Anda di halaman 1dari 17

MACAM- MACAM KITAB KOLEKSI HADIST

Disusun
Oleh:

KHADIJAH (210207003)
MUZKIATI (210207004)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH


UIN AR-RANIRY
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT berkat Rahmat-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan baik dan tepat waktu. Dalam
makalah kami yang berjudul “MACAM- MACAM KITAB KOLEKSI HADIST”
Makalah ini dapat dibuat dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak
yang membantu dalam meyelesaikan beberapa hambatan dan masalah. Oleh
karena itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk para
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, kami berharap
makalah yang telah kami susun ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
khususnya dan bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Sehigga ilmu yang
didapat dari makalah ini dapat direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari agar
iman dan islam kita bisa lebih sempurna.

Darussalam, Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFATAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Macam-Macam Kitab Hadis........................................................................3
1. Kitab Hadis Al-Ajzā’...............................................................................3
2. Kitab Hadis Al-Atrāf...............................................................................4
3. Kitab Hadis Al-Mustadrakāt....................................................................6
4. Kitab Hadis Al-Mustakhrajāt...................................................................3
5. Kitab Hadis Al-Jawāmi’ / Jami’..............................................................8
6. Kitab Hadis Musnad..............................................................................10
7. Kitab Hadis Al-Ma‘ājim / Mu’jam........................................................11
8. Kitab Hadis Al-Sunan............................................................................12

BAB III PENUTUP..............................................................................................13


A. Kesimpulan.................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan hadis sebagai salah satu sumber ajaran islam memiliki
perkembangan dan penyebaran yang kompleks. Sejak dari masa
prakodifikasi, zaman Nabi, sahabat, dan tabiin hingga setelah pembukuan.
Sebelum sampai masa pembukuan, penulisan hadis seringkali menjadi bahan
kontroversi di kalangan sebagian kaum muslim maupun non muslim. Ada
sebagian yang menolak untuk menerima otentisitas Hadis Nabi lantaran
mereka berargumen bahwa Hadis Nabi ditulis dan dibukukan dua abad
sesudah wafatnya Rasulullah Muhammad, suatu rentang waktu yang agak
lama berlalu sehingga dapat menyebabkan timbulnya perubahan dan
pergeseran lafaz serta makna hadis yang bersangkutan.
Dalam sejarah perkembangannya, hadis pernah mengalami masa
transisi, yakni dari tradisi oral ke tradisi tulisan, dan penulisannya
membutuhkan waktu yang lebih panjang ketimbang pengkompilasian
Alquran. Lama setelah Nabi saw. wafat, ungkapan-ungkapan dan segala hal
yang berkaitan dengan diri beliau menjadi objek penelitian intensif para
ulama hadis untuk dikoleksi dalam bentuk tulisan. Para ulama hadis hampir
sepakat mengatakan bahwa kodifikasi hadis secara resmi dilakukan oleh
khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz yang memerintah pada tahun 99-101 H. [1]
Fokus tulisan ini adalah membahas macam-macam kitab hadis yang
pernah muncul dan beredar di dunia pengkajian hadis. Pembahasannya
diupayakan untuk selalu disandarkan ke latar sejarah (historical setting)
perkembangan hadis. Pembahasan peringkat (martabat atau ranking) kitab-
kitab hadis yang dianalisis secara kualitatif hanya pada kitab-kitab kanonik
dan ensiklopedik yang paling sering diapresiasi mayoritas muslim.
Sebelumnya akan dibahas juga peringkat dari macam-macam koleksi kitab
hadis ala prinsip generalisasi. Analisis kualitas menyangkut kajian seluruh
aspek koleksi (kitab) hadis yang meliputi nilai hadis (syarat-syarat yang
ditetapkan), sistematika penulisan, ketelitiannya, dll. Masing-masing kitab

1
yang menempati tingkat tertentu akan dibahas juga kekurangan-kelebihannya,
pujian, dan kritikan terhadapnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Macam-Macam Kitab Hadis


