُ ِاب‬ َِّ ‫ول‬
َّ َ ‫اَّلل‬
ُ ََ ّ َ ََ َ َ َ َ َُّ ‫صلى‬ َ ‫ت َر ُس‬
ُ ‫َرأَي‬
Rasullullah saw mengumandangkan azan pada cucunya, yakni sayidina
Hasan, dimana beliau menjelaskan bahwa kedua cucunya (Hasan dan
Husain) adalah imam pemuda di syurga/sayyida syabab al-Jannah.
168
Hal ini dilakukan sebagai tarbiyah menanamkan
tauhid pada setiap bayi yang baru lahir. Selain dari sifat
soleh/aktivitas setiap hari orang tua, terutama ibu yang sering
membaca al-Qur'an, beribadah secara istiqomah, sholawat,
sedekah dan lain-lain. Perbuatan ibu tersebut direkam292
dengan jelas oleh calon bayi yang akan terlahir di kemudian
hari. Sebab para pakar medis menjelaskan, setelah usia
kandungan 4 bulan (ditiupkan ruh) maka organ tubuh, yakni
telinga293 bayi sudah mulai aktif untuk mendengar setiap
perkataan yang keluar dari ibunya dan sekitarnya.
Dalam surat al-Taubah ayat 28: Orang-orang musyrik
adalah najis.294 Ayat ini seyogyanya dipahami secara maknawi
bukan hakiki, yakni orang-orang musyrik tidak suci
i’’tiqadnya (keyakinan batinnya). Jadi, seorang Muslim tetap
diperbolehkan bermuamalah, termasuk bersalaman dengan

292
Sebagaimana kacang yang tidak jauh dari kulitnya, demikian
bayi yang dilahirkan tidak lain merupakan "fotokopi" dari ke dua orang tua.
293
Redaksi pendengaran didahulukan daripada penglihatan dan hati
karena secara medis organ yang pertama berfungsi bagi bayi adalah
telinganya, yani dalam surat al-Isra' ayat 36:
َ ِ‫صَر َوال ُف َؤ َاد ُك ُّل أُولَئ‬
‫ك َكا َن َعنهُ َمسئُ ًوال‬ َّ ‫ك بِِه عِل ٌم إِ َّن‬
َ َ‫السم َع َوالب‬ َ َ‫س ل‬
َ ‫ف َما لَي‬
ُ ‫َوَال تَق‬
Janganlah kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui, sungguh pendengaran,
penglihatan dan hati, segala sesuatu akan ditanyakan.
294

‫س‬ ِ َِّ ِ َّ
ٌ َ‫ين آَ َمنُوا إمنَا ال ُمشرُكو َن ََن‬
َ ‫َاي أَيُّ َها الذ‬
Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik
adalah najis (batin, i'tiqod;keyakinannya).
169
orang non Muslim (sesama jenis). Hal yang dilarang adalah
berserikat dalam masalah ibadah, sebagaimana dijelaskan
dalam al-Qur’an surat al-Mumtah}nah ayat 8-9295 dan al-
Kafirun ayat 6296.
Sahabat ternama, Abu Hurairah pada suatu saat
berjumpa Rasulullah saw di salah satu jalan Madinah,
sedangkan dia sedang dalam keadaan junub, kemudian dia
segera mundur (kembali pulang) untuk mandi jinabah sebelum
berjumpa Rasulullah saw, kemudian Abu Hurairah
menjelaskan kepada Rasulullah saw; saya tidak ingin berjumpa
denganmu kecuali dalam keadaan suci, Rasulullah saw
bersabda: Sungguh orang Muslim297 tidaklah najis.298 Bahkan

295
Ayat dan terjemahnya adalah sebagai berikut:
‫ني إَِّمنَا‬ ِ
‫ط‬ ‫س‬ِ ‫ق‬ ‫م‬ ِ َّ ‫اَّلل ع ِن الَّ ِذين َمل ي َقاتِلُوُكم ِيف ال ِّدي ِن وَمل ُخي ِرجوُكم ِمن ِداي ِرُكم أَن تَربُّوهم وتُق ِسطُوا إِلَي ِهم إِ َّن‬
َ ُ ‫اَّللَ ُحي‬
‫ال‬ ‫ب‬ ُّ َ ُ َ َ ُ َ ُ َ َ َُّ ‫َال يَن َها ُك ُم‬
ِ َّ َّ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ
‫ك ُه ُم‬ َ ‫اه ُروا عَلَى إخَراج ُكم أَن تَ َولو ُهم َوَمن يَتَ َوهلُم فَأُولَئ‬ َ َ‫ين قَاتَلُوُكم يف ال ّدي ِن َوأَخَر ُجوُكم من د َايرُكم َوظ‬ َ ‫اَّللُ عَ ِن الذ‬ َّ ‫يَن َها ُك ُم‬
‫الظَّالِ ُمو َن‬
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan
sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan
mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. dan Barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim
296
Ayat dan terjemahnya adalah sebagai berikut:
‫يل ِدي ِن‬ِ ِ
َ ‫لَ ُكم دينُ ُكم َو‬
Bagi kalian agama kailan, bagiku agamaku.
297
Dalam sebagian riwayat menggunakan redaksi; orang Mu'min.
170
‫‪di dalam literatur klasik disebutkan, setiap manusia adalah‬‬
‫‪suci, walaupun telah meninggal dunia.299‬‬
‫‪Imam al-Hafidz Abil Fida' Ibnu Katsir al-Dimasyqi‬‬
‫‪mengutip riwayat dalam kitab tafsirnya300, adakalanya‬‬
‫‪keturunan/anak orang Muslim yang meninggal di waktu kecil‬‬
‫‪akan ditanggung oleh Nabiyullah Ibrahim as,301 ketika‬‬
‫‪Rasulullah saw ditanya dimana anak-anak orang musrik,‬‬
‫‪beliau menjawab: menjadi pelayan penduduk surga,302‬‬

‫‪298‬‬
‫‪Hadis di atas diriwayatkan dalam Sunan Abi Dawud, juz 1, hal.‬‬
‫‪109. No hadis 231‬‬
‫حدثنا مسدد ثنا حيىي وبشر عن ْحيد عن بكر عن أيب رافع عن أيب هريرة قال لقيين رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يف‬
‫طريق من طرق املدينة وأان جنب فاختنست ( أي أتخرت وتواريت ) فذهبت فاغتسلت مث جئت فقال " أين كنت اي أاب‬
‫هريرة ؟ " قال قلت إين كنت جنبا فكرهت أن أجالسك على غري طهارة فقال سبحان هللا إن املسلم ال ينجس‬
‫‪299‬‬
‫‪Konsep ulama adalah man adza mayyitan fakaannama adza‬‬
‫‪hayyan; seorang yang menyakiti mayit sama dengan dia menyakitinya‬‬
‫‪ketika dia masih hidup.‬‬
‫‪300‬‬
‫‪Abi> al-Fida>’ Ibnu Kas}i>r al-Dimasyqi>, Tafsi>r al-Qur’an al-‘Az}i>m‬‬
‫‪(Beiru>t: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 2006), juz 3, hlm. 31. Ketiga hadis yang‬‬
‫‪dikutip di bawah diambil dari hal 31.‬‬
‫‪301‬‬

‫عن أيب هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال‪" :‬كل مولود يولد على الفطرة‪ ,‬فأبواه يهودانه أو ينصرانه‬
‫أو ميجسانه‪ ,‬كما تنتج البهيمة مجعاء‪ ,‬هل حتسون فيها من جدعاء ؟" ويف رواية قالوا‪ :‬ايرسول هللا‪ ,‬أفرأيت من ميوت صغرياً‬
‫؟ قال‪" :‬هللا أعلم مبا كانوا عاملني"‪ .‬وقال اإلمام أْحد‪ :‬حدثنا موسى بن داود‪ ,‬حدثنا عبد الرْحن بن اثبت عن عطاء بن‬
‫قرة عن عبد هللا بن ضمرة‪ ,‬عن أيب هريرة رضي هللا عنه عن النيب صلى هللا عليه وسلم فيما أعلم ‪ -‬شك موسى ‪ -‬قال‪:‬‬
‫"ذراري املسلمني يف اْلنة يكفلهم إبراهيم عليه السالم" ويف صحيح مسلم عن عياض بن ْحار عن رسول هللا صلى هللا عليه‬
‫وسلم عن هللا عز وجل أنه قال‪" :‬إين خلقت عبادي حنفاء "‪ ,‬ويف رواية لغريه "مسلمني"‪.‬‬
‫‪302‬‬

‫) عن مسرة رضي هللا عنه‪ .‬رواه احلافظ أبو بكر الربقاين يف كتابه املستخرج على البخاري من حديث عوف األعرايب‪ .‬عن‬
‫أيب رجاء العطاردي عن مسرة رضي هللا عنه‪ ,‬عن النيب صلى هللا عليه وسلم قال‪" :‬كل مولود يولد على الفطرة" فناداه‬
‫‪171‬‬
‫‪adakalanya Rasulullah saw menguji anak-anak orang musyrik,‬‬
‫‪sebagian dari mereka ada yang "lulus" sehingga masuk ke‬‬
‫‪dalam surga (bersama Rasulullah saw, orang yang mati syahid,‬‬
‫‪anak-anak yang dikubur dalam keadaan hidup) dan sebagian‬‬
‫‪masuk ke dalam neraka.303‬‬
‫’>‪Hadis di atas sebagai bantahan terhadap hadis maud}u‬‬

‫‪yang dinisbatkan kepada Abdullah bin Umar: Anak zina tidak‬‬

‫‪akan masuk surga sampai dengan tujuh keturunan, mereka‬‬

‫‪akan dibangkitkan di hari kiamat dengan rupa babi.304‬‬

‫‪Bagaimana mungkin bisa terjadi sedangkan anak belum‬‬

‫‪dilahirkan, tetapi diklaim masuk neraka? Allah swt telah‬‬

‫الناس‪ :‬اي رسول هللا وأوالد املشركني ؟ قال‪" :‬وأوالد املشركني"‪ .‬وقال الطرباين‪ :‬حدثنا عبد هللا بن أْحد‪ ,‬حدثنا عقبة بن‬
‫مكرم الضيب عن عيسى بن شعيب‪ ,‬عن عباد بن منصور عن أيب رجاء‪ ,‬عن مسرة قال‪ :‬سألنا رسول هللا صلى هللا عليه‬
‫وسلم عن أطفال املشركني‪ ,‬فقال‪" :‬هم خدم أهل اْلنة"‪.‬‬
‫‪303‬‬

‫عن عم حسناء قال أْحد‪ :‬حدثنا روح‪ ,‬حدثنا عوف عن حسناء بنت معاوية‪ ,‬من بين صري قالت‪ :‬حدثين عمي قال‪:‬‬
‫قلت‪ :‬اي رسول هللا من يف اْلنة ؟ قال‪ " :‬النيب يف اْلنة‪ ,‬والشهيد يف اْلنة‪ ,‬واملولود يف اْلنة‪ ,‬والوئيد يف اْلنة"‪ .‬فمن العلماء‬
‫من ذهب إىل الوقوف فيهم هلذا احلديث‪ ,‬ومنهم من جزم هلم ابْلنة حلديث مسرة بن جندب يف صحيح البخاري أنه عليه‬
‫الصالة والسالم قال يف مجلة ذلك املنام حني مر على ذلك الشيخ حتت الشجرة وحوله ولدان‪ ,‬فقال له جربيل‪ :‬هذا إبراهيم‬
‫عليه السالم‪ ,‬وهؤالء أوالد املسلمني وأوالد املشركني‪ ,‬قالوا‪ :‬اي رسول هللا وأوالد املشركني ؟ قال‪" :‬نعم وأوالد املشركني"‬
‫ومنهم من جزم هلم ابلنار لقوله عليه السالم‪" :‬هم مع آابئهم" ومنهم من ذهب إىل أ ّهنم (ميتحنون يوم القيامة يف‬
‫العرصات)‪ ,‬فمن أطاع دخل اْلنة وانكشف على هللا فيهم بسابق السعادة‪ ,‬ومن عصى دخل النار داخراً وانكشف علم‬
‫هللا به بسابق الشقاوة‬
‫‪304‬‬
‫‪S{ala>h{ al-Di>n al-Adlabi, Manhaj Naqd, hlm. 335; Abdul Majid‬‬
‫‪Khon, Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah, 2008), hlm. 211.‬‬
‫‪172‬‬
menciptakan surga dan neraka dengan penghuninya yang telah

dijelaskan sifat-sifatnya di dalam al-Qur'’n dan hadis. Hal ini

mustahil (muh}a>l, imposibble). Hal ini jelas bertentangan

dengan firman Allah surat al-An’am ayat 164 yang artinya:

Dan tidaklah seseorang berbuat dosa, melainkan

kemud}aratannya akan kembali kepada dirinya sendiri.

Hadis yang lain yang terbantahkan adalah riwayat

Imam Ah}mad:Anak hasil perzinaan adalah yang terburuk di

antara tiga orang (ayah, ibu, dan anaknya).305

Dengan demikian, seorang Muslim tidak akan bersifat


ekstrim (berlebihan: Ghuluw fi al-Di>n) dalam menetapkan
suatu hukum, seperti jika bukan kelompok mereka maka halal
darahnya, termasuk sebagian kelompok yang membersihkan
tempat ibadahnya apabila ada kelompok lain yang berbeda

305

‫ولد الزان شر الثالثة‬


Hadis di atas diriwayatkan oleh Ah}mad bin H}ambal dalam
Musnad Ah}mad, juz 6, hlm. 109; al-Baihaqi>, dalam al-Sunan al-Kubra>, juz
10, hlm. 58. Lihat takhri>j dalam kitabnya: al-Ah}a>di>s} al-Musykilah al-
Wa>ridah fi Tafsi>r al-Qur’an al-Kari>m (Arab Saudi: Da>r Ibnu Jauzi, 2009),
hlm. 208, karya Ah}mad bin Abdul Aziz bin Muqrin al-Qus}ayyir.
173
pendapat atau madzhab dengan mereka datang untuk
beribadah306.
Hal tersebut tidak sesuai dengan riwayat seperti yang
telah disebutkan pada kajian di atas. Nashir al-Sunnah
sekaliber Imam Syafi'i mengatakan Ro'yi Showab wa
yahtamilu al-Khotho' wa Ro'yu Grairina Khotho' wa yahtamilu
al-Showaba; pendapat saya benar, tetapi ada kemungkinan
salah, sedangkan pendapat selain saya salah dan ada
kemungkinan benar. Imam Syafi'i mengatakan; jika kalian
menemukan sunnah Rasulullah saw bertentangan dengan
perkataan saya, maka tinggalkanlah perkataan saya, karena
sungguh saya berkata atas dasar sunnah baginda Rasulullah

306
Kritik penulis atas sebagian pendapat; "tidak sah shalat
dibelakang imam yang berbeda madzhab, sebagian melebihi batas dalam
beragama (ghuluw) yakni tidak boleh menjadi makmum jika berbeda Ormas
(Organisasi Masyarakat)". Andai benar statement tersebut, maka shalat
orang sedunia akan tidak sah ketika berada di Makkah dan Madinah sebab
Imamnya berbeda madzhab. Wallah a'lam. Pendapat para Imam madzhab
sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hajar al-Asqolani dalam Fath al-bari kitab
Iman, hal 147:
، ‫عن َمالِك‬َ ‫ وإن كَانَ غير محمود فِي دينه‬، ‫ أَنهه يجيز الصالة خلف من أقام الصالة‬: ‫وعن الشافِعِي‬
‫ ويصلى خلف أئمة الجور ووقف َمالِك ِيف‬، ‫ ل يصلى خلف أهل البدع من القدرية وغيرهم‬: ‫أَنهه قَا َل‬
‫ تكره إمامة أهل البدع‬: ‫س ْفيَان الثوري‬
‫علَى مذهب ه‬
َ ‫و‬ ‫إعادة من صلى خلف مبتدع‬
Imam Syafi'i membolehkan shalat dibelakang orang yang telah mendirikan
shalat, walaupun segi agamanya tidak terpuji. Imam Malik memilih untuk
mengulang shalat ketika yang menjadi imam adalah ahli bid'ah dan beliau
berpendapat janganlah shalat sebagai makmum, sedangkan yang menjadi
imam dari kalangan qodariyah atau "sejenis" dengan mereka. Sedangkan
Imam Sufyan al-Tsauri memakruhkan ahli bid'ah menjadi imam.
174
saw.307 Hal ini seperti yang telah dikatakan oleh guru beliau,
yakni Imam Malik, bahkan demikian hebatnya kedua ulama
tersebut untuk saling menghormati antara guru dan muridnya,
ditemukan di salah satu tiang masjid Nabawi:
‫من اراد علم النفيس فعليه مبحمد بن ادريس‬

Seorang yang ingin belajar ilmu yang baik/bermanfa'at,


hendaklah dia belajar kepada Imam Syafi'i.
‫و كيف ذالك واان تلميذك اي مالك‬

Bagaimana tidak, sedangkan saya adalah muridmu, ya Malik.


Meskipun manusia sering kali mengalami khilaf
sebagaimana disinyalir dalam beberapa riwayat: “al-Insa>n
mah}al al-Khat}a’ wa al-Nisya>n”308 (manusia berpotensi
melakukan kesalahan dan lupa), akan tetapi hal ini tidak
menjadikan dirinya hina (terlebih najis), apabila ia segera
bertaubat pada Allah swt. Dalam riwayat Imam Tirmidzi No
hadis 2423 disebutkan:

307
Jamal bin Furaihan al-Haritsi dalam kitab Lam al-Durar al-
Mantsur min al-Qoul al-Ma'tsur fi I'tiqad wa al-Sunnah, hal 33.
308
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam Sunannya, juz 6, hal.
215 No hadis. 2033:
‫اَّللَ َجتَ َاوَز َعن أ َُّم ِيت اْلَطَأَ َوالنِّسيَا َن َوَما استُك ِرُهوا َعلَي ِه‬
َّ ‫إِ َّن‬
Allah swt sungguh memaafkan dari umat Rasulillah saw; salah, lupa dan
sesuatu yang dipaksa atasnya.
175
َِّ ‫رسول‬
َ َّ‫آدم خطَّاءٌ وخريُ اْلَط‬
‫ائني التَّوابو َن‬ َ ‫ ُك ُّل بَين‬: ‫اَّلل صلى هللا عليه وسلم قال‬ َ ‫أن‬
Sungguh Rasulullah saw bersabda: Setiap keturunan
Nabi Adam as adalah sering berbuat salah (yang menyebabkan
melakukan ma'shiyat dan dosa-dosa) dan orang yang terbaik
diantara mereka adalah yang mau bertaubat/kembali kepada
Allah swt.

5. Hadis tentang malaikat tidak masuk ke rumah yang


memelihara anjing dan ada gambar.
Di zaman sekarang, masih terdapat orang yang
memperberat dirinya dan berpegang pada pendapat yang
ekstrim sebagai upaya untuk mengambil jalan yang lebih aman
dan berhati-hati, sehingga dia mengharamkan segala bentuk
hiburan, nyanyian, musik, bahkan segala bentuk gambar,
termasuk hasil fotografi, televisi, dan sebagainya. Akan tetapi,
adakah pemerintah masa kini mampu berjalan atas cara
demikian? Adakah surat kabar yang representatif tanpa foto-
foto? Adakah Kementerian Dalam Negeri, Jawatan Imigrasi,
paspor, identitas pribadi, lalu lintas, sekolah, universitas dan
lain-lain di zaman sekarang yang tidak menggunkan foto,
sedangkan foto telah menjadi alat penting untuk menghindari
pemalsuan dan mencegah orang yang akan memalsukan?
176
Apakah sebuah pemerintahan Muslim merasa cukup dengan
adanya siaran di radio dan menolak televisi, dengan alasan ia
berupa gambar, sedangkan gambar itu adalah haram?.309
Dengan adanya pemahaman hadis yang kontekstual,
pertanyaan-pertanyaan di atas dapat terjawab. Hadis yang
menyatakan adanya larangan tentang gambar yang dipasang di
dalam rumah adalah gambar-gambar untuk disembah.
Sedangkan untuk zaman sekarang, dimana pemahaman
masyarakat sudah berubah, maka gambar-gambar yang
bermotif lukisan, seni, foto, dan yang semacamnya tetap
diperbolehkan dengan menjaga nilai-nilai agama dan moral. 310
Dalam realitas sekarang, cukup banyak orang yang
memelihara anjing. Bagi penulis yang perlu diperhatikan
adalah menjaga dari najisnya. Dalam hal najis yang berasal
dari anjing, Nabi Muhammad saw memberikan pelajaran pada
umatnya agar membasuh sebanyak tujuh kali, salah satunya
dicampur dengan debu apabila terkena jilatan dari anjing
(walaupun dikalangan ulama terjadi perbedaan pendapat
tentang najisnya anjing). Hal yang tidak diperselisihkan adalah

309
Yusuf al-Qara>d}a>wi>, al-S}ahwah al-Islamiyah, hlm. 155-156.
310
Untuk lebih jelasnya dapat dibaca: M. Syuhudi Ismail, Hadis
Nabi Yang Tekstual dan Kontekstual (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1994),
hlm. 36-38.
177
dagingnya tidak boleh untuk dimakan,311 akan tetapi kenapa
masih ada yang menghalalkan daging anjing untuk dimakan,
dengan argumentasi tidak ada dalilnya di dalam al-Qur’an dan
hadis. Menurut penulis, ini merupakan salah satu interpretasi
bi al-Ra’yi al-Mazmu>m (tafsir dengan logika) yang dilarang
oleh agama dan bisa disebut sesat dan menyesatkan.312
Alangkah baiknya agar anjing peliharaan tersebut
dibuatkan rumah tersendiri, dengan maksud menjaga kesucian
rumah. Dalam kritik matan, sebagaimana dipaparkan di atas,
anjing bermakna majazi. Oleh karenanya yang diperlukan bagi
penuntut ilmu pengetahuan adalah menjaga kebersihan hati,
meminjam istilah Abdullah Gym Nastiar “Manejemen Qolbu”.
Menurut penulis, penjagaan terhadap hati sangat penting
mengingat pada kondisi saat ini banyak terdapat orang pintar,
tetapi tidak benar, hal ini disebabkan mereka hanya mengkaji
ilmu secara zahir, dengan pengertian ilmu yang dipelajari
bukanlah ilmu yang mendekatkan mereka kepada Allah swt.
Oleh karena itu menurut hemat penulis, ilmu haruslah bersifat

311
Dalam keadaan darurat (terpaksa) daging apapun boleh
dimakan, sebagimana kaidah fikih: al-H}ukmu Mutagayyir bi Tagayyur al-
Amka>n wa al-Azma>n, hukum itu dapat berubah sesuai dengan keadaan dan
tempat.
312
‫ضال مضل‬
178
amaliah, yaitu digunakan untuk bekerja atau beramal demi
meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat.
Rasulullah saw menjelaskan ketika memberikan tarhib
(warning: larangan yang bersifat ancaman;punishment) dalam
hal memelihara anjing:
‫َن أ ََاب ُهَري َرَة َر ِض َي‬
َّ ‫يل َحدَّثَنَا َمهَّ ٌام َعن َحي َىي قَ َال َح َّدثَِين أَبُو َسلَ َمةَ أ‬ ِ ِ
َ ‫وسى ب ُن إمسَاع‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُم‬
‫ك َكلبًا يَن ُقص ِمن‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم َمن أَم َس‬
َّ ‫صلَّى‬ َ ‫اَّلل‬ ُ ‫اَّللُ َعنهُ َح َّدثَهُ قَ َال قَ َال َر ُس‬
َّ

‫اشيَ ٍة‬ ٍ ‫عملِ ِه ُك َّل ي وٍم قِريا ٌط إَِّال َكلب حر‬


ِ ‫ث أَو َكلب م‬
َ َ َ َ َ َ ََ
Seorang Muslim yang memelihara anjing, kecuali
anjing yang digunakan untuk menjaga tanaman atau menjaga
binatang ternak niscaya dikurangi amal kebajikan dalam setiap
harinya satu qiroth (satu gunung besar).313
Imam Ah}mad bin H}anbal (salah satu tokoh maz}hab
ternama) menulis kitab al-Zuhd, sebagaimana dikutip oleh
Quraish Shibah; bahwa dia berjumpa dengan sufi besar, Ma>lik
bin Dina>r yang sedang membawa seekor anjing. Maka dia
bertanya: “Untuk apa anjing itu?” Ma>lik menjawab: “Ia lebih
baik daripada manusia yang menjadi teman buruk.”314

Shahih Bukhori, hal. 103. No hadis. 3077. Dalam riwayat lain


313

yang dikutip Imam Bukhori No hadis 5060 berkurang sebanyak dua qiroth.
314
M. Quraish Shihab, Dia di Mana-Mana: “Tangan” Tuhan
dibalik Setiap Fenomena (Jakarta: Lentera Hati, 2004), hlm. 259.
179
Ulama lain bernama Muhammad bin Khalaf al-
Murzaba>n menulis buku dengan judul Fad}l al-Kila>b ‘ala> Kas}i>r
min man Labisa al-S}iya>b (keutamaan anjing atas banyak
manusia yang menggunakan busana). Dalam buku itu
dijelaskan banyak tentang keistimewaan anjing. Menurut
Quraish Shihab memang boleh jadi demikian halnya, banyak
anjing yang lebih bermanfaat daripada manusia.315
Imam al-Gaza>li> dalam Ih}ya>’ ‘Ulu>m al-Di>n
menganalisis dengan interpretasi atas redaksi hadis: malaikat
tidak masuk dalam rumah yang terdapat anjing: bahwa hati
manusia bagaikan sebuah rumah yang merupakan tempat
tinggal sekaligus tempat turunnya malaikat, sedangkan sifat-
sifat yang rendah seperti marah, syahwat, dengki, sombong,
‘ujub (bangga dengan diri sendiri), dan sifat-sifat lainnya
diibaratkan sebagai anjing-anjing yang dapat menolak
kedatangan malaikat. Bagaimana mungkin hati yang
merupakan nur al-Ilmi (cahaya ilmu) dapat menerima ilmu

M. Quraish Shihab, Dia di Mana-Mana, hlm. 259. Seorang


315

Muslim apabila memiliki sifat yang terpuji serta bertakwa kepada Allah
swt nicsaya derajatnya melebihi malaikat, sedangkan mafhum
muwafaqohnya adalah apabila seorang Muslim tidak memiliki sifat
tersebut niscaya bisa turun ke derajat bawah yang lebih hina daripada
hewan, yakni asfala safilin. Allah swt telah memberikan ilham/opsi kepada
setiap hamba-Nya, yakni sifat bertakwa dan sifat berbuat dosa yang
tercela, sebagaimana dijelaskan di dalam surat al-Syams ayat 8:
‫ورَها َوتَق َو َاها‬
َ ‫فَأَهلََم َها فُ ُج‬
180
(na>fi’: yang bermanfaat) bila hatinya masih penuh dengan
sifat-sifat kotor seperti disebutkan di atas?316
Syaikh al-Zarnuji menjelaskan dalam bab Menghindari
Akhlak Tercela:
Orang yang mencari ilmu dianjurkan untuk menghindar
dari akhlak yang tercela, karena hal itu ibarat seekor anjing,
Rasulullah saw bersabda: “malaikat tidak akan masuk ke
dalam rumah yang ada gambar dan anjing.” Sedang manusia
belajar dengan perantara malaikat.317
Menurut Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah),
sifat-sifat demikian merupakan najis ma’nawi>, yakni najis
yang mengotori jiwa, sehingga apabila seseorang yang mencari
ilmu mempunyai salah satu dari sifat tersebut, maka dia sulit
untuk memperolehnya, sebab ilmu itu cahaya dan datang dari
Allah swt.318 Dengan demikian kesucian hati menjadi salah
satu aspek yang paling urgen dalam menempuh keberhasilan
hidup di dunia dan di akhirat.319

316
Al-Gaza>li>, Ih}ya>’ ‘Ulu>m al-Di>n, juz 1, hlm. 51.
317
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 20.
318
Zulmuqim Alam, “Haji Abdul Karim Amrullah dan
pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau” dalam Jurnal Pemikiran
Islam dan Kependidikan al-Ta’li>m, Vol. VI No. 11. Th 2001, hlm. 90.
319
Rasulullah saw mengajarkan kepada setiap Muslim, apabila
melihat seekor ayam jago berkokok, sungguh ayam baru melihat malaikat,
maka berdo'alah kepada Allah swt, untuk meminta fadhol-Nya/anugrah
181
6. Hadis tentang agama teguh
‫اال ان هذا الدين متني فا وغلو فيه برفق وال تبغض على نفسك عبا دة هللا تعا ىل فان‬

‫املنبت ال ارضا قطع وال ظهرا ابقى‬

Imam Bukhori mengutip riwayat bahwa Rasulullah


saw bersabda:
320 ِ
‫اإلس َال ُم يَعلُو َوَال يُعلَى‬

Islam adalah luhur dan tidak akan terkalahkan.


