Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGANTAR STUDI AL HADIS


" URGENSI SANAD DAN MATAN HADIS "

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUS AGAMA ISLAM (IAI) DDI POLMAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
MAKALAH
URGENSI SANAD DAN MATAN HADIS

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah : Pengantar Studi Al-Hadis
Dosen Pembimbing : Yulmiati, S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun oleh :

RISKA YANTI. B (20.1.1.0626.0003)

PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) DDI POLMAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh dan salam sejahtera untuk kita semua,
semoga apa yang kita lakukan senantiasa bernilai ibadah disisi Allah swt.

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah kami ini, yang berjudul " Urgensi Sanad dan Matan Hadis".
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Junjungan kita Nabi Agung Muhammad
SAW. yang sentiasa kita nanti-nantikan syafa’atnya.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Fiqih Ibadah yang dibimbing
oleh dosen kita Ibu Yulmiati, S.Pd.I., M.Pd.I, dengan tujuan meningkatkan pemahaman kami
tentang " Urgensi Sanad dan Matan Hadis".

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
dan makalah-makalah selanjutnya. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Polewali, 07 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar ....................................................................................................................i
Daftar isi ..............................................................................................................................ii
Bab I .....................................................................................................................................1
Pendahuluan .......................................................................................................................1
A. Latar belakang masalah ................................................................................................1
B. Rumusan masalah ..........................................................................................................2
C. Tujuan penulisan makalah ............................................................................................2
Bab II ...................................................................................................................................3
Pembahasan ......................................................................................................................3
A. Pengertian Sanad ..........................................................................................................3
B. Urgensi Al Sanad dalam Ilmu Hadis .............................................................................5
C. Pengertian Matan ..........................................................................................................6
Bab. III Penutup ................................................................................................................13
Kesimpulan..........................................................................................................................13
Daftar pustaka.....................................................................................................................14

ii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam mempelajari sanad Hadis Nabi SAW, seseorang harus mengetahui dua unsure penting yang
menentukan keberadaan dan kualitas Hadis tersebut, yaitu al-sanad dan al-matan. Kedua unsure Hadis
tersebut begitu sangat penting artinya dan antara yang satu dan yang lainny saling berhubungan erat,
sehingga apabila salah satunya tidak ada maka akan berpengaruh terhadap, dan dapat merusak,
eksistensi dan kualitas suatu Hadis. Suatu berita yang tidak memiliki sanad, menurut ulama’ Hadis tidak
bisa di sebut sebagai Hadis; dan kalupun disebut juga dengan Hadis maka ia di nyatakan sebagai Hadis
palsu (mawdhu’) demikian halnya juga dengan matan, ssebagai materi atau kandungan yang dimuat
oleh Hadis, sangat menentukan keberadaan sanad, karena tidak akan dapat suatu sanad atau rangkaian
para perawi di sebut ssebagai Hadis apabila tidak ada matan atau materi Hadisnya, yang terdiri dari atas
perkataan,perbuatan, atau ketetapan (taqrir) Rosul SAW.
Dan di dalam penilaian suatu Hadis, unsur sanad dan matan adalah sangat menentukan. Oleh
karenanya yang menjadi objek kajian dalam penelitian penelitian Hadis adalah kedua unsur tersebut,
yaitu sanad dan matan.
Uraian berikut akan menjelaskan tentang sanad dan matan Hadis serta berbagai permasalahan
yang berhubungan dengan keduanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Sanad ?
2. Apa saja Urgensi Al Sanad dalam Ilmu Hadis ?
3. Apakah Pengertian Matan ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi tugas Bidang Studi Agama Islam dan
sebagai bahan bacaan untuk memperluas ilmu pengetahuan.

BAB Ii
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sanad
Sanad atau Thoriq, adalah rangkaian atau jalan periwayatan hadis yang dapat menghubungkan
matnu al-Hadist kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Misalnya seperti kata Al-Bukhory:
‫ثالث من كن في??ه وج??د حالوة‬:‫حدثنا اي??وب عن ابي قالب??ة عن انس عن الن??بي ص??لعم‬:‫ حدثناعبدالوهاب الثقفي قال‬: ‫حدثنامحمدبن المثني قال‬
‫وأن يكره أن يعودفي الكف??ر كم??ا يك??ره أن يق??ذف في الن??ار‬:‫وان يحب المرأ اليحبه اال هلل‬:‫ان يكون هللا ورسوله احب اليه مما سواهما‬:‫االيمان‬
)‫(رواه البخاري‬