Sebagaimana halnya dengan ilmu hadis, penulisan kitab-kitab hadis
juga selalu berkembang. Para penulis kitab-kitab hadis tersebut mempunyai
cara dan corak yang berbeda-beda, terutama dalam sistematikanya. Para
Muhaddisin telah menulis berbagai jenis kitab hadis dalam berbagai bidang
bahasanya. Para pengkaji dan peneliti hadis yang datang kemudian telah
mengelompokkan kitab-kitab hadis yang bervariasi tersebut ke dalam
beberapa kelompok. Jika dikelompokkan macam-macam kitab hadis secara
garis besar adalah sebagai berikut:
1. Kitab Hadis Al-Ajzā’
Al-Juz’ merupakan kitab yang disusun untuk menghimpun hadis-hadis
yang diriwayatkan dari seorang perawi, baik dari kalangan sahabat
maupun generasi setelahnya. seperti Juz’ Hadis Abi Bakar dan Juz’ Hadis
Malik. Pengertian lain menjelaskan bahwa al-Juz’ adalah kitab hadis yang
membahas sanad-sanad sebuah kalimat seperti Ikhtiyar al-Aulani Hadis
Ikhtisham al-Mala’I al-A’la karya al-Hafiz Ibnu Rajab.
Hadis-hadis yang dikumpulkan berdasarkan suatu perkara tertentu
atau tema tertentu seperti Raf` al-Yadaian oleh al-Bukhari. Dalam kitab ini
beliau mengemukakan Hadis-hadis tentang mengangkat tangan tanpa
membahaskan kedudukan Hadis-hadis tersebut apakah ada yang
mansukh, syaz, atau mujmal dan sebagainya. Contoh-contoh lain seperti
Juz al-Niyyah oleh Ibn Abi al-Dunya, Juz al-Qira’ah Khalf al-Imam oleh
al-Baihaqi, Juz Fadhail Ahl al-Bait oleh Abu al-Husin al-Bazzar, Juz al-
Munziri Fi Man Ghufira Lah Ma Taqaddama Min Zanbih, Juz Asma al-
Mudallisin dan Juz `Amal al-Yaum wa al-Lail.

3
Tujuan kitab Rasail ini ditulis adalah:
1. Untuk membuktikan sesuatu perkara itu sabit (mendapat ketetapan)
daripada Rasulullah s.a.w dengan mengumpulkan pelbagai riwayat
tanpa mengira kedudukan Hadis-hadis tersebut.
2. Supaya lebih mudah untuk membuat kajian terhadap sesuatu perkara.

2. Kitab Hadis Al-Atrāf


Kata Atrāf adalah jama’ dari tharf yang berarti bagian dari sesuatu.
[ Tharf hadis adalah bagian hadis yang dapat menunjukkan hadis itu
sendiri, atau pernyataan yang dapat menunjukkan hadis, seperti hadis
innama al-a’mālu bi An-niyyāt.
Kitab al-Atrāf adalah kitab-kitab yang disusun untuk menyabutkan
bagian hadis yang menunjukkan keseluruhannya, biasanya di dalamnya
dituliskan pangkal-pangkal hadis saja. lalu disebutkan sanad-sanadnya
pada kitab-kitab sumbernya. Sebagian penyusun menyebutkan sanadnya
dengan lengkap, dan sebagian lainnya hanya menyebutkan sebagiannya.
Kitab-kitab ini tidak memuat matan hadis secara lengkap, dan bagian
hadats yang dimuat pun tidak pasti bagian dalam arti tekstual.
Sebuah Kitab yang menyebut sebagian dari Hadis dari sisi
permulaannya saja, di tengah-tengahnya, atau diakhir saja. Hal ini banyak
dilakukan terutama oleh Bukhari untuk mengeluarkan sesuatu hukum dari
sebuah Hadis. Ada juga Atraf Sunan Abi Daud, Jami’ al-Tirmizi dan
Sunan al-Nasa’i dan sebagainya. Ibn Hajar al-Asqalani juga ada
mengarang kitab yang berjudul Ithaf al-Mahara Bi Atraf al-`Asyarah yang
mengumpulkan 10 buah kitab Hadis di dalamnya berserta sanadnya yaitu:
a. al-Muwatta’
b. Musnad Ahmad
c. Musnad al-Syafi`e
d. Sahih Ibn Khuzaimah
e. Mustadrak al-Hakim
f. Sunan al-Daruqutni
g. Jami’ al-Darimi