Islam seringkali tertutup kebaikannya dikarenakan
perilaku kaum Muslimin sebagaimana dikatakan oleh Syaikh
Muhammad Abduh; al-Islam Mahjuub bil-Muslimin: Agama
Islam tertutup kebaikannya oleh kaum Muslimin.321
Abdullah bin Amr bin Ash adalah salah seorang
sahabat Rasulullah saw yang beribadah dengan sangat gigih
sehingga melupakan haknya istri, bahkan melupakan hak

Allah swt. Do'a yang paling sering dibaca oleh baginda Rasulullah saw
adalah doa sapu jagat yang tertera di dalam surat al-Baqarah. Sedangkan
apabila melihat himar/keledai meringkik, maka mohonlah perlindungan
kepada Allah swt dari gangguan syaiton(yakni dengan membaca
ta'awwudz), karena keledai bisa melihatnya. Riwayat Imam Bukhori di atas
adalah sebagai (bayan tafsir) penjelas al-Qur'an dalam surat Lukman ayat
19: Seburuk-buruk suara hewan adalah suara keledai
‫ت احلَ ِم ِري‬ ِ
َ َ‫إِ َّن أَن َكَر االص َوات ل‬
ُ ‫صو‬
320
Shahih Bukhori, Juz 5, hal. 139.
321
Lihat lebih lengkapnya karya Al Amir Syakib Arsalan, Limadza
Ta-akhkharal Muslimuna wa Limadza Taqoddama Ghairuhum, Terj
Moenawwar Chalil, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992).
182
dirinya sendiri, oleh karenanya Rasulullah saw menegurnya
dan bersabda: “Kabarnya kamu selalu berpuasa setiap hari dan
tidak pernah berbuka, serta s}alat setiap malam dan tidak
pernah tidur?” Abdullah bin Amr bin Ash mengiyakan.
Rasulullah saw bersabda: “Cukuplah berpuasa tiga hari dalam
setiap bulan!” Ia berkata: Aku sanggup lebih banyak daripada
itu! Rasulullah saw bersabda: “Cukuplah berpuasa dua hari
dalam seminggu!” Rasulullah saw bersabda: ”Hendaklah
berpuasa seperti Nabi Daud, puasa sehari lalu berbuka sehari”.
Akhirnya Abdullah bin Amr mematuhinya. Kemudian Nabi
saw bersabda: Sesungguhnya jasadmu mempunyai hak atasmu,
matamu mempunyai hak atasmu, dan keluargamu mempunyai
hak atasmu.322 Dari hadis di atas sebetulnya Nabi saw
mengajarkan kepada umatnya agar tidak memaksakan diri

Musbikin dan Ahmad Ibnu Nizar, Memilih Jalan Ala Abu


322

Nawas: Kisah-Kisah Teladan Buat Anakku (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2004), hlm. 304-305. Redaksi dalam hadis riwayat Imam Bukhori No hadis.
1839. Sedangkan dalam riwayat Imam Bukhori No hadis 1832, Salam al-
Farisi telah mengalami kisah seperti di atas dan mendapat teguran dari
Rasulullah saw.
‫ِير قَا َل َح َّدثَنِي‬ ٍ ‫ي قَا َل َح َّدثَنِي يَحْ يَى ْب ُن أَبِي َكث‬ ُّ ‫َّللا أَ ْخبَ َرنَا ْاْل َ ْوزَ ا ِع‬ ِ َّ ‫ع ْب ُد‬ َ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْب ُن ُمقَاتِ ٍل أَ ْخبَ َرنَا‬
‫عن ُه َما قا َل لِي َرسُو ُل‬َ ْ َ ‫َّللا‬ ُ َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫اص َر‬ ْ
ِ َ‫ع ْم ِرو ب ِْن الع‬ َ ‫َّللا ْب ُن‬ ِ َّ ‫ع ْب ُد‬ َ
َ ‫الرحْ َم ِن قَا َل َح َّدثنِي‬ َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫سلَ َمةَ ْب ُن‬ َ ‫أَبُو‬
ِ َّ ‫ار َوتَقُو ُم اللَّ ْي َل فَقُ ْلتُ َبلَى َيا َرسُو َل‬
‫َّللا‬ َ َ ُ ُ ‫ه‬ َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ص‬ َ ‫ت‬ َّ
‫ن‬ َ ‫أ‬ ‫ب‬ ْ
‫خ‬ ُ ‫أ‬ ‫م‬
َ‫َّ ُ َ ِ َ َ َ َ َ َ َّ ْ َرْ ك‬ َ ‫ل‬ َ ‫أ‬ ِ
‫َّللا‬ ‫د‬ ‫ب‬
ْ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫م‬ َّ
‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬‫ع‬ ‫َّللا‬ ‫ى‬ َّ ‫ل‬‫ص‬َ ‫َّللا‬ ِ َّ
َ‫ع َليْك‬َ َ‫ك‬ ‫ج‬ ‫و‬
ِ ْ َ‫ِز‬‫ل‬ َّ‫ن‬ ‫إ‬‫و‬
َِ َ ‫ا‬ ‫ق‬ًّ ‫ح‬ َ‫ْك‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ َ‫ِك‬ ‫ن‬ ‫ي‬
ْ ‫ع‬
َ َِ َ‫ل‬
ِ َّ‫ن‬ ‫إ‬ ‫و‬ ‫ا‬ًّ ‫ق‬ ‫ح‬ َ‫ْك‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬‫ع‬َ َ‫ِك‬ ‫د‬ ‫س‬
َ َ ‫ج‬ ‫ل‬
ِ َّ‫ن‬ ‫إ‬ َ
‫ف‬
ِ ْ َ ْ َ ‫م‬ ‫ن‬
َ ‫و‬ ‫م‬ُ ‫ق‬‫و‬ ْ‫ر‬ ِ‫ط‬ ْ
‫ف‬ َ ‫أ‬ ‫و‬ َ ُْ ‫م‬ ‫ص‬ ْ‫ل‬ ‫ع‬
َ ْ
‫ف‬ َ ‫ت‬ ‫َل‬ َ َ ‫ف‬ ‫ل‬
َ ‫قَا‬
‫ع ْش َر‬ َ ‫س َن ٍة‬ ‫ح‬
َ َ ِ ِ ‫ل‬ ُ
‫ك‬ ‫ب‬ َ‫ك‬ َ ‫ل‬ َّ‫ن‬ ِ ‫إ‬َ ‫ف‬ ‫َّام‬ٍ ‫ي‬َ ‫أ‬ َ ‫ة‬ َ ‫ث‬ ‫َل‬ َ َ ‫ث‬ ‫ر‬ ٍ ‫ه‬ْ ‫ش‬
َ َّ
‫ل‬ ُ
‫ك‬ ‫وم‬
َ ‫ص‬
ُ َ ‫ت‬ ‫ن‬ْ َ ‫أ‬ َ‫ك‬ ‫ب‬ ‫س‬ ْ
ِ َ ِ َِ َ ‫ح‬ ‫ب‬ َّ‫ن‬ ‫إ‬‫و‬ ‫ا‬ًّ ‫ق‬ ‫ح‬ َ‫ْك‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬َ َ‫ك‬ ‫ر‬ِ ‫و‬
ْ َ‫ِز‬ ‫ل‬ َّ‫ن‬ ‫إ‬
َِ َ‫و‬ ‫ا‬ ًّ ‫ق‬ ‫ح‬
‫ام‬
َ َ‫صي‬ ِ ‫ص ْم‬ُ َ‫َّللا ِإنِي أَ ِج ُد قُ َّوة ً قَا َل ف‬ ِ َّ ‫ي قُ ْلتُ يَا َرسُو َل‬ َّ َ‫عل‬ َ ‫ش َّد ْدتُ فَش ُِد َد‬ َ ‫ص َيا ُم ال َّد ْه ِر ُك ِل ِه َف‬ ِ َ‫أَ ْمثَا ِل َها فَإِنَّ ذَلِك‬
‫ْف‬ َ ‫ع َل ْي ِه الس َََّلم قَا َل ِنص‬ َ ‫َّللا َد ُاو َد‬ ِ َّ ِ ‫صيَا ُم نَبِي‬ ِ َ‫علَ ْي ِه قُ ْلتُ َو َما كَان‬ َ ‫علَ ْي ِه الس َََّلم َو ََل ت َِز ْد‬ َ ‫َاو َد‬ ُ ‫َّللا د‬ ِ َّ ِ ‫نَبِي‬
َّ‫سل َم‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َ ‫َّللا‬ ُ َّ ‫صلى‬ َّ َ ِ ‫صةَ النَّبِي‬ َ ‫َّللا يَقُو ُل بَ ْع َد َما َكبِ َر يَا لَ ْيتَنِي قَبِ ْلتُ ُر ْخ‬ ِ َّ ‫ع ْب ُد‬ َ َ‫ال َّد ْه ِر فَكَان‬
183
dalam beribadah kepada Allah swt. Dari sini dapatlah
diketahui bahwa beribadah memang harus sesuai dengan
kapasitas seseorang. Sehingga, ketika salah seorang sahabat
bertanya, amal apakah yang paling utama, Nabi saw
mengatakan: Amal yang dikerjakan secara komitmen
(istiqamah: berkelanjutan secara terus menerus) walaupun
sedikit.
Hadis ini setidaknya memberikan penjelasan dalam
beribadah, hendaknya sesuai kemampuan (baca: secara
proporsional), dan tidak memaksakan diri diluar kemampuan.
Firman Allah swt dalam surat Ali Imron323 ayat 102
menjelaskan agar beribadah semaksimal mungkin dalam
beribadah wajib, sedangkan ayat 16 dalam surat al-
Taghabun324 menjelaskan beribadah kepada Allah swt sesuai
kemampuan, yakni dalam hal ibadah sunnah.

7. Hadis tentang nafsu


‫نفسك مطيتك فارفق هبا‬

323

‫اَّللَ َح َّق تُ َقاتِِه َوَال َتَُوتُ َّن إَِّال َوأَن تُم ُمسلِ ُمو َن‬
َّ ‫ين آَ َمنُوا اتَّ ُقوا‬ ِ َّ
َ ‫َاي أَيُّ َها الذ‬
324

‫ك ُه ُم ال ُمفلِ ُحو َن‬ َ ُ‫َطيعُوا َوأَن ِف ُقوا َخريًا ِألَن ُف ِس ُكم َوَمن ي‬
َ ِ‫وق ُش َّح نَف ِس ِه فَأُولَئ‬ ِ ‫اَّلل ما استَطَعتُم وامسعوا وأ‬
َ َُ َ َ ََّ ‫فَاتَّ ُقوا‬
184
Ada riwayat muttafaq alaih yang setema yakni: Tidak
sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga hawa
nafsunya tunduk kepada apa yang telah aku sampaikan. (Hadis
h}asan s}ah}i>h)} 325
Hadis ini semakna dengan firman Allah surat al-
Nisa'326 ayat 65:
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hatinya sesuatu keberatan terhadap putusan
yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
Dalam riwayat al-Bukha>ri> dikemukakan bahwa Zubair
pernah berselisih dengan seorang Ans}a>r tentang pengairan
kebun, Rasul saw bersabda: “Hai Zubair, airilah kebunmu
dahulu, kemudian salurkan air itu ke kebun tetanggamu.”
Berkatalah orang itu: “Ya Rasul saw! Karena ia anak bibimu?”
Maka merahlah wajah Rasul saw, kemudian beliau bersabda:
“Siramlah kebunmu, hai Zubair, hingga terendam

Ibnu Daqiq al-Ied, Syarah al-Arba’in al-Nawawiyah, terj.


325

Muhammad Thalib (Yogyakarta: Meia Hidayah, 2001), hlm. 199. Redaksi


hadis:
‫ « ال يؤمن أحدكم حىت يكون هواه تبعا ملا جئت به‬: ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
326
ِ ِ ِ ِ َ ‫فََال وربِك َال ي ؤِمنو َن ح َّىت ُحي ِّكم‬
‫يما‬
ً ‫ت َويُ َسلّ ُموا تَسل‬ َ َ‫يما َش َجَر بَي نَ ُهم ُمثَّ َال ََِي ُدوا ِيف أَن ُف ِس ِهم َحَر ًجا ممَّا ق‬
َ ‫ضي‬ َ ‫وك ف‬ ُ َ َ ُ ُ َ َّ َ

185
pematangnya, kemudian berikan air itu kepada tetanggamu.”
Kemudian Zubair memanfaatkan air itu sesuai dengan
ketentuan yang diberikan Rasul saw kepadanya. Zubair
berkata: “Saya anggap ayat ini diturunkan berkenaan dengan
peristiwa tersebut.”327
Sebagian hawa nafsu adalah baik, sedangkan sebagian
lainnya adalah tidak.328 Manusia tidak bisa hidup tanpa nafsu.
Hal yang membedakan manusia dengan malaikat adalah nafsu.
Apabila seseorang terjerumus hawa nafsunya berarti ia telah
mengikuti bujukan syait}an. Derajat seseorang dapat mencapai
derajat malaikat apabila ia berusaha dengan sungguh-sungguh
mengalahkan hawa nafsunya, sedangkan derajatnya bisa lebih
rendah daripada hewan apabila ia selalu mengikuti hawa
nafsunya.
Jadi hadis di atas akan tetap relevan dengan keadaan
sekarang, dimana banyak orang yang telah memperturutkan
hawa nafsunya, seperti banyaknya orang korupsi, mencuri,
berjudi dan lain sebagainya.

327
Abi al-Hasan Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Ali al-
Naisa>bu>ri>, Asba>b al-Nuzu>l (Beiru>t: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 2006), hlm.
85; Q. Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya
Ayat-Ayat al-Qur’an (Bandung: CV Diponogoro, 2000), hlm. 148-149.
328
Lihat surat Yusuf ayat 53.
186
Ali Syari’ati dalam bukunya al-H}ajj, sebagaimana
dikutip oleh Shofiyullah mengemukakan kisah Nabi Ibrahim
as dengan putranya Nabi Ismail as, yang direlevansikan
dengan zaman sekarang yaitu sebagai simbol bahwa bisa jadi
yang dimaksud dengan “Ismail” adalah anak, istri, harta,
pangkat dan jabatan seseorang.329 Dengan kata lain seseorang
yang dapat mengalahkan hawa nafsunya terhadap berberapa
definisi di atas, maka ia akan memperoleh kebahagian hakiki.
Segala yang dimiliki oleh seseorang adalah menjadi
ujian baginya. Oleh karenanya kecintaan kepada “Ismail” yang
berlebihan dapat menyebabkan seseorang menjadi egois
(ananiah: mementingkan diri sendiri), serakah, dan sebagainya.
Hal ini disinyalisir dalam surat al-Taubah ayat 24:

ٌ‫وها َوِجتَ َارة‬ ِ


ُ ‫قُل إِن َكا َن آَ َاب ُؤُكم َوأَب نَا ُؤُكم َوإِخ َوانُ ُكم َوأَزَو‬
َ ‫اج ُكم َو َعش َريتُ ُكم َوأَم َو ٌال اق ََرتف تُ ُم‬
ِِ ٍ ِ ِِ َِّ ‫ب إِلَي ُكم ِمن‬
ُ َّ‫اَّلل َوَر ُسوله َوج َهاد ِيف َسبِيله فَََرتب‬
‫صوا‬ َ َّ ‫َح‬ َ ‫َخت َشو َن َك َس َاد َها َوَم َساكِ ُن تَر‬
َ ‫ضوَهنَا أ‬
‫ني‬ ِِ ِ َّ ‫اَّللُ ِأبَم ِرهِ َو‬
َّ َ‫َح َّىت َأيِت‬
َ ‫اَّللُ َال يَهدي ال َقوَم ال َفاسق‬
Katakanlah: "Jika bapak-bapak , anak-anak , saudara-
saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,

329
Data ini penulis dapatkan dari Shofiyullah dalam khutbah
Sholat Idul Adha Masjid UIN Sunan kalijaga Yogyakarta, 2009.
187
dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai
dari Allah dan Nabi-Nya dan dari berjihad di jalan nya, Maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya", dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Rasulullah saw menjelaskan bahwa kecintaan kepada
Rasulullah saw harus diprioritaskan di atas segala bentuk cinta
terhadap siapapun. Imam Bukhori meriwayatkan dengan No
hadis 14:
ِ ِ ‫ب إِلَي ِه ِمن والِ ِدهِ وولَ ِدهِ والن‬ ِ ِ َّ ‫ال النَِّيب صلَّى‬
‫ني‬
َ ‫َّاس أَمجَع‬ َ ََ َ َّ ‫َح‬ َ ‫اَّللُ عَلَيه َو َسلَّ َم َال يُؤم ُن أ‬
َ ‫َح ُد ُكم َح َّىت أَ ُكو َن أ‬ َ ُّ َ َ‫ق‬
Tidak sempurna330 iman seseorang sebelum dia
mencintai Rasulullah saw melebihi (dirinya sendiri) orang tua,
anak dan seluruh manusia. (Ya Allah berilah kami rizqi
mahabbah/cinta kepada Nabi yang mulia. Amiin).
Salah seorang sohabiyah bernama khontsa, ketika
suami dan anaknya terbunuh di medang perang/jihad fi
sabillah, dia bertanya di mana Rasulullah saw? Beliau hanya
terluka, sekarang sedang dirawat oleh para sahabat, khontsa
berkata; alhamdulillah laqod ustusyhida zauji wa ibni (sungguh
suami dan anak saya telah mati syahid). Kisah ini menunjukkan
betapa cintanya seorang sahabat terhadap Rasulullah saw.
Allahumarzuqna hubba al-Nabi al-Karim, amin.
330
Setiap lafadz hadis yang berbunyi Laa Yu'minu memiliki makna
tidak sempurna imannya; Laa Yakmulu Imanu ahadikum.
188
Penyakit batin yang disebabkan hawa nafsu
menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam berbagai fitnah.
Dengan demikian, seseorang yang selalu ingin melakukan
perbuatan yang “dilarang Allah swt”, sesungguhnya bat}innya
sedang terjangkit penyakit hawa nafsu.331 Dari penjelasan di
atas, hawa nafsu hendaknya senantiasa dikendalikan, sebab
banyak orang yang melanggar norma dikarenakan mengikuti
nafsu.
Ulama' terkemuka, Nu;man bin Tsabit yang masyhur
dengan gelar Abu Hanifah (pendiri madzhab Hanafi) adalah
orang yang menjaga muru'ah dan banyak shalatnya
sebagaimana diceritakan oleh Abdullah bin Mubarok. Banyak
orang berkata bahwa Abu Hanifah adalah orang yang rajin
menghidupkan seluruh malamnya, sedangkan beliau adalah
orang yang hanya menghidupkan setenga malamnya dengan
ibadah kepada Allah swt, setelah mendengar hal tersebut, Abu
Hanifah selalu menghidupkan malamnya. Beliau berkata; saya
malu terhadap Allah swt, ketika saya disifatkan dengan suatu
ibadah yang tidak saya kerjakan kepada Allah swt.332

Abdurrahman Dahlan, Kaidah-Kaidah Penafsiran al-Qur’an:


331

Disusun Berdasarkan al-Qawa>id al-Hisan li Tafsi>r al-Qur’an Karya al-Sa’di


(Bandung: Mizan, 1997), hlm. 276-277.
332
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya
'Uluumiddin...hal. 33.
189
8. Hadis tentang perkara yang luhur
‫إن هللا حيب معايل األمور وأشرافها ويكره سفسافها‬

Allah swt berfirman di dalam surat al-Dhuha ayat 4:

َ ‫ك ِم َن األ‬
‫ُوىل‬ َ َ‫َولَْلَ ِخَرةُ َخريٌ ل‬
Sungguh akhirat lebih baik daripada dunia.
Sedangkan dunia333 adalah perkara yang hina, sehingga
Rasulullah saw membuat kaidah bahwa shalat dua raka'at
sebelum/qobliyah subuh adalah lebih baik daripada dunia
beserta segala isinya.334 Ini baru sekedar shalat sunnahnya,
bagaimana dengan keagungan shalat subuhnya? Rasulullah
saw memberikan reward/memotivasi para sahabat agar
menjalankan shalat subuh secara berjama'ah, karena akan
mendapatkan keutamaan seperti menjalankan shalat sunnah
satu malam, sedangkan dengan barokah menjalankan shalat
isya secara berjama'ah mendapat keutamaan menjalankan

333
Dunia berasal dari kata Dana-Yadnu; yang berarti dekat, singkat,
sebentar, sehingga disebutkan bahwa cinta terhadap dunia adalah asas
segala kesalahan/Hubb al-dunya ro'su kulli khothi'ah. Rasulullah saw
berdo'a sebagai tarbiyah terhadap ummatnya; wa Laa Taj'al al-Dunya
Akbaro Hammina; Ya Allah jangan Engkau jadikan dunia sebagai perkara
yang paling dominan di dalam perhatian hidup kami.
334
Hadis yang diriwayatkan Imam Muslim No hadis 1193:
‫ال َرك َعتَا ال َفج ِر َخريٌ ِمن الدُّن يَا َوَما فِ َيها‬
َ َ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫صلَّى‬ ِّ ِ‫َعن الن‬
َ ‫َّيب‬
190
shalat sunnah setengah malam.335 Faidah besar dengan
menjalankan kedua shalat tersebut secara berjama'ah niscaya
seorang Muslim di bulan ramadhan niscaya mendapatkan
lailatul qodar yang lebih baik dari seribu bulan.
Imam al-Tirmidzi meriwayatkan dalam sunannya, No
hadis 2320; Rasulullah saw memberikan analog: Andaikan
dunia ini seimbang dengan beratnya sayap seekor nyamuk,
maka Allah swt tidak akan memberikan seteguk air kepada
orang kafir.336 Dengan asumsi bahwa dunia ini tidak ada
artinya walaupun ditimbang dengan seekor nyamuk. Seorang
yang besar dan gemuk sungguh tidak akan memiliki
timbangan di sisi Allah swt walaupun seberat sayap nyamuk

335
Diriwayatkan oleh Imam Muslim No hadis 1071:
ِ
‫صلَّى الع َشاءَ ِيف‬ ِ
َ ‫ َم‬: ‫ يقول‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ت رسول هللا‬
‫ن‬ ُ ‫ َمسع‬: ‫ قال‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫عن عثمان بن عفان‬
ٍ ِ ٍ
ُ‫صلَّى اللَّي َل ُكلَّه‬
َ ‫ فَ َك َّأمنَا‬، ‫الصب َح يف َمجَاعَة‬ُّ ‫صلَّى‬ َ ‫ َوَمن‬، ‫ف اللَّي ِل‬ َ ‫ فَ َك َّأمنَا قَ َام نص‬، ‫َمجَاعَة‬
Dalam riwayat Imam Muslim No hadis 1050:
‫صالَةِ ال َفج ِر‬ ِ ‫اَّلل لَيس صالَةٌ أث َقل علَى املنَافِ ِق‬ َِّ ‫الصبح فَهو ِيف ِذ َّم ِة‬ َّ َ ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّم َمن‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫ني من‬َ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ُّ ‫صلى‬ َ َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ق‬
ً‫الصب ِح ألَتَو ُمهَا َولَو َحب َوا‬ ِ
ُّ ‫العتَ َمة َو‬ ِ ِ
َ ‫َوالع َشاء َولَو يَعلَ ُمو َن َما يف‬
Seorang yang shalat subuh niscaya dia di dalam perlindungan Allah swt.
Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafiq daripada shalat
subuh dan isya, andai orang-orang mengetahui keutaman yang ada di
dalam kedua shalat tersebut, niscaya mereka mendatanginya walaupun
dengan merangkak.
336

‫وض ٍة َما َس َقى َكافًِرا ِمن َها َشربَةَ َم ٍاء‬ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ‫ول هللاِ صلَّى‬
َ َ‫ لَو َكانَت الدُّن يَا تَعد ُل عن َد هللا َجن‬:‫اَّللُ َعلَيه َو َسلَّ َم‬
َ ُ‫اح بَع‬ َ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ق‬

191
pada hari kiamat337, oleh karenanya disebutkan dalam ayat:
maka kami tidak akan menimbangnya di hari kiamat.
Riwayat di atas menunjukkan bahwa yang menjadi
esensi, yakni perhitungan di hari kemudian adalah amal
seorang Muslim, sebagaimana disebut dalam akhir surat al-
Zalzalah (ayat 7-8)338: Seorang yang beramal (baik maupun
buruk) walaupun seberat dzarrah (perkara yang paling kecil),
niscaya dia akan melihat dan menerima balasannya. Demikian
pentingnya suatu amal walaupun kecil, dalam riwayat Imam
Muslim No hadis 121 disebutkan:
‫ ال حتقرن من املعروف شيئا ولو أن تلقى أخاك بوجه‬: ‫قال النيب صلى هللا عليه و سلم‬