Artinya:
“Telah memberitakan kepadaku Muhammad bin Al-Mutsanna ujarnya: ‘Abdul Wahhab ats-Tsaqofy telah
mengabarkan kepadaku, ujarnya: telah bercerita kepadaku Ayyub atas pemberitaan Abi Qilabah dari
Annas dari Nabi Muhammad SAW., sabdanya: 3 perkara, yang barang siapa mengamalkannya niscaya
memperoleh kelezatan iman.”
Maka matnu-l Hadist “Tsalatsu” sampai dengan “an yuqdzafa finnar” di terima oleh Al-Bukhory melalui
sanad pertama Muhammad Ibnu al-Mutsanna, sanad kedua Abdul Wahhab ats-Saqofy, sanad ketiga
Ayyub, sanad keempat Abi Qilabah dan seterusnya smapai sanad yang terakhir, Annas r.a., seorang
sahabat yang langsung menerima sendri dari Nabi Muhammad saw.
Dalam hal ini juga dapat di katakana bahwa sabda Nabi tersebut di sampaikan oleh sahabat Annas r.a.
sebagai rowi pertama, kepada Abu Qilabah kemudian Abu Qilabah sebagai rowi kedua menyampaikan
kepada ats-Saqofy, dan ats-Saqofy sebagai rawi ketiga menyampaikan kepada Muhammad Ibnu al-
Mutsanna, hingga sampai kepada al-Bukhory sebagai rawi terakhir.
dalam bidang ilmu hadist sanad itu merupakan neraca untuk menimbang shohih dan dha’ifnya suatu
hadist. Andaikata salah seorang dalam sanad-sanad itu ada yang fasik atau yang tertuduh dusta maka,
dho’ifnya hadist itu, hingga tak dapat di jadikan hujjah atau argumentasi untuk menetapkan suatu
hukum.

B. Urgensi Al-Sanad dalam ilmu Hadis


Dalam ilmu hadis, kritik sanad termasuk kajian yang mendapat perhatian lebih dari para kritikus
hadis, bahkan sejak zaman Nabi, dan hal itu berjalan sampai sekarang.

Pada zaman Nabi, diantaranya dengan cara Nabi menyebutkan bahwa beliau mendapat kan hadis dari
Malaikat Jibril As. Contoh dari sahabat yaitu dengan cara sahabat yang satu menanyakan kepada
sahabat yang lain dari mana mendapatkan hadis tersebut. Adapun urgensitas sanad tersebut adalah
karena :
a. Hadist sebagai salah satu sumber Islam.
b. Tidak seluruh hadist tertulis pada zaman Nabi.
c. Munculnya pemalsuan hadist.
d. Proses penghimpunan hadist yang cukup lama.

 Keshahihan Sanad Hadis


Dalam hadis, tidak semua para perawi yang meriwayatkan hadis dikategorikan shahih dan
periwayatannya diterima, karena mereka ada juga yang mempunyai cacat.
Adapun syarat sanad hadis bisa diterima, jika memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Sanadnya bersambung.
b. Periwayatan bersifat adil.
c. Periwayatan bersifat dhobit.
d. Terhindar dari syadz
e. Terhindar dari ‘Illiad

 Mengapa ada Hadis yang Shahih dan Dha'if


Keshahihan hadis dapat di lihat dari kekuatan sanad dan kebenaran matan.
Konsep Kekuatan sanad dilihat dari kredibilitas pera perawinya dan kesinambungan jalurnya.
Konsep Kebenaran matan dapat dilihat dari kemungkinan bahwa itu adalah perkataan seorang Nabi atau
tidak nya.
 Riwayat Penguat
Dalam sebuah hadis, ada permasalahan bahwa hadis tersebut mempunyai kualitas yang lemah, bisa jadi
karena hanya diriwayatkan oleh seorang perawi. Yang tidak mencukupi syarat-syarat tertentu. Kondisi
tersebut bisa meningkat kualitasnya, dengan adanya riwayat penguat yaitu : Status Mutaba'ah,
Syawahid dan Mahfudz.