4
h. Muntaqa Ibn al-Jarud
i. Sahih Ibn Hibban
j. Mustakhraj Abi Awanah
Pada dasarnya, penulisan hadis itu baru dimulai pada abad ke 2
Hijriyah. Pada masa Nabi masih hidup, penulisan Hadis dilarang keras
oleh Nabi karena khawatir akan bercampur dengan al-Qur’an dan
berpotensi dipalsukan oleh orang-orang yang tidak suka dengan islam saat
itu. Nabi pernah bersabda “Jangan kamu tuliskan sesuatu yang telah kamu
terima dariku selain al-Qur’an. Barang siapa menuliskan yang ia terima
dariku selain al-Qur’an hendaklah ia hapus. Ceritakan saja yang kamu
terima dariku, tidak apa-apa. Barang siapa yang sengaja berdusta atas
namaku, maka hendaklah ia menduduki tempat duduknya di neraka”.
(HR.Muslim). Hadis di atas jelas sekali melarang siapapun untuk
menuliskan sesuatu yang keluar dari mulut Rasul kecuali al-Qur’an.
Akan tetapi zaman terus berjalan dan jumlah kaum muslim semakin
banyak dan banyak pula yang sudah mengenal al-Qur’an. Dengan
demikian hukum menulis Hadis akhirnya diperbolehkan dengan
pertimbangan perlunya mendokumentasikan sabda-sabda Nabi yang bisa
dijadikan pegangan bagi umat islam dalam menjalankan agamanya. Sejak
saat itu, maka dikenallah dua orang sahabat Nabi yang selalu menulis apa-
apa yang dikatakan atau disampaikan oleh Nabi, dua orang sahabat itu
Abdullah bin Amr bin Ash dan Jabir bin Abdullah al-Anshary. Tulisan-
tulisan Abdullah dikenal dengan “Ashahifah As-Shadiqah” dan tulisan-
tulisan Jabir dikenal dengan “Shahifah Jabir”.
Setelah umat islam semakin tersebar ke sejumlah penjuru dan tidak
sedikit di anatara para sahabat penghafal hadis yang meninggal, maka
dilakukanlah sebuah proyek pembukuan Hadis pada abad ke 2 Hijriyah,
yaitu tepatnya pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz. Di antara kitab-
kitab yang mashur pada abad ke 2 Hijriyah ini adalah Kitab al-Muwatta’
yang disusun oleh Imam Malik pada tahun 144 H. Selain itu, Musnad
Assyafi’I dan Mukhtaliful Hadis karya Imam Syafi’I juga menjadi kitab
yang masyhur pada abad ini. sedangkan pada abad ke 3 Hijriyah kita

5
mengenal kitab-kitab Hadis karya Muhammad bin Isma’il al-bukhary
dengan nama kitabnya yang terkenal “Shahih Bukhary” atau Jami’us
Shahih dan Imam Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyairy dengan
karya terkenalnya “Shahih Muslim”. Selain kedua kitab tersebut, pada
abad ke 3 Hijriyah ini juga lahir kitab-kitab Hadis terkenal lainnya seperti
Sunan Abi Daud, Sunan At-Turmudzy, Sunan an-Nasa’I, dan Sunan Ibnu
Majah.

3. Kitab Hadis Al-Mustadrakāt


Kata Al-Mustadrakāt bentuk jamak dari mustadrak. Al-Mustadrakāt
merupakan kitab hadis yang memuat hadis-hadis yang tidak dimuat dalam
kitab-kitab tertentu yang sebenarnya hadis-hadis tersebut memenuhi syarat
yang dipegangi oleh penulis kitab tersebut. Kitab al-Mustadrak yang
terkenal adalah kitab al-Mustadrak ‘alā As-Sahīhaini karya Al-Hakim Al-
Naisaburi (321-405 H) dan Kitab Al-Ilzamāt karya Al-Dar Quthni (306-
385 H).

