Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

struktur hadist sanad, matan, mukharid

Dosen Pembimbing :
Abdul Hadi, LC.MA

Disusun oleh:
Marissa Nuur ( 2720180039 )
Nadiya hanifa ( 2720180060 )
Putri Anggita ( 2720180059 )
Shafa’Afifah ( 2720180051 )
Vevi Nur Laili ( 2720180046 )
Wanda Lestari ( 2720180025 )

PROGRAM STUDI NERS AKADEMIK


UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang struktur
hadist, sanad, matan, dan mukharid.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang struktur hadist, sanad, matan, dan
mukharid dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terhadap pembaca.

Jakarta, 30 Maret 2020


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULAUAN
A. Latar belakang................................................................................................................
B. Rumusan masalah...........................................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Sanad...............................................................................................................................
B. Matan..............................................................................................................................
C. Mukharrij........................................................................................................................
D. Kedudukan sanat dan matan hadist.................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara struktur, hadits terdiri atas tiga komponen, yakni sanad atau isnad (rantai
penutur), matan (redaksi hadits), dan mukharrij (rawi). Berikut ini contoh hadits yang
memuat ketiga unsur tersebut.
Artinya:
“Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ma’mur bin Rabi’i al-Qaisi, katanya
telah menceritakan kepadaku Abu Hisyam al-Mahzumi dari Abu al-Wahid, yaitu Ibnu
Ziyad, katanya telah menceritakan kepadaku Utsman bin Hakim, katanya telah
menceritakan kepadaku Muhammad bin al-Munkadir dari Amran, dari Usman bin Affan
r.a. ia berkata: ‘Barang siapa yang berwudhu dengan sempurna (sebaik-baik wudhu),
keluarlah dosa-dosanya dari seluruh badannya, bahkan dari bawah kukunya’.” (H.R.
Muslim)
Dari nama Muhammad bin Ma’mur bin Rabi’il Qaisi sampai dengan Usman bin
Affan r.a. adalah sanad hadits tersebut. Mulai kata man tawadda’ sampai kata tahta
azfarih, adalah matannya, sedangkan Imam Muslim yang dicatat di ujung hadits adalah
perawinya, yang disebut juga mudawwin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Sanad Hadits ?
2. Apa itu Matan Hadits ?
3. Apa itu Mukharrij ?
4. Bagaimana Kedudukan Sanad dan Matan Hadits ?

C.  Tujuan
1. Untuk mengetahui sanad hadist
2. Untuk mengetahui matan hadist
3. Untuk mengetahui mukharrij
4. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan sanad dan matan hadist
BAB II
PEMBAHASAN

Hadits Nabi yang lengkap dan jelas terdiri dari sanad, matan, dan Mukharrij (perowi).
Sehingga,  ketiga struktur tersebut bisa dikatakan sebagai tiga unsur (komponen) pokok
yang terkandung didalamnya.1

A. Sanad
Secara harfiah kata sanad berarti sandaran, pegangan (mu’tamad). Sedangkan
definisi terminologisnya ada dua sebagai berikut:
1. Mata rantai orang-orang yang menyampaikan matan.
2. Jalan penghubung matan, (yang) nama-nama perawinya tersusun.
Jadi, sederet nama-nama yang mengantarkan sebuah hadits itulah yang dinamakan
sanad, atau dengan sebutan lain sanad hadist. Sanad ialah rantai penutur/perawi
(periwayat) hadits. Sanad terdiri a t a s s e l u r u h p e n u t u r m u l a i d a r i o r a n g y a n g
m e n c a t a t h a d i t s t e r s e b u t   dalam  bukunya  (kitab  hadits)  hingga  mencapai
Rasulullah SAW. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.
Contoh: Musaddad mengabari bahwa Yahya sebagaimana diberitakan oleh Syu’bah,
dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW beliau bersabda: “Tidak sempurna iman
seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk
dirinya sendiri”. (H.R. Bukhari).
Maka  sanad  hadits bersangkutan adalah  Al-Bukhari  >Musaddad > Yahya >
Syu’bah > Qatadah > Anas > Nabi Muhammad SAW.
Sebuah  hadits  dapat  memiliki  beberapa  sanad  dengan  jumlahpenutur/perawi
bervariasi dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan
thaqabah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam  t i a p t h a q a b a h s a n a d
a k a n m e n e n t u k a n d e r a j a t h a d i t s t e r s e b u t , h a l i n i   dijelaskan lebih jauh pada
klasifikasi hadits2.