1. Pengertian Mutaba'ah
Ada yang menyamakan Mutabi’ dengan syahid, tetapi ada juga yang membedakan. Adapun yang
membedakannya mendefinisikan sebagai berikut:
perama”.
Pengertian mutaba’ah atau mutabi’ adalah suatu riwayat yang mengikuti periwayatan orang lain dari
guru yang terdekat atau gurunya guru. Atau dengan pengertian hadis mutabi’ adalah hadis yang
diriwayatkan oleh periwayat lebih dari satu orang dan terletak bukan pada tingkat sahabat Nabi.
Riwayat mutabi’ biasanya berada pada tingkat tabi’in, oleh karenanya disebut dengan mutabi’ kalau
penguat tersebut ada pada tabi’in. Mutabi’ di sini biasanya menjadi penguat bagi riwayat hadis lain yang
kurang kuat kualitas hadist tersebut. Pembagian Mutaba'ah, Riwayat mutabi’ terbagi menjadi dua
macam, yaitu :
 Pertama” Mutabi’ tam, yaitu apabila periwayat yang lebih dari satu orang itu menerima
hadis tersebut dari guru yang sama. Atau apabila periwayatan mutabi’ itu mengikuti
periwayatan guru (mutaba’a) dari yang terdekat sampai guru yang terjauh.
 Kedua” Mutabi’ Qashr, yaitu apabila para periwayat tersebut menerima hadis itu dari
guru yang berbeda-beda atau apabila periwayatan mutabi’ itu mengikuti periwayatan
guru yang terdekat saja, tidak sampai mengikuti gurunya guru yang jauh sama sekali.

2. Pengertian Syawahid
Riwayat syawahid adalah riwayat lain yang diriwayakan dengan cara meriwayatkannya dengan
sesuai maknanya. Ada yang mendefinisikan, syahid adalah hadis yang periwayat di tingkat sahabat Nabi
terdiri dari lebih seorang. Syawahid ini pada intinya juga sebagai riwayat penguat atas riwayat yang lain,
tetapi biasanya penguat tersebut ada pada tingkat sahabat.
Syawahid ini terbagi menjadi dua, yaitu :
 Pertama” Syahid bi al-Lafdz, yaitu apabila matan hadis yang diriwayatkan oleh sahabat
yang lain sesuai dengan redaksi dan maknanya dengan hadis yang dikuatkan.
 Kedua” Syahid bi al-makna, yaitu apabila matan hadis yang diriwayatkan olehsahabat
yang lain, namun hanya sesuai dengan maknanya secara umum.
3. Pengertian Mahfudz
Mahfudz adalah suatu riwayat yang mempunyai ketersambungan sampai pada Nabi.
Mahfudz bisa ter masuk ke dalam kategori sanad dan matan. Riwayat mahfudz adalah kebalikan dari
riwayat yang mengandung syadz, oleh karenanya bisa dijadikan sebagai penguat dari syadz itu sendiri.
C. Pengertian Matan
Matan dari secara bahasa artinya membelah, mengeluarkan, mengikat. Sedangkan menurut
istilah ahli hadist, matan yaitu:
perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW yang meliputi pekerjaan, perkataan,
dan takrir Nabi, yang disebut sesudah hadist disebutkan sanadnya.
Contoh:
‫لوال ان أشق علي امتي ال امرتهم‬: ‫قال رسول هللا صلي هللا عليه وسلم‬:‫عن محمد ابي سلمة عن ابي هريرةرضي هللا عنه أنه قال‬
‫باالسواك عندكل صالة‬.

Artinya:
” Dari Muhammad yang diterima dari Abu Salamah yang diterimanya dari Abu Hurairah. bahwa
Rasulullah SAW bersabda; “Seandainya tidak memberatkan (memmbuat rumit) terhadap umatku,
niscaya aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak (menggosok gigi) setiap akan melaksanakan
sholat. ” (Al-Hadis). Adapun yang disebut matan dalam hadis tersebut yaitu:
Matan ialah redaksi dari hadits. Dari contoh sebelumnya maka matan hadits bersangkutan ialah:
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia
cintai untuk dirinya sendiri” Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dengan baik
oleh para pelajar ilmu hadist dalam mamahami Al Hadist ialah :
Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad SAW atau bukan matan
hadist itu sendiri dalam hubungannya dengan hadist lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang
melemahkan atau malah menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang
bertolak belakang atau tidak.