4. Kitab Hadis Al-Mustakhrajāt


Kata Al-Mustakhrajāt merupakan bentuk jama dari kata al-
Mustakhraj. Al-Mustakhrajāt merupakan kitab hadis yang memuat hadis-
hadis yang diambil dari kitab hadis lain yang oleh penulisnya diriwayatkan
dengan sanad sendiri, bukan dengan sanad yang serupa dengan sanad kitab
semula. Kitab Al-Mustakhraj yang masyhur adalah kitab Mustakhraj atas
sahihain atau salah satunya.Kitab yang paling banyak dibuat kitab
mustkharajnya ialah sahīh bukhārī dan sahīhmuslim.
Mengumpulkan Hadis-hadis yang sama dalam satu kitab tetapi
sanadnya berlainan di mana sanadnya bertemu dengan syeikh kitab
asalnya (gurunya) seperti Hadis tentang niat.
Contoh kitab Mustakhraj ialah Mustakhraj Abu ‘Awanah `Ala Sahih
Muslim.
Ada juga yang hanya membawa Hadis-hadis tersebut tetapi tidak
membawa sanadnya. Beliau cuma menyebut kitab-kitab yang menyebut

6
tentang perawinya. Tujuannya adalah: Supaya Hadis-hadis tersebut akan
lebih meyakinkan dengan banyaknya para perawi yang meriwayatkan
Hadis tersebut.
Contoh lain juga ialah Mustakhraj ala Sahihain:
a. Mustakhraj atas kitab Sahih Muslim oleh Abu Ja`far bin Hamdan, Abu
Bakar al-Jauzaqi, Abi Imran Musa bin Abbas, Abi Said bin Utsman
dan sebagainya.
b. Mustkhraj ke atas Bukhari saja seperti karangan al-Ismaili, Abu
Abdillah dan lain-lain.
c. Mustakhraj ke atas Bukhari dan Muslim pula seperti Mustakhraj oleh
Abi Abdillah, Abi Muhammad al-Khallan, Abi Bakar al-Siraji, dan
sebagainya.
Ada juga Mustakhraj atas al-Tirmizi oleh Abi Ali al-Tusi, Mustakhraj
atas Abu Daud, Kitab al-Tauhid karangan Ibn Khuzaimah. Bagaimanapun
mereka tidak beriltizam tentang kesahihannya.
Ada juga yang mentakrifkan Mustakhraj yang mana sanadnya bertemu
dengan tabi`in tetapi ada iktilaf mengenainya. Faedah penyusunan kitab
Mustakhraj:
a. Ketinggian sanad- ia ditulis untuk menunjukkan sanadnya lebih tinggi
dari kitab asal seperti Muslim. Contoh Abu `Awanah dalam kitabnya
Mustakhraj Abu ‘Awanah yang mengambil sanad Hadis tersebut atas
lagi daripada guru Muslim.
b. Menunjukkan kekuatan Hadis itu. Contohnya jika Hadis itu hanya
disebutkan di dalam Sunan Abu Daud saja, tetapi tidak diriwayatkan
oleh orang lain. Sekiranya Hadis tersebut terdapat dalam Sunan Abu
Daud itu pula bertentangan dengan Hadis yang lain, maka ia perlukan
penguat. Dengan adanya kitab Mustakhraj, kita dapat mencari penguat-
penguatnya yang lain supaya proses pentarjihan dapat dilakukan
dengan baik. Oleh karena itu, kitab Mustakhraj penting sebagai
penguat apabila riwayatnya bertentangan dengan riwayat yang lebih
kuat.

7
c. Menerangkan sanad yang tidak jelas. Contohnya pada peringkat
permulaan seseorang perawi itu masih kuat ingatannya tetapi semasa
menghampiri akhir hayatnya ia menjadi seorang yang mukhtalit
(nyanyuk). Dengan itu dapat dipastikan bilakah sebuah Hadis itu
diambil sama dengan ketika ingatannya masih kuat atau selepas
menjadi nyanyuk. Contohnya perawi Bukhari dan Muslim, Hisyam bin
Urwah bin Zubair yang nyanyuk selepas berhijrah ke Iraq.
d. Kitab asal riwayat dari mudallis yang dikira daif sekiranya
menggunakan lafaz ‘an. tetapi dengan adanya Mustakhraj, adanya
sanad lain yang mengunakan lafaz yang menunjukkan dengan jelas
yang dia mendengar Hadis.
e. Riwayat secara mubham– yaitu perawi yang tidak dijelaskan namanya
seperti ‘haddatsana rajulun min ahli bait’. Tidak diketahui siapa
‘rajulun’ itu? Nama perawi mubham akan diketahui apabila memeriksa
kitab Mustakhraj.
f. Mengetahui siapakah orang yang disebut namanya secara muhmal
tanpa kunyahnya-contoh Muhammad. Muhammad yang mana?
g. Isnad asal ada `illah yang sukar untuk diselesaikan tanpa berpandukan
kepada riwayat yang bebas `illah. Contohnya perawi tersebut dituduh
sebagai Syiah, Irja’dan sebagainya.