‫طليق‬

Rasulullah saw bersabda: Janganlah kalian benar-benar


meremehkan perkara yang ma'ruf, walaupun sekedar bermuka
cerah terhadap saudaramu.339

337
Diriwayatkan oleh Imam Muslim 4991:
‫وض ٍة اق َرءُوا فََال‬ َِّ ‫الس ِمني ي وم ال ِقيام ِة َال ي ِز ُن عِن َد‬ ِ َ َ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫ال إِنَّهُ لَيَأِت‬ َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ِ ‫َعن رس‬
َ ُ َ ‫اح‬
‫ع‬ ‫ب‬ َ َ‫اَّلل َجن‬ َ َ َ َ َ ُ َّ ‫الر ُج ُل ال َعظ ُيم‬ َ ‫اَّلل‬ َُ
‫نُِق ُيم َهلُم يَوَم ال ِقيَ َام ِة َوزًان‬
338

َ ‫ال ذَ َّرةٍ َخريًا يََرهُ َوَمن يَع َمل ِمث َق‬


ُ‫ال ذَ َّرةٍ َشًّرا يََره‬ َ ‫فَ َمن يَع َمل ِمث َق‬
339
Hal ini semakna dengan kandungan surat al-Nur ayat 15:
‫وحتسبونه هينا وهو عند هللا عظيم‬
192
Diriwayatkan oleh Imam Bukhori No hadis 5755:
‫س فَ َح ِم َد‬
َ َ‫ب فَإ َذا َعط‬ َ َ َ ُّ ‫اَّللَ ُِحي‬
ِ َ ‫ب العُطَاس ويَكرهُ التَّثَ ُاؤ‬ َّ ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم إِ َّن‬
َّ ‫صلَّى‬ ِ
َ ‫َّيب‬
ِّ ‫َعن الن‬
ِ َ‫اَّلل فَح يق علَى ُك ِل مسلٍِم َِمسعه أَن ي َش ِمتَه وأ ََّما التَّثَ ُاؤب فَِإَّمنَا هو ِمن الشَّيط‬
‫ان فَل َريَُّدهُ َما‬ َُ ُ َ ُ ّ ُ َُ ُّ َ َ ََّ
‫ك ِمنهُ الشَّيطَا ُن‬
َ ‫ض ِح‬ َ َ‫اع فَِإ َذا ق‬
َ ‫ال َها‬ َ َ‫استَط‬
Rasulullah saw bersabda: Allah swt sungguh cinta
terhadap orang yang bersin, kemudian memuji-Nya, sehingga
wajib bagi yang mendengar untuk mendoakannya. Adapun
menguap sungguh berasal dari syaiton, hendaklah dia
menolaknya sesuai kemampuannya, jika dia berkata "ha" maka
syaitan tertawa daripadanya.
Bersin340 secara biologis terjadi secara refleks
apabila sudah banyak kotoran di rongga hidung,

Kalian menyangka bahwa itu adalah perkara yang hina/rendah, ternyata


disisi Allah swt adalah perkara yang agung. Dalam riwayat Imam Bukhori
No hadis 5564, Rasulullah saw menjelaskan jagalah dirimu dari api neraka
walaupun dengan separuh kurma, jika tidak ditemukan bisa dengan kalimat
yang baik, karena kalimah toyyibah, tahlil, tasbih, tahmid, takbir, sholat
dhuha merupakan sodaqoh:
‫َّار َولَو بِ ِش ِّق ََتَرةٍ فَإِن َمل َِجتد فَبِ َكلِ َم ٍة طَيِّبَ ٍة‬
َ ‫اتَّ ُقوا الن‬
340
Dalam penelitian medis disebutkan, bahwa tubuh manusia hanya
berhenti secara totalitas pada saat dia bersin, sedangkan pada saat dia tidur,
telinganya tidak berhenti untuk berfungsi, sehingga seringkali seorang
terbangun dari tidurnya ketika mendengar handphone berdering, walaupun
hakikatnya yang membuat seorang bisa tidur dan yang membangunkannya
adalah Allah swt, seperti doa yang dibaca oleh Rasulullah saw yang
diriwayatkan Imam Bukhori No hadis 6845:
193
sehingga bersin berasal dari Allah swt sebagaimana
sabda Rasulullah saw, dikarenakan bersin merupakan
suatu nikmat dari-Nya sehingga menyebabkan
seorang hamba berkewajiban untuk memuji-Nya.
Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan oleh
Imam Tirmidzi No hadis 3305:
ِ ِ ِ
‫ت‬
ُ ‫ي قَال َمسع‬ َ ‫وسى ب ُن إِب َراه َيم ب ِن َكث ٍري األَن‬
ُّ ‫صا ِر‬ ِ ِ
ٍِّ‫َحدَّثَنَا َحي َىي ب ُن َحبيب ب ِن َعَر‬
َ ‫يب َحدَّثَنَا ُم‬
ِ‫اَّلل‬
َّ ‫ول‬َ ‫ت َر ُس‬ ِ ُ ‫اَّلل عن هما ي ُق‬ ِ َِّ ‫اش قَال َِمسعت جابِر بن عب ِد‬
ٍ ‫طَل َحةَ ب َن ِخَر‬
ُ ‫ول َمسع‬ َ َ ُ َ َُّ ‫اَّلل َرض َي‬ َ َ َ َ ُ
ِ‫اَّلل وأَفضل الدُّع ِاء احلم ُد ََِّّلل‬ ِ ُ ‫صلَّى ا ََّّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم يَ ُق‬
َ َ ُ َ َ َُّ ‫ض ُل ال ّذك ِر َال إِلَهَ إَِّال‬
َ ‫ول أَف‬ َ
Zikir yang paling utama adalah laailahaillallah,
sedangkan do'a yang paling utama adalah alhamdulillah.

9. Hadis tentang tiga hal yang dibenci Allah


‫ األكول والبخيل واملتكرب‬:‫ثالثة يبغضهم هللا من غري جرم‬

Hadis ini memang tidak diketahui sumbernya, akan


tetapi isinya memang sesuai dengan ajaran Islam yang
komprehensif (kaffa>h). Seorang dokter dari Sudan mengatakan

َ َ‫َّلل الَّ ِذي أَحي‬


‫اان‬ َِِّ ‫ال احلم ُد‬
َ َ َ‫وت َوإِذَا أَصبَ َح ق‬
ُ ‫ك أَحيَا َوأ َُم‬ َ َ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم إِذَا أ ََوى إِ َىل فَِر ِاش ِه ق‬
َ ‫ال اللَّ ُه َّم ِاب ِمس‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫َّيب‬ُّ ِ‫َكا َن الن‬
‫ور‬
ُ ‫ُّش‬ُ ‫بَع َد َما أ ََماتَنَا َوإِلَي ِه الن‬
194
(bukan hadis Rasulullah saw, tidak sah apabila dinisbatkan
kepada beliau): “Berhentilah makan sebelum kenyang”.341
Terapi yang diajarkan banyak pakar untuk membersihkan
kotoran dan toksin342 yang ada di dalam tubuh adalah dengan
berpuasa, sehingga masyhur maqolah:
‫صوموا تصحوا‬

Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.


Redaksi makna/substansi statement di atas adalah
benar adanya, walaupun banyak pakar hadis mengatakan tidak
sah jika dinisabatkan kepada Rasulullah saw.
Haris bin Kuladah mengatakan bahwa ”Banyak makan
(gemuk) adalah sumber penyakit, sedang obatnya adalah
mengurangi makan.”343 Seorang yang mengkonsumsi makanan
dan minuman secara proporsional niscaya sehat jasamaninya,
apabila disertai dengan olahraga yang teratur. Imam Syafi'i
ketika silaturrahim ke rumah Imam Ahmad bin Hanbal
melakukan tiga kejanggalan menurut putri Imam Ahmad,
pertama adalah banyak makan, kedua adalah di malam hari
tidak melaksanakan shalat tahajud dan yang ketiga adalah

341
Ali Mustafa Ya’qub, Hadis-Hadis Palsu Seputar Ramadhan
(Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 2010), hlm. 20-23.
342
Racun-racun.
343
Muhammad Fuad Syakir, Laisa Min Qoul al-Nabi, hlm. 175.
195
tidak berwudhu sebelum shalat subuh. Pada pagi hari Imam
Syafi'i memberikan klarifikasi setelah ditanya oleh putri
Imam Ahmad. Imam Syafi'i berkata; saya mengkonsumsi
banyak makanan dan minuman disebabkan saya yakin
makanan yang diperoleh Imam Ahmad adalah makanan yang
penuh berkah karena diperoleh dengan halal dan toyib,
sehingga dengan berkah makanan tersebut saya bisa kuat
beribadah dan di malam hari ketika memejamkan mata yang
terlintas dalam fikiran adalah al-Qur'an tiga puluh juz,
walhasil terpecahkan tujuh puluh masalah umat Islam, dengan
demikian dikatakan bahwa Imam Syafi'i belum tidur pada
malam hari sehingga langsung menjalankan shalat subuh.
Dari hikayat/cerita singkat di atas adakalanya makan
dan minum adalah membawa keberkahan dalam beribadah
kepada Allah swt, sehingga pernyataan orang yang gemuk
adalah selalu membawa "mudhorot" perlu diluruskan
pemahamannya.
Larangan berbuat sombong, telah dijelaskan dalam
banyak riwayat, seperti hadis qudsi yang diriwayatkan oleh
Imam Abu Dawud No 4090:
‫حدثنا موسى بن إمساعيل ثنا ْحاد ح وثنا هناد يعين ابن السري عن أيب األحوص املعىن‬

‫عن عطاء بن السائب قال موسى عن سلمان األغر وقال هناد عن األغر أيب مسلم عن‬
196
: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال هللا عزوجل‬: ‫أيب هريرة قال هناد قال‬

‫الكربايء ردائي والعظمة إزاري فمن انزعين واحدا منهما قذفته يف النار‬

Kebesaran adalah selendang-Ku dan keagungan adalah


kain-Ku. Seorang yang menyaingi-Ku pada salah satunya,
niscaya Aku campakkan ke dalam neraka.344
Dalam riwayat Imam Muslim, No hadis 133;
Rasulullah saw menyatakan bahwa orang yang memiliki sifat
sombong345 walaupun sekecil zarrah tidak akan masuk ke
dalam surga (pada gelombang pertama)346. Demikian jika
diambil mafhum muwafaqohnya adalah seorang yang
memiliki imam sebesar zarrah akan dikeluarkan dari api
neraka, yakni setelah penduduk neraka berkulit hitam karena
dibakar, Allah swt berfirman: keluarkan mereka dan masukkan
ke dalam maa' al-Hayat/air kehidupan, setelah menjadi bersih
baru dipersilahkan masuk ke dalam surga.347

344
Aidh bin Abdullah al-Qarni, Visualisasi Kepribadian
Nabiyullah, terj. Bahrun Abubakar Ihsan Zubaidi (Bandung: IBS, 2006),
hlm. 69.
345

‫ال ذَ َّرةٍ ِمن كِ ٍرب‬


ُ ‫ال َال يَد ُخ ُل اْلَنَّةَ َمن َكا َن ِيف قَلبِ ِه ِمث َق‬
َ َ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫صلَّى‬ ِّ ِ‫َعن الن‬
َ ‫َّيب‬
346

‫ال يدخل اْلنة اي دخوال اوليا‬


347
Imam Bukhori meriwayatkan No hadis 21:
197
‫‪10. Hadis keistimewaan hari rabu‬‬

‫ما من شيئ بدئ يوم األربعاء إال وقدتّ‬


‫‪Hadis ini tidak ditemukan sumbernya. Hemat penulis,‬‬
‫‪pernyataan di atas lebih baik disebut dengan kata mutiara.‬‬
‫‪Pernyataan di atas mendapat dukungan dari hadis riwayat‬‬
‫‪Imam Muslim, No hadis 4997 melalui perawi Abu Hurairah‬‬
‫‪tentang penciptaan alam yang menyatakan:‬‬

‫اج ب ُن ُُمَ َّم ٍد قَ َال قَ َ‬


‫ال اب ُن‬ ‫ح َّدثَِين سريج بن يونُس وهارو ُن بن عب ِد َِّ‬
‫اَّلل قَ َاال َحدَّثَنَا َح َّج ُ‬ ‫َُ ُ ُ ُ َ َ َ ُ ُ َ‬ ‫َ‬

‫اَّللِ ب ِن َرافِ ٍع َموَىل أُِّم َسلَ َمةَ‬


‫وب ب ِن َخالِ ٍد َعن َعب ِد َّ‬
‫يل ب ُن أ َُميَّةَ َعن أَيُّ َ‬
‫ِ ِ ِ‬
‫ُجَري ٍج أَخ ََربين إمسَع ُ‬
‫اَّللُ َعَّز َو َج َّل‬ ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم بِيَ ِدي فَ َق َ‬
‫ال َخلَ َق َّ‬ ‫صلَّى َّ‬ ‫ول َِّ‬
‫اَّلل َ‬ ‫َعن أَِيب ُهَري َرَة قَ َاأل َ‬
‫َخ َذ َر ُس ُ‬

‫وه‬ ‫َّجر يَوَم ِاالث نَ ِ‬


‫ني َو َخلَ َق ال َمك ُر َ‬
‫ت وخلَق فِيها اْلِب َال ي وم األ ِ‬
‫الرتبةَ ي وم َّ ِ‬
‫َحد َو َخلَ َق الش َ َ‬
‫السب َ َ َ َ َ َ َ َ‬ ‫ُّ َ َ َ‬
‫آد َم َعلَي ِه‬ ‫اب يَوَم اْلَ ِم ِ‬ ‫ي وم الث َُّال َاث ِء وخلَق النُّور ي وم األَربِع ِاء وب َّ ِ‬
‫يس َو َخلَ َق َ‬ ‫َّو َّ‬
‫ث ف َيها الد َ‬ ‫َ َ َ َ َ َ َ ََ‬ ‫ََ‬
‫آخ ِر ساع ٍة ِمن ساع ِ‬
‫ات اْلُ ُم َع ِة‬ ‫الس َالم ب ع َد العص ِر ِمن ي وِم اْلمع ِة ِيف ِ‬
‫آخ ِر اْلَل ِق ِيف ِ‬
‫َ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ ُُ َ‬ ‫َّ َ َ‬
‫ني ال َعص ِر إِ َىل اللَّي ِل‬ ‫ِ‬
‫يما بَ َ‬
‫فَ‬

‫صلَّى‬ ‫يد اْلُد ِر ِي ر ِ‬‫ك عن عم ِرو ب ِن َحيىي الم ِازِِين عن أَبِ ِيه عن أَِيب سعِ ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫اَّللُ َعنهُ َعن النِ ِّ‬
‫َّيب َ‬ ‫ض َي َّ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َّ‬ ‫ال َح َّدثَِين َمال ٌ َ َ‬ ‫يل قَ َ‬ ‫َحدَّثَنَا إمسَاع ُ‬
‫ال َحبَّ ٍة‬
‫اىل أَخ ِر ُجوا ِمن النَّا ِر َمن َكا َن ِيف قَلبِ ِه ِمث َق ُ‬‫اَّللُ تَعَ َ‬
‫ول َّ‬ ‫ِ‬
‫ال يَد ُخ ُل أَه ُل اْلَنَّة اْلَنَّةَ َوأَه ُل النَّا ِر الن َ‬
‫َّار ُمثَّ يَ ُق ُ‬ ‫اَّللُ عَلَي ِه َو َسلَّ َم قَ َ‬
‫َّ‬
‫ب‬ ‫ت احلِبَّةُ ِيف َجانِ ِ‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬‫ك‬ ‫ن‬ ‫و‬‫ت‬ ‫ب‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ك‬‫ِ‬‫ال‬‫م‬ ‫ك‬‫َّ‬ ‫ش‬ ‫ِ‬
‫اة‬‫ي‬‫احل‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫ي‬‫احل‬ ‫ر‬‫ِ‬ ‫هن‬ ‫ِ‬
‫يف‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ق‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫د‬ ‫و‬ ‫اس‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫م‬‫ِ‬ ‫ن‬‫و‬ ‫ج‬‫ر‬‫خ‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫ٍ‬
‫ان‬ ‫مي‬‫ِ‬
‫إ‬ ‫ن‬ ‫م‬‫ِ‬ ‫ل‬‫ٍ‬ ‫د‬ ‫ِ‬
‫ََ َ َ ٌ ََ ُُ َ َ َ َ ُ ُ‬ ‫َ َ ُ َ ُ َ َ َ َ ُّ َ ُ َ َ ََ ََ‬ ‫م ََ‬
‫ر‬ ‫خ‬ ‫ن‬
‫السي ِل أََمل تََر أ ََّهنَا َخت ُر ُج َ‬
‫صفَراءَ ُملتَ ِويَةً‬ ‫َّ‬
‫‪198‬‬
Sesungguhnya Allah telah menciptakan tanah pada hari
sabtu, menciptakan gunung-gunung pada hari ahad,
menciptakan pepohonan pada hari senin, menciptakan sesuatu
yang tidak menyenangkan pada hari selasa, menciptakan
cahaya pada hari rabu, menciptakan hewan-hewan di dalamnya
(alam) pada hari kamis, dan menciptakan Nabi Adam as
setelah ashar pada hari jum’at pada penciptaan yang terakhir
pada waktu antara ashar sampai malam.
Hadis di atas dis}ah}i>hk} an oleh Ibnu Taimiyah, akan
tetapi dida’i>fkan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Menurutnya,
hadis348 di atas bertentangan dengan konsep al-Qur’an yang
menerangkan penciptaan langit dan bumi selama enam hari.
Menurut Ibnu al-Qoyyim, hadis di atas adalah palsu karena
bukan berasal dari Nabi saw, akan tetapi bersumber dari Ka’ab

348
Hadis di atas disebut dengan hadis mudho'af, yakni hadis
dengan kualitas yang berbeda antara penilain satu ulama dengan ulama
lainnya. Penulis lebih cendereung mengikuti Imam Nawawi akan
kehujjahan hadis di atas. Hemat penulis dalam kitab Imam Bukhori dan
Imam Muslim hanya terdapat hadis yang berkualitas s}ah}i>h} sanadnya atau
hasan. Hanya ditemukan "tidak banyak" hadis di dalam kedua kitab
mu'tabar tersebut yang musykil/dha'if matannya.
199
al-Akhbar, namun oleh perawinya dirafa’kan (di atas
namakan) Rasulullah saw.349
Ibrahi>m bin Isma’i>l dalam syarah Ta’lim al-Muta’allim
mengatakan:Pada hari rabu Allah menciptakan cahaya, hari
itu merupakan hari sial350 bagi orang non muslim (kafir),
sehingga hari rabu menjadi hari berkah bagi orang mukmin.351
Dalam kitab Qurrat al-‘Uyu>n dijelaskan tentang hari-
hari yang harus di perhatikan: Hari sabtu sebab merupakan
hari rekadaya dan tipuan, karena pada hari sabtu orang quraisy
berkumpul dalam rumah pendopo untuk musyawarah tentang
(mengalahkan) Rasulullah, Iblis turun ke dunia, diciptakan
neraka Jahannam, Allah memberi kekuasaan kepada para
malaikat maut untuk mencabut arwa>h bani A>dam, Nabi Ayyu>b

349
Ibnu Qayim al-Jauziyah, Mana>r al-Muni>f (Beirut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyah, 1983), hlm. 83. Sebagaimana dikutip oleh Alamsyah, “Ibnu
Qayyim al-jauziyah: Studi Kritik Matan Hadis”, Tesis UIN Sunan
Kalijaga, 1997, hlm. 77-78. Bandingkan dengan hal. 268-270.
350
Karena Allah swt tidak menghancurkan kaum kafir kecuali pada
akhir hari rabu dalam setiap bulannya. Diantara sebagian masyarakat
memahami bahwa hari terkhir di bulan shofar adalah bulan yang jelek,
dikarenakan turunya bala' yang Allah turunkan demikian banyaknya,
sehingga mereka menyebutnya rabu wekasan. Hal ini hanya berdasarkan
mimpi seseorang bukan berhujjahkan nash baik dalam al-Qur'an al-Karim
maupun dalam Hadis Nabi. Melihat kejadian tersebut Rasulullah bersabda
sebagaimana diriwayatkan dalam shahih Bukhori: Laa shofara; di bulan
shafar tidak ada hari yang buruk.
351
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m al-Muta’allim, hlm. 28; al-
Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim: Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu
Pengatahuan, hlm.74.
200
diberikan cobaan, Nabi Musa> dan Ha>ru>n wafat. Hari selasa
adalah hari berdarah sebab Sayidah Hawa mengeluarkan darah
(menstruasi) dan terjadinya pembunuhan anak Adam terhadap
saudaranya (Qabil terhadap Habil), dan sapi Bani> Isra>’il. Hari
rabu adalah hari nah}as (sial), sebab fir’aun dan pengikutnya
ditenggelamkan, kaum ‘A>d, S}a>mu>d, dan S}alih dihancurkan.
Oleh karenanya setiap hari rabu terakhir352 dalam setiap bulan
lebih jelek lagi. Ada larangan memotong kuku pada hari rabu
karena dapat menyebabkan penyakit belang.353
Penulis sependapat dengan Ibnu Yunus yang menolak
keterangan di atas, beliau menyatakan hendaklah seseorang
beramal atau bekerja sesuai dengan keinginannya pada setiap
harinya, karena sesungguhnya semua hari adalah milik Allah
swt, hari tidak dapat memberi manfaat maupun mud}arat
(bahaya).354 Setiap hari355 yang ada dan seluruh anggota tubuh

352
Sebagian kaum muslimin memberi nama hari rabu terakhir di
bulan shofar, Rabu Wekasan; yakni hari yang diyakini sebagai pembawa
bala'/mushibah. Pendapat ini berawal dari mimpi seseorang yang
mengatakan turunnya musibah pada bulan shofar, sedangkan Rasulullah
saw telah bersabda Laa Shofaro; yakni tidak ada bulan shofar yang tidak
baik. Silahkan bagi yang ingin memilih antara pendapat seorang dengan
pendapat Rasulullah saw.
353
Syari>f al-Hamma>m dan al-S}amda>ni> Abi> Muhammad, Qurrat al-
‘Uyu>n (Semarang: Pustaka ‘Alawiyah, t.t.), hlm. 31-32.
354
Syari>f al-Hamma>m dan al-S}amda>ni> Abi> Muhammad, Qurrat al-
‘Uyu>n, hlm. 33.
355

201
manusia akan menjadi saksi atas semua perbuatan manusia.
Termasuk seluruh anggota tubuh manusia sebagaimana
disebutkan dalam surat Yasin ayat 65.356
Bagi penulis, memulai sesuatu pada hari rabu adalah
perkara yang lebih utama, hal ini disebabkan bertemunya dua
cahaya, pertama cahaya tercipta pada hari rabu, sebagaimana
keterangan hadis yang diriwayatkan Imam Muslim di atas,
sedangkan yang kedua adalah ilmu sebagai cahaya yang
dikatakan oleh Imam al-Syafi’i357. Kegiatan belajar mengajar
di hari rabu telah dilakukan oleh Imam Abu> H}anifah.358

‫اان يوم جديد وعلى عملك شهيد‬


Hari berkata: saya adalah hari yang baru dan menjadi saksi atas amalmu.
356

‫اليَوَم ََنتِ ُم َعلَى أَف َو ِاه ِهم َوتُ َكلِّ ُمنَا أَي ِدي ِهم َوتَش َه ُد أَر ُجلُ ُهم ِمبَا َكانُوا يَك ِسبُو َن‬
Pada hari ini/kiamat, kami kunci mulut-mulut mereka, sedangkan tangan
mereka berkata dan kaki mereka menjadi saksi atas apa yang telah mereka
kerjakan.
357
Zulmuqim Alam, Haji Abdul Malik Karim Amrullah, hlm. 90.
358
Al-Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim, hlm. 73. Penulis mengambil
suatu kesimpulan; apabila seseorang pelajar memulai sesuatu pada hari
rabu berarti ia telah mengikuti aktivitas seorang tabi’in (orang s}alih).
Syaikh Yasin al-Fadani mengutip riwayat Abu Daud No 3512:
‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم َمن تَ َشبَّهَ بَِقوٍم فَ ُه َو ِمن ُهم‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ق‬
Seorang yang menyerupai suatu komunitas, niscaya termasuk dari
mereka.Sehingga dikatakan:
‫فتشبهوا ان مل تكونوا مثلهم ان التشبيه ابالكرام فالح‬
Hendaklah kalian menyerupai orang-orang alim yang arif jika kalian tidak
sama dengan mereka, karena sungguh menyerupai orang yang mulia
adalah suatu kemenangan. Lihat: Abil Faidh Muhammad Yasin bin 'Isa al-
202
Dalam sebagian riwayat disebutkan agar mencari ilmu
di hari senin359 dan kamis, karena apabila belajar di hari
tersebut niscaya orang yang berlajar mendapat kemudahan,
yakni orang yang menacri ilmu akan mendapatkan keberkahan
dan jauh dari berbagai macam kendala yang
mengganggunya.360
Suatu pelajaran atau aktivitas apabila dimulai pada
hari senin atau hari lainnya sebagaimana telah berlaku dalam
realita di Indonesia terutama jenjang pendidikan formal, maka
seyogyanya berlandaskan niat yang baik disertai dengan
basmalah dan h}amdalah di akhir kegiatan pembelajaran
sehingga hal tersebut akan menyebabkan datangnya berkah
dan rahmat dari Allah swt sebagiamana banyak keterangan
yang dapat diambil dari hadis s}ah}i>h}. Semua hari di sisi Allah

Fadani al-Maki, Arba'ina Hadisan min Arba'ina kitaban 'an Arba'ina


Syaikhon (Jakarta: Dar al-Basya'ir al-Islamiyah, 1987), hal. 3.
359
Pada hari senin Rasulullah saw dilahirkan, hari hijrahnya ke
Madinah al-Munawwarah, hari sampai di Madinah, hari diturunkannya
wahyu dan hari wafatnya Rasulullah saw (pada akhir bulan shofar).
Disampaikan dalam salah satu ceramah Khodimul ilmi syarif fil haromain,
Prof. DR. Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki, ulama ternama madzhab
Maliki yang seringkali mengajukan hujjah dengan "komunitas" yang
seringkali membid'ahkan bahkan mengkafirkan sesama Muslim di dunia.
360
M. Fathu Lillah, Kajian dan Analisis Ta'lim Muta'allim, hal.
269.
203
adalah sama, hanya ada beberapa hari dan bulan yang mulia361
dalam Islam seperti hari jum’at362, hari arafah, bulan
muh}arram, rajab, dan lainnya.
Dari keterangan di atas, memulai sesuatu pada hari
rabu hanya sebatas anjuran, dengan harapan kebaikan (tafa’ul)
sebagaimana nu>r (cahaya) diciptakan pada hari rabu.
Sedangkan memulai dengan selain hari rabu adalah sah-sah
saja, selama dimulai dengan menyebut nama Allah swt,
niscaya akan mendapakan keberkahan dari-Nya.