1
Solahudin, M. dkk, 2009, Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia
2
Mudasir, H. dkk, 2008, Ilmu Hadis. Bandung: Pustaka Setia
Jadi yang perlu dicermati dalam memahami Al Hadits terkait dengan sanadnya ialah :
1. Keutuhan sanadnya
2. Jumlahnya
3. Perawi akhirnya

Contoh lain Sanad


‫لى‬JJ‫ول هللا ص‬JJ‫معت رس‬JJ‫ س‬: ‫ال‬JJ‫حدثنا عبد هللا بن يوسف قا ل أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيه ق‬
)‫ (رواه البخاري‬.‫هللا عليه قرأ فى المغرب الطور‬
Artinya:
“memberitakan kepada kami Abdullah bin Yusuf ia berkata; memberitakan kepada
kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya
berkata: “aku mendengar Rasulallah SAW membaca surah Ath-Thur pada salat
maghrib.” (HR. Al-Bukhori)3

Sanad mengandung dua bagian penting, yakni:


1. Nama-nama periwayat yang terlibat dalam periwayatan hadits yang bersangkutan.
2. Lambang-lambang periwayatan hadits yang telah digunakan oleh masing-masing
periwayat dalam meriwayatkan hadits yang bersangkutan, misalnya sami’tu, akhbarani,
‘an, dan anna4

B. Matan Hadis
Secara harfiyah matan berasal dari bahasa Arab matn yang berarti apa saja yang
menonjol dari (permukaan) bumi, berarti juga sesuatu yang tampak jelas, menonjol,
punggung jalan atau bagian tanah yang keras dan menonjol ke atas, matnul-ard berarti
lapisan luar/kulit bumi, dan yang berarti kuat/kokoh.5
Sedangkan menurut peristilahan Ilmu Hadits, al-Badr bin Jama’ah memberikan
batasan pengertian matan yakni:
1. Matan adalah redaksi (kalam) yang berada pada ujung sanad.
2. Matan  adalah  kata-kata  (redaksi)  hadits  yang  dapat  dipahami maknanya.

3
M.Nawawi. 2010. Pengantar Studi Hadith. Surabaya : Kopertais IV Press
4
Syuhudi Ismail. 1992. Metodologi Penelitian Hadits Nabi. Jakarta : Bulan Bintang
5
Munzier Suparta, 2006. Ilmu Hadis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Matan hadits juga disebut dengan pembicaraan atau materi berita yang d i o v e r o l e h
sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rasulullah
S A W ,   sahabat ataupun  tabi’in.  Baik  isi pembicaraan itu tentang  p e r b u a t a n
N a b i a t a u p e r b u a t a n s a h a b a t y a n g t i d a k d i s a n g g a h o l e h   Nabi SAW.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matan adalah redaksi atau teks
bagi hadist. D a r i c o n t o h s e b e l u m n y a m a k a matan hadits bersangkutan ialah:
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk
saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri"
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu
d i c e r m a t i   dalam mamahami hadist ialah ujung sanad sebagai sumber redaksi,
apakah berujung pada Nabi Muhammad  atau bukan,  matan  hadist  itu
sendiri dalam hubungannya dengan hadist lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada
yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan  ayat dalam Al
Quran (apakah ada yang bertolak belakang atau tidak).
Selama sejarah kehaditsan, konsep ajaran yang dibawa oleh
R a s u l   hampir semuanya dinarasikan/dibahasakan kembali oleh para sahabat dengan
Faqahah d a n skill kebahasaan mereka masing-masing,
t a k   terkecuali h a d i t s q a u l i  y a n g s e l a n j u t n y a d i t e r u s k a n o l e h g e n e r a s i
sesudahnya dengan kapasitas yang beragam dan sangat
p e r s o n a l .   Sehingga dapat dimaklumi jika lafazh yang merumuskan konsep
ajaran tersebut banyak memiliki redaksi yang berbeda-beda
sebagaimana terdokumentasikan dalam berbagai kitab koleksi dan kadang
lafazhnya tidak fasih (rakikul-lafdh). Seperti itulahriwayah bil-
ma’na. Sehingga merupakan kesalahan yang fatal jika seseorang mengkulturkan
lafadh matan dan menganggapnya sakral. Karena hadits sangatlah
berbeda dengan al-Qur’an yang qath’iyyuts-tsubut sebagaimana telah dijanjikan oleh
Allah dalam surat al-Hijr ayat 9 tentang keterjaminan otentisitas  al-Qur’an baik
dari segi teks maupun substansi doktrinalnya.