5. Kitab Hadis Al-Jawāmi’ / Jami’


Kata Kitāb al-Jawāmi’ adalah bentuk dari jamak dari kata al-
Jāmi’.Kitab Jāmi’ menurut istilah para Muhaddisin adalah kitab hadis
yang disusun berdasarkan bab dan mencakup hadis-hadis berbagai sendi
ajaran Islam dan sub-subnya. Secara garis besar bab-babnya mencakup
tentang aqidah, ibadah muamalah, perjalanan hidup Nabi saw, perbudakan,
fitnah, dan berita hari kiamat.
Kitab Jāmi’ itu sangat banyak, yang termahsyur diantaranya adalah:
al-Jāmi’ as-Sahīh karya al-Bukhari, al-Jāmi’ as-Sahīh karya Imam
Muslim. . Dan al-Jāmi’ karya Imam at-Turmudzi atau yang dikenal dengan

8
Sunan at-Turmudzi. kitab ini disebut Sunan karena ia lebih menonjolkan
hadis-hadis hukum.
Penulisan kitab Jami` bermaksud menghimpunkan Hadis-hadis
berkenaan dengan bidang aqidah, ahkam, riqaq, adab, tafsir, tarikh dan
sirah, fitan dan manaqib.
Kitab Hadis Sahih Bukhari merupakan salah satu kitab yang digelar
kitab Jami’ (atau Jawami’) . Untuk disebut sebuah kitab Hadis sebagai
Jami’ sebuah kitab hendaklah mengandungi sekurang-kurangnya delapan
bidang .
Aqaid (akidah): Contohnya: Kitab al-Tauhid karangan Abu Bakar
Ibn Abi Khuzaimah, Kitab al-Asma wa al-Sifat oleh al-Baihaqi
Ahkam: Kitab Hadis hukum yang disusun seperti dalam kitab-
kitab fiqh seperti Bulugh maram dan Umdatul ahkam.
Riqaq ( raqaaiq) : dinamakan juga sebagai Ilmu al-Suluk wa al-
Zuhd iaitu menyebut tentang peringatan di hari akhirat dan azab kubur
yang akan melembutkan hati sesiapa yang mendengarnya dan
menjadikannya seorang yang zuhud.
Contohnya: Kitab Zuhud oleh Abdullah Ibn Mubarak, Imam Ahmad.
Adab: Adab sopan, adab tidur, adab solat, adab makan dan
sebagainya. Contohnya kitab al-Adab al-Mufrad oleh al-Bukhari dan Kitab
Syamail oleh Tirmizi
Tafsir: Hadis-hadis yang mentafsirkan al-Quran.
Contohnya kitab Tafsir ibn Mardawaih, ibn Jarir at-Tabari, Tafsir
al-Dailami dan Tafsir Jailani.
Tarikh: Sejarah terbagi kepada dua jenis:
a. Sejarah tentang kejadian alam ( bada’ al-khalq) seperti kejadian langit
dan bumi, syurga, neraka, jin, syaitan, malaikat dan sebagainya
b. Sejarah tentang kehidupan Rasulullah s.a.w. dan para sahabat seperti
Sirah Ibn Hisyam, Sirah Mulla Umar,dan sebagainya.
al-Fitan yaitu fitnah-fitnah yang muncul di akhir zaman bermula
selepas kewafatan Rasulullah s.a.w. Contohnya, kitab Muin bin Hammad
(guru al-Bukhari) tentang Dajjal, turunnya nabi Isa as, kemunculan Imam