361
Ada 4 bulan hurum/istimewa di sisi Allah swt, disebut hurum
bisa disebabkan kemuliannya, dengan kemuliaan 4 bulan tersebut amal shlih
yang dikerjakan oleh seorang hamba menjadi berlipat ganda, disebut
sebagai bulan hurum bisa disebabkan dilarangnya berperang pada bulan-
bulan tersebut, kecuali untuk mempertahankan diri dari serangan musuh.
Bulan yang mulia tersebut adalah 3 bulan terletak secara berurutan, yakni;
dzulqo'dah dzulhijjah, muharrom, sedangkan 1 bulan diantara jumadis sani
dan sya'ban yakni rojab. Mafhum muwafaqohnya dari keterangan di atas
adalah pahala dan dosa dilipatgandakan pada bulan tersebut.
362
Sayyid al-Ayyam/penghulunya hari adalah hari jum'at.
Rasulullah saw berpesan agar memperbanyak membaca sholawat kepada
beliau pada malam dan hari jum'at, ketika beliau ditanya kapan kiamat,
dijawab; tidaklah seorang yang ditanya lebih tau daripada yang bertanya
dan beliau memberi tanda-tanda kapan datangnya hari kiamat, akan tetapi
beliau menjelaskan dalam riwayat Imam Muslim bahwa hari kiamat akan
terjadi secara pasti pada hari jum'at, dikarenakan pada saat itu adalah
seburuk-buruk umat, yakni tidak ada seorangpun di muka bumi yang
berdzikir kepada Allah swt.ketika. Pesan penting yang dapat diambil adalah
bersegera dalam menjalankan berbagai macam kebaikan, fastabiqul khoirot.
204
11. Hadis tentang hikmah

‫احلكمة ضالة املؤمن اينما وجدها اخذها‬


Dalam hal ini penulis mengutip hadis riwayat Abu
Dawud:
Dalam hal timbangan, pakailah timbangan Mekah, dan
dalam hal takaran pakailah takaran Madinah.363
Hadis ini, meminjam istilah sekarang mengandung
ajaran Nabi saw yang progresif, apabila ditinjau dari perspektif
waktu ketika hadis itu diucapkan. Tujuan dari hadis di atas
adalah penyatuan alat ukur dan timbangan yang dapat
dipergunakan oleh masyarakat dalam transaksi jual beli, barter
dan lain sebagainya sebagai alat ukur yang dikenal
masyarakat.
Yusuf al-Qarad}a>wi> mengemukakan konteks sosio
historis pada saat hadis ini disabdakan:
Penduduk Mekah adalah ahli dagang dan dalam
transaksi jual beli, mereka menggunakan uang logam. Patokan
ukuran yang dijadikan standar untuk ukuran tersebut adalah
uqiyah, mis}qa>l, dirha>m, daniq, dan sebagainya untuk

363
Abi> Da>wud Sulaima>n bin al-Asy’as} al-Sijista>ni>, Sunan Abi>
Da>wud (Mesir: Da>r Ibnu al-Hais}am, 2007), juz 2, hlm. 181. Di tahqi>q oleh
Muhammad Na>s}iruddin al-Alba>ni. Ia mengatakan bahwa hadis ini s}ah}i>h} al-
Isna>d. Riwayat Imam Nasa’i No. 2520.
205
menentukan timbangan serta kelipatan dan pecahannya,
sehingga tidak mengherankan jika timbangan saat itu
dijadikan ukuran yang baku dan acuan yang menjadi pegangan
umum ketika terjadi perselisihan iantara mereka. Penduduk
ahli Madinah adalah ahli pertanian dan perkebunan yang
menghasilkan biji dan buah-buahan. Perhatian mereka tertuju
pada pengaturan ukuran takaran, seperti mudd, s}a’, dan
sebagainya. Mereka sangat memerlukannya untuk
memasarkan hasil pertanian mereka, yaitu kurma dan anggur,
ketika melakukan transaksi jual beli, mereka menggunakan
alat takaran, sehingga Nabi saw membakukan ukuran takaran
mereka secara umum.364
Selanjutnya Yusuf al-Qarad}aw
> i> mengemukakan bahwa
ketentuan hadis yang menetapkan timbangan penduduk
Mekah dan takaran penduduk Madinah termasuk sarana yang
bisa berubah sesuai dengan perubahan waktu dan tempat. Jadi
ketentuan tersebut bukanlah masalah ta’abbudi, yang tidak
dapat diubah.365
Oleh karenanya, kaum Muslim pada masa sekarang
dapat menggunakan sistem desimal seperti kilogram berikut

Yusuf al-Qarad}a>wi>, al-Madkhal li Dira>sah al-Sunnah al-


364

Nabawiyyah: Pengantar Studi Hadis, terj. Agus Suyadi Raharusun dan


Dede Rodin (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 226.
365
Yusuf al-Qarad}a>wi>, al-Madkhal li Dira>sah, hlm. 226.
206
pecahan atau kelipatannya, karena alat ini mempunyai
ketepatan yang teliti serta kemudahan perhitungannya. Selain
itu sistem metrik untuk ukuran panjang karena tujuan
utamanya adalah mencapai ketelitian dan keseragaman.
Sehingga tindakan seperti ini bukanlah termasuk
penyimpangan terhadap substansi hadis.
Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 269:
ِ ‫ُوت َخريا َكثِريا وما ي َّذ َّكر إَِّال أُولُو األَلب‬
‫اب‬ ِ ِ ‫ي ؤِت احلِكمةَ من ي َشاء ومن ي ؤ‬
َ ُ َ َ َ ً ً َ ‫ت احلك َمةَ فَ َقد أ‬ َ ُ ََ ُ َ َ َ ُ
Allah swt memberikan hikmah kepada siapa saja yang
Dia kehendaki, dan siapa yang diberi hikmah, maka dia telah
diberi kebaikan yang banyak.
Hikmah adalah ilmu, baik ilmu agama atau ilmu dunia
yang bermanafaat kepada manusia dan bertujuan untuk
kebaikan masyarakat dan kemanusiaan.366 Ilmu yang
bermanfaat berguna di dunia dan di akhirat. Dengan demikian,
hikmah dapat dikategorisasikan sebagai “hal-hal yang
bermanfaat” bagi umat manusia. Kajian di pesantren Lerboyo
mengutip pendapat Imam Muhajid bahwa hikmah adalah al-
Qur'an, ilmu, fikih sedangkan menurut Imam Muqotil hikmah
bisa terperinci, yakni pertama; petuah-petuah yang ada di

Utsman Najati, al-Hadis al-Nabawi wa Ilmu al-Nafs: Belajar


366

EQ dan SQ dari Sunah Nabi, terj. Irfan Salim (Jakarta: Hikmah, 2004),
213.
207
dalam al-Qur'an, kedua; rahasia-rahasia menakjubkan, ketiga;
ilmu dan pemahaman yang luas seperti pemahaman para
Nabi.367
Lafaz matan hadis, dimanapun dia menemukannya
hendaklah dia mengambilnya. Hal ini memberikan pengertian
bahwa orientasi seseorang hendaknya kepada substansi suatu
perkataan, bukan terhadap siapa yang berkata.368 Rasulullah
saw memberikan apresiasi sekaligus memotivasi kepada setiap
Muslim agar tidak iri/hasad keculi kepada dua macam orang;
pertama,orang yang Allah swt berikan hikmah, dan dia ajarkan
kepada manusia pagi dan malam hari, kedua adalah orang yang
Allah swt berikan harta, kemudian habis untuk diinfakkan di
jalan Allah swt.369 Dalam agama Islam diajarkan secara
komprehensif apabila dikaji dari bebagai aspek bidang ilmu,
semua dengan gamblang, yakni mulai mau tidur sampai
bangun dari tidur, satu haru satu malam ada dzikir yang

367
M. Fathu Lillah, Kajian dan Analisis Ta'lim Muta'allim, hal.
164.
Abi Abdillah Muhammad bin Zaid al-Qozwini>, Sunan Ibnu
368

Ma>jah (Mesir: Da>r al-Hais}am, 2005), juz 4, hlm. 236. Redaksinya:


‫انظر الى ما قا ل ول تنظر الى من قا ل‬
369
Hadis riwayat Imam Bukhori No hadis 71:
َّ ُ َ ٌ ‫اَّللُ َم ًاال فَ ُسلِّ َط َعلَى َهلَ َكتِ ِه ِيف احلَ ِّق َوَر ُج‬
‫اَّللُ احلِك َم َة‬ ‫ه‬‫آَت‬ ‫ل‬ َّ ُ‫آَته‬ ِ َ‫اَّللُ َعلَي ِه و َسلَّم َال َحس َد إَِّال ِيف اث نَت‬
َ ‫ني َر ُج ٌل‬ َ َ َ َّ ‫صلَّى‬ ُّ ِ‫ال الن‬
َ ‫َّيب‬ َ َ‫ق‬
ِ
‫ضي ِهبَا َويُ َعلّ ُم َها‬ِ ‫فَهو ي ق‬
َ َُ
208
diajarkan, sampai dengan suara mendenging pada telinga,
maka alangkah baiknya dia membaca shalawat kepada baginda
Rasulullah saw, karena itu merupakan tanda bahwa dia disebut
oleh Rasulullah saw.370

12. Hadis tentang mengenal jati diri


‫من عرف نفسه فقد عرف ربه‬

Riwayat ini bermakna: Seorang yang mengetahui


bahwa dirinya bersifat baru (h}udu>s}), dia akan mengetahui
bahwa Tuhannya bersifat terdahulu (Qadi>m). Sedangkan
apabila seorang mengetahui bahwa dirinya akan punah (fana'),
maka ia akan mengetahui bahwa Tuhannya bersifat kekal
(baqa’).371

370
M. Fathu Lillah, Kajian dan Analisis Ta'lim Muta'allim, hal.
172. Riwayat di bawah sebagaimana dikutip oleh Hujjatul Islam; Imam al-
Ghazali yang ditakhrij oleh Imam Iroqi dengan kualitas dha'if:
‫ابب ما يقول من ظنت أذنه‬
، ‫ َعن أَبِ ِيه‬، ‫هللا ب ِن أَِيب َرافِ ٍع‬
ِ ‫ حدَّثَنَا ُُم َّم ُد بن عبيد‬، ‫ حدَّثَنَا ِحبَّا ُن بن علِ ٍي‬، ‫الربِي ِع‬
ُ ُ َ َ ّ َ ُ َ َّ ُ َ َ : ‫وصلِ ُّي‬
‫و‬ ‫َب‬
‫أ‬ ‫ا‬ ‫ن‬َ‫َّث‬
‫د‬ ‫ح‬ ِ ‫ال أَبو ي علَى الم‬
ُ َ ُ َ َ‫ق‬
ِ ِ ِ َّ ‫ َرض َي‬, ِ‫َعن َج ِّده‬
ِ
، ‫صلّي َعلَ َّي‬ َ ‫ إِذَا طَنَّت أُذُ ُن أ‬: ‫ال‬
َ ُ‫ َولي‬، ‫َحد ُكم فَليَذ ُكرِين‬ َ َ‫وسلَّم ق‬
َ ‫صلَّى هللا َعلَيه‬
َ ‫ول هللا‬ َ ‫َن َر ُس‬َّ ‫ أ‬، ُ‫اَّللُ َعنه‬
‫ َحدَّثَنَا معمر بن ُممد بن عبيد هللا بن أيب‬، ‫ َحدَّثَنَا زايد بن حيىي أبو اْلطاب‬: ‫ رواه البزار‬.‫اَّللُ ِخبَ ٍري َمن ذَ َكَرِين‬ َّ ‫َوليَ ُقل ذَ َكَر‬
.‫ ورواه الطرباين يف األوسط‬.‫ فليذكرين وليصل علي‬: ‫ دون قوله‬، ‫ فذكره‬,‫ عن جده أيب رافع‬، ‫ عن أبيه‬، ‫رافع‬
371
Muhammad bin Abdurrahma>n al-Sakha>wi, al-Maqa>s}id al-
Hasanah (Beiru>t: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 1979), hlm. 419; Ali Mustafa
Ya’qub, Hadis-Hadis Bermasalah (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2007), hlm.
77.
209
Ami>rul Mu’mini>n Imam Ali menyatakan bahwa
ma’rifah yang paling utama adalah pengenalan seseorang
terhadap dirinya.372 Imam Ali menjelaskan tentang beragam
pengaruh yang dihasilkan oleh pengenalan diri yaitu bahwa
seseorang yang mengenal dirinya niscaya ia akan meraih
kemenangan besar, cukuplah disebut bodoh jika seseorang
tidak mengenal dirinya, siapa yang tidak mengenal dirinya
maka ia akan terjauhkan dari jalan keselamatan, dan masuk ke
dalam kesesatan dan kebodohan.373
Berdasarkan hal di atas, para muh}aqqiq (peneliti) di
antara ulama menyatakan bahwa mengenal diri lebih utama
daripada mengenal alam semesta.374 Kaidah ini diambil dari
surat al-Z}arriyya>t ayat 21 dan 22:
ِ ‫ت لِلموقِنِني وِيف أَن ُف ِس ُكم أَفَ َال تُب‬
‫صُرو َن‬ ِ ‫َوِيف األَر‬
َ َ ُ ٌ ‫ض آَ َاي‬
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan () pada dirimu
sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?
T}abat}aba’i menjelaskan aspek tersebut, menurutnya:

Kamal al-Haydari, al-Tarbiyah al-Ruh}iyah Buh}u>s fi> Jiha>d al-


372

Nafs: Menejemen Ruh, terj. TPB21 al-Ikhwan (Bogor: Cahaya, 2004), hlm.
23.
373
Kamal al-Haydari, al-Tarbiyah al-Ruh}iyah, hlm. 24.
374
Kamal al-Haydari, al-Tarbiyah al-Ruh}iyah, hlm. 24.
210
Pengamatan terhadap alam semesta dan diri sama
manfaatnya, akan tetapi pengamatan terhadap tanda-tanda
(kekuasaan Allah) dalam diri adalah lebih berguna. Hal ini
disebabkan oleh seseorang yang telah mengenal jati dirinya
niscaya menghasilkan penemuan terhadap berbagai kekuatan
serta perlengkapan ruhaniah dan fisiknya, keseimbangan
dalam keadaan, kelaliman, atau ketenangan yang terdapat
padanya, serta malakah (potensi) yang mulia atau tercela,
keadaan yang baik dan buruk yang menyertainya.375
Hadis di atas setelah ditelusuri bukan merupakan
perkataan Rasulullah saw, akan tetapi banyak ulama yang
menelusuri makna dan relevansianya dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga dengan demikian, seseorang akan senantiasa
sibuk dengan kekurangan yang ada pada dirinya dan akan
berusaha meningkatkan kualitas kebaikannya agar selalu dekat
dengan Allah swt, sehingga seseorang tidak dengan mudah
membid'ahkan, memusyrikkan, bahkan mengkafirkan376
sesama Muslim.

375
Kamal al-Haydari, al-Tarbiyah al-Ruh}iyah, hlm. 25.
376
Seorang Muslim yang menuduh saudaranya "kafir" dan ternyata
tuduhannya adalah salah, niscaya dia yang menuduh telah menjadi kafir dan
pada hakikatnya/secara tidak diketahui oleh dirinya, seluruh amalnya telah
hancur, ditolak oleh Allah swt.
211
13. Hadis tentang bakhil
Bakhil atau pelit bisa bervariatif. Secara umum bakhil
identik dengan harta, akan tetapi orang yang bakhil terhadap
ilmu akan mendapat ancaman yang berat sebagaimana
disabdakan oleh Nabi Muhammad saw. Dalam istilah hadis
disebut dengan kitma>n al-Ilm (menyembunyikan ilmu).
Apapun jenisnya perbuatan ini termasuk salah satu diantara
akhlak mazmu>mah (tercela).
Lebih luasnya lagi, bakhil pun dapat dikaitkan dalam
permasalahan ilmu, maksudnya dimana orang yang bakhil
secara ilmu, tentulah dia tidak akan mempunyai keinginan
untuk menyebarkan atau memberikan ilmu yang telah dia
miliki kepada orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari orang
yang tidak bakhil dalam ilmunya, maka keilmuannya akan
cenderung bertambah, dalam arti dia akan semakin paham,
hafal, dan menguasai ilmu yang telah dia peroleh daripada
orang yang bakhil dalam hal ilmu.
Permasalahan yang hampir serupa ditemukan dalam
hal harta, sebagaimana riwayat377 yang menyatakan bahwa

377
Diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi dalam Sunannya juz 4, hal
343. No hadis. 1961:
‫عن النيب صلى هللا عليه و سلم قال السخي قريب من هللا قريب من اْلنة قريب من الناس بعيد من النار والبخيل بعيد من‬
‫هللا بعيد من الناس قريب من النار وْلاهل سخي أحب إىل هللا عز و جل من عابد خبيل‬
212
orang yang bakhil jauh dari Allah swt, jauh dari manusia, dan
dekat dengan neraka, sedangkan orang dermawan dekat
dengan Allah swt, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka.
Apabila dicermati secara seksama, ilmu merupakan harta yang
paling berharga bagi seseorang, tanpa ilmu seseorang tidak
akan bahagia, Sebagamana dinyatakan bahwa ilmu akan
menjaga orang yang memilikinya, sedangkan harta akan dijaga
oleh orang yang memilikinya, bukan harta yang menjaga
pemiliknya.
Dalam al-Qur’an kata bakhil dengan berbagai
derivasinya (fi’il ma>d}i, mud}a>ri’ dan mas}dar) disebut tidak
kurang dari12 kali, yaitu pada surat al-Nisa> ayat 37 (2x); al-
Taubah ayat 76; Muhamamd ayat 37, 38 (3x); al-H}adi>d ayat
24 (2x); Ali Imran ayat 180 (2x); dan surat al-Lail ayat 8.378
Hadis di atas berkaitan dengan al-Nisa 37 yang artinya:
Orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat
kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah
diberikan-Nya kepada mereka dan Kami telah menyiapkan
untuk orang-orang kafir siksa yang menghinakan. 379

M. Ishom El Saha dan Saiful Hadi, Sketsa al-Qur’an: Tempat,


378

Tokoh, Nama dan Istilah dalam al-Qur’an (Jakarta: Lista Fariska Putra,
2005), hlm. 97.
379

213
Allah swt berfirman dengan mencela orang-orang yang
bakhil terhadap harta mereka agar mereka meninfakkan
hartanya seperti berbuat baik kepada kedua orang tuanya,
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat, tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan
budak-budak yang mereka miliki, mereka tidak memenuhi
hak-hak Allah swt, bahkan menyuruh manusia berbuat bakhil,
sehingga Rasulullah saw mengatakan:
“Penyakit mana yang lebih berbahaya daripada bakhil
?”. Dalam hadis yang lain bersabda: “Jauhilah sifat pelit,
karena orang-orang sebelum kalian rusak (hancur) disebabkan
sifat tersebut.”380
Allah swt berfirman dengan memerintahkan manusia
agar hidup secara sederhana, dengan kata lain tidak berlebihan.
Allah swt mencela orang-orang bakhil, mencegah sifat
berlebihan, atau tidak pernah memberikan sesuatu kepada
orang lain. Hal ini sebagaimana perkataan orang-orang Yahudi
dalam surat al-Maidah ayat 64 yang artinya: Orang-orang
Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu”. 381

‫ين َع َذ ًااب ُم ِهينًا‬ ِ ِ ِِ ِ َّ ‫الَّ ِذين ي بخلُو َن وأيمرو َن النَّاس ِابلبخ ِل ويكتُمو َن ما آَ ََتهم‬
َ ‫اَّللُ من فَضله َوأَعتَد َان لل َكاف ِر‬ ُ ُ َ ُ ََ ُ َ ُُ َ َ َ َ َ
Ibnu Kas}i>r, Tafsi>r al-Qur’an, juz 1, hlm. 476.
380
381

ٌ‫اَّللِ َمغلُولَة‬
َّ ‫ود يَ ُد‬ ِ َ‫وقَال‬
ُ ‫ت اليَ ُه‬ َ
214
Mereka menisbatkan Allah swt sebagai zat yang
bakhil. Dalam ayat Wala> tabsut}ha> kulla al-Bast}, yakni,
janganlah kamu berlebihan dalam berinfak, engkau
memberikan sesuatu di luar batas kemampuanmu.382
Manusia yang durhaka bisa menjadi salah satu
penyebab datangnya bencana sebagaimana kisah Qarun383
yang diuraikan dalam al-Qur’an surat al-Qas}as} ayat 76384 yang
artinya: Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, Maka ia
berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah
menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang
kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang
yang kuat-kuat. (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya:
"Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri".
Dalam sejarah, Qarun adalah orang kaya yang memiliki
harta melimpah ruah, akan tetapi dia termasuk orang bakhil.
Qarun tidak dapat menerima nasihat-nasihat Nabi Musa as,
bahkan dia tidak mengakui bahwa segala kekayaannya adalah
karunia dari Allah swt. Dengan sombongnya, dia mengklaim

382
Ibnu Kas}i>r, Tafsi>r al-Qur’an, juz 3, hlm. 37.
383
Qarun adalah salah satu anak paman Nabi Musa as.
384

ِ ‫وسى فَبَغَى َعلَي ِهم َوآَتَي نَاهُ ِم َن ال ُكنُوِز َما إِ َّن َم َف ِاحتَهُ لَتَ نُوءُ ِابلعُصبَ ِة أ‬
َ َ‫ُويل ال ُق َّوِة إِذ ق‬
‫ال لَهُ قَوُمهُ َال‬ ِ ِ
َ ‫إِ َّن قَ ُارو َن َكا َن من قَوم ُم‬
ِ ُّ ‫اَّلل َال ُِحي‬ ِ
َ ‫ب ال َف ِرح‬
‫ني‬ ََّ ‫تَفَرح إ َّن‬
215
bahwa semua kekayaannya didapatkan karena usahanya
sendiri.385 Dia menafikan faktor izin dan karunia Allah swt.
Oleh karenanya Allah swt merenggut nyawanya dan seluruh
hartanya dengan gempa sebagai pelajaran bagi yang lain.386

14. Hadis tentang larangan menghinakan diri


387
‫ليس للمؤ من ان يذل نغسه‬
Seorang Muslim dilarang menghinakan diri,
diantaranya dengan meminta, hal ini menyebabkan dirinya
menjadi hina, baik disisi Allah swt maupun disisi manusia,
sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhori No hadis 1715:

385
Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Qas}as} ayat 78:

‫َش ُّد ِمنهُ قُ َّوةً َوأَكثَ ُر َمج ًعا َوَال يُسأ َُل‬ ِ ‫ك ِمن قَبلِ ِه ِمن ال ُقر‬
َ ‫ون َمن ُه َو أ‬ َ َ‫اَّللَ قَد أَهل‬
َّ ‫َن‬َّ ‫ال إَِّمنَا أُوتِيتُهُ َعلَى عِل ٍم عِن ِدي أ ََوَمل يَعلَم أ‬
َ َ‫ق‬
ُ َ
ِِ
‫َعن ذُنُوهب ُم ال ُمج ِرُمو َن‬
Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu
yang ada padaku". dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah
sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat
daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu
ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.
386
Kisah tentang azab yang menimpa Qarun terdapat dalam surat
al-Qas}as} ayat 81. Lihat: M. Quraish Shihab, Lentera al-Qur’an: Kisah dan
Hikmah dalam Kehidupan (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 267; Yunahar
Ilyas, Cakrawala al-Qur’an: Tafsir Tematis tentang Berbagai Aspek
Kehidupan (Yogyakarta: Itqan Publishing, 2009), hlm. 141.
387
Ibrahi>m bin Isma’i>l, Syarah Ta’li>m, hlm. 33.
216
‫ُّف َعن‬ َ َ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َّ ‫ال َوُه َو َعلَى ال ِمن َِرب َوُه َو يَذ ُك ُر‬ َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬ َّ ‫أ‬
َ ‫َّعف‬
َ ‫الص َدقَةَ َوالت‬ َ ‫اَّلل‬ َ ‫َن َر ُس‬

ُ‫السائِلَة‬ ُّ ‫السفلَى َواليَ ُد العُليَا ال ُمن ِف َقةُ َو‬


َّ ‫السفلَى‬ ُّ ‫ال َمسأَلَِة اليَ ُد العُليَا َخريٌ ِمن اليَ ِد‬
Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda sedangkan
beliau berada di atas mimbar dan beliau menjelaskan tentang
sedekah dan menjaga diri dari meminta; tangan di atas (orang
yang berinfak) lebih baik daripada tangan di bawah (orang
yang meminta).
Diriwayatkan oleh Imam Bukhori No hadis 1381 :

‫س ِيف‬ َّ ‫َح ِد ُكم َح َّىت يَل َقى‬


َ ‫اَّللَ َولَي‬ َ َ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ‫ال َال تَ َز ُال ال َمسأَلَةُ ِأب‬ َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫أ‬
َّ ِ‫َن الن‬
َ ‫َّيب‬
‫َوج ِه ِه ُمز َعةُ َحل ٍم‬

Bahwasanya Rasulullah saw bersabda: tidaklah seorang


senantiasa meminta sehingga dia akan berjumpa dengan Allah
swt dalam keadaan wajahnya tanpa daging.
Rasulullah saw menjelaskan ketika seorang hamba
berdo'a meminta ampunan kepada Allah swt tidak boleh
menggunakan redaksi, Ya Allah swt, ampunilah saya jika
Engkau berkehendak/‫هللا اغفريل ان شئت‬

Hal tersebut membuat Allah swt murka kepadanya


dikarenakan menghinakan Zat Yang Maha Mengijabah seluruh

217
do'a388, Maha Pengampun seluruh dosa, dan Maha Berkuasa
atas segala sesuatu.

