Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
Hadits ialah semua perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi Muhammad Saw.
yang berkaitan dengan hukum syara’ dan ketetapannya.1 Adapun unsur-unsur pokok
hadits ialah sanad, matan dan rawi. Sanad artinya sandaran atau sesuatu yang di
jadikan sandaran. Matan ialah materi hadits atau lafal hadits itu sendiri. Sedangkan
rawi adalah orang yang meriwayatkan atau memberikan hadits. 2 Adapun unsur yang
harus dipenuhi dalam periwayatan hadits ialah kegiatan menerima hadits dari
periwayat hadits, kegiatan menyampaikan hadits kepada orang lain, dan ketika
hadits itu disampaikan harus menyebutkan rangkaian periwayatnya.3
Para ulama juga telah memberikan gelar-gelar kepada para ahli hadits, karena
keahliannya di bidang hadits dan ilmu hadits, serta kemampuannya dalam menghafal
dan menguasai hadits-hadits Nabi. Adapun gelar-gelar tersebut ialah Amir al-
Mu’minin, Al-Hakim, Al-Hujjah, Al-Hafiz, Al-Muhaddis, dan Al-Musnid. Keenam
gelar tersebut memiliki kriteria masing-masing, sehingga untuk lebih jelasnya
tentang gelar-gelar ulama hadits tersebut, baik itu mengenai pengertiannya, orang
yang berhak mendapatkan gelar-gelar itu maupun nama-nama orang yang telah
mendapatkan gelar-gelar tersebut akan penulis bahas dalam bab selanjutnya.

1 Mudasir, Ilmu Hadis, (Bandung: Pustka Setia, 1999), hal. 15


2 Ibid, hal. 61
3 Abdullah Karim, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, (Banjarmasin: Comdes Kalimantan, 2005), hal. 37
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Amir al-Mu’minin


Gelar ini merupakan gelar tertinggi untuk ahli hadits. Pengertian ini semula
digunakan untuk para khalifah setelah Abu Bakar as-Shiddiq ra. 4 Para khalifah
digelari Amir al-Mu’minin karena suatu ketika Nabi pernah menjawab pertanyaan
seorang sahabat tentang: “Siapakah yang dikatakan Khalifah ? lalu Nabi menjawab
bahwa khalifah adalah orang-orang sepeninggal Nabi yang sama meriwayatkan
hadits-hadits beliau.5 Kemudian istilah ini diterapkan untuk para ulama hadis yang
memenuhi syarat, seolah-olah mereka berfungsi sebagai khalifah, karena sepeninggal
Nabi Saw. Mereka meriwayatkan hadits-hadits beliau dan menyampaikan
hadits/sunnah beliau.6 Adapula yang mengatakan bahwa Amir al-Mu’minin adalah
orang yang paling tinggi tingkatan hafalan, ketelitian dan pendalamannya tentang
hadits melebihi orang-orang yang berada di tingkatan sebelumnya dengan
ketelitiannya menjadi sumber rujukan bagi Al-Haakim, Al-Haafizh dan yang lainnya
yang berada beberapa tingkat dibawahnya.
Ulama hadits yang berhak menerima gelar Amir al-Mu’minin ini jumlahnya
tidak banyak, Mereka adalah :7
1. Abdur Rahman bin Abdullah bin Dzakwan Al-Madany (Abu Zanad)
2. Syu’bah Ibn Al-Hajjaj.
3. Sufyan Atsauri.
4. Ishaq Ibn Rahawaih.
5. Ahmad Ibn Hambal.
6. Al-Bukhari.
7. Ad-Daruquthny.
8. Imam Muslim.
Dari kalangan ulama hadits mutaakhkhirin yang memperoleh gelar ini adalah :8
1. An-Nawawiy.
2. Al-Mizziy.
3. Az-Zahaby.
4. Ibnu Hajar al-Asqallaniy.

4Ibid, h. 69
5M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, (Bandung: Angkasa, 1991), h. 37
6Abdullah Karim, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, op.cit.
7M. Mizan Asrori dan Iltizam Syamsuddin, Mustholah Hadits, (Surabaya: Al-Ihsan, tt), h.
8Abdullah Karim, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis,op.cit., h. 70
B.       Al-Hakim
Al-Hakim yaitu gelar yang dipakai untuk ulama hadits yang menguasai
hadits-hadits yang diriwayatkannya, baik dari segi matannya, sifat-sifat periwayatnya
(terpuji atau tercela), bahkan untuk setiap periwayat diketahui biografinya, guru-
gurunya, sifat-sifatnya, dan yang lain sebagainya. Disamping itu, ia harus menghafal
dengan baik lebih dari 300.000 hadits nabi lengkap dengan urutan-urutan sanadnya,
seluk beluk periwayatannya dan sebagainya. Bahkan Ada juga yang sampai
mengatakan bahwa ia adalah orang yang hafal 700 ribu hadits disertai pengetahuan
mengenai para perawinya dalam jarh wa ta’dil.
Di antara ahli hadits yang mendapat gelar ini ialah sebagai berikut:
1. Ibnu Dinar (w. 162 H.).
2. Al-Lays bin Sa’d (w. 175 H.).
3. Imam Malik bin Anas (w. 179 H.).
4. Imam asy-Syafi’iy.
C.      Al-Hujjah
Gelar ini diberikan kepada ahli hadits yang sanggup menghafal 300.000 hadits,
baik sanad, matan, maupun periwayatnya.9 Asy-Syahwawiy juga mengemukakan
definisi yang lebih umum, yaitu bahwa al-Hujjah itu adalah orang yang hafalan
haditsnya mumpuni dan mantap serta dapat mengemukakan hadits sebagai argumen
kepada orang-orang tertentu dan orang umum.
Ulama hadits yang mendapat gelar ini antara lain yaitu:
1. Hisyam bin ‘Urwah (w. 146 H.).
2. Abu al-Huzayl Muhammad bin al-Wahid (w. 149 H.).
3. Muhammad Abdullah bin ‘Amr (w. 242 H.).
D.      Al-Hafiz
Gelar ini diberikan kepada ahli hadits yang sanggup menghafal 100.000
hadits, berikut matan, sanad, maupun seluk beluk rawinya serta mampu mengadakan
ta’dil dan tajrih terhadap para rawi tersebut.10 Asy-Syahawiy mengemukakan bahwa
definisi lain dari al-Hafiz yaitu adalah orang yang sibuk dengan hadits riwayah dan
dirayah serta memahami secara komprehensif para periwayat dan periwayatan hadits
pada masanya, mengenali guru-guru para periwayat dan guru-guru dari guru-gurunya
itu, yang mana pengetahuannya tentang generasi periwayat itu lebih besar dari yang
tidak diketahuinya.11