9
Mahdi, dan sebagainya. Beliau telah mencampuradukkan antara yang
sahih dan tidak sahih.
Manaqib (tentang kelebihan seseorang seperti Abu
Bakar,Umar,Uthman,dan Ali, tabi’in, ahlul bait, isteri-isteri Rasulullah
s.a.w., Nawasib dan sebagainya) contohnya, al-Riyadh al-Nadhirah Fi
Manaqib al-`Asyarah oleh Muhib al-Tabari, Zakhair al-`Uqba Fi Manaqib
Zawi al-Qurba dan lain-lain.
Antara kitab-kitab Hadis yang termasuk dalam kategori ini ialah Sahih
al-Bukhari Jami’ al-Tirmizi, Sahih Muslim, Misykat al-Masabih, Jami`
Suyfan al-Thauri, Jami` Abdul Razzaq bin Hammam al-San`ani, Jami’ al-
Darimi, dan lain-lain.

6. Kitab Hadis Musnad


Kitab musnad adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan
nama sahabat. Urutan sahabat itu ada kalanya disusun berdasarkan urutan
huruf hija’iyah, ada kalanya berdasarkan urutan waktu masuk islamnya,
dan ada kalanya berdasarkan keluhuran nasabnya.
Jumlah kitab Musnad ini sangat banyak, yang paling masyhur dan
paling tinggi martabatnya adalah Al-Musnad karya Al-Imam Ahmad bin
Hanbal, kemudian Musnad karya Abi Ya’la Al-Mushili.
Kitab Hadis yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat yang
meriwayatkan Hadis. Biasanya dimulai dengan nama shabat yang pertama
kali masuk Islam atau menyesuaikan dengan urutan abjad.
Imam Ahmad yang menulis musnad telah mendahulukan Hadis-hadis
Abu Bakar daripada Hadis-hadis sahabat yang lain.
Di antara cara penyusunan musnad adalah:
a. memuat Hadis-hadis tentang 10 orang sahabat yang dijamin masuk
syurga, atau tentang khalifah yang empat.
b. mengurutkan siapa yang lebih dahulu yang memeluk Islam.
c. dengan melihat siapakah ahli Badar/ Hudaibiah dahulu.
d. dengan melihat siapakah yang memeluk Islam terlebih dahulu ketika
Pembukaan Mekah.

10
e. dengan melihat lelaki dahulu perlu diutamakan. Tetapi dari kalangan
wanita pula isteri-isteri nabi diutamakan terlebih dahulu.
f. atau dengan melihat jenis qabilah (qabilah bani Hasyim didahulukan).
Di dalam musnad jumlah Hadis tidak dibatasi jumlahnya. Ia cuma
mengumpulkan sebanyak mungkin Hadis-hadis yang menerangkan tentang
sesuatu perkara. Namun begitu musnad yang paling sahih adalah Musnad
Ahmad kerana beliau telah menyaring Hadis-hadisnya. Kebanyakan ulama
salaf menulis Hadis-hadis dalam bentuk musnad.

7. Kitab Hadis Al-Ma‘ājim / Mu’jam


Kata al-Ma‘ājim adalah bentuk jamak dari kata al-mu’jam. Kitab
mu’jam menurut istilah para muhaddisin adalah kitab hadis yang disusun
berdasarkan susunan guru-guru penulisnya yang kebanyakan disusun
berdasarkan urutan huruf hija’iyah (alfabetis). Beberapa kitab mu’jam
yang terkenal adalah tiga buah kitab mu’jam karya Al-Muhaddis al-Hafizh
al-Kabir Abu Al-Qasim Sulaiman bin Ahmad al-Thabrani (W.360 H).
Ketiga kitab mu’jam itu adalah: al-Mu’jam al-Sagīr, al-Mu’jam al-Ausat,
dan al-Mu’jam Al-Kabīr. Dua mu’jam yang pertama disusun berdasarkan
urutan nama guru-gurunya, sedangkan mu’jam yang terakhir disusun
berdasarkan urutan nama para sahabat menurut urutan huruf mu’jam.
Mu’jam disusun mengikut tertib huruf ejaan, atau mengikut susunan
nama guru-guru mereka. Nama guru-guru mereka juga disusun mengikut
ejaan nama atau laqob mereka.
Mu’jam juga hanya mengumpulkan Hadis-hadis nabi s.a.w tanpa
melihat kwalitas Hadis-hadisnya.
Contoh kitab-kitab mu’jam ialah Mu’jam Tabrani, Mu’jam kabir,
Mu’jam as-Sayuti, dan Mu’jam as-Saghrir, Mu’jam Abi Bakr, ibn
Mubarak, dan sebagainya.
Kitab rijal yang mengumpulkan orang-orang yang tersebut dalam
meriwayatkan Hadis-hadis nabi s.a.w. mengikiut ejaan bersama dengan
kuniyyahnya. Ini semua adalah untuk memastikan kesahihan sesebuah
Hadis