Tata letak matan dalam struktur utuh penyajian hadits senantiasa b e r a d a p a d a


u j u n g   t e r a k h i r   s e t e l a h p e n y e b u t a n s a n a d . K e b i j a k a n   peletakan itu
menunjuk fungsi sanad sebagai pengantar data mengenai proses sejarah transfer
informasi hadits dari nara sumbernya. Dengan kata lain, fungsi sanad
merupakan media pertanggungjawaban ilmiah  bagi asal-usul fakta kesejarahan teks
hadits.
Matan menurut lughat, ialah: tengah jalan, punggung bumi atau bumi yang keras dan
tinggi.
Menurut istilah, ialah:
‫اﻟﻓﺎ ظ اﻟﺤﺪ ﻴﺚ اﻟﺘﻰ ﺘﺘﻗﻮ ﻢ ﺒﻬﺎاﻟﻤﻌﺎ ﻨﻰ‬
“ Lafad-lafad hadits yang dengan lafad-lafad itulah terbentuk makna”6

Contoh matan
)‫ (رواه متفق عليه‬.‫ من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد‬, ‫ قال رسول هللا‬: ‫عن أم المؤمنين عا ئشة رضى هللا عنها قالت‬
“warta dari Ummu Al Mukminin, ‘Aisyah ra., ujarnya: ‘Rasulullah SAW telah
bersabda: barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang bukan termasuk dalam
urusan (agamaku), maka ia tertolak’. ” (Hr. Bukhori dan Muslim)
Dari contoh hadist diatas yang dimaksud dengan matan hadis ialah lafadz yang
dimulai dengan ‫ من أحدث‬hingga lafadz ‫ فهو رد‬atau dengan kata lain yang dimaksud dengan
bagian matan dari contoh hadis di atas ialah lafadz ‫“ من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد‬barang
siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan (agamaku),
maka ia tertolak”.7

C. Mukharrij (rawi)
Makna harfiah kata mukharrij yang berasal dari kata kharraja adalah orang yang
mengeluarkan. Makna tersebut juga bisa didatangkan dari kata akhraja dengan isin
fa’ilnya mukhrij. Menurut para ahli hadits, yang dimaksud dengan mukharrij adalah
sebagai berikut: (Mukhrij atau mukharrij: orang yang berperan dalam pengumpulan
hadits). Dapat juga didefinisikan Mukharrijul Hadits adalah orang yang menyebutkan
perawi hadits. Istilah ini berbeda dengan al-muhdits/al-muhaddits yang memiliki keahlian
tentang proses perjalanan hadits serta banyak mengetahui nama-nama perawi, matann-
matan dengan jalur-jalur periwayatannya, dan kelemahan hadits.
6
M. hasbi Ash Shiddieqy. 1987. Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits Jilid Pertama. Jakarta: Bulan Bintang
7
opcite. Pengantar Studi Hadith. Hal. 17
Siapapun dapat disebut sebagai mukharrij ketika ia menginformasikan sebuah hadits
baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan menyertakan sanadnya secara lengkap
sebagai bukti yang dapat dipertangguung jawabkan tentang kesejarahan transmisi hadits.
Yang pasti, mukharrij merupakan perwi terakhir (orang yang terakhir kali
menginformasikan ) dalam silsilah mata rantai sanad.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa apa yang dimaksud dengan mukharrij atau
mukhrij adalah perawi hadits (rawi), atau orang-orang  yang telah berhasil
menyusun kitab berupa kumpulan hadits, seperti al-Bukhari, Muslim, Malik, Ahmad,
dsb. Dalam contoh hadits di atas al- Bukhari adalah seorang mukharrij / mukhrij /
rawi bagi sebuah hadits.
Setiap orang yang bergelut dalam bidang hadits dapat digolongkan  menjadi
beberapa tingkatan antara lain sebagai berikut:
1. Al-Talib : adalah orang yang sedang belajar hadits.
2. Al-Muhadditsun : adalah orang yang mendalami dan menganalisis hadits dari segi
riwayah dan dirayah.
3. Al-Hafidz; adalah orang yang hafal minimal 100.000 hadits.
4. Al-Hujjah : adalah orang yang hafal minimal 300.000 hadits.
5. Al-Hakim : adalah orang yang menguasai hal-hal yang berhubungan dengan hadits secara
keseluruhan baik ilmu maupun mushthalahul hadits.
6. Amirul Mu’minin fil hadits : ini adalah tingkatan yang paling tinngi.
Menurut syeikh Fathuddin bin Sayyid al-Naas,  al-muhaddits pada zaman
sekarang adalah orang yang bergelut/sibuk mempelajari hadits baik riwayah maupun
dirayah, mengkombinasikan perawinya denganm e m p e l a j a r i p a r a p e r a w i y a n g
semasa dengan perawi lain sampai mendalam, sehingga ia mampu
m e n g e t a h u i g u r u d a n g u r u n y a g u r u   perawi sampai seterusnya
Di dalam suatu hadis biasanya disebutkan pada bagian terakhir nama dari orang yang
telah mengeluarkan hadis tersebut, semisal mukharrij terakhir yang termaksud dalam
Shahih Bukhari atau dalam Sahih Muslim, ialah imam Bukhari atau imam Muslim dan
begitu seterusnya.
Seperti pada contoh hadis yang pertama, pada bagian paling akhir hadis tersebut
disebutkan nama Al-Bukhari (‫ )رواه البخاري‬yang menunjukkan bahwa beliaulah yang telah
mengeluarkan hadis tersebut dan termaktub dalam kitabnya yaitu Shahih Al-Bukhari.
Begitu juga dengan contoh hadis kedua yang telah mengeluarkan hadis tersebut ialah
Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim.
Apabila kita mengutip matan hadits, dari kita tertentu, misalnya kitab shohih al-
bukhori, kemudian kita mencari matan hadits yang sama di kitab yang lain (misalnya
shohih muslim) dengan sanad yang berbeda, tetapi juga bertemu dengan sanad al-
bukhori, maka pekerjaan yang demikian ini disebut istikhraj, atau takhrij. Sedang orang
yang melakukan kegiatan tersebut juga dinamakan mukharij tersebut dihimpun dalam
satu kitab, maka kitab yang demikian itu dinamakan kitab mustakhraj. Contohnya adalah
kitab mustakhraj Abu Nu’aim, yaitu kitab mustakhraj hadits untuk hadits-hadits yang
dimuat dalam kitab shahih al-Bukhori.8