15. Hadis tentang larangan thoma'


Hemat penulis ayat yang berkaitan dengan riwayat di
atas adalah surat al-Nisa' ayat 32:
‫يب ِممَّا اكتَ َسبُوا َولِلنِّ َس ِاء‬ ِ ِ ِ ٍ ‫ض ُكم علَى ب ع‬
ٌ ‫ض ل ِّلر َجال نَص‬ َ َ َ ‫اَّللُ به بَع‬
ِِ َّ ‫وَال تَتَمنَّوا ما فَضَّل‬
َ َ َ َ
ِ ٍ ِ َّ ‫اَّللَ ِمن فَضلِ ِه إِ َّن‬ ِ ‫ص‬ ِ
‫يما‬ً ‫اَّللَ َكا َن ب ُك ِّل َشيء َعل‬ َّ ‫ب َواسأَلُوا‬
َ ‫يب ممَّا اكتَ َس‬
ٌ َ‫ن‬
389

388

‫انك مسيع قريب جميب الدعوات‬


389

‫ ولكن ليسأل هللا من فضله‬،‫مال فالن وأهلَه"! فنهى هللا سبحانه عن ذلك‬
َ ‫"ليت أ ّن يل‬:‫ال يتمىن الرجل يقول‬
Seorang janganlah berharap dengan mengatakan: Andai Allah berikan saya
hartanya fulan dan keluarganya fulan, akan tetapi mintalah kepada Allah
swt dari keutamaan-Nya
"‫"ليتنا رجاال فنغزو ونبلُغ ما يبلغ الرجال‬:‫قول النساء‬
Para wanita mengajukan aspirasinya kepada Rasulullah saw: Andaikan
kami laki-laki, niscaya kami ikut berperang dan niscaya kami sampai pada
apa yang dikerjakan oleh laki-laki.

‫"وال تتمنوا ما فضَّل هللا به بعضكم‬:‫ وال نغزو يف سبيل هللا فنُقتل؟ فنزلت‬،‫ ال نعطَي املرياث‬،‫ اي رسول هللا‬:‫قالت أم سلمة‬
"‫على بعض‬
Ummu salamah berkata: Ya Rasulallah, kami sebagai kaum nisa' tidak
diberikan harta warisan, kami tidak diperbolehkan berperang (kecuali
sekedar merawat orang-orang yang terluka dan menyediakan makanan dan
minuman) sehingga kami gugur di medan perang, kemudian turun ayat
tersebut.

218
Dan janganlah kalian berharap apa Allah swt
anugrahkan kepada sebagian kalian atas sebagian yang lain,
bagi laki-laki apa yang telah mereka perbuat dan bagi wanita
apa yang mereka kerjakan, dan mintalah kepada Allah swt dari
anugrahnya, sesungguhnya Allah swt adalah zat Yang Maha
Mengetahui atas segala sesuatu.
Seorang santri sebagai pelajar yang terkadang telah
putus sekolah/telah selesai dari bangku madrasah/bangku
kuliah alangkah baiknya mengembangkan diri menjadi
pengusaha atau wirausahawan sehingga menjadi pribadi yang
mandiri. Dalam perspektif Islam, toma' (mengharapkan
pemberian orang lain) adalah salah satu dari sekian banyak
perkara yang harus dihinadarkan oleh seorang Muslim, bahkan
mendapat ancaman sebagaimana dalam kitab-kitab kuning
yang dikaji di pesantren.
Seorang apabila telah mandiri secara ekonomi dalam
berdakwah, niscaya dapat mengikuti "jejak" dari Sunan
Ampel, karena beliau adalah seorang da'i ila Allah swt yang
memiliki ma'isyah (pekerjaan) sebagai seorang petani
sekaligus pedagang atau bisa disebut multi talenta. Diantara
sekian banyak metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan
Ampel adalah memberikan payung bagi orang yang kehujanan,

219
memberikan makan bagi orang yang lapar, memberikan baju
bagi orang yang tidak bisa membeli/tidak menggunakannya.
Setiap orang memiliki tabiat yang sama, yakni
berharap sesuatu dari perkara dunia seperti hidup menjadi
orang kaya yang memiliki banyak harta, akan tetapi yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana cara yang dilakukan untuk
memperolehnya, apakah sesuai dengan syari'at Allah swt atau
tidak, termasuk selain dengan meminta kepada manusia,
seperti di berita disebutkan seorang bisa memperoleh sekian
puluh juta bahkan ratusan juta rupiah dikarenakan meminta,
sehingga kebijakan yang utama apabila memberi uang di jalan
raya dikenakan denda. Na'udzubillah. Seorang Muslim
hendaknya hanya berharap kepada Allah swt sebagaimana
pemaparan yang telah dikemukakan dan tidak takut kecuali
hanya kepada-Nya sehingga ulama menyatakan:
‫من خاف هللا خافه كل شيء‬

Seorang yang hanya takut kepada Allah swt, niscaya


segala sesuatu takut kepada dirinya.
Imam Bukhori mengutip riwayat No hadis 2910;
Sahabat Hakim bin Hizam menceritakan bahwa dia pernah
meminta kepada Rasulullah saw sebanyak dua kali dan beliau
memberinya, kemudian Rasulullah saw bersabda; Wahai

220
Hakim, sesungguhnya harta ini adalah segar dan manis,
seorang yang mengambilnya tanpa ambis/thoma'/dengan
kerelaan pemiliknya niscaya akan diberkahi harta tersebut
untuknya, sedangkan apabila seorang mengambil harta
tersebut dengan thoma'/penuh ambisi niscaya harta yang
diambil tidak mengandung keberkahan sehingga dirinya
diibaratkan seperti orang yang makan dan tidak pernah
kenyang dan tangan di atas adalah lebih baik daripada tangan
di bawah. Hakim berkata; Ya Rasulallah, demi Dzat yang
mengutusmu dengan membawa kebenaran, saya tidak akan
meminta sesuatu kepada seorangpun setelah meminta
kepadamu sampai saya berpisah dengan dunia, kemudian Abu
Bakar al-Siddiq dan Umar bin al-Khottob memberikan harta
rampasan perang kepadanya dan Hakim menolaknya sehingga
wafat.390

390

ِ ‫َن ح ِكيم بن ِحزٍام ر‬ ِ ِ‫الزه ِر ِي عن سع‬ ِ


ُ‫اَّلل‬
َّ ‫ض َي‬ َ َ َ َ َ َّ ‫الزبَ ِري أ‬ ُّ ‫ب َوعُرَوةَ ب ِن‬ ِ َّ‫يد ب ِن ال ُمسي‬
َ َ َ ّ ُّ ‫ف َحدَّثَنَا األَوَزاع ُّي َعن‬ َ ‫وس‬ُ ُ‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد ب ُن ي‬
ِ
‫ال َخضٌر ُحل ٌو‬ ِ ِ
َ ‫ال ِيل َاي َحك ُيم إ َّن َه َذا ال َم‬ ِ ِ ِ
َ َ‫اَّللُ عَلَيه َو َسلَّ َم فَأَعطَاين ُمثَّ َسأَلتُهُ فَأَعطَاين ُمثَّ ق‬
َّ ‫صلَّى‬ ِ
َ ‫اَّلل‬ َّ ‫ول‬ َ ‫ت َر ُس‬ ُ ‫ال َسأَل‬ َ َ‫عَنهُ ق‬
ِ َّ ِ ِ ٍ ِ
‫َخ َذهُ ِبشَراف نَفس َمل يُبَ َارك لَهُ فيه َوَكا َن َكالذي َأي ُك ُل َوَال يَشبَ ُع َواليَ ُد العُليَا‬ ِِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ
َ ‫َخ َذهُ ب َس َخ َاوة نَفس بُورَك لَهُ فيه َوَمن أ‬ َ ‫فَ َمن أ‬
‫َح ًدا بَع َد َك َشي ئًا َح َّىت أُفَا ِر َق الدُّن يَا فَ َكا َن‬‫أ‬ ُ‫أ‬‫ز‬‫َر‬ ‫أ‬ ‫ال‬ ِ
‫ق‬ ‫حل‬ ِ
‫اب‬ ‫ك‬ ‫ث‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ِ
‫ذ‬ َّ
‫ل‬ ‫ا‬
‫و‬ ِ
‫اَّلل‬ ‫ول‬ ‫س‬ ِ ِ ِ
َ َ َ ّ َ َ ََ َ َ َّ َ ُ َ َ ُ ُ َ ٌ َ َ َ ُّ َ ‫َخريٌ م‬
‫ر‬ ‫اي‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫ف‬ ‫يم‬ ‫ك‬ ‫ح‬ ‫ال‬
َ ‫ق‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ‫الس‬ ‫د‬ ‫ي‬‫ال‬ ‫ن‬
ِ ِ ِ
َ ‫يما ليُعطيَهُ ال َعطَاءَ فَيَأ َِب أَن يَقبَ َل منهُ َشي ئًا ُمثَّ إِ َّن عُ َمَر َد َعاهُ ليُعطيَهُ فَأَ َِب أَن يَقبَ َل فَ َق‬ ِ ِ ِ
‫ال َاي َمع َشَر‬ ً ‫أَبُو بَك ٍر يَدعُو َحك‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
ِ ‫َح ًدا من الن‬
‫َّاس َشي ئًا بَع َد‬ َ ‫اَّللُ لَهُ من َه َذا ال َفيء فَيَأ َِب أَن َأي ُخ َذهُ فَلَم يَرَزأ َحك ٌيم أ‬ َّ
َّ ‫ض عَلَيه َحقَّهُ الذي قَ َس َم‬ ُ ‫ني إِِّين أَع ِر‬
َ ‫ال ُمسلم‬
ِ َّ ِ َّ ‫صلَّى‬
‫يف‬
َّ ‫اَّللُ َعلَيه َو َسل َم َح َّىت تُ ُو‬ ِّ ِ‫الن‬
َ ‫َّيب‬

221
Dalam riwayat Sunan al-Darimi No 595 disebutkan
bahwa Sahabat Umar beranya kepada Ka'ab, siapakah orang-
orang yang mendalam ilmunya? Ka'ab menjawab: orang-orang
yang beramal sesuai dengan ilmu yang mereka ketahui,
kemudian beliau ditanya tentang hal yang menyebabkan ilmu
keluar dari hati para ulama? Ka'ab menjawab; thoma'.391
Rasulullah saw pada suatu kesempatan memanggil
sahabatnya; wahai Qobishoh, sungguh perbuatan meminta
adalah tidak halal392 kecuali salah satu dari tiga pilihan bagi
seseorang; Pertama, seorang yang menanggung hutang orang
lain, maka boleh dia meminta sehingga bisa melunasinya,
kemudian berhenti. Kedua, seorang yang terkena musibah
yang menghabiskan hartanya, (diantaranya lapar, gempa bumi,
sunami dan sebagainya), maka dia boleh meminta sehingga
mendapat sandaran hidup/penghasilan yang layak. Ketiga,
seorang yang ditimpa kesengsaraan hidup/sangat fakir sehingga
ada tiga orang dari komunitasnya yang berkata: si fulan
sungguh berada dalam keadaan yang mengenaskan, oleh

391

َ َ‫ ق‬.‫ين يَع َملُو َن ِمبَا يَعلَ ُمو َن‬ ِ َّ َ َ‫ من أَرابب العِل ِم؟ ق‬: ‫ب‬ ِ َ َ‫َن عمر ق‬
‫ فَ َما‬: ‫ال‬ َ ‫ الذ‬: ‫ال‬ ُ َ َ ٍ ‫ال ل َكع‬ َ َ ُ َّ ‫ف عَن ُسفيَا َن أ‬ َ ‫وس‬
ُ ُ‫أَخ َربََان ُُمَ َّم ُد ب ُن ي‬
.‫ الطَّ َم ُع‬: ‫ال‬ ‫ق‬ ‫؟‬ ِ
‫اء‬
َ َ َ َُ ‫م‬‫ل‬ ‫ع‬ ‫ال‬ ِ
‫وب‬ ُ‫أَخَر َج العِل َم ِمن قُل‬

392
Dalam sebagian riwayat banyak disebutkan kehinaan yang
didapat dari meminta-minta baik di dunia maupun di akhirat.
222
karena itu dia boleh meminta sehingga dia mendapat sandaran
hidup/penghasilan yang layak.393
Dengan pemaparan ketiga contoh yang diperbolehkan
oleh Rasulullah saw seperti di atas, maka meminta adalah
haram, termasuk setiap orang yang memakannya. Oleh
karenanya sebagai muqoddimah daripada meminta adalah
thoma' berharap kepada manusia dilarang oleh agama, sebab
berharap kepada manusia hanya akan membuat seorang
kecewa, seorang Muslim akan senantiasa berharap kepada
Allah swt karena Dia adalah sebaik Dzat yang Maha Pemberi
rizki.
‫ني‬ِ ِ َّ ‫إِ َّن‬
ُ ‫َّاق ذُو ال ُق َّوة ال َمت‬
ُ ‫الرز‬
َّ ‫اَّللَ ُه َو‬
Sesungguhnya Rasulullah saw mengutus Umar bin
Khottob dengan memberinya suatu hadiah/cindramata,
kemudian Umar menolaknya, maka Rasulullah saw bersabda:
kenapa engkau kembalikan pemberian tersebut wahai Umar?

393
Diriwayatkan oleh Imam Muslim No hadis 1730:
‫اد ب ُن َزي ٍد َعن َه ُارو َن ب ِن رَايب َح َّدثَِين‬
ٍ ِ َ َ‫َّاد ب ِن َزي ٍد ق‬
ُ َّ‫ال َحي َىي أَخ َربََان َْح‬
ِ ‫يد كِ َال ُمها عن َْح‬
َ َ
ٍ ِ‫حدَّثَنا َحيىي بن َحيىي وقُت ي بةُ بن سع‬
َ ُ َََ َ ُ َ َ َ
‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم أَسأَلُهُ فِ َيها‬ ‫ى‬ َّ
‫ل‬ ‫ص‬ ِ
‫اَّلل‬ ‫ول‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫َت‬
‫أ‬
َّ َ َّ َ ُ َ ُ َ َ ً َ ََ ُ َّ ََ َ َ ّ َ ‫ف‬ ‫ة‬‫ل‬ ‫ا‬‫ْح‬ ‫ت‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫حت‬ ‫ال‬ ‫ق‬ ‫يل‬
ِ ِ‫ال‬ِ‫اهل‬ ‫ق‬ٍ ِ
‫ر‬ ‫ا‬ ِ
َُ َ ‫يص‬
‫خم‬ ‫ن‬ ‫ب‬ ‫ة‬ َ ِ‫ي َعن قَب‬ ُّ ‫كِنَانَةُ ب ُن نُ َعي ٍم ال َع َد ِو‬
ِ
‫َحد ثََالثٍَة َر ُج ٍل َحتَ َّم َل َْحَالَ ًة‬ ِ ِ َ َ‫ك ِهبَا ق‬ َّ ‫ال أَقِم َح َّىت َأتتِيَ نَا‬
َ ‫يصةُ إِ َّن ال َمسأَلَةَ َال َحت ُّل إَِّال أل‬َ ِ‫ال َاي قَب‬ َ َ‫ال ُمثَّ ق‬ َ َ‫الص َدقَةُ فَنَأ ُمَر ل‬ َ ‫فَ َق‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ب ق َو ًاما من‬ َ ‫احت َمالَهُ فَ َحلَّت لَهُ ال َمسأَلَةُ َح َّىت يُصي‬ َ َ‫َصابَتهُ َجائ َحةٌ اجت‬ َ ‫ك َوَر ُج ٌل أ‬ ُ ‫فَ َحلَّت لَهُ ال َمسأَلَةُ َح َّىت يُصيبَ َها ُمثَّ ُميس‬
َّ
‫َصابَت فَُال ًان فَاقَةٌ فَ َحلت‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ ‫ال ِس َد ًادا ِمن عَي‬ ٍ ‫عَي‬
َ ‫وم ثََالثَةٌ من ذَوي احل َجا من قَومه لََقد أ‬ َ ‫َصابَتهُ فَاقَةٌ َح َّىت يَ ُق‬
َ ‫ش َوَر ُج ٌل أ‬ َ َ‫ش أَو ق‬
‫احبُ َها‬ ِ ‫ش فَما ِسواه َّن ِمن المسأَلَِة اي قَبِيصةُ سحتًا أي ُكلُها ص‬
َ َ َ ُ َ َ َ ُ َ َ ٍ ‫ال س َد ًادا من َعي‬
ِ ِ َ َ‫ش أَو ق‬ ٍ ‫يب قِ َو ًاما ِمن َعي‬ ِ
َ ‫لَهُ ال َمسأَلَةُ َح َّىت يُص‬
‫ُسحتًا‬
223
Umar menjawab; Ya Rasulullah saw bukankah engkau telah
memberi kabar kepada kami yang disebut dengan kebaikan
adalah apabila diantara kami tidak mengambil sesuatu dari
orang lain? Rasulullah saw bersabda; itu adalah meminta-minta
wahai Umar, maka apabila seorang tidak meminta kemudian
diberikan sesuatu oleh orang lain maka sungguh itu adalah
rizki dari Allah swt yang Allah swt berikan kepadanya,
kemudian Umar mengatakan; demi Dzat yang saya berada
dalam genggamannya, saya tidak akan meminta kepada
seorangpun dan tidaklah saya diberikan sesuatu tanpa meminta
kecuali pasti saya terima.394
Natijah yang dapat diambil dari riwayat di atas adalah
bolehnya menerima suatu pemberian dari orang lain dengan
catatan tidak meminta kepada mereka. Apabila seorang Muslim
menggantungkan hatinya kepada Dzat yang maha memberi,
niscaya akan banyak kejadian yang dialaminya secara tidak
matematis, dengan kata lain, akan banyak kejadian yang luar
biasa yang akan dialaminya, karena jika Allah swt berkehendak

394
Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab al-Muwattho' No
hadis 1587:
ِ َّ‫اَّلل َعلَي ِه وسلَّم أَرسل إِ َىل ُعمر ب ِن اْلَط‬
‫اب‬ ََ ََ َ ََ َُّ ‫صلَّى‬
َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ َ ‫َن َر ُس‬ َّ ‫و َح َّدثَِين َعن َمالِك َعن َزي ِد ب ِن أَسلَ َم َعن َعطَ ِاء ب ِن يَ َسا ٍر أ‬
‫َح ِد َان أَن َال‬ ِ
َ ‫َن َخريًا أل‬ َّ ‫س أَخ َربتَنَا أ‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل أَلَي‬ َ ‫ال َاي َر ُس‬َ ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم ِملَ َرَددتَهُ فَ َق‬
َّ ‫صلَّى‬ َِّ ‫ول‬
َ ‫اَّلل‬ َ ‫بِعَطَ ٍاء فَ َردَّهُ عُ َم ُر فَ َق‬
ُ ‫ال لَهُ َر ُس‬
‫ك َعن ال َمسأَلَِة فَأََّما َما َكا َن ِمن َغ ِري َمسأَلٍَة فَِإَّمنَا ُه َو ِرز ٌق‬ ِ َِّ ‫ول‬ َ ‫َح ٍد َشي ئًا فَ َق‬
َ ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم إَِّمنَا ذَل‬
َّ ‫صلَّى‬َ ‫اَّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬ ِ
َ ‫َأي ُخ َذ من أ‬
ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫َح ًدا َشي ئًا َوَال َأيت ِيين َشيءٌ من غَ ِري َمسأَلَة إَِّال أ‬
ُ‫َخذتُه‬ َ ‫ال ُع َم ُر ب ُن اْلَطَّاب أ ََما َوالَّذي نَفسي بيَده َال أَسأ َُل أ‬ َ ‫اَّللُ فَ َق‬
َّ ُ‫يَرُزقُ َكه‬
224
terhadap makhluk-Nya, Dia cukup mengucap kun, maka
fakakun.

16. Hadis tentang sifat fakir

‫الناس كلهم ىف الفقر خمافة الفقر‬

Rasulullah saw sungguh tidak takut jika umat Islam


menjadi fakir, akan tetapi umat Rasulullah saw yang takut akan
nasibnya di kemudian hari, padahal sungguh rizki telah diatur
Allah swt sebagaiman tertulis dalam lauh al-Mahfudz jauh
sebelum manusia diciptakan. Rasulullah saw bersabda: demi
Allah swt, saya tidak khawatir akan kefakiran pada diri kalian,
akan tetapi yang saya khawatirkan atas kalian adalah
dibukakan kekayaan dunia bagi kalian sebagaimana orang-
orang sebelum kalian kemudian kalian saling berlomba-lomba
sehingga dunia merusak kalian seperti dunia merusak
mereka.395 Bahkan diriwayatkan oleh Imam Bukhori No Hadis
3002: Saya diperihatkan penduduk surga, yang paling banyak
di dalamnya adalah orang-orang fakir dan saya diperlihatkan
penduduk neraka yang paling banyak adalah wanita. 396

395

‫وها‬ ِ َِّ ‫فَو‬


َ ‫اَّلل َما ال َفقَر أَخ َشى َعلَي ُكم َولَ ِك ِّين أَخ َشى َعلَي ُكم أَن تُب َس‬
َ ‫ط الدُّن يَا َعلَي ُكم َك َما بُسطَت َعلَى َمن َكا َن قَب لَ ُكم فَتَ نَافَ ُس‬ َ
ِ
‫وها فَتُهل َك ُكم َك َما أَهلَ َكت ُهم‬
َ ُ َ ََ َ ‫َك‬
‫س‬ ‫ف‬‫ا‬‫ن‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬
396

225
Wanita yang dikatakan Rasulullah saw memiliki tipe
tidak bersyukur/kufur kepada suami, bukan kufur terhadap
Allah swt, yakni apabila suami berbuat kebaikan kepada istri
selama satu tahun, maka wanita tersebut berkata; saya tidak
melihat kebaikan sedikitpun ada pada suami.397
Seorang Muslim bukan dianjurkan atau lebih baik
menjadi miskin terlebih fakir setelah membaca riwayat di atas,
akan tetapi anjuran agar senantiasa berusaha menjadi orang
yang kuat398 serta bermanfaat untuk dirinya, untuk orang lain
dan untuk seluruh umat baginda Rasulillah saw. Nabi Sulaiman
as sebagai contoh tauladan seorang Nabi dengan kekayaan
yang menakjubkan. Salah satu do'a beliau yang diabadikan di
dalam al-Qur'an, surat shad ayat 35:

ِ ِ ِ ِ َ َ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم ق‬


َ‫ت أَكثََر أَهل َها النّ َساء‬ُ ‫ت ِيف النَّا ِر فَ َرأَي‬ ُ ‫ت أَكثََر أَهل َها ال ُف َقَراءَ َواطَّلَع‬ ُ ‫ت ِيف اْلَنَّة فَ َرأَي‬ ُ ‫ال اطَّلَع‬ َّ ‫صلَّى‬ ِّ ِ‫َعن الن‬
َ ‫َّيب‬
397
Diriwayatkan oleh Imam Bukhori No hadis 28:
‫اَّللُ َعلَي ِه‬
َّ ‫صلَّى‬ ِ
َ ُّ ‫ال ال‬
‫َّيب‬‫ن‬ َ َ‫اس قَا َل ق‬ ٍ َّ‫ك َعن َزي ِد ب ِن أَسلَ َم َعن َعطَ ِاء ب ِن يَ َسا ٍر َعن اب ِن َعب‬ ٍ ِ‫اَّللِ بن مسلَمةَ َعن مال‬
َ َ َ ُ َّ ‫َحدَّثَنَا َعب ُد‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫يت الن‬
‫ت إ َىل‬ َ ‫ال يَك ُفر َن ال َعش َري َويَك ُفر َن اإلح َسا َن لَو أَح َسن‬ َ َ‫يل أَيَك ُفر َن اب ََّّلل ق‬َ ‫َّار فَإذَا أَكثَ ُر أَهل َها النّ َساءُ يَك ُفر َن ق‬ َ ُ ‫َو َسلَّ َم أُ ِر‬
‫ط‬ُّ َ‫ك َخريًا ق‬ َ ‫ت ِمن‬ ُ ‫ك َشي ئًا قَالَت َما َرأَي‬ َ ‫إِح َد ُاه َّن الدَّهَر ُمثَّ َرأَت ِمن‬
398
Orang Muslim yang kuat (dari berbagai aspek kehidupan, seperti
kuat iman, status sosial, manajement, jasmani, ruhani serta kuat ekonomi)
adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah swt daripada Muslim yang
lemah (tidak memiliki kriteria di atas). Akan tetapi Rasulullah saw
menegaskan akan keutamaan maupun kebaikan dari setiap masing-masing
(orang yang kuat dan lemah) dalam riwayat Imam Muslim No hadis 4816:
‫ع ْن هم َحم ِد‬ َ َ‫ع ْن َر ِبي َعةَ ب ِْن عهثْ َمان‬ َ ‫يس‬ َ ‫ّللا ْب هن ِإد ِْر‬ ِ ‫َحدثَنَا أَبهو َب ْك ِر ْب هن أَ ِبي َش ْي َبةَ َوا ْب هن نه َميْر َق َال َحدثَنَا َع ْبده‬
‫علَ ْي ِه َو َسل َم ْال همؤْ مِ هن‬
َ ‫صلى ّللاه‬ َ ‫ّللا‬
ِ ‫ه‬
‫ل‬ ‫هو‬ ‫س‬ ‫ر‬َ َ‫ع ْن أَ ِبي ه َهري َْرةَ قَا َل ق‬
‫ل‬َ ‫ا‬ َ ‫ج‬ ِ ‫ع ْن ْاْلَع َْر‬ َ َ‫ب ِْن يَحْ يَى ب ِْن َحبان‬
‫علَى َما يَ ْنفَعهكَ َوا ْستَع ِْن بِالِلِ َو َل‬ َ ‫ص‬ ْ ‫ي َخي ٌْر َوأَ َحبُّ ِإلَى ّللاِ مِ ْن ْال همؤْ مِ ِن الضعِيفِ َوفِي هكل َخي ٌْر احْ ِر‬ ُّ ‫ْالقَ ِو‬
‫ش ْي ٌء فَ َال تَقهلْ لَ ْو أَنِي فَعَ ْلته كَانَ َكذَا َو َكذَا َولَك ِْن قهلْ َقد هَر ّللاِ َو َما شَا َء فَعَ َل فَإِن لَ ْو‬ َ َ‫صابَك‬ َ َ‫تَ ْع َج ْز َوإِ ْن أ‬
‫ان‬
ِ ‫ط‬ َ ‫ع َم َل الش ْي‬َ ‫تَ ْفتَ هح‬
226
ِ ٍ ‫ب اغ ِفر ِيل وهب ِيل مل ًكا َال ي ن بغِي ِأل‬
‫اب‬
ُ ‫ت ال َوَّه‬ َ ‫َحد ِمن بَعدي إِن‬
َ ‫َّك أَن‬ َ ََ ُ ََ ِّ ‫ال َر‬
َ َ‫ق‬
Nabi Sulaiman as berdo'a: Ya Allah berilah ampun
kepada saya dan berilah saya kerajaan yang tidak pantas bagi
seorangpun sesudah saya, karena sesungguhnya Engkau
adalah yang Maha Pemberi.