11
8. Kitab Hadis Al-Sunan
Kitab Sunan adalah kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis hukum
yang marfu’ dan disusun berdasarkan bab-bab fiqh. Kitab jenis ini hanya
memuat hadis-hadis tertentu bukan semua aspek ajaran Islam. Kitab sunan
memuat hadis sahih, hasan dan daif. Kitab-kitab sunan yang masyhur
adalah sunan Abi Dāwud, Sunan At-Turmudzi, Sunan An-Nasā’i, dan
Sunan Ibnu Mājah.
Kitab Hadis yang disusun mengikuti tertib fiqh yang bermula dengan
bab Taharah, sembahyang dan seterusnya. Walaubagaimanapun di dalam
kitab sunan sendiri tidak hanya memuat tentang hukum-hukum normative,
tetapi ada juga perkara-perkara lain yang dibincangkan.
Contoh kitab-kitab yang termasuk dalam kategori ini ialah: Sunan al-
Nasai’e, Jami` al-Tarmizi, Sunan Ibn Majah, Sunan Abi Dawud, Sunan al-
Daruqutni, Sunan Abi Ali bin al-Sakan dan lain-lain.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara kuantitas kitab hadis dari berbagai macam (tipe) sangatlah
berlimpah dan sulit dipastikan. M. Azami berani menaksir ada ratusan
booklet (kitab mini, brosur hadis) yang beredar pada abad pertama H.
Kemudian bila ditambah seratus tahun berikutnya (abad ke-2 H) akan lebih
sulit lagi memerkirakan jumlah booklet dengan (ditambah) kitab hadis yang
muncul. Bahkan, katanya, para ulama hadis mengestimasi jumlahnya
mencapai ribuan. Dari ribuan koleksi itu, hanya sejumlah kecil yang masih
bisa dijumpai.
Penetapan peringkat kitab-kitab hadis memang penting bagi masa-masa
lampau. Namun, bagi para pengapresiasi hadis kontemporer, kedudukan
peringkat suatu kitab hadis tampaknya tidak begitu penting. Sembari
menawarkan berbagai metode pemahaman dan pemaknaan hadis secara tepat,
mereka mengapresiasi tinggi setiap hadis dari manapun asal kitabnya (Sunni
dan Syi‘ah) atau apapun nilainya. Yang lebih penting adalah kritisisme, di
antaranya dengan memaskai pisau analisis sejarah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ramli Abdul Wahid, Studi Ilmu Hadis, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2011).

Nasuruddin ‘Itr, ‘Ulum Hadis, (Bandung: Remaja Rosdakarta, 1995).

Ramli Abdul Wahid dan Husnel Anwar Matondang, Kamus Lengkap Ilmu Hadis,
(Medan: Perdana Publising, 2011).

Mahmud Thahhan, Taisir Musthalah al-Hadis, edisi terjemahan bahasa Indonesia:


Intisari Ilmu Hadis oleh Muhtadi Ridwan, (Malang: UIN Malang Press,
2007).

Nuruddin ‘Itr, Manhaj an-Naqd fii ‘Ulum al-Hadis (Damaskus: Daar al-
Fikr,1997).

Nawir Yuslem, Sembilan Kitab Induk Hadis, Biografi Penulisnya dan Sistematika
Penulisannya, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006).

Hasbi Ash-Shiddieqiy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Jakarta: Bulan Bintang,
1991).

Munjid, (Beirut: Dar al-Masyriq, 2005).

Azami, Muhammad Mustafa, Studies in Hadith Methodology and Literature.


Indianapolis, (Indiana: American Trust Publications, 1977).

M. ‘Ajaj Al-Khatib, Ushul Hadis, (Jakarta: Gaya Media, 2007).

14

Anda mungkin juga menyukai