D. Kedudukan Sanad dan Matan Hadits


Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits yang
diperoleh/diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad
suatu periwayatan hadits, dapat diketahui hadits yang dapat diterima atau ditolak dan
hadits yang shahih atau tidak shahih untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia
untuk menetapkan hukum-hukum Islam.
Para ahli hadits sangat berhati-hati dalm menerima suatu hadits, kecuali apabila
mengenal dari siapa perawi hadits tersebut menerima hadits tersebut dan sumber yang
disebutkan benar-benar dapat dipercaya.
Pada masa Abu Bakar r.a. dan Umar r.a., periwayatan hadits diawasi secara hati-hati
dan suatu hadits tidak akan diterima jika tidak disaksikan kebenarannya oleh orang lain.
Ali tidak menerima hadits sebelum orang itu disumpah.
Perhatian sanad di masa sahabat, yaitu dengan menghapal sanad-sanad itu dan mereka
mempunyai daya ingat yang luar biasa. Maka terpeliharalah sunnah Rasul dari tangan-
tangan ahli bid’ah dan para pendusta.
Ibn Hazm mengatakan bahwa nukilan orang kepercayaan dari orang yang dipercaya
hingga sampai kepada Nabi SAW dengan bersambung-sambung para perawinya adalah
suatu keistimewaan dari Allah, khususnya orang islam.

8
Opcite. Pengantar Studi Hadith. hal 24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara struktur, hadits terdiri atas tiga komponen, yakni sanad atau isnad (rantai
penutur), matan (redaksi hadits), dan mukharrij (rawi). Sanad ialah rantai penutur/perawi
(periwayat) hadits. Matan adalah redaksi/isi dari hadist. Mukhrij atau mukharrij: orang
yang berperan dalam pengumpulan hadits.
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits yang
diperoleh/diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad
suatu periwayatan hadits, dapat diketahui hadits yang dapat diterima atau ditolak dan
hadits yang shahih atau tidak shahih untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia
untuk menetapkan hukum-hukum Islam.

B. Saran
Semoga dalam penulisan makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya, dan bagi
pembaca mungkin dalam penyusunan makalah ini penulis masih banyak kekurangan
karena keterbatasan ruang lingkup, waktu, situasi, kondisi dan ilmu yang penulis miliki.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
perbaikan penulis makalah ini di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Solahudin, M. dkk, 2009, Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia


Mudasir, H. dkk, 2008, Ilmu Hadis. Bandung: Pustaka Setia
M.Nawawi. 2010. Pengantar Studi Hadith. Surabaya : Kopertais IV Press
Syuhudi Ismail. 1992. Metodologi Penelitian Hadits Nabi. Jakarta : Bulan Bintang
Munzier Suparta, 2006. Ilmu Hadis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
M. hasbi Ash Shiddieqy. 1987. Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits Jilid Pertama. Jakarta: Bulan
Bintang
opcite. Pengantar Studi Hadith. Hal. 17
Opcite. Pengantar Studi Hadith. hal 24

Anda mungkin juga menyukai