17. Hadis tentang orang yang mencari ilmu akan dicukupi


Allah swt
‫من تفقه ىف دين هللا كفاه هللا مهه ورزقه من حيث ال حيتسب‬

Allah swt berfirman di dalam surat Hu>d ayat 6:


ٍ َ‫اَّللِ ِرزقُ َها وي علَم مستَ َقَّرَها ومستَ وَد َع َها ُكلي ِيف كِت‬
‫اب‬ ِ ‫َوَما ِمن َدابٍَّة ِيف األَر‬
َّ ‫ض إَِّال َعلَى‬
َُ ُ ُ ََ
ٍ ِ‫ُمب‬
‫ني‬

Dan tidak ada suatu binatang melata di bumi


melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Ia
mengetahui tempat beriam binatang itu dan tempat
penyimpanannya, semuanya tertulis dalam kitab yang nyata
(Lauh Mahfuz}).
Dari ayat di atas, telah dijelaskan bahwa pada dasarnya
setiap yang bernyawa (makhluk melata) termasuk didalamnya
adalah manusia (baca: da>bbah al-Na>t}iq: makhluk yang dapat
berbicara). Jaminan rizki yang dijanjikan Allah swt kepada
227
makhluk-Nya bukan berarti memberinya tanpa usaha, atau
dengan kata lain, yang diperlukan adalah usaha seseorang
dalam mencapai rizkinya masing-masing. Dalam hal rizki, ada
yang Allah luaskan, dan ada yang disempitkan oleh-Nya.
“Sebagian” orang ‘alim (mengetahui agama) memiliki status
ekonomi menengah ke bawah, dan “sebagian” orang yang
diberikan kekayaan dunia adalah orang-orang yang kurang
bahkan tidak mendalami agama, banyak yang tidak beriman,
dengan kata lain; Allah swt memberikan dunia kepada orang
yang Dia cintai maupun tidak sedangkan Allah swt hanya
memberikan agama kepada orang-orang yang Dia cintai.399
Menurut penulis hal ini dikarenakan sifat Rah}ma>n-Nya, Dia
memberikan rizki kepada setiap mahluk-Nya yang ada di
dunia, baik beriman maupun tidak. Rasulullah saw bersabda:
‫ليس الغىن عن كثرة العرض ولكن الغىن غىن النفس‬

Kekayaan hakiki bukanlah pada banyaknya harta yang


di miliki, akan tetapi terletak pada kekayaan jiwa atau hati
seseorang.400

399

‫ان هللا يعط الدنيا ملن حيب ومن ال حيب ولكن ال يعط الدين اال ملن حيب‬
400Muslim
bin H}ajja>j bin Muslim al-Qusyairi> al-Naisa>bu>ri>, S}ah}i>h
Muslim, dalam Program al-Marja' al-Akbar li al-Tura>s al-Isla>mi>, jilid 7,
hlm. 119.
228
Hemat penulis kaya terbagi menjadi dua macam,
pertama, kaya h}akiki dan yang kedua, kaya majazi. Kaya tidak
selalu identik dengan materi. Seorang yang mengetahui secara
mendalam atas ilmu agama Islam, mengamalkan serta
mengajarkannya kepada manusia, dia termasuk kaya dalam
arti yang sebenarnya (h}akiki). Rasulullah saw bersabda dalam
riwayat al-Tirmizi sebagaimana dikutip oleh Utsman Najati:
Seorang yang mengetahui dan mengamalkan serta
mengajarkan ilmunya dianggap sebagai orang besar di
kerajaan langit.401
Kaya yang lebih tinggi kedudukannya adalah
sebagaimana di kemukakan di atas, dalam sabda Nabi saw,
yakni kaya jiwa (kaya h}akiki). Dalam realita, banyak orang
yang hidupnya berlimpah materi, ternyata penuh dengan
kecemasan, dapat berupa kesulitan menjaga materi, takut
hilang, dan sebagainya sehingga hidupnya tidak bahagia,
bahkan yang lebih berbahaya dari itu adalah hilangnya hidayah
untuk beribadah kepada-Nya. Sehingga penulis mengambil
konklusi bahwa salah satu sifat adil Allah swt adalah
membagikan rizki kepada hamba-Nya secara proporsional.

Utsman Najati, al-Hadis al-Nabawi wa Ilmu al-Nafs, hlm. 214,


401

dengan redaksi:
‫من علم و عمل و علم فهو كبري يف ملكوت السماء‬
229
Dalam arti Allah swt memberikan materi sesuai kapasitas atau
keadaan setiap hamba.
Menurut penulis, orang-orang yang sedang mencari
ilmu dalam jalan Allah swt, sebagaimana dikemukakan, maka
Allah akan memberinya rizki dari jalan yang tiada terduga.
Hal ini tidak bertentangan sebagaimana keterangan dalam
surat al-T}alaq ayat 3:
‫اَّللِ فَ ُه َو‬
َّ ‫ب َوَمن يَتَ َوَّكل َعلَى‬ ِ ُ ‫اَّللَ ََي َعل لَهُ َخمَر ًجا َويَرُزقهُ ِمن َحي‬
ُ ‫ث َال َحيتَس‬ َّ ‫َوَمن يَت َِّق‬

‫اَّللُ لِ ُك ِّل َشي ٍء قَد ًرا‬


َّ ‫اَّللَ َابلِ ُغ أَم ِرهِ قَد َج َع َل‬
َّ ‫َحسبُهُ إِ َّن‬
Dan orang yang bertakwa kepada Allah swt akan Allah
swt jadikan jalan keluar untuknya. Dan Allah memberinya
rezki dari arah yang dia tidak sangka dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah swt melaksanakan urusan
yang (dikehendaki)Nya. Allah swt telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Rasulullah saw bersabda di dalam riwayat Imam
Bukhori No hadis 7463 dan 36:
َّ ‫الزَان ِد َعن األَعَرِج َعن أَِيب ُهَري َرَة أ‬
‫َن‬ ٌ ِ‫ف أَخ ََربَان َمال‬
ِّ ‫ك َعن أَِيب‬ َ ‫وس‬
َِّ ‫حدَّثَنَا عب ُد‬
ُ ُ‫اَّلل ب ُن ي‬ َ َ
‫اه َد ِيف َسبِيلِ ِه َال ُخي ِر ُجهُ ِمن بَيتِ ِه‬ ِ َّ ‫اَّلل علَي ِه وسلَّم قَ َال تَ َكفَّل‬
َ ‫اَّللُ ل َمن َج‬ َ َ َ َ َ َُّ ‫صلى‬
َّ َ ِ‫اَّلل‬
َّ ‫ول‬َ ‫َر ُس‬

230
‫يق َكلِ َمتِ ِه أَن يُد ِخلَهُ اْلَنَّةَ أَو يَ ُرَّدهُ إِ َىل َمس َكنِ ِه ِمبَا َان َل ِمن أَج ٍر‬ ِ ِِ ِ
ُ ‫إَِّال اْل َه‬
ُ ‫اد ِيف َسبِيله َوتَصد‬
‫يم ٍة‬ِ
َ ‫أَو َغن‬
Rasulullah saw bersabda: Allah swt menaggung orang
yang berjihad di jalan-Nya, dia tidak keluar dari rumahnya
kecuali untuk berjihad di jalan-Nya dan membenarkan
kalimat-Nya, niscaya Allah swt menjaminnya masuk ke dalam
surga atau mengembalikannya ke rumahnya dengan
memperoleh pahala atau harta rampasan perang.
Kontekstualisasi berjihad di era milenial telah
dipaparkan dalam pembahasan keutamaan mencari ilmu, yakni
dengan belajar setiap hari sehingga sungguh orang yang belajar
mencari ilmu menadapatkan keutamaan yang tidak bisa
dibandingkan. Muhammad Fuad Syakir mengutip statement
Umar bin Khottob:
Jika kalian benar-benar berserah diri kepada Allah swt,
niscaya Allah swt akan memberi rizki pada kalian,
sebagaimana Allah swt memberi rizki kepada burung yang
pergi di pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari
dalam keadaan kenyang.402

Muhammad Fuad Syakir, Laisa Min Qoul al-Nabi, hlm. 161.


402

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam Sunannya No hadis
4154:
231
Hemat penulis, apabila seorang yang belajar serta
berikhtiar secara sungguh-sungguh, kemudian diserahkan
hasilnya kepada Allah swt, niscaya apa yang diharapkannya
akan terwujud. Dalam menaggapi berbagai realitas dalam
kehidupan mencari ilmu, banyak cara untuk mendapatkan jalur
istimewa. Sebagai contoh pelajar (baik di pondok pesantren
atau bukan), yang mendapat beasiswa prestasi untuk
menempuh pendidikan yang lebih tinggi di Timur Tengah dan
lain sebagainya, merupakan salah satu bentuk rizki yang
berada diluar dugaan, termasuk diantaranya adalah kemudahan
seorang pelajar dalam menerima pelajaran-pelajaran yang
disampaikan.

18. Hadis tentang dosa-dosa yang dihapuskan dengan


bekerja
‫إن من الذنوب ذنواب ال يكفرها اال هم املعيشة‬

Seorang Muslim yang telah berkeluarga dan tidak


memiliki pekerjaan seringkali mengharapkan pemberian dari
manusia/thama'. Apabila dirinya tidak diberi oleh orang lain
menjadikan dirinya menghina saudaranya seringkali terjadi
perdebatan yang memanas diantara mereka. Oleh sebab itu

ِ ِِ َِّ ‫لَو أَنَّ ُكم تَوَّكلتم علَى‬


ً َ‫وح بِط‬
‫اان‬ ً َ‫اَّلل َح َّق تَ َوُّكله لََرَزقَ ُكم َك َما يَرُز ُق الطَّ َري تَغ ُدو مخ‬
ُ ‫اصا َوتَ ُر‬ َ ُ َ
232
hendaklah seorang Muslim bekerja untuk menghindarkan diri
daripada sifat thama' yang menjadikan salah satu sabab dari
berbagai macam sebab terputusnya tali silaturrahim diantara
sesama Muslim. Seorang Muslim yang menjalankan suatu
pekerjaan dengan tekun akan menadapatkan keberkahan dari
Allah swt dikarenakan telah menjalankan perintah-Nya untuk
mencari nafkah, sedangkan hasil sepenuhnya seorang Muslim
harus berserah kepada Allah swt secara maksimal, sehingga
tidak akan muncul di dalam hatinya perasaan keluh kesah,
gelisah, dan berbagai macam perasaan putus asa yang bisa
menyebabkan putusnya rahmat Allah swt kepada dirinya.403

403
Surat Yusuf ayat 87:
‫اَّلل إَِّال ال َقوُم ال َكافُِرو َن‬
َِّ ‫اَّلل إِنَّه َال ي ي ئس ِمن رو ِح‬
ِ ِ
َ ُ َ َ ُ َّ ‫َوَال تَي ئَ ُسوا من َرو ِح‬
Dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah swt, karena sungguh
tidak ada yang putus asa dari rahmat-Nya kecuali orang-orang yang kafir.
Seorang yang berkeyakinan apabila dengan bekerja akan menghasilkan,
maka dia salah dalam bertauhid, karena sungguh setiap orang telah
diberikan jatah secara proporsional oleh Allah swt. Logika sederhana
apabila ada seorang yang berkerja semakin gigih/sedemikian keras, maka
tukang bangunan yang seharusnya mendapatkan bayaran yang paling
banyak. Sebagai seorang Muslim hendaklah dia berkerja untuk menggapai
ridha Allah swt serta memberikan nafkah kepada keluarga, walaupun telah
ada kesepakatan di awal akan besar kecilnya yang akan didapat,
bagaimanapun apabila dia pasrah, bertawakkal kepada-Nya niscaya
sebagaimana yang telah dipaparkan seringkali seorang Muslim mendapat
rizki diluar dugaannya. Hal ini disebabkan seorang yang telah
mengkonsumsi sesuatu, hakikanya telah diberi makan dan minum oleh
Allah swt seperti dalam do'a yang dibaca alhamdulillah alladzi ath'amanaa
(segala puji bagi Allah yang telah memberi makan), sehingga Allah swt
adalah sebab dari berbagai sebab/musabbib al-Asbaab. Dalam surat al-Najm
233
19. Hadis Tentang Berbaik Sangka

‫ظنوا ابملؤمنني خريا‬


Hadis di atas berkaitan substansi dengan surat al-
Hujurat ayat 12:
ِ ِ ِ ِ َّ
ٌ‫ض الظَّ ِّن إِمث‬
َ ‫ين آَ َمنُوا اجتَنبُوا َكث ًريا م َن الظَّ ِّن إِ َّن بَع‬
َ ‫َاي أَيُّ َها الذ‬
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu
dosa.
Baik sangka merupakan ajaran Islam, sedangkan
lawannya adalah buruk sangka, yaitu memandang orang lain
dengan “kacamata hitam”, menyembunyikan kebaikannya, dan
membesar-besarkan keburukannya. Penulis akan menjelaskan
bahwa substansi hadis di atas adalah dapat diterima atau
maqbu>l, walaupun sanad hadisnya da’i>f.
Muhammad Quraish Shihab menjelaskan ayat di atas:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah dengan upaya
sungguh-sungguh prasangka buruk. Karena tidak jarang
prasangka buruk mengundang upaya mencari tahu. Kas}i>ra>
berarti banyak, bukan berarti kebanyakan, sebagaimana

ayat 43-44, Allah swt adalah Dzat yang membuat seorang tertawa dan
menangis, menghidupkan dan mematikan:
‫ضحك وأبْكى وأنَّهُ ُهو أمات وأ ْحيا‬
ْ ‫وأنَّهُ ُهو أ‬
234
dipahami oleh sebagian penerjemah. Dugaan yang termasuk
bukan dosa adalah rincian hukum-hukum keagamaan.
Sebagian dugaan adalah dosa yakni dugaan yang tidak
berdasar. Biasanya dugaan yang tidak berdasar dan
mengakibatkan dosa adalah dugaan buruk terhadap pihak lain.
Hal ini berarti dilarangnya dugaan yang buruk tanpa dasar,
karena dugaaan dapat menjerumuskan seseorang ke dalam
dosa. Dengan menghindari dugaan dan prasangka buruk, maka
anggota masyarakat akan hidup tenang dan produktif, karena
mereka tidak akan ragu terhadap pihak lain, dan tidak akan
tersalurkan energi secara sia-sia.404
Seorang yang tersangka belum dinyatakan bersalah
sebelum terbukti kebenaran dugaan yang dihadapkan
kepadanya. Memang bisikan-bisikan yang terlintas dalam
benak tentang sesuatu dapat ditoleransi, dengan catatan
bisikan tersebut tidak ditingkatkan menjadi dugaan dan
sangka buruk. Dalam konteks ini Nabi saw berpesan dalam
hadis riwayat T}abra>ni: Jika seseorang menduga (yakni
terlintas dalam benaknya sesuatu yang buruk terhadap orang

404
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan
Keserasian al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol 13, hlm. 254-255.
235
lain), maka janganlah ia lanjutkan dugaaannya dengan
melangkah lebih jauh.405
Dalam hadis riwayat Abu> Hurairah yang disepakati
oleh al-Bukha>ri> dan Muslim disebutkan: Hati-hatilah kalian
dari berburuk sangka, karena buruk sangka itu termasuk berita
dusta yang paling besar.406
Hal-hal yang membantu mewujudkan pandangan
optimistis terhadap orang lain adalah sebagai beriku:t407
Memperlakukan manusia sesuai dengan apa adanya,
sebagai manusia penghuni bumi, bukannya malaikat bersayap.
Manusia bukan diciptakan dari cahaya, tetapi dari “tanah
lempung hitam yang dibentuk”. Sehingga, jika manusia
berbuat kesalahan, ayah pertama (Nabi Adam as), pernah
melakukan kesalahan. Oleh karenanya, manusia seringkali
tergelincir, kemudian bangkit kembali, dalam arti sekali
berbuat salah, sekali berbuat benar. Sebagai Muslim yang
mulia, hendaklah membuka pintu harapan bagi orang yang
bersalah untuk mendapat maaf dan ampunan dari Allah swt.

405
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, hlm. 255.
406
Abu Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawi>, Riya>d} al-S}a>lih}i>n,
terj. Abu Fajar al-Qalami dan Abdul Wahid al-Banjari (t.k, Gitameia Press,
2004), hlm. 528.
407
Yusuf al-Qara>d}a>wi>, al-S}ahwah al-Islamiyah bain al-Juh}u>d wa
al-Tat}arruf: Membedah Islam Ekstrem, terj. Alwi. A.M (Bandung: Mizan,
2001), hlm. 228-234.
236
Sebab orang alim yang bijaksana adalah yang tidak membuat
putus asa hamba-hamba Allah swt dari rahmat-Nya, dan tidak
merasa aman dari pembalasan-Nya.
Seorang Muslim hanya diperintahkan untuk menilai
secara lahiriyah dan menyerahkan rahasia batin kepada Allah
swt.408

20. Hadis tentang penggunaan pulpen


Riwayat di atas tidak ditemukan, akan tetapi salah satu
pesan penting adalah menjaga ilmu. Salah satu usaha seorang
yang menempuh pendidikan untuk mengabadikan tulisannya,
diantaranya dengan menulis, dimasukkan ke situs internet,
dimasukkan ke dalam you tube dan lain sebagainya. Dapat
diambil kesimpulan bahwa riwayat di atas walaupun tidak
ditemukan dasar shahihnya, tetap memiliki substansi yang
bermanfaat untuk seorang pelajar, sebagaimana yang telah
dikatakan Imam Syafi'i ikatlah ilmu dengan tulisan.409

408

‫نحن نحكم با الظواهر و نفوض السراءر الى هللا‬


409

‫قيدوا العلم ابلكتاب‬

237
21. Hadis tentang bersikap wara'
Syaikh Izzuddin ketika ditanya tentang seorang yang
menjaga diri dari perkara syubhat dan dirinya cukup makan
sekedar menkonsumsi nabati/tumbuh-tumbuhan dan yang
sejenisnya sehingga membuat dirinya lemas dan tidak
menjalankan kewajiban, dinataranya shalat berjamaah, shalat
jum'at serta berbagai kewajiban lainnya, maka syaikh Izzuddin
menjawab410: Tidak ada kebaikan dalam perbuatan wara'
(menjaga diri dari perbuatan makruh, syubhat terlebih haram)
yang menggugurkan kewajiban kepada Allah swt.411
Ulama fikih mendifinisikan bahwa:
‫الوارع من اجتنب الشبهات‬

Orang yang wira'i adalah yang menjaga diri dari


perbuatan haram
Sedangkan Hujjatul Islam Imam al-Ghazali
menjelaskan:
‫الوارع من ورعه هللا‬

410

‫ال خري يف ورع يؤدي اىل اسقاط فراءض هللا تعاىل‬


411
M. Fathu Lillah, Kajian dan Analisis Ta'lim Muta'allim, hal.
221.
238
Orang yang wira'i adalah orang yang dijaga oleh Allah
swt.
Dari kedua definisi di atas bisa ditelaah sebagai usaha
pertama adalah menghindarkan diri dari berbagai macam
perkara yang Allah swt larang, setelah melalui proses yang
pertama niscaya akan naik ke definisi kedua, yakni Allah swt
yang senantiasa menjaga dirinya.412 Syaikh al-Zarnuji
mengambil satu konklusi bahwa seorang pelajar yang semakin
menjaga diri (bersifat wara') niscaya ilmunya semakin
bermanfaat.

22. Hadis keutamaan membaca al-Qur’an


‫افضل عبادة أمىت قراءة القرآن نظرا‬

412
Dalam hal ini, Imam Bukhori mengutip hadis qudsi, No hadis
6021 bahwa Rasulullah saw menjelaskan: Allah swt berfirman: Seorang
yang memusuhi wali-Ku, maka Allah umumkan untuk berperang, tidaklah
seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling
Aku cinta, yakni apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan tidaklah
seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan perkara-perkara yang
sunnah sehingga Aku mencintainya, apabila Allah swt telah cinta terhadap
hamba (seorang wali), niscaya Allah swt akan menjadi tangannya,
pengelihatannya, pendengarannya yang dia gunakan, jika dia meminta
kepada-Ku, sungguh saya berikan permintaannya, jika dia memohon
perlindungan, sungguh saya berikan perlindungan kepadanya.
ٍ ِ ِ َ ِ‫ب وما تَ َقَّرب إ‬ ِ ِ َّ ‫اَّللُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم إِ َّن‬ َِّ ‫ول‬
ََّ ِ‫ب إ‬
‫يل‬ َّ ‫َح‬
َ ‫يل َعبدي ب َشيء أ‬ َّ َ َ َ ‫ادى ِيل َوليًّا فَ َقد آذَن تُهُ ِابحلَر‬ َ ‫ال َمن َع‬ َ َ‫اَّللَ ق‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫اَّلل‬ ُ ‫قَا َل َر ُس‬
ِ ِ َّ ِ ِ ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫صَرهُ الذي يُبصُر‬ َ َ‫ت َمسعَهُ الذي يَس َم ُع به َوب‬ ُ ‫َّواف ِل َح َّىت أُحبَّهُ فَإذَا أَحبَ ب تُهُ ُكن‬ َ ‫يل ابلن‬
ََّ ‫ب إ‬ ُ ‫ت عَلَيه َوَما يََز ُال عَبدي يَتَ َقَّر‬ ُ ‫ممَّا اف َرتَض‬
ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫بِِه وي َده الَِّيت ي ب ِط‬
ُ‫ت َعن َشيء أ ََان فَاعلُه‬ ُ ‫ش هبَا َوِرجلَهُ الَِّيت َميشي هبَا َوإِن َسأَلَِين َألُعطيَنَّهُ َولَئن استَ َعاذَِين َألُعي َذنَّهُ َوَما تََردَّد‬ ُ َ ُ ََ
ِ‫س المؤ‬ ِ
‫ت َوأ ََان أَكَرهُ َم َساءَتَ ُه‬ َ َ َُ َ ُ ِ ‫تََردُّدي َعن نَف‬
‫و‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫ه‬‫ر‬ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫ن‬ِ ‫م‬
239
Imam Nawawi menyatakan bahwa membaca al-Qur’an
merupakan zikir yang paling utama, yang dimaksud adalah
dengan tadabbur (memikirkan pelajaran di dalamnya).413 Salah
satu pendekatan yang digunakan dalam memahami hadis
adalah dengan pendekatan psikologis, yakni memperhatikan
kondisi psikologis Nabi saw dan masyarakat yang dihadapi
Nabi saw saat hadis tersebut disabdakan. Hadis terkadang
merupakan jawaban Nabi saw terhadap pertanyaan yang
diajukan oleh sahabat. Biasanya Nabi saw memperhatikan
keadaan psikologis sahabat yang bertanya. Misalnya adalah
hadis tentang amal yang paling utama. Jawaban Nabi saw
terhadap pertanyaan sahabat berbeda-beda sesuai dengan
kondisi psikologis sahabat yang bertanya. Di antara
jawabannya antara lain: s}alat tepat pada waktunya, jiha>d di
jalan Allah, tidak menyakiti sesama muslim, membaca al-
Qur’an, berbakti kepada orang tua, dan lain sebagainya.414
Menurut penulis sebagaimana pendapat Imam al-
Gazali, membaca al-Qur’an dengan dimulai berwud}u terlebih
dahulu, kemudian memegang dengan tangan kanan atau kedua

413
Muhyiddin Abi> Zakariya> Yahya bin Syaraf al-Nawawi>, al-
Az}ka>r al-Nawawiyah (Beiru>t: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 2004), hlm. 114.
414
Nizar Ali, Memahami Hadis Nabi: Metode dan Pendekatan
(Yogyakarta: Center for Educational Studies and Development YPI al-
Rahmah, 2001), hlm. 108-110.
240
tangan, hingga melihat al-Qur’an dan membaca dengan
merenungi isinya, akan mendapatkan pahala kebaikan yang
lebih besar dibanding dengan membaca al-Qur’an bi al-Gaib
(tanpa mush}af). Sehingga jika dibandingkan antara membaca
al-Qur’an bi al-Nazr dengan bi al-Gaib, akan lebih utama
membaca bi al-Nazr.415
Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata:
‫وحب أهل بيته وقراءةِ القرآن فإن ْحلة‬ ِ ‫أ َِدبوا أوال َدكم على‬
ٍ ‫ثالث ِخ‬
ِّ ‫حب نبيكم‬
ِّ ‫صال‬
َ ّ
416
‫القرآن ىف ظل هللا يوم القيامة يوم ال ظل إال ظله مع أنبيائه وأصفيائه‬

Ajarkanlah adab kepada anak-anak kalian dengan tiga


hal; cinta kepada Nabi kalian, cinta kepada ahli
baitihi/keluarga Nabi dan cinta agar senantiasa membaca al-
Qur'an al-Karim, karena di hari kiamat orang-orang yang
membawa al-Qur'an/bisa dengan menghafal seluruh atau
sebagian dari ayat suci, disamping membaca yakni
mengamalkan pesan-pesan moril yang terdapat di dalam al-

415
Imam al-Ghazali berpendapat seperti disebutkan di atas,
sehingga ada sebagian pendapat apabila mengkhatamkan al-Qur'an dengan
membaca adalah lebih utama daripada sekedar dengan hafalan, hal ini
disebabkan bahwa memandang mushaf adalah termasuk ibadah, sampai ada
sebagian pendapat yang menjelaskan makruh apabila dalam satu hari dia
tidak melihat mushaf. Silahkan bandaingkan dengan Mundir Thohir,
Metode Memahami Al-Qur'an Perkata Ihya' Al-Ghozali (Kediri: Azhar
Risalah, 2014), hal. 64.
416
Muhammad Fuad Syakir, Laisa Min Qoul al-Nabi, hal. 97.
241
Qur'an akan berada di bawah naungan/pertolongan Allah swt
bersama para Nabidan orang-orang yang Allah swt pilih,
dimana tidak ada naungan pada hari tersebut.
Abdullah bin Mas'ud mengatakan: Seorang yang ingin
menguasai ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang
kemudian417, maka hendaklah dia istiqomah dalam hal
tadabbur al-Qur'an, baik lafadz maupun maknanya, karena al-
Qur'an al-Karim menjadi poros/sentral/pusat dari ilmu-ilmu
Allah swt, Af'al-Nya beserta sifat-sifat-Nya.418 Surat
munjiyat419 yang Rasulullah saw ajarkan kepada umat Muslim,
apabila dibaca di malam hari niscaya dia akan selamat dari
azab kubur, sebagaimana dikutip oleh Imam Ibnu Majah dalam
Sunannya No hadis 3776.420
Imam Muslim meriwayatkan No hadis 1337:
‫اق َرءُوا ال ُقرآ َن فَِإنَّهُ َأيِت يَوَم ال ِقيَ َام ِة َش ِف ًيعا ِألَص َحابِِه‬