Selain membandingkan hadist yang mempunyai sanad yang sama dalam melakukan kritik matan,
juga membandingkan hadist-hadist yang satu tema namun berbeda sanadnya.
Berikut ini akan dibandingkan dua hadist yang berbeda sanadnya yang berisi tentang larangan
mengenakan sarung sampai dabawah mata kaki atau memanjangkan sarung. Shahih muslim, kitab iman
‫ حدثنى ابو بكربن خالد الباهلى حدثنا يحيى وهو القطان حدثنا سفيان حدثناسليمان اآلعمش عن سليمان بن مسهر عن خرش??ة بن‬: ‫قال مسلم‬
‫الخر عن أبى ذر عن النبيى ص م قال ثالثة ال يكلمهم هللا يوم القيام?ة المنّ?ان ال?ذى اليعطي ش?يئا االّ منّ?ه والمنف?ق س?لعته ب?الحلف الف?اجر و‬
‫المسبل ازره‬
“ Tiga jenis golongan manusia, yang kelak, pada hari kiamat, tidak akan diajak bicara oleh Allah SWT:
pertama, seorang manusia (pemberi) tidak memberi sesuatu kecuali untuk diungkit-ungkitkan kembali;
kedua, seorang pedagang yang berusaha melariskan barang dagangannya dengan mengucapkan
sumpah-sumpah bohong(sumapah palsu), dan ketiga,seorang yang membiarkan sarungnya terjulur
sampai dibawah kedua mata kakinya,”

Hadist di atas secara umum mengancam orang yang membiarkan sarungnya terjulur sampai
dibawah kedua mata kakinya. Dari hadis tersebut,timbul pertanyaan,apa di balik larangan tersebut? Dan
untuk mengetahui kandungan hadist tersebut perlu di perbandingkan dengan hadist-hadist yang lain
yang semakna, yaitu. Salah satu hadist tersebut mempunyai arti yang sama dengan hadis di atas, adalah
hadist yang diriwayatkan oleh Imam al Bukhori, sebagai berikut:
Shahih Al bukhari, kitab Al-libas,Bab man jarra izarah
‫حد ثنا أحمد بن يونس حد ثنا زهير حد ثنا مو سى بن عقبة عن سالم بن عبد هللا عن ابيه رض??ي هللا عن??ه عن الن??بي ص??لي هللا‬:‫قال البخا رى‬
‫عليه وسلم قا ل من جرثوبه خيالء لم ينظر هللا اليه يوم القيامة يسترخي االّ ان أتعاهد ذالك منه فقال النبي ص م لست م ّمن يصنعه خيالء‬
“Barang siapa menyeret sarungnya (yakni menjulurkan sarungnya sampai menyentuh atau hampir
menyentuh tanah) karena sombong, maka Allah tidak akan memandang kepadanya pada hari kiamat.
Abu bakar R.A bertanya kepada beliau: Ya Rosulullah, salah satu sisi sarungku selalu terjulur ke bawah,
namun saya sering-sering membetulkan letaknya. Nabi Muhammad SAW. pun Berkata kepadanya:
engkau tidak termasuk golongan orang-orang yang melakukannya karena kesombongan.”

BAB III
Penutup
Kesimpulan
Kualitas suatu hadist sangat di tentukan oleh kedudukan sanad dan matan hadist. Apabila sanadnya
shahih dan juga matannya shahih maka hadist itu dapat di kategorika sebagai hadist shahih serta dapat
di jadikan sebagai hujjah. Sebaliknya apabila sanad dan matannya tidak shahih maka maka di
kategorikan sebagai hadist yang dha’if dan tidak dapat di jadikan hujjah.
Para ulama hadist berusaha membuat metodo untk menganalisis keberadaan suatu hadist. Hal ini di
lakukan karena secara histories hadist mengalami perkembangan yang yang signifikan dengan tandensi
tertentu sehingga berujung pada tercampur aduknya Hadist yang memang bersumber langsung dengan
Rasulullah SAW dengan hadist yang bersumber dari individu dan kelompok tertentu. Berdasarkan
pertimbangan tersebut maka diformulasikan beberapa pedoman untuk menguji dan menganalisis
kualitas sanad dan matan hadist.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi Sanad dan Matan Hadits, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan rujukan maupun referensi yang
bersangkutan dengan makalah kami.

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Subhi as-Shalih, Ulumul Hadits wa mushtolahu.


2. Hasbi as-Sidiqqie, Pokok pokok Ilmu Dirayah Hadits.
3. Yusuf Qardawi, kayfa Nata ‘amal ma’a al sunnah al- nabawiyah, terjemah Muhmmad al Baqir
(Bandung: Karisma,1940).
12

Anda mungkin juga menyukai