9 Abdullah Karim, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, op. cit., h. 71


10 Mahmud Ali Fabbad, Metodologi Penetapan Kesahehan Hadis, (Bandung: Pustka Setia, 1998), h. 97
11 Abdullah Karim, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis,loc. cit.
Di antara ulama yang memperoleh gelar ini ialah:12
1. Al-Iraqiy.
2. Syaraf ad-Din ad-Dimyatiy.
3. Ibnu Daqiq al-Id.
E.       Al-Muhaddis
Al-Muhaddis diberikan kepada ahli hadits yang sanggup menghafal 1.000
hadits, baik sanad, matan maupun seluk beluk periwayatnya, jarh dan ta’dil-nya,
tingkatan haditsnya, serta memahami hadits-hadits yang termaktub dalam al-Kutub
as-Sittah, Musnad Ahmad, Sunan al-Bayhaqiy, Mu’jam at-Tabraniy.
Di antara ulama yang berhak menerima gelar ini ialah:13
1. Ata’ bin Abi Rabah.
2. Az-Zabidiy.
F.       Al-Musnid
Gelar ini diberikan kepada ulama ahli hadits yang meriwayatkan hadits beserta
sanadnya, baik menguasai ilmunya maupun tidak. Gelar al-Musnid ini biasa juga
disebut at-Thalib, al-Mubtadi, dan ar-Rawiy.
Dengan demikian, maka ukuran pemberian gelar tersebut bukan sekedar
didasarkan kepada jumlah hadits yang dihafalkannya sja, tetapi juga diukur dari segi
penguasaan dan kemahiran di bidang ‘Ulum al-Hadits.14

12 Ibid, h. 72
13 Ibid
14 Ibid
BAB III

PENUTUP

Keseimpulan
Para ulama telah memberikan gelar-gelar kepada para Imam Ahli Hadits,
karena kemampuan mereka dalam menguasai hadits dan ilmu hadits serta sebagai
penghormatan kepada mereka. Adapun gelar para ahli hadits ada enam yaitu:
1.  Amir al-Mu’minin, yaitu gelar tertinggi untuk ahli hadits dan mereka yang
memenuhi syarat seolah-olah berfungsi sebagai khalifah yang akan meriwayatkan
atau menyampaikan hadits-hadits Nabi.
2.    Al-Hakim, yaitu orang ini harus menghafal dengan baik lebih dari 300.00 hadits
Nabi lengkap dengan urutan-urutan sanadnya, seluk beluk periwayatannya dan
sebagainya.
3.    Al-Hujjah, yaitu orang ini sanggup menghafal 300.000 hadits, baik sanad, matan
maupun perihal periwayatnnya mengenai keadilan dan cacatnya.
4.    Al-Hafiz, yaitu orang ini sanggup menghafal 100.000 hadits, baik sanad, matan,
maupun seluk beluk periwayatnya, serta mampu mengadakan ta’dil dan tajrih
terhadap para periwayatnya.
5.    Al-Muhaddis, yaitu orang ini sanggup menghafal 1.000 hadits, baik sanad, matan,
maupun seluk beluk periwayatnya, jarh dan ta’dil-nya, tingkatan haditsnya serta
memahami hadits-hadits yang termaktub.
6.    Al-Musnid, yaitu orang yang menerima gelar ini ulama hadits yang meriwayatkan
hadits beserta sanadnya, baik menguasai ilmunya maupun tidak.
DAFTAR PUSTAKA

- Asrori, M. Mizan dan Iltizam Syamsuddin, Mustholah Hadits, Surabaya: Al-

Ihsan, tt.

- Fabbad, Mahmud Ali, Metodologi Penetapan Kesahehan Hadis, Bandung: Pustka

Setia, 1998.

- Ismail, M. Syuhudi, Pengantar Ilmu Hadits, Bandung: Angkasa, 1991.

- Karim, Abdullah, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis,Banjarmasin: Comdes Kalimantan,

2005.

- Mudasir, Ilmu Hadis, Bandung: Pustka Setia, 1999.

Anda mungkin juga menyukai