417

‫من أراد العلم فليقرأ القرآن فإن فيه علم االولني واآلخرين‬
418
Mundir Thohir, Metode Memahami Al-Qur'an Perkata Ihya' Al-
Ghozali, hal. 79.
419
Istilah dari ulama dengan mengutip riwayat hadis. Dikalangan
masyarakat sholawat munjiyat lebih masyhur daripada ayat munjiyat.
420

ِِ ِ ِ ِ ‫آن ثََالثُو َن آيةً َش َفعت لِص‬


ِ ‫ال إِ َّن سورةً ِيف ال ُقر‬ ِ َّ ‫َّيب صلَّى‬
ُ ‫احبِ َها َح َّىت غُفَر لَهُ تَبَ َارَك الَّذي بِيَده ال ُمل‬
‫ك‬ َ َ َ َ ُ َ َ‫اَّللُ َعلَيه َو َسلَّ َم ق‬ َ ِّ ِ‫َعن الن‬

242
Rasulullah saw bersabda: Bacalah al-Qur'an karena
sungguh al-Qur'an akan datang di hari kiamat untuk
memberikan syafaat/pertolongan terhadap yang bersahabat
dengannya.
Banyak terjemah yang salah, yakni menggunakan
redaksi "memberikan syafaat/pertolongan terhadap yang
membacanya”. Kalimat perintah di awal menggunakan fi'il
qoro'a yaqro'u qiro'atan sedangkan redaksi terakhir
menggunakan sohiba yashabu sohabatan. Orang yang
membunuh onta Nabi Shalih disebut oleh ulama asyqol
asyqiya' fil awwalin (orang yang paling celaka pada generasi
pertama) dan Ibnu Muljam disebut oleh ulama sebagai asyqol
asyqiya' filakhirin (orang yang paling celaka pada generasi
terkahir) karena dia telah membunuh seorang sahabat
Rasulullah saw sekaligus sebagai menantunya, yakni sayidina
Ali bin Abi Thalib ra, sedangkan Ibnu Muljam qoimul lail,
shooimun nahaar, haaafizul qur'an (istiqomah shalat malam,
puasa setiap hari, bahkan hafal al-Qur'an), akan tetapi tidak
membawa iman di akhir hayatnya. Jadi al-Qur'an bisa
memberikan manfaat dan syaafat kepada seseorang dan
sebaliknya. Kritik yang ajukan dibeberapa media atas tidak
sesuainya akhlak orang-orang sekarang dengan kehebatan

243
mereka untuk mengahafal adalah banyak yang hafal al-Qur'an
hadis akan tetapi gemar mengkafirkan orang lain.421

23. Hadis tentang qadar


Seorang yang berdo’a untuk orang lain ketika dia tidak
ada dihadapannya, niscaya malaikat berkata bagi orang yang
berdo’a: Amiin, semoga engkau mendapatkan apa yang
engkau do’akan untuknya422. Dalam konteks sekarang, dimana
sering diadakan mujah}adah423, muh}asabah424, dan sebagainya,
menurut penulis hal tersebut dalam rangka berdo’a bersama
sekaligus silaturah}im. Hal ini dijelaskan oleh Nabi saw dalam
keumuman sabdanya425, bahwa suatu komunitas akan selalu

421
Dalam bahasa Jawa disebut: akeh kang apal qur'an hadise
seneng ngafirne marang liyane.
422
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dalam Sunannya,
juz 2, hal. 966. No hadis 2895.
‫ عند رأسه ملك يؤمن على دعائه‬. ‫فإن النيب صلى هللا عليه و سلم كان يقول ( دعوة املرء مستجابة إلخيه بظهر الغيب‬
) ‫كلما دعا له خبري قال آمني ولك مبثله‬
423
Berasal dari kata: jaahada-yujaahidu-mujaahadatan
424
Berasal dari kata: haasaba-yuhaasibu-muhasabatan.
425
Al-Hafiz al-Imam Ibnu Hajar al-Asqolani mengutip riwayat
dalam kitabnya Bulug al-Marom min Adillatil ahkam (Beirut: Dar al-Kutub
al-Islamiyah, 2002), hal 395. No hadis 1347:
‫ما جلس قوم يذكرون هللا إال حفتهم املالئكة وغشيتهم الرْحة ونزلت عليهم السكينة وذكرهم هللا فيمن عنده‬
Tidaklah suatu komunitas berdzikir kepada Allah swt, kecuali malaikat
berkumpul bersama mereka,mereka dipenuhi rahmat-Nya serta ketenangan
turun kepada mereka dan Allah swt menyebut mereka kepada komunitas
malaikat maupun makhluk yang ada di sisi-Nya.
244
berada dalam kebaikan, dengan catatan, adanya
zikir/dibacakan ayat al-Qur’an/s}alawat di dalam majlis
tersebut. Sebagaimana s}alat berjama’ah akan mendapatkan
pahala yang berlipat (murokkab) dua puluh tujuh derajat
(dalam riwayat lain dua puluh lima) lebih baik daripada s}alat
sendiri.
Birr adalah segala sesuatu yang tergolong dalam
kategori kebaikan, ihsan, jujur, ta’at, bagusnya
bermuamalah.426 Kalimat selanjutnya: tidak dapat menambah
umur selain berbuat bakti. Dalam al-Qur’an surat al-A’ra>f ayat
34, Yunus ayat 49, dan al-Nahl: 61 dijelaskan: Apabila ajal
mereka telah datang, maka mereka tidak dapat memundurkan
maupun memajukannya walaupun sesaat.
Maksud dari hadis di atas adalah bertambahnya
keberkahan atau secara kualitas hidup seseorang akan lebih
berguna. Bertambahnya usia bukan secara kuantitas. Hal ini

Sedangkan dalam Mu'jam al-Ausath. No hadis 1556 dengan perbedaan


redaksi:
‫ما جلس قوم يذكرون هللا عز و جل إل ناداهم مناد من السماء قوموا مغفورا لكم فقد بدلت سيئاتكم‬
‫حسنات‬
Tidaklah suatu komunitas berdzikir kepada Allah swt, kecuali malaikat
memanggil dari langit: bangkitlah kalian dalam keadaan telah diampuni
Allah swt, sungguh keburukan kalian telah diganti dengan berbagai macam
kebaikan.
426
Abu ‘Abdillah al-H}a>kim al-Naisa>bu>ri, al-Mustadrak ‘ala al-
S}ah}ih}ain, juz 4, hlm. 361.
245
agar tidak terjadi kontradiktif terhadap pemahaman ayat al-
Qur’an dan hadis .Dalam surat Ya>sin ayat 68 disebutkan:
Seseorang yang Kami beri tambahan usia, maka akan Kami
kurangi dari segi penciptaan, apakah kalian tidak berpikir.
Ayat di atas mengunakan kata d}ami>r na>, yang dalam
bahasa Arab berfaidah li al-Ta’z}i>m (untuk mengagungkan),
berarti ada peran serta dari manusia itu sendiri apakah ia mau
berusaha memperpanjang usianya dengan hal-hal yang positif
seperti bersilaturahim, berolahraga secara teratur, berpuasa
wajib dan sunnah, berpikir positif, memakan makanan “yang
halal dan baik”, dan berbagai ketakwaaan yang bersifat
mah}d}ah atau gair mah}d}ah. Panjang tidaknya usia seseorang
memiliki keterkaitan dengan usaha yang dilakukannya untuk
menjaga kesehatan.
Berdoa kepada Allah swt, seperti memohon turunnya
hujan pada musim kemarau yang panjang, memohon
kesembuhan dari wabah penyakit, memohon keselamatan
kepada Allah swt ketika naik kapal dari buruknya gelombang
laut, dan doa lainnya, dapat menimbulkan kesan bahwa orang
yang berdoa mengharapkan terjadinya keajaiban sebagai
manifestasi bantuan-Nya terhadap dirinya, sebab di dalam

246
kehidupan banyak keajaiban yang Allah swt berikan kepada
hamba-hamba yang dicintai-Nya.
Makna dan urgensi doa menjadi dipersoalkan orang
apabila doa dikaitkan dengan kesan-kesan bahwa peristiwa di
alam semesta berlangsung sesuai kerangka hukum sebab-
akibat yang teratur.427 Hemat penulis inilah salah satu sifat
rah}ma>n Allah swt, Dia membagikan rizki bagi siapapun yang
mau berusaha tanpa melihat Muslim maupun bukan.
Doa harus menjadi unsur yang paling esensial dalam
ibadah sebagaimana hadis raiwayat al-Tirmiz}i>: Doa adalah
otak ibadah.428 Doa adalah ibadah.429 Doa menjadi penggerak
dalam segala bentuk ketaatan, termasuk bekerja keras dengan
penuh perhitungan, agar harapan yang terkandung dalam doa
itu tercapai. Sehingga tidak dapat dibenarkan berdoa tanpa
disertai usaha dan usaha yang tidak diiringi do’a.430
Ulama memahami bahwa setiap doa akan dikabulkan,
dengan catatan yang berdoa memenuhi syarat, yang secara
global disebutkan dalam al-Baqarah ayat 186. Sebagian ulama

427
M. Ishom El Saha dan Saiful Hadi, Sketsa al-Qur’an, hlm. 144.
428
Abi> ‘Isa> Muhammad bin ‘I>sa> bin Saurah al-Tirmiz}i>, Sunan al-
Tirmiz}i> (Beiru>t: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 2008), juz 1, hlm. 777. No 3371.
Hadis h}asan gari>b.
429
Al-Tirmiz}i>, Sunan al-Tirmiz}i>, juz 1, hlm. 777, No. 3372. Hadis
h}asan s}ah}i>h}.
430
M. Ishom El Saha dan Saiful Hadi, Sketsa al-Qur’an, hlm. 144.
247
mengatakan tidak semua doa dipenuhi dengan sempurna di
dunia, akan tetapi di akhirat. Oleh karenanya setiap orang
yang berdoa dituntut untuk meningkatkan kualitas ketaatan
dan usahanya, apakah ia bersabar dan rela dalam menerima
kebijaksanaan-Nya dalam memenuhi doanya?.431
Dalam matan hadis selanjutnya memiliki kandungan:
kebaikan dapat menambah usia seseorang. Sebagaimana
dijelaskan di atas, pengertian yang dimaksud adalah makna
majazi (secara kualitas hidup seseorang lebih bermakna
dengan membawa rahmat dan berkah dari Allah swt terhadap
semama). Redaksi matan terakhir adalah tentang rizki432
seseorang akan terhalang apabila ia melakukan dosa. Dalam
kajian Islam, rizki tidak identik dengan materi. Setiap hal
yang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt merupakan
rizki, diantaranya adalah mudah untuk menjalankan berbagai
macam ibadah, seperti s}alat berjamaah, memiliki teman atau
lingkungan yang baik, dan berbagai macam kebaika lain yang
mudah dikerjakan.

431
M. Ishom El Saha dan Saiful Hadi, Sketsa al-Qur’an, hlm. 145.
432

‫ رزق يطلبك و انت تطلبه‬: ‫الرزق نوعان‬


Rizki ada dua macam: pertama, rizki yang datang mencari seseorang dan
yang ke dua, seseorang yang berusaha untuk mencari rizki.
248
Pemahaman hadis di atas hanya akan berlaku bagi
orang Muslim. Sebab dalam reliatas, bagi orang kafir tidak ada
larangan yang apabila dilanggar mendapatkan dosa. Contoh
sederhana di sebagian wilayah, seks bebas (free seks) adalah
hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat. Sedangkan apabila
seorang Muslim melakukannya, dia akan mendapatkan hukum
dera. Walhasil, orang yang melakukan seks bebas bisa
dipastikan terkena penyakit AIDS, yang sampai sekarang
tidak ada obatnya. Hemat penulis, rizki sehat yang seharusnya
dinikmati oleh seseorang akan terhambat oleh dosa yang telah
ia lakukan.
Dalam sejarah, negeri Saba’ telah menjadi sebuah
pelajaran bagi orang-orang yang berfikir (z}awi al-Uqu>l/uli al-
Alba>b). Negeri yang awalnya makmur, sejahtera berubah
menjadi miskin karena dosa-dosa penduduknya. Dalam al-
Qur’an, berbuat dosa dinamakan dengan “berbuat zalim
terhadap diri sendiri” (z}alamu> anfusahum). Dalam arti jika
seseorang berbuat dosa, maka dia sungguh telah berbuat
aniyaya terhadap dirinya sendiri. Jika suatu
komunitas/masyarakat membiarkan suatu perbuatan dosa,
maka Allah tidak hanya menghukum pelaku dosa tersebut,
akan tetapi Allah swt memberikan musibah secara

249
keseluruhan, baik terhadap orang yang ta’at atau pelaku
ma’siyat/ Allah swt akan menurunkan bencana pada kaum
tersebut, meskipun di dalamnya terdapat orang s{alih.433
Dosa dalam bahasa Arab, disebut z}anb, jurm, jarimah,
is}m, ma’s}iyah. Abdul Qadir Audah menyatakan bahwa dosa
adalah melakukan apa yang dilarang dan tidak melakukan apa
yang diperintahkan oleh syara’. Manusia diberikan pilihan
untuk menaatinya atau melanggarnya. Menaatinya dinamakan
ibadah dan melanggarnya disebut dosa.434
Dari banyak ayat al-Qur’an dan hadis, Ali bin Abi
T}alib karramallahu wajhah menyimpulkan akibat buruk dosa
yang terkumpul dalam do’anya435:
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang meruntuhkan
penjagaan.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang mendatangkan
musibah.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang merusak karunia.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang menurunkan bala.
Ya Allah ampunilah dosa-dosaku yang mempercepat
kebinasaan.

433
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, hlm. 257.
434
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, hlm. 258.
435
Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual, hlm. 259.
250
Rasulullah saw mengingatkan: Dosa adalah penyakit
atau penutup hati.436
Ulama menjelaskan, bahwa hati diibaratkan seperti
kaca, apabila seseorang melakukan dosa, maka kaca tersebut
akan semakin kotor, permbersihnya adalah dengan zikir437
(diantaranya tasbi>h, tahmi>d, tahli>l, dan sebagainya).

24. Hadis tentang s}adaqah


‫استنزلوا الرزق ابلصدقة‬

Hadis sedekah riwayat Abu Z}ar, ia berkata:


Sesungguhnya sebagian sahabat Rasulullah saw
berkata kepada beliau, “ Wahai Rasulullah saw, orang-orang
kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan
s}alat, mereka berpuasa sebagaimana kami dan mereka
bers}adaqah dengan kelebihan harta mereka.” Rasulullah saw

436
Hadis ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi> dalam Syu’ab al-I>ma>n
dari hadis Ibnu Mas’u>d dan al-‘Adni> dalam Musnad-nya sebagai hadis
mauqu>f. Lihat takhri>j kitab Ih}ya>’ ‘Ulu>m al-Di>n oleh al-‘Ira>qi> (w. 806 H),
juz 1. hlm. 25.
‫حزازالقلوب‬
ّ ‫اال مث‬
437
Diriwayatkan dalam kitab Kanzul Ummal Fi Sunan al-Aqwaal
wa al-Af'aali, No 1777:
‫إن لكل شيء صقالة وصقالة القلب ذكر هللا تعالى وما من شيء أنجى من عذاب هللا من ذكر هللا‬
Sesungguhnya segala sesuatu bisa berkarat/menjadi kotor, sedangkan
pembersih hati adalah dzikrullah, dan tidak ada amalan yang lebih
menyelamatkan seorang hamba dari adzab Allah swt selain dzikrullah.
251
bersabda: “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu
sesuatu untuk bers}adaqah? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih
adalah s}adaqah, tiap-tiap tah}mi>d adalah s}adaqah, tiap-tiap
tahlil adalah s}adaqah, menyuruh kepada kebaikan adalah
s}adaqah, mencegah kemunkaran adalah s}adaqah, dan
persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya)
adalah s}adaqah.” Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah saw,
apakah jika salah seorang di antara kami memenuhi
syahwatnya kepada istrinya akan mendapat pahala?”
Rasulullah saw menjawab: “Tahukah engkau jika seseorang
memenuhi syahwatnya pada yang haram menyebabkan dosa,
demikian jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang
halal, niscaya mendapatkan pahala.438
Hadis yang diriwayatkan Abu> Hurairah, dia berkata:
Rasulullah saw bersabda: “Setiap anggota badan
manusia diwajibkan bers}adaqah setiap hari selama matahari

438
Ibnu Daqiq al-Ied, Syarah al-Arba’in, hlm. 126. Diriwayatkan
oleh Imam Muslim No hadis 1674 dengan redaksi:
‫اص ٌل َموَىل أَِيب عُيَ ي نَةَ َعن َحي َىي ب ِن عُ َقي ٍل َعن‬ ِ ‫ون حدَّثَنَا و‬
َ َ ‫ي ب ُن َمي ُم‬
ٍ ُّ ‫اَّلل ب ُن ُُمَ َّم ِد ب ِن أَمسَاءَ الضُّبَعِ ُّي َحدَّثَنَا َمه ِد‬َِّ ‫حدَّثَنَا عب ُد‬
َ َ
‫اَّللُ َعلَي ِه‬
َّ ‫صلَّى‬ ِ ِ
‫َّيب‬
‫ن‬ ‫ل‬ِ‫ل‬ ‫ا‬
‫و‬ ُ‫ل‬ ‫ا‬‫ق‬ ‫م‬ َّ
‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ع‬ ‫اَّلل‬
َّ ‫ى‬ َّ
‫ل‬ ‫ص‬ ِ ِ
‫َّيب‬
‫ن‬ ‫ال‬ ‫اب‬ِ ‫ح‬ ‫َص‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫ا‬ ‫س‬ ‫ان‬ َّ
‫َن‬ ‫أ‬ ٍ
‫ر‬ ‫ذ‬ ِ
‫َيب‬
‫أ‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ي‬
ِ ِ
‫يل‬ ِ
‫د‬ ‫ال‬ ِ
‫د‬ ‫و‬‫َس‬ ‫األ‬ ِ
‫َيب‬‫أ‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ر‬‫م‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ِ
‫ن‬ ‫ب‬ ‫ىي‬ ‫حي‬
َ ّ َ َ ََ َ ُ َ ّ َ ًَ َّ َ ّ ّ َ َ ََ َ َ َ
‫ال أ ََو‬َ َ‫ول أَم َواهلِِم ق‬ِ‫ض‬ ُ ‫ف‬
ُ ِ
‫ب‬ ‫ن‬
َ ‫و‬‫ق‬
ُ ‫د‬َّ ‫ص‬ ‫ت‬ ‫ي‬‫و‬ ‫وم‬ ‫ص‬ ‫ن‬
َ
َ ََ َ ُ ُ َ ُ ُ َ َ َ َ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ك‬
َ ‫ن‬
َ ‫و‬ ‫وم‬ ‫ص‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ي‬ ِّ‫الدثُوِر ِابألُجوِر يصلُّو َن َكما نُصل‬
َُ ُ ُّ ‫ل‬ ‫َه‬
ُ َ َ‫أ‬ ‫ب‬ ‫ه‬َ‫ذ‬ ِ‫اَّلل‬
َّ َ ‫َو َسلَّ َم َاي َر ُس‬
‫ول‬
ٍ ِ ٍ ِ ٍ ِ ٍ ِ ِ ِ
‫ص َدقَةً َوأَمٌر‬َ ‫ص َدقَةً َوُك ِّل َهتليلَة‬ َ ‫يدة‬ َ ‫ص َدقَةً َوُك ِّل َحتم‬ َ ‫ص َدقَةً َوُك ِّل تَكبريَة‬ َ ‫يحة‬ َ ‫ص َّدقُو َن إ َّن ب ُك ِّل تَسب‬ َّ َ‫اَّللُ لَ ُكم َما ت‬
َّ ‫س قَد َجعَ َل‬ َ ‫لَي‬
‫َح ُد َان َشه َوتَهُ َويَ ُكو ُن لَهُ فِ َيها أَجٌر‬ َ َ ‫أ‬ ‫ت‬ ِ‫َأي‬ ‫أ‬ َِّ ‫ول‬
‫اَّلل‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫اي‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ل‬ ‫ا‬‫ق‬ ‫ة‬ ‫ق‬ ‫د‬‫ص‬ ‫م‬ ‫ك‬ ِ
‫د‬ ‫َح‬ ‫أ‬ ‫ع‬
َ ُ َ َ ُ َ ٌَ َ َ ُ َ ِ ُ َ ٌَ َ َ َ ُ َ ٌ َ َ ٌَ َ َ‫ض‬ ‫ب‬ ‫يف‬ِ‫و‬ ‫ة‬ ‫ق‬‫د‬ ‫ص‬ ٍ
‫ر‬ ‫ك‬ ‫ن‬‫م‬ ‫ن‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫هن‬‫و‬ ‫ة‬ ‫ق‬‫د‬ ‫ص‬ ِ
‫وف‬ ‫ر‬
ُ ‫ابل َم‬
‫ع‬ ِ
ِ ِ
‫ض َع َها ِيف احلََال ِل َكا َن لَهُ أَجًرا‬ َ ‫ك إِذَا َو‬ َ ‫ض َع َها ِيف َحَرٍام أَ َكا َن َعلَي ِه ف َيها ِوزٌر فَ َك َذل‬ َ ‫ال أ ََرأَي تُم لَو َو‬َ َ‫ق‬
252
masih terbit, kamu mendamaikan antara dua orang (yang
berselisih) adalah s}adaqah, kamu menolong seseorang naik ke
atas kendaraannya adalah s}adaqah, berkata yang baik itu
s}adaqah, setiap langkah berjalan untuk s}alat adalah s}adaqah,
dan menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah s}adaqah.
Tetapi semuanya itu bisa dicukupkan dengan (melakukan) dua
raka’at s}alat dhuha.439
Kedua hadis di atas menjelaskan bahwa s}adaqah bisa
dikerjakan dengan berbagai macam cara, yakni semua s}adaqah
yang dilakukan oleh anggota tubuhnya dapat diganti dengan
dua raka’at s}alat dhuha, sehingga menjalankan fungsinya
masing-masing.440 Dalam Islam, usaha yang diiringi dengan
s}alat dhuha menjadi salah satu sababiyah sebagai alternatif
menjadikan rizki berjalan dengan lancar.
Dalam hal menginfakkan harta sebagai s}adaqah
terdapat penjelasan surat al-Baqarah ayat 272:
َّ ‫اَّللِ َوَما تُن ِف ُقوا ِمن َخ ٍري يُ َو‬
‫ف‬ َّ ‫َوَما تُن ِف ُقوا ِمن َخ ٍري فَِِلَن ُف ِس ُكم َوَما تُن ِف ُقو َن إَِّال ابتِغَاءَ َوج ِه‬

‫إِلَي ُكم َوأَن تُم َال تُظلَ ُمو َن‬

Harta baik yang kalian nafkahkan (di jalan Allah),


maka kebaikan/pahalanya untuk kalian, dan janganlah kalian

439
Ibnu Daqiq al-Ied, Syarah al-Arba’in, hlm. 129-130.
440
Ibnu Daqiq al-Ied, Syarah al-Arba’in, hlm. 130.
253
membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari kerid}aan
Allah swt, dan harta baik yang kalian nafkahkan, niscaya
kalian akan diberi pahalanya secara sempurna dan kalian tidak
akan dianiaya (ditambakan keburukan atau dihilangkan
kebaikan kalian pada hari kiamat).
Hadis muttafaq ‘alaih riwayat Abu H}a>tim: Jauhilah
dirimu dari api neraka walaupun hanya bersedekah dengan
separuh biji kurma, apabila tidak mendapatkannya, cukup
dengan berkata baik. Dalam riwayat Imam Bukhori No hadis
1351: Setiap hari datang dua malaikat yang turun dari langit
dan berdo'a kepada hamba Allah swt: “Ya Allah, gantilah
orang yang menginfakkan hartanya”, dan malaikat yang lain
berdo’a: “Ya Allah, binasakanlah harta orang yang kikir.441
Hadis riwayat Abu Hurairah: Berinfaklah, niscaya Allah swt
yang akan memberikan ganti.442

441

ِ ‫اب عن أَِيب هري رةَ ر‬ ٍ ِ ِ ِ


ُ‫اَّللُ عَنه‬
َّ ‫ض َي‬ َ َ َُ َ ِ َ‫ال َح َّدثَِين أَخي عَن ُسلَي َما َن عَن ُم َعا ِويَةَ ب ِن أَِيب ُمَزِّرد عَن أَِيب احلُب‬ َ َ‫يل ق‬ ُ ‫َحدَّثَنَا إمسَاع‬
‫َح ُد ُمهَا اللَّ ُه َّم أَع ِط ُمن ِف ًقا َخلَ ًفا‬ ِ ‫اد فِ ِيه إَِّال ملَ َك‬
ُ ‫ان يَن ِزَال ِن فَيَ ُق‬ ِ ٍ ِ َ َ‫اَّلل علَي ِه وسلَّم ق‬
َ ‫ول أ‬ َ ُ َ‫ال َما من يَوم يُصبِ ُح العب‬ َ َ َ َ َُّ ‫صلى‬
َّ َ ‫َّيب‬ َّ ‫أ‬
َّ ِ‫َن الن‬
‫ول اآل َخ ُر اللَّ ُه َّم أَع ِط ُمم ِس ًكا تَلَ ًفا‬ُ ‫َويَ ُق‬
442
Al-Nawawi>, Riya>d} al-S}a>lih}i>n, hlm. 221. Dengan redaksi hadis
qudsi:
‫انفق انفق‬
Allah swt berfirman: dan segala sesuatu yang kalian infakkan niscaya Dia
menggantinya, karena Dia adalah sebaik-baik Dzat yang Maha Memberi
Rizki.
254
Dari uraian tentang hadis-hadis s}adaqah dapat diambil
kesimpulan (Natijah) yang dapat disimpulkan adalah hadis ini
walaupun da’i>f secara sanad akan tetapi s}ah}i>h} matannya.,
bahwa sesungguhnya s}adaqah merupakan salah satu jalan agar
rizki mudah datang, sehingga alangkah baiknya seorang
Muslim senantiasa berusaha untuk bers}adaqah setiap harinya,
sebagai kepedulian sosial pada orang yang kurang mampu,
apabila tidak bisa hendaklah dengan berwajah manis atau
tersenyum443 kepada orang lain. Rasulllah saw bersabda:
bers}adaqah tidak akan mengurangi harta seorang, akan tetapi
hakikatnya niscaya bertambah444. Demikian apabila seorang
Muslim bers}adaqah dengan ilmu, niscaya seseorang akan
bertambah hafal dan paham dengan apa yang telah
dipelajarinya. Rasulullah saw mengulang sabdanya tentang
s}adaqah sampai tiga kali, hal ini sebagai taukid/pengukuh,
penguat agar seorang Muslim tergerak hatinya untuk beramal

‫وما أنفقتم من شئ فهو خيلفه وهو خري الرازقني‬


443
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi No Hadis 1879:
ِ ِ ‫ك ِيف وج ِه أ‬ ِ َّ ‫اَّلل صلَّى‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ك َعن ال ُمن َك ِر‬
ٌ‫ص َدقَة‬ َ ُ‫ص َدقَةٌ َوأَم ُرَك ِابل َمع ُروف َوَهني‬ َ ‫ك‬ َ َ‫يك ل‬ َ ‫َخ‬ َ َ ‫اَّللُ َعلَيه َو َسلَّ َم تَبَ ُّس ُم‬ َ َّ ‫ول‬ ُ َ َ َ‫ق‬
ِ ِ ِ
‫ك احلَ َجَر َوالشَّوَكةَ َوال َعظ َم َعن‬ َ ُ‫ص َدقَةٌ َوإِ َماطَت‬
َ ‫ك‬ َ َ‫ص ِر ل‬َ َ‫الرديء الب‬ َّ ‫صُرَك ل َّلر ُج ِل‬
َ َ‫ص َدقَةٌ َوب‬
َ ‫ك‬َ َ‫َّال ِل ل‬
َ ‫ض الض‬ ِ ‫الر ُجل ِيف أَر‬
َ َّ ‫اد َك‬ ُ ‫َوإِر َش‬
ٌ‫ص َدقَة‬ ِ ِ
َ ‫ك من َدل ِو َك يف َدل ِو أَخ‬ِ ِ َ َ‫الطَّ ِر ِيق ل‬
َ ‫ك‬ َ َ‫يك ل‬ َ ُ‫ص َدقَةٌ َوإف َراغ‬
َ ‫ك‬
444
Diriwayatkan oleh Imam Muslim No 4689:
ِ ‫حدَّثَنَا َحيىي بن أَيُّوب وقُتَ ي بةُ وابن حج ٍر قَالُوا حدَّثَنَا إِمسَعِيل و ُهو ابن جع َف ٍر َعن الع َال ِء َعن أَبِ ِيه َعن أَِيب ُهري رَة َعن رس‬
‫ول‬ َُ ََ َ َ ُ َ َُ َ ُ ُ َ َ َ َ ُ َ َ
َُّ ُ‫َح ٌد ََِّّللِ إَِّال َرفَ َعه‬
‫اَّلل‬ ‫أ‬ ‫ع‬ ‫اض‬ ‫و‬
َ َ َ ََ َ َ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ا‬‫ز‬
ًّ ِ
‫ع‬ َّ
‫ال‬ ِ‫إ‬ ‫و‬ٍ ‫ف‬ ‫ع‬ِ‫ب‬ ‫ا‬ ‫د‬‫ب‬‫ع‬ ‫اَّلل‬
َّ ‫اد‬ ‫ز‬ ‫ا‬‫م‬‫و‬ ٍ
‫ال‬ ‫م‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬
َ ً َ ُ َ َ َ َ َ ٌَ َ َ َ ََ َ َ َ َ َ َ ُ ‫ة‬‫ق‬ ‫د‬‫ص‬ ‫ت‬ ‫ص‬ ‫ق‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ال‬
َ ‫ق‬ ‫م‬ َّ
‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬‫ل‬
َ ‫ع‬ ‫اَّلل‬
َّ ‫ى‬ َّ
‫ل‬ ‫ص‬
َ
ِ
‫اَّلل‬
َّ
255
karena di hari akhir tidak ada yang dapat menyelamatkan
seseorang kecuali dari amal yang telah dia kerjakan, walaupun
amal seseorang adalah anugrah dari Allah swt, sehingga
hendaklah dia senantiasa membaca Allahumma innaa
nas’aluka ridhaka wal jannah wa na’udzubika min sakhotika
wan nar. Amiin.

256
BAB V
KESIMPULAN
Syaikh Zarnuji sebagai salah satu tokoh dalam bidang
revolusi pendidikan agama Islam, yakni dalam kegiatan belajar
dan mengajar menawarkan berbagai metode yang layak
diapresiasi oleh orang-orang sekarang, terutama pada saat
“krisis akhlak” para pelajar, sehingga setiap orang yang
mencari ilmu apabila menjaga adab-abadnya, niscaya dia akan
memperoleh “buahnya” di hari kemudian.
Syaikh zarnuji mengutip riwayat-riwayat seperti dalam
pembahasan di atas, walaupun tanpa menyertakan sanad hadis,
bukan berarti beliau ceroboh, akan tetapi untuk meringkas
sekaligus mempermudah yaknili al-taqshir wa al-Tashil
sebagaimana banyak kitab yang bisa disebut sebagai kitab
tersier, yakni bukan kitab induk dalam mengkaji hadis,
sehingga memiliki kelebihan dan kekurangan menjadi suatu
kepastian dalam setiap karya seorang Muslim. Sebagian
riwayat di dalam kitab Syaikh Zarnuji memiliki dasar yang
kuat di dalam hadis, sebagian tidak ada dasarnya, sehingga
untuk meghindar dari ancaman orang yang mendustakan
Rasulullah saw, diambil natijah/konklusi: alangkah baiknya
menyebut Rasulullah saw telah bersabda apabila orosinalitas

257
hadisnya telah diketahui secara pasti dan menggunakan istilah
ada riwayat yang menyatakan demikian apabila tidak
diketahui kualitas suatu hadis. Wallah a’lam.. Semoga Allah
swt mentakdirkan setiap orang yang bersungguh-sungguh
mengkaji hadis Rasulullah saw mendapat syafa’atnya. Amiin
Ya Mujiib al-Saailiin.

258
DAFTAR PUSTAKA

Al-Adlabi, S}ala>h{ al-Di>n ibn Ah}mad. Manhaj Naqd al-H}adi>s.


Beiru>t: Da>r al-Afa>q al-Jadi>dah, 1983.

Al-Adlabi, S}ala>h{ al-Di>n bin Ah}mad. Metodologi Kritik Matan


Hadis, terj. Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq.
Jakarta: Gaya Meia Pratama, 2004.

Al-Ahdal, Hasan Muhammad Maqbu>li. Mus}talah al-Hadis wa


Rija>lihi. Shan’a>: Maktabah al-Jail al-Jadid, 1993.

Al-Alba>ni>, Nas}iruddin. Da’i>f al-Targi>b wa al-Tarhi>b. Riya>d}:


Maktabah al-Ma>’ari>f, t.t.

Al-Alba>ni>, Muhammad Nas}iruddin. S}ah}i>h} wa D}a’i>f al-Ja>mi’


al-S}a>gi>r wa Ziya>datuh. al-Maktab al-Isla>mi>, t.t.

Al-Alba>ni>, Muhammad Nas}iruddin. Silsilah Ah}a>di>s} al-


S}ahi>h}ah. Riya>d}: Maktabah al-Ma>’ari>f, t.t.

Al Amir Syakib Arsalan, Limadza Ta-akhkharal Muslimuna


wa Limadza Taqoddama Ghairuhum, Terj
Moenawwar Chalil. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Al-Asqolani, Ibnu Hajar. Bulug al-Marom min Adillatil


ahkam. Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2002.

Al-‘Asqala>niy, Ibn H{ajar. Tahdhi>b al-Tahdhi>b. Muassasat al-


Risa>lah, tt.

259
Al-Baihaqi, Abu Bakar Ah}mad bin H}usain bin Ali. Sunan al-
Baihaqi. Mesir: Majlis Da>’irah al-Ma’a>rif al-
Niz}a>miyyah, t,t.

Al-Baihaqi, Abu Bakar Ah}mad bin H}usain Syuab al-I>ma>n.


Beirut, Da>r al-Kutub al-Ilmiah, t.t.

Al-Bukha>ri>, Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibra>him


bin Mugi>rah. S}ah}i>h} al-Bukha>ri> bi H}a>syiyah al-Sindi>.
Beiru>t: Da>r al-Fikr, 2006.

Al-Dzahabiy, Shamsuddi>n Muh}ammad bin Ah}mad bin


‘Uthma>n. Siyar A’la>m al-Nubala>. Muassasat al-
Risa>lah, 2001.

Al-Dimasyqi>, Abi> al-Fida>’ Ibnu Kas}i>r. Tafsi>r al-Qur’an al-


‘Az}i>m. Beiru>t: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 2006.

Al-Fadani Abil Faidh Muhammad Yasin bin 'Isa. Arba'ina


Hadisan min Arba'ina kitaban 'an Arba'ina Syaikhon.
Jakarta: Dar al-Basya'ir al-Islamiyah, 1987.

Al-Fatah, Hamzah Abu. Manhaj al-Ilmi li al- Ta’a>mul ma al-


Sunnah al-Nabawiyyah. Ordan: Dar al-Nafa>is, 1999.

Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad. Ihya


'Uluumiddin. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2004.

Al-Ghazali, Muhammad. al-Sunnah al-Nabawiyyah baina Ahl


al-Fiqh wa Ahl al-Hadis. Kairo: Dar al-Syuruq, 1996.

Al-Hais}ami, Majma’ al-Zawa>id wa Manba’ al-Fawa>id. Beiru>t:


Da>r al-Fikr, 1992.

260
Al-Haydari, Kamal. al-Tarbiyah al-Ruh}iyah Buh}u>s fi> Jiha>d al-
Nafs: Menejemen Ruh, terj. TPB21 al-Ikhwan. Bogor:
Cahaya, 2004.

Al-Ied, Ibnu Daqiq Syarah al-Arba’in al-Nawawiyah, terj.


Muhammad Thalib. Yogyakarta: Meia Hidayah,
2001.

Al-Jauziyah, Ibnu Qayim. Mana>r al-Muni>f. Beirut: Dar al-


Kutub al-Ilmiyah, 1983.

Al-Khati>b, Muhammad ‘Ajja>j Us}ul> al-H}adi>s ‘Ulu>muhu> wa


Mus}t}aluhu>. Beiru>t: Dar al-fikr, 1989.

Al-Mana>wi>, Zainuddin Abdurra’u>f. Taisi>r bi Syarh} al-Ja>mi’ al-


S}a>gi>r. Riya>d}: Maktabah al-Imam al-Syafi’i, 1988.

Al-Maqdisi, Muhammad ibn Thahir. Dzahiratu al-Huffa>dz.


Riyadh: Da>r al-Salaf, 1996.

Al-Mizziy, Abu> al-H{ajja>j Yu>suf bin ‘Abdurrah}ma>n Tahz}i>b al-


Kama>l fi> Asma> al-Rija>l. Beirut: Da>r al-Kutub al-
‘Ilmiyyah, 2004.

Al-Naisa>bu>ri>, Muslim bin H}ajja>j Abu al-H}usain al-Qusyairi.


S}ahi>h} Muslim. Beiru>t: Da>r Ih}ya al-Tura>s} al-Arabi, t.t.

Al-Naisa>bu>ri, Abu ‘Abdillah al-H}a>kim. al-Mustadrak ‘ala al-


S}ah}ih}ain li al-H}a>kim. Ja>mi’ al-H}adi>s: t.p, t.t

Al-Naisa>bu>ri>, Abi al-Hasan Ali bin Ahmad bin Muhammad


bin Ali Asba>b al-Nuzu>l. Beiru>t: Da>r al-Kutub al-
Ilmiyah, 2006.

261
Al-Nawawi>, Abi> Zakariya> Yahya bin Syaraf. al-Az}ka>r al-
Nawawiyah. Beiru>t: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 2004.

Al-Nawawi>, Abi> Zakariya> Yahya bin Syaraf. Riya>d} al-S}a>lih}i>n,


terj. Abu Fajar al-Qalami dan Abdul Wahid al-
Banjari. t.k, Gitameia Press, 2004.

Al-Sakha>wi, Muhammad bin Abdurrahma>n. al-Maqa>s}id al-


Hasanah. Beiru>t: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 1979.

Al-Sijista>ni>, Abi> Da>wud Sulaima>n bin al-Asy’as}. Sunan Abi>


Da>wud. Mesir: Da>r Ibnu al-Hais}am, 2007.

Al-Qarad}a>wi>, Yusuf. al-Madkhal li Dira>sah al-Sunnah al-


Nabawiyyah: Pengantar Studi Hadis, terj. Agus
Suyadi Raharusun dan Dede Rodin. Bandung: Pustaka
Setia, 2007.

Al-Qara>d}a>wi>, Yusuf. al-S}ahwah al-Islamiyah bain al-Juh}u>d wa


al-Tat}arruf: Membedah Islam Ekstrem, terj. Alwi.
A.M. Bandung: Mizan, 2001.

Al-Qarni, Aidh bin Abdullah. Visualisasi Kepribadian


Nabiyullah, terj. Bahrun Abubakar Ihsan Zubaidi.
Bandung: IBS, 2006.

Al-Qozwini>, Abi Abdillah Muhammad bin Zaid. Sunan Ibnu


Ma>jah. Mesir: Da>r al-Hais}am, 2005.

Al-Qus}ayyir.Ah}mad bin Abdul Aziz bin Muqrin. al-Ah}a>di>s} al-


Musykilah al-Wa>ridah fi Tafsi>r al-Qur’an al-Kari>m.
Arab Saudi: Da>r Ibnu Jauzi, 2009.

262
Al-T}abra>ni>, Abu al-Qa>sim Sulaiman bin Ah}mad. Mujam al-
Ausat}. al-Qa>hirah: Da>r al-Haramain, t.t.

Al-T}abra>ni, Sulaiman bin Ah}mad bin Ayyub. al-Mu’jam al-


Kabi>r . Musil: Maktabah Ulum wa al-Hikam, 1983.

Al-Tahhan, Mahmud. Metode Hadis dan Penelitian Sanad


Hadis, terj. Ridan Nasir. Surabaya: PT Bina Ilmu,
1995.

Al-Tirmiz}i>, Abi> ‘Isa> Muhammad bin ‘I>sa> bin Saurah. Sunan al-
Tirmiz}i>. Beiru>t: Da>r al-Kutub al- Ilmiyah, 2008.

Al-Zarkasyi, Badruddi>n Abi Abdillah Muhammad bin


Abdillah. al-La>ali> al-Mansyu>rah Fi al-Ah}a>di>s al-
Masyhu>rah. Beiru>t, Da<r al-Kutub al-Ilmiyah, t,t.

Al-Zarnuji, Burhan al-Islam Ta’li>m al-Muta’allim Toriiq al-


Ta'allum, ditahqiq oleh Marwan Qubbani. Beirut, al-
Maktab al-Islami, 1981.

Al-Zarnuji, Burhan al-Islam, Ta’li>m al-Muta’allim, di tahqiq


oleh Imam Ghazali Sa'id. Surabaya: Diyantama, 1997.

Al-Zarnuji, Ta’li>m al-Muta’allim: Bimbingan Bagi Penuntut


Ilmu Pengatahuan, terj. Aliy As’ad. Kudus: Menara
Kudus, 2007.

Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi Sejarah dan Pengantar Ilmu


Hadis. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.

Abdul Mustaqim, dkk, Paradigma Integrasi-Interkoneksi


dalam Memahami Hadis. Yogyakarta: Teras, 2009.

263
Abi> Muhammad, Syari>f al-Hamma>m dan al-S}amda>ni.> Qurrat
al-‘Uyu>n. Semarang: Pustaka ‘Alawiyah, t.t.

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam.


Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003.

Abu Bakar Muhammad bin Abdillah bin Muhammad bin


Abdillah, A>rid}at al-Ah}waz}i> Syarah S}ah}ih al-Tirmiz}i>.
Beirut, Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 1997.

Ahmad ibn Hanbal. Musnad Imam Ahmad ibn Hanbal. Turki:


Muassisah al-Risalah, 2001.

Ali, Nizar. Memahami Hadis Nabi: Metode dan Pendekatan.


Yogyakarta: Center for Educational Studies and
Development YPI al-Rahmah, 2001.

At}iyatullah, Ahmad. Kamus Islami. Mesir: Maktabah Nahd}ah


Misriyah, 1970.

Asy’ari, Hasyim Ada>b al-‘A>lim wa al-Muta’allim: Etika


Pendidikan Islam, terj. Mohamad Kholil. Yogyakarta
Titian Wacana, 2007.

Azami, M. Mustafa. Metodologi Kritik Hadis. Bandung:


Pustaka Hidayah, 1992.

Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2005.

A. Mudjab Mahali dan Mujawazah Mahali, Kode Etik Kaum


Santri . Bandung: Mizan, 1993.

264
A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah,
2009.

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II.


Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Dahlan, Abdurrahman. Kaidah-Kaidah Penafsiran al-Qur’an:


Disusun Berdasarkan al-Qawa>id al-Hisan li Tafsi>r al-
Qur’an Karya al-Sa’di. Bandung: Mizan, 1997.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar


Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1997.

Harun, M Yahya. Perang Salib dan Pengaruh Islam di Eropa.


Yogyakarta: Bina Usaha, 1987.

Husnan, Ahmad. Kajian Hadis Metode Takhrij. Jakarta:


Pustaka Kautsar, 1993.

Ilyas, Yunahar. Cakrawala al-Qur’an: Tafsir Tematis tentang


Berbagai Aspek Kehidupan. Yogyakarta: Itqan
Publishing, 2009.

Isma’i>l, Ibrahi>m bin Syarah Ta’li>m al-Muta’allim. Beirut: Dar


al-Kutub al-Islami, t.t.

Ismail, M. Syuhudi Hadis Nabi Yang Tekstual dan


Kontekstual. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1994.

Ismail, M. Syuhudi. Hadis Nabi Menurut Pembela, Pengingkar


dan Pemalsunya. Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

265
Ismail, M. Syuhudi. Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah
Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah.
Jakarta: Bulan Bintang, 1995.

Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi.


Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Khaeruman, Badri. Otentisitas Hadis: Studi Kritis Atas Kajian


Hadis Kontemporer. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004.

Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah, 2008.

K. Hitty, History of The Arab, terj. Cecep Lukman Yasin &


Dedi Slamet Riyadi. Jakarta: Serambi, 2008.

Lillah, M. Fathu Kajian dan Analisis Ta'lim Muta'allim


Dilengkapi Dengan Tanya Jawab. Kediri: Santri
Salaf Press, 2015.

Madjidi, Busyairi. Konsep Kependidikan Para Filosof Muslim.


Yogyakarta: Press, 1997.

Majid, Nurcholis. Pesan-Pesan Takwa: Kumpulan Khutbah


Jum’at di Paramadina. Jakarta: Paramadina, 2005.

Ma’lu>f, Munjid Lois. Munjid fi al-Lugah wa al-‘A’lam. Beiru>t:


Da>r al-Masyrik, 1975.

Najati, Utsman al-Hadis al-Nabawi wa Ilmu al-Nafs: Belajar


EQ dan SQ dari Sunah Nabi, terj. Irfan Salim.
Jakarta: Hikmah, 2004.

266
Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak
Sejarah Era Rasulullah Sampai di Indonesia. Jakarta:
Kencana Prenada Group, 2013.

M. Ishom El Saha dan Saiful Hadi, Sketsa al-Qur’an: Tempat,


Tokoh, Nama dan Istilah dalam al-Qur’an. Jakarta:
Lista Fariska Putra, 2005.

Nurun Najwah “Rekonsepsi Terhadap Studi Otentisitas


Hadis” dalam Jurnal Hermenia: Jurnal Kajian Islam
Interdisipliner, Volume 7, Nomor 2, Juli-Desember
2008.

Nurul Huda, “Imam al-Tirmiz}i>, al-Ja>mi’ dan Beberapa


Inovasinya” dalam Jurnal al-Insan, Hadis Nabi,
Otentisitas dan Upaya Destruksinya, Depok:
Lembaga Kajian dan Pengembangan al-Insan, 2005.

Nuruddin Itr, al-Imam al-Tirmiz}i> wa al-Muwa>zanah Baina al-


S}ah}ih}ain. Misr: Lajnah al-Ta’lif wa al-Tarjamah wa
al-Nasyr, 1970

Q. Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis


Turunnya Ayat-Ayat al-Qur’an. Bandung: CV
Diponogoro, 2000.

Rahman, Fazlur Membuka Pintu Ijtihad, terj. Anas Mahyudin.


Bandung: Pustaka, 1984.

Rahman, Fazlur dkk, Wacana Studi Hadis Kontemporer.


Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2002.

267
Shihab, M. Quraish. Dia di Mana-Mana: “Tangan” Tuhan
dibalik Setiap Fenomena. Jakarta: Lentera Hati, 2004.

Shihab, M. Quraish Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan


Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat.
Bandung: Mizan, 1994.

Shihab, M. Quraish. Lentera al-Qur’an: Kisah dan Hikmah


dalam Kehidupan. Bandung: Mizan, 1994.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan


Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Smith, Jonathan Riley. Atlas of the Crusades. New York:


Facts on File, 1991.

Sumbulah, Umi Kritik Hadis: Pendekatan Historis


Metodologis. Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008.

Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi:


Perspektif Muhammad al-Ghazali dan Yusuf al-
Qaradhawi (Yogyakarta: Teras, 2008)

Suryadi, Metodologi Ilmu Rijalil Hadis (Yogyakarta: Madani


Pustaka Hikmah, 2003)

Suryadi, dkk, Metodologi Penelitian Hadis. Yogyakarta: Pokja


Akademik UIN, 2006.

Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana,


2008.

268
Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta:
Raja Grafindo, 2004.

Syakir, Muhammad Fuad. Laisa Min Qoul al-Nabi: Awas


Hadis Palsu, terj. Ahmad Mufid. Yogyakarta:
Leutika, 2009.

Tajuddin, Abd al-Rahman. Dirasat fi al-Tarikh al-Islam. Kairo:


Maktabah al-Sunnah al-Muhammadiyah, 1953.

Taufiqurrahman, Sejarah Peradaban Islam. Surabaya: Pustaka


Islamica, 2003.

Thohir, Mundir. Metode Memahami Al-Qur'an Perkata Ihya'


Al-Ghozali. Kediri: Azhar Risalah, 2014.

Ya’qub, Ali Mustafa. Hadis-Hadis Bermasalah. Jakarta:


Pustaka Firdaus, 2007.

Ya’qub, Ali Mustafa. Hadis-Hadis Palsu Seputar Ramadhan.


Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 2010.

Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:


Hidakarya Agung, 1990.

Zulmuqim Alam, “Haji Abdul Karim Amrullah dan


pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau”
dalam Jurnal Pemikiran Islam dan Kependidikan al-
Ta’li>m, Vol. VI No. 11. Th 2001.

269
BIODATA PENULIS

Surahmat, M. Hum, lahir di Jakarta pada 3 Februari


1988 dari pasangan Bapak Suratna dan Ibu Tri Pamrih;
Robbighfirlii wa li waalidayya warhamhuma kama robbayaanii
shoghiro. Belajar agama pada saat remaja dengan metode
sama’i/mendegarkan ceramah KH Haris (Allah Yarham),
Ustadz Nuh Haris (Allah Yarham), Ustadz Musa, Ustadz
Mustofa, Ustadz Syafaat. Pendidikan SDN 16 Utan Kayu
Jakarta pada tahun 1999. Pendidikan SMPN 97 Utan Kayu
Jakarta pada tahun 2002. Pendidikan SMA di Sentolo,
Yogyakarta pada tahun 2005. Setelah itu melanjutkan ke
Perguruan Tinggi UIN Sunan Kalijaga Fakultas Ushuluddin
Jurusan Tafsir-Hadis 2005-2009, dilanjutkan di Pasca Sarjana
UIN Sunan Kalijaga, Prodi Agama dan Filsafat dengan
Konsentrasi Studi Al-Qur’an dan Hadis 2009-2011.
Pendidikan agama dikaji secara komprehensif di
pesantren salaf pada tahun 2002-2012 di Pondok Pesantren Al-
Miftah, Kauman, Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta di
bawah asuhan KH Ihsan Asyhari (Allah Yarham), dilanjutkan
oleh KH. Ahmad Jironi sebagai mursyid dan mengambil sanad
Thariqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyah darinya. Tabarruk di
bulan Ramadhan tahun 2009 dan 2010 di Pondok Pesantren

270
As-Salafiyah, Mlangi, Sleman di bawah asuhan KH. Syuja’i
Masduqi (Allah Yarham). Dilajutkan mengkaji agama di
Pondok Pesantren Darut Tauhid, Purworejo di bawah asuhan
KH. Toifur Mawardi alumni Abuya Sayid Muhammad bin
Alawi al-Maliki pada 2012-2013. Nafa’anallahu bi barkatihim.
Pada tahun 2014 menyempurnakan setengah keimanannya
dengan menikahi seorang wanita mulia, bunga desa di
Jombangan Santren, Pare, Kediri: Ana Roudhotul Jannah dan
diberikan anugrah terindah pertama di tahun 2015, Farah
Fatimaturrohmah. Awal berkarir sebagai dosen di UIJ Jakarta
Timur, dilanjutkan di STAI Hasanuddin Pare dan sampai
sekarang di IAIN Kediri. No handphone yang bisa dihubungi
adalah 085213860080 dan 085643265617. Fadhlan wa juudan
mannaa laa biktisaabin minnaa (semata anugrah dari Allah swt
bukan disebabkan kemampuan dari diri). Sekarang tinggal di
Perumahan Joho View, Wates, Kediri dengan berbagai
aktivitas baik di kampus maupun di rumah untuk mengajar al-
Qur’an, hadis serta kitab kuning, disamping memberikan
ceramah di majlis-majlis, radio An-Nur dan Karisma, khutbah,
dan mengajar di beberapa Pesantren, diantaranya Yambu’ul
Qur’an, Jarak, Plosoklaten di bawah asuhan Kiai Muhammad

271
Asy’ari, M. H.I (Hafidhzahullah) yang telah banyak memberi
inspirasi.
Selain aktif berdakwah dengan lisan, aktif berdakwah
dalam tulisan, diantaranya dengan tema: Kritik Pemahaman
Hadis Nabi tentang Keutamaan Surat al-Waqi’ah dan Metode
Pemahaman Hadis Syaikh Yusuf al-Qaradhawi yang
diterbitkan di Jurnal Inovatif STAI Hasanuddin Pare, Kediri.
Relasi Ideal Hubungan Suami Istri; Telaah Pemikiran Hadis
Syaikh Nawawi al-Bantani yang diterbitkan di Jurnal
Universum IAIN Kediri. Kajian Kitab Hadis al-Isra’ wal
Mi’raj wa Dzikru Ahaadisihima wa Takhrijiha wa Bayanu
Shahihiha min Saqimiha yang diterbitkan di Jurnal Studi
Islam An-Nur, IIQ Bantul, Yogyakarta. Melakukan penelitian
kolaboratif bersama Wakil Rektor IAIN Kediri, Dr. Wahidul
Anam dengan judul: Interpretasi Hadis tentang Jihad dan
Implikasinya terhadap Perkembangan Pemikiran Radikalisme
Beragama di Pesantren.

272

Anda mungkin juga